BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perawatan merupakan pekerjaan rutin, pekerjaan yang berulang-ulang,

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perawatan merupakan pekerjaan rutin, pekerjaan yang berulang-ulang,"

Transkripsi

1 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Perawatan (Maintenance) Perawatan merupakan pekerjaan rutin, pekerjaan yang berulang-ulang, diperlukan untuk menjaga fasilitas yang ada agar tetap dalam keadaan baik (optimal) dapat digunakan sesuai dengan kapasitas dan efesiensi semula. Fasilitas yang dimaksud antara lain : mesin produksi, peralatan dan lain-lain. Dengan demikian perusahaan terhindar dari terjadinya kerugian produksi dan kerugian lainnya. Kegiatan perawatan juga mencakup kegiatan pembersihan (service), reparasi (repair), dan penggantian. Kaitan perawatan dan service bahwa proses perawatan juga di dalamnya mencakup kegiatan service. Kegiatan pembersihan (service) adalah pekerjaan mengatur kerapian, keindahan, dan kebersihan mesin dan peralatan. Dengan demikian mesin dan peralatan akan awet (tidak mudah rusak) dan tetap dalam kondisi optimal seperti semula. Dengan adanya maintenance maka fasilitas pabrik dapat terjaga dengan baik sehingga kegiatan produksi dapat berlangsung dengan lancar. Perawatan disuatu industri merupakan salah satu faktor yang penting dalam mendukung suatu proses produksi yang mempunyai daya saing di pasaran. Produk yang dibuat industri harus mempunyai hal-hal berikut: 1. Kualitas baik. 2. Harga pantas. 3. Di produksi dan diserahkan ke konsumen dalam waktu yang cepat.

2 7 Oleh karena itu proses produksi harus didukung oleh peralatan yang siap bekerja setiap saat dan handal. Untuk mencapai hal itu maka peralatan-peralatan penunjang proses produksi ini harus selalu dilakukan perawatan yang teratur dan terencana (Santoso ; 2010). Secara skematik, program perawatan di dalam suatu industri bisa dilihat pada gambar 2 dibawah ini. Bahan Baku Input Aktivitas Proses Produksi Output Produk Sistem Kesiapan Sarana Produksi (Peralatan dan mesin) PROGRAM PERAWATAN Gambar 2 Diagram perawatan Pendukung Industri (Supandi ; 1998) Tujuan Umum Program Manajemen Perawatan Industri Beberapa tujuan umum program manajemen perawatan industry adalah untuk menunjang aktivitas dalam bidang perawatan, yaitu : 1. Memperpanjang waktu pengoperasian fasilitas industry yang digunakan semaksimal mugkin, dengan biaya perawatan yang seminimum mungkin dan adanya proteksi yang aman dari investasi modal. 2. Menyediakan modal biaya tertentu dan informasi-informasi lainnya yang dapat menunjang penuh dalam bidang perawatan.

3 8 3. Menentukan metode evaluasi prestasi kerja yang dapat berguna untuk manejemen secara umum dan bagi epngawas (supervisor ) perawt khususnya. 4. Membantu dalam menciptakan kondisi kerja aman, baik untuk bagian operasi maupun personil perawatan lainnya dengan menetapkan dan menjaga standar perawatan yang benar. 5. Meningkatkan keterampilan para pengawas dan para operator perawatan melalui latihan (Supandi ; 1998) Manfaat Perawatan Dan Pemeliharaan Jika berbicara tentang manfaat, maka paling tidak ada enam manfaat yang dapat dipetik dari adanya kegiatan perawatan (maintenance) ini: 1. Perbaikan terus menurus. 2. Meningkatkan kapasitas. 3. Mengurangi persediaan. 4. Biaya operasi lebih rendah. 5. Prokduvitas lebih tinggi. 6. Meningkatkan kualitas. Filosofi dasar dari perawatan ini sebenarnya adalah perbaikan terus menerus. Sesuatu yang tidak dirawat akan cepat sekali usang. Justru itu, kegiatan perawatan ini menjadi hal yang penting dalam manajemen operasi, baik manufaktur maupun jasa, terutama pabrik-pabrik yang menggunakan mesin yang berputar dan beroperasi setiap saat. Dengan adanya perbaikan yang terus menerus, maka tidak akan ada pengerjaan ulang atau proses ulang, sehingga kapasitas akan meningkat. Aspek

4 9 yang perlu diperhatikan dalam masalah ini adalah monitoring penyetelan (setup). Penyetelan yang baik akan menghasilkan output yang baik. Pernah ada pabrik pengemasan air madu dalam gelas plastik yang beroperasi sangat tidak efisien, karena setiap seribu botol harus disetel ulang karena menghasilkan output yang cacat, akibatnya kapasitas produksi tidak maksimal. Hal ini akan mengakibatkan harga jual produk dapat ditekan lebih rendah, karena biaya operasi yang lebih rendah. Dengan demikian terciptalah apa yang disebut cost advantage (keunggulan biaya). Artinya, dengan kualitas yang sama, harga dapat ditetapkan lebih murah (Supandi ; 1998) Taktik Perawatan Dan Pemeliharaan Yang Digunakan Ada dua taktik pemeliharaan yang dapat digunakan antara lain (Supandi ; 1998): 1. Menerapkan pemeliharaan pencegahan (preventive maintenance). 2. Meningkatkan kemampuan dan kecepatan perbaikan (break down maintenance). Pemeliharaan pencegahan yang periodik dan terencana sangat diperlukan pada fasilitas-fasilitas produksi yang termasuk dalam unit kritis, seperti (Supandi ; 1998): a. Kerusakan mesin akan menyebabkan terhentinya seluruh aktivitas proses produksi. b. Kerusakan mesin akan mempengaruhi kualitas produk. c. Investasi yang ditanamkan dalam perawatan itu cukup besar. d. Kerusakan mesin akan membahayakan pekerja. Preventive maintenance ini mampu mengatasi kerusakan tiba-tiba atau mendadak. Hal ini dikarenakan preventive maintenance ini dapat mendeteksi

5 10 sinyal kapan suatu mesin mengalami kerusakan. Artinya, preventive maintenance ini dapat menentukan kapan suatu mesin memerlukan perbaikan. Kegiatan secara periodik dan terencana dimaksudkan agar pemeliharaan yang dilakukan dalam jangka waktu tertentu menurut petunjuk pabrikasi perawatan mesin, misalnya setiap minggu, bulan, tahun, atau dengan mengunakan jam mesin. Hal yang tidak boleh dilupakan selain pemeliharaan secara periodik adalah pemeliharaan yang rutin dilakukan setiap hari berupa pembersihan, pelumasan, penyetelan, dan lain-lain. Pada prinsipnya, preventive maintenance ini ditunjukan untuk menghindari suatu kerusakan yang fatal dan signifikan pada mesin produksi, bila diambil contoh pabrik gula, maka kegiatan preventive maintenance ini dapat berupa : a. Pembersihan. b. Perbaikan kecil dan penyetelan mesin produksi. c. Pelumasan. d. Penyediaan suku cadang. Pemeliharaan atau perawatan dilakukan setelah mesin produksi mengalami kerusakan pada saat mesin sedang beroperasi, biasanya kerusakan ini terjadi akibat tidak diimplementasikannya preventive maintenance (Supandi ; 1998) Peranan perawatan ( maintenance) Beberapa perusahaan seringkali perawatan di pandang dengan remeh, yang dapat mengganggu proses produksi, yang menyebabkan kegiatan perawatannya tidak baik. Peranan yang penting dari kegiatan perawatan ini baru

6 11 diingat dan dilaksanakan setelah mesin proses produksi rusak dan menghambat kerja perusahaan. Adanya perawatan yang rutin dan teratur dapat menjamin selama mungkin proses produksi berlangsung, kecil sekali kemungkinan terjadi kemacetan yang disebabkan oleh mesin produksi tersebut, oleh karena itu kegiatan perawatan terfokus pada perawatan komponen saja. Peranan bagian perawatan tidak hanya menjaga agar pabrik dapat tetap bekerja untuk menghasilkan produk dalam waktu yang ditentukan, tetapi juga menjaga agar pabrik dapat bekerja secara efisien. Pada meningkatkan kinerja alat, departemem perawatan atau pemeliharaan merumuskan sebuah pedoman sebagai dasar perjalanan menuju tercapainya maintenance excellence atau perawatan dan pemeliharaan yang sempurna (Supandi ; 1998). Beberapa kondisi yang ingin dicapai dari maintenance excellence antara lain: 80% pekerjaan adalah terencana. Tingkat kerusakan alat sangat rendah. Biaya perawatan dan pemeliharaan sangat efisien. Tercipta komunikasi dan kerja sama yang baik antara semua seksi di dalam departemen perawatan mesin produksi. Untuk mencapai maintenance excellence, depertemen perawatan telah merumuskan tahapan perjalanan yang akan ditempuh dengan menitikberatkan beberapa strategi yang dibagi menjadi tiga fase berikut ini: Fase I : Pengembangan dan peningkatan perencanaan. Fase II: peningkatan ketahanan dan ketangguhan alat. Fase III: Pengembangan dan peningkatan kualitas kerja.

7 12 Berikut adalah mine maintenance Road Map atau perjalanan Departemen perawatan alat menuju maintenance excellence. Perjalanan menuju maintenance excellence di gambarkan sebagai jalan yang berbelok-belok. Hal ini di sebabkan manajemen departemen perawatan dan pemeliharaan menyadari bahwa perjalanan menuju maintenance excellence tidak mudah, dibutuhkan perkembangan berkelanjutan dan berkesinambungan di segala bidang, serta pekembangan melalui perbaikan perencanaan dan program pengembangan kepemimpinan. Selain itu, untuk mencapai maintenance excellance juga mutlak dibutuhkan kerja sama yang baik dengan departemen-departeman lain, seperti departemen pengadaan barang (material management) dan departemen operasional (operations). Tanpa pengaturan pengadaan barang atau material dan penggunaan alat yang baik, akan sulit dicapai kesempurnaan dalam perawatan atau pemeliharaan alat. Sulitnya menunjukan kualitas dari pekerjaan terhadap alat tersebut, apakah kualitas dari chip baik, sehingga kerusakan tidak akan terjadi sampai dengan chip berikutnya, atau kualitas chip buruk dalam waktu beberapa jam terjadi kerusakan pada alat. Hal terpenting dalam langkah pengembangan ini adalah tindakan yang harus dilakukan untuk mengurangi kerusakan tersebut, perlu dilakukan tindakan pencegahan sedini mungkin agar ketahanan alat dapat dijaga dan dipelihara (Supardi ; 1998).

8 13 Gambar 3. Program Perawatan dan Pemeliharaan Alat Sumber :Mahler & Sabirin 2008:130 3 Cara Mencapai Pemeliharaan Alat Secara Proaktif : 1. Operator Peduli terhadap alat yang dioperasikan 2. Pencegahan langsung di sumber kerusakan 3. Reaksi pemeliharaan yang cepat dan berkualitas Pemeliharaan Terencana Estimasi Masalah Masalah/Kerusakan di Alat Kerusakan Pemeliharaan Reaktif Pemeliharaan Prediktif Inspeksi Pemeliharaan Proaktif Penyebab Timbulnya Masalah Kerusakan Kualitas Pembangunan Ulang Masalah Operasional Masalah Desain Kualitas Pemeliharaan Kualitas Material Manajemen Permasalahan Alat

9 14 A. Analisa kegagalan Tujuan dari pengembangan analisis ini adalah untuk mengidentifikasi akar permasalahan dari suatu kerusakan alat dan pekerjaan yang tidak terencana. Ada beberapa informasi yang diperlukan agar permasalahan dari kerusakan dapat ditentukan, antara lain: a. Tipe kegagalan (faiure modes). Ini diperlukan bagi rotation planner atau field inspector untuk melakukan tindakan awal setelah kerusakan dan pekerjaan yang tidak terencana teridentifikasi. b. Gejala kerusakan (symptoms). Ini diperlukan bagi operator untuk mengingatkan dan menginformasikan kepada dispatcher tentang segala potensi kerusakan yang mungkin akan terjadi. c. Penyebab yang kelihatan (apparent cause). Ini diperlukan bagi maintenance planners dan action tem untuk mengambil kesimpulan atas apa yang terjadi dilapangan sehubungan dengan kondisi pada waktu beroperasi. d. Inti permasalahan (root couse). Ini diperlukan bagi inpector, action tem dan maintenance engineering untuk mendefinisikan tindakan perawatan yang benar dan harus dilakukan sehubungan dengan masalah yang terjadi (perbaikan, penggantian, atau melumasi). e. Dengan diperoleh informasi-informasi diatas, dapat ditentukan tindakan yang tepat untuk meningkatkan ketahanan alat (Hurst ; 2006). B. Sistem dan proses penelusuran komponen Karena sekitar 80% ketahanan dan ketangguhan alat dipengaruhi oleh ketahanan dan ketangguhan komponen, sudah pasti inisiatif ini juga lebih diarahkan kepada kualitas komponen. Agar analisis tentang komponen bisa

10 15 dilakukan lebih mendalam, diterapkanlah component tracking sytem. Sistem ini didesain untuk menyimpan data komponen yang dipasang dan dilepas dari sebuah mesin, sehingga dapat dilihat keberadaan komponen tersebut dan berapa lama komponen itu beroperasi sebelum diganti. Selain itu, dengan sistem ini juga bisa diketahui status, lokasi, maupun ketersediaannya. Sistem dan proses ini untuk tahap awal hanya diterapkan bagi komponen yang memiliki nilai tinggi dan berpengaruh signifikan terhadap proses operasional (Supandi ; 1998) Jenis-jenis perawatan (maintenance) Kegiatan perawatan ( maintenance) yang dilakukan dalam suatu pabrik dapat dibedakan menjadi dua yaitu corrective maintenance dan preventive maintenance. Sedangkan preventive maintenance dibedakan lagi menjadi dua yaitu septematic maintenance dan condition based maintenance. Digambarkan dalam diagram sebagai berikut : MAINTENANCE CORRECTIVE MAINTENANCE PREVENTIVE MAINTENANCE SEPTEMATIC MAINTENANCE CONDITION BASED MAINTENANCE Gambar 4. Diagram Maintenance

11 Corrective Maintenance Merupakan kegiatan pemeiharaan dan perawatan yang dilakukan pada saat atau setelah terjadinya suatu kerusakan pada fasilitas produksi sehingga tidak dapat berfungsi dengan baik. Corrective Maintenance sering disebut dengan kegiatan perbaikan Preventive Maintenance Merupakan kegiatan pemeliharaan dan perawatan yang dilakukan untuk mencegah timbulnya kerusakan-kerusakan yang tidak terduga dan menemukan kondisi atau keadaan yang dapat menyebabkan fasilitas produksi mengalami kerusakan pada waktu digunakan dalam proses produksi. Preventive Maintenance dapat dibedakan menjadi dua yaitu : 1. Septematic Maintenance Merupakan kegiatan perawatan mesin-mesin dan fasilitas produksi secara teratur dengan adanya perawatan yang tetap. 2. Condition Based Maintenance Merupakan kegiatan perawatan mesin-mesin dan fasilitas produksi yang bertanggung pada analisa keputusan untuk mengganti atau tidak komponen tersebut. Kondisi ini biasanya diterapkan pada mesin yang jika kerugian yang lebih besar dari Septematic Maintenance. Mesin yang ideal sempurna pada prinsipnya tidak menimbulkan getaran sama sekali, karena seluruh energi yang dihasilkan menjadi kerja. Akan tetapi di dunia ini tidak ada yang sempurna, sehingga sebagian energi antara lain terbuang menjadi getaran. Getaran terjadi akibat transfer gaya siklik melalui

12 17 komponen mesin yang ada, dimana elemen-elemen tersebut saling beraksi satu dengan yang lain dan energi didesipasi melalui struktur, dalam bentuk getaran. Kerusakan serta deformasi pada komponen mesin akan mengubah karakteristik dinamik sistem dan cenderung meningkatkan energi getaran. Metode masa lalu dengan cara mendengarkan suara mesin dan menyentuh atau meraba (hearing and touching) dikembangkan untuk menentukan apakah mesin bekerja baik atau tidak, tetapi metode klasik tersebut tidak lagi handal untuk saat ini, karena dua faktor, yaitu : 1. Mesin-mesin moderen dirancang untuk beroperasi secara otomatis, sehingga interaksi antara manusia (operator) dan mesin tidak lagi efektif dan ekonomis. 2. Sebagian besar mesin-mesin modern beroperasi pada putaran dan kecepatan tinggi, dimana getaran yang timbul banyak yang berfrekuensi tinggi dan tidak lagi dapat dibedakan oleh indra manusia, sehingga dibutuhkan alat untuk mendeteksi dan mengukurnya. 3. Kerusakan Mesin Suatu alat mesin dikatakan rusak apabila mesin tersebut tidak menjalankan fungsinya dengan baik dan harus dilakukan apabila menjumpai mesin yang sedang rusak adalah memperbaikinya. Langkah perbaikannya adalah mencari penyebab utama kerusakanya tersebut. Maxer merekomendasikan sebuah metode untuk memastikan bahwa sesuatu kerusakan tidak akan terjadi lagi dengan sembilan langkah, yang di kenal dengan metode Maxer s. Sembilan langkah tersebut adalah: 1. Mempelajari kondisi kerusakan dengan seksama. 2. Membuat diagnosa mengenai kerusakan secara lengkap. 3. Mengambil keputusan penyebab utama dari kerusakan.

13 18 4. Memeriksa lagi keputusan yang telah diambil tentang penyebab utama dari kerusakan tersebut adalah benar. 5. Memperbaiki kerusakan terebut. 6. Yakinlah bahwa perbaikan yang telah dilakukan akan memperbaiki kerusankerusakan tersebut. 7. Mencari akar dari penyebab kerusakan dan memperbaikinya. 8. Mencari efek dan tindakan perbaikan terakhir yang dilakukan. 9. Mencatat semua kegiatan dan langkah yang diambil dalam bentuk sebuah laporan yang didokumentasikan. Setelah mengetahui sembilan langkah diatas, maka dapat disimpulkan bahwa apabila suatu alat atau mesin rusak maka tindakan-tindakan perbaikan yang harus dilakukan sangat membutuhkan biaya dan waktu tidak sedikit. Oleh karena itu cara terbaik untuk menghindari terjadinya kerusakan adalah dengan melakukan tindakan pencegahan (preventive) (Supandi ; 1998) Pengertian Keandalan Arti keandalan secara umum adalah sebagai kemampuan atau tingkat berfungsinya suatu peralatan atau komponen. Suatu mesin dikatakan andal jika mesin tersebut dapat berfungsi dengan baik sebagaimana mestinya. Sebaliknya jika mesin tersebut tidak berfungsi sebagaimana mestinya, maka mesin tersebut dikatakan tidak andal. Keandalan dapat juga berarti menyatakan tingkat peluang suatu piranti menjalankan fungsi yang telah didefinisikan kepadanya, sesuai dengan tujuan desain piranti tersebut, secara memuaskan dalam kondisi operasional tertentu dan dalam periode waktu tertentu pula.

14 19 Dalam perhitungannya, keandalan memasukan aspek-aspek statistik maupun teknik dengan memperhatikan rangkaian perjalanan hidup suatu sistem mulai dari perencanaan, produksi, pengendalian kualitas, operasional, perawatan dan juga pengiriman (Hurst. K ; 2006) Tes Keseragaman Data Pengecekan keseragaman data yaitu untuk mengetahui apakah data-data yang diperoleh layak untuk digunakan. Data dikatakan seragam yaitu apabila data yang diperoleh berada diantara kedua batas kontrol. Data dikatakan tidak seragam apabila data-data tersebut terletak diluar batas kontrol dan data tersebut harus diabaikan dan dibuang. Rumus yang Digunakan dalam tes keseragaman data ini adalah: Nilai Rata Rata Batas Kontrol Atas (BAK) Batas Kontrol Bawah = x = x + 2σ = x 2σ.....(1) KETERANGAN : = Nilai rata rata σ = Standar deviasi (Santoso ; 2010)

15 Test Kecukupan Data Semakin besar variabilitas dari data waktu pengukuran akan menyebabkan jumlah siklus kerja yang diamati juga akan semakin besar agar bisa diperoleh ketelitian yang dikehendaki. Karena data waktu pengukuran pendahuluan yang telah dilakukan kurang dari 30 data maka persamaan yang digunakan adalah sebagai berikut: T N' = Keterangan : ( α, n 1) 2 k x 2 σ.(2) N = jumlah data pengukuran Tα/2 = Tabel T untuk α 5%,df n-1 σ x = Standar deviasi = Nilai rata rata N = Jumlah data yang mencukupi k = tingkat ketelitian (Santoso ; 2010) Dari persamaan di atas diperoleh hasil sebagai berikut: a. N < N menunjukan bahwa banyaknya data pengukuran pendahuluan telah dianggap cukup. b. N > N berarti banyaknya data pengkuran pendahluan yang telah dilakukan belum cukup, sehingga perlu diadakan pengukuran pendahuluan kembali untuk menambah jumlah data hingga diperoleh N < N dengan cara perhitungan yang sama.

16 Pola-Pola Kerusakan Pola-pola kerusakan yang terjadi pada piranti-piranti elektronik, dan struktur tidak sama. Terdapat perbedaan yang mendasar dari pola kerusakan piranti elektronik terhadap piranti struktur. Piranti elektronik cenderung semakin berkurang kemampuannya sering dengan bertambahnya umur piranti tersebut. Tetapi pada sistim struktur cenderung tidak mempengaruhi waktu kecuali oleh korosi, faktor kelelahan (fatigue) ataupun beban yang berlebih pada produk kekuatan struktur bahkan semakin kuat dengan bertambahnya waktu (Santoso ; 2010). Pada piranti elektronik terdapat tiga periode laju kerusakan,yaitu : 1. Kondisi O A : Terjadinya kegagalan cukup besar (sering). Infant mortality failures. Penyebab : penurunan efisiensi produksi seperti terjadinya konsentrasi tegangan (ikatan atom yang tidak sempurna). Pada produksi komponen mesin : roda gigi, poros dan engkol. Pencegahan : Bagi industri semi konduktor dengan memanggang komponen tersebut selama beberapa jam pada suhu tertinggi, lalu dilakukan shock thermal Proses khusus. Diuji coba pada kondisi sebenarnya tapi dengan beban kerja yang paling rendah. 2. Kondisi O-B : terjadinya kegagalan relatif kecil, konstan dan acak. 3. Kondisi B : tingkat kegagalan mulai meningkat lagi, diakibatkan oleh metal fatique, erosion, decreased elasticity, dll. Kurva laju kerusakan yang meliputi ketiga periode tersebut dinamakan, bath up curve sesuai dengan bentuk kurva tersebut, seperti Gambar dibawah ini :

17 22 Laju Kerusakan Burn-in to avoid infant failure I Optimum operation II III Replace when significant failure Early life Useful Life O (balita) A (dewasa) B Wear Out (masa tua) Waktu Gambar 5. Bath up Curve Periode 1 dialami produk pada masa-masa produksinya sebelum diedarkan ke pasar (dipakai). Kerusakan pada masa ini cenderung di sebabkan oleh: a. Prosedur pengendalian kualitas yang buruk. b. Dipakainya material dibawah standar. c. Proses produksi yang tidak sempurna. d. Kesalahan operator. e. sistem handling atau packaging yang tidak benar. Begitu produk yang cacat tersebut rusak dan diperbaiki atau diganti dengan yang baru, maka laju kerusakan akan menurun. Kerusakan pada periode ini dapat ditanggulangi dengan perencanaan sistem pengendalian kualitas yang lebih baik.

18 23 Pada periode penggunaan produk, kerusakan yang terjadi tidak dapat diperkirakan kapan datangnya sehingga disebut kerusakan acak (random failures). kerusakan dapat terjadi karena : a. Beban berlebihan diluar perkiraan. b. Tekanan-tekanan sebagai akibat perubahan lingkungan sistem yang mendadak. Pada periode wear-out kerusakan yang terjadi pada umumnya disebabkan oleh karena beberapa faktor diantaranya: a. Perawatan yang kurang b. Korosi atau gesekan c. Overhaul Laju kerusakan pada periode ini dapat ditekan dengan adanya sistem preventive maintenance maupun sistem penggantian komponen yang rusak yang terencana Pengertian Tentang Pengujian Piranti Tereparasi dan tidak Tereparasi Tanpa memandang apa penyebabnya suatu kerusakan akan membawa sebuah piranti ke keadaan yang baru. Pada beberapa piranti transisi ke keadaan baru ini mengakibatkan piranti tersebut tidak dapat dipakai lagi. Piranti-piranti yang tergolong jenis ini disebut piranti tak tereparasi, dapat dilihat pada gambar di bawah ini: Kondisi Berfungsi Kondisi Rusak Waktu Gambar 6. Pola Functionability Dari Piranti Tak Tereparasi

19 24 Sebaliknya pula terdapat pula piranti yang tereparasi, artinya :sesudah mengalami kerusakan piranti tersebut masih dapat dikembalikan ke kondisi berfungsi kembali, dapat dilihat dalam gambar dibawah ini: Keadaan Berfungsi Waktu Keadaan Rusak Gambar 7. Pola Functionability Tereparasi Karakteristik inheren suatu piranti yang berkaitan dengan kemampuannya untuk dapat kembali menjalankan fungsinya secara memuaskan sesudah menerima suatu perawatan/perbaikan yang dilakukan sesuai dengan kebutuhannya menjelaskan konsep keterawatan (maintainability) (Santoso. G ; 2010) Konsep Ketergunaan Pada sistem tereparasi, kriteria kinerja sistem yang sangat penting adalah ketergunaan (availability), yang menyatakan peluang suatu sistem atau piranti pada saat t = 0 sistem atau piranti tersebut berada pada kondisi yang sama. Untuk mencapai kondisi yang dipersyaratkan tersebut pada waktu t, sistem tersebut tidak boleh mengalami kegagalan sistem periode t atau jika mengalami kegagalan selama periode t tersebut sistem tersebut sudah dapat diperbaiki sehingga pada saat t sudah berfungsi kembali secara baik dan memuaskan (Santoso. G ; 2010).

20 Konsep Dasar Keandalan Setelah peralatan diuji untuk mengukuhkan atau menetapkan ciri khas kehandalan yang diinginkan, pengujian secara realitis dilaksanakan hanya dengan sarana teknik pengambilan contoh berdasarkan statistik. Ini karena banyak pengujian mendapat hasil destruktif, dan dengan demikian biasanya mustahil atau tidak mungkin dilakukan pengujian atas seluruh produk. Contoh bisa diambil secara berikut : 1. Contoh secara acak diambil dari kelompok tertentu nyang akan diuji. 2. Waktu diambil dari kehidupan produk. 3. Waktu diambil untuk mendapatkan jumlah kegagalan yang ditetapkan sebelumnya. 4. Jumlah pengujian untuk mendapatkan jumlah kegagalan yang dipilih sebelumnya (Santoso ; 2010) Prakiraan Keandalan Prakiraan keandalan biasanya dilangsungkan sejak dini dalam proses pembuatan rancangan dan menentukan pengaturan, dalam bentuk diagram balok, bagian komponen sebuah sistem. Data yang digunakan biasanya diperoleh dari pengujian sebelummya atau dari lembaran data yang berhubungan dengan bagian komponen. A. Waktu rata-rata diantara kegagalan (mean time between failures atau MTBF) 1. Ini hanya tetap selama masa kehidupan kerja normal produk. Dengan demikian ini mengimplikasikan waktu sementara diantara kegagalan

21 26 secara acak. Dalam masa ini hanya kegagalan yang tidak diramalkan yang terjadi. 2. Waktu rata-rata antara kegagalan, maka separuh kelompok akan gagal dalam waktu ini. Ini sering tidak terealisasi dan kerap kali disalahtafsirkan menjadi waktu sebelum kegagalan bisa diduga. 3. Karena MTBF yang dikutip hanya mempertimbangkan kegagalan secara acak, tidak selalu berarti bahwa produk akan lestari selama waktu itu sebelum mencapai masa kegagalan karena keausan. B. Waktu sementara terhadap kegagalan (mean time to failure atau MTTF) Untuk memperhitungkan MTBF bagi sebuah sistem, berdasarkan pengetahuan kehandalan bagian komponen, perlu untuk mengetahui satu atau dua gagasan berdasarkan statistik. Kegagalan biasanya dijelaskan model matematika spesifik,untuk prakiraan kehandalan kita hanya berkepentingan dengan satu model seperti itu,dikenal dengan nama distribusi poisson, dan pemahaman tentang konsep dasarnya sama sekali bukan masalah yang menakutkan bagi siapapun bahkan dengan latar belakang matematika yang paling sederhana (Hutchins. D ; 1997) Fungsi Keandalan Daya tahan umur desain, dengan pertimbangan adanya pemeliharaan rutin, harus disebutkan. Ini biasanya dinyatakan per jumlah siklus operasi dan bukan satuan waktu. Dalam cakupan jumlah siklus tersebut, tingkat kegagalan atau kerusakan acak yang dapat diterima (%) juga disebutkan. Untuk tingkat daya tahan suatu komponen yang tinggi dalam lingkungan yang terkontrol, seperti dalam sirkuit elektronik, umumnya disebutkan nilai MTTF (Mean Time To

22 27 Failure) dan MTBF ( Mean Time Between Failure). Jika kehandalan merupakan hal utama, nilai Redundancy baik keadaan aktif ataupun sedang dicadangkan, harus disebutkan. Kehandalan Kehandalan sangat berkaitan dengan pemeliharaan, meskipun jika produk dinyatakan bebas pemeliharaan. Alasan meningkatnya desain teknik yang menitik beratkan kehandalan adalah peningkatan kesadaran bahwa biaya kepemilikan suatu produk atau sistem terdiri dari dua hal. Yang pertama adalah besarnya modal dan yang kedua adalah biaya operasi, penanganan, pemeliharaan, dan penggantian komponen suatu produk atau sistem. Alasan kedua, biaya operasi, sering kali melebihi besar modal dan merupakan fungsi kehandalan. Hal tersebut memang benar, dan menilik konsekuensi finansial dari kegagalan peralatan yang cukup memberatkan, sebagian besar pelanggan masyarakat kondisi-kondisi kehandalan secara ketat. biaya Biaya pengadaan produk Biaya pabrikasi Biaya setelah penyerahan Kehandalan Gambar 8. Biaya Kehandalan

23 28 Kehandalan 100% merupakan sesuatu yang tidak mungkin karena uji kehandalan 100% berarti tidak ada produk yang lolos uji dan dijual. Lamanya waktu yang diperlukan untuk uji kehandalan tergantung pada laju kegagalan barang yang diuji. Secara umum, kehandalan meningkatkan biaya produksi dan meskipun ketidakhandalan menyebabkan biaya penalti, tingkat kehandalan optimum selalu merupakan kompromi antara keduanya. Lihat pada gambar 8 menunjukan hubungan umum antara kehandalan dan biaya. Kehandalan berkaitan dengan sebab-sebab, distribusi dan prediksi kegagalan. Kegagalan didefinisikan sebagai berakhirnya kemampuan suatu komponen atau sistem untuk melakukan fungsinya. Parameter tingkat kegagalan diindikasikan dengan simbol λ(t). Metode lain untuk menjelaskan terjadinya kegagalan adalah dengan menyatakan waktu rata-rata antar kegagalan (MTBF = Mean Time Between Failure) dan waktu rata-rata untuk gagal (MTTF = Mean Time To Failure) keduanya dijelaskan pada gambar 9 dalam banyak kasus MTTF dan MTBF adalah sama. MTTF adalah waktu operasi rata-rata antara kegagalan-kegagalan yang berurut dan perbedaan antara kedua ternin tersebut adalah waktu perbaikan. MTBF MTBF MTBF MTTF MTTF MTTF Beroperasi Dalam perbaikan Kegagalan Gambar 9. Perbedaan Antara MTBF dan MTTF (Hurst. K ; 2006)

24 Mean Time Between Failure (MTBF) dan Mean Time to failure (MTTF) Mean life adalah rata-rata atau waktu ekspektasi terjadinya kegagalan dari unit-unit identik yang beroperasi pada kondisi normal. Mean life ini disebut juga MTBF atau MTTF. MTBF digunakan untuk unit-unit tereparasi, yang dapat digunakan lagi setelah proses reparasi karena terjadinya kegagalan. Sedangkan MTTF digunakan untuk unit-unit tak tereparasi, dan seringkali digunakan untuk manyatakan angka ekspektasi masa pakai yang dinotasikan dengan E(t), sehingga ekspektasi kerusakan dapat ditulis dengan : R(t) = N s (t) N 0 Jika sekarang laju kegagalan dinyatakan dalam bentuk Ns(t), hubungan antara lanju kegagalan dan R(t) adalah λ(t) = dn s (t)/n s (t) dt dengan menyelesaikan kedua persamaan tersebut saat laju kegagalan konstan, diperoleh R(t) = e -λt sehingga Untuk kondisi ini, MTBF (θ) adalah kebalikan dari laju kegagalan R(t) = e -t/θ Sebagai contoh, 1000 mesin yang sama jenisnya menunjukan jangka waktu kegagalan rata-rata jam terbang. Berapa probabilitas bahwa salah satu mesin ini akan berhasil terbang menyeberangi atlantik dalam waktu 7 jam?

25 30 MTBF = 1/λ = jam λ = 1/ R(t) = e -λt R (7) = probabilitas untuk bertahan 7 jam atau lebih = e -7/14000 = 0,9995 atau 99,95% Optimasi Keandalan Dari Segi Perhitungan Biaya Produsen dan Konsumen Dalam penentuan tingkat keandalan suatu produk, harus dilihat dari dua pihak produsen sebagai pembuat dan juga pihak konsumen sebagai pemakai produk tersebut. Tingkat keandalan yang optimum haruslah mampu memberikan biaya pengeluaran yang minimum baik terhadap produsen maupun konsumen. Biaya total yang harus dikeluarkan oleh produsen merupakan jumlah dari biaya sebelum pengiriman produk. (biaya produksi, riset, oferhead, dll). Biaya sebelum pengiriman akan meningkat jika kita meningkatkan keandalan produk, karena adanya peningkatan perhatian yang dilakukan, meliputi riset, perbaikan kualitas material, proses produksi, dll. Sebaliknya biaya sesudah pengiriman akan turun dengan meningkatnya dengan keandalan produk yang dijual, karena rendahnya permintaan perbaikan, rendahnya produk yang dikembalikan karena rusak atau gagal dalam masa garansi, naiknya kepercayaan konsumen,dsb. Berdasarkan biaya-biaya tersebut serta besarnya keuntungan yang hendak diraih, maka produsen menetapkan harga jual produknya. Tingkat keandalan yang berkaitan dengan biaya minimum dari produsen disebut tingkat

26 31 optimal keandalan produsen (produser s optimum reability level) yang ditunjukan oleh titik Rom pada Gambar 8 : Biaya Biaya Total Produsen Harga Jual Produsen Biaya Produsen Sesudah pengiriman Biaya Produsen Sebelum pengiriman 0 R OM 1 Keandalan Gambar 10. Keandalan Optimal dari Sudut Pandang Produsen Tujuan Pengujian Keandalan (Hurst. K ; 2006) Pengujian keandalan dilakukan untuk mengetahui apakah sistem dapat bertahan beroperasi secara memuaskan dalam kondisi operasional tertentu dan jangka waktu tertentu pula. Pengujian keandalan yang berbeda-beda dilakukan pada beberapa tahapan kehidupan suatu sistem yaitu (hurst ;2006): a. pengujian yang dilakukan pada tahap perancangan. Pada akhir tahap perancangan, dibuat sebuah prototype sebagai bahan uji untuk menganalisa pola kegagalan dan tingkat keandalanya. Hasil dari pengujian ini digunakan untuk memeriksa apakah sistem berkelakuan seperti yang diharapkan dan

27 32 juga untuk memberikan masukan untuk perbaikan perancangan dan peningkatan keandalan. b. pengujian yang dilakukan pada tahap pabrikasi. Pada tahap ini dilakukan pengujian untuk kualifikasi dan penentuan apakah produk tersebut dapat diterima atau tidak disesuaikan dengan standar keandalan yang dipersyaratkan. c. Pengujian yang dilakukan pada tahap operasional. Pengujian dilakukan untuk menentukan laju kegagalan dan keandalan sistem. Pengujian ini sangat berguna untuk menentukan perawatan maupun penggantian komponen yang diperlukan. Selain dari itu, hasil pengujian ini dapat digunakan untuk menentukan kebijaksanaan periode waktu garansi yang diberikan kepada suatu produk untuk meningkatkan penjualan dengan tetap mempertahankan keuntungan yang diperoleh. Dapat dilihat pada gambar dibawah ini: Biaya Biaya total konsumen Biaya awal pembelian Biaya konsumen tambahan 0 1 Rom Roc Gambar 11. Keandalan Optimal dari Sudut Pandang Konsumen

28 REPLACEMENT DECISION Model penggantian yang akan digunakan dalam tugas ini mengasumsikan bahwa setelah penggantian komponen maka akan membawa sistem kekondisi seperti baru kembali. Dengan asumsi ini maka biaya-biaya yang timbul, distribusi kegagalan, dan sebagainya akan selalu sama. Kondisinya akan menjadi berbeda jika dipertimbangkan peningkatan teknologi dari piranti yang baru, artinya piranti pengganti mempunyai kemampuan atau karakteristik-karakteristik lain yang lebih baik dari piranti digantikannya sehingga akan memberikan pengaruh yang berbeda terhadap sistem. Model yang akan digunakan ini tidak membentuk selang yang tetap untuk penggantian preventivenya segera sesudah terjadi failure replacement (selang waktu tetap diukur dari saat failure replacement). failure preventive failure preventive replacement replacement replacement replacement tp tp 0 Time Gambar 12. Waktu Penggantian yang Optimal Pembentukan model: a. Cp : biaya penggantian preventive. b. Cf : biaya failure replacement.

29 34 c. f(t) : merupakan fungsi kepadatan probabilitas dari waktu kerusakan mesin. d. Penggantian dilakukan melalui preventive replacement setelah mencapai umur tertentu tp dan juga saat failure. e. Tujuan: meminimasi total penggantian persatuan waktu. Jadi dalam masalah ini terdapat dua kemungkinan siklus (operasi), yaitu: a. Satu siklus ditentukan pada saat peralatan mencapai umur (preventive replacement). b. Satu siklus ditentukan pada saat peralatan mengalami kerusakan sebelum tp (failure replacement). failure replacement preventive replacement operasi operasi tp 0 siklus 1 siklus 2 Failure cycle Preventive cycle Gambar 13. Siklus Preventive dan Failure Replacements Sehingga rumus total cost yang digunakan adalah : Tc(tc)= h

30 35 1. Total expected replacement dari satu siklus preventive cost percycle. biaya dari 1 siklus preventive x peluang dari siklus preventive + biaya dari 1 siklus failure. Cp * R(tp) + Cf * (1-R(tp)). 2. Expected cycle length. ekspektasi dari satu siklus preventive x peluang siklus preventive + ekspentasi panjang dari satu siklus failure x peluang siklus failure. tp * R(tp) + ekspektasi panjang satu siklus failure x (1-R(tp)). Dimana ekspektasi panjang satu siklus failure x peluang terjadinya satu siklus failure adalah : tp t f ( t) dt Jadi: Tc ( tp) Cp R = tp tp R ( tp) + Cf ( 1 R( tp) ) ( tp) + 1 f ( t) dt.(8) (Hurst. K ; 2006)

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Kerusakan dan Pemeliharaan Suatu barang atau produk dikatakan rusak ketika produk tersebut tidak dapat menjalankan fungsinya dengan baik lagi (Stephens, 2004). Hal yang

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Manajemen 3.1.1 Definisi Manajemen Definisi manajemen sangat luas, sehingga pada faktanya tidak ada defenisi yang digunakan secara konsisten oleh semua orang. Adapun bebrapa

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 28 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pemeliharaan (Maintenance) 2.1.1 Pengertian Pemeliharaan (Maintenance) Beberapa definisi pemeliharaan (maintenance) menurut para ahli: Menurut Patrick (2001, p407), maintenance

Lebih terperinci

3 BAB III LANDASAN TEORI

3 BAB III LANDASAN TEORI 3 BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Pemeliharaan (Maintenance) 3.1.1 Pengertian Pemeliharaan Pemeliharaan (maintenance) adalah suatu kombinasi dari setiap tindakan yang dilakukan untuk menjaga suatu barang dalam,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 7 BAB II LANDASAN TEORI Didalam sebuah industri dan perdagangan terdapat beberapa faktor yang sangat penting untuk diperhatikan guna meningkatkan kinerja didalam sebuah industri yaitu: 1. Kelancaran dalam

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pemeliharaan (Maintenance) Pemeliharaan (maintenance) dapat didefinisikan sebagai (Ariani, 2008): suatu kombinasi dari berbagai tindakan untuk menjaga, memperbaiki dan

Lebih terperinci

Sistem Manajemen Maintenance

Sistem Manajemen Maintenance Sistem Manajemen Maintenance Pembukaan Yang dimaksud dengan manajemen maintenance modern bukan memperbaiki mesin rusak secara cepat. Manajemen maintenance modern bertujuan untuk menjaga mesin berjalan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. besar terhadap produktivitas pada bidang manufaktur maupun jasa. Dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. besar terhadap produktivitas pada bidang manufaktur maupun jasa. Dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Manajemen operasi merupakan salah satu bidang yang berpengaruh sangat besar terhadap produktivitas pada bidang manufaktur maupun jasa. Dalam menjalankan operasionalnya,

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA 8 BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 PENDAHULUAN Perkembangan teknologi yang semakin pesat memacu industri-industri terus berusaha meningkatkan kualitas dan kuantitas produk yang dihasilkannya. Dalam bidang

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE DI DEPARTEMEN NON JAHIT PT. KERTA RAJASA RAYA

IMPLEMENTASI TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE DI DEPARTEMEN NON JAHIT PT. KERTA RAJASA RAYA JURNAL TEKNIK INDUSTRI VOL. 3, NO. 1, JUNI 001: 18-5 IMPLEMENTASI TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE DI DEPARTEMEN NON JAHIT PT. KERTA RAJASA RAYA Tanti Octavia Ronald E. Stok Dosen Fakultas Teknologi Industri,

Lebih terperinci

Maintenance and Reliability Decisions

Maintenance and Reliability Decisions Chapter 17 Maintenance and Reliability Decisions Tujuan dari maintenance & reliability mengelola kapabilitas dari sistem. Sistem haruslah didesain dan dikelola untuk mencapai kinerja perusahaan yang diharapkan.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 MANAJEMEN PERAWATAN Manajemen perawatan adalah salah satu elemen penting dalam suatu perusahaan terutama dalam perusahaan manufaktur. Sehingga sangat dibutuhkan perawatan dalam

Lebih terperinci

Dengan memanfaatkan prosedur maintenance yang baik, dimana terjadi koordinasi yang baik antara bagian produksi dan maintenance maka akan diperoleh:

Dengan memanfaatkan prosedur maintenance yang baik, dimana terjadi koordinasi yang baik antara bagian produksi dan maintenance maka akan diperoleh: Preventive maintenance adalah suatu pengamatan secara sistematik disertai analisis teknis-ekonomis untuk menjamin berfungsinya suatu peralatan produksi dan memperpanjang umur peralatan yang bersangkutan.

Lebih terperinci

c. Bab II berisikan landasan teori yang digunakan oleh penulis dalam pemecahan permasalahan yang diteliti.

c. Bab II berisikan landasan teori yang digunakan oleh penulis dalam pemecahan permasalahan yang diteliti. 8 b. Bab I mengetengahkan latar belakang penulisan tesis, perumusan masalah, diagram keterkaitan masalah, tujuan penelitian, metodologi penelitian dan sistematika penulisan. c. Bab II berisikan landasan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Model Rumusan Masalah dan Pengambilan Keputusan Pada metodologi pemecahan masalah mempunyai peranan penting untuk dapat membantu menyelesaikan masalah dengan mudah, sehingga

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Pengertian Perawatan (Maintenance) Perawatan di suatu industri merupakan salah satu faktor yang penting dalam mendukung suatu proses produksi yang mempunyai daya saing di pasaran.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pendahuluan Total Productive Maintenance (TPM) merupakan salah satu konsep inovasi dari Jepang, dan Nippondenso adalah perusahaan pertama yang menerapkan dan mengembangkan konsep

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Manajemen 3.1.1 Definisi Manajemen Kata Manajemen berasal dari bahasa Prancis kuno menagement, yang memiliki arti seni melaksanakan dan mengatur. Manajemen belum memiliki definisi

Lebih terperinci

BAB VI PERAWATAN DI INDUSTRI

BAB VI PERAWATAN DI INDUSTRI BAB VI PERAWATAN DI INDUSTRI Tenaga kerja, material dan perawatan adalah bagian dari industri yang membutuhkan biaya cukup besar. Setiap mesin akan membutuhkan perawatan dan perbaikan meskipun telah dirancang

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 68 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Model Flowchart Rumusan Masalah dan Pengambilan Keputusan Berikut ini flowchart diagaram alir metodologi penelitian untuk menganalisa terjadinya breakdown dan cara meminimasinya

Lebih terperinci

Jurnal Ilmiah Widya Teknik Vol No ISSN

Jurnal Ilmiah Widya Teknik Vol No ISSN Jurnal Ilmiah Widya Teknik Vol. 13 --- No. 1 --- 2014 ISSN 1412-7350 PERANCANGAN PREVENTIVE MAINTENANCE PADA MESIN CORRUGATING dan MESIN FLEXO di PT. SURINDO TEGUH GEMILANG Sandy Dwiseputra Pandi, Hadi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB III METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB III METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Metodologi Pemecahan masalah adalah suatu proses berpikir yang mencakup tahapan-tahapan yang dimulai dari menentukan masalah, melakukan pengumpulan data melalui studi

Lebih terperinci

USULAN INTERVAL PERAWATAN KOMPONEN KRITIS PADA MESIN PENCETAK BOTOL (MOULD GEAR) BERDASARKAN KRITERIA MINIMASI DOWNTIME

USULAN INTERVAL PERAWATAN KOMPONEN KRITIS PADA MESIN PENCETAK BOTOL (MOULD GEAR) BERDASARKAN KRITERIA MINIMASI DOWNTIME USULAN INTERVAL PERAWATAN KOMPONEN KRITIS PADA MESIN PENCETAK BOTOL (MOULD GEAR) BERDASARKAN KRITERIA MINIMASI DOWNTIME Much. Djunaidi dan Mila Faila Sufa Laboratorium Sistem Produksi, Jurusan Teknik Industri

Lebih terperinci

RELIABILITAS & FUNGSI HAZARD. 05/09/2012 MK. Analisis Reliabilitas Darmanto, S.Si.

RELIABILITAS & FUNGSI HAZARD. 05/09/2012 MK. Analisis Reliabilitas Darmanto, S.Si. RELIABILITAS & FUNGSI HAZARD 1 RELIABILITAS Peluang bahwa suatu produk atau jasa akan beroperasi dengan baik dalam jangka waktu tertentu (durabilitas) pada kondisi pengoperasian sesuai dengan desain (suhu,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. diharapkan, membutuhkan informasi serta pemilihan metode yang tepat. Oleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. diharapkan, membutuhkan informasi serta pemilihan metode yang tepat. Oleh BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pendahuluan Pemecahan masalah untuk mencapai tujuan dan hasil penelitian yang diharapkan, membutuhkan informasi serta pemilihan metode yang tepat. Oleh karena itu, dalam Bab

Lebih terperinci

Sumbu X (horizontal) memiliki range (rentang) dari minus takhingga. ( ) hingga positif takhingga (+ ). Kurva normal memiliki puncak pada X

Sumbu X (horizontal) memiliki range (rentang) dari minus takhingga. ( ) hingga positif takhingga (+ ). Kurva normal memiliki puncak pada X Sumbu X (horizontal) memiliki range (rentang) dari minus takhingga ( ) hingga positif takhingga (+ ). Kurva normal memiliki puncak pada X = 0. Perlu diketahui bahwa luas kurva normal adalah satu (sebagaimana

Lebih terperinci

Analisa Preventive Maintenance System Dengan Modularity Design Pada PT. Surya Pamenang

Analisa Preventive Maintenance System Dengan Modularity Design Pada PT. Surya Pamenang JATI UNIK, 07, Vol., No., Hal. 4-9 ISSN : 597-657 (Print) ISSN : 597-7946 (Online) Analisa Preventive Maintenance System Dengan Modularity Design Pada PT. Surya Pamenang Hariyanto *, Sri Rahayuningsih,

Lebih terperinci

3. BAB III LANDASAN TEORI

3. BAB III LANDASAN TEORI 3. BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Perawatan (Maintenance) 3.1.1 Definisi Perawatan (Maintenance) Definisi Perawatan menurut Jay Heizer dan Barry Render (2001), adalah segala kegiatan yang di dalamnya adalah

Lebih terperinci

PENETAPAN JADWAL PERAWATAN MESIN SPEED MASTER CD DI PT. DHARMA ANUGERAH INDAH (DAI)

PENETAPAN JADWAL PERAWATAN MESIN SPEED MASTER CD DI PT. DHARMA ANUGERAH INDAH (DAI) Mulyono: PENETAPAN JADWAL PERAWATAN MESIN SPEED MASTER D DI PT. DHARMA... 9 PENETAPAN JADWAL PERAWATAN MESIN SPEED MASTER D DI PT. DHARMA ANUGERAH INDAH (DAI) Julius Mulyono ), Dini Endah Setyo Rahaju

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK INDUSTRI VOL. 5, NO. 2, DESEMBER 2003:

JURNAL TEKNIK INDUSTRI VOL. 5, NO. 2, DESEMBER 2003: JURNAL TEKNIK INDUSTRI VOL. 5, NO. 2, DESEMBER 2003: 120-128 PERUMUSAN STRATEGI PENGGUNAAN MODUL PCM 4 EXCHANGE UNIT BERDASARKAN MEREK DAGANG DENGAN PENDEKATAN RELIABILITY (Studi Kasus : PT. TELKOM Tbk.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 5 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pemeliharaan (Maintenance) Tujuan pemeliharaan adalah untuk mempertahankan kemampuan sistem dan mengendalikan biaya. Dengan adanya pemeliharaan diharapkan standar

Lebih terperinci

OPTIMASI JADWAL PERAWATAN PENCEGAHAN PADA MESIN TENUN UNIT SATU DI PT KSM, YOGYAKARTA

OPTIMASI JADWAL PERAWATAN PENCEGAHAN PADA MESIN TENUN UNIT SATU DI PT KSM, YOGYAKARTA OPTIMASI JADWAL PERAWATAN PENCEGAHAN PADA MESIN TENUN UNIT SATU DI PT KSM, YOGYAKARTA Fransiskus Tatas Dwi Atmaji Program Studi Teknik Industri, Fakultas Rekayasa Industri, Telkom University franstatas@telkomuniversity.ac.id

Lebih terperinci

MODUL 14 Reliability Centered Maintenance (RCM)

MODUL 14 Reliability Centered Maintenance (RCM) MODUL 14 Reliability Centered Maintenance (RCM) Reliability Centered Maintenance (RCM) adalah proses yg digunakan untuk menentukan metode pemeliharaan yang paling efektif. Program ini meliputi tindakan

Lebih terperinci

Pengukuran dan Peningkatan Kehandalan Sistem

Pengukuran dan Peningkatan Kehandalan Sistem Pengukuran dan Peningkatan Kehandalan Sistem Pengukuran Kehandalan Learning Outcomes Pada akhir pertemuan ini, diharapkan mahasiswa akan mampu : Menguraikan proses perancangan kehandalan sistem 3 Kehandalan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Langkah perancangan yang akan dilakukan adalah sebagai berikut: produksi pada departemen plastik

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Langkah perancangan yang akan dilakukan adalah sebagai berikut: produksi pada departemen plastik BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Langkah Perancangan Langkah perancangan yang akan dilakukan adalah sebagai berikut: a. Melakukan studi literatur sejumlah buku yang berkaitan dengan preventive maintenance.

Lebih terperinci

Teori Keandalan sebagai Aplikasi Distribusi Eksponensial

Teori Keandalan sebagai Aplikasi Distribusi Eksponensial Teori Keandalan sebagai Aplikasi Distribusi Eksponensial Melati Budiana Putri / 18209006 Program Studi Sistem dan Teknologi Informasi Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung,

Lebih terperinci

Penentuan interval penggantian komponen secara preventif untuk meminimumkan total biaya penggantian akibat kerusakan mesin

Penentuan interval penggantian komponen secara preventif untuk meminimumkan total biaya penggantian akibat kerusakan mesin Penentuan interval penggantian komponen secara preventif untuk meminimumkan total biaya penggantian akibat kerusakan mesin (studi kasus : pt. Ge.lighting indonesia, yogyakarta) Ika Rahmawati I 336 BAB

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Jenis/Disain Penelitian Dari sifat masalah penelitian dari uraian latar belakang masalah dapat dikategorikan kedalam penelitian kasus dan penelitian lapangan. Menurut Usman

Lebih terperinci

PENERAPAN RELIABILITY CENTERED MAINTENANCE II (RCM II) DALAM PERENCANAAN KEGIATAN PADA MESIN BOILER DI PT PG CANDI BARU SIDOARJO SKRIPSI.

PENERAPAN RELIABILITY CENTERED MAINTENANCE II (RCM II) DALAM PERENCANAAN KEGIATAN PADA MESIN BOILER DI PT PG CANDI BARU SIDOARJO SKRIPSI. PENERAPAN RELIABILITY CENTERED MAINTENANCE II (RCM II) DALAM PERENCANAAN KEGIATAN PADA MESIN BOILER DI PT PG CANDI BARU SIDOARJO SKRIPSI Oleh : NURAHADIN ZAKI ROMADHON NPM. 0632010165 JURUSAN TEKNIK INDUSTRI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam melancaran suatu proses produksi, perusahaan perlu melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam melancaran suatu proses produksi, perusahaan perlu melakukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam melancaran suatu proses produksi, perusahaan perlu melakukan penyesuaian terhadap perkembangan teknologi untuk mendukung kinerja perusahaan. Hal tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Selama kurang lebih 30 tahun belakangan ini, perawatan adalah faktor terbesar yang mempengaruhi biaya produksi. Sebagai contoh di Amerika Serikat, pada tahun 1981,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah mesin yang ideal sempurna pada prinsipnya tidak menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah mesin yang ideal sempurna pada prinsipnya tidak menimbulkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sebuah mesin yang ideal sempurna pada prinsipnya tidak menimbulkan getaran sama sekali, karena seluruh energi yang dihasilkan diubah menjadi kerja. Namun di dunia ini

Lebih terperinci

JURNAL PENDIDIKAN AKUNTANSI INDONESIA Vol. VIII No. 1 Tahun 2009 Hal MANAJEMEN PEMELIHARAAN UNTUK OPTIMALISASI LABA PERUSAHAAN

JURNAL PENDIDIKAN AKUNTANSI INDONESIA Vol. VIII No. 1 Tahun 2009 Hal MANAJEMEN PEMELIHARAAN UNTUK OPTIMALISASI LABA PERUSAHAAN JURNAL PENDIDIKAN AKUNTANSI INDONESIA Vol. VIII No. 1 Tahun 2009 Hal 35-43 MANAJEMEN PEMELIHARAAN UNTUK OPTIMALISASI LABA PERUSAHAAN Oleh Muhammad Zaky Zaim Muhtadi 1 Abstrak Sejalan dengan perkembangan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Flow Chart Pemecahan Masalah dan Penjelasannya Metodologi Penelitian adalah langkah-langkah yang dibuat untuk memudahkan Pemecahkan suatu masalah dalam sebuah Penelitian.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Dalam pengertian paling luas, manajemen operasi berkaitan dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Dalam pengertian paling luas, manajemen operasi berkaitan dengan BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Manajemen Operasi 2.1.1 Definisi Manajemen Operasi Dalam pengertian paling luas, manajemen operasi berkaitan dengan produksi barang dan jasa. Proses menghasilkan

Lebih terperinci

Nama : Hendra Nim : Matakuliah : Manajemen Perawatan Dosen : Prof. Dr. Sukaria Sinulingga, M.Eng.

Nama : Hendra Nim : Matakuliah : Manajemen Perawatan Dosen : Prof. Dr. Sukaria Sinulingga, M.Eng. Nama : Hendra Nim : 087025007 Matakuliah : Manajemen Perawatan Dosen : Prof. Dr. Sukaria Sinulingga, M.Eng. Tugas Soal 1 PT. Professional Maintenance adalah sebuah perusahaan jasa pemeliharaan fasilitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. operasi pada suatu perusahaan adalah kesiapan mesin mesin produksi dalam. diperlukan adanya suatu sistem perawatan yang baik.

BAB I PENDAHULUAN. operasi pada suatu perusahaan adalah kesiapan mesin mesin produksi dalam. diperlukan adanya suatu sistem perawatan yang baik. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ketidakstabilan perekonomian dan semakin tajamnya persaingan di dunia industri mengharuskan suatu perusahaan untuk lebih meningkatkan kelancaran kegiatan

Lebih terperinci

Seminar Nasional IENACO 2015 ISSN 2337-4349

Seminar Nasional IENACO 2015 ISSN 2337-4349 ANALISIS PERAWATAN KOMPONEN KERETA API DI DIPO RANGKASBITUNG Mutmainah Mattjik, Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Jakarta Jl. Cempaka Putih Tengah 27 Jakarta Pusat Abstrak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh para konsumen dalam memenuhi kebutuhannya. Kualitas yang baik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh para konsumen dalam memenuhi kebutuhannya. Kualitas yang baik BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Kualitas Kualitas merupakan aspek yang harus diperhatikan oleh perusahaan, karena kualitas merupakan aspek utama yang diperhatikan oleh para konsumen dalam memenuhi

Lebih terperinci

Analisa Penjadwalan dan Biaya Perawatan Mesin Press untuk Pembentukan Kampas Rem

Analisa Penjadwalan dan Biaya Perawatan Mesin Press untuk Pembentukan Kampas Rem JURNAL TEKNIK MESIN Vol. 2, No. 1, April 2000 : 50 61 Analisa Penjadwalan dan Biaya Perawatan Mesin Press untuk Pembentukan Kampas Rem Didik Wahjudi Dosen Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Mesin Universitas

Lebih terperinci

PREVENTIVE MAINTENANCE

PREVENTIVE MAINTENANCE PREVENTIVE MAINTENANCE ABSTRAK Gangguan yang terjadi selama proses produksi atau aktivitas rutin lain akibat dari terjadinya kerusakan pada mesin atau fasilitas kerja lainnya, harus dicegah sedini mungkin.

Lebih terperinci

PERENCANAAN PREVENTIVE MAINTENANCE KOMPONEN CANE CUTTER I DENGAN PENDEKATAN AGE REPLACEMENT (Studi Kasus di PG Kebon Agung Malang)

PERENCANAAN PREVENTIVE MAINTENANCE KOMPONEN CANE CUTTER I DENGAN PENDEKATAN AGE REPLACEMENT (Studi Kasus di PG Kebon Agung Malang) PERENCANAAN PREVENTIVE MAINTENANCE KOMPONEN CANE CUTTER I DENGAN PENDEKATAN AGE REPLACEMENT (Studi Kasus di PG Kebon Agung Malang) PREVENTIVE MAINTENANCE IMPLEMENTATION OF CANE CUTTER I COMPONENT USING

Lebih terperinci

BAB III JENIS JENIS PERAWATAN

BAB III JENIS JENIS PERAWATAN BAB III JENIS JENIS PERAWATAN Dalam istilah perawatan disebutkan bahwa disana tercakup dua pekerjaan yaitu istilah perawatan dan perbaikan. Perawatan dimaksudkan sebagai aktifitas untuk mencegah kerusakan,

Lebih terperinci

PENENTUAN INTERVAL PERAWATAN MESIN PERCETAKAN DENGAN METODE RELIABILITY CENTERED MAINTENANCE II DI PT. RIYADI WIROTO SANTOSO SURABAYA S K R I P S I

PENENTUAN INTERVAL PERAWATAN MESIN PERCETAKAN DENGAN METODE RELIABILITY CENTERED MAINTENANCE II DI PT. RIYADI WIROTO SANTOSO SURABAYA S K R I P S I PENENTUAN INTERVAL PERAWATAN MESIN PERCETAKAN DENGAN METODE RELIABILITY CENTERED MAINTENANCE II DI PT. RIYADI WIROTO SANTOSO SURABAYA S K R I P S I oleh : MADE PURI AYUVIANTARI 0732010089 JURUSAN TEKNIK

Lebih terperinci

Universitas Bina Nusantara

Universitas Bina Nusantara Universitas Bina Nusantara Jurusan Teknik Industri Skripsi Sarjana Semester Genap tahun 2006/2007 ANALISA PREVENTIVE MAINTENANCE UNTUK MENINGKATKAN RELIABILITY DAN AVAILABILITY PADA MESIN PRESS DI PT INTIRUB

Lebih terperinci

BAB III SURVIVAL ANALYSIS UNTUK MENGUJI RELIABILITAS PRODUK DAN PENENTUAN GARANSI PRODUK 3.1 Garansi

BAB III SURVIVAL ANALYSIS UNTUK MENGUJI RELIABILITAS PRODUK DAN PENENTUAN GARANSI PRODUK 3.1 Garansi BAB III SURVIVAL ANALYSIS UNTUK MENGUJI RELIABILITAS PRODUK DAN PENENTUAN GARANSI PRODUK 3.1 Garansi Garansi dapat diartikan sebagai jaminan yang diberikan secara tertulis oleh pabrik atau supplier kepada

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan tempat Waktu pada penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus, September dan Oktober 2016 yang bertempat di Pabrik Kelapa Sawit 3.2 Rancangan penelitian Adapun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat dunia yang semakin berhubungan, juga saling terkait satu sama lain dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat dunia yang semakin berhubungan, juga saling terkait satu sama lain dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era globalisasi seperti saat ini, terutama dapat dilihat melalui kondisi masyarakat dunia yang semakin berhubungan, juga saling terkait satu sama lain dalam berbagai

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN Pengertian Manajemen Produksi Dalam kehidupan sehari-hari setiap orang menggunakan berbagai jenis barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, dan tentu saja barangbarang dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berperan sebagai pengolah bahan mentah kelapa sawit untuk menghasilkan minyak

BAB I PENDAHULUAN. berperan sebagai pengolah bahan mentah kelapa sawit untuk menghasilkan minyak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pabrik Kelapa Sawit (PKS) Rambutan PT.Perkebunan Nusantara 3 (PTPN 3) berperan sebagai pengolah bahan mentah kelapa sawit untuk menghasilkan minyak sawit (CPO) dan

Lebih terperinci

PENJADWALAN PREVENTIVE MAINTENANCE MESIN B.FLUTE PADA PT AMW

PENJADWALAN PREVENTIVE MAINTENANCE MESIN B.FLUTE PADA PT AMW PENJADWALAN PREVENTIVE MAINTENANCE MESIN B.FLUTE PADA PT AMW Bahtiar S. Abbas 1 ; Edi Steven 2 ; Harry Christian 3 ; Tedy Sumanto 4 1,2,3,4 Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Bina Nusantara,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Heizer dan Render (2011:36) Manajemen operasi adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Heizer dan Render (2011:36) Manajemen operasi adalah BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Operasi Menurut Heizer dan Render (2011:36) Manajemen operasi adalah serangkaian aktivitas yang menghasilkan nilai dalam bentuk barang dan jasa dengan mengubah input

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI SURAT KETERANGAN PERUSAHAAN LEMBAR PENGAKUAN PERSEMBAHAN

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI SURAT KETERANGAN PERUSAHAAN LEMBAR PENGAKUAN PERSEMBAHAN DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI SURAT KETERANGAN PERUSAHAAN LEMBAR PENGAKUAN PERSEMBAHAN MOTTO KATA PENGANTAR i ii in iv v vi vii viii DAFTAR ISI x DAFTAR

Lebih terperinci

Trainer Agri Group Tier-2

Trainer Agri Group Tier-2 No HP : 082183802878 PERAWATAN / MAINTENANCE kegiatan untuk memelihara atau menjaga fasilitas atau peralatan mesin kegiatan pemeliharaan, perbaikan penyesuaian, maupun penggantian sebagian peralatan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini dunia usaha dihadapkan pada era globalisasi dimana pasar

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini dunia usaha dihadapkan pada era globalisasi dimana pasar 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada saat ini dunia usaha dihadapkan pada era globalisasi dimana pasar tidak lagi hanya dimasuki oleh pesaing domestik saja tetapi juga didatangi oleh

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Persediaan pada Supply Chain Persediaan adalah bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya untuk proses produksi atau perakitan,

Lebih terperinci

RELIABILITY CENTERED MAINTENANCE DALAM PERAWATAN F.O. SERVICE PUMP SISTEM BAHAN BAKAR KAPAL IKAN

RELIABILITY CENTERED MAINTENANCE DALAM PERAWATAN F.O. SERVICE PUMP SISTEM BAHAN BAKAR KAPAL IKAN Jurnal Riset dan Teknologi Kelautan (JRTK) Volume 14, Nomor 1, Januari - Juni 2016 RELIABILITY CENTERED MAINTENANCE DALAM PERAWATAN F.O. SERVICE PUMP SISTEM BAHAN BAKAR KAPAL IKAN M. Rusydi Alwi Dosen

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERAWATAN DENGAN METODE RELIABILITY CENTERED MAINTENANCE II (RCM II) PADA MESIN DEKOMPOSER DI PETROGANIK PT. PETROKIMIA GRESIK SKRIPSI

MANAJEMEN PERAWATAN DENGAN METODE RELIABILITY CENTERED MAINTENANCE II (RCM II) PADA MESIN DEKOMPOSER DI PETROGANIK PT. PETROKIMIA GRESIK SKRIPSI MANAJEMEN PERAWATAN DENGAN METODE RELIABILITY CENTERED MAINTENANCE II (RCM II) PADA MESIN DEKOMPOSER DI PETROGANIK PT. PETROKIMIA GRESIK SKRIPSI Oleh : PRIMA PANGLIPUR J NPM. 0532010014 JURUSAN TEKNIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. antara perusahaan manufaktur menjadi semakin ketat. Setiap perusahaan berusaha

BAB I PENDAHULUAN. antara perusahaan manufaktur menjadi semakin ketat. Setiap perusahaan berusaha BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Industri manufaktur dewasa ini mengalami perkembangan yang sangat pesat, hal ini disebabkan adanya perubahan yang dinamis sehingga kompetisi antara perusahaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Berkembangmya ilmu dan teknologi memberikan banyak kemudahan bagi kehidupan umat manusia. Kendaraan bermotor merupakan sarana transportasi yang sangat menunjang

Lebih terperinci

PENERAPAN MANAJEMEN PERAWATAN PADA MESIN STAMP AND CUTTING OUTER CASING DI PT. HARAPAN CITRA JAYA BATAM

PENERAPAN MANAJEMEN PERAWATAN PADA MESIN STAMP AND CUTTING OUTER CASING DI PT. HARAPAN CITRA JAYA BATAM PENERAPAN MANAJEMEN PERAWATAN PADA MESIN STAMP AND CUTTING OUTER CASING DI PT. HARAPAN CITRA JAYA BATAM Daniel 1, Vera Methalina 2, Annisa Purbasari 3 1 Program Studi Teknik Industri, Universitas Riau

Lebih terperinci

Pengantar Manajemen Pemeliharaan. P2M Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Indonesia

Pengantar Manajemen Pemeliharaan. P2M Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Indonesia Pengantar Manajemen Pemeliharaan P2M Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Indonesia Topik Bahasan Perkembangan manajemen pemeliharaan Sistem pemeliharaan Preventive maintenance (PM) Total

Lebih terperinci

OPTIMASI PERSEDIAAN SUKU CADANG UNTUK PROGRAM PEMELIHARAAN PREVENTIP BERDASARKAN ANALISIS RELIABILITAS

OPTIMASI PERSEDIAAN SUKU CADANG UNTUK PROGRAM PEMELIHARAAN PREVENTIP BERDASARKAN ANALISIS RELIABILITAS Program Studi MMT-ITS, Surabaya 4 Agustus 27 OPTIMASI PERSEDIAAN SUKU CADANG UNTUK PROGRAM PEMELIHARAAN PREVENTIP BERDASARKAN ANALISIS RELIABILITAS (Studi Kasus di PT. Terminal Peti Kemas Surabaya) Agus

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Secara umum, penelitian ini bertujuan membantu perusahaan dalam

BAB IV PEMBAHASAN. Secara umum, penelitian ini bertujuan membantu perusahaan dalam BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Proses Produksi Secara umum, penelitian ini bertujuan membantu perusahaan dalam menekan tingkat terjadinya kecacatan produk yang terjadi selama proses produksinya dengan efektif dan

Lebih terperinci

PREVENTIVE MAINTENANCE

PREVENTIVE MAINTENANCE PREVENTIVE MAINTENANCE Nama Kelompok : Giri Sasongko 2212030025 Putra Arif Wardhana 2212030029 Teguh Bahaduri 2212030031 Reni Andriani 2212030035 Rival Abder Rasul 2212030037 Yoga Aditia 2212030039 Rizal

Lebih terperinci

INTERVAL PENGGANTIAN PENCEGAHAN SUKU CADANG BAGIAN DIESEL PADA LOKOMOTIF KERETA API PARAHYANGAN * (STUDI KASUS DI PT. KERETA API INDONESIA)

INTERVAL PENGGANTIAN PENCEGAHAN SUKU CADANG BAGIAN DIESEL PADA LOKOMOTIF KERETA API PARAHYANGAN * (STUDI KASUS DI PT. KERETA API INDONESIA) Reka Integra ISSN: 2338-5081 Jurusan Teknik Industri Itenas No.02 Vol.4 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional April 2016 INTERVAL PENGGANTIAN PENCEGAHAN SUKU CADANG BAGIAN DIESEL PADA LOKOMOTIF KERETA

Lebih terperinci

Penjadwalan Pemeliharaan Mesin Pengelasan Titik Bergerak Menggunakan Metode Realibility Centered Maintenance (RCM)

Penjadwalan Pemeliharaan Mesin Pengelasan Titik Bergerak Menggunakan Metode Realibility Centered Maintenance (RCM) Petunjuk Sitasi: Noor, A. M., Musafak, & Suhartini, N. (2017). Penjadwalan Pemeliharaan Mesin Pengelasan Titik Bergerak Menggunakan Metode Realibility Centered Maintenance (RCM). Prosiding SNTI dan SATELIT

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KNOWLEDGE SHARING PADA PENINGKATAN KETERHANDALAN. dan 3) Guru Besar T. Mesin UB Malang 4) Dosen T. Industri UB Malang

PENGEMBANGAN KNOWLEDGE SHARING PADA PENINGKATAN KETERHANDALAN. dan 3) Guru Besar T. Mesin UB Malang 4) Dosen T. Industri UB Malang PENGEMBANGAN KNOWLEDGE SHARING PADA PENINGKATAN KETERHANDALAN Oleh : Tedjo Sukmono 1), Pratikto 2), Sudjito Suparman 3), Purnomo Budi Santoso 4) 1) Dosen Umsida Sidoarjo dan Mhs S3 T. Mesin UB Malang 2)

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2. Pengertian Pemeliharaan Menurut Agus Ahyari (99) pemeliharaan merupakan suatu kegiatan mutlak yang diperlukan dalam perusahaan yang saling berkaitan dengan proses produksi, sehingga

Lebih terperinci

Bab 2 Tinjauan Pustaka

Bab 2 Tinjauan Pustaka Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1. Pengertian dan Ruang Lingkup Perawatan Tindakan perawatan biasanya diklasifikasi sebagai kegiatan pendukung produksi yang sangat dibutuhkan guna mencegah atau mengurangi terjadinya

Lebih terperinci

BAB 3. Perawatan Berbasis Keandalan (Reliability Centered Maintenance)

BAB 3. Perawatan Berbasis Keandalan (Reliability Centered Maintenance) BAB 3 Perawatan Berbasis Keandalan (Reliability Centered Maintenance) 3.1 Definsi RCM Reliability Centred Maintenance (RCM) adalah suatu proses yang digunakan untuk menentukan kebutuhan-kebutuhan perawatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mesin Kantor 2.1.1 Pengertian Mesin Kantor Menurut The Liang Gie (2007:229) mesin perkantoran (office machine) adalah Segenap alat yang dipergunakan untuk mencatat, mengirim,

Lebih terperinci

MAINTENANCE PERALATAN PENUNJANG PRAKTEK DI BALAI DIKLAT TAMBANG BAWAH TANAH Oleh; Hendris Agung

MAINTENANCE PERALATAN PENUNJANG PRAKTEK DI BALAI DIKLAT TAMBANG BAWAH TANAH Oleh; Hendris Agung Abstrak MAINTENANCE PERALATAN PENUNJANG PRAKTEK DI BALAI DIKLAT TAMBANG BAWAH TANAH Oleh; Hendris Agung Berbagai sistem maintenance yang dilakukan oleh berbagai organisasi, baik institusi pemerintah maupun

Lebih terperinci

POLITEKNIK KEDIRI MANAJEMEN PERAWATAN NO: 4973/E3.SP4/2013 SEMESTER 6 BAB I BAB VII BAB II PROSEDUR DAN STRAREGI PERAWATAN

POLITEKNIK KEDIRI MANAJEMEN PERAWATAN NO: 4973/E3.SP4/2013 SEMESTER 6 BAB I BAB VII BAB II PROSEDUR DAN STRAREGI PERAWATAN 49/E3.SP4/ BAB II PROSEDUR DAN STRAREGI PERAWATAN 2.1 Pengertian Perawatan Perawatan adalah suatu kegiatan untuk mencegah sejak dini kerusakan kerusakan yang akan terjadi dengan memeriksa equipment secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kegiatan perekonomian berkembang begitu pesatnya, sehingga tercipta lingkungan yang kompetitif dalam segala bidang usaha, persaingan di bidang industri semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kapal sebagai sebuah wahana teknis terdiri dari beberapa sistem permesinan yang

BAB I PENDAHULUAN. Kapal sebagai sebuah wahana teknis terdiri dari beberapa sistem permesinan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Kapal sebagai sebuah wahana teknis terdiri dari beberapa sistem permesinan yang bekerja sesuai fungsinya masing-masing. Pada setiap sistem dibangun oleh berbagai komponen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat diperpanjang dengan melakukan pemeriksaan dan perbaikan yang

BAB I PENDAHULUAN. dapat diperpanjang dengan melakukan pemeriksaan dan perbaikan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Masalah Secara alamiah tidak ada barang atau benda yang dibuat oleh manusia yang tidak mengalami kerusakan, tetapi usia kegunaan dari barang tersebut dapat diperpanjang

Lebih terperinci

Seminar Nasional IENACO ISSN: USULAN PENENTUAN KEBUTUHAN SPARE PARTS MESIN COMPRESSOR BERDASARKAN RELIABILITY PT.

Seminar Nasional IENACO ISSN: USULAN PENENTUAN KEBUTUHAN SPARE PARTS MESIN COMPRESSOR BERDASARKAN RELIABILITY PT. USULAN PENENTUAN KEBUTUHAN SPARE PARTS MESIN COMPRESSOR BERDASARKAN RELIABILITY PT.KDL Ratna Ekawati, ST., MT. 1, Evi Febianti, ST., M.Eng 2, Nuhman 3 Jurusan Teknik Industri,Fakultas Teknik Untirta Jl.Jend.Sudirman

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. Maintenance Menurut Sisjono dan Iwan Koswara, Perawatan (Mainteance) ditetapkan (Sisjono dan Iwan Koswara, 2004).

BAB III LANDASAN TEORI. Maintenance Menurut Sisjono dan Iwan Koswara, Perawatan (Mainteance) ditetapkan (Sisjono dan Iwan Koswara, 2004). BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Inventaris Menurut Soemarsono S.R. (l994,pl5) inventaris adalah daftar barangbarang yang digunakan di perusahaan atau di kantor yang menyertakan barga, jumíah, jenis dan keadaannya.

Lebih terperinci

Analisis Keandalan Mechanical Press Shearing Machine di Perusahaan Manufaktur Industri Otomotif

Analisis Keandalan Mechanical Press Shearing Machine di Perusahaan Manufaktur Industri Otomotif Analisis Keandalan Mechanical Press Shearing Machine di Perusahaan Manufaktur Industri Otomotif Abdurrahman Yusuf 1, Anda Iviana Juniani 2 dan Dhika Aditya P. 3 1,2,3 Program Studi Teknik Desain dan Manufaktur,

Lebih terperinci

SISTEM PEWRAWATAN TERPADU (INTEGRATED MAINTENANCE SYSTEM)

SISTEM PEWRAWATAN TERPADU (INTEGRATED MAINTENANCE SYSTEM) SISTEM PEWRAWATAN TERPADU (INTEGRATED MAINTENANCE SYSTEM) Penulis : Nachnul Ansori M. Imron Mustajib Edisi Pertama Cetakan Pertama, 2013 Hak Cipta 2013 pada penulis, Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN MANAJEMEN PENUAAN REAKTOR NONDAYA

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN MANAJEMEN PENUAAN REAKTOR NONDAYA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN MANAJEMEN PENUAAN REAKTOR NONDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR, Menimbang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Manajemen Operasi Untuk mengelola suatu perusahaan atau organisasi selalu dibutuhkan sistem manajemen agar tujuan dari perusahaan atau organisasi tersebut dapat tercapai.

Lebih terperinci

AKTIFITAS UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI KEGIATAN PERAWATAN

AKTIFITAS UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI KEGIATAN PERAWATAN AKTIFITAS UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI KEGIATAN PERAWATAN Menekan Input 1.03-Planning & Budgeting-R0 1/18 MAINTENANCE PLANNING Maintenance Plan diperlukan untuk melakukan penyesuaian dengan Production

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1.Ruang Lingkup Kegiatan Perawatan Sejarah perawatan dimulai dari break downtime maintenance, preventive maintenance, productive maintenance. Total Productive Maintenance adalah

Lebih terperinci

PENENTUAN JADWAL PERAWATAN MESIN POMPA MELALUI ANALISIS KEANDALAN PADA PDAM GUNUNG LIPAN, SAMARINDA SEBERANG, KALIMANTAN TIMUR

PENENTUAN JADWAL PERAWATAN MESIN POMPA MELALUI ANALISIS KEANDALAN PADA PDAM GUNUNG LIPAN, SAMARINDA SEBERANG, KALIMANTAN TIMUR PENENTUAN JADWAL PERAWATAN MESIN POMPA MELALUI ANALISIS KEANDALAN PADA PDAM GUNUNG LIPAN, SAMARINDA SEBERANG, KALIMANTAN TIMUR Fathiruddin Ilwan, Fatkhul Hani Rumawan, Lina Dianati Fathimahhayati Program

Lebih terperinci

PERBAIKAN PENURUNAN DAYA MAMPU DAN PEMELIHARAAN MESIN DIESEL KAPASITAS 1000 KW DI PLTD KOTO LOLO

PERBAIKAN PENURUNAN DAYA MAMPU DAN PEMELIHARAAN MESIN DIESEL KAPASITAS 1000 KW DI PLTD KOTO LOLO PERBAIKAN PENURUNAN DAYA MAMPU DAN PEMELIHARAAN MESIN DIESEL KAPASITAS 1000 KW DI PLTD KOTO LOLO Oleh : Sulaeman Dosen Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Padang Email:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi yang semakin pesat, memacu industri-industri

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi yang semakin pesat, memacu industri-industri BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Perkembangan teknologi yang semakin pesat, memacu industri-industri terus berusaha meningkatkan kualitas dan kuantitas produk yang dihasilkannya. Dalam

Lebih terperinci

OPTIMISASI WAKTU PENGGANTIAN KOMPONEN PADA LOKOMOTIF DE CC 201 SERI 99 MENGGUNAKAN METODA AGE REPLACEMENT DI PT. KERETA API INDONESIA *

OPTIMISASI WAKTU PENGGANTIAN KOMPONEN PADA LOKOMOTIF DE CC 201 SERI 99 MENGGUNAKAN METODA AGE REPLACEMENT DI PT. KERETA API INDONESIA * ]Reka Integra ISSN: 2338-5081 [ Teknik Industri Itenas No.04 Vol. 01] Jurnal Online Institut Teknologi Nasional [April 2014] OPTIMISASI WAKTU PENGGANTIAN KOMPONEN PADA LOKOMOTIF DE CC 201 SERI 99 MENGGUNAKAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Maintenance Maintenance didefinisikan sebagai suatu aktifitas yang dilakukan agar peralatan atau item dapat dijalankan sesuai dengan standart performansi semula. Atau juga

Lebih terperinci