DAFTAR ISI. Laporan Auditor Independen..1. Neraca Laporan Surplus Defisit...6. Laporan Perubahan Ekuitas...7. Laporan Arus Kas...

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "DAFTAR ISI. Laporan Auditor Independen..1. Neraca Laporan Surplus Defisit...6. Laporan Perubahan Ekuitas...7. Laporan Arus Kas..."

Transkripsi

1 DAFTAR ISI Kata Pengantar Laporan Auditor Independen..1 Neraca Laporan Surplus Defisit...6 Laporan Perubahan Ekuitas...7 Laporan Arus Kas Penjelasan Atas Laporan Keuangan A. Umum...10 B. Kebijakan Akuntansi Yang Signifikan C. Penjelasan Pos-Pos Neraca dan Laporan Surplus Defisit D. Penjelasan Lainnya....39

2 KATA PENGANTAR Bersama ini kami sampaikan Laporan Keuangan Tahunan Bank Indonesia Tahun 2002 yang telah diaudit oleh Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK-RI). Laporan Keuangan ini terdiri atas Neraca per 31 Desember 2002, Laporan Surplus Defisit, Laporan Perubahan Ekuitas dan Laporan Arus Kas untuk periode 1 Januari sampai dengan 31 Desember 2002, serta. Laporan Keuangan Tahunan ini kami sajikan secara lengkap kepada publik sebagai salah satu wujud transparansi dan akuntabilitas Bank Indonesia, sebagaimana diamanatkan oleh Undang-undang Republik Indonesia No 23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia. Disamping penyajian dalam bentuk buku ini, Laporan Keuangan Tahunan Bank Indonesia Tahun 2002 telah pula dipublikasikan melalui media massa pada tanggal 26 Mei 2003, melalui situs Bank Indonesia ( serta dalam bentuk brosur. Harapan kami, kiranya laporan keuangan ini bermanfaat bagi masyarakat pada umumnya dan bagi para pembaca pada khususnya. Jakarta, Juli 2003 GUBERNUR BANK INDONESIA Burhanuddin Abdullah

3 BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA No: 01/01/Auditama II/GA/V/2003 LAPORAN AUDITOR INDEPENDEN Kami telah mengaudit neraca Bank Indonesia tanggal 31 Desember 2002 dan 31 Desember 2001, serta laporan surplus defisit, laporan perubahan ekuitas, dan laporan arus kas untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2002 dan 31 Desember 2001 tersebut. Laporan keuangan adalah tanggung jawab manajemen Bank Indonesia. Tanggung jawab kami terletak pada pernyataan pendapat atas laporan keuangan berdasarkan audit kami. Kami juga telah melakukan pengujian atas kepatuhan Bank Indonesia terhadap peraturan perundang-undangan dan pengendalian intern. Struktur pengendalian intern dan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan adalah tanggung jawab manajemen Bank Indonesia. Laporan atas hasil pengujian ini dilaporkan dalam laporan-laporan terpisah dari laporan auditor independen atas laporan keuangan Bank Indonesia. Kecuali seperti yang diuraikan dalam paragraf berikut ini, kami melaksanakan audit berdasarkan Standar Audit Pemerintahan (SAP) yang ditetapkan oleh Badan Pemeriksa Keuangan yang memberlakukan Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia. Standar tersebut mengharuskan kami merencanakan dan melaksanakan audit agar kami memperoleh keyakinan yang memadai bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji material. Audit meliputi pemeriksaan, atas dasar pengujian, bukti-bukti yang mendukung jumlah-jumlah dan pengungkapan dalam laporan keuangan. Audit juga meliputi penilaian atas prinsip akuntansi yang digunakan dan estimasi signifikan yang dibuat oleh manajemen, serta penilaian terhadap penyajian laporan keuangan secara keseluruhan. Kami yakin bahwa audit kami memberikan dasar memadai untuk menyatakan pendapat. 1

4 Seperti dijelaskan dalam Catatan C.7 atas laporan keuangan, dalam neraca terlampir, Bank Indonesia mencatat Surat Utang Pemerintah (SUP) No. 1 dan SUP No. 3 sebesar Rp. 144,5 triliun yang berasal dari pengalihan tagihan BLBI kepada bank-bank. Sesuai dengan persetujuan bersama antara Menteri Keuangan dengan Gubernur Bank Indonesia tanggal 6 Pebruari 1999 ditetapkan bahwa atas pengalihan tersebut akan dilakukan verifikasi yang disepakati bersama untuk menetapkan BLBI yang layak dialihkan menjadi kewajiban pemerintah. Pada tanggal 17 November 2000, sesuai permintaan DPR, pemerintah dan Bank Indonesia telah menandatangani Pokok-pokok Kesepakatan mengenai penyelesaian BLBI sebesar Rp. 144,5 triliun tersebut. Butir-butir kesepakatan yang signifikan adalah disepakatinya pembagian beban BLBI, dimana yang menjadi beban pemerintah adalah sebesar Rp120 triliun sedangkan yang menjadi beban Bank Indonesia adalah sebesar Rp24,5 triliun. Dalam kesepakatan tersebut pemerintah menegaskan tidak akan menarik kembali SUP yang telah diterbitkan. Menindaklanjuti kesepakatan tersebut Bank Indonesia pada tanggal 30 November 2000 mengirim surat ke DPR RI No.2/17/DGS/BGub yang meminta penegasan DPR RI mengenai tindak lanjut penyelesaian BLBI. Sambil menunggu konfirmasi atau penegasan DPR RI mengenai tindak lanjut penyelesaian BLBI, Bank Indonesia akan segera menerbitkan surat utang sebesar Rp24,5 triliun. Pada tanggal 5 Desember 2000 Bank Indonesia menerbitkan Surat Utang Bank Indonesia (SUBI) sebesar Rp24,5 triliun. Sementara itu Menteri Keuangan mengirimkan surat ke DPR RI No.S-169/MK.06/2001 tanggal 2 April 2001 dan surat ke Gubernur Bank Indonesia No.S-174/MK.06/2001 tanggal 3 April 2001 yang menegaskan bahwa penyelesaian atas BLBI sebesar Rp144,5 triliun masih menunggu pendapat Komisi IX DPR RI. Berdasarkan hasil rekomendasi Tim Review Internasional Independen, pada tanggal 11 Juni 2002 pemerintah dan Bank Indonesia telah menandatangani Pokok-pokok Kesepakatan Penyelesaian BLBI. Dalam pokokpokok kesepakatan tersebut, antara lain dimuat bahwa penyelesaian BLBI merupakan penyelesaian menyeluruh dengan memperhatikan kemampuan anggaran pemerintah, kondisi keuangan Bank Indonesia yang memadai dalam jangka panjang dan Pokok-pokok Kesepakatan Penyelesaian BLBI tanggal 17 November Pokok-pokok kesepakatan tersebut akan disampaikan ke DPR RI dan akan dituangkan dalam suatu kesepakatan yang lebih lengkap. Bank Indonesia dan pemerintah telah menyampaikan pokok-pokok kesepakatan tersebut dalam rapat kerja antara Menteri Keuangan dan Komisi IX DPR RI pada tanggal 31 Januari 2003 dan ditegaskan kembali dalam rapat kerja Komisi IX DPR RI tanggal 5 Februari Hingga laporan ini diterbitkan, persetujuan dari DPR RI atas kesepakatan tersebut belum diperoleh. Dengan demikian masih terdapat unsur ketidakpastian atas jumlah kerugian tidak tertagihnya BLBI yang tidak dapat dialihkan ke Pemerintah Republik Indonesia walaupun jumlah tersebut telah diantisipasi dengan dibukukannya kerugian oleh Bank Indonesia sebesar Rp24,5 triliun. Penerbitan SUBI kepada pemerintah memerlukan suatu dasar hukum yang jelas, khususnya menyangkut tentang prosedur dan tata cara 2

5 penerbitannya. Undang-undang No.23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia belum mengatur tentang hal tersebut. Menurut pendapat kami, kecuali untuk dampak penyesuaian tersebut, jika ada, yang mungkin perlu dilakukan setelah terdapat penegasan dari DPR RI terhadap Pokok-pokok Kesepakatan antara Pemerintah dan Bank Indonesia tanggal 17 November 2000 dan 11 Juni 2002 untuk penyelesaian permasalahan BLBI yang mempengaruhi jumlah pokok surat utang pemerintah termasuk tambahan BLBI, bunga BLBI, dan piutang bunga yang bersangkutan pada tanggal 31 Desember 2002 dan 31 Desember 2001 serta pendapatan bunga untuk masa sejak 1 Januari 2002 sampai dengan 31 Desember 2002, laporan keuangan yang kami sebut di atas menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan Bank Indonesia per 31 Desember 2002 dan 31 Desember 2001, dan hasil usaha, serta arus kas untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2002 dan 31 Desember 2001 tersebut sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum dan kebijakan akuntansi khusus atas transaksi yang umumnya dilakukan Bank Sentral seperti dijelaskan dalam Catatan B atas laporan keuangan. Kami juga mencatat beberapa hal lain tentang kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan dan pengendalian intern yang kami laporkan kepada manajemen Bank Indonesia dalam suatu laporan terpisah No.01/02/Auditama II/GA/V/2003 dan No.01/03/Auditama II/GA/V/2003 yang bertanggal sama, 12 Mei Jakarta, 12 Mei 2003 Badan Pemeriksa Keuangan RI Penanggung Jawab Audit Drs. I Gusti Agung Rai, Ak, MA Register Negara No. D

6 NERACA Dan 2001 (Dalam Jutaan Rupiah) I. AKTIVA Catatan Emas B.1. C Uang Asing B.2,C Hak Tarik Khusus B.3, C Giro B.4,C Bank Sentral Bank Koresponden Deposito pada Bank Koresponden B.5,C Surat Berharga B.6, C Dalam Rupiah Dalam Valas Tagihan 7.1 Kepada Pemerintah B Dalam Rupiah C Dalam Valas C Kepada Bank B Dalam Rupiah C Dalam Valas C Kepada Lainnya B.9,C Dalam Rupiah Dalam Valas Penyisihan Kerugian Aktiva B.10, C.12 ( ) ( ) 9. Penyertaan B.11, C Aktiva Lain-lain C JUMLAH AKTIVA

7 NERACA Dan 2001 (Dalam Jutaan Rupiah) II. PASIVA Catatan A. KEWAJIBAN 1. Uang dalam Peredaran B.15, C Giro B Pemerintah C Dalam Rupiah Dalam Valas Bank C Dalam Rupiah Dalam Valas Pihak Swasta Lainnya Dalam Rupiah Dalam Valas Lembaga Keuangan Int'l Dalam Rupiah C Dalam Valas Surat Berharga yg diterbitkan B Dalam Rupiah C Dalam Valas Pinjaman dari Pemerintah B.18, C Dalam Rupiah Dalam Valas Surat Utang Bank Indonesia Pinjaman Luar Negeri B.19,C Kewajiban Lain-lain C JUMLAH KEWAJIBAN B. EKUITAS 1. Modal C Cadangan Umum C Cadangan Tujuan C Hasil Revaluasi Aktiva Tetap B.20. C Hasil Revaluasi Kurs dan B.21, C SSB 6. Hasil Indeksasi SUP B Hasil Indeksasi SUBI B.22 ( ) ( ) 8. Surplus (Defisit) Th. 0 0 Sebelumnya 9. Surplus (Defisit) Th. Berjalan JUMLAH EKUITAS JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS

8 LAPORAN SURPLUS DEFISIT Per 1 Januari - 31 Desember 2002 dan 2001 (Dalam Jutaan Rupiah) Catatan PENERIMAAN : 1. Pengelolaan Moneter Pengelolaan Devisa C Kegiatan Pasar Uang Pemberian Kredit dan Pembiayaan C Penyelenggaraan Sistem Pembayaran Pengaturan Perbankan Lainnya Penerimaan Lainnya Pemulihan Penyisihan Aktiva C.12, C.29 JUMLAH PENERIMAAN PENGELUARAN 1. Beban Pengendalian Moneter Beban Perumusan dan Pelaks. C Kebij. Moneter 1.2 Beban Pengelolaan Devisa C Beban Sistem Pembayaran Beban Pengedaran Uang C Beban Penyelenggaraan Sistem Pembayaran 3. Beban Pengaturan dan Pengawasan Bank 4. Beban Umum, Administrasi dan Lainnya Beban Penyusutan Aktiva Tetap Beban Amortisasi Aktiva Tak Berwujud 4.3 Beban Penambahan Penyisihan Aktiva Produktif 4.4 Beban Umum, Administrasi dan C Lainnya JUMLAH PENGELUARAN Surplus (Defisit) Sebelum Pos Luar Biasa Beban karena Pos Luar Biasa 0 0 SURPLUS (DEFISIT)

9 LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS Periode 1 Januari - 31 Desember 2002 (Dalam Jutaan Rupiah) I. EKUITAS 31 Desember 2001 Penambahan Pengurangan 31 Desember Modal Cadangan Umum Cadangan Tujuan Hasil Revaluasi Aktiva Tetap 5. Hasil Revaluasi Kurs & SSB 6. Hasil Indeksasi SUP Hasil Indeksasi SUBI ( ) ( ) 8. Surplus (Defisit) Th Sebelumnya 9. Surplus (Defisit) Th Berjalan Jumlah II. KEWAJIBAN MONETER 1. Uang Dalam Peredaran Giro Pemerintah Giro Bank Giro Pihak Swasta Lainnya 5. Surat Berharga Yg Diterbitkan 6. Pinjaman dari Pemerintah Giro Valas bukan (367) Penduduk Jumlah III. RASIO Modal+Cad. Umum+Hsl Rev. AT = 7,19% Kewajiban Moneter IV. SETORAN ATAU PERMINTAAN TAMBAHAN MODAL KE PEMERINTAH = Rp 0,00 7

10 LAPORAN ARUS KAS Periode 1 Januari - 31 Desember 2002 (Dalam Jutaan Rupiah) 1. ARUS KAS/SETARA KAS DARI AKTIVITAS OPERASI 1.1 Surplus Kenaikan Emas ( ) 1.3 Penurunan Uang Asing Kenaikan Hak Tarik Khusus (4.177) 1.5 Penurunan Giro Penurunan Deposito pd Bank Koresponden Kenaikan Surat Berharga ( ) 1.8 Kenaikan Tagihan: ( ) Kenaikan Tagihan kpd Pemerintah ( ) Penurunan Tagihan kpd Bank Kenaikan Tagihan kpd Lainnya ( ) 1.9 Kenaikan Aktiva lain-lain ( ) 1.10 Penyesuaian-Penyesuaian ( ) Penyusutan Aktiva Tetap Pengurangan Penyisihan Kerugian Aktiva ( ) Beban Amortisasi Aktiva Tidak Berwujud Kenaikan Uang Beredar Kenaikan Giro : Kenaikan Giro Pemerintah Kenaikan Giro Bank Kenaikan Giro Pihak Swasta Lainnya Penurunan Giro Lemb.Keu.Internasional ( ) 1.13 Kenaikan Surat Berharga Yang Diterbitkan Kenaikan Kewajiban Lain-lain Arus Kas/Setara Kas Bersih dari Aktivitas Operasi 8

11 2. ARUS KAS/SETARA KAS DARI AKTIVITAS INVESTASI 2.1 Penambahan Penyertaan Penambahan Aktiva Tetap (59.215) Arus Kas/Setara Kas Bersih dari Aktivitas (59.215) Investasi 3. ARUS KAS/SETARA KAS DARI AKTIVITAS PENDANAAN 3.1 Kenaikan Pinjaman dari Pemerintah Penurunan Pinjaman Luar Negeri ( ) 3.3 Penambahan Cadangan Umum Penambahan Cadangan Tujuan Penambahan Hasil Indeksasi SUP Penambahan Hasil Indeksasi SUBI ( ) 3.7 Pengurangan Hasil Revaluasi Aktiva Tetap (5.316) 3.8 Pengurangan Hasil Revaluasi Kurs dan SSB ( ) 3.9 Pembagian Surplus Defisit Th. Yang Lalu ( ) Arus Kas/Setara Kas Bersih dari Aktivitas ( ) Pendanaan 4. KENAIKAN/PENURUNAN BERSIH ARUS KAS/SETARA KAS 0 9

12 A. Umum Bank Indonesia didirikan berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia yang merupakan pengganti Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 1968 tentang Bank Sentral. Dalam pasal 4 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia dinyatakan bahwa Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. Sesuai Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1999, tujuan Bank Indonesia adalah mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Untuk mencapai tujuan tersebut, Bank Indonesia mempunyai tugas sebagai berikut: (i) Menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter; (ii) Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran; dan (iii) Mengatur dan mengawasi bank. Sehubungan dengan tugas tersebut, semua kegiatan Bank Indonesia dilakukan tidak atas dasar pertimbangan komersial, melainkan lebih diarahkan pada pengendalian jumlah uang beredar dan pemeliharaan sistem perbankan nasional. Untuk melaksanakan tugas-tugas tersebut, Bank Indonesia dipimpin oleh Dewan Gubernur yang terdiri atas seorang Gubernur dan seorang Deputi Gubernur Senior dengan dibantu sekurang-kurangnya 4 (empat) orang dan sebanyak-banyaknya 7 (tujuh) orang Deputi Gubernur. Adapun susunan Dewan Gubernur pada periode tahun 2002 adalah sebagai berikut: Gubernur : Syahril Sabirin Deputi Gubernur Senior : Anwar Nasution Deputi Gubernur : Miranda S. Goeltom Achjar Iljas Aulia Pohan Maulana Ibrahim Maman H. Somantri Bun Bunan E.J. Hutapea Aslim Tadjuddin Dalam kurun waktu tersebut, Deputi Gubernur Sdr. Achjar Iljas diberhentikan dengan hormat mengingat masa jabatan yang bersangkutan telah berakhir. Sdr. Aslim Tadjuddin diangkat menjadi Deputi Gubernur berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 204/M Tahun 2002 tanggal 11 November

13 Bank Indonesia berkantor pusat di Jalan M.H. Thamrin Nomor 2 Jakarta, memiliki 37 (tiga puluh tujuh) Kantor Bank Indonesia yang tersebar di seluruh wilayah Republik Indonesia, dan 4 (empat) Kantor Perwakilan Bank Indonesia di luar negeri dengan jumlah pegawai sebanyak orang. Penyajian Laporan Keuangan Bank Indonesia per 31 Desember 2002 ini mengikuti ketentuan sebagaimana diatur dalam Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 4/57/INTERN tanggal 31 Desember 2002 perihal Perubahan Kedua Atas Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 1/27/INTERN tanggal 28 Desember 1999 tentang Laporan Keuangan Bank Indonesia. B. Kebijakan Akuntansi yang Signifikan Kebijakan Akuntansi yang dianut Bank Indonesia diatur dalam Pedoman Akuntansi Keuangan Bank Indonesia (PAKBI). PAKBI tersebut disusun dengan mengacu kepada Standar Akuntansi Keuangan (SAK), International Accounting Standard (IAS), Peraturan Intern Bank Indonesia dan praktikpraktik yang lazim dilakukan oleh bank sentral negara lain, serta kesepakatan-kesepakatan antara Bank Indonesia, Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK-RI) dengan Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia. Agar senantiasa sejalan dengan perkembangan SAK-IAI dan IAS, PAKBI selalu disempurnakan, terakhir dengan Surat Edaran Nomor 4/58/INTERN tanggal 31 Desember 2002 tentang Perubahan Kedua atas Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 2/35/INTERN tanggal 27 September 2000 tentang PAKBI. Kebijakan akuntansi yang signifikan yang diterapkan oleh Bank Indonesia secara konsisten dalam penyusunan laporan keuangan untuk periode 1 Januari s.d 31 Desember 2002 adalah sebagai berikut: 1. Emas Emas terdiri dari emas batangan, deposito emas, dan uang logam emas. Emas batangan dan deposito emas, dinilai secara periodik berdasarkan harga pasar. 2. Uang Asing Uang Asing disajikan di neraca sebesar nilai nominal dan dijabarkan dalam Rupiah dengan menggunakan kurs neraca pada tanggal laporan. 3. Hak Tarik Khusus (Special Drawing Rights) Hak tarik khusus adalah simpanan wajib pada International Monetary Fund (IMF) dalam valuta SDR (Special Drawing Right). Hak tarik khusus disajikan di neraca sebesar nilai nominal dan dijabarkan dalam Rupiah dengan menggunakan kurs neraca pada tanggal laporan. 11

14 4. Giro Giro Bank Indonesia dalam valuta asing pada bank sentral negara lain atau pada bank di luar negeri disajikan di neraca sebesar nilai nominal dan dijabarkan dalam Rupiah dengan menggunakan kurs neraca pada tanggal laporan. 5. Deposito pada Bank Koresponden Deposito dalam valuta asing pada bank koresponden di luar negeri disajikan di neraca sebesar nilai nominal dan dijabarkan dalam Rupiah dengan menggunakan kurs neraca pada tanggal laporan. 6. Surat Berharga Surat berharga yang dimiliki Bank Indonesia dikelompokkan berdasarkan tujuan pemilikan, yaitu dimiliki hingga jatuh tempo (held to maturity) yang disajikan berdasarkan harga perolehan dan tersedia untuk dijual (available for sale) yang disajikan berdasarkan harga pasar. 7. Tagihan Kepada Pemerintah Tagihan kepada pemerintah terdiri dari obligasi pemerintah, surat utang pemerintah, dan tagihan lainnya kepada pemerintah. a. Obligasi Pemerintah Obligasi pemerintah yang telah diperjualbelikan dalam rangka Operasi Pasar Terbuka disajikan di neraca sesuai harga pasar (bila ada). b. Surat Utang Pemerintah 1) Surat utang pemerintah disajikan sebesar nilai surat utang yang belum dilunasi ditambah atau dikurangi dengan indeksasi yang telah dilakukan. 2) Hasil indeksasi surat utang disajikan di neraca pada pos Hasil Indeksasi Surat Utang Pemerintah dalam kelompok ekuitas. c. Tagihan Lainnya kepada Pemerintah Tagihan lainnya kepada pemerintah disajikan di neraca sebesar jumlah tagihan yang belum dilunasi oleh pemerintah. 8. Tagihan kepada Bank Tagihan kepada bank disajikan di neraca sebesar jumlah bruto yaitu jumlah yang belum dilunasi oleh bank. Bunga yang masih harus diterima disajikan sebagai bagian dari pos Tagihan kepada Bank. 9. Tagihan kepada Lainnya 12

15 Tagihan kepada lainnya terdiri atas tagihan karena pemberian kredit channeling, sisa kredit program, dan lain-lain disajikan di neraca sebesar jumlah bruto yang belum dilunasi nasabah. 10. Penyisihan Kerugian Aktiva Bank Indonesia membentuk penyisihan kerugian aktiva secara gabungan berupa penyisihan piutang dan penempatan, taksiran kerugian komitmen dan kontinjensi, dan lain sebagainya. Evaluasi manajemen atas kolektibilitas/nilai realisasi masing-masing aktiva dilakukan berdasarkan sejumlah faktor antara lain kondisi perekonomian saat ini maupun antisipasi perkembangan ekonomi untuk masa yang akan datang, kondisi keuangan peminjam, hubungan dan kesepakatan Bank Indonesia dengan peminjam sebelumnya, kelancaran pembayaran pada masa lampau, kemampuan membayar, nilai jaminan dan faktor-faktor relevan lainnya. 11. Penyertaan Sesuai Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia, penyertaan Bank Indonesia harus didivestasi seluruhnya dalam periode tertentu, sehingga penyertaan yang dicatat dengan harga perolehan (historical cost) tersebut tidak dikonsolidasikan dalam Laporan Keuangan Bank Indonesia. Apabila terdapat penurunan permanen, maka nilai tercatat penyertaan harus disesuaikan sebesar nilai penurunan permanen tersebut. 12. Aktiva Tetap Bank Indonesia telah melakukan penilaian kembali aktiva tetap. Selisih antara nilai pasar atau nilai wajar dengan nilai buku aktiva disajikan di neraca pada pos Hasil Revaluasi Aktiva Tetap. Aktiva yang telah dinilai kembali tersebut disajikan sebesar nilai revaluasi (nilai pasar atau nilai wajar) dikurangi akumulasi penyusutan. Aktiva tetap disusutkan berdasarkan taksiran masa manfaat aktiva yang bersangkutan dengan menggunakan metode garis lurus. 13. Aktiva Sewa Guna Usaha Aktiva sewa guna usaha dicatat pada sisi aktiva dalam pos Aktiva Sewa Guna Usaha dan pada sisi kewajiban dalam pos Kewajiban Sewa Guna Usaha pada awal masa sewa guna usaha. Jumlah yang dicatat sebesar nilai tunai dari seluruh pembayaran sewa guna usaha ditambah nilai sisa (harga opsi). Setiap pembayaran sewa guna usaha dialokasikan dan dicatat sebagai angsuran pokok kewajiban sewa guna usaha dan beban bunga. 13

16 Aktiva sewa guna usaha disusutkan selama masa manfaat dengan metode garis lurus. 14. Aktiva Tidak Berwujud Aktiva tidak berwujud diakui apabila telah dimanfaatkan dalam kegiatan sehari-hari dan disajikan sebesar nilai perolehan dikurangi akumulasi amortisasi. Aktiva tidak berwujud diamortisasikan berdasarkan masa manfaatnya dengan menggunakan metode garis lurus. 15. Uang dalam Peredaran Uang dalam peredaran disajikan sebagai komponen kewajiban sebesar nilai nominal jumlah uang kertas dan uang logam yang telah dinyatakan sebagai alat pembayaran yang sah oleh Bank Indonesia dan tidak berada dalam penguasaan Bank Indonesia. 16. Giro Giro atau simpanan pihak lain pada Bank Indonesia terdiri atas giro dalam rupiah dan giro dalam valuta asing. Giro dalam rupiah disajikan sebesar nilai nominal, sedangkan giro dalam valuta asing disajikan dan dijabarkan dalam rupiah dengan menggunakan kurs neraca Bank Indonesia pada tanggal laporan. Khusus untuk giro IMF yang digunakan untuk mencatat kewajiban kepada IMF, direvaluasi setiap tanggal 30 April dengan menggunakan kurs SDR terhadap Rupiah yang ditetapkan oleh IMF pada tanggal tutup buku IMF. Selisih kurs yang timbul disajikan di neraca pada Revaluasi Kurs dan Surat Surat Berharga yang akan diakui sebagai kerugian pada saat pembayaran pinjaman kepada IMF. Giro IMF disajikan di neraca sebesar saldo valas SDR yang dijabarkan dalam Rupiah dengan menggunakan kurs neraca pada tanggal laporan. 17. Surat Berharga yang Diterbitkan Termasuk dalam pengertian surat berharga yang diterbitkan antara lain adalah Sertifikat Bank Indonesia (SBI) yaitu surat utang atas unjuk berjangka waktu maksimal 1 tahun dengan sistem diskonto yang diterbitkan oleh Bank Indonesia, Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI) yaitu sertifikat yang diterbitkan Bank Indonesia sebagai bukti penitipan dana berjangka pendek dengan prinsip wadiah dan surat berharga lainnya berdasarkan prinsip syariah. SBI disajikan di neraca sebesar nilai nominal dikurangi diskonto dibayar dimuka, sedangkan SWBI disajikan sebesar nilai nominal. 18. Pinjaman dari Pemerintah 14

17 Bagian terbesar dalam pinjaman dari pemerintah adalah Surat Utang Bank Indonesia (SUBI) yang diindeksasi berdasarkan perubahan Indeks Harga Konsumen (IHK). Selisih antara nilai nominal SUBI dengan nilai hasil indeksasi dicatat dalam pos Hasil Indeksasi SUBI dalam kelompok ekuitas. SUBI disajikan di neraca sebesar nilai nominal SUBI yang belum dilunasi, ditambah/dikurangi dengan hasil indeksasi, dan ditambah bunga SUBI yang masih harus dibayar. 19. Pinjaman Luar Negeri Pinjaman luar negeri atau fasilitas pinjaman yang diterima Bank Indonesia dari pihak lain di luar negeri dalam valuta asing disajikan dan dijabarkan dalam Rupiah dengan menggunakan kurs neraca pada tanggal laporan. 20. Hasil Revaluasi Aktiva Tetap Hasil revaluasi aktiva tetap dicatat sebesar selisih antara nilai revaluasi dengan nilai buku aktiva tetap dan disajikan di neraca dalam kelompok ekuitas. 21. Transaksi dalam Valuta Asing Transaksi valuta asing dibukukan dalam Rupiah dengan menggunakan kurs neraca pada saat terjadinya transaksi. Pada setiap periode waktu tertentu, termasuk akhir tahun, aktiva dan pasiva dalam valuta asing dijabarkan dalam Rupiah dengan menggunakan kurs neraca yang berlaku pada tanggal yang bersangkutan. Selisih penjabaran tersebut dicatat dalam rekening Cadangan Selisih Kurs dan disajikan di neraca dalam pada pos Hasil Revaluasi Kurs dan Surat-surat Berharga dalam kelompok ekuitas sampai dengan aktiva yang bersangkutan dijual. Bank Indonesia menggunakan metode Net Currency Position (NCP) dalam menghitung hasil revaluasi aktiva dan pasiva valuta asing, harga pokok rata-rata valuta asing dan laba rugi selisih kurs. Adapun kurs neraca Bank Indonesia untuk valuta asing utama pada tanggal 31 Desember 2002 adalah Rp8.940,00/USD, Rp7.539,54/JPY100,00, Rp14.334,85/GBP, Rp9.369,58/EUR dan Rp12.109,95/SDR. 22. Hasil Indeksasi Surat Utang Pemerintah (SUP) dan Surat Utang Bank Indonesia (SUBI) Indeks yang digunakan dalam menghitung indeksasi SUP dan SUBI adalah IHK yang disepakati bersama oleh pemerintah dan Bank Indonesia. Dalam hal kesepakatan belum diperoleh, indeks yang digunakan adalah IHK yang dikeluarkan oleh Biro Pusat Statistik (BPS). 15

18 23. Pengakuan Pendapatan Bunga Pendapatan bunga dari pinjaman dan penempatan diakui sebagai pendapatan secara akrual. 24. Taksiran Manajemen Penyusunan laporan keuangan sesuai dengan kebijakan akuntansi yang berlaku umum mengharuskan manajemen membuat taksiran dan asumsi yang mempengaruhi jumlah aktiva dan kewajiban, pengungkapan aktiva dan kewajiban kontinjensi pada tanggal laporan keuangan dan jumlah pendapatan dan beban yang dilaporkan selama periode pelaporan. Hasil aktual dapat berbeda dari taksiran-taksiran tersebut. 25. Dasar Penyusunan Laporan Keuangan Laporan Keuangan Bank Indonesia disajikan dalam jutaan Rupiah, disusun atas dasar akrual dengan konsep nilai historis, kecuali untuk beberapa akun tertentu disusun berdasarkan pengukuran lain sebagaimana dijelaskan dalam kebijakan masing-masing akun tersebut. 26. Pengertian Hubungan Istimewa dan Kebijakan Akuntansinya Pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa dengan Bank Indonesia adalah: a. Lembaga/Badan Usaha yang dikendalikan atau berada di bawah pengendalian Bank Indonesia. Dalam pengertian ini antara lain meliputi badan usaha dimana Bank Indonesia memiliki penyertaan atas sahamnya dengan proporsi kepemilikan lebih dari 20%. b. Badan/yayasan/perusahaan yang mewakili kepentingan karyawan Bank Indonesia. Dalam pengertian ini antara lain Dana Pensiun Pegawai Bank Indonesia (DAPENBI) dan Yayasan Kesejahteraan Karyawan Bank Indonesia (YKK-BI). 27. Dana Pensiun Beban manfaat pensiun mencakup biaya jasa masa kini, amortisasi biaya jasa masa lalu dan amortisasi koreksi aktuaria yang dibebankan dalam Laporan Surplus Defisit tahun berjalan. Amortisasi dilakukan dengan Metode Garis Lurus selama taksiran sisa masa kerja rata-rata peserta aktif dana pensiun (8 tahun). Beban manfaat pensiun dihitung oleh aktuaria independen dengan menggunakan Metode Attained Age Normal Actuarial Cost. 28. Tunjangan Hari Tua Bank Indonesia menyelenggarakan program Tunjangan Hari Tua (THT) bagi pegawai yang telah memenuhi syarat sesuai dengan peraturan THT. Bank Indonesia berkewajiban untuk memenuhi kewajiban kepada 16

19 setiap peserta program melalui iuran bulanan. Beban iuran Tunjangan Hari Tua diakui sebagai beban dalam Laporan Surplus Defisit periode/tahun berjalan. 17

20 C. Penjelasan Pos-Pos Neraca dan Laporan Surplus Defisit 1. Emas Nilai emas disajikan berdasarkan harga emas di pasar emas London tanggal 31 Desember 2002 dan 31 Desember Emas milik Bank Indonesia terdiri dari emas batangan, uang logam emas dan deposito berjangka emas. Pada tanggal 31 Desember 2002 dan 31 Desember 2001 masing-masing sebesar Rp juta dan Rp juta. 2. Uang Asing Rincian uang kertas asing milik Bank Indonesia adalah sebagai berikut: 31 Desember 2002 Rp Juta 31 Desember 2001 Rp Juta Uang Asing dlm persediaan terdiri dari: - USD JPY Valuta asing lainnya Repatriasi Uang Asing Hak Tarik Khusus Saldo hak tarik khusus merupakan rekening Pemerintah Indonesia sehubungan dengan keanggotaan di IMF yang dibukukan dalam SDR. Saldo ini berasal dari penerimaan alokasi dan pembelian SDR dalam rangka operasional budget, designation plan, remuneration, dan iuran keanggotaan di IMF. Hak tarik khusus berfungsi sebagai tambahan cadangan devisa dan dapat dipindahkan dari otoritas moneter suatu negara kepada yang lainnya. Jumlah hak tarik khusus per 31 Desember 2002 sebesar SDR ,83,- (setara dengan Rp juta) dengan kurs Rp12.109,95/SDR dan per 31 Desember 2001 sebesar SDR (setara dengan Rp juta) dengan kurs Rp13.058,45/SDR. 18

21 4. Giro Giro Bank Indonesia dalam valuta asing pada bank sentral luar negeri pada tanggal 31 Desember 2002 sebesar Rp juta dan pada beberapa bank koresponden lainnya sebesar Rp juta atau seluruhnya sebesar Rp juta. Diantara saldo giro pada bank koresponden, terdapat giro yang menampung bunga pledged deposit pada Bank Indover sebesar USD ,88 yang tidak dapat ditarik sewaktu-waktu. 5. Deposito Pada Bank Koresponden Saldo deposito pada tanggal 31 Desember 2002 sebesar Rp juta terdiri dari deposito berjangka pada beberapa bank koresponden sebesar Rp juta, deposito khusus pada International Bank for Reconstruction and Development (IBRD) sebesar Rp juta, deposito khusus pada IMF sebesar Rp juta, deposito khusus pada Bank Indover sebesar Rp juta dan bunga dalam valuta asing yang masih harus diterima Rp juta. Termasuk dalam deposito berjangka pada bank koresponden adalah deposito yang dijaminkan (pledged) oleh Bank Indonesia sebagai pemilik tunggal Bank Indover. Penjaminan ini berkaitan dengan pembentukan penyisihan (specific risk provision, country risk provision dan CODA/IAL) yang disyaratkan oleh Bank Sentral Belanda, De Nederlandsche Bank. Pada tanggal 31 Desember 2002 dan 31 Desember 2001, besarnya deposito yang dijaminkan tersebut masing-masing adalah sebesar USD dan USD Saldo deposito khusus pada Bank Indover untuk tanggal 31 Desember 2002 adalah sebesar EUR (setara dengan Rp juta), atau turun sebesar EUR (setara Rp juta) dari posisi saldo tanggal 31 Desember 2001 sebesar EUR (setara dengan NLG35 juta atau Rp juta). 6. Surat Berharga Bank Indonesia melakukan marking to market terhadap surat berharga yang tersedia untuk dijual berdasarkan bid price dari Bloomberg Generic 19

22 Price per 31 Desember Adapun rincian surat-surat berharga tersebut adalah sebagai berikut: Surat berharga terdiri dari : Harga perolehan (sebelum amortisasi premi/ diskonto) 31 Desember Desember 2001 Hasil Revaluasi, Amortisasi dan Akruali sasi Harga pasar, bunga YMH diterima, dan bunga dibayar dimuka Harga perolehan (setelah amortisasi premi/ diskonto) Hasil Revalua si Harga pasar, bunga YMH diterima, dan bunga dibayar dimuka - Tersedia untuk dijual Dimiliki hingga jatuh tempo Lainnya : * Portofolio manager * Investasi otomatis Kupon YMH diterima Kupon SSB dibayar dimuka Reinvest cash collateral securities lending Jumlah Tagihan kepada Pemerintah dalam Rupiah Tagihan kepada pemerintah dalam Rupiah sebesar Rp juta terdiri atas Surat Utang Pemerintah (SUP) sebesar Rp juta dan tagihan kepada pemerintah dalam Rupiah lainnya sebesar Rp juta dengan rincian sebagai berikut: a. Surat Utang Pemerintah (SUP) Nilai SUP per 31 Desember 2002 dan 2001 adalah sebagai berikut : 31 Desember Desember Nilai nominal : SU-001/MK/

23 - SU-002/MK/ SU-003/MK/ SU-004/MK/ SU-005/MK/ Penyesuaian atas indeks harga konsumen Nilai setelah penyesuaian ) SUP No. 001 s.d. 004 a) Dikenakan tingkat bunga sebesar 3% setahun atas pokok surat utang yang telah disesuaikan dengan perubahan Indeks Harga Konsumen (IHK) pada setiap tahun anggaran. Keempat SUP tersebut memiliki masa berlaku 20 tahun terhitung sejak tanggal penerbitan. b) Pokok SUP akan dibayar setelah tenggang waktu 5 tahun dalam 30 kali cicilan tengah tahunan dimulai sejak 1 April 2003 untuk SUP No. SU-001/MK/1998, 1 Oktober 2003 untuk SUP No. SU-002/MK/1998, 1 Februari 2004 untuk SUP No. SU-003/MK/1999 dan 1 Juni 2004 untuk SUP No. SU- 004/MK/1999. Setiap cicilan akan disesuaikan dengan perubahan IHK. Pemerintah memiliki hak untuk melakukan pembayaran di muka atas sebagian atau seluruh pokok surat utang dengan 1 (satu) bulan pemberitahuan di muka. Indeksasi dihitung sejak 1 Februari 1999 dan dihitung setiap enam bulanan sebagai berikut: - Indeksasi SUP No. SU-001/MK/1998 dan No. SU- 002/MK/1998 dihitung setiap tanggal 1 April dan 1 Oktober. - Indeksasi SUP No. SU-003/MK/1999 dihitung setiap tanggal 1 Februari dan 1 Agustus. - Indeksasi SUP No. SU-004/MK/1999 dihitung setiap tanggal 1 Juni dan 1 Desember. Perhitungan ini dilakukan secara estimasi oleh Bank Indonesia dan sedang menunggu persetujuan dari pemerintah. c) SUP No. SU-001/MK/1998 dan No. SU-003/MK/1999 dengan nilai nominal Rp juta yaitu masing-masing sebesar Rp juta dan Rp juta diterbitkan pada tanggal 25 September 1998 dan 8 Februari 1999 dalam 21

24 rangka pengalihan tagihan-tagihan Bank Indonesia kepada bank-bank umum menjadi tagihan kepada pemerintah. Tagihan-tagihan tersebut terdiri dari dana talangan Bank Indonesia dan saldo debet sehubungan dengan likuidasi 16 bank pada bulan November 1997 dan Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI) yang diberikan dalam rangka program penjaminan kewajiban bank umum, penjaminan kewajiban pembiayaan perdagangan luar negeri (trade finance), Fasilitas Diskonto, Fasilitas Saldo Debet, dan Surat Berharga Pasar Uang Khusus (SBPUK). Dalam rangka penyelesaian masalah BLBI sebesar Rp juta tersebut di atas, maka dalam Rapat Kerja antara Komisi IX DPR RI dengan Bank Indonesia dan pemerintah pada tanggal 10 Oktober 2000 disimpulkan antara lain bahwa: (1) Pemerintah dan Bank Indonesia masih belum sepakat khususnya dalam hal jumlah BLBI yang menjadi beban pemerintah; kriteria kelayakan BLBI serta cakupan waktu BLBI; (2) Pemerintah dan Bank Indonesia sepakat dalam beberapa hal antara lain akan menyelesaikan secara tuntas dalam waktu secepat-cepatnya, serta pemahaman terhadap situasi krisis menyebabkan beberapa ketentuan terpaksa diberlakukan, yang dalam keadaan normal tidak mungkin dilaksanakan; dan (3) Komisi IX DPR-RI meminta kepada pemerintah dan Bank Indonesia agar dapat menyelesaikan secara tuntas masalah BLBI dalam waktu 30 hari terhitung sejak tanggal 10 Oktober 2000 dengan membentuk Tim Kerja yang dikoordinasikan oleh Menko Perekonomian dengan anggota yang terdiri dari BPK-RI, Kejaksaan Agung, Departemen Keuangan dan Bank Indonesia. Dalam pembentukannya, ternyata BPK-RI tidak berkenan untuk diikutsertakan dalam tim kerja tersebut. Berdasarkan Surat Keputusan Menko Perekonomian Nomor KEP- 13/M.EKON/11/2000 tanggal 8 November 2000 tentang Tim Penyelesaian BLBI, susunan tim terdiri atas wakil-wakil dari Departemen Keuangan, Bank Indonesia, Kejaksaan Agung 22

25 dan Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) dengan dikoordinasikan oleh Menko Perekonomian. Tim Penyelesaian BLBI dimaksud melakukan beberapa kali pertemuan pada bulan November Dalam pertemuan tanggal 16 November 2000 diperoleh rencana pokok-pokok kesepakatan. Pada pertemuan tanggal 17 November 2000 yang dihadiri oleh Menko Perekonomian, Deputi Gubernur Senior, Menteri Keuangan dan Ketua BPPN serta Jaksa Agung dihasilkan Pokok-Pokok Kesepakatan Pemerintah dan Bank Indonesia mengenai penyelesaian BLBI yang ditandatangani oleh Menko Perekonomian, Menteri Keuangan, dan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia. Isi Pokok-Pokok Kesepakatan tersebut antara lain: (1) Disepakati adanya pembagian beban keuangan (burden sharing) antara pemerintah dan Bank Indonesia. Dengan memperhitungkan kemampuan keuangan Bank Indonesia, maka yang menjadi beban Bank Indonesia adalah sebesar Rp24,5 triliun. (2) Dalam kesepakatan tersebut, pemerintah menegaskan tidak akan menarik kembali SUP yang telah diterbitkan dalam rangka pengalihan BLBI. Dengan kesepakatan ini perikatan-perikatan hukum yang ada tetap dapat berlangsung secara berkesinambungan tanpa mengurangi kepastian hukum bagi upaya asset recovery di kemudian hari. Pada tanggal 17 November 2000, hasil pokok-pokok kesepakatan tersebut dilaporkan oleh Tim Penyelesaian BLBI yang diketuai oleh Menko Perekonomian dalam Rapat Konsultasi dengan Komisi IX DPR-RI. Sebagai pelaksanaan dari Pokok-Pokok Kesepakatan tersebut, Bank Indonesia pada tanggal 5 Desember 2000 telah menerbitkan Surat Utang Bank Indonesia (SUBI) kepada pemerintah sebesar Rp24,5 triliun dengan persyaratan yang sama dengan Surat Utang Pemerintah No. SU-003/MK/1999. Permintaan konfirmasi dari DPR-RI mengenai tindak lanjut penyelesaian BLBI diulangi Bank Indonesia dan pemerintah 23

26 kepada DPR-RI. Jawaban dari DPR-RI atas surat tersebut sampai saat ini belum diperoleh. Meskipun Pokok-Pokok Kesepakatan tersebut belum mendapat persetujuan DPR-RI, namun dana BLBI yang berhasil ditarik oleh Tim Likuidasi BDL yang merupakan bagian dari BLBI sebesar Rp juta yang sebelumnya ditempatkan di rekening khusus Bank Indonesia sebesar Rp2.127 miliar telah dialihkan ke rekening Bendahara Umum Negara. Hal tersebut didasarkan pada surat Menkeu kepada Gubernur Bank Indonesia Nomor S-562/MK-01/2001 tanggal 31 Desember 2001 dan berkaitan dengan defisit APBN tahun anggaran 2001 dan Dalam upaya menyelesaikan permasalahan BLBI, Menkeu telah menunjuk Tim Reviu Internasional Independen (Surat IMF kepada Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Indonesia tanggal 11 November 2001 tentang Terms of Reference Tim Reviu Internasional). Dalam pertemuan antara Tim Reviu Internasional Independen, Bank Indonesia dan Departemen Keuangan (Depkeu) pada tanggal 5 April 2002, Tim Reviu Internasional menyarankan pola burden sharing antara Bank Indonesia dan pemerintah untuk menyelesaikan masalah BLBI, khususnya yang berjumlah Rp juta. Tim Reviu Internasional melalui suratnya tanggal 15 Mei 2002 menyampaikan usulan penyelesaian BLBI, antara lain: (1) Surat utang sebesar Rp159 triliun (Rp144,5 triliun dan Rp14,5 triliun) diganti dengan surat utang dengan nama Capital Maintenance Notes (CMN), sedangkan jumlah tagihan bunga yang tercatat sebesar Rp14,0 triliun diusulkan untuk dihapusbukukan; (2) CMN tersebut diusulkan tanpa jangka waktu dan tanpa bunga; dan (3) Kewajiban Bank Indonesia kepada pemerintah yang berasal dari pembagian beban BLBI (sharing of cost of BLBI) sebesar Rp24,5 triliun merupakan pengurang CMN. Berdasarkan rekomendasi Tim Reviu Internasional tersebut, Bank Indonesia dan pemerintah menandatangani Pokok- 24

27 pokok kesepakatan, pada tanggal 11 Juni 2002, antara lain memuat tentang: (1) Penyelesaian BLBI ini merupakan penyelesaian secara menyeluruh dengan prinsip-prinsip: (a) Memperhatikan kemampuan anggaran pemerintah; (b) Memperhatikan kondisi keuangan Bank Indonesia yang memadai dalam jangka panjang (financially sustainable); (c) Memperhatikan Pokok-Pokok Kesepakatan Pemerintah dan Bank Indonesia mengenai penyelesaian BLBI tanggal 17 November (2) Dalam penyelesaian masalah BLBI, kondisi keuangan Bank Indonesia yang memadai menggunakan kriteria rasio modal terhadap kewajiban moneter dengan kisaran antara 5% - 8%, yang pelaksanaannya diatur sebagai berikut : (a) Dalam hal rasio modal Bank Indonesia lebih dari 8%, maka nilai kelebihannya digunakan untuk melunasi sebagian Perpetual Promissory Notes (PPN); (b) Dalam hal rasio modal Bank Indonesia diproyeksikan kurang dari 5%, maka pemerintah menyediakan anggaran untuk membayar kepada Bank Indonesia charge PPN sebesar kekurangan dari 5% tersebut. (3) Pemerintah menerbitkan surat utang baru sebagai pengganti surat utang lama tanpa melakukan verifikasi, dengan persyaratan sebagai berikut : (a) Nama surat utang baru adalah Perpetual Promissory Note (PPN); (b) PPN tersebut tanpa jangka waktu, tanpa bunga, dan tanpa indeksasi; (c) Jumlah PPN sebesar Rp134,5 triliun berasal dari SUP- 001 sebesar Rp80 triliun, SUP-003 sebesar Rp64,5 triliun, dan bagian SUP-004 sebesar Rp14,5 triliun serta di-set off dengan SUBI sebesar Rp24,5 triliun. (4) Bunga surat utang lama yang per 31 Desember 2001 sebesar Rp9,1 triliun yang belum dibayar oleh pemerintah tidak ditagih dan akan menjadi beban biaya Bank Indonesia pada tahun

28 (5) Ketentuan mengenai alokasi 30% surplus hasil kegiatan Bank Indonesia untuk cadangan tujuan diusulkan untuk ditiadakan; (6) Bank Indonesia diusulkan untuk tetap bukan merupakan subjek pajak; (7) Saldo rekening pemerintah di Bank Indonesia tidak diberikan bunga; (8) Kesepakatan ini akan disampaikan kepada Dewan Perwakilan Rakyat; (9) Pokok-pokok kesepakatan ini akan dituangkan lebih lanjut dalam surat kesepakatan yang lebih lengkap. Pada tanggal 9 Oktober 2002 telah dilakukan pertemuan antara Presiden didampingi Menko Perekonomian dan Sekretaris Negara dengan Ketua BPK-RI guna membahas penyelesaian BLBI. Selanjutnya, dalam Rapat Kerja dengan Komisi IX DPR-RI pada tanggal 31 Januari 2003, Menteri Keuangan telah menyampaikan kesepakatan tanggal 11 Juni 2002 tersebut kepada Komisi IX DPR-RI yang kemudian ditegaskan lagi oleh Bank Indonesia dalam Rapat Kerja dengan Komisi IX DPR-RI pada tanggal 5 Februari Pokok Pokok Kesepakatan 11 Juni 2002 belum dilaksanakan karena belum memperoleh persetujuan DPR-RI serta belum dituangkan dalam Surat Kesepakatan yang lebih lengkap. d) SUP No. SU-002/MK/1998 dengan nilai nominal Rp20 triliun diterbitkan pada tanggal 23 Oktober 1998 dalam rangka pengalihan saldo debet salah satu bank pemerintah sebesar Rp17,6 triliun. Sedangkan sisanya digunakan untuk pelunasan deposito valuta asing yang menjadi kewajiban bank pemerintah tersebut. e) SUP No. SU-004/MK/1999 dengan nilai nominal Rp53,8 triliun diterbitkan pada tanggal 28 Mei 1999 untuk melunasi kewajiban-kewajiban bank-bank BBKU, BBO dan BPR. Adapun rincian penggunaannya sesuai dengan Surat Menteri Keuangan Nomor SR-176/MK.01/1999 tanggal 31 Mei 1999 adalah sebagai berikut: 26

29 (1) BPPN untuk pembayaran dalam rangka penjaminan sesuai Keppres Nomor 26 Tahun 1998; (2) Bank Indonesia untuk pembayaran dalam rangka Penjaminan sesuai Keppres No. 120 Tahun 1998, Keppres No. 193 Tahun 1998, tambahan BLBI sesudah Bulan Januari 1999 senilai Rp14,5 triliun dan rediskonto post shipment, wesel ekspor, deposito Bank Indonesia dalam valuta asing, dan kewajiban dalam rangka GSM-102 dari bank BBO dan BBKU. 2) Surat Utang Pemerintah No. SU-005/MK/1999 Sehubungan dengan pengalihan Kredit Likuiditas Bank Indonesia (KLBI) kepada BUMN yang ditunjuk pemerintah (PT Bank Tabungan Negara - BTN, PT Bank Rakyat Indonesia - BRI, dan PT Permodalan Nasional Madani - PNM), pemerintah telah menerbitkan SUP Nomor SU-005/MK/1999 yang berkaitan dengan pembiayaan kredit program sebesar Rp juta. Surat utang ini akan dibeli secara bertahap oleh Bank Indonesia pada saat dana pelunasan KLBI yang jatuh tempo dalam periode tahun Sampai dengan tanggal 31 Desember 2002, surat utang yang telah dibeli oleh Bank Indonesia adalah sebesar Rp juta. Bunga yang timbul dari SUP No. SU-005/MK/1999 dihitung dari jumlah realisasi pokok pinjaman yang pembayarannya dilakukan setiap 6 (enam) bulan. Bunga tersebut dihitung berdasarkan tingkat suku bunga SBI berjangka waktu 3 (tiga) bulan yang ditetapkan secara periodik. Surat utang ini berjangka waktu 10 (sepuluh) tahun dengan masa tenggang 3 (tiga) tahun. Pokok pinjaman akan dibayarkan kembali dalam jangka waktu 7 (tujuh) tahun dengan angsuran pokok pinjaman dilakukan sebanyak 14 (empat belas) kali secara prorata, dibayarkan setiap 6 (enam) bulan pada tanggal 10 Desember dan 10 Juni setiap tahunnya. Sedangkan pembayaran angsuran atas pokok pinjaman mulai dilakukan tanggal 10 Juni b. Tagihan kepada Pemerintah dalam Rupiah Lainnya 31 Desember 31 Desember Rp Juta Rp Juta - Tagihan kepada BPPN * Tambahan BLBI * Bunga Fasilitas Saldo Debet (FSD) * KLBI bank BBO/BBKU yang jatuh tempo

30 Tambahan BLBI yang berasal dari saldo debet giro bank BBO/BBKU Tagihan karena keanggotaan pemerintah dalam lembaga internasional Tagihan kepada pemerintah sehubungan dengan uang muka untuk program pemerintah yang dibiayai hutang luar negeri Tagihan bunga kredit kepada pemerintah Tagihan lainnya dalam Rupiah Kecuali tagihan bunga kepada pemerintah, tagihan-tagihan ini merupakan tagihan yang terjadi sebelum berlakunya Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia. Tambahan BLBI berupa tagihan kepada BPPN sebesar Rp juta dan tagihan karena saldo debet giro BBO/BBKU sebesar Rp juta telah dijamin dengan SUP Nomor SU- 004/MK/1999, namun pengalihan secara cessie kepada pemerintah atas tambahan BLBI tersebut belum dilaksanakan. Bank Indonesia terakhir dengan surat Nomor 3/3/DG/BKr tanggal 15 Februari 2001 menyatakan bahwa seluruh persyaratan pengalihan BLBI telah terpenuhi yaitu Bank Indonesia telah melakukan penagihan dan Departemen Keuangan telah menunjuk BPPN sebagai kuasa pemerintah. Hal ini telah sesuai dengan isi Persetujuan Bersama tanggal 6 Februari 1999 pasal 2 ayat 3 yang menyatakan bahwa atas pengambilalihan hak tagih (cessie) akan dilakukan verifikasi yang disepakati kedua belah pihak. Demikian pula dengan akte cessie masing-masing bank yang menyatakan bahwa kegiatan verifikasi dimaksudkan dalam rangka kepastian hak tagih (cessie) disamping juga untuk kepastian hak jaminan, apabila ada. Menteri Keuangan dengan surat Nomor S-174/MK.06/2001 tanggal 3 April 2001 menyatakan bahwa pengalihan secara cessie atas BLBI BBKU sebesar Rp14,4 triliun oleh Bank Indonesia dapat dilaksanakan setelah dilakukan verifikasi atas jumlah BLBI dan halhal lain. Adapun mengenai kewajiban atas bunga Fasilitas Saldo Debet sebesar Rp13,9 triliun masih menunggu hasil verifikasi atas jumlah BLBI sebesar Rp14,4 triliun. 28

31 Tagihan karena keanggotaan pemerintah dalam lembaga internasional terdiri dari tagihan kepada pemerintah karena keanggotaan pada International Monetary Fund (IMF) sebesar Rp juta, keanggotaan pada IBRD sebesar Rp juta dan keanggotaan lainnya sebesar Rp4.662 juta. Tagihan bunga kredit kepada pemerintah terdiri dari tagihan bunga SUP sebesar Rp juta, tagihan bunga untuk subsidi impor kepada Bulog sebesar Rp juta dan tagihan dalam rangka subsidi suku bunga kredit program sebesar Rp juta. 8. Tagihan kepada Pemerintah dalam Valuta Asing Merupakan tagihan yang terjadi sebelum berlakunya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia. Tagihan kepada pemerintah dalam valuta asing adalah tagihan dalam rangka restrukturisasi utang swasta sebesar Rp juta untuk posisi 31 Desember 2002 dan Rp juta untuk posisi tanggal 31 Desember Tagihan kepada Bank dalam Rupiah Tagihan kepada bank dalam Rupiah per tanggal 31 Desember 2002 sejumlah Rp juta adalah sebagai berikut: Tingkat bunga setahun 31 Desember 31 Desember Desember Desember 2001?? Pinjaman Subordinasi: - Jangka waktu terbatas 3% - 6% Jangka waktu tak terbatas ?? Kredit Likuiditas Bank Indonesia 0 20% 0 20% ?? Pinjaman dua tahap SBI 3 bln SBI 3 bln ?? Tagihan bunga kredit

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Salinan sesuai dengan aslinya BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA No: 01/01/Auditama II/GA/V/2001 LAPORAN AUDITOR INDEPENDEN Kami telah mengaudit neraca, Bank Indonesia per 31 Desember 2000 dan

Lebih terperinci

LAPORAN KEUANGAN TAHUNAN TAHUN 2001

LAPORAN KEUANGAN TAHUNAN TAHUN 2001 LAPORAN KEUANGAN TAHUNAN TAHUN 2001 BANK INDONESIA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA No: 01/01/Auditama II/GA/V/2002 LAPORAN AUDITOR INDEPENDEN Kami telah mengaudit neraca Bank Indonesia per

Lebih terperinci

BANK INDONESIA BPK - RI LAPORAN AUDITOR INDEPENDEN LAPORAN KEUANGAN TAHUNAN TAHUN Nomor : Tanggal :

BANK INDONESIA BPK - RI LAPORAN AUDITOR INDEPENDEN LAPORAN KEUANGAN TAHUNAN TAHUN Nomor : Tanggal : BPK - RI LAPORAN AUDITOR INDEPENDEN LAPORAN KEUANGAN TAHUNAN BANK INDONESIA TAHUN 2006 Nomor : Tanggal : Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia Jl. Gatot Subroto Nomor 31 Jakarta Pusat 10210 Telp/Fax

Lebih terperinci

LAPORAN KEUANGAN TAHUNAN BANK INDONESIA TAHUN 2008 BANK INDONESIA

LAPORAN KEUANGAN TAHUNAN BANK INDONESIA TAHUN 2008 BANK INDONESIA LAPORAN KEUANGAN TAHUNAN BANK INDONESIA TAHUN 2008 BANK INDONESIA DAFTAR ISI Kata Pengantar ---------------------------------------------------------------------------------- Laporan Auditor Independen

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Bank Indonesia Laporan Tahunan Jakarta : Bank Indonesia

DAFTAR PUSTAKA. Bank Indonesia Laporan Tahunan Jakarta : Bank Indonesia 1 DAFTAR PUSTAKA Bank Indonesia. 2009.. Laporan Tahunan 2009. Jakarta : Bank Indonesia Hepiprayudi.files.wordpress.com Ikatan Akuntansi Indonesia. 2009. Pernyataan Standar Akuntansi keuangan No.2. Jakarta

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. perusahaan yang mengajak orang lain untuk membeli barang dan jasa yang ditawarkan

BAB II LANDASAN TEORI. perusahaan yang mengajak orang lain untuk membeli barang dan jasa yang ditawarkan BAB II LANDASAN TEORI II.1. Penjualan II.1.1. Definisi Penjualan Penjualan secara umum memiliki pengertian kegiatan yang dilakukan oleh suatu perusahaan yang mengajak orang lain untuk membeli barang dan

Lebih terperinci

BAB IV. Analisis Hasil dan Pembahasan

BAB IV. Analisis Hasil dan Pembahasan BAB IV Analisis Hasil dan Pembahasan A. Penyajian dan Analisis Data Pada bagian ini, penulis akan melakukan analisa atas perlakuan selisih kurs serta pengungkapannya menurut Pedoman Akuntansi Keuangan

Lebih terperinci

PEDOMAN PENYAJIAN DAN PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN DANA PENSIUN

PEDOMAN PENYAJIAN DAN PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN DANA PENSIUN PEDOMAN PENYAJIAN DAN PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN DANA PENSIUN Lampiran II I. PEDOMAN UMUM A TANGGUNG JAWAB ATAS LAPORAN KEUANGAN 1 Pengurus Dana Pensiun bertanggung jawab atas laporan keuangan Dana

Lebih terperinci

S A L I N A N KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL LEMBAGA KEUANGAN NOMOR : KEP-2345/LK/2003 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN DANA PENSIUN

S A L I N A N KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL LEMBAGA KEUANGAN NOMOR : KEP-2345/LK/2003 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN DANA PENSIUN DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL LEMBAGA KEUANGAN S A L I N A N KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL LEMBAGA KEUANGAN NOMOR : KEP-2345/LK/2003 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN

Lebih terperinci

M E T A D A T A INFORMASI DASAR

M E T A D A T A INFORMASI DASAR M E T A D A T A INFORMASI DASAR 1 Nama Data : Uang Primer 2 Penyelenggara Statistik : Departemen Statistik Bank Indonesia 3 Alamat : Jl. M.H. Thamrin No. 2 Jakarta 4 Contact : Divisi Statistik Moneter

Lebih terperinci

M E T A D A T A INFORMASI DASAR

M E T A D A T A INFORMASI DASAR M E T A D A T A INFORMASI DASAR 1 Nama Data : Uang Primer 2 Penyelenggara Statistik : Departemen Statistik Bank Indonesia 3 Alamat : Jl. M.H. Thamrin No. 2 Jakarta 4 Contact : Divisi Statistik Moneter

Lebih terperinci

NERACA PER 31 MARET 2005 & 2004 (Dalam Jutaan Rupiah) NO POS - POS

NERACA PER 31 MARET 2005 & 2004 (Dalam Jutaan Rupiah) NO POS - POS NERACA PER 31 MARET 2005 & 2004 NO POS - POS AKTIVA 1 Kas 68.597 55.437 2 Penempatan pada Bank Indonesia a. Giro Bank Indonesia 1.410.533 982.799 b. Sertifikat Bank Indonesia 743.202 800.000 c. Lainnya

Lebih terperinci

PT BANK TABUNGAN NEGARA (PERSERO) NERACA PER 31 DESEMBER 2003 & 2002

PT BANK TABUNGAN NEGARA (PERSERO) NERACA PER 31 DESEMBER 2003 & 2002 PT BANK TABUNGAN NEGARA (PERSERO) NERACA PER 31 DESEMBER 2003 & 2002 NO POS - POS AKTIVA 1 Kas 78.536 88.602 2 3 4 5 6 7 Penempatan pada Bank Indonesia a. Giro Bank Indonesia 1.145.346 1.029.529 b. Sertifikat

Lebih terperinci

NERACA KONSOLIDASI Tanggal 30 Juni 2002 dan 2001 ( Dalam jutaan rupiah )

NERACA KONSOLIDASI Tanggal 30 Juni 2002 dan 2001 ( Dalam jutaan rupiah ) No. AKTIVA POS - POS NERACA KONSOLIDASI Tanggal 30 Juni 2002 dan 2001 ( Dalam jutaan rupiah ) BANK BII KONSOLIDASI 30-Jun-02 30-Jun-01 30-Jun-02 30-Jun-01 1. Kas 481.501 552.300 481.538 552.376 2. Penempatan

Lebih terperinci

DAFTAR ISTILAH DAN PENUTUP. Istilah yang digunakan dalam Kebijakan Akuntansi Pemerintah Kabupaten Bungo termuat dalam daftar sebagai berikut :

DAFTAR ISTILAH DAN PENUTUP. Istilah yang digunakan dalam Kebijakan Akuntansi Pemerintah Kabupaten Bungo termuat dalam daftar sebagai berikut : Lampiran IV Peraturan Bupati Bungo Nomor 20 Tahun 2014 Tentang Kebijakan Akuntansi Pemerintah Kabupaten Bungo DAFTAR ISTILAH DAN PENUTUP I. DAFTAR ISTILAH Istilah yang digunakan dalam Kebijakan Akuntansi

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 3/25/PBI/2001 TENTANG PENETAPAN STATUS BANK DAN PENYERAHAN BANK KEPADA BADAN PENYEHATAN PERBANKAN NASIONAL

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 3/25/PBI/2001 TENTANG PENETAPAN STATUS BANK DAN PENYERAHAN BANK KEPADA BADAN PENYEHATAN PERBANKAN NASIONAL PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 3/25/PBI/2001 TENTANG PENETAPAN STATUS BANK DAN PENYERAHAN BANK KEPADA BADAN PENYEHATAN PERBANKAN NASIONAL GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam rangka menciptakan

Lebih terperinci

PT BANK TABUNGAN NEGARA (PERSERO) NERACA PER 30 SEPTEMBER 2003 & 2002

PT BANK TABUNGAN NEGARA (PERSERO) NERACA PER 30 SEPTEMBER 2003 & 2002 PT BANK TABUNGAN NEGARA (PERSERO) NERACA NO POS - POS AKTIVA 1 Kas 62.396 50.624 2 3 4 5 6 7 Penempatan pada Bank Indonesia a. Giro Bank Indonesia 999.551 989.589 b. Sertifikat Bank Indonesia - 354.232

Lebih terperinci

DAFTAR PENYUSUTAN DAN AMORTISASI FISKAL TAHUN PAJAK 2 0 NPWP : NAMA WAJIB PAJAK : BULAN / TAHUN PEROLEHAN HARGA PEROLEHAN (US$)

DAFTAR PENYUSUTAN DAN AMORTISASI FISKAL TAHUN PAJAK 2 0 NPWP : NAMA WAJIB PAJAK : BULAN / TAHUN PEROLEHAN HARGA PEROLEHAN (US$) 2 0 DAFTAR PENYUSUTAN DAN AMORTISASI FISKAL 1B KELOMPOK / JENIS HARTA BULAN / TAHUN PEROLEHAN HARGA PEROLEHAN (US$) NILAI SISA BUKU FISKAL AWAL TAHUN PENYUSUTAN / AMORTISASI KOMERSIAL METODE HARTA BERWUJUD

Lebih terperinci

Akuntansi Modal Bank K E L O M P O K 4 : H A F I L I A P O N G G O H O N G S U S A N T I A S S A S A R W I N D A S A R I R I K I K U M A U N A N G

Akuntansi Modal Bank K E L O M P O K 4 : H A F I L I A P O N G G O H O N G S U S A N T I A S S A S A R W I N D A S A R I R I K I K U M A U N A N G Akuntansi Modal Bank K E L O M P O K 4 : H A F I L I A P O N G G O H O N G S U S A N T I A S S A S A R W I N D A S A R I R I K I K U M A U N A N G Materi: 2 1 2 3 Klasifikasi Modal Bank Rasio Kecukupan

Lebih terperinci

M E T A D A T A INFORMASI DASAR CAKUPAN DATA

M E T A D A T A INFORMASI DASAR CAKUPAN DATA M E T A D A T A INFORMASI DASAR 1 Nama Data : Neraca Analitis Bank Umum dan BPR 2 Penyelenggara Statistik : Departemen Statistik Bank Indonesia 3 Alamat : Jl. M.H. Thamrin No. 2 Jakarta 4 Contact : Divisi

Lebih terperinci

Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan Neraca STANDARD CHARTERED BANK WISMA STANDARD CHARTERED,.JL.SUDIRMAN KAV 33 A, Telp.

Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan Neraca STANDARD CHARTERED BANK WISMA STANDARD CHARTERED,.JL.SUDIRMAN KAV 33 A, Telp. Neraca (Dalam Jutaan Rupiah) Bank Konsolidasi 03-2006 03-2005 03-2006 03-2005 AKTIVA Kas 39,883 33,731 Penempatan pada Bank Indonesia 1,213,314 1,541,286 a. Giro Bank Indonesia 833,099 543,590 b. Sertifikat

Lebih terperinci

KEBIJAKAN AKUNTANSI INVESTASI PADA PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

KEBIJAKAN AKUNTANSI INVESTASI PADA PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT LAMPIRAN PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI INVESTASI PADA PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Bentuk Investasi KEBIJAKAN AKUNTANSI INVESTASI PADA

Lebih terperinci

Lampiran 8 Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 3/30/DPNP tanggal 14 Desember 2001

Lampiran 8 Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 3/30/DPNP tanggal 14 Desember 2001 Lampiran 8 Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 3/30/DPNP tanggal 14 Desember 2001 PEDOMAN PENYUSUNAN NERACA Lampiran 8 No. AKTIVA 1 Kas Kas 100 2 Penempatan pada Bank Indonesia Penempatan pada Bank Indonesia

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 5/ 7 /PBI/2003 TENTANG GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 5/ 7 /PBI/2003 TENTANG GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 5/ 7 /PBI/2003 TENTANG KUALITAS AKTIVA PRODUKTIF BAGI BANK SYARIAH GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa kinerja dan kelangsungan usaha bank yang melakukan kegiatan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN. prinsip dan praktek akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Mata uang

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN. prinsip dan praktek akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Mata uang BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penerapan Akuntansi Dana Pensiun KWI 1. Deskriptif Kualitatif a. Penyajian Laporan Keuangan Laporan keuangan Dana Pensiun KWI disusun dengan menggunakan prinsip dan

Lebih terperinci

NERACA KONSOLIDASI. Tanggal 30 September 2002 dan ( Dalam jutaan rupiah )

NERACA KONSOLIDASI. Tanggal 30 September 2002 dan ( Dalam jutaan rupiah ) No. AKTIVA POS - POS NERACA KONSOLIDASI Tanggal 30 September 2002 dan 2001 ( Dalam jutaan rupiah ) BANK BII 30-Sep-02 30-Sep-01 30-Sep-02 30-Sep-01 KONSOLIDASI 1. Kas 492.740 496.965 492.784 497.022 2.

Lebih terperinci

Catatan 31 Maret Maret 2010

Catatan 31 Maret Maret 2010 NERACA KONSOLIDASI ASET Catatan 31 Maret 2011 31 Maret 2010 ASET LANCAR Kas dan setara kas 2f, 3 220.361.019.579 10.981.803.022 Piutang usaha - setelah dikurangi penyisihan piutang ragu-ragu Pihak yang

Lebih terperinci

NERACA PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN PER 31 MARET 2007 (Dalam Jutaan Rupiah)

NERACA PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN PER 31 MARET 2007 (Dalam Jutaan Rupiah) NERACA PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN PER 31 MARET 2007 KONSOLIDASI NO. POS-POS 31 Mar. 2007 31 Mar. 2006 31 Mar. 2007 31 Mar. 2006 (Tidak Diaudit) (Tidak Audit) (Tidak Diaudit)

Lebih terperinci

PEDOMAN PENYUSUNAN LAPORAN BULANAN LEMBAGA PEMBIAYAAN EKSPOR INDONESIA

PEDOMAN PENYUSUNAN LAPORAN BULANAN LEMBAGA PEMBIAYAAN EKSPOR INDONESIA PEDOMAN PENYUSUNAN LAPORAN BULANAN LEMBAGA PEMBIAYAAN EKSPOR INDONESIA -- I. TUJUAN PELAPORAN Laporan Keuangan Bulanan Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) yang disusun menurut sistematika yang ditetapkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. keuangan yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap laporan keuangan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. keuangan yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap laporan keuangan. BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Perlakuan Akuntansi Perlakuan akuntansi adalah standar yang melandasi pencatatan suatu transaksi yang meliputi pengakuan, pengukuran atau penilaian

Lebih terperinci

Laporan Keuangan Triwulanan 30 September 2009

Laporan Keuangan Triwulanan 30 September 2009 Laporan Keuangan Triwulanan 30 September 2009 Bangkok Bank Public Company Limited Jakarta Branch NERACA BANGKOK BANK PCL Per 30 September 2009 dan 2008 (dlm.jutaan rupiah) No. POS - POS 30 September 2009

Lebih terperinci

LAPORAN TAHUNAN DAN LAPORAN KEUANGAN PUBLIKASI BANK PERKREDITAN RAKYAT

LAPORAN TAHUNAN DAN LAPORAN KEUANGAN PUBLIKASI BANK PERKREDITAN RAKYAT LAMPIRAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 39 /SEOJK.03/2017 TENTANG LAPORAN TAHUNAN DAN LAPORAN KEUANGAN PUBLIKASI BANK PERKREDITAN RAKYAT -1- DAFTAR ISI BAB I : PENJELASAN UMUM 2 BAB II : PEDOMAN

Lebih terperinci

NERACA PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN PER 30 SEPTEMBER 2007 DAN 2006 (Dalam Jutaan Rupiah)

NERACA PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN PER 30 SEPTEMBER 2007 DAN 2006 (Dalam Jutaan Rupiah) NERACA PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN KONSOLIDASI NO. POSPOS Per 30 Sept 2007 Per 30 Sept 2006 Per 30 Sept 2007 Per 30 Sept 2006 (Tidak Diaudit) (Tidak Audit) (Tidak Diaudit)

Lebih terperinci

KONSOLIDASI POS-POS. Des 2005 Des 2004 Des 2005 Des 2004 AKTIVA 41,215 28,657

KONSOLIDASI POS-POS. Des 2005 Des 2004 Des 2005 Des 2004 AKTIVA 41,215 28,657 NERACA POS-POS KONSOLIDASI Des 2005 Des 2004 Des 2005 Des 2004 1. AKTIVA Kas 41,215 28,657 2. Penempatan pada Bank Indonesia 850,832 615,818 a. Giro Bank Indonesia 732,894 554,179 b. Sertifikat Bank Indonesia

Lebih terperinci

Laporan Gabungan Rincian Laba Rugi

Laporan Gabungan Rincian Laba Rugi Laporan Gabungan Rincian Laba Rugi Nama Bank Alamat Kota/Kabupaten Laporan Akhir Bulan PT BPR Nusantara Bona Pasogit 30 Jl. Bhayangkara No. 348 Ciwidey Kab. Bandung Juni 2017 Tanggal Cetak 31 Juli 2017

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN NOMOR 1/PLPS/2005 TENTANG PROGRAM PENJAMINAN SIMPANAN DEWAN KOMISIONER LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN,

SALINAN PERATURAN LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN NOMOR 1/PLPS/2005 TENTANG PROGRAM PENJAMINAN SIMPANAN DEWAN KOMISIONER LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN, c SALINAN PERATURAN NOMOR 1/PLPS/2005 TENTANG PROGRAM PENJAMINAN SIMPANAN DEWAN KOMISIONER, Menimbang : a. bahwa dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2004 tentang Lembaga Penjamin Simpanan perlu

Lebih terperinci

NERACA BULANAN BPR BESERTA REKENING ADMINISTRATIF

NERACA BULANAN BPR BESERTA REKENING ADMINISTRATIF NERACA BULANAN BPR BESERTA REKENING ADMINISTRATIF Form - 01 01 601857 001 No. Aset Sandi Jumlah Aset 1 Kas 100 3,712,408 2 Kas dalam valuta asing 3) 102 0 3 Surat berharga 4) 110 0 4 Pendapatan bunga yang

Lebih terperinci

Kas 2a, 2b, 2f Giro pada Bank Indonesia 2b, 2f, 2g,

Kas 2a, 2b, 2f Giro pada Bank Indonesia 2b, 2f, 2g, ASET Kas 2a, 2b, 2f 8.698.261 9.392.615 Giro pada Bank Indonesia 2b, 2f, 2g, 4 15.045.245 13.421.573 Giro pada Bank Lain - setelah dikurangi cadangan sebesar Rp12.387 dan Rp71.111 pada tanggal 30 September

Lebih terperinci

PEDOMAN PENCATATAN TRANSAKSI KEUANGAN PESANTREN. Priyo Hartono Tim Perumus Pedoman Akuntansi Pesantren

PEDOMAN PENCATATAN TRANSAKSI KEUANGAN PESANTREN. Priyo Hartono Tim Perumus Pedoman Akuntansi Pesantren PEDOMAN PENCATATAN TRANSAKSI KEUANGAN PESANTREN Priyo Hartono Tim Perumus Pedoman Akuntansi Pesantren PENDAHULUAN Tujuan dari penyusunan Pedoman Akuntansi Pesantren adalah untuk memberi panduan akuntansi

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 4/7/PBI/2002 TENTANG

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 4/7/PBI/2002 TENTANG PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 4/7/PBI/2002 TENTANG PRINSIP KEHATI-HATIAN DALAM RANGKA PEMBELIAN KREDIT OLEH BANK DARI BADAN PENYEHATAN PERBANKAN NASIONAL GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa kegiatan

Lebih terperinci

SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK BADAN PERNYATAAN

SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK BADAN PERNYATAAN 8A-1 PERUSAHAAN INDUSTRI LAMPIRAN KHUSUS 8A-1 MANUFAKTUR 1. KAS DAN SETARA KAS 1. HUTANG USAHA PIHAK KETIGA 2. INVESTASI SEMENTARA 2. 3. PIUTANG USAHA PIHAK KETIGA 3. HUTANG BUNGA PIUTANG USAHA PIHAK YANG

Lebih terperinci

BAB 7 LAPORAN ARUS KAS

BAB 7 LAPORAN ARUS KAS 21 BAB 7 LAPORAN ARUS KAS A. TUJUAN 1. Laporan arus kas bertujuan menyajikan informasi perubahan historis atas kas dan setara kas PDAM, yang menunjukkan secara terpisah perubahan yang terjadi selama satu

Lebih terperinci

No.8/26/DPbS Jakarta, 14 November 2006 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK PERKREDITAN RAKYAT BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH DI INDONESIA

No.8/26/DPbS Jakarta, 14 November 2006 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK PERKREDITAN RAKYAT BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH DI INDONESIA No.8/26/DPbS Jakarta, 14 November 2006 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK PERKREDITAN RAKYAT BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH DI INDONESIA Perihal : Kewajiban Penyediaan Modal Minimum bagi Bank Perkreditan

Lebih terperinci

PERHITUNGAN KEWAJIBAN PENYEDIAAN MODAL MINIMUM. PT BANK BALI Tbk ( Induk Perusahaan ) Per 31 Maret 2002 dan 2001.

PERHITUNGAN KEWAJIBAN PENYEDIAAN MODAL MINIMUM. PT BANK BALI Tbk ( Induk Perusahaan ) Per 31 Maret 2002 dan 2001. A. MODAL INTI PERHITUNGAN KEWAJIBAN PENYEDIAAN MODAL MINIMUM I. KOMPONEN MODAL 1. Modal Disetor 2. Cadangan Tambahan Modal ( Disclosed Reserves ) a. Agio Saham b. Disagio ( -/- ) c. Modal Sumbangan d.

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 424/KMK.06/2003 TENTANG KESEHATAN KEUANGAN PERUSAHAAN ASURANSI DAN PERUSAHAAN REASURANSI

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 424/KMK.06/2003 TENTANG KESEHATAN KEUANGAN PERUSAHAAN ASURANSI DAN PERUSAHAAN REASURANSI KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 424/KMK.06/2003 TENTANG KESEHATAN KEUANGAN PERUSAHAAN ASURANSI DAN PERUSAHAAN REASURANSI Keputusan ini telah diketik ulang, bila ada keraguan mengenai

Lebih terperinci

No. 5/30/BKr Jakarta, 18 November 2003 S U R A T E D A R A N. kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA DAN PT. PERMODALAN NASIONAL MADANI (PERSERO)

No. 5/30/BKr Jakarta, 18 November 2003 S U R A T E D A R A N. kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA DAN PT. PERMODALAN NASIONAL MADANI (PERSERO) No. 5/30/BKr Jakarta, 18 November 2003 S U R A T E D A R A N kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA DAN PT. PERMODALAN NASIONAL MADANI (PERSERO) Perihal : Pelaksanaan Pengalihan Pengelolaan Kredit Likuiditas

Lebih terperinci

PT SARASA NUGRAHA Tbk NERACA Per 31 Desember 2004 dan 2003 (Dalam Ribuan Rupiah, Kecuali Data Saham)

PT SARASA NUGRAHA Tbk NERACA Per 31 Desember 2004 dan 2003 (Dalam Ribuan Rupiah, Kecuali Data Saham) NERACA Per 31 Desember 2004 dan 2003 (Dalam Ribuan Rupiah, Kecuali Data Saham) AKTIVA AKTIVA LANCAR Kas dan Bank 2.b, 4 7.079.491 4.389.630 Investasi Jangka Pendek 2.d, 5 6.150 6.150 Piutang Usaha 2.b,

Lebih terperinci

AKUNTANSI INVESTASI

AKUNTANSI INVESTASI -1- - 1 - LAMPIRAN X PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 46 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 53 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH KOTA TASIKMALAYA

Lebih terperinci

PT BANK MUTIARA Tbk LAPORAN POSISI KEUANGAN Per 31 Maret 2012 dan 31 Desember 2011 (Dalam Jutaan Rupiah, Kecuali Dinyatakan Lain)

PT BANK MUTIARA Tbk LAPORAN POSISI KEUANGAN Per 31 Maret 2012 dan 31 Desember 2011 (Dalam Jutaan Rupiah, Kecuali Dinyatakan Lain) LAPORAN POSISI KEUANGAN Per 31 Maret 2012 dan 31 Desember 2011 A S E T Catatan 31 Maret 2012 31 Desember 2011 Kas 3.c, 3.e, 3.f, 4, 44 198,875 140,997 Giro pada Bank Indonesia 3.c, 3.e, 3.g,5, 44 949,568

Lebih terperinci

LAPORAN KEUANGAN BANK

LAPORAN KEUANGAN BANK LAPORAN KEUANGAN BANK ANDRI HELMI M, SE., MM MANAJEMEN DANA BANK KEGUNAAN LAPORAN KEUANGAN BANK 1. skrining awal dalam pemilihan investasi. 2. perkiraan terhadap hasil dan kondisi keuangan bank. 3. diagnosis

Lebih terperinci

LAPORAN NERACA PUBLIKASI PT BPR ALTO MAKMUR Tanggal : 31 Maret 2016

LAPORAN NERACA PUBLIKASI PT BPR ALTO MAKMUR Tanggal : 31 Maret 2016 LAPORAN NERACA PUBLIKASI POS - POS Posisi Maret 2016 Posisi Maret 2015 Aset Kas 176,008 81,228 Kas dalam Valuta Asing 0 0 Surat Berharga 0 0 Pendapatan Bunga yang Akan Diterima 236,997 158,045 Penempatan

Lebih terperinci

Implementasi Psak No. 31 Tentang Akuntansi Perbankan Untuk Pengakuan Pendapatan Dan Beban Bunga Pada PT. Bank Bjb Kantor Cabang Majalengka

Implementasi Psak No. 31 Tentang Akuntansi Perbankan Untuk Pengakuan Pendapatan Dan Beban Bunga Pada PT. Bank Bjb Kantor Cabang Majalengka Repositori STIE Ekuitas STIE Ekuitas Repository Final Assignment - Diploma 3 (D3) http://repository.ekuitas.ac.id Final Assignment of Accounting 2016-04-18 Implementasi Psak No. 31 Tentang Akuntansi Perbankan

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR : 79 TAHUN 2013 TANGGAL: 27 DESEMBER 2013 KEBIJAKAN AKUNTANSI NO. 04 LAPORAN ARUS KAS

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR : 79 TAHUN 2013 TANGGAL: 27 DESEMBER 2013 KEBIJAKAN AKUNTANSI NO. 04 LAPORAN ARUS KAS LAMPIRAN B.IV : PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR : 79 TAHUN 2013 TANGGAL: 27 DESEMBER 2013 KEBIJAKAN AKUNTANSI NO. 04 LAPORAN ARUS KAS Paragraf-paragraf yang ditulis dengan huruf tebal dan miring

Lebih terperinci

PT JEMBO CABLE COMPANY Tbk NERACA 31 Desember 2003 dan 2002 (dalam Ribuan Rupiah, kecuali di nyatakan lain)

PT JEMBO CABLE COMPANY Tbk NERACA 31 Desember 2003 dan 2002 (dalam Ribuan Rupiah, kecuali di nyatakan lain) NERACA 31 Desember 2003 dan 2002 AKTIVA LANCAR K E T E R A N G A N 2003 2002 Kas dan setara kas 5,048,154 5,040,625 Piutang usaha Pihak yang mempunyai hubungan istimewa 19,943,324 21,928,185 Pihak ketiga-setelah

Lebih terperinci

LAPORAN NERACA PUBLIKASI PT BPR DANA BINTAN SEJAHTERA Tanggal : 31 Desember 2016

LAPORAN NERACA PUBLIKASI PT BPR DANA BINTAN SEJAHTERA Tanggal : 31 Desember 2016 LAPORAN NERACA PUBLIKASI POS - POS Posisi Desember 2016 Posisi Desember 2015 Aset Kas 163,054 187,936 Kas dalam Valuta Asing 0 0 Surat Berharga 0 0 Pendapatan Bunga yang Akan Diterima 611,223 689,344 Penempatan

Lebih terperinci

Jenis Arus dana Pembangunan. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM

Jenis Arus dana Pembangunan. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM Jenis Arus dana Pembangunan Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM Neraca Arus Dana (NAD) adalah sistem data finansial yang secara lengkap menggambarkan penggunaan tabungan dan sumber dana lainnya untuk membiayai

Lebih terperinci

Laporan Gabungan Neraca (Aset)

Laporan Gabungan Neraca (Aset) Laporan Gabungan Neraca Kota/Kabupaten Kab. Grobogan Laporan Akhir Bulan Desember 2016 Laporan Gabungan Neraca (Aset) (Ribuan Rp) Aset 1 Kas 100 14,520,805 2 Kas dalam valuta asing 102 0 3 Surat berharga

Lebih terperinci

Laporan Gabungan Neraca (Aset)

Laporan Gabungan Neraca (Aset) Laporan Gabungan Neraca Kota/Kabupaten Kab. Grobogan Laporan Akhir Bulan Desember 2015 Laporan Gabungan Neraca (Aset) (Ribuan Rp) Aset 1 Kas 100 9,600,376 2 Kas dalam valuta asing 102 0 3 Surat berharga

Lebih terperinci

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 39 /SEOJK.03/2017 TENTANG LAPORAN TAHUNAN DAN LAPORAN KEUANGAN PUBLIKASI BANK PERKREDITAN RAKYAT

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 39 /SEOJK.03/2017 TENTANG LAPORAN TAHUNAN DAN LAPORAN KEUANGAN PUBLIKASI BANK PERKREDITAN RAKYAT Yth. Direksi Bank Perkreditan Rakyat di tempat. SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 39 /SEOJK.03/2017 TENTANG LAPORAN TAHUNAN DAN LAPORAN KEUANGAN PUBLIKASI BANK PERKREDITAN RAKYAT Sehubungan

Lebih terperinci

Umum. I. KETENTUAN UMUM 1. Perusahaan adalah perusahaan asuransi,

Umum. I. KETENTUAN UMUM 1. Perusahaan adalah perusahaan asuransi, Umum Yth. 1. Direksi Perusahaan Asuransi; 2. Direksi Perusahaan Asuransi Syariah; 3. Direksi Perusahaan Reasuransi; 4. Direksi Perusahaan Reasuransi Syariah; dan 5. Tim Likuidasi Perusahaan Asuransi dan

Lebih terperinci

Posisi Desember Pos-Pos

Posisi Desember Pos-Pos Periode: Desember- Laporan Neraca No 1 Kas 259,933 259,933 2 Kas dalam Valuta Asing 3 Surat Berharga 4 Pendapatan Bunga yang Akan Diterima 64,484 64,484 5 Penempatan pada Bank Lain 929,544 929,544 6 Penyisihan

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/14/PBI/2011 TENTANG PENILAIAN KUALITAS AKTIVA BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/14/PBI/2011 TENTANG PENILAIAN KUALITAS AKTIVA BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/14/PBI/2011 TENTANG PENILAIAN KUALITAS AKTIVA BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa kelangsungan

Lebih terperinci

PT Bank Rabobank International Indonesia PENGURUS BANK

PT Bank Rabobank International Indonesia PENGURUS BANK PT Bank Rabobank International Indonesia PENGURUS BANK DEWAN KOMISARIS - Presiden Komisaris : Humayunbosha - Komisaris : Robert Jan Van Zadelhoff - Komisaris : Shanti Lasminingsih Poesposoetjipto Dewan

Lebih terperinci

PENGURUS BANK PEMILIK BANK

PENGURUS BANK PEMILIK BANK PT Bank Rabobank International Indonesia PENGURUS BANK Dewan Komisaris - Presiden Komisaris : Humayunbosha - Komisaris : Wouter Jacob Kolff - Komisaris : Fergus John Murphy - Komisaris : Shanti Lasminingsih

Lebih terperinci

MEMUTUSKAN : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PENGELOLAAN DAN INVESTASI DANA PROGRAM JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA. BAB I KETENTUAN UMUM.

MEMUTUSKAN : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PENGELOLAAN DAN INVESTASI DANA PROGRAM JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA. BAB I KETENTUAN UMUM. PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG PENGELOLAAN DAN INVESTASI DANA PROGRAM JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a bahwa pengelolaan dan pengembangan

Lebih terperinci

EKUITAS LAPORAN LABA RUGI. Ekuitas

EKUITAS LAPORAN LABA RUGI. Ekuitas EKUITAS Pada tahun total ekuitas BCA tumbuh 16,6% atau Rp 18,7 triliun menjadi Rp 131,4 triliun. Kenaikan ekuitas ini sejalan dengan peningkatan profitabilitas dan kebijakan pembagian dividen secara terukur.

Lebih terperinci

LAPORAN NERACA PUBLIKASI PD. BPR BKK LASEM Tanggal : 30 Juni 2015

LAPORAN NERACA PUBLIKASI PD. BPR BKK LASEM Tanggal : 30 Juni 2015 LAPORAN NERACA PUBLIKASI Tanggal : 3 Juni 215 Aset Kas Kas dalam Valuta Asing Surat Berharga POS POS Pendapatan Bunga yang Akan Diterima Penempatan pada Bank Lain Penyisihan Kerugian / Jumlah Kredit yang

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/19/PBI/2006 TENTANG KUALITAS AKTIVA PRODUKTIF DAN PEMBENTUKAN PENYISIHAN PENGHAPUSAN AKTIVA PRODUKTIF

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/19/PBI/2006 TENTANG KUALITAS AKTIVA PRODUKTIF DAN PEMBENTUKAN PENYISIHAN PENGHAPUSAN AKTIVA PRODUKTIF PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/19/PBI/2006 TENTANG KUALITAS AKTIVA PRODUKTIF DAN PEMBENTUKAN PENYISIHAN PENGHAPUSAN AKTIVA PRODUKTIF BANK PERKREDITAN RAKYAT GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Bank

TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Bank 8 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Bank Pengertian bank menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 7 Tahun 1992 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 adalah badan usaha

Lebih terperinci

PT Bank Rabobank International Indonesia

PT Bank Rabobank International Indonesia PT Bank Rabobank International Indonesia PENGURUS BANK Dewan Komisaris - Presiden Komisaris : Humayunbosha - Komisaris : Wouter Jacob Kolff - Komisaris : Fergus John Murphy - Komisaris : Shanti Lasminingsih

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 3/21/PBI/2001 TENTANG KEWAJIBAN PENYEDIAAN MODAL MINIMUM BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 3/21/PBI/2001 TENTANG KEWAJIBAN PENYEDIAAN MODAL MINIMUM BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 3/21/PBI/2001 TENTANG KEWAJIBAN PENYEDIAAN MODAL MINIMUM BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam rangka menciptakan sistem perbankan yang sehat dan

Lebih terperinci

S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM YANG MELAKSANAKAN KEGIATAN USAHA BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH DI INDONESIA

S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM YANG MELAKSANAKAN KEGIATAN USAHA BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH DI INDONESIA No. 7/53/DPbS Jakarta, 22 November 2005 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM YANG MELAKSANAKAN KEGIATAN USAHA BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH DI INDONESIA Perihal : Kewajiban Penyediaan Modal Minimum

Lebih terperinci

ANALISIS PENERAPAN SAK ETAP DALAM PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN PADA PT. BPR Ganto Nagari 1954

ANALISIS PENERAPAN SAK ETAP DALAM PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN PADA PT. BPR Ganto Nagari 1954 ANALISIS PENERAPAN SAK ETAP DALAM PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN PADA PT. BPR Ganto Nagari 1954 Immu Puteri Sari dan Dwi Nova Azana Fakultas Ekonomi UMSB Abstrak Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 7/13/PBI/2005 TENTANG KEWAJIBAN PENYEDIAAN MODAL MINIMUM BANK UMUM BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 7/13/PBI/2005 TENTANG KEWAJIBAN PENYEDIAAN MODAL MINIMUM BANK UMUM BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 7/13/PBI/2005 TENTANG KEWAJIBAN PENYEDIAAN MODAL MINIMUM BANK UMUM BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam rangka mewujudkan sistem

Lebih terperinci

LAPORAN NERACA PUBLIKASI PT BPR DANA BINTAN SEJAHTERA Tanggal : 31 Desember 2015

LAPORAN NERACA PUBLIKASI PT BPR DANA BINTAN SEJAHTERA Tanggal : 31 Desember 2015 LAPORAN NERACA PUBLIKASI POS - POS Posisi Desember 2015 Posisi Desember 2014 Aset Kas 187,936 812,289 Kas dalam Valuta Asing 0 0 Surat Berharga 0 0 Pendapatan Bunga yang Akan Diterima 689,344 799,177 Penempatan

Lebih terperinci

LAMPIRAN KHUSUS SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK BADAN

LAMPIRAN KHUSUS SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK BADAN DAFTAR PENYUSUTAN DAN AMORTISASI FISKAL 1A BULAN / HARGA NILAI SISA BUKU FISKAL METODE PENYUSUTAN / AMORTISASI KELOMPOK / JENIS HARTA TAHUN PEROLEHAN AWAL TAHUN PENYUSUTAN / AMORTISASI FISKAL TAHUN INI

Lebih terperinci

Dewan Komisaris - Presiden Komisaris : Humayunbosha - Komisaris : Robert Jan Van Zadelhoff *) - Komisaris : Shanti Lasminingsih Poesposoetjipto

Dewan Komisaris - Presiden Komisaris : Humayunbosha - Komisaris : Robert Jan Van Zadelhoff *) - Komisaris : Shanti Lasminingsih Poesposoetjipto PT Bank Rabobank International Indonesia PENGURUS BANK Dewan Komisaris - Presiden Komisaris : Humayunbosha - Komisaris : Robert Jan Van Zadelhoff *) - Komisaris : Shanti Lasminingsih Poesposoetjipto Dewan

Lebih terperinci

Kas 2c, 2g Giro pada Bank Indonesia 2c, 2g, 2h,

Kas 2c, 2g Giro pada Bank Indonesia 2c, 2g, 2h, ASET Kas 2c, 2g 15.286.190 11.357.523 9.521.713 Giro pada Bank Indonesia 2c, 2g, 2h, 4 38.272.155 36.152.674 24.856.699 Giro pada Bank Lain 2c, 2f, 2g, 2h, 5 Pihak berelasi 54 16.079 44.516 14.386 Pihak

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR Sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2015 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. Perbandingan Perlakuan Akuntansi PT Aman Investama dengan

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. Perbandingan Perlakuan Akuntansi PT Aman Investama dengan BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN IV.1 Perbandingan Perlakuan Akuntansi PT Aman Investama dengan Perlakuan Akuntansi SAK ETAP Setelah mendapatkan gambaran detail mengenai objek penelitian, yaitu PT Aman Investama.

Lebih terperinci

AKUNTANSI INVESTASI STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PERNYATAAN NO. 06 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

AKUNTANSI INVESTASI STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PERNYATAAN NO. 06 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN I.0 PERATURAN PEMERINTAH NOMOR TAHUN 00 TANGGAL OKTOBER 00 STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PERNYATAAN NO. 0 AKUNTANSI INVESTASI Lampiran I.0 PSAP 0 (i) DAFTAR ISI Paragraf PENDAHULUAN

Lebih terperinci

LAPORAN NERACA PUBLIKASI PT BPR DANA BINTAN SEJAHTERA Tanggal : 31 Desember 2017

LAPORAN NERACA PUBLIKASI PT BPR DANA BINTAN SEJAHTERA Tanggal : 31 Desember 2017 LAPORAN NERACA PUBLIKASI POS - POS Posisi Desember 2017 Posisi Desember 2016 Aset Kas 202,201 163,054 Kas dalam Valuta Asing 0 0 Surat Berharga 0 0 Pendapatan Bunga yang Akan Diterima 587,829 611,223 Penempatan

Lebih terperinci

Draft publikasian PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAH NO. 03: LAPORAN ARUS KAS. Komite Standar Akuntansi Pemerintah Pusat dan Daerah

Draft publikasian PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAH NO. 03: LAPORAN ARUS KAS. Komite Standar Akuntansi Pemerintah Pusat dan Daerah Draft publikasian PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAH NO. 0: LAPORAN ARUS KAS Komite Standar Akuntansi Pemerintah Pusat dan Daerah 0 Oktober 00 Kata Pengantar Terselenggaranya sistem manajemen keuangan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2007 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2007 TENTANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2007 TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN ATAS PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2005 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

Posisi Desember Pos-Pos

Posisi Desember Pos-Pos Periode: Desember- Laporan Neraca No 1 Kas 298,362 298,362 2 Kas dalam Valuta Asing 3 Surat Berharga 4 Pendapatan Bunga yang Akan Diterima 80,126 80,126 5 Penempatan pada Bank Lain 932,642 932,642 6 Penyisihan

Lebih terperinci

Dewan Komisaris - Presiden Komisaris : Humayunbosha - Komisaris : Fergus John Murphy - Komisaris : Shanti Lasminingsih Poesposoetjipto

Dewan Komisaris - Presiden Komisaris : Humayunbosha - Komisaris : Fergus John Murphy - Komisaris : Shanti Lasminingsih Poesposoetjipto PT Bank Rabobank International Indonesia PENGURUS BANK Dewan Komisaris - Presiden Komisaris : Humayunbosha - Komisaris : Fergus John Murphy - Komisaris : Shanti Lasminingsih Poesposoetjipto Dewan Direksi

Lebih terperinci

PT. BANK OMEGA NERACA PER TANGGAL 31 DESEMBER 20XX

PT. BANK OMEGA NERACA PER TANGGAL 31 DESEMBER 20XX PT. BANK OMEGA NERACA PER TANGGAL 31 DESEMBER 20XX 1. AKTIVA 2. KEWAJIBAN 1.1. K a s 2.1. G i r o 1.2. Giro pada Bank Indonesia 2.2. Kewajiban Segera Lainnya 1.3. Giro pada Bank Lain 2.3. Tabungan 1.4.

Lebih terperinci

Dewan Komisaris - Presiden Komisaris : Humayunbosha - Komisaris : Fergus John Murphy - Komisaris : Shanti Lasminingsih Poesposoetjipto

Dewan Komisaris - Presiden Komisaris : Humayunbosha - Komisaris : Fergus John Murphy - Komisaris : Shanti Lasminingsih Poesposoetjipto PT Bank Rabobank International Indonesia PENGURUS BANK Dewan Komisaris - Presiden Komisaris : Humayunbosha - Komisaris : Fergus John Murphy - Komisaris : Shanti Lasminingsih Poesposoetjipto Dewan Direksi

Lebih terperinci

Dewan Komisaris - Presiden Komisaris : Humayunbosha - Komisaris : Fergus John Murphy - Komisaris : Shanti Lasminingsih Poesposoetjipto

Dewan Komisaris - Presiden Komisaris : Humayunbosha - Komisaris : Fergus John Murphy - Komisaris : Shanti Lasminingsih Poesposoetjipto PT Bank Rabobank International Indonesia PENGURUS BANK Dewan Komisaris - Presiden Komisaris : Humayunbosha - Komisaris : Fergus John Murphy - Komisaris : Shanti Lasminingsih Poesposoetjipto Dewan Direksi

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN TERKINI

PERKEMBANGAN TERKINI PT BANK TABUNGAN NEGARA (PERSERO) TBK. PERKEMBANGAN TERKINI KINERJA OPERASIONAL PERSEROAN Perbandingan Periode Sembilan bulan yang Berakhir pada tanggal 30 September 2011 dan 30 September 2012 Pendapatan

Lebih terperinci

CAKUPAN DATA. AKSES DATA Data Antar Bank Aktiva dapat di akses dalam website BI :

CAKUPAN DATA. AKSES DATA Data Antar Bank Aktiva dapat di akses dalam website BI : 1 Nama Data : Antar Bank Aktiva BPR Semua jenis simpanan/tagihan BPR Pelapor dalam rupiah kepada bank lain di Indonesia. Simpanan/tagihan kepada bank lain di Indonesia dengan jenis giro, tabungan, deposito

Lebih terperinci

SALINAN KEBIJAKAN AKUNTANSI INVESTASI

SALINAN KEBIJAKAN AKUNTANSI INVESTASI LAMPIRAN IV PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 219/PMK.05/2013 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH PUSAT MENTERI KEUANGAN KEBIJAKAN AKUNTANSI INVESTASI Investasi adalah aset yang dimaksudkan untuk memperoleh

Lebih terperinci

LAPORAN NERACA PUBLIKASI PT BPR ARTHARINDO Tanggal : 30 September 2016

LAPORAN NERACA PUBLIKASI PT BPR ARTHARINDO Tanggal : 30 September 2016 LAPORAN NERACA PUBLIKASI POS - POS Posisi September 2016 Posisi September 2015 Aset Kas 539,426 491,599 Kas dalam Valuta Asing 0 0 Surat Berharga 0 0 Pendapatan Bunga yang Akan Diterima 3,050,501 2,476,322

Lebih terperinci

PT Bank Central Asia Tbk dan Anak Perusahaan

PT Bank Central Asia Tbk dan Anak Perusahaan PT Bank Central Asia Tbk dan Anak Perusahaan Laporan Keuangan Konsolidasi Dan Laporan Auditor Independen Dua Bulan Yang Berakhir Pada Tanggal 31 Desember 2000 Dan (Mata Uang Indonesia) Laporan Auditor

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Koperasi 2.1.1 Pengertian Koperasi bahwa, Undang Undang No.17 tahun 2012 tentang Perkoperasian menyatakan Koperasi adalah badan hukum yang didirikan oleh orang perseorangan

Lebih terperinci

Lampiran III PENJELASAN SETIAP PERKIRAAN DALAM LAPORAN KEUANGAN DANA PENSIUN

Lampiran III PENJELASAN SETIAP PERKIRAAN DALAM LAPORAN KEUANGAN DANA PENSIUN Lampiran III PENJELASAN SETIAP PERKIRAAN DALAM LAPORAN KEUANGAN DANA PENSIUN I. NERACA Neraca adalah laporan yang menggambarkan keadaan keuangan pada saat tertentu dan terdiri dari kekayaan (aktiva) yang

Lebih terperinci

LAPORAN NERACA PUBLIKASI PT BPR ARTHARINDO Tanggal : 30 September 2017

LAPORAN NERACA PUBLIKASI PT BPR ARTHARINDO Tanggal : 30 September 2017 LAPORAN NERACA PUBLIKASI POS - POS Posisi September 2017 Posisi September 2016 Aset Kas 664,665 539,426 Kas dalam Valuta Asing 0 0 Surat Berharga 0 0 Pendapatan Bunga yang Akan Diterima 4,054,545 3,050,501

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 13/ 26 /PBI/2011 TENTANG

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 13/ 26 /PBI/2011 TENTANG PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 13/ 26 /PBI/2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 8/19/PBI/2006 TENTANG KUALITAS AKTIVA PRODUKTIF DAN PEMBENTUKAN PENYISIHAN PENGHAPUSAN AKTIVA PRODUKTIF

Lebih terperinci

LAPORAN NERACA PUBLIKASI PT BPR ARTHARINDO Tanggal : 30 Juni 2016

LAPORAN NERACA PUBLIKASI PT BPR ARTHARINDO Tanggal : 30 Juni 2016 LAPORAN NERACA PUBLIKASI POS - POS Posisi Juni 2016 Posisi Juni 2015 Aset Kas 696,650 513,278 Kas dalam Valuta Asing 0 0 Surat Berharga 0 0 Pendapatan Bunga yang Akan Diterima 2,948,426 2,134,265 Penempatan

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM ATAS PT MMS. Sejarah Singkat dan Perkembangan Perusahaan

BAB III GAMBARAN UMUM ATAS PT MMS. Sejarah Singkat dan Perkembangan Perusahaan BAB III GAMBARAN UMUM ATAS PT MMS III.1 Sejarah Singkat dan Perkembangan Perusahaan PT MMS didirikan di Jakarta berdasarkan Akta No.14 tanggal 4 Oktober 1989 dari Notaris Winnie Hadiprojo, SH., notaris

Lebih terperinci