BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 5.1 Karekteristik Subjek Penelitian

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 5.1 Karekteristik Subjek Penelitian"

Transkripsi

1 BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Deskripsi Karakteristik Subjek Penelitian Karakteristik subjek penelitian yang meliputi: usia, berat badan, dan tinggi badan responden. Hasil deskripsi karakteristik subjek penelitian disajikan dalam Tabel 5.1. Tabel 5.1 Karekteristik Subjek Penelitian Karakteristik subjek Kelompok I (n=15) Kelompok II (n=15) Mean±SD Mean±SD Umur (th) 64,33±3,519 64,33±3,331 Berat Badan (kg) 56,67±3,697 56,73±4,448 Tinggi Badan (cm) 158,13±2, ,93±3,674 IMT (kg/m 2 ) 22,64±1,05 22,72±1,30 Berdasarkan dari tabel 5.1 di atas, menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan data pada nilai umur, berat badan, tinggi badan dan indeks massa tubuh pada masing-masing kelompok. 58

2 Deskripsi Keseimbangan Dinamis Terhadap Risiko Jatuh Risiko Jatuh Tinggi (>15 detik) Sedang (11 15 detik) Rendah (<11 detik) Tabel 5.2 Deskripsi Keseimbangan Dinamis Terhadap Risiko Jatuh Sebelum Perlakuan Setelah Perlakuan Kelompok I Kelompok II Kelompok I Kelompok II 20 % 86,7 % 0% 6,7 % 80 % 13,3 % 60 % 86,6 % 0% 0% 40 % 6,7 % Berdasarkan tabel 5.2, menunjukkan bahwa pada kelompok I nilai keseimbangan dinamis sebelum perlakuan yang masuk kategori sedang lebih banyak dibandingkan dengan yang masuk dalam kategori tinggi. Kelompok II nilai keseimbangan dinamis sebelum perlakuan yang masuk kategori tinggi lebih banyak dibandingkan dengan yang masuk dalam kategori sedang. Kelompok I nilai keseimbangan dinamis setelah perlakuan mengalami peningkatan yaitu tidak ada yang masuk dalam kategori tinggi dan kategori sedang lebih banyak dibandingkan dengan yang masuk dalam kategori rendah. Kelompok II nilai keseimbangan dinamis setelah perlakuan mengalami peningkatan yang masuk kategori tinggi lebih sedikit dibandingkan dengan yang masuk dalam kategori sedang.

3 Uji Normalitas dan Uji Homogenitas Tabel 5.3 Uji Normalitas dan Uji Homogenitas Keseimbangan Dinamis Normalitas (p) (detik) Kelompok I Kelompok II Homogenitas (p) Sebelum Perlakuan 0,286 0,897 0,200 Setelah Perlakuan 0,163 0,726 Selisih 0,337 0,183 Berdasarkan tabel 5.2, menunjukan bahwa pada uji normalitas (Shapiro- Wilk test) dan homogenitas (Levene s-test) semua nilai p>0,05, maka dapat disimpulkan bahwa data-data tersebut dapat dinyatakan berdistribusi normal dan homogen sehingga uji beda yang digunakan adalah uji parametrik. 5.4 Pengaruh Aquatic Exercise Therapy dan Senam Aerobic Low Impact Terhadap Keseimbangan Dinamis Tabel 5.4 Pengaruh Aquatic Exercise Therapy dan Senam Aerobic Low Impact Kelompok Perlakuan Terhadap Keseimbangan Dinamis Sebelum Setelah Selisih P* (Mean±SD) (Mean±SD) (Mean±SD) I 13,21±1,63 11,16±1,52 2,05±0,33 0,001 II 13,45±1,35 12,40±1,26 1,05±0,39 0,001 P** 0,667 0,022 Keterangan: * paired t-test ** independent t-test

4 61 Berdasarkan tabel 5.4, menunjukan hasil uji paired t-test kelompok I sebelum dan sesudah perlakuan didapat nilai p=0,001. Dari nilai tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan dari keseimbangan dinamis sebelum dan sesudah perlakukan aquatic exercise therapy pada lansia. Hal ini juga menunjukkan bahwa aquatic exercise therapy meningkatkan keseimbangan dinamis pada lansia. Pada kelompok perlakuan II menunjukkan hasil uji t sebelum dan sesudah perlakuan didapat nilai p=0,001. Nilai tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan dari keseimbangan dinamis sebelum dan sesudah perlakukan senam aerobic low impact pada lansia. Hal ini juga menunjukkan bahwa senam aerobic low impact meningkatkan keseimbangan dinamis pada lansia. Berdasarkan tabel 5.4, menunjukkan bahwa hasil uji independent t-test pada data setelah perlakuan antara kelompok I dan kelompok II didapat nilai p=0,022. Maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan antara aquatic execise therapy dengan senam aerobic low impact terhadap keseimbangan dinamis. Dengan kata lain, hipotesis ke-3 dapat diterima yakni aquatic execise therapy lebih meningkatkan keseimbangan dinamis daripada senam aerobic low impact pada lansia. Berdasarkan nilai selisih, menunjukkan bahwa pada aquatic execise therapy lebih besar perubahannya dibandingkan pada senam aerobic low impact. 5.5 Pembahasan Karakteristik Subjek Penelitian Penelitian dilakukan di dua tempat yaitu kolam renang Hotel Kelapa Gading sebagai tempat kelompok I dan Balai Banjar Dharma Santi Denpasar

5 62 sebagai tempat pelatihan kelompok II. Jumlah subjek pada masing-masing kelompok adalah 15 orang. Data karakteristik yang diambil dalam penelitian meliputi usia, berat badan, tinggi badan, indeks massa tubuh. Kedua kelompok tersebut memiliki kesamaan dalam lingkungan tempat tinggalnya dan tidak ada aktivitas berat yang dilakukan sehari-hari. 5.6 Pengaruh Aquatic Exercise Therapy Terhadap Keseimbangan Dinamis Berdasarkan analisis data sebelum dan setelah diberikan program latihan kelompok I pada tabel 5.4, menujukkan bahwa pemberian aquatic exercise therapy selama 12 kali menunjukkan peningkatkan keseimbangan dinamis pada lansia yang signifikan. Penelitian ini mirip dengan penelitian yang dilakukan oleh Lestianti (2012) yang berjudul Pengaruh Aquatic Exercise Therapy Terhadap Keseimbangan Statis Pada Lansia. Dalam penelitian tersebut meneliti peningkatan keseimbangan statisnya saja berbeda dengan penelitian ini yang meneliti penigkatan keseimbangan dinamis. Tetapi dosis latihan yang diberikan sama, yaitu dengan frekuensi selama 6 minggu. Gerakan pada latihan tersebut diambil dari buku Bates (1996) dan penambahan dari buku Brody (2009) serta dimodifikasi. Adapun penelitian lain yang dilakukan oleh Smulders (2005) menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan setelah diberikan aquatic exercise therapy dapat mengurangi resiko gangguan keseimbangan dan mencegah kejadian jatuh pada lansia. Aquatic exercise therapy juga memiliki efek positif untuk mencegah insiden jatuh pada lansia. Seseorang dapat bergerak bebas didalam air dalam lingkup gerak sendi yang luas karena air memberikan sanggaan terhadap tubuh

6 63 ketika masuk kedalam air, sehingga tidak terjatuh. Hasil uji t-test dari penilitian tertebut didapatkan nlai p=0,001 sama dengan penelitian ini karena gerakan dan dosis yang diberikan sama dengan penelitian ini. Aquatic exercise therapy dapat memanfaatkan lima prinsip fisik dari air yaitu buoyancy, hydrostatic pressure, fluid resistance, turbulence dan relative density. Saat melakukan latihan di dalam air, gaya apung (buoyancy) dapat digunakan untuk mengurangi pembebanan di dalam air serta memberikan efek rileksasi. Tekanan hidrostatis memberikan tahanan pada saat melakukan latihan di dalam air. Tahanan tersebut dapat digunakan untuk meningkatkan kekuatan otot, yaitu, otot-otot lengan, otot-otot tungkai dan yang terpenting adalah otot-otot postural. Otot-otot postural berfungsi untuk menjaga tubuh agak tetap tegak saat melakukan aktivitas. Bila otot-otot postural meningkat dapat meningkatkan respon perubahan posisi, gravitasi, titik tumpu, serta aligmen tubuh sehingga dapat mempertahankan keseimbangan (Wollam, 2009). Selain itu, prinsip fisik air yaitu fluid resistance mampu meningkatkan somatosensoris pada tubuh saat melakukan latihan di dalam air. Peningkatan somatosensori dapat membantu mempertahankan keseimbangan tubuh karena somatosensoris berfungsi sebagai pemberi informasi posisi tubuh dan perubahan gravitasi saat bergerak. Dalam penelitian ini, ada gerakan memutar tungkai, gerakan menyilang kaki dan berjalan di dalam air. Gerakan tersebut dapat meningkatkan gaya turbulence dalam air sehingga otot-otot tungkai dan otot-otot postural akan mendapat tahanan dari air yang akan mengganggu kestabilan tubuh. Otot-otot tungkai dan postural akan bekerja mempertahankan posisi tubuh agar

7 64 tetap tegak saat melakukan latihan di dalam air sehingga terjadi peningkatan keseimbangan pada tubuh. Oleh karena lingkungan air tidak selalu dalam kondisi yang stabil, orang itu harus mampu mengantisipasi terhadap gangguan yang akan muncul saat latihan. Hal ini melatih otot-otot postural agar dapat menjaga tubuh tetap stabil dan dapat dengan cepat mengantisipasi gangguan yang muncul. Dengan semakin cepat daya antisipasi seseorang, waktu reaksi akan semakin meningkat yang memberikan umpan balik pada keseimbangan tubuh saat bergerak sehingga kejadian jatuh pada lansia dapat berkurang (Henley, 2009). 5.7 Pengaruh Senam Aerobic Low Impact Terhadap Keseimbangan Dinamis Hasil analisis data sebelum dan setelah diberikan program latihan pada kelompok II pada tabel 5.4, menunjukkan bahwa senam aerobic low impact selama 12 kali mengalami peningkatan keseimbangan dinamis pada lansia yang signifikan. Peningkatan keseimbangan dinamis pada lansia pada penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Wahyuni (2004) yang berjudul Pengaruh Senam Lansia Terhadap Keseimbangan Pada Orang Lanjut Usia dalam penelitian tersebut para lansia mendapatkan porsi latihan yang sama dengan frekuensi selama 6 minggu. Adapun penelitian yang dilakukan Bertiyana (2012) yang berjudul Senam Aerobic Low Impact Meningkatkan Keseimbangan Dinamis Pada Lansia. Pada penelitian tersebut, keseimbangan dinamis setelah diberikan senam aerobic low impact meningkat 5% sedangkan pada penelitinan ini keseimbangan

8 65 dinamis meningkat 10%. Hal ini dikarenakan pada penelitian ini banyak gerakan baru yang disesuaikan untuk meningkatkan keseimbangan dinamis. Peningkatan keseimbangan dinamis pada lansia yang diberikan senam aerobic low impact secara terprogram tidak lepas dari aktifnya otot-otot tubuh secara general. Pada lansia terjadi penurunan input sensoris, perlambatan respon motoris, serta keterbatasan kondisi muskuloskeletal (Salzman, 2010). Pada senam aerobic low impact otot-otot tubuh secara general akan dipacu untuk bergerak. Gerakan-gerakan yang terpola dan terprogram akan memberikan respon adaptif secara fisiologis pada sistem muskuloskeletal. Kemampuan otot besar yang baik akan meningkatkan respon otot-otot postural yang sinergis. Pada tungkai, gerakan dari senam aerobic low impact akan memperkuat kemampuan otot tungkai dalam mempertahankan keseimbangan. Menurut Scott (2013) kemampuan ankle strategy yang ditopang oleh otototot plantaris, gastrocnemius, grup quadriceps dan hamstring serta gluteal akan lebih optimal. Otot-otot tungkai yang baik akan mamapu menyangga tubuh bagian atas secara lebih sempurna sehingga keseimbangan lebih terjaga. Aktivasi dari otot hamstring dan otot-otot paraspinal mempertahankan sendi panggul dan sendi lutut dalam keadaan ekstensi (Shumway, 2007). Respon otot-otot postural tubuh yang sinergis mengarah pada waktu dan jarak dari aktivitas kelompok otot yang diperlukan untuk mempertahankan keseimbangan dan kontrol postural. Beberapa kelompok otot baik pada tubuh bagian atas (kelompok otot abdomen dan back muscle) maupun bagian bawah (otot-otot tungkai) berfungsi mempertahankan

9 66 postur tubuh saat berdiri tegak serta mengatur keseimbangan tubuh terhadap base of support (Suhartono, 2005). Gerakan kepala yang terdapat pada senam aerobic low impact saat pemanasan dan inti latihan akan menstimulus sistem vestibular dan visual yang berperan sebagai faktor internal dalam keseimbangan. Gerakan yang bervariatif akan menjaga koordinasi mata dan respon visual. Respon visual akan memberikan informasi ke susunan sarat pusat tentang posisi tubuh terhadap kondisi lingkungan di sekitar dan antar bagian tubuh sehingga kesiagaan postural dengan lingkungan menjadi lebih baik. Sistem vestibular yang baik akan membantu tubuh dalam menjaga keseimbangan dan mengontrol kepala (Miller, 2009). 5.7 Perbandingan Aquatic Exercise Therapy dan Senam Aerobic Low Impact Terhadap Keseimbangan Dinamis Hasil analisis dilihat dari nilai keseimbangan dinamis setelah perlakuan pada kelompok I dan kelompok II pada tabel 5.4, menunjukkan bahwa aquatic exercise therapy lebih meningkatkan keseimbangan dinamis daripada senam aerobic low impact pada lansia. Adapun penelitian yang dilakukan oleh Avelar (2009), menunjukkan bahwa Aquatic exercise lebih meningkatkan keseimbangan dinamis daripada noaquatic exercise pada lansia dengan nilai p=0,001. Hal tersebut berbeda dengan penelitian ini dengan nilai p=0,022 dikarenakan penelitian tersebut dilakukan selama 8 minggu, pertemuan sebanyak 18 kali. Jadi semakin lama perlakuan diberikan, maka hasil keseimbangan dinamis akan semakin terlihat. Aquatic

10 67 exercise therapy dan senam aerobic low impact sangat berbeda, dapat dilihat dari stimulasi yang diberikan kepada tubuh sebagai berikut: 1. Visual-auditori Pada aquatic exercise therapy sangat mempengaruhi visual-auditori dibandingkan dengan senam aerobic low impact. Hal ini, dikarenakan saat melakukan latihan di air, suara dari gemuruh air akan mengganggu visualauditori sehingga berakibat pada ketidakstabilan tubuh. Tubuh akan merespon gangguan tersebut yang akan mempertahankan kestabilan agar menimbulkan keseimbangan secara otomatis (Devenruex, 2006) 2. Vestibular Senam aerobic low impact lebih baik dalam merangsang vestibular, karena dalam senam banyak terdapat gerakan-gerakan kepala daripada aquatic exercise therapy. Gerakan kepala tersebut terdapat pada bagian pemanasan, inti dan pendinginan. Gerakan kepala yang paling mempengaruhi keseimbangan adalah gerakan lateral fleksi dan gerakan rotasi. Gerakan lateral fleksi kepala akan mempengaruhi sistem vestibular yaitu utrikulus dan sakulus. Pergerakan linier seperti gerakan fleksi kepala akan merangsang makula dan menyebabkan membran otolithic untuk meluncur di atas makula arah gravitasi. Membran otolithic bergerak, stereosilia menekuk menyebabkan beberapa sel rambut untuk mendepolarisasi dan yang lain hiperpolarisasi. Posisi yang tepat dari kepala ditafsirkan oleh otak berdasarkan pola depolarisasi sel rambut. Perbedaan inersia antara stereosilia sel rambut dan membran otolithic mengarahkan ke

11 68 gaya geser yang menyebabkan stereosilia untuk menekuk ke arah akselerasi linear dan tubuh harus merespon secara tepat agar seimbang (Gananca, 2006). Gerakan rotasi pada senam aerobic low impact akan mempengaruhi semisirkular kanal oleh mekanisme sistem push-pull. Pergerakan rotasi kepala akan menyebabkan seluruh cairan keluar kanal dan selama gerakan rotasi maka terjadi pergerakan kupula dan rambut sensorik. Pergerakan silia menyebabkan exictation sel menuju kinocilium dan frekuensi perubahan kecepatan gerak rotasi yang ditransmisikan kinocilium akan menggerakan serabut saraf vestibular memberi input menuju ke saraf kranial. Sinyal yang dikirim ke saraf ini menyebabkan refleks vestibulo-okular yang akan memungkinkan mata untuk memperbaiki posisi pada objek bergerak. Gerakan baru akan dikirim ke retikular kemudian dikirim ke sumsum tulang belakang dan terjadi reaksi refleks cepat untuk kedua tungkai dan batang untuk mendapatkan kembali keseimbangan (Saladin, 2011). 3. Somatosensoris Somatosensori mendapat rangsangan dari aquatic exercise therapy dan senam aerobic low impact karena keduanya memiliki gerakan yang sama, yaitu gerakan pada posisi kaki rapat, kaki membuka-menutup, berjalan, berdiri, berdiri satu tungkai dan tungkai yang bersilangan. Gerakan pada posisi kaki rapat mengakibatkan base of support menjadi sempit. Sempitnya base of support akan meminimalisir kerja visual dan meningkatnya body sway. Minimalnya kerja visual akan mengakibatkan berkurangnya input vestibular sehingga mengakibatkan propioseptif bekerja

12 69 mempertahankan keseimbangan akibat adanya persepsi ketidakseimbangan. Respon keseimbangan akan muncul sebagai umpan balik adanya ketidakstabilan akibat BOS yang sempit. Respon umpan balik terjadi secara cepat dengan adanya aktifasi desenden dan tanggapan singkat atency refleks akibat adanya gerakan kompensasi mekanik pergelangan kaki menstabilkan otot dan mengubah informasi proprioseptif (Chang, 2009) Gerakan kaki terbuka mengakibatkan base of support menjadi bervariasi. Base of support yang bervariasi akan merangsang propioseptif untuk identifikasi posisi sendi. Identifikasi posisi sendi direspon tubuh sebagai informasi gerakan baru kemudian timbul umpan balik untuk mempertahankan posisi tetap seimbang. Pengulangan posisi dengan BOS yang besar akan diterima oleh otak dan COG untuk secara cepat memberikan umpan balik sehingga keseimbangan dapat dicapai secara otomatis (Streepey, 2007) Gerakan berdiri dan gerakan berdiri satu kaki terjadi masukan (input) proprioseptor pada sendi, tendon dan otot dari kulit di telapak kaki juga merupakan hal penting untuk mengatur keseimbangan saat berdiri statis maupun dinamis. Pengaturan posisi tubuh akan merangsang central processing yang berfungsi untuk memetakan lokasi titik gravitasi, menata respon sikap, serta mengorganisasikan respon dengan sensorimotor. Selain itu, efektor berfungsi sebagai perangkat biomekanik untuk merealisasikan respon yang telah terprogram sistem saraf pusat, yang terdiri dari unsur

13 70 lingkup gerak sendi, kekuatan otot, aligmen sikap, serta stamina (Suhartono, 2005). Gerakan persilangan akan mengkoordinasikan otak atas (korteks) dan batang otak kemudian ke pusat gerak dan pusat nerves cranialis yang akan aktivasi di serebelum sehingga merangsang vestibular system (Thomas, 2012). 4. Muskuloskeletal Muskuloskeletal adalah komponen terpenting dalam menjaga keseimbangan tubuh agar tidak mengalami jatuh. Dari kedua perlakuan yang diberikan dalam penelitian ini, keduanya berperan dalam meningkatkan kekuatan pada otot terutama pada otot-otot tungkai dan postural. Pada senam aerobic low impact terdapat gerakan-gerakan yang terpola dan terprogram akan memberikan respon adaptif secara fisiologis pada sistem muskuloskeletal. Kemampuan otot besar yang baik akan meningkatkan respon otot-otot postural yang sinergis. Pada tungkai, gerakan dari senam aerobic low impact akan memperkuat kemampuan otot tungkai dalam mempertahankan keseimbangan (Shumway, 2007). Sedangkan aquatic exercise therapy lebih memberikan tahanan terhadap otot-otot tungkai dan postural karena aquatic exercise therapy memiliki prinsip buoyancy dengan keuntungan saat melakukan latihan di dalam air, yaitu dukungan yang membantu meringankan gerakan di dalam air dan tahanan yang dapat meningkatkan kekuatan otot jika tubuh digerakan menjauhi permukaan air. Ketika melakukan latihan di dalam air, gerakan

14 71 akan dihambat oleh tekanan air sehingga otot akan berkontraksi lebih kuat untuk melawan dan mempertahankan posisi tubuh agar mencapai keadaan stabil (Kaneda, 2008). Prinsip air yang menjadi tahanan saat melakukan latihan di dalam air terutama prinsip turbulence yang menimbulkan efek dari pusaran air memberikan tahanan dan gangguan yang membuat kondisi tubuh di dalam air tidak stabil sehingga otot-otot postural dan otot-otot tungkai akan bekerja lebih kuat mempertahankan kestabilan dan keseimbangan tubuh (Resende, 2008). Selain itu, air juga memiliki gaya tahanan cairan yang tidak terdapat pada senam aerobic low impat karena dapat memberikan hambatan gerakan pada tubuh dari segala arah sedangkan bila latihan di darat hanya dari satu arah yang tergantung pada arah beban yang diberikan. Tahanan cairan juga memberikan efek kesadaran sensoris dan meningkatkan waktu reaksi gerakan pada tubuh. Hal ini akan memberikan umpan balik pada keseimbangan sehingga keseimbangan dapat terjadi secara optimal (Kaneda, 2008) Walaupun data statistik menunjukkan bahwa aquatic exercise therapy lebih meningkatkan keseimbangan dinamis daripada senam aerobic low impact pada lansia secara signifikan. Akan tetapi, nilai keseimbangan dinamis pada kedua kelompok bila dimasukan dalam klinis resiko jatuh, nilai keseimbangan dinamis pada lansia tetap dalam range resiko jatuh sedang, yaitu detik. Maka, perlu adanya penelitian lanjutan dengan dosis pelatihan yang berbeda.

BAB I PENDAHULUAN. berpengaruh pada peningkatan usia harapan hidup di Indonesia. Lansia

BAB I PENDAHULUAN. berpengaruh pada peningkatan usia harapan hidup di Indonesia. Lansia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring meningkatnya derajat kesehatan dan kesejahteraan penduduk akan berpengaruh pada peningkatan usia harapan hidup di Indonesia. Lansia merupakan individu

Lebih terperinci

PERBEDAAN AQUATIC EXERCISE THERAPY DAN SENAM AEROBIC LOW IMPACT DALAM MENINGKATKAN KESEIMBANGAN DINAMIS PADA LANSIA DI BANJAR DHARMA SANTI DENPASAR

PERBEDAAN AQUATIC EXERCISE THERAPY DAN SENAM AEROBIC LOW IMPACT DALAM MENINGKATKAN KESEIMBANGAN DINAMIS PADA LANSIA DI BANJAR DHARMA SANTI DENPASAR PERBEDAAN AQUATIC EXERCISE THERAPY DAN SENAM AEROBIC LOW IMPACT DALAM MENINGKATKAN KESEIMBANGAN DINAMIS PADA LANSIA DI BANJAR DHARMA SANTI DENPASAR Oleh : Anak Ayu Nym. Trisna Narta D*, I Wayan Weta**,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan anggota gerak bawah. Yang masing-masing anggota gerak terdiri atas

BAB I PENDAHULUAN. dan anggota gerak bawah. Yang masing-masing anggota gerak terdiri atas 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu bergerak dalam menjalankan aktivitasnya. Sering kita jumpai seseorang mengalami keterbatasan gerak dimana hal tersebut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Hukum 1%, yang menyatakan bahwa fungsi organ akan mengalami penurunan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Hukum 1%, yang menyatakan bahwa fungsi organ akan mengalami penurunan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proses Fisiologis Penuaan Pada Lansia Penuaan pada lansia, memungkinkan terjadinya penurunan anatomis dan fungsional yang sangat besar. Andrea dan Tobin (peneliti), memperkenalkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun luar tubuh. Proses menua terjadi secara terus menerus secara

BAB I PENDAHULUAN. maupun luar tubuh. Proses menua terjadi secara terus menerus secara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lanjut usia bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan proses berkurangnya daya tahan tubuh dalam mengahadapi rangsangan dari dalam maupun luar tubuh. Proses menua terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. termasuk pula kebanyakan orang indonesia. Remaja pun juga begitu. mereka tidak segan- segan melakukan banyak kegiatan ekstra selain

BAB I PENDAHULUAN. termasuk pula kebanyakan orang indonesia. Remaja pun juga begitu. mereka tidak segan- segan melakukan banyak kegiatan ekstra selain BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tubuh ideal merupakan impian semua orang di dunia ini, tidak termasuk pula kebanyakan orang indonesia. Remaja pun juga begitu mereka tidak segan- segan melakukan banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia pasti akan mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan dari bayi sampai lanjut usia (lansia). Lanjut usia (lansia) merupakan kejadian yang pasti akan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini disajikan mengenai hasil penelitian beserta interpretasinya. Berturut-turut berikut disajikan mengenai deskripsi data, uji persyaratan analisis data,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Gambaran Umum Sampel Penelitian. usia minimal 60 tahun yang telah memenuhi kriteria inklusi dan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Gambaran Umum Sampel Penelitian. usia minimal 60 tahun yang telah memenuhi kriteria inklusi dan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN 1. Gambaran Umum Sampel Penelitian Sampel dalam penelitian ini berjumlah 26 orang lansia dengan usia minimal 60 tahun yang telah memenuhi kriteria

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pencapain pembangunan di Indonesia. Peningkatan UHH ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. pencapain pembangunan di Indonesia. Peningkatan UHH ditentukan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan Usia Harapan Hidup (UHH) merupakan indikator keberhasilan pencapain pembangunan di Indonesia. Peningkatan UHH ditentukan oleh penurunan angka kematian serta

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. menyelesaikan penulisan skripsi ini yang berjudul Perbedaan Antara Intervensi

KATA PENGANTAR. menyelesaikan penulisan skripsi ini yang berjudul Perbedaan Antara Intervensi KATA PENGANTAR Assalamu Alaikum Wr.Wb Bismillaahirohmaanirrohiim, Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-nya kepada penulis sampai detik ini sehingga penulis dapat menyelesaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemajuan yang terjadi dalam bidang kesehatan, meningkatnya kondisi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemajuan yang terjadi dalam bidang kesehatan, meningkatnya kondisi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan yang terjadi dalam bidang kesehatan, meningkatnya kondisi sosial dan perekonomian masyarakat, semakin meningkatknya wawasan masyarakat yang bersamaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gangguan pada keseimbangan gaya berdiri (center of gravitiy) dikarenakan

BAB I PENDAHULUAN. gangguan pada keseimbangan gaya berdiri (center of gravitiy) dikarenakan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam era tahun sekarang banyak perkembangan anak menuju dewasa tidak diperhatikan oleh orang tuanya sehingga perkembangan pemikiran anak atau sistem pemikiran seorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hingga orang tua menyukai olahraga ini, cabang olahraga yang berbentuk

BAB I PENDAHULUAN. hingga orang tua menyukai olahraga ini, cabang olahraga yang berbentuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aktifitas olahraga sudah dikenal sejak jaman dulu kala. Olahraga memiliki sekumpulan peraturan, kebiasaan, sampai aktifitas tubuh yang sudah diatur sedemikian rupa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya. Indonesia sebagai salah satu negara dengan tingkat perkembangan yang

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya. Indonesia sebagai salah satu negara dengan tingkat perkembangan yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu tolak ukur kemajuan bangsa adalah dilihat dari usia harapan hidup penduduknya. Indonesia sebagai salah satu negara dengan tingkat perkembangan yang cukup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya usia harapan hidup menyebabkan jumlah penduduk yang

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya usia harapan hidup menyebabkan jumlah penduduk yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Meningkatnya usia harapan hidup menyebabkan jumlah penduduk yang berusia di atas 65 tahun diproyeksikan akan tumbuh dari sekitar 524 juta mewakili 8 persen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu indikator keberhasilan pembangunan kesehatan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu indikator keberhasilan pembangunan kesehatan di Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu indikator keberhasilan pembangunan kesehatan di Indonesia adalah meningkatnya usia harapan hidup (UHH) manusia Indonesia. Hampir setiap tahunnya negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memperhatikan kondisi kebugaran jasmani dan rohani. Dengan. sakit atau cidera pada saat beraktifitas. Maka dari itu untuk mencapai

BAB I PENDAHULUAN. memperhatikan kondisi kebugaran jasmani dan rohani. Dengan. sakit atau cidera pada saat beraktifitas. Maka dari itu untuk mencapai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat Indonesia di masa yang modern dan berkembang seperti saat ini banyak memiliki aktivitas yang beragam dan berbeda-beda, tentunya harus memiliki energi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mana jika kesehatan terganggu maka akan dapat mempengaruhi. kemampuan seseorang dalam melakukan aktifitas sehari-hari.

BAB I PENDAHULUAN. mana jika kesehatan terganggu maka akan dapat mempengaruhi. kemampuan seseorang dalam melakukan aktifitas sehari-hari. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan adalah hal yang sangat penting dalam kehidupan di mana jika kesehatan terganggu maka akan dapat mempengaruhi kemampuan seseorang dalam melakukan aktifitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fungsional untuk menjadikan manusia menjadi berkualitas dan berguna

BAB I PENDAHULUAN. fungsional untuk menjadikan manusia menjadi berkualitas dan berguna BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sepanjang hidupnya, manusia tidak terlepas dari proses gerak. Dalam kehidupan sehari-hari, manusia melakukan berbagai macam aktifitas yang dipengaruhi oleh tugas, kepribadian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, jumlah lansia di Indonesia mengalami peningkatan. Pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, jumlah lansia di Indonesia mengalami peningkatan. Pada tahun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dengan semakin meningkatnya tingkat kesejahteraan dan pelayanan kesehatan, jumlah lansia di Indonesia mengalami peningkatan. Pada tahun 1980 penduduk lanjut

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pengambilan data penelitian telah dilakukan di SMK Kesehatan PGRI

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pengambilan data penelitian telah dilakukan di SMK Kesehatan PGRI BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pengambilan data penelitian telah dilakukan di SMK Kesehatan PGRI Denpasar untuk kelompok I dan kelompok II. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswi yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kedinamisan postur tubuh untuk mencegah seseorang terjatuh. 9 Secara garis besar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kedinamisan postur tubuh untuk mencegah seseorang terjatuh. 9 Secara garis besar 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keseimbangan 2.1.1 Definisi Keseimbangan Keseimbangan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia agar dapat hidup mandiri. Keseimbangan adalah istilah umum yang menjelaskan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN dan sejak itu menjadi olahraga dalam ruangan yang popular diseluruh dunia.

BAB 1 PENDAHULUAN dan sejak itu menjadi olahraga dalam ruangan yang popular diseluruh dunia. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Futsal adalah variasi sepakbola yang dimainkan di dalam ruangan di lapangan yang lebih kecil. Futsal mulai dimainkan di Amerika Selatan pada tahun 1930 dan sejak itu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam melakukan aktivitas kegiatan sehari-hari. Pergerakan tersebut dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. dalam melakukan aktivitas kegiatan sehari-hari. Pergerakan tersebut dilakukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk yang memerlukan gerak dan berpindah tempat dalam melakukan aktivitas kegiatan sehari-hari. Pergerakan tersebut dilakukan baik secara volunter

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tubuh baik pada kondisi diam maupun bergerak (Depkes,1996). Klasifikasi

BAB I PENDAHULUAN. tubuh baik pada kondisi diam maupun bergerak (Depkes,1996). Klasifikasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keseimbangan adalah kemampuan untuk mempertahankan sikap tubuh baik pada kondisi diam maupun bergerak (Depkes,1996). Klasifikasi keseimbangan menurut Muchammad

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bidang kesehatan, dimana terdapat lima fenomena utama yang mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. bidang kesehatan, dimana terdapat lima fenomena utama yang mempengaruhi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia saat ini telah memasuki era baru yaitu era reformasi dengan ditandai oleh adanya perubahan-perubahan yang cepat disegala bidang menuju kepada keadaan yang

Lebih terperinci

BAHASAN ADANYA GERAK FUNGSI DARI GERAK SISTEM GERAKAN TUBUH FUNGSIONAL LOKAL / KESELURUHAN 1. SISTEM OTOT, TULANG, SENDI : DASAR

BAHASAN ADANYA GERAK FUNGSI DARI GERAK SISTEM GERAKAN TUBUH FUNGSIONAL LOKAL / KESELURUHAN 1. SISTEM OTOT, TULANG, SENDI : DASAR MOTORIK DASAR BAHASAN 1. SISTEM OTOT, TULANG, SENDI : DASAR ADANYA GERAK 2. SISTEM OTOT SARAF : MENGENDALIKAN FUNGSI DARI GERAK SISTEM MUSCULOSKELETAL / OTOT - TULANG 3. SISTEM OTOT, TULANG, DAN SARAF

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Deskripsi karakteristik subjek penelitian disajikan pada Tabel 5.1 di bawah. Tabel 5.1. Karakteristik Sampel

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Deskripsi karakteristik subjek penelitian disajikan pada Tabel 5.1 di bawah. Tabel 5.1. Karakteristik Sampel BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Subjek Penelitian ini: Deskripsi karakteristik subjek penelitian disajikan pada Tabel 5.1 di bawah Tabel 5.1 Karakteristik Sampel Karakteristik Sampel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Selama masa awal anak-anak, seorang anak mengalami peningkatan yang

BAB I PENDAHULUAN. Selama masa awal anak-anak, seorang anak mengalami peningkatan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Selama masa awal anak-anak, seorang anak mengalami peningkatan yang drastis pada pertumbuhannya, baik pertumbuhan fisik, mental dan psikis. Pertumbuhan fisik yang cepat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. digemari di segala lapisan masyarakat Indonesia, dari anak-anak sampai

BAB I PENDAHULUAN. digemari di segala lapisan masyarakat Indonesia, dari anak-anak sampai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sepak bola merupakan salah satu cabang olahraga yang sangat digemari di segala lapisan masyarakat Indonesia, dari anak-anak sampai dewasa terutama laki-laki. Banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/ mengganti diri dan. mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/ mengganti diri dan. mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lanjut usia adalah suatu proses menghilangnya secara perlahanlahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/ mengganti diri dan mempertahankan struktur dan fungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan dengan fase bayi. Anak usia 4 6 tahun rata-rata penambahan

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan dengan fase bayi. Anak usia 4 6 tahun rata-rata penambahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Orang tua mengharapkan anaknya dapat tumbuh dan berkembang secara optimal sehingga dapat menjadi sumber daya manusia yang berkualitas dan tangguh (Putri, 2009).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa stroke adalah

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa stroke adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke adalah penyebab cacat nomor satu dan penyebab kematian nomor dua di dunia. Penyakit ini telah menjadi masalah kesehatan yang mendunia dan semakin penting, dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa dewasa merupakan periode di mana tidak terjadi lagi perubahan karena faktor pertumbuhan setelah masa adolesensi yang mengalami pertumbuhan cepat. Peningkatan

Lebih terperinci

FISIKA TRAKSI. Eko Suhartono, M.Si. Biomekanika/ikun/2003 1

FISIKA TRAKSI. Eko Suhartono, M.Si. Biomekanika/ikun/2003 1 FISIKA TRAKSI Eko Suhartono, M.Si Biomekanika/ikun/2003 1 Prinsip & konsep dasar Mekanika studi ttg bagaimana sesuatu bergerak dan apa yang menyebabkan bergerak (Hickman, 1995) Biomekanika studi ttg gerakan

Lebih terperinci

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Keseimbangan 2.1.1 Pengertian Keseimbangan Keseimbangan adalah kemampuan untuk mempertahankan keseimbangan tubuh ketika ditempatkan dalam berbagai posisi (Dellito, 2003). Keseimbangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lanjut yang dilalui dalam proses kehidupan pada setiap manusia yang. kebanyakan orang awam yang umum bahwa secara fisik dan fungsi

BAB I PENDAHULUAN. lanjut yang dilalui dalam proses kehidupan pada setiap manusia yang. kebanyakan orang awam yang umum bahwa secara fisik dan fungsi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Makhluk hidup tumbuh dan berkembang sesuai dengan fase tumbuh dan kembang setiap makhluk tersebut. Demikian pula dengan manusia sebagai makhluk hidup. Manusia tumbuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh tugas, kepribadian, dan lingkungan, seperti bekerja, olahraga,

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh tugas, kepribadian, dan lingkungan, seperti bekerja, olahraga, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sepanjang hidupnya, manusia tidak terlepas dari proses gerak. Dalam kehidupan sehari-hari, manusia melakukan berbagai macam aktifitas yang dipengaruhi oleh tugas,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gangguan tumbuh kembang pada anak merupakan salah satu masalah kesehatan yang banyak terjadi di kehidupan masyarakat. Kemajuan teknologi dan informasi dalam ilmu kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk diamati karena dari tahun ke tahun jumlahnya cenderung meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. untuk diamati karena dari tahun ke tahun jumlahnya cenderung meningkat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan penduduk lanjut usia (lansia) di Indonesia menarik untuk diamati karena dari tahun ke tahun jumlahnya cenderung meningkat. Jumlah penduduk lansia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keseimbangan merupakan salah satu hal penting dalam proses pertumbuhan anak usia 10-12 tahun karena pada usia tersebut anak mulai mengalami perubahan baru, baik secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perasaan, dan interaksi dengan lingkungan sehingga mengakibatkan anak-anak

BAB I PENDAHULUAN. perasaan, dan interaksi dengan lingkungan sehingga mengakibatkan anak-anak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak-anak merupakan individu yang berada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan. Proses pertumbuhan dan perkembangan akan mengarahkan anak pada proses perubahan

Lebih terperinci

BIOMEKANika olahraga. dr. Hamidie Ronald, M.Pd, AIFO. Biomekanika/ikun/2003 1

BIOMEKANika olahraga. dr. Hamidie Ronald, M.Pd, AIFO. Biomekanika/ikun/2003 1 BIOMEKANika olahraga dr. Hamidie Ronald, M.Pd, AIFO Biomekanika/ikun/2003 1 Definisi Ilmu yang menerapkan prinsip-prinsip mekanika terhadap struktur tubuh manusia pada saat melakukan olahraga. Penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai mahluk hidup sama dengan mahluk hidup lainnya, pasti

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai mahluk hidup sama dengan mahluk hidup lainnya, pasti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia sebagai mahluk hidup sama dengan mahluk hidup lainnya, pasti bergerak, karena tidak ada kehidupan di dunia ini tanpa adanya gerakan.setiap manusia memiliki potensi

Lebih terperinci

Latihan 1: untuk menyiapkan kondisi secara fisiologis maupun psikologis agar dapat melaksanakan latihan gerakan senam dengan baik dan benar

Latihan 1: untuk menyiapkan kondisi secara fisiologis maupun psikologis agar dapat melaksanakan latihan gerakan senam dengan baik dan benar Lampiran 4 No. Panduan Senam Bugar Lansia (SBL) Langkah Gerakan SBL Bag. 1 Gerakan Pemanasan Gambar Latihan Pernapasan 1. Meluruskan badan dengan kedua tangan lurus ke bawah sejajar dengan kedua sisi tubuh.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat cepat. Setiap detik terdapat dua orang yang berulang tahun ke-60 di dunia,

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat cepat. Setiap detik terdapat dua orang yang berulang tahun ke-60 di dunia, BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara global angka pertumbuhan lansia semakin hari semakin meningkat dan sangat cepat. Setiap detik terdapat dua orang yang berulang tahun ke-60 di dunia, atau 58 juta

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN. Penelitian yang telah dilaksanakan di SMP N 11 Denpasar, selama enam

BAB V HASIL PENELITIAN. Penelitian yang telah dilaksanakan di SMP N 11 Denpasar, selama enam BAB V HASIL PENELITIAN Penelitian yang telah dilaksanakan di SMP N 11 Denpasar, selama enam minggu menggunakan rencana eksperimental terhadap dua kelompok penelitian. Subjek penelitian berjumlah 20 orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang kehidupan. Ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini menjadi

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang kehidupan. Ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini menjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan peradaban manusia sudah semakin berkembang pesat di segala bidang kehidupan. Ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini menjadi bagian yang tidak terpisahkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lansia 2.1.1 Pengertian Lansia Lanjut usia adalah periode dimana organisme telah mencapai masa keemasan atau kejayaannya dalam ukuran, fungsi, dan juga beberapa telah menunjukkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang. merokok dan minum-minuman keras. Mereka lebih memilih sesuatu yang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang. merokok dan minum-minuman keras. Mereka lebih memilih sesuatu yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan adalah hal yang sangat penting bagi manusia. kesehatan merupakan keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif

Lebih terperinci

BAB I. sama dengan mahluk hidup lainnya, pasti bergerak, karena tidak ada. kehidupan di dunia ini tanpa adanya gerakan. Gerak tergantung dari

BAB I. sama dengan mahluk hidup lainnya, pasti bergerak, karena tidak ada. kehidupan di dunia ini tanpa adanya gerakan. Gerak tergantung dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu ciri dari makhluk hidup adalah bergerak. Secara umum gerak dapat diartikan berpindah tempat atau perubahan posisi sebagian atau seluruh bagian dari tubuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. orang sakit (curative), tetapi kebijakan yang lebih ditekankan kearah

BAB I PENDAHULUAN. orang sakit (curative), tetapi kebijakan yang lebih ditekankan kearah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sehat yaitu slogan baru untuk Negara Indonesia dalam upaya mensejaterahkan dan menyehatkan warga negaranya. Sehat menurut WHO adalah suatu keadaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kontraksi otot, elastisitas dan fleksibilitas otot, serta kecepatan dan waktu

BAB I PENDAHULUAN. kontraksi otot, elastisitas dan fleksibilitas otot, serta kecepatan dan waktu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seringkali pada orang yang telah mengalami usia lanjut (lansia) mengalami kemunduran atau perubahan morfologis pada otot yang menyebabkan perubahan fungsional

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KOMBINASI BERGANTIAN SENAM LANSIA DAN LATIHAN CORE STABILITY DENGAN HANYA SENAM LANSIA TERHADAP PENINGKATAN KESEIMBANGAN STATIS LANSIA

PERBANDINGAN KOMBINASI BERGANTIAN SENAM LANSIA DAN LATIHAN CORE STABILITY DENGAN HANYA SENAM LANSIA TERHADAP PENINGKATAN KESEIMBANGAN STATIS LANSIA PERBANDINGAN KOMBINASI BERGANTIAN SENAM LANSIA DAN LATIHAN CORE STABILITY DENGAN HANYA SENAM LANSIA TERHADAP PENINGKATAN KESEIMBANGAN STATIS LANSIA Oleh : Arif Pristianto *, Nyoman Adiputra **, Muhammad

Lebih terperinci

PENINGKATAN KECEPATAN JALAN DAN KESEIMBANGAN USIA LANJUT MENGGUNAKAN MODEL AQUATIC EXERCISE DAN LAND EXERCISE THERAPY

PENINGKATAN KECEPATAN JALAN DAN KESEIMBANGAN USIA LANJUT MENGGUNAKAN MODEL AQUATIC EXERCISE DAN LAND EXERCISE THERAPY PENINGKATAN KECEPATAN JALAN DAN KESEIMBANGAN USIA LANJUT MENGGUNAKAN MODEL AQUATIC EXERCISE DAN LAND EXERCISE THERAPY Budi Utomo, Sukadarwanto, M.Mudatsir Syatibi Kementerian Kesehatan Politeknik Kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan generasi muda yang memiliki potensi untuk. meneruskan cita-cita perjuangan bangsa yang sedang tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan generasi muda yang memiliki potensi untuk. meneruskan cita-cita perjuangan bangsa yang sedang tumbuh dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak merupakan generasi muda yang memiliki potensi untuk meneruskan cita-cita perjuangan bangsa yang sedang tumbuh dan berkembang di masa yang akan datang. Anak-anak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS. Kinesiologi adalah ilmu yang mempelajari tubuh manusia pada waktu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS. Kinesiologi adalah ilmu yang mempelajari tubuh manusia pada waktu BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS 2.1 Kinesiologi dan Biomekanika Kinesiologi adalah ilmu yang mempelajari tubuh manusia pada waktu melakukan gerakan. 6 Beberapa disiplin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lanjut usia adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan- lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti diri dan mempertahankan struktur serta

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Olahraga merupakan hal yang penting dalam kehidupan kita, karena

PENDAHULUAN. Olahraga merupakan hal yang penting dalam kehidupan kita, karena BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Olahraga merupakan hal yang penting dalam kehidupan kita, karena olahraga dapat mempertahankan dan meningkatkan kesehatan tubuh, serta akan dapat berdampak kepada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak adalah anugerah terindah dalam keluarga. Setiap orang tua mengharapkan memiliki anak yang normal, namun sering hidup tidak berjalan seperti yang kita inginkan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebiasaan gerak tubuh yang benar maka akan terus menerus dipertahankan di

BAB I PENDAHULUAN. kebiasaan gerak tubuh yang benar maka akan terus menerus dipertahankan di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tingkat pertumbuhan pada manusia ada empat fase, yaitu fase anak-anak, remaja, dewasa dan lansia. Remaja adalah fase yang sangat penting yang menjadi kunci pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. program pelatihan peningkatan agility pada periode April - Mei 2015.

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. program pelatihan peningkatan agility pada periode April - Mei 2015. BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian 5.1.1 Deskripsi karakteristik subjek penelitian Dalam penelitian ini sampel sejumlah 40 orang yang berasal dari populasi mahasiswa Fakultas Fisioterapi

Lebih terperinci

SENAM TAI CHI LEBIH EFEKTIF MENINGKATKAN FLEKSIBILITAS DAN KESEIMBANGAN DARIPADA SENAM BUGAR LANSIA PADA LANSIA DI KOTA DENPASAR

SENAM TAI CHI LEBIH EFEKTIF MENINGKATKAN FLEKSIBILITAS DAN KESEIMBANGAN DARIPADA SENAM BUGAR LANSIA PADA LANSIA DI KOTA DENPASAR Volume 5, No.1, Pebruari 2017: 82-93 SENAM TAI CHI LEBIH EFEKTIF MENINGKATKAN FLEKSIBILITAS DAN KESEIMBANGAN DARIPADA SENAM BUGAR LANSIA PADA LANSIA DI KOTA DENPASAR Komang Tri Adi Suparwati*, I Made Muliarta**,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Semakin banyak kemajuan dan terobosan-terobosan baru di segala

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Semakin banyak kemajuan dan terobosan-terobosan baru di segala BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Semakin banyak kemajuan dan terobosan-terobosan baru di segala bidang salah satunya dalam bidang kesehatan. Dengan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi

Lebih terperinci

I. DEFINISI. Keseimbangan terbagi atas dua kelompok, yaitu : 1) Keseimbangan statis:

I. DEFINISI. Keseimbangan terbagi atas dua kelompok, yaitu : 1) Keseimbangan statis: I. DEFINISI Keseimbangan adalah kemampuan untuk mempertahankan kesetimbangan tubuh ketika di tempatkan di berbagai posisi. Definisi menurut O Sullivan, keseimbangan adalah kemampuan untuk mempertahankan

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN. mahasiswa usia tahun dengan kurang aktivitas fisik. Mahasiswa usia tahun pada prodi D-IV Fisioterapi seluruhnya

BAB VI PEMBAHASAN. mahasiswa usia tahun dengan kurang aktivitas fisik. Mahasiswa usia tahun pada prodi D-IV Fisioterapi seluruhnya BAB VI PEMBAHASAN Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan tujuan untuk mengetahui pelatihan core stability dan balance board exercise lebih baik dalam meningkatkan keseimbangan dibandingkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Aktivitas Fisik Aktivitas fisik didefinisikan segala kegiatan atau aktivitas yang menyebabkan peningkatan energi oleh tubuh melampaui energi istirahat. Aktivitas fisik disebut

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. bermata pencaharian di bidang pertanian. Sektor perkebunan merupakan salah

BAB I. PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. bermata pencaharian di bidang pertanian. Sektor perkebunan merupakan salah BAB I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dan sebagian besar penduduknya bermata pencaharian di bidang pertanian. Sektor perkebunan merupakan salah satu sektor kuat dalam

Lebih terperinci

PENGARUH CORE STABILITY EXERCISE DAN ANKLE BALANCE STRATEGY EXERCISE TERHADAP KESEIMBANGAN STATIS

PENGARUH CORE STABILITY EXERCISE DAN ANKLE BALANCE STRATEGY EXERCISE TERHADAP KESEIMBANGAN STATIS PENGARUH CORE STABILITY EXERCISE DAN ANKLE BALANCE STRATEGY EXERCISE TERHADAP KESEIMBANGAN STATIS NASKAH PULIKASI DISUSUN UNTUK MEMENUHI PERSYARATAN DALAM MENDAPATKAN GELAR SARJANA FISIOTERAPI Disusun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dipergunakan dalam olahraga. Kelincahan pada umumnya didefinisikan

BAB I PENDAHULUAN. dipergunakan dalam olahraga. Kelincahan pada umumnya didefinisikan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelincahan merupakan salah satu komponen fisik yang banyak dipergunakan dalam olahraga. Kelincahan pada umumnya didefinisikan sebagai kemampuan mengubah arah secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lanjut usia (lansia) adalah bagian dari proses tumbuh kembang yang

BAB I PENDAHULUAN. Lanjut usia (lansia) adalah bagian dari proses tumbuh kembang yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lanjut usia (lansia) adalah bagian dari proses tumbuh kembang yang berkembang dari anak-anak, dewasa yang akhirnya menjadi tua. Di masa datang, jumlah lansia

Lebih terperinci

RUNNING SKILLS. Skill highlights

RUNNING SKILLS. Skill highlights RUNNING SKILLS Skill highlights 1. Waktu yg ditempuh atlet pada jarak tertentu ditentukan oleh panjang langkah (stride length) dan frekuensi langkah (stride frequency) Panjang tungkai atlet dan dorongan

Lebih terperinci

Bio Psikologi. Firman Alamsyah, MA. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi

Bio Psikologi. Firman Alamsyah, MA. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi Bio Psikologi Modul ke: Fakultas Psikologi SISTEM SENSORI MOTOR 1. Tiga Prinsip Fungsi Sensorimotor 2. Korteks Asosiasi Sensorimotor 3. Korteks Motorik Sekunder 4. Korteks Motorik Primer 5. Serebelum dan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pandega wreksa 10 Jalan Kaliurang 5,6 Yogyakarta, latihan bertempat di

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pandega wreksa 10 Jalan Kaliurang 5,6 Yogyakarta, latihan bertempat di BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian PS PADMA berdiri pada tanggal 20 Juni 1982 yang beralamat di Jl. Pandega wreksa 10 Jalan Kaliurang 5,6 Yogyakarta, latihan bertempat

Lebih terperinci

BAB I PENDHULUAN. tubuh ketika ditempatkan dalam berbagai posisi (Delito, 2003). Menurut Depkes

BAB I PENDHULUAN. tubuh ketika ditempatkan dalam berbagai posisi (Delito, 2003). Menurut Depkes 1 BAB I PENDHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keseimbangan merupakan kemampuan untuk mempertahankan posisi tubuh ketika ditempatkan dalam berbagai posisi (Delito, 2003). Menurut Depkes (2009) keseimbangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tingginya kemajuan dibidang teknologi dan komunikasi menyebabkan perubahan gaya hidup manusia, dampak besar yang terjadi terlihat jelas pada status kesehatan masyarakat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Obesitas dapat di definisikan sebagai kelebihan berat badan, yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. Obesitas dapat di definisikan sebagai kelebihan berat badan, yang dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obesitas dapat di definisikan sebagai kelebihan berat badan, yang dapat meningkatkan resiko munculnya penyakit medis dan kematian dini (Villareal et al, 2005). Obesitas

Lebih terperinci

LATIHAN FISIK SEBAGAI PENDUKUNG ASUHAN GIZI BAGI LANSIA DR.dr.BM.Wara Kushartanti

LATIHAN FISIK SEBAGAI PENDUKUNG ASUHAN GIZI BAGI LANSIA DR.dr.BM.Wara Kushartanti LATIHAN FISIK SEBAGAI PENDUKUNG ASUHAN GIZI BAGI LANSIA DR.dr.BM.Wara Kushartanti TUJUAN MODUL Setelah mempelajari modul ini, diharapkan peserta dapat: 1. Memahami konsep dukungan latihan fisik untuk asuhan

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Deskripsi Karakteristik Subjek Penelitian. Tabel 5.1

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Deskripsi Karakteristik Subjek Penelitian. Tabel 5.1 BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian 5.1.1 Deskripsi Karakteristik Subjek Penelitian Berikut ini disajikan deskripsi sampel berdasarkan umur dan indeks massa tubuh pada Tabel 5.1:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimiliki. Saat menghadapi persaingan kerja, penampilan juga merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. dimiliki. Saat menghadapi persaingan kerja, penampilan juga merupakan salah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, persaingan di dunia kerja pun semakin besar. Hal ini menuntut masyarakat untuk bisa lebih aktif dan profesional

Lebih terperinci

PENGARUH ANKLE STRATEGY EXERCISE TERHADAP KESEIMBANGAN POSTURAL PADA LANSIA DI UNIT PELAYANAN SOSIAL LANJUT SOSIAL WENING WARDOYO UNGARAN TAHUN 2016

PENGARUH ANKLE STRATEGY EXERCISE TERHADAP KESEIMBANGAN POSTURAL PADA LANSIA DI UNIT PELAYANAN SOSIAL LANJUT SOSIAL WENING WARDOYO UNGARAN TAHUN 2016 PENGARUH ANKLE STRATEGY EXERCISE TERHADAP KESEIMBANGAN POSTURAL PADA LANSIA DI UNIT PELAYANAN SOSIAL LANJUT SOSIAL WENING WARDOYO UNGARAN TAHUN 2016 SKRIPSI diajukan dalam rangka penyelesaian studi Strata

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN. kelompok perlakuan, masing-masing kelompok berjumlah 30 orang.

BAB VI PEMBAHASAN. kelompok perlakuan, masing-masing kelompok berjumlah 30 orang. BAB VI PEMBAHASAN 6.1 Karakteristik Subyek Penelitian Subjek pada penelitian ini berjumlah 60 orang yang terbagi menjadi 2 kelompok perlakuan, masing-masing kelompok berjumlah 30 orang. Kelompok I diberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk yang dinamis, dimana pada hakekatnya selalu

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk yang dinamis, dimana pada hakekatnya selalu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk yang dinamis, dimana pada hakekatnya selalu bergerak dan beraktivitas dalam kehidupannya. Semua bentuk kegiatan manusia selalu memerlukan dukungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia setiap hari melakukan gerakan untuk melakukan suatu tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia setiap hari melakukan gerakan untuk melakukan suatu tujuan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia setiap hari melakukan gerakan untuk melakukan suatu tujuan atau aktivitas sehari-hari dalam kehidupannya. Salah satu contoh aktivitas seharihari adalah bersekolah,kuliah,bekerja

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perkembangan. Proses pertumbuhan dan berkembang dimulai sejak konsepsi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perkembangan. Proses pertumbuhan dan berkembang dimulai sejak konsepsi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tahap Perkembangan Anak Anak merupakan individu yang berada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan. Proses pertumbuhan dan berkembang dimulai sejak konsepsi sampai berakhirnya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. - Tempat : Ruang Skill Lab Gedung E Fakultas Kedokteran. Universitas Diponegoro Semarang. bulan April Mei 2016.

BAB III METODE PENELITIAN. - Tempat : Ruang Skill Lab Gedung E Fakultas Kedokteran. Universitas Diponegoro Semarang. bulan April Mei 2016. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini mencakup bidang ilmu anatomi dan kinesiologi. 3.2 Tempat dan waktu penelitian - Tempat : Ruang Skill Lab Gedung E Fakultas

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Berdasarkan tujuan dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui power otot

III. METODOLOGI PENELITIAN. Berdasarkan tujuan dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui power otot III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Berdasarkan tujuan dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui power otot tungkai, power otot lengan, kelentukan dan keseimbangan dengan hasil belajar kayang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Lanjut Usia (Lansia) a. Definisi Lansia Lansia merupakan kelompok orang yang mengalami perubahan secara bertahap dalam jangka watu tertentu (Fatmah, 2010).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan terjadinya perkembangan fisik motorik, kognitif, dan

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan terjadinya perkembangan fisik motorik, kognitif, dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan anak usia sekolah dasar disebut juga perkembangan masa pertengahan dan akhir anak yang merupakan kelanjutan dari masa awal anak. Permulaan masa

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ABSTRAKSI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI. Halaman LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ABSTRAKSI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI Halaman LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ABSTRAKSI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR GRAFIK... DAFTAR SKEMA... DAFTAR LAMPIRAN... i ii iii vi x xii xiii xiv xv

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. sebanyak 17 orang dari 25 orang populasi penderita Diabetes Melitus. darah pada penderita DM tipe 2.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. sebanyak 17 orang dari 25 orang populasi penderita Diabetes Melitus. darah pada penderita DM tipe 2. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian dan Pembahasan 1. Deskripsi Penderita Diabetes Melitus tipe 2 Berdasarkan Jenis Kelamin Berdasarkan dari kriteria inklusi dan eksklusi didapatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. untuk melakukan olahraga. Waktu istirahat tidak lagi digunakan untuk aktifitas olahraga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. untuk melakukan olahraga. Waktu istirahat tidak lagi digunakan untuk aktifitas olahraga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aktifitas perkuliahan yang begitu padat membuat mahasiswa kekurangan waktu untuk melakukan olahraga. Waktu istirahat tidak lagi digunakan untuk aktifitas olahraga tetapi

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN. perlakuan masing-masing kelompok 1 dengan pelatihan berjalan dengan

BAB V HASIL PENELITIAN. perlakuan masing-masing kelompok 1 dengan pelatihan berjalan dengan 50 BAB V HASIL PENELITIAN Dari hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap dua kelompok perlakuan masing-masing kelompok 1 dengan pelatihan berjalan dengan tangan jarak 5 meter 5 repetisi 4 set kelompok

Lebih terperinci

Mempelajari Proses Produksi Dan Postur Kerja Operator Pada Pemindahan Karung Pupuk Urea Bersubsidi Di PT Pupuk Kujang

Mempelajari Proses Produksi Dan Postur Kerja Operator Pada Pemindahan Karung Pupuk Urea Bersubsidi Di PT Pupuk Kujang Mempelajari Proses Produksi Dan Postur Kerja Operator Pada Pemindahan Karung Pupuk Urea Bersubsidi Di PT Pupuk Kujang Nama : Tehrizka Tambihan NPM : 37412336 Jurusan : Teknik Industri Pembimbing : Rossi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rutinitas yang padat dan sangat jarang melakukan aktifitas olahraga akan. penyakit termasuk salah satunya adalah penyakit stroke.

BAB I PENDAHULUAN. rutinitas yang padat dan sangat jarang melakukan aktifitas olahraga akan. penyakit termasuk salah satunya adalah penyakit stroke. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bertambahnya usia, kondisi lingkungan yang tidak sehat, baik karena polusi udara serta pola konsumsi yang serba instan ditambah lagi dengan pola rutinitas yang padat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak merupakan tumpuan masa depan dan generasi selanjutnya bagi kehidupan dunia dimasa yang akan datang. Dalam hal ini kesehatan bagi anak merupakan hal yang sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas

BAB I PENDAHULUAN. Lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas (Notoatmojo, 2007). Batasan lanjut usia menurut dokumen perkembangan lanjut usia dalam kehidupan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan rancangan penelitian

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan rancangan penelitian BAB IV METODE PENELITIAN 4.1Rancangan Penelitian Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan rancangan penelitian Randomized Pre and Post Test Control Group Design yaitu membandingkan antara

Lebih terperinci