RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN TAHUN ANGGARAN 2014

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN TAHUN ANGGARAN 2014"

Transkripsi

1 Tanggal RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN TAHUN ANGGARAN 2014 BAB I PENDAHULUAN I.1. Umum. I.1.a. Salah satu unsur-unsur pokok pada Tema Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2014 adalah Pemeliharaan Stabilitas Sosial Politik. Oleh karena itu sesuai tugas dan wewenang Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Kemenko Polhukam) dalam memelihara stabilitas sosial politik tersebut, maka isu strategis dan prioritas yang akan dilakukan adalah mencakup perbaikan kinerja birokrasi dan pemberantasan korupsi, dan pemantapan penegakan hukum, pertahanan dan pelaksanaan Pemilu I.1.b. Proses pencapaian pemeliharaan stabilitas sosial politik dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya adalah dukungan anggaran yang terbatas. Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 258/KMK.02/2013 tanggal 17 Juli 2013 tentang Penetapan Pagu Anggaran Kementerian Negara/Lembaga dan Langkah-Langkah Penyelesaian Rencana Kerja Anggaran Kementerian Negara/Lembaga Tahun Anggaran 2014, pagu anggaran untuk Satker Kemenko Polhukam TA 2014 sebesar Rp ,- (Dua ratus dua miliar sembilan puluh enam juta dua ratus empat puluh dua ribu rupiah) sehingga kesenjangan antara kebutuhan yang telah direncanakan dengan realitas dukungan anggaran pemerintah menuntut adanya Rencana Kerja Kemenko Polhukam Tahun 2014 yang mampu mengakomodasi kebutuhan berdasarkan skala prioritas.

2 2 I.1.c. Rencana Kerja Kemenko Polhukam Tahun 2014 yang memuat tujuan, sasaran, kebijakan, program dan kegiatan, dan anggaran merupakan bahan acuan dalam penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) Kemenko Polhukam Tahun I.2. Maksud dan Tujuan. I.2.a. Maksud. Rencana Kerja Kemenko Polhukam Tahun 2014 ini dimaksudkan untuk mengatur arah kebijakan, program dan kegiatan yang akan dilaksanakan oleh masing-masing unit kerja di Kemenko Polhukam. I.2.b. Tujuan. Agar penyusunan Rencana Kerja ini selaras dengan Rencana Strategis Kemenko Polhukam Tahun dan searah dengan prioritas pembangunan nasional serta menjadi bahan dalam penyusunan RKA Kemenko Polhukam Tahun I.3. Dasar. I.3.a. Peraturan Pemerintah RI Nomor 90 Tahun 2010 tentang Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga. 1.3.b. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 94/PMK.02/2013 tentang Petunjuk Penyusunan dan Penelaahan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga. 1.3.c. Peraturan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Nomor: Per-13/Menko/Polhukam/06/2012 tentang Perubahan Rencana Strategis Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Republik Indonesia Tahun I.3.d. Peraturan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Nomor: Per-367/Menko/Polhukam/12/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan. I.3.e. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 258/KMK.02/2013 tanggal 17 Juli 2013 tentang Penetapan Pagu Anggaran Kementerian Negara/Lembaga dan Langkah-Langkah Penyelesaian Rencana Kerja Anggaran Kementerian Negara/Lembaga Tahun Anggaran 2014.

3 3 I.4. Ruang Lingkup dan Tata Urut. I.4.a. Ruang Lingkup. Rencana Kerja Kemenko Polhukam Tahun 2014 mencakup tujuan dan sasaran, kebijakan, program dan kegiatan serta anggaran Kemenko Polhukam. I.4.b. Tata Urut. Rencana Kerja Kemenko Polhukam Tahun 2014 ini disusun dengan tata urut sebagai berikut: 1) Bab I Pendahuluan. 2) Bab II Latar Belakang. 3) Bab III Tujuan dan Sasaran. 4) Bab IV Kebijakan, Program dan Kegiatan. 5) Bab V Anggaran. 6) Bab VI Penutup. 7) Lampiran.

4 4 BAB II LATAR BELAKANG II.1. Arah Kebijakan Pembangunan Nasional dan Strategi Pembangunan Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan. II.1.a. Arah kebijakan pembangunan nasional masih dititikberatkan pada 3 (tiga) arah kebijakan umum yaitu : Pertama, untuk melanjutkan pembangunan mencapai Indonesia yang sejahtera, dengan indikator adanya peningkatan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan dalam bentuk percepatan pertumbuhan ekonomi yang didukung oleh penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, pengurangan kemiskinan, pengurangan tingkat pengangguran yang diwujudkan dengan bertumpu pada program perbaikan kualitas sumber daya manusia, perbaikan infrastruktur dasar, serta terjaganya dan terpeliharanya lingkungan hidup secara berkelanjutan. Kedua, untuk memperkuat pilar-pilar demokrasi dengan penguatan yang bersifat kelembagaan dan mengarah pada tegaknya ketertiban umum, penghapusan segala macam diskriminasi, pengakuan dan penerapan hak asasi manusia serta kebebasan yang bertanggung jawab. Ketiga, untuk memperkuat dimensi keadilan dalam semua bidang termasuk pengurangan kesenjangan pendapatan, pengurangkan kesenjangan pembangunan antar daerah (termasuk desa-kota), dan kesenjangan gender. Kondisi akan dapat diwujudkan apabila sistem hukum berfungsi secara kredibel, bersih, adil serta pemberantasan korupsi yang dilaksanakan secara konsisten. II.1.b. Strategi pembangunan Bidang Polhukam dititikberatkan pada peningkatan kualitas demokrasi dan diplomasi Indonesia, penegakan keadilan, peningkatan kualitas pelayanan publik, birokrasi yang bersih, efektif, efisien dan akuntabel serta pemantapan keamanan dan ketertiban. Adapun strategi secara khusus yang akan dikembangkan pada Bidang Politik adalah pelembagaan Demokrasi dan pemantapan Diplomasi serta kerjasama Internasional, dengan dampak peran yang diharapkan yaitu terwujudnya peningkatan kinerja demokrasi dan diplomasi; pada Bidang Hukum adalah penyelenggaraan tata kelola pemerintahan yang baik dengan dampak peran yang diharapkan yaitu meningkatnya keadilan, kepastian hukum, dan meningkatnya kualitas pelayanan publik; sedangkan pada Bidang Keamanan adalah peningkatan pengelolaan keamanan Nasional, modernisasi deteksi dini keamanan Nasional, peningkatan kekuatan dan kemampuan pertahanan, pencegahan dan

5 5 penanggulangan tindak pidana terorisme, pemberdayaan Industri Pertahanan Nasional, pencegahan dan penanggulangan gangguan keamanan dan pelanggaran hukum laut, peningkatan rasa aman dan ketertiban masyarakat, dengan dampak peran yang diharapkan yaitu terwujudnya kondisi stabilitas keamanan sehingga masyarakat dan dunia usaha dapat beraktivitas secara aman dan nyaman. II.2. Kondisi umum Bidang Politik, Hukum, dan Pertahanan Keamanan. II.2.a. Bidang Politik. 1) Kondisi bidang politik dalam negeri, pada aspek pelaksanaan Demokrasi sesuai hasil pengukuran Indeks Demokrasi Indonesia (IDI) tahun 2011 (yang dilaksanakan pada tahun 2012) sebesar 65,48 terjadi kenaikan bila dibandingkan pada tahun 2010 sebesar 63,17, namun terjadi penurunan bila dibandingkan dari hasil pada tahun 2009 dengan skor 67,13. Penurunan terjadi pada aspek kondisi kebebasan sipil ( 86,97 pada tahun 2009; 82,53 pada tahun 2010 dan 80,79 pada tahun 2011) dan jaminan pemenuhan hak-hak politik warga ( 54,60 pada tahun 2009; 47,87 pada tahun 2010; dan 47,54 pada tahun 2011), sedangkan pada aspek kinerja lembaga mengalami kenaikan ( 62,72 pada tahun 2009; 63,11 pada tahun 2010; dan 74,72 pada tahun 2011). Gambaran kenaikan pada aspek kinerja lembaga disebabkan semakin berperannya partai politik dalam melaksanakan kaderisasi guna menghadapi Pemilu 2014, namun gambaran menurunnya aspek kebebasan sipil disebabkan oleh meningkatnya permasalahan-permasalahan yang terkait dengan kebebasan berpendapat dan kebebasan berkeyakinan yang berujung pada tindakan kekerasan. Diagram 1 Perbandingan IDI 2009,2010, 2011

6 6 Pada aspek regulasi, pada tahun 2012 telah ditetapkan Undang-Undang Nomor 8 tahun 2012 tentang Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD dan DPRD, dan Undang-Undang Nomor 13 tahun 2012 tentang Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta, serta Undang-Undang Nomor 20 tahun 2012 tentang Pembentukan Provinsi Kalimantan Utara. Penetapan regulasi ini menunjukkan keseriusan pemerintah dalam mengakomodasi keinginan masyarakat dalam mengimplementasikan kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah, dan juga dalam rangka penyiapan pesta demokrasi melalui Pemilu pada tahun Sedangkan dalam mendukung penataan administrasi kependudukan, Pemerintah telah mengembangkan sistem e- KTP. Selain dari itu dalam rangka mengembangkan transparansi penyelenggaraan pemerintah dan kebebasan dalam memperoleh akses informasi bagi publik, telah dibentuk Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID) di 34 Kementerian (100 %), 35 dari 129 Lembaga (27,13 %), 18 Povinsi (54,55 %), 83 Kabupaten dan 29 Kota (20,8 % dan 29,5 %), sehingga hal ini menunjukkan adanya keseriusan pemerintah untuk mencapai tata kelola kepemerintahan yang baik sesuai dengan tuntutan publik. Diagram 2 Pembentukan PPID ) Kondisi bidang politik luar negeri. Pada tahun 2012 pemerintah telah melaksanakan 32 kali perundingan perbatasan dengan 7 negara, yaitu dengan melakukan perundingan batas maritim sebanyak 15 kali dengan Malaysia, Singapura, Vietnam, Filipina, Palau, dan 17 kali perundingan batas darat dengan Malaysia, Papua Nugini dan RDTL. Kondisi ini

7 7 menunjukkan masih terdapat permasalahan-permasalahan batas wilayah maritim maupun darat yang perlu mendapatkan perhatian secara khusus penyelesaiannya melalui penyelesaian secara intens. Selain dari pada itu pemerintah juga telah menyelesaikan kasus TKI/TKW sebanyak kasus dari kasus (70,91 %), dan membebaskan dari ancaman hukuman mati di luar negeri sebanyak 110 orang. Kondisi ini menunjukkan masih adanya TKI/TKW bermasalah, sehingga diperlukan penanganan khusus dalam penyelesaiannya. Di tingkat hubungan bilateral, Indonesia telah berperan dalam kemitraan strategis di kawasan Asia Pasifik dan Afrika serta kawasan Amerika dan Eropa. Sedangkan terkait dengan peran dalam perdamaian dunia, Indonesia selalu berpartisipasi dalam Pasukan Pemeliharan Perdamaian PBB dengan komposisi hingga 30 Juni 2012 telah mengirimkan personil ke PKO yang terbagi dalam delam misi United Nations Peace Keeping Operations (UNPKO). Kondisi ini menunjukkan adanya kepercayaan terhadap pemerintah Indonesia dalam ikut serta berperan dalam kemitraan strategis maupun dalam perdamaian dunia, sehingga hal ini perlu dipertahankan dan ditingkatkan. Selain dari itu, Indonesia juga melakukan upaya diplomasi dan mediasi dalam keikut sertaan membantu penyelesaian persoalan Laut China Selatan dengan menyusun pedoman sikap untuk mencegah pecahnya konflik terbuka. Hal ini dilakukan akibat dari gagalnya pencapaian kata sepakat di KTT ASEAN di Phnom Penh Kamboja. II.2.b. Bidang Hukum dan Aparatur. 1) Pada bidang hukum, terkait dalam penyusunan peraturan perundangundangan (sampai dengan Oktober 2012) dari 69 RUU Prolegnas prioritas telah diundangkan sebanyak 16 RUU, 3 RUU telah disetujui dalam Paripurna DPR, dan 50 RUU pada tahap pembahasan di DPR, kondisi ini tentunya perlu adanya sinergitas peran antara pemerintah dengan DPR RI dalam mendorong percepatan persetujuan RUU yang masih dalam pembahasan. Selain dari pada itu dalam rangka memberdayakan peran HAM, telah terbentuk Pokja RANHAM di 33 K/L; dan terbentuk Panitia RANHAM di 33 Provinsi, 30 diantaranya telah membentuk Pokja Panitia RANHAM Provinsi, sedangkan di tingkat Kabupaten/Kota telah terbentuk Panitia RANHAM sebanyak 284. Dengan gambaran kondisi tersebut masih

8 8 diperlukan adanya peran pemerintah pusat untuk mendorong terwujudnya Pokja RANHAM di tingkat daerah. Kondisi lain dalam penegakkan korupsi telah diselamatkan keuangan negara sebesar Rp ,- dan US$ , dan juga dalam upaya mewujudkan pemerintahan yang bersih dan bebas KKN dengan Opini WTP bagi Instansi Pusat 77 % sedangkan Instansi Pemda 16 % hal ini meskipun menunjukkan angka peningkatan dari tahun 2011 yaitu 63 % dan 9 %, namun masih diperlukan upaya-upaya pengawasan sehingga kondisi anti korupsi akan lebih meningkat. Diagram 3: Perkembangan Opini WTP 2) Dalam aspek pemberdayaan aparatur, Kementerian/Lembaga telah melaksanakan reformasi birokrasi sebanyak 59 K/L, sedangkan di tingkat Pemda akan dilakukan pilot projek di 33 Pemda Provinsi masing-masing 1 Kabupaten/Kota. Kondisi menunjukkan keseriusan pemerintah dalam mewujudkan pemerintahan yang lebih profesional dalam pelayanan publik. II.2.c. Bidang Pertahanan dan Keamanan. 1) Kondisi keamanan nasional, Sampai dengan awal 2013 relatif aman dan dinamis, namun masih terdapat 144 kasus konflik horizontal/komunal yang ditandai aksi kekerasan, pembakaran, perusakan dan pembunuhan yang dipicu oleh sengketa lahan/pertanahan, kasus pemilukada, perkelahian antar pelajar/mahasiswa, perkelahian antar kelompok/geng preman, serta unjuk rasa yang berkaitan dengan kebijakan publik. Guna mengantisipasi

9 9 permasalahan dan gangguan keamanan, pemerintah telah mengesahkan Undang-Undang Nomor 7 tahun 2012 tentang Penanganan Konflik Sosial dan menerbitkan Instruksi Presiden Nomor 2 tahun 2013 tentang Penanganan Gangguan Keamanan Dalam Negeri. Hal ini menunjukkan keseriusan pemerintah dalam melakukan upaya-upaya pencegahan atas gangguan keamanan, yang akan dilakukan secara terus menerus dalam rangka memberikan rasa aman kepada masyarakat. Selain dari itu penegak hukum/keamanan telah menyelesaikan kasus tindak pidana kejahatan konvensional, transnasional, kontijensi dan kekayaan negara sebanyak 64 % dari target 64,25 % pada tahun 2012, meskipun penegakan hukum telah banyak dilakukan namun masih terdapat kejahatan lintas negara dan kejahatan serius yang terus meningkat pada tahun 2012 sebanyak kasus (meningkat 24,78 % dari tahun 2011 sebanyak ), adapun tindak kejahatan transnasional tersebut dapat diselesaikan kasus atau sekitar 78 %. Sedangkan kondisi tindak kejahatan konvensional mencapai perkara (tahun 2012) menurun perkara (2,5%) dibandingkan kejadian pada tahun 2011 ( perkara). Gambaran kondisi tersebut dimungkinkan akan terus terjadi dengan fluktuasi naik dan turun, sehingga diperlukan penanganan secara serius dalam menciptakan kondisi keamanan dan ketertiban masyarakat. 2) Dalam rangka mendukung peran pertahanan, pada tahun 2012 telah didukung program MEF yang mencapai 35 % dari rencana target dalam RKP 2012 sebesar 28,7 %, sementara itu persentase akuisisi alutsista industri dalam negeri mengalami pengingkatan (15,86 %) dibandingkan dengan tahun 2011 (13,61 %) hal ini sebagai dampak positif disahkannya Undang- Undang Nomor 16 tahun 2012 tentang Industri Pertahanan sebagai titik tolak menuju kemandirian industri strategis pertahanan dalam negeri. Diagram 4: Perkembangan Capaian MEF

10 10 3) Sedangkan dalam penanganan tindakan terorisme yang dilakukan pemerintah menunjukkan hasil yang semakin membaik, dengan tertangkapnya 89 tersangka teroris sepanjang tahun 2012, dan sebagai upaya pencegahan pemerintah telah membentuk 15 Forum Komunikasi Penanggulangan Terorisme di 15 Provinsi. Kondisi ini menunjukkan keseriusan pemerintah untuk selalu melakukan antisipasi melalui langkahlangkah pembinaan dan penanganan dalam menghadapi ancaman teroris yang dilakukan secara terus menerus. II.3. Identifikasi Masalah. Jaminan terhadap kelangsungan kehidupan berbangsa dan bernegara harus diwujudkan melalui upaya-upaya pencapaian kondisi stabilitas bidang politik, hukum, dan keamanan. Oleh karena itu untuk mencapai hal tersebut perlu memprediksi sedini mungkin terhadap berbagai bentuk permasalahan yang akan dihadapi, guna menyusun perencanaan kinerja bidang politik, hukum, dan keamanan ke depan. Adapun permasalahan yang dihadapi antara lain : II.3.a. Bidang Politik. 1) Dalam rangka menghadapi pelaksanaan Pemilu 2014 masih diperlukan adanya kesiapan bagi lembaga penyelenggara Pemilu dalam mengantisipasi permasalahan pada tahapan pemilu seperti dalam hal pengadaan barang/sarana prasarana, distribusi surat dan kotak suara, pengelolaan tempat pemungutan suara, dan penghitungan suara. Selain dari itu penyelenggaraan Pemilu akan sangat terkait dengan pemutakhiran data pemilih, ketersediaan DPT secara akurat. Oleh karena itu dihadapkan dengan kemungkinan terjadinya permasalahan yang berkaitan dengan kondisi tersebut, maka diperlukan kerjasama secara terus menerus antara KPU dengan Pemerintah daerah dan masyarakat. Kondisi tindak kekerasan dimungkinkan masih akan terjadi sebagai akibat belum terselesaikannya penanganan konflik antar golongan yang berbeda kepentingan politik, perselisihan terkait sektarianisme, dan konflik SDA, hal ini tentunya akan mempengaruhi terselenggaranya pesta demokrasi/pemilu pada tahun Sehingga diperlukan adanya penanganan dalam memelihara dan meningkatkan kepercayaan masyarakat dengan melakukan tindakan/kegiatan pembinaan, dan

11 11 memberikan peran media tradisional (media komunitas dan media center) guna mempercepat proses informasi untuk publik/masyarakat. 2) Dalam konteks peran politik luar negeri, pemerintah masih dihadapkan berbagai permasalahan seperti dalam hal masih kurangnya pemahaman publik domestik terhadap pembentukan komunitas ASEAN, diplomasi perbatasan masih terdapat perbedaan cara pandang dan kepentingan dalam penggunaan dasar penetapan perbatasan antar negara, internasionalisasi Papua dan isu kekerasan aparat masih akan mengemuka, dan penyelesaian perlindungan WNI/TKI/BHI di luar negeri akan masih berlanjut, serta krisis Laut China Selatan akan menjadi isu yang perlu mendapatkan atensi karena berkaitan dengan stabilitas kawasan, selain dari itu juga permasalahan Palestina yang menginginkan merdeka masih belum mendapatkan dukungan penuh oleh anggota tetap DK PBB. Gambaran kondisi tersebut, tentunya memerlukan upaya-upaya serius melalui optimalisasi peran diplomasi maupun peningkatan hubungan bilateral secara intens. II.3.b. Bidang Hukum dan Aparatur. 1) Permasalahan yang akan dihadapi di bidang perundang-undangan adalah masih banyaknya peraturan perundangan-undangan yang bermasalah akibat dari tumpang tindih maupun bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang ada di atasnya, dengan demikian banyaknya peraturan perundang-undangan tidak menjamin sebagai upaya menyelesaikan masalah justru bila bermasalah akan dapat menimbulkan permasalahan baru. Selain dari itu masih terdapat permasalahan yang terkait dalam proses penanganan perkara lembaga di lingkungan penegak hukum yang masih belum optimal khususnya pada pelaksanaan mekanisme keterbukaan dan akuntabilitas. Hal ini akan berpengaruh terhadap kepercayaan publik terhadap peran lembaga penegak hukum, sehingga masih diperlukan upaya peningkatan kualitas aparatur hukum. 2) Dalam menunjang penyelenggaraan pemerintahan yang bersih dan bebas KKN, masih dimungkinkan terdapat permasalahan yang perlu ditangani antara lain perumusan pendekatan represif yang memiliki dampak mengurangi perilaku koruptif dan pratek koruptif yang sistematis dan masif; inkonstensi penegakan hukum dalam kasus-kasus korupsi; tumpang

12 12 tindih peraturan perundang-undangan di bidang pencegahan dan pemberantasan korupsi dengan Konvensi PBB Anti Korupsi; masih belum optimalnya pengembalian aset hasil korupsi; dan integritas aparat pemerintahan dan masyarakat dalam upaya pemberantasan korupsi. 3) Tuntutan masyarakat terhadap pelayanan yang dilakukan oleh penyelenggara pelayanan publik masih akan terus mengemuka sesuai kebutuhan dasar masyarakat seperti dalam hal sistem perizinan yang lebih mudah, pelayanan yang lebih profesional dan responsif dengan memanfaatkan sistem infomasi dan komunikasi. Hal ini menjadi tuntutan utama yang perlu direspon oleh penyelenggara pelayanan publik guna pemenuhan Standar Pelayanan Minimal (SPM) bagi masyarakat. 4) Dalam upaya mewujudkan pemerintahan yang efektif, efisien, dan akuntabel masih menjadi permasalahan utama dalam kapasitas pendayagunaan aparatur, hal ini diakibatkan bisnis proses yang ada belum disertai dengan standar operasi yang jelas dan formal. Sehingga terjadi tumpang tindih kewenangan, menyulitkan koordinasi dan mengakibatkan inefisiensi dalam belanja negara, selain dari pada itu pemerintah belum secara optimal memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dalam mendukung proses kerjanya. II.3.c. Bidang Pertahanan dan Keamanan. 1) Dalam aspek keamanan, dimungkinkan masalah terorisme masih menjadi ancaman bagi keamanan nasional, hal ini dikarenakan jaringan terorisme akan selalu berupaya merekrut generasi muda yang terdidik. Oleh karena itu masih diperlukan adanya penanganan secara intens dalam meyakinkan dan memaksimalkan peran seluruh komponen bangsa dan negara serta masyarakat untuk bersama-sama melakukan pencegahan terhadap aksi terorisme. Selain dari itu, peristiwa gangguan keamanan dan ketertiban masyarakat yang dilatarbelakangi oleh sentimen kedaerahan, perebutan pengaruh dalam proses pemilukada, atau perbedaan agama dan keyakinan dimungkinkan masih akan mengemukan bersamaan dengan kondisi perebutan pengaruh yang dilakukan oleh kelompok politik tertentu. Sehingga hal ini diperlukan adanya upaya-upaya deteksi dini dan analisa kebijakan mengenai keamanan nasional yang dilakukan dengan baik dan akurat.

13 13 2) Di wilayah perbatasan dan pulau-pulau terdepan (terluar) dimungkinkan masih terdapat beberapa permasalahan dalam hal garis batas dengan negara-negara tetangga, sehingga perlu mendapatkan perhatian secara khusus guna mengantisipasi ancaman yang mungkin timbul. Dengan memperhatikan konstalasi kemungkinan perkembangan ancaman yang mungkin timbul tersebut, maka menuntut diperlukannya pengelolaan keamanan nasional secara lebih integratif, efektif, dan efisien, diantaranya dengan peningkatan kemampuan dan peran lembaga-lembaga keamanan, selain dari pada itu dalam rangka penyiapan sarana prasarana keamanan maka diperlukan peran industri pertahanan nasional.

14 14 BAB III TUJUAN DAN SASARAN III.1. Tujuan. Kinerja Kemenko Polhukam dilaksanakan sesuai dengan Renstra Kemenko Polhukam secara bertahap dan berlanjut untuk memenuhi kebutuhan sesuai dengan tuntutan tugas. Diharapkan tugas-tugas dapat berjalan dengan baik dalam rangka penyelesaian permasalahan pada bidang Politik, Hukum, dan Keamanan, sehingga akan tercipta kondisi stabilitas politik, hukum, dan keamanan guna tercapainya tujuan program pembangunan nasional. III.2. Sasaran. Menghadapi kompleksitas permasalahan dan intensitas penugasan yang tinggi sementara dukungan anggaran yang tersedia sangat terbatas, maka sasaran strategis yang ingin dicapai dalam koordinasi kebijakan bidang Politik, Hukum, dan Keamanan adalah meningkatnya kualitas demokrasi dan diplomasi Indonesia; meningkatnya supermasi hukum dan pemajuan HAM; terwujudnya stabilitas keamanan; dan meningkatnya pendayagunaan aparatur dan tata kelola kepemerintahan. Adapun implementasi sasaran strategis tersebut dirinci sesuai dengan sasaran perbidang sebagai berikut: III.2.a. Bidang Politik : 1) Meningkatnya kapasitas dan akuntabilitas lembaga-lembaga demokrasi. 2) Terjaganya dan terciptanya iklim politik yang dapat menjamin kebebasan sipil dan penghormatan terhadap hak-hak politik rakyat serta berkembangnya demokrasi secara berkelanjutan. 3) Meningkatnya kualitas dan kuantitas penyebaran dan pemanfaatan informasi publik yang dapat diakses dengan mudah oleh publik. 4) Meningkatnya pemahaman publik domestik terhadap pembentukan komunitas ASEAN. 5) Terselesaikannya permasalahan perbatasan wilayah darat dan laut. 6) Terlindunginya WNI di luar negeri dan terselesaikannya kasus WNI bermasalah di luar negeri. 7) Meningkatnya citra Indonesia di dunia Internasional dalam pemajuan demokrasi, HAM, dan lingkungan hidup. 8) Terwujudnya perluasan akses dan meningkatnya kerja sama bilateral dan regional.

15 15 9) Meningkatnya peran diplomasi dalam forum multilateral. 10) Meningkatnya Kerjasama Selatan-Selatan dalam rangka dukungan terhadap kebijakan politik luar negeri Indonesia. III.2.b. Bidang Hukum. 1) Meningkatnya kinerja lembaga penegak hukum. 2) Terwujudnya pemenuhan, perlindungan, pemajuan dan penegakan HAM. 3) Meningkatnya penyelenggaraan pemerintahan yang bersih dan bebas KKN. 4) Meningkatnya kualitas pelayanan publik. 5) Meningkatnya kapasitas dan akuntabilitas kinerja birokrasi. III.2.c. Bidang Pertahanan dan Keamanan. 1) Terwujudnya postur dan struktur kekuatan pokok minimum. 2) Terpantaunya dan terdeteksinya potensi tindak terorisme, meningkatnya kemampuan dan keterpaduan dalam pencegahan dan penanggulangan tindak terorisme serta meningkatnya efektivitas proses deradikalisasi. 3) Menurunnya tingkat kejahatan konvensional, transnasional, kontigensi, serta kekerasan terhadap perempuan dan anak. 4) Menurunnya gangguan keamanan laut dan pelanggaran hukum di laut di wilayah yuridiksi perairan Indonesia. 5) Terpantaunya dan terdeteksinya ancaman kemanan nasional. 6) Terlindunginya informasi negara. 7) Meningkatnya kualitas rekomendasi kebijakan nasional di bidang keamanan nasional yang terintegrasi, tepat sasaran dan tepat waktu. Strategi pencapaian sasaran tersebut, dilakukan melalui dua program generik yaitu Program Dukungan Manajemen Dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kemenko Polhukam dan Program Peningkatan Sarana Dan Prasarana Aparatur Kemenko Polhukam.

16 16 BAB IV KEBIJAKAN, PROGRAM DAN KEGIATAN IV.1. Kebijakan. Arah kebijakan Kemenko Polhukam diimplementasikan melalui aktualisasi program prioritas dan kegiatan lingkup koordinasi kelembagaan bidang Polhukam, yang disesuaikan dengan isu strategis dalam RKP 2014 yaitu pemeliharaan stabilitas sosial politik mencakup : IV.1.a. Membaiknya kinerja birokrasi dan pemberantasan korupsi, melalui upaya penguatan manajemen dan partisipasi masyarakat dalam pelayanan publik; peningkatan kualitas RB nasional dan perluasan RB daerah; peningkatan profesionalisme SDM aparatur; dan pemantapan desentralisasi dan otonomi daerah. IV.1.b Memantapkan penegakan hukum, pertahanan dan pelaksanaan Pemilu 2014, melalui upaya pemantapan kamdagri dan penanggulangan terorisme; penyelenggaraan Pemilu 2014; percepatan pembangunan MEF didukung pemberdayaan industri pertahanan; dan penegakan hukum dalam rangka membangun Integrated Criminal Justice System (ICS). IV.2. Program dan Kegiatan. Program Kemenko Polhukam terdiri dari : IV.2.a. Program Peningkatan Koordinasi Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan, 1) Kegiatan prioritas nasional : a) Koordinasi hubungan multilateral, dengan keluaran terselenggaranya koordinasi kebijakan hubungan multirateral. b) Koordinasi wilayah negara dan tata ruang pertahanan, dengan keluaran terselenggaranya koordinasi kebijakan wilayah negara dan tata ruang pertahanan. c) Koordinasi penanganan kejahatan trnsnasional dan kejahatan luar biasa, dengan keluaran terselenggaranya koordinasi kebijakan penanganan kejahatan transnasional dan kejahatan luar biasa.

17 17 d) Koordinasi wawasan kebangsaan, dengan keluaran terselenggaranya koordinasi kebijakan wawasan kebangsaan. e) Koordinasi pengelolaan Pemilu, dengan keluaran terselenggaranya koordinasi kebijakan pengelolaan Pemilu. f) Koordinasi kekuatan, kemampuan dan kerjasama pertahanan, dengan keluaran terselenggaranya koordinasi kebijakan kemampuan dan kekuatan pertahanan. g) Koordinasi penangan daerah rawan konflik dan kontijensi, dengan keluaran terselenggaranya koordinasi kebijakan penanganan daerah rawan konflik dan kontijensi. h) Koordinasi pengelolaan masyarakat kawasan tertinggal, dengan keluaran terselenggaranya koordinasi kebijakan pengelolaan masyarakat kawasan tertinggal. i) Koordinasi program Reformasi Birokrasi, dengan keluaran terselenggaranya koordinasi kebijakan program reformasi birokrasi. j) Koordinasi penegakan hukum, dengan keluaran terselenggaranya koordinasi kebijakan penegakan hukum. 2) Kegiatan prioritas bidang : a) Koordinasi pemantapan demokratisasi dan kelembagaan, dengan keluaran terselenggaranya koordinasi kebijakan pemantapan demokratisasi dan kelembagaan. b) Koordinasi pemantapan otonomi khusus, dengan keluaran terselenggaranya koordinasi kebijakan pemantapan otonomi khusus. c) Koordinasi kerjasama Asia, Pasifik dan Afrika, dengan keluaran terselenggaranya koordinasi kebijakan kerjasama Asia, Pasifik dan Afrika.

18 18 3) Kegiatan prioritas K/L : a) Koordinasi pemantapan desentralisasi dan otonomi daerah, dengan keluaran terselenggaranya koordinasi kebijakan pemantapan desentralisasi dan otonomi daerah. b) Koordinasi organisasi masyarakat sipil, dengan keluaran terselenggaranya koordinasi kebijakan organisasi masyarakat sipil. c) Koordinasi kebijakan strategi politik luar negeri, dengan keluaran terselenggaranya koordinasi kebijakan strategi politik luar negeri. d) Koordinasi kerjasama ASEAN, dengan keluaran terselenggaranya koordinasi kebijakan kerjasama ASEAN. e) Koordinasi kerjasama Amerika dan Eropa, dengan keluaran terselenggaranya koordinasi kebijakan kerjasama Amerika dan Eropa. f) Koordinasi materi hukum, dengan keluaran terselenggaranya koordinasi kebijakan materi hukum, dan terselenggaranya koordinasi kebijakan inventarisasi peraturan perundang penghambat pelaksanaan program di lapangan (de-bottlenecking). g) Koordinasi pemberdayaan aparatur hukum, dengan keluaran terselenggaranya koordinasi kebijakan pemberdayaan aparatur hukum. h) Koordinasi hukum internasional, dengan keluaran terselenggaranya koordinasi kebijakan hukum internasional. i) Koordinasi pemajuan dan perlindungan HAM, dengan keluaran terselenggaranya kebijakan perlindungan dan pemajuan HAM, dan terselenggaranya koordinasi Tim RANHAM, serta terselenggaranya koordinasi Tim KKP RI-Timor Leste. j) Koordinasi sistem, doktrin dan strategi Hanneg, dengan keluaran terselenggaranya koordinasi kebijakan sistem, doktrin dan strategi Hanneg.

19 19 k) Koordinasi intelejen Hanneg, dengan keluaran terselenggaranya koordinasi kebijakan intelejen Hanneg. l) Koordinasi potensi pertahanan dan integritas nasional, dengan keluaran terselenggaranya koordinasi kebijakan potensi pertahanan dan integritas nasional. m) Koordinasi penanganan kejahatan konvensional dan kejahatan terhadap kekayaan negara, dengan keluaran terselenggaranya koordinasi kebijakan penanganan kejahatan konvensional dan kejahatan terhadap kekayaan negara. n) Koordinasi pembinaan keamanan dan kerjasama keamanan, dengan keluaran terselenggaranya koordinasi kebijakan pembinaan keamanan dan kerjasama keamanan. o) Koordinasi intelejen dan bimbingan masyarakat, dengan keluaran terselenggaranya koordinasi kebijakan intelejen dan pembinaan masyarakat. p) Koordinasi harmonisasi sosial, dengan keluaran terselenggaranya koordinasi kebijakan harmonisasi sosial. q) Koordinasi pengelolaan wilayah khusus, dengan keluaran terselenggaranya kebijakan pengelolaan wilayah khusus. r) Koordinasi pemberdayaan masyarakat, dengan keluaran terselenggaranya koordinasi kebijakan pemberdayaan masyarakat. s) Koordinasi informasi media massa, dengan keluaran terselenggaranya koordinasi kebijakan informasi media massa. t) Koordinasi telekomunikasi dan informatika, dengan keluaran terselenggaranya koordinasi kebijakan telekomunikasi dan informatika. u) Koordinasi informasi publik dan kehumasan, dengan keluaran terselenggaranya koordinasi kebijakan informasi publik dan kehumasan.

20 20 v) Koordinasi pendayagunaan aparatur, dengan keluaran terselenggaranya koordinasi kebijakan pendayagunaan aparatur. IV.2.b. Program Dukungan Manajemen Dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kemenko Polhukam, dengan kegiatan : 1) Penyusunan dan pengembangan rencana kerja, evaluasi, organisasi dan tata laksana, dan perpustakaan dan data, dengan keluaran terselenggaranya pengelolaan rencana kerja, evaluasi, data, organisasi dan tatalaksana serta tata kelola pemerintahan yang baik di lingkungan Kemenko Polhukam. 2) Pengelolaan administrasi umum, kepegawaian, perlengkapan dan rumah tangga, keuangan, protokol dan keamanan, dengan keluaran terselenggaranya pengelolaan administrasi umum, kepegawaian, perlengkapan dan rumah tangga, keuangan, protokol dan keamanan. 3) Penyelenggaraan pelayanan persidangan dan hubungan antar lembaga, dengan keluaran terselenggaranya pelayanan persidangan dan hubungan antar lembaga. 4) Pengelolaan pengawasan internal, dengan keluaran terselenggaranya pengawasan internal yang efektif di lingkungan Kemenko Polhukam dalam Opini Wajar Tanpa Pengecualian. 5) Telaahan dan rekomendasi kebijakan bidang polhukam, dengan keluaran terselenggaranya penyusunan telaahan dan rekomendasi kebijakan bidang polhukam. 6) Dukungan manajemen dan pelayanan tugas teknis lainnya Kompolnas, dengan keluaran terselenggaranya dukungan administratif dan operasional Kompolnas. 7) Dukungan manajemen dan pelayanan tugas teknis lainnya Komisi Kejaksaan RI, dengan keluaran terselenggaranya dukungan administratif dan operasional Komisi Kejaksaan RI.

21 21 IV.2.c. Program peningkatan sarana dan prasarana aparatur Kemenko Polhukam, dengan kegiatan peningkatan sarana dan prasarana aparatur. Dengan keluaran tersedianya sarana dan prasarana aparatur.

22 22 BAB V ANGGARAN V.1. Kebutuhan. Kebutuhan anggaran Kemenko Polhukam tahun 2014 sesuai baseline sebesar Rp ,- (Dua ratus dua miliar sembilan puluh enam juta dua ratus empat puluh dua ribu rupiah), dengan perincian sebagai berikut : a. Program Peningkatan Koordinasi Bidang Polhukam Rp ,- b. Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tegas Teknis Lainnya Rp ,- (termasuk anggaran Set Kompolnas Rp ,- dan anggaran Set Komisi Kejaksaan Rp ,-) c. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Rp ,-

23 23 BAB VI PENUTUP Demikian Rencana Kerja Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Tahun 2014 ini disusun untuk digunakan sebagai bahan dalam penyusunan Rencana Kerja dan Angggaran Kemenko Polhukam Tahun 2014 dengan tetap memperhatikan Rencana Strategis Kemenko Polhukam Tahun Jakarta, September 2014 Paraf : Paban IV : SESMENKO POLHUKAM Kataud : Paban I : Paban II : LANGGENG SULISTIYONO Paban III : Paban V : Paban VI : Paban VII : Waasrenum :

Bidang: Politik Dalam Negeri dan Komunikasi

Bidang: Politik Dalam Negeri dan Komunikasi Bidang: Politik Dalam Negeri dan Komunikasi MATRIKS 2.2.B ALOKASI PENDANAAN PEMBANGUNAN TAHUN No Prioritas/ Fokus Prioritas/ Kegiatan Prioritas Rencana Tahun Prakiraan Pencapaian Rencana Prakiraan Maju

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN NOMOR: PER- 367/MENKO/POLHUKAM/10/2010 TENTANG

PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN NOMOR: PER- 367/MENKO/POLHUKAM/10/2010 TENTANG KEMENTERIAN KOORDINATOR PERATURAN MENTERI KOORDINATOR NOMOR: PER- 367/MENKO/POLHUKAM/10/2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN KOORDINATOR Program Penerapan Kepemerintahan Yang Baik Tahun 2010

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :

Lebih terperinci

TOPIK KHUSUS DIPLOMASI INTERNASIONAL

TOPIK KHUSUS DIPLOMASI INTERNASIONAL TOPIK KHUSUS DIPLOMASI INTERNASIONAL MENCIPTAKAN PERDAMAIAN DUNIA Salah satu langkah penting dalam diplomasi internasional adalah penyelenggaraan KTT Luar Biasa ke-5 OKI untuk penyelesaian isu Palestina

Lebih terperinci

KOTA SURAKARTA PRIORITAS DAN PLAFON ANGGARAN SEMENTARA (PPAS) TAHUN ANGGARAN 2016 BAB I PENDAHULUAN

KOTA SURAKARTA PRIORITAS DAN PLAFON ANGGARAN SEMENTARA (PPAS) TAHUN ANGGARAN 2016 BAB I PENDAHULUAN - 3 - LAMPIRAN: NOTA KESEPAKATAN ANTARA PEMERINTAH KOTA SURAKARTA DENGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR : 910/3839-910/6439 TENTANG : PRIORITAS DAN PLAFON ANGGARAN SEMENTARA APBD KOTA

Lebih terperinci

BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJASAMA INTERNASIONAL

BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJASAMA INTERNASIONAL BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJASAMA INTERNASIONAL BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJASAMA INTERNASIONAL A. KONDISI UMUM Perhatian yang sangat serius terhadap

Lebih terperinci

Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/BAPPENAS

Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/BAPPENAS Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/BAPPENAS MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL (MUSRENBANGNAS) TAHUN 2010 Jakarta, 28 April-1 Mei 2010 RISALAH KESEPAKATAN PEMBAHASAN SIDANG KELOMPOK

Lebih terperinci

BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJA SAMA INTERNASIONAL

BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJA SAMA INTERNASIONAL BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJA SAMA INTERNASIONAL A. KONDISI UMUM Perhatian yang sangat serius terhadap persatuan dan kesatuan nasional, penegakan hukum dan penghormatan HAM

Lebih terperinci

MENTERI KOORDINATOR BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KOORDINATOR

MENTERI KOORDINATOR BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KOORDINATOR SALINAN MENTERI KOORDINATOR REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KOORDINATOR REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN KOORDINATOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2010 TENTANG PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2010 TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS, DAN FUNGSI KEMENTERIAN NEGARA SERTA SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, DAN FUNGSI ESELON I KEMENTERIAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB III ARAH STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB III ARAH STRATEGI DAN KEBIJAKAN BAB III ARAH STRATEGI DAN KEBIJAKAN 3.1 Arah Strategi dan kebijakan Nasional Arah strategi dan kebijakan umum pembangunan nasional 2010-2014 adalah sebagai berikut: 1. Melanjutkan pembangunan mencapai

Lebih terperinci

PROGRAM LEGISLASI NASIONAL TAHUN

PROGRAM LEGISLASI NASIONAL TAHUN PROGRAM LEGISLASI NASIONAL TAHUN 2010 2014 A. PENDAHULUAN Program Legislasi Nasional (Prolegnas) sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan

Lebih terperinci

BAB III PEMBANGUNAN BIDANG POLITIK

BAB III PEMBANGUNAN BIDANG POLITIK BAB III PEMBANGUNAN BIDANG POLITIK A. KONDISI UMUM Setelah melalui lima tahun masa kerja parlemen dan pemerintahan demokratis hasil Pemilu 1999, secara umum dapat dikatakan bahwa proses demokratisasi telah

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2010 TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS, DAN FUNGSI KEMENTERIAN NEGARA SERTA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2010 TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS, DAN FUNGSI KEMENTERIAN NEGARA SERTA PERATURAN PRESIDEN NOMOR 24 TAHUN 2010 TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS, DAN FUNGSI KEMENTERIAN NEGARA SERTA SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, DAN FUNGSI ESELON I KEMENTERIAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENYUSUNAN PROLEGNAS RUU PRIORITAS TAHUN Ignatius Mulyono

KEBIJAKAN PENYUSUNAN PROLEGNAS RUU PRIORITAS TAHUN Ignatius Mulyono KEBIJAKAN PENYUSUNAN PROLEGNAS RUU PRIORITAS TAHUN 2011 Ignatius Mulyono BALEG DAN PROLEGNAS Salah satu tugas pokok Baleg sebagai pusat pembentukan undang-undang, adalah menyusun rencana pembentukan undang-undang.

Lebih terperinci

BAB 9 PEMBENAHAN SISTEM DAN POLITIK HUKUM

BAB 9 PEMBENAHAN SISTEM DAN POLITIK HUKUM BAB 9 PEMBENAHAN SISTEM DAN POLITIK HUKUM Mewujudkan Indonesia yang adil dan demokratis merupakan upaya yang terus-menerus dilakukan, sampai seluruh bangsa Indonesia benar-benar merasakan keadilan dan

Lebih terperinci

RENCANA KERJA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN TAHUN 2011

RENCANA KERJA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN TAHUN 2011 LAMPIRAN : PERATURAN KEPALA BNPP NOMOR : 4 TAHUN 2011 TANGGAL : 7 JANUARI 2011 RENCANA KERJA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN TAHUN 2011 A. LATAR BELAKANG Penyusunan Rencana Kerja (Renja) Badan Nasional

Lebih terperinci

RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2010

RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2010 RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2010 Oleh: H. Paskah Suzetta Menteri Negara PPN/Kepala Bappenas Disampaikan pada Rapat Koordinasi Pembangunan Tingkat Pusat (Rakorbangpus) untuk RKP 2010 Jakarta,

Lebih terperinci

BAGIAN I AGENDA MENCIPTAKAN INDONESIA YANG AMAN DAN DAMAI

BAGIAN I AGENDA MENCIPTAKAN INDONESIA YANG AMAN DAN DAMAI BAGIAN I AGENDA MENCIPTAKAN INDONESIA YANG AMAN DAN DAMAI BAB 1 PENINGKATAN RASA SALING PERCAYA DAN HARMONISASI ANTAR KELOMPOK MASYARAKAT BAB 1 PENINGKATAN RASA SALING PERCAYA DAN HARMONISASI ANTAR KELOMPOK

Lebih terperinci

PEMBANGUNAN POLITIK, HUKUM, PERTAHANAN, DAN KEAMANAN SERTA REFORMASI BIROKRASI

PEMBANGUNAN POLITIK, HUKUM, PERTAHANAN, DAN KEAMANAN SERTA REFORMASI BIROKRASI PEMBANGUNAN POLITIK, HUKUM, PERTAHANAN, DAN KEAMANAN SERTA REFORMASI BIROKRASI PEMBANGUNAN POLITIK, HUKUM, PERTAHANAN DAN KEAMANAN, SERTA REFORMASI BIROKRASI Kedudukan pembangunan bidang politik, hukum,

Lebih terperinci

BAB 12 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH

BAB 12 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH BAB 12 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH A. KONDISI UMUM 1. PENCAPAIAN 2004 DAN PRAKIRAAN PENCAPAIAN 2005 Pencapaian kelompok Program Pengembangan Otonomi Daerah pada tahun 2004, yaitu

Lebih terperinci

LAMPIRAN I : PERATURAN BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN TENTANG RENCANA AKSI PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

LAMPIRAN I : PERATURAN BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN TENTANG RENCANA AKSI PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR 7 2012, No.54 LAMPIRAN I : PERATURAN BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN TENTANG RENCANA AKSI PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR KAWASAN PERBATASAN TAHUN 2012 NOMOR : 2 TAHUN 2012 TANGGAL : 6 JANUARI 2012 RENCANA

Lebih terperinci

RENCANA AKSI PENGELOLAAN BATAS WILAYAH NEGARA DAN KAWASAN PERBATASAN TAHUN 2011

RENCANA AKSI PENGELOLAAN BATAS WILAYAH NEGARA DAN KAWASAN PERBATASAN TAHUN 2011 LAMPIRAN I : PERATURAN BNPP NOMOR : 3 TAHUN 2011 TANGGAL : 7 JANUARI 2011 RENCANA AKSI PENGELOLAAN BATAS WILAYAH NEGARA DAN KAWASAN PERBATASAN TAHUN 2011 A. LATAR BELAKANG Penyusunan Rencana Aksi (Renaksi)

Lebih terperinci

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALI NAN PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN TENTANG

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALI NAN PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN TENTANG SALI NAN PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG KELAS JABATAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOORDINATOR

Lebih terperinci

Independensi Integritas Profesionalisme

Independensi Integritas Profesionalisme BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Independensi Integritas Profesionalisme VISI Menjadi lembaga pemeriksa keuangan negara yang kredibel dengan menjunjung tinggi nilainilai dasar untuk berperan

Lebih terperinci

- 9 - No. Permasalahan Tujuan Tantangan Indikator Keberhasilan Fokus

- 9 - No. Permasalahan Tujuan Tantangan Indikator Keberhasilan Fokus - 9 - Strategi 1: Penguatan Institusi Pelaksana RANHAM Belum optimalnya institusi pelaksana RANHAM dalam melaksanakan RANHAM. Meningkatkan kapasitas institusi pelaksana RANHAM dalam rangka mendukung dan

Lebih terperinci

BAB 10 PENGHORMATAN, PENGAKUAN, DAN PENEGAKAN ATAS HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

BAB 10 PENGHORMATAN, PENGAKUAN, DAN PENEGAKAN ATAS HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA BAB 10 PENGHORMATAN, PENGAKUAN, DAN PENEGAKAN ATAS HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA BAB 10 PENGHORMATAN, PENGAKUAN, DAN PENEGAKAN ATAS HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA A. KONDISI UMUM Penghormatan, pengakuan, dan

Lebih terperinci

BAB 12 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH

BAB 12 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH BAB 12 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH BAB 12 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH A. KONDISI UMUM 1. PENCAPAIAN 2004 DAN PRAKIRAAN PENCAPAIAN 2005 Pencapaian kelompok

Lebih terperinci

EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN 2013

EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN 2013 BAB 2 EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN 2013 Evaluasi Pelaksanaan Renja Tahun 2013 2.1 BAB 2 EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN 2013 2.1. EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN 2013 DAN CAPAIAN RENSTRA SAMPAI DENGAN

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT KEMENTERIAN PANRB. Sekretariat Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi 2015

RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT KEMENTERIAN PANRB. Sekretariat Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi 2015 RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT KEMENTERIAN PANRB Sekretariat Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi 2015 Kata Pengantar Sekretariat Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan

Lebih terperinci

LAKIP DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KABUPATEN GRESIK TAHUN

LAKIP DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KABUPATEN GRESIK TAHUN LAKIP DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KABUPATEN GRESIK TAHUN 07 BAB I PENDAHULUAN. LATAR BELAKANG Dalam perspektif yang luas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah mempunyai fungsi sebagai media / wahana

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2010 TENTANG BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2010 TENTANG BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN NOMOR 46 TAHUN 2010 TENTANG BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa terorisme merupakan kejahatan terhadap kemanusiaan

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI 1.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas Pokok dan Fungsi Pelayanan SKPD Dalam proses penyelenggaraan pemerintahan sampai sekarang ini

Lebih terperinci

BAB 14 PENCIPTAAN TATA PEMERINTAHAN

BAB 14 PENCIPTAAN TATA PEMERINTAHAN BAB 14 PENCIPTAAN TATA PEMERINTAHAN YANG BERSIH DAN BERWIBAWA Salah satu agenda pembangunan nasional adalah menciptakan tata pemerintahan yang bersih, dan berwibawa. Agenda tersebut merupakan upaya untuk

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016 SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK NOMOR : SP DIPA-047.01-0/2016 A. DASAR HUKUM : 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA TENGAH

PROVINSI JAWA TENGAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 15 TAHUN 2014 TENTANG MEKANISME PENYUSUNAN PROGRAM PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJARNEGARA,

Lebih terperinci

WALIKOTA SINGKAWANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT

WALIKOTA SINGKAWANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT WALIKOTA SINGKAWANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA SINGKAWANG NOMOR 71 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2010 TENTANG BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2010 TENTANG BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2010 TENTANG BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

2 2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara R

2 2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara R BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1459, 2015 KEMENLU. Jabatan Pimpinan. Tinggi Pratama. Terbuka. Pengisian. Tata Cara. Persyaratan. PERATURAN MENTERI LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2015

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP) Kabupaten Magelang Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP) Kabupaten Magelang Tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1. IDENTIFIKASI PERMASALAHAN BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI SKPD Analisis Isu-isu strategis dalam perencanaan pembangunan selama 5 (lima) tahun periode

Lebih terperinci

DASAR HUKUM PELAKSANAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN BAGI PETUGAS REGISTRASI DESA/KELURAHAN

DASAR HUKUM PELAKSANAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN BAGI PETUGAS REGISTRASI DESA/KELURAHAN DASAR HUKUM PELAKSANAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN BAGI PETUGAS REGISTRASI DESA/KELURAHAN I. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan BAB II HAK DAN KEWAJIBAN PENDUDUK, Pasal

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN RENCANA KERJA 2018 BADAN KESATUAN BANGSA DAN POLITIK PROVINSI KALIMANTAN SELATAN 2017

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN RENCANA KERJA 2018 BADAN KESATUAN BANGSA DAN POLITIK PROVINSI KALIMANTAN SELATAN 2017 PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN RENCANA KERJA 2018 BADAN KESATUAN BANGSA DAN POLITIK PROVINSI KALIMANTAN SELATAN 2017 Rencana Kerja Tahun 2018 Badan Kesbangpol Prov. Kalsel 1 KATA PENGANTAR Puji

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG POLITIK, HUKUM DAN KEAMANAN 2012 KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat- Nya, Kementerian Koordinator

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA)

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) PENGADILAN AGAMA TUAL TUAL, PEBRUARI 2012 Halaman 1 dari 14 halaman Renstra PA. Tual P a g e KATA PENGANTAR Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia (UUD NKRI) tahun 1945

Lebih terperinci

BAPPEDA Planning for a better Babel

BAPPEDA Planning for a better Babel DISAMPAIKAN PADA RAPAT PENYUSUNAN RANCANGAN AWAL RKPD PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TAHUN 2018 PANGKALPINANG, 19 JANUARI 2017 BAPPEDA RKPD 2008 RKPD 2009 RKPD 2010 RKPD 2011 RKPD 2012 RKPD 2013 RKPD

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai

Lebih terperinci

BAB 1 PENINGKATAN RASA SALING PERCAYA DAN HARMONISASI ANTARKELOMPOK MASYARAKAT

BAB 1 PENINGKATAN RASA SALING PERCAYA DAN HARMONISASI ANTARKELOMPOK MASYARAKAT BAB 1 PENINGKATAN RASA SALING PERCAYA DAN HARMONISASI ANTARKELOMPOK MASYARAKAT A. KONDISI UMUM Konflik berdimensi kekerasan di beberapa daerah yang antara lain dilatarbelakangi oleh adanya faktor kompleksitas

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai

Lebih terperinci

Ikhtisar Eksekutif. vii

Ikhtisar Eksekutif. vii Kata Pengantar Laporan Kinerja Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) ini merupakan bentuk akuntabilitas dari pelaksanaan tugas dan fungsi kepada masyarakat (stakeholders) dalam menjalankan visi dan misi

Lebih terperinci

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN RANCANGAN LAPORAN SINGKAT RAPAT DENGAR PENDAPAT KOMISI III DPR RI DENGAN SEKJEN MPR RI, SEKJEN DPD RI DAN SEKRETARIS MAHKAMAH AGUNG RI --------------------------------------------------- (BIDANG HUKUM,

Lebih terperinci

PRIORITAS 1 MATRIKS ARAH KEBIJAKAN BUKU III RKP 2011 NASIONAL

PRIORITAS 1 MATRIKS ARAH KEBIJAKAN BUKU III RKP 2011 NASIONAL PRIORITAS 1 NASIONAL NO. ARAH KEBIJAKAN STRATEGI PENGEMBANGAN FOKUS PRIORITAS KEMENTERIAN/LEMBAGA PROGRAM DALAM JUTA RUPIAH KEGIATAN PAGU INDIKATIF 1 Reformasi birokrasi dan tata kelola Meningkatkan penegakan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS 1 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 5 TAHUN 2015 BUPATI KUDUS PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN... TENTANG KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN... TENTANG KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN... TENTANG KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 228

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR : PK. 04 TAHUN 2011 TENTANG PENETAPAN INDIKATOR KINERJA UTAMA BADAN SAR NASIONAL

PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR : PK. 04 TAHUN 2011 TENTANG PENETAPAN INDIKATOR KINERJA UTAMA BADAN SAR NASIONAL KEPALA BADAN SAR NASIONAL PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR : PK. 04 TAHUN 2011 TENTANG PENETAPAN INDIKATOR KINERJA UTAMA BADAN SAR NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN SAR NASIONAL,

Lebih terperinci

Revisi ke : 08 Tanggal : 19 Nopember 2014

Revisi ke : 08 Tanggal : 19 Nopember 2014 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN : SATU SET DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN A. DASAR HUKUM : 1. UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. 2. UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan

Lebih terperinci

TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri)

TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri) TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri) LAPORAN SINGKAT KOMISI II DPR RI ------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------ Tahun Sidang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pengukuran kinerja pada capacity building yang mengikuti pola reinventing

I. PENDAHULUAN. pengukuran kinerja pada capacity building yang mengikuti pola reinventing I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Reformasi di bidang kinerja pemerintahan tidak akan membuahkan hasil optimal tanpa didukung oleh komitmen untuk memperbaiki validitas dari standar penilaian kinerja kelembagaan

Lebih terperinci

Bab III Arah Kebijakan, Strategi, Kerangka Regulasi dan Kerangka Kelembagaan

Bab III Arah Kebijakan, Strategi, Kerangka Regulasi dan Kerangka Kelembagaan Bab III Arah Kebijakan, Strategi, Kerangka Regulasi dan Kerangka Kelembagaan 3.1. Arah Kebijakan dan Strategi Komisi Pemilihan Umum Arah kebijakan dan strategi Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Sumedang

Lebih terperinci

LAKIP KPU KOTA BUKITTINGGI

LAKIP KPU KOTA BUKITTINGGI KATA PENGANTAR Alhamdulillah, Puji dan Syukur kami panjatkan kehadirat Allah Tuhan Yang Maha Esa, berkat Rahmat dan KaruniaNya sehingga kami dapat menyusun dan membuat Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN SEKRETARIAT JENDERAL TAHUN 2012

RENCANA KINERJA TAHUNAN SEKRETARIAT JENDERAL TAHUN 2012 RENCANA KINERJA TAHUNAN SEKRETARIAT JENDERAL TAHUN 2012 SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN PERTANIAN 2011 KATA PENGANTAR Sesuai dengan INPRES Nomor 7 Tahun 1999, tentang Akuntabilits Kinerja Instansi Pemerintah

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017 SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK NOMOR : SP DIPA-78.1-/217 A. DASAR HUKUM : 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan

Lebih terperinci

RENCANA KERJA ANGGARAN SATKER RINCIAN BELANJA SATUAN KERJA TAHUN ANGGARAN 2016

RENCANA KERJA ANGGARAN SATKER RINCIAN BELANJA SATUAN KERJA TAHUN ANGGARAN 2016 TAHUN ANGGARAN 6 (6) () (6..) DUKUNGAN MANAJEMEN DAN PELAKSANAAN TUGAS TEKNIS LAINNYA KPU SATUAN KERJA () PROPINSI () DKI JAKARTA () DKI JAKARTA PERHITUNGAN TAHUN 6 /KEGIATAN/OUUT/ SUB OUUT / KOMPONEN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2015 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN KESEHATAN

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2015 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN KESEHATAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2015 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2012 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2012 TENTANG SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2012 TENTANG KEBIJAKAN PENGAWASAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN DALAM NEGERI DAN PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

Revisi ke : 07 Tanggal : 8 Desember 2014

Revisi ke : 07 Tanggal : 8 Desember 2014 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN : SATU SET DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN A. DASAR HUKUM : 1. UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. 2. UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan

Lebih terperinci

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESI ---- RANCANGAN

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESI ---- RANCANGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESI ---- RANCANGAN ----------------- ----------- LAPORAN SINGKAT RAPAT KERJA KOMISI III DPR RI DENGAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA ---------------------------------------------------

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA TANGERANG

PEMERINTAH KOTA TANGERANG WALIKOTA TANGERANG Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (ILPPD) Kota Tangerang Tahun 2012 Undang-Undang nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, telah memberikan kewenangan kepada

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa

Lebih terperinci

2.1. TUGAS, FUNGSI, DAN STRUKTUR ORGANISASI SKPD

2.1. TUGAS, FUNGSI, DAN STRUKTUR ORGANISASI SKPD GAMBARAN PELAYANAN SKPD Bab ini menjabarkan tentang Tugas, Fungsi dan Struktur Organisasi, Sumber Daya SKPD, Kinerja Pelayanan SKPD, serta Tantangan dan Peluang Pengembangan Pelayanan SKPD. BAB 2 2.1.

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN KINERJA BAB II PERENCANAAN KINERJA A. RENCANA STRATEGIS 2015 2019 Perencanaan merupakan sebuah proses mendefinisikan tujuan organisasi, membuat strategi untuk mencapai tujuan itu, dan mengembangkan rencana aktivitas

Lebih terperinci

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN RANCANGAN LAPORAN SINGKAT RAPAT KERJA DAN RAPAT DENGAR PENDAPAT KOMISI III DPR RI DENGAN SEKJEN MPR RI, SEKJEN MAHKAMAH KONSTITUSI, SEKJEN DPD RI DAN ASRENA POLRI. ------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan Latar Belakang

Bab I Pendahuluan Latar Belakang Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, bahwa pembangunan yang berkeadilan dan demokratis

Lebih terperinci

Sekretariat Jenderal KATA PENGANTAR

Sekretariat Jenderal KATA PENGANTAR RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) SEKRETARIAT JENDERAL 2014 KATA PENGANTAR Sesuai dengan INPRES Nomor 7 Tahun 1999, tentang Akuntabilits Kinerja Instansi Pemerintah yang mewajibkan kepada setiap instansi pemerintah

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA www.bpkp.go.id PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan

Lebih terperinci

2 Mengingat : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Neg

2 Mengingat : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Neg LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.200, 2015 PERTAHANAN. Pertahanan Negara. 2015-2019 Kebijakan Umum. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 97 TAHUN 2015 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA

Lebih terperinci

Independensi Integritas Profesionalisme

Independensi Integritas Profesionalisme BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Independensi Integritas Profesionalisme VISI Menjadi lembaga pemeriksa keuangan negara yang kredibel dengan menjunjung tinggi nilainilai dasar untuk berperan

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA PENDAHULUAN

LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA PENDAHULUAN 1. Umum. Pertahanan negara sebagai salah satu fungsi pemerintahan negara merupakan

Lebih terperinci

GUBERNUR GORONTALO PERATURAN GUBERNUR GORONTALO NOMOR 57 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA

GUBERNUR GORONTALO PERATURAN GUBERNUR GORONTALO NOMOR 57 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA GUBERNUR GORONTALO PERATURAN GUBERNUR GORONTALO NOMOR 57 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA SEKRETARIAT DAERAH PROVINSI GORONTALO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB I P E N D A H U L U A N 1 BAB I P E N D A H U L U A N 1.1. Latar Belakang Arah kebijakan Inspektorat Kabupaten Bandung adalah Pembangunan Budaya Organisasi Pemerintah yang bersih, akuntabel, efektif dan Profesional dan Peningkatan

Lebih terperinci

BAB VIII INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS YANG DISERTAI KEBUTUHAN PENDANAAN

BAB VIII INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS YANG DISERTAI KEBUTUHAN PENDANAAN BAB VIII INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS YANG DISERTAI KEBUTUHAN PENDANAAN 8.1 Program Prioritas Pada bab Indikasi rencana program prioritas dalam RPJMD Provinsi Kepulauan Riau ini akan disampaikan

Lebih terperinci

RENCANA AKSI PENGELOLAAN BATAS WILAYAH NEGARA DAN KAWASAN PERBATASAN TAHUN 2011

RENCANA AKSI PENGELOLAAN BATAS WILAYAH NEGARA DAN KAWASAN PERBATASAN TAHUN 2011 LAMPIRAN I : PERATURAN BNPP NOMOR : 3 TAHUN 2011 TANGGAL : 7 JANUARI 2011 RENCANA AKSI PENGELOLAAN BATAS WILAYAH NEGARA DAN KAWASAN PERBATASAN TAHUN 2011 A. LATAR BELAKANG Penyusunan Rencana Aksi (Renaksi)

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 88 TAHUN 2007

PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 88 TAHUN 2007 PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 88 TAHUN 2007 T E N T A N G RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA KANTOR KESATUAN BANGSA, POLITIK DAN PERLINDUNGAN MASYARAKAT KABUPATEN BANTUL BUPATI BANTUL, Menimbang : Mengingat

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PRESIDEN NOMOR 38 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEJAKSAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 6 ayat (1) Undang- Undang

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016 SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK NOMOR : SP DIPA-78.1-/216 A. DASAR HUKUM : 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan

Lebih terperinci

PAGU RKAKL/DIPA DAN REALISASI TA 2013 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

PAGU RKAKL/DIPA DAN REALISASI TA 2013 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PAGU RKAKL/DIPA DAN REALISASI TA 2013 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 51 BELANJA PEGAWAI 52 BELANJA BARANG 53 BELANJA MODAL 57 BELANJA BANTUAN SOSIAL KEMENTERIAN/LEMBAGA, UNIT PAGU REALISASI PAGU

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI Jakarta 30 April 2013

MENTERI DALAM NEGERI Jakarta 30 April 2013 MENTERI DALAM NEGERI Jakarta 30 April 2013 SINERGI PERENCANAAN PEMBANGUNAN PUSAT DAN DAERAH DALAM RKP 2014 Musrenbang desa/kelurahan, kecamatan, kabupaten/kota, provinsi (Januari s.d. minggu ketiga April

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2017 Deputi I Bidang Koordinasi Politik Dalam Negeri

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2017 Deputi I Bidang Koordinasi Politik Dalam Negeri KATA PENGANTAR Ungkapan Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala Rahmat-Nya, sehingga Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Kedeputian I Bidang Koordinasi Politik Dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Reformasi di bidang kinerja pemerintahan tidak akan membuahkan hasil optimal

I. PENDAHULUAN. Reformasi di bidang kinerja pemerintahan tidak akan membuahkan hasil optimal I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Reformasi di bidang kinerja pemerintahan tidak akan membuahkan hasil optimal tanpa didukung oleh komitmen untuk memperbaiki validitas dari standar penilaian kinerja kelembagaan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai

Lebih terperinci

BAB 1 Pendahuluan L IHA PEMILIHAN UMUM

BAB 1 Pendahuluan L IHA PEMILIHAN UMUM BAB 1 Pendahuluan SI L IHA N PEM UMUM MI KO I 2014 PEMILIHAN UMUM A. Latar Belakang Sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar (UUD) Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan yang telah mengalami

Lebih terperinci

Kebijakan Bidang Pendayagunaan Aparatur Negara a. Umum

Kebijakan Bidang Pendayagunaan Aparatur Negara a. Umum emangat reformasi telah mendorong pendayagunaan aparatur Negara untuk melakukan pembaharuan dan peningkatan efektivitas dalam melaksanakan fungsi penyelenggaraan pemerintahan Negara dalam pembangunan,

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2015

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2015 PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2015 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan, dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, kami yang bertanda tangan dibawah ini: Nama : HUSNI KAMIL

Lebih terperinci

BAB 13 PENCIPTAAN TATA PEMERINTAHAN YANG BERSIH DAN BERWIBAWA

BAB 13 PENCIPTAAN TATA PEMERINTAHAN YANG BERSIH DAN BERWIBAWA BAB 13 PENCIPTAAN TATA PEMERINTAHAN YANG BERSIH DAN BERWIBAWA A. KONDISI UMUM Hingga tahun 2004, berbagai upaya telah dilakukan dalam rangka pelaksanaan reformasi birokrasi. Upaya-upaya ini bertujuan untuk

Lebih terperinci

KEBIJAKAN & STRATEGI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DALAM MENDUKUNG PEMBANGUNAN BIDANG KOMINFO TAHUN

KEBIJAKAN & STRATEGI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DALAM MENDUKUNG PEMBANGUNAN BIDANG KOMINFO TAHUN KEBIJAKAN & STRATEGI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DALAM MENDUKUNG PEMBANGUNAN BIDANG KOMINFO TAHUN 2004-2009 Disampaikan oleh : Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Pada

Lebih terperinci

REPUBLIK INDONESIA KANTOR MENTERI NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

REPUBLIK INDONESIA KANTOR MENTERI NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA KANTOR MENTERI NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL SAMBUTAN PEMBUKAAN MENTERI NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN

Lebih terperinci

HASIL KESEPAKATAN MUSRENBANGNAS 2010 DAN HASIL BILATERAL PASCA-MUSRENBANGNAS 2010 ANTARA K/L DAN BAPPEDA PROVINSI KELOMPOK IV: PRIORITAS 10

HASIL KESEPAKATAN MUSRENBANGNAS 2010 DAN HASIL BILATERAL PASCA-MUSRENBANGNAS 2010 ANTARA K/L DAN BAPPEDA PROVINSI KELOMPOK IV: PRIORITAS 10 REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/BAPPENAS HASIL KESEPAKATAN MUSRENBANGNAS 2010 DAN HASIL BILATERAL PASCA-MUSRENBANGNAS 2010 ANTARA K/L DAN BAPPEDA PROVINSI KELOMPOK IV: PRIORITAS

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci