PENGARUH GAYA HIDUP TERHADAP KEBIASAAN MAKAN MAHASISWA ANITA SAUFIKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGARUH GAYA HIDUP TERHADAP KEBIASAAN MAKAN MAHASISWA ANITA SAUFIKA"

Transkripsi

1 PENGARUH GAYA HIDUP TERHADAP KEBIASAAN MAKAN MAHASISWA ANITA SAUFIKA DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012

2

3 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Pengaruh Gaya Hidup terhadap Kebiasaan Makan Mahasiswa adalah karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, April 2012 Anita Saufika NIM I

4

5 ABSTRACT ANITA SAUFIKA. Influence of Lifestyle toward Food Habits of College Student. Supervised by RETNANINGSIH and ALFIASARI. The research focused to analyze the influence of lifestyle toward college student s food habits. This research used cross sectional study design, involved 120 samples, choosed by cluster random sampling method. In this study, descriptive, cluster, and logistic regression analysis were used. The research found that lifestyle was classified as two category, there are education-oriented lifestyle as soon as entertaintment and healthy-oriented lifestyle. Sex, father s age, and reference group influenced student s habits to eat three times a day. Breakfast habits was influenced by reference group. Dinner habits was influenced by sex, mother s occupation and reference group. Meanwhile, snack habits was influenced by sex and reference group. However, this study didn t found any influence variable toward lunch habits. Keywords: food frequency, breakfast habits, lunch habits, dinner habits, snack habits ABSTRAK ANITA SAUFIKA. Pengaruh Gaya Hidup terhadap Kebiasaan Makan Mahasiswa. Dibimbing oleh RETNANINGSIH dan ALFIASARI Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh gaya hidup terhadap kebiasaan makan mahasiswa. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study dilakukan dengan 120 contoh yang dipilih secara acak. Data dalam penelitiaan ini dianalisis menggunakan uji deskriptif, analisis cluster, dan uji regresi logistik. Gaya hidup dalam penelitian ini terbagi menjadi dua kategori, yaitu gaya hidup berorientasi pendidikan serta gaya hidup berorientasi hiburan dan kesehatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebiasaan makan tiga kali sehari dipengaruhi oleh jenis kelamin, usia ayah, dan kelompok acuan. Hanya ada satu variabel yang memengaruhi kebiasaan sarapan, yaitu kelompok acuan sedangkan kebiasaan makan malam dipengaruhi oleh jenis kelamin, pekerjaan ibu, dan kelompok acuan. Sementara itu, kebiasaan makan camilan dipengaruhi oleh jenis kelamin dan kelompok acuan. Akan tetapi hasil penelitian ini tidak menemukan satu pun variabel yang memengaruhi kebiasaan sarapan dan makan siang. Kata kunci: frekuensi makan, kebiasaan sarapan, kebiasaan makan siang, kebiasaan makan malam, kebiasaan makan camilan

6

7 RINGKASAN ANITA SAUFIKA. Pengaruh Gaya Hidup terhadap Kebiasaan Makan Mahasiswa. Dibimbing oleh RETNANINGSIH dan ALFIASARI. Kebiasaan makan penting untuk diperhatikan karena akan memengaruhi keoptimalan fungsi sistem organ dan keoptimalan individu dalam menjalankan aktivitas. Gaya hidup serta perilaku yang tidak mendukung konsumsi makanan yang sehat dan bergizi menyebabkan individu kurang mengontrol makanan yang dikonsumsinya. Penelitian ini secara umum bertujuan untuk menganalisis pengaruh gaya hidup terhadap kebiasaan makan mahasiswa. Secara khusus, penelitian ini memiliki tujuan: 1) mengidentifikasi gaya hidup mahasiswa, 2) mengidentifikasi kebiasaan makan mahasiswa, 3) menganalisis pengaruh faktor internal dan faktor eksternal terhadap gaya hidup, dan 4) menganalisis pengaruh faktor internal, faktor eksternal, dan gaya hidup terhadap kebiasaan makan mahasiswa. Penelitian ini menggunakan metode survei. Institut Pertanian Bogor (IPB) dipilih secara purposive sebagai tempat penelitian dengan pertimbangan bahwa IPB merupakan kampus yang memiliki mahasiswa terbanyak di Bogor. Pengambilan data berlangsung pada bulan September hingga Oktober Mahasiswa yang dilibatkan sebagai responden penelitian ini berjumlah 120 orang dan dipilih melalui metode cluster random sampling. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer dikumpulkan melalui kuesioner yang sebelumnya sudah diuji coba terlebih dahulu. Jenis data primer yang dikumpulkan adalah: 1) faktor internal dan faktor eksternal mahasiswa, 2) gaya hidup, dan 3) kebiasaan makan mahasiswa (frekuensi makan dalam sehari; kebiasaan sarapan, makan siang, makan malam, dan makan camilan; tempat makan; makanan pantangan; pertimbangan dalam memilih makanan; cara memperoleh makanan; dan frekuensi makan berdasarkan kelompok makanan). Data sekunder diperoleh dari Direktorat Administrasi dan Pendidikan mengenai data jumlah mahasiswa IPB dan nilai Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) mahasiswa. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan program Microsoft Office Excel dan SPSS. Data dan informasi yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan uji reliabilitas, analisis deskriptif, analisis cluster dan uji regresi logistik. Faktor internal yang diukur dalam penelitian ini adalah usia, jenis kelamin, urutan kelahiran, lama kuliah, suku bangsa, agama, dan uang saku. Mahasiswa yang menjadi partisipan dalam penelitian ini adalah mahasiswa yang berada pada periode remaja dan dewasa awal dengan rentang usia tahun. Proporsi terbesar mahasiswa adalah berjenis kelamin perempuan (58,3%). Dilihat dari lama kuliah (bulan), lama kuliah mahasiswa berkisar antara bulan dengan rata-rata 26,5 bulan. Sebagian besar mahasiswa dalam penelitian ini juga berasal dari sekitar Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek), bersuku Jawa, dan menganut agama Islam. Rata-rata uang saku mahasiswa adalah sebesar Rp ,67 dengan sumber uang saku utama terbesar berasal dari orang tua dan uang saku tambahan berasal dari beasiswa. Karakteristik keluarga, pola asuh makan, dan kelompok acuan adalah faktor eksternal yang dilihat dalam penelitian ini. Berdasarkan karakteristik keluarga, hampir seluruh ayah dan ibu mahasiswa termasuk pada periode dewasa madya. Sebanyak 42,9 persen ayah mahasiswa menempuh pendidikan sampai tingkat perguruan tinggi dan 38,3 persen ibu mahasiswa menempuh pendidikan sampai SMA/sederajat. Sebesar 25,9 persen ayah bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS), sedangkan 59 persen ibu tidak bekerja. Rata-rata pendapatan keluarga mahasiswa setiap bulan adalah Rp ,00 dan rata-

8 rata jumlah anggota kelurga sebesar 4,8 orang. Proporsi terbesar pola asuh makan mahasiswa berada pada kategori sedang (59,2%). Selain itu, hasil penelitian juga menunjukkan bahwa kelompok acuan yang paling banyak dipilih oleh mahasiswa adalah teman (84,2%). Berdasarkan hasil analisis cluster, diperoleh dua tipe gaya hidup yang terbagi menjadi gaya hidup berorientasi pendidikan serta gaya hidup berorientasi hiburan dan kesehatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa gaya hidup berorientasi hiburan dan kesehatan memiliki proporsi lebih tinggi (64,2%) daripada gaya hidup berorientasi pendidikan (35,8%). Sekitar enam dari sepuluh mahasiswa memiliki frekuensi makan tiga kali sehari dengan rata-rata 3 kali sehari. Sementara itu, masih terdapat 33,3 persen mahasiswa yang tidak terbiasa melakukan sarapan, sedangkan kebiasaan makan yang paling tidak pernah dilewatkan oleh hampir seluruh mahasiswa adalah pada waktu makan siang dan makan malam. Selain itu, 67,5 persen mahasiswa juga terbiasa mengonsumsi makanan camilan setiap hari. Sementara tempat yang paling banyak dipilih oleh mahasiswa untuk mengonsumsi makanannya adalah kantin atau warung makan. Berdasarkan hasil uji regresi logistik, diketahui bahwa variabel usia dan jumlah anggota keluarga berpengaruh positif terhadap gaya hidup. Usia mahasiswa yang lebih tinggi dan jumlah anggota keluarga yang lebih besar membuat peluang mahasiswa untuk memiliki gaya hidup berorientasi pendidikan pun akan lebih besar. Sementara itu, peluang untuk memiliki gaya hidup berorientasi hiburan dan kesehatan lebih besar pada mahasiswa yang lebih banyak memilih televisi sebagai kelompok acuannya. Hasil analisis regresi logistik menunjukkan bahwa mahasiswa yang berjenis kelamin laki-laki memiliki peluang lebih tinggi untuk memiliki kebiasaan makan tiga kali sehari. Hal ini dimungkinkan terjadi karena laki-laki dewasa memiliki kebutuhan energi yang lebih tinggi dibandingkan dengan perempuan dewasa. Selain itu, mahasiwa dengan usia ayah dan skor kelompok acuan teman yang lebih tinggi akan memiliki peluang lebih besar untuk memiliki kebiasaan makan tiga kali sehari. Selain memengaruhi kebiasaan makan tiga kali sehari, kelompok acuan teman juga memengaruhi kebiasaan mahasiswa dalam melakukan sarapan. Hasil regresi logistik yang lain juga memerlihatkan bahwa mahasiswa berjenis kelamin laki-laki memiliki peluang lebih tinggi untuk melakukan kebiasaan makan malam, sedangkan mahasiswa berjenis kelamin perempuan memiliki peluang yang lebih tinggi untuk melakukan kebiasaan makan camilan. Ibu yang tidak bekerja juga membuat peluang mahasiswa lebih besar untuk melakukan kebiasaan makan malam daripada mahasiswa dengan ibu yang bekerja. Hal ini dimungkinkan terjadi karena ibu yang tidak bekerja memiliki lebih banyak waktu di rumah sehingga dapat lebih memerhatikan dan menyiapkan makanan untuk keluarganya. Sementara itu, mahasiswa yang menjadikan keluarga sebagai kelompok acuannya memiliki peluang yang lebih besar untuk memiliki kebiasaan makan tiga kali sehari, makan malam, dan makan camilan. Akan tetapi, hasil penelitian juga menunjukkan bahwa tidak ada satupun variabel dalam penelitian ini yang memengaruhi kebiasaan makan siang. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat mengukur gaya hidup dan kebiasaan makan pada periode perkembangan yang lain atau melihat pengaruh faktor-faktor lain yang mungkin dapat memengaruhi gaya hidup serta kebiasaan makan yang belum diukur dalam penelitian ini. Kata kunci: frekuensi makan, kebiasaan sarapan, kebiasaan makan siang, kebiasaan makan malam, kebiasaan makan camilan.

9 Hak Cipta milik IPB, tahun 2012 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

10

11 PENGARUH GAYA HIDUP TERHADAP KEBIASAAN MAKAN MAHASISWA ANITA SAUFIKA Skripsi sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen Fakultas Ekologi Manusia DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012

12

13 Judul Nama NIM : Pengaruh Gaya Hidup terhadap Kebiasaan Makan Mahasiswa : Anita Saufika : I Disetujui, Ir. Retnaningsih, M.Si. Pembimbing I Alfiasari, S.P., M.Si. Pembimbing II Diketahui, Dr. Ir. Hartoyo, M.Sc. Ketua Depertemen Ilmu Keluarga dan Konsumen Tanggal Lulus:

14

15

16 PRAKATA Segala puji serta syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat serta karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Pengaruh Gaya Hidup terhadap Kebiasaan Makan Mahasiswa. Penulisan skripsi ini merupakan syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen. Penulis menyampaikan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini, diantaranya: 1. Ir. Retnaningsih, M.Si. dan Alfiasari S.P., M.Si. selaku dosen pembimbing skripsi atas arahan, masukan, serta ilmu yang diberikan selama proses penyusunan skripsi ini. 2. Megawati Simanjuntak, S.P., M.Si. sebagai dosen pemandu seminar dan Ir. M. D. Djamaludin, M.Si. selaku dosen penguji atas saran serta masukan untuk penyempurnaan skripsi ini. 3. Dr. Ir. Herien Puspitawati M.Sc., M.Sc. atas bimbingan dan dorongan kepada penulis selama menjadi dosen pembimbing pendidikan. 4. Ketua Departemen beserta seluruh jajaran dosen dan staf Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen atas ilmu, pengetahuan, dan bimbingannya selama penulis menjalani masa perkuliahan. 5. Keluarga tercinta, mama, papa, dan adik atas limpahan doa, kasih sayang, serta dukungan yang tiada henti. Dede Juliandar atas doa dan motivasi yang selalu mengalir untuk penulis. 6. Teman-teman FMIPA khususnya Departemen Statistik, Biologi, Fisika, dan Biokimia atas kesediannya menjadi responden dalam penelitian ini. Diah, Putra, Arreza, Eki, Yanti, Taufik, Lilis, Riswan, Nugraha, Azmi, Nurul, dan Vino atas bantuannya selama penulis melakukan turun lapang. 7. Sahabat-sahabat tersayang, Winda Nur Aprianti, Anasril, Anik Nurhayati, Atik Nurwanda, Namira Andiani, dan Suci Dian Firani yang selalu memberikan motivasi dan menemani penulis, baik dalam suka maupun duka. 8. Ruri Setianti, Dini Aprilia, Restu Dwi Prihatina, Restystika Dianeswari, Husfani A, Putri, Cefti Lia, Nadia Nandana, Nadia Naomi, dan Agus Surachman untuk kebersamaan yang penuh dengan tawa, canda, dan semangat yang luar biasa. 9. Elmanora, Mustika Dewanggi, dan seluruh teman-teman IKK 44 atas kebersamaan dan kekompakan yang begitu terasa indah sejak bertemu di semester tiga. Tak lupa untuk seluruh keluarga besar IKK dan HIMAIKO yang telah menjadi bagian dari keluarga penulis selama berada di kampus. 10. Mrs. Medina Rahmawati, Miss Shely Septiana, Miss Dwi Anindita, Miss Lia Widyanti beserta seluruh staf Labschool Pendidikan Karakter IPB-ISFA dan teman-teman magang atas doa serta bimbingannya selama penulis berada di Labschool. 11. Pihak-pihak yang turut membantu proses penyelesaian skripsi ini namun tidak bisa penulis sebutkan satu per satu. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, walaupun demikian penulis tetap mengharapkan skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembacanya. Bogor, April 2012 Penulis

17

18

19 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR LAMPIRAN... ix PENDAHULUAN... 1 Latar Belakang... 1 Perumusan Masalah... 4 Tujuan... 6 Kegunaan... 6 TINJAUAN PUSTAKA... 7 Gaya Hidup... 7 Gaya Hidup dalam Kajian Perilaku Konsumen... 7 Ruang Lingkup Gaya Hidup... 8 Gaya Hidup dan Faktor-faktor Pembentuknya... 9 Kebiasaan Makan...10 Ruang Lingkup Kebiasaan Makan...10 Kebiasaan Makan dan Faktor-faktor Pembentuknya...12 Kebiasaan Makan dalam Ruang Lingkup Perkembangan Remaja dan Dewasa Muda...12 KERANGKA PENELITIAN...15 METODE PENELITIAN...17 Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian...17 Teknik Pengambilan Contoh...17 Jenis dan Cara Pengumpulan Data...18 Pengolahan dan Analisis Data...23 Definisi Operasional...25 HASIL DAN PEMBAHASAN...29 Hasil...29 Faktor Internal...29 Faktor Eksternal...32 Gaya hidup...39 Kebiasaan Makan...42 Faktor-faktor yang Memengaruhi Gaya Hidup...57 Faktor-faktor yang Memengaruhi Kebiasaan Makan...58 Pembahasan...62 SIMPULAN DAN SARAN...69 Simpulan...69 Saran...70 DAFTAR PUSTAKA...71 LAMPIRAN...75

20

21 DAFTAR TABEL Halaman 1 Kategori AIO dari studi mengenai gaya hidup Jenis variabel yang dikumpulkan Sebaran mahasiswa berdasarkan uang saku Sebaran mahasiswa berdasarkan sumber uang saku Sebaran mahasiswa berdasarkan usia orang tua Sebaran mahasiswa berdasarkan pendidikan orang tua Sebaran mahasiswa berdasarkan pekerjaan orang tua Sebaran mahasiswa berdasarkan pendapatan keluarga Sebaran mahasiswa berdasarkan besar keluarga Sebaran mahasiswa berdasarkan pernyataan pola asuh makan Sebaran mahasiswa berdasarkan karakteristik dengan pola asuh makan Sebaran mahasiswa berdasarkan kelompok acuan yang paling banyak dipilih mahasiswa Sebaran mahasiswa berdasarkan kelompok acuan dalam setiap aspek proses perilaku konsumsi Sebaran mahasiwa berdasarkan karakteristik dengan gaya hidup Sebaran mahasiswa berdasarkan gaya hidup dan nilai Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) Sebaran mahasiswa berdasarkan alasan frekuensi makan Sebaran mahasiswa berdasarkan gaya hidup dan frekuensi makan Sebaran mahasiswa berdasarkan nilai indeks prestasi kumulatif (IPK) dan frekuensi makan Sebaran mahasiswa berdasarkan alasan kebiasaan melakukan sarapan, makan siang, dan makan malam Sebaran mahasiswa berdasarkan alasan kebiasaan tidak melakukan sarapan, makan siang, dan makan malam Sebaran mahasiswa berdasarkan tempat sarapan, makan siang, dan makan malam Sebaran mahasiswa berdasarkan alasan pemilihan tempat sarapan, makan siang, dan makan malam Sebaran mahasiswa berdasarkan alasan kebiasaan melakukan makan camilan Sebaran mahasiswa berdasarkan alasan kebiasaan tidak melakukan makan camilan Sebaran mahasiswa berdasarkan tempat makan camilan Sebaran mahasiswa berdasarkan alasan pemilihan tempat makan camilan... 49

22 27 Sebaran mahasiswa berdasarkan pertimbangan dalam memilih makanan Sebaran mahasiswa berdasarkan alasan dan jenis makanan yang dipantang karena faktor agama Sebaran mahasiswa berdasarkan alasan dan jenis makanan yang dipantang karena faktor kesehatan Sebaran mahasiswa berdasarkan alasan dan jenis makanan yang dipantang karena faktor adat Sebaran mahasiswa berdasarkan cara memperoleh makanan Rata-rata skor frekuensi konsumsi mahasiswa berdasarkan kelompok makanan Faktor yang berpengaruh terhadap gaya hidup Faktor yang berpengaruh terhadap kebiasaan makan tiga kali sehari Faktor yang berpengaruh terhadap kebiasaan sarapan Faktor yang berpengaruh terhadap kebiasaan makan siang Faktor yang berpengaruh terhadap kebiasaan makan malam Faktor yang berpengaruh terhadap kebiasaan makan camilan DAFTAR GAMBAR Halaman 1 Karakteristik yang memengaruhi perilaku konsumen Kerangka pemikiran penelitian pengaruh gaya hidup terhadap kebiasaan makan mahasiswa Skema cara penarikan mahasiswa Sebaran mahasiswa berdasarkan asal daerah Sebaran mahasiswa berdasarkan suku bangsa Sebaran mahasiswa berdasarkan agama Sebaran mahasiswa berdasarkan tingkat pola asuh makan Sebaran mahasiswa berdasarkan gaya hidup Sebaran mahasiswa berdasarkan frekuensi makan dalam sehari Sebaran mahasiswa berdasarkan kebiasaan sarapan, makan siang, dan makan malam Sebaran mahasiswa berdasarkan kebiasaan makan camilan Sebaran mahasiswa berdasarkan kebiasaan pantangan DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1 Riwayat hidup... 77

23 PENDAHULUAN Latar Belakang Salah satu kebutuhan pokok manusia adalah pangan. Dalam proses pemenuhan kebutuhan pangan, salah satu aktivitas yang bersifat individual adalah konsumsi pangan. Bagi individu, konsumsi pangan tidak hanya untuk kebutuhan perkembangan tetapi juga untuk kebutuhan kesehatan dan menambah nilai gengsi. Kebutuhan makan menurut Teori Hierarki Kebutuhan Maslow merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang bersifat fisiologis. Sebagai akibat dari rasa lapar atau tubuh merasa kehilangan zat-zat makanan tertentu akan memotivasi manusia untuk berperilaku dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan makan (Sumarwan 2004). Makanan atau susunan hidangan berfungsi pula untuk memenuhi kebutuhan sosial manusia. Maslow mengemukakan berbagai tingkat kebutuhan sosial manusia yang telah ada sejak manusia dilahirkan akan berkembang seiring bertambahnya usia. Kebutuhan sosial yang terbawa sejak lahir ini juga dapat disebut sebagai naluri atau instinct sosial, yaitu naluri untuk hidup, naluri untuk perasaan aman, naluri untuk diakui kelompok, naluri untuk gengsi, dan naluri untuk menonjolkan diri (Suhardjo 1989). Makanan sehari-hari akan sangat menentukan kualitas kesehatan seseorang. Oleh karena itu, sudah seharusnya setiap individu memperhatikan apa yang dimakannya setiap hari. Kebutuhan makan juga bukan hanya untuk menumbuhkan badan secara fisik tetapi juga memengaruhi kecerdasan serta kondisi psikologis seseorang. Pola pemenuhan kebutuhan makan selanjutnya menjadi perilaku yang bisa disebut dengan perilaku makan. Perilaku makan merupakan tingkah laku yang dapat diamati dan dilakukan individu dalam rangka memenuhi kebutuhan makan yang merupakan kebutuhan dasar individu dan juga merupakan reaksi terhadap stimulus yang berasal dari dalam serta luar diri individu. Saat ini trend yang terjadi di kalangan anak usia remaja dan dewasa muda adalah lebih terbiasa mengonsumsi makanan cepat saji atau makanan yang tidak dipersiapkan dari rumah. Perubahan pola makan menjurus ke sajian siap santap yang tidak sehat dan tidak seimbang membawa konsekuensi terhadap kejadian perubahan status gizi menuju gizi lebih yang secara umum dikenal dengan obesitas. Hal ini disebabkan makanan tersebut mengandung kalori, lemak, protein, dan garam tinggi tapi rendah serat pangan. Pada akhirnya

24 2 kebiasaan tersebut akan mengakibatkan meningkatnya resiko berkembangnya penyakit degeneratif seperti jantung, diabetes mellitus, kanker, dan hipertensi (Nurlita ). Perilaku konsumsi individu dipengaruhi oleh berbagai faktor. Salah satu faktor yang memengaruhi perilaku konsumsi seseorang adalah gaya hidup. Penelitian yang dilakukan oleh Phujiyanti (2004) menemukan bahwa gaya hidup thinker, experiencer, dan believer berhubungan dengan kebiasaan sarapan mahasiswa. Hasil penelitian Jelinic, Nola, dan Matanic (2008) juga menyebutkan bahwa tempat mengonsumsi makanan, frekuensi konsumsi daging, dan aktivitas fisik memengaruhi gaya hidup dan kebiasaan makan. Sementara itu, gaya hidup juga dapat memengaruhi status zat gizi, pola konsumsi, dan tingkat konsumsi zat gizi remaja (Sundari 2003). Temuan-temuan tersebut menegaskan bahwa gaya hidup memengaruhi perilaku konsumsi seseorang Perubahan gaya hidup juga dapat membawa perubahan pada selera, kebiasaan, dan perilaku pembelian. Menurut Engel, Blackwell, dan Miniard (1994), gaya hidup merupakan konsep yang kontemporer, lebih komprehensif, dan lebih berguna daripada kepribadian. Seperti yang dikemukakan oleh Kotler dan Amstrong (2008), gaya hidup seseorang menunjukkan pola kehidupan orang yang bersangkutan di dunia ini sebagaimana tercermin dalam kegiatan, minat, dan pendapatnya. Lebih lanjut Kotler dan Amstrong (2008) juga mengatakan bahwa gaya hidup mencerminkan keseluruhan orang tersebut dalam interaksinya dengan lingkungannya. Interaksi seseorang dengan lingkungannya tak lepas dari pengaruh orang-orang dan keadaan di sekitarnya. Jenis kelamin, status pernikahan, pendapatan, dan tempat domisili merupakan faktor-faktor yang memengaruhi gaya hidup konsumen di Thailand (Suwanvijit & Promsa-ad 2009). Penelitian tersebut juga mengindikasikan bahwa gaya hidup konsumen terbagi menjadi lima kelompok, yaitu gaya hidup yang berorientasi pada pergaulan, ketergantungan dalam pengambilan keputusan, kesadaran ekonomi, kebutuhan, dan kesempatan. Individu dengan orientasi gaya hidup yang berbeda juga akan memiliki perilaku pembelian dan konsumsi yang berbeda. Gaya hidup setiap individu akan dapat berbeda-beda walaupun berasal dari lingkungan keluarga dan budaya yang sama. Hal ini menunjukkan bahwa 1 Nurlita H Diambil dari makalah berjudul Mari Lakukan Pengendalian Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah Melalui Pola Makan Bergizi Seimbang. Jakarta: Direktorat Bina Gizi Masyarakat Depkes. Diakses melalui http//depkes.go.id.

25 3 gaya hidup dipengaruhi oleh berbagai faktor. Selain faktor-faktor yang ada dalam dirinya (faktor internal), faktor-faktor lain di luar dirinya (faktor eksternal) pun turut memengaruhi aktivitas, minat, dan pendapatnya dalam menjalani kehidupan sehari-hari serta dalam berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. Gaya hidup individu dapat berubah dan menurut Schiffman dan Kanuk (2004), berubahnya gaya hidup memainkan peran utama dalam menentukan manfaat produk yang penting bagi konsumen. Pada periode dewasa, individu akan menetapkan gaya hidup yang dijalaninya (Turner & Helms 1986). Salah satu kelompok usia dalam masa perkembangan adalah periode remaja dan dewasa muda. Periode remaja adalah saat-saat seseorang akan mencari identitas dirinya. Pada periode berikutnya, yaitu dewasa muda, individu sudah terlepas dari keluarganya atau sudah mengalami tahap launching. Pada periode ini juga individu akan beradaptasi dengan keadaan dan lingkungan yang baru. Kebiasaan-kebiasaan yang terbentuk dari lingkungan sebelumnya akan memengaruhi perilakunya sehari-hari yang kemudian membentuk gaya hidupnya. Dewasa muda juga dikatakan sebagai periode seseorang untuk bekerja dan berprestasi baik fisik, mental, maupun intelektual secara maksimal. Oleh karena itu, diperlukan gizi yang tepat dan cukup untuk dapat beraktivitas sesuai dengan tugas perkembangannya. Idealnya, pada periode ini telah terbentuk ideal eating habits dan ideal body weight pada masing-masing diri individu. Individuindividu yang berada pada tahap usia dewasa muda memiliki aktivitas yang tinggi sehingga asupan makanan yang dibutuhkannya pun berbeda. Sementara itu, pada periode remaja gangguan-gangguan psikologis akibat gangguan makan, seperti anoreksia nervosa dan bulimia, seringkali muncul. Kebiasaan makan pada periode remaja dan dewasa muda ini penting untuk diperhatikan karena akan memengaruhi keoptimalan fungsi sistem organ selama proses penuaan. Gaya hidup serta perilaku yang tidak mendukung konsumsi makanan yang sehat dan bergizi menyebabkan individu kurang mengontrol makanan yang dikonsumsinya. Gaya hidup memengaruhi kebiasaan makan seseorang atau sekelompok orang dan berdampak tertentu (positif atau negatif) khususnya berkaitan dengan gizi (Suhardjo 1989). Pada umumnya, mahasiswa merupakan sekelompok individu yang termasuk dalam periode dewasa muda. Periode dewasa muda ini adalah periode proses peralihan dari remaja menuju dewasa. Menurut Suhardjo (1989), pada umumnya remaja mempunyai kebiasaan makan yang kurang baik. Beberapa

26 4 remaja khususnya remaja putri sering mengonsumsi makanan dalam jumlah yang tidak seimbang dibandingkan dengan kebutuhannya karena takut mengalami kegemukan. Penelitian Hurlock (1997) juga menunjukan bahwa remaja suka sekali jajan makanan ringan, terutama kue-kue yang manis. Sementara itu golongan sayur-sayuran dan buah-buahan yang mengandung banyak vitamin dan mineral tidak populer dikalangan remaja. Remaja memliki tingkat konsumsi yang rendah terhadap sayur dan buah-buahan (Sop et al. 2010). Remaja seharusnya memiliki kebiasaan makan yang baik agar status gizinya juga baik (Suhardjo 1989). Selain itu kebiasaan makan yang terbentuk saat di akhir periode remaja juga akan memengaruhi kebiasaan makan seseorang saat dewasa, karena kebiasaan makan terbentuk sejak dini dan akan terbawa sampai waktu yang akan datang. Hasil penelitian Jelinic, Nola, dan Matanic (2008) menyebutkan bahwa tinggal sendiri atau indekos membuat mahasiswa lebih tidak terbiasa untuk melakukan kebiasaan sarapan. Selain itu, mahasiswa yang tidak tinggal di rumah juga lebih terbiasa untuk makan di kantin, sedangkan mahasiswa yang tinggal di rumah lebih terbiasa untuk mengonsumsi makanan yang sudah disediakan dirumah. Sarapan merupakan kebiasaan yang paling sering dilewatkan mahasiswa, dibandingkan dengan kebiasaan makan siang dan makan malam (Phujiyanti 2004). Penelitian Mustopa (2003) juga menemukan bahwa overweight lebih banyak terjadi pada mahasiswa berjenis kelamin laki-laki, sedangkan tubuh yang kurus lebih banyak dimiliki oleh mahasiswa berjenis kelamin perempuan. Berdasarkan pemaparan di atas, gaya hidup dan kebiasaan makan mahasiswa merupakan hal yang penting untuk diperhatikan. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh gaya hidup terhadap kebiasaan makan mahasiswa. Perumusan Masalah Salah satu periode pada dewasa muda adalah masa-masa mahasiswa. Mahasiswa memiliki karakteristik dan berasal dari latar belakang keluarga serta budaya yang beragam sehingga memiliki perilaku dan kebiasaan yang berbeda. Banyak faktor yang memengaruhi perilaku konsumsinya, seperti aktivitas serta pendapatan mereka. Tidak jarang perilaku konsumsi ini juga dipengaruhi oleh gaya hidup yang dibawanya dari rumah masing-masing maupun gaya hidup yang sudah dipengaruhi oleh lingkungan sekitar mereka yang baru.

27 5 Salah satu contoh, karena aktivitas yang seringkali dimulai sejak pagi hari, banyak mahasiswa yang tidak membiasakan diri untuk makan pagi. Padahal makan pagi atau sarapan sangat bermanfaat bagi setiap orang. Bagi orang dewasa, makan pagi dapat memelihara ketahanan fisik, mempertahankan daya tahan saat bekerja dan meningkatkan produktivitas kerja (Soekirman & Atmawikarta 2011). Aktivitas yang tinggi juga membuat mahasiswa hanya memiliki sedikit waktu untuk membuat perencanaan menu atau menyiapkan makanan sendiri sehingga lebih sering mengonsumsi makanan yang telah diolah. Selain itu, saat ini makanan yang dijual di sekitar lingkungan para mahasiswa pun semakin beragam. Baik makanan pokok maupun makanan jajanan diolah dan dikemas semenarik mungkin agar mendapat perhatian lebih. Hal ini akan memengaruhi kebiasaan makan para mahasiswa. Makanan yang dapat langsung dikonsumsi tersebut membuat mahasiswa semakin memilih untuk makan di luar daripada di rumah atau indekos. Tidak jarang, makanan yang dipilih untuk diolah sendiri pun adalah makanan instan atau menggunakan bumbu yang siap pakai. Mie instan adalah salah satu contoh makanan favorit bagi para mahasiswa yang tidak memiliki banyak waktu untuk mengolah makanannya sendiri ataupun bagi mahasiswa yang memiliki uang saku dengan jumlah terbatas. Selain dapat dimasak dengan cepat, harganya yang murah, serta mudah diperoleh, mie instan juga dianggap dapat memenuhi kebutuhan karbohidrat yang diperlukan tubuh. Tingkat kesehatan dan kebutuhan gizi seringkali tidak menjadi perhatian utama dalam mengonsumsi makanan. Hal ini dapat disebabkan karena berbagai faktor, diantaranya adalah waktu yang tersedia untuk makan dan keterbatasan ekonomi. Berdasarkan hal-hal tersebut, permasalahan yang akan dijawab dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana gaya hidup mahasiswa? 2. Bagaimana kebiasaan makan mahasiswa? 3. Bagaimana pengaruh faktor internal dan faktor eksternal terhadap gaya hidup mahasiswa? 4. Bagaimana pengaruh faktor internal, faktor eksternal, dan gaya hidup terhadap kebiasaan makan mahasiswa? Tujuan Penelitian Tujuan Umum Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh gaya hidup terhadap kebiasaan makan mahasiswa.

28 6 Tujuan Khusus 1. Mengidentifikasi gaya hidup mahasiswa. 2. Mengidentifikasi kebiasaan makan mahasiswa. 3. Menganalisis pengaruh faktor internal dan faktor eksternal terhadap gaya hidup mahasiswa. 4. Menganalisis pengaruh faktor internal, faktor eksternal, dan gaya hidup terhadap kebiasaan makan mahasiswa Kegunaan Penelitian Kegunaan penelitian ini diantaranya adalah: 1. Peneliti Penelitian ini bermanfaat untuk menerapkan pengetahuan yang selama ini diperoleh untuk menganalisis gaya hidup konsumen. 2. Konsumen Mahasiswa sebagai konsumen diharapkan dapat memilih gaya hidup dan kebiasaan makan yang lebih baik lagi setelah mendapatkan informasi dari penelitian ini. 3. Institusi Pihak institusi terkait dapat menggunakan penelitian ini sebagai informasi mengenai gaya hidup dan kebiasaan makan mahasiswa. 4. Ilmu pengetahuan Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang gaya hidup mahasiswa beserta pengaruhnya terhadap kebiasaan makan agar dapat menjadi dasar bagi penelitian-penelitian selanjutnya yang terkait dengan gaya hidup dan kebiasaan makan.

29 7 TINJAUAN PUSTAKA Gaya Hidup Gaya Hidup dalam Kajian Perilaku Konsumen Engel, Blackwell, dan Miniard (1994) mengatakan bahwa perilaku konsumen adalah tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengonsumsi, dan menghabiskan produk dan jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan menyusul tindakan tersebut yang dipengaruhi perbedaan individu, proses psikologis dan pengaruh lingkungan. Perilaku konsumen ini dapat dilhat dan diamati karena merupakan proses pengulangan yang terjadi dan membentuk pola tersendiri. Selain itu, Sumarwan (2004) juga mengatakan bahwa perilaku konsumen merupakan semua kegiatan, tindakan, serta proses psikologis yang mendorong tindakan tersebut pada saat sebelum membeli, ketika membeli, menggunakan, menghabiskan barang atau jasa. Proses pengambilan keputusan konsumen juga dipengaruhi berbagai faktor. Pembelian konsumen sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor kultural, sosial, pribadi, dan psikologis. Faktor kultural meliputi budaya, subbudaya, dan kelas sosial. Lalu faktor sosial meliputi kelompok acuan, keluarga, serta peran dan status. Selanjutnya faktor pribadi terdiri dari usia dan tahap daur hidup, jabatan, keadaan ekonomi, gaya hidup, kepribadian, dan konsep diri. Sedangkan di dalam faktor psikologis meliputi motivasi, persepsi, pengetahuan, kepercayaan, dan sikap (Kotler & Amstrong 2008). Gaya hidup termasuk dalam faktor pribadi yang memengaruhi pembelian konsumen sehingga individu-individu yang memiliki gaya hidup yang berbeda akan memiliki proses pengambilan keputusan yang berbeda. Gambar 1 memerlihatkan karakteristik yang memengaruhi perilaku konsumen. Kultural - kultural - sub kultur - kelas sosial Sosial - kelompok acuan - keluarga - peran & status Pribadi - usia & tahap daur hidup - jabatan - keadaan ekonomi - gaya hidup - kepribadian - konsep diri Psikologis - motivasi - persepsi - belajar - kepercayaan - sikap Pembeli Gambar 1 Karakteristik yang memengaruhi perilaku konsumen Sumber: Kotler dan Amstrong (2008)

30 8 Memahami gaya hidup konsumen akan sangat bermanfaat bagi pemasar. Terdapat empat manfaat yang dapat diperoleh pemasar dari pemahaman gaya hidup konsumen. Pertama, pemasar dapat menggunakan gaya hidup konsumen untuk melakukan segmentasipasar sasaran. Kedua, pemahaman gaya hidup konsumen juga akan membantu dalam memposisikan produk di pasar dengan menggunakan iklan. Ketiga, jika gaya hidup telah diketahui, maka pemasar dapat menempatkan iklan produknya pada media-media yang paling cocok. Keempat, mengetahui gaya hidup konsumen, berarti pemasar dapat mengembangkan produk sesuai dengan tuntutan gaya hidup mereka (Sutisna 2001). Ruang Lingkup Gaya Hidup Engel, Blackwell, dan Miniard (1994) menyatakan bahwa gaya hidup didefinisikan sebagai pola dimana orang hidup dan menghabiskan waktu serta uang. Kotler (2000) juga mengatakan bahwa gaya hidup merupakan pola hidup seseorang yang dinyatakan dalam tiga hal, yakni cara menggunakan waktunya, sikap, dan pendapatnya mengenai diri dan lingkungannya. Mowen dan Minor (1998) mendefinisikan gaya hidup sebagai bagaimana orang-orang hidup, menggunakan uangnya, dan mengalokasikan waktu mereka. Gaya hidup seseorang menunjukkan pola kehidupan orang yang bersangkutan di dunia ini sebagaimana tercermin dalam kegiatan, minat, dan pendapatnya. Gaya hidup mencerminkan keseluruhan orang tersebut dalam interaksinya dengan lingkungannya. Gaya hidup seseorang merangkum sesuatu yang lebih daripada kelas sosial seseorang, kita dapat menduga beberapa hal mengenai perilaku orang tersebut tetapi tidak banyak mengenai kegiatan, minat, dan bakatnya. Gaya hidup menggambarkan seluruh pola seseorang dalam beraksi dan berinteraksi di dunia (Kotler & Amstrong 2008). Secara luas, gaya hidup didefinisikan sebagai cara hidup yang diidentifikasikan oleh bagaimana orang menghabiskan waktu mereka (aktivitas), apa yang mereka anggap penting dalam lingkungannya (ketertarikan), dan apa yang mereka pikirkan tentang diri mereka sendiri (pendapat). Gaya hidup suatu individu akan bergerak dinamis dari masa ke masa. Namun demikian, gaya hidup tidak cepat berubah sehingga pada kurun waktu tertentu gaya hidup relatif permanen (Sutisna 2001). Gaya hidup juga dapat menentukan bentuk pola konsumsi pangan. Gaya hidup memengaruhi kebiasaan makan seseorang atau

31 9 sekelompok orang dan berdampak tertentu (positif atau negatif) khususnya berkaitan dengan gizi (Suhardjo 1989). Menurut Hawkins, Best, dan Coney (2001), gaya hidup biasanya diukur menggunakan teknik psikografik. Teknik ini fokus mengukur kegiatan (activities), minat (interest), dan opini (opinion) individu yang biasa disebut dengan AIO inventories. Pernyataan AIO (activities, interest, opinion) di dalam AIO inventories dapat bersifat umum atau spesifik. Dalam melakukan pengukuran AIO inventories konsumen ditanya apakah mereka sangat setuju, setuju, netral, tidak setuju, atau sangat tidak setuju (Engel, Blackwell, dan Miniard 1994). Kategori AIO dari studi mengenai gaya hidup dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 Kategori AIO dari studi mengenai gaya hidup Activities (Kegiatan) Interest (Minat) Opinion (Opini) Demografi Kerja Hobi Peristiwa sosial Liburan Hiburan Keanggotaan klub Komunitas Berbelanja Olahraga Keluarga Rumah Pekerjaan Komunitas Rekreasi Mode Makanan Media Prestasi Diri mereka sendiri Isu sosial Politik Bisnis Ekonomi Pendidikan Produk Masa depan Budaya Usia Pendidikan Pendapatan Pekerjaan Ukuran keluarga Tempat tinggal Geografi Ukuran kota Tahap di dalam siklus kehidupan Sumber: Plummer (1974) dalam Engel, Blackwell, dan Miniard (1994) Gaya Hidup dan Faktor-faktor Pembentuknya Orang menggunakan konsep seperti gaya hidup untuk menganalisis peristiwa yang terjadi di sekitar diri mereka serta untuk menafsirkan dan meramalkan suatu peristiwa. Orang-orang yang berasal dari sub budaya, kelas sosial, dan pekerjaan yang sama dapat memiliki gaya hidup yang berbeda. (Engel, Blackwell, dan Miniard 1994, Kotler 1985). Faktor internal dan eksternal individu memengaruhi gaya hidup. Menurut Hawkins, Best, dan Coney (2001), faktor-faktor yang memengaruhi gaya hidup adalah budaya, nilai, karakteristik demografi, subbudaya, kelas sosial, kelompok acuan, keluarga, motivasi, emosi, dan kepribadian. Lalu menurut hasil penelitian Suwanvijit dan Promsa-ad (2009) yang dilakukan di Thailand, ditemukan bahwa faktor-faktor yang memengaruhi gaya hidup adalah usia, jenis kelamin, status pernikahan, agama, pekerjaan, pendapatan, dan besar keluarga. Suhardjo (1989) mengatakan bahwa gaya hidup adalah hasil penyaringan dari serentetan interaksi sosial, budaya, dan keadaan. Gaya hidup merupakan

32 10 hasil pengaruh beragam variabel bebas yang terjadi dalam keluarga atau rumah tangga. Faktor-faktor yang merupakan masukan (input) bagi terbentuknya suatu gaya hidup adalah penghasilan, pendidikan, lingkungan hidup (kota atau desa), susunan keluarga, pekerjaan, suku bangsa, kepercayaan atau agama, pendapat tentang kesehatan, pengetahuan gizi, produksi pangan, sistem distribusi, dan banyak hal lagi faktor sosiopolitik yang bersangkutan. Kebiasaan Makan Ruang Lingkup Kebiasaan Makan Kebiasaan makan ialah tingkah laku manusia atau sekelompok manusia dalam memenuhi kebutuhannya akan makan yang meliputi sikap, kepercayaan, dan pemilihan makanan. Kebiasaan makan dalam kelompok memberikan dampak pada distribusi makanan antar anggota kelompok (Khumaidi 1988). Kebutuhan makan tidak hanya bermanfaat untuk menumbuhkan badan secara fisik tetapi juga memengaruhi kecerdasan serta kondisi psikologis seseorang. Suhardjo (1989) mendefinisikan perilaku makan sebagai cara individu memilih pangan dan mengonsumsinya sebagai reaksi terhadap pengaruh fisiologis, psikologis, sosial, dan budaya. Khumaidi (1988) juga menyatakan bahwa kebiasaan makan adalah rakitan-rakitan dari bermacam-macam segi yang bersifat multidimensional. Kebiasaan makan adalah berupa apa, oleh siapa, untuk siapa, kapan, dan bagaimana makanan siap di atas meja untuk disantap. Cara seseorang atau kelompok memilih dan memakannya sebagai tanggapan terhadap pengaruh fisiologis, psikologis, budaya, dan sosial juga disebut kebiasaan makan (Suhardjo et al. 1998). Frekuensi makan yang baik adalah tiga kali dalam sehari yang terdiri dari sarapan pagi, makan siang, dan makan malam. Menurut Khomsan (2003), apabila kita makan hanya satu atau dua kali per hari, sulit secara kuantitas dan kualitas untuk memenuhi kebutuhan gizi. Keterbatasan lambung menyebabkan kita tidak bisa makan sekaligus dalam jumlah banyak. Berdasarkan waktu makan, kebiasaan dibagi menjadi tiga, yaitu sarapan pagi, makan siang, dan makan malam. Sarapan pagi ialah makan di waktu pagi dengan tujuan untuk persiapan bekerja. Sarapan pagi biasanya lebih sedikit karena selera makan belum begitu besar. Makan siang artinya makan di waktu siang dengan tujuan untuk menghilangkan rasa lapar setelah beraktivitas. Makan siang biasanya paling

33 11 sering dilakukan sebab pada umumnya aktivitas sejak pagi membuat individu merasa lapar sehingga selera makan sangat tinggi. Makan malam artinya makan pada waktu malam dengan tujuan untuk mempersiapkan terjadinya proses pembakaran untuk menghasilkan energi yang diperlukan pada saat tidur. Karena dalam keadaan tidur energi tersebut dipergunakan untuk menggerakan paru-paru, jantung, serta organ tubuh lainnya. Selain itu, terdapat juga kebiasaan makan camilan, yaitu masakan yang dimakan sepanjang hari tidak terbatas pada waktu, tempat, dan jumlah yang dimakan. Tujuannya ialah untuk pengurangan rasa lapar walaupun tidak mutlak, menambah zat-zat yang tidak ada atau kurang pada makanan utama dan lauk-pauknya, serta sebagai hiburan (Moertjipto, Rumijah, & Astuti 1993). Setiap orang dianjurkan makan makanan yang cukup mengandung energi, agar dapat hidup dan melaksanakan kegiatan sehari-hari, seperti bekerja, belajar, berolah raga, berekreasi, kegiatan sosial, dan kegiatan yang lain. Kebutuhan energi dapat dipenuhi dengan mengonsumsi makanan sumber karbohidrat, protein dan lemak (Soekirman & Atmawikarta 2011). Konsumsi makan yang baik haruslah beraneka ragam dan terdiri dari sumber karbohidrat, protein (hewani dan nabati), vitamin, dan mineral. Dalam mengkaji kebiasaan makan, jenis makanan perlu diperhatikan karena untuk memenuhi kebutuhan makanan individu, diperlukan pemenuhan gizi yang seimbang. Makanan yang beragam, bergizi, dan berimbang merupakan hal yang penting untuk diperhatikan oleh setiap individu dalam melakukan kebiasaan makannya. Karena tubuh tidak hanya membutuhkan satu jenis makanan saja. Makanan yang sehat harus mengandung unsur-unsur gizi yang diperlukan oleh tubuh. Makanan yang beragam dijamin dapat member manfaat yang lebih besar terhadap kesehatan (Khomsan & Anwar 2008). Pengelompokan jenis makanan ini diantaranya adalah makanan pokok, lauk-pauk, sayuran, buahbuahan, dan makanan jcamilan. Pantangan ialah suatu larangan untuk mengonsumsi jenis makanan tertentu, karena terdapat ancaman bahaya atau hukuman apabila dilanggar. Pantangan berdasarkan larangan agama bersifat absolut dan tidak bisa ditawar lagi oleh penganut agama tersebut. Selain pantangan karena agama, ada juga pantangan yang sudah diwariskan dari leluhur melalui orang tua dan akan berlanjut sampai generasi-generasi berikutnya. Individu yang menganut pantangan ini biasanya percaya bahwa pantangan tersebut dilanggar akan

34 12 memberikan kerugian yang menurutnya sebagai suatu hukuman (Suhardjo 1989). Keadaan (status) kesehatan juga sangat memengaruhi kebiasaan makan. Individu dengan penyakit tertentu biasanya dianjurkan untuk menghindari beberapa jenis makanan (Khumaidi 1988). Keadaan yang bersifat terpaksa ini tidak jarang mengakibatkan menurunnya konsumsi zat gizi. Kebiasaan Makan dan Faktor-faktor Pembentuknya Kebiasaan makan mulai terbentuk sejak kecil, saat anak berada dalam lingkungan keluarganya. Akan tetapi perilaku konsumsi tidak hanya dipengaruhi oleh faktor lingkungan keluarga, masih ada faktor-faktor lain yang memengaruhinya. Kebiasaan makan ini dapat dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal dapat terdiri dari kondisi fisiologis dan psikologis. Sedangkan faktor eksternal antara lain terdiri dari kondisi sosial budaya, gaya hidup, perubahan sosial, faktor ekonomi, dan perubahan teknologi. Setiap individu juga mengalami proses pembelajaran dalam perilaku konsumsi makan. Hal inilah yang menyebabkan kebiasaan makan seseorang dapat berubah karena semakin dewasa seseorang maka faktor-faktor yang memengaruhinya pun semakin banyak dan kompleks. Menurut Khumaidi (1988), pada dasarnya ada dua faktor yang memengaruhi kebiasaan makan, yaitu faktor ekstrinsik dan faktor intrinsik. Kebiasaan makan individu, kelarga, dan masyarakat dipengaruhi oleh faktor budaya (cara-cara seseorang berfikir, berperasaan, dan berpandangan tentang makanan), faktor lingkungan sosial (segi kependudukan dengan susunan, strata, dan sifat-sifatnya), faktor lingkungan ekonomi (daya beli, ketersediaan uang), lingkungan ekologi (kondisi tanah, iklim, lingkungan biologi, sistem usaha tani, dan system pasar), faktor ketersediaan bahan makanan (kondisi-kondisi yang bersifat hasil karya manusia), serta faktor pengembangan teknologi. Kebiasaan Makan dalam Ruang Lingkup Perkembangan Remaja dan Dewasa Muda Periode dewasa dikatakan sebagai periode terpanjang dalam siklus kehidupan. Selama periode dewasa yang panjang ini, perubahan-perubahan fisik dan psikologis terjadi pada waktu-waktu yang dapat diramalkan seperti masa kanak-kanak dan masa remaja (Hurlock 1980). Periode dewasa muda merupakan masa peralihan dari remaja menuju dewasa. Berbagai permasalahan yang ada pada periode remaja juga dapat terbawa hingga periode dewasa muda

35 13 ini. Gangguan makan merupakan masalah yang seringkali terlihat pada individu yang berada pada periode remaja. Gangguan makan adalah suatu hal yang kompleks, melibatkan keturunan genetis, faktor fisiologis, kognitif, dan pengalaman yang diperoleh dari lingkungan Tiga gangguan makan yang paling menonjol adalah anoreksia nervosa, bulimia, dan obesitas (Santrock 2003). Anoreksia nervosa adalah gangguan makan karenan adanya keinginan yang keras untuk mendapatkan tubuh yang kurus dengan cara melaparkan diri. Anoreksia nervosa terutama terjadi pada perempuan selama masa remaja dan masa dewasa awal. Mereka terus membuat diri mereka kelaparan dan jumlah lemak di dalam tubuh terus menurun sampai batas minimum, sehingga pada kondisi ini menstruasi biasanya terhenti. Bulimia merupakan pola makan berlebihan dan memuntahkannya kembali secara teratur. Faktor-faktor sosial, psikologis, dan fisiologis diyakini menjadi penyebab gangguan makan ini. Penderita bulimia terus makan dalam jumlah yang banyak dan kemudian mengeluarkan dengan memuntahkannya kembali atau dengan menggunakan obat pencahar. Pada umumnya penderita bulimia adalah perempuan. Penderita anoreksia dapat mengendalikan diri dalam hal makan, sedangkan bulimia tidak. Depresi adalah karakteristik yang umum dari penderita bulimia (Santrock 2003). Obesitas pada remaja melibatkan pengaruh keturunan genetis, mekanisme fisiologis, faktor kognitif, dan pengaruh lingkungan. Pengaruh pola makan barat yang tinggi kalori dan rendah serat serta peningkatan teknologi merubah gaya hidup yang tanpa perlu banyak aktivitas tubuh yang menjadi penyebab masalah gizi lebih (Adiningsih 2003). Para pekerja medis dan psikolog semakin memilik keprihatinan terhadap bahaya kesehatan yang diakibatkan oleh obesitas. Pola makan yang terbentuk di masa kanak-kanak dan remaja sangat berhubungan dengan obesitas di masa dewasa, sebesar 80 persen remaja yang mengalami obesitas akan terus menjadi orang dewasa yang juga mengalami obesitas (Santrock 2003). Hal ini menunjukkan bahwa gangguan-gangguan makan yang terbentuk saat remaja akan terus berlanjut sampai dewasa dan akan sulit untuk disembuhkan.

36 14

37 15 KERANGKA PEMIKIRAN Gaya hidup merupakan aktivitas, minat, dan pendapat individu dalam kehidupan sehari-hari yang diukur menggunakan teknik psikografik. Berbagai faktor dapat memengaruhi terbentuknya gaya hidup seorang individu, baik faktor internal maupun faktor eksternal. Fakor internal yang memengaruhi gaya hidup berasal dari karakteristik individu itu sendiri, yaitu usia, jenis kelamin, urutan kelahiran, suku bangsa, pendidikan, pendapatan, dan agama. Sementara itu karakteristik keluarga, pola asuh makan, dan kelompok acuan adalah faktor eksternal yang diteliti dalam penelitian ini. Karakteristik keluarga yang diteliti meliputi pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua, pendapatan orang tua, dan besar keluarga. Teori psikografik merupakan konsep yang digunakan untuk mengukur gaya hidup. Aktivitas, minat, dan opini seorang individu dilihat untuk menentukan gaya hidupnya. Selanjutnya gaya hidup tersebut akan memengaruhi kebiasaan makan karena diduga aktivitas, minat, dan opini seseorang akan memengaruhi frekuensi makan; kebiasaan sarapan, makan siang, makan malam, dan makan camilan; tempat individu mengonsumsi makanannya; pertimbangan dalam memillih makanan; makanan pantangan; cara memperoleh makanan; dan frekuensi konsumsi individu berdasarkan kelompok makanan. Individu dengan gaya hidup yang berbeda juga diduga memiliki kebiasaan makan yang berbeda pula. Selain gaya hidup, faktor internal dan eksternal juga diduga akan memengaruhi kebiasaan makan. Secara lengkap kerangka pemikiran pengaruh gaya hidup terhadap kebiasaan makan mahasiswa dapat dilihat pada Gambar 2.

38 16 Faktor Internal - usia - jenis kelamin - urutan kelahiran - lama kuliah - suku bangsa - agama - uang saku Faktor Eksternal - karakteristik keluarga - pola asuh makan - kelompok rujukan Gaya Hidup - aktivitas - minat - opini Kebiasaan Makan - Frekuensi makan - Kebiasaan sarapan, makan siang, makan malam, dan makan camilan - Tempat makan - Makanan pantangan - Pertimbangan dalam memilih makanan - Cara memperoleh makanan - Frekuensi konsumsi berdasarkan kelompok makanan Gambar 2 Kerangka pemikiran penelitian pengaruh gaya hidup terhadap kebiasaan makan mahasiswa

39 17 METODE PENELITIAN Desain, Lokasi dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study, yaitu penelitian yang dilakukan pada kurun waktu tertentu dan tidak berkelanjutan. Institut Pertanian Bogor (IPB) dipilih secara purposive sebagai tempat penelitian dengan pertimbangan bahwa IPB merupakan kampus yang memiliki mahasiswa terbanyak di Bogor. Pengambilan data berlangsung sejak akhir bulan September hingga akhir bulan Oktober Teknik Pengambilan Contoh Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa mayor minor IPB Tahun Ajaran 2011/2012 yang terdiri dari mahasiswa semester tiga, lima, dan tujuh. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) terpilih sebagai tempat dilakukannya penelitian dengan pengambilan contoh secara acak fakultas yang ada di IPB. Selanjutnya empat departemen di FMIPA terpilih secara acak dari delapan departemen yang ada dan terpilihlah Departemen Statistik, Biologi, Fisika, dan Biokimia. Jumlah contoh yang diambil untuk penelitian ini ditentukan dengan menggunakan rumus Slovin seperti berikut (Umar 2000): contoh keterangan: n = jumlah contoh yang diambil N = jumlah populasi e = taraf nyata 0,09 Perhitungan menggunakan rumus Slovin tersebut menghasilkan jumlah mahasiswa yang menjadi contoh penelitian minimal sebesar 117 orang. Namun dalam penelitian ini mahasiswa yang dilibatkan sebagai contoh penelitian berjumlah 120 orang. Selanjutnya, pengambilan contoh dilakukan melalui metode cluster random sampling dengan proporsi 30 contoh pada setiap departemen yang terpilih. Contoh selanjutnya akan disebut dengan mahasiswa. Skema pengambilan contoh pada penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3.

40 18 IPB ( orang ) acak sederhana FMIPA (1938 orang) acak sederhana Statistika (278 orang) Biologi (365 orang) Fisika (202 orang) Biokimia 263 orang) n=30 n=30 n=30 n=30 cluster random sampling Gambar 3. Skema cara penarikan contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer dikumpulkan melalui kuesioner yang terdiri dari variabel-variabel penelitian sebagai berikut: 1. Faktor internal Faktor internal contoh dalam penelitian ini meliputi usia, jenis kelamin, urutan dalam keluarga, departemen, fakultas, lama kuliah, asal daerah, suku bangsa, uang saku, dan sumber uang saku. Seluruh faktor internal ini ditanyakan dalam bentuk pertanyaan terbuka, sehingga contoh dapat mengisi langsung sesuai dengan karakteristiknya masing-masing. 2. Faktor eksternal Faktor eksternal contoh dalam penellitian ini adalah karakteristik keluarga, pola asuh makan, dan kelompok acuan. Karakteristik keluarga yang dilihat adalah pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua, pendapatan orang tua, dan besar keluarga. Seperti halnya faktor internal, karakteristik keluarga juga ditanyakan pada contoh melalui pertanyaan terbuka. Pola asuh makan diukur melalui 15 pertanyaan yang berkaitan dengan kebiasaan makan yang dilakukan ketika contoh berada di lingkungan keluarga. Instrumen ini memiliki empat pilihan jawaban, yaitu tidak pernah (skor 0), jarang (skor 1), sering (skor 2) dan selalu (skor 3). Hasil uji reliabilitas menunjukkan bahwa intrumen pola asuh makan ini sudah dapat dikatakan reliabel dengan nilai cronbach alpha sebesar 0,678. Kelompok acuan diukur melalui sepuluh pernyataan terkait dengan proses konsumsi contoh. Contoh diminta memilih kelompok acuan yang

41 19 paling dijadikan referensi pada setiap pernyataan yang diajukan. Contoh juga boleh memilih lebih dari satu kelompok acuan dalam setiap pernyataan. 3. Gaya hidup Gaya hidup contoh diukur menggunakan konsep psikografik, berhubungan dengan sifat atau ciri pribadi (psyco) dan profil (graphics). Pengukuran ini mengacu pada pengukuran kegiatan, minat, dan opini (Activities, Interest, dan Opinion) yang biasa disebut dengan AIO inventories (Engel, Blackwell, dan Miniard 1994). Instrumen yang digunakan merupakan hasil pengembangan peneliti dari Mowen dan Minor (1998). Terdapat 44 pernyataan untuk mengukur gaya hidup ini yang terdiri dari 15 pernyataan untuk activities, 14 pernyataan untuk interest, dan 15 pernyataan untuk opinion. Jawaban untuk pernyataan dalam instrumen ini terdiri dari lima pilihan jawaban, yaitu sangat tidak setuju (STS), tidak setuju (TS), cukup setuju (CS), setuju (S), dan sangat setuju (SS). Skor yang diberikan untuk masing-masing pilihan jawaban adalah satu untuk jawaban sangat tidak setuju, dua untuk jawaban tidak setuju, tiga untuk jawaban cukup setuju, empat untuk jawaban setuju, dan lima untuk jawaban sangat setuju. Nilai cronbach alpha sebesar 0,623 diperoleh setelah dilakukan uji reliabilitas. 4. Kebiasaan makan Kebiasaan makan yang diukur dalam penelitian ini adalah frekuensi makan; kebiasaan sarapan, makan siang, makan malam, dan makan camilan; tempat individu mengonsumsi makanannya; pertimbangan dalam memillih makanan; makanan pantangan; cara memperoleh makanan; dan frekuensi konsumsi individu berdasarkan kelompok makanan. Variabelvariabel tersebut dikur dengan cara yang berbeda-beda. Contoh diberi empat pilihan dalam menjawab frekuensi makan dalam sehari. Pilihan tersebut adalah satu kali, dua kali, tiga kali, atau yang lainnya. Pilihan lainnya diisi oleh contoh yang memiliki frekuensi makan yang tidak tentu dalam sehari. Contoh juga diminta menyebutkan alasan sesuai dengan frekuensi makannya dalam sehari. Kebiasaan sarapan pagi, makan siang, makan malam, dan makan camilan serta makanan pantangan diukur melalui pernyataan ya rutin dilakukan dan tidak rutin dilakukan. Contoh diminta memilih pernyataan yang sesuai dengan kebiasaan mereka beserta alasannya. Selain itu contoh juga diminta menyebutkan tempat yang biasanya dipilih untuk melakukan

42 20 kebiasaan makannya sesuai waktu makan (sarapan, makan siang, makan malam, dan makan camilan) beserta alasannya. Pertimbangan dalam memilih makanan diukur melalui sepuluh komponen. Pilihan jawaban untuk pertimbangan memilih makanan ini terdiri dari tidak pernah (skor 0), jarang (skor 1), sering (skor 2), dan selalu (skor 3). Nilai cronbach alpha sebesar 0,684 diperoleh setelah dilakukan uji reliabilitas. Cara memperoleh makanan terbagi menjadi tiga, yaitu memasak sendiri, masakan dari rumah, dan membeli matang. Jawaban untuk cara memperoleh makanan terdiri dari tidak pernah, jarang, sering, dan selalu. Contoh juga diminta menuliskan alasan terkait cara memperoleh makanannya. Frekuensi konsumsi berdasarkan kelompok makanan dilihat berdasarkan kelompok makanan pokok, sayur-mayur, lauk-pauk, buah, dan makanan camilan. Frekuensi yang dapat dipilih oleh contoh, yaitu tidak pernah (skor 0), kurang dari satu kali seminggu (skor 1), kurang dari tiga kali seminggu (skor 10), tiga kali seminggu (skor 15), satu kali sehari (skor 25), dan lebih dari satu kali sehari (skor 50). Data sekunder diperoleh dari direktorat Administrasi dan Pendidikan mengenai data jumlah mahasiswa IPB dan nilai Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) contoh. Selain itu, digunakan juga literatur-literatur berupa buku, artikel, jurnal, internet, yang dikeluarkan oleh lembaga-lembaga terkait serta bahan pustaka yang diambil dari hasil penelitian sebelumnya. Jenis variabel yang dikumpulkan dalam penelitian ini diperlihatkan pada Tabel 3. Jenis Variabel data mentah Faktor Internal Contoh Usia Rasio Tabel 3 Jenis variabel yang dikumpulkan Dasar pengkategorian Papalia, Olds, dan Feldman (2008) Jenis kelamin Nominal - Urutan kelahiran Lama kuliah Ordinal Rasio Data yang diperoleh merupakan urutan anak dalam keluarga, kemudian data tersebut dikelompokkan menjadi tiga kategori. Lama kuliah contoh diukur berdasarkan bulan dan dihitung sejak awal kuliah contoh hingga penelitian ini dilakukan. Pengkategorian Remaja (13-19 th) Dewasa muda (18-40 th) [0] Laki-laki [1] Perempuan Anak sulung Anak bungsu Anak tunggal atau berada diantara anak sulung dan bungsu 14 dan15 bln (Semester 3) 26 dan 27 bln (Semester 5) 38 dan 39 bln (Semester 7)

43 Tabel 3 Jenis variabel yang dikumpulkan (Lanjutan) 21 Variabel Suku bangsa Uang saku Sumber uang saku Jenis data mentah Dasar pengkategorian Nominal - Rasio Faktor Eksternal Contoh Usia orang tua Pendidikan orang tua Pekerjaan orang tua Pendapatan orang tua Data mentah jumlah uang saku berbentuk data rasio yang selanjutnya dikategorikan berdasarkan kelas interval dari rata-rata uang saku contoh. Nominal - Rasio Papalia, Olds, dan Feldman (2008) Ordinal - Nominal - Rasio Data mentah jumlah pendapatan ayah dan ibu berbentuk data rasio yang kemudian dijumlahkan sehingga menjadi pundapatan keluarga. Selanjutnya, pendapatan orang tua dikategorikan berdasarkan kelas interval dari rata-rata pendapatan orang tua contoh. Besar keluarga Rasio BKKBN (1980) Pengkategorian [1] Sunda [2] Jawa [3] Betawi [4] Batak [5] Minang [6] Melayu [7] Bali [8] Bima/Sasak/Rote [8] Bugis/Gorontalo [9] Lainnya [1] Rp ,00 [2] Rp ,00- Rp ,00 [3] Rp ,00 [1] Orang tua [2] Saudara [3] Beasiswa [4] Bekerja [5] Orang tua dan lainnya [6] Beasiswa dan lainnya Dewasa muda (20-40) Dewasa madya (41-65) Dewasa lanjut (>65) [1] Tidak tamat SD [2] SD [3] SMP [4] SMA [5] Diploma/Akademi [6] S1/S2/S3 [1] Tidak bekerja [2] PNS [3] Pegawai swasta [4] Wirausaha [5] Guru/dosen [6] TNI/ POLRI [7] Pedagang/buruh [8] Pensiunan [9] Lainnya [0] tidak memiliki pendapatan [1] Rp ,00 [2] Rp ,00- Rp ,00 [3] Rp ,00- Rp ,00 [4] Rp ,00- Rp ,00 [5] Rp ,00 [1] Keluarga kecil ( 4 org) [2] Keluarga sedang (5-7org) [3] Keluarga besar ( 8org)

44 Tabel 22 3 Jenis variabel yang dikumpulkan (Lanjutan) Variabel Kelompok acuan Pola asuh makan Gaya Hidup Gaya hidup Jenis data mentah Dasar pengkategorian Nominal - Ordinal Ulfah dan Latifah (2007) Ordinal Kebiasaan Makan Contoh Frekuensi makan Kebiasaan sarapan, makan siang, makan malam, dan makan camilan Rasio Gaya hidup contoh diperoleh dari hasil pengelompokan dari hasil uji analisis cluster yang kemudian diberi nama sesuai dengan cirri-ciri setiap cluster yang terbentuk. Nominal - Tempat makan Nominal - Pertimbangan dalam memilih makanan Makanan pantangan Cara memperoleh makanan Frekuensi konsumsi berdasarkan kelompok makanan Ordinal - Nominal - Nominal - Rasio Suhardjo (1989) - Pengkategorian [1] Teman [2] Keluarga [3] Iklan atau selebriti [4] Televisi [5] Internet [6] Media cetak [7] Ahli kesehatan/dosen [8] Lainnya [1] Kurang (<60%) [2] Sedang (60-80%) [3] Baik (>80%) [1] Gaya hidup berorientasi pendidikan [2] Gaya hidup berorientasi hiburan dan kesehatan tidak tentu 1 kali 2 kali 3 kali [1] Ya, rutin dilakukan [0] Tidak rutin dilakukan [1] Rumah [2] Indekos/kontrakan [3] Kantin/warung makan [4] Asrama Tidak pernah Kadang-kadang Sering Selalu Agama Kesehatan Adat Memasak sendiri Makanan dari rumah Membeli makanan matang [skor 0] Tidak pernah [skor 1] < 1 kali seminggu [skor 10] < 3 kali seminggu [skor 15] 3 kali seminggu [skor 25] 1 kali sehari [skor 50] > 1 kali sehari

45 23 Pengolahan dan Analisis Data Data yang diperoleh diolah melalui proses mengedit, mengodekan, memasukkan ke dalam program, dan menganalisis. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan program Microsoft Office Exel dan SPSS. Data dan informasi yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif, uji reliabilitas, analisis cluster dan uji regresi logistik. Analisis deskriptif yang digunakan meliputi frekuensi distribusi, ukuran sebaran serta grafik dan tabulasi silang. Analisis deskriptif ini digunakan untuk mengidentifikasi faktor internal contoh (usia, jenis kelamin, urutan kelahiran dalam keluarga, lama kuliah, asal daerah, suku bangsa, uang saku, dan sumber uang saku), faktor eksternall contoh (karakteristik keluarga, pola asuh makan, dan kelompok acuan), dan kebiasaan makan contoh (frekuensi makan; kebiasaan sarapan, makan siang, makan malam, dan makan camilan; tempat makan; pertimbangan dalam memilih makanan; makanan pantangan; cara memperoleh makanan; dan frekuensi konsumsi berdasarkan kelompok makanan). Gaya hidup contoh dianalisis menggunakan analisis cluster yang bertujuan untuk mengklasifikasikan objek-objek menjadi beberapa gerombol berdasarkan ukuran kemiripan atau ciri-ciri umum antar objek, sehingga objekobjek yang berada dalam gerombol yang sama memiliki kemiripan yang lebih besar dibandingkan dengan objek pada gerombol yang berbeda. Analisis cluster yang digunakan dalam penelitian ini adalah K-Mean Cluster, yaitu analisis statistik yang berguna untuk mengelompokan sejumlah objek ke dalam jumlah kelompok yang sudah ditentukan terlebih dahulu (Santoso 2010). Analisis ini sangat efektif dan efisien jika digunakan untuk mengelompokkan objek yang berjumlah besar. K-Mean Cluster ini digunakan untuk objek yang berjumlah lebih dari 100 (Suseno 2009). Pengaruh faktor internal dan eksternal terhadap gaya hidup serta pengaruh faktor internal, faktor eksternal, dan gaya hidup terhadap kebiasaan makan dianalisis menggunakan uji regresi logistik. Analisis regresi logistik adalah salah satu bentuk analisis data dengan menggunakan teknik regresi yang dapat diaplikasikan ketika akan mengetahui hubungan antara variabel dependen dengan satu atau lebih variabel independen dan variabel dependen berbentuk kategorikal. Dalam penelitian ini, terdapat dua model regresi logistik untuk gaya

46 24 hidup dan lima model untuk kebiasaan makan. Model regresi untuk pengaruh faktor internal dan eksternal terhadap gaya hidup memiliki variabel independen (x i ) yang tetap dengan variabel dependen (y) yang tidak sama. Variabel dependen tersebut (y) adalah 1= gaya hidup berorientasi pendidikan, 0= gaya hidup berorientasi hiburan dan kesehatan = α + β 1 X 1 + β 2 X 2 + β 3 X 3 + β 4 X 4 + β 5 X 5 + β 6 X 6 +β 7 X 7 + γ1d1 + γ2d2 + γ3d3 + ε Keterangan: p = Peluang untuk gaya hidup α = Konstanta β 1-5 = Koefisien regresi X 1 = Usia (th) X 2 = Jumlah uang saku (Rp) X 3 = Usia ibu (th) X 4 = Jumlah anggota keluarga (org) X 5 = Pola asuh makan (skor %) X 6 = Kelompok acuan teman (skor) X 7 = Kelompok acuan televisi (skor) γ 1-3 = Koefisien dummy D 1 = Jenis kelamin (1= perempuan, 0=laki-laki) D 2 = Suku bangsa (1= Jawa, 0= lainnya) D 3 = Pekerjaan ibu (1= bekerja, 0= tidak bekerja) ε = Error Model regresi untuk kebiasaan makan juga memiliki variabel independen (x i ) yang tetap dengan variabel dependent (y i ) yang tidak sama. Variabel dependen yang pertama (y 1 ) adalah frekuensi makan yang dilihat dari kebiasaan makan tiga kali sehari (1= makan tiga kali sehari, 0= tidak makan tiga kali sehari). Variabel dependen kedua (y 2 ) adalah kebiasaan sarapan (1= rutin sarapan/ hampir setiap hari sarapan, 0= tidak rutin sarapan). Variabel ketiga (y 3 ) adalah kebiasaan makan siang (1= rutin makan siang, 0= tidak rutin makan siang). Variabel keempat (y 4 ) adalah kebiasaan makan malam (1= rutin makan malam, 0= tidak rutin makan malam). Variabel terakhir (y 5 ) adalah kebiasaan makan camilan (1= rutin makan camilan, 0= tidak rutin makan camilan). = α + β 1 X 1 + β 2 X 2 + β 3 X 3 + β 4 X 4 + β 5 X 5 + β 6 X 6 +β 8 X 8 + γ 1 D 1 + γ 2 D 2 +γ 3 D 3 + ε

47 25 Keterangan: p = Peluang untuk kebiasaan makan α = Konstanta β 1-5 = Koefisien regresi X 1 = Usia (th) X 2 = Jumlah uang saku (Rp) X 3 = Usia ayah (th) X 4 = Pola asuh makan (skor %) X 5 = Kelompok acuan teman (skor) X 6 = Kelompok acuan keluarga (skor) γ 1-3 = Koefisien dummy D 1 = Jenis kelamin (1= perempuan, 0=laki-laki) D 2 = Pekerjaan ibu (1= bekerja, 0= tidak bekerja) D 3 = Gaya hidup (1= gaya hidup berorientasi pendidikan, 0= gaya hidup berorientasi hiburan dan kesehatan) ε = Error Definisi Operasional Contoh adalah mahasiswa mayor-minor Institut Pertanian Bogor, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam yang masih aktif mulai dari semester 3 sampai semester 7 pada tahun ajaran 2011/2012 Faktor internal adalah ciri-ciri yang berasal dari dalam diri mahasiswa yang meliputi usia, jenis kelamin, urutan anak, departemen, fakultas, lama kuliah, asal daerah, suku bangsa, uang saku, dan sumber uang saku Usia adalah lama hidup mahasiswa yang dinyatakan dalam tahun. Lama kuliah adalah lamanya studi yang sudah ditempuh mahasiswa dan dinyatakan dalam bulan. Urutan anak adalah urutan mahasiswa dalam keluarga, yaitu sebagai anak sulung, bungsu, atau yang lainnya. Suku bangsa adalah suku bangsa asal mahasiswa. Uang saku adalah pendapatan yang diperoleh mahasiswa setiap bulan yang terdiri dari uang saku utama dan uang saku tambahan. Sumber uang saku adalah sumber yang memberikan pendapatan untuk mahasiswa, baik uang saku utama maupun uang saku tambahan. Sumber uang saku ini dapat berasal dari orang tua, saudara, beasiswa, bekerja, dan sumber yang lainnya.

48 26 Faktor eksternal adalah ciri-ciri yang berasal dari luar diri mahasiswa yang meliputi karakteristik keluarga, pola asuh makan, dan kelompok acuan. Karakteristik keluarga terdiri dari pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua, dan besar keluarga mahasiswa. Pendidikan orang tua tingkat pendidikan terakhir yang ditempuh oleh orang tua mahasiswa. Tingkat pendidikan ini dikelompokkan mulai dari tidak tamat SD sampai perguruan tinggi. Pekerjaan orang tua adalah kegiatan atau aktivitas orang tua mahasiswa yang dapat memberikan penghasilan bagi dirinya. Pendapatan orang tua adalah jumlah uang yang diperoleh oleh orang tua mahasiswa setiap bulan dari pekerjaan yang dilakukannya. Besar keluarga adalah jumlah anggota keluarga mahasiswa yang dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu keluarga kecil ( 4 orang), keluarga sedang (5-7 orang), dan keluarga besar ( 8 orang). Pola asuh makan adalah pola perilaku makan yang diterapkan atau dibiasakan oleh keluarga mahasiswa ketika mahasiswa berada di lingkungan keluarga. Kelompok acuan adalah individu, sekelompok individu, atau media yang dipercaya oleh mahasiswa untuk menjadi referensi ketika mahasiswa akan melakukan suatu proses konsumsi. Kelompok acuan ini dapat terdiri dari teman, keluarga, media, dan lain-lain. Gaya hidup adalah kegiatan, minat, dan pendapat mahasiswa dalam kehidupan sehari-hari yang diukur menggunakan teknik psikografik. Kebiasaan makan adalah perilaku berulang-ulang yang meliputi frekuensi makan; kebiasaan sarapan, makan siang, makan malam, dan maka camilan; tempat individu mengonsumsi makanannya; pertimbangan dalam memillih makanan; makanan pantangan; cara memperoleh makanan; dan frekuensi konsumsi individu berdasarkan kelompok makanan. Frekuensi makan adalah jumlah berapa kali mahasiswa makan dalam satu hari. Tempat makan adalah tempat yang dipilih seseorang untuk mengkonsumsi makanannya. Tempat makan ini dapat di rumah atau indekos, kantin dalam kampus, warung makan, maupun tempat lain.

49 27 Pertimbangan dalam memilih makanan adalah hal-hal yang diperhatikan mahasiswa sebelum mengonsumsi makanan. Makanan pantangan adalah makanan atau minuman yang tidak dikonsumsi mahasiswa karena alasan, agama, kesehatan, dan adat. Cara memperoleh makanan adalah cara seseorang untuk mendapatkan makanan yang akan dikonsumsinya. Hal ini bisa dilakukan dengan cara memasak sendiri, membeli di tempat lain, atau cara lain yang biasanya dilakukan seseorang. Frekuensi konsumsi berdasarkan kelompok makanan adalah seberapa sering mahasiswa mengonsumsi makanan yang dikelompokan menjadi makanan pokok, lauk-pauk, sayuran, buahbuahan, dan camilan.

50 28

51 29 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Faktor Internal Usia. Usia mahasiswa dalam penelitian ini berksar antara tahun Rata-rata usia mahasiswa sebesar 19,8 tahun dan standar deviasi sebesar 1,0 tahun. Rata-rata usia mahasiswa perempuan (19,7 ± 0,9 tahun) relatif lebih rendah daripada rata-rata usia mahasiswa laki-laki (20,1 tahun ± 1,1 tahun). Usia mahasiswa ini termasuk ke dalam periode remaja dan dewasa muda (Papalia, Old, & Feldman 2008). Jenis Kelamin. Pada penelitian ini, mahasiswa yang berjenis kelamin perempuan (58,3%) lebih banyak daripada mahasiswa yang berjenis kelamin laki-laki (41,7%). Hal ini sejalan dengan data jumlah mahasiswa IPB tahun 2011, yaitu mahasiswa perempuan (60,2%) lebih banyak dibandingkan dengan lakilaki (39,8%) Urutan Kelahiran. Berdasarkan urutan kelahiran, mahasiswa dapat dibedakan menjadi anak sulung, anak bungsu, dan lainnya. Mahasiswa yang termasuk kategori lainnya adalah mahasiswa yang merupakan anak tunggal atau berada pada urutan antara anak sulung dan anak bungsu. Pada penelitian ini, proporsi terbesar mahasiswa ada pada urutan anak sulung, yaitu sebesar 45,8 persen, sedangkan proporsi terkecil berada pada urutan anak bungsu, yaitu sebesar 18,3 persen. Lama Kuliah. Dilihat dari lama kuliah (bulan), lama kuliah mahasiswa berkisar antara bulan. Rata-rata lama kuliah mahasiswa 26,5 bulan dan standar deviasi sebesar 9,8 bulan. Asal Daerah. Proporsi terbesar mahasiswa dalam penelitian ini berasal dari daerah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek). Sementara itu, sebesar 15,8 persen mahasiswa berasal dari kota yang berada di Jawa Barat selain Bogor, Depok, dan Bekasi. Mahasiswa dalam penelitian ini tidak hanya berasal dari Pulau Jawa, tetapi juga berasal dari daerah lain yang ada di luar Pulau Jawa (Gambar 4). Hal ini membuktikan bahwa mahasiswa IPB berasal dari berbagai daerah yang ada di Indonesia.

52 30 Gambar 4 Sebaran mahasiswa berdasarkan asal daerah Suku Bangsa. Berdasarkan hasil penelitian, mahasiswa berasal dari berbagai macam suku yang ada di Indonesia. Hal ini membuktikan bahwa mahasiswa IPB memiliki latar belakang budaya yang sangat beragam. Jumlah mahasiswa terbanyak dalam penelitian ini berasal dari suku Jawa dan Sunda. Sekitar empat dari sepuluh mahasiswa berasal dari suku Jawa dan tiga dari sepuluh mahasiswa berasal dari suku Sunda. Suku bangsa lainnya adalah mahasiswa yang berasal dari suku campuran, seperti Bali-Etnis, Jawa-Sunda, Jawa-Betawi, Melayu-Sunda, dan lain-lain. Gambar 5 Sebaran mahasiswa berdasarkan suku bangsa

53 31 Agama. Hampir seluruh mahasiswa dalam penelitian ini menganut agama Islam. Selain Islam, agama lain yang dianut oleh mahasiswa adalah Kristen dan Hindu (Gambar 6). Gambar 6 Sebaran mahasiswa berdasarkan agama Uang Saku. Uang saku merupakan sumber pendapatan bagi mahasiswa. Rata-rata uang saku mahasiswa setiap bulannya adalah Rp ,67 dengan standar deviasi Rp ,29 dan berada pada rentang Rp ,00 sampai Rp ,00. Tabel 3 menunjukkan bahwa proporsi terbesar mahasiswa berada pada uang saku yang berkisar pada rentang Rp ,00- Rp ,00 per bulan. Uang saku mahasiswa terdiri dari uang saku utama dan uang saku tambahan. Rata-rata uang saku utama mahasiswa setiap bulan adalah Rp ,67 dengan standar deviasi Rp dan berada pada rentang Rp ,00-Rp ,00. Uang saku tambahan berfungsi menambah uang saku utama mahasiswa untuk memenuhi kebutuhannya. Tetapi tidak semua mahasiswa memiliki uang saku tambahan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa separuh mahasiswa tidak memiliki uang saku tambahan dan memenuhi kebutuhannya dengan menggunakan uang saku utama saja. Uang saku tambahan mahasiswa berada pada rentang Rp50.000,00-Rp ,00 per bulan. Rata-rata uang saku tambahan mahasiswa adalah Rp ,30 dengan standar deviasi Rp ,70. Tabel 3 Sebaran mahasiswa berdasarkan uang saku Uang saku total (per bulan) n % Rp ,0 Rp Rp ,2 Rp ,8 Total ,0

54 32 Mahasiswa dalam penelitian ini mendapatkan uang saku dari sumber yang beragam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar uang saku utama mahasiswa berasal dari orang tua. Sumber yang lain berasal dari saudara, beasiswa, dan bekerja. Walaupun sebagian besar mahasiswa mendapatkan uang saku utama dari orang tua, ternyata ada satu orang mahasiswa yang mendapatkan uang saku utama dari hasil bekerja (mengajar les). Sama seperti uang saku utama, uang saku tambahan mahasiswa juga berasal dari berbagai sumber. Sumber uang saku tambahan terbesar adalah beasiswa. Sebanyak dua dari lima mahasiswa dalam penelitian ini mendapatkan uang tambahan dari beasiswa yang diterimanya. Sumber uang saku tambahan mahasiswa yang lain diantaranya adalah orang tua, bekerja, dan saudara. Selain itu, Tabel 4 juga menunjukan bahwa terdapat mahasiswa yang memperoleh uang saku utamanya lebih dari satu sumber, baik untuk uang saku utama maupun uang saku tambahan. Tabel 4 Sebaran mahasiswa berdasarkan sumber uang saku Sumber uang saku Uang saku utama Uang saku tambahan n % n % Orang tua , ,1 Saudara 2 1,7 6 10,3 Beasiswa 7 5, ,1 Bekerja 1 0,8 9 15,5 Orang tua dan lainnya 6 5,0 2 3,4 Beasiswa dan lainnya 3 2,5 2 3,4 Total , ,0 Faktor Eksternal Karakteristik Keluarga. Usia orang tua mahasiswa secara keseluruhan termasuk dalam kategori dewasa. Berdasarkan hasil penelitian, hampir seluruh usia ayah maupun ibu mahasiswa termasuk pada kategori dewasa madya. Tidak ada ibu yang termasuk pada usia dewasa lanjut, sedangkan ada satu orang ayah mahasiswa termasuk pada kategori dewasa lanjut. Usia ayah mahasiswa berada pada rentang tahun dengan rata-rata 50,1 tahun dan standar deviasi 4,9 tahun. Usia ibu berada pada rentang tahun dengan rata-rata 46,5 tahun dan standar deviasi 4,1 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata usia ibu mahasiswa lebih muda daripada usia ayah mahasiswa (Tabel 5).

55 33 Kelompok Usia Orangtua (th) Ayah Ibu n % n % Dewasa muda (20-40) 3 2,7 9 7,5 Dewasa madya (41-65) , ,5 Dewasa lanjut (>65) 1 0,9 0 0 Total 112* 100, ,0 Tabel 5 Sebaran mahasiswa berdasarkan usia orang tua Keterangan: *sebanyak delapan orang ayah mahasiswa telah meninggal dunia Tingkat pendidikan orang tua yang diukur dalam penelitian ini adalah tingkat pendidikan formal terakhir yang ditempuh oleh orang tua mahasiswa. Pendidikan tertinggi yang ditempuh oleh orang tua mahasiswa adalah perguruan tinggi (S1/S2/S3) dan tidak ada satu orang pun orang tua mahasiswa yang tidak menamatkan pendidikannya dari Sekolah Dasar (SD). Proporsi terbesar pendidikan ayah mahasiswa berada pada tingkat perguruan tinggi, sedangkan proporsi terbesar pendidikan ibu mahasiswa berada pada tingkat SMA/sederajat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendidikan orang tua mahasiswa dalam penelitian ini sudah relatif baik (Tabel 6). Tabel 6 Sebaran mahasiswa berdasarkan pendidikan orang tua Pendidikan Ayah Ibu n % n % Tidak tamat SD SD 5 4, ,0 SMP/sederajat 10 8,9 9 7,5 SMA/sederajat 39 34, ,3 Diploma/akademi 10 8, ,5 Perguruan tinggi (S1/S2/S3) 48 42, ,7 Total , ,0 Pekerjaan yang dilakukan orang tua mahasiswa merupakan kegiatan yang menjadi sumber pendapatan orang tua mahasiswa untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya. Pekerjaan ini beragam jenisnya, mulai dari pegawai negeri, pegawai swasta, guru, dan pekerjaan lainnya. Pekerjaan ayah mahasiswa lebih didominasi oleh Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan pegawai swasta. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa hampir seluruh ayah mahasiswa memiliki pekerjaan, akan tetapi ada tiga orang ayah mahasiswa tidak memiliki pekerjaan karena terkendala oleh masalah kesehatan.

56 34 Berbeda dengan pekerjaan ayah mahasiswa yang didominasi oleh PNS, pekerjaan ibu mahasiswa lebih didominasi oleh ibu rumah tangga (tidak bekerja). Pekerjaan lain yang dimiliki oleh ibu mahasiswa diantaranya adalah PNS, guru atau dosen, dan pegawai swasta. Tabel 7 juga menunjukkan bahwa ada ibu mahasiswa yang bekerja sebagai dokter/perawat/analis, tetapi tidak ada ibu mahasiswa yang bekerja sebagai TNI/POLRI, pedagang/buruh, dan pensiunan. Tabel 7 Sebaran mahasiswa berdasarkan pekerjaan orang tua Jenis pekerjaan Ayah Ibu n % n % Tidak bekerja PNS 29 25, Pegawai swasta Wiraswasta TNI/POLRI Guru/Dosen Dokter/perawat/analis Pedagang/buruh Pensiunan Lainnya ,8 Total ,0 Pendapatan orang tua mahasiswa berkisar antara Rp ,00 hingga Rp ,00. Tetapi ada pula dua keluarga mahasiswa yang sama sekali tidak memiliki pendapatan. Hal ini dikarenakan oleh ayah mahasiswa yang sudah meninggal dan ibu mahasiswa yang tidak bekerja. Rata-rata pendapatan orang tua mahasiswa setiap bulan adalah Rp ,00 dengan standar deviasi Rp ,00. Proporsi terbesar pendapatan orang tua mahasiswa berada pada rentang kurang dari sama dengan Rp ,00 per bulan dan hanya ada satu keluarga mahasiswa yang memiliki pendapatan pada rentang lebih dari Rp ,00 per bulan (Tabel 8). Pendapatan orang tua tertinggi ini dimiliki oleh mahasiswa dengan ayah yang bekerja sebagai pegawai swasta dan ibu tidak bekerja. Tabel 8 Sebaran mahasiswa berdasarkan pendapatan orang tua Pendapatan n % Tidak memiliki pendapatan 2 1,7 Rp ,5 Rp Rp ,2 Rp Rp ,3 Rp Rp ,5 Rp ,8 Total

57 35 Rata-rata jumlah anggota keluarga mahasiswa adalah 5 orang dengan rentang jumlah anggota keluarga sebesar 2-10 orang. Hasil penellitian menunjukkan bahwa persentase terbesar besar keluarga mahasiswa berada pada kategori keluarga kecil dengan jumlah keluarga kurang dari atau sama dengan empat orang, sedangkan persentase terkecil besar keluarga mahasiswa berada pada keluarga besar. Keluarga yang termasuk kategori keluarga besar ini memiliki jumlah anak lebih dari 5 orang. Tabel 9 Sebaran mahasiswa berdasarkan besar keluarga Besar keluarga n % Kecil ( 4 org) 58 48,3 Sedang (5-7 org) 54 45,0 Besar ( 8 org) 8 6,7 Total ,0 Pola Asuh Makan. Pola asuh makan yang dilakukan mahasiswa saat berada di lingkungan keluarganya berbeda-beda (Tabel 10). Sarapan ternyata selalu menjadi hal yang penting bagi sebagian besar keluarga mahasiswa (62,5%). Tidak ada satu orang mahasiswa pun yang tidak pernah dibiasakan sejak dini untuk cuci tangan sebelum makan, meskipun kebiasaan ini ada yang jarang melakukan sampai selalu melakukan. Sebanyak tujuh dari sepuluh mahasiswa lebih memilih makanan yang dimasak di rumah saat mereka sedang berkumpul dengan keluarga di rumah. Hal-hal yang selalu dilakukan mahasiswa saat berada di rumah dengan persentase tertinggi selanjutnya adalah makan tiga kali sehari, makan bersama keluarga, dan berdoa bersama sebelum makan. Walaupun tidak makan mie instan lebih dari tiga kali dalam seminggu sudah dilakukan oleh empat dari sepuluh mahasiswa ketika berada di rumah, akan tetapi mie instan seringkali masih menjadi alternatif pilihan makanan yang disediakan di rumah. Hal ini ditunjukkan dari masih adanya 53,3 persen mahasiswa yang mengaku bahwa tidak tersedianya mie instan di rumah adalah sesuatu yang jarang. Fast food juga masih menjadi makanan yang dipilih oleh mahasiswa dan keluarganya saat makan di luar rumah. Meskipun demikian, sayur dan buah juga menjadi sesuatu yang seringkali tersedia dalam menu makanan keluarga mahasiswa. Sementara itu, hal-hal yang jarang dilakukan oleh mahasiswa dan keluarganya adalah berbicara ketika makan bersama, makan dengan tertib di meja makan, menghindari minuman berwarna/ bersoda, dan tidak makan lebih dari jam 9 malam.

58 36 Tabel 10 Sebaran mahasiswa berdasarkan pernyataan pola asuh makan Pernyataan Makan teratur 3 kali sehari ketika berada di rumah. Terbiasa makan bersama minimal satu kali dalam sehari dengan keluarga. Sarapan adalah hal yang penting dalam keluarga. Makan dengan tertib di meja makan bersama keluarga. Sayur dan buah selalu tersedia dalam menu makanan keluarga. Minuman berwarna/ bersoda adalah hal yang dihindari dalam keluarga. Sudah dibiasakan sejak dini untuk mencuci tangan sebelum makan. Tidak ada satupun anggota keluarga yang berbicara ketika makan bersama. Fast food adalah makanan favorit keluarga ketika makan bersama di luar rumah, Fast food adalah pilihan makanan pertama keluarga ketika ibu sedang tidak memasak di rumah. Tidak makan malam lebih dari jam 9 malam. Lebih memilih makanan yang dimasak di rumah daripada membeli masakan matang ketika sedang berkumpul di rumah. Makanan instan tidak tersedia di rumah. Tidak makan mie instan lebih dari 3 bungkus dalam seminggu ketika berada di rumah. Berdoa bersama sebelum makan saat makan bersama keluarga. Selalu Sering Jarang Tidak pernah Total n % n % n % n % n % 63 52, , ,2 2 1, , , , ,2 5 4, , , , ,8 3 2, , , , , , , , , , , , , ,8 4 3, , , ,2 6 5, ,0 4 3, , , , , , ,7 11 9,2 5 4, , , , ,7 5 4, , , , ,7 9 7, , , , ,7 2 1, ,0 10 8, , , , , , , ,3 8 6, , , , ,0 9 7, ,0 Tingkat pola asuh makan dalam penelitian ini dibagi menjadi tiga kategori, yaitu baik (>80%), sedang (60-80%), dan kurang (<60%) seperti pengkategorian yang dilakukan oleh Ulfah dan Latifah (2007). Rata-rata skor mahasiswa untuk pola asuh makannya adalah sebesar 64,8 persen dengan standar deviasi 11,8 persen. Gambar 7 menunjukkan bahwa hanya ada sembilan orang mahasiswa yang berada pada kategori pola asuh makan yang baik, sedangkan sepertiga

59 37 mahasiswa berada pada kategori kurang. Sementara itu, proporsi terbesar pola asuh makan mahasiswa berada pada kategori sedang. Gambar 7 Sebaran mahasiswa berdasarkan tingkat pola asuh makan Seperti yang tersaji pada Tabel 11, hasil penelitian menunjukkan bahwa mahasiswa dengan usia yang berada pada periode remaja memiliki proporsi lebih besar dalam pola asuh makan kurang, sedangkan mahasiswa yang berada pada periode dewasa awal memiliki proporsi lebih besar pada pola asuh makan sedang dan pola asuh makan baik. Berdasarkan jenis kelamin, persentase mahasiswa perempuan lebih tinggi pada pola asuh makan sedang. Sementara itu, mahasiswa laki-laki memiliki persentase lebih tinggi dalam pola asuh kurang dan pola asuh makan baik. Pada hasil penelitian juga terlihat bahwa anak sulung memiliki proporsi paling tinggi pada pola asuh sedang, sedangkan pada dua kategori lainnya mahasiswa dengan urutan kelahiran selain anak sulung dan anak bungsu memiliki persentase yang paling tinggi. Tabel 11 Sebaran mahasiswa berdasarkan karakteristik dengan pola asuh makan Usia Remaja Dewasa awal Jenis kelamin Laki-laki Perempuan Urutan kelahiran Sulung Bungsu Lainnya Karakteristik mahasiswa Kategori pola asuh makan Total Kurang Sedang Tinggi % % % % 42,9 26,8 34,0 32,9 27,3 31,8 41,9 51,9 64,8 58,0 60,0 67,3 63,6 46,5 6,1 8,5 8,0 7,1 5,5 4,5 11,6 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0

60 38 Kelompok Acuan. Kelompok acuan (reference group) adalah seorang individu atau sekelompok orang yang secara nyata memengaruhi perilaku pembelian (Sumarwan 2004). Dalam penelitian ini mahasiswa dapat memilih lebih dari satu kelompok acuan pada setiap pernyataan, akan tetapi dari hasil penelitian ini diketahui bahwa selalu ada satu kelompok acuan yang paling banyak dipilih oleh setiap mahasiswa. Berdasarkan Tabel 12, kelompok acuan yang paling banyak dipilih oleh mahasiswa adalah teman, keluarga, dan televisi. Teman menjadi kelompok acuan yang paling banyak dipilih dengan proporsi terbesar. Sementara itu, keluarga juga menjadi kelompok acuan selanjutnya yang paling banyak dipilih oleh sekitar satu dari sepuluh mahasiswa. Selain itu, lima dari seratus mahasiswa menjadikan televisi sebagai kelompok acuan yang dipilihnya. Televisi yang dimaksud dalam penelitian ini lebih kepada iklan atau selebriti yang dilihat mahasiswa melalui televisi. Tabel 12 Sebaran mahasiswa berdasarkan kelompok acuan yang paling banyak dipilih mahasiswa Kelompok acuan n % Teman ,2 Keluarga 13 10,8 Televisi 6 5,0 Internet 0 0 Media cetak 0 0 Ahli kesehatan/ dosen 0 0 Lainnya 0 0 Total ,0 Kelompok acuan yang dipilih oleh mahasiswa sangat beragam. Selain menjadi kelompok acuan yang paling banyak dipilih, teman juga menjadi kelompok acuan yang dipilih oleh mahasiswa dengan persentase tertinggi dalam sepuluh pernyataan yang diajukan. Hal ini memperlihatkan bahwa teman adalah kelompok acuan yang paling memengaruhi mahasiswa dalam melakukan proses konsumsi. Tabel 13 memperlihatkan bahwa keluarga juga memiliki persentase yang cukup besar dalam menentukan makanan mahasiswa dan paling dipercaya oleh mahasiswa dalam memberikan pendapat. Selanjutnya proporsi terbesar televisi dan internet berada pada kelompok acuan yang memberikan informasi terbaru. Selain itu, media cetak juga menjadi salah satu kelompok acuan yang dipilih mahasiswa dalam beberapa pernyataan. Media cetak yang dimaksud dalam penelitian ini adalah artikel-artikel kesehatan yang tertera pada majalah.

61 39 Sebanyak tiga orang mahasiswa menyatakan bahwa media cetak menjadi kelompok acuan mereka dalam memilih makanan. Beberapa mahasiswa menjadikan ahli kesehatan atau dosen mereka sebagai kelompok acuan, diantaranya adalah dalam bertanya saat kebingungan untuk membuat keputusan. Sementara itu kelompok acuan lainnya terdiri dari pacar dan orang-orang yang tidak dikenal oleh mahasiswa, seperti seseorang yang sedang makan di pinggir jalan atau pedagang makanan. Tabel 13 Sebaran mahasiswa berdasarkan kelompok acuan dalam setiap aspek proses perilaku konsumsi Kelompok acuan P1 (%) P2 (%) P3 (%) P4 (%) P5 (%) P6 (%) P7 (%) P8 (%) P9 (%) P10 (%) Teman 66,7 49,2 73,3 86,7 75,8 67,5 80,0 65,8 84,2 60,0 Keluarga 30,8 38,3 11,7 5,8 19,2 38,3 10,0 8,3 32,5 6,7 Televisi 8,3 0,8 47,5 30,8 4,2 2,5 25,0 40,0 0,8 55,0 Internet 0,0 0,0 3,3 3,3 0,0 0,0 5,0 0,0 0,0 12,5 Media cetak 2,5 0,0 0,8 0,0 0,8 1,7 0,8 0,0 0,0 1,7 Ahli kesehatan/ 0,0 0,0 0,8 0,0 1,7 1,7 0,0 0,0 0,8 0,0 dosen Lainnya 2,5 0,8 0,8 0,8 0,0 0,8 0,8 0,0 0,8 2,5 Keterangan: *kelompok acuan yang dipilih pada masing-masing pernyataan boleh lebih dari satu **P1: memilih makanan P2: menentukan menu makanan P3: informasi tentang jenis makanan baru P4: informasi tentang tempat makanan baru P5: mengonsumsi makanan baru P6: paling dipercaya dalam memberikan pendapat P7: paling sering memberikan informasi P8: membuat tertarik untuk mengonsumsi suatu produk P9: tempat bertanya saat kebingungan untuk membuat keputusan P10: memberikan suatu berita terbaru Gaya Hidup Gaya hidup adalah kegiatan, minat, dan pendapat yang menggambarkan perilaku mahasiswa dalam kehidupan sehari-hari. Dalam penelitian ini gaya hidup mahasiswa terbagi menjadi dua kategori, yaitu gaya hidup berorientasi pendidikan dan gaya hidup berorientasi hiburan dan kesehatan. Gaya hidup berorientasi pendidikan terdiri dari mahasiswa yang aktivitas, minat, dan pendapatnya dalam kehidupan sehari-hari lebih tinggi pada kegiatan belajar. Mereka lebih suka menghabiskan uang dan waktunya untuk membaca buku dan mengerjakan tugas kuliah daripada untuk jalan-jalan atau hal-hal lain yang berkaitan dengan hiburan. Mahasiswa dengan gaya hidup berorientasi pendidikan ini juga memiliki perhatian lebih rendah terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan olahraga dan memiliki kebiasaan makan yang kurang

62 40 baik, seperti tidak makan teratur tiga kali dalam sehari serta menyukai makanan cepat saji dan makanan instan. Mahasiswa yang termasuk pada kelompok gaya hidup berorientasi hiburan dan kesehatan adalah seseorang yang lebih suka menghabiskan uang dan waktunya dengan melakukan hal-hal terkait dengan hiburan atau jalan-jalan, suka berolahraga dan memiliki perhatian lebih tinggi dalam hal kesehatan, aktif dalam organisasi, serta lebih suka berakhir pekan bersama teman-teman daripada bersama keluarga. Mahasiswa bergaya hidup berorientasi hiburan dan kesehatan suka menjadi pusat perhatian karena mendapatkan penghargaan diri dari lingkungan sekitar adalah hal yang penting baginya. Selain itu gaya hidup berorientasi hiburan dan kesehatan juga terdiri dari mahasiswa yang menyukai produk dengan merek terkenal karena menurutnya produk yang mahal pasti berkualitas tinggi. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa gaya hidup berorientasi hiburan dan kesehatan merupakan gaya hidup lebih banyak dimiliki oleh mahasiswa. Sementara itu, hanya sekitar sepertiga mahasiswa yang termasuk pada kelompok gaya hidup berorientasi pendidikan. Gambar 8 Sebaran mahasiswa berdasarkan gaya hidup Hasil lain juga menunjukkan bahwa proporsi mahasiswa yang termasuk pada periode dewasa awal hampir menyebar rata baik pada gaya hidup berorientasi hiburan dan kesehatan maupun gaya hidup berorientasi pendidikan. Mahasiswa yang berjenis kelamin laki-laki memiliki persentase yang lebih tinggi pada gaya hidup berorientasi pendidikan, begitu pula dengan mahasiswa berjenis kelamin perempuan. Selanjutnya, urutan kelahiran sulung dan bungsu juga memiliki proporsi terbesar dalam gaya hidup berorientasi hiburan dan kesehatan, sedangkan proporsi mahasiswa dengan urutan kelahiran lainnya berada pada gaya hidup berorientasi pendidikan. Proporsi mahasiswa dengan uang saku kurang dari atau sama dengan Rp ,00 hampir menyebar rata pada gaya hidup berorientasi hiburan dan kesehatan dan gaya hidup berorientasi

63 41 pendidikan. Sementara itu, proporsi terbesar mahasiswa dengan uang saku Rp Rp ,00 dan lebih dari atau sama dengan Rp ,00 berada pada gaya hidup berorientasi hiburan dan kesehatan (Tabel 14). Tabel 14 Sebaran mahasiwa berdasarkan karakteristik dan gaya hidup Karakteristik mahasiswa Kategori gaya hidup Gaya hidup berorientasi hiburan dan kesehatan Gaya hidup berorientasi pendidikan % % % Total Usia Remaja 75,5 24,5 100,0 Dewasa muda 56,3 43,7 100,0 Jenis kelamin Laki-laki 66,0 34,0 100,0 Perempuan 62,9 37,1 100,0 Urutan kelahiran Sulung 69,1 30,9 100,0 Bungsu 81,8 18,2 100,0 Lainnya 48,8 51,2 100,0 Uang saku Rp ,3 41,7 100,0 Rp Rp ,2 33,8 100,0 Rp ,2 36,8 100,0 Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa nilai IPK mahasiswa dengan dua gaya hidup yang berbeda ini menyebar dalam enam kisaran nilai. Akan tetapi baik proporsi terbesar mahasiswa dengan gaya hidup berorientasi pendidikan maupun hedonis berada pada rentang nilai IPK sebesar 2,76-3,00 (Tabel 15). Tabel 15 Sebaran mahasiswa berdasarkan gaya hidup dan nilai Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) Gaya Hidup Gaya hidup berorientasi hiburan dan kesehatan Gaya hidup berorientasi pendidikan IPK 2,50 2,51 2,75 2,76 3,00 3,01 3,25 3,26 3,50 3,51 Total % % % % % % % 18,2 10,4 23,4 19,5 19,5 9,1 100,0 14,0 14,0 23,3 14,0 18,6 16,3 100,0

64 42 Kebiasaan Makan Frekuensi Makan. Frekuensi makan yang baik adalah tiga kali dalam sehari. Hal ini dianjurkan agar individu dapat memenuhi kebutuhan gizinya dengan baik. Tidak hanya sekedar jumlah yang cukup, akan tetapi waktu makan yang teratur juga penting agar makanan yang masuk dapat terserap gizinya dengan baik. Dalam penelitian ini, frekuensi makan mahasiswa berkisar pada rentang 1-3 kali sehari dengan rata-rata 3 kali sehari. Sekitar separuh mahasiswa memiliki frekuensi makan sebanyak tiga kali sehari. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa masih ada mahasiswa yang memiliki frekuensi makan kurang dari tiga kali sehari, satu orang diantaranya memiliki kebiasaan makan hanya satu kali dalam sehari (Gambar 9). Selain itu, terdapat juga mahasiswa dengan memiliki frekuensi makan yang tidak tentu, yaitu antara 2-3 kali sehari. Mereka mengaku lebih sering makan dua kali sehari, namun sesekali juga mereka melakukan makan tiga kali sehari, tergantung situasi dan kondisi. Gambar 9 Sebaran mahasiswa berdasarkan frekuensi makan dalam sehari Mahasiswa memiliki alasan yang beragam dalam menentukan frekuensi makannya dalam sehari. Alasan terbanyak yang melatarbelakangi mahasiswa terbiasa makan tiga kali sehari adalah karena kebutuhan (Tabel 16). Kebutuhan yang dimaksud oleh mahasiswa adalah untuk memenuhi kebutuhan energi tubuhnya atau untuk menghilangkan rasa lapar. Sekitar sepertiga mahasiswa yang terbiasa makan dua kali sehari memiliki alasan karena tidak biasa melakukan sarapan, sehingga hanya terbiasa melakukan makan siang dan makan malam saja. Mahasiswa yang mengaku hanya makan satu kali sehari menyatakan alasan bahwa ia merasa takut gemuk jika makan terlalu banyak, oleh karena itu ia hanya terbiasa melakukan makan siang saja setiap harinya. Sementara itu, alasan terbanyak yang dikemukakan oleh mahasiswa yang memiliki kebiasaan makan dengan frekuensi yang tidak tentu adalah karena

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Salah satu kebutuhan pokok manusia adalah pangan. Dalam proses pemenuhan kebutuhan pangan, salah satu aktivitas yang bersifat individual adalah konsumsi pangan. Bagi individu,

Lebih terperinci

Gaya Hidup - aktivitas - minat - opini

Gaya Hidup - aktivitas - minat - opini 15 KERANGKA PEMIKIRAN Gaya hidup merupakan aktivitas, minat, dan pendapat individu dalam kehidupan sehari-hari yang diukur menggunakan teknik psikografik. Berbagai faktor dapat memengaruhi terbentuknya

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 29 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Faktor Internal Usia. Usia mahasiswa dalam penelitian ini berksar antara 18-22 tahun Rata-rata usia mahasiswa sebesar 19,8 tahun dan standar deviasi sebesar 1,0 tahun. Rata-rata

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. tahun 2004, konsumsi protein sudah lebih besar dari yang dianjurkan yaitu

PENDAHULUAN. tahun 2004, konsumsi protein sudah lebih besar dari yang dianjurkan yaitu 1 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pola konsumsi pangan pokok di Indonesia masih berada pada pola konsumsi tunggal, yaitu beras. Tingginya ketergantungan pada beras tidak saja menyebabkan ketergantungan

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP SIKAP DAN PERILAKU MEMBELI BUKU BAJAKAN PADA MAHASISWA IPB PUSPA WIDYA UTAMI

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP SIKAP DAN PERILAKU MEMBELI BUKU BAJAKAN PADA MAHASISWA IPB PUSPA WIDYA UTAMI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP SIKAP DAN PERILAKU MEMBELI BUKU BAJAKAN PADA MAHASISWA IPB PUSPA WIDYA UTAMI DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak sekolah merupakan generasi penerus dan modal pembangunan. Oleh karena itu, tingkat kesehatannya perlu dibina dan ditingkatkan. Salah satu upaya kesehatan tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai akibat dari kecenderungan pasar global, telah memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai akibat dari kecenderungan pasar global, telah memberikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan ekonomi yang dialami oleh negara-negara berkembang seperti Indonesia sebagai akibat dari kecenderungan pasar global, telah memberikan berbagai dampak pada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Berbagai permasalahan gizi yang dialami Indonesia saat ini, baik gizi kurang

BAB 1 PENDAHULUAN. Berbagai permasalahan gizi yang dialami Indonesia saat ini, baik gizi kurang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berbagai permasalahan gizi yang dialami Indonesia saat ini, baik gizi kurang maupun gizi lebih pada dasarnya disebabkan oleh pola makan yang tidak seimbang. Sementara

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. n1 = = 35. n2 = = 32. n3 =

METODE PENELITIAN. n1 = = 35. n2 = = 32. n3 = 17 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study yang dilakukan di perguruan tinggi penyelenggara Beastudi Etos wilayah Jawa Barat yaitu

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN

KUESIONER PENELITIAN LAMPIRAN Lampiran 1 Kuesioner Penelitian KUESIONER PENELITIAN STUDI TENTANG PENGETAHUAN GIZI, KEBIASAAN MAKAN, AKTIVITAS FISIK,STATUS GIZI DAN BODYIMAGE REMAJA PUTRI YANG BERSTATUS GIZI NORMAL DAN GEMUK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari masa anak anak menuju masa

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari masa anak anak menuju masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Remaja merupakan masa transisi dari masa anak anak menuju masa dewasa. Transisi yang dialami remaja ini merupakan sumber resiko bagi kesejahteraan fisik dan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sosial Ekonomi Keluarga

TINJAUAN PUSTAKA. Sosial Ekonomi Keluarga TINJAUAN PUSTAKA Sosial Ekonomi Keluarga Besar Keluarga Besar keluarga adalah banyaknya anggota keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, anak, dan anggota keluarga lain yang hidup dari pengelolaan sumberdaya

Lebih terperinci

GAYA PENGASUHAN, INTERAKSI AYAH-REMAJA, KELEKATAN, DAN KEPUASAN AYAH

GAYA PENGASUHAN, INTERAKSI AYAH-REMAJA, KELEKATAN, DAN KEPUASAN AYAH GAYA PENGASUHAN, INTERAKSI AYAH-REMAJA, KELEKATAN, DAN KEPUASAN AYAH HUSFANI ADHARIANI PUTRI DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012 ABSTRACT Husfani

Lebih terperinci

PENGARUH PEMENUHAN TUGAS PERKEMBANGAN KELUARGA DENGAN ANAK USIA REMAJA TERHADAP PENCAPAIAN TUGAS PERKEMBANGAN REMAJA. Lia Nurjanah

PENGARUH PEMENUHAN TUGAS PERKEMBANGAN KELUARGA DENGAN ANAK USIA REMAJA TERHADAP PENCAPAIAN TUGAS PERKEMBANGAN REMAJA. Lia Nurjanah PENGARUH PEMENUHAN TUGAS PERKEMBANGAN KELUARGA DENGAN ANAK USIA REMAJA TERHADAP PENCAPAIAN TUGAS PERKEMBANGAN REMAJA Lia Nurjanah DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT

Lebih terperinci

HUBUNGAN KARAKTERISTIK KELUARGA DAN PEER GROUP DENGAN KARAKTER DAN PERILAKU BULLYING REMAJA KARINA

HUBUNGAN KARAKTERISTIK KELUARGA DAN PEER GROUP DENGAN KARAKTER DAN PERILAKU BULLYING REMAJA KARINA HUBUNGAN KARAKTERISTIK KELUARGA DAN PEER GROUP DENGAN KARAKTER DAN PERILAKU BULLYING REMAJA KARINA DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012 Hak Cipta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penambahan bahan-bahan lain. Bahkan fast food (makanan cepat saji) semakin

BAB I PENDAHULUAN. penambahan bahan-bahan lain. Bahkan fast food (makanan cepat saji) semakin 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan harta yang sangat berharga dan patut dipelihara. Gaya hidup sehat harus diterapkan untuk menjaga tubuh tetap sehat. Salah satu cara agar kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk menghindar dari fast food. Fast food memiliki beberapa kelebihan antara lain

BAB I PENDAHULUAN. untuk menghindar dari fast food. Fast food memiliki beberapa kelebihan antara lain BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Gaya hidup kota yang serba praktis memungkinkan masyarakat modern sulit untuk menghindar dari fast food. Fast food memiliki beberapa kelebihan antara lain

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Lanjut usia adalah tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Lanjut usia adalah tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Lanjut Usia Lanjut usia adalah tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia (Budi,1999). Sedangkan menurut pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No.13 Tahun 1998

Lebih terperinci

PENGARUH NILAI DAN GAYA HIDUP TERHADAP PREFERENSI DAN PERILAKU PEMBELIAN BUAH-BUAHAN IMPOR ASTARI SUKMANINGTYAS

PENGARUH NILAI DAN GAYA HIDUP TERHADAP PREFERENSI DAN PERILAKU PEMBELIAN BUAH-BUAHAN IMPOR ASTARI SUKMANINGTYAS 1 PENGARUH NILAI DAN GAYA HIDUP TERHADAP PREFERENSI DAN PERILAKU PEMBELIAN BUAH-BUAHAN IMPOR ASTARI SUKMANINGTYAS DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

PENYELENGGARAAN MAKANAN, TINGKAT KECUKUPAN DAN STATUS GIZI PENDERITA SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT Dr. H. MARZOEKI MAHDI BOGOR.

PENYELENGGARAAN MAKANAN, TINGKAT KECUKUPAN DAN STATUS GIZI PENDERITA SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT Dr. H. MARZOEKI MAHDI BOGOR. PENYELENGGARAAN MAKANAN, TINGKAT KECUKUPAN DAN STATUS GIZI PENDERITA SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT Dr. H. MARZOEKI MAHDI BOGOR Temu Salmawati PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS

Lebih terperinci

ANALISIS BIAYA KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, SERTA TINGKAT KECUKUPAN GIZI SISWI SMA DI PESANTREN LA TANSA, BANTEN SYIFA PUJIANTI

ANALISIS BIAYA KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, SERTA TINGKAT KECUKUPAN GIZI SISWI SMA DI PESANTREN LA TANSA, BANTEN SYIFA PUJIANTI ANALISIS BIAYA KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, SERTA TINGKAT KECUKUPAN GIZI SISWI SMA DI PESANTREN LA TANSA, BANTEN SYIFA PUJIANTI DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang banyak terjadi dan tersebar di seluruh dunia terutama di negara

BAB 1 PENDAHULUAN. yang banyak terjadi dan tersebar di seluruh dunia terutama di negara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Anemia defisiensi besi masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang banyak terjadi dan tersebar di seluruh dunia terutama di negara berkembang dan negara miskin,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang optimal, yang pada akhirnya meningkatkan kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang optimal, yang pada akhirnya meningkatkan kualitas sumber daya BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujudnya derajat kesehatan yang optimal, yang

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study yaitu pengamatan yang dilakukan sekaligus pada satu waktu. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. demikian derajat kesehatan di Indonesia masih terhitung rendah apabila

BAB I PENDAHULUAN. demikian derajat kesehatan di Indonesia masih terhitung rendah apabila BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program kesehatan yang dilaksanakan secara berkesinambungan dalam tiga dekade ini telah cukup berhasil meningkatkan derajat kesehatan. Namun demikian derajat kesehatan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Beastudi Etos Karakteristik Individu Umur dan Jenis Kelamin

TINJAUAN PUSTAKA Beastudi Etos Karakteristik Individu Umur dan Jenis Kelamin 4 TINJAUAN PUSTAKA Beastudi Etos Beastudi Etos merupakan sebuah beasiswa yang dikelola oleh Lembaga Pengembangan Insani Dompet Dhuafa. Beasiswa ini berdiri sejak tahun 2005 hingga sekarang dengan jumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maka selera terhadap produk teknologi pangan tidak lagi bersifat lokal, tetapi menjadi

BAB I PENDAHULUAN. maka selera terhadap produk teknologi pangan tidak lagi bersifat lokal, tetapi menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Era globalisasi yang dicirikan oleh pesatnya perdagangan, industri pengolahan pangan, jasa dan informasi akan mengubah gaya hidup dan pola konsumsi makan masyarakat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mereka dalam dekade pertama kehidupan. Masa remaja merupakan jembatan

BAB I PENDAHULUAN. mereka dalam dekade pertama kehidupan. Masa remaja merupakan jembatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja masa yang sangat penting dalam membangun perkembangan mereka dalam dekade pertama kehidupan. Masa remaja merupakan jembatan periode kehidupan anak dan dewasa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebelum berangkat melakukan aktivitas sehari-hari (Utter dkk, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. sebelum berangkat melakukan aktivitas sehari-hari (Utter dkk, 2007). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sarapan didefinisikan mengkonsumsi makanan atau minuman yang menghasilkan energi dan zat gizi lain pada pagi hari, yang dilakukan dirumah sebelum berangkat melakukan

Lebih terperinci

KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK DAN STATUS GIZI PADA REMAJA DI KOTA SUNGAI PENUH KABUPATEN KERINCI PROPINSI JAMBI

KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK DAN STATUS GIZI PADA REMAJA DI KOTA SUNGAI PENUH KABUPATEN KERINCI PROPINSI JAMBI 1 KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK DAN STATUS GIZI PADA REMAJA DI KOTA SUNGAI PENUH KABUPATEN KERINCI PROPINSI JAMBI Oleh: FRISKA AMELIA PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perlu disiapkan dengan baik kualitasnya (Depkes RI, 2001 dalam Yudesti &

BAB I PENDAHULUAN. perlu disiapkan dengan baik kualitasnya (Depkes RI, 2001 dalam Yudesti & BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kelompok anak sekolah merupakan salah satu segmen penting di masyarakat dalam upaya peningkatan pemahaman dan kesadaran gizi sejak dini. Anak sekolah merupakan sasaran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsumsi Energi dan Protein 1. Energi Tubuh memerlukan energi sebagai sumber tenaga untuk segala aktivitas. Energi diperoleh dari makanan sehari-hari yang terdiri dari berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dilakukan sebelum mengisi aktivitas yang lain setiap hari. Sarapan dibutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dilakukan sebelum mengisi aktivitas yang lain setiap hari. Sarapan dibutuhkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sarapan pagi merupakan makanan yang dimakan setiap pagi hari atau suatu kegiatan yang penting dilakukan sebelum mengisi aktivitas yang lain setiap hari. Sarapan dibutuhkan

Lebih terperinci

TINGKAT PENGETAHUAN GIZI, KESESUAIAN DIET DAN STATUS GIZI ANGGOTA UNIT KEGIATAN MAHASISWA (UKM) SEPAKBOLA INSTITUT PERTANIAN BOGOR B A S I R

TINGKAT PENGETAHUAN GIZI, KESESUAIAN DIET DAN STATUS GIZI ANGGOTA UNIT KEGIATAN MAHASISWA (UKM) SEPAKBOLA INSTITUT PERTANIAN BOGOR B A S I R TINGKAT PENGETAHUAN GIZI, KESESUAIAN DIET DAN STATUS GIZI ANGGOTA UNIT KEGIATAN MAHASISWA (UKM) SEPAKBOLA INSTITUT PERTANIAN BOGOR B A S I R PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Satu dekade terakhir jumlah penderita obesitas di dunia semakin meningkat

BAB 1 PENDAHULUAN. Satu dekade terakhir jumlah penderita obesitas di dunia semakin meningkat 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Satu dekade terakhir jumlah penderita obesitas di dunia semakin meningkat dengan drastis sehingga menempatkan masalah ini menjadi salah satu masalah yang perlu mendapatkan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Desain penelitian ini adalah cross sectional study, dilakukan di SDN 09 Pagi Pademangan Barat Jakarta Utara. Pemilihan lokasi sekolah dasar dilakukan secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan pangan manusia berasal dari tumbuh-tumbuhan (pertanian primer) serta

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan pangan manusia berasal dari tumbuh-tumbuhan (pertanian primer) serta BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia untuk melanjutkan kehidupan. Kebutuhan pangan manusia berasal dari tumbuh-tumbuhan (pertanian primer) serta ternak dan ikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. badan menjadi gemuk (obese) yang disebabkan penumpukan jaringan adipose

BAB I PENDAHULUAN. badan menjadi gemuk (obese) yang disebabkan penumpukan jaringan adipose BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Obesitas atau yang biasa dikenal sebagai kegemukan, merupakan suatu masalah yang cukup merisaukan anak. Obesitas atau kegemukan terjadi pada saat badan menjadi gemuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang memerlukan zat gizi untuk hidup, tumbuh, berkembang, Energi dibutuhkan oleh setiap orang untuk mempertahankan hidup,

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang memerlukan zat gizi untuk hidup, tumbuh, berkembang, Energi dibutuhkan oleh setiap orang untuk mempertahankan hidup, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap orang memerlukan zat gizi untuk hidup, tumbuh, berkembang, bergerak dan memelihara kesehatan. Kebutuhan zat gizi tidak sama bagi semua orang, tetapi tergantung

Lebih terperinci

PENGARUH PENDIDIKAN KEWIRAUSAHAAN TERHADAP INTENSI BERWIRAUSAHA MAHASISWA INSTITUT PERTANIAN BOGOR MELALUI PENDEKATAN THEORY OF PLANNED BEHAVIOR

PENGARUH PENDIDIKAN KEWIRAUSAHAAN TERHADAP INTENSI BERWIRAUSAHA MAHASISWA INSTITUT PERTANIAN BOGOR MELALUI PENDEKATAN THEORY OF PLANNED BEHAVIOR PENGARUH PENDIDIKAN KEWIRAUSAHAAN TERHADAP INTENSI BERWIRAUSAHA MAHASISWA INSTITUT PERTANIAN BOGOR MELALUI PENDEKATAN THEORY OF PLANNED BEHAVIOR ELIS TRISNAWATI DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Pemilihan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Pemilihan Contoh 19 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini bersifat deskriptif dan menggunakan metode survey dengan desain cross sectional study. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 6 Bogor. Penentuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. higienis. Menurut (Irianto,2007) fast food memiliki beberapa kelebihan yaitu

BAB I PENDAHULUAN. higienis. Menurut (Irianto,2007) fast food memiliki beberapa kelebihan yaitu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fast food adalah makanan cepat saji yang disajikan secara cepat, praktis, dan waktu persiapannya membutuhkan waktu yang singkat serta rendah serat dan tinggi lemak.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Makanan jajanan sekolah merupakan masalah yang perlu menjadi perhatian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Makanan jajanan sekolah merupakan masalah yang perlu menjadi perhatian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Makanan jajanan sekolah merupakan masalah yang perlu menjadi perhatian masyarakat, khususnya orang tua, pendidik, dan pengelola sekolah. Makanan dan jajanan sekolah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sarapan Pagi Sarapan pagi yaitu makanan yang dimakan pada pagi hari sebelum beraktifitas, yang terdiri dari makanan pokok dan lauk pauk atau makanan kudapan. Energi dari sarapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fast food maupun health food yang popular di Amerika dan Eropa. Budaya makan

BAB I PENDAHULUAN. fast food maupun health food yang popular di Amerika dan Eropa. Budaya makan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Era globalisasi yang dicirikan oleh pesatnya perdagangan, industri pengolahan pangan, jasa dan informasi akan mengubah gaya hidup dan pola konsumsi makan masyarakat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lebih memilih makanan instan yang biasa dikenal dengan istilah fast food. Gaya

BAB I PENDAHULUAN. lebih memilih makanan instan yang biasa dikenal dengan istilah fast food. Gaya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era globalisasi membawa kehidupan manusia ke dalam gerbang modernisasi yang membawa dampak pada perkembangan zaman dan teknologi yang pesat, sehingga mampu menciptakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. zat-zat gizi. Oleh karena itu, manusia dalam kesehariannya tidak terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN. zat-zat gizi. Oleh karena itu, manusia dalam kesehariannya tidak terlepas dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Makanan adalah kebutuhan pokok manusia yang diperlukan oleh tubuh dalam kehidupan sehari-hari dalam jumlah yang cukup sebagai sumber energi dan zat-zat gizi. Oleh karena

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN KEPUTUSAN PENGGUNAAN BIOGAS DI DESA HAURNGOMBONG, KECAMATAN PAMULIHAN, KABUPATEN SUMEDANG

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN KEPUTUSAN PENGGUNAAN BIOGAS DI DESA HAURNGOMBONG, KECAMATAN PAMULIHAN, KABUPATEN SUMEDANG FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN KEPUTUSAN PENGGUNAAN BIOGAS DI DESA HAURNGOMBONG, KECAMATAN PAMULIHAN, KABUPATEN SUMEDANG RANI MAULANASARI DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah kesejahteraan rakyat yang terus meningkat dan ditunjukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. adalah kesejahteraan rakyat yang terus meningkat dan ditunjukan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Arah pembangunan jangka menengah Indonesia ke-2 (2010-2014) adalah kesejahteraan rakyat yang terus meningkat dan ditunjukan oleh membaiknya berbagai indikator pembangunan

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR PENGARUH STIMULASI PSIKOSOSIAL, PERKEMBANGAN KOGNITIF, DAN PERKEMBANGAN SOSIAL EMOSI TERHADAP PERKEMBANGAN BAHASA ANAK USIA PRASEKOLAH DI KABUPATEN BOGOR GIYARTI PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan kematangan fisiologis sehubungan dengan adanya pubertas

BAB I PENDAHULUAN. perubahan kematangan fisiologis sehubungan dengan adanya pubertas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan periode pertumbuhan yang pesat dan terjadi perubahan kematangan fisiologis sehubungan dengan adanya pubertas sehingga membutuhkan nutrisi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Overweight dan obesitas adalah dua istilah yang berbeda. Overweight

BAB I PENDAHULUAN. Overweight dan obesitas adalah dua istilah yang berbeda. Overweight 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Overweight dan obesitas adalah dua istilah yang berbeda. Overweight adalah kondisi berat badan seseorang melebihi berat badan normal pada umumnya. Sementara obesitas

Lebih terperinci

Lampiran 1. Variabel penelitian beserta kategorinya tahun < Rp 5000,OO Rp 5.000,OO - Rp ,OO. > Persentil ke-95 = Ovenveighr (CDC 2000)

Lampiran 1. Variabel penelitian beserta kategorinya tahun < Rp 5000,OO Rp 5.000,OO - Rp ,OO. > Persentil ke-95 = Ovenveighr (CDC 2000) Lampiran 1. Variabel penelitian beserta kategorinya Variabel 1 Kategori Karakteristik contoh : Umur anak Uang saku per hari Sosial ekonomi keluarga Pendidikan orang tua (Ayah dan Ibu) 9-1 1 tahun < Rp

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hidup anak sangat tergantung pada orang tuanya (Sediaoetama, 2008).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hidup anak sangat tergantung pada orang tuanya (Sediaoetama, 2008). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anak Balita Anak balita merupakan kelompok yang menunjukkan pertumbuhan yang pesat sehingga memerlukan zat gizi yang tinggi setiap kilogram berat badannya. Anak balita ini justru

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Terciptanya SDM yang berkualitas ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Terciptanya SDM yang berkualitas ditentukan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan salah satu komponen penting dalam mencapai tujuan pembangunan kesehatan.sumber daya manusia yang berkualitas sangat dibutuhkan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lum masa dewasa dari usia tahun. Masa remaja dimulai dari saat pertama

BAB I PENDAHULUAN. lum masa dewasa dari usia tahun. Masa remaja dimulai dari saat pertama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja didefinisikan oleh WHO sebagai suatu periode pertumbuhan dan perkembangan manusia yang terjadi setelah masa anak-anak dan sebe lum masa dewasa dari usia 10-19

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Anak Sehat Anak sehat adalah anak yang dapat tumbuh kembang dengan baik dan teratur, jiwanya berkembang sesuai dengan tingkat umurnya, aktif, gembira, makannya teratur, bersih,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif (Hadi, 2005). bangsa bagi pembangunan yang berkesinambungan (sustainable

BAB 1 PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif (Hadi, 2005). bangsa bagi pembangunan yang berkesinambungan (sustainable BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan suatu bangsa sangat tergantung kepada keberhasilan bangsa itu sendiri dalam menyiapkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas,

Lebih terperinci

KUESIONER PERILAKU MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN USU TENTANG KONSUMSI MAKANAN SIAP SAJI (FAST FOOD) MEDAN TAHUN /../..

KUESIONER PERILAKU MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN USU TENTANG KONSUMSI MAKANAN SIAP SAJI (FAST FOOD) MEDAN TAHUN /../.. KUESIONER PERILAKU MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN USU TENTANG KONSUMSI MAKANAN SIAP SAJI (FAST FOOD) MEDAN TAHUN 2015 I. INFORMASI WAWANCARA No. Responden Nama Responden Angkatan/Semester Tanggal Wawancara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebiasaan makan..., Evi Heryanti, FKM UI, Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebiasaan makan..., Evi Heryanti, FKM UI, Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada akhir abad 20 telah terjadi transisi masyarakat yaitu transisi demografi yang berpengaruh terhadap transisi epidemiologi sebagai salah satu dampak pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan fokus perhatian dan titik intervensi yang strategis bagi

BAB I PENDAHULUAN. merupakan fokus perhatian dan titik intervensi yang strategis bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja, sebagai kelompok umur terbesar struktur penduduk Indonesia merupakan fokus perhatian dan titik intervensi yang strategis bagi pembangunan sumber daya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pangan menurut Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 adalah segala. yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia.

I. PENDAHULUAN. Pangan menurut Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 adalah segala. yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Rumusan Masalah Pangan menurut Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati produk pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sarapan Pagi Sarapan pagi adalah makanan atau minuman yang memberikan energi dan zat gizi lain yang dikonsumsi pada waktu pagi hari. Makan pagi ini penting karena makanan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memungkinkan manusia bekerja secara maksimal (Moehji, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. memungkinkan manusia bekerja secara maksimal (Moehji, 2009). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia yang sehat setiap harinya memerlukan makanan yang cukup, baik kualitas maupun kuantitasnya sehingga memiliki kesanggupan yang maksimal dalam menjalankan kehidupannya.

Lebih terperinci

NILAI ANAK, STIMULASI PSIKOSOSIAL, DAN PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK USIA 2-5 TAHUN PADA KELUARGA RAWAN PANGAN DI KABUPATEN BANJARNEGARA, JAWA TENGAH

NILAI ANAK, STIMULASI PSIKOSOSIAL, DAN PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK USIA 2-5 TAHUN PADA KELUARGA RAWAN PANGAN DI KABUPATEN BANJARNEGARA, JAWA TENGAH NILAI ANAK, STIMULASI PSIKOSOSIAL, DAN PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK USIA 2-5 TAHUN PADA KELUARGA RAWAN PANGAN DI KABUPATEN BANJARNEGARA, JAWA TENGAH CHANDRIYANI I24051735 DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi maka selera terhadap produk teknologi pangan

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi maka selera terhadap produk teknologi pangan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Era globalisasi yang dicirikan oleh pesatnya perdagangan, industri pengolahan pangan, jasa dan informasi akan mengubah gaya hidup dan pola konsumsi makan masyarakat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi di Indonesia saat ini memasuki masalah gizi ganda (Double

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi di Indonesia saat ini memasuki masalah gizi ganda (Double BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Masalah gizi di Indonesia saat ini memasuki masalah gizi ganda (Double Burden Nutrition). Masalah gizi kurang masih belum teratasi sepenuhnya, sementara gizi lebih juga

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. jumlah kalori yang dibakar dalam proses metabolisme (Hasdianah dkk, Obesitas juga dapat membahayakan kesehatan (Khasanah, 2012)

BAB 1 PENDAHULUAN. jumlah kalori yang dibakar dalam proses metabolisme (Hasdianah dkk, Obesitas juga dapat membahayakan kesehatan (Khasanah, 2012) 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Obesitas merupakan suatu perubahan bentuk tubuh yang tentu saja tidak diinginkan oleh semua orang terutama remaja putri. Obesitas terjadi apabila total asupan kalori

Lebih terperinci

PENERAPAN HASIL BELAJAR NUTRISI PADA PERILAKU GIZI SISWA SMK SANDHY PUTRA BANDUNG

PENERAPAN HASIL BELAJAR NUTRISI PADA PERILAKU GIZI SISWA SMK SANDHY PUTRA BANDUNG 12 PENERAPAN HASIL BELAJAR NUTRISI PADA PERILAKU GIZI SISWA SMK SANDHY PUTRA BANDUNG Ai Martin Sopiah¹ ), Ai Nurhayati² ), Rita Patriasih² ) Abstrak: Siswa SMK berada dalam usia remaja pada masa ini rentan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah Cross Sectional Study yaitu seluruh variabel diamati pada saat yang bersamaan ketika penelitian berlangsung. Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengandung zat gizi, yaitu karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral dan air. Jika tubuh tidak cukup mendapatkan zat-zat gizi

BAB I PENDAHULUAN. mengandung zat gizi, yaitu karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral dan air. Jika tubuh tidak cukup mendapatkan zat-zat gizi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa anak-anak terutama usia sekolah merupakan tahapan yang penting bagi kehidupan seseorang. Pada masa ini pertumbuhan dan perkembangan fisik, kognitif dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas. Remaja merupakan sumber daya manusia bagi

I. PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas. Remaja merupakan sumber daya manusia bagi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu tujuan pembangunan nasional adalah membentuk sumber daya manusia yang berkualitas. Remaja merupakan sumber daya manusia bagi pembangunan di masa datang. Untuk

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Pengertian Konsumsi dan Konsumen Konsumsi berasal dari bahasa Belanda consumptie. Pengertian konsumsi secara tersirat dikemukakan oleh Holbrook

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahun merupakan masa remaja akhir (Isnani, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. tahun merupakan masa remaja akhir (Isnani, 2011). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa peralihan diantara masa anak-anak dan dewasa. Rentang waktu usia remaja ini biasanya dibedakan atas tiga, yaitu usia 12-15 tahun masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan orang-orang terdekat,mudah mengikuti alur zaman seperti mode dan trend

BAB I PENDAHULUAN. dan orang-orang terdekat,mudah mengikuti alur zaman seperti mode dan trend BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja adalah dimana mudah sekali terpengaruh oleh lingkungan dan orang-orang terdekat,mudah mengikuti alur zaman seperti mode dan trend yang sedang berkembang

Lebih terperinci

POLA KONSUMSI PANGAN PENDERITA JANTUNG KORONER RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT UMUM KABANJAHE TAHUN 2007 SKRIPSI OLEH

POLA KONSUMSI PANGAN PENDERITA JANTUNG KORONER RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT UMUM KABANJAHE TAHUN 2007 SKRIPSI OLEH POLA KONSUMSI PANGAN PENDERITA JANTUNG KORONER RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT UMUM KABANJAHE TAHUN 2007 SKRIPSI OLEH NURLAINI MIKHELENA TARIGAN NIM : 051000569 FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

pengetahuan, dan sikap akan berhubungan dengan perilaku pembelian buku bajakan. Kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3.

pengetahuan, dan sikap akan berhubungan dengan perilaku pembelian buku bajakan. Kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3. 17 KERANGKA PEMIKIRAN Perguruan tinggi merupakan komunitas yang terdiri dari orang-orang intelektual dalam berbagai aktivitas akademis. Perguruan tinggi memiliki peran strategis dan sangat penting sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gizi merupakan sebuah masalah keluarga yang sifatnya jangka panjang dan kebisaan makan yang sehat harus dimulai sejak dini. Masalah gizi pada anak di Indonesia akhir-akhir

Lebih terperinci

DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR i ANALISIS MANAJEMEN KEUANGAN, TEKANAN EKONOMI, STRATEGI KOPING DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN KELUARGA NELAYAN DI DESA CIKAHURIPAN, KECAMATAN CISOLOK, KABUPATEN SUKABUMI HIDAYAT SYARIFUDDIN DEPARTEMEN ILMU

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada kelompok anak usia sekolah, termasuk remaja usia 16-18

BAB I PENDAHULUAN. Pada kelompok anak usia sekolah, termasuk remaja usia 16-18 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada kelompok anak usia sekolah, termasuk remaja usia 16-18 tahun, sarapan berfungsi sumber energi dan zat gizi agar dapat berpikir, belajar dan melakukan aktivitas

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 21 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian proyek intevensi cookies muli gizi IPB, data yang diambil adalah data baseline penelitian. Penelitian ini merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anak menjadi lemah dan cepat lelah serta berakibat meningkatnya angka absensi serta

BAB I PENDAHULUAN. anak menjadi lemah dan cepat lelah serta berakibat meningkatnya angka absensi serta 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usia sekolah merupakan masa pertumbuhan bagi anak sehingga memerlukan gizi yang cukup dan seimbang. Defisiensi gizi pada usia sekolah dapat menyebabkan anak menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini, gaya hidup masyarakat telah berubah menjadi kurang sehat. Masyarakat sibuk dengan aktivitas dan pekerjaan mereka, akibatnya mereka kurang peduli

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan yang pesat dalam pembangunan nasional dan perkembangan ilmu

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan yang pesat dalam pembangunan nasional dan perkembangan ilmu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan yang pesat dalam pembangunan nasional dan perkembangan ilmu pengetahuan menyebabkan meningkatnya taraf dan kualitas hidup masyarakat, baik yang tinggal di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan untuk melaksanakan pembangunan nasional. Untuk mencapai SDM

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan untuk melaksanakan pembangunan nasional. Untuk mencapai SDM BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan faktor utama yang diperlukan untuk melaksanakan pembangunan nasional. Untuk mencapai SDM berkualitas faktor gizi memegang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seseorang dengan tujuan tertentu pada waktu tertentu. Konsumsi pangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seseorang dengan tujuan tertentu pada waktu tertentu. Konsumsi pangan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsumsi Pangan Konsumsi pangan adalah jenis dan jumlah pangan yang di makan oleh seseorang dengan tujuan tertentu pada waktu tertentu. Konsumsi pangan dimaksudkan untuk memenuhi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perkembangan zaman yang semakin meningkat membuat kebutuhan dan. keinginan manusia terhadap makanan semakin bervariasi.

I. PENDAHULUAN. Perkembangan zaman yang semakin meningkat membuat kebutuhan dan. keinginan manusia terhadap makanan semakin bervariasi. I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Perkembangan zaman yang semakin meningkat membuat kebutuhan dan keinginan manusia terhadap makanan semakin bervariasi. Untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pacu tumbuh (growth spurt), timbul ciri-ciri seks sekunder, tercapai fertilitas dan

BAB I PENDAHULUAN. pacu tumbuh (growth spurt), timbul ciri-ciri seks sekunder, tercapai fertilitas dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja adalah masa transisi antara anak dan dewasa yang terjadi pacu tumbuh (growth spurt), timbul ciri-ciri seks sekunder, tercapai fertilitas dan terjadi perubahan-perubahan

Lebih terperinci

II. TINAJUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Pangan merupakan kebutuhan mendasar bagi setiap makhluk hidup

II. TINAJUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Pangan merupakan kebutuhan mendasar bagi setiap makhluk hidup 7 II. TINAJUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. Tinjauan Pustaka 1. Pola makan anak balita Pangan merupakan kebutuhan mendasar bagi setiap makhluk hidup khususnya manusia. Pangan merupakan bahan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2004). Anak membeli jajanan menurut kesukaan mereka sendiri dan tanpa

BAB I PENDAHULUAN. 2004). Anak membeli jajanan menurut kesukaan mereka sendiri dan tanpa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui upaya mencerdaskan bangsa khususnya pada Program Pendidikan Dasar di Sekolah Dasar (SD), anak

Lebih terperinci

ANALISIS AKSES PANGAN SERTA PENGARUHNYA TERHADAP TINGKAT KONSUMSI ENERGI DAN PROTEIN PADA KELUARGA NELAYAN IDA HILDAWATI A

ANALISIS AKSES PANGAN SERTA PENGARUHNYA TERHADAP TINGKAT KONSUMSI ENERGI DAN PROTEIN PADA KELUARGA NELAYAN IDA HILDAWATI A ANALISIS AKSES PANGAN SERTA PENGARUHNYA TERHADAP TINGKAT KONSUMSI ENERGI DAN PROTEIN PADA KELUARGA NELAYAN IDA HILDAWATI A54104039 PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. merupakan kebutuhan dasar manusia. Ketahanan pangan adalah ketersediaan

I. PENDAHULUAN. merupakan kebutuhan dasar manusia. Ketahanan pangan adalah ketersediaan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ketahanan pangan merupakan hal yang sangat penting, mengingat pangan merupakan kebutuhan dasar manusia. Ketahanan pangan adalah ketersediaan pangan dan kemampuan seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional. Perhatian utama adalah untuk mempersiapkan dan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional. Perhatian utama adalah untuk mempersiapkan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan salah satu prioritas pembangunan nasional. Perhatian utama adalah untuk mempersiapkan dan meningkatkan kualitas penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia adalah Negara beriklim tropis dengan sumber daya alam yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia adalah Negara beriklim tropis dengan sumber daya alam yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah Negara beriklim tropis dengan sumber daya alam yang beraneka ragam, termasuk pangan. Sayur merupakan bahan pangan yang mudah didapat. Sayur memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan gizinya serta aktif dalam olahraga (Almatsier, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan gizinya serta aktif dalam olahraga (Almatsier, 2011). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja adalah mereka yang berusia 10-18 tahun. Usia ini merupakan periode rentan gizi karena berbagai sebab, yaitu remaja memerlukan zat gizi yang lebih tinggi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama pembangunan nasional adalah peningkatan kualitas Sumber

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama pembangunan nasional adalah peningkatan kualitas Sumber BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan utama pembangunan nasional adalah peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang dilakukan secara berkelanjutan. Upaya peningkatan kualitas SDM dimulai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pola Konsumsi Makan Makanan merupakan fisiologis maupun psikologis untuk anak dan orang tua. Oleh karena itu perlu diciptakan situasi pemberian makan kepada anak yang memenuhi

Lebih terperinci

Gambar Kerangka pemikiran hubungan faktor gaya hidup dengan kegemuka pada orang dewasa di Provinsi Sulawesi Utara, DKI Jakarta, dan Gorontalo.

Gambar Kerangka pemikiran hubungan faktor gaya hidup dengan kegemuka pada orang dewasa di Provinsi Sulawesi Utara, DKI Jakarta, dan Gorontalo. 102 KERANGKA PEMIKIRAN Orang dewasa 15 tahun seiring dengan bertambahnya umur rentan menjadi gemuk. Kerja hormon menurun seiring dengan bertambahnya umur, yang dapat mengakibatkan ketidakseimbangan metabolisme

Lebih terperinci

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk atau jasa, termasuk

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk atau jasa, termasuk II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Perilaku Konsumen Perilaku konsumen adalah tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk atau jasa, termasuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lebih di Indonesia terjadi di kota-kota besar sebagai akibat adanya

BAB I PENDAHULUAN. lebih di Indonesia terjadi di kota-kota besar sebagai akibat adanya BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia sebagai salah satu negara berkembang, pada saat ini menghadapi masalah yang berhubungan dengan pangan, gizi dan kesehatan. Dalam bidang gizi, Indonesia diperkirakan

Lebih terperinci