PERTUMBUHAN KARANG LUNAK Lobophytum strictum HASIL TRANSPLANTASI PADA SISTEM RESIRKULASI DENGAN KONDISI CAHAYA BERBEDA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERTUMBUHAN KARANG LUNAK Lobophytum strictum HASIL TRANSPLANTASI PADA SISTEM RESIRKULASI DENGAN KONDISI CAHAYA BERBEDA"

Transkripsi

1 PERTUMBUHAN KARANG LUNAK Lobophytum strictum HASIL TRANSPLANTASI PADA SISTEM RESIRKULASI DENGAN KONDISI CAHAYA BERBEDA DYAH ISNAINI PRASTIWI SKRIPSI DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

2 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa Skripsi yang berjudul: PERTUMBUHAN SOFT CORAL Lobophytum strictum HASIL TRANSPLANTASI PADA SISTEM RESIRKULASI DENGAN KONDISI CAHAYA BERBEDA adalah benar merupakan hasil karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka dibagian akhir Skripsi ini. Bogor, April 2011 DYAH ISNAINI PRASTIWI C

3 RINGKASAN DYAH ISNAINI PRASTIWI. Pertumbuhan Karang Lunak Lobophytum strictum Hasil Transplantasi pada Sistem Resirkulasi dengan Kondisi Cahaya Berbeda. Dibimbing oleh DEDI SOEDHARMA dan BEGINER SUBHAN. Karang lunak merupakan bagian dari ekosistem terumbu karang yang dianggap penting dan merupakan komponen kedua terbesar sesudah karang batu serta mempunyai peranan yang penting dalam ekologi terunbu karang, seperti memberikan kontribusi pada pembentukan terumbu (Manuputty, 2002). Penelitian karang lunak telah banyak dilakukan terutama penelitian tentang kandungan bioaktif yang terdapat dalam karang lunak. Mengingat banyaknya peranan karang lunak yang dimanfaatkan sebagai bahan senyawa bioaktif masih berasal dari alam maka pengendalian stok di alam perlu dilakukan secara optimal. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk tetap menjaga kelestariannya adalah melakukan transplantasi dengan fragmentasi buatan. Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus 2010 sampai Januari 2011 di Laboratorium Pusat Studi Ilmu Kelautan IPB, Ancol, Jakarta Utara menggunakan perlakuan pencahayaan yang berbeda pada kolam pengamatan. Kolam yang pertama dibiarkan terbuka dan kolam yang kedua ditutup menggunakan terpal. Data pengukuran diolah menggunakan software Image J dan Microsoft Office Excel Data total pertumbuhan karang lunak dianalisis menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap. Pengukuran karang lunak meliputi pertumbuhan mutlak, laju pertumbuhan, dan tingkat kelangsungan hidup. Pada kolam yang terbuka, tingkat kelangsungan hidup Lobophytum strictum mencapai 100% sampai akhir penelitian, sedangkan pada kolam tertutup (tanpa cahaya) hanya mampu bertahan selama 8 minggu sebesar 62,5%. Pertumbuhan panjang rata-rata karang lunak selama penelitian berkisar antara (5,95±0,31cm) sampai (10,04±0,6cm). Pada awal penelitian lebar rata-rata fragmen pada kolam terbuka memiliki nilai (5,27 ± 0,51 cm) dan pada akhir penelitian minggu ke-12 lebarnya bertambah menjadi (6,84 ± 0,72 cm). Pertumbuhan panjang dan lebar rata-rata kolam tertutup mengalami penurunan setiap minggu. Pada akhir penelitian, panjang karang lunak berkurang sebesar 3,55 cm sedangkan lebarnya berkurang 4,28 cm. Cahaya matahari berperan penting dalam kehidupan karang lunak, hal ini dikarenakan adanya mikrosimbion zooxhantellae yang memerlukan cahaya matahari untuk berfotosintesis. Hasil penelitian yang didapatkan bahwa kelangsungan hidup karang lunak pada kolam terbuka lebih baik daripada kolam tertutup. Hasil analisa ragam untuk pengaruh pencahayaan terhadap pertumbuhan panjang Lobophytum srictum mendapatkan hasil yang berbeda nyata. Hal ini menunjukkan bahwa pencahayaan berpengaruh terhadap pertumbuhan panjang karang lunak Lobophytum srictum.

4 Hak cipta milik Dyah Isnaini Prastiwi, tahun 2011 Hak cipta dilindungi Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apapun, baik cetak, fotokopi, microfilm, dan sebagainya

5 PERTUMBUHAN KARANG LUNAK Lobophytum strictum HASIL TRANSPLANTASI PADA SISTEM RESIRKULASI DENGAN KONDISI CAHAYA BERBEDA DYAH ISNAINI PRASTIWI SKRIPSI sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Kelautan pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

6 LEMBAR PENGESAHAN Judul Skripsi Nama Mahasiswa NRP Departemen : PERTUMBUHAN KARANG LUNAK Lobophytum strictum HASIL TRANSPLANTASI PADA SISTEM RESIRKULASI DENGAN KONDISI CAHAYA BERBEDA : Dyah Isnaini Prastiwi : C : Ilmu dan Teknologi Kelautan Menyetujui, Pembimbing Utama Pembimbing Anggota Prof. Dr. Ir. Dedi Soedharma, DEA Beginer Subhan S.Pi, M.Si NIP NIP Mengetahui, plh. Ketua Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan Dr. Ir. Wayan Nurjaya, M.Sc NIP Tanggal Ujian : 15 April 2011 vi

7 KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Allah SWT atas semua rahmat dan karunia yang telah diberikan-nya kepada penulis sehingga penelitian ini dapat selesai. Skripsi yang berjudul Pertumbuhan Karang Lunak Lobophytum strictum Hasil Transplantasi pada Sistem Resirkulasi dengan Kondisi Cahaya Berbeda diajukan sebagai salah satu syarat untuk mendapat gelar kesarjanaan. Penulis mengucapkan terimakasih kepada: 1. Prof. Dr. Ir. Dedi Soedharma, DEA selaku ketua komisi pembimbing yang telah memberikan bimbingan, saran dan arahan dalam penyusunan skripsi ini. 2. Beginer Subhan, S.Pi, M.Si selaku anggota komisi pembimbing yang telah memberikan bimbingan, saran dan arahan dalam penyusunan skripsi ini. 3. Staf Laboratorium Pusat Studi Ilmu Kelautan IPB Ancol, Jakarta Utara khususnya Bapak Mardi yang telah membantu selama penelitian di kolam. 4. Laboratorium Hidro Biologi Laut yang telah mendanai kegiatan penelitian ini. 5. Keluarga tercinta, Bapak Sakri, Ibu Kodariyah, dan kakak Darmawan Wisnu Pambudi yang selalu memberikan do a, dukungan, semangat, motivasi dan kasih sayang. 6. Citra Satrya, Nur Ari Bayu Utama, Nur Endah Fitrianto, Fadhilah Rachmawati, Safrina Dyah Hardiningtyas, dan Aditya Bramandityo atas bantuan yang telah diberikan selama penulis bergabung di Laboratorium Hidro Biologi Laut. 7. Silvia Desrika Hutagalung, Yudhi Romansyah, Wahyu Adi Setyaningsih, dan Woenxyz James atas kebersamaannya pada saat penelitian di Laboratorium Hidro Biologi Laut. vii

8 8. Teman-teman kosan Arsidaers, Yustika Sekar Negari, Fitriana Intan Putri, Windarti, Nanda Diniarti, Dwi Retno Aryati, Riza Amirethi Sani, Siska Wulandari, Dini Dhalyana atas rasa kekeluargaannya, semangat dan masukan selama ini. 9. Teman-teman ITK 43, khususnya Yudhi Romansyah, Sri Hutri Madela, Resni Oktavia, Oliver Yonathan, Fitriyah Anggraeni, atas segala masukan, nasihat, dan semangat sejak kuliah di ITK sampai penelitian. 10. Seluruh pihak yang turut membantu dalam penyusunan skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan maupun sebagai tambahan informasi untuk memperkaya ilmu dikemudian hari. Bogor, April 2011 Dyah Isnaini Prastiwi viii

9 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... xi DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR LAMPIRAN... xiii 1. PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan TINJAUAN PUSTAKA Karang Lunak Lobophytum strictum Morfologi Karang Lunak Reproduksi Karang Lunak Kebiasaan Makan Pertumbuhan Karang Lunak Manfaat Karang Lunak Transplantasi Karang Lunak METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Alat dan Bahan Prosedur Penelitian Persiapan Kolam Pengambilan Karang Lunak Pemberian Pakan Pengambilan Data Analisis Data Pertumbuhan Karang Lunak Tingkat Kelangsungan Hidup Laju Pertumbuhan Karang Lunak HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Perairan Kolam Organisme Pengganggu Transplantasi Karang Lunak Penutupan Luka Pertumbuhan Mutlak Laju Pertumbuhan Tingkat Kelangsungan Hidup ix

10 5. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN x

11 DAFTAR TABEL Halaman 1. Alat dan Bahan Parameter fisika, kimia dan biologi Parameter kualitas air kolam pemeliharaan xi

12 DAFTAR GAMBAR Halaman 1. Koloni Lobopythum strictum Penampang vertikal polip karang lunak Diagram kegiatan penelitian Kolam transplantasi karang lunak Subtrat transplantasi karang lunak Proses penanganan karang lunak Pengukuran fragmen karang lunak yang ditransplantasi Perbedaan fragmen karang lunak hidup dan mati Organisme pengganggu Persentase penutupan luka Proses penyembuhan luka pada fragmen karang lunak Penyembuhan luka karang lunak Lobopytum strictum Pertumbuhan panjang dan lebar rata-rata pada kolam terbuka Pertumbuhan mutlak kolam terbuka Pertumbuhan panjang dan lebar rata-rata pada kolam tertutup Pertumbuhan mutlak kolam tertutup Laju pertumbuhan panjang dan lebar rata-rata pada kolam terbuka Laju pertumbuhan panjang dan lebar rata-rata pada kolam tertutup Tingkat kelangsungan hidup karang lunak pada kolam terbuka dan kolam tertutup xii

13 DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1. Hasil pengukuran panjang fragmen Lobophytum strictum pada kolam terbuka (Image J) Hasil pengukuran lebar fragmen Lobophytum strictum pada kolam tertutup (Image J) Hasil pengukuran panjang fragmen Lobophytum strictum pada kolam terbuka (Image J) Hasil pengukuran lebar fragmen Lobophytum strictum pada kolam tertutup (Image J) Pertumbuhan fragmen karang lunak hasil transplantasi Hasil Analisis Ragam Anova xiii

14 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Karang lunak merupakan salah satu anggota Cnidaria yang mempunyai peranan dalam pembentukan terumbu karang yaitu sebagai pemasok senyawa karbonat dan meningkatkan keanekaragaman hayati. Hal ini terbukti sejak ditemukannya sejumlah besar spikula berkapur di dalam jaringan tubuhnya yang tidak ditemukan pada hewan lain (karang batu, anemone) yang hidup di terumbu karang yang sama (Manuputty, 2002). Penelitian karang lunak telah banyak dilakukan terutama penelitian tentang kandungan bioaktif yang terdapat dalam karang lunak. Tursck et al., (1978) in Manuputty (2002) telah mengisolasi senyawa terpen dari beberapa jenis karang. Karang lunak hasil fragmentasi buatan mampu menghasilkan senyawa bioaktif yang digunakan sebagai penyedia bahan obat-obatan (Soedharma dan Arafat, 2007). Triyulianti (2009) melaporkan bahwa hasil ekstrak pada Sinularia sp. dan Lobophytum sp. memiliki aktivitas antibakteri yang berbeda pada kedalaman yang berbeda-beda, ekstrak etil asetat Sarchophyton sp. yang tidak difragmentasi mampu menghambat empat bakteri yaitu E.coli, S.aureus, P.aeruginosa, dan B.cereus (Hardiningtyas, 2009) Mengingat banyaknya peranan karang lunak yang dimanfaatkan sebagai senyawa bioaktif masih berasal dari alam maka pelestariannya harus segera dilakukan agar didapatkan pemanfaatan yang optimal. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk tetap menjaga kelestarian dan memenuhi bahan baku adalah melakukan transplantasi dengan fragmentasi buatan. 1

15 2 Tranplantasi karang adalah penanaman dan penumbuhan koloni karang dengan cara memperbanyak diri dengan fragmentasi (Soedharma dan Arafat, 2007). Kegiatan transplantasi karang merupakan salah satu usaha pengembangan populasi berbasis alam di habitat alami atau habitat buatan yang dapat dipanen secara berkelanjutan. Transplantasi karang di alam telah banyak dilakukan, diantaranya oleh Haris (2001) spesiesnya adalah Sarchopyton sp. dan Lobophytum strictum, Sinularia dura oleh Utama (2010), Lobophytum strictum oleh Nugroho (2008) dan Pramayudha (2010), dan Caulastrea fucata oleh Firdaus (2010). Penelitian transplantasi karang juga dilakukan di kolam oleh Zulfikar (2003) spesies Caulastrea fucata dan Cynarina lacrimalis, Lobophytum strictum oleh Pramayudha (2010). Sandy (2000) menyatakan bahwa kelebihan transplantasi adalah waktu yang dibutuhkan relatife cepat, sederhana dan murah. Selain itu dapat diterapkan kepada masyarakat dalam pemanfaatan karang lunak secara lestari. Faktor yang mempengaruhi transplantasi di alam adalah gangguan dari alga berfilamen dan kemampuan karang lunak dalam beradaptasi dengan kondisi lingkungannya (Utama, 2010). Penelitian ini dilaksanakan untuk mengamati tingkat kelangsungan hidup dan pertumbuhan karang lunak Lobophytum strictum yang ditransplantasikan pada dua kondisi yang berbeda, yaitu pada sistem resirkulasi dengan pencahayaan dan tanpa cahaya. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi baik untuk kepentingan penelitian lanjutan maupun dasar dalam memproduksi anakan karang lunak dan dapat membantu dalam pemulihan kawasan terumbu karang yang rusak.

16 Tujuan Tujuan penelitian ini adalah mengamati tingkat kelangsungan hidup dan pertumbuhan karang lunak Lobophytum srictum hasil fragmentasi pada perlakuan pencahayaan yang berbeda.

17 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karang Lunak Lobophytum strictum Terumbu karang merupakan ekosistem di perairan tropis yang kaya akan biota-biota penyusunnya, dengan keanekaragaman jenis yang tinggi. Salah satu biota penyusun terumbu karang adalah karang lunak (Octocorallia, Alcyionacea). Kelompok ini diwakili oleh suku Alcyoniidae yang merupakan kelompok karang lunak yang tersebar luas di perairan Indo-Pasifik Barat dalam jumlah besar (Bayer, 1956 in Manuputty, 1996). Kelompok Octocorallia terdiri dari tujuh bangsa (ordo) yaitu Stolonifera, Telestacea, Alcyonacea, Coenothecalia, Trachypsammiacea, Gorgonacea dan Pennatulacea. Sistem klasifikasi karang lunak Lobophytum strictum adalah sebagai berikut (Ellis dan Sharon, 2005) : Filum : Coelentrata/Cnidaria Kelas : Anthozoa Sub kelas : Octocorallia Ordo : Alcyonacea Sub ordo : Alcyoniina Famili : Alcyoniidae Genus : Lobophytum Spesies : Lobophytum strictum Lobophytum strictum merupakan koloni besar, tumbuh merambat, serta memiliki kapitulum yang lebar. Polip dimorfik dan retraktil, serta memiliki koloni berwarna kuning, krem atau kuning kehijauan yang merupakan perbedaan yang kontras dengan jenis Alcyonaea lainnya (Manuputty, 1996). 4

18 5 (a) (b) Sumber: (a) Simon Ellis dan Larry Sharon 2005, (b) karang lunak yang diambil dari Pulau Pramuka Gambar 1. Koloni Lobopythum strictum Jenis ini umumnya ditemukan dimana-mana terutama pada perairan yang jernih. Diketemukan pada perairan dari rataan terumbu sampai kedalaman 7 meter. Koloni bertangkai pendek, sepintas nampak seperti mengerak (encrusting). Lobus pada bagian tepi bergelombang, dan pada bagian tengah berbentuk seperti jari. Polip hanya terdapat pada permukaan atas. Garis tengah permukaan atas hampir sama dengan koloni dasar. Club pada permukaan lobus memiliki tonjolan-tonjolan berduri, ukuran club 0,07 0,19 mm. Pada bagian interior lobus club berbentuk kapstan atau silinder yang memiliki tonjolan berduri, ukuran club 0,18 0,25 mm. Pada bagian permukaan tangkai club sama seperti pada permukaan lobus dengan ukuran panjang 0,07 0,15 mm, sedangkan pada interior tangkai berbentuk kapstan yang lebar dengan ukuran panjang 0,16 0,23 mm (Tixier Durivault, 1957 in Manuputty 2002).

19 Morfologi Karang Lunak Karang lunak (Octocorallia, Alcyonacea) memiliki tubuh yang lunak tapi lentur. Jaringan tubuhnya disokong oleh spikula yang tersusun sedemikian rupa sehingga tubuhnya lentur dan tidak mudah sobek. Spikula tersebut mengandung kalsium karbonat yang berfungsi sebagai penyokong seluruh tubuh karang lunak mulai dari bagian basal tempat melekat sampai ke ujung tentakel. Bentuk dasar spikula bagi bangsa Octocorallia adalah bentuk kumparan sederhana (spindle), berujung tumpul atau juga runcing, dengan permukaan mempunyai tonjolantonjolan (Manuputty, 1998). Secara sepintas karang lunak tampak seperti tumbuhan, karena bentuk koloninya bercabang seperti pohon, memiliki tangkai yang identik dengan batang dan tumbuh melekat pada substrat dasar yang keras (Manuputty, 1998). Tubuhnya yang lunak dan kenyal disebabkan karena tidak memiliki kerangka kapur luar yang keras seperti karang keras. Karang lunak ditunjang oleh tangkai berupa jaringan berdaging yang diperkuat oleh suatu matriks dari partikel kapur yang disebut sklerit (Allen dan Steene, 1994 in Sandy, 2000). Polip merupakan bagian yang fertil pada karang lunak. Menurut Hyman (1940) in Fabricius dan Alderslade (2001), terdapat dua tipe polip pada karang lunak, yaitu autozooid dan siphonozooid. Sebagian besar karang lunak memiliki tipe autozooid, yaitu setiap individu hanya memiliki satu tipe polip (monomorphic). Polip pada tipe autosoid terdiri dari delapan tentakel dan delapan septa yang berkembang baik. Selain itu, beberapa karang lunak juga memiliki tipe polip siphonozooid. Polip pada tipe ini tidak memiliki tentakel, atau tentakel dan septa yang tereduksi, umumnya lebih kecil dari autozooid dan bersifat steril.

20 7 Sumber: Bayer (1956) in Manuputty (2002) Gambar 2. Penampang vertikal polip karang lunak Polip dapat dibagi menjadi tiga bagian besar yaitu antokodia, kaliks, dan antostela. Antokodia merupakan bagian yang terdapat dipermukaan koloni dan bersifat retraktil. Pada antokodia ditemukan tentakel yang berjumlah delapan dengan deretan duri-duri disepanjang sisinya. Duri ini disebut pinnula yang berfungsi untuk membantu mengalirkan air dan zat-zat makanan ke dalam mulut. Pada daerah kaliks ditemukan rongga gastrovaskuler atau rongga perut, terusan dari farinks yang terbagi menjadi delapan dan disebut septa. Septa membagi rongga perut menjadi delapan ruangan. Bagian antostela merupakan bagian basal

21 8 polip yang mengandung jaring-jaring solenia. Hubungan antara polip satu dengan lainnya terjadi melalui jaring-jaring solenia ini (Manuputty, 2002) Reproduksi Karang Lunak Pada umumnya karang memiliki kemampuan reproduksi secara aseksual dan seksual. Reproduksi aseksual adalah reproduksi yang tidak melibatkan peleburan gamet jantan (sperma) dan gamet betina (ovum). Pada reproduksi ini, polip/koloni karang membentuk polip/koloni baru melalui pemisahan potonganpotongan tubuh atau rangka. Karang lunak memiliki cara bereproduksi yang berbeda-beda tergantung pada kondisi lingkungan sehingga memungkinkan untuk bisa pulih pada kondisi awal (Fabricius dan Alderslade, 2001). Reproduksi seksual adalah reproduksi yang melibatkan peleburan sperma dan ovum (fertilisasi). Sifat reproduksi ini lebih komplek karena selain terjadi fertilisasi, juga melalui sejumlah tahap lanjutan (pembentukan larva, penempelan baru kemudian pertumbuhan dan pematangan) (Manuputty, 1996). Larva yang terbentuk memiliki silia atau bulu getar, kemudian berenang bebas atau melayang sebagai plankton untuk kurun waktu beberapa hari sampai beberapa minggu, hingga mendapat tempat perlekatan di substrat dasar yang keras untuk selanjutnya berubah bentuk (metamorfosis) tumbuh menjadi polip muda kemudian membentuk koloni baru (Manuputty, 2002) Kebiasaan Makan Pada umumnya Octocorallia khususnya karang lunak, memiliki cara makan yang bersifat holosoik, yaitu menangkap organisme planktonik dalam jumlah

22 9 besar. Salah satu cara yang digunakan adalah menangkap mangsa dengan menggunakan nematosit. Tentakel akan bergerak ketika berhasil mendeteksi keberadaan makanan dan akan menginjeksi mangsa sampai mati dengan racun yang terkandung dalam nematosit. Setelah mangsa tidak berdaya maka mangsa tersebut dibawa masuk kedalam perut dan dicerna. Melimpahnya nematosit dan jaringan pencernaan yang berkembang biasanya berhubungan dengan zooxanthella. Jenis-jenis yang mengandung banyak zooxanthella dalam jaringan tubuhnya biasanya hanya mengandung sedikit nematosis, bahkan pada beberapa tidak ditemukan sama sekali. Sisa-sisa makanan akan dikeluarkan melalui mulut dengan bantuan flagella septa (Bayer, 1956 in Manuputty 1996) Pertumbuhan Karang Lunak Semua organisme hidup mengalami tumbuh dan berkembang. Buddemeir 1978 in Suharsono (1984) pertumbuhan bagi karang dapat diartikan sebagai perubahan massa per satuan waktu, perubahan volume per satuan waktu, dan perubahan area permukaan per satuan waktu. Kecepatan tumbuh karang lunak bervariasi dan tergantung dari jenis, tempat tumbuh dan faktor lain yang berpengaruh. Secara global, terumbu karang tumbuh dan berkembang optimal pada perairan bersuhu rata-rata tahunan C, dan dapat mentoleransi suhu sampai dengan C. Efek dari perubahan suhu pada karang dapat menyebabkan turunnya respon makan, mengurangi rata-rata reproduksi, banyak mengeluarkan lendir, dan proses fotosintesis atau respirasi berkurang (Haris, 2001).

23 10 Kelompok oktocoral yang mengandung zooxanthella sangat sensitif terhadap perubahan temperatur air laut yang cukup tinggi. Terlalu tinggi atau rendahnya suhu suatu perairan dapat menyebabkan terjadinya kehilangan zooxanthella yang merupakan sumber nutrisi dan warna karang. Kehilangan zooxanthellae dalam jangka waktu yang cukup lama dapat menyebabkan bleaching dan akhirnya mematikan hewan karang tersebut (Glynn, 1993) Terumbu karang hanya dapat hidup di perairan laut dengan salinitas normal Umumnya terumbu karang tidak berkembang di perairan laut yang mendapat limpasan air tawar teratur dari sungai besar, karena dapat menurunkan salinitas (Rachmawati, 2001). Cahaya dan kedalaman berperan penting untuk kelangsungan proses fotosintesis oleh zooxanthella yang terdapat di jaringan karang. Terumbu yang dibangun karang hermatipik dapat hidup di perairan dengan kedalaman maksimal meter, dan umumnya berkembang di kedalaman sekitar 25 meter. Titik kompensasi untuk karang hermatipik berkembang menjadi terumbu adalah pada kedalaman dengan intensitas cahaya 15-20% dari intensitas di permukaan. Zooxanthellae merupakan algae uniselluler yang bersifat mikroskopik, hidup dalam berbagai jaringan tubuh karang yang transparan dan menghasilkan energi langsung dari cahaya matahari melalui fotosintesis. Pada umumnya zooxanthellae ditemukan dalam jumlah yang besar dalam setiap polip, hidup bersimbiosis dengan karang lunak, memberikan warna pada polip, memberikan 90% energi dari hasil fotosintesis pada polip. Karang menyediakan tempat berlindung bagi zooxanthellae, nutrisi dan pasokan karbon dioksida secara konstan yang diperlukan untuk fotosintesis. Assosasi yang erat ini sangat efisien, sehingga

24 11 karang dapat bertahan hidup bahkan di perairan yang sangat miskin hara (Manuputty, 1998). Kekeruhan yang menjadi faktor penting merupakan fungsi dari konsentrasi padatan tersuspensi dan bahan organik terlarut dalam kolom air, semakin tinggi kandungan partikel akan menurunkan daya tembus cahaya matahari, sehingga titik kompensasinya semakin rendah (Rachmawati, 2001). Nutrien (zat hara) yang berbentuk partikel atau terlarut di perairan terbuka (oceanic) berasal dari berbagai sumber. Pada daerah pesisir, konsentrasi zat makanan yang terlarut dalam air lebih tinggi daripada di perairan terbuka, hal ini disebabkan karena adanya aliran sungai-sungai yang membawa nutrient (Manuputty, 2008). Zat hara nitrit, nitrat dan amonium merupakan salah satu mata rantai yang mempunyai pengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan hidup organisme di laut. Plankton merupakan salah satu parameter biologi yang erat hubungannya dengan kandungan zat hara. Tinggi rendahnya kelimpahan plankton tergantung kepada kandungan zat hara di perairan tersebut (Nybakken, 2000). Gelombang merupakan faktor pembatas karena gelombang yang terlalu besar dapat merusak struktur terumbu karang, contohnya gelombang tsunami. Faktor arus dapat berdampak baik atau buruk. Bersifat positif apabila membawa nutrien dan bahan-bahan organik yang diperlukan oleh karang dan zooxanthella, sedangkan bersifat negatif apabila menyebabkan sedimentasi di perairan terumbu karang dan menutupi permukaan karang sehingga berakibat pada kematian karang.

25 Manfaat Karang Lunak Karang lunak menghasilkan senyawa bioaktif yang bermanfaat bagi karang lunak tersebut dan bagi manusia. Senyawa bioaktif merupakan metabolit sebagai produk metabolisme organisme yang melibatkan anabolisme dan katabolisme. Ada dua jenis metabolit yang dihasilkan oleh organisme selama masa pertumbuhan dan perkembangannya yaitu metabolit primer dan metabolit sekunder. Murniasih (2005) menjelaskan bahwa metabolit primer adalah metabolit yang dibentuk selama masa pertumbuhan dan digunakan untuk pertumbuhan dan kelangsungan hidupnya seperti lemak, DNA, protein dan karbohidrat. Sedangkan metabolit sekunder adalah komponen senyawa yang diproduksi pada saat kebutuhan metabolism primer sudah terpenuhi dan digunakan dalam strategi adaptasi lingkungan ( fungsi penting dalam ekologi). Elyakov dan Stonik (2003) in Hardiningtyas (2009) melaporkan bahwa karang lunak menghasilkan beberapa dari golongan senyawa hasil metabolit sekunder, seperti alkaloid, terpenoid, steroid, flavonoid, fenol, saponin, dan peptida. Alkaloid memiliki efek farmakologi sebagai analgesik (pereda nyeri) dan anestetik (pembius). Alkaloid yang biasa digunakan sebagai analgesic dan anaestetik adalah morfin dan rodein (Robinson 1995 in Hardiningtyas 2009). Senyawa steroid dapat digunakan sebagai bahan dasar pembuatan obat. Flavonoid merupakan golongan yang penting karena memiliki spektrum aktivitas antimikroba yang luas dan dapat mengurangi kekebalan pada organisme sasaran. Saponin merupakan golongan triterpenoid yang mempunyai kerangka karbon berdasarkan isoprena. Efek utama saponin terhadap bakteri adalah adanya pelepasan protein dan enzim dari dalam sel. Fungsi dan peranan senyawa terpen

26 13 bagi karang lunak adalah untuk kompetisi ruang sebagai racun untuk melawan predator, sebagai senyawa untuk menyelamatkan makanan dari biota lain. Selain itu senyawa terpen berperan juga dalam reproduksi (Coll & Sammarco, 1986 in Manuputty 2002) Transplantasi Karang Lunak Soedharma dan Arafat (2007) menyatakan manfaat transplantasi karang adalah mempercepat regenerasi terumbu karang yang telah rusak, rehabilitasi lahan-lahan kosong atau yang rusak, menciptakan komunitas baru dengan memasukkan spesies baru ke dalam ekosistem terumbu karang di daerah tertentu, konservasi plasma nutfah, dan keperluan perdagangan. Penelitian transplantasi karang di Indonesia telah banyak dilakukan di Kepulauan Seribu dengan tujuan untuk mengamati laju pertumbuhan dan tingkat kelangsungan hidup terhadap perlakuan yang berbeda. Transplantasi diruang terkontrol juga telah dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi kendala yang terdapat di alam dan diharapkan dapat menghasilkan yang lebih baik (Soedharma dan Arafat, 2007). Transplantasi karang telah banyak dilakukan dan dikembangkan sebagai teknologi dalam pengembangan terumbu karang. Filipina telah mengembangkan untuk mengembalikan terumbu karang yang telah rusak, Singapura melakukan pengembangan untuk menyelamatkan spesies pada habitat yang rusak dengan cara meletakkan karang hasil transplantasi pada habitat tersebut. Pramayudha (2010) melakukan transplantasi spesies Lobophytum strictum di Kepulauan Seribu dalam dua kondisi lingkungan berbeda, yaitu pada kedalaman 3

27 14 meter dan 12 meter serta pada bak terkontrol yang berlangsung selama 19 bulan untuk mengetahui pertumbuhan karang lunak (panjang, lebar, dan luas). Arafat (2008) mentransplan jenis Lobophytum strictum, dan Sinularia dura pada dua kedalaman yakni kedalaman 3 meter dan 10 meter, serta melakukan analisa histologi untuk melihat perkembangan gonad karang lunak hasil transplantasi. Haris (2001) melakukan transplantasi Lobophytum strictum di alam dengan perlakuan cara potong dan zona transplantasi yang berbeda. Menurut Okubo (2004), faktor yang mempengaruhi kelangsungan hidup karang yang ditransplantasi ada tiga yaitu memperhatikan tipe pemotongan karang yang akan ditransplantasi, ukuran potongan fragmen yang ditransplantasi, dan musim pemotongan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Okubo (2004) bahwa ukuran fragmen yang dipotong kecil secara vertikal lebih bertahan daripada yang dipotong secara horizontal.

28 3. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pusat Studi Ilmu Kelautan IPB, Ancol, Jakarta yang meliputi dua tahap yaitu persiapan dan fragmentasi Lobophytum stictum. Tahap persiapan (pembersihan kolam, substrat) dilakukan pada bulan Juni Kegiatan fragmentasi dimulai pada bulan Agustus 2010 dan selanjutnya dilakukan pengamatan sampai bulan Januari Sampel karang yang digunakan untuk kegiatan transplansi diperoleh dari Area Perlindungan Laut, Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu pada koordinat LS dan BT Alat dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Tabel 1. Alat dan Bahan yang digunakan dalam penelitian Alat dan Bahan Spesifikasi Keterangan Cool box Pengangkut sample Jangka sorong 15 cm Pengukur panjang, lebar Kamera underwater Canon G 10, 12 Dokumentasi megapixel Kertas newtop Menulis data pengamatan Alat tulis Menulis data pengamatan Termometer Pengukur suhu Pompa Membuat arus Refraktometer Pengukur salinitas Aerator Penyuplai oksigen Sampel karang Karang lunak Lobophytum strictum Rubble/Gravel Bahan dasar filter mekanik Substrat ubin 20 x 20 cm Tempat peenenmpelan karang Terpal 5 x 2 m Penutup kolam Pipa, selang, dan Mengalirkan air dan udara pemberat selang Pakan alami Plankton 15

29 16 Peralatan yang digunakan untuk mengolah data pengamatan adalah komputer atau laptop yang dilengkapi dengan software Image-J dan Microsoft Office Excel Prosedur Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan perlakuan yang berbeda yaitu penggunaan cahaya dan tanpa cahaya. Sampel karang diletakkan pada kolam yang berbeda. Kolam yang pertama dibiarkan mendapat cahaya, sedangkan kolam yang kedua ditutup menggunakan terpal untuk menghalangi cahaya agar tidak masuk ke dalam kolam. Hal ini dilakukan untuk mengetahui besarnya pengaruh cahaya matahari terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup karang lunak yang sudah ditransplantasi. Tahapan kegiatan penelitian dapat dilihat pada skema yang disajikan pada Gambar 3. Persiapan kolam transplantasi Pengambilan sampel karang Transplantasi Pengambilan data hasil transplantasi Kolam terbuka tanpa penutup Kolam tertutup terpal Analisis Data Gambar 3. Diagram kegiatan penelitian

30 Persiapan Kolam Tahap persiapan meliputi dua kegiatan yaitu pembersihan kolam dan persiapan substrat. Kolam yang akan digunakan untuk kegiatan transplantasi dibersihkan terlebih dahulu dengan menggunakan kaporit yang bisa membantu menghilangkan lumut dan organisme lainnya yang nantinya dapat mengganggu kegiatan transplantasi. Pada bagian dasar kolam terdapat rubble karang yang terdiri dari beberapa ukuran dan berfungsi sebagai filter fisik. Kolam yang digunakan berukuran 3,5x1,5x1 m 3 menggunakan sistem resirkulasi tertutup sehingga air yang digunakan adalah air yang sama. Kolam mengalami penambahan air setiap 3 hari sekali, hal ini dikarenakan air yang terdapat dalam kolam merembes ketanah dan menguap. Kolam berfungsi dengan baik jika dilengkapi dengan aerator yang berfungsi untuk mensuplai oksigen kedalam kolam. Berikut adalah kolam yang digunakan untuk transplantasi karang lunak dengan perlakuan kolam yang dibiarkan terbuka mendapat cahaya dan kolam yang tertutup terpal (Gambar 4). Gambar 4. Kolam transplantasi karang lunak

31 18 Substrat yang digunakan untuk penempelan karang lunak berbentuk persegi empat dari bahan semen seperti ubin dengan ukuran 20x20 cm 2 (Gambar 5). Karang hasil transplantasi diletakkan di atas substrat yang nantinya akan menempel pada substrat. Sebelum digunakan, substrat dibersihkan terlebih dahulu dari organisme lain yang menempel. Gambar 5. Subtrat transplantasi karang lunak Pengambilan Karang Lunak Karang lunak yang digunakan diambil dari Pulau Pramuka Kepulauan Seribu. Koloni karang lunak yang diambil adalah koloni alami beserta substratnya dengan ukuran panjang sekitar cm. Setelah pengambilan, karang lunak dimasukkan ke dalam plastik yang diisi air dan udara kemudian diikat rapat. Karang yang terdapat dalam plastik dimasukkan kedalam coolbox yang sudah diisi es batu (Gambar 6a). Fungsi dari es batu adalah untuk menurunkan suhu sehingga aktivitas metabolisme karang berjalan lambat dan mengurangi tingkat stress karang. Es batu yang dimasukkan dalam coolbox dibalut dengan koran, hal ini dilakukan agar es batu tidak cepat mencair. Setelah karang sampai di kolam, karang tidak langsung dimasukkan ke dalam kolam tetapi dilakukan aklimatisasi selama satu malam. Kegiatan ini dilakukan dengan keadaan plastik dimasukkan kedalam kolam untuk menyamakan suhu

32 19 dengan kolam sehingga karang lunak mampu menyesuaikan diri dengan kondisi perairan yang baru (Gambar 6b). (a) (b) Gambar 6. Proses penanganan karang lunak (a) pengemasan karang lunak di laut, (b) aklimatisasi di kolam setelah dari laut Karang lunak sudah siap untuk ditransplantasi setelah satu bulan beradaptasi di kolam. Setelah ditransplantsi, dilakukan pengamatan pertumbuhan karang lunak setiap seminggu sekali selama tiga bulan. Pemotongan fragmen karang lunak dilakukan sebanyak 32 fragmen, kemudian diletakkan pada substrat ubin yang terdapat pada kolam Pemberian Pakan Pakan yang diberikan pada karang lunak selama penelitian adalah pakan alami. Pakan alami yang diberikan berupa fitoplankton spesies Chlorella sp. yang merupakan hasil kultur di Laboratorium Mikroalga, ITK-IPB. Selain pakan alami, diberikan juga liquidfry untuk merangsang pertumbuhan fitoplankton sehingga dapat dijadikan sebagai makanan bagi zooplankton. Pemberian liquidfry sesuai dengan dosis yang tertera pada aturan pemakaian yang dilakukan setiap satu minggu sekali sebanyak 1,5 liter fitoplankton. Sedangkan untuk pakan buatan

33 20 diberikan sebanyak satu tutup botol liquifry untuk satu kolam. Ketika memberikan pakan, pompa dan aerator yang terdapat pada kolam dimatikan terlebih dahulu. Hal ini dilakukan agar pakan menyebar keseluruh bagian kolam Pengambilan Data Pengukuran pertumbuhan karang lunak meliputi panjang dan lebar. Penentuan panjang dan lebar berdasarkan kapitulum terluar. Tanda panah horizontal untuk pengukuran lebar, sedangkan tanda panah vertikal untuk pengukuran panjang fragmen (Gambar 7). (A) (B) Gambar 7. Pengukuran fragmen karang lunak yang ditransplantasi, (A) lebar, (B) panjang Ciri-ciri karang lunak hidup (Gambar 8a) adalah terlihat segar, berwarna coklat kuning, dan fragmen tidak lembek sedangkan karang dikatakan mati (Gambar 8b) jika berwarna coklat pucat, layu, dan fragmen akan hancur ketika dipegang.

34 21 (a) v (b) Gambar 8. Perbedaan fragmen karang lunak hidup (a) dan mati (b) Parameter lingkungan yang diukur adalah parameter fisika, kimia dan biologi yang diukur secara langsung maupun di laboratorium. Parameter fisika yang diukur adalah suhu dan salinitas. Pengukuran suhu dilakukan dengan menggunakan termometer yang terpasang pada kolam, sedangkan pengukuran salinitas menggunakan refraktrometer dengan cara meneteskan contoh air keatas kaca refraktometer yang kemudian bisa dilihat langsung besarnya nilai salinitas pada kolam. Parameter kimia yang diamati yaitu nitrat, nitrit, amonium. Contoh air untuk dianalisa kandungan kimia perairannya diambil dengan botol berbentuk jerigen kemudian disimpan dalam coolbox. Analisis kandungan nitrat, nitrit, dan amonia dilakukan di Laboratorium Produksi Lingkungan, MSP-IPB.

35 22 Tabel 2. Parameter fisika, kimia dan biologi serta peralatan yang digunakan Parameter Unit Alat/Bahan Keterangan Fisika Suhu C Termometer Pengukuran Langsung Salinitas Refraktrometer Pengukuran Langsung Kimia Nitrit mg/l Spektrofotometer Analisis Laboratorium Nitrat mg/l Spektrofotometer Analisis Laboratorium Amonium mg/l Spektrofotometer Analisis Laboratorium Biologi Panjang pertumbuhan mm/minggu Jangka sorong Pengukuran Langsung 3.4. Analisis Data Pertumbuhan panjang, lebar dan luasan karang lunak yang ditransplantasi dianalisa menggunakan software Image J 1.38x. Sistem penganalisaannya menggunakan foto karang lunak yang didigitasi di sekitar tepian karang sehingga akan menghasilkan nilai panjang, lebar, dan luasan karang secara otomatis. Untuk menjaga tingkat keakurasian data yang dihasilkan oleh Image J maka dilakukan pembandingan data dengan hasil olahan yang bulan sebelumnya. Satuan dari Image J telah dikalibrasi ke dalam centimeter (cm). Data pengukuran secara manual atau langsung diolah menggunakan software Microsoft Office Excel Data pertumbuhan karang lunak dianalisis menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap. Analisis ragam ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh pencahayaan terhadap pertumbuhan Pertumbuhan Karang Lunak Pertumbuhan karang lunak diketahui dengan menganalisa beberapa parameter terkait pertumbuhannya, yaitu meliputi pertambahan panjang, lebar, dan luasan

36 23 kapitulum. Pengukuran pertumbuhan dengan menggunakan jangka sorong dan Image J dihitung menggunakan rumus Ricker (1975) in Haris (2001). (1) Keterangan : β = Pertumbuhan panjang/lebar karang lunak (cm), L t = Panjang/lebar karang lunak pada saat waktu ke-t, (cm) L 0 = Panjang/lebar karang lunak pada saat waktu ke-o, (cm) t = Waktu pengamatan karang lunak (minggu) Tingkat Kelangsungan Hidup Pengamatan ini dilakukan untuk mengetahui tingkat keberhasilan transplantasi yang dilihat dari seberapa persen karang lunak yang ditransplantasi masih tetap hidup dari awal hingga akhir penelitian. Untuk menghitungnya maka digunakan persamaan Ricker (1975) in Haris (2001), yaitu:.. (2) Keterangan : SR = Tingkat kelangsungan hidup karang lunak (%), N t = Jumlah fragmen karang lunak pada akhir penelitian, N o = Jumlah fragmen karang lunak pada awal penelitian,

37 Laju Pertumbuhan Karang Lunak Persamaan yang digunakan untuk menghitung laju pertumbuhan karang lunak, serupa dengan yang digunakan Zonneveild et al dalam Yustina et al., (2003), yaitu : Keterangan :. (3) α = Laju pertumbuhan panjang/lebar karang lunak (cm), L t+1 = Rata-rata panjang/lebar karang lunak pada waktu ke- t+1, (cm) L t t i+1 t i = Rata-rata panjang/lebar karang lunak pada saat waktu ke-i, (cm) = Waktu pengamatan ke-i+1 = Waktu pengamatan ke-t

38 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Perairan Kolam Kondisi lingkungan perairan berpengaruh terhadap pertumbuhan karang. Terdapat beberapa faktor fisik dan kimia yang berpengaruh diantaranya adalah suhu, salinitas, nutrient, arus, kecerahan. Berikut ini adalah parameter kualitas air yang diukur pada kolam pemeliharaan (Tabel 3). Tabel 3. Parameter kualitas air kolam pemeliharaan No Parameter Satuan Perlakuan Baku Kolam Kolam tertutup Mutu* terbuka I II I II 1 Suhu C Salinitas Nitrat mg/l Nitrit mg/l Amonia mg/l Catatan: *Baku mutu Keputusan MENLH No. 51 tahun 2004 tentang baku mutu kualitas air untuk biota Karang mampu tumbuh dan berkembang secara optimum pada suhu rata-rata ºC (Nybaken, 2000). Nilai kisaran suhu perairan kolam selama penelitian antara ºC. Kisaran suhu pada kolam perairan masih memenuhi syarat agar karang dapat tumbuh secara optimum. Nilai salinitas pada kolam terkontrol berkisar antara Menurut Keputusan MENLH No. 51 (2004) kisaran salinitas yang baik untuk biota memiliki kisaran 33-34, hal ini menunjukkan bahwa salinitas kolam terkontrol masih mendukung untuk kehidupan karang lunak. Penurunan salinitas dapat dipengaruhi oleh masukan dari air hujan (Rachmawati, 2001). Kecerahan pada kolam terbuka mencapai 100 %, karena air pada kolam terlihat jernih. Hal ini ditunjukkan dengan tidak terbatasnya pandangan hingga ke 25

39 26 dasar kolam. Pengadukan yang ditimbulkan oleh arus buatan tidak menimbulkan pengaruh yang cukup besar, karena arus yang ditimbulkan tidak mencapai dasar perairan sehingga tidak menimbulkan kekeruhan. Kecerahan sangat berpengaruh terhadap proses fotosintesis. Hasil pengukuran beberapa parameter kimia didapatkan bahwa nilai kualitas air masih berada diatas atau berada pada kisaran yang cukup aman untuk pertumbuhan karang lunak. Nitrat adalah senyawa anorganik yang berperan sebagai nutrien. Hasil pengukuran awal pada kolam terbuka didapatkan mg/l dan pada akhir penelitian didapatkan mg/l. Pada kolam tertutup, kandungan nitrat pada pengukuran awal mencapai mg/l dan pengukuran kedua bernilai ml/l. Kandungan nitrat yang terukur sudah melebihi ambang batas aman baku mutu yang ditetapkan oleh Kep MENLH No.51 yaitu mg/l. Kadar nitrat yang lebih dari 0,2000 mg/l dapat memicu terjadinya eutrofikasi perairan, yang selanjutnya menstimulir pertumbuhan algae dan tumbuhan air secara pesat (Effendi, 2003). Nitrit dan amonia merupakan zat buangan dari aktivitas metabolisme. Nilai nitrit hasil pengukuran awal penelitian didapatkan mg/l untuk kolam terbuka dan mg/l untuk kolam tertutup. Hal ini menunjukkan bahwa nilai nitrit pada kolam terbuka memiliki nilai yang lebih besar. Pada akhir penelitian, kandungan nitrit pada kedua kolam bernila 0. Kadar amonia yang terukur pada kedua kolam telah melebihi ambang batas baku mutu. Hasil pengukuran amonia pada awal penelitian kolam yang mendapat cahaya mg/l dan mg/l pada akhir penelitian. Kolam yang mendapat cahaya memiliki nilai amonia mg/l dan mg/l.

40 Organisme Pengganggu Umumnya pada perairan terdapat organisme yang mengganggu biota yang hidup pada perairan tersebut. Demikian juga dengan perairan dalam kolam terkontrol terdapat organisme seperti alga yang dapat menghambat pertumbuhan karang dan akan menambah persaingan untuk mendapatkan makanan, nutrient, dan oksigen. Alga bisa ditemukan pada dinding kolam, substrat, pada selang aerator, dan pada karang yang ditransplantasi. (i) (ii) (iii) Gambar 9. Organisme pengganggu (i) alga coklat cembung, (ii) alga coklat berfilamen, (iii) anemon Kandungan unsur hara yang tinggi (terutama nitrat) akan memacu laju petumbuhan alga berfilamen yang tumbuh pada substrat fragmen karang lunak. Alga ini dapat mengganggu efektifitas pemanfaatan cahaya, kompetitor dalam mencari ruang dan bahkan dapat memotong jaringan tubuh karang lunak yang ditransplantasi (Haris, 2001). Pembersihan kolam dari alga dan anemone dilakukan setiap satu minggu sekali, dan dalam satu minggu kemudian alga dan

41 28 anemon tumbuh disekitar dinding kolam, substrat karang lunak bahkan pada tubuh karang lunak itu sendiri. Pertumbuhan alga yang subur dapat menutupi permukaan polip karang sehingga menghalangi zooxhantella berfotosintesis. Karang yang mendapat sedikit masukan makanan dapat menyebabkan pertumbuhan menjadi lambat dan dapat mengakibatkan kematian Transplantasi Karang Lunak Penutupan Luka Pada saat ditransplantasi karang akan berubah warna dan mengeluarkan lendir. Hal ini mengindikasikan bahwa karang lunak mengalami stress. Masa adaptasi karang lunak adalah masa yang paling kritis karena karang lunak harus menyesuaikan dengan lingkungan. Karang lunak akan mengeluarkan mucus (lendir) dalam jangka waktu yang lama jika kondisi perairan kurang mendukung untuk kehidupan. Mucus berfungsi sebagai perlindungan diri dari lingkungan luar dan akan kembali normal jika telah stabil (Zulfikar, 2003). Gambar 10. Persentase penutupan luka

42 29 Pada minggu pertama setelah fragmentasi lendir yang dikeluarkan karang lunak cukup banyak. kedua, lendir mulai berkurang dan luka pada karang lunak sudah mulai tertutup sebesar 37,81 % ± 1,51. ketiga karang masih mengeluarkan lendir tetapi tidak sebanyak minggu kedua. Penutupan luka pada minggu ketiga mencapai 75,63 % ± 1,41. Pada minggu keempat lendir pada karang lunak masih ada namun sangat tipis dan luka sudah hampir tertutup 92,5 % ± 1,51. Hal ini menunjukkan bahwa telah terjadi penyembuhan luka hasil fragmentasi. Proses penyembuhan luka karang lunak pada penelitian ini berlangsung selama 1 bulan. Demikian juga transplantasi yang telah dilakukan oleh Pramayudha (2010) dan Haris (2001) bahwa penutupan luka berlangsung selama 1 bulan. Proses penutupan luka dimulai dari bagian tepi yang terluar kemudian akan merapat kedalam sehingga luka akan tertutup (gambar 11). Pada minggu ke- 2 karang mulai berubah warna dari coklat pucat menjadi berwarna coklat segar. Luka bagian luar pada fragmen mengkerut dan merapat ke dalam (minggu ke-1) Luka mengecil setelah 3 minggu Gambar 11. Proses penyembuhan luka pada fragmen karang lunak

43 30 Bagian karang yang dilingkari adalah bagian karang yang terluka (Gambar 12). Luka karang lunak umumnya terjadi pada lapisan ektodermis yang melindungi tubuh karang lunak terhadap kondisi lingkungan seperti arus. Pada awal penelitian (Gambar 12i) terlihat luka dibagian tepi dan setelah 4 minggu pengamatan (Gambar 12ii), luka pada karang lunak telah tertutup. Indikator penutupan luka adalah lapisan ektodermis yang luka telah tertutup oleh lapisan ektodermis baru dan akan membentuk polip namun tidak sesempurna yang aslinya. Selain itu warna karang lunak juga terlihat segar dan tidak terdapat lendir. (i) (ii) Gambar 12. Penyembuhan luka karang lunak Lobopytum strictum (i) awal penelitian, (ii) penutupan luka (selama 4 minggu) Pertumbuhan Mutlak a. Pertumbuhan pada Kolam Terbuka Pertumbuhan panjang dan lebar rata-rata fragmen karang pada kolam terbuka mengalami fluktuasi. Pada minggu pertama sampai minggu keempat fragmen mengalami pertumbuhan panjang dan lebar (Lampiran 1 dan lampiran 2), namun pada minggu keenam pertumbuhan mengalami penurunan, dan pada pengamatan minggu ke-9 sampai minggu ke-12 menunjukkan fragmen semakin menurun

44 31 setiap minggunya. Pertumbuhan panjang rata-rata pada minggu pertama bernilai 5,95 ± 0,31 cm dan pada akhir penelitian bertambah menjadi 8,64 ± 0,32 cm. Panjang rata-rata karang lunak selama penelitian berkisar antara 5,95 ± 0,31 cm sampai 10,04 ± 0,6 cm. Nilai terendah didapatkan pada minggu ke-1 dan nilai tertinggi didapatkan pada minggu ke-8. Gambar 13. Pertumbuhan panjang dan lebar rata-rata pada kolam terbuka Pertumbuhan lebar rata-rata fragmen pada kolam terbuka memiliki nilai 5,27 ± 0,51 cm dan pada akhir penelitian minggu ke-12 lebarnya bertambah menjadi 6,84 ± 0,72 cm. Apabila dilihat pertambahan lebarnya, dari minggu pertama sampai minggu terakhir mengalami pertumbuhan namun dengan nilai yang naik turun. Rata-rata pertumbuhan lebar berkisar antara 5,27 ± 0,51 cm sampai 8,60 ± 0,77cm. Pertumbuhan lebar tertinggi pada minggu ke-5 dan terendah terjadi pada minggu pertama pengamatan. Pertumbuhan lebar pada fragmen karang sebanding dengan pertumbuhan panjang. Dari gambar 13 diketahui bahwa ketika fragmen karang lunak mengalami penurunan panjang, lebar fragmen juga akan menurun.

45 32 Haris (2001) dan Pramayudha (2010) menjelaskan bahwa pertumbuhan karang lunak yang ditransplantasi di alam lebih cepat mengalami pertumbuhan daripada hasil transplantasi di kolam. Faktor yang mempengaruhi diantaranya adalah arus. Arus akan membantu pengadukan sehingga alga penempel atau kompetitor tidak menempel pada karang. Arus yang terjadi pada kolam sangat kecil yang bersumber dari semprotan aliran air pada pipa. Pergerakan massa air yang terlalu kecil dapat menyebabkan lendir dan alga akan terus menempel sehingga mengganggu aktivitas antokodia dalam menangkap makanan (Zulfikar, 2003). Hasil pengamatan pertumbuhan panjang dan lebar yang dilakukan hampir sama dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Pramayudha (2010) yaitu pertumbuhan panjang di kolam mengalami fluktuasi dan pada pengamatan terakhir mengalami penurunan. Pada minggu ke-6 dan minggu ke-9 terjadi penurunan panjang dan lebar. Hal ini dikarenakan pada minggu tersebut terjadi curah hujan cukup tinggi sehingga kolam mendapat penambahan air tawar dari air hujan. Penambahan air tawar dapat mengakibatkan penurunan salinitas (Rachmawati, 2001). Karang lunak dapat melindungi diri dari kondisi yang merugikan dengan menarik tentakel dari polip ke dalam rongga tubuh dan menyusutkan massa tubuh mereka hingga sepertiga dari ukuran panjang mereka dengan mengeluarkan air. Hal ini dapat sedikit menjelaskan kemampuan mereka untuk bertahan pada kondisi lingkungan yang berfluktuasi (Ellis dan Sharron, 1999). Pakan alami diberikan pada dua bulan pertama sedangkan pada satu bulan terakhir pakan alami diganti dengan pakan buatan liquidfry. Pada minggu ke-10 sampai dengan minggu ke-12 fragmen karang mengalami penurunan panjang dan

46 33 lebar. Hal ini dapat diasumsikan bahwa pasokan makanan dari pakan alami lebih mencukupi daripada liquidfry. Pakan buatan dihasilkan dari liqudfry tidak mencukupi jumlah makanan yang dibutuhkan sehingga karang lunak mengalami krisis makanan. Selain itu jumlah alga yang terdapat dalam kolam semakin banyak sehingga terjadi kompetisi ruang antara alga dengan karang lunak Lobophytum strictum. Pertumbuhan mutlak panjang fragmen Lobophytum strictum awal penelitian sampai akhir penelitian adalah 2,69 cm sedangkan pertumbuhan mutlak lebarnya mencapai 1,57 cm (Gambar 14). Berdasarkan data dapat disimpulkan bahwa fragmen karang lunak Lobophytum strictum cenderung tumbuh memanjang dan diasumsikan karena adanya pengaruh arus buatan yang terletak pada arah memanjang karang lunak serta adanya cahaya matahari yang menimbulkan fototaksis yaitu tumbuh mengikuti arah cahaya berasal. Gambar 14. Pertumbuhan mutlak pada kolam terbuka b. Pertumbuhan pada Kolam Tertutup Pertumbuhan panjang dan lebar rata-rata kolam tertutup (Gambar 15) mengalami penurunan setiap minggu yaitu pada minggu ke-1 memiliki nilai 8,80

47 34 ± 0,55 cm dan pada akhir penelitian pada minggu ke-8 bernilai 5,25 ± 0,34 cm. Nilai tertinggi didapatkan pada pengamatan pertama 8,80 ± 0,55 cm dan nilai terendah pada pengamatan minggu ke-8 yaitu 5,25 ± 0,34 cm (Lampiran 3). Fragmen karang lunak yang ditransplantasi pada kolam tertutup hanya mampu bertahan sampai minggu ke-8. Gambar 15. Pertumbuhan panjang dan lebar rata-rata pada kolam tertutup Pada kolam tertutup, pertumbuhan lebar dari minggu pertama sampai minggu ke-8 mengalami penurunan. Nilai pertumbuhan lebar berkisar antara 4,86 ± 0.64 cm sampai 9,14 ± 0,51cm. Pertumbuhan terendah terjadi pada minggu ke-8 dan pada minggu ke-9 fragmen karang lunak mati (Lampiran 4). Proses kematian mula-mula terlihat adanya perubahan warna karang yaitu dari warna coklat menjadi putih pucat yang kemudian diikuti dengan kematian (Suharsono, 1984). Proses perubahan warna dapat dilihat pada Lampiran 5b.

3. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pusat Studi Ilmu Kelautan IPB,

3. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pusat Studi Ilmu Kelautan IPB, 3. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pusat Studi Ilmu Kelautan IPB, Ancol, Jakarta yang meliputi dua tahap yaitu persiapan dan fragmentasi Lobophytum

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA. biota-biota penyusunnya, dengan keanekaragaman jenis yang tinggi. Salah satu

2. TINJAUAN PUSTAKA. biota-biota penyusunnya, dengan keanekaragaman jenis yang tinggi. Salah satu 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karang Lunak Lobophytum strictum Terumbu karang merupakan ekosistem di perairan tropis yang kaya akan biota-biota penyusunnya, dengan keanekaragaman jenis yang tinggi. Salah satu

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA. Sistem klasifikasi bagi karang lunak Sinularia dura adalah sebagai berikut

2. TINJAUAN PUSTAKA. Sistem klasifikasi bagi karang lunak Sinularia dura adalah sebagai berikut 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karang Lunak Sinularia dura Sistem klasifikasi bagi karang lunak Sinularia dura adalah sebagai berikut : (Hyman, 1940; Bayer 1956 in Ellis and Sharron, 2005): Filum : Cnidaria Kelas

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. kondisi kualitas perairan dalam system resirkulasi untuk pertumbuhan dan

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. kondisi kualitas perairan dalam system resirkulasi untuk pertumbuhan dan 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Parameter Fisika Kimia Perairan Pengukuran parameter fisika dan kimia bertujuan untuk mengetahui kondisi kualitas perairan dalam system resirkulasi untuk pertumbuhan dan kelangsungan

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi dan Variasi Temporal Parameter Fisika-Kimiawi Perairan Kondisi perairan merupakan faktor utama dalam keberhasilan hidup karang. Perubahan kondisi perairan dapat mempengaruhi

Lebih terperinci

Pertumbuhan karang lunak Lobophytum strictum hasil transplantasi pada sistem resirkulasi dengan kondisi cahaya berbeda

Pertumbuhan karang lunak Lobophytum strictum hasil transplantasi pada sistem resirkulasi dengan kondisi cahaya berbeda Bonorowo Wetlands 2 (1): 31-39, June 2012 ISSN: 2088-110X E-ISSN: 2088-2475 DOI: 10.13057/wetlands/w020104 Pertumbuhan karang lunak Lobophytum strictum hasil transplantasi pada sistem resirkulasi dengan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN GAMET KARANG LUNAK Sinularia dura HASIL TRANSPLANTASI DI PULAU PRAMUKA, KEPULAUAN SERIBU, DKI JAKARTA

PERKEMBANGAN GAMET KARANG LUNAK Sinularia dura HASIL TRANSPLANTASI DI PULAU PRAMUKA, KEPULAUAN SERIBU, DKI JAKARTA PERKEMBANGAN GAMET KARANG LUNAK Sinularia dura HASIL TRANSPLANTASI DI PULAU PRAMUKA, KEPULAUAN SERIBU, DKI JAKARTA Oleh: Edy Setyawan C64104005 PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN

Lebih terperinci

Suciadi Catur Nugroho C

Suciadi Catur Nugroho C Tingkat Kelangsungan Hidup dan Laju Pertumbuhan Transplantasi Karang Lunak Sinularia dura dan Lobophytum strictum di Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu, Jakarta. Suciadi Catur Nugroho C64104043 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

Klasifikasi Sarcophyton dalam sistem taksonomi adalah sebagai berikut. Sub-kelas : Octocorallia (Alcyonaria) Ordo : Alcyonaceae

Klasifikasi Sarcophyton dalam sistem taksonomi adalah sebagai berikut. Sub-kelas : Octocorallia (Alcyonaria) Ordo : Alcyonaceae 4 2.1.1 Taksonomi Klasifikasi Sarcophyton dalam sistem taksonomi adalah sebagai berikut (Fabricius dan Alderslade, 2001): Kingdom : Animalia Filum : Coelenterata (Cnidaria) Kelas : Anthozoa Sub-kelas :

Lebih terperinci

Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan. Vol. 3. No. 1 November 2012: ISSN

Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan. Vol. 3. No. 1 November 2012: ISSN Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan. Vol. 3. No. 1 November 2012: 35-42 ISSN 2087-4871 PENGARUH CAHAYA TERHADAP TINGKAT KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN KARANG LUNAK LOBOPHYTUM STRICTUM (OCTOCORALIA:

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Fisika dan Kimia Perairan Kondisi alami sampel karang berdasarkan data (Lampiran 1) dengan kondisi tempat fragmentasi memiliki perbedaan yang tidak terlalu signifikan

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 22 3. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di perairan Pulau Karya, Kelurahan Pulau Panggang, Kecamatan Pulau Seribu Utara, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta. Stasiun

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Fisika dan Kimia Perairan Pulau Karya Tabel 2. Data parameter fisika dan kimia lokasi transplantasi di perairan Pulau Karya bulan September 2010 sampai dengan Juli

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 3. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan September 2011 hingga Desember 2011 bertempat di Gosong Pramuka, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta dengan koordinat

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Terumbu Karang

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Terumbu Karang 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Terumbu Karang Terumbu karang (coral reef) merupakan ekosistem laut dangkal yang terbentuk dari endapan-endapan masif terutama kalsium karbonat (CaCO 3 ) yang dihasilkan terutama

Lebih terperinci

3. METODOLOGI PENELITIAN

3. METODOLOGI PENELITIAN 3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Sampel spons Petrosia (petrosia) nigricans yang digunakan untuk penelitian di laboratorium di peroleh di bagian barat daya Pulau Pramuka Gugusan

Lebih terperinci

MODUL TRANSPLANTASI KARANG SECARA SEDERHANA PELATIHAN EKOLOGI TERUMBU KARANG ( COREMAP FASE II KABUPATEN SELAYAR YAYASAN LANRA LINK MAKASSAR)

MODUL TRANSPLANTASI KARANG SECARA SEDERHANA PELATIHAN EKOLOGI TERUMBU KARANG ( COREMAP FASE II KABUPATEN SELAYAR YAYASAN LANRA LINK MAKASSAR) MODUL TRANSPLANTASI KARANG SECARA SEDERHANA PELATIHAN EKOLOGI TERUMBU KARANG ( COREMAP FASE II KABUPATEN SELAYAR YAYASAN LANRA LINK MAKASSAR) Benteng, Selayar 22-24 Agustus 2006 TRANSPLANTASI KARANG Terumbu

Lebih terperinci

DISTRIBUSI DAN PREFERENSI HABITAT SPONS KELAS DEMOSPONGIAE DI KEPULAUAN SERIBU PROVINSI DKI JAKARTA KARJO KARDONO HANDOJO

DISTRIBUSI DAN PREFERENSI HABITAT SPONS KELAS DEMOSPONGIAE DI KEPULAUAN SERIBU PROVINSI DKI JAKARTA KARJO KARDONO HANDOJO DISTRIBUSI DAN PREFERENSI HABITAT SPONS KELAS DEMOSPONGIAE DI KEPULAUAN SERIBU PROVINSI DKI JAKARTA KARJO KARDONO HANDOJO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006 PERNYATAAN MENGENAI TESIS

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebut arus dan merupakan ciri khas ekosistem sungai (Odum, 1996). dua cara yang berbeda dasar pembagiannya, yaitu :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebut arus dan merupakan ciri khas ekosistem sungai (Odum, 1996). dua cara yang berbeda dasar pembagiannya, yaitu : 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perairan Sungai Sungai adalah suatu perairan yang airnya berasal dari mata air, air hujan, air permukaan dan mengalir secara terus menerus pada arah tertentu. Aliran air

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN DAN PERTUMBUHAN KARANG JENIS Lobophyllia hemprichii YANG DITRANSPLANTASIKAN DI PULAU PRAMUKA, KEPULAUAN SERIBU, JAKARTA

PERKEMBANGAN DAN PERTUMBUHAN KARANG JENIS Lobophyllia hemprichii YANG DITRANSPLANTASIKAN DI PULAU PRAMUKA, KEPULAUAN SERIBU, JAKARTA PERKEMBANGAN DAN PERTUMBUHAN KARANG JENIS Lobophyllia hemprichii YANG DITRANSPLANTASIKAN DI PULAU PRAMUKA, KEPULAUAN SERIBU, JAKARTA Oleh: WIDYARTO MARGONO C64103076 PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 14 3. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di Perairan Pulau Karya, Kepulauan Seribu yang dilaksanakan pada bulan September 2010 sampai dengan Juli 2011. Lokasi pengamatan

Lebih terperinci

FITOPLANKTON : DISTRIBUSI HORIZONTAL DAN HUBUNGANNYA DENGAN PARAMETER FISIKA KIMIA DI PERAIRAN DONGGALA SULAWESI TENGAH

FITOPLANKTON : DISTRIBUSI HORIZONTAL DAN HUBUNGANNYA DENGAN PARAMETER FISIKA KIMIA DI PERAIRAN DONGGALA SULAWESI TENGAH FITOPLANKTON : DISTRIBUSI HORIZONTAL DAN HUBUNGANNYA DENGAN PARAMETER FISIKA KIMIA DI PERAIRAN DONGGALA SULAWESI TENGAH Oleh : Helmy Hakim C64102077 PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Terumbu adalah serangkaian struktur kapur yang keras dan padat yang berada di dalam atau dekat permukaan air. Sedangkan karang adalah salah satu organisme laut yang tidak

Lebih terperinci

Gambar 11. Pemilihan dan pemotongan bibit karang lunak (Alcyonacea).

Gambar 11. Pemilihan dan pemotongan bibit karang lunak (Alcyonacea). HASIL DAN PEMBAHASAN Adaptasi Karang Lunak Hasil Fragmentasi (Pemotongan) Awal persiapan penelitian dimulai dari cara pengambilan sampel bibit, pengumpulan bibit, pemotongan hingga pemeliharaan dan pengukuran.

Lebih terperinci

DENSITAS DAN UKURAN GAMET SPONS Aaptos aaptos (Schmidt 1864) HASIL TRANSPLANTASI DI HABITAT BUATAN ANCOL, DKI JAKARTA

DENSITAS DAN UKURAN GAMET SPONS Aaptos aaptos (Schmidt 1864) HASIL TRANSPLANTASI DI HABITAT BUATAN ANCOL, DKI JAKARTA DENSITAS DAN UKURAN GAMET SPONS Aaptos aaptos (Schmidt 1864) HASIL TRANSPLANTASI DI HABITAT BUATAN ANCOL, DKI JAKARTA Oleh: Wini Wardani Hidayat C64103013 PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN FAKULTAS

Lebih terperinci

hasil pengukuran kesehatan karang adalah enam dan nilai minimumnya dua dari

hasil pengukuran kesehatan karang adalah enam dan nilai minimumnya dua dari 27 4.2 Kesehatan Karang Rata-rata kesehatan fragmen karang beraada di nilai lima. Nilai maksimum hasil pengukuran kesehatan karang adalah enam dan nilai minimumnya dua dari skala nol sampai enam (Tabel

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. memiliki empat buah flagella. Flagella ini bergerak secara aktif seperti hewan. Inti

TINJAUAN PUSTAKA. memiliki empat buah flagella. Flagella ini bergerak secara aktif seperti hewan. Inti II. TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi dan Biologi Tetraselmis sp. Tetraselmis sp. merupakan alga bersel tunggal, berbentuk oval elips dan memiliki empat buah flagella. Flagella ini bergerak secara aktif

Lebih terperinci

SEBARAN DAN ASOSIASI PERIFITON PADA EKOSISTEM PADANG LAMUN (Enhalus acoroides) DI PERAIRAN PULAU TIDUNG BESAR, KEPULAUAN SERIBU, JAKARTA UTARA

SEBARAN DAN ASOSIASI PERIFITON PADA EKOSISTEM PADANG LAMUN (Enhalus acoroides) DI PERAIRAN PULAU TIDUNG BESAR, KEPULAUAN SERIBU, JAKARTA UTARA SEBARAN DAN ASOSIASI PERIFITON PADA EKOSISTEM PADANG LAMUN (Enhalus acoroides) DI PERAIRAN PULAU TIDUNG BESAR, KEPULAUAN SERIBU, JAKARTA UTARA Oleh: Yuri Hertanto C64101046 PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI

Lebih terperinci

3. BAHAN DAN METODE. Penelitian laju pertumbuhan dan produksi lamun Cymodocea rotundata

3. BAHAN DAN METODE. Penelitian laju pertumbuhan dan produksi lamun Cymodocea rotundata 3. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian laju pertumbuhan dan produksi lamun Cymodocea rotundata dan Cymodocea serrulata di Pulau Pramuka dan Pulau Panggang Kepulauan Seribu DKI Jakarta

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Wilayah Penelitian Wilayah tempat substrat batu berada bersampingan dengan rumah makan Nusa Resto dan juga pabrik industri dimana kondisi fisik dan kimia perairan sekitar

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Fisika dan Kimia Perairan Parameter fisika dan kimia perairan sangat mempengaruhi kehidupan biota laut khususnya terumbu karang. Parameter yang tidak sesuai dengan

Lebih terperinci

STUDI PERUBAHAN LUASAN TERUMBU KARANG DENGAN MENGGUNAKAN DATA PENGINDERAAN JAUH DI PERAIRAN BAGIAN BARAT DAYA PULAU MOYO, SUMBAWA

STUDI PERUBAHAN LUASAN TERUMBU KARANG DENGAN MENGGUNAKAN DATA PENGINDERAAN JAUH DI PERAIRAN BAGIAN BARAT DAYA PULAU MOYO, SUMBAWA STUDI PERUBAHAN LUASAN TERUMBU KARANG DENGAN MENGGUNAKAN DATA PENGINDERAAN JAUH DI PERAIRAN BAGIAN BARAT DAYA PULAU MOYO, SUMBAWA Oleh Riza Aitiando Pasaribu C64103058 PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN FAKULTAS

Lebih terperinci

POTENSI ANCAMAN LEDAKAN POPULASI ACANTHASTERPLANCI TERHADAP KELESTARIAN TERUMBU KARANG DI WILAYAH LAUT JAKARTA DAN UPAYA PENGENDALIANNYA

POTENSI ANCAMAN LEDAKAN POPULASI ACANTHASTERPLANCI TERHADAP KELESTARIAN TERUMBU KARANG DI WILAYAH LAUT JAKARTA DAN UPAYA PENGENDALIANNYA POTENSI ANCAMAN LEDAKAN POPULASI ACANTHASTERPLANCI TERHADAP KELESTARIAN TERUMBU KARANG DI WILAYAH LAUT JAKARTA DAN UPAYA PENGENDALIANNYA http://7.photobucket.com Oleh: Rizka Widyarini Grace Lucy Secioputri

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi dan Morfologi Clownfish Klasifikasi Clownfish menurut Burges (1990) adalah sebagai berikut: Kingdom Filum Ordo Famili Genus Spesies : Animalia : Chordata : Perciformes

Lebih terperinci

PENGARUH WAKTU FRAGMENTASI KOLONI SPONS Petrosia sp. TERHADAP KANDUNGAN SENYAWA BIOAKTIF

PENGARUH WAKTU FRAGMENTASI KOLONI SPONS Petrosia sp. TERHADAP KANDUNGAN SENYAWA BIOAKTIF PENGARUH WAKTU FRAGMENTASI KOLONI SPONS Petrosia sp. TERHADAP KANDUNGAN SENYAWA BIOAKTIF Oleh : Siti Aisyah Cinthia Indah Anggraini C64103025 PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. : Volvocales. : Tetraselmis. Tetraselmis sp. merupakan alga bersel tunggal, berbentuk oval elips dan memiliki

II. TINJAUAN PUSTAKA. : Volvocales. : Tetraselmis. Tetraselmis sp. merupakan alga bersel tunggal, berbentuk oval elips dan memiliki II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tetraselmis sp. Menurut B u t c h e r ( 1 9 5 9 ) klasifikasi Tetraselmis sp. adalah sebagai berikut: Filum : Chlorophyta Kelas : Chlorophyceae Ordo : Volvocales Sub ordo Genus

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Oksigen Terlarut Sumber oksigen terlarut dalam perairan

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Oksigen Terlarut Sumber oksigen terlarut dalam perairan 4 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Oksigen Terlarut Oksigen terlarut dibutuhkan oleh semua jasad hidup untuk pernapasan, proses metabolisme, atau pertukaran zat yang kemudian menghasilkan energi untuk pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan selalu terbawa arus karena memiliki kemampuan renang yang terbatas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan selalu terbawa arus karena memiliki kemampuan renang yang terbatas BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PLANKTON Plankton merupakan kelompok organisme yang hidup dalam kolom air dan selalu terbawa arus karena memiliki kemampuan renang yang terbatas (Wickstead 1965: 15; Sachlan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN KARANG LUNAK

PERTUMBUHAN KARANG LUNAK PERTUMBUHAN KARANG LUNAK (Octocorallia:Alcyonacea) Lobophytum strictum, Sinularia dura DAN PERKEMBANGAN GONAD Sinularia dura HASIL FRAGMENTASI BUATAN DI PULAU PRAMUKA, KEPULAUAN SERIBU, JAKARTA DONDY ARAFAT

Lebih terperinci

JAKARTA (22/5/2015)

JAKARTA (22/5/2015) 2015/05/22 14:36 WIB - Kategori : Artikel Penyuluhan SELAMATKAN TERUMBU KARANG JAKARTA (22/5/2015) www.pusluh.kkp.go.id Istilah terumbu karang sangat sering kita dengar, namun belum banyak yang memahami

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Hasil Berdasarkan hasil yang diperoleh dari kepadatan 5 kijing, persentase penurunan total nitrogen air di akhir perlakuan sebesar 57%, sedangkan untuk kepadatan 10 kijing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Estradivari et al. 2009).

BAB I PENDAHULUAN. (Estradivari et al. 2009). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kepulauan Seribu merupakan salah satu kawasan pesisir terletak di wilayah bagian utara Jakarta yang saat ini telah diberikan perhatian khusus dalam hal kebijakan maupun

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Kadar Oksigen Terlarut Hasil pengukuran konsentrasi oksigen terlarut pada kolam pemeliharaan ikan nila Oreochromis sp dapat dilihat pada Gambar 2. Dari gambar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Makanan merupakan salah satu faktor yang dapat menunjang dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Makanan merupakan salah satu faktor yang dapat menunjang dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Makanan Alami Ikan Makanan merupakan salah satu faktor yang dapat menunjang dalam perkembangbiakan ikan baik ikan air tawar, ikan air payau maupun ikan air laut. Fungsi utama

Lebih terperinci

ADAPTASI FISIOLOGI. Ani Rahmawati Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian UNTIRTA

ADAPTASI FISIOLOGI. Ani Rahmawati Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian UNTIRTA ADAPTASI FISIOLOGI Ani Rahmawati Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian UNTIRTA ADAPTASI FISIOLOGI LINGKUNGAN Adaptasi : Proses penyesuaian diri secara bertahap yang dilakukan oleh suatu organisme terhadap

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 17 3. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2008-Mei 2009 di Lokasi Rehabilitasi Lamun PKSPL-IPB Pulau Pramuka dan Pulau Kelapa Dua, Kepulauan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. permukaan dan mengalir secara terus menerus pada arah tertentu. Air sungai. (Sosrodarsono et al., 1994 ; Dhahiyat, 2013).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. permukaan dan mengalir secara terus menerus pada arah tertentu. Air sungai. (Sosrodarsono et al., 1994 ; Dhahiyat, 2013). 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perairan Sungai Sungai adalah suatu perairan yang airnya berasal dari air hujan, air permukaan dan mengalir secara terus menerus pada arah tertentu. Air sungai dingin dan

Lebih terperinci

3. METODOLOGI PENELITIAN

3. METODOLOGI PENELITIAN 3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan lokasi penelitian Penelitian dilaksanakan mulai bulan September 2010 sampai Mei 2011. Kegiatan penelitian meliputi tahap persiapan, pengamatan laju pertumbuhan Kappaphycus

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Fisika Kimia Perairan Lokasi budidaya rumput laut diketahui memiliki dasar perairan berupa substrat pasir dengan serpihan karang mati. Direktorat Jendral Perikanan Budidaya

Lebih terperinci

V ASPEK EKOLOGIS EKOSISTEM LAMUN

V ASPEK EKOLOGIS EKOSISTEM LAMUN 49 V ASPEK EKOLOGIS EKOSISTEM LAMUN 5.1 Distribusi Parameter Kualitas Perairan Karakteristik suatu perairan dan kualitasnya ditentukan oleh distribusi parameter fisik dan kimia perairan yang berlangsung

Lebih terperinci

KAITAN KONDISI OSEANOGRAFI DENGAN KEPADATAN DAN KEANEKARAGAMAN KARANG LUNAK DI PULAU LAELAE, PULAU BONEBATANG DAN PULAU BADI SKRIPSI

KAITAN KONDISI OSEANOGRAFI DENGAN KEPADATAN DAN KEANEKARAGAMAN KARANG LUNAK DI PULAU LAELAE, PULAU BONEBATANG DAN PULAU BADI SKRIPSI KAITAN KONDISI OSEANOGRAFI DENGAN KEPADATAN DAN KEANEKARAGAMAN KARANG LUNAK DI PULAU LAELAE, PULAU BONEBATANG DAN PULAU BADI SKRIPSI MUFTI AKBAR L111 08 300 JURUSAN ILMU KELAUTAN FAKULTAS ILMU KELAUTAN

Lebih terperinci

Modul 1 : Ruang Lingkup dan Perkembangan Ekologi Laut Modul 2 : Lautan sebagai Habitat Organisme Laut Modul 3 : Faktor Fisika dan Kimia Lautan

Modul 1 : Ruang Lingkup dan Perkembangan Ekologi Laut Modul 2 : Lautan sebagai Habitat Organisme Laut Modul 3 : Faktor Fisika dan Kimia Lautan ix M Tinjauan Mata Kuliah ata kuliah ini merupakan cabang dari ekologi dan Anda telah mempelajarinya. Pengetahuan Anda yang mendalam tentang ekologi sangat membantu karena ekologi laut adalah perluasan

Lebih terperinci

II. BAHAN DAN METODE 2.1 Bahan Penelitian Jenis nutrien Kandungan (%) 2.2 Metode Penelitian Rancangan Penelitian

II. BAHAN DAN METODE 2.1 Bahan Penelitian Jenis nutrien Kandungan (%) 2.2 Metode Penelitian Rancangan Penelitian II. BAHAN DAN METODE 2.1 Bahan Penelitian Ikan nilem yang digunakan berasal dari Cijeruk. Pada penelitian ini digunakan ikan nilem berumur 4 minggu sebanyak 3.150 ekor dengan ukuran panjang 5,65 ± 0,62

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA. Anemon laut merupakan hewan invertebrata atau hewan yang tidak

2. TINJAUAN PUSTAKA. Anemon laut merupakan hewan invertebrata atau hewan yang tidak 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Anemon Laut Anemon laut merupakan hewan invertebrata atau hewan yang tidak memiliki tulang belakang. Anemon laut ditemukan hidup secara soliter (individual) dengan bentuk tubuh

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Terumbu Karang Terumbu karang (coral reefs) tersebar hampir di seluruh perairan dunia dengan kondisi paling berkembang pada kawasan perairan tropis. Meski luas permukaan bumi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Benih ikan mas (Cyprinus carpio) tergolong ikan ekonomis penting karena ikan ini sangat dibutuhkan masyarakat dan hingga kini masih belum dapat dipenuhi oleh produsen

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi lele menurut SNI (2000), adalah sebagai berikut : Kelas : Pisces. Ordo : Ostariophysi. Famili : Clariidae

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi lele menurut SNI (2000), adalah sebagai berikut : Kelas : Pisces. Ordo : Ostariophysi. Famili : Clariidae 6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Lele Klasifikasi lele menurut SNI (2000), adalah sebagai berikut : Filum: Chordata Kelas : Pisces Ordo : Ostariophysi Famili : Clariidae Genus : Clarias Spesies :

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Berikut ini adalah hasil penelitian dari perlakuan perbedaan substrat menggunakan sistem filter undergravel yang meliputi hasil pengukuran parameter kualitas air dan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Laut Belawan merupakan pelabuhan terbesar di bagian barat Indonesia

TINJAUAN PUSTAKA. Laut Belawan merupakan pelabuhan terbesar di bagian barat Indonesia TINJAUAN PUSTAKA Laut Belawan Laut Belawan merupakan pelabuhan terbesar di bagian barat Indonesia yang berjarak ± 24 km dari kota Medan berhadapan dengan Selat Malaka yang sangat padat lalu lintas kapalnya

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian Terdapat tiga hasil utama yang didapat dari penelitian ini, yaitu hasil pengamatan secara visual terhadap keadaan bagian luar tubuh anemon, pengamatan preparat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Produktivitas Primer Fitoplankton Berdasarkan hasil penelitian di Situ Cileunca didapatkan nilai rata-rata produktivitas primer (PP) fitoplankton pada Tabel 6. Nilai PP

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usaha budidaya ikan pada dewasa ini nampak semakin giat dilaksanakan baik secara intensif maupun ekstensif. Usaha budidaya tersebut dilakukan di perairan tawar, payau,

Lebih terperinci

PENGENALAN BEBERAPA KARANG LUNAK (OCTOCORALLIA, ALCYONACEA), DI LAPANGAN. oleh : Anna E.W. Manuputty 1} ABSTRACT

PENGENALAN BEBERAPA KARANG LUNAK (OCTOCORALLIA, ALCYONACEA), DI LAPANGAN. oleh : Anna E.W. Manuputty 1} ABSTRACT Oseana, Volume XXI, Nomor 4, 1996 : 1-11 ISSN 0216-1877 PENGENALAN BEBERAPA KARANG LUNAK (OCTOCORALLIA, ALCYONACEA), DI LAPANGAN oleh : Anna E.W. Manuputty 1} ABSTRACT THE SOFT CORALS (OCTOCORALLIA, ALCYONACEA),

Lebih terperinci

KLASIFIKASI CNIDARIA. By Luisa Diana Handoyo, M.Si.

KLASIFIKASI CNIDARIA. By Luisa Diana Handoyo, M.Si. KLASIFIKASI CNIDARIA By Luisa Diana Handoyo, M.Si. Tujuan pembelajaran Setelah mengikuti perkuliahan ini mahasiswa diharapkan mampu : Menjelaskan klasifikasi Cnidaria Menjelaskan daur hidup hewan yang

Lebih terperinci

EKOSISTEM. Yuni wibowo

EKOSISTEM. Yuni wibowo EKOSISTEM Yuni wibowo EKOSISTEM Hubungan Trofik dalam Ekosistem Hubungan trofik menentukan lintasan aliran energi dan siklus kimia suatu ekosistem Produsen primer meliputi tumbuhan, alga, dan banyak spesies

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebut arus dan merupakan ciri khas ekosistem sungai. Secara ekologis sungai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebut arus dan merupakan ciri khas ekosistem sungai. Secara ekologis sungai 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perairan Sungai Sungai merupakan suatu perairan yang airnya berasal dari air tanah dan air hujan, yang mengalir secara terus menerus pada arah tertentu. Aliran tersebut dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki jumlah pulau yang sangat banyak. Secara astronomis, Indonesia terletak

BAB I PENDAHULUAN. memiliki jumlah pulau yang sangat banyak. Secara astronomis, Indonesia terletak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan terbesar di dunia yang memiliki jumlah pulau yang sangat banyak. Secara astronomis, Indonesia terletak pada garis

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Daphnia sp. digolongkan ke dalam Filum Arthropoda, Kelas Crustacea, Subkelas

II. TINJAUAN PUSTAKA. Daphnia sp. digolongkan ke dalam Filum Arthropoda, Kelas Crustacea, Subkelas 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi dan Morfologi Daphnia sp. digolongkan ke dalam Filum Arthropoda, Kelas Crustacea, Subkelas Branchiopoda, Divisi Oligobranchiopoda, Ordo Cladocera, Famili Daphnidae,

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. Kultur Chaetoceros sp. dilakukan skala laboratorium dengan kondisi

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. Kultur Chaetoceros sp. dilakukan skala laboratorium dengan kondisi 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pertumbuhan Chaetoceros sp. Kultur Chaetoceros sp. dilakukan skala laboratorium dengan kondisi parameter kualitas air terkontrol (Lampiran 4). Selama kultur berlangsung suhu

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. tahapan dalam stadia hidupnya (larva, juwana, dewasa). Estuari merupakan

TINJAUAN PUSTAKA. tahapan dalam stadia hidupnya (larva, juwana, dewasa). Estuari merupakan 5 TINJAUAN PUSTAKA Estuari Estuari merupakan suatu komponen ekosistem pesisir yang dikenal sangat produktif dan paling mudah terganggu oleh tekanan lingkungan yang diakibatkan kegiatan manusia maupun oleh

Lebih terperinci

MANAJEMEN KUALITAS AIR

MANAJEMEN KUALITAS AIR MANAJEMEN KUALITAS AIR Ai Setiadi 021202503125002 FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS SATYA NEGARA INDONESIA Dalam budidaya ikan ada 3 faktor yang sangat berpengaruh dalam keberhasilan budidaya,

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini, data yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabel dan grafik. Penyajian grafik dilakukan berdasarkan variabel konsentrasi terhadap kedalaman dan disajikan untuk

Lebih terperinci

KAJIAN FAKTOR LINGKUNGAN HABITAT KERANG MUTIARA (STADIA SPAT ) DI PULAU LOMBOK, NUSA TENGGARA BARAT

KAJIAN FAKTOR LINGKUNGAN HABITAT KERANG MUTIARA (STADIA SPAT ) DI PULAU LOMBOK, NUSA TENGGARA BARAT KAJIAN FAKTOR LINGKUNGAN HABITAT KERANG MUTIARA (STADIA SPAT ) DI PULAU LOMBOK, NUSA TENGGARA BARAT Oleh : H. M. Eric Harramain Y C64102053 PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 45 hari dengan menggunakan 4 perlakuan yakni perlakuan A (Perlakuan dengan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 45 hari dengan menggunakan 4 perlakuan yakni perlakuan A (Perlakuan dengan 4.1. Laju Pertumbuhan Mutlak BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Laju pertumbuhan mutlak Alga K. alvarezii dengan pemeliharaan selama 45 hari dengan menggunakan 4 perlakuan yakni perlakuan A (Perlakuan dengan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. penting dalam daur hidrologi dan berfungsi sebagai daerah tangkapan air

TINJAUAN PUSTAKA. penting dalam daur hidrologi dan berfungsi sebagai daerah tangkapan air TINJAUAN PUSTAKA Sungai Sungai merupakan suatu bentuk ekositem aquatik yang mempunyai peran penting dalam daur hidrologi dan berfungsi sebagai daerah tangkapan air (catchment area) bagi daerah di sekitarnya,

Lebih terperinci

BY: Ai Setiadi FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSSITAS SATYA NEGARA INDONESIA

BY: Ai Setiadi FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSSITAS SATYA NEGARA INDONESIA BY: Ai Setiadi 021202503125002 FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSSITAS SATYA NEGARA INDONESIA Dalam budidaya ikan ada 3 faktor yang sangat berpengaruh dalam keberhasilan budidaya, karena hasil

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Amonia Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diperoleh data berupa nilai dari parameter amonia yang disajikan dalam bentuk grafik. Dari grafik dapat diketahui

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA. berflagel. Selnya berbentuk bola berukuran kecil dengan diameter 4-6 µm.

2. TINJAUAN PUSTAKA. berflagel. Selnya berbentuk bola berukuran kecil dengan diameter 4-6 µm. 3 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biologi Nannochloropsis sp Mikroalga adalah tumbuhan tingkat rendah yang memiliki klorofil, yang dapat digunakan untuk melakukan proses fotosintesis. Mikroalga tidak memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan yang disebut sumberdaya pesisir. Salah satu sumberdaya pesisir

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan yang disebut sumberdaya pesisir. Salah satu sumberdaya pesisir BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kawasan pesisir dan laut di Indonesia memegang peranan penting, karena kawasan ini memiliki nilai strategis berupa potensi sumberdaya alam dan jasajasa lingkungan yang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ekosistem Sungai Air merupakan salah satu sumber daya alam dan kebutuhan hidup yang penting dan merupakan sadar bagi kehidupan di bumi. Tanpa air, berbagai proses kehidupan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS CAHAYA DENGAN KEKERUHAN PADA PERAIRAN TELUK AMBON DALAM

HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS CAHAYA DENGAN KEKERUHAN PADA PERAIRAN TELUK AMBON DALAM HBNGAN ANTARA INTENSITAS CAHAYA DENGAN KEKERHAN PADA PERAIRAN TELK AMBON DALAM PENDAHLAN Perkembangan pembangunan yang semakin pesat mengakibatkan kondisi Teluk Ambon, khususnya Teluk Ambon Dalam (TAD)

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Komunitas Fitoplankton Di Pantai Balongan Hasil penelitian di perairan Pantai Balongan, diperoleh data fitoplankton selama empat kali sampling yang terdiri dari kelas Bacillariophyceae,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Komposisi dan Kelimpahan Plankton Hasil identifikasi komunitas plankton sampai tingkat genus di Pulau Biawak terdiri dari 18 genus plankton yang terbagi kedalam 14 genera

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pertumbuhan Mikroalga Laut Scenedesmus sp. Hasil pengamatan pengaruh kelimpahan sel Scenedesmus sp. terhadap limbah industri dengan dua pelakuan yang berbeda yaitu menggunakan

Lebih terperinci

KANDUNGAN ZAT PADAT TERSUSPENSI (TOTAL SUSPENDED SOLID) DI PERAIRAN KABUPATEN BANGKA

KANDUNGAN ZAT PADAT TERSUSPENSI (TOTAL SUSPENDED SOLID) DI PERAIRAN KABUPATEN BANGKA KANDUNGAN ZAT PADAT TERSUSPENSI (TOTAL SUSPENDED SOLID) DI PERAIRAN KABUPATEN BANGKA Umroh 1, Aries Dwi Siswanto 2, Ary Giri Dwi Kartika 2 1 Dosen Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian,Perikanan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ekosistem terumbu karang merupakan bagian dari ekosistem laut yang penting karena menjadi sumber kehidupan bagi beraneka ragam biota laut. Di dalam ekosistem terumbu

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Biologi Karang Cara Makan dan Sistem Reproduksi

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Biologi Karang Cara Makan dan Sistem Reproduksi 4 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Biologi Karang Suharsono (1996) menyatakan karang termasuk binatang yang mempunyai sengat atau lebih dikenal sebagai cnidaria (Cnida = jelatang) yang dapat menghasilkan kerangka

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perairan sungai Sungai merupakan salah satu dari habitat perairan tawar. Berdasarkan kondisi lingkungannya atau daerah (zona) pada sungai dapat dibedakan menjadi tiga jenis,

Lebih terperinci

EKOSISTEM LAUT DANGKAL EKOSISTEM LAUT DANGKAL

EKOSISTEM LAUT DANGKAL EKOSISTEM LAUT DANGKAL EKOSISTEM LAUT DANGKAL Oleh : Nurul Dhewani dan Suharsono Lokakarya Muatan Lokal, Seaworld, Jakarta, 30 Juni 2002 EKOSISTEM LAUT DANGKAL Hutan Bakau Padang Lamun Terumbu Karang 1 Hutan Mangrove/Bakau Kata

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perairan Laut Belawan Perairan Laut Belawan yang berada di Kecamatan Medan Belawan Provinsi Sumatera Utara banyak digunakan oleh masyarakat setempat untuk berbagai aktivitas.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan yang dialami ekosistem perairan saat ini adalah penurunan kualitas air akibat pembuangan limbah ke

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan yang dialami ekosistem perairan saat ini adalah penurunan kualitas air akibat pembuangan limbah ke 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan yang dialami ekosistem perairan saat ini adalah penurunan kualitas air akibat pembuangan limbah ke perairan yang menyebabkan pencemaran. Limbah tersebut

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Fisika Kimia Air Parameter fisika kimia air yang diamati pada penelitian ini adalah ph, CO 2, NH 3, DO (dissolved oxygen), kesadahan, alkalinitas, dan suhu. Pengukuran

Lebih terperinci

bio.unsoed.ac.id TELAAH PUSTAKA A. Morfologi dan Klasifikasi Ikan Brek

bio.unsoed.ac.id TELAAH PUSTAKA A. Morfologi dan Klasifikasi Ikan Brek II. TELAAH PUSTAKA A. Morfologi dan Klasifikasi Ikan Brek Puntius Orphoides C.V adalah ikan yang termasuk anggota Familia Cyprinidae, disebut juga dengan ikan mata merah. Ikan brek mempunyai garis rusuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berbagai makhluk hidup terus dilakukan. Hal ini disebabkan penyalahgunaan

I. PENDAHULUAN. berbagai makhluk hidup terus dilakukan. Hal ini disebabkan penyalahgunaan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pencarian senyawa bioaktif yang memiliki kemampuan antibiotik dari berbagai makhluk hidup terus dilakukan. Hal ini disebabkan penyalahgunaan antibiotik menimbulkan resistensi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Tutupan Karang di Pulau Semak Daun Pulau Semak Daun dikelilingi oleh paparan pulau yang cukup luas (island shelf) hingga 20 kali lebih luas dari pulau yang bersangkutan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. besar di perairan. Plankton merupakan organisme renik yang melayang-layang dalam

I. PENDAHULUAN. besar di perairan. Plankton merupakan organisme renik yang melayang-layang dalam I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Plankton merupakan salah satu jenis biota yang penting dan mempunyai peranan besar di perairan. Plankton merupakan organisme renik yang melayang-layang dalam air atau

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Lokasi dan objek penelitian analisis kesesuaian perairan untuk budidaya

III. METODE PENELITIAN. Lokasi dan objek penelitian analisis kesesuaian perairan untuk budidaya III. METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi dan objek penelitian analisis kesesuaian perairan untuk budidaya rumput laut ini berada di Teluk Cikunyinyi, Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Komposisi dan Kelimpahan Plankton Hasil identifikasi plankton sampai tingkat genus pada tambak udang Cibalong disajikankan pada Tabel 1. Hasil identifikasi komunitas plankton

Lebih terperinci

STUDI DAN HUBUNGAN ARUS TERHADAP SEBARAN DAN FLUKTUASI NUTRIEN (N DAN P) DI PERAIRAN KALIANGET KABUPATEN SUMENEP

STUDI DAN HUBUNGAN ARUS TERHADAP SEBARAN DAN FLUKTUASI NUTRIEN (N DAN P) DI PERAIRAN KALIANGET KABUPATEN SUMENEP STUDI DAN HUBUNGAN ARUS TERHADAP SEBARAN DAN FLUKTUASI NUTRIEN (N DAN P) DI PERAIRAN KALIANGET KABUPATEN SUMENEP Wiwid Prahara Agustin 1, Agus Romadhon 2, Aries Dwi Siswanto 2 1 Mahasiswa Jurusan Ilmu

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan kesejahteraan hidup rakyat melalui pembangunan di bidang industri, nampak memberikan dampak terhadap perubahan lingkungan perairan pesisir dan laut karena

Lebih terperinci