KONTRIBUSI SEKTOR PERTANIAN DALAM PEMBANGUNAN WILAYAH KABUPATEN SERANG DENGAN PENDEKATAN ANALISIS LOCATION QUOTIENT DAN SHIFT SHARE

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KONTRIBUSI SEKTOR PERTANIAN DALAM PEMBANGUNAN WILAYAH KABUPATEN SERANG DENGAN PENDEKATAN ANALISIS LOCATION QUOTIENT DAN SHIFT SHARE"

Transkripsi

1 0 NASKAH PUBLIKASI KONTRIBUSI SEKTOR PERTANIAN DALAM PEMBANGUNAN WILAYAH KABUPATEN SERANG DENGAN PENDEKATAN ANALISIS LOCATION QUOTIENT DAN SHIFT SHARE Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian/ Program Studi Agrobisnis Oleh : Hafidh Amrullah H FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

2 1 PERNYATAAN Dengan ini kami selaku Tim Pembimbing Skripsi Mahasiswa Program Sarjana : Nama NIM Jurusan/Program Studi : Hafidh Amrullah : H : Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Menyetujui Naskah Publikasi Ilmiah yang disusun oleh yang bersangkutan dan dipublikasikan dengan / tanpa *) mencantumkan nama tim pembimbing sebagai Co-Author. Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping Dr. Ir. Darsono, M.Si. NIP Ir. Rhina Uchyani F., MS. NIP *) Coret yang tidak perlu

3 2 KONTRIBUSI SEKTOR PERTANIAN DALAM PEMBANGUNAN WILAYAH KABUPATEN SERANG DENGAN PENDEKATAN ANALISIS LOCATION QUOTIENT DAN SHIFT SHARE HAFIDH AMRULLAH H ABSTRAK Penelitian ini bertujuan menganalisis posisi sektor dan subsektor pertanian dalam perekonomian Kabupaten Serang beserta prioritas pembangunan sektor perekonomian dan pertanian serta menganalisis kontribusi sektor pertanian dalam perekonomian Kabupaten Serang. Metode dasar penelitian ini adalah deskriptif analitis. Pengambilan daerah penelitian dilakukan secara sengaja (purposive). Data yang digunakan adalah data sekunder. Metode Analisis data yang digunakan yaitu Analisis Location Quotient, Analisis Shift Share, Analisis Gabungan Location Quotient dan Shift Share serta Analisis Pengganda Pendapatan dan Tenaga Kerja. Sektor pertanian merupakan sektor basis yang menjadi pusat pertumbuhan wilayah Kabupaten Serang, bersama dengan sektor bangunan, sektor jasa-jasa dan sektor keuangan. Sedangkan subsektor pertanian yang menjadi subsektor basis adalah subsektor perikanan dan subsektor peternakan. Sektor pertanian menempati peringkat kedua dalam prioritas pengembangan sektor perekonomian, bersama dengan sektor bangunan, sektor keuangan dan sektor jasa-jasa. Karena tidak ada sektor yang menempati peringkat sebagai sektor utama, maka sektor yang menempati peringkat kedua naik menjadi sektor utama. Adapun urutan prioritas pengembangan sektor utama bila dilihat dari nilai LQ adalah sektor bangunan, sektor jasajasa, sektor pertanian dan sektor keuangan. Sedangkan subsektor pertanian yang menempati peringkat utama adalah subsektor peternakan. Sedangkan subsektor pertanian yang menempati posisi sebagai subsektor utama adalah subsektor peternakan. Subsektor perikanan menempati peringkat kedua dan subsektor tanaman bahan makanan menempati peringkat ketiga. Sedangkan subsektor kehutanan menempati peringkat keempat dan subsektor perkebunan menempati peringkat kelima. Kontribusi sektor pertanian dalam penerimaan PDRB Kabupaten Serang melalui analisis pengganda pendapatan selama tahun cenderung meningkat. Rata-rata hasil perhitungan angka pengganda pendapatan adalah 6,945; yang berarti bila terjadi perubahan pendapatan sektor pertanian sebesar Rp. 1,000 maka akan meningkatkan pendapatan total Kabupaten Serang sebesar Rp. 6,945. Sedangkan kontribusi sektor pertanian dalam penyerapan tenaga kerja melalui analisis pengganda tenaga kerja selama tahun juga cenderung meningkat. Rata-rata angka pengganda tenaga adalah 3,177; yang berarti bila terjadi perubahan kesempatan kerja sektor pertanian di Kabupaten Serang sebanyak satu orang maka akan terjadi perubahan kesempatan kerja di Kabupaten Serang secara keseluruhan sebanyak tiga orang. Kata Kunci: Sektor pertanian, Location Quotient, Shift Share, Angka Pengganda, Kabupaten Serang

4 3 AGRICULTURAL SECTOR CONTRIBUTION IN REGIONAL DEVELOPMENT OF SERANG REGENCY WITH LOCATION QUOTIENT AND SHIFT SHARE ANALYSIS APPROACH HAFIDH AMRULLAH H ABSTRACT This research aims to analyze the position of agriculture sector and subsectors in Serang Regency economics therewith development priority of economics and agricultural sectors and to analyze the contribution of agricultural sector in Serang Regency economics. Basic method used for this research is the analytical descriptive method. Determination of research location conducted by purposive method. Type of data used in this research is secondary data. Methods used for data analysis are The Location Quotient Analysis, The Shift Share Analysis, The Combination of Location Quotient and Shift Share Analysis and also The Income and Labour Multiplier Analysis. Agricultural sector is the base sector becoming the center of Serang Regency s regional growth, along with construction sector, services sector and financial sector. While agricultural subsectors becoming base subsector are fishery subsector and livestock subsector. Agricultural sector take position in development priority of economics sectors as the second rank, along with construction sector, financial sector and services sector. For lack of sector becoming the special sector, hence sectors taking position as the second rank go up for becoming it. As for sequence of special sectors development priority can be seen from LQ value are construction sector, services sector, agricultural sector and financial sector. While agricultural subsector taking position as the special rank is livestock subsector. Fishery subsector take position as the second rank and farm food crops subsector take position as the third rank. While forestry subsector take position as the fourth rank and estate crops subsector take position as the fifth rank. Agricultural sector contribution on income of Serang Regency s RGDP through the income multiplier analysis during year tend to increase. The mean of income multiplier result is 6,945; means if the change of agricultural sector s income which equal to Rp. 1,000 is happened, the total income of Serang Regency will increase equal to Rp. 6,945. While agricultural sector contribution in labour absorbtion through the employment multiplier analysis during year also tend to increase. The mean of employment multiplier is 3,177; means if the change of agricultural sector s job opportunity equal to one people is happened, the total job opportunity of Serang Regency will increase equal to three people. Key words: Agricultural Sector, Location Quotient, Shift Share, Multiplier, Serang Regency

5 4 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan upaya multidimensional yang meliputi perubahan pada berbagai aspek. Termasuk di dalamnya adalah struktur sosial, sikap masyarakat serta institusi nasional tanpa mengesampingkan tujuan awalnya, yaitu pertumbuhan ekonomi, penanganan ketimpangan pendapatan serta perluasan tenaga kerja. Semua itu dilakukan untuk mencapai taraf kehidupan yang lebih baik pada masa yang akan datang (Widodo, 2006). Sebagai kegiatan yang multidimensional, maka pembangunan membutuhkan perencanaan yang matang dan melibatkan segenap elemen masyarakat di setiap proses pelaksanaannya. Sehingga pelaksanaannya dapat berjalan dengan baik di segala sektor maupun subsektor dan pada gilirannya pembangunan dapat berhasil dan dirasakan manfaatnya oleh seluruh masyarakat. Pembangunan ekonomi daerah, merupakan suatu proses di mana pemerintah daerah dan masyarakat mengelola sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dan sektor swasta guna menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang pertumbuhan ekonomi wilayah tersebut (Arsyad, 2004). Pembangunan ekonomi daerah memiliki peran penting dalam keberhasilan pembangunan di tingkat nasional. Keadaan perekonomian nasional disusun oleh keadaan perekonomian daerah (regional), sehingga keberhasilan pembangunan di daerah akan turut menentukan keberhasilan pembangunan di tingkat nasional. Pembangunan wilayah Kabupaten Serang, sebagai daerah yang menjadi ibukota Provinsi Banten (sebelum Kota Serang terbentuk pada akhir 2007 lalu), tentunya menjadi acuan bagi pertumbuhan daerah-daerah lain di Provinsi Banten. Dengan kata lain, pengembangan potensi wilayah Kabupaten Serang tak dapat dipisahkan sebagai bagian integral Provinsi Banten. Sesuai dengan kondisi dan potensi wilayah serta sosial ekonomi masyarakatnya, Kabupaten Serang sendiri menekankan pengembangan pembangunan pada pertanian, industri, pariwisata, perdagangan dan jasa (Koran Banten, 2008). Pembangunan ekonomi daerah di Kabupaten Serang tidak terlepas dari kontribusi beberapa sektor perekonomian. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor perekonomian yang memberikan kontribusi PDRB yang relatif besar terhadap PDRB Kabupaten Serang, tetapi ada kecenderungan yang semakin menurun dari tahun ke tahun, yaitu sebesar 14,87% pada tahun 2003; 14,64% pada tahun 2004; 14,35% pada tahun 2005; 14,09% pada tahun 2006 dan pada tahun 2007 sebesar 14,08% (BPS Kabupaten Serang, 2007). Dalam hal kontribusinya terhadap PDRB Kabupaten Serang, sektor pertanian menempati peringkat kedua setelah sektor industri. Walaupun wilayahnya dekat dengan ibukota negara, namun pembangunan Kabupaten Serang relatif masih tertinggal bila dibandingkan dengan wilayah-wilayah yang juga dekat dengan Jakarta, seperti Depok, Bogor atau bahkan Tangerang yang merupakan daerah satu provinsi.

6 5 Pembangunan yang terjadi di ibukota seolah tidak menyentuh Kabupaten Serang. Akibatnya pembangunan Kabupaten Serang menjadi selalu tertinggal bila dibandingkan dengan wilayah lain, meskipun terdapat banyak kawasan industri di wilayah Kabupaten Serang. Hal itu terlihat dari kekuatan ekonomi masyarakat di tingkat bawah yang masih bertumpu pada sektor primer, seperti pertanian. Berdasarkan data BPS Kabupaten Serang (2007), diketahui bahwa sektor primer (pertanian dan pertambangan) menyerap tenaga kerja sebanyak orang pada tahun 2003; orang pada tahun 2004; orang pada tahun 2005; orang pada tahun 2006 dan orang pada tahun Dalam hal penyerapan tenaga kerja, sektor primer menempati peringkat kedua setelah sektor tersier. Namun demikian, perlu diingat bahwa sektor tersier sendiri terdiri dari beberapa sektor perekonomian. Sektor-sektor yang termasuk sektor tersier antara lain sektor perdagangan, hotel dan restoran; angkutan dan komunikasi; keuangan serta jasa-jasa, sehingga besarnya angka penyerapan tenaga kerja sektor tersier ini merupakan akumulasi dari sektor-sektor yang tergolong sektor tersier tersebut. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa sektor primer sebenarnya memiliki kontribusi yang besar dan tidak kalah dengan sektor lainnya dalam penyerapan tenaga di Kabupaten Serang. Melalui pengamatan akan kondisi tersebut, sudah selayaknya pemerintah daerah Kabupaten Serang menetapkan kebijakan pembangunan yang dapat mengoptimalkan potensi yang dimiliki. Terutama agar sektor pertanian dapat dipertahankan kontribusinya terhadap PDRB dan juga sebagai sektor yang paling banyak menyerap tenaga kerja. Sebab itu, perlu diketahui informasi tentang sektor pertanian di Kabupaten Serang. Dengan demikian, permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimanakah posisi sektor dan subsektor pertanian dalam perekonomian Kabupaten Serang? 2. Bagaimana prioritas pembangunan sektor perekonomian dan pertanian Kabupaten Serang? 3. Bagaimana kontribusi sektor pertanian dalam perekonomian Kabupaten Serang berdasarkan angka pengganda? B. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Menganalisis posisi sektor dan subsektor pertanian dalam perekonomian Kabupaten Serang. 2. Menganalisis prioritas pembangunan sektor perekonomian dan pertanian Kabupaten Serang. 3. Menganalisis kontribusi sektor pertanian dalam perekonomian Kabupaten Serang berdasarkan angka pengganda.

7 6 II. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitis. Metode ini bertujuan untuk mendeskripsikan apa-apa yang saat ini berlaku. Di dalamnya terdapat upaya mendeskripsikan, mencatat, analisis dan menginterpretasikan kondisi-kondisi yang sekarang ini terjadi atau ada. Dengan kata lain penelitian deskriptif bertujuan untuk memperoleh informasi-informasi mengenai keadaan saat ini, dan melihat kaitan antara variabel-variabel yang ada. Penelitian-penelitian semacam ini sering dilakukan oleh pejabat-pejabat guna mengambil kebijakan atau keputusan untuk melakukan tindakan-tindakan dalam melakukan tugasnya (Mardalis, 2004). B. Metode Pengambilan Daerah Penelitian Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) yaitu berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu sesuai dengan tujuan penelitian (Singarimbun, 1997). Daerah yang diambil adalah Kabupaten Serang dengan pertimbangan bahwa daerah ini merupakan ibukota Provinsi Banten (sebelum Kota Serang didirikan pada akhir tahun 2007), sehingga segala aktivitas perekonomiannya akan ikut mempengaruhi daerah-daerah lain di Provinsi Banten. Selain itu, kontribusi sektor pertanian terhadap Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Banten tiap tahunnya cenderung menurun, padahal sektor tersebut merupakan sektor yang dapat bersaing dengan sektor-sektor lainnya dalam hal penyerapan tenaga kerja. C. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berasal dari Serang dalam Angka tahun yang meliputi data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) Tahun 2000 Kabupaten Serang, data laju pertumbuhan PDRB Kabupaten Serang, data jumlah tenaga kerja Kabupaten Serang serta data sektor pertanian dan perikanan Kabupaten Serang. Selain itu digunakan juga data yang berasal dari Propinsi Banten dalam Angka yang meliputi data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) Tahun 2000 Propinsi Banten. Data-data tersebut diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS), Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (BAPPEDA), Dinas Pertanian serta Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Serang maupun Provinsi Banten. D. Metode Analisis Data 1. Analisis Location Quotient Untuk menentukan sektor perekonomian dan subsektor pertanian di Kabupaten Serang yang merupakan sektor basis, digunakan analisis Location Quotient (LQ). Menurut Budiharsono (2005), besarnya LQ diperoleh dari persamaan berikut:

8 7 LQ = ki Ki kt Kt Keterangan: LQ : Indeks Location Quotient ki : PDRB sektor pertanian/subsektor pertanian Kabupaten Serang kt : PDRB total/total sektor pertanian Kabupaten Serang Ki : PDRB sektor pertanian/subsektor pertanian Provinsi Banten Kt : PDRB total/total sektor pertanian Provinsi Banten Berdasarkan formulasi di atas maka, apabila: a. LQ 1 Berarti sektor/subsektor tersebut menjadi basis atau sumber pertumbuhan. Sektor tersebut memiliki keunggulan komparatif, hasilnya tidak saja dapat memenuhi kebutuhan wilayah sendiri tetapi juga dapat di ekspor ke wilayah lain. b. LQ < 1 Berarti sektor/subsektor tersebut tergolong non basis. Hasil produksinya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan wilayah sendiri, sehingga perlu mengimpor dari wilayah lain. 2. Analisis Shift Share Untuk mengetahui komponen pertumbuhan wilayah sektor perekonomian maupun subsektor pertanian di Kabupaten Serang, digunakan analisis Shift Share. Komponen pertumbuhan dalam analisis Shift Share meliputi komponen pertumbuhan nasional (PN), pertumbuhan proporsional (PP), dan pertumbuhan pangsa wilayah (PPW). Secara matematis, analisis Shift Share dapat dinyatakan sebagai berikut: Yij = PNij + PPij + PPWij Atau secara rinci dapat dinyatakan sebagai berikut: Y ij Yij = Yij = Yij (Ra 1) + Yij (Ri Ra) + Yij (ri Ri) ri = Y ij/yij PNij = (Ra 1) x Yij Ri = Y i/yi PPij = (Ri Ra) x Yij Ra = Y../Y.. PPWij = (ri Ri) x Yij Keterangan: Yij = Perubahan PDRB sektor perekonomian/subsektor pertanian Kabupaten Serang Yij = PDRB sektor perekonomian/subsektor pertanian Kabupaten Serang pada tahun dasar analisis Y ij = PDRB sektor perekonomian subsektor pertanian Kabupaten Serang pada akhir tahun analisis m Yi = Yij= PDRB sektor perekonomian/subsektor pertanian Provinsi Banten pada tahun j 1 dasar analisis

9 8 Y i = Y ' ij = PDRB sektor perekonomian/subsektor pertanian Provinsi Banten pada tahun akhir analisis Y.. = Yij= PDRB total Provinsi Banten pada tahun dasar analisis Y.. = Y ' ij = PDRB total Provinsi Banten pada tahun akhir analisis Ra 1 = Persentase perubahan PDRB yang disebabkan komponen pertumbuhan nasional Ri Ra = Persentase perubahan PDRB yang disebabkan komponen pertumbuhan proporsional ri Ri = Persentase perubahan PDRB yang disebabkan komponen pertumbuhan pangsa wilayah j 1 m m i 1 m m j 1 m i 1 j 1 Berdasarkan formulasi di atas maka, apabila: a. PPij 0 : pertumbuhan PDRB sektor perekonomian/subsektor pertanian Kabupaten Serang termasuk cepat. b. PPij < 0 : pertumbuhan PDRB sektor perekonomian/subsektor pertanian Kabupaten Serang termasuk lambat c. PPWij 0 : sektor perekonomian subsektor pertanian Kabupaten Serang punya daya saing yang baik terhadap sektor pertanian di wilayah lain d. PPWij < 0 : sektor perekonomian subsektor pertanian Kabupaten Serang tidak dapat bersaing dengan baik terhadap sektor pertanian di wilayah lain. 3. Analisis Gabungan Location Quotient dan Shift Share Melalui penggabungan analisis Location Quotient dan Shift Share, maka dapat dilakukan penentuan prioritas pengembangan sektor perekonomian maupun subsektor pertanian di Kabupaten Serang. Tabel 1. Penentuan Prioritas Pengembangan Sektor Perekonomian dan Subsektor Pertanian di Kabupaten Serang Prioritas LQ PP PPW Utama 1 Positif Positif Kedua 1 Negatif Positif 1 Positif Negatif < 1 Positif Positif Ketiga < 1 Negatif Positif Keempat < 1 Positif Negatif Kelima < 1 Negatif Negatif Alternatif 1 Negatif Negatif Sumber: Supriyanto et al, 2002 Berdasarkan Tabel 1., dapat diketahui bahwa prioritas pengembangan sektor perekonomian serta subsektor pertanian di Kabupaten Serang mencakup enam kategori, yaitu prioritas utama, kedua, ketiga, keempat, kelima serta alternatif. Masing-masing kategori mencakup kriteria yang berbeda-beda, tergantung nilai Location Quotient serta nilai

10 9 pertumbuhan proporsional (PP) dan pertumbuhan pangsa wilayah (PPW) yang diperoleh dari analisis Shift Share. 4. Analisis Pengganda Basis Untuk mengetahui proyeksi sektor pertanian Kabupaten Serang, maka digunakanlah analisis pengganda basis. Adapun analisis ini terbagi dua pendekatan, yaitu: a. Pengganda Pendapatan Sektor Pertanian Y M = YB Keterangan: M Y YB : Pengganda pendapatan : PDRB total Kabupaten Serang : PDRB sektor pertanian Kabupaten Serang Artinya setiap Rp. 1,00 pendapatan yang diperoleh dari PDRB sektor pertanian akan memberikan kontribusi terhadap keseluruhan penerimaan PDRB Kabupaten Serang sebesar pengganda pendapatan yang ditimbulkan. b. Pengganda Tenaga Kerja Sektor Pertanian N K = NB Keterangan: K N NB : Pengganda tenaga kerja : Jumlah tenaga kerja total Kabupaten Serang : Jumlah tenaga kerja sektor pertanian Kabupaten Serang Artinya setiap 1 satuan tenaga kerja yang bekerja di sektor pertanian akan memberikan kontribusi terhadap tenaga kerja di Kabupaten Serang secara keseluruhan sebesar pengganda pendapatan yang ditimbulkan. A. Analisis Location Quotient 1. Sektor Perekonomian III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Tabel 2. Hasil Analisis LQ Sektor Perekonomian Kabupaten Serang Tahun Sektor Rata-Rata Pertanian Pertambangan Industri Listrik, Gas & Air Bersih Bangunan Perdagangan Angkutan Keuangan Jasa-Jasa 1,599 0,571 0,985 0,947 2,555 0,605 0,391 1,186 1,691 1,628 0,574 0,988 0,932 2,487 0,603 0,384 1,228 1,688 1,647 0,580 0,993 0,930 2,443 0,601 0,383 1,226 1,699 1,719 0,596 0,987 0,956 2,486 0,601 0,383 1,229 1,707 1,747 0,563 0,998 0,904 2,473 0,592 0,391 1,164 1,677 1,668 0,577 0,990 0,934 2,489 0,600 0,386 1,207 1,692 Sumber: Diolah dari Lampiran 1 dan 2

11 10 Berdasarkan Tabel 2. dapat diketahui bahwa terdapat sektor-sektor yang merupakan sektor basis dan mampu menjadi pemacu pertumbuhan sektor-sektor perekonomian lain yang ada di daerah tersebut. Sektor-sektor tersebut adalah: a. Sektor Bangunan Berdasarkan hasil analisis, nilai LQ sektor bangunan Kabupaten Serang dari tahun cenderung menurun yaitu 2,555 pada tahun 2003; 2,487 pada tahun 2004; 2,443 pada tahun 2005; 2,486 pada tahun 2006 dan 2,473 pada tahun Nilai rata-rata LQ sektor ini adalah sebesar 2,489. Nilai tersebut berarti 1 bagian digunakan untuk kebutuhan konsumsi daerah sendiri, sedangkan sisanya 1,489 untuk ekspor daerah lain. Pada awal-awal terbentuknya Provinsi Banten, di Kabupaten Serang terjadi banyak pembangunan sarana prasarana dan berbagai infrastruktur. Suatu hal yang wajar mengingat pada saat itu Kabupaten Serang adalah ibukota provinsi, sehingga menjadi pusat kegiatan pemerintahan, ekonomi dan sebagainya. Hingga kini, pembangunan sarana dan prasarana tersebut masih terus berjalan, namun lebih difokuskan pada upaya pemerataan di daerah-daerah lain yang jauh dari pusat pemerintahan. b. Sektor Jasa-Jasa Berdasarkan hasil analisis, nilai LQ sektor jasa-jasa di Kabupaten Serang dari tahun cenderung menurun yaitu 1,691 pada tahun 2003; 1,688 pada tahun 2004; 1,699 pada tahun 2005; 1,707 pada tahun 2006 dan 1,677 pada tahun Nilai rata-rata LQ sektor ini sebesar 1,692. Nilai tersebut berarti 1 bagian digunakan untuk kebutuhan konsumsi daerah sendiri, sedangkan sisanya 0,692 untuk ekspor daerah lain. Sektor jasa-jasa merupakan sektor yang perkembangannya cukup pesat seiring dengan perkembangan Kabupaten Serang. Sebagai daerah yang sedang tumbuh, Kabupaten Serang menjadi tujuan baru para pendatang dari luar daerah. Pendatang ini tentunya membutuhkan berbagai macam jasa untuk memudahkan kehidupan mereka di tempat yang baru. Belum lagi tingkat pemanfaaatan jasa-jasa oleh penduduk asli setempat yang juga semakin tinggi sesuai perkembangan zaman. Adapun jenis jasa yang dominan adalah jasa pemerintahan umum. c. Sektor Pertanian Berdasarkan hasil analisis, nilai LQ sektor pertanian di Kabupaten Serang dari tahun selalu meningkat. Pada tahun 2003 nilai LQ 1,599; 1,628 pada tahun 2004 dan 1,647 pada tahun 2005; 1,719 pada tahun 2006; 1,747 pada tahun Nilai rata-rata LQ sektor pertanian adalah sebesar 1,668. Nilai tersebut berarti bahwa 1 bagian digunakan untuk kebutuhan konsumsi daerah sendiri, sedang sisanya 0,668 untuk ekspor daerah lain.

12 11 Secara umum, ada tiga subsektor pertanian yang memberikan kontribusi terhadap PDRB sektor pertanian Kabupaten Serang. Ketiganya adalah subsektor tanaman bahan makanan, subsektor peternakan dan subsektor perikanan. Potensi yang besar ini hingga kini terus didukung oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Serang melalui berbagai upaya, terutama pengembangan agribisnis, agar semakin meningkatkan kesejahteraan petani, peternak maupun nelayan. d. Sektor Keuangan Berdasarkan hasil analisis, nilai LQ sektor keuangan di Kabupaten Serang dari tahun cenderung menurun yaitu 1,186 pada tahun 2003, 1,228 pada tahun 2004, 1,226 pada tahun 2005, 1,229 pada tahun 2006 dan 1,164 pada tahun Nilai rata-rata LQ sektor ini adalah sebesar 1,207. Nilai tersebut berarti bahwa 1 bagian digunakan untuk kebutuhan konsumsi daerah sendiri, sedangkan sisanya 0,207 untuk ekspor daerah lain. Sektor keuangan berkembang sejalan dengan pertumbuhan ekonomi daerah, mengingat perannya sebagai pendukung kegiatan ekonomi daerah tersebut. Lembaga keuangan seperti bank masih mendominasi aktivitas sektor keuangan di Kabupaten Serang. Namun subsektor persewaan juga kini mulai berkembang. 2. Sektor Pertanian Tabel 3. Hasil Analisis LQ Sektor Pertanian Kabupaten Serang Tahun Subsektor Rata-Rata Bahan Makanan Perkebunan Peternakan Kehutanan Perikanan 0,907 1,015 1,209 0,125 1,311 0,910 1,031 1,196 0,124 1,290 0,910 1,057 1,194 0,124 1,221 0,935 0,918 1,168 0,120 1,221 0,935 0,917 1,167 0,103 1,199 0,919 0,988 1,187 0,119 1,260 Sumber: Diadopsi dan Diolah dari Lampiran 3 dan 4 Berdasarkan Tabel 3. dapat diketahui bahwa terdapat subsektor-subsektor yang merupakan subsektor basis. Subsektor-subsektor tersebut adalah: a. Subsektor Perikanan Berdasarkan hasil analisis, nilai LQ subsektor perikanan di Kabupaten Serang dari tahun cenderung menurun. Pada tahun 2003 nilai LQ 1,311, turun menjadi 1,290 pada tahun 2004, 1,221 pada tahun dan 1,119 pada tahun Nilai rata-rata LQ sektor ini adalah sebesar 1,260. Nilai tersebut berarti bahwa 1 bagian digunakan untuk kebutuhan konsumsi daerah sendiri, sedangkan sisanya 0,260 diekspor ke daerah lain. Penurunan nilai LQ subsektor ini disebabkan karena sebagian besar perairan yang ada di wilayah Kabupaten Serang mengalami over fishing. Hal tersebut tentunya mempengaruhi hasil tangkapan nelayan yang memang lebih banyak merupakan nelayan

13 12 tangkap. Selain itu usaha pengembangan perikanan budidaya belum terlalu menunjukkan hasil yang signifikan. Oleh karenanya, Pemerintah Daerah Kabupaten Serang kini terus berupaya mendorong kemajuan usaha perikanan budidaya. b. Subsektor Peternakan Berdasarkan hasil analisis, nilai LQ subsektor peternakan di Kabupaten Serang dari tahun selalu menurun yaitu 1,209 pada tahun 2003, 1,196 pada tahun 2004, 1,194 pada tahun 2005; 1,168 pada tahun 2006 dan 1,167 pada tahun Nilai rata-rata LQ sektor ini adalah sebesar 1,187. Nilai tersebut berarti bahwa 1 bagian digunakan untuk kebutuhan konsumsi daerah sendiri, sedangkan sisanya 0,18 untuk ekspor daerah lain. Subsektor peternakan merupakan subsektor yang terus diupayakan perkembangannya oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Serang. Termasuk di dalamnya adalah upaya pencegahan penyakit ternak yang beberapa tahun belakangan timbul bergantian. Hal itu perlu dilakukan sebab terbukti bila terjadi wabah penyakit pada ternak maka akan menurunkan hasil produksinya. Adapun subsektor pertanian lainnya seperti subsektor bahan makanan, subsektor perkebunan dan subsektor kehutanan mempunyai nilai LQ < 1. Sebab itu, subsektorsubsektor tersebut bukan merupakan subsektor basis. Dengan demikian dapat diartikan bahwa subsektor-subsektor tersebut tidak berpotensi ekspor. B. Analisis Shift Share 1. Sektor Perekonomian Tabel 4.Hasil Analisis Shift Share Sektor Perekonomian Kabupaten Serang Tahun Sektor Yij = Y'ij-Yij % PNij % PPij % PPWij % Pertanian Pertambangan Industri Listrik, Gas & Air Bersih Bangunan Perdagangan Angkutan Keuangan Jasa-Jasa 149,103 0, ,436 16, , ,813 77, , ,715 13,708 21,266 15,142 5,513 32,675 29,932 34,010 56,838 28, ,013 1, ,069 76, , ,474 57,415 53, ,181 25,192 25,192 25,192 25,192 25,192 25,192 25,192 25,192 25, ,197 0, ,060-29,997 84, ,726 32,841 88,720 54,522-16,659 3,138-6,699-9,865 17,750 13,166 14,410 41,400 10,313 56,287-0, ,573-29,841-48,594-66,387-12,745-20,904-34,988 5,175-7,065-3,351-9,814-10,267-8,427-5,592-9,755-6,618 Sumber: Diadopsi dan Diolah dari Lampiran 1, 2 dan 5 Keterangan: Yij, PNij, PPij dan PPWij dalam Milyar Rupiah Berdasarkan Tabel 4. diketahui bahwa sektor dengan nilai pertumbuhan nasional terbesar adalah sektor industri, yaitu sebesar Rp ,-. Artinya sektor industri merupakan sektor yang mendapat pengaruh paling besar dari adanya kebijakan-kebijakan di Provinsi Banten. Demikian halnya dengan sektor pertanian yang nilai pertumbuhan nasionalnya sebesar Rp ,-. Meskipun tiap sektor memiliki nilai

14 13 pertumbuhan nasional yang berbeda, namun nilai persentasenya selalu sama, yaitu sebesar 25,192 %. Sektor dengan nilai pertumbuhan proporsional positif berarti bahwa pertumbuhan PDRB sektor tersebut cepat bila dibandingkan dengan sektor yang sama di Provinsi Banten. Sebaliknya, sektor dengan nilai pertumbuhan proporsional negatif berarti pertumbuhan PDRB sektor tersebut lambat. Hampir semua sektor perekonomian di Kabupaten Serang memiliki nilai pertumbuhan proporsional yang positif, dengan sektor perdagangan sebagai sektor yang memiliki nilai pertumbuhan proporsional tertinggi yaitu Rp ,- (13,166%). Sektor dengan nilai pertumbuhan proporsional negatif adalah sektor industri, sektor pertanian dan sektor listrik, gas dan air bersih. Sektor industri menjadi sektor dengan nilai pertumbuhan proporsional terendah, yaitu sebesar -Rp ,- (-6,699%). Sektor dengan nilai pertumbuhan pangsa wilayah positif berarti sektor tersebut dapat bersaing dengan sektor yang sama di kabupaten lain yang ada di Provinsi Banten. Sebaliknya sektor dengan nilai pertumbuhan pangsa wilayah negatif berarti sektor tersebut tidak dapat bersaing dengan sektor yang sama di daerah lain. Hampir semua sektor perekonomian di Kabupaten Serang memiliki nilai pertumbuhan pangsa wilayah negatif, dengan sektor industri sebagai sektor yang memiliki nilai pertumbuhan pangsa wilayah negatif terbesar yaitu -Rp ,- (-3,351%). Hanya sektor pertanian yang memiliki nilai pertumbuhan pangsa wilayah yang positif, yaitu Rp ,- (5,175%). 2. Sektor Pertanian Tabel 5.Hasil Analisis Shift Share Sektor Pertanian Kabupaten Serang Tahun Subsektor Yij = Y'ij-Yij % PNij % PPij % PPWij % Bahan Makanan Perkebunan Peternakan Kehutanan Perikanan 81,311-1,884 32,124 0,069 37,481 12,659-2,269 3,744 8,529 31,798 54,802 7,084 20,786 0,069 10,057 8,532 8,532 8,532 8,532 8,532-26,924-4,347 8,194 0,135 34,200-4,192-5,235 3,363 16,685 29,014 53,432-4,621 3,144-0,135-6,776 8,318-5,566 1,291-16,688-5,748 Sumber: Diadopsi dan Diolah dari Lampiran 3, 4 dan 6 Keterangan: Yij, PNij, PPij dan PPWij dalam Milyar Rupiah Berdasarkan Tabel 5. diketahui bahwa sektor dengan nilai pertumbuhan nasional terbesar adalah subsektor tanaman bahan makanan, yaitu sebesar Rp ,-. Artinya subsektor ini merupakan sektor yang mendapat pengaruh paling besar dari adanya kebijakan-kebijakan di Provinsi Banten. Adapun subsektor perkebunan memiliki nilai pertumbuhan nasional yang terendah, yaitu -Rp ,-. Meskipun tiap-tiap sektor memiliki nilai pertumbuhan nasional yang berbeda, namun nilai persentasenya selalu sama, yaitu sebesar 8,532 %. Subsektor dengan nilai pertumbuhan proporsional positif berarti bahwa pertumbuhan PDRB subsektor tersebut cepat bila dibandingkan dengan subsektor yang sama di Provinsi

15 14 Banten. Sebaliknya, sektor dengan nilai pertumbuhan proporsional negatif berarti pertumbuhan PDRB subsektor tersebut lambat. Subsektor yang memiliki nilai pertumbuhan proporsional yang positif hanya subsektor perikanan dan subsektor peternakan. Subsektor perikanan menjadi subsektor dengan nilai pertumbuhan proporsional terbesar yaitu Rp ,- (29,014%). Adapun subsektor dengan nilai pertumbuhan proporsional negatif adalah subsektor kehutanan, subsektor perkebunan dan subsektor tanaman bahan makanan. Subsektor tanaman bahan makanan menjadi subsektor yang memiliki nilai pertumbuhan proporsional negatif terendah, yaitu -Rp (-4,192%). Subsektor dengan nilai pertumbuhan pangsa wilayah positif berarti subsektor tersebut dapat bersaing dengan subsektor yang sama di kabupaten lain yang ada di Provinsi Banten. Sebaliknya subsektor dengan nilai pertumbuhan pangsa wilayah negatif berarti subsektor tersebut tidak dapat bersaing dengan subsektor yang sama di daerah lain. Subsektor yang memiliki nilai pertumbuhan pangsa wilayah positif adalah subsektor tanaman bahan pangan dan subsektor peternakan. Subsektor tanaman bahan pangan menjadi subsektor yang memiliki nilai pertumbuhan pangsa wilayah positif terbesar yaitu Rp ,- (8,318%). Adapun subsektor dengan nilai pertumbuhan pangsa wilayah negatif adalah subsektor perikanan, subsektor perkebunan dan subsektor kehutanan. Subsektor perikanan menjadi subsektor yang memiliki nilai pertumbuhan proporsional negatif terbesar, yaitu sebesar -Rp ,- (-5,748%). C. Analisis Gabungan Location Quotient dan Shift Share 1. Sektor Perekonomian Tabel 6. Urutan Prioritas Pengembangan Sektor Perekonomian Kabupaten Serang No Peringkat LQ 1. Utama a. Sektor Bangunan b. Sektor Jasa-jasa c. Sektor Pertanian d. Sektor Keuangan ,668 1, Kedua a. Sektor Perdagangan b. Sektor Pertambangan c. Sektor Angkutan 3. Ketiga a. Sektor Industri b. Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih Sumber: Diolah dari Lampiran Berdasarkan Tabel 6. diketahui urutan prioritas pengembangan sektor perekonomian Kabupaten Serang. Prioritas tersebut diwujudkan dalam susunan peringkat yang menunjukkan sektor yang harus diutamakan pengembangannya. Bila dalam satu peringkat terdapat lebih dari satu sektor, maka prioritas lebih diberikan kepada sektor yang memiliki

16 15 nilai LQ lebih besar. Namun bila nilai LQ-nya juga sama, maka prioritasnya diberikan kepada sektor yang memiliki nilai PPW lebih besar. Sektor bangunan merupakan sektor yang menempati peringkat utama tertinggi dalam prioritas pengembangan sektor perekonomian di Kabupaten Serang. Sebagai wilayah yang sedang berkembang, tentunya Kabupaten Serang membutuhkan dukungan sarana prasarana yang memadai sebagai penunjang segala aktivitasnya. Terlebih lagi dengan terbentuknya Kota Serang yang wilayahnya selama ini menjadi pusat kegiatan bagi Kabupaten Serang, tentunya membuat Kabupaten Serang harus dapat membuat pusat-pusat kegiatan yang baru di daerahnya sendiri sekaligus mendorong pertumbuhan wilayah-wilayah lain yang selama ini masih jarang diperhatikan oleh pemerintah daerah. Meskipun demikian, perlu juga diperhatikan agar usaha pengembangan ini dapat dilakukan secara terpadu, artinya pengembangan tersebut tidak hanya terfokus kepada satudua sektor saja. Contohnya pengembangan di sektor bangunan bukan berarti lantas dengan mudahnya memberikan izin bagi pembangunan-pembangunan yang akan dilakukan di atas daerah resapan air, atau di lahan pertanian. Terutama karena ketersediaan lahan bagi sektor pertanian juga merupakan syarat mutlak, sehingga berkurangnya lahan pertanian karena adanya pembangunan tersebut malah menjadikan pengembangan sektor pertanian menjadi terhambat. 2. Sektor Pertanian Tabel 7. Urutan Prioritas Pengembangan Sektor Pertanian Kabupaten Serang No Peringkat Subsektor Utama Kedua Ketiga Keempat Kelima Peternakan Perikanan Bahan Makanan Kehutanan Perkebunan Sumber: Diolah dari Lampiran 7 Berdasarkan Tabel 7. diketahui bahwa subsektor peternakan merupakan subsektor yang menempati peringkat utama dalam prioritas pengembangan sektor pertanian di Kabupaten Serang. Subsektor peternakan selama ini telah mampu memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap PDRB sektor pertanian Kabupaten Serang. Selain itu, komoditas peternakan Kabupaten Serang juga memiliki keunggulan karena sebagian besar peternaknya merupakan mitra perusahaan-perusahaan peternakan besar yang banyak terdapat di Kabupaten Serang. Kemitraan peternak dan perusahaan ini memungkinkan ternak yang dihasilkan lebih terpelihara, baik dari segi kecukupan pakan maupun kesehatannya. Belum lagi akses pasar yang lebih mudah karena pemasarannya dilakukan oleh perusahaan mitra tersebut.

17 16 Hanya saja keterpaduan upaya-upaya pengembangan ini perlu juga diperhatikan, sehingga pengembangan tersebut tidak hanya terfokus kepada satu-dua subsektor saja. Contohnya pengembangan di subsektor tanaman bahan makanan yang merupakan penyumbang terbesar bagi PDRB sektor pertanian Kabupaten Serang. Pemerintah daerah perlu untuk lebih aktif mengembangkan dan mempromosikan produk-produk unggulan dan merupakan ciri khas Kabupaten Serang seperti melinjo, kelapa dan durian. Selain itu pengembangan subsektor perikanan juga perlu diperhatikan dengan cara lebih mendorong pengembangan perikanan budidaya. D. Analisis Angka Pengganda 1. Pendapatan a. Kontribusi Sektor Basis Tabel 8. Hasil Analisis Angka Pengganda Pendapatan dan Kontribusi Sektor Basis dalam Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Serang Tahun Tahun YB Y YB Y M (Milyar Rp.) (Milyar Rp.) (Milyar Rp.) (Milyar Rp.) , ,963 3, , ,928 3, , , , ,400 3, , , , ,674 3, , , , ,675 3, , ,323 Rata-Rata 3, , ,371 Sumber: Diolah dari Lampiran 1 Keterangan: YB = Pendapatan Sektor Basis, Y = Pendapatan Total Kabupaten Serang, YB = Perubahan Pendapatan Sektor Basis, Y = Perubahan Pendapatan Total Kabupaten Serang Berdasarkan Tabel 8. diketahui bahwa angka pengganda pendapatan sektor basis di Kabupaten Serang pada tahun Penentuan sektor basis ini berdasarkan pada hasil analisis Location Quotient, yaitu sektor bangunan, sektor jasa-jasa, sektor pertanian dan sektor keuangan. Adapun angka pengganda pendapatan sektor basis di Kabupaten Serang cenderung menurun. Pada tahun 2003 angka pengganda pendapatan sektor basis sebesar 3,175; 3,135 pada tahun 2004; 3,124 pada tahun 2005; 3,101 pada tahun 2006 dan 3,044 pada tahun Rata-rata angka pengganda pendapatan sektor basis pada tahun adalah 3,116. Artinya, bila terjadi perubahan pendapatan sektor basis di Kabupaten Serang sebesar Rp. 1,000 maka akan terjadi perubahan pendapatan total Kabupaten Serang sebesar Rp. 3,116. Hasil penghitungan angka pengganda pendapatan sektor basis tersebut digunakan untuk menentukan perubahan pendapatan total di Kabupaten Serang. Caranya dengan mengalikan angka pengganda pendapatan sektor basis dengan perubahan pendapatan sektor basis. Pada tahun 2003 perubahan pendapatan sektor basis belum dapat diketahui

18 17 karena data tahun 2002 yang dapat digunakan untuk mengetahui perubahan pendapatan ini merupakan data di luar waktu penelitian. Tahun 2004 perubahan pendapatan sektor basis sebesar Rp ,-; Rp ,- pada tahun 2005; Rp ,- pada tahun 2006 dan Rp ,- pada tahun Ratarata perubahan pendapatan sektor basis tahun sebesar Rp ,-. Perubahan pendapatan total Kabupaten Serang pada tahun 2003 belum dapat diketahui karena perubahan pendapatan sektor basis juga belum diketahui. Adapun pada tahun 2004 perubahan pendapatan total sebesar Rp ,-. Meskipun mengalami penurunan pendapatan total pada tahun 2005 menjadi Rp ,-, namun pada tahun 2006 dan 2007 pendapatan totalnya meningkat menjadi Rp ,- dan Rp ,-. Rata-rata perubahan pendapatan total Kabupaten Serang tahun sebesar Rp ,-. Penurunan kontribusi sektor basis dalam pendapatan total Kabupaten Serang terjadi karena sektor-sektor non basis mulai menunjukkan peningkatan sumbangan terhadap PDRB Kabupaten Serang. Contohnya adalah sektor perdagangan dan sektor angkutan yang terus meningkatkan sumbangannya terhadap PDRB Kabupaten Serang, sementara sektor pertanian mengalami fluktuasi sumbangan terhadap PDRB Kabupaten Serang. b. Kontribusi Sektor Pertanian Tabel 9. Hasil Analisis Angka Pengganda Pendapatan dan Kontribusi Sektor Pertanian dalam Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Serang Tahun Tahun YP. Y YP Y M (Milyar Rp.) (Milyar Rp.) (Milyar Rp.) (Milyar Rp.) , ,963 6, , ,928 6,839 29, , , ,400 6,969 27, , , ,674 7,095 33, , , ,675 7,094 58, ,081 Rata-Rata 6,945 29, ,091 Sumber: Diolah dari Lampiran 1 Keterangan: YP = Pendapatan Sektor Pertanian, Y = Pendapatan Total Kabupaten Serang, YP = Perubahan Pendapatan Sektor Pertanian, Y = Perubahan Pendapatan Total Kabupaten Serang Berdasarkan Tabel 9. diketahui bahwa angka pengganda pendapatan sektor pertanian di Kabupaten Serang pada tahun cenderung meningkat. Pada tahun 2003 angka pengganda pendapatan sektor pertanian sebesar 6,726; 6,839 pada tahun 2004; 6,969 pada tahun 2005; 7,095 pada tahun 2006 dan 7,094 pada tahun Ratarata angka pengganda pendapatan sektor pertanian pada tahun adalah 6,945. Artinya, bila terjadi perubahan pendapatan sektor pertanian di Kabupaten Serang sebesar

19 18 Rp. 1,000 maka akan terjadi perubahan pendapatan total Kabupaten Serang sebesar Rp. 6,945. Selanjutnya, dengan mengalikan angka pengganda pendapatan sektor pertanian dengan perubahan pendapatan sektor pertanian maka akan dapat digunakan untuk menentukan perubahan pendapatan total di Kabupaten Serang. Pada tahun 2003 perubahan pendapatan sektor pertanian belum dapat diketahui karena data tahun 2002 yang dapat digunakan untuk mengetahui perubahan pendapatan ini merupakan data di luar waktu penelitian. Tahun 2004 perubahan pendapatan sektor pertanian sebesar Rp ,-; Rp ,- pada tahun 2005; lalu terus meningkat menjadi Rp ,- pada tahun 2006 dan Rp ,- pada tahun Rata-rata perubahan pendapatan sektor pertanian pada tahun adalah sebesar Rp ,-. Perubahan pendapatan total Kabupaten Serang pada tahun 2003 belum dapat diketahui karena perubahan pendapatan sektor pertanian juga belum diketahui. Adapun perubahan pendapatan total Kabupaten Serang pada tahun 2004 adalah sebesar Rp ,-; Rp ,- pada tahun 2005; Rp ,- pada tahun 2006 dan Rp ,- pada tahun Rata-rata perubahan pendapatan total Kabupaten Serang pada tahun adalah sebesar Rp ,-. Kontribusi sektor pertanian dalam pendapatan total Kabupaten Serang bila ditinjau dari angka pengganda selalu meningkat, kecuali pada tahun Meskipun pendapatan yang dihasilkan sektor pertanian pada tahun 2007 meningkat, namun melalui distribusi persentase PDRB Kabupaten Serang terlihat bahwa sumbangan sektor pertanian menurun. Penyebabnya adalah pertumbuhan sektor-sektor lain seperti sektor keuangan dan angkutan, seperti yang telah diuraikan sebelumnya. c. Kontribusi Subsektor Tanaman Bahan Makanan Tabel 10. Hasil Analisis Angka Pengganda Pendapatan dan Kontribusi Subsektor Tanaman Bahan Makanan dalam Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Serang Tahun Tahun YTbm. YP ΔYTbm. ΔYP M (Milyar Rp.) (Milyar Rp.) (Milyar Rp.) (Milyar Rp.) , ,682 1, , ,684 1,693 17,205 29, , ,140 1,692 16,618 28, , ,989 1,713 11,361 19, , ,783 1,709 36,127 61,744 Rata-Rata 1,700 16,262 27,649 Sumber: Diolah dari Lampiran 3 Keterangan: YTbm. = Pendapatan Subsektor Tanaman Bahan Makanan, YP = Pendapatan Total Sektor Pertanian, YTbm. = Perubahan Pendapatan Subsektor Tanaman Bahan Makanan,

20 19 YP = Perubahan Pendapatan Total Sektor Pertanian Berdasarkan Tabel 10. diketahui bahwa angka pengganda pendapatan subsektor tanaman bahan makanan di Kabupaten Serang pada tahun cenderung meningkat. Pada tahun 2003 dan 2004 angka pengganda pendapatan subsektor ini adalah sebesar 1,693; 1,692 pada tahun 2005; 1,713 pada tahun 2006 dan 1,709 pada tahun Rata-rata angka pengganda pendapatan subsektor pada tahun adalah 1,700. Artinya, bila terjadi perubahan pendapatan subsektor tanaman bahan makanan di Kabupaten Serang sebesar Rp. 1,000 maka akan terjadi perubahan pendapatan total sektor pertanian di Kabupaten Serang sebesar Rp. 1,700. Selanjutnya, dengan mengalikan angka pengganda pendapatan subsektor tanaman bahan makanan dengan perubahan pendapatan subsektor tersebut akan dapat digunakan untuk menentukan perubahan pendapatan total sektor pertanian di Kabupaten Serang. Pada tahun 2003 perubahan pendapatan subsektor tanaman bahan makanan belum dapat diketahui karena data tahun 2002 yang dapat digunakan untuk mengetahui perubahan pendapatan ini merupakan data di luar waktu penelitian. Adapun pada tahun 2004 perubahan pendapatan subsektor tanaman bahan makanan adalah sebesar Rp ,-; Rp ,- pada tahun 2005; Rp ,- pada tahun 2006 dan Rp ,- pada tahun Rata-rata perubahan pendapatan subsektor tanaman bahan makanan tahun sebesar Rp ,-. Perubahan pendapatan pertanian total Kabupaten Serang pada tahun 2003 belum dapat diketahui karena perubahan pendapatan subsektor tanaman bahan makanan juga belum diketahui. Perubahan pendapatan subsektor tanaman bahan makanan di Kabupaten Serang pada tahun 2004 sebesar Rp ,-; Rp ,- pada tahun 2005; Rp ,- pada tahun 2006 dan Rp ,- pada tahun Rata-rata perubahan pendapatan sektor pertanian pada tahun adalah sebesar Rp ,-. Pada tahun 2005 subsektor tanaman bahan makanan mengalami penurunan angka pengganda pendapatan sekaligus sumbangan terhadap pendapatan sektor pertanian Kabupaten Serang. Penyebabnya adalah pada tahun ini banyak lahan mengalami puso, kekeringan, kebanjiran dan serangan hama. Kondisi tersebut berlanjut hingga tahun 2006, sehingga mempengaruhi sumbangan subsektor ini terhadap pendapatan sektor pertanian Kabupaten Serang, walaupun angka pengganda pendapatannya meningkat.

21 20 d. Kontribusi Subsektor Perkebunan Tabel 11. Hasil Analisis Angka Pengganda Pendapatan dan Kontribusi Subsektor Perkebunan dalam Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Serang Tahun Tahun YKbn. YPert. ΔYKbn. ΔYPert. M (Milyar Rp.) (Milyar Rp.) (Milyar Rp.) (Milyar Rp.) , ,682 13, , ,684 13,058 2,491 32, , ,140 12,969 2,702 35, , ,989 12,976 2,564 33, , ,783 15,242-9, ,948 Rata-Rata 13,469-0,377-5,075 Sumber: Diolah dari Lampiran 3 Keterangan: YKbn. = Pendapatan Subsektor Perkebunan, YP = Pendapatan Total Sektor Pertanian, YKbn. = Perubahan Pendapatan Subsektor Perkebunan, YP = Perubahan Pendapatan Total Sektor Pertanian Berdasarkan Tabel 11. dapat diketahui bahwa angka pengganda pendapatan subsektor perkebunan di Kabupaten Serang pada tahun cenderung meningkat. Pada tahun 2003 angka pengganda tenaga kerja subsektor perkebunan sebesar 13,100; 13,058 pada tahun 2004; 12,969 pada tahun 2005; 12,976 pada tahun 2006 dan 15,242 pada tahun Rata-rata angka pengganda pendapatan subsektor ini pada tahun adalah 13,469. Artinya, bila terjadi perubahan pendapatan subsektor perkebunan di Kabupaten Serang sebesar Rp. 1,000 maka akan terjadi perubahan jumlah pendapatan total sektor pertanian di Kabupaten Serang sebesar Rp. 13,469. Hasil penghitungan angka pengganda pendapatan subsektor perkebunan tersebut digunakan untuk menentukan perubahan pendapatan total sektor pertanian di Kabupaten Serang. Caranya dengan mengalikan angka pengganda pendapatan subsektor perkebunan dengan perubahan pendapatan subsektor perkebunan. Pada tahun 2003 perubahan pendapatan subsektor perkebunan belum dapat diketahui karena data tahun 2002 yang dapat digunakan untuk mengetahui perubahan pendapatan ini merupakan data di luar waktu penelitian. Pada tahun 2004 perubahan pendapatan subsektor perkebunan sebesar Rp ,-; Rp ,- pada tahun 2005 dan Rp ,- pada tahun Pada tahun 2007 pendapatan subsektor perkebunan menurun menjadi sebesar -Rp ,-. Rata-rata perubahan pendapatan subsektor perkebunan pada tahun adalah sebesar -Rp ,-. Perubahan pendapatan pertanian total Kabupaten Serang pada tahun 2003 belum dapat diketahui karena perubahan pendapatan subsektor perkebunan juga belum diketahui. Adapun perubahan pendapatan total sektor pertanian di Kabupaten Serang pada tahun 2004 adalah sebesar Rp ,-; Rp ,- pada tahun

22 ; Rp ,- pada tahun Pada tahun 2007 terjadi penurunan pendapatan total sektor pertanian menjadi sebesar -Rp ,-. Rata-rata perubahan pendapatan sektor ini tahun adalah sebesar -Rp ,-. Pada tahun 2005 subsektor perkebunan mengalami penurunan angka pengganda pendapatan sekaligus sumbangan terhadap pendapatan sektor pertanian Kabupaten Serang. Kondisi tersebut berlanjut hingga tahun 2006, di mana perubahan pendapatan subsektor perkebunan mencapai minus, walaupun angka pengganda pendapatan subsektor ini meningkat. Hal tersebut berdampak pada penurunan pendapatan total sektor pertanian. Penyebab penurunan ini adalah penurunan produksi beberapa komoditas perkebunan seperti kelapa dan kopi. Rendahnya produktivitas ini terutama sebagai akibat banyaknya tanaman yang telah tua, rusak dan tidak produktif, penggunaan bibit bukan unggul, dan kondisi kebun yang tidak terawat. Adapun perkebunan yang diusahakan di Kabupaten Serang sebagian besar merupakan perkebunan rakyat. e. Kontribusi Subsektor Peternakan Tabel 12. Hasil Analisis Angka Pengganda Pendapatan dan Kontribusi Subsektor Peternakan dalam Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Serang Tahun Tahun YTnk. YP ΔYTnk. ΔYP M (Milyar Rp.) (Milyar Rp.) (Milyar Rp.) (Milyar Rp.) , ,682 4, , ,684 4,465 6,455 28, , ,140 4,475 5,580 24, , ,989 4,476 7,520 33, , ,783 4,485 12,569 56,372 Rata-Rata 4,473 6,425 28,739 Sumber: Diolah dari Lampiran 3 Keterangan: YTnk. = Pendapatan Subsektor Peternakan, YP = Pendapatan Total Sektor Pertanian, YTnk. = Perubahan Pendapatan Subsektor Peternakan, YP = Perubahan Pendapatan Total Sektor Pertanian Berdasarkan Tabel 12. dapat diketahui bahwa angka pengganda pendapatan subsektor peternakan di Kabupaten Serang pada tahun cenderung meningkat. Pada tahun 2003 angka pengganda pendapatan subsektor peternakan sebesar 4,464; 4,465 pada tahun 2004; 4,475 pada tahun 2005; 4,476 pada tahun 2006 dan 4,485 pada tahun Rata-rata angka pengganda pendapatan subsektor ini pada tahun adalah 4,473. Artinya, bila terjadi perubahan pendapatan subsektor peternakan di Kabupaten Serang sebesar Rp. 1,000 maka akan terjadi perubahan pendapatan total sektor pertanian di Kabupaten Serang secara keseluruhan sebanyak Rp. 4,473. Selanjutnya, dengan mengalikan angka pengganda pendapatan subsektor peternakan dengan perubahan pendapatan subsektor tersebut akan dapat digunakan untuk

ANALISIS PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PEMBANGUNAN WILAYAH KABUPATEN DEMAK

ANALISIS PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PEMBANGUNAN WILAYAH KABUPATEN DEMAK ANALISIS PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PEMBANGUNAN WILAYAH KABUPATEN DEMAK Khusnul Khatimah, Suprapti Supardi, Wiwit Rahayu Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA SEKTOR PERTANIAN DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT

ANALISIS KINERJA SEKTOR PERTANIAN DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT ANALISIS KINERJA SEKTOR PERTANIAN DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT Kiky Fitriyanti Rezeki, Wiwit Rahayu, Emi Widiyanti Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas

Lebih terperinci

ANALISIS PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN WILAYAH DI KABUPATEN INDRAMAYU. Nurhidayati, Sri Marwanti, Nuning Setyowati

ANALISIS PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN WILAYAH DI KABUPATEN INDRAMAYU. Nurhidayati, Sri Marwanti, Nuning Setyowati ANALISIS PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN WILAYAH DI KABUPATEN INDRAMAYU Nurhidayati, Sri Marwanti, Nuning Setyowati Pogram Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Jl.

Lebih terperinci

P E RA N A N S E KT OR P ER T A NI AN D A LAM P E NY E R APA N T E N A GA KE RJA D I KAB UP AT E N P A T I

P E RA N A N S E KT OR P ER T A NI AN D A LAM P E NY E R APA N T E N A GA KE RJA D I KAB UP AT E N P A T I PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PENYERAPAN TENAGA KERJA DI KABUPATEN PATI Indah Kusuma Wardani, Minar Ferichani, Wiwit Rahayu Program Studi Agribisnis - Universitas Sebelas Maret Surakarta Jalan Ir. Sutami

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 38 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitis, yaitu metode yang memusatkan diri pada pemecahan masalah yang

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. ini adalah wilayah penelitian Kota Bandar Lampung dengan wilayah. arah tersedianya pemenuhan kebutuhan masyarakat.

III. METODOLOGI PENELITIAN. ini adalah wilayah penelitian Kota Bandar Lampung dengan wilayah. arah tersedianya pemenuhan kebutuhan masyarakat. 43 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Konsep dasar dan Defenisi Operasional Konsep dasar dan defenisi operasional dalam penelitian ini mencakup semua pengertian yang digunakan dalam memperoleh dan menganalisa

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. tujuan penelitian. Wilayah yang akan dibandingkan dalam penelitian ini

III. METODOLOGI PENELITIAN. tujuan penelitian. Wilayah yang akan dibandingkan dalam penelitian ini III. METODOLOGI PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional dalam penelitian ini mencakup semua pengertian yang digunakan dalam memperoleh dan menganalisis

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI SEKTOR PERTANIAN DALAM PENENTUAN SEKTOR UNGGULAN DI KABUPATEN PATI

IDENTIFIKASI SEKTOR PERTANIAN DALAM PENENTUAN SEKTOR UNGGULAN DI KABUPATEN PATI IDENTIFIKASI SEKTOR PERTANIAN DALAM PENENTUAN SEKTOR UNGGULAN DI KABUPATEN PATI EKA DEWI NURJAYANTI Fakultas Pertanian Universitas Wahid Hasyim Semarang ABSTRACT Pati Regency is a regency that relies on

Lebih terperinci

KINERJA DAN PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN BLORA

KINERJA DAN PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN BLORA SEPA : Vol. 9 No. 2 Februari 2013 : 201-208 ISSN : 1829-9946 KINERJA DAN PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN BLORA WIWIT RAHAYU Staf Pengajar Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis

Lebih terperinci

JIIA, VOLUME 2 No. 3, JUNI 2014

JIIA, VOLUME 2 No. 3, JUNI 2014 SEKTOR BASIS DAN STRUKTUR EKONOMI DI KOTA BANDAR LAMPUNG (An Analysis of Economic s Structure and Bases Sector in Bandar Lampung City) Anda Laksmana, M. Irfan Affandi, Umi Kalsum Program Studi Agribisnis,

Lebih terperinci

V. ANALISIS SEKTOR-SEKTOR PEREKONOMIAN DALAM PEMBANGUNAN WILAYAH KABUPATEN KARIMUN

V. ANALISIS SEKTOR-SEKTOR PEREKONOMIAN DALAM PEMBANGUNAN WILAYAH KABUPATEN KARIMUN V. ANALISIS SEKTOR-SEKTOR PEREKONOMIAN DALAM PEMBANGUNAN WILAYAH KABUPATEN KARIMUN Pembangunan perekonomian suatu wilayah tentunya tidak terlepas dari kontribusi dan peran setiap sektor yang menyusun perekonomian

Lebih terperinci

The Contribution Of Agricultural Sector in the Economy at Bone Bolango Regency By

The Contribution Of Agricultural Sector in the Economy at Bone Bolango Regency By The Contribution Of Agricultural Sector in the Economy at Bone Bolango Regency By Irawati Puloli 1) Mahludin Baruwadi 2) Ria Indriani 3) DEPARTMENTAGRIBISNIS FACULTY OF AGRICULTURE STATE UNIVERSITYGORONTALO

Lebih terperinci

KAJIAN BASIS DAN PRIORITAS DALAM SEKTOR PERTANIAN BAGI PEMBANGUNAN WILAYAH PESISIR BENGKULU

KAJIAN BASIS DAN PRIORITAS DALAM SEKTOR PERTANIAN BAGI PEMBANGUNAN WILAYAH PESISIR BENGKULU KAJIAN BASIS DAN PRIORITAS DALAM SEKTOR PERTANIAN BAGI PEMBANGUNAN WILAYAH PESISIR BENGKULU STUDY OF BASIS AND PRIORITY IN AGRICULTURAL SECTOR FOR COASTAL AREA DEVELOPMENT IN BENGKULU Melli Suryanty, Sriyoto,

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI POSISI DAN KONTRIBUSI SEKTOR PERTANIAN DALAM PEREKONOMIAN DAERAH DI KABUPATEN TEMANGGUNG. Hendri Wibowo, Darsono*, Eka Dewi Nurjayanti

IDENTIFIKASI POSISI DAN KONTRIBUSI SEKTOR PERTANIAN DALAM PEREKONOMIAN DAERAH DI KABUPATEN TEMANGGUNG. Hendri Wibowo, Darsono*, Eka Dewi Nurjayanti IDENTIFIKASI POSISI DAN KONTRIBUSI SEKTOR PERTANIAN DALAM PEREKONOMIAN DAERAH DI KABUPATEN TEMANGGUNG Hendri Wibowo, Darsono*, Eka Dewi Nurjayanti Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

Analisis Peranan Sektor Pertanian Terhadap Perekonomian Provinsi Jawa TimurTahun (Pendekatan Shift Share Esteban Marquillas)

Analisis Peranan Sektor Pertanian Terhadap Perekonomian Provinsi Jawa TimurTahun (Pendekatan Shift Share Esteban Marquillas) Analisis Peranan Sektor Pertanian Terhadap Perekonomian Provinsi Jawa TimurTahun 2004-2013 1 Analysis of the Role of the Agricultural Sector to the Economy of East Java 2004-2013 (Shift Share Esteban Marquillas

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. 2010, serta data-data lain yang mendukung. Data ini diperoleh dari BPS Pusat,

III. METODE PENELITIAN. 2010, serta data-data lain yang mendukung. Data ini diperoleh dari BPS Pusat, 29 III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data Produk Domestik Bruto (PDRB) Kabupaten Cirebon dan Provinsi Jawa Barat

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya;

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya; BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya; A. Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi (economic growth) merupakan salah satu indikator yang

Lebih terperinci

ANALISIS EKONOMI DAN SEKTOR UNGGULAN UNTUK PENGEMBANGAN HALMAHERA TENGAH

ANALISIS EKONOMI DAN SEKTOR UNGGULAN UNTUK PENGEMBANGAN HALMAHERA TENGAH ANALISIS EKONOMI DAN SEKTOR UNGGULAN UNTUK PENGEMBANGAN HALMAHERA TENGAH Djarwadi dan Sunartono Kedeputian Pengkajian Kebijakan Teknologi BPPT Jl. M.H. Thamrin No.8 Jakarta 10340 E-mail : djarwadi@webmail.bppt.go.id

Lebih terperinci

Lampiran 1. PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ATAS DASAR HARGA KONSTAN 2000 (Jutaan Rupiah)

Lampiran 1. PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ATAS DASAR HARGA KONSTAN 2000 (Jutaan Rupiah) 118 Lampiran 1. PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ATAS DASAR HARGA KONSTAN 2000 (Jutaan Rupiah) a. Propinsi Lampung Sektor Provinsi Lampung (Vi) 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 Pertanian 10871433 11318866

Lebih terperinci

PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PENYERAPAN TENAGA KERJA DI KABUPATEN KEBUMEN

PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PENYERAPAN TENAGA KERJA DI KABUPATEN KEBUMEN PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PENYERAPAN TENAGA KERJA DI KABUPATEN KEBUMEN Fajar Ari Nugroho, Darsono, Susi Wuri Ani Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret Surakarta Jl.

Lebih terperinci

ANALISIS PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PEMBANGUNAN WILAYAH KABUPATEN DEMAK

ANALISIS PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PEMBANGUNAN WILAYAH KABUPATEN DEMAK ANALISIS PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PEMBANGUNAN WILAYAH KABUPATEN DEMAK SKRIPSI Oleh : Khusnul Khatimah H 0809070 FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2013 i ANALISIS PERANAN SEKTOR

Lebih terperinci

KONTRIBUSI SUB SEKTOR PERIKANAN TERHADAP PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI PROVINSI RIAU

KONTRIBUSI SUB SEKTOR PERIKANAN TERHADAP PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI PROVINSI RIAU KONTRIBUSI SUB SEKTOR PERIKANAN TERHADAP PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI PROVINSI RIAU THE CONTRIBUTION OF THE FISHERIES SUB-SECTOR REGIONAL GROSS DOMESTIC PRODUCT (GDP)

Lebih terperinci

KONTRIBUSI SEKTOR PERTANIAN DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH KABUPATEN PATI. Eka Dewi Nurjayanti Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Wahid Hasyim

KONTRIBUSI SEKTOR PERTANIAN DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH KABUPATEN PATI. Eka Dewi Nurjayanti Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Wahid Hasyim KONTRIBUSI SEKTOR PERTANIAN DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH KABUPATEN PATI Eka Dewi Nurjayanti Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Wahid Hasyim ABSTRACK The purpose of this research are to identify

Lebih terperinci

ANALISIS IDENTIFIKASI SEKTORUNGGULAN DANSTRUKTUR EKONOMI DI KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

ANALISIS IDENTIFIKASI SEKTORUNGGULAN DANSTRUKTUR EKONOMI DI KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI ANALISIS IDENTIFIKASI SEKTORUNGGULAN DANSTRUKTUR EKONOMI DI KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI ANALYSIS OF IDENTIFICATION IN THE LEADING SECTORS AND THE ECONOMY STRUCTURE AT KEPULAUAN MERANTI REGENCY Res Tarida

Lebih terperinci

ANALISIS PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI DAN PENENTUAN SEKTOR UNGGULAN KABUPATEN PELALAWAN PROVINSI RIAU TAHUN

ANALISIS PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI DAN PENENTUAN SEKTOR UNGGULAN KABUPATEN PELALAWAN PROVINSI RIAU TAHUN ANALISIS PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI DAN PENENTUAN SEKTOR UNGGULAN KABUPATEN PELALAWAN PROVINSI RIAU TAHUN 2009-2012 (ANALYSIS OF CHANGE IN THE ECONOMIC STRUCTURE AND THE DETERMINING OF THE LEADING SECTORS

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA SEKTOR PERTANIAN DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH DI PROVINSI BANTEN

ANALISIS KINERJA SEKTOR PERTANIAN DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH DI PROVINSI BANTEN 1 NASKAH PUBLIKASI ANALISIS KINERJA SEKTOR PERTANIAN DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH DI PROVINSI BANTEN Program Studi Agribisnis Oleh : Ratih Ratna Puri H 0808192 FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

Lebih terperinci

ANALISIS PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PEREKONOMIAN DI KABUPATEN SRAGEN (Pendekatan Location Quotient dan Shift Share Analysis)

ANALISIS PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PEREKONOMIAN DI KABUPATEN SRAGEN (Pendekatan Location Quotient dan Shift Share Analysis) ANALISIS PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PEREKONOMIAN DI KABUPATEN SRAGEN (Pendekatan Location Quotient dan Shift Share Analysis) Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan ekonomi dalam wilayah tersebut. Masalah pokok dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan ekonomi dalam wilayah tersebut. Masalah pokok dalam pembangunan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses di mana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola setiap sumberdaya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF HENNY NURLIANI SETIADI DJOHAR IDQAN FAHMI

RINGKASAN EKSEKUTIF HENNY NURLIANI SETIADI DJOHAR IDQAN FAHMI RINGKASAN EKSEKUTIF HENNY NURLIANI, 2005. Strategi Pengembangan Agribisnis dalam Pembangunan Daerah Kota Bogor. Di bawah bimbingan SETIADI DJOHAR dan IDQAN FAHMI. Sektor pertanian bukan merupakan sektor

Lebih terperinci

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN PEREKONOMIAN KABUPATEN MANDAILING NATAL PROVINSI SUMATERA UTARA

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN PEREKONOMIAN KABUPATEN MANDAILING NATAL PROVINSI SUMATERA UTARA ANALISIS SEKTOR UNGGULAN PEREKONOMIAN KABUPATEN MANDAILING NATAL PROVINSI SUMATERA UTARA Andi Tabrani Pusat Pengkajian Kebijakan Peningkatan Daya Saing, BPPT, Jakarta Abstract Identification process for

Lebih terperinci

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN MENGGUNAKAN DATA PDRB

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN MENGGUNAKAN DATA PDRB ANALISIS SEKTOR UNGGULAN MENGGUNAKAN DATA PDRB (STUDI KASUS BPS KABUPATEN KENDAL TAHUN 2006-2010) SKRIPSI Disusun oleh : ROSITA WAHYUNINGTYAS J2E 008 051 JURUSAN STATISTIKA FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS). Data yang tercakup dalam

METODE PENELITIAN. bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS). Data yang tercakup dalam 28 III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS). Data yang tercakup dalam penelitian

Lebih terperinci

DINAMIKA PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI DI KAWASAN SOLO RAYA

DINAMIKA PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI DI KAWASAN SOLO RAYA DINAMIKA PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI DI KAWASAN SOLO RAYA Wiwit Rahayu, Nuning Setyowati 1) 1) Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret email: wiwit_uns@yahoo.com

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejajar dengan bangsa-bangsa maju

I. PENDAHULUAN. mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejajar dengan bangsa-bangsa maju I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan nasional yang dilaksanakan di Indonesia bertujuan untuk dapat mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejajar dengan bangsa-bangsa maju lainnya sehingga dapat

Lebih terperinci

SUB SEKTOR PERTANIAN UNGGULAN KABUPATEN TASIKMALAYA SELAMA TAHUN

SUB SEKTOR PERTANIAN UNGGULAN KABUPATEN TASIKMALAYA SELAMA TAHUN SUB SEKTOR PERTANIAN UNGGULAN KABUPATEN TASIKMALAYA SELAMA TAHUN 2005-2014 Sri Hidayah 1) Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Uniersitas Siliwangi SriHidayah93@yahoo.com Unang 2) Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam melaksanakan pembangunan perekonomian di daerah baik pada tingkat

I. PENDAHULUAN. Dalam melaksanakan pembangunan perekonomian di daerah baik pada tingkat I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam melaksanakan pembangunan perekonomian di daerah baik pada tingkat Provinsi/Kabupaten/Kota setiap daerah dituntut untuk mampu melakukan rentang kendali dalam satu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional dalam rangka

I. PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional dalam rangka I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional dalam rangka pencapaian tujuan dan sasaran pembangunan yang disesuaikan dengan potensi dan permasalahan pembangunan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang masih memegang peranan dalam peningkatan perekonomian nasional. Selain itu, sebagian besar penduduk Indonesia masih menggantungkan

Lebih terperinci

STRUKTUR EKONOMI DAN SEKTOR UNGGULAN KABUPATEN JEPARA. M. Zainuri

STRUKTUR EKONOMI DAN SEKTOR UNGGULAN KABUPATEN JEPARA. M. Zainuri STRUKTUR EKONOMI DAN SEKTOR UNGGULAN KABUPATEN JEPARA Universitas Muria Kudus, Gondangmanis Bae, Po Box 53, Kudus 59352 Email: zainuri.umk@gmail.com Abstract The economic structure of Jepara regency shown

Lebih terperinci

Analisis Sektor Unggulan Kabupaten Tolitoli dan Kabupaten Buol

Analisis Sektor Unggulan Kabupaten Tolitoli dan Kabupaten Buol Analisis Sektor Unggulan dan Supomo Kawulusan (Mahasiswa Program Studi Magister Pembangunan Wilayah Pedesaan Pascasarjana Universitas Tadulako) Abstract The purpose this reseach the economy sector growth

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Jumlah petani di Indonesia menurut data BPS mencapai 45% dari total angkatan kerja di Indonesia, atau sekitar 42,47 juta jiwa. Sebagai negara dengan sebagian besar penduduk

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan sebagai perangkat yang saling berkaitan dalam

I.PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan sebagai perangkat yang saling berkaitan dalam I.PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan sebagai perangkat yang saling berkaitan dalam struktur perekonomian yang diperlukan bagi terciptanya pertumbuhan yang terus menerus. Pembangunan

Lebih terperinci

Kata kunci: Perkembangan, kontribusi, perikanan, PDRB

Kata kunci: Perkembangan, kontribusi, perikanan, PDRB JURNAL PERIKANANAN DAN KELAUTAN ISSN 0853-7607 PERKEMBANGAN DAN KONTRIBUSI SUBSEKTOR PERIKANAN TERHADAP PDRB KABUPATEN ROKAN HILIR, RIAU Oleh: M. Ramli Staf Pengajar Faperika Universitas Riau ABSTRACT

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 Nomor Katalog : 9302001.9416 Ukuran Buku : 14,80 cm x 21,00 cm Jumlah Halaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daerah beserta masyarakatnya bersama-sama mengelola sumberdaya yang ada dan

BAB I PENDAHULUAN. daerah beserta masyarakatnya bersama-sama mengelola sumberdaya yang ada dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi daerah merupakan proses dimana pemerintah daerah beserta masyarakatnya bersama-sama mengelola sumberdaya yang ada dan melakukan mitra kerja dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan

Lebih terperinci

KONTRIBUSI SUBSEKTOR PERIKANAN DALAM PEMBENTUKAN PDRB DAN KESEMPATAN KERJA DI KABUPATEN KAMPAR, PROVINSI RIAU

KONTRIBUSI SUBSEKTOR PERIKANAN DALAM PEMBENTUKAN PDRB DAN KESEMPATAN KERJA DI KABUPATEN KAMPAR, PROVINSI RIAU Jurnal Dinamika Pertanian Volume XXX Nomor 3 Desember 2015 (215 222) ISSN 02152525 KONTRIBUSI SUBSEKTOR PERIKANAN DALAM PEMBENTUKAN PDRB DAN KESEMPATAN KERJA DI KABUPATEN KAMPAR, PROVINSI RIAU Contribution

Lebih terperinci

PENDAPATAN REGIONAL REGIONAL INCOME

PENDAPATAN REGIONAL REGIONAL INCOME PENDAPATAN REGIONAL REGIONAL INCOME NUSA TENGGARA BARAT DALAM ANGKA 2013 NUSA TENGGARA BARAT IN FIGURES 2013 Pendapatan Regional/ BAB XI PENDAPATAN REGIONAL CHAPTER XI REGIONAL INCOME Produk Domestik

Lebih terperinci

ANALISIS PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PEREKONOMIAN DI KABUPATEN BLITAR TAHUN

ANALISIS PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PEREKONOMIAN DI KABUPATEN BLITAR TAHUN digilib.uns.ac.id ANALISIS PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PEREKONOMIAN DI KABUPATEN BLITAR TAHUN 2007-2011 Skripsi Diajukan Sebagai Kelengkapan dan Syarat Untuk Menyelesaikan Program Sarjana Pada Program

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Sektor pertanian memiliki kontribusi terhadap pembangunan terutama di daerah, salah satunya di Provinsi Jawa Barat. Pembangunan ekonomi daerah erat kaitannya dengan industrialisasi

Lebih terperinci

ANALISIS LOCATION QUOTIENT SEKTOR DAN SUBSEKTOR PERTANIAN PADA KECAMATAN DI KABUPATEN PURWOREJO

ANALISIS LOCATION QUOTIENT SEKTOR DAN SUBSEKTOR PERTANIAN PADA KECAMATAN DI KABUPATEN PURWOREJO ANALISIS LOCATION QUOTIENT SEKTOR DAN SUBSEKTOR PERTANIAN PADA KECAMATAN DI KABUPATEN PURWOREJO The Analysis of Location Quotient on Sector and Subsector of Agriculture among the Sub Districts in Purworejo

Lebih terperinci

JIIA, VOLUME 1 No. 2, APRIL 2013

JIIA, VOLUME 1 No. 2, APRIL 2013 ANALISIS BASIS EKONOMI SUBSEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN DAN KEHUTANAN DI KOTA BANDAR LAMPUNG (Economic Base Analysis of the industry Subsector of Product Processing of Agriculture and Forestry

Lebih terperinci

ANALISIS EKONOMI WILAYAH KABUPATEN DI EKS- KARESIDENAN SURAKARTA (BOYOLALI, SUKOHARJO, KARANGANYAR, WONOGIRI, SRAGEN DAN KLATEN) TAHUN

ANALISIS EKONOMI WILAYAH KABUPATEN DI EKS- KARESIDENAN SURAKARTA (BOYOLALI, SUKOHARJO, KARANGANYAR, WONOGIRI, SRAGEN DAN KLATEN) TAHUN ANALISIS EKONOMI WILAYAH KABUPATEN DI EKS- KARESIDENAN SURAKARTA (BOYOLALI, SUKOHARJO, KARANGANYAR, WONOGIRI, SRAGEN DAN KLATEN) TAHUN 2010-2014 PUBLIKASI ILMIAH Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan

Lebih terperinci

ANALISIS PENGEMBANGAN EKONOMI KABUPATEN SIAK

ANALISIS PENGEMBANGAN EKONOMI KABUPATEN SIAK ANALISIS PENGEMBANGAN EKONOMI KABUPATEN SIAK Chanlis Nopriyandri, Syaiful Hadi, Novia dewi Fakultas Pertanian Universitas Riau Hp: 082390386798; Email: chanlisnopriyandri@gmail.com ABSTRACT This research

Lebih terperinci

Peranan Sektor Perikanan dan Kelautan Dalam Perekonomian Wilayah Propinsi Riau

Peranan Sektor Perikanan dan Kelautan Dalam Perekonomian Wilayah Propinsi Riau Peranan Sektor Perikanan dan Kelautan Dalam Perekonomian Wilayah Propinsi Riau Oleh Tince Sofyani ABSTRACT The objective of this study is to investigate the role of fishery sector in economic regional

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses dimana pemerintah

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses dimana pemerintah 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakat mengelola sumberdaya-sumberdaya yang ada, dengan menjalin pola-pola kemitraan

Lebih terperinci

ANALISIS PROYEKSI SEKTOR PERTANIAN DI PROVINSI MALUKU UTARA. Abstract

ANALISIS PROYEKSI SEKTOR PERTANIAN DI PROVINSI MALUKU UTARA. Abstract ANALISIS PROYEKSI SEKTOR PERTANIAN DI PROVINSI MALUKU UTARA Disusun oleh : Karmila Ibrahim Dosen Fakultas Pertanian Universitas Khairun Abstract Analisis LQ Sektor pertanian, subsektor tanaman pangan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. akademisi ilmu ekonomi, secara tradisional pembangunan dipandang sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. akademisi ilmu ekonomi, secara tradisional pembangunan dipandang sebagai BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Pembangunan Ekonomi Pembangunan ekonomi memiliki pengertian yang sangat luas. Menurut akademisi ilmu ekonomi, secara tradisional pembangunan dipandang sebagai suatu fenomena

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode. berikutnya. Dari satu periode ke periode lainnya kemampuan suatu negara

I. PENDAHULUAN. perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode. berikutnya. Dari satu periode ke periode lainnya kemampuan suatu negara 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian suatu negara dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi mengukur prestasi dari perkembangan suatu perekonomian dari

Lebih terperinci

PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN DI KABUPATEN KLATEN SKRIPSI

PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN DI KABUPATEN KLATEN SKRIPSI PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN DI KABUPATEN KLATEN SKRIPSI Oleh : Muhammad Luthfi K H 0813118 FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2017

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA SEKTOR PERTANIAN DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH DI KOTA BANJAR ABSTRAK

ANALISIS KINERJA SEKTOR PERTANIAN DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH DI KOTA BANJAR ABSTRAK ANALISIS KINERJA SEKTOR PERTANIAN DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH DI KOTA BANJAR Oleh: Riska Novitasari 1, Dedi Herdiansah S 2, Cecep Pardani 3 1,3 Fakultas Pertanian Universitas Galuh 2 Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU

PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU No. 24/05/14/Th.XV, 5 Mei 2014 PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU Ekonomi Riau termasuk migas pada triwulan I tahun 2014, yang diukur dari Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan 2000, mengalami

Lebih terperinci

Pendapatan Regional/ Regional Income

Pendapatan Regional/ Regional Income Nusa Tenggara Barat in Figures 2012 559 560 Nusa Tenggara in Figures 2012 BAB XI PENDAPATAN REGIONAL CHAPTER XI REGIONAL INCOME Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku pada tahun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu kebijakan pembangunan yang dipandang tepat dan strategis dalam rangka pembangunan wilayah di Indonesia sekaligus mengantisipasi dimulainya era perdagangan

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS PENENTUAN SEKTOR EKONOMI UNGGULAN KABUPATEN KUNINGAN

BAB 4 ANALISIS PENENTUAN SEKTOR EKONOMI UNGGULAN KABUPATEN KUNINGAN 164 BAB 4 ANALISIS PENENTUAN SEKTOR EKONOMI UNGGULAN KABUPATEN KUNINGAN Adanya keterbatasan dalam pembangunan baik keterbatasan sumber daya maupun dana merupakan alasan pentingnya dalam penentuan sektor

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. proses di mana terjadi kenaikan produk nasional bruto riil atau pendapatan

II. TINJAUAN PUSTAKA. proses di mana terjadi kenaikan produk nasional bruto riil atau pendapatan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembangunan Ekonomi Regional Pertumbuhan ekonomi merupakan unsur penting dalam proses pembangunan wilayah yang masih merupakan target utama dalam rencana pembangunan di samping

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan indikator ekonomi makro yang dapat digunakan untuk melihat tingkat keberhasilan pembangunan ekonomi suatu daerah. Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Majalengka

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS SUB SEKTOR POTENSIAL DALAM MENDUKUNG FUNGSI KOTA CILEGON

BAB IV ANALISIS SUB SEKTOR POTENSIAL DALAM MENDUKUNG FUNGSI KOTA CILEGON BAB IV ANALISIS SUB SEKTOR POTENSIAL DALAM MENDUKUNG FUNGSI KOTA CILEGON 4.1 Analisis Struktur Ekonomi Dengan struktur ekonomi kita dapat mengatakan suatu daerah telah mengalami perubahan dari perekonomian

Lebih terperinci

SKRIPSI ANALISIS POTENSI PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN BONE PERIODE KUSNADI ZAINUDDIN JURUSAN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

SKRIPSI ANALISIS POTENSI PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN BONE PERIODE KUSNADI ZAINUDDIN JURUSAN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS i SKRIPSI ANALISIS POTENSI PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN BONE PERIODE 2006-2010 KUSNADI ZAINUDDIN JURUSAN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2012 ii SKRIPSI ANALISIS

Lebih terperinci

Role and Contribution Of Fisheries Sector for Economy at Rokan Hilir Regency Riau Province ABSTRACT

Role and Contribution Of Fisheries Sector for Economy at Rokan Hilir Regency Riau Province ABSTRACT Role and Contribution Of Fisheries Sector for Economy at Rokan Hilir Regency Riau Province By Dwi Wulan Madona 1) M. Ramli 2) and Firman Nugroho 3) ABSTRACT The research was conducted in the Rokan hilir

Lebih terperinci

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DALAM PEREKONOMIAN KOTA BOGOR (PERIODE ) YENI MARLINA

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DALAM PEREKONOMIAN KOTA BOGOR (PERIODE ) YENI MARLINA ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DALAM PEREKONOMIAN KOTA BOGOR (PERIODE 2006-2012) YENI MARLINA DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI

Lebih terperinci

PERANAN KOMODITI PERTANIAN UNGGULAN TIAP KECAMATAN DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH KABUPATEN BANTUL

PERANAN KOMODITI PERTANIAN UNGGULAN TIAP KECAMATAN DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH KABUPATEN BANTUL SEPA : Vol. 13 No.1 September 2016 : 40 47 ISSN : 1829-9946 PERANAN KOMODITI PERTANIAN UNGGULAN TIAP KECAMATAN DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH KABUPATEN BANTUL Fauzi Afnan, Darsono, Wiwit Rahayu Program Studi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kota dan desa, antara pulau Jawa dengan luar Pulau Jawa maupun antara dua

BAB I PENDAHULUAN. kota dan desa, antara pulau Jawa dengan luar Pulau Jawa maupun antara dua BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan di negara-negara berkembang pada umumnya termasuk di Indonesia masih memunculkan adanya dualisme yang mengakibatkan adanya gap atau kesenjangan antara daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang tinggi agar terus tumbuh dalam mendorong pertumbuhan sektor-sektor

BAB I PENDAHULUAN. yang tinggi agar terus tumbuh dalam mendorong pertumbuhan sektor-sektor BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Salah satu faktor penting dalam perencanaan pembangunan daerah adalah membangun perekonomian wilayah tersebut agar memiliki daya saing yang tinggi agar terus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. indikator keberhasilan pelaksanaan pembangunan yang dapat dijadikan tolok ukur

BAB I PENDAHULUAN. indikator keberhasilan pelaksanaan pembangunan yang dapat dijadikan tolok ukur BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan merupakan suatu proses menuju perubahan yang diupayakan secara terus-menerus untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Salah satu indikator keberhasilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau suatu keharusan bagi kelangsungan pembangunan ekonomi dan peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. atau suatu keharusan bagi kelangsungan pembangunan ekonomi dan peningkatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan tolak ukur perekonomian suatu daerah. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkelanjutan merupakan kondisi utama atau suatu keharusan bagi

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 5.1 Geografis dan Administratif Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 0 50 7 0 50 Lintang Selatan dan 104 0 48 108 0 48 Bujur Timur, dengan batas-batas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kota Depok telah resmi menjadi suatu daerah otonom yang. memiliki pemerintahan sendiri dengan kewenangan otonomi daerah

I. PENDAHULUAN. Kota Depok telah resmi menjadi suatu daerah otonom yang. memiliki pemerintahan sendiri dengan kewenangan otonomi daerah I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Depok telah resmi menjadi suatu daerah otonom yang memiliki pemerintahan sendiri dengan kewenangan otonomi daerah beserta dengan perangkat kelengkapannya sejak penerbitan

Lebih terperinci

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 / BAB IV TINJAUAN EKONOMI 2.1 STRUKTUR EKONOMI Produk domestik regional bruto atas dasar berlaku mencerminkan kemampuan sumber daya ekonomi yang dihasilkan oleh suatu daerah. Pada tahun 2013, kabupaten Lamandau

Lebih terperinci

SEKTOR PERTANIAN UNGGULAN DI KABUPATEN BANDUNG SELAMA TAHUN Nina Herninawati 1)

SEKTOR PERTANIAN UNGGULAN DI KABUPATEN BANDUNG SELAMA TAHUN Nina Herninawati 1) SEKTOR PERTANIAN UNGGULAN DI KABUPATEN BANDUNG SELAMA TAHUN 2001-2011 Nina Herninawati 1) nha_moet@ymail.com Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi Unang Unang17@yahoo.com Fakultas

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU

PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU No. 19/05/14/Th.XI, 10 Mei PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU Ekonomi Riau Tanpa Migas y-on-y Triwulan I Tahun sebesar 5,93 persen Ekonomi Riau dengan migas pada triwulan I tahun mengalami kontraksi sebesar 1,19

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI DAN KONTRIBUSI SEKTOR PERTANIAN DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH KABUPATEN PATI SKRIPSI

IDENTIFIKASI DAN KONTRIBUSI SEKTOR PERTANIAN DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH KABUPATEN PATI SKRIPSI IDENTIFIKASI DAN KONTRIBUSI SEKTOR PERTANIAN DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH KABUPATEN PATI SKRIPSI Oleh : Selviana M H 0809101 FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2013 commit i to user IDENTIFIKASI

Lebih terperinci

ANALISIS KOMODITAS UNGGULAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA DI KABUPATEN MEMPAWAH. Universitas Tanjungpura Pontianak.

ANALISIS KOMODITAS UNGGULAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA DI KABUPATEN MEMPAWAH. Universitas Tanjungpura Pontianak. ANALISIS KOMODITAS UNGGULAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA DI KABUPATEN MEMPAWAH ADE IRMAYADI 1), ERLINDA YURISINTHAE 2), ADI SUYATNO 2) 1) Alumni Magister Manajemen Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH BPS PROVINSI JAWA TENGAH No. 06 /11/33/Th.I, 15 Nopember 2007 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH PDRB JAWA TENGAH TRIWULAN III TH 2007 TUMBUH 0,7 PERSEN Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Jawa Tengah pada

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2014 No.51/08/33/Th.VIII, 5 Agustus 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2014 Perekonomian Jawa Tengah yang diukur berdasarkan besaran PDRB atas dasar harga berlaku pada triwulan II tahun

Lebih terperinci

KONTRIBUSI SEKTOR PERTANIAN DALAM MENGURANGI KETIMPANGAN EKONOMI DI KOTA TASIKMALAYA

KONTRIBUSI SEKTOR PERTANIAN DALAM MENGURANGI KETIMPANGAN EKONOMI DI KOTA TASIKMALAYA KONTRIBUSI SEKTOR PERTANIAN DALAM MENGURANGI KETIMPANGAN EKONOMI DI KOTA TASIKMALAYA Dian Hadian 1) Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi kang_dian78@yahoo.com Unang 2) Fakultas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Dharmawan (2016) dalam penelitiannya tentang Analisis Pertumbuhan Ekonomi Dan Pengembangan Sektor Potensial Di Kabupaten Pasuruan Tahun 2008-2012 dengan

Lebih terperinci

Analisis Sektor Unggulan Kota Bandar Lampung (Sebuah Pendekatan Sektor Pembentuk PDRB)

Analisis Sektor Unggulan Kota Bandar Lampung (Sebuah Pendekatan Sektor Pembentuk PDRB) Analisis Sektor Unggulan Kota Bandar Lampung (Sebuah Pendekatan Sektor Pembentuk PDRB) Zuhairan Yunmi Yunan 1 1 Program Studi Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH No. 11/02/72/Th. XVII. 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH Ekonomi Sulawesi Tengah pada tahun 2013 yang diukur dari persentase kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB SEKTORAL TAHUN 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB SEKTORAL TAHUN 2013 BPS KABUPATEN TAPANULI UTARA No. 08/07/1205/Th. VI, 06 Oktober 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB SEKTORAL TAHUN 2013 Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Tapanuli Utara yang diukur

Lebih terperinci

ANALISIS POTENSI RELATIF PEREKONOMIAN WILAYAH KECAMATAN KEDUNGBANTENG KABUPATEN BANYUMAS Oleh: Agustin Susyatna Dewi 1)

ANALISIS POTENSI RELATIF PEREKONOMIAN WILAYAH KECAMATAN KEDUNGBANTENG KABUPATEN BANYUMAS Oleh: Agustin Susyatna Dewi 1) ANALISIS POTENSI RELATIF PEREKONOMIAN WILAYAH KECAMATAN KEDUNGBANTENG KABUPATEN BANYUMAS Oleh: Agustin Susyatna Dewi 1) 1) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Jenderal Soedirman Email: dwiagustin732@ymail.com

Lebih terperinci

Sektor Pertanian Unggulan di Sumatera Selatan

Sektor Pertanian Unggulan di Sumatera Selatan ZALIKA OKTAVIA, DWIDJONO HADI DARWANTO, SLAMET HARTONO Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada iikoktavia@gmail.com Sektor Pertanian Unggulan di Sumatera Selatan ABSTRACT The objectives

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Usaha ini

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Usaha ini BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Pada hakekatnya, pembangunan ekonomi adalah serangkaian usaha dan kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Usaha ini ditujukkan melalui memperluas

Lebih terperinci

PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PENYERAPAN TENAGA KERJA DI KABUPATEN KEBUMEN

PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PENYERAPAN TENAGA KERJA DI KABUPATEN KEBUMEN PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PENYERAPAN TENAGA KERJA DI KABUPATEN KEBUMEN SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Dengan kata lain, perkembangannya

I. PENDAHULUAN. dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Dengan kata lain, perkembangannya I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi daerah merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan pemerintah daerah bersama dengan masyarakat dalam mengelola dan memanfaatkan sumber daya yang tersedia

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA BARAT TAHUN 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA BARAT TAHUN 2013 No. 09/02/91/Th. VIII, 05 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA BARAT TAHUN 2013 Ekonomi Papua Barat tahun 2013 yang diukur dari kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) meningkat sebesar 9,30

Lebih terperinci

PERAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PERTUMBUHAN DAN STABILITAS PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DI KABUPATEN BOJONEGORO

PERAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PERTUMBUHAN DAN STABILITAS PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DI KABUPATEN BOJONEGORO SEPA : Vol. 8 No.1 September 2011 : 14 21 ISSN : 1829-9946 PERAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PERTUMBUHAN DAN STABILITAS PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DI KABUPATEN BOJONEGORO AGUSTONO Program Studi Agribisnis,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. institusi nasional tanpa mengesampingkan tujuan awal yaitu pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. institusi nasional tanpa mengesampingkan tujuan awal yaitu pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan adalah upaya multidimensional yang meliputi perubahan pada berbagai aspek termasuk di dalamnya struktur sosial, sikap masyarakat, serta institusi

Lebih terperinci

Perkembangan Indikator Makro Usaha Kecil Menengah di Indonesia

Perkembangan Indikator Makro Usaha Kecil Menengah di Indonesia Perkembangan Indikator Makro Usaha Kecil Menengah di Indonesia Perekonomian Indonesia tahun 2004 yang diciptakan UKM berdasarkan besaran Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga berlaku mencapai Rp

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2011

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2011 No.43/08/33/Th.V, 5 Agustus 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2011 PDRB Jawa Tengah pada triwulan II tahun 2011 meningkat sebesar 1,8 persen dibandingkan triwulan I tahun 2011 (q-to-q).

Lebih terperinci