BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. cedera kepala murni akan tetapi juga disertai cedera di regio lain. Trauma yang
|
|
- Vera Wibowo
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Cedera kepala merupakan kasus trauma yang sering ditemui oleh para ahli bedah dan ahli bedah saraf. Umumnya ahli bedah tidak hanya dihadapkan pada cedera kepala murni akan tetapi juga disertai cedera di regio lain. Trauma yang mencakup lebih dari satu regio tersebut disebut sebagai trauma multipel. (Rengachary SS, Ellenbogen RG:2005) Seiring dengan kemajuan dan teknologi frekuensi terjadinya trauma kepala semakin meningkat. Hal ini disebabkan karena bertambahnya jumlah kendaraan bermotor, terutama sepeda motor dan tidak disiplinnya perilaku pengguna kendaraan bermotor. Trauma kepala merupakan penyebab utama kematian dan kecacatan. Hampir setengah dari seluruh kematian karena trauma disebabkan oleh trauma kepala, hal ini disebabkan karena kepala merupakan bagian yang tersering dan rentan terlibat dalam suatu kecelakaan. (Wongsirisuwan M:2003) Distribusi kasus cedera kepala lebih banyak melibatkan kelompok usia produktif, yaitu antara tahun ( rata-rata sekitar tiga puluh tahun ). Kejadian pada laki-laki empat kali dibandingkan pada wanita. Adapun penyebab yang tersering adalah kecelakaan lalu lintas dan kemudian disusul dengan jatuh. Hingga saat ini trauma kepala merupakan tantangan umum bagi dunia medis, dimana tampaknya 1
2 2 keberlangsungan proses patofisiologi yang saat ini bisa diungkapkan dengan segala bentuk kemajuan pemeriksaan diagnostik medis mutakhir ternyata bukanlah suatu hal yang sederhana. (ATLS:2004) Trauma kepala dapat melibatkan seluruh struktur lapisan, mulai dari lapisan kulit kepala atau lapisan yang paling luar, tulang tengkorak, durameter, vaskuler otak sampai jaringan otaknya sendiri, baik berupa luka yang menutup maupun trauma yang menembus kulit hingga tengkoraknya. Dengan memahami landasan biomekanisme patofisiologi yang lebih rinci dari masing-masing proses di atas yang dihadapkan dengan prosedur penanganan cepat dan tepat, diharapkan dapat menekan morbiditas dan mortalitasnya. (Chawda MN, Hildebrand F, Pape HC, Giannoudis:2004) Pasien pasien dengan multipel trauma membutuhkan penilaian yang berkelanjutan untuk memastikan prioritas.bagaimanapun juga, trauma bukanlah proses yang statis. Begitu satu masalah teratasi, akan muncul masalah yang lain dan underlying medical problem lainnya bisa meningkat kepentingannya. Sebagai contoh, sepsis atau gagal organ (Multipel Organ Dysfunction Syndrom) justru bisa menjadi penyebab kematian yang lambat. Oleh karena itu, pengawasan penuh tetap harus dipertahankan dan pasien trauma harus dire-evaluasi secara konstan. Begitu juga dengan pendekatan terapetik harus terus diawasi untuk meningkatkan probabilitas kesembuhan pasien. (ATLS:2004) Pemeriksaan klinis tetap merupakan hal yang paling komprehensif dalam evaluasi diagnostik penderita-penderita trauma kepala, dimana dengan pemeriksaan-
3 3 pemeriksaan serial yang cepat, tepat dan noninvasive diharapkan dapat menunjukkan progresivitas atau kemunduran dari proses penyakit atau gangguan tersebut. Sehubungan dengan tingginya insidensi kelainan/cedera sistemik penyerta ( lebih dari 50%) pada kasus-kasus cedera kepala berat, maka dalam evaluasi klinis perlu diperhatikan. (Chawda MN, Hildebrand F, Pape HC, Giannoudis:2004) Pengertian dasar terhadap sistem penentuan derajat keparahan penyakit atau sistem skoring merupakan hal yang penting dalam menangani pasien dengan trauma multipel. Skoring trauma pada awalnya dibuat di negara maju untuk memudahkan seorang triase prehospital dalam membuat keputusan jenis pusat trauma tempat pasien harus dirujuk. Selain itu skor trauma digunakan untuk mengevaluasi derajat keparahan suatu trauma, menilai tingkat kerusakan (harm) pada tubuh pasien, serta menilai prognosis akibat cedera traumatik. Pada perkembangan selanjutnya, skor trauma digunakan untuk mengidentifikasi kasus trauma secara obyektif yang akan berguna bagi sistem asuransi. Skor trauma juga menjadi suatu sistem yang secara epidemiologi dapat mengevaluasi kinerja sebuah pusat trauma guna memperbaiki kualitas pelayanan kesehatan. (Champion HR:2002) Dengan fasilitas minimal, sistem skoring menjadi sangat diperlukan untuk menilai derajat keparahan dan prognosis cedera yang dialami pasien. Di antara sekian banyak sistem skoring, maka sistem yang memiliki penilaian paling sederhana baik dari segi data yang diambil maupun cara penghitungannya, antara lain sistem Glasgow Coma Scale (GCS), Revised Trauma Score (RTS), triage Revised Trauma Score (trts) dan Glasgow Coma Scale, Age and Systolic Blood Pressure
4 4 (GAP),serta Mechanism, Glasgow Coma Scale, Age and Systolic Blood Pressure (MGAP). (Russel RJ, Hodgetts Tj, McLeod, 2011) B. Perumusan masalah Pemeriksaan klinis tetap merupakan hal yang paling komprehensif dalam evaluasi diagnostik penderita-penderita trauma kepala, dimana dengan pemeriksaanpemeriksaan serial yang cepat, tepat dan noninvasive diharapkan dapat menunjukkan progresivitas atau kemunduran dari proses penyakit atau gangguan tersebut. Sehubungan dengan tingginya insidensi kelainan/cedera sistemik penyerta ( lebih dari 50%) pada kasus-kasus cedera kepala berat, maka dalam evaluasi klinis perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut. (Chawda MN, Hildebrand F, Pape HC, Giannoudis PV:2004) Di rumah sakit daerah yang jauh dari pusat trauma atau tidak memiliki alat CT scan, para ahli bedah hanya bisa mengandalkan keadaan klinis dan sistem skoring sederhana dalam memprediksi ada tidaknya lesi intrakranial pada pasien pasien cedera kepala, khususnya yang disertai trauma multipel dan penurunan kesadaran. Terdapat beberapa sistem skoring untuk menilai pasien dengan trauma multipel antara lain Revised Trauma Score (RTS), Abbreviated Injury Scale (AIS), Injury Severity Score (ISS), Trauma Injury Severity Score (TRISS),dan A Severity Characterisation Of Trauma (ASCOT), sedangkan untuk menilai derajat keparahan cedera kepala serta untuk menentukan terapi dan prognosis cedera kepala digunakan sistem skor GCS.( Yates DW:1990)
5 5 Pada kasus kasus trauma multipel, skor GCS digunakan sebagai skor tunggal dan tidak mengikutsertakan penilaian lain yang mungkin mempengaruhi terjadinya penurunan kesadaran atau keparahan cedera kepala sehingga akurasi GCS pada kondisi trauma multipel menjadi bias dalam menilai apakah penurunan kesadaran pada trauma multipel disebabkan lesi intrakranial atau faktor ekstrakranial. Hal ini menimbulkan pertanyaan, apakah sistem skoring GCS atau sistem skor trauma multipel lainnya yang selama ini telah banyak dikenal, dapat secara akurat memprediksi adanya lesi intrakranial pada trauma multipel yang disertai penurunan kesadaran, dan sistem skor mana yang paling baik akurasinya sebagai prediktor lesi intrakranial pada trauma multipel. Pada kejadian cedera kepala ringan dan sedang hanya 3-5% yang memerlukan tindakan operasi kurang lebih 40% dirawat secara konservatif. Hasil yang ingin dicapai dari operasi adalah kembalinya pergeseran garis tengah, kembalinya tekanan intracranial ke dalam batas normal, control pendarahan dan mencegah pendarahan ulang. Indikasi operasi pada cedera kepala harus mempertimbangkan : status neurologis, status radiologis dan pengukuran tekanan intrakranial. Dalam penelitian ini akan melihat bagaimana validasi berbagai trauma skor sebagai prediktor fungsi kognitif dari pasien dengan trauma multipel disertai cedera kepala sedang.
6 6 C. Keaslian Penelitian Pada tahun 2012, Poppy Laurina mengadakan penelitian untuk mengevaluasi system skor GCS, RTS, trts, GAP dan MGAP terhadap hasil CT Scan kepala sebagai prediktor lesi intrakranial pada pasiesn trauma multipel trauma dengan cedera kepala yang disertai dengan penurunan kesadaran. Hasil penelitian menyebutkan bahwa skor GCS, RTS dan trts sebagai prediktor lesi intrakranial pasien cedera kepala pada multipel trauma mempunyai sensitivitas 87%, spesifisitas 50%, PPV 93% dan OR : 6,75 (95% CI:0,731-62,369) P:0,128. Skore GAP mempunyai sensitivitas 58%, spesifisitas 25%, PPV 25%, NVP 25% dan OR : 0,462 (95% CI:0,043-4,952) P:0,635. Skore MGAP mempunyai sensitivitas 55%, spesifisitas 25%, PPV 85%, NVP: 7% dan OR : 0,405 (95% CI:0,038-4,335) P:0,619. Sistem skor GCS memiliki tingkat akurasi yang rendah sebagai predictor dalam menilai lesi intracranial kasus cedera kepala pada trauma multipel yang disertai penurunan kesadaran. Sistem skor GCS, RTS dan trts memiliki nilai akurasi sama sebagai prediktor lesi intracranial kasus cedera kepala pada trauma multipel, akan tetapi lebih baik dibanding system skor GAP dan MGAP dalam menilai lesi intracranial pada trauma mutipel. Andi Ebiet Krisandi, Wasito Utomo dan Ganis Indriati pada tahun 2013 meneliti gambaran status kognitif pada pasien cedera kepala yang telah diijinkan pulang di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru, dimana pemeriksaan kognitif menggunakan pemeriksaan sederhana yaitu mini mental state examination (MMSE). Skala MMSE yang dipakai versi Ginsberg (2005) dengan 6 domain yaitu : orientasi,
7 7 registrasi, atensi, mengingat kembali, bahasa dan meniru. Hasil penelitian menunjukkan mayoritas responden berjanis kelamin laki-laki yaitu berjumlah 19 responden berada pada usia dewasa (17-39 tahun ). Berdasarkan jenis cedera kepala yang dialami penderita mayoritas penderita mengalami cedera kepala ringan dengan jumlah 24 responden (80%). Berdasarkan status kognitif responden yang sudah diijinkan pulang di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru didapatkan tidak ada responden yang mengalami status kognitf dementia dengan jumlah 30 responden (100%). Sebagian besar responden memiliki tingkat orientasi tidak penuh yaitu sebanyak 20 responden (66,7%). Seluruh responden memiliki registrasi penuh yatu 30 responden (100%). Seluruh responden memiliki atensi/perhatian penuh yaitu 30 responden (100%). Mayoritas responden memiliki kemampuan mengingat kembali yaitu 26 responden (86,7%). Mayoritas responden memiliki kemampuan dalam bahasa yaitu 29 responden (96,7%). Sebagian besar responden tidak mampu yaitu 23 responden (76,7%). Pada tahun 2013 Siti Zainab, Louis Kwandou, Muhammad Akbar, Abdul Muis, Cahyono Kaelan dan Idham Jaya Ganda meneliti hubungan amnesia post trauma kepala dengan gangguan neurobehaviour pada penderita cedera kepala ringan dan berat. Penelitian ini merupakan cross sectional yang dilakukan pada 75 subyek penderita cedera kepala ringan dan sedang yang mengalami dan tidak mengalami amnesia post trauma di rumah sakit Wahidin Sudirihusodo dan jejaringnya dari bulan September 2012 sampai April Pada kelompok penelitian dilakukan pemeriksaan dengan Galveston Orientation Amnesia Test (GOAT) dan
8 8 dilakukan pemeriksaan neurologis pada hari ke-14 post cedera kepala dengan menggunakan Neurobehaviour Rating Scale (NRS). Hasil penelitian menunjukkan jenis kelamin laki-laki lebih banyak dibandingkan perempuan. Tingginya nilai media total skor NRS pada penderita amnesia post trauma kepala 10,4 dan yang tidak mengalami gangguan neurobehaviour 2,6. Faktor kognisi yang banyak terganggu adalah atensi, defisit memori dan cepat lelah dan pada faktor gejala somatik yaitu gejala fisik. Penelitian ini menerangkan terdapat hubungan amnesia post trauma kepala dengan gangguan neurobehaviour. Silvina Asrini pada tahun 2008 meneliti seluruh pasien konsekutif yang dirawat di bangsal Neurologi RSUP Adam Malik Medan dengan diagnose trauma kapitis akut ringan-sedang. Karakteristik demografi turut dicatat dalam penelitian ini. Pada seluruh pasien dilakukan perhitungan Glasgow Coma Scale dan dilakukan CT Scan dan beberapa parameter laboratorium. Setelah pasien sadar dilakukan pemeriksaan Post Traumatic Amnesia dengan menggunakan Test Orientasi dan Amnesia Galveston (TOAG). Penilaian outcome dengan Glasgow Outcome Scale (GOS) dan Neurobehaviour Rating Scale (NRS) dilakukan saat keluar rumah sakit. Pada tahun 2012, Eri Darmawan melakukan penelitian dimana seluruh pasien SDH akut yang dilakukan operasi dilakukan pencatatan GCS pada saat awal masuk dan jarak waktu cedera kepala sampai dilakukan operasi, kemudian dinilai Glasgow Outcome Scale pasca Operasi pada saat pasien dipulangkan.. Hasil yang diperoleh dari 23 kasus SDH akut yang dioperasi, secara statistic hubungan antara
9 9 GCS saat awal masuk dengan nilai GOS adalah lemah dan tidak bermakna (p = 0,06; r = 0,41) dan hubungan antara jarak waktu setelah cedera kepala sampai dilakukan operasi dengan nilai GOS adalah sangat kuat dan signifikan(p0,001; r=(- )0,66),dimana semakin cepat penderita pendarahan subdural akut dilakukan tindakan operasi, maka semakin baik prognosisnya. Kesimpulannya bahwa jarak waktu setelah cedera kepala sampai dilakukan operasi diperkirakan dapat digunakan sebagai prediktor prognosis penderita pendarahan subdural akut. Pada tahun 1997, Bryan Jennet meneliti hasil akhir pasien dengan cedera kepala berat. Dimana hasil akhir yang dinilai diklasifikasikan dalam lima kategori : 1. Sembuh sempurna, 2. Disabilitas sedang, 3.Disabilitas berat, 4.Status vegetative dan 5.Mati. Gerrard M Ribbers pada cedera ringan, cedera sedang dan cedera berat. Pada tahun 2011 Bambang Prayugo, meneliti pasien cedera kepala sedang-berat yang masuk ke IGD diambil data factor-faktor yang menentukan outcome berupa usia,gcs awal, ada tidaknya hipotensi (<90 mmhg), reflek cahaya, dan hasil CT scan kepala (evaluasi gambaran sisterna dan lesi di otak) Pasien tersebut yang bukan diindikasikan operasi dirawat sesuai standar perawatan konservatif sesuai derajat cedera kepalanya. Kemudian pada hari ke-14 diambil data outcome pasien dengan menggunakan skor Indeks Barthel. Kemudian dianalisa ada tidaknya hubungan factor-faktor tersebut dengan outcome penderita Hasil:Total 46 penderita cedera kepala sedang-berat menjalani perawatan konservatif. Kelima fkctor penentu outcome dianalisa statistic menggunakan tabulasi silang Chi-Square dengan skor
10 10 Indeks Barthel untuk menentukan hubungan kedua variable tersebut. Didapati usia (asymp. Syg= 0,002), tekanan darah sistolik (asymp. Symp = 0,000), reflek cahaya pupil (asymp. Syg=0,000) memiliki hubungan dengan skor Barthel. Tidak dijumpai adanya hubungan antara GCS awal (asymp. Syg= 0,268) dan Gambaran CT scan kepala (asymp. Syg= 0,051) dengan skor Indeks Barthel. Tahun 1980an Revised Trauma Score (RTS) diperkenalkan oleh Champion et al. RTS diharapkan mampu mengatasi subyektivitas yang diakibatkan 2 aspek penilaian pada trauma score yaitu usaha bernafas dan pengisian kapiler. Data yang dinilai dalam RTS yaitu GCS, frekuensi nafas, dan tekanan sistolik. Triage RTS digunakan untuk menyederhanakan sistem triase berdasarkan skoring trauma RTS, dimana penghitungannya berdasarkan jumlah masing masing komponen tanpa memasukkannya dalam rumus. 6,8,11,12 Revised Trauma Score (RTS) menilai secara keseluruhan sistem fisiologis manusia. Penilaian RTS berdasarkan GCS, tekanan darah sistolik dan frekuensi napas pasien. Instrumen RTS ini merupakan hasil dari penyempurnaan instrument GCS untuk menilai kondisi awal pasien trauma kepala. Penilaian RTS dilakukan untuk menilai kondisi awal pasien trauma kepala. Penilaian RTS dilakukan segera setelah pasien cedera, umumnya saat sebelum masuk rumah sakit atau ketika berada di unit gawat darurat. Revised Trauma Score sudah divalidasi sebagai metode penilaian untuk membedakan pasien yang mempunyai prognosis baik atau buruk. Penilaian RTS dapat mengidentifikasi lebih dari 97%orang yang akan meninggal jika tidak mendapat perawatan. (14) Revised Trauma Score mudah dilakukan dan dapat
11 11 memperkirakan prognosis secara lebih akurat jika digunakan untuk pasien trauma kepala berat dan pasien dengan poli trauma. (11,14) Kemampuan RTS dalam menentukan kondisi yang membahayakan adalah 76,9%. (Rehn M, Perel P, Blackhall K, Lossius HM:2011) Tahun 2011 Kondo et al. memperkenalkan sistem GAP Glasgow Coma Scale, Age and Systolic Blood Pressure. Sistem skoring ini merupakan modifikasi sistem MGAP Mechanism GAP yang diperkenalkan oleh Sartorius et al. dengan harapan lebih baik dari trauma skor dan lebih sederhana dalam penghitungannya dibanding RTS. (Kondo Y, Abe T, Kohshi K, Tokuda Y, Cook EF, Kukita I:2011) Glasgow Coma Scale (GCS) sendiri diperkenalkan sejak tahun 1970an, dan telah banyak digunakan sebagai standar untuk menilai derajat kesadaran pasien berdasarkan tiga respon fisiologik meliputi membuka mata, motorik dan verbal. GCS mudah digunakan dalam praktik sehari hari dan dimanapun. (Matis G, Birbilis T, The Glasgow Coma Scale:2008) Pada tahun 2005, Ade Sigit Mayangkoro di RS Dr. Sardjito/ FK UGM Yogyakarta melakukan penelitian terkait penilaian trauma skor yaitu skoring trauma pada pasien trauma multipel dengan metode Trauma and Injury Severity Score. Akan tetapi penelitian ini lebih menitikberatkan penilaian sistem TRISS pada trauma multipel dan tidak mengevaluasi lebih jauh mengenai kondisi cedera kepalanya. Banyak penelitian yang membandingkan berbagai sistem skoring. Akan tetapi, belum ada yang meneliti jenis sistem skoring mana yang lebih akurat untuk
12 12 memprediksi fungsi kognitif pada pasien multipel trauma dengan disertai cedera kepala sedang. D. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana berbagai trauma skor sebagai prediktor fungsi kognitif pasien dengan multipel trauma yang disertai cedera kepala sedang. E. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat untuk mengetahui berbagai trauma skor sebagai prediktor fungsi kognitif pasien dengan multipel trauma yang disertai cedera kepala sedang. F. Sumbangan Dari Aspek Teoritis dan Terapan Klinis Hasil penelitian ini diharapkan memberikan tambahan pengetahuan tentang fungsi kognitif pada pasien dengan multipel trauma yang disertai cedera kepala sedang yang dikaitkan dengan sistem skoring. Selain itu, secara klinis hasil penelitian ini diharapkan akan menambah acuan bagi dokter bedah dalam menentukan pilihan sistem skor sederhana untuk menilai cedera kepala sedang pada kasus trauma multipel.
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karena penderitanya sebagian besar orang muda, sehat dan produktif (Ropper &
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cedera kepala merupakan salah satu kasus penyebab kecacatan dan kematian yang cukup tinggi dalam bidang neurologi dan menjadi masalah kesehatan oleh karena penderitanya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. intelektual serta gangguan fungsi fisiologis lainnya. Hal ini disebabkan oleh karena
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemajuan teknologi terutama dalam bidang transportasi mengakibatkan meningkatnya jumlah dan jenis kendaraan bermotor dan hal ini berdampak pada meningkatnya kasus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Trauma merupakan penyebab kematian utama pada kelompok umur dibawah 45 tahun di negara maju dan di negara berkembang. Kepala juga merupakan bagian yang paling sering
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. didalamnya dimana kerusakan disebabkan gaya mekanik dari luar sehingga timbul gangguan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Cedera kepala adalah trauma yang mengenai calvaria dan atau basis crania serta organ didalamnya dimana kerusakan disebabkan gaya mekanik dari luar sehingga timbul
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Cedera otak traumatik (traumatic brain injury) masih merupakan masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cedera otak traumatik (traumatic brain injury) masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang besar. Diperkirakan insidensinya lebih dari 500 per 100.000 populasi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Cedera atau trauma adalah permasalahan yang berkembang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Cedera atau trauma adalah permasalahan yang berkembang dengan tiga penyebab utama kematian secara global. Tiga hal tersebut adalah kecelakaan lalu lintas, pembunuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Cedera kepala merupakan salah satu penyebab utama kematian pada
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cedera kepala merupakan salah satu penyebab utama kematian pada kasus-kasus kecelakaan lalu lintas. Di Inggris misalnya, setiap tahun sekitar 100.000 kunjungan pasien
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA STATUS GLASSGOW COMA SCALE DENGAN ANGKA LEUKOSIT PADA PASIEN TRAUMA KEPALA YANG DIRAWAT INAP DI RSUD Dr MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI
HUBUNGAN ANTARA STATUS GLASSGOW COMA SCALE DENGAN ANGKA LEUKOSIT PADA PASIEN TRAUMA KEPALA YANG DIRAWAT INAP DI RSUD Dr MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI Diajukan Oleh: ADE SOFIYAN J500050044 Kepada : FAKULTAS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. populasi dunia berumur dibawah 45 tahun (Werner & Engelhard, 2007). Penyebab
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cedera kepala masih menjadi penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada populasi dunia berumur dibawah 45 tahun (Werner & Engelhard, 2007). Penyebab terbanyak cedera
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Cedera kepala merupakan kasus yang sering ditemui. di Instalasi Rawat Darurat. Cedera kepala adalah salah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cedera kepala merupakan kasus yang sering ditemui di Instalasi Rawat Darurat. Cedera kepala adalah salah satu penyebab kematian utama dikisaran usia produktif. (Japardi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sangat diperlukan untuk pengambilan keputusan klinis, alokasi sumber daya dan
A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Traumatic Brain Injury (TBI) merupakan penyebab utama mortalitas dan morbiditas di kalangan anak muda di seluruh dunia, prediksi hasil saat masuk RS sangat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Cedera kepala merupakan masalah kesehatan, sosial, ekonomi yang penting di seluruh dunia dan merupakan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cedera kepala merupakan masalah kesehatan, sosial, ekonomi yang penting di seluruh dunia dan merupakan penyebab utama kematian dan disabilitas permanen pada usia dewasa
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. umur dibawah 45 tahun, perbandingan laki-laki dan wanita adalah 2 : 1. Penyebab
16 BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1 LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Cedera kepala merupakan penyebab kematian tertinggi pada kelompok umur dibawah 45 tahun, perbandingan laki-laki dan wanita adalah 2 : 1. Penyebab paling
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. traumatik merupakan penyebab utama kematian dan kecacatan pada anak-anak dan
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cedera kepala traumatik merupakan masalah utama kesehatan dan sosial ekonomi di seluruh dunia (Ghajar, 2000; Cole, 2004). Secara global cedera kepala traumatik merupakan
Lebih terperinciBAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. klinis cedera kepala akibat trauma adalah Glasgow Coma Scale (GCS), skala klinis yang
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Cedera Kepala Akibat Trauma Cedera kepala umumnya diklasifikasikan atas satu dari tiga sistem utama, yaitu: keparahan klinis, tipe patoanatomi dan mekanisme fisik.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terbesar menimbulkan kecacatan dalam kehidupan manusia (Misbach, 2011).
BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Stroke adalah salah satu sindrom neurologi yang merupakan ancaman terbesar menimbulkan kecacatan dalam kehidupan manusia (Misbach, 2011). Stroke merupakan penyebab
Lebih terperinciGAMBARAN STATUS KOGNITIF PADA PASIEN CEDERA KEPALA YANG TELAH DIIZINKAN PULANG DI RSUD ARIFIN ACHMAD PEKANBARU
GAMBARAN STATUS KOGNITIF PADA PASIEN CEDERA KEPALA YANG TELAH DIIZINKAN PULANG DI RSUD ARIFIN ACHMAD PEKANBARU 1 Andi Ebiet Krisandi, 2 Wasisto Utomo, 3 Ganis Indriati Email: andi_madridcr7aek@yahoo.com
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menduduki urutan ke 10 dari urutan prevalensi penyakit. Inflamasi yang terjadi pada sistem saraf pusat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di Indonesia, infeksi susunan saraf pusat menduduki urutan ke 10 dari urutan prevalensi penyakit (Saharso dan Hidayati, 2000). Inflamasi yang terjadi pada sistem
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Secara umum stroke merupakan penyebab kematian yang ketiga
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Secara umum stroke merupakan penyebab kematian yang ketiga terbanyak di Amerika Serikat setelah penyakit jantung dan kanker, demikian juga diberbagai negara di dunia
Lebih terperinciBAB 3 METODE PENELITIAN. Pengambilan data primer dari pasien cedera kepala tertutup derajat sedang berat
46 BAB 3 METODE PENELITIAN 3. 1 Desain penelitian Penelitian ini merupakan study prognostik dengan desain kohort. Pengambilan data primer dari pasien cedera kepala tertutup derajat sedang berat yang dirawat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kendaraan bermotor di seluruh dunia pada tahun 2013 mencapai 1,2 juta jiwa dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi dimana kemajuan teknologi semakin berkembang khususnya dalam bidang transportasi, masyarakat modern menempatkan transportasi sebagai kebutuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 50% kematian disebabkan oleh cedera kepala dan kecelakaan kendaraan. selamat akan mengalami disabilitas permanen (Widiyanto, 2007).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Trauma merupakan penyebab utama kematian pada populasi di bawah 45 tahun, dan merupakan penyebab kematian nomor 4 di dunia. Lebih dari 50% kematian disebabkan
Lebih terperinciGAMBARAN CT SCAN KEPALA PADA PENDERITA CEDERA KEPALA RINGAN DI BLU RSUP Prof. Dr. R. D. KANDOU MANADO PERIODE
GAMBARAN CT SCAN KEPALA PADA PENDERITA CEDERA KEPALA RINGAN DI BLU RSUP Prof. Dr. R. D. KANDOU MANADO PERIODE 2012 2013 1 Miranda Esther Irene Manarisip 2 Maximillian Ch. Oley 2 Hilman Limpeleh 1 Kandidat
Lebih terperinciMODUL KEPANITERAAN KLINIK BEDAH
MODUL KEPANITERAAN KLINIK BEDAH Topik : Bedah saraf Judul : Cedera Kepala ( 3b) Tujuan pembelajaran Kognitf II. 1. Menjelaskan anatomi kepala 2. Menjelaskan patogenesa cedera kepala 3. Menjelaskan diagnosis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke, yang juga dikenal dengan istilah cerebrovascular
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke merupakan penyakit serebrovaskuler yang terjadi secara tiba-tiba dan menyebabkan kerusakan neurologis. Kerusakan neurologis tersebut dapat disebabkan oleh adanya
Lebih terperinciHUBUNGAN AMNESIA POST TRAUMA KEPALA DENGAN GANGGUAN NEUROBEHAVIOR PADA PENDERITA CEDERA KEPALA RINGAN DAN SEDANG
HUBUNGAN AMNESIA POST TRAUMA KEPALA DENGAN GANGGUAN NEUROBEHAVIOR PADA PENDERITA CEDERA KEPALA RINGAN DAN SEDANG CORRELATION BETWEEN POST TRAUMATIC AMNESIA WITH NEUROBEHAVIOR DISORDER IN MILD AND MODERATE
Lebih terperinciCUT OFF POINT GAP SCORE
TESIS CUT OFF POINT GAP SCORE SEBAGAI PREDIKTOR KEJADIAN MULTIPLE ORGAN DYSFUNCTION SYNDROME BERDASARKAN KADAR SITOKIN INTERLEUKIN-6 PADA PASIEN CEDERA MUSKULOSKELETAL MAYOR DENGAN MULTIPLE TRAUMA NYOMAN
Lebih terperinciLampiran 1. Medan, 2013 Yang membuat pernyataan persetujuan. penjelasan. dr... Universitas Sumatera Utara
Persetujuan Setelah Penjelasan (PSP) Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama :.. Umur : tahun L / P Alamat :.... Hubungan dengan pasien : Bapak/Ibu/anak/hubungan kerabat lainnya Dengan ini menyatakan
Lebih terperinciTUGAS PENGAYAAN KEPANITRAAN KLINIK MADYA LABORATORIUM NEUROLOGI AMNESIA PASCA TRAUMA
TUGAS PENGAYAAN KEPANITRAAN KLINIK MADYA LABORATORIUM NEUROLOGI AMNESIA PASCA TRAUMA Nindy OLEH : Maria Natalia Putri 115070107111078 Pembimbing : dr. Sri Budhi Rianawati, Sp.S PROGRAM STUDI PENDIDIKAN
Lebih terperinciTRAUMA KEPALA. Doni Aprialdi C Lusi Sandra H C Cynthia Dyliza C
TRAUMA KEPALA Doni Aprialdi C11050165 Lusi Sandra H C11050171 Cynthia Dyliza C11050173 PENDAHULUAN Insidensi trauma kepala di USA sekitar 180-220 kasus/100.000 populasi (600.000/tahunnya) 10 % dari kasus-kasus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. orang meninggal akibat trauma. Di antara trauma - trauma yang terjadi, trauma maksilofasial
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Segala aspek yang berkaitan dengan trauma mempunyai kepentingan yang tinggi di dunia karena merupakan penyebab utama kematian. Menurut Krug (2000),setiap hari sekitar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. khususnya trias kematian (hipotermia, asidosis dan koagulopati) yang kini
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Trauma merupakan permasalahan utama yang dihadapi pada kehidupan moderen saat ini. Secara global, 10% dari seluruh jumlah kematian disebabkan oleh trauma. Perkembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. setiap tahunnya dan orang membutuhkan rawat inap untuk
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cedera kepala mengenai hampir 1,5 juta orang di Amerika Serikat setiap tahunnya dan 240.000 orang membutuhkan rawat inap untuk pengobatan trauma mereka (Frey et al.,
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN
24 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup keilmuan penelitian ini meliputi bidang ilmu penyakit dalam dengan sub bidang geriatri dan endokrinologi serta bidang ilmu saraf dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pada kelompok umur tahun, dan nomor 2 pada kelompok usia 25 34
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Trauma adalah penyebab kematian utama pada usia di bawah 44 tahun di Amerika Serikat. Di Indonesia, trauma menjadi penyebab kematian utama pada kelompok umur
Lebih terperinciBAB 3 METODE PENELITIAN. Desain penelitian : prospektif dengan pembanding internal. U1n. U2n
BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Rancang Bangun Penelitian Jenis penelitian : observasional Desain penelitian : prospektif dengan pembanding internal Sembuh P N M1 U1n mg I mg II mg III mg IV mg V mg VI Tidak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut Badan Pusat Statistik Republik Indonesia, jumlah. korban meninggal , luka berat yang menderita luka ringan
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Menurut Badan Pusat Statistik Republik Indonesia, jumlah kecelakaan lalu lintas meningkat dari tahun ke tahun. Menurut data Kantor Kepolisian Republik Indonesia pada
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Stroke merupakan penyakit dengan defisit neurologis permanen akibat perfusi yang tidak adekuat pada area tertentu di otak atau batang otak. Stroke dibagi
Lebih terperinciJon Hadi 1, Syaiful Saanin 2, Erkadius 3 Bagian Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Andalas / RS M.Djamil Padang
PENGARUH KOAGULOPATI TERHADAP GLASGOW OUTCOME SCALE PENDERITA CEDERA KEPALA BERAT YANG TIDAK MEMPUNYAI INDIKASI OPERASI Jon Hadi 1, Syaiful Saanin 2, Erkadius 3 Bagian Bedah Fakultas Kedokteran Universitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke memiliki serangan akut yang dapat dengan cepat menyebabkan kematian. Penderita stroke mengalami defisit neurologis fokal mendadak dan terjadi melebihi dari 24
Lebih terperinciABSTRAK. Validitas Faktor-Faktor Resiko Kematian dalam 14 Hari pada Pasien Cidera Kepala Berat di RSUP Sanglah Denpasar
ABSTRAK Validitas Faktor-Faktor Resiko Kematian dalam 14 Hari pada Pasien Cidera Kepala Berat di RSUP Sanglah Denpasar Latar Belakang : Pasien dengan trauma kepala memerlukan penegakan diagnosis sedini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Stroke atau cedera serebrovaskuler (CVA) adalah ketidaknormalan fungsi sistem
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke atau cedera serebrovaskuler (CVA) adalah ketidaknormalan fungsi sistem saraf pusat (SSP) yang disebabkan oleh gangguan kenormalan aliran darah ke otak. Stroke
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Stroke didefinisikan sebagai defisit neurologis yang terjadi tiba-tiba
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Stroke didefinisikan sebagai defisit neurologis yang terjadi tiba-tiba disebabkan oleh adanya gangguan perfusi ke otak. Manifestasi klinis dari stroke merupakan konsekuensi
Lebih terperinciBAB I adanya penyebab lain yang jelas selain vaskuler (WHO, 1988). bergantung sepenuhnya kepada orang lain (WHO, 2002).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Salah satu penyakit serebrovaskuler yang paling sering terjadi sekarang ini adalah stroke. Stroke dapat didefinisikan sebagai tanda-tanda klinis yang berkembang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi tingginya.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan Kesehatan adalah bagian dari pembangunan nasional yang bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi di era globalisasi terus berkembang, khususnya
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan teknologi di era globalisasi terus berkembang, khususnya dalam bidang transportasi. Masyarakat moderen menempatkan trasportasi sebagai kebutuhan sekunder yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1. Latar belakang. Di rumah sakit Dr. Sardjito, angka kejadian kasus forensik klinik (hidup) yang dilakukan
1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar belakang Di rumah sakit Dr. Sardjito, angka kejadian kasus forensik klinik (hidup) yang dilakukan dengan kekerasan tajam maupun tumpul atau keduanya, seksual, kecelakaan lalu
Lebih terperinciBAB 4 HASIL PENELITIAN. sedang-berat yang memenuhi kriteria sebagai subyek penelitian. Rerata umur
56 BAB 4 HASIL PENELITIAN Pada penelitian ini dijumpai 52 penderita cedera kepala tertutup derajat sedang-berat yang memenuhi kriteria sebagai subyek penelitian. Rerata umur penderita adalah 31,1 (SD 12,76)
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. usia masa puncak produktif dan menempati urutan kedua penyebab kematian
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke merupakan salah satu sumber penyebab gangguan otak pada usia masa puncak produktif dan menempati urutan kedua penyebab kematian sesudah penyakit jantung pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan penyebab kematian nomor 2 di dunia. pada populasi dewasa dan penyebab utama kecacatan (Ikram
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke merupakan penyebab kematian nomor 2 di dunia pada populasi dewasa dan penyebab utama kecacatan (Ikram et al., 2012). World Health Organization (WHO) memperkirakan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. pembuluh darah dalam mengalirkan darah ke otak. Ini bisa disebabkan oleh
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke adalah hilangnya fungsi otak secara cepat akibat gangguan pada pembuluh darah dalam mengalirkan darah ke otak. Ini bisa disebabkan oleh adanya iskemi karena
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Cedera kepala adalah suatu gangguan traumatik dari fungsi otak yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cedera kepala adalah suatu gangguan traumatik dari fungsi otak yang disertai atau tanpa disertai perdarahan interstitial dalam substansi otak tanpa diikuti terputusnya
Lebih terperinciSistem Penilaian Trauma
Sistem Penilaian Trauma Carolina Salim Dokter Umum di SMF Ilmu Bedah RSUD dr. Drajat Prawiranegara Serang, Banten, Indonesia ABSTRAK Trauma adalah penyebab ketiga terbesar kematian dan kecacatan di seluruh
Lebih terperinciLAMPIRAN FORMULIR PERSETUJUN MENJADI RESPONDEN
LAMPIRAN FORMULIR PERSETUJUN MENJADI RESPONDEN HUBUNGN PENGETAHUAN TENTANG TRAUMA KEPALA DENGAN PERAN PERAWAT (PELAKSANA) DALAM PENANGANAN PASIEN TRAUMA KEPALA DI UNIT GAWAT DARURAT RUMAH SAKIT QADR TANGERANG
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dijumpai dimana stroke merupakan penyebab kematian ketiga yang paling
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Stroke merupakan salah satu masalah kesehatan yang paling serius dijumpai dimana stroke merupakan penyebab kematian ketiga yang paling sering dijumpai setelah penyakit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. insulin, atau kedua-duanya. Diagnosis DM umumnya dikaitkan dengan adanya gejala
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diabetes Melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pecahnya atau tersumbatnya pembuluh darah otak oleh gumpalan darah. 1
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke bukan lagi penyakit yang asing bagi masyarakat luas belakangan ini. Sudah banyak orang yang mengalaminya, mulai dari usia produktif sampai usia tua dan mengenai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan kapan saja (Muttaqin, 2008). Corwin (2009) menyatakan dalam Buku Saku
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke atau gangguan peredaran darah otak (GPDO) merupakan penyakit neurologis yang sering dijumpai dan harus ditangani secara cepat dan tepat. Stroke merupakan kelainan
Lebih terperinciJassy S. R. Ranti Heber B. Sapan Laurens T. B. Kalesaran
Aplikasi revised trauma score, injury severity score, dan trauma and injury severity score dalam memrediksi mortalitas pada pasien multitrauma di IRDB BLU RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado Jassy S. R.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan gangguan neurologis fokal maupun global yang terjadi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke merupakan gangguan neurologis fokal maupun global yang terjadi mendadak akibat proses patofisiologi pembuluh darah. 1 Terdapat dua klasifikasi umum stroke yaitu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Unit Gawat Darurat menurut Australlian College For Emergency Medicine
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Unit Gawat Darurat menurut Australlian College For Emergency Medicine (ACEM) adalah unit klinis inti dalam rumah sakit yang menangani keadaan pasien di instalasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Otak merupakan organ yang sangat vital bagi seluruh aktivitas dan fungsi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Otak merupakan organ yang sangat vital bagi seluruh aktivitas dan fungsi tubuh, karena di dalam otak terdapat berbagai pusat kontrol seperti pengendalian fisik, intelektual,
Lebih terperinciEFEKTIVITAS RTS DENGAN GAP DALAM MEMPREDIKSI MORTALITAS PADA PASIEN CEDERA KEPALA DI UGD RSUD KOTA BANJARMASIN
EFEKTIVITAS RTS DENGAN GAP DALAM MEMPREDIKSI MORTALITAS PADA PASIEN CEDERA KEPALA DI UGD RSUD KOTA BANJARMASIN Dian Kustanti* 1, Bagus Rahmat Santoso 1, Subhannur Rahman 1 1 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesehatan di Amerika Serikat setelah penyakit jantung dan kanker. Terhitung 1
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Stroke sebagai penyebab kematian ketiga masih merupakan masalah kesehatan di Amerika Serikat setelah penyakit jantung dan kanker. Terhitung 1 dari 15 orang yang meninggal
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Stroke yang disebut juga sebagai serangan otak atau brain attack ditandai
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke yang disebut juga sebagai serangan otak atau brain attack ditandai dengan hilangnya sirkulasi darah ke otak secara tiba-tiba, sehingga dapat mengakibatkan terganggunya
Lebih terperinciALGORITMA PENATALAKSANAAN CEDERA KEPALA RINGAN
PENATALAKSANAAN CEDERA KEPALA ALGORITMA PENATALAKSANAAN CEDERA KEPALA RINGAN Definisi : penderita sadar dan berorientasi (GCS 14-15) Riwayat : Nama, umur, jenis kelamin, ras, pekerjaan Mekanisme cedera
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Menurut WHO MONICA project, stroke didefinisikan sebagai gangguan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut WHO MONICA project, stroke didefinisikan sebagai gangguan fungsional otak yang terjadi secara mendadak dengan tanda klinis fokal atau global yang berlangsung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Cedera kepala atau yang sering disebut sebagai. traumatic brain injury (TBI) adalah kejadian yang sering
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cedera kepala atau yang sering disebut sebagai traumatic brain injury (TBI) adalah kejadian yang sering terjadi (NINDS). TBI adalah penyebab terbanyak kematian dan
Lebih terperinciBAB 5 PEMBAHASAN. dan genotip APOE yang merupakan variabel utama penelitian.
59 BAB 5 PEMBAHASAN Telah dilakukan penelitian pada 34 subyek penderita pasca stroke iskemik yang datang kontrol di poliklinik saraf RSUP Dr. Kariadi selama periode bulan April sampai Juni 2012 dan memenuhi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Keperawatan merupakan salah satu profesi yang terlibat dalam. yang didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keperawatan merupakan salah satu profesi yang terlibat dalam pembangunan nasional di bidang kesehatan. Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini termasuk jenis penelitian kuantitatif. Desain penelitian yang digunakan adalah observasional analitik dengan pendekatan cross sectional.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. meningkatnya angka harapan hidup pada negara negara berkembang, begitu pula
13 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu catatan penting dalam beberapa dekade terakhir adalah semakin meningkatnya angka harapan hidup pada negara negara berkembang, begitu pula halnya
Lebih terperinciBAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada penelitian ini diperoleh 70 subyek penelitian yang dirawat di bangsal
BAB HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.1 Hasil Penelitian.1.1. Karakteristik Umum Subyek Penelitian Pada penelitian ini diperoleh 0 subyek penelitian yang dirawat di bangsal B1 Saraf RS Dr. Kariadi Semarang
Lebih terperinciBAB III. METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian... 39
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN...ii HALAMAN PERSEMBAHAN... iii MOTTO... iv DAFTAR ISI... v DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR TABEL...x DAFTAR LAMPIRAN... xi KATA PENGANTAR... xii PERNYATAAN...xiii
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Tujuan pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang optimal melalui
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mortalitas yang tinggi pada penderitanya. Selain sebagai penyebab kematian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke merupakan salah satu penyakit yang menyebabkan morbiditas dan mortalitas yang tinggi pada penderitanya. Selain sebagai penyebab kematian nomor tiga setelah penyakit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Trauma kepala (cedera kepala) adalah suatu trauma mekanik yang secara langsung atau tidak langsung mengenai kepala yang dapat mengakibatkan gangguan fungsi neurologis,
Lebih terperinciHasil Akhir Penderita dengan Diffuse Brain Injury yang Dirawat di Neurosurgical Critical Care Unit RS Hasan Sadikin, Bandung
Hasil Akhir Penderita dengan Diffuse Brain Injury yang Dirawat di Neurosurgical Critical Care Unit RS Hasan Sadikin, Bandung Suzy Indharty Bagian/SMF Bedah Saraf Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. membungkus jaringan otak (araknoid dan piameter) dan sumsum tulang belakang
1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meningitis merupakan reaksi peradangan yang terjadi pada lapisan yang membungkus jaringan otak (araknoid dan piameter) dan sumsum tulang belakang yang disebabkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Cedera kepala istilah antara lain Traumatic Brain Injury adalah suatu cedera akut
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cedera kepala istilah antara lain Traumatic Brain Injury adalah suatu cedera akut pada susunan saraf pusat, selaput otak, saraf cranial termasuk fraktur tulang kepala,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UKDW. dan stroke iskemik sebagai kasus utamanya (Fenny et al., 2014). Penderita penyakit
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pembunuh kedua dari daftar penyebab kematian di dunia setelah penyakit jantung iskemik adalah stroke. Stroke telah bertanggung jawab atas kematian 6.7 juta manusia
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Stroke merupakan suatu gangguan fungsional otak yang ditandai dengan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Stroke merupakan suatu gangguan fungsional otak yang ditandai dengan perubahan tanda klinis secara cepat baik fokal maupun global yang mengganggu fungsi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sindrom klinik ini terjadi karena adanya respon tubuh terhadap infeksi, dimana
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Sepsis merupakan suatu sindrom kompleks dan multifaktorial, yang insidensi, morbiditas, dan mortalitasnya sedang meningkat di seluruh belahan dunia. 1 Sindrom klinik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Apendisitis akut adalah peradangan/inflamasi dari apendiks vermiformis
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Apendisitis akut adalah peradangan/inflamasi dari apendiks vermiformis (umbai cacing). 1,2 Penyakit ini diduga inflamasi dari caecum (usus buntu) sehingga disebut typhlitis
Lebih terperinciHASIL PENELITIAN MAGISTER PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS ILMU BEDAH
HASIL PENELITIAN MAGISTER PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS ILMU BEDAH KAITAN GLASGOW COMA SCORE AWAL DAN JARAK WAKTU SETELAH CEDERA KEPALA SAMPAI DILAKUKAN OPERASI PADA PASIEN PERDARAHAN SUBDURAL AKUT
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Depkes RI (2007 dalam Nastiti, 2012) menjelaskan bahwa Indonesia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Depkes RI (2007 dalam Nastiti, 2012) menjelaskan bahwa Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang saat ini sedang mengalami masa peralihan, dari masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang berbaring lama. Ulkus dekubitus sering disebut sebagai ischemic ulcer, pressure ulcer, pressure sore, bed sore.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dekubitus adalah suatu keadaan kerusakan jaringan setempat yang disebabkan oleh iskemia pada kulit (kutis dan sub-kutis) akibat tekanan dari luar yang berlebihan. Umumnya
Lebih terperinciGAMBARAN PELAKSANAAN PERAWATAN LUKA POST OPERASI SECTIO CAESAREA (SC) DAN KEJADIAN INFEKSI DI RUANG MAWAR I RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA
GAMBARAN PELAKSANAAN PERAWATAN LUKA POST OPERASI SECTIO CAESAREA (SC) DAN KEJADIAN INFEKSI DI RUANG MAWAR I RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi yang sedang terjadi sekarang ini permasalahan yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Era globalisasi yang sedang terjadi sekarang ini permasalahan yang dihadapi dalam pelayanan kesehatan di Indonesia adalah pemberian pelayanan kesehatan yang bermutu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. paling sering mengalami cedera dan pada kecelakaan lalu lintas yang fatal, hasil
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lebih dari separuh kematian didunia karena cedera, cedera kepala berperan nyata atas outcome. Pada pasien dengan cedera kepala, kepala adalah bagian yang paling sering
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Apendisitis adalah salah satu penyebab akut abdomen paling banyak pada
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Apendisitis adalah salah satu penyebab akut abdomen paling banyak pada anak dan paling sering jadiindikasi bedah abdomen emergensi pada anak.insiden apendisitis secara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Post Concussion Syndrome ( PCS ) merupakan suatu sequele dari cedera kepala ringan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Post Concussion Syndrome ( PCS ) merupakan suatu sequele dari cedera kepala ringan yang sampai saat ini masih menjadi perdebatan. Beberapa hal yang menyebabkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terabaikan oleh lembaga pemerintahan. Menurut undang-undang no 22 tahun 2009
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kecelakaan lalu lintas merupakan masalah kesehatan utama yang sering terabaikan oleh lembaga pemerintahan. Menurut undang-undang no 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas
Lebih terperinciLAPORAN PENDAHULUAN. PADA PASIEN DENGAN KASUS CKR (Cedera Kepala Ringan) DI RUANG ICU 3 RSUD Dr. ISKAK TULUNGAGUNG
LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN DENGAN KASUS CKR (Cedera Kepala Ringan) DI RUANG ICU 3 RSUD Dr. ISKAK TULUNGAGUNG A. DEFINISI CKR (Cedera Kepala Ringan) merupakan cedera yang dapat mengakibatkan kerusakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Trauma kepala atau cedera kepala merupakan kasus. yang sering terjadi dalam kehidupan kita sehari-hari.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Trauma kepala atau cedera kepala merupakan kasus yang sering terjadi dalam kehidupan kita sehari-hari. Cedera kepala bisa terjadi pada semua orang tanpa kecuali, misalnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UKDW. besar. Kecacatan yang ditimbulkan oleh stroke berpengaruh pada berbagai aspek
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Stroke merupakan masalah medis yang serius karena dapat menyebabkan kematian dalam waktu singkat, kecacatan dan biaya yang dikeluarkan sangat besar. Kecacatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. saat ini dapat bertahan hidup dengan perawatan intensif di Ruang Terapi Intensif
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Praktik kedokteran saat ini berkembang dengan sangat pesat, sehingga banyak pasien dengan penyakit kritis yang dahulunya tidak dapat terselamatkan saat ini dapat bertahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. darah menuju otak, baik total maupun parsial (sebagian) (Čengić et al., 2011).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke adalah suatu keadaan akut yang disebabkan oleh terhentinya aliran darah menuju otak, baik total maupun parsial (sebagian) (Čengić et al., 2011). Lebih ringkas,
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian ini adalah penelitian non eksperimental dengan jenis pendekatan cross sectional study yaitu pengambilan sampel hanya dilakukan sekali
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UKDW. penyakit yang sering dijumpai dalam praktek kedokteran. Data epidemiologis
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Penyakit serebrovaskuler atau yang lebih dikenal dengan stroke merupakan penyakit yang sering dijumpai dalam praktek kedokteran. Data epidemiologis menunjukkan bahwa
Lebih terperinci