BAB 3 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 3 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP"

Transkripsi

1 BAB 3 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP 3.1. Kerangka Teori Diabetes Melitus Tipe 2 Patofisiologi: Kerusakan fungsi sel beta pankreas dan resistensi insulin Menurunnya pengambilan glukosa oleh jaringan sebagai respon terhadap insulin. Jenis Diet Diabetes Melitus: 1. Karbohidrat 2. Protein 3. Lemak 4. Serat 5. Hindari garam 6. Vitamin dan mineral Penatalaksaan Diabetes Melitus: 1. Diet 2. Latihan 3. Obat Antidiabetik Oral 4. Terapi insulin Diet Diabetes Melitus : Tujuan Diet Diabetes Melitus: 1. Mempertahankan kadar glukosa darah supaya mendekati normal. 2. Mencapai kadar lipida serum normal. 3. Memberikan cukup energi untuk mempertahankan berat Gambar 3.1 Kerangka Teori Penelitian

2 3.2. Kerangka konsep Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah : Tingkat Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Tentang Diet Diabetes Melitus pada pasien Diabetes Melitus Pasien DM Tipe 2 di RSUP HAM,Medan Gambar 3.2 Kerangka Konsep Penelitian

3 BAB 4 METODE PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL 4.1. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian yang bersifat deskriptif di mana penelitian ini akan mendapatkan gambaran tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku yang dimiliki pasien Diabetes Melitus tipe 2 di Poli-Endokrinologi, Departmen Ilmu Penyakit Dalam, RSUP Haji Adam Malik. Pengumpulan data dilakukan dengan desain studi potong lintang atau cross sectional kepada responden di Poli-Endokrinologi, Departmen Ilmu Penyakit Dalam, RSUP Haji Adam Malik Waktu dan Lokasi Penelitian Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan mulai bulan Mei 2016 hingga Maret Lokasi Penelitian Lokasi penelitian adalah Poli-Endokrinologi, Departmen Ilmu Penyakit Dalam, RSUP Haji Adam Malik, Medan. Lokasi penelitianini dipilih karena ia merupakan Rumah SakitRujukan Utama di Medan Populasi dan Sampel Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah pasien DM tipe 2 laki-laki dan perempuan di Poli-Endokrinologi. Jumlah responden yang terlibat dalam penelitian ini merupakan 100 orang.

4 Sampel Sampel penelitian adalah pasien DM tipe 2 di Poli-Endokrinologi, RSUP Haji Adam Malik. Subjek dipilih menurut kriteria inklusi dan yang tidak termasuk kriteria eksklusi. Sampel penelitian dipilih dengan metode random sampling. 28 Kriteria inklusi a. Pasien laki-laki dan perempuan Diabetes Melitus tipe 2 di Poli- Endokrinologi b. Pasien yang mengambil bahagian secara sukarela dalam penelitian ini. Kriteria eksklusi a. Pasien yang tidak dapat membaca dan menulis. Perkiraan besar sampel minimal dalam penelitian ini dihitung menggunakan rumus seperti dibawah ini untuk mencari estimasi proporsi. n = _(Z 1-a/2 )².P(1-P) d² Dimana: n = besar sampel Z 1-a/2 = nilai Z pada derajat kemaknaan (95% atau 1,96) P = Proporsi suatu kasus tertentu terhadap populasi, ditetapkan 50% (0,50) d = derajat penyimpangan terhadap populasi yang diinginkan = 10% = 0,10 Perhitungan jumlah sampel yang dibutuhkan dengan menggunakan rumus tersebut adalah : n = (Z 1-a/2 )². P(1-P) d² n = 1,96². (0,5)(1-0,5) (0,10)² n = 96,04 (digenapkan 100)

5 4.4. Definisi Operasional 1. Pengetahuan a. Definisi Operasional : Pengetahuan adalah segala sesuatu tentang diet Diabetes Melitus oleh pasien Diabetes Melitus tipe 2. b. Alat Ukur : Kuesioner sebanyak 15 pertanyaan dengan pilihan jawapan 1. YA 2. TIDAK c. Cara Ukur : Kuesioner/Wawancara d. Hasil Ukur : Skor 73% - 100%: Baik Skor 40% - 72%: Sedang Skor dibawah 40% : Kurang e. Skala Pengukuran : Ordinal 2. Sikap a. Definisi Operasional: Sikap adalah tanggapan atau reaksi responden pasien Diabetes Melitus Tipe 2 terhadap diet diabetes. b. Alat Ukur: Kuesioner sebanyak 10 pertanyaan dengan pilihan jawapan 1. Ya 2. Tidak c. Cara Ukur: Kuesioner / Wawancara

6 d. Hasil Ukur : Skor 70% - 100% : Baik Skor 40% 69%: Sedang Skor dibawah 40% : Kurang e. Skala Pengukuran : Ordinal 3. Perilaku a. Definisi Operasional: Perilaku adalah segala sesuatu yang dilakukan responden terhadap diet pasien b. Alat Ukur: Kuesioner sebanyak 10 pertanyaan dengan pilihan jawapan 1. Ya 2. Tidak c. Cara Ukur: Kuesioner / Wawancara d. Hasil Ukur : Skor 70% - 100%: Baik Skor 40% 69%: Sedang Skor dibawah 40% : Kurang e. Skala Pengukuran : Ordinal 4. Pasien Diabetes Melitus tipe 2 RSUP HAM Pasien Diabetes melitus tipe 2 adalah pasien Diabetes Melitus tipe 2 yang rawat jalan di Poli-Endokrinologi, Departmen Ilmu Penyakit Dalam RSUP HAM Medan. 5. Diet Diabetes Melitus Diet Diabetes Melitus adalah pengaturan pola dan konsumsi makanan pasien Diabetes Melitus.

7 4.5. Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan Data Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer, yaitu data yang dapat langsung dari responden. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode angket, dimana lembaran kuesioner diberi kepada responden dan responden sendiri mengisi lembaran kuesioner Alat Pengumpulan Data Instrumen penelitian ini adalah berupa kuesioner sebagai alat bantu dalam pengumpulan data yang terdiri dari pertanyaan gambaran tingkat pengetahuan pasien DM tipe 2 mengenai diet diabetes melitus Uji Validitas dan Reliabilitas Uji validitas untuk kuesioner yang digunakan sebagai instrumen pengumpulan data. Validitas merupakan suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benarbenar mengukur apa yang diukur sedangkan realibilitas adalah suatu indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya Pengolahan dan Analisis Data Pengolahan data a) Editing Editing adalah pengecekan jumlah kuesioner, kelengkapan data, di antaranya kelengkapan identitas, lembar kuesioner dan kelengkapan isian kuesioner, sehingga apabila terdapat ketidaksesuaian dapat dilengkapi segera oleh peneliti. b) Coding Coding adalah melakukan pemberian kode berupa angka. Coding bertujuan untuk mempermudah pada saat analisis data dan juga mempercepat entry data.

8 c) Entry data Entry adalah memasukkan data yang diperoleh menggunakan fasilitas komputer dengan menggunakan sistem atau program komputer. d) Tabulasi Tabulasi adalah mengelompokkan data sesuai dengan tujuan penelitian kemudian dimasukkan dalam tabel yang sudah disiapkan. Setiap pertanyaan yang sudah diberi nilai, hasilnya dijumlahkan dan diberi kategori sesuai dengan jumlah pertanyaan pada kuesioner. e) Cleaning Cleaning adalah mengecek kembali data yang sudah dientry apakah ada kesalahan atau tidak. Kesalahan tersebut mungkin terjadi pada saat entry data ke komputer Analisis data Data yang lengkap dari kuesioner dimasukkan ke dalam komputer setelah dilakukan pengumpulan data. Metode pengolahan data pada penelitian menggunakan program SPSS yang dianalisis dan disajikan bentuk tabel distribusi frekuensi.

9 BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian Deskripsi Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Poli-Endokrinologi, Departmen Ilmu Penyakit Dalam, RSUP Haji Adam Malik, Medan. RSUP Haji Adam Malik beralamat di Jalan Bunga Lau no.17, Medan, di kelurahan Kemenangan, kecamatan Medan Tuntungan. Rumah sakit ini merupakan Rumah Sakit kelas A sesuai dengan SK Menkes. 335/Menkes/SK/VIII/1990. RSUP Haji Adam Malik juga merupakan Rumah Sakit Pendidikan yang digunakan oleh Fakultas Kedokteran USU Deskripsi Karakteristik Responden Berdasarkan data-data yang telah dikumpulkan dibuat tabel berisi karakteristik subjek penelitian sebagai berikut : Tabel 5.1Distribusi Frekuensi Responden Diabetes Melitus Tipe 2 Berdasarkan Jenis Kelamin, Usia, Pendidikan Terakhir, Pekerjaan, Riwayat Pengobatan dan Lama Menderita DM Karakteristik Frekuensi (%) Jenis Kelamin Laki-laki 65 (65) Perempuan 35 (35) Usia (Tahun) (3) (8) (48)

10 (32) (9) Pekerjaan Ibu Rumah Tangga 14 (14) Wiraswasta 15 (15) Petani 9 (9) Pegawai Swasta 4 (4) Pegawai Negeri Sipil 25 (25) Pensiunan/Tidak Bekerja 33 (33) Pendidikan Terakhir Sarjana 34 (34) SMA 50 (50) SMP 8 (8) SD 8 (8) Tidak bersekolah 0 (0) Lama Menderita DM 1-10 tahun 63 (63) tahun 29 (29) tahun 8 (8) Riwayat Pengobatan OAD 34 (34) Insulin 60 (60) Kedua-duanya 6 (6) Total 100 (100) Jumlah responden yang terlibat dalam penelitian ini adalah sebesar 100 orang yang semuanya merupakan penderita Diabetes Melitus Tipe 2 baik laki-laki maupun perempuan. Responden-responden ini merupakan pasien dari Poli- Endokrinologi, Departmen Ilmu Penyakit Dalam, RSUP Haji Adam Malik, Medan dengan tujuan kontrol. Jumlah responden ini sesuai dengan jumlah sampel

11 yang diperlukan yaitu sebanyak 100 orang. Lebih dari setengah responden merupakan laki-laki yaitu sebesar 65 orang (65%), seperti yang tertera dari tabel di atas sedangkan 35 orang (35%) merupakan perempuan. Berdasarkan usia, mayoritas responden adalah dalam kelompok usia tahun dengan jumlah responden 48 orang (48%). Kelompok tahun mempunyai persentase responden yang paling kecil yaitu hanya sebesar 3% dengan jumlah responden masing-masing sebanyak 3 orang. Selain itu, hasil penelitian menunjukkan bahwa responden terbanyak adalah dengan pekerjaan tidak bekerja atau pensiunan dengan jumlah responden 33 orang (33%) dan pekerjaan kedua tertinggi adalah pegawai negeri sipil (PNS) dengan jumlah responden 25 orang (25%). Responden terendah adalah dengan pekerjaan pegawai swasta dengan jumlah responden 4 orang (4%). Berdasarkan tingkat pendidikan terakhir, 50% dari responden memiliki pendidikan akhir di tingkat SMA dengan jumlah responden terbesar dengan frekuensi 50 orang. Dari tabel 5.1 dapat dilihat bahwa jumlah respondenterendah adalah responden dengan tingkat pendidikan akhir SD yaitu sebanyak 8 orang atau sebesar 8%. Hasil penelitian menunjukkan responden terbanyak adalah responden yang telah menderita Diabetes Melitus Tipe 2 selama 1-10 tahun, yaitu sebanyak 63 orang (63%) sedangkan responden terendah adalah responden yang menderita Diabetes Melitus Tipe 2 selama tahun, sebanyak 8 orang (8%). Sisanya berjumlah 29 orang (29%) menderita Diabetes Melitus Tipe 2 selama tahun seperti terlihat dalam tabel 5.1 di atas. Responden juga dibedakan menjadi 3 kelompok berdasarkan dengan obat yang dikonsumsi, yaitu responden yang mengonsumsi obat antidiabetik oral (OAD)dan yang mengonsumsi insulin atau kedua-duanya. Dari tabel 5.1, dapat terlihat bahwa lebih banyak responden yang mengonsumsi insulin daripada OAD, yaitu sebesar 60 dari 100 orang responden sebesar 60% sedangkan 34 orang

12 mengonsumsi OAD sebesar 34% dan hanya 6 orang mengonsumsi kedua-duanya sebesar 6% Tingkat Pengetahuan Responden Tingkat pengetahuan diet Diabetes Melitus pasien Diabetes Melitus Tipe 2 dibahagi menjadi 3 kategori utama yaitu Baik, Sedang dan Buruk. Pengetahuan responden dikatakan baik sekiranya jumlah skor lebih dari 73%, sedang sekiranya skornya 40-69% dan kurang jika skornya dibawah 40%. Tabel 5.2Distribusi Frekuensi Jawaban Responden berdasarkan Tingkat Pengetahuan Pertanyaan 1 Mengikuti diet Diabetes Melitus dengan memperlihatkan jenis makanan yang boleh dikonsumsi 2 Berkonsultasi dengan dokter atau perawat tentang Diabetes dan diet yang dijalani 3 Harus menghindari makanan yang berkalori tinggi seperti coklat, kue-kue yang manis dan makanan yang siap saji (fast food) 4 Harus menggunakan roti gandum (whole wheat grain) sebagai pengganti nasi putih 5 Termotivasi untuk menjalani diet Diabetes Melitus, karena keluarga Jawaban Benar Salah n (%) n (%) 88 (88) 12 (8) 84 (84) 16 (16) 94 (94) 6 (6) 86 (86) 14 (14) 78 (78) 22 (22)

13 menmasakkan makanan yang sesuai dengan diet 6 Jika meminum teh/kopi, menggunakan gula khusus untuk penderita diabetes 7 Menggunakan beras khusus seperti beras merah untuk mengontrol diabetes 8 Harus menggunakan gula sebanyak lebih dari 1 sendok teh ketika minum jus buahan segar 9 Selang waktu antara waktu makan pagi, makan siang, makan malam dan selingan adalah setiap 3 jam 10 Makanan yang manis dapat menyebabkan kadar gula darah meningkat 11 Jenis diet diabetes berbeda antara lakilaki dan perempuan 12 Jenis diet berbeda antara orang yang kerja ringan dengan orang yang kerja berat 13 Dalam merencanakan diet, pasien harus memperhatikan kandungan gizi makanan 14 Pasien diabetes harus makan secara teratur 15 Sebelum menjalankan diet, kadar gula darah sulit dikontrol 47 (47) 53 (53) 57 (57) 43 (43) 82 (82) 18 (18) 86 (86) 14 (14) 100 (100) 0 (0) 76 (76) 24 (24) 68 (68) 32 (32) 90 (80) 10 (20) 96 (96) 4 (4) 95 (95) 5 (5) Dari 100 responden, sebanyak 88 orang (88%) setuju untuk mengikuti diet Diabetes Melitus dengan memperhatikan jenis makanan yang boleh dikonsumsi.

14 12 orang (12%) sisanya tidak ingin mengikutinya walaupun telah memperhatikan jenis makanannya. Sebanyak 84 orang atau sebesar 84% dari total responden yang telah berkonsultasi dengan dokter ataupun perawat tentang Diabetes Melitus dan diet yang telah mereka jalani. Sisanya atau sebesar 16% tidak berkonsultasi dengan dokter atau perawatnya. Sebanyak 94 orang (94%) responden setuju untuk menghindari makanan yang berkalori tinggi misalnya coklat, kue-kue yang manis dan makanan siap saji (fast food) akibat penyakitnya. Sisanya yaitu sebanyak 6 orang (6%) masih tetap mengonsumsinya walaupun menderita Diabetes Melitus. Sebanyak 86 orang (86%) setuju untuk menggunakan roti gandum (whole wheat grain) sebagai pengganti nasi, sedangkan sisanya sebanyak 14 orang (14%) masih mengonsumsi nasi putih. Hanya sebanyak 78 orang (78%) dari 100 orang responden yang termotivasi untuk menjalani diet Diabetes Melitus yang dikarenakan keluarga mereka memasakkan makanan yang sesuai dengan diet mereka. Sisanya 22 orang (22%) tidak termotivasi. Sebanyak 47 orang (47%) telah menggunakan gula khusus untuk penderita Diabetes Melitus saat meminum teh/kopi, sedangkan sisanya yaitu sebesar 53% masih tetap menggunakan gula biasa. Sebanyak 57 orang(57%) setuju untuk mengonsumsi beras khusus penderita diabetes seperti beras merah, sedangkan sisanya yaitu sebesar 43% masih mengonsumsi beras biasa dalam kesehariannya. Sebanyak 18 orang (18%) berpendapat harus menggunakan gula sebanyak lebih dari 1 sendok teh ketika minum jus buahan segar. Sisanya sebanyak 82 orang(82%) tidak perlu menambahkan gula pada saat minum jus buahan segar.

15 Sebanyak 86 orang (86%) mengetahui jadwal makan, baik makan pagi, siang, malam ataupun selingan selama 3 jam sekali. Sisanya yaitu sebesar 14% tidak mengetahuinya. Semua responden mengetahui bahwa memakan makanan yang manis dapat menyebabkan kadar gula darah meningkat. Hampir semua sebanyak76orang (76%) mengetahui bahwa diet diabetes lakilaki dan perempuan adalah bukan berbeda jenis. Sisanya yaitu sebanyak 24 orang (24%) belum mengetahuinya. Sebanyak 68 orang (68%) setuju bahwa diet orang yang beraktivitas ringan bukan berbeda dengan orang yang beraktivitas berat. Sisanya sebesar 32% tidak setuju. Lebih dari setengah responden, sebesar 90% setuju bahwa dalam merencanakan diet, harus memperhatikan kandungan gizi makanannya terlebih dahulu. Hampir seluruh responden berpendapat bahwa penderita diabetes harus makan secara teratur, yakni sebesar 94%. Sisanya tidak berpendapat sama. Sebanyak 95% dari total responden menyatakan bahwa kadar gula darahnya sulit dikontrol sebelum menjalankan diet. Sisanya menyatakan hal yang berbeda. Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Mengenai Diet Diabetes Melitus Tingkat Pengetahuan Frekuensi (%) Baik 83 (83) Sedang 17 (17) Kurang 0 (0) Total 100 (100) Berdasarkan tabel 5.3 di atas, terlihat bahwa hampir semua responden sebanyak 83 orang (83%) memiliki tingkat pengetahuan yang baik mengenai diet Diabetes Melitus di Poli-Endokrinologi RSUP Haji Adam Malik, Medan,

16 Sumatera Utara dan sebanyak 17 orang (17%) memiliki tingkat pengetahuan yang sedang mengenai diet Diabetes Melitus. Dari hasil di atas, tidak ditemukan responden dengan tingkat pengetahuan yang kurang. Tabel 5.4 Tabulasi Silang Pengetahuan Responden Diabetes Melitus tentang Diet Diabetes Melitus berdasarkan Jenis Kelamin Pengetahuan Jumlah Jenis Baik Sedang Kurang Kelamin n (%) n (%) n (%) n (%) 1 2 Laki-laki Perempuan 51 (78,5%) 32 (91,4%) 14 (21,5%) 3 (8,6%) 65 (100%) 35 (100%) Dari tabel 5.4, tabulasi silang pengetahuan responden diet Diabetes Melitus berdasarkan jenis kelamin dapat diketahui bahwa sebanyak 51 orang (78,5%) dari 65 orang responden berjenis kelamin laki-laki memiliki pengetahuan yang baik dan 14 orang (21,5%) berpengetahuan sedang. Tabel 5.5 Tabulasi Silang Pengetahuan Responden Diabetes Melitus tentang Diet Diabetes Melitus berdasarkan Usia Usia (Thn) Pengetahuan Baik Sedang Kurang Jumlah n (%) n (%) n (%) n (%) 3 (100%) 6 (75%) 39 (81,3%) 27 (84,4%) 8 (88,9%) 2 (25%) 9 (18,8%) 5 (15,6%) 1 (11,1%) 3 (100%) 8 (100%) 48 (100%) 32 (100%) 9 (100%) Dari tabel 5.5, tabulasi silang pengetahuan responden diet Diabetes Melitus berdasarkan usia dapat diketahui bahwa sebanyak 39 orang (81.3%) dari 48 orang responden yang berusia tahun memiliki pengetahuan yang baik dan 9 orang (18.8%) berpengetahuan sedang.

17 Tabel 5.6 Tabulasi Silang Pengetahuan Responden Diabetes Melitus tentang Diet Diabetes Melitus berdasarkan Pekerjaan Pekerjaan IRT Wiraswasta Petani P.Swasta PNS Tidak Bekerja Pengetahuan Baik Sedang Kurang Jumlah n (%) n (%) n (%) n (%) 13 (92,9%) 10 (66,7%) 8 (88,9%) 4 (100%) 18 (72%) 30 (90,9%) 1 (7,1%) 5 (33,3%) 1 (11,1%) 7 (28%) 3 (9,1%) 14 (100%) 15 (100%) 9 (100%) 4 (100%) 25 (100%) 33 (100%) Dari tabel 5.6, tabulasi silang pengetahuan responden diet Diabetes Melitus berdasarkan pekerjaan dapat diketahui bahwa sebanyak 30 orang (90.9%) dari 33 orang responden yang tidak bekerja memiliki pengetahuan yang baik dan 3 orang (9.1%) berpengetahuan sedang. Tabel 5.7 Tabulasi Silang Pengetahuan Responden Diabetes Melitus tentang Diet Diabetes Melitus berdasarkan Pendidikan Pendidikan Sarjana SMA SMP SD Tidak Bersekolah Pengetahuan Baik Sedang Kurang Jumlah n (%) n (%) n (%) n (%) 27 (79,4%) 42 (84,0%) 6 (75%) 8 (100%) 7 (20,6%) 8 (16%) 2 (25%) 34 (100%) 50 (100%) 8 (100%) 8 (100%) Dari tabel 5.7, tabulasi silang pengetahuan responden diet Diabetes Melitus berdasarkan pendidikan terakhir, dapat diketahui bahwa sebanyak 42 orang (84.0%) dari 50 orang responden yang memiliki pendidikan terakhir SMA memiliki pengetahuan yang baik dan sisanya 8 orang (16%) berpengetahuan sedang.

18 Tabel 5.8 Tabulasi Silang Pengetahuan Responden Diabetes Melitus tentang Diet Diabetes Melitus berdasarkan Lama Menderita Lama Menderita (thn) Pengetahuan Baik Sedang Kurang Jumlah n (%) n (%) n (%) n (%) 50 (79,4%) 25 (86,2%) 8 (100%) 13(20,6%) 4 (13,8%) 63 (100%) 29 (100%) 8 (100%) Dari tabel 5.8, tabulasi silang pengetahuan responden diet Diabetes Melitus berdasarkan lama menderita, dapat diketahui bahwa sebanyak 50 orang (79.4%) dari 63 orang responden yang menderita Diabetes Melitus Tipe 2 selama 1-10 tahun memiliki pengetahuan yang baik dan 13 orang (20.6%) berpengetahuan sedang. Tabel 5.9 Tabulasi Silang Pengetahuan Responden Diabetes Melitus tentang Diet Diabetes Melitus berdasarkan Riwayat Pengobatan Pengobatan OAD Insulin Kedua-duanya Pengetahuan Baik Sedang Kurang Jumlah n (%) n (%) n (%) n (%) 30 (88.8%) 49 (81.7%) 4 (66.7%) 4 (11.8%) 11(18.3%) 2 (33.3%) 34 (100%) 60 (100%) 6 (100%) Dari tabel 5.9, tabulasi silang pengetahuan responden diet Diabetes Melitus berdasarkan riwayat pengobatan, dapat diketahui bahwa sebanyak 49 orang (81.7%) dari 60 orang responden yang mengonsumsi pengobatan insulin memiliki pengetahuan yang baik dan sisanya sebanyak 11 orang (18.3%) berpengetahuan sedang..

19 5.1.4 Sikap Responden Mengenai Diet Diabetes Melitus Sikap responden mengenai diet Diabetes Melitus pasien Diabetes Melitus Tipe 2 dibahagi menjadi 3 kategori utama yaitu Baik, Sedang dan Buruk. Pengetahuan responden dikatakan baik sekiranya jumlah skor lebih dari 70%, sedang sekiranya skornya 40-60% dan kurang jika skornya dibawah 40%. Tabel 5.10 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Berdasarkan Sikap Jawaban Pertanyaan Benar Salah n (%) n (%) 1 Bisa menerima keadaan sebagai pasien DM 94 (94) 6 (6) tipe 2 2 Harus memperhatikan berat badan 93 (93) 7 (7) 3 Merasa malu mengakui diri sebagai 73 (73) 27 (27) penderita DM tipe 2 kepada orang lain 4 Memeriksa gula darah secara tepat waktu 75 (75) 25 (25) minimal satu kali dalalm sebulan 5 Menganggap bahwa diabetes merupakan 87 (87) 13 (13) satu penyakit yang serius 6 Dapat mengendalikan diabetes hanya 75 (75) 25 (25) dengan minum obat 7 Harus menghindari makan dodol dan 97 (97) 3 (3) manisan 8 Akan menjalankan terapi diet secara teratur 91 (91) 9 (9) 9 Akan mematuhi anjuran pengobatan seperti: 94 (94) 6 (6) diet, minum obat teratur dan olahraga 10 Akan menjalankan diet agar kadar gula darah selalu terkontrol 98 (98) 2 (2)

20 Penelitian ini menunjukkan bahwa hampir seluruh responden sebanyak 94 orang (94%) dapat menerima keadaannya sebagai pasien Diabetes Melitus Tipe 2 dan hanya 6 orang (6%) tidak dapat menerima keadaannya, Sebanyak 93orang(93%) merasa harus mempertahankan berat badannya. Hanya 7 orang(7%) merasa tidak harus mempertahankan berat badannya. Hanya sebanyak 27 orang (27%) yang merasa malu mengakui bahwa dirinya merupakan pasien Diabetes MelitusTipe 2. Sisanya yaitu sebanyak 73 orang (73%) tidak merasa malu mengatakan bahwa dirinya penderita Diabetes MelitusTipe 2. Sebanyak 75orang (75%) memiliki kebiasaan untuk memeriksakan kadar gula darahnya secara tepat waktu minimal satu kali dalam sebulan. Sisanya yaitu sebanyak25orang (25%) tidak tepat waktu dalam memeriksakan kadar gula darahnya. Hampir seluruh responden yaitu sebanyak 87orang (87%) menganggap bahwa diabetes merupakan suatu penyakit yang serius. 13 orang (13%) sisanya tidak berpendapat sama. Hanya sebanyak 25 orang (25%) menganggap bahwa pengendalian diabetes dapat dilakukan hanya dengan meminum obat. Sisanya yaitu sebanyak 75 orang (75%) tidak beranggapan bahwa pengendalian diabetes tidak hanya dilakukan dengan meminum obat, malah menjalankan diet dan olahraga. Hampir semua sebanyak 97 orang (97%) berpendapat harus menghindari konsumsi dodol dan manisan dikarenakan menderita Diabetes Melitus Tipe 2. Sisanya yaitu sebanyak 3 orang (3%) tidak berpendapat sama. Lebih dari setengah responden yaitu sebesar 91% bertekad untuk menjalankan terapi diet secara teratur. Sisanya tidak berpendapat yang sama.

21 Sebanyak 94 orang (94%) menyatakan akan mematuhi anjuran pengobatan seperti: diet, minum obat teratur serta olahraga. Sisanya yaitu sebanyak6 orang (6%) belum menyatakan hal yang serupa. Sebanyak 98% responden menyatakan akan menjalankan diet agar kadar gula darah mereka selalu terkontrol. Sisanya yaitu sebesar 2% belum menyatakan hal yang sama. Tabel 5.11 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Sikap Mengenai Diet Diabetes Melitus Sikap Frekuensi (%) Baik Sedang Kurang 94 (94) 6 (6) 0 (0) Total 100 (100) Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa lebih dari setengah responden sebesar 94% menyikapi dengan baik perihal diet Diabetes melitus sedangkan sebesar 6% dengan sikap yang sedang mengenai diet Diabetes Melitus. Selain itu, tidak terdapat responden yang bersikap kurang terhadap diet Diabetes Melitus. Tabel 5.12 Tabulasi Silang Sikap Responden Diabetes Melitus tentang Diet Diabetes Melitus berdasarkan Jenis Kelamin 1 2 Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Sikap Baik Sedang Kurang Jumlah n (%) n (%) n (%) n (%) 60 (92.3%) 34 (97.1%) 5 (7.7%) 1 (2.9%) 65 (100%) 35 (100%) Dari tabel 5.12, tabulasi silang sikap responden diet Diabetes Melitus berdasarkan jenis kelamin dapat diketahui bahwa sebanyak 60 orang (92.3%) dari 65 orang responden berjenis kelamin laki-laki memiliki sikap yang baik dan 5 orang (7.7%) bersikap sedang

22 Tabel 5.13 Tabulasi Silang Sikap Responden Diabetes Melitus tentang Diet Diabetes Melitus berdasarkan Usia Usia (Thn) Sikap Baik Sedang Kurang Jumlah n (%) n (%) n (%) n (%) 3 (100%) 7 (87.5%) 45 (93.8%) 31 (96.9%) 8 (88.9%) 1 (12.5%) 3 (6.3%) 1 (3.1%) 1 (11.1%) 3 (100%) 8 (100%) 48 (100%) 32 (100%) 9 (100%) Dari tabel 5.13, tabulasi silang sikap responden diet Diabetes Melitus berdasarkan usia dapat diketahui bahwa sebanyak 45 orang (93.8%) dari 48 orang responden yang berusia tahun memiliki sikap yang baik dan 3 orang (6.3%) memiliki sikap sedang. Tabel 5.14 Tabulasi Silang Sikap Responden Diabetes Melitus tentang Diet Diabetes Melitus berdasarkan Pekerjaan Pekerjaan IRT Wiraswasta Petani P.Swasta PNS Tidak Bekerja Sikap Baik Sedang Kurang Jumlah n (%) n (%) n (%) n (%) 14 (100%) 14 (93.3%) 8 (88.9%) 4 (100%) 23 (92%) 31 (93.9%) 1 (6.7%) 1 (11.1%) 2 (8%) 2 (6.1%) 14 (00%) 15 (100%) 9 (100%) 4 (100%) 25 (100%) 33 (100%) Dari tabel 5.14, tabulasi silang sikap responden diet Diabetes Melitus berdasarkan pekerjaan dapat diketahui bahwa sebanyak 31 orang (93.9%) dari 33 orang responden yang tidak bekerja memiliki sikap yang baik dan 2 orang (6.1%) memiliki sikap yang sedang.

23 Tabel 5.15 Tabulasi Silang Sikap Responden Diabetes Melitus tentang Diet Diabetes Melitus berdasarkan Pendidikan Pendidikan Sarjana SMA SMP SD Tidak Bersekolah Sikap Baik Sedang Kurang Jumlah n (%) n (%) n (%) n (%) 31 (91.2%) 47 (94%) 8 (100%) 8 (100%) 3 (8.8%) 3 (6%) 34 (100%) 50 (100%) 8 (100%) 8 (100%) Dari tabel 5.15, tabulasi silang sikap responden diet Diabetes Melitus berdasarkan pendidikan terakhir, dapat diketahui bahwa sebanyak 47 orang (94%) dari 50 orang responden yang memiliki pendidikan terakhir SMA memiliki sikap yang baik dan sisanya 3 orang (8.8%) memiliki sikap sedang. Tabel 5.16 Tabulasi Silang Sikap Responden Diabetes Melitus tentang Diet Diabetes Melitus berdasarkan Lama Menderita Lama Menderita 1-10 (thn) Sikap Baik Sedang Kurang Jumlah n (%) n (%) n (%) n (%) 57 (90.5%) 29 (100%) 8 (100%) 6 (9.5%) 63 (100%) 29 (100%) 8 (100%) Dari tabel 5.16, tabulasi silang sikap responden diet Diabetes Melitus berdasarkan lama menderita, dapat diketahui bahwa sebanyak 57 orang (90.5%) dari 63 orang responden yang menderita Diabetes Melitus Tipe 2 selama 1-10 tahun memiliki sikap yang baik dan 6 orang (9.5%) memiliki sikap sedang.

24 Tabel 5.17 Tabulasi Silang Sikap Responden Diabetes Melitus tentang Diet Diabetes Melitus berdasarkan Riwayat Pengobatan Pengobatan OAD Insulin Kedua-duanya Sikap Baik Sedang Kurang Jumlah n (%) n (%) n (%) n (%) 32 (94.1%) 56 (93.3%) 6 (100%) 2 (5.9%) 4 (6.7%) 34 (100%) 60 (100%) 6 (100%) Dari tabel 5.17, tabulasi silang sikap responden diet Diabetes Melitus berdasarkan riwayat pengobatan, dapat diketahui bahwa sebanyak 56 orang (93.3%) dari 60 orang responden yang mengonsumsi pengobatan insulin memiliki sikap yang baik dan sisanya sebanyak 4 orang (6.7%) memiliki sikap sedang Perilaku Responden Mengenai Diet Diabetes Melitus Perilaku responden mengenai diet Diabetes Melitus pasien Diabetes Melitus Tipe 2 dibahagi menjadi 3 kategori utama yaitu Baik, Sedang dan Buruk. Pengetahuan responden dikatakan baik sekiranya jumlah skor lebih dari 70%, sedang sekiranya skornya 40%-60% dan kurang jika skornya dibawah 40%. Tabel 5.18 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Berdasarkan Perilaku Pertanyaan 1 Mengonsumsi sayur atau makanan yang direbus 2 Mengonsumsi makanan yang banyak mengandung gula (permen, teh manis, coklat, kue manis) 3 Makan nasi sebanyak seperempat porsi piring untuk tiap makan besar Jawaban Benar Salah n (%) n (%) 60 (60) 40 (40) 48 (48) 52 (52) 66 (66) 34 (34)

25 4 Mengganti nasi dengan ubi/jagung/nasi 76 (76) 24 (24) merah/kentang/oatmeal 5 Makan makanan yang digoreng / bersantan 62 (62) 38 (38) 6 Menolak apabila ditawari makanan yang 95 (95) 5 (5) banyak mengandung gula 7 Selalu mengikuti anjuran dokter dalam 97 (97) 3 (3) perencanaan diet Diabetes Melitus 8 Selalu memperhatikan kandungan gizi 84 (84) 16 (16) makanan yang di konsumsi 9 Selalu makan dalam porsi yang mencukupi 80 (80) 20 (20) 10 Makan 3x sehari (Pagi, Siang, Malam) 78 (78) 22 (22) Sebanyak 60 orang (60%) mengonsumsi sayur atau makanan yang direbus, dipanggang atau dikukus. Sisanya yaitu sebanyak 40 orang (40%) tidak mengonsumsi jenis makanan yang serupa. Sebanyak 52 orang (52%) masih mengonsumsi makanan yang banyak mengandung gula (permen, teh manis, coklat, kue manis). Sisanya yaitu sebanyak 48 orang (48%) tidak lagi mengonsumsinya. Sebanyak 66 orang (66%) hanya mengonsumsi nasi sebanyak seperempat porsi piring untuk setiap makan besar. Sisanya yaitu sebanyak 34orang(34%) masih mengonsumsi nasi lebih dari seperempat porsi. Sebesar 76% dari total responden telah mengganti nasi dengan ubi/jagung/nasi merah/kentang/oatmeal. Sisanya yaitu sebanyak 24% masih mengonsumsi nasi dan tidak mengganti nasi dengan makanan yang serupa. Sebanyak 62 orang (62%) tidak memakan makanan yang digoreng/bersantan, sedangkan sisa responden yaitu sebanyak 38 orang (38%)masih makan makanan yang digoreng/bersantan.

26 Sebanyak 95 orang (95%) akan menolak apabila ditawari makanan yang banyak mengandung gula. Sisanya yaitu hanya sebanyak 5 orang (5%) masih menerima tawaran makanan yang banyak mengandung gula. Hampir semua responden sebanyak 97 orang (97%) selalu mengikuti anjuran dokter dalam perencanaan diet Diabetes Melitus. Sisanya yaitu sebanyak 3 orang (3%) tidak selalu mengikuti anjuran dokter. Sebanyak 84orang(84%) selalu memperhatikan kandungan gizi makanan yang di konsumsi sedangkan sisanya yaitu sebanyak 16 orang (16%) tidak selalu memperhatikannya. Sebanyak 80 orang (80%) selalu makan dalam porsi yang mencukupi dan hanya 20% sisanya tidak selalu makan makanan dengan porsi yang mencukupi. Sebanyak 78 orang (78%) responden memliki jadwal makan yang teratur yaitu pagi, siang dan malam. Sisanya yaitu sebanyak 22 orang (22%) tidak memiliki jadwal makan yang teratur. Tabel 5.19 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Perilaku Mengenai Diet Diabetes Melitus Perilaku Frekuensi (%) Baik 75 (75) Sedang 25 (25) Kurang 0 (0) Total 100 (100) Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa perilaku 75% dari responden dalam menyikapi diet Diabetes Melitus adalah baik dan sebesar 25% memiliki perilaku yang sedang mengenai diet Diabetes Melitus, sedangkan tidak ditemukan responden yang mempunyai perilaku yang kurang mengenai diet diabetes melitus dari penelitian ini.

27 Tabel 5.20 Tabulasi Silang Perilaku Responden Diabetes Melitus tentang Diet Diabetes Melitus berdasarkan Jenis Kelamin 1 2 Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Perilaku Baik Sedang Kurang Jumlah n (%) n (%) n (%) n (%) 49 (75.4%) 26 (74.3%) 16(24.6%) 9(25.7%) 65 (100%) 35 (100%) Dari tabel 5.20, tabulasi silang perilaku responden diet Diabetes Melitus berdasarkan jenis kelamin dapat diketahui bahwa sebanyak 49 orang (75.4%) dari 65 orang responden berjenis kelamin laki-laki memiliki perilaku yang baik dan 16 orang (24.6%) berperilaku sedang. Tabel 5.21 Tabulasi Silang Perilaku Responden Diabetes Melitus tentang Diet Diabetes Melitus berdasarkan Usia Usia (Thn) Perilaku Baik Sedang Kurang Jumlah n (%) n (%) n (%) n (%) 3 (100%) 6 (75%) 34 (70.8%) 27 (84.4%) 5 (55.6%) 2 (25%) 14(29.2%) 5 (15.6%) 4 (44.4%) 3 (100%) 8 (100%) 48 (100%) 32 (100%) 9 (100%) Dari tabel 5.21, tabulasi silang perilaku responden diet Diabetes Melitus berdasarkan usia dapat diketahui bahwa sebanyak 34 orang (70.8%) dari 48 orang responden yang berusia tahun memiliki perilaku yang baik dan 14 orang (29.2%) berperilaku sedang.

28 Tabel 5.22 Tabulasi Silang Perilaku Responden Diabetes Melitus tentang Diet Diabetes Melitus berdasarkan Pekerjaan Pekerjaan IRT Wiraswasta Petani P.Swasta PNS Tidak Bekerja Perilaku Baik Sedang Kurang Jumlah n (%) n (%) n (%) n (%) 11 (78.6%) 12 (80%) 5 (55.6%) 4 (100%) 18 (72%) 25 (75.8%) 3 (21.4%) 3 (20%) 4 (44.4%) 7 (28%) 8 (24.2%) 14 (100%) 15 (100%) 9 (100%) 4 (100%) 25 (100%) 33 (100%) Dari tabel 5.22, tabulasi silang perilaku responden diet Diabetes Melitus berdasarkan pekerjaan dapat diketahui bahwa sebanyak 25 orang (75.8%) dari 33 orang responden yang tidak bekerja memiliki perilaku yang baik dan 8 orang (24.2%) berperilaku sedang. Tabel 5.23 Tabulasi Silang Perilaku Responden Diabetes Melitus tentang Diet Diabetes Melitus berdasarkan Pendidikan Pendidikan Sarjana SMA SMP SD Tidak Bersekolah Perilaku Baik Sedang Kurang Jumlah n (%) n (%) n (%) n (%) 28 (82.4%) 36 (72%) 6 (75%) 5 (62.5%) 6 (17.6%) 14 (28%) 2 (25%) 3 (37.5%) 34 (100%) 50 (100%) 8 (100%) 8 (100%) 0 (100%) Dari tabel 5.23, tabulasi silang perilaku responden diet Diabetes Melitus berdasarkan pendidikan terakhir, dapat diketahui bahwa sebanyak 36 orang (72%) dari 50 orang responden yang memiliki pendidikan terakhir SMA memiliki perilaku yang baik dan sisanya 14 orang (28%) berperilaku sedang..

29 Tabel 5.24 Tabulasi Silang Perilaku Responden Diabetes Melitus tentang Diet Diabetes Melitus berdasarkan Lama Menderita Lama Menderita (thn) Perilaku Baik Sedang Kurang Jumlah n (%) n (%) n (%) n (%) 49 (77.8%) 21 (72.4%) 5 (62.5%) 14(22.2%) 8 (27.6%) 3 (37.5%) 63 (100%) 29 (100%) 8 (100%) Dari tabel 5.24, tabulasi silang perilaku responden diet Diabetes Melitus berdasarkan lama menderita, dapat diketahui bahwa sebanyak 49 orang (77.8%) dari 63 orang responden yang menderita Diabetes Melitus Tipe 2 selama 1-10 tahun memiliki perilaku yang baik dan 14 orang (22.2%) berperilaku sedang.. Tabel 5.25 Tabulasi Silang Perilaku Responden Diabetes Melitus tentang Diet Diabetes Melitus berdasarkan Riwayat Pengobatan Pengobatan OAD Insulin Kedua-duanya Perilaku Baik Sedang Kurang Jumlah n (%) n (%) n (%) n (%) 27 (79.4%) 43 (71.7%) 5 (83.3%) 7 (20.6%) 17(28.3%) 1 (16.7%) 34 (100%) 60 (100%) 6 (100%) Dari tabel 5.25, tabulasi silang perilaku responden diet Diabetes Melitus berdasarkan riwayat pengobatan, dapat diketahui bahwa sebanyak 43 orang (71.7%) dari 60 orang responden yang mengonsumsi pengobatan insulin memiliki perilaku yang baik dan sisanya sebanyak 17 orang (28.3%) berperilaku sedang.

30 5.2 Pembahasan Karakteristik Responden Berdasarkan hasil penelitian tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku pasien Diabetes Melitus Tipe 2 mengenai diet Diabetes Melitus, diperoleh hasil berdasarkan jenis kelamin paling banyak laki-laki yaitu sebanyak 65 orang (65%) dan perempuan sebanyak 35 orang (35%). Hasil penelitian Phitri di RSUD AM.Parikesit Kalimantan Timur pada tahun 2013 juga sesuai dengan penelitian ini dimana jenis kelamin laki-laki lebih banyak daripada perempuan sebanyak 37 responden (68,5%). 30 Pada penelitian ini diperoleh bahwa kelompok usia tahun merupakan mayoritas responden dengan jumlah 48 orang (48%) diikuti dengan kelompok usia tahun sebanyak 32 orang (32%) dan kelompok usia tahun dengan jumlah sebanyak 9 orang (9%). Kelompok paling sedikit merupakan kelompok usia tahun dengan jumlah sebesar 3 orang (3%). Hasil penelitian Susanti di RS Baptis Kediri pada tahun 2013 juga sesuai dengan penelitian ini dimana kelompok usia tahun merupakan responden terbanyak dengan frekuensi 18 dari 25 orang responden (72%) dan responden terendah merupakan responden yang berusia lebih dari 60 tahun sebanyak 5 orang (20%). Hasil ini menunjukkan salah satu faktor terjadinya Diabetes Melitus Tipe 2 adalah usia pasien dimana apabila usia mencapai 30 ke atas, semakin tinggi risiko terjadinya diabetes. 13 Hasil penelitian berdasarkan pekerjaan menunjukkan bahwa responden yang tidak bekerja atau pensiunan merupakan responden terbanyak sebanyak 33 orang (33%) diikuti dengan pekerjaan pegawai negeri sipil (PNS) sebanyak 25 orang (25%). Penelitian yang dilakukan Trisnawati di Puskesmas Kecamatan Cengkareng Jakarta Barat pada tahun 2012 juga menyatakan bahwa kebanyakan responden adalah kelompok yang tidak bekerja. 31 Berdasarkan karakteristik tingkat pendidikan akhir, mayoritas daripada responden sebanyak 50 orang (50%) memiliki pendidikan tingkat SMA

31 sedangkan jumlah responden minoritas merupakan responden dengan tingkat pendidikan akhir SMP dan SD sebanyak 8 orang (8%). Sebanyak 63 orang (63%) dari 100 orang responden menderita Diabetes Melitus Tipe 2 selama 1-10 tahun. Jumlah responden terendah yang menderita Diabetes Melitus Tipe 2 adalah kelompok yang berusia tahun sebanyak 8 orang (8%). Hasil penelitian Redhiza di RSUP Haji Adam Malik pada tahun 2015 sesuai dengan penelitian ini, dimana 46 orang (76,7%) menderita Diabetes Melitus Tipe 2 selama 1-10 tahun. 32 Menurut riwayat pengobatan responden yang terbagi menjadi tiga kelompok yaitu obat anti-diabetik oral (OAD) atau insulin atau kedua-duanya. Sebesar 60% menggunakan insulin sedangkan sebanyak 34 orang (34%) menggunakan obat anti-diabetik oral (OAD), dimana hanya 6 orang (6%) menggunakan keduaduanya. Hasil penelitian Redhiza juga menyatakan bahwa setengah lebih responden sebesar 56,7% menggunakan insulin sebagai terapi dan hanya 43,3% tidak menggunakan insulin. 32

32 5.2.2 Tingkat Pengetahuan Responden Mengenai Diet Diabetes Melitus Pada penelitian ini diperoleh bahwa 83 orang (83%) dari responden memiliki tingkat pengetahuan yang baik mengenai diet Diabetes Melitus di Poli- Endokrinologi RSUP Haji Adam Malik, Medan dan sebanyak 17 orang (17%) memiliki tingkat pengetahuan yang sedang mengenai diet Diabetes Melitus. Berdasarkan kelompok responden menurut jenis kelamin, sebanyak 78,5% responden berjenis kelamin laki-laki memiliki pengetahuan yang baik dan 21,5% berpengetahuan sedang. Berdasarkan kelompok responden menurut usia, responden yang berusia tahun memiliki tingkat pengetahuan yang baik sebesar 81,3% dibandingkan usia lain. Berdasarkan hasil penelitian Balakrishan, mayoritas responden yang memiliki tingkat pengetahuan yang baik adalah responden yang berusia lebih 50 tahun sebanyak 13 orang (13%). 33 Berdasarkan kelompok responden menurut pekerjaan dan lama menderita, responden yang tidak bekerja memiliki tingkat pengetahuan yang baik sebesar 90,9% dan responden yang menderita Diabetes Melitus Tipe 2 selama 1-10 tahun memiliki tingkat pengetahuan yang baik sebesar 79,4%. Berdasarkan kelompok responden menurut pendidikan terakhir, responden yang memiliki pendidikan terakhir SMA memiliki tingkat pengetahuan yang baik sebesar 84,0%. Berdasarkan kelompok responden menurut riwayat pengobatan, responden yang mengonsumsi insulin berpengetahuan baik mengenai diet Diabetes Melitus sebesar 81,7% dibandingkan yang mengonsumsi OAD atau kedua-duanya. Ini menunjukkan bahwa responden yang mempunyai tingkat pengetahuan yang baik merupakan responden laki-laki dimana tingkat pendidikan terakhirnya SMA sebanyak 33 (50,8%) orang dari 65 responden berjenis kelamin laki-laki. Responden yang berjenis kelamin perempuan mempunyai tingkat pendidikan yang rendah dibandingkan laki-laki di penelitian maka menunjukkan responden laki-laki lebih mudah memahami dan mengerti tentang perjalanan penyakit Diabetes Melitus dan cara pencegahan Diabetes Melitus dibandingkan responden yang kurang berpendidikan. Responden yang berusia tahun berpengetahuan

33 baik tentang diet Diabetes Melitus karena mayoritas dari kelompok usia ini berpendidikan SMA sebanyak 26 orang responden (54,2%) dan 16 orang berpendidikan Sarjana sebesar 33,3%. Responden yang tidak bekerja berpengetahuan baik karena kebanyakan responden yang tidak bekerja terdiri dari kelompok usia tahun sebesar 59,4% maka menunjukkan bahwa mereka terdiri dari pensiunan. Beberapa penelitian tentang tingkat pengetahuan pasien tentang Diabetes Melitus pernah dilakukan sebelumnnya oleh Palanimuthu yang bertempat di lokasi penelitian yang sama yaitu RSUP Haji Adam Malik pada tahun 2010, hanya 8% dari total responden memiliki tingkat pengetahuan yang baik dan sebanyak 57% mempunyai tingkat pengetahuan yang sedang mengenai diet diabetes. 14 Hasil penelitian Balakrishnan pada tahun 2014 di lokasi penelitian yang sama, yaitu RSUP Haji Adam Malik menyatakan bahwa tingkat pengetahuan responden mengenai diet Diabetes Melitus paling banyak dengan pengetahuan sedang sebesar 66% dan sebesar 32% dengan pengetahuan yang baik. Sisanya sebesar 2% memiliki tingkat pengetahuan yang kurang. 33 Ini menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan yang dimiliki oleh pasien di Poli- Endokrinologi, RSUP Haji Adam Malik sudah mempunyai perbaikan dimana kategori pasien pada tahun 2010 merupakan baik sebesar 8% dan pada tahun 2014, kategori pasien baik sebesar 32% dan pada tahun 2017, kategori pasien baik sebesar 83%. Ini adalah karena pada tahun 2016, penyuluhan dan ceramah telah direncanakan dan dijalankan untuk pasien di Poli-Endokrinologi setiap hari Rabu, jadi penyuluhan telah memberikan efek yang berkesan untuk pasien menyedari kepentingan diet Diabetes Melitus Sikap Responden mengenai Diet Diabetes Melitus Selain tingkat pengetahuan, sebanyak 94 orang (94%) memiliki sikap yang baik mengenai diet Diabetes Melitus dan tidak ada pasien yang bersikap atau menanggapi diet Diabetes Melitus dengan kurang. Hanya sebanyak 6 orang (6%)

34 menanggapinya dengan sikap yang sedang. Berdasarkan kelompok responden menurut jenis kelamin, laki-laki memiliki sikap yang baik sebesar 92,3% dibandingkan perempuan. Hasil penelitian Phitri menunjukkan bahwa jumlah responden paling banyak laki-laki sebesar 68,5% dan sebagian besar responden adalah responden yang tidak bekerja sebesar 87%. 30 Berdasarkan kelompok responden menurut usia, semua responden yang berusia tahun memiliki sikap yang baik mengenai diet Diabetes Melitus sebesar 93,8%. Berdasarkan hasil penelitian Balakrishan, jumlah responden paling banyak berusia tahun sebesar 40%. 33 Berdasarkan kelompok responden menurut pekerjaan, responden yang tidak bekerja memiliki sikap yang baik sebesar 93,9%. Berdasarkan kelompok responden menurut pendidikan, responden yang memiliki pendidikan terakhir SMA memiliki sikap yang baik sebesar 94%. Berdasarkan kelompok responden menurut lama menderita Diabetes Melitus, responden yang menderita penyakit Diabetes Melitus Tipe 2 selama 1-10 tahun memiliki sikap yang baik sebesar 90,5%. Berdasarkan kelompok responden menurut riwayat pengobatan, responden yang mengonsumsi insulin memiliki sikap yang baik sebesar 93,3%. Ini menunjukkan bahwa responden yang mempunyai sikap yang baik merupakan responden laki-laki dimana tingkat pendidikan terakhirnya SMA sebanyak 33 (50,8%) orang dari 65 responden berjenis kelamin laki-laki. Responden yang berjenis kelamin perempuan mempunyai tingkat pendidikan yang rendah dibandingkan laki-laki di penelitian maka menunjukkan responden laki-laki lebih mudah memahami dan mengerti tentang perjalanan penyakit Diabetes Melitus dan cara pencegahan Diabetes Melitus dibandingkan responden yang kurang berpendidikan. Responden yang berusia tahun bersikap baik tentang diet Diabetes Melitus karena mayoritas dari kelompok usia ini berpendidikan SMA sebanyak 26 orang responden (54,2%) dan 16 orang berpendidikan Sarjana sebesar 33,3%. Responden yang tidak bekerja bersikap baik karena kebanyakan responden yang tidak bekerja terdiri dari kelompok usia tahun sebesar 59,4% maka menunjukkan bahwa mereka terdiri dari pensiunan.

35 Hasil ini sesuai dengan penelitian Balakrishnan yang dilakukan di RSUP Haji Adam Malik pada tahun 2014 dimana diperoleh data sikap responden mengenai diet Diabetes Melitus paling banyak yaitu pasien dengan sikap baik sebesar 61% dan pasien dengan sikap sedang sebesar 39%. 33 Dari perbandingan hasil penelitian ini dan Balakrishnan, terdapat perbedaan dari sikap pasien di Poli- Endokrinologi, RSUP Haji Adam Malik pada tahun 2014 dan 2017dimana pada tahun 2014 sikap pasien baik sebesar 61% dan pada tahun 2017, sikap pasien baik sebesar 94%, maka ini menunjukkan sikap pasien sudah mempunyai perbaikan karena pada tahun 2016, penyuluhan dan ceramah telah direncanakan dan dijalankan untuk pasien di Poli-Endokrinologi setiap hari Rabu, jadi penyuluhan telah memberikan efek yang berkesan untuk pasien menyedari kepentingan diet Diabetes Melitus. Hasil penelitian Phitri di RSUD AM.Parikesit Kalimantan Timur Kota Semarang pada tahun 2013 pula menyatakan hasil yang berbeda, dimana sikap pasien sebagian besar tidak baik sebanyak 30 responden (55,6%) dan hanya sebesar 44,4% memiliki sikap yang baik. Jumlah responden paling banyak laki-laki sebesar 68,5% dan sebagian besar responden adalah responden yang tidak bekerja sebesar 87%. Ini menunjukkan faktor jenis kelamin dan pekerjaan mempengaruhi hasil penelitian sikap mengenai kepatuhan diet Diabetes Melitus. Hal ini adalah karena mayoritas responden pada penelitian Phitri hanya memiliki pendidikan terakhir seperti pendidikan dasar dan menengah sebanyak 23 responden (42,6%) Perilaku Responden mengenai Diet Diabetes Melitus Adapun dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa perilaku responden mengenai diet Diabetes Melitus mayoritas adalah baik sebanyak 75 orang (75%). Sisa responden dinilai memiliki perilaku diet diabetes melitus yang sedang (cukup baik) sebesar 25%. Berdasarkan kelompok responden menurut jenis kelamin, mayoritas responden laki-laki sebesar 75,4% memiliki perilaku yang baik daripada perempuan. Berdasarkan kelompok responden menurut usia, responden

36 yang berusia tahun memiliki perilaku yang baik sebesar 70,8% dibandingkan usia lain. Berdasarkan kelompok responden menurut pekerjaan, responden yang tidak bekerja memiliki perilaku yang baik sebesar 75,8%. Berdasarkan kelompok responden menurut pendidikan terakhir, responden yang memiliki pendidikan terakhir SMA memiliki perilaku yang baik mengenai diet Diabetes Melitus sebesar 72%. Berdasarkan kelompok responden menurut lama menderita Diabetes Melitus, responden yang menderita Diabetes Melitus Tipe 2 selama 1-10 tahun memiliki perilaku yang baik sebesar 77,8%. Berdasarkan kelompok responden menurut riwayat pengobatan, responden yang mengonsumsi insulin memiliki perilaku yang baik mengenai diet Diabetes Melitus sebesar 71,7%. Ini menunjukkan bahwa responden yang mempunyai perilaku yang baik merupakan responden laki-laki dimana tingkat pendidikan terakhirnya SMA sebanyak 33 (50,8%) orang dari 65 responden berjenis kelamin laki-laki. Responden yang berjenis kelamin perempuan mempunyai tingkat pendidikan yang rendah dibandingkan laki-laki di penelitian maka menunjukkan responden laki-laki lebih mudah memahami dan mengerti tentang perjalanan penyakit Diabetes Melitus dan cara pencegahan Diabetes Melitus dibandingkan responden yang kurang berpendidikan. Responden yang berusia tahun berperilaku baik tentang diet Diabetes Melitus karena mayoritas dari kelompok usia ini berpendidikan SMA sebanyak 26 orang responden (54,2%) dan 16 orang berpendidikan Sarjana sebesar 33,3%. Responden yang tidak bekerja berperilaku baik karena kebanyakan responden yang tidak bekerja terdiri dari kelompok usia tahun sebesar 59,4% maka menunjukkan bahwa mereka terdiri dari pensiunan. Hasil penelitian Anbualakan pada tahun 2015 pada lokasi penelitian yang sama, yaitu RSUP Haji Adam Malik menyatakan bahwa 73% pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di rumah sakit itu mempunyai tingkat kepatuhan yang baik mengenai jadwal makanan sedangkan 27% mempunyai tingkat kepatuhan yang buruk.responden pada penelitian Anbualakan paling banyak memiliki pekerjaan

37 wiraswasta yaitu sebesar 35%, maka hasil ini menunjukkan bahwa responden yang bekerja lebih memerhatikan kepatuhan terhadap penatalaksanaan Diabetes Melitus Tipe Ini menunjukkan perilaku pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di Poli-Endokrinologi, RSUP Haji Adam Malik pada tahun 2015 dan 2017 tidak terdapat perbedaan karena perilaku pasien baik pada tahun 2015 sebesar 73% dan pada tahun 2017, perilaku pasien baik sebesar 75%. Begitu pula dengan penelitian yang dilakukan Tera di Puskesmas Kota Semarang tahun 2011 yang menyatakan belum ada responden yang mengatur makanan menurut jumlah energi, jenis makanan dan jadwal makan sesuai dengan anjuran penatalaksanaan terapi diet Diabetes Melitus. Faktor yang mempengaruhi ketidakpatuhan pasien mengenai diet Diabetes Melitus adalah kurangnya pengetahuan responden Diabetes Melitus mengenai pengaturan makanan pada diet Diabetes Melitus, kurangnya kepercayaan terhadap efektivitas terapi diet, dan persepsi yang salah terhadap keseriusan penyakit Diabetes Melitus Tipe 2 dengan anggapan bahwa penyakit ini tidak mempunyai risiko komplikasi. 15 Akan tetapi, pada penelitian ini didapatkan bahwa tidak ada satupun responden yang memiliki perilaku yang kurang tetang diet diabetes melitus.

38 BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat ditarik beberapa kesimpulan berupa : 1. Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 berjenis kelamin paling banyak di Poli- Endokrinologi, Departmen Ilmu Penyakit Dalam, RSUP Haji Adam Malik merupakan laki-laki sebanyak 65 orang (65%) sedangkan perempuan hanya 35 orang (35%). 2. Usia pasien Diabetes MelitusTipe 2 di Poli-Endokrinologi, Departmen Ilmu Penyakit Dalam RSUP Haji Adam Malik mayoritasnya adalah antara usia tahun sebesar 48%. 3. Responden terbanyak adalah dengan pekerjaan tidak bekerja atau pensiunan dengan jumlah responden 33 orang (33%) dan pekerjaan kedua tertinggi adalah pegawai negeri sipil (PNS)dengan jumlah responden 25 orang sebesar 25%. 4. Sebanyak 50 orang (50%) memiliki tingkat pendidikan akhir berupa pendidikan terakhir SMA dan hanya 8 orang (8%) memiliki pendidikan terakhir SMP dan SD. 5. Sebanyak 63 orang (63%) dari 100 orang responden di Poli- Endokrinologi, Departmen Ilmu Penyakit Dalam, RSUP Haji Adam Malik telah menderita Diabetes Melitus Tipe 2 selama 1-10 tahun sedangkan responden terendah adalah responden menderita Diabetes Melitus Tipe 2 selama tahun sebanyak 8 orang (8%). 6. Kebanyakan dari responden yaitu sebesar 60 orang (60%)mengonsumsiinsulin.

39 7. Tingkat pengetahuan pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di Poli- Endokrinologi, Departemen Ilmu Penyakit Dalam, RSUP Haji Adam Malik tentang diet diabetes melitus mayoritas adalah baik dengan jumlah sebanyak 83 orang (83%) dan 17 orang (17%) dengan tingkat pengetahuan yang sedang. 8. Sebanyak 94 orang (94%) pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di Poli- Endokrinologi, Departemen Ilmu Penyakit Dalam,RSUP Haji Adam Malikmemiliki sikap yang baik mengenai diet Diabetes Melitus. 9. Sebanyak 75 orang (75%) pasien Diabetes MelitusTipe 2 di Poli- Endokrinologi, Departemen Ilmu Penyakit Dalam,RSUP Haji Adam Malikmemilikiperilaku yang baikmengenai diet Diabetes Melitus. 6.2 Saran Peneliti kemudian mengemukakan beberapa saran berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan, di antaranya: 1. Berhubung tingkat pengetahuan dan perilaku masyarakat tentang diet Diabetes Melitus masih banyak yang di kelompok yang sedang, maka program-program penyuluhan perlu ditingkatkan kepada pasien yang mengunjungi Poli-Endokrinologi, RSUP Haji Adam Malik. 2. Petugas kesehatan harus menjelaskan kepada pasien tentang kepentingan diet Diabetes Melitus dan ini pasti akan membantu pasien agar tetap dapat mematuhi diet Diabetes Melitus.

SURAT PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN SETELAH MENDAPATKAN PENJELASAN (INFORMED CONCENT)

SURAT PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN SETELAH MENDAPATKAN PENJELASAN (INFORMED CONCENT) SURAT PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN SETELAH MENDAPATKAN PENJELASAN (INFORMED CONCENT) Nama : Debby Anisha Judul Penelitian : Kepatuhan pasien diabetes melitus tipe 2 dalam penatalaksanaan DM

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Uji Validitas dan Reliabilitas Uji validitas dan reliabilitas dilakukan sebelum penelitian dimulai. Kuisioner divalidasi dengan cara diuji coba pada 30 orang yang mana 20

Lebih terperinci

Sikap Sikap adalah perilaku wanita terhadap pemeriksaan mammografi a. Cara Ukur : metode angket

Sikap Sikap adalah perilaku wanita terhadap pemeriksaan mammografi a. Cara Ukur : metode angket BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1. Kerangka Konsep Tingkat Pengetahuan Tentang Mammografi Sikap Terhadap Mammografi Wanita 3.2. Definisi Operasional 3.2.1. Pengetahuan Pengetahuan adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. insulin atau keduanya (American Diabetes Association [ADA] 2010). Menurut

BAB I PENDAHULUAN. insulin atau keduanya (American Diabetes Association [ADA] 2010). Menurut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes melitus (DM) merupakan salah satu penyakit kronis yang paling banyak dialami oleh penduduk di dunia. DM ditandai dengan meningkatnya kadar glukosa dalam darah

Lebih terperinci

PENJELASAN PENELITIAN. : Analisa Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perawatan Diri Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di Kecamatan Medan Johor

PENJELASAN PENELITIAN. : Analisa Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perawatan Diri Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di Kecamatan Medan Johor Lampiran 1 PENJELASAN PENELITIAN Judul Penelitian Peneliti : Analisa Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perawatan Diri Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di Kecamatan Medan Johor : Annisah Sepwika Sari NIM :

Lebih terperinci

LEMBAR PERSETUJUAN PENELITI. Alamat: Jln Patra Raya Kp.Guji Rt 03/02 Kelurahan Duri Kepa Kecamatan Kebon

LEMBAR PERSETUJUAN PENELITI. Alamat: Jln Patra Raya Kp.Guji Rt 03/02 Kelurahan Duri Kepa Kecamatan Kebon Lampiran 1 LEMBAR PERSETUJUAN PENELITI Responden yang saya hormati, Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Miki Sutrisno Nim : 2008-33-029 Alamat: Jln Patra Raya Kp.Guji Rt 03/02 Kelurahan Duri

Lebih terperinci

BAB 3 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP

BAB 3 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP BAB 3 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP 3.1. Kerangka Teori Usia Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku merokok: 1. Pengaruh orang tua 2. Pengaruh teman 3. Pengaruh faktor kepribadian 4 Pengaruh iklan

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN

KUESIONER PENELITIAN LAMPIRAN Lampiran 1 Kuesioner Penelitian KUESIONER PENELITIAN STUDI TENTANG PENGETAHUAN GIZI, KEBIASAAN MAKAN, AKTIVITAS FISIK,STATUS GIZI DAN BODYIMAGE REMAJA PUTRI YANG BERSTATUS GIZI NORMAL DAN GEMUK

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk penelitian observasional.dan menggunakan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk penelitian observasional.dan menggunakan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian observasional.dan menggunakan metode pendekatan cross sectional yaitu mengukur variabel bebas aktivitas olahraga dan variabel

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN PASIEN DM DENGAN KEPATUHAN DALAM MENJALANI DIET KHUSUS DI RS STELLA MARIS MAKASSAR

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN PASIEN DM DENGAN KEPATUHAN DALAM MENJALANI DIET KHUSUS DI RS STELLA MARIS MAKASSAR HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN PASIEN DM DENGAN KEPATUHAN DALAM MENJALANI DIET KHUSUS DI RS STELLA MARIS MAKASSAR Ratna Daud 1, Afrida 2 1 STIKES Nani Hasanuddin 2 STIKES Nani Hasanuddin ABSTRAK Diabetes

Lebih terperinci

HUBUNGAN FAKTOR MAKANAN DENGAN KADAR GULA DARAH PRA LANSIA DI DESA PESUDUKUH KECAMATAN BAGOR KABUPATEN NGANJUK

HUBUNGAN FAKTOR MAKANAN DENGAN KADAR GULA DARAH PRA LANSIA DI DESA PESUDUKUH KECAMATAN BAGOR KABUPATEN NGANJUK HUBUNGAN FAKTOR MAKANAN DENGAN KADAR GULA DARAH PRA LANSIA DI DESA PESUDUKUH KECAMATAN BAGOR KABUPATEN NGANJUK Lexy Oktora Wilda STIKes Satria Bhakti Nganjuk lexyow@gmail.com ABSTRAK Background. Prevalensi

Lebih terperinci

Penelitian akan dilaksanakan di R.S.U Dr. Pirngadi Medan pada bulan Januari 2014 Juli 2015.

Penelitian akan dilaksanakan di R.S.U Dr. Pirngadi Medan pada bulan Januari 2014 Juli 2015. 2 DM perlu diamati karena sifat penyakit yang kronik progresif, jumlah penderita semakin meningkat dan banyak dampak negatif yang ditimbulkan (Hartati, 2008). Menurut keterangan Supriadi (2009), terlihat

Lebih terperinci

LEMBARAN PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

LEMBARAN PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN LEMBARAN PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN PASIEN DIABETES MELLITUS DALAM PROSES PERAWATAN DI PUSKESMAS MANDALA MEDAN TAHUN 2014 Kepada Yth : Bapak/Ibu

Lebih terperinci

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1. Kerangka Konsep Penelitian Berdasarkan landasan teori, dibuat kerangka konsep penelitian sebagai berikut: Variabel Independen Variabel Dependen Edukasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makan, faktor lingkungan kerja, olah raga dan stress. Faktor-faktor tersebut

BAB I PENDAHULUAN. makan, faktor lingkungan kerja, olah raga dan stress. Faktor-faktor tersebut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada umumnya masalah kesehatan dipengaruhi oleh pola hidup, pola makan, faktor lingkungan kerja, olah raga dan stress. Faktor-faktor tersebut dapat menyebabkan meningkatnya

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. LEMBAR PERSETUJUAN... ii. PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN... v. ABSTRAK... vi. ABSTRACT... vii. RINGKASAN... viii. SUMMARY...

DAFTAR ISI. LEMBAR PERSETUJUAN... ii. PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN... v. ABSTRAK... vi. ABSTRACT... vii. RINGKASAN... viii. SUMMARY... DAFTAR ISI Halaman SAMPUL DALAM... i LEMBAR PERSETUJUAN... ii PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iii KATA PENGANTAR... iv PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN... v ABSTRAK... vi ABSTRACT... vii RINGKASAN... viii SUMMARY...

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian 1. Ruang Lingkup Keilmuan Penelitian ini mengambil ruang lingkup Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Ilmu Manajemen Pemasaran. 2. Waktu Penelitian Penelitian

Lebih terperinci

PENGETAHUAN DIABETES MELITUS DENGAN KADAR GULA DARAH PADA PASIEN DM TIPE 2

PENGETAHUAN DIABETES MELITUS DENGAN KADAR GULA DARAH PADA PASIEN DM TIPE 2 1 PENGETAHUAN DIABETES MELITUS DENGAN KADAR GULA DARAH PADA PASIEN DM TIPE 2 Misdarina * Yesi Ariani ** *Mahasiswa Fakultas Keperawatan **Dosen Departemen Keperawatan Dasar dan Medikal Bedah Fakultas Keperawatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan metode kuantitatif yang bertujuan untuk mendiskripsikan atau menjelaskan fenomena. Fenomena

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan metode pendekatan analitik cross sectional yang diarahkan untuk mengetahui hubungan pola makan

Lebih terperinci

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 23 BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1 Kerangka Konsep Berdasarkan tujuan penelitian yang telah dikemukakan sebelumnya maka kerangka konsep dalam penelitian Gambaran Risiko Penderita Diabetes

Lebih terperinci

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN. Setelah mendapat penjelasan tentang kegiatan dari penelitian ini yang bertanda tangan dibawah ini:

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN. Setelah mendapat penjelasan tentang kegiatan dari penelitian ini yang bertanda tangan dibawah ini: 80 81 Lampiran 2 LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN Setelah mendapat penjelasan tentang kegiatan dari penelitian ini yang bertanda tangan dibawah ini: Nama Nomor :... (inisial) :... (diisi peneliti)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) merupakan kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik adanya peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemia) yang terjadi karena kelainan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia di dunia. Menurut Golostein (2008), bahwa 5% dari populasi penduduk

BAB I PENDAHULUAN. manusia di dunia. Menurut Golostein (2008), bahwa 5% dari populasi penduduk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Mellitus saat ini telah menjadi ancaman yang sangat serius bagi manusia di dunia. Menurut Golostein (2008), bahwa 5% dari populasi penduduk dunia terkena diabetes

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian 1. Ruang lingkup keilmuan : Ilmu Kulit dan Kelamin 2. Ruang lingkup tempat : RSUD Tugurejo Semarang 3. Ruang lingkup waktu : Periode Agustus September

Lebih terperinci

FORMAT PERSETUJUAN RESPONDEN

FORMAT PERSETUJUAN RESPONDEN 60 Lampiran 1 Persetujuan Responden FORMAT PERSETUJUAN RESPONDEN Sehubungan dengan diadakannya penelitian oleh : Nama Judul : Lina Sugita : Tingkat Asupan Energi dan Protein, Tingkat Pengetahuan Gizi,

Lebih terperinci

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DAFTAR RIWAYAT HIDUP DAFTAR RIWAYAT HIDUP Nama : Putri Junita S. Tempat/Tanggal Lahir : Medan, 13 Juni 1989 Agama Alamat : Kristen Protestan : Jl. Bunga Mawar XII no. 3 Koserna, P.Bulan, Medan Riwayat Pendidikan : 1. TK IMMANUEL

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif dan analitik dengan menggunakan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif dan analitik dengan menggunakan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian dan Rancangan Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif dan analitik dengan menggunakan pendekatan design penelitian case control. Rancangan

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 Instrumen Penelitian

LAMPIRAN 1 Instrumen Penelitian LAMPIRAN 1 Instrumen Penelitian 84 85 Lampiran 1a LEMBAR OBSERVASI 1. Kode : 2. Diagnosa Medis : 3. Derajat Gagal Jantung Kongestif : 4. Riwayat Hipertensi : Ada Tidak Ada 5. Lama Rawatan : Hari/Bulan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional yaitu dengan melakukan pengukuran vareabel independen (bebas)

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Muhammadiyah Yogyakarta. Semua responden penelitian berdomisili di

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Muhammadiyah Yogyakarta. Semua responden penelitian berdomisili di BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Karakteristik Responden Responden penelitian ini melibatkan 56 pasien diabetes melitus yang melakukan kontrol rutin di poli penyakit dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah dekriptif kuantitatif non eksperimental bersifat

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah dekriptif kuantitatif non eksperimental bersifat BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah dekriptif kuantitatif non eksperimental bersifat correlational dengan menggunakan pendekatan cross sectional yang menghubungkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitik yaitu untuk mencari hubungan antara variabel bebas dan terikat yang dilakukan dengan pendekatan

Lebih terperinci

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 12 BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1. Kerangka Konsep Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah : Umur Jenis kelamin Suku Pekerjaan

Lebih terperinci

deskriptif korelation yaitu

deskriptif korelation yaitu BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelation yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan korelasi antara variabel independent

Lebih terperinci

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS 3.1 Kerangka Konsep DIABETES MELITUS TIPE 2 KEBUTUHAN PERAWATAN PERIODONTAL Indeks CPITN Kadar Gula Darah Oral Higiene Lama menderita diabetes melitus tipe 2 3.2 Hipotesis

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian analitik observasi dengan rancangan penelitian cross-sectional. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2.1

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN

KUESIONER PENELITIAN Lampiran 1 KUESIONER PENELITIAN GAMBARAN PENATALAKSANAAN DIET JANTUNG DAN STATUS GIZI PASIEN PENDERITA HIPERTENSI KOMPLIKASI PENYAKIT JANTUNG YANG RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM BANDUNG MEDAN TAHUN 2012

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. demografi, epidemologi dan meningkatnya penyakit degeneratif serta penyakitpenyakit

BAB I PENDAHULUAN. demografi, epidemologi dan meningkatnya penyakit degeneratif serta penyakitpenyakit BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan dan kemajuan zaman membawa dampak yang sangat berarti bagi perkembangan dunia, tidak terkecuali yang terjadi pada perkembangan di dunia kesehatan. Sejalan

Lebih terperinci

BAB III METODA PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental yang bersifat

BAB III METODA PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental yang bersifat BAB III METODA PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental yang bersifat kuantitatif dengan metode deskriptif korelasional dan dengan pendekatan cross sectional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup yaitu penyakit Diabetes Melitus. Diabetes Melitus (DM) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. hidup yaitu penyakit Diabetes Melitus. Diabetes Melitus (DM) merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan zaman dan kemajuan teknologi dunia sekarang ini banyak ditemukan penyakit yang disebabkan karena pola hidup dibandingkan dengan penyakit infeksi.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum Penelitian Penelitian pengetahuan dan sikap terhadap praktik pencegahan hipertensi pada remaja ini dilakukan di SMAN 15 Semarang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan pendekatan cross sectional. Penelitian ini menggunakan metode. adanya perlakuan dari peneliti (Nursalam, 2013).

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan pendekatan cross sectional. Penelitian ini menggunakan metode. adanya perlakuan dari peneliti (Nursalam, 2013). BAB III METODE PENELITIAN A. DesainPenelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif komparatif.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain penelitian merupakan bentuk rancangan yang digunakan dalam melakukan prosedur penelitian (Hidayat, 2007). Metode penelitian ini berdasarkan rumusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hiperglikemi yang berkaitan dengan ketidakseimbangan metabolisme

BAB I PENDAHULUAN. hiperglikemi yang berkaitan dengan ketidakseimbangan metabolisme BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes mellitus merupakan kerusakan metabolisme dengan ciri hiperglikemi yang berkaitan dengan ketidakseimbangan metabolisme karbohidrat, lemak serta protein yang

Lebih terperinci

Lampiran 1 Kode : LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN. Saya yang bernama Ardian Hidayah, NIM adalah mahasiswa

Lampiran 1 Kode : LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN. Saya yang bernama Ardian Hidayah, NIM adalah mahasiswa Lampiran 1 Kode : LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN Saya yang bernama Ardian Hidayah, NIM 101121094 adalah mahasiswa S1 Ekstensi Fakultas Kerperawatan. Saat ini saya sedang melakukan penelitan mengenai

Lebih terperinci

Jurnal Keperawatan, Volume IX, No. 1, April 2013 ISSN

Jurnal Keperawatan, Volume IX, No. 1, April 2013 ISSN PENELITIAN KARAKTERISTIK DAN KONSELING GIZI DENGAN PERILAKU MENJALANI DIIT PADA PENDERITA DIABETES MELITUS YANG BEROBAT DI POLI PENYAKIT DALAM RUMAH SAKIT Roza Mulyani * Penyuluhan kepada pasien dan keluarganya

Lebih terperinci

BAB 3 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP

BAB 3 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP BAB 3 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP 3.1 KERANGKA TEORI klasifikasi : Angina pektoris tak stabil (APTS) Infark miokard tanpa elevasi segmen ST (NSTEMI) Infark miokard dengan elevasi segmen ST (STEMI)

Lebih terperinci

BAB II METODE PENELITIAN

BAB II METODE PENELITIAN BAB II METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk dalam penelitian jenis non-eksperimental dimana pengambilan data dilakukan dengan pendekatan cross sectional dan dianalisa secara analitik

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil pembahasan tentang pelaksanaan PROLANIS pada penderita diabetes melitus dan hipertensi di Puskesmas Banjardawa Kabupaten Pemalang, maka dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merealisasikan tercapainya Millenium Development Goals (MDGs) yang

BAB I PENDAHULUAN. merealisasikan tercapainya Millenium Development Goals (MDGs) yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai masyarakat dunia berkomitmen untuk ikut merealisasikan tercapainya Millenium Development Goals (MDGs) yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DAFTAR RIWAYAT HIDUP LAMPIRAN 1 DAFTAR RIWAYAT HIDUP 1) IDENTITAS Nama : Langgeswari Vellagom Tempat / Tanggal Lahir : Pulau Pinang, Malaysia / 16 Juli 1990 Pekerjaan : Mahasiswi Agama : Hindu Alamat : No.46, Jaya Bangunan,

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA KONSEP. Tahap yang penting dalam satu penelitian adalah menyusun kerangka

BAB III KERANGKA KONSEP. Tahap yang penting dalam satu penelitian adalah menyusun kerangka BAB III KERANGKA KONSEP A. Konsep Penelitian Tahap yang penting dalam satu penelitian adalah menyusun kerangka konsep. Konsep adalah abstraksi dari suatu realitas agar dapat dikomunikasikan dan membentuk

Lebih terperinci

Kisi-kisi kuesioner perilaku pencegahan hipoglikemia pasien DM. Variabel Parameter Kode soal Pernyataan. 1. Minum obat dan. penyuntikan insulin

Kisi-kisi kuesioner perilaku pencegahan hipoglikemia pasien DM. Variabel Parameter Kode soal Pernyataan. 1. Minum obat dan. penyuntikan insulin 71 Lampiran 1 Kisi-kisi kuesioner perilaku pencegahan hipoglikemia pasien DM Variabel Parameter Kode soal Pernyataan Perilaku pasien DM tipe 1. Minum obat dan 1 Positif 2 dalam pencegahan penyuntikan insulin

Lebih terperinci

Penderita Diabetes Pantang Makan Di Luar? Tenang, Ada Obat Herbal Diabetes Paling Ampuh

Penderita Diabetes Pantang Makan Di Luar? Tenang, Ada Obat Herbal Diabetes Paling Ampuh Penderita Diabetes Pantang Makan Di Luar? Tenang, Ada Obat Herbal Diabetes Paling Ampuh Memiliki diabetes bukan berarti Anda tidak boleh makan di luar. Jika Anda tertib dengan menu makanan dan makan secara

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun Sedangkan

BAB 1 : PENDAHULUAN. dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun Sedangkan 1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit kronik didefinisikan sebagai kondisi medis atau masalah kesehatan yang berkaitan dengan gejala-gejala atau kecacatan yang membutuhkan penatalaksanaan jangka

Lebih terperinci

KUESIONER SAKIT GULA (DIABETES MELITUS/DM)

KUESIONER SAKIT GULA (DIABETES MELITUS/DM) KUESIONER SAKIT GULA (DIABETES MELITUS/DM) I. SOSIAL Identitas Diri 1. Nama Inisial : 2. Alamat : 3. Umur : 4. Jenis Kelamin : Laki-laki Perempuan 5. BB terakhir : kg 6. TB terakhir : cm 7. Pendidikan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Dalam, Sub Bagian Gastroenterohepatologi.

BAB IV METODE PENELITIAN. Dalam, Sub Bagian Gastroenterohepatologi. BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Kedokteran khususnya Ilmu Penyakit Dalam, Sub Bagian Gastroenterohepatologi. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian 4.2.1

Lebih terperinci

LAMPIRAN. I. Data Demografi 1. Nama : 2. Umur dan tanggal lahir : 3. Jenis kelamin : Laki-laki Perempuan

LAMPIRAN. I. Data Demografi 1. Nama : 2. Umur dan tanggal lahir : 3. Jenis kelamin : Laki-laki Perempuan LAMPIRAN Lampiran 1. Kuesioner Penelitian Pengaruh Tingkat Pengetahuan Pasien Tentang Penyakit Diabetes Mellitus Tipe 2 dan Obat Antidiabetes Oral di Poliklinik Endokrin Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel

Lebih terperinci

HUBUNGAN POLA MAKAN DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH

HUBUNGAN POLA MAKAN DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH HUBUNGAN POLA MAKAN DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Geriatri. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Penyakit Dalam khususnya Ilmu 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian 4.2.1 Tempat Penelitian Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyakit diabetes mellitus ditetapkan oleh PBB sebagai penyakit tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyakit diabetes mellitus ditetapkan oleh PBB sebagai penyakit tidak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit diabetes mellitus ditetapkan oleh PBB sebagai penyakit tidak menular, tetapi berlangsung lama dan sulit untuk diturunkan angkanya. Penyakit ini adalah

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. i ii iii iv v vi. viii. x x xi xii xiii

DAFTAR ISI. i ii iii iv v vi. viii. x x xi xii xiii DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL.. HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING... HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI HALAMAN PERNYATAAN... HALAMAN PERSEMBAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI...... DAFTAR GAMBAR. DAFTAR TABEL. DAFTAR

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN 3.1.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di ruang rawat inap (G2) Bedah RSUD Prof. DR. Aloei Saboe kota Gorontalo. 3.1.2 Waktu Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian 1. Rancangan Penelitian Desain penelitian ini adalah deskriptif dengan rancangan cross sectional, yaitu setiap variabel diobservasi hanya satu kali saja dan

Lebih terperinci

BAB 3 KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL

BAB 3 KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL BAB 3 KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1. Kerangka Konsep Penelitian Kerangka konsep penelitian ini adalah pengetahuan dan sikap masyarakat di Kelurahan Tanjung Rejo terhadap PJK.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup keilmuan penelitian ini meliputi bidang ilmu penyakit dalam B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB 3 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP

BAB 3 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP BAB 3 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP 3.1 Kerangka Teori Penelitian KEHAMILAN Pengetahuan ibu hamil Anemia defisiensi Zat Besi Faktor Penyebab : i) Usia Ibu ii) Pendidikan iii) Status ekonomi iv) Kepatuhan

Lebih terperinci

Pola hidup sehat untuk penderita diabetes

Pola hidup sehat untuk penderita diabetes Pola hidup sehat untuk penderita diabetes Penanganan diabetes berfokus pada mengontrol kadar gula darah (glukosa). Hal tersebut dapat dijalankan dengan memperhatikan pola makan dan olahraga, serta merubah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan desain penelitian deskriptif korelatif yaitu untuk

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan desain penelitian deskriptif korelatif yaitu untuk BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain penelitian deskriptif korelatif yaitu untuk menggambarkan hubungan antara

Lebih terperinci

LEMBAR PENJELASAN PENELITIAN. : Perilaku Pasien Hemodialisis Dalam Mengontrol Cairan. Ponorogo

LEMBAR PENJELASAN PENELITIAN. : Perilaku Pasien Hemodialisis Dalam Mengontrol Cairan. Ponorogo 80 Lampiran 1 LEMBAR PENJELASAN PENELITIAN Judul penelitian : Perilaku Pasien Hemodialisis Dalam Mengontrol Cairan Tubuh Di Ruang Hemodialisis RSUD Dr. Harjono Ponorogo Peneliti : Wahyu Wijayanti Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di 35 Fasyankes primer Klaten

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di 35 Fasyankes primer Klaten digilib.uns.ac.id 21 BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di 35 Fasyankes primer Klaten B. Waktu Penelitian Penelitian dilakukan mulai bulan September sampai dengan bulan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PENELITIAN

BAB 4 HASIL PENELITIAN BAB 4 HASIL PENELITIAN 4. 1 Pelaksanaan Pengumpulan data dilakukan pada tanggal 21-31 Mei 2008 untuk wawancara dengan kuesioner dan tanggal 26 Mei 3 Juni 2008 untuk pemeriksaan fisik dan laboratorium.

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL A. Kerangka Konsep Kerangka konsep adalah alur penelitian yang memperlihatkan variabel-variabel yang mempengaruhi dan terpengaruhi. Dengan kata lain dalam

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 28 BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Desain Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian analitik dengan desian Cross Sectional yang bertujuan mengukur variabel bebas (independen) yaitu umur, jenis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Kerangka Konsep Pelayanan Kesehatan Peran PMO : - Pengetahuan - Sikap - Perilaku Kesembuhan Penderita TB Paru Gambar 3.1 Kerangka Konsep B. Hipotesis 1. Terdapat hubungan pengetahuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. pada sel beta mengalami gangguan dan jaringan perifer tidak mampu

BAB I PENDAHULUAN UKDW. pada sel beta mengalami gangguan dan jaringan perifer tidak mampu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Diabetes melitus merupakan gangguan metabolisme yang ditandai dengan munculnya hiperglikemia karena sekresi insulin yang rusak, kerja insulin yang rusak

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini bersifat analitik dengan pendekatan cross sectional yaitu sebuah studi pada sekelompok orang pada satu titik waktu untuk mengetahui hubungan pengetahuan

Lebih terperinci

Hubungan Pola Makan Dengan Kadar Gula Darah Pada Penderita Diabetes Mellitus

Hubungan Pola Makan Dengan Kadar Gula Darah Pada Penderita Diabetes Mellitus Vol. 3 No 1 Mei 2018 ISSN 2541-0644 (Print) ISSN 2599-3275 (Online) Dapat di akses di http://journal.ugm.ac.id/jkesvo Hubungan Pola Makan Dengan Kadar Gula Darah Pada Penderita Diabetes Mellitus Susanti

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit diabetes melitus (DM) adalah kumpulan gejala yang timbul pada

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit diabetes melitus (DM) adalah kumpulan gejala yang timbul pada BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit diabetes melitus (DM) adalah kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan adanya peningkatan kadar gula (glukosa) dalam darah akibat dari kekurangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. adalah penelitian yang mengkaji hubungan antara variable dengan

BAB III METODE PENELITIAN. adalah penelitian yang mengkaji hubungan antara variable dengan 28 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah deskriptif korelasi. Peneliti korelasi adalah penelitian yang mengkaji hubungan antara variable dengan melibatkan minimal dua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terbesar di dunia. Menurut data dari International Diabetes Federation (IDF)

BAB I PENDAHULUAN. terbesar di dunia. Menurut data dari International Diabetes Federation (IDF) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) merupakan salah satu masalah kesehatan yang terbesar di dunia. Menurut data dari International Diabetes Federation (IDF) tahun 2013, didapatkan

Lebih terperinci

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KETAATAN POLA MAKAN PENDERITA DIABETES MELLITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SEI BESAR BANJARBARU

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KETAATAN POLA MAKAN PENDERITA DIABETES MELLITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SEI BESAR BANJARBARU HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KETAATAN POLA MAKAN PENDERITA DIABETES MELLITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SEI BESAR BANJARBARU H. Khairir Rizani 1, Suroto 2, Akhmad Rizani 3 ABSTRAK Diabetes Melitus

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan umat manusia pada abad ke 21. Diabetes mellitus (DM) adalah suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan umat manusia pada abad ke 21. Diabetes mellitus (DM) adalah suatu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Diabetes Mellitus atau kencing manis salah satu ancaman utama bagi kesehatan umat manusia pada abad ke 21. Diabetes mellitus (DM) adalah suatu sindroma gangguan

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain penelitian cross

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain penelitian cross BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain penelitian cross sectional.pemilihan desain cross sectional karena penelitian ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dicapai dalam kemajuan di semua bidang riset DM maupun penatalaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. dicapai dalam kemajuan di semua bidang riset DM maupun penatalaksanaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) merupakan suatu penyakit yang ditandai oleh adanya kenaikan gula darah (hiperglikemia) kronik. Masalah DM sudah banyak dicapai dalam kemajuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mellitus dan hanya 5% dari jumlah tersebut menderita diabetes mellitus tipe 1

BAB I PENDAHULUAN. mellitus dan hanya 5% dari jumlah tersebut menderita diabetes mellitus tipe 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) adalah suatu sindroma gangguan metabolisme yang ditandai dengan hiperglikemia dan disebabkan oleh defisiensi absolut atau relatif dari sekresi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. DM tipe 2 berkaitan dengan beberapa faktor yaitu faktor resiko yang tidak dapat diubah dan

BAB I PENDAHULUAN. DM tipe 2 berkaitan dengan beberapa faktor yaitu faktor resiko yang tidak dapat diubah dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) merupakan suatu penyakit yang prevalensinya semakin meningkat dari tahun ketahun dan merupakan penyakit kronis yang memerlukan terapi medis secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit diabetes melitus merupakan suatu kelompok kelainan metabolik dengan ciri-ciri adanya hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. pergeseran pola penyakit. Faktor infeksi yang lebih dominan sebagai penyebab

BAB 1 : PENDAHULUAN. pergeseran pola penyakit. Faktor infeksi yang lebih dominan sebagai penyebab BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan zaman dan kemajuan teknologi mengakibatkan terjadinya pergeseran pola penyakit. Faktor infeksi yang lebih dominan sebagai penyebab timbulnya penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diabetes mellitus (DM) merupakan salah satu jenis penyakit metabolik yang selalu mengalami peningkat setiap tahun di negara-negara seluruh dunia. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Diabetes Melitus atau kencing manis, seringkali dinamakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Diabetes Melitus atau kencing manis, seringkali dinamakan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang Penyakit Diabetes Melitus atau kencing manis, seringkali dinamakan dengan Penyakit Gula karena memang jumlah atau konsentrasi glukosa atau gula di dalam darah melebihi

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PENELITIAN

BAB III KERANGKA PENELITIAN BAB III KERANGKA PENELITIAN A. Kerangka Konsep Kerangka konsep ini bertujuan untuk mengetahui pengetahuan dan sikap ibu tentang sariawan (oral trush ) pada anak usia 0-3 tahun. Hal ini dapat dilihat dari

Lebih terperinci

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN Lampiran 1 LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN Kepada: Yth. Calon Responden Penelitian Di Tempat Dengan hormat, Saya sebagai Mahasiswa Program Studi DIII Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 24 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan studi potong lintang (cross-sectional study) sebagai studi deskriptif untuk mengetahui hubungan perilaku dengan prevalensi

Lebih terperinci

POLA KONSUMSI PANGAN PENDERITA JANTUNG KORONER RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT UMUM KABANJAHE TAHUN 2007 SKRIPSI OLEH

POLA KONSUMSI PANGAN PENDERITA JANTUNG KORONER RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT UMUM KABANJAHE TAHUN 2007 SKRIPSI OLEH POLA KONSUMSI PANGAN PENDERITA JANTUNG KORONER RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT UMUM KABANJAHE TAHUN 2007 SKRIPSI OLEH NURLAINI MIKHELENA TARIGAN NIM : 051000569 FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 45 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis atau Rancangan dan Metode Pendekatan Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif korelasional yang bertujuan untuk mengungkapkan hubungan korelatif antara variabel

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Pengobatan Diabetes Mellitus 2.1.1 Tingkat pendidikan Tingkat pendidikan biasanya berhubungan erat dengan pekerjaan dan pendapatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan survei yang dilakukan World Health Organization (WHO)

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan survei yang dilakukan World Health Organization (WHO) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan survei yang dilakukan World Health Organization (WHO) tahun 2011 jumlah penyandang diabetes melitus di dunia 200 juta jiwa, Indonesia menempati urutan keempat

Lebih terperinci