Pelembagaan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI Perjuangan): Studi Kasus Kandidasi Pemilihan Walikota dan Wakil Walikota Malang Tahun 2013
|
|
- Siska Sudjarwadi
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Pelembagaan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI Perjuangan): Studi Kasus Kandidasi Pemilihan Walikota dan Wakil Walikota Malang Tahun 2013 Stefany Debora Abstrak Penelitian ini mengkaji pelembagaan PDI Perjuangan dalam proses kandidasi Pilkada Kota Malang Pada Pilkada Kota Malang 2013 muncul konflik yang melibatkan elit di internal partai. Kasus yang dijadikan fokus kajian adalah proses kandidasi dalam Pilkada Kota Malang Pertanyaan penelitian ini adalah bagaimana pelembagaan partai PDI Perjuangan mengatur proses kandidasi, serta bagaimana penyelesaian konflik yang ditawarkan oleh mekanisme partai dan upaya konsolidasi internal partai pasca konflik. Teori pelembagaan partai politik oleh Vicky Randall mengukur kualitas partai politik dengan dimensi kesisteman, identitas nilai, otonomi suatu partai dalam pembuatan keputusan, dan pengetahuan atau citra publik. Serta teori konflik Duverger menjelaskan bahwa konflik terjadi akibat sebab individual. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif dengan analisis data deskriptif. Informan penelitian ini dipilih menggunakan teknik purposive sesuai kriteria yang ditetapkan peneliti. Penelitian ini menghasilkan jawaban bahwa PDI Perjuangan dalam proses kandidasi mengacu pada mekanisme yang disepakati bersama yaitu AD/ART partai serta aturan yang ditetapkan oleh pusat. Konflik yang terjadi muncul akibat ketidakpuasan salah satu pihak atas hasil rekomendasi dari pusat. Sedangkan upaya konsolidasinya memperhatikan partai pada akar rumput, partai pada level pusat, dan partai pada level pemerintahan. Kata Kunci: Partai Politik, PDI Perjuangan, Pemilihan Kepala Daerah, Pelembagaan Partai Politik, Konflik Internal Pendahuluan Partai telah menjadi sebuah fenomena umum dalam kehidupan politik, salah satu fungsi partai adalah fungsi rekrutmen politik. Dimana terjadi sebuah seleksi dan pemilihan atau seleksi dan pengangkatan seseorang atau kelompok orang untuk melaksanakan sejumlah peranan dalam sistem politik pada umumnya dan pemerintahan pada khususnya. PDI Perjuangan juga merupakan sebuah partai politik parlemen yang tidak pernah absen untuk turut aktif dan berpartisipasi dalam setiap pemilihan umum presiden maupun di tingkat pemilihan gubernur, dan kepala daerah. Studi ini membahas mengenai pelembagaan politik partai PDI Perjuangan pada masa pemilihan walikota dan wakil walikota Malang pada tahun Pada pemiihan walikota dan wakil walikota Malang 2013, PDI Perjuangan kembali mencalonkan kadernya untuk menjadi calon walikota Malang. Pada masa pemilihan walikota dan wakil walikota Malang tahun 2013, wacana yang muncul dari partai yang bersimbolkan kepala banteng ini sangat menarik untuk
2 dibahas dan kemudian untuk diteliti lebih dalam. Sebab PDI Perjuangan merupakan salah satu partai yang besar dan memiliki basis masa yang cukup kuat di Kota Malang sendiri. Hal ini terbukti dengan menangnya calon walikota Malang yang berasal dari PDI Perjuangan dalam pemilihan walikota Malang selama dua periode berturut-turut. Wacana menarik tersebut adalah adanya fenomena munculnya dua kader PDI Perjuangan yang akan bersaing untuk memperoleh rekomendasi dari Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PDIP, untuk mewakili PDI Perjuangan dalam pemilihan walikota dan wakil walikota Malang tahun Konflik partai politik pada masa pemilu ataupun pemilukada memang pada umumnya merupakan hal yang biasa karena biasa terjadi. Namun yang menjadikan konflik ini lebih menarik lagi adalah adanya persaingan yang dialami oleh dua srikandi PDI Perjuangan yang ternyata juga merupakan istri dari para elit partai PDI Perjuangan ini sendiri, yaitu Sri Rahayu, seorang anggota DPR RI yang juga mantan Ketua DPRD Kota Malang, dan istri dari Ketua DPD PDI Perjuangan Jawa Timur, Sirmadji. Sementara calon walikota lainnya adalah Heri Puji Utami, yang merupakan Bendahara DPC PDI Perjuangan kota Malang, sekaligus istri dari Peni Suparto yang merupakan Ketua DPC PDI Perjuangan Malang saat itu sekaligus walikota Malang selama dua periode hingga sebelum pemilihan walikota dan wakil walikota Malang pada tahun Dua srikandi PDI Perjuangan inilah yang bersaing ketat untuk mendapatkan rekomendasi dari DPP PDI Perjuangan. PDI Perjuangan dalam proses pemilihan calon walikota Malang menggunakan aturan partai dalam menjalankan proses-proses pemilihan. Dalam kandidasi yang dialami oleh PDI Perjuangan menjelang pemilihan walikota Malang 2013, setelah melalui proses yang digunakan, Ketua Umum DPP PDI Perjuangan, yaitu Megawati Soekarno Putri akhirnya menetapkan Sri Rahayu yang mendapatkan rekomendasi untuk mewakili PDI Perjuangan maju dalam pemilihan walikota Malang Dari hasil rekomendasi yang dimunculkan dan ditetapkan oleh DPP PDI Perjuangan ternyata memunculkan ketidakpuasan dari pihak lain, dalam hal ini adalah pihak Peni Suparto yang mencalonkan istrinya, Heri Puji Utami. Ketidakpuasan inilah yang akhirnya berujung pada konflik yang terjadi dalam tubuh internal PDI Perjuangan, khususnya di kota Malang. PDI Perjuangan Kota Malang dilihat seperti terpecah menjadi dua kubu, dimana ada kubu Sri Rahayu yang bersuami Sirmadji selaku ketua DPD PDI Perjuangan Jawa Timur dengan kubu Heri Puji Utami yang bersuami Peni Suparto yang pada saat itu menjabat sebagai ketua DPC PDI Perjuangan Kota Malang, yang sekaligus merupakan walikota Malang selama dua periode hingga saat sebelum pemilihan walikota dan wakil walikota Malang pada tahun Dari fenomena-fenomena yang terjadi di tubuh internal PDI Perjuangan akibat kandidasi dalam rangka pemilihan walikota dan wakil walikota Malang tahun 2013, yang menjadi pertanyaan adalah bagaimanakah proses proses kandidasi pemilihan umum kepala daerah (pemilukada) diatur di dalam PDI Perjuangan? Kemudian mengapa muncul konflik terbuka yang artinya konflik tidak dapat diakomodasi dengan baik oleh internal partai dalam proses kandidasi dalam pemilihan walikota dan wakil walikota Malang tahun 2013? Serta bagaimana upaya PDI Perjuangan untuk mengkonsolidasikan kembali internalnya pasca konflik yang terjadi? Teori Teori Pelembagaan Partai Politik Dalam menganalisis hasil temuan data yang diperoleh, penulis menggunakan teori pelembagaan partai politik oleh Vicky Randall dan Lars Svasand (2002) dan teori konflik
3 oleh Duverger. Dalam tulisannya Vicky Randall dan Lars Svasand mengatakan bahwa Pelembagaan politik adalah proses pemantapan partai politik baik dalam wujud perilaku yang memola maupun dalam sikap atau budaya (the process by which the party becomes established in terms of both of integrated patterns of behaviour and of attitude or culture) (Randall, 2002). Bagaimana model dan ciri khas masing-masing sebuah partai dapat dilihat dan dianalisis dari bagaimana model pelembagaan politik partai tersebut. Di dalam teori pelembagaan politik menurut Vicky Randall dan Lars Svasand, terdapat empat (4) aspek yang menentukan bagaimana sebuah partai politik dapat dilihat dan dianalisis pelembagaan politiknya, yaitu: 1) dimensi kesisteman (systemness), 2) dimensi identitas nilai (value infusion), 3) dimensi otonomi dalam pengambilan keputusan (decisional autonomy), 4) dimensi pengetahuan atau citra publik (reifacation) (Randall dan Svasand : 2002). Dapat dilihat bahwa PDI Perjuangan dalam melaksanakan proses kandidasi mengacu pada mekanisme yang telah disepakati bersama yaitu AD/ART serta peraturan-peraturan yang mengatur persoalan pilkada yang telah disepakati dalam rapat-rapatnya. Selain mengacu pada mekanisme yang disepakati bersama (systemness), PDI Perjuangan dalam menentukan hasil dari proses kandidasi juga melihat dimensi lain dalam teori pelembagaan partai politik yaitu dimensi pengetahuan atau citra publik (reification ) (Randall dan Svasand, 2002). Apa yang diimajinasikan publik dalam hal ini masyarakat Kota Malang tentang seperti apakah sosok pemimpin yang diharapkan masyarakat Kota Malang di masa mendatang, menjadi penting untuk dikaji oleh PDI Perjuangan dalam proses kandidasi yang dilakukan agar nantinya PDI Perjuangan tidak melakukan kesalahan dalam menurunkan rekomendasinya pada kadernya. Teori Konflik Duverger Dalam teori konflik milik Duverger, Duverger menjelaskan bahwa konflik dapat ditimbulkan oleh sifat-sifat pribadi dan karakteristik kejiwaan yang dimiliki oleh individu. Faktor-faktor penyebab konflik oleh Duverger dibagai ke dalam 2 jenis, yaitu sebab-sebab individual yaitu bakat-bakat individual dan sebab-sebab psikologis. Teori Duverger menunjukkan bahwa konflik kelompok dapat ditimbulkan oleh bakat-bakat individual. Kecenderungan berkompetisi atau selalu tidak puas terhadap pekerjaan orang lain dapat menyebabkan orang yang mempunyai ciri-ciri seperti selalu terlibat konflik dimanapun dia berada. Ketidakpuasan inilah yang menurut teori konflik dari Duverger yang menyebabkan terjadinya konflik di dalam internal PDI Perjuangan Jawa Timur khususnya untuk PDI Perjuangan Kota Malang. Terjadinya konflik ini ditimbulkan dari sifat-sifat pribadi atau bakat individual. Konflik adalah sebuah gejala sosial yang selalu ada dalam setiap lapisan masyarakat, yang berarti konflik tidak dapat dihilangkan. Namun, jika konflik dibiarkan berkembang tanpa kendali justru dapat merusak masyarakat dan negara, sehingga harus diambil tindakan nyata yang mampu menyelesaikan konflik sehingga tidak timbul dampak negatif dari konflik (Surbakti : 2010). Sebuah partai politik sudah seharusnya mampu mengelola setiap konflik yang terjadi di dalamnya. Setiap konflik yang terjadi di dalam partai sudah seharusnya hanya menjadi konsumsi partai dan diselesaikan dengan konsensus di dalam partai menurut aturan yang berlaku. Konsensus adalah substansi penyelesaian konflik. Konsensus dapat terbentuk bila berhasil mencari titik temu. Duverger menyebut hal ini sebagai kompromi. Prinsip dasar dalam konsensus adalah dibukanya kemungkinan di dalam diri setiap pihak yang
4 berkonflik untuk mengadakan perubahan-perubahan terhadap pendapat yang dianutnya dengan bersedia menerima bagian-bagian dari pihak lain yang menjadi lawan dalam konflik. Hal ini disebut dalam tawar-menawar atau bargaining. Ada beberapa model konsensus. Pertama adalah konsensus yang merupakan gabungan dari butir-butir pendapat dari pihak-pihak yang terlibat konflik. Model ini ini disebut sebagai konsensus pendapat internal karena konsensus yang dicapai terdiri dari gabungan pendapat dari pihak-pihak yang terlibat konflik. Model kedua adalah mirip dengan model pertama, bedanya terletak pada disepakatinya pendapat dari salah satu pihak yang terlibat konflik sebagai konsensus. Model ini terjadi bila pihak yang terlibat lebih dari dua. Model yang ketiga adalah konsensus yang dibentuk dari pendapat pihak lain, bukan dari pendapat yang berkonflik. Hal ini dilakukan karena sulitnya pihak-pihak yang berkonflik menerima pendapat masingmasing. Dan model keempat adalah konsensus gabungan yang merupakan gabungan dari beberapa model konsensus yang telah dibahas. Selain keempat model tersebut, cara lain untuk mencapai konsensus yang tidak didasarkan atas perubahan pendapat di kalangan yang terlibat konflik adalah dengan cara pemungutan suara (votting). Metode Penelitian Jenis penelititan yang dilakukan adalah penelitian kualitatif. Penelitian ini merupakan jenis penelitian yang menghasilkan penemuan-penemuan yang tidak dapat dicapai dengan prosedur-prosedur statistik atau dengan cara-cara lain dari kuantifikasi (pengukuran). Dalam penelitian ini diperlukan adanya subjek penelitian. Subjek penelitian ini adalah para informan. Penulis menggunakan teknik purposive dalam memilih informan. Yang menjadi kriteria dalam menentukan informan adalah informan harus merupakan pengurus PDI Perjuangan baik di tingkat pusat dan cabang Kota Malang dengan harapan informan paham akan aturan-aturan dan mekanisme partai. Selain itu informan haruslah yang terjun langsung dalam pilkada Kota Malang tahun 2013 agar peneliti mendapatkan informasi yang lebih mendalam. Informan yang peneliti wawancara dalam penelitian ini adalah Bapak Suluh selaku pengurus DPP PDI Perjuangan, Bapak Priatmoko Oetomo selaku Sekretaris DPC PDI Perjuangan Kota Malang, dan Ibu Sri Untari selaku Wakil Ketua Industri dan Perdagangan, Pengusaha Kecil-Menengah, Koperasi, Tenaga Kerja dan Pertanian DPC PDI Perjuangan Kota Malang. Penelitian dilaksanakan pada akhir bulan September hingga akhir bulan November tahun Dalam penelian ini penulis menggunakan dua macam tekhnik pengumpulan data, yaitu in depth interview (wawancara mendalam) dan penelaahan terhadap dokumen tertulis. Teknik analisis data yang dilakukan untuk kepentingan penelitian ini adalah teknik analisis deskriptif. Di dalam jenis data ini, terdapat dua jenis data yang diperoleh dan dapat digunakan oleh peneliti, yang pertama adalah data primer serta data sekunder sebagai data sampingan untuk lebih melengkapi data primer dalam penelitian ini. Proses Kandidasi PDI Perjuangan dalam PemilihanUmum Kepala Daerah PDI Perjuangan sebagai salah satu partai tertua tentunya tidak pernah absen untuk turut berpartisipasi dalam Pemilukada di daerah-daerah di Indonesia. Sebagaimana yang dijelaskan oleh teori pelembagaan politik dalam dimensi kesisteman menjelaskan, bahwa akan selalu ada proses-proses dari pelaksanaan fungsi-fungsi partai politik. Dalam dimensi kesisteman, fungsi-fungsi partai politik haruslah dilakukan sesuai dengan mekanisme yang telah diatur dan ditetapkan secara bersama. Dalam hal ini mekanisme tersebut telah diatur
5 dalam AD/ART partai secara jelas. PDI Perjuangan pun turut berpartisipasi dengan mengirimkan perwakilannya untuk mengikuti pemilihan walikota dan wakil walikota Malang pada tahun PDI Perjuangan tentunya mempunyai strateginya untuk memenangkan pemilihan walikota ini, apalagi dalam dua periode kepengurusan pemerintah Kota Malang, telah dipimpin oleh walikota yang merupakan kader dari PDI Perjuangan sendiri. Ini mengartikan bahwa PDI Perjuangan memiliki nama yang cukup menarik simpati masyarakat di Kota Malang. Sebelum pada akhirnya rekomendasi jatuh kepada Sri Rahayu, ternyata pada awalnya telah muncul kesepakatan bersama di dalam kepengurusan DPC PDI Perjuangan Malang untuk mengusung Herry Puji Utami yang pada saat itu merupakan bendahara DPC PDI Perjuangan Malang. Namun kembali ke dalam AD (anggaran dasar) pasal 14 yang menyatakan bahwa setiap kader berhak mendapatkan perlakuan yang sama, meskipun seluruh elemen PDI Perjuangan Kota Malang telah bertekad mengusung satu nama, kader lain pun tetap diperbolehkan mencalonkan dirinya untuk maju dalam pilwali melalui rekomendasi PDI Perjuangan. Dalam PDI Perjuangan rekomendasi secara penuh diberikan oleh DPP. Oleh karena itu DPP tentunya perlu melakukan penilaian setelah muncul dua nama yang diusung oleh DPC Kota Malang. Dan pada akhirnya proses kandidasi yang terjadi di dalam PDI Perjuangan pada pilwali Malang 2013 menjadi terkesan seperti kompetisi internal partai yang merebak keluar. Kedua calon yaitu Sri Rahayu dan Herry Puji Utami melakukan kompetisi dengan mengadakan sosialisasi kepada masyarakat Kota Malang. Sosialisasi ini bertujuan untuk memperkenalkan diri dan menyampaikan visi misinya. Hal ini merupakan upaya untuk mendapatkan simpati publik sebagai bahan pertimbangan penilaian yang akan dilakukan oleh pusat. Sebagaimana dalam salah satu dimensi dalam teori pelembagaan politik yaitu dimensi pengetahuan atau citra publik (reification) (Randall : 2002), apa yang diimajinasikan publik dalam hal ini masyarakat Kota Malang tentang seperti apakah sosok pemimpin yang diharapkan masyarakat Kota Malang di masa mendatang, menjadi penting untuk dikaji oleh PDI Perjuangan dalam proses kandidasi yang dilakukan agar nantinya PDI Perjuangan tidak melakukan kesalahan dalam menurunkan rekomendasinya pada kadernya Penilaian yang dilakukan oleh pusat tidak hanya melalui respon masyarakat melalui sosialisasi yang dilakukan oleh kedua calon tersebut. Namun kedua calon tersebut juga harus melalui tahapan fit and proper test yang dilakukan oleh DPP. Hal ini bertujuan untuk menguji kedua calon, siapakah yang memiliki kualitas lebih unggul. Selain sosialisasi dan fit and proper test, DPC Kota Malang juga mengadakan Rakercabus kembali. Di dalam rapat tersebut, pada akhirnya dilakukan votting kepada seluruh PAC di Kota Malang untuk menentukan nama siapa yang akan diusung. Dan dari hasil votting tersebut dihasilkan nama Sri Rahayu yang akan diusulkan DPC PDI Perjuangan ke pusat yaitu DPP PDI Perjuangan. Pada tingkatan DPP, hasil rakercabus akan digabungkan dengan hasil penilaian yang dilakukan oleh DPP PDI Perjuangan. Hingga pada akhirnya DPP PDI Perjuangan menjatuhkan rekomendasinya kepada Sri Rahayu. Di dalam derajat kesisteman yang menjadi tolak ukur kesisteman suatu partai sangatlah bervariasi menurut asal-usul partai politik, siapakah yang lebih dominan di dalam internal partai: pemimpin partai yang disegani atau pelaksanaan kedaulatan anggota menurut prosedur dan mekanisme yang telah ditetapkan oleh organisasi sebagai suatu kesatuan, siapakah yang menentukan dalam pembuatan keputusan: faksi-faksi dalam
6 partai atau partai secara keseluruhan, dan bagaimana partai mampu memelihara hubungan dengan anggota dan simpatisan: klientelisme (pertukaran dukungan dengan pemberian materi) atau menurut konstitusi partai yaitu AD/ART. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti, maka dapat dikatakan bahwa untuk menurunkan sebuah keputusan mengenai siapa yang mendapatkan rekomendasi ini memang sesuai dengan prosedur dan mekanisme yang telah ditetapkan oleh organisasi sebagai suatu kesatuan, yaitu dengan beberapa agenda penilaian yang harus dijalankan oleh kedua calon tersebut. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa dominasi di dalam internal partai juga menentukan keputusan yang akan diambil. Di dalam PDI Perjuangan secara umum terlihat jelas bahwa sosok Ketua Umum yang menentukan segala keputusan yang terjadi di dalam PDI Perjuangan. Dengan turunnya rekomendasi yang diberikan oleh pusat menunjukkan bahwa dalam PDI Perjuangan, dimensi otonomi suatu partai dalam pembuatan keputusan adalah terpusat atau berbentuk sentralisasi. Dimana di setiap keputusan yang diambil oleh PDI Perjuangan baik dalam keputusan penurunan rekomendasi kandidasi ataupun keputusan lain selalu terpacu dan mematuhi keputusan dari pusat. Konflik Internal PDI Perjuangan dalam Proses Kandidasi Pilwali Malang 2013 Dari hasil proses kandidasi yang menghasilkan nama Sri Rahayu, ternyata menimbulkan ketidakpuasan dari pihak Peni Suparto yang istrinya yaitu Herry Puji Utami gagal mendapatkan rekomendasi dari DPP PDI Perjuangan. Ketidakpuasan inilah yang menyebabkan akhirnya terjadi konflik yang terjadi di internal PDI Perjuangan di Kota Malang. Bentuk protes dari Peni Suparto pada saat itu atas hasil dari rekomendasi yang jatuh kepada Sri Rahayu adalah dengan tidak bersedia mendaftarkan dan menandatangani rekomendasi yang seharusnya ditandangani oleh Peni Suparto selaku Ketua DPC PDI Perjuangan Kota Malang dan Wijianto selaku sekretaris DPC PDI Perjuangan Kota Malang. Selain itu, pelanggaran partai yang juga dilakukan oleh Peni Suparto sebagai bentuk protesnya adalah dengan menggunakan atribut partai lain. Hal ini jelas melanggar disiplin partai yang telah tercantum dalam AD/ART. Akibat dari protes yang dilakukan oleh Peni Suparto adalah pemecatan yang diberikan oleh DPP PDI Perjuangan dari jabatannya sebagai Ketua DPC PDI Perjuangan. Menurut Ramlan Surbakti, konflik politik dikelompokkan menjadi dua tipe, yaitu konflik positif dan konflik negatif (Surbakti : 2010). Konflik positif ialah konflik yang mengancam eksistensi sistem politik, yang biasanya disalurkan lewat mekanisme penyelesaian konflik yang disepakati bersama dalam konstitusi. Mekanisme yang dimaksud adalah lembaga-lembaga demokrasi, seperti partai politik, badan-badan perwakilan rakyat, pengadilan, pemerintah, pers, dan forum-forum terbuka lainnya. Sebaliknya, konflik negatif ialah konflik yang dapat mengancam eksistensi sistem politik yang biasanya disalurkan melalui cara-cara nonkonstitusional, seperti kudeta, separatisme, terorisme, dan revolusi. Dalam konflik yang terjadi di internal PDI Perjuangan ini, tipe konflik yang terjadi adalah konflik negatif, dimana akibat dari konflik ini adalah eksistensi PDI Perjuangan di Kota Malang yang mengalami ancaman. Dipecatnya Peni Suparto dari jabatan Ketua DPC PDI Perjuangan yang akhirnya berujung pada keluarnya penguruspengurus yang lain, sehingga kepengurusan yang ada di DPC Kota Malang saat ini hanya tersisa segelintir. Selain itu, di dalam kantor DPC PDI Perjuangan Kota Malang pun segala
7 arsip atau dokumen yang dimiliki oleh DPC pun telah hilang akibat dibawa atau dihilangkan oleh pengurus lama yang akhirnya keluar. Penyebab dari terjadinya konflik yang terjadi di internal PDI Perjuangan adalah ketidakpuasan salah satu pihak. Dalam teori konflik milik Duverger, Duverger menjelaskan bahwa konflik dapat ditimbulkan oleh sifat-sifat pribadi dan karakteristik kejiwaan yang dimiliki oleh individu. Faktor-faktor penyebab konflik oleh Duverger dibagai ke dalam 2 jenis, yaitu sebab-sebab individual yaitu bakat-bakat individual dan sebab-sebab psikologis. Teori Duverger menunjukkan bahwa konflik kelompok dapat ditimbulkan oleh bakat-bakat individual. Kecenderungan berkompetisi atau selalu tidak puas terhadap pekerjaan orang lain dapat menyebabkan orang yang mempunyai ciri-ciri seperti selalu terlibat konflik dimanapun dia berada. Ketidakpuasan inilah yang menurut teori konflik dari Duverger yang menyebabkan terjadinya konflik di dalam internal PDI Perjuangan Jawa Timur khususnya untuk PDI Perjuangan Kota Malang. Terjadinya konflik ini ditimbulkan dari sifat-sifat pribadi atau bakat individual. Konflik adalah sebuah gejala sosial yang selalu ada dalam setiap lapisan masyarakat, yang berarti konflik tidak dapat dihilangkan. Namun, jika konflik dibiarkan berkembang tanpa kendali justru dapat merusak masyarakat dan negara, sehingga harus diambil tindakan nyata yang mampu menyelesaikan konflik sehingga tidak timbul dampak negatif dari konflik. Sebuah partai politik sudah seharusnya mampu mengelola setiap konflik yang terjadi di dalamnya. Setiap konflik yang terjadi di dalam partai sudah seharusnya hanya menjadi konsumsi partai dan diselesaikan di dalam partai menurut aturan yang berlaku. Namun dalam konflik yang terjadi di internal PDI Perjuangan, pada kenyataannya konflik yang muncul menjadi konflik terbuka. Yang artinya konflik yang seharusnya dikelola dan diselesaikan di dalam internal partai akhirnya mencuat ke luar. Mencuatnya konflik internal PDI Perjuangan ke publik adalah karena konflik ini terjadi akibat kompetisi para elite PDI Perjuangan. Konflik yang dialami oleh internal PDI Perjuangan ini melibatkan tingkat DPC Kota Malang dan tingkat DPD Jawa Timur. Dari fakta-fakta yang ditemukan di lapangan, baik dari hasil wawancara narasumber terpilih dan bersangkutam, serta dari data-data yang didapat dari media cetak maupun online dapat dikatakan bahwa konflik ini merupakan konflik yang terjadi antara 2 kubu, yaitu kubu Sri Rahayu dan kubu Herry Puji Utami. Namun demikian sebenarnya sebelum konflik internal yang terjadi ini semakin mencuat keluar, PDI Perjuangan telah melakukan upaya untuk menyelesaikan konflik yang terjadi, yaitu melalui konsensus. Konsensus adalah substansi penyelesaian konflik. Konsensus dapat terbentuk bila berhasil mencari titik temu. Duverger menyebut hal ini sebagai kompromi. Prinsip dasar dalam konsensus adalah dibukanya kemungkinan di dalam diri setiap pihak yang berkonflik untuk mengadakan perubahan-perubahan terhadap pendapat yang dianutnya dengan bersedia menerima bagian-bagian dari pihak lain yang menjadi lawan dalam konflik. Hal ini disebut dalam tawar-menawar atau bargaining. Ada beberapa model konsensus. Pertama adalah konsensus yang merupakan gabungan dari butir-butir pendapat dari pihak-pihak yang terlibat konflik. Model ini ini disebut sebagai konsensus pendapat internal karena konsensus yang dicapai terdiri dari gabungan pendapat dari pihak-pihak yang terlibat konflik. Model kedua adalah mirip dengan model pertama, bedanya terletak pada disepakatinya pendapat dari salah satu pihak yang terlibat konflik sebagai konsensus. Model ini terjadi bila pihak yang terlibat lebih dari dua. Model yang
8 ketiga adalah konsensus yang dibentuk dari pendapat pihak lain, bukan dari pendapat yang berkonflik. Hal ini dilakukan karena sulitnya pihak-pihak yang berkonflik menerima pendapat masing-masing. Dan model keempat adalah konsensus gabungan yang merupakan gabungan dari beberapa model konsensus yang telah dibahas. Selain keempat model tersebut, cara lain untuk mencapai konsensus yang tidak didasarkan atas perubahan pendapat di kalangan yang terlibat konflik adalah dengan cara pemungutan suara (votting). Dari konflik permasalahan kandidasi ini sebenarnya telah ditempuh upaya konsensus dengan cara pemungutan suara atau votting. Votting dilakukan untuk memberikan suara kepada kandidat yang akan maju dalam Pemilihan Walikota dan Wakil Walikota Malang Hal ini dikarenakan meskipun keputusan bersifat terpusat namun hasil pemungutan suara yang dilakukan PAC-PAC di Kota Malang dianggap sebagai salah satu pertimbangan sebelum keputusan dijatuhkan. Upaya Konsolidasi PDI Perjuangan Pasca Konflik InternalAkibat Proses Kandidasi dalam Pilwali Malang tahun 2013 Setelah mengalami kekalahan pada pilwali Malang tahun 2013 tentu menjadi evaluasi yang serius bagi internal PDI Perjuangan. Namun demikian, pembenahan internal partai menjadi fokus yang utama bagi PDI Perjuangan di Jawa Timur khususnya di tataran DPC PDI Perjuangan Kota Malang. Sebab dari fakta yang ditemukan oleh peneliti di lapangan, selain kekalahan dalam pilwali Kota Malang tahun 2013, dampak terbesar yang dialami oleh PDI Perjuangan adalah pecahnya internal mereka, khususnya di tingkat DPC Kota Malang. Langkah DPP PDI Perjuangan yaitu Megawati Soekarno Putri untuk melakukan pemecatan terhadap Peni Suparto dari jabatannya sebagai Ketua DPC PDI Perjuangan Kota Malang dianggap sebagai langkah yang tepat untuk menyelamatkan partai. PDI Perjuangan yang mempunyai tugas untuk menjadikan kadernya menduduki posisi jabatan politik dan publik sesuai yang tertera pada AD/ART partai, merasa perlu menyelamatkan partai dengan memecat Peni Suparto dan menggantinya dengan Eddy Rumpoko yang juga memiliki jabatan sebagai walikota Batu saat ini, agar PDI Perjuangan dapat mendaftarkan kadernya dalam pilwali Kota Malang tahun 2013 ke KPUD Kota Malang. Sebab seperti pembahasan sebelumnya, Peni Suparto disebutkan tidak mau menandatangani surat rekomendasi kepada DPP PDI Perjuangan. Namun ternyata pemecatan yang dilakukan kepada Peni Suparto tidak cukup berdampak baik bagi kepengurusan PDI Perjuangan di tingkat DPC Kota Malang. Bargaining yang masih dimiliki oleh Peni Suparto di DPC justru membuat sebagian besar dari pengurus yang ada memilih untuk mundur dari kepengurusan. Meskipun sebagian juga ada yang terpaksa dipecat karena secara terang-terangan bertindak melenceng dari aturan partai sebagai bentuk dari protesnya. Konflik yang disebabkan oleh proses kandidasi tersebut ternyata tidak hanya berdampak pada kekalahan pada pilwali dan perpecahan di internal kepengurusan DPC PDI Perjuangan. Konflik akibat ketidakpuasan juga berdampak pada melemahnya suara PDI Perjuangan di Kota Malang pada Pemilihan Gubernur (Pilg ub) Jawa Timur tahun Pada awalnya moment Pemilihan Gubernur (Pilgub) Jawa Timur tahun 2013 diharapkan mampu menyolidkan kembali internal PDI Perjuangan di Jawa Timur khususnya di lingkup Malang kota. Namun pada kenyataannya moment ini belum mampu
9 mencapai target mengkonsolidasikan kembali internal partai. Terbukti dengan struktur kepengurusan DPC PDI Perjuangan yang belum juga tersusun kembali. Sehingga susunan pengurus DPC PDI Perjuangan Kota Malang hanya terisi beberapa posisi yang masih ada. Dalam upaya konsolidasi kembali internal sebuah partai yang mengalami konflik. Katz dan Mair menyebutkan bahwa ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dan menjadi fokus yaitu partai pada akar rumput, partai pada level pusat, dan partai pada level pemerintahan (Katz dan Mair). Partai pada akar rumput pada dasarnya merupakan hubungan partai politik dengan masyarakat sangat sederhana, partai politik membutuhkan suara pemilih dalam pemilihan umum, artinya partai politik harus lebih responsif serta mempunyai kemampuan mendengar dan menjawab berbagai persoalan yang ada di masyarakat sebelum partai politik tersebut mengeluarkan program-program dan kebijakan partai. Ruang ini merupakan ruang yang penting bagi tumbuh kembangnya suatu partai politik karena pada akar rumput inilah seharusnya pengkaderan anggota partai dimulai sehingga partai tidak kewalahan dalam memilih kader untuk saling berkontestasi pada pemilihan umum. Dalam hal ini PDI Perjuangan telah melakukan upaya pembenahan internal partai dengan memanfaatkan moment Pemilihan Gubernur (Pilgub) Jawa Timur tahun 2013 sebagai tolak ukur apakah suara PDI Perjuangan di kota Malang masih kuat setelah konflik pada saat pilwali kemarin. Namun pada kenyataannya kekalahan yang dialami oleh PDI Perjuangan pada moment pemilihan gubernur dapat diidentifikasikan salah satu penyebabnya adalah konflik yang terjadi. Dari kekalahan ini tentunya tidak membuat PDI Perjuangan di Kota Malang berdiam diri, konsolidasi di antara kader kembali dilakukan secara intensif. Konsolidasi dilakukan dengan tujuan untuk memulihkan kembali luka yang terjadi di internal partai. Selain itu konsolidasi ini diharapkan akan membawa kemenangan PDI Perjuangan khususnya kota Malang dalam pemilihan legislatif tahun Seperti yang dijelaskan dalam dimensi pengetahuan atau citra publik ( reification) terhadap suatu partai politik, bahwa apa yang dibayangkan dan dipahami oleh masyarakat tentang sebuah partai merupakan hal yang penting. Kemudian partai politik pada level pusat harus berkoordinasi pada partai pada level akar rumput, dalam hal ini ditataran DPC PDI Perjuangan Kota Malang, dalam membuat rencana kerja ataupun kebijakan karena partai pusat merupakan payung pendukung aktifitas dan koordinator berbagai kepentingan. Dengan DPP PDI Perjuangan memperhatikan DPC PDI Perjuangan Kota Malang dalam menentukan suatu keputusan, maka DPC PDI Perjuangan Kota Malang akan merasa memiliki tanggung jawab untuk segera membenahi segala urusannya terutama dalam menyelesaikan masalah kepengurusan di tingkat DPC yang sampai saat ini masih kosong. Dan yang terakhir partai politik pada level pemerintahan menjadi harapan bagi DPC PDI Perjuangan Kota Malang dalam rangka pembenahan internal partai. Manuvermanuver politik yang dilakukan partai politik pada level ini dimaksudkan agar DPC PDI Perjuangan Kota Malang lebih mempunyai bargaining power terhadap pemerintah pusat guna mengedepankan kepentingan daerah. Artinya di sini para kader PDI Perjuangan yang menduduki jabatan di pemerintah diharapkan mampu memberikan motivasi kepada DPC PDI Perjuangan yang sedang mengupayakan konsolidasi guna pembenahan di internal partai. Langkah nyata yang dilakukan PDI Perjuangan adalah dengan menunjuk Eddy
10 Rumpoko yang juga sedang menjabat sebagai walikota Batu untuk menggantikan posisi dari Peni Suparto dalam struktur kepengurusan DPC PDI Perjuangan. Kesimpulan Kualitas sebuah partai politik ditentukan oleh kualitas dari pelembagaannya. Di dalam pelembagaan partai politik dimensi kesisteman, identitas nilai, otonomi dalam pengambilan keputusan, serta dimensi pengetahuan atau citra publik menjadi penentu dari kualitas partai politik. Dalam dimensi kesisteman PDI Perjuangan dalam menentukan calonnya yang akan maju dalam Pilwali Kota Malang tahun 2013, mengacu pada AD/ART partai serta peraturan-peraturan yang telah ditetapkan bersama. Dalam dimensi otonomi dalam pengambilan keputusan, sifat pengambilan keputusan pada PDI Perjuangan cenderung bersifat terpusat (sentralisasi). Setiap keputusan termasuk keputusan rekomendasi kandidasi selalu berasal dari pusat. Sedangkan dalam dimensi pengetahuan atau citra publik, PDI Perjuangan mempunyai basis masa yang kuat, sehingga pandangan masyarakat terhadap para kandidat menjadi bahan pertimbangan dalam keputusan yang dijatuhkan oleh pusat. Sehingga langkah PDI Perjuangan dalam mengatur proses kandidasi menunjukkan bagaimana pelembagaan dari partai tersebut. Partai politik sebagai sebuah organisasi untuk kekuasaan di dalamnya berhimpun orang-orang yang berambisi terhadap kekuasaan. Sehingga pengelolaan konflik menjadi hal yang penting dalam suatu partai politik. Kualitas partai politik ditentukan oleh kualitas pelembagaan partai, salah satunya dalam dimensi kesisteman yaitu bagaimana partai mengelola konflik yang terjadi. Keputusan pusat terhadap hasil rekomendasi dalam proses kandidasi memunculkan ketidakpuasan oleh salah satu pihak. Duverger dalam teori konfliknya mengatakan bahwa konflik dapat terjadi diakibatkan oleh sebab-sebab individual yaitu kecenderungan untuk selalu berkompetisi dan selalu tidak puas terhadap pekerjaan orang lain. Sehingga menurut Duverger, untuk mengelola konflik yang terjadi ini dilakukan upaya konsensus dengan cara pemungutan suara atau votting yang dilakukan di tingkat DPC Kota Malang untuk memberikan suaranya kepada kandidat yang ada. Berbagai upaya konsolidasi dilakukan oleh PDI Perjuangan untuk membenahi internal partainya. Pembenahan berfokus pada partai pada akar rumput, partai pada level pusat, dan partai pada level pemerintahan. Partai pada akar rumput berarti pembenahan hubungan partai politik kepada masyarakat sebagai lumbung suara dalam pemilihan umum. Ini berarti dalam pelembagaannya partai politik harus mampu mengembalikan citranya di hadapan publik. PDI Perjuangan telah melakukan konsolidasi dengan memanfaatkan moment Pemilihan Gubernur 2013 untuk menarik kembali suaranya. Kemudian partai pada level pusat berarti bahwa perlu adanya koordinasi antara DPC Kota Malang dengan DPP yang lebih baik. Sebab pelembagaan yang ada dalam PDI Perjuangan mengatur bahwa setiap keputusan selalu datangnya dari pusat. Sehingga koordinasi yang baik antara DPC Kota Malang dan pusat akan mengurangi konflik yang tidak mampu dikelola oleh partai. Dan yang terakhir partai pada level pemerintahan berarti bahwa kader partai yang menduduki jabatan di pemerintahan diharapkan mampu memberikan motivasi kepada DPC Kota Malang yang berkonflik.
11 Daftar Pustaka Erawan, I Ketut Putra, Mission Possible : Reformasi Kepartaian di Indonesia, Draft Materi Pengantar Diklat Penguatan Kapasitas Partai Politik Firmanzah. (2011). Mengelola Partai Politik. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia Anggota IKAPI DI Jakarta Rauf, Maswadi. (2001). Konsensus dan Konflik Politik. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional Suyanto, Bagong dan Sutinah. (2006). Metode Penelitian Sosial. Jakarta: Kencana Prenada Media Group Surbakti, Ramlan. (2010). Memahami Ilmu Politik. Jakarta: Grasindo Vicky Randall dan Lars Svasand, Party Institutionalization In New Democracies, Party Politics :5 Vol. 8 No.1 pp.5-29 via SAGE Publication, diakses September 2013
BAB V PENUTUP. Sebagai intisari dari uraian yang telah disampaikan sebelumnya dan
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Sebagai intisari dari uraian yang telah disampaikan sebelumnya dan berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, telah teridentifikasi bahwa PDI Perjuangan di Kabupaten
Lebih terperinciPELEMBAGAAN PDI-P DI KECAMATAN KERTOSONO, KABUPATEN NGANJUK PADA PEMILU JURNAL
PELEMBAGAAN PDI-P DI KECAMATAN KERTOSONO, KABUPATEN NGANJUK PADA PEMILU 2009-2014 JURNAL Disusun Oleh CORRY YURIKE NIM: 071211331007 PROGRAM STUDI ILMU POLITIK DEPARTEMEN POLITIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN
Lebih terperinciBAB IV. Mekanisme Rekrutmen Politik Kepala Daerah PDI Perjuangan. 4.1 Rekrutmen Kepala Daerah Dalam Undang-Undang
BAB IV Mekanisme Rekrutmen Politik Kepala Daerah PDI Perjuangan 4.1 Rekrutmen Kepala Daerah Dalam Undang-Undang Tahapan Pilkada menurut Peraturan KPU No.13 Th 2010 Tentang Pedoman Teknis Tata Cara Pencalonan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ini didukung dengan berdirinya bermacam-macam partai politik. Diawali
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara republik yang menganut dasar demokrasi atau kebebasan masyarakat dalam menyampaikan aspirasi dan pemikiran. Kondisi ini didukung dengan berdirinya
Lebih terperinciA. Kesimpulan BAB V PENUTUP
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Penelitian ini yang fokus terhadap Partai Golkar sebagai objek penelitian, menunjukkan bahwa pola rekrutmen perempuan di internal partai Golkar tidak jauh berbeda dengan partai
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Setelah memasuki masa reformasi, partai politik telah menjadi instrumen
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setelah memasuki masa reformasi, partai politik telah menjadi instrumen penting dalam kehidupan demokrasi di Indonesia. Partai politik diberikan posisi penting
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Jika kita pandang dari transformasi yang sangat penting dalam abad ke-20
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jika kita pandang dari transformasi yang sangat penting dalam abad ke-20 adalah persaingan politik yang semakin tinggi dihampir semua negara. Hal ini juga disertai dengan
Lebih terperinciOleh Dra. Hj. Siti Masrifah, MA (Ketua Umum DPP Perempuan Bangsa) Anggota Komisi IX DPR RI Fraksi PKB 1
Disampaikan pada Seminar Menghadirkan Kepentingan Perempuan: Peta Jalan Representasi Politik Perempuan Pasca 2014 Hotel Haris, 10 Maret 2016 Oleh Dra. Hj. Siti Masrifah, MA (Ketua Umum DPP Perempuan Bangsa)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. putra-putri terbaik untuk menduduki jabatan-jabatan politik dan pejabatpejabat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Partai politik di era reformasi ini memiliki kekuasaan yang sangat besar, sesuatu yang wajar di negara demokrasi. Dengan kewenanangannya yang demikian besar itu, seharusnnya
Lebih terperinciPembaruan Parpol Lewat UU
Pembaruan Parpol Lewat UU Persepsi berbagai unsur masyarakat terhadap partai politik adalah lebih banyak tampil sebagai sumber masalah daripada solusi atas permasalahan bangsa. Salah satu permasalahan
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. Kesimpulan penelitian disusun berdasarkan pengolahan dan analisis data
88 BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Kesimpulan penelitian disusun berdasarkan pengolahan dan analisis data mengenai pola kaderisasi partai politik (studi kasus di DPD PDIP Jawa Barat). Secara keseluruhan,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Era reformasi telah menghasilkan sejumlah perubahan yang signifikan dalam
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era reformasi telah menghasilkan sejumlah perubahan yang signifikan dalam masyarakat politik. Masyarakat yang semakin waktu mengalami peningkatan kualitas tentu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pilgub Jabar telah dilaksanakan pada tanggal 24 Pebruari 2013, yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pilgub Jabar telah dilaksanakan pada tanggal 24 Pebruari 2013, yang dilaksanakan secara langsung, yang merupakan salah satu bentuk Demokrasi. Bagi sebuah bangsa
Lebih terperinci2014 PEMILIHAN UMUM DAN MEDIA MASSA
BAB V KESIMPULAN Media massa di Indonesia berkembang seiring dengan bergantinya pemerintahan. Kebijakan pemerintah turut mempengaruhi kinerja para penggiat media massa (jurnalis) dalam menjalankan tugas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berbagai permasalahan politik salah satunya dapat diamati dari aspek
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berbagai permasalahan politik salah satunya dapat diamati dari aspek dinamika internal partai politik yang menyebabkan kinerja partai politik sebagai salah satu institusi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. melalui lembaga legislatif atau Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD).
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) merupakan proses perekrutan pejabat politik di daerah yang berkedudukan sebagai pemimpin daerah yang bersangkutan yang dipilih langsung
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. keterlibatan masyarakat dalam berpartisipasi aktif untuk menentukan jalannya
1 BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Situasi perkembangan politik yang berkembang di Indonesia dewasa ini telah membawa perubahan sistem yang mengakomodasi semakin luasnya keterlibatan masyarakat dalam
Lebih terperinciURGENSI UNDANG-UNDANG PEMILU DAN PEMANTAPAN STABILITAS POLITIK 2014
KETUA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA URGENSI UNDANG-UNDANG PEMILU DAN PEMANTAPAN STABILITAS POLITIK 2014 Disampaikan pada acara Round Table Discussion (RTD) Lemhannas, Jakarta, Rabu 12 Oktober
Lebih terperinciDAFTAR ISI. Halaman Daftar isi... i Daftar Tabel... iv Daftar Gambar... v
i DAFTAR ISI Daftar isi... i Daftar Tabel....... iv Daftar Gambar... v I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Rumusan Masalah... 12 C. Tujuan Penelitian... 12 D. Kegunaan Penelitian... 12 II.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. politiknya bekerja secara efektif. Prabowo Effect atau ketokohan mantan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) yang memperoleh sekitar 11, 98 persen suara dalam Pemilihan Umum (Pemilu) Legislatif 9 april 2014 tidak mampu mengajukan
Lebih terperinciPEMUTAKHIRAN DATA PEMILIH UNTUK MEWUJUDKAN PEMILU 2019 YANG ADIL DAN BERINTEGRITAS
PEMUTAKHIRAN DATA PEMILIH UNTUK MEWUJUDKAN PEMILU 2019 YANG ADIL DAN BERINTEGRITAS Anang Dony Irawan Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surabaya Jl. Sutorejo No. 59 Surabaya 60113 Telp. 031-3811966,
Lebih terperinciUSULAN ASOSIASI ILMU POLITIK INDONESIA (AIPI) TERHADAP RUU PEMILIHAN PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN 1
USULAN ASOSIASI ILMU POLITIK INDONESIA (AIPI) TERHADAP RUU PEMILIHAN PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN 1 USULAN UMUM: MEMPERKUAT SISTEM PRESIDENSIAL 1. Pilihan politik untuk kembali pada sistem pemerintahan
Lebih terperinciSISTEM KEPARTAIAN DAN PEMILU. Program Studi Ilmu Pemerintahan Universitas Indo Global Mandiri Palembang 2017
SISTEM KEPARTAIAN DAN PEMILU Program Studi Ilmu Pemerintahan Universitas Indo Global Mandiri Palembang 2017 Silabus 1. Pengertian dan Konsep Partai Politik 2. Fungsi-fungsi partai politik 3. Tipologi partai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mempunyai orientasi, nilai-nilai, dan cita-cita yang sama. Salah satu
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Partai politik merupakan sarana ataupun wadah bagi masyarakat untuk menyalurkan aspirasinya dalam kekuasaan atau pemerintahan di suatu negara. Di dalam bukunya Miriam
Lebih terperinciLAPORAN HASIL PENELITIAN
LAPORAN HASIL PENELITIAN PEMETAAN PERSEPSI ATAS PENYELENGGARAAN SOSIALISASI KEPEMILUAN, PARTISIPASI DAN PERILAKU PEMILIH DI KABUPATEN BANGLI Kerjasama Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Bangli dan Fakultas
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. memberikan kebebasan kepada masyarakat untuk menyatakan pendapat
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada hakekatnya masyarakat memegang peran utama dalam praktik pemilihan umum sebagai perwujudan sistem demokrasi. Demokrasi memberikan kebebasan kepada masyarakat
Lebih terperinciBAB VI. Penutup. pengangkatan seseorang atau sekelompok orang untuk melaksanakan sejumlah
123 BAB VI Penutup Kesimpulan Dalam penelitian ini terungkap bahwa PDI Perjuangan telah melakukan rekrutmen sebagaimana didefinisikan oleh Ramlan Surbakti, yakni pemilihan atau pengangkatan seseorang atau
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Hubungan antara pemerintah dengan warga negara atau rakyat selalu berada. terbaik dalam perkembangan organisasi negara modern.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hubungan antara pemerintah dengan warga negara atau rakyat selalu berada dalam bingkai interaksi politik dalam wujud organisasi negara. Hubungan negara dan rakyat
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Rekruitmen politik merupakan fungsi yang sangat penting bagi
66 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan. Rekruitmen politik merupakan fungsi yang sangat penting bagi partai politik. Fungsi rekruitmen politik ini menjadi fungsi eksklusif partai politik dan tidak
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. ini merupakan penjelmaan dari seluruh rakyat Indonesia. DPR dan DPRD dipilih oleh rakyat serta utusan daerah dan golongan
BAB I I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 disebutkan bahwa kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Pemilukada Kabupaten Gunungkidul tahun 2010 yang dilaksanakan secara
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Pemilukada Kabupaten Gunungkidul tahun 2010 yang dilaksanakan secara langsung dapat berlangsung tertib dan lancar. Animo masyarakat yang besar atas pesta demokrasi
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Bab V, penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN VI.1 Kesimpulan Berdasarkan berbagai upaya analisis yang telah peneliti paparkan pada Bab V, penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis pencalonan M.Shadiq
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. Masalah hubungan PDI dengan massa pendukung Pra dan Pasca Fusi hingga
BAB V KESIMPULAN Masalah hubungan PDI dengan massa pendukung Pra dan Pasca Fusi hingga berdiri PDI-P, bisa dilihat dari dua aspek, yakni: antar unsur penyokong fusi dan hubungan profesional PDI dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang digunakan dalam suatu negara. Indonesia adalah salah satu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Demokrasi merupakan suatu proses dalam pembentukan dan pelaksanaan pemerintahan yang digunakan dalam suatu negara. Indonesia adalah salah satu negara yang menjalankan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. wilayah dan tataran kehidupan publik, terutama dalam posisi-posisi pengambilan
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Demokrasi mengamanatkan adanya persamaan akses dan peran serta penuh bagi laki-laki, maupun perempuan atas dasar perinsip persamaan derajat, dalam semua wilayah
Lebih terperinciSURAT KEPUTUSAN Nomor : 0027/KPTS/DPP/V/2016. Tentang
SURAT KEPUTUSAN Nomor : 0027/KPTS/DPP/V/2016 Tentang PETUNJUK PELAKSANAAN MUSYAWARAH WILAYAH, MUSYAWARAH WILAYAH LUAR BIASA, MUSYAWARAH CABANG, MUSYAWARAH CABANG LUAR BIASA, MUSYAWARAH ANAK CABANG, MUSYAWARAH
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2001 TENTANG BANTUAN KEUANGAN KEPADA PARTAI POLITIK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2001 TENTANG BANTUAN KEUANGAN KEPADA PARTAI POLITIK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 12 Ayat (3)
Lebih terperinciTjhai Chui Mie, Perempuan Tionghoa, Calon Walikota Singkawang Pilihan PDIP
Tjhai Chui Mie, Perempuan Tionghoa, Calon Walikota Singkawang Pilihan PDIP http://sinarharapan.net/2016/05/tjhai-chui-mie-perempuan-tionghoa-calon-walikota-singkawang-pilihan-pdip/ May 9, 2016 SHNet, Pontianak
Lebih terperinciROBBY ANDRE / / 2EA26 TUGAS III. Disini saya akan coba untuk menjelaskan dan menggambarkan bagaimana
TUGAS III Kemelut di Golkar (tinjauan dari sisi hukum). Disini saya akan coba untuk menjelaskan dan menggambarkan bagaimana terjadinya kemelut yang terjadi di partai Golkar. Bermula dari munculnya Musyawarah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Reformasi memberikan perubahan mendasar dalam penyelenggaraan Pemilihan Umum (Pemilu) di Indonesia. Perubahan tersebut dapat dilihat pada hasil amandemen ketiga Undang-
Lebih terperinciLAMPIRAN PERATURAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA
LAMPIRAN PERATURAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PERTIMBANGAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG PEMILIHAN ANGGOTA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. demokrasi pada negara yang menganut paham demokrasi seperti Indonesia.
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilihan umum (pemilu) menjadi bagian terpenting dalam penyelenggaraan demokrasi pada negara yang menganut paham demokrasi seperti Indonesia. Pemilu sering diartikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. adalah parameter pelaksanaan pemilu yang demokratis :
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pelaksanaan Pemilu 2014 akan menjadi cermin bagi kualitas yang merujuk pada prinsip demokrasi yang selama ini dianut oleh Negara kita Indonesia. Sistem Pelaksanaan
Lebih terperinciPENGELOLAAN PARTAI POLITIK MENUJU PARTAI POLITIK YANG MODERN DAN PROFESIONAL. Muryanto Amin 1
PENGELOLAAN PARTAI POLITIK MENUJU PARTAI POLITIK YANG MODERN DAN PROFESIONAL Muryanto Amin 1 Pendahuluan Konstitusi Negara Republik Indonesia menuliskan kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. dan menganalisa Perilaku Elit Politik Partai Persatuan. Bantul tahun Penulis dalam penelitian ini menggunakan
BAB III METODE PENELITIAN III. 1. Jenis Penelitian Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisa Perilaku Elit Politik Partai Persatuan Pembangunan Kabupaten Bantul pada Pemilukada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Presiden dan kepala daerah Pilihan Rakyat. Pilihan ini diambil sebagai. menunjukkan eksistensi sebagai individu yang merdeka.
1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Reformasi 1998 menghadirkan perubahan proses demokrasi di Indonesia. Pemilihan Presiden/ Wakil Presiden hingga Kepala Daerah dilaksanakan secara langsung,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dimana adanya pemberian kebebasan seluas-luasnya. untuk berpendapat dan membuat kelompok. Pesatnya
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dewasa ini perkembangan politik di Indonesia mengalami kemajuan yang cukup pesat, diawali dengan politik pada era orde baru yang bersifat sentralistik dan
Lebih terperinciLAMPIRAN. Daftar Informan. Waktu. Tanggal 1 Novemvber 2016 pukul WIB. Tanggal 1 November WIB
LAMPIRAN Daftar Informan No. Daftar Informan Tanggal dan Waktu Topik Wawancara 1. Sutanto Nugroho (Pendiri Relawan Jas Merah) 2. Rajut Sukasworo, S.E. (Ketua Suharsono center) 3. Heru Jaka Widada (Ketua
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. demokrasi, desentralisasi dan globalisasi. Jawaban yang tepat untuk menjawab
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Memasuki abad 21, hampir seluruh negara diberbagai belahan dunia (termasuk Indonesia) menghadapi tantangan besar dalam upaya meningkatkan sistem demokrasi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara demokrasi, sehingga pengisian lembaga
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara demokrasi, sehingga pengisian lembaga perwakilan dalam praktek ketatanegaraan lazimnya dilaksanakan melalui Pemilihan Umum. Pasca perubahan
Lebih terperinciPERANAN PARTAI POLITIK DALAM MEMOBILISASI PEMILIH PADA PEMILU LEGISLATIF TAHUN 2014 DI KOTA MANADO 1
PERANAN PARTAI POLITIK DALAM MEMOBILISASI PEMILIH PADA PEMILU LEGISLATIF TAHUN 2014 DI KOTA MANADO 1 (Suatu Studi Di Dewan Pimpinan Cabang Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan) Oleh : Meilisa Mustaman
Lebih terperinciPENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2003 TENTANG PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN
PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2003 TENTANG PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN I. UMUM 1. Dasar Pemikiran Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kehadiran perempuan dalam kontestasi politik di Indonesia, baik itu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehadiran perempuan dalam kontestasi politik di Indonesia, baik itu pemilihan umum (pemilu) ataupun pemilihan umum kepala daerah (pemilukada) di daerah-daerah semakin
Lebih terperinciPelembagaan Partai Nasional Demokrat: Studi Penguatan Elektoral Di Kabupaten Nganjuk
108 Pelembagaan Partai Nasional Demokrat: Studi Penguatan Elektoral Di Kabupaten Nganjuk Dhimas Yoga Prattama Email: dhimasprattama@yahoo.com Abstrak Penelitian mengenai Pelembagaan Partai Nasional Demokrat
Lebih terperinciH. TOTOK DARYANTO, SE A-489 / FRAKSI PARTAI AMANAT NASIONAL DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
LAPORAN KEGIATAN PENYERAPAN ASPIRASI DALAM RANGKA KUNJUNGAN KERJA PERORANGAN PADA MASA RESES MASA SIDANG II TAHUN SIDANG 2015-2016 DAERAH PEMILIHAN JAWA TIMUR V ----------- H. TOTOK DARYANTO, SE A-489
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 17 TAHUN 2006 PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 10 TAHUN 2006 TENTANG BANTUAN KEUANGAN KEPADA PARTAI POLITIK
LEMBARAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 17 TAHUN 2006 PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 10 TAHUN 2006 TENTANG BANTUAN KEUANGAN KEPADA PARTAI POLITIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA DENPASAR,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. melaluinya masyarakat dapat menyalurkan, menitipkan mandat dan harapan.
BAB I PENDAHULUAN I. 1.Latar Belakang Masalah Partai politik merupakan tulang punggung dalam demokrasi karena hanya melaluinya masyarakat dapat menyalurkan, menitipkan mandat dan harapan. Kenyataan ini
Lebih terperinciBAB IV PENUTUP. bab sebelumnya, selanjutnya pada bab ini terdapat beberapa poin
digilib.uns.ac.id 73 BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan dari apa yang telah diuraikan dan juga dibahas dalam bab sebelumnya, selanjutnya pada bab ini terdapat beberapa poin kesimpulan yang dapat
Lebih terperinciLAPORAN SINGKAT KOMISI II DPR RI
TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri) LAPORAN SINGKAT KOMISI II DPR RI (Bidang Pemerintahan Dalam Negeri dan Otonomi Daerah, Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Kepemiluan, Pertanahan dan Reforma Agraria)
Lebih terperinciNaskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di
KETERANGAN PENGUSUL ATAS RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 1999 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan
Lebih terperinciBAB IV KESIMPULAN. diharapkan untuk meningkatkan kualitas politik dan kehidupan demokrasi bangsa Indonesia.
BAB IV KESIMPULAN Pelaksanaan pemilu 2009 yang berpedoman pada UU No. 10 Tahun 2008 membuat perubahan aturan main dalam kehidupan politik bangsa Indonesia. Melalui UU tersebut diharapkan untuk meningkatkan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Konflik internal yang terjadi pada Partai Golongan Karya ( GOLKAR) bukan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konflik internal yang terjadi pada Partai Golongan Karya ( GOLKAR) bukan pertama kalinya, tetapi pernah terjadi pada masa pasca reformasi yaitu pada tahun 2004 saat pemilihan
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Reformasi politik yang sudah berlangsung sejak berakhirnya pemerintahan Orde Baru di bawah kepemimpinan Presiden Soeharto pada bulan Mei 1998, telah melahirkan perubahan besar
Lebih terperinciANGGARAN RUMAH TANGGA PARTAI GERAKAN INDONESIA RAYA GERINDRA
ANGGARAN RUMAH TANGGA PARTAI GERAKAN INDONESIA RAYA GERINDRA BAB I KEANGGOTAAN Pasal 1 Syarat Keanggotaan Syarat menjadi Anggota Partai Gerakan Indonesia Raya (GERINDRA) adalah : 1. Warga Negara Indonesia.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemerintahan Indonesia dari sentralistik menjadi desentralistik sesuai dengan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Peralihan kekuasaan dari rezim Orde Baru ke Orde Reformasi merubah tata pemerintahan Indonesia dari sentralistik menjadi desentralistik sesuai dengan tuntutan
Lebih terperinciHari/Tanggal : Senin/24 September 2012 : Pukul WIB s.d Selesai
TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri) LAPORAN SINGKAT KOMISI II DPR RI (Bidang Pemerintahan Dalam Negeri dan Otonomi Daerah, Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Kepemiluan, Pertanahan dan Reforma Agraria)
Lebih terperinciPARTAI POLITIK OLEH: ADIYANA SLAMET. Disampaikan Pada Kuliah Pengantar Ilmu Politik Pertemuan Ke-15 (IK-1,3,4,5)
PARTAI POLITIK OLEH: ADIYANA SLAMET Disampaikan Pada Kuliah Pengantar Ilmu Politik Pertemuan Ke-15 (IK-1,3,4,5) Definisi Partai Politik Secara umum dapat dikatakan partai politik adalah suatu kelompok
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. aspirasi dan memilih pemimpin dengan diadakannya pemilihan umum.
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia merupakan suatu negara yang menganut paham demokrasi, dan sebagai salah satu syaratnya adalah adanya sarana untuk menyalurkan aspirasi dan memilih pemimpin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. relatif independen dan juga disertai dengan kebebasan pers. Keadaan ini
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehidupan berpolitik di Indonesia banyak mengalami perubahan terutama setelah era reformasi tahun 1998. Setelah era reformasi kehidupan berpolitik di Indonesia kental
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pemilihan Umum (Pemilu) di Negara Indonesia merupakan sarana pelaksanaan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilihan Umum (Pemilu) di Negara Indonesia merupakan sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat, hal tersebut sebagaimana dicantumkan dalam Undang-Undang Nomor 8 tahun
Lebih terperinciPERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 05 TAHUN 2008 TENTANG
PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 05 TAHUN 2008 TENTANG TATA KERJA KOMISI PEMILIHAN UMUM, KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI, DAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN/KOTA KOMISI PEMILIHAN UMUM, Menimbang :
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Partai Politik 1. Definisi Partai Politik Kedudukan partai politik dalam negara yang memiliki tata kelola pemerintahan demokratis sangatlah penting. Partai politik
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian deskriptif, penelitian deskriptif adalah penelitian yang berupaya mengungkapkan suatu masalah dan keadaan sebagaimana
Lebih terperinciKERANGKA ACUAN PROGRAM PERCEPATAN ADMINISTRASI KEANGGOTAAN DAN KARTU TANDA ANGGOTA BERBASIS WEB HIMPUNAN WANITA KARYA
KERANGKA ACUAN PROGRAM PERCEPATAN ADMINISTRASI KEANGGOTAAN DAN KARTU TANDA ANGGOTA BERBASIS WEB HIMPUNAN WANITA KARYA MUKADIMAH : Kompleksitas tumbuh kembang organisasi dan keanggotaan Himpunan Wanita
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang signifikan. Terbukanya arus kebebasan sebagai fondasi dasar dari bangunan demokrasi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perjalanan demokrasi di Indonesia secara bertahap terus menunjukkan peningkatan yang signifikan. Terbukanya arus kebebasan sebagai fondasi dasar dari bangunan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. akuntabilitas bagi mereka yang menjalankan kekuasaan. Hal ini juga
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Menurut berbagai kajiannya tentang politik, para sarjana politik sepakat bahwa demokrasi merupakan sistem pemerintahan yang paling baik. Sistem ini telah memberikan
Lebih terperinciLAPORAN SINGKAT RAPAT KERJA KOMISI II DPR RI
TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri) LAPORAN SINGKAT RAPAT KERJA KOMISI II DPR RI (Bidang Pemerintahan Dalam Negeri dan Otonomi Daerah, Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Kepemiluan, Pertanahan dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pemilihan Umum (Pemilu) adalah salah satu cara dalam sistem
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Umum (Pemilu) adalah salah satu cara dalam sistem demokrasi untuk memilih wakil-wakil rakyat yang akan menduduki lembaga perwakilan rakyat, serta salah
Lebih terperinciRAPAT KOORDINASI DESK PILKADA PROVINSI JAWA BARAT
RAPAT KOORDINASI DESK PILKADA PROVINSI JAWA BARAT Oleh Sekretaris Desk Pilkada Provinsi Jawa Barat M. TAUFIQ BUDI SANTOSO Rabu, 10 Januari 2018 Ruang Rapat Papandayan, Gedung Sate SISTEMATIKA 1. Dasar
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Partai politik adalah alat perjuangan masyarakat untuk menduduki pemerintahan,
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Partai politik adalah alat perjuangan masyarakat untuk menduduki pemerintahan, dimana anggota-anggotanya terorganisir dan terbentuk dari pandangan mengenai nilai-nilai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. teknologi baru untuk memuaskan kebutuhan. Untuk dapat beradaptasi dengan perubahan yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan global yang begitu cepat terjadi di masa sekarang disebabkan oleh bertambah tingginya tingkat pendidikan masyarakat, tingkat pendapatan, arus informasi serta
Lebih terperinciBiografi Presiden Megawati Soekarnoputri. Oleh Otto Ismail Rabu, 05 Desember :20
Bernama Lengkap Diah Permata Megawati Setiawati Soekarnoputri atau akrab di sapa Megawati Soekarnoputri lahir di Yogyakarta, 23 Januari 1947. Sebelum diangkat sebagai presiden, beliau adalah Wakil Presiden
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Partai politik merupakan elemen penting yang bisa memfasilitasi berlangsungnya sistem demokrasi dalam sebuah negara, bagi negara yang menganut sistem multipartai seperti
Lebih terperinciPENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2003 TENTANG
top PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2003 TENTANG PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH I. UMUM 1. Dasar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Negara yang dianggap demokratis selalu mencantumkan kata kedaulatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Negara yang dianggap demokratis selalu mencantumkan kata kedaulatan rakyat didalam konstitusinya. Hal ini menunjukkan bahwa kedaulatan rakyat merupakan suatu
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2005 NOMOR 6 PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 9 TAHUN 2005 TENTANG BANTUAN KEUANGAN KEPADA PARTAI POLITIK
LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2005 NOMOR 6 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 9 TAHUN 2005 TENTANG BANTUAN KEUANGAN KEPADA PARTAI POLITIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BOGOR, Menimbang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. komunikasi memegang peran penting menurut porsinya masing-masing.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi yang merupakan bagian penting dari kehidupan manusia, yang juga menjadi kebutuhan dasar hidup manusia, telah mengalami banyak perkembangan. Walaupun
Lebih terperinciH. Marzuki Alie, SE.MM. KETUA DPR-RI
H. Marzuki Alie, SE.MM. KETUA DPR-RI Ceramah Disampaikan pada Forum Konsolidasi Pimpinan Pemerintah Daerah Bupati, Walikota, dan Ketua DPRD kabupaten/kota Angkatan III 2010 di Lembaga Ketahanan Nasional(Lemhannas-RI).
Lebih terperinciBUPATI MAJENE PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJENE NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG
B BUPATI MAJENE PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJENE NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG BANTUAN KEUANGAN KEPADA PARTAI POLITIK YANG MEDAPATKAN KURSI DI DPRD KABUPATEN MAJENE DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.245, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PEMERINTAH DAERAH. Pemilihan. Gubernur. Bupati. Walikota. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5588) PERATURAN
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA
SALINAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.23, 2015 PEMERINTAHAN DAERAH. Pemilihan. Gubernur. Bupati. Walikota. Penetapan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5656) UNDANG-UNDANG
Lebih terperinci2015 MODEL REKRUTMEN PARTAI POLITIK PESERTA PEMILU 2014 (STUDI KASUS DEWAN PIMPINAN DAERAH PARTAI NASDEM KOTA BANDUNG)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang mengalami perkembangan demokrasi yang sangat pesat. Hal tersebut ditandai dengan berbagai macam ekspresi yang
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA
PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagai sarana untuk mencapai tujuan yang lebih mulia yaitu kesejahteraan rakyat.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam masyarakat majemuk seperti Indonesia, upaya membangun demokrasi yang berkeadilan dan berkesetaraan bukan masalah sederhana. Esensi demokrasi adalah membangun sistem
Lebih terperinciJK: Tradisi Golkar di Pemerintahan
JK: Tradisi Golkar di Pemerintahan Daerah dan Ormas Partai Desak Munas Minggu, 24 Agustus 2014 JAKARTA, KOMPAS Ketua Umum DPP Partai Golkar periode 2004-2009 Jusuf Kalla mengatakan, tradisi Partai Golkar
Lebih terperinciRANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG- UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG
Lebih terperinciPEMILU NASIONAL DAN PEMILU DAERAH
Policy Brief [04] Kodifikasi Undang-undang Pemilu Oleh Sekretariat Bersama Kodifikasi Undang-undang Pemilu MASALAH Sukses-tidaknya pemilu bisa dilihat dari sisi proses dan hasil. Proses pemilu dapat dikatakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Secara umum dapat dikatakan bahwa Partai Politik merupakan sesuatu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara umum dapat dikatakan bahwa Partai Politik merupakan sesuatu kelompok yang terorganisir yang anggota-anggotanya mempunyai orientasi, nilainilai dan cita-cita
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dapat saling bertukar informasi dengan antar sesama, baik di dalam keluarga
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komunikasi adalah kebutuhan manusia dengan berkomunikasi manusia dapat saling bertukar informasi dengan antar sesama, baik di dalam keluarga maupun bermasyarakat
Lebih terperinci