PEMBUATAN LARUTAN H 198 AuCl 4 DARI LOGAM EMAS (FOIL), SEBAGAI BAHAN BAKU UTAMA SINTESIS NANOPARTIKEL Au- PAMAM DENDRIMER

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PEMBUATAN LARUTAN H 198 AuCl 4 DARI LOGAM EMAS (FOIL), SEBAGAI BAHAN BAKU UTAMA SINTESIS NANOPARTIKEL Au- PAMAM DENDRIMER"

Transkripsi

1 Herlan Setiawan, dkk. ISSN PEMBUATAN LARUTAN H 198 AuCl 4 DARI LOGAM EMAS (FOIL), SEBAGAI BAHAN BAKU UTAMA SINTESIS NANOPARTIKEL Au- PAMAM DENDRIMER Herlan Setiawan 1, Anung Pujiyanto 1, Hotman Lubis 1, Mujinah 1, Dede Kurniasih 1, Hambali 1, Rien Ritawidya 2, Abdul Mutalib 1 1) Pusat Radioisotop dan Radiofarmaka- BATAN - Kawasan PUSPIPTEK Serpong, Tangerang Selatan 2 ) Program Pasca Sarjana, Jurusan Farmasi, Fakultas MIPA, Universitas Indonesia, Jakarta herlan.setiawan@batan.go.id ABSTRAK PEMBUATAN LARUTAN H 198 AUCL 4 DARI LOGAM EMAS (FOIL), SEBAGAI BAHAN BAKU UTAMA SINTESIS NANOPARTIKEL AU-PAMAM DENDRIMER. Material nanopartikel 198 Au merupakan isotop pemancar sinar β yang memiliki kemampuan penetrasi yang baik untuk digunakan dalam terapi dan diagnosis kanker, dengan resiko yang lebih rendah dibandingkan menggunakan obat-obatan konvensional. Pada proses sintesis Nanopartikel Au digunakan PAMAM dendrimer Generasi 4 sebagai stabilisator, karena kemampuan kimia dan keteraturan strukturnya. Pada penelitian telah dibuat HAuCl 4 dan H 198 AuCl 4 sebagai bahan baku utama dalam sintesis nanopartikel emas dari pelarutan logam emas berupa lembaran (foil). Dari hasil uji menggunakan spektrometer UV, HAuCl 4 dan H 198 AuCl 4 mempunyai serapan yang sama dengan HauCl 4 standar yaitu pada nm. Pada pengukuran kemurnian radionuklida menggunakan spektrometer gamma, menunjukan puncak tunggal pada energi 411,66 kev. Dari hasil grafik peluruhan diperoleh waktu paro 198-Au sebesar 2,68 hari. Analisa kromatogram dari pengukuran Kromatografi Lapis Tipis menggunakan fasa gerak metanol-air (75:25), diperoleh Rf 0,8. Sedangkan dari hasil elektroforesa, menunjukan pergerakan sampel H 198 AuCl 4 ke arah sumbu positif. Dari hasil analisa menggunakan TEM, Nanopartikel Au PAMAM G4 yang terbentuk berada pada ukuran 3-5 nm. Kata kunci : Logam Au, HAuCl 4, PAMAM, Nanopartikel emas ABSTRAK PREPARATION OF H 198 AUCL 4 SOLUTION FROM GOLD METALS FOIL, AS THE MAIN RAW MATERIALS SYNTHESIS OF AU-PAMAM DENDRIMER NANOPARTICLES. 198 Au nanoparticle material is β-ray-emitting isotope that has a good penetration capability for use in cancer therapy and diagnosis, with a lower risk than the use of conventional medicines. In the process of synthesis of Au nanoparticles used PAMAM Generation 4 dendrimer as a stabilizer, due to the ability of the chemical and structural regularity In the present study has been made HAuCl 4 and H 198 AuCl 4 as a main ingredient in the synthesis of gold nanoparticles of gold dissolution in the form of gold metal foil. From the test results using the UV spectrometer, H 198 AuCl 4 and HAuCl 4 have similar absorbance with the HAuCl 4 standard at nm. In the measurement of radionuclide purity using a gamma spectrometer, shows a single peak at kev energy. The results from the decay chart, obtainable half-life time of 198 Au for 2.68 days. Analysis of chromatograms from Thin Layer Chromatography measurements using methanol-water (75:25) as mobile phase is obtained Rf 0.8. While the results elektroforesa, H 198 AuCl4 samples showed movement toward the positive site. From the analysis using TEM, Au Nanoparticles - PAMAM G4 was formed on the size of 3-5 nm Key words: 198 Au foil, HAuCl4, PAMAM, gold nanoparticles PENDAHULUAN enelitian menggunakan teknologi nano semakin Pberkembang disegala bidang. Logam nanopartikel telah banyak digunakan dalam berbagai aplikasi seperti sensor, katalisis, biokimia, optik, dan elektronik. Proses dispersi logam nanopartikel dalam fasa cair dan permukaan padat adalah faktor hal yang paling penting untuk mengontrol ukurannya (1). Koloid logam nanopartikel dapat diperoleh dengan proses topdown dan bottom-up, salah satu pemanfaatan yang sedang berkembang di dunia adalah pembuatan generasi baru nanodevice dan material cerdas yang dapat digunakan untuk teknologi bidang kesehatan (2). Terapi menggunakan radiasi pengion termasuk sinar-x, sinar γ dan partikel berenergi tinggi telah digunakan secara luas untuk pengobatan hampir semua jenis tumor padat. Dalam perngobatan kanker, material nanopartikel memiliki kemampuan penetrasi yang baik untuk digunakan dalam terapi dan diagnosis, dengan resiko yang lebih rendah dibandingkan menggunakan obat-obatan konvensional. Distribusi nanopartikel dipengaruhi oleh berbagai parameter,

2 2 ISSN Herlan Setiawan, dkk. seperti ukuran dan kemampuan nanopartikel untuk proses inaktivasi menggunakan fitur pada sel kanker. Aplikasi terapi radiasi sel tumor menggunakan nanopartikel yang memiliki sifat spesifik, bertujuan untuk meningkatkan toksisitas penyinaran terhadap sel tumor dan mengurangi kerusakan pada jaringan sehat disekitarnya. Di antara berbagai logam nanopartikel, telah dilaporkan studi praklinis efek radiosensitisasi pada nanopartikel emas (Au) terhadap beberapa pancaran foton (3). Di Amerika Serikat Penggunaan Radioisotop Au-198 sebagai radioterapi untuk penyakit kanker, telah disetujui oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan setempat. Radioisotop Au-198 merupakan zat radioaktif pemancar radiasi beta (99%) dengan energi 0.96 Mev dan pemancar gamma (γ) energi 1.1 MeV dengan waktu paruh 2.69 hari, serta memiliki jarak efisien sekitar 1mm dari jaringan sel kanker. Pada awalnya Au-198 di dunia kesehatan digunakan sebagai sumber brakiterapi untuk penyakit kanker prostat, berupa sediaan koloid emas berukuran mikro, maupun seed emas. Dengan proses pembuatan nanopartikel emas, proses distribusi Au- 198 terhadap sel kanker lebih efektif, karena sumber akan bawa langsung oleh agen pembawa (drug delivery) sehingga Au-198 akan kontak langsung dengan sel kanker target (4). Selain oksidator, proses reduksi ion Au 3+ menjadi emas nanopartikel bervalensi nol (Au 0 ) pada pelarut air maupun pelarut organik biasanya diperlukan sebuah stabilisator. Stabilisator yang digunakan umumnya adalah etilen glikol, protein, polimer/ co-polimer atau dendrimer dengan gugus fungsi yang mengandung unsur N, O, P dan S sebagai atom donor (5). Dendrimer berbasis (Poly)amidoamine (PAMAM) adalah kandidat utama sebagai template dan stabilizer karena kemampuan kimia dan keteraturan strukturnya. (2,5). Selain berperan sebagai stabilisator dalam proses sintesis nanopartikel emas, (Poly)amidoamine (PAMAM) juga berfungsi sebagai drug delivery, karena sifatnya yang spesifik pada sel kanker dan compatible dengan tubuh sehingga dapat terdegradasi. Dendrimer (Poly)amidoamine (PAMAM) mengandung molekul inti amidoamine, memiliki banyak cabang yang merupakan perpanjangan dari molekul inti, memiliki berat molekul dan ukuran tertentu bergantung pada tingkat generasinya. Makin tinggi generasi Dendrimer (Poly)amidoamine (PAMAM), maka strukturnya akan menyerupai bentuk bola dan meningkatkan kemampuan untuk mengenkapsulasi logam kompleks, nanopartikel, molekul anorganik maupun molekul organik yang lain. (4,6) Pembuatan Nanopartikel Au (NpAu) dilakukan dengan mereaksikan larutan HAuCl 4 dengan senyawa stabilisator (PAMAM dendrimer) yang kemudian akan mengenkapsulasi ion Au 3+. Setelah ion Au 3+ terikat dalam stabilisator, ion Au 3+ direduksi menggunakan asam sitrat atau NaBH4 sehingga terbentuk Au 0(6). Pada penelitian ini dilakukan pembuatan HAuCl 4 dari logam emas (foil), sebagai bahan dasar utama pada proses sintesis Nanopartikel Au (NpAu). Diharapkan parameter pembuatan HAuCl 4 dari logam emas ini digunakan sebagai referensi dalam proses pembuatan H 198 AuCl 4. Proses iradiasi logam emas ( 197 Au) menjadi isotop 198 Au dilakukan di Rabbit System reaktor GA Siwabessy PRSG BATAN. Selain itu pada penelitian ini dilakukan uji awal sintesis nanopartikel Au-PAMAM dendrimer, menggunakan bahan baku HAuCl4 dari logam Au foil secara dingin. TATAKERJA Bahan dan Alat Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah logam emas 99,99% lembaran atau foil dengan ketebalan 0,2 mm yang berasal dari PT.Aneka Tambang (ANTAM). (Poly)amidoamine (PAMAM) dendrimer generasi 4 dan NaBH 4 berasal dari Sigma-Aldrich. HCl p.a dan HNO 3 p.a yang dibeli dari Merck, serta bahan kimia lainnya. Proses analisis menggunakan spektrometer UV/Vis JascoV-550, spektrometer gamma, kamar Iradiasi gamma Atomlab, Single Channel Analyser (SCA)., Transmission Electron Microscopy (TEM). Cara Kerja Pembuatan HAuCl 4 0,002M dari logam emas Logam emas (foil) seberat ±10 mg dilarutkan menggunakan 5 ml aqua regia (HCl : HNO 3 ). Setelah dipastikan logam emas larut dalam aqua regia, larutan kemudian dikisatkan. Hasil kisatan lalu dicuci menggunakan 10 ml aqua bidest, kemudian dikisatkan kembali. Proses pencucian dan pengisatan menggunakan 10 ml aqua bidest dilakukan sebanyak 3 kali. Setelah pencucian dan pengisatan yang ke-3, kisatan dilarutkan dengan HCl 0,01M, sehingga diperoleh konsentrasi HAuCl 4 0,002M. Larutan HAuCl 4 di analisa menggunakan spektrometer UV/VIS. Pembuatan HAuCl4 0,002M menggunakan standar HAuCl4 Larutan HAuCl 4 standar sebagai pembanding dibuat dengan melarutkan HAuCl 4.3H 2 O ( 99,9%) menggunakan HCl 0,01 M, hingga diperoleh konsentrasi larutan 0,002M, atau sama dengan larutan HAuCl 4 yang dibuat dari hasil pelarutan foil emas.

3 Herlan Setiawan, dkk. ISSN Preparasi Logam Emas untuk proses Iradiasi Logam emas ditimbang ± 10mg, kemudian dicuci menggunakan aseton. Logam emas yang telah dicuci dimasukkan kedalam tabung kuarsa, kemudian tabung ditutup dengan proses pengelasan. Tabung kuarsa yang telah ditutup, dilakukan uji gelembung, untuk memeriksa kebocoran pada hasil pengelasan. Sisi luar tabung kuarsa dicuci menggunakan aseton, lalu dikeringkan. Tabung kuarsa kering, dibungkus menggunakan aluminium foil lalu dimasukkan ke dalam kapsul Rabbit. Kapsul Rabbit diiradiasi selama 5 jam di sistem Rabbit reaktor GA Siwabessy PRSG BATAN. Pembuatan H198AuCl4 0,002M dari logam emas hasil iradiasi (198Au) Logam emas hasil iradiasi dikeluarkan dari kapsul Rabbit dan tabung kuarsa. Proses pengeluaran logam harus didampingi oleh petugas pengawas radiasi. Logam emas hasil iradiasi diperlakukan seperti proses pelarutan logam emas tidak aktif, namun proses pelarutan dilakukan didalam hot cell dan didampingi oleh Petugas Pengawas Radiasi. Larutan H 198 AuCl 4 di analisa menggunakan spektrometer UV/VIS, Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dan elektroforesa. Untuk analisa Isotop 198 Au dianalisa menggunakan spektrometer gamma dan kamar ionisasi gamma (dose calibrator). Uji dingin Sintesis Nanopartikel Au-PAMAM dendrimer 1 ml Larutan HAuCl 4 hasil pelarutan foil emas, ditambah dengan 8,5 ml larutan PAMAM dendrimer generasi 4, pada labu erlenmeyer. Campuran diaduk menggunakan magnetic stirrer selama 15 menit dengan kecepatan 400 rpm. Kemudian dengan cepat ditambahkan larutan 0,5 ml NaBH 4 pada campuran HAuCl 4 -PAMAM dendrimer, sambil terus di aduk hingga ion Au 3+ tereduksi menjadi Au 0. HASIL DAN PEMBAHASAN Pada proses pelarutan foil emas menggunakan aqua regia (HCl : HNO 3 3:1) sebanyak 5 ml, sehingga terjadi mekanisme reaksi sebagai berikut : Au (s) +NO 3- (aq)+4h + (aq) Au 3+ (aq)+no (g) +2H 2 O (l) Larutan Au 3+ akan membentuk larutan kompleks stabil [AuCl4] -, karena bereaksi dengan ligan Cl - dari HCl. Proses pengisatan foil Au secara berulang menggunakan aqua bidest bertujuan untuk menghilangkan sisa gas NO yang terbentuk dari proses pelarutan. Pada proses terakhir, hasil kisatan dilarutkan dengan HCl 0.01 untuk memperoleh larutan HAuCl M. Pada Gambar 1(a) menunjukan gambar logam emas murni yang digunakan dalam pembuatan HAuCl 4 dan H 198 AuCl 4. Sedangkan pada Gambar 1(b) adalah HAuCl 4 yang telah dibuat dengan proses pelarutan logam Au. Sebagai pembanding, dibuat juga larutan standar HAuCl 4 menggunakan HAuCl 4.3H 2 O ( 99.9%) yang diperoleh dari Sigma Aldrich. Proses pembuatan dan visual larutan H 198 AuCl 4 dari logam emas yang telah diiradiasi, sama seperti HAuCl 4 dari logam emas yang tidak radioaktif. Dari hasil analisa menggunakan spektrometer UV/VIS, larutan HAuCl 4 yang dibuat dari hasil pelarutan Au foil menunjukan puncak serapan yang spesifik yaitu pada panjang gelombang 313 nm, sedangkan larutan standar HAuCl 4 menunjukan puncak serapan pada panjang gelombang 312 nm, sama seperti H 198 AuCl 4 yang dibuat dari foil 198-Au, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1(c). Hal ini menunjukan bahwa logam Au yang telah dilarutkan telah berubah menjadi larutan HAuCl 4. Gambar 1. (a) logam emas murni bahan pembuatan HAuCl 4, (b) Larutan HAuCl 4 (c) Spektra UV larutan HAuCl 4 dari logam emas dan standar Pada kisatan terakhir dilakukan juga pelarutan menggunakan aqua bidest untuk mengamati pengaruh pelarut terhadap serapan UV. Pada pengukuran UV-Vis, pengaruh pelarut dalam tahap akhir ternyata mempengaruhi adanya pergeseran serapan panjang gelombang, foil Au yang dilarutkan menggunakan HCl 0,01 memiliki puncak serapan di 312 nm, sedangkan foil Au yang

4 4 ISSN Herlan Setiawan, dkk. dilarutkan menggunakan aqua bidest memiliki puncak serapan di 306 nm. Standar HAuCl 4 yang dibuat dengan melarutkan HAuCl 4.3H 2 O menggunakan HCl 0,01 menunjukan puncak serapan pada 311 nm sedangkan standar HAuCl 4 yang dilarutkan menggunakan aqua bidest menunjukan puncak serapan pada 300 nm seperti yang ditunjukan pada Gambar 2. Hal ini dikarenakan ligan [Cl] - memiliki sifat donor π lebih besar dibanding ligan [H 2 O], sehingga HAuCl 4 yangdilarutkan dengan aqua bidest memiliki puncak serapan ke arah panjang gelombang yang lebih kecil (7). Gambar 3a dapat dinyatakan dengan persamaan At = Ao. e -λt. Dimana At menunjukan Aktifitas akhir setelah peluruhan, Ao adalah aktifitas awal, λ menunjukan konstanta peluruhan dan t adalah lama waktu peluruhan. Apabila persamaan tersebut diubah kedalam bentuk ln maka akan diperoleh persamaan ln(a) = ln(ao)-λt sehingga sesuai dengan persamaan garis lurus yang diperoleh pada Gambar 3b, maka dari persamaan tersebut diperoleh waktu paro radioisotop adalah 64,359 jam atau 2,68 hari. Waktu paro yang diperoleh dari hasil percobaan mendekati waktu paro Au-198 dari literatur yaitu 2,69 hari (8). Kemurnian radionuklida juga dikarakterisasi menggunakan spektrometer gamma, dan menunjukan adanya puncak tunggal pada energi 411,66 KeV, menandakan terbentuknya Au-198. Gambar 2. Pengaruh pelarutan foil Au dan Standar HAuCl 4 menggunakan air dan HCl Sebelum proses iradiasi logam emas di fasilitas Rabbit System reaktor GA Siwabessy PRSG BATAN, dilakukan pencucian menggunakan aseton untuk menghindari pengotor yang kemungkinan dapat ikut teriradiasi, sehingga menjadi radioisotop yang tidak diinginkan. Prinsip pembuatan radioisotop Au-198 menggunakan reaksi (n,γ) seperti ditunjukan pada reaksi: 197 Au + 1 n 198 Au + 0 γ Pembentukan radioisotop Au-198, dikarakterisasi menggunakan penentuan waktu paro, dengan melakukan pengukuran selama beberapa kali, sehingga diperoleh grafik aktifitas terhadap waktu. Pengukuran dilakukan menggunakan 1ml larutan H 198 AuCl 4 0,002 M, yang telah diketahui aktifitas awal 1195 µci. Proses pengukuran dilakukan menggunakan kamar ionisasi gamma (dose calibrator) selama 16 hari mulai dari tanggal 26 Oktober 2011 sampai 11 November Dari hasil pengukuran aktifitas tersebut diperoleh grafik eksponensial Aktifitas (µci) terhadap waktu (jam) seperti yang ditunjukan pada Gambar 3a. Dari hasil grafik tersebut dibuat grafik linear, menggunakan data ln(a) terhadap waktu, seperti ditunjukan pada Gambar.3b. Dari hasil Gambar 3a diperoleh persamaan eksponensial y = 1180e -0.01x, sedangkan pada Gambar 3b diperoleh persamaan garis lurus y = x Jika dihubungkan dengan persamaan peluruhan, maka persamaan garis pada (a) (b) Gambar 3. (a) Grafik peluruhan Aktifitas terhadap waktu. (b) Grafik ln(a) terhadap waktu Untuk pengukuran kemurnian radiokimia, larutan H 198 AuCl 4 diukur menggunakan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dengan fasa gerak metanol : air (75% : 25%), kemudian kromatogram diukur cacahannya menggunakan Single Channel Analyser (SCA). Dari hasil pengukuran cacahan diperoleh nilai Rf 0,8, menunjukan bahwa radiokimia yang dianalisa menggunakan KLT bersifat polar, seperti yang ditunjukan pada Gambar 4.

5 Herlan Setiawan, dkk. ISSN Gambar 4. Pemeriksaan radioaktifitas kromatogram H 198 AuCl 4 hasil Kromatografi Lapis Tipis menggunakan single channel analyser (SCA) Larutan H 198 AuCl 4 juga di analisa menggunakan elektroforesa menggunakan fasa gerak buffer Phospat 0,01 M dengan tegangan listrik DC 400 volt selama 3 jam. Kromatogram hasil elektroforesa yang diukur menggunakan Single Channel Analyser (SCA), menunjukan adanya pergeseran sampel H 198 AuCl 4 ke arah kutub positif. Pergeseran sampel ke arah kutub positif menandakan adanya pergeseran spesi [ 198 AuCl 4 ] -. sebagai tamplate pembentukan nanopartikel emas. Stabilisator yang digunakan adalah dendrimer (Poly)amidoamine (PAMAM) generasi 4. PAMAM generasi 4 (G4) memiliki inti amidoamine dengan 62 gugus amina tersier dan 64 gugus terminal NH 2. Ion Au 3+ dari HAuCl 4 yang di campurkan dengan 0,0014 PAMAM G4 akan berikatan koordinasi dengan pasangan elektron bebas di gugus amina tersier dalam struktur PAMAM selama proses pencampuran awal. NaBH 4 ditambahkan untuk mereduksi ion Au 3+ yang telah berikatan dengan amina tersier, sehingga terbentuk Au dengan bilangan oksidasi 0 (Au 0 ) yang terjebak di dalam struktur PAMAM. Proses reaksi antara ion Au 3+ dan PAMAM G4 serta proses reduksi menjadi Au 0 digambarkan seperti pada Gambar 6. Gambar 5. Pemeriksaan radioaktifitas kromatogram H 198 AuCl 4 hasil elektroforesa menggunakan Single Channel Analyser (SCA) Pada penelitian ini dilakukan juga uji dingin pembuatan nanopartikel Au. Nanopartikel Au disintesis dengan mereaksikan larutan HAuCl 4 0,002 M dengan stabilisator yang berfungsi juga Gambar 6. Mekanisme reaksi antara ion Au 3+ dan PAMAM G4 [9] Hasil analisa UV-Vis pada nanopartikel Au hasil sintesis ditunjukan pada Gambar 7, larutan HAuCl 4 yang dibuat dengan pelarutan foil Au dengan pelarut HCl 0,01 sebelum proses sintesis menunjukan puncak serapan pada panjang gelombang 311 nm, sedangkan PAMAM G4 menunjukan puncak serapan dikisaran 278 nm. Campuran antara HAuCl 4 (Au 3+ ) dengan PAMAM yang telah diaduk menggunakan magnetic stirer selama 15 menit menunjukan puncak serapan pada 280 nm, berdekatan dengan puncak serapan PAMAM G4, namun memiliki intensitas yang lebih besar dan tidak disertai dengan munculnya puncak serapan dari Au 3+. Setelah proses oksidasi Au 3+ menjadi Au 0, analisa UV-Vis menunjukan puncak serapan pada 278 nm dengan intensitas yang lebih besar dibanding serapan sebelum proses oksidasi, disertai peningkatan intensitas serapan antara nm yang menandakan adanya plasmon permukaan (surface plasmon) dari nanopartikel Au 0 (10).

6 6 ISSN Herlan Setiawan, dkk. Hasil pengamatan visual, terjadi perubahan warna campuran dari warna kuning saat sebelum oksidasi, menjadi berwarna kemerahan setelah proses oksidasi. Perubahan warna ini adalah salah satu indikasi bahwa telah terbentuk nanopartikel Au 0. Proses sintesis menggunakan HAuCl 4 dari foil Au dengan pelarut aqua bidest, menunjukan serapan pada 278 nm pada tahap akhir sintesis nanopartikel Au. Hal ini menunjukan bahwa pelarutan terakhir pada kisatan emas menggunakan HCl 0,01 M dan aqua bidest, saat proses pembuatan larutan HAuCl 4 tidak mempengaruhi pembentukan nanopartikel Au. Gambar 7. Perubahan puncak serapan UV-Vis pada proses sintesis Nanopartikel Au menggunakan PAMAM G4 Hasil sintesis nanopartikel Au PAMAM G4 di analisa menggunakan Transmission Electron Microscopy (TEM) yang memiliki kapasitas 120 ev di laboratrium Unversitas Gajah Mada, Yogyakarta. Pada hasil pencitraan analisis TEM menunjukan bahwa Nanopartikel Au yang dibuat dari HAuCl4 hasil pelarutan foil emas sudah terbentuk, ukuran nanopartikel Au yang terbentuk berada pada kisaran 3-5 nm. Parameter pembuatan nanopartikel Au secara dingin di atas, diharapkan dapat menjadi referensi pembuatan Nanopartikel 198 Au pada penelitian selanjutnya. Gambar 8. Analisa nanopartikel Au PAMAM G4 menggunakan TEM KESIMPULAN Pada penelitian ini telah dibuat larutan HAuCl4 yang berasal dari pelarutan foil emas dan H 198 AuCl4 yang berasal dari foil emas hasil iradiasi di fasilitas Rabbit System PRSG G.A Siwabessy. HAuCl 4 yang telah dibuat dari foil emas puncak serapan UV dikisaran 312 nm, sama dengan serapan HAuCl4 yang dibuat dari standar HAuCl 4.3H 2 O (99,9%). Nanopartikel Au PAMAM G4 menunjukan puncak serapan UV pada 278 nm dan adanya peningkatan intensitas serapan pada nm, yang menandakan terbentuknya Au 0. Pelarutan akhir foil Au menggunakan HCl 0,01 M dan aqua bidest, tidak mempengaruhi puncak serapan UV nanopartikel Au PAMAM G4 yang terbentuk dari hasil sintesis. Dari hasil analisa menggunakan TEM, Nanopartikel Au PAMAM G4 yang terbentuk berukuran 3-5 nm. DAFTAR PUSTAKA 1. OKUGAICHI. A, TORIGOE. K, YOSHIMURA. T, ESUMI. K, Interaction of cationic gold nanoparticles and carboxylateterminated poly(amidoamine) dendrimers, Colloids and Surfaces A: Physicochem. Eng. Aspects 273 (2006) CHAN. H.K DAN KWOK. P.C. L, Production methods for nanodrug particles using the bottom-up approach, Advanced Drug Delivery Reviews 63 (2011)

7 Herlan Setiawan, dkk. ISSN MESBAHI. A, A review on gold nanoparticles radiosensitization effect in radiation therapy of cancer, Reports of Practical Oncology and Radiotherapy (2010) 4. KHAN. M. K, MINCH. L. D, NIGAVEKAR. S. S, KARIAPPER. M. S. T, ET AL, Original Article: Engineering Nanomedicine, Fabrication of { 198 Au 0 } radioactive composite nanodevicesand their use for nanobrachytherapy, Nanomedicine: Nanotechnology, Biology, and Medicine 4 (2008) DIETRICH.S, SCHULZE. S, HIETSCHOLD. M, LANG. H, Au Nanoparticles Stabilised by PEGylated Low Generation PAMAM Dendrimers: Design, Characterisation and Properties, Journal of Colloid and Interface Science (2011) 6. ESUMI. K, HAYAKAWA. K, YOSHIMURA. T, Morphological change of gold dendrimer nanocomposites by laser irradiation, Journal of Colloid and Interface Science 268 (2003) (5) 7. SAITO. T, diterjemahkan oleh Ismunandar, Buku Teks Kimia Anorganik, Iwanami Publishing Company CHEN. J, GERAEDTS. S. D, OUELLET. C, SINGH. B, Evaluation of half-life of 198 Au, Applied Radiation and Isotopes 69 (2011) SOMORJAI,G. A, PARK. J.Y, Molecular Factors of Catalytic Selectivity. Angew. Chem. Int. Ed. 2008, 47, YOO. H. G, KIM. H. J, PARK. S. G, The effect of concentration of stabilizer on the formation of Au-NPs in the presence of constant ultrasonic power, Chungbuk National University. 211th ECS Meeting, The Electrochemical Society, 2007 TANYAJAWAB Sunardjo Apakah eksperimen yang dilakukan sudah mengarah ke terapi sel kanker yang direncanakan? Herlan Setiawan Pada tahap ini belum sampai dilakukan uji terhadap sel kanker, tapi masih difokuskan pada pembuatan dan uji stabilitas nanopartikel Au yang terbungkus pamam dendrimer. Selanjutnya perlu dilakukan pemurnian, lalu diuji pada cell line, kemudian diuji klinis terhadap binatang percobaan. Sri Murniasih Bagaimana efek kesehatan bagi pasien yang disuntikkan oleh Au 198 mengingat T ½ Au 198 yaitu 2,68 hari? Apakah ini sudah dipertimbangkan karena penggunaan Iodium yang mempunyai T ½ lebih rendah saja pasien harus diisolasi 2 5 hari. Herlan Setiawan Karena prinsip nanopartikel Au 198 sama yaitu brakiterapi, maka sesaat setelah disuntikkan ke dalam tubuh, pasien harus diisolasi. Perbedaan T ½ antara pengguna Au 198 dan Iodium, Au 198 = 2,68 hari, I 125 = 60 hari, I 131 = 8 hari, untuk jenis isotop terapi termasuk memiliki T ½ lebih rendah. Selain itu Au 198 memiliki fungsi ganda, selain untuk terapi, bisa juga digunakan sebagai pencitraan pada kamera gamma.

PEMISAHAN 54 Mn DARI HASIL IRADIASI Fe 2 O 3 ALAM MENGGUNAKAN RESIN PENUKAR ANION

PEMISAHAN 54 Mn DARI HASIL IRADIASI Fe 2 O 3 ALAM MENGGUNAKAN RESIN PENUKAR ANION PEMISAHAN 54 Mn DARI HASIL IRADIASI Fe 2 O 3 ALAM MENGGUNAKAN RESIN PENUKAR ANION Anung Pujiyanto, Hambali, Dede K, Endang dan Mujinah Pusat Pengembamgan Radioisotop dan Radiofarmaka (P2RR), BATAN ABSTRAK

Lebih terperinci

Jurnal Radioisotop dan Radiofarmaka ISSN Journal of Radioisotope and Radiopharmaceuticals Vol 9, Oktoberl 2006

Jurnal Radioisotop dan Radiofarmaka ISSN Journal of Radioisotope and Radiopharmaceuticals Vol 9, Oktoberl 2006 Jurnal Radioisotop dan Radiofarmaka ISSN 14108542 PRODUKSI TEMBAGA64 MENGGUNAKAN SASARAN TEMBAGA FTALOSIANIN Rohadi Awaludin, Abidin, Sriyono dan Herlina Pusat Radioisotop dan Radiofarmaka (PRR), BATAN

Lebih terperinci

Jurnal Radioisotop dan Radiofarmaka ISSN Journal of Radioisotope and Radiopharmaceuticals Vol 10, Oktober 2007

Jurnal Radioisotop dan Radiofarmaka ISSN Journal of Radioisotope and Radiopharmaceuticals Vol 10, Oktober 2007 PERHITUNGAN PEMBUATAN KADMIUM-109 UNTUK SUMBER RADIASI XRF MENGGUNAKAN TARGET KADMIUM ALAM Rohadi Awaludin Pusat Radioisotop dan Radiofarmaka (PRR), BATAN Kawasan Puspiptek, Tangerang, Banten ABSTRAK PERHITUNGAN

Lebih terperinci

PEMBUATAN NANOPARTIKEL EMAS RADIOAKTIF DENGAN AKTIVASI NEUTRON

PEMBUATAN NANOPARTIKEL EMAS RADIOAKTIF DENGAN AKTIVASI NEUTRON MAKARA, TEKNOLOGI, VOL. 13, NO. 1, APRIL 2009: 4246 PEMBUATAN NANOPARTIKEL EMAS RADIOAKTIF DENGAN AKTIVASI NEUTRON Rohadi Awaludin Pusat Radioisotop dan Radiofarmaka (PRR), BATAN, Kawasan Puspiptek Serpong,

Lebih terperinci

IRADIASI NEUTRON PADA BAHAN SS316 UNTUK PEMBUATAN ENDOVASCULAR STENT

IRADIASI NEUTRON PADA BAHAN SS316 UNTUK PEMBUATAN ENDOVASCULAR STENT 86 IRADIASI NEUTRON PADA BAHAN SS316 UNTUK PEMBUATAN ENDOVASCULAR STENT Rohadi Awaludin, Abidin, dan Sriyono Pusat Radioisotop dan Radiofarmaka (PRR), Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN), Kawasan Puspiptek

Lebih terperinci

SINTESIS DAN KARAKTER SENYAWA KOMPLEKS Cu(II)-EDTA DAN Cu(II)- C 6 H 8 N 2 O 2 S Dian Nurvika 1, Suhartana 2, Pardoyo 3

SINTESIS DAN KARAKTER SENYAWA KOMPLEKS Cu(II)-EDTA DAN Cu(II)- C 6 H 8 N 2 O 2 S Dian Nurvika 1, Suhartana 2, Pardoyo 3 SINTESIS DAN KARAKTER SENYAWA KOMPLEKS Cu(II)-EDTA DAN Cu(II)- C 6 H 8 N 2 O 2 S Dian Nurvika 1, Suhartana 2, Pardoyo 3 1 Universitas Diponegoro/Kimia, Semarang (diannurvika_kimia08@yahoo.co.id) 2 Universitas

Lebih terperinci

PRODUKSI RADIOISOTOP. NANIK DWI NURHAYATI,M.SI

PRODUKSI RADIOISOTOP. NANIK DWI NURHAYATI,M.SI PRODUKSI RADIOISOTOP NANIK DWI NURHAYATI,M.SI nanikdn@uns.ac.id Suatu unsur disebut radioisotop atau isotop radioaktif jika unsur itu dapat memancarkan radiasi. Dikenal dengan istilah radionuklida. Tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Perkembangan nanopartikel saat ini sangat pesat. Dalam beberapa puluh tahun terakhir berbagai negara di Eropa, Amerika, Australia dan sebagian Asia mengarahkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Yulieyas Wulandari, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Yulieyas Wulandari, 2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Melamin merupakan senyawa kimia bersifat basa yang digunakan terutama sebagai bahan polimer. Tidak ada peraturan yang mengijinkan penambahan langsung melamin ke dalam

Lebih terperinci

PRODUKSI IODIUM-125 MENGGUNAKAN TARGET XENON ALAM

PRODUKSI IODIUM-125 MENGGUNAKAN TARGET XENON ALAM PRODUKSI IODIUM-125 MENGGUNAKAN TARGET XENON ALAM Rohadi Awaludin Pusat Pengembangan Radioisotop dan Radiofarmaka (P2RR), BATAN ABSTRAK PRODUKSI IODIUM-125 MENGGUNAKAN TARGET XENON ALAM. Iodium- 125 merupakan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. cahaya matahari.fenol bersifat asam, keasaman fenol ini disebabkan adanya pengaruh

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. cahaya matahari.fenol bersifat asam, keasaman fenol ini disebabkan adanya pengaruh BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Fenol merupakan senyawa organik yang mengandung gugus hidroksil (OH) yang terikat pada atom karbon pada cincin benzene dan merupakan senyawa yang bersifat toksik, sumber pencemaran

Lebih terperinci

KIMIA ANALISIS ORGANIK (2 SKS)

KIMIA ANALISIS ORGANIK (2 SKS) KIMIA ANALISIS ORGANIK (2 SKS) 1.PENDAHULUAN 2.KONSEP DASAR SPEKTROSKOPI 3.SPEKTROSKOPI UV-VIS 4.SPEKTROSKOPI IR 5.SPEKTROSKOPI 1 H-NMR 6.SPEKTROSKOPI 13 C-NMR 7.SPEKTROSKOPI MS 8.ELUSIDASI STRUKTUR Teknik

Lebih terperinci

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1.Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Analitik, Program Studi Kimia Institut Teknologi Bandung. Jalan Ganesha no.10 Bandung. 3.2.Alat Pada penelitian

Lebih terperinci

EMAS NANOPARTIKEL SEBAGAI INDIKATOR TITIK BEKU

EMAS NANOPARTIKEL SEBAGAI INDIKATOR TITIK BEKU EMAS NANOPARTIKEL SEBAGAI INDIKATOR TITIK BEKU Mega Vania*, Fredy Kurniawan 1 Jurusan Pascasarjana Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember e-mail: vanya_mvp5@chem.its.ac.id

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Hasil Ekstasi BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Ekstrasi menggunakan metode maserasi dengan pelarut etanol diikuti dengan penguapan menghasilkan ekstrak kental berwarna coklat

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. karakterisasi luas permukaan fotokatalis menggunakan SAA (Surface Area

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. karakterisasi luas permukaan fotokatalis menggunakan SAA (Surface Area BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Pada penelitian ini akan dibahas mengenai preparasi ZnO/C dan uji aktivitasnya sebagai fotokatalis untuk mendegradasi senyawa organik dalam limbah, yaitu fenol. Penelitian ini

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA. SINTESIS DAN KARAKTERISASI NANOPARTIKEL 198 Au TERENKAPSULASI DENDRIMER POLI(AMIDOAMIN) TESIS RIEN RITAWIDYA

UNIVERSITAS INDONESIA. SINTESIS DAN KARAKTERISASI NANOPARTIKEL 198 Au TERENKAPSULASI DENDRIMER POLI(AMIDOAMIN) TESIS RIEN RITAWIDYA UNIVERSITAS INDNESIA SINTESIS DAN KARAKTERISASI NANPARTIKEL 198 Au TERENKAPSULASI DENDRIMER PLI(AMIDAMIN) TESIS RIEN RITAWIDYA 1006787123 FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PRGRAM STUDI MAGISTER

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi yang semakin maju dalam beberapa dekade ini

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi yang semakin maju dalam beberapa dekade ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi yang semakin maju dalam beberapa dekade ini mengalami peralihan dari teknologi mikro (microtechnology) ke generasi yang lebih kecil yang dikenal

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen secara kualitatif dan kuantitatif. Metode penelitian ini menjelaskan proses degradasi fotokatalis

Lebih terperinci

EVALUASI PEMBUATAN IODIUM-125 MENGGUNAKAN SASARAN GAS XENON-124 DIPERKAYA 99.98%

EVALUASI PEMBUATAN IODIUM-125 MENGGUNAKAN SASARAN GAS XENON-124 DIPERKAYA 99.98% EVALUASI PEMBUATAN IODIUM-125 MENGGUNAKAN SASARAN GAS XENON-124 DIPERKAYA 99.98% Hotman Lubis, Daya Agung S., Sriyono, Abidin, Anung P., Hambali dan Hadirahman Pusat Radioisotop dan Radiofarmaka (PRR )

Lebih terperinci

EVALUASI FLUKS NEUTRON THERMAL DAN EPITHERMAL DI FASILITAS SISTEM RABBIT RSG GAS TERAS 89. Elisabeth Ratnawati, Jaka Iman, Hanapi Ali

EVALUASI FLUKS NEUTRON THERMAL DAN EPITHERMAL DI FASILITAS SISTEM RABBIT RSG GAS TERAS 89. Elisabeth Ratnawati, Jaka Iman, Hanapi Ali Buletin Pengelolaan Reaktor Nuklir. Vol. 13 No. 1, April 2016 EVALUASI FLUKS NEUTRON THERMAL DAN EPITHERMAL DI FASILITAS SISTEM RABBIT RSG GAS TERAS 89 Elisabeth Ratnawati, Jaka Iman, Hanapi Ali ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Monggupo Kecamatan Atinggola Kabupaten Gorontalo Utara Provinsi Gorontalo,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Monggupo Kecamatan Atinggola Kabupaten Gorontalo Utara Provinsi Gorontalo, BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Penyiapan Sampel Sampel daging buah sirsak (Anonna Muricata Linn) yang diambil didesa Monggupo Kecamatan Atinggola Kabupaten Gorontalo Utara Provinsi Gorontalo, terlebih

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari hingga Juli 2013 di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA Universitas

Lebih terperinci

Jumlah Proton = Z Jumlah Neutron = A Z Jumlah elektron = Z ( untuk atom netral)

Jumlah Proton = Z Jumlah Neutron = A Z Jumlah elektron = Z ( untuk atom netral) FISIKA INTI A. INTI ATOM Inti Atom = Nukleon Inti Atom terdiri dari Proton dan Neutron Lambang Unsur X X = nama unsur Z = nomor atom (menunjukkan banyaknya proton dalam inti) A = nomor massa ( menunjukkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan nanoteknologi terus dilakukan oleh para peneliti dari dunia akademik maupun dari dunia industri. Para peneliti seolah berlomba untuk mewujudkan karya

Lebih terperinci

DETEKTOR RADIASI INTI. Sulistyani, M.Si.

DETEKTOR RADIASI INTI. Sulistyani, M.Si. DETEKTOR RADIASI INTI Sulistyani, M.Si. Email: sulistyani@uny.ac.id Konsep Dasar Alat deteksi sinar radioaktif atau sistem pencacah radiasi dinamakan detektor radiasi. Prinsip: Mengubah radiasi menjadi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Makanan dan Material dan Laboratorium Kimia Analitik Instrumen, Jurusan Pendidikan Kimia,

Lebih terperinci

RADIOKALORIMETRI. Rohadi Awaludin

RADIOKALORIMETRI. Rohadi Awaludin RADIOKALORIMETRI Rohadi Awaludin Pusat Pengembangan Radioisotop dan Radiofarmaka (P2RR) Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) Kawasan Puspiptek Serpong, Tangerang 15314, Telp/fax (021) 7563141 1. PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. 3.1 Alat Alat Adapun alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah: Alat-alat Gelas.

BAB 3 METODE PENELITIAN. 3.1 Alat Alat Adapun alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah: Alat-alat Gelas. 18 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Alat Alat Adapun alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah: Nama Alat Merek Alat-alat Gelas Pyrex Gelas Ukur Pyrex Neraca Analitis OHaus Termometer Fisher Hot Plate

Lebih terperinci

PENENTUAN RUMUS ION KOMPLEKS BESI DENGAN ASAM SALISILAT

PENENTUAN RUMUS ION KOMPLEKS BESI DENGAN ASAM SALISILAT PENENTUAN RUMUS ION KOMPLEKS BESI DENGAN ASAM SALISILAT Desi Eka Martuti, Suci Amalsari, Siti Nurul Handini., Nurul Aini Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Jenderal

Lebih terperinci

Produk. Pemeriksaan pemeriksaan kalibrasi, g Spektroskopik. Kemurnian kimia kemurnian konsentrasi radionuklida (radioaktif) radioaktif

Produk. Pemeriksaan pemeriksaan kalibrasi, g Spektroskopik. Kemurnian kimia kemurnian konsentrasi radionuklida (radioaktif) radioaktif Produk Pemeriksaan pemeriksaan kalibrasi, g Spektroskopik g spektrometri Kemurnian kimia kemurnian konsentrasi radionuklida (radioaktif) radioaktif Pemeriksaan secara farmasi Pemeriksaan fisika Pemeriksaan

Lebih terperinci

2 SINTESIS DAN KARAKTERISASI NANOSTRUKTUR ZnO

2 SINTESIS DAN KARAKTERISASI NANOSTRUKTUR ZnO 2 SINTESIS DAN KARAKTERISASI NANOSTRUKTUR ZnO 3 Pendahuluan ZnO merupakan bahan semikonduktor tipe-n yang memiliki lebar pita energi 3,37 ev pada suhu ruang dan 3,34 ev pada temperatur rendah dengan nilai

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Padatan TiO 2 Amorf Proses sintesis padatan TiO 2 amorf ini dimulai dengan melarutkan titanium isopropoksida (TTIP) ke dalam pelarut etanol. Pelarut etanol yang digunakan

Lebih terperinci

Gambar 4.1 Hasil Formulasi Nanopartikel Polimer PLGA Sebagai Pembawa Deksametason Natrium Fosfat.

Gambar 4.1 Hasil Formulasi Nanopartikel Polimer PLGA Sebagai Pembawa Deksametason Natrium Fosfat. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Organoleptis Nanopartikel Polimer PLGA Uji organoleptis dilakukan dengan mengamati warna, bau, dan bentuk nanopartikel PLGA pembawa deksametason natrium fosfat. Uji organoleptis

Lebih terperinci

LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK (LKPD 01) FISIKA INTI

LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK (LKPD 01) FISIKA INTI A. Materi Pembelajaran : Struktur Inti LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK (LKPD 01) FISIKA INTI B. Indikator Pembelajaran : 1. Mengidentifikasi karakterisrik kestabilan inti atom 2. Menjelaskan pengertian isotop,isobar

Lebih terperinci

Sintesis Nanopartikel ZnO dengan Metode Kopresipitasi

Sintesis Nanopartikel ZnO dengan Metode Kopresipitasi Sintesis Nanopartikel ZnO dengan Metode Kopresipitasi NURUL ROSYIDAH Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember Pendahuluan Kesimpulan Tinjauan Pustaka

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Enzim α-amilase dari Bacillus Subtilis ITBCCB148 diperoleh dengan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Enzim α-amilase dari Bacillus Subtilis ITBCCB148 diperoleh dengan IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Isolasi Enzim α-amilase Enzim α-amilase dari Bacillus Subtilis ITBCCB148 diperoleh dengan menanam isolat bakteri dalam media inokulum selama 24 jam. Media inokulum tersebut

Lebih terperinci

PENENTUAN UKURAN CLUSTER NANOPARTIKEL EMAS MENGGUNAKAN MATRIK GLISERIN DENGAN INSTRUMEN ZETASIZER NANO

PENENTUAN UKURAN CLUSTER NANOPARTIKEL EMAS MENGGUNAKAN MATRIK GLISERIN DENGAN INSTRUMEN ZETASIZER NANO PENENTUAN UKURAN CLUSTER NANOPARTIKEL EMAS MENGGUNAKAN MATRIK GLISERIN DENGAN INSTRUMEN ZETASIZER NANO DETERMINATION OF THE CLUSTER SIZE GOLD NANOPARTICLES USES A GLYCEROL MATRIX WITH ZETASIZER NANO INSTRUMENTS

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN PERNYATAAN ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii UCAPAN TERIMA KASIH... iii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI HALAMAN PERNYATAAN ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii UCAPAN TERIMA KASIH... iii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI PERNYATAAN ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii UCAPAN TERIMA KASIH... iii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... x BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang

Lebih terperinci

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Badan Tenaga Nuklir Nasional

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Badan Tenaga Nuklir Nasional Pusat Pendidikan dan Pelatihan Badan Tenaga Nuklir Nasional 1 Pokok Bahasan STRUKTUR ATOM DAN INTI ATOM A. Struktur Atom B. Inti Atom PELURUHAN RADIOAKTIF A. Jenis Peluruhan B. Aktivitas Radiasi C. Waktu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini, pengembangan biosensor menjadi hal yang cukup menarik dalam dunia teknologi. Biosensor, yang salah satu kegunaannya dalam pengujian biomolekul secara akurat

Lebih terperinci

3 Metodologi penelitian

3 Metodologi penelitian 3 Metodologi penelitian 3.1 Peralatan dan Bahan Peralatan yang digunakan pada penelitian ini mencakup peralatan gelas standar laboratorium kimia, peralatan isolasi pati, peralatan polimerisasi, dan peralatan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. hal ini memiliki nilai konduktifitas yang memadai sebagai komponen sensor gas

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. hal ini memiliki nilai konduktifitas yang memadai sebagai komponen sensor gas 31 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sintesis material konduktor ionik MZP, dilakukan pada kondisi optimum agar dihasilkan material konduktor ionik yang memiliki kinerja maksimal, dalam hal ini memiliki nilai

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK II PERCOBAAN IV PENENTUAN KOMPOSISI ION KOMPLEKS

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK II PERCOBAAN IV PENENTUAN KOMPOSISI ION KOMPLEKS LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK II PERCOBAAN IV PENENTUAN KOMPOSISI ION KOMPLEKS DISUSUN OLEH : NAMA : FEBRINA SULISTYORINI NIM : 09/281447/PA/12402 KELOMPOK : 3 (TIGA) JURUSAN : KIMIA FAKULTAS/PRODI

Lebih terperinci

BAB III EKSPERIMEN & KARAKTERISASI

BAB III EKSPERIMEN & KARAKTERISASI BAB III EKSPERIMEN & KARAKTERISASI Pada bab ini dibahas penumbuhan AlGaN tanpa doping menggunakan reaktor PA- MOCVD. Lapisan AlGaN ditumbuhkan dengan variasi laju alir gas reaktan, hasil penumbuhan dikarakterisasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. bulan Agustus 2011 sampai bulan Januari tahun Tempat penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. bulan Agustus 2011 sampai bulan Januari tahun Tempat penelitian 32 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan dimulai pada bulan Agustus 2011 sampai bulan Januari tahun 2012. Tempat penelitian dilaksanakan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 21 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2010 - Juni 2011 di Laboratorium Biofisika dan Laboratorium Fisika Lanjut, Departemen Fisika IPB.

Lebih terperinci

STUDI SPEKTROSKOPI UV-VIS DAN INFRAMERAH SENYAWA KOMPLEKS INTI GANDA Cu-EDTA

STUDI SPEKTROSKOPI UV-VIS DAN INFRAMERAH SENYAWA KOMPLEKS INTI GANDA Cu-EDTA PENULIS : 1. Sus Indrayanah, S.Si 2. Dr. rer. nat. Irmina Kris Murwani ALAMAT : JURUSAN KIMIA ITS SURABAYA JUDUL : STUDI SPEKTROSKOPI UV-VIS DAN INFRAMERAH SENYAWA KOMPLEKS INTI GANDA Cu-EDTA Abstrak :

Lebih terperinci

Gravitasi Vol. 15 No. 1 ISSN:

Gravitasi Vol. 15 No. 1 ISSN: STUDI PENGARUH KONSENTRASI LARUTAN DAUN PEPAYA TERHADAP SIFAT OPTIK DAN LISTRIK SEBAGAI BAHAN PEMBUATAN LAPISAN TIPIS Ummu kalsum 1, Iqbal 2 dan Dedy Farhamsa 2 1 Jurusan Fisika Fakultas MIPA, Universitas

Lebih terperinci

PASI NA R SI NO L SI IK LI A KA

PASI NA R SI NO L SI IK LI A KA NANOSILIKA PASIR Anggriz Bani Rizka (1110 100 014) Dosen Pembimbing : Dr.rer.nat Triwikantoro M.Si JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada bulan September 2013 sampai bulan Maret 2014

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada bulan September 2013 sampai bulan Maret 2014 25 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan pada bulan September 2013 sampai bulan Maret 2014 yang dilakukan di Laboratorium Kimia Organik Fakultas MIPA Unila, dan

Lebih terperinci

VALIDASI METODA PENGUKURAN ISOTOP 137 Cs MENGGUNAKAN SPEKTROMETER GAMMA

VALIDASI METODA PENGUKURAN ISOTOP 137 Cs MENGGUNAKAN SPEKTROMETER GAMMA VALIDASI METODA PENGUKURAN ISOTOP MENGGUNAKAN SPEKTROMETER GAMMA Rosika Kriswarini(*), Dian Anggraini(*), Noviarty(**) (*) Fungsional Peneliti, Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir (PTBN), BATAN, Gedung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi rekayasa zat dalam skala nano selalu menjadi daya tarik di kalangan peneliti. Hal ini dikarenakan nanoteknologi akan sangat berpengaruh terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan nanoteknologi telah mendapat perhatian besar dari para ilmuwan dan peneliti. Nanoteknologi secara umum dapat didefinisikan sebagai teknologi perancangan,

Lebih terperinci

PENENTUAN PANJANG GELOMBANG EMISI PADA NANOPARTIKEL CdS DAN ZnS BERDASARKAN VARIASI KONSENTRASI MERCAPTO ETHANOL

PENENTUAN PANJANG GELOMBANG EMISI PADA NANOPARTIKEL CdS DAN ZnS BERDASARKAN VARIASI KONSENTRASI MERCAPTO ETHANOL PENENTUAN PANJANG GELOMBANG EMISI PADA NANOPARTIKEL CdS DAN ZnS BERDASARKAN VARIASI KONSENTRASI MERCAPTO ETHANOL Muhammad Salahuddin 1, Suryajaya 2, Edy Giri R. Putra 3, Nurma Sari 2 Abstrak:Pada penelitian

Lebih terperinci

PENGARUH TEMPERATUR TERHADAP UKURAN PARTIKEL FE3O4 DENGAN TEMPLATE PEG-2000 MENGGUNAKAN METODE KOPRESIPITASI

PENGARUH TEMPERATUR TERHADAP UKURAN PARTIKEL FE3O4 DENGAN TEMPLATE PEG-2000 MENGGUNAKAN METODE KOPRESIPITASI PENGARUH TEMPERATUR TERHADAP UKURAN PARTIKEL FE3O4 DENGAN TEMPLATE PEG-2000 MENGGUNAKAN METODE KOPRESIPITASI Santi Dewi Rosanti, Dwi Puryanti Jurusan Fisika FMIPA Universitas Andalas Kampus Unand, Limau

Lebih terperinci

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan Bab IV asil Penelitian dan Pembahasan IV.1 Isolasi Kitin dari Limbah Udang Sampel limbah udang kering diproses dalam beberapa tahap yaitu penghilangan protein, penghilangan mineral, dan deasetilasi untuk

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. analisis komposisi unsur (EDX) dilakukan di. Laboratorium Pusat Teknologi Bahan Industri Nuklir (PTBIN) Batan Serpong,

III. METODOLOGI PENELITIAN. analisis komposisi unsur (EDX) dilakukan di. Laboratorium Pusat Teknologi Bahan Industri Nuklir (PTBIN) Batan Serpong, III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Biomassa, Lembaga Penelitian Universitas Lampung. permukaan (SEM), dan Analisis difraksi sinar-x (XRD),

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Alat - Panci tahan panas Cosmo - Cawan porselen - Oven Gallenkamp - Tanur Thermolyne - Hotplate stirrer Thermo Scientific - Magnetic bar - Tabung reaksi - Gelas ukur Pyrex

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Nanopartikel merupakan suatu partikel dengan ukuran nanometer, yaitu sekitar 1 100 nm (Hosokawa, dkk. 2007). Nanopartikel menjadi kajian yang sangat menarik, karena

Lebih terperinci

Sintesis dan Enkapsulasi Partikel Nanomagnetik Nikel dengan Alginat-Kitosan dan Senyawa Aktif Mangosteen

Sintesis dan Enkapsulasi Partikel Nanomagnetik Nikel dengan Alginat-Kitosan dan Senyawa Aktif Mangosteen Research and Development on Nanotechnology in Indonesia, Vol.1, No.2, 2014, pp. 58-63 ISSN : 2356-3303 Sintesis dan Enkapsulasi Partikel Nanomagnetik Nikel dengan Alginat-Kitosan dan Senyawa Aktif Mangosteen

Lebih terperinci

Oleh ADI GUNAWAN XII IPA 2 FISIKA INTI DAN RADIOAKTIVITAS

Oleh ADI GUNAWAN XII IPA 2 FISIKA INTI DAN RADIOAKTIVITAS Oleh ADI GUNAWAN XII IPA 2 FISIKA INTI DAN RADIOAKTIVITAS 1 - Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang - " Dan Kami ciptakan besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. penyinaran, kemoterapi, atau kombinasi keduanya, dan pengangkatan jaringan

PENDAHULUAN. penyinaran, kemoterapi, atau kombinasi keduanya, dan pengangkatan jaringan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit kanker menjadi penyebab kematian sekitar 7 juta penduduk dunia pada tahun 2008 dengan jumlah kasus baru pada tahun yang sama sekitar 12 juta (Boyle dan Levin,

Lebih terperinci

3. Metodologi Penelitian

3. Metodologi Penelitian 3. Metodologi Penelitian 3.1 Alat dan bahan 3.1.1 Alat Peralatan gelas yang digunakan dalam penelitian ini adalah gelas kimia, gelas ukur, labu Erlenmeyer, cawan petri, corong dan labu Buchner, corong

Lebih terperinci

VALIDASI METODA ANALISIS ISOTOP U-233 DALAM STANDAR CRM MENGGUNAKAN SPEKTROMETER ALFA

VALIDASI METODA ANALISIS ISOTOP U-233 DALAM STANDAR CRM MENGGUNAKAN SPEKTROMETER ALFA ISSN 1979-2409 Validasi Metoda Analisis Isotop U-233 Dalam Standar CRM Menggunakan Spektrometer Alfa ( Noviarty, Yanlinastuti ) VALIDASI METODA ANALISIS ISOTOP U-233 DALAM STANDAR CRM MENGGUNAKAN SPEKTROMETER

Lebih terperinci

KAJIAN DENDRIMER (Poly)amidoamine (PAMAM) GENERASI 4 SEBAGAI TEMPLATE DALAM PEMBENTUKAN NANOPARTIKEL SECARA IN SILICO

KAJIAN DENDRIMER (Poly)amidoamine (PAMAM) GENERASI 4 SEBAGAI TEMPLATE DALAM PEMBENTUKAN NANOPARTIKEL SECARA IN SILICO KAJIAN DENDRIMER (Poly)amidoamine (PAMAM) GENERASI 4 SEBAGAI TEMPLATE DALAM PEMBENTUKAN NANOPARTIKEL SECARA IN SILICO Yurika Sastyarina 1), Zuhrotun Nafisah 2), Muhammad Yusuf 2), Martalena Ramli 3), Abdul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. luar biasa dalam penerapan nanosains dan nanoteknologi di dunia industri. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. luar biasa dalam penerapan nanosains dan nanoteknologi di dunia industri. Hal ini 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan sains dan teknologi pada bidang material dewasa ini sedang mengarah pada revolusi nanopartikel dimana dalam periode ini tejadi percepatan luar

Lebih terperinci

OPTIMASI PENGUKURAN KEAKTIVAN RADIOISOTOP Cs-137 MENGGUNAKAN SPEKTROMETER GAMMA

OPTIMASI PENGUKURAN KEAKTIVAN RADIOISOTOP Cs-137 MENGGUNAKAN SPEKTROMETER GAMMA OPTIMASI PENGUKURAN KEAKTIVAN RADIOISOTOP Cs-137 MENGGUNAKAN SPEKTROMETER GAMMA NOVIARTY, DIAN ANGGRAINI, ROSIKA, DARMA ADIANTORO Pranata Nuklir Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir-BATAN Abstrak OPTIMASI

Lebih terperinci

Laporan Praktikum Fisika Eksperimental Lanjut Laboratorium Radiasi. PERCOBAAN R2 EKSPERIMEN RADIASI β DAN γ Dosen Pembina : Drs. R. Arif Wibowo, M.

Laporan Praktikum Fisika Eksperimental Lanjut Laboratorium Radiasi. PERCOBAAN R2 EKSPERIMEN RADIASI β DAN γ Dosen Pembina : Drs. R. Arif Wibowo, M. Laporan Praktikum Fisika Eksperimental Lanjut Laboratorium Radiasi PERCOBAAN R2 EKSPERIMEN RADIASI β DAN γ Dosen Pembina : Drs. R. Arif Wibowo, M.Si Septia Kholimatussa diah* (891325), Mirza Andiana D.P.*

Lebih terperinci

EVALUASI TEBAL DINDING RUANGAN PESAWAT LINEAR ACCELERATOR (LINAC) SINAR-X DI INSTALASI RADIOTERAPI RUMAH SAKIT UNIVERSITAS HASANUDDIN

EVALUASI TEBAL DINDING RUANGAN PESAWAT LINEAR ACCELERATOR (LINAC) SINAR-X DI INSTALASI RADIOTERAPI RUMAH SAKIT UNIVERSITAS HASANUDDIN EVALUASI TEBAL DINDING RUANGAN PESAWAT LINEAR ACCELERATOR (LINAC) SINAR-X DI INSTALASI RADIOTERAPI RUMAH SAKIT UNIVERSITAS HASANUDDIN Ismail T., Syamsir Dewang, Bualkar Abdullah Jurusan Fisika, Fakultas

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April Januari 2013, bertempat di

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April Januari 2013, bertempat di 30 III. METODELOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2012 - Januari 2013, bertempat di Laboratorium Kimia Organik Jurusan Kimia Fakultas MIPA Universitas

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian Secara Keseluruhan

Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian Secara Keseluruhan 25 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian Secara umum penelitian akan dilakukan dengan pemanfaatan limbah media Bambu yang akan digunakan sebagai adsorben dengan diagram alir keseluruhan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Silikon dioksida merupakan elemen terbanyak kedua di alam semesta dari segi massanya setelah oksigen, yang paling banyak terdapat pada debu, pasir, platenoid dan planet

Lebih terperinci

SINTESIS DAN KARAKTERISASI SENYAWA KOMPLEKS Cu(II)-8- HIDROKSIKUINOLIN DAN Co(II)-8-HIDROKSIKUINOLIN Laelatri Agustina 1, Suhartana 2, Sriatun 3

SINTESIS DAN KARAKTERISASI SENYAWA KOMPLEKS Cu(II)-8- HIDROKSIKUINOLIN DAN Co(II)-8-HIDROKSIKUINOLIN Laelatri Agustina 1, Suhartana 2, Sriatun 3 SINTESIS DAN KARAKTERISASI SENYAWA KOMPLEKS Cu(II)-8- HIDROKSIKUINOLIN DAN Co(II)-8-HIDROKSIKUINOLIN Laelatri Agustina 1, Suhartana 2, Sriatun 3 1 Universitas Diponegoro/Kimia, Semarang (laelatriagustina@gmail.com)

Lebih terperinci

SINTESIS DAN KARAKTERISASI SENYAWA KOMPLEKS NIKEL(II) DENGAN LIGAN ETILENDIAMINTETRAASETAT (EDTA)

SINTESIS DAN KARAKTERISASI SENYAWA KOMPLEKS NIKEL(II) DENGAN LIGAN ETILENDIAMINTETRAASETAT (EDTA) PENULIS : 1. Nur Chamimmah Lailis I,S.Si 2. Dr. rer. nat. Irmina Kris Murwani ALAMAT : JURUSAN KIMIA ITS SURABAYA JUDUL : SINTESIS DAN KARAKTERISASI SENYAWA KOMPLEKS NIKEL(II) DENGAN LIGAN ETILENDIAMINTETRAASETAT

Lebih terperinci

ABSTRAK. POTENSI BIJI ASAM JAWA (Tamarindus indica) SEBAGAI BAHAN BAKU ALTERNATIF BIODIESEL

ABSTRAK. POTENSI BIJI ASAM JAWA (Tamarindus indica) SEBAGAI BAHAN BAKU ALTERNATIF BIODIESEL ABSTRAK POTENSI BIJI ASAM JAWA (Tamarindus indica) SEBAGAI BAHAN BAKU ALTERNATIF BIODIESEL Produksi minyak bumi mengalami penurunan berbanding terbalik dengan penggunaannya yang semakin meningkat setiap

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Riset Kimia, Laboratorium Riset

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Riset Kimia, Laboratorium Riset BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Riset Kimia, Laboratorium Riset Kimia Lingkungan, dan Laboratorium Kimia Analitik Instrumen Jurusan Pendidikan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Penelitian Jurusan Pendidikan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Penelitian Jurusan Pendidikan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Penelitian Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI. Sementara analisis dengan menggunakan instrumen dilakukan

Lebih terperinci

I. KEASAMAN ION LOGAM TERHIDRAT

I. KEASAMAN ION LOGAM TERHIDRAT I. KEASAMAN ION LOGAM TERHIDRAT Tujuan Berdasarkan metode ph-metri akan ditunjukkan bahwa ion metalik terhidrat memiliki perilaku seperti suatu mono asam dengan konstanta keasaman yang tergantung pada

Lebih terperinci

TEORI DASAR RADIOTERAPI

TEORI DASAR RADIOTERAPI BAB 2 TEORI DASAR RADIOTERAPI Radioterapi atau terapi radiasi merupakan aplikasi radiasi pengion yang digunakan untuk mengobati dan mengendalikan kanker dan sel-sel berbahaya. Selain operasi, radioterapi

Lebih terperinci

FAKTOR KOREKSI PENGUKURAN AKTIVITAS RADIOFARMAKA I-131 PADA WADAH VIAL GELAS TERHADAP AMPUL STANDAR PTKMR-BATAN MENGGUNAKAN DOSE CALIBRATOR

FAKTOR KOREKSI PENGUKURAN AKTIVITAS RADIOFARMAKA I-131 PADA WADAH VIAL GELAS TERHADAP AMPUL STANDAR PTKMR-BATAN MENGGUNAKAN DOSE CALIBRATOR 78 ISSN 0216-3128 Pujadi, dkk. FAKTOR KOREKSI PENGUKURAN AKTIVITAS RADIOFARMAKA I-131 PADA WADAH VIAL GELAS TERHADAP AMPUL STANDAR PTKMR-BATAN MENGGUNAKAN DOSE CALIBRATOR Pujadi 1, Gatot Wurdiyanto 1 dan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Struktur Karbon Hasil Karbonisasi Hidrotermal (HTC)

HASIL DAN PEMBAHASAN. Struktur Karbon Hasil Karbonisasi Hidrotermal (HTC) 39 HASIL DAN PEMBAHASAN Struktur Karbon Hasil Karbonisasi Hidrotermal (HTC) Hasil karakterisasi dengan Difraksi Sinar-X (XRD) dilakukan untuk mengetahui jenis material yang dihasilkan disamping menentukan

Lebih terperinci

SOAL SELEKSI NASIONAL TAHUN 2006

SOAL SELEKSI NASIONAL TAHUN 2006 SOAL SELEKSI NASIONAL TAHUN 2006 Soal 1 ( 13 poin ) KOEFISIEN REAKSI DAN LARUTAN ELEKTROLIT Koefisien reaksi merupakan langkah penting untuk mengamati proses berlangsungnya reaksi. Lengkapi koefisien reaksi-reaksi

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI PENAMBAHAN H 2 SO 4 PADA SINTESIS TONER TERHADAP BENTUK, UKURAN PARTIKEL DAN SUSEPTIBILITAS MAGNETIK

PENGARUH VARIASI PENAMBAHAN H 2 SO 4 PADA SINTESIS TONER TERHADAP BENTUK, UKURAN PARTIKEL DAN SUSEPTIBILITAS MAGNETIK PENGARUH VARIASI PENAMBAHAN H 2 SO 4 PADA SINTESIS TONER TERHADAP BENTUK, UKURAN PARTIKEL DAN SUSEPTIBILITAS MAGNETIK Yuni Chairun Nisa 1, Siti Zulaikah, Nandang Mufti Jurusan Fisika, Universitas Negeri

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada penelitian ini akan dibahas tentang sintesis katalis Pt/Zr-MMT dan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada penelitian ini akan dibahas tentang sintesis katalis Pt/Zr-MMT dan BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Pada penelitian ini akan dibahas tentang sintesis katalis Pt/Zr-MMT dan uji aktivitas katalis Pt/Zr-MMT serta aplikasinya sebagai katalis dalam konversi sitronelal menjadi mentol

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Alat-alat 1. Alat Destilasi 2. Batang Pengaduk 3. Beaker Glass Pyrex 4. Botol Vial 5. Chamber 6. Corong Kaca 7. Corong Pisah 500 ml Pyrex 8. Ekstraktor 5000 ml Schoot/ Duran

Lebih terperinci

PATEN NASIONAL Nomor Permohonan Paten :P Warsi dkk Tanggal Permohonan Paten:19 November 2013

PATEN NASIONAL Nomor Permohonan Paten :P Warsi dkk Tanggal Permohonan Paten:19 November 2013 1 PATEN NASIONAL Nomor Permohonan Paten :P00147 Warsi dkk Tanggal Permohonan Paten:19 November 13 2, bis(4 HIDROKSI KLORO 3 METOKSI BENZILIDIN)SIKLOPENTANON DAN 2, bis(4 HIDROKSI 3 KLOROBENZILIDIN)SIKLOPENTANON

Lebih terperinci

FISIKA ATOM & RADIASI

FISIKA ATOM & RADIASI FISIKA ATOM & RADIASI Atom bagian terkecil dari suatu elemen yang berperan dalam reaksi kimia, bersifat netral (muatan positif dan negatif sama). Model atom: J.J. Thomson (1910), Ernest Rutherford (1911),

Lebih terperinci

SINTESIS DAN KARAKTERISASI NANOPARTIKEL EMAS MENGGUNAKAN MATRIKS BENTONIT SEBAGAI MATERIAL PEREDAM RADIKAL BEBAS DALAM KOSMETIK

SINTESIS DAN KARAKTERISASI NANOPARTIKEL EMAS MENGGUNAKAN MATRIKS BENTONIT SEBAGAI MATERIAL PEREDAM RADIKAL BEBAS DALAM KOSMETIK SINTESIS DAN KARAKTERISASI NANOPARTIKEL EMAS MENGGUNAKAN MATRIKS BENTONIT SEBAGAI MATERIAL PEREDAM RADIKAL BEBAS DALAM KOSMETIK SYNTHESIS AND CHARACTERIZATION OF GOLD NANOPARTICLE USING A MATRIX OF BENTONITE

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seperti yang telah kita ketahui pada dasarnya setiap benda yang ada di alam semesta ini memiliki paparan radiasi, akan tetapi setiap benda tersebut memiliki nilai

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Modifikasi Ca-Bentonit menjadi kitosan-bentonit bertujuan untuk

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Modifikasi Ca-Bentonit menjadi kitosan-bentonit bertujuan untuk BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Modifikasi Ca-Bentonit menjadi kitosan-bentonit bertujuan untuk merubah karakter permukaan bentonit dari hidrofilik menjadi hidrofobik, sehingga dapat meningkatkan kinerja kitosan-bentonit

Lebih terperinci

MAKALAH PENDAMPING : PARALEL E PEMBUATAN SUMBER RADIOSIOTOP SEED BRAKITERAPI I- 125 UNTUK PENGOBATAN KANKER

MAKALAH PENDAMPING : PARALEL E PEMBUATAN SUMBER RADIOSIOTOP SEED BRAKITERAPI I- 125 UNTUK PENGOBATAN KANKER MAKALAH PENDAMPING : PARALEL E SEMINAR NASIONAL KIMIA DAN PENDIDIKAN KIMIA IV Peran Riset dan Pembelajaran Kimia dalam Peningkatan Kompetensi Profesional Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan PMIPA FKIP

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan uji kapasitas adsorben kitosan-bentonit terhadap

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan uji kapasitas adsorben kitosan-bentonit terhadap BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sebelum melakukan uji kapasitas adsorben kitosan-bentonit terhadap diazinon, terlebih dahulu disintesis adsorben kitosan-bentonit mengikuti prosedur yang telah teruji (Dimas,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil preparasi bahan baku larutan MgO, larutan NH 4 H 2 PO 4, dan larutan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil preparasi bahan baku larutan MgO, larutan NH 4 H 2 PO 4, dan larutan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Preparasi 4.1.1 Sol Hasil preparasi bahan baku larutan MgO, larutan NH 4 H 2 PO 4, dan larutan ZrOCl 2. 8H 2 O dengan perbandingan mol 1:4:6 (Ikeda, et al. 1986) dicampurkan

Lebih terperinci

3 Metodologi Penelitian

3 Metodologi Penelitian 3 Metodologi Penelitian Prosedur penelitian ini terdiri dari beberapa tahap, tahap pertama sintesis kitosan yang terdiri dari isolasi kitin dari kulit udang, konversi kitin menjadi kitosan. Tahap ke dua

Lebih terperinci

PENENTUAN WAKTU TUNDA PADA KONDISIONING LIMBAH HASIL PENGUJIAN BAHAN BAKAR PASCA IRADIASI DARI INSTALASI RADIOMETALURGI

PENENTUAN WAKTU TUNDA PADA KONDISIONING LIMBAH HASIL PENGUJIAN BAHAN BAKAR PASCA IRADIASI DARI INSTALASI RADIOMETALURGI PENENTUAN WAKTU TUNDA PADA KONDISIONING LIMBAH HASIL PENGUJIAN BAHAN BAKAR PASCA IRADIASI DARI INSTALASI RADIOMETALURGI Herlan Martono, Wati, Nurokhim Pusat Teknologi Limbah Radioaktif ABSTRAK PENENTUAN

Lebih terperinci

PERBANDINGAN METODA OTOMATIS DAN MANUAL DALAM PENENTUAN ISOTOP Cs-137 MENGGUNAKAN SPEKTROMETER GAMMA

PERBANDINGAN METODA OTOMATIS DAN MANUAL DALAM PENENTUAN ISOTOP Cs-137 MENGGUNAKAN SPEKTROMETER GAMMA Urania Vol. 15 No. 2, April 2009 : 61-115 ISSN 0852-4777 PERBANDINGAN METODA OTOMATIS DAN MANUAL DALAM PENENTUAN ISOTOP Cs-137 MENGGUNAKAN SPEKTROMETER GAMMA Rosika Kriswarini (1) dan Dian Anggraini (1)

Lebih terperinci

EVALUASI PROSES PRODUKSI RADIOISOTOP 153 Sm DAN SEDIAAN RADIOFARMAKA 153 Sm-EDTMP

EVALUASI PROSES PRODUKSI RADIOISOTOP 153 Sm DAN SEDIAAN RADIOFARMAKA 153 Sm-EDTMP Kadarisman, dkk. ISSN 0216-3128 69 EVALUASI PROSES PRODUKSI RADIOISOTOP 153 Sm DAN SEDIAAN RADIOFARMAKA Kadarisman, Sri Hastini, Yayan Tahyan, Abidin, Dadang Hafid dan Enny Lestari Pusat Pengembangan Radioisotop

Lebih terperinci

PENENTUAN KESTABILAN SPARKING SPEKTROMETER EMISI MENGGUNAKAN BAHAN PADUAN ALUMINIUM

PENENTUAN KESTABILAN SPARKING SPEKTROMETER EMISI MENGGUNAKAN BAHAN PADUAN ALUMINIUM ISSN 1979-2409 Penentuan Kestabilan Sparking Spektrometer Emisi Menggunakan Bahan Paduan Aluminium (Agus Jamaludin, Djoko Kisworo, Darma Adiantoro) PENENTUAN KESTABILAN SPARKING SPEKTROMETER EMISI MENGGUNAKAN

Lebih terperinci

SPEKTROSKOPI-γ (GAMMA)

SPEKTROSKOPI-γ (GAMMA) SPEKTROSKOPI-γ (GAMMA) SPEKTROSKOPI-γ (GAMMA) Veetha Adiyani Pardede M0209054, Program Studi Fisika FMIPA UNS Jl. Ir. Sutami 36 A, Kentingan, Surakarta, Jawa Tengah email: veetha_adiyani@yahoo.com ABSTRAK

Lebih terperinci