PENILAIAN KINERJA LINGKUNGAN DALAM INSINERASI LIMBAH B3 DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) DI RSUD DR.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENILAIAN KINERJA LINGKUNGAN DALAM INSINERASI LIMBAH B3 DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) DI RSUD DR."

Transkripsi

1 PENILAIAN KINERJA LINGKUNGAN DALAM INSINERASI LIMBAH B3 DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) DI RSUD DR. SOETOMO SURABAYA Palupi Mutiara Perdana 1) dan Yulinah Trihadiningrum 2) 1) Manajemen Industri, MMT ITS, Indonesia, 2) Manajemen Industri, MMT ITS, Indonesia ABSTRAK Kondisi insinerasi limbah medis B3 di RSUD Dr. Soetomo (RSDS) belum memenuhi peraturan yang ada. Persentase total pemusnahan dengan insinerasi setiap harinya masih sebesar 88,48%. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kinerja lingkungan serta merumuskan upaya peningkatan kinerja lingkungan oleh RSDS dalam proses insinerasi limbah medis B3. Metode AHP digunakan sebagai dasar dalam perencanaan dan penilaian kinerja lingkungan. Pengumpulan data mengenai penanganan insinerasi limbah medis B3 dilakukan dengan penyebaran kuesioner perbandingan berpasangan terhadap 3 orang responden. Hasil kuesioner yang mencerminkan relatif pentingnya elemen kinerja lingkungan () diolah menggunakan perangkat lunak Expert Choice untuk menghitung bobot dan inconsistency ratio. Kemudian dilakukan survey terhadap rating hasil pencapaian dari setiap yang telah dilakukan oleh tim Instalasi Sanitasi Lingkungan RSDS menggunakan skala likert. Prioritas dianalisis dengan diagram pareto untuk mengurutkan klasifikasi mulai dari ranking tertinggi yang memerlukan tindakan perbaikan, sampai ranking terendah. Berdasarkan hasil penilaian nilai kinerja lingkungan, ahwa dengan menyelesaikan 19 jenis kinerja lingkungan dengan bobot tertinggi, dengan range antara 0,046-0,518, maka 80% masalah kinerja insinerasi limbah B3 dapat diatasi. Sehingga perlu dilakukan evaluasi dan upaya peningkatan kinerja dengan lebih intensif terhadap untuk meningkatkan performansi insinerasi limbah B3 RSDS secara keseluruhan. Kata kunci :, Insinerasi, RSDS PENDAHULUAN Isu mengenai lingkungan hidup menjadi bahasan yang cukup berkembang dalam era globalisasi saat ini. Hal tersebut dikarenakan isu lingkungan hidup semakin lama membutuhkan solusi konkret, bukan hanya sekedar wacana. Adanya pandangan yang sama, baik dari pemerintah dan masyarakat, terhadap pengendalian limbah dan efisiensi penggunaan sumber daya, telah memberikan gambaran bagi perusahaan untuk memperhitungkan faktor manajemen lingkungan dalam peningkatan kinerja perusahaan. Rumah Sakit (RS) sebagai salah satu institusi pelayanan kesehatan harus di dukung oleh organisasi dan manajemen yang baik dengan cara mengevaluasi kinerja pengelolaan lingkungannya (Diniah, 2013). Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah program yang dilakukan telah terhindar dari pencemaran yang berasal dari limbah berbahaya dan beracun (B3), termasuk diantaranya limbah medis, limbah farmasi, dan lain lain. A-15-1

2 RSUD Dr. Soetomo (RSDS) yang menjadi obyek dalam penelitian ini merupakan salah satu RS terbaik dan merupakan pusat rujukan di Indonesia bagian timur. Dari penelitian Perdana (2011), didapatkan bahwa timbulan limbah medis padat B3 pada bulan April 2011 adalah 1.136,07 Kg/hari dengan volume 8.961,19 L/hari. Rinciannya terdiri atas limbah toksik bersifat tajam (11,61%); limbah toksik farmasi (21,17%); limbah toksik kimia (1,61%) dan limbah infeksius (65,61%). Timbulan tersebut terdiri atas potongan jaringan tubuh manusia, jarum, spuit, selang infus, limbah sitotoksik, dan bahan kimia. Persentase total insinerasi limbah medis B3 setiap harinya masih sebesar 88,48%. Sedangkan proses insinerasi belum mencapai suhu maksimal untuk dapat menghancurkan limbah medis B3 dan alat pembersih gas sudah tidak berfungsi lagi. Insinerasi limbah medis B3 sering kali menjadi masalah, terutama mengenai pencemaran emisi gas buang apabila pengendalian emisi yang baik pada cerobong tidak dilakukan dengan baik. Proses pengoperasian insinerator juga sangat berpengaruh pada efektivitas dari pemusnahan limbah medis B3, sehingga diperlukan standar pengoperasian serta penanganan yang baik terhadap residu abu (Saragih, 2013). Tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini adalah untuk menentukan kinerja lingkungan RSDS dalam insinerasi limbah medis B3 berdasar kriteria teknis peraturan perundang-undangan serta merumuskan upaya peningkatan kinerja lingkungan oleh RSDS dalam insinerasi limbah medis B3. Pemerintah mendukung upaya penilaian kinerja lingkungan perusahaan dalam bentuk Proper yaitu program penilaian terhadap upaya penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan dalam mengendalikan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup serta pengelolaan limbah B3 (Sekretariat Kemen LH, Permen LH No. 6 tahun 2013). Menurut LIPI (2003), insinerator adalah alat pemusnah limbah padat dengan cara pembakaran terkendali sehingga emisi gas buangnya terkontrol dan abu hasil pembakaran tidak berbahaya (stabil). Insinerasi pada suhu tinggi sekitar C dibutuhkan untuk menghancurkan semua bahan infeksius, benda tajam, farmasi dan sitotoksik. Insinerasi pada suhu rendah dapat menghasilkan uap sitotoksik yang berbahaya ke udara. Insinerator juga harus dilengkapi dengan peralatan pembersih gas. Jenis limbah yang dianjurkan untuk dimusnahkan dengan insinerator adalah limbah B3 yang bersifat biologis; limbah yang tidak biodegradable, dan tetap ada di lingkungan; limbah cair yang mudah menguap dan mudah untuk menyebar, limbah cair memiliki titik nyala dibawah 40 0 C dan limbah yang tidak bisa dibuang di secure landfil (Visvanathan, 1996). Kriteria penilaian kinerja dalam penelitian ini menggunakan kriteria teknis peraturan perundang-undangan yang terkait dengan insinerasi limbah B3 sebagai berikut: a. Permen LH RI No. 6 Tahun 2013 Tentang Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan Dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup b. Kepmen LH RI No. 295 Tahun 2013 Tentang Izin Pengolahan Limbah B3 Menggunakan Insinerator Rumah Sakit Umum Daerah Dokter Soetomo c. Kepmenkes RI No Tahun 2004 Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit d. PP RI No. 18 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Limbah B3 e. Kepbapedal No. 01 Tahun 1995 Tentang Persyaratan Teknis Penyimpanan Dan Pengumpulan Limbah B3 f. Kepbapedal No. 03 Tahun 1995 Tentang Persyaratan Teknis Pengolahan Limbah B3 A-15-2

3 Konsep Key to Environment Performance Indicator () berasal dari Key Performance Indicator (KPI), yaitu sebuah matrik (terukur dan dapat diukur) yang menyatakan efektifitas dan efisiensi dari sebuah pekerjaan. Metode AHP merupakan sebuah kerangka pengambilan keputusan efektif atas persoalan yang kompleks dengan menyederhanakan dan memecahkan persoalan tersebut ke dalam variabel-variabel. Dengan menata variabel ini dalam suatu susunan hirarki, memberi nilai numerik pada pertimbangan subjektif tentang pentingnya tiap variabel dan mensintesis berbagai pertimbangan untuk menetapkan variabel mana yang memiliki prioritas paling tinggi dan bertindak untuk mempengaruhi hasil pada situasi tersebut. Diagram pareto dibuat berdasarkan data statistik dan prinsip bahwa 20% penyebab bertanggungjawab terhadap 80% masalah yang muncul atau sebaliknya. Diagram pareto menunjukkan urutan klasifikasi data dari kiri ke kanan menurut urutan rangking tertinggi, permasalahan yang paling penting untuk segera diselesaikan hingga terendah. METODE Tahap Desain Sistem Penilaian Kinerja Lingkungan 1. Perancangan dilakukan berdasarkan kriteria teknis yang terdapat dalam peraturan yang telah disebutkan sebelumnya. 2. Data primer yang dibutuhkan terdiri atas pendapat stakeholder mengenai penanganan insinerasi limbah medis B3 RSDS yang dikumpulkan dengan penyebaran kuesioner. Responden yang dipilih terdiri atas pengelola limbah medis B3 RSDS dan para praktisi yang mengetahui betul mengenai permasalahan proses insinerasi limbah medis B3, terdiri atas 3 orang yaitu petugas instalasi sanitasi lingkungan RSDS, praktisi Teknik Lingkungan ITS dan pegawai Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Timur. Sedangkan sumber data sekunder didapatkan dari Dokumen Implementasi Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup semester genap (Bulan Juli-Desember 2013) dan manifest insinerator RSDS. 3. Penilaian dan signifikansi dampak lingkungan yang berpengaruh terhadap insinerasi limbah medis B3 RSDS mengacu pada Kepbapedal (1997). Dinyatakan berpengaruh signifikan apabila total nilai yang diperoleh Validasi pelaksanaan dilakukan dengan pengamatan kondisi RSDS pada bulan Januari-April 2014, untuk menentukan besarnya rating pencapaian yang telah dilakukan oleh tim Instalasi Sanitasi Lingkungan RSDS. 5. Penyusunan struktur hirarki sistem penilaian kinerja lingkungan didasarkan pada hasil validasi pelaksanaan terhadap proses insinerasi limbah B3 RSDS. Tahap Pembobotan Dan Penilaian Kinerja Lingkungan 1. Penentuan prioritas kepentingan AHP dilakukan dengan mengkuantifikasikan pendapat kualitatif responden menggunakan skala penilaian sehingga diperoleh angka kuantitatif yang diolah menggunakan perangkat lunak Expert Choice yang akan menghasilkan bobot. Rasio inkonsistensi dalam daerah toleransi tidak boleh lebih dari 10% (0,1), sehingga jawaban responden dapat dipertanggung jawabkan. 2. Bobot yang didapatkan selanjutnya dikalikan dengan besarnya rating pencapaian dari setiap yang telah dilakukan oleh tim Instalasi Sanitasi Lingkungan RSDS. Rating mengacu pada skala likert dengan skor 1-5, dengan bentuk jawaban sangat sesuai, sesuai, sedangsedang, tidak sesuai, dan sangat tidak sesuai. 3. Setelah didapatkan besarnya nilai kinerja lingkungan, langkah selanjutnya adalah menganalisis hasil tersebut dengan diagram pareto. Fungsi dari penggunaan diagram pareto A-15-3

4 adalah untuk mengetahui prioritas yang terpenting untuk segera diselesaikan pada ranking tertinggi, sampai dengan ranking terendah. 4. Tahapan terakhir dalam penelitian ini adalah merumuskan upaya peningkatan kinerja lingkungan dalam insinerasi limbah medis B3 yang dapat dilakukan RSDS. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengidentifikasian berdasarkan pada kriteria teknis yang terdapat dalam peraturan-peraturan yang telah disebutkan sebelumnya, menghasilkan rancangan yang ditunjukkan pada Tabel 1 dan Tabel 2. Kategori No. Ukuran Kuantitatif 1 Kondisi Limbah B3 2 Kondisi Insinerator Tabel 1 Rancangan Kategori Ukuran Kuantitatif Aspek Lingkungan No. Timbulan limbah B3 % timbulan limbah B3 yang dimusnahkan 1 Ceceran % ceceran limbah B3 yang dikelola 2 % ceceran residu abu yang dikelola 3 % ceceran lindi yang dikelola 4 Ruang pembakaran Kapasitas ruang pembakaran 5 Emisi gas % kesesuaian baku mutu emisi (BME) 6 % Destruction Removal Efficiency (DRE) 7 Frekuensi pengujian per tahun 8 Suhu pembakaran ( C) 9 3 K3 Program K3 Jumlah kejadian kebakaran per bulan 10 Jumlah kecelakaan kerja per bulan 11 Jumlah karyawan izin sakit per bulan 12 Jumlah karyawan tidak taat APD per bulan 13 Prosedural % prosedur tetap yang dijalankan 14 % upaya mitigasi yang dijalankan 15 No. Kategori Ukuran Kualitatif Tabel 2 Rancangan Kategori Ukuran Kualitatif Aspek Lingkungan No. 1 Persyaratan Lokasi insinerator Daerah bebas banjir 16 Jarak antar lokasi pengolahan dan fasilitas umum 17 Sistem keamanan fasilitas Sistem pencegahan kebakaran Sistem pencegahan tumpahan Sistem penjagaan 18 Pagar pengaman 19 Sistem pengawas keluar masuk orang dan kendaraan 20 Tanda peringatan keamanan 21 Penerangan yang memadai 22 Sistem Electrical Spark Grounding 23 Tanda peringatan bahaya 24 Peralatan pedeteksi bahaya kebakaran 25 Sistem pemadam kebakaran 26 Jarak atau lorong antara kontainer berisi limbah B3 27 Jarak antara bangunan sebagai akses mobil pemadam 28 SOP pencegahan tumpahan limbah B3 29 Identifikasi malfungsi, kerusakan, kelalaian operator, kebocoran atau tumpahan yang dapat menyebabkan 30 terlepasnya limbah ke lingkungan A-15-4

5 No. Kategori Ukuran Kualitatif Aspek Lingkungan 1 Persyaratan Sistem pencegahan tumpahan 2 Pentaatan hukum Sistem penanggulangan keadaan darurat Sistem pengujian peralatan Pelatihan dasar karyawan Pelatihan khusus karyawan Ketentuan pengolahan limbah B3 3 Program RS Program pelatihan lingkungan RS No. Kesesuaian penggunaan bahan penyerap dengan karakteristik tumpahan limbah B3 31 SOP penanggulangan keadaan darurat 32 Jaringan komunikasi 33 Prosedur evakuasi bagi seluruh pekerja fasilitas pengolahan limbah B3 34 Peralatan dan baju pelindung bagi seluruh staf penanggulangan keadaan darurat di lokasi 35 Pelatihan dalam penanggulangan keadaan darurat 36 Pengujian semua alat pengukur, peralatan operasi pengolahan dan perlengkapan pendukung operasi 37 Pengenalan limbah B3 38 Peralatan pelindung: menyangkut kegunaan dan penggunaannya 39 Prosedur inspeksi 40 Pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K) 41 Peraturan perundangan-undangan tentang pengolahan limbah B3 42 Pemeliharaan peralatan pengolahan dan peralatan penunjangnya 43 Pengoperasian alat pengolahan dan peralatan 44 penujangnya SOP pelaksanaan insinerasi 45 Pemantauan sekeliling lingkungan insinerator 46 Upaya housekeeping yang baik 47 Perizinan Perizinan insinerator 48 Masa berlaku 49 Kontrak kerjasama dengan pihak ke 3 50 Sistem pelaporan RKL RPL 51 Program pelatihan K3 Jumlah program pelatihan lingkungan di dalam dan di luar RS 52 Peran serta karyawan dalam pelatihan lingkungan RS 53 Jumlah program pelatihan K3 54 Peran serta karyawan dalam pelatihan K3 55 Selanjutnya dilakukan analisis kondisi dan kesesuaian insinerasi limbah medis berkategori B3 yang dihasilkan setiap harinya. Hal-hal yang berhubungan dengan kondisi kegiatan insinerasi yang belum memenuhi peraturan yaitu: 1. Kapasitas insinerasi turun, kapasitas insinerator Hoval sebesar 76,5 Kg/jam turun sebesar 35% menjadi 26,67 Kg/jam. Sedangkan kapasitas insinerator CMC yang seharusnya 90 Kg/jam turun sebesar 52% menjadi 46,67 Kg/jam. 2. Suhu aman untuk pengolahan limbah medis minimal sebesar 1200ºC, tetapi insinerator RSDS bekerja pada suhu ± ºC. 3. Upaya pengelolaan dan pemantauan lingkungan belum sesuai ketentuan AMDAL. 4. Uji emisi belum sesuai dengan Kepmen LH No. 295 (2013), tidak dilakukan pengukuran efisiensi penghancuran penghilangan (DRE) dan efisiensi pembakaran. 5. Tidak dilakukan pemantauan kualitas udara sekeliling dan kondisi meteorologi yang meliputi arah dan kecepatan angin, kelembaban, temperatur, curah hujan. A-15-5

6 6. Tidak dilakukan pengukuran konsentrasi kelebihan oksigen di cerobong; kecepatan gas saat keluar dari ruang bakar dan waktu tinggal gas di ruang bakar. 7. Penutup sementara kemasan/ tong residu abu menggunakan kantung plastik yang tidak memadai serta terdapat kesalahan pelabelan kemasan residu abu, seharusnya termasuk kategori toksik. 8. Petugas operator insinerator seringkali lalai menggunakan APD yang telah disediakan. 9. Peringatan bahaya bangunan insinerator tidak dapat terlihat dari jarak 10 m dan penerangan kurang memadai. 10. Peralatan pembersih gas dan pencegah pencemaran dalam cerobong insinerator belum difungsikan kembali dan elum tersedia alat pendeteksi bahaya kebakaran. Dari hasil penilaian dan signifkansi dampak lingkungan, didapatkan dampak lingkungan signifikan yang masih terjadi dalam insinerasi limbah B3 RSDS adalah sebagai berikut: 1. Tercampurnya limbah medis dengan sampah non B3 2. Terjadinya emisi gas beracun akibat suhu yang tidak memadai 3. Tidak mampu mencapai DRE 99,99% 4. Terjadinya kebakaran akibat lalai dalam melaksanakan SOP 5. Potensial terjadi ceceran, tumpahan dan emisi akibat penutupan yang tidak dilakukan dengan baik dan benar 6. Potensial terjadi kesalahan dalam melakukan pengelolaan lanjut akibat pemberian simbol dan label yang tidak sesuai 7. Potensial terjadi gangguan kesehatan masyarakat akibat tidak adanya peralatan pengendali pencemaran gas buang insinerator 8. Potensial terjadi gangguan kesehatan pekerja dan kecelakaan kerja akibat APD Struktur hirarki sistem penilaian kinerja lingkungan yang menunjukkan tingkatan kinerja lingkungan RSDS disajikan pada Gambar 1. Gambar 1 Struktur Hirarki Kinerja Lingkungan RSDS Selanjutnya dilakukan pembobotan terhadap indikator-indikator kinerja lingkungan dengan menggunakan metode AHP yang kemudian diolah menggunakan perangkat lunak Expert A-15-6

7 Choice. Kemudian bobot yang telah didapatkan tersebut dikalikan dengan rating hasil pencapaian dari setiap yang telah dilakukan oleh tim Instalasi Sanitasi Lingkungan RSDS. Rangking bobot tertinggi hingga terendah disajikan pada Tabel 3. Tabel 3 Rangking Bobot No. Bobot No. Bobot No. Bobot No. Bobot 1 5 0, , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,013 Diagram pareto kinerja lingkungan dalam insinerasi limbah B3 disajikan pada Gambar % Diagram Pareto Kinerja Lingkungan Dalam Insinerasi Limbah B3 100% % % Defects Amount 5.000% 0.000% % % % % % % % % % Bobot Kumulatif 80% C u 60% m u 40% l % a 20% t i 0% v e Gambar 2 Diagram Pareto Kinerja Lingkungan Dalam Insinerasi Limbah B3 Dari Gambar 2 dapat disimpulkan bahwa 80% masalah kinerja lingkungan berada di sisi kiri garis. Sehingga 19 jenis kinerja lingkungan tersebut memerlukan pengawasan, pengevaluasian kinerja dengan lebih intensif dan upaya perbaikan. Rangking yang memerlukan pengawasan dan upaya perbaikan dapat dilihat pada Tabel 4. A-15-7

8 Tabel 4 Rangking Tingkat Kepentingan Rangking No. 1 5 Kapasitas ruang pembakaran 2 6 Kesesuaian baku mutu emisi (BME) 3 1 Timbulan limbah B3 yang dimusnahkan 4 16 Lokasi insinerator mengenai daerah bebas banjir 5 11 Program K3 mengenai jumlah kecelakaan kerja per bulan RSDS memerlukan suatu upaya peningkatan kinerja dalam insinerasi limbah B3 agar memenuhi berbagai persyaratan dari peraturan yang berlaku meliputi housekeeping dengan baik, menjaga kebersihan bangunan insinerator dan TPS limbah B3 untuk mencegah terjadinya ceceran abu, cairan yang mengandung limbah B3 dan tumpahan solar serta mengganti penutup kemasan/ tong residu abu dengan penutup yang kuat dan tidak mudah terbuka. Selain itu membersihkan kerak residu abu secara berkala untuk memaksimalkan kapasitas ruang pembakaran insinerator. Yang tidak kalah penting adalah pemantauan kualitas udara sekeliling dan kondisi arah, kecepatan angin, kelembaban, temperatur dan curah hujan setiap 1 bulan sekali serta terhadap semua parameter dalam Bapedal No. 3 (1995), serta uji emisi cerobong insinerator setiap 6 bulan sekali. RSDS juga harus memperbaiki sistem keamanan bangunan pengolahannya dengan mengganti pagar pengaman dengan bahan besi yang lebih kokoh, mengunci pagar pada waktu insinerator tidak beroperasi, menambah jumlah penerangan serta melengkapi bangunan insinerator dengan alat pendeteksi bahaya kebakaran. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Penelitian kinerja lingkungan menghasilkan: a. Terdapat 10 dampak lingkungan yang masih signifikan terjadi dalam insinerasi limbah B3 RSDS. b. Berdasarkan pembobotan dengan metode AHP dan prioritas dengan diagram pareto, didapatkan bahwa dengan menyelesaikan 19 jenis kinerja lingkungan dengan bobot tertinggi, dengan range antara 0,046-0,518, maka 80% masalah kinerja lingkungan dalam insinerasi limbah B3 dapat diatasi. 2. Upaya peningkatan kinerja insinerasi limbah B3 yang dapat dilakukan RSDS yaitu: a. Memperbesar kapasitas ruang pembakaran insinerator dengan membersihkan kerak residu abu secara berkala. b. Memodifikasi proses insinerator lama agar dapat bekerja pada suhu minimal 1100ºC dengan DRE minimal 99,99% serta memperbaiki peralatan pengendali pencemaran gas buang pada cerobong. c. Apabila memungkinkan mengganti bahan bakar insinerator dengan gas LNG atau LPG dengan fuel rasio yang sesuai untuk meningkatkan efisiensinya. d. Melengkapi bangunan pengolahan dengan alat pendeteksi bahaya kebakaran serta peringatan tanda bahaya yang dapat terlihat jelas. e. Memperbarui atau meng-update SOP pengoperasian dan pemeliharaan insinerator serta prosedur mitigasi secara periodik. f. Melakukan pelatihan bagi seluruh petugas yang menangani limbah medis B3 agar dapat secara konsisten menjalankan SOP yang disusun pihak RSDS. A-15-8

9 Saran-saran yang perlu diperhatikan untuk penelitian selanjutnya adalah: 1. Perlu adanya penelitian lebih lengkap dan berjangka panjang untuk mendapatkan indikator kinerja lingkungan atau yang lebih lengkap dan akurat. 2. Perlu adanya penelitian dan pengkajian lebih lanjut dengan memperhatikan faktor biaya agar dapat diterapkan di RSDS. DAFTAR PUSTAKA Badiru, A. B dan Psimin Pulat, (1995), Comprehensif Project Manajement: Integrating Optimization Models. New Jersey: Manajement Principles And Computer Prentice Hall Coskun, A dan Bayyurt, N. (2008), Measurement Frequency of Performance Indicators and Satisfaction on Corporate Performance: A Survey on Manufacturing Companies, 07.pdf Diniah, N. (2013), Pengaruh Proper Terhadap Upaya Pengendalian Pencemara lingkungan Di Rumah Sakit Umum Dr. Abdul Rivai, Kabupaten Berau, Jurnal Beraja Niti, ISSN: , Vol 2, No. 9 Landrum, V. J., Barton, R. G., Neulicht, R., Turner, M., Wallace, D., dan Smith, S. (1991), Medical Waste Management and Disposal, Noyes Data Corporation, Park Ridge, New Jersey, USA McKone, T. E., dan Hammond, S. K. (2000), Managing the Health Impacts of Waste Incineration. Lawrence Berkeley National Laboratory under the U.S. Department of Energy, No. DE-AC03-76SF00098 with funding provided in part by the USEPA National Exposure Research Laboratory # DW Mitra, Amitava. (1993), Fundamentals Of Quality Control And Improvement, Second edition, New Jersey, EE. UU. 2. Mendenhall W., Wackerly D., Scheaffer Nasution, S. R. (2013), Proses Hirarki Analitik Dengan Expert Choice 2000 Untuk Menentukan Fasilitas Pendidikan Yang Diinginkan Konsumen, Jurnal Teknik FTUP, Vol 26, No. 2 Perdana, P. M. (2011), Kajian Pengelolaan Limbah Padat B3 Di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soetomo Surabaya, Tugas Akhir Teknik Lingkungan ITS, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya Rachmawati, S. (2010), Pengukuran Kinerja Lingkungan Dengan Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) Dan Integrated Environment Performance Measurement System (IEPMS) Di PT. Campina Ice Cream Industry, Tesis Manajemen Industri MMT - ITS, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya Radiana, F. (2005), Upaya Peningkatan Produktivitas dan Kinerja Lingkungan Pada Proses Retanning Dengan Metode Green Productivity, Tugas Akhir Teknik Industri ITS, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya Saaty, T.L, (2000), Fundamental of Decision Making and Priority Theory With The Analitic Hierarchy Process. Pittsburg: RWS Publications A-15-9

10 Saragih, J. L. (2013), Evaluasi Fungsi Insinerator Dalam Memusnahkan :imbah B3 Di Rumah Sakit TNI Dr. Ramelan Surabaya, Tugas Akhir Teknik Lingkungan ITS, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya Visvanathan, C. (1996), Hazardous Waste Disposal, Resource, Conservation, and Recycling, Vol 16, Hal , Journal homepage: Yesilnacar, M. I., dan Cetin, H. (2005), Site Selection for Hazardous Wastes: A Case Study from the GAP Area, Turkey, Engineering Geology, Vol. 81, hal A-15-10

PENGUJIAN ALAT INCINERATOR UNTUK PENGOLAHAN LIMBAH PADAT RUMAH SAKIT TANPA MENGGUNAKAN BAHAN BAKAR MINYAK DAN GAS

PENGUJIAN ALAT INCINERATOR UNTUK PENGOLAHAN LIMBAH PADAT RUMAH SAKIT TANPA MENGGUNAKAN BAHAN BAKAR MINYAK DAN GAS PENGUJIAN ALAT INCINERATOR UNTUK PENGOLAHAN LIMBAH PADAT RUMAH SAKIT TANPA MENGGUNAKAN BAHAN BAKAR MINYAK DAN GAS Ardi Dwi Prasetiono Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

KAJIAN PENGELOLAAN LIMBAH PADAT B3 DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. SOETOMO SURABAYA

KAJIAN PENGELOLAAN LIMBAH PADAT B3 DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. SOETOMO SURABAYA KAJIAN PENGELOLAAN LIMBAH PADAT B3 DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. SOETOMO SURABAYA EVALUATION OF SOLID HAZARDOUS WASTE MANAGEMENT IN Dr. SOETOMO HOSPITAL SURABAYA Palupi Mutiara Perdana* dan Yulinah Trihadiningrum

Lebih terperinci

PENGUKURAN KINERJA LINGKUNGAN DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS

PENGUKURAN KINERJA LINGKUNGAN DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS PENGUKURAN KINERJA LINGKUNGAN DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) DAN INTEGRATED ENVIRONMENT PERFORMANCE MEASUREMENT SYSTEM (IEPMS) PADA PT. CAMPINA ICE CREAM INDUSTRY THE MEASUREMENT OF ENVIRONMENTAL

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah deskriptif analitik. Menurut Sangaji dan Sopiah

BAB IV METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah deskriptif analitik. Menurut Sangaji dan Sopiah BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Jenis Disain Penelitian Jenis penelitian ini adalah deskriptif analitik. Menurut Sangaji dan Sopiah (2010) penelitian deskriptif adalah penelitian terhadap masalah-masalah

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 33 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.. Tipe Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah preskriptif, yaitu penelitian yang bertujuan untuk mendapatkan saran-saran mengenai apa yang

Lebih terperinci

Pengukuran Kinerja Lingkungan Menggunakan Pendekatan Integrated Environment Performance Measurement System di RSUD Sekarwangi Cibadak, Sukabumi

Pengukuran Kinerja Lingkungan Menggunakan Pendekatan Integrated Environment Performance Measurement System di RSUD Sekarwangi Cibadak, Sukabumi Pengukuran Kinerja Lingkungan Menggunakan Pendekatan Integrated Environment Performance Measurement System di RSUD Sekarwangi Cibadak, Sukabumi Aftina Damasari Abdullah 1), Aviasti 2), Nur Rahman Assad

Lebih terperinci

PEMBINAAN PENGENDALIAN PENCEMARAN LINGKUNGAN DI PROVINSI DKI JAKARTA

PEMBINAAN PENGENDALIAN PENCEMARAN LINGKUNGAN DI PROVINSI DKI JAKARTA MODUL #2 PEMBINAAN PENGENDALIAN PENCEMARAN LINGKUNGAN DI PROVINSI DKI JAKARTA BADAN PENGELOLA LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2015 1. PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR LIMBAH DASAR HUKUM 1.

Lebih terperinci

PENGUATAN PENANGANAN LIMBAH (PADAT) DI RUMAH SAKIT

PENGUATAN PENANGANAN LIMBAH (PADAT) DI RUMAH SAKIT PENGUATAN PENANGANAN LIMBAH (PADAT) DI RUMAH SAKIT OLEH : 1. Dr. Lia G Partakusuma, Sp.PK(K), MARS 2. Ir. Mohamamd Nasir, Msi (Kompartemen Manajemen Penunjang) HALAL BI HALAL PENGURUS PUSAT PERSI DAN IRSJAM,

Lebih terperinci

PEMBINAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN DI PROVINSI DKI JAKARTA

PEMBINAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN DI PROVINSI DKI JAKARTA MODUL #2 PEMBINAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN DI PROVINSI DKI JAKARTA BADAN PENGELOLA LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2015 PENGELOLAAN LINGKUNGAN 1. Pengelolaan air limbah 2. Pengelolaan

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PROGRAM PEMANTAUAN LINGKUNGAN H M M C J WIRTJES IV ( YANCE ) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

PELAKSANAAN PROGRAM PEMANTAUAN LINGKUNGAN H M M C J WIRTJES IV ( YANCE ) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara PELAKSANAAN PROGRAM PEMANTAUAN LINGKUNGAN H M M C J WIRTJES IV ( YANCE ) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara A. Dasar Pemikiran Sejak satu dasawarsa terakhir masyarakat semakin

Lebih terperinci

EFEKTIFITAS PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) DALAM PEMILIHAN PERANGKAT LUNAK PENGOLAH CITRA DENGAN MENGGUNAKAN EXPERT CHOICE

EFEKTIFITAS PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) DALAM PEMILIHAN PERANGKAT LUNAK PENGOLAH CITRA DENGAN MENGGUNAKAN EXPERT CHOICE 34 EFEKTIFITAS PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) DALAM PEMILIHAN PERANGKAT LUNAK PENGOLAH CITRA DENGAN MENGGUNAKAN EXPERT CHOICE Faisal piliang 1,Sri marini 2 Faisal_piliang@yahoo.co.id,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAAN 35 BAB III METODOLOGI PENELITIAAN 3.1 Metodologi Penelitian Metodologi penelitian bertujuan untuk memberikan kerangka penelitian yang sistematis sehingga dapat memberikan kesesuaian antara tujuan penelitian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1. Hasil pengukuran suhu incinerator Pada Ruang Bakar utama

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1. Hasil pengukuran suhu incinerator Pada Ruang Bakar utama Suhu (ºC) BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengukuran Suhu Incinerator Pengukuran suhu incinerator dilakukan guna mengetahui kelayakan incinerator dalam mengolah limbah padat rumah sakit. Pengukuran

Lebih terperinci

PEMILIHAN KONTRAKTOR PERBAIKAN ROTOR DI PEMBANGKIT LISTRIK PT XYZ DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DAN GOAL PROGRAMMING

PEMILIHAN KONTRAKTOR PERBAIKAN ROTOR DI PEMBANGKIT LISTRIK PT XYZ DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DAN GOAL PROGRAMMING PEMILIHAN KONTRAKTOR PERBAIKAN ROTOR DI PEMBANGKIT LISTRIK PT XYZ DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DAN GOAL PROGRAMMING Akhmad Rusli 1, *), dan Udisubakti Ciptomulyono 2) 1, 2) Program

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1994 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1994 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1994 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa lingkungan hidup perlu dijaga kelestariannya

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM PENGUKURAN KINERJA LINGKUNGAN DENGAN PENDEKATAN INTEGRATED ENVIROMENTAL PERFORMANCE MEASUREMENT SYSTEM AHP

PERANCANGAN SISTEM PENGUKURAN KINERJA LINGKUNGAN DENGAN PENDEKATAN INTEGRATED ENVIROMENTAL PERFORMANCE MEASUREMENT SYSTEM AHP PERANCANGAN SISTEM PENGUKURAN KINERJA LINGKUNGAN DENGAN PENDEKATAN INTEGRATED ENVIROMENTAL PERFORMANCE MEASUREMENT SYSTEM AHP Shanti Kirana Anggraeni, Sirajuddin, Prasetiyo Nugroho Jurusan Teknik Industri

Lebih terperinci

Wawancara : belum ada upaya penurunan jumlah timbulan limbah padat B3. Limbah medis masih tercampur dengan limbah non medis

Wawancara : belum ada upaya penurunan jumlah timbulan limbah padat B3. Limbah medis masih tercampur dengan limbah non medis Wawancara : belum ada upaya penurunan jumlah timbulan limbah padat B3 Limbah medis masih tercampur dengan limbah non medis Ada sisa obat yang terbuang Limbah Rumkital Dr Ramelan Limbah Medis a. Perban

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tempat praktik dokter saja, tetapi juga ditunjang oleh unit-unit lainnya,

BAB I PENDAHULUAN. tempat praktik dokter saja, tetapi juga ditunjang oleh unit-unit lainnya, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Upaya untuk meningkatkan kesehatan masyarakat sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum, besar artinya bagi pengembangan sumber daya manusia Indonesia. Rumah sakit

Lebih terperinci

PENINGKATAN KINERJA PERUSAHAAN KEMASAN PLASTIK DENGAN PENDEKATAN METODE PERFORMANCE PRISM DAN OBJECTIVE MATRIX

PENINGKATAN KINERJA PERUSAHAAN KEMASAN PLASTIK DENGAN PENDEKATAN METODE PERFORMANCE PRISM DAN OBJECTIVE MATRIX PENINGKATAN KINERJA PERUSAHAAN KEMASAN PLASTIK DENGAN PENDEKATAN METODE PERFORMANCE PRISM DAN OBJECTIVE MATRIX Vita Rias Prastika 1*, Ahmad Mubin 2*, Shanty Kusuma Dewi 3 1,2,3 Jurusan Teknik Industri,

Lebih terperinci

KAJIAN PENGELOLAAN SAMPAH MEDIS PADA RSUD DR.SOEDONO MADIUN

KAJIAN PENGELOLAAN SAMPAH MEDIS PADA RSUD DR.SOEDONO MADIUN KAJIAN PENGELOLAAN SAMPAH MEDIS PADA RSUD DR.SOEDONO MADIUN Suryono Nugroho, Yulinah Trihadiningrum Program Studi Magister Manajemen Tekonologi Institut Teknologi Sepuluh Nopember ABSTRAK Rumah sakit merupakan

Lebih terperinci

Kata kunci : Manajemen risiko lingkungan, Pengelolaan lumpur B3, fuzzy AHP

Kata kunci : Manajemen risiko lingkungan, Pengelolaan lumpur B3, fuzzy AHP PENILAIAN RISIKO LINGKUNGAN DENGAN FUZZY ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (FAHP) PADA MANAJEMEN RISIKO LINGKUNGAN LUMPUR BERBAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (B3) DARI INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) (STUDI

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kehidupan manusia senantiasa berupaya meningkatkan kualitas hidupnya.

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kehidupan manusia senantiasa berupaya meningkatkan kualitas hidupnya. BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehidupan manusia senantiasa berupaya meningkatkan kualitas hidupnya. Peningkatan kualitas hidup manusia, tidak dapat diukur dari sudut pandang ekonomis saja, tapi

Lebih terperinci

PROFIL INSTALASI KESEHATAN LINGKUNGAN RSUD KOTA MATARAM OLEH : FIRA FRSIMAWATI, ST

PROFIL INSTALASI KESEHATAN LINGKUNGAN RSUD KOTA MATARAM OLEH : FIRA FRSIMAWATI, ST PROFIL INSTALASI KESEHATAN LINGKUNGAN RSUD KOTA MATARAM OLEH : FIRA FRSIMAWATI, ST PENGERTIAN IKL Instalasi Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit Umum Daerah Kota Mataram merupakan salah satu unit kerja yang

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan menegaskan bahwa upaya

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan menegaskan bahwa upaya BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan menegaskan bahwa upaya kesehatan lingkungan ditujukan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat, baik fisik,

Lebih terperinci

PROGRAM KERJA MANAJEMEN FASILITAS DAN KESELAMATAN

PROGRAM KERJA MANAJEMEN FASILITAS DAN KESELAMATAN PROGRAM KERJA MANAJEMEN FASILITAS DAN KESELAMATAN RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO PROVINSI JAWA TENGAH JL. BRIGJEND. SUDIARTO NO. 347 SEMARANG 2014 PROGRAM KERJA MANAJEMEN FASILITAS DAN KESELAMATAN A. Pendahuluan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO, 2010) melaporkan limbah yang. sebesar 1%, limbah kimia dan farmasi 3%, dan limbah genotoksik dan

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO, 2010) melaporkan limbah yang. sebesar 1%, limbah kimia dan farmasi 3%, dan limbah genotoksik dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rumah sakit merupakan salah satu sarana kesehatan yang potensial menimbulkan dampak negatif pada lingkungan. Seperti halnya sektor industri, kegiatan rumah

Lebih terperinci

STANDAR KOMPETENSI PENANGGUNGJAWAB PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA. : Penanggung Jawab Pengendalian Pencemaran. Lingkungan

STANDAR KOMPETENSI PENANGGUNGJAWAB PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA. : Penanggung Jawab Pengendalian Pencemaran. Lingkungan Lampiran Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : 04 Tahun 2011 Tanggal : 14 September 2011 STANDAR KOMPETENSI PENANGGUNGJAWAB PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA 1. Kualifikasi : Penanggung Jawab Pengendalian

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KEPALA BADAN LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN LAMONGAN NOMOR : 188/ 101 /KEP./ /2014 TENTANG IZIN LINGKUNGAN KAROSERI BAK TRUK

KEPUTUSAN KEPALA BADAN LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN LAMONGAN NOMOR : 188/ 101 /KEP./ /2014 TENTANG IZIN LINGKUNGAN KAROSERI BAK TRUK PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN BADAN LINGKUNGAN HIDUP Jl. Jaksa Agung Suprapto No.41 Lamongan Kode Pos 62251 Telp. (0322) 321 323 Fax (0322) 321 324 Email blh@lamongankab.go.id website www.lamongankab.go.id

Lebih terperinci

PENYIMPANAN SEMENTARA LIMBAH B3

PENYIMPANAN SEMENTARA LIMBAH B3 PENYIMPANAN SEMENTARA LIMBAH B3 Oleh: Aep Purnama Kabid Prasarana Jasa dan Non Institusi Asdep Pengelolaan LB3 dan Kontaminasi LB3 DEFINISI UU No. 32/2009 Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup,

Lebih terperinci

Persyaratan Tempat Penyimpanan Sementara Limbah B3 Yulinah Trihadiningrum 11 Nopember 2009

Persyaratan Tempat Penyimpanan Sementara Limbah B3 Yulinah Trihadiningrum 11 Nopember 2009 Persyaratan Tempat Penyimpanan Sementara Limbah B3 Yulinah Trihadiningrum 11 Nopember 2009 Sumber pencemar di perkotaan Hazardous waste storage Acuan Permen LH no. 30/2009 tentang Tentang Tata Laksana

Lebih terperinci

PENGOLAHAN DAN PEMUSNAHAN LIMBAH LABORATORIUM

PENGOLAHAN DAN PEMUSNAHAN LIMBAH LABORATORIUM UPT. PUSKESMAS PENANAE PENGOLAHAN DAN PEMUSNAHAN LIMBAH LABORATORIUM No. Dokumen : No Revisi : SOP Tanggal terbit: Halaman: Ttd.Ka.Puskesmas : N u r a h d i a h Nip.: 196612311986032087 1. PENGERTIAN Limbah

Lebih terperinci

PROSEDUR PENANGANAN LIMBAH

PROSEDUR PENANGANAN LIMBAH Halaman : 2 dari 6 1. TUJUAN 1.1 Memberikan panduan dalam hal penanganan Limbah yang dihasilkan dari kegiatan PT Cipta Kridatama. 1.2 Memastikan bahwa semua limbah yang dihasilkan dari kegiatan PT Cipta

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. keperawatan yang berkesinambungan, diagnosis, serta pengobatan penyakit yang diderita oleh

BAB 1 : PENDAHULUAN. keperawatan yang berkesinambungan, diagnosis, serta pengobatan penyakit yang diderita oleh BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit adalah suatu organisasi tenaga medis professional yang terorganisasi serta sarana kedokteran yang permanen dalam menyelenggarakan pelayanan kedokteran,

Lebih terperinci

Analisis Human Error terhadap Kecelakaan Kapal pada Sistem Kelistrikan berbasis Data di Kapal

Analisis Human Error terhadap Kecelakaan Kapal pada Sistem Kelistrikan berbasis Data di Kapal JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 1, (2015) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) G-10 Analisis Human Error terhadap Kecelakaan Kapal pada Sistem Kelistrikan berbasis Data di Kapal Lucky Andoyo W, Sardono Sarwito,

Lebih terperinci

ANALISIS PEMILIHAN SUPPLIER PADA KOMPONEN LAMP CORD ASSY UNTUK SPEEDOMETER HONDA BLADE DI PT. INDONESIA NIPPON SEIKI

ANALISIS PEMILIHAN SUPPLIER PADA KOMPONEN LAMP CORD ASSY UNTUK SPEEDOMETER HONDA BLADE DI PT. INDONESIA NIPPON SEIKI ANALISIS PEMILIHAN SUPPLIER PADA KOMPONEN LAMP CORD ASSY UNTUK SPEEDOMETER HONDA BLADE DI PT. INDONESIA NIPPON SEIKI Sambas Sundana, Yossy Yulia Sari Jurusan Teknik Industri Universitas Muhamadiyah Jakarta

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian tesis manajemen risiko pengelolaan lumpur IPAL B3 adalah : 1. Dari hasil sintesis kondisi eksisting kedua perusahaan,

Lebih terperinci

ANALISIS LOKASI CABANG TERBAIK MENGGUNAKAN METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS

ANALISIS LOKASI CABANG TERBAIK MENGGUNAKAN METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS ANALISIS LOKASI CABANG TERBAIK MENGGUNAKAN METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS Muhammad Yusuf Teknik Industri, Institut Sains & Teknologi AKPRIND Email : yusuf@akprind.ac.id ABSTRAK Pemilihan lokasi yang

Lebih terperinci

Globalisasi perekonomian menimbulkan pencemaran dan memunculkan kepedulian terhadap lingkungan. ISO mengembangkan standar spesifik lingkungan bagi

Globalisasi perekonomian menimbulkan pencemaran dan memunculkan kepedulian terhadap lingkungan. ISO mengembangkan standar spesifik lingkungan bagi AUDIT LINGKUNGAN Globalisasi perekonomian menimbulkan pencemaran dan memunculkan kepedulian terhadap lingkungan. ISO mengembangkan standar spesifik lingkungan bagi industri dan jasar AMDAL sebagai salah

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. ini mempunyai konsekuensi perlunya pengelolaan limbah rumah sakit sebagai bagian

BAB 1 : PENDAHULUAN. ini mempunyai konsekuensi perlunya pengelolaan limbah rumah sakit sebagai bagian BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah Sakit sebagai sarana upaya perbaikan kesehatan yang melaksanakan pelayanan kesehatan sekaligus sebagai lembaga pendidikan tenaga kesehatan dan penelitian memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit sebagai suatu industri jasa yang memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat baik yang bersifat kuratif dan rehabilitatif. Namun, selain memberikan

Lebih terperinci

Pengelolaan dan Pengendalian Limbah B3

Pengelolaan dan Pengendalian Limbah B3 Materi yang terdapat dalam halaman ini adalah materi yang disampaikan dalam Pelatihan Audit Lingkungan yang diadakan atas kerja sama antara Departemen Biologi FMIPA IPB bekerja sama dengan Bagian PKSDM

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode Fuzzy AHP. Adapun tahapan penelitian adalah sebagai berikut

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode Fuzzy AHP. Adapun tahapan penelitian adalah sebagai berikut BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode Fuzzy AHP. Adapun tahapan penelitian adalah sebagai berikut Gambar 3.1 Diagram Alir Metode Penelitian 15 16

Lebih terperinci

DESAIN ALTERNATIF INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH RUMAH SAKIT DENGAN PROSES AEROBIK, ANAEROBIK DAN KOMBINASI ANAEROBIK DAN AEROBIK DI KOTA SURABAYA

DESAIN ALTERNATIF INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH RUMAH SAKIT DENGAN PROSES AEROBIK, ANAEROBIK DAN KOMBINASI ANAEROBIK DAN AEROBIK DI KOTA SURABAYA DESAIN ALTERNATIF INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH RUMAH SAKIT DENGAN PROSES AEROBIK, ANAEROBIK DAN KOMBINASI ANAEROBIK DAN AEROBIK DI KOTA SURABAYA Afry Rakhmadany dan Mohammad Razif Jurusan Teknik Lingkungan,

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Berdasarkan Undang-Undang Kesehatan nomor 36 tahun 2009 menyatakan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Berdasarkan Undang-Undang Kesehatan nomor 36 tahun 2009 menyatakan 1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan Undang-Undang Kesehatan nomor 36 tahun 2009 menyatakan bahwa upaya kesehatan lingkungan ditujukan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat, baik

Lebih terperinci

2016, No Nomor 333, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5617); 3. Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2015 tentang Kementerian Lin

2016, No Nomor 333, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5617); 3. Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2015 tentang Kementerian Lin No.598, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-LHK. Limbah B3. Fasilitas Pelayanan Kesehatan. Persyaratan. Tata Cara. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.56/MENLHK-SETJEN/2015

Lebih terperinci

BAB 6 Kesimpulan dan Saran

BAB 6 Kesimpulan dan Saran 207 BAB 6 Kesimpulan dan Saran 6.1 Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah: 1. Timbulan dan komposisi limbah B3 medis rumah sakit khusus di Surabaya Pusat dan Selatan adalah

Lebih terperinci

Evaluasi Pengelolaan Limbah Padat B3 Hasil Insinerasi di RSUD Dr Soetomo Surabaya

Evaluasi Pengelolaan Limbah Padat B3 Hasil Insinerasi di RSUD Dr Soetomo Surabaya JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) D-46 Evaluasi Pengelolaan Limbah Padat B3 Hasil Insinerasi di RSUD Dr Soetomo Surabaya Vijay Egclesias Girsang dan Welly Herumurti

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: pengukuran kinerja, stakeholder, kpi

ABSTRAK. Kata kunci: pengukuran kinerja, stakeholder, kpi ABSTRAK Perusahaan belum pernah menerapkan pengukuran kinerja terhadap pihakpihak yang berhubungan dengan perusahaan.. Melihat hal tersebut penelitian ini bertujuan untuk melakukan pengukuran kinerja.

Lebih terperinci

UPAYA MINIMASI LIMBAH PADAT RUMAH SAKIT UMUM PUSAT DOKTER KARIADI SEMARANG DENGAN PENERAPAN STRATEGI CLEANER PRODUCTION

UPAYA MINIMASI LIMBAH PADAT RUMAH SAKIT UMUM PUSAT DOKTER KARIADI SEMARANG DENGAN PENERAPAN STRATEGI CLEANER PRODUCTION UPAYA MINIMASI LIMBAH PADAT RUMAH SAKIT UMUM PUSAT DOKTER KARIADI SEMARANG DENGAN PENERAPAN STRATEGI CLEANER PRODUCTION Yanti Martina Waruwu 1, Haryo Santoso 2 Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik

Lebih terperinci

MERAH KUNING KUNING UNGU COKLAT

MERAH KUNING KUNING UNGU COKLAT PENYIMPANAN LIMBAH B3 MEDIS Penyimpanan limbah B3 merupakan salah satu tahapan dalam pengelolaan limbah B3. Tata cara pelaksanaan dan ketentuan teknis mengenai bangunan penyimpanan limbah B3 terdapat dalam

Lebih terperinci

ANALISA PEMILIHAN ALTERNATIF PROYEK MANAJEMEN AIR DI PT X DENGAN METODE MULTI CRITERIA DECISION MAKING (MCDM)

ANALISA PEMILIHAN ALTERNATIF PROYEK MANAJEMEN AIR DI PT X DENGAN METODE MULTI CRITERIA DECISION MAKING (MCDM) ANALISA PEMILIHAN ALTERNATIF PROYEK MANAJEMEN AIR DI PT X DENGAN METODE MULTI CRITERIA DECISION MAKING (MCDM) Ema Dwi Saputri 1) dan Putu Artama Wiguna 2) 1,2) Program Studi Magister Manajemen Teknologi

Lebih terperinci

BUPATI JOMBANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

BUPATI JOMBANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN Menimbang Mengingat BUPATI JOMBANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

Penerapan Analytical Hierarchy Process (AHP) Dalam Evaluasi Agen Pangkalan LPG 3 kg

Penerapan Analytical Hierarchy Process (AHP) Dalam Evaluasi Agen Pangkalan LPG 3 kg Prosiding INSAHP5 Semarang,14 Mei 2007 ISBN :... Penerapan Analytical Hierarchy Process (AHP) Dalam Evaluasi Agen Pangkalan LPG 3 kg Evi Yuliawati Jurusan Teknik Industri Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya

Lebih terperinci

DAFTAR ISI v. HALAMAN JUDUL ii HALAMAN PENGESAHAN DARI FAKULTAS.. iii. KATA PENGANTAR.. iv. DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR TABEL xi ABSTRAK xii

DAFTAR ISI v. HALAMAN JUDUL ii HALAMAN PENGESAHAN DARI FAKULTAS.. iii. KATA PENGANTAR.. iv. DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR TABEL xi ABSTRAK xii DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ii HALAMAN PENGESAHAN DARI FAKULTAS.. iii KATA PENGANTAR.. iv DAFTAR ISI v DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR TABEL xi ABSTRAK xii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1.2 Rumusan Masalah

Lebih terperinci

DOSEN PEMBIMBING Prof. Dr. Ir. Udisubakti Ciptomulyono, M.Eng.Sc. SILVIA RACHMAWATI NRP

DOSEN PEMBIMBING Prof. Dr. Ir. Udisubakti Ciptomulyono, M.Eng.Sc. SILVIA RACHMAWATI NRP PENGUKURAN KINERJA LINGKUNGAN DENGAN METODE ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS (AHP) DAN INTEGRATED ENVIRONMENT PERFORMANCE MEASURMENT SYSTEM (IEPMS) DI PT. CAMPINA ICE CREAM INDUSTRY SILVIA RACHMAWATI NRP 9107201322

Lebih terperinci

PEMBINAAN PENGENDALIAN PENCEMARAN LINGKUNGAN DI PROVINSI DKI JAKARTA

PEMBINAAN PENGENDALIAN PENCEMARAN LINGKUNGAN DI PROVINSI DKI JAKARTA MODUL #3 PEMBINAAN PENGENDALIAN PENCEMARAN LINGKUNGAN DI PROVINSI DKI JAKARTA BADAN PENGELOLA LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2015 IDENTITAS PERUSAHAAN No. Induk Nama perusahaan Nama

Lebih terperinci

2014, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Bahan Berbahaya dan Beracun yang selanjutnya disin

2014, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Bahan Berbahaya dan Beracun yang selanjutnya disin LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.333, 2014 LINGKUNGAN HIDUP. Limbah. Bahan Berbahaya. Beracun. Pengelolaan. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5617) PERATURAN

Lebih terperinci

PEMILIHAN PEMASOK BAHAN BAKU ALUMINIUM INGOT ADC12S DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DI PT. SUZUKI INDOMOBIL MOTOR PLANT CAKUNG

PEMILIHAN PEMASOK BAHAN BAKU ALUMINIUM INGOT ADC12S DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DI PT. SUZUKI INDOMOBIL MOTOR PLANT CAKUNG PEMILIHAN PEMASOK BAHAN BAKU ALUMINIUM INGOT ADC12S DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DI PT. SUZUKI INDOMOBIL MOTOR PLANT CAKUNG Nama NPM : 32412666 Jurusan Pembimbing : Fairuz Inanda

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 101 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 101 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 0 TAHUN 204 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

PEMBUANGAN DAN PEMUSNAHAN OBAT-OBAT RUSAK DAN KADALUWARSA. Prof. Dr. Slamet Ibrahim S. DEA. Apt. Farmakokimia- Sekolah Farmasi ITB 2009

PEMBUANGAN DAN PEMUSNAHAN OBAT-OBAT RUSAK DAN KADALUWARSA. Prof. Dr. Slamet Ibrahim S. DEA. Apt. Farmakokimia- Sekolah Farmasi ITB 2009 PEMBUANGAN DAN PEMUSNAHAN OBAT-OBAT RUSAK DAN KADALUWARSA Prof. Dr. Slamet Ibrahim S. DEA. Apt. Farmakokimia- Sekolah Farmasi ITB 2009 Pendahuluan Obat-obat yang kadaluwarsa adalah obat yang telah melewati

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 101 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 101 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 101 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE KAJIAN

BAB III METODE KAJIAN 47 BAB III METODE KAJIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Meningkatnya aktivitas perkotaan seiring dengan laju pertumbuhan ekonomi masyarakat yang kemudian diikuti dengan tingginya laju pertumbuhan penduduk akan

Lebih terperinci

TATA CARA PERIZINAN INSINERATOR LIMBAH B3

TATA CARA PERIZINAN INSINERATOR LIMBAH B3 TATA CARA PERIZINAN INSINERATOR LIMBAH B3 Disiapkan oleh: Muhammad ASKARY Staf Asisten Deputi Verifikasi Pengelolaan Limbah B3 Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan ISI PRESENTASI PENDAHULUAN KEBIJAKAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Analisis sistem..., Dian Fitri Arestria, FKM UI, Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Analisis sistem..., Dian Fitri Arestria, FKM UI, Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perhatian dunia saat ini terhadap keberlangsungan bumi dan lingkungan semakin meningkat. Berbagai forum internasional tentang lingkungan terus digelar yang telah menghasilkan

Lebih terperinci

POLA PENYEBARAN LIMBAH PADAT DAN B3 DARI FASILITAS KESEHATAN DI SURABAYA SELATAN. Rizka Firdausi Pertiwi L/O/G/O

POLA PENYEBARAN LIMBAH PADAT DAN B3 DARI FASILITAS KESEHATAN DI SURABAYA SELATAN. Rizka Firdausi Pertiwi L/O/G/O POLA PENYEBARAN LIMBAH PADAT DAN B3 DARI FASILITAS KESEHATAN DI SURABAYA SELATAN Rizka Firdausi Pertiwi 3308100024 L/O/G/O Latar Belakang Peningkatan fasilitas di fasilitas kesehatan meningkatkan jumlah

Lebih terperinci

Pemantauan Limbah Cair, Gas dan Padat

Pemantauan Limbah Cair, Gas dan Padat Pemantauan Limbah Cair, Gas dan Padat Paryanto, Ir.,MS Pusat Penelitian Lingkungan Hidup Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Universitas Sebelas Maret Bimbingan Teknis Pengendalian B3 Pusat Pelatihan

Lebih terperinci

PENGUKURAN KINERJA DENGAN MENGGUNAKAN SUPPLY CHAIN MELALUI PENDEKATAN SCOR MODEL DI PT. LASER JAYA SAKTI,Tbk GEMPOL, PASURUAN SKRIPSI

PENGUKURAN KINERJA DENGAN MENGGUNAKAN SUPPLY CHAIN MELALUI PENDEKATAN SCOR MODEL DI PT. LASER JAYA SAKTI,Tbk GEMPOL, PASURUAN SKRIPSI PENGUKURAN KINERJA DENGAN MENGGUNAKAN SUPPLY CHAIN MELALUI PENDEKATAN SCOR MODEL DI PT. LASER JAYA SAKTI,Tbk GEMPOL, PASURUAN SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

ANALISIS PEMILIHAN SUPPLIER BAHAN BAKU DENGAN MENGGUNAKAN METODE FUZZY ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (FAHP)

ANALISIS PEMILIHAN SUPPLIER BAHAN BAKU DENGAN MENGGUNAKAN METODE FUZZY ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (FAHP) ANALISIS PEMILIHAN SUPPLIER BAHAN BAKU DENGAN MENGGUNAKAN METODE FUZZY ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (FAHP) Winda Sulistiana 1 dan Evi Yuliawati 2 1 Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri,

Lebih terperinci

Perancangan Integrated Environmental Performance Measurement System Di Rumah Sakit

Perancangan Integrated Environmental Performance Measurement System Di Rumah Sakit https://doi.org/10.22219/jtiumm.vol18.no1.9-18 Perancangan Integrated Environmental Performance Measurement System Di Rumah Sakit Chandra Kurniawan *, Ahmad Mubin, Heri Mujayin Kholik Jurusan Teknik Industri,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. informasi dari kalangan aparat pemerintah dan orang yang berhubungan erat

III. METODE PENELITIAN. informasi dari kalangan aparat pemerintah dan orang yang berhubungan erat III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Data-data yang digunakan untuk penelitian ini merupakan gabungan antara data primer dan data sekunder. Data primer mencakup hasil penggalian pendapat atau

Lebih terperinci

Seminar Nasional IENACO 2016 ISSN: PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DENGAN METODE GREEN PRODUCTIVITY PADA INDUSTRI PENGOLAHAN TEMPE

Seminar Nasional IENACO 2016 ISSN: PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DENGAN METODE GREEN PRODUCTIVITY PADA INDUSTRI PENGOLAHAN TEMPE PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DENGAN METODE GREEN PRODUCTIVITY PADA INDUSTRI PENGOLAHAN TEMPE Muhammad Yusuf Jurusan Teknik Industri Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta Jl. Kalisahak 28 Kompleks

Lebih terperinci

PENGELOLAAN LIMBAH B3 MEDIS RUMAH SAKIT KHUSUS DI SURABAYA TIMUR. Oleh: Idkha Anggraini Pramesti

PENGELOLAAN LIMBAH B3 MEDIS RUMAH SAKIT KHUSUS DI SURABAYA TIMUR. Oleh: Idkha Anggraini Pramesti PENGELOLAAN LIMBAH B3 MEDIS RUMAH SAKIT KHUSUS DI SURABAYA TIMUR Oleh: Idkha Anggraini Pramesti Abstrak Peningkatan jumlah rumah sakit khusus di Surabaya berbanding lurus dengan jumlah limbah B3 medis

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian 3.2. Alat dan Bahan 3.3. Data yang Dikumpulkan

METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian 3.2. Alat dan Bahan 3.3. Data yang Dikumpulkan 25 METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Situ Sawangan-Bojongsari, Kecamatan Sawangan dan Kecamatan Bojongsari, Kota Depok, Jawa Barat. Waktu penelitian adalah 5

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 1999 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 1999 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 1999 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa lingkungan hidup perlu dijaga kelestariannya

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 204 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR :... TAHUN... TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH INDUSTRI MINYAK SAWIT MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR :... TAHUN... TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH INDUSTRI MINYAK SAWIT MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR :... TAHUN... TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH INDUSTRI MINYAK SAWIT MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang : a. bahwa Industri Minyak Sawit berpotensi menghasilkan

Lebih terperinci

ANALISIS KRITERIA SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN BEASISWA BELAJAR BAGI GURU MENGGUNAKAN METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP)

ANALISIS KRITERIA SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN BEASISWA BELAJAR BAGI GURU MENGGUNAKAN METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP) ANALISIS KRITERIA SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN BEASISWA BELAJAR BAGI GURU MENGGUNAKAN METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP) Sunggito Oyama 1, Ernawati 2, Paulus Mudjihartono 3 1,2,3) Jurusan Teknik Informatika,

Lebih terperinci

STUDI PENGELOLAAN LIMBAH PADAT & CAIR PT X - PASURUAN SEBAGAI UPAYA PENERAPAN PROSES PRODUKSI BERSIH

STUDI PENGELOLAAN LIMBAH PADAT & CAIR PT X - PASURUAN SEBAGAI UPAYA PENERAPAN PROSES PRODUKSI BERSIH Laporan Tugas Akhir STUDI PENGELOLAAN LIMBAH PADAT & CAIR PT X - PASURUAN SEBAGAI UPAYA PENERAPAN PROSES PRODUKSI BERSIH Oleh: Didit Fitriawan 3305.100.042 Dosen Pembimbing : Ir. Ati Hartati, M.Sc JURUSAN

Lebih terperinci

ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS SEBAGAI PENDUKUNG KEPUTUSAN (DECISION SUPPORT) PEMILIHAN LOKASI PEMBANGUNAN RUMAH KOS UNTUK KARYAWAN

ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS SEBAGAI PENDUKUNG KEPUTUSAN (DECISION SUPPORT) PEMILIHAN LOKASI PEMBANGUNAN RUMAH KOS UNTUK KARYAWAN Jurnal Informatika Mulawarman Vol. 7 No. 3 Edisi September 2012 75 ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS SEBAGAI PENDUKUNG KEPUTUSAN (DECISION SUPPORT) PEMILIHAN LOKASI PEMBANGUNAN RUMAH KOS UNTUK KARYAWAN Dyna

Lebih terperinci

Analisa Manfaat Dan Biaya Rusunawa Jemundo, Sidoarjo

Analisa Manfaat Dan Biaya Rusunawa Jemundo, Sidoarjo JURNAL TEKNIK POMITS Vol 1, No 1, (2012) 1-5 1 Analisa Manfaat Dan Biaya Rusunawa Jemundo, Sidoarjo Novan Dwi Aryansyah, Retno Indryani Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut

Lebih terperinci

AUDIT LINGKUNGAN RUMAH SAKIT

AUDIT LINGKUNGAN RUMAH SAKIT KMA 43026 AUDIT LINGKUNGAN RUMAH SAKIT Departemen Administrasi & Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Prof. Drh. Wiku Adisasmito, M.Sc., Ph.D. Definisi ISO 14000 Kepmenneg

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 23 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi mengenai Kualitas Saat kata kualitas digunakan, kita mengartikannya sebagai suatu produk atau jasa yang baik yang dapat memenuhi keinginan kita. Menurut ANSI/ASQC Standard

Lebih terperinci

Regulasi PCB di Indonesia

Regulasi PCB di Indonesia Regulasi PCB di Indonesia Dan Perbandingan di Beberapa Negara Mohamad Mova Al Afghani Dyah Paramita Universitas Ibn Khaldun Bogor Jl. R.E. Martadinata No. 2, Bogor 16162 +62 251 8328 203 www.crpg.info

Lebih terperinci

APLIKASI AHP UNTUK PENILAIAN KINERJA DOSEN

APLIKASI AHP UNTUK PENILAIAN KINERJA DOSEN Indriyati APLIKASI AHP UNTUK PENILAIAN KINERJA DOSEN Indriyati Program Studi Teknik Informatika Jurusan Matematika FSM Universitas Diponegoro Abstrak Dalam era globalisasi dunia pendidikan memegang peranan

Lebih terperinci

MODEL RANCANGAN PENGUKURAN KINERJA DENGAN PENDEKATAN METODE INTEGRATED PERFORMANCE MEASUREMENT SYSTEM

MODEL RANCANGAN PENGUKURAN KINERJA DENGAN PENDEKATAN METODE INTEGRATED PERFORMANCE MEASUREMENT SYSTEM Teknika : Engineering and Sains Journal Volume 1, Nomor 1, Juni 2017, 33-40 ISSN 2579-5422 online ISSN 2580-4146 print MODEL RANCANGAN PENGUKURAN KINERJA DENGAN PENDEKATAN METODE INTEGRATED PERFORMANCE

Lebih terperinci

ContohPenilaianPROPER: PengelolaanLimbahB3Kegiatan Pertambangan

ContohPenilaianPROPER: PengelolaanLimbahB3Kegiatan Pertambangan ContohPenilaianPROPER: PengelolaanLimbahB3Kegiatan Pertambangan ASISTEN DEPUTI PENGELOLAAN LIMBAH B3 DAN PEMULIHAN KONTAMINASI LIMBAH B3 DEPUTI IV MENLH Evaluasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Kegiatan

Lebih terperinci

Mata Ajaran : Manajemen Lingkungan Rumah Sakit Topik : Lingkungan Hidup & Sistem Manajemen Lingkungan RS Minggu Ke : II

Mata Ajaran : Manajemen Lingkungan Rumah Sakit Topik : Lingkungan Hidup & Sistem Manajemen Lingkungan RS Minggu Ke : II Mata Ajaran : Manajemen Lingkungan Rumah Sakit Topik : Lingkungan Hidup & Sistem Manajemen Lingkungan RS Minggu Ke : II Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan

Lebih terperinci

PENDEKATAN MODEL OBJECTIVE MATRIX-AHP UNTUK PENGAMBILAN KEPUTUSAN PENILAIAN KINERJA PELAYANAN PADA KANTOR KELURAHAN

PENDEKATAN MODEL OBJECTIVE MATRIX-AHP UNTUK PENGAMBILAN KEPUTUSAN PENILAIAN KINERJA PELAYANAN PADA KANTOR KELURAHAN PENDEKATAN MODEL OBJECTIVE MATRIX-AHP UNTUK PENGAMBILAN KEPUTUSAN PENILAIAN KINERJA PELAYANAN PADA KANTOR KELURAHAN Rina Fiati 1) 1) Teknik Informatika UMK Jl Gondang Manis Bae Kudus Email : rfiati003@yahoo.com

Lebih terperinci

Analisis Pemilihan Supplier Yang Tepat Untuk Produk Gigi Palsu (Studi Kasus Di CV. Brother Dent)

Analisis Pemilihan Supplier Yang Tepat Untuk Produk Gigi Palsu (Studi Kasus Di CV. Brother Dent) Analisis Pemilihan Supplier Yang Tepat Untuk Produk Gigi Palsu (Studi Kasus Di CV. Brother Dent) Agus Syamsudin 1*, Ellysa Nursanti 2, Emmalia Adriantantri 3 1 Mahasiswa Progam Studi Teknik Industri, Fakultas

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL. dikumpulkan dan diolah pada bab sebelumnya. Analisa hasil dalam penelitian ini

BAB V ANALISA HASIL. dikumpulkan dan diolah pada bab sebelumnya. Analisa hasil dalam penelitian ini BAB V ANALISA HASIL Pada bab ini diuraikan tentang analisa hasil dari penelitian yang telah dikumpulkan dan diolah pada bab sebelumnya. Analisa hasil dalam penelitian ini diuraikan sebagai berikut. 5.1

Lebih terperinci

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 247 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 247 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 247 TAHUN 2016 TENTANG IZIN PENYIMPANAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (B3) KLINIK UTAMA AN-NUR Menimbang : a. bahwa Bahan Berbahaya

Lebih terperinci

ANALISIS EFEKTIVITAS TRAINING TERHADAP PENINGKATAN KINERJA CRA (CUSTOMER RELATION ASSISTANCE) DI PT. BANK X

ANALISIS EFEKTIVITAS TRAINING TERHADAP PENINGKATAN KINERJA CRA (CUSTOMER RELATION ASSISTANCE) DI PT. BANK X ANALISIS EFEKTIVITAS TRAINING TERHADAP PENINGKATAN KINERJA CRA (CUSTOMER RELATION ASSISTANCE) DI PT. BANK X Eduart Wolok Teknik Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Kampus ITS Sukolilo Surabaya

Lebih terperinci

EVALUASI PROYEK DAN PERANCANGAN SISTEM PENILAIAN KINERJA PROYEK DENGAN METODE PERFORMANCE PRISM PADA PROYEK RUMAH SAKIT PT SEMEN PADANG TUGAS AKHIR

EVALUASI PROYEK DAN PERANCANGAN SISTEM PENILAIAN KINERJA PROYEK DENGAN METODE PERFORMANCE PRISM PADA PROYEK RUMAH SAKIT PT SEMEN PADANG TUGAS AKHIR EVALUASI PROYEK DAN PERANCANGAN SISTEM PENILAIAN KINERJA PROYEK DENGAN METODE PERFORMANCE PRISM PADA PROYEK RUMAH SAKIT PT SEMEN PADANG TUGAS AKHIR Oleh : STEFAHAYU ILLOZA LAROZZA NO BP 07173047 JURUSAN

Lebih terperinci

Oleh: Ridzky Nanda Seminar Tugas Akhir

Oleh: Ridzky Nanda Seminar Tugas Akhir Seminar Tugas Akhir STUDI PENGELOLAAN LIMBAH INDUSTRI SEBAGAI UPAYA PENERAPAN PRODUKSI BERSIH DI PABRIK KELAPA SAWIT AEK NABARA SELATAN PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III STUDY OF WASTE INDUSTRIAL MANAGEMENT

Lebih terperinci

-14- TATA CARA PENYIMPANAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DARI FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN

-14- TATA CARA PENYIMPANAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DARI FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN -14- LAMPIRAN III PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA DAN PERSYARATAN TEKNIS PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DARI FASILITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dunia kesehatan erat sekali hubungannya dengan masalah lingkungan. Untuk mencapai kondisi masyarakat yang sehat diperlukan lingkungan yang baik pula. Dalam pencapaian

Lebih terperinci

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN KELAYAKAN PEMBERIAN KREDIT MENGGUNAKAN METODE AHP PADA BANK DANAMON CABANG SEGIRI SAMARINDA

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN KELAYAKAN PEMBERIAN KREDIT MENGGUNAKAN METODE AHP PADA BANK DANAMON CABANG SEGIRI SAMARINDA 22 SEBATIK STMIK WICIDA SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN KELAYAKAN PEMBERIAN KREDIT MENGGUNAKAN METODE AHP PADA BANK DANAMON CABANG SEGIRI SAMARINDA M. Irwan Ukkas 1), Amelia Yusnita 2), Eri Wandana 3) 1,2 Sistem

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR :... TAHUN... TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH INDUSTRI MINYAK SAWIT MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR :... TAHUN... TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH INDUSTRI MINYAK SAWIT MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR :... TAHUN... TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH INDUSTRI MINYAK SAWIT MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang : a. bahwa Industri Minyak Sawit berpotensi menghasilkan

Lebih terperinci

Departemen Administrasi & Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia

Departemen Administrasi & Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia KMA 43026 Departemen Administrasi & Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Prof. Drh. Wiku Adisasmito, M.Sc., Ph.D. UU RI No. 32 Tahun 2009 Perlindungan dan Pengelolaan

Lebih terperinci

MODEL ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS UNTUK MENENTUKAN TINGKAT PRIORITAS ALOKASI PRODUK

MODEL ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS UNTUK MENENTUKAN TINGKAT PRIORITAS ALOKASI PRODUK Jurnal Sistem Teknik Industri Volume 6, No. 3 Juli 2005 MODEL ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS UNTUK MENENTUKAN TINGKAT PRIORITAS ALOKASI PRODUK Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Malikulsaleh

Lebih terperinci