IDENTIFIKASI DAN KARAKTERISASI STRUKTUR SARANG LEBAH Trigona (HYMENOPTERA: APIDAE) DI BOGOR TITO OCTORIADI
|
|
- Lanny Chandra
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 IDENTIFIKASI DAN KARAKTERISASI STRUKTUR SARANG LEBAH Trigona (HYMENOPTERA: APIDAE) DI BOGOR TITO OCTORIADI BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
2
3 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Identifikasi dan Karakterisasi Struktur Sarang Lebah Trigona (Hymenoptera: Apidae) di Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Pebruari 2015 Tito Octoriadi NIM G
4 ABSTRAK TITO OCTORIADI. Identifikasi dan Karakterisasi Struktur Sarang Lebah Trigona (Hymenoptera: Apidae) di Bogor. Dibimbing oleh RIKA RAFFIUDIN dan SIH KAHONO Trigona dikenal sebagai stingless bee termasuk dalam famili Apidae yang hidup secara sosial dan menempati rongga untuk dijadikan sarang. Trigona membangun sarang dengan struktur yang kompleks dalam rongga yang berbedabeda bentuknya. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi Trigona dan mempelajari struktur sarang, bentuk, warna, ukuran pot, dan penghubung pada pot pakan dan anakan lebah T. laeviceps. Identifikasi spesies lebah Trigona dilakukan berdasarkan karakter pada tungkai belakang dan warna tubuh. Pengamatan sarang dilakukan pada tiap koloni yaitu struktur sarang, ukuran, bentuk, penghubung, susunan, dan warna pot pakan dan anakan. Lebah yang diidentifikasi adalah Trigona laeviceps. Lebah T. laeviceps memiliki ciri panjang tungkai belakang kurang dari 2 mm, warna hitam menutupi hampir seluruh tubuh kecuali clypeus dan mesosomal dorsum, sayap depan transparan, mandibula dengan dengan gigi yang tidak tajam, scutellum besar dengan mesoscutellum melebihi cekungan propodeum. Urutan struktur sarang dari luar ke dalam adalah saluran masuk, batumen, involucrum, pot pakan, pot anakan, dan pot pakan lagi. Struktur dan komponen sarang menyesuaikan bentuk rongga tempatnya. Pot pakan dan anakan dan penghubung memiliki bentuk dan warna yang beraneka ragam. Ukuran pot anakan relatif sama dibanding pot pakan. Kata kunci: Trigona laeviceps, struktur sarang, bentuk pot pakan, warna pot anakan, serangga sosial ABSTRACT TITO OCTORIADI. Identification and Nest Structure Characterization of Trigona (Hymenoptera: Apidae) in Bogor. Supervised by RIKA RAFFIUDIN and SIH KAHONO. Trigona is one genus in the social insect group. This stingless bees belong to the family of Apidae and has cavity nest. Trigona build the complex structure nest in different shapes cavities. The aims of this research were to identify the species of Trigona in Bogor and to characterize the nest structure, and the storage pots and brood combs shape, colour, size and their connections. Identification of Trigona were based on characters in hind tibia and body colour. Nest observations were carried out for the nest structure, and the storage pots and brood comb size, shape, the connections, arrangement, and colour. The identified bees were T. laeviceps. Trigona laeviceps has hind tibia length less than 2 mm, body predominantly black, forewing rather uniformly transparent, mandibula with two weak teeth, scutellum large with mesoscutellum projecting backward exceeding posterior slope of propodeum. The arrangement of nest structure from entrance to inner nest was entrance tube, batumen, involucrum, storage pot, brood comb, storage pot again. Structure and components of the nest were depend on the
5 cavities shape. Storage pots, brood combs, and their connections have diverse shape and colour. Brood combs have relatively the same length compare to the storage pots. Keywords: Trigona laeviceps, nest structure, storage pots shape, brood combs colour, social insects
6
7 IDENTIFIKASI DAN KARAKTERISASI STRUKTUR SARANG LEBAH Trigona (HYMENOPTERA: APIDAE) DI BOGOR TITO OCTORIADI Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada Departemen Biologi DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
8
9
10 PRAKATA Puji serta syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta ala atas segala karunia-nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Penelitian ini berjudul Identifikasi dan Karakterisasi Struktur Sarang Lebah Trigona (Hymenoptera: Apidae) di Bogor. Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr Ir Rika Raffiudin, MSi dan Bapak Dr Sih Kahono selaku pembimbing. Di samping itu, terima kasih juga penulis sampaikan kepada seluruh laboran dan staff departemen Biologi, Rika and Research Student, Ibu Iskandar, Biologi 47 dan dapur zoo yang telah membantu penulis selama pengumpulan data dan atas waktu berharga yang diberikan. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, seluruh keluarga dan teman-teman, atas segala dukungan, doa, dan kasih sayangnya selama proses penelitian dan penyusunan karya ilmiah ini berlangsung. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Bogor, Pebruari 2015 Tito Octoriadi
11 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL vi DAFTAR GAMBAR vi DAFTAR LAMPIRAN vi PENDAHULUAN 1 METODE 2 Waktu dan Tempat 2 Alat dan Bahan 2 Identifikasi Trigona 2 HASIL DAN PEMBAHASAN 4 SIMPULAN 15 DAFTAR PUSTAKA 16 LAMPIRAN 18 RIWAYAT HIDUP 20
12 DAFTAR TABEL 1 Data pengambilan sarang serta koloni 4 2 Komponen sarang Trigona dan keberadaannya pada koloni 1, 2, dan Ukuran pot pakan dan pot anakan T. laeviceps koloni 1 (dalam cm) 9 4 Bentuk pot pakan Trigona dan keberadaannya pada koloni 1, 2, dan Bentuk pot anakan Trigona dan keberadannya pada koloni 1, 2, dan Pot pakan T. laeviceps dan warnanya 14 7 Pot anakan T. laeviceps dengan warna dan kondisinya 15 DAFTAR GAMBAR 1 Struktur morfologi T. laeviceps koloni Struktur morfologi bagian-bagian tubuh T. laeviceps 5 3 Sarang koloni 1 T. laeviceps 6 4 Sarang koloni 2 T. laeviceps 6 5 Sarang koloni 3 T. laeviceps 7 6 Struktur sarang T. laeviceps koloni Struktur sarang T. laeviceps koloni Struktur sarang T. laeviceps koloni Bentuk pot pakan T. laeviceps Bentuk pot anakan T. laeviceps Bentuk penghubung pot pakan T. laeviceps Bentuk penghubung pot anakan T. laeviceps Tipe susunan pot T. laeviceps 13 DAFTAR LAMPIRAN 1 Peta lokasi (o) pengambilan sampel T. laeviceps di kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor 18 2 Peta lokasi (o) pengambilan sampel T. laeviceps di kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor 18 3 Warna pada pot dan kode berdasarkan program Paint Windows 7 19
13 PENDAHULUAN Serangga adalah hewan yang memiliki keanekaragaman tinggi, karena mempunyai daya adaptasi yang tinggi pada banyak tipe lingkungan dan daya reproduksi yang tinggi. Serangga dapat memiliki sifat soliter yang mana antar individu tidak terikat dalam sistem, contohnya belalang dan lalat; dan bersifat sosial contohnya lebah Trigona dan Apis. Trigona mempunyai sistem kasta eusocial yang sama dengan Apis dan setiap kasta memiliki peranan dan tugas masing-masing dalam koloni (Grimaldi dan Engel 2005). Trigona dan kebanyakan lebah mengalami metamorfosis sempurna yaitu fase telur-larva-pupaimago (Winston 1991). Spesies Trigona dibedakan dengan yang lainnya melalui kunci identifikasi misalnya Sakagami et al. (1990). Beberapa jenis Trigona memiliki kemiripan antar satu dengan yang lain yaitu warna, bentuk dan bagian tubuh. Contoh Trigona yang kompleks untuk diidentifikasi ialah Trigona laeviceps. Lebah T. laeviceps mempunyai ciri tubuh berwarna hitam dominan, sayap transparan, mandibula dua gigi besar dan lemah, dan mata tanpa seta (Sakagami et al. 1990). Trigona mencari pakan pada bermacam tumbuhan berbunga dengan peranan ekologi sebagai polinator (Momose 1998). Contoh tumbuhan berbunga yang menjadi sumber pakan Trigona antara lain kelapa sawit (Elais guineensis), putri malu (Mimosa pudica), pohon pinang (Areca catechu), dan babadotan (Ageratum conyzoides) (Wati 2013). Kehadiran Trigona pada suatu daerah dapat menandakan daerah tersebut masih asri, tersedia pakan (nektar & polen), dan ada rongga untuk dijadikan sarang (Michener 1974). Trigona membangun dan menempati sarang dalam rongga yang telah ada, dengan bentuk rongga yang berbeda-beda. Bentuk rongga akan mempengaruhi susunan sarang didalamnya seperti distribusi pot tempat penyimpanan polen, nektar, dan larva (Vit 2013). Selain itu spesies Trigona yang berbeda akan mempengaruhi karakter saluran masuk seperti diameter, bentuk, panjang, variasi, dan karakter sarang (Sakagami dan Yamane 1984). Pot dalam sarang dibagi menjadi dua jenis yaitu pot anakan dan pakan. Pot-pot anakan berfungsi sebagai tempat perkembangan stadia muda (telur-larva-pupa). Pot pakan berfungsi sebagai tempat untuk menampung dan menyimpan makanan (polen dan nektar) bagi anakan lebah dan lebah dewasa (Michener 2007). Trigona hidup di berbagai wilayah didaerah tropis seperti hutan, savana (Inoue dan Nakamura 1990), perumahan warga, dataran tinggi (Salmah et al. 1990), dan hutan dataran rendah (Eltz et al. 2003). Trigona hidup disekitar perumahan dan menempati rongga bangunan seperti di tembok dan di batang bambu (Crane 1999). Studi tentang Trigona di Bogor perlu dipelajari untuk mengetahui spesies dan struktur sarangnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi Trigona dan mengetahui struktur sarang, bentuk, warna, ukuran pot, dan penghubung pada pot pakan dan anakan pada lebah T. laeviceps.
14 2 METODE Waktu dan Tempat Kegiatan penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2013-April Sarang dan koloni Trigona pertama berasal dari Kecamatan Dramaga, Bogor (Lampiran 1), dua sarang dan koloni lainnya berasal dari Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor (Lampiran 2). Trigona diidentifikasi di Bagian Biosistematika Ekologi Hewan, Departemen Biologi, FMIPA IPB dan di Laboratorium Entomologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Cibinong, Bogor. Alat dan Bahan Alat yang digunakan adalah jaring serangga (insect net), tabung 50 ml, mikroskop stereo, kotak pemeliharaan, GPS, jangka sorong, dan kamera digital. Bahan yang digunakan adalah spesimen Trigona yang diawetkan dalam larutan etanol 70%. Pemindahan Sarang Trigona Pemindahan sarang dan koloni Trigona dilakukan pada tiga buah sarang yang ditemukan pada pintu dan bambu. Sarang dipindah dengan memotong batas pinggir pintu dan bambu dengan gergaji, sarang pada pintu dipotong menjadi tiga bagian dan sarang pada bambu dipotong membujur menjadi dua bagian ke dalam kotak pemeliharaan. Sampel Trigona dikoleksi untuk diidentifikasi berasal dari koloni satu yang berada di Dramaga. Sarang serta koloni satu diambil dari pintu dengan ukuran 51x35x2 cm 3, sarang serta koloni dua dan tiga diambil dari bambu dengan ukuran 44x4,5x4,5 cm 3 dan 33,5x5,6x5,6 cm 3. Sarang yang telah ditentukan diamati bagian terluarnya yaitu saluran masuk dan tempat ditemukan sarang (pintu atau bambu). Sarang serta koloni dipindahkan saat malam hari dan cuaca cerah, karena pada pagi hingga sore Trigona melakukan perilaku mencari makan. Sarang serta koloni dipindahkan untuk mempermudah pengamatan. Data yang diambil ialah pencatatan (1) sarang: lokasi, posisi persarangan, ukuran sarang, (2) saluran masuk sarang: bentuk, posisi saluran, diameter, dan panjang. Sarang dan koloni dipindahkan ke dalam kotak berukuran 40,2x20,5x19,7 cm 3. Kotak yang digunakan memiliki dua penutup berupa triplek dan kaca. Penutup kaca berguna untuk pengamatan pada bagian dalam sarang. Identifikasi Trigona Sampel Trigona diidentifikasi berdasarkan kunci identifikasi Sakagami et al. (1990). Ukuran tubuh Trigona diukur menggunakan aplikasi Image J ( Sepuluh karakter Trigona yang diamati adalah tungkai belakang, hair bands, malar, basitarsus belakang, mandibula,
15 propodeum, mesoscutellum, sayap, mesoscutal, dan warna (kepala, toraks, dan abdomen). 3 Pengamatan Sarang Trigona a. Pengamatan struktur sarang. Pengamatan struktur sarang dilakukan pada tiap koloni dengan melihat sarang secara horizontal. Pengamatan secara horizontal dilakukan dari saluran masuk sampai bagian paling dalam sarang. Pengamatan struktur sarang, dilakukan dengan membuat sketsa keseluruhan sarang. b. Pengamatan ukuran pot pakan dan anakan. Pengamatan pot pakan dan anakan dilakukan pada 20 pot dari koloni satu yang dipilih secara acak. Pengamatan dilakukan dengan mengukur tinggi dan diameter pot pakan dan pot anakan. Pengukuran pot pada koloni satu menggunakan jangka sorong. c. Pengamatan bentuk pot pakan dan anakan. Pengamatan bentuk pot pakan dan anakan dilakukan pada tiap koloni. Pengamatan bentuk pot dilakukan berdasarkan bentuk dalam Ohgushi et al. (1990) dengan modifikasi. d. Pengamatan bentuk penghubung pot pakan dan anakan. Pengamatan bentuk penghubung pot dilakukan pada tiap koloni. Pengamatan bentuk penghubung dilakukan berdasarkan bentuk selubung pada pot. Karakter penghubung pot yang diamati adalah bentuk, ketebalan, dan panjang penghubung. e. Pengamatan tipe susunan pot pakan dan anakan. Pengamatan tipe susunan pot dilakukan pada tiap koloni. Pengamatan tipe susunan pot dilakukan secara vertikal yaitu dengan diamati dari dasar sarang hingga pot teratas. f. Pengamatan warna pot pakan dan anakan. Pengamatan warna pot pakan dan anakan dilakukan pada pot yang telah ditentukan bentuknya pada tiap koloni. Warna pada pot pakan ditentukan berdasarkan warna yang ada pada gambar. Warna pada pot anakan ditentukan berdasarkan warna yang tampak dari dasar hingga bagian atas pot. Analisis Data Analisis data dalam ukuran pot pakan dan anakan dilakukan dengan menghitung rata-rata dan standar deviasi dari diameter dan tinggi. Analisis pot digolongkan dalam tiga kategori yaitu bentuk (Ohgushi et al.1990), bentuk penghubung, tipe susunan dan warna. Analisis warna pot dilakukan berdasarkan program Paint pada program MS Word (Lampiran 3).
16 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Pemindahan Sarang Trigona Pemindahan sarang serta koloni dilakukan setelah dilakukan pencatatan data (Tabel 1). Sarang serta koloni satu diambil dari pintu yang terletak secara vertikal. Sarang serta koloni dua dan tiga diambil dari bambu yang terletak secara horizontal. Sarang koloni satu memiliki saluran masuk dengan bentuk yang melebar, posisi menempel dengan pintu, diameter berukuran 1 cm, dan panjang saluran 4 cm. Sarang koloni dua dan tiga tidak memiliki saluran masuk atau saluran masuk pendek. Tabel 1 Data pengambilan sarang serta koloni No Karakter Tempat ditemukan sarang Pintu Bambu Bambu 1 Lokasi Dramaga Ciampea Ciampea 2 Posisi persarangan Vertikal Horizontal Horizontal 3 Ukuran sarang 51x35x2 cm 3 44x4,5x4,5 cm 3 33,5x5,6x5,6 cm 3 4 Saluran masuk a. Bentuk Saluran masuk - - melebar b. Posisi Menempel - - dengan pintu c. Diameter 1 cm - - d. Panjang 4 cm = tidak ada Identifikasi Trigona Ciri morfologi T. laeviceps adalah memiliki panjang tungkai belakang kurang dari 2 mm, tubuh didominasi warna hitam kecuali pada clypeus dan mesosomal dorsum, sayap depan berwarna transparan, hair bands pada scutum berjumlah enam, mandibula dengan dua gigi besar, mandibula dengan gigi yang lemah, malar sangat pendek atau linear, basitarsus belakang terdiri dari rambut yang bersisik, bagian tengah propodeum mengkilap, scutellum berukuran besar dengan mesoscutellum melebihi cekungan propodeum. Trigona yang diidentifikasi masuk kedalam Ordo Hymenoptera Famili Apidae Spesies Trigona laeviceps (Gambar 1).
17 5 Gambar 1 Struktur morfologi T. laeviceps koloni 1 a. antena, b. mata, c. tegula, d. mesoscutum, e. propodeum, f. sayap depan, g. metasoma, h. basitarsus belakang, i. tibia belakang, j. tungkai tengah, k. tungkai depan, l. gena, m. mandibular, n. clypeus, o. scape, p. pedicel, q. flagella Gambar 2 Struktur morfologi bagian-bagian tubuh T. laeviceps a. tungkai belakang, a.1. tungkai belakang ditutupi rambut halus, a.2. cakram berbentuk elliptical disc, b. kepala, b.1. gena dekat dengan mata, b.2. mandibula dengan dua gigi, c. toraks, c.1. mesoscutum ditutupi rambut halus, c.2. mesoscutellum melebihi lekukan propodeum, c.3. propodeum halus dan bersinar, d. sayap transparan Struktur Sarang T. laeviceps Sarang T. laeviceps terdiri dari saluran masuk, pot pakan, pot anakan, batumen, dan involucrum. Koloni satu memiliki komponen lebih banyak dengan adanya saluran masuk dan pot pakan yang bercampur batumen (Tabel 2). Saluran masuk tampak jelas teramati pada koloni satu (Gambar 3), namun pada koloni dua (Gambar 4) dan tiga (Gambar 5) saluran masuknya pendek dan berada didalam substrat sehingga tidak tampak. Struktur sarang T. laeviceps koloni satu dari luar ke dalam yaitu saluran masuk, batumen, involucrum, pot pakan, pot anakan, dan pot pakan (Gambar 6). Struktur sarang T. laeviceps koloni dua dari luar ke dalam yaitu batumen, involucrum, pot pakan, dan pot anakan (Gambar 7). Struktur sarang T. laeviceps koloni tiga dari luar ke dalam yaitu involucrum, batumen, pot pakan, dan pot anakan (Gambar 8). Koloni tiga memiliki batumen sebelum involucrum, namun jumlahnya sedikit dan tampak involucrum dibangun setelah
18 6 sarang dimasukkan ke dalam kotak. Koloni tiga merupakan koloni baru, hal ini bisa dilihat dari jumlah Trigona dan komponen sarang yang masih sedikit. Struktur sarang T. laeviceps berbeda dengan struktur yang terdapat pada Trigona ventralis; struktur sarang T. ventralis dari luar ke dalam yaitu saluran masuk, batumen, involucrum, pot anakan dan pot pakan (Sakagami 1984). Saluran masuk berfungsi sebagai jalur keluar masuk sarang T. laeviceps. Batumen adalah lapisan yang terbuat dari lilin bercampur lumpur atau resin yang menutupi keseluruhan sarang. Campuran dari lilin dan resin disebut cerumen. Lapisan cerumen di sekitar pot anakan disebut involucrum (Michener 2007). Involucrum berfungsi untuk mencegah serangan serangga parasit pada pot anakan (Sakagami 1982). Pot pakan yang bercampur batumen merupakan pot pakan dengan batumen yang melekat. Gambar 3 Sarang koloni 1 T. laeviceps Gambar 4 Sarang koloni 2 T. laeviceps
19 7 Gambar 5 Sarang koloni 3 T. laeviceps Gambar 6 Struktur sarang T. laeviceps koloni 1 (i) Foto sarang (ii) Sketsa sarang koloni 1 a. saluran masuk, b. batumen, c. involucrum, d. pot anakan, e. pot pakan, f. pot pakan bercampur anakan
20 8 Gambar 7 Struktur sarang T. laeviceps koloni 2 (i) Foto sarang (ii) Sketsa sarang koloni 2. Keterangan: Karakter B-E mengikuti Gambar 6 Gambar 8 Struktur sarang T. laeviceps koloni 3 (i) Foto sarang (ii) Sketsa sarang koloni 3. Keterangan: Karakter B-E mengikuti Gambar 6
21 9 Tabel 2 Komponen sarang Trigona dan keberadaannya pada koloni 1, 2, dan 3 No Koloni Saluran masuk Batumen Involucrum Karakter Pot anakan Pot pakan Pot pakan dengan batumen 1 Koloni 1 2 Koloni Koloni = tidak ada Ukuran Pot Pakan dan Anakan T. laeviceps Kisaran ukuran diameter pot pakan adalah 0,3-2,0 cm, dan pot anakan 0,6-1,1 cm. Rata-rata ukuran tinggi pot pakan 1,3+0,6 cm dan tinggi pot anakan 0,6+0,2 cm. Ukuran pot anakan tertinggi dicapai pada tinggi pot 1,1 cm dan diameter 0,4 cm, sedangkan ukuran pot anakan terendah dicapai pada 0,4 dan diameter terendah 0,2 cm. Pot pakan mempunyai rasio 0,4-3,3 dan pot anakan 1,7-3,7. Posisi antar pot mempengaruhi ukuran diameter dan tinggi pot. Semakin ke atas kumpulan pot, maka ukuran pot cenderung lebih kecil (Gambar 9a). Tabel 3 Ukuran pot pakan dan pot anakan T. laeviceps koloni 1 (dalam cm) Pot pakan Pot anakan No Tinggi Diameter Rasio Tinggi: Diameter No Tinggi Diameter Rasio Tinggi: Diameter 1 1,0 0,7 1,4 1 0,6 0, ,7 0,8 2,1 2 0,6 0, ,8 0,8 2,2 3 0,6 0, ,6 0,7 2,3 4 0,6 0, ,5 0,7 2,1 5 0,5 0,3 1,7 6 2,0 0,6 3,3 6 0,5 0,2 2,5 7 1,5 0,7 2,1 7 0,7 0,3 2,3 8 0,5 0,6 0,8 8 1,1 0,3 3,7 9 0,7 0, ,4 0, ,5 0,8 1,9 10 0,6 0, ,0 0,8 1,2 11 0,5 0,3 1,7 12 1,5 0,8 1,9 12 1,0 0,3 3,3 13 1,4 0, ,8 0,3 2,7 14 1,4 0,6 2,3 14 0,5 0,3 1,7 15 0,3 0,9 0,3 15 0,5 0,3 1,7 16 1,8 0,7 2,6 16 0,5 0,3 1,7 17 0,3 0,8 0,4 17 0,5 0,3 1,9
22 10 Tabel 3 (lanjutan) 18 0,3 0,9 0,4 18 0,6 0,4 1,5 19 1,8 1,1 1,6 19 0,7 0,4 1,7 20 1,9 0,8 2,4 20 0,7 0,3 2,3 Rata-rata 1,3 0,8 1,7 Rata-rata 0,6 0,3 2,3 Standar Deviasi 0,6 0,1 0,8 Standar deviasi 0,2 0,1 0,7 Bentuk Pot Pakan dan Anakan T. laeviceps Pengamatan perbedaan bentuk pot dibagi menjadi (1) pot pakan: terbuka sebagian, dengan cekung, oval, membulat, dengan tiang penyangga (Gambar 9) dan (2) pot anakan: terbuka sebagian, oval, membulat, tak beraturan, dengan tiang penyangga (Gambar 10). Bentuk oval pada pot pakan juga ditemukan pada famili Halictidae (Wcislo dan Engel 1996). Bentuk pot pakan membulat dan dengan tiang penyangga tidak dijumpai pada tiap koloni dan kondisinya tidak selalu sama (Tabel 4). Hal ini dikarenakan posisi pot pada sarang memungkinkan adanya penambahan struktur (penyangga) atau kondisi pot itu sendiri (terbuka sebagian dan tak beraturan). Bentuk pot pakan terbuka sebagian terjadi karena pot belum terisi penuh dengan makanan. Bentuk pot pakan dengan cekung selalu berada diatas dan sudah menutup, tapi masih dimungkinkan akan dibangun untuk penyempurnaan bentuk pot menjadi oval atau membulat. Bentuk oval dan membulat dibentuk berdasarkan penempatan pot pada sarang (Michener 2007). Bentuk pot anakan dijumpai pada semua koloni (Tabel 5). Pot anakan bentuk terbuka sebagian berisi telur (Gambar 7a). Pot anakan bentuk oval dan membulat berisi larva atau pupa (Gambar 7b dan 7c). Pot anakan bentuk tak beraturan disebabkan keluarnya imago dari dalam pot (Gambar 7d). Pot anakan dengan tiang penyangga ditemukan dalam semua siklus hidup T. laeviceps (Gambar 7e). Gambar 9 Bentuk pot pakan T. laeviceps (i) Foto pot pakan (ii) Sketsa pot pakan a. terbuka sebagian, b. dengan cekung, c. oval, d. membulat, e. dengan tiang penyangga. Skala (I) pada masing-masing gambar diatas 1 mm
23 11 Gambar 10 Bentuk pot anakan T. laeviceps (i) Foto pot anakan (ii) Sketsa pot anakan a. terbuka sebagian, b. oval, c. membulat, d. tak beraturan, e. dengan tiang penyangga. Skala (I) pada masing-masing gambar diatas 1 mm Tabel 4 Bentuk pot pakan Trigona dan keberadaannya pada koloni 1, 2, dan 3 No Koloni Karakter A B C D E 1 Koloni Koloni 2-3 Koloni 3 Total Karakter A, B, C, D, dan E mengikuti Gambar 9. - = tidak ada Tabel 5 Bentuk pot anakan Trigona dan keberadannya pada koloni 1, 2, dan 3 No Koloni Karakter A B C D E 1 Koloni 1 2 Koloni 2 3 Koloni 3 Total Karakter A, B, C, D, dan E mengikuti Gambar 10 Bentuk Penghubung Pot Pakan dan Anakan T. laeviceps Bentuk penghubung ditemukan pada (1) pot pakan: menyerupai tangkai, pendek, pendek tebal, panjang tipis, tak beraturan (Gambar 11) dan (2) pot anakan: menyerupai tangkai, menyerupai lingkaran, menyerupai huruf Y, pendek
24 12 tebal, panjang tipis, menyerupai segitiga, pendek (Gambar 12). Karakter bentuk penghubung yang menyerupai tangkai juga ditemukan pada tawon Vespidae, selain itu terdapat pot yang tidak memiliki tangkai penghubung (Ohgushi 1990). Penghubung pot pakan dengan karakter menyerupai tangkai menempel pada substrat sarang (Gambar 11a). Penghubung pot pakan karakter tak beraturan kemungkinan terjadi karena kumpulan pot-pot pakan. Pot anakan dibuat dengan karakter seperti Gambar 12 supaya larva didalamnya memiliki ruang saat keluar menjadi imago (pengamatan pribadi). Penghubung pot adalah struktur penyusun sarang yang menghubungkan pot dengan komponen sarang. Pembuatan penghubung pot kemungkinan untuk memanfaatkan rongga sarang T. laeviceps dari pembangunan horizontal menjadi pembangunan vertikal. Gambar 11 Bentuk penghubung pot pakan T. laeviceps (i) Foto bentuk penghubung pot pakan (ii) Sketsa bentuk penghubung pot pakan a. menyerupai tangkai, b. pendek, c. pendek tebal, d. panjang tipis, e. tak beraturan. Skala (I) pada masing-masing gambar diatas 1 mm Gambar 12 Bentuk penghubung pot anakan T. laeviceps (i) Foto bentuk penghubung pot anakan (ii) Sketsa bentuk penghubung pot anakan a. menyerupai tangkai, b. menyerupai lingkaran, c. menyerupai huruf Y, d. pendek tebal, e. panjang tipis, f. menyerupai segitiga, g. pendek. Skala (I) pada masing-masing gambar diatas 1 mm
25 13 Tipe Susunan Pot Pakan dan Anakan T. laeviceps Sarang T. laeviceps memiliki tiga tipe susunan pot secara vertikal diantaranya lurus, miring, dan tak beraturan (Gambar 13). Susunan pot anakan lebih mudah diamati dibandingkan pot pakan karena ukuran pot pakan lebih besar dan berkelompok sehingga pot anakan lebih mudah ditentukan tipe susunannya. Bentuk susunan pot secara vertikal kemungkinan bertujuan untuk memanfaatkan rongga yang ada pada sarang. Jumlah pot mempengaruhi tipe susunan yang akan dibentuk. Semakin sedikit pot yang disusun mungkin susunan yang dibuat semakin sederhana. Warna Pot Pakan dan Anakan T. laeviceps Warna yang ditemukan pada pot pakan antara lain Black, Blue-gray, Brown, Coral, Dark purple, Dark red, Dark yellow, Gold, Gray-25%, Gray-50%, Gray- 80%, Ice blue, Indigo, Lavender, Light blue, Olive green, Orange, Periwinkle, dan Tan (Tabel 6). Pot anakan memiliki warna dominan kuning dan putih, karena pot anakan dibuat dari getah dan propolis saja. Warna yang ditemukan pada pot anakan antara lain Brown, Coral, Dark red, Dark yellow, Gold, Gray-25%, Gray- 50%, Light yellow, dan Tan (Tabel 7). Pot pakan memiliki warna yang lebih beragam dibandingkan pot anakan. Warna yang lebih sering dijumpai pada pot pakan ialah warna Brown. Pot anakan memiliki bagian dasar yang berwarna Brown. Warna Brown dan Tan ditemukan pada berbagai kondisi pot anakan. Warna pot pakan pada Apis mellifera juga cenderung lebih berwarna dibandingkan pot anakan (Seeley dan Morse 1976), karena bahan untuk membuat pot T. laeviceps kemungkinan berasal dari lilin dengan campuran resin atau getah (Michener 2007). Gambar 13 Tipe susunan pot T. laeviceps (i) Susunan pot (ii) Sketsa susunan pot a. lurus, b. miring, c. tak beraturan (pot anakan), d. tak beraturan (pot pakan). Skala (I) pada masing-masing gambar diatas 1 mm
26 14 Tabel 6 Pot pakan T. laeviceps dan warnanya Bentuk pot pakan A-D mengikuti Gambar 9
27 15 Tabel 7 Pot anakan T. laeviceps dengan warna dan kondisinya Bentuk pot anakan A-D mengikuti Gambar 10 SIMPULAN Spesies lebah dari koloni satu yang diidentifikasi adalah Trigona laeviceps dengan ciri panjang tungkai belakang kurang dari 2 mm, tubuh didominasi warna hitam kecuali pada clypeus dan mesosomal dorsum, sayap depan berwarna transparan, mandibula dengan dengan gigi yang lemah, scutellum besar dengan mesoscutellum melebihi cekungan propodeum. Sarang T. laeviceps dibuat dengan struktur sarang batumen, involucrum, pot pakan, dan pot anakan. Pot pakan dan
28 15 Tabel 7 Pot anakan T. laeviceps dengan warna dan kondisinya Bentuk pot anakan A-D mengikuti Gambar 10 SIMPULAN Spesies lebah dari koloni satu yang diidentifikasi adalah Trigona laeviceps dengan ciri panjang tungkai belakang kurang dari 2 mm, tubuh didominasi warna hitam kecuali pada clypeus dan mesosomal dorsum, sayap depan berwarna transparan, mandibula dengan dengan gigi yang lemah, scutellum besar dengan mesoscutellum melebihi cekungan propodeum. Sarang T. laeviceps dibuat dengan struktur sarang batumen, involucrum, pot pakan, dan pot anakan. Pot pakan dan
29 16 anakan memiliki bentuk, warna, dan penghubung yang beraneka ragam. Ukuran pot anakan relatif sama dibanding pot pakan. Rasio ukuran pot pakan dengan nilai dibawah 1 menunjukkan pot tersebut dalam pembangunan. DAFTAR PUSTAKA Crane E The World History of Beekeeping and Honey Hunting. New York (US): Routledge Inc. Eltz T, Brȕhl CA, Imiyabir Z, Linsenmair KE Nesting and Nest Trees of Stingless Bees (Apidae: Meliponini) in Lowland Dipterocarp Forests in Sabah, Malaysia, with Implications for Forest Management. Elsevier 172: Grimaldi D, Engel MS Evolution of The Insects. Cambridge (US): Cambridge Univ. Pr. Inoue T, Nakamura K Physical and Biological Background for Insect Studies in Sumatra. Di dalam: Sakagami SF, Ohgushi R, Roubik DW, editor. Natural History of Social Wasps and Bees in Equatorial Sumatra: Sapporo, Jepang. Sapporo (JP): Hokkaido Univ. Pr. Hlm Michener CD The Social Behaviour of The Bees. Massachusetts (US): The Belknap of Harvard Univ Pr. Michener CD The Bees of The World. Baltimore (US): The John Hopkins Univ Pr. Momose K, Yumoto T, Nagamitsu T, Kato M, Nagamasu H, Sakai S, Harrison RD, Itioka T, Hamid AA, Inoue T Pollination Biology in a Lowland Dipterocarp Forest. American Journal of Botany 85(10): Ohgushi R, Sakagami SF, Yamane S Nest architecture of the stenogastrine wasps: diversity andevolution (Hymenoptera, Vespidae). A comparative review. Di dalam: Sakagami SF, Ohgushi R, Roubik DW, editor. Natural History of Social Wasps and Bees in Equatorial Sumatra; Sapporo, Jepang. Sapporo (JP): Hokkaido Univ. Pr. Hlm Sakagami SF Stingless Bees. Di dalam: Sung IH, Yamane S, Hozumi S, editor. Thermal Characteristics of the Taiwanese Stingless Bee Trigona ventralis hoozana (Hymenoptera: Apidae). Zoological Studies 47(4): Sakagami SF, Yamane S Notes on taxonomy and nest architecture of the Taiwanese stingless bee Trigona (Lepidotrigona) ventralis hoozana. Di dalam: Sung IH, Yamane S, Hozumi S, editor. Thermal Characteristics of the Taiwanese Stingless Bee Trigona ventralis hoozana (Hymenoptera: Apidae). Zoological Studies 47(4): Sakagami SF, Inoue T, Salmah S Stingless bees of central Sumatra. Di dalam: Sakagami SF, Ohgushi R, Roubik DW, editor. Natural History of Social Wasps and Bees in Equatorial Sumatra; Sapporo, Jepang. Sapporo (JP): Hokkaido Univ. Pr. Hlm Salmah S, Inoue T, Sakagami SF An Analysis of Apid Bee Richness (Apidae) in Central Sumatra. Di dalam: Sakagami SF, Ohgushi R, Roubik DW, editor. Natural History of Social Wasps and Bees in Equatorial Sumatra: Sapporo, Jepang. Sapporo (JP): Hokkaido Univ. Pr. Hlm
30 16 anakan memiliki bentuk, warna, dan penghubung yang beraneka ragam. Ukuran pot anakan relatif sama dibanding pot pakan. Rasio ukuran pot pakan dengan nilai dibawah 1 menunjukkan pot tersebut dalam pembangunan. DAFTAR PUSTAKA Crane E The World History of Beekeeping and Honey Hunting. New York (US): Routledge Inc. Eltz T, Brȕhl CA, Imiyabir Z, Linsenmair KE Nesting and Nest Trees of Stingless Bees (Apidae: Meliponini) in Lowland Dipterocarp Forests in Sabah, Malaysia, with Implications for Forest Management. Elsevier 172: Grimaldi D, Engel MS Evolution of The Insects. Cambridge (US): Cambridge Univ. Pr. Inoue T, Nakamura K Physical and Biological Background for Insect Studies in Sumatra. Di dalam: Sakagami SF, Ohgushi R, Roubik DW, editor. Natural History of Social Wasps and Bees in Equatorial Sumatra: Sapporo, Jepang. Sapporo (JP): Hokkaido Univ. Pr. Hlm Michener CD The Social Behaviour of The Bees. Massachusetts (US): The Belknap of Harvard Univ Pr. Michener CD The Bees of The World. Baltimore (US): The John Hopkins Univ Pr. Momose K, Yumoto T, Nagamitsu T, Kato M, Nagamasu H, Sakai S, Harrison RD, Itioka T, Hamid AA, Inoue T Pollination Biology in a Lowland Dipterocarp Forest. American Journal of Botany 85(10): Ohgushi R, Sakagami SF, Yamane S Nest architecture of the stenogastrine wasps: diversity andevolution (Hymenoptera, Vespidae). A comparative review. Di dalam: Sakagami SF, Ohgushi R, Roubik DW, editor. Natural History of Social Wasps and Bees in Equatorial Sumatra; Sapporo, Jepang. Sapporo (JP): Hokkaido Univ. Pr. Hlm Sakagami SF Stingless Bees. Di dalam: Sung IH, Yamane S, Hozumi S, editor. Thermal Characteristics of the Taiwanese Stingless Bee Trigona ventralis hoozana (Hymenoptera: Apidae). Zoological Studies 47(4): Sakagami SF, Yamane S Notes on taxonomy and nest architecture of the Taiwanese stingless bee Trigona (Lepidotrigona) ventralis hoozana. Di dalam: Sung IH, Yamane S, Hozumi S, editor. Thermal Characteristics of the Taiwanese Stingless Bee Trigona ventralis hoozana (Hymenoptera: Apidae). Zoological Studies 47(4): Sakagami SF, Inoue T, Salmah S Stingless bees of central Sumatra. Di dalam: Sakagami SF, Ohgushi R, Roubik DW, editor. Natural History of Social Wasps and Bees in Equatorial Sumatra; Sapporo, Jepang. Sapporo (JP): Hokkaido Univ. Pr. Hlm Salmah S, Inoue T, Sakagami SF An Analysis of Apid Bee Richness (Apidae) in Central Sumatra. Di dalam: Sakagami SF, Ohgushi R, Roubik DW, editor. Natural History of Social Wasps and Bees in Equatorial Sumatra: Sapporo, Jepang. Sapporo (JP): Hokkaido Univ. Pr. Hlm
31 Seeley TD, Morse RA The Nest of Honey Bee (Apis mellifera L.). Insectes Sociaux 23(4): Wati DL Aktivitas Terbang Harian dan Mencari Polen Trigona laeviceps Smith di Perkebunan Karet (Hevea braziliensis) dan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Wcislo WT, Engel MS Social Behaviour and Nest Architecture of Nomiine Bees (Hymenoptera: Halictidae; Nomiinae). Journal of The Kansas Entomological Society 69(4): Winston ML The Biology of The Honey Bee. Cambridge (US): Harvard Univ. Pr. Vit P, Pedro SRM, Roubik DW Pot Honey A Legacy of Stingless Bees. London (GB): Springer. 17
32 18 Lampiran 1 Peta lokasi (o) pengambilan sampel T. laeviceps di kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor Lampiran 2 Peta lokasi (o) pengambilan sampel T. laeviceps di kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor
33 Lampiran 3 Warna pada pot dan kode berdasarkan program Paint Windows 7 19
34 20 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 26 Oktober 1992 dari ayah Haryadi dan ibu Tumpuk. Penulis adalah putra pertama dari empat bersaudara. Tahun 2010 penulis lulus dari SMA Negeri 105 Jakarta dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) dan diterima di Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjadi asisten praktikum Vertebrata pada tahun ajaran 2013, Biologi Dasar dan Mikroteknik pada tahun Penulis aktif sebagai anggota Observasi Wahana Alam (OWA) sejak tahun Penulis juga aktif dalam beberapa kepanitiaan kegiatan kampus seperti Masa Perkenalan Departemen (MPD) biologi angkatan 49, Pesta Sains Nasional (PSN) Biologi tahun Penulis telah melakukan studi lapangan di Kebun Raya Cibodas pada tahun 2012 mengenai Keragaman Semut di Sekitar Pohon Araucaria cuninghamii di Kebun Raya Cibodas. Pada bulan Agustus-September 2013 penulis melaksanakan Praktik Lapangan di Badan Layanan Umum Daerah Taman Margasatwa Ragunan (BLUD TMR) Jakarta dengan judul Perilaku Harian Linsang Air Kecil (Aonyx cinerea) di Taman Margasatwa Ragunan.
JENIS-JENIS LEBAH TRIGONA BERDASARKAN PERBEDAAN KETINGGIAN TEMPAT DI BALI
JENIS-JENIS LEBAH TRIGONA BERDASARKAN PERBEDAAN KETINGGIAN TEMPAT DI BALI Skripsi Oleh: Niko Susanto Putra 1108305020 JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS UDAYANA 2015
Lebih terperinciSTRUKTUR DAN PRODUKSI LEBAH Trigona spp. PADA SARANG BERBENTUK TABUNG DAN BOLA
JURNAL BIOLOGI 18 Volume (2) : 6018 - No.2 64 DESEMBER 2014 ISSN : 1410-5292 STRUKTUR DAN PRODUKSI LEBAH Trigona spp. PADA SARANG BERBENTUK TABUNG DAN BOLA STRUCTURE AND PRODUCTION OF STINGLESS BEE Trigona
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lebah Trigona Lebah trigona adalah lebah yang tidak memiliki sengat atau dikenal dengan nama Stingless bee (Inggris), termasuk famili Apidae. Berikut adalah klasifikasi dari lebah
Lebih terperinciJenis Lebah Madu Tanpa Sengat (Stingless Bee) di Tanah Merah Samarinda)
Jenis Lebah Madu Tanpa Sengat (Stingless Bee) di Tanah Merah Samarinda) Boy Sadam 1, Nova Hariani 2, Syafrizal Fachmy 3 1 Jurusan Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Mulawarman 2 Laboratorium Ekologi dan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. yang terletak pada posisi BT dan LS. Purbalingga
I. PENDAHULUAN Indonesia merupakan salah satu negara tropis yang memiliki kekayaan alam melimpah berupa flora dan fauna. Indonesia juga memiliki potensi besar dalam pengembangan usaha peternakan lebah
Lebih terperinciGambar 1. Koloni Trigona sp
BUDIDAYA LEBAH MADU TRIGONA SP Oleh : Victor Winarto *) Rusmalia *) I. PENDAHULUAN Madu adalah salah satu produk primadona HHBK (Hasil Hutan Bukan Kayu) di Indonesia. Banyaknya manfaat madu bagi kesehatan,
Lebih terperinciKeyword: Bees, Nesting Habitat, Nest, Gate Nest, Eduction
MODEL GERBANG SARANG BUATAN YANG DISUKAI OLEH KOLONI Trigona sp. (HYMENOPTERA: MELIPONIDAE) UNTUK PENANGKARAN DI KORONG KULIEK SUNGAI BULUAH TIMUR BATANG ANAI KABUPATEN PADANG PARIAMAN Happy Rilla Priccilia,
Lebih terperinciDISTRIBUSI LEBAH APIS KOSCHEVNIKOVI DI KALIMANTAN SELATAN (THE DISTRIBUTION OF APIS KOSCHEVNIKOVI IN SOUTH BORNEO)
Distribusi Lebah Apis Koschevnikovi di Kalimantan Selatan (Arif Rohmatullah) 37 DISTRIBUSI LEBAH APIS KOSCHEVNIKOVI DI KALIMANTAN SELATAN (THE DISTRIBUTION OF APIS KOSCHEVNIKOVI IN SOUTH BORNEO) Arif Rohmatullah
Lebih terperinciSTUDI POPULASI Apis cerana (Hymenoptera:Apidae) PADA KEBUN CAMPUR DI DESA PAGAR PUDING KECAMATAN TEBO ULU KABUPATEN TEBO JAMBI ARTIKEL
STUDI POPULASI Apis cerana (Hymenoptera:Apidae) PADA KEBUN CAMPUR DI DESA PAGAR PUDING KECAMATAN TEBO ULU KABUPATEN TEBO JAMBI ARTIKEL ADI DARMAWAN NIM. 08010002 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI SEKOLAH
Lebih terperinciPENGARUH LINGKUNGAN TERHADAP PERKEMBANGAN KOLONI LEBAH MADU, Apis cerana Fabr. (HYMENOPTERA : APIDAE)
PENGARUH LINGKUNGAN TERHADAP PERKEMBANGAN KOLONI LEBAH MADU, Apis cerana Fabr. (HYMENOPTERA : APIDAE) TESIS MAGISTER Oleh DIDA HAMIDAH 20698009 BIDANG KHUSUS ENTOMOLOGI PROGRAM STUDI MAGISTER BIOLOGI PROGRAM
Lebih terperinciAKTIVITAS Apis cerana MENCARI POLEN, IDENTIFIKASI POLEN, DAN KOMPETISI MENGGUNAKAN SUMBER PAKAN DENGAN Apis mellifera YUDI CATUR ANENDRA
AKTIVITAS Apis cerana MENCARI POLEN, IDENTIFIKASI POLEN, DAN KOMPETISI MENGGUNAKAN SUMBER PAKAN DENGAN Apis mellifera YUDI CATUR ANENDRA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 PERNYATAAN
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Gejala Parasitisasi
HASIL DAN PEMBAHASAN Gejala Parasitisasi Acerophagus papayae merupakan endoparasitoid soliter nimfa kutu putih pepaya, Paracoccus marginatus. Telur, larva dan pupa parasitoid A. papayae berkembang di dalam
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Apis cerana Sebagai Serangga Sosial
TINJAUAN PUSTAKA Apis cerana Sebagai Serangga Sosial Apis cerana merupakan serangga sosial yang termasuk dalam Ordo Hymenoptera, Famili Apidae hidup berkelompok membentuk koloni. Setiap koloni terdiri
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Metode Penelitian Penyediaan Koloni Lalat Puru C. connexa untuk Penelitian Lapangan
BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian merupakan penelitian lapangan yang dilaksanakan pada bulan April 005 Februari 006. Penelitian biologi lapangan dilaksanakan di salah satu lahan di
Lebih terperinciSERANGAN Ganoderma sp. PENYEBAB PENYAKIT AKAR MERAH DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, JAWA BARAT DEASY PUTRI PERMATASARI
SERANGAN Ganoderma sp. PENYEBAB PENYAKIT AKAR MERAH DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, JAWA BARAT DEASY PUTRI PERMATASARI DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. energi pada kumunitasnya. Kedua, predator telah berulang-ulang dipilih sebagai
TINJAUAN PUSTAKA Pentingnya predasi sebagai strategi eksploitasi dapat diringkas dalam empat kategori utama. Pertama, predator memainkan peran penting dalam aliran energi pada kumunitasnya. Kedua, predator
Lebih terperinciMODE LOKOMOSI PADA ORANGUTAN KALIMANTAN (Pongo pygmaeus Linn.) DI PUSAT PRIMATA SCHMUTZER, JAKARTA MUSHLIHATUN BAROYA
MODE LOKOMOSI PADA ORANGUTAN KALIMANTAN (Pongo pygmaeus Linn.) DI PUSAT PRIMATA SCHMUTZER, JAKARTA MUSHLIHATUN BAROYA DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Biologi Tanaman Stroberi
4 TINJAUAN PUSTAKA Biologi Tanaman Stroberi Klasifikasi tanaman stroberi sebagai berikut (Benson, 1957) : Divisi : Spermatophyta Sub divisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledonae Famili : Rosaceae Genus
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Ciri Morfologi Parasitoid B. lasus
12 HASIL DAN PEMBAHASAN Ciri Morfologi Parasitoid B. lasus Telur Telur parasitoid B. lasus berbentuk agak lonjong dan melengkung seperti bulan sabit dengan ujung-ujung yang tumpul, transparan dan berwarna
Lebih terperinciPraktikum Biologi Fapet Unpad: Bagian Insecta IIa. 1
CLASSIS : ARTHROPODA (SERANGGA) Kode MPB2a Fapet I. TUJUAN PRAKTIKUM Setelah menyelesaikan praktikum mahasiswa praktikan dapat: a. Menyebutkan dan mengetahui karakteristik Apis sp b. Mengetahui serangga-serangga
Lebih terperinciKEANEKARAGAMAN POLEN DARI BEBERAPA SPESIES STINGLESS BEE PADA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DAN KARET ROSI FITRI RAMADANI
KEANEKARAGAMAN POLEN DARI BEBERAPA SPESIES STINGLESS BEE PADA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DAN KARET ROSI FITRI RAMADANI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016 i ii PERNYATAAN MENGENAI TESIS
Lebih terperinciMODEL PENDUGA VOLUME POHON MAHONI DAUN BESAR (Swietenia macrophylla, King) DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, JAWA BARAT WAHYU NAZRI YANDI
MODEL PENDUGA VOLUME POHON MAHONI DAUN BESAR (Swietenia macrophylla, King) DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, JAWA BARAT WAHYU NAZRI YANDI DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Telur berwarna putih, berbentuk bulat panjang, dan diletakkan
3 TINJAUAN PUSTAKA Lalat Buah (Bactrocera spp.) Biologi Menurut Departemen Pertanian (2012), lalat buah dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Phylum Klass Ordo Sub-ordo Family Genus Spesies : Arthropoda
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Kelapa sawit dapat tumbuh pada jenis tanah podzolik, latosol, hidromorfik
TINJAUAN PUSTAKA Kelapa Sawit Kelapa sawit dapat tumbuh pada jenis tanah podzolik, latosol, hidromorfik kelabu, alluvial atau regosol, tanah gambut saprik, dataran pantai dan muara sungai. Tingkat keasaman
Lebih terperinciHASIL. ujung tandan. tengah tandan. pangkal tandan
2 dihitung jumlah kumbang. Jumlah kumbang per spikelet didapat dari rata-rata 9 spikelet yang diambil. Jumlah kumbang per tandan dihitung dari kumbang per spikelet dikali spikelet per tandan. Lokasi pengambilan
Lebih terperinciMETODE A. Waktu dan Tempat Penelitian
11 METODE A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan dari bulan Januari sampai Juni 2009. Pengamatan serangga dilakukan di dua lokasi, yaitu pada pertanaman H. multifora di lingkungan Kampus Institut
Lebih terperinciTAHAP TAHAP PERKEMBANGAN TAWON KEMIT (Ropalidia fasciata) YANG MELIBATKAN ULAT GRAYAK (Spodopteraa exigua)
TAHAP TAHAP PERKEMBANGAN TAWON KEMIT (Ropalidia fasciata) YANG MELIBATKAN ULAT GRAYAK (Spodopteraa exigua) SKRIPSI Diajukan Untuk Penulisan Skripsi Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Sarjana Pendidikan (S-1)
Lebih terperinciPEMANFAATAN TUMBUHAN OLEH MASYARAKAT DI SEKITAR HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT SUKABUMI MUHAMMAD IRKHAM NAZMURAKHMAN
1 PEMANFAATAN TUMBUHAN OLEH MASYARAKAT DI SEKITAR HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT SUKABUMI MUHAMMAD IRKHAM NAZMURAKHMAN DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN
Lebih terperinciPENDUGAAN SERAPAN KARBON DIOKSIDA PADA BLOK REHABILITASI CONOCOPHILLIPS DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI PRASASTI RIRI KUNTARI
PENDUGAAN SERAPAN KARBON DIOKSIDA PADA BLOK REHABILITASI CONOCOPHILLIPS DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI PRASASTI RIRI KUNTARI DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
II. TINJAUAN PUSTAKA Lalat penggorok daun, Liriomyza sp, termasuk serangga polifag yang dikenal sebagai hama utama pada tanaman sayuran dan hias di berbagai negara. Serangga tersebut menjadi hama baru
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. miring. Sycanus betina meletakkan tiga kelompok telur selama masa hidupnya.
TINJAUAN PUSTAKA Biologi Sycanus sp. (Hemiptera: Reduviidae) Telur Kelompok telur berwarna coklat dan biasanya tersusun dalam pola baris miring. Sycanus betina meletakkan tiga kelompok telur selama masa
Lebih terperinciKERAGAMAN UKURAN DAN WARNA Thrips parvispinus (Thysanoptera: Thripidae) PADA TANAMAN CABAI (Capsicum annuum) DI BERBAGAI KETINGGIAN TEMPAT MAGDALENA
KERAGAMAN UKURAN DAN WARNA Thrips parvispinus (Thysanoptera: Thripidae) PADA TANAMAN CABAI (Capsicum annuum) DI BERBAGAI KETINGGIAN TEMPAT MAGDALENA PROGRAM STUDI HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN FAKULTAS PERTANIAN
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif.
19 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. B. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi yang diamati dalam penelitian ini adalah seluruh
Lebih terperinciPERAN MODEL ARSITEKTUR RAUH DAN NOZERAN TERHADAP PARAMETER KONSERVASI TANAH DAN AIR DI HUTAN PAGERWOJO, TULUNGAGUNG NURHIDAYAH
PERAN MODEL ARSITEKTUR RAUH DAN NOZERAN TERHADAP PARAMETER KONSERVASI TANAH DAN AIR DI HUTAN PAGERWOJO, TULUNGAGUNG NURHIDAYAH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI
Lebih terperinciHASIL. Tabel 2 Jumlah imago lebah pekerja A. cerana yang keluar dari sel pupa. No. Hari ke- Koloni I Koloni II. (= kohort) Warna Σ mati Warna Σ Mati
HASIL Jumlah Imago Lebah Pekerja A. cerana Berdasarkan hasil pembuatan peta lokasi sel pupa, dapat dihitung jumlah imago lebah pekerja yang keluar dari sel pupa. Jumlah imago lebah pekerja A. cerana (yang
Lebih terperinciIDENTIFIKASI OLIGOSAKARIDA MADU HUTAN GUNUNG TAMBORA SUMBAWA YOGI NUR ANGGOWO
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI OLIGOSAKARIDA MADU HUTAN GUNUNG TAMBORA SUMBAWA YOGI NUR ANGGOWO DEPARTEMEN BIOKIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012 ABSTRAK YOGI
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 17. Kandang Pemeliharaan A. atlas
HASIL DAN PEMBAHASAN Suhu dan Kelembaban Ruangan Rata-rata suhu dan kelembaban ruangan selama penelitian pada pagi hari 22,4 0 C dan 78,6%, siang hari 27,4 0 C dan 55%, sore hari 25 0 C dan 75%. Hasil
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat
7 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pengendalian Hayati, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor pada bulan Februari
Lebih terperinciTHE RELATIONSHIP BETWEEN HEIGHT OF
THE RELATIONSHIP BETWEEN HEIGHT OF Apis dorsata COMBS ABOVE GROUND TO LENGTH, WIDTH, THICKNESS, AS WELL AS COMBS WEIGHT THE JUNGLE AREA OF HARAPAN PT. REKI JAMBI Dika Dwi Sasongko 1), Moch. Junus 2), and
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Biologi Phragmatoecia castaneae Hubner. (Lepidoptera : Cossidae)
TINJAUAN PUSTAKA Biologi Phragmatoecia castaneae Hubner. (Lepidoptera : Cossidae) Seekor imago betina dapat meletakkan telur sebanyak 282-376 butir dan diletakkan secara kelompok. Banyaknya telur dalam
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Chilo Sachhariphagus Boj. (Lepidoptera: Crambidae)
TINJAUAN PUSTAKA Chilo Sachhariphagus Boj. (Lepidoptera: Crambidae) Biologi Gambar 1. Telur C. sacchariphagus Bentuk telur oval, datar dan mengkilap. Telur berwarna putih dan akan berubah menjadi hitam
Lebih terperinciBUDIDAYA LEBAH MADU TRIGONA SP MUDAH DAN MURAH
BUDIDAYA LEBAH MADU TRIGONA SP MUDAH DAN MURAH Oleh : Septiantina Dyah Riendriasari, S. Hut PENDAHULUAN Dulu, banyak masyarakat yang tidak mengetahui adanya lebah madu Trigona sp ini. Hanya jenis Apis
Lebih terperinciKEANEKARAGAMAN SERANGGA HYMENOPTERA (KHUSUSNYA PARASITOID) PADA AREAL PERSAWAHAN, KEBUN SAYUR DAN HUTAN DI DAERAH BOGOR TJUT AHMAD PERDANA R.
KEANEKARAGAMAN SERANGGA HYMENOPTERA (KHUSUSNYA PARASITOID) PADA AREAL PERSAWAHAN, KEBUN SAYUR DAN HUTAN DI DAERAH BOGOR TJUT AHMAD PERDANA R. DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN
Lebih terperinciKAJIAN BEBERAPA SIFAT DASAR BATANG PINANG (Areca catechu L.)
KAJIAN BEBERAPA SIFAT DASAR BATANG PINANG (Areca catechu L.) HASIL PENELITIAN Oleh : TRISNAWATI 051203021 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL HUTAN DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Tingkat Serangan O. furnacalis pada Tanaman Jagung Larva O. furnacalis merusak daun, bunga jantan dan menggerek batang jagung. Gejala serangan larva pada batang adalah ditandai dengan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Biologi dan siklus hiduptrichogramma spp. (Hymenoptera : Famili Trichogrammatidae merupakan parasitoid telur yang
5 TINJAUAN PUSTAKA Biologi dan siklus hiduptrichogramma spp. (Hymenoptera : Trichogrammatidae) Famili Trichogrammatidae merupakan parasitoid telur yang bersifatgeneralis. Ciri khas Trichogrammatidae terletak
Lebih terperinciKEANEKARAGAMAN DAN TEMPAT BERSARANG LEBAH TAK BERSENGAT (HYMENOPTERA: APIDAE) DI SULAWESI TENGAH NELKY SURIAWANTO
1 KEANEKARAGAMAN DAN TEMPAT BERSARANG LEBAH TAK BERSENGAT (HYMENOPTERA: APIDAE) DI SULAWESI TENGAH NELKY SURIAWANTO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016 2 3 PERNYATAAN MENGENAI TESIS
Lebih terperinciSTUDI MORFOLOGI DAN KARAKTERISTIK KELAMIN SEKUNDER SEBAGAI PENENTU JENIS KELAMIN PADA IKAN ARWANA (Scleropages) LINDA SUGIARTI
STUDI MORFOLOGI DAN KARAKTERISTIK KELAMIN SEKUNDER SEBAGAI PENENTU JENIS KELAMIN PADA IKAN ARWANA (Scleropages) LINDA SUGIARTI DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT
Lebih terperinciA. Implementasi Teoritik
BAB III METODE PENCIPTAAN A. Implementasi Teoritik 1. Tematik Lebah Madu adalah serangga kaya manfaat, dalam klasifikasi dunia binatang, lebah dimasukan dalam Ordo Hymenoptera yang artinya sayap bening.
Lebih terperinciTEKNIK PENGAMATAN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN (PNH 3162, SKS 2/1) A. SILABUS
TEKNIK PENGAMATAN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN (PNH 3162, SKS 2/1) Pengertian dan arti penting pengamatan dalam pengelolaan hama dan penyakit tumbuhan. Teknik pengambilan contoh: kelebihan dan kekurangan,
Lebih terperinciPRAKATA. hidayah-nya sehingga skripsi ini dapat diselsaikan. Penyusunan skripsi ini tidak
PRAKATA Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-nya sehingga skripsi ini dapat diselsaikan. Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Penulis mengucapkan
Lebih terperinciDEMOGRAFI DAN POPULASI KUMBANG Elaeidobius kamerunicus Faust (Coleoptera: Curculionidae) SEBAGAI PENYERBUK KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq)
DEMOGRAFI DAN POPULASI KUMBANG Elaeidobius kamerunicus Faust (Coleoptera: Curculionidae) SEBAGAI PENYERBUK KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq) YANA KURNIAWAN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Penelitian di lapangan telah dilakukan pada bulan Juli Penelitian
14 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat 1. Penelitian di Lapangan Penelitian di lapangan telah dilakukan pada bulan Juli 2013. Penelitian dilakukan pada dua lokasi yaitu; di Desa Negara Ratu Kecamatan
Lebih terperinciPENGARUH PERANGKAP WARNA BERPEREKAT DAN AROMA REMPAH UNTUK MENGENDALIKAN HAMA GUDANG
PENGARUH PERANGKAP WARNA BERPEREKAT DAN AROMA REMPAH UNTUK MENGENDALIKAN HAMA GUDANG Lasioderma serricorne F. (Coleoptera: Anobiidae) DI GUDANG TEMBAKAU SKRIPSI OLEH: SITI RAHAYU 080302032 Hama dan Penyakit
Lebih terperinciIV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota
IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Pembentukan Taman Kupu-Kupu Gita Persada Taman Kupu-Kupu Gita Persada berlokasi di kaki Gunung Betung yang secara administratif berada di wilayah Kelurahan
Lebih terperinciPENGARUH BERBAGAI PENUTUPAN TUMBUHAN BAWAH DAN ARAH SADAP TERHADAP PRODUKTIVITAS GETAH PINUS (Pinus merkusii) EVA DANIAWATI
PENGARUH BERBAGAI PENUTUPAN TUMBUHAN BAWAH DAN ARAH SADAP TERHADAP PRODUKTIVITAS GETAH PINUS (Pinus merkusii) EVA DANIAWATI DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
Lebih terperinciKERAGAMAN DAN KELIMPAHAN LEBAH SOSIAL (APIDAE) PADA BUNGA TANAMAN PERTANIAN MUSIMAN YANG DIAPLIKASI PESTISIDA DI JAWA BARAT
Sih Kahono dan Erniwati Keragaman dan Kelimpahan Lebah Sosial (Apidae) Pada Bunga Tanaman Pertanian KERAGAMAN DAN KELIMPAHAN LEBAH SOSIAL (APIDAE) PADA BUNGA TANAMAN PERTANIAN MUSIMAN YANG DIAPLIKASI PESTISIDA
Lebih terperinciABSTRACT. Keywords: Graphium agamemnon, Graphium doson, Mechelia champaca, Annona muricata, life cycle, food consumption.
ABSTRACT ESWA TRESNAWATI. The Life Cycle and Growth of Graphium agamemnon L. and Graphium doson C&R. Butterflies (Papilionidae: Lepidoptera) Fed by Cempaka (Michelia champaca) and Soursoup (Annona muricata).
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. anthesis (mekar) seperti bunga betina. Tiap tandan bunga memiliki
4 TINJAUAN PUSTAKA Biologi Bunga Kelapa Sawit Tandan bunga jantan dibungkus oleh seludang bunga yang pecah jika akan anthesis (mekar) seperti bunga betina. Tiap tandan bunga memiliki 100-250 spikelet (tangkai
Lebih terperinciPENGARUH BENTUK DAN KETINGGIAN PERANGKAP STICKY TRAP KUNING TERHADAP LALAT BUAH
PENGARUH BENTUK DAN KETINGGIAN PERANGKAP STICKY TRAP KUNING TERHADAP LALAT BUAH (Bactrocera spp.) (Diptera:Tephritidae) PADA TANAMAN TOMAT ( Solanum lycopersicum Mill.) DI DATARAN RENDAH SKRIPSI OLEH :
Lebih terperinciDI BALI LILIK SEKOLAH
AKTIVITAS Apis cerana MENCARI POLEN dan IDENTIFIKASI POLEN DI PERLEBAHAN TRADISIONAL DI BALI LILIK MUNTAMAH SEKOLAH PASCASARJANAA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER
Lebih terperinciII. TELAAH PUSTAKA. Gambar 2.1 Morfologi nyamuk Aedes spp. (Wikipedia, 2013)
II. TELH PUSTK Nyamuk edes spp. dewasa morfologi ukuran tubuh yang lebih kecil, memiliki kaki panjang dan merupakan serangga yang memiliki sepasang sayap sehingga tergolong pada ordo Diptera dan family
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITAN
49 BAB III METODOLOGI PENELITAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilaksanakan adalah penelitian deskriptif kuantitatif yaitu suatu penelitian untuk membuat gambaran mengenai situasi dan kejadian,
Lebih terperinciPERLEBAHAN DI INDONESIA
PERLEBAHAN DI INDONESIA Oleh : Kuntadi Pusat Litbang Konservasi dan Rehabilitasi QUIZ 1. Yang mana sarang lebah madu? 1 2 3 4 1 QUIZ 2 2 1 3 5 4 A. dorsata A. laboriosa A. dorsata binghami A. cerana A.
Lebih terperinciKARAKTERISTIK HABITAT Trigona spp. DI HUTAN LARANGAN ADAT DESA RUMBIO KABUPATEN KAMPAR
KARAKTERISTIK HABITAT Trigona spp. DI HUTAN LARANGAN ADAT DESA RUMBIO KABUPATEN KAMPAR THE CHARACTERISTICS HABITATS OF Trigona spp. AT TRADITIONAL FOREST THE PROHIBITION RUMBIO VILLAGE KAMPAR REGENCY Muhammad
Lebih terperinciPATOGENISITAS Beauveria bassiana PADA Spodoptera litura Fabricius. (Lepidoptera : Noctuidae) PADA TANAMAN KELAPA SAWIT SKRIPSI OLEH :
PATOGENISITAS Beauveria bassiana PADA Spodoptera litura Fabricius. (Lepidoptera : Noctuidae) PADA TANAMAN KELAPA SAWIT SKRIPSI OLEH : HENDRA SAMUEL SIBARANI 100301172 AGROEKOTEKNOLOGI/ HPT PROGRAM STUDI
Lebih terperinciIDENTIFIKASI JENIS SHOREA (MERANTI) MENGGUNAKAN ALGORITME VOTING FEATURE INTERVALS 5 BERDASARKAN KARAKTERISTIK MORFOLOGI DAUN EVI SUSANTI
IDENTIFIKASI JENIS SHOREA (MERANTI) MENGGUNAKAN ALGORITME VOTING FEATURE INTERVALS 5 BERDASARKAN KARAKTERISTIK MORFOLOGI DAUN EVI SUSANTI DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
Lebih terperinciBAHAN DAN METODA. Ketinggian kebun Bah Birung Ulu berkisar m dpl pada bulan
12 BAHAN DAN METODA Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di perkebunan kelapa sawit PT. Perkebunan Nusantara IV Bah Birung Ulu dan Laboratorium Entomologis Hama dan Penyakit Tanaman
Lebih terperinciMANAJEMEN RISIKO DI PERUSAHAAN BETON (STUDI KASUS UNIT READYMIX PT BETON INDONESIA) MUAMMAR TAWARUDDIN AKBAR
MANAJEMEN RISIKO DI PERUSAHAAN BETON (STUDI KASUS UNIT READYMIX PT BETON INDONESIA) MUAMMAR TAWARUDDIN AKBAR SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER
Lebih terperinciKEANEKARAGAMAN DAN FREKUENSI KUNJUNGAN SERANGGA PENYERBUK SERTA EFEKTIVITASNYA DALAM PEMBENTUKAN BUAH Hoya multiflora Blume (ASCLEPIADACEAE)
KEANEKARAGAMAN DAN FREKUENSI KUNJUNGAN SERANGGA PENYERBUK SERTA EFEKTIVITASNYA DALAM PEMBENTUKAN BUAH Hoya multiflora Blume (ASCLEPIADACEAE) LILIH RICHATI CHASANAH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN
Lebih terperinciJenis Lebah Yang Ada di Indonesia Friday, 08 February 2013 Pemutakhiran Terakhir Tuesday, 28 May 2013
Jenis Lebah Yang Ada di Indonesia Friday, 08 February 2013 Pemutakhiran Terakhir Tuesday, 28 May 2013 eskalisa.sch.id Jenis Lebah Yang Ada di Indonesia Indonesia dikenal sebagai negara yang memiliki jenis
Lebih terperinciKARAKTERISTIK ORGAN REPRODUKSI DAN DISPERSAL TUMBUHAN INVASIF LANGKAP
KARAKTERISTIK ORGAN REPRODUKSI DAN DISPERSAL TUMBUHAN INVASIF LANGKAP (Arenga obtusifolia Mart.) DI CAGAR ALAM LEMBAH ANAI DAN CAGAR ALAM RIMBO PANTI, SUMATERA BARAT TESIS MEITRI HARTIKA BP. 1420422008
Lebih terperinciPENGARUH PEMUASAAN TERHADAP KONSUMSI, BOBOT TUBUH, DAN LAMA HIDUP TIKUS RUMAH (Rattus rattus diardii L.) DAN TIKUS POHON (Rattus tiomanicus Miller)
PENGARUH PEMUASAAN TERHADAP KONSUMSI, BOBOT TUBUH, DAN LAMA HIDUP TIKUS RUMAH (Rattus rattus diardii L.) DAN TIKUS POHON (Rattus tiomanicus Miller) NUR RACHMAN A44104056 PROGRAM STUDI HAMA DAN PENYAKIT
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. A. Biologi dan Morfologi Rayap (Coptotermes curvignatus) Menurut (Nandika et, al.dalam Pratama 2013) C. curvignatus merupakan
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Biologi dan Morfologi Rayap (Coptotermes curvignatus) Menurut (Nandika et, al.dalam Pratama 2013) C. curvignatus merupakan rayap yang paling luas serangannya di Indonesia. Klasifikasi
Lebih terperinciHubungan Jenis Serangga Penyerbuk dengan Morfologi Bunga Pada Tanaman Tomat (Lycopersicon Esculentum Mill.) dan Sawi (Brassica Juncea Linn.
JURNAL SAINTIFIK VOL 3 NO.1, JANUARI 2017 Hubungan Jenis Serangga Penyerbuk dengan Morfologi Bunga Pada Tanaman Tomat (Lycopersicon Esculentum Mill.) dan Sawi (Brassica Juncea Linn.) Phika Ainnadya Hasan*
Lebih terperinciKEANEKARAGAMAN JENIS SERANGGA DIURNAL PADA TANAMAN PENUTUP TANAH
KEANEKARAGAMAN JENIS SERANGGA DIURNAL PADA TANAMAN PENUTUP TANAH Mucuna bracteata DI PERTANAMAN KELAPA SAWIT DI AREAL PERKEBUNAN PT. TOLAN TIGA KERASAAN ESTATE KABUPATEN SIMALUNGUN SKRIPSI IIN N. SIDABUTAR
Lebih terperinciKOREKSI KONSTRUKSI PERANGKAP JODANG PENANGKAP KEONG MACAN DI PALABUHANRATU, SUKABUMI, JAWA BARAT AYU ADHITA DAMAYANTI
KOREKSI KONSTRUKSI PERANGKAP JODANG PENANGKAP KEONG MACAN DI PALABUHANRATU, SUKABUMI, JAWA BARAT AYU ADHITA DAMAYANTI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS
Lebih terperinciSIFAT FISIS MEKANIS PANEL SANDWICH DARI TIGA JENIS BAMBU FEBRIYANI
SIFAT FISIS MEKANIS PANEL SANDWICH DARI TIGA JENIS BAMBU FEBRIYANI DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN Febriyani. E24104030. Sifat Fisis Mekanis Panel Sandwich
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981), klasifikasi S. inferens adalah sebagai berikut:
TINJAUAN PUSTAKA Biologi Parasit Lalat S. inferens Towns. Menurut Kalshoven (1981), klasifikasi S. inferens adalah sebagai berikut: Kingdom Filum Class Ordo Famili Genus Spesies : Animalia : Arthropoda
Lebih terperinciPENGGUNAAN NANOMAGNETIT SEBAGAI PENYEDIA UNSUR HARA NITROGEN PADA TANAMAN JAGUNG ILFA NURAISYAH SIREGAR
PENGGUNAAN NANOMAGNETIT SEBAGAI PENYEDIA UNSUR HARA NITROGEN PADA TANAMAN JAGUNG ILFA NURAISYAH SIREGAR DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012
Lebih terperinciSKRIPSI. Oleh : NAZRIAH PRATIWI / AGROEKOTEKNOLOGI PEMULIAAN TANAMAN
IDENTIFIKASI KARAKTER MORFOLOGIS DAN HUBUNGAN KEKERABATAN BEBERAPA GENOTIPE DURIAN (Durio zibethinus Murr) DI KECAMATAN TIGALINGGA DAN PEGAGAN HILIR KABUPATEN DAIRI SUMATERA UTARA SKRIPSI Oleh : NAZRIAH
Lebih terperinciTANGGAP FUNGSIONAL PARASITOID TELUR Trichogramma pretiosum Riley terhadap TELUR INANG Corcyra cephalonica Stainton pada PERTANAMAN KEDELAI
TANGGAP FUNGSIONAL PARASITOID TELUR Trichogramma pretiosum Riley terhadap TELUR INANG Corcyra cephalonica Stainton pada PERTANAMAN KEDELAI Oleh : Mia Nuratni Yanti Rachman A44101051 PROGRAM STUDI HAMA
Lebih terperinciMODEL ALOMETRIK BIOMASSA PUSPA (Schima wallichii Korth.) BERDIAMETER KECIL DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI RENDY EKA SAPUTRA
MODEL ALOMETRIK BIOMASSA PUSPA (Schima wallichii Korth.) BERDIAMETER KECIL DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI RENDY EKA SAPUTRA DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN
Lebih terperinciBIOLOGI HAMA KUMBANG PENGGEREK PUCUK KELAPA SAWIT
BIOLOGI HAMA KUMBANG PENGGEREK PUCUK KELAPA SAWIT (Oryctes rhinoceros L.) (Coleoptera: Scarabaeidae) PADA MEDIA BATANG DAN TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT DI RUMAH KASSA SKRIPSI OLEH : AHMAD SEJAHTRA 070302031
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. A. Biologi dan Morfologi Kumbang Tanduk (Oryctes rhinoceros) kelapa sawit di Indonesia adalah kumbang tanduk O. rhinoceros.
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Biologi dan Morfologi Kumbang Tanduk (Oryctes rhinoceros) Kumbang penggerek pucuk yang menimbulkan masalah pada perkebunan kelapa sawit di Indonesia adalah kumbang tanduk O. rhinoceros.
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Pengoleksian Kutu Tanaman
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilakukan dengan mengoleksi kutu putih dari berbagai tanaman hias di Bogor dan sekitarnya. Contoh diambil dari berbagai lokasi yaitu : Kelurahan Tanah baru
Lebih terperinciLAJU INFILTRASI TANAH DIBERBAGAI KEMIRINGAN LERENG HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, KABUPATEN SUKABUMI JAWA BARAT LINGGA BUANA
LAJU INFILTRASI TANAH DIBERBAGAI KEMIRINGAN LERENG HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, KABUPATEN SUKABUMI JAWA BARAT LINGGA BUANA DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
Lebih terperinciBUDIDAYA LEBAH MADU. Oleh ODJON SOLIKIN, SP. Penyuluh Kehutanan Kab. Ciamis
BUDIDAYA LEBAH MADU Oleh ODJON SOLIKIN, SP. Penyuluh Kehutanan Kab. Ciamis Budidaya lebah ada 2 cara yaitu : 1) Budidaya Lebah Secara Menetap, dan 2) Budidaya Lebah Secara Berpindah. Pada budidaya lebah
Lebih terperinciSTRATEGI PENGEMBANGAN DAYA SAING PRODUK UNGGULAN DAERAH INDUSTRI KECIL MENENGAH KABUPATEN BANYUMAS MUHAMMAD UNGGUL ABDUL FATTAH
i STRATEGI PENGEMBANGAN DAYA SAING PRODUK UNGGULAN DAERAH INDUSTRI KECIL MENENGAH KABUPATEN BANYUMAS MUHAMMAD UNGGUL ABDUL FATTAH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016 iii PERNYATAAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Meidita Aulia Danus, 2015
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Lepidoptera merupakan salah satu ordo dari ClassisInsecta(Hadi et al., 2009). Di alam, lepidoptera terbagi menjadi dua yaitu kupu-kupu (butterfly) dan ngengat
Lebih terperinciKEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG DI BERBAGAI TIPE DAERAH TEPI (EDGES) TAMAN HUTAN RAYA SULTAN SYARIF HASYIM PROPINSI RIAU DEFRI YOZA
KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG DI BERBAGAI TIPE DAERAH TEPI (EDGES) TAMAN HUTAN RAYA SULTAN SYARIF HASYIM PROPINSI RIAU DEFRI YOZA SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006 PERNYATAAN MENGENAI
Lebih terperinciHercules si Perusak Tanaman Pala dan Cengkeh
Hercules si Perusak Tanaman Pala dan Cengkeh I. Latar Belakang Tanaman pala merupakan tanaman keras yang dapat berumur panjang hingga lebih dari 100 tahun. Tanaman pala tumbuh dengan baik di daerah tropis.
Lebih terperinciuntuk meneliti tingkat predasi cecopet terhadap larva dan imago Semoga penelitian ini nantinya dapat bermanfaat bagi pihak pihak yang
untuk meneliti tingkat predasi cecopet terhadap larva dan imago Brontispa sp di laboratorium. Semoga penelitian ini nantinya dapat bermanfaat bagi pihak pihak yang membutuhkan. Tujuan Penelitian Untuk
Lebih terperinciSTUDI MORFOMETRIK LEBAH TUKANG KAYU Xylocopa confusa Linn. (Hymenoptera: Anthophoridae) PADA DUA KETINGGIAN DI SUMATERA BARAT
1 STUDI MORFOMETRIK LEBAH TUKANG KAYU Xylocopa confusa Linn. (Hymenoptera: Anthophoridae) PADA DUA KETINGGIAN DI SUMATERA BARAT Oleh Alan Dwiyono 1, Jasmi 2, Elza Safitri 3. Program Studi Pendidikan Biologi
Lebih terperinciANALISIS KERAGAMAN GENETIK KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq) ASAL JAWA BARAT DENGAN PENANDA RAPD (Random Amplified Polymorphic DNA)
ANALISIS KERAGAMAN GENETIK KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq) ASAL JAWA BARAT DENGAN PENANDA RAPD (Random Amplified Polymorphic DNA) MUHAMMAD IQBAL SYUKRI DEPARTEMEN BIOKIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN
Lebih terperinciRANCANG BANGUN PERANGKAP UNTUK PENGENDALIAN TIKUS RUMAH (Rattus rattus diardii Linn.) PADA HABITAT PERMUKIMAN ADE DARMAWANSYAH
RANCANG BANGUN PERANGKAP UNTUK PENGENDALIAN TIKUS RUMAH (Rattus rattus diardii Linn.) PADA HABITAT PERMUKIMAN ADE DARMAWANSYAH PROGRAM STUDI HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
7 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan di Desa Ketileng, Kecamatan Malo, Kabupaten Bojonegoro pada bulan April Oktober 2015. B. Bahan dan Alat Penelitian Bahan
Lebih terperinciMETRI. arcuata) DAN javanica) SKRIPSI. Universitas Sumatera Utara
IDENTIFIKASI MORFOLOGI DAN MORFOM METRI ORGAN PENCERNAAN SERTA SIFAT KUALITATIF BELIBIS KEMBANG (Dendrocygna arcuata) DAN BELIBIS BATU (Dendrocygna javanica) SKRIPSI Oleh : NUGRAHAA SIWI 080306041 PROGRAM
Lebih terperinciSIKLUS HIDUP BLACK SOLDIER FLY (Hermetia illucens) PADA MEDIA BUNGKIL KELAPA SAWIT DENGAN PENAMBAHAN SILASE IKAN ISTIROKHAH
SIKLUS HIDUP BLACK SOLDIER FLY (Hermetia illucens) PADA MEDIA BUNGKIL KELAPA SAWIT DENGAN PENAMBAHAN SILASE IKAN ISTIROKHAH DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif.
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif. Pengambilan data menggunakan metode eksplorasi, yaitu pengamatan atau pengambilan sampel
Lebih terperinci