BAB I PENDAHULUAN. sebagai badan hukum. Jika perseroan terbatas menjalankan fungsi privat dalam kegiatan
|
|
- Ade Salim
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan Perseroan terbatas merupakan suatu badan hukum yang berbeda dengan negara sebagai badan hukum. Jika perseroan terbatas menjalankan fungsi privat dalam kegiatan pengelolaannya, negara menjalankan tujuan negara dalam praktiknya ialah pemerintah yang mempunyai kekuasaan dan kewenangan. Berbeda dengan perseroan terbatas yang diarahkan untuk kegiatan bisnis, tujuan negara melalui pemerintah adalah menjamin kelangsungan kehidupan bermasyarakat dan bernegara agar senantiasa berjalan teratur, damai dan harmonis, dan terpenuhinya keanekaragaman kebutuhan yang tidak dapat terpenuhi oleh manusia secara individual. Keberhasilan pemerintah dalam mencapai tujuannya tersebut, bergantung pada upaya negara menghimpun dana masyarakat, utamanya pajak guna menyelenggarakan fungsi-fungsinya, antara lain, keamanan, ketertiban dan hubungan internasional. Dalam menjalani pemerintahan tersebut, pemerintah membutuhkan dukungan dana yang sangat besar yang didapatkan dari pendapatan negara yang potensial, termasuk di dalamnya melalui pajak sebagai kebijaksanaan fiskal. Sejalan dengan berjalannya waktu, kebutuhan negara untuk mensejahterakan warga masyarakatnyapun berkembang meluas, sehingga kebijakan pemerintah yang semula terbatas hanya 1
2 2 mengenai perpajakan ikut berkembang lebih luas menjadi kebijakan di bidang keuangan negara. Hasil pungutan pajak dan pendapatan lainnya diterima oleh negara dan disimpan dalam kas negara sebelum pada akhirnya di pergunakan untuk membiayai kegiatan pemerinta dalam rangka menyelenggarakan fungsinya yang selalu berkembang, di antaranya untuk menyelenggarakan pemerintahan umum, keamanan dan ketertiban, pendidikan dan kebudayaan, kesehatan, kesejahteraan sosial, perekonomian, perhubungan, transmigrasi, dan tertib hukum. Untuk menyelenggarakan fungsi tersebut pemerintah memerlukan lembaga untuk mengelola segala macam aset yang ada. Dalam mengelola negara ada jumlah besar arus dana yang mengalir keluar dan masuk. Pemerintah memerlukan segala macam rencana untuk membangun dan tetap melestarikan komunitas masyarakat dalam wilayah negaranya. Termasuk didalamnya rencana dalam mengatur kekayaan atau keuangan negara dan bagaimana sirkulasi keuangan di negara tersebut. Dana yang demikian merupakan bagian dari keuangan negara. Keuangan Negara dalam Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 didefinisikan sebagai berikut. Keuangan Negara adalah semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut.
3 3 Hak dan kewajiban tersebut baru dapat dinilai dengan uang apabila dilaksanakan. Dengan demikian, pengertian keuangan negara menjadi semua hak dan kewajiban yang dapat dinilai dengan uang, juga segala sesuatu (baik uang maupun barang) yang menjadi kekayaan negara berkaitan dengan palaksanaan hak dan kewajiban tersebut. Ruang lingkup keuangan negara meliputi antara lain: a. hak negara untuk memungut pajak, mengeluarkan dan mengedarkan uang, dan melakukan pinjaman; b. kewajiban negara untuk menyelenggarakan tugas layanan umum pemerintahan negara dan membayar tagihan pihak ketiga; c. penerimaan negara; d. pengeluaran negara; e. penerimaan daerah; f. pengeluaran daerah; g. kekayaan negara/kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau oleh pihak lain berupa uang, surat berharga, piutang barang, serta hak-hak lain yang dapat dinilai dengan uang, termasuk kekayaan yang dipisahkan pada perusahaan negara/perusahaan daerah; h. Kekayaan pihak lain yang dikuasai oleh pemerintah dalam rangka penyelenggaraan tugas pemerintahan dan/atau kepentingan umum.
4 4 Badan-badan yang memberikan sumbangsih penerimaan negara ialah perseroan Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Adapun yang membedakan BUMN dengan badan lainnya ialah BUMN mencari keuntungan. BUMN merupakan badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan. BUMN memiliki berbagai macam bentuk sebagai berikut. 1. Perseroan Terbatas (Perusahaan Persero). 2. Perusahaan Umum. Sementara itu, maksud dan tujuan didirikannya BUMN adalah: a. memberikan sumbangan bagi perkembangan perekonomian nasional pada umumnya dan penerimaan negara pada khususnya; b. mengejar keuntungan; c. menyelenggarakan kemanfaatan umum berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang bermutu tinggi dan memadai bagi pemenuhan hajat hidup orang banyak; d. menjadi perintis kegiatan-kegiatan usaha yang belum dapat dilaksanakan oleh sector swasta dan koperasi; e. turut aktif memberikan bimbingan dan bantuan kepada pengusaha golongan ekonomi lemah, koperasi, dan masyarakat. Dalam perekonomian Indonesia, selalu ada sektor yang menyangkut hajat hidup orang banyak dan dinilai vital strategis yang tidak dapat dipasrahkan kepada perorangan maupun perusahaan swasta murni. Permasalahan tersebut diharapkan dapat dibantu
5 5 dengan adanya BUMN yang dalam perekonomian Indonesia mempunyai peran dan misi khusus agar sektor yang menguasai hajat hidup orang banyak dapat diperoleh secara adil dan harga terjangkau. Selain itu, laba dari BUMN merupakan salah satu bagian dari penerimaan pemerintah. Karena menyangkut hajat hidup orang banyak dan vital, BUMN dimaksudkan dapat menjadi penjaga agar tidak terjadinya monopoli dalam sektor-sektor tersebut. Namun, pada kenyataannya, manajemen BUMN tidak menjamin amannya sektor tersebut dari penyelewengan serta inefisiensi. Apabila BUMN tidak terkontrol, mungkin sekali terjadi penyelewengan dana dalam bentuk kolusi, inefisiensi serta yang menjadi perdebatan ialah kemungkinan terjadinya tindak pidana korupsi. Korupsi merupakan salah satu penyimpangan keuangan negara yang berakibat pada kerugian negara. Dalam beberapa tahun terakhir, semakin banyak perkara pidana, khususnya pidana korupsi yang diajukan ke pengadilan atas dasar kerugian negara, baik dalam lapangan hukum publik maupun lapangan hukum privat. UU Nomor 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi memberikan batasan korupsi sebagai berikut. Setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara Unsur merugikan keuangan negara dalam perumusan definisi ini seringkali dijadikan dasar pembenar oleh penuntut umum untuk mengajukan kasus ke pengadilan, meskipun dugaan tindak pidana ini terjadi di tubuh badan hukum privat. Adapun yang dimaksud badan hukum privat adalah BUMN yang bentuknya perseroan terbatas (PT), yang sebagian sahamnya dimiliki pemerintah. Lalu apakah penyimpangan keuangan
6 6 dalam BUMN dapat dikatagorikan sebagai korupsi? Hal ini mengingat yang diselewengkan adalah status hukum uangnya adalah uang privat dan korupsi merupakan kajian hukum publik, sementara PT merupakan kajian dalam hukum privat. Penjelasan UU Nomor 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi memberikan pengertian lain mengenai definisi Keuangan Negara, yaitu: Keuangan negara yang dimaksud adalah Seluruh kekayaan negara dalam bentuk apapun, yang dipisahkan atau yang tidak dipisahkan, termasuk didalamnya segala bagian kekayaan negara dan segala hak dan kewajiban yang timbul karena : a. berada dalam penguasaan, pengurusan, dan pertanggungjawaban pejabat Negara, baik di tingkat pusat maupun daerah; b. berada dalam penguasaan, pengurusan dan pertanggungjawaban Badan Usaha Milik Negara/Badan Usaha Milik Daerah, yayasan, badan hukum, dan perusahaan yang menyertakan modal negara, atau perusahaan yang menyertakan modal pihak ketiga berdasarkan perjanjian dengan Negara. Sedangkan yang dimaksud dengan Perekonomian Negara adalah kehidupan perekonomian yang disusun sebagai usaha bersama berdasarkan asas kekeluargaan ataupun usaha masyarakat secara mandiri yang didasarkan pada kebijakan Pemerintah, baik ditingkat pusat maupun di daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku yang bertujuan memberikan manfaat, kemakmuran, dan kesejahteraan kepada Seluruh kehidupan masyarakat.
7 7 Dengan demikian, timbul kerancuan mengenai definisi keuangan negara karena dapat dilihat menurut Penjelasan UU Nomor 31 Tahun Definisi Keuangan Negara sendiri menjadi luas, sedangkan definisi korupsi menurut UU Nomor 31 Tahun 1999 sebagaimana diubah dengan UU Nomor 20 Tahun 2001 yang disempitkan dengan unsur merugikan keuangan negara atau merugikan perekonomian negara. Oleh sebab itu, pertanggungjawaban hukum apabila terjadi penyelewengan dana terhadap BUMN yang berbentuk PT menjadi rancu mengingat posisi Negara dalam kedudukan pemegang saham. Berdasarkan latar belakang ini peneliti menyusun skripsi ini. Dalam skripsi ini peneliti akan membahas aspek kerugian negara dan katagorisasi penyimpangan keuangan negara apakah termasuk ke dalam tindak pidana korupsi atau penggelapan? Peneliti bertujuan memaparkan aspek kerugian negara dalam hal penyimpangan keuangan negara yang terjadi dalam tubuh BUMN yang berbentuk PT pada konsep Hukum Keuangan Negara. 2. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang yang disampaikan sebelumnya, permasalahan yang akan diteliti dan dikaji adalah berikut ini. 1. Siapa yang bertanggung jawab jika terjadi kerugian terhadap pemegang saham negara akibat adanya dugaan penyimpangan keuangan dalam Badan Usaha Milik Negara yang berbentuk PERSERO menurut prinsip hukum bisnis?
8 8 2. Bagaimana kategorisasi penyimpangan keuangan dalam Badan Usaha Milik Negara yang berbentuk PERSERO menurut prinsip hukum bisnis? 3. Keaslian Penelitian Masalah mengenai kerugian pemegang saham negara dalam badan usaha milik negara belum ada yang membahas secara spesifik dikaitkan dengan prinsip hukum bisnis dan dikaitkan dengan dugaan penyimpangan keuangan. Oleh sebab itu, sepanjang sepengetahuan penulis tidak pernah ada yang menulis keterkaitan antara keduanya. 4. Faedah yang Diharapkan Melalui tesis ini diharapkan diperoleh manfaat praktis dan teoretis sebagai berikut : (1) Dari segi praktis, temuan penelitian ini bermanfaat sebagai masukan untuk: 1.1 Manfaat bagi penulis Penelitian ini merupakan tugas akhir sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Hukum pada program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada. Selain itu, sebagai masukan mendalam bagi terwujudnya kepastian hukum bagi badan usaha milik negara, khususnya dalam pengelolaan dan pertanggungjawabannya. 1.2 Manfaat bagi Kementerian Badan Usaha Milik Negara Penelitian ini memberikan masukan dan tambahan pengetahuan bagi Kementerian badan usaha milik negara, khususnya untuk menelaah implikasi
9 9 hukum atas kebijakan dan pengaturan pengelolaan dan pengurusan badan usaha milik negara. Dengan demikian, Kementerian Badan Usaha Milik Negara sebagai regulator pelaksanaan usaha milik negara dapat memberikan pedoman dan langkah hukum untuk mewujudkan kepastian dan keadilan hukum. 1.3 Manfaat bagi Badan Usaha Milik Negara Badan usaha milik negara mengambil manfaat atas penelitian ini dengan menjadikan aturan dan prinsip dasar hukum bisnis dan hukum pidana, khususnya mengenai aspek kerugian pemegang saham. 1.4 Manfaat bagi Pemerintah sebagai Pemegang Saham Bagi Pemerintah sebagai pemegang saham adanya penelitian ini akan memberikan konsep hukum yang baik dalam mengurus dan mengelola badan usaha milik negara. (2) Dari segi teoretis, temuan penelitian ini bermanfaat untuk: 2.1 Penelitian mengenai topik ini masih belum dikaji secara mendalam, khususnya dari segi hukum bisnis dan ketersinggungannya dengan hukum pidana dan hukum keuangan negara. Oleh sebab itu, adanya penelitian ini memberikan data penelitian dan literatur yang bermanfaat bagi pengembangan keilmuan hukum, khususnya hukum bisnis. 2.2 Akan bermanfaat sebagai bahan awal kajian yang lebih mendalam bagi peneliti lainnya yang akan melakukan kajian atas pengelolaan dan pengurusan perseroan badan usaha milik negara dengan pendekatan hukum bisnis dan hukum keuangan negara.
10 10 5. Tujuan Penelitian Secara umum penelitian ini akan diarahkan pada pendalaman pemahaman mengenai konsep kerugian pemegang saham negara dalam badan usaha milik negara yang terjadi akibat penyimpangan keuangan BUMN. Pemahaman selama ini cenderung mengeneralisasi semua penyimpangan keuangan di BUMN menjadi bentuk penyimpangan yang bersifat korupsi. Padahal, hakikat status hukum uang di dalam BUMN mempunyai perbedaan dengan status hukum uang yang terdapat dalam APBN. 6. Kerangka Teori Perspektif hukum terhadap hak penguasaan keuangan publik oleh negara saat ini menjadi sangat penting karena munculnya beragam masalah yang berasal dari perluasan pengertian keuangan negara. Selain itu, perluasan tersebut membawa implikasi yang kurang menguntungkan terhadap pengelolaan badan usaha milik negara. Sejak Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara (UU Nomor 17 Tahun 2003) disahkan, hak penguasaan keuangan publik oleh negara tidak lagi menganut pembedaan prinsip hukum publik dan hukum privat di dalamnya. Pengertian Keuangan Negara sebagaimana diatur dalam Pasal 2 UU Nomor 17 Tahun 2003 menyatakan: Keuangan Negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 1 meliputi: a. hak negara untuk memungut pajak, mengeluarkan dan mengedarkan uang dan melakukan pinjaman;
11 11 b. kewajiban negara untuk menyelenggarakan tugas layanan umum pemerintahan negara dan membayar tagihan pihak ketiga; c. penerimaan negara; d. pengeluaran negara; e. penerimaan daerah; f. pengeluaran daerah; g. kekayaan negara/kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau oleh pihak lain berupa uang, surat berharga, piutang, barang, serta hak-hak lain yang dapat dinilai dengan uang, termasuk kekayaan yang dipisahkan pada perusahaan negara/perusahaan daerah; h. kekayaan pihak lain yang dikuasai oleh pemerintah dalam rangka penyelenggaraan tugas pemerintahan dan/atau kepentingan umum; i. kekayaan pihak lain yang diperoleh dengan menggunakan fasilitas yang diberikan pemerintah. Pengertian keuangan negara yang memperluas sebagaimana diatur dalam Pasal 2 UU Nomor 17 Tahun 2003 tersebut tidak membedakan lingkup tata kelola dan tata tanggung jawab keuangan publik dalam makna sebagai keuangan negara, keuangan daerah, keuangan badan usaha milik negara (BUMN), keuangan badan usaha milik daerah (BUMD), maupun keuangan swasta. Di samping itu, pengertian keuangan negara yang diperluas dari segi hukum menimbulkan masalah dalam menentukan batasbatas tanggung jawab negara pada ranah publik dan privat.
12 12 Implikasi perluasan pengertian keuangan negara terhadap identifikasi kerugian dalam semua lingkup keuangan publik berindikasi sebagai kerugian negara, sehingga pengaturan tata kelola dan tata tanggung jawabnya harus sesuai dengan aturan keuangan negara. Namun, dalam kenyataannya, keuangan BUMN memiliki ketundukan terhadap peraturan perundang-undangan yang berbeda dengan keuangan negara. Adanya perluasan pengertian keuangan negara tersebut menimbulkan dua kelompok pendapat yang menimbulkan polarisasi, yaitu: 1. kelompok pertama, yang menyatakan pengertian keuangan negara yang mengidentifikasikan uang negara secara terbatas pada anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN), hak dan tanggung jawab negara sebagai badan hukum publik serta secara tegas membatasi tanggung jawab kolektif negara hanya dalam pengelolaan keuangan negara. 2. kelompok kedua, yang menyatakan pengertian keuangan negara merupakan konsep kepunyaan dan penguasaan negara dalam lapangan hukum apapun, baik privat maupun publik, sehingga semua uang atau benda yang berasal dan bersumber dari negara merupakan keuangan negara. Adanya polarisasi ini pada dasarnya menunjukkan krisis rasionalitas dalam memaknai hak penguasaan keuangan publik oleh negara. Kelompok kedua mengidentifikasi keuangan negara sebagai seluruh kekayaan negara di manapun, sehingga menumbuhkan kesadaran yang bersifat konkret dan subtanstif bagi penganut ini yang menyatakan keuangan negara ada di mana-mana. Hal ini berarti rasionalitasnya
13 13 adalah memandang keuangan negara merupakan uang atau benda yang bersumber, berasal, dan berkembang dari negara. Ada semangat serba negara di dalamnya. Pandangan ini cenderung mereduksi pemahaman BUMN. 7. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam tesis ini merupakan metode evaluatifanalisis yang meliputi analisis teoretis dan empiris dengan teknik pengumpulan data berupa studi kepustakaan dan studi lapangan kepada pihak terkait yang relevan dengan masalah yang dibahas, serta melakukan wawancara Forum Hukum BUMN yang mendalami aspek kerugian negara dari segi hukum. Pembahasan mengenai metode penelitian akan disampaikan secara mendalam dalam Bab III. 8. Sistematika Penulisan Pada dasarnya penelitian ini akan diawali dengan penyampaian teori hukum mengenai topik yang dibahas, kemudian dilanjutkan dengan analisis hukumnya. Adapun sistematika penulisan akan disampaikan sebagai berikut : Bab I Pendahuluan Bab ini menguraikan gambaran mengenai materi tesis yang meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, keaslian penelitian, faedah penelitian, tujuan penelitian, kerangka teori, metode penelitian, dan sistematika penulisan.
14 14 Bab II Tinjauan Teori Tentang Perseroan Terbatas Bab ini membahas teori dalam hal keuangan negara dan kemudian akan diuraikan teori pertanggungjawaban Badan Usaha Milik Negara. Bab III Metode Penelitian Akan disampaikan tata cara penelitian yang digunakan dalam penulisan tesis ini, bahan atau materi penelitian termasuk tipe penelitian, lokasi penelitian, alat pengumpulan data, dan analisis hasil penelitian. Bab IV Kerugian Keuangan dalam Badan Usaha Milik Negara yang Sahamnya Dimiliki Pemerintah dan Publik (Persero) Bab ini akan dikaji dalam bab ini mengenai aspek kerugian negara sebagai pemegang saham dalam penyimpangan keuangan di Badan Usaha Milik Negara perseroan terbatas dan Katagorisasi penyimpangan keuangan dalam Badan Usaha Milik Negara menurut prinsip hukum bisnis. BAB V Penutup Bab ini akan disampaikan kesimpulan dan saran.
BAB I PENDAHULUAN KONFLIK KEWENANGAN DALAM PEMERIKSAAN TERHADAP DIREKSI BADAN USAHA MILIK NEGARA PERSEROAN TERBATAS DALAM UNDANG-UNDANG PERSEROAN
BAB I PENDAHULUAN KONFLIK KEWENANGAN DALAM PEMERIKSAAN TERHADAP DIREKSI BADAN USAHA MILIK NEGARA YANG BERBENTUK PERSEROAN TERBATAS DALAM UNDANG-UNDANG PERSEROAN DAN UNDANG-UNDANG BADAN USAHA MILIK NEGARA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini jumlah perkara tindak pidana korupsi yang melibatkan Badan Usaha Milik
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini jumlah perkara tindak pidana korupsi yang melibatkan Badan Usaha Milik Negara berbentuk Persero (selanjutnya disebut BUMN Persero) sering terjadi. Perkara
Lebih terperinciKERUGIAN KEUANGAN NEGARA DALAM UNDANG-UNDANG TINDAK PIDANA KORUPSI
KERUGIAN KEUANGAN NEGARA DALAM UNDANG-UNDANG TINDAK PIDANA KORUPSI M. Afif Hasbullah Dosen Fakultas Hukum Universitas Islam Darul Ulum Lamongan Jl. Airlangga 3 Sukodadi Lamongan ABSTRAK Metode pendekatan
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. Universitas Indonesia
120 BAB V PENUTUP 1. Kesimpulan Dari seluruh penjelasan dan uraian yang diberikan pada bab-bab sebelumnya, secara umum dapat disimpulkan bahwa kepemilikan kekayaan negara yang dipisahkan pada Badan Usaha
Lebih terperinci&DIKTI. Keuangan Negara DEPARTEMEN KAJIAN & AKSI STRATEGIS
UU &DIKTI Keuangan DEPARTEMEN KAJIAN & AKSI STRATEGIS Keuangan Di dalam Pasal 23 Ayat (1) UUD 1945 perumusan tentang keuangan adalah: Anggaran pendapatan dan belanja negara sebagai wujud dari pengelolaan
Lebih terperinciRERANGKA KERJA AUDIT SEKTOR PUBLIK
RERANGKA KERJA AUDIT SEKTOR PUBLIK 1 Audit Proses sistematik dan objektif dari penyediaan dan evaluasi bukti-bukti yang berkenaan dengan asersi tentang kegiatan dan kejadian ekonomi utuk memastikan derajat
Lebih terperinciUji Materiil Undang-Undang Keuangan Negara
Uji Materiil Undang-Undang Keuangan Negara nasional.sindonews.com Perdebatan tentang Undang-Undang Keuangan Negara yang menyatakan aset BUMN 1 menjadi bagian dari kekayaan negara masih terus bergulir.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. semakin dahsyat dengan datangnya kapitalis dunia. P. Berger dalam meramalkan, dalam era
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini challenge globalisasi meruntuhkan filosofi bangsa Indonesia terutama dalam bidang ekonomi. Hal ini telah diramalkan oleh P. Berger bahwa badai globalisasi
Lebih terperinciMEKANISME PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA NEGARA
MEKANISME PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA NEGARA KOMPETENSI DASAR Mamahami pelaksanaan pasal-pasal yang mengatur tentang keuangan negara INDIKATOR Sumber Keuangan Negara Mekanisme Pengelolaan Keuangan Negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pengawasan keuangan negara secara konstitusional dilakukan oleh suatu badan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengawasan keuangan negara secara konstitusional dilakukan oleh suatu badan yang terlepas dari kekuasaan eksekutif, yaitu Badan Pemeriksa Keuangan (selanjutnya
Lebih terperinciBAB IV KONSEP TENTANG KEUANGAN NEGARA YANG IDEAL BERDASARKAN TINDAK PEMERINTAHAN
BAB IV KONSEP TENTANG KEUANGAN NEGARA YANG IDEAL BERDASARKAN TINDAK PEMERINTAHAN A. Antinomi Konsep Keuangan Negara Dalam Sistem Peraturan Perundang-Undangan Di Indonesia Dalam sub bab ini penulis hendak
Lebih terperinciPENYERTAAN MODAL NEGARA
PENYERTAAN MODAL NEGARA A. PENGERTIAN PENYERTAAN MODAL Definisi secara umum penyertaan modal yaitu suatu usaha untuk memiliki perusahaan yang baru atau yang sudah berjalan, dengan melakukan setoran modal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan hukum nasional dalam rangka mewujudkan. adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Pembangunan hukum nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Lebih terperincib. bahwa Badan Usaha Milik Negara mempunyai peranan penting dalam penyelenggaraan perekonomian nasional guna mewujudkan kesejahteraan masyarakat;
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Badan Usaha Milik Negara merupakan
Lebih terperinciNOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG BADAN USAHA MILIK NEGARA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Badan Usaha Milik Negara merupakan
Lebih terperinciDEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:
Lebih terperinciBAB II KINERJA SEKTOR PUBLIK. hendak dicapai. Tujuan tiap-tiap organisasi sangat bervariasi tergantung pada
11 BAB II KINERJA SEKTOR PUBLIK 2.1. SEKTOR PUBLIK 2.1.1. Organisasi Sektor Publik Setiap organisasi pasti mempunyai tujuan spesifik dan unik yang hendak dicapai. Tujuan tiap-tiap organisasi sangat bervariasi
Lebih terperinciRANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2003 TENTANG KEUANGAN NEGARA
RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2003 TENTANG KEUANGAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciBUPATI BANDUNG BARAT PROVINSI JAWA BARAT
BUPATI BANDUNG BARAT PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG SUMBANGAN PIHAK KETIGA KEPADA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT Menimbang : a. DENGAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Usaha Milik Negara/ Badan Usaha Milik Daerah digugat di pengadilan oleh
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Badan Usaha Milik Negara/ Badan Usaha Milik Daerah sebagai subyek hukum dalam aktifitasnya kadangkala terlibat sengketa perdata dengan mitra bisnisnya atau dengan
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO
. PETIKAN PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUKOMUKO NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG BADAN USAHA MILIK DAERAH (BUMD) KABUPATEN MUKOMUKO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang : a.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. otonomi daerah merupakan wujud reformasi yang mengharapkan suatu tata kelola
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Reformasi telah membawa perubahan yang signifikan terhadap pola kehidupan sosial, politik dan ekonomi di Indonesia. Desentralisasi keuangan dan otonomi daerah
Lebih terperincib. bahwa Badan Usaha Milik Negara mempunyai peranan penting
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Badan Usaha Milik Negara merupakan
Lebih terperinciPENGERTIAN KEUANGAN NEGARA
PENGERTIAN KEUANGAN NEGARA Efraim Jordi Kastanya 1306450071 HUKUM ANGGARAN DAN KEUANGAN PUBLIK KELAS REGULER FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK 2016 DAFTAR ISI Daftar Isi... 2 BAB I Pembahasan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tidak dapat melakukan tindakan-tindakan keperdataan, dalam arti lain, debitor
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Kepailitan merupakan kondisi dimana debitor yang telah dinyatakan pailit tidak dapat melakukan tindakan-tindakan keperdataan, dalam arti lain, debitor
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berasal dari kekayan negara yang dipisahkan, merupakan salah satu pelaku
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam Undang-undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Negara yang seluruh atau sebagaian besar modalnya berasal dari kekayan negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembagiaan dan pemanfaatan sumber daya nasional yang berkeadilan indonesia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pengelolaan keuangan negara yang di kelola oleh pemerintah daerah menganut sistem otonomi daerah yang telah di tetapkan oleh MPR NO XV/MPR/1998 tentang penyelenggaraan
Lebih terperinciBAB II KERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. II.1.1 Pengertian Badan Usaha Milik Daerah (BUMD)
27 BAB II KERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS II.1 Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) II.1.1 Pengertian Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) adalah badan usaha yang didirikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan baik. Salah satu sumber pemasukan yang paling vital yaitu perpajakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara yang kaya akan budaya dan sumber daya alamnya. Pada saat ini, Indonesia mengalami perkembangan yang mendorong pemerintah untuk melakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kesadaran untuk menerapkan prinsip Good Corporate Governance (GCG)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesadaran untuk menerapkan prinsip Good Corporate Governance (GCG) di Indonesia muncul sejak terjadinya krisis ekonomi tahun 1997, dimana Indonesia mengalami
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Koperasi merupakan tonggak utama pembangunan ekonomi Indonesia.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Koperasi merupakan tonggak utama pembangunan ekonomi Indonesia. Usaha pemerintah untuk membangun perekonomian masyarakat Indonesia selama ini, termasuk saat menghadapi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang menggambarkan kondisi keuangan dari suatu organisasi yang meliputi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan, organisasi dan sektor publik memerlukan anggaran sebagai pedoman dalam melaksanakan aktivitasnya. Anggaran merupakan pernyataan mengenai estimasi
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN LUWU TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN USAHA MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT
PEMERINTAH KABUPATEN LUWU TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN USAHA MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUWU TIMUR, Menimbang : a.
Lebih terperinciBUMN DAN BUMD. Anggota Kelompok:
BUMN DAN BUMD Anggota Kelompok: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. PENGERTIAN BUMN Badan Usaha Milik Negara (BUMN) merujuk kepada perusahaan atau badan usaha yang dimiliki pemerintah sebuah negara. Di Indonesia,
Lebih terperinciRINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 58/PUU-VI/2008 Tentang Privatisasi BUMN
RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 58/PUU-VI/2008 Tentang Privatisasi BUMN I. PARA PEMOHON Mohamad Yusuf Hasibuan dan Reiza Aribowo, selanjutnya disebut Pemohon II. KEWENANGAN MAHKAMAH KONSTITUSI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagai pengendali ekosistem, pengaturan tata air dan berfungsi sebagai paru-paru
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumber daya hutan sebagai sistem penyangga kehidupan memiliki fungsi sebagai pengendali ekosistem, pengaturan tata air dan berfungsi sebagai paru-paru dunia.
Lebih terperinciNCA N LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 12 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG
NCA N LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 12 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN SUMEDANG BAGIAN HUKUM SEKRETARIAT
Lebih terperinci-2- salah satu penyumbang bagi penerimaan Daerah, baik dalam bentuk pajak, dividen, maupun hasil Privatisasi. BUMD merupakan badan usaha yang seluruh
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I PEMERINTAH DAERAH. Badan Usaha Milik Daerah. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 305) PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI RUMAH POTONG HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEBUMEN,
SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI RUMAH POTONG HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEBUMEN, Menimbang : a. bahwa Retribusi Daerah merupakan salah
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1997 TENTANG PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1997 TENTANG PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pelaksanaan tugas dan fungsi
Lebih terperinciRINGKASAN PUTUSAN. 1. Pemohon : Mohammad Yusuf Hasibuan Reiza Aribowo
RINGKASAN PUTUSAN Sehubungan dengan sidang pembacaan putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 58/PUU-VI/2008 tanggal 30 Januari 2009 atas Undang-undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara (BUMN),
Lebih terperinciPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa Badan Usaha Milik Negara merupakan salah satu pelaku kegiatan ekonomi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dampak hampir pada semua aspek atau sektor kehidupan. Dampak tersebut
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak tahun 1997 membawa dampak hampir pada semua aspek atau sektor kehidupan. Dampak tersebut menimpa tidak hanya sektor privat
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: Mengingat a. bahwa Badan Usaha Milik Negara
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: Mengingat a. bahwa Badan Usaha Milik Negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebab itu, pemerintah daerah harus dapat melakukan optimalisasi sumbersumber. pemasukan yang potensial bagi kas daerah.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap daerah memiliki potensi dan kekayaan sumber daya yang beragam. Tentunya, sumber daya yang beragam harus dikelola secara optimal agar dapat dirasakan oleh setiap
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Badan Usaha Milik Negara merupakan
Lebih terperinciUNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan nasional Negara Kesatuan Republik
Lebih terperinciSISTEM PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA DAN PEMERINTAH PUSAT. Created By: Ilma Rafika Andhianty Nur Pratiwi
SISTEM PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA DAN PEMERINTAH PUSAT Created By: Ilma Rafika Andhianty Nur Pratiwi Pengertian Keuangan Negara Keuangan Negara adalah semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penyerapan dana yang dilakukan bank-bank yang ada di seluruh Indonesia.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada tahun 1997 ketika terjadi krisis, Bank Indonesia sebagai salah satu lembaga yang mengawasi sektor keuangan tidak mampu menahan laju krisis, sehingga terjadi kehancuran
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan nasional untuk mencapai masyarakat adil dan makmur.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pajak merupakan sumber penerimaan Negara yang terbesar dan sangat penting bagi penyelenggaraan pemerintah dan pelaksanaan pembangunan nasional. Kewajiban perpajakan
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI NOMOR 32 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI PERPANJANGAN IZIN MEMPEKERJAKAN TENAGA KERJA ASING BAGIAN HUKUM DAN PERUNDANG-UNDANGAN SETDA
Lebih terperinci1. Memberikan sumbangan bagi perkembangan perekonomian nasional pada umumnya dan penerimaan negara pada khususnya.
Pelaksanaan Kewajiban Pelayanan Publik (Public Service Obligation-PSO) sampai saat ini belum berjalan dengan baik. Secara umum permasalahan tersebut antara lain adalah belum adanya persepsi yang sama tentang
Lebih terperinciRingkasan : Undang-undang RI No.17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara
Ringkasan : Undang-undang RI No.17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara A. Pendahuluan 1. Dasar Pemikiran Dalam pelaksanaan pengelolaan keuangan negara selama ini masih digunakan ketentuan perundang-undangan
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBA BARAT DAYA NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG SUMBANGAN PIHAK KETIGA KEPADA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBA BARAT DAYA NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG SUMBANGAN PIHAK KETIGA KEPADA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMBA BARAT DAYA, Menimbang : a. bahwa dalam upaya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan dalam suatu negara merupakan rangkaian kegiatan yang berkesinambungan dengan tujuan utama adalah untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat dalam negara tersebut.
Lebih terperinciSUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PERPAJAKAN
SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PERPAJAKAN KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK DIREKTORAT PENYULUHAN PELAYANAN DAN HUBUNGAN MASYARAKAT KATA PENGANTAR DAFTAR ISI Assalamualaikum
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1997 T E N T A N G PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1997 T E N T A N G PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pelaksanaan tugas dan
Lebih terperinciA. LATAR BELAKANG MASALAH
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Negara Indonesia adalah negara hukum. Hal ini sesuai dengan yang tercantum dalam Pasal 1 ayat (3) UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang selanjutnya disebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara yang sebagian besar corak kehidupan masyarakatnya
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indonesia sebagai negara yang sebagian besar corak kehidupan masyarakatnya agraris, bumi termasuk perairan dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Desa Menurut Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa, desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan
Lebih terperinciKETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN
SUSUNAN DALAM SATU NASKAH DARI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH TERAKHIR DENGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk memenuhi semua sektor, terutama pada sektor perekonomian dalam negeri. Maka dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dengan adanya perkembangan perekonomian global yang terjadi, memicu pemerintah untuk memenuhi semua sektor, terutama pada sektor perekonomian dalam negeri. Maka dari
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dikaruniakan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Baik sebagai sumber penghidupan
1 I. PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Tanah merupakan salah satu faktor penting dalam kehidupan manusia yang telah dikaruniakan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Baik sebagai sumber penghidupan maupun sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menyatakan bahwa setiap perusahaan yang berbentuk perseroan terbuka, bidang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 1998 menyatakan bahwa setiap perusahaan yang berbentuk perseroan terbuka, bidang usaha perseroan berkaitan dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Era reformasi memberikan kesempatan untuk melakukan perubahan pada
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era reformasi memberikan kesempatan untuk melakukan perubahan pada pembangunan nasional. Pembangunan nasional tidak hanya mengalami pertumbuhan, tetapi juga mengalami
Lebih terperinciRestrukturisasi dan privatisasi BUMN. Sistem Ekonomi Indonesia
Restrukturisasi dan privatisasi BUMN Sistem Ekonomi Indonesia Pelopor atau perintis karena swasta tidak tertarik untuk menggelutinya Pengelola bidang-bidang usaha yang strategis dan pelaksana pelayanan
Lebih terperinci*9884 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 20 TAHUN 1997 (20/1997) TENTANG PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Copyright 2002 BPHN UU 20/1997, PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK *9884 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 20 TAHUN 1997 (20/1997) TENTANG PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan ekonomi merupakan masalah krusial bagi semua negara, setiap negara akan berusaha demi terciptanya pembangunan ekonomi yang maju dan berhasil. Keberhasilan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. halnya dengan kejahatan yang terjadi di bidang ekonomi salah satunya adalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini perkembangan sektor publik sudah semakin kompleks, demikian halnya dengan kejahatan yang terjadi di bidang ekonomi salah satunya adalah kecurangan.
Lebih terperinciPengantar Bisnis. Pertimbangan Menetapkan Bentuk Pemilikan Bisnis Alternatif Bentuk Pemilikan Bisnis. Amir Abdat, SE, MM.
Modul ke: 04Fakultas Fatmah Ekonomi dan Bisnis Pengantar Bisnis Pertimbangan Menetapkan Bentuk Pemilikan Bisnis Alternatif Bentuk Pemilikan Bisnis Amir Abdat, SE, MM Program Studi S1 Akuntansi www.mercubuana.ac.id
Lebih terperinciRANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Republik
Lebih terperinciBab I PENDAHULUAN. tangganya sendiri. Dalam pelaksanaan urusan ini membutuhkan banyak. sumber daya dan kemampuan, diantaranya diperlukan kemampuan
Bab I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemerintah daerah harus dapat mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri. Dalam pelaksanaan urusan ini membutuhkan banyak sumber daya dan kemampuan, diantaranya
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI RUMAH POTONG HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUNINGAN,
PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI RUMAH POTONG HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUNINGAN, Menimbang : Mengingat : a. bahwa dalam rangka pengaturan pengenaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. besar yang digali terutama dari kemampuan sendiri. Usaha pemerintah untuk. diantaranya dari sektor pajak (Lumbantoruan, 2002).
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagaimana diketahui bahwa negara Republik Indonesia adalah negara hukum yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 bertujuan mewujudkan tata kehidupan negara
Lebih terperinciBUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG SUMBANGAN PIHAK KETIGA KEPADA PEMERINTAH DAERAH
SALINAN BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG SUMBANGAN PIHAK KETIGA KEPADA PEMERINTAH DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SINJAI,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini penerimaan Negara Indonesia masih didominasi oleh sektor
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini penerimaan Negara Indonesia masih didominasi oleh sektor pajak. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan Negara yang digunakan untuk melaksanakan
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Badan Usaha Milik Negara merupakan
Lebih terperinciPerpustakaan LAFAI
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Badan Usaha Milik Negara merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merangsang dan menumbuhkan motivasi masyarakat untuk meningkatkan. produktifitas di bidang usahanya. Meningkatnya pembangunan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era pembangunan dewasa ini, peranan kredit sebagai salah satu sumber pembiayaan pembangunan sangatlah penting untuk menunjang, merangsang dan menumbuhkan
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN TABALONG NOMOR 05 TAHUN 2014 T E N T A N G RETRIBUSI PERPANJANGAN IZIN MEMPEKERJAKAN TENAGA KERJA ASING
PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABALONG NOMOR 05 TAHUN 2014 T E N T A N G RETRIBUSI PERPANJANGAN IZIN MEMPEKERJAKAN TENAGA KERJA ASING DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TABALONG, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dibandingkan dengan sumber penerimaan lain (non pajak).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sekarang ini, pajak memegang peranan penting dalam perekonomian negara dikarenakan pajak memiliki kontribusi yang paling besar pada pos penerimaan negara pada Anggaran
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. pelaksanaannya diatur dalam undang-undang perpajakan untuk tujuan. akan terlaksana dan target penerimaan pajak akan tercapai.
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pemerintah melalui Kementerian Keuangan telah memberikan tanggungjawab menghimpun dan mengamankan penerimaan negara dari sektor pajak kepada Direktorat Jendral
Lebih terperinciPENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH. Lab. Politik dan Tata Pemerintahan, Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Brawijaya
PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DR. TJAHJANULIN DOMAI, MS Lab. Politik dan Tata Pemerintahan, Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Brawijaya 1. Pendahuluan - Pengantar - Tujuan - Definisi 2. Ketentuan Pengelolaan
Lebih terperinciTAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I
No.5899 TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I EKONOMI. Pajak. Pengampunan. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 131) PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI JASA USAHA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,
PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI JASA USAHA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : a. bahwa Retribusi Daerah merupakan salah satu sumber pendapatan
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1997 TENTANG PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1997 TENTANG PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pelaksanaan tugas dan fungsi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Reformasi yang terjadi pada bidang politik mulai merambah pada bidang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Reformasi yang terjadi pada bidang politik mulai merambah pada bidang keuangan negara. Hal ini diindikasikan dengan telah diterbitkannya Undang-Undang Nomor
Lebih terperinciPengantar Bisnis. Pertimbangan Menetapkan Bentuk Pemilikan Bisnis Alternatif Bentuk Pemilikan Bisnis. Fatmah Amir Abdat, SE, MM.
Modul ke: Pengantar Bisnis Pertimbangan Menetapkan Bentuk Pemilikan Bisnis Alternatif Bentuk Pemilikan Bisnis Fakultas Ekonomi dan Bisnis Fatmah Amir Abdat, SE, MM Program Studi S1 Akuntansi www.mercubuana.ac.id
Lebih terperinciOleh: Dian N. Puji Simatupang, S.H., M.H 1
HAKIKAT KEUANGAN NEGARA DALAM BANK INDONESIA DAN GAGASAN ARSITEKTUR KEUANGAN PUBLIK SEBAGAI KONSEP PENGATURAN KEUANGAN YANG BERBASISKAN PADA PRINSIP BADAN HUKUM Oleh: Dian N. Puji Simatupang, S.H., M.H
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2005 TENTANG PENGGABUNGAN, PELEBURAN, PENGAMBILALIHAN, DAN PERUBAHAN BENTUK BADAN HUKUM BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seutuhnya. Sebagaimana tertuang dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Republik Indonesia sebagai negara merdeka dan berdaulat mempunyai tujuan dalam menjalankan pemerintahannya. Salah satu tujuan Negara adalah untuk memberikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Salah satu usaha untuk mewujudkan kemandirian suatu bangsa dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu usaha untuk mewujudkan kemandirian suatu bangsa dalam pembiayaan pembangunan dan kesejahteraan masyarakatnya yaitu dengan menggali sumber dana yang diperoleh
Lebih terperinciSUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PERPAJAKAN
SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PERPAJAKAN KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK DIREKTORAT PENYULUHAN PELAYANAN DAN HUBUNGAN MASYARAKAT KATA PENGANTAR DAFTAR ISI Assalamualaikum
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN TUBAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN NOMOR 08 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT PELELANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
a PEMERINTAH KABUPATEN TUBAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN NOMOR 08 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT PELELANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TUBAN, Menimbang : a. bahwa dengan berlakunya
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGANYAR,
PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG PUNGUTAN DESA DAN SUMBANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciMANAJEMEN KEUANGAN BANDI. 11/26/2013 Bandi, 2013 MKN
MANAJEMEN KEUANGAN NEGARA BANDI 11/26/2013 Bandi, 2013 MKN 1 MANAJEMEN KEUANGAN NEGARA Dalam pengelolaan keuangan negara(mkn), fungsi 1. Perencanaan Planning: UU No 25/2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Lebih terperinciKerugian Negara: Resiko Bisnis atau Tindak Pidana Korupsi
Kerugian Negara: Resiko Bisnis atau Tindak Pidana Korupsi Hikmahanto Juwana Guru Besar Ilmu Hukum Fakultas Hukum UI Copyright by Hikmahanto Juwana 2015(c) 1 Apakah Uang BUMN merupakan Uang Negara? Uang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam ekonomi, pemerintah merupakan agen, dimana peran pemerintah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam ekonomi, pemerintah merupakan agen, dimana peran pemerintah adalah menghasilkan barang publik. Barang publik harus dihasilkan pemerintah, terutama karena tidak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional yang telah dilaksanakan selama ini telah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional yang telah dilaksanakan selama ini telah menunjukkan kemajuan di berbagai bidang kehidupan masyarakat, yang meliputi bidang sosial budaya
Lebih terperinci