ANALISIS SENYAWA OKSIDA YANG TERBENTUK PADA PADUAN FeAl YANG DIIMPLANTASI ION Y MENGGU- NAKAN "XRD"

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS SENYAWA OKSIDA YANG TERBENTUK PADA PADUAN FeAl YANG DIIMPLANTASI ION Y MENGGU- NAKAN "XRD""

Transkripsi

1 108 ISSN Lely Susita R.M. ANALISIS SENYAWA OKSIDA YANG TERBENTUK PADA PADUAN FeAl YANG DIIMPLANTASI ION Y MENGGU- NAKAN "XRD" Lely Susita R.M. PTAPB-BATAN, Yogyakarta, ptapb@batan.co.id ABSTRAK ANALISIS SENYAWA OKSIDA YANG TERBENTUK PADA PADUAN FeAl YANG DIIMPLANTASI ION Y MENGGUNAKAN "XRD". Telah dilakukan analisis senyawa oksida yang terbentuk pada paduan FeAl yang diimplantasi ion yttrium (Y) menggunakan teknik difraksi sinar X. Dalam penelitian ini cuplikan FeAl dengan ukuran 1.0 cm x 0.5 cm x 0.01 cm diimplantasi dengan ion yttrium pada energi tetap sebesar 100 kev untuk dosis, ion/cm dan 4, ion/cm. Cuplikan FeAl yang tidak diimplantasi dan yang diimplantasi dioksidasi pada suhu 800 C selama 5 jam. Dari data XRD (intensitas dan sudut hamburan) dapat dihitung bidang-bidang kristal (hkl), jarak antar bidang (d hkl ) maupun parameter kisinya (a, b dan c). Dari informasi jarak antar bidang (d hkl ) dan parameter kisi (a, b dan c) dapat digunakan untuk mengindentifikasi unsur/senyawa yang terkandung dalam cuplikan. Dari hasil analisis XRD dapat diketahui puncak-puncak oksida Al O 3 dan Fe O 3 yang terbentuk pada paduan FeAl yang diimplantasi Y cenderung berkurang secara signifikan dibandingkan dengan puncak-puncak Al O 3 dan Fe O 3 pada paduan FeAl sebelum diimplantasi, karena selama proses oksidasi pada suhu 800 C terbentuk lapisan Fe Y, Y 3 Al dan Y 5 Al 3 yang dapat menghambat difusi oksigen masuk ke permukaan paduan FeAl untuk membentuk lapisan oksida. Kata Kunci : Paduan FeAl, Implantasi Y, Struktur Kristal, XRD ABSTRACT ANALYSIS OF FORMED OXIDE COMPOUND ON FeAl ALLOYS IMPLANTED BY Yttrium (Y) ION USING XRD TECHNIQUE. Analysis of formed oxide compound on FeAl alloys implanted by Yttrium ion (Y) has been conducted using X-Ray Diffraction (XRD) technique. In this research, the FeAl samples with the size 1.0 cm x 0.5 cm x 0.01 cm has been implanted with Yttrium ion at 100 kev of ion energy and for.98 x ion/cm and 4.47 x ion/cm of doses. The un-implanted and implanted samples then oxidized at C of temperature for 5 hours. From XRD data (intensities and scattering angle) of peaks, it can be used to calculate the lattice parameters (a,b and c) and atom interplanar spacing d hkl of the crystal. From the information lattice parameters (a,b and c) and atom interplanar spacing d hkl, it can be used to identified the kind of elements or compound which is contained in` the samples. From XRD analysis, it s shown that for implanted FeAl alloy with Yttrium ions, the formed peaks of Al O 3 and Fe O 3 trends to reduce significantly compared to the formed peaks of Al O 3 and Fe O 3 on un-implanted FeAl alloys, because during the oxidation process at C of temperature are formed a Fe Y, Y 3 Al and Y 5 Al 3 that will resist the oxygen diffusion into the surface of FeAl alloys to form an oxide film. Keywords; FeAl alloys, Yttrium ion Implantation, Crystal structure, XRD PENDAHULUAN P aduan aluminium merupakan material utama yang saat ini digunakan industri pesawat terbang komersial. Aluminium dipilih karena memiliki sifat ringan dan kekuatannya dapat dibentuk dengan cara dipadu dengan unsur lain. Awalnya paduan aluminium dikembangkan dengan tujuan mendapatkan material yang kuat dan ringan. Namun, seiring dengan berkembangnya kebutuhan struktur pesawat udara komersial dengan ukuran yang semakin besar, material yang dibutuhkan tidak hanya kuat dan ringan saja. Dewasa ini paduan aluminium dikembangkan untuk mendapatkan

2 Lely Susita R.M. ISSN material yang kuat, ringan, usia pakai yang lama, biaya produksi rendah, toleransi kegagalan tinggi, dan tahanan korosi yang baik. Telah dilakukan penelitian bahwa paduan FeAl mempunyai sifat-sifat yang unggul seperti misalnya kekuatan mekanik, magnetik, maupun sifat disipasinya, sehingga banyak digunakan secara luas sebagai material fungsional. Disamping sebagai material fungsional, paduan FeAl sangat atraktif untuk diaplikasikan sebagai material struktural karena mempunyai kekuatan yang jauh lebih tinggi dibanding besi (iron), sifat ketahanan oksidasi yang tinggi, harganya yang relatif murah dan juga ringan (kerapatan 5,76 6,3 g/cm 3 ) [1]. Sifat ketahanan oksidasi dari paduan FeAl tersebut dikarenakan selama beroperasi akan terbentuk lapisan oksida proteksi alumina (Al O 3 ) yang tipis dan rapat pada permukaan paduan. Lapisan oksida proteksi alumina (Al O 3 ) terutama α-al O 3 yang terbentuk pada suhu tinggi mempunyai sifat, (1) ketidakteraturan kisi yang sangat rendah (very low lattice disorder), yang sifat ini akan menghasilkan koefisien difusi yang rendah dan laju oksidasi yang rendah pula, () sifat volatilitas yang rendah (low volatility) dan (3) sifat kestabilan termodinamik yang tinggi (high thermodinamics stability). [] Kerusakan dari lapisan proteksi yang telah terbentuk tersebut hanya dapat terjadi pada kondisi khusus. Kondisi khusus tersebut meliputi, 1. Kerusakan akibat beban mekanik (mechanical damage) yang disebabkan oleh retak (cracks), pengelupasan (spallation), maupun erosi (erotion), ketiga hal tersebut dapat merusak lapisan oksida proteksi yang telah terbentuk dan menyebabkan pertumbuhan oksida yang linier, dengan demikian laju pertumbuhan oksida semakin cepat. Kelemahan ini dapat dikurangi dengan menambahkan sejumlah tertentu (0,1% % berat) elemen reaktif seperti cerium (Ce), yttrium (Y), dan titanium (Ti).. Terbentuknya lapisan nonproteksi yang disebabkan oleh menipisnya komponen Aluminium (Aluminium depletion) karena untuk konsumsi pembentukan alumina (Al O 3 ). Fenomena tersebut dapat terjadi pada suhu tinggi dan waktu pemaparan yang cukup lama. Kerusakan lapisan proteksi yang disebabkan oleh menipisnya/habisnya komponen aluminium dinamakan brekaway corrosion. Awal dari korosi dadal ini ditandai dengan perubahan warna dari lapisan oksida yaitu dari abu-abu (α- Al O 3 ) menjadi coklat (Fe x O y ) dan laju pertumbuhan oksida yang begitu cepat. Telah disebutkan di muka bahwa efek dari penambahan elemen reaktif (Y) pada paduan FeAl pada jumlah tertentu akan mengurangi kerusakan dari lapisan alumina yang telah terbentuk akibat beban mekanik dengan kata lain dapat menghambat laju oksidasi, hal ini dikarenakan dengan kehadiran elemen reaktif, daya lekat (adherence) lapisan oksida proteksi juga semakin kuat. Fenomena tersebut dapat diterangkan sebagai berikut, 1. Pada paduan FeAl tanpa kehadiran elemen reaktif (Y), pertumbuhan lapisan alumina (Al O 3 ) melibatkan proses difusi dua arah yaitu masuknya (inward) oksigen dan keluarnya (outward) aluminium melalui batas butir, dengan demikian akan mudah mengelupas.. Sedangkan pada paduan FeAl yang mengandung elemen reaktif, proses difusi hanya terjadi pada satu arah yaitu hanya difusi atom oksigen dengan demikian daya lekatnya semakin kuat dan laju oksidasinya berkurang. Implantasi ion merupakan suatu metode alternatif untuk menambahkan unsur-unsur baru ke dalam material induk. Kelebihan teknik implantasi ion dibandingkan dengan teknik lain (difusi, epitaksi, dan paduan) antara lain kedalaman dan dosis ion dapat dikendalikan dengan akurat, prosesnya cepat (dalam orde menit), dan tidak ada thermal stress sebab tidak melibatkan suhu tinggi [3]. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui terbentuknya lapisan pelindung yang berperan sebagai penghambat laju oksida dan penambah daya rekat lapisan oksida yang terbentuk pada permukaan paduan FeAl yang diimplantasi dengan elemen reaktif Yttrium (Y) Fenomena terbentuknya lapisan pelindung pada paduan FeAl setelah proses oksidasi dapat diamati dari struktur kristal paduan FeAl dengan menggunakan teknik difraksi sinar X (XRD). Selama proses oksidasi, pemanasan cuplikan dilakukan pada suhu 800 C berkenaan dengan pemakaian FeAl sebagai material struktural pada suhu menengah ( C). Pengamatan lapisan pelindung diperoleh dari data intensitas dan posisi puncak difraksi yang dihasilkan oleh difraktometer sinar X. TATA KERJA DAN PERCOBAAN Persiapan Bahan dan Peralatan Penelitian Persiapan bahan Dalam penelitian ini digunakan material FeAl (komposisi 80% Fe dan 0% Al) untuk material target atau cuplikan yang akan diimplantasi

3 110 ISSN Lely Susita R.M. dengan ion yttrium, sedangkan bahan-bahan lain yang diperlukan dalam penelitian ini adalah gas oksigen, kertas gosok, pasta intan dan bahan pencuci cuplikan berupa alkohol. Persiapan Peralatan Peralatan atau instrumentasi yang perlu dipersiapkan dalam pelaksanaan penelitin ini terdiri dari : d hkl sinθ = nλ (1) dengan d hkl : jarak antar bidang atom yang berhubungan (Å) θ : sudut hamburan ( ) n : orde difraksi λ : panjang gelombang (Å) 1. Akselerator implantasi ion 150 kev ma buatan PTAPB-BATAN.. Alat pemotong cuplikan. 3. Alat polishing / penghalus cuplikan. 4. Tungku pemanas (furnace) berkemampuan maksimum hingga 1100 o C. 5. Difraktometer Sinar-X. Difraktometer sinar-x yang digunakan dalam penelitian ini adalah X-Ray Diffractometer Shimadsu E 600 di Lab. Fisika-FMIPA UNS, Surakarta. Apabila sinar X monokromatis mengenai material kristal, maka setiap bidang kristal akan memantulkan atau menghamburkan sinar X ke segala arah. Interferensi terjadi hanya antara sinarsinar pantul sefase sehingga hanya terdapat sinar X pantulan tertentu saja. Interferensi saling memperkuat apabila sinar X yang sefase mempunyai selisih lintasan kelipatan bulat panjang gelombang (λ). Pernyataan ini dinamakan hukum Bragg untuk difraksi kristal [4,5,6], secara matematis dapat dituliskan dalam bentuk persamaan Gambar 1. Skema dasar Difraktometer Sinar X. Untuk memudahkan pemahaman persamaan (1), dapat diilustrasikan seperti pada Gambar. Hubungan jarak antar bidang (d hkl ) dengan bidang-bidang atom (hkl) untuk masing-masing jenis kristal disajikan pada Tabel 1. Gambar. Lintasan berkas sinar X yang mengenai kristal.

4 Lely Susita R.M. ISSN Tabel 1. Hubungan jarak antar bidang (d hkl ) dengan bidang-bidang atom (hkl) untuk masing-masing jenis kristal. No Jenis Kristal Hubungan antara d, hkl dan a, b, c, α, β, γ 1 Kubik 1 h + k + l (Cubic) =, a = b = c, α = β = γ = 90 d a Tetragonal 1 h + k l (Tetragonal) = +, a = b c, α = β = γ = 90 d a c 3 Ortorombik 1 h k l (Orthorhombic) = + +, a b c, α = β = γ = 90 d a b c 4 Heksagonal 1 4 h + hk + k l (Hexagonal) = +, a = b, α = β = 90, γ = 10 d 3 c a c 5 Monoklinik 1 1 h k sin β l hlcosβ (Monoclinic) = + +, a b c, α = γ = 90, β 90 d sin β a b c ac 6 Rombohedral 1 ( h + k + l ) sin α+ ( hk+ kl+ hl)( cos α cosα ) (Rhombohedral) =, a b c, α = β = γ 90 3 d a ( 1 cos α+ cos α) 7 Triklinik 1 1 = ( S ) (Triclinic) 11h + S k + S33l + S1hk + S3kl + S13hl d V dengan V adalah volume dari sel satuan (disajikan pada Tabel ) S 11 = b c sin α S = a c sin β S 33 = a b sin γ S = abc (cosα cos β cosγ ) 1 S 3 = a bc(cos β cosγ cosα ) S 13 = ab c(cosγ cosα cos β ) Metode Penelitian Tahapan dalam penelitian ini meliputi 1. Persiapan cuplikan dari material FeAl, meliputi pemotongan dalam bentuk keping, penghalusan dengan kertas abrasif, dan pencucian cuplikan dengan menggunakan alkohol untuk menghilangkan adanya kontaminasi (debu, minyak atau lemak) pada permukaan cuplikan.. Teknik eksperimen, setiap cuplikan yang telah disiapkan diimplantasi dengan ion yttrium dan cerium pada energi 100 kev dengan dosis, ion/cm dan 4, ion/cm, serta dilakukan uji oksidasi dalam media oksigen pada kondisi siklus termal dengan waktu pemanasan setiap siklus termal 5 jam pada suhu 800 ºC dan pendinginan 19 jam pada suhu kamar. Selama uji siklus termal, cuplikan dimasukkan ke dalam tabung yang dialiri gas oksigen dengan laju aliran 0,019 cc/menit dan tekanan 1,5 kgf/cm. Adanya oksigen di lingkungan sekitar cuplikan menyebabkan terjadinya proses oksidasi pada suhu 800 ºC. 3. Pengujian atau karakterisasi, meliputi uji struktur kristal pada cuplikan FeAl baik sebelum maupun sesudah proses oksidasi dengan menggunakan metode difraksi sinar X. Dari data pola difraksi dapat ditentukan lapisan oksida yang terbentuk pada paduan FeAl. HASIL DAN PEMBAHASAN Sebelum proses implantasi ion terlebih dahulu dilakukan perhitungan teoritis dan simulasi program TRIM. TRIM merupakan akronim dari Transport of Ions in Matter adalah suatu program untuk menghitung daya henti (stopping) dan jangkau (range) dari suatu ion dalam suatu bahan (matter). Dalam program ini data-data yang harus dimasukkan meliputi jenis ion (nomor atom Z 1 dan nomor massa M 1 ) yang diimplantasikan, jenis material target (nomor atom Z dan nomor massa

5 11 ISSN Lely Susita R.M. M ) maupun kerapatan (density) material yang akan diimplantasi. Apabila material target merupakan paduan, maka nomor atom Z, nomor massa M, maupun kerapatan efektifnya yang besarnya ditentukan oleh jumlah maupun persentase penyusunnya. Disamping itu energi yang diinginkan juga harus dimasukkan. Data keluaran dari program TRIM tersebut meliputi besarnya kehilangan energi karena interaksi elektronik (de/dx) e, kehilangan energi karena interaksi dengan inti (de/dx) n, jangkau ion terproyeksi (R p ), penyebaran ke arah longitudinal (longitudinal straggling σ Rpl dan lateral straggling σ Rps ) untuk masing-masing energi yang diberikan. Hasil perhitungan teoritis ini ditampilkan pada Tabel, dan dari data-data tersebut dapat digunakan sebagai acuan untuk memprediksi persentase ion pada material. Uji Oksidasi Siklus Termal Cuplikan FeAl sebelum dan sesudah diimplantasi ion yttrium (Y) diuji sifat ketahanan oksidasinya dalam media oksigen selama 5 siklus termal dengan waktu pemanasan setiap siklus termal 5 jam pada suhu 800 ºC dan pendinginan 19 jam pada suhu kamar. Oksida yang stabil dan tidak mudah menguap diharapkan akan tetap tinggal pada permukaan cuplikan yang disertai dengan peningkatan berat cuplikan. Apabila oksida tetap lekat dan menjadi penghalang difusi oksigen akan menyebabkan laju oksidasi semakin berkurang. Dalam hal ini laju oksidasi berbanding terbalik dengan berat oksida. Persamaan untuk laju oksidasi seperti ini dy/dt = c/y, kalau diintegrasi menjadi y = c t dengan y : berat oksida, t : waktu dan c : adalah konstanta. Apabila oksida yang terbentuk berpori dan tidak berfungsi sebagai pelindung maka laju pertumbuhan oksida konstan terhadap waktu dy/dt = c, yang bila diintegrasi menghasilkan y = c t. [3] Metode pengukuran laju oksidasi yang diterapkan dalam penelitian ini adalah metode konvensional yaitu dengan menimbang berat oksida yang terbentuk sebagai fungsi waktu menggunakan neraca analitis merk Sartorius tipe 46, yang mempunyai ketelitian 0,1 mg. Hasil uji oksidasi siklus termal dalam lingkungan oksigen pada suhu 800 ºC untuk paduan FeAl yang diimplantasi dengan ion Y untuk variasi dosis ion, ion/cm dan 4, ion/cm disajikan pada Gambar 3. Tabel. Parameter hasil perhitungan proses implantasi ion. Material Target Jenis Ion Dopan Energi Ion (kev) Jangkau Ion (Å) FeAl Y Dosis Ion (ion/cm ) % Ion, ,67 4, ,49 Gambar 3. Laju oksidasi siklus termal FeAl dan dan FeAl-Y hasil implantasi ion pada energi 100 kev dan dosis ion, ion/cm dan 4, ion/cm.

6 Lely Susita R.M. ISSN Uji Struktur Kristal Dengan Teknik Difraksi Sinar X Pada Paduan FeAl Hasil pengamatan difraksi sinar X pada paduan FeAl setelah proses oksidasi pada suhu 800 C ditunjukkan pada Tabel 3 dan Gambar 4. Tabel 3. Data sudut difraksi (θ) dan jarak antar bidang (d) paduan FeAl setelah proses oksidasi pada suhu 800 C. Senyawa θ ( ) h k l d (Å) AlFe 3 44,717 81,69 0 4, ,1883 Al 13 Fe 4 1, ,5959 Al O 3 31, ,838 47,410 57, , , ,397 89, ,8779,6098 1, , ,4498 1, , ,09658 Fe O 3 49,778 54,8396 7, , , ,677 1, ,947 AlFeO 3 30, ,90071 Dari informasi sudut hamburan, intensitas dan jarak antar bidang pada Gambar 4, setelah dicocokkan dengan data JCPDS (Joint Comitttee Powder On Diffraction Standards), pola difraksi paduan FeAl setelah proses oksidasi menghasilkan puncak-puncak AlFe 3, Al 13 Fe 4, Al O 3, Fe O 3 dan AlFeO 3. Senyawa AlFe 3 menghasilkan dua puncak dari bidang hkl ( 0) dan (4 ) dengan jarak antar bidang,04430 Å dan 1,1883 Å pada sudut difraksi (θ) 44,717 dan 81,69. Senyawa Al 13 Fe 4 menunjukkan pola difraksi dengan satu puncak dari bidang hkl (1 1 0) dengan jarak antar bidang 7,5959 Å pada sudut difraksi (θ) 1,180. Lapisan oksida yang terbentuk setelah proses oksidasi pada paduan FeAl menghasilkan puncak-puncak Al O 3, Fe O 3 dan AlFeO 3. Puncakpuncak yang dihasilkan oleh Al O 3 dan Fe O 3 terlihat lebih banyak, hal ini menunjukkan kecenderungan pembentukan lapisan oksida Al O 3 dan Fe O 3 lebih besar selama proses oksidasi pada suhu 800 C. Pembentukan lapisan oksida tersebut, khususnya Al O 3, harus dihindarkan karena akan mengakibatkan terbentuknya lapisan nonproteksi yang disebabkan oleh menipisnya komponen aluminium karena untuk konsumsi pembentukan Al O 3. Gambar 4. Pola difraksi paduan FeAl setelah proses oksidasi pada suhu 800 o C.

7 114 ISSN Lely Susita R.M. Fenomena pembentukan lapisan nonproteksi yang menyebabkan pengelupasan oksida dapat terjadi pada suhu tinggi dan waktu pemanasan yang cukup lama. Dari Gambar 4 terlihat adanya delapan puncak Al O 3 dari bidang hkl (0 0 3), ( 0 ), ( 0 9), ( 0 1), (0 0), (1 3 16), ( 4 10) dan (0 10) dengan jarak antar bidang,8779 Å,,6098 Å, 1,91596 Å, 1,61433 Å, 1,4498 Å, 1,13384 Å, 1,10560 Å dan 1,09658 Å pada sudut difraksi 31,0500, 39,838, 47,410, 57,0006, 64,1875, 85,5896, 88,397 dan 89,486. Oksida Fe O 3 menunjukkan pola difraksi dengan empat puncak dari bidang hkl (4 3 1), (5 0 0), (1 1 9), dan (3 0 6) dengan jarak antar bidang 1,84769 Å, 1,677 Å, 1,30839 Å, dan 1,947 Å pada sudut difraksi 49,778, 54,8396, 7,1349, dan 77,5889, sedangkan senyawa AlFeO 3 menghasilkan satu puncak dari bidang hkl (1 3 0) dengan jarak antar bidang,90071 Å pada sudut difraksi 30,80. Kondisi ini tidak menguntungkan karena pembentukan lapisan oksida yang besar dapat menurunkan ketahanan oksidasi paduan FeAl. Hasil pengamatan difraksi sinar X pada paduan FeAl yang diimplantasi ion Y pada energi 100 kev dan dosis ion, ion/cm setelah proses oksidasi pada suhu 800 C ditunjukkan pada Tabel 4 dan Gambar 5. Tabel 4. Data sudut difraksi (θ) dan jarak antar bidang (d) paduan FeAl yang diimplantasi ion Y pada dosis, ion/cm setelah proses oksidasi pada suhu 800 C. Senyawa θ ( ) hkl d (Å) AlFe 3 44,79 81,5 0 4,0445 1,18304 Al 13 Fe 4 1, ,7333 Y 5 Al 3 4, , , , , ,60349 Y 3 Al 36, ,43398 Fe Y 83, ,16014 Al O 3 39, , ,653 1,4560 Fe O 3 7, ,310 AlFeO 3 30, ,89484 Gambar 5. Pola difraksi paduan FeAl yang diimplantasi ion Y pada dosis, ion/cm setelah proses oksidasi pada suhu 800 o C.

8 Lely Susita R.M. ISSN Gambar 5 memperlihatkan pola difraksi paduan FeAl yang diimplantasi ion Y pada energi 100 kev dan dosis ion,98x10 15 ion/cm yang menghasilkan puncak-puncak AlFe 3, Al 13 Fe 4, Fe Y, Y 3 Al dan Y 5 Al 3 serta lapisan oksida Al O 3, Fe O 3 dan AlFeO 3. Puncak-puncak yang dihasilkan oleh senyawa AlFe 3, dan Al 13 Fe 4 pada paduan FeAl yang diimplantasi Y dengan dosis, ion/cm mempunyai bidang hkl yang sama dengan puncakpuncak AlFe 3, dan Al 13 Fe 4 pada paduan FeAl sebelum diimplantasi. Senyawa Y 3 Al dan Fe Y masing-masing menghasilkan satu puncak dari bidang hkl (1 0 3) dengan jarak antar bidang,43398 Å pada sudut difraksi 36,9000 untuk puncak Y 3 Al dan bidang hkl (6 0) dengan jarak antar bidang 1,16014 Å pada sudut difraksi 83,071 untuk puncak Fe Y. Lapisan oksida yang terbentuk setelah proses oksidasi menghasilkan puncak-puncak Al O 3, Fe O 3 dan AlFeO 3. Puncakpuncak oksida Al O 3 dan Fe O 3 yang terbentuk pada paduan FeAl yang diimplantasi Y cenderung berkurang secara signifikan dibandingkan dengan puncak-puncak Al O 3 dan Fe O 3 pada paduan FeAl sebelum diimplantasi, karena selama proses oksidasi pada suhu 800 C terbentuk lapisan Fe Y, Y 3 Al dan Y 5 Al 3 yang dapat menghambat difusi oksigen masuk ke permukaan paduan FeAl untuk membentuk lapisan oksida, sehingga mampu memperbaiki kerusakan lapisan oksida yang mengalami pengelupasan. Pada Tabel 4 atau Gambar 5 terlihat adanya dua puncak Al O 3 dari bidang hkl ( 0 ), dan (0 0) dengan jarak antar bidang,653 Å, dan 1,4560 Å pada sudut difraksi (θ) 39,8097 dan 64,0500. Lapisan oksida Fe O 3 dan AlFeO masing-masing menghasilkan satu puncak dari bidang hkl (1 1 0) dan (1 3 0) dengan jarak antar bidang 1,310Å dan,89484 Å pada sudut difraksi 7,0187 dan 30,8640. Hasil pengamatan difraksi sinar X pada paduan FeAl yang diimplantasi Y pada energi 100 kev dan dosis 4, ion/cm setelah proses oksidasi pada suhu 800 C ditunjukkan pada Tabel 5 dan Gambar 6. Tabel 5. Data sudut difraksi (θ) dan jarak antar bidang (d) paduan FeAl yang diimplantasi ion Y pada dosis 4, ion/cm setelah proses oksidasi pada suhu 800 C. Senyawa θ ( ) hkl d (Å) AlFe 3 44, , , ,1853 Al 13 Fe 4 1, ,16381 Al 3 Y 5 4, ,63045 Al 3 Y 73,0457 1,9431 YAl 81, ,17498 Al O 3 39, , ,5796 1,44454 AlFeO 3 30, , ,8871 1,39604 Y 3 Al 5 O 3 0, ,4049 Al Y 4 O 9 43, ,06746 Y O 3 6, ,30647 Gambar 6. Pola difraksi paduan FeAl yang diimplantasi ion Y pada dosis 4, ion/cm setelah proses oksidasi pada suhu 800 o C.

9 116 ISSN Lely Susita R.M. Gambar 6 menunjukkan pola difraksi paduan FeAl yang diimplantasi Y pada energi 100 kev dan dosis 4, ion/cm yang menghasilkan puncak AlFe 3, Al 13 Fe 4, Al 3 Y dan Al 3 Y 5 serta lapisan oksida Al O 3, AlFeO 3, Y O 3 dan Y 3 Al 5 O. Pada Gambar 6 terbentuk lapisan YAl, Al Y 4 O 9 dan Y O 3 dari bidang hkl (1 5 3), (5 1 0) dan (1 0 0) dengan jarak antar bidang Å,,06746 Å dan 3,30647 Å pada sudut difraksi (θ) 81,985, 43,7500 dan 6,9437. Pembentukan lapisan YAl, Al Y 4 O 9 dan Y O 3 yang berperan sebagai penghambat difusi oksigen mampu menghalangi terbentuknya oksida Fe O 3 dari bidang hkl (1 1 9) sehingga mampu meningkatkan ketahanan oksidasi paduan FeAl. Hal ini ditunjukkan dengan umur pemakaian terhadap pengelupasan oksida yang terbentuk lebih lama, seperti yang terlihat pada Gambar. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan seperti yang telah diuraikan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Lapisan oksida Al O 3 dan Fe O 3 yang terbentuk pada paduan FeAl terlihat lebih banyak dibandingkan dengan paduan FeAl yang diimplantasi Y, hal ini menunjukkan kecenderungan pembentukan lapisan oksida Al O 3 dan Fe O 3 lebih besar selama proses oksidasi pada suhu 800 C. Pembentukan lapisan oksida Al O 3, harus dihindarkan karena akan mengakibatkan terbentuknya lapisan nonproteksi yang disebabkan oleh menipisnya komponen aluminium karena untuk konsumsi pembentukan Al O 3.. Puncak-puncak oksida Al O 3 dan Fe O 3 yang dihasilkan paduan FeAl yang diimplantasi ion Y berkurang secara signifikan dibandingkan dengan oksida Al O 3 dan Fe O 3 yang terbentuk pada material FeAl sebelum diimplantasi. Hal ini dikarenakan selama proses oksidasi pada suhu 800 C terbentuk lapisan Al 3 Y 5, Al 3 Y, dan AlY serta lapisan oksida Y O 3, Y 3 Al 5 O 3 dan Al Y 4 O 9 yang dapat menghambat difusi oksigen masuk ke permukaan paduan FeAl untuk membentuk lapisan oksida, sehingga mengurangi laju oksidasi paduan FeAl. 3. Kondisi terbaik penambahan ion Y untuk menghambat laju oksidasi paduan FeAl selama siklus termal pada suhu 800 C dicapai pada dosis ion 4, ion/cm. Dari data pola difraksi paduan FeAl yang diimplantasi Y pada dosis 4, ion/cm menghasilkan oksida Y O 3 yang mampu menghalangi terbentuknya lapisan oksida Fe O 3. DAFTAR PUSTAKA 1. W.J. ZHANG, R.S. SUNDAR and S.C. DEEVL, Improvement of The CreepResistance of FeAl Based Alloys, Crystalls Technologies Inc., Richmond, VA 337, USA, C.H. XU, W. GAO and S. LI, Oxidation Behaviour of FeAl Intermetallics the Effect of Y on the Scale Spallation Resistance, Corrosion Science, Vol. 43, p , SUDJATMOKO, Aplikasi Teknik Implantasi Ion Dalam Doping Bahan Semikonduktor dan Non Semikonduktor untuk Menghasilkan Bahan dengan Sifat Unggul, Laporan RUT III Bidang Ilmu Bahan, KITTEL, C., Introduction To Solid State Physics, Fifth Edition, John Wiley & Sons, Inc, CULLITY, B.D., Elements of X-Ray Diffraction, Addison-Wesley Publishing Company Inc, VERMA, A.R., and SRIVASTA, O.N., Crystallography for Solid State Physics, Wiley Eastern Limited, New Delhi, 198. TANYA JAWAB Frida ID Mengapa analisa yang digunakan dengan memakai teknik XRD. Lely Susita RM Teknik difraksi sinar X dapat digunakan untuk mengidentifikasi fasa-fasa yang terdapat dalam suatu paduan. Analisa kualitatif dilakukan dengan cara mengidentifikasi pola difraksi paduan tersebut, sedangkan analisa kuantitatif juga dimungkinkan, karena intensitas puncak difraksi suatu fasa dari paduan tergantung dari banyaknya fasa tersebut dalam paduan. Wirjoadi Bagaimana mekanisme pembentukan oksidaoksida?

10 Lely Susita R.M. ISSN Jenis oksida mana yang paling berperan dalam menghambat laju oksidasi? Lely Susita RM Selama proses oksidasi berlangsung pada cuplikan FeAl yang diimplantasi Y, probabilitas terbesar terjadinya oksidasi adalah antara besi dan oksigen membentuk oksida besi (Fe O 3 ), antara aluminium dan oksigen membentuk alumina (Al O 3 ), karena oksidasi dimulai dari permukaan cuplikan yang mengandung ketiga jenis logam tersebut. Oksida yttrium (Y O 3 ) yang dapat berfungsi sebagai oksida pelindung (protectice oxide layer) karena pertumbuhan oksidanya lambat, votalitas rendah dan stabilitas termodinamikanya tinggi.

IMPLANTASI ION YTTRIUM UNTUK MENGHAMBAT LAJU OKSIDASI PADUAN TiAl PADA SUHU 800 C

IMPLANTASI ION YTTRIUM UNTUK MENGHAMBAT LAJU OKSIDASI PADUAN TiAl PADA SUHU 800 C IMPLANTASI ION YTTRIUM UNTUK MENGHAMBAT LAJU OKSIDASI PADUAN TiAl PADA SUHU 800 C Lely Susita R.M., Sayono, BA. Tjipto Sujitno, Slamet Santoso Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan, BATAN Jl. Babarsari

Lebih terperinci

ANALISA STRUKTUR KRISTAL LAPISAN TIPIS ALUMINIUM PADA SUBSTRAT KACA MENGGUNAKAN XRD

ANALISA STRUKTUR KRISTAL LAPISAN TIPIS ALUMINIUM PADA SUBSTRAT KACA MENGGUNAKAN XRD Volume 10, Oktober 008 IN 1411-1349 ANALIA TRUKTUR KRITAL LAPIAN TIPI ALUMINIUM PADA UBTRAT KACA MENGGUNAKAN XRD Lely usita R.M., Tjipto ujitno Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan ABTRAK Teknik

Lebih terperinci

EFEK IMPLANTASI ELEMEN TERNER DAN KUATERNER TERHADAP KETAHANAN OKSIDASI PADUAN TITANIUM ALUMINIUM (TiAl)

EFEK IMPLANTASI ELEMEN TERNER DAN KUATERNER TERHADAP KETAHANAN OKSIDASI PADUAN TITANIUM ALUMINIUM (TiAl) ISSN 40-6957 GANENDRA, Vol. VII, N0. EFEK IMPLANTASI ELEMEN TERNER DAN KUATERNER TERHADAP KETAHANAN OKSIDASI PADUAN TITANIUM ALUMINIUM (TiAl) Lely Susita RM., Sudjatmoko, Tjipto Sujitno Puslitbang Teknologi

Lebih terperinci

PENGARUH IMPLANTASI ION YTTRIUM DAN CERIUM TERHADAP STRUKTUR MIKRO PADUAN TiAl

PENGARUH IMPLANTASI ION YTTRIUM DAN CERIUM TERHADAP STRUKTUR MIKRO PADUAN TiAl 94 Prosiding Pertemuan Ilmiah XXIV HFI Jateng & DIY, Semarang 10 April 2010 hal. 94-103 PENGARUH IMPLANTASI ION YTTRIUM DAN CERIUM TERHADAP STRUKTUR MIKRO PADUAN TiAl Sri Agustini FST-Universitas Sanata

Lebih terperinci

PENGARUH IMPLANTASI ION YTTRIUM (Y) TERHADAP SIFAT KETAHANAN OKSIDASI SUHU TINGGI MATERIAL FeAl DAN KARAKTERISASINYA

PENGARUH IMPLANTASI ION YTTRIUM (Y) TERHADAP SIFAT KETAHANAN OKSIDASI SUHU TINGGI MATERIAL FeAl DAN KARAKTERISASINYA Anis Yuniati Fakultas Saintek, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Yogyakarta Kusminarto Fakultas MIPA, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta Sudjatmoko PTAPB-BATAN, Yogyakarta ABSTRAK Telah dilakukan

Lebih terperinci

PENGUJIAN SIFAT KETAHANAN OKSIDASI FEAL YANG DIIMPLANTASI ION CERIUM DENGAN TEKNIK SIKLUS TERMAL

PENGUJIAN SIFAT KETAHANAN OKSIDASI FEAL YANG DIIMPLANTASI ION CERIUM DENGAN TEKNIK SIKLUS TERMAL PENELITIAN DAN PENGELOLAAN PERANGKAT NUKLIR Y09yakarta, 28 Agustus 2009 PENGUJIAN SIFAT KETAHANAN OKSIDASI FEAL YANG DIIMPLANTASI ION CERIUM DENGAN TEKNIK SIKLUS TERMAL Sumanno,AJ.Sunarto PTAPB-BATAN Yogyawr/a

Lebih terperinci

EFEK IMPLANTASI ION CERIUM TERHADAP SIFAT KETAHANAN KOROSI BAJA NIRKARAT TIPE AISI 316 L DALAM LINGKUNGAN ASAM SULFAT

EFEK IMPLANTASI ION CERIUM TERHADAP SIFAT KETAHANAN KOROSI BAJA NIRKARAT TIPE AISI 316 L DALAM LINGKUNGAN ASAM SULFAT Lely Susita R. M., dkk. ISSN 0216-3128 89 EFEK IMPLANTASI ION CERIUM TERHADAP SIFAT KETAHANAN KOROSI BAJA NIRKARAT TIPE AISI 316 L DALAM LINGKUNGAN ASAM SULFAT Lely Susita R.M., Tjipto Sujitno, Elin Nuraini,

Lebih terperinci

EFEK IMPLANTASI ION Mg DAN Y TERHADAP SIFAT KETAHANAN OKSIDASI MATERIAL MA 956

EFEK IMPLANTASI ION Mg DAN Y TERHADAP SIFAT KETAHANAN OKSIDASI MATERIAL MA 956 GANENDRA, Vol. V, N0.2 ISSN 1410-6957 EFEK IMPLANTASI ION Mg DAN Y TERHADAP SIFAT KETAHANAN OKSIDASI MATERIAL MA 956 B.A. Tjipto Sujitno, Lely Susita, RM, Suprapto Pusat Penelitian Dan Pengembangan Teknologi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. dengan menggunakan kamera yang dihubungkan dengan komputer.

HASIL DAN PEMBAHASAN. dengan menggunakan kamera yang dihubungkan dengan komputer. 10 dengan menggunakan kamera yang dihubungkan dengan komputer. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil sintesis paduan CoCrMo Pada proses preparasi telah dihasilkan empat sampel serbuk paduan CoCrMo dengan komposisi

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN SUATU ELEMEN REAKTIF PADA PERTUMBUHAN KERAK ALUMINA DALAM MATERIAL PADUAN SUHU TINGGI

PENGARUH PENAMBAHAN SUATU ELEMEN REAKTIF PADA PERTUMBUHAN KERAK ALUMINA DALAM MATERIAL PADUAN SUHU TINGGI PENGARUH PENAMBAHAN SUATU ELEMEN REAKTIF PADA PERTUMBUHAN KERAK ALUMINA DALAM MATERIAL PADUAN SUHU TINGGI Sudjatmoko Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan BATAN Jl. Babarsari Kotak Pos 6101 ykbb,

Lebih terperinci

Pengaruh Suhu Pertumbuhan terhadap Laju Penumbuhan Kristal Tunggal Garam Rochelle (KNaC 6 H 6 O 6.4H 2 O)

Pengaruh Suhu Pertumbuhan terhadap Laju Penumbuhan Kristal Tunggal Garam Rochelle (KNaC 6 H 6 O 6.4H 2 O) JURNAL FISIKA DAN APLIKASINYA VOLUME 3, NOMOR 2 JUNI 2007 Pengaruh Suhu Pertumbuhan terhadap Laju Penumbuhan Kristal Tunggal Garam Rochelle (KNaC 6 H 6 O 6.4H 2 O) Thoifah dan Frida U. Ermawati Jurusan

Lebih terperinci

Bab IV. Hasil dan Pembahasan

Bab IV. Hasil dan Pembahasan Bab IV. Hasil dan Pembahasan Bab ini memaparkan hasil sintesis, karakterisasi konduktivitas listrik dan struktur kirstal dari senyawa perovskit La 1-x Sr x FeO 3-δ (LSFO) dengan x = 0,2 ; 0,4 ; 0,5 ; 0,6

Lebih terperinci

MAKALAH FABRIKASI DAN KARAKTERISASI XRD (X-RAY DIFRACTOMETER)

MAKALAH FABRIKASI DAN KARAKTERISASI XRD (X-RAY DIFRACTOMETER) MAKALAH FABRIKASI DAN KARAKTERISASI XRD (X-RAY DIFRACTOMETER) Oleh: Kusnanto Mukti / M0209031 Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret Surakarta 2012 I. Pendahuluan

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI KEMURNIAN BATU KAPUR TUBAN DENGAN ANALISIS RIETVELD DATA DIFRAKSI SINAR-X

IDENTIFIKASI KEMURNIAN BATU KAPUR TUBAN DENGAN ANALISIS RIETVELD DATA DIFRAKSI SINAR-X IDENTIFIKASI KEMURNIAN BATU KAPUR TUBAN DENGAN ANALISIS RIETVELD DATA DIFRAKSI SINAR-X SAHRIAR NUR AULIA H 1105 100 026 PEMBIMBING : Drs. SUMINAR PRATAPA, M.Sc., P.hD. Page 2 PENDAHULUAN TUJUAN Mengetahui

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini dilakukan pembuatan keramik Ni-CSZ dengan metode kompaksi

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini dilakukan pembuatan keramik Ni-CSZ dengan metode kompaksi 19 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode yang dilakukan pada penelitian ini adalah eksperimen. Pada penelitian ini dilakukan pembuatan keramik Ni-CSZ dengan metode kompaksi serbuk. 3.2

Lebih terperinci

LOGO. STUDI EKSPANSI TERMAL KERAMIK PADAT Al 2(1-x) Mg x Ti 1+x O 5 PRESENTASI TESIS. Djunaidi Dwi Pudji Abdullah NRP

LOGO. STUDI EKSPANSI TERMAL KERAMIK PADAT Al 2(1-x) Mg x Ti 1+x O 5 PRESENTASI TESIS. Djunaidi Dwi Pudji Abdullah NRP LOGO PRESENTASI TESIS STUDI EKSPANSI TERMAL KERAMIK PADAT Al 2(1-x) Mg x Ti 1+x O 5 Djunaidi Dwi Pudji Abdullah NRP. 1109201006 DOSEN PEMBIMBING: Drs. Suminar Pratapa, M.Sc, Ph.D. JURUSAN FISIKA FAKULTAS

Lebih terperinci

FORMASI FASA DAN MIKROSTRUKTUR BAHAN STRUK- TUR PADUAN ALUMINIUM FERO-NIKEL HASIL PROSES SINTESIS

FORMASI FASA DAN MIKROSTRUKTUR BAHAN STRUK- TUR PADUAN ALUMINIUM FERO-NIKEL HASIL PROSES SINTESIS M. Husna Al Hasa ISSN 0216-3128 37 FORMASI FASA DAN MIKROSTRUKTUR BAHAN STRUK- TUR PADUAN ALUMINIUM FERO-NIKEL HASIL PROSES SINTESIS M. Husna Al Hasa Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir ABSTRAK FORMASI

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. XRD Uji XRD menggunakan difraktometer type Phylips PW3710 BASED dilengkapi dengan perangkat software APD (Automatic Powder Difraction) yang ada di Laboratorium UI Salemba

Lebih terperinci

BAB III EKSPERIMEN & KARAKTERISASI

BAB III EKSPERIMEN & KARAKTERISASI BAB III EKSPERIMEN & KARAKTERISASI Pada bab ini dibahas penumbuhan AlGaN tanpa doping menggunakan reaktor PA- MOCVD. Lapisan AlGaN ditumbuhkan dengan variasi laju alir gas reaktan, hasil penumbuhan dikarakterisasi

Lebih terperinci

EFEK CuI TERHADAP KONDUKTIVITAS DAN ENERGI AKTIVASI (CuI) x (AgI ) 1-x (x = 0,5-0,9)

EFEK CuI TERHADAP KONDUKTIVITAS DAN ENERGI AKTIVASI (CuI) x (AgI ) 1-x (x = 0,5-0,9) EFEK CuI TERHADAP KONDUKTIVITAS DAN ENERGI AKTIVASI (CuI) x (AgI ) 1-x (x = 0,5-0,9) (EFFECT OF CuI ON CONDUCTIVITY AND ACTIVATION ENERGY OF (CuI) x (AgI) 1-x (x = 0.5 to 0.9)) ABSTRAK Patricius Purwanto

Lebih terperinci

PENGARUH KONDISI ANNEALING TERHADAP PARAMETER KISI KRISTAL BAHAN SUPERKONDUKTOR OPTIMUM DOPED DOPING ELEKTRON Eu 2-x Ce x CuO 4+α-δ

PENGARUH KONDISI ANNEALING TERHADAP PARAMETER KISI KRISTAL BAHAN SUPERKONDUKTOR OPTIMUM DOPED DOPING ELEKTRON Eu 2-x Ce x CuO 4+α-δ Proseding Seminar Nasional Fisika dan Aplikasinya Sabtu, 21 November 2015 Bale Sawala Kampus Universitas Padjadjaran, Jatinangor PENGARUH KONDISI ANNEALING TERHADAP PARAMETER KISI KRISTAL BAHAN SUPERKONDUKTOR

Lebih terperinci

KARAKTERISASI DIFRAKSI SINAR X DAN APLIKASINYA PADA DEFECT KRISTAL OLEH: MARIA OKTAFIANI JURUSAN FISIKA

KARAKTERISASI DIFRAKSI SINAR X DAN APLIKASINYA PADA DEFECT KRISTAL OLEH: MARIA OKTAFIANI JURUSAN FISIKA KARAKTERISASI DIFRAKSI SINAR X DAN APLIKASINYA PADA DEFECT KRISTAL OLEH: MARIA OKTAFIANI 140310110018 JURUSAN FISIKA OUTLINES : Sinar X Difraksi sinar X pada suatu material Karakteristik Sinar-X Prinsip

Lebih terperinci

PENENTUAN PARAMETER KISI KRISTAL HEXAGONAL BERDASARKAN POLA DIFRAKSI SINAR-X SECARA KOMPUTASI. M. Misnawati 1, Erwin 2, Salomo 3

PENENTUAN PARAMETER KISI KRISTAL HEXAGONAL BERDASARKAN POLA DIFRAKSI SINAR-X SECARA KOMPUTASI. M. Misnawati 1, Erwin 2, Salomo 3 PENENTUAN PARAMETER KISI KRISTAL HEXAGONAL BERDASARKAN POLA DIFRAKSI SINAR-X SECARA KOMPUTASI M. Misnawati, Erwin, Salomo Mahasiswa Porgram Studi S Fisika Bidang Karakterisasi Material Jurusan Fisika Bidang

Lebih terperinci

UJI KEMURNIAN KOMPOSISI BATU KAPUR TUBAN DENGAN ANALISIS RIETVELD DATA DIFRAKSI SINAR-X

UJI KEMURNIAN KOMPOSISI BATU KAPUR TUBAN DENGAN ANALISIS RIETVELD DATA DIFRAKSI SINAR-X UJI KEMURNIAN KOMPOSISI BATU KAPUR TUBAN DENGAN ANALISIS RIETVELD DATA DIFRAKSI SINAR-X Sahriar Nur Aulia H Jurusan Fisika-FMIPA, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Surabaya 60111, Indonesia Email:

Lebih terperinci

+ + MODUL PRAKTIKUM FISIKA MODERN DIFRAKSI SINAR X

+ + MODUL PRAKTIKUM FISIKA MODERN DIFRAKSI SINAR X A. TUJUAN PERCOBAAN 1. Mempelajari karakteristik radiasi sinar-x 2. Mempelajari pengaruh tegangan terhadap intensitas sinar x terdifraksi 3. Mempelajari sifat difraksi sinar-x pada kristal 4. Menentukan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Struktur Kristal Bahan Kristal merupakan suatu bahan yang terdiri dari atom-atom yang tersusun secara berulang dalam pola tiga dimensi dengan rangkaian yang panjang (Callister

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode penelitian Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah eksperimental dan pembuatan keramik film tebal CuFe 2 O 4 dilakukan dengan metode srcreen

Lebih terperinci

Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya ( QS. Al Baqarah : 286 ) Bab V Kesimpulan

Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya ( QS. Al Baqarah : 286 ) Bab V Kesimpulan Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya ( QS. Al Baqarah : 286 ) Bab V Kesimpulan BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan analisa dan pembahasan yang telah

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI Fase KOMPOSIT OKSIDA BESI - ZEOLIT ALAM

IDENTIFIKASI Fase KOMPOSIT OKSIDA BESI - ZEOLIT ALAM IDENTIFIKASI Fase KOMPOSIT OKSIDA BESI - ZEOLIT ALAM HASIL PROSES MILLING Yosef Sarwanto, Grace Tj.S., Mujamilah Pusat Teknologi Bahan Industri Nuklir - BATAN Kawasan Puspiptek Serpong, Tangerang 15314.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini dilakukan pembuatan keramik komposit CSZ-Ni dengan

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini dilakukan pembuatan keramik komposit CSZ-Ni dengan 20 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Desain Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah eksperimen. Pada penelitian ini dilakukan pembuatan keramik komposit CSZ-Ni dengan menggunakan metode tape

Lebih terperinci

SINTESIS SERBUK MgTiO 3 DENGAN METODE PENCAMPURAN DAN PENGGILINGAN SERBUK. Abstrak

SINTESIS SERBUK MgTiO 3 DENGAN METODE PENCAMPURAN DAN PENGGILINGAN SERBUK. Abstrak SINTESIS SERBUK MgTiO 3 DENGAN METODE PENCAMPURAN DAN PENGGILINGAN SERBUK 1) Luluk Indra Haryani, 2) Suminar Pratapa Jurusan Fisika, Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh

Lebih terperinci

Gambar 2.1. momen magnet yang berhubungan dengan (a) orbit elektron (b) perputaran elektron terhadap sumbunya [1]

Gambar 2.1. momen magnet yang berhubungan dengan (a) orbit elektron (b) perputaran elektron terhadap sumbunya [1] BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Momen Magnet Sifat magnetik makroskopik dari material adalah akibat dari momen momen magnet yang berkaitan dengan elektron-elektron individual. Setiap elektron dalam atom mempunyai

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI MASSA BAHAN TERHADAP KUALITAS KRISTAL SEMIKONDUKTOR Sn(Se 0,2 Te 0,8 ) HASIL PREPARASI DENGAN TEKNIK BRIDGMAN

PENGARUH VARIASI MASSA BAHAN TERHADAP KUALITAS KRISTAL SEMIKONDUKTOR Sn(Se 0,2 Te 0,8 ) HASIL PREPARASI DENGAN TEKNIK BRIDGMAN Pengaruh Variasi Massa... (Annisa Dyah ) 238 PENGARUH VARIASI MASSA BAHAN TERHADAP KUALITAS KRISTAL SEMIKONDUKTOR Sn(Se 0,2 Te 0,8 ) HASIL PREPARASI DENGAN TEKNIK BRIDGMAN THE EFFECT OF MATERIAL MASS ON

Lebih terperinci

PEMBENTUKAN LAPISAN TIPIS TiC MENGGUNAKAN METODE PIRAC : OKSIDASI PADA 980 o C DI UDARA

PEMBENTUKAN LAPISAN TIPIS TiC MENGGUNAKAN METODE PIRAC : OKSIDASI PADA 980 o C DI UDARA PEMBENTUKAN LAPISAN TIPIS TiC MENGGUNAKAN METODE PIRAC : OKSIDASI PADA 980 o C DI UDARA Penyusun: Dian Agustinawati 1110.100.061 Dosen Pembimbing: Prof. Dr. Suasmoro, DEA Jurusan Fisika Fakultas Matematika

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Diagram alir penelitian

Gambar 3.1 Diagram alir penelitian BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Bahan dan Peralatan Penelitian Bahan-bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini antara lain bubuk magnesium oksida dari Merck, bubuk hidromagnesit hasil sintesis penelitian

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 2, 50/50 (sampel 3), 70/30 (sampel 4), dan 0/100 (sampel 5) dilarutkan dalam

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 2, 50/50 (sampel 3), 70/30 (sampel 4), dan 0/100 (sampel 5) dilarutkan dalam IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Oksidasi Spesimen baja AISI 4130 dilapisi alumunium dengan cara mencelupkan ke dalam bak alumunium cair pada temperatur 700 ºC selama 16 detik. NaCl/Na2SO4 dengan perbandingan

Lebih terperinci

PENENTUAN TEMPERATUR CURIE SENYAWA OKSIDA LOGAM BERSTRUKTUR AURIVILLIUS TIPE CuBi 4 Ti 4 O 15 (CBT) EMPAT LAPIS

PENENTUAN TEMPERATUR CURIE SENYAWA OKSIDA LOGAM BERSTRUKTUR AURIVILLIUS TIPE CuBi 4 Ti 4 O 15 (CBT) EMPAT LAPIS PENENTUAN TEMPERATUR CURIE SENYAWA OKSIDA LOGAM BERSTRUKTUR AURIVILLIUS TIPE CuBi 4 Ti 4 O 15 (CBT) EMPAT LAPIS TEMPERATURE CURIE DETERMINATION OF THE CRYSTAL STRUCTURE OF THE FOUR-LAYER AURIVILLIUS OXIDES

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pengujian Densitas Abu Vulkanik Milling 2 jam. Sampel Milling 2 Jam. Suhu C

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pengujian Densitas Abu Vulkanik Milling 2 jam. Sampel Milling 2 Jam. Suhu C 38 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 KARAKTERISASI HASIL 4.1.1 Hasil Pengujian Densitas Abu Vulkanik Milling 2 jam Pengujian untuk mengetahui densitas sampel pellet Abu vulkanik 9,5gr dan Al 2 O 3 5 gr dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen secara kualitatif dan kuantitatif. Metode penelitian ini menjelaskan proses degradasi fotokatalis

Lebih terperinci

PENGARUH SUHU SUBSTRAT DAN WAKTU DEPOSISI TERHADAP STRUKTUR MIKRO LAPISAN FeN PADA RODA GIGI

PENGARUH SUHU SUBSTRAT DAN WAKTU DEPOSISI TERHADAP STRUKTUR MIKRO LAPISAN FeN PADA RODA GIGI Bambang Siswanto, dkk. ISSN 0216-3128 129 PENGARUH SUHU SUBSTRAT DAN WAKTU DEPOSISI TERHADAP STRUKTUR MIKRO LAPISAN FeN PADA RODA GIGI Bambang Siswanto, Wirjoadi, Sudjatmoko Pustek Akselerator dan Proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Telah disadari bahwa kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi harus

BAB I PENDAHULUAN. Telah disadari bahwa kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi harus 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Telah disadari bahwa kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi harus dibayar oleh umat manusia berupa pencemaran udara. Dewasa ini masalah lingkungan kerap

Lebih terperinci

dengan panjang a. Ukuran kristal dapat ditentukan dengan menggunakan Persamaan Debye Scherrer. Dilanjutkan dengan sintering pada suhu

dengan panjang a. Ukuran kristal dapat ditentukan dengan menggunakan Persamaan Debye Scherrer. Dilanjutkan dengan sintering pada suhu 6 Dilanjutkan dengan sintering pada suhu 900⁰C dengan waktu penahanannya 5 jam. Timbang massa sampel setelah proses sintering, lalu sampel dikarakterisasi dengan menggunakan XRD dan FTIR. Metode wise drop

Lebih terperinci

Karakterisasi XRD. Pengukuran

Karakterisasi XRD. Pengukuran 11 Karakterisasi XRD Pengukuran XRD menggunakan alat XRD7000, kemudian dihubungkan dengan program dikomputer. Puncakpuncak yang didapatkan dari data pengukuran ini kemudian dicocokkan dengan standar difraksi

Lebih terperinci

B. HUKUM-HUKUM YANG BERLAKU UNTUK GAS IDEAL

B. HUKUM-HUKUM YANG BERLAKU UNTUK GAS IDEAL BAB V WUJUD ZAT A. Standar Kompetensi: Memahami tentang ilmu kimia dan dasar-dasarnya serta mampu menerapkannya dalam kehidupan se-hari-hari terutama yang berhubungan langsung dengan kehidupan. B. Kompetensi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. hal ini memiliki nilai konduktifitas yang memadai sebagai komponen sensor gas

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. hal ini memiliki nilai konduktifitas yang memadai sebagai komponen sensor gas 31 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sintesis material konduktor ionik MZP, dilakukan pada kondisi optimum agar dihasilkan material konduktor ionik yang memiliki kinerja maksimal, dalam hal ini memiliki nilai

Lebih terperinci

PENGARUH WAKTU ALUR PEMANASANTERHADAP KUALITAS KRISTAL Sn(S 0,4 Te 0,6 ) HASIL PREPARASI DENGAN TEKNIK BRIDGMAN

PENGARUH WAKTU ALUR PEMANASANTERHADAP KUALITAS KRISTAL Sn(S 0,4 Te 0,6 ) HASIL PREPARASI DENGAN TEKNIK BRIDGMAN 286 Kristal Sn(S.4Te.6)... (Erda Harum Saputri) PENGARUH WAKTU ALUR PEMANASANTERHADAP KUALITAS KRISTAL Sn(S,4 Te,6 ) HASIL PREPARASI DENGAN TEKNIK BRIDGMAN THE EFFECT OF FLOW HEATING TIME FOR CRYSTAL QUALITY

Lebih terperinci

Kaidah difraksi sinar x dalam analisis struktur kristal KBr

Kaidah difraksi sinar x dalam analisis struktur kristal KBr Kaidah difraksi sinar x dalam analisis struktur kristal KBr Esmar Budi a,* a Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Jakarta Jl. Pemuda No. 10 Rawamangun Jakarta

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pada penelitian ini dilakukan analisis struktur kristal semen gigi seng oksida eugenol untuk mengetahui keterkaitan sifat mekanik dengan struktur kristalnya. Ada lima sampel

Lebih terperinci

Galuh Intan Permata Sari

Galuh Intan Permata Sari PENGARUH MILLING TIME PADA PROSES MECHANICAL ALLOYING DALAM PEMBENTUKAN FASA INTERMETALIK γ-tial DENGAN MENGGUNAKAN HIGH ENERGY MILLING Dosen Pembimbing: 1. Hariyati Purwaningsih, S.Si, M.Si 2. Ir. Rochman

Lebih terperinci

PENGARUH SUHU DAN WAKTU ANIL TERHADAP TEKSTUR PADUAN Al TIPE 2024

PENGARUH SUHU DAN WAKTU ANIL TERHADAP TEKSTUR PADUAN Al TIPE 2024 PENGARUH SUHU DAN WAKTU ANL TERHADAP TEKSTUR PADUAN Al TPE 2024 Adolf Asih Supriyanto Laboratorium Fisika, Prodi Teknik Mekatronika Politeknik Enjinering ndorama, Purwakarta Email: adolf@pei.ac.id ABSTRAK

Lebih terperinci

ANALISIS POLA DIFRAKSI PADA INGOT PADUAN Zr-1%Sn1%Nb-0,1%Fe DAN Zr- 1%Sn-1%Nb-0,1%Fe-0,5%Mo

ANALISIS POLA DIFRAKSI PADA INGOT PADUAN Zr-1%Sn1%Nb-0,1%Fe DAN Zr- 1%Sn-1%Nb-0,1%Fe-0,5%Mo Urania Vol. 18 No. 3, Oktober 2012: 120 181 ANALISIS POLA DIFRAKSI PADA INGOT PADUAN Zr-1%Sn1%Nb-0,1%Fe DAN Zr- 1%Sn-1%Nb-0,1%Fe-0,5%Mo Jan Setiawan, Futichah Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir - BATAN

Lebih terperinci

PREPARASI DAN KARAKTERISASI PADUAN SEMIKONDUKTOR Sn(Se 0,6 Te 0,4 ) DENGAN METODE BRIDGMAN MELALUI VARIASI WAKTU PEMANASAN

PREPARASI DAN KARAKTERISASI PADUAN SEMIKONDUKTOR Sn(Se 0,6 Te 0,4 ) DENGAN METODE BRIDGMAN MELALUI VARIASI WAKTU PEMANASAN Preparasi dan Karakterisasi.(Iin Astarinugrahini) 298 PREPARASI DAN KARAKTERISASI PADUAN SEMIKONDUKTOR Sn(Se 0,6 Te 0,4 ) DENGAN METODE BRIDGMAN MELALUI VARIASI WAKTU PEMANASAN PREPARATION AND CHARACTERIZATION

Lebih terperinci

METODE X-RAY. Manfaat dari penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut :

METODE X-RAY. Manfaat dari penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut : METODE X-RAY Kristalografi X-ray adalah metode untuk menentukan susunan atom-atom dalam kristal, di mana seberkas sinar-x menyerang kristal dan diffracts ke arah tertentu. Dari sudut dan intensitas difraksi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Suhu Sinter Terhadap Struktur Kristal

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Suhu Sinter Terhadap Struktur Kristal 30 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Suhu Sinter Terhadap Struktur Kristal Hasil karakterisasi struktur kristal dengan menggunakan pola difraksi sinar- X (XRD) keramik komposit CS- sebelum reduksi

Lebih terperinci

BAB III EKSPERIMEN. 1. Bahan dan Alat

BAB III EKSPERIMEN. 1. Bahan dan Alat BAB III EKSPERIMEN 1. Bahan dan Alat Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini ialah Ca(NO 3 ).4H O (99%) dan (NH 4 ) HPO 4 (99%) sebagai sumber ion kalsium dan fosfat. NaCl (99%), NaHCO 3 (99%),

Lebih terperinci

SIMULASI XRD ZINC OXIDE TERDOPING MENGGUNAKAN METODE LAUE

SIMULASI XRD ZINC OXIDE TERDOPING MENGGUNAKAN METODE LAUE Jurnal Material dan Energi Indonesia Vol. 06, No. 02 (2016) 7 13 Departemen Fisika FMIPA Universitas Padjadjaran SIMULASI XRD ZINC OXIDE TERDOPING MENGGUNAKAN METODE LAUE S. U. AZHARA 1, SETIANTO 1, D.

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN & ANALSIS HASIL KARAKTERISASI XRD, EDS DAN PENGUKURAN I-V MSM

BAB IV PERHITUNGAN & ANALSIS HASIL KARAKTERISASI XRD, EDS DAN PENGUKURAN I-V MSM BAB IV PERHITUNGAN & ANALSIS HASIL KARAKTERISASI XRD, EDS DAN PENGUKURAN I-V MSM Pada bab sebelumnya telah diperlihatkan hasil karakterisasi struktur kristal, morfologi permukaan, dan komposisi lapisan.

Lebih terperinci

ANALISIS KUALITATIF DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK DIFRAKSI SINAR X PADA PENAMBAHAN UNSUR Zr TERHADAP PEMBENTUKAN FASA PADUAN U-Zr

ANALISIS KUALITATIF DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK DIFRAKSI SINAR X PADA PENAMBAHAN UNSUR Zr TERHADAP PEMBENTUKAN FASA PADUAN U-Zr ISSN 0852-4777 Analisis Kualitatif dengan Menggunakan Teknik Difraksi Sinar-X pada Penambahan Unsur Zr tehadap Pembentukan Fasa Paduan U-Zr (Masrukan) ANALISIS KUALITATIF DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK DIFRAKSI

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai dengan Juni 2013 di

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai dengan Juni 2013 di III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai dengan Juni 2013 di Laboratorium Fisika Material FMIPA Unila, Laboratorium Kimia Instrumentasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Sinar-X ditemukan pertama kali oleh Wilhelm Conrad Rontgen pada tahun 1895. Karena asalnya tidak diketahui waktu itu maka disebut sinar-x. Sinar-X digunakan untuk tujuan

Lebih terperinci

PENENTUAN STRUKTUR KRISTAL AlMg 2 ALLOY DENGAN DIFRAKSI NEUTRON

PENENTUAN STRUKTUR KRISTAL AlMg 2 ALLOY DENGAN DIFRAKSI NEUTRON Berkala Fisika ISSN : 1410-9662 Vol. 14, No. 2, April 2011, hal 41-48 PENENTUAN STRUKTUR KRISTAL AlMg 2 ALLOY DENGAN DIFRAKSI NEUTRON Arif Ismul Hadi 1), Sumariah 2), M. Dahlan 2), dan Mohtar 3) 1) Jurusan

Lebih terperinci

ANALISA STRUKTUR KRISTAL DARI LAPISAN TIPIS ALUMINIUM (AL) DENGAN METODE DIFRAKSI SINAR-X

ANALISA STRUKTUR KRISTAL DARI LAPISAN TIPIS ALUMINIUM (AL) DENGAN METODE DIFRAKSI SINAR-X ANALISA STRUKTUR KRISTAL DARI LAPISAN TIPIS ALUMINIUM (AL) DENGAN METODE DIFRAKSI SINAR-X SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sains (S.Si) Program Studi Fisika Oleh

Lebih terperinci

METODE SOL-GEL RISDIYANI CHASANAH M

METODE SOL-GEL RISDIYANI CHASANAH M SINTESIS SUPERKONDUKTOR Bi-Sr-Ca-Cu-O/Ag DENGAN METODE SOL-GEL RISDIYANI CHASANAH M0204046 (Bi-Sr-Ca-Cu-O/Ag Superconductor Synthesis with Sol-Gel Method) INTISARI Telah dibuat superkonduktor sistem BSCCO

Lebih terperinci

SINTESIS SERBUK MgTiO 3 DENGAN ADITIF Ca DARI BATU KAPUR ALAM DENGAN METODE PENCAMPURAN LARUTAN

SINTESIS SERBUK MgTiO 3 DENGAN ADITIF Ca DARI BATU KAPUR ALAM DENGAN METODE PENCAMPURAN LARUTAN LAPORAN TUGAS AKHIR SINTESIS SERBUK MgTiO 3 DENGAN ADITIF Ca DARI BATU KAPUR ALAM DENGAN METODE PENCAMPURAN LARUTAN Oleh: Lisma Dian K.S (1108 100 054) Pembimbing: Drs. Suminar Pratapa, M.Sc., Ph.D. 1

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan di Kelompok Bidang Bahan Dasar PTNBR-

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan di Kelompok Bidang Bahan Dasar PTNBR- BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian yang dilakukan di Kelompok Bidang Bahan Dasar PTNBR- BATAN Bandung meliputi beberapa tahap yaitu tahap preparasi serbuk, tahap sintesis dan tahap analisis. Meakanisme

Lebih terperinci

PENGERASAN PERMUKAAN BAJA ST 40 DENGAN METODE CARBURIZING PLASMA LUCUTAN PIJAR

PENGERASAN PERMUKAAN BAJA ST 40 DENGAN METODE CARBURIZING PLASMA LUCUTAN PIJAR PENGERASAN PERMUKAAN BAJA ST 40 DENGAN METODE CARBURIZING PLASMA LUCUTAN PIJAR BANGUN PRIBADI *, SUPRAPTO **, DWI PRIYANTORO* *Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir-BATAN Jl. Babarsari Kotak Pos 1008, DIY 55010

Lebih terperinci

PENGARUH TEMPERATUR TERHADAP SIFAT BAHAN PADUAN ALUMINIUM FERO NIKEL

PENGARUH TEMPERATUR TERHADAP SIFAT BAHAN PADUAN ALUMINIUM FERO NIKEL ISSN 0852-4777 Pengaruh Temperatur Terhadap Sifat Bahan Paduan Alumunium Fero Nikel (Maman Kartaman, M. Husna Al Hasa, Ahmad Paid) PENGARUH TEMPERATUR TERHADAP SIFAT BAHAN PADUAN ALUMINIUM FERO NIKEL Maman

Lebih terperinci

EFEK LAPISAN NITRIDA TERHADAP KETAHANAN KOROSI PERMUKAAN MATERIAL UNTUK PROSTETIK

EFEK LAPISAN NITRIDA TERHADAP KETAHANAN KOROSI PERMUKAAN MATERIAL UNTUK PROSTETIK ISSN 1411-1349 Volume 13, Januari 2012 EFEK LAPISAN NITRIDA TERHADAP KETAHANAN KOROSI PERMUKAAN MATERIAL UNTUK PROSTETIK Lely Susita R.M., Sudjatmoko, Wirjoadi, Bambang Siswanto, Ratmi Herlani Pusat Teknologi

Lebih terperinci

PENENTUAN STRUKTUR COBALT BERDASARKAN POLA DIFRAKSI ELEKTRON DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE MATLAB VERSI R2008b

PENENTUAN STRUKTUR COBALT BERDASARKAN POLA DIFRAKSI ELEKTRON DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE MATLAB VERSI R2008b PENENTUAN STRUKTUR COBALT BERDASARKAN POLA DIFRAKSI ELEKTRON DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE MATLAB VERSI R2008b Ilismini, Erwin, T. Emrinaldi E-mail: ilismini@gmail.com Jurusan Fisika Fakultas Matematika

Lebih terperinci

KERUSAKAN REFRAKTORI

KERUSAKAN REFRAKTORI Dr.-Ing. Ir. Bambang Suharno Kerusakan Refraktori Refraktori memiliki peranan penting dlm proses temp. tinggi Akibat kondisi operasi yang tak terkendali service life refraktori tidak maksimum produksi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 20%, 30%, 40%, dan 50%. Kemudian larutan yang dihasilkan diendapkan

HASIL DAN PEMBAHASAN. didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 20%, 30%, 40%, dan 50%. Kemudian larutan yang dihasilkan diendapkan 6 didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 3.3.3 Sintesis Kalsium Fosfat Sintesis kalsium fosfat dalam penelitian ini menggunakan metode sol gel. Senyawa kalsium fosfat diperoleh dengan mencampurkan serbuk

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN Intensitas (arb.unit) Intensitas (arb.unit) Intensitas (arb. unit) Intensitas 7 konstan menggunakan buret. Selama proses presipitasi berlangsung, suhu larutan tetap dikontrol pada 7 o C dengan kecepatan

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN FRIT GELAS TERHADAP KARAKTERISTIK DIELEKTRIK KAPASITOR KERAMIK FILM TEBAL BATIO 3

PENGARUH PENAMBAHAN FRIT GELAS TERHADAP KARAKTERISTIK DIELEKTRIK KAPASITOR KERAMIK FILM TEBAL BATIO 3 Jurnal Komunikasi Fisika Indonesia (KFI) Jurusan Fisika FMIPA Univ. Riau Pekanbaru.Edisi Oktober 2016. ISSN.1412-2960 PENGARUH PENAMBAHAN FRIT GELAS TERHADAP KARAKTERISTIK DIELEKTRIK KAPASITOR KERAMIK

Lebih terperinci

MODUL IV JUDUL : KRISTALOGRAFI I BAB I PENDAHULUAN

MODUL IV JUDUL : KRISTALOGRAFI I BAB I PENDAHULUAN MODUL IV JUDUL : KRISTALOGRAFI I BAB I PENDAHULUAN a. Latar Belakang Modul IV ini adalah modul yang akan memberikan gambaran umum tentang kristalografi, pengetahuan tentang kristalografi sangat penting

Lebih terperinci

STRUKTUR DAN KOMPOSISI KIMIA LAPIS TIPIS BAHAN SEMIKONDUKTOR Sn(Se 0,2 S 0.8 ) HASIL PREPARASI TEKNIK VAKUM EVAPORASI UNTUK APLIKASI SEL SURYA

STRUKTUR DAN KOMPOSISI KIMIA LAPIS TIPIS BAHAN SEMIKONDUKTOR Sn(Se 0,2 S 0.8 ) HASIL PREPARASI TEKNIK VAKUM EVAPORASI UNTUK APLIKASI SEL SURYA J. Sains Dasar 2015 4 (2) 198-203 STRUKTUR DAN KOMPOSISI KIMIA LAPIS TIPIS BAHAN SEMIKONDUKTOR Sn(Se 0,2 S 0.8 ) HASIL PREPARASI TEKNIK VAKUM EVAPORASI UNTUK APLIKASI SEL SURYA THE STRUCTURE AND CHEMICAL

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan yaitu eksperimen. Pembuatan serbuk CSZ menggunakan cara sol gel. Pembuatan pelet dilakukan dengan cara kompaksi dan penyinteran dari serbuk calcia-stabilized

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN KOMPOSISI Al PADA PADUAN Fe-Ni-Al

PENGARUH PENAMBAHAN KOMPOSISI Al PADA PADUAN Fe-Ni-Al PENGARUH PENAMBAHAN KOMPOSISI Al PADA PADUAN Fe-Ni-Al Effect of Additional Alloy Compostion AI in Fe-Ni-Al Dianasanti Salati Sekolah Tinggi Manajemen Industri Jakarta Tanggal Masuk: (19/7/2014) Tanggal

Lebih terperinci

2014 PEMBUATAN BILAYER ANODE - ELEKTROLIT CSZ DENGAN METODE ELECTROPHORETIC DEPOSITION

2014 PEMBUATAN BILAYER ANODE - ELEKTROLIT CSZ DENGAN METODE ELECTROPHORETIC DEPOSITION BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebutuhan listrik dunia semakin meningkat seiring berjalannya waktu. Hal ini tentu disebabkan pertumbuhan aktivitas manusia yang semakin padat dan kebutuhan

Lebih terperinci

Pengaruh Penambahan Aluminium (Al) Terhadap Sifat Hidrogenasi/Dehidrogenasi Paduan Mg 2-x Al x Ni Hasil Sintesa Reactive Ball Mill

Pengaruh Penambahan Aluminium (Al) Terhadap Sifat Hidrogenasi/Dehidrogenasi Paduan Mg 2-x Al x Ni Hasil Sintesa Reactive Ball Mill Pengaruh Penambahan Aluminium (Al) Terhadap Sifat Hidrogenasi/Dehidrogenasi Paduan Mg 2-x Al x Ni Hasil Sintesa Reactive Ball Mill I Wayan Yuda Semaradipta 2710100018 Dosen Pembimbing Hariyati Purwaningsih,

Lebih terperinci

PENGARUH ATOM SULFUR PADA PARAMETER KISI KRISTAL MATERIAL SEL SURYA Cd(Se 1-x,S x ) HASIL PREPARASI DENGAN TEKNIK BRIDGMAN

PENGARUH ATOM SULFUR PADA PARAMETER KISI KRISTAL MATERIAL SEL SURYA Cd(Se 1-x,S x ) HASIL PREPARASI DENGAN TEKNIK BRIDGMAN PENGARUH ATOM SULFUR PADA PARAMETER KISI KRISTAL MATERIAL SEL SURYA Cd(Se 1-x,S x ) HASIL PREPARASI DENGAN TEKNIK BRIDGMAN Ariswan Prodi Fisika FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta E-mail : ariswan@uny.ac.id

Lebih terperinci

PENGARUH IRADIASI-γ TERHADAP REGANGAN KISI DAN KONDUKTIVITAS IONIK PADA KOMPOSIT PADAT (LiI) 0,5 (Al 2 O 3.4SiO 2 ) 0,5

PENGARUH IRADIASI-γ TERHADAP REGANGAN KISI DAN KONDUKTIVITAS IONIK PADA KOMPOSIT PADAT (LiI) 0,5 (Al 2 O 3.4SiO 2 ) 0,5 Pengaruh Iradiasi- Terhadap Regangan Kisi dan Konduktivitas Ionik Pada Komposit Padat (LiI) 0,5(Al 2O 3.4SiO 2) 0,5 (P. Purwanto, S. Purnama, D.S. Winatapura dan Alifian) PENGARUH IRADIASI-γ TERHADAP REGANGAN

Lebih terperinci

PENGARUH PROSES NITRIDASI ION PADA BIOMATERIAL TERHADAP KEKERASAN DAN KETAHANAN KOROSI

PENGARUH PROSES NITRIDASI ION PADA BIOMATERIAL TERHADAP KEKERASAN DAN KETAHANAN KOROSI PENGARUH PROSES NITRIDASI ION PADA BIOMATERIAL TERHADAP KEKERASAN DAN KETAHANAN KOROSI Wirjoadi, Lely Susita, Bambang Siswanto, Sudjatmoko BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL Pusat Teknologi Akselerator dan Proses

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada penelitian ini menggunakan 2 macam sampel paduan alumunium silikon dengan kadar penambahan Fe yang berbeda-beda. Yang pertama adalah sampel paduan alumunium

Lebih terperinci

Gambar 4.2 Larutan magnesium klorida hasil reaksi antara bubuk hidromagnesit dengan larutan HCl

Gambar 4.2 Larutan magnesium klorida hasil reaksi antara bubuk hidromagnesit dengan larutan HCl BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Sintesa Garam Magnesium Klorida Garam magnesium klorida dipersiapkan melalui dua bahan awal berbeda yaitu bubuk magnesium oksida (MgO) puritas tinggi dan bubuk

Lebih terperinci

STRUKTUR DAN KOMPOSISI KIMIA LAPISAN TIPIS Sn(So,4Te0,6) HASIL PREPARASI DENGAN TEKNIK EVAPORASI VAKUM

STRUKTUR DAN KOMPOSISI KIMIA LAPISAN TIPIS Sn(So,4Te0,6) HASIL PREPARASI DENGAN TEKNIK EVAPORASI VAKUM Struktur dan Komposisi... (Eka Wulandari) 1 STRUKTUR DAN KOMPOSISI KIMIA LAPISAN TIPIS Sn(So,4Te0,6) HASIL PREPARASI DENGAN TEKNIK EVAPORASI VAKUM STRUCTURE AND CHEMICAL COMPOSITION OF Sn(S0,4Te0,6) THIN

Lebih terperinci

Spektroskopi Difraksi Sinar-X (X-ray difraction/xrd)

Spektroskopi Difraksi Sinar-X (X-ray difraction/xrd) Spektroskopi Difraksi Sinar-X (X-ray difraction/xrd) Spektroskopi difraksi sinar-x (X-ray difraction/xrd) merupakan salah satu metoda karakterisasi material yang paling tua dan paling sering digunakan

Lebih terperinci

PENGARUH TEMPERATUR TERHADAP UKURAN PARTIKEL FE3O4 DENGAN TEMPLATE PEG-2000 MENGGUNAKAN METODE KOPRESIPITASI

PENGARUH TEMPERATUR TERHADAP UKURAN PARTIKEL FE3O4 DENGAN TEMPLATE PEG-2000 MENGGUNAKAN METODE KOPRESIPITASI PENGARUH TEMPERATUR TERHADAP UKURAN PARTIKEL FE3O4 DENGAN TEMPLATE PEG-2000 MENGGUNAKAN METODE KOPRESIPITASI Santi Dewi Rosanti, Dwi Puryanti Jurusan Fisika FMIPA Universitas Andalas Kampus Unand, Limau

Lebih terperinci

Pengaruh Rapat Arus Terhadap Ketebalan Dan Struktur Kristal Lapisan Nikel pada Tembaga

Pengaruh Rapat Arus Terhadap Ketebalan Dan Struktur Kristal Lapisan Nikel pada Tembaga ISSN:2089 0133 Indonesian Journal of Applied Physics (2012) Vol.2 No.1 halaman 1 April 2012 Pengaruh Rapat Arus Terhadap Ketebalan Dan Struktur Kristal Lapisan Nikel pada Tembaga ABSTRACT Setyowati, Y.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Paduan Fe-Al merupakan material yang sangat baik untuk digunakan dalam berbagai aplikasi terutama untuk perlindungan korosi pada temperatur tinggi [1]. Paduan ini

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen yang dilakukan di

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen yang dilakukan di BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen yang dilakukan di lab. Fisika Material, Jurusan Pendidikan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas

Lebih terperinci

UJI KETAHANAN KOROSI TEMPERATUR TINGGI (550OC) DARI LOGAM ZIRKONIUM DAN INGOT PADUAN

UJI KETAHANAN KOROSI TEMPERATUR TINGGI (550OC) DARI LOGAM ZIRKONIUM DAN INGOT PADUAN PKMI-3-2-1 UJI KETAHANAN KOROSI TEMPERATUR TINGGI (550 O C) DARI LOGAM ZIRKONIUM DAN INGOT PADUAN Zr-Mo-Fe-Cr SEBAGAI KANDIDAT KELONGSONG (CLADDING) BAHAN BAKAR NUKLIR Beni Hermawan, Incik Budi Permana,

Lebih terperinci

PERILAKU OKSIDASI PADUAN Ti-6Al-4V PADA TEMPERATUR TINGGI

PERILAKU OKSIDASI PADUAN Ti-6Al-4V PADA TEMPERATUR TINGGI PERILAKU OKSIDASI PADUAN Ti-6Al-4V PADA TEMPERATUR TINGGI Meilinda Nurbanasari, Djoko Hadi Prajitno*, dan Hendra Chany, ST Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri ITENAS Jl. PHH. Mustapa no.23,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Korosi merupakan salah satu permasalahan penting yang harus dihadapi oleh berbagai macam sektor industri di Indonesia terutama industri perkapalan. Tidak sedikit

Lebih terperinci

1 BAB I BAB I PENDAHULUAN

1 BAB I BAB I PENDAHULUAN 1 BAB I BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Zirkonium dioksida (ZrO 2 ) atau yang disebut dengan zirkonia adalah bahan keramik maju yang penting karena memiliki kekuatannya yang tinggi dan titik lebur

Lebih terperinci

Pengaruh Variasi Waktu Milling dan Penambahan Silicon Carbide Terhadap Ukuran Kristal, Remanen, Koersivitas, dan Saturasi Pada Material Iron

Pengaruh Variasi Waktu Milling dan Penambahan Silicon Carbide Terhadap Ukuran Kristal, Remanen, Koersivitas, dan Saturasi Pada Material Iron 1 Pengaruh Variasi Waktu Milling dan Penambahan Silicon Carbide Terhadap Ukuran Kristal, Remanen, Koersivitas, dan Saturasi Pada Material Iron Luthfi Fajriani, Bambang Soegijono Departemen Fisika, Fakultas

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil XRD

HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil XRD 9 Hasil XRD HASIL DAN PEMBAHASAN Karakterisasi dengan difraktometer sinar-x bertujuan untuk mengetahui fasa kristal yang terdapat dalam sampel, mengetahui parameter kisi dan menentukan ukuran kristal.

Lebih terperinci

LAPORAN PENELITIAN FUNDAMENTAL

LAPORAN PENELITIAN FUNDAMENTAL LAPORAN PENELITIAN FUNDAMENTAL Bidang Ilmu: MIPA Preparasi dan karakterisasi bahan semikonduktor Sn(S 1-X,Se X ) masif menggunakan teknik Bridgman dan lapisan tipis dengan teknik evaporasi untuk aplikasi

Lebih terperinci

SIDANG TUGAS AKHIR. Jurusan Teknik Material & Metalurgi Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember

SIDANG TUGAS AKHIR. Jurusan Teknik Material & Metalurgi Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember SIDANG TUGAS AKHIR Arisela Distyawan NRP 2709100084 Dosen Pembimbing Diah Susanti, S.T., M.T., Ph.D Jurusan Teknik Material & Metalurgi Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Sintesa

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Struktur Karbon Hasil Karbonisasi Hidrotermal (HTC)

HASIL DAN PEMBAHASAN. Struktur Karbon Hasil Karbonisasi Hidrotermal (HTC) 39 HASIL DAN PEMBAHASAN Struktur Karbon Hasil Karbonisasi Hidrotermal (HTC) Hasil karakterisasi dengan Difraksi Sinar-X (XRD) dilakukan untuk mengetahui jenis material yang dihasilkan disamping menentukan

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium Biomassa Terpadu Universitas

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium Biomassa Terpadu Universitas 29 III. METODELOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium Biomassa Terpadu Universitas Lampung. Analisis difraksi sinar-x dan analisis morfologi permukaan

Lebih terperinci