DOSEN PEMBIMBING Prof. Dr. Ir. Udisubakti Ciptomulyono, M.Eng.Sc. SILVIA RACHMAWATI NRP

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "DOSEN PEMBIMBING Prof. Dr. Ir. Udisubakti Ciptomulyono, M.Eng.Sc. SILVIA RACHMAWATI NRP"

Transkripsi

1 PENGUKURAN KINERJA LINGKUNGAN DENGAN METODE ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS (AHP) DAN INTEGRATED ENVIRONMENT PERFORMANCE MEASURMENT SYSTEM (IEPMS) DI PT. CAMPINA ICE CREAM INDUSTRY SILVIA RACHMAWATI NRP DOSEN PEMBIMBING Prof. Dr. Ir. Udisubakti Ciptomulyono, M.Eng.Sc.

2 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Batasan dan Asumsi Penelitian Sistematika Penulisan

3 Latar Belakang Kinerja Lingkungan Perusahaan 3

4 mengevaluasi kinerja lingkungan perusahaan melalui Sistem Pengukuran Kinerja Lingkungan secara terintegrasi Mengidentifikasi aspek-aspek lingkungan perusahaan Merencanakan Sistem Pengukuran Kinerja Lingkungan Mengukur nilai kinerja lingkungan perusahaan mengetahui aspek lingkungan dan indikator kinerja lingkungan (Environment Performance Indicator) perusahaan. mendapat rekomendasi atau masukan bagi peningkatan kinerja lingkungan perusahaan mengetahui nilai kinerja lingkungan berdasarkan hasil dari Sistem Pengukuran Kinerja Lingkungan, 4

5 Sistematika Penulisan BAB I PENDAHULUAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 5

6 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI Balance Scorecard Pengukuran Kinerja Lingkungan Key to Environment Performance Indicator (KEPI) Sistem Manajemen Lingkungan (SML) Integrated Environment Performance Measurement System (IEPMS) Analytical Hierarchy Process (AHP) Pembobotan dan Penilaian Aspek Lingkungan Scoring System Peraturan Perundangan Bagi Industri Es krim

7 Balanced Scorecard Kerangka kerja Balanced Scorecard Finansial Pelanggan Balanced Scorecard Bisnis internal Pertumbuhan & Pembelajaran (Kaplan dan Norton, 2000) 7

8 Pengukuran Kinerja Lingkungan Model Pengukuran Kinerja Lingkungan Identifikasi stakeholder Rekomendasi tindakan Pengukuran faktor lingkungan Penentuan kinerja lingkungan Evaluasi faktor lingkungan (Gunther dan Sturm, 2000) 8

9 Key to Environment Performance Indicator (KEPI) informasi kuantitatif dan kualitatif tentang evaluasi lingkungan serta efektifitas dan efisiensi perusahaan dalam mengelola sumber daya (Stutz et.al., 2004) = Comparability Relevansi Akurasi analisis Measurability 9

10 Sistem Manajemen Lingkungan SML menganut sistem PDCA (SML) ACT: improve management review PLAN: PP kebijakan lingk. tujuan & sasaran program manajemen lingk. CHECK: Monitoring pengukuran Korektif & preventif Audit Records DO: struktur training manajemen lingk. dokumentasi (Deming dalam Wijayanto, 2005) 10

11 Model IEPMS Visi/Tujuan lingkungan pada organisasi Ukuran kriteria lingkungan Kuantitatif Fokus pada hasil Kualitatif Fokus pada aktivitas penggunaan sumber daya, indikator-indikator resiko, ijin-ijin regulasi, jumlah dan komposisi limbah yang didaur ulang, biaya perbaikan lingkungan, penanganan limbah dan buangan. tujuan dan kebijakan lingkungan, program-program research and development, pertanggungjawaban lingkungan, komitmen dan kesadaran karyawan, kecelakaan dan keselamatan kerja (K3), program pelatihan lingkungan, program audit lingkungan, program manajemen limbah, penghargaan dan pengakuan publik, program benchmarking, sistem akuntansi lingkungan. (Kep. Kepala Bapedal, 1995) 11

12 Analytical Hierarchy Process (AHP) Struktur hirarki AHP Tujuan C i C i C i S i S i SS i SS i (Saaty, 2000) 12

13 No. A. LUASAN DAMPAK Score 1. Berpengaruh pada unit kerja yang bersangkutan 1 2. Berpengaruh dalam area pabrik 3 3. Berpengaruh dalam kompleks perusahaan 5 4. Berpengaruh ke masyarakat 7 No. B. KESERIUSAN DAMPAK 1. Tidak ada resiko terhadap flora, fauna, fasilitas, dan kesehatan 1 2. Ada resiko terhadap flora, fauna, fasilitas, dan kesehatan 3 3. Menyebabkan kerusakan pada flora, fauna, fasilitas, dan kesehatan 5 4. Menyebabkan kerusakan yang tetap atau abadi 7 No. C. KEBOLEHJADIAN DAMPAK 1. Kecil sekali (kecelakaan yang tidak diharapkan) 1 2. Sesekali (tidak direncanakan) 3 3. Kemungkinan sering terjadi (direncanakan) 5 4. Tidak dapat dihindari 7 No. D. WAKTU PEMAPARAN 1. Kurang dari sehari 1 2. Kurang dari seminggu 3 3. Kurang dari sebulan 5 4. Lebih dari sebulan 7 No. E. PERATURAN PERUNDANGAN 1. Tidak atau belum diatur dalam PP 1 2. Diatur dalam PP dan sudah dipenuhi 3 3. Diatur dalam PP dan belum dipenuhi 5 No. F. METODE PENGENDALIAN 1. Ada prosedur pengendalian dan dijalankan 1 2. Belum ada prosedur (tertulis), ada aktivitas pengendalian 3 3. Ada prosedur pengendalian, tidak dijalankan 5 4. Tidak ada prosedur pengendalian dan tidak ada aktivitas pengendalian 7 No. G. IMAGE MASYARAKAT TERHADAP PERUSAHAAN 1. Baik (tidak berpengaruh) 1 2. Cukup (berpengaruh) 3 3. Buruk (sangat berpengaruh) 5 (Bapedal, 2007) 13

14 Scoring System untuk mengetahui nilai pencapaian terhadap target yang telah ditetapkan untuk setiap indikator kinerja. 14

15 Objective Matrix (OMAX) Tampilan OMAX Performance Criteria K1 K2 K3 K4 K5 Score Performance Realistic Performance Objective 10 Score Weight Value Current Performance Indicator a A b 1 B b 2 C 1 C Defining indicators Quantifying Monitoring Previuos Performance Indicator Index C 2 (Riggs, 1987) 15

16 Traffic Light System Range nilai 8-10 Range nilai 4-7 Range nilai

17 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Tahap Identifikasi Awal Tahap Pengumpulan dan Pengolahan Data Tahap Analisis Data Tahap Penarikan Kesimpulan dan Saran

18 Studi Lapangan Pendahuluan Perumusan Masalah Penetapan Tujuan Penelitian A Spesifikasi KEPI Penyusunan struktur hirarki Sistem Pengukuran Kinerja Lingkungan Studi Lapangan Pengumpulan Data Studi Literatur Pembobotan KEPI dengan AHP Scoring system dengan Objective Matrix (OMAX) Pengidentifikasian KEPI: Identifikasi kegiatan & aspek lingkungan perusahaan Pembobotan aspek lingkungan dgn kriteria BAPEDAL Peraturan perundangan pengelolaan lingkungan Validasi KEPI Tidak Pengkategorian KEPI dengan Traffic Light System Evaluasi dan rekomendasi perbaikan Kesimpulan dan Saran Valid? Ya A 18

19 1. Identifikasi Awal Terhadap Seluruh Departemen Produksi Penimbangan bahan baku Proses pencampuran bahan baku Proses mixing Tumpahan Sampah fisik bahan baku (kemasan) Proses aging Tumpahan bahan baku padat Proses cooling (chilling) Tumpahan bahan baku cair Sampah fisik (kemasan) Proses homogenisasi Tumpahan Ice cream mix Proses pasteurisasi Ceceran air Panas Proses freezing Proses filling (pengisian) Proses hardening Proses packaging Tumpahan Ice cream mix Tumpahan Ice cream mix Sampah fisik (kemasan) Bising Produk es krim rusak NH 3 Produk es krim rusak Sampah fisik (kemasan) 19

20 Penimbangan bahan baku Proses pencampuran bahan baku Proses persiapan Proses packaging cone Tumpahan Sampah fisik bahan baku (kemasan) Proses pendinginan cone Tumpahan bahan baku padat Sampah fisik (kemasan) Proses pembentukan cone Tumpahan adonan mix Proses penyemprotan adonan (mix) Sampah fisik (kemasan) Produk cone rusak Produk cone rusak Produk cone rusak Tumpahan adonan mix Panas Bising Persiapan bahan baku Pencetakan kemasan cup Packaging kemasan cup Sampah fisik (kemasan) Sisa polypropylene Cup rusak Cup rusak Persiapan bahan baku Pengolahan bahan baku Pengemasan Penyimpanan Sampah fisik (kulit buah) Ceceran bahan Sampah fisik (kemasan) Produk rusak 20

21 2. Evaluasi Terhadap Identifikasi Awal Aspek lingkungan yang paling berpengaruh terhadap kinerja lingkungan perusahaan : tumpahan bahan, sampah fisik (kemasan plastik, stick kayu, dan kulit buah), tumpahan ice cream, bising, dan gas NH3. 21

22 kuantitatif divalidasi kualitatif UKURAN ASPEK LINGKUNGAN LINGKUNGAN ASPEK KUANTITATIF Bahan baku Bahan baku es krim Tumpahan bahan baku TUJUAN KEPI No. KEPI Mempersiapkan bahan susu skim sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan Mengurangi tumpahan bahan baku saat pencampuran bahan baku BATAS Nilai ph 1 6,5-6,7 Kadar air 2 63% Kadar lemak 3 11,5% Viskositas 4 1,5-2,0 cp Densitas 5 1,027-1,035 gr/cm 3 tumpahan bahan baku 6 1% 22

23 UKURAN ASPEK LINGKUNGAN LINGKUNGAN ASPEK KUANTITATIF Produk Kualitas produk Menghasilkan produk yang berkualitas tinggi sesuai dengan standart yang telah ditentukan perusahaan Utilitas Pendistribusian produk Pemanfaatan waste produksi Kualitas fresh water Kebocoran fresh water Air untuk mencuci peralatan produksi TUJUAN KEPI No. KEPI Menjaga kualitas produk agar dapat sampai ke konsumen dengan keadaan baik Memanfaatkan waste produksi atau gagal produksi untuk dimanfaatkan maupun diproduksi ulang Mempersiapkan fresh water (air bersih) yang berkualitas dalam proses produksi Mengurangi kebocoran fresh water Menghemat pemakaian air pada aktivitas pencucian peralatan pabrik BATAS Suhu produk 7-25ºC Densitas produk 8 0,83 gr/cm 3 Suhu truk 9 Max -10ºC sebelum memuat produk Suhu produk 10 Max -15ºC Suhu indikator 11 Max -18ºC truk sebelum pendistribusian %waste gagal 12 75% produksi yang direcycle di bagian produksi Kadar ph Turbidity 14 Max 5 FTU terjadinya kebocoran fresh water debit air untuk pencucian peralatan 15 1% m 3 /jam 23

24 UKURAN LINGKUNGAN ASPEK KUANTITATIF Limbah ASPEK LINGKUNGAN Waste water (limbah cair) TUJUAN KEPI No. KEPI Memenuhi baku mutu limbah cair sesuai dengan peraturan perundangan yaitu Keputusan Gubernur Jatim no. 45 Tahun 2002 BATAS Kadar BOD 5 17 Max 50 mg/l Kadar COD 18 Max 150 mg/l Kadar TDS 19 Max 250 mg/l Kadar TSS 20 Max 50 mg/l Kadar besi (Fe) 21 Max 30 mg/l Kadar nitrate (NO 3 -N) Kadar nitrite (NO 2 -N) Kadar phosphate (PO 4 ) 22 Max 50 mg/l 23 Max 5 mg/l 24 Max 20 mg/l Detergent 25 Max 5 mg/l Kadar ammonium (NH 4 ) Kadar chloride (Cl) 26 Max 15 mg/l 27 Max 500 mg/l Kadar ph Minyak dan lemak 29 Max 30 mg/l 24

25 UKURAN ASPEK LINGKUNGAN LINGKUNGAN ASPEK KUANTITATIF Limbah Limbah udara inside (emisi) Aktivitas produksi Limbah udara outside (ambien) Noise (inside) Panas TUJUAN KEPI No. KEPI Memenuhi baku mutu limbah udara inside sesuai dengan SK Gub. KDH TK. I Jawa Timur no. 129/1996 Memenuhi baku mutu limbah udara ambien sesuai dengan SK Gub. KDH TK. I Jawa Timur no. 129/1996 Memenuhi baku mutu kebisingan dalam lingkungan kerja sesuai dengan SK. Menteri Tenaga Kerja no. Kep- 51/MEN/1999 Memenuhi baku mutu tingkat panas dalam lingkungan kerja sesuai dengan Keputusan Menteri Tenaga Kerja no. Kep-51/MEN/1999 BATAS Sulfur dioksida (SO 2 ) 30 Max 800 mg/m 3 Nitrogen dioksida (NO 2 ) 31 Max 1000 mg/m 3 Kadar gas klorin (CL 2 ) 32 Max 15 mg/m 3 Kadar NH 3 33 Max 1 mg/m 3 Partikel 34 Max 230 mg/m 3 Oksida Nitrogen (NO x ) 35 Max 0,5 ppm Karbon monoksida (CO) 36 Max 20 ppm Sulfur Dioksida (SO 2 ) 37 Max 0,01 ppm Timah Hitam (Pb) 38 Max 9,26 ppm Amonia (NH 3 ) 39 Max 2 ppm Debu (partikel) 40 Max 0,26 ppm Kebisingan (dba) 41 Max 85 dba (8 jam) Suhu dalam C ºC 25

26 UKURAN ASPEK LINGKUNGAN LINGKUNGAN ASPEK KUANTITATIF K3 Program K3 Meminimalkan jumlah kecelakaan kerja perbulan Kebakaran di area plant TUJUAN KEPI No. KEPI Meminimalkan jumlah karyawan yang izin karena sakit Meningkatkan jumlah Alat Pelindung Diri (APD) sesuai dengan jumlah karyawan Meminimalkan dan meniadakan terjadinya kebakaran di area plant kecelakaan kerja per periode karyawan izin sakit per periode %ketersediaan APD per hari karyawan yang memakai APD perhari kebakaran per periode BATAS 43 kecelakaan kerja = 0 44 Turun 5% dari tahun sebelumnya %/hari %/hari 47 kebakaran = 0 26

27 UKURAN ASPEK LINGKUNGAN LINGKUNGAN ASPEK KUANTITATIF Efisiensi Efisiensi mesin mixing (pencampuran) Efisiensi mesin pasteurisasi Efisiensi mesin homogenisasi Efisiensi mesin aging Efisiensi mesin filling (pengisian) Efisiensi mesin hardening (pengerasan) Efisiensi cold storage (ruang pendingin) TUJUAN KEPI No. KEPI Meningkatkan efisiensi mesin mixing Meningkatkan efisiensi mesin pasteurisasi Meningkatkan efisiensi mesin homogenisasi Meningkatkan efisiensi mesin aging Meningkatkan efisiensi mesin filling Meningkatkan efisiensi mesin hardening Meningkatkan efisiensi cold storage BATAS Suhu es krim ºC Suhu es krim ºC Suhu es krim 50 71ºC Suhu es krim ºC Total solid (TS) es krim % %Brix es krim 53 14% Kadar lemak es krim (%fat) 54 10% Viskositas es krim cp Densitas es krim 56 0,83 gr/cm 3 ph es krim 57 6,5-6,7 Suhu cetakan 58-5ºC %overrun % Suhu pengerasan 60 (-35)-(-40)ºC Suhu cold storage 61 (-25)-(-40)ºC 27

28 UKURAN LINGKUNGAN ASPEK KUALITATIF Pentaatan hukum Sumber Manusia Daya ASPEK LINGKUNGAN Pentaatan hukum Program Pelatihan Lingkungan Peran serta karyawan dalam program pelatihan lingkungan TUJUAN KEPI No. KEPI Mentaati dan memenuhi peraturan pemerintah mengenai pengelolaan lingkungan Melaksanakan program pelatihan lingkungan yang diadakan di dalam perusahaan maupun di luar perusahaan agar meningkatkan kualitas SDM serta kesadaran dalam upaya pengelolaan lingkungan Meningkatkan peran serta karyawan dalam pelaksanaan Sistem Manajemen Lingkungan (SML) Jumlah pelanggaran hukum/periode (6 bulan) Jumlah program pelatihan lingkungan di dalam perusahaan dan di luar perusahaan/periode (6 bulan) Jumlah karyawan yang mengikuti program pelatihan lingkungan di dalam perusahaan maupun di luar perusahaan/periode (6 bulan) BATAS 62 Tidak ada pelangga ran hukum 63 Min 1 pelatihan orang 28

29 UKURAN LINGKUNGAN ASPEK KUALITATIF Sumber Manusia Strategi perusahaan Daya ASPEK LINGKUNGAN Program pelatihan K3 Komitmen dan tanggung jawab karyawan atas program K3 Program pengauditan Penghargaan publik TUJUAN KEPI No. KEPI Melaksanakan program pelatihan K3 yang diadakan dalam lingkungan perusahaan maupun di luar perusahaan untuk meningkatkan kualitas SDM serta kesadaran dalam upaya menjaga keselamatan dan kesehatan kerja Meningkatkan peran serta karyawan terhadap upaya menjaga keselamatan dan kesehatan kerja Mengevaluasi kinerja lingkungan perusahaan Meningkatkan kepercayaan publik, konsumen, dan stakeholder dalam hal pencapaian kinerja lingkungan perusahaan Jumlah program pelatihan K3/periode (6 bulan) Jumlah karyawan yang mengikuti program pelatihan K3, baik di dalam maupun di luar perusahaan Jumlah program pengauditan/periode (6 bulan) Jumlah penghargaan tentang lingkungan yang berhasil diraih/periode (6 bulan) BATAS 65 3 buah program pelatihan dalam 1 periode (6 bulan) orang 67 Min 4 program 68 1 penghargaan dalam 1 periode (6 bulan) 29

30 Hasil Pembobotan dengan AHP KEPI Bobot KEPI KEPI Bobot KEPI KEPI Bobot KEPI KEPI Bobot KEPI KEPI Bobot KEPI

31 PERFORMANCE SCORE FINAL SCORE WEIGHT VALUE KEPI 1 KEPI 2 Dst.. Pencapaian periode I Estimasi tertinggi interpolasi Pencapaian periode II interpolasi Pencapaian terburuk Bobot KEPI 31

32 Hasil penilaian KEPI menggunakan Objective Matrix (OMAX) dikategorikan dengan Traffic Light System ke dalam warna merah, kuning, dan hijau. Didapatkan 7 KEPI kategori warna merah, 36 KEPI kategori warna kuning, dan 25 KEPI kategori warna hijau, dengan nilai total sebesar Apabila perusahaan menerapkan skenario perbaikan, maka didapatkan 43 KEPI kategori warna kuning dan 25 KEPI kategori warna hijau, dengan nilai total sebesar menjadi 7,8435. Setelah diterapkan Skenario Perbaikan Kategori lingkungan Value Kuantitatif Kualitatif Total value 7,8435 TOTAL PENILAIAN KINERJA LINGKUNGAN Sebelum diterapkan Skenario Perbaikan Kategori lingkungan Value Kuantitatif Kualitatif Total value KEPI WARNA MERAH No. KEPI KETERANGAN SCORE 35 Kadar oksida nitrogen (NO x ) dalam limbah udara ambien 2 41 Kebisingan (dba) 2 63 Program Pelatihan Lingkungan 0 64 Peran serta karyawan dalam program pelatihan lingkungan 0 65 Program pelatihan K Komitmen dan tanggung jawab karyawan atas program K Penghargaan publik 3 32

33 Kadar NOx dalam limbah udara ambien optimalisasi mobilisasi dan penggunaan mesin kendaraan. membatasi jumlah kendaraan bermotor yang keluar masuk pabrik. mengganti bahan bakar kendaraan dengan bahan bakar yang ramah lingkungan. memasang sistem pengendalian pencemaran udara di kawasan pabrik. Kebisingan perawatan secara intensif dan berkala terhadap mesin produksi penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) bagi setiap pekerja pemberlakuan peraturan tentang keselamatan kerja, disertai sanksi yang sesuai. pelatihan secara berkala dan pengevaluasian tentang bahaya kebisingan maupun keselamatan kerja para karyawan Pelatihan Lingkungan pengevaluasian program pelatihan lingkungan secara rutin menerapkan metode pengukuran kinerja perusahaan Mengikuti program pelatihan lingkungan secara berkala. Membuat suatu SOP (Standar Operation Procedures) dalam setiap pekerjaan. 33

34 Pelatihan K3 Pengadaan program pelatihan K3 secara rutin atau berkala. Mengikutsertakan pihak manajemen dan pekerja dalam program pelatihan K3. Membuat jadwal atau pengelompokkan peserta pelatihan K3. Membiasakan para karyawan untuk memperhatikan K3, Pengevaluasian terhadap para karyawan dalam menerapkan K3 selama jam kerja Penghargaan Publik aktif dalam berbagai kegiatan lingkungan yang mengikutsertakan masyarakat umum. Berperan serta dalam berbagai seminar mengenai lingkungan Menerapkan sosialisasi peduli lingkungan kepada masyarakat umum. Mengadakan acara-acara sosial yang bertemakan lingkungan, 34

35 Sebelum diterapkan Skenario Perbaikan Setelah diterapkan Skenario Perbaikan No. KEPI KETERANGAN No. KEPI KETERANGAN 1 Nilai ph bahan baku 1 Nilai ph bahan baku 2 Kadar air bahan baku 2 Kadar air bahan baku 3 Kadar lemak bahan baku 3 Kadar lemak bahan baku 4 Viskositas bahan baku 4 Viskositas bahan baku 5 Densitas bahan baku 5 Densitas bahan baku 6 tumpahan bahan baku 6 tumpahan bahan baku 7 Suhu produk 7 Suhu produk 8 Densitas produk 8 Densitas produk 9 Suhu truk sblm memuat produk 9 Suhu truk sblm memuat produk 10 Suhu produk 10 Suhu produk 11 Suhu ind. truk sblm distribusi 11 Suhu ind. truk sblm distribusi 12 %produk cacat yg direcycl 12 %produk cacat yg direcycl 13 Kadar ph air bersih 13 Kadar ph air bersih 14 Turbidity air bersih 14 Turbidity air bersih 15 terjadinya kebocoran fresh water 15 terjadinya kebocoran fresh water 16 debit air pencucian peralatan 16 debit air pencucian peralatan 17 Kadar BOD 5 limbah cair 17 Kadar BOD 5 limbah cair 18 Kadar COD limbah cair 18 Kadar COD limbah cair 19 Kadar TDS limbah cair 19 Kadar TDS limbah cair 20 Kadar TSS limbah cair 20 Kadar TSS limbah cair 21 Kadar Fe limbah cair 21 Kadar Fe limbah cair 35

36 Sebelum diterapkan Skenario Perbaikan Setelah diterapkan Skenario Perbaikan No. KEPI KETERANGAN No. KEPI KETERANGAN 21 Kadar Fe limbah cair 21 Kadar Fe limbah cair 22 Kadar NO 3 -N limbah cair 22 Kadar NO 3 -N limbah cair 23 Kadar NO 2 -N limbah cair 23 Kadar NO 2 -N limbah cair 24 Kadar PO 4 limbah cair 24 Kadar PO 4 limbah cair 25 Kadar detergen limbah cair 25 Kadar detergen limbah cair 26 Kadar NH 4 dalam limbah cair 26 Kadar NH 4 dalam limbah cair 27 Kadar chloride (Cl) dari limbah cair 27 Kadar chloride (Cl) dari limbah cair 28 Kadar ph dari limbah cair 28 Kadar ph dari limbah cair 29 Minyak & lemak dari limbah cair 29 Minyak & lemak dari limbah cair 30 Kadar SO 2 dari limbah udara emisi 30 Kadar SO 2 dari limbah udara emisi 31 Kadar NO 2 dari limbah udara emisi 31 Kadar NO 2 dari limbah udara emisi 32 Kadar CL 2 limbah udara emisi 32 Kadar CL 2 limbah udara emisi 33 Kadar NH 3 limbah udara emisi 33 Kadar NH 3 limbah udara emisi 34 Partikel dalam limbah udara emisi 34 Partikel dalam limbah udara emisi 35 Kadar NO x limbah udara ambien 35 Kadar NO x limbah udara ambien 36 kadar CO limbah udara ambien 36 kadar CO limbah udara ambien 37 kadar SO 2 limbah udara ambien 37 kadar SO 2 limbah udara ambien 38 kadar Pb limbah udara ambien 38 kadar Pb limbah udara ambien 39 kadar NH 3 limbah udara ambien 39 kadar NH 3 limbah udara ambien 40 Kadar partikel limbah udara ambien 40 Kadar partikel limbah udara ambien 41 Kebisingan (dba) 41 Kebisingan (dba) 42 Suhu (panas) lingkungan 42 Suhu (panas) lingkungan 36

37 Sebelum diterapkan Skenario Perbaikan Setelah diterapkan Skenario Perbaikan No. KEPI KETERANGAN No. KEPI KETERANGAN 43 kecelakaan kerja /periode 43 kecelakaan kerja /periode 44 karyawan izin sakit /periode 44 karyawan izin sakit /periode 45 %ketersediaan APD /hari 45 %ketersediaan APD /hari 46 karyawan memakai APD /hari 46 karyawan memakai APD /hari 47 kebakaran per periode 47 kebakaran per periode 48 Suhu es krim saat mixing 48 Suhu es krim saat mixing 49 Suhu es krim saat pasteurisasi 49 Suhu es krim saat pasteurisasi 50 Suhu es krim saat homogenisasi 50 Suhu es krim saat homogenisasi 51 Suhu es krim saat aging 51 Suhu es krim saat aging 52 Total solid (TS) es krim saat aging 52 Total solid (TS) es krim saat aging 53 %Brix es krim saat aging 53 %Brix es krim saat aging 54 Kadar lemak es krim saat aging 54 Kadar lemak es krim saat aging 55 Viskositas es krim saat aging 55 Viskositas es krim saat aging 56 Densitas es krim saat aging 56 Densitas es krim saat aging 57 ph es krim saat aging 57 ph es krim saat aging 58 Suhu cetakan saat filling 58 Suhu cetakan saat filling 59 %overrun saat filling 59 %overrun saat filling 60 Suhu pengerasan 60 Suhu pengerasan 61 Suhu cold storage 61 Suhu cold storage 62 Jumlah pelanggaran hukum/periode 62 Jumlah pelanggaran hukum/periode 63 Program Pelatihan Lingkungan 63 Program Pelatihan Lingkungan 37

38 Sebelum diterapkan Skenario Perbaikan Setelah diterapkan Skenario Perbaikan No. KEPI KETERANGAN No. KEPI KETERANGAN 64 Peran serta karyawan dlm pelatihan lingkungan 64 Peran serta karyawan dlm pelatihan lingkungan 65 Program pelatihan K3 65 Program pelatihan K3 66 Tanggung jawab karyawan atas program K3 66 Tanggung jawab karyawan atas program K3 67 Jumlah program pengauditan/periode 67 Jumlah program pengauditan/periode 68 Penghargaan publik 68 Penghargaan publik 38

39 Perencanaan sistem pengukuran kinerja lingkungan (SPKL) mengacu pada model IEPMS (Integrated Environment Performance Measurement) dengan sistem Plan-Do- Check-Act, yang pengukurannya dilakukan secara kuantitatif (operasional) dan kualitatif (manajerial). Hasil identifikasi aspek-aspek dan dampak lingkungan pada keseluruhan aktivitas di PT. Campina Ice Cream Industry dapat dirancang 68 KEPI (Key to Environment Performance Indicator), yang terdiri dari 61 KEPI kategori kuantitatif dan 7 KEPI kualitatif. Nilai kinerja lingkungan PT. Campina Ice Cream Industry dari hasil pembobotan dengan metode Analytic Hierarchy Process (AHP) dan metode Objective Matrix (OMAX) adalah sebesar 6,6311 dan berada dalam Traffic Light System kategori warna kuning yang berarti bahwa kinerja lingkungan PT. Campina Ice Cream Industry masih perlu dilakukan pengawasan dan perbaikan oleh pihak perusahaan untuk meningkatkan kinerja lingkungannya. Sedangkan secara keseluruhan, pada PT. Campina Ice Cream Industry terdapat 7 KEPI kategori warna merah, 36 KEPI kategori warna kuning, dan 25 KEPI kategori warna hijau. Skenario perbaikan kinerja lingkungan dapat meningkatkan performasi kinerja lingkungan perusahaan, dimana dari hasil perhitungan dengan metode Objective Matrix (OMAX) didapatkan nilai sebesar

PENGUKURAN KINERJA LINGKUNGAN DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS

PENGUKURAN KINERJA LINGKUNGAN DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS PENGUKURAN KINERJA LINGKUNGAN DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) DAN INTEGRATED ENVIRONMENT PERFORMANCE MEASUREMENT SYSTEM (IEPMS) PADA PT. CAMPINA ICE CREAM INDUSTRY THE MEASUREMENT OF ENVIRONMENTAL

Lebih terperinci

Pengukuran Kinerja Lingkungan Menggunakan Pendekatan Integrated Environment Performance Measurement System di RSUD Sekarwangi Cibadak, Sukabumi

Pengukuran Kinerja Lingkungan Menggunakan Pendekatan Integrated Environment Performance Measurement System di RSUD Sekarwangi Cibadak, Sukabumi Pengukuran Kinerja Lingkungan Menggunakan Pendekatan Integrated Environment Performance Measurement System di RSUD Sekarwangi Cibadak, Sukabumi Aftina Damasari Abdullah 1), Aviasti 2), Nur Rahman Assad

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 1.1. Metode Penelitian Metodologi penelitian merupakan gambaran proses atau tahapan-tahapan penelitian yang harus ditetapkan terlebih dahulu sehingga menjadi suatu kerangka

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAAN 35 BAB III METODOLOGI PENELITIAAN 3.1 Metodologi Penelitian Metodologi penelitian bertujuan untuk memberikan kerangka penelitian yang sistematis sehingga dapat memberikan kesesuaian antara tujuan penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. produk atau jasa. Melalui produktivitas, perusahaan dapat pula mengetahui. melakukan peningkatan produktivitas.

BAB I PENDAHULUAN. produk atau jasa. Melalui produktivitas, perusahaan dapat pula mengetahui. melakukan peningkatan produktivitas. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Produktivitas telah menjadi hal yang sangat penting bagi perusahaanperusahaan dikarenakan sebagai suatu sarana untuk mempromosikan sebuah produk atau jasa.

Lebih terperinci

Perancangan Integrated Environmental Performance Measurement System Di Rumah Sakit

Perancangan Integrated Environmental Performance Measurement System Di Rumah Sakit https://doi.org/10.22219/jtiumm.vol18.no1.9-18 Perancangan Integrated Environmental Performance Measurement System Di Rumah Sakit Chandra Kurniawan *, Ahmad Mubin, Heri Mujayin Kholik Jurusan Teknik Industri,

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM PENGUKURAN KINERJA LINGKUNGAN DENGAN PENDEKATAN INTEGRATED ENVIROMENTAL PERFORMANCE MEASUREMENT SYSTEM AHP

PERANCANGAN SISTEM PENGUKURAN KINERJA LINGKUNGAN DENGAN PENDEKATAN INTEGRATED ENVIROMENTAL PERFORMANCE MEASUREMENT SYSTEM AHP PERANCANGAN SISTEM PENGUKURAN KINERJA LINGKUNGAN DENGAN PENDEKATAN INTEGRATED ENVIROMENTAL PERFORMANCE MEASUREMENT SYSTEM AHP Shanti Kirana Anggraeni, Sirajuddin, Prasetiyo Nugroho Jurusan Teknik Industri

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/331/KPTS/013/2012 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/331/KPTS/013/2012 TENTANG GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/331/KPTS/013/2012 TENTANG PENUNJUKAN PT. ENVILAB INDONESIA SEBAGAI LABORATORIUM LINGKUNGAN DI JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/331/KPTS/013/2012 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/331/KPTS/013/2012 TENTANG GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/331/KPTS/013/2012 TENTANG PENUNJUKAN PT. ENVILAB INDONESIA SEBAGAI LABORATORIUM LINGKUNGAN DI JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN. SISTEM PENGOLAHAN LIMBAH CAIR, PADAT dan GAS di BAGIAN EKSPLORASI PRODUKSI (EP)-I PERTAMINA PANGKALAN SUSU TAHUN 2008

KUESIONER PENELITIAN. SISTEM PENGOLAHAN LIMBAH CAIR, PADAT dan GAS di BAGIAN EKSPLORASI PRODUKSI (EP)-I PERTAMINA PANGKALAN SUSU TAHUN 2008 KUESIONER PENELITIAN SISTEM PENGOLAHAN LIMBAH CAIR, PADAT dan GAS di BAGIAN EKSPLORASI PRODUKSI (EP)-I PERTAMINA PANGKALAN SUSU TAHUN 2008 Nama Perusahaan Jenis Industri Lokasi Kegiatan : PT. Pertamina

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: pengukuran kinerja, stakeholder, kpi

ABSTRAK. Kata kunci: pengukuran kinerja, stakeholder, kpi ABSTRAK Perusahaan belum pernah menerapkan pengukuran kinerja terhadap pihakpihak yang berhubungan dengan perusahaan.. Melihat hal tersebut penelitian ini bertujuan untuk melakukan pengukuran kinerja.

Lebih terperinci

Skripsi. Diajukan Kepada Universitas Muhammadiyah Malang. Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Akademik. Dalam Menyelesaikan Program Sarjana Teknik

Skripsi. Diajukan Kepada Universitas Muhammadiyah Malang. Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Akademik. Dalam Menyelesaikan Program Sarjana Teknik Perancangan Sistem dan Pengukuran Kinerja Lingkungan Pada Unit Pengolahan Limbah Rumah Sakit dengan Metode Integrated Environmental Performance Measurement System (IEPMS) dan Objective Matrix ( OMAX )

Lebih terperinci

Perancangan dan Pengukuran Sistem Kinerja Lingkungan untuk Mendukung Proper pada Industri Gas

Perancangan dan Pengukuran Sistem Kinerja Lingkungan untuk Mendukung Proper pada Industri Gas Volume 10, Nomor 1, Oktober 2017, 61-72 ISSN 2549-7790 (Online) ISSN 1979-7192 (Print) https://journal.unesa.ac.id/index.php/bisma/index Anindita Etri Wulandari 1, Iwan Vanany 2 Institut Teknologi Sepuluh

Lebih terperinci

PENINGKATAN KINERJA PERUSAHAAN KEMASAN PLASTIK DENGAN PENDEKATAN METODE PERFORMANCE PRISM DAN OBJECTIVE MATRIX

PENINGKATAN KINERJA PERUSAHAAN KEMASAN PLASTIK DENGAN PENDEKATAN METODE PERFORMANCE PRISM DAN OBJECTIVE MATRIX PENINGKATAN KINERJA PERUSAHAAN KEMASAN PLASTIK DENGAN PENDEKATAN METODE PERFORMANCE PRISM DAN OBJECTIVE MATRIX Vita Rias Prastika 1*, Ahmad Mubin 2*, Shanty Kusuma Dewi 3 1,2,3 Jurusan Teknik Industri,

Lebih terperinci

Makalah Baku Mutu Lingkungan

Makalah Baku Mutu Lingkungan Makalah Baku Mutu Lingkungan 1.1 Latar Belakang Pembangunan sumber daya alam dan lingkungan hidup seyogyanya menjadi acuan bagi kegiatan berbagai sektor pembangunan agar tercipta keseimbangan dan kelestarian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya pembangunan fisik kota dan pusat-pusat industri, kualitas udara

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya pembangunan fisik kota dan pusat-pusat industri, kualitas udara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Udara merupakan faktor yang penting dalam kehidupan, namun dengan meningkatnya pembangunan fisik kota dan pusat-pusat industri, kualitas udara telah mengalami

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metodologi penelitian bertujuan untuk memberikan kerangka penelitian yang sistematis sehingga dapat memberikan kesesuaian antara tujuan penelitian dengan

Lebih terperinci

Lampiran 1 CHECK LIST PRAKUALIFIKASI CSMS

Lampiran 1 CHECK LIST PRAKUALIFIKASI CSMS Lampiran 1 CHECK LIST PRAKUALIFIKASI CSMS PRAKUALIFIKASI CSMS 3.1. PROFIL KONTRAKTOR 1. Nama Perusahaan : Alamat Pos : Nomor Telephone/Fax :... Email : 2. Anggota Direksi NO JABATAN NAMA PENDIDIKAN TERAKHIR

Lebih terperinci

STUDI PENGELOLAAN LIMBAH PADAT & CAIR PT X - PASURUAN SEBAGAI UPAYA PENERAPAN PROSES PRODUKSI BERSIH

STUDI PENGELOLAAN LIMBAH PADAT & CAIR PT X - PASURUAN SEBAGAI UPAYA PENERAPAN PROSES PRODUKSI BERSIH Laporan Tugas Akhir STUDI PENGELOLAAN LIMBAH PADAT & CAIR PT X - PASURUAN SEBAGAI UPAYA PENERAPAN PROSES PRODUKSI BERSIH Oleh: Didit Fitriawan 3305.100.042 Dosen Pembimbing : Ir. Ati Hartati, M.Sc JURUSAN

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengukuran Kinerja Secara umum istilah kinerja digunakan untuk menyebut prestasi atau tingkat keberhasilan induvidu maupun kelompok individu. Kinerja adalah gambaran mengenai

Lebih terperinci

Pasal 1 Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan: 1. Usaha dan/atau kegiatan pembangkit listrik tenaga termal adalah usaha dan/atau kegiatan

Pasal 1 Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan: 1. Usaha dan/atau kegiatan pembangkit listrik tenaga termal adalah usaha dan/atau kegiatan SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 08 TAHUN 2009 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA TERMAL MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang

Lebih terperinci

LEMBAR OBSERVASI. 1. Sebutkan bahan baku pembuatan makanan olahan (food division) Nugget yang. memproduksi Golden Fiesta, Fiesta, Champ Dan Okey :

LEMBAR OBSERVASI. 1. Sebutkan bahan baku pembuatan makanan olahan (food division) Nugget yang. memproduksi Golden Fiesta, Fiesta, Champ Dan Okey : 179 LAMPIRAN I LEMBAR OBSERVASI SISTEM PENGELOLAAN LIMBAH PADAT DAN CAIR PADA PABRIK FOOD DIVISION PT.CHAROEN POKPHAND INDONESIA KAWASAN INDUSTRI MEDAN (KIM) MABAR KECAMATAN MEDAN DELI SUMATERA UTARA TAHUN

Lebih terperinci

KLASIFIKASI LIMBAH. Oleh: Tim pengampu mata kuliah Sanitasi dan Pengolahan Limbah

KLASIFIKASI LIMBAH. Oleh: Tim pengampu mata kuliah Sanitasi dan Pengolahan Limbah KLASIFIKASI LIMBAH Oleh: Tim pengampu mata kuliah Sanitasi dan Pengolahan Limbah 1 Pengertian Limbah Limbah: "Zat atau bahan yang dibuang atau dimaksudkan untuk dibuang atau diperlukan untuk dibuang oleh

Lebih terperinci

STRATEGI TEKNOLOGI PRODUKSI BERSIH MELALUI TATA KELOLA YANG APIK (GHK)

STRATEGI TEKNOLOGI PRODUKSI BERSIH MELALUI TATA KELOLA YANG APIK (GHK) J. Tek. Ling Edisi Khusus Hal. 15-19 Jakarta Juli 2008 ISSN 1441-318X STRATEGI TEKNOLOGI PRODUKSI BERSIH MELALUI TATA KELOLA YANG APIK (GHK) Indriyati Peneliti di Pusat Teknologi Lingkungan Badan Pengkajian

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. Akan tetapi udara yang benar-benar bersih saat ini sudah sulit diperoleh, khususnya

BAB 1 : PENDAHULUAN. Akan tetapi udara yang benar-benar bersih saat ini sudah sulit diperoleh, khususnya 1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Udara merupakan unsur yang sangat penting untuk mempertahankan kehidupan manusia, hewan, dan tumbuhan semuanya membutuhkan udara untuk mempertahankan hidupnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Udara merupakan komponen yang sangat penting untuk keberlangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lainnya. Tingkat pencemaran udara di Kota Padang cukup tinggi. Hal

Lebih terperinci

DOKUMEN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP (DPLH)

DOKUMEN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP (DPLH) DOKUMEN PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP MATRIKS PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP PUSKESMAS KEBONDALEM 1. Kualitas Udara dan debu Sumber Aktivitas lalul lintas kendaraan diluar dan area parkir berpotensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisikan latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan laporan. 1.1 Latar Belakang Istilah keberlanjutan (sustainability)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Namun disamping itu, industri yang ada tidak hanya menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Namun disamping itu, industri yang ada tidak hanya menghasilkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meningkatnya sektor industri pertanian meningkatkan kesejahteraan dan mempermudah manusia dalam pemenuhan kebutuhan hidup. Namun disamping itu, industri yang ada tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Hal ini disebabkan karena manusia memerlukan daya dukung unsur unsur

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Hal ini disebabkan karena manusia memerlukan daya dukung unsur unsur BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Interaksi manusia dengan lingkungan hidupnya merupakan suatu proses yang wajar dan terlaksana sejak manusia itu dilahirkan sampai ia meninggal dunia. Hal ini disebabkan

Lebih terperinci

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, S A L I N A N PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 04 TAHUN 2007 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN MINYAK DAN GAS SERTA PANAS BUMI MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Studi ini menyajikan analisis mengenai kualitas udara di Kota Tangerang pada beberapa periode analisis dengan pengembangan skenario sistem jaringan jalan dan variasi penerapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kota lebih banyak mencerminkan adanya perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kota lebih banyak mencerminkan adanya perkembangan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kota lebih banyak mencerminkan adanya perkembangan fisik kota yang ditentukan oleh pembangunan sarana dan prasarana. Lahan yang seharusnya untuk penghijauan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kualitas lingkungan yang baik merupakan hal penting dalam menunjang kehidupan manusia di dunia.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kualitas lingkungan yang baik merupakan hal penting dalam menunjang kehidupan manusia di dunia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kualitas lingkungan yang baik merupakan hal penting dalam menunjang kehidupan manusia di dunia. Dewasa ini, penurunan kualitas lingkungan menjadi bahan petimbangan

Lebih terperinci

Globalisasi perekonomian menimbulkan pencemaran dan memunculkan kepedulian terhadap lingkungan. ISO mengembangkan standar spesifik lingkungan bagi

Globalisasi perekonomian menimbulkan pencemaran dan memunculkan kepedulian terhadap lingkungan. ISO mengembangkan standar spesifik lingkungan bagi AUDIT LINGKUNGAN Globalisasi perekonomian menimbulkan pencemaran dan memunculkan kepedulian terhadap lingkungan. ISO mengembangkan standar spesifik lingkungan bagi industri dan jasar AMDAL sebagai salah

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI KAWASAN INDUSTRI MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI KAWASAN INDUSTRI MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, SALINAN Menimbang : PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI KAWASAN INDUSTRI MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, a. bahwa dalam rangka pelestarian fungsi

Lebih terperinci

MANAJEMEN BIAYA LINGKUNGAN

MANAJEMEN BIAYA LINGKUNGAN Pert 8 MANAJEMEN BIAYA LINGKUNGAN HARIRI, SE., M.Ak Universitas Islam Malang 2017 Biaya lingkungan mendapatkan perhatian yang semakin besar dalam manajemen perusahaan. Peraturan mengenai lingkungan menjadi

Lebih terperinci

PENCEMARAN LINGKUNGAN. Purwanti Widhy H, M.Pd

PENCEMARAN LINGKUNGAN. Purwanti Widhy H, M.Pd PENCEMARAN LINGKUNGAN Purwanti Widhy H, M.Pd Pengertian pencemaran lingkungan Proses terjadinya pencemaran lingkungan Jenis-jenis pencemaran lingkungan PENGERTIAN PENCEMARAN LINGKUNGAN Berdasarkan UU Pokok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan sektor industri terus dipacu pertumbuhan dan pengembangannya dalam upaya memberikan kontribusi positif pada pengembangan ekonomi skala nasional dan daerah.

Lebih terperinci

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN GUBERNUR PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR : 169 TAHUN 2003

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN GUBERNUR PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR : 169 TAHUN 2003 KEPUTUSAN PROPINSI NOMOR : 169 TAHUN 2003 TENTANG BAKU MUTU EMISI SUMBER TIDAK BERGERAK DI PROPINSI Menimbang Mengingat : a. Bahwa Baku Mutu Lingkungan Daerah untuk wilayah propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

Lebih terperinci

SOSIALISASI KRITERIA HIJAU DAN EMAS PROPER 2013

SOSIALISASI KRITERIA HIJAU DAN EMAS PROPER 2013 SOSIALISASI KRITERIA HIJAU DAN EMAS PROPER 2013 Kriteria Penilaian Sistem Manajemen Lingkungan, Penurunan Emisi dan Efisiensi Energi Disampaikan oleh Herry Hamdani Kementerian Lingkungan Hidup Jakarta,

Lebih terperinci

ISO Sistem Manajemen Lingkungan. MRY, Departemen Teknologi Industri Pertanian, IPB

ISO Sistem Manajemen Lingkungan. MRY, Departemen Teknologi Industri Pertanian, IPB ISO 14001 Sistem Manajemen Lingkungan Apa itu SML? Suatu sistem untuk mengevaluasi resiko lingkungan sehingga dapat dikelola dengan cara yang konsisten. Prosesnya sistematis dan komprehensif, meliputi

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. b. c. bahwa udara sebagai sumber daya alam yang mempengaruhi

Lebih terperinci

LEMBAR OBSERVASI UNTUK PIMPINAN ATAU PEGAWAI DI BIDANG LINGKUNGAN ANALISIS PENGOLAHAN LIMBAH PADA PLTU LABUHAN ANGIN DI KABUPATEN TAPANULI TENGAH

LEMBAR OBSERVASI UNTUK PIMPINAN ATAU PEGAWAI DI BIDANG LINGKUNGAN ANALISIS PENGOLAHAN LIMBAH PADA PLTU LABUHAN ANGIN DI KABUPATEN TAPANULI TENGAH Lampiran 1. Lembar Observasi LEMBAR OBSERVASI UNTUK PIMPINAN ATAU PEGAWAI DI BIDANG LINGKUNGAN ANALISIS PENGOLAHAN LIMBAH PADA PLTU LABUHAN ANGIN DI KABUPATEN TAPANULI TENGAH I. Identitas Perusahaan Nama

Lebih terperinci

JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA PENCEMARAN Polusi atau pencemaran lingkungan adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat energi, dan atau

Lebih terperinci

Kawasaki Motor Indonesia Green Industry Sumber Limbah

Kawasaki Motor Indonesia Green Industry Sumber Limbah Bab ii Limbah pt. Kawasaki motor indonesia 2.1. Sumber Limbah Dalam pelaksanaan kegiatan perakitan tersebut, PT. Kawasaki banyak menggunakan air untuk proses produksi (terutama untuk proses pengecatan)

Lebih terperinci

STUDI IMPLEMENTASI PENERAPAN INDUSTRI HIJAU PADA GALANGAN KAPAL BAJA. Oleh: Gangsar Anugrah Tirta P

STUDI IMPLEMENTASI PENERAPAN INDUSTRI HIJAU PADA GALANGAN KAPAL BAJA. Oleh: Gangsar Anugrah Tirta P STUDI IMPLEMENTASI PENERAPAN INDUSTRI HIJAU PADA GALANGAN KAPAL BAJA Oleh: Gangsar Anugrah Tirta P 4108100055 IKHTISAR Menjadikan galangan kapal menjadi industri yang mampu menerapkan konsep industri hijau.

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 07 TAHUN 2007 TENTANG BAKU MUTU EMISI SUMBER TIDAK BERGERAK BAGI KETEL UAP

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 07 TAHUN 2007 TENTANG BAKU MUTU EMISI SUMBER TIDAK BERGERAK BAGI KETEL UAP SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 07 TAHUN 2007 TENTANG BAKU MUTU EMISI SUMBER TIDAK BERGERAK BAGI KETEL UAP MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelestarian

Lebih terperinci

TARIF LAYANAN JASA TEKNIS BADAN PENGKAJIAN KEBIJAKAN, IKLIM DAN MUTU INDUSTRI BALAI RISET DAN STANDARDISASI INDUSTRI SAMARINDA

TARIF LAYANAN JASA TEKNIS BADAN PENGKAJIAN KEBIJAKAN, IKLIM DAN MUTU INDUSTRI BALAI RISET DAN STANDARDISASI INDUSTRI SAMARINDA TARIF LAYANAN JASA TEKNIS BALAI RISET DAN STANDARDISASI INDUSTRI SAMARINDA BADAN PENGKAJIAN KEBIJAKAN, IKLIM DAN MUTU INDUSTRI BALAI RISET DAN STANDARDISASI INDUSTRI SAMARINDA Jl. M.T. Haryono / Banggeris

Lebih terperinci

PENGUKURAN KINERJA SUPPLY CHAIN

PENGUKURAN KINERJA SUPPLY CHAIN PENGUKURAN KINERJA SUPPLY CHAIN BERDASARKAN PROSES INTI PADA SUPPLY CHAIN OPERATION REFERENCE (SCOR) (Studi Kasus Pada PT Arthawenasakti Gemilang Malang) PERFORMANCE MEASUREMENT SUPPLY CHAIN BASED ON CORE

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sungai maupun pencemaran udara (Sunu, 2001). dan dapat menjadi media penyebaran penyakit (Agusnar, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. sungai maupun pencemaran udara (Sunu, 2001). dan dapat menjadi media penyebaran penyakit (Agusnar, 2007). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berkembangnya sektor industri dan pemanfaatan teknologinya tercipta produk-produk untuk dapat mencapai sasaran peningkatan kualitas lingkungan hidup. Dengan peralatan

Lebih terperinci

SISTEM PENGOLAHAN LIMBAH CAIR, PADAT DAN GAS DI BAGIAN EKSPLORASI PRODUKSI (EP)-I PERTAMINA PANGKALAN SUSU TAHUN 2008

SISTEM PENGOLAHAN LIMBAH CAIR, PADAT DAN GAS DI BAGIAN EKSPLORASI PRODUKSI (EP)-I PERTAMINA PANGKALAN SUSU TAHUN 2008 SISTEM PENGOLAHAN LIMBAH CAIR, PADAT DAN GAS DI BAGIAN EKSPLORASI PRODUKSI (EP)-I PERTAMINA PANGKALAN SUSU TAHUN 2008 SKRIPSI Oleh : RUTH DAMAYANTI M NIM. 021000007 FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS

Lebih terperinci

b. Dampak Pencemaran oleh Nitrogen Oksida Gas Nitrogen Oksida memiliki 2 sifat yang berbeda dan keduanya sangat berbahaya bagi kesehatan.

b. Dampak Pencemaran oleh Nitrogen Oksida Gas Nitrogen Oksida memiliki 2 sifat yang berbeda dan keduanya sangat berbahaya bagi kesehatan. 1. Sejarah Perkembangan Timbulnya Pencemaran Kemajuan industri dan teknologi dimanfaatkan oleh manusia untuk meningkatkan kualitas hidupnya. Sudah terbukti bahwa industri dan teknologi yang maju identik

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA PRESI DEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA PRESI DEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA PRESI DEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : Bahwa udara sebagai sumber daya alam yang mempengaruhi kehidupan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP. Baku Mutu Air Limbah. Migas. Panas Bumi.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP. Baku Mutu Air Limbah. Migas. Panas Bumi. No.582, 2010 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP. Baku Mutu Air Limbah. Migas. Panas Bumi. PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2010 TENTANG

Lebih terperinci

DAMPAK PEMBANGUNAN PADA KUALITAS UDARA

DAMPAK PEMBANGUNAN PADA KUALITAS UDARA DAMPAK PEMBANGUNAN PADA KUALITAS UDARA Dampak pencemaran udara debu dan lainnya Keluhan-keluhan tentang pencemaran di Jepang (Sumber: Komisi Koordinasi Sengketa Lingkungan) Sumber pencemaran udara Stasiun

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM DAN PENGUKURAN KINERJA LINGKUNGAN DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN INTEGRATED ENVIRONMENTAL PERFORMANCE MEASUREMENT SYSTEM

PERANCANGAN SISTEM DAN PENGUKURAN KINERJA LINGKUNGAN DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN INTEGRATED ENVIRONMENTAL PERFORMANCE MEASUREMENT SYSTEM PERANCANGAN SISTEM DAN PENGUKURAN KINERJA LINGKUNGAN DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN INTEGRATED ENVIRONMENTAL PERFORMANCE MEASUREMENT SYSTEM (IEPMS) ANALYTICAL NETWORK PROCESS (ANP) DI PT. MERMAID TEXTILE

Lebih terperinci

Oleh: Ridzky Nanda Seminar Tugas Akhir

Oleh: Ridzky Nanda Seminar Tugas Akhir Seminar Tugas Akhir STUDI PENGELOLAAN LIMBAH INDUSTRI SEBAGAI UPAYA PENERAPAN PRODUKSI BERSIH DI PABRIK KELAPA SAWIT AEK NABARA SELATAN PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III STUDY OF WASTE INDUSTRIAL MANAGEMENT

Lebih terperinci

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 19 TAHUN 2010 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN MINYAK DAN GAS SERTA PANAS BUMI MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam kegiatan seperti mandi, mencuci, dan minum. Tingkat. dimana saja karena bersih, praktis, dan aman.

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam kegiatan seperti mandi, mencuci, dan minum. Tingkat. dimana saja karena bersih, praktis, dan aman. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan suatu unsur penting dalam kehidupan manusia untuk berbagai macam kegiatan seperti mandi, mencuci, dan minum. Tingkat konsumsi air minum dalam kemasan semakin

Lebih terperinci

BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN BUPATI LOMBOK BARAT NOMOR 11 TAHUN 2016 T E N T A N G JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN DAERAH BUKAN PAJAK PADA BADAN LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN

Lebih terperinci

masuknya limbah industri dari berbagai bahan kimia termasuk logam berat. lingkungan tidak memenuhi syarat penghidupan bagi manusia.

masuknya limbah industri dari berbagai bahan kimia termasuk logam berat. lingkungan tidak memenuhi syarat penghidupan bagi manusia. 2.1 Pengertian Baku Mutu Lingkungan Baku mutu lingkungan adalah batas kadar yang diperkenankan bagi zat atau bahan pencemar terdapat di lingkungan dengan tidak menimbulkan gangguan terhadap makhluk hidup,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumber pencemaran udara dapat berasal dari berbagai kegiatan antara lain

BAB I PENDAHULUAN. Sumber pencemaran udara dapat berasal dari berbagai kegiatan antara lain BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber pencemaran udara dapat berasal dari berbagai kegiatan antara lain industri, transportasi, perkantoran, dan perumahan. Sumber pencemaran udara juga dapat disebabkan

Lebih terperinci

Add your company slogan. 3. Stakeholder Strategy LOGO. Add your company slogan. 4. Stakeholder Process LOGO

Add your company slogan. 3. Stakeholder Strategy LOGO. Add your company slogan. 4. Stakeholder Process LOGO 3. Stakeholder Strategy 4. Stakeholder Process 1 5. Stakeholder Capabilities Validasi Key Performance Indicator (KPI) Kuisioner ini bertujuan untuk menilai apakah KPI yang terbentuk sudah cukup mampu mempresentasikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serius seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang

BAB I PENDAHULUAN. serius seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perguruan Tinggi harus menghadapi tantangan yang semakin berat dan serius seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berlangsung cepat

Lebih terperinci

LEMBARAN DATA KESELAMATAN BAHAN menurut Peraturan (UE) No. 1907/2006

LEMBARAN DATA KESELAMATAN BAHAN menurut Peraturan (UE) No. 1907/2006 Created on: 30.08.2010 1. Identitas Bahan dan Perusahaan Informasi Produk Penggunaan Bahan / Preparat Penggunaan khusus Perusahaan: Merck KGaA * 64271 Darmstadt * Germany * Phone:+49 6151 72-0 Nomor telepon

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. kendaraan bermotor. Kendaraan bermotor mengeluarkan zat-zat berbahaya yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. kendaraan bermotor. Kendaraan bermotor mengeluarkan zat-zat berbahaya yang BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan pembangunan di berbagai bidang yang semakin meningkat apabila tidak disertai oleh upaya pengelolaan lingkungan yang baik, maka dapat mengakibatkan terjadinya

Lebih terperinci

JAMHARI KASA TARUNA NRP DOSEN PEMBIMBING Prof. Dr.Ir. Udisubakti Ciptomulyono, M.Eng.SC

JAMHARI KASA TARUNA NRP DOSEN PEMBIMBING Prof. Dr.Ir. Udisubakti Ciptomulyono, M.Eng.SC TESIS MM PERANCANGAN SISTEM PENGUKURAN KINERJA DI DINAS PEKERJAAN UMUM DAERAH KOTA BLITAR DENGAN METODE BALANCED SCORECARD DAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) JAMHARI KASA TARUNA NRP 9106 201 307 DOSEN

Lebih terperinci

KONTRIBUSI BENGKEL SEBAGAI LEMBAGA UJI EMISI KENDARAAN BERMOTOR DALAM MENGURANGI POLUSI UDARA DARI KENDARAAN BERMOTOR

KONTRIBUSI BENGKEL SEBAGAI LEMBAGA UJI EMISI KENDARAAN BERMOTOR DALAM MENGURANGI POLUSI UDARA DARI KENDARAAN BERMOTOR KONTRIBUSI BENGKEL SEBAGAI LEMBAGA UJI EMISI KENDARAAN BERMOTOR DALAM MENGURANGI POLUSI UDARA DARI KENDARAAN BERMOTOR Oleh Sutiman Dosen Teknik Otomotif FT UNY Pendahuluan Permasalahan pencemaran udara

Lebih terperinci

GUNAKAN KOP SURAT PERUSAHAAN FORMULIR PERMOHONAN IZIN PEMBUANGAN AIR LIMBAH KE SUMBER AIR

GUNAKAN KOP SURAT PERUSAHAAN FORMULIR PERMOHONAN IZIN PEMBUANGAN AIR LIMBAH KE SUMBER AIR GUNAKAN KOP SURAT PERUSAHAAN FORMULIR PERMOHONAN IZIN PEMBUANGAN AIR LIMBAH KE SUMBER AIR I. DATA PEMOHON Data Pemohon Baru Perpanjangan Pembaharuan/ Perubahan Nama Perusahaan Jenis Usaha / Kegiatan Alamat........

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PROGRAM PEMANTAUAN LINGKUNGAN H M M C J WIRTJES IV ( YANCE ) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

PELAKSANAAN PROGRAM PEMANTAUAN LINGKUNGAN H M M C J WIRTJES IV ( YANCE ) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara PELAKSANAAN PROGRAM PEMANTAUAN LINGKUNGAN H M M C J WIRTJES IV ( YANCE ) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara A. Dasar Pemikiran Sejak satu dasawarsa terakhir masyarakat semakin

Lebih terperinci

Oleh: ANA KUSUMAWATI

Oleh: ANA KUSUMAWATI Oleh: ANA KUSUMAWATI PETA KONSEP Pencemaran lingkungan Pencemaran air Pencemaran tanah Pencemaran udara Pencemaran suara Polutannya Dampaknya Peran manusia Manusia mempunyai peranan dalam pembentukan dan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 10 TAHUN 2006 TENTANG

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 10 TAHUN 2006 TENTANG S A L I N A N PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 10 TAHUN 2006 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN INDUSTRI VINYL CHLORIDE MONOMER DAN POLY VINYL CHLORIDE MENTERI NEGARA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pencemaran udara merupakan masalah yang memerlukan perhatian khusus, terutama pada kota-kota besar. Pencemaran udara berasal dari berbagai sumber, antara lain asap

Lebih terperinci

BAKU MUTU LIMBAH CAIR UNTUK INDUSTRI PELAPISAN LOGAM

BAKU MUTU LIMBAH CAIR UNTUK INDUSTRI PELAPISAN LOGAM L A M P I R A N 268 BAKU MUTU LIMBAH CAIR UNTUK INDUSTRI PELAPISAN LOGAM PARAMETER KADAR MAKSIMUM BEBAN PENCEMARAN MAKSIMUM (gram/ton) TSS 20 0,40 Sianida Total (CN) tersisa 0,2 0,004 Krom Total (Cr) 0,5

Lebih terperinci

EVALUASI KOMPETENSI SEMESTER GASAL KELAS XI WAKTU : (90 menit)

EVALUASI KOMPETENSI SEMESTER GASAL KELAS XI WAKTU : (90 menit) EVALUASI KOMPETENSI SEMESTER GASAL KELAS XI WAKTU : (90 menit) A. Pilihlah satu jawaban yang paling benar dengan memberi silang pada salah satu huruf di lembar jawab! 1. Di Indonesia, pengaturan lingkungan

Lebih terperinci

Nama : Putri Kendaliman Wulandari NPM : Jurusan : Teknik Industri Pembimbing : Dr. Ir. Rakhma Oktavina, M.T Ratih Wulandari, S.T, M.

Nama : Putri Kendaliman Wulandari NPM : Jurusan : Teknik Industri Pembimbing : Dr. Ir. Rakhma Oktavina, M.T Ratih Wulandari, S.T, M. Nama : Putri Kendaliman Wulandari NPM : 35410453 Jurusan : Teknik Industri Pembimbing : Dr. Ir. Rakhma Oktavina, M.T Ratih Wulandari, S.T, M.T TUGAS AKHIR USULAN PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DAN KINERJA LINGKUNGAN

Lebih terperinci

Peningkatan Kinerja Toyota Auto2000 Banyuwangi dengan Penilaian Kinerja Menggunakan Metode Integrated Performance Measurement Systems (IPMS)

Peningkatan Kinerja Toyota Auto2000 Banyuwangi dengan Penilaian Kinerja Menggunakan Metode Integrated Performance Measurement Systems (IPMS) Petunjuk Sitasi: Suprihatin, E., & Amsori, M. A. (2017). Peningkatan Kinerja Toyota Auto2000 Banyuwangi dengan Penilaian Kinerja Menggunakan Metode Integrated Performance Measurement Systems (IPMS). Prosiding

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : KEP-42/MENLH/10/1996 TENTANG BAKU MUTU LIMBAH CAIR BAGI KEGIATAN MINYAK DAN GAS SERTA PANAS BUMI

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : KEP-42/MENLH/10/1996 TENTANG BAKU MUTU LIMBAH CAIR BAGI KEGIATAN MINYAK DAN GAS SERTA PANAS BUMI , Menimbang : a. bahwa untuk melestarikan fungsi dan tatanan lingkungan hidup agar tetap bermanfaat bagi hidup dan kehidupan manusia serta makhluk hidup lainnya perlu dilakukan pengendalian terhadap pembuangan

Lebih terperinci

MATERI 7 ANALISIS ASPEK LINGKUNGAN

MATERI 7 ANALISIS ASPEK LINGKUNGAN MATERI 7 ANALISIS ASPEK LINGKUNGAN Analisis aspek lingkungan dalam studi kelayakan bisnis mengacu pada Analisis Mengenai Dampak Lingkungan ( AMDAL ) yang disusun oleh konsultan AMDAL. Di Indonesia AMDAL

Lebih terperinci

Joko Susetyo Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta

Joko Susetyo Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta ANALISIS PRODUKTIVITAS DENGAN METODE OBJECTIVE MATRIX DAN GREEN PRODUCTIVITY DI RUMAH PEMOTONGAN AYAM Joko Susetyo Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri Institut Sains & Teknologi AKPRIND

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Utara, baik yang dikelola oleh BUMN seperti PTPN 2, PTPN 3, dan PTPN 4

BAB I PENDAHULUAN. Utara, baik yang dikelola oleh BUMN seperti PTPN 2, PTPN 3, dan PTPN 4 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Perkembangan industri pengolahan kelapa sawit saat ini meningkat dengan sangat cepat. Terutama industri pabrik kelapa sawit yang ada di wilayah Sumatera

Lebih terperinci

EVALUASI PROYEK DAN PERANCANGAN SISTEM PENILAIAN KINERJA PROYEK DENGAN METODE PERFORMANCE PRISM PADA PROYEK RUMAH SAKIT PT SEMEN PADANG TUGAS AKHIR

EVALUASI PROYEK DAN PERANCANGAN SISTEM PENILAIAN KINERJA PROYEK DENGAN METODE PERFORMANCE PRISM PADA PROYEK RUMAH SAKIT PT SEMEN PADANG TUGAS AKHIR EVALUASI PROYEK DAN PERANCANGAN SISTEM PENILAIAN KINERJA PROYEK DENGAN METODE PERFORMANCE PRISM PADA PROYEK RUMAH SAKIT PT SEMEN PADANG TUGAS AKHIR Oleh : STEFAHAYU ILLOZA LAROZZA NO BP 07173047 JURUSAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan perkembangan jumlah penduduk, ekonomi, industri, serta transportasi,

BAB I PENDAHULUAN. dengan perkembangan jumlah penduduk, ekonomi, industri, serta transportasi, BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Perkembangan suatu negara, bangsa, daerah atau wilayah yang sejalan dengan perkembangan jumlah penduduk, ekonomi, industri, serta transportasi, akan mendorong meningkatnya

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 02 TAHUN 2006 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI KEGIATAN RUMAH PEMOTONGAN HEWAN

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 02 TAHUN 2006 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI KEGIATAN RUMAH PEMOTONGAN HEWAN SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 02 TAHUN 2006 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI KEGIATAN RUMAH PEMOTONGAN HEWAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

ISO untuk meminimalkan limbah, by Sentral Sistem Consulting

ISO untuk meminimalkan limbah, by Sentral Sistem Consulting Pemakaian Bahan Baku Exploitasi dan Explorasi Sumber Daya Alam 100% Sumber Daya Alam Tidak Dapat Diperbaharui 10-15% Polutan Udara Pencemaran Udara Emisi Gas (CO, CO2, Sox, NOx) Penipisan Lapisan Ozon

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI KAWASAN INDUSTRI MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI KAWASAN INDUSTRI MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI KAWASAN INDUSTRI MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelestarian fungsi

Lebih terperinci

BEBERAPA ISTILAH YANG DIGUNAKAN DALAM PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA

BEBERAPA ISTILAH YANG DIGUNAKAN DALAM PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA BEBERAPA ISTILAH YANG DIGUNAKAN DALAM PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA 1. Kontaminan Adalah semua spesies kimia yang dimasukkan atau masuk ke atmosfer yang bersih. 2. Cemaran (Pollutant) Adalah kontaminan

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN PENGUKURAN KINERJA DENGAN MENGGUNAKAN METODE PERFORMANCE PRISM DI PT KANGSEN KENKO INDONESIA CABANG SURABAYA

PERANCANGAN DAN PENGUKURAN KINERJA DENGAN MENGGUNAKAN METODE PERFORMANCE PRISM DI PT KANGSEN KENKO INDONESIA CABANG SURABAYA PERANCANGAN DAN PENGUKURAN KINERJA DENGAN MENGGUNAKAN METODE PERFORMANCE PRISM DI PT KANGSEN KENKO INDONESIA CABANG SURABAYA Welin Kusuma 1, Patdono Suwignjo 1, Iwan Vanany 1 1 Program Pascasarjana Bidang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN. orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28 ayat (1) menyebutkan bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan lingkungan hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pencemaran udara dewasa ini semakin menampakkan kondisi yang sangat memprihatinkan. Saat ini Indonesia memiliki indeks pencemaran udara 98,06 partikel per meter kubik

Lebih terperinci

Geografi LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN II. K e l a s. xxxxxxxxxx Kurikulum 2006/2013

Geografi LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN II. K e l a s. xxxxxxxxxx Kurikulum 2006/2013 xxxxxxxxxx Kurikulum 2006/2013 Geografi K e l a s XI LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN II Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1.

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 76 TAHUN 2000 TENTANG PENGUSAHAAN SUMBER DAYA PANAS BUMI UNTUK PEMBANGKITAN TENAGA LISTRIK

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 76 TAHUN 2000 TENTANG PENGUSAHAAN SUMBER DAYA PANAS BUMI UNTUK PEMBANGKITAN TENAGA LISTRIK KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 76 TAHUN 2000 TENTANG PENGUSAHAAN SUMBER DAYA PANAS BUMI UNTUK PEMBANGKITAN TENAGA LISTRIK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : Mengingat : bahwa sesuai

Lebih terperinci

Teknik Lingkungan KULIAH 9. Sumber-sumber Air Limbah

Teknik Lingkungan KULIAH 9. Sumber-sumber Air Limbah Teknik Lingkungan KULIAH 9 Sumber-sumber Air Limbah 1 Pengertian Limbah dan Pencemaran Polusi atau pencemaran air dan udara adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi dan atau komponen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini dalam mendukung perkembangan kemajuan kota-kota besar di dunia, namun

BAB I PENDAHULUAN. ini dalam mendukung perkembangan kemajuan kota-kota besar di dunia, namun BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Transportasi merupakan bagian yang sangat bernilai dan diperlukan saat ini dalam mendukung perkembangan kemajuan kota-kota besar di dunia, namun pada sisi

Lebih terperinci

AMDAL dan Dampak Lingkungan Proyek

AMDAL dan Dampak Lingkungan Proyek AMDAL dan Dampak Lingkungan Proyek Program Studi Teknik Elektro Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer Universitas Mercu Buana Yogyakarta Manajemen Proyek (TKE 3101) oleh: Indah Susilawati, S.T., M.Eng. 1 Daya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. biasanya disertai dengan perkembangan teknologi yang sangat pesat.

BAB I PENDAHULUAN. biasanya disertai dengan perkembangan teknologi yang sangat pesat. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Secara umum perkembangan jumlah penduduk yang semakin besar biasanya disertai dengan perkembangan teknologi yang sangat pesat. Perkembangan tersebut membawa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. udara terbesar mencapai 60-70%, dibanding dengan industri yang hanya

BAB I PENDAHULUAN. udara terbesar mencapai 60-70%, dibanding dengan industri yang hanya BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kontribusi emisi gas buang kendaraan bermotor sebagai sumber polusi udara terbesar mencapai 60-70%, dibanding dengan industri yang hanya berkisar antara 10-15%. Sedangkan

Lebih terperinci

ANALISIS DAN PERANCANGAN KINERJA SISTEM INFORMASI DENGAN METODE BALANCED SCORECARD DAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS

ANALISIS DAN PERANCANGAN KINERJA SISTEM INFORMASI DENGAN METODE BALANCED SCORECARD DAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS ANALISIS DAN PERANCANGAN KINERJA SISTEM INFORMASI DENGAN METODE BALANCED SCORECARD DAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS Lestari Retnawati 1) dan Erma Suryani 2) 1) Program Studi Magister Manajemen Teknologi,

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : KEP- 42/MENLH/10/1996 TENTANG BAKU MUTU LIMBAH CAIR BAGI KEGIATAN MINYAK DAN GAS SERTA PANAS BUMI

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : KEP- 42/MENLH/10/1996 TENTANG BAKU MUTU LIMBAH CAIR BAGI KEGIATAN MINYAK DAN GAS SERTA PANAS BUMI KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP TENTANG BAKU MUTU LIMBAH CAIR BAGI KEGIATAN MINYAK DAN GAS SERTA PANAS BUMI LINGKUNGAN HIDUP Kementerian Lingkungan Hidup 2002 99 KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN

Lebih terperinci