UNIVERSITAS INDONESIA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "UNIVERSITAS INDONESIA"

Transkripsi

1 UNIVERSITAS INDONESIA KAJIAN HUKUM PERAN DAN FUNGSI NOTARIS SEBAGAI PIHAK PENGEMBAN KEPERCAYAAN DALAM TRANSAKSI ELEKTRONIK : PERBANDINGAN ANTARA TRUSTED THIRD PARTIES DAN TRUSTED ENROLLMENt AGENT TESIS Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Kenotariatan DEDY NURHIDAYAT FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS INDONESIA PROGRAM STUDI MAGISTER KENOTARIATAN DEPOK JANUARI 2012

2 UNIVERSITAS INDONESIA KAJIAN HUKUM PERAN DAN FUNGSI NOTARIS SEBAGAI PIHAK PENGEMBAN KEPERCAYAAN DALAM TRANSAKSI ELEKTRONIK : PERBANDINGAN ANTARA TRUSTED THIRD PARTIES DAN TRUSTED ENROLLMENt AGENT TESIS DEDY NURHIDAYAT FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS INDONESIA PROGRAM STUDI MAGISTER KENOTARIATAN DEPOK JANUARI 2012

3

4

5 KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim, Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayah- Nya, penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Penulisan tesis ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Magister Kenotariatan pada Fakultas Hukum. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, tesis ini tidak dapat saya selesaikan dengan baik. Oleh karena itu saya mengucapkan terima kaih kepada : 1. Bapak Dr. Edmon Makarim, S.Kom., S.H., LL.M., selaku dosen pembimbing yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan penulis dalam menyelesaikan tesis ini. 2. Bapak Drs. Widodo Suryandono, S.H, selaku Ketua Program Magister Kenotarian/Penasihat Akademis penulis. 3. Kedua orang tua penulis yang telah membesarkan dan mendidik penulis sehingga penulis dapat menjadi seperti sekarang ini. 4. Teman-teman program studi Magister Kenotariatan angkatan Staf kesekretariatan program Magister Kenotariatan. 6. Pihak-pihak lain yang telah membantu penulis menyelesaikan tesis ini. Akhir kata saya berharap Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu penulis menyelesaikan tesis ini. Penulis berharap semoga tesis ini bermanfaat bagi para pihak yang membacanya dan bagi pengembangan ilmu. Jakarta, Januari 2012 Penulis

6

7 ABSTRAK Nama Program Studi Judul : Dedy Nurhidayat : Magister Kenotariatan : Kajian Hukum Peran dan Fungsi Notaris Sebagai Pengemban Amanat Kepercayaan Dalam Penyelenggaraan Transaksi Elektronik: Perbandingan Dengan Trusted Third Parties dan Trusted Enrollment Agent. Tesis ini membahas mengenai bagaimana peran dan fungsi Notaris sebagai pengemban amanat kepercayaan dalam suatu transaksi elektronik. Apakah dapat diterapkan di Indonesia? dimana fungsi Notaris disini sebagai pihak pengemban amanat kepercayaan yang nanti peran dan fungsinya seperti pihak ketiga terpercaya atau agen pendaftaran terpercaya seperti notaris di Amerika Serikat (otoritas pendaftaran/registration authority) dengan melihat peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia, dimana hal ini masih menjadi perdebatan yang panjang antar para notaris itu sendiri dengan membandingkan dengan peran dan fungsi dari pihak ketiga terpercaya dan agen pendaftaran terpercaya dalam penyelenggaraan suatu transaksi elektronik dan apakah jabatan notaris di Indonesia dapat berfungsi sebagai pihak ketiga terpercaya atau seperti agen pendaftaran terpercaya dalam suatu transaksi elektronik apabila hal ini diterapkan di Indonesia Kata kunci : Pihak Ketiga Terpercaya, Agen pendaftaran terpercaya, dan Notaris.

8 ABSTRACT Name Study Program Title : Dedy Nurhidayat : Notary Master Degree : Legal Analisis on Role and Function of a Notary as a Trustee in Electronic Transaction: Comparation between Trusted third parties and Trusted Enrollmen Agent The focus of this Thesis discusses about role and function of a Notary as a trustee in electronic transaction. Can it be implemented in Indonesia? Where the function of a notary as a trustee that role and function will be like trusted third parties (as registration authority) or as a trusted enrollment agent like notary public in United state by viewing the legislation in Indonesia, which is being debate anomg other notary it self by comparing with the role and function of thusted third parties and trusted enrollment agent in a electronic transaction is that notary in indonesia can be act as a trusted third partie or be like trusted enrollment agent in aelectronic transaction whether this implemented in Indonesia. Keywords : Trusted Third Party, Trusted Anrollment Agent, Notary

9 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS HALAMAN PENGESAHAN KATA PENGANTAR LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ABSTRAK DAFTAR ISI ii iii iv v vi vii ix BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pokok Permasalahan Tujuan Penelitian Metode Penelitian Sistematika Penulisan...7 BAB 2 PIHAK KETIGA TERPERCAYA Pihak Ketiga Terpercaya Teori Kepercayaan Pihak Ketiga Terpercaya Infrastruktur Kunci Publik Registration Authority Trusted Enrollment Agent Model Notary Act Pengertian Trusted Enrollment Agent Fungsi dan Tugas Trusted Enrollment Agent Tanggung Jawab TEA.57 BAB 3 ANALISA FUNGSI DAN PERAN NOTARIS SEBAGAI OTORITAS PENDAFTARAN DALAM PENYELENGGARAAN SERTIFIKAT ELEKTRONIK Kewenangan Notaris sebagai Pejabat Umum Notaris sebagai Pejabat Umum Kewajiban dan Larangan Terhadap Notaris Sebagai Pejabat Umum Analisa Hukum Analisa Batasan Kewenangan Pejabat publik Analisa Bertindak Untuk dan Atas Nama Klient Analisa Kewenangan Pencatatan Analisa Kehadiran Fisik Tanggung jawab Hukum TTP Perbandingan Jabatan Notaris dengan Pihak Ketiga Terpercaya Dan Agen Pendaftaran terpercaya Fungsi Trusted Third Parties dalam suatu transaksi elektronik 79

10 3.4. Jabatan Notaris sebagai Pihak Ketiga Terpercaya 86 BAB 4 Penutup Kesimpulan Saran Daftar Pustaka...104

11 1 BAB 1 PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Pada era globalisasi saat ini perkembangan kemajuan teknologi sangat pesat terutama di bidang informasi. Perkembangan kemajuan zaman memungkinkan pemanfaatan teknologi informasi tidak hanya terbatas pada layanan jasa seperti dilakukan oleh operator telekomunikasi baik yang memanfaatkan jaringan kabel maupun tanpa kabel (nirkabel) yang menyediakan jasa layanan berupa telekomunikasi berbentuk suara maupun data dan penyedia jasa internet. 1 di Indonesia pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi memiliki peranan yang sangat penting dalam menuju perubahan perilaku masyarakat Indonesia, misalnya melalui pemanfaatan media internet, yang memungkinkan di dapatkan informasi terkini yang diinginkan secara cepat dan mudah. 2 Sejalan dengan hal ini, pertimbangan pemerintah bahwa pemanfaatan teknologi komunikasi dan informasi dalam proses pemerintahan (egoverment) akan meningkatkan efisiensi, efektifitas, transparansi dan akuntabilitas penyelenggaraan pemerintah agar tercapai cita-cita untuk menyelenggarakan pemerintahan yang baik. 3 Peluang penyelenggaraan jasa notaris secara elektronik (cyber-notary) dalam perspektif hukum telekomunikasi Indonesia dimana perkembangan teknologi informasi yang demikian pesat dewasa ini telah membawa dampak yang sangat signifikan dalam kehidupan umat manusia. berbagai kemudahan yang sangat signifikan yang ditawarkan oleh perkembangan teknologi komunikasi telah 1 Ronald J. Man dan Jane K. Winn, Electronic Commerce, (New York: Aspen Law and Business, 2002), hal Ibid. hal Rancangan Peraturan pmemerintah Tentang Sertifikat Elektronik.

12 2 memungkinkan hubungan antar umat manusia dapat berlangsung secara cepat dan mudah tanpa memperhitungkan aspek ruang dan waktu. Disisi lain, notaris sebagai pejabat umum yang bertugas melayani masyarakat diharapkan tidak ketinggalan dalam menyikapi perkembangan yang terjadi ini. Notaris di Indonesia yang berasal dari sistem latijnsenotariaat berdasarkan sistem hukum civil law tentunya memiliki perbedaan prinsipil dengan notary-public yang berasal dari sistem hukum common law. Perbedaan tersebut tentunya juga berpengaruh dalam praktek jasa yang diselenggarakannya sesuai dengan kultur dan hukum di negara yang bersangkutan. Dengan memanfaatkan teknologi internet, notaris diharapkan dapat melayani tuntutan kebutuhan masyarakat secara lebih cepat, praktis, dan efisien sesuai dengan kewenangan yang dimilikinya. Dewasa ini telah cukup banyak penyelenggaraan jasa notaris secara elektronik yang ditawarkan melalui websites di internet, biasanya dalam bentuk mobile notary service. Sedangkan untuk Indonesia, notaris tidak bisa melaksanakan pekerjaannya melalui media internet karena terikat pada peraturan perundangundangan yang berlaku. Berdasarkan hal tersebut akan timbul pertanyaan bagaimanakah konsep dan sistem jasa notaris secara elektronik yang telah berjalan dalam praktek itu? Selain itu, dapatkah praktek tersebut diterapkan oleh para notaris Indonesia sesuai dengan sistem hukum kenotariatan yang berlaku? Kemajuan teknologi ini mempengaruhi hampir di semua aspek kehidupan masyarakat baik dalam hubungan pribadi maupun dalam lingkup pekerjaan termasuk dalam bidang kenotariatan. Sejak diundangkannya undang-undang nomor 11 tahun 2008 tentang Informasi dan transaksi elektronik (Undang-Undang ITE) diharapkan memberi peluang bagi notaris dalam melaksanakan jabatannya dalam bekerja lebih efisien. Perdagangan saat ini tidak lagi bersifat tradisional tetapi sudah memanfaatkan teknologi informasi seperti internet untuk mempromosikan produk atau jasa dan melaksanakan transaksi secara elektronik. Dikenal pula Kontrak Elektronik yang memungkinkan para pihak terikat dalam suatu kesepakatan. Perkembangan perdagangan dan sektor lainnya yang

13 3 memanfaatkan teknologi informasi dibarengi pula dengan perlindungan hukum. Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik memuat pengaturan transaksi elektronik dengan dukungan Sertifikat Elektronik, Tanda Tangan Elektronik, dan Sistem Elektronik yang aman dan handal. Dengan Sertifikat Elektronik dan Tanda Tangan Elektronik maka para pihak yang saling bertransaksi dapat diotentikasi siapa penanda tangan, dan diketahui status keutuhan dokumen/informasi elektronik yang ditanda tangani. Peran Notaris selaku Registration Authority dalam transaksi elektronik bersama-sama dengan pihak Certificate Authority (CA) sebagai pihak ketiga yang dipercaya (trusted third party) dalam mengamankan dan melegitimasi transaksi elektronik. Certificate Authority merupakan pihak yang menerbitkan Sertifikat Elektronik yang berisikan identitas pemilik sertifikat, kunci publik dan kunci privat yang digunakan dalam transaksi elektronik untuk membuat tanda tangan elektronik, mengotentikasi si penanda tangan dan memverifikasi dokumen yang ditanda tangani. Notaris bertindak untuk melakukan otentikasi pihak yang melakukan transaksi elektronik atau otentikasi pihak yang menandatangani dokumen/informasi elektronik, memverifikasi dokumen/informasi elektronik yang ditanda tangani para pihak, melakukan pengamanan terhadap penyimpanan informasi berupa tanda tangan dan dokumen yang ditanda tangani, membantu CA dalam penerbitan Sertifikat Elektronik khususnya mengidentifikasi para pihak yang memohon penerbitan Sertifikat Elektronik, dan terakhir menjadi perantara transaksi elektronik dimana dokumen elektronik dan tanda tangannya dikirim oleh Penerima ke Notaris, lalu Notaris melakukan otentikasi dan verifikasi lebih dahulu terhadap penanda tangan dan dokumen/informasi elektronik yang ditanda tangani, selanjutnya diteruskan ke Penerima. Penanda tangan dokumen/informasi elektronik harus hadir di depan Notaris sehingga memungkinkan Notaris untuk memeriksa identitas pelaku, keinginan pelaku, dan kompetensi/kemampuan pelaku dalam melaksanakan transaksi elektronik. Dengan bertatap muka, Notaris dapat pula mengetahui

14 4 apakah pelaku yang ingin bertransaksi secara elektronik berada dalam keadaan tanpa paksaan atau ancaman fisik dari pihak lain, sehat rohani dan jasmani. Pemeriksaan pelaku yang akan bertransaksi ini juga membantu dalam penerbitan Sertifikat Elektronik. Dalam pelaksanaan transaksi elektronik, pihak Pengirim mengirimkan dokumen/informasi elektronik yang ditanda tangani ke Notaris, kemudian Notaris memeriksa tanda tangan yang digunakan, identitas pengirim dan dokumen/informasi elektronik yang ditanda tangani. Jika pemeriksaan ini selesai, Notaris dapat mengirimkan informasi hasil pengecekan kepada Pengirim. Jika tidak ada masalah, lalu Notaris mengirimkan dokumen/informasi elektronik tersebut kepada Penerima. Pihak Penerima menyampaikan informasi kepada Notaris bahwa dokumen/informasi elektronik telah diterimanya. Penyampaian tersebut ditindaklanjuti oleh Notaris dengan mengirimkan informasi/laporan ke Pengirim bahwa Penerima telah menerima dokumen/informasi elektronik yang ditanda tangani. Dari pembahasan di atas menunjukkan bahwa Certificate Authority tanpa didukung dengan peran Notaris selaku Registration Authority menjadikan transaksi elektronik yang aman tapi legitimasinya lemah. Benar yang diuraikan dalam berbagai artikel di internet bahwa Certificate Authority (CA) dan Registration Authority (RA) merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan sebagai trusted third party dalam Transaksi Elektronik. Certificate Authority (CA) menyediakan Infrastruktur Teknologi yang aman digunakan oleh CA dan RA, sedangkan RA memberi legitimasi yang kuat dalam penyelenggaraan Transaksi Elektronik. Bila kita bandingkan dengan di Amerika Serikat dimana Notaris Publik di sana telah menerapkan apa yang namanya Trusted Enrollment Agent yang hampir mirip fungsinya dengan Registration Authority dalam konsep Transaksi Elektronik yang ada sekarang ini, berdasarkan uraian di atas maka penulis mengambil tema dalam penulisan ini dengan Judul Kajian Hukum Fungsi dan Peran Notaris Sebagai Pengemban Amanat Kepercayaan dalam Transaksi Elektronik: Perbandingan Pihak Ketiga

15 5 Terpercaya (Trusted Third Parties) dan Agent Pendaftaran Terpercaya (Trusted Enrollment Agent) Pokok Permasalahan Berdasarkan uraian tersebut, permasalahan pokok yang akan diteliti dalam penulisan tesis ini, penulis memusatkan permasalahan yang akan diteliti adalah sebagai berikut: 1. Bagaimanakah Fungsi dan Peran Pihak Ketiga baik Sebagai Trusted Third Parties atau Trusted Enrollment Agent dalam sebuah transaksi elektronik? 2. Dapatkah Jabatan Notaris di Indonesia menjalankan fungsi sebagai Trusted Third Parties atau Trusted Enrollment Agent dalam Transaksi elektronik? 1.3. Tujuan Penulisan Berdasarkan apa yang telah dipaparkan diatas, maka dalam penulisan tesis ini, penulis mempunyai tujuan agar: 1. Mengetahui Bagaimana Peran pihak Ketiga Terpercaya dalam dalam suatu transaksi elektronik 2. Mengetahui apakah Jabatan Notaris dapat menjalankan fungsi sebagai sebagai Pihak Ketiga Terpercaya dalam suatu transaksi elektronik Metode Penelitian Dalam mengkaji permasalahan yang sedang diteliti ini, penulis menggunakan metode penelitian Normatif. Metode penelitian merupakan unsur yang mutlak harus ada dalam suatu penelitian yang berfungsi untuk mengembangkan ilmu pengetahuan. 4 Metodologi dalam suatu penelitian berfungsi sebagai suatu pedoman bagi ilmuwan dalam mempelajari, menganalisis dan memahami suatu permasalahan yang sedang dihadapi. Dalam rangka meperoleh informasi guna penelitian ini, maka metode penelitian yang digunakan oleh penulis adalah penelitian Normatif, yaitu 4 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: UI Press, 1989), Hlm. 7.

16 6 penelitian terhadap efektivitas asas-asas, sistematika hukum yang berkaitan dengan masalah terkait. Tipologi penelitian ini adalah adalah bersifat deskriptif karena penelitian ini bertujuan mengambarkan secara tepat sifat suatu individu, keadaan, gejala atau untuk menentukan fekuensi suatu gejala. 5 Dari sudut bentuknya penelitian ini merupakan penelitian preskreptif yaitu penelitian yang tujuannya memberikan jalan keluar atau saran untuk mengatasi permasalahan. 6 Jenis data yang digunakan dalam penulisan ini adalah data sekunder. Data sekunder dihimpun melalui penelitian kepustakaan sehingga didapatkan: 1. Bahan hukum primer berupa peraturan perundang-undangan yang mengatur dan berkaitan dengan Ketentuan-ketentuan mengenai Jabatan Notaris, Informasi dan Transaksi Elektronik, dan Peraturan mengenai Trusted Enrollment Agent di Amerika Serikat; 2. Bahan hukum sekunder untuk memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer, yang dapat terdiri dari buku-buku, artikel, laporan penelitian dan tesis yang membahas dan terkait dengan Peran notaris sebagai Registration Authority dalam penyelenggaraan sertifikat elektronik; 3. Bahan hukum tersier yang digunakan untuk menunjang bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, contohnya seperti kamus, buku pegangan seta internet yang seluruhnya dapat disebut sebagai bahan referensi. Alat pengumpulan data yang digunakan adalah berupa studi dokumen yakni mencari dan mengumpulkan data sekunder yang berkaitan dengan peran notaris sebagai registration authority dalam penyelenggaraan sertifikat elektronik (perbandingan dengan trusted enrollment agent pada notaris publik di Amerika Serikat). Analisis data yang digunakan adalah dengan pendekatan kualitatif sebagai hasil pengumpulan data sekunder sehingga nantinya dapat 5 Mamudji., et.al., Metode Penelitian dan Penulisan Hukum, (Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Hukum, 2005), hlm Ibid.

17 7 ditarik kesimpulan yang dikaitkan dengan teori-teori, konsep yang mempunyai relevansi untuk menjawab rumusan permasalahan dalam penulisan penelitian ini. Berdasarkan bentuk penelitian dan tipologi penelitian serta jenis data yang digunakan, maka penelitian ini akan menghasilkan suatu penelitian yuridis normatif Sistematika Penulisan Sistematika penulisan tesis ini terdiri dari empat bab, dimana dari masingmasing bab ada yang terdiri dari beberapa sub bab, yang isinya akan dikemukakan sebagai berikut: Bab 1 : Pendahuluan yang menguraikan mengenai latar belakang permasalahan, pokok permasalahan yang diangkat, tujuan penelitian, metode penelitian, serta sistematika penulisan. Bab 2: Pihak Ketiga Pengemban Amanat dalam Transaksi Elektronik. Dalam bab ini akan menguraikan tentang Landasan teoritis tentang kepercayaan, Infrastruktur Kunci Publik, Pihak Ketiga Terpercaya, dan Agent Pendaftaran terpercaya. Bab 3 : Analisa Peran dan Fungsi Jabatan Notaris Sebagai Otoritas Pendaftaran dalam Penyelenggaran Sertifikat elektronik. Dalam bab ini yang akan dibahas mengenai Notaris sebagai Jabatan publik, Fungsi Akta Otentik Notaris, Peran Notaris dalam suatu transaksi, Jabatan Notaris sebagai pihak ketiga terpercaya, Analisa hukum terhadap pihak ketiga terpercaya dan agen pendaftaran terpercaya, dan Tanggung Jawab hukum Pihak Ketiga Terpercaya. Bab 4 : Penutup yang berisi kesimpulan dan saran dari hasil penelitian ini.

18 8 BAB 2 PIHAK KETIGA PENGEMBAN AMANAT DALAM TRANSAKSI ELEKTRONIK 2.1 Pihak Ketiga Terpercaya (Trusted Third Parties/TTP) Pemanfaatan media elektronik (internet) dalam proses transaksi elektronik (e-commerce) berkembang sangat pesat. Seiring dengan perkembangan e-commerce diperlukan pengamanan atas proses pertukaran informasi serta agar ada kepastian hukum bagi bagi para pihak yang melakukan transaksi melalui media elektronik yang berbentuk penggunaan Sertifikat Digital (SD) dalam sistem Infrastruktur Kunci Publik (Public Key Infrastructure). Pertukaran informasi yang dilakukan melalui media elektronik (internet) yang terkait dengan transaksi bisnis atau perdagangan secara elektronik sangat memerlukan pengamanan yang dilakukan melalui Infrastruktur Kunci Publik. Hal ini diperlukan agar informasi yang diperlukan memenuhi persyaratan Privacy/Confidentiality, Authentication, Integrity dan Non Repudiation. Fakta-fakta yang ada memperlihatkan bahwa perubahan pesan-pesan elektronik dapat dilakukan dengan mudah dan tidak terdeteksi, sehingga meningkatkan resiko terjadinya manipulasi terhadap pesan elektronik yang dikirim. Dengan meningkatnya penggunaan internet, akan meningkatkan pula resiko kecurangan, penipuan, serta akses ilegal. Penggunaan Tanda Tangan Elektronik secara teknis dapat dikatakan memiliki kehandalan melebihi dari tanda tangan konvensional dengan tinta basah. Kehandalan yang dimaksud, yakni: 7 7 Klaus Schmeh, Cryptography and Public Key Infrastructure on the Internet, GesellsschaftfürIT-SicherheitAG ( Bochum,Germany), hal xiv.

19 9 1. Otentikasi (Authenticity/Ensured) Dengan menggunakan tanda tangan elektronik pada dokumen/informasi elektronik maka dapat dibuktikan dengan metode tertentu siapa yang menandatangani dokumen/informasi elektronik itu. 2. Integritas (Integrity) Integritas/integrity berhubungan dengan masalah keutuhan dari suatu dokumen/informasi elektronik yang ditanda tangani. Penggunaan tanda tangan elektronik dapat menjamin bahwa informasi elektronik yang ditanda tangani dapat diketahui apakah mengalami suatu perubahan atau modifikasi oleh pihak yang tidak bertanggungjawab. 3. Tidak dapat disangkal keberadaannya (Non-Repudiation) Non repudiation atau tidak dapat disangkalnya keberadaan suatu dokumen/informasi berhubungan dengan orang yang menandatanganinya. Si penanda tangan dokumen/informasi elektronik tidak dapat memungkiri bahwa ia telah menandatangani dan mengirimkan dokumen/informasi itu ke penerima dan tidak dapat memungkiri isi dokumen itu sepanjang tidak ada upaya perubahan oleh pihak yang tidak bertanggungjawab. 4. Kerahasiaan (Confidentiality Dokumen/Informasi elektronik yang telah ditanda tangani dan dikirimkan bersifat rahasia/confidential, sehingga tidak semua orang dapat mengetahui isi informasi elektronik yang telah dirahasiakan dengan metode kriptografi. 5. Dapat diandalkan (Realible) Bahwa dokumen/informasi elektronik yang disampaikan melalui dunia maya harus mampu dipertanggungjawabkan para pihak yang melakukan transaksi. Dengan penggunaan tanda tangan elektronik disertai kunci publik dan kunci privat dalam proses merahasiakan dan menandatangani dokumen/informasi elektronik maka segala transaksi elektronik yang dilakukan di dunia maya dapat dipertanggung jawabkan secara teknis. Dengan memahami 5 unsur kehandalan Tanda Tangan Elektronik didukung Sertifikat Elektronik, maka tidak dapat diragukan lagi keamanan

20 10 transaksi elektronik. Peran Notaris pun sangat diharapkan terlibat dalam transaksi elektronik untuk memberi legitimasi yang kuat terhadap transaksi elektronik yang berlangsung yakni mengindentifikasi tanda tangan elektronik dan penanda tangan, serta memverifikasi dokumen/informasi elektronik yang ditandatangani. Pencapaian tingkat kepercayaan bisnis yang memadai dalam pengoperasian sistem Teknologi Informasi harus didukung oleh penyediaan kontrol hukum dan teknis praktis yang tepat. Bisnis harus memiliki keyakinan bahwa sistem Teknologi Informasi akan menawarkan keuntungan positif dan bahwa sistem tersebut dapat diandalkan untuk mempertahankan kewajiban bisnis dan menciptakan peluang bisnis. Pertukaran informasi antara dua pihak memperlihatkan adanya unsur kepercayaan, misalnya dengan penerima mengasumsikan bahwa identitas pengirim adalah benar pengirim, dan pada gilirannya, pengirim dengan asumsi bahwa identitas penerima pada kenyataannya adalah si penerima untuk siapa informasi ini dimaksudkan. Ini adalah "elemen kepercayaan yang tersirat" dimana mungkin tidak cukup dan mungkin memerlukan penggunaan Pihak Ketiga Terpercaya (TTP) untuk memfasilitasi pertukaran informasi yang terpercaya. Dalam rangka menimbulkan kepercayaan dan kepastian hukum bagi pengguna terhadap sistem komunikasi dengan internet, diperlukan adanya keterlibatan pihak ketiga terpercaya (trusted third party/ttp) yang independen untuk mengelola resiko keamanan termasuk penggunaan Infrastruktur Kunci Publik. TTP selaku pihak yang akan membantu menjamin identitas para pihak pelaku transaksi elektronik melalui Infrastruktur Kunci Publik dan menyediakan mekanisme untuk melakukan transaksi elektronik secara aman. Pihak ketiga terpercaya atau Trusted third party yang dimaksud disini adalah Otoritas Sertifikasi atau Certification Authority (CA) yang menerbitkan Sertifikat Digital yang digunakan para pihak untuk menyatakan identitasnya dalam melakukan transaksi elektronik dan Otoritas Pendaftaran atau Registration Authority (RA) yang melakukan otentikasi dari identitas para pihak yang ingin melakukan transaksi elektronik. Dalam penelitian ini,

21 11 penulis hanya akan mengambil peran dari seorang Registration Authority dalam hal melakukan otentikasi identitas para pihak Teori tentang Kepercayaan (Trust) Sebagai sosiolog Diego Gambetta mengatakan: "Kepercayaan adalah salah satu konsep sosial yang paling penting yang membantu agen manusia untuk mengatasi dengan lingkungan sosial mereka dan hadir dalam semua interaksi manusia". 8 Bahkan, tanpa kepercayaan (di agen lainnya, dalam organisasi, dalam infrastruktur, dan lain-lain) ada kerjasama dan akhirnya tidak ada masyarakat yang ada. Berdasarkan apa yang dipaparkan oleh Daniel gambeta tersebut kepercayaan merupan unsur yang penting dalam interaksi antar manusia dalam melakukan hubungan dengan yang lainnya. Tanpa adanya kepercayaan antara manusia yang satu dengan yang lainnya maka tidak ada masyarakat yang ada adanya hanya manusia yang satu hidup sendirisendiri terpisah satu sama lain. Karena hidup sendiri-sendiri maka tidak ada interaksi yang terjadi antara mereka. Oleh karena itu kepercayaan merupakan unsur yang pendting dalam kehidupan masyarakat. Menurut Luhmann 9, karena semakin terfragmentasi dunia yang semakin kompleks, manusia sepanjang sejarah tidak pernah mempunyai banyak pilihan, pilihan apapun yang mereka lakukan hari ini akan berpengaruh pada masa yang akan datang. Memang, jumlah pilihan yang harus dibuat pada setiap saat dalam hidup telah meningkat secara radikal dan belum dalam kapasitas kognitif kita untuk mengelola pilihan ini tetap atau lebih kurang statis. Jadi bagian dari Tesis Luhmann adalah bahwa kepercayaan memungkinkan kita untuk membuat pilihan-pilihan lebih efektif (pada pengetahuan lebih atau kurang membumi atau emosi) dan selanjutnya ini menjadi semakin menonjol berarti dalam hidup kita 8 Daniel Gambeta, Trus Making and Breaking Cooperative Relation, (Massachusetts: Basill Blackwell: 1998), hal Alexander Ljung and eric Wahlforss, People, Profile and Trust, On interpersonal Trust In Web Mediated Social spaces, (San Francisco & Stockholm Finalized in Berlin, 2008), hal. 12

22 12 dan akan terus mendapatkan penting sebagai masyarakat bergerak menuju kompleksitas yang lebih besar. Dalam kenyataan yang kompleks, kita sebagai manusia harus bergantung pada negosiasi simbolis kepercayaan yang menjadi menjadi lebih besar. Simbol menjadi "jalan pintas" untuk kesimpulan tentang kepercayaan dan penting cara dimana kita dapat mengurangi upaya kognitif dari keputusan yang dipercaya. Dalam komunikasi ruang online sosial melalui Browser tentu saja sangat berorientasi kepada simbol, sehingga mekanisme tentang bagaimana kesimpulan yang dibuat dan bagaimana nilai-nilai simbolik yang didirikan sangat menarik dalam memahami pembentukan kepercayaan. Sebagaimana Luhmann menyatakan 10, dalam dunia kita kenaikan dikompleksitas adalah karena perbedaan sistem sosial dan kita kecenderungan untuk menjadi bagian beberapa sistem sekaligus. Secara bersamaan, kemungkinan untuk percaya dalam sistem sangat tergantung pada kemungkinan belajar bagaimana kepercayaan (misalnya dengan belajar pemahaman umum tentang nilai-nilai simbolis) sosial dibedakan sehingga sistem iklan lebih meningkat karena permintaan kepercayaan untuk belajar simbolis dalam beberapa kompleksitas wacana. Namun, simbol-simbol ini tidak mudah untuk di pelajari. Menurut Luhmann kepercayaan adalah kebalikan dari argumen rasional dan penerangan mengenai makna simbolis sering diam-diam dari isyarat kepercayaan dalam menjalankan risiko secara menyeluruh, langsung menggeser kekuasaan simbolis mereka sebagai tanda-tanda kepercayaan menjadi tanda ketidakpercayaan. Jadi kepercayaan menjadi fenomena yang sangat rapuh, sering sangat sensitif dan mencurigakan penyelidikan para ahli. Kepercayaan dapat dianggap sebagai sebuah sikap terhadap masa depan. Dengan mempercayai salah satu tempat pada masa depan dan dengan demikian bertindak sebagaimana jika masa depan ini hanya berisi kemungkinan dari tindakan tertentu. Menurut Luhmann keputusan 10 Ibid, hal. 13

23 13 ini tentang bagaimana untuk mengharapkan masa depan yang pada umumnya didasarkan pada pengetahuan kita dan pengalaman masa lalu. Dia menjelaskan ini dengan gagasan masa lalu memiliki "sudah terjadi" dan sehingga potensi pilihan tunggal setiap saat dalam waktu telah dibuat (yang mengakibatkan pengurangan utama kompleksitas). 11 Oleh karena itu kita melihat ke masa lalu tidak kompleks dalam rangka untuk menuntun keputusan kita dalam kompleks sekarang karena untuk bertaruh pada masa depan. Pemahaman dari saat ini didasarkan pada masa lalu adalah apa yang Luhmann sampaikan mengacu sebagai keakraban dan dengan demikian merupakan prasyarat penting untuk percaya. Berdasarkan apa yang dipaparkan Luhmann tersebut penulis melihat bahwa Luhmann memandang kepercayaan sebagai suatu pilihan yang dibuat oleh manusia. Kepercayaan dianggap sebagai pilihan yang diambil oleh manusia pada masa lalu yang akan berpengaruh pada masa depan. Apapun pilihan yang diambil pada masa sekarang akan menimbulkan akibat pada masa depan. Semakin lama pilihan tersebut akan semakin banyak dan manusia tidak bisa memilih semuanya, sehingga dia harus memilih salah satunya. Luhmann juga menyatakan bahwa kepercayaan merupakan kebalikan dari argumen rasional, hal ini dimaksudkan bahwa kadang-kadang manusia mengambil keputusan akan sesuatu hal dengan mengabaikan argumen yang masuk akan tetapi akan mengambil pilihan yang sedikit lebih ekstrim dengan percaya bahwa pilihan yang ia ambil akan berakibat baik kepadanya pada masa depan Pihak Ketiga Terpercaya (Trusted Third Party/TTP) 11 Ibid, hal 16.

24 14 Sekarang sudah kita sudah mengetahui bahwa internet adalah suatu jaringan global tanpa mengenal batas-batas wilayah, tapi jaringannya tidak selalu aman. 12 Hal ini juga semakin dipahami bahwa kriptografi dapat memberikan kontribusi besar terhadap keamanan dari transaksi perdagangan internet yang memiliki bentuk tidak begitu jelas. 13 Apa yang kurang dipahami oleh banyak orang adalah kriptografi hanyalah bagian keamanan dari suatu sistem informasi. Banyak protokol kriptografi untuk transaksi elektronik yang aman membutuhkan setidaknya satu pihak ketiga yang dipercaya dalam transaksi tersebut, seperti bank atau otoritas sertifikasi (CA). Ini sebagian protokol kriptografi, sebagian sosial, membutuhkan entitas baru, atau hubungan baru dengan entitas yang ada, tetapi tugas dan kewajiban entitas yang tidak pasti. Sampai ketidakpastian ini diselesaikan oleh mereka, risiko yang menghambat penyebaran bentuk yang paling menarik dari perdagangan elektronik dan menyebabkan tuntutan hukum yang tidak perlu. Konsep TTP sebagian berasal dari diskusi yang berkaitan dengan otoritas sertifikasi (CA). Sejak transaksi elektronik tidak lagi dengan cara tatap muka, maka sarana individu untuk mengidentifikasi para pihak diperlukan agar para pihak yang terlibat dalam transaksi tersebut adalah benar-benar pihak yang diinginkan. Pertukaran data digital yang aman dengan tanda tangan elektronik melalui internet mensyaratkan bahwa sertifikat yang dikeluarkan oleh pihak ketiga yang terpercaya harus netral dengan data tanda tangan dan telah mengidentifikasikan individu-individu yang ada di dalamnya, dalam hal ini CA bertindak seperti pihak ketiga terpercaya (TTP). Peran TTP termasuk memberikan jaminan bahwa bisnis yang dilaksanakan dapat dipercaya (misalnya kegiatan pemerintah), pesan dan transaksi dikirim ke penerima yang dimaksud, di lokasi yang benar, pesan 12 FBI memperkirakan bahwa delapan puluh persen kejahatan komputer dalam penyelidikannya melibatkan Internet. David Icove et al, Computer Crime: Buku A Crimefighter's, hal Lihat pada umumnya A. Michael Froomkin, The Metafora of Public Key, The Chip Clipper, dan Konstitusi, 143 U. Pa L. Rev 709 (1995)

25 15 yang diterima secara tepat waktu dan akurat. Bahwa untuk setiap sengketa bisnis yang mungkin timbul, terdapat metode yang tepat untuk penciptaan dan pengiriman bukti yang diperlukan untuk apa yang telah terjadi. Layanan yang disediakan oleh TTP termasuk yang dibutuhkan oleh para pihak seperti manajemen kunci, manajemen sertifikat, identifikasi dan dukungan otentikasi, atribut layanan istimewa, tidak dapat dibantah/non-repudiation, layanan stempel waktu/time stamping, jasa notaris elektronik, dan layanan direktori. Sebuah TTP mungkin menyediakan beberapa atau semua layanan yang disebutkan diatas. Sebuah TTP harus dibentuk, diimplementasikan dan dioperasikan guna memberikan jaminan dalam layanan keamanan, menyediakan, dan untuk memenuhi persyaratan hukum dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Jenis dan tingkat perlindungan yang disediakan akan bervariasi sesuai dengan jenis layanan yang disediakan dan konteks di mana aplikasi bisnis beroperasi. Hal ini bermaksud untuk memberikan penjelasan apa yang menjadi tugas dari sebuah CA, fungsi mereka yang begitu penting dalam dalam prdagangan elektronik, dan juga mereka dapat menimbulkan beberapa permasalahan hukum yang akan terjadi kemudian. Belum ada sebuah rezim hukum yang terperinci yang menggambarkan peraturan mengenai pihak ketiga terpercaya ini dalam suatu perdagangan elektronik. Di masa yang akan datang bentuk dari perdagangan elektronik akan muncul dengan berbagai bentuk yang akan menampilkan sejumlah tantangan yang harus kita hadapi.peluang munculnya penipuan, dan kesalahan yang terjadi dalam suatu transaksi dan cara kita mencegah agar hal ini tidak terjadi akan timbul dengan berjalannya waktu dan solusi-solusi yang diberikan terhadap permasalahan tersebut. Pihak Ketiga Terpercaya (TTP) adalah sebuah lembaga atau orang yang menyediakan satu atau beberapa layanan keamanan, dan dipercaya oleh pihak lain berkaitan dengan kegiatan yang berhubungan dengan layanan keamanan ini. 14 Apabila ada pihak yang ingin meningkatkan

26 16 kepercayaan kepada orang lain maka ia kan menggunakan TTP, sehingga kepercayaan bisnis dirinya akan meningkat dimana pihak yang lain dan juga untuk memfasilitasi kemanan komunikasi yang dilakukannya dengan pihak yang lain dalam transaksi perdagangan elektronik yang dilakukannya. Sebuah TTP akan memberikan nilai penawarkan berkaitan dengan kerahasiaan, integritas dan ketersediaan layanan dan informasi dalam komunikasi yang digunakan dalam aplikasi bisnis. TTP harus dapat beroperasi dengan TTP yang lain dan juga pihak yang lain yang membutuhkan jasanya. Apabila suatu pihak ingin menggunakan jasa sebuah TTP, maka mereka harus dapat memilih kepada TTP mana yang mereka datangi untuk mendapatkan layanan keamanan yang dibutuhkan dalam menjalankan bisnisnya tersebut. Selain itu juga TTP harus dapat memilih pihak yang akan diberikan pelayanan. Agar dapat berjalan dengan efektif, TTP umumnya harus: 15 a. bekerja dalam kerangka kerja hukum yang konsisten di antara pihak yang terlibat di dalamnya; b. menawarkan berbagai layanan, dengan layanan minimal yang jelas kepada semua pihak; c. mepunyai kebijakan yang telah dijabarkan, khususnya terhadap kebijakan keamanan publik; d. dikelola dan dioperasikan dengan cara yang aman dan dapat diandalkan, berdasarkan sistem informasi manajemen keamanan dan sistem TI yang dapat dipercaya; e. sesuai dengan standar nasional dan internasional yang berlaku; f. mengikuti kode praktek yang diterima secara bersama; g. menerbitkan pernyataan praktis; h. merekam dan mengarsip semua bukti yang relevan untuk jasa mereka; 14 ITU-T Recommendation X.842 Technical Report ISO/IEC TR Information Technology Security Techniques Guidelines For The Use And Management Of Trusted Third Party Services, Hal Ibid.

27 17 i. dimungkinkannya arbitrase independen, tanpa mengorbankan keamanan; j. harus independen dan tidak memihak dalam pekerjaan mereka, (misalnya aturan akreditasi), dan k. memikul tanggung jawab tanggung jawab untuk ketersediaan dan kualitas layanan dalam batas-batas yang telah ditetapkan. Pemanfaatan sebuah TTP dan juga layanan yang diberikannya sangat tergantung kepada pengamatan yang mendasar bahwa layanan yang disediakannya tersebut akan dipercaya oleh TTP yang lain dan pihak-pihak lainnya. Dengan mengelolaan yang baik dan dijalankan dengan mengikiti prosedur yang telah ditetapkan maka pelayanan TTP tersebut akan mendapatkan kepercayaan dari pihak yang lain. TTP harus dapat memberikan jaminan bahwa ia dan layanan yang diberikannya tersebut sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan dan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Yang paling utama adalah mengenai kebijakan keamanan yang harus mencakup semua aspek keamanan yang terkait dengan pengelolaan TTP dan pengoperasian layanan yang mereka berikan. Kepercayaan terhadap sebuah TTP akan dapat diraih melalui pembuktian bahwa mereka telah melakukan manajeman yang baik dan telah menjalankan aspek operasional yang sesuai dengan prosedur yang berlaku. Bukti-bukti tersebut didasarkan kepada aspek manajemen yang dijalankan oleh sebuat TTP telah tepat, sesuai dan mempunyai tujuan yang jelas yaitu mereka menjalankan sistem manajeman yang efektif, efisien, mampu melawan segala ancaman dan dapat meminimalisir segala resiko yang mungkin terjadi dalam menjalankan pekerjaannya tersebut. Selain itu juga pemberian perlindungan yang di dokumentasikan dan dipahami oleh para pihak, dan selalu mengikuti perkembangan yang terjadi sehingga dengan cepat dapat diterapkan dalam kegiatannya.

28 18 Sebuah TTP Untuk mendapatkan kepercayaan dalam manajemen dan aspek operasional TTP dari pihak yang lain harus memberikan bukti bahwa: 16 a) adanya Kebijakan Keamanan yang sesuai di tempat tersebut; b) masalah keamanan telah ditangani oleh kombinasi dari prosedur dan mekanisme keamanan yang dilaksanakan dengan benar; c) pekerjaan dilaksanakan dengan benar dan sesuai dengan peran dan tanggung jawab masing-masing yang telah didefinisikan secara jelas; d) prosedur untuk berkomunikasi dan tatap muka dengan pihak lain yang sesuai untuk fungsi, dilakukan dan digunakan dengan benar; e) aturan dan peraturan yang diikuti oleh manajemen dan staf, telah sesuai dengan target atau tingkat kepercayaan; f) kualitas dari proses, operasional dan praktek kerja telah sesuai dan terakreditasi; g) TTP memenuhi kewajiban kontrak sesuai kontrak formal dengan penggunanya; h) ada pemahaman yang jelas dan penerimaan dari aspek tanggung jawab; i) kepatuhan terhadap hukum dan peraturan dipertahankan dan diaudit; j) mengenali ancaman dan perlindungan yang ada untuk mengurangi ancaman-ancaman yang telah teridentifikasi dengan jelas; k) Penilaian Resiko dan Ancaman dilakukan sejak awalnya dan pada saat terakhir selalu diperbarui secara teratur untuk memastikan bahwa kerahasiaan, integritas, ketersediaan dan persyaratan keandalan terpenuhi; l) terpenuhi langkah-langkah organisasi dan personil yang tepat; m) kepercayaan dari TTP dapat diandalkan dan bahwa hal itu dapat dilakukan pemeriksaan dan diverifikasi; dan n) adanya aturan akreditasi operasional TTP yang dipantau dan diawasi oleh beberapa jenis kewenangan administratif. 16 Ibid. hal 3-4.

29 19 Tingkat kepercayaan akan berbeda-beda tergantung dari jenis bisnis dan aplikasi yang digunakan sehingga akan berbeda pula prosedur untuk tingkat kekuatan perlindungan yang dapat diterapkan antara satu sama lain. Sebagai contoh, tingkat kepercayaan yang diperlukan untuk otentikasi transaksi administratif yang mungkin berbeda dari yang dibutuhkan untuk transaksi keuangan, yang mungkin berbeda dari yang diperlukan dalam beberapa aplikasi militer. Pelaksanaan standar dan kebijakan keamanan yang berbeda dengan benar akan menimbulkan berbagai tingkat keprcayaan. Oleh karena itu sebuah TTP dalam melaksanakan pekerjaannya tersebut harus dapat menerapakan prosedur yang berbeda-beda dalam setiap kegiatan tetapi dalam koridor prosedur yang berlaku Interaksi antara Layanan TTP dan Entitas yang Menggunakan Dari sudut pandang komunikasi, lokasi TTP dan pihak yang membutuhkannya dapat dilihat dalam konfigurasi yang berbeda yaitu inline, on-line dan off-line. Beberapa layanan TTP mungkin didasarkan pada konfigurasi yang berbeda, sehingga konfigurasi yang diambil akan mempengaruhi layanan TTP sehingga mampu memenuhinya, misalnya ketepatan waktu pertukaran, layanan penolakan, pencatatan bukti, dan karakteristik mereka, seperti penundaan pencabutan sertifikat. a. Layanan In-line TTP Apabila ada dua pihak atau lebih yang menggunakandomain keamana yang berbeda dan semuanya tidak menggunakan domain keamana yang sama, maka sebuah TTP in line dalam hal ini. Sebuah TTP in-line dibutuhkan ketika dua atau lebih entitas milik domain keamanan yang berbeda dan tidak menggunakan mekanisme keamanan yang sama. Hal ini dikarenaka antara para pihak tidak dapat melakukan pertukaran data lanngsung yang aman antar mereka. Tetapi dengan adanya TTP in-line ini dapat menjadi jembatan buat mereka dalam melakukan komunikasi serta memfasilitasi pertukaran data yang aman diantara mereka tersebut.

30 20 Layanan dari sebuah TTP In-line biasanya terdiri dari otentikasi, terjemahan dan layanan atribut istimewa. Sebuah TTP in-line mungkin memainkan peran dalam menyediakan layanan yang tidak dapat dipungkiri, akses kontrol, pemulihan kunci, kerahasiaan dan layanan integritas data yang dikirimkan. b. Layanan On-line TTP sebuah TTP on-line diperlukan untuk menyediakan dan mendaftarkan informasi terkait keamanan apabila diminta diminta oleh salah satu pihak atau kedua belah pihak dalam komunikasinya tersebut. TTP tersebut akan terlibat dalam pada saat pertama kali dalam pertukaran data diantara para pihak. Namun untuk perbuatan lebih lanjut antara para pihak dalam menjalankan bisnisnya sudah tidak lagi menggunakan jasa TTP on-line dalam pertukaran data dan tidak lagi menjadi jemabatan di jalur komunikasi para pihak tersebut. Layanan TTP On-line biasanya meliputi otentikasi, sertifikasi dan layanan atribut istimewa. TTP mungkin memainkan peran dalam menyediakan layanan yang tidak dapat dipungkiri, akses kontrol, manajemen kunci, pengiriman pesan, stempel waktu, integritas layanan dan kerahasiaan. c. Off-line TTP Layanan Jenis konfigurasi yang ketiga untuk penyediaan layanan adalah TTP off-line. TTP tidak berinteraksi secara langsung dengan entitas selama proses pertukaran yang aman antara entitas. Sebaliknya data yang dihasilkan sebelumnya oleh TTP dapat dipergunakan oleh para pihak. Layanan Off-line TTP biasanya meliputi otentikasi, sertifikasi, atribut hak istimewa, layanan yang tidak dapat dipungkiri, distribusi kunci dan layanan pemulihan kunci.

31 21 Sebuah TTP dapat menawarkan beberapa layanan. Semua layanan tersebut dapat diberikan oleh sebuah TTP itu sendiri atau mereka mungkin disediakan oleh lebih dari satu TTP. Layanan juga dapat diberikan dari satu atau lebih lokasi. Tugas dari TTP harus didefinisikan dan dinyatakan dalam kontrak formal, dan dampak teknis dan organisasi harus diperhitungkan. Tergantung pada arsitektur TTP (tanggung jawab dan lokasi) dimungkinkan adanya tambahan persyaratan, khususnya keamanan yang terkait, yang harus dipertimbangkan oleh suatu manajemen TTP. Setiap layanan harus memiliki persyaratan keamanan tertentu yang harus dipenuhi. Umumnya layanan TTP membagi aspek manajemen dan operasional TTP ke aspek-aspek umum dan spesifik yang berhubungan dengan setiap layanan. Sebuah sistem manajemen modular yang terstruktur jauh lebih mudah ditangani jika perubahan penting terjadi, terutama identifikasi dampak keamanan jika ada perubahan. Kontrak formal antara TTP dan pihak-pihak yang menggunakan layanan harus dengan jelas menyatakan tanggung jawab TTP, kualitas layanan yang akan diberikan, serta tanggung jawab entitas yang menggunakan layanan TTP. Kontrak harus menjelaskan kebijakan organisasi dan manajerial, serta prosedur operasional TTP. TTP juga harus mengeluarkan Pernyataan Praktek yang menjelaskan apa yang para pihak dapat harapkan dari layanan TPT, agar publik dapat dengan jelas mendefinisikan aspek persyaratan dan operasional, kualitas layanan, isu etika, dan biaya yang akan dbayarkan oleh pelanggan. Kontrak harus menentukan dengan jelas ketentuan yang menggambarkan bagaimana prosedur TTP sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan peraturan lainnya yang berlaku. Kontrak harus menentukan ruang lingkup yurisdiksi dan yurisdiksi mana yang akan dipergunakan apabila timbul perselisihan. Kesalahan disengaja atau tidak disengaja oleh TTP dapat menyebabkan kerusakan besar untuk bisnis. Dalam rangka untuk memiliki kepercayaan diri yang cukup untuk menggunakan layanan TTP, kontrak harus mendefinisikan batas-batas kewajiban TTP dengan penggunanya. Mana yang berlaku, kewajiban harus

32 22 mencakup juga kontrak asuransi yang tepat apabila dikemudian hari muncul sengketa diantara mereka. Batasan-batasan yang dibutuhkan harus ditentukan di dalam kontrak antara TTP dan penggunanya. Kontrak tersebut harus mencakup daftar dari semua hal tentang kewajiban antara TTP dan pengguna sehingga pengguna dapat mengakses saran profesional yang memadai dalam rangka untuk memperoleh bantuan hukum yang sesuai pada setiap hal yang timbul dari penyediaan dan penggunaan layanan TTP itu. Kontrak harus menjelaskan dimaksudkan dari digunakannya layanan dan parameter layanan harus jelas disebutkan, dan harus memungkinkan layanan tersebut ditarik jika dalam pelaksanaan kontrak salah satu pihak menggunakannya secara tidak benar atau ilegal. Kontrak bisa memiliki ketentuan yang jelas-jelas menyatakan bahwa pihak independen dan tidak memihak (arbiter) dapat diminta untuk membantu dalam penyelesaian sengketa antara TTP dan penggunanya. Kontrak harus menentukan bagaimana privasi terhadap informasi pribadi yang sensitif dan lainnya akan dilindungi, dan keadaan dalam hal di mana pengungkapan informasi mungkin terjadi. Gambar 1. Gambaran umum tentang transaksi yang aman menggunakan pihak ketiga

33 Tanggung Jawab dari TTP Sebuah TTP harus menentukan sejauh mana tanggung jawab yang dapat diambil untuk dapat mengoperasian layanan yang aman. Selain itu, TTP harus menggambarkan sejauh mana kewajiban yang dapat diterima sehubungan dengan adanya pelanggaran keamanan. Tanggung jawab TTP serta penggunanya, harus dinyatakan dengan jelas dalam setiap kontrak formal yang mengatur antara pengguna dan TTP. Tanggung jawab harus paling menjadi bagian penting dari kontrak, dan beberapa setidaknya harus didefinisikan sebagai masalah bisnis, sementara yang lain harus sesuai dengan kualitas standar pelayanan. Dokumen lain yang mengandung definisi dari layanan yang akan diberikan, perjanjian layanan dan setiap lampiran teknis dimasukkan sebagai lampiran kontrak. Selain itu juga menentukan tanggung jawab masingmasing dari berbagai pihak yang terlibat. Dokumen-dokumen ini merupakan bagian dari perjanjian kontrak secara keseluruhan. Isi dari kebijakan keamanan TTP akan tergantung pada layanan yang diberikan oleh TTP tersebut. Kebijakan keamanan harus menjadi kerangka kerja yang membahas isu-isu keamanan yang terkait dengan berbagai unsur. Unsur-unsur teknis dari kebijakan keamanan TTP membentuk dasar untuk penilaian terkait keamanan teknis. Suatu Kebijakan keamanan TTP harus mencakup setidaknya unsur-unsur berikut: 17 a) persyaratan keamanan Teknologi Informasi, misalnya dalam hal kerahasiaan, integritas, ketersediaan, akuntabilitas keaslian, dan keandalan, terutama berkaitan dengan pandangan pemilik informasi; b) infrastruktur organisasi dan tugas tanggung jawab dari para pihak; c) integrasi keamanan ke dalam pengadaan dan pengembangan sistem keamanan; d) kesadaran dan pelatihan untuk para pihak yang terlibat; e) prosedur dan perintah yang diberikan; 17 ITU, Op.Cit. hal. 8.

34 24 f) definisi untuk klasifikasi informasi; g) strategi manajemen risiko; h) perencanaan darurat; i) masalah sumber daya manusia, dengan perhatian khusus kepada orang di posisi yang membutuhkan kepercayaan seperti bagian pemeliharaan dan sistem administrator; j) kewajiban terhaap hukum dan peraturan perundangan-undangan yang berlaku; k) pengelolaan outsourcing; dan l) penanganan insiden. Pelaksanaan kebijakan keamanan TTP yang meliputi persyaratan teknis, administratif dan organisasi untuk keamanan harus memiliki penekanan khusus pada persyaratan sebagai berikut: 18 a) jaminan bahwa TTP melakukan fungsinya sedemikian rupa bahwa integritas sistem tidak dapat terganggu atau dirugikan; b) integritas data entitas, bahwa itu adalah lengkap, dimodifikasi dan bahwa sumber dan asal dapat diverifikasi; c) bahwa entitas yang berwenang menjamin ketersediaan dan akses ke layanan dan informasi yang mereka berhak; d) kerahasiaan informasi sensitif dan pribadi dipercayakan oleh entitas untuk TTP, dan e) prosedur untuk audit keamanan sistem TTP tersebut. TTP harus menggunakan standar yang berlaku secara relevan. Standar yang digunakan meliputi standar internasional, nasional, regional, sektor industri, dan standar perusahaan atau aturan tersebut dipilih dan diterapkan sesuai dengan persyaratan keamanan organisasi mereka. Manfaat termasuk interoperabilitas, keamanan terpadu, konsistensi, portabilitas dan kerjasama antara organisasi. Jika organisasi yang berbeda mengembangkan dan menggunakan sistem mereka sendiri atau produk berdasarkan standar 18 Ibid.

35 25 proprietary, ada potensi untuk jangka pendek masalah interoperabilitas dengan berbagai pendekatan. Standar harus diperiksa di dua tingkat; standar rinci teknologi tertentu dan penggunaannya, dan standar untuk interoperabilitas antara teknologi yang berbeda. Petunjuk dan prosedur yang diperlukan sebagai unsur dari kebijakan keamanan TTP. Mereka termasuk diantaranya aturan-aturan yang diperlukan dan peraturan yang ditetapkan oleh organisasi, dan prosedur bimbingan yang diperlukan bagi organisasi untuk menyediakan layanan kepada pengguna. Dalam rangka untuk memperoleh tingkat yang dapat diterima dalam sistem keamanan Teknologi Informasi, TTP harus menerapkan metode manajemen risiko. Proses manajemen risiko untuk keamanan sistem Teknologi Informasi TTP itu harus didasarkan pada analisis rinci risiko yang muncul atau kombinasi pendekatan yang digunakan. Penilaian semua informasi harus dilakukan untuk menentukan kepekaan informasi dan tingkat perlindungan yang sesuai untuk menjaga kerahasiaan, integritas dan ketersediaan. Ancaman, risiko dan perlindungan harus dinilai ulang secara berkala. Berdasarkan hasil analisis risiko pengamanan yang tepat harus dipilih, diuji dan diimplementasikan. TTP ini tunduk pada ancaman kecelakaan atau ketidakdisengajaan yang mungkin berasal dari alam atau manusia. TTP harus dilindungi terhadap ancaman tersebut dengan pengamanan yang dirancang untuk mengurangi kerentanan dengan mengurangi dampak dari insiden yang tidak diinginkan dan / atau dengan meningkatkan fasilitasi pemulihan. Langkah-langkah keamanan, praktek dan prosedur harus mempertimbangkan semua teknis yang relevan, organisasi, administrasi, aspek komersial, manusia dan hukum, dan diintegrasikan ke dalam atau terkoordinasi dengan langkah-langkah yang normal, praktis dan prosedural organisasi. Sebuah TTP yang memberikan pelayanan keamanan terkait sangat bergantung pada sistem teknologi informasi. Oleh karena itu pengamanan teknologi informasi yang spesifik diperlukan untuk membuat mereka tepat dan aman. Perlindungan spesifik Ini dapat dibagi menjadi teknis, komunikasi dan kategori jaringan. Perlindungan dapat dipilih sesuai

BAB I PENDAHULUAN. teknologi informasi yang memudahkan kegiatan kehidupan manusia ini sangat

BAB I PENDAHULUAN. teknologi informasi yang memudahkan kegiatan kehidupan manusia ini sangat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Teknologi Informasi dan komunikasi yang berkembang pada saat ini sangat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan manusia. Kemajuan dan perkembangan teknologi informasi

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN. TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN. TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR.... TAHUN. TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan nasional

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK BAB I KETENTUAN UMUM

UNDANG-UNDANG TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK BAB I KETENTUAN UMUM UNDANG-UNDANG TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan : 1. Teknologi informasi adalah suatu teknik untuk mengumpulkan, menyiapkan,

Lebih terperinci

II. PERAN DAN TANGGUNG JAWAB DIREKSI

II. PERAN DAN TANGGUNG JAWAB DIREKSI Yth. 1. Penyelenggara Layanan Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi; dan 2. Pengguna Layanan Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi, di tempat. SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk

Lebih terperinci

2012, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Sistem Elektronik adalah serangkaian perangkat dan

2012, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Sistem Elektronik adalah serangkaian perangkat dan No.189, 2012 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KOMUNIKASI. INFORMASI. Sistem. Transaksi. Elektronik. Penyelenggaraan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5348) PERATURAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

2013, No BAB I PENDAHULUAN

2013, No BAB I PENDAHULUAN 2013, No.233 6 LAMPIRAN PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN ARSIP ELEKTRONIK BAB I PENDAHULUAN A. Umum Kemajuan

Lebih terperinci

Cyber Law Pertama: UU Informasi dan Transaksi Elektronik

Cyber Law Pertama: UU Informasi dan Transaksi Elektronik Cyber Law Pertama: UU Informasi dan Transaksi Elektronik Akhirnya Rancangan Undang Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (RUU ITE) disetujui DPR menjadi Undang-Undang dua hari lalu. UU ini, dengan

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN. TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN. TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR.... TAHUN. TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan nasional

Lebih terperinci

commerce di Indonesia sebesar US$ 230 juta, dan diperkirakan akan meningkat

commerce di Indonesia sebesar US$ 230 juta, dan diperkirakan akan meningkat Position Paper Kajian Perlindungan Konsumen E-Commerce Di Indonesia A. Latar Belakang. Kegaitan transaksi melalui media internet atau e-commerce, semakin hari semakin pesat. Wartaekonomi.com memberitakan

Lebih terperinci

MATERI MUATAN REGULASI INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

MATERI MUATAN REGULASI INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK MATERI MUATAN REGULASI INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK I. Ketentuan Umum :berisi hal yang berkait dengan ITE II. Yurisdiksi Pengaturan teknologi informasi yang diterapkan oleh suatu negara berlaku untuk

Lebih terperinci

Persyaratan Umum Lembaga Sertifikasi Ekolabel

Persyaratan Umum Lembaga Sertifikasi Ekolabel Pedoman KAN 801-2004 Persyaratan Umum Lembaga Sertifikasi Ekolabel Komite Akreditasi Nasional Kata Pengantar Pedoman ini diperuntukkan bagi lembaga yang ingin mendapat akreditasi sebagai Lembaga Sertifikasi

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK I. UMUM Pemanfaatan Teknologi Informasi, media, dan komunikasi telah mengubah baik perilaku

Lebih terperinci

PENUNJUK UNDANG-UNDANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

PENUNJUK UNDANG-UNDANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK PENUNJUK UNDANG-UNDANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK 2 tahun ~ paling lama Peraturan Pemerintah harus sudah ditetapkan Peraturan Pemerintah harus sudah ditetapkan paling lama 2 (dua) tahun setelah

Lebih terperinci

Prinsip Kerahasiaan dan Keamanan Data Layanan Cloud IBM

Prinsip Kerahasiaan dan Keamanan Data Layanan Cloud IBM Prinsip Kerahasiaan dan Keamanan Data Layanan Cloud IBM 2 Prinsip Kerahasiaan dan Keamanan Data: Layanan Cloud IBM Isi 2 Ikhtisar 2 Tata Kelola 3 Kebijakan Keamanan 3 Akses, Intervensi, Transfer, dan Kontrol

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terbentuk dari jaringan-jaringan computer-komputer yang saling terkoneksi

BAB I PENDAHULUAN. terbentuk dari jaringan-jaringan computer-komputer yang saling terkoneksi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hadirnya masyarakat informasi yang diyakini merupakan salah satu agenda penting masyarakat dunia di milenium ketiga, antara lain ditandai dengan pemanfaatan

Lebih terperinci

Implementasi Sertifikat Elektronik pada Layanan Pengadaan Secara Elektronik

Implementasi Sertifikat Elektronik pada Layanan Pengadaan Secara Elektronik RAPAT KOORDINASI LAYANAN PENGADAAN SECARA ELEKTRONIK TINGKAT PROVINSI Implementasi Sertifikat Elektronik pada Layanan Pengadaan Secara Elektronik Dipaparkan oleh Lembaga Sandi Negara Nangroe Aceh Darussalam

Lebih terperinci

BAB 5 PENUTUP. bab-bab terdahulu dapat dirumuskan kesimpulan sebagai berikut. 1. Di Indonesia, sebelum diundangkannya UU ITE, belum terdapat payung

BAB 5 PENUTUP. bab-bab terdahulu dapat dirumuskan kesimpulan sebagai berikut. 1. Di Indonesia, sebelum diundangkannya UU ITE, belum terdapat payung 108 BAB 5 PENUTUP 5.1. Kesimpulan Berdasarkan penelitian dan analisis sebagaimana yang diuraikan dalam bab-bab terdahulu dapat dirumuskan kesimpulan sebagai berikut. 1. Di Indonesia, sebelum diundangkannya

Lebih terperinci

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.05/2017 TENTANG PENYELENGGARAAN LAYANAN PINJAM MEMINJAM UANG BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.05/2017 TENTANG PENYELENGGARAAN LAYANAN PINJAM MEMINJAM UANG BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI -1- SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.05/2017 TENTANG PENYELENGGARAAN LAYANAN PINJAM MEMINJAM UANG BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI Sehubungan dengan amanat Pasal 51 Peraturan Otoritas

Lebih terperinci

Arsip Elektronik. Ditjen Aplikasi Informatika Kementerian Kominfo 5 Desember 2017

Arsip Elektronik. Ditjen Aplikasi Informatika Kementerian Kominfo 5 Desember 2017 Arsip Elektronik Ditjen Aplikasi Informatika Kementerian Kominfo 5 Desember 2017 flagtracker.com/ Transformasi Digital Perusahaan taxi terbesar di dunia tidak punya taxi (Uber) Perusahaan terbesar dan

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG OTORITAS SERTIFIKAT DIGITAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG OTORITAS SERTIFIKAT DIGITAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG OTORITAS SERTIFIKAT DIGITAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka memberikan

Lebih terperinci

PERAN NOTARIS DALAM UPAYA PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEMBELI DALAM JUAL BELI ONLINE

PERAN NOTARIS DALAM UPAYA PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEMBELI DALAM JUAL BELI ONLINE Peran dan Tanggungjawab Notaris dalam Keputusan Pemegang Saham diluar Rapat Umum... PERAN NOTARIS DALAM UPAYA PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEMBELI DALAM JUAL BELI ONLINE Nindy Ockta Mutiara Hapsari Mahasiswa

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2017 TENTANG AUDIT PENYELENGGARAAN SISTEM ELEKTRONIK

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2017 TENTANG AUDIT PENYELENGGARAAN SISTEM ELEKTRONIK -- 1 -- PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2017 TENTANG AUDIT PENYELENGGARAAN SISTEM ELEKTRONIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA

Lebih terperinci

Dibuat Oleh A F I Y A T I NIM Dosen DR. Ir Iwan Krisnadi MBA

Dibuat Oleh A F I Y A T I NIM Dosen DR. Ir Iwan Krisnadi MBA MEMAHAMI UU NO. 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK (ITE) DAN PENERAPANNYA PADA DOKUMEN ELEKTRONIK SEPERTI E-TICKETING DI INDONESIA Dibuat Oleh A F I Y A T I NIM 5540180013 Dosen DR.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan proses pengadaan barang dan jasa untuk mendapatkan. keuangan negara. Penggunaan keuangan negara yang akan dibelanjakan

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan proses pengadaan barang dan jasa untuk mendapatkan. keuangan negara. Penggunaan keuangan negara yang akan dibelanjakan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam menjalankan tugas dan fungsinya pemerintah menggunakan proses pengadaan barang dan jasa untuk mendapatkan berbagai jenis kebutuhan yang diperlukan dengan menggunakan

Lebih terperinci

PASAL DEMI PASAL. Pasal 1 Cukup jelas.

PASAL DEMI PASAL. Pasal 1 Cukup jelas. PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 75 /POJK.03/2016 TENTANG STANDAR PENYELENGGARAAN TEKNOLOGI INFORMASI BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT DAN BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH I. UMUM Peran

Lebih terperinci

III. CONTOH SURAT PERNYATAAN ANGGOTA DIREKSI DAN KOMISARIS SURAT PERNYATAAN

III. CONTOH SURAT PERNYATAAN ANGGOTA DIREKSI DAN KOMISARIS SURAT PERNYATAAN III. CONTOH SURAT PERNYATAAN ANGGOTA DIREKSI DAN KOMISARIS SURAT PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : NIK : Tempat/tanggal lahir : Alamat : dalam hal ini bertindak dalam jabatan saya

Lebih terperinci

Implementasi E-Bisnis e-security Concept And Aplication Part-11

Implementasi E-Bisnis e-security Concept And Aplication Part-11 Implementasi E-Bisnis e-security Concept And Aplication Part-11 Pendahuluan E-Business sistem alami memiliki risiko keamanan yang lebih besar daripada sistem bisnis tradisional, oleh karena itu penting

Lebih terperinci

Standar Audit SA 620. Penggunaan Pekerjaan Pakar Auditor

Standar Audit SA 620. Penggunaan Pekerjaan Pakar Auditor SA 0 Penggunaan Pekerjaan Pakar Auditor SA Paket 00.indb //0 :: AM STANDAR AUDIT 0 penggunaan PEKERJAAN PAKAR AUDITOR (Berlaku efektif untuk audit atas laporan keuangan untuk periode yang dimulai pada

Lebih terperinci

Standar Internasional ISO 27001

Standar Internasional ISO 27001 Standar Internasional ISO 27001 ISO 27001 merupakan standar internasional keamanan informasi yang memuat persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi dalam usaha menggunakan konsepkonsep keamanan informasi

Lebih terperinci

Dwi Hartanto, S,.Kom 10/06/2012. E Commerce Pertemuan 10 1

Dwi Hartanto, S,.Kom 10/06/2012. E Commerce Pertemuan 10 1 E Payment suatu sistem menyediakan alat alat untuk pembayaran jasa atau barang barang yang dilakukan di Internet. Didalam membandingkan dengan sistem pembayaran konvensional, pelanggan mengirimkan semua

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. penting untuk dapat mempengaruhi pola perdagangan. Kemampuan

BAB 1 PENDAHULUAN. penting untuk dapat mempengaruhi pola perdagangan. Kemampuan 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Pesat dan majunya teknologi internet mempermudah untuk mengakses informasi apapun yang dibutuhkan, termasuk di dalamnya informasi produk. Adanya kemudahan

Lebih terperinci

BAB III TAGIHAN YANG SEBENARNYA. Electronic Bill Presentment And Payment adalah salah satu sarana yang

BAB III TAGIHAN YANG SEBENARNYA. Electronic Bill Presentment And Payment adalah salah satu sarana yang BAB III TAGIHAN ELECTRONIC BILL PRESENTMENT AND PAYMENT MELALUI INTERNET BANKING YANG TIDAK SESUAI DENGAN TAGIHAN YANG SEBENARNYA A. Pihak-Pihak Yang Terkait Dalam Electronic Bill Presentment And Payment

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. telah mengakibatkan semakin beragamnya pula aneka jasa-jasa (features) fasilitas

BAB I PENDAHULUAN. telah mengakibatkan semakin beragamnya pula aneka jasa-jasa (features) fasilitas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semakin pesatnya perkembangan teknologi informasi dan telekomunikasi, telah mengakibatkan semakin beragamnya pula aneka jasa-jasa (features) fasilitas telekomunikasi

Lebih terperinci

http://www.warungbaca.com/2016/12/download-undang-undang-nomor-19-tahun.html UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI

Lebih terperinci

Teknik-teknik Kriptografi untuk Menangkal Praktek Phishing

Teknik-teknik Kriptografi untuk Menangkal Praktek Phishing Teknik-teknik Kriptografi untuk Menangkal Praktek Phishing Imam Habibi, Keeghi Renandy, Yohanes Seandy Sunjoko Departemen Teknik Informatika Institut Teknologi Bandung Jalan Ganesha 10 Bandung 40132 E-mail

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.251, 2016 KOMUNIKASI. INFORMASI. Transaksi. Elektronik. Perubahan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5952) UNDANG-UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci

TEKNOLOGI INFORMASI KOMUNIKASI DAN PERUSAHAAN DIGITAL PERTEMUAN 5 NURUL GAYATRI 5C

TEKNOLOGI INFORMASI KOMUNIKASI DAN PERUSAHAAN DIGITAL PERTEMUAN 5 NURUL GAYATRI 5C TEKNOLOGI INFORMASI KOMUNIKASI DAN PERUSAHAAN DIGITAL PERTEMUAN 5 NURUL GAYATRI 5C A. INFRASTRUKTUR BARU TEKNOLOGI INFORMASI UNTUK PERUSAHAANDIGITAL 1. Infrastruktur TI Infrastruktur TI didefinisikan sebagai

Lebih terperinci

No. 11/11/DASP Jakarta, 13 April 2009 S U R A T E D A R A N. Perihal : Uang Elektronik (Electronic Money)

No. 11/11/DASP Jakarta, 13 April 2009 S U R A T E D A R A N. Perihal : Uang Elektronik (Electronic Money) No. 11/11/DASP Jakarta, 13 April 2009 S U R A T E D A R A N Perihal : Uang Elektronik (Electronic Money) Sehubungan dengan diberlakukannya Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/12./PBI/2009 tanggal 13 April

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan pasal..., Ita Zaleha Saptaria, FH UI, ), hlm. 13.

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan pasal..., Ita Zaleha Saptaria, FH UI, ), hlm. 13. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada alam demokratis seperti sekarang ini, manusia semakin erat dan semakin membutuhkan jasa hukum antara lain jasa hukum yang dilakukan oleh notaris. Dalam

Lebih terperinci

E-PAYMENT. Sistem pembayaran (E-Paymen System) memerlukan suatu persyaratan yang mencakup :

E-PAYMENT. Sistem pembayaran (E-Paymen System) memerlukan suatu persyaratan yang mencakup : E-PAYMENT Pembahasan 1. Pengertian E-Payment 2. Model E-Payment 3. Sistem Pembayaran 4. Keamanan Untuk E-Payment Pengertian E-Payment E-Payment suatu sistem menyediakan alat-alat untuk pembayaran jasa

Lebih terperinci

NIST SP v2: PEDOMAN PANDUAN SISTEM KEAMANAN PUBLIK WEB SERVER

NIST SP v2: PEDOMAN PANDUAN SISTEM KEAMANAN PUBLIK WEB SERVER NIST SP 800-44v2: PEDOMAN PANDUAN SISTEM KEAMANAN PUBLIK WEB SERVER Oleh : Azhari S. Barkah Dosen STMIK Amikom Purwokerto Abstrak World Wide Web (WWW) adalah salah satu cara yang paling penting bagi suatu

Lebih terperinci

oleh perdagangan secara konvensional. 1

oleh perdagangan secara konvensional. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan internet menyebabkan terbentuknya sebuah arena baru yang lazim disebut dengan dunia maya. Dalam hal ini setiap individu memiliki hak dan kemampuan untuk

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA PR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTAAR PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 91 TAHUN 2017 TENTANG

WALIKOTA YOGYAKARTA PR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTAAR PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 91 TAHUN 2017 TENTANG WALIKOTA YOGYAKARTA PR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTAAR PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 91 TAHUN 2017 TENTANG PENGGUNAAN SERTIFIKAT ELEKTRONIK DI PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

Manajemen Keamanan Informasi

Manajemen Keamanan Informasi RAPAT KERJA NASIONAL LPSE 2015 Manajemen Keamanan Informasi Dipaparkan oleh Lembaga Sandi Negara Jakarta, 11 November 2015 Definisi TIK Teknologi Informasi & Komunikasi Terdiri dari dua aspek yaitu Teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di era globalisasi sekarang semua teknologi semakin berkembang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di era globalisasi sekarang semua teknologi semakin berkembang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi sekarang semua teknologi semakin berkembang pesat. Dengan perkembangan teknologi itu pasti akan berpengaruh terhadap kehidupan di muka bumi.

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pada bagian ini akan dibahas latar belakang penelitian, perumusan masalah dan batasan masalah dari penelitian. Dalam bab ini juga akan dibahas tujuan serta manfaat yang akan didapatkan

Lebih terperinci

2016, No.267.

2016, No.267. -2- dengan penggunaan teknologi informasi serta perkembangan standar nasional dan internasional, perlu dilakukan penyempurnaan ketentuan mengenai penerapan manajemen risiko dalam penggunaan teknologi informasi

Lebih terperinci

Standar Audit SA 402. Pertimbangan Audit Terkait dengan Entitas yang Menggunakan Suatu Organisasi Jasa

Standar Audit SA 402. Pertimbangan Audit Terkait dengan Entitas yang Menggunakan Suatu Organisasi Jasa SA 0 Pertimbangan Audit Terkait dengan Entitas yang Menggunakan Suatu Organisasi Jasa SA Paket 00.indb //0 0::0 AM STANDAR AUDIT 0 PERTIMBANGAN AUDIT TERKAIT DENGAN ENTITAS YANG MENGGUNAKAN SUATU ORGANISASI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dewasa ini, perkembangan aktivitas bisnis merupakan fenomena yang sangat kompleks karena mencakup berbagai bidang baik hukum, ekonomi, dan politik. Dalam kehidupan

Lebih terperinci

LSP Teknologi Informasi Indonesia

LSP Teknologi Informasi Indonesia 2017 LSP Teknologi Informasi Indonesia SKEMA SERTIFIKASI CHIEF INFORMATION OFFICER Skema sertifikasi Chief Information Officer merupakan skema okupasi yang telah dikembangkan oleh Komite Skema sertifikasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. (interconnection networking), yaitu suatu koneksi antar jaringan komputer.

I. PENDAHULUAN. (interconnection networking), yaitu suatu koneksi antar jaringan komputer. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu produk inovasi teknologi telekomunikasi adalah internet (interconnection networking), yaitu suatu koneksi antar jaringan komputer. Internet adalah seluruh jaringan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR: /PER/M/KOMINFO/2/ TAHUN 2010 TENTANG KONTEN MULTIMEDIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR: /PER/M/KOMINFO/2/ TAHUN 2010 TENTANG KONTEN MULTIMEDIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR: /PER/M/KOMINFO/2/ 2010. TAHUN 2010 TENTANG KONTEN MULTIMEDIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

N. Tri Suswanto Saptadi. Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknologi Informasi Universitas Atma Jaya Makassar. 4/7/2014 nts/epk/ti-uajm 2

N. Tri Suswanto Saptadi. Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknologi Informasi Universitas Atma Jaya Makassar. 4/7/2014 nts/epk/ti-uajm 2 N. Tri Suswanto Saptadi Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknologi Informasi Universitas Atma Jaya Makassar 4/7/2014 nts/epk/ti-uajm 1 Bahan Kajian UU tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE)

Lebih terperinci

BAB IV UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK. A. Perlindungan Hukum Terhadap Nasabah Bank Yang Mengalami

BAB IV UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK. A. Perlindungan Hukum Terhadap Nasabah Bank Yang Mengalami BAB IV ANALISIS HUKUM MENGENAI ELECTRONIC BILL PRESENTMENT AND PAYMENT DIHUBUNGKAN DENGAN BUKU III BW JUNCTO UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK A. Perlindungan

Lebih terperinci

BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS. Dalam Bab mengenai hasil penelitian dan analisis ini, Penulis akan

BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS. Dalam Bab mengenai hasil penelitian dan analisis ini, Penulis akan BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS Dalam Bab mengenai hasil penelitian dan analisis ini, Penulis akan mengemukakan gambaran yang diperoleh dari hasil studi terhadap UU ITE dan UU Telekomunikasi. Diskripsi

Lebih terperinci

E-Commerce. Ade Sarah H., M. Kom

E-Commerce. Ade Sarah H., M. Kom E-Commerce Ade Sarah H., M. Kom Teknologi informasi melahirkan internet. Perkembangan pemakaian internet yang sangat pesat, salah satunya menghasilkan sebuah model perdagangan elektronik yang disebut Electronic

Lebih terperinci

PENGAMANAN ARSIP ELEKTRONIK MENGGUNAKAN PUBLIC KEY INFRASTRUCTURE

PENGAMANAN ARSIP ELEKTRONIK MENGGUNAKAN PUBLIC KEY INFRASTRUCTURE PENGAMANAN ARSIP ELEKTRONIK MENGGUNAKAN PUBLIC KEY INFRASTRUCTURE Supapri Situmorang 1, Ardya Suryadinata 2, Yopie Maulana S. 3 1,2,3 Sekolah Tinggi Sandi Negara, Jalan Haji Usa, Ciseeng, Bogor 16330 Email

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perlindungan hukum..., Pramita Dyah Hapsari, FH UI, 2011.

BAB I PENDAHULUAN. Perlindungan hukum..., Pramita Dyah Hapsari, FH UI, 2011. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Perkembangan teknologi yang semakin canggih telah banyak membantu dalam kehidupan sehari-hari. Saat ini produk perbankan telah berkembang dengan pesat.

Lebih terperinci

Berusaha melindungi data dan informasi dari orang yang tidak berada dalam ruang lingkupnya. b. Ketersediaan

Berusaha melindungi data dan informasi dari orang yang tidak berada dalam ruang lingkupnya. b. Ketersediaan I. Security System Computer Computer security atau dikenal juga dengan sebutan cybersecurity atau IT security adalah keamanan informasi yang diaplikasikan kepada computer dan jaringannya. Computer security

Lebih terperinci

- 1 - LAMPIRAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 7 /SEOJK.03/2016 TENTANG STANDAR PELAKSANAAN FUNGSI AUDIT INTERN BANK PERKREDITAN RAKYAT

- 1 - LAMPIRAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 7 /SEOJK.03/2016 TENTANG STANDAR PELAKSANAAN FUNGSI AUDIT INTERN BANK PERKREDITAN RAKYAT - 1 - LAMPIRAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 7 /SEOJK.03/2016 TENTANG STANDAR PELAKSANAAN FUNGSI AUDIT INTERN BANK PERKREDITAN RAKYAT - 2 - PEDOMAN STANDAR PELAKSANAAN FUNGSI AUDIT INTERN BANK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negosiasi diantara para pihak. Melalui proses negosiasi para pihak berupaya

BAB I PENDAHULUAN. negosiasi diantara para pihak. Melalui proses negosiasi para pihak berupaya BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perjanjian atau Kontrak adalah suatu wadah yang mempertemukan kepentingan satu pihak dengan pihak lain dalam membuat suatu kesepakatan yang kemudian menimbulkan suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maju dan berkembang dengan pesatnya. Pertumbuhan internet yang dimulai

BAB I PENDAHULUAN. maju dan berkembang dengan pesatnya. Pertumbuhan internet yang dimulai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi yang marak akhir-akhir ini, tidak saja memberikan pengaruh terhadap perekonomian suatu negara tertentu namun juga akan berimbas terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hukum atas perbuatan yang telah mereka lakukan. Mereka berusaha. dikenal sehingga mereka selalu menggunakan payung hukum yang

BAB I PENDAHULUAN. hukum atas perbuatan yang telah mereka lakukan. Mereka berusaha. dikenal sehingga mereka selalu menggunakan payung hukum yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat Indonesia kini semakin kritis dalam berpikir. Dengan meningkatnya tingkat pendidikan seseorang, membuat semakin berhatihatilah orang tersebut. Ketika

Lebih terperinci

Catatan informasi klien

Catatan informasi klien Catatan informasi klien Ikhtisar Untuk semua asesmen yang dilakukan oleh LRQA, tujuan audit ini adalah: penentuan ketaatan sistem manajemen klien, atau bagian darinya, dengan kriteria audit; penentuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aksesifitas penggunaan teknologi yang semakin inovatif mendukung kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. aksesifitas penggunaan teknologi yang semakin inovatif mendukung kegiatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan dunia usaha dewasa ini sudah semakin berkembang lantaran aksesifitas penggunaan teknologi yang semakin inovatif mendukung kegiatan transaksional

Lebih terperinci

PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR NOMOR 19/10/PADG/2017 TENTANG GERBANG PEMBAYARAN NASIONAL (NATIONAL PAYMENT GATEWAY)

PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR NOMOR 19/10/PADG/2017 TENTANG GERBANG PEMBAYARAN NASIONAL (NATIONAL PAYMENT GATEWAY) PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR NOMOR 19/10/PADG/2017 TENTANG GERBANG PEMBAYARAN NASIONAL (NATIONAL PAYMENT GATEWAY) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA ANGGOTA DEWAN GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 38 /POJK.03/2016 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO DALAM PENGGUNAAN TEKNOLOGI INFORMASI OLEH BANK UMUM

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 38 /POJK.03/2016 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO DALAM PENGGUNAAN TEKNOLOGI INFORMASI OLEH BANK UMUM OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 38 /POJK.03/2016 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO DALAM PENGGUNAAN TEKNOLOGI INFORMASI OLEH BANK UMUM DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

MATRIKS PERBANDINGAN PERUBAHAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI TRANSAKSI ELEKTRONIK DENGAN

MATRIKS PERBANDINGAN PERUBAHAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI TRANSAKSI ELEKTRONIK DENGAN MATRIKS PERBANDINGAN PERUBAHAN TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK DENGAN TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG- UNDANG TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dengan semakin pesatnya perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) pada abad 20-an ini sangat berpengaruh khususnya pada teknologi jaringan komputer. Jaringan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memudahkan para pelanggannya (customer) melakukan transaksi perbankan

BAB I PENDAHULUAN. memudahkan para pelanggannya (customer) melakukan transaksi perbankan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan zaman telah menuntut berbagai jenis bidang usaha untuk memudahkan para pelanggannya (customer) melakukan transaksi perbankan dalam rangka mendukung efisiensi

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Peraturan Arbitrase Proses Acara Cepat KLRCA PERATURAN ARBITRASE SKEMA IMBALAN DAN BIAYA ADMINISTRASI PEDOMAN UNTUK PERATURAN ARBITRASE

DAFTAR ISI. Peraturan Arbitrase Proses Acara Cepat KLRCA PERATURAN ARBITRASE SKEMA IMBALAN DAN BIAYA ADMINISTRASI PEDOMAN UNTUK PERATURAN ARBITRASE DAFTAR ISI Peraturan Arbitrase Proses Acara Cepat KLRCA Bagian I PERATURAN ARBITRASE PROSES Acara Cepat KLRCA Bagian II SKEMA IMBALAN DAN BIAYA ADMINISTRASI Bagian III PEDOMAN UNTUK PERATURAN ARBITRASE

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengubah perilaku masyarakat dan peradaban manusia secara global yang. sosial secara signifikan berlangsung semakin cepat.

BAB I PENDAHULUAN. mengubah perilaku masyarakat dan peradaban manusia secara global yang. sosial secara signifikan berlangsung semakin cepat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi telah membawa perubahan dalam berbagai bidang kehidupan dan memegang peranan penting dalam pembangunan nasional.

Lebih terperinci

Selamat Datang di Modul Pelatihan Melindungi Privasi Anda.

Selamat Datang di Modul Pelatihan Melindungi Privasi Anda. Selamat Datang di Modul Pelatihan Melindungi Privasi Anda. 1 Seberapa pribadikah pengalaman Internet Anda? Ini merupakan pertanyaan yang mengusik seluruh pengguna Internet. 2 Tiga faktor yang menimbulkan

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH TENTANG TRANSAKSI PERDAGANGAN MELALUI SISTEM ELEKTRONIK MASUKAN/TANGGAPAN

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH TENTANG TRANSAKSI PERDAGANGAN MELALUI SISTEM ELEKTRONIK MASUKAN/TANGGAPAN RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH TENTANG TRANSAKSI PERDAGANGAN MELALUI SISTEM ELEKTRONIK MASUKAN/TANGGAPAN Dasar Pertimbangan Pembentukan RPP untuk melaksanakan ketentuan Pasal 66 Undang-Undang Nomor 7 Tahun

Lebih terperinci

Sistem Keamanan Transaksi e-commerce

Sistem Keamanan Transaksi e-commerce Sistem Keamanan Transaksi e-commerce Latar Belakang Isu privasi adalah salah satu permasalahan serius yang menarik untuk dikaji dalam dunia E-Commerce. Hasil polling yang dilakukan oleh majalah Business

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perpustakaan dan Informasi, edisi no.2 Vol.1, 2005, hlm.34.

BAB I PENDAHULUAN. Perpustakaan dan Informasi, edisi no.2 Vol.1, 2005, hlm.34. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) telah berjalan sedemikian rupa sehingga pada saat ini sudah sangat berbeda dengan sepuluh tahun yang lalu.

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara berkembang aktif melaksanakan pembangunan di segala bidang, terutama dalam bidang ekonomi, dimana perkembangan ekonomi Indonesia mengalami

Lebih terperinci

2018, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transa

2018, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transa BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.219, 2018 KEMENKUMHAM. Penyelenggaraan Sistem Elektronik. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2018 TENTANG PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris. menentukan bahwa dalam menjalankan tugas jabatannya, seorang

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris. menentukan bahwa dalam menjalankan tugas jabatannya, seorang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang No. 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris menentukan bahwa dalam menjalankan tugas jabatannya, seorang Notaris harus memiliki integritas dan bertindak

Lebih terperinci

BUPATI JOMBANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN DATA ELEKTRONIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

BUPATI JOMBANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN DATA ELEKTRONIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG BUPATI JOMBANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN DATA ELEKTRONIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JOMBANG, Menimbang : a. bahwa kemudahan

Lebih terperinci

Virtual Private Network

Virtual Private Network Virtual Private Network Tim Penyusun Efri 202-511-028 Angga 202-511-007 Ita 202-511-042 Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta Teknik Informatika S-1 Intranet menjadi sebuah komponen penting

Lebih terperinci

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI Peraturan Mediasi KLRCA

DAFTAR ISI Peraturan Mediasi KLRCA DAFTAR ISI Peraturan Mediasi KLRCA Bagian I PERATURAN MEDIASI KLRCA Bagian II SKEMA Bagian III UU MEDIASI 2012 Bagian IV PANDUAN PERATURAN MEDIASI KLRCA 2 Pusat untuk Arbitrase Regional Kuala Lumpur Peraturan

Lebih terperinci

Pedoman: PD Rev. 02

Pedoman: PD Rev. 02 Pedoman: PD-07-01.Rev. 02 PERSYARATAN DAN ATURAN SERTIFIKASI SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO 9001 : 2008 / SISTEM MANAJEMEN LINGKUNGAN ISO 14001 : 2004. INDAH KARYA REGISTER CERTIFICATION SERVICES I. UMUM 1.1

Lebih terperinci

Pengantar E-Business dan E-Commerce

Pengantar E-Business dan E-Commerce Pengantar E-Business dan E-Commerce Pertemuan Ke-5 (Keamanan Sistem E-Commerce) Noor Ifada noor.ifada@if.trunojoyo.ac.id S1 Teknik Informatika - Unijoyo 1 Sub Pokok Bahasan Pendahuluan Pilar Keamanan Sistem

Lebih terperinci

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN,

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN, - 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 43 /POJK.04/2015 TENTANG PEDOMAN PERILAKU MANAJER INVESTASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER

Lebih terperinci

Analisis Manajemen Kunci Pada Sistem Kriptografi Kunci Publik

Analisis Manajemen Kunci Pada Sistem Kriptografi Kunci Publik Analisis Manajemen Kunci Pada Sistem Kriptografi Kunci Publik Vicky Fathurrahman 1, Anindya Chandra Astri 2 dan Renni Kusumowardani 3 Program Studi Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut

Lebih terperinci

DAFTAR ISI PERATURAN MEDIASI KLRCA SKEMA UU MEDIASI 2012 PANDUAN PERATURAN MEDIASI KLRCA. Peraturan Mediasi KLRCA. Bagian I. Bagian II.

DAFTAR ISI PERATURAN MEDIASI KLRCA SKEMA UU MEDIASI 2012 PANDUAN PERATURAN MEDIASI KLRCA. Peraturan Mediasi KLRCA. Bagian I. Bagian II. DAFTAR ISI Peraturan Mediasi KLRCA Bagian I PERATURAN MEDIASI KLRCA Bagian II SKEMA Bagian III UU MEDIASI 2012 Bagian IV PANDUAN PERATURAN MEDIASI KLRCA 2 Pusat untuk Arbitrase Regional Kuala Lumpur Bagian

Lebih terperinci

BAB III PERLINDUNGAN KONSUMEN PADA TRANSAKSI ONLINE DENGAN SISTEM PRE ORDER USAHA CLOTHING

BAB III PERLINDUNGAN KONSUMEN PADA TRANSAKSI ONLINE DENGAN SISTEM PRE ORDER USAHA CLOTHING BAB III PERLINDUNGAN KONSUMEN PADA TRANSAKSI ONLINE DENGAN SISTEM PRE ORDER USAHA CLOTHING A. Pelaksanaan Jual Beli Sistem Jual beli Pre Order dalam Usaha Clothing Pelaksanaan jual beli sistem pre order

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2018 PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2018 TENTANG TATA KELOLA PEMERINTAHAN BERBASIS SISTEM ELEKTRONIK DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

Kode Etik Insinyur (Etika Profesi)

Kode Etik Insinyur (Etika Profesi) Kode Etik Insinyur (Etika Profesi) Dewan Akreditasi Rekayasa dan Teknologi (ABET) Kode Etik Insinyur ATAS DASAR PRINSIP Insinyur menegakkan dan memajukan integritas, kehormatan dan martabat profesi engineering

Lebih terperinci

DAFTAR ISI PERATURAN ARBITRASE SKEMA IMBALAN DAN BIAYA ADMINISTRASI PEDOMAN UNTUK PERATURAN ARBITRASE. Peraturan Arbitrase Proses Acara Cepat KLRCA

DAFTAR ISI PERATURAN ARBITRASE SKEMA IMBALAN DAN BIAYA ADMINISTRASI PEDOMAN UNTUK PERATURAN ARBITRASE. Peraturan Arbitrase Proses Acara Cepat KLRCA DAFTAR ISI Peraturan Arbitrase Proses Acara Cepat KLRCA Bagian I PERATURAN ARBITRASE PROSES Acara Cepat KLRCA Bagian II SKEMA IMBALAN DAN BIAYA ADMINISTRASI Bagian III PEDOMAN UNTUK PERATURAN ARBITRASE

Lebih terperinci

MAKALAH UU ITE DI REPUBLIK INDONESIA

MAKALAH UU ITE DI REPUBLIK INDONESIA MAKALAH UU ITE DI REPUBLIK INDONESIA Oleh : Agung Trilaksono / 2110121017 Adi Nugroho H.Q / 2110121022 POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA TEKNIK INFORMATIKA 2015-2016 UU ITE di Republik Indonesia BAB

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di seluruh Dunia. Internet sebagai media komunikasi kini sudah biasa. memasarkan dan bertransaksi atas barang dagangannya.

BAB I PENDAHULUAN. di seluruh Dunia. Internet sebagai media komunikasi kini sudah biasa. memasarkan dan bertransaksi atas barang dagangannya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Memasuki abad ke 21 perkembangan dunia terasa semakin pesat. Internet merupakan suatu jaringan komunikasi digital dan merupakan jaringan komputer terbesar yang menghubungkan

Lebih terperinci

NOMOR 32 /SEOJK.04/2015 TENTANG PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN TERBUKA

NOMOR 32 /SEOJK.04/2015 TENTANG PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN TERBUKA Yth. Direksi dan Dewan Komisaris Perusahaan Terbuka di tempat. SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 32 /SEOJK.04/2015 TENTANG PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN TERBUKA Sehubungan dengan Peraturan

Lebih terperinci