EFEKTIVITAS BIOCHARCOAL DAN Rhizobium TERHADAP NODULASI Mucuna bracteata ASAL BIJI DAN STEK

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "EFEKTIVITAS BIOCHARCOAL DAN Rhizobium TERHADAP NODULASI Mucuna bracteata ASAL BIJI DAN STEK"

Transkripsi

1 1 EFEKTIVITAS BIOCHARCOAL DAN Rhizobium TERHADAP NODULASI Mucuna bracteata ASAL BIJI DAN STEK Mardiana Wahyuni dan Meisri Rosinta Saragih Program Studi Budidaya Perkebunan, STIPAP Medan. Jalan Willem Iskandar, Pancing Medan Estate mardiana.wahyuni59@yahoo.co.id ABSTRAK Penanaman kacangan penutup tanah merupakan tindakan agronomis yang diterapkan di perkebunan besar [1] dan [2]. Keuntungannya adalah memperbaiki struktur tanah, menambah bahan organik, mengurangi erosi, memfiksasi Nitrogen dan mengurangi pertumbuhan gulma. Jenis kacangan yang saat ini ditanam adalah Mucuna bracteata (MB). MB tumbuh cepat, memfiksasi N yang tinggi, toleran terhadap naungan, dan tidak disukai oleh ternak ruminansia. MB dapat ditanam secara generatif maupun vegetatif [5]. Penambatan N secara simbiosis dengan Rhizobium sp. Diperlukan kondisi yang baik sehingga pertumbuhan dan penambatan N berlangsung secara baik. Media tumbuh berpengaruh terhadap aktivitas nodulasi. Salah satu bahan pembenah tanah yang digunakan adalah biocharcoal. Penelitian bertujuan mengetahui efektivitas biocharcoal sekam padi dan Rhizobium terhadap pertumbuhan bintil akar. Penelitian dilaksanakan di STIPAP pada April-Juli Perlakuan terdiri 3 faktor yaitu bahan tanam Biji (B 1 ) dan Stek (B 2 ); media tanam 4 taraf campuran tanah dan biocharcoal (persentase tanah 100%, 90%, 80%, dan 70%); Rhizobium 2 taraf I 1 dan I 2. Panjang sulur per hari adalah 2,8 cm pada B 1 dan 3,1 cm pada B 2. Media biocharcoal meningkatkan panjang sulur 119% pada M 1 dan 146% pada M 2. Rata-rata bintil akar pada B 1 yaitu 58,29 dan B 2 37,37 (64%). Perlakuan media meningkatkan jumlah bintil akar. Kadar N daun seluruh perlakuan termasuk kategori tinggi. Perlakuan terbaik adalah M 2 I 2 B 1 dan M 2 I 2 B 2. Kata kunci : Biocharcoal, Rhizobium, Mucuna bracteata, Nodulasi, Penambatan N. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penanaman kacangan penutup tanah di perkebunan kelapa sawit dan karet merupakan tindakan agronomis penting yang sudah diterapkan secara luas, terutama di perkebunan besar [1] dan [2]. Keuntungan yang diperoleh adalah memperbaiki struktur tanah, menambah bahan organik, mengurangi erosi, memfiksasi unsur Nitrogen dan mengurangi laju pertumbuhan gulma. Penggunaan kacangan konvensional seperti Peuraria phaseoloides, Calopogonium caereleum, Centrosema pubescen sering tidak mampu menekan pertumbuhan gulma-gulma tertentu seperti Mikania, Asystasia, dan jenis rumputrumputan lainnya. Disamping itu, kacangan konvesional tersebut umumnya digemari ternak ruminansia [3]. Pada saat ini jenis kacangan yang relatif baru penggunaannya di perkebunan adalah Mucuna bracteata. Mucuna bracteata merupakan kacangan yang tumbuh

2 2 dengan cepat, pesaing gulma yang handal (menghasilkan senyawa allelopati yang berspektrum luas bagi berbagai jenis gulma perkebunan), kemampuan memfiksasi N yang tinggi, sangat toleran terhadap naungan, dan mengandung senyawa phenolik relatif cukup tinggi sehingga tidak disukai oleh hama dan hewan-hewan ternak ruminansia [4]. Mucuna bracteata dapat ditanam secara generatif (biji) maupun secara vegetatif [5]. Keberhasilan penanaman Mucuna bracteata dengan biji secara langsung di perkebunan kelapa sawit beresiko dengan tingkat keberhasilan yang rendah (±35%). Perbanyakan vegetatif dengan cara stek banyak dilakukan terutama di perkebunan yang telah memiliki sumber stek [6]. Penambatan N dilakukan oleh adanya simbiosis dengan bakteri yaitu Rhizobium sp. Diperlukan kondisi lingkungan atau tempat tumbuh yang baik sehingga pertumbuhan Mucuna bracteata dan penambatan N dapat berlangsung dengan baik. Bintil akar merupakan hasil infeksi bakteri Rhizobia dengan mengaktifkan enzim nitrogenase. Menurut [7] secara alami diperlukan waktu 1-2 tahun untuk terjadinya nodulasi yang optimal. Penambahan inokulum diperlukan agar aktivitas pembentukan bintil akar dapat meningkat [8]. Kondisi tanah/media tumbuh Mucuna bracteata juga berpengaruh terhadap aktivitas nodulasi. Pada tanahtanah yang mempunyai sifat fisik dan kimia yang baik akan meningkatkan penambatan N. Salah satu bahan pembenah tanah yang dapat digunakan adalah biocharcoal [9]. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas biocharcoal sekam padi dan penambahan inokulum Rhizobium terhadap pertumbuhan dan pembentukan bintil akar Mucuna bracteata yang berasal dari biji dan stek. METODE PENELITIAN 2.1 Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan STIPAP Medan pada bulan April sampai dengan bulan Juli Perlakuan Bahan Tanam terdiri dari : B 1 (Biji) dan B 2 (Stek) Media Tanam : Perbandingan Tanah (T) dan Biocharcoal sekam padi (BC) M 0 :100%T + 0%BC; M 1 :90%T + 10%BC; M 2 :80%T + 20%BC; M 3 :70%T + 30%BC Perlakuan Inokulum Rhizobium yaitu I 1 (0,3 ml) dan I 2 (0,6 ml) dengan konsentrasi 10 6 sel bakteri/ml (isolat dari Fakultas Pertanian USU) Jumlah perlakuan 16, ulangan sebanyak 3 kali, dengan 3 tanaman per perlakuan. Mempergunakan rancangan faktorial, uji F, dan BNT. 2.3 Tahapan Penelitian Tahapan penelitian dilaksanakan sebagai berikut : Persiapan bahan tanam dengan biji dan stek Pembuatan biocharcoal berbahan baku sekam padi Persiapan media tanam dengan polibeg yang diisi tanah 5 kg dan komposisi lain sesuai dengan perlakuan dan pupuk dasar 5 gr RP/polibeg

3 3 Penanaman bahan tanam dan pemasangan kawat sebagai anjang-anjang Aplikasi inokulum pada umur 2 minggu setelah tanam (2 MST) Pemeliharaan yaitu penyiraman dengan irigasi sprinkler 2x/hari. 2.4 Parameter Pengamatan Terdiri dari pengamatan panjang sulur, jumlah bintil akar dan kadar N daun (oleh laboratorium Fakultas Pertanian UISU, metode destruksi basah dengan Kjeltech). HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Pengamatan Panjang Sulur Hasil pengamatan panjang sulur dalam waktu Minggu Setelah Tanam (MST) terdapat pada Tabel 1. Tabel 1. Panjang Sulur Mucuna bracteata Panjang Sulur (cm) Perlakuan 4 MST 6 MST 8 MST 10 MST B1 B2 B1 B2 B1 B2 B1 B2 M0I1 43,68 91,22 48,72 122,98 105,66 a 184,35 118,28 221,62 M0I2 36,60 85,15 52,68 130,40 67,00 a 180,95 94,18 228,32 M1I1 75,48 71,68 75,75 128,73 150,12 a 180,20 189,62 223,95 M1I2 74,95 85,47 82,42 136,07 85,95 189,37 203,18 238,38 M2I1 62,78 58,07 65,08 111,28 66,85 a 155,17 230,38 192,92 M2I2 66,72 71,30 66,98 87,52 189,06 a 140,92 235,63 201,82 M3I1 74,75 73,93 70,35 114,88 92,20 a 146,88 261,00 219,88 M3I2 71,68 74,88 79,40 110,00 84,95 168,77 230,27 216,48 Rata-rata 63,33 76,46 67,67 117,73 105,17 168,33 195,32 217,92 Penambaha 0,00 0,00 4,34 41,27 37,50 50,59 90,15 49,60 M0 n 40,14 A 88,18 50,70 126,69 86,33 182,65 106,23 224,97 M1 75,22 A 78,58 79,09 132,40 118,03 184,78 196,40 231,17 M2 64,75 64,68 66,03 99,40 127,75 148,04 233,00 197,37 M3 BC 73,22 74,41 74,88 112,44 88,58 157,83 245,63 218,18 I1 AC 64,18 73,73 64,98 119,47 103,61 166,65 199,82 214,59 I2 62,49 79,20 70,37 116,00 106,47 170,00 190,82 221,25 Keterangan : Angka yang tidak sama pada kolom yang sama (huruf besar) berbeda nyata menurut uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pada F 0,01 Pengamatan awal dilakukan pada 4 minggu setelah tanam (4 MST) dengan nilai 65,33 cm pada perlakuan asal biji (B 1 ) dan 74,46 cm pada perlakuan asal stek (B 2 ). Dengan interval pengamatan setiap 2 minggu penambahan panjang sulur pada perlakuan asal biji dimulai dengan nilai 4,34 cm kemudian meningkat secara cepat dan peningkatan antara 8 MST dan 10 MST adalah 90,15 cm atau 6,43 cm per hari. Pada perlakuan dari stek mempunyai panjang sulur dengan nilai awal (4 MST) 76,46 cm dan akhir penelitian 217,92 cm. Pemanjangan sulur yang lebih cepat pada perlakuan asal stek dikarenakan stek diambil dari kebun kelapa sawit Limau Mungkur dari tanaman Mucuna bracteata yang berumur 2 tahun. Rata-rata pertambahan sulur dengan biji (B 1 ) adalah 2,8 cm dan dengan stek (B 2 ) adalah 3,1 cm.

4 4 Secara umum pertumbuhan panjang sulur/hari pada penelitian ini lebih pendek dari yang disampaikan dalam [3], yaitu 10 cm/hari yang disebabkan sulur pada penelitian ini mengikuti anjang-anjang ke arah atas atau tidak merambat di tanah. Tujuan penanaman Mucuna bracteata diharapkan mempunyai pertumbuhan yang cepat, sehingga cepat menutupi permukaan tanah, mampu mengendalikan erosi dan menekan gulma. Perlakuan media tanam yang berpengaruh nyata terhadap panjang sulur terjadi pada pengamatan 4 MST dan 8 MST. Panjang sulur pada perlakuan M 0 yaitu 106,23cm (100%), pada perlakuan M 2 yaitu 233,00 cm (219%) dan M 3 yaitu 245,63 cm (231%). Perakaran Mucuna bracteata asal biji berkembang sangat baik sehingga perakaran dalam media dengan perlakuan biochar asal sekam padi dapat memanfaatkan unsur-unsur hara dan pertumbuhannya sangat cepat. Pada setiap perlakuan diberikan 5 gr pupuk RP. Pada perlakuan asal stek struktur perakaran hanya memanjang, tidak mempunyai cabang-cabang sehingga absorbsi hara tidak dapat optimal. Perlakuan dosis inokulum Rhizobium pada Mucuna bracteata asal biji dan stek tidak memberikan pengaruh nyata terhadap panjang sulur. Menurut [3] pada kondisi yang baik, penanaman Mucuna bracteata mampu menghasilkan biomassa 5,23 ton/ha pada lahan datar dan 8,71 ton/ha pada lahan miring. Pengaruh positif terhadap sifat tanah antara lain mampu meningkatkan N, P, K dan kapasitas tukat kation (KTK). 3.2 Jumlah Bintil Akar Pengamatan Jumlah bintil akar (butir) dilakukan pada akhir penelitian yaitu 10 MST dan hasilnya terdapat pada Tabel 2. Tabel 2. Pengamatan Jumlah Bintil Akar Perlakuan B1(Biji) B2(Stek) Rata-rata Indeks (%) Rata-rata Indeks (%) M0I1 38,17 100,00 28,00 100,00 M0I2 75,50 197,80 29,33 104,00 M1I1 57,33 150,20 37,50 133,00 M1I2 83,83 219,62 37,83 135,00 M2I1 45,17 118,34 51,00 182,00 M2I2 76,33 199,97 60,50 216,00 M3I1 49,00 128,37 25,83 92,00 M3I2 41,00 107,41 29,00 103,57 Rata-rata 58,29 37,37 M0 56,83 100,00 28,67 100,00 M1 70,58 201,00 37,67 131,00 M2 60,75 203,00 55,75 194,00 M3 45,00 150,00 27,42 95,00 I1 47,42a , I2 69,17b , Rata- rata jumlah butir akar Mucuna bracteata asal biji (B 1 ) adalah 58,29 butir dan yang berasal dari stek (B 2 ) adalah 37,37 atau 64 % dibandingkan asal biji. Inokulum bakteri Rhizobium menginfeksi kedalam perakaran dengan sekresi enzim [10] dan [11]. Efektivitas nodulasi dipengaruhi oleh perkembangan perakaran dan kondisi media/ tempat tumbuh. Pada Mucuna bracteata asal biji perakarannya sangat baik,

5 5 penuh dengan cabang cabang perakaran sehingga mampu membentuk bintil akar dengan jumlah yang banyak. Perlakuan media tanam biocharcoal meskipun tidak memberikan pengaruh yang nyata namun memberikan peningkatan jumlah bintil akar % pada perlakuan asal biji (B 1 ) dari 31-91% pada perlakuan asal stek (B 2 ). Menurut [9] salah satu fungsi biocharcoal adalah dapat merangsang aktivitas mikro organisme sehingga pembentukan bintil akar dapat berlangsung dengan baik. Perlakuan dosis inokulum meningkatkan pembentukan bintil akar 25 % pada tanaman Mucuna bracteata asal biji (B 1 ) dan 10 % asal stek (B 2 ). Dari kombinasi perlakuan yang menghasilkan bintil akar terbanyak terdapat pada perlakuan M 2 I 2 B 1 dan M 2 I 2 B 2. Hasil pengamatan juga disajikan pada Gambar 1. Butir Pengamatan Jumlah Bintil Akar M0I1 M0I2 M1I1 M1I2 M2I1 M2I2 M3I1 M3I2 B1(Biji) B2(Stek) Gambar 1. Grafik Pengamatan Jumlah Bintil Akar 3.3. Kadar N Daun Hasil analisa kadar N daun terdapat pada Tabel 3. Tabel 3. Hasil Pengamatan Kadar N daun Mucuna bracteata Perlakuan B1(Biji) B2(Stek) Nilai Kategori Indeks (%) Nilai Kategori Indeks (%) M0I1 3,49 T 100 3,24 T 100 M0I2 3,21 T 91 3,38 T 104 M1I1 3,58 T 102 3,61 T 111 M1I2 3,84 T 104 3,69 T 113 M2I1 3,65 T 104 3,59 T 110 M2I2 3,77 T 108 3,76 T 112 M3I1 3,68 T 105 3,65 T 112 M3I2 3,74 T 107 3,72 T 114 Rata-rata 3,60 3,57 M0 3,35 T 3,31 T M1 3,71 T 3,65 T M2 3,71 T 3,68 T M3 3,71 T 3,69 T I1 3,60 T 100 3,52 T 100 I2 3,64 T 101 3,64 T 103 Keterangan : Kriteria (Rendah/R (<2,50), Sedang/S (2,60-2,90), Tinggi/T (>3,10)). Hasil analisa kadar N dan pada seluruh pengamatan termasuk kategori tinggi. Keunggulan Mucuna bracteata adalah dengan biomassa dan kadar N daun yang tinggi dapat menjadi sumber bahan organik dan unsur N bagi tanah. Rata rata kadar

6 6 N Mucuna bracteata asal biji dan stek memiliki nilai yang tidak jauh berbeda yaitu 3,60 untuk B 1 dan 3,57 untuk B 2. Perlakuan media biochar sekam padi tidak berpengaruh nyata terhadap kadar N, namun mampu meningkatkan kadar N daun 10-15%. Respon yang baik pada perlakuan media menunjukkan bahwa adanya campuran dengan biocharcoal memberikan pengaruh positif yaitu menjaga kelembaban tanah dan meningkatkan serapan hara. Perlakuan dosis inokulum belum memberikan dampak yang nyata terhadap pengamatan kadar N daun. Menurut [10], kemampuan Rhizobium dalam menambat N dipengaruhi oleh besar dan jumlah bintil akar. KESIMPULAN Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan : Rata-rata pertambahan panjang sulur asal biji (B 1 ) adalah 2,8 cm dan asal stek (B 2 ) adalah 3,1 cm. Perlakuan media biocharcoal menambah panjang sulur 119% pada media M 1 dan 145% pada M 2. Perlakuan Rhizobium tidak berpengaruh terhadap panjang sulur. Rata-rata bintil akar pada perlakuan biji (B 1 ) adalah 58,29 dan asal stek (B 2 ) adalah 37,37 dengan persentase 64% dibanding B 1. Perlakuan media meningkatkan jumlah bintil akar % pada B 1 dan 31-94% pada B 2. Kadar N daun seluruh perlakuan termasuk kategori tinggi. Tidak terdapat perbedaan nyata pada perlakuan asal bahan tanam, media dan dosis Rhizobium. Perlakuan terbaik adalah M 2 I 2 B 1 dan M 2 I 2 B 2. SARAN Pada penelitian selanjutnya menambah waktu menjadi 6-12 bulan agar aktivitas penambatan N dapat berlangsung secara optimal. DAFTAR PUSTAKA [1] Siagian, N Potensi dan Pemanfaatan Mucuna bracteata Sebagai Kacangan Penutup Tanah di Perkebunan Karet. Pusat Penelitian Karet. Warta Vol. 20 (1-3) : [2] Susetyo, I dan Sudiharto Penutup Tanah Kacangan (Legume Cover Crops) di Perkebunan Karet. Prossiding Lokakarya Nasional Budidaya Tanaman Karet, hal [3] Subronto dan Harahap, I.Y Penggunaan Kacangan Penutup Tanah Mucuna bracteata pada Tanaman Kelapa Sawit. Warta PPKS Vol. 10 No. 1 Hal PPKS. Medan. [4] Harahap, I.Y., Hidayat, T.C., Siamngunsong, G., Sutarta, E.D., Pangaribuan, Y., Listia, E. dan Rahutomo, S Mucuna bracteata Pengembangan dan Pemanfaatannya di Perkebunan Kelapa Sawit. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan.

7 7 [5] Siagian, N., Tistama, R Perbanyakan Tanmaan Penutup Tanah Mucuna bracteata. Pusat Penelitian Karet. Medan. Warta Vol. 24 (1) : [6] Taryo-Adiwiganda, Y Inokulasi Steak Calopogonium caereleum dengan Rhizobium sp. Prossiding Konverensi Nasional Karet, Hal. 635Konverensi Nasional Karet, Hal [7] Nugroho, P.A., Istianto, Siagian, N., dan Karyudi Potensi Mucuna bracteata Dalam Pengembalian Hara Pada Areal Tanaman Karet Belum Menghasilkan. Prossiding Lokakarya Nasional Budidaya Tanaman Karet. Pusat Penelitian Karet. Medan. [8] Usman, K. J. S Nodulasi pada Kedelai di Tanah Sisa Inokulasi dan Ditambah Inokulasi. Jurnal Penelitian Ilmu-ilmu Pertanian Indonesia Vol. 3 No. 1 Hal [9] Harryadi, A.A Pengaruh Residu Biochar Terhadap Pertumbuhan dan Serapan N dan K Tanaman Kedelai (Glycine max L.) pada Topsoil dan Subsoil Tanah Ultisol. Skripsi Fakultas Pertanian. Universitas Lampung. [10] Rao, Suba., N.S Mikroorganisme Tanah dan Pertumbuhan Tanaman. Edisi II. Jakarta: UI-Press [11] Yuwono, T Bioteknologi Pertanian. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

PENDAHULUAN. Mucuna bracteata adalah salah satu tanaman Leguminosae Cover Crop

PENDAHULUAN. Mucuna bracteata adalah salah satu tanaman Leguminosae Cover Crop PENDAHULUAN Latar Belakang Mucuna bracteata adalah salah satu tanaman Leguminosae Cover Crop (LCC), tanaman merambat ini ditemukan pertama di areal hutan Tri Pura, India Utara dan sudah meluas sebagai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penanaman tanaman kacangan penutup tanah (Legume Cover Crop/LCC)

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penanaman tanaman kacangan penutup tanah (Legume Cover Crop/LCC) I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penanaman tanaman kacangan penutup tanah (Legume Cover Crop/LCC) di perkebunan besar merupakan teknis baku. Penanaman LCC di perkebunan diantaranya bermanfaat untuk memperbaiki

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Tanaman penutup tanah atau yang biasa disebut LCC (Legume Cover

BAB I. PENDAHULUAN. Tanaman penutup tanah atau yang biasa disebut LCC (Legume Cover BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman penutup tanah atau yang biasa disebut LCC (Legume Cover Crop) merupakan jenis tanaman kacang-kacangan yang biasanya digunakan untuk memperbaiki sifat fisik,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Mucuna Bracteata DC.

TINJAUAN PUSTAKA Mucuna Bracteata DC. 3 TINJAUAN PUSTAKA Mucuna Bracteata DC. Tanaman M. bracteata merupakan salah satu tanaman kacang-kacangan yang pertama kali ditemukan di areal hutan Negara bagian Tripura, India Utara, dan telah ditanam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pangan masyarakat antara lain dengan penganekaragaman pola makan sehari-hari

I. PENDAHULUAN. pangan masyarakat antara lain dengan penganekaragaman pola makan sehari-hari I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah pangan di Indonesia yaitu kualitas dan nilai gizi yang relatif masih rendah. Sehubungan dengan itu perlu dilakukan usaha peningkatan gizi pangan masyarakat antara

Lebih terperinci

PENANAMAN KACANGAN. Oleh : Sri Hartono Area Controller 4. Pundu Learning Centre

PENANAMAN KACANGAN. Oleh : Sri Hartono Area Controller 4. Pundu Learning Centre PENANAMAN KACANGAN Oleh : Sri Hartono Area Controller 4 Pundu Learning Centre Struktur Penulisan SOP Penanaman Kacangan Pundu Learning Centre SOP Penanaman Kacangan Strukturisasi SOP Penanaman Kacangan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian 14 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung mulai bulan Desember 2011 sampai dengan April

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mucuna bracteta 2.1.1 Botani Mucuna bracteata adalah jenis kacangan penutup tanah yang berasal dari dataran tinggi Kerala India Selatan, dapat juga dijumpai di beberapa dataran

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. skunder, tertier dan kuartier. Akar-akar primer pada umumnya tumbuh ke bawah,

TINJAUAN PUSTAKA. skunder, tertier dan kuartier. Akar-akar primer pada umumnya tumbuh ke bawah, TINJAUAN PUSTAKA Kelapa Sawit Tanaman Kelapa sawit berakar serabut yang terdiri atas akar primer, skunder, tertier dan kuartier. Akar-akar primer pada umumnya tumbuh ke bawah, sedangkan akar skunder, tertier

Lebih terperinci

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pegaruh Perlakuan terhadap Produksi Hijauan (Bahan Segar)

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pegaruh Perlakuan terhadap Produksi Hijauan (Bahan Segar) IV HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pegaruh Perlakuan terhadap Produksi Hijauan (Bahan Segar) Produksi hijauan segar merupakan banyaknya hasil hijauan yang diperoleh setelah pemanenan terdiri dari rumput

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan tanaman pangan terpenting ketiga

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan tanaman pangan terpenting ketiga 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan tanaman pangan terpenting ketiga setelah padi dan jagung. Kebutuhan kedelai terus meningkat seiring dengan meningkatnya permintaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kacang hijau (Phaseolus radiatus L.) merupakan salah satu tanaman pangan

I. PENDAHULUAN. Kacang hijau (Phaseolus radiatus L.) merupakan salah satu tanaman pangan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kacang hijau (Phaseolus radiatus L.) merupakan salah satu tanaman pangan yang berpotensi untuk dikembangkan secara intensif. Permintaan kacang hijau dalam

Lebih terperinci

PERBANDINGAN MEDIA TANAM TOP SOIL DAN PUPUK KANDANG PADA WADAH BAMBU TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT MUCUNA BRACTEATA

PERBANDINGAN MEDIA TANAM TOP SOIL DAN PUPUK KANDANG PADA WADAH BAMBU TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT MUCUNA BRACTEATA PERBANDINGAN MEDIA TANAM TOP SOIL DAN PUPUK KANDANG PADA WADAH BAMBU TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT MUCUNA BRACTEATA Sylvia Madusari, Toto Suryanto, April Kurniawan Abstrak Penggunaan bambu sebagai wadah media

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 14 4.1. Tinggi Tanaman BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Data hasil analisis ragam dan uji BNT 5% tinggi tanaman disajikan pada Tabel 1 dan Lampiran (5a 5e) pengamatan tinggi tanaman dilakukan dari 2 MST hingga

Lebih terperinci

AGROVIGOR VOLUME 1 NO. 1 SEPTEMBER 2008 ISSN

AGROVIGOR VOLUME 1 NO. 1 SEPTEMBER 2008 ISSN AGROVIGOR VOLUME 1 NO. 1 SEPTEMBER 2008 ISSN 1979 5777 55 PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KACANG TANAH (Arachis hypogea L.) VARIETAS LOKAL MADURA PADA BERBAGAI JARAK TANAM DAN DOSIS PUPUK FOSFOR Nurul Hidayat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bertambahnya jumlah penduduk menyebabkan lahan-lahan yang subur lebih banyak

I. PENDAHULUAN. Bertambahnya jumlah penduduk menyebabkan lahan-lahan yang subur lebih banyak I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bertambahnya jumlah penduduk menyebabkan lahan-lahan yang subur lebih banyak digunakan untuk kegiatan pertanian dan perkebunan yang lebih berorientasi pada penyediaan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Pembuatan biochar dilakukan di Kebun Percobaan Taman Bogo Lampung Timur.

III. METODE PENELITIAN. Pembuatan biochar dilakukan di Kebun Percobaan Taman Bogo Lampung Timur. III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Pembuatan biochar dilakukan di Kebun Percobaan Taman Bogo Lampung Timur. Analisis sifat kimia tanah dan analisis jaringan tanaman dilakukan di Laboratorium Ilmu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tanaman kedelai secara signifikan. Perbaikan sistem budidaya kedelai di Indonesia,

I. PENDAHULUAN. tanaman kedelai secara signifikan. Perbaikan sistem budidaya kedelai di Indonesia, I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan utama dalam budidaya kedelai di Indonesia, khususnya Bali adalah gulma, hama penyakit dan rendahnya nutrisi dalam tanah pertanian akibat terjadinya degradasi

Lebih terperinci

BAHAN METODE PENELITIAN

BAHAN METODE PENELITIAN BAHAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di lahan penelitian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan, dengan ketinggian tempat ± 25 m dpl, dilaksanakan pada

Lebih terperinci

PENGANTAR. Latar Belakang. Hijauan merupakan sumber pakan utama bagi ternak ruminansia.

PENGANTAR. Latar Belakang. Hijauan merupakan sumber pakan utama bagi ternak ruminansia. PENGANTAR Latar Belakang Hijauan merupakan sumber pakan utama bagi ternak ruminansia. Produktivitas ternak ruminansia sangat ditentukan oleh ketersediaan pakan yang berkualitas secara cukup dan berkesinambungan.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian ini dilaksanakan di lahan kering dengan kondisi lahan sebelum pertanaman adalah tidak ditanami tanaman selama beberapa bulan dengan gulma yang dominan sebelum

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 33 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Pertumbuhan tanaman buncis Setelah dilakukan penyiraman dengan volume penyiraman 121 ml (setengah kapasitas lapang), 242 ml (satu kapasitas lapang), dan 363 ml

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat 16 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Cikarawang, Dramaga, Bogor mulai bulan Desember 2009 sampai Agustus 2010. Areal penelitian memiliki topografi datar dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman pangan penting di dunia setelah

I. PENDAHULUAN. Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman pangan penting di dunia setelah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman pangan penting di dunia setelah gandum dan padi. Di Indonesia sendiri, jagung dijadikan sebagai sumber karbohidrat kedua

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jagung termasuk bahan pangan penting karena merupakan sumber karbohidrat

I. PENDAHULUAN. Jagung termasuk bahan pangan penting karena merupakan sumber karbohidrat I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Jagung termasuk bahan pangan penting karena merupakan sumber karbohidrat kedua setelah beras. Bahkan di beberapa daerah di Indonesia, jagung dijadikan sebagai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu komoditi tanaman

I. PENDAHULUAN. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu komoditi tanaman 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu komoditi tanaman pangan yang mempunyai nilai ekonomi tinggi dan menguntungkan untuk diusahakan karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nitrogen (N) merupakan unsur hara makro yang dibutuhkan oleh tanaman.

BAB I PENDAHULUAN. Nitrogen (N) merupakan unsur hara makro yang dibutuhkan oleh tanaman. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nitrogen (N) merupakan unsur hara makro yang dibutuhkan oleh tanaman. Dalam jumlah banyak nitrogen dibutuhkan untuk membentuk senyawa penting di dalam sel termasuk

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Kandungan Hara Tanah Analisis kandungan hara tanah pada awal percobaan maupun setelah percobaan dilakukan untuk mengetahui ph tanah, kandungan C-Organik, N total, kandungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tanaman kedelai, namun hasilnya masih kurang optimal. Perlu diketahui bahwa kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. tanaman kedelai, namun hasilnya masih kurang optimal. Perlu diketahui bahwa kebutuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu jenis tanaman pangan yang menjadi mata pencaharian masyarakat adalah tanaman kedelai, namun hasilnya masih kurang optimal. Perlu diketahui bahwa kebutuhan

Lebih terperinci

leguminosa sangat bervariasi, tergantung pada jenis leguminosanya, kultivarnya, spesies dan galur (strain) bakterinya (Gardner et al. (1991).

leguminosa sangat bervariasi, tergantung pada jenis leguminosanya, kultivarnya, spesies dan galur (strain) bakterinya (Gardner et al. (1991). PEMBAHASAN UMUM Hasil penelitian tentang kompatibilitas empat jenis leguminosa herba dan Nodulin Plus sebagai inokulan menunjukkan bahwa tanaman kedelai dan kembang telang membentuk bintil akar 14 hari

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan waktu Penelitian Penelitian dilakukan di areal kebun percobaan kampus STIPAP Medan, Sumatera Utara. Penelitian ini dilakukan Selama 6 bulan yaitu mulai dari bulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting di Indonesia termasuk salah satu jenis tanaman palawija/ kacang-kacangan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. penting di Indonesia termasuk salah satu jenis tanaman palawija/ kacang-kacangan yang sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedelai (Glycine max (L) Merill) adalah salah satu komoditi tanaman pangan yang penting di Indonesia termasuk salah satu jenis tanaman palawija/ kacang-kacangan yang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. udara yang baik untuk pertumbuhan tanaman cabai adalah 25-27º C pada siang

II. TINJAUAN PUSTAKA. udara yang baik untuk pertumbuhan tanaman cabai adalah 25-27º C pada siang 10 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Umum Tanaman Cabai Tanaman cabai mempunyai daya adaptasi yang cukup luas. Tanaman ini dapat diusahakan di dataran rendah maupun dataran tinggi sampai ketinggian 1400

Lebih terperinci

PENGARUH KONSENTRASI DAN LAMA PERENDAMAN DENGAN ZAT PENGATUR TUMBUH (ZPT) INDOLEBUTYRIC ACID (IBA) TERHADAP PERTUMBUHAN STEK TANAMAN JERUK

PENGARUH KONSENTRASI DAN LAMA PERENDAMAN DENGAN ZAT PENGATUR TUMBUH (ZPT) INDOLEBUTYRIC ACID (IBA) TERHADAP PERTUMBUHAN STEK TANAMAN JERUK WAHANA INOVASI VOLUME 4 No.2 JULI-DES 2015 ISSN : 2089-8592 PENGARUH KONSENTRASI DAN LAMA PERENDAMAN DENGAN ZAT PENGATUR TUMBUH (ZPT) INDOLEBUTYRIC ACID (IBA) TERHADAP PERTUMBUHAN STEK TANAMAN JERUK Arta

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Percobaan

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Percobaan BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB, Cikarawang, Bogor. Waktu pelaksanaan penelitian dimulai dari bulan Oktober 2010 sampai dengan Februari 2011.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung merupakan salah satu komoditas strategis yang bernilai

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung merupakan salah satu komoditas strategis yang bernilai 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tanaman jagung merupakan salah satu komoditas strategis yang bernilai ekonomis, serta harus terus dikembangkan karena kedudukannya sebagai sumber utama karbohidrat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Budidaya Kedelai. diberi nama nodul atau nodul akar. Nodul akar tanaman kedelai umumnya dapat

TINJAUAN PUSTAKA. A. Budidaya Kedelai. diberi nama nodul atau nodul akar. Nodul akar tanaman kedelai umumnya dapat II. TINJAUAN PUSTAKA A. Budidaya Kedelai Tanaman kedelai dapat mengikat Nitrogen di atmosfer melalui aktivitas bakteri Rhizobium japonicum. Bakteri ini terbentuk di dalam akar tanaman yang diberi nama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan kedelai di Indonesia selalu mengalami peningkatan seiring

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan kedelai di Indonesia selalu mengalami peningkatan seiring BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan kedelai di Indonesia selalu mengalami peningkatan seiring dengan meningkatnya penggunaan kedelai sebagai bahan baku industri pangan. Produksi kedelai di Indonesia

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN KEDELAI (Glycine max L. Merrill) PADA BERBAGAI KONSENTRASI PUPUK DAUN GROW MORE DAN WAKTU PEMANGKASAN

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN KEDELAI (Glycine max L. Merrill) PADA BERBAGAI KONSENTRASI PUPUK DAUN GROW MORE DAN WAKTU PEMANGKASAN PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN KEDELAI (Glycine max L. Merrill) PADA BERBAGAI KONSENTRASI PUPUK DAUN GROW MORE DAN WAKTU PEMANGKASAN Zamriyetti 1 dan Sawaluddin Rambe 2 1 Dosen Kopertis Wilayah I dpk

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung di Desa Muara Putih Kecamatan Natar Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Konidisi Umum Penelitian Berdasarkan hasil Laboratorium Balai Penelitian Tanah yang dilakukan sebelum aplikasi perlakuan didapatkan hasil bahwa ph H 2 O tanah termasuk masam

Lebih terperinci

UJI EFEKTIVITAS PENAMBAHAN COCOPEAT TERHADAP PERTUMBUHAN LEGUM SEBAGAI TANAMAN PENUTUP DI AREA REKLAMASI BEKAS TAMBANG BATUBARA

UJI EFEKTIVITAS PENAMBAHAN COCOPEAT TERHADAP PERTUMBUHAN LEGUM SEBAGAI TANAMAN PENUTUP DI AREA REKLAMASI BEKAS TAMBANG BATUBARA UJI EFEKTIVITAS PENAMBAHAN COCOPEAT TERHADAP PERTUMBUHAN LEGUM SEBAGAI TANAMAN PENUTUP DI AREA REKLAMASI BEKAS TAMBANG BATUBARA Disusun oleh: Brigitha Dara Ardika NPM: 080801064 UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN NITROGEN DAN FOSFOR TERHADAP PERTUMBUHAN LEGUM Calopogonium mucunoides, Centrosema pubescens DAN Arachis pintoi SKRIPSI

PENGARUH PEMBERIAN NITROGEN DAN FOSFOR TERHADAP PERTUMBUHAN LEGUM Calopogonium mucunoides, Centrosema pubescens DAN Arachis pintoi SKRIPSI PENGARUH PEMBERIAN NITROGEN DAN FOSFOR TERHADAP PERTUMBUHAN LEGUM Calopogonium mucunoides, Centrosema pubescens DAN Arachis pintoi SKRIPSI ADETIAS KATANAKAN GINTING E10013243 FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. tiram (Pleurotus ostreatus) berupa jumlah tubuh buah dalam satu rumpun dan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. tiram (Pleurotus ostreatus) berupa jumlah tubuh buah dalam satu rumpun dan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pada penelitian ini diperoleh data pertumbuhan dan produktivitas jamur tiram (Pleurotus ostreatus) berupa jumlah tubuh buah dalam satu rumpun dan berat basah jamur

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. di dalam setiap media tanam. Pertumbuhan tinggi caisim dengan sistem

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. di dalam setiap media tanam. Pertumbuhan tinggi caisim dengan sistem 14 4.1 Tinggi Tanaman Caisim BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil analisis sidik ragam pada lampiran 1a sampai dengan lampiran 1d perlakuan media tanam hidroponik berbeda nyata pada semua waktu

Lebih terperinci

Lampiran 1. Teknik Pengambilan Parameter Kadar Klorofil

Lampiran 1. Teknik Pengambilan Parameter Kadar Klorofil Lampiran 1. Teknik Pengambilan Parameter Kadar Klorofil 1. Cara pengamatan perhitungan kadar klorofil dalam daun Mucuna a. Ambil sampel daun Mucuna lalu potong-potong kecil. Timbang potongan kecil daun

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian 18 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung di Desa Muara Putih Kecamatan Natar Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. kelapa sawit terluas di dunia. Menurut Ditjen Perkebunan (2013) bahwa luas areal

PENDAHULUAN. kelapa sawit terluas di dunia. Menurut Ditjen Perkebunan (2013) bahwa luas areal PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki areal lahan perkebunan kelapa sawit terluas di dunia. Menurut Ditjen Perkebunan (2013) bahwa luas areal perkebunan kelapa sawit yang

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN NITROGEN DAN KOMPOS TERHADAP KOMPONEN PERTUMBUHAN TANAMAN LIDAH BUAYA (Aloe vera)

PENGARUH PEMBERIAN NITROGEN DAN KOMPOS TERHADAP KOMPONEN PERTUMBUHAN TANAMAN LIDAH BUAYA (Aloe vera) PENGARUH PEMBERIAN NITROGEN DAN KOMPOS TERHADAP KOMPONEN PERTUMBUHAN TANAMAN LIDAH BUAYA (Aloe vera) ABSTRAK Noverita S.V. Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Sisingamangaraja-XII Medan Penelitian

Lebih terperinci

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. cendawan MVA, sterilisasi tanah, penanaman tanaman kedelai varietas Detam-1.

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. cendawan MVA, sterilisasi tanah, penanaman tanaman kedelai varietas Detam-1. IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dilakukan melalui tiga tahapan, yakni perbanyakan inokulum cendawan MVA, sterilisasi tanah, penanaman tanaman kedelai varietas Detam-1. Perbanyakan inokulum

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1Tinggi Tanaman Tinggi tanaman caisin dilakukan dalam 5 kali pengamatan, yaitu (2 MST, 3 MST, 4 MST, 5 MST, dan 6 MST). Berdasarkan hasil analisis sidik ragam menunjukkan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. dengan ketinggian tempat ± 25 di atas permukaan laut, mulai bulan Desember

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. dengan ketinggian tempat ± 25 di atas permukaan laut, mulai bulan Desember BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di lahan percobaan di desa Cengkeh Turi dengan ketinggian tempat ± 25 di atas permukaan laut, mulai bulan Desember sampai

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 14 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Awal Lahan Bekas Tambang Lahan bekas tambang pasir besi berada di sepanjang pantai selatan desa Ketawangrejo, Kabupaten Purworejo. Timbunan-timbunan pasir yang

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. Hasil sidik ragam 5% terhadap tinggi tanaman menunjukkan bahwa

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. Hasil sidik ragam 5% terhadap tinggi tanaman menunjukkan bahwa 1. Tinggi tanaman IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pertumbuhan Tanaman Hasil sidik ragam 5% terhadap tinggi tanaman menunjukkan bahwa perlakuan yang diberikan memberikan pengaruh yang berbeda nyata. Hasil Uji

Lebih terperinci

Medan, November 2010 Ketua peneliti, Luthfi Aziz Mahmud Siregar, SP, MSc, PhD

Medan, November 2010 Ketua peneliti, Luthfi Aziz Mahmud Siregar, SP, MSc, PhD PRAKATA Indonesia merupakan negara penghasil ubi jalar nomor empat di dunia sejak tahun 1968. Sentra produksi ubi jalar adalah Propinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Irian Jaya, dan Sumatera Utara.

Lebih terperinci

PERLAKUAN BENIH KEDELAI SEBELUM TANAM

PERLAKUAN BENIH KEDELAI SEBELUM TANAM PERLAKUAN BENIH KEDELAI SEBELUM TANAM Oleh: Elly Sarnis Pukesmawati,SP., MP. Penanaman kedelai di tanah yang subur biasanya tidak menimbulkan masalah, karena pada hakikatnya tanah seperti ini banyak mengandung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat. Hal ini mendorong permintaan

BAB I PENDAHULUAN. dapat dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat. Hal ini mendorong permintaan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedelai merupakan bahan pangan sumber protein nabati yang murah dan dapat dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat. Hal ini mendorong permintaan kedelai terus meningkat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ultisols merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai sebaran

I. PENDAHULUAN. Ultisols merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai sebaran I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Ultisols merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai sebaran luas, mencapai 45.794.000 ha atau sekitar 25% dari total luas daratan Indonesia.

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian 10 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Cikarawang, Dramaga, Bogor. Sejarah lahan sebelumnya digunakan untuk budidaya padi konvensional, dilanjutkan dua musim

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Taksonomi Kedelai Berdasarkan klasifikasi tanaman kedelai kedudukan tanaman kedelai dalam sistematika tumbuhan (taksonomi) diklasifikasikan sebagai berikut (Cahyono, 2007):

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil pengamatan dan analisis sidik ragam tinggi tanaman jagung hibrida

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil pengamatan dan analisis sidik ragam tinggi tanaman jagung hibrida 20 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1.Tinggi Tanaman Hasil pengamatan dan analisis sidik ragam tinggi tanaman jagung hibrida pada umur 28 dan 45 HST (lampiran 1), bahwa F-hitung lebih besar

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN BEBERAPA MACAM BOKASHI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN TOMAT (Lycopersicum esculentum Mill.) di POLYBAG

PENGARUH PEMBERIAN BEBERAPA MACAM BOKASHI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN TOMAT (Lycopersicum esculentum Mill.) di POLYBAG PENGARUH PEMBERIAN BEBERAPA MACAM BOKASHI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN TOMAT (Lycopersicum esculentum Mill.) di POLYBAG Nerty Soverda, Rinaldy, Irmia Susanti Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Permasalahan Tanah Ultisol dan Upaya Mengatasinya

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Permasalahan Tanah Ultisol dan Upaya Mengatasinya 9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Permasalahan Tanah Ultisol dan Upaya Mengatasinya Ultisol merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai sebaran yang cukup luas, mencapai 45.794.000 ha atau sekitar

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di kebun Kota Sepang Jaya, Kecamatan Labuhan Ratu,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di kebun Kota Sepang Jaya, Kecamatan Labuhan Ratu, III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat Dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di kebun Kota Sepang Jaya, Kecamatan Labuhan Ratu, Secara geografis Kota Sepang Jaya terletak pada koordinat antara 105 15 23 dan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. untuk menentukan suatu keberhasilan dari sebuah peternakan ruminansia, baik

PENDAHULUAN. untuk menentukan suatu keberhasilan dari sebuah peternakan ruminansia, baik I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketersediaan pakan khususnya hijauan pakan menjadi salah satu faktor untuk menentukan suatu keberhasilan dari sebuah peternakan ruminansia, baik secara kuantitas maupun

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Biologi Mucuna bracteata 2.1.1. Botani Mucuna bracteata adalah jenis kacangan penutup tanah yang berasal dari dataran tinggi Kerala,India Selatan. Walaupun kacangan ini termasuk

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas

III. BAHAN DAN METODE. Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas 17 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Lampung Desa Muara Putih Kecamatan Natar Lampung Selatan dengan titik

Lebih terperinci

UJI KEEFEKTIFAN PERENDAMAN BENIH DAN PEMBERIAN KOMPOS PANGKASAN MUCUNA TERHADAP PERTUMBUHAN Mucuna bracteata

UJI KEEFEKTIFAN PERENDAMAN BENIH DAN PEMBERIAN KOMPOS PANGKASAN MUCUNA TERHADAP PERTUMBUHAN Mucuna bracteata UJI KEEFEKTIFAN PERENDAMAN BENIH DAN PEMBERIAN KOMPOS PANGKASAN MUCUNA TERHADAP PERTUMBUHAN Mucuna bracteata THE EFECTIVITY OF SOAKING SEED WITH COMPOST RESIDU OF MUCUNA ON GROWTH Mucuna bracteata Mazidah

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 16 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pertumbuhan Vegetatif Dosis pupuk kandang berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman (Lampiran 5). Pada umur 2-9 MST, pemberian pupuk kandang menghasilkan nilai lebih

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. : Dicotyledoneae

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. : Dicotyledoneae 2.1 Mucuna bracteata 2.1.1 Botani BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Mucuna bracteata adalah jenis kacangan penutup tanah yang berasal dari dataran tinggi Kelara India Selatan. Jenis kacangan ini sudah pernah dipelajari

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 15 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Keadaan Umum Penelitian Tanah yang digunakan pada penelitian ini bertekstur liat. Untuk mengurangi kelembaban tanah yang liat dan menjadikan tanah lebih remah, media tanam

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN KOMBINASI PUPUK ORGANONITROFOS DAN PUPUK KIMIA TERHADAP SERAPAN HARA DAN PRODUKSI TANAMAN JAGUNG

PENGARUH PEMBERIAN KOMBINASI PUPUK ORGANONITROFOS DAN PUPUK KIMIA TERHADAP SERAPAN HARA DAN PRODUKSI TANAMAN JAGUNG PENGARUH PEMBERIAN KOMBINASI PUPUK ORGANONITROFOS DAN PUPUK KIMIA TERHADAP SERAPAN HARA DAN PRODUKSI TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.) MUSIM TANAM KEDUA DI TANAH ULTISOL GEDUNGMENENG Dermiyati 1), Jamalam Lumbanraja

Lebih terperinci

VI. KELAYAKAN TANAH UNTUK APLIKASI PUPUK HAYATI

VI. KELAYAKAN TANAH UNTUK APLIKASI PUPUK HAYATI 39 VI. KELAYAKAN TANAH UNTUK APLIKASI PUPUK HAYATI dahulu kesesuaian kondisi tanah yang akan digunakan terhadap komoditas yang akan dikembangkan. Populasi organisme tanah native fungsional positif penyakit)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Deskripsi Kacang Hijau Kacang hijau (Vigna radiata L.) merupakan salah satu komoditas tanaman kacang-kacangan yang banyak dikonsumsi rakyat Indonesia. Kacang hijau termasuk

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian Keberhasilan Pertumbuhan dan produksi kacang hijau sangat bergantung pada ketersediaan unsur hara yang ada dalam tanah, selain unsur hara dalam tanaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adanya kandungan karotin, Vitamin A, Vitamin B dan Vitamin C. Oleh karena itu,

BAB I PENDAHULUAN. adanya kandungan karotin, Vitamin A, Vitamin B dan Vitamin C. Oleh karena itu, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sayuran sangat erat hubungannya dengan kesehatan, sebab sayuran banyak mengandung vitamin dan mineral yang sangat dibutuhkan oleh tubuh terutama adanya kandungan karotin,

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN Mucuna bracteata PADA BERBAGAI KOMPOSISI MEDIA TANAM DAN VOLUME PENYIRAMAN

PERTUMBUHAN Mucuna bracteata PADA BERBAGAI KOMPOSISI MEDIA TANAM DAN VOLUME PENYIRAMAN PERTUMBUHAN Mucuna bracteata PADA BERBAGAI KOMPOSISI MEDIA TANAM DAN VOLUME PENYIRAMAN GROWTH OF Mucuna bracteata IN VARIOUS COMPOSITIONS OF PLANTING MEDIUM AND WATERING VOLUME Titin Setyorini 1*), Mangihut

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan pengamatan pada pemberian pupuk organik kotoran ayam

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan pengamatan pada pemberian pupuk organik kotoran ayam BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Berdasarkan pengamatan pada pemberian pupuk organik kotoran ayam terhadap pertumbuhan jagung masing-masing menunjukan perbedaan yang nyata terhadap tinggi

Lebih terperinci

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2015 ISBN:

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2015 ISBN: Prosiding Seminar Nasional Biotik 2015 ISBN: 978-602-18962-5-9 PENGARUH JENIS DAN DOSIS BAHAN ORGANIK PADA ENTISOL TERHADAP ph TANAH DAN P-TERSEDIA TANAH Karnilawati 1), Yusnizar 2) dan Zuraida 3) 1) Program

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Bahan Waktu dan Tempat Penelitian Rancangan Percobaan ProsedurPenelitian

BAHAN DAN METODE Bahan Waktu dan Tempat Penelitian Rancangan Percobaan ProsedurPenelitian 11 BAHAN DAN METODE Bahan Bahan tanaman yang digunakan adalah benih jagung hibrida varietas BISI 816 produksi PT. BISI International Tbk (Lampiran 1) dan benih cabai merah hibrida varietas Wibawa F1 cap

Lebih terperinci

PERBAIKAN SIFAT FISIKA TANAH PERKEBUNAN KARET (Havea brasiliensis) DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK BIOPORI

PERBAIKAN SIFAT FISIKA TANAH PERKEBUNAN KARET (Havea brasiliensis) DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK BIOPORI 1 PERBAIKAN SIFAT FISIKA TANAH PERKEBUNAN KARET (Havea brasiliensis) DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK BIOPORI Rina Maharany Program Studi Budidaya Perkebunan, STIPAP Medan. Jalan Willem Iskandar, Pancing Medan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 17 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Pemberian Bahan Humat dengan Carrier Zeolit terhadap Jumlah Tandan Pemberian bahan humat dengan carrier zeolit tidak berpengaruh nyata meningkatkan jumlah tandan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. di daerah yang minim nutrisi. Rumput gajah membutuhkan sedikit atau tanpa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. di daerah yang minim nutrisi. Rumput gajah membutuhkan sedikit atau tanpa 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Rumput Gajah Rumput Gajah (Pennisetum purpureum) adalah tanaman yang dapat tumbuh di daerah yang minim nutrisi. Rumput gajah membutuhkan sedikit atau tanpa tambahan nutrien

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Universitas Lampung pada titik koordinat LS dan BT

III. BAHAN DAN METODE. Universitas Lampung pada titik koordinat LS dan BT III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada titik koordinat 5 22 10 LS dan 105 14 38 BT

Lebih terperinci

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cabai rawit (Capsicum frutescens L.) merupakan salah satu tanaman hortikultura dari jenis sayuran yang memiliki buah kecil dengan rasa yang pedas. Cabai jenis ini dibudidayakan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Selatan yang diketahui memiliki jenis tanah Ultisol dan Laboratorium Ilmu Tanah

III. BAHAN DAN METODE. Selatan yang diketahui memiliki jenis tanah Ultisol dan Laboratorium Ilmu Tanah 18 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung di Desa Muara Putih Kecamatan Natar Kabupaten

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan yang sebelumnya dilakukan oleh

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan yang sebelumnya dilakukan oleh 13 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan yang sebelumnya dilakukan oleh Anjani (2013) pada musim tanam pertama yang ditanami tanaman tomat,

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PEMBERIAN EM (Effective Microorganism) TERHADAP PERTUMBUHAN Anthurium plowmanii PADA MEDIA CAMPURAN PAKIS CACAH DAN ARANG SEKAM SKRIPSI

EFEKTIVITAS PEMBERIAN EM (Effective Microorganism) TERHADAP PERTUMBUHAN Anthurium plowmanii PADA MEDIA CAMPURAN PAKIS CACAH DAN ARANG SEKAM SKRIPSI EFEKTIVITAS PEMBERIAN EM (Effective Microorganism) TERHADAP PERTUMBUHAN Anthurium plowmanii PADA MEDIA CAMPURAN PAKIS CACAH DAN ARANG SEKAM SKRIPSI Usulan Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Rhizobium sp. merupakan hal yang penting dalam bidang pertanian saat ini. Salah

I. PENDAHULUAN. Rhizobium sp. merupakan hal yang penting dalam bidang pertanian saat ini. Salah I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tanaman Leguminoceae merupakan tanaman yang sudah lama diketahui sebagai penyubur tanah. Simbiosis antara tanaman Leguminoceae dengan bakteri Rhizobium sp. merupakan

Lebih terperinci

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1. Tinggi tanaman padi akibat penambahan jenis dan dosis amelioran.

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1. Tinggi tanaman padi akibat penambahan jenis dan dosis amelioran. 28 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Pengamatan 4.1.1 Tinggi Tanaman Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa jenis dan dosis amelioran tidak memberikan pengaruh nyata terhadap tinggi tanaman padi ciherang

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) 15 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Kebun Percobaan Natar, Desa Negara Ratu, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Areal Pembibitan Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Agrobisnis Perkebunan (STIP - AP) Medan. Waktu penelitian selama 7 bulan, dari bulan

Lebih terperinci

III. PERANAN ORGANISME TANAH FUNGSIONAL UNTUK KESUBURAN TANAH

III. PERANAN ORGANISME TANAH FUNGSIONAL UNTUK KESUBURAN TANAH 12 III. PERANAN ORGANISME TANAH FUNGSIONAL UNTUK KESUBURAN TANAH dari stabilitas, struktur, hidrolik konduktivitas, dan aerasi, namun memiliki sifat kimia kurang baik yang dicerminkan oleh kekahatan hara,

Lebih terperinci

327. Jurnal Online Agroekoteknologi Vol.1, No.2, Maret 2013 ISSN No

327. Jurnal Online Agroekoteknologi Vol.1, No.2, Maret 2013 ISSN No 327. Jurnal Online Agroekoteknologi Vol.1, No.2, Maret 2013 ISSN No. 2337-6597 RESPON PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO PADA MEDIA SUBSOIL ULTISOL DENGAN PEMBERIAN PUPUK HAYATIBIOKOM DAN KOMPOS TTKS Welly Jenny

Lebih terperinci

PENGARUH JENIS DAN TINGKAT KERAPATAN GULMA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KEDELAI (Glycine max [L]. Merr)

PENGARUH JENIS DAN TINGKAT KERAPATAN GULMA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KEDELAI (Glycine max [L]. Merr) J. Agrotek Tropika. ISSN 2337-4993 22 Jurnal Agrotek Tropika 4(1): 22-28, 2016 Vol. 4, No. 1: 22 28, Januari 2016 PENGARUH JENIS DAN TINGKAT KERAPATAN GULMA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KEDELAI (Glycine

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merrill.) merupakan salah satu komoditas tanaman

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merrill.) merupakan salah satu komoditas tanaman I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kedelai (Glycine max [L.] Merrill.) merupakan salah satu komoditas tanaman pangan yang penting dalam peningkatan gizi masyarakat Indonesia. Hal tersebut didasarkan

Lebih terperinci

REKOMENDASI PEMUPUKAN TANAMAN KEDELAI PADA BERBAGAI TIPE PENGGUNAAN LAHAN. Disusun oleh: Tim Balai Penelitian Tanah, Bogor

REKOMENDASI PEMUPUKAN TANAMAN KEDELAI PADA BERBAGAI TIPE PENGGUNAAN LAHAN. Disusun oleh: Tim Balai Penelitian Tanah, Bogor REKOMENDASI PEMUPUKAN TANAMAN KEDELAI PADA BERBAGAI TIPE PENGGUNAAN LAHAN Disusun oleh: Tim Balai Penelitian Tanah, Bogor Data statistik menunjukkan bahwa dalam kurun waktu lima belas tahun terakhir, rata-rata

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kebutuhan unsur hara tanaman. Dibanding pupuk organik, pupuk kimia pada

I. PENDAHULUAN. kebutuhan unsur hara tanaman. Dibanding pupuk organik, pupuk kimia pada I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Pupuk kimia merupakan bahan kimia yang sengaja diberikan untuk memenuhi kebutuhan unsur hara tanaman. Dibanding pupuk organik, pupuk kimia pada umumnya mengandung

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan Metode Penelitian Pembuatan Pupuk Hayati

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan Metode Penelitian Pembuatan Pupuk Hayati BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan dan Laboratorium Mikrobiologi Departemen Biologi Institut Pertanian Bogor, serta di kebun percobaan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 18 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kondisi Umum Penelitian dilaksanakan di Jabung Timur, Jambi dengan koordinat S 01º14'44.3" dan E 103º31'19.1". Lokasi penelitian memiliki ketinggian 31 m dpl. Luas area yang

Lebih terperinci