Bab V Metodologi Eksperimen

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Bab V Metodologi Eksperimen"

Transkripsi

1 Bab V Metodologi Eksperimen Proses eksperimentasi merupakan suatu seni tersendiri dalam dunia ilmu terapan, karena sangat banyak teori ilmiah yang dihasilkan setelah melakukan eksperimen di lapangan. Setiap eksperimen tentu harus mengikuti kaidah-kaidah pelaksanaan yang baku yang dapat diterima oleh masyarakat ilmu pengetahuan, sehingga data yang didapat merupakan hasil yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Begitu juga dengan studi eksperimen aliran swirl dalam tabung ini. Dalam Bab Metodologi Eksperimen ini akan dijelaskan secara rinci tentang pelaksanaan eksperimen yang telah penulis lakukan di dalam laboratorium hingga pelaporan hasil akhir yang menjadi sebuah laporan tugas akhir, meliputi alat yang digunakan serta kalibrasi alat, persiapan ruangan dan terowongan angin, prosedur eksperimen, teknik pengambilan data, dan metode pengolahan data. 5.1 Alat-alat Pada eksperimen ini digunakan alat-alat dan beberapa model sistem sudu pengarah yang diperlukan untuk proses pengukuran data. Semua komponen yang diperlukan dirangkai secara integral dan menjadi satu kesatuan yang saling memberi dan menerima sinyal-sinyal input dan output. Alat-alat yang digunakan antara lain: 1. Terowongan angin 2. Unislide 3. Probe holder 4. Probe Lima Lubang 5. Transduser tekanan 6. Analog to Digital Converter (ADC) 7. Scanivalve, dan 8. Komputer kerja 35

2 Di laboratorium, perangkaian alat dan instrumen yang disebutkan diatas dapat ditunjukkan oleh diagram berikut: Terowongan Angin Five hole probe Unislide Pressure Transducer Output PC/Aerologger ADC Gambar 5.1 Diagram Rangkaian Instrumen Eksperimen Sedangkan model yang digunakan untuk eksperimen adalah beberapa buah model sistem sudu pengarah aliran putar dengan besar sudut dan distribusi sudut yang bervariasi. Perhatikan tabel berikut: Tabel 5.1 Kode Penamaan Swirl Vanes pada Eksperimen Kode Bilangan swirl Sudut Sudut geometrik pangkal ujung Distribusi V018L 0, linier V018K 0, konstan V039L 0, linier V039K 0, konstan V068L 0, linier V068K 0, konstan Dibawah ini ditampilkan salah satu model sudu pengarah yaitu V039K: Gambar 5.2 Sudu Pengarah Aliran Putar Model V039K 36

3 Keseluruhan gambar dari tiap-tiap model dapat dilihat pada lampiran. Berikut ini diuraikan karakteristik dari masing-masing alat yang digunakan Terowongan Angin Pada eksperimen ini digunakan terowongan angin aliran putar jenis sirkuit terbuka (open loop). Konfigurasi dan komponen yang digunakan tidak jauh berbeda dengan terowongan angin pada umumnya, yaitu: 1. bellmouth 2. fan 3. screen 4. contraction 5. vanes holder 6. seksi uji 7. exhaust diffuser 8. support Perangkat pendukung berupa swirler vanes, slider (unislide), dan inverter juga digunakan pada terowongan angin ini. Skema terowongan angin putar secara rinci dijelaskan pada gambar dibawah: Gambar 5.3 Skema Terowongan Angin Aliran Putar 37

4 Spesifikasi terowongan angin ini adalah sebagai berikut: panjang : mm tinggi : 1309 mm diameter inlet : mm fan : 400 mm dia., 10 bilah, 2 HP Power source diameter seksi uji : 94 mm (dalam), 100 mm (luar) sistem akuisisi data : Betz micromanometer, TSI Model 1050 data converter Hot wire system, PC Benda fisik terowongan angin putar yang digunakan dapat dilihat lebih jelas pada gambar-gambar dibawah ini: Gambar 5.4 Terowongan Angin Putar Tampak Depan Kiri Gambar 5.5 Terowongan Angin Putar Tampak Kanan Belakang 38

5 Bellmouth Merupakan bagian yang menyelubungi fan terowongan angin. Dibuat dari kerangka kayu yang dilapisi dengan karton tebal. Kemudian untuk menguatkan dan menghaluskannya, karton tersebut dilapisi kembali dengan dempul. Lubanglubang untuk sekrup M10 penyambung fan casing dibuat di sekeliling flange, yang terbuat dari kayu (plywood) terdapat pada bagian belakang. Mempunyai diameter inlet fan sebesar 400 mm dengan radius lengkungan 100 mm. Fan Komponen ini berupa kipas dengan 10 bilah yang dapat diatur sudut dan putarannya. Sebagai sumber putaran digunakan motor listrik berkekuatan 2 HP yang dipasang di dalam casing dengan sumbu yang sama tepat di belakang konstruksi bilah. Modul ini mempunyai diameter 400 mm dengan panjang 420 mm terbuat dari baja (untuk casing) dan alumunium cor untuk bilah-bilahnya. Rangkaian fan dan bellmouth ditampilkan pada gambar berikut: Gambar 5.6 Rangkaian Fan dan Bellmouth Putaran bilah diatur oleh inverter sehingga kecepatan aliran dapat divariasikan. Konektor listrik terdapat pada sisi kanan (pandangan depan) yang dihubungkan dengan inverter. 39

6 Gambar 5.7 Inverter Terowongan Angin Kisi Penyaring (Screen) Terdiri atas bingkai dan jalinan kawat tipis dengan pola segiempat. Ukuran mesh yang digunakan adalah (1x1) mm. Dengan ukuran ini diharapkan tingkat keseragaman aliran dapat ditingkatkan dengan losses seminimal mungkin. Terowongan angin ini menggunakan 1 screen. Gambar 5.8 Kisi Penyaring (Screen) Screen ini mempunyai diameter dalam 400 mm dan diameter luar 480 mm. Bingkainya dibuat dari kayu dan untuk jalinan kawat, digunakan kawat kasa. Modul ini dipasang di belakang fan sehingga aliran spiral yang keluar dapat langsung di luruskan oleh wiremesh. Di belakang screen terdapat peredam getaran yang terbuat dari kulit dan karet. Peredam ini berfungsi sebagai sambungan antara struktur depan dengan belakang dan bersifat fleksibel sehingga getaran motor fan yang merambat ke struktur depan dapat diminimalkan. 40

7 Seksi Kontraksi Terbuat dari keramik keras, sambungan flange kepada screen dilapisi karet untuk mencegah keausan permukaan keramik. Terdapat 2 buah lubang untuk memasukkan pitot tube pada bagian depan dan belakang. Penempatan lubang ini berguna untuk mengukur kecepatan depan dan belakang contraction sehingga kenaikan kecepatan dapat diketahui. Diameter belakang adalah 100 mm dan diameter depan adalah 400 mm. Gambar sebenarnya dari seksi kontraksi ini dapat dilihat pada gambar di bawah ini: Gambar 5.9 Seksi Kontraksi Vanes Holder Dibuat dari pipa stainless steel berdiameter 100 mm yang diberi flange. Berguna untuk menahan dan meletakkan swirler karena struktur sambungan antara seksi uji dan seksi kontraksi tidak fixed. Vanes holder ini memungkinkan dan memudahkan swirler vanes untuk dapat diganti (changeable). Gambar 5.10 Vanes Holder sebelum Dipasang Vanes 41

8 Gambar 5.11 Vanes Holder setelah Dipasang Vanes Komponen ini dibaut pada flange contraction keramik dan dibuat lubang pada salah satu sisi untuk masukan pipa gas tekanan tinggi yang mensimulasikan injeksi bahan bakar. Seksi Uji Untuk bagian seksi uji, berbentuk tabung berdiameter 94 mm dengan tebal 3 mm. Pada inlet dan outlet terdapat flange tempat memasang seksi uji kepada contraction serta slot persegi panjang tempat memasukkan probe lima lubang di sisi kiri tabung. Gambar 5.12 Seksi Uji Terowongan Angin Aliran Putar 42

9 Slot panjang ini berukuran 300 mm x 20 mm, untuk menempatkan probe lima lubang. Pada inlet flange terdapat ceruk untuk menempatkan sensor yang paling dekat dengan keluaran swirler (± 2.0 mm dari keluaran). Seksi Difuser Merupakan bagian paling akhir yang berbentuk kerucut berlubang dengan penampang makin luas ke arah keluaran. Sumbu aksialnya sepanjang 300 mm dengan diameter 160 mm. Komponen ini terbuat dari pelat stainless steel dengan pertimbangan tahan terhadap temperatur tinggi saat pengujian dengan api. Perhatikan gambar dibawah ini: Gambar 5.13 Skema Seksi Difuser Gambar 5.14 Bentuk Fisik Difuser 43

10 Struktur Penyangga Keseluruhan komponen terowongan angin aliran putar ditopang oleh suatu struktur penyangga, pembuatannya dilakukan di bengkel laboratorium aerodinamika. Kerangka terbuat dari batang-batang besi berongga (40 x 40) mm dengan sambungan las. Gambar 5.15 Struktur Penyangga Terowongan Angin Struktur penyangga tersebut terbagi atas 2 bagian, yaitu penyangga depan meliputi fan dan bellmouth serta penyangga belakang meliputi contraction, seksi uji, exhaust diffuser. Pembagian tersebut dilakukan supaya getaran fan seminimal mungkin menjalar ke bagian seksi uji Unislide Supaya proses pengambilan data dapat berjalan dengan cukup akurat maka digunakan slider berupa tumpuan yang dapat digeser. Pengguna dapat mengetahui besar pergeseran melalui angka yang ditunjukkan pengukur. Gambar 5.16 Unislide 44

11 Alat ini mempunyai 6 derajat kebebasan dengan memutar sekrup-sekrup pergeserannya. Sensor berupa probe lima lubang dipasang pada tumpuan yang disediakan. Tumpuan tersebut terhubung pada batang-batang yang dapat digeser Probe Holder Komponen ini merupakan base support yang terbuat dari kuningan dan terpasang pada sumbu radial dari unislide. Pada probe holder ini probe lima lubang nantinya akan dipasang ke slider dengan sekrup di samping terowongan angin sehingga posisi probe dapat digeser-geser dengan keakuratan tinggi di dalam terowongan angin. Komponen ini juga di-bor sepanjang tingginya untuk memasukkan pipa probe dan harus dilakukan cukup teliti supaya lubang benarbenar lurus sehingga posisi pipa probe benar-benar tegak lurus arah aliran bebas saat kalibrasi. Ukuran diameter harus disesuaikan (lebih kecil sedikit) supaya mudah perputaran untuk mengatur sikap pitch probe agar lurus arah aliran. Gambar 5.17 Probe Holder Probe Lima Lubang Pada eksperimen ini probe lima lubang digunakan untuk mengukur tekanan statik pada titik-titik uji di dalam terowongan angin. Penjelasan mengenai probe lima lubang, kalibrasi, dan cara menngunakannya telah diberikan dengan rinci pada bab sebelumnya. 45

12 5.2 Asumsi dan Data Ruangan Setelah semua instrumen yang digunakan pada eksperimen telah dirangkai, maka sebelum dimulai, perlu ditentukan asumsi-asumsi aliran udara dan data kondisi ruangan ketika eksperimen dilakukan. Adapun asumsi-asumsi yang digunakan adalah: Fluida Newtonian Aliran inkompresibel Aliran bergerak dalam arah 3-dimensi Sistem isothermal Sedangkan data ruangan yang perlu diketahui adalah: tekanan (p), temperatur (T), dan kelembaban (α). 5.3 Set-up Eksperimen Pada bagian ini akan dipaparkan persiapan yang dilakukan sebelum mulai dilakukan eksperimen. Persiapan tersebut antara lain: 1. Perangkaian alat-alat yang digunakan 2. Pemasangan sistem sudu pengarah aliran putar di vanes holder 3. Setting probe lima lubang di dalam terowongan angin Apabila semua alat telah dipasang di tempatnya dan terangkai dengan alat lainnya, maka proses pengambilan data bisa dimulai. Langkah-langkah pengambilan data akan dijelaskan pada bagian berikutnya Perangkaian Alat-alat yang Digunakan Setelah semua peralatan dan model yang diperlukan tersedia, maka tahap berikutnya yaitu perangkaian (instalasi) semua peralatan tersebut menjadi suatu kesatuan yang akan digunakan untuk melakukan pengambilan data. Perangkaian alat-alat dijelaskan sebagai berikut: 1. Terowongan angin aliran putar ditempatkan di dalam laboratorium, sebagai komponen yang menyediakan aliran udara seragam untuk proses pengukuran. Maka kondisi di sekeliling terowongan ini diusahakan bebas dari gangguan dan halangan (obstacle) yang dapat mempengaruhi aliran 46

13 udara, terutama pada sisi masukan (bellmouth) dan sisi keluaran (diffuser). Inverter diletakkan dekat dengan terowongan sehingga kecepatan putar fan lebih mudah dilakukan. 2. Unislide diletakkan disamping terowongan dengan arah sumbu-sumbu slider disesuaikan dengan arah aliran. Perlu diingat juga bahwa posisi unislide harus diatur sedemikian sehingga ketika slider digeser-geser dapat menjangkau semua titik-titik uji yang diinginkan. Posisi penopang unislide dijaga agar tidak bergeser atau tersenggol selama proses pengukuran data. 3. Probe lima lubang dipasang pada probe holder yang ditempel pada slider radial dengan tangkai probe mengarah ke slot seksi uji. Konfigurasi seperti ini agar probe dapat digeser pada arah radial dan aksial sehingga lubang probe dapat diletakkan pada titik-titik uji. Ingat bahwa kepala probe dipasang sejajar dengan arah aliran udara (sudut yaw sebesar 0 ). 4. Selang keluaran dari probe (selang nomor 1 sampai 5 untuk lubang-lubang probe nomor 1 sampai 5, berurutan) dihubungkan ke scanivalve ke nomor lubang masukan yang bersesuaian. Pencatatan data masing-masing lubang probe dilakukan dengan memutar knop scanivalve. Disini scanivalve dipakai sebab transduser tekanan yang tersedia hanya Selang keluaran dari scanivalve (satu buah) lalu dihubungkan ke transduser tekanan. Ingat bahwa lubang input pada transduser ada dua, ini untuk memisahkan antara tekanan titik uji yang lebih tinggi dari tekanan atmosfer, dan tekanan titik uji yang lebih rendah dari tekanan atmosfer. 6. Kabel-kabel dari transduser (sebanyak dua pasang) dihubungkan ke power supply (satu pasang) sebagai pembangkit tegangan listrik untuk transduser, dan ke ADC sebagai transfer sinyal data analog. 7. Kabel data dari ADC dihubungkan ke komputer kerja untuk mengirim sinyal-sinyal digital yang dapat dibaca oleh komputer. Data yang terukur akan ditampilkan oleh program Aerologger yang telah dibuat sebelumnya, dan langsung tersimpan dengan format xls. Sampai disini persiapan untuk mengukur dan mencatat data telah siap. Berikutnya adalah pemasangan sudu pengarah pada vanes holder terowongan angin dan setting probe di dalam terowongan angin. 47

14 5.3.2 Pemasangan Sistem Sudu Pengarah Aliran Putar di Vanes Holder Pemasangan sistem sudu pengarah harus dilakukan dengan hati-hati dan secermat mungkin. Diusahakan agar titik tengah sistem sudu (hub) tepat berimpit pada pangkal garis sumbu aksial seksi uji (titik referensi 0,0,0). Apabila titik tengah ini tidak tepat berimpit dengan sumbu aksial, kemungkinan data yang terukur mengalami penyimpangan. Untuk itu sebelum sistem sudu dipasang, terlebih dulu dicari posisi titik referensi dengan menggunakan sebuah bandul ayun dan busur derajat. Setelah posisi titik ini diketahui, maka sistem sudu dapat dipasang pada tempatnya. Perhatikan bahwa sistem sudu mempunyai sudu-sudu yang terpasang pada jari-jarinya dan nantinya probe akan digeser-geser pada arah radial sepanjang garis diameter tabung dibelakang sudu-sudu ini. Ingat agar sistem sudu diputar-putar untuk mendapatkan sikap sedemikian hingga sudu-sudunya tidak memotong garis pergerakan radial dari probe. Hal ini dilakukan agar sudut inklinasi aliran yang menuju probe tidak terlalu besar, karena bila terlalu besar maka kemungkinan data yang tercatat kurang bagus. Sistem sudu dipasang pada vanes holder menggunakan dua buah baut yang memegang sistem sudu pada tempatnya. Usahakan baut diputar sekencang mungkin untuk mencegah agar sistem sudu tidak bergeser karena pengaruh aliran udara yang cukup kencang. Setelah sistem sudu terpasang dengan benar, maka tabung seksi uji digeser kedepan menyambung dan menutupi vanes holder. Jaga agar tidak terjadi rembesan udara yang keluar dari celah sambungan antara vanes holder dengan tabung seksi uji Setting Probe Lima Lubang di dalam Terowongan Angin Tangkai probe lima lubang ditumpu oleh probe holder yang melekat pada unislide, sedangkan kepala probe berada di dalam seksi uji. Lubang-lubang yang berada pada kepala probe merupakan bagian paling penting karena di bagian tersebut harga tekanan statik yang akan terukur oleh alat ukur. Sehingga bagus tidaknya data yang terekam sangat bergantung pada tepat tidaknya setting probe di dalam terowongan. Untuk itu pengaturan sikap dan posisi probe dilakukan berulang kali dengan secermat mungkin. 48

15 Tahap awal adalah menentukan garis radial dan aksial di dalam seksi uji berdasarkan posisi titik-titik uji yang diinginkan. Disini harus diketahui posisi radial maksimum minimum dan posisi aksial maksimum minimum, kemudian posisi unislide diatur sehingga dapat menjangkau posisi tersebut. Selama proses ini tabung uji berulang kali digeser kedepan dan kebelakang untuk memastikan posisi unislide dan probe telah benar. Sumbu-sumbu unislide yang digunakan adalah sumbu horisontal dan radial, sementara sumbu vertikal tidak digunakan. Tahap berikutnya yaitu setting sikap probe, dalam hal ini sudut pitch dan yaw kepala probe diatur sehingga membentuk sudut 0 terhadap arah aliran udara. Hal ini dilakukan untuk menyesuaikan dengan proses kalibrasi yang telah dilakukan sebelumnya, sehingga koefisien kalibrasi yang telah dihitung dapat digunakan pada proses pengambilan data. Idealnya, setting posisi dan sikap probe dilakukan secara bersamaan karena perubahan sikap probe saat setting akan mempengaruhi perubahan posisi aksial dan radial. 5.4 Prosedur Pengambilan Data Setelah dilakukan persiapan-persiapan diatas dengan seksama, maka tahap berikutnya adalah proses pengambilan dan perekaman data. Langkah-langkahnya dijelaskan sebagai berikut: 1. Pasang terlebih dahulu sudu pengarah yang akan diukur pada vanes holder, pastikan pemasangan telah kencang. Geser tabung seksi uji ke depan hingga tersambung erat dengan vanes holder dan tidak ada udara yang merembes keluar. 2. Nyalakan terowongan angin putar, pastikan daerah di depan sisi masukan (bellmouth) bebas dari halangan yang dapat mengganggu aliran udara 3. Gunakan selang tekanan total dan tekanan statik yang terpasang pada terowongan angin untuk mensetting kecepatan aliran udara bebas sesuai dengan yang diinginkan, yaitu 10 m/s. 4. Posisikan ujung kepala probe lima lubang pada titik uji pertama yaitu pada posisi aksial 2 mm dan posisi radial -44 mm (sisi kiri). Tutup rapat slot 49

16 persegi-panjang dengan selotip hitam agar tidak ada udara merembes, terutama celah pada tangkai probe. 5. Sampai disini probe telah dapat mengukur tekanan statik aliran tiap-tiap lubangnya. Pastikan knop pada scanivalve menunjuk pada angka 1, artinya data tekanan yang masuk ke scanivalve merupakan data yang terukur pada lubang nomor-1 pada probe. Gambar 5.18 Scanivalve Menunjuk Lubang Nomor-1 6. Tunggu beberapa saat (kira-kira 1 menit) hingga kondisi aliran udara di sekitar kepala probe cukup stabil, hal ini dilakukan agar data yang terukur cukup bagus untuk direkam. Data dikatakan cukup bagus apabila garis yang ditunjukkan oleh aerologger menunjuk pada satu harga tertentu. Perhatikan gambar barikut: Gambar 5.19 Garis Aerologger Data Terukur 7. Tentukan direktori dan nama file yang digunakan untuk menyimpan data terekam, kemudian rekam data dengan cara meng-klik tombol run pada aerologger. Rekam data kira-kira selama detik, setelah itu tekan kembali tombol run agar aerologger berhenti merekam data. 50

17 8. Putar knop scanivalve ke posisi nomor-2 agar data yang terekam sekarang adalah data tekanan pada lubang nomor-2 pada probe. Lakukan langkah 5 sampai 7 untuk lubang nomor 3, 4, dan Lepas selotip perekat, kemudian geser posisi probe dengan cara memutar sumbu radial unislide. Posisikan probe pada titik uji aksial 2 mm dan radial -40 mm (sisi kiri), rekatkan selotip rapat-rapat. Lakukan kembali langkah 5-8 untuk posisi radial berikutnya hingga posisi radial 44 mm (sisi kanan tabung). 10. Tentukan nama file baru untuk posisi aksial 5 mm, kemudian lakukan kembali langkah 5-9. Rekam data untuk semua posisi aksial. Semua data yang terekam akan disimpan dalam format xls. 11. Geser probe keluar tabung, kemudian geser tabung kebelakang agar seksi uji terbuka. Ganti sudu pengarah dengan model berikutnya. Keenam model yang digunakan dapat dilihat pada Lampiran A. 12. Setelah semua data dari semua model sudu pengarah berhasil direkam, selanjutnya data diolah menggunakan program yang sudah dipersiapkan sebelumnya [20]. Apabila ada data yang menyimpang jauh, maka ulangi pengambilan data untuk posisi titik uji yang berkaitan. 51

Bab VI Hasil dan Analisis

Bab VI Hasil dan Analisis Bab VI Hasil dan Analisis Dalam bab ini akan disampaikan data-data hasil eksperimen yang telah dilakukan di dalam laboratorium termodinamika PRI ITB, dan juga hasil pengolahan data-data tersebut yang diberikan

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. Bab I Pendahuluan

Bab I Pendahuluan. Bab I Pendahuluan Bab I Pendahuluan Di dalam Bab Pendahuluan ini akan diuraikan secara ringkas beberapa gambaran umum yang mengawali laporan skripsi ini antara lain: latar belakang, tinjauan pustaka, pelaksanaan eksperimen,

Lebih terperinci

Bab IV Probe Lima Lubang

Bab IV Probe Lima Lubang Bab IV Probe Lima Lubang Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai seluk-beluk probe lima lubang (five-hole probe) baik yang beredar di pasaran maupun yang digunakan pada eksperimen ini. Pembahasan meliputi

Lebih terperinci

BAB IV Pembuatan dan Kalibrasi Alat Ukur Prestasi Turbojet

BAB IV Pembuatan dan Kalibrasi Alat Ukur Prestasi Turbojet BAB IV Pembuatan dan Kalibrasi Alat Ukur Prestasi Turbojet Pembuatan alat ukur dilakukan di laboratorium Teknik Penerbangan ITB. Proses pemesinan dilakukan menggunakan mesin bubut, mesin Frais, gerinda

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENGUJIAN CIGARETTE SMOKE FILTER

BAB IV METODE PENGUJIAN CIGARETTE SMOKE FILTER BAB IV METODE PENGUJIAN CIGARETTE SMOKE FILTER 4.1 TUJUAN PENGUJIAN Tujuan dari pengujian Cigarette Smoke Filter ialah untuk mengetahui seberapa besar kinerja penyaringan yang dihasilkan dengan membandingkan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN Semua mekanisme yang telah berhasil dirancang kemudian dirangkai menjadi satu dengan sistem kontrol. Sistem kontrol yang digunakan berupa sistem kontrol loop tertutup yang menjadikan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. terbuka, dengan penjelasannya sebagai berikut: Test section dirancang dengan ukuran penampang 400 mm x 400 mm, dengan

III. METODOLOGI PENELITIAN. terbuka, dengan penjelasannya sebagai berikut: Test section dirancang dengan ukuran penampang 400 mm x 400 mm, dengan III METODOLOGI PENELITIAN A Peralatan dan Bahan Penelitian 1 Alat Untuk melakukan penelitian ini maka dirancang sebuah terowongan angin sistem terbuka, dengan penjelasannya sebagai berikut: a Test section

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PEMBUATAN DAN PERAKITAN ALAT Pembuatan alat dilakukan berdasarkan rancangan yang telah dilakukan. Gambar rancangan alat secara keseluruhan dapat dilihat pada Gambar 5.1. 1 3

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Pembuatan alat penelitian ini dilakukan di Bengkel Berkah Jaya, Sidomulyo,

III. METODOLOGI PENELITIAN. Pembuatan alat penelitian ini dilakukan di Bengkel Berkah Jaya, Sidomulyo, 31 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat Pembuatan Dan Pengujian Pembuatan alat penelitian ini dilakukan di Bengkel Berkah Jaya, Sidomulyo, Lampung Selatan. Kemudian perakitan dan pengujian dilakukan Lab.

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Diagram Alir Proses Perancangan Proses perancangan mesin peniris minyak pada kacang seperti terlihat pada gambar 3.1 berikut ini: Mulai Studi Literatur Gambar Sketsa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian hampir seluruhnya dilakukan di laboratorium Gedung Fisika Material

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian hampir seluruhnya dilakukan di laboratorium Gedung Fisika Material BAB III METODE PENELITIAN Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah rancang bangun alat. Penelitian hampir seluruhnya dilakukan di laboratorium Gedung Fisika Material Pusat Teknologi Nuklir Bahan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tempat penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Fenomena Dasar Mesin (FDM) Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. 3.2.Alat penelitian

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Konstruksi Prototipe Manipulator Manipulator telah berhasil dimodifikasi sesuai dengan rancangan yang telah ditentukan. Dimensi tinggi manipulator 1153 mm dengan lebar maksimum

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT. berasal dari motor. Selain kuat rangka juga harus ringan. Rangka terdiri dari beberapa bagian yaitu:

BAB III PERANCANGAN ALAT. berasal dari motor. Selain kuat rangka juga harus ringan. Rangka terdiri dari beberapa bagian yaitu: BAB III PERANCANGAN ALAT 3.1. Rangka Drone Rangka atau frame merupakan struktur yang menjadi tempat dudukan untuk semua komponen. Rangka harus kaku dan dapat meminimalkan getaran yang berasal dari motor.

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Pembuatan Prototipe 5.1.1. Modifikasi Rangka Utama Untuk mempermudah dan mempercepat waktu pembuatan, rangka pada prototipe-1 tetap digunakan dengan beberapa modifikasi. Rangka

Lebih terperinci

IV. PENDEKATAN DESAIN

IV. PENDEKATAN DESAIN IV. PENDEKATAN DESAIN A. Kriteria Desain Alat pengupas kulit ari kacang tanah ini dirancang untuk memudahkan pengupasan kulit ari kacang tanah. Seperti yang telah diketahui sebelumnya bahwa proses pengupasan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PEMBUATAN DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan proses pembuatan rangka pada incinerator terlebih

BAB IV HASIL PEMBUATAN DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan proses pembuatan rangka pada incinerator terlebih BAB IV HASIL PEMBUATAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Visualisasi Proses Pembuatan Sebelum melakukan proses pembuatan rangka pada incinerator terlebih dahulu harus mengetahui masalah Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Lebih terperinci

Bab III Aliran Putar

Bab III Aliran Putar Bab III Aliran Putar Ada banyak jenis aliran fluida dalam dunia teknik, dimana komponen rotasi dari nilai rata-rata deformasi memberikan kontribusi lebih besar terhadap pola aliran yang terjadi. Memperhatikan

Lebih terperinci

BAB III DESAIN DAN FABRIKASI

BAB III DESAIN DAN FABRIKASI BAB III DESAIN DAN FABRIKASI III. 1 DESAIN Objektifitas dari perancangan ini adalah: 1) modifikasi sistim feeding bahan bakar yang lebih optimal. Sebelumnya, setiap kali penambahan bahan bakar solid (batubara),

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. Bangunan Gedung SNI pasal

BAB III LANDASAN TEORI. Bangunan Gedung SNI pasal BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Analisis Penopang 3.1.1. Batas Kelangsingan Batas kelangsingan untuk batang yang direncanakan terhadap tekan dan tarik dicari dengan persamaan dari Tata Cara Perencanaan Struktur

Lebih terperinci

Bab IV Analisis dan Pengujian

Bab IV Analisis dan Pengujian Bab IV Analisis dan Pengujian 4.1 Analisis Simulasi Aliran pada Profil Airfoil Simulasi aliran pada profil airfoil dimaskudkan untuk mencari nilai rasio lift/drag terhadap sudut pitch. Simulasi ini tidak

Lebih terperinci

Gambar 11 Sistem kalibrasi dengan satu sensor.

Gambar 11 Sistem kalibrasi dengan satu sensor. 7 Gambar Sistem kalibrasi dengan satu sensor. Besarnya debit aliran diukur dengan menggunakan wadah ukur. Wadah ukur tersebut di tempatkan pada tempat keluarnya aliran yang kemudian diukur volumenya terhadap

Lebih terperinci

BAB 3. Metodologi Penelitian. 3.1 Rencana Penelitian Waktu dan Tempat Penelitian

BAB 3. Metodologi Penelitian. 3.1 Rencana Penelitian Waktu dan Tempat Penelitian BAB 3 Metodologi Penelitian 3 3.1 Rencana Penelitian 3.1.1 Waktu dan Tempat Penelitian Tempat penelitian dilakukan di dua tempat yaitu di Laboratorium Hidraulika, Program Studi Teknik Kelautan, Institut

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Mesin perajang singkong dengan penggerak motor listrik 0,5 Hp mempunyai

BAB II DASAR TEORI. Mesin perajang singkong dengan penggerak motor listrik 0,5 Hp mempunyai BAB II DASAR TEORI 2.1. Prinsip Kerja Mesin Perajang Singkong. Mesin perajang singkong dengan penggerak motor listrik 0,5 Hp mempunyai beberapa komponen, diantaranya adalah piringan, pisau pengiris, poros,

Lebih terperinci

PETUNJUK PERAKITAN DAN PENGOPERASIAN KIPAS ANGIN DEKORASI

PETUNJUK PERAKITAN DAN PENGOPERASIAN KIPAS ANGIN DEKORASI PETUNJUK PERAKITAN DAN PENGOPERASIAN KIPAS ANGIN DEKORASI TIPE : GENERAL CEILING FANS TEGANGAN : 220~20V, FREKUENSI : 50Hz BACA DAN SIMPAN BUKU PETUNJUK INI Terima kasih atas kepercayaan anda membeli kipas

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. DESAIN PENGGETAR MOLE PLOW Prototip mole plow mempunyai empat bagian utama, yaitu rangka three hitch point, beam, blade, dan mole. Rangka three hitch point merupakan struktur

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Simulasi putaran/mekanisme pisau pemotong tebu (n:500 rpm, v:0.5 m/s, k: 8)

METODE PENELITIAN. Simulasi putaran/mekanisme pisau pemotong tebu (n:500 rpm, v:0.5 m/s, k: 8) III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret sampai Juli 2011 di Laboratorium Lapangan Departemen Teknik Mesin dan Biosistem. Pelaksanaan penelitian terbagi

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2012 sampai dengan Maret

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2012 sampai dengan Maret 20 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2012 sampai dengan Maret 2013. Penelitian ini dilakukan dalam dua tahap, yaitu tahap pembuatan

Lebih terperinci

PENGUKURAN KECEPATAN UDARA DI DALAM TEROWONGAN

PENGUKURAN KECEPATAN UDARA DI DALAM TEROWONGAN PENGUKURAN KECEPATAN UDARA DI DALAM TEROWONGAN Tujuan : Memeriksa apakah pada setiap lokasi pada tambang bawah tanah telah mendapatkan ventilasi udara yang cukup sehingga dapat diketahui kesalahan ventilasi

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Peralatan Penelitian Alat percobaan yang digunakan pada percobaan ini bertujuan untuk mengukur temperatur ring pada saat terjadi fenomena flame lift-up maupun blow off, yaitu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Diagram Alir Pengujian Kinerja Damper Position Blower Persiapan Pencatatan data awal Pengujian Kinerja Blower: -Ampere Actual - Tekanan Pencatatan hasil pengujian performance

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Waktu dan tempat pelaksanaan percobaan serta analisis sebagai berikut :

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Waktu dan tempat pelaksanaan percobaan serta analisis sebagai berikut : BAB III METODOLOGI PENELITIAN 1.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Waktu dan tempat pelaksanaan percobaan serta analisis sebagai berikut : 1. Tempat pengujian :Dynotest center Mototech Jalan Ringroad Selatan,

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN digilib.uns.ac.id BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN 3.1 Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Perpindahan Panas Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3.2

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 PERALATAN PENELITIAN 3.1.1 Bunsen Burner Alat utama yang digunakan pada penelitian ini yaitu Bunsen burner Flame Propagation and Stability Unit P.A. Hilton Ltd C551, yang

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1. PENDAHULUAN Dalam penelitian ini akan dibahas prilaku beton mutu K-300 dengan kandungan serat 0 % dan 1 % dari volume serta balok pratarik dengan kandungan serat 0 %

Lebih terperinci

3. METODOLOGI ALAT DAN BAHAN Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: Tabel 5. Daftar alat yang digunakan pada penelitian

3. METODOLOGI ALAT DAN BAHAN Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: Tabel 5. Daftar alat yang digunakan pada penelitian 3. METODOLOGI 3.1. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN Penelitian ini berlangsung mulai bulan Juni sampai Desember 2009. Kegiatan penelitian terdiri dari perancangan, pembuatan serta pengujian alat HVAS. Pembuatan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN REAKTOR GASIFIKASI

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN REAKTOR GASIFIKASI BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN REAKTOR GASIFIKASI 3.1 Perancangan Reaktor Gasifikasi Reaktor gasifikasi yang akan dibuat dalam penelitian ini didukung oleh beberapa komponen lain sehinga membentuk suatu

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI SISTEM

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI SISTEM BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI SISTEM Pada bab ini akan dijabarkan mengenai perancangan dan realisasi dari perangkat keras dan perangkat lunak dari setiap modul yang menjadi bagian dari sistem ini.

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini akan dijelaskan perancangan sistem serta realisasi perangkat keras pada perancangan skripsi ini. 3.1. Gambaran Alat Alat yang akan direalisasikan adalah sebuah alat

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. Pengujian sistem elektronik terdiri dari dua bagian yaitu: - Pengujian tegangan catu daya - Pengujian kartu AVR USB8535

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. Pengujian sistem elektronik terdiri dari dua bagian yaitu: - Pengujian tegangan catu daya - Pengujian kartu AVR USB8535 BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengujian Alat Adapun urutan pengujian alat meliputi : - Pengujian sistem elektronik - Pengujian program dan mekanik 4.1.1 Pengujian Sistem Elektronik Pengujian sistem

Lebih terperinci

ANALISIS PEMILIHAN FAN DAN PERHITUNGAN DAYA MOTOR PADA OPEN CIRCUIT WIND TUNNEL

ANALISIS PEMILIHAN FAN DAN PERHITUNGAN DAYA MOTOR PADA OPEN CIRCUIT WIND TUNNEL ANALISIS PEMILIHAN FAN DAN PERHITUNGAN DAYA MOTOR PADA OPEN CIRCUIT WIND TUNNEL Nama : Rachmat Shaleh NPM : 25411710 Jurusan : Teknik Mesin Fakultas : Teknologi Industri Pembimbing : Dr. Ing. Mohamad Yamin

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 PERALATAN PENELITIAN 3.1.1 Bunsen Burner Alat yang digunakan pada penelitian ini yaitu Bunsen burner Flame Propagation and Stability Unit P.A. Hilton Ltd C551, yang dilengkapi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN DAN PABRIKASI

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN DAN PABRIKASI BAB III METODOLOGI PERANCANGAN DAN PABRIKASI Dalam bab ini membahas tentang segala sesuatu yang berkaitan langsung dengan penelitian seperti: tempat serta waktu dilakukannya penelitian, alat dan bahan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. WAKTU DAN TEMPAT Kegiatan Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Juni hingga Desember 2011 dan dilaksanakan di laboratorium lapang Siswadhi Soepardjo (Leuwikopo), Departemen

Lebih terperinci

BAB III PERALATAN DAN PROSEDUR PENGUJIAN

BAB III PERALATAN DAN PROSEDUR PENGUJIAN BAB III PERALATAN DAN PROSEDUR PENGUJIAN 3.1 PERANCANGAN ALAT PENGUJIAN Desain yang digunakan pada penelitian ini berupa alat sederhana. Alat yang di desain untuk mensirkulasikan fluida dari tanki penampungan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 15 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kompresor merupakan suatu komponen utama dalam sebuah instalasi turbin gas. Sistem utama sebuah instalasi turbin gas pembangkit tenaga listrik, terdiri dari empat komponen utama,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perancangan yaitu tahap identifikasi kebutuhan, perumusan masalah, sintetis, analisis,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perancangan yaitu tahap identifikasi kebutuhan, perumusan masalah, sintetis, analisis, BAB II TINJAUAN PUSTAKA.1 Perancangan Mesin Pemisah Biji Buah Sirsak Proses pembuatan mesin pemisah biji buah sirsak melalui beberapa tahapan perancangan yaitu tahap identifikasi kebutuhan, perumusan masalah,

Lebih terperinci

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA MEMBUAT KUDA-KUDA DENGAN SAMBUNGAN BAUT NO REVISI TANGGAL HALAMAN JST/TSP/ dari 7

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA MEMBUAT KUDA-KUDA DENGAN SAMBUNGAN BAUT NO REVISI TANGGAL HALAMAN JST/TSP/ dari 7 JST/TSP/09 00 10-01-08 1 dari 7 A. Kompetensi Mahasiswa mampu mempabrikasi struktur kuda-kuda baja. B. Sub kompetensi Setelah melakukan kegiatan praktik diharapkan mahasiswa memiliki keterampilan: 1. Memotong

Lebih terperinci

BAB V Pengujian dan Analisis Mesin Turbojet Olympus

BAB V Pengujian dan Analisis Mesin Turbojet Olympus BAB V Pengujian dan Analisis Mesin Turbojet Olympus Pada bab ini akan dibahas mengenai pengujian serta analisis hasil pengujian yang dilakukan. Validasi dilakukan dengan membandingkan hasil pengujian terhadap

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai pembuatan sensor putaran berbasis serat optik dilakukan di Laboratorium Optik dan Fotonik serta Laboratorium Bengkel Jurusan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Perancangan 4.1.1 Gambar Rakitan (Assembly) Dari perancangan yang dilakukan dengan menggunakan software Autodesk Inventor 2016, didapat sebuah prototipe alat praktikum

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Flow Chart Pembuatan Mesin Pemotong Umbi Mulai Studi Literatur Perencanaan dan Desain Perhitungan Penentuan dan Pembelian Komponen Proses Pengerjaan Proses Perakitan

Lebih terperinci

BAB III METOLOGI PENELITIAN

BAB III METOLOGI PENELITIAN BAB III METOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Metode yang digunakan adalah untuk mendekatkan permasalahan yang diteliti sehingga menjelaskan dan membahas permasalahan secara tepat. Skripsi ini menggunakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pompa Sentrifugal Pompa sentrifugal adalah suatu alat atau mesin yang digunakan untuk memindahkan cairan dari suatu tempat ke tempat yang lain melalui suatu media perpipaan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT 3.1 Prinsip Kerja Turbin Angin Prinsip kerja dari turbin angin adalah mengubah energi mekanis dari angin menjadi energi putar pada kincir. Lalu putaran kincir digunakan untuk memutar

Lebih terperinci

BAB 3 METODE ANALISIS

BAB 3 METODE ANALISIS BAB 3 METODE ANALISIS 3.1 Model Struktur Penelitian 3.1.1 Sambungan Dengan Baut Berjumlah 5 (Eksentrisitas 40 mm) B12E40 Gambar 3.1 Spesimen Uji Momen dengan Sambungan Baut Eksentrisitas 40 3-1 3-2 Pada

Lebih terperinci

MODUL 7 ALAT KERJA TANGAN DAN MESI N (MENGGERGAJI ) TINGKAT X PROGRAM KEAHLI AN TEKNI K PEMANFAATAN TENAGA LI STRI K DISUSUN OLEH : Drs.

MODUL 7 ALAT KERJA TANGAN DAN MESI N (MENGGERGAJI ) TINGKAT X PROGRAM KEAHLI AN TEKNI K PEMANFAATAN TENAGA LI STRI K DISUSUN OLEH : Drs. MODUL 7 ALAT KERJA TANGAN DAN MESI N ( ) TINGKAT X PROGRAM KEAHLI AN TEKNI K PEMANFAATAN TENAGA LI STRI K DISUSUN OLEH : Drs. SOEBANDONO LEMBAR KERJA SISWA 7 Bagian-bagian gergaji Gergaji terdiri dari

Lebih terperinci

PRESSUREMETER TEST (PMT)

PRESSUREMETER TEST (PMT) PRESSUREMETER TEST (PMT) Uji pressuremeter (PMT) adalah uji lapangan yang terdiri atas probe silinder panjang yang dikembangkan secara radial di dalam tanah sekelilingnya, dengan menggunakan sejumlah cairan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini akan dibahas mengenai perancangan dan realisasi dari skripsi meliputi gambaran alat, cara kerja sistem dan modul yang digunakan. Gambar 3.1 merupakan diagram cara

Lebih terperinci

BAB III PROSES PERANCANGAN TRIBOMETER

BAB III PROSES PERANCANGAN TRIBOMETER BAB III PROSES PERANCANGAN TRIBOMETER 3.1 Diagram Alir Dalam proses perancangan tribometer, ada beberapa tahapan yang harus dilaksanakan. Diagram alir (flow chart diagram) perancangan ditunjukkan seperti

Lebih terperinci

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN digilib.uns.ac.id BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1 Skema Alur Kerja Pembuatan - Skema proses pembuatan alat pneumatik transfer station adalah alur kerja proses pembuatan alat pneumatik transfer station

Lebih terperinci

Bab II Ruang Bakar. Bab II Ruang Bakar

Bab II Ruang Bakar. Bab II Ruang Bakar Bab II Ruang Bakar Sebelum berangkat menuju pelaksanaan eksperimen dalam laboratorium, perlu dilakukan sejumlah persiapan pra-eksperimen yang secara langsung maupun tidak langsung dapat dijadikan pedoman

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian. Alat dan Bahan Penelitian. Prosedur Penelitian

METODOLOGI PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian. Alat dan Bahan Penelitian. Prosedur Penelitian METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan dari bulan Januari hingga November 2011, yang bertempat di Laboratorium Sumber Daya Air, Departemen Teknik Sipil dan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENGUJIAN

BAB 3 METODOLOGI PENGUJIAN BAB 3 METODOLOGI PENGUJIAN Setiap melakukan penelitian dan pengujian harus melalui beberapa tahapan-tahapan yang ditujukan agar hasil penelitian dan pengujian tersebut sesuai dengan standar yang ada. Caranya

Lebih terperinci

Ditinjau dari macam pekerjan yang dilakukan, dapat disebut antara lain: 1. Memotong

Ditinjau dari macam pekerjan yang dilakukan, dapat disebut antara lain: 1. Memotong Pengertian bengkel Ialah tempat (bangunan atau ruangan) untuk perawatan / pemeliharaan, perbaikan, modifikasi alt dan mesin, tempat pembuatan bagian mesin dan perakitan alsin. Pentingnya bengkel pada suatu

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. PENGUJIAN PENDAHULUAN FILTER Dalam pengambilan sampel partikel tersuspensi (TSP) dengan metode high volume air sampling, salah satu komponen utama yang harus tersedia adalah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI Diagram Alir Tugas Akhir. Diagram alir Tugas Akhir Rancang Bangun Tungku Peleburan Alumunium. Skala Laboratorium.

BAB III METODOLOGI Diagram Alir Tugas Akhir. Diagram alir Tugas Akhir Rancang Bangun Tungku Peleburan Alumunium. Skala Laboratorium. BAB III METODOLOGI 3.1. Diagram Alir Tugas Akhir Diagram alir Tugas Akhir Rancang Bangun Tungku Peleburan Alumunium Skala Laboratorium. Gambar 3.1. Diagram Alir Tugas Akhir 27 3.2. Alat dan Dalam rancang

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA

BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA 4.1 Tujuan Tujuan dari pengujian alat pada tugas akhir ini adalah untuk mengetahui sejauh mana kinerja sistem yang telah dibuat dan untuk mengetahui penyebabpenyebab ketidaksempurnaan

Lebih terperinci

Foto Alat. Pengujian Marshall

Foto Alat. Pengujian Marshall Foto Alat Pengujian Marshall Oven Neraca Cawan Dongkrak Slinder Cincin Bak Pemanas Alat Uji Marshall Termometer Saringan Satu Set Ayakan dan Alat Penggetar Keranjang Timbang Dalam Air Timbangan Digital

Lebih terperinci

Joining Methods YUSRON SUGIARTO

Joining Methods YUSRON SUGIARTO Joining Methods YUSRON SUGIARTO Sambungan lipat Sambungan pelat dengan lipatan ini sangat baik digunakan untuk konstruksi sambungan pelat yang berbentuk lurus dan melingkar. Ketebalan pelat yang baik disambung

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian adalah metode yang digunakan untuk mendekatkan permasalahan yang diteliti sehingga dapat menjelaskan dan membahas permasalahan

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Susunan perangkat keras sistem steel ball magnetic levitation

Gambar 3.1 Susunan perangkat keras sistem steel ball magnetic levitation Bab III Perancangan Perangkat Keras Sistem Steel Ball Magnetic Levitation Dalam perancangan perangkat keras sistem Steel Ball Magnetic Levitation ini dibutuhkan pengetahuan dasar tentang elektromagnetik,

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Arang tempurung kelapa dan briket silinder pejal

Gambar 3.1 Arang tempurung kelapa dan briket silinder pejal BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Energi Biomassa, Program Studi S-1 Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiayah Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1. Proses Pembuatan Proses pembuatan adalah tahap-tahap yang dilakukan untuk mencapai suatu hasil. Dalam proses pembuatan ini dijelaskan bagaimana proses bahan-bahanyang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Angin Angin adalah udara yang bergerak akibat adanya perbedaan tekanan udara dengan arah aliran angin dari tempat yang memiliki tekanan tinggi ke tempat yang bertekanan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Dalam bab ini akan dibahas mengenai tempat serta waktu dilakukannya pembuatan, alat dan bahan yang digunakan dalam pembuatan alat uji, diagram alir pembuatan alat uji serta langkah-langkah

Lebih terperinci

Trouble shooting Air Conditioner AQA-FC2400BG AQA-FC4800BG. Standing Floor Type Air Conditioner TROUBLE SHOOTING AIR CONDITIONER

Trouble shooting Air Conditioner AQA-FC2400BG AQA-FC4800BG. Standing Floor Type Air Conditioner TROUBLE SHOOTING AIR CONDITIONER Trouble shooting Air Conditioner Standing Floor Type Air Conditioner AQA-FC2400BG AQA-FC4800BG Unit indoor tidak dapat menerima sinyal dari remote kontrol atau remote kontrol tidak berfungsi Trouble shooting

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam melaksanakan pengujian ini penulis menggunakan metode pengujian dan prosedur pengujian. Sehingga langkah-langkah serta tujuan dari pengujian yang dilakukan dapat sesuai

Lebih terperinci

Frekuensi yang digunakan berkisar antara 10 hingga 500 khz, dan elektrode dikontakkan dengan benda kerja sehingga dihasilkan sambungan la

Frekuensi yang digunakan berkisar antara 10 hingga 500 khz, dan elektrode dikontakkan dengan benda kerja sehingga dihasilkan sambungan la Pengelasan upset, hampir sama dengan pengelasan nyala, hanya saja permukaan kontak disatukan dengan tekanan yang lebih tinggi sehingga diantara kedua permukaan kontak tersebut tidak terdapat celah. Dalam

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Maret 2015 sampai April 2015

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Maret 2015 sampai April 2015 17 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Maret 2015 sampai April 2015 bertempat di Laboratorium Daya dan Alat Masin Pertanian (DAMP) dan Laboratorium

Lebih terperinci

ANGKA UKUR. Angka ukur diletakan di tengah-tengah garis ukur. Angka ukur tidak boleh dipisahkan oleh garis gambar. Jadi boleh ditempatkan dipinggir.

ANGKA UKUR. Angka ukur diletakan di tengah-tengah garis ukur. Angka ukur tidak boleh dipisahkan oleh garis gambar. Jadi boleh ditempatkan dipinggir. PEMBERIAN UKURAN ANGKA UKUR Angka ukur diletakan di tengah-tengah garis ukur. Angka ukur tidak boleh dipisahkan oleh garis gambar. Jadi boleh ditempatkan dipinggir. ANGKA UKUR Jika angka ukur ditempatkan

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS Bab IV Pengujian dan Analisis 47 BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS Dalam melakukan pengujian menggunakan BOCLE, diperlukan perangkat data akuisisi. Perangkat ini akan mengambil data dan memindahkannya ke komputer

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Eksperimen dilakukan untuk mengetahui proses pembakaran spontan batubara menggunakan suatu sistem alat uji yang dapat menciptakan suatu kondisi yang mendukung terjadinya pembakaran

Lebih terperinci

MODUL 12 WESEL 1. PENGANTAR

MODUL 12 WESEL 1. PENGANTAR MODUL 12 WESEL 1. PENGANTAR Telah disebutkan bahwa pada jalan rel perpindahan jalur dilakukan melalui peralatan khusus yang dikenal sebagai wesel. Apabila dua jalan rel yang terletak pada satu bidang saling

Lebih terperinci

MAKALAH PELATIHAN PROSES LAS BUSUR NYALA LISTRIK (SMAW)

MAKALAH PELATIHAN PROSES LAS BUSUR NYALA LISTRIK (SMAW) MAKALAH PELATIHAN PROSES LAS BUSUR NYALA LISTRIK (SMAW) PROGRAM IbPE KELOMPOK USAHA KERAJINAN ENCENG GONDOK DI SENTOLO, KABUPATEN KULONPROGO Oleh : Aan Ardian ardian@uny.ac.id FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada saat ini, energi tidak hanya dievaluasi dalam perspektif ekonomi, tetapi menjadi lebih kompleks karena munculnya tantangan global, seperti

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. turbulen, laminar, nyata, ideal, mampu balik, tak mampu balik, seragam, tak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. turbulen, laminar, nyata, ideal, mampu balik, tak mampu balik, seragam, tak BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Aliran Aliran dapat diklasifikasikan (digolongkan) dalam banyak jenis seperti: turbulen, laminar, nyata, ideal, mampu balik, tak mampu balik, seragam, tak seragam, rotasional,

Lebih terperinci

Gambar 1.6. Diagram Blok Sistem Pengaturan Digital

Gambar 1.6. Diagram Blok Sistem Pengaturan Digital Gambar 1.6. Diagram Blok Sistem Pengaturan Digital 10 Bab II Sensor 11 2.1. Pendahuluan Sesuai dengan banyaknya jenis pengaturan, maka sensor jenisnya sangat banyak sesuai dengan besaran fisik yang diukurnya

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISIS. Pada bab ini dibahas mengenai pengujian alat. Pengujian dilakukan untuk

BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISIS. Pada bab ini dibahas mengenai pengujian alat. Pengujian dilakukan untuk BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISIS Pada bab ini dibahas mengenai pengujian alat. Pengujian dilakukan untuk mengetahui keberhasilan perangkat sistem yang telah dirancang dan direalisasikan. Pengujian perangkat

Lebih terperinci

KOPLING. Kopling ditinjau dari cara kerjanya dapat dibedakan atas dua jenis: 1. Kopling Tetap 2. Kopling Tak Tetap

KOPLING. Kopling ditinjau dari cara kerjanya dapat dibedakan atas dua jenis: 1. Kopling Tetap 2. Kopling Tak Tetap KOPLING Defenisi Kopling dan Jenis-jenisnya Kopling adalah suatu elemen mesin yang berfungsi untuk mentransmisikan daya dari poros penggerak (driving shaft) ke poros yang digerakkan (driven shaft), dimana

Lebih terperinci

Dengan cara pemakaian yang benar, Anda akan mendapatkan manfaat yang maksimal selama bertahun-tahun.

Dengan cara pemakaian yang benar, Anda akan mendapatkan manfaat yang maksimal selama bertahun-tahun. SELAMAT ATAS PILIHAN ANDA MENGGUNAKAN PEMANAS AIR (WATER HEATER) DOMO Dengan cara pemakaian yang benar, Anda akan mendapatkan manfaat yang maksimal selama bertahun-tahun. Bacalah buku petunjuk pengoperasian

Lebih terperinci

SELAMAT ATAS PILIHAN ANDA MENGGUNAKAN TUDUNG HISAP (EXHAUST HOOD) DOMO

SELAMAT ATAS PILIHAN ANDA MENGGUNAKAN TUDUNG HISAP (EXHAUST HOOD) DOMO SELAMAT ATAS PILIHAN ANDA MENGGUNAKAN TUDUNG HISAP (EXHAUST HOOD) DOMO Dengan cara pemakaian yang benar, Anda akan mendapatkan manfaat yang maksimal selama bertahun-tahun. Bacalah buku petunjuk pengoperasian

Lebih terperinci

BAB III PENGUJIAN ALAT THERMOELECTRIC GENERATOR

BAB III PENGUJIAN ALAT THERMOELECTRIC GENERATOR BAB III PENGUJIAN ALAT THERMOELECTRIC GENERATOR 3.1 INSTALASI ALAT PENGUJIAN berikut: Instalasi alat pengujian yang dilakukan terlampir dengan gambar sebagai Gambar 3.1 Skema instalasi alat penguji Urutan

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Mei hingga Juli 2012, dan Maret 2013 di

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Mei hingga Juli 2012, dan Maret 2013 di 22 III. METODELOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian dilaksanakan pada Mei hingga Juli 2012, dan 20 22 Maret 2013 di Laboratorium dan Perbengkelan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian,

Lebih terperinci

BAB III METODE PROSES PEMBUATAN

BAB III METODE PROSES PEMBUATAN BAB III METODE PROSES PEMBUATAN Dalam bab ini akan dibahas mengenai tempat serta waktu dilakukannya proses pembuatan dapur busur listrik, alat dan bahan yang digunakan dalam proses pembuatan dapur busur

Lebih terperinci

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN digilib.uns.ac.id 38 BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1 Proses PembuatanTabung Peniris Luar dan tutup Tabung luar peniris dan tutup peniris (Gambar 4.1) terbuat dari plat stainless steel berlubang dengan

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Flowchart Perencanaan Pembuatan Mesin Pemotong Umbi Proses Perancangan mesin pemotong umbi seperti yang terlihat pada gambar 3.1 berikut ini: Mulai mm Studi Literatur

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. c) Untuk mencari torsi dapat dirumuskan sebagai berikut:

BAB II DASAR TEORI. c) Untuk mencari torsi dapat dirumuskan sebagai berikut: BAB II DASAR TEORI 2.1 Daya Penggerak Secara umum daya diartikan sebagai suatu kemampuan yang dibutuhkan untuk melakukan sebuah kerja, yang dinyatakan dalam satuan Watt ataupun HP. Penentuan besar daya

Lebih terperinci

FISIKA IPA SMA/MA 1 D Suatu pipa diukur diameter dalamnya menggunakan jangka sorong diperlihatkan pada gambar di bawah.

FISIKA IPA SMA/MA 1 D Suatu pipa diukur diameter dalamnya menggunakan jangka sorong diperlihatkan pada gambar di bawah. 1 D49 1. Suatu pipa diukur diameter dalamnya menggunakan jangka sorong diperlihatkan pada gambar di bawah. Hasil pengukuran adalah. A. 4,18 cm B. 4,13 cm C. 3,88 cm D. 3,81 cm E. 3,78 cm 2. Ayu melakukan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Terpadu Teknik Elektro, Jurusan Teknik

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Terpadu Teknik Elektro, Jurusan Teknik III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Terpadu Teknik Elektro, Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Lampung dan dilaksanakan mulai bulan September

Lebih terperinci