LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA"

Transkripsi

1 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG POLITIK, HUKUM DAN KEAMANAN 2012

2 KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat- Nya, Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan (Kemenko Polhukam) dapat menyelesaikan penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun LAKIP ini merupakan wujud pertanggungjawaban pelaksanaan tugas dan fungsi, kebijakan, program dan kegiatan Kemenko Polhukam dalam menyelenggarakan tugas di bidang politik, hukum dan keamanan kepada masyarakat dan pemangku kepentingan (stakeholders) sebagaimana diamanatkan dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan Organisasi Kementerian dan Lembaga. Melalui kerja keras serta dukungan dari seluruh pemangku kepentingan, Kemenko Polhukam telah melaksanakan berbagai program dan kegiatan dalam mendukung tujuan pembangunan nasional sesuai dengan Rencana Strategis Kemenko Polhukam Keberhasilan program-program yang telah terlaksana dengan hasil yang terukur dan sesuai dengan rencana akan menjadi barometer agar program-program pada masa mendatang dapat dilaksanakan secara lebih efektif dan efisien. Sementara itu, berbagai kendala serta kegagalan dalam pelaksanaan program dan kegiatan selama tahun 2012 menjadi bahan evaluasi kami bagi perbaikan kinerja Kemenko Polhukam pada tahun-tahun mendatang. Saya menyampaikan terima kasih serta penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang selama ini secara konsisten dan sungguh-sungguh bersama dengan Kemenko Polhukam mewujudkan stabilitas politik, hukum dan keamanan guna menunjang pembangunan nasional dalam upaya menyejahterakan masyarakat Indonesia. Akhir kata, semoga Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kemenko Polhukam Tahun 2012 ini dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan, baik sebagai informasi maupun evaluasi kinerja. Jakarta, Maret 2013 MENTERI KOORDINATOR BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN DJOKO SUYANTO i

3 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI RINGKASAN EKSEKUTIF BAB I : PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG 1 B. KELEMBAGAAN KEMENKO POLHUKAM 2 1. Tugas dan Fungsi 2 2. Organisasi 3 C. PERAN KEMENKO POLHUKAM 4 BAB II : PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA A. RPJMN B. RENCANA STRATEGIS KEMENKO POLHUKAM Visi dan Misi 6 2. Sasaran Strategis 7 3. Arah Kebijakan 7 C. PERJANJIAN KINERJA BAB III : AKUNTABILITAS KINERJA A. CAPAIAN RPJMN PADA TAHUN B. PENGUKURAN CAPAIAN KINERJA TAHUN C. EVALUASI DAN ANALISIS CAPAIAN KINERJA TAHUN HAL i ii iv BAB IV : PENUTUP 49 LAMPIRAN : Lampiran 1. Struktur Organisasi Kemenko Polhukam Lampiran 2. Rencana Kinerja Tahun 2012 per Kedeputian Lampiran 3. Review Pencapaian RPJMN pada 2012 Lampiran 4. Form Pengukuran Kinerja 2012 ii

4 DAFTAR TABEL II.1 Perjanjian Kinerja Tahun III.1 Capaian Prioritas I Reformasi Birokrasi dan Tata Kelola 10 III.2 Capaian Kinerja Tahun III.3 Capaian Sasaran Meningkatnya Kualitas Demokrasi dan Diplomasi Indonesia 14 III.4 Data Kemajuan Kasus WNI yang Terkena Hukuman Mati 21 III.5 Capaian Sasaran Meningkatnya Supremasi Hukum dan Pemajuan HAM 30 III.6 Capaian Sasaran Terwujudnya Stabilitas Keamanan 36 III.7 Capaian Sasaran Meningkatnya Pendayagunaan Aparatur dan Tata Kelola Pemerintahan 45 III.8 Realisasi Anggaran DAFTAR GRAFIK III.1 Indeks Demokrasi Indonesia III.2 Persentase Distribusi Kasus WNI di Luar Negeri III.3 Penyelesaian Kasus WNI di Luar Negeri tahun III.4 Capaian Pembentukan Pokja RAN-HAM III.5 Perkembangan Capaian MEF 37 III.6 Perbandingan Penyelesaian Kejahatan Konvensional III.7 Perbandingan Penyelesaian Kejahatan Terhadap Kekayaan Negara 40 III.8 Perbandingan Penyelesaian Kejahatan Transnasional III.9 Perbandingan Penyelesaian Kejahatan Impilkasi Kontijensi III.10 Penyelesaian Tindak Kejahatan III.11 Perbandingan Jumlah Kejahatan dan Penyelesaiannya III.12 Perbandingan Skor Integritas Pelayanan Publik 46 iii

5 RINGKASAN EKSEKUTIF Berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan Organisasi Kementerian dan Lembaga serta Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara dan Peraturan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan Nomor: PER-367/Menko/Polhukam/10/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kemenko Polhukam, bahwa Kemenko Polhukam mempunyai tugas membantu Presiden dalam menyinkronkan dan mengoordinasikan perencanaan, penyusunan dan pelaksanaan kebijakan bidang politik, hukum dan keamanan. Untuk mengukur keberhasilan dari implementasi Rencana Strategis Kemenko Polhukam sebagaimana telah direvisi dalam Peraturan Menko Polhukam Nomor: Per-13/Menko/Polhukam/06/2012, Kemenko Polhukam menetapkan target pada masing-masing sasaran yang akan dicapai sesuai dengan Peraturan Menko Polhukam Nomor: Per-12/Menko/Polhukam/06/2012 tentang Indikator Kinerja Utama Kemenko Polhukam. Pengukuran capaian hasil koordinasi bidang politik, hukum dan keamanan tahun 2012 diperoleh melalui pemenuhan berbagai Indikator Kinerja yang dinyatakan dalam bentuk pernyataan, baik kuantitatif dan kualitatif yang menggambarkan tingkat pencapaian dan sasaran yang telah ditetapkan. Koordinasi bidang politik, hukum dan keamanan yang dilakukan oleh Kemenko Polhukam tidak dapat dilepaskan dari pencapaian kinerja nasional. Melalui koordinasi dan sinkronisasi kebijakan yang dilakukan, Kemenko Polhukam telah mendorong pelaksanaan tugas teknis oleh Kementerian/Lembaga terkait agar lebih efektif dan optimal, melalui rekomendasi kebijakan dan langkah tindak lanjut yang diberikan. Adapun capaian pengelolaan bidang politik, hukum dan keamanan sebagai berikut: 1. Capaian kinerja di bidang politik dalam negeri antara lain dapat dilihat dari peningkatan capaian Indeks Demokrasi Indonesia (IDI). Hasil survei IDI pada tahun 2010, menunjukkan skor 63,17. Sedangkan hasil sementara IDI tahun 2011 dengan skor 65,48. Hal ini menunjukkan peningkatan kualitas praktik demokrasi di Indonesia. Selain itu, untuk meningkatkan persatuan dan kesatuan bangsa, Kemenko Polhukam telah menyusun Draft Grand Design Pemantapan Wawasan Kebangsaan. iv

6 2. Politik luar negeri ditandai dengan keterkaitan erat masalah nasional, regional dan global dalam segala bidang seperti politik keamanan, ekonomi, lingkungan dan sosial. Dari peran diplomasi Indonesia selama tahun 2012 diperoleh kemajuan yang berarti dalam banyak bidang seperti kerjasama bilateral dan mitra strategis, perundingan perbatasan dengan negara tetangga, perlindungan WNI/TKI di luar negeri, pemeliharaan perdamaian dan stabilitas kawasan dan global, dan konsolidasi demokrasi dan nilai HAM. Beberapa capaian penting politik luar negeri yang memerlukan peranan dan keterlibatan Kemenko Polhukam melalui koordinasi pemangku kepentingan tingkat nasional dapat terlihat dalam terlaksananya 32 perundingan batas darat dan laut dengan 7 negara tetangga. Upaya perlindungan WNI di luar negeri, yang merupakan agenda prioritas nasional, berhasil mengurangi hingga 50% pelaporan kasus WNI di luar negeri, pembebasan 110 WNI dari ancaman hukuman mati dan 33 telah bebas murni dan telah dipulangkan ke tanah air serta penanganan WNI dalam situasi konflik seperti di Suriah. Pemajuan HAM setelah disepakatinya Deklarasi HAM ASEAN dapat dicatat sebagai bagian dari capaian penting pollugri pada tahun Capaian kinerja di bidang hukum dapat dilihat dari aspek Indeks Persepsi Korupsi (IPK) dan pelaksanaan Rencana Aksi Nasional HAM (RANHAM). Realisasi capaian IPK pada tahun 2012 adalah sebesar 32 dari rencana target sebesar 3,2. (Pada tahun 2012, terjadi perubahan metode dan skala pengukuran dari 1 s.d 100). Dalam rangka pelaksanaan RANHAM, untuk K/L telah mencapai 68,7 persen dari rencana target 70 persen dan untuk Pemda sebesar 61,2 persen melebihi dari target 50 persen. 4. Dari sisi pertahanan, dalam rangka memenuhi pembentukan postur minimum essential force serta terwujudnya kemandirian, peningkatan peran industri pertahanan dalam negeri sangat dibutuhkan, terutama untuk produk-produk militer yang secara teknis mampu diproduksi di dalam negeri. Guna mewujudkan hal tersebut, pemerintah telah membentuk Komite Kebijakan Industri Pertahanan (KKIP) sebagai institusi yang merumuskan kebijakan pembelian Alutsista TNI dan Alut Polri, diselesaikannya Master Plan Industri Pertahanan dan Road Map menuju revitalisasi industri pertahanan dalam negeri. Pada 2012, pencapaian MEF sebesar 35 persen dari target pencapaian MEF adalah sebesar 28,7 persen. v

7 5. Di bidang Keamanan, dari sisi penindakan, Polri telah berhasil menangkap 89 orang tersangka tindak pidana terorisme sepanjang tahun Selain itu dalam hal penyelesaian kasus tindak pidana kejahatan konvensional, transnasional, kontijensi dan kekayaan negara telah mencapai target yaitu sebesar 64 persen. Dalam rangka pencegahan tindak pidana terorisme, BNPT telah melaksanakan berbagai program antara lain program deradikalisasi dan membentuk Forum Komunikasi Penanggulangan Terorisme (FKPT) di 15 provinsi. 6. Sebagai hasil koordinasi Kemenko Polhukam di bidang pendayagunaan aparatur dan reformasi birokrasi, Jumlah K/L yang telah Melaksanakan RB pada tahun 2012 sebanyak 20 K/L. Dalam bidang integritas penyelenggaraan pemerintahan, skor Integritas Pelayanan Publik mencapai 6,37. LAKIP Kemenko Polhukam tahun 2012 diharapkan dapat memberikan informasi secara transparan, baik kepada pimpinan maupun kepada semua pemangku kepentingan mengenai capaian kinerja Kemenko Polhukam pada tahun anggaran Selain itu, LAKIP juga diharapkan dapat memberikan umpan balik guna peningkatan kinerja pada tahun-tahun yang akan datang. Jakarta, Maret 2013 vi

8 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Laporan Akuntabilitas Kinerja Kemenko Polhukam Tahun 2012 disusun sebagai bentuk pertanggungjawaban kinerja atas pelaksanaan tugas dan fungsi Kemenko Polhukam. Amanat penyusunan Laporan Kinerja telah ditetapkan dalam Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah yang mewajibkan bagi setiap Instansi Pemerintah untuk menyusun dokumen perencanaan strategis berupa Rencana Strategis, Rencana Kinerja Tahunan, Penetapan Kinerja dan Laporan Akuntabilitas Kinerja. Secara teknis, tata cara penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja berpedoman pada Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara & Reformasi Birokrasi Nomor 29 tahun Laporan Akuntabilitas Kinerja Kemenko Polhukam Tahun 2012 memberikan informasi mengenai pencapaian kinerja dalam mencapai sasaran strategisnya melalui pelaksanaan program dan kegiatan Kemenko Polhukam TA Selain wujud pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugas dan fungsi, Laporan Kinerja ini merupakan bentuk akuntabilitas kepada publik, sesuai dengan tuntutan reformasi birokrasi. Laporan Akuntabilitas Kinerja juga bermanfaat sebagai alat utama dalam rangka pemantauan, penilaian, evaluasi dan pengendalian atas kualitas kinerja sekaligus menjadi pendorong perbaikan kinerja dalam rangka terciptanya tata kelola kepemerintahan yang baik. 1

9 B. Kelembagaan Kemenko Polhukam 1. Tugas dan Fungsi Sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 24 tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara serta Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara bahwa Kemenko Polhukam bertugas membantu Presiden dalam menyinkronkan dan mengkoordinasikan perencanaan, penyusunan, dan pelaksanaan kebijakan di bidang politik, hukum, dan keamanan. Dalam menjalankan tugas yang diamanatkan tersebut, Kemenko Polhukam melakukan fungsi sebagai berikut: a. sinkronisasi perencanaan, penyusunan, dan pelaksanaan kebijakan di bidang politik,hukum, dan keamanan; b. koordinasi perencanaan, penyusunan, dan pelaksanaan kebijakan di bidang politik, hukum, dan keamanan; c. pengendalian penyelenggaraan urusan kementerian sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b; d. pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab Kemenko Polhukam; e. pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan Kemenko Polhukam; dan f. pelaksanaan tugas tertentu yang diberikan oleh Presiden. Untuk mendukung pelaksananaan tugas dan fungsi, kemenko Polhukam mengkoordinasikan Kementerian/Lembaga sebagai berikut: a. Kementerian Dalam Negeri; b. Kementerian Luar Negeri; c. Kementerian Hukum dan HAM; d. Kementerian Pertahanan; e. Kementerian Komunikasi dan Informasi; f. Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi; g. Tentara Nasional Indonesia; h. Kepolisian Republik Indonesia; 2

10 i. Badan Intelijen Negara; j. Kejaksaan Republik Indonesia; k. Badan Nasional Penanggulangan Terorisme; l. Badan Koordinasi Keamanan Laut. 2. Organisasi Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) dibantu oleh 8 (delapan) Pejabat Eselon I-a yang teridiri dari Sekretaris Menko Polhukam dan 7 (tujuh) Deputi yang dengan susunan: a. Deputi I Bidang Koordinasi Politik Dalam Negeri; b. Deputi II Bidang Koordinasi Politik Luar Negeri; c. Deputi III Bidang Koordinasi Hukum dan Hak Asasi Manusia; d. Deputi IV Bidang Koordinasi Pertahanan Negara; e. Deputi V Bidang Koordinasi Keamanan Nasional; f. Deputi VI Bidang Koordinasi Kesatuan Bangsa; g. Deputi VII Bidang Koordinasi Komunikasi, Informasi dan Aparatur; Selain dibantu pejabat Eselon I-a, Menko Polhukam juga dibantu oleh Staf Ahli dan Staf Khusus setingkat Eselon I-b dengan susunan : a. Staf Ahli Bidang Ideologi dan Konstitusi; b. Staf Ahli Bidang Ketahanan Nasional; c. Staf Ahli Bidang Wilayah dan Pembangunan Daerah; d. Staf Ahli Bidang Perekonomian; e. Staf Ahli Bidang Sumber Daya Manusia dan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi; f. Staf Ahli Bidang Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup; dan g. Staf Ahli Bidang Sosial Budaya. h. Staf Khusus sebanyak 3 (tiga) orang; Selain para Pejabat Eselon I di atas, terdapat 39 (tiga puluh sembilan) Pejabat Eselon II, terdiri dari 35 (tiga puluh lima) Asisten Deputi, dengan 3

11 masing-masing Deputi membawahi 5 (lima) Asisten Deputi dan 3 (tiga) Kepala Biro berada di bawah Sesmenko Polhukam. Dalam rangka pengawasan internal, Menko Polhukam dibantu Satuan Pengawas Internal (SPI) yang dipimpin oleh Inspektur. Pejabat Eselon III dan IV berada di lingkungan Sekretariat Menko Polhukam dan Unit Kedeputian. Kepala Bagian (Eselon III) dan Kepala Sub Bagian/Kepala Sub Bagian Tata Usaha (Eselon IV) yang memberikan pelayanan administratif, sedangkan Kepala Bidang (Eselon III) dan Kepala Sub Bidang (Eselon IV) adalah yang membantu Asisten Deputi di unit kedeputian. Pejabat dan Staf Kemenko Polhukam terdiri dari berbagai unsur lintas instansi. Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 17 Tahun 2011 dan Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2011, Kemenko Polhukam membawahi secara administratif 2 (dua) Sekretariat Komisi, yaitu Sekretariat Komisi Kejaksaan Republik Indonesia dan Sekretariat Komisi Kepolisian Nasional. C. Peran Kemenko Polhukam dalam mendukung Pencapaian Tujuan Nasional Secara umum, peran yang telah dilakukan oleh kemenko Polhukam dalam perumusan, pelaksanaan dan evaluasi kebijakan di bidang politik, hukum dan keamanan telah berjalan dengan optimal, walaupun dalam tataran implementasi masih ditemukan berbagai permasalahan yang sangat kompleks dan cenderung mengedepankan ego sektoral. Kemenko Polhukam melaksanakan tugas dan fungsi melalui penyelenggaraan Rapat Koordinasi, meliputi Rapat Koordinasi Paripurna Tingkat Menteri (RPTM), Rapat Koordinasi Terbatas (Rakortas), Rapat Koordinasi Khusus (Rakorsus) baik Tingkat Menteri atau Tingkat Eselon I, Rapat Kelompok Kerja (Pokja), Desk, pemantapan, monitoring dan evaluasi kebijakan, Forum Koordinasi, Focus Group Discussion, Workshop, Tim Kerja dan lain sebagainya. Kegiatan yang dilaksanakan tersebut menghasilkan rekomendasi kebijakan yang disampaikan oleh Menko kepada Presiden/Wakil Presiden, Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah. 4

12 BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA A. RPJMN Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) merupakan tahap kedua dari pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) yang ditetapkan melalui Undang-Undang Nomor 17 Tahun RPJMN ini selanjutnya menjadi pedoman bagi kementerian/lembaga dalam menyusun Rencana Strategis kementerian/lembaga (Renstra-KL). RPJMN berpijak pada visi dan misi Kabinet Indonesia Bersatu II dengan agenda pembangunan sebagai berikut : Agenda I : Pembangunan Ekonomi dan Peningkatan Kesejahteraan Rakyat Agenda II : Perbaikan Tata Kelola Pemerintahan Agenda III : Penegakan Pilar Demokrasi Agenda IV : Penegakkan Hukum dan Pemberantasan Korupsi Agenda V : Pembangunan yang Inklusif dan Berkeadilan Sasaran pembangunan nasional dalam perkuatan demokrasi dan penegakan hukum adalah tercapainya indeks demokrasi pada angka 73 dan Indeks Persepsi Korupsi pada angka 5,0. Visi dan Misi pemerintah , perlu dirumuskan dan dijabarkan lebih operasional ke dalam sejumlah program prioritas sehingga lebih mudah diimplementasikan dan diukur tingkat keberhasilannya yaitu: 1. Reformasi birokrasi dan tata kelola; 2. Pendidikan; 3. Kesehatan 4. Penanggulangan kemiskinan 5. Ketahanan pangan 6. Infrastruktur 7. Iklim investasi dan iklim usaha 8. Energi 5

13 9. Lingkungan hidup dan pengelolaan bencana 10. Daerah tertinggal, terdepan, terluar, dan pasca-konflik 11. Kebudayaan, kreativitas, dan inovasi teknologi 12. Prioritas Nasional Lainnya (Polhukam, Kesra, Perekonomian) Kemenko Polhukam bertanggung jawab dalam lingkup koordinasi pelaksanaan pencapaian prioritas Reformasi Birokrasi dan Tata Kelola; Daerah Tertinggal Terdepan, Terluar dan Pasca Konflik, serta Prioritas Lainnya Bidang Polhukam. B. Rencana Strategis Kemenko Polhukam Kemenko Polhukam mempunyai peran penting dalam mengkoordinasikan perencanaan dan perumusan kebijakan serta mensinkronkan pelaksanaan kebijakan bidang politik, hukum dan keamanan agar mencapai hasil yang diharapkan. Sebagai langkah awal, Kemenko Polhukam menyusun Rencana Strategis Tahun yang merupakan penjabaran dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional II Tahun Rencana Strategis mencakup Visi, Misi, Kebijakan, Program dan Indikator Kinerja. Rencana Strategis ini berorientasi pada hasil yang ingin dicapai dalam kurun waktu 5 (lima) tahun yaitu tahun 2010 sampai dengan tahun 2014, dengan memperhitungkan analisis situasi, kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman serta isu-isu strategis. 1. Visi dan Misi Sejalan dengan visi dan misi Kabinet Indonesia Bersatu II serta tugas pokok dan fungsi Kemenko Polhukam yang diselaraskan dengan tingkat capaian pembangunan bidang politik, hukum dan keamanan, maka Kemenko Polhukam menetapkan visi : Terwujudnya stabilitas bidang politik, hukum dan keamanan yang efektif untuk mencapai Indonesia yang demokratis, adil, aman dan damai. 6

14 Guna mewujudkan visi tersebut, Kemenko Polhukam menetapkan Misi yang diharapkan menjadi arah pelaksanaan kegiatan demi terwujudnya Visi yang telah ditetapkan yaitu: a. Mewujudkan koordinasi perencanaan dan penyusunan kebijakan di bidang politik, hukum dan keamanan. b. Mewujudkan sinkronisasi pelaksanaan kebijakan di bidang politik, hukum dan keamanan. c. Menyelenggarakan evaluasi dan kajian sebagai bahan pertimbangan untuk koordinasi penyusunan kebijakan di bidang politik, hukum dan keamanan 2. Sasaran Strategis Sasaran strategis yang ingin dicapai dalam koordinasi kebijakan bidang Politik, Hukum dan Keamanan sebagai berikut: a. Meningkatnya kualitas demokrasi dan diplomasi Indonesia; b. Meningkatnya Supremasi Hukum dan Pemajuan HAM; c. Terwujudnya stabilitas keamanan; d. Meningkatnya pendayagunaan aparatur dan tata kelola kepemerintahan. 3. Arah Kebijakan Arah kebijakan Kemenko Polhukam diimplementasikan melalui aktualisasi program prioritas dan kegiatan lingkup koordinasi kelembagaan bidang polhukam untuk jangka waktu lima tahun kedepan ( ). Sedangkan Strategi untuk pencapaian sasaran pembangunan bidang polhukam dilaksanakan melalui implementasi program dan kegiatan dengan berpedoman restrukturisasi program dan kegiatan. Prioritas kegiatan bidang politik, hukum dan keamanan dalam kurun waktu lima tahun ( ), adalah : 1) Reformasi birokrasi dan perbaikan tata kelola pemerintahan; 2) Penegakan pilar demokrasi; 7

15 3) Penegakan hukum, pencegahan dan pemberantasan korupsi dan terorisme; 4) Perwujudan kondisi keamanan dan kepastian hukum dalam rangka penciptaan iklim investasi dan iklim usaha yang kondusif; 5) Kebijakan pengelolaan daerah tertinggal; 6) Perwujudan keamanan di wilayah terdepan, terluar, dan perbatasan; 7) Pengelolaan daerah pasca-konflik; dan 8) Kerjasama Internasional. Adapun program dan kegiatan dalam kurun waktu lima tahun ( ) adalah sebagai berikut : 1) Program Peningkatan Koordinasi Politik, Hukum dan Keamanan; 2) Program Layanan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Kemenko Polhukam; 3) Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Kemenko Polhukam. C. PERJANJIAN KINERJA 2012 Rencana Kinerja Tahunan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah merupakan upaya dalam membangun manajemen pemerintahan yang transparan, partisipatif, akuntabel, dan berorientasi hasil. Selanjutnya, Penetapan Kinerja disusun sebagai komitmen dari Rencana Kinerja Tahunan yang harus dicapai oleh instansi pemerintah dalam rangka meningkatkan efektivitas, akuntabilitas Instansi Pemerintah. Kemenko Polhukam telah menetapkan indikator dan target kinerja yang digunakan sebagai acuan dalam pengukuran kinerja. Penetapan Kinerja adalah kontrak kinerja para pejabat atas kegiatan yang dilaksanakan selama 1(satu) tahun anggaran beserta target pencapaiannya. Pada akhir tahun anggaran penetapan kinerja digunakan sebagai dasar evaluasi kinerja dan penilaian kinerja. Adapun penetapan kinerja Kemenko Polhukam tahun 2012 adalah sebagai berikut: 8

16 Tabel II.1 Perjanjian Kinerja Tahun 2012 Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target (1) (2) (3) Meningkatnya kualitas demokrasi dan diplomasi Indonesia 1. Indeks Demokrasi Indonesia 2. Jumlah kerjasama/diplomasi internasional 3. Jumlah Grand Design Strategi Wawasan Kebangsaan Meningkatnya Supremasi Hukum dan Pemajuan HAM Terwujudnya stabilitas keamanan Meningkatnya pendayagunaan aparatur dan tata kelola kepemerintahan. 1. Indeks Persepsi Korupsi 2. Persentase K/L yang melaksanakan Rencana Aksi Nasional HAM Nasional 3. Persentase Pemda yang melaksanakan Rencana Aksi Nasional HAM Nasional 1. Skala Minimum Essential Forces 2. Persentase penyelesaian tindak pidana Kejahatan Konvensional, Transnasional, Kontijensi dan Kekayaan Negara 1. Skor Integritas Pelayanan Publik. 2. Jumlah K/L yang telah Melaksanakan RB 3,2 70% 50% 28,7 64,25% 7,

17 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA A. Capaian RPJMN Bidang Polhukam Tahun 2012 Prioritas Nasional yang menjadi tanggung jawab kemenko Polhukam mencakup Prioritas I: Reformasi dan Tata Kelola, Prioritas 10: Daerah Terdepan, Terdepan, Terluar dan Pasca Konflik serta Prioritas Lainnya Bidang Politik, Hukum dan Keamanan merupakan capaian nasional dalam koordinasi Kemenko Polhukam. Capaian prioritas I Reformasi dan Tata Kelola yang sudah pada jalur (on the track) untuk mencapai target akhir RPJMN 2014 meliputi: Indeks Integritas instansi pusat : 6.86, Opini WTP Kementerian/Lembaga 77 %, persentase Kementerian/Lembaga yang akuntabel sebesar 95,06 % dan persentase Pemerintah Provinsi yang akuntabel sebesar 75,76 %. Selain itu, terdapat capaian yang membutuhkan kerja keras menuju target RPJMN pada tahun 2014 yaitu skor integritas pemerintah daerah (6.32) dan Persentase Kabupaten/Kota yang akuntabel (pada tahun 2011: 12,78%). Tabel III.1 Capaian Prioritas I Reformasi Birokrasi dan Tata Kelola No Indikator Capaian 1 Indeks Integritas Instansi Pusat 6.86 % 2 Opini WTP Kementerian/Lembaga 77 % 3 Persentase K/L yang akuntabel % 4 Persentase Pemerintah Provinsi yang akuntabel 75.76% 5 Skor Integritas Pemerintah Daerah Persentase Kabupaten/Kota yang akuntabel % Beberapa capaian yang sulit dicapai pada akhir RPJMN 2014 diantaranya : Indeks Persepsi Korupsi (IPK) dengan skor 32 dari target 5.0 pada tahun Sebagai informasi pada tahun 2012 terjadi perubahan metodologi dan skala (1-100) pada 10

18 pengukuran IPK. Kemudahan berusaha juga menjadi hal perlu mendapatkan atensi serius karena pada tahun 2012 Indonesia menempati peringkat 129. Peringkat ini turun 3 peringkat dari tahun 2011 dengan peringkat 126. Opini WTP pada Pemerintah Daerah juga masih rendah yaitu 16%. Beberapa hal yang menjadi hambatan pencapaian prioritas reformasi dan tata kelola antara lain: lemahnya akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah dan manajemen barang milik negara, rendahnya kesadaran hukum dalam pemberantasan korupsi, kurangnya kapasitas aparat pengawas internal dan pengelola keuangan, belum optimalnya implementasi UU Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik, belum optimalnya Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP). Langkah strategis yang perlu dilakukan untuk mencapai target RPJMN 2014 adalah sebagai berikut : Penanganan kasus-kasus korupsi skala besar, Peningkatan pelayanan publik dan kemudahan berusaha, Peningkatan kualitas SDM aparatur, Peningkatan akuntabilitas keuangan dan manajemen Barang Milik Negara serta Akselerasi Implementasi UU Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik. Capaian Prioritas 10 Daerah Terdepan, Terdepan, Terluar dan Pasca Konflik sudah pada jalur (on the track) dan diprediksi dapat dicapai pada akhir tahapan RPJMN. Capaian yang berkaitan dengan bidang politik, hukum dan keamanan diantaranya: terbangunnya 206 pos perbatasan, 40 border sign post 77 pilar batas dan 190 sign post, pelaksanaan pergelaran satuan TNI di wilayah perbatasan. Atensi pada aspek politik, hukum dan keamanan adalah sarana dan prasarana pertahanan dan keamanan di wilayah perbatasan, pengawasan keamanan perbatasan, pembangunan pos lintas batas negara terpadu, pemetaan kecamatan kawasan perbatasan darat dan pulau terluar serta mengintensifkan perundingan batas darat dan laut. Capaian Prioritas Lainnya Bidang Politik, Hukum dan Keamanan yang sudah pada jalur (on the track) diantaranya: Persentase penggunaan alat utama sistem pertahanan TNI (15,86%) dan Polri (14,30%) dari industri dalam negeri, jumlah 11

19 penanganan perkara di Tingkat MA, penyelesaian administrasi perkara di tingkat pertama dan banding di Peradilan Umum, Peradilan Agama, Peradilan Militer, penanganan dan penuntutan perkara tindak pidana korupsi di Kejaksaan dan KPK. Selanjutnya sasaran yang membutuhkan kerja keras untuk mencapai target pada tahun 2014 adalah sebagai berikut: peningkatan jumlah Forum Komunikasi Penanggulangan Terorisme (FKPT) yang baru terbentuk di 15 Provinsi pad atahun 2012, Pencapaian Skala Minimum Essential Forces (MEF) pada tahun 2012 dengan skor 35% sedangkan target pada tahun 2014 adalah 45,8%, penyelesaian administrasi perkara di tingkat pertama dan banding di Peradilan Tata Usaha Negara. Dalam hal perkuatan kualitas demokrasi Indeks Demokrasi Indonesia sementara pada tahun 2012 adalah 65,48. Angka naik dari tahun 2011 dengan skor 63,17. Dalam upaya mewujudkan keamanan dalam negeri, saat ini rasio Polri terhadap pendukuk 1:613, sementara target pada tahun 2014 adalah 1: 575. Langkah strategis yang perlu dilakukan untuk mencapai target sasaran RPJMN 2014 adalah implementasi program deradikalisasi dan kontra radikalisme, dukungan penyiapan tahapan Pemilu 2014, peningkatan pendidikan politik, pemberdayaan industri pertahanan dalam negeri serta berupaya memenuhi rasio ideal Polri: masyarakat dan implementasi community policing. Terlampir review pencapaian RPJMN pada tahun

20 B. Pengukuran Capaian Kinerja Tahun 2012 Pengukuran tingkat capaian kinerja Kemenko Polhukam dilakukan dengan membandingkan target kinerja dengan realisasi dari indikator Sasaran Strategis. Secara garis besar, capaian kinerja Kemenko Polhukam pada tahun 2012 dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel III.2 Capaian Kinerja Tahun 2012 Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi Persentase Realisasi 2011 (1) (2) (3) (4) (5) (6) Meningkatnya kualitas demokrasi dan diplomasi Indonesia a) Indeks Demokrasi Indonesia b) Jumlah kerjasama/diplomasi internasional c) Jumlah Draft Grand Design Strategi Wawasan Kebangsaan ,17* ,13** - - Meningkatnya Supremasi Hukum dan Pemajuan HAM Terwujudnya stabilitas keamanan Meningkatnya pendayagunaan aparatur dan tata kelola kepemerintahan. a) Indeks Persepsi Korupsi b) Persentase K/L yang melaksanakan Rencana Aksi Nasional HAM Nasional c) Persentase Pemda yang melaksanakan Rencana Aksi Nasional HAM Nasional a) Skala Minimum Essential Forces b) Persentase penyelesaian tindak pidana Kejahatan Konvensional, Transnasional, Kontijensi dan Kekayaan Negara a) Skor Integritas Pelayanan Publik. b) Jumlah K/L yang telah Melaksanakan RB 3,2 70% 50% 28,7 64,25% 32*** 68,7% 61,2% * Skor IDI Tahun 2010, hasil survei tahun ** Skor IDI Tahun 2009, hasil survey tahun *** Pada 2012, terdapat perubahan metodologi dan skala menjadi (-) indikator ini belum digunakan pada tahun , ,1 122, , ,

21 C. Evaluasi dan Analisis Capaian Kinerja tahun Sasaran Meningkatnya Kualitas Demokrasi dan Diplomasi Indonesia Pencapaian sasaran meningkatnya kualitas demokrasi dan diplomasi Indonesia diukur dengan indikator kinerja sebagai berikut: Kemenko Polhukam berperan sebagai penanggungjawab kegiatan Penyusunan Laporan IDI 2010 Tabel III.3 Capaian Sasaran Meningkatnya Kualitas Demokrasi dan Diplomasi Indonesia Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi Persentase (1) (2) (3) (4) (5) Meningkatnya kualitas demokrasi dan diplomasi Indonesia a) Indeks Demokrasi Indonesia b) Jumlah kerjasama/diplomasi internasional c) Jumlah Draft Grand Design Strategi Wawasan Kebangsaan ,17* * Skor IDI Tahun 2010, hasil survei tahun a) Indeks Demokrasi Indonesia (IDI) Secara umum perkembangan demokrasi di satu sisi ditentukan oleh sejauh mana kebutuhan-kebutuhan warga negara (democratic demand) dapat dipenuhi oleh negara (democratic supply). Di sisi lain, sejauh mana warga negara memiliki adab bernegara (civic virtue) sehingga mampu mengekspresikan tuntutantuntutannya secara beradab, tidak dengan kekerasan dan tidak melanggar hakhak warga negara lain. Dalam rangka menakar praktik demokrasi di Indonesia, Pemerintah menyusun suatu instrumen untuk mengukur perkembangan demokrasi di Indonesia. IDI adalah angka yang menunjukkan tingkat perkembangan demokrasi di seluruh provinsi di Indonesia berdasarkan 3 (tiga) aspek yaitu kebebasan sipil (civil liberties), hak-hak politik (political rights) dan lembaga-lembaga demokrasi (institutions of democracy). Kebebasan sipil dibatasi pada kebebasan individu dan 14

22 kelompok yang berkaitan erat dengan kekuasaan Negara dan atau kelompok masyarakat tertentu, dengan Variabel kebebasan sipil sebagai berikut : 1) Kebebasan Berkumpul dan Berserikat, 2) Kebebasan berpendapat, 3) Kebebasan berkeyakinan, 4) Kebebasan dari diskriminasi. Untuk aspek Hak-Hak Politik variabel yang digunakan adalah : 1) hak memilih dan dipilih, dan 2) Partisipasi politik dalam pengambilan keputusan dan pengawasan. Sedangkan untuk aspek Lembaga Demokrasi digunakan variabel sebagai berikut: 1) Pemilihan Umum (Pemilu) yang Bebas dab Adil, 2) Peran Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD), 3) Peran Birokrasi Pemerintah daerah, dan 5) Peradilan yang Independen. Pemerintah telah menetapkan IDI sebagai indikator sasaran perkuatan pembangunan demokrasi dalam pembangunan nasional nasional di bidang politik dalam RPJMN Upaya ini perlu mendapat dukungan seluruh elemen, tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah saja, namun juga mensyaratkan partisipasi seluruh lembaga termasuk masyarakat di dalamnya. Indeks demokrasi pada tahun 2010 adalah 63,17. Angka ini merupakan angka komposit dari ketiga aspek yang diukur yaitu kebebasan sipil (82,53), hakhak politik (47,88) dan kelembagaan demokrasi (63,11). Dibandingkan dengan tahun 2009, Skor IDI adalah 67,13 dengan aspek kebebasan sipil (86,97), hak-hak politik (54,6) dan kelembagaan demokrasi (62,72). 15

23 Grafik III.1 Indeks Demokrasi Indonesia 2009 dan 2010 Faktor penyebab utama dari penurunan indeks aspek hak-hak politik pada IDI 2010 (dibandingkan dengan IDI 2009) adalah karena meningkatnya secara signifikan jumlah peristiwa demonstrasi atau mogok yang bersifat kekerasan di berbagai daerah di Indonesia. Data IDI 2010 menunjukkan bahwa demonstrasi yang bersifat kekerasan 76,5% dilakukan oleh masyarakat biasa dan 23,5 % dilakukan oleh mahasiswa. Angka indeks Kebebasan Sipil yang sangat jauh di atas kedua aspek lainnya, mencerminkan telah terciptanya ruang yang luas bagi kebebasan sipil di Indonesia dan tumbuhnya gairah untuk memanfaatkannya. kenyataan ini, dapat dicatat sebagai keberhasilan pembangunan demokrasi di Indonesia. Sementara itu, rendahnya nilai indeks aspek Hak-hak Politik dan Lembaga Demokrasi, mengindikasikan telah terjadi stagnasi serta pelemahan kelembagaan politik dan penyumbatan saluran partisipasi. Penurunan angka demokrasi di Indonesia dalam IDI merupakan kontribusi dari aspek Kebebasan Sipil dan Hak-hak Politik, terutama disebabkan oleh tuntutan masyarakat yang lebih tinggi terhadap kinerja pemerintah. Sebagai tambahan informasi, hasil survei sementara IDI pada tahun 2011 menunjukkan angka 65,48 dari survei yang dilaksanakan tahun

24 Beberapa capaian lainnya dalam rangka peningkatan kualitas demokrasi: 1) Tersusunnya Desain Besar Penataan Daerah (Desartada) dan pencantuman substansi penataan daerah berdasarkan Desartada dalam revisi UU 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah; 2) Telah dilakukan evaluasi/kajian sesuai dengan PP Nomor 78 Tahun 2007 tentang Tata Cara Pembentukan, Penghapusan, dan Penggabungan Daerah; 3) Pemilukada sebagai salah satu bentuk pelaksanaan demokrasi makin mencerminkan proses pematangan, termasuk penyelenggaraan Pemilukada di Provinsi Aceh yang berlangsung dengan aman, damai, tertib, dan demokratis; 4) Dalam rangka penataan administrasi kependudukan, program e-ktp telah diluncurkan sejak tahun Sampai dengan Oktober 2012 dari target 172 juta jiwa telah selesai dilakukan perekaman sebanyak jiwa pada tanggal 7 November Capaian ini lebih awal dari yang dijadwalkan oleh Menteri Dalam Negeri yaitu 31 Desember ) Transparansi penyelenggaraan pemerintahan sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik merupakan komitmen pemerintah menuju tercapainya tata kelola kepemerintahan yang baik. Pada tahun 2012, 34 Kementerian (100%), 35 dari 129 Lembaga (27,13%), 18 Provinsi (54,55%), 83 Kabupaten (20,8%), 29 Kota (29,5) telah menunjuk Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID). Dengan terbentuknya PPID diharapkan transparansi pemerintah dan kebebasan memperoleh akses informasi dapat dipenuhi sesuai dengan tuntutan publik. Langkah-langkah yang telah dilakukan oleh Kemenko Polhukam dalam mempercepat capaian tersebut adalah dengan penyelenggaraan sinkronisasi dan 17

25 koordinasi melalui Rapat Pimpinan Tingkat Menteri, Rakorsus dan Rakortas serta Rapat Tingkat Eselon I; pemantauan dan evaluasi kebijakan. Dalam pelaksanaan pencapaian kinerja tersebut, disadari masih terdapat beberapa permasalahan dan tantangan yang memerlukan tindak lanjut koordinasi oleh Kemenko Polhukam, sebagai berikut: 1) Sampai dengan akhir tahun 2011, kebijakan penataan daerah terus dilakukan melalui moratorium pembentukan Daerah Otonom Baru (DOB), tetapi masih timbul permasalahan terkait dengan perihal tersebut diantaranya banyaknya desakan untuk melaksanakan pemekaran daerah dari berbagai elemen masyarakat. Pada tahun 2013 kecenderungan yang sama diperkirakan akan tetap terjadi, oleh karenanya revisi UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah perlu menjadi prioritas; 2) Dalam kaitannya dengan Pemilukada, masih ditemukan fenomena yang dapat menciderai makna demokrasi, misalnya money politics, ketidaknetralan aparatur dan penyelenggara, ketidaksiapan para kandidat dan para pendukungnya untuk menerima kekalahan yang dapat berujung pada retaknya bingkai harmonisasi kehidupan masyarakat; Tahun 2013, disamping akan berlangsung Pemilukada di beberapa daerah, suhu politik juga semakin memanas jelang Pemilu Apabila tidak ada langkah pembinaan politik yang mampu mengubah sikap dan perilaku masyarakat serta perbaikan lembaga penyelenggara Pemilu, dikhawatirkan semakin banyaknya tuntutan yang bermuara ke MK. 3) Dalam kaitannya dengan e-ktp, pendistribusian perangkat e-ktp ke tingkat Kecamatan maupun di Dinas Kabupaten/Kota masing-masing 2 (dua) unit membutuhkan waktu yang lama khususnya untuk wilayah di luar Pulau Jawa; Masih kurangnya harmonisasi peraturan antar sektor dalam pemanfaatan dokumen kependudukan sehingga mengakibatkan adanya dokumen penduduk ganda; Masih rendahnya tingkat kemampuan teknis SDM aparat pelaksana Administrasi Kependudukan di 18

26 daerah Kabupaten/Kota dan belum adanya aturan yang mengatur standar kompetensi dan jenjang karir SDM terkait administrasi kependudukan; Masih rendahnya tingkat kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan tertib administrasi kependudukan, karena keterbatasan informasi yang diterima; Terbatasnya infrastruktur dan kurangnya dukungan APBD Provinsi dan Kabupaten/Kota yang dialokasikan untuk mendukung penyelenggaraan Administrasi Kependudukan di daerah; Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK) yang ada belum terintegrasi secara keseluruhan dan baru tersambung secara on-line system sebanyak 329 kab/kota dari 497 kab/kota. b) Jumlah Kerjasama/Diplomasi Internasional Banyak kerjasama dalam berbagai fora baik bilateral, regional dan multilateral yang telah dicapai selama kurun tahun Dari berbagai kerjasama yang dilakukan dalam bidang politik, keamanan, HAM dan hukum tersebut memerlukan koordinasi dan sinkronisasi pada tingkat nasional melalui Kemenko Polhukam. Mengingat pentingnya isu tersebut bagi kepentingan nasional telah ditetapkan pula target 4 kali perundingan perbatasan Koordinasi yang efektif berkontribusi bagi terlaksananya perundingan perbatasan jauh melebihi target yang ditentukan dengan negara tetangga baik laut maupun darat. Kenyataannya, melalui koordinasi yang lebih baik telah dilakukan 12 kali perundingan isu perbatasan yang jauh melebihi target semula. Meskipun dilakukan kerjasama dalam berbagai bidang namun perundingan perbatasan ini diangkat menjadi tolok ukur capaian pollugri tahun Sehubungan dengan hal tersebut disampaikan beberapa capaian strategis dalam kerjasama Politik Luar Negeri di mana Kemenko Polhukam berperan yaitu: 19

27 Sebagai koordinator pilar politik dan keamanan ASEAN di tingkat nasional, Kemenko Polhukam memastikan persiapan maksimal Indonesia menuju komunitas ASEAN ) Menko Polhukam duduk sebagai wakil Pemerintah Indonesia dalam ASEAN Political Security Community Council yang bertemu dua kali setahun. Dalam posisi tersebut, Kemenko Polhukam melakukan koordinasi reguler dengan 6 badan sektoral di bawah pilar Polkam ASEAN antara lain ASEAN Regional Forum, ASEAN Law Ministerial Meeting, ASEAN Defense Ministerial Meeting, dan ASEAN Ministerial Meeting on Transnational Crime. Dengan demikian, Kemenko Polhukam menjadi koordinator pada tingkat nasional dalam upaya memastikan sinergitas dan kesamaan pandangan mengenai langkah-langkah yang harus dilakukan pada tingkat nasional dan regional menuju pembentukan komunitas ASEAN 2015 khususnya komunitas politik dan keamanan. Langkah koordinasi juga dilakukan untuk memastikan kesiapan semua pemangku kepentingan untuk memahami, mendukung dan mengimplementasikan cetak biru pilar politik keamanan sebagai bagian dari komunitas ASEAN. 2) Selama tahun 2012, telah dilaksanakan 32 kali perundingan perbatasan dengan 7 negara yaitu melakukan perundingan batas maritim sebanyak 15 kali dengan Malaysia, Singapura, Viet Nam, Filipina, Palau dan 17 kali perundingan batas darat dengan Malaysia, Beberapa kemajuan diantaranya : Papua Nugini, dan RDTL. (a) Malaysia: terdapat kesepakatan tingkat teknis mengenai common point untuk dasar penarikan garis batas Laut Wilayah di Laut China Selatan (Tanjung Datu). (b) Singapura: melakukan exercise penarikan garis secara informal untuk menentukan batas Laut Wilayah di Segmen Timur Selat Singapura. (c) Vietnam: terdapat pembahasan mengenai konsep principles and guidelines perundingan batas Zona Ekonomi Eksklusif kedua negara dan 20

28 kesepakatan untuk melakukan diskusi serta exercise penarikan garis batas. 3) Perlindungan WNI di luar negeri yang merupakan agenda prioritas nasional telah berhasil mengurangi hingga 50% pelaporan kasus yang melibatkan WNI dari tahun sebelumnya yaitu kasus pada tahun 2011 menjadi pada tahun Kemenko Polhukam memberi perhatian penting pada perlindungan WNI di luar negeri dan secara khusus berperan penting dalam Kemenko Polhukam pimpin pembebasan 110 WNI terancam hukuman mati di luar negeri tahun 2012, 33 diantaranya bebas murni dan telah kembali ke tanah air penanganan WNI yang terancam hukuman mati dan berada di wilayah atau negara bergejolak atau konflik. Dalam kaitan itu Kemenko Polhukam antara lain mengkoordinir: a. Upaya pembebasan WNI dari ancaman hukuman mati selama tahun 2012 terlihat nyata dengan dibebaskannya 110 WNI dari ancaman hukuman mati di Arab Saudi dan Malaysia. Dimana sebanyak 33 orang dibebaskan murni dan telah dipulangkan ke tanah air. Peranan Kemenko Polhukam dilakukan melalui Satuan Tugas Penanganan Kasus Warga Negara Indonesia/Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri yang Terancam Hukuman Mati. Tabel III.4 Data Kemajuan Kasus WNI yang Terkena Hukuman Mati NO NEGARA TOT KASUS DILEPASKAN PROSES 1 ARAB SAUDI MALAYSIA CHINA IRAN SINGAPURA BRUNAI DARUSSALAM 1-1 TOTAL b. Kemenko Polhukam juga menangani masalah-masalah khusus yang berskala besar di luar negeri seperti overstayers WNI di Arab Saudi melalui 21

29 pemulangan ke tanah air. Sebagaimana dilakukan di beberapa negara Timur Tengah sebelumnya, Kemenko Polhukam juga menjadi penjuru dalam upaya penanganan termasuk upaya repatriasi WNI di wilayah yang bergejolak atau konflik seperti di Suriah. Satgas Kemenko Polhukam tangani ribuan WNI overstayers di Arab Saudi dan WNI dalam situasi konflik di Suriah 4) Pemerintah RI telah melakukan banyak prakarsa dan negosiasi pada tingkat bilateral, regional dan global di bidang polhukam yang memerlukan koordinasi posisi dan strategi Indonesia dalam isu-isu yang menjadi prioritas Indonesia seperti isu keamanan dan pertahanan, perdagangan orang, penyelundupan manusia, kerjasama bantuan hukum timbal balik dan esktradisi, non proliferasi dan perlucutan senjata, kontra terorisme, penanganan masalah bencana, partisipasi dalam pasukan perdamaian PBB, situasi dan penanganan konflik, dan korupsi. Indonesia juga memainkan peran tersebut dalam forum tersebut melalui Gerakan Non Blok seperti dalam upaya membangun norma internasional yang baru. Isu-isu tersebut umumnya bersifat lintas sektoral yang memerlukan penanganan terpadu dan terkoordinir pada tingkat nasional. 5) Salah satu bentuk peran Indonesia yang memerlukan koordinasi erat antar berbagai kementrian dan lembaga adalah isu pasukan perdamaian PBB antara lain yaitu Kemhan, Kemlu, TNI dan Polri. Indonesia terus meningkatkan peran dalam Pasukan Pemeliharaan Perdamaian PBB (Peacekeeping Operations/PKO). Hingga 30 Juni 2012, Indonesia telah mengirimkan personil ke PKO yang terbagi dalam delapan misi United Nations Peace Keeping Operations (UNPKO ), yaitu United Nations Interim Force in Lebanon (UNIFIL), United Nations Mission Stabilization in Haiti (MINUSTAH), United Nations Mission in the Republic of South Sudan (UNMISS) di Sudan Selatan, United Nations Mission in Liberia (UNMIL), United Nations Missions Organization Mission in The Democratic Republic of 22

30 The Congo (MONUSCO), United Nations-African Union Mission in Darfur (UNAMID) di Sudan, United Nations Interim Security Force for Abyei (UNISFA), dan United Nations Supervision Mission in Syria (UNSMIS) di Suriah. 6) Partisipasi Indonesia dalam Misi Pemeliharaan Perdamaian PBB ( UN-PKO) telah menempatkan Indonesia pada posisi ke-15 negara penyumbang pasukan pada misi-misi PBB dengan 7 misi dan 1922 personel sepanjang tahun 2012 dan banyak mendapatkan apresiasi masyarakat internasional dan penting untuk menguatkan postur Indonesia di PBB. Peran ini merupakan salah satu sumbangan nyata Indonesia bagi perdamaian dunia sebagaimana diamanatkan Pembukaan UUD 45; 7) Merespon eskalasi kekerasan dan krisis di Suriah, Pemerintah Indonesia telah turut berperan dalam mencari solusi bagi penyelesaian konflik Suriah agar segera tercipta perdamaian guna menghindarkan korban masyarakat sipil yang lebih besar dan agar konflik tidak meluas. Salah satu kepentingan Indonesia adalah perlindungan WNI yang bermukim dan menjadi tenaga kerja di negara tersebut; 9) Mengenai isu Laut China Selatan, Indonesia secara proaktif melakukan upaya diplomasi untuk menciptakan stabilitas dan perdamaian di wilayah tersebut karena sangat penting bagi ASEAN dan kawasan yang lebih luas. Karena kegagalan para Menlu ASEAN untuk mencapai kata sepakat mengenai Laut China Selatan, Indonesia telah melakukan shuttle diplomacy untuk mengukuhkan kesatuan ASEAN yang melahirkan Six-Point Principles. Indonesia termasuk melalui ASEAN tetap berupaya untuk menjaga stabilitas kawasan dengan mengedepankan kerjasama melalui Declaration of Conduct dan proyek kerjasama yang telah disepakati serta mendorong kesepakatan mengenai Code of Conduct yang menjadi aturan berperilaku di kawasan tersebut sementara dispute kewilayahan diselesaikan antar pihak-pihak yang memiliki klaim atas sebagian atau seluruh kawasan Laut China Selatan. 23

31 10) Terkait dengan isu terorisme, Indonesia berperan dalam berbagai tataran bilateral, regional dan global. Di tingkat bilateral, Indonesia telah menandatangani beberapa perjanjian mengenai pemberantasan terorisme. Di tingkat regional Indonesia berperan sebagai co-chair Southeast Asia Working Group dari Global Counter-Terrorism Forum dan tindaklanjut dari Konvensi Anti Terorisme ASEAN. Mekanisme regional lainnya adalah melalui ASEAN Regional Forum dan ASEAN Defense Ministerial Meeting. Pada tatatan global, Indonesia berpartisipasi dalam implementasi United Nations Global Counter-Terrorism Strategy (UNGCTS), yang merupakan instrumen multilateral penanggulangan terorisme. Keterpaduan strategi, kebijakan dan pendekatan perlu dilakukan bukan hanya pada tingkat nasional akan tetapi juga pada tingkat internasional yang memerlukan koordinasi antar kementrian dan lembaga terkait. 11) Sebagai instrumen penting bagi perdamaian dan keamanan internasional, Indonesia secara proaktif mengupayakan reformasi Dewan Keamanan PBB agar lebih demokratis, aspiratif, responsif, dan efektif. Reformasi DK-PBB ini juga terkait dengan visi Indonesia dalam menciptakan tatanan dunia yang lebih baik karena badan PBB tersebut berperan penting termasuk dalam misi perdamaian PBB yang juga menjadi prioritas bagi Indonesia. Grafik III.2 Persentase Distribusi Kasus WNI di Luar Negeri Tahun 2012 PROSENTASE KASUS WNI DI LUAR NEGERI TAHUN 2012 WNI NON-TKI 37.13% 2.89% 3.54% 30.30% TKI FORMAL TKI PLRT ABK WNI TERANCAM HUKUMAN MATI REPATRIASI SURIAH 3.55% 11.60% 7.78% 1.51% 1.68% WNI OVERSTAYER DARI ARAB SAUDI TKI BERMASALAH DARI YORDANIA DEPORTASI 24

32 Grafik III.3 Penyelesaian Kasus WNI di Luar Negeri Tahun 2012 Langkah-langkah yang telah dilakukan oleh Kemenko Polhukam dalam mempercepat capaian tersebut adalah penyelenggaraan sinkronisasi dan koordinasi melalui Rapat Pimpinan Tingkat Menteri, Rakorsus dan Rakortas serta Rapat Eselon I; pemantauan dan evaluasi perkembangan terkini; serta mengadakan FGD dan Rapat Kerja dengan Kepala Perwakilan RI dalam koordinasi Strategi Politik Luar Negeri; Kerjasama ASEAN; Kerjasama Asia, Pasifik dan Afrika; Kerjasama Amerika dan Eropa;Hubungan Multilateral. Kebijakan dalam rangka perlindungan WNI dan BHI di luar negeri adalah Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 8 tahun 2012 Tentang Satuan Tugas Penanganan Kasus Warga Negara Indonesia/Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri yang Terancam Hukuman Mati dan Keputusan Menko Polhukam Nomor 68/Menko/Polhukam/9/2012 tentang Susunan Tim Terpadu Penanganan dan Repatriasi WNI di Suriah. Di dalam pelaksanaan pencapaian kinerja di bidang politik luar negeri, disadari masih dijumpai permasalahan dan tantangan yang harus dihadapi pada tahun-tahun mendatang, yaitu: 25

33 1) Terkait dengan diplomasi perbatasan, Pemerintah agar Intensifikasi perundingan batas darat Indonesia dengan Malaysia, PNG, dan Timor Leste; pemetaan, pemeliharaan tanda batas negara, pembahasan standard operating procedure; Pelaksanaan kerjasama kegiatan monitor dan evaluasi implementasi perjanjian lintas-batas (Border Crossing Agreement) antara RI dan Malaysia, PNG dan Timur Leste; Intensifikasi perundingan dengan Malaysia mengenai garis batas Laut Wilayah di segmen Laut Sulawesi, dengan target menyepakati Garis Potensial ; Dimulainya kembali proses perundingan penetapan batas ZEE dengan India dan Thailand. Diharapkan tahun ini akan dapat dicapai kemajuan berarti dengan mencapai kesepakatan dengan negara tetangga atas pending issues masalah perbatasan laut dan darat. 2) Mengingat pembentukan komunitas ASEAN 2015 semakin dekat maka salah satu prioritas utama pollugri untuk tahun-tahun mendatang adalah menyiapkan semua komponen bangsa agar siap sebelum komunitas ASEAN tersebut terbentuk. Khusus untuk pilar politik dan keamanan, peranan Kemenko Polhukam akan semakin penting dan strategis dalam Pilar Polkam ASEAN: Kemenko Polhukam dan Sekretariat Nasional ASEAN-Indonesia lakukan langkah terpadu dan komprehensif menyongsong pembentukan komunitas ASEAN 2015 menjalankan perannya sebagai koordinator pilar komunitas polkam di tanah air termasuk mengkoordinir dan mensinergikan 6 badan sektoral yang ada di bawah pilar polkam ASEAN. Selain itu, dalam waktu dekat akan dibentuk Sekretariat Nasional ASEAN-Indonesia yang akan mendudukkan Deputi dan Asdep 2 Koordinasi Pollugri masing-masing sebagai Ketua dan Sekretaris Pilar Polkam. Salah satu tugas Setnas tersebut adalah memastikan kesiapan Indonesia dalam pembentukan komunitas ASEAN sebelum, pada dan setelah tahun

RENCANA KERJA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN TAHUN 2011

RENCANA KERJA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN TAHUN 2011 LAMPIRAN : PERATURAN KEPALA BNPP NOMOR : 4 TAHUN 2011 TANGGAL : 7 JANUARI 2011 RENCANA KERJA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN TAHUN 2011 A. LATAR BELAKANG Penyusunan Rencana Kerja (Renja) Badan Nasional

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN NOMOR: PER- 367/MENKO/POLHUKAM/10/2010 TENTANG

PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN NOMOR: PER- 367/MENKO/POLHUKAM/10/2010 TENTANG KEMENTERIAN KOORDINATOR PERATURAN MENTERI KOORDINATOR NOMOR: PER- 367/MENKO/POLHUKAM/10/2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN KOORDINATOR Program Penerapan Kepemerintahan Yang Baik Tahun 2010

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa

Lebih terperinci

LAMPIRAN I : PERATURAN BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN TENTANG RENCANA AKSI PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

LAMPIRAN I : PERATURAN BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN TENTANG RENCANA AKSI PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR 7 2012, No.54 LAMPIRAN I : PERATURAN BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN TENTANG RENCANA AKSI PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR KAWASAN PERBATASAN TAHUN 2012 NOMOR : 2 TAHUN 2012 TANGGAL : 6 JANUARI 2012 RENCANA

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2010 TENTANG PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2010 TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS, DAN FUNGSI KEMENTERIAN NEGARA SERTA SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, DAN FUNGSI ESELON I KEMENTERIAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJASAMA INTERNASIONAL

BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJASAMA INTERNASIONAL BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJASAMA INTERNASIONAL BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJASAMA INTERNASIONAL A. KONDISI UMUM Perhatian yang sangat serius terhadap

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2017 Deputi I Bidang Koordinasi Politik Dalam Negeri

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2017 Deputi I Bidang Koordinasi Politik Dalam Negeri KATA PENGANTAR Ungkapan Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala Rahmat-Nya, sehingga Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Kedeputian I Bidang Koordinasi Politik Dalam

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2010 TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS, DAN FUNGSI KEMENTERIAN NEGARA SERTA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2010 TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS, DAN FUNGSI KEMENTERIAN NEGARA SERTA PERATURAN PRESIDEN NOMOR 24 TAHUN 2010 TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS, DAN FUNGSI KEMENTERIAN NEGARA SERTA SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, DAN FUNGSI ESELON I KEMENTERIAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJA SAMA INTERNASIONAL

BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJA SAMA INTERNASIONAL BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJA SAMA INTERNASIONAL A. KONDISI UMUM Perhatian yang sangat serius terhadap persatuan dan kesatuan nasional, penegakan hukum dan penghormatan HAM

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2010 TENTANG BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2010 TENTANG BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN NOMOR 46 TAHUN 2010 TENTANG BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa terorisme merupakan kejahatan terhadap kemanusiaan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2010 TENTANG BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2010 TENTANG BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2010 TENTANG BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

RENCANA AKSI PENGELOLAAN BATAS WILAYAH NEGARA DAN KAWASAN PERBATASAN TAHUN 2011

RENCANA AKSI PENGELOLAAN BATAS WILAYAH NEGARA DAN KAWASAN PERBATASAN TAHUN 2011 LAMPIRAN I : PERATURAN BNPP NOMOR : 3 TAHUN 2011 TANGGAL : 7 JANUARI 2011 RENCANA AKSI PENGELOLAAN BATAS WILAYAH NEGARA DAN KAWASAN PERBATASAN TAHUN 2011 A. LATAR BELAKANG Penyusunan Rencana Aksi (Renaksi)

Lebih terperinci

L A P O R A N K I N E R J A

L A P O R A N K I N E R J A L A P O R A N K I N E R J A 2 0 1 4 A s i s t e n D e p u t i B i d a n g P e m b e r d a y a a n M a s y a r a k a t Deputi Bidang Kesejahteraan Rakyat Sekretariat Kabinet Republik Indonesia 2014 K a

Lebih terperinci

MENTERI KOORDINATOR BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KOORDINATOR

MENTERI KOORDINATOR BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KOORDINATOR SALINAN MENTERI KOORDINATOR REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KOORDINATOR REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN KOORDINATOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

Penanggungjawab : Koordinator Tim Pelaksana

Penanggungjawab : Koordinator Tim Pelaksana CAKUPAN PEKERJAAN KOORDINATOR SEKTOR DAN STAF ADMINISTRASI PADA SEKRETARIAT PELAKSANAAN PERATURAN PRESIDEN (PERPRES) NOMOR 55 TAHUN 2012 TENTANG STRATEGI NASIONAL PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN KORUPSI (STRANAS

Lebih terperinci

RENCANA AKSI PENGELOLAAN BATAS WILAYAH NEGARA DAN KAWASAN PERBATASAN TAHUN 2011

RENCANA AKSI PENGELOLAAN BATAS WILAYAH NEGARA DAN KAWASAN PERBATASAN TAHUN 2011 LAMPIRAN I : PERATURAN BNPP NOMOR : 3 TAHUN 2011 TANGGAL : 7 JANUARI 2011 RENCANA AKSI PENGELOLAAN BATAS WILAYAH NEGARA DAN KAWASAN PERBATASAN TAHUN 2011 A. LATAR BELAKANG Penyusunan Rencana Aksi (Renaksi)

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA A. RPJMN 2010-2014 Dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) menjelaskan bahwa Rencana Pembangunan Jangka

Lebih terperinci

EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN 2013

EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN 2013 BAB 2 EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN 2013 Evaluasi Pelaksanaan Renja Tahun 2013 2.1 BAB 2 EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN 2013 2.1. EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN 2013 DAN CAPAIAN RENSTRA SAMPAI DENGAN

Lebih terperinci

RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN TAHUN ANGGARAN 2014

RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN TAHUN ANGGARAN 2014 Tanggal RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN TAHUN ANGGARAN 2014 BAB I PENDAHULUAN I.1. Umum. I.1.a. Salah satu unsur-unsur pokok pada Tema Rencana Kerja

Lebih terperinci

BAB III PEMBANGUNAN BIDANG POLITIK

BAB III PEMBANGUNAN BIDANG POLITIK BAB III PEMBANGUNAN BIDANG POLITIK A. KONDISI UMUM Setelah melalui lima tahun masa kerja parlemen dan pemerintahan demokratis hasil Pemilu 1999, secara umum dapat dikatakan bahwa proses demokratisasi telah

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2012 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2012 TENTANG SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2012 TENTANG KEBIJAKAN PENGAWASAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN DALAM NEGERI DAN PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2018 TENTANG KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2018 TENTANG KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2018 TENTANG KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 228 dan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dengan telah

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dengan telah

Lebih terperinci

BAB 12 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH

BAB 12 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH BAB 12 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH BAB 12 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH A. KONDISI UMUM 1. PENCAPAIAN 2004 DAN PRAKIRAAN PENCAPAIAN 2005 Pencapaian kelompok

Lebih terperinci

BAB 12 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH

BAB 12 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH BAB 12 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH A. KONDISI UMUM 1. PENCAPAIAN 2004 DAN PRAKIRAAN PENCAPAIAN 2005 Pencapaian kelompok Program Pengembangan Otonomi Daerah pada tahun 2004, yaitu

Lebih terperinci

BAB 9 PEMBENAHAN SISTEM DAN POLITIK HUKUM

BAB 9 PEMBENAHAN SISTEM DAN POLITIK HUKUM BAB 9 PEMBENAHAN SISTEM DAN POLITIK HUKUM Mewujudkan Indonesia yang adil dan demokratis merupakan upaya yang terus-menerus dilakukan, sampai seluruh bangsa Indonesia benar-benar merasakan keadilan dan

Lebih terperinci

PELAYANAN INFORMASI PUBLIK

PELAYANAN INFORMASI PUBLIK KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM REPUBLIK INDONESIA UNIT PELAYANAN INFORMASI PUBLIK PPID RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) PELAYANAN INFORMASI PUBLIK BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Salah satu prasyarat penting

Lebih terperinci

BUPATI BULUNGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BULUNGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI BULUNGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2016-2021 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

HASIL KESEPAKATAN MUSRENBANGNAS 2010 DAN HASIL BILATERAL PASCA-MUSRENBANGNAS 2010 ANTARA K/L DAN BAPPEDA PROVINSI KELOMPOK IV: PRIORITAS 10

HASIL KESEPAKATAN MUSRENBANGNAS 2010 DAN HASIL BILATERAL PASCA-MUSRENBANGNAS 2010 ANTARA K/L DAN BAPPEDA PROVINSI KELOMPOK IV: PRIORITAS 10 REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/BAPPENAS HASIL KESEPAKATAN MUSRENBANGNAS 2010 DAN HASIL BILATERAL PASCA-MUSRENBANGNAS 2010 ANTARA K/L DAN BAPPEDA PROVINSI KELOMPOK IV: PRIORITAS

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Semoga laporan ini bermanfaat. Jakarta, 30 Januari Plt. Kepala Biro Perencanaan. Suharyono NIP

KATA PENGANTAR. Semoga laporan ini bermanfaat. Jakarta, 30 Januari Plt. Kepala Biro Perencanaan. Suharyono NIP KATA PENGANTAR Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) adalah laporan kinerja tahunan yang berisi pertanggungjawaban kinerja suatu instansi dalam mencapai tujuan/sasaran strategis instansi.

Lebih terperinci

URAIAN KEGIATAN DAN PELAPORAN PENGAWASAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN DALAM NEGERI DAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH TAHUN 2013

URAIAN KEGIATAN DAN PELAPORAN PENGAWASAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN DALAM NEGERI DAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH TAHUN 2013 2012, No.1059 6 LAMPIRAN: PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2012 TENTANG KEBIJAKAN PENGAWASAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN DALAM NEGERI DAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA www.bpkp.go.id PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan

Lebih terperinci

TOPIK KHUSUS DIPLOMASI INTERNASIONAL

TOPIK KHUSUS DIPLOMASI INTERNASIONAL TOPIK KHUSUS DIPLOMASI INTERNASIONAL MENCIPTAKAN PERDAMAIAN DUNIA Salah satu langkah penting dalam diplomasi internasional adalah penyelenggaraan KTT Luar Biasa ke-5 OKI untuk penyelesaian isu Palestina

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA TENGAH

PROVINSI JAWA TENGAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 15 TAHUN 2014 TENTANG MEKANISME PENYUSUNAN PROGRAM PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJARNEGARA,

Lebih terperinci

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun BAB 1 PENDAHULUAN

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejalan dengan perkembangan kondisi sosial, ekonomi dan budaya, Kota Medan tumbuh dan berkembang menjadi salah satu kota metropolitan baru di Indonesia, serta menjadi

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA)

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) UNIT PELAYANAN INFORMASI PUBLIK PPID RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) PELAYANAN INFORMASI PUBLIK Melayani Informasi, Memajukan Negeri 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Salah satu prasyarat penting dalam

Lebih terperinci

Ikhtisar Eksekutif. vii

Ikhtisar Eksekutif. vii Kata Pengantar Laporan Kinerja Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) ini merupakan bentuk akuntabilitas dari pelaksanaan tugas dan fungsi kepada masyarakat (stakeholders) dalam menjalankan visi dan misi

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN... TENTANG KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN... TENTANG KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN... TENTANG KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 228

Lebih terperinci

11 Program Prioritas KIB II

11 Program Prioritas KIB II KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI Oleh: Gatot Sugiharto Asisten Deputi Bidang Pelayanan Perekonomian Deputi Pelayanan Publik Bandung, 18-19 April 2013 1 11 Program Prioritas

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2010 TENTANG KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2010 TENTANG KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA www.bpkp.go.id PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2010 TENTANG KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa sebagai

Lebih terperinci

Oleh Kepala BPKP. A. Pendahuluan

Oleh Kepala BPKP. A. Pendahuluan Program Strategis Kementerian PAN dan RB, ANRI, BKN, BPKP dan LAN Dalam Rangka Percepatan Pencapaian Target Prioritas I Reformasi Birokrasi dan Tata Kelola dalam RPJMN tahun 2010-2014 A. Pendahuluan Oleh

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG UTUSAN KHUSUS PRESIDEN, STAF KHUSUS PRESIDEN, DAN STAF KHUSUS WAKIL PRESIDEN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG UTUSAN KHUSUS PRESIDEN, STAF KHUSUS PRESIDEN, DAN STAF KHUSUS WAKIL PRESIDEN PERATURAN PRESIDEN NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG UTUSAN KHUSUS PRESIDEN, STAF KHUSUS PRESIDEN, DAN STAF KHUSUS WAKIL PRESIDEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang: a bahwa harapan rakyat

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN TENTANG PENUGASAN WAKIL PRESIDEN MELAKSANAKAN TUGAS PRESIDEN

KEPUTUSAN PRESIDEN TENTANG PENUGASAN WAKIL PRESIDEN MELAKSANAKAN TUGAS PRESIDEN PENUGASAN PENUGASAN WAKIL PRESIDEN KEPPRES NO. 1 TAHUN KEPUTUSAN PRESIDEN TENTANG PENUGASAN WAKIL PRESIDEN MELAKSANAKAN TUGAS PRESIDEN ABSTRAK : - bahwa untuk menjaga lancarnya pelaksanaan pemerintahan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIJUNJUNG NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SIJUNJUNG TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIJUNJUNG NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SIJUNJUNG TAHUN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIJUNJUNG NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SIJUNJUNG TAHUN 2010-2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIJUNJUNG, Menimbang

Lebih terperinci

Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/BAPPENAS

Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/BAPPENAS Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/BAPPENAS MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL (MUSRENBANGNAS) TAHUN 2010 Jakarta, 28 April-1 Mei 2010 RISALAH KESEPAKATAN PEMBAHASAN SIDANG KELOMPOK

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA PENDAHULUAN

LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA PENDAHULUAN 1. Umum. Pertahanan negara sebagai salah satu fungsi pemerintahan negara merupakan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA SELATAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA SELATAN, PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN, PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

KERJA SAMA KEAMANAN MARITIM INDONESIA-AUSTRALIA: TANTANGAN DAN UPAYA PENGUATANNYA DALAM MENGHADAPI KEJAHATAN LINTAS NEGARA DI PERAIRAN PERBATASAN

KERJA SAMA KEAMANAN MARITIM INDONESIA-AUSTRALIA: TANTANGAN DAN UPAYA PENGUATANNYA DALAM MENGHADAPI KEJAHATAN LINTAS NEGARA DI PERAIRAN PERBATASAN LAPORAN PENELITIAN KERJA SAMA KEAMANAN MARITIM INDONESIA-AUSTRALIA: TANTANGAN DAN UPAYA PENGUATANNYA DALAM MENGHADAPI KEJAHATAN LINTAS NEGARA DI PERAIRAN PERBATASAN Oleh: Drs. Simela Victor Muhamad, MSi.

Lebih terperinci

BAB 11 PENGHORMATAN, PENGAKUAN, DAN PENEGAKAN

BAB 11 PENGHORMATAN, PENGAKUAN, DAN PENEGAKAN BAB 11 PENGHORMATAN, PENGAKUAN, DAN PENEGAKAN ATAS HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA Hak asasi merupakan hak yang bersifat dasar dan pokok. Pemenuhan hak asasi manusia merupakan suatu keharusan agar warga negara

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Salam Sejahtera,

KATA PENGANTAR. Salam Sejahtera, KATA PENGANTAR Salam Sejahtera, Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena rahmat dan karunianya, penyusunan Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKIP) Kabupaten Rote Ndao Tahun 2015 dapat diselesaikan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 08 TAHUN 2007 TENTANG

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 08 TAHUN 2007 TENTANG PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 08 TAHUN 2007 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH (RPJPD) KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2007-2025 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2015 TANGGAL 22 JUNI 2015 RENCANA AKSI NASIONAL HAK ASASI MANUSIA TAHUN BAB I

LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2015 TANGGAL 22 JUNI 2015 RENCANA AKSI NASIONAL HAK ASASI MANUSIA TAHUN BAB I LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2015 TANGGAL 22 JUNI 2015 RENCANA AKSI NASIONAL HAK ASASI MANUSIA TAHUN 2015-2019 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Komitmen Negara Republik

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA Jakarta, 21 Maret 2011 Kepada, Nomor : 050 / 883 / SJ Yth. 1. Gubernur. Sifat : Penting 2. Bupati/Walikota. Lamp : Satu berkas di - Hal : Pedoman Penyusun Program

Lebih terperinci

2 Mengingat : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Neg

2 Mengingat : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Neg LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.200, 2015 PERTAHANAN. Pertahanan Negara. 2015-2019 Kebijakan Umum. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 97 TAHUN 2015 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2011 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2011 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2011 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

REFORMASI BIROKRASI DALAM RANGKA PENINGKATAN PELAYANAN PUBLIK

REFORMASI BIROKRASI DALAM RANGKA PENINGKATAN PELAYANAN PUBLIK REFORMASI BIROKRASI DALAM RANGKA PENINGKATAN PELAYANAN PUBLIK Oleh: Deputi Pelayanan Publik Kementerian PAN dan RB Disampaikan pada Acara Kunjungan dan Diskusi Mahasiswa FISIP UI Program Sarjana Ekstensi

Lebih terperinci

Bidang: Politik Dalam Negeri dan Komunikasi

Bidang: Politik Dalam Negeri dan Komunikasi Bidang: Politik Dalam Negeri dan Komunikasi MATRIKS 2.2.B ALOKASI PENDANAAN PEMBANGUNAN TAHUN No Prioritas/ Fokus Prioritas/ Kegiatan Prioritas Rencana Tahun Prakiraan Pencapaian Rencana Prakiraan Maju

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LD. 5 2010 R PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG MEKANISME PENYUSUNAN PROGRAM LEGISLASI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang BUPATI

Lebih terperinci

BAB IV VISI DAN MISI DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGGARA

BAB IV VISI DAN MISI DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGGARA BAB IV VISI DAN MISI DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGGARA Pembangunan adalah suatu orientasi dan kegiatan usaha yang tanpa akhir. Development is not a static concept. It is continuously changing. Atau bisa

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA Jakarta, 28 Maret 2012 Kepada Nomor : 070 / 1082 / SJ Yth. 1. Gubernur Sifat : Penting 2. Bupati/Walikota Lampiran : Satu berkas di Hal : Pedoman Penyusunan Program

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI BANDUNG, Menimbang : a. bahwa berdasarkan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2011 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2011 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2011 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2013-2018 DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN NASIONAL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN NASIONAL PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

BAB - I PENDAHULUAN I Latar Belakang

BAB - I PENDAHULUAN I Latar Belakang BAB - I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, telah mengamanatkan bahwa agar perencanaan pembangunan daerah konsisten, sejalan

Lebih terperinci

ROAD MAP REFORMASI BIROKRASI

ROAD MAP REFORMASI BIROKRASI KEBIJAKAN Reformasi Birokrasi NASIONAL ROAD MAP REFORMASI BIROKRASI Pengorganisasian Pelaksanaan Tim Pengarah Kementerian/Lembaga Ketua: Pimpinan K/L Sekretaris: Sekjen Anggota: Pejabat Eselon I Pemerintah

Lebih terperinci

PROGRAM LEGISLASI NASIONAL TAHUN

PROGRAM LEGISLASI NASIONAL TAHUN PROGRAM LEGISLASI NASIONAL TAHUN 2010 2014 A. PENDAHULUAN Program Legislasi Nasional (Prolegnas) sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENYUSUNAN PROLEGNAS RUU PRIORITAS TAHUN Ignatius Mulyono

KEBIJAKAN PENYUSUNAN PROLEGNAS RUU PRIORITAS TAHUN Ignatius Mulyono KEBIJAKAN PENYUSUNAN PROLEGNAS RUU PRIORITAS TAHUN 2011 Ignatius Mulyono BALEG DAN PROLEGNAS Salah satu tugas pokok Baleg sebagai pusat pembentukan undang-undang, adalah menyusun rencana pembentukan undang-undang.

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN NASIONAL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN NASIONAL PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH PROVINSI BALI TAHUN

PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH PROVINSI BALI TAHUN PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH PROVINSI BALI TAHUN 2013-2018 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2008 NOMOR : 07 PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 07 TAHUN 2008 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2008 NOMOR : 07 PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 07 TAHUN 2008 TENTANG LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2008 NOMOR : 07 PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 07 TAHUN 2008 TENTANG TAHAPAN, TATA CARA PENYUSUNAN, PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA PEMBANGUNAN SERTA

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 100 TAHUN 2001 TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI, KEWENANGAN, SUSUNAN ORGANISASI, DAN TATA KERJA MENTERI NEGARA KOORDINATOR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang

Lebih terperinci

Kata Pengantar. Kerja Keras Kerja Lebih Keras Kerja Lebih Keras Lagi 1

Kata Pengantar. Kerja Keras Kerja Lebih Keras Kerja Lebih Keras Lagi 1 Kata Pengantar Reformasi birokrasi dilingkungan Kementerian Hukum dan HAM pada hakikatnya adalah perubahan besar dalam paradigma dan tata kelola pemerintahan untuk menciptakan birokrasi pemerintah yang

Lebih terperinci

KOTA SURAKARTA PRIORITAS DAN PLAFON ANGGARAN SEMENTARA (PPAS) TAHUN ANGGARAN 2016 BAB I PENDAHULUAN

KOTA SURAKARTA PRIORITAS DAN PLAFON ANGGARAN SEMENTARA (PPAS) TAHUN ANGGARAN 2016 BAB I PENDAHULUAN - 3 - LAMPIRAN: NOTA KESEPAKATAN ANTARA PEMERINTAH KOTA SURAKARTA DENGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR : 910/3839-910/6439 TENTANG : PRIORITAS DAN PLAFON ANGGARAN SEMENTARA APBD KOTA

Lebih terperinci

RANCANGAN PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN

RANCANGAN PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN RANCANGAN PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :

Lebih terperinci

KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI/KOMISI INDEPENDEN PEMILIHAN ACEH DAN KOMISI PEMILIHAN UMUM/KOMISI INDEPENDEN PEMILIHAN KABUPATEN/KOTA

KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI/KOMISI INDEPENDEN PEMILIHAN ACEH DAN KOMISI PEMILIHAN UMUM/KOMISI INDEPENDEN PEMILIHAN KABUPATEN/KOTA - 2-2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494); 3. Peraturan Presiden

Lebih terperinci

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN INOVASI DAN DAYA SAING DAERAH BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAH DAERAH

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN INOVASI DAN DAYA SAING DAERAH BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAH DAERAH PEMBINAAN DAN PENGAWASAN INOVASI DAN DAYA SAING DAERAH BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAH DAERAH Drs. Eduard Sigalingging, M.Si Direktur Sinkronisasi Urusan Pemerintahan Daerah

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN

RENCANA STRATEGIS BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN RENCANA STRATEGIS BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2016-2021 Kata Pengantar Alhamdulillah, puji syukur kehadirat ALLAH SWT, atas limpahan rahmat, berkat dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 85 TAHUN 2011 TENTANG TIM KOORDINASI MISI PEMELIHARAAN PERDAMAIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 85 TAHUN 2011 TENTANG TIM KOORDINASI MISI PEMELIHARAAN PERDAMAIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 85 TAHUN 2011 TENTANG TIM KOORDINASI MISI PEMELIHARAAN PERDAMAIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk ikut

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI 1.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas Pokok dan Fungsi Pelayanan SKPD Dalam proses penyelenggaraan pemerintahan sampai sekarang ini

Lebih terperinci

BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG MEKANISME TAHUNAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG,

BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG MEKANISME TAHUNAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG, 1 BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG MEKANISME TAHUNAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG, Menimbang : a. bahwa untuk lebih menjamin ketepatan dan

Lebih terperinci

2 (2) Sekretariat Kabinet dipimpin oleh Sekretaris Kabinet. Pasal 2 Sekretariat Kabinet mempunyai tugas memberikan dukungan pengelolaan manajemen kabi

2 (2) Sekretariat Kabinet dipimpin oleh Sekretaris Kabinet. Pasal 2 Sekretariat Kabinet mempunyai tugas memberikan dukungan pengelolaan manajemen kabi LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.33, 2015 ADMINISTRASI. Sekretariat. Kabinet. Organisasi. Pencabutan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2015 TENTANG SEKRETARIAT KABINET DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PROVINSI SULAWESI SELATAN

PROVINSI SULAWESI SELATAN PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BARRU NOMOR 74 TAHUN 2016 TENTANG INDIKATOR KINERJA UTAMA PEMERINTAH KABUPATEN BARRU TAHUN 2016-2021 BUPATI BARRU, Menimbang: a. bahwa berdasarkan ketentuan dalam

Lebih terperinci

TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG

TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 4 TAHUN 2014 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG Bagian Hukum Setda Kabupaten Bandung

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2010 TENTANG SEKRETARIAT KABINET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2010 TENTANG SEKRETARIAT KABINET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN NOMOR 82 TAHUN 2010 TENTANG SEKRETARIAT KABINET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : bahwa dalam rangka meningkatkan dukungan staf, pelayanan administrasi, dan dukungan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU UTARA NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN LUWU UTARA TAHUN 2010-2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

DisampaikanOleh : DR. MUH. MARWAN, M.Si DIRJEN BINA BANGDA. 1. Manajemen Perubahan. 4. Penataan Ketatalaksanaan. 6. Penguatan Pengawasan

DisampaikanOleh : DR. MUH. MARWAN, M.Si DIRJEN BINA BANGDA. 1. Manajemen Perubahan. 4. Penataan Ketatalaksanaan. 6. Penguatan Pengawasan REFORMASI BIROKRASI DAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH Disampaikan dalam Seminar Kemenpan dan RB bersama Bakohumas, 27/5/13. DisampaikanOleh : DR. MUH. MARWAN, M.Si DIRJEN BINA BANGDA 1 PROGRAM PERCEPATAN

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan Latar Belakang

Bab I Pendahuluan Latar Belakang Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, bahwa pembangunan yang berkeadilan dan demokratis

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2010 TENTANG SEKRETARIAT KABINET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2010 TENTANG SEKRETARIAT KABINET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2010 TENTANG SEKRETARIAT KABINET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dalam rangka meningkatkan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan pertahanan

Lebih terperinci

Biro Perencanaan KATA PENGANTAR

Biro Perencanaan KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) adalah laporan kinerja tahunan yang berisi pertanggungjawaban kinerja suatu instansi dalam mencapai tujuan/sasaran strategis instansi.

Lebih terperinci

Jakarta, 10 Maret 2011

Jakarta, 10 Maret 2011 SAMBUTAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DALAM ACARA TEMU KONSULTASI TRIWULANAN KE-1 TAHUN 2011 BAPPENAS-BAPPEDA PROVINSI SELURUH INDONESIA Jakarta,

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN P EMERINTAH NOMOR 19 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN TUGAS DAN WEWENANG SERTA KEDUDUKAN KEUANGAN GUBERNUR

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 19 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN TUGAS DAN WEWENANG SERTA KEDUDUKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I A. Latar Belakang Tahun 2015 merupakan tahun pertama dalam pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015 2019. Periode ini ditandai dengan fokus pembangunan pada pemantapan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk penyelenggaraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN Melalui Buku Pegangan yang diterbitkan setiap tahun ini, semua pihak yang berkepentingan diharapkan dapat memperoleh gambaran umum tentang proses penyelenggaraan pemerintahan

Lebih terperinci

2 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PRESIDEN TENTANG KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG KEMARITIMAN. BAB I KEDUDUKAN, TUGAS, DAN FUNGSI Pasal 1 (1) Kemen

2 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PRESIDEN TENTANG KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG KEMARITIMAN. BAB I KEDUDUKAN, TUGAS, DAN FUNGSI Pasal 1 (1) Kemen LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.11, 2015 ADMINISTRASI. Pemerintahan. Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman. Penyelenggaraan. Pencabutan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN

Lebih terperinci