Amandemen UUD IKM UI: Gaya Baru IKM UI. Oleh : Ivan Devara (Staff Departemen Kajian dan Aksi Strategis BEM FEB UI 2015)

Transkripsi

1 Amandemen UUD IKM UI: Gaya Baru IKM UI Oleh : Ivan Devara (Staff Departemen Kajian dan Aksi Strategis BEM FEB UI 2015) Mahasiswa adalah pemuda-pemudi yang memiliki keyakinan kepada kebenaran dan telah tercerahkan pemikirannya serta diteguhkan hatinya saat mereka berdiri di hadapan kezaliman Pembukaan UUD IKM UI Berawal dari sebuah forum dimana para pimpinan lembaga tinggi se-ui berdiskusi, muncul kembali ke permukaan sebuah ide dan angan-angan lama untuk melakukan perubahan fundamental terhadap hubungan kemahasiswaan yang legal dan formal di UI. Forum Mahasiswa atau FORMA adalah lembaga tinggi dalam IKM UI yang mempunyai kedudukan sejajar dengan Dewan Perwakilan Mahasiswa, Badan Eksekutif Mahasiswa, Mahkamah Mahasiswa, Badan Audit Kemahasiswaan, dan Unit Kegiatan Mahasiswa Badan Otonom tingkat Universitas Indonesia. FORMA tahun 2015 adalah cikal bakal dari amandemen Undang-Undang Dasar Ikatan keluarga Mahasiswa Universitas Indonesia atau biasa disingkat UUD IKM UI yang sejak tahun 2006 tak pernah diubah. Wacana amandemen UUD IKM UI yang tidak sesuai lagi dengan kondisi saat ini pernah terhembus dua kali, yaitu pada tahun 2009 dan 2013 walaupun harus mandek karena berbagai halangan. Halangan yang tak lain karena banyak mahasiswa UI sendiri yang tidak sadar atau mungkin tidak peduli dengan ada atau tidak adanya UUD IKM UI ini. Perubahan atau amandemen UUD IKM UI pun dianggap sebagai hal yang tidak penting dan tidak berefek bagi kehidupannya. Namun, perlu diingat bahwa amandemen UUD IKM UI adalah sebuah keharusan. Menurut Mahkamah Mahasiswa UUD IKM UI inkonsisten, terlalu kaku dalam mengatur tata kenegaraan kehidupan kemahasiswaan di UI, dan membutuhkan penyesuaian kekinian dari lembaga kemahasiswaan yang tidak diatur dalam UUD IKM UI. Selain itu, amandemen UUD IKM UI merupakan hal yang fundamental dalam awal dari reformasi IKM UI menuju arah yang lebih baik. Pembahasan amandemen UUD IKM UI di tahun 2015 pun tak terlepas dari masalah dan kendala. Berawal dari pembahasan di FORMA yang merupakan forum eksklusif bagi pimpinan lembaga tinggi UI dan fakultas serta UKM terpaksa dipindah pembahasannya ke MUSMA atau

2 Musyawarah Mahasiswa yang terbuka bagi semua mahasiswa UI. Perubahan ini tampaknya harus ditempuh setelah terjadi kejadian yang menurunkan public trust akan FORMA. Jika kita masih mengingat kejadian grup whatsapp Akang Batman dimana diskusi dalam grup tersebut seakanakan menunjukkan FORMA telah di setting untuk mencapai goals tertentu. Selain itu, alasan lain FORMA harus diubah menjadi MUSMA adalah sulitnya FORMA mencapai kuorum atau 2/3 dari total anggota FORMA untuk mengubah pasal-pasal dalam UUD. Sementara jika FORMA diubah menjadi MUSMA, maka aturan kuorum jauh lebih fleksibel, sehingga perubahan pasal-pasal dan putusanya dapat dilakukan. Musyawarah Mahasiswa merupakan forum pengambilan keputusan tertinggi untuk mengadakan pengubahan, perumusan, dan pengesahan UUD IKM UI serta peninjauan dan penyempurnaan aturan-aturan yang telah ada. Kepercayaan publik akan FORMA yang telah jatuh setelah kejadian Akang Batman terutama kepada Dewan Perwakilan Mahasiswa UI membuat penyelenggaraan MUSMA tidak serta merta diberikan hanya kepada DPM UI. Agar publik dapat kembali mempercayai proses amandemen dalam MUSMA maka dibentuklah tim Adhoc. Tim Adhoc tersebut berisi perwakilan dari unsur UKM, BEM UI, Badan Legislatif Fakultas, Badan Eksekutif Fakultas, Mahkamah Mahasiswa, DPM UI, dan Majelis Wali Amanat Unsur Mahasiswa. Untuk UKM, diwakili oleh Salam. Di tahun ini, MUSMA diikuti oleh 210 peserta penuh yang terdiri dari anggota FORMA, tim Adhoc, dan para pendaftar terbuka. Jumlah peserta penuh MUSMA yang hanya berjumlah 210 tersebut dapat dikatakan sangat kecil untuk merepresentasikan seluruh mahasiswa UI. Apalagi jika konteks yang akan dibahas setingkat amandemen dasar hukum untuk wadah formal dan legal bagi seluruh aktivitas kemahasiswaan di Universitas Indonesia. Namun, bagi penyelenggara MUSMA tampaknya angka tersebut merupakan pencapaian yang didapatkan dengan membanting tulang karena kita tahu bahwa banyak mahasiswa yang tidak aware akan MUSMA dan amandemen UUD. MUSMA dilaksanakan pada 27 Agustus 4 September Dalam MUSMA, tata tertib sidang ditentukan kembali dalam sidang pertama dan dibuat lebih fleksibel dibandingkan FORMA. Sidang pertama MUSMA juga menentukan presidium MUSMA yang akan memimpin jalannya sidang-sidang selanjutnya. Sidang dapat dimulai bila telah dihadiri 50% dari jumlah peserta penuh, namun jika tidak terpenuhi sidang akan ditunda 15 menit. Jika telah ditunda dan tetap belum mencapai kuorum maka sidang tetap dapat dimulai dengan kesepakatan peserta penuh yang hadir. Pengambilan keputusan dalam amandemen UUD IKM UI dipimpin oleh presidium

3 melalui musyawarah atau mufakat, namun apabila tidak berhasil dilanjutkan dengan mekanisme lobbying, dan jika masih tidak tercapai kesepakatan maka diambil dengan voting. Dalam proses amandemen UUD IKM UI, MUSMA menggunakan draft yang sama dengan draft di FORMA. Draft tersebut dibuat oleh tim drafter yang terdiri dari 9 orang yang berasal dari empat orang perwakilan DPM UI, dua orang perwakilan Mahkamah Mahasiwa UI, satu orang perwakilan BEM UI, satu orang perwakilan MWA UM UI, dan satu orang perwakilan UKM UI. Draft tersebut sangat kontroversial karena beberapa orang tim drafter terlibat dalam kejadian Akang Batman. Selain itu, proses penentuan draft mana yang akan digunakan dalam MUSMA, apakah akan menggunakan draft yang sama dengan FORMA atau berubah, melalui proses yang sengit dalam voting. Hanya selisih dua suara untuk kemenangan mempertahankan draft dalam FORMA untuk digunakan kembali dalam MUSMA. Proses dan Hasil Musyawarah Mahasiswa MUSMA mengalami perdebatan panjang terutama untuk bagian-bagian kontroversial di beberapa pasal. Hasil UUD IKM UI yang baru banyak mengalami perubahan baik dari UUD IKM sebelumnya maupun dari draft. BAB 1 tentang Bentuk dan Kedaulatan, pimpinan lembaga tinggi di tingkat fakultas pada umumnya menyuarakan bahwa mereka lebih menginginkan bentuk hubungan seperti negara federal dimana lembaga tinggi tingkat fakultas juga mempunyai aturan sendiri yang diakui dalam Undang-Undang Dasar Ikatan Keluarga Mahasiswa Universitas Indonesia. Lembaga tinggi tingkat fakultas umumnya tidak ingin dikendalikan oleh lembaga tinggi tingkat universitas. Contohnya, ketika berada dalam forum SOSPOLNET (Forum Kastrat se-ui) dalam penentuan sikap untuk sebuah isu, BEM-BEM fakultas merasa berhak untuk menentukan sikapnya sendiri yang mungkin berbeda dari BEM UI. Hal ini dikarenakan trust beberapa BEM fakultas untuk BEM UI masih kurang. Hal inipun akhirnya disetujui dalam MUSMA. BAB 2 tentang Kongres Mahasiswa. Dalam draft RUUD, Kongres Mahasiswa yang merupakan pengganti FORMA hanya terdiri dari anggota DPM UI dan anggota lembaga legislatif fakultas tanpa lagi memasukkan unsur BEM UI, lembaga eksekutif fakultas, MWA

4 UI UM, BAK, MM, dan UKM seperti di FORMA. Draft ini menjadi kontroversi, terlebih status Kongres Mahasiswa yang menjadi lebih tinggi dari FORMA karena merupakan lembaga tertinggi (bukan lembaga tinggi). Kongres Mahasiswa juga memiliki kewenangan besar karena berwenang mengubah dan menetapkan UUD IKM UI; memberhentikan Ketua dan/atau Wakil Ketua BEM UI, dan MWA UI UM; menerima laporan pertanggungjawaban Ketua dan/atau Wakil Ketua BEM dan MWA UI UM. Namun, setelah melewati perdebatan panjang akhirnya disetujui bahwa Kongres Mahasiswa terdiri atas semua anggota FORMA kecuali UKM. Selain itu, kewenangannya pun sedikit berubah seperti untuk mengubah dan menetapkan UUD IKM UI, musyawarah dapat diikuti oleh mahasiswa UI, dan berwenang menyelenggarakan forum penyampain kinerja kelembagaan semua lembaga tinggi UI, tidak hanya BEM UI dan MWA UI UM. Perubahan isi bab 2 ini dari UUD sebelumnya maupun dari draft, saya rasa sangat baik. Dengan isi pasal seperti ini, keputusan-keputusan penting yang diambil dari Kongres Mahasiswa akan berimbang. Sementara, faktor dikeluarkannya UKM, saya rasa cukup rasional karena minimnya keterlibatan UKM dalam FORMA sebelumnya sehingga sulit dalam mencapai kuorum. BAB 3 tentang Kekuasaan Eksekutif. Sekarang BEM UI dapat mengajukan rancangan undangundang kepada DPM UI. Dalam hubungan antara BEM UI dan BEM Fakultas, terdapat pasal kemenangan bagi BEM-BEM fakultas yang sering beradu pandangan dengan BEM UI. Di pasal 12 ayat 2, sekarang BEM UI dalam menyikapi politik luar atas nama IKM UI harus dengan mekanisme yang di tentukan bersama ketua lembaga eksekutif fakultas. Sehingga tidak ada lagi penyikapan atas nama IKM UI yang dilakukan sepihak. Selain itu, hasil MUSMA juga telah melegalkan dalam UUD hal yang menyangkut paguyuban, sehingga saat ini paguyuban diakui secara formal dan legal dan berada di bawah BEM UI. BAB 4 tentang Majelis Wali Amanat Universitas Indonesia Unsur Mahasiswa. MWA UI UM diperjelas posisi dan kedudukannya dalam tatanan kemahasiswaan IKM UI. Selain itu, MWA UI UM dipilih melalui pemilihan raya, tidak lagi melalui mekanisme di DPM. BAB 5 tentang Kekuasaan Legislatif. Pasal yang mengatur tentang jumlah anggota independen DPM UI diganti menjadi hanya yang memperoleh suara terbanyak. Jika tidak ada, maka diatur oleh mekanisme fakultas masing-masing. Sehingga setiap fakultas hanya memiliki satu orang di DPM UI. Selain itu, lembaga legislatif fakultas juga akan dilibatkan dengan DPM UI jika

5 hal yang dibahas adalah rancangan undang-undang yang berkaitan dengan urusan fakultas. Hal ini merupakan salah satu kemenangan lain dari fakultas. Dengan pasal ini, DPM UI tidak dapat membuat UU seenaknya yang berkaitan dengan fakultas. BAB 6 tentang Lembaga Kemahasiswaan Fakultas. Ini merupakan bab baru dimana pada UUD IKM sebelumnya tidak ada pasal-pasal yang mengatur tentang hal lembaga kemahasiswaan fakultas. BAB 7 tentang Pemilihan Raya. Tidak ada perubahan mayor dalam bab ini hanya penamaan judul bab yang diganti dari sebelumnya, yaitu Suksesi Lembaga Kemahasiswaan. BAB 8 tentang Hal Keuangan. Ditegaskan kembali bahwa seluruh kegiatan kemahasiswaan tidak diperkenankan menerima dana dari partai politik, perusahaan rokok, minuman keras, dan alat kontrasepsi. Selain itu, di UUD IKM UI hasil amandemen juga menjelaskan lebih rinci tentang Badan Audit Kemahasiswaan (BAK). BAK memiliki peran untuk memeriksa dan mengawasi pengelolaan keuangan lembaga kemahasiswaan tingkat universitas. Sementara perubahan terjadi di pasal yang mengatur pemilihan anggota BAK. Di dalam draft amandemen tertulis bahwa anggota BAK diusulkan lembaga legislatif fakultas kepada DPM untuk mendapatkan persetujuan. Namun, MUSMA tidak menyetujui hal tersebut. Setelah melalui perdebatan akhirnya disetujui bahwa anggota BAK dipilih melalui panitia khusus yang dibentuk oleh Kongres Mahasiswa. BAB 9 tentang Kekuasaan Yudikatif. Setelah amandemen, Mahkamah Mahasiswa mendapatkan peran lebih di wilayah fakultas. Dalam draft, hakim konstitusi diusulkan oleh lembaga legislatif fakultas kepada DPM. Namun, dalam MUSMA disepakati bahwa hakim konstitusi dipilih melalui panitia khusus yang dibentuk oleh Kongres Mahasiswa. BAB 10 tentang Unit Kegiatan Mahasiswa. Dalam bab ini dihilangkan pasal yang menjelaskan bentuk UKM, yaitu badan otonom dan badan semi otonom. BAB 11 tentang Keanggotaan. Tidak ada perubahan mayor dalam bab ini hanya merapikan posisi dan redaksi dari pasal-pasal. BAB 12 tentang Bendera dan Lambang. Tidak ada perubahaan sama sekali dalam isi bab.

6 BAB 13 tentang Perubahan Undang-Undang Dasar Ikatan Keluarga Mahasiswa Universitas Indonesia. Dalam draft, tertulis bahwa perubahan pasal-pasal Undang-Undang Dasar Ikatan Keluarga Mahasiswa Universitas Indonesia dilakukan setiap tiga tahun sekali. Namun, ayat ini dihilangkan dalam proses MUSMA. Selain itu, pengagendaan usul perubahan UUD IKM UI tidak lagi harus diajukan oleh sejumlah tertentu. Kesimpulan Kita tidak dapat menyanggah bahwa proses MUSMA penuh dengan kepentingan dan intrik golongan. Hal ini membuat proses MUSMA menjadi sangat alot dalam pembahasannya. Draft amandemen yang kontroversial juga menjadi pertanyaan besar. Draft amandemen dirasakan memberikan kekuasaan yang terlalu besar pada beberapa lembaga dalam hal ini adalah lembaga legislatif terutama tingkat universitas atau DPM UI. Namun, pelaksanaan MUSMA 2015 dengan segala kekurangannya tetap merupakan keberhasilan besar bagi seluruh mahasiswa Universitas Indonesia. Hasil MUSMA yang merupakan amandemen UUD IKM UI juga dirasakan sangat baik dari isinya. Peluang terjadinya kesewenang-wenangan lembaga tingkat universitas berkurang karena lembaga tingkat fakultas harus dilibatkan dalam pengambilan keputusan. Akhir kata, mari kita berikan apresiasi sebesar-besarnya kepada seluruh mahasiswa UI. Amandemen UUD IKM UI ini akan memberikan gaya baru bagi IKM UI dan saya yakin bahwa IKM UI akan menjadi lebih baik kedepannya selama UUD tersebut diimplementasikan. Terima kasih IKM UI. Sumber Referensi : Ketetapan Musyawarah Mahasiswa Universitas Indonesia Nomor 01/Tap/Musma/VIII/2015 Tentang Tata Tertib Musyawarah Mahasiswa Universitas Indonesia Komparasi UUD IKM VS Draf Terbaru (BEM Fak. Fisip) UUD IKM UI perubahan Wawancara dengan Gigih Prastowo (Ketua Komisi Hukum DPM UI)