Sejarah, Program Studi Prancis. 1 Makalah untuk disajikan dalam Seminar Lisan V yang diselenggarakan oleh Asosiasi Tradisi Lisan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Sejarah, Program Studi Prancis. 1 Makalah untuk disajikan dalam Seminar Lisan V yang diselenggarakan oleh Asosiasi Tradisi Lisan"

Transkripsi

1 1 MEGA PROYEK MARSEKAL GUNTUR : TANGGAPAN ATAS BUKU JALAN RAYA POS, JALAN DAENDELS KARYA PRAMOEDYA ANANTA TOER 1 Oleh Djoko Marihandono (djoko_marihandono@yahoo.com) 2 1. Pendahuluan Dalam kajian sejarah Indonesia, yang lebih banyak mendasarkan pada sumber arsip, orang lebih banyak mengenal Marsekal Herman Willem Daendels daripada Marsekal Guntur atau Mas Galak. Julukan Marsekal Guntur dan Mas Galak yang terdapat pada sumber-sumber lisan dan sumber lokal mengacu kepada orang yang sama, yaitu Marsekal Herman Willem Daendels (selanjutnya disebut Daendels) yang memerintah di Jawa antara tahun Daendels melakukan banyak tindakan dan melaksanakan berbagai program dalam waktu yang relatif singkat (3 tahun 4 bulan). Semua program yang dicanangkannya berasal dari instruksi raja Belanda Louis Napoléon sebelum ia berangkat dari Eropa pada bulan Februari 1807 menuju Jawa. Instruksi itu dipertegas lagi ketika ia menghadap Napoléon Bonaparte, Kaisar Prancis, untuk berpamitan sekaligus untuk menjabarkan rencana kerjanya di Jawa. Dalam instruksi itu, ada dua tujuan utama yang harus ia capai, yakni mempertahankan Jawa dari serangan Inggris dan membenahi sistem administrasi pemerintahan sebagai warisan VOC. Ketika membicarakan masa pemerintahan Daendels di Hindia Timur, tidak dapat dihindari membicarakan kondisi politik di Eropa pada saat itu. Negara Belanda yang merupakan negara kerajaan di bawah pemerintahan Raja Belanda Louis Napoléon selalu mendapatkan ancaman dari Inggris beserta sekutunya. Penempatan Raja Louis Napoléon di Belanda tidak terlepas dari upaya Prancis (baca Napoléon Bonaparte) memblokade semua wilayah daratan Eropa agar tidak didarati oleh kapal-kapal Inggris, baik untuk kepentingan perdagangan maupun kepentingan politik. Napoléon Bonaparte menganggap bahwa wilayah pantai Belanda merupakan satu-satunya wilayah bagi Inggris dan 1 Makalah untuk disajikan dalam Seminar Lisan V yang diselenggarakan oleh Asosiasi Tradisi Lisan (ATL) bekerjasama dengan Direktorat Jenderal Kebudayaan dan Pariwisata di Galeria Nasional, 1-4 Desember Penulis adalah pengajar di Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, Departemen Sejarah, Program Studi Prancis.

2 2 sekutunya yang masih memungkinkan dijadikan akses masuk ke Eropa. Oleh karena itu, Napoléon Bonaparte menempatkan adik kandungnya menjadi Raja Belanda untuk menangkis upaya Inggris itu. Upaya Inggris mendaratkan pasukannya di wilayah Belanda, selalu mendapatkan perlawanan yang gigih dari pasukan gabungan Belanda-Prancis. Terlebih lagi, ketika Napoléon Bonaparte melancarkan politik kontinentalnya, maka dibalas pula oleh Inggris dengan mengultimatum akan merampas semua wilayah koloni Belanda yang ada di timur Tanjung Harapan. Ultimatum itu benar-benar dijalankan oleh Inggris dengan merebut wilayah Tanjung Harapan pada tanggal 22 Januari 1805, dan beberapa pulau lain di sekitarnya seperti Ile de France dan Mauritius beberapa tahun kemudian (tahun 1809 dan 1810). Kenyataan ini disadari sepenuhnya oleh Belanda, sehingga bagi Raja Belanda dan Kaisar Prancis, hanyalah tinggal Daendels satu-satunya harapan bisa diberikan untuk mempertahankan pulau Jawa yang selama itu dianggap mampu mempertahankan kehormatan Prancis. Peranan pulau Jawa sudah menjadi pembicaraan di kalangan elit pemerintahan di Prancis sejak naiknya Napoléon Bonaparte menjadi Premier Consul peranannya dan potensinya. 3 Sementara itu dari sisi yang berbeda, dari pihak Inggris, upaya menguasai pulau Jawa sementara diurungkan karena Inggris saat itu belum memiliki ahli tentang pulaupulau di Hindia Timur. Pengetahuan John Leyden asisten Lord Minto (Gubernur Jenderal EIC di Calcutta saat itu) tentang Raja-Raja Melayu dianggap belum cukup berperan dalam menentukan strategi pendaratan militer di pulau Jawa. Selain itu, kabar kedatangan Daendels ke pulau Jawa membuat rencana penaklukan Jawa diurungkan oleh Inggris karena terdengar berita bahwa Daendels datang ke pulau Jawa dikawal dengan beberapa kapal perang yang sekaligus akan memperkuat armada laut Belanda-Prancis di Jawa. Kondisi ini berubah ketika muncul seorang ahli tentang Hindia Timur Sir Thomas Stamford Raffles yang datang menghadap Lord Minto di Calcutta. Raffles berhasil meyakinkan Lord Minto bahwa pulau Jawa segera harus ditaklukkan oleh Inggris. 3 Komandan Divisi XII Prancis Jenderal Houdetôt telah menyampaikan laporannya tentang pulau Jawa dan kemungkinkinan pendaratan pasukan Inggris di Jawa kepada Napoléon Bonaparte sejak tanggal Pada tanggal 23 Ventôse tahun ke-ix menurut sistem penanggalan Prancis atau tanggal 20 Februari 1800 menurut penanggalan internasional.

3 3 Keadaan di pulau Jawa saat kedatangan Daendels di Jawa (1 Januari 1808) sangat genting, karena Inggris telah melakukan blokade laut atas pulau Jawa. Bahkan tiga minggu sebelum kedatangannya, pantai Gresik sudah dikuasai oleh Inggris, dan wakil Gezaghebber Surabaya saat itu Van Alphen harus menandatangani perjanjian dengan Laksamana Pellew. Situasai perang inilah yang melatarbelakangi semua masa pemerintahan Daendels di Jawa selama kurun waktu 14 Januari 1808 hingga 16 Mei 1811 atau selama 3 tahun 4 bulan. Berbekal dua tugas utama yang dibebankan kepadanya yakni mempertahankan pulau Jawa dari ancaman Inggris dan memperbaiki sistem administrasi pemerintahan di wilayah koloni Hindia Timur, Daendels menerapkan sistem pemerintahan model militer. Sasaran yang akan ia capai adalah semua pejabat harus bertanggungjawab secara vertikal dengan kekuasaan terakhir dipegang secara mutlak oleh Gubernur Jenderal. Semua pejabat birokrasi diberikan pangkat militer, tidak terbatas pada orang Eropa, tetapi juga para pejabat pribumi seperti para bupati. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah terjadinya pembangkangan atau subordinasi yang berdampak pada kegagalan proyek pertahanan yang akan dibangunnya. Oleh karena itu tindakan disiplin yang keras diterapkan oleh Daendels dalam pelaksanaan semua program itu. Sosok dan latar belakang Daendels sangat mempengaruhi sistem pemerintahan yang diterapkannya. Sebagai seorang militer yang dibesarkan dalam periode Revolusi Prancis (Légion Etrangère), Daendels tampil sebagai seorang yang berwatak keras dan tegas. Ia tidak segan mengambil tindakan terhadap bawahannya yang dianggap tidak mampu melaksanakan perintahnya. Di samping itu, suaranya yang keras juga menambah pengaruh penampilan dirinya ketika berhadapan dengan siapapun, baik para pejabat Eropa maupun para penguasa pribumi. Akibatnya, di kalangan para bangsawan pribumi, Daendels dikenal dengan sebutan Marsekal Guntur. Bahkan karena ketegasannya ketika memberikan perintah, oleh para penguasa pribumi, Daendels juga dijuluki sebagai Mas Galak nama yang diambil dari pangkat yang disandangnya yaitu Marsekal. Istilah sapaan Marsekal Guntur untuk memanggil Gubernur Jenderal Daendels, digunakan tidak hanya oleh para penguasa atau raja-raja pribumi, tetapi juga para bangsawan dan bupati bahkan sampai ke tingkat demang dan pejabat pribumi rendahan juga menyebutnya demikian. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh semua instruksi dan

4 4 tindakan Daendels terasa sampai di kalangan masyarakat bawah. Dalam istilah penyebutan tradisi lisan orang-orang Jawa dan Sunda lebih banyak menyebutnya dengan nama Marsekal Guntur atau Den Mas Galak. 2. Jalan Raya Sesuai instruksi Louis Napoléon untuk mempertahankan Jawa dari serangan Inggris, Daendels melihat bahwa prasarana pertahanan di Jawa sebagai warisan VOC sangat tidak memadai. Tidak ada sarana komunikasi umum sebagai syarat pertama bagi mobilisasi pasukan. Jalan-jalan yang ada tidak memenuhi syarat karena kondisinya buruk sehingga menyebabkan hubungan antar-kota di Jawa saat itu masih sangat minim. Ini terbukti dari perjalanan yang dilakukan Daendels ketika mendarat di Banten pada tanggal 1 Januari 1808 ke Batavia yang memakan waktu selama empat hari. Bagi Daendels, dengan melihat jarak antara Banten dan Batavia, jangka waktu empat hari dianggapnya terlalu lama. Setelah menerima jabatan Gubernur Jenderal pada tanggal 14 Januari 1808 dari Gubernur Jenderal Albertus Henricus Wiesse, Daendels mencanangkan program pertama bagi proyek pertahanan Jawa, yaitu membuat jalan yang menghubungkan ujung barat dan ujung timur Jawa, di samping membangun dua fasilitas pangkalan armada laut di Teluk Meeuwen (Ujung Kulon) dan di Teluk Manari (Gresik). Daendels menetapkan pembangunan jalan raya ini harus selesai dalam waktu satu tahun. Karena sebelum kehadiran Daendels di Jawa telah ada jalan yang menghubungkan antara Banten dan Batavia hingga Buitenzorg (Bogor) dan kondisinya masih bisa digunakan, maka pembangunan jalan ini dimulai dari Buitenzorg menuju Karangsambung di Cirebon. Berbeda dengan pandangan umum yang ada saat ini, Daendels telah mengeluarkan keputusan pada 5 Mei 1808 tentang pembuatan jalan ini dan telah menyiapkan sejumlah dana bagi pembiayaannya (Chijs 1895: ). Menurut pandangannya, jalan ini harus dikerjakan oleh tenaga yang dibayar harian dengan maksud agar para pekerjanya bersemangat untuk menyelesaikan proyek itu. Tetapi dalam pelaksanaannya kendala di lapangan dihadapi: medan yang sulit dan anggaran yang sangat minim. Dengan dana yang ada, pembiayaan jalan hanya bisa dilakukan bagi proyek jalan antara Buitenzorg dan hingga Karangsambung di Cirebon. Sementara

5 5 pembangunan di Pantai Timur Laut Jawa dan Ujung Timur Jawa diserahkan kepada para bupati di wilayah itu. Hal ini dimintakan pengertiannya oleh gubernur jenderal karena tujuan utama dibangunnya jalan raya ini (berdasarkan keputusan itu) adalah untuk meningkatkan kemakmuran penduduk di sekitar jalan raya. Sebelumnya, Daendels telah mengeluarkan instruksi kepada para bupati agar para penduduk membuka lahan baru untuk memperluas tanaman kopi dan padi, sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan penduduk. Namun, Daendels sadar bahwa upaya itu tidak berhasil karena kondisi jalan tidak mendukung, sehingga penduduk harus membayar lebih untuk beaya transportasi. Dengan pembangunan jalan itu, ongkos transportasi bisa ditekan, sehingga upaya peningkatan kesejahteraan penduduk dapat segera terrealisasi. Tujuan kedua pembangunan jalan juga disebutkan dalam keputusan itu adalah untuk pertahanan. Daendels memiliki kewajiban untuk mempertahankan pulau Jawa selama mungkin dari ancaman Inggris sesuai instruksi yang diterimanya dari Raja Louis Napoléon. 4 Untuk mengefektifkan jalan itu, ia memfungsikannya sebagai jalan pos yang memiliki fungsi utama sebagai sarana komunikasi antara Batavia dan wilayah sekitarnya di seluruh pulau Jawa. Setelah terjadi kemacetan pembangunan jalan di Karangsambung akibat habisnya anggaran pemerintah, Daendels melakukan evaluasi kembali atas program itu. Sebagai hasil evaluasi ini, Daendels memutuskan untuk meminta bantuan para penguasa pribumi untuk membangun jalan dari Karangsambung sampai Surabaya. Hal ini disepakati dalam pertemuan antara Daendels dan para bupati se-jawa di Semarang yang diselenggarakan pada bulan Juli 1808 karena pembangunan jalan itu memang diperuntukkan bagi peningkatan kesejahteraan penduduk yang tinggal di sekitar jalan raya itu. Akhirnya, Diputuskan dan disepakati pada pertemuan itu bahwa pelaksanaan pembangunan jalan lebih lanjut diserahkan kepada masing-masing bupati di wilayah mereka masing-masing. Sistem yang digunakan diubah bukan lagi kerja upah tetapi menggunakan sarana ikatan feodal yang selama itu telah ada. Dalam ikatan feodal yang berlaku saat itu, masyarakat pribumi sebagai warga dari suatu kabupaten wajib mempersembahkan upeti tahunan 4 Daendels setelah menerima Surat Pengangkatan sebagai Gubernur Jenderal dari Raja Louis Napoléon tanggal 29 Januari 1807, menerima 3 surat tugas lain dari Raja Louis pada tanggal 9 Februari 1807, yaitu instruksi untuk Gubernur Jenderal Koloni dan Wilayah Asia (37 pasal), Instruksi bagi Gubernur Jenderal dan Dewan Hindia (26 pasal), dan Instruksi bagi Gubernur Jenderal untuk membubarkan dan membantuk Pemerintahan Tinggi (Hooge Regering) yang baru di Batavia (6 pasal).

6 6 kepada bupati. Upeti ini berupa sebagian hasil tanah dan tenaga mereka yang diwujudkan dalam kerja wajib bagi kepentingan kabupaten maupun kepentingan pribadi bupati. Setelah kesepakatan dicapai, program pembuatan jalan diteruskan dari Karangsambung menuju Cirebon. Sejak itu para bupati memegang peranan yang lebih penting dengan mengerahkan rakyatnya sebagai tenaga kerja. Dalam pelaksanaan proyek ini, para bupati sering memanfaatkan instruksi Daendels dalam hal pengumpulan dan pengerahan tenaga kerja dengan menuntut lebih banyak tenaga dan lebih lama waktu kerjanya. Keuntungan yang diperoleh para bupati dari proyek ini adalah bahwa sebagian tenaga itu juga digunakan untuk menggarap sawahnya di sela-sela waktu kerja yang tersisa dari program pembangunan jalan. Tenaga kerja yang didatangkan oleh para bupati ini juga diwajibkan membawa bekal sendiri untuk makan. Bekal ini habis, sesuai dengan masa yang mereka jalani untuk membuat jalan. Akibat yang terjadi justru pada waktu kerja yang tersisa digunakan untuk mengerjakan proyek pribadi bupati. Di sini terjadi bencana yang mengakibatkan terjadinya kelaparan dan korban kematian dalam jumlah cukup tinggi. Dengan mendasarkan diri pada sistem ikatan feodal ini, program pembangunan jalan raya yang dicanangkan oleh Daendels berhasil dibuat sampai Panarukan dalam waktu satu tahun. Dibandingkan dengan proyek perbentengan yang juga direncanakan, program pembuatan jalan ini jauh lebih berhasil dan dampaknya lebih luas bagi kehidupan masyarakat. Dua proyek benteng besar di Ujung Kulon dan Gresik hanya satu proyek yang berhasil terwujud sesuai rencana. Proyek pembangunan pangkalan armada di Ujung Kulon (Teluk Meeuwen), karena kondisi alam dan kurangnya tenaga kerja, dipaksakan pembangunannya, sehingga mengakibatkan terjadinya konflik antara Daendels dan Sultan Banten yang menyebabkan dihancurkannya istana Sultan Banten (Surosowan). 5 Kenyataannya bahwa pembangunan pangkalan armada laut di Teluk Meeuwen ini tidak selesai dibangun karena sudah dihancurkan oleh armada Inggris ketika proyek ini mendekati penyelesaiannya. 5 Daendels berhasil membangun pangkalan armada laut di Teluk Manari, Gresik dan menamainya Fort Lodewijk. Nama ini digunakan sebagai penghormatan kepada Raja Belanda Louis Napoléon yang telah mengangkat Daendels sebagai Gubernur Jenderal di Hindia Timur. Sementara itu, pembangunan pangkalan armada laut di Teluk Meeuwen (Ujung Kulon) mengalami kegagalam karena sebelum selesai dibangun, pangkalan itu sudah dihancurkan oleh Inggris.

7 7 Jalan raya yang berhasil terwujud bukan hanya mendukung mobilitas militer seperti yang dikehendaki Daendels, tetapi juga berdampak luas yang mendukung penegakan hukum seperti pengangkutan saksi dan tawanan yang akan diadili. Selain itu, dari sudut sosial ekonomi, jalan ini juga sangat bermanfaat untuk pengangkutan produk hasil bumi, intensifikasi penggarapan tanah, terbukti dengan munculnya tanah-tanah partikelir dan semakin cepatnya hubungan pos. Jika sebelum adanya jalan ini antara Batavia dan Surabaya ditempuh dalam waktu 2 minggu di musim panas atau 3 minggu di musim hujan, dengan selesainya jalan ini seminggu dua kali kereta pos diberangkatkan baik dari Batavia maupun dari Surabaya. Hal ini membawa dampak cepatnya integrasi dan penyatuan Jawa di bawah satu sentral kendali kekuasaan: Batavia. 3. Daendels dalam Karya Fiksi Kebijakan dan pelaksanaan sistem yang diterapkan oleh Daendels telah menimbulkan reaksi bagi masyarakat. Setidaknya terdapat 3 kelompok masyarakat yang ada pada saat itu, yakni kelompok masyarakat yang menyetujui pembenahan yang dilakukan oleh Daendels, mereka yang tidak setuju dengan kebijakan Daendels dan kelompok masyarakat yang oportunis, yaitu mencari celah dan keuntungan dari kebijakan yang diambol oleh penguasa tertinggi di wilayah koloni ini. Kebijakan yang diambil oleh Gubernur Jenderal telah menimbulkan dampak psikologis yang luas dalam alam pikiran baik di alam pikiran pejabat maupun pikiran masyarakat umum pada waktu itu. Dengan sikapnya yang keras dan tindakannya yang tegas, bukan hanya reaksi yang muncul, tetapi juga dampak pola pikir dan citra dari mereka yang terkena dampak itu. Banyak orang tidak berani melakukan perlawanan secara terbuka walaupun tindakan Daendels merupakan bentuk penindasan dan tekanan batin. Perlawanan yang tidak terbuka akhirnya muncul melalui berbagai bentuk ungkapan pemikiran. Dalam istilah Barthes (1970: ), ini disebut konotasi yang kemudian berkembang menjadi mitos (mythe). Bentuk ungkapan yang merupakan reaksi terhadap kebijakan Daendels (baik yang menyetujui maupun menolak kebijakan itu) muncul dalam bentuk julukan bagi figur Daendels secara pribadi baik di kalangan pribumi maupun pejabat Eropa. Seperti penyebutan Daendels sebagai Marsekal Guntur atau Den Mas Galak dalam cerita rakyat atau dalam sumber lokal.

8 8 Dalam cerita rakyat, yang terdapat di Banten, Cirebon maupun di Sumedang, setidaknya terdapat dua cerita rakyat yang berhubungan dengan Marsekal Guntur atau Den Mas Galak ini. Dari Banten, terdapat dua versi tentang dihancurkannya istana Surosowan, yakni tidak mau tunduknya Sultan Banten kepada penjajah, dan versi kedua ketidaktaatazasan leluhur Sultan Banten terhadap warisan leluhur, yakni melantik Sultan yang baru tidak di atas batu Gilang melainkan di atas batu Singayaksa, batu tiruan yang dibuat oleh Belanda. Dari Cirebon dan Sumedang, diperoleh cerita tentang Bagus Rangin. Cerita rakyat tentang Bagus Rangin ini hingga kini masih hidup di kalangan masyarakat Cirebon, walaupun jumlah orang yang mengetahuinya sudah sangat terbatas. Bagus Rangin dianggap sebagai pahlawan rakyat Cirebon yang memusatkan strateginya di desa Jati Tujuh di desa Bantar Jati, Jatiwangi, Cirebon. Berdasarkan cerita rakyat itu, anak buah Bagus Rangin tertangkap oleh tentara Pasukan Kornel (Bupati Sumedang), dan dipenggal kepalanya. Namun, yang terjadi adalah, kepalanya berubah menjadi ikan gabus (yang oleh masyarakat setempat disebut ikan sodong). Sementara Bagus Rangin sendiri tidak pernah tertangkap oleh penjajah, karena Bagus Rangin dilindungi dan dicintai oleh rakyatnya. Dari Sumedang ditemukan cerita tentang Hikayat Pangeran Kornel yang membela kepentingan rakyat Sumedng, khususnya dalam membela rakyat dalam pembangunan mega proyek Jalan Raya rute Buitenzorg Karangsambung (Cirebon). Di wilayah pegunungan yang penuh dengan Cadas (daerah Cadas Pangeran), bupati Sumedang, Pangeran Kornel, membela kepentingan rakyat Sumedang melawan kebengisan Marsekal Daendels alias Mas Galak. Karena kebengisannya, ia telah mengakibatkan jatuhnya banyak korban jiwa yang jenazahnya dimakamkan di bawah jalan raya Cadas Pangeran. Ketiga cerita rakyat ini hingga kini masih hidup di kalangan ketiga kelompok masyarakat itu. Karena disampaikan secara lisan maka sumber ini lebih bersifat dinamis dengan bobot distorsi yang banyak, sehingga sering muncul perbedaan tokoh sampingan, perbedaan waktu, maupun zaman. Peristiwa yang terjadi pada masa pemerintahan Daendels yang sangat kontroversial itu (di luar karya Pramoedya), setidaknya telah mengilhami dimunculkannya oleh tiga pengarang dalam tiga karya fiksi. Ketiga karya fiksi ini antara

9 9 lain:hikayat Mareskalk yang ditulis oleh Abdullah Bin Muhammad al-misri, yang telah ditransliterasikan oleh Monique Zaini-Lajoubert, De Ijzeren Maarscchalk karya Constant van Wessem dan Pangeran Kornel karya R. Memed Sastrahadiprawira yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh A. Moeis. Hikayat Mareskalk berisi tiga naskah hikayat Marsekal Herman Willem Daendels dan tiga naskah lainnya adalah Hikayat Raja-Raja Siam, Cerita Siam dan Hikayat Tanah Bali. Dalam hikayat ini Daendels memberikan gelar jenderal kepada sejumlah anak buahnya seperti Jenderal Kopi, Jenderal Kayu, dan Jenderal Padi (hal 61-64). Daendels menerangkan bahwa dirinya bukan jenderal, karena jenderal adalah budak, ia memikul pekerjaan di bawah orang yang besar-besar. Para menteri dan priyayi kemudian mengusulkan sebuah panggilan untuk Daendels dengan sebutan Susuhunan Junjungan Alam Dunia. Daendels senang mendapatkan julukan itu, tetapi ia lebih suka dipanggil dengan sebutan Susuhunan Kanjeng Kangsinuhun Mangkurat Mangkubawana. Buku De Ijzeren Maarschalk, Het leven van Daendels soldat de fortune (Marsekal Besi, Kehidupan Daendels sebagai tentara) dikarang oleh Constant van Wessem ini tebalnya 351 halaman, terdiri atas 9 bagian. Roman ini (sesuai penyebutan pengarang atas karyanya itu) berisi dari awal karir Daendels sebagai mahasiswa di fakultas hukum di Harderwijk hingga penempatannya di Polandia oleh Napoléon Bonaparte. Seperti dikatakan oleh Van Ronkel, karya ini merupakan sejarah singkat tentang Marsekal Besi, Manusia dengan Tamparan, yang selalu dihubungkan dengan pertanyaan dari mana berasal orang kulit putih, asal kekuasaan Tuhan, dan kelemahan orang kulit hitam. Sesuai judul roman ini, pengarang menyebut Daendels sebagai Marsekal Besi. Oleh pengarang, Daendels digambarkan sebagai seorang Marsekal yang bertangan besi. Semua perintah harus dijalankan dengan benar. Apabila terjadi kesalahan, maka siapa pun dia akan dihukum dan dipenjara. Kebengisan dan kekejamannya membuat takut penduduk pribumi. Buku Pangeran Kornel yang dikarang oleh R Memed Sastrahadiprawira ini semula berbahasa Sunda, kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh A. Moeis. Dari ke-23 bagian buku ini, terdapat satu bab, yakni bab XVIII, yang menceritakan tentang Pangeran Koesoemah Dinata, bupati Sumedang saat itu. Buku ini menceritakan tentang pengalaman bupati kota Sumedang itu sejak tahun 1773, yaitu

10 10 tahun pengangkatannya sebagai Bupati Sumedang hingga tanggal 29 Juli 1828, saat wafatnya bupati tersebut. Pada bab XVIII ini diceritakan tentang siapa Pengeran koesoema Dinata itu. Diceritakannya bahwa pada saat pembuatan jalan di gunung yang penuh cadas, Pangeran Koesoema Dinata telah membela rakyat kecil yang tidak mampu lagi meneruskan pekerjaan membuat jalan akibat terbatasnya alat yang ada, kerasnya tanah yang akan dijadikan jalan (tanah cadas) dan kondisi alamnya, karena letaknya berada di lereng gunung. Bupati itu berani menentang Gubernur Jenderal karena merasa iba terhadap penderitaan rakyatnya. 3. Kritik terhadap Pramoedya Dalam karyanya Jalan Raya pos, Jalan Daendels 6, Pram (2005) telah memanfaatkan sumber-sumber lisan sebagai dasar tulisannya 7 walaupun di halaman terakhir bukunya dilampirkan daftar bibliografi yang berisi sumber-sumber tertulis. 8 Dari kajian penulis di sini, sumber-sumber tertulis yang digunakan oleh Pram hampir tidak berkaitan langsung dengan Daendels, terutama proyek pembangunan jalan. Daftar pustaka yang digunakan oleh Pram untuk menjadi sumber rujukan lebih banyak bersifat kajian sejarah umum. Hanya ada beberapa buku sejarah yang bisa dikatakan mewakili historiografi kolonial Belanda saat itu yaitu karya HJ de Graaf, Geschiedenis van Indonesië (1949). Karya ini memang bisa dikatakan lengkap dan kronologis tentang sejarah Indonesia, tetapi tidak banyak mengupas periode pemerintahan Daendels. Penjelasannya tentang Daendels maupun program jalan rayanya pun masih bersifat umum. Selain itu perlu ditegaskan juga bahwa de Graaf menyusun karyanya berdasarkan arsip-arsip peninggalan para pejabat Belanda masa itu. Meskipun dapat digolongkan sebagai sumber primer, buku ini perlu dikritisi mengingat penulisnya tidak selalu obyektif dalam memandang Daendels. Pada masa pemerintahan Daendels, para pejabat Belanda yang berkuasa di Indonesia lebih banyak bersifat avonturis atau diam-diam 6 Buku ini diterbitkan dan didistribusikan oleh Lentera Dipantara (2005). 7 Buku Pram ini didasarkan atas hasil wawancara dengan beberapa murid SMP dan beberapa orang, berusia antara duapuluhan dan tigapuluhan, yang mengetahui tentang hal ihwal Daendels dan Jalan Raya Pos. 8 Di bagian akhir buku ini disertakan sumber bahan yang diambil dari 33 judul buku dan majalah, 3 judul koran dan 2 ensiklopedi.

11 11 memihak kepada Raja Willem V dari dinasti Oranje, mantan raja Belanda yang menjadi musuh Daendels dan Prancis. Akibat dari aneksasi Prancis terhadap wilayah Belanda, Raja Willem V melarikan diri ke Inggris. Akibatnya tulisan dan laporan para pejabat Belanda ini cenderung menyalahkan Daendels dan memperbesar dampak negatif dari proyek jalan raya tersebut tanpa melihat dampak positifnya. Arsip-arsip mereka digunakan oleh para sejarawan Belanda untuk menulis karya sejarah. Salah satu sejarawan itu adalah de Graaf, yang digunakan oleh Pram untuk menyusun cerita tentang Daendels. Oleh karena itu di dalam karyanya, Pram justru cenderung mengikuti jejak para sejarawan Belanda dengan menekankan sisi negatif dari proyek tersebut, terlepas dari sosok Daendels sendiri. Selain de Graaf, Pram tidak banyak menggunakan karya rujukan yang memiliki kelayakan sebagai sumber sejarah. Tidak ada arsip yang digunakan oleh Pram untuk melihat proses pembuatan jalan ini. Di sisi lain, penulis menemukan laporan tentang pembuatan jalan tersebut yang disusun dan dibukukan oleh Van der Chijs (1895) yang berjudul Nederlandsch Indisch Plakaatboek Dalam kumpulan catatan harian ini, jelas terlihat bahwa proses pembuatan jalan itu tidak seperti yang digambarkan oleh Pram. Penduduk pribumi yang mengerjakan jalan tetap menerima upah, dan apabila mereka menderita hal itu lebih banyak sebagai akibat tuntutan yang berlebihan dari para bangsawan dan bupati pribumi. Mengingat pada masa itu rakyat pribumi tidak memiliki kebiasaan menulis, karya tradisi lisan maupun tulisan yang berasal dari masyarakat pribumi lebih banyak dibuat oleh para bangsawan. Dengan demikian istilah Marsekal Guntur atau Den Mas Galak lebih banyak dilontarkan oleh para bupati untuk menyebut Daendels. Sebutan ini kemudian digunakan oleh para bupati ketika memerintahkan rakyat untuk bekerja. Akibatnya di kalangan rakyat sebutan tersebut menjadi umum, dan ini jelas berasal dari para pimpinan mereka mengingat rakyat tidak pernah langsung bertemu atau melihat Daendels. Dari istilah tersebut terdapat konotasi bahwa Daendels merupakan sosok yang ditakuti oleh para bangsawan dan bupati pribumi. Sikap dan tuntutannya yang keras bisa 9 Untuk periode Daendels, dapat dilihat pada koleksi buku ini jilid 14 yang berisi laporan pemerintah Hindia Belanda dari tahun 1804 sampai 1808.

12 12 menjadi sumber ketakutan tersebut, khususnya, ketika meminta pengerahan tenaga kerja dan resiko hukuman yang diberikan bila target itu tidak dipenuhi. Hal ini tidak diungkap dalam karya Pram, yang konon menggunakan banyak dongeng dan cerita rakyat untuk melukiskan bagaimana Daendels membangun proyek jalan raya dari ujung barat sampai ujung timur Jawa. Bagi Pram, Daendels adalah sosok seorang penjajah yang kejam dan sewenang-wenang dengan tidak mempedulikan nasib rakyat tetapi lebih mengutamakan kepentingan pemerintah kolonial. Korban jiwa dari kalangan rakyat sebagai akibat tuntutannya dalam membuat jalan raya ini menjadi bukti dari keserakahan Daendels. Bahkan Pram mengatakan bahwa masa Daendels adalah masa paling kelam dari genosida pembangunan jalan raya yang beraspalkan darah dan air mata manusia-manusia Republik tersebut (hal. 6). Tetapi di sisi lain Pram melupakan sesuatu, khususnya ketika menulis tentang kemacetan pembangunan jalan di daerah Cadas Pangeran. Dalam peristiwa ini, Daendels menerima laporan dari Bupati Sumedang Pangeran Wirahadikusuma (dikenal juga dengan sebutan Pangeran Kornel) yang mengadukan beratnya medan sehingga rakyatnya tidak mampu mengerjakan jalan itu, sebab daerah tersebut terdiri atas batuan cadas yang sangat keras. Daendels tidak menyalahkan Bupati Sumedang, tetapi segera memerintahkan pasukan zeninya untuk menghancurkan batubatu cadas agar pembuatan jalan bisa diteruskan. Setelah hambatan bisa diatasi, Daendels mengizinkan tenaga kerja menggunakan peralatan yang disediakan agar memudahkan penggarapan lebih lanjut dan memerintahkan kepada bupati agar lebih memperhatikan nasib para pekerja ini. Tujuannya adalah agar pembangunan jalan itu berlangsung lancar. Hal ini sangat bertentangan dengan apa yang digambarkan oleh Pram. 4. Penutup Dari ulasan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa Pram memandang Daendels dari sisi subyektif, baik pribadinya maupun sumber rujukan yang digunakannya. Dari kacamata Pram, yang lebih mengutamakan pendekatan Marxis dalam menganalisis suatu peristiwa sejarah di mana setiap kebijakan atau sosok penguasa kolonial selalu berkonotasi negatif dan menyengsarakan rakyat, kebijakan Daendels merupakan bencana besar yang tidak ada manfaatnya bagi rakyat pribumi tetapi justru mendatangkan

13 13 kematian dalam jumlah besar. Analisis demikian tidak selalu tepat dan tidak sesuai dengan kenyataan yang ada. Pembangunan jalan ini merupakan proyek monumental dengan dampak positif yang lebih luas, bahkan melebihi dampak negatifnya. Daendels mampu mengerjakan mega proyek itu dalam waktu yang relatif singkat karena koordinasi dan pengawasan serta penegakan hukum dalam pelaksanaan instruksinya, sesuatu yang tidak berhasil dilakukan oleh Megawati meskipun kurun waktu pemerintahannya hampir sama yakni 3 tahun 4 bulan. Yang kedua, Pram tidak menganalisis secara cermat sumber yang digunakan bagi penulisan karyanya. Dalam hal sumber lisan, Pram tidak mencermati oleh siapa sumber itu diedarkan dan siapa yang lebih banyak menggunakan sumber itu. Sulit diterima apabila sumber lisan mengenai Daendels tersebut hanya diperoleh dari anak-anak SMP dan pemudia yang berusia antara duapuluhan dan tigapuluhan tahun, yang tidak bersentuhan langsung dengannya. Jika diciptakan oleh kalangan elit pribumi, Pram tidak menganalisa mengapa elit menciptakan kisah-kisah tersebut dan apa dampak yang ingin mereka capai. Dari sudut sumber tertulis, Pram juga kurang tajam mengkritisi sumber itu. Tidak ada arsip yang digunakan untuk mendukung pernyataannya, sementara karya-karya para penulis asing juga tidak dikritisi secara memadai. Pram tidak melihat latar belakang penulis asing itu dan tujuan mereka membuat tulisan tersebut. Bagi Pram, para penulis Belanda itu sudah mewakili opini umum di antara masyarakat Belanda tentang Daendels dan kebijakannya.

14 14 5. Bibliografi A. ARSIP Bundel Banten Nomor 49/23 Landrost Ambt van Bantam. Koleksi ANRI Jakarta Stat der Nederlandsche Bezittingen, Onder het Bestuur van den Gouverneur Generaal Herman Willem Daendels, Ridder, Leutenant-Generaal in de jaren , terbitan s Gravenhage, Bijlagen, Eerste Stukken en tweede stukken Chijs, J.A. van der., 1895, Plakaatboek gehouden in het kastijl Batavia , veertiende deel, Batavia, Landsdrukkerij. B. BUKU DAN MAJALAH Anonim De verdiging van Java IMT tahun Batavia: Bruincing&Wijt. Akihary, H. Et.all., 1991, Herman Willem Daendels , Utrecht, Mattrijs. Al-Misri, Abdullah bin Muhammad Naskah Dokumen Nusantara IV: Hikayat Mareskalk I, Hikayat mareskalk II, Cerita Siam, Hikayat Tanah Bali. Disunting dan diterjemahkan oleh Monique Zaini Lajoubert. Bandung: Penerbit Angkasa dan EFEO. Colenbrander, H.T., 1925, Koloniaal Geschiedenis, tweede deel, s Gravenhage, Martinus Nijhof. Daendels, H.W., 1814, Staats der Nederlandsche Oost Indie bezittingen onder het bestuur van den Gouverneur Generaal Herman Willem Daendels in de jaren s Gravenhage. Day, Clive, 1904, The Dutch in Java, Kuala Lumpur, Oxford University Press. Deventer, M.L.van Daendels-Raffles I dalam Indische Gids, Jilid I. Deventer, M.L.van Daendels-Raffles II--III dalam Indische Gids, Jilid I. Hageman, J Geschiedenis van Het Hollandsch Gouvernement op Java dalam Tijdshrift van Bataviasch Genootschap voor Indische Taal-, Land en Volkenkunde Jilid V.

15 15 Hageman, J De Engelschen op Java dalam Tijdschrift van Bataviaasche Genootschap voor Taal-, Land en Volkenkunde jilid VI, halaman Eymeret, Joel, tt., Herman Willem Daendels Général Napoléonien Gouverneur à Java, Paris, EHESS , L Administration napoléonien en Indonésie, dalam Revue Française d histoire d Outre Mer, nomor 218. Faber, G.H. von., 1931, Oud Soerabaia, Surabaya, Gemeente Surabaya Haak, A., 1938, Daendels, Batavia, Rijswijk Hogendorp, Grave van Beschouwingen der Nederlandsche Bezittingen in Oost Indie. Amsterdam : CG Sulpke Latreille, Andre, 1974, L Ere Napoléonien, Paris, Armand Colin, Collection U. Mendel, I, 1900, Herman Willem Daendels voor zijne benoeming tot Gouverneur Generaal van Oost Indie, , s Gravenhage, Martinus Nijhoff. Pereboom, F., dan H.A. Stalknecht, 1989, Herman Willem Daendels , s Granvenhage, van Kampen. Ronkel,, Ph. S. Van Daendels in de MalaischeLitteratuur dalam Koloniaal Tijdschirft. Tahun VII. Roo, J.W.G. de, 1909, Documenten omtrent Daendels, eerste deel en tweede deel, s Gravenhage, Martinus Nijhoff. Sastrahadiprawira, R. Memed. Pangeran Kornel. Terjemahan A. Moeis. Djakarta: Balai Pustaka Soekanto, 1953, Seputar Yogyakarta Jakarta, Amsterdam: Mahabarata. Stapel F.W. 1940, Geschiedenis van Nederlandsch Indie, vijfde deel, Amsterdam, Uigeversmaatshappij. Stevens, De Groote Postweg dalam Akihari, H. Et all. Herman Willem Daendels utrecht: Matrijs. Toer, Pramoedya Ananta Jalan Raya Pos, Jalan Daendels. Jakarta: Lentera Dipantara. Wessem, Constan van, 1932, De ijzeren Maarschalk, Amsterdam, Uitspiegel.

16 16 Biodata Djoko MARIHANDONO Djoko MARIHANDONO adalah staf pengajar di Departemen Sejarah Program Studi Prancis Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia. Meraih gelar doktor di bidang sejarah pada Program Pascasarjana Universitas Indonesia (2005) dengan mempertahankan disertasinya yang berjudul: Sentralisme Kekuasaan Pemerintahan Herman Willem Daendels di Jawa : Penerapan Instruksi Napoléon Bonaparte; aktif meneliti dan menulis di bidang sejarah dengan karya terpenting: Jatuhnya Istana Puri Intan di Banten 1808; Jatuhnya Pulau Jawa ke tangan Inggris: Kegagalan sistem pertahanan darat Jan Willem Janssens 1811; Daendels efforts to abolish corruption; Java sous la domination française; Infrastructure construction in Java: An inheritance from Daendels era; Nilai Strategis Malaka dalam Konstelasi Politik Asia Tenggara Awal Abad XIX: Studi Kasus tentang Strategi Maritim; Strategi pertahanan Napoléon Bonaparte di Jawa. Selain mengajar, ia kini aktif menulis artikel di beberapa koran ibu kota dan majalah ilmiah serta mengikuti seminar baik nasional maupun internasional..

Warisan Rezim Prancis di Jawa: Kajian Strategi Militer dan Politik Birokrasi dalam Historiografi Indonesia

Warisan Rezim Prancis di Jawa: Kajian Strategi Militer dan Politik Birokrasi dalam Historiografi Indonesia Warisan Rezim Prancis 1808 1811 di Jawa: Kajian Strategi Militer dan Politik Birokrasi dalam Historiografi Indonesia Djoko Marihandono dmarihan@ui.edu Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia

Lebih terperinci

PROSES PERKEMBANGAN KOLONIALISME DAN IMPERIALISME BARAT

PROSES PERKEMBANGAN KOLONIALISME DAN IMPERIALISME BARAT PROSES PERKEMBANGAN KOLONIALISME DAN IMPERIALISME BARAT DAFTAR ISI LATAR BELAKANG KEDATANGAN BANGSA BARAT KE INDONESIA What: (latar belakang) Indonesia negara dengan SDA yang melimpah Why: (Alasan) Orang-orang

Lebih terperinci

MASA PEMERINTAHAN HERMAN WILLIAN DAENDELS DI INDONESIA

MASA PEMERINTAHAN HERMAN WILLIAN DAENDELS DI INDONESIA MASA PEMERINTAHAN HERMAN WILLIAN DAENDELS DI INDONESIA Latar Belakang Kedatangan Herman William Daendels Herman William Daendels di utus ke Indonesia pada tahun 1808 dengan tujuan yakni mempertahankan

Lebih terperinci

KOLONIALISME DAN IMPERIALISME

KOLONIALISME DAN IMPERIALISME KOLONIALISME DAN IMPERIALISME Kolonialisme adalah pengembangan kekuasaan sebuah negara atas wilayah dan manusia di luar batas negaranya, seringkali untuk mencari dominasi ekonomi dari sumber daya, tenaga

Lebih terperinci

PERJUANGAN MELAWAN PENJAJAHAN

PERJUANGAN MELAWAN PENJAJAHAN PERJUANGAN MELAWAN PENJAJAHAN Saya siswa kelas 5A Siap Belajar dengan Tenang dan Tertib dan Antusias Pada abad ke-16 berlayarlah bangsa-bangsa Eropa ke wilayah Timur. Diantaranya adalah Portugis, Spanyol,

Lebih terperinci

STRATEGI PEMBANGUNAN BENTENG MEESTER CORNELIS DI JAWA

STRATEGI PEMBANGUNAN BENTENG MEESTER CORNELIS DI JAWA STRATEGI PEMBANGUNAN BENTENG MEESTER CORNELIS DI JAWA 1810 1811 1 Djoko Marihandono 2 Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia djoko_marihandono@yahoo.com Abstrak Pulau Jawa dianggap sebagai

Lebih terperinci

UPAYA PEMBERANTASAN KORUPSI DI HINDIA TIMUR 1 Djoko Marihandono 2

UPAYA PEMBERANTASAN KORUPSI DI HINDIA TIMUR 1 Djoko Marihandono 2 1 UPAYA PEMBERANTASAN KORUPSI DI HINDIA TIMUR 1 Djoko Marihandono 2 1. Pendahuluan Istilah Hindia Timur digunakan untuk menyebut wilayah koloni Belanda yang berada di wilayah Asia. Istilah ini digunakan

Lebih terperinci

BAB 5: SEJARAH POLITIK KOLONIAL

BAB 5: SEJARAH POLITIK KOLONIAL www.bimbinganalumniui.com 1. Pada tahun 1811, seluruh wilayah kekuasaan Belanda di Indonesia telah berhasil direbut oleh... a. Alfonso d Albuqueque b. Lord Minto c. Bartholomeus Diaz d. Thomas Stamford

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Kolonialisme berawal dari perkembangan situasi ekonomi, dimana

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Kolonialisme berawal dari perkembangan situasi ekonomi, dimana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kolonialisme berawal dari perkembangan situasi ekonomi, dimana rempah-rempah menjadi komoditas yang paling menguntungkan pasar internasional. Itulah yang mendorong para

Lebih terperinci

TANGGAPAN ATAS LAPORAN

TANGGAPAN ATAS LAPORAN TANGGAPAN ATAS LAPORAN PENELITIAN TRANSFORMASI SOSIAL DI PERKOTAAN PANTAI UTARA JAWA: Studi Perbandingan Cirebon dan Gresik DJOKO MARIHANDONO DAN HARTO JUWONO FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Aceh memiliki kedudukan yang sangat strategis sebagai pusat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Aceh memiliki kedudukan yang sangat strategis sebagai pusat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Aceh memiliki kedudukan yang sangat strategis sebagai pusat perdagangan. Aceh banyak menghasilkan lada dan tambang serta hasil hutan. Oleh karena itu, Belanda

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 101 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Bab ini merupakan kesimpulan dan saran dari penulisan skripsi yang berjudul Blokade Ekonomi Napoleon Bonaparte dan Dampaknya Terhadap Perekonomian Inggris

Lebih terperinci

MUNTINGHE : NEGARAWAN ATAU BIROKRAT? 1 Tinjauan tentang Perubahan Politik di Jawa awal abad XIX Oleh Djoko Marihandono

MUNTINGHE : NEGARAWAN ATAU BIROKRAT? 1 Tinjauan tentang Perubahan Politik di Jawa awal abad XIX Oleh Djoko Marihandono 1 MUNTINGHE : NEGARAWAN ATAU BIROKRAT? 1 Tinjauan tentang Perubahan Politik di Jawa awal abad XIX Oleh Djoko Marihandono (djoko_marihandono@yahoo.com) 2 1. Pendahuluan Menjelang akhir abad XVIII, terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahwa daerah ini terletak antara 95º13 dan 98º17 bujur timur dan 2º48 dan

BAB I PENDAHULUAN. bahwa daerah ini terletak antara 95º13 dan 98º17 bujur timur dan 2º48 dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aceh terletak di ujung bagian utara pulau Sumatera, bagian paling barat dan paling utara dari kepulauan Indonesia. Secara astronomis dapat ditentukan bahwa daerah ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. persoalan yang melingkupinya. Persoalan-persoalan ini bila disatukan tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. persoalan yang melingkupinya. Persoalan-persoalan ini bila disatukan tidak hanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dalam menjalani kehidupannya selalu dihadapkan pada berbagai persoalan yang melingkupinya. Persoalan-persoalan ini bila disatukan tidak hanya terbatas pada

Lebih terperinci

Review Roman "Anak Semua Bangsa" : Anak Semua Bangsa : Pramoedya Ananta Toer : Lentera Dipantara. Tahun Terbit : 2006 Jumlah Halaman : 539 Halaman

Review Roman Anak Semua Bangsa : Anak Semua Bangsa : Pramoedya Ananta Toer : Lentera Dipantara. Tahun Terbit : 2006 Jumlah Halaman : 539 Halaman Review Roman "Anak Semua Bangsa" Judul : Anak Semua Bangsa Penulis : Pramoedya Ananta Toer Penerbit : Lentera Dipantara Kota Terbit : Jakarta Tahun Terbit : 2006 Jumlah Halaman : 539 Halaman Dapatkah sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikategorikan ke dalam dua kelompok, yaitu fasilitas yang bersifat umum dan. mempertahankan daerah yang dikuasai Belanda.

BAB I PENDAHULUAN. dikategorikan ke dalam dua kelompok, yaitu fasilitas yang bersifat umum dan. mempertahankan daerah yang dikuasai Belanda. BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Banyak fasilitas yang dibangun oleh Belanda untuk menunjang segala aktivitas Belanda selama di Nusantara. Fasilitas yang dibangun Belanda dapat dikategorikan ke dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bangsa Barat datang ke Indonesia khususnya di Bengkulu sesungguhnya adalah

I. PENDAHULUAN. Bangsa Barat datang ke Indonesia khususnya di Bengkulu sesungguhnya adalah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Barat datang ke Indonesia khususnya di Bengkulu sesungguhnya adalah usaha untuk memperluas, menjamin lalu lintas perdagangan rempah-rempah hasil hutan yang

Lebih terperinci

MENDEKONSTRUKSI MITOS PEMBANGUNAN JALAN RAYA CADAS PANGERAN 1808: KOMPARASI SEJARAH DAN TRADISI LISAN 1 Oleh Djoko Marihandono 2

MENDEKONSTRUKSI MITOS PEMBANGUNAN JALAN RAYA CADAS PANGERAN 1808: KOMPARASI SEJARAH DAN TRADISI LISAN 1 Oleh Djoko Marihandono 2 1 MENDEKONSTRUKSI MITOS PEMBANGUNAN JALAN RAYA CADAS PANGERAN 1808: KOMPARASI SEJARAH DAN TRADISI LISAN 1 Oleh Djoko Marihandono 2 1. Latar Belakang Pada tahun 1814, Herman Willem Daendels, Panglima Pasukan

Lebih terperinci

SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 1. MANUSIA DAN SEJARAHLatihan Soal 1.4. Bentuk publikasi secara tertulis tentang peristiwa pada masa lampau

SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 1. MANUSIA DAN SEJARAHLatihan Soal 1.4. Bentuk publikasi secara tertulis tentang peristiwa pada masa lampau 1. Berikut ini merupakan pengertian historiografi adalah... SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 1. MANUSIA DAN SEJARAHLatihan Soal 1.4 Hasil tulisan ilmiah pada masa lalu Peninggalan sejarah dalam bentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mega Destatriyana, 2015 Batavia baru di Weltevreden Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.

BAB I PENDAHULUAN. Mega Destatriyana, 2015 Batavia baru di Weltevreden Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kota merupakan kawasan pemukiman yang secara fisik ditunjukkan oleh kumpulan rumah-rumah yang mendominasi tata ruangnya dan memiliki berbagai fasilitas untuk

Lebih terperinci

Penerapan Ide Revolusi Prancis di Jawa Pada Awal Abad XIX 1

Penerapan Ide Revolusi Prancis di Jawa Pada Awal Abad XIX 1 Penerapan Ide Revolusi Prancis di Jawa Pada Awal Abad XIX 1 Djoko Marihandono 2 Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia djoko_marihandono@yahoo.com Abstrak Belanda pada 1795 1813 berada

Lebih terperinci

UJIAN AKHIR SEMESTER 1 SEKOLAH MENENGAH TAHUN AJARAN 2014/2015 Nama : Mata Pelajaran : Sejarah

UJIAN AKHIR SEMESTER 1 SEKOLAH MENENGAH TAHUN AJARAN 2014/2015 Nama : Mata Pelajaran : Sejarah UJIAN AKHIR SEMESTER 1 SEKOLAH MENENGAH TAHUN AJARAN 2014/2015 Nama : Mata Pelajaran : Sejarah Kelas : 8 Waktu : 10.00-11.30 No.Induk : Hari/Tanggal : Senin, 08 Desember 2014 Petunjuk Umum: Nilai : 1.

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Nagasaki, Jepang akhirnya menyerah tanpa syarat pada sekutu pada tanggal 15

1. PENDAHULUAN. Nagasaki, Jepang akhirnya menyerah tanpa syarat pada sekutu pada tanggal 15 1 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setelah Kota Hiroshima dijatuhi bom atom oleh Sekutu tanggal 6 Agustus 1945, keesokan harinya tanggal 9 Agustus 1945 bom atom kedua jatuh di Kota Nagasaki, Jepang

Lebih terperinci

Teks Sejarah (Pengertian,Ciri - Ciri, Jenis, Struktur, Kaidah, Mengabstraksi, Menulis, Menganalisis, dan Contoh)

Teks Sejarah (Pengertian,Ciri - Ciri, Jenis, Struktur, Kaidah, Mengabstraksi, Menulis, Menganalisis, dan Contoh) Teks Sejarah (Pengertian,Ciri - Ciri, Jenis, Struktur, Kaidah, Mengabstraksi, Menulis, Menganalisis, dan Contoh) Pengertian Teks Sejarah Teks Sejarah merupakan teks yang didalamnya menjelaskan/menceritakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kota Bandung merupakan sebuah kota yang terletak di Propinsi Jawa Barat yang merupakan salah satu bagian wilayah di Negara Indonesia. Kota ini dalam sejarahnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejak dahulu, bangsa Indonesia kaya akan hasil bumi antara lain rempah-rempah

BAB I PENDAHULUAN. Sejak dahulu, bangsa Indonesia kaya akan hasil bumi antara lain rempah-rempah BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Sejak dahulu, bangsa Indonesia kaya akan hasil bumi antara lain rempah-rempah seperti vanili, lada, dan cengkeh. Rempah-rempah ini dapat digunakan sebagai pengawet

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berada di pusat pemerintahan Afdeling Asahan. Letaknya sangat diuntungkan karena

BAB I PENDAHULUAN. berada di pusat pemerintahan Afdeling Asahan. Letaknya sangat diuntungkan karena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pelabuhan Tanjung Balai Asahan yang terletak di Pantai Timur Sumatera berada di pusat pemerintahan Afdeling Asahan. Letaknya sangat diuntungkan karena berhadapan

Lebih terperinci

Disusun Oleh : Kelompok 5. 1.Alma Choirunnisa (02) 2.Anjar Kumala Rani (03) 3.Sesario Agung Bagaskara (31) 4.Umi Milati Chanifa (35) XI MIPA 5

Disusun Oleh : Kelompok 5. 1.Alma Choirunnisa (02) 2.Anjar Kumala Rani (03) 3.Sesario Agung Bagaskara (31) 4.Umi Milati Chanifa (35) XI MIPA 5 Disusun Oleh : Kelompok 5 1.Alma Choirunnisa (02) 2.Anjar Kumala Rani (03) 3.Sesario Agung Bagaskara (31) 4.Umi Milati Chanifa (35) XI MIPA 5 LATAR BELAKANG TOKOH PEMIMPIN KRONOLOGIS PETA KONSEP PERLAWANAN

Lebih terperinci

MASA KOLONIAL EROPA DI INDONESIA

MASA KOLONIAL EROPA DI INDONESIA MASA KOLONIAL EROPA DI INDONESIA Peta Konsep Peran Indonesia dalam Perdagangan dan Pelayaran antara Asia dan Eropa O Indonesia terlibat langsung dalam perkembangan perdagangan dan pelayaran antara Asia

Lebih terperinci

KISI-KISI SOAL PENILAIAN AKHIR SEMESTER 1

KISI-KISI SOAL PENILAIAN AKHIR SEMESTER 1 KISI-KISI PENILAIAN AKHIR SEMESTER 1 Nama Sekolah : SMA Islam Al-Azhar BSD Alokasi Waktu : 90 menit Mata Pelajaran : Sejarah Indonesia Jumlah Soal : 50 Kelas / Semester : XI / Ganjil Bentuk Soal : Pilihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hampir bersamaan muncul gerakan-gerakan pendaulatan dimana targetnya tak

BAB I PENDAHULUAN. hampir bersamaan muncul gerakan-gerakan pendaulatan dimana targetnya tak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Periode 1945-1949 merupakan tahun-tahun ujian bagi kehidupan masyarakat Indonesia, karena selalu diwarnai dengan gejolak dan konflik sebagai usaha untuk merebut dan

Lebih terperinci

RESUME BUKU. : Pengantar Sejarah Indonesia Baru : Sejarah Pergerakan Nasional Dari. Kolonialisme sampai Nasionalisme (Jilid 2)

RESUME BUKU. : Pengantar Sejarah Indonesia Baru : Sejarah Pergerakan Nasional Dari. Kolonialisme sampai Nasionalisme (Jilid 2) RESUME BUKU Pengantar Sejarah Indonesia Baru: Sejarah Pergerakan Nasional dari Kolonialisme sampai Nasionalisme (Jilid 2) Penulis : Sartono Kartodirdjo Judul : Pengantar Sejarah Indonesia Baru : Sejarah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sejarah perkembangan sastra di Indonesia diawali dari era sastra Melayu

BAB 1 PENDAHULUAN. Sejarah perkembangan sastra di Indonesia diawali dari era sastra Melayu 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejarah perkembangan sastra di Indonesia diawali dari era sastra Melayu Rendah atau Sastra Melayu Pasar yang dimulai pada tahun 1870 hingga 1942. Kemudian berlanjut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu persamaan-persamaan dan berbeda dari bangsa-bangsa lainnya. Menurut Hayes

BAB I PENDAHULUAN. suatu persamaan-persamaan dan berbeda dari bangsa-bangsa lainnya. Menurut Hayes 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Nasionalisme adalah suatu konsep dimana suatu bangsa merasa memiliki suatu persamaan-persamaan dan berbeda dari bangsa-bangsa lainnya. Menurut Hayes (Chavan,

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN NO: 1 Mata Pelajaran : Program Studi IPA (Sejarah) Kelas/Semester : XI/1 Materi Pokok : Kerajaan Kutai dan Tarumanegara Pertemuan Ke- : 1 Alokasi Waktu : 1 x pertemuan

Lebih terperinci

Menurut kamus bahasa Indonesia, Karakter memiliki arti sifat-sifat. Negara dan bangsa akan maju jika ada prinsip kejujuran. Salah satu bangsa yang

Menurut kamus bahasa Indonesia, Karakter memiliki arti sifat-sifat. Negara dan bangsa akan maju jika ada prinsip kejujuran. Salah satu bangsa yang BAB II GAMBARAN UMUM PRODUKTIFITAS ORANG JEPANG 2.1 Pengertian Karakter Menurut kamus bahasa Indonesia, Karakter memiliki arti sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Batavia, dalam perjalanannya disebut dengan Jacatra, Jayakarta, dan Jakarta, adalah sebuah wilayah yang berada di bagian barat Pulau Jawa. Kota Batavia dibelah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi pada masa kesultanan Asahan agar dapat didokumentasikan. peristiwa-peristiwa yang terjadi untuk jadi pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi pada masa kesultanan Asahan agar dapat didokumentasikan. peristiwa-peristiwa yang terjadi untuk jadi pembelajaran. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejarah adalah kejadian yang terjadi pada masa lampau, disusun berdasarkan peninggalan-peninggalan yang terdapat dimasa kini. Perspektif sejarah selalu menjelaskan ruang,

Lebih terperinci

NILAI STRATEGIS DAN POLITIS PULAU JAWA DALAM KONSTELASI POLITIK GLOBAL NEGARA-NEGARA EROPA PADA AWAL ABAD XIX Oleh Djoko Marihandono 1

NILAI STRATEGIS DAN POLITIS PULAU JAWA DALAM KONSTELASI POLITIK GLOBAL NEGARA-NEGARA EROPA PADA AWAL ABAD XIX Oleh Djoko Marihandono 1 1 NILAI STRATEGIS DAN POLITIS PULAU JAWA DALAM KONSTELASI POLITIK GLOBAL NEGARA-NEGARA EROPA PADA AWAL ABAD XIX Oleh Djoko Marihandono 1 1. Pendahuluan Lebih dari 4 abad lalu, pulau Jawa dikenal oleh orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Surabaya dikenal sebagai Kota Pahlawan karena terjadinya peristiwa

BAB I PENDAHULUAN. Surabaya dikenal sebagai Kota Pahlawan karena terjadinya peristiwa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Surabaya dikenal sebagai Kota Pahlawan karena terjadinya peristiwa bersejarah 10 November 1945 yang dikenal dengan Hari Pahlawan. Pertempuran tiga pekan yang terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Dengan berakhirnya Perang Dunia kedua, maka Indonesia yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Dengan berakhirnya Perang Dunia kedua, maka Indonesia yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Dengan berakhirnya Perang Dunia kedua, maka Indonesia yang sebelumnya dijajah oleh Jepang selama 3,5 tahun berhasil mendapatkan kemerdekaannya setelah di bacakannya

Lebih terperinci

Makalah Diskusi SEJARAH SOSIAL EKONOMI

Makalah Diskusi SEJARAH SOSIAL EKONOMI Makalah Diskusi SEJARAH SOSIAL EKONOMI Oleh: Zulkarnain JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 1 SISTEM TANAM PAKSA Oleh: Zulkarnain Masa penjajahan yang

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan pada bab sebelumnya,

BAB V KESIMPULAN. Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, BAB V KESIMPULAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan bahwa penghadangan terhadap tentara Jepang di daerah Kubang Garut oleh

Lebih terperinci

FOTO KEGIATAN SIKLUS I

FOTO KEGIATAN SIKLUS I FOTO KEGIATAN SIKLUS I FOTO KEGIATAN SIKLUS II Lampiran : Observasi data LEMBAR OBSERVASI 1 Mata pelajaran : IPS Sejarah Kelas/Semester : VIII C / I (satu) Hari/tanggal : Kamis, 29 September 2011 Fokus

Lebih terperinci

KEUNGGULAN LOKASI TERHADAP KOLONIALISME DI INDONESIA

KEUNGGULAN LOKASI TERHADAP KOLONIALISME DI INDONESIA KEUNGGULAN LOKASI TERHADAP KOLONIALISME DI INDONESIA ALASAN BANGSA EROPA MELAKUKAN PERJALANAN SAMUDRA KARENA JATUHNYA KOTA KONSTANTINOPEL KE TANGAN BANGSA TURKI. UNTUK MENCARI REMPAH-REMPAH. INGIN MENJELAJAHI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mengenang sejarah Jerman akan selalu tertuju pada Perang Dunia II dan sosok pemimpinnya yaitu Adolf Hitler. Adolf Hitler menjabat sebagai kanselir Jerman di usia

Lebih terperinci

Nama Kelompok: Agnes Monica Dewi Devita Marthia Sari Dilla Rachmatika Nur Aisah XI IIS 1

Nama Kelompok: Agnes Monica Dewi Devita Marthia Sari Dilla Rachmatika Nur Aisah XI IIS 1 Nama Kelompok: Agnes Monica Dewi Devita Marthia Sari Dilla Rachmatika Nur Aisah XI IIS 1 Latar Belakang Kesultanan Gowa adalah salah satu kerajaan besar dan paling sukses yang terdapat di daerah Sulawesi

Lebih terperinci

Indikator. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar. Materi Pokok dan Uraian Materi. Bentuk-bentukInteraksi Indonesia-Jepang.

Indikator. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar. Materi Pokok dan Uraian Materi. Bentuk-bentukInteraksi Indonesia-Jepang. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Materi Pokok dan Uraian Materi Indikator Bentuk-bentukInteraksi Indonesia-Jepang Dampak Kebijakan Imperialisme Jepang di Indonesia Uji Kompetensi 2. Kemampuan memahami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Dokter-Djawa diadakan di Dokter-Djawa School yang berdiri

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Dokter-Djawa diadakan di Dokter-Djawa School yang berdiri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan Dokter-Djawa diadakan di Dokter-Djawa School yang berdiri pada 1849 di Weltevreden, Batavia. Sekolah ini selanjutnya mengalami berbagai perubahan kurikulum.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, PARADIGMA

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, PARADIGMA II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, PARADIGMA A. Tinjauan Pustaka 1. Konsep Perjuangan Pengertian perjuangan merupakan suatu usaha yang dilakukan untuk mencapai tujuan, yang dilakukan dengan menempuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga kebijaksanaan mengenai Pribumi (Inlandsch Politiek) sangat. besar artinya dalam menjamin kelestarian kekuasaan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. sehingga kebijaksanaan mengenai Pribumi (Inlandsch Politiek) sangat. besar artinya dalam menjamin kelestarian kekuasaan tersebut. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejarah Indonesia mencatat bahwa negara kita ini telah mengalami masa kolonialisasi selama tiga setengah abad yaitu baik oleh kolonial Belanda maupun kolonial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat diketahui dari sejarah masa lampau. Itu sebabnya kita perlu mengetahui

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat diketahui dari sejarah masa lampau. Itu sebabnya kita perlu mengetahui BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan manusia selalu mengalami yang namanya perubahan. Perubahan tersebut dapat diketahui dari sejarah masa lampau. Itu sebabnya kita perlu mengetahui peristiwa

Lebih terperinci

PERANAN PEMOEDA ANGKATAN SAMOEDERA OEMBARAN (PAS O) DALAM PERISTIWA AGRESI MILITER BELANDA II TAHUN 1948 DI YOGYAKARTA

PERANAN PEMOEDA ANGKATAN SAMOEDERA OEMBARAN (PAS O) DALAM PERISTIWA AGRESI MILITER BELANDA II TAHUN 1948 DI YOGYAKARTA BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan sebuah negara maritim karena memiliki wilayah laut yang lebih luas dibandingkan dengan wilayah daratan. Hal ini menjadikan bangsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Berdasarkan posisi geografisnya Aceh berada di pintu gerbang masuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Berdasarkan posisi geografisnya Aceh berada di pintu gerbang masuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berdasarkan posisi geografisnya Aceh berada di pintu gerbang masuk wilayah Indonesia bagian barat. Karena letaknya berada pada pantai selat Malaka, maka daerah

Lebih terperinci

Revolusi Fisik atau periode Perang mempertahankan Kemerdekaan. Periode perang

Revolusi Fisik atau periode Perang mempertahankan Kemerdekaan. Periode perang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kurun waktu 1945-1949, merupakan kurun waktu yang penting bagi sejarah bangsa Indonesia. Karena Indonesia memasuki babakan baru dalam sejarah yaitu masa Perjuangan

Lebih terperinci

Pada tahun 30 Hijri atau 651 Masehi, hanya berselang sekitar 20 tahun dari wafatnya Rasulullah SAW, Khalifah Utsman ibn Affan RA mengirim delegasi ke

Pada tahun 30 Hijri atau 651 Masehi, hanya berselang sekitar 20 tahun dari wafatnya Rasulullah SAW, Khalifah Utsman ibn Affan RA mengirim delegasi ke Pada tahun 30 Hijri atau 651 Masehi, hanya berselang sekitar 20 tahun dari wafatnya Rasulullah SAW, Khalifah Utsman ibn Affan RA mengirim delegasi ke Cina untuk memperkenalkan Daulah Islam yang belum lama

Lebih terperinci

: SARJANA/DIPLOMA. PETUNJUK KHUSUS Pilihlah salah satu jawaban yang saudara anggap paling tepat diantara 5 pilihan yang tersedia

: SARJANA/DIPLOMA. PETUNJUK KHUSUS Pilihlah salah satu jawaban yang saudara anggap paling tepat diantara 5 pilihan yang tersedia MATA UJIAN BIDANG TINGKAT : P.ENGETAHUAN UMUM : SEJARAH : SARJANA/DIPLOMA PETUNJUK UMUM 1) Dahulukan menulis nama dan nomor peserta pada lembar jawaban 2) Semua jawaban dikerjakan di lembar jawaban yang

Lebih terperinci

SEJARAH KOTA BANDUNG. AGUS MULYANA Universitas Pendidikan Indonesia

SEJARAH KOTA BANDUNG. AGUS MULYANA Universitas Pendidikan Indonesia SEJARAH KOTA BANDUNG AGUS MULYANA Universitas Pendidikan Indonesia A. Asal Nama Bandung Banding/Ngabanding -------- berdampingan/berdekatan Bandeng/Ngabandeng --- sebutan untuk genangan air yang luas dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rakyat Indonesia. Rakyat harus tetap berjuang untuk mempertahankan kemerdekaan

BAB I PENDAHULUAN. rakyat Indonesia. Rakyat harus tetap berjuang untuk mempertahankan kemerdekaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proklamasi kemerdekaan Indonesia tidak serta merta mengakhiri perjuangan rakyat Indonesia. Rakyat harus tetap berjuang untuk mempertahankan kemerdekaan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berdaulat. Merdeka yang dimaksud adalah terbebas dari kekuasaan Kerajaan

BAB I PENDAHULUAN. berdaulat. Merdeka yang dimaksud adalah terbebas dari kekuasaan Kerajaan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Menurut catatan sejarah, Sumedang mengalami dua kali merdeka dan berdaulat. Merdeka yang dimaksud adalah terbebas dari kekuasaan Kerajaan Mataram dan masa kabupatian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Film Ip Man III Dikisahkan kehidupan seorang guru besar bela diri aliran Wing Chun yang sangat dihormati oleh masyarakat di wilayah itu bernama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembacanya. Banyak sekali manfaat yang terkandung dari membaca buku. Selain

BAB I PENDAHULUAN. pembacanya. Banyak sekali manfaat yang terkandung dari membaca buku. Selain 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Buku adalah sebuah media penyambung ilmu yang efektif bagi pembacanya. Banyak sekali manfaat yang terkandung dari membaca buku. Selain menambah banyak ilmu pengetahuan,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kebudayaan Jawa dengan mengacu pada buku History Of Java dan membandingkannya

I. PENDAHULUAN. kebudayaan Jawa dengan mengacu pada buku History Of Java dan membandingkannya I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Gagasan penelitian ini timbul karena suatu keinginan penulis untuk memahami kebudayaan Jawa dengan mengacu pada buku History Of Java dan membandingkannya dengan

Lebih terperinci

2. Title Bagian ini akan ditampilkan setelah bulatan menjadi besar kembali dan peta berubah menjadi judul film Djakarta Tempo Doeloe.

2. Title Bagian ini akan ditampilkan setelah bulatan menjadi besar kembali dan peta berubah menjadi judul film Djakarta Tempo Doeloe. 1 1.3.3 Treatment 1. Opening Film ini diawali dengan munculnya peta Negara Indonesia, kemudian muncul sebuah bulatan yang akan memfokuskan peta tersebut pada bagian peta Pulau Jawa. Selanjutnya, bulatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 18, yaitu pada tahun 1750 berpusat di kota dalam. Setelah Raja Kahar wafat

BAB I PENDAHULUAN. 18, yaitu pada tahun 1750 berpusat di kota dalam. Setelah Raja Kahar wafat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kerajaan Langkat didirikan oleh Raja Kahar pada pertengahan abad ke- 18, yaitu pada tahun 1750 berpusat di kota dalam. Setelah Raja Kahar wafat kepemimpinan diteruskan

Lebih terperinci

SISTEM TANAM PAKSA. Oleh: Taat Wulandari

SISTEM TANAM PAKSA. Oleh: Taat Wulandari SISTEM TANAM PAKSA Oleh: Taat Wulandari E-mail: taat_wulandari@uny.ac.id TOKOH-TOKOH PENENTANG TANAM PAKSA 1. Eduard Douwes Dekker (1820 1887) Ia mengarang sebuah buku yang berjudul Max Havelaar (lelang

Lebih terperinci

BAB I STRATEGI MARITIM PADA PERANG LAUT NUSANTARA DAN POROS MARITIM DUNIA

BAB I STRATEGI MARITIM PADA PERANG LAUT NUSANTARA DAN POROS MARITIM DUNIA BAB I PADA PERANG LAUT NUSANTARA DAN POROS MARITIM DUNIA Tahun 1620, Inggris sudah mendirikan beberapa pos perdagangan hampir di sepanjang Indonesia, namun mempunyai perjanjian dengan VOC untuk tidak mendirikan

Lebih terperinci

Benteng Fort Rotterdam

Benteng Fort Rotterdam Benteng Fort Rotterdam Benteng Fort Rotterdam merupakan salah satu benteng di Sulawesi Selatan yang boleh dianggap megah dan menawan. Seorang wartawan New York Times, Barbara Crossette pernah menggambarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sejarah Islam di Indonesia memiliki keunikan tersendiri, karena disamping

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sejarah Islam di Indonesia memiliki keunikan tersendiri, karena disamping BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejarah Islam di Indonesia memiliki keunikan tersendiri, karena disamping menjadi salah satu faktor pemersatu bangsa juga memberikan nuansa baru dalam keberislamannya

Lebih terperinci

2. Sistem kerja wajib ( kerja rodi ) oleh Herman Willem Daendels

2. Sistem kerja wajib ( kerja rodi ) oleh Herman Willem Daendels Kebijakan kebijakan pemerintah kolonial yaitu: 1. Sietem penyerahan wajib oleh VOC 2. Sistem kerja wajib ( kerja rodi ) oleh Herman Willem Daendels 3. Sistem sewa tanah oleh Thomas Stamford Raffles 4.

Lebih terperinci

SISTEM SEWA TANAH DALAM UPAYA PENGHAPUSAN FEODALISME DI JAWA ABAD XIX ( Fragmen Sosio-kultural pada Masyarakat Jawa ) Rosalina Ginting & Agus Sutono*

SISTEM SEWA TANAH DALAM UPAYA PENGHAPUSAN FEODALISME DI JAWA ABAD XIX ( Fragmen Sosio-kultural pada Masyarakat Jawa ) Rosalina Ginting & Agus Sutono* SISTEM SEWA TANAH DALAM UPAYA PENGHAPUSAN FEODALISME DI JAWA ABAD XIX ( Fragmen Sosio-kultural pada Masyarakat Jawa ) Rosalina Ginting & Agus Sutono* ABSTRAK Pengalaman-pengalaman yang diperoleh selama

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 105 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Dalam bab ini akan dibahas mengenai kesimpulan dan saran dari skripsi dengan judul GEJOLAK PATANI DALAM PEMERINTAHAN THAILAND (Kajian Historis Proses Integrasi Rakyat Patani

Lebih terperinci

Berkenalan dengan Kitab Wahyu DR Wenas Kalangit

Berkenalan dengan Kitab Wahyu DR Wenas Kalangit Berkenalan dengan Kitab Wahyu DR Wenas Kalangit 19 Februari 2008 Jakarta 1 Berkenalan dengan Kitab Wahyu Sedikit tentang Sastra Apokaliptik Kitab terakhir dalam Alkitab bernama: Wahyu. Ini sebetulnya adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah dan masyarakat Jepang merupakan hal yang cukup menarik

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah dan masyarakat Jepang merupakan hal yang cukup menarik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejarah dan masyarakat Jepang merupakan hal yang cukup menarik perhatian umat manusia karena berbagai hal. Jepang mula-mula terkenal sebagai bangsa Asia pertama

Lebih terperinci

Arsip dan Naskah Banten yang tersimpan di Luar Negeri. Titik Pudjisatuti 1

Arsip dan Naskah Banten yang tersimpan di Luar Negeri. Titik Pudjisatuti 1 Arsip dan Naskah Banten yang tersimpan di Luar Negeri Titik Pudjisatuti 1 1. Pengantar Banten sebagai salah satu kesultanan Islam terbesar di Nusantara pada abad ke-16--17 telah menarik perhatian banyak

Lebih terperinci

commit to user BAB I PENDAHULUAN

commit to user BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra berfungsi sebagai penuangan ide penulis berdasarkan realita kehidupan atau imajinasi. Selain itu, karya sastra juga dapat diposisikan sebagai dokumentasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perjuangan kemerdekaan melawan penjajahan telah terjadi sejak kedatangan penjajah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perjuangan kemerdekaan melawan penjajahan telah terjadi sejak kedatangan penjajah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perjuangan kemerdekaan melawan penjajahan telah terjadi sejak kedatangan penjajah Barat di Nusantara. Perjuangan itu berawal sejak kedatangan bangsa Portugis

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Tinjauan Pustaka. 1. Pendudukan Jepang di Indonesia. Dalam usahanya membangun suatu imperium di Asia, Jepang telah

BAB II KAJIAN TEORI. A. Tinjauan Pustaka. 1. Pendudukan Jepang di Indonesia. Dalam usahanya membangun suatu imperium di Asia, Jepang telah BAB II KAJIAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pendudukan Jepang di Indonesia Dalam usahanya membangun suatu imperium di Asia, Jepang telah meletuskan suatu perang di Pasifik. Pada tanggal 8 Desember 1941

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Negara Jepang banyak menghasilkan berbagai macam karya. Baik berupa

BAB 1 PENDAHULUAN. Negara Jepang banyak menghasilkan berbagai macam karya. Baik berupa BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Negara Jepang banyak menghasilkan berbagai macam karya. Baik berupa karya sastra, maupun entertainment/pertunjukan berupa film. Film adalah satu rangkaian gambaran

Lebih terperinci

Sunda, Priangan dan Jawa Barat : Analisis berdasarkan pola gerak sejarah

Sunda, Priangan dan Jawa Barat : Analisis berdasarkan pola gerak sejarah Sunda, Priangan dan Jawa Barat : Analisis berdasarkan pola gerak sejarah Dewasa ini kita mengenal Sunda sebagai sebuah istilah yang identik dengan Priangan dan Jawa Barat. Sunda adalah Priangan, dan Priangan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM

BAB II GAMBARAN UMUM BAB II GAMBARAN UMUM 2.1. Jepang Pasca Perang Dunia II Pada saat Perang Dunia II, Jepang sebagai negara penyerang menduduki negara Asia, terutama Cina dan Korea. Berakhirnya Perang Dunia II merupakan kesempatan

Lebih terperinci

Perkembangan Bangsa Barat.

Perkembangan Bangsa Barat. Perkembangan Bangsa Barat KEMUNDURAN VOC Tahun 1799, VOC mengalami masa kemunduran. Kemunduran tersebut diakibatkan oleh faktorfaktor berikut. Gencarnya persaingan dari negara Prancis dan Inggris. Korupsi

Lebih terperinci

dari periode yang awal sampai pada periode-periode berikutnya?. Perkembangan terjadi bila berturut-turut masyarakat bergerak dari satu bentuk yang

dari periode yang awal sampai pada periode-periode berikutnya?. Perkembangan terjadi bila berturut-turut masyarakat bergerak dari satu bentuk yang PERIODISASI SEJARAH Apakah yang disebut dengan periodisasi? Pertanyaan tersebut kita kembalikan pada penjelasan sebelumnya bahwa sejarah adalah studi tentang kehidupan manusia dalam konteks waktu. Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebelah tenggara kota Yogyakarta, yakni di Kotagede. Di dalam sejarah Islam

BAB I PENDAHULUAN. sebelah tenggara kota Yogyakarta, yakni di Kotagede. Di dalam sejarah Islam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kerajaan Mataram berdiri pada tahun 1582. Pusat kerajaan ini terletak di sebelah tenggara kota Yogyakarta, yakni di Kotagede. Di dalam sejarah Islam kerajaan Mataram

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Dari hasil pembahasan yang telah dipaparkan pada Bab sebelumnya dapat diambil kesimpulan bahwa Bandung pada periode revolusi fisik tahun 1945-1948 merupakan waktu

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pertahanan negara bertitik tolak pada falsafah

Lebih terperinci

NILAI STRATEGIS MALAKA DALAM KONSTELASI POLITIK ASIA TENGGARA AWAL ABAD XIX Studi Kasus tentang Strategi Maritim 1 Djoko Marihandono 2

NILAI STRATEGIS MALAKA DALAM KONSTELASI POLITIK ASIA TENGGARA AWAL ABAD XIX Studi Kasus tentang Strategi Maritim 1 Djoko Marihandono 2 1 NILAI STRATEGIS MALAKA DALAM KONSTELASI POLITIK ASIA TENGGARA AWAL ABAD XIX Studi Kasus tentang Strategi Maritim 1 Djoko Marihandono 2 1. Pendahuluan Pada awal abad XIX untuk pertama kali kawasan Asia

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Bentuk dan Strategi Penelitian Mengacu pada permasalahan yang dirumuskan, maka bentuk penelitian ini adalah deskriptif naratif. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pertahanan negara bertitik tolak pada falsafah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi satu kesatuan yang utuh dan sekaligus unik.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi satu kesatuan yang utuh dan sekaligus unik. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kota selalu menjadi bahan kajian yang menarik untuk diperbincangkan dalam setiap level dengan segala permasalahan yang dihadapinya. Membicarakan sebuah kota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari dalam negeri maupun luar negeri. Selain itu, Kota Sibolga juga memiliki kapalkapal

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari dalam negeri maupun luar negeri. Selain itu, Kota Sibolga juga memiliki kapalkapal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sibolga merupakan satu kota yang dikenal sebagai Kota Bahari, Sibolga memilki sumber daya kelautan yang sangat besar. Selain pemandangan alamnya yang begitu

Lebih terperinci

PERISTIWA YANG TERJADI PADA TAHUN

PERISTIWA YANG TERJADI PADA TAHUN PERISTIWA YANG TERJADI PADA TAHUN 1945-1949 K E L O M P O K 1 A Z I Z A T U L M A R A T I ( 1 4 1 4 4 6 0 0 2 0 0 ) D E V I A N A S E T Y A N I N G S I H ( 1 4 1 4 4 6 0 0 2 1 2 ) N U R U L F I T R I A

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kisaran terbagi menjadi dua kecamatan yaitu Kecamatan Kisaran Timur dan

BAB I PENDAHULUAN. Kisaran terbagi menjadi dua kecamatan yaitu Kecamatan Kisaran Timur dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Kisaran adalah ibu kota dari Kabupaten Asahan, Provinsi Sumatera Utara yang bejarak 160 km dari Kota Medan ( ibu kota Provinsi Sumatera Utara). Kota Kisaran

Lebih terperinci

Perjuangan Wong Agung Wilis Melawan VOC Belanda di Banyuwangi

Perjuangan Wong Agung Wilis Melawan VOC Belanda di Banyuwangi Perjuangan Wong Agung Wilis Melawan VOC Belanda di Banyuwangi 1767 1769 SKRIPSI Oleh: A n g g a M a y R a w a n NIM : 050210302229 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Perumusan Masalah 1.3 Tujuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Perumusan Masalah 1.3 Tujuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sampai dengan abad 18 penetrasi kekuasaan Belanda semakin besar dan meluas, bukan hanya dalam bidang ekonomi dan politik saja namun juga meluas ke bidang-bidang lainnya

Lebih terperinci

BAB 10 PROSES KEDATANGAN DAN KOLONIALISME BANGSA BARAT DI INDONESIA

BAB 10 PROSES KEDATANGAN DAN KOLONIALISME BANGSA BARAT DI INDONESIA BAB 10 PROSES KEDATANGAN DAN KOLONIALISME BANGSA BARAT DI INDONESIA TUJUAN PEMBELAJARAN Dengan mempelajari bab ini, kamu diharapkan mampu: mendeskripsikan sebab dan tujuan kedatangan bangsa barat ke Indonesia;

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa Indonesia dahulu dikenal dengan bahasa melayu yang merupakan bahasa penghubung antar etnis yang mendiami kepulauan nusantara. Selain menjadi bahasa penghubung

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN BAB II LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. Landasan Teori 1. Transportasi Kereta Api Transportasi merupakan dasar untuk pembangunan ekonomi dan perkembangan masyarakat, serta pertumbuhan ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa jasa para pahlawannya. Itulah

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa jasa para pahlawannya. Itulah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa jasa para pahlawannya. Itulah yang diungkapkan oleh Ir. Soekarno untuk mengenang dan menghargai jasa jasa

Lebih terperinci