PENGHARGAAN KARYA KONSTRUKSI INDONESIA TAHUN 2014

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGHARGAAN KARYA KONSTRUKSI INDONESIA TAHUN 2014"

Transkripsi

1 FORMULIR PENDAFTARAN PENGHARGAAN KARYA KONSTRUKSI INDONESIA TAHUN 2014 Judul Karya: Grouting dengan Metode Tube a Manchete (TAM) di Proyek Waduk Bajulmati X Kategori Karya *) Metode Konstruksi Teknologi Konstruksi Arsitektur Teknologi Tepat Guna Diajukan oleh: PT BRANTAS ABIPRAYA (PERSERO) 1

2 DAFTAR ISI Halaman Sampul... 1 Daftar isi Data Umum... 3 Surat Pernyataan Keaslian Karya PKKI Proposal Karya... 5 A Abstaksi Latar Belakang Kondisi Geologi Main Dam Urutan Pelaksanaan Drilling Dan Pattern Grouting Pelaksanaan Pengeboran Tes Pengujian Air (Water Pressure Test) Pemasangan Pipa Manchette Pregrout Grouting Manchette Komposisi Campuran Grouting Tekanan Injeksi Grouting Pencampuran Semen Grouting Injeksi Semen Grouting Chek Hole Permeability Test B Data Teknis C Keunggulan Karya D Data Pendukung Lainnya

3 FORMULIR PENDAFTARAN PENGHARGAAN KARYA KONSTRUKSI INDONESIA TAHUN Nama 1) PT Brantas Abipraya (Persero) 2. Tempat/Tanggal Lahir 2) atau Tanggal Pendirian 3) 12 November Alamat Jl. D. I. Panjaitan Kav. 14, Jakarta Timur 4. Telepon/ HP Fax Judul Karya PerancahStruktur Balok &Lantai menggunakan Shoring Truss pada Proyek Jembatan Dolago Sulawesi Tengah Metode Konstruksi 8. Kategori 4) 9. Bidang Pekerjaan (Kontraktor/ Konsultan Perencana/ Peneliti, dsb.) 10. Riwayat Pekerjaan Teknologi Konstruksi Arsitektur Teknologi Tepat Guna Kontraktor 1. Bendung dan bendungan 2. Jalan Jembatan 3. Gedung 4. dll 11. Pemilik Pekerjaan (Bila pemilik pekerjaan bukan ybs.) Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Bina Marga Jakarta,12 Agustus 2014 Dody Setiawan, ST 3

4 SURAT PERNYATAAN KEASLIAN KARYA PENGHARGAAN KARYA KONSTRUKSI INDONESIA 2014 Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Dody Setiawan, ST Jabatan : Project Manager Bertindak atas nama *) : Sendiri (selaku individu/perorangan) Tim [selaku tim/kelompok masyarakat) Ketua Tim :... Anggota 1 :... Anggota 2 :...dst. Instansi/ PerusahaanPT Brantas Abipraya (Persero) Pimpinan/ Direktur Utama : Bambang Esti Marsono Kerjasama Operasi/Joint Operation (antar badan usaha) Perusahaan 1 :... Perusahaan 2 :...dst. Alamat : Jl. D. I. Panjaitan Kav. 14, Jakarta Timur No.Telp. / Fax. : / sistem@brantas-abipraya.co.id Menyatakan dengan sebenarnya bahwa karya konstruksi yang saya/kami *) ajukan dengan judul Grouting dengan Metode Tube a Manchette (TAM) di Proyek Waduk Bajulmati adalah hasil karya cipta: Sendiri (selaku individu/perorangan) Kelompok (Tim/Perusahaan/Instansi/Kerjasama Operasi) dan bukan milik atau hasil karya cipta pihak lain baik secara individu maupun kelompok, serta belum pernah kami ajukan pada kegiatan penghargaan maupun lomba sejenis lainnya. Bila dikemudian hari ternyata pernyataan yang saya/kami *) buat ini tidak benar, maka saya/kami *) membebaskan Panitia/Penyelenggara Penghargaan Karya Konstruksi Indonesia 2014 termasuk Dewan Juri dari tuntutan pihak ketiga serta bersedia untuk menerima sanksi sebagai berikut: 1. Secara otomatis digugurkan dalam proses penjurian; 2. Dicabut penetapannya sebagai pemenang/penerima Penghargaan Karya Konstruksi Indonesia 2014 dan wajib mengembalikan seluruh penghargaan yang telah diterima; 3. Diajukan secara pidana apabila karya yang kami ajukan di kemudian hari terbukti bukan merupakan karya orisinil kami atau merupakan jiplakan/tiruan/pengakuan atas karya pihak lain. Demikian pernyataan ini saya/kami *) buat dengan sebenarnya. Jakarta, 12 Agustus 2014 Yang membuat pernyataan, Materai Rp 6000,- Dody Setiawan, ST 4

5 PROPOSAL KARYA 5

6 Grouting dengan Metode Tube a Manchette (TAM) di Proyek Waduk Bajulmati A. Abstraksi Kabupaten Banyuwangi dan Situbondo Jawa Timur merupakan salah satu penghasil beras bagi daerah tersebut. Wilayah ini belum dikembangkan secara maksimal karena masalah keterbatasan air.pada musim hujan air sungai langsung terbuang ke laut, sedangkan pada musim kemarau kekurangan air. Pembangunan Waduk Bajulmati diharapkan dapat menampung air sehingga dapat dimanfaatkan untuk irigasi. Lokasi Waduk secara geologi kurang memenuhi syarat. Kondisi geologi lokasi proyek didominasi oleh 2 produk endapan vulkanik muda yaitu endapan vulkanik Ijen Tua yang terdiri dari batuan sedimen gunung api, batu apung, tuff dan lava basalt dan endapan vulkanik Baluran yang terdiri dari lava basalt, batuan sedimen gunung api dan lahar. Kedua endapan tersebut ditutupi oleh endapan alluvial yang bersifat unconsolidated. Untuk mengatasi hal tersebut perlu dilakukan perbaikan kondisi geologi dengan metode grouting. Lokasi Proyek Waduk Bajulmati Gambar A-1 Lokasi Proyek Waduk Bajulmati 6

7 Lokasi Grouting Gambar A-2 Site Plan Kontur Waduk Bajulmati 1. LATAR BELAKANG Syarat lokasi Waduk adalah kondisi tanah memenuhi syarat daya dukung dan stabil terhadap erosi (rembesan). Salah satu metode perbaikan pondasi adalah dengan melakukan grouting di lokasi main dam dan dibagian hulu cofferdam. Grouting merupakan perbaikan tanah dengan cara menginjeksikan bahan cair yang akan mengisi semua retakan dan lubang.grouting juga berfungsi untuk memperkuat formasi lapisan tanah dan sekaligus menjadikan lapisan tanah tersebut menjadi padat, sehingga mampu untuk mendukung beban bangunan yang direncanakan. 7

8 Additonal Works Grouting Eksisting Grouting Tunnel Rencana TAM Grouting Area Main Dam Grouting Area Spillway Gambar 1-1 Rencana Pelaksanaan Grouting Additional Waduk Bajulmati 2. KONDISI GEOLOGI MAIN DAM Berikut kondisi geologi yang ada di Waduk Bajulmati : a. Pada batuan dasar (Base Rock) Jenis Batuan Uraian Lapilli Tuff Massa dasar batuan sebagian besar berkomposisi tufaan yang merupakan endapan ash volcanic, yang bersifat absorbed terhadap air, namun porositasnya rendah. Tuffaceous Komposisi pasir tufaan yang looses dan Sand mediumpermeability dengan sifat fisik yang rentan terhadap proses oksidasi. Laharic Berupa endapan lahar yang looses dan highly (Gravely Sand) permeability, lapisan ini terdapat dibawah muka preatic air tanah sehingga disebut lapisan aquifer. Tabel 2-1 Kondisi Geologi Pada Batuan Dasar (Base Rock) b. Pada batuan Unconsolidated Sediment (Alluvial) 8

9 Jenis Batuan Uraian River Deposit Berupa endapan sungai berukuran boulder hingga fine gravel yang looses dan highly permeability, lapisan ini terdapat dibawah muka preatic air tanah sehingga jenuh air. Endapan alluvial tersebut merupakan endapan yang hardy groutable, karena sifatnya yang jenuh air dan mengalirkan air tanah. Tabel 2-2 Kondisi Geologi Pada Batuan Unconsolidated Sediment Gambar 2-1 Profil Geologi Main Dam Dari uraian diatas, terlihat bahwa kondisi geologi pondasiwaduk Bajulmati terdiri dari lebih dari satu jenis batuan dengan tingkat kerusakan geologi yang berbedabeda. Hal ini terlihat jelas dengan besarnya angka permeabilitas yang mencapai s/d cm/detik. Kondisi geologi yang buruk tersebut (porous) dapat menyebabkanmenurunnya daya dukung tanah/batuan dan memperbesar terjadinya rembesan air melalui bawah pondasi waduk. 9

10 Di dalam Buku Pedoman Grouting Untuk Bendungan disebutkan bahwa syarat angka permeabilitas (k) adalah k n x 10 5 cm/detik dan nilai Lugeon berkisar antara 1 s/d 5. Angka permeabilitas dan lugeon merupakan acuan dalam menentukan kelayakan suatu waduk. Gambar 2-2 Profil Permeabilitas Main Dam Pada lokasi dasar sungai (riverbed) terdapat endapan sungai berukuran boulder hingga fine gravel yang bersifat lepas dan mudah runtuh. Kondisi batuan ini menyebabkan pengeboran dan pemasangan packer sulit untuk dilaksanakan,sehingga dipilih grouting dengan metode Tube A Manchette (TAM). 3. URUTAN PELAKSANAAN Urutan pelaksanaan grouting dengan metode Tube a Manchette (TAM) ditunjukkan sesuai flow chart di bawah ini : 10

11 Mulai Pengeboran Ø mm Setiap Stage (1 Stage = 2,5 m) Water Pressure Test Pemasangan Casing Pengaman Ø 89 mm Pemasangan Pipa PVC Tube a Manchette Ø 56 mm Pre Grouting (Di Luar Pipa Manchette) Setting Time Pre - Grouting Hingga 4 Jam Packer Setting Hingga Panjang Grouting 1 m Grouting Sistem TAM (Upstage) Selesai Gambar 3-1 Flowchart Pelaksanaan Grouting dengan Metode TAM 4. DRILLING & GROUTING PATTERN Lokasi grouting dibagi beberapa zona yaitu Blanket Grouting, Sub Curtain Grouting, Curtain Grouting. a. Water Stop Grouting Adalah grouting di bagian hulu cofferdam dengan kedalaman 30 m. b. Blanket Grouting 11

12 Digunakan untuk membentuk zona dengan permeability rendah dan memperbaiki strength pada daerah hulu dari pondasi main dam, Kedalaman lubang bor mencapai 5 m dengan jarak antar lubang 1 m. c. Sub Curtain Grouting Digunakan untuk membentuk sebuah zona vertikal yang dalam dengan permeability rendah. Kedalaman lubang bor mencapai 15 m dengan jarak antar lubang 1 m. d. Curtain Grouting Digunakan untuk membentuk sebuah zona vertikal yang dalam dengan permeability rendah dan memperbaiki kekuatan dalam pondasi batuan. Kedalaman lubang bor mencapai 40 m dengan jarak antar lubang 1 m. Curtain grouting Sub curtain upstream Sub curtain downstream Blanket upstream Blanket downstream Gambar 4-1Grouting Pattern Sedangkan untuk pelaksanaannya dilakukan dengan metode Upstage Grouting, yaitu pelaksanaan grouting dari bawah ke atas. Lubang grouting dibor hingga kedalaman yang ditetapkan, lalu di-grouting yang dimulai dari stage yang paling bawah dan dilaksanakan berurutan sampai stage yang paling atas. 12

13 Gambar 4-2 Skema Upstage Grouting 5. PELAKSANAAN PENGEBORAN (DRILLING) Pelaksanaan pengeboran dilakukan di lokasi yang sesuai dengan grouting pattern yang telah ditetapkan, dimulai dari lubang primer, sekunder dan yang terakhir tersier. Kondisi batuan yang tidak stabil (mudah runtuh), menyebabkan pengeboran sulit dilakukan langsung hingga kedalaman yang diinginkan sehingga dilakukan pemasangan casing pengaman agar dinding lubang bor tidak runtuh. No Jenis Alat Gambar 1 Mesin Bor 2 Pompa Bor Stang Bor/ Drilling Rod Ø 3 66 ~ 73 mm 4 Pipa Casing Ø 89 mm 5 Core Barrel & Bit 6 Tripod 7 Air Hose 8 Water Swifel Tripod Water Swifel Mesin Bor Peralatan Lain2 (Kunci 9 Pipa, Dll) Tabel 5-1 Peralatan Pengeboran Stang bor Pipa cashing 13

14 Gambar 5-1 Skema Pelaksanaan Pengeboran Tahapan pelaksanaan : a. Pengeboran dimulai dengan Ø mm dari kedalaman 0.00 m hingga 2.50 atau 5.00 m tergantung kondisi batuan. b. Water Pressure Test (WPT). c. Pemasangan casing Ø mm hingga kedalaman 5.00 m termasuk membersihkan kotoran didalam casing. d. Pemasangan casing dan pekerjaan WPT dengan pengeboran Ø mm kembali ke stage 2 (kedalaman 5-7, 5 atau 10 m). e. Pemasangan casing Ø mm dan melakukan pengeboran kembali pada kedalaman 5-10 m serta membersihkan kotoran didalam casing. f. Pengeboran Ø mm untuk stage 3 (kedalaman m) dan seterusnya diikuti dengan pemasangan casing hingga kedalaman 40 m. 14

15 Gambar 5-2 Pelaksanaan Pengeboran (drilling) 6. TES PENGUJIAN AIR (WATER PRESSURE TEST) Water Pressure Test (WPT) dilakukan untuk menentukan besarnya angka kelulusan air dalam batuan/tanah ( lugeon value) serta untuk mengetahui besarnya angka koefisien permeabilitas dalam batuan tersebut.angka ini akan dipergunakan untuk menentukan komposisi material grouting dan tekanan yang dipakai. No Jenis Alat Gambar 1 Pompa Tekanan 2 Packer Set 3 Pipa Injeksi & Selang Injeksi 4 By Pass Assy 5 Flow Meter 6 Pressure Gauge 7 Stop watch Peralatan Lain (kunci, 8 dll) Tabel 6-1 Peralatan Water Pressure Test 15

16 Gambar 6-1 Skema Pelaksanaan Water Pressure Test Tahapan pelaksanaan Water Pressure Test (WPT) : a. Pengeboran stage 1 yaitu kedalaman 0-5 m, kemudian dilaksanakan pekerjaan WPT stage 1 yaitu test air dengan tekanan tinggi untuk mengetahui nilai kelulusan air, Lugeon (LU). b. WPT stage 2 (5-10 m) bisa dilaksanakan setelah pekerjaan pemasangan casing kedalaman 0-5 m dan pengeboran stage 2 (kedalaman 5-10 m). c. Untuk stage 3 dan seterusnya WPT dilaksanakan seperti langkah sebelumnya. Gambar 6-2 Pelaksanaan Water Pressure Test (WPT) 16

17 Gambar 6-3 Rumus Perhitungan Nilai Lugeon (Lu) WPT. RECORD : ADD QR 94 (T) (MAINDAM) DATE : 17/1/2014 HP : 1.5 STAGE : 2a DEPT.H : 2,5 m READING OF FLOW ELAPSED WATER METER TOTAL INJECTED LUGEON PERIODE TIME WATER WATER TIME PRESSURE FROM TO TAKE TAKE RATE VALUE (Min) (Min) (kpa) (Liter) (Liter) (Liter) (Liter) Q=litre/min (Lu) ,0 7, ,0 7, ,0 8, ,0 7, ,0 8, ,0 7, ,0 8, ,0 7, ,0 8, ,0 7,0 74,0 7,40 13,76 = 2,15 kg/cm2 = 13,76 Tabel 6-2 Contoh record WPT 17

18 Gambar 6-4 Penampang Lugeon As Waduk Sebelum Grouting 7. PEMASANGAN PIPA MANCHETTE Pada tahap ini dilakukan modifikasi terhadap metode TAM. Pekerjaan grouting diawali dengan pengeboran dan pengujian tekanan air dan dilanjutkan dengan pemasangan pipa manchette Ø 56 mm yang terbuat dari pipa air PVC 2 yang digunakan sebagai lubang grouting. Pipa manchette tersebut yang dipasang sebagai casing pada setiap interval 0,5 m dilengkapi lubang perforated 4 buah dengan posisi berseberangan. Lubang ditutup sementara dengan vynil tape. Tahapan pelaksanaannya : a. Merekatkan selang pre-grout di luar pipa manchetteuntuk pelaksanaan pregrouting. b. Memasukan pipa manchette Ø 56 mm kedalam lubang bor. Pipa manchette dilengkapi lubang perforasi Ø 8 mm yang ditutup dengan vynil tape. Panjang pipa manchette ± 4 m. c. Penyambungan antar pipa manchette menggunakan lem pipa yang pelaksanaanya harus cepat agar sambungan antar pipa manchette lebih kuat. 18

19 Gambar 7-1 Pemasangan Pipa Manchette d. Pipa manchette dimasukan kedalam lubang bor hingga kedalaman yang ditetapkan. e. Setelah pemasangan pipa manchette selesai, lubang pipa manchette ditutup dengan vynil tape, agar tidak ada kotoran yang masuk ke dalam lubang pipa manchette. f. Pengangkatan pipa casing Ø 89 mm. 8. PRE-GROUT Pre-grout adalah proses pengisian material semen dan air untuk mengisi rongga antara casing bor dan pipa Manchette. Tahap pelaksanaan pregrout sebagai berikut : a. Setelah pengeboran dan casing terpasang hingga dasar lubang, pipa tremi dan pipa Manchette yang telah dibuat lubang perforated dimasukkan dan ditutup dengan isolasi kedalam lubang bor, selanjutnya semen milk yang kental dipompakan ke dasar lubang lewat pipa tremi. b. Setelah diperkirakan semen milk telah mengisi dasar lubang, pipa tremi dan casing diangkat sedikit demi sedikit keatas sambil memompakan semen milk yang kental lewat pipa tremi sehingga semen terus mengisi lubang bor. c. Tahap ketiga dan selanjutnya adalah terus memompakan semen milk yang kental kedalam lubang lewat pipa tremi sambil terus diangkat bersama casing hingga semua pipa tremi dan casing terangkat ke permukaan dan semen milk penuh hingga permukaan lubang. 19

20 Gambar 8-1 Pelaksanaan Pregrout 9. GROUTING TUBE A MANCHETTE (TAM) Metode grouting TAM dilakukan karena proses grouting secara konvensional tidak dapat dilakukan, hal ini dikarenakan struktur lapisan tanah yang ada di Waduk Bajulmati umumnya batuan lepas. Tahap pelaksanaan untuk grouting TAM : a. Grouting TAM bisa dilaksanakan setelah semen pre grout agak mengeras dan bisa dipecahkan oleh semen grout dalam tekanan tertentu. b. Packer set dimasukkan hingga ke dasar lubang untuk selanjutnya semen ditekan hingga memecah pre-grout dan masuk kedalam pori/rekahan sekitar lubang. c. Setelah volume dan tekanan tercapai, grouting dihentikan dan dilanjutkan dengan grouting pada stage diatasnya yang berjarak 0.5 m hingga tekanan dan volume tercapai. d. Grouting per 0.5 m dengan menginjeksikan semen milk hingga tekanan dan volume tercapai. 20

21 Gambar 9-1 Pelaksanaan Grouting Manchette 10. KOMPOSISI CAMPURAN GROUTING Bahan grouting yang digunakan berupa material suspense. Material yang dipakai adalah semen dan bahan tambahan berupa pasir halus, bentonit atau bahan sejenisnya. Air sebagai bahan cairan yang dipakai sebagai pencampur semen, harus bebas dari kandungan lumpur, bahan organik dan unsur lain yang dapat mengakibatkan penurunan kualitas campuran. Bahan semen yang digunakan adalah Portland Cement (PC) tipe I yang tidak mengandung bahan lain dan memenuhi syarat yang ditentukan dalam SII Komposisi semen dan air ditentukan berdasarkan kondisi batuan dan besarnya penyerapan grouting. C : W Cement (Kg) Water (Ltr) Volume (Ltr) 1 : ,2 2x 1 : ,4 4x 1 : ,7 4x 1 : ,7 4x 1 : ,7 8x 1 : 0, ,5 4x Tabel 10-1 Komposisi Campuran TAM Grouting 21

22 11. TEKANAN INJEKSI GROUTING Faktor yang penting pada saat pelaksanaan grouting adalah tekanan grouting dan pencampuran grout. Tekanan grouting yang tinggi akan membuat lebih mudahnya cairan semen untuk menyebar mengisi celah retakandan pori batuan secara efektif, namun apabila tekanan terlalu tinggidapat merusak batuan dasarnya, sedangkan jika tekanan terlalu rendah menyebabkan campuran semen tidak mencapai lubang yang agak jauh yang berakibat grouting menjadi tidak efektif. Berikut ini tekanan grouting yang bisa digunakan sebagai petunjuk tipikal tekanan yang diperlukan : Stage I II III IV V VI Depth (m) Tekanan (kg/cm2) Tabel 11-1Tekanan GroutingAdditionalMenurut Kedalaman 12. PENCAMPURAN SEMEN GROUT Proses pencampuran semen grout dilaksanakan berdasarkan perbandingan berat antara semen dan air yang telah ditetapkan sesuai spesifikasi teknik. Setiap stage kedalaman diawali dengan campuran encer 5 : 1; 3 : 1; 2 : 1; 1 : 1, dan yang paling kental 0.5 : 1 Gambar 12-1 Skema Sirkulasi Campuran Grouting 22

23 Tahapan pelaksanaan pencampuran semen grouting : a. Memasukan air ke dalam grout mixer hingga sesuai dengan volume air yang ditetapkan. b. Kemudian semen dimasukan ke dalam grout mixer, proses mixing semen dan air di grout mixer berlangsung beberapa saat (± 1 menit). c. Setelah campuran semen grout siap, kran pada grout mixer dibuka untuk menyalurkan cairan semen grout ke hooper untuk dipompakan ke lokasi lubang grouting melalui selang water hose ke pressure gauge sebelum masuk ke lubang grouting. d. Jika cairan semen grout pada hooper volumenya sudah sedikit, cairan semen grout pada grout mixer dialirkan kembali ke hooper untuk dipompakan ke lubang bor. e. Pada saat pelaksanaan injeksi, sirkulasi cairan semen grout sebagian masuk mengisi celah-celah dan rekahan pada lubang grouting sebagian kembali ke hooper yang kembali dipompakan oleh grout pump ke lubang grouting. Gambar 12-2 Proses Pencampuran Semen Grout f. Selama pelaksanaan grouting, penyiapan material mixing semen grout berikutnya segera dilakukan. Hal ini agar pelaksanaan injeksi tidak terhambat karena keterlambatan proses pencampuran semen grout. g. Proses pencampuran semen grout dilakukan hingga proses injeksi pada suatu stage telah selesai. 13. INJEKSI SEMEN GROUTING Hasil pengujian tekanan air ( water pressure test), pengujian grouting atau hasil grouting sebelumnya dapat dipergunakan untuk merencanakan tekanan injeksi 23

24 dan komposisi yang akan dipakai pada injeksi selanjutnya. Jika pada tes pengujian air menunjukan kondisi batuan yang rapat, maka diawali dengan injeksi campuran encer. Apabila menunjukan kondisi batuan yang terbuka diawali dengan campuran yang lebih kental.campuran yang digunakan untuk perbaikan pondasi Waduk Bajulmati di awali dengan campuran 5 : 1 s/d 0.5 : 1. Pengentalan campuran dilakukan setelah tidak terjadi kenaikan tekanan grouting dan volume campuran telah mencapai 200 liter per 20 menit.pelaksanaan untuk injeksi semen dimulai dengan campuran 5 : 1 hingga 0.5 : 1 dan tekanannya disesuaikan dengan kedalaman step yang akan digrouting seperti yang disyaratkan dalam spesifikasi. Pada lubang yang seluruh stepnya telah di grouting, lubang ditutup dengan dop plastik dan dijenuhkan hingga ± 4 6 jam. Setelah semen grouting sudah mengeras, rubber packer di buka kemudian air semen sisa grouting di keluarkan dari lubang bor. Selanjutnya dilakukan penyumbatan ( plugging) dengan menuang kedalam lubang campuran kental 1:1 sampai penuh. Gambar 13-1Plugging Lubang Grouting 14. CHECK HOLE Setelah pelaksanaan TAM, grouting selesai dilakukan untuk keseluruhan titiknya, dilakukan check hole untuk mengevaluasi apakah pekerjaan grouting yang dilakukan telah sesuai dengan yang diharapkan atau perlu dilakukan perbaikan kembali. Hal ini dapat terlihat dari besarnya nilai kelulusan air (lugeon) setelah dilakukan grouting, apakah sudah memenuhi syarat yang telah ditetapkan atau belum. 24

25 Check hole dilakukan pada titik yang telah ditetapkan, umumnya ditengahtengah as waduk. Diawali dengan pengeboran secara rotary yang dilakukan pada titik yang ditetapkan menggunakan bor cekung ( coring bit) dan sebuah core barrel untuk mendapatkan inti batuan yang menerus. Kemudian dilanjutkan pengujian permeability test untuk mengetahui nilai kelulusan air lubang grouting. Gambar 14-1 Pattern Cek Hole di Main Dam Gambar 14-2 Skema Pelaksanaan Cek Hole Tahapan pelaksanaan cek hole : a. Pengecekan peralatan core drilling yang diperlukan,termasuk air untuk flush drilling. b. Pengeboran secara rotary menggunakan core bit dan core barrel untuk mengambil inti batuan (core) pada setiap kedalaman 1 m hingga kedalaman 5 m (1 stage). c. Inti batuan (core) yang didapatkan dimasukan ke dalam core box, untuk diteliti efektivitas injeksi semen grouting nya di laboratorium. Gambar 14-3 Inti Batuan (Core) Hasil Check Hole 25

26 d. Pengeboran inti batuan ( core) dilakukan hingga kedalaman per stagenya tercapai, kemudian lubang bor dicuci bersih dengan menyemprotkan air ke dalam lubang sampai air yang keluar sudah jernih. e. Memasang packer untuk pengujian permeability test agar diketahui nilai kelulusan air (lugeon) per stage kedalaman lubang grouting. f. Pengujian permeability test dilanjutkan dengan injeksi semen grouting ke dalam lubang yang telah dibor tersebut. g. Injeksi grouting dilakukan secara up-stage yaitu injeksi cairan semen grouting dari bawah ke atasmulai kedalaman 5 m. h. Penjenuhan cairan semen grouting yang telah diinjeksikan ditunggu ± 4 6 jam, baru kemudian pengeboran stage selanjutnya bisa dilakukan. i. Setelah cairan semen grouting stage telah jenuh, dilakukan core drillingpada kedalaman stage yang ditentukan. 15. PERMEABILITY TEST Pengujian ini dilakukan untuk menghitung permeabilitas dalam unit lugeon yang didefiniskan sebagai sebuah aliran air satuan liter per menit tiap stage dari sebuah lubang yang dites dengan sebuah tekanan yang bervariasi. Berikut ini adalah tahapan pelaksanaannya : a. Pemasangan air packer pada stage lubang bor yang akan di tes, setelah di setting sejajar dengan lubang bor lalu packer-nya dibuat mengembang sehingga tidak dapat digerakan lagi. b. Lalu air ditekan masuk ke dalam lubang dengan melewati flowmeter dan pressure gauge. c. Pengecekan sirkulasi air yang melewati peralatan tes, jika terjadi kebocoran pada air packer terlebih dahulu diperbaiki dengan memperbesar tekanan angin pada kompresor. d. Penekanan tekanan setiap stage kedalaman lubang bor disesuaikan dengan tekanan per stage yang disyaratkan dalam spesifikasi. Tekanan yang digunakan selama permeability test : 26

27 Stage Kedalaman Tekanan Maks Urut-urutan Tekanan (Meter) (Kg/ cm2) (Kg/ cm2) Tabel 15-1 Tekanan Maksimum Permeability Test e. Untuk stage 1 tekanan awal yang digunakan 1 kg/cm2, kemudian debit awal aliran air yang melewati flowmeter di catat. f. Lalu setiap periode 1 menit dilakukan pencatatan debit aliran yang masuk ke lubang bor, hal ini dilakukan hingga periode waktu 5 menit. g. Setelah itu tekanan injeksi dinaikan menjadi 1.5 kg/cm2 dan setiap periode 1 menit dilakukan pencatat debit aliran yang masuk ke lubang bor selama periode waktu 5 menit. h. Kemudian tekanan dinaikan hingga mencapai tekanan maksimum 2 kg/cm2 dan setiap periode 1 menit dilakukan pencatat debit aliran yang masuk ke lubang bor selama periode waktu 5 menit. i. Dilakukan penurunan tekanan menjadi 1.5 kg/cm2 lalu 1 kg/cm2 dengan metode pencatatan debit aliran yang masuk ke lubang bor sama seperti sebelumnya. j. Permeability test stage 1 telah selesai, lalu bisa dilanjutkan dengan pengeboran inti batuan (core) stage 2. k. Pengujian untuk stage 2 dilakukan setelah pengeboran inti batuan (core) pada stage 2 telah selesai. Metode pelaksanaan untuk stage 2 dan selanjutnya hampir sama dengan stage 1, yang membedakan adalah variasi tekanan per stagenya berbeda sesuai dengan tekanan per stage yang disyaratkan dalam spesifikasi. 27

28 Gambar 15-1Penampang Lugeon As Waduk Setelah Grouting Dengan Sodium Silicate Dan Portland Cement Type I Gambar 15-2 Penampang Lugeon As Waduk setelah Grouting Ketiga dengan Sodium Silicate Dan Portland Cement Type I 28

29 B. Data Teknis 1. Lokasi Karya Waduk Bajulmati di Kabupaten Banyuwangi dan Situbondo 2. Implementasi karya Bidang Sumberdaya Air Bidang Jalan dan Jembatan Bidang Perumahan/Permukiman Lainnya 3. Nilai Kontrak Rp Include PPN 4. Jangka Waktu Kontrak 930 hari 5. Waktu Pelaksanaan Konstruksi 25 Juni Januari Waktu Mulai Berfungsi 16 Mei 2014 C. Keunggulan Karya NO UNSUR PENJELASAN I II INOVASI Orisinil Chemical grouting dengan downstage Inspiring Kondisi geologi proyek bersifat unconsolidated (porous dan mudah runtuh) Kreatif Memodifikasi alat grouting dan metode injeksi Landasan Teori Geologi teknik dan mekanika tanah Kebaruan (Novelty) Perbaikan dari metode TAM yang sudah ada DAYA SAING Skope Internasional, baru pertama kali (Regional/Nasional/Internasional) diterapkan di Indonesia Material Lokal 100% SDM Lokal 100% Peralatan Lokal 100% Mutu Sesuai standar PU, Konsultan dan ASTM 29

30 III IV Aspek Keselamatan (Manusia, Publik, Property) Efisiensi (Biaya Murah) BERKELANJUTAN Aspek Ekonomi (Benefit Besar) Aspek Lingkungan (Low Energy, Low Waste, Low Emision) Aspek Sosial (Penyerapan tenaga kerja, Kearifan budaya lokal) LAINNYA Pasca pelaksanaan Zero Accident Pekerjaan efektif,cepat dan mudah diaplikasikan Lebih murah dibandingkan dengan metode diafragma wall Ramah lingkungan Penyerapan tenaga kerja lokal Dari hasil legoun test dan permeability test metode ini terbukti efektif D. DATA PENDUKUNG LAINNYA 1. Data-data teknis lainnya yang dianggap perlu untuk Terlampir diketahui oleh panitia dan belum termuat dalam butir B dan C 2. Informasi visual (foto, gambar, video, dll Terlampir 3. Resensi media atau kajian tentang objek - 4. Referensi dukungan dari Pakar/Ahli - Demikian informasi yang kami ajukan untuk Penghargaan Karya Konstruksi Indonesia tahun 2014 ini disampaikan dengan sebenar-benarnya. Jakarta, 12 Agustus 2014 Dody Setiawan, ST 30

METODE PELAKSANAAN DRILLING & GROUTING WATERSTOP (TUBE A MANCHETTE METHOD)

METODE PELAKSANAAN DRILLING & GROUTING WATERSTOP (TUBE A MANCHETTE METHOD) METODE PELAKSANAAN DRILLING & GROUTING WATERSTOP (TUBE A MANCHETTE METHOD) 1. Umum Pekerjaan drilling dan waterstop grouting ini dilakukan pada lokasi sepanjang upstream cofferdam hulu. Berdasarkan kondisi

Lebih terperinci

METODE PELAKSANAAN DRILLING & GROUTING DOWNSTAGE METHOD

METODE PELAKSANAAN DRILLING & GROUTING DOWNSTAGE METHOD METODE PELAKSANAAN DRILLING & GROUTING DOWNSTAGE METHOD 1. Umum Tanah/ batuan dasar pondasi bangunan tidak sepenuhnya dapat memenuhi kriteria perencanaan. Untuk memenuhi kriteria perencanaan, maka diperlukan

Lebih terperinci

PENGHARGAAN KARYA KONSTRUKSI INDONESIA TAHUN 2014

PENGHARGAAN KARYA KONSTRUKSI INDONESIA TAHUN 2014 FORMULIR PENDAFTARAN PENGHARGAAN KARYA KONSTRUKSI INDONESIA TAHUN 2014 Judul Karya: Perancah Struktur Balok & Lantai menggunakan Shoring Truss pada Proyek Jembatan Dolago Sulawesi Tengah Kategori Karya

Lebih terperinci

PRECAST TALI AIR TROTOAR

PRECAST TALI AIR TROTOAR FORMULIR PENDAFTARAN PENGHARGAAN KARYA KONSTRUKSI INDONESIA TAHUN 2012 JUDUL KARYA : PRECAST TALI AIR TROTOAR PROYEK PENINGKATAN JALAN SOEKARNO HATTA BANDUNG KATEGORI KARYA : METODE KONSTRUKSI DIAJUKAN

Lebih terperinci

TEKNIK PENGUJIAN TEKANAN AIR PADA PEKERJAAN GROUTING PROYEK BENDUNGAN/WADUK NIPAH MADURA-JAWA TIMUR. I Made Udiana *)

TEKNIK PENGUJIAN TEKANAN AIR PADA PEKERJAAN GROUTING PROYEK BENDUNGAN/WADUK NIPAH MADURA-JAWA TIMUR. I Made Udiana *) TENI PENGUJIAN TEANAN AIR PADA PEERJAAN GROUTING PROYE BENDUNGAN/WADU NIPAH MADURA-JAWA TIMUR I Made Udiana ABSTRA Injeksi semen bertekanan (grouting) adalah suatu proses, di mana suatu cairan diinjeksikan/disuntikan

Lebih terperinci

DESAIN CAMPURAN SEMEN DAN AIR PADA PEKERJAAN GROUTING PROYEK BENDUNGAN/WADUK NIPAH MADURA-JAWA TIMUR

DESAIN CAMPURAN SEMEN DAN AIR PADA PEKERJAAN GROUTING PROYEK BENDUNGAN/WADUK NIPAH MADURA-JAWA TIMUR DESAIN CAMPURAN SEMEN DAN AIR PADA PEKERJAAN GROUTING PROYEK BENDUNGAN/WADUK NIPAH MADURA-JAWA TIMUR I Made Udiana Dosen Jurusan Teknik Sipil, FST, Universitas Nusa Cendana, Kupang ABSTRAK Injeksi semen

Lebih terperinci

Jl. Ciumbuleuit no. 94 Bandung. Jl. Ciumbuleuit no. 94 Bandung.

Jl. Ciumbuleuit no. 94 Bandung.   Jl. Ciumbuleuit no. 94 Bandung. Media Teknik Sipil, Volume XI, Januari 2011 ISSN 1412-0976 ANALISIS BIAYA DAN TATA LAKSANA PEKERJAAN GROUTING DENGAN PERBANDINGAN GROUTING TIRAI TIPE JET DAN GROUTING TIRAI TIPE PERMEATION PADA PROYEK

Lebih terperinci

5- PEKERJAAN DEWATERING

5- PEKERJAAN DEWATERING 5- PEKERJAAN DEWATERING Pekerjaan galian untuk basement, seringkali terganggu oleh adanya air tanah. Oleh karena itu, sebelum galian tanah untuk basement dimulai sudah harus dipersiapkan pekerjaan pengeringan

Lebih terperinci

BAB II HAND BORING. 2.1 Referensi. Tanah. ITB Dasar Teori

BAB II HAND BORING. 2.1 Referensi. Tanah. ITB Dasar Teori BAB II HAND BORING 2.1 Referensi - Laboratorium Mekanika Tanah. Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah. ITB. 2005. 2.2 Dasar Teori Pemboran tanah adalah pekerjaan paling umum dan paling akurat dalam survey

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI III - 1

BAB III METODOLOGI III - 1 III - 1 BAB III METODOLOGI 3.1. Tahap Persiapan Tahap persiapan merupakan rangkaian kegiatan sebelum memulai pengumpulan data dan pengolahannya. Dalam tahap awal ini disusun hal-hal penting untuk mengefektifkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 62 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Pada penelitian ini lokasi yang dijadikan tempat penelitian yaitu pada Proyek Bendungan Jatigede yang direncanakan dibangun pada sungai Cimanuk sekitar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Mulai tahap perencanaan hingga tahap analisis, penelitian dilaksanakan berdasarkan sumber yang berkaitan dengan topik yang dipilih, yaitu penelitian tentang agregat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada era modern ini pembangunan infrastruktur sipil di Indonesia berkembang sangat pesat. Pembangunan infrastruktur seperti bendungan, pelabuhan, fly over, jalan tol

Lebih terperinci

Tata cara pengukuran tekanan air pori tanah dengan pisometer pipa terbuka Casagrande

Tata cara pengukuran tekanan air pori tanah dengan pisometer pipa terbuka Casagrande Standar Nasional Indonesia Tata cara pengukuran tekanan air pori tanah dengan pisometer pipa terbuka Casagrande ICS 93.140 Badan Standardisasi Nasional i BSN 2015 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang

Lebih terperinci

Cara uji kelulusan air bertekanan di lapangan

Cara uji kelulusan air bertekanan di lapangan Standar Nasional Indonesia Cara uji kelulusan air bertekanan di lapangan ICS 93.020 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii Pendahuluan... iii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan

Lebih terperinci

BAB IV MATERIAL DAN PERALATAN

BAB IV MATERIAL DAN PERALATAN BAB IV MATERIAL DAN PERALATAN 4.1. Material Perlu diketahui bahwa bangunan atau material bangunan memegang peranan penting dalam suatu konstruksi bangunan ini menentukan kekuatan, keamanan dan kekakuan

Lebih terperinci

Bendungan Urugan II. Dr. Eng Indradi W. Sunday, May 19, 13

Bendungan Urugan II. Dr. Eng Indradi W. Sunday, May 19, 13 Bendungan Urugan II Dr. Eng Indradi W. Bendungan urugan Bendungan yang terbuat dari bahan urugan dari borrow area yang dipadatkan menggunakan vibrator roller atau alat pemadat lainnya pada hamparan dengan

Lebih terperinci

BAB VII TINJAUAN KHUSUS. Pada bab ini penulis akan membahas tinjauan khusus sebagaimana yang

BAB VII TINJAUAN KHUSUS. Pada bab ini penulis akan membahas tinjauan khusus sebagaimana yang BAB VII TINJAUAN KHUSUS 7.1 Pembahasan Tinjauan Khusus Pada bab ini penulis akan membahas tinjauan khusus sebagaimana yang telah di tugaskan oleh pembimbing kerja praktek kepada penulis, adapun pembahasan

Lebih terperinci

Lampiran A...15 Bibliografi...16

Lampiran A...15 Bibliografi...16 Daftar isi Daftar isi...i Prakata...iii Pendahuluan...iv 1 Ruang lingkup...1 2 Acuan normatif...1 3 Istilah dan definisi...1 4 Singkatan istilah...2 5 Persyaratan...2 6 Penetapan indeks harga satuan pekerja

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN A. Studi Literature Penelitian ini mengambil sumber dari jurnal jurnal yang mendukung untuk kebutuhan penelitian. Jurnal yang diambil berkaitan dengan pengaruh adanya gerusan lokal

Lebih terperinci

Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan beton untuk konstruksi bangunan gedung dan perumahan

Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan beton untuk konstruksi bangunan gedung dan perumahan SNI 7394:2008 Standar Nasional Indonesia Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan beton untuk konstruksi bangunan gedung dan perumahan ICS 91.010.20 Badan Standardisasi Nasional SNI 7394:2008 Daftar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan peralatan yang ada di laboratorim teknologi

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan peralatan yang ada di laboratorim teknologi BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini adalah untuk menganalisa kuat tekan dan permeabilitas beton foam. Lokasi penelitian dilakukan di laboratorium teknologi beton Universitas Muhammadiyah Malang. 3.1.

Lebih terperinci

DCE - 09 Pengukuran dan Perhitungan Hasil Kerja

DCE - 09 Pengukuran dan Perhitungan Hasil Kerja DAFTAR MODUL NO KODE JUDUL 1. DCE - 01 UUJK Profesi dan etos Kerja 2. DCE - 02a Manajemen Keselamatan Kerja dan Kesehatan DCE - 02b Manajemen Lingkungan 3. DCE - 03 Dokumen Kontrak 4. DCE - 04 Spesifikasi

Lebih terperinci

TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT YANG DIGUNAKAN. tinggi dapat menghasilkan struktur yang memenuhi syarat kekuatan, ketahanan,

TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT YANG DIGUNAKAN. tinggi dapat menghasilkan struktur yang memenuhi syarat kekuatan, ketahanan, BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT YANG 4.1. Tinjauan Bahan dan Material Bahan dan material bangunan merupakan elemen terpenting dari suatu proyek pembangunan, karena dari berbagai macam bahan dan

Lebih terperinci

Revisi SNI T C. Daftar isi

Revisi SNI T C. Daftar isi Daftar isi Daftar isi... i Prakata... iii Pendahuluan... iv 1 Ruang lingkup...1 2 Acuan normatif...1 3 Istilah dan definisi...1 4 Singkatan istilah...2 5 Persyaratan...2 6 Penetapan indeks harga satuan

Lebih terperinci

Metode uji penentuan kadar pasir dalam slari bentonit

Metode uji penentuan kadar pasir dalam slari bentonit Standar Nasional Indonesia Metode uji penentuan kadar pasir dalam slari bentonit ICS 93.020 Badan Standardisasi Nasional BSN 2016 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. air bersih semakin meningkat dan sumber-sumber air konvensional yang berupa

BAB I PENDAHULUAN. air bersih semakin meningkat dan sumber-sumber air konvensional yang berupa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Air merupakan salah satu kebutuhan utama bagi manusia. Kebutuhan akan air bersih semakin meningkat dan sumber-sumber air konvensional yang berupa air permukaan semakin

Lebih terperinci

SYARAT-SYARAT TEKNIS PELAKSANAAN PEKERJAAN PEMBUATAN SUMUR BOR

SYARAT-SYARAT TEKNIS PELAKSANAAN PEKERJAAN PEMBUATAN SUMUR BOR SYARAT-SYARAT TEKNIS PELAKSANAAN PEKERJAAN PEMBUATAN SUMUR BOR PASAL 1 PENJELASAN UMUM 1. PENDAHULUAN Kegiatan penyediaan air bersih pada pekerjaan ini, bermaksud melaksanakan pembuatan sumur bor/ sumur

Lebih terperinci

STUDI EKSPERIMEN AGRADASI DASAR SUNGAI PADA HULU BANGUNAN AIR

STUDI EKSPERIMEN AGRADASI DASAR SUNGAI PADA HULU BANGUNAN AIR JURNAL TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN STUDI EKSPERIMEN AGRADASI DASAR SUNGAI PADA HULU BANGUNAN AIR M.S. Pallu 1, M.P.Hatta 1, D.P.Randanan 2 ABSTRAK Agradasi adalah penumpukan bahan-bahan

Lebih terperinci

Tata cara penentuan kadar air batuan dan tanah di tempat dengan metode penduga neutron

Tata cara penentuan kadar air batuan dan tanah di tempat dengan metode penduga neutron Standar Nasional Indonesia Tata cara penentuan kadar air batuan dan tanah di tempat dengan metode penduga neutron ICS 13.080.40; 93.020 Badan Standardisasi Nasional BSN 2012 Hak cipta dilindungi undang-undang.

Lebih terperinci

TINJAUAN KUAT TEKAN, KUAT TARIK BELAH DAN KUAT LENTUR BETON MENGGUNAKAN TRAS JATIYOSO SEBAGAI PENGGANTI PASIR UNTUK PERKERASAN KAKU (RIGID PAVEMENT)

TINJAUAN KUAT TEKAN, KUAT TARIK BELAH DAN KUAT LENTUR BETON MENGGUNAKAN TRAS JATIYOSO SEBAGAI PENGGANTI PASIR UNTUK PERKERASAN KAKU (RIGID PAVEMENT) TINJAUAN KUAT TEKAN, KUAT TARIK BELAH DAN KUAT LENTUR BETON MENGGUNAKAN TRAS JATIYOSO SEBAGAI PENGGANTI PASIR UNTUK PERKERASAN KAKU (RIGID PAVEMENT) Naskah Publikasi untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

BAB V RETAK BETON BERTULANG

BAB V RETAK BETON BERTULANG BAB V RETAK BETON BERTULANG 5.1 KERUSAKAN BETON BERTULANG PADA STRUKTUR Seringkali dalam pekerjaan struktur mengalami sebuah permasalahan seusai pekerjaan tersebut telah menjadi bentuk bangunan struktur.

Lebih terperinci

BAB. V PELAKSANAAN PEKERJAAN V. 1. Uraian Umum Tahap pelaksanaan pekerjaan merupakan tahap yang sangat menentukan berhasil atau tidaknya suatu proyek. Hal ini membutuhkan pengaturan serta pengawasan pekerjaan

Lebih terperinci

BAB VI TINJAUAN KHUSUS. (Secant Pile dan Soldier Pile)

BAB VI TINJAUAN KHUSUS. (Secant Pile dan Soldier Pile) BAB VI TINJAUAN KHUSUS (Secant Pile dan Soldier Pile) 6.1 Uraian umum Pada proyek Brooklyn Soho and Apartment, didnding penahan tanah menggunakan metode Secant pile dan Soldier pile. 6.1.1 Secant Pile

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel tanah jenis tanah

III. METODE PENELITIAN. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel tanah jenis tanah III. METODE PENELITIAN A. Bahan Penelitian Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel tanah jenis tanah lempung dari Kelurahan Beringin Raya Kecamatan Kemiling, Air yang digunakan berasal

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Beton Berdasarkan SNI 03 2847 2012, beton merupakan campuran dari semen, agregat halus, agregat kasar, dan air serta tanpa atau dengan bahan tambah (admixture). Beton sering

Lebih terperinci

Cara uji geser langsung batu

Cara uji geser langsung batu Standar Nasional Indonesia Cara uji geser langsung batu ICS 93.020 Badan Standardisasi Nasional Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau menggandakan sebagian atau seluruh isi dokumen

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN digilib.uns.ac.id BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Uraian Umum Metode penelitian adalah langkah-langkah atau metode yang dilakukan dalam penelitian suatu masalah, kasus, gejala, issue atau lainnya dengan jalan

Lebih terperinci

Heri Sujatmiko Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas 17 Agustus 1945 Banyuwangi ABSTRAKSI

Heri Sujatmiko Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas 17 Agustus 1945 Banyuwangi ABSTRAKSI OPTIMALISASI PENGGUNAAN DUA MEREK SEMEN YANG BERBEDA PENGARUHNYA TERHADAP KUAT TEKAN MORTAR DAN BIAYA UNTUK PEMBUATAN MORTAR DENGAN BERBAGAI VARIASI PROPORSI CAMPURAN YANG BERBEDA Heri Sujatmiko Jurusan

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN PECAHAN KERAMIK PADA PEMBUATAN PAVING BLOCK DITINJAU DARI NILAI KUAT TEKAN

PENGARUH PENAMBAHAN PECAHAN KERAMIK PADA PEMBUATAN PAVING BLOCK DITINJAU DARI NILAI KUAT TEKAN PENGARUH PENAMBAHAN PECAHAN KERAMIK PADA PEMBUATAN PAVING BLOCK DITINJAU DARI NILAI KUAT TEKAN Aulia Zastavia Putri*, Imastuti** *Mahasiswi Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Katolik

Lebih terperinci

LAMPIRAN IX KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL Nomor : 1451 K/10/MEM/2000 Tanggal : 3 November 2000

LAMPIRAN IX KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL Nomor : 1451 K/10/MEM/2000 Tanggal : 3 November 2000 LAMPIRAN IX KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL Nomor : 1451 K/10/MEM/2000 Tanggal : 3 November 2000 PEDOMAN TEKNIK PENGAWASAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI SUMUR PRODUKSI AIR BAWAH TANAH I. PENDAHULUAN

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR :1451 K/10/MEM/2000 TANGGAL : 3 November 2000

KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR :1451 K/10/MEM/2000 TANGGAL : 3 November 2000 LAMPIRAN IX KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR :1451 K/10/MEM/2000 TANGGAL : 3 November 2000 PEDOMAN TEKNIK PENGAWASAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI SUMUR PRODUKSI AIR BAWAH TANAH I. PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. air. Melalui periode ulang, dapat ditentukan nilai debit rencana. Debit banjir

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. air. Melalui periode ulang, dapat ditentukan nilai debit rencana. Debit banjir BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Debit Banjir Rencana Debit banjir rencana adalah debit maksimum di sungai atau saluran alamiah dengan periode ulang (rata-rata) yang sudah ditentukan yang dapat dialirkan tanpa

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tempat penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Fenomena Dasar Mesin (FDM) Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. 3.2.Alat penelitian

Lebih terperinci

BAB III PEMBUATAN ALAT UJI DAN METODE PENGAMBILAN DATA

BAB III PEMBUATAN ALAT UJI DAN METODE PENGAMBILAN DATA BAB III PEMBUATAN ALAT UJI DAN METODE PENGAMBILAN DATA Untuk mendapatkan koefisien gesek dari saluran pipa berpenampang persegi, nilai penurunan tekanan (pressure loss), kekasaran pipa dan beberapa variabel

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kerusakan Komponen Gedung D Lantai Dasar Lantai 4 1. Komponen Arsitektur a. Keramik Kerusakan lantai yang terdapat pada lantai dasar Gedung KH.Mas Mansur adalah lantai keramik

Lebih terperinci

σa = Tegangan tarik ijin kg/cm 2

σa = Tegangan tarik ijin kg/cm 2 PELAKSANAAN TES DAN INSPEKSI INSTALANSI PENSTOCK 1. Uraian Dengan selesainya pekerjaan pemasangan, telah dilaksanakan tes dan inspeksi sesuai dengan ketentuan dalam dokumen kontrak dan Prosedur metode

Lebih terperinci

METODE PEKERJAAN BORE PILE

METODE PEKERJAAN BORE PILE METODE PEKERJAAN BORE PILE Dalam melaksanakan pekerjaan bore pile hal-hal yang harus diperhatikan adalah : 1. Jenis tanah Jenis tanah sangat berpengaruh terhadap kecepatan dalam pengeboran. Jika tipe tanah

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Umum Menurut SNI 03-3430-1994, dinding memiliki 2 macam yaitu: dinding pasangan (non-structural) atau dinding yang berperan menopang atap dan sama sekali tidak menggunakan cor

Lebih terperinci

SNI 2435:2008 Standar Nasional Indonesia

SNI 2435:2008 Standar Nasional Indonesia Standar Nasional Indonesia Cara uji kelulusan air benda uji tanah di laboratorium dengan tekanan tetap ICS 17.220.20; 93.010 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... iii Pendahuluan...

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Daerah penelitian merupakan daerah yang memiliki karakteristik tanah yang mudah meloloskan air. Berdasarkan hasil borring dari Balai Wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang, Bendung Krapyak berada di Dusun Krapyak, Desa Seloboro, Kecamatan Salam, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Secara geografis terletak pada posisi 7 36 33 Lintang Selatan

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN 5.1 STRUKTUR BETON

BAB V PEMBAHASAN 5.1 STRUKTUR BETON BAB V PEMBAHASAN 5.1 STRUKTUR BETON Beton bertulang adalah struktur komposit yang sangat baik untuk digunakan pada konstruksi bangunan. Pada struktur beton bertulang terdapat berbagai keunggulan akibat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Bendung Kaligending terletak melintang di Sungai Luk Ulo, dimana sungai ini merupakan salah satu sungai yang cukup besar potensinya dan perlu dikembangkan untuk dimanfaatkan

Lebih terperinci

Revisi SNI Daftar isi

Revisi SNI Daftar isi Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii Pendahuluan... iii 1 Ruang lingkup...1 2 Acuan normatif...1 3 Istilah dan definisi...1 4 Singkatan istilah...2 5 Persyaratan...3 6 Penetapan indeks harga satuan

Lebih terperinci

PEMANFAATAN LIMBAH ASPAL HASIL COLD MILLING SEBAGAI BAHAN TAMBAH PEMBUATAN PAVING. Naskah Publikasi

PEMANFAATAN LIMBAH ASPAL HASIL COLD MILLING SEBAGAI BAHAN TAMBAH PEMBUATAN PAVING. Naskah Publikasi PEMANFAATAN LIMBAH ASPAL HASIL COLD MILLING SEBAGAI BAHAN TAMBAH PEMBUATAN PAVING Naskah Publikasi untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S-1 Teknik Sipil diajukan oleh : SUNANDAR

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. rendah. Studi mengenai aliran air melalui pori-pori tanah diperlukan dan

I. PENDAHULUAN. rendah. Studi mengenai aliran air melalui pori-pori tanah diperlukan dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanah adalah kumpulan partikel padat dengan rongga yang saling berhubungan. Rongga ini memungkinkan air dapat mengalir di dalam partikel menuju rongga dari satu titik yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. secara alamiah. Mulai dari bentuk kecil di bagian hulu sampai besar di bagian

TINJAUAN PUSTAKA. secara alamiah. Mulai dari bentuk kecil di bagian hulu sampai besar di bagian TINJAUAN PUSTAKA Daerah Aliran Sungai Sungai merupakan jaringan alur-alur pada permukaan bumi yang terbentuk secara alamiah. Mulai dari bentuk kecil di bagian hulu sampai besar di bagian hilir. Air hujan

Lebih terperinci

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen portland komposit

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen portland komposit III. METODE PENELITIAN A. Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen portland komposit merek Holcim, didapatkan dari toko bahan

Lebih terperinci

DRAINASE PERKOTAAN BAB I PENDAHULUAN. Sub Kompetensi

DRAINASE PERKOTAAN BAB I PENDAHULUAN. Sub Kompetensi DRAINASE PERKOTAAN BAB I PENDAHULUAN Sub Kompetensi Mengerti komponen-komponen dasar drainase, meliputi : Pengantar drainase perkotaan Konsep dasar drainase Klasifikasi sistem drainase Sistem drainase

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Tinjauan Umum Pelaksanaan penelitian ini dimulai dari tahap perencanaan, teknis pelaksanaan, dan pada tahap analisa hasil, tidak terlepas dari peraturan-peraturan maupun referensi

Lebih terperinci

BAB IV MATERIAL DAN PERALATAN

BAB IV MATERIAL DAN PERALATAN BAB IV MATERIAL DAN PERALATAN 4.1. Material Pondasi Perlu kita ketahui bahwa bahan bangunan atau material bangunan memegang peranan penting dalam suatu konstruksi bangunan ini menentukan kekuatan, keamanan,

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN, INSTALASI PERALATAN DAN PENGUJIAN

BAB III PERANCANGAN, INSTALASI PERALATAN DAN PENGUJIAN BAB III PERANCANGAN, INSTALASI PERALATAN DAN PENGUJIAN 3.1 PERANCANGAN ALAT 3.1.1 Design Tabung (Menentukan tebal tabung) Tekanan yang dialami dinding, ΔP = 1 atm (luar) + 0 atm (dalam) = 10135 Pa F PxA

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI. berpori di Indonesia, maka referensi yang digunakan lebih banyak diperoleh dari hasil

BAB 3 METODOLOGI. berpori di Indonesia, maka referensi yang digunakan lebih banyak diperoleh dari hasil BAB 3 METODOLOGI 3.1 Pendekatan Penelitian Dikarenakan belum adanya buku peraturan dan penetapan standard untuk beton berpori di Indonesia, maka referensi yang digunakan lebih banyak diperoleh dari hasil

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. lereng tambang. Pada analisis ini, akan dipilih model lereng stabil dengan FK

BAB V PEMBAHASAN. lereng tambang. Pada analisis ini, akan dipilih model lereng stabil dengan FK 98 BAB V PEMBAHASAN Berdasarkan analisis terhadap lereng, pada kondisi MAT yang sama, nilai FK cenderung menurun seiring dengan semakin dalam dan terjalnya lereng tambang. Pada analisis ini, akan dipilih

Lebih terperinci

Lampiran : Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : 13 Tahun 2007 Tanggal : 06 November 2007

Lampiran : Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : 13 Tahun 2007 Tanggal : 06 November 2007 Lampiran : Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : 13 Tahun 2007 Tanggal : 06 November 2007 FORMULIR ISIAN IZIN PENGELOLAAN AIR LIMBAH KEGIATAN USAHA HULU MINYAK DAN GAS SERTA PANAS BUMI DENGAN

Lebih terperinci

Materi kuliah dapat didownload di www.fiktm.itb.ac.id/kk-geologi_terapan

Materi kuliah dapat didownload di www.fiktm.itb.ac.id/kk-geologi_terapan Materi kuliah dapat didownload di www.fiktm.itb.ac.id/kk-geologi_terapan HIDROGEOLOGI UMUM (GL-3081 3081) MINGGU KE-8 TEKNOLOGI PEMBORAN DAN KONSTRUKSI SUMUR BOR Oleh: Prof.Dr.Ir.. Deny Juanda Puradimaja,

Lebih terperinci

DRILLING SERVICE BANDUNG

DRILLING SERVICE BANDUNG METODE KERJA PEKERJAAN HORIZONTAL DRILLING CV BORHAN & SON S DRILLING SERVICE BANDUNG Create and Presentation by Theissen Khadafi, S.Kel METODE KERJA PEMBORAN HORIZONTAL Secara umum pekerjaan Horizontal

Lebih terperinci

APLIKASI TEKNIK NUKLIR DALAM HIDROLOGI

APLIKASI TEKNIK NUKLIR DALAM HIDROLOGI APLIKASI TEKNIK NUKLIR DALAM HIDROLOGI Gb. Penelitian Gerakan Sedimen Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya Pemanfaatan teknik nuklir dimasa sekarang ini telah digunakan secara luas dalam berbagai bidang oleh

Lebih terperinci

LIMBAH PADAT PABRIK KERAMIK SEBAGAI BAHAN CAMPURAN BATAKO DITINJAU TERHADAP KUAT TEKAN

LIMBAH PADAT PABRIK KERAMIK SEBAGAI BAHAN CAMPURAN BATAKO DITINJAU TERHADAP KUAT TEKAN LIMBAH PADAT PABRIK KERAMIK SEBAGAI BAHAN CAMPURAN BATAKO DITINJAU TERHADAP KUAT TEKAN Srie Subekti Dosen,Program studi D3 Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL LEMBAR PERNYATAAN...i KERANGAN PERBAIKAN/REVISI...ii LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN TUGAS AKHIR...iii ABSTRAK...iv UCAPAN TERIMA KASIH...v DAFTAR ISI...vi DAFTAR GAMBAR...vii DAFTAR

Lebih terperinci

Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan pondasi untuk konstruksi bangunan gedung dan perumahan

Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan pondasi untuk konstruksi bangunan gedung dan perumahan SNI 2836:2008 Standar Nasional Indonesia Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan pondasi untuk konstruksi bangunan gedung dan perumahan ICS 91.010.20 Badan Standardisasi Nasional SNI 2836:2008 Daftar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I - 1

BAB I PENDAHULUAN I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Indonesia yang merupakan daerah katulistiwa mempunyai letak geografis pada 8 0 LU dan 11 0 LS, dimana hanya mempunyai dua musim saja yaitu musim hujan dan musim kemarau.

Lebih terperinci

LAMPIRAN V KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL Nomor : 1451 K/10/MEM/2000 Tanggal : 3 November 2000

LAMPIRAN V KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL Nomor : 1451 K/10/MEM/2000 Tanggal : 3 November 2000 LAMPIRAN V KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL Nomor : 1451 K/10/MEM/2000 Tanggal : 3 November 2000 PROSEDUR PEMBERIAN IZIN PENGEBORAN DAN IZIN PENGAMBILAN AIR BAWAH TANAH I. PENDAHULUAN A.

Lebih terperinci

KONSTRUKSI BANGUNAN TEKNIK

KONSTRUKSI BANGUNAN TEKNIK KONSTRUKSI BANGUNAN TEKNIK Batuan merupakan syarat yang penting untuk memperkuat bangunan teknik, karena dapat berfungsi sebagai lapisan pelindung : bangunan tanah, penutup dari dinding bangunan, dasar

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Uraian Singkat Jembatan Kereta Api Lintas Semarang-Bojonegoro Pembangunan Jembatan Kereta Api Lintas Semarang-Bojonegoro, merupakan proyek pembangunan Track dan Jalur

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bahan Penelitian Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah air.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bahan Penelitian Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah air. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Bahan Penelitian Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah air. 3.2. Alat Penelitian Sling pump skala laboratorium terdiri dari motor listrik, reducer, rangka sling

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Bahan Penelitian Dalam pengujian ini bahan yang digunakan adalah air. Air dialirkan sling pump melalui selang plastik ukuran 3/4 menuju bak penampung dengan variasi jumlah

Lebih terperinci

METODOLOGI BAB III III Tinjauan Umum

METODOLOGI BAB III III Tinjauan Umum III - 1 BAB III METODOLOGI 3.1 Tinjauan Umum Dalam suatu perencanaan embung, terlebih dahulu harus dilakukan survey dan investigasi dari derah atau lokasi yang bersangkutan guna memperoleh data yang berhubungan

Lebih terperinci

Cara uji pengukuran potensi keruntuhan tanah di laboratorium

Cara uji pengukuran potensi keruntuhan tanah di laboratorium Standar Nasional Indonesia SNI 8072:2016 Cara uji pengukuran potensi keruntuhan tanah di laboratorium ICS 91.010 Badan Standardisasi Nasional BSN 2016 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan

Lebih terperinci

Longsoran translasi adalah ber-geraknya massa tanah dan batuan pada bidang gelincir berbentuk rata atau menggelombang landai.

Longsoran translasi adalah ber-geraknya massa tanah dan batuan pada bidang gelincir berbentuk rata atau menggelombang landai. Tipe-Tipe Tanah Longsor 1. Longsoran Translasi Longsoran translasi adalah ber-geraknya massa tanah dan batuan pada bidang gelincir berbentuk rata atau menggelombang landai. 2. Longsoran Rotasi Longsoran

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. penambal, adukan encer (grout) dan lain sebagainya. 1. Jenis I, yaitu semen portland untuk penggunaan umum yang tidak

BAB III LANDASAN TEORI. penambal, adukan encer (grout) dan lain sebagainya. 1. Jenis I, yaitu semen portland untuk penggunaan umum yang tidak BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Semen Semen merupakan bahan yang bersifat hidrolis yang jika dicampur dengan air akan berubah menjadi bahan yang mempunyai sifat perekat. Penggunaannya antara lain untuk pembuatan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Uraian Umum Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimental dalam perancangan beton bertulang dengan variasi panjang sambungan lewatan. Penelitian ini

Lebih terperinci

KUALITAS BATA BETON DARI BAHAN PASIR KALIJALI DENGAN CAMPURAN SEMEN PADA BERBAGAI VARIASI CAMPURAN LEBIH DARI 28 HARI

KUALITAS BATA BETON DARI BAHAN PASIR KALIJALI DENGAN CAMPURAN SEMEN PADA BERBAGAI VARIASI CAMPURAN LEBIH DARI 28 HARI KUALITAS BATA BETON DARI BAHAN PASIR KALIJALI DENGAN CAMPURAN SEMEN PADA BERBAGAI VARIASI CAMPURAN LEBIH DARI 28 HARI Ukiman 1), Setio Utomo 1), Supardjo 1), Imam Nurhadi 1), Pentardi Rahardjo 1) 1) Staf

Lebih terperinci

PERMEABILITAS DAN ALIRAN AIR DALAM TANAH

PERMEABILITAS DAN ALIRAN AIR DALAM TANAH PERMEABILITAS DAN ALIRAN AIR DALAM TANAH Permeabilitas : sifat bahan berpori (permeable / pervious), yang memungkinkan zat cair dapat mengalir lewat rongga porinya. Derajat permeabilitas tanah ditentukan

Lebih terperinci

Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan dinding untuk konstruksi bangunan gedung dan perumahan

Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan dinding untuk konstruksi bangunan gedung dan perumahan Standar Nasional Indonesia Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan dinding untuk konstruksi bangunan gedung dan perumahan ICS 91.010.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata...

Lebih terperinci

BAB IV MATERIAL DAN PERALATAN

BAB IV MATERIAL DAN PERALATAN BAB IV MATERIAL DAN PERALATAN 4.1 Material Perlu kita ketahui bahwa bahan bangunan atau material bangunan memegang peranan penting dalam suatu konstruksi bangunan ini menentukan kekuatan, keamanan, dan

Lebih terperinci

Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan pondasi untuk konstruksi bangunan gedung dan perumahan

Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan pondasi untuk konstruksi bangunan gedung dan perumahan SNI 2836:2008 Standar Nasional Indonesia Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan pondasi untuk konstruksi bangunan gedung dan perumahan ICS 91.010.20 Badan Standardisasi Nasional SNI 2836:2008 Daftar

Lebih terperinci

Revisi SNI Daftar isi

Revisi SNI Daftar isi Daftar isi Daftar isi... i Prakata... iii Pendahuluan... iv 1 Ruang lingkup...1 2 Acuan normatif...1 3 Istilah dan definisi...1 4 Singkatan istilah...2 5 Persyaratan...3 6 Penetapan indeks harga satuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Mortar Menurut SNI 03-6825-2002 mortar didefinisikan sebagai campuran material yang terdiri dari agregat halus (pasir), bahan perekat (tanah liat, kapur, semen portland) dan

Lebih terperinci

BAB III PEMBUATAN ALAT UJI DAN METODE PENGAMBILAN DATA

BAB III PEMBUATAN ALAT UJI DAN METODE PENGAMBILAN DATA BAB III PEMBUATAN ALAT UJI DAN METODE PENGAMBILAN DATA Untuk mendapatkan koefisien gesek pada saluran pipa berpenampang persegi, nilai penurunan tekanan (pressure loss), kekasaran pipa dan beberapa variabel

Lebih terperinci

LAPIS PONDASI AGREGAT SEMEN (CEMENT TREATED BASE / CTB)

LAPIS PONDASI AGREGAT SEMEN (CEMENT TREATED BASE / CTB) BAB V LAPIS PONDASI AGREGAT SEMEN (CEMENT TREATED BASE / CTB) 5.1. UMUM a. Lapis Pondasi Agregat Semen (Cement Treated Base / CTB) adalah Lapis Pondasi Agregat Kelas A atau Kelas B atau Kelas C yang diberi

Lebih terperinci

Gambar 1.1 Proses Pembentukan Batubara

Gambar 1.1 Proses Pembentukan Batubara 1. Bagaimana terbentuknya? Gas metana batubara terbentuk selama proses coalification, yaitu proses perubahan material tumbuhan menjadi batubara. Bahan organik menumpuk di rawa-rawa sebagai tumbuhan mati

Lebih terperinci

BAB V HASIL PEMBAHASAN

BAB V HASIL PEMBAHASAN BAB V HASIL PEMBAHASAN A. Umum Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang dilaksanakan di laboratorium Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil, dalam pelaksanaan eksperimen

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pemeriksaan Bahan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pemeriksaan Bahan BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pemeriksaan Bahan Pemeriksaan bahan material harus dilakukan sebelum direncanakannya perhitungan campuran beton (mix design). Adapun hasil pemeriksaanpemeriksaan agregat

Lebih terperinci

PETUNJUK PRAKTIS PEMELIHARAAN RUTIN JALAN

PETUNJUK PRAKTIS PEMELIHARAAN RUTIN JALAN PEMELIHARAAN RUTIN JALAN DAN JEMBATAN PETUNJUK PRAKTIS PEMELIHARAAN RUTIN JALAN UPR. 02 UPR. 02.4 PEMELIHARAAN RUTIN TALUD & DINDING PENAHAN TANAH AGUSTUS 1992 DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian adalah metode yang digunakan untuk mendekatkan permasalahan yang diteliti sehingga dapat menjelaskan dan membahas permasalahan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen PCC (Portland

III. METODE PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen PCC (Portland III. METODE PENELITIAN A. Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen PCC (Portland Composite Cement) Merek Holcim, didapatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangunan. Tanah yang terdiri dari campuran butiran-butiran mineral dengan atau

BAB I PENDAHULUAN. bangunan. Tanah yang terdiri dari campuran butiran-butiran mineral dengan atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Umum Dalam dunia geoteknik tanah merupakansalah satu unsur penting yang yang pastinya akan selalu berhubungan dengan pekerjaan struktural dalam bidang teknik sipil baik sebagai bahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya kebutuhan akan konstruksi, seperti jalan dan jembatan, perumahan

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya kebutuhan akan konstruksi, seperti jalan dan jembatan, perumahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelaksanaan pembangunan yang senantiasa dilaksanakan berakibat pada meningkatnya kebutuhan akan konstruksi, seperti jalan dan jembatan, perumahan atau gedung. Dalam

Lebih terperinci