STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA BUDIDAYA IKAN LELE (Clarias sp.) DI LAHAN KERING DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL, PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGJAKARTA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA BUDIDAYA IKAN LELE (Clarias sp.) DI LAHAN KERING DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL, PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGJAKARTA"

Transkripsi

1 STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA BUDIDAYA IKAN LELE (Clarias sp.) DI LAHAN KERING DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL, PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGJAKARTA DENNY JATNIKA S SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011

2 SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan dengan sebenar-benarnya, bahwa Tugas Akhir yang berjudul : Strategi Pengembangan Usaha Budidaya Ikan Lele (Clarias Sp.) di Lahan Kering Di Kabupaten Gunungkidul, Provinsi Daerah Istimewa Yogjakarta, merupakan hasil karya sendiri dibawah arahan dari komisi pembimbing dan belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar pada program sejenis di perguruan tinggi lain serta belum pernah dipublikasikan. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan ataupun yang tidak diterbitkan dari penulis lain telah dicantumkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir Tugas Akhir ini. Bogor, September 2011 Denny Jatnika S P

3 ABSTRACT DENNY JATNIKA S, Strategic Business Development Farming Catfish (Clarias sp.) On Dry Land In Gunungkidul Regency, DI Yogjakarta Province. Supervised by Komar Sumantadinata and Nora H. Pandjaitan, The purpose of this study was (1). analyze the feasibility of catfish farming in dry land in the district of Gunungkidul Yogyakarta Province, (2). analyze the potential of catfish farming in ponds tarp on dry land., (3) develop alternative business development in the district of Gunungkidul Yogyakarta Province. The method used in this thesis is descriptive method that focuses on technical aspects and business development aspects of aquaculture, as well as a SWOT analysis. Based on financial analysis, the pond area m 2 level cultivators consumption catfish prices average per kilogram Rp. 1,0394,- production resulting catfish consumption 3, (equivalent to kg of catfish), earnings per cultivation cycle Rp. 1,557,874, - or Rp. 4,673,620,- within one year of cultivation period, net profit per year of Rp. 832,668,- or an average of Rp. 277,556,- per cycle of cultivation, production volume BEP at kgs, or BEP at a price of Rp. 7,890,-/kg, Gross Value B/C Ratio of 1.22 based on the criteria and payback period (PBP) obtained the results 3.81; the pond area m 2 catfish prices average consumption per kilogram farmer level Rp. 10,673,- the resulting 7,180 production catfish consumption (equivalent to 868 kg of catfish), earnings per cultivation cycle Rp. 3,065,114,- or Rp. 9,195,341,- within one year of cultivation period, net profit per year of Rp. 2,248,907,- or an average of Rp749,635,- per cycle of cultivation, production volume BEP at pounds, or BEP obtained at a price of Rp 7,020,- / kg, Gross Value B/C Ratio of 1.32 and based on the payback period criteria (PBP) obtained results of 2.97 years; the pond area m 2, level cultivators consumption catfish prices average per kilogram Rp. 1,0291,- production generated 1, catfish consumption (equivalent to 1, kg catfish), earnings per cultivation cycle Rp. 4,268,777, - or Rp.12,806,333,- within one year of cultivation period, net profit per year of Rp. 3,245,323,- or an average of Rp 1,081,774,- per cycle of cultivation, production volume BEP at kgs, or BEP obtained at the price of Rp. 6,695,- / kg, Gross Value B/C Ratio 1.34, and based on the criteria of payback period (PBP) obtained results of 2.64 years. To maximize revenue catfish farmers, a strategy that has been formulated on the SWOT analysis needs to be implemented on the pattern of farmers by increasing the amount of effort and extensive farming ponds and develop, implement ways of maintaining and good cultivating, as well as expand the reach of markets ranging from individual consumers, traditional market and a restaurant to the modern retail market to increase profits catfish farmers in dry land in the district of Gunungkidul. Keywords: catfish, dry land, feasibility, strategy development, pond sheeting,.

4 RINGKASAN Denny Jatnika S, Strategi Pengembangan Usaha Budidaya Ikan lele (Clarias sp.) Di Lahan Kering Di Kabupaten Gunungkidul, Provinsi Daerah Istimewa Jogyakarta. Dibimbing oleh Komar Sumantadinata dan Nora H. Pandjaitan, Indonesia merupakan negara dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang semakin tinggi dari tahun ke tahun. Hal ini menyebabkan tingkat kebutuhan konsumsi protein yang berasal dari ikan pun semakin meningkat. Salah satu komoditas perikanan yang sangat prospektif untuk dibudidayakan dalam skala industri maupun rumah tangga adalah ikan lele (Clarias sp.). Dengan melihat berbagai keunggulan ikan lele, maka perlu adanya suatu strategi dalam pengembangan usaha budidaya ikan lele di lahan kering yang dapat menunjang perluasan pasar serta program pemerintah dalam upaya peningkatan produksi pada umumnya dan peningkatan konsumsi ikan pada khususnya Kajian dari pengembangan usaha budidaya ikan lele di lahan kering di Kabupaten Gunungkidul ini dianalisis secara deskriftif dengan menitik beratkan kepada aspek teknis pengembangan budidaya serta aspek strategi pengembangan usaha pada budidaya ikan lele di lahan kering. Kajian analisis ekonomi yang terdiri dari aspek pemasaran dan aspek pembiayaan, dilakukan untuk mengetahui kelayakan usaha dari usaha budidaya ikan lele yang dilakukan di lahan kering. Aspek pemasaran meliputi kondisi permintaan produk ikan lele untuk memenuhi kebutuhan pasar; penawaran, yang memberikan gambaran tentang ketersediaan produk dalam proses usaha budidaya serta faktor keseimbangan antara permintaan dan penawaran; harga, yang memberikan gambaran tentang mekanisme penetapan harga jual produk, hubungan antara harga jual dengan permintaan, serta faktorfaktor yang mempengaruhi harga jual produk; persaingan dan peluang pasar serta pemasaran produk ikan lele. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah (1). menganalisis kelayakan usaha budidaya ikan lele di lahan kering di Kabupaten Gunungkidul Provinsi DIY, (2). menganalisis potensi budidaya ikan lele dalam kolam terpal di lahan kering., (3) menyusun alternatif pengembangan usaha budidaya ikan lele di Kabupaten Gunungkidul Provinsi DIY. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, diantaranya adalah (1). menjadi bahan pertimbangan bagi Pemerintah Daerah (Pemda) dalam upaya pengembangan UKM, (2). menjadi salah satu alternatif lapangan kerja bagi masyarakat Berdasarkan analisa keuangan, harga jual ikan lele konsumsi rata-rata per kilogram ditingkat pembudidaya pada luas kolam m 2 adalah Rp ,-, luas kolam m 2 adalah Rp ,-dan luas kolam m 2, adalah Rp ,-, produksi yang dihasilkan pada luas kolam m 2 adalah 3.642,95 ekor ikan lele konsumsi (setara dengan 453,88 kg ikan lele), luas kolam m 2 adalah ekor ikan lele konsumsi (setara dengan 868 kg ikan lele) dan pada luas kolam m 2 adalah ,01 ekor ikan lele konsumsi (setara dengan 1.242,06 kg ikan lele), perolehan pendapatan per siklus budidaya adalah Rp ,- atau Rp ,- dalam satu tahun perioda budidaya (luas kolam m 2 ), Rp ,- atau Rp ,- dalam satu tahun perioda budidaya (luas kolam m 2 ) dan Rp ,- atau Rp ,- dalam satu tahun perioda budidaya (luas kolam m 2 ), keuntungan yang diperoleh

5 adalah sebesar Rp ,- atau rata-rata senilai Rp ,- per siklus budidaya (luas kolam m 2 ), Rp ,- atau rata-rata senilai Rp ,- per siklus budidaya (luas kolam m 2 ) dan Rp ,- atau rata-rata senilai Rp ,- per siklus budidaya (luas kolam m 2 ). Berdasarkan analisis kelayakan usaha, BEP pada volume produksi adalah 344,54 kg, atau BEP pada harga diperoleh Rp ,-/kg (luas kolam m 2 ), 571,13 kg, atau BEP pada harga diperoleh Rp 7.020,- luas kolam m 2 807,99 kg, atau BEP pada harga diperoleh Rp ,- (luas kolam m 2 ). Nilai Gross B/C Ratio pada adalah 1,22 (luas kolam m 2 ), 1,32 (luas kolam m 2 ), dan 1,34 (luas kolam m 2 ). Berdasarkan kriteria jangka waktu pengembalian modal (PBP) diperoleh hasil 3,81 tahun luas kolam m 2 ), 1,32 ( luas kolam m 2 ) dan 1,34 (luas kolam m 2 ). Hasil analisa keuangan menunjukkan bahwa usaha budidaya ikan lele di lahan kering dengan menerapkan pola pemeliharaan dengan kolam terpal di Kabupaten Gunungkidul layak untuk diusahakan karena dapat memberikan keuntungan. Hasil identifikasi matriks faktor strategi internal (IFAS) dengan jumlah skor 2,80 dan matriks faktor strategis eksternal (EFAS) dengan jumlah skor 2,70, memberi indikasi bahwa usaha budidaya ikan lele di lahan kering dengan menggunakan kolam terpal di Kabupaten Gunungkidul masih dapat ditingkatkan dengan memperhatikan masalah menurunnya harga jual pada saat panen raya, terusmeningkatnya harga pakan serta pesaing dari luar wilayah Kabupatren Gunungkidul. Untuk memaksimalkan pendapatan pembudidaya ikan lele, gabungan antara strategi SO, strategi WO dan strategi ST adalah merupakan strategi yang tepat untuk dipilih oleh pembudidaya untuk meningkatkan usahanya. Menambah jumlah dan luas kolam dan mengembangkan usaha budidaya, menerapkan caracara pemeliharaan dan budidaya yang baik, serta memperluas jangkauan pasar mulai dari konsumen perorangan, pasar tradisional rumah makan dan restoran hingga ke pasar modern meningkatkan efisiensi modal usaha dan untuk meningkatkan keuntungan bagi para pembudidaya ikan lele di lahan kering di Kabupaten Gunungkidul. Strategi yang telah dirumuskan pada analisis SWOT perlu diimplementasikan pada pola usaha pembudidaya. Langkah-langkah tersebut dapat diimplementasikan pada aspek kemampuan pengelolaan budidaya ikan lele mulai dari pemeliharaan hingga pemasaran ikan lele di lahan kering di Kabupaten Gunungkidul Provinsi DI Yogjakarta.

6 Hak Cipta milik IPB, tahun 2011 Hak Cipta dilindungi Undang-undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh Karya Tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebut sumbernya. - Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah; - Pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar bagi IPB. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB

7 STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA BUDIDAYA IKAN LELE (Clarias sp.) DI LAHAN KERING DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL, PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGJAKARTA DENNY JATNIKA S Tugas Akhir Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Profesional pada Program Studi Industri Kecil Menengah SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011

8 Judul Tugas Akhir Nama Mahasiswa Nomor Pokok : Strategi Pengembangan Usaha Budidaya Ikan Lele (Clarias sp.) di Lahan Kering di Kabupaten Gunungkidul, Provinsi Daerah Istimewa Yogjakarta : Denny Jatnika S : P Disetujui Komisi Pembimbing Prof. Dr. Ir. Komar Sumantadinata, M.Sc Ketua Dr. Ir. Nora H. Pandjaitan, DEA Anggota Ketua ProgramStudi Industri Kecil Menengah Diketahui Dekan Sekolah Pascasarjana Prof. Dr. Ir. H.Musa Hubeis, MS,Dipl.Ing, DEA Dr. Ir. Dahrul Syah, MSc.Agr Tanggal ujian : 23 September 2011 Tanggal lulus :

9 KATA PENGANTAR Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunianya sehingga Tugas Akhir dengan judul Strategi Pengembangan Usaha Budidaya Ikan Lele (Clarias sp.) di Lahan Kering di Kabupaten Gunungkidul, Provinsi Daerah Istimewa Yogjakarta berhasil diselesaikan. Tugas Akhir ini merupakan salah satu syarat kesuksesan di Program Studi Industri Kecil Menengah Institut Pertanian Bogor untuk memperoleh gelar Magister Profesional. Dengan selesainya penulisan Tugas Akhir ini, diucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada : 1. Prof. Dr.Ir. Komar Sumantadinata, M.Sc, sebagai Ketua Komisi Pembimbing. 2. Dr. Ir. Nora H. Pandjaitan, DEA, sebagai Anggota Komisi Pembimbing. 3. Seluruh Dosen dan staf kependidikan pada Program Studi Industri Kecil Menengah Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor (PS MPI-IPB). 4. Rekan-rekan di Angkatan 12 PS MPI-IPB, 5. Pihak-pihak yang tidak dapat disebutkan satu perstu. Semoga mendapatkan hidayah dan barokah dari Allah SWT atas segala yang diberikan, dan semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat. Bogor, September 2011 Penulis

10 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 1 Juni 1964 sebagai anak ketiga dari Bapak Suratman Sumantri (Alm) dan ibu Ika Sarika (Alm). Pendidikan Sarjana ditempuh di Fakultas Peternakan Universitas Mataram Nusa Tenggara Barat dan lulus pada tahun Pada tahun 2009 penulis diterima di Program Studi Industri Kecil Menengah, Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor (SPs IPB). Penulis memulai karier sebagai Pegawai Negeri Sipil di Departemen Pertanian sejak tahun Pada tahun 2004 penulis bergabung dengan Departemen Kelautan dan Perikanan, saat at ini bekerja di Direktorat Pemasaran Dalam Negeri, Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan Kementerian Kelautan dan Perikanan sebagai Kepala Seksi Kerjasama ama pada Subdirektorat Promosi dan Kerjasama. Penulis menikah pada tahun 1995 dengan Nuning Juniarsi, dan dikaruniai dua orang putra, yaitu Ryanta Putrapratama dan Dimas Putrawillyarta.

11 DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR AR GAMBAR.. DAFTARAR LAMPIRAN... i v vi vii I. PENDAHULUAN Latar Belakang Identifikasi Permasalahan Tujuan... 3 II. TINJAUAN PUSTAKA Ikan Lele (Clarias sp.) Lahan Kering Profil Kabupaten Gunungkidul Kelayakan Usaha Strategi Pengembangan Usaha III. METODA KERJA Lokasi dan Waktu Metoda Pengumpulan dan Analisis Data Aspek Kajian. 20 IV HASIL DAN PEMBAHASAN.. 23

12 4.1 Kondisi Umum Proses Produksi Analisa Kelayakan Usaha Strategi Pengembangan Usaha V. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran. 60 DAFTARAR PUSTAKA. 62 LAMPIRAN 64

13 DAFTAR TABEL. Halaman 1. Target Produksi Perikanan Budidaya Menurut Komoditas Utama Contoh Matriks SWOT Faktor-faktor Strategis Eksternal (External Strategic Factor Analysis Summary/EFAS) Faktor-faktor Strategis Internal (Internal Strategic Factor Analysis Summary/IFAS) Klasifikasi Pemilikan Kolam Terpal Berdasarkan Luas (m2) Asumsi Teknis dalam Analisa Usaha Budidaya Ikan Lele Biaya Investasi Usaha Budidaya Ikan Lele di Lahan Kering di Kabupaten Gunungkidul (Luas Kolam m 2 ) Biaya Tetap Usaha Budidaya Ikan Lele di Lahan Kering di Kabupaten Gunungkidul (Luas Kolam m 2 ) Biaya Variabel Usaha Budidaya Ikan Lele di Lahan Kering di Kabupaten Gunungkidul (Luas Kolam m 2 ) Perhitungan Jumlah Produksi dan Pendapatan Usaha Budidaya Ikan Lele di Lahan Kering di Kabupaten Gunungkidul (Luas Kolam m 2 ) Laporan Keuangan Usaha Budidaya Ikan Lele di Lahan Kering di Kabupaten Gunungkidul (Luas Kolam m 2 ) Perhitungan Analisis Keuangan Usaha Budidaya Ikan Lele di 34

14 Lahan Kering di Kabupaten Gunungkidul (Luas Kolam m 2 ). 13. Biaya Investasi Usaha Budidaya ikan Lele di Lahan Kering di Kabupaten Gunungkidul (Luas Kolam m 2 ) Biaya Tetap Usaha Budidaya Ikan Lele di Lahan Kering di Kabupaten Gunungkidul (Luas Kolam m 2 ) Biaya Variabel Usaha Budidaya Ikan Lele di Lahan Kering di Kabupaten Gunungkidul (Luas Kolam m 2 ) Perhitungan Jumlah Produksi dan Pendapatan Usaha Budidaya Lele di Lahan Kering di Kabupaten Gunungkidul (Luas Kolam m 2 ) Laporan Keuangan Usaha Budidaya Ikan Lele di Lahan Kering di Kabupaten Gunungkidul (Luas Kolam m 2 ) Perhitungan Analisis Keuangan Usaha Budidaya Ikan Lele di Lahan Kering di Kabupaten Gunungkidul (Luas Kolam m 2 ) Biaya Investasi Usaha Budidaya Ikan Lele di Lahan Kering di Kabupaten Gunungkidul (Luas Kolam m 2 ) Biaya Tetap Usaha Budidaya Ikan Lele di Lahan Kering di Kabupaten Gunungkidul (Luas Kolam m 2 ) Biaya Variabel Usaha Budidaya Ikan Lele di Lahan Kering di Kabupaten Gunungkidul (Luas Kolam m 2 ) Perhitungan Jumlah Produksi dan Pendapatan Usaha Budidaya Lele di Lahan Kering di Kabupaten Gunungkidul (Luas Kolam m 2 ) Laporan Keuangan Usaha Budidaya Lele di Lahan Kering di 43

15 Kabupaten Gunungkidul (Luas Kolam m 2 ) Perhitungan Analisis Keuangan Usaha Budidaya Lele di Lahan Kering di Kabupaten Gunungkidul (Luas Kolam m 2 ) Faktor Strategis Internal (IFAS) Usaha Budidaya Ikan Lele Di Lahan Kering Di Kabupaten Gunungkidul Provinsi Daerah Istimewa Yogjakarta Faktor Strategis Eksternal (EFAS) Usaha Budidaya Ikan Lele Di Lahan Kering Di Kabupaten Gunungkidul Provinsi Daerah Istimewa Yogjakarta Matriks Internal Eksternal Matriks SWOT Usaha Budidaya Ikan Lele Di Lahan Kering Di Kabupaten Gunungkidul Provinsi DI Yogjakarta... 51

16 DAFTAR GAMBAR Halaman 1. Pohon Industri Ikan Lele Diagram Alir Pelaksanaan.. 19

17 DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1. Kuesioner Peta Administrasi Kabupaten Gunungkidul Kegiatan Budidaya Ikan Lele di Lahan Kering di Kabupaten Gunungkidul Provinsi DI Yogjakarta Uraian Tabulasi Data Penelitian Pengembangan Usaha Budidaya Ikan Lele Di Lahan Kering Luas Panen Lampiran 5. Data Tabulasi Penelitian Pengembangan Usaha Budidaya Lele Di Lahan Kering Di Kabupaten Gunungkidul Prov DIY (Biaya Prasarana)) Lampiran 6. Data Tabulasi Penelitian Pengembangan Usaha Budidaya Lele Di Lahan Kering Di Kabupaten Gunungkidul Prov DIY (Biaya Peralatan Penunjang) Lampiran 6. Data Tabulasi Penelitian Pengembangan Usaha Budidaya Lele Di Lahan Kering Di Kabupaten Gunungkidul Prov DIY (Biaya Tetap dan Biaya Variabel)... 74

18 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang semakin tinggi dari tahun ke tahun. Hal ini menyebabkan tingkat kebutuhan konsumsi protein yang berasal dari ikan pun semakin meningkat. Salah satu komoditas perikanan yang sangat prospektif untuk dibudidayakan dalam skala industri maupun rumah tangga adalah ikan lele (Clarias sp.). Lele sangat mudah dibudidayakan dengan teknologi sederhana dalam lahan budidaya yang tidak terlampau luas serta memiliki daya tahan yang lebih tinggi terhadap penyakit dibandingkan dengan komoditas ikan lainnya. Ikan lele juga memiliki keterkaitan industri (backward dan outward lingkage) yang luas serta dampak ekonomi yang besar khususnya di kalangan akar rumput. Selain hal itu, ikan lele juga sangat mudah diolah menjadi aneka menu masakan yang menarik dan usaha budidaya ikan lele dapat dijadikan salah satu alternatif lapangan usaha. Selama kurun waktu , Direktorat Jenderal Budidaya, Kementerian Kelautan dan Perikanan akan mengupayakan peningkatan produksi ikan lele sebesar 450% yaitu dari ton tahun 2009 menjadi ton pada tahun Namun demikian, di samping berbagai keunggulannya, citra atau persepsi terhadap ikan lele hingga saat ini masih rendah. Ikan lele terkesan sebagai makanan bagi kalangan terbatas sehingga gambaran ini perlu diubah agar lele layak dikonsumsi oleh semua lapisan masyarakat. Bila citra atau persepsi tentang budidaya ikan lele yang kurang baik selama ini dapat diubah menjadi ikan yang dipelihara dengan baik (good aquaculture practices), aman dikonsumsi, menyehatkan, mencerdaskan dan mensejahterakan masyarakat, maka pasar produk perikanan khususnya ikan lele akan berkembang. Berdasarkan hal tersebut di atas, ikan lele layak dijadikan salah satu komoditas pangan strategis yang berasal dari ikan. Apabila budidaya ikan lele diusahakan oleh sebagian besar masyarakat baik untuk kepentingan komersil atau sebagai sumber lauk keluarga, maka kondisi ini akan mendukung ketersediaan pasokan ikan di pasar domestik. Pemerintah menargetkan tingkat konsumsi ikan masyarakat terus meningkat. Data Kementerian Kelautan dan Perikanan menunjukkan, tingkat konsumsi ikan masyarakat tahun 2005 mencapai 23,95 kg/kapita/tahun,

19 2 sedangkan tahun 2009 telah mencapai 30,17 kg/kapita/tahun. Secara umum terdapat dua alasan perlunya peningkatan konsumsi ikan masyarakat, yaitu pertama adalah untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia dengan meningkatnya asupan masyarakat akan protein dan gizi yang berasal dari ikan, dan kedua adalah peningkatan konsumsi ikan, akan mendorong pengembangan industri ikan lele di Indonesia, khususnya dalam aspek pemasaran dan pengolahan. Kondisi ini pada akhirnya diharapkan mampu mendorong berkembangnya pasar dalam negeri untuk hasil perikanan dalam upaya peningkatan kesejahteraan dan kemandirian masyarakat khususnya pembudidaya, pengolah dan pemasar hasil perikanan. Alih guna lahan-lahan produktif menjadi daerah pemukiman membuat lahan yang dapat dimanfaatkan terutama untuk usaha budidaya di bidang perikanan menjadi terbatas. Salah satu solusi untuk mengatasiya adalah dengan pemanfaatan lahan non-produktif atau lahan-lahan marginal sebagai media budidaya di bidang perikanan, seperti budidaya lele dengan kolam terpal. Ketahanan lele di air yang tidak mengalir membuat budidaya lele mudah diterapkan meskipun pada lahan sempit dan kering. Usaha budidaya lele tidak membutuhkan biaya besar, mudah dan waktu pemeliharaannya singkat, sehingga cepat memberikan hasil bagi pembudidayanya. Berbeda dengan jenis ikan lain yang sangat rentan terhadap penyakit, lele tidak membutuhkan perhatian khusus saat pemeliharaan Identifikasi Permasalahan Berdasarkan penjelasan yang telah dikemukakan di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan yang dihadapi, seperti sebagai berikut : 1. Apakah budidaya ikan lele di lahan kering dengan kolam terpal memiliki potensi untuk dikembangkan? 2. Bagaimana kelayakan usaha budidaya ikan lele di lahan kering dengan menggunakan kolam terpal? 3. Bagaimanakah strategi pengembangan usaha budidaya ikan lele di lahan kering dengan menggunakan kolam terpal?

20 Tujuan Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah : 1. Menganalisis kelayakan usaha budidaya ikan lele di lahan kering dengan menggunakan kolam terpal di Kabupaten Gunungkidul Provinsi DIY. 2. Menganalisis potensi budidaya ikan lele di lahan kering dengan menggunakan kolam terpal. 3. Menyusun alternatif pengembangan usaha budidaya ikan lele dengan menggunakan kolam terpal di lahan kering di Kabupaten Gunungkidul Provinsi DIY.

21 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ikan Lele (Clarias sp.). Ikan lele merupakan salah satu komoditas unggulan. Pengembangan usahanya dapat dilakukan mulai dari benih sampai dengan ukuran konsumsi, dan setiap segmen dalam usaha budidaya ikan lele tersebut sangat menguntungkan. Selain untuk konsumsi lokal, ikan lele juga telah mulai diekspor dan permintaan akan ikan lele cukup besar. Di Indonesia ikan lele mempunyai beberapa nama daerah, antara lain: ikan kalang (Padang), ikan maut (Gayo, Aceh), ikan pintet (Kalimantan Selatan), ikan keling (Makasar), ikan cepi (Bugis), ikan lele atau lindi (Jawa Tengah). (Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi,2000). Empat variasi warna ikan lele yang diperjualbelikan, yakni hitam, putih, merah dan belang. Ikan lele konsumsi biasanya berwarna hitam kelabu, sedangkan yang berwarna putih, merah dan belang umumnya diperjualbelikan sebagai ikan hias (Gunawan 2009). Produksi ikan lele ukuran konsumsi secara nasional mengalami kenaikan 18,3 % /tahun yaitu dari ton pada tahun 1999 menjadi ton pada tahun Revitalisasi ikan lele sampai dengan akhir tahun 2009 ditargetkan mencapai produksi ton atau meningkat rata-rata 21,64%/tahun. Sementara, kebutuhan benih ikan lele juga mengalami peningkatan yang pesat yaitu dari 156 juta ekor pada tahun 1999 menjadi 360 juta ekor pada tahun 2003 atau meningkat rata-rata sebesar 46%/tahun. Kebutuhan benih lele diperkirakan mencapai 1,95 miliar ekor pada akhir 2009 (Mahyuddin 2010). Sejalan dengan hal tersebut, Kementerian Perikanan dan Kelautan telah mentargetkan produksi ikan lele l nasional pada tahun 2014 meningkat 450 % yakni mencapai kurang lebih 900 ribu ton dari produksi tahun 2009 sebesar 200 ribu ton seperti pada Tabel. 1. Kebutuhan atau permintaan terhadap ikan lele tidak pernah surut, bahkan terdapat kecenderungan meningkat setiap tahunnya. Menurut Gunawan (2009), untuk wilyah Jakarta, Bogor, Tanggerang, Bekasi dan Depok, setiap harinya dibutuhkan sekitar 75 ton ikan lele konsumsi.

22 5 Tabel. 1 Target Produksi Perikanan Budidaya Menurut Komoditas Utama Satuan : ton No. Rincian 2009* Kenaikan rata-rata (%) Kenaikan 2009 ke 2014 (%) 1 Rumput ut laut Catfish Patin Lele Nila Bandeng Udang windu vaname Mas Gurame Kakap Kerapu Lainnya Jumlah Kenaikan Rata- rata per Tahun *) angka sementara Sumber : Direktotar Jenderal Perikanan Budidaya, KKP (2009) Menteri Kelautan dan Perikanan mengatakan konsumsi ikan di Indonesia masih rendah dibanding negara-negara lain. Konsumsi ikan di Indonesia hanya pada tahun 2010 sebesar 30,48 kg/kapita/tahun. Sementara di Malaysia 55,5

23 6 kg/kapita/tahun, di Jepang sampai 140 kg/ kapita/tahun. Mengingat manfaat yang diperoleh dari ikan lele cukup banyak, seperti terlihat pada Gambar 1. Ikan Hidup Lele Ikan Lele Ikan Lele Utuh Ikan Lele Segar Ikan Lele Beku Segar Fillet ikan Lele Beku Ikan Lele Olahan Dikalengkan Lele asap Kering/ Asin Lele pindang Lele asin Lele kering Lainnya Keripik ikan Lele Kerupuk ikan lele Tepung ikan Lele Abon ikan lele Gambar 1. Pohon Industri Ikan Lele Sumber : Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, 2010 Budidaya ikan lele dapat dilakukan di kolam tanah, bak permanen maupun bak plastik, dan air harus dapat mengalir. Sumber air dapat berasal dari air sungai mapun air sumur. Suhu air yang ideal untuk pertumbuhan ikan lele berkisar antara C. Suhu air mempengaruhi laju pertumbuhan, laju metabolisme ikan dan napsu makan ikan serta kelarutan oksigen dalam air. Bentuk kolam yang ideal untuk pemeliharaan ikan lele adalah empat persegi panjang dengan ukuran sesuai dengan lokasi. Kedalaman kolam berkisar antara 1,0-1,5 m dengan kemiringan kolam dari pemasukan air ke pembuangan 0,5%. Saringan dapat dipasang pada

24 7 pintu pemasukan dan pengeluaran agar ikan-ikan jangan ada yang lolos keluar/masuk (Mahyuddin, 2010). Ikan lele dipanen pada umur 6-8 minggu, dengan berat rata-rata sekitar 200 gram/ekor. Ikan lele Dumbo pemanenan dapat dilakukan pada masa pemeliharaan 3-4 bulan dengan berat gram/ekor. Apabila waktu pemeliharaan ditambah 5-6 minggu maka lele akan mencapai berat 1-2 kg dengan panjang cm. Setelah dipanen, ikan lele dipelihara dulu di dalam tong/bak/hapa selama 1-2 hari tanpa diberi makan agar bau tanah dan bau amisnya hilang. Setelah ikan lele l dipanen, kolam harus dibersihkan sebelum dapat digunakan lagi. Salah satu teknologi budidaya yang cocok untuk budidaya ikan lele di daerah yang kering adalah budidaya dengan kolam terpal. Kolam terpal saat ini banyak digunakan sebagai wadah budidaya ikan, termasuk ikan lele. Kolam terpal adalah kolam yang dasarnya maupun sisi-sisi dindingnya dibuat dari terpal. Kolam terpal dapat mengatasi resiko-resiko yang terjadi pada kolam gali maupun kolam semen, dan biaya yang dikeluarkan jauh lebih murah dibandingkan dengan pembuatan kolam gali atau kolam semen. Keuntungan lain dari kolam terpal adalah : - Terhindar dari pemangsaan oleh ikan liar terutama bila memelihara ikan konsumsi. - Dilengkapi pengatur volume air yang bermanfaat untuk memudahkan pergantian air maupun panen. Selain itu untuk mempermudah penyesuaian ketinggian air sesuai dengan usia ikan. - Dapat dijadikan peluang usaha skala mikro dan makro. - Lele yang dihasilkan lebih berkualitas, tampak bersih, dan tidak berbau dibandingkan pemeliharaan di wadah lainnya. - Mudah dibersihkan dan dipindahkan. Keunggulan dari kolam terpal adalah dapat digunakan di berbagai tempat, seperti di pekarangan atau di halaman rumah. Lahan yang digunakan untuk kegiatan ini dapat berupa lahan yang belum dimanfaatkan atau lahan yang telah dimanfaatkan, tetapi kurang produktif. Keunggulan lainnya dari kolam terpal ini adalah bisa di dapat digunakan juga dilahan berpasir seperti di pantai.

25 8 Teknologi ini merupakan perwujudan dari Konsep Mina Kera. Secara umum Mina Kera dapat diartikan sebagai kegiatan memelihara ikan di kebun atau di halaman sekitar rumah yang dapat dilaksanakan oleh warga masyarakat secara swadaya baik perorangan maupun berkelompok (Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi DIY, 2010) Lahan Kering Pengertian lahan kering (upland dan rainfed) adalah hamparan lahan yang didayagunakan d tanpa penggenangan air, baik secara permanen maupun musiman dengan sumber air berupa hujan atau air irigasi (Suwardji, 2003). Definisi yang diberikan oleh Soil Survey Staffs (1998) dalam Haryati (2002), lahan kering adalah hamparan lahan yang tidak pernah tergenang atau digenangi air selama periode sebagian besar waktu dalam setahun. Tipologi lahan ini dapat dijumpai dari dataran rendah (0-700 m dpl) hingga dataran tinggi (> 700m dpl). Dari pengertian di atas, maka jenis penggunaan lahan yang termasuk dalam kelompok lahan kering mencakup: lahan tadah hujan, tegalan, ladang, kebun campuran, perkebunan, hutan, semak, padang rumput, dan padang alang-alang. Lahan kering mempunyai potensi yang cukup luas untuk dikembangkan, dengan luas yang mencapai 52,5 juta ha (Haryati, 2002) untuk seluruh Indonesia. Pemanfaatan lahan kering untuk kepentingan pembangunan daerah ternyata banyak menghadapi masalah dan kendala. Masalah yang utama adalah masalah fisik, yaitu lahan kering banyak yang telah rusak atau mempunyai potensi yang cukup besar untuk menjadi rusak, sehingga paket teknologi yang berorientasi pada perlindungan lahan kering sangat diperlukan. Kekurangan air pada saat musim kemarau, miskin unsur hara serta keadaan tanah yang peka terhadap erosi merupakan kendala lingkungan yang paling dominan di kawasan lahan kering Kelayakan Usaha Untuk suatu usaha yang akan dikembangkan atau diperluas, terlebih dahulu harus dilakukan kegiatan studi kelayakan. Studi ini dilaksanakan guna menilai kelayakan investasi yang akan ditanamkan. Resiko dan kerugian yang besar akan terjadi apabila terjadi kesalahan dalam menilai investasi suatu usaha. Menurut Subagyo (2007), penilaian investasi termasuk dalam studi kelayakan yang

26 9 bertujuan untuk menghindari terjadinya investasi yang tidak menguntungkan karena usaha yang tidak layak. Tujuan penyusunan studi kelayakan secara umum adalah untuk menganalisis : 1. Kelayakan produk yang akan ditawarkan di pasaran (marketabel.), 2. Keberlanjutan (sustainability) produk secara teknis, 3. Efektivitas dan efisiensi usaha, 4. Aspek legal usaha, 5. Keuntungan usaha Analisis investasi bertujuan untuk memilih aktivitas investasi yang paling menguntungkan. Metoda analisis yang dapat dipergunakan adalah metoda nilai bersih sekarang (Net Present Value/NPV), rasio manfaat biaya (Benefit Cost Ratio/BCR), tingkat pengembalian hasil internal (Internal Rate of Return/IRR), analisis break-even point (Break-Even Point Analysis), serta metoda Payback Period (PBP). 1. Metoda nilai bersih sekarang (net present value/npv), Net Present Value (NPV) dari suatu usaha merupakan nilai sekarang dari selisih antara Benefit (manfaat) dengan Cost (biaya) pada Discount Rate tertentu. Net Present Value (NPV) menunjukkan kelebihan benefit dibandingkan dengan cost. Jika present value benefit lebih besar daripada present value biaya, berarti usaha tersebut layak atau menguntungkan. Dengan kata lain, apabila NPV > 0 berarti proyek tersebut menguntungkan. Sebaliknya jika NPV < 0 berarti proyek tersebut tidak layak diusahakan. Rumus NPV menurut Gaspersz (2005) adalah sebagai berikut : NPV = PV ; (n. i%) PV = F (1 + i) -n Keterangan : PV = Nilai sekarang (Rupiah) F = Nilai pada n-tahun (Rupiah) I = tingkat bunga (%) n = tahun/ periode n-tahun

27 10 (1 + i )-n = discount factor pada n-tahun 2. Rasio Manfaat Biaya (Benefit Cost Ratio/BCR) Net B/C adalah perbandingan jumlah NPV positif dengan jumlah NPV negatif. Net B/C ini menunjukkan gambaran berapa kali lipat benefit akan diperoleh dari biaya yang dikeluarkan. Cara menghitung Net B/C (Gaspersz, 2005) : Net B/C = dimana, NPV B-C Positif NPV B-C Negatif B/C > 1, maka usaha layak untuk dilaksanakan B/C < 1, maka usaha tidak layak untuk dilaksanakan 3. Tingkat Pengembalian Hasil Internal (Internal Rate of Return/IRR), Metoda IRR adalah informasi yang dihasilkan berkaitan dengan tingkat kemampuan cash flow dalam pengembalian investasi yang dijelaskan dalam bentuk % bunga yang berlaku. Menghitung IRR menurut Gaspersz (2005) : NPV 1 IRR = i 1 ( i 1 i 2 ) ( NPV 1 NPV 2 ) dimana, IRR.> discount rate, maka usaha layak untuk dilaksanakan IRR.< discount rate, maka usaha tidak layak untuk dilaksanakan 4. Analisis Break-Even Point (BEP)/analisis Titik Impas Analisis Break-even point (BEP) dilakukan untuk mengetahui pada kondisi bagaimana pembangunan fasilitas investasi perlu dilakukan secara bertahap dan kapan tahapan tersebut sebaiknya dilakukan sehingga akan menghasilkan suatu investasi yang optimal, dan produktif. Rumus BEP menurut Gasperesz (2005) adalah sebagai berikut : Z = R TC = 0, Z = Keuntungan (Rp/tahun) R = Penerimaan (Rp/tahun)

28 11 TC = Total biaya (Rp/tahun) TI = FC / (P-VC), dimana, N > TI = Laba N< TI = Rugi TC = FC + VC R = N x P Keterangan : TI = Break-even Point (unit produk/tahun) FC = Biaya tetap (Rp/tahun) P = Harga jual (Rp/unit produk) VC = Biaya Variabel (Rp/unit produk) N = Jumlah produk yang dihasilkan (unit/tahun) 5. Metoda Payback Period (PBP) Payback periode adalah jangka waktu yang diperlukan untuk membayar kembali (mengembalikan) semua biaya-biaya Investasi yang telah dikeluarkan dalam investasi suatu usaha. Hasilnya adalah merupakan satuan waktu yang pada tahap berikutnya dibandingkan dengan maximum payback period yang dapat diterima. Kriteria penilaiannya adalah apabila PBP lebih pendek waktunya daripada maximum payback period, maka usulan investasi dapat diterima. Rumus payback periode menurut Umar (2007) adalah sebagai berikut : Nilai Investasi (Rp) PBP (tahun) = X 1 tahun Kas Masuk Bersih (Rp) 2.5 Strategi Pengembangan Usaha Beberapa tahapan dalam proses menyusun perencanaan strategis pengembangan usaha budidaya ikan lele di lahan kering yang harus dilakukan melalui tiga tahapan analisis, yaitu tahap pengumpulan data, tahap analisis dan tahap pengambilan keputusan (Rangkuti, 2009). Lebih lanjut (Rangkuti, 2009) menjelaskan bahwa definisi strategi yang pertama kali dikemukakan oleh Chandler (1962) adalah tujuan jangka panjang

29 12 dari suatu perusahaan serta pendayagunaan dan alokasi semua sumber daya yang penting untuk mencapai tujuan tersebut. Proses pengambilan keputusan strategis selalu berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan, strategi, dan kebijakan pelaku usaha. Dengan demikian perencana strategi (strategic planner) harus menganalisis faktor-faktor strategis pelaku usaha (kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman) dalam kondisi yang ada saat ini. Hal ini disebut dengan Analisis Situasi. Model yang paling populer untuk analisis situasi adalah Analisa SWOT. Metoda analisis ini dapat dipergunakan sebagai instrumen dalam pemilihan strategi dasar. Analisis SWOT adalah sebuah metode perencanaan strategis yang digunakan untuk mengevaluasi Strengths, Weaknesses, Opportunities, dan Threats terlibat dalam suatu proyek atau dalam bisnis usaha. Hal ini melibatkan penentuan tujuan usaha bisnis atau proyek dan mengidentifikasi faktor-faktor internal dan eksternal yang baik dan menguntungkan untuk mencapai tujuan itu. Rangkuti (2009) menjelaskan bahwa analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi organisasi. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strengths) dan peluang (opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weakness) dan ancaman (threats). Analisis SWOT digunakan untuk membandingkan faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal terdiri dari peluang dan ancaman, sedangkan faktor internal terdiri dari kekuatan dan kelemahan. Lebih lanjut, Rangkuti (2009) menjelaskan Diagram SWOT seperti di bawah ini : Kuadran I : Merupakan situasi yang menguntungkan. Perusahaan tersebut memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang diterapkan dalam kondisi ini adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif. Kuadran II : Meskipun menghadapi berbagai ancaman, perusahaan ini masih memiliki kekuatan dari segi internal. Strategi yang harus diterapkan adalah menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka panjang dengan cara strategi diversifikasi (produk/pasar).

30 13 Kuadran III : Perusahaan menghadapi peluang pasar yang sangat besar, tetapi di lain pihak menghadapi beberapa kendala/kelemahan internal. Fokus strategi ini yaitu meminimalkan masalah internal perusahaan sehingga dapat merebut pasar yang lebih baik (turn around). Kuadran IV : Merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan, perusahaan tersebut menghadapi berbagai ancaman dan kelemahan internal. Fokus strategi yaitu melakukan tindakan penyelamatan agar terlepas dari kerugian yang lebih besar (defensive). Tujuan dari setiap analisis SWOT adalah untuk mengidentifikasi kunci faktor internal dan eksternal yang penting untuk mencapai tujuan. Ini berasal dari perusahaan dalam rantai nilai unik. Kelompok analisis SWOT informasi kunci ke dalam dua kategori utama: - Faktor internal : Kekuatan dan kelemahan internal organisasi. - Faktor eksternal : Peluang dan ancaman yang disajikan oleh lingkungan eksternal organisasi. Dalam analisis SWOT, dilakukan perbandingan antara faktor-faktor strategis internal maupun eksternal untuk memperoleh strategi terhadap masingmasing faktor tersebut, kemudian dilakukan skoring. Berdasarkan hasil yang diperoleh kemudian ditentukan fokus rekomendasi strategi. Faktor-faktor internal dapat dipandang sebagai kekuatan atau kelemahan tergantung pada dampaknya terhadap tujuan organisasi. Apa yang dapat mewakili kekuatan yang berkaitan dengan satu tujuan mungkin kelemahan untuk tujuan lain. Faktor-faktor yang dapat mencakup semua 4P itu; serta kepegawaian, keuangan, kemampuan manufaktur, dan sebagainya. Faktor-faktor eksternal dapat mencakup masalah-masalah makro ekonomi, perubahan teknologi, undangundang, dan perubahan sosial-budaya, serta perubahan-perubahan dalam pasar atau posisi kompetitif. Hasilnya sering disajikan dalam bentuk matriks. Matriks ini i menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman internal yang dihadapi dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan internal yang dimiliki. Matrik ini dapat menghasilkan empat set kemungkinan alternatif strategis, seperti pada Tabel. 1.

31 14 Analisis SWOT adalah salah satu metode kategorisasi dan memiliki kelemahan. Matrik SWOT merupakan alat pencocokan yang penting untuk membantu para manajer mengembangkan empat tipe strategi: Strategi SO (Strengths-Opportunities), Strategi WO (Weaknesses-Opportunities), Strategi ST (Strengths-Threats), dan Strategi WT (Weaknesses-Threats). Tabel. 2. Contoh Matrik SWOT Internal (IFAS) Eksternal (EFAS) OPPORTUNITIES POR (O) (Tentukan 5-10 faktor peluang eksternal) STRENGTH (S) (Tentukan 5-10 faktor kekuatan internal) Strategi SO Daftar kekuatan untuk meraih keuntungan dari peluang yang ada WEAKNESSES (W) (Tentukan 5-10 faktor kelemahan internal) Strategi WO Daftar untuk memperkecil kelemahan dengan memanfaatkan keuntungan dari peluang yang ada THREATS (T) (Tentukan 5-10 faktor ancaman eksternal) Sumber : Rangkuti, 2009 Strategi ST Daftar kekuatan untuk menghindari ancaman Strategi WT Daftar untuk memperkecil kelemahan dan menghindari ancaman Analisis Faktor Strategis Eksternal Analisis faktor strategis eksternal difokuskan pada kondisi yang ada dan kecenderungan yang muncul dari luar, tetapi dapat memberi pengaruh kinerja organisasi. Setelah mengetahui faktor-faktor strategi eksternal, selanjutnya susun Tabel. faktor-faktor Strategis Eksternal (External Strategic Factors Analysis Summary/EFAS), dengan langkah sebagai berikut : 1. Menyusun faktor peluang dan ancaman pada kolom Memberikan bobot masing-masing faktor pada kolom 2, mulai dari 1,0 (sangat penting) sampai dengan 0,0 (tidak penting). Bobot dari semua faktor strategis yang berupa peluang dan ancaman ini harus berjumlah Menghitung rating dalam (dalam kolom 3) untuk masing-msing faktor dengan memberi skala mulai dari 4 (sangat baik/outstanding) sampai dengan 1 (sangat tidak baik/poor) berdasarkan pengaruh faktor tersebut pada kondisi organisasi. Pemberian nilai rating untuk peluang bersifat

32 15 positif, artinya peluang yang semakin besar diberi rating +4, tetapi jika peluangnya kecil diberi nilai +1. Sementara untuk rating ancaman bersifat sebaliknya, yaitu jika nilai ancamannya besar, maka ratingnya -4 dan jika nilai ancamannya kecil, maka nilainya Mengalikan bobot faktor pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3. Hasilnya adalah skor pembobotan untuk masing-masing faktor. 5. Menghitung jumlah skor pembobotan. Nilai ini adalah untuk memetakan posisi organisasi pada diagram analisa SWOT. Perhitungan yang dilakukan melalui tiga tahap, yaitu: 1. Melakukan perhitungan skor (a) dan bobot (b) point faktor serta jumlah total perkalian skor dan bobot (c = a x b) pada setiap faktor S-W-O-T; Menghitung skor (a) masing-masing point faktor dilakukan secara saling bebas (penilaian terhadap sebuah point faktor tidak boleh dipengaruhi atau mempengeruhi penilaian terhadap point faktor lainnya. Pilihan rentang besaran skor sangat menentukan akurasi penilaian namun yang lazim digunakan adalah dari 1 sampai 10, dengan asumsi nilai 1 berarti skor yang paling rendah dan 10 berarti skor yang peling tinggi. Perhitungan bobot (b) masing-masing point faktor dilaksanakan secara saling ketergantungan. Artinya, penilaian terhadap satu point faktor adalah dengan membandingkan tingkat kepentingannya dengan point faktor lainnya. Sehingga formulasi perhitungannya adalah nilai yang telah didapat (rentang nilainya sama dengan banyaknya point faktor) dibagi dengan banyaknya jumlah point faktor). 2. Melakukan pengurangan antara jumlah total faktor S dengan W (d) dan faktor O dengan T (e); Perolehan angka (d = x) selanjutnya menjadi nilai atau titik pada sumbu X, sementara perolehan angka (e = y) selanjutnya menjadi nilai atau titik pada sumbu Y; 3. Mencari posisi organisasi yang ditunjukkan oleh titik (x,y) pada kuadran SWOT.

33 16 Tabel. 3 Faktor-Faktor Strategis Eksternal (External Strategic Factors Analysis Summary/EFAS) Faktor-faktor Strategis Eksternal Bobot Rating Skor Pembobotan (Bobot x Rating) Peluang (Opportunities/O) : 1. Peluang 1 2. Peluang 2 bobot peluang 1 bobot peluang 2 rating peluang 1 rating peluang 2 Jumlah O a b Ancaman (Threats/T) : 1. Ancaman 1 2. Ancaman 2 bobot ancaman 1 bobot ancaman 2 rating ancaman 1 rating ancaman 2 Jumlah T c d T o t a l (a+c) = 1 (b+d) Sumber : Rangkuti, 2009 Analisis Faktor Strategis Internal Analisis faktor strategis internal adalah analisis yang menilai prestasi/kinerja yang merupakan faktor kekuatan dan kelemahan yang ada untuk mencapai tujuan organisasi. Seperti halnya pada Analisis Faktor Strategis Eksternal, maka dengan cara yang sama menyusun Tabel. Faktor-faktor Strategis Internal (Internal Strategic Factors Analysis Summary/IFAS). Bentuk Tabel. IFAS adalah sepeti terlihat pada Tabel. 3.

34 17 Tabel. 4 Faktor-Faktor Strategis Internal (Internal Strategic Factors Analysis Summary/IFAS) Skor Faktor-faktor Pembobotan Bobot Rating Strategis Internal (Bobot x Rating) Kekuatan (Stregths/S) : 1. Kekuatan 1 2. Kekuatan 2 bobot kekuatan 1 bobot kekuatan 2 rating kekuatan 1 rating kekuatan 2 Jumlah S a b Kelemahan (Weaknesses/W): 1. Kelemahan 1 2. Kelemahan 2 Bobot kelemahan 1 bobot kelemahan 2 rating kelemahan 1 rating kelemahan 2 Jumlah W c d T o t a l (a+c) = 1 (b+d) Sumber : Rangkuti, 2009

35 II. METODA KERJA 3.1 Lokasi dan Waktu Kegiatan ini akan dilakukan di Kabupaten Gunungkidul Provinsi Daerah Istimewa Yogjakarta terhadap pembudidaya ikan lele yang sedang mengembangkan budidaya ikan lele dengan menggunakan kolam terpal. Pengumpulan dan analisis data dilakukan dari bulan April Juni Metoda Pengumpulan dan Analisis Data Metoda yang digunakan untuk menjelaskan keadaan saat ini dalam penyusunan laporan akhir adalah dengan menggunakan metoda deskriptif, yang menggambarkan keadaan dan fakta-fakta yang ada di lapangan, setelah itu dilakukan analisis terhadap kelayakan usaha budidaya ikan lele di lahan kering dan disusun strategi pengembangannya berdasarkan teori terkait. Data yang dibutuhkan berupa data primer yang diperoleh dari sejumlah 44 pembudidaya ikan lele l di lahan kering dengan menggunakan kolam terpal yang diambil sebagai sampel di Kecamatan Playen, Kabupaten Gunungkidul, mewakili sebanyak 422 pembudidaya ikan lele, serta data sekunder yang diperoleh dari hasil studi pustaka (buku, jurnal dan penelitian terdahulu) serta laporan dari instansi terkait, seperti Kementerian Kelautan dan Perikanan, Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi dan Kabupaten, Badan Pusat Statistik dan Pemerintah Daerah, yang terkait dengan teknis budidaya ikan lele di lahan kering, potensi pasar ikan lele, potensi pemasaran, serta usaha diversifikasi produk ikan lele menjadi olahan. Tahapan ini pada dasarnya tidak hanya kegiatan pengumpulan data, tetapi juga merupakan suatu kegiatan pengklasifikasian dan pra-analisis. Pada tahap ini data dapat dibedakan menjadi dua, yaitu data eksternal dan data internal. (Rangkuti, 2009). Pelaksanaan kegiatan nantinya diharapkan menghasilkan suatu strategi pengembangan usaha budidaya ikan lele di lahan kering, Diagram alir pelaksanaan kegiatan disajikan pada Gambar 2.

36 19 Metoda SWOT Analisis Potensi dan Peluang Usaha Budidaya Ikan Lele Usaha Budidaya Ikan Lele di Kabupaten Gunungkidul, Prov. DIY Kelompok Pembudidaya Ikan Lele di Lahan Kering Analisis Kelayakan Analisis deskriptif Metoda : NPV,BCR,IRR, BEP dan PBP Strategi 3.3 Aspek Pengembangan Kajian Usaha Budidaya Lele Di Lahan Kering di Kabupaten Gunungkidul, Prov. DIY Gambar 2. Diagram Alir Pelaksanaan 3.3 Aspek Kajian Kajian dari pengembangan usaha budidaya ikan lele di lahan kering di Kabupaten Gunungkidul dianalisis secara deskriftif dengan menitik beratkan kepada aspek teknis pengembangan budidaya serta aspek strategi pengembangan usaha pada budidaya ikan lele di lahan kering. Secara garis besar proses budidaya ikan lele adalah sebagai berikut : 1. Persiapan budidya 2. Pembenihan 3. Pemberian pakan 4. Pemberantasan hama dan penyakit 5. Pemanenan Proses budidaya tersebut akan dibandingkan dengan teknik yang diperoleh dari studi pustaka untuk mengetahui apakah proses yang dilakukan sudah optimal. Kajian analisis ekonomi yang terdiri dari aspek pemasaran dan aspek pembiayaan, dilakukan untuk mengetahui kelayakan usaha dari usaha budidaya ikan lele yang dilakukan di lahan kering. Aspek pemasaran meliputi kondisi permintaan produk ikan lele untuk memenuhi kebutuhan pasar; penawaran, yang memberikan gambaran tentang ketersediaan produk dalam proses usaha budidaya serta faktor keseimbangan antara permintaan dan penawaran; harga, yang

37 memberikan gambaran tentang mekanisme penetapan harga jual produk, hubungan antara harga jual dengan permintaan, serta faktor-faktor yang mempengaruhi harga jual produk; persaingan dan peluang pasar serta pemasaran produk ikan lele. Kelayakan finansial usaha budidaya ikan lele di lahan kering dinilai dengan menggunakan Metoda Net Present Value (NPV), Metoda Benefit Cost Ratio (BCR), Metoda Internal Rate og Return (IRR), Analisis Break Even Point (BEP) dan Metoda Payback Period (PBP). Untuk mengkaji strategi pengembangan usaha budidaya ikan lele di lahan kering di Kabupaten Gunungkidul dilakukan dengan menggunakan analisis SWOT kuantitatif. Dua macam pendekatan dalam analisis SWOT, yaitu: a. Pendekatan Kualitatif Matriks SWOT Pendekatan kualitatif matriks SWOT sebagaimana dikembangkan oleh Kearns menampilkan delapan kotak, yaitu dua paling atas adalah kotak faktor eksternal (Peluang dan Tantangan) pada usaha budidaya ikan lele di lahan kering di Kabupaten Gunungkidul, sedangkan dua kotak sebelah kiri adalah faktor internal (Kekuatan dan Kelamahan). Empat kotak lainnya merupakan kotak isu- isu strategis yang timbul sebagai hasil titik pertemuan antara faktor-faktor internal dan eksternal usaha budidaya tersebut. b Pendekatan Kuantitatif Analisis SWOT Data SWOT kualitatif di atas dapat dikembangkan secara kuantitatif melalui perhitungan Analisis SWOT yang dikembangkan oleh Pearce dan Robinson (1998) agar diketahui secara pasti posisi organisasi yang sesungguhnya. Analisis lingkungan usaha budidaya ikan lele pada lahan kering dengan menggunakan metoda analisis deskriptif dilakukan terhadap faktor internal dan eksternal. Lingkungan internal terdiri atas lima faktor, yaitu : 1. Misi dan tujuan dari pengembangan usaha budidaya ikan lele pada lahan kering; 2. Fasilitas dan kegiatan produksi, meliputi data sarana dan prasarana produksi, proses produksi dan penanganan pascaproduksi; 3. Sumber daya manusia yang meliputi data mengenai jumlah pembudidaya yang bekerja pada usaha budidaya ikan lele dan fasilitas bagi pembudidaya,

II. TINJAUAN PUSTAKA Ikan Lele (Clarias sp.)

II. TINJAUAN PUSTAKA Ikan Lele (Clarias sp.) II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ikan Lele (Clarias sp.). Ikan lele merupakan salah satu komoditas unggulan. Pengembangan usahanya dapat dilakukan mulai dari benih sampai dengan ukuran konsumsi, dan setiap segmen

Lebih terperinci

Pengembangan Usaha Budidaya Ikan Lele (Clarias sp.) di Lahan Kering di Kabupaten Gunungkidul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

Pengembangan Usaha Budidaya Ikan Lele (Clarias sp.) di Lahan Kering di Kabupaten Gunungkidul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Manajemen IKM, Februari 2014 (96-105) Vol. 9 No. 1 ISSN 2085-8418 http://journal.ipb.id/index.php/jurnalmpi/ Pengembangan Usaha Budidaya Ikan Lele (Clarias sp.) di Lahan Kering di Kabupaten Gunungkidul,

Lebih terperinci

III. METODE KAJIAN 3.1 Lokasi dan Waktu 3.2 Pengumpulan Data

III. METODE KAJIAN 3.1 Lokasi dan Waktu 3.2 Pengumpulan Data III. METODE KAJIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di lokasi unit usaha pembenihan ikan nila Kelompok Tani Gemah Parahiyangan yang terletak di Kecamatan Cilebar, Kabupaten Karawang, Jawa

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Lampung Timur. Lokasi penelitian

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Lampung Timur. Lokasi penelitian 36 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Lampung Timur. Lokasi penelitian dipilih secara purposive (sengaja) dengan pertimbangan bahwa daerah

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Kabupaten Pesawaran. Penelitian ini dilakukan Bulan Januari-April 2015.

III. METODOLOGI PENELITIAN. Kabupaten Pesawaran. Penelitian ini dilakukan Bulan Januari-April 2015. III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Pulau Pahawang Kecamatan Marga Punduh Kabupaten Pesawaran. Penelitian ini dilakukan Bulan Januari-April 2015.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Februari 2013 hingga April 2013. Dengan tahapan pengumpulan data awal penelitian dilaksanakan pada Bulan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Proses produksi kopi luwak adalah suatu proses perubahan berbagai faktor

III. METODE PENELITIAN. Proses produksi kopi luwak adalah suatu proses perubahan berbagai faktor III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan batasan operasional ini mencakup semua pengertian yang digunakan untuk memperoleh data yang akan dianalisis sesuai dengan

Lebih terperinci

III. PELAKSANAAN TUGAS AKHIR

III. PELAKSANAAN TUGAS AKHIR 26 III. PELAKSANAAN TUGAS AKHIR A. Lokasi, Waktu dan Pembiayaan 1. Lokasi Kajian Kajian tugas akhir ini dengan studi kasus pada kelompok Bunga Air Aqua Plantindo yang berlokasi di Ciawi Kabupaten Bogor.

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perikanan merupakan salah satu subsektor pertanian yang potensial untuk dikembangkan di Indonesia. Hal ini dikarenakan sebagian besar wilayah Indonesia terdiri atas perairan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Perkebunan karet rakyat di Kabupaten Cianjur mempunyai peluang yang cukup besar untuk pemasaran dalam negeri dan pasar ekspor. Pemberdayaan masyarakat perkebunan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Investasi Investasi merupakan suatu tindakan pembelanjaan atau penggunaan dana pada saat sekarang dengan harapan untuk dapat menghasilkan dana di masa datang yang

Lebih terperinci

STUDI KELAYAKAN USAHA PEMBESARAN IKAN LELE DUMBO (Clarias gariepinus) PENDAHULUAN

STUDI KELAYAKAN USAHA PEMBESARAN IKAN LELE DUMBO (Clarias gariepinus) PENDAHULUAN P R O S I D I N G 311 STUDI KELAYAKAN USAHA PEMBESARAN IKAN LELE DUMBO (Clarias gariepinus) Muhammad Alhajj Dzulfikri Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya PENDAHULUAN Perikanan merupakan salah satu

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Asahan, untuk melihat kajian secara

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Asahan, untuk melihat kajian secara III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Asahan, untuk melihat kajian secara umum. Sedangkan untuk kajian detil dilakukan di kecamatan-kecamatan

Lebih terperinci

Gambar 3. Kerangka pemikiran kajian

Gambar 3. Kerangka pemikiran kajian III. METODE KAJIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Kajian Usaha pengolahan pindang ikan dipengaruhi 2 (dua) faktor penting yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi aspek produksi, manajerial,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Variabel. Konsep dasar dan definisi operasional variabel adalah pengertian yang

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Variabel. Konsep dasar dan definisi operasional variabel adalah pengertian yang 53 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Variabel Konsep dasar dan definisi operasional variabel adalah pengertian yang diberikan kepada variabel sebagai petunjuk dalam memperoleh

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Agrifarm, yang terletak di desa Cihideung Udik Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

III. METODE KAJIAN A. Lokasi dan Waktu B. Metode Kerja 1. Pengumpulan data

III. METODE KAJIAN A. Lokasi dan Waktu B. Metode Kerja 1. Pengumpulan data 15 III. METODE KAJIAN A. Lokasi dan Waktu Pengambilan data dilakukan di PT. Mitra Bangun Cemerlang yang terletak di JL. Raya Kukun Cadas km 1,7 Kampung Pangondokan, Kelurahan Kutabaru, Kecamatan Pasar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Tanaman Salak Tanaman salak memiliki nama ilmiah Salacca edulis reinw. Salak merupakan tanaman

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka Studi kelayakan yang juga sering disebut dengan feasibility study merupakan bahan pertimbangan dalam mengambil suatu keputusan, apakah menerima atau menolak

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Maju Bersama, Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian pengembangan perikanan pelagis di Kabupaten Bangka Selatan dilakukan selama 6 bulan dari Bulan Oktober 2009 hingga Maret 2010. Pengambilan data dilakukan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Supriadi R 1), Marhawati M 2), Arifuddin Lamusa 2) ABSTRACT

PENDAHULUAN. Supriadi R 1), Marhawati M 2), Arifuddin Lamusa 2) ABSTRACT e-j. Agrotekbis 1 (3) : 282-287, Agustus 2013 ISSN : 2338-3011 STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA BAWANG GORENG PADA UMKM USAHA BERSAMA DI DESA BOLUPOUNTU JAYA KECAMATAN SIGI BIROMARU KABUPATEN SIGI Business

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Strategi Pengembangan Pariwisata Sekitar Pantai Siung Berdasarkan Analisis SWOT Strategi pengembangan pariwisata sekitar Pantai Siung diarahkan pada analisis SWOT.

Lebih terperinci

Gambar 2.5 Diagram Analisis SWOT

Gambar 2.5 Diagram Analisis SWOT 32 Gambar 2.5 Diagram Analisis SWOT Kuadran 1: Ini merupakan situasi yang sangat menguntungkan. Perusahaan tersebut memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada. Strategi

Lebih terperinci

III. METODE KAJIAN. B. Pengolahan dan Analisis Data

III. METODE KAJIAN. B. Pengolahan dan Analisis Data 19 III. METODE KAJIAN Kajian ini dilakukan di unit usaha Pia Apple Pie, Bogor dengan waktu selama 3 bulan, yaitu dari bulan Agustus hingga bulan November 2007. A. Pengumpulan Data Metode pengumpulan data

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Penelitian Industri kayu lapis menghasilkan limbah berupa limbah cair, padat, gas, dan B3, jika limbah tersebut dibuang secara terus-menerus akan terjadi akumulasi limbah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Analisis SWOT (strengths-weaknessesopportunities-threats)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Analisis SWOT (strengths-weaknessesopportunities-threats) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Strategi Pemasaran Strategi Pemasaran ialah paduan dari kinerja wirausaha dengan hasil pengujian dan penelitian pasar sebelumnya dalam mengembangkan keberhasilan strategi

Lebih terperinci

[ GROUPER FAPERIK ] April 1, 2014

[ GROUPER FAPERIK ] April 1, 2014 STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA IKAN LELE ASAP DAN IKAN PARI ASAP DI KUB MINA BAROKAH DESA KABALAN KECAMATAN KANOR KABUPATEN BOJONEGORO WACHIDATUS SA ADAH Dosen Program Studi Agrobisnis Perikanan Fakultas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pengertian Kelompok Tani Kelompok tani diartikan sebagai kumpulan orang-orang tani atau petani yang terdiri atas

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional ini meliputi pengertian yang digunakan

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional ini meliputi pengertian yang digunakan III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan batasan operasional ini meliputi pengertian yang digunakan untuk memperoleh data yang akan dianalisis sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Lokasi penelitian dilaksanakan pada perusahaan CV Septia Anugerah Jakarta, yang beralamat di Jalan Fatmawati No. 26 Pondok Labu Jakarta Selatan. CV Septia Anugerah

Lebih terperinci

MATERI 3 ANALISIS PEMECAHAN MASALAH DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN

MATERI 3 ANALISIS PEMECAHAN MASALAH DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN MATERI 3 ANALISIS PEMECAHAN MASALAH DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN A. Kerangka Analisis Strategis Kegiatan yang paling penting dalam proses analisis adalah memahami seluruh informasi yang terdapat pada suatu

Lebih terperinci

KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA SILO JAGUNG di GAPOKTAN RIDO MANAH KECAMATAN NAGREK KABUPATEN BANDUNG

KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA SILO JAGUNG di GAPOKTAN RIDO MANAH KECAMATAN NAGREK KABUPATEN BANDUNG LAMPIRAN 83 Lampiran 1. Kuesioner kelayakan usaha KUESIONER PENELITIAN KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA SILO JAGUNG di GAPOKTAN RIDO MANAH KECAMATAN NAGREK KABUPATEN BANDUNG SEKOLAH PASCASARJANA

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penentuan Lokasi Pemilihan lokasi penelitian dilakukan dilakukan secara purposive (sengaja) yaitu berdasarkan pertimbanganpertimbangan tertentu sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. A. Kerangka Pemikiran. B. Pendekatan Studi Kelayakan

III. METODOLOGI. A. Kerangka Pemikiran. B. Pendekatan Studi Kelayakan III. METODOLOGI A. Kerangka Pemikiran Pengembangan industri tepung dan biskuit dari tepung kepala ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) harus mempertimbangkan beberapa faktor, yaitu analisis pasar dan pemasaran,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN Definisi Operasional, dan Pengukuran Variabel

III. METODE PENELITIAN Definisi Operasional, dan Pengukuran Variabel 45 III. METODE PENELITIAN 3.1. Definisi Operasional, dan Pengukuran Variabel Penjelasan mengenai definisi operasional dan variabel pengukuran perlu dibuat untuk menghindari kekeliruan dalam pembahasan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar ini mencakup pengertian yang digunakan untuk menunjang dan

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar ini mencakup pengertian yang digunakan untuk menunjang dan 36 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar ini mencakup pengertian yang digunakan untuk menunjang dan menciptakan data akurat yang akan dianalisis sehubungan dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Obyek dan Subjek Penelitian 1. Objek Penelitian Penelitian ini berlokasi pada obyek wisata alam Pantai Siung yang ada di Desa Purwodadi, Kecamatan Tepus, Kabupaten Gunungkidul,

Lebih terperinci

EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN DOSEN PEMULA

EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN DOSEN PEMULA Kode/Rumpun Ilmu: 181/Sosial Ekonomi Pertanian EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN DOSEN PEMULA KAJIAN KELAYAKAN FINANSIAL USAHATANI KOPI ARABIKA DAN PROSPEK PENGEMBANGANNYA DI KETINGGIAN SEDANG Oleh: ATI KUSMIATI,

Lebih terperinci

ANALISIS LINGKUNGAN INTERNAL DAN EKSTERNAL BISNIS STMIK SUMEDANG DENGAN MENGGUNAKAN METODE SWOT ANALYSIS

ANALISIS LINGKUNGAN INTERNAL DAN EKSTERNAL BISNIS STMIK SUMEDANG DENGAN MENGGUNAKAN METODE SWOT ANALYSIS ANALISIS LINGKUNGAN INTERNAL DAN EKSTERNAL BISNIS STMIK SUMEDANG DENGAN MENGGUNAKAN METODE SWOT ANALYSIS Kiki Alibasah Dosen Jurusan Sistem Informasi STMIK Sumedang Email : kikialibasah78@gmail.com ABSTRAK

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Studi Kelayakan Proyek Proyek merupakan suatu kegiatan untuk membangun sistem yang belum ada. Sistem dibangun dahulu oleh proyek, kemudian dioperasionalkan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang

METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang 35 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang dipergunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Proyek adalah suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan sumber-sumber untuk mendapatkan kemanfaatan (benefit),

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menjelaskan sesuatu melalui sebuah penelitian (Ulum dan Juanda, 2016).

BAB III METODE PENELITIAN. menjelaskan sesuatu melalui sebuah penelitian (Ulum dan Juanda, 2016). BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian berbentuk deskriptif. Penelitian Deskriptif adalah jenis penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan sesuatu

Lebih terperinci

Strategi Pengembangan Usaha Pengolahan Abon Ikan (Studi Kasus Rumah Abon Di Kota Bandung)

Strategi Pengembangan Usaha Pengolahan Abon Ikan (Studi Kasus Rumah Abon Di Kota Bandung) Strategi Pengembangan Usaha Pengolahan Abon Ikan (Studi Kasus Rumah Abon Di Kota Bandung) Business Development Strategies Of Processing Fish Floss (Case Study Of Rumah Abon In Bandung) Rizkia Aliyah, Iwang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN DAN ANALISIS DATA

BAB III METODE PENELITIAN DAN ANALISIS DATA BAB III METODE PENELITIAN DAN ANALISIS DATA A. Objek dan Subjek Penelitian 1. Objek Penelitian Dalam penelitian ini, lokasi yang dipilih adalah Objek Wisata Air Terjun Lepo, Desa Dlingo, Kecamatan Dlingo,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam kajian ini adalah metode deskriptif analisis yaitu suatu metode yang meneliti suatu objek pada masa sekarang (Nazir,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Strategi Strategi merupakan alat untuk mencapai tujuan. Dalam perkembangannya, konsep strategi terus berkembang. Hal ini dapat ditunjukkan oleh adanya perbedaan konsep

Lebih terperinci

Penerapan analisis swot (strengths,weakness,opportuni ties,threats) sebagai strategi. pemasaran pada mierip kafe di. bekasi

Penerapan analisis swot (strengths,weakness,opportuni ties,threats) sebagai strategi. pemasaran pada mierip kafe di. bekasi Penerapan analisis swot (strengths,weakness,opportuni ties,threats) sebagai strategi ANALISIS SUMBER DAN PENGGUNAAN MODAL KERJA PADA PT. FEDERAL INTERNATIONAL bekasi FINANCE pemasaran pada mierip kafe

Lebih terperinci

2. Sebagai bahan pertimbangan bagi para pengambil keputusan dan kebijakan. dalam pengembangan industri dodol durian.

2. Sebagai bahan pertimbangan bagi para pengambil keputusan dan kebijakan. dalam pengembangan industri dodol durian. 2. Sebagai bahan pertimbangan bagi para pengambil keputusan dan kebijakan dalam pengembangan industri dodol durian. 3. Sebagai bahan referensi dan studi bagi pihak-pihak yang membutuhkan. BAB II LANDASAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1 Sapi 0,334 0, Kerbau 0,014 0, Kambing 0,025 0, ,9 4 Babi 0,188 0, Ayam ras 3,050 3, ,7 7

I. PENDAHULUAN. 1 Sapi 0,334 0, Kerbau 0,014 0, Kambing 0,025 0, ,9 4 Babi 0,188 0, Ayam ras 3,050 3, ,7 7 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu aktivitas ekonomi dalam agribisnis adalah bisnis peternakan. Agribisnis bidang ini utamanya dilatarbelakangi oleh fakta bahwa kebutuhan masyarakat akan produk-produk

Lebih terperinci

EVALUASI POLA PENGELOLAAN TAMBAK INTI RAKYAT (TIR) YANG BERKELANJUTAN (KASUS TIR TRANSMIGRASI JAWAI KABUPATEN SAMBAS, KALIMANTAN BARAT)

EVALUASI POLA PENGELOLAAN TAMBAK INTI RAKYAT (TIR) YANG BERKELANJUTAN (KASUS TIR TRANSMIGRASI JAWAI KABUPATEN SAMBAS, KALIMANTAN BARAT) EVALUASI POLA PENGELOLAAN TAMBAK INTI RAKYAT (TIR) YANG BERKELANJUTAN (KASUS TIR TRANSMIGRASI JAWAI KABUPATEN SAMBAS, KALIMANTAN BARAT) BUDI SANTOSO C 25102021.1 SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

STRATEGI PEMASARAN BENANG KARET (RUBBER THREAD) PT. INDUSTRI KARET NUSANTARA

STRATEGI PEMASARAN BENANG KARET (RUBBER THREAD) PT. INDUSTRI KARET NUSANTARA STRATEGI PEMASARAN BENANG KARET (RUBBER THREAD) PT. INDUSTRI KARET NUSANTARA (Jl. Medan-Tanjung Morawa Km. 9,5 Medan) Dicky Tri I.P. *), Iskandarini **) dan Salmiah **) *) Alumni Fakultas Pertanian USU

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 31 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada Bulan Februari 2013 hingga Agustus 2013 di kelompok pembudidaya Padasuka Koi Desa Padasuka, Kecamatan Sumedang Utara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Strategi Menurut Kotler (2008:58), strategi pemasaran adalah logika pemasaran dimana perusahaan berharap untuk menciptakan nilai pelanggan dan mencapai hubungan yang

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN. # Lokasi Penelitian

3 METODE PENELITIAN. # Lokasi Penelitian 35 3 METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Timur, khususnya di PPP Labuhan. Penelitian ini difokuskan pada PPP Labuhan karena pelabuhan perikanan tersebut

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Disain Penelitian Dalam penelitian ini, jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA ABON PADA UKM MUTIARA DI KOTA PALU Business Development Strategy of Small enterprise Mutiara on Abon Beef at Palu

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA ABON PADA UKM MUTIARA DI KOTA PALU Business Development Strategy of Small enterprise Mutiara on Abon Beef at Palu e-j. Agrotekbis 1 (3) : 295-300, Agustus 2013 ISSN : 2338-3011 STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA ABON PADA UKM MUTIARA DI KOTA PALU Business Development Strategy of Small enterprise Mutiara on Abon Beef at Palu

Lebih terperinci

BAB II TUNJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TUNJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II TUNJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1.Tinjauan Agronomis Padi merupakan salah satu varietas tanaman pangan yang dapat dibudidayakan secara organik.

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian kelayakan Usaha pembenihan dan pembesaran ikan lele Sangkuriang dilakukan di Perusahaan Parakbada, Katulampa, Kota Bogor, Provinsi Jawa

Lebih terperinci

Peternakan Tropika. Journal of Tropical Animal Science

Peternakan Tropika. Journal of Tropical Animal Science ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA BUDIDAYA PULLET (Studi Kasus pada UD Prapta di Desa Pasedahan, Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem) Arta, I M. G., I W. Sukanata dan R.R Indrawati Program Studi Peternakan,

Lebih terperinci

Kayu bawang, faktor-faktor yang mempengaruhi, strategi pengembangan.

Kayu bawang, faktor-faktor yang mempengaruhi, strategi pengembangan. Program : Penelitian dan Pengembangan Produktivitas Hutan Judul RPI : Agroforestry Koordinator : Ir. Budiman Achmad, M.For.Sc. Judul Kegiatan : Paket Analisis Sosial, Ekonomi, Finansial, dan Kebijakan

Lebih terperinci

EVALUASI POLA PENGELOLAAN TAMBAK INTI RAKYAT (TIR) YANG BERKELANJUTAN (KASUS TIR TRANSMIGRASI JAWAI KABUPATEN SAMBAS, KALIMANTAN BARAT)

EVALUASI POLA PENGELOLAAN TAMBAK INTI RAKYAT (TIR) YANG BERKELANJUTAN (KASUS TIR TRANSMIGRASI JAWAI KABUPATEN SAMBAS, KALIMANTAN BARAT) EVALUASI POLA PENGELOLAAN TAMBAK INTI RAKYAT (TIR) YANG BERKELANJUTAN (KASUS TIR TRANSMIGRASI JAWAI KABUPATEN SAMBAS, KALIMANTAN BARAT) BUDI SANTOSO C 25102021.1 SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. (BPS) dan instansi terkait lainnya. Data yang digunakan adalah PDRB atas dasar

BAB III METODOLOGI. (BPS) dan instansi terkait lainnya. Data yang digunakan adalah PDRB atas dasar BAB III METODOLOGI 3.1 Jenis dan Sumber Data Dalam penelitian ini digunakan data sekunder dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan instansi terkait lainnya. Data yang digunakan adalah PDRB atas dasar harga

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. bagi suatu perusahaan untuk tetap survive di dalam pasar persaingan untuk jangka panjang. Daya

BAB II KAJIAN TEORI. bagi suatu perusahaan untuk tetap survive di dalam pasar persaingan untuk jangka panjang. Daya BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Daya Saing 2.1.1 Pengertian Daya Saing Perusahaan yang tidak mempunyai daya saing akan ditinggalkan oleh pasar. Karena tidak memiliki daya saing berarti tidak memiliki keunggulan,

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Domba Tawakkal, yang terletak di Jalan Raya Sukabumi, Desa Cimande Hilir No.32, Kecamatan Caringin, Kabupaten

Lebih terperinci

III. METODOLOGI KAJIAN

III. METODOLOGI KAJIAN 152 III. METODOLOGI KAJIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dalam rangka menyelesaikan tugas akhir ini dilaksanakan di Pengolahan Ikan Asap UKM Petikan Cita Halus yang berada di Jl. Akar Wangi

Lebih terperinci

III. METODE KAJIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Kajian

III. METODE KAJIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Kajian III. METODE KAJIAN 3.. Kerangka Pemikiran Kajian Sinergi yang saling menguntungkan antara petani dan perusahaan (PT ATB) dalam pengusahaan perkebunan merupakan faktor penting dalam usaha pengembangan perkebunan

Lebih terperinci

No Keterangan Jumlah Satuan

No Keterangan Jumlah Satuan LAMPIRAN 64 Lampiran 1. Sarana dan prasarana No Keterangan Jumlah Satuan 1 Potensi Lahan 40.000 m 2 2 Kolam induk 300 m 2 2 unit 3 Kolam pemijahan 400 m 2 3 unit 4 Kolam pendederan I 400 m 2 12 unit 5

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk 56 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan menganalisis

Lebih terperinci

SURAT PERNYATAAN. Bogor, Januari Martha Prasetyani

SURAT PERNYATAAN. Bogor, Januari Martha Prasetyani ANALISIS KELAYAKAN USAHA DAN STRATEGI PERUSAHAAN PELATIHAN MATHMAGIC, STUDI KASUS PADA LEMBAGA PELATIHAN MATEMATIKA YAYASAN RUMAH AKAL DI BUKIT CIMANGGU, BOGOR MARTHA PRASETYANI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT

Lebih terperinci

KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA KELOMPOK PEMBUDIDAYA IKAN MELALUI PROGRAM REPLIKA SKIM MODAL KERJA

KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA KELOMPOK PEMBUDIDAYA IKAN MELALUI PROGRAM REPLIKA SKIM MODAL KERJA KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA KELOMPOK PEMBUDIDAYA IKAN MELALUI PROGRAM REPLIKA SKIM MODAL KERJA (Studi Kasus Kelompok Tani Ikan Mekar Jaya di Lido, Bogor) RINI ANDRIYANI SEKOLAH PASCASARJANA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara maritim yang kaya akan potensi ikannya, sebagian besar wilayah Indonesia adalah lautan dan perairan. Sektor perikanan menjadi bagian yang sangat

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. tentang istilah-istilah dalam penelitian ini, maka dibuat definisi operasional

III. METODE PENELITIAN. tentang istilah-istilah dalam penelitian ini, maka dibuat definisi operasional III. METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional Untuk memperjelas dan menghindari kesalahpamaham mengenai pengertian tentang istilah-istilah dalam penelitian ini, maka dibuat definisi operasional sebagai

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Penentuan Narasumber

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Penentuan Narasumber IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di peternakan milik Bapak Sarno yang bertempat di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa barat. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Waktu dan Tempat Penelitian

MATERI DAN METODE. Waktu dan Tempat Penelitian MATERI DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan bulan Mei 2011, bertempat di pesisir pantai utara Kecamatan Gebang Kabupaten Cirebon Provinsi Jawa

Lebih terperinci

III. METODE KAJIAN Kerangka Pemikiran

III. METODE KAJIAN Kerangka Pemikiran III. METODE KAJIAN A. Kerangka Pemikiran Program PUGAR merupakan salah satu strategi pencapaian swasembada garam nasional oleh pemerintah dengan visi pencapaian target produksi garam 304.000 ton dan misi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. survei. Menurut Masri Singarimbun (1989:4), penelitian survei dapat digunakan

III. METODE PENELITIAN. survei. Menurut Masri Singarimbun (1989:4), penelitian survei dapat digunakan 25 III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian survei. Menurut Masri Singarimbun (1989:4), penelitian survei dapat digunakan

Lebih terperinci

Feasibility Analysis of Patin Fish Business (Pangasius Sutchi) In Sipungguk Village Pond Salo Sub District Regency of Kampar Riau Province

Feasibility Analysis of Patin Fish Business (Pangasius Sutchi) In Sipungguk Village Pond Salo Sub District Regency of Kampar Riau Province Feasibility Analysis of Patin Fish Business (Pangasius Sutchi) In Sipungguk Village Pond Salo Sub District Regency of Kampar Riau Province By Muhammad Syafii 1), Darwis 2), Hazmi Arief 2) Faculty of Fisheries

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual III. METODE PENELITIAN Nilai tambah yang tinggi yang diperoleh melalui pengolahan cokelat menjadi berbagai produk cokelat, seperti cokelat batangan merupakan suatu peluang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur 47 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. atau Sagela Pengucapaan yang sering di pakai masyarakat Gorontalo ini, terletak

BAB III METODE PENELITIAN. atau Sagela Pengucapaan yang sering di pakai masyarakat Gorontalo ini, terletak 16 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Latar Belakang Penelitian Kelompok Usaha Ikan Asap atau yang sering di kenal dengan ikan Roa atau Sagela Pengucapaan yang sering di pakai masyarakat Gorontalo ini, terletak

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN KERIPIK SINGKONG BALADO PADA UKM PUNDI MAS DI KOTA PALU

STRATEGI PENGEMBANGAN KERIPIK SINGKONG BALADO PADA UKM PUNDI MAS DI KOTA PALU e-j. Agrotekbis 1 (5) : 457-463, Desember 2013 ISSN : 2338-3011 STRATEGI PENGEMBANGAN KERIPIK SINGKONG BALADO PADA UKM PUNDI MAS DI KOTA PALU Cassava Chips Balado Development Strategy In UKM "Pundi Mas"

Lebih terperinci

METODE Lokasi dan Waktu Teknik Sampling

METODE Lokasi dan Waktu Teknik Sampling METODE Metode yang digunakan dalam memperoleh dan menganalisis data adalah kombinasi antara pendekatan kuantitatif dan pendekatan kualitatif. Pendekatan kuantitatif dilakukan dengan metode survei kepada

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Penelitian Usaha warnet sebetulnya tidak terlalu sulit untuk didirikan dan dikelola. Cukup membeli beberapa buah komputer kemudian menginstalnya dengan software,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor perikanan pada dasarnya dibagi menjadi dua yaitu perikanan tangkap dan perikanan budidaya. Potensi sektor perikanan tangkap Indonesia diperkirakan mencapai 6,4

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHATANI JAGUNG DI KABUPATEN DAIRI KECAMATAN TIGALINGGA DESA LAU SIREME

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHATANI JAGUNG DI KABUPATEN DAIRI KECAMATAN TIGALINGGA DESA LAU SIREME STRATEGI PENGEMBANGAN USAHATANI JAGUNG DI KABUPATEN DAIRI KECAMATAN TIGALINGGA DESA LAU SIREME Sarah P. Nainggolan 1), Luhut Sihombing 2) dan Salmiah 3) 1) Departemen Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

STUDI KOMPARATIF SISTEM PENGGEMUKAN SAPI KEREMAN DI DAERAH BANTARAN SUNGAI DAN LUAR DAERAH BANTARAN SUNGAI KRUENG ACEH KABUPATEN ACEH BESAR TESIS

STUDI KOMPARATIF SISTEM PENGGEMUKAN SAPI KEREMAN DI DAERAH BANTARAN SUNGAI DAN LUAR DAERAH BANTARAN SUNGAI KRUENG ACEH KABUPATEN ACEH BESAR TESIS STUDI KOMPARATIF SISTEM PENGGEMUKAN SAPI KEREMAN DI DAERAH BANTARAN SUNGAI DAN LUAR DAERAH BANTARAN SUNGAI KRUENG ACEH KABUPATEN ACEH BESAR TESIS OLEH : SURYANI 107040002 PROGRAM STUDI ILMU PETERNAKAN

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 33 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian PT Bank Syariah Mandiri hadir, tampil, dan tumbuh sebagai bank yang mampu memadukan idealisme usaha dengan nilai-nilai rohani, yang melandasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang benar tentang konsep agribisnis itu sendiri. Sering ditemukan bahwa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang benar tentang konsep agribisnis itu sendiri. Sering ditemukan bahwa 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Konsep Agribisnis Semakin bergemanya kata agribisnis ternyata belum diikuti dengan pemahaman yang benar tentang konsep agribisnis itu sendiri. Sering

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. diteliti oleh penulis. Lokasi penelitian dilakukan di Swalayan surya pusat

BAB III METODE PENELITIAN. diteliti oleh penulis. Lokasi penelitian dilakukan di Swalayan surya pusat BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Ruang Lingkup Penelitian Lokasi penelitian merupakan suatu tempat dimana peneliti akan memperoleh atau mencari suatu data yang berasal dari responden yang akan diteliti oleh

Lebih terperinci

VI. STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PDAM KABUPATEN SUKABUMI. Dari hasil penelitian pada PDAM Kabupaten Sukabumi yang didukung

VI. STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PDAM KABUPATEN SUKABUMI. Dari hasil penelitian pada PDAM Kabupaten Sukabumi yang didukung VI. STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PDAM KABUPATEN SUKABUMI Dari hasil penelitian pada PDAM Kabupaten Sukabumi yang didukung oleh wawancara terhadap para responden dan informasi-informasi yang diperoleh dari

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI A. Lokasi dan Waktu B. Pengumpulan Data

BAB III METODOLOGI A. Lokasi dan Waktu B. Pengumpulan Data 13 BAB III METODOLOGI A. Lokasi dan Waktu Kegiatan ini dibatasi sebagai studi kasus pada komoditas pertanian sub sektor tanaman pangan di wilayah Bogor Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN Strategi Pengembangan Usaha Maharani Farm Gambar 4. Kerangka Pemikiran Operasional IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Rumah Potong Ayam Maharani Farm yang beralamat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian merupakan segala sesuatu yang mencakup

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian merupakan segala sesuatu yang mencakup BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Rancangan penelitian merupakan segala sesuatu yang mencakup tentang pendekatan yang digunakan dalam penelitian. Penelitian ini menggunakan pendekatan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Kadariah (2001), tujuan dari analisis proyek adalah :

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Kadariah (2001), tujuan dari analisis proyek adalah : III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Analisis Kelayakan Investasi Pengertian Proyek pertanian menurut Gittinger (1986) adalah kegiatan usaha yang rumit karena penggunaan sumberdaya

Lebih terperinci

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS PERBENIHAN DAN KULTUR JARINGAN TANAMAN BAB XI PENGELOLAAN KEGIATAN

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS PERBENIHAN DAN KULTUR JARINGAN TANAMAN BAB XI PENGELOLAAN KEGIATAN SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS PERBENIHAN DAN KULTUR JARINGAN TANAMAN BAB XI PENGELOLAAN KEGIATAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak diminati masyarakat untuk dikonsumsi. Usaha budidaya ikan lele dibedakan

BAB I PENDAHULUAN. banyak diminati masyarakat untuk dikonsumsi. Usaha budidaya ikan lele dibedakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ikan lele (clarias sp.) salah satu komoditas ikan air tawar yang sangat mudah dibudidayakan. Ikan lele merupakan ikan yang memiliki beberapa keistimewaan dan banyak

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS AYAM RAS PEDAGING PERUSAHAAN KAWALI POULTRY SHOP KABUPATEN CIAMIS

STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS AYAM RAS PEDAGING PERUSAHAAN KAWALI POULTRY SHOP KABUPATEN CIAMIS STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS AYAM RAS PEDAGING PERUSAHAAN KAWALI POULTRY SHOP KABUPATEN CIAMIS Ajat 1) Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi iis.iisrina@gmail.com Dedi Sufyadi

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN KONTRIBUSI PENDAPATAN TERHADAP PENDAPATAN RUMAH TANGGA PEMBUDIDAYA IKAN LELE DUMBO

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN KONTRIBUSI PENDAPATAN TERHADAP PENDAPATAN RUMAH TANGGA PEMBUDIDAYA IKAN LELE DUMBO ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN KONTRIBUSI PENDAPATAN TERHADAP PENDAPATAN RUMAH TANGGA PEMBUDIDAYA IKAN LELE DUMBO [ANALYSIS OF FINANCIAL FEASIBILITY AND CONTRIBUTION TO INCOME HOUSEHOLD INCOME FARMER

Lebih terperinci