BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Deskripsi karakteristik subjek penelitian disajikan pada Tabel 5.1 di bawah. Tabel 5.1. Karakteristik Sampel
|
|
- Vera Dharmawijaya
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Subjek Penelitian ini: Deskripsi karakteristik subjek penelitian disajikan pada Tabel 5.1 di bawah Tabel 5.1 Karakteristik Sampel Karakteristik Sampel Kelompok perlakuan I Kelompok Perlakuan II Rerata ± SB Rerata ± SB Umur(thn) Tinggi Badan(cm) Berat Badan (kg) Z Score 7,37 ± 0, ,90 ± 4,932 18,61 ± 1,391 1,075± 0,991 7,37 ± 0, ,86 ± 4,782 19,22 ± 2,030 1,609± 2,813 Tabel 5.1 memperlihatkan bahwa karakteristik umur, tinggi badan, berat badan dan z score sebelum intervensi dari kedua kelompok sama dan tidak terdapat perbedaan yang berarti. Dengan demikian subjek penelitian berjumlah 158 anak masing masing memiliki karakteristik fisik yang sama. Umur subjek pada kelompok perlakuan I yang diberikan SKJ 2008 antara umur 7-8 tahun dengan rerata adalah 7,37 tahun. Sedangkan umur subjek pada kelompok perlakuan II (senam otak) antara 7-8 tahun dengan rerata adalah 7,37. Tinggi badan subjek pada kelompok perlakuan I reratanya adalah 115,90, sedangkan tinggi badan pada kelompok perlakuan II reratanya adalah 114,86. Berat badan subjek pada kelompok perlakuan I reratanya adalah 18,61, sedangkan berat badan pada kelompok perlakuan II reratanya adalah 19,22. Z score pada 67
2 68 kelompok perlakuan I adalah 1,075 dan z score pada kelompok perlakuan II adalah 1,609. Tabel 5.2 Sampel dan Jenis Kelamin Sampel Jenis Kelompok perlakuan I Kelompok Perlakuan II Kelamin n % n % Laki-laki 38 48, Perempuan 41 51, Tabel 5.2 memperlihatkan karakteristik sampel berdasarkan jenis kelamin. Dilihat dari jenis kelamin menunjukkan bahwa laki-laki sebanyak 38 anak (48,1%) dan perempuan 41 anak (51,9%) pada kelompok perlakuan I (SKJ 2008). Pada kelompok perlakuan II (senam otak) memperlihatkan bahwa sebanyak 44 anak perempuan (55%) dan laki-laki sebanyak 35 anak (45%). 5.2 Uji Beda Pengukuran Keseimbangan Dinamis Sebelum Perlakuan pada Kedua Kelompok Keseimbangan dinamis sebelum perlakuan kelompok perlakuan I dan kelompok perlakuan II didapatkan hasil : Tabel 5.3 Hasil Pengukuran Pre Tes Keseimbangan Dinamis Pada Kelompok perlakuan I dan Perlakuan II dengan Mann Whitney Variabel Kelompok Perlakuan I Kelompok Perlakuan II Rerata SB Rerata SB Keseimbangan dinamis 2,95 0,354 2,89 0,356 p value 0.272
3 69 Dari Tabel 5.3 menunjukkan bahwa rerata sebelum perlakuan pada kelompok perlakuan I sebesar 2,95, sedangkan pada kelompok perlakuan II sebesar 2,89. Dari uji Mann Whitney diperoleh nilai p>0,05 berarti tidak ada beda antara kelompok perlakuan I (SKJ 2008) dan kelompok perlakuan II (senam otak). 5.3 Uji Beda Hipotesis I Uji beda bertujuan untuk mengetahui rerata pada keseimbangan dinamis sebelum dan sesudah perlakuan pada kelompok perlakuan I yang diberikan SKJ Untuk mengetahui keseimbangan dinamis sebelum dan sesudah perlakuan digunakan uji Wilcoxon signed rank test. Tabel 5.4 Uji Beda Keseimbangan Dinamis Kelompok perlakuan I Menggunakan Wilcoxon Signed Rank Test Wilcoxon Signed Rank Test Variabel Rerata ± SB p-value Ket Sebelum intervensi 2,95 ± 0,354 0,000 Signifikan Sesudah intervensi 4,15 ± 0,949 Pada Tabel 5.4 menunjukkan beda rerata pada keseimbangan dinamis sebelum dengan sesudah perlakuan memiliki nilai p<0,05. Kesimpulannya pada penelitian ini bahwa kelompok perlakuan I menunjukan adanya peningkatan keseimbangan dinamis signifikan pada kelompok perlakuan I.
4 Uji Beda Hipotesis II Uji beda bertujuan untuk mengetahui rerata pada keseimbangan dinamis pada kelompok perlakuan II (senam otak) sebelum dan sesudah perlakuan. Untuk mengetahui keseimbangan dinamis sebelum dan sesudah perlakuan digunakan Uji Wilcoxon signed rank test. Tabel 5.5 Uji Beda Keseimbangan Dinamis Kelompok Perlakuan II Menggunakan Wilcoxon Signed Rank Test Variabel Wilcoxon Signed Rank Test Rerata ±SB p value Keterangan Sebelum intervensi 2,89 ± 0,358 0,000 Signifikan Sesudah intervansi 4,97 ±0,225 Pada Tabel 5.5 di atas menunjukkan beda rerata pada keseimbangan dinamis sebelum dan sesudah perlakuan memiliki rata-rata nilai p<0,05. Kesimpulan pada penelitian ini bahwa kelompok perlakuan II mengalami peningkatan keseimbangan dinamis yang signifikan. 5.5 Uji Beda Hipotesis III Uji beda ini bertujuan untuk membedakan rerata keseimbangan dinamis sesudaah perlakuan antara kelompok perlakuan I (SKJ 2008) dengan kelompok perlakuan II (senam otak). Hasil keseimbangan dinamis diperoleh melalui balance beam walking test yang dilakukan sebanyak tiga kali pengulangan dan diambil nilai rata-rata. Hasil keseimbangan dinamis setelah intervensi akan dimasukan
5 71 dalam uji beda antar kelompok menggunakan Uji Mann Whitney. Adapun hasilnya dapat dilihat pada Tabel 5.6 Tabel 5.6 Uji Beda Keseimbangan Dinamis antara Kelompok Perlakuan I dan Kelompok Perlakuan II Menggunakan Mann Whitney Mann Whitney Variabel Rerata ± SB p value Keterangan Kelompok perlakuan I 4,15 ± 0,949 0,000 Signifikan Kelompok perlakuan II 4,97 ±0,225 Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan uji Mann Witney seperti pada Tabel 5.6 menunjukan bahwa beda rerata pada keseimbangan dinamis sesudah perlakuan pada kelompok perlakuan I dan perlakuan II memiliki nilai p<0,05 yang berarti bahwa ada perbedaan yang bermakna. Kelompok perlakuan II memiliki rerata keseimbangan dinamis sebesar 4,97 ±0,225 lebih tinggi setelah perlakuan daripada kelompok perlakuan I sebesar 4,15 ± 0, Pembahasan Karakteristik Subjek Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan tujuan untuk mengetahui senam otak lebih meningkatkan keseimbangan dinamis daripada SKJ 2008 pada anak usia 7-8 tahun. Pada penelitian ini jumlah subjek sebanyak 158 anak sekolah dasar kelas 1 dan kelas 2 yang bertempat di SD Negeri 8 Simpang Teritip, SD Negeri 11 Simpang Teritip, SD Negeri 15 Simpang Teritip Bangka Barat. Penelitian ini dilakukan pada 5 Maret 2015 dengan dilakukan pengukuran awal, untuk
6 72 pelaksanaan program dilakukan 13 Maret 27 April dengan 3 kali pelatihan selama 18 pertemuan. Pengukuran akhir dilakukan pada 28 April Umur anak yang terlibat dalam penelitian ini adalah 7-8 tahun, dengan 100 anak berusia 7 tahun dan 58 anak berusia 8 tahun. Pada kelompok perlakuan I dan kelompok perlakuan II terdiri 50 anak berusia 7 tahun dan 29 anak berusia 8 tahun. Usia dalam penelitian ini dibatasi dari 7-8 tahun, didasakan pada hasil penelitian yang dilarkukan oleh Permana (2013) mengenai pengaruh usia terhadap perkembangan dinamis anak-anak. Dilaporkan bahwa usia 7-8 tahun adalah awal perkembangan keseimbangan dinamis. Pada usia 7-8 tahun anak laki-laki dan perempuan memiliki keseimbangan dinamis yang sama. Pendapat tersebut dijadikakan bahan dasar dalam penentuan batasan usia dalam penelitian ini (Permana, 2013). Pada penelitian ini jenis kelamin tidak dibatasi dan tidak dijadikan dasar dalam menentukan subjek penelitian. Hal ini didasarkan pada penelitian sebelumnya yang dilakukan Permana yang menyatakan bahwa anak-anak usia 7-8 tahun memiliki keseimbangan dinamis yang sama (Permana, 2013). Pada penelitian ini terdapat 38 anak berjenis kelamin laki-laki dan 41 anak berjenis kelamin perempuan pada kelompok perlakuan I yang diberikan program SKJ 2008 dan pada kelompok perlakuan II yang diberikan senam otak terdiri dari 35 anak berjenis kelamin laki-laki dan 44 anak berjenis kelamin perempuan. Subjek dalam penelitian ini memiliki indeks massa tubuh yang normal yang dihitung menggunakan z score. Komposisi tubuh merupakan faktor yang dijadikan dasar dalam pemilihan subjek dalam penelitian ini. Hal ini sejalan
7 73 dengan penelitian yang dilakukan oleh Hannah (2012) mengenai efek biomekanik pada obesitas terhadap keseimbangan disebutkan bahwa komposisi tubuh berpengaruh terhadap keseimbangan postural, kemampuan reaksi, dan mempengaruhi interaksi sendi dan otot (Hannah, 2012). Bentuk kaki dijadikan dasar dalam pemilihan subjek penelitian. Struktur kaki berpengaruh terhadap kestabilan otot tungkai bawah dan berpengaruh terhadap kestabilan postur yang akan berpengaruh terhadap kemampuan kesimbangan dinamis (Stepen et al., 2014). Faktor-faktor lain yang diperhatikan dalam penentuan subjek dalam penelitian ini adalah terkait riwayat aktivitas fisik yang dilakukan anak sebelumnya. Dalam penelitian Adi (2008) aktivitas fisik yang dilakukan teratur dan terencana akan memempengaruhi kemampuan otot seperti riwayat berolahraga dan olah tubuh seperti menari akan mempengaruhi keseimbangan dinamis. Dalam penelitian ini subjek tidak memiliki riwayat pelatihan olahraga dan menari. Aktivitas terkait dengan hoby, kebiasaan bermain tidak dibatasi dalam penelitian ini. Hal ini didasari oleh penelitian Struat (2012) yang menyatakan bahwa lingkungan biososiokultural yang sama akan mengakibatkan anak-anak memiliki kebiasaan bermain, memiliki lingkungan yang sama sehingga hoby anak tidak dijadikan dasar dalam penelitian ini. Anak-anak dalam penelitian ini adalah dalam wilayah lingkungan sosial dan lingkungan kultural yang sama. Kognitif merupakan aspek yang akan mempengaruhi kemampuan pembelajaran. Pada anak-anak yang mengalami perkembangan yang normal akan
8 74 mengalami perkembangan kognitif yang sama. Dalam penelitian dalam lingkup perkembangan kognitif yang sama yang didasi oleh penelitian Piaget disebutkan bahwa anak usia 7-8 tahun adalah anak-anak yang termasuk dalam perkembangan kognitif tahap operasional kongret (Cole, 2005). 5.7 Peningkatan Keseimbangan Dinamis pada Kelompok Senam Kesegaran Jasmani 2008 pada Anak Usia 7-8 tahun. Pada pengujian kelompok perlakuan I dengan menggunakan uji Wilcoxon signed rank test didapatkan p=0,001 (p<0,05) yang berarti ada perbedaan yang bermakna rata-rata keseimbangan dinamis sebelum dan sesudah perlakuan pada Gunendi (2008) melakukan penelitian mengenai efek pelatihan senam bersifat aerobik terhadap keseimbangan postural pada wanita diperoleh hasil bahwa pelatihan senam bersifat aerobik selama 4 minggu dapat meningkatkan keseimbangan statis dan keseimbangan dinamis secara signifikan. Gerakan dalam SKJ 2008 mempengaruhi sistem muskuloskeletal dan propioseptiv secara dominan sehingga meningkatkan respon umpan balik akibat adanya gerakan kompensasi mekanik akibat informasi propioseptiv yang terus berubah saat melakukan gerakan SKJ Senam kesegaran jasmani 2008 dapat meningkatkan daya tahan kardiovaskuler, kekuatan otot, daya tahan otot, fleksibilitas dan keseimbangan (Adi, 2005). Perbaikan keseimbangan dinamis pada SKJ 2008 dikarenakan perbaikan refleks pada tingkat tungkai. Perbaikan diperoleh melalui proses adaptasi mekanis
9 75 oleh karena adanya perubahan base of support secara terus menerus saat melakukan gerakan SKJ Perubahan BOS akan meminimalisir kerja visual dan meningkatnya body sway. Minimalnya kerja visual akan mengakibatkan berkurangnya input vestibular sehingga mengakibatkan propioseptiv bekerja mempertahankan keseimbangan akibat adanya persepsi ketidak seimbangan. Respon keseimbangan akan muncul sebagai umpan balik adanya ketidak stabilan akbibat BOS yang sempit. Respon umpan balik terjadi secara cepat dengan adanya aktivasi desenden dan tanggapan singkat latency refleks akibat adanya gerakan kompensasi mekanik pergelangan kaki menstabilkan otot dan mengubah informasi proprioseptif (Chang, 2009) Senam kesegaran jasmani 2008 akan meningkatkan kekuatan otot, kestabilan ankle dan kemampuan visospasial yang merupakan komponen keseimbangan dinamis Kestabilan ankle didapatkan melalui gerakan kaki yang terus menerus dan adanya beban. Unsur-unsur gerakan dalam SKJ 2008 yang mempengaruhi stabilitas ankle antara lain adalah jongkok dan jalan di tempat. Gerakan jongkok dan jalan di tempat akan mengaktivasi otot otot tibialis anterior, otot erector spine, otot hamstring, otot adduktor dan otot abduktor secara adekuat dan seimbang sehingga kekuatan otot akan meningkat. Kekuatan otot dan stabilitas ankle berpengaruh saat melakukan lokomosi, stabilitas bidang tumpu agar tetap seimbang (Huang, 2006). Gerak-gerak fungsional dalam SKJ 2008 akan mempengaruhi CPG yang akan meningkatkan respon terhadap keseimbangan. CPG teraktivasi dikarenakan gerakan yang dilakukan pada SKJ 2008 bersifat dual task. Dual task merangsang
10 76 gerakan spontan untuk mempertahankan keseimbangan akibat adanya stimulus mekanoreseptor, dalam tempo yang lambat sehingga memberi kesempatan kepada nuclei subcortical kemudian membawa umpan balik kepada CPG. 5.8 Peningkatan Keseimbangan Dinamis pada Kelompok Senam Otak pada Anak Usia 7-8 tahun. Pada pengujian kelompok perlakuan II menggunakan Wilcoxon signed rank test didapatkan p= 0,001 (p<0,05) yang berarti ada perbedaan yang bermakna rata-rata keseimbangan dinamis sebelum dan sesudah perlakuan pada kelompok perlakuan II yaitu senam otak pada anak usia 7-8 tahun. Senam otak akan memberikan rangsangan baru yang akan memperkuat hubungan antar saraf di otak dan membuat otak menjadi lebih responsif dan area internal respresentatif pada otak akan meningkat. Setiap kali gerakan senam otak akan menjadi bentuk masukan sensoris yang akan diterima oleh sistem sensoris, maka akan terjadi hubungan-hubungan saraf yang baru, adanya jembatan antar sel pada otak atau sinaps baru akan tercipta. Semua pengalaman gerakan yang baru pada senam otak akan membuat pembelajaran terhadap sensoris sehingga memiliki kapasitan potensial yang akan menguba sistem otak dalam reorganization atau yang dikenal sebagai neuroplastisity (Crammer et al., 2011). Pada senam otak perbaikan keseimbangan dinamis diakibatkan adanya perbaikan kontrol postural akibat adanya gerakan yang merangsang sistem vestibular lebih besar. Gerakan senam otak dapat mengaktivasi kedua belah hemisfer otak melalui korteks motorik dan korteks sensoris, sehingga merangsang
11 77 sistem vestibular yang merupakan komponen yang menjaga keseimbangan dinamis (Denisson, 2006). Senam otak ditujukan untuk meningkatkan input propioseptiv dengan cara mengaktivasi sistem neuromuskular dengan cara mereedukasi postur. Senam otak merupakan latihan yang ditujukan untuk aktivasi neuromuskular dengan prinsip gerakan yang bersifat kompleks, gerakan dengan berbagai arah, dengan kecepatan gerak yang lambat sehingngga menimbulkan stimulus mekanoreseptor. Stimulus mekanoreseptor yang kompleks akan memberi kesempatan pada nuclei subcortical kemudian membawa umpan balik kepada CPG dan memebrikan pembelajaran pada sistem neuromuscular. Senam otak akan meningkatkan kemampuan sensoris memproses respon terhadap suatu kondisi (Lamborne, 2010). Senam otak dapat meningkatkan keseimbangan dinamis akibat adanya aktifitas gerak kompleks dan baru sehingga penggunaan area otak menjadi lebih luas yang akan meningkatkan adaptive system yang berpengaruh terhadap respon kesimbangan. Senam otak akan meningkatkan penggunaan area otak yang lebih luas akan meningkatkan sensomotor akibat adanya integrasi sensoris yang lebih baik sehingga kemampuan otak untuk mengorganisasikan informasi sensoris dari lingkungan dan dari dalam tubuh maka akan memperbaiki kecepatan reaksi saat merespon gerakan yang membutuhkan keseimbangan. Dimensi pemfokusan mengkoordinasikan otak bagian depan dan otak bagian belakang, serta dimensi lateralis mengkoordinasikan otak bagian kiri dan otak bagian kanan, menyilang garis tengah pusat tubuh dan bekerja di visual, auditori, sistem vestibular dan
12 78 kinestetik. Sehingga pengulangan gerakan akan memperbaiki sistem somatosensori, visual dan vestibular untuk merespon keseimbangan. Input sensori yang baik akibat koordinasi multisensori akan memudahkan penyeberangan garis tengah pusat tubuh sehingga koordinasi gerakan menjadi lebih baik (Waston, 2009). Senam otak memberikan pembelajaran gerak dan sikap tubuh yang baru sehingga mengakibatkan internal representative menjadi lebih luas. Dengan internal representative yang luas maka akan terjadi perbaikan sikap tubuh pada berbagai perubahan gerak dan lingkungan (Tammasse, 2009). 5.9 Kelompok Senam Otak Lebih Baik Meningkatkan Keseimbangan Dinamis daripada Senam Kesegaran Jasmani 2008 pada Anak Usia 7-8 Tahun. Uji beda ini bertujuan untuk membedakan rerata keseimbangan dinamis sesudaah perlakuan antara kelompok perlakuan I (SKJ 2008) dengan kelompok perlakuan II (senam otak). Hasil keseimbangan dinamis diperoleh melalui balance beam walking test yang dilakukan sebanyak tiga kali pengulangan dan diambil nilai rata-rata. Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan Mann Witney seperti pada Tabel 5.3 diperoleh p = 0,001. Kelompok perlakuan II memiliki rerata keseimbangan dinamis sebesar 4,97 ±0,225 lebih tinggi setelah perlakuan daripada kelompok perlakuan I sebesar 4,15 ± 0,949. Dalam penelitian ini dapat
13 79 disimpulkan bahwa kelompok perlakuan II (senam otak) lebih meningkatkan keseimbangan dinamis dibandingkan dengan kelompok perlakuan I (SKJ 2008). Pelatihan fisik yang terstruktur dan terencana akan mempengaruhi komponen keseimbangan diantaranya adalah atensi yang merupakan bentuk kemampuan kognitif yang dapat mempengaruhi keseimbangan dinamis. Senam otak dan SKJ 2008 merupakan bentuk pelatihan fisik yang akan mengakibatkan perbaikan tingkat neural yang mempengaruhi kecepatan respon, akuransi gerakan, dan kemampuan gerakan. Jansen et al (2014) melakukan penelitan efek akut latihan pada kemampuan atensi dan respon gerakan pada anak-anak diperoleh bahwa pelatihan fisik pada anak-anak akan mengaktifkan area otak yang berbedabeda yang dapat dilihat melalui cortical transcranial magnetic stimulation manipulates subcortical cognitive functions saat dilakukan perintah gerakan yang berbeda. Pelatihan fisik yang dilakukan selama 20 menit memiliki pengaruh yang lebih dominan terhadap aktivasi area otak yang berperan terhadap atensi gerakan dibandingkan dengan pelatihan fisik yang dilakukan selama 45 menit. Pada penelitian ini senam otak dilakukan selama 20 menit lebih meningkatkan kemampuan keseimbangan dinamis daripada SKJ 2008 dilakukan selama 45 menit sehingga sejalan dengan penelitian Jansen et al (2014). Senam otak lebih baik meningkatkan keseimbangan dinamis daripada SKJ 2008 Sejalan dengan penelitian Sanabria (2011) senam aerobik tidak berpengaruh secara signifikan dalam perbaikan kognitif gerakan, spatial task, atensi yang dinilai melalui Stimulus Onset Asynchrony (SOA) dan inhibition of return (IOR).
14 80 Senam otak lebih meningkatkan keseimbangan dinamis daripada SKJ 2008 dikarenakan senam otak lebih meningkatkan mekanisme neurofisiologis otak daripada SKJ Pada penelitian Griffin (2011) menyatakan bahwa pelatihan fisik yang menggunakan area otak yang lebih luas akan memperbaiki mekanisme fisiologis pada otak yang baik. Perbaikan fisiologis pada otak dapat dilihat dari meningkatnya jumlah darah pada otak dan meningkatnya hormon yang mengurangi stress, meningkatkan hormon pertumbuhan sel seperti BDNF (brain derivated neurotropic factor ) pada hipocampus, frontal, mid brain. Senam otak merupakan bentuk pelatihan fisik yang memiliki kompleksitas gerakan dan penggunaan whole brain dibandingkan dengan SKJ 2008 yang menggunakan gerakan bersifat fungsional. Senam otak lebih meningkatkan keseimbangan dinamis daripada SKJ 2008 sejalan dengan penelitian Thomas (2012) dengan judul The Effect of Different Movement Exercises on Cognitive and Motor Abilities, pada sejumlah 64 subjek diperoleh hasil bahwa gerakan spesifik yang bersifat cross midline lebih meningkatkan kemampuan merespon perubahan gerakan, integrasi sensoris dalam mempertahankan keseimbangan dibandingkan dengan latihan yang tidak menggunakan cross midline. Secara prinsip senam otak mengandung unsur gerakan cross midline lebih banyak dibandingkan dengan SKJ Penelitian dengan judul Effect of educational Kinesiologi on Responsetime of learning disable student oleh Thomson 2009 dengan studi yang melibatkan 50 siswa. Kelompok senam otak memeperlihatkan satu urutan gerak, sementara kelompok kontrol terlibat dalam gerakan kesembarangan selama 7
15 81 menit. Kelompok senam otak meningkatkan masa tanggap visual dibandingkan kelompok kontrol yang mengakibatkan anak lebih seimbang. Senam otak lebih banyak mempengaruhi fungsi otak yang lebih luas seperti frontal, occipital, limbic, cerebral cortex dan batang otak. Aktivasi otak akan membuat otak melakukan respon cepat terhadap situasi yang membutuhkan keseimbangan. Kekuatan gerakan-gerakan senam otak mengaktifkan fungsi seluruh otak melalui hubungan yang kompleks dengan gerakan-gerakan tubuh (Dennison, 2006). Pada senam kesegaran jasmani 2008 perbaikan keseimbangan dinamis terjadi pada propioseptif, taktil, dan visual yang merupakan input sensoris yang kemudian membutuhkan proses intergrasi sensoris di dalam cerebral cortex, cerebellum dan batang otak, setelah integrasi di otak maka diperoleh output berupa gerakan yang mempertahankan keseimbangan dinamis. Proses mengorganisasikan informasi sensoris dari lingkungan dan dari dalam tubuh maka yang panjang akan berdampak pada kecepatan reaksi saat merespon gerakan dan mempertahankan keseimbangan keseimbangan. Perbedaan prinsip latihan mengakibatkan perbedaan perbaikan. Pada penelitian ini perbaikan tingkat central (internal representation, integrasi sensoris, sensomotor, anticipatory mecanism) pada senam otak lebih baik meningkatkan keseimbangan dinamis daripada perbaikan tingkat perifer (otot, propioseptif, visospasial, dan somatosensoris) pada SKJ Keberhasilan penelitian ini dikarenakan adanya pemilihan kriteria inklusi yang sesuai, dan adanya peran pengawasan dari petugas selama berlangsungnya
16 82 proses penelitian. Proses pengukuran keseimbangan dinamis dengan prosedur yang tetap pada seluruh subjek penelitian mengakibatkan data yang dihasilkan valid. Ketidakmampuan peneliti untuk membatasi lingkungan rumah, kebiasaan bermain subjek dan kondisi psikologis yang mempengaruhi keseimbangan dinamis menjadi keterbatasan dalam penelitian ini.
BAB I PENDAHULUAN. perasaan, dan interaksi dengan lingkungan sehingga mengakibatkan anak-anak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak-anak merupakan individu yang berada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan. Proses pertumbuhan dan perkembangan akan mengarahkan anak pada proses perubahan
Lebih terperinciOleh : Hapy Ardiaviandaru Siamy*, J.Alex Pangkahila**, Muh Irfan***
SENAM OTAK LEBIH MENINGKATKAN KESEIMBANGAN DINAMIS DARIPADA SENAM KESEGARAN JASMANI (2008) PADA ANAK USIA 7-8 TAHUN DI KECAMATAN SIMPANG TERITIP BANGKA BARAT ABSTRAK Oleh : Hapy Ardiaviandaru Siamy*, J.Alex
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Selama masa awal anak-anak, seorang anak mengalami peningkatan yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Selama masa awal anak-anak, seorang anak mengalami peningkatan yang drastis pada pertumbuhannya, baik pertumbuhan fisik, mental dan psikis. Pertumbuhan fisik yang cepat
Lebih terperinciPENAMBAHAN BRAIN GYM PADA CORE STABILITY EXERCISE LEBIH MENINGKATKAN KESEIMBANGAN DINAMIS ANAK USIA 7-8 TAHUN DI PPA TUNAS KASIH ABIANBASE ABSTRAK
PENAMBAHAN BRAIN GYM PADA CORE STABILITY EXERCISE LEBIH MENINGKATKAN KESEIMBANGAN DINAMIS ANAK USIA 7-8 TAHUN DI PPA TUNAS KASIH ABIANBASE 1 Ni Putu Dwi Larashati, 2 Ni Wayan Tianing, 3 I Made Muliarta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. termasuk pula kebanyakan orang indonesia. Remaja pun juga begitu. mereka tidak segan- segan melakukan banyak kegiatan ekstra selain
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tubuh ideal merupakan impian semua orang di dunia ini, tidak termasuk pula kebanyakan orang indonesia. Remaja pun juga begitu mereka tidak segan- segan melakukan banyak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan anggota gerak bawah. Yang masing-masing anggota gerak terdiri atas
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu bergerak dalam menjalankan aktivitasnya. Sering kita jumpai seseorang mengalami keterbatasan gerak dimana hal tersebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gangguan tumbuh kembang pada anak merupakan salah satu masalah kesehatan yang banyak terjadi di kehidupan masyarakat. Kemajuan teknologi dan informasi dalam ilmu kesehatan
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental. Dengan menggunakan
BAB IV METODE PENELITIAN 4. 1 Rancangan penelitian Penelitian ini menggunakan metode eksperimental. Dengan menggunakan rancangan penelitian two group pre and post test control group design (Pocock, 2008)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mana jika kesehatan terganggu maka akan dapat mempengaruhi. kemampuan seseorang dalam melakukan aktifitas sehari-hari.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan adalah hal yang sangat penting dalam kehidupan di mana jika kesehatan terganggu maka akan dapat mempengaruhi kemampuan seseorang dalam melakukan aktifitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pencapain pembangunan di Indonesia. Peningkatan UHH ditentukan oleh
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan Usia Harapan Hidup (UHH) merupakan indikator keberhasilan pencapain pembangunan di Indonesia. Peningkatan UHH ditentukan oleh penurunan angka kematian serta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dibandingkan dengan fase bayi. Anak usia 4 6 tahun rata-rata penambahan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Orang tua mengharapkan anaknya dapat tumbuh dan berkembang secara optimal sehingga dapat menjadi sumber daya manusia yang berkualitas dan tangguh (Putri, 2009).
Lebih terperinciBAB VI PEMBAHASAN. kelompok perlakuan, masing-masing kelompok berjumlah 30 orang.
BAB VI PEMBAHASAN 6.1 Karakteristik Subyek Penelitian Subjek pada penelitian ini berjumlah 60 orang yang terbagi menjadi 2 kelompok perlakuan, masing-masing kelompok berjumlah 30 orang. Kelompok I diberikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lanjut yang dilalui dalam proses kehidupan pada setiap manusia yang. kebanyakan orang awam yang umum bahwa secara fisik dan fungsi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Makhluk hidup tumbuh dan berkembang sesuai dengan fase tumbuh dan kembang setiap makhluk tersebut. Demikian pula dengan manusia sebagai makhluk hidup. Manusia tumbuh
Lebih terperinciBAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 5.1 Karekteristik Subjek Penelitian
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Deskripsi Karakteristik Subjek Penelitian Karakteristik subjek penelitian yang meliputi: usia, berat badan, dan tinggi badan responden. Hasil deskripsi karakteristik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. gangguan pada keseimbangan gaya berdiri (center of gravitiy) dikarenakan
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam era tahun sekarang banyak perkembangan anak menuju dewasa tidak diperhatikan oleh orang tuanya sehingga perkembangan pemikiran anak atau sistem pemikiran seorang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam melakukan aktivitas kegiatan sehari-hari. Pergerakan tersebut dilakukan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk yang memerlukan gerak dan berpindah tempat dalam melakukan aktivitas kegiatan sehari-hari. Pergerakan tersebut dilakukan baik secara volunter
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Gambaran Umum Sampel Penelitian. usia minimal 60 tahun yang telah memenuhi kriteria inklusi dan
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN 1. Gambaran Umum Sampel Penelitian Sampel dalam penelitian ini berjumlah 26 orang lansia dengan usia minimal 60 tahun yang telah memenuhi kriteria
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hingga orang tua menyukai olahraga ini, cabang olahraga yang berbentuk
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aktifitas olahraga sudah dikenal sejak jaman dulu kala. Olahraga memiliki sekumpulan peraturan, kebiasaan, sampai aktifitas tubuh yang sudah diatur sedemikian rupa.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kontraksi otot, elastisitas dan fleksibilitas otot, serta kecepatan dan waktu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seringkali pada orang yang telah mengalami usia lanjut (lansia) mengalami kemunduran atau perubahan morfologis pada otot yang menyebabkan perubahan fungsional
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bidang kesehatan, dimana terdapat lima fenomena utama yang mempengaruhi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia saat ini telah memasuki era baru yaitu era reformasi dengan ditandai oleh adanya perubahan-perubahan yang cepat disegala bidang menuju kepada keadaan yang
Lebih terperincipelayanan rawat jalan di klinik Sasana Husada Stroke Service dan Karmel subjek yang terdaftar awalnya sejumlah 36 orang pasien, subjek yang
86 5.2 Pembahasan 5.2.1 Kondisi Subjek Penelitian Subjek yang diteliti pada penelitian ini adalah pasien sejumlah 32 orang pasca stroke yang telah melewati fase pasca akut mereka dan sedang menjalani periode
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia pasti akan mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan dari bayi sampai lanjut usia (lansia). Lanjut usia (lansia) merupakan kejadian yang pasti akan
Lebih terperinciBAB VI PEMBAHASAN. mahasiswa usia tahun dengan kurang aktivitas fisik. Mahasiswa usia tahun pada prodi D-IV Fisioterapi seluruhnya
BAB VI PEMBAHASAN Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan tujuan untuk mengetahui pelatihan core stability dan balance board exercise lebih baik dalam meningkatkan keseimbangan dibandingkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memperhatikan kondisi kebugaran jasmani dan rohani. Dengan. sakit atau cidera pada saat beraktifitas. Maka dari itu untuk mencapai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat Indonesia di masa yang modern dan berkembang seperti saat ini banyak memiliki aktivitas yang beragam dan berbeda-beda, tentunya harus memiliki energi yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tubuh baik pada kondisi diam maupun bergerak (Depkes,1996). Klasifikasi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keseimbangan adalah kemampuan untuk mempertahankan sikap tubuh baik pada kondisi diam maupun bergerak (Depkes,1996). Klasifikasi keseimbangan menurut Muchammad
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. sesuai kemampuannya (Darmajo, 2009).
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lansia merupakan seseorang dengan usia lanjut yang mengalami perubahan biologis, fisik, kejiwaan dan sosial. Perubahan ini akan memberikan pengaruh terhadap seluruh aspek
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penduduknya. Indonesia sebagai salah satu negara dengan tingkat perkembangan yang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu tolak ukur kemajuan bangsa adalah dilihat dari usia harapan hidup penduduknya. Indonesia sebagai salah satu negara dengan tingkat perkembangan yang cukup
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menggunakan otot-ototnya untuk bergerak. Perubahan pada perilaku motorik
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan motorik merupakan proses belajar bagaimana tubuh menggunakan otot-ototnya untuk bergerak. Perubahan pada perilaku motorik dirasakan sepanjang daur kehidupan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. maupun luar tubuh. Proses menua terjadi secara terus menerus secara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lanjut usia bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan proses berkurangnya daya tahan tubuh dalam mengahadapi rangsangan dari dalam maupun luar tubuh. Proses menua terjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. termasuk perkembangan fisik- motoriknya (Endah, 2008). mengalami kesulitan pada pengaturan keseimbangan tubuh.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak prasekolah berada pada masa lima tahun pertama yang disebut the golden years merupakan masa emas perkembangan anak. Memasuki usia 5 tahun anak sudah mempunyai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh tugas, kepribadian, dan lingkungan, seperti bekerja, olahraga,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sepanjang hidupnya, manusia tidak terlepas dari proses gerak. Dalam kehidupan sehari-hari, manusia melakukan berbagai macam aktifitas yang dipengaruhi oleh tugas,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk dapat berinteraksi atau beradaptasi dengan lingkungan. Hal ini merupakan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai mahluk biopsikososial membutuhkan kondisi yang optimal untuk dapat berinteraksi atau beradaptasi dengan lingkungan. Hal ini merupakan kebutuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keseimbangan merupakan salah satu hal penting dalam proses pertumbuhan anak usia 10-12 tahun karena pada usia tersebut anak mulai mengalami perubahan baru, baik secara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. segala bidang kehidupan. Ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini menjadi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan peradaban manusia sudah semakin berkembang pesat di segala bidang kehidupan. Ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini menjadi bagian yang tidak terpisahkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Untuk mendapatkan kekuatan fisik serta kesehatan tubuh selain
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Untuk mendapatkan kekuatan fisik serta kesehatan tubuh selain mengkonsumsi asupan gizi yang seimbang, olahraga juga memegang peranan penting. Olahraga merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai mahluk hidup sama dengan mahluk hidup lainnya, pasti
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia sebagai mahluk hidup sama dengan mahluk hidup lainnya, pasti bergerak, karena tidak ada kehidupan di dunia ini tanpa adanya gerakan.setiap manusia memiliki potensi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. fungsional untuk menjadikan manusia menjadi berkualitas dan berguna
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sepanjang hidupnya, manusia tidak terlepas dari proses gerak. Dalam kehidupan sehari-hari, manusia melakukan berbagai macam aktifitas yang dipengaruhi oleh tugas, kepribadian,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk diamati karena dari tahun ke tahun jumlahnya cenderung meningkat.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan penduduk lanjut usia (lansia) di Indonesia menarik untuk diamati karena dari tahun ke tahun jumlahnya cenderung meningkat. Jumlah penduduk lansia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan terjadinya perkembangan fisik motorik, kognitif, dan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan anak usia sekolah dasar disebut juga perkembangan masa pertengahan dan akhir anak yang merupakan kelanjutan dari masa awal anak. Permulaan masa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Semakin banyak kemajuan dan terobosan-terobosan baru di segala
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Semakin banyak kemajuan dan terobosan-terobosan baru di segala bidang salah satunya dalam bidang kesehatan. Dengan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi
Lebih terperinciBAB I. sama dengan mahluk hidup lainnya, pasti bergerak, karena tidak ada. kehidupan di dunia ini tanpa adanya gerakan. Gerak tergantung dari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu ciri dari makhluk hidup adalah bergerak. Secara umum gerak dapat diartikan berpindah tempat atau perubahan posisi sebagian atau seluruh bagian dari tubuh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. rutinitas yang padat dan sangat jarang melakukan aktifitas olahraga akan. penyakit termasuk salah satunya adalah penyakit stroke.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bertambahnya usia, kondisi lingkungan yang tidak sehat, baik karena polusi udara serta pola konsumsi yang serba instan ditambah lagi dengan pola rutinitas yang padat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia dan juga tuntutan lingkungan agar dapat melakukan aktifitas dengan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia sebagai makhluk biopsikososial memerlukan kondisi yang sehat agar mampu menjalankan berbagai peranannya dalam masyarakat dan mampu beradaptasi dengan lingkungan.
Lebih terperinciPENGARUH BERMAIN PAPAN TITIAN TERHADAP KESEIMBANGAN ANAK USIA 5-6 TAHUN
PENGARUH BERMAIN PAPAN TITIAN TERHADAP KESEIMBANGAN ANAK USIA 5-6 TAHUN PUBLIKASI ILMIAH DISUSUN UNTUK MEMENUHI PERSYARATAN DALAM MENDAPATKAN GELAR SARJANA FISIOTERAPI Disusun oleh: Areza Putra Surya J120151123
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemajuan yang terjadi dalam bidang kesehatan, meningkatnya kondisi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan yang terjadi dalam bidang kesehatan, meningkatnya kondisi sosial dan perekonomian masyarakat, semakin meningkatknya wawasan masyarakat yang bersamaan
Lebih terperinciOleh: MUHAMMAD FEBRY NAFARIN J
PENGARUH SENAM OTAK TERHADAP KESEIMBANGAN DINAMIS PADA ANAK USIA 7-8 TAHUN DI SD NEGERI PABELAN 03 MENDUNGAN KARTASURA SUKOHARJO Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata 1 pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesehatan, jumlah lansia di Indonesia mengalami peningkatan. Pada tahun
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dengan semakin meningkatnya tingkat kesejahteraan dan pelayanan kesehatan, jumlah lansia di Indonesia mengalami peningkatan. Pada tahun 1980 penduduk lanjut
Lebih terperinciBAB I PENDHULUAN. tubuh ketika ditempatkan dalam berbagai posisi (Delito, 2003). Menurut Depkes
1 BAB I PENDHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keseimbangan merupakan kemampuan untuk mempertahankan posisi tubuh ketika ditempatkan dalam berbagai posisi (Delito, 2003). Menurut Depkes (2009) keseimbangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. orang sakit (curative), tetapi kebijakan yang lebih ditekankan kearah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sehat yaitu slogan baru untuk Negara Indonesia dalam upaya mensejaterahkan dan menyehatkan warga negaranya. Sehat menurut WHO adalah suatu keadaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. untuk melakukan olahraga. Waktu istirahat tidak lagi digunakan untuk aktifitas olahraga
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aktifitas perkuliahan yang begitu padat membuat mahasiswa kekurangan waktu untuk melakukan olahraga. Waktu istirahat tidak lagi digunakan untuk aktifitas olahraga tetapi
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. menyelesaikan penulisan skripsi ini yang berjudul Perbedaan Antara Intervensi
KATA PENGANTAR Assalamu Alaikum Wr.Wb Bismillaahirohmaanirrohiim, Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-nya kepada penulis sampai detik ini sehingga penulis dapat menyelesaikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. digemari di segala lapisan masyarakat Indonesia, dari anak-anak sampai
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sepak bola merupakan salah satu cabang olahraga yang sangat digemari di segala lapisan masyarakat Indonesia, dari anak-anak sampai dewasa terutama laki-laki. Banyak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/ mengganti diri dan. mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lanjut usia adalah suatu proses menghilangnya secara perlahanlahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/ mengganti diri dan mempertahankan struktur dan fungsi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN dan sejak itu menjadi olahraga dalam ruangan yang popular diseluruh dunia.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Futsal adalah variasi sepakbola yang dimainkan di dalam ruangan di lapangan yang lebih kecil. Futsal mulai dimainkan di Amerika Selatan pada tahun 1930 dan sejak itu
Lebih terperinciBAB VI PEMBAHASAN. Deskripsi sampel pada penelitian ini terdiri atas kelompok Konvensional
6.1 Karakteristik Subjek Penelitian BAB VI PEMBAHASAN Deskripsi sampel pada penelitian ini terdiri atas kelompok Konvensional memiliki rerata usia (62,3 ± 5,795) pada kelompok Kinesiotaping (65,1 ± 6,691),
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa stroke adalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke adalah penyebab cacat nomor satu dan penyebab kematian nomor dua di dunia. Penyakit ini telah menjadi masalah kesehatan yang mendunia dan semakin penting, dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. usia lanjut di Indonesia diperkirakan antara tahun sebesar 414 %
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu tolak ukur kemajuan suatu bangsa seringkali dilihat dari angka harapan hidup penduduknya. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang, memiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menimbulkan dampak dengan terjadinya peningkatan jumlah anak yang. mempengaruhi proses pertumbuhan dan perkembangan pada anak.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan telah berhasil menurunkan angka kematian pada ibu dan bayi akan tetapi disisi lain menimbulkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Jepang 129%, Jerman 66%, dan Swedia 33% (Depkes,2003). Indonesia termasuk salah satu negara Asia yang pertumbuhan penduduk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah penduduk lansia (lanjut usia) Indonesia pada tahun 2025 dibandingkan dengan keadaan pada tahun 1990 akan mengalami kenaikan sebesar 414% dan hal ini merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Salah satu indikator keberhasilan pembangunan kesehatan di Indonesia
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu indikator keberhasilan pembangunan kesehatan di Indonesia adalah meningkatnya usia harapan hidup (UHH) manusia Indonesia. Hampir setiap tahunnya negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dipergunakan dalam olahraga. Kelincahan pada umumnya didefinisikan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelincahan merupakan salah satu komponen fisik yang banyak dipergunakan dalam olahraga. Kelincahan pada umumnya didefinisikan sebagai kemampuan mengubah arah secara
Lebih terperinciBAB I. Aktivitas fisik setiap orang dalam menjalani kehidupan sehari-hari. dalam menunjang paradigma hidup sehat hendaknya dilakukan dengan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Aktivitas fisik setiap orang dalam menjalani kehidupan sehari-hari dalam menunjang paradigma hidup sehat hendaknya dilakukan dengan kesadaran bahwa hal tersebut
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. A. Hasil Belajar Pretest Pada Kelompok Eksperimen dan Kelompok. Berdasarkan tabel 4.6 menunjukkan bahwa nilai rerata pretest pada
BAB V PEMBAHASAN A. Hasil Belajar Pretest Pada Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol. Berdasarkan tabel 4.6 menunjukkan bahwa nilai rerata pretest pada kelompok eksperimen sebesar 57,23 dan kelompok
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. sangat cepat. Setiap detik terdapat dua orang yang berulang tahun ke-60 di dunia,
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara global angka pertumbuhan lansia semakin hari semakin meningkat dan sangat cepat. Setiap detik terdapat dua orang yang berulang tahun ke-60 di dunia, atau 58 juta
Lebih terperinciPENGARUH CORE STABILITY EXERCISE DAN ANKLE BALANCE STRATEGY EXERCISE TERHADAP KESEIMBANGAN STATIS
PENGARUH CORE STABILITY EXERCISE DAN ANKLE BALANCE STRATEGY EXERCISE TERHADAP KESEIMBANGAN STATIS NASKAH PULIKASI DISUSUN UNTUK MEMENUHI PERSYARATAN DALAM MENDAPATKAN GELAR SARJANA FISIOTERAPI Disusun
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah eksperimen semu/quasy eksperimental dengan
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah eksperimen semu/quasy eksperimental dengan rancangan penelitiannya berupa pre and post test two group design. Pada penelitian ini
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian mencakup bidang Fisiologi.
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian mencakup bidang Fisiologi. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kampus Fakultas Kedokteran Universitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang. merokok dan minum-minuman keras. Mereka lebih memilih sesuatu yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan adalah hal yang sangat penting bagi manusia. kesehatan merupakan keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. System) pada vertebrata dan banyak invertebrata lainnya.otak mengatur dan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Otak atau encephalon adalah pusat sistem saraf/ CNS (Central Nervous System) pada vertebrata dan banyak invertebrata lainnya.otak mengatur dan mengkoordinir
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tumbuh kembang anak yang optimal merupakan dambaan setiap orang tua dan orang tua harus lebih memperhatikan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tumbuh kembang anak yang optimal merupakan dambaan setiap orang tua dan orang tua harus lebih memperhatikan setiap perkembangan dan pertumbuhan bayi atau anak mereka,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. remote control, komputer, lift, escalator dan peralatan canggih lainnya
16 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi yang semakin berkembang dan peningkatan berbagai macam teknologi yang memudahkan semua kegiatan, seperti diciptakannya remote control, komputer,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mahasiswa memiliki beranekaragam aktivitas sehingga dituntut memiliki gerak fungsi yang baik dalam hal seperti mengikuti perkuliahan, melaksanakan tugas-tugas kuliah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semua individu ingin dilahirkan dalam keadaan sempurna baik secara fisik maupun mental, namun kenyatannya tidak semua individu lahir dalam keadaan sempurna, terdapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengembangkan pribadi secara harmonis. Senam terdiri dari gerakan-gerakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Senam adalah latihan tubuh yang diciptakan dengan sengaja, disusun secara sistematika dan dilakukan secara sadar dengan tujuan membentuk dan mengembangkan pribadi secara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berjalan normal sesuai dengan tahapan normalnya adalah hal yang paling
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Orang tua menganggap bahwa pertumbuhan dan perkembangan anak berjalan normal sesuai dengan tahapan normalnya adalah hal yang paling penting. Orang tua bersedia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sekaligus pembunuh nomor tiga di dunia. Stroke menjadi salah satu penyakit
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke merupakan masalah utama dalam pelayanan kesehatan dan sekaligus pembunuh nomor tiga di dunia. Stroke menjadi salah satu penyakit yang ditakuti karena menjadi
Lebih terperinciPERAN PERCEPTUAL MOTORIC TERHADAP PERKEMBANGAN GERAK ANAK
PERAN PERCEPTUAL MOTORIC TERHADAP PERKEMBANGAN GERAK ANAK Asep Ardiyanto, S. Pd, M. Or Universitas PGRI Semarang ardiyanto.hernanda@gmail.com Abstrak Gerak merupakan elemen penting dalam kehidupan manusia.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak merupakan tumpuan masa depan dan generasi selanjutnya bagi kehidupan dunia dimasa yang akan datang. Dalam hal ini kesehatan bagi anak merupakan hal yang sangat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang bersifat non progresif yang terjadi pada proses tumbuh kembang. CP
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cerebral palsy merupakan suatu kelainan atau kerusakan pada otak yang bersifat non progresif yang terjadi pada proses tumbuh kembang. CP terjadi akibat kerusakan pada
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. manusia terdiri dari bio, psiko, sosio, dan spiritual, dikatakan unik karena
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan mahluk yang utuh dan unik, dikatakan utuh karena manusia terdiri dari bio, psiko, sosio, dan spiritual, dikatakan unik karena setiap manusia memiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. olahraga, dalam upaya mengembangkan prestasi olahraga yang tinggi.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini telah banyak penelitian yang dilakukan dalam bidang olahraga, dalam upaya mengembangkan prestasi olahraga yang tinggi. Masalah dalam peningkatan prestasi
Lebih terperinciSURVEY KEMAMPUAN MOTORIK SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR MUHAMMADIYAH SE-KECAMATAN TAMAN SIDOARJO TAHUN AJARAN DIDIK CAHYO WICAKSONO ABSTRAK
SURVEY KEMAMPUAN MOTORIK SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR MUHAMMADIYAH SE-KECAMATAN TAMAN SIDOARJO TAHUN AJARAN 2011-2012 DIDIK CAHYO WICAKSONO ABSTRAK Kemampuan motorik (motor ability) memegang peranan penting
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada masa tumbuh kembang anak usia 0-5 tahun perlu mendapatkan perhatian pada orang tua. Pada masa ini anak anak mengembangkan kemampuan motorik kasar, halus, berbahasa
Lebih terperinciPENGARUH LATIHAN SKIPPING TERHADAP VERTICAL JUMP ATLET BOLA VOLI DI UKM BOLA VOLI PUTERA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI
PENGARUH LATIHAN SKIPPING TERHADAP VERTICAL JUMP ATLET BOLA VOLI DI UKM BOLA VOLI PUTERA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh : Zelliana Aziza J120110032 PROGRAM STUDI S1 FISIOTERAPI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kualitas masa depan anak dapat dilihat dari perkembangan dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kualitas masa depan anak dapat dilihat dari perkembangan dan pertumbuhan anak yang optimal, sehingga sejak dini, deteksi, stimulasi dan intervensi berbagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak adalah anugerah terindah dalam keluarga. Setiap orang tua mengharapkan memiliki anak yang normal, namun sering hidup tidak berjalan seperti yang kita inginkan.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. bisa dihindari. Lanjut usia (lansia) menurut Undang-Undang Republik
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menua merupakan suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan manusia. Menjadi tua adalah proses fisiologis yang terjadi pada semua orang dimana berarti seseorang telah
Lebih terperinciLampiran I [Daftar Riwayat Hidup]
LAMPIRAN Lampiran I [Daftar Riwayat Hidup] Lampiran II [Surat Pernyataan Responden] Lampiran III [Surat KeteranganPenelitian] Lampiran IV [Gerakan Core Stability] Core stability Exercise Berikut adalah
Lebih terperinciPERMAINAN PAPAN KESEIMBANGAN (BALANCE BOARD)
PERMAINAN PAPAN KESEIMBANGAN (BALANCE BOARD) LEBIH MENINGKATKAN KESEIMBANGAN DINAMIS DARIPADA PERMAINAN BALOK KESEIMBANGAN (BALANCE BEAM) PADA ANAK USIA 5-6 TAHUN DI TK PRADNYANDARI I KEROBOKAN 1 Ayu Wulandari,
Lebih terperinciABSTRAK KOMBINASI FOOT MUSCLE STRENGTHENING
ABSTRAK KOMBINASI FOOT MUSCLE STRENGTHENING DAN KINESIOTAPING LEBIH BAIK DIBANDINGKAN DENGAN FOOT MUSCLE STRENGTHENING TERHADAP PENINGKATAN KESEIMBANGAN DINAMIS PADA ANAK DENGAN FLEXIBLE FLATFOOT Keseimbangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UKDW. Kemajuan suatu bangsa sering dilihat dengan kemajuan Usia Harapan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kemajuan suatu bangsa sering dilihat dengan kemajuan Usia Harapan Hidup penduduknya. Meningkatnya Usia Harapan Hidup (UHH) menyebabkan lansia atau populasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa dewasa merupakan periode di mana tidak terjadi lagi perubahan karena faktor pertumbuhan setelah masa adolesensi yang mengalami pertumbuhan cepat. Peningkatan
Lebih terperinciBAB V HASIL PENELITIAN
71 BAB V HASIL PENELITIAN Penelitian tentang metode Bobath untuk meningkatkan postural stability pada pasien pasca stroke dibandingkan dengan metode Feldenkrais yang telah dilaksanakan di Sasana Stroke
Lebih terperinciHUBUNGAN LAMANYA MENGIKUTI SENAM PERNAFASAN SINAR PUTIH DENGAN KESEIMBANGAN STATIK
HUBUNGAN LAMANYA MENGIKUTI SENAM PERNAFASAN SINAR PUTIH DENGAN KESEIMBANGAN STATIK SKRIPSI DISUSUN UNTUK MEMENUHI PERSYARATAN DALAM MERAIH GELAR SARJANA SAINS TERAPAN FISIOTERAPI OLEH : HARTANTI J 110070073
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. juga secara fisiologis lebih rentan dibandingkan orang dewasa, dan memiliki
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak adalah individu yang rentan karena perkembangan kompleks yang terjadi di setiap tahap masa kanak-kanak dan masa remaja. Lebih jauh, anak juga secara fisiologis
Lebih terperinciPENGARUH HARMONISASI OTAK TERHADAP PENINGKATAN KOORDINASI PASIEN PASCA STROKE
PENGARUH HARMONISASI OTAK TERHADAP PENINGKATAN KOORDINASI PASIEN PASCA STROKE NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh : AYU MARTHA PRABAWATI J 120 100 001 PROGRAM STUDI S1 FISIOTERAPI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS
Lebih terperinciBAB V HASIL PENELITIAN. Dalam penelitian ini digunakan sebanyak 30 perempuan penderita
44 BAB V HASIL PENELITIAN Dalam penelitian ini digunakan sebanyak 30 perempuan penderita xerostomia yang berusia lanjut sebagai sampel, yang terbagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok musik klasik barat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Aktivitas setiap orang dalam menjalani kehidupan sehari-hari dalam
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Aktivitas setiap orang dalam menjalani kehidupan sehari-hari dalam menunjang paradigma hidup sehat hendaknya dilakukan dengan kesadaran bahwa hal tersebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dunia. Berbagai macam vitamin, gizi maupun suplemen dikonsumsi oleh
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak adalah suatu titipan Tuhan yang sangat berharga. Saat diberikan kepercayaan untuk mempunyai anak, maka para calon orang tua akan menjaga sebaik-baiknya dari mulai
Lebih terperinci