Total produksi batubara Indonesia saat ini adalah juta ton/

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Total produksi batubara Indonesia saat ini adalah juta ton/"

Transkripsi

1 Bagian VIII Industri Batubara Indonesia Total produksi batubara Indonesia saat ini adalah juta ton/ tahun. Dengan perhitungan total produksi katakanlah 400 juta ton/ tahun, maka dalam waktu kurang dari 70 tahun ke depan cadangan batubara Indonesia diperkirakan habis. Sekiranya kita ingin mempunyai cadangan batubara lebih dari 70 tahun, maka ada dua cara yang bisa dilakukan. Pertama, dengan membatasi penggunaan batubara. Kedua, cadangan batubara Indonesia harus bertambah. Ini artinya, harus ditemukan cadangan batubara yang baru. Dari total produksi yang ada, sekitar 20%-nya digunakan untuk konsumsi dalam negeri. Selebihnya, yakni 80%, diekspor. Rendahnya konsumsi batubara di dalam negeri karena konsumsi batubara untuk Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) masih relatif rendah demikian juga untuk industri lainnya. Pembangkit listrik itu sendiri mengkonsumsi sekitar 80% dari total konsumsi batubara di dalam negeri. Selain untuk PLTU, batubara digunakan sebagai sumber energi untuk pabrik semen, pabrik tekstil, dan juga industri kecil. Terkait dengan jaminan pasokan batubara untuk konsumsi dalam negeri, menurut Supriatna hal ini tidak akan ada masalah karena ada Domestic Market Obligation (DMO). Jadi semua perusahaan siap menyuplai 59

2 Birokrat Pertambangan Berjiwa Wirausaha Supriatna Suhala batubara untuk perusahaan-perusahaan dalam negeri. Sekalipun demikian, masih banyak permasalahan yang harus diselesaikan. Pertama, pemerintah saat ini sedang berusaha melakukan renegosiasi kontrak dan menambah berbagai pungutan baik itu melalui cara menaikkan royalti dan menambah pajak, yang hal-hal tersebut tidak ada di dalam kontrak. Kedua, adalah adanya pungutan-pungutan dari sektor-sektor lain terutama dari sektor kehutanan. Bahkan pungutan-pungutan tersebut sampai naik hingga %, yang tentunya sangat membebani pengusaha batubara. Ketiga adalah banyaknya praktik-praktik ilegal yang dilakukan oleh perusahaan batubara. Contoh praktik ilegal tersebut di antaranya adalah dengan menjual hasil tambangnya ke perusahaan dagang (trader) yang legal. Dengan demikian, perusahaan tersebut dapat melakukan penjualan hasil tambang secara legal sekalipun barang dagangannya sebagian merupakan hasil pertambangan ilegal. Itu sekarang menjadi masalah, makanya KPK turun tangan untuk menyelesaikan. Untuk mengatasi dampak lingkungan yang ditimbulkan oleh aktivitas tambang khususnya di area hutan, Supriatna menyarankan agar area tersebut ditanami pohon kembali sekiranya aktivitas tambang telah selesai. Ya ditanam lagi. Manusia dengan segala akal dan budinya bisa membuat lebih baik, bisa nanam pohon lebih banyak, bisa membuat landscape lebih indah asal ada kemauan dan komitmen. Tidak ada masalah. Secara teknologi tidak ada masalah. Itu masalah moral. Masalah kemauan. Masalah komitmen. Tentang perundang-undangan, bagi Supriatna sudah sama baiknya dengan negara-negara maju. Dengan kata lain, tidak ada masalah regulasi. Lebih ke arah masalah komitmen atas penegakan hukum yang ada. Jadi apa bedanya undang-undang lalu lintas di Indonesia dengan Singapura atau dengan di New York? Tidak ada bedanya. Sama, tegasnya. Supriatna melihanya lebih ke arah komitmen. Apakah orangnya punya komitmen atau tidak? Lalu ia memberi contoh, kalau di suatu lokasi dilarang untuk berhenti, maka kita sebagai pengguna jalan juga harus tidak berhenti di lokasi tersebut. Demikian juga kalau dilarang parkir di trotoar, seharusnya hal demikian tidak dilakukan. Jadi, menurutnya, untuk penegakan hukum, orangnyalah yang harus dididik. 60

3 Turunnya Permintaan Batubara Internasional Belakangan ini, harga batubara di pasaran dunia anjlok. Sekarang ini merupakan harga terendah dalam delapan tahun terakhir. Harga tersebut ditentukan oleh pasokan dan permintaan (supply and demand) yang ada. Namun demikian, mekanismenya dijalankan di pasar komoditi melalui penawaran dan lelang. Supriatna lalu memberikan contoh bagaimana mekanisme supply and demand terjadi. Misalnya batubara ditawarkan seharga Rp 70 tetapi belum ada pembeli yang berminat karena harganya dianggap terlalu tinggi, maka kemudian harga tersebut diturunkan oleh penjual. Kemudian penjual mencoba menawarkan kembali dengan harga Rp 69, lalu menunggu respon dari pembeli. Sekiranya belum juga ada yang membeli, maka akan diturunkan lagi ke angka Rp 67. Sekiranya ada pembeli yang bersedia dengan harga tersebut, maka itulah harga sesungguhnya dari batubara. Turunnya harga batubara di pasar internasional dipicu oleh turunnya permintaan batubara dari Cina, yang merupakan negara konsumen terbesar batubara dunia. Mayoritas ekspor batubara dari Indonesia ditujukan ke negara Tirai Bambu tersebut. Turunnya permintaan dari Cina terjadi karena negara tersebut akan meningkatkan penggunaan gas, nuklir, dan energi dari air untuk mencukupi kebutuhan energinya. Untuk energi air, mereka membuat hidro power dengan membendung Sungai Yangtze. Pasokan gas akan lebih banyak didapatkan dari Siberia. Meningkatnya penggunaan gas di Cina dipicu oleh meningkatnya jumlah kelas menengah di negera tersebut. Sebagai ilustrasi, saat sebuah keluarga masih dalam kondisi ekonomi miskin, mereka cukup menggunakan kayu sebagai bahan bakar. Ketika perekonomian meningkat, mereka memilih menggunakan kompor. Setelah lebih kaya, mereka akan menggunakan gas atau malah kompor listrik. Di Indonesia memang masih jarang orang kaya menggunakan kompor listrik. Kebanyakan dari mereka masih menggunakan gas. Orang kaya itu kalau masak sudah pakai listrik karena bersih dan tidak mungkin meledak, ujar Supriatna. Dengan meningkatnya perekonomian rakyat Cina di mana mereka ingin menggunakan energi yang lebih bersih, permintaan atas batubara 61

4 Birokrat Pertambangan Berjiwa Wirausaha Supriatna Suhala mengalami penurunan. Negara itu dulu mengkonsumsi batubara sejumlah 4 miliar ton/tahun. Sekarang ini, kebutuhan mereka hanya 3,6 miliar ton/tahun. Padahal, di lain pihak, Cina juga merupakan negara produsen batubara terbesar di dunia dengan produksi sebesar 3,8 miliar ton/tahun. Produsen terbesar kedua di dunia adalah Amerika Serikat dengan total produksi sebesar 1 miliar ton/tahun. Negara tersebut, setelah ditemukannya sumber gas alam yang besar di negaranya mulai mengkampanyekan War on Coal yang dimotori oleh Presiden Obama. Sang Presiden memerintahkan bank-bank Amerika Serikat untuk tidak lagi memberi fasilitas kredit kepada usaha-usaha yang terkait dengan batubara. Kebijakan tersebut tidak hanya berlaku domestik, tetapi juga pembiayaan yang dilakukan di luar Amerika. Bahkan, Amerika yang dulunya tidak mau menandatangani Kyoto Protocol, sekarang ini akan memenuhi agenda-agenda dari protocol yang concern terhadap masalah-masalah yang berkaitan dengan lingkungan. Penggunaan Batubara dan Teknologi Batubara Batubara sangat potensial sebagai bahan bakar pengganti BBM untuk pembangkit-pembangkit listrik milik PLN dan milik perusahaan swasta. Sampai saat ini, pembangkit listrik yang ada sekitar 30% masih digerakkan oleh energi BBM. Dengan biaya yang dikeluarkan untuk pembangkit listrik dengan sumber energi BBM sekitar 36 sen USD, sementara harga jual listrik ke pelanggan PLN hanya sekitar 7 sen USD, wajar saja kalau PLN selalu rugi. Dengan penggunaan batubara sebagai bahan baku energi, Supriatna yakin, sekalipun harga batubara meningkat dua kali lipat, PLN akan tetap untung. Pertanyaannya kemudian adalah, kenapa PLN tidak menggunakan batubara sebagai sumber energi pembangkit listrik miliknya? Menurutnya, hal tersebut terjadi karena selama ini PLN telah menginvestasikan dana yang besar dengan memilih pembangkit listrik berenergi BBM. Teknologi ini dipilih karena pada zaman pemerintahan Soeharto, dana pinjaman yang diperoleh dari skema Government-to- Government umumnya mensyaratkan Indonesia untuk menggunakan teknologi tertentu. Jadi pinjaman itu sifatnya mengikat. Soeharto pinjam 62

5 ke Jepang. Boleh pinjam, tetapi harus menggunakan diesel merek Mitsubishi. Kita ingin memakai geotermal tidak diperbolehkan karena mereka juga ingin jualan baranganya. Begitu kita pinjam ke Amerika, boleh, tapi harus memakai mesin General Electric. Begitu juga pinjaman ke Jerman dan Perancis. Akhirnya ada dua puluh delapan merek yang dipakai di PLN. Hal itu berarti sparepart-nya harus dua puluh delapan jenis yang berbeda. Dengan demikian membuat tidak efisien. Supriatna berharap, ke depannya, pemerintah melalui PLN dapat setahap demi setahap mengubah pemilihan teknologi pembangkit listrik dari yang berbahan bakar BBM menjadi pembangkit listrik berbahan bakar batubara. Terlebih lagi, teknologi untuk pemanfaatan batubara sebagai sumber bahan bakar tergolong sederhana. Prinsipnya, batubara hasil penambangan dicuci, karena ada kemungkinan batubara tersebut bercampur dengan tanah. Penambangan tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan teknologi yang sederhana semisal cangkul. Tentunya untuk skala besar, dibutuhkan bantuan alat-alat berat. Setelah itu, batubara tersebut dicuci dan digiling untuk menghasilkan ukuran tertentu. Setelah dikeringkan, batubara tersebut langsung dapat digunakan sebagai sumber energi dengan cara dibakar. Supriatna berharap, ke depan lembaga penelitian semacam Puslitbang tekmira dapat melakukan kegiatan penelitian dan pengembangan dengan fokus, misalnya meningkatkan (upgrading) kualitas batubara. Batubara yang tersisa di Indonesia sekarang ini kebanyakan mempunyai nilai kalori yang rendah. Agar kualitas pembakaran meningkat, batubara dengan kadar kalori rendah harus ditingkatkan kualitasnya terlebih dahulu. Kualitas batubara yang rendah ini disebabkan karena kandungan air yang ada di dalam batubara tersebut tinggi. Bagaimana mengusir air dari batubara itu? Sebetulnya ini gampang dilakukan, yaitu dengan pemanasan. Tapi problemnya adalah batubara itu mempunyai sifat seperti kerupuk, kalau dibiarkan di udara terbuka selama satu jam saja akan melempem. Melempem itu akibat ada air yang masuk ke dalamnya. Dia punya sifat absorben, beber Supriatna. 63

6 Birokrat Pertambangan Berjiwa Wirausaha Supriatna Suhala Berbeda dengan kerupuk yang dapat dimasukkan ke dalam toples untuk mencegahnya melempem, batubara tidak bisa menggunakan cara tersebut karena volumenya mencapai puluhan, ratusan, ribuan, atau bahkan jutaan ton. Bagaimana kita bisa membungkus batubara dengan volume 50 juta ton? Kalau dilakukan pengepakan seperti semen, harga batubara bakalan mahal. Dengan demikian, isu untuk pengepakan batubara sebenarnya bukan pada teknologinya, tetapi lebih kepada aspek ekonominya. Secara teknologi, untuk menghindari melempemnya batubara, dapat dilakukan penyemprotan minyak pada batubara karena sifat minyak yang mencegah udara yang mengandung air masuk ke dalam batubara. Bahan lain yang dapat digunakan sebagai pelapis adalah oli atau aspal. Namun demikian, harga batubara yang telah dilapisi minyak tersebut akan meningkat. Sekali lagi, permasalahannya bukan terletak pada aspek teknologinya, tetapi aspek ekonominya. Selama harganya tidak kompetitif dibandingkan dengan bahan bakar lainnya, maka batubara tidak akan bisa diterima oleh pasar. Supriatna punya kiat jitu untuk mengetahui apakah teknologi yang ada itu ekonomis atau tidak. Mudah saja caranya, yakni dengan melihat apakah teknologi tersebut ada di pasaran atau tidak. Jika belum terdapat di pasar, maka bisa disimpulkan secara umum kalau teknologi itu belum ekonomis. Supriatna pernah diundang oleh sebuah perusahaan Korea dan Cina. Di sana mereka sesumbar, bahwa pusat penelitiannya berhasil menciptakan teknologi yang dapat meningkatkan nilai kalori batubara atau dapat membuat batubara tidak melempem. Supriatna sangsi. Jadi benar, kalau baru keluar dari plant-nya itu, kadar airnya itu turun misalnya dari 40 ke 20 atau 15. Saya bilang ke mereka bukan kadar yang diukur begitu keluar dari plant-nya tetapi diukur setelah batubara tersebut ditempatkan di udara terbuka setelah satu, dua, atau tiga minggu. Bahkan kalau perlu setelah tiga bulan. Kalau bisa, disimpan di udara terbuka di Indonesia yang mempunyai humidity lebih tinggi. Nyatanya, tidak ada teknologi yang lulus sampai sekarang. Artinya, teknologi tersebut belum proven (terbukti). Bagi Supriatna, ketimbang kita memikirkan teknologi yang digunakan untuk meningkatkan nilai kalori batubara, lebih baik batubara berkalori 64

7 rendah digunakan untuk konsumsi dalam negeri. Batubara tersebut tinggal dibakar saja, misalnya untuk energi pembangkit listrik. Serendah apapun kalorinya, batubara tetap bisa dibakar. Tinggal kita membuat pembangkit listrik di sekitar sumber batubara tersebut. Jadi tidak perlu diekspor batubaranya. Kalau mau diekspor, kita bisa mengekspor listriknya dengan menggunakan kabel laut ke Singapura atau ke Malaysia, misalnya. Supriatna sampai pada kesimpulan demikian karena upaya untuk meningkatan kalori batubara tersebut telah lama dilakukan oleh manusia. Sampai sekarang belum juga ketemu teknologi yang tepat dan ekonomis. Pada zaman revolusi industri, Jerman dan Inggris juga telah mengupayakannya. Tetapi sampai sekarang belum juga ada hasil yang memuaskan. Apa yang mereka lakukan dengan batubara adalah dengan membakar di lokasi batubara tersebut ditambang. Masa Depan Pertambangan Batubara Menurut Supriatna, masa depan pertambangan batubara di Indonesia akan tetap baik. Sebab tidak semua negara mempunyai sumber energi yang cukup. Artinya, tidak semua negara mempunyai cadangan batubara dan gas, dan tentunya tidak semua negara mempunyai kemampuan dan kemauan untuk menggunakan energi nuklir. Setidaknya untuk negaranegara Asia dan Afrika, mereka masih menggunakan batubara sebagai salah satu sumber energi mereka. Sekalipun batubara sering dikaitkan dengan polusi yang ditimbulkannya, menurut Supriatna tidak ada masalah secara teknologi untuk mengatasi hal tersebut. Yang lebih menentukan dalam pemilihan jenis energi, lebih berdasarkan pertimbangan ekonomi. Supriatna memberikan contoh, pemilihan gas yang dilakukan oleh Obama menurutnya karena pertimbangan nilai ekonomis, di mana pemanfaatan gas akan lebih murah karena tidak memerlukan proses yang rumit. Ada barang yang lebih murah. Kalau gas itu kan tidak perlu diapa-apain, tinggal colok saja dari dalam tanah keluar dibakar udah bersih dia. Dan tidak ada abu. Ia lalu memberikan contoh penggunaan energi dengan memanfaatkan 65

8 Birokrat Pertambangan Berjiwa Wirausaha Supriatna Suhala panas matahari yang secara teknologi tidak mempunyai kendala yang berarti. Teknologinya sudah tersedia. Namun demikian, dari sisi biaya masih terlalu mahal. Bikin listrik dari energi matahari itu kan, bersih. Secara teknologi tidak ada masalah. Tapi mampukah Anda membayar 100 kali lebih mahal? tanya Supriatna dengan nada retorik. Melihat kondisi ekonomi kebanyakan rakyat Indonesia, pemilihan sumber energi juga selayaknya mempertimbangkan biaya yang harus dibayar oleh masyarakat. Idealnya memang kita menggunakan energi yang bersih, tetapi kondisinya masyarakat belum siap untuk melakukannya. Ia mengibaratkan, dengan kondisi ekonomi saat ini, belum saatnya bagi kita untuk membicarakan masalah taman atau toilet yang bagus. Rakyat saat ini masih memikirkan, besok pagi harus makan apa. Kondisi perekonomian rakyat dapat dilihat dari fenomena di mana di warungwarung lebih banyak dijual sampo dalam ukuran sachet ketimbang dalam ukuran yang besar. Hal ini menandakan bahwa daya beli rakyat Indonesia masih rendah. Untuk membeli barang-barang dengan ukuran yang besar, belum tentu gaji mereka, yang biasanya dibayarkan harian atau mingguan akan cukup. Di negara-negara maju dengan tingkat perekonomian tinggi, barang-barang seperti sampo akan dijual dalam ukuran besar karena daya beli mereka tinggi. Dengan demikian, menurut hemat Supriatna, belum saatnya kita membicarakan masalah energi yang bersih. Indikasi belum siapnya masyarakat Indonesia untuk penggunaan bahan bakar yang bersih adalah dengan menaikkan harga bahan bakar atau listrik sampai 50%. Ia yakin, rakyat akan berdemonstrasi menentang keputusan tersebut. Jadi tidak memungkinkan untuk memikul biaya untuk energi yang bersih. Yang bersih-bersih itu untuk orang Eropa-lah. Orang Eropa mau ngomong soal begitu sudah pantes dia! cetusnya. Kondisi lingkungan di Eropa pada tahun 1950-an saat perekonomian mereka belum kuat, juga tidak sebersih saat ini. Kita juga suatu saat nanti bakal begitu. Makanya ekonomi dimajukan dulu. Membuka pekerjaan, biarlah lingkungan sedikit kotor nanti juga bersih. Kita masanya hidup di zaman kotor. Kalau pengin hidup bersih lahirlah tahun lagi, jangan sekarang. Betul tidak? 66

9 Sebagai Direktur Eksekutif APBI-ICMA, Supriatna menilai beberapa perusahaan di Indonesia telah berhasil menyelaraskan aspek bisnis batubara yang berusaha untuk mendapatkan keuntungan dan aspek lingkungan yang berusaha agar kerusakan pertambangan batubara dapat diminimalisir. Perusahaan-perusahaan tersebut telah melakukan reklamasi terhadap lahan hasil galian dan juga melakukan Coorporate Social Responsibility (CSR). Perusahaan-perusahaan yang dimiliki oleh pemodal asing dan berorientasi bisnis ke Eropa umumnya mengikuti aturan-aturan yang ada. Orang Eropa tidak akan membeli hasil tambang kalau hasil audit yang mereka lakukan terhadap perusahaan tersebut menemukan pelanggaran. Demikian juga perusahaan dari negara Asia semacam Jepang dan Korea, biasanya membeli batubara dengan memperhatikan aspek kelestarian lingkungan. Namun demikian, ia juga menyadari kalau perusahaan-perusahaan yang menjual hasil tambangnya ke Cina dan India banyak yang tidak memperhatikan aspek kelestarian lingkungan. Mereka biasanya hanya menekankan pada harga batubara yang murah. Supriatna juga prihatin terhadap orang Indonesia sendiri yang belum mempunyai kesadaran yang tinggi terhadap kelestarian lingkungan. Tetapi Supriatna yakin, bahwa suatu saat semua negara akan mengarah ke sana. Setahap demi setahap mereka akan sadar tentang pentingnya mempertimbangkan aspek kelestarian lingkungan. Jadi kita harus sabar. Orang aktivis lingkungan harus sabar dulu. Bukan tidak mengerti, tapi masalahnya kita belum siap untuk memikul biaya dari aspek ekonomisnya. Supriatna juga tidak menutup mata terhadap ketidakpedulian sebagian pengusaha batubara terhadap aspek kelestarian lingkungan, tidak semata-mata masalah teknologi dan nilai ekonomis semata. Sebagian dari pengusaha-pengusaha tersebut memiliki sifat rakus. Dengan uang yang dimilikinya, mereka bisa melakukan suap terhadap aparat negara yang seharusnya menjalankan hukum. Jadi, secara legal formal hukum yang ada sudah baik, tetapi masalahnya terletak pada moral dari manusia Indonesia sendiri baik itu pengusaha dan juga aparat penegak hukum. Sebagai Direktur Eksekutif APBI-ICMA, Supriatna tidak akan membela perusahaan-perusahaan yang melakukan pelanggaran hukum. Dia tidak 67

10 Birokrat Pertambangan Berjiwa Wirausaha Supriatna Suhala segan-segan meminta aparat penegak hukum untuk memenjarakan pengusaha-pengusaha yang melanggar hukum. Jadi yang gabung dengan kita akan kita urus selama mereka berada di jalur hukum. Kalau mereka telah di jalur hukum dan diganggu, sudah bayar pajak tetapi masih diganggu, sudah berkelakuan baik tapi masih diperlakukan tidak adil, itu bagian asosiasi untuk melakukan pembelaan, ujarnya tegas. 68

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI Juli 2007 INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI Pada Juli 2007, secara tahunan, pertumbuhan tertinggi terjadi pada produksi kendaraan non niaga, sedangkan kontraksi tertinggi terjadi pada penjualan minyak diesel.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. alam. Meskipun minyak bumi dan gas alam merupakan sumber daya alam

I. PENDAHULUAN. alam. Meskipun minyak bumi dan gas alam merupakan sumber daya alam I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan minyak bumi dan gas alam. Meskipun minyak bumi dan gas alam merupakan sumber daya alam strategis tidak terbarukan,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap

I. PENDAHULUAN. perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan akan energi dunia akan semakin besar seiring dengan pesatnya perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap terpenuhi agar roda

Lebih terperinci

TUGAS ESSAY EKONOMI ENERGI TM-4021 POTENSI INDUSTRI CBM DI INDONESIA OLEH : PUTRI MERIYEN BUDI S

TUGAS ESSAY EKONOMI ENERGI TM-4021 POTENSI INDUSTRI CBM DI INDONESIA OLEH : PUTRI MERIYEN BUDI S TUGAS ESSAY EKONOMI ENERGI TM-4021 POTENSI INDUSTRI CBM DI INDONESIA OLEH NAMA : PUTRI MERIYEN BUDI S NIM : 12013048 JURUSAN : TEKNIK GEOLOGI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2015 POTENSI INDUSTRI CBM DI INDONESIA

Lebih terperinci

Boks.1 MODEL PENGELOLAAN PERTAMBANGAN BATUBARA YANG BERKELANJUTAN

Boks.1 MODEL PENGELOLAAN PERTAMBANGAN BATUBARA YANG BERKELANJUTAN Boks.1 MODEL PENGELOLAAN PERTAMBANGAN BATUBARA YANG BERKELANJUTAN PENDAHULUAN Menurut Bank Dunia, Indonesia merupakan salah satu negara penting dalam bidang pertambangan. Hal ini ditunjukkan oleh fakta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Batu bara

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Batu bara BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sumber daya alam atau biasa disingkat SDA adalah sesuatu yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan dan kebutuhan hidup manusia agar hidup lebih sejahtera yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Tim Batubara Nasional

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Tim Batubara Nasional BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Tim Batubara Nasional Kelompok Kajian Kebijakan Mineral dan Batubara, Pusat Litbang Teknologi Mineral dan Batubara,

Lebih terperinci

HARAPAN PELAKU USAHA KEPADA PEMERINTAH BARU

HARAPAN PELAKU USAHA KEPADA PEMERINTAH BARU HARAPAN PELAKU USAHA KEPADA PEMERINTAH BARU Disampaikan pada : INDONESIA MINING OUTLOOK 2015 The Ritz Carlton - Jakarta, 28 Januari 2015 Supriatna Suhala Direktur Eksekutif APBI-ICMA PENDAHULUAN 2 PENDAHULUAN

Lebih terperinci

Infrastruktur Hijau : Perlu Upaya Bersama

Infrastruktur Hijau : Perlu Upaya Bersama Infrastruktur Hijau : Perlu Upaya Bersama Pembukaan Indonesia Green Infrastructure Summit 2015 Jakarta. Apabila berbicara tentang inftrastruktur hijau (green infrastructure), tentu kita bicara tentang

Lebih terperinci

2 Di samping itu, terdapat pula sejumlah permasalahan yang dihadapi sektor Energi antara lain : 1. penggunaan Energi belum efisien; 2. subsidi Energi

2 Di samping itu, terdapat pula sejumlah permasalahan yang dihadapi sektor Energi antara lain : 1. penggunaan Energi belum efisien; 2. subsidi Energi TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI SUMBER DAYA ENERGI. Nasional. Energi. Kebijakan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 300) PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Batubara telah digunakan sebagai sumber energi selama beratus-ratus tahun dan telah diperdagangkan secara internasional mulai jaman Kekaisaran Romawi. Batubara tidak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian tentang penilaian energi. Hal-hal yang melatarbelakangi dan tujuan dari penelitian dijelaskan pada bagian ini. 1.1. Latar Belakang Energi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain.

II. TINJAUAN PUSTAKA. atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Perdagangan Internasional Menurut Oktaviani dan Novianti (2009) perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan negara lain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam dunia modern sekarang suatu negara sulit untuk dapat memenuhi seluruh kebutuhannya sendiri tanpa kerjasama dengan negara lain. Dengan kemajuan teknologi yang sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan tambang mineral lainnya, menyumbang produk domestik bruto (PDB)

BAB I PENDAHULUAN. dengan tambang mineral lainnya, menyumbang produk domestik bruto (PDB) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Batubara menempati posisi strategis dalam perekonomian nasional. Penambangan batubara memiliki peran yang besar sebagai sumber penerimaan negara, sumber energi

Lebih terperinci

Masih Perlukah Kebijakan Subsidi Energi Dipertahankan Rabu, 22 Oktober 2014

Masih Perlukah Kebijakan Subsidi Energi Dipertahankan Rabu, 22 Oktober 2014 Masih Perlukah Kebijakan Subsidi Energi Dipertahankan Rabu, 22 Oktober 2014 Akhir-akhir ini di berbagai media ramai dibicarakan bahwa â œindonesia sedang mengalami krisis energiâ atau â œindonesia sedang

Lebih terperinci

Supriatna mengakui, ia bukan sosok yang suka berkompetisi. Ia lebih

Supriatna mengakui, ia bukan sosok yang suka berkompetisi. Ia lebih Bagian XI Sosok Cerdas Nan Solutif Supriatna mengakui, ia bukan sosok yang suka berkompetisi. Ia lebih suka mengisi kekosongan. Dengan kata lain, ketika tidak ada orang yang mau melakukan tugas tertentu,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada awal masa pembangunan Indonesia dimulai, perdagangan luar negeri

BAB I PENDAHULUAN. Pada awal masa pembangunan Indonesia dimulai, perdagangan luar negeri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada awal masa pembangunan Indonesia dimulai, perdagangan luar negeri Indonesia bertumpu kepada minyak bumi dan gas sebagai komoditi ekspor utama penghasil

Lebih terperinci

Biomas Kayu Pellet. Oleh FX Tanos

Biomas Kayu Pellet. Oleh FX Tanos Biomas Kayu Pellet Energi Pemanas Rumah Tangga (winter) Energi Dapur Masak Energi Pembangkit Tenaga Listrik Ramah Lingkungan Karbon Neutral Menurunkan Emisi Karbon Oleh FX Tanos Pendahuluan Beberapa tahun

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAMBI 2016

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAMBI 2016 No. 054/10/15/Th.X, 3 Oktober 2016 PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAMBI 2016 AGUSTUS Nilai Ekspor Asal Provinsi Jambi sebesar US$ 160,46 Juta, dan Nilai Impor sebesar US$ 4,57 Juta. Nilai ekspor asal

Lebih terperinci

LAPORAN INDUSTRI INDUSTRI BATUBARA DI INDONESIA

LAPORAN INDUSTRI INDUSTRI BATUBARA DI INDONESIA 2017 LAPORAN INDUSTRI INDUSTRI BATUBARA DI INDONESIA BAB I: PELUANG DAN TANTANGAN INDUSTRI BATUBARA 1 1.1. PELUANG INDUSTRI BATUBARA 2 1.1.1. Potensi Pasar 2 Grafik 1.1. Prediksi Kebutuhan Batubara untuk

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI AGUSTUS 2014

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI AGUSTUS 2014 PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI AGUSTUS 2014 A. Perkembangan perekonomian dan perdagangan Thailand 1. Selama periode Januari-Agustus 2014, neraca perdagangan Thailand dengan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAMBI 2016

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAMBI 2016 No. 23/05/16/Th.X, 2 Mei 2016 PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAMBI 2016 MARET Nilai Ekspor Asal Provinsi Jambi sebesar US$ 155,15 Juta, dan Nilai Impor sebesar US$ 3,29 Juta. Nilai ekspor asal Provinsi

Lebih terperinci

Tantangan Puslitbang tekmira ke Depan

Tantangan Puslitbang tekmira ke Depan Bagian V Tantangan Puslitbang tekmira ke Depan Sumber Daya Manusia Terbatas Sebagai orang yang mengawali karir di Puslitbang tekmira hingga mencapai puncak sebagai Kepala Puslitbang tekmira, ia tetap peduli

Lebih terperinci

LAPORAN INDUSTRI INDUSTRI BATUBARA DI INDONESIA

LAPORAN INDUSTRI INDUSTRI BATUBARA DI INDONESIA 2016 LAPORAN INDUSTRI INDUSTRI BATUBARA DI INDONESIA LAPORAN INDUSTRI INDUSTRI BATUBARA DI INDONESIA 2016 Diterbitkan Oleh: PT. Indo Analisis Copyright @ 2016 DISCALIMER Semua informasi dalam Laporan Industri

Lebih terperinci

Peran Pendidikan Tinggi dalam Program Pengembangan SDM Ketenaganukliran. Oleh. Prayoto. Universitas Gadjah Mada. Energi Sebagai Penunjang Peradaban

Peran Pendidikan Tinggi dalam Program Pengembangan SDM Ketenaganukliran. Oleh. Prayoto. Universitas Gadjah Mada. Energi Sebagai Penunjang Peradaban 1 Peran Pendidikan Tinggi dalam Program Pengembangan SDM Ketenaganukliran Oleh Prayoto Universitas Gadjah Mada Energi Sebagai Penunjang Peradaban Peradaban manusia sejak awal perkembangannya telah bertumpu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Industri TPT merupakan penyumbang terbesar dalam perolehan devisa

I. PENDAHULUAN. Industri TPT merupakan penyumbang terbesar dalam perolehan devisa I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri TPT merupakan penyumbang terbesar dalam perolehan devisa Indonesia. Pada kurun tahun 1993-2006, industri TPT menyumbangkan 19.59 persen dari perolehan devisa

Lebih terperinci

Paparan Publik Tahunan. Jakarta, 11 Agustus 2015

Paparan Publik Tahunan. Jakarta, 11 Agustus 2015 Paparan Publik Tahunan Jakarta, 11 Agustus 2015 KAPASITAS PRODUKSI 2015 Produk Peleburan Metric Ton/Tahun Kawat Tembaga 15,000 MT Kawat Aluminium 12,000 MT Produk Kabel Kabel Listrik Tembaga 26,000 MT

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA SEPTEMBER 2011

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA SEPTEMBER 2011 BADAN PUSAT STATISTIK No. 66/11/Th.XIV, 1 November PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA SEPTEMBER A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR SEPTEMBER MENCAPAI US$17,82 MILIAR Nilai ekspor Indonesia mencapai US$17,82

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA- SAUDI ARABIA BULAN : JUNI 2015

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA- SAUDI ARABIA BULAN : JUNI 2015 PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA- SAUDI ARABIA BULAN : JUNI 2015 A. Perkembangan Perekonomian Saudi Arabia. 1. Dana Moneter Internasional (IMF) menyatakan pertumbuhan ekonomi di Saudi Arabia diatur melambat

Lebih terperinci

PEMANFAATAN LIMBAH KAYU (BIOMASSA) UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK. PT. Harjohn Timber. Penerima Penghargaan Energi Pratama Tahun 2011 S A R I

PEMANFAATAN LIMBAH KAYU (BIOMASSA) UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK. PT. Harjohn Timber. Penerima Penghargaan Energi Pratama Tahun 2011 S A R I PEMANFAATAN LIMBAH KAYU (BIOMASSA) UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK PT. Harjohn Timber Penerima Penghargaan Energi Pratama Tahun 2011 S A R I PT. Harjhon Timber adalah salah satu Penerima Penghargaan Energi Pratama

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. Sumber : WTRG Economics

IV. GAMBARAN UMUM. Sumber : WTRG Economics IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Perkembangan Harga Minyak Bumi Minyak bumi merupakan salah satu sumber energi dunia. Oleh karenanya harga minyak bumi merupakan salah satu faktor penentu kinerja ekonomi global.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Wilayah

BAB 1 PENDAHULUAN. Wilayah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ketersediaan listrik merupakan suatu kebutuhan yang sangat penting bagi masyarakat Indonesia. Hal ini dikarenakan berbagai kegiatan dapat dilakukan dengan adanya peralatan

Lebih terperinci

PROSPEK EKONOMI WOOD PELLET (Untuk Bisnis Energi Terbarukan)

PROSPEK EKONOMI WOOD PELLET (Untuk Bisnis Energi Terbarukan) PROSPEK EKONOMI WOOD PELLET (Untuk Bisnis Energi Terbarukan) Rachman E., Tati R. dan Sofwan B. April 2014 BADAN LITBANG KEHUTANAN KEMENTERIAN KEHUTANAN Rp.2,240,000 16.087.000 IDR/ha (4 thn) KB 8,000 USD/ha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan. dengan kebutuhan energi yang semakin meningkat. Pemenuhan kebutuhan energi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan. dengan kebutuhan energi yang semakin meningkat. Pemenuhan kebutuhan energi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Perkembangan peradaban manusia, tidak hanya berkaitan dengan masalahmasalah sosial ekonomi, politik, regulasi dan lingkungan, namun juga terkait dengan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAMBI 2016

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAMBI 2016 No. 19/04/16/Th.X, 1 April 2016 PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAMBI 2016 FEBRUARI Nilai Ekspor Asal Provinsi Jambi sebesar US$ 136,24 Juta, dan Nilai Impor sebesar US$ 8,21 Juta. Nilai ekspor asal

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sumber daya alam tersebut adalah batubara. Selama beberapa dasawarsa terakhir. kini persediaan minyak bumi sudah mulai menipis.

BAB 1 PENDAHULUAN. sumber daya alam tersebut adalah batubara. Selama beberapa dasawarsa terakhir. kini persediaan minyak bumi sudah mulai menipis. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia industri di Indonesia dengan cepat dan membawa dampak pada perekonomian, lapangan kerja dan peningkatan devisa Negara. Industri yang berkembang kebanyakan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAMBI DESEMBER 2015

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAMBI DESEMBER 2015 No. 07/02/16/Th.X, 1 Februari 2016 PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAMBI DESEMBER 2015 Nilai Ekspor Asal Provinsi Jambi sebesar US$ 172,12 Juta, dan Nilai Impor sebesar US$ 16,62 Juta. Nilai ekspor

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2013 No. 046/08/63/Th XVII, 2 Agustus 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2013 Ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan II-2013 tumbuh sebesar 13,92% (q to q) dan apabila dibandingkan dengan

Lebih terperinci

GUNTINGAN BERITA Nomor : HHK 2.1/HM 01/05/2014

GUNTINGAN BERITA Nomor : HHK 2.1/HM 01/05/2014 Badan Tenaga Nuklir Nasional J A K A R T A Hari, tanggal Minggu, 10 Mei 2015 Yth.: Bp. Kepala BadanTenaga Nuklir Nasional GUNTINGAN BERITA Nomor : HHK 2.1/HM 01/05/2014 Sumber Berita Selasar.com Hal. -

Lebih terperinci

1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Perkembangan produksi pertambangan batu bara sebagai sumber energi tak terbaharukan (non renewable energy resources) di Indonesia sampai saat ini cukup pesat. Data

Lebih terperinci

ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, KINERJA DAN DAYA SAING INDUSTRI ELEKTRONIKA DI INDONESIA JOHANNA SARI LUMBAN TOBING H

ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, KINERJA DAN DAYA SAING INDUSTRI ELEKTRONIKA DI INDONESIA JOHANNA SARI LUMBAN TOBING H ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, KINERJA DAN DAYA SAING INDUSTRI ELEKTRONIKA DI INDONESIA JOHANNA SARI LUMBAN TOBING H14104016 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menonjol terutama dalam mendorong pertumbuhan ekonomi pada periode

I. PENDAHULUAN. menonjol terutama dalam mendorong pertumbuhan ekonomi pada periode I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peran sub sektor kehutanan pada perekonomian nasional Indonesia cukup menonjol terutama dalam mendorong pertumbuhan ekonomi pada periode Pembangunan Lima Tahun Pertama

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3

IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3 IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3 4.1 Perkembangan Harga Minyak Dunia Pada awal tahun 1998 dan pertengahan tahun 1999 produksi OPEC turun sekitar tiga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebangkitan kembali sektor manufaktur, seperti terlihat dari kinerja ekspor maupun

BAB I PENDAHULUAN. kebangkitan kembali sektor manufaktur, seperti terlihat dari kinerja ekspor maupun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Prospek industri manufaktur tahun 2012, pada tahun 2011 yang lalu ditandai oleh kebangkitan kembali sektor manufaktur, seperti terlihat dari kinerja ekspor

Lebih terperinci

Dari penugasannya di Biro Kerja Sama Luar Negeri, ia ditempatkan

Dari penugasannya di Biro Kerja Sama Luar Negeri, ia ditempatkan Bagian VI Menjadi Kepala Pusat P3TEK Dari penugasannya di Biro Kerja Sama Luar Negeri, ia ditempatkan sebagai Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Energi dan Ketenagalistrikan (P3TEK). Meski

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Produksi Karet Indonesia Berdasarkan Kepemilikan Lahan pada Tahun Produksi (Ton)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Produksi Karet Indonesia Berdasarkan Kepemilikan Lahan pada Tahun Produksi (Ton) A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Tanaman karet merupakan tanaman tahunan dengan bentuk pohon batang lurus. Bagian yang dipanen dari tanaman karet adalah getah atau lateks. Lateks tanaman karet banyak digunakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Pemanfaatan cadangan..., Mudi Kasmudi, FT UI, 2010.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Pemanfaatan cadangan..., Mudi Kasmudi, FT UI, 2010. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Sebagai negara kepulauan, Indonesia memiliki sumber daya mineral yang tersebar diseluruh kepulauan Indonesia. Jumlah sumber daya mineral yang merupakan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAMBI JUNI 2016

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAMBI JUNI 2016 No. 41/08/15/Th.X, 1 Agustus 2016 PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAMBI JUNI 2016 Nilai Ekspor Asal Provinsi Jambi sebesar US$ 176,85 Juta, dan Nilai Impor sebesar US$ 4,44 Juta. Nilai ekspor asal Provinsi

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. panas yang berlangsung sangat lama. Proses pembentukan (coalification)

IV. GAMBARAN UMUM. panas yang berlangsung sangat lama. Proses pembentukan (coalification) IV. GAMBARAN UMUM 4.1 Pertambangan Batubara Indonesia Batubara merupakan batuan hidrokarbon padat yang terbentuk dari tumbuhan dalam lingkungan bebas oksigen, serta terkena pengaruh tekanan dan panas yang

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. Badak, dan kilang Tangguh. Ketiga kilang tersebut tersebar di berbagai pulau

IV. GAMBARAN UMUM. Badak, dan kilang Tangguh. Ketiga kilang tersebut tersebar di berbagai pulau IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Perkembangan Produksi Liquefied Natural Gas (LNG) LNG Indonesia diproduksi dari tiga kilang utama, yaitu kilang Arun, kilang Badak, dan kilang Tangguh. Ketiga kilang tersebut tersebar

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAMBI JANUARI 2017

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAMBI JANUARI 2017 No. 13/03/15/Th.XI, 1 Maret 2017 PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAMBI JANUARI 2017 Nilai Ekspor Asal Provinsi Jambi sebesar US$ 195,65 Juta, dan Nilai Impor sebesar US$ 5,81 Juta. Nilai ekspor asal

Lebih terperinci

BAB 3 PEMODELAN, ASUMSI DAN KASUS

BAB 3 PEMODELAN, ASUMSI DAN KASUS BAB 3 PEMODELAN, ASUMSI DAN KASUS 3.1 Kerangka Pemodelan Kajian Outlook Energi Indonesia meliputi proyeksi kebutuhan energi dan penyediaan energi. Proyeksi kebutuhan energi jangka panjang dalam kajian

Lebih terperinci

2015 LAPORAN INDUSTRI PELUANG & TANTANGAN INDUSTRI BATUBARA

2015 LAPORAN INDUSTRI PELUANG & TANTANGAN INDUSTRI BATUBARA 2015 LAPORAN INDUSTRI PELUANG & TANTANGAN INDUSTRI BATUBARA LAPORAN INDUSTRI PELUANG & TANTANGAN INDUSTRI BATUBARA 2015 Copyright @2015 PT. INDO ANALISIS Hak Cipta dilindungi Undang-undang DAFTAR ISI I.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu tulang punggung perekonomian

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu tulang punggung perekonomian I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu tulang punggung perekonomian Indonesia. Hal ini terlihat dari peran sektor pertanian tersebut dalam perekonomian nasional sebagaimana

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Karet merupakan komoditi ekspor yang mampu memberikan kontribusi di dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Karet merupakan komoditi ekspor yang mampu memberikan kontribusi di dalam BAB PENDAHULUAN. Latar Belakang Karet merupakan komoditi ekspor yang mampu memberikan kontribusi di dalam upaya peningkatan devisa Indonesia. Ekspor Karet Indonesia selama 0 tahun terakhir terus menunjukkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1 1.1 LATAR BELAKANG BAB 1 PENDAHULUAN Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki wilayah hutan yang luas, hutan yang ada mampu memberikan berbagai manfaat bagi kehidupan manusia maupun makhluk hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya peran energi dalam kebutuhan sehari-hari mulai dari zaman dahulu

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya peran energi dalam kebutuhan sehari-hari mulai dari zaman dahulu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Topik tentang energi saat ini menjadi perhatian besar bagi seluruh dunia. Pentingnya peran energi dalam kebutuhan sehari-hari mulai dari zaman dahulu hingga sekarang

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN MANFAAT INDUSTRI EKSTRAKTIF BAGI DAERAH DAN MASYARAKAT RISWAN TEKNIK PERTAMBANGAN UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT 2015

UPAYA MENINGKATKAN MANFAAT INDUSTRI EKSTRAKTIF BAGI DAERAH DAN MASYARAKAT RISWAN TEKNIK PERTAMBANGAN UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT 2015 UPAYA MENINGKATKAN MANFAAT INDUSTRI EKSTRAKTIF BAGI DAERAH DAN MASYARAKAT RISWAN TEKNIK PERTAMBANGAN UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT 2015 Pengantar Industri Ekstraktif adalah segala kegiatan yang mengambil

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Natalitas (kelahiran) yang terjadi setiap hari tentu menambah jumlah populasi manusia di muka bumi ini. Tahun 2008 ini populasi penduduk Indonesia menduduki peringkat 4 setelah

Lebih terperinci

Analisis Perkembangan Industri

Analisis Perkembangan Industri JUNI 2017 Analisis Perkembangan Industri Pusat Data dan Informasi Juni 2017 Pendahuluan Membaiknya perekonomian dunia secara keseluruhan merupakan penyebab utama membaiknya kinerja ekspor Indonesia pada

Lebih terperinci

V. PENGEMBANGAN ENERGI INDONESIA DAN PELUANG

V. PENGEMBANGAN ENERGI INDONESIA DAN PELUANG V. PENGEMBANGAN ENERGI INDONESIA 2015-2019 DAN PELUANG MEMANFAATKAN FORUM G20 Siwi Nugraheni Abstrak Sektor energi Indonesia mengahadapi beberapa tantangan utama, yaitu kebutuhan yang lebih besar daripada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. teknologi telah meningkatkan permintaan energi. Pada mulanya. manusia memenuhi kebutuhan energi mereka dengan daya otot,

BAB 1 PENDAHULUAN. teknologi telah meningkatkan permintaan energi. Pada mulanya. manusia memenuhi kebutuhan energi mereka dengan daya otot, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sepanjang sejarah, pertumbuhan penduduk dan perkembangan teknologi telah meningkatkan permintaan energi. Pada mulanya manusia memenuhi kebutuhan energi mereka dengan

Lebih terperinci

PENUNJUK UNDANG-UNDANG PERINDUSTRIAN

PENUNJUK UNDANG-UNDANG PERINDUSTRIAN PENUNJUK UNDANG-UNDANG PERINDUSTRIAN 1 (satu) bulan ~ paling lama Penetapan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia Penetapan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia di bidang Industri sebagaimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan energi listrik tersebut terus dikembangkan. Kepala Satuan

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan energi listrik tersebut terus dikembangkan. Kepala Satuan BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Energi merupakan kebutuhan penting bagi manusia, khususnya energi listrik, energi listrik terus meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah populasi manusia

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAMBI FEBRUARI 2015

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAMBI FEBRUARI 2015 No. 20/03/15/Th.IX, 16 Maret 2015 PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAMBI FEBRUARI 2015 Nilai Ekspor Melalui Pelabuhan di Provinsi Jambi sebesar US$ 95,49 Juta, dan Nilai Impor sebesar US$ 9,88 Juta.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara agraris yang mengandalkan sektor pertanian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara agraris yang mengandalkan sektor pertanian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara agraris yang mengandalkan sektor pertanian dalam perekonomian. Selain itu sebagian besar penduduk Indonesia bekerja pada sektor

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Energi memainkan perananan yang sangat vital dan strategis dalam pembangunan. Tanpa energi, tidak mungkin menjalankan berbagai aktivitas ekonomi seperti mengoperasikan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA OKTOBER 2009

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA OKTOBER 2009 BADAN PUSAT STATISTIK No. 72/12/Th. XII, 1 Desember PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA OKTOBER A. PERKEMBANGAN EKSPOR Nilai ekspor Indonesia mencapai US$11,88 miliar atau mengalami peningkatan sebesar

Lebih terperinci

2015 LAPORAN INDUSTRI PELUANG & TANTANGAN INDUSTRI BATUBARA

2015 LAPORAN INDUSTRI PELUANG & TANTANGAN INDUSTRI BATUBARA 2015 LAPORAN INDUSTRI PELUANG & TANTANGAN INDUSTRI BATUBARA LAPORAN INDUSTRI PELUANG & TANTANGAN INDUSTRI BATUBARA 2015 Copyright @2015 PT. INDO ANALISIS Hak Cipta dilindungi Undang-undang DAFTAR ISI I.

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAMBI DESEMBER 2014

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAMBI DESEMBER 2014 No. 07/02/15/Th.IX, 2 Februari 2015 PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAMBI DESEMBER 2014 Nilai Ekspor Melalui Pelabuhan di Provinsi Jambi sebesar US$ 103,29 Juta, dan Nilai Impor sebesar US$ 6,69 Juta.

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAMBI APRIL 2015

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAMBI APRIL 2015 No. 32/05/15/Th.IX, 15 Mei PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAMBI APRIL Nilai Ekspor Melalui Pelabuhan di Provinsi Jambi sebesar US$ 101,85 Juta, dan Nilai Impor sebesar US$ 7,81 Juta. Nilai ekspor Melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Produk Domestik Bruto (PDB) yang cukup besar, yaitu sekitar 14,43% pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. Produk Domestik Bruto (PDB) yang cukup besar, yaitu sekitar 14,43% pada tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam kegiatan perekonomian di Indonesia, hal ini dapat dilihat dari kontribusinya terhadap Produk Domestik Bruto

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT

V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT 5.1 Produk Kelapa Sawit 5.1.1 Minyak Kelapa Sawit Minyak kelapa sawit sekarang ini sudah menjadi komoditas pertanian unggulan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAMBI MARET 2015

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAMBI MARET 2015 No. 24/04/15/Th.IX, 15 April 2015 PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAMBI MARET 2015 Nilai Ekspor Melalui Pelabuhan di Provinsi Jambi sebesar US$ 103,12 Juta, dan Nilai Impor sebesar US$ 10,95 Juta. Nilai

Lebih terperinci

LAPORAN INDUSTRI INDUSTRI BATUBARA DI INDONESIA

LAPORAN INDUSTRI INDUSTRI BATUBARA DI INDONESIA 2017 LAPORAN INDUSTRI INDUSTRI BATUBARA DI INDONESIA BAB I: PELUANG DAN TANTANGAN INDUSTRI BATUBARA 1 1.1. PELUANG INDUSTRI BATUBARA 2 1.1.1. Potensi Pasar 2 Grafik 1.1. Prediksi Kebutuhan Batubara untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi saat ini, persaingan bisnis semakin ketat menuntut setiap

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi saat ini, persaingan bisnis semakin ketat menuntut setiap BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di era globalisasi saat ini, persaingan bisnis semakin ketat menuntut setiap perusahaan untuk meningkatkan strategi bisnisnya. Strategi bisnis sebelumnya mungkin sudah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Sepuluh Besar Produsen Batubara Tahun 2014

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Sepuluh Besar Produsen Batubara Tahun 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan sumber daya alam dan mineral. Sejak lama Indonesia dikenal sebagai penghasil sumber daya alam, salah satunya adalah

Lebih terperinci

DEPUTI MENTERI NEGARA BIDANG USAHA PERTAMBANGAN, INDUSTRI STRATEGIS, ENERGI DAN TELEKOMUNIKASI

DEPUTI MENTERI NEGARA BIDANG USAHA PERTAMBANGAN, INDUSTRI STRATEGIS, ENERGI DAN TELEKOMUNIKASI MENTERI NEGARA BADAN USAHA MILIK NEGARA YANG DIWAKILI OLEH: ROES ARYAWIJAYA DEPUTI MENTERI NEGARA BIDANG USAHA PERTAMBANGAN, INDUSTRI STRATEGIS, ENERGI DAN TELEKOMUNIKASI Kondisi Pengelolaan Energi, Ketenagalistrikan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Jumlah konsumsi minyak bumi Indonesia sekitar 1,4 juta BOPD (Barrel Oil Per Day), sedangkan produksinya hanya sekitar 810 ribu BOPD (Barrel Oil Per Day). Kesenjangan konsumsi

Lebih terperinci

DEWAN ENERGI NASIONAL OUTLOOK ENERGI INDONESIA 2014

DEWAN ENERGI NASIONAL OUTLOOK ENERGI INDONESIA 2014 OUTLOOK ENERGI INDONESIA 2014 23 DESEMBER 2014 METODOLOGI 1 ASUMSI DASAR Periode proyeksi 2013 2050 dimana tahun 2013 digunakan sebagai tahun dasar. Target pertumbuhan ekonomi Indonesia rata-rata sebesar

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. diperbahurui makin menipis dan akan habis pada suatu saat nanti, karena itu

PENDAHULUAN. diperbahurui makin menipis dan akan habis pada suatu saat nanti, karena itu PENDAHULUAN Latar Belakang Energi merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia dan saat ini konsumsi meningkat. Namun cadangan bahan bakar konvesional yang tidak dapat diperbahurui makin menipis dan akan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DAN PEMANFAATAN ENERGI

KEBIJAKAN PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DAN PEMANFAATAN ENERGI KEBIJAKAN PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DAN PEMANFAATAN ENERGI J. PURWONO Direktorat Jenderal Listrik dan Pemanfaatan Energi Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral Disampaikan pada: Pertemuan Nasional Forum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagus untuk memperoleh keuntungan. kemampuan menciptakan nilai tambah (value added creation) dari setiap

BAB I PENDAHULUAN. bagus untuk memperoleh keuntungan. kemampuan menciptakan nilai tambah (value added creation) dari setiap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perusahaan manufaktur merupakan penopang utama perkembangan industri di sebuah negara. Perkembangan industri manufaktur di sebuah negara juga dapat digunakan untuk melihat

Lebih terperinci

LAPORAN LIAISON. Triwulan I Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh

LAPORAN LIAISON. Triwulan I Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh Triwulan I - 2015 LAPORAN LIAISON Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh terbatas, tercermin dari penjualan domestik pada triwulan I-2015 yang menurun dibandingkan periode

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gambar 1. Luasan lahan perkebunan kakao dan jumlah yang menghasilkan (TM) tahun

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gambar 1. Luasan lahan perkebunan kakao dan jumlah yang menghasilkan (TM) tahun 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usaha perkebunan merupakan usaha yang berperan penting bagi perekonomian nasional, antara lain sebagai penyedia lapangan kerja dan sumber pendapatan bagi petani, sumber

Lebih terperinci

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen)

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen) BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 13/02/35/Th. XII, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR I. PERTUMBUHAN DAN STRUKTUR EKONOMI MENURUT LAPANGAN USAHA Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur

Lebih terperinci

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Indonesia yang kaya akan budaya dan hasil alamnya memiliki banyak industri yang menggantungkan usahanya pada hasil alam tersebut. Salah satu industri yang menggabungkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara agraris, yakni salah satu penghasil

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara agraris, yakni salah satu penghasil 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara agraris, yakni salah satu penghasil komoditas pertanian berupa padi. Komoditas padi dikonsumsi dalam bentuk beras menjadi nasi.

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM NEGARA ASEAN 5+3

IV. GAMBARAN UMUM NEGARA ASEAN 5+3 IV. GAMBARAN UMUM NEGARA ASEAN 5+3 4.1 Gambaran Umum Kesenjangan Tabungan dan Investasi Domestik Negara ASEAN 5+3 Hubungan antara tabungan dan investasi domestik merupakan indikator penting serta memiliki

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2012 DAN TAHUN 2012

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2012 DAN TAHUN 2012 No. 06/02/62/Th. VII, 5 Februari 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2012 DAN TAHUN 2012 Perekonomian Kalimantan Tengah triwulan IV-2012 terhadap triwulan III-2012 (Q to Q) secara siklikal

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA MARET 2008

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA MARET 2008 BADAN PUSAT STATISTIK No. 22/05/Th. XI, 2 Mei PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA MARET A. Perkembangan Ekspor Nilai ekspor Indonesia mencapai US$ 11,90 miliar atau mengalami peningkatan sebesar 12,96

Lebih terperinci

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI Oktober 2008 INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI Pada Oktober 2008, pertumbuhan tertinggi secara tahunan terjadi pada produksi kendaraan niaga, sementara secara bulanan terjadi pada produksi kendaraan non niaga

Lebih terperinci

Krisis Pangan, Energi, dan Pemanasan Global

Krisis Pangan, Energi, dan Pemanasan Global Krisis Pangan, Energi, dan Pemanasan Global Benyamin Lakitan Kementerian Negara Riset dan Teknologi Rakorda MUI Lampung & Jawa Jakarta, 22 Juli 2008 Isu Global [dan Nasional] Krisis Pangan Krisis Energi

Lebih terperinci

Efisiensi PLTU batubara

Efisiensi PLTU batubara Efisiensi PLTU batubara Ariesma Julianto 105100200111051 Vagga Satria Rizky 105100207111003 Sumber energi di Indonesia ditandai dengan keterbatasan cadangan minyak bumi, cadangan gas alam yang mencukupi

Lebih terperinci

PEMANFAATAN LOW RANK COAL UNTUK SEKTOR KETENAGA LISTRIKAN

PEMANFAATAN LOW RANK COAL UNTUK SEKTOR KETENAGA LISTRIKAN PEMANFAATAN LOW RANK COAL UNTUK SEKTOR KETENAGA LISTRIKAN Di Prersentasikan pada : SEMINAR NASIONAL BATUBARA Hotel Grand Melia,, 22 23 Maret 2006 DJUANDA NUGRAHA I.W PH DIREKTUR PEMBANGKITAN DAN ENERGI

Lebih terperinci

VI. SIMPULAN DAN SARAN

VI. SIMPULAN DAN SARAN VI. SIMPULAN DAN SARAN 6.1 Simpulan Berdasarkan pembahasan sebelumnya maka dapat diambil beberapa kesimpulan antara lain: 1. Selama tahun 1999-2008, rata-rata tahunan harga minyak telah mengalami peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. Tabel I. Produsen Batu Bara Terbesar di Dunia. 1. Cina Mt. 2. Amerika Serikat Mt. 3. Indonesia 281.

BAB I PENGANTAR. Tabel I. Produsen Batu Bara Terbesar di Dunia. 1. Cina Mt. 2. Amerika Serikat Mt. 3. Indonesia 281. BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Sumber daya berupa bahan tambang di Indonesia bisa dikatakan melimpah. Salah satunya adalah batubara. Indonesia merupakan salah satu penghasil batubara terbesar di dunia.

Lebih terperinci

FAKTOR SUPPLY-DEMAND DALAM PILIHAN NUKLIR TIDAK NUKLIR. Oleh: Prof. Dr. Ir. Prayoto, M.Sc. (Guru Besar Fakultas MIPA Universitas Gadjah Mada)

FAKTOR SUPPLY-DEMAND DALAM PILIHAN NUKLIR TIDAK NUKLIR. Oleh: Prof. Dr. Ir. Prayoto, M.Sc. (Guru Besar Fakultas MIPA Universitas Gadjah Mada) 1 Formatted: Font: 10 pt, Italic, FAKTOR SUPPLY-DEMAND DALAM PILIHAN NUKLIR TIDAK NUKLIR Formatted: Not Different first page Oleh: Prof. Dr. Ir. Prayoto, M.Sc. (Guru Besar Fakultas MIPA Universitas Gadjah

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAMBI APRIL 2017

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAMBI APRIL 2017 No.30/06/15/Th.XI, 2 Juni 2017 PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAMBI APRIL 2017 Nilai Ekspor Asal Provinsi Jambi sebesar US$ 245,03 Juta, dan Nilai Impor sebesar US$ 2,22 Juta. Nilai ekspor asal Provinsi

Lebih terperinci