SINTESIS DAN KARAKTERISASI NANOPARTIKEL EMAS SEBAGAI MATERIAL PENDUKUNG AKTIVITAS TABIR SURYA TURUNAN SINAMAT

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "SINTESIS DAN KARAKTERISASI NANOPARTIKEL EMAS SEBAGAI MATERIAL PENDUKUNG AKTIVITAS TABIR SURYA TURUNAN SINAMAT"

Transkripsi

1 SINTESIS DAN KARAKTERISASI NANOPARTIKEL EMAS SEBAGAI MATERIAL PENDUKUNG AKTIVITAS TABIR SURYA TURUNAN SINAMAT Ely Nur Fatimah, Nurul Hidajati Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya Jln. Ketintang Surabaya (60231) Abstrak: Telah dilakukan penelitian tentang sintesis dan karakterisasi nanopartikel emas sebagai material pendukung aktivitas tabir surya turunan sinamat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik nanopartikel emas pada berbagai variabel kecepatan pengadukan (0; 300; 400; 500; 600; 700 rpm) yang disintesis dengan natrium sitrat sebagai agen pereduksi dan matrik gliseril monostearat. Sintesis nanopartikel emas dilakukan melalui beberapa tahap, yaitu pembuatan larutan induk HAuCl 4, mereduksi larutan HauCl 4 melalui proses buttom-up yaitu dengan cara mereduksi ion logam (Au 3+ ) menjadi logam yang tidak bermuatan (Au 0 ) yang ditandai dengan perubahan warna dari kuning menjadi merah anggur, selanjutnya koloid nanopartikel emas yang terbentuk dikeringkan kemudian dikarakterisasi dengan SEM. Berdasarkan hasil penelitian, Sintesis nanopartikel emas dilakukan berbagai variasi kecepatan pengadukan 0 rpm; 300 rpm; 400 rpm; 500 rpm; 600 rpm; 700 rpm berturut-turut memiliki ukuran cluster emas 31 nm; 13 nm; 11 nm; 9 nm; 12 nm; 14 nm pada pengujian Scanning Electron Microscopy (SEM). Dengan demikian kecepatan pengadukan dalam sintesis nanopartikel memberikan pengaruh terhadap morfologi permukaan dan ukuran cluster emas, pada kondisi optimal diperoleh cluster emas ukuran 9 nm dengan kecepatan pengadukan 500 rpm. Kata-kata kunci : Sintesis, larutan HAuCl 4, nanopartikel emas, gliseril monostearat, natrium sitrat. PENDAHULUAN Perkembangan sains dan teknologi pada bidang material saat ini telah membangkitkan perhatian yang sangat besar dari para ilmuan di seluruh dunia. Nanosains dan nanoteknologi merupakan kajian ilmu dan rekayasa material dalam skala nanometer. Material berukuran nanometer memiliki sejumlah sifat kimia dan fisika yang lebih unggul dari material berukuran besar (bulk) karena semakin kecil ukuran suatu material, maka luas permukaanya akan semakin besar sehingga material dalam orde nanometer mempunyai jarak antar atom yang sangat kecil yang akan memudahkan terjadinya reaksi antar atom (Astuti, 07). Sejumlah sifat nanopartikel dapat diubah melalui pengontrolan ukuran material, pengaturan komposisi kimiawi, modifikasi permukaan, dan pengontrolan interaksi antar partikel (Astuti, 07). Penggunaan bentuk mikropartikel dengan nanopartikel mempunyai fungsi yang berbeda karena dalam bentuk mikropartikel atom-atom emas akan mengalami agregasi sehingga masingmasing atom tidak dapat melakukan fungsinya dengan maksimal. Ada dua macam dalam pembuatan nanopartikel, yaitu dengan memecah partikel berukuran besar menjadi partikel yang berukuran nanometer (top-down), dan penggabungan material berukuran skala kecil, seperti cluster membentuk partikel berukuran nanometer yang dikehendaki (bottom-up) tanpa mengubah sifat bahannya (Abdullah, 09). Pada proses pembuatan C - 151

2 nanomaterial (pemecahan struktur material menjadi ukuran yang lebih kecil) dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu temperatur, kecepatan pengadukan, zat penstabil (capping agent), ph larutan dan konsentrasi (Wijaya, 08), karena faktor-faktor tersebut menentukan ukuran dari cluster nanopartikel emas yang dihasilkan. Pemilihan emas sebagai material dalam kosmetik, karena emas merupakan logam yang tidak mudah mengalami oksidasi, sehingga emas aman masuk ke dalam tubuh (Christopher, 04). Emas cenderung tereduksi sehingga dalam jangka waktu lama, emas tertanam dalam tubuh tidak memberikan efek yang merugikan, bahkan lebih cenderung menguntungkan (Corti, 06). Ukuran nanopartikel yang berukuran sangat kecil dibandingkan dengan sel tubuh maka nanopartikel dapat keluar dan masuk dengan mudah ke dalam sel tubuh tanpa menggangu kerja sel (Abdullah, 10). Tabir surya merupakan suatu senyawa yang dapat digunakan untuk melindungi kulit dari sengatan sinar matahari terutama ultra violet (UV). Untuk melindungi kulit dari radiasi sinar UV maka dibuat kosmetika tabir surya yang dapat menyerap sinar ultraviolet dari cahaya matahari secara efektif. Bahan tabir surya dapat diperoleh secara sintetik maupun secara alami. Bahan tabir surya sintetik yang sering digunakan dalam sediaan tabir surya sebagai pengeblok fisik dan penyerap kimia. Untuk pengeblok fisik (physical blocker) misalnya TiO 2, ZnO, sedangkan penyerap kimia (chemical absorber) misalnya Oktilp-metoksi sinamat, 2-etil heksil p-metoksisinamat (Shaath,1986). Hasil penelitian Hidajati (1997), menyebutkan bahwa senyawa Oktil p-metoksi sinamat dapat menyerap sinar matahari secara nyata pada rentang panjang gelombang nm sehingga dapat digunakan untuk melindungi kulit dari paparan sinar matahari karena mampu menyerap radiasi sinar UV yang berbahaya yaitu panjang gelombang nm dan mengubahnya ke bentuk lain yang mempunyai energi lebih rendah sehingga bersifat melindungi kulit. Oktil p-metoksi sinamat (OPMS) banyak digunakan sebagai komponen aktif tabir surya karena memiliki rantai panjang dan sistem ikatan rangkap terkonjugasi yang akan mengalami resonansi selama terkena pancaran sinar UV, dengan rantai yang lebih panjang senyawa ini diharapkan lebih baik sebagai tabir surya karena kelarutannya dalam air semakin kecil (Taufikurohmah, 03). Untuk mengoptimalkan kemampuan dari tabir surya sering dilakukan kombinasi antara tabir surya kimia dan tabir surya fisik, bahkan ada yang menggunakan beberapa macam tabir surya dalam satu sediaan kosmetika (Wasitaatmadja, 1997 dalam Muslimah, 09). Kedua bahan ini dikombinasi agar kedua mekanisme penghambatanuv ke kulit dapat tercapai (Tanjung,1999). Berdasarkan pernyataan di atas, maka penelitian ini akan dilakukan kombinasi antara tabir surya OPMS dengan emas dalam bentuk larutan HAuCl 4 dan nanopartikel emas, agar dapat diketahui seberapa besar pengaruh emas terhadap aktivitas senyawa tabir surya yang akan diaplikasikan dalam kosmetik. Pada penelitian ini dilakukan dengan proses buttom-up, dari bentuk kation dengan ukuran yang sangat kecil dibawah ukuran nano menjadi nanopartikel emas yang berukuran nm, sehingga atom-atom yang tergabung membentuk partikel berukuran nanometer. Dalam pengontrolan interaksi antar partikel akan dilakukan berbagai macam variasi kecepatan pengadukan, sehingga akan diketahui morfologi permukaan C - 152

3 nanopartikel emas serta ukuran cluster yang dihasilkan. Dalam penambahan nanopartikel emas dalam sediaan kosmetik, diharapkan dapat meningkatkan aktivitas senyawa tabir surya OPMS, karena nanopartikel emas yang berwarna ungu memiliki serapan di wilayah sinar UV sehingga dapat melindungi kulit terhadap bahaya radiasi sinar UV dengan maksimal. METODE PENELITIAN 1. Pembuatan larutan emas induk HAuCl ppm Dalam proses pembuatan larutan induk HAuCl 4 digunakan suatu material logam emas. Lempengan logam emas 1 gram yang akan digunakan dalam proses ini dilarutkan dalam 8 ml aquaregia yang terbuat dari campuran HCl 12N dengan HNO 3 14N dengan perbandingan HCl : HNO 3 = 3:1 sehingga terbentuk anion tetrakloroaurat (III). Selanjunya larutan diencerkan dengan labu ukur 1000 ml sampai tanda batas, sehingga dihasilkan larutan HAuCl ppm. Larutan HAuCl 4 ini yang akan digunakan sebagai material dalam pembuatan nanopartikel emas. 2. Sintesis nanopartikel emas Sintesis nanopartikel emas dibuat dengan memasukkan 250 ml aquabides kedalam gelas kimia kemudian dipanaskan diatas kompor listrik pada suhu C, kemudian ditambahkan natrium sitrat 0,5 gram lalu dipanaskan lagi sampai mendidih dengan terus diaduk hingga tercampur sempurna, selanjutnya ditambahkan 5 ml larutan HAuCl 4 ppm. Pemanasan dihentikan setelah terjadi perubahan warna. Warna larutan akan berubah dimulai dari kuning menjadi tidak berwarna, berlanjut menjadi biru tua, kemudian merah tua, dan akhirnya menjadi merah anggur. Sehingga terbentuk koloid nanopartikel emas. 3. Pengaruh Kecepatan Pengadukan Terhadap Ukuran Cluster Emas Sintesis nanopartikel emas dibuat dengan memasukkan 250 ml aquabides kedalam gelas kimia kemudian dipanaskan diatas hotplate dan diaduk dengan stirer, variasi kecepatan pengadukan 0 rpm; 300 rpm; 400 rpm; 500 rpm; 600 rpm; 700 rpm pada suhu C, kemudian ditambahkan 5 gram gliseril monostearat dan 0,5 gram natrium sitrat lalu dipanaskan lagi sampai mendidih dengan terus diaduk hingga tercampur sempurna, selanjutnya ditambahkan 5 ml larutan HAuCl 4 ppm, pemanasan dihentikan setelah terjadi perubahan warna. Warna larutan akan berubah dimulai dari kuning menjadi tidak berwarna, berlanjut menjadi biru tua, kemudian merah tua, dan akhirnya menjadi merah anggur. Sehingga terbentuk koloid nanopartikel emas. Hasil koloid nanopartikel emas yang terbentuk, dituang ke dalam cawan petri, kemudian larutan dikeringkan selama + 3 minggu sehingga diperoleh padatan nanopartikel emas. Kemudian padatan nanopartikel emas dilakukan pengujian dengan SEM (Scanning ElektronMiscroscopy. PEMBAHASAN: 1. Pembuatan larutan emas induk HAuCl ppm Dalam proses pembuatan larutan induk HAuCl 4 digunakan suatu material logam emas yang dilarutkan dalam 8 ml aquaregia. Persamaan reaksi yang terjadi, yaitu : C - 153

4 Au (s) + HNO 3(aq) + 4HCl (aq) HAuCl 4(aq) + NO 2(g) + H 2(g) + H 2 O (l) Dalam reaksi tersebut dihasilkan gas NO 2 dan H 2 dimana proses pelarutan tersebut tidak dapat terjadi secara spontan, sehingga dibutuhkan pemanasan untuk menghilangkan gas NO 2 dan H 2. Setelah dilakukan pemanasan dengan menggunakan kompor listrik sampai terlihat letupan-letupan yang berupa gas H 2 dan gas berwarna coklat yang merupakan gas NO 2, setelah itu pemanasan dihentikan kemudian proses pelarutan akan terus berlanjut dan dibiarkan terbuka dalam ruang asam sampai seluruh padatan emas larut menjadi larutan yang berwarna kuning jernih, maka larutan tersebut didinginkan. Kemudian dilakukan pemanasan kembali sampai seluruh sisa asam yang terdapat dalam larutan tersebut hilang dan tidak berbau lagi. Pemanasan ini dilakukan dengan tujuan agar sisa-sisa asam yang mungkin masih ada pada larutan dapat menguap seluruhnya. Pada penelitian ini, digunakan emas dalam bentuk larutan HAuCl 4 yang perlu disintesis terlebih dahulu menjadi bentuk material nanopartikel emassebelum digunakan pada kosmetik karena larutan HAuCl 4 ini bersifat korosif dan berbahaya, apabila terjadi kontak langsung dengan kulit yang akan mengakibatkan efek iritasi dan terbakar (Widyanti, 10). 2. Sintesis nanopartikel emas Dalam proses pembuatan nanopartikel emas dalam penelitian ini dibuat dengan cara mereduksi ion logam (Au 3+ ) menjadi logam yang tidak bermuatan lagi (Au 0 ) pada kondisi mendidih dan pengadukan yang sempurna. Nanopartikel terjadi dengan adanya transfer elektron dari zat pereduksi menuju ion logam (Wijaya, 08). Pada pemecahan struktur material dilakukan melalui proses sintesis secara kimia (buttom-up), dimana dari bentuk kation dengan ukuran yang sangat kecil (pikometer ) menjadi nanopartikel emas yang berukuran nm, sehingga atom yang tergabung membentuk partikel berukuran nanometer. Dalam penambahan natrium sitrat bertujuan untuk mereduksi ion logam (Au 3+ ) menjadi logam yang tidak bermuatan lagi (Au 0 ). Natrium sitrat akan berubah menjadi asam sitrat setelah mengalami hidrolisis dalam air. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut : 2HAuCl 4 + 3C 6 H 8 O 7 (asam sitrat) 2Au + 3C 5 H 6 O 5 (3-asam ketoglutarat) + 8HCl + 3CO 2 (Tabrizi dkk, 09) Ketika berada dalam bentuk ionnya, Au 3+ akan saling tolakmenolak karena pengaruh muatan sejenis, namun setelah direduksi menjadi Au 0 maka muatan atom Au menjadi netral sehingga memungkinkan antar atom Au akan saling mendekat dan berinteraksi satu sama lain melalui ikatan antar logam membentuk suatu cluster yang berukuran nano. Perubahan-perubahan warna yang terjadi selama sintesis menunjukkan pertumbuhan cluster yang dihasilkan semakin besar, dimana pada saat atom emas belum saling berinteraksi satu sama lain (larutan tidak berwarna). Dalam jumlah tertentu cluster emas C - 154

5 memberikan warna biru tua yang diikuti menjadi warna merah, saat cluster semakin besar dan saat memasuki ukuran nano, emas menjadi berwarna merah anggur. Atom-atom Au akan saling berinteraksi dengan ikatan logam sesamanya dan menghasilkan cluster dalam jumlah yang sangat besar. Kumpulan atom Au (cluster) yang terus menerus semakin berkembang dapat dikendalikan sehingga ukurannya hanya sampai berdiameter tertentu. Dalam sintesis larutan HAuCl 4 tanpa penambahan zat penstabil (matrik), perubahan warna yang terjadi sangat cepat sehingga sulit untuk mengamati perubahan warna yang dihasilkan. cukup besar. Hal ini ditandai dengan adanya perubaan warna pada saat larutan didiamkan dalam waktu beberapa jam maka warna larutan tersebut berubah menjadi ungu jernih dan menghasilkan endapan emas, yang dapat dilihat pada gambar 4.1(b). Untuk mencegah pertumbuhan partikel yang semakin lama semakin membesar, maka dapat digunakan zat penstabil agar dapat mengontrol ukuran partikel dan menghindari penggumpalan partikel membentuk aglomerasi yang lebih besar sehingga apabila diaplikasikan dalam kosmetik, koloid nanopartikel emas akan tetap stabil dan homogen dengan pembawa kosmetik dalam jangka waktu yang lama. Dari hasil penelitian yang didapatkan dari spektrum hasil analisa UV-Vis, dapat dilihat dari gambar dibawah ini : a b (a) (b) c Gambar 4.1 (a) Koloid nanopartikel emas (nanogold) tanpa penambahan gliseril monostearat, (b) Koloid berubah menjadi ungu jernih dan menghasilkan endapan emas Dalam proses terbentuknya nanopartikel emas, apabila dalam sintesis larutan HAuCl 4 tanpa penambahan matrik, jika dilakukan pemanasan secara terus menerus, maka pertumbuhan cluster akan terus berkembang dan tidak terkendali sehingga bentuk koloid nanopartikel emas akan berubah menjadi suspensi yang menghasilkan endapan emas berwarna ungu kecoklatan dan ukuran emas menjadi besar (bulk), dimana mulai terdapat endapan yang membentuk gumpalan-gumpalan Gambar 4.2 (a) Spektrum Hasil Analisa UV-Vis Larutan HAuCl 4,(b) Larutan Nanopartikel Emas, (c) OPMS, (d) Campuran OPMS dengan Larutan HAuCl 4, (e) Campuran OPMS dengan Larutan Nanopartikel Emas d e C - 155

6 Dari hasil penelitian dapat dibuat tabel sebagai berikut : Sampel Panjang Absorbansi Gelombang HAuCl4 4,184 nm 0,979 Nanogold 525,50 nm 0,488 OPMS 310,60 nm 0,689 OPMS + HAuCl4 OPMS + Nanogold 309,80 nm 0, ,50 nm 0,617 Berdasarkan hasil analisa spektrum UV-Vis menunjukkan bahwa panjang gelombang yang dihasilkan Pada gambar 4.2(c) merupakan OPMS yang digunakan sebagai komponen aktif tabir surya karena memiliki rantai panjang dan sistem ikatan rangkap terkonjugasi yang akan mengalami resonansi selama terkena pancaran sinar UV, tetapi OPMS dapat terhidrolisis oleh serangan molekul air membentuk asam karboksilat dan alkohol, sehingga apabila digunakan dalam aplikasi kosmetik maka dibutuhkan suatu penambahan beberapa macam tabir surya dalam satu sediaan kosmetik. Pada gambar 4.2(d) merupakan campuran OPMS dengan larutan HAuCl 4 yang mengalami pergeseran panjang gelombang dari 310,60 nm menjadi 309,80 nm, sehingga energinya sedikit meningkat tetapi intensitasnya menurun karena absorbansinya turun menjadi 0,352. Oleh karena itu campuran tersebut tidak mendukung aktivitas tabir surya OPMS dan terlebih lagi larutan HAuCl 4 ini perlu disintesis terlebih dahulu menjadi bentuk material nanopartikel emassebelum digunakan pada kosmetik, karena larutan HAuCl 4 ini bersifat korosif dan berbahaya, apabila terjadi kontak langsung dengan kulit maka akan mengakibatkan efek iritasi dan terbakar (Widyanti, 10). Pada gambar 4.2(e) merupakan campuran OPMS dengan nanopartikel emas yang mengalami pergeseran panjang gelombang dari 310,60 nm menjadi 300,50 nm, sehingga energinya meningkat tetapi intensitasnya menurun karena absorbansinya turun menjadi 0,617. Campuran tersebut tidak mendukung dalam kemampuan aktivitas tabir surya, meskipun bergeser ke sinar UV dengan energi tinggi tetapi absorbansinya mengalami penurunan. Dalam penambahan nanopartikel emas, intensitas pada OPMS semakin menurun sehingga nanopartikel emas tidak dapat digunakan sebagai aktivitas tabir surya tetapi dapat digunakan sebagai antiaging, sedangkan apabila OPMS bercampur dengan material lain, misalnya dengan bentonit maka dapat meningkatkan aktivitas tabir surya dan dapat bertahan dalam jangka waktu yang lama. Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya, kestabilan OPMS dalam bentonit terpilar Ti memiliki kestabilan aktivitas yang lebih baik jika dibandingkan dengan OPMS sehingga dapat melindungi senyawa tabir surya OPMS dari serangan molekul air (Muslimah,09), sedangkan dari hasil penelitian yang didapatkan dari spektra (secara teoritis) maka nanopartikel emas tidak mendukung dalam meningkatkan aktifitas OPMS sebagai tabir surya, karena OPMS sebaiknya tidak diinteraksikan secara langsung dengan nanopartikel emas. Hal ini dikarenakan pada nanopartikel C - 156

7 emas yang dihasilkan memiliki absorbansi 0,488 sehingga nanopartikel emas malah dapat menurunkan fungsi dari OPMS tersebut. Agar absorbansi pada OPMS tidak mengalami penurunan, maka nanopartikel emas diikat terlebih dahulu dengan material penyusun basic cream dan OPMS dapat dicampur dengan bentonit kemudian kedua bahan tersebut dapat dikombinasikan dalam satu sediaan kosmetik. 3. Pengaruh Kecepatan Pengadukan Terhadap Ukuran Cluster Emas. Dalam penelitian ini telah dilakukan pengontrolan interaksi antar partikel dari berbagai macam variasi kecepatan pengadukan, yang bertujuan untuk mengetahui morfologi permukaan dan ukuran cluster yang dihasilkan. Gambar 4.3 Koloid Nanopartikel Emas (nanogold) Hasil koloid nanopartikel emas yang terbentuk, dituang ke dalam cawan petri, kemudian larutan dikeringkan selama + 3 minggu sehingga diperoleh padatan nanogold seperti pada Gambar 4.4 Larutan emas nanopartikel yang Gambar terbentuk 4.4Variasi dari Kecepatan berbagai Pengadukan variasi dari Kiri ke Kanan (0, 300, 400, 500, 600, 700 rpm), kecepatan pengadukan dapat terlihat dari perbedaan warna yang dihasilkan dimana perubahan-perubahan warna yang terjadi selama sintesis menunjukkan pertumbuhan cluster yang dihasilkan semakin besar, dikarenakan sifat optikal emas pada skala nanometer memiliki warna yang bervariasi terhadap ukuran partikel yang dihasilkan. Material dalam ukuran nanometer memberikan fenomena yang sangat berbeda dari bentuk bulk atau padatan, karena ukuran partikelnya yang kecil membuat nanopartikel emas bersifat lebih reaktif. Dalam sintesis nanopartikel emas dilakukan suatu penambahan matrik, matrik material penyusun basic cream yang digunakan dalam penelitian ini adalah gliseril monostearat. Pada penambahan matrik berfungsi sebagai pengikat Audan bersifat zat penstabil untuk mencegah pertumbuhan partikel yang tidak terkontrol dan mencegah penggumpalan partikel (endapan emas) akibat energi permukaan dari partikel besar yang berukuran melebihi ukuran nano, sehingga kecepatan pertumbuhan dan ukuran partikel dapat terkontrol dan tidak mengalami pengendapan. Gliseril monostearat merupakan bahan self emulsifying yang bersifat sebagai surface active atau surfaktan. Apabila pemakaian dalam jumlah besar dapat berfungsi sebagai emulsifier (pencampur) dan solubiliezer yang dapat membentuk cream yang relatif stabil dan bersifat emollient, sehingga dapat mendorong pembentukan dan mempertahankan emulsi agar tetap stabil. Dari hasil penelitian yang didapatkan dari spektrum hasil analisa SEM, dapat dilihat dari gambar dibawah ini : C - 157

8 Prosiding Seminar Nasional Kimia Unesa 12 ISBN : (c) (e) (b) Sampel Konsentrasi Larutan HAuCl4 (ppm) Pengadukan (rpm) Ukuran cluster emas (nm) a b c d e f (d) (f) Gambar 4.5 Hasil Foto SEM pada Koloid Nanopartikel Emas (a) Pengadukan 0 rpm(b) Pengadukan 300 rpm, (c) Pengadukan 400 rpm, (d) Pengadukan 500 rpm, (e) Pengadukan 600 rpm, (f) Pengadukan 700 rpm Berdasarkan hasil penelitian pada gambar 4.5 didapatkan ukuran cluster yang berbeda-beda pada berbagai kecepatan pengadukan, antara lain:(a) pengadukan 0 rpm ukuran cluster yang dihasilkan yaitu 31 nm; (b) pengadukan 300 rpm ukuran cluster yang dihasilkan yaitu 13 nm: (c) pengadukan 400 rpm ukuran cluster yang dihasikan 11 nm; (d) pengadukan 500 rpm ukuran cluster yang dihasilkan yaitu 9 nm; C Data pada tabel 4.1 dapat dibuat grafik hubungan antara kecepatan pengadukan dengan ukuran cluster nanopartikel emas yang dihasilkan, ditunjukkan pada gambar 4.6 berikut ini: Ukuran Cluster Emas (nm) (a) (e) pengadukan 600 rpm ukuran cluster yang dihasilkan yaitu 12 nm; (f) pengadukan 700 rpm ukuran cluster yang dihasilkan yaitu 14 nm. Pengaruh kecepatan pengadukan terhadap ukuran cluster nanopartikel emas yang dihasilkan dapat dilihat pada Tabel 4.1 Tabel 4.1 Pengaruh kecepatan pengadukan terhadap ukuran cluster nanopartikel emas: Pengadukan (rpm) Gambar 4.6. Grafik Hubungan antara Kecepatan Pengadukan dengan Ukuran Cluster Nanopartikel Emas Berdasarkan gambar diatas menunjukkan bahwa ukuran cluster yang dihasilkan dari setiap sampel berbeda-beda, Ukuran cluster yang dihasilkan pada penelitian ini didapatkan emas yang berukuran

9 nanometer karena material emas yang berskala nano berukuran nm. Dari grafik tersebut terjadi penurunan ukuran cluster nanopartikel emas pada pengadukan rpm dan terjadi kenaikan ukuran cluster nanopartikel emas pada pengadukan rpm dan terlihat bahwa semakin tinggi kecepatan pengadukan dalam sintesis nanopartikel memberikan pengaruh terhadap ukuran cluster nanopartikel emas, yaitu dengan semakin kecilnya ukuran cluster nanopartikel emas yang dihasilkan pada kecepatan pengadukan 500 rpm, akan tetapi dengan kecepatan pengadukan yang lebih tinggi dari 500 rpm maka cluster nanopartikel emas akan membesar karena memungkinkan terjadinya agregasi pada kecepatan tinggi tersebut. Agregasi ini diawali dari tumbukan kecepatan besar yang menyebabkan energi kinetik semakin besar, sehingga tumbukan antar partikel dalam larutan akan sering terjadi yang dapat memungkinkan antar atom-atom Au akan saling berinteraksi dengan ikatan logam sesamanya dan akan saling bergabung membentuk agregat yang lebih besar yang berdampak pada ukuran cluster nanopartikel emas yang dihasilkan. Sehingga didapatkan kondisi optimal dengan ukuran cluster emas 9 nm pada pengadukan 500 rpm. Ukuran cluster yang dihasilkan pada penelitian ini didapatkan emas yang berukuran nanometer karena material emas yang berskala nano berukuran nm SIMPULAN 1. Berdasarkan hasil spektrofometer UV-Vis maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan emas dalam bentuk larutan HAuCl 4 dan nanopartikel emas tidak mendukung terhadap aktifitas tabir surya turunan sinamat. Campuran OPMS dengan larutan HAuCl 4 mengalami pergeseran panjang gelombang dari 310,60 nm menjadi 309,80 nm dan absorbansinya turun menjadi 0,352 nm. Sedangkan campuran OPMS dengan koloid nanopartikel emas juga mengalami pergeseran panjang gelombang dari 310,60 nm menjadi 300,50 nm dan absorbansinya turun menjadi 0,617 nm. 2. Kecepatan pengadukan dalam sintesis nanopartikel memberikan pengaruh terhadap ukuran cluster emas. Dari hasil penelitian SEM didapatkan pada pengadukan 0 rpm; 300 rpm; 400 rpm; 500 rpm; 600 rpm; 700 rpm ukuran cluster yang dihasilkan berturut-turut yaitu 31nm; 13 nm; 11 nm; 9 nm; 12 nm; 14 nm. Sehingga didapatkan kondisi optimal dengan ukuran cluster emas 9 nm pada pengadukan 500 rpm. DAFTAR PUSTAKA Abdullah, M. 09. Pengantar Nanosains. Bandung: ITB Abdullah, M.,& Khairurrijal. 09. Membangun Kemampuan Riset Nanomaterial di Indonesia. Bandung: ITB Abdullah, M.,& Khairurrijal. 10. Karakterisasi Nanomaterial (teori Penerapan dan Pengolahan Data). Bandung: ITB Astuti, Z.H. 07. Kebergantungan Ukuran Nanopartikel terhadap Warna yang Dipancarkan pada Proses Deeksitasi. Bandung: ITB. C - 159

10 C.W. Corti and R.J. Holliday, Commercial aspects of gold applications: from materials science to chemical science, International Technology, World Gold Council Dr. Christopher W. Corti and Dr Richard J. Holliday, Commercial Aspects of Gold Applications : From Materials Science to Chemical Science, International Technology World Gold Council Depkes RI Formulasi kosmetika Indonesia. Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan. Jakarta: Hidajati, N., Sintesis Oktil p-metoksisinamat dan Etil Heksil p-metoksisinamat dari Etil p-metoksisinamat hasil Isolasi Kaemferia galangan L. Tesis.Tidak dipublikasikan.surabaya:universitas Airlangga. Kurniawan, F., Tsakova,V., dan Vladimir, M.M., 06. Gold Nanoparticles in Nonenzymatic Electrochemical Detection of Sugar. Electroanalisis. 18: Muslimah, AN. 09. Uji Kestabilan Aktivitas Senyawa Tabir Surya Oktil p-metoksisinamat dalam Bentonit Terpilar Ti. Skripsi. Tidak dipublikasikan. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya. Shaath, N.A Sunscreen, Development, Evaluation, and Regulatory Aspects. New York: Marcell Dekker, Inc. Tabrizi, Amir., Ayhan, Fatma., and Ayhan, Hakan,. 09. Gold Nanoparticle Synthesis and Characterisation. Turkey: Hacettepe University Tanjung, M Pembuatan Senyawa Tabir Surya yang Efektif dengan Bahan baku Senyawa Aktif dari Rimpang kencur Kaemferia galangal L. Laporan Penelitian. Surabaya: Universitas Airlangga. Tanjung, M Isolasi dan Rekayasa Senyawa Tabir Surya yang Efektif dengan Bahan Baku Senyawa Aktif dari Rimpang Kencur Kaemferia galangal L. Laporan Penelitian.Surabaya: Universitas Airlangga. Taufikurohmah, Titik. 03. Sintesis p-metoksi sinamat dan p-metoksi sinamil Salisilat dari Material Awal Etil p-metoksi sinamat HasilI solasi Rimpang Kencur (Kaempferia galangal L) sebagai Kandidat Tabir Surya. Tesis. Tidak dipublikasikan. Surabaya: UniversitasAirlangga. Vasiliu, Minica.,et al. 06. Gold- Catalyzed Reactions (Literature Seminar). Alabama: The University of Alabama. Widyanti, AL. 10. Pembuatan Sensor Elektrokimia Berbasis Emas Nanopartikel Untuk Kuantisasi Rasa Pedas Secara Voltametri Siklik. Skripsi. Surabaya: Universitas Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Wijaya, Lany. 08. Modifikasi Elektron Karbon. Skripsi. Dipublikasikan. Jakarta: UI. Diakses tanggal 12 april 11. Winter, J. 07. Gold Nanoparticle Biosensors. The Universitas of Wisconsin Materials Research Science and Engineering Center. Z.H, Astuti.07. Kebergantungan Ukuran Nanopartikel Terhadap Warna yang Dipancarkan pada Proses Deeksitasi. Skripsi. Dipublikasikan. Bandung: ITB. Diakses tanggal 10 april 11. C - 160

PENENTUAN UKURAN CLUSTER NANOPARTIKEL EMAS MENGGUNAKAN MATRIK GLISERIN DENGAN INSTRUMEN ZETASIZER NANO

PENENTUAN UKURAN CLUSTER NANOPARTIKEL EMAS MENGGUNAKAN MATRIK GLISERIN DENGAN INSTRUMEN ZETASIZER NANO PENENTUAN UKURAN CLUSTER NANOPARTIKEL EMAS MENGGUNAKAN MATRIK GLISERIN DENGAN INSTRUMEN ZETASIZER NANO DETERMINATION OF THE CLUSTER SIZE GOLD NANOPARTICLES USES A GLYCEROL MATRIX WITH ZETASIZER NANO INSTRUMENTS

Lebih terperinci

UNESA Journal of Chemistry Vol. 2 No. 3 September 2013

UNESA Journal of Chemistry Vol. 2 No. 3 September 2013 UJI AKTIVITAS PEREDAMAN RADIKAL BEBAS OLEH NANOGOLD DENGAN BERBAGAI KONSENTRASI BENTONIT SEBAGAI MATERIAL ANTIAGING DALAM KOSMETIK FREE RADICAL SCAVENGING ACTIVITY TEST of NANOGOLD WITH VARIOUS BENTONITE

Lebih terperinci

UJI AKTIVITAS PEREDAMAN RADIKAL BEBAS NANOPARTIKEL EMAS DENGAN BERBAGAI KONSENTRASI SEBAGAI MATERIAL ANTIAGING DALAM KOSMETIK

UJI AKTIVITAS PEREDAMAN RADIKAL BEBAS NANOPARTIKEL EMAS DENGAN BERBAGAI KONSENTRASI SEBAGAI MATERIAL ANTIAGING DALAM KOSMETIK UJI AKTIVITAS PEREDAMAN RADIKAL BEBAS NANOPARTIKEL EMAS DENGAN BERBAGAI KONSENTRASI SEBAGAI MATERIAL ANTIAGING DALAM KOSMETIK FREE RADICAL SCAVENGING of ACTIVITY TEST of GOLD NANOPARTICLES WITH VARIOUS

Lebih terperinci

UNESA Journal of Chemistry Vol. 2, No 3, September 2013

UNESA Journal of Chemistry Vol. 2, No 3, September 2013 SINTESIS DAN KARAKTERISASI NANOPARTIKEL EMAS DENGAN VARIASI MATRIKS SETIL STEARIL ALKOHOL SEBAGAI MATERIAL ANTIAGING DALAM KOSMETIK SYNTHESIS AND CHARACTERIZATION OF GOLD NANOPARTICLES WITH VARIOUS MATRIX

Lebih terperinci

KAJIAN AKTIVITAS BENTONIT SEBAGAI

KAJIAN AKTIVITAS BENTONIT SEBAGAI KAJIAN AKTIVITAS BENTONIT SEBAGAI MATRIKS DALAM SEDIAAN FARMASI TABIR SURYA TURUNAN SINAMAT Heti Fidiyawati dan Titik Taufikurohmah Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya ABSTRAK Telah dilakukan

Lebih terperinci

DAN KARAKTERISASI MENGGUNAKAN MATRIK CETOSTEARYL ALCOHOL

DAN KARAKTERISASI MENGGUNAKAN MATRIK CETOSTEARYL ALCOHOL SINTESIS NANOGOLD DAN KARAKTERISASI MENGGUNAKAN MATRIK CETOSTEARYL ALCOHOL SEBAGAI PEREDAM RADIKAL BEBASDALAM KOSMETIK SYNTHESIS AND CHARACTERIZATION OF NANOGOLD USING MATRIX CETOSTEARYL ALCOHOL AS FREE

Lebih terperinci

SINTESIS DAN KARAKTERISASI NANOPARTIKEL EMAS MENGGUNAKAN MATRIKS BENTONIT SEBAGAI MATERIAL PEREDAM RADIKAL BEBAS DALAM KOSMETIK

SINTESIS DAN KARAKTERISASI NANOPARTIKEL EMAS MENGGUNAKAN MATRIKS BENTONIT SEBAGAI MATERIAL PEREDAM RADIKAL BEBAS DALAM KOSMETIK SINTESIS DAN KARAKTERISASI NANOPARTIKEL EMAS MENGGUNAKAN MATRIKS BENTONIT SEBAGAI MATERIAL PEREDAM RADIKAL BEBAS DALAM KOSMETIK SYNTHESIS AND CHARACTERIZATION OF GOLD NANOPARTICLE USING A MATRIX OF BENTONITE

Lebih terperinci

Sintesis Nanopartikel ZnO dengan Metode Kopresipitasi

Sintesis Nanopartikel ZnO dengan Metode Kopresipitasi Sintesis Nanopartikel ZnO dengan Metode Kopresipitasi NURUL ROSYIDAH Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember Pendahuluan Kesimpulan Tinjauan Pustaka

Lebih terperinci

UJI AKTIVITAS TABIR SURYA PADUAN OKTIL P-METOKSI SINAMAT (OPMS) - NANOPARTIKEL EMAS SEBAGAI BAHAN KOSMETIK

UJI AKTIVITAS TABIR SURYA PADUAN OKTIL P-METOKSI SINAMAT (OPMS) - NANOPARTIKEL EMAS SEBAGAI BAHAN KOSMETIK UJI AKTIVITAS TABIR SURYA PADUAN OKTIL P-METOKSI SINAMAT (OPMS) - NANOPARTIKEL EMAS SEBAGAI BAHAN KOSMETIK SUNSCREEN ACTIVITY ASSAY OF OCTYL P-METOXY CINNAMATE - GOLD NANOPARTICLE AS COSMETIC MATERIAL

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Makanan dan Material dan Laboratorium Kimia Analitik Instrumen, Jurusan Pendidikan Kimia,

Lebih terperinci

SINTESIS DAN KARAKTERISASI NANOGOLD DENGAN VARIASI KONSENTRASI HAuCl 4 SEBAGAI MATERIAL ANTIAGING DALAM KOSMETIK

SINTESIS DAN KARAKTERISASI NANOGOLD DENGAN VARIASI KONSENTRASI HAuCl 4 SEBAGAI MATERIAL ANTIAGING DALAM KOSMETIK SINTESIS DAN KARAKTERISASI NANOGOLD DENGAN VARIASI KONSENTRASI HAuCl 4 SEBAGAI MATERIAL ANTIAGING DALAM KOSMETIK Rhesma Arya Sekarsari, Titik Taufikurrohmah Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari hingga Juli 2013 di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA Universitas

Lebih terperinci

RINGKASAN. SINTESIS, KARAKTERISASI, MEKANISME DAN UJI PREKLINIK NANOGOLD SEBAGAI MATERIAL ESENSIAL DALAM KOSMETIK ANTI AGING Titik Taufikurohmah

RINGKASAN. SINTESIS, KARAKTERISASI, MEKANISME DAN UJI PREKLINIK NANOGOLD SEBAGAI MATERIAL ESENSIAL DALAM KOSMETIK ANTI AGING Titik Taufikurohmah RINGKASAN SINTESIS, KARAKTERISASI, MEKANISME DAN UJI PREKLINIK NANOGOLD SEBAGAI MATERIAL ESENSIAL DALAM KOSMETIK ANTI AGING Titik Taufikurohmah Kebutuhan kosmetik saat ini tidak terbatas pada kosmetik

Lebih terperinci

KAJIAN AKTIVITAS BENTONIT SEBAGAI MATRIKS DALAM SEDIAAN FARMASI TABIR SURYA TURUNAN SINAMAT

KAJIAN AKTIVITAS BENTONIT SEBAGAI MATRIKS DALAM SEDIAAN FARMASI TABIR SURYA TURUNAN SINAMAT KAJIAN AKTIVITAS BENTONIT SEBAGAI MATRIKS DALAM SEDIAAN FARMASI TABIR SURYA TURUNAN SINAMAT STUDY OF BENTONIT ACTIVITY AS MATRIX IN SUNSCREEN PHARMACY OF CINNAMIC DERIVATIVE Heti Fidiyawati* dan Titik

Lebih terperinci

EMAS NANOPARTIKEL SEBAGAI INDIKATOR TITIK BEKU

EMAS NANOPARTIKEL SEBAGAI INDIKATOR TITIK BEKU EMAS NANOPARTIKEL SEBAGAI INDIKATOR TITIK BEKU Mega Vania*, Fredy Kurniawan 1 Jurusan Pascasarjana Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember e-mail: vanya_mvp5@chem.its.ac.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan nanoteknologi terus dilakukan oleh para peneliti dari dunia akademik maupun dari dunia industri. Para peneliti seolah berlomba untuk mewujudkan karya

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Padatan TiO 2 Amorf Proses sintesis padatan TiO 2 amorf ini dimulai dengan melarutkan titanium isopropoksida (TTIP) ke dalam pelarut etanol. Pelarut etanol yang digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Yulieyas Wulandari, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Yulieyas Wulandari, 2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Melamin merupakan senyawa kimia bersifat basa yang digunakan terutama sebagai bahan polimer. Tidak ada peraturan yang mengijinkan penambahan langsung melamin ke dalam

Lebih terperinci

UJI AKTIVITAS GABUNGAN NANOGOLD-NANOPLATINUM SEBAGAI SENYAWA TABIR SURYA DALAM KOSMETIK

UJI AKTIVITAS GABUNGAN NANOGOLD-NANOPLATINUM SEBAGAI SENYAWA TABIR SURYA DALAM KOSMETIK UJI AKTIVITAS GABUNGAN NANOGOLD-NANOPLATINUM SEBAGAI SENYAWA TABIR SURYA DALAM KOSMETIK THE COMBINED ACTIVITY TEST OF NANOGOLD-NANOPLATINUM AS SUNSCREEN COMPOUNDS IN COSMETIC Zulmi Lailatun Nisfah*, Sri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Perkembangan nanopartikel saat ini sangat pesat. Dalam beberapa puluh tahun terakhir berbagai negara di Eropa, Amerika, Australia dan sebagian Asia mengarahkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Nanopartikel saat ini menjadi perhatian para peneliti untuk pengembangan dalam

I. PENDAHULUAN. Nanopartikel saat ini menjadi perhatian para peneliti untuk pengembangan dalam 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nanopartikel saat ini menjadi perhatian para peneliti untuk pengembangan dalam ilmu pengetahuan dan teknologi. Bahan material dalam skala nano yang dapat meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jumlah paparannya berlebihan. Kerusakan kulit akibat paparan sinar matahari

BAB I PENDAHULUAN. jumlah paparannya berlebihan. Kerusakan kulit akibat paparan sinar matahari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Matahari sebagai sumber cahaya alami memiliki peranan yang sangat penting bagi keberlangsungan kehidupan, tetapi selain mempunyai manfaat sinar matahari juga dapat

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Struktur Karbon Hasil Karbonisasi Hidrotermal (HTC)

HASIL DAN PEMBAHASAN. Struktur Karbon Hasil Karbonisasi Hidrotermal (HTC) 39 HASIL DAN PEMBAHASAN Struktur Karbon Hasil Karbonisasi Hidrotermal (HTC) Hasil karakterisasi dengan Difraksi Sinar-X (XRD) dilakukan untuk mengetahui jenis material yang dihasilkan disamping menentukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Nanoteknologi adalah ilmu yang mempelajari, menciptakan dan merekayasa material berskala nanometer dimana terjadi sifat baru. Kata nanoteknologi berasal dari

Lebih terperinci

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alat dan bahan 3.1.1 Alat Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan alat yang berasal dari Laboratorium Tugas Akhir dan Laboratorium Kimia Analitik di Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. luar biasa dalam penerapan nanosains dan nanoteknologi di dunia industri. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. luar biasa dalam penerapan nanosains dan nanoteknologi di dunia industri. Hal ini 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan sains dan teknologi pada bidang material dewasa ini sedang mengarah pada revolusi nanopartikel dimana dalam periode ini tejadi percepatan luar

Lebih terperinci

Logo SEMINAR TUGAS AKHIR. Henni Eka Wulandari Pembimbing : Drs. Gontjang Prajitno, M.Si

Logo SEMINAR TUGAS AKHIR. Henni Eka Wulandari Pembimbing : Drs. Gontjang Prajitno, M.Si SEMINAR TUGAS AKHIR Add Your Company Slogan STUDI AWAL FABRIKASI DAN KARAKTERISASI DYE SENSITIZED SOLAR CELL (DSSC) MENGGUNAKAN EKSTRAKSI BUNGA SEPATU SEBAGAI DYE SENSITIZERS DENGAN VARIASI LAMA ABSORPSI

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. karakterisasi luas permukaan fotokatalis menggunakan SAA (Surface Area

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. karakterisasi luas permukaan fotokatalis menggunakan SAA (Surface Area BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Pada penelitian ini akan dibahas mengenai preparasi ZnO/C dan uji aktivitasnya sebagai fotokatalis untuk mendegradasi senyawa organik dalam limbah, yaitu fenol. Penelitian ini

Lebih terperinci

SINTESIS NANOPARTIKEL PLATINUM DENGAN VARIASI KADAR GLISERIN DAN UJI AKTIVITASNYA SEBAGAI PEREDAM RADIKAL BEBAS

SINTESIS NANOPARTIKEL PLATINUM DENGAN VARIASI KADAR GLISERIN DAN UJI AKTIVITASNYA SEBAGAI PEREDAM RADIKAL BEBAS SINTESIS NANOPARTIKEL PLATINUM DENGAN VARIASI KADAR GLISERIN DAN UJI AKTIVITASNYA SEBAGAI PEREDAM RADIKAL BEBAS SYNTHESIS NANOPARTICLE PLATINUM WITH VARIOUS CONCENTRATIONS OF GLYCERIN AND TEST ACTIVITY

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, dimulai dari bulan

BAB III METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, dimulai dari bulan 25 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, dimulai dari bulan Januari 2011. Penelitian dilakukan di Laboratorium Fisika Material jurusan

Lebih terperinci

Sintesis Komposit TiO 2 /Karbon Aktif Berbasis Bambu Betung (Dendrocalamus asper) dengan Menggunakan Metode Solid State Reaction

Sintesis Komposit TiO 2 /Karbon Aktif Berbasis Bambu Betung (Dendrocalamus asper) dengan Menggunakan Metode Solid State Reaction Sintesis Komposit TiO 2 /Karbon Aktif Berbasis Bambu Betung (Dendrocalamus asper) dengan Menggunakan Metode Solid State Reaction Yuliani Arsita *, Astuti Jurusan Fisika Universitas Andalas * yulianiarsita@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ultra Violet/UV (λ nm), sinar tampak (λ nm) dan sinar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ultra Violet/UV (λ nm), sinar tampak (λ nm) dan sinar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Radiasi sinar matahari yang mengenai permukaan bumi merupakan energi dalam bentuk gelombang elektromagnetik. Radiasi sinar matahari yang sampai ke permukaan bumi dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan eksperimental. B. Tempat dan Waktu Tempat penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Modifikasi Ca-Bentonit menjadi kitosan-bentonit bertujuan untuk

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Modifikasi Ca-Bentonit menjadi kitosan-bentonit bertujuan untuk BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Modifikasi Ca-Bentonit menjadi kitosan-bentonit bertujuan untuk merubah karakter permukaan bentonit dari hidrofilik menjadi hidrofobik, sehingga dapat meningkatkan kinerja kitosan-bentonit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi yang semakin maju dalam beberapa dekade ini

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi yang semakin maju dalam beberapa dekade ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi yang semakin maju dalam beberapa dekade ini mengalami peralihan dari teknologi mikro (microtechnology) ke generasi yang lebih kecil yang dikenal

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen secara kualitatif dan kuantitatif. Metode penelitian ini menjelaskan proses degradasi fotokatalis

Lebih terperinci

SINTESIS NANOPARTIKEL PERAK MENGGUNAKAN BIOREDUKTOR EKSTRAK DAUN PALIASA (Kleinhovia hospita Linn.) DAN POTENSINYA SEBAGAI TABIR SURYA

SINTESIS NANOPARTIKEL PERAK MENGGUNAKAN BIOREDUKTOR EKSTRAK DAUN PALIASA (Kleinhovia hospita Linn.) DAN POTENSINYA SEBAGAI TABIR SURYA SINTESIS NANOPARTIKEL PERAK MENGGUNAKAN BIOREDUKTOR EKSTRAK DAUN PALIASA (Kleinhovia hospita Linn.) DAN POTENSINYA SEBAGAI TABIR SURYA Marlinda, Muhammad Zakir, Nunuk Hariani, S. Jurusan Kimia Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ketersediaan sumber energi merupakan masalah yang harus segera diselesaikan oleh masing-masing negara termasuk Indonesia. Untuk itu perlu dikembangkan suatu teknologi

Lebih terperinci

PENENTUAN RUMUS ION KOMPLEKS BESI DENGAN ASAM SALISILAT

PENENTUAN RUMUS ION KOMPLEKS BESI DENGAN ASAM SALISILAT PENENTUAN RUMUS ION KOMPLEKS BESI DENGAN ASAM SALISILAT Desi Eka Martuti, Suci Amalsari, Siti Nurul Handini., Nurul Aini Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Jenderal

Lebih terperinci

ANALISIS DUA KOMPONEN TANPA PEMISAHAN

ANALISIS DUA KOMPONEN TANPA PEMISAHAN LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK ANALISIS DUA KOMPONEN TANPA PEMISAHAN Tanggal Praktikum : Jumat, Oktober 010 Tanggal Pengumpulan Laporan : Jumat, 9 Oktober 010 Disusun oleh Nama : Annisa Hijriani Nim

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan nanoteknologi terus dilakukan oleh para peneliti dari dunia akademik maupun dari dunia industri. Para peneliti seolah berlomba untuk mewujudkan karya baru

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Alat - Panci tahan panas Cosmo - Cawan porselen - Oven Gallenkamp - Tanur Thermolyne - Hotplate stirrer Thermo Scientific - Magnetic bar - Tabung reaksi - Gelas ukur Pyrex

Lebih terperinci

Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi. atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam

Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi. atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam klorida 0,1 N. Prosedur uji disolusi dalam asam dilakukan dengan cara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Nanoteknologi menjadi hal menarik untuk dipelajari karena peran dan fungsinya dalam meningkatkan kesejahteraan hidup manusia. Secara umum nanoteknologi dapat didefinisikan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK II PERCOBAAN IV PENENTUAN KOMPOSISI ION KOMPLEKS

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK II PERCOBAAN IV PENENTUAN KOMPOSISI ION KOMPLEKS LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK II PERCOBAAN IV PENENTUAN KOMPOSISI ION KOMPLEKS DISUSUN OLEH : NAMA : FEBRINA SULISTYORINI NIM : 09/281447/PA/12402 KELOMPOK : 3 (TIGA) JURUSAN : KIMIA FAKULTAS/PRODI

Lebih terperinci

Bab III Metodologi Penelitian

Bab III Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penelitian Kimia Analitik, Program Studi Kimia FMIPA ITB sejak September 2007 sampai Juni 2008. III.1 Alat dan Bahan Peralatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi rekayasa zat dalam skala nano selalu menjadi daya tarik di kalangan peneliti. Hal ini dikarenakan nanoteknologi akan sangat berpengaruh terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Nanoteknologi adalah ilmu dan rekayasa dalam menciptakan material, struktur fungsional, maupun piranti alam

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Nanoteknologi adalah ilmu dan rekayasa dalam menciptakan material, struktur fungsional, maupun piranti alam 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Nanoteknologi adalah ilmu dan rekayasa dalam menciptakan material, struktur fungsional, maupun piranti alam skala nanometer. Material berukuran nanometer memiliki

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK Nama : Idatul Fitriyah NIM : 4301412036 Jurusan : Kimia Prodi : Pendidikan Kimia Dosen : Ella Kusumastuti Kelompok : 7 Tgl Praktikum : 21 Maret 2014 Kawan Kerja : 1. Izza

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN PERNYATAAN ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii UCAPAN TERIMA KASIH... iii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI HALAMAN PERNYATAAN ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii UCAPAN TERIMA KASIH... iii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI PERNYATAAN ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii UCAPAN TERIMA KASIH... iii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... x BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. penyamakan kulit dengan menggunakan Spektrofotometer UV-VIS Mini

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. penyamakan kulit dengan menggunakan Spektrofotometer UV-VIS Mini 43 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Proses elektrokoagulasi terhadap sampel air limbah penyamakan kulit dilakukan dengan bertahap, yaitu pengukuran treatment pada sampel air limbah penyamakan kulit dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. cahaya matahari.fenol bersifat asam, keasaman fenol ini disebabkan adanya pengaruh

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. cahaya matahari.fenol bersifat asam, keasaman fenol ini disebabkan adanya pengaruh BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Fenol merupakan senyawa organik yang mengandung gugus hidroksil (OH) yang terikat pada atom karbon pada cincin benzene dan merupakan senyawa yang bersifat toksik, sumber pencemaran

Lebih terperinci

BAB III BAHAN, ALAT DAN CARA KERJA

BAB III BAHAN, ALAT DAN CARA KERJA BAB III BAHAN, ALAT DAN CARA KERJA Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Farmasi Fisik, Kimia, dan Formulasi Tablet Departemen Farmasi FMIPA UI, Depok. Waktu pelaksanaannya adalah dari bulan Februari

Lebih terperinci

Bab III Metodologi III.1 Waktu dan Tempat Penelitian III.2. Alat dan Bahan III.2.1. Alat III.2.2 Bahan

Bab III Metodologi III.1 Waktu dan Tempat Penelitian III.2. Alat dan Bahan III.2.1. Alat III.2.2 Bahan Bab III Metodologi III.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan dari bulan Januari hingga April 2008 di Laboratorium Penelitian Kimia Analitik, Institut Teknologi Bandung. Sedangkan pengukuran

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Hasil Ekstasi BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Ekstrasi menggunakan metode maserasi dengan pelarut etanol diikuti dengan penguapan menghasilkan ekstrak kental berwarna coklat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Penelitian Jurusan Pendidikan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Penelitian Jurusan Pendidikan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Penelitian Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI. Sementara analisis dengan menggunakan instrumen dilakukan

Lebih terperinci

D. 2 dan 3 E. 2 dan 5

D. 2 dan 3 E. 2 dan 5 1. Pada suhu dan tekanan sama, 40 ml P 2 tepat habis bereaksi dengan 100 ml, Q 2 menghasilkan 40 ml gas PxOy. Harga x dan y adalah... A. 1 dan 2 B. 1 dan 3 C. 1 dan 5 Kunci : E D. 2 dan 3 E. 2 dan 5 Persamaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium kimia mineral / laboratorium geoteknologi, analisis proksimat dilakukan di laboratorium instrumen Pusat Penelitian

Lebih terperinci

I. KEASAMAN ION LOGAM TERHIDRAT

I. KEASAMAN ION LOGAM TERHIDRAT I. KEASAMAN ION LOGAM TERHIDRAT Tujuan Berdasarkan metode ph-metri akan ditunjukkan bahwa ion metalik terhidrat memiliki perilaku seperti suatu mono asam dengan konstanta keasaman yang tergantung pada

Lebih terperinci

Metodologi Penelitian

Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian III.1. Tahapan Penelitian Penelitian ini dibagi menjadi 3 tahapan. Pertama adalah pembuatan elektroda pasta karbon termodifikasi diikuti dengan karakterisasi elektroda yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. bulan Agustus 2011 sampai bulan Januari tahun Tempat penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. bulan Agustus 2011 sampai bulan Januari tahun Tempat penelitian 32 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan dimulai pada bulan Agustus 2011 sampai bulan Januari tahun 2012. Tempat penelitian dilaksanakan

Lebih terperinci

METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik-Fisik Universitas

METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik-Fisik Universitas III. METODELOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik-Fisik Universitas Lampung. Analisis XRD di Universitas Islam Negeri Jakarta Syarif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Titanium dioksida (TiO 2 ) sejak beberapa tahun terakhir banyak digunakan dalam berbagai bidang anatas anatara lain sebagai pigmen, bakterisida, pasta gigi,

Lebih terperinci

Bab III Metodologi Penelitian

Bab III Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian III.1 Metodologi Seperti yang telah diungkapkan pada Bab I, bahwa tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuat katalis asam heterogen dari lempung jenis montmorillonite

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS KANDUNGAN TUMBUHAN OBAT. ANALISIS Etil p-metoksi sinamat DARI RIMPANG KENCUR (Kaempferia galanga L.)

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS KANDUNGAN TUMBUHAN OBAT. ANALISIS Etil p-metoksi sinamat DARI RIMPANG KENCUR (Kaempferia galanga L.) LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS KANDUNGAN TUMBUHAN OBAT ANALISIS Etil p-metoksi sinamat DARI RIMPANG KENCUR (Kaempferia galanga L.) Disusun oleh: Nama : Eky Sulistyawati FA/08708 Putri Kharisma FA/08715 Gol./Kel.

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan Kualitas minyak dapat diketahui dengan melakukan beberapa analisis kimia yang nantinya dibandingkan dengan standar mutu yang dikeluarkan dari Standar Nasional Indonesia (SNI).

Lebih terperinci

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB III METODE PENELITIAN. penelitian Departemen Kimia Fakultas Sains dan Teknologi Universitas

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB III METODE PENELITIAN. penelitian Departemen Kimia Fakultas Sains dan Teknologi Universitas BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan di laboratorium Kimia Analitik dan laboratorium penelitian Departemen Kimia Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga, mulai

Lebih terperinci

PASI NA R SI NO L SI IK LI A KA

PASI NA R SI NO L SI IK LI A KA NANOSILIKA PASIR Anggriz Bani Rizka (1110 100 014) Dosen Pembimbing : Dr.rer.nat Triwikantoro M.Si JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

Lebih terperinci

3. Metodologi Penelitian

3. Metodologi Penelitian 3. Metodologi Penelitian 3.1 Alat dan bahan 3.1.1 Alat Peralatan gelas yang digunakan dalam penelitian ini adalah gelas kimia, gelas ukur, labu Erlenmeyer, cawan petri, corong dan labu Buchner, corong

Lebih terperinci

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM ANORGANIK PERCOBAAN 1 TOPIK : SINTESIS DAN KARAKTERISTIK NATRIUM TIOSULFAT

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM ANORGANIK PERCOBAAN 1 TOPIK : SINTESIS DAN KARAKTERISTIK NATRIUM TIOSULFAT LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM ANORGANIK PERCOBAAN 1 TOPIK : SINTESIS DAN KARAKTERISTIK NATRIUM TIOSULFAT DI SUSUN OLEH : NAMA : IMENG NIM : ACC 109 011 KELOMPOK : 2 ( DUA ) HARI / TANGGAL : SABTU, 28 MEI 2011

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan uji kapasitas adsorben kitosan-bentonit terhadap

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan uji kapasitas adsorben kitosan-bentonit terhadap BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sebelum melakukan uji kapasitas adsorben kitosan-bentonit terhadap diazinon, terlebih dahulu disintesis adsorben kitosan-bentonit mengikuti prosedur yang telah teruji (Dimas,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Katalis merupakan suatu zat yang sangat diperlukan dalam kehidupan. Katalis yang digunakan merupakan katalis heterogen. Katalis heterogen merupakan katalis yang dapat digunakan

Lebih terperinci

Penentuan Kadar Besi selama Fase Pematangan Padi Menggunakan Spektrofotometer UV-Vis

Penentuan Kadar Besi selama Fase Pematangan Padi Menggunakan Spektrofotometer UV-Vis AKTA KIMIA INDONESIA Akta Kimindo Vol. 2(1), 2017: 52-57 Penentuan Kadar Besi selama Fase Pematangan Padi Menggunakan Spektrofotometer UV-Vis Dianawati, N 1 ; R. Sugiarso, R. D 1(*) 1 Jurusan Kimia, FMIPA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Silikon dioksida merupakan elemen terbanyak kedua di alam semesta dari segi massanya setelah oksigen, yang paling banyak terdapat pada debu, pasir, platenoid dan planet

Lebih terperinci

PENYEHATAN MAKANAN MINUMAN A

PENYEHATAN MAKANAN MINUMAN A PETUNJUK PRAKTIKUM PENYEHATAN MAKANAN MINUMAN A Cemaran Logam Berat dalam Makanan Cemaran Kimia non logam dalam Makanan Dosen CHOIRUL AMRI JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA 2016

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. sol-gel, dan mempelajari aktivitas katalitik Fe 3 O 4 untuk reaksi konversi gas

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. sol-gel, dan mempelajari aktivitas katalitik Fe 3 O 4 untuk reaksi konversi gas IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengantar Penelitian ini pada intinya dilakukan dengan dua tujuan utama, yakni mempelajari pembuatan katalis Fe 3 O 4 dari substrat Fe 2 O 3 dengan metode solgel, dan mempelajari

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis proses preparasi, aktivasi dan modifikasi terhadap zeolit

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis proses preparasi, aktivasi dan modifikasi terhadap zeolit HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis proses preparasi, aktivasi dan modifikasi terhadap zeolit Penelitian ini menggunakan zeolit alam yang berasal dari Lampung dan Cikalong, Jawa Barat. Zeolit alam Lampung

Lebih terperinci

Deskripsi METODE UNTUK PENUMBUHAN MATERIAL CARBON NANOTUBES (CNT)

Deskripsi METODE UNTUK PENUMBUHAN MATERIAL CARBON NANOTUBES (CNT) 1 Deskripsi METODE UNTUK PENUMBUHAN MATERIAL CARBON NANOTUBES (CNT) Bidang Teknik Invensi Invensi ini berhubungan dengan metode untuk penumbuhan material carbon nanotubes (CNT) di atas substrat silikon

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup semua makhluk hidup, ternyata juga memberikan efek yang merugikan,

BAB I PENDAHULUAN. hidup semua makhluk hidup, ternyata juga memberikan efek yang merugikan, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sinar matahari selain merupakan sumber energi bagi kelangsungan hidup semua makhluk hidup, ternyata juga memberikan efek yang merugikan, antara lain menyebabkan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Mikroemulsi merupakan emulsi jernih yang terbentuk dari fasa lipofilik, surfaktan, kosurfaktan dan air. Dispersi mikroemulsi ke dalam air bersuhu rendah akan menyebabkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Ekstraksi Zat Warna Rhodamin B dalam Sampel

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Ekstraksi Zat Warna Rhodamin B dalam Sampel BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Ekstraksi Zat Warna Rhodamin B dalam Sampel Zat warna sebagai bahan tambahan dalam kosmetika dekoratif berada dalam jumlah yang tidak terlalu besar. Paye dkk (2006) menyebutkan,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Nanoteknologi merupakan teknologi masa depan, tanpa kita sadari dengan

I. PENDAHULUAN. Nanoteknologi merupakan teknologi masa depan, tanpa kita sadari dengan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nanoteknologi merupakan teknologi masa depan, tanpa kita sadari dengan nanoteknologi tersebut berbagai aspek persoalan dapat kita selesaikan (Anonim A, 2012). Pengembangan

Lebih terperinci

SINTESIS DAN KARAKTER SENYAWA KOMPLEKS Cu(II)-EDTA DAN Cu(II)- C 6 H 8 N 2 O 2 S Dian Nurvika 1, Suhartana 2, Pardoyo 3

SINTESIS DAN KARAKTER SENYAWA KOMPLEKS Cu(II)-EDTA DAN Cu(II)- C 6 H 8 N 2 O 2 S Dian Nurvika 1, Suhartana 2, Pardoyo 3 SINTESIS DAN KARAKTER SENYAWA KOMPLEKS Cu(II)-EDTA DAN Cu(II)- C 6 H 8 N 2 O 2 S Dian Nurvika 1, Suhartana 2, Pardoyo 3 1 Universitas Diponegoro/Kimia, Semarang (diannurvika_kimia08@yahoo.co.id) 2 Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan pada 4 April 2016 sampai 16 Agustus 2016. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Riset Kimia Material dan Hayati Departemen

Lebih terperinci

METODA GRAVIMETRI. Imam Santosa, MT.

METODA GRAVIMETRI. Imam Santosa, MT. METODA GRAVIMETRI Imam Santosa, MT. METODA GRAVIMETRI PRINSIP : Analat direaksikan dengan suatu pereaksi sehingga terbentuk senyawa yang mengendap; endapan murni ditimbang dan dari berat endapan didapat

Lebih terperinci

MODUL I SIFAT KOLIGATIF LARUTAN Penurunan Titik Beku Larutan

MODUL I SIFAT KOLIGATIF LARUTAN Penurunan Titik Beku Larutan MODUL I SIFAT KOLIGATIF LARUTAN Penurunan Titik Beku Larutan - Siswa mampu membuktikan penurunan titik beku larutan akibat penambahan zat terlarut. - Siswa mampu membedakan titik beku larutan elektrolit

Lebih terperinci

A. Judul B. Tujuan C. Dasar Teori

A. Judul B. Tujuan C. Dasar Teori PERCOBAAN III A. Judul : Penetapan Besi secara Spektrofotometri B. Tujuan : dapat menetapkan kandungan besi dalam suatu sampel dengan teknik kurva kalibrasi biasa dan teknik standar adisi. C. Dasar Teori

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Alumina banyak digunakan dalam berbagai aplikasi seperti digunakan sebagai. bahan refraktori dan bahan dalam bidang otomotif.

I. PENDAHULUAN. Alumina banyak digunakan dalam berbagai aplikasi seperti digunakan sebagai. bahan refraktori dan bahan dalam bidang otomotif. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Alumina banyak digunakan dalam berbagai aplikasi seperti digunakan sebagai bahan refraktori dan bahan dalam bidang otomotif. Hal ini karena alumina memiliki sifat fisis

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN BaTiO 3 merupakan senyawa oksida keramik yang dapat disintesis dari senyawaan titanium (IV) dan barium (II). Proses sintesis ini dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti suhu, tekanan,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Nanoteknologi diyakini akan menjadi suatu konsep teknologi yang akan

I. PENDAHULUAN. Nanoteknologi diyakini akan menjadi suatu konsep teknologi yang akan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nanoteknologi diyakini akan menjadi suatu konsep teknologi yang akan melahirkan revolusi industri baru di abad 21 (Anonim, 2011). Sekarang ini nanoteknologi memiliki

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. membentuk konsistensi setengah padat dan nyaman digunakan saat

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. membentuk konsistensi setengah padat dan nyaman digunakan saat BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Evaluasi Krim Hasil evaluasi krim diperoleh sifat krim yang lembut, mudah menyebar, membentuk konsistensi setengah padat dan nyaman digunakan saat dioleskan pada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen.

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen. B. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian penetapan konsentrasi ammonium dengan metode spektrofotometri

Lebih terperinci

PENENTUAN KADAR BESI DALAM SAMPEL AIR SUMUR SECARA SPEKTROFOTOMETRI

PENENTUAN KADAR BESI DALAM SAMPEL AIR SUMUR SECARA SPEKTROFOTOMETRI PENENTUAN KADAR BESI DALAM SAMPEL AIR SUMUR SECARA SPEKTROFOTOMETRI A. Tujuan Menentukan kadar besi dalam sampel air sumur secara spektrofotometri. B. Dasar Teori Kimia analitik dibagi menjadi dua bidang

Lebih terperinci

1. Werthein E, A Laboratory Guide for Organic Chemistry, University of Arkansas, 3 rd edition, London 1953, page 51 52

1. Werthein E, A Laboratory Guide for Organic Chemistry, University of Arkansas, 3 rd edition, London 1953, page 51 52 I. Pustaka 1. Werthein E, A Laboratory Guide for Organic Chemistry, University of Arkansas, 3 rd edition, London 1953, page 51 52 2. Ralph J. Fessenden, Joan S Fessenden. Kimia Organic, Edisi 3.p.42 II.

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS HASIL PERCOBAAN DAN DISKUSI

BAB V ANALISIS HASIL PERCOBAAN DAN DISKUSI BAB V ANALISIS HASIL PERCOBAAN DAN DISKUSI Dari hasil percobaan dan uji sampel pada bab IV, yang pertama dilakukan adalah karakterisasi reaktor. Untuk mewakili salah satu parameter reaktor yaitu laju sintesis

Lebih terperinci

METODE. Penentuan kapasitas adsorpsi dan isoterm adsorpsi zat warna

METODE. Penentuan kapasitas adsorpsi dan isoterm adsorpsi zat warna bermuatan positif. Kation yang dihasilkan akan berinteraksi dengan adsorben sehingga terjadi penurunan intensitas warna. Penelitian ini bertujuan mensintesis metakaolin dari kaolin, mensintesis nanokomposit

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian Secara Keseluruhan

Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian Secara Keseluruhan 25 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian Secara umum penelitian akan dilakukan dengan pemanfaatan limbah media Bambu yang akan digunakan sebagai adsorben dengan diagram alir keseluruhan

Lebih terperinci

TUGAS ANALISIS FARMASI ANALISIS OBAT DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS

TUGAS ANALISIS FARMASI ANALISIS OBAT DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS TUGAS ANALISIS FARMASI ANALISIS OBAT DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS OLEH NAMA : RAHMAD SUTRISNA STAMBUK : F1F1 11 048 KELAS : FARMASI A JURUSAN FARMASI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

Lebih terperinci

Peranan elektron dalam pembentukan ikatan kimia

Peranan elektron dalam pembentukan ikatan kimia IKATAN KIMIA IKATAN KIMIA Gaya yang memegangi atom atau ion membentuk molekul atau kristal disebut Ikatan Kimia. Elektron memegang peran penting dalam pembentukan ikatan kimia. Peranan elektron dalam pembentukan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. 3.1 Alat Alat Adapun alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah: Alat-alat Gelas.

BAB 3 METODE PENELITIAN. 3.1 Alat Alat Adapun alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah: Alat-alat Gelas. 18 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Alat Alat Adapun alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah: Nama Alat Merek Alat-alat Gelas Pyrex Gelas Ukur Pyrex Neraca Analitis OHaus Termometer Fisher Hot Plate

Lebih terperinci