HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Perusahaan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Perusahaan"

Transkripsi

1 25 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Perusahaan Sejarah Perusahaan Bumiputera berdiri atas prakarsa seorang guru sederhana bernama M. Ng. Dwidjosewojo, Sekretaris Persatuan Guru-guru Hindia Belanda (PGHB) sekaligus Sekretaris I Pengurus Besar Budi Utomo. Dwidjosewojo menggagas pendirian perusahaan asuransi karena didorong oleh keprihatinan mendalam terhadap nasib para guru bumiputera (pribumi). Ia mencetuskan gagasannya pertama kali di Kongres Budi Utomo, tahun Dan kemudian terealisasi menjadi badan usaha, sebagai salah satu keputusan Kongres pertama PGHB di Magelang, 12 Februari Sebagai pengurus, selain M. Ng. Dwidjosewojo yang bertindak sebagai Presiden Komisaris, juga ditunjuk M.K.H. Soebroto sebagai Direktur, dan M. Adimidjojo sebagai Bendahara. Ketiga orang inilah yang kemudian dikenal sebagai "tiga serangkai" pendiri Bumiputera, sekaligus peletak batu pertama industri asuransi nasional Indonesia. Tidak seperti perusahaan berbentuk Perseroan Terbatas (PT) yang kepemilikannya hanya oleh pemodal tertentu, sejak awal pendiriannya Bumiputera sudah menganut sistem kepemilikan dan kepenguasaan yang unik, yakni bentuk badan usaha "mutual" atau "usaha bersama". Semua pemegang polis adalah pemilik perusahaan yang mempercayakan wakil-wakil mereka di Badan Perwakilan Anggota (BPA) untuk mengawasi jalannya perusahaan. Asas mutualisme ini, yang kemudian dipadukan dengan idealisme dan profesionalisme pengelolanya, merupakan kekuatan utama Bumiputera hingga hari ini. Perjalanan Bumiputera yang semula bernama Onderlinge Levensverzekering Maatschappij PGHB (O.L. Mij. PGHB) kini

2 26 mencapai 9 dasawarsa. Sepanjang itu, tentu saja, tidak lepas dari pasang surut. Sejarah Bumiputera sekaligus mencatat perjalanan Bangsa Indonesia. Termasuk misalnya, peristiwa sanering mata uang rupiah di tahun 1965 yang memangkas aset perusahaan ini, dan bencana paling hangat multikrisis di penghujung millenium kedua. Di luar itu, Bumiputera juga menyaksikan tumbuh, berkembang, dan tumbangnya perusahaan sejenis yang tidak sanggup menghadapi ujian zaman mungkin karena persaingan atau badai krisis. Semua ini menjadi cermin berharga dari lingkungan yang menjadi bagian dari proses pembelajaran untuk upaya mempertahankan keberlangsungan. Sekarang, memasuki millenium ketiga, Bumiputera yang mengkaryakan sekitar pekerja, melindungi lebih dari 9.7 juta jiwa rakyat Indonesia, dengan jaringan kantor sebanyak 576 di seluruh pelosok Indonesia, tengah berada di tengah capaian baru industri asuransi Indonesia. Sejumlah perusahaan asing menyerbu dan masuk menggarap pasar domestik. Mereka menjadi rekan sepermainan yang ikut meramaikan dan bersama-sama membesarkan industri yang dirintis oleh pendiri Bumiputera, 91 tahun lampau. Bagi Bumiputera, iklim kompetisi ini meniupkan semangat baru karena makin menegaskan perlunya komitmen, kerja keras, dan profesionalisme. Namun berbekal pengalaman panjang melayani rakyat Indonesia berasuransi hampir seabad, menjadikan Bumiputera bertekad untuk tetap menjadi tuan rumah di negeri sendiri, menjadi asuransi Bangsa Indonesia sebagaimana visi awal pendirinya. Bumiputera ingin senantiasa berada di benak dan di hati rakyat Indonesia.

3 Falsafah, Visi dan Misi Perusahaan a. Falsafah 1. Idealisme Senantiasa memelihara nilai-nilai kejuangan dalam mengangkat kemartabatan anak bangsa sesuai sejarah pendirian Bumiputera sebagai perusahaan perjuangan. 2. Mutualisme (kebersamaan) Mengedepankan sistem kebersamaan dalam pengelolaan perusahaan dengan memberdayakan potensi komunitas Bumiputera dari, oleh dan untuk komunitas Bumiputera sebagai manifestasi perusahaan rakyat. 3. Profesionalisme Memiliki komitmen dalam pengelolaan perusahaan dengan mengedepankan tata kelola perusahaan yang baik dan senantiasa berusaha menyesuaikan diri terhadap tuntutan perubahan lingkungan. b. Visi Bumiputera ingin menjadi asuransinya Bangsa Indonesia c. Misi Menjadikan Bumiputera senantiasa berada di benak dan di hati masyarakat Indonesia, dengan : 1. Memelihara keberadaan Bumiputera sebagai perusahaan perjuangan Bangsa Indonesia. 2. Mengembangkan korporasi dan kooperasi yang menerapkan prinsip dasar gotong-royong. 3. Menciptakan berbagai produk dan layanan yang memberikan manfaat optimal bagi komunitas Bumiputera 4. Mewujudkan perusahaan yang berhasil secara ekonomi dan sosial Struktur Organisasi Perusahaan Posisi tertinggi dalam struktur organisasi perusahaan adalah Badan Perwakilan Anggota (BPA). BPA merupakan wakil-wakil

4 28 para pemilik polis perusahaan untuk mengawasi jalannya perusahaan. Untuk lebih jelasnya struktur organisasi perusahaan dapat dilihat pada Lampiran Produk-Produk Perusahaan Produk dan layanan asuransi perorangan pada Asuransi Jiwa Bersama Bumiputera 1912 adalah berupa : 1. Ekawaktu Ideal (Rp.) : Asuransi jiwa yang benefitnya dirancang untuk menanggulangi risiko keuangan sebagai akibat meninggalnya tertanggung dan untuk penyediaan dana tabungan masa depan berupa pengembalian akumulasi premi selama kontrak asuransi berjalan. 2. Mitra Beasiswa (Rp.) : Asuransi jiwa yang benefitnya dirancang untuk membantu menyediakan dana kelangsungan belajar pada setiap tahapan jenjang pendidikan anak, dari Taman Kanak-Kanak hingga Perguruan Tinggi, baik pemegang polis masih hidup maupun meninggal dunia. 3. Mitra Oetama (Rp.) : Asuransi jiwa yang merupakan gabungan antara perlindungan jiwa dan tabungan, termasuk menyediakan biaya rawat inap di rumah sakit. Dirancang dengan menggunakan system pembayaran premi tunggal yang fleksibel. 4. Mitra Poesaka (Rp.) : Asuransi jiwa yang merupakan gabungan antara perlindungan jiwa dan tabungan. Program ini menjanjikan fleksibilitas dalam hal pembayaran premi, penarikan nilai tabungan, dan penambahan uang pertanggungan. 5. Mitra Abadi (Rp.) : Asuransi jiwa yang memberikan perlindungan jiwa seumur hidup, dengan premi relatif jauh lebih kecil dibanding manfaat asuransi. Program ini juga menjamin tersedianya dana di hari tua jika pemegang polis mencapai usia 99 tahun.

5 29 6. Mitra Prima (Rp.) : Asuransi jiwa yang memberikan perlindungan jiwa selama program berlangsung. Dirancang dengan benefit ganda : menyediakan tabungan pada masa asuransi berakhir dan menyiapkan warisan jika pemegang polis meninggal dalam masa asuransi. 7. Mitra Sejati (Rp.) : Asuransi jiwa murni yang khusus memberikan perlindungan selama masa asuransi. Program ini tidak memiliki unsur tabungan, semata menyiapkan warisan. Karena itu, premi relatif jauh lebih rendah dibanding manfaat asuransi yang akan diterima ahli waris jika pemegang polis meninggal dunia. 8. Mitra Permata (US$) : Asuransi jiwa yang menggabungkan perlindungan jiwa dan tabungan, dengan fleksibilitas dalam hal penentuan besaran warisan, besaran jumlah premi tunggal, frekuensi penambahan premi tunggal, peningkatan nilai proteksi, hingga pengambilan manfaat asuransi. Produk dan layanan lainnya adalah berupa asuransi kumpulan (askum). Program askum secara ekonomis memberikan jaminan berupa perlindungan bagi tertanggung terhadap kerugian finansial yang disebabkan oleh risiko yang mungkin menimpa berupa kematian, cacat karena kecelakaan, kehilangan pekerjaan karena PHK atau pensiun. Askum adalah asuransi yang diperuntukkan bagi karyawan / pekerja suatu perusahaan/ instansi, anggota suatu organisasi / lembaga, debitur atau peserta suatu kegiatan/ event tertentu yang pelaksanaannya diatur secara kumpulan atau grup. Pemegang polis askum adalah pimpinan instansi / perusahaan, pimpinan organisasi / lembaga, kreditur / penanggung jawab kegiatan / event tertentu. Tertanggung (disebut juga peserta) dalam polis Askum adalah karyawan / pekerja suatu perusahaan / instansi, anggota suatu organisasi / lembaga, debitur atau peserta suatu kegiatan/ event tertentu. Yang ditunjuk untuk menerima

6 30 manfaat Askum adalah pemegang polis Askum untuk diteruskan kepada peserta atau ahli waris peserta. Bentuk asuransi dari asuransi kumpulan tersebut adalah : 1. Kredit : Asuransi kredit kumpulan adalah asuransi kumpulan untuk para debitur dari suatu lembaga keuangan (kreditur), terdiri dari : a) Asuransi Kredit Ekawaktu b) Asuransi Kredit Cicilan / Tahunan c) Asuransi Kredit Annuitas 2. Ekawaktu : Program asuransi Ekawaktu mempunyai benefit sama dengan benefit asuransi Ekawarsa hanya masa asuransinya / jangka waktunya tertentu (bisa lebih / kurang dari 1 tahun). Jenis asuransi ini bersifat non saving. 3. Kecelakaan : Program asuransi kecelakaan adalah asuransi kumpulan yang memberikan benefit atau manfaat kepada peserta melalui pemegang polis akibat dari terjadinya risiko kecelakaan pada diri peserta dalam masa asuransi. 4. Rawat Inap dan Pembedahan Asuransi ini ialah asuransi kumpulan yang memberikan benefit / manfaat kepada peserta berupa penggantian biaya rawat inap dan / atau pembedahan, di rumah sakit dalam masa asuransi karena suatu penyakit atau kecelakaan. Jangka waktu asuransi ini berlaku 1 tahun dan dapat diperpanjang. Macam penggantian rawat inap dan pembedahan dalam program ini disajikan dalam 2 paket yaitu, paket basic dan paket lengkap. 5. Program Kesejahteraan Karyawan Program asuransi jiwa ini dirancang dengan memberikan benefit / manfaat bagi peserta / karyawan berusia 55 tahun, atau sesuai dengan ketentuan yang berlaku dengan memberikan proteksi jika peserta / karyawan mengalami cacat total / tidak

7 31 mampu bekerja sehingga tidak dapat menjalankan fungsinya / tugasnya lagi atau peserta / karyawan meninggal dunia. 6. Iuran Dana Mantap (Idaman) : Program asuransi jiwa ini memberikan benefit / manfaat berupa proteksi jika terjadi resiko sebesar Uang Pertanggungan dan Nilai Tunai. Dan jika peserta berhenti dari kepesertaannya akan dibayarkan sebesar nilai tunai. 7. Asuransi Rakyat Indonesia (ASRI) : Program asuransi jiwa ini dirancang untuk seluruh anggota keluarga dengan memberikan santunan sebesar uang pertanggungan jika ada anggota keluarga yang menjadi peserta / tertanggung meninggal dunia atau mengalami cacat tetap karena kecelakaan Perbedaan Perusahaan Mutual dengan PT Asuransi Jiwa Bersama Bumiputera 1912, didirikan di Magelang 12 Februari Merupakan satu-satunya perusahaan di Indonesia yang berbentuk Usaha Bersama atau Mutual (non Perseroan Terbatas), dimana pemegang polis merupakan pemilik perusahaan. Bentuk badan Usaha Bersama (Mutual) ini diatur dalam UU No.2/1992, pasal 7 (1). Dalam usaha bersama, risiko dipikul oleh para peserta sendiri sebagai pemilik perusahaan. Berbeda dari perusahaan mutual, Perseroan Terbatas (PT) adalah suatu persekutuan untuk menjalankan usaha yang memiliki modal terdiri dari saham-saham, dan pemiliknya memiliki bagian sebanyak saham yang dimilikinya. Oleh karena modalnya terdiri dari saham-saham yang dapat diperjualbelikan, perubahan kepemilikan perusahaan dapat dilakukan tanpa perlu membubarkan perusahaan. Perseroan Terbatas merupakan badan usaha dan besarnya modal perseroan tercantum dalam anggaran dasar. Pemilik saham mempunyai tanggung jawab yang terbatas, yaitu sebanyak saham yang dimiliki. Apabila perusahaan mendapat keuntungan maka keuntungan tersebut dibagikan sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan. Pemilik saham akan memperoleh bagian keuntungan

8 32 yang disebut dividen yang besarnya tergantung pada besar kecilnya keuntungan yang diperoleh perseroan terbatas. Perusahaan mutual tidak mengeluarkan modal sehingga tidak mempunyai pemegang saham. Meski demikian masing-masing pemegang polis dalam perusahaan mutual memiliki hak memilih perwakilan dari sesama peserta Asuransi Bumiputera untuk duduk di jajaran direksi dengan mengabaikan jumlah uang asuransi atau jumlah polis yang dimiliki pemegang polis. Azas-azas umum yang dianut secara universal dalam penyelenggaraan usaha bersama asuransi jiwa, yaitu : 1. Peranan pemegang polis (disebut anggota) sangat penting bahkan dianggap sebagai pemilik perusahaan. 2. Sebagai pemilik perusahaan, pemegang polis memegang kekuasaan tertinggi, yang menentukan garis besar kebijakan penyelenggaraan usaha asuransi jiwa. 3. Kekuasaan tetinggi dari pemegang polis dituangkan dalam Rapat Pemegang Polis atau melalui Perwakilan Pemegang Polis. Dalam Asuransi Bumiputera, para wakil pemegang polis terhimpun dalam BPA (Badan Perwakilan Anggota). Lembaga tertinggi di Bumiputera ini beranggotakan 11 pemegang polis, yang diambil dari 11 wilayah pemilihan di Indonesia berdasarkan suara terbanyak. Tugas BPA, antara lain, menentukan pokok-pokok kebijakan perusahaan dan mengadakan pengawasan umum. Tiap anggota Asuransi Bumiputera mempunyai hak memilih dan dipilih menjadi anggota BPA sesuai dengan tempat tinggalnya. Namun, terdapat persyaratan bahwa menjadi anggota BPA adalah anggota Asuransi Bumiputera yang polisnya masih aktif dan berlaku, serta sudah berjalan sekurang-kurangnya dua tahun sebelum pemilihan dilaksanakan, dan kontrak asuransinya belum akan berakhir dalam masa lima tahun berikutnya. Sidang BPA dilaksanakan sedikitnya dua kali setahun. Adapun tugasnya adalah menetapkan anggaran pendapatan dan biaya perusahaan dalam tahun berjalan, serta mengevaluasi kinerja perusahaan.

9 Perkembangan Premi Asuransi Bumiputera Asuransi Bumiputera merupakan asuransi pelopor di Indonesia. Berdiri pada tahun 1912 dan telah mampu melewati berbagai kondisi perekonomian dan masa yang telah terjadi di Indonesia seperti zaman kemerdekaan, orde lama, orde baru, dan orde reformasi. Asuransi Bumiputera pun tidak goyah saat krisis 1998 melanda maupun saat krisis ekonomi global pada kuartal terakhir tahun Perkembangan suatu perusahaan dapat dilihat dari berbagai indikator yang mendasarinya. Indikator tersebut dapat berupa jumlah pemegang polis, kekayaan, pendapatan, laba, maupun premi untuk perusahaan asuransi. Jumlah pendapatan Asuransi meningkat dari tahun ke tahun. Hingga tahun 2008, pendapatan perusahaan mencapai Rp 4,8 triliun. Selain pendapatan secara keseluruhan, penerimaan dari premi juga menentukan perkembangan dari sebuah perusahaan asuransi. Premi merupakan penerimaan dari nasabah atau pemegang polis karena pemegang polis telah menggunakan produk asuransi yang telah ditawarkan perusahaan. Asuransi Bumiputera terus mengalami pertumbuhan premi dari tahun ke tahunnya. Pada periode 2008, premi bersih yang diperoleh mencapai Rp 4 triliun atau sekitar 85,70 persen dari total pendapatan keseluruhan. Berikut perkembangan pendapatan premi bersih Asuransi Bumiputera dari tahun : Tabel 4. Perkembangan pendapatan premi bersih Asuransi Bumiputera tahun (dalam jutaan rupiah) Tahun Pendapatan Premi Pertumbuhan (%) , , , ,57 Sumber : Laporan keuangan Asuransi Bumiputera tahun Terlihat dari tabel di atas, pendapatan premi bersih Asuransi Bumiputera mengalami peningkatan per tahunnya, meskipun pada tahun

10 pendapatan premi bersih perusahaan sempat mengalami penurunan. Rata-rata peningkatan premi setiap tahunnya mencapai 8,12 persen. Pendapatan premi yang semakin meningkat, berakibat pada semakin tersedianya dana bagi perusahaan untuk berinvestasi ke berbagai jenis investasi. Pada periode 2008, premi bersih yang diperoleh perusahaan mencapai 85,70 persen dari total pendapatan keseluruhan. Adapun pendapatan lainnya yang cukup berkontribusi pada peningkatan pendapatan secara keseluruhan adalah pendapatan investasi. Pendapatan investasi pada tahun 2008 mencapai 13,52 persen dari total pendapatan keseluruhan Indikator Kesehatan Perusahaan Asuransi Ada dua indikator yang digunakan untuk menilai kondisi keuangan perusahaan asuransi, yaitu rasio risk based capital (RBC) dan rasio investasi terhadap cadangan teknis. Sebuah perusahaan asuransi dinyatakan baik secara keuangan apabila perusahaan tersebut memiliki rasio RBC 100% untuk perusahaan mutual seperti Asuransi Bumiputera dan 100% pula untuk rasio investasi terhadap cadangan teknis. Selain RBC dan rasio investasi terhadap cadangan teknis, rasio keuangan berupa rasio likuiditas, rasio solvabilitas, dan rasio profitabilitas merupakan kekuatan manajemen sebuah perusahaan sehingga akan dibahas pula dalam skripsi ini Risk Based Capital (RBC) RBC digunakan sebagai metoda penghitungan batas minimum solvabilitas dengan mempertimbangkan berbagai macam risiko yang dihadapi perusahaan asuransi yang dikaitkan dengan tinggi rendahnya risiko yang melekat pada kekayaan yang dimiliki perusahaan asuransi dan berbasis pada kemampuan manajerial terutama dalam hal mengelola kekayaan dan kewajiban. Batas Tingkat Solvabilitas Minimum (BTSM) adalah jumlah minimum tingkat solvabilitas yang harus dimiliki perusahaan asuransi atau perusahaan reasuransi, yaitu sebesar jumlah dana yang dibutuhkan untuk menutup risiko kerugian yang mungkin timbul sebagai

11 35 akibat dari deviasi dalam pengelolaan kekayaan dan kewajiban. BTSM terdiri dari enam komponen yaitu (a) Kegagalan pengelolaan kekayaan; (b) Ketidakseimbangan antara proyeksi arus kekayaan dan kewajiban; (c) Ketidakseimbangan antara nilai kekayaan dan kewajiban dalam setiap jenis mata uang asing; (d) Perbedaan antara beban klaim yang terjadi dan beban klaim yang diperkirakan; (e) Ketidakcukupan premi akibat perbedaan hasil investasi yang diasumsikan dalam penetapan premi dengan hasil investasi yang diperoleh; dan (f) Ketidakmampuan pihak reasuradur untuk memenuhi kewajiban membayar klaim. Perhitungan BTSM ini diatur dalam SK nomor PER-02/BL/2009 tentang Pedoman Perhitungan Batas Solvabilitas Minimum bagi Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi. Asuransi Bumiputera merupakan satu-satunya perusahaan asuransi di Indonesia yang berbentuk non PT. Asuransi Bumiputera berbentuk mutual atau usaha bersama. Pemiliknya adalah semua pemegang polis, yang mempercayakan wakil-wakil mereka di BPA (Badan Perwakilan Anggota). Terdapat pengaturan khusus bagi perusahaan asuransi Non PT yang membedakannya dengan perusahaan asuransi dan reasuransi lain dalam perhitungan tingkat kesehatan perusahaan. KMK 504/2004 mengatur tentang Kesehatan Keuangan bagi Perusahaan Asuransi yang Berbentuk Badan Hukum bukan Perseroan Terbatas. KMK 504/2004 mengatur adanya perimbangan kekayaan dan kewajiban Asuransi Bumiputera hingga 100% pada akhir tahun Asuransi Bumiputera mengalami kesulitan dalam memenuhi point kewajiban perimbangan kekayaan dan kewajiban perusahaan mutual, sehingga belum mencapai 100 persen seperti yang ditargetkan KMK 504/2004 pada akhir Perusahaan hingga saat ini baru mampu mencapai 86 persen. Kesulitan ini dikarenakan perusahaan dalam membiayai kewajibannya hanya bersumber dari aktiva yang dimilikinya. Dalam neraca perusahaan,

12 36 pada akun ekuitas, modal dasar perusahaan adalah nol. Di perusahaan mutual tidak dikenal adanya pemegang saham dan modal karena modal didapatkan dari premi yang dibayarkan pemegang polis. Tidak seperti perusahaan asuransi lain yang kepemilikannya oleh pemodal tertentu, sejak awal pendiriannya Asuransi Bumiputera sudah menganut sistem kepemilikan dan kepenguasaan yang unik, yakni bentuk badan usaha "mutual" atau "usaha bersama". Semua pemegang polis adalah pemilik perusahaan yang mempercayakan wakil-wakil mereka di Badan Perwakilan Anggota (BPA) untuk mengawasi jalannya perusahaan. Keuntungan yang diperoleh perusahaan pada setiap periodenya akan diberikan kepada para pemegang polis dengan cara menambahkan bonus pada polis-polis mereka. Terkait dari kewajiban perimbangan kekayaan dan kewajiban, pihak perusahaan meminta pemberlakuan KMK 504/2004 mengenai perimbangan kekayaan dan kewajiban perusahaan mutual di tunda hingga lima tahun mendatang. Perusahaan telah melakukan usaha dengan membentuk tim inti gabungan Badan Perwakilan Anggota (BPA) dan manajemen perusahaan untuk membuat simulasi penerapan KMK 504/2004 tentang Kesehatan Keuangan Bagi Perusahaan Asuransi yang Berbentuk Badan Hukum Bukan Perseroan Terbatas. Dari hasil simulasi, perusahaan dapat memenuhi amanat aturan tersebut lima tahun kemudian. Dalam hal tingkat solvabilitas perusahaan, Asuransi Bumiputera merujuk pada Keputusan DJLK Nomor : KEP- 390/LK/2005, tentang Pedoman Perhitungan Tingkat Kesehatan Keuangan serta Bentuk dan Susunan Laporan dan Pengumuman Laporan Keuangan Bagi Perusahaan Asuransi Non PT dan kemudian diubah terakhir menjadi Peraturan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Dan Lembaga Keuangan Nomor: PER-

13 Tahun Investasi Cadangan Teknis Rasio (%) , , , , ,50

14 Rasio Keuangan Asuransi Bumiputera Rasio keuangan merupakan salah satu alat analisis laporan keuangan dan sangat bermanfaat dalam menafsirkan kondisi keuangan perusahaan. 1. Likuiditas Likuiditas berhubungan dengan masalah kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansialnya yang segera harus dipenuhi. Jumlah alat-alat likuid atau alat pembayaran yang dimiliki oleh suatu perusahaan pada suatu saat tertentu merupakan kekuatan membayar dari perusahaan yang bersangkutan. Namun suatu perusahaan yang mempunyai kekuatan membayar belum tentu dapat memenuhi segala kewajiban finansialnya yang segera harus dipenuhi, atau dengan kata lain perusahaan tersebut belum tentu mempunyai kemampuan membayar. Tiga ukuran dasar dari rasio likuiditas, yaitu : a) Modal Kerja Bersih, merupakan alat ukur likuiditas yang diperoleh dari aktiva lancar dikurangi hutang lancar. Aktiva lancar perusahaan terdiri dari antara lain berupa kas & bank, piutang. Piutang dalam perusahaan yaitu berupa piutang premi, piutang reasuransi, piutang hasil investasi. Tabel 6. Modal kerja bersih perusahaan (dalam jutaan r u Modal Kerja Tahun Aktiva lancar Hutang lancar p Bersih 2004 i a 2005 h ) Sumber : Laporan keuangan Asuransi Bumiputera tahun (diolah)

15 Tahun Aktiva lancar Hutang lancar Rasio lancar (%) , , , , ,62

16 Tahun Aktiva lancar Hutang lancar Rasio cepat , , , , ,62

17 Tahun Total aktiva Total utang Rasio Utang atas Aktiva , , , , ,06

18 Tahun Laba Operasi Penjualan Marjin Laba Operasi (%) , , , , ,61

19 Tahun Laba Bersih Penjualan Marjin Laba Bersih (%) , , , , ,61

20 Tahun Laba Bersih Total aktiva Hasil Atas Total Aset (%) , , , , ,21

21

22 46 menilai likuiditas perusahaan. Dalam hal ini, nilai rasio cepat sama dengan rasio lancarnya. Rasio cepat tidak meliputi persediaan, yang diasumsikan merupakan bagian aktiva lancar yang paling tidak likuid. Namun karena, obyek penelitian ini adalah perusahaan asuransi yang tidak memiliki akun persediaan dalam kegiatan operasionalnya, maka nilai rasio cepatnya sama dengan rasio lancarnya. Nilai tersebut sayangnya menurun selama dua tahun terakhir. Penurunan ini disebabkan karena adanya peningkatan hutang lancar yaitu pada akun titipan premi sehingga hutang lancar meningkat sebesar 35,44 persen pada tahun 2007, dan 35,18 persen pada tahun Peningkatan hutang lancar tersebut diikuti oleh peningkatan aktiva lancar perusahaan sebesar 32,70 persen pada tahun 2007, dan hanya 0,48 persen pada tahun Dari data tersebut terlihat bahwa peningkatan hutang lancar jauh lebih tinggi dari peningkatan aktiva lancarnya, sehingga rasio lancar dan rasio cepat perusahaan menurun selama dua tahun terakhir. Nilai rasio utang atas aktiva perusahaan konstan berkisar antara 0,99 hingga 1,00 selama tahun 2004 hingga Dalam empat tahun tersebut nilai utang perusahaan jauh lebih kecil dari nilai aktivanya. Namun nilai tersebut meningkat pada tahun Peningkatan rasio utang terhadap aktiva hingga 1,06 terjadi karena total kewajiban tahun 2008 meningkat sedangkan total asset perusahaan justru menurun dan menandakan bahwa tahun 2008, utang perusahaan kurang dapat ditutupi oleh aktivanya. Rasio profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan, dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal. Nilai dari margin laba operasi perusahaan adalah fluktuatif setiap tahunnya. Nilai tersebut merupakan laba bersih yang dihasilkan dari setiap rupiah penjualan dan murni dari operasi perusahaan tanpa melihat beban keuangan dan beban pajak. Adapun nilai marjin laba bersih perusahaan mengalami peningkatan pada tahun 2006 hal ini

23 47 dikarenakan laba bersih perusahaan pada tahun 2006 meningkat. Namun nilai tersebut menurun pada tahun-tahun berikutnya karena laba bersih perusahaan kembali menurun. Ukuran lain dalam rasio profitabilitas adalah Hasil Atas Total Aset (HAA). HAA merupakan ukuran keseluruhan keefektifan manajemen dalam menghasilkan laba dengan aktiva yang tersedia. Semakin tinggi HAA, semakin baik. HAA perusahaan bernilai fluktuatif sama halnya dengan nilai marjin laba operasi perusahaan. Pada tahun 2006, beban perusahaan lebih rendah dari tahun 2007 sehingga laba sebelum pajak pun bernilai lebih tinggi. Secara keseluruhan rasio profitabilitas perusahaan adalah baik karena dengan kemampuan dan sumber daya yang ada perusahaan mampu menghasilkan laba yang terus meningkat. Dari hasil perhitungan rasio investasi terhadap cadangan teknis, rasio likuiditas, rasio solvabilitas dan rasio profitabilitas terlihat bahwa perusahaan berada dalam kondisi keuangan yang baik Kebijakan Investasi Asuransi Bumiputera Selama periode penelitian , perusahaan berinvestasi pada Pasar Modal dan Pasar Uang. Investasi tersebut dilakukan dalam bentuk aset finansial dan aset riil serta penyertaan. Sumber investasi perusahaan adalah berasal dari surplus premi dan hasil investasi yang diinvestasikan kembali. Laba keseluruhan perusahaan baik berasal dari pendapatan investasi maupun pendapatan lainnya akan dibagikan pada polis reversionary bonus. Adapun besarnya pengalokasian dana untuk investasi tersebut berpedoman pada strategi investasi tahunan perusahaan yang mengacu pada Business Plan perusahaan Ketetapan-ketetapan Investasi Asuransi Bumiputera Asuransi Bumiputera melakukan kegiatan investasinya berpedoman pada beberapa peraturan berikut:

24 48 1. Keputusan Menteri Keuangan Nomor "KMK No.422/KMK/2003" tentang Penyelenggaraan Usaha Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi. 2. Peraturan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Dan Lembaga Keuangan Nomor: PER-09/BL/2008 Tentang Perubahan Atas Keputusan Direktur Jenderal Lembaga Keuangan Nomor Kep- 390/LK/2005 Tentang Pedoman Perhitungan Tingkat Kesehatan Keuangan Serta Bentuk Dan Susunan Laporan Dan Pengumuman Laporan Keuangan Bagi Perusahaan Asuransi Non PT. 3. Program Kerja Tiap Bagian Dibawah ini contoh program kerja tiap bagian Asuransi Bumiputera untuk tahun 2008 a. Bagian pasar uang dan pasar modal Investasi pada Pasar Uang 1. Deposito - Kebijakan investasi pada deposito lebih ditekankan untuk penjagaan likuiditas dan pemenuhan regulasi, sehingga diupayakan masih tetap terjaga dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kewajiban / klaim yang dananya ditempatkan pada Deposito berdurasi pendek (1-3 bulan) khusunya pada bank yang memberikan fasilitas breakable. - Dengan tidak berlakunya blanket guarantee dari Bank melalui LPS untuk jumlah diatas Rp. 100 juta, pemilihan Bank penempatan dilakukan secara selektif tentunya dengan mempertimbangkan kinerja.kesehatan bank. - Terus berupaya mendapat izin dari Regulator untuk mengoptimalkan yield melalui switching Deposito Wajib ke instrument Obligasi Pemerintah.

25 49 Investasi pada Pasar Modal 1. Saham - Kenaikan harga saham dengan volatilitas yang cukup tinggi di BEJ merupakan peluang jangka pendek untuk lebih meningkatkan intensitas trading dengan sasaran pada saham-saham Blue Chip/LQ 45 berkapitalisasi besar, likuid, fundamental dan sektor serta valuasi yang menarik. - Melakukan pelepasan saham Bank Niaga yang berasal dari saham pendiri secara bertahap pada harga terbaik dengan konsekwensi realized loss. Penjualan saham Bank Niaga akan dialihkan ke saham unggulan yang berpotensi memberikan gain maksimal sehingga dapat menutup kerugian. - Untuk jangka menengah panjang lebih difokuskan pada saham-saham dengan prospek pertumbuhan usaha yang baik seperti sektor pertambangan dan perkebunan. - IHSG tahun 2008 yang diprediksi kenaikannya tidak sebesar tahun 2007, strategi yang digunakan untuk memaksimalkan capital gain adalah : - Minimize portofolio / realisasi keuntungan pada saat indeks naik - Akumulasi portofolio/hold pada saat indeks turun - Untuk mengoptimalkan pengelolaan portofolio saham, jenis / sektor pada portofolio yang dikelola sendiri maksimal 20 saham dari LQ Obligasi - Untuk tahun 2008 investasi pada instrumen obligasi masih memiliki porsi yang cukup besar, mengingat hasil yang diberikan masih cukup baik ditengah trend penurunan suku bunga perbankan.

26 50 - Volatilitas yang cukup tinggi di pasar keuangan karena tingginya likuiditas akibat masuknya dana asing ke pasar keuangan Indonesia dapat merupakan peluang trading pasar obligasi. - Memanfaatkan kondisi tersebut trading obligasi akan ditingkatkan dengan batasan obligasi dengan likuiditas tinggi serta meminimalkan risiko seperti obligasi Negara dan obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan BUMN (seperti Telkom, Indosat, Astra, dll). - Untuk matching dengan liability akan diupayakan untuk mencari durasi obligasi yang paling sesuai dengan kewajiban. Hal ini tercakup dalam Business Plan terutama dalam kaitannya dengan Aset Liability Management (ALM). - Memberdayakan obligasi yang belum akan dilepas dalam waktu dekat (minimal 1 s/d 2 tahun) bekerja sama dengan perusahaan sekuritas untuk melakukan transaksi pengalihan obligasi ke reksadana yang bertujuan untuk meningkatkan hasil investasi dari insentif pajak. 3. Reksadana - Perkembangan industri reksadana masih akan berlanjut selama tahun 2008 disebabkan oleh beberapa hal seperti membaiknya sejumlah indikator ekonomi makro serta trend suku bunga yang masih menurun. Selain hal itu kesadaran investor akan investasi dapat mendorong perkembangan reksadana dari sisi demand. - Alokasi investasi reksadana tahun 2008 lebih dititikberatkan pada reksadana campuran atau pun reksadana saham yang masih memiliki potensi kenaikan mengikuti kenaikan di bursa saham dengan batasan pada MI yang memiliki track record yang baik.

27 Kajian Investasi Asuransi Bumiputera Asuransi Bumiputera memiliki tujuan investasi yang terdapat pada program kerja tahunan divisi manajemen dana sesuai dengan anggaran investasi yang ditetapkan dengan memperhatikan kondisi mikro dan makro ekonomi yang terjadi. Anggaran investasi tersebut merujuk pada Business Plan perusahaan. Dalam berinvestasi, selain mengacu pada ketetapanketetapan yang telah ditetapkan, perusahaan juga berpedoman pada kebijakan internal yang telah ditetapkan perusahaan dengan pula memperhatikan isu-isu eksternal yang terjadi. 1. Kebijakan Reversionary Bonus Kegiatan investasi perusahaan berasal dari surplus premi dan hasil investasi yang diinvestasikan kembali. Keuntungan yang diperoleh perusahaan pada setiap periodenya akan diberikan kepada para pemegang polis dengan cara menambahkan bonus pada polis-polis mereka yang diterimanya pertama kali pada akhir tahun kedua. Pemberian laba ini hanya untuk polis dengan manfaat tambahan yang dinamakan reversionary bonus. Laba yang telah disahkan dalam sidang tahunan BPA dibagibagikan dengan perincian: 60% untuk pemegang polis dengan hak pembagian laba, 20% untuk biaya pengembangan perusahaan, dan 20% untuk dana cadangan. 2. Strategi Investasi Tahunan Asuransi Bumiputera memiliki Program Kerja Tahunan yang dipersiapkan oleh Divisi Manajemen Dana. Program kerja ini berpegang pada Business Plan Perusahaan dan diupayakan untuk mewujudkan sasaran dari Business Plan tersebut. Program kerja tersebut menjadi pertimbangan khusus perusahaan untuk penentuan kebijakan dan strategi investasi finansial selain juga harus mempertimbangkan kondisi perekonomian dan investasi makro. Misalnya, ketika tingkat

28 52 suku bunga turun, perusahaan akan menanamkan sebagian dananya pada Pasar Modal. 3. Dana yang tersedia Perusahaan melakukan investasi dengan dana yang bersumber pada surplus premi perusahaan (premi netto) dan dari hasil investasi yang diinvestasikan kembali. Adapun besarnya proporsi dana untuk masing-masing instrumen merujuk pada anggaran investasi dalam Business Plan perusahaan. 4. Kebijakan investasi dalam perusahaan Asuransi Bumiputera memiliki kebijakan investasi yang telah ditetapkan untuk periode lima tahun ke depan, dan yang ditetapkan secara tahunan sesuai dengan kondisi makro ekonomi. Kebijakan investasi selama lima tahun ke depan, dirancang sesuai keputusan direksi, mengacu pada Bapenas, BI dan Mankeu. Untuk kebijakan tahunan, perusahaan mengacu pada rencana kerja tahunan Divisi Manajemen Dana dengan memperhatikan kondisi perekonomian yang sedang terjadi. 5. Pertimbangan Eksternal Dalam berinvestasi, perusahaan juga memperhatikan faktorfaktor eksternal yang sedang misalnya (1) indikator makro ekonomi seperti suku bunga, kurs, inflasi dan pertumbuhan ekonomi (2) indikator pasar modal seperti ekpektasi yield obligasi, ekpektasi IHSG dan indeks bursa lainnya (3) strategi investasi pesaing di industri asuransi Batasan investasi Perusahaan Asuransi Non PT Peraturan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Dan Lembaga Keuangan Nomor: PER-09/BL/2008 Tentang Perubahan Atas Keputusan Direktur Jenderal Lembaga Keuangan Nomor Kep-390/LK/2005 Tentang Pedoman Perhitungan Tingkat Kesehatan Keuangan Serta Bentuk Dan Susunan Laporan Dan Pengumuman Laporan Keuangan Bagi Perusahaan Asuransi Non PT, dalam BAB I bagian pertama pasal 2 dan pasal 4 menjelaskan

29 53 tentang jenis investasi dan pembatasan atas kekayaan investasi untuk Perusahaan Asuransi Non PT, dapat dirangkum sebagai berikut : (1) Jenis investasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat (2) huruf a untuk Perusahaan Asuransi Non PT terdiri dari: a. deposito berjangka dan sertifikat deposito pada Bank, termasuk deposit on call dan deposito yang berjangka waktu kurang dari atau sama dengan 1 (satu) bulan; investasi dalam bentuk deposito berjangka dan sertifikat deposito pada setiap Bank, tidak melebihi 20% (dua puluh per seratus) dari jumlah investasi; b. saham yang tercatat di bursa efek; investasi dalam bentuk saham yang emitennya adalah badan hukum Indonesia, untuk setiap emiten masing-masing tidak melebihi 20% (dua puluh per seratus) dari jumlah investasi; c. obligasi dan Medium Term Notes dengan peringkat paling rendah A- atau yang setara pada saat penempatan; investasi dalam bentuk obligasi dan Medium Term Notes yang penerbitnya adalah badan hukum Indonesia, untuk setiap penerbit masing-masing tidak melebihi 20% (dua puluh per seratus) dari jumlah investasi; d. surat berharga yang diterbitkan atau dijamin oleh Pemerintah atau Bank Indonesia; e. unit penyertaan reksadana; investasi dalam bentuk unit penyertaan reksadana, untuk setiap penerbit tidak melebihi 20% (dua puluh per seratus) dari jumlah investasi; f. penyertaan langsung (saham yang tidak tercatat di bursa efek); investasi dalam bentuk penyertaan langsung (saham yang tidak tercatat di bursa efek), seluruhnya tidak melebihi 10% (sepuluh per seratus) dari jumlah investasi; g. bangunan dengan hak strata (strata title) atau tanah dengan bangunan, untuk investasi; investasi yang ditempatkan dalam

30 54 bentuk bangunan dengan hak strata (strata title) atau tanah dengan bangunan, seluruhnya tidak melebihi 40% (empat puluh per seratus) dari jumlah investasi; h. pinjaman hipotik; investasi yang ditempatkan dalam bentuk pinjaman hipotik, seluruhnya tidak melebihi 20% (dua puluh per seratus) dari jumlah investasi dan memenuhi persyaratan bahwa pinjaman tersebut: 1) diberikan hanya kepada perorangan; 2) dijamin dengan hipotik pertama; 3) penghipotikan tersebut dilakukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku; dan 4) besarnya setiap pinjaman tidak melebihi 75% (tujuh puluh lima per seratus) dari nilai jaminan yang terkecil di antara nilai yang ditetapkan oleh lembaga penilai yang terdaftar pada instansi yang berwenang dan Nilai Jual Objek Pajak (NJOP); i. pinjaman polis. investasi dalam bentuk pinjaman polis besarnya tidak melebihi 80% (delapan puluh per seratus) dari nilai tunai polis yang bersangkutan. (2) Jenis kekayaan yang bukan investasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat (2) huruf b untuk Perusahaan Asuransi Non PT, terdiri dari : a. kas dan bank; b. tagihan premi penutupan langsung; tagihan premi penutupan langsung, umurnya tidak lebih dari 2 (dua) bulan dihitung sejak: 1) pertanggungan dimulai bagi polis dengan pembayaran premi tunggal; atau 2) jatuh tempo pembayaran premi bagi polis dengan pembayaran premi cicilan;

31 55 c. tagihan reasuransi; tagihan reasuransi, umurnya tidak lebih dari 2 (dua) bulan dihitung sejak tanggal jatuh tempo pembayaran; d. tagihan hasil investasi; tagihan hasil investasi, umurnya tidak lebih dari 2 (dua) bulan dihitung sejak jatuh tempo pembayaran; e. bangunan dengan hak strata (strata title) atau tanah dengan bangunan, untuk dipakai sendiri; bangunan dengan hak strata (strata title) atau tanah dengan bangunan yang dipakai sendiri, seluruhnya tidak melebihi 80% (delapan puluh per seratus) dari jumlah bukan investasi; f. perangkat keras komputer. perangkat keras komputer seluruhnya tidak melebihi 1% (satu per seratus) dari jumlah bukan investasi. Jumlah bukan investasi yang digunakan sebagai dasar perhitungan batasan sebagaimana dimaksud dalam ayat (4) adalah nilai seluruh jenis bukan investasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) per tanggal neraca yang penilaiannya didasarkan pada ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2). (3) Peringkat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf c, Pasal 6 ayat (1) huruf c, dan Pasal 12 huruf b, adalah peringkat yang dikeluarkan oleh lembaga pemeringkat yang terdaftar pada instansi yang berwenang atau yang telah memperoleh pengakuan internasional. (4) Dalam hal peringkat sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) diterbitkan oleh lebih dari satu lembaga pemeringkat, maka peringkat yang digunakan adalah peringkat yang paling rendah Analisis Investasi Asuransi Bumiputera Rasio Dana Investasi terhadap Total Aktiva Investasi merupakan bentuk penanaman modal, dengan harapan pada waktunya pemilik modal akan mendapat sejumlah keuntungan yang diharapkan dari hasil penanaman modal tersebut.

32 56 Asuransi Bumiputera memperoleh pendapatan investasi yang semakin meningkat dari tahun ke tahunnya. Pendapatan tersebut didominasi oleh pendapatan premi serta didukung oleh pendapatan investasi. Seperti halnya pendapatan premi, pendapatan investasi perusahaan pun cenderung meningkat meskipun pada tahun 2008 terjadi penurunan. Kegiatan investasi perusahaan, berasal dari kekayaan atau aset yang perusahaan miliki. Kekayaan tersebut di alokasikan untuk kegiatan investasi maupun kegiatan non investasi. Asuransi Bumiputera melakukan investasi pada pasar uang, pasar modal, maupun pada unit penyertaan. Total kekayaan perusahaan pada tahun 2008 mencapai Rp 11,9 triliun, menurun dibandingkan pada tahun 2007, sedangkan total investasi perusahaan mencapai Rp 5,2 triliun. Jumlah alokasi untuk berinvestasi dari keseluruhan total aktiva yang dimilki perusahaan, periode diperlihatkan pada tabel berikut : Tabel 13. Rasio antara total investasi terhadap total aktiva (dalam jutaan rupiah) Tahun Total investasi (a) Total aktiva (b) Rasio (a/b) (%) , , , , ,90 Sumber : Laporan keuangan Asuransi Bumiputera tahun (diolah) Dari tabel, terlihat bahwa jumlah aktiva yang di alokasikan untuk investasi semakin meningkat dari tahun ke tahun. Artinya proporsi dana untuk berinvestasi selalu bertambah sehingga pendapatan investasi pun cenderung mengalami kenaikan. Hingga

33 57 tahun 2008, alokasi untuk investasi mencapai hampir 60 persen dari total aktiva perusahaan Analisis Alokasi Investasi Tahun Asuransi Bumiputera mengalokasikan sebagian pendapatannya untuk berinvestasi pada pasar uang dan pasar modal. Investasi tersebut dilakukan terhadap tujuh instrumen investasi berupa deposito, obligasi, saham, reksadana, penyertaan, properti dan pinjaman hipotik. Alokasi investasi tersebut selama periode yaitu sebagai berikut : 1. Deposito Tabel 14. Alokasi investasi deposito Asuransi Bumiputera periode (dalam jutaan rupiah) TAHUN DEPOSITO TAHUN DEPOSITO Sumber : Data Portofolio Asuransi Bumiputera Asuransi Bumiputera menginvestasikan sebagian dananya pada instrumen deposito. Pengalokasian terhadap deposito ini setiap tahunnya cukup mendominasi instrumen-instrumen lainnya. Hal ini karena instrumen deposito relatif lebih aman dibandingkan dengan instrumen lainnya, seperti saham. Penempatan alokasi deposito ini dilakukan pada beberapa bank dalam bentuk rupiah maupun dollar seperti pada Bank Mandiri, Bank Mega, BRI.

34 58 2. Obligasi Tabel 15. Alokasi investasi obligasi Asuransi Bumiputera periode (dalam jutaan rupiah) Sumber : Data Portofolio Asuransi Bumiputera Asuransi Bumiputera menginvestasikan sebagian dananya pada instrumen obligasi. Pengalokasian terhadap instrumen obligasi selama lima tahun terakhir mengalami peningkatan yang tajam. 3. Saham TAHUN OBLIGASI TAHUN OBLIGASI Tabel 16. Alokasi investasi saham Asuransi Bumiputera periode (dalam jutaan rupiah) TAHUN SAHAM TAHUN SAHAM Sumber :Data Portofolio Asuransi Bumiputera Selain pada deposito dan obligasi, Asuransi Bumiputera menginvestasikan sebagian dananya pada instrumen saham. Pengalokasian terhadap instrumen saham berfluktuasi selama periode

35 59 4. Reksadana Tabel 17. Alokasi investasi reksadana Asuransi Bumiputera periode (dalam jutaan rupiah) TAHUN REKSADANA TAHUN REKSADANA Sumber : Data Portofolio Asuransi Bumiputera Asuransi Bumiputera berinvestasi pada reksadana meskipun kegiatan investasi tersebut tidak dilakukan setiap tahun seperti berinvestasi pada tiga instrumen lainnya. 5. Penyertaan Tabel 18. Alokasi investasi penyertaan Asuransi Bumiputera periode (dalam jutaan rupiah) TAHUN PENYERTAAN TAHUN PENYERTAAN Sumber : Data Portofolio Asuransi Bumiputera

36 60 6. Properti Tabel 19. Alokasi investasi properti Asuransi Bumiputera periode (dalam jutaan rupiah) TAHUN PROPERTI TAHUN PROPERTI Sumber : Data Portofolio Asuransi Bumiputera Asuransi Bumiputera berinvestasi pada aset properti yaitu berupa tanah dan bangunan dengan nilai maksimum 40 persen dari total investasi. 7. Pinjaman Hipotik Tabel 20. Alokasi investasi pinjaman hipotik Asuransi Bumiputera periode (dalam jutaan rupiah) TAHUN PINJ. HIPOTIK TAHUN PINJ. HIPOTIK Sumber : Data Portofolio Asuransi Bumiputera Pinjaman hipotik dari perusahaan dijamin dengan nilai tunai dari polis yang dimiliki tertanggung Analisis Hasil Investasi Tahun Hasil investasi Asuransi Bumiputera yang diperoleh dari pengalokasian tujuh instrumen investasi yang dimilikinya, berupa deposito, obligasi, saham, reksadana, penyertaan, properti dan pinjaman hipotik selama periode yaitu sebagai berikut :

37 61 1. Deposito Tabel 21. Hasil investasi deposito Asuransi Bumiputera periode (dalam jutaan rupiah) TAHUN DEPOSITO TAHUN DEPOSITO Sumber : Data Portofolio Asuransi Bumiputera Hasil investasi instrumen deposito cenderung meningkat selama periode Hal ini karena alokasi dana investasi yang dilakukan pada instrumen deposito juga terus meningkat bahkan cenderung mendominasi instrumen lainnya. Pengalokasian dana investasi pada deposito ini cukup mendominasi instrumen lainnya karena aset deposito merupakan asset yang cukup aman, dalam artian risiko yang tidak terlalu besar jika dibandingkan dengan instrumen lainnya misalnya saham. Risiko yang tidak terlalu besar mengandung pengertian bahwa return yang akan diterima akan lebih kecil dibandingkan instrumen lainnya yang lebih berisiko. Hal tersebut justru mendorong perusahaan untuk berinvestasi pada deposito. Namun selama tiga tahun terakhir, terjadi penurunan hasil investasi. Penurunan ini disebabkan dari penurunan pengalokasian aset tersebut, dan juga penurunan suku bunga deposito. Penurunan porsi penempatan pada deposito disebabkan oleh rendahnya suku bunga deposito dibandingkan dengan imbal hasil obligasi Negara dan SBI, khususnya selama semester I-2008.

38 62 2. Obligasi Tabel 22. Hasil investasi obligasi Asuransi Bumiputera periode (dalam jutaan rupiah) Sumber : Data Portofolio Asuransi Bumiputera Berbeda dari deposito, instrumen obligasi terus mengalami peningkatan hasil investasi dari tahun ke tahun meskipun sempat mengalami penurunan pada tahun Namun penurunan tersebut kemudian kembali meningkat hingga tahun Perkembangan pasar obligasi korporasi sampai dengan triwulan II-2008 cukup baik. Hal tersebut ditandai dengan masih maraknya intense perusahaan untuk melakukan pembiayaan melalui penerbitan obligasi korporasi sehingga hasil penerimaan dari alokasi obligasi pun turut meningkat. 3. Saham TAHUN OBLIGASI TAHUN OBLIGASI Tabel 23. Hasil investasi saham Asuransi Bumiputera periode (dalam jutaan rupiah) TAHUN SAHAM TAHUN SAHAM Sumber : Data Portofolio Asuransi Bumiputera

39 63 Instrumen saham memberikan hasil yang berfluktuasi selama periode Jumlah hasil investasi ini meningkat selama empat tahun dari tahun 2004 hingga Namun kenaikan ini kemudian menurun drastis pada tahun Penurunan ini tidak sesuai dengan pengalokasian dana yang cenderung meningkat yang dilakukan perusahaan. Adanya penurunan ini disebabkan oleh terjadinya penurunan IHSG yang sangat tajam sehingga menurunkan nilai hasil instrumen saham. 4. Reksadana Tabel 24. Hasil investasi reksadana Asuransi Bumiputera periode (dalam jutaan rupiah) TAHUN REKSADANA TAHUN REKSADANA Sumber : Data Portofolio Asuransi Bumiputera Dari tabel diatas selama tahun , tahun 1995, 1998 dan 1999 adalah nol atau tidak ada hasil investasi. Hal ini karena perusahaan memang tidak menempatkan dananya pada reksadana. Namun hasil investasi tersebut meningkat tahun 2000 hingga Keadaan ini dipengaruhi dari jumlah pengalokasian dana investasi reksadana yang meningkat.

40 64 5. Penyertaan Tabel 25. Hasil investasi penyertaan Asuransi Bumiputera periode (dalam jutaan rupiah) TAHUN PENYERTAAN TAHUN PENYERTAAN Sumber : Data Portofolio Asuransi Bumiputera Hasil investasi pada penyertaan berfluktuasi setiap tahunnya. Hasil tersebut terjadi penurunan hingga setengahnya pada tahun Properti Tabel 26. Hasil investasi properti Asuransi Bumiputera periode (dalam jutaan rupiah) TAHUN PROPERTI TAHUN PROPERTI Sumber : Data Portofolio Asuransi Bumiputera Investasi pada properti yaitu pada tanah dan bangunan baru memiliki pengembalian atu hasil investasi pada tahun Hasil investasi ini mengalami kenaikan pada tahun 2005 dan menurun drastis pada tahun 2008.

41 65 7. Pinjaman Hipotik Tabel 27. Hasil investasi pinjaman hipotik Asuransi Bumiputera periode (dalam jutaan rupiah) TAHUN PINJ. HIPOTIK TAHUN PINJ. HIPOTIK Sumber : Data Portofolio Asuransi Bumiputera Hasil pinjaman hipotik perusahaan terus menurun hingga tahun 2008 meskipun alokasi pada aset ini mengalami kenaikan Analisis Rasio Hasil Investasi terhadap Dana Investasi Tahun Tabel 28. Perbandingan hasil investasi dengan dana investasi Asuransi Bumiputera periode (dalam Jutaan Rupiah) TAHUN ALOKASI HASIL RASIO (%) , , , , , , , , , , , , , ,25 Sumber : Data Portofolio Asuransi Bumiputera (diolah) Hasil investasi dari suatu perusahaan yang melakukan investasi pada pasar uang maupun pasar modal, merupakan salah

42 66 satu indikator untuk mengetahui ketepatan perusahaan tersebut dalam berinvestasi. Indikator lain adalah dengan membandingkan hasil investasi yang diperoleh dengan dana investasinya. Perbandingan tersebut diperlukan untuk mengetahui kinerja dari portofolio yang sudah dibentuk oleh perusahaan. Asuransi Bumiputera mengalokasikan sebagian kekayaan yang dimilikinya untuk berinvestasi. Dalam Tabel 21 diatas, jumlah dana yang ditempatkan untuk berinvestasi selalu meningkat dari tahun ke tahunnya, sehingga hasil investasi yang diperoleh pun cenderung mengalami peningkatan meskipun pada tahun 2008 menurun dibandingkan tahun Dalam tabel di atas, rasio antara hasil investasi dengan dana investasinya berfluktuasi selama periode 1995 hingga Hingga pada tahun 2008 rasio tersebut menurun dibandingkan alokasi investasinya Perkembangan Alokasi Dana Investasi dan Hasil Investasi Tahun Pada tabel dibawah, terlihat bahwa alokasi dana investasi perusahaan terus meningkat setiap tahunnya dengan peningkatan antara 3 persen hingga 43 persen. Namun peningkatan ini tidak selalu disertai dengan peningkatan hasil investasi. Terdapat tahuntahun tertentu ketika alokasi dana investasi meningkat, hasil yang diperoleh justru menurun, misalnya pada tahun 2008 ketika alokasi investasi meningkat, hasil investasi justru menurun tajam. Pada tahun 2005 hingga 2007 penghasilan investasi meningkat melebihi peningkatan dana investasinya. Namun kondisi ini tidak berlanjut hingga tahun Pada tahun 2008, dana investasi tetap meningkat 2,20 persen dari tahun 2007 meskipun tidak setajam peningkatan tahun-tahun sebelumnya. Peningkatan ini namun tidak diikuti oleh hasil investasinya. Hasil investasi justru menurun tajam hingga negatif 35 persen.

43 67 Tabel 29. Perkembangan Dana Investasi Asuransi Bumiputera (dalam jutaan rupiah) TAHUN JUMLAH Perkembangan (%) , , , , , , , , , , , , ,20 Sumber : Laporan Keuangan Asuransi Bumiputera tahun (diolah) Tabel 30. Perkembangan Hasil Investasi Asuransi Bumiputera (dalam jutaan rupiah) TAHUN JUMLAH Perkembangan (%) , , , , , , , , , , , , ,00 Sumber : Laporan Keuangan Asuransi Bumiputera tahun (diolah)

44 Evaluasi Proporsi Portofolio Investasi Tahun Pada praktiknya, investor sering melakukan diversifikasi dalam berinvestasi, yaitu mengombinasikan berbagai instrumen dalam kegiatan investasinya atau membentuk portofolio. Perusahaan asuransi dapat membentuk portofolio untuk kegiatan investasinya. Asuransi Bumiputera melakukan kegiatan investasinya pada aset finansial, aset riil dan penyertaan. Asumsi yang digunakan dalam perhitungan adalah : 1. Instrumen investasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah aset berisiko, artinya instrumen tersebut memiliki varians dan standar deviasi. 2. Dalam analisa portofolio, digunakan program Microsoft Excel for Windows dan software Modern Portofolio Theory and Invesment Analysis berdasarkan Model Markowitz untuk mengevaluasi portofolio yang telah dilakukan perusahaan periode tahun secara gabungan. Analisis portofolio tersebut dilakukan terhadap kumpulan aset berisiko yaitu deposito, obligasi, saham reksadana, penyertaan, properti, dan pinjaman hipotik. Input data yang digunakan dalam menganalisis portofolio investasi adalah data mengenai : 1. Tingkat pengembalian yang diharapkan dari semua aset yang diteliti 2. Varians atau standar deviasi dari aset-aset tersebut 3. Kovarians dan korelasi antar pengembalian aset-aset dalam portofolio Asuransi Bumiputera menginvestasikan sebagian dananya pada instrumen deposito, obligasi, saham, reksadana, penyertaan, properti, dan pinjaman hipotik. Alokasi untuk deposito lebih mendominasi setiap tahunnya dan relatif tetap dibandingkan dengan instrumen lain (Lampiran 3). Deposito memberikan kepastian pendapatan meskipun lebih rendah jika dibandingkan dengan instrumen lainnya, dan memilki risiko yang rendah pula. Alokasi untuk obligasi awalnya relatif tetap pada tahun 1995 hingga tahun Namun alokasi tersebut kemudian meningkat pada

45 69 tahun 2004 hingga 2008, sedangkan alokasi untuk saham relatif berfluktuasi pada rentang tahun 1995 hingga 2004, kemudian meningkat hingga tahun Untuk alokasi reksadana, pada tahun 1995, 1998 dan 1999 tidak dilakukan investasi. Adapaun pada tahun-tahun selanjutnya alokasi rutin dilaksanakan hingga periode Pada instrumen penyertaan, dana yang diinvestasikan berfluktuatif sedangkan untuk properti pada tiga tahun terakhir mengalami peningkatan yang cukup pesat. Berbeda dari properti, pada pinjaman hipotik dana yang diinvestasikan mengalami penurunan pada tahun-tahun tertentu yaitu pada tahun 2000 hingga tahun Langkah pertama dalam menganalisis suatu portofolio yang telah dilakukan perusahaan adalah mengetahui tingkat pengembalian yang diharapkan dari masing-masing instrumen dan risikonya. Rincian tingkat pengembalian yang diharapkan dan risikonya terdapat pada tabel berikut : Tabel 31. Tingkat pengembalian yang diharapkan dan risiko instrumen investasi (dalam persentase) Instrumen Depositgasdanan Hipotik Obli- Reksa- Penyerta- Pinjaman Saham Properti Investasi ,42 12,88 50,12 0,00 1,30 0,00 6, ,98 15,48 2,85 4,69 2,71 0,00 8, ,52 27,03 102,16 4,80 3,40 0,00 10, ,51 18,30-39,17 0,00 3,83 0,00 2, ,18 26,96 3,78 0,00 7,59 0,00 1, ,99 12,46 23,42 4,27 4,72 0,00 7, ,92 20,25 20,66 5,79 10,82 0,40 16, ,12 6,05 28,31 8,36 11,69 0,46 19, ,73 7,23 40,73 3,28 6,74 9,67 30, ,30 22,04 54,82 0,79 11,75 1,16 43, ,25 7,01 24,94 2,76 12,51 27,81 25, ,22 7,80 32,81 2,10 6,47 10,67 20, ,51 7,61 72,95 8,47 8,14 8,50 27, ,66 10,88 11,76 8,06 4,13 0,32 6,48 R 103,32 201,97 430,14 53,37 95,79 59,00 226,76 E (Ri) 7,38 14,43 30,72 3,81 6,84 4,21 16,20 Sta. Dev 2,78 7,12 32,61 2,97 3,57 7,59 11,88 Koef. Var 0,38 0,49 1,06 0,78 0,52 1,80 0,73 Sumber : Data Portofolio Asuransi Bumiputera (diolah)

46 70 Data lengkap mengenai perhitungan tingkat pengembalian yang diharapkan, risiko masing-masing instrumen investasi serta koefisien variasinya dapat dilihat pada Lampiran 8. Dari tabel diatas, dapat dilihat bahwa instrumen saham memberikan return tertinggi yaitu 30,72 persen, namun memiliki standar deviasi paling tinggi pula sebesar 32,61 persen. Jika diurutkan, setelah saham, instrumen yang memberikan return tinggi adalah pinjaman hipotik sebesar 16,20 dengan standar deviasi sebesar 11,88, obligasi sebesar 14,43 persen dengan standar deviasi 7,12 persen. Return deposito adalah 7,38 persen dengan standar deviasi 2,78 persen, penyertaan sebesar 6,84 persen dengan standar deviasi 3,57 persen, properti sebesar 4,21 persen dengan standar deviasi 7,59 dan terakhir return reksadana adalah 3,81 persen dengan standar deviasi 2,97 persen. Secara keseluruhan, dapat dilihat bahwa instrumen saham merupakan instrumen yang memberikan return tertinggi dan standar deviasi yang tinggi pula. Namun, jika di analisis lebih jauh lagi, saham memiliki return atau tingkat pengembalian yang berfluktuatif dan menurun tajam pada tahun Penurunan ini tidak sebanding dengan jumlah dana alokasi yang ditempatkan pada saham yang semakin meningkat dari tahun ke tahunnya. Dalam Lampiran 2, terlihat bahwa rupiah yang ditempatkan untuk investasi meningkat dari tahun 2004 sebesar Rp 41 triliun menjadi Rp 256 triliun pada tahun Sayangnya peningkatan ini tidak berlangsung sama pada hasil investasinya. Hasil investasi saham sempat meningkat pada tahun 2007, kemudian menurun drastis pada tahun Hal inilah kemudian yang berpengaruh pada tingkat pengembalian yang diharapkan dari saham. Return atau tingkat pengembalian yang diharapkan saham menurun hingga mencapai 11,77 persen pada tahun Namun, secara keseluruhan return rata-rata dari saham adalah yang terbesar dibandingkan dengan instrumen lainnya. Adanya return yang semakin menurun ini disebabkan karena kondisi perekonomian yang terjadi pada tahun Krisis global yang menghantam pada kuartal terakhir tahun 2008 mempengaruhi industri

47 71 perasuransian Indonesia. Dalam setahun terakhir 2008, secara keseluruhan perusahaan asuransi jiwa mengalami penurunan jumlah aset dan kekayaan dalam bentuk investasi. Hal ini dikarenakan perusahaan jiwa pada umumnya menginvestasikan kekayaannya dalam investasi jangka panjang yaitu saham. Diketahui bahwa pasar modal di akhir tahun 2008 mengalami penurunan IHSG yang sangat tajam, sehingga mempengaruhi nilai kekayaan perusahaan asuransi jiwa. Di pasar saham, tekanan terhadap pasar keuangan global yang masih berlanjut berdampak pada menurunnya kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) selama Agustus Penurunan kinerja IHSG terutama disebabkan oleh gejolak eksternal yang bersumber dari permasalahan utama di bursa global. Hal ini kemudian berpengaruh kepada Asuransi Bumiputera yang juga menempatkan sebagian dananya pada saham. Karena salah satu hal tersebut, maka terjadilah penurunan pendapatan investasi perusahaan pada tahun Berinvestasi dalam obligasi mirip dengan deposito pada bank. Ketika perusahaan membeli obligasi, perusahaan akan memperoleh bunga / kupon yang tetap secara berkala, sampai waktu jatuh tempo. Ketika obligasi tersebut jatuh tempo, maka penerbit harus membayar kepada investor sesuai dengan nilai pari dari obligasi tersebut beserta bunga / kupon terakhirnya. Dalam portofolio perusahaan tahun , return obligasi mengalami fluktuasi. Pada tahun 2004, return obligasi mencapai 22,04 persen dan kemudian menurun hingga mencapai 10,88 persen pada tahun Return rata-rata obligasi adalah 14,43 persen dengan standar deviasi 7,12 persen. Dibandingkan dengan reksadana, terlihat dalam tabel bahwa deposito lebih menguntungkan. Berinvestasi pada reksadana, investor berpeluang mengalami penurunan nilai investasi dan hal ini tidak akan terjadi pada deposito bila tidak dicairkan sebelum jatuh tempo. Dalam tabel, return deposito lebih tinggi dengan standar deviasi yang lebih rendah dibandingkan dengan reksadana. Hal ini karena deposito merupakan aset yang cenderung aman dibandingkan dengan instrumen

48 72 lainnya. Return deposito mengalami perubahan yang tidak terlalu signifikan, artinya deposito mengalami kenaikan atau penurunan yang tidak terlalu besar. Return rata-rata deposito adalah 7,38 persen dengan standar deviasi 2,78 persen. Namun berbeda dengan deposito, reksadana mengalami variasi fluktuasi pada tingkat pengembalian yang diharapkan setiap tahunnya. Tahun 2004, return reksadana adalah 0,79 persen dan kemudian meningkat hingga 8,06 persen pada tahun Return rata-rata reksadana adalah 3,81 persen dengan standar deviasi 2,97 persen. Adapun return pinjaman hipotik mengalami peningkatan pada tahun 2001 hingga 2007 dan menurun kembali pada tahun Untuk investasi pada aset riil yaitu pada penyertaan dan properti, pada properti return yang diharapkan lebih rendah dari standar deviasinya hal ini dikarenakan pada tahun 1995 hingga 2000 hasil investasi perusahaan nol meskipun sejumlah dana telah dialokasikan untuk instrumen tersebut. Setelah return dan risiko masing-masing instrumen diketahui, input lain yang diperlukan untuk menganalisis portofolio perusahaan adalah menghitung kovarians dan koefisien korelasi antar instrumen investasi. Berikut adalah tabel kovarians dan korelasi antar instrument investasi : Tabel 32. Kovarians antar instrumen investasi Koefisien korelasi Deposito Obligasi 9,86 Saham Deposito Obligasi Reksadana Penyertaan Properti Saham - 49,78 9,86 Reksadana -4,27-9,04 26,75 Penyertaan -4, ,17 2,00 Properti -8,92-30,65 25,70-0,95 13,27 Pinjaman - - Hipotik 19,04 27,77 188,43 3,74 30,47 44,10 Sumber : Data portofolio Asuransi Bumiputera (diolah) Pinjaman hipotik Dari tabel diatas, kovarians antar instrumen menunjukkan nilai yang positif dan negatif. Kovarians yang bernilai positif, berarti tingkat

49 73 pengembalian instrumen-instrumen dalam portofolio cenderung bergerak pada arah yang sama, artinya ketika satu aset menghasilkan keuntungan melebihi keuntungan rata-rata, maka aset yang satu lagi juga cenderung untuk bertindak dengan cara yang sama yaitu melebihi keuntungan rataratanya. Sedangkan kovarians yang negatif menunjukkan tingkat pengembalian instrumen-instrumen dalam portofolio cenderung bergerak pada arah yang berlawanan. Kovarians dapat diinterpretasikan dengan menggunakan koefisien korelasi yang memiliki nilai antara +1 hingga -1. Tabel 33. Koefisien korelasi antar instrumen investasi Koefisien Depositgasdanan Obli- Saham Reksa- Penyerta- Properti korelasi Deposito 1 Obligasi Saham Reksadana Penyertaan Properti Pinjaman hipotik Pinjaman Hipotik Sumber : Data portofolio Asuransi Bumiputera (diolah) Korelasi menggambarkan seberapa besar hubungan antara pergerakan dua aset. Nilai korelasi yaitu antara -1 hingga +1. Korelasi positif 1 maka kedua aset tersebut bergerak tepat searah, korelasi 0 maka pergerakan kedua aset tersebut sama sekali tidak ada hubungan, dan korelasi negatif -1 maka kedua aset tersebut bergerak secara tepat berlawanan arah. Perhitungan mengenai kovarian dan koefisien korelasi dapat dilihat pada Lampiran 9. Dari tabel terlihat bahwa sebagian aset yang diteliti mempunyai koefisien korelasi <+1, dan sebagian yang lain memiliki nilai <-1. Korelasi positif antara dua aset, misalnya antara deposito dan obligasi artinya ketika tingkat pengembalian dari deposito meningkat, maka diharapkan tingkat pengembalian dari obligasi juga meningkat. Sebaliknya, korelasi negatif antara dua aset menunjukkan tingkat pengembalian kedua aset tersebut

50 74 bergerak berlawanan arah. Dari tabel, terlihat korelasi negatif antara deposito dan reksadana artinya ketika tingkat pengembalian deposito menurun, maka diharapkan tingkat pengembalian reksadana meningkat. Korelasi yang semakin kecil, menunjukkan semakin baik kombinasi investasinya. Hal ini bermakna bahwa ketika tingkat pengembalian dari suatu aset melemah, maka tingkat pengembalian pada aset lain justru menguat. Artinya ketika tingkat pengembalian deposito menurun, maka diharapkan tingkat pengembalian reksadana meningkat. Jadi kerugian dari satu aset dalam portofolio dapat ditutupi oleh keuntungan aset lain. Namun, pada kenyataannya sulit untuk mencari korelasi yang benar-benar tepat negatif 1, yang akan menghilangkan risiko portofolio. Hal yang dapat dilakukan hanyalah mengurangi risiko portofolio. Portofolio investasi yang dilakukan Asuransi Bumiputera selama periode , yang terdiri dari instrumen deposito, obligasi, saham, reksadana penyertaan, properti, dan pinjaman polis mempunyai tingkat pengembalian yang diharapkan pada rentang 6,59 persen sampai dengan 30,72 persen dengan tingkat risiko pada rentang 0,99 persen sampai 32,61 persen. Berikut adalah gambar Expected return dan standar deviasi perusahaan :

51 75 Gambar 12. Expected return dan standar deviasi Asuransi Bumiputera periode (Software Modern Portofolio Theory and Investment) Besarnya proporsi jenis investasi yang telah dilakukan perusahaan selama tahun 1995 hingga 2008, diperlihatkan dengan gambar berikut : Gambar 13. Bobot jenis investasi portofolio Asuransi Bumiputera periode (Software Modern Portofolioo Theory and Investment)

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 424/KMK.06/2003 TENTANG KESEHATAN KEUANGAN PERUSAHAAN ASURANSI DAN PERUSAHAAN REASURANSI

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 424/KMK.06/2003 TENTANG KESEHATAN KEUANGAN PERUSAHAAN ASURANSI DAN PERUSAHAAN REASURANSI KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 424/KMK.06/2003 TENTANG KESEHATAN KEUANGAN PERUSAHAAN ASURANSI DAN PERUSAHAAN REASURANSI Keputusan ini telah diketik ulang, bila ada keraguan mengenai

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Sejarah Perusahaan Asuransi Jiwa Bersama (AJB) BumiPutera 1912 Cabang

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Sejarah Perusahaan Asuransi Jiwa Bersama (AJB) BumiPutera 1912 Cabang BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Perusahaan Asuransi Jiwa Bersama (AJB) BumiPutera 1912 Cabang Bangkinang Asuransi Jiwa Bersama(AJB)BumiPutera 1912 adalah perusahaan asuransi jiwa nasional

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 17 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Asuransi Bumiputera sebagai perusahaan asuransi pelopor di Indonesia, yang keberadaannya masih berada di tingkat tertinggi dalam dunia perasuransian,

Lebih terperinci

TENTANG KESEHATAN KEUANGAN PERUSAHAAN ASURANSI DAN PERUSAHAAN REASURANSI

TENTANG KESEHATAN KEUANGAN PERUSAHAAN ASURANSI DAN PERUSAHAAN REASURANSI SALINAN KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 481/KMK.017/1999 TENTANG KESEHATAN KEUANGAN PERUSAHAAN ASURANSI DAN PERUSAHAAN REASURANSI MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a.

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. Jawa Tengah pada 12 februari 1912 pada mulanya sebagai wadah persatuan

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. Jawa Tengah pada 12 februari 1912 pada mulanya sebagai wadah persatuan BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 4.1. Sejarah Singkat Perusahaan Asuransi jiwa bersama Bumiputera 1912 adalah perusahaan asuransi jiwa milik bangsa Indonesia yang pertama dan tertua. Didirikan di Magelang,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Tingkat Solvabilitas Seperti dijelaskan dalam Bab III sebelumnya, bahwa setiap perusahaan asuransi dan perusahaan reasuransi setiap saat wajib memenuhi tingkat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 23 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Dalam penelitian ini, penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif yang bertujuan untuk membuat deskripsi secara sistematis, factual dan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG PENGELOLAAN DAN INVESTASI DANA PROGRAM JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG PENGELOLAAN DAN INVESTASI DANA PROGRAM JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG PENGELOLAAN DAN INVESTASI DANA PROGRAM JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pengelolaan dan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 135/PMK.05/2005 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 135/PMK.05/2005 TENTANG PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 135/PMK.05/2005 TENTANG PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 424/KMK.06/2003 TENTANG KESEHATAN KEUANGAN PERUSAHAAN ASURANSI DAN PERUSAHAAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perusahaan asuransi merupakan salah satu bentuk lembaga keuangan non bank yang memberikan jasa perlindungan kepada masyarakat dalam hampir semua aspek kehidupan baik

Lebih terperinci

MEMUTUSKAN : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PENGELOLAAN DAN INVESTASI DANA PROGRAM JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA. BAB I KETENTUAN UMUM.

MEMUTUSKAN : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PENGELOLAAN DAN INVESTASI DANA PROGRAM JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA. BAB I KETENTUAN UMUM. PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG PENGELOLAAN DAN INVESTASI DANA PROGRAM JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a bahwa pengelolaan dan pengembangan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53/PMK.010/2012 TENTANG KESEHATAN KEUANGAN PERUSAHAAN ASURANSI DAN PERUSAHAAN REASURANSI

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53/PMK.010/2012 TENTANG KESEHATAN KEUANGAN PERUSAHAAN ASURANSI DAN PERUSAHAAN REASURANSI PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53/PMK.010/2012 TENTANG KESEHATAN KEUANGAN PERUSAHAAN ASURANSI DAN PERUSAHAAN REASURANSI Keputusan ini telah diketik ulang, bila ada keraguan mengenai

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 11/PMK.010/2011 TENTANG KESEHATAN KEUANGAN USAHA ASURANSI DAN USAHA REASURANSI DENGAN PRINSIP SYARIAH

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 11/PMK.010/2011 TENTANG KESEHATAN KEUANGAN USAHA ASURANSI DAN USAHA REASURANSI DENGAN PRINSIP SYARIAH MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 11/PMK.010/2011 TENTANG KESEHATAN KEUANGAN USAHA ASURANSI DAN USAHA REASURANSI DENGAN PRINSIP SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 11/PMK.010/2011 TENTANG KESEHATAN KEUANGAN USAHA ASURANSI DAN USAHA REASURANSI DENGAN PRINSIP SYARIAH

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 11/PMK.010/2011 TENTANG KESEHATAN KEUANGAN USAHA ASURANSI DAN USAHA REASURANSI DENGAN PRINSIP SYARIAH MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 11/PMK.010/2011 TENTANG KESEHATAN KEUANGAN USAHA ASURANSI DAN USAHA REASURANSI DENGAN PRINSIP SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG PERMASALAHAN

BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG PERMASALAHAN BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Pada setiap bisnis, profit merupakan hal yang krusial. Profit dalam suatu bisnis merupakan suatu keharusan, jika bisnis tersebut ingin berlangsung. Perusahaan

Lebih terperinci

PETUNJUK PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN ASURANSI JIWA

PETUNJUK PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN ASURANSI JIWA Hal. 1 PETUNJUK PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN ASURANSI JIWA I. UMUM 1. Laporan keuangan ini dibuat khusus untuk kepentingan pembinaan dan pengawasan usaha perasuransian. Untuk itu, bentuk, isi,

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 11/PMK.010/2011 TENTANG KESEHATAN KEUANGAN USAHA ASURANSI DAN USAHA REASURANSI DENGAN PRINSIP SYARIAH

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 11/PMK.010/2011 TENTANG KESEHATAN KEUANGAN USAHA ASURANSI DAN USAHA REASURANSI DENGAN PRINSIP SYARIAH PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 11/PMK.010/2011 TENTANG KESEHATAN KEUANGAN USAHA ASURANSI DAN USAHA REASURANSI DENGAN PRINSIP SYARIAH Peraturan ini telah diketik ulang, bila ada keraguan mengenai isinya

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG PENGELOLAAN DAN INVESTASI DANA PROGRAM JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG PENGELOLAAN DAN INVESTASI DANA PROGRAM JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG PENGELOLAAN DAN INVESTASI DANA PROGRAM JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pengelolaan dan pengembangan

Lebih terperinci

SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN /SEOJK.05/2016 TENTANG

SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN /SEOJK.05/2016 TENTANG Yth. 1. Direksi Perusahaan Asuransi; dan 2. Direksi Perusahaan Reasuransi; di tempat. SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.05/2016 TENTANG DASAR PENILAIAN ASET YANG DIPERKENANKAN DALAM BENTUK

Lebih terperinci

SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN /SEOJK.05/2017 TENTANG

SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN /SEOJK.05/2017 TENTANG Yth. 1. Direksi Perusahaan Asuransi; dan 2. Direksi Perusahaan Reasuransi; di tempat. SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.05/2017 TENTANG DASAR PENILAIAN ASET YANG DIPERKENANKAN DALAM BENTUK

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PKLM. A. Sejarah Umum Asuransi Jiwa Bersama (AJB) Bumiputera 1912

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PKLM. A. Sejarah Umum Asuransi Jiwa Bersama (AJB) Bumiputera 1912 BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PKLM A. Sejarah Umum Asuransi Jiwa Bersama (AJB) Bumiputera 1912 Asuransi Jiwa Bersama (AJB) Bumiputera 1912 merupakan perusahaan asuransi jiwa nasional yang pertama dan tertua

Lebih terperinci

MELATI DAN BUDI HERMANA ABSTRAK

MELATI DAN BUDI HERMANA ABSTRAK ANALISIS PERBANDINGAN ASSETS DEFAULT RISK DALAM KEGIATAN PASAR UANG DAN PASAR MODAL PADA ASURANSI JASA TANIA TBK (ASJT) DAN ASURANSI BINTANG TBK (ASBI) MELATI DAN BUDI HERMANA mel_sweet_melati88@yahoo.co.id

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 1996 TENTANG PENGELOLAAN DAN INVESTASI DANA PROGRAM JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 1996 TENTANG PENGELOLAAN DAN INVESTASI DANA PROGRAM JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 1996 TENTANG PENGELOLAAN DAN INVESTASI DANA PROGRAM JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk menjamin pemenuhan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.219, 2011 KEMENTERIAN KEUANGAN. Program Tabungan Hari Tua. Kesehatan Keuangan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.219, 2011 KEMENTERIAN KEUANGAN. Program Tabungan Hari Tua. Kesehatan Keuangan. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.219, 2011 KEMENTERIAN KEUANGAN. Program Tabungan Hari Tua. Kesehatan Keuangan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79/PMK.010/2011 TENTANG KESEHATAN

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Asuransi

TINJAUAN PUSTAKA Asuransi 8 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1.1. Asuransi 2.1.1 Pengertian Asuransi Asuransi atau pertanggungan adalah suatu perjanjian, dengan mana seseorang penanggung mengikatkan diri kepada seorang tertanggung, dengan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.179, 2015 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KESRA. Aset. Jaminan Sosial. Ketenagakerjaan. Pengelolaan. Perubahan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5724). PERATURAN

Lebih terperinci

Lampiran 1. Perkembangan Jumlah Perusahaan Perasuransian Tahun No Keterangan

Lampiran 1. Perkembangan Jumlah Perusahaan Perasuransian Tahun No Keterangan LAMPIRAN 81 82 Lampiran 1. Perkembangan Jumlah Perusahaan Perasuransian Tahun 1999-2002 Keterangan 1999 2000 2001 2002 2003 1. 2. 3. 4. Asuransi Jiwa a. Negara b. Swasta Nasional c. Patungan Asuransi Kerugian

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 99 TAHUN 2013

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 99 TAHUN 2013 SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 99 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN ASET JAMINAN SOSIAL KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 1 /POJK.05/2018 TENTANG KESEHATAN KEUANGAN BAGI PERUSAHAAN ASURANSI BERBENTUK BADAN HUKUM USAHA BERSAMA

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 1 /POJK.05/2018 TENTANG KESEHATAN KEUANGAN BAGI PERUSAHAAN ASURANSI BERBENTUK BADAN HUKUM USAHA BERSAMA OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 1 /POJK.05/2018 TENTANG KESEHATAN KEUANGAN BAGI PERUSAHAAN ASURANSI BERBENTUK BADAN HUKUM USAHA BERSAMA DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.239, 2013 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA EKONOMI. Jaminan Sosial. Kesehatan. Aset. Pengelolaan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5482) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

RENCANA INVESTASI DANA PENSIUN PERHUTANI TAHUN 2009

RENCANA INVESTASI DANA PENSIUN PERHUTANI TAHUN 2009 RENCANA INVESTASI DANA PENSIUN PERHUTANI TAHUN 2009 DANA PENSIUN PERHUTANI MEI 2009 DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... I DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... iii I. PENDAHULUAN... 1 II. KONDISI EKONOMI MAKRO

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 1996 TENTANG PENGELOLAAN DAN INVESTASI DANA PROGRAM JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 1996 TENTANG PENGELOLAAN DAN INVESTASI DANA PROGRAM JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 1996 TENTANG PENGELOLAAN DAN INVESTASI DANA PROGRAM JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk menjamin pemenuhan

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 71 /POJK.05/2016 TENTANG KESEHATAN KEUANGAN PERUSAHAAN ASURANSI DAN PERUSAHAAN REASURANSI

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 71 /POJK.05/2016 TENTANG KESEHATAN KEUANGAN PERUSAHAAN ASURANSI DAN PERUSAHAAN REASURANSI OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 71 /POJK.05/2016 TENTANG KESEHATAN KEUANGAN PERUSAHAAN ASURANSI DAN PERUSAHAAN REASURANSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 87 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN ASET JAMINAN SOSIAL KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 87 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN ASET JAMINAN SOSIAL KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 87 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN ASET JAMINAN SOSIAL KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

2 2. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 111, Tambahan Lembaran Nega

2 2. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 111, Tambahan Lembaran Nega LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.82, 2015 KEUANGAN. OJK. Dana Pensiun. Investasi. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5692) PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 3/POJK.05/2015

Lebih terperinci

2017, No Kementerian Pertahanan dan Kepolisian Negara Republik Indonesia; b. bahwa untuk efektifitas dan efisiensi pengelolaan iuran program t

2017, No Kementerian Pertahanan dan Kepolisian Negara Republik Indonesia; b. bahwa untuk efektifitas dan efisiensi pengelolaan iuran program t No.1976, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Program THT, JKK, dan JM Prajurit TNI, Anggota POLRI dan Pegawai ASN. Perubahan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 227/PMK.02/2018

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA. EKONOMI. Jaminan Sosial. Kesehatan. Aset. Pengelolaan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5482)

LEMBARAN NEGARA. EKONOMI. Jaminan Sosial. Kesehatan. Aset. Pengelolaan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5482) No.239, 2013 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA EKONOMI. Jaminan Sosial. Kesehatan. Aset. Pengelolaan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5482) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG KESEHATAN KEUANGAN PERUSAHAAN ASURANSI DAN PERUSAHAAN REASURANSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG KESEHATAN KEUANGAN PERUSAHAAN ASURANSI DAN PERUSAHAAN REASURANSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.05/2015 TENTANG KESEHATAN KEUANGAN PERUSAHAAN ASURANSI DAN PERUSAHAAN REASURANSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Investasi merupakan suatu daya tarik bagi para investor karena dengan

I. PENDAHULUAN. Investasi merupakan suatu daya tarik bagi para investor karena dengan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Investasi merupakan suatu daya tarik bagi para investor karena dengan berinvestasi seorang investor dihadapkan pada dua hal yaitu return (imbal hasil) dan risiko. Dalam

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 1996 TENTANG PENGELOLAAN DAN INVESTASI DANA PROGRAM JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 1996 TENTANG PENGELOLAAN DAN INVESTASI DANA PROGRAM JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 1996 TENTANG PENGELOLAAN DAN INVESTASI DANA PROGRAM JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk menjamin pemenuhan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 99 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN ASET JAMINAN SOSIAL KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 99 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN ASET JAMINAN SOSIAL KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 99 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN ASET JAMINAN SOSIAL KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 87 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN ASET JAMINAN SOSIAL KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 87 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN ASET JAMINAN SOSIAL KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 87 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN ASET JAMINAN SOSIAL KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Pada laporan akuntansi DPLK AIAF, periode akuntasi (tahun buku) adalah 1 Januari sampai dengan 31 Desember. A. Jurnal Pencatatan Akuntansi Dana Pensiun Pencatatan Transaksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal (capital market) telah terbukti memiliki andil yang cukup. besar dalam perkembangan perekonomian suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal (capital market) telah terbukti memiliki andil yang cukup. besar dalam perkembangan perekonomian suatu negara. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang penelitian Pasar modal (capital market) telah terbukti memiliki andil yang cukup besar dalam perkembangan perekonomian suatu negara. Pasar modal memiliki beberapa daya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pasar modal mempunyai peran penting bagi perekonomian negara. Pasar modal

BAB 1 PENDAHULUAN. Pasar modal mempunyai peran penting bagi perekonomian negara. Pasar modal BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal mempunyai peran penting bagi perekonomian negara. Pasar modal dewasa ini telah menjadi salah satu indikator perkembangan perekonomian sebuah negara. Dan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 99 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN ASET JAMINAN SOSIAL KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 99 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN ASET JAMINAN SOSIAL KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 99 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN ASET JAMINAN SOSIAL KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN SALINAN

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN SALINAN DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN SALINAN KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN NOMOR KEP-104/BL/2006 TENTANG PRODUK UNIT

Lebih terperinci

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 22 /SEOJK.05/2017

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 22 /SEOJK.05/2017 Yth. 1. Direksi Perusahaan Asuransi; dan 2. Direksi Perusahaan Reasuransi, di tempat. SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 22 /SEOJK.05/2017 TENTANG DASAR PENILAIAN ASET DALAM BENTUK INVESTASI

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 1996 TENTANG PENGELOLAAN DAN INVESTASI DANA PROGRAM JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 1996 TENTANG PENGELOLAAN DAN INVESTASI DANA PROGRAM JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 1996 TENTANG PENGELOLAAN DAN INVESTASI DANA PROGRAM JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk menjamin pemenuhan

Lebih terperinci

Afiliasi 1 hubungan keluarga karena perkawinan dan keturunan sampai derajat kedua, baik secara horizontal maupun vertikal;

Afiliasi 1 hubungan keluarga karena perkawinan dan keturunan sampai derajat kedua, baik secara horizontal maupun vertikal; Kamus Pasar Modal Afiliasi 1 hubungan keluarga karena perkawinan dan keturunan sampai derajat kedua, baik secara horizontal maupun vertikal; 2 hubungan antara Pihak dengan pegawai, direktur, atau komisaris

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Sejak pertengahan tahun 1997, Indonesia mengalami dampak memburuknya kondisi ekonomi, terutama karena depresiasi mata uang Rupiah terhadap mata uang asing,

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 511/KMK.06/2002 TENTANG INVESTASI DANA PENSIUN

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 511/KMK.06/2002 TENTANG INVESTASI DANA PENSIUN KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 511/KMK.06/2002 TENTANG INVESTASI DANA PENSIUN Keputusan ini telah diketik ulang, bila ada keraguan mengenai isinya harap merujuk kepada teks aslinya.

Lebih terperinci

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 72 /POJK.05/2016 TENTANG KESEHATAN KEUANGAN PERUSAHAAN ASURANSI DAN PERUSAHAAN REASURANSI DENGAN PRINSIP SYARIAH

Lebih terperinci

S A L I N A N KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL LEMBAGA KEUANGAN NOMOR : KEP-2345/LK/2003 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN DANA PENSIUN

S A L I N A N KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL LEMBAGA KEUANGAN NOMOR : KEP-2345/LK/2003 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN DANA PENSIUN DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL LEMBAGA KEUANGAN S A L I N A N KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL LEMBAGA KEUANGAN NOMOR : KEP-2345/LK/2003 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN

Lebih terperinci

MENTERJKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN

MENTERJKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN MENTERJKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 139/PMK.02/2017 TENTANG PENGELOLAAN AKUMULASI luran PENSIUN PEGAWAI NEGERI SIPIL DAN PEJABAT NEGARA DENGAN

Lebih terperinci

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG KESEHATAN KEUANGAN PERUSAHAAN ASURANSI DAN PERUSAHAAN REASURANSI DENGAN PRINSIP SYARIAH

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG KESEHATAN KEUANGAN PERUSAHAAN ASURANSI DAN PERUSAHAAN REASURANSI DENGAN PRINSIP SYARIAH OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.05/2015 TENTANG KESEHATAN KEUANGAN PERUSAHAAN ASURANSI DAN PERUSAHAAN REASURANSI DENGAN PRINSIP SYARIAH DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR.../POJK.05/2014 TENTANG INVESTASI DANA PENSIUN

RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR.../POJK.05/2014 TENTANG INVESTASI DANA PENSIUN -1- RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR.../POJK.05/2014 TENTANG INVESTASI DANA PENSIUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN, Menimbang : a. bahwa dengan

Lebih terperinci

SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG

SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG Yth. 1. Direksi Perusahaan Asuransi Syariah; dan 2. Direksi Perusahaan Reasuransi Syariah; di tempat. SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.05/2016 TENTANG DASAR PENILAIAN ASET YANG DIPERKENANKAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 1996 TENTANG PENGELOLAAN DAN INVESTASI DANA PROGRAM JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 1996 TENTANG PENGELOLAAN DAN INVESTASI DANA PROGRAM JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 1996 TENTANG PENGELOLAAN DAN INVESTASI DANA PROGRAM JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk menjamin pemenuhan

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN. Universitas Indonesia. Penerapan strategi..., Iswardi, FE UI, 2008

BAB 4 PEMBAHASAN. Universitas Indonesia. Penerapan strategi..., Iswardi, FE UI, 2008 BAB 4 PEMBAHASAN 4.1. Pendahuluan Dalam bab ini akan diulas bagaimana strategi imunisasi multiperiode dapat diterapkan pada salah satu institusi Lembaga Keuangan yang dalam studi kasus ini adalah Dana

Lebih terperinci

Kamus Pasar Modal Indonesia. Kamus Pasar Modal Indonesia

Kamus Pasar Modal Indonesia. Kamus Pasar Modal Indonesia Kamus Pasar Modal Indonesia Kamus Pasar Modal Indonesia Kamus Pasar Modal A Afiliasi 1 hubungan keluarga karena perkawinan dan keturunan sampai derajat kedua, baik secara horizontal maupun vertikal; 2

Lebih terperinci

SALINAN KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 511 /KMK.06/2002 TENTANG INVESTASI DANA PENSIUN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

SALINAN KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 511 /KMK.06/2002 TENTANG INVESTASI DANA PENSIUN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, SALINAN KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 511 /KMK.06/2002 TENTANG INVESTASI DANA PENSIUN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang a. bahwa dalam rangka menunjang keberhasilan penyelenggaraan

Lebih terperinci

SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG

SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG Yth. 1. Direksi Perusahaan Asuransi Syariah; dan 2. Direksi Perusahaan Reasuransi Syariah; di tempat. SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.05/2017 TENTANG DASAR PENILAIAN ASET YANG DIPERKENANKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat dipenuhi dengan melakukan go public atau menjual sahamnya kepada

BAB I PENDAHULUAN. dapat dipenuhi dengan melakukan go public atau menjual sahamnya kepada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Industri manufaktur telah mengalami pasang surut yang membuat perkembangan industri manufaktur membutuhkan dana yang besar. Hal ini menyebabkan industri-industri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Terdapat dua jenis Dana Pensiun menurut Undang-Undang Nomor 11. tahun 1992 tentang Dana Pensiun. Kedua jenis Dana Pensiun itu

BAB I PENDAHULUAN. Terdapat dua jenis Dana Pensiun menurut Undang-Undang Nomor 11. tahun 1992 tentang Dana Pensiun. Kedua jenis Dana Pensiun itu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dana Pensiun merupakan badan hukum yang mengelola dan menjalankan program yang menjanjikan pembayaran manfaat pensiun. Terdapat dua jenis Dana Pensiun menurut Undang-Undang

Lebih terperinci

- 1 - PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 199/PMK.010/2008 TENTANG INVESTASI DANA PENSIUN MENTERI KEUANGAN,

- 1 - PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 199/PMK.010/2008 TENTANG INVESTASI DANA PENSIUN MENTERI KEUANGAN, - 1 - PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 199/PMK.010/2008 TENTANG INVESTASI DANA PENSIUN MENTERI KEUANGAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka menunjang keberhasilan penyelenggaraan Program Pensiun, investasi

Lebih terperinci

RINGKASAN. Ega Ferganita. H Evaluasi Portofolio Investasi Asuransi Jiwa Bersama Bumiputera Dibawah bimbingan Abdul Kohar Irwanto.

RINGKASAN. Ega Ferganita. H Evaluasi Portofolio Investasi Asuransi Jiwa Bersama Bumiputera Dibawah bimbingan Abdul Kohar Irwanto. RINGKASAN Ega Ferganita. H24062595. Evaluasi Portofolio Investasi Asuransi Jiwa Bersama Bumiputera 1912. Dibawah bimbingan Abdul Kohar Irwanto. Asuransi Jiwa Bersama Bumiputera 1912, yang selanjutnya di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. taraf hidup rakyat banyak. Perbankan sendiri merupakan perantara keuangan

BAB I PENDAHULUAN. taraf hidup rakyat banyak. Perbankan sendiri merupakan perantara keuangan BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Fungsi utama perbankan di Indonesia adalah sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat serta bertujuan untuk menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pihak yang membutuhkan dana. Menurut Fahmi dan Hadi (2009:41), pasar modal

BAB I PENDAHULUAN. pihak yang membutuhkan dana. Menurut Fahmi dan Hadi (2009:41), pasar modal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peran aktif lembaga pasar modal merupakan sarana untuk mengalokasikan sumber daya ekonomi secara optimal dengan mempertemukan kepentingan investor selaku pihak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan penawaran (supply) dan permintaan (demand) dana jangka

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan penawaran (supply) dan permintaan (demand) dana jangka BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal merupakan bagian dari suatu pasar finansial karena berhubungan dengan penawaran (supply) dan permintaan (demand) dana jangka panjang. Hal ini berarti pasar

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 23 /POJK.04/2016 TENTANG REKSA DANA BERBENTUK KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 23 /POJK.04/2016 TENTANG REKSA DANA BERBENTUK KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF - 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 23 /POJK.04/2016 TENTANG REKSA DANA BERBENTUK KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

Laporan Posisi Keuangan Bukan Konsolidasi TriwulanITahun 2018 (dalam jutaan rupiah) Uraian Rincian Tradisional PAYDI Jurnal Eliminasi

Laporan Posisi Keuangan Bukan Konsolidasi TriwulanITahun 2018 (dalam jutaan rupiah) Uraian Rincian Tradisional PAYDI Jurnal Eliminasi LPKJ_1 ASET Investasi Deposito Berjangka Sertifikat Deposito Saham Laporan Posisi Keuangan Bukan Konsolidasi TriwulanITahun 2018 Uraian Rincian Tradisional PAYDI Jurnal Eliminasi Gabungan Saldo SAK Saldo

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG PENGELOLAAN DAN INVESTASI DANA PROGRAM JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG PENGELOLAAN DAN INVESTASI DANA PROGRAM JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG PENGELOLAAN DAN INVESTASI DANA PROGRAM JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pengelolaan dan pengembangan

Lebih terperinci

Kamus Istilah Pasar Modal

Kamus Istilah Pasar Modal Sumber : www.bapepam.go.id Kamus Istilah Pasar Modal Afiliasi 1 hubungan keluarga karena perkawinan dan keturunan sampai derajat kedua, baik secara horizontal maupun vertikal; 2 hubungan antara Pihak dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Investor sering kali dibingungkan apabila ingin melakukan investasi atas dana yang dimilikinya ketika tingkat bunga mengalami penurunan. Sementara itu, kebutuhan

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ASURANSI JIWA BERSAMA BUMIPUTERA SYARIAH

BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ASURANSI JIWA BERSAMA BUMIPUTERA SYARIAH BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ASURANSI JIWA BERSAMA BUMIPUTERA SYARIAH A. PROFIL PERUSAHAAN 1. Sejarah Perusahaan a. Latar Belakang Berdirinya AJB Bumiputera Syariah Bumiputera berdiri atas prakarsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang membeli obligasi disebut pemegang obligasi (bondholder) yang akan menerima

BAB I PENDAHULUAN. yang membeli obligasi disebut pemegang obligasi (bondholder) yang akan menerima BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dewasa ini perkembangan dunia investasi semakin marak. Banyaknya masyarakat yang tertarik dan masuk ke bursa untuk melakukan investasi menambah semakin berkembangnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 12,94% meskipun relatif tertinggal bila dibandingkan dengan kinerja bursa

BAB I PENDAHULUAN. 12,94% meskipun relatif tertinggal bila dibandingkan dengan kinerja bursa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Beragam isu membayangi, indeks Pasar Modal Indonesia sukses melewati semua ujian. Sepanjang 2012, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang mencerminkan kondisi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Struktur Modal Struktur modal adalah perimbangan atau perbandingan antara jumlah hutang jangka panjang dengan modal sendiri (Riyanto,

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/25/PBI/2004 TENTANG RENCANA BISNIS BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/25/PBI/2004 TENTANG RENCANA BISNIS BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/25/PBI/2004 TENTANG RENCANA BISNIS BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : Mengingat : a. bahwa dalam rangka meningkatkan good corporate governance, bank perlu

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.2, 2009 Ekonomi. Lembaga. Pembiayaan. Ekspor. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4957) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya. Modal dapat berasal dari dalam negeri maupun luar negeri.

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya. Modal dapat berasal dari dalam negeri maupun luar negeri. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap negara membutuhkan modal dalam mengembangkan perekonomiannya. Modal dapat berasal dari dalam negeri maupun luar negeri. Akumulasi modal sangat diperlukan untuk

Lebih terperinci

Laporan Posisi Keuangan Bukan Konsolidasi TriwulanIV Tahun 2017 (dalam jutaan rupiah) Uraian Rincian Tradisional PAYDI Jurnal Eliminasi

Laporan Posisi Keuangan Bukan Konsolidasi TriwulanIV Tahun 2017 (dalam jutaan rupiah) Uraian Rincian Tradisional PAYDI Jurnal Eliminasi LPKJ_1 ASET Investasi Deposito Berjangka Sertifikat Deposito Aset Tetap Lain Aset Lain Jumlah Bukan Investasi JUMLAH ASET LIABILITAS DAN EKUITAS Liabilitas Utang Utang Klaim Utang Koasuransi Utang Reasuransi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal (capital market) telah terbukti memiliki andil yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal (capital market) telah terbukti memiliki andil yang cukup BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasar modal (capital market) telah terbukti memiliki andil yang cukup besar dalam perkembangan perekonomian suatu negara. Pasar modal memiliki beberapa daya

Lebih terperinci

PENGERTIAN DAN INSTRUMEN PASAR MODAL ANALISIS PORTOFOLIO DAN INVESTASI ANDRI HELMI M, SE., MM.

PENGERTIAN DAN INSTRUMEN PASAR MODAL ANALISIS PORTOFOLIO DAN INVESTASI ANDRI HELMI M, SE., MM. PENGERTIAN DAN INSTRUMEN PASAR MODAL ANALISIS PORTOFOLIO DAN INVESTASI ANDRI HELMI M, SE., MM. PENGERTIAN PASAR MODAL Bursa efek merupakan arti fisik dari pasar modal. Pada tahun 2007, Bursa Efek Jakarta

Lebih terperinci

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 422/KMK.06/2003 TAHUN 2003 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA PERUSAHAAN ASURANSI DAN PERUSAHAAN REASURANSI MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. bagi keuntungan masa depan, dengan demikian maka pengertian investasi dapat

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. bagi keuntungan masa depan, dengan demikian maka pengertian investasi dapat BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Investasi Menanamkan uang sekarang, berarti uang tersebut seharusnya dapat dikonsumsi namun karena kegiatan investasi

Lebih terperinci

BAB 3 OBJEKPENELITIAN. Dalam penelitian ini peneliti menitikberatkan objek penelitian pada

BAB 3 OBJEKPENELITIAN. Dalam penelitian ini peneliti menitikberatkan objek penelitian pada BAB 3 OBJEKPENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Dalam penelitian ini peneliti menitikberatkan objek penelitian pada pengakuan pendapatan, hasil investasi dan beban pada asuransi jiwa PT. AJB Bumiputera 1912,

Lebih terperinci

BAB 3 OBJEK PENELITIAN

BAB 3 OBJEK PENELITIAN 27 BAB 3 OBJEK PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian 3.1.1. Sejarah Singkat AJB Bumiputera 1912 didirikan di Magelang 12 Februari 1912, oleh M.Ng Dwidjosewojo, M.Adimidjojo, dan M.KH.Soebroto. Bergabung dalam

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM. A. Profil Asuransi Jiwa Bersama Bumiputera M. Ng. Dwidjosewojo - Sekretaris Persatuan Guru-guru Hindia Belanda

BAB III GAMBARAN UMUM. A. Profil Asuransi Jiwa Bersama Bumiputera M. Ng. Dwidjosewojo - Sekretaris Persatuan Guru-guru Hindia Belanda BAB III GAMBARAN UMUM A. Profil Asuransi Jiwa Bersama Bumiputera 1912 1. Sejarah Perusahaan Bumiputera berdiri atas prakarsa seorang guru sederhana bernama M. Ng. Dwidjosewojo - Sekretaris Persatuan Guru-guru

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 9 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Lingkungan Investasi 2.1.1 Pengertian Investasi Lingkungan investasi meliputi berbagai jenis sekuritas atau efek yang ada, di mana dan bagaimana mereka diperjualbelikan. Proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. permintaan dan penawaran atas instrumen keuangan jangka panjang yang

BAB I PENDAHULUAN. permintaan dan penawaran atas instrumen keuangan jangka panjang yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara umum, pasar modal merupakan tempat atau sarana bertemunya permintaan dan penawaran atas instrumen keuangan jangka panjang yang umumnya lebih dari 1 (satu)

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 296/KMK.017/2000 TENTANG INVESTASI DANA PENSIUN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 296/KMK.017/2000 TENTANG INVESTASI DANA PENSIUN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 296/KMK.017/2000 TENTANG INVESTASI DANA PENSIUN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa dalam rangka menunjang keberhasilan penyelenggaraan

Lebih terperinci

Tabel. IV.1 RKAP Asuransi Jasindo

Tabel. IV.1 RKAP Asuransi Jasindo BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN IV.1 RKAP PT ASURANSI JASINDO 2003 2007 Di bawah ini adalah Tabel IV.1 yang berisikan nilai nilai RKAP dari PT. Asuransi Jasindo selama tahun 2003 hingga tahun 2007.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Sektor Properti

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Sektor Properti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1 Sektor Properti Sektor properti merupakan sektor yang rentan terhadap perubahan dalam perekonomian, sebab sektor properti menjual produk yang

Lebih terperinci

- 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

- 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA - 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 48 /POJK.04/2015 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN REKSA DANA TERPROTEKSI, REKSA DANA DENGAN PENJAMINAN, DAN REKSA

Lebih terperinci

ARTIKEL PASAR MODAL MEMBANTU PEREKONOMIAN Purbaya Yudhi Sadewa Senior Economist Danareksa Research Institute

ARTIKEL PASAR MODAL MEMBANTU PEREKONOMIAN Purbaya Yudhi Sadewa Senior Economist Danareksa Research Institute ARTIKEL PASAR MODAL MEMBANTU PEREKONOMIAN Purbaya Yudhi Sadewa Senior Economist Danareksa Research Institute Kinerja dunia perbankan dalam menyalurkan dana ke masyarakat dirasakan masih kurang optimal.

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL NOMOR: KEP- 13/PM/2002 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN REKSA DANA BERBENTUK PERSEROAN

KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL NOMOR: KEP- 13/PM/2002 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN REKSA DANA BERBENTUK PERSEROAN KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL NOMOR: KEP- 13/PM/2002 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN REKSA DANA BERBENTUK PERSEROAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL, Menimbang : bahwa dalam rangka peningkatan

Lebih terperinci

Surat Berharga yang Diterbitkan oleh Bank Indonesia Surat Berharga yang Diterbitkan oleh Lembaga 107 Multinasional

Surat Berharga yang Diterbitkan oleh Bank Indonesia Surat Berharga yang Diterbitkan oleh Lembaga 107 Multinasional Halaman 1 LAPORAN POSISI KEUANGAN Bukan Konsolidasi Per. dan Per. Uraian Rin cia n Triwulan Tahun Triwulan Tahun Saldo SAK Saldo SAP Saldo SAK Saldo SAP (1) (2) (3) (4) (5) (6) ASET Investasi Deposito

Lebih terperinci

KEPUTUSAN DIREKSI PERUM PERHUTANI SELAKU PENDIRI DANA PENSIUN PERHUTANI Nomor : 218/Kpts/Dir/2009 TENTANG ARAHAN INVESTASI DANA PENSIUN PERHUTANI

KEPUTUSAN DIREKSI PERUM PERHUTANI SELAKU PENDIRI DANA PENSIUN PERHUTANI Nomor : 218/Kpts/Dir/2009 TENTANG ARAHAN INVESTASI DANA PENSIUN PERHUTANI KEPUTUSAN DIREKSI PERUM PERHUTANI SELAKU PENDIRI DANA PENSIUN PERHUTANI Nomor : 218/Kpts/Dir/2009 TENTANG ARAHAN INVESTASI DANA PENSIUN PERHUTANI DIREKTUR UTAMA PERUM PERHUTANI Menimbang : bahwa memperhatikan

Lebih terperinci