CURAHAN KERJA, KONTRIBUSI ANGGOTA KELUARGA DALAM PENDAPATAN RUMAHTANGGA DAN POLA PENGELUARAN NELAYAN TRADISIONAL DI KABUPATEN BREBES JAWA TENGAH

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "CURAHAN KERJA, KONTRIBUSI ANGGOTA KELUARGA DALAM PENDAPATAN RUMAHTANGGA DAN POLA PENGELUARAN NELAYAN TRADISIONAL DI KABUPATEN BREBES JAWA TENGAH"

Transkripsi

1 CURAHAN KERJA, KONTRIBUSI ANGGOTA KELUARGA DALAM PENDAPATAN RUMAHTANGGA DAN POLA PENGELUARAN NELAYAN TRADISIONAL DI KABUPATEN BREBES JAWA TENGAH INDRA ROCHMADI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010

2 SURAT PERNYATAAN Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa segala pernyataan dalam tesis saya yang berjudul: CURAHAN KERJA, KONTRIBUSI ANGGOTA KELUARGA DALAM PENDAPATAN RUMAHTANGGA DAN POLA PENGELUARAN NELAYAN TRADISIONAL DI KABUPATEN BREBES JAWA TENGAH merupakan gagasan atau hasil penelitian tesis saya sendiri dengan bimbingan komisi pembimbing, kecuali yang dengan jelas ditunjukkan rujukannya. Tesis ini belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar pada program sejenis di perguruan tinggi manapun. Semua data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan dapat diperiksa kebenarannya. Bogor, Agustus 2010 Indra Rochmadi NRP. H

3 ABSTRACT INDRA ROCHMADI. Working Time Allocation, Contribution of Family Members to Household Income and Traditional Expenditure Patterns in Brebes Regency (SJAFRI MANGKUPRAWIRA as the Chairman and RINA OKTAVIANI as the Member of the Advisory Committee) A number of studies on fishermen s lives generally focus on poverty and economic uncertainty as a result of living difficulties faced by fishermen and their families. At present, most households do not have only one income source but several sources. In other words, they do diversified jobs or have various income sources. However, the problem is that the opportunity cost or any possible activities the fishermen can do when they do not catch fish is very low and they tend to do the activities although they are not profitable and efficient. The objectives of this research were to analyze the factors that affect the allocation of working time among the households of traditional fishermen who use payang as a catching tool and to examine the factors that influence their income and expenditure. This study used cross sectional data. The model built in this study was intended to be able to identify the economic behaviors among the households of traditional fishermen in Brebes Regency, Central Java, based on the existing data and the results of previous studies with the support of relevant theories. Keywords: traditional fishermen, households, working time allocation, income

4 RINGKASAN INDRA ROCHMADI. Curahan Kerja, Kontribusi Anggota Keluarga dalam Pendapatan Rumahtangga dan Pola Pengeluaran Nelayan Tradisional di Kabupaten Brebes Jawa Tengah (SJAFRI MANGKUPRAWIRA sebagai Ketua dan RINA OKTAVIANI sebagai Anggota Komisi Pembimbing). Secara teoritis, dengan potensi perikanan yang demikian besar, nelayan seharusnya mampu hidup berkecukupan. Namun kenyataannya, hanya segelintir nelayan yang hidup berkecukupan, selebihnya sebagian besar yang lain dapat dikatakan bukan saja belum berkecukupan, melainkan juga masih terbelakang. Berbagai kajian mengenai kehidupan nelayan umumnya menekankan pada kemiskinan dan ketidakpastian perekonomian, karena kesulitan hidup yang dihadapi nelayan dan keluarganya Dewasa ini sumber pendapatan sebagian besar rumahtangga tidak hanya satu, melainkan dari beberapa sumber atau dikatakan rumahtangga tersebut melakukan diversifikasi pekerjaan atau memiliki aneka ragam sumber pendapatan Namun yang menjadi permasalahan adalah opportunity cost atau kemungkinan lain yang bisa dikerjakan nelayan bila saja mereka tidak menangkap ikan sangat rendah, maka nelayan cenderung tetap melaksanakan usahanya meskipun usaha tersebut tidak lagi menguntungkan dan efisien. Keputusan pencurahan waktu kerja oleh anggota rumahtangga baik di dalam maupun di luar sub sektor perikanan akan mempengaruhi besar kecilnya tingkat pendapatan yang diperoleh rumahtangga dan pendapatan rumahtangga akan mempengaruhi pola pengeluaran. Keputusan rumahtangga dalam mencurahkan waktu kerja, pendapatan dan pengeluaran merupakan perilaku rumahtangga. Penelitian ini bertujuan untuk: menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap curahan kerja pada rumahtangga nelayan tradisional dengan alat tangkap payang dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan dan pengeluaran rumahtangga nelayan tradisional dengan alat tangkap payang. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kerat lintang (cross section). Model yang dibangun diarahkan untuk tujuan agar mampu mengkaji fenomena perilaku ekonomi rumahtangga nelayan tradisional di Kabupaten Brebes Jawa Tengah, berdasarkan data yang ada maupun hasil penelitian sebelumnya, disertai dengan dukungan teori yang relevan. Estimasi model digunakan metode 2 SLS. Mengingat jumlah persamaan yang ada, maka estimasi model tidak dilakukan secara terpisah, namun secara serempak (simultan) dengan rnenggunakan program aplikasi komputer SAS versi 9.2. Kegiatan melaut yang dilakukan oleh suami dan anak laki-laki merupakan subtitusi untuk kegiatan nonmelaut. Apabila suami dan anak laki-laki lebih memilih bekerja melaut maka akan mengurangi waktu kerjanya di nonmelaut. Dengan alternatif pekerjaan menangkap ikan (opportunity cost) yang sangat sedikit, maka pendidikan merupakan faktor yang penting dalam meningkatkan pendapatan, tetapi pada kenyataannya suami akan tetap melaut walaupun memiliki pendidikan yang tinggi, hal ini dikarenakan pendapatan dari nonmelaut (tukang ojek, tukang batu dan buruh angkat tanah) tidak signifikan dibandingkan

5 dengan melaut. Sedangkan anak laki-laki dan perempuan akan memilih untuk bekerja di nonmelaut apabila memiliki pendidikan yang tinggi. Jumlah balita tidak mempengaruhi curahan tenaga kerja istri, dengan curahan waktu kerja yang tinggi, istri mempunyai kontribusi pendapatan pada kegiatan nonmelaut paling tinggi. Sebaliknya anak perempuan akan mengurangi jam kerjanya untuk mengurus balita. Kontribusi pendapatan suami dan anak lakilaki dalam rumahtangga nelayan tradisional payang tidak berbeda jauh, hal ini dikarenakan adanya pembagian pendapatan yang sama antara suami dan anak laki-laki dalam satu unit alat penangkapan (perahu) Kata kunci: nelayan tradisional, curahan kerja, pendapatan, pengeluaran

6 Hak Cipta milik IPB, tahun 2010 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang 1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah b. Pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB 2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB

7 CURAHAN KERJA, KONTRIBUSI ANGGOTA KELUARGA DALAM PENDAPATAN RUMAHTANGGA DAN POLA PENGELUARAN NELAYAN TRADISIONAL DI KABUPATEN BREBES JAWA TENGAH INDRA ROCHMADI Tesis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010

8 Penguji Luar Komisi: Dr.Ir.Nunung Kusnadi, MS Penguji Wakil Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian dan Pimpinan Sidang: Dr. Ir. Sri Hartoyo, MS

9 Judul Tesis : Curahan Kerja, Kontribusi Anggota Keluarga dalam Pendapatan Rumahtangga dan Pola Pengeluaran Nelayan Tradisional di Kabupaten Brebes Jawa Tengah Nama Mahasiswa : Indra Rochmadi Nomor Pokok : H Program Studi : Ilmu Ekonomi Pertanian Menyetujui, 1. Komisi Pembimbing Prof. Dr. Ir.Tb. Sjafri Mangkuprawira Ketua Dr. Ir. Rina Oktaviani, MS Anggota Mengetahui, 2. Ketua Program Studi 3. Dekan Sekolah Pascasarjana IPB Ilmu Ekonomi Pertanian Prof. Dr. Ir. Bonar M. Sinaga, MA Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro, MS Tanggal Ujian: 23 Juli 2010 Tanggal Lulus:

10 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Surakarta, pada tanggal 20 Februari 1982 sebagai anak pertama dari dua bersaudara pasangan Djumadi dan Widowati. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar pada tahun 1994 di SDN Wonosari 103 Surakarta, pendidikan menengah pertama pada tahun 1997 di SMP Batik 1 Surakarta dan pendidikan menengah atas pada tahun 2000 di SMAN Batik 1 Surakarta. Penulis menerima gelar sarjana perikanan (S.Pi) di Universitas Diponegoro Semarang pada tahun Pada tahun 2006 penulis melanjutkan studi S2 di Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

11 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... Halaman iv vii viii I. PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian Ruang Lingkup Keterbatasan... 8 II. TINJAUAN PUSTAKA Nelayan Tradisional Nelayan Tradisional Nelayan Tradisional Payang Curahan Tenaga Kerja Pendapatan dan Pengeluaran Ekonomi Rumahtangga Nelayan III. KERANGKA PEMIKIRAN Tinjauan Teoritis Curahan Tenaga Kerja Pendapatan dan Konsumsi Tinjauan Studi Empirik Kerangka Pemikiran Teoritis Model Ekonomi Rumahtangga Nelayan Alur Pemikiran Penelitian IV. METODE PENELITIAN Lokasi Penelitian Jenis dan Sumber Data i

12 4.3. Metode Pengambilan Contoh Model Tahapan Membangun Model Spesifikasi Model dan Hipotesis Curahan Kerja Rumahtangga Nelayan Pendapatan Rumahtangga Nelayan Pengeluaran Rumahtangga Produksi Prosedur Analisis Metode Estimasi Model Ekonomi Rumahtangga Nelayan Tradisional Definisi Operasional V. HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Penelitian Letak Geografis dan Administrasi Keadaan Penduduk Kondisi Sosisal Ekonomi dan Budaya Masyarakat Pesisir Kabupaten Brebes Kondisi Umum Sektor Kelautan dan Perikanan Keadaan Topografi, Morfologi dan Geologi Wilayah Pesisir Brebes Kondisi Klimatologis dan Angin Kabupaten Brebes Kondisi Pantai Perairan Brebes Potensi Perikanan Kabupaten Brebes Ekonomi Rumahtangga Nelayan Alokasi Waktu Anggota Rumahtangga Nelayan Kontribusi Anggota Keluarga dalam Pendapatan Rumahtangga Nelayan Pola Pengeluaran Rumahtangga Nelayan Hasil Pendugaan Model Ekonomi Rumahtangga Nelayan Curahan Kerja Rumahtangga Nelayan Curahan Tenaga Kerja Suami Melaut Curahan Tenaga Kerja Suami Nonmelaut Curahan Tenaga Kerja Istri Nonmelaut ii

13 Curahan Tenaga Kerja Anak Perempuan Nonmelaut Curahan Kerja Anak Laki-laki Melaut Curahan Tenaga Kerja Anak Laki-laki Nonmelaut Pendapatan Anggota Keluarga Pendapatan Suami Melaut Pendapatan Suami Nonmelaut Pendapatan Istri Nonmelaut Pendapatan Anak Perempuan Nonmelaut Pendapatan Anak Laki-laki Melaut Pendapatan Anak Laki-laki Nonmelaut Pengeluaran Rumahtangga Konsumsi Pangan Konsumsi Nonpangan Produksi Ikan Biaya Bahan Bakar Minyak Biaya Perbekalan Melaut VI. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA iii

14 DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1. Penggolongan Nelayan Menurut Jarak, Ukuran Kapal, dan Jenis Alat Tangkap di Kabupaten Brebes Tahun Jumlah Perahu/Kapal Perikanan Laut Menurut Kategori dan Ukuran Kapal di Indonesia Tahun Luas Wilayah dan Jumlah Desa di Kabupaten Brebes Tahun Jumlah dan Kepadatan Penduduk Wilayah Pesisir Kabupaten Brebes Tahun Perumbuhan dan Laju Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Brebes Tahun Proyeksi Jumlah Penduduk Wilayah Pesisir Kabupaten Brebes Tahun Pertumbuhan Penduduk di Lima Kecamatan Pesisir Kabupaten Brebes Tahun Tingkat Pendidikan Penduduk Umur 10 Tahun ke Atas Wilayah Pesisir Kabupaten Brebes Tahun Jumlah Penduduk Kabupaten Brebes yang Bergerak di Bidang Perikanan Tahun Jumlah Keluarga Miskin di Wilayah Pesisir Kabupaten Brebes Tahun Luas Wilayah Menurut Ketinggian Per Kecamatan di Wilayah Pesisir Kabupaten Brebes Tahun Luas Lereng Per Kecamatan di Pesisir Kabupaten Brebes Tahun Banyaknya Curah Hujan di Wilayah Pesisir Brebes Tahun Produksi Perikanan Kabupaten Brebes dalam Tahun Jenis dan Jumlah Alat Tangkap Nelayan Kabupaten Brebes Tahun Jumlah Armada Kapal di Kabupaten Brebes Tahun Alokasi Waktu Anggota Rumahtangga Nelayan Tradisional di Kabupaten Brebes Tahun iv

15 18. Kontribusi Anggota Keluarga dalam Pendapatan Rumahtangga Nelayan Tradisional di Kabupaten Brebes Tahun Pola Pengeluaran Rumahtangga Nelayan di Kabupaten Brebes Tahun Hasil Pendugaan Parameter Curahan Tenaga Kerja Suami pada Kegiatan Melaut di Kabupaten Brebes Tahun Hasil Pendugaan Parameter Curahan Tenaga Kerja Suami pada Kegiatan Nonmelaut di Kabupaten Brebes Tahun Hasil Pendugaan Parameter Curahan Tenaga Kerja Istri di Kabupaten Brebes pada Kegiatan Nonmelaut Tahun Hasil Pendugaan Parameter Curahan Tenaga Kerja Anak Perempuan di Kabupaten Brebes pada Kegiatan Nonmelaut Tahun Hasil Pendugaan Parameter Curahan Tenaga Kerja Anak Laki-laki di Kabupaten Brebes pada Kegiatan Melaut Tahun Hasil Pendugaan Parameter Curahan Tenaga Kerja Anak Laki-laki pada di Kabupaten Brebes pada Kegiatan Nonmelaut Tahun Hasil Pendugaan Parameter Pendapatan Suami dari Kegiatan Melaut di Kabupaten Brebes Tahun Hasil Pendugaan Parameter Pendapatan Suami dari Kegiatan Nonmelaut di Kabupaten Brebes Tahun Hasil Pendugaan Parameter Pendapatan Istri dari Kegiatan Nonmelaut di Kabupaten Brebes Tahun Hasil Pendugaan Parameter Pendapatan Anak Perempuan dari Kegiatan Nonmelaut di Kabupaten Brebes Tahun Hasil Pendugaan Parameter Pendapatan Anak Laki-Laki dari Kegiatan Melaut di Kabupaten Brebes Tahun Hasil Pendugaan Parameter Pendapatan Anak Laki-Laki dari Kegiatan Nonmelaut di Kabupaten Brebes Tahun Hasil Pendugaan Parameter Konsumsi Pangan Rumahtangga di Kabupaten Brebes Tahun Hasil Pendugaan Parameter Konsumsi Nonpangan Rumahtangga di Kabupaten Brebes Tahun v

16 34. Hasil Pendugaan Parameter Produksi Ikan di Kabupaten Brebes Tahun Hasil Pendugaan Parameter Biaya Bahan Bakar Minyak di Kabupaten Brebes Tahun Hasil Pendugaan Parameter Biaya Perbekalan Melaut di Kabupaten Brebes Tahun vi

17 DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1. Fungsi Kepuasan Seorang Anggota Rumahtangga Fungsi Kepuasan, Efek Pendapatan, Efek Subtitusi dan Efek Total Kurva Hubungan Pendapatan dengan Konsumsi Alur Pemikiran Ekonomi Rumahtangga Nelayan dengan Alat Tangkap Payang di Kabupaten Brebes Tahun Bagan Penarikan Contoh Rumahtangga Nelayan Tradisional di Kabupaten Brebes Tahun vii

18 DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1. Diagram Langkah-Langkah Estimasi Model Ekonomi Rumahtangga Nelayan Tradisional Program Komputer Pendugaan Model Persamaan Simultan dengan Metode Two State Least Square (2SLS) SAS Versi Hasil Pendugaan Model Persamaan Simultan dengan Metode Two State Least Square (2SLS) SAS Versi viii

19 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sub sektor perikanan menjadi salah satu sub sektor andalan dalam perekonomian Indonesia karena beberapa alasan antara lain: (1) sumberdaya perikanan, sumberdaya perairan dan lahan tambak masih cukup melimpah dan belum dimanfaatkan secara optimal, (2) Produk Domestik Bruto (PDB) sub sektor perikanan walaupun masih relatif kecil kontribusinya, akan tetapi menunjukkan kecenderungan yang semakin meningkat dan bahkan peningkatannya tertinggi dibandingkan dengan sektor yang lain, (3) pola hidup masyarakat saat ini dicirikan dengan semakin selektifnya makanan yang disajikan dengan memenuhi kriteria gizi yang tinggi, mudah disajikan dan menjangkau masyarakat, dan (4) jumlah penduduk Indonesia yang semakin meningkat dan mencapai lebih dari 200 juta jiwa merupakan pasar yang potensial bagi produkproduk perikanan (Kusumaatmadja, 2000). Secara teoritis, dengan potensi perikanan yang demikian besar, nelayan seharusnya mampu hidup berkecukupan. Namun kenyataannya, hanya segelintir nelayan yang hidup berkecukupan, selebihnya sebagian besar yang lain dapat dikatakan bukan saja belum berkecukupan, melainkan juga masih terbelakang. Berbagai kajian mengenai kehidupan nelayan umumnya menekankan pada kemiskinan dan ketidakpastian perekonomian, karena kesulitan hidup yang dihadapi nelayan dan keluarganya (Emerson, 1980). Kehidupan nelayan dapat dikatakan tidak saja belum berkecukupan, melainkan juga masih terbelakang, termasuk dalam hal pendidikan. Keterbatasan sosial yang dialami nelayan memang tidak terwujud dalam bentuk keterasingan, karena secara fisik

20 2 masyarakat nelayan tidak dapat dikatakan terisolasi atau terasing. Namun lebih terwujud pada ketidakmampuan mereka dalam mengambil bagian dalam kegiatan ekonomi pasar secara menguntungkan, yang ditunjukkan oleh lemahnya mereka mengembangkan organisasi keluar lingkungan kerabat mereka atau komunitas lokal (Budiharsono, 1989). Pendapatan merupakan salah satu indikator kesejahteraan dalam ekonomi rumahtangga, dengan dasar skema waktu yang berbeda antara satuan waktu per bulan dan per tahun, diperoleh kesimpulan yang sama antara Aryani (1994) dan Reniati (1998) dalam hal: (1) anggota rumahtangga, yaitu istri dan anak, di samping suami selaku kepala rumahtangga, memegang peranan penting dalam berkontribusi untuk penerimaan rumahtangga nelayan, (2) dilihat dari curahan jam kerja, peranan istri cukup tinggi, dan (3) penerimaan nonmelaut memegang peranan menentukan dalam alokasi curahan kerja anggota keluarga dan kontribusinya terhadap penerimaan rumahtangga nelayan. Dewasa ini sumber pendapatan sebagian besar rumahtangga tidak hanya satu, melainkan dari beberapa sumber atau dikatakan rumahtangga tersebut melakukan diversifikasi pekerjaan atau memiliki aneka ragam sumber pendapatan (Susilowati 2002). Fenomena pencaharian pendapatan tambahan rumahtangga lazim dijumpai pada masyarakat pedesaan, hal ini menandai adanya keragaman dalam sumber pendapatan rumahtangga. Pendapatan rumahtangga berasal dari berbagai sumber yang selalu berubah sesuai dengan musim dan kesempatan, pasar tenaga kerja dan waktu luang setiap harinya. Dengan keadaan tersebut, maka pembagian pekerjaan relatif lentur diantara anggota rumahtangga konsekuensinya, yaitu terjadinya perubahan

21 3 struktur pekerjaan dan alokasi waktu kerja pada anggota rumahtangga nelayan yang pada gilirannya akan menyebabkan perubahan struktur pendapatan rumahtangga nelayan (Wiradi, 1985 dan White, 1980). Untuk memahami berbagai upaya dalam meningkatkan pendapatan nelayan tradisional diperlukan pendekatan yang memperhatikan pola pengambilan keputusan keluarga secara internal di samping juga pengaruh eksternal. Keterlibatan seorang anggota keluarga nelayan dalam upaya mengurangi kemiskinan ternyata tidak hanya didasarkan pada keputusan pribadi nelayan, melainkan secara bersama-sama oleh anggota keluarganya. Antunes (1998) melaporkan 60% angkatan kerja wanita di wilayah Bendar, Juwana Jawa Tengah bekerja dalam kegiatan perikanan. Menurut Susilowati (1998) partisipasi kerja istri atau wanita dalam menambah pendapatan dipengaruhi oleh pekerjaan dan posisi suami, jumlah anggota keluarga dan peranannya dalam proses pengambilan keputusan dalam rumahtangga nelayan. Rumahtangga disebut unit dasar pengambilan keputusan karena peranan rumahtangga hampir mirip dengan perusahaan dalam teori permintaan tenaga kerja. Anggota rumahtangga dianggap akan bekerja dengan melihat pertimbangan anggota lain. Jadi keputusan penawaran tenaga kerja oleh rumahtangga merupakan proses simultan menuju kepuasan maksimum dengan sumberdaya terbatas. Dalam pencurahan tenaga kerja rumahtangga nelayan tradisional bukanlah didasarkan pada keputusan pribadi nelayan (suami), melainkan secara bersama-sama dilakukan oleh anggota rumahtangga yaitu suami, istri dan anaknya.

22 Perumusan Masalah Menurut Dinas Perikanan Jawa Tengah tahun 2008 jumlah nelayan di Pantai Utara Jawa Tengah mencapai orang, sedangkan jumlah nelayan terbanyak terdapat di Kabupaten Brebes, yaitu orang dengan peningkatan rata-rata per tahun sebesar 56.46%. Nelayan tradisional merupakan istilah yang lazim digunakan untuk menggambarkan kondisi sosial nelayan yang dicirikan oleh sikap mental yang tidak mudah menerima inovasi teknologi baru, di samping pemilikan aset produktif yang sangat minimal, pendapatan rendah dan miskin, umumnya hanya memiliki perahu tanpa motor dengan alat tangkap yang sederhana atau hanya memiliki modal tenaga kerja. Istilah tersebut digunakan untuk membedakan dengan nelayan modern atau non tradisional (Bailey, 1992). Kondisi keterbatasan sosial dan kemiskinan yang diderita masyarakat nelayan disebabkan oleh faktor-faktor yang kompleks. Faktor-faktor tersebut tidak hanya berkaitan dengan fluktuasi musim ikan, keterbatasan sumber daya manusia, keterbatasan modal, kurangnya akses, dan jaringan perdagangan ikan yang cenderung eksploitatif terhadap nelayan sebagai produsen, serta dampak negatif modernisasi perikanan yang mendorong terkurasnya sumberdaya laut secara cepat dan berlebihan, serta terbatasnya peluang dan kesempatan nelayan untuk melakukan diverisifikasi pekerjaan, terutama di luar kegiatan pencarian ikan di laut. Sitorus (1994) mendapatkan bahwa seluruh kasus rumahtangga miskin menerapkan strategi sumber nafkah ganda. Artinya rumahtangga tidak hanya mengandalkan hidup pada satu jenis pekerjaan. Di desa pantai, nelayan menyadari bahwa ekonomi rumahtangga mereka sangat ditentukan oleh keadaan cuaca,

23 5 untuk itu terutama bagi rumahtangga yang mempunyai anak banyak, mereka mencari sumber pendapatan lain yang menambah penghasilan rumahtangga mereka. Hasibuan (1994) menunjukkan bahwa penduduk pedesaan baik petani maupun nelayan cenderung beragam bidang nafkah yang dapat dijadikan untuk mempertahankan kehidupan rumahtangganya. Dalam hal ini masalah utama yang mereka hadapi adalah semakin terbatasnya kesempatan kerja bagi penduduk untuk mendapatkan sumber penghasilan yang relatif tetap. Subade (1993) mengajukan argumen bahwa nelayan tetap tinggal pada kegiatan perikanan karena rendahnya opportunity cost pada kegiatan melaut di lingkungan mereka. Opportunity cost nelayan menurut definisi adalah kemungkinan atau alternatif kegiatan atau usaha ekonomi lain yang terbaik yang dapat diperoleh selain menangkap ikan. Dengan kata lain, opportunity cost adalah kemungkinan lain yang bisa dikerjakan nelayan bila saja mereka tidak menangkap ikan. Bila opportunity cost rendah maka nelayan cenderung tetap melaksanakan usahanya meskipun usaha tersebut tidak lagi menguntungkan dan efisien. Ada juga argumen yang mengatakan bahwa opportunity cost nelayan, khususnya di negara berkembang, sangat kecil dan cenderung mendekati nihil. Bila demikian maka nelayan tidak punya pilihan lain sebagai mata pencahariannya. Dengan demikian apa yang terjadi, nelayan tetap bekerja sebagai nelayan karena hanya itu yang bisa dikerjakan. Nelayan tradisional dihadapkan pada kenyataan bahwa mereka harus mencukupi kebutuhan rumahtangga mereka dengan tidak mengandalkan dari satu sumber pendapatan atau pekerjaan saja, melainkan dari berbagai sumber baik pekerjaan-pekerjaan yang masih berkait dengan kegiatan kenelayanan atau

24 6 pencarian ikan di laut, maupun kegiatan di luar sektor kenelayanan, seperti bertani, berkebun, penjual jasa, maupun tukang becak. Keputusan pencurahan waktu kerja oleh anggota rumahtangga baik di dalam maupun di luar sub sektor perikanan akan mempengaruhi besar kecilnya tingkat pendapatan yang diperoleh rumahtangga dan pendapatan rumahtangga akan mempengaruhi pola pengeluaran. Keputusan rumahtangga dalam mencurahkan waktu kerja, pendapatan dan pengeluaran merupakan perilaku rumahtangga. Berdasarkan uraian di atas maka permasalahan yang menyangkut perilaku rumahtangga nelayan tradisional yang perlu diteliti adalah: 1. Bagaimana setiap anggota rumahtangga nelayan tradisional melakukan pencurahan waktu kerjanya dengan terbatasnya kesempatan kerja di daerah pesisir? 2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi keputusan ekonomi rumahtangga nelayan tradisional? 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang dikemukakan, maka penelitian ini secara umum bertujuan untuk mempelajari perilaku ekonomi rumahtangga nelayan tradisional. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk : 1. Menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap curahan kerja pada rumahtangga nelayan tradisional. 2. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan dan pengeluaran rumahtangga nelayan tradisional.

25 7 Secara keseluruhan nelayan tradisional di Kabupaten Brebes Jawa Tengah didominasi oleh nelayan dengan alat tangkap payang, maka dalam tujuan penelitian ini rumahtangga yang dianalisis adalah rumahtangga nelayan tradisional dengan alat tangkap payang Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian Ruang Lingkup Hasil penelitian ekonomi rumahtangga nelayan yang dilakukan oleh Reniati (1998) menunjukkan bahwa penggunaan model ekonomi rumahtangga perikanan untuk kajian ekonomi rumahtangga nelayan memerlukan beberapa penyesuaian, khususnya adanya perbedaan perilaku rumahtangga nelayan dalam berproduksi dimana nelayan menghadapi kondisi ketidakpastian ketersediaan ikan dan kegiatan eksploitasi penangkapan ikan. 1. Penelitian ini dilakukan terhadap rumahtangga nelayan tradisional dengan alat tangkap payang. 2. Alokasi waktu kerja anggota rumahtangga yang dianalisis adalah waktu untuk bekerja produktif di pasar kerja (market production time) yaitu waktu yang digunakan untuk mencari nafkah (income earning market production) yang memungkinkan rumahtangga dapat membeli barang dan jasa di pasar. (Halide,1979) 3. Variabel dalam penelitian ini meliputi: pencurahan waktu tenaga kerja rumahtangga di dalam sub sektor perikanan (melaut) dan di luar sub sektor perikanan (nonmelaut), pendapatan rumahtangga dari dalam dan luar sub sektor perikanan, pengeluaran rumahtangga (pangan dan nonpangan) serta produksi.

26 Keterbatasan Validitas data yang dikumpulkan sangat tergantung kepada daya ingat dan kejujuran rumahtangga respoden. Suatu penelitian tentang alokasi waktu kerja, kontribusi pendapatan dan pola pengeluaran dalam setahun tentu membutuhkan cara pengumpulan data yang sangat teliti dari satu waktu ke waktu berikutnya dalam berbagai jenis kegiatan secara lengkap dan sistematis. Hal ini tentu membutuhkan waktu, biaya dan tenaga yang lebih banyak. Seperti yang pernah dilakukan oleh Halide (1979), karena keterbatasan dalam hal-hal tersebut maka penelitian ini dilakukan dengan mengambil data rata-rata setahun dari kebiasaan aktivitas per hari, per minggu maupun per bulan. Alokasi waktu kerja dianalisis secara deskriptif dari data primer.

27 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Nelayan Nelayan Tradisional Seperti telah diketahui bahwa sumberdaya utama yang dimiliki oleh sebagian besar rumahtangga di negara berkembang, terutama rumahtangga miskin adalah waktu untuk bekerja. Modal berupa uang dan kekayaan lainnya hanya sedikit mereka miliki sehingga kecil artinya dalam proses memperoleh barang dan jasa. Sudah menjadi anggapan umum bahwa nelayan tradisional merupakan golongan masyarakat yang mempunyai pendapatan rendah. Hasibuan (1993) menunjukkan bahwa pendapatan rata-rata keluarga di desa pantai umumnya lebih rendah dari pendapatan keluarga di desa sawah dan lahan kering. Menurut Smith (1979), rendahnya pendapatan nelayan tradisional berkaitan dengan beberapa faktor, yaitu: (1) terbatasnya sumberdaya perikanan, (2) unit penangkapan yang masih sangat sederhana, (3) lemahnya kekuatan pasar, dan (4) bagi hasil yang masih kecil. Pemecahan masalah nelayan tersebut adalah dengan meningkatkan pendapatan dari usaha penangkapan ikan, yaitu dengan melalui usaha memperbesar jumlah tangkapan, peningkatan harga, memperkecil ongkos atau memperbesar persentase bagi hasil. Usaha penangkapan ikan sangat bergantung dari hasil penangkapan ikan di laut. Menurut Hermanto (1986) hasil penangkapan ikan di laut dipengaruhi oleh: (1) tersedianya populasi ikan disuatu daerah penangkapan (fishing ground), (2) keadaan cuaca, (3) posisi bulan terhadap bumi, dan (4) efektifitas alat tangkap yang digunakan. Manurung (1983) mengemukakan kriteria nelayan kecil lewat

28 10 pendekatan aspek ekonomi, yaitu penguasaan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat inovasi nelayan yang terdiri dari: (1) nelayan yang tidak memiliki alat produksi seperti perahu dan alat penangkapan, (2) nelayan kecil umumnya memiliki tenaga kerja keluarga yang dimanfaatkan untuk meningkatkan pendapatan keluaraga, dan (3) modal usaha penangkapan relatif kecil sehingga untuk melakukan usaha penagkapan terbatas hanya di pesisir pantai dan muaramuara sungai. Menurut Dinas Perikanan Jawa Tengah (2008), perbedaan nelayan tradisional dengan nelayan modern dapat dilihat juga dari jarak dalam melakukan penangkapan ikan, nelayan tradisional hanya 0-3 mil dari pantai sedangkan nelayan modern lebih dari 12 mil, sedangkan ukuran kapal 0-5 GT untuk nelayan tradisional dan lebih dari 30 GT untuk nelayan modern, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini. Tabel 1. Penggolongan Nelayan Menurut Jarak, Ukuran Kapal, dan Jenis Alat Tangkap di Kabupaten Brebes Tahun 2008 Jarak dari Pantai (Mil) Ukuran (GT) Jenis Alat Tangkap Golongan (dan Motor Tempel) trammel net, jaring loang, pejer, rajungan, ciker, bundes, dogol, bagan, payang, dan gill net monofilament Nelayan Tradisional payang, lampara, gill net, gill net millenium, gill net monofilament prawe, gill net, mini purse sein, bubu > 12 > 30 mini purse sein, gill net cakalang, cantrang besar, prawe, purse sein, long line. Sumber : Buku Statistik Perikanan Tangkap Jawa Tengah, 2008 Nelayan Semi Modern Nelayan Modern

29 Nelayan Tradisional Payang Payang merupakan alat penangkapan ikan yang sudah lama dikenal dan dioperasikan di Indonesia. Alat tangkap payang merupakan alat penangkapan yang dikhususkan untuk menangkap ikan-ikan pelagis kecil dan tergolong alat tangkap aktif dilihat dari cara mengoperasikannya. Alat tangkap payang ini secara teknologi belum banyak mengalami perkembangan pesat dan pengopersiannya masih bersifat tradisional karena dalam usaha penangkapannya hanya mengandalkan pengamatan mata atau visual yang dilakukan oleh nelayan. Payang adalah alat tangkap ikan yang sudah lama dikenal dan digunakan oleh nelayan Indonesia. Alat tangkap ini dapat dikategorikan sebagai alat yang memiliki produktivitas tinggi dan dapat digolongkan sebagai alat penangkap ikan tradisional, mengingat alat tangkap ini sudah lama digunakan oleh nelayan Indonesia. Keberadaan unit penangkapan payang di dalam perikanan laut Indonesia dianggap penting baik dilihat dari produktivitas maupun jumlah tenaga kerja yang terlibat (Subani dan Barus, 1989) Alat tangkap payang termasuk dalam kelompok seine net atau danish net. Seine net adalah alat penangkap ikan yang mempunyai bagian badan, sayap dan tali penarik yang sangat panjang dengan atau tanpa kantong. Alat penangkap ikan ini dioperasikan dengan cara melingkari area seluas-luasnya dan kemudian menarik alat ke kapal atau ke pantai. Payang merupakan salah satu dari seine net yang dioperasikan dengan cara melingkari kawasan ikan lalu ditarik ke atas kapal yang tidak bergerak. Alat ini sesuai perkembangan dimodifikasi dengan daerah penangkapan dan spesies ikan yang ditangkap (Von Brandt, 1984)

30 12 Alat tangkap yang termasuk ke dalam kelompok payang adalah payang teri atau tongkol (boat seine), dogol dan pukat pantai (beach seine). Umumnya jaring pada payang terdiri dari kantong, dua sayap, dua tali ris, tali salembar serta pelampung dan pemberat (Monintja, 1991) Daerah operasi penangkapan payang biasanya tidak jauh dari pantai dan kedalaman yang relatif dangkal, ini dikarenakan keterbatasan perahu yang digunakan berukuran kecil sehingga tidak dapat dioperasikan pada perairan dengan gelombang besar. Ukuran kapal GT dengan ukuran panjang 9-12m, lebar 2.5-3m, dan dalam m. Tahap-tahap persiapan sampai dengan penangkapan oleh nelayan dengan menggunakan payang. 1. Tahap Persiapan Persiapan yang harus dilakukan nelayan meliputi: persiapan perbekalan (bahan bakar, makan dan minum), persiapan peralatan untuk perbaikan jaring yang rusak pada saat ditengah laut, pemasangan mesin motor di kapal, pemasangan pemberat di tali ris serta penataan jaring agar jaring siap dioperasikan. 2. Menentukan daerah penangkapan ikan Dapat ditentukan berdasarkan operasi penangkapan sebelumnya. 3. Setting atau penurunan jaring 4. Pengangkatan jaring 2.2. Curahan Tenaga Kerja Mangkuprawira (1984) mengkaji alokasi dan kontribusi kerja anggota keluarga di Sukabumi Jawa Barat. Hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa tampak nyata alokasi suami dan istri dalam mencari nafkah dipengaruhi oleh

31 13 faktor-faktor demografis, ekonomi dan ekologi. Namun faktor imbalan kerja suami dan istri berpengaruh nyata dan positif terhadap alokasi waktu suami dan istri dalam mencari nafkah. Sedangkan pola pengeluaran rumahtangga berhubungan nyata dengan faktor-faktor pendapatan rumahtangga, pendidikan suami, tipe alokasi dan musim. Tingkat partisipasi wanita diduga tergantung pada tiga faktor. Pertama, dalam masyarakat yang tingkat fertilisasinya tinggi sehingga ukuran tenaga kerja normal adalah besar, wanita muda tidak berkarir dan tidak akses pada pendidikan dan pelatihan. Kedua, jika rata-rata tingkat fertilisasi tinggi, fertilisasi menekan aktivitas wanita. Kondisi tenaga kerja anak bisa digunakan sebagai subtitusi bagi bentuk tenaga kerja yang lain, ini bisa timbul pada masyarakat kota maupun desa yang berpenghasilan rendah. Pembatasan penggunaan tenaga kerja anak, akan meningkatkan partisipasi tenaga kerja wanita, yang semestinya disubtitusikan oleh tenaga kerja anak. Oleh karena itu bukan hanya dengan menggalakkan penurunan tingkat kesuburan wanita, tetapi juga perbaikan posisi bersaing wanita dalam pasar tenaga kerja sehingga meningkatkan partisipasi tenaga kerja wanita. Ketiga, aktivitas ekonomi wanita dibatasi oleh aktivitas pemeliharaan anak. Hal ini tergantung ketersediaan tenaga kerja alternatif untuk aktifitas pemeliharaan anak, terutama peluang biaya relatif pemeliharaan anak terhadap pendapatan wanita (Standing, 1978). Menurut Susilowati (1992) faktor yang dapat memacu peran perempuan dalam usaha perikanan di Indonesia adalah: (1) faktor sosial: keyakinan agama, ethnis, hubungan kewenangan antara suami istri dalam keluarga, basis usaha produktif keluarga dan aktifitas sosial dalam masyarakat nelayan, (2) faktor

32 14 ekonomi: kebutuhan, differensiasi akses perempuan atas sumberdaya yang bernilai ekonomi tinggi, permodalan dan arti pendapatan bagi rumahtangga, akses kredit atau kebijakan pemerintah, (3) faktor teknis: perubahan teknologi, keterampilan yang dengan mudah dikuasai dan dilakukan bahan baku lokal dan intensitas penggunaan tenaga kerja yang dibutuhkan, (4) faktor ekologis: musim ikan kondisi lingkungan pantai yang ada, dan (5) faktor lainnya: umur, status perkawinan, curahan waktu yang tersedia, penguasaan aset produktif dan pendapatannya dan tingkat pendidikannya. Para istri dalam rumahtangga nelayan adalah bekerja untuk kegiatan produksi pengolahan dan perdagangan ikan, di samping bekerja pada kegiatan ekonomi yang tidak terkait dengan pemanfaatan nilai tambah komoditi perikanan, seperti tukang, pertanian dan lainnya Pendapatan dan Pengeluaran Pengeluaran rumahtangga ditentukan oleh pendapatan total dan karakteristik rumahtangga. Makin besar jumlah anggota rumahtangga, makin besar pula jumlah pengeluaran rumahtangga. Mengingat adanya variabilitas individu anggota rumahtangga menurut umur maupun seks, maka dalam pendekatan ekonomi rumahtangga teori konsumsi individu yang lazim adalah sangat sulit digunakan, karena perilaku permintaan rumahtangga tidak konsisten dengan model yang didasarkan pada perilaku individu dalam rumahtangga. Sementara itu, para ahli ilmu-ilmu sosial melihat tingkat kesejahteraan rumahtangga tidak saja berhubungan dengan tingkat pengeluaran konsumsi pangan, tetapi juga konsumsi kebutuhan pokok (basic needs) lainnya, yaitu di samping kebutuhan pangan adalah: pakaian, perumahan, kesehatan dan

33 15 pendidikan. Reniati (1998) melakukan pengelompokan perilaku konsumsi rumahtangga nelayan menjadi konsumsi pangan dan nonpangan. Secara khusus di dalam rumahtangga nelayan sendiri terdapat variasi yang membedakan dengan pendapatan pada rumahtangga yang lain, yaitu: 1. anggota rumahtangga, yaitu istri dan anak di samping suami selaku kepala rumahtangga pemegang peranan penting dalam berkontribusi untuk penerimaan rumahtangga nelayan. 2. dilihat dari curahan kerja, peranan istri cukup tinggi. 3. penerimaan nonmelaut memegang peranan menentukan dalam alokasi curahan kerja anggota keluarga dan kontribusinya terhadap penerimaan rumahtangga nelayan. Hasil penelitian Aryani (1994) dan Reniati (1998) menunjukkan bahwa peranan perempuan untuk mendukung pendapatan nonmelaut adalah cukup berarti. Suami, istri dan anak dalam rumahtangga nelayan memiliki keahlian, ketrampilan, peran, tugas dan kewajiban yang berbeda di pasar kerja, bekerja di rumah dan penggunaan waktu senggangnya. Kegiatan agroindustri kecil yang umum diusahakan adalah usaha pemindangan dan pengeringan ikan, karena kegiatan usaha tersebut dengan mudah dapat dikelola oleh para perempuan nelayan, Hal ini dapat dijelaskan karena kegiatan tersebut sangat sederhana dan mudah dikelola dengan tingkat pendidikan perempuan nelayan yang ada saat ini (Erizal, 1995). Menurut Saragih (1998) agroindustri adalah merupakan motor penggerak dalam sistem agribisnis pertanian dalam arti luas, termasuk perikanan. Oleh karena itu, para nelayan perlu dipacu agar mengembangkan usahanya dengan pendekatan agribisnis.

34 16 Kegiatan ekonomi rumahtangga nelayan dalam meningkatkan pendapatan rumahtangganya pada umumnya menangani kegiatan pengolahan dan perdagangan ikan, di samping kegiatan produktif nonperikanan, seperti tukang, pertanian dan lainnya (Dirjen Perikanan, 1993; Antunes, 1998 dan Pranadji, 1995) Ekonomi Rumahtangga Nelayan Becker (1965) mengembangkan teori untuk mempelajari model ekonomi rumahtangga petani (Agricultural Household Models), dimana kegiatan produksi dan konsumsi tidak terpisah dan penggunaan tenaga kerja keluarga lebih diutamakan. Teori ini memandang rumahtangga sebagai pengambil keputusan dalam kegiatan produksi dan konsumsi, serta hubungannya dengan alokasi waktu dan pendapatan rumahtangga yang dianalisis secara simultan. Asumsi yang digunakan adalah bahwa dalam mengkonsumsi, kepuasan rumahtangga bukan hanya ditentukan oleh barang dan jasa yang dapat diperoleh di pasar, tetapi juga dari berbagai komoditi yang dihasilkan dalam rumahtangga. Selain itu ada beberapa asumsi yang dipakai dalam agricultural household models, yaitu: (1) waktu dan barang atau jasa merupakan unsur kepuasan, (2) waktu dan barang atau jasa dapat dipakai sebagai faktor produksi dalam fungsi produksi rumahtangga, dan (3) rumahtangga bertindak sebagai produsen dan sebagai konsumen. Model ekonomi rumahtangga petani telah dicoba diaplikasikan dengan beberapa modifikasi untuk menjelaskan perilaku ekonomi rumahtangga nelayan oleh beberapa peneliti seperti Aryani (1994) dan Reniati (1998). Kedua peneliti menganalisis perilaku ekonomi rumahtangga nelayan dalam kegiatan berproduksi, curahan kerja, pendapatan dan pengeluaran secara simultan. Kedua peneliti

35 17 tersebut menggunakan model yang digunakan untuk ekonomi rumahtangga petani yang diturunkan dari teori ekonomi rumahtangga atas dasar model yang disusun oleh Singh (1986) dengan memasukkan peubah relevan dengan kondisi ekonomi rumahtangga nelayan di pedesaan pantai.

36 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Tinjauan Teoritis Curahan Tenaga Kerja Secara sederhana, tenaga kerja diartikan sebagai upaya manusia untuk melakukan usaha. Usaha tersebut dalam hubungannya dengan perikanan adalah usaha melaut dan nonmelaut. Dalam usaha tersebut terdapat perbedaan penggunaan tenaga kerja, antara lain: 1. penggunaan tenaga kerja dalam perikanan bersifat tidak tetap dan tidak berkelanjutan, sedangkan dalam perindustrian bersifat lebih tetap. 2. penggunaan tenaga kerja melaut sebagian besar adalah pria dan untuk industri perikanan adalah wanita. 3. kegiatan dalam perikanan pada dasarnya harus disesuaikan dengan alam, sedangkan dalam perindustrian dapat berlangsung sepanjang tahun. Sumber tenaga kerja dalam perikanan dapat diperoleh dari dalam keluarga dan dari luar keluarga. Sumber tenaga kerja dari dalam keluarga yaitu: suami, istri, anak-anak, orang tua dan orang lain yang hidup serumah dan mendapatkan fasilitas dari rumahtangga nelayan tersebut, sedangkan tenaga kerja dari luar diperoleh dari luar rumahtangga nelayan. Analisis tentang curahan tenaga kerja merupakan analisis tentang penawaran tenaga kerja, yang pada prinsipnya membahas tentang keputusankeputusan anggota rumahtangga dalam pilihan jam kerjanya. Anggota rumahtangga (individu-individu) dalam mengalokasikan jam kerja akan bertindak rasional yaitu memaksimumkan utilitasnya.

37 19 Maksimasi utilitas rumahtangga dilakukan dengan mengkombinasikan waktu santai dan barang konsumsi untuk memaksimumkan kepuasan. Setiap angkatan kerja anggota rumahtangga dihadapkan pada pilihan bekerja atau tidak. Apabila memilih bekerja berarti akan memberikan nilai guna pendapatan yang lebih tinggi dan akan lebih mencurahkan waktunya bagi pencapaian kebutuhan konsumsi. Sebaliknya jika tidak bekerja, maka waktu santai akan mempunyai nilai guna lebih tinggi dari pada pendapatan (Mangkuprawira, 1984). Adanya kedua pilihan tersebut akan menghasilkan berbagai kombinasi untuk mencapai kepuasan yang maksimum, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 1. Barang Konsumsi B 2 B 1 U 2 B 0 U 0 U 1 O W 0 W 1 W 3 Waktu Santai Sumber: Mangkuprawira (1984) Gambar 1. Fungsi Kepuasan Seorang Anggota Rumahtangga Anggota rumahtangga akan mengkonsumsi B 0 dan W 0 untuk mendapatkan tingkat kepuasan U 0. Jika makin banyak B dan W yang dikonsumsi maka makin tinggi kepuasan U yang dicapai (U 2 > U 1 > U 0 ). Dalam mengkonsumsi barang dan waktu santai, anggota rumahtangga (individu) akan menghadapi dua kendala yaitu waktu yang jumlahnya terbatas (24 jam per hari)

38 20 dan anggota rumahtangga yang menawarkan tenaga kerja dalam suatu pasar bersaing sempurna sehingga tidak akan mempengaruhi tingkat upah yang berlaku, kedua kendala tersebut adalah kendala anggaran. Untuk memperoleh kombinasi maksimum dengan mempertimbangkan kendala yang ada, maka kombinasi optimum terletak pada garis anggaran yang menyinggung kurva indiferent. Apabila terjadi kenaikan tingkat upah berarti terdapat tambahan pendapatan. Dengan status ekonomi yang lebih tinggi seseorang cenderung meningkatkan konsumsi dan waktu santainya yang berarti pengurangan jam kerja (efek pendapatan). Dilain pihak kenaikan tingkat upah berarti harga waktu santai menjadi lebih mahal dan mendorong anggota rumahtangga mensubtitusikan waktu santainya dengan lebih banyak bekerja untuk menambah konsumsi barang (efek subtitusi). Efek total dari perubahan tingkat upah adalah selisih dari efek pendapatan dan subtitusi, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 2. Upah, Barang konsumsi C 2 C E 3 E 2 U 2 C 1 F E 1 U 1 B A 0 Sumber: Simanjuntak (1985) D 3 D 1 D 2 B H Waktu Santai Gambar 2. Fungsi Kepuasan, Efek Pendapatan, Efek Subtitusi dan Efek Total

39 21 Misalkan suatu rumahtangga mempunyai pendapatan OA=HB di luar hasil pekerjaan (non earned income, misalnya sewa, warisan). Apabila seluruh waktu yang tersedia OH digunakan untuk waktu luang maka pendapatan rumahtangga tersebut hanya OA=HB. OD menunjukkan jumlah waktu yang digunakan rumahtangga untuk waktu luang dan HD 1 merupakan waktu yang digunakan untuk bekerja (waktu luang diukur dari titik O ke titik H dan waktu bekerja diukur dari H ke O). Dengan bekerja sebanyak HD 1 jam maka rumahtangga memperoleh pendapatan senilai barang konsumsi AF. Jumlah barang konsumsi rumahtangga adalah jumlah barang senilai hasil kerja ditambah jumlah barang senilai pendapatan di luar hasil kerja yakni: OF = OA + AF. Nilai barang konsumsi yang dapat dibelu dari hasil kerja satu jam dinamakan tingkat upah yang dicerminkan dengan kecenderungan (slope) dari budget line. Semakin tinggi tingkat upah maka akan semakin besar slope dari budget line. Rasio tingkat upah awal (barang konsumsi per waktu luang) ditunjukkan oleh slope garis anggaran BC1 dengan kondisi keseimbangan pada titik E dengan utilitas U 1. Apabila upah meningkat, maka budget line berubah dari BC 1 menjadi BC 2. Perubahan tingkat upah tersebut akan menghasilkan pertambahan pendapatan sebagaimana dilukiskan dengan garis B C yang sejajar dengan BC 1. Pertambahan pendapatan akan menambah waktu luang (OD 1 ke OD 2 ) sehingga tingkat utilitas meningkat menjadi U 2 (U 1 ke U 2 ) pada titik keseimbangan E 2. Hal ini merupakan efek pendapatan (income effect). Apabila upah meningkat maka untuk mendapatkan pertambahan barang konsumsi harus mengorbankan waktu luang (waktu untuk bekerja ditambah dari HD 2 ke HD 3 ) supaya berbeda pada tingkat utilitas yang sama yaitu tingkat utilitas U 2 pada titik keseimbangan E 3.

40 22 Uraian di atas menyimpulkan bahwa adanya penyediaan waktu bekerja sehubungan dengan perubahan tingkat upah merupakan teori penawaran tenaga kerja. Dalam analisis penawaran tenaga kerja, rumahtangga memainkan peranan yang sama dengan perusahaan pada teori permintaan tenaga kerja. Artinya, keputusan anggota rumahtangga untuk masuk dalam angkatan kerja bukanlah semata-mata ditetapkan oleh pribadi seseorang akan tetapi secara bersama-sama oleh anggota rumahtangga. Dengan demikian, penawaran tenaga kerja rumahtangga merupakan hasil proses simultan untuk mencapai kepuasan maksimum bagi rumahtangga dengan sumberdaya yang terbatas. Mangkuprawira (1984) menyimpulkan bahwa meskipun wanita (istri) memiliki peluang yang sama dengan laki-laki (suami), namun suami sebagai kepala rumahtangga masih lebih besar tingkat partisipasinya dalam mengalokasikan waktu kerja. Hal ini bisa dikatakan suami memberikan kontribusi pendapatan yang lebih besar terhadap total pendapatan rumahtangga Pendapatan dan Konsumsi Menurut Sadoulet dan Janvry (1995) analisis model ekonomi rumahtangga perlu memperhatikan dua hal, yaitu: (1) apakah barang dan jasa yang dikonsumsi rumahtangga sesuai dengan harga pasar, dan (2) perilaku produksi dan konsumsi apakah separable. Jika sistem persamaan produksi dan konsumsi pada model ekonomi rumahtangga separable, maka pendugaan sistem persamaan konsumsi dan produksi dapat dilakukan secara bebas dan terpisah mengacu pendekatan pendugaan sistem persamaan konsumsi dan produksi yang baku, seperti penggunaan fungsi keuntungan yang umum digunakan. Pendekatan ekonomi rumahtangga adalah berguna sekiranya sisi konsumsi dikaitkan dengan sisi

41 23 produksi melalui pengaruh pendapatan. Hanya saja patut diperhatikan, menurut Sadoulet dan Janvry (1995), bahwa manfaat dari pendekatan ekonomi rumahtangga, bahkan akan menghasilkan kesimpulan yang berlawanan dengan kesimpulan yang dapat diperoleh dengan pendekatan teori konsumsi murni, jika perilaku ekonomi rumahtangga tersebut menunjukkan hal-hal sebagai berikut : 1. Dampak keuntungan karena perubahan harga adalah sangat besar. 2. Sumbangan keuntungan seluruh pendapatan rumahtangga sangat besar. Apabila sistem persamaan produksi, curahan kerja dan konsumsi nonseparable dan disusun dalam model ekonometrika, dimana terdapat keterkaitan antara peubah, sehingga perilaku ekonomi rumahtangga dalam produksi, curahan kerja dan konsumsi adalah saling terkait secara simultan, maka pendugaan model ekonomi rumahtangga yang demikian adalah lebih kompleks. Pendapatan yang diperoleh dari korbanan waktu anggota rumahtangga dalam angkatan kerja akan berbeda-beda. Perubahan pendapatan rumahtangga akan menghasilkan garis anggaran baru yang akan berpengaruh terhadap tingkat konsumsi rumahtangga tersebut. Hubungan ini dapat dijelaskan dengan kurva ICC (Income Consumption Curve), atau dinamakan juga kurva Engel, untuk mengingatkan pada Ernst Engel sebagai seorang pertama yang meneliti hubungan perubahan pendapatan dengan jumlah yang diminta (Kelana, 1994). Pada Gambar 3 peningkatan pendapatan ditandai dengan perubahan I 1 ke I 2 (dimana I 2 lebih tinggi dari I 1 ), maka diperoleh garis anggaran baru dari B 1 ke B 2 (keduanya paralel) dengan equilibrium A dan B. Lebih jauh lagi Engel menjelaskan bahwa terdapat perbedaan antara permintaan terhadap barang perikanan atau barang yang bersifat mudah rusak (perishable goods) dan permintaan barang industri sehubungan dengan perubahan pendapatan.

42 24 Q y B 3 ICC B 2 C B 1 B I 3 A I 2 I 1 0 Q X Sumber: Kelana (1994) Gambar 3. Kurva Hubungan Pendapatan dengan Konsumsi Perubahan kenaikan pendapatan tidak menyebabkan permintaan terhadap barang perikanan meningkat secara progresif. Misalnya pendapatan meningkat dua kali, maka permintaan terhadap ikan tidak akan meningkat sebanyak dua kali juga, sehingga dapat dikatakan elastisitas pendapatan terhadap permintaan ikan rendah. Sebaliknya, peningkatan pendapatan akan menyebabkan permintaan terhadap barang industri lebih progresif, dapat dimaklumi jika pendapatan konsumen naik maka permintaan terhadap barang elektronik dan kebutuhan akan barang mewah juga akan meningkat seiring dengan peningkatan pendapatannya. Miller dan Meiners (1997) mengemukakan beberapa sebab terjadinya ketimpangan pendapatan riil. 1. Perbedaan usia Sampai batas tertentu pendapatan meningkat seiring dengan bertambahnya usia dan masa kerja seseorang, lewat dari batas tersebut pertambahan usia akan diiringi dengan penurunan pendapatan.

I. PENDAHULUAN. Sub sektor perikanan menjadi salah satu sub sektor andalan dalam

I. PENDAHULUAN. Sub sektor perikanan menjadi salah satu sub sektor andalan dalam I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sub sektor perikanan menjadi salah satu sub sektor andalan dalam perekonomian Indonesia karena beberapa alasan antara lain: (1) sumberdaya perikanan, sumberdaya perairan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Tinjauan Teoritis 3.1.1. Curahan Tenaga Kerja Secara sederhana, tenaga kerja diartikan sebagai upaya manusia untuk melakukan usaha. Usaha tersebut dalam hubungannya dengan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Model Peluang Kerja Suami dan Istri di luar Sektor Perikanan Secara teoritis, setiap anggota rumahtangga akan mencurahkan waktunya pada pekerjaan tertentu. Hal tersebut dilakukan

Lebih terperinci

ANALISIS PERILAKU EKONOMI RUMAHTANGGA INDUSTRI KECIL KERUPUK DI KABUPATEN DEMAK: STUDI KASUS DESA NGALURAN DAN DESA KARANGASEM. Oleh: BUDI SULISTYO

ANALISIS PERILAKU EKONOMI RUMAHTANGGA INDUSTRI KECIL KERUPUK DI KABUPATEN DEMAK: STUDI KASUS DESA NGALURAN DAN DESA KARANGASEM. Oleh: BUDI SULISTYO ANALISIS PERILAKU EKONOMI RUMAHTANGGA INDUSTRI KECIL KERUPUK DI KABUPATEN DEMAK: STUDI KASUS DESA NGALURAN DAN DESA KARANGASEM Oleh: BUDI SULISTYO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 ABSTRACT

Lebih terperinci

DAMPAK PENYERAPAN TENAGA KERJA LOKAL PADA PROYEK LIQUIFIED NATURAL GAS

DAMPAK PENYERAPAN TENAGA KERJA LOKAL PADA PROYEK LIQUIFIED NATURAL GAS DAMPAK PENYERAPAN TENAGA KERJA LOKAL PADA PROYEK LIQUIFIED NATURAL GAS TANGGUH TERHADAP EKONOMI RUMAHTANGGA PENDUDUK DESA DI KAWASAN TELUK BINTUNI PROVINSI PAPUA BARAT Oleh: DEASI MAYAWATI SEKOLAH PASCASARJANA

Lebih terperinci

PERANAN PRODUKSI USAHATANI DAN GENDER DALAM EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI LAHAN SAWAH: STUDI KASUS DI KABUPATEN BOGOR SOEPRIATI

PERANAN PRODUKSI USAHATANI DAN GENDER DALAM EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI LAHAN SAWAH: STUDI KASUS DI KABUPATEN BOGOR SOEPRIATI PERANAN PRODUKSI USAHATANI DAN GENDER DALAM EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI LAHAN SAWAH: STUDI KASUS DI KABUPATEN BOGOR SOEPRIATI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006 SURAT PERNYATAAN Saya

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN 23 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoritis Becker (1965), mengembangkan teori yang mempelajari tentang perilaku rumahtangga (household behavior). Teori tersebut memandang rumahtangga sebagai pengambil

Lebih terperinci

ANALISIS PERILAKU EKONOMI RUMAHTANGGA DAN PELUANG KEMISKINAN NELAYAN TRADISIONAL

ANALISIS PERILAKU EKONOMI RUMAHTANGGA DAN PELUANG KEMISKINAN NELAYAN TRADISIONAL ANALISIS PERILAKU EKONOMI RUMAHTANGGA DAN PELUANG KEMISKINAN NELAYAN TRADISIONAL (Studi Kasus: Rumahtangga Nelayan Tradisional Di Kecamatan Kasemen Kabupaten Serang Propinsi Banten) RANTHY PANCASASTI SEKOLAH

Lebih terperinci

ANALISIS MODEL PELUANG KERJA SUAMI DAN ISTRI, PERILAKU EKONOMI RUMAHTANGGA DAN PELUANG KEMISKINAN ENDANG SARI SIMANULLANG

ANALISIS MODEL PELUANG KERJA SUAMI DAN ISTRI, PERILAKU EKONOMI RUMAHTANGGA DAN PELUANG KEMISKINAN ENDANG SARI SIMANULLANG ANALISIS MODEL PELUANG KERJA SUAMI DAN ISTRI, PERILAKU EKONOMI RUMAHTANGGA DAN PELUANG KEMISKINAN (Studi Kasus : Rumahtangga Nelayan Tradisional di Kecamatan Pandan Kabupaten Tapanuli Tengah Propinsi Sumatera

Lebih terperinci

SURAT PERNYATAAN STRUKTUR EKONOMI DAN KESEMPATAN KERJA SEKTOR PERTANIAN DAN NON PERTANIAN SERTA KUALITAS SUMBERDAYA MANUSIA DI INDONESIA

SURAT PERNYATAAN STRUKTUR EKONOMI DAN KESEMPATAN KERJA SEKTOR PERTANIAN DAN NON PERTANIAN SERTA KUALITAS SUMBERDAYA MANUSIA DI INDONESIA SURAT PERNYATAAN Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa segala pernyataan dalam tesis saya yang berjudul: STRUKTUR EKONOMI DAN KESEMPATAN KERJA SEKTOR PERTANIAN DAN NON PERTANIAN SERTA KUALITAS

Lebih terperinci

KETERKAITAN WILAYAH DAN DAMPAK KEBIJAKAN TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN WILAYAH DI INDONESIA. Oleh: VERALIANTA BR SEBAYANG

KETERKAITAN WILAYAH DAN DAMPAK KEBIJAKAN TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN WILAYAH DI INDONESIA. Oleh: VERALIANTA BR SEBAYANG KETERKAITAN WILAYAH DAN DAMPAK KEBIJAKAN TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN WILAYAH DI INDONESIA Oleh: VERALIANTA BR SEBAYANG SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 SURAT PERNYATAAN Dengan

Lebih terperinci

DAMPAK INVESTASI TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN: STUDI KOMPARASI PENANAMAN MODAL DALAM NEGERI DAN PENANAMAN MODAL ASING DI JAWA TIMUR

DAMPAK INVESTASI TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN: STUDI KOMPARASI PENANAMAN MODAL DALAM NEGERI DAN PENANAMAN MODAL ASING DI JAWA TIMUR DAMPAK INVESTASI TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN: STUDI KOMPARASI PENANAMAN MODAL DALAM NEGERI DAN PENANAMAN MODAL ASING DI JAWA TIMUR HERNY KARTIKA WATI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Lebih terperinci

ANALISIS PERILAKU EKONOMI RUMAHTANGGA DAN PELUANG KEMISKINAN NELAYAN TRADISIONAL

ANALISIS PERILAKU EKONOMI RUMAHTANGGA DAN PELUANG KEMISKINAN NELAYAN TRADISIONAL ANALISIS PERILAKU EKONOMI RUMAHTANGGA DAN PELUANG KEMISKINAN NELAYAN TRADISIONAL (Studi Kasus: Rumahtangga Nelayan Tradisional Di Kecamatan Kasemen Kabupaten Serang Propinsi Banten) RANTHY PANCASASTI SEKOLAH

Lebih terperinci

PENGARUH BANTUAN PINJAMAN LANGSUNG MASYARAKAT TERHADAP PENDAPATAN DAN EFISIENSI USAHATANI PADI SAWAH DI KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA KALIMANTAN TIMUR

PENGARUH BANTUAN PINJAMAN LANGSUNG MASYARAKAT TERHADAP PENDAPATAN DAN EFISIENSI USAHATANI PADI SAWAH DI KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA KALIMANTAN TIMUR PENGARUH BANTUAN PINJAMAN LANGSUNG MASYARAKAT TERHADAP PENDAPATAN DAN EFISIENSI USAHATANI PADI SAWAH DI KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA KALIMANTAN TIMUR Oleh: MARIYAH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. dimana pada daerah ini terjadi pergerakan massa air ke atas

TINJAUAN PUSTAKA. dimana pada daerah ini terjadi pergerakan massa air ke atas TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Pustaka Wilayah laut Indonesia kaya akan ikan, lagi pula sebagian besar merupakan dangkalan. Daerah dangkalan merupakan daerah yang kaya akan ikan sebab di daerah dangkalan sinar

Lebih terperinci

ANALISIS KETERKAITAN KREDIT DAN KONSUMSI RUMAH TANGGA DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT DHONA YULIANTI

ANALISIS KETERKAITAN KREDIT DAN KONSUMSI RUMAH TANGGA DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT DHONA YULIANTI ANALISIS KETERKAITAN KREDIT DAN KONSUMSI RUMAH TANGGA DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT DHONA YULIANTI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

DAMPAK KEBIJAKAN HARGA DASAR PEMBELIAN PEMERINTAH TERHADAP PENAWARAN DAN PERMINTAAN BERAS DI INDONESIA RIA KUSUMANINGRUM

DAMPAK KEBIJAKAN HARGA DASAR PEMBELIAN PEMERINTAH TERHADAP PENAWARAN DAN PERMINTAAN BERAS DI INDONESIA RIA KUSUMANINGRUM DAMPAK KEBIJAKAN HARGA DASAR PEMBELIAN PEMERINTAH TERHADAP PENAWARAN DAN PERMINTAAN BERAS DI INDONESIA RIA KUSUMANINGRUM SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 SURAT PERNYATAAN Saya menyatakan

Lebih terperinci

4. KEADAAN UMUM 4.1 Kedaan Umum Kabupaten Banyuwangi Kedaan geografis, topografi daerah dan penduduk 1) Letak dan luas

4. KEADAAN UMUM 4.1 Kedaan Umum Kabupaten Banyuwangi Kedaan geografis, topografi daerah dan penduduk 1) Letak dan luas 26 4. KEADAAN UMUM 4.1 Kedaan Umum Kabupaten Banyuwangi 4.1.1 Kedaan geografis, topografi daerah dan penduduk 1) Letak dan luas Menurut DKP Kabupaten Banyuwangi (2010) luas wilayah Kabupaten Banyuwangi

Lebih terperinci

PERILAKU EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI DALAM PASAR PERSAINGAN TIDAK SEMPURNA DI BEBERAPA PROVINSI DI INDONESIA. Oleh: NUNUNG KUSNADI

PERILAKU EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI DALAM PASAR PERSAINGAN TIDAK SEMPURNA DI BEBERAPA PROVINSI DI INDONESIA. Oleh: NUNUNG KUSNADI 1 PERILAKU EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI DALAM PASAR PERSAINGAN TIDAK SEMPURNA DI BEBERAPA PROVINSI DI INDONESIA Oleh: NUNUNG KUSNADI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2005 2 ABSTRAK NUNUNG KUSNADI.

Lebih terperinci

ABSTRACT. Keywords: internal and international migration, labor market, Indonesian economy

ABSTRACT. Keywords: internal and international migration, labor market, Indonesian economy ABSTRACT SAFRIDA. The Impact of Migration Policy on Labor Market and Indonesian Economy (BONAR M. SINAGA as Chairman, HERMANTO SIREGAR and HARIANTO as Members of the Advisory Committee) The problem of

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Potensi perikanan laut meliputi perikanan tangkap, budidaya laut dan

I. PENDAHULUAN. Potensi perikanan laut meliputi perikanan tangkap, budidaya laut dan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Potensi perikanan laut meliputi perikanan tangkap, budidaya laut dan industri bioteknologi kelautan merupakan asset yang sangat besar bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia,

Lebih terperinci

ANALISIS KAPASITAS PENANGKAPAN (FISHING CAPACITY) PADA PERIKANAN PURSE SEINE DI KABUPATEN ACEH TIMUR PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM Y U S T O M

ANALISIS KAPASITAS PENANGKAPAN (FISHING CAPACITY) PADA PERIKANAN PURSE SEINE DI KABUPATEN ACEH TIMUR PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM Y U S T O M ANALISIS KAPASITAS PENANGKAPAN (FISHING CAPACITY) PADA PERIKANAN PURSE SEINE DI KABUPATEN ACEH TIMUR PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM Y U S T O M SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam kehidupan manusia, mulai hal yang terkecil dalam

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam kehidupan manusia, mulai hal yang terkecil dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan Pembangunan Nasional adalah masyarakat yang adil dan makmur. Untuk mencapai tujuan tersebut harus dikembangkan dan dikelola sumberdaya yang tersedia. Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Informasi tentang kerusakan alam diabadikan dalam Al-Qur an Surah

BAB I PENDAHULUAN. Informasi tentang kerusakan alam diabadikan dalam Al-Qur an Surah BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Informasi tentang kerusakan alam diabadikan dalam Al-Qur an Surah Ar-Ruum ayat 41, bahwa Telah nampak kerusakan didarat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Pemanfaatan potensi perikanan laut di Sulawesi Tengah belum optimal

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Pemanfaatan potensi perikanan laut di Sulawesi Tengah belum optimal 18 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoritis Pemanfaatan potensi perikanan laut di Sulawesi Tengah belum optimal dikarenakan sebagian besar pola usaha nelayan masih berskala kecil, bersifat tradisional

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia hingga saat ini masih tergolong negara yang sedang berkembang dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia hingga saat ini masih tergolong negara yang sedang berkembang dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia hingga saat ini masih tergolong negara yang sedang berkembang dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi. Selain itu juga Indonesia merupakan negara agraris

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daerah pesisir pantai yang ada di Medan. Sebagaimana daerah yang secara

BAB I PENDAHULUAN. daerah pesisir pantai yang ada di Medan. Sebagaimana daerah yang secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan merupakan salah satu daerah pesisir pantai yang ada di Medan. Sebagaimana daerah yang secara geografis berada di pesisir

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan pengurangan kemiskinan. Untuk mencapai tujuan tersebut perlu

I. PENDAHULUAN. dan pengurangan kemiskinan. Untuk mencapai tujuan tersebut perlu 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan pembangunan ekonomi adalah peningkatan pendapatan nasional dan pengurangan kemiskinan. Untuk mencapai tujuan tersebut perlu dikembangkan dan dikelola sumberdaya

Lebih terperinci

ANALISIS KEBUTUHAN ENERGI UNTUK SEKTOR PERIKANAN DI PROVINSI GORONTALO

ANALISIS KEBUTUHAN ENERGI UNTUK SEKTOR PERIKANAN DI PROVINSI GORONTALO Perencanaan Energi Provinsi Gorontalo 2000-2015 ANALISIS KEBUTUHAN ENERGI UNTUK SEKTOR PERIKANAN DI PROVINSI GORONTALO Hari Suharyono Abstract Gorontalo Province has abundace fishery sources, however the

Lebih terperinci

ANALISIS PEREKONOMIAN PROVINSI MALUKU UTARA: PENDEKATAN MULTISEKTORAL MUHAMMAD ZAIS M. SAMIUN

ANALISIS PEREKONOMIAN PROVINSI MALUKU UTARA: PENDEKATAN MULTISEKTORAL MUHAMMAD ZAIS M. SAMIUN ANALISIS PEREKONOMIAN PROVINSI MALUKU UTARA: PENDEKATAN MULTISEKTORAL MUHAMMAD ZAIS M. SAMIUN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 ii ABSTRACT MUHAMMAD ZAIS M. SAMIUN. Analysis of Northern

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI RELATIF KOMODITAS KELAPA PADA LAHAN PASANG SURUT DAN LAHAN KERING. Oleh: BEDY SUDJARMOKO

ANALISIS EFISIENSI RELATIF KOMODITAS KELAPA PADA LAHAN PASANG SURUT DAN LAHAN KERING. Oleh: BEDY SUDJARMOKO ANALISIS EFISIENSI RELATIF KOMODITAS KELAPA PADA LAHAN PASANG SURUT DAN LAHAN KERING Oleh: BEDY SUDJARMOKO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 ABSTRAK BEDY SUDJARMOKO. Analisis Efisiensi

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam 1 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam perekonomian nasional melalui pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), perolehan devisa,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Sumberdaya perikanan di laut sifatnya adalah open acces artinya siapa pun

PENDAHULUAN. Sumberdaya perikanan di laut sifatnya adalah open acces artinya siapa pun 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Sumberdaya perikanan di laut sifatnya adalah open acces artinya siapa pun memiliki hak yang sama untuk mengambil atau mengeksploitasi sumberdaya didalamnya. Nelayan menangkap

Lebih terperinci

ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA INDUSTRI PAKAN TERNAK AYAM DI PROPINSI LAMPUNG DAN JAWA BARAT ANNA FITRIANI

ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA INDUSTRI PAKAN TERNAK AYAM DI PROPINSI LAMPUNG DAN JAWA BARAT ANNA FITRIANI ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA INDUSTRI PAKAN TERNAK AYAM DI PROPINSI LAMPUNG DAN JAWA BARAT ANNA FITRIANI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 SURAT PERNYATAAN Saya menyatakan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut pernyataan Menteri Kelautan dan Perikanan RI (nomor kep.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut pernyataan Menteri Kelautan dan Perikanan RI (nomor kep. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara kelautan dengan kekayaan laut maritim yang sangat melimpah, negara kepulauan terbesar di dunia dengan garis pantai yang terpanjang

Lebih terperinci

V. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Morowali merupakan salah satu daerah otonom yang baru

V. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Morowali merupakan salah satu daerah otonom yang baru V. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN Geografis dan Administratif Kabupaten Morowali merupakan salah satu daerah otonom yang baru terbentuk di Provinsi Sulawesi Tengah berdasarkan Undang-Undang Nomor 51 tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Informasi tentang kerusakan alam diabadikan dalam Al-Qur an Surah

BAB I PENDAHULUAN. Informasi tentang kerusakan alam diabadikan dalam Al-Qur an Surah BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Informasi tentang kerusakan alam diabadikan dalam Al-Qur an Surah Ar-Ruum ayat 41, bahwa Telah nampak kerusakan didarat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan

Lebih terperinci

PERANAN BANK PERKREDITAN RAKYAT BINAAN TERHADAP KINERJA USAHA KECIL DI SUMATERA BARAT ZEDNITA AZRIANI

PERANAN BANK PERKREDITAN RAKYAT BINAAN TERHADAP KINERJA USAHA KECIL DI SUMATERA BARAT ZEDNITA AZRIANI PERANAN BANK PERKREDITAN RAKYAT BINAAN TERHADAP KINERJA USAHA KECIL DI SUMATERA BARAT BANK NAGARI ZEDNITA AZRIANI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 SURAT PERNYATAAN Saya menyatakan

Lebih terperinci

KOREKSI KONSTRUKSI PERANGKAP JODANG PENANGKAP KEONG MACAN DI PALABUHANRATU, SUKABUMI, JAWA BARAT AYU ADHITA DAMAYANTI

KOREKSI KONSTRUKSI PERANGKAP JODANG PENANGKAP KEONG MACAN DI PALABUHANRATU, SUKABUMI, JAWA BARAT AYU ADHITA DAMAYANTI KOREKSI KONSTRUKSI PERANGKAP JODANG PENANGKAP KEONG MACAN DI PALABUHANRATU, SUKABUMI, JAWA BARAT AYU ADHITA DAMAYANTI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara Kepulauan (Archipelagic state) terbesar di dunia. Jumlah Pulaunya mencapai 17.506 dengan garis pantai sepanjang 81.000 km. Kurang lebih 60%

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Kabupaten Indramayu Kabupaten Indramayu secara geografis berada pada 107 52'-108 36' BT dan 6 15'-6 40' LS. Berdasarkan topografinya sebagian besar merupakan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Perikanan tangkap merupakan salah satu kegiatan ekonomi yang sangat penting di Kabupaten Nias dan kontribusinya cukup besar bagi produksi perikanan dan kelautan secara

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Perikanan adalah kegiatan ekonomi dalam bidang penangkapan atau budidaya ikan atau binatang air lainnya serta

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI SUMBERDAYA PERIKANAN DI PERAIRAN PEMANGKAT KABUPATEN SAMBAS EKA SUPRIANI

KAJIAN EKONOMI SUMBERDAYA PERIKANAN DI PERAIRAN PEMANGKAT KABUPATEN SAMBAS EKA SUPRIANI KAJIAN EKONOMI SUMBERDAYA PERIKANAN DI PERAIRAN PEMANGKAT KABUPATEN SAMBAS EKA SUPRIANI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 ii PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan

Lebih terperinci

INTEGRASI PASAR FISIK CRUDE PALM OIL DI INDONESIA, MALAYSIA DAN PASAR BERJANGKA DI ROTTERDAM DIAN HAFIZAH

INTEGRASI PASAR FISIK CRUDE PALM OIL DI INDONESIA, MALAYSIA DAN PASAR BERJANGKA DI ROTTERDAM DIAN HAFIZAH 1 INTEGRASI PASAR FISIK CRUDE PALM OIL DI INDONESIA, MALAYSIA DAN PASAR BERJANGKA DI ROTTERDAM DIAN HAFIZAH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 2 SURAT PERNYATAAN Saya menyatakan dengan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN 23 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Konsep Dasar Ekonomi Rumahtangga Becker (1976), menganalisis keadaan ekonomi rumahtangga yang dalam penelitiannya tersebut menggunakan analisis simultan untuk melihat rumahtangga

Lebih terperinci

ANALISIS KEBUTUHAN LUAS LAHAN PERTANIAN PANGAN DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN PANGAN PENDUDUK KABUPATEN LAMPUNG BARAT SUMARLIN

ANALISIS KEBUTUHAN LUAS LAHAN PERTANIAN PANGAN DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN PANGAN PENDUDUK KABUPATEN LAMPUNG BARAT SUMARLIN ANALISIS KEBUTUHAN LUAS LAHAN PERTANIAN PANGAN DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN PANGAN PENDUDUK KABUPATEN LAMPUNG BARAT SUMARLIN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS

Lebih terperinci

VIII. PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN TANGKAP YANG BERKELANJUTAN. perikanan tangkap di perairan Kabupaten Morowali memperlihatkan jumlah alokasi

VIII. PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN TANGKAP YANG BERKELANJUTAN. perikanan tangkap di perairan Kabupaten Morowali memperlihatkan jumlah alokasi VIII. PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN TANGKAP YANG BERKELANJUTAN Hasil analisis LGP sebagai solusi permasalahan pemanfaatan sumberdaya perikanan tangkap di perairan Kabupaten Morowali memperlihatkan jumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pemanfaatan sumberdaya perikanan di Indonesia masih didominasi oleh perikanan rakyat dengan menggunakan alat tangkap yang termasuk kategori sederhana, tidak memerlukan

Lebih terperinci

ANALISIS REGRESI TERPOTONG BEBERAPA NILAI AMATAN NURHAFNI

ANALISIS REGRESI TERPOTONG BEBERAPA NILAI AMATAN NURHAFNI ANALISIS REGRESI TERPOTONG DENGAN BEBERAPA NILAI AMATAN NOL NURHAFNI SEKOLAH PASCASARJANAA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan

Lebih terperinci

ANALISIS PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN DENGAN PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT PESISIR DI KECAMATAN PEMANGKAT KABUPATEN SAMBAS

ANALISIS PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN DENGAN PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT PESISIR DI KECAMATAN PEMANGKAT KABUPATEN SAMBAS ANALISIS PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN DENGAN PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT PESISIR DI KECAMATAN PEMANGKAT KABUPATEN SAMBAS SYARIF IWAN TARUNA ALKADRIE SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

PERAN WANITA DALAM PENINGKATAN PENDAPATAN KELUARGA NELAYAN DI DESA TASIKAGUNG KECAMATAN REMBANG KABUPATEN REMBANG JAWA TENGAH

PERAN WANITA DALAM PENINGKATAN PENDAPATAN KELUARGA NELAYAN DI DESA TASIKAGUNG KECAMATAN REMBANG KABUPATEN REMBANG JAWA TENGAH PERAN WANITA DALAM PENINGKATAN PENDAPATAN KELUARGA NELAYAN DI DESA TASIKAGUNG KECAMATAN REMBANG KABUPATEN REMBANG JAWA TENGAH TUGAS AKHIR TKP 481 Oleh : ASTRID EKANINGDYAH L2D000400 JURUSAN PERENCANAAN

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Tempat Penelitian Palabuhnratu merupakan daerah pesisir di selatan Kabupaten Sukabumi yang sekaligus menjadi ibukota Kabupaten Sukabumi. Palabuhanratu terkenal

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Kemiskinan masih menjadi masalah yang mengancam Bangsa Indonesia. Jumlah penduduk miskin di Indonesia pada bulan Maret 2007 sebesar 37,17 juta jiwa yang berarti sebanyak 16,58

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Krisis ekonomi secara nyata telah menyebabkan jatuhnya ekonomi nasional khususnya usaha-usaha skala besar. Dampak nyata dari kondisi tersebut adalah terjadinya peningkatan

Lebih terperinci

PENGARUH PERIODE HARI BULAN TERHADAP HASIL TANGKAPAN DAN TINGKAT PENDAPATAN NELAYAN BAGAN TANCAP DI KABUPATEN SERANG TESIS JAE WON LEE

PENGARUH PERIODE HARI BULAN TERHADAP HASIL TANGKAPAN DAN TINGKAT PENDAPATAN NELAYAN BAGAN TANCAP DI KABUPATEN SERANG TESIS JAE WON LEE PENGARUH PERIODE HARI BULAN TERHADAP HASIL TANGKAPAN DAN TINGKAT PENDAPATAN NELAYAN BAGAN TANCAP DI KABUPATEN SERANG TESIS JAE WON LEE SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 PERNYATAAN

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Pangan adalah komoditas strategi karena merupakan kebutuhan dasar manusia. Pangan tidak saja berarti strategis

Lebih terperinci

KAJIAN EKOPNOMI DAN EKOLOGI PEMANFAATAN EKOSISTEM MANGROVE PESISIR TONGKE-TONGKE KABUPATEN SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN RUSDIANAH

KAJIAN EKOPNOMI DAN EKOLOGI PEMANFAATAN EKOSISTEM MANGROVE PESISIR TONGKE-TONGKE KABUPATEN SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN RUSDIANAH KAJIAN EKOPNOMI DAN EKOLOGI PEMANFAATAN EKOSISTEM MANGROVE PESISIR TONGKE-TONGKE KABUPATEN SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN RUSDIANAH SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006 PERNYATAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penangkapan ikan dan binatang air lainnya (suyitno, 2012). Tingkat

BAB I PENDAHULUAN. penangkapan ikan dan binatang air lainnya (suyitno, 2012). Tingkat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Nelayan adalah orang atau individu yang aktif dalam melakukan penangkapan ikan dan binatang air lainnya (suyitno, 2012). Tingkat kesejahteraan nelayan sangat

Lebih terperinci

ANALISIS DAMPAK SUMBER MODAL TERHADAP PRODUKSI DAN KEUNTUNGAN USAHA TAMBAK UDANG DI KECAMATAN MUARA BADAK KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA HANDAYANI BOA

ANALISIS DAMPAK SUMBER MODAL TERHADAP PRODUKSI DAN KEUNTUNGAN USAHA TAMBAK UDANG DI KECAMATAN MUARA BADAK KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA HANDAYANI BOA ANALISIS DAMPAK SUMBER MODAL TERHADAP PRODUKSI DAN KEUNTUNGAN USAHA TAMBAK UDANG DI KECAMATAN MUARA BADAK KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA HANDAYANI BOA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007

Lebih terperinci

DAMPAK KEBIJAKAN MONETER TERHADAP KINERJA SEKTOR RIIL DI INDONESIA

DAMPAK KEBIJAKAN MONETER TERHADAP KINERJA SEKTOR RIIL DI INDONESIA DAMPAK KEBIJAKAN MONETER TERHADAP KINERJA SEKTOR RIIL DI INDONESIA LIRA MAI LENA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2 0 0 7 ABSTRAK Lira Mai Lena. Dampak Kebijakan Moneter terhadap Kinerja Sektor

Lebih terperinci

PENGUATAN KELOMPOK PENGRAJIN TENUN IKAT TRADISIONAL KATARINA RAMBU BABANG

PENGUATAN KELOMPOK PENGRAJIN TENUN IKAT TRADISIONAL KATARINA RAMBU BABANG PENGUATAN KELOMPOK PENGRAJIN TENUN IKAT TRADISIONAL (Studi Kasus Di Desa Hambapraing, Kecamatan Haharu, Kabupaten Sumba Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur) KATARINA RAMBU BABANG SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT

Lebih terperinci

KAJIAN PENGELOLAAN HASIL TANGKAPAN SAMPINGAN PUKAT UDANG: STUDI KASUS DI LAUT ARAFURA PROVINSI PAPUA AZMAR MARPAUNG

KAJIAN PENGELOLAAN HASIL TANGKAPAN SAMPINGAN PUKAT UDANG: STUDI KASUS DI LAUT ARAFURA PROVINSI PAPUA AZMAR MARPAUNG KAJIAN PENGELOLAAN HASIL TANGKAPAN SAMPINGAN PUKAT UDANG: STUDI KASUS DI LAUT ARAFURA PROVINSI PAPUA AZMAR MARPAUNG SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006 KAJIAN PENGELOLAAN HASIL TANGKAPAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Usaha Penangkapan Ikan Dalam buku Statistik Perikanan Tangkap yang dikeluarkan oleh Dinas Perikanan dan Kelautan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Pengertian Kebijakan

BAB 1 PENDAHULUAN Pengertian Kebijakan BAB 1 PENDAHULUAN Secara umum, analisis kebijakan menghasilkan pengetahuan mengenai dan dipahami sebagai proses untuk dalam proses kebijakan yang bertujuan untuk menyediakan para pengambil keputusan berupa

Lebih terperinci

ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN EKONOMI KELAUTAN DI PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG KASTANA SAPANLI

ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN EKONOMI KELAUTAN DI PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG KASTANA SAPANLI ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN EKONOMI KELAUTAN DI PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG KASTANA SAPANLI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perikanan Tangkap Definisi perikanan tangkap Permasalahan perikanan tangkap di Indonesia

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perikanan Tangkap Definisi perikanan tangkap Permasalahan perikanan tangkap di Indonesia 4 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perikanan Tangkap 2.1.1 Definisi perikanan tangkap Penangkapan ikan berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 45 Tahun 2009 didefinisikan sebagai kegiatan untuk memperoleh

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Penelitian Terdahulu. Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Saskia (1996), yang menganalisis

II. TINJAUAN PUSTAKA Penelitian Terdahulu. Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Saskia (1996), yang menganalisis II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Saskia (1996), yang menganalisis masalah Kemiskinan dan Ketimpangan pendapatan nelayan di Kelurahan Bagan Deli dan

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN aa 16 a aa a 4.1 Keadaan Geografis dan Topografis Secara geografis Kabupaten Indramayu terletak pada posisi 107 52' 108 36' BT dan 6 15' 6 40' LS. Batas wilayah Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Propinsi Sumatera Utara yang terdiri dari daerah perairan yang mengandung

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Propinsi Sumatera Utara yang terdiri dari daerah perairan yang mengandung BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Propinsi Sumatera Utara yang terdiri dari daerah perairan yang mengandung sumber daya ikan yang sangat banyak dari segi keanekaragaman jenisnya dan sangat tinggi dari

Lebih terperinci

PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN AIR BERSIH DI PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA BUNGUS SUMATERA BARAT RULLI KURNIAWAN

PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN AIR BERSIH DI PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA BUNGUS SUMATERA BARAT RULLI KURNIAWAN PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN AIR BERSIH DI PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA BUNGUS SUMATERA BARAT RULLI KURNIAWAN DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

STRATEGI PENGELOLAAN PERIKANAN JARING ARAD YANG BERBASIS DI KOTA TEGAL BENI PRAMONO

STRATEGI PENGELOLAAN PERIKANAN JARING ARAD YANG BERBASIS DI KOTA TEGAL BENI PRAMONO STRATEGI PENGELOLAAN PERIKANAN JARING ARAD YANG BERBASIS DI KOTA TEGAL BENI PRAMONO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006 ABSTRAK BENI PRAMONO. Strategi Pengelolaan Perikanan Jaring

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. yang lokasinya di pantai Timur Sumatera Utara yaitu Selat Malaka. Kegiatan

PENDAHULUAN. yang lokasinya di pantai Timur Sumatera Utara yaitu Selat Malaka. Kegiatan PENDAHULUAN Latar Belakang Kotamadya Medan merupakan salah satu daerah penghasil ikan di Provinsi Sumatera Utara. Kecamatan penghasil ikan yang produktif di daerah ini ialah Kecamatan Medan Belawan. Kecamatan

Lebih terperinci

MODEL PEMBERIAN KOMPENSASI BAGI PENGANGGUR UNTUK MENCAPAI KESEJAHTERAAN EKONOMI HADI KUSWANTO

MODEL PEMBERIAN KOMPENSASI BAGI PENGANGGUR UNTUK MENCAPAI KESEJAHTERAAN EKONOMI HADI KUSWANTO MODEL PEMBERIAN KOMPENSASI BAGI PENGANGGUR UNTUK MENCAPAI KESEJAHTERAAN EKONOMI HADI KUSWANTO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Mengkaji perilaku nelayan artisanal di Indonesia, khususnya di pantai Utara Jawa Barat penting dilakukan. Hal ini berguna untuk mengumpulkan data dasar tentang perilaku nelayan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. penduduk yang timbul akibat mortalitas, fertilitas, migrasi serta mobilitas social.

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. penduduk yang timbul akibat mortalitas, fertilitas, migrasi serta mobilitas social. BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Sosial Demografi Demografi merupakan ilmu yang memepelajari struktur dan proses di suatu wilayah. Demografi menurut PhilipM.

Lebih terperinci

4. GAMBARAN UMUM WILAYAH

4. GAMBARAN UMUM WILAYAH 4. GAMBARAN UMUM WILAYAH 4.1. Letak Geografis Kabupaten Sukabumi yang beribukota Palabuhanratu termasuk kedalam wilayah administrasi propinsi Jawa Barat. Wilayah yang seluas 4.128 Km 2, berbatasan dengan

Lebih terperinci

PENGARUH INVESTASI DAN PERTUMBUHAN DI SEKTOR PERTANIAN TERHADAP JUMLAH TENAGA KERJA SEKTOR PERTANIAN SKRIPSI MUHAMMAD ISMAIL MAHIR RANGKUTI A

PENGARUH INVESTASI DAN PERTUMBUHAN DI SEKTOR PERTANIAN TERHADAP JUMLAH TENAGA KERJA SEKTOR PERTANIAN SKRIPSI MUHAMMAD ISMAIL MAHIR RANGKUTI A PENGARUH INVESTASI DAN PERTUMBUHAN DI SEKTOR PERTANIAN TERHADAP JUMLAH TENAGA KERJA SEKTOR PERTANIAN SKRIPSI MUHAMMAD ISMAIL MAHIR RANGKUTI A14104585 PROGRAM EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur Provinsi Kalimantan Timur terletak pada 113 0 44-119 0 00 BT dan 4 0 24 LU-2 0 25 LS. Kalimantan Timur merupakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dimanfaatkan secara optimal dapat menjadi penggerak utama (prime mover)

I. PENDAHULUAN. dimanfaatkan secara optimal dapat menjadi penggerak utama (prime mover) I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai negara kepulauan, Indonesia yang memiliki lebih dari 17.000 pulau dan 81.000 km panjang garis pantai, memiliki potensi beragam sumberdaya pesisir dan laut yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Aceh Besar merupakan salah satu kabupaten di Pemerintah Aceh yang memiliki potensi sumberdaya ikan. Jumlah sumberdaya ikan diperkirakan sebesar 11.131 ton terdiri

Lebih terperinci

POTENSI PASAR BANK YANG BERBASIS AGRIBISNIS BAGI PENGEMBANGAN PT. BANK BUKOPIN, TBK CABANG KARAWANG DI WILAYAH KABUPATEN PURWAKARTA

POTENSI PASAR BANK YANG BERBASIS AGRIBISNIS BAGI PENGEMBANGAN PT. BANK BUKOPIN, TBK CABANG KARAWANG DI WILAYAH KABUPATEN PURWAKARTA POTENSI PASAR BANK YANG BERBASIS AGRIBISNIS BAGI PENGEMBANGAN PT. BANK BUKOPIN, TBK CABANG KARAWANG DI WILAYAH KABUPATEN PURWAKARTA SKRIPSI EMMY WARDHANI A14102528 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

STRATEGI RUMAHTANGGA NELAYAN DALAM MENGATASI KEMISKINAN

STRATEGI RUMAHTANGGA NELAYAN DALAM MENGATASI KEMISKINAN STRATEGI RUMAHTANGGA NELAYAN DALAM MENGATASI KEMISKINAN (Studi Kasus Nelayan Desa Limbangan, Kecamatan Juntinyuat, Kabupaten Indramayu, Propinsi Jawa Barat) Oleh: ABDUL MUGNI A14202017 PROGRAM STUDI KOMUNIKASI

Lebih terperinci

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN NELAYAN DI PESISIR PANTAI KECAMATAN SINGKIL UTARA KABUPATEN ACEH SINGKIL. Tesis. Oleh: NOMI NOVIANI SIREGAR

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN NELAYAN DI PESISIR PANTAI KECAMATAN SINGKIL UTARA KABUPATEN ACEH SINGKIL. Tesis. Oleh: NOMI NOVIANI SIREGAR FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN NELAYAN DI PESISIR PANTAI KECAMATAN SINGKIL UTARA KABUPATEN ACEH SINGKIL Tesis Oleh: NOMI NOVIANI SIREGAR NIM : 107039025 PROGRAM MAGISTER AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang.

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Kajian tentang konsep kapasitas penangkapan ikan berikut metoda pengukurannya sudah menjadi isu penting pada upaya pengelolaan perikanan yang berkelanjutan. The Code of

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. lapangan kerja, memeratakan pembagian pendapatan masyarakat, meningkatkan

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. lapangan kerja, memeratakan pembagian pendapatan masyarakat, meningkatkan BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi adalah serangkaian usaha dan kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, memperluas lapangan kerja, memeratakan pembagian

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Tujuan dari penelitian yang akan dilakukan adalah untuk mengetahui tingkat pendapatan usahatani tomat dan faktor-faktor produksi yang mempengaruhi

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia. Berdasarkan data PBB pada tahun 2008, Indonesia memiliki 17.508 pulau dengan garis pantai sepanjang 95.181 km, serta

Lebih terperinci

ANALISIS PERILAKU EKONOMI RUMAHTANGGA DAN PELUANG KEMISKINAN NELAYAN TRADISIONAL

ANALISIS PERILAKU EKONOMI RUMAHTANGGA DAN PELUANG KEMISKINAN NELAYAN TRADISIONAL ANALISIS PERILAKU EKONOMI RUMAHTANGGA DAN PELUANG KEMISKINAN NELAYAN TRADISIONAL (Studi Kasus: Rumahtangga Nelayan Tradisional Di Kecamatan Kasemen Kabupaten Serang Propinsi Banten) RANTHY PANCASASTI SEKOLAH

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pengertian Kemiskinan Nelayan Nelayan adalah suatu kelompok masyarakat yang kehidupannya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam proses produksi masyarakat pantai dimana keterlibatan tersebut dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam proses produksi masyarakat pantai dimana keterlibatan tersebut dapat BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Eksistensi Matriproduksi di Wilayah Pantai Penelitian tentang Eksistensi Matriproduksi di Wilayah Pantai ini dilakukan oleh Hendry Sitorus (2003). Dalam penelitian ini dijelaskan

Lebih terperinci

DAMPAK KEBIJAKAN MONETER TERHADAP KINERJA SEKTOR RIIL DI INDONESIA

DAMPAK KEBIJAKAN MONETER TERHADAP KINERJA SEKTOR RIIL DI INDONESIA DAMPAK KEBIJAKAN MONETER TERHADAP KINERJA SEKTOR RIIL DI INDONESIA LIRA MAI LENA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2 0 0 7 ABSTRAK Lira Mai Lena. Dampak Kebijakan Moneter terhadap Kinerja Sektor

Lebih terperinci

VI. KARAKTERISTIK PENGELOLAAN PERIKANAN TANGKAP. Rumahtangga nelayan merupakan salah satu potensi sumberdaya yang

VI. KARAKTERISTIK PENGELOLAAN PERIKANAN TANGKAP. Rumahtangga nelayan merupakan salah satu potensi sumberdaya yang VI. KARAKTERISTIK PENGELOLAAN PERIKANAN TANGKAP.. Rumahtangga Nelayan Rumahtangga nelayan merupakan salah satu potensi sumberdaya yang berperan dalam menjalankan usaha perikanan tangkap. Potensi sumberdaya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Nelayan Nelayan adalah orang yang hidup dari mata pencaharian hasil laut. Di Indonesia para nelayan biasanya bermukim di daerah pinggir pantai atau pesisir laut. Komunitas nelayan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Baik di dunia maupun di Indonesia, perikanan tangkap mendominasi hasil produksi perikanan walaupun telah terjadi over fishing diberbagai tempat. Kegiatan penangkapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan yang terdiri dari belasan ribu

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan yang terdiri dari belasan ribu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan yang terdiri dari belasan ribu pulau. Kenyataan ini memungkinkan timbulnya struktur kehidupan perairan yang memunculkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kekayaan alam terbesar di Asia Tenggara. Semestinya tidak diragukan lagi bahwa

BAB I PENDAHULUAN. kekayaan alam terbesar di Asia Tenggara. Semestinya tidak diragukan lagi bahwa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan mengenai sumber daya air yang terjadi di Indonesia Mungkin sudah tidak asing lagi bagi kita semua. Indonesia adalah salah satu negara dengan kekayaan alam

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan sub-sektor perikanan tangkap merupakan bagian integral dari pembangunan kelautan dan perikanan yang bertujuan untuk : (1) meningkatkan kesejahteraan masyarakat

Lebih terperinci

ANALISIS RISIKO USAHA PERIKANAN TANGKAP SKALA KECIL DI PALABUHANRATU DEWI EKASARI

ANALISIS RISIKO USAHA PERIKANAN TANGKAP SKALA KECIL DI PALABUHANRATU DEWI EKASARI ANALISIS RISIKO USAHA PERIKANAN TANGKAP SKALA KECIL DI PALABUHANRATU DEWI EKASARI SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 ANALISIS RISIKO USAHA PERIKANAN TANGKAP SKALA KECIL DI PALABUHANRATU

Lebih terperinci