Agar Luh tak Sekedar Peluh

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Agar Luh tak Sekedar Peluh"

Transkripsi

1 Suara Millenium Development Goals (MDGs) Edisi No.1 Januari-Maret 2011 Agar Luh tak Sekedar Peluh

2 apa kabar? Kabar dari Redaksi MDGs sebagai sebuah cita-cita besar tentu harus diterjemahkan dalam langkah-langkah kecil untuk mencapainya. Adalah menjadi keharusan bagi setiap komponen masyarakat untuk mendialogkan berbagai informasi yang mendorong pencapaian cita-cita mulia itu. Menjadi komitmen kami untuk menghadirkan ruang tersebut pada lembar-lembar halaman di media ini. Adapun pada edisi pertama ini, kami mengangkat topik mengenai Keputusan Majelis Utama Desa Pekraman (MUDP) Bali yang merubah posisi perempuan dalam masalah hak waris serta berbagai masalah lainnya. Kami meyakini, keputusan itu adalah sebuah langkah strategis untuk memajukan posisi kaum perempuan di Bali. Dalam konteks MDGs,kami percaya bahwa penguatan posisi itu akan mempercepat upaya-upaya pencapaian tujuan MDGs. Untuk memperdalam pemahaman mengenai soal MDGs, pada setiap edisinya kami akan membuka sebuah forum tanya jawab yang akan diasuh oleh LSM Bali Sruti. Pada rubrik tersebut, pembaca dapat menanyakan seputar pengertian MDGs serta penerapannya di lapangan. Kami juga berusaha merekam berbagai aktivitas yang relevan dengan program MDGs baik di tingkat lokal maupun nasional. Harapannya tentu saja agar informasi tersebut menjadi inspirasi serta catatan untuk melangkah lebih baik di masa depan. Pada setiap edisi, kami juga akan berusaha menampilkan tokoh perempuan berprestasi sebagai pendorong untuk partisipasi yang lebih besar dari kalangan perempuan dalampencapaian MDGs. Di sisi lain, kami juga memberi kesempayan kepada teman-teman sastrawan untuk menampilkan karya yang relevan dengan topik MDGs. Hal itu sebagai sebuah cara untuk melakukan pencatatan dan penafsiran dengan cara yang berbeda. Hal 3 Hal 4 Hal 12 Hal 22 Hal 28 Hal 30 Hal 36 Hal 40 Hal 43 Hal 48 Apa Kabar? Forum MDGs Indeks Berita Laporan Utama: Agar Luh tak Hanya Peluh (Keputusan MUDP Bali soal Hak Waris Perempuan) Opini: - I Ketut Sudantra: Pembaruan Hukum Adat dan Angin Segar bagi Perempuan - Gek Ela Kumala Parwita: Sangkar Diskriminasi Dibalik Hukum Adat Dialog Interaktif di RRI tentang MDGs Profil Album Resensi Buku Opini: Sita van Bemmelen/Luh Anggreni: Sudahkah Hukum Berempati? Cerpen: Perempuan yang Kawin dengan Keris Suara Millenium Development Goals (MDGs) Pemimpin Umum Luh Riniti Rahayu Sekretariat Suharyati Koordinator Redaksi Fiqi Hasan Redaktur Khusus Made Sukaja, Luh Anggreni Pembantu Umum Sri Sulandari Desain FX fx.graphicdesign@gmail.com Alamat Jl. Pulau Serangan I No. 2 Denpasar, Bali Telp/fax: , Hp: lsm_balisruti@yahoo.com Website: Luh Riniti Rahayu Kembalinya Majalah Bali Sruti Majalah Bali Sruti yang merupakan suara nurani perempuan, terbit bulan Januari Seiring perjalanan waktu, majalah yang dibidani para pegiat LSM Bali Sruti, tidak mampu lagi terbit karena permasalahan klasik, masalah dana. Namun permasalahan perempuan tidaklah pernah berhenti, semakin hari permasalahan perempuan semakin terkuak. Pemberdayaan perempuan terus dilakukan para pegiat melalui berbagai cara. Ide-ide pemberdayaan melalui media massa seperti media elektronik dan media cetakpun terus dikuatkan. Di Penghujung tahun 2010 Bali Sruti bekerja sama dengan Kemitraan untuk memperkuat Kepemimpinan Perempuan dalam rangka pencapaian Milenium Development Goals (MDGs). Akhirnya bara api yang sempat meredup itu memerah lagi, kontak-kontak kembali terjalin dan disepakati untuk menerbitkan kembali majalah Bali Sruti. Hanya formatnya berubah, ukuran majalah diperkecil, direncanakan terbit per triwulan dengan tema setiap edisi akan menyangkut persoalan-persoalan MDGs di Bali. MDGs merupakan penjabaran resolusi Majelis Umum Perserikatan Bangsa-bangsa Nomor 55/2 Milenium Declaration yang disepakati 8 September tahun 2000 oleh para pemimpin dunia dari 189 negara, termasuk Presiden Abdurrahman Wahid dari Indonesia. Fokus utama dalam MDGs adalah pembangunan manusia, target MDGs adalah menurunkan besaran angka kemiskinan hingga setengahnya pada tahun Rapat redaksi segera digelar, disepakati untuk edisi perdana hidupnya kembali majalah Bali Sruti adalah mengangkat permasalahan MDGs yang ketiga dari delapan point tujuan pembangunan milenium, yaitu Mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan. Menyangkut kesetaraan hak-hak laki-laki dan perempuan dalam masyarakat Bali maka, kesepakatan Majelis Utama Desa Pekraman (MUDP) Bali tentang hak-hak waris perempuan Bali sangat relevan untuk diangkat dan disosialisasikan. Pesamuan Agung MUDP telah berlangsung pada tanggal 15 Oktober 2010, bersukur para anggota MUDP kini terdiri dari laki-laki dan perempuan, meskipun dalam pengambil keputusan adat di tingkat Desa Pekraman hanya laki-laki yang berhak. Kini para anggota laki-laki MUDP juga terdiri dari para tokohtokoh Bali dan ilmuan yang paham akan kesetaraan gender. Selama 2 minggu ini tim inti redaksi yakni Riniti, Rofiqi, Titik, Anggreni dan Sri Sulandari mempersiapkan segala sesuatunya. Hunting materipun segera bergerak cepat, kontak penulis, wawancara, persiapan artistikpun segera digarap. Terima kasih kepada para nara sumber yang telah bersedia diwawancarai, dan para penulis yang memberikan kontribusi tulisannya. Dan akhirnya dengan segala kerendahan hati, kami menyapa Anda dengan meng hadirkan kembali media majalah Bali Sruti. 2 Februari - April 2011 Februari - April

3 Forum MDGs Forum MDGs Forum MDGs Millenium Development Goals (MDGs) sudah sering diucapkan oleh banyak tokoh melalui berbagai media. Namun banyak pihak yang sejatinya belum mengetahui secara persis seluk beluk serta implikasi dari komitmen itu. Apalagi mengenai langkah-langkah riil yang harus dilakukan. Karena itu, majalah Bali Sruti pada setiap edisinya membuka forum tanya jawab yang memberi kesempatan kepada para pembaca untuk menyampaikan pertanyaan. Forum ini diasuh oleh LSM Bali Sruti, Pertanyaan bisa disampaikan melalui ke yahoo.com atau melalui kontak ibu Titik Pada edisi pertama ini, kami memuat paparan mengenai MDGs. Millenium Development Goals (MDGs) Komitmen Mengakhiri Kemiskinan Dunia Komitmen MDGs sudah diluncurkan pada bulan September 2000 pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Milenium Perserikatan Bangsa- Bangsa (PBB) di New York, Amerika Serikat yang dihadiri oleh 189 kepala negara dan kepala pemerintahan. Para kepala pemerintahan dan kepala negara negara anggota PBB yang sebagian besar diwakili oleh kepala pemerintahan tersebut kemudian sepakat untuk menandatangani Deklarasi Milenium atau kemudian dikenal sebagai Tujuan Pembangunan Milenium (Millennium Development Goals). Dalam KTT tersebut seluruh perwakilan negara yang hadir sepakat untuk menurunkan proporsi penduduk yang pendapatannya kurang dari US$ 1 per hari menjadi setengahnya antara periode , menemukan solusi untuk: mengatasi kelaparan, masalah gizi buruk dan penyakit, mempromosikan kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan, menjamin pendidikan dasar bagi setiap orang dan mendukung prinsip-prinsip Agenda 21 mengenai pembangunan berkelanjutan serta dukungan langsung dari negara-negara maju kepada negara-negara Fokus utama dalam MDG adalah pembangunan manusia, dengan meletakkan dasar pada konsensus dan kemitraan global untuk pembangunan. berkembang dalam bentuk bantuan, perdagangan, pembebasan utang dan investasi. Fokus utama dalam MDGs adalah pembangunan manusia, dengan meletakkan dasar pada konsensus dan kemitraan global untuk pembangunan. Diharapkan, negara-negara yang lebih kaya dapat mendukung negara-negara miskin dan berkembang dalam melaksanakan tugas pembangu nan mereka. Tujuan Pembanguan Millenium ini terdiri dari 8 (delapan) goals yaitu: 1. Menanggulangi kemiskinan dan kelaparan 2. Memenuhi pendidikan dasar untuk semua 3. Mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan 4. Menurunkan angka kematian balita 5. Meningkatkan kualitas kesehatan ibu melahirkan 6. Memerangi HIV/AIDS, malaria dan penyakit menular lain 7. Menjamin kelestarian fungsi lingkungan hidup 8. Mengembangkan kemitraan global untuk pembangunan Setiap tujuan memiliki satu atau beberapa target beserta indikatornya. MDGs ini menempatkan pembangunan manusia sebagai fokus utama pembangunan, memiliki tenggat waktu dan kemajuan yang terukur. Selain itu MDGs didasarkan pada konsensus dan kemitraan global, sambil menekankan tanggung jawab negara berkembang untuk melaksanakan pekerjaan rumah mereka, sedangkan negara maju berkewajiban mendukung upaya tersebut. Disepakati bahwa kedelapan goals tersebut akan tercapai pada tahun balebengong.net kampanye: Kalangan aktivis LSM di Bali juga bersemangat menyuarakan pentingnya MDGs. Seperti kegiatan Stand Up for MDGs yang juga dihadiri Sekda Provinsi Bali Nyoman Yasa. 4 Februari - April 2011 Februari - April

4 Forum MDGs zul t eduardo stop kemiskinan: Musuh bersama masyarakat dunia yang telah disepakati adalah kemiskinan. MDGs di Indonesia Dengan menandatangani Deklarasi Milenium, Pemerintah Indonesia berkomitmen untuk menempatkan MDG menjadi referensi penting dalam pelaksanaan pembangunan di Indonesia. Hal ini ditun jukkan dengan menggunakan MDG sebagai bahan acuan dalam pembangunan, mulai dari tahap perencanaan seperti yang dinyatakan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) sampai tahap implementasi. MDG bahkan telah menjadi dasar perumusan Strategi Penanggulangan Kemiskinan di tingkat nasional dan daerah. Meski demikian, tampaknya Sekitar 1 juta balita yang rentan terhadap penyakit menular yang dapat mengakibatkan kematian. pencapaian tersebut masih jauh dari harapan. Hingga pertengahan dekade Millenium, BPS (Maret 2006) mencatat bahwa jumlah penduduk miskin di Indonesia mencapai 39 juta orang (17,75%) dari total penduduk sebesar 220 juta orang. Sedangkan Laporan Perkembangan MDGs Indonesia, 2005, menunjukkan bahwa sasih ada 28% balita di seluruh Indonesia yang belum memperoleh akses terhadap imunisasi. Ini artinya, ada sekitar 1 juta balita yang rentan terhadap penyakit menular yang dapat mengakibatkan kematian. Sementara itu Sensus Kesehatan tahun menunjukkan bahwa 48,7 % masalah akses pelayanan kesehatan disebabkan karena kendala biaya, jarak dan transportasi. Ketidaksetaraan jender dalam pendidikan dan lapangan kerja pun masih Setelah era otonomi daerah, daerah mendapatkan kewenangan untuk mengelola termasuk program dan kebijakan bagi daerahnya. Oleh karena itu dapat dipastikan bahwa hampir semua tantangan MDGs berlangsung di tingkat lokal misalnya berkaitan dengan program penanggulangan berlangsung. Perempuan masih merupakan minoritas dalam angkatan kerja di sektor non pertanian di Indonesia yakni hanya sebesar 28% (Laporan Perkembangan MDG Indonesia, 2005). Dari segi pendidikan, hingga tahun 2003 ada sekitar 57,2% gedung SD/MI dan sekitar 27,3% gedung SMP/MTs mengalami rusak ringan dan rusak berat. Alokasi anggaran pemerintah bagi pendidikan baru mencapai 1,3% untuk kurun waktu Sebaliknya, Malaysia, Thailand dan Filipina telah mengalokasikan sebesar 7,9%, 5,0% kemiskinan dengan pendekatan komprehensif untuk mencegah pemiskinan lebih lanjut. Dalam konteks MDGs, pendekatan proyek dan 3,2% (RPJM ). Kemitraan global dalam goal kedelapan pun sejauh ini masih perlu mendapatkan dorongan lebih jauh. Perusahaan-perusahaan swasta yang memiliki konsep favorit Company Social Responsibility (CSR) dalam pelaksanaannya ternyata masih menerapkan prinsip sukarela sehingga kemungkinan untuk berkompromi dengan keuntungan seringkali mengalahkan konsep CSR itu sendiri. Padahal kemitraan merupakan salah satu prasyarat dalam mencapai tujuan kesatu hingga ketujuh. Tantangan di Tingkat Lokal Karenanya proses dan target pencapaian MDGs memang amat tergantung bagaimana daerah memaknai mandat yang diberikan dalam MDGs. Forum MDGs tidak pernah bisa menyebabkan seluruh masyarakat terjangkau padahal semua program pencapaian MDGs perlu mencapai seluruh Indonesia. Hal ini dikarenakan juga pemenuhan tujuan MDGs memprioritaskan wilayah-wilayah yang masih tertinggal, daerah terpencil di pegunungan, pulau-pulau kecil, daerah perbatasan, dll. Dengan demikian, penanggulangan intensif harus difokuskan pada wilayah-wialyah khusus seperti kantong-kantong kemiskinan, daerah rawan bencana, pasca konflik, kantong-kantong malaria, TBC dan HIV/AIDS, wilayah dengan angka kematian balita / ibu melahirkan yang tinggi, dsb. Karenanya proses dan 6 Februari - April 2011 Februari - April

5 Forum MDGs Forum MDGs target pencapaian MDGs memang amat tergantung bagaimana daerah memaknai mandat yang diberikan dalam MDGs. Keberhasilan pencapaian MDGS amat tergantung pada daerah-daerah yang bersangkutan. Target & indikator MDGs dapat disesuaikan menurut konteks kondisi & tantangan daerah, misalnya : a) Sasaran bukan hanya menurunkan separuh, tetapi sebanyak mungkin; b) Target waktu bisa lebih cepat, atau sesuai masa bakti pemerintah daerah; c) Indikator tambahan yang aplikatif bagi daerah. Penguatan Peran Masyarakat di Daerah Tentu saja hal ini juga tidak terlepas dari data yang tersedia. Mencermati bahwa salah satu kelemahan pencapaian MDGs adalah data maka daerah perlu meningkatkan penggalangan data lebih akurat pada tiap program yang telah berjalan maupun yang khusus dikembangkan bagi pencapaian MDGs. Selain itu perlu melakukan revitalisasi institusi pelayanan dasar yang sudah menurun dan mengoptimalkan yang sudah baik Pada sisi lain, komitmen MDGs seharusnya dituangkan dalam rencana aksi dengan alokasi anggaran yang pro-poor, berbasis kinerja dan berkelanjutan. Tertuju pada program pemecahan masalah secara terpadu (bukan hanya proyek-proyek sektoral) propoor tidak berarti menekan pertumbuhan, pro-poor budget tidak selalu berarti peningkatan anggaran pengeluaran publik, tapi diprioritaskan bagi program pemberdayaan masyarakat miskin. Investasi publik bagi infrastruktur dasar seperti listrik, transportasi darat/laut/sungai, dll dirancang khusus untuk menghilangkan kesenjangan. Tidak dapat dipungkiri bahwa keberhasilan pencapaian MDGs mensyaratkan sinergitas kerja antara pemerintah dan masyarakat sipil. Namun demikian, kerjasama tersebut dapat terjalin dengan baik apabila keduanya ada dalam posisi yang sama-sama setara dan berdaya. Pemberdayaan masyarakat diperlukan agar mampu mendorong perubahan/perbaikan kebijakan/program pembangunan dan memastikan adanya rencana pencapaian MDGs, terutama di tingkat lokal. Pemberdayaan pemerintah (lokal) penting supaya dapat melahirkan program dan kebijakan yang kondusif untuk pencapaian MDGs. Sayangnya pada titik tertentu, kapasitas pemerintah terutama lokal dan masyarakat sipil masih harus diperkuat. Oleh karena itu fokus pemberdayaan adalah peningkatan kapasitas masyarakat sipil utk memantau kebijakan / program serta kinerja pemerintahan & komitmen pemihakan pada si miskin (pro-poor) para politisi daerah. Dan kapasitas pemerintah daerah diperkuat untuk menyediakan data yang komprehensif serta program dan kebijakan yang kondusif. MDGs bisa menjadi rumusan sasaran & kerangka kerja pemberdayaan dan partisipasi masyarakat, maupun daftar check-list kebijakan / program yang masuk ke masyarakat Sumber rujukan: Witoelar, Erna, Pencapaian MDGs melalui Tata Pemerintahan yang Baik, makalah, TUJUAN kemiski- Tujuan 1: Menanggulangi nan dan kelaparan Tujuan 2: Mencapai pendidikan dasar bagi semua Tujuan 3: Mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan TARGET Target 1: Menurunkan proporsi penduduk yang tingkat pendapatannya di bawah 1 dollar per hari menjadi setengahnya antara Target 2: Menurunkan proporsi penduduk yang menderita kelaparan menjadi setengahnya antara tahun Target 3: Menjamin semua anak perempuan dan lakilaki di area menyelesaikan jenjang pendidikan dasar (SD dan SMP) Target 4: Menghilangkan ketimpangan gender di tingkat pendidikan dasar dan lanjutan pada tahun 2005 dan di semua jenjang pendidikan tidak lebih dari tahun indikator - Proporsi penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan nasional - Proporsi penduduk dengan tingkat pendapatan kurang dari $1 per hari - Kontribusi kuartil pertama penduduk berpendapatan terendah terhadap konsumsi nasional - Prevalensi balita kurang gizi - Proporsi penduduk yang berada di bawah garis konsumsi minimum (2.100 kkal/kapita/hari) - Angka partisipasi murni di SD - Angka partisipasi murni di SMP - Proporsi murid yang berhasil mencapai kelas 5 - Proporsi murid di kelas 1 yang berhasil menamatkan SD - Proporsi murid di kelas 1 yang berhasil menyelesaikan sembilan tahun pendidikan dasar - Angka melek huruf usia tahun - Rasio anak perempuan terhadap anak laki-laki di tingkat pendidikan dasar, lanjutan dan tinggi yang diukur melalui angka partisipasi murni anak perempuan terhadap anak laki-laki - Rasio melek huruf perempuan terhadap laki-laki usia tahun yang diukur melalui angka melek huruf perempuan/laki-laki - Kontribusi perempuan dalam pekerjaan upahan di sektor pertanian 8 Februari - April 2011 Februari - April

6 Forum MDGs Forum MDGs TUJUAN TARGET indikator TUJUAN TARGET indikator Tujuan 4: Menurunkan angka kematian anak Tujuan 5: Meningkatkan ibu kesehatan Tujuan 6: Memerangi HIV/AIDS, malaria dan penyakit lain Target 5: Menurunkan angka kematian balita sebesar dua-pertiganya antara tahun 1990 dan Target 6: Menurunkan angka kematian ibu antara tahun 1990 dan 2015 sebesar tiga-perempatnya. Target 7: Mengendalikan penyebaran HIV/AIDS dan mulai menurunnya jumlah kasus baru pada tahun Target 8: Mengendalikan penyakit malaria dan mulai menurunnya jumlah kasus malaria dan penyakit lainnya pada tahun Proporsi kursi DPR yang diduduki perempuan - Angka kematian balita - Angka kematian bayi - Presentase anak di bawah 1 tahun yang diimunisasi campak - Angka kematian ibu - Proporsi pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan terlatih - Angka pemakaian kontrasepsi - Prevalensi HIV di kalangan ibu hamil yang berusia antara tahun - Penggunaan kondom pada hubungan seks berisiko tinggi - Penggunaan kondom pada contraceptive prevalence rate - Presentase anak muda usia tahun yang memiliki pengetahuan komprehensif tentang HIV & AIDS - Prevalensi malaria dan angka kematiannya - Presentase penduduk yang menggunakan cara pencegahan yang efektif untuk memerangi malaria - Presentase penduduk yang mendapat penanganan malaria secara efektif - Prevalensi TBC dan angka kematian penderita TBC dengan sebab apapun selama pengobatan OAT - Angka penemuan penderita tuberkulosis BTA positif baru - Angka kesembuhan penderita tuberkulosis Tujuan 7: Memastikan Kelestarian Lingkungan Hidup Tujuan 8: Mengembangkan kemitraan global untuk pembangunan Target 9: Memadukan prinsip pembangunan berkelanjutan dengan kebijakan dan program nasional serta mengembalikan sumber daya lingkungan yang hilang. Target 10: Penurunan sebesar separuh, proporsi penduduk tanpa akses terhadap sumber air minum yang aman dan berkelanjutan serta fasilitas sanitasi dasar pada Target 11: Mencapai perbaikan yang berarti dalam kehidupan penduduk miskin di pemukiman kumum pada tahun Target 12: Pengembangan sistem perdagangan di daerah yang terbuka, berbasis aturan, dapat diprediksi serta tidak diskriminatif (termasuk membangun komitmen untuk menerapkan tata pemerintahan yang baik). Target 18: Bekerja sama dengan pihak swasta untuk memastikan pesebaran keuntungan teknologi baru, terutama teknologi informasi dan komunikasi. - Proporsi luas lahan yang tertutup hutan - Rasio luas kawasan lindung terhadap luas daratan - Energi yang dipakai (setara barel minyak) per PDB (juta rupiah) - Emisi CO 2 perkapita - Jumlah konsumsi zat perusak ozon - Proporsi penduduk berdasarkan bahan bakar untuk memasak - Proporsi penduduk yang menggunakan kayu bakar dan arang untuk memasak - Proporsi penduduk dengan akses terhadap air minum yang terlindungi dan berkelanjutan - Proporsi penduduk dengan akses terhadap sanitasi yang layak. - Proporsi rumah tangga dengan status rumah milik atau sewa - Kemudahan dan kejelasan dalam memperoleh izin usaha bagi siapa saja - Perlindungan terhadap wirausaha mikro dan kecil (termasuk yang bersifat informal) - Terdapat kerjasama dengan swasta di bidang teknologi informasi dan komunikasi yang manfaatnya dapat dirasakan oleh penduduk secara luas. 10 Februari - April 2011 Februari - April

7 Laporan Utama Agar Luh tak Sekedar Peluh Majelis Utama Desa Pekraman Bali (MUDP) memberikan hak waris kepada kaum perempuan. Sebuah kemajuan setelah 110 tahun. Penggalan puisi dari karya Oka Rusmini itu menjadi pegangan bagi Ni Luh Terik Dianti, salah-satu peserta Pelatihan Kesadaran Gender bagi Perempuan Muda di Denpasar, akhir 2010 lalu. Sebagai anak perempuan pertama di keluarga sederhana dengan dua saudara laki-laki, dia harus selalu mengalah, Anak lakilaki selalu dianggap lebih istimewa karena menjadi pewaris keluarga. Mereka mendapat prioritas untuk pendidikan yang lebih baik meskipun dalam pekerjaan sehari-hari justru anak perempuan yang lebih banyak membantu. Anak laki-laki adalah anak yang dipersiapkan untuk tanggungjawab yang lebih besar dalam peran Laporan Utama Tapi Ni Luh tak mengeluh. Seringkali ia ingin memprotes keadaan itu namun akhirnya hanya disimpannya dalam hati. di masyarakat dan hanya kepadanyalah orang tua akan menggantungkan hidup. Meski terlihat mereka menjadi lebih manja dibanding anak perempuan. Tapi Ni Luh tak mengeluh. Seringkali ia ingin memprotes keadaan itu namun akhirnya hanya disim- upacara: Perempuan Bali berperan besar dalam pelaksanaan upacara zul t eduardo 12 Februari - April 2011 Februari - April rofiki hasan

8 Laporan Utama Laporan Utama pannya dalam hati. Pilihan pun ditegaskannya untuk bekerja mencari nafkah sendiri untuk membiayai sekolahnya hingga di Perguruan Tinggi dan membuat orang tuanya bangga. Seringkali tubuh ringkih nya memprotes dan ia pun jatuh sakit. Namun se mangat yang kuat mengalahkan semua rintangan itu. Baru setelah ia berhasil meraih gelar sarjana, keluarga menjadikannnya sebagai teladan bagi adikadik prianya. Saya tak menyimpan rasa benci, saya hanya ingin membuktikan bisa berprestasi dan menjadi contoh bagi adikadik, tulisnya. Kisah-kisah semacam Anggreni rofiki hasan itu gampang ditemukan dalam pergaulan sehari-hari. Posisi pria dalam hukum adat Bali memang jauh lebih berkuasa dengan garis Purusa yang diberikan kepadanya. Purusa yang dilekatkan kepada pria Bali berakar pada aturan yang ditetapkan pada masa kolonial.tepatnya melalui Lavering Adat Bali yang dikeluarkan pemerintah kolonial Belanda pada 13 Oktober Status Purusa berarti kemampuan untuk mengurus dan meneruskan Swadharma (tanggung jawab) keluarga. Yakni, dalam masalah parahyangan (hubungan dengan Tuhan), pawongan (hubungan sosial) dan palemahan Wayan P Windia rofiki hasan (pengaturan lingkungan). Kaum perempuan dianggap tidak memiliki kemampuan untuk memikul tanggungjawab itu. Konsekuensinya, mereka tak diberi swadikara (hak waris) sedikit pun. Ekses dari konsep itu melebar kemana-mana. Ketika perempuan masuk dalam sebuah keluarga melalui perkawinan, posisinya menjadi sangat lemah. Apalagi kalau tidak memiliki pekerjaaan dan penghasilan sendiri, kata aktivis perempuan Luh Anggreni. Itu sebabnya, rata-rata perempuan Bali adalah pekerja keras dan bahkan mau mengerjakan pekerjaan fisik yang di tempat lain dikerjakan oleh para pria. Di sisi lain, kasus-kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) kerap terjadi. Anak laki-laki pun mendapat keistimewaan untuk mengakses pendidikan yang lebih tinggi. Yang paling berat adalah ketika terjadi perceraian. Pihak perempuan sama sekali tidak mendapat pem- Khusus mengenai masalah perceraian, MUDP memutuskan bahwa, harta gunakaya harus dibagi secara merata antara laki-laki dan perempuan. 14 Februari - April 2011 Februari - April zul t eduardo

9 bagian dari harta gunakaya alias harta dari usaha bersama. Hak asuh atas anakanak umumnya jatuh ke tangan suami, apalagi bila anaknya adalah laki-laki. Anggreni yang menjadi pengacara di Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Bali sudah menangani puluhan kasus semacam itu. Hakim selalu berpegang pada konsep Purusa itu, ujarnya. Bila pengadilan memutuskan hak asuh diberikan kepada ibunya, sang suami umumnya kemudian menolak bertanggungjawab membiayai anaknya. Setelah lebih dari 110 tahun berlaku, sebuah perubahan besar telah terjadi. Tepatnya ketika Majelis Utama Desa Pekraman (MUDP) yang menghimpun Desa Adat di seluruh Bali menggelar Pasamuhan Agung III pada 15 Oktober Dalam keputusan dengan Nomor 01/KEP/PSM-3/MDP Bali/ X/2010 disepakati adanya hak waris bagi perempuan. Karena situasi sudah berubah dan perempuan pun bisa meneruskan swadharma keluarga, kata Ketua Nayaka (Dewan Penasehat) MUDP Wayan P Windia. Sebelum harta keluarga diwariskan kepada anakanak, harta itu dipilah menjadi dua. Pertama, harta pusaka yang diwariskan turun temurun sebagai harta bersama yang tidak bisa dibagi karena merupakan sarana memelihara warisan immaterial. Penguasaannya bukan kepemilikannya diserahkan kepada anak ke purusa. Kedua, harta gunakaya atau harta hasil usaha orang tua yang bisa dibagi dengan proporsi ategenasuwun (sepikul-segendongan) atau 1 : 2 antara anak perempuan dan lakilaki. Namun harta yang dibagi itu sebelumnya harus dikurangi dulu oleh harta duwe tengah (harta bersama) sebesar sepertiga dari gunakaya untuk kepentingan bersama keluarga. Warisan itu berhak didapatkan oleh semua anak termasuk perempuan yang sudah menikah dan mengikuti suaminya. Demikian pula dengan anak laki-laki yang melangsungkan perkawinan nyentana atau diangkat oleh keluarga lain. Satu-satunya yang kehilangan hak adalah anak yang berpindah agama atau disebut ninggal kedaton penuh. Sebab mereka tidak mungkin melanjutkan swadharma orang tua secara agama Hindu, kata Windia yang juga adalah Guru Besar Hukum Adat Fakultas Hukum Universitas Udayana. Keputusan itu diharapkan akan meningkatkan kebersamaan dalam memikul kewajiban adat istiadat serta agama Hindu. Keputusan penting lainnya adalah diakuinya jenis perkawinan pada gelahang. Yakni, perkawinan yang tidak menghilangkan garis keturunan pihak pria maupun wanita. Status purusa Warisan itu berhak didapatkan oleh semua anak termasuk perempuan yang sudah menikah dan mengikuti suaminya. atau garis keturunan anakanak ditentukan berdasarkan kesepakatan orang tua. Menurut Windia, jenis perkawinan ini adalah untuk mengantisipasi kecenderungan keluarga-keluarga di Bali yang kini memilih hanya memiliki satu atau dua orang anak saja. Bila mengikuti perkawinan biasa atau nyentana bisa berakibat putusnya garis keturunan salah-satu keluarga. Khusus mengenai masalah perceraian, MUDP memutuskan bahwa, harta gunakaya harus dibagi secara merata antara laki-laki dan perempuan. Adapun mengenai hak asuh anak, pihak perempuan bisa mendapatkannya tanpa berarti memutus status purusa. Jadi tetap ada kewajiban untuk menjaga hubungan baik dengan keluarga besar si anak, ujar Windia. Di pihak lain, keluarga purusa diwajibkan untuk tetap memberi jaminan hidup bagi anak itu. Keputusan MUDP itu selanjutnya akan disosialisasikan melalui Majelis Madya Desa Pekraman (MMDP) di tingkat Kabupaten yang akan meneruskannya sampai ke Desa-desa Adat di wilayahnya. Bila terjadi sengketa, keputusan itu yang akan menjadi acuan. Pihak MUDP Bali juga akan menyampaikannya ke instansi penegakan hukum seperti kepolisian, kejaksaan dan pengadilan agar menjadi acuan dalam mengatasi masalah terkait dengan adat. Ini kita dorong akan menjadi hukum positif yang berlaku di Bali, ujarnya. Perubahan itu jelas merupakan pengakuan terhadap eksistensi perempuan yang sudah sejak lama memiliki peran besar. Dalam berbagai upacara adat pun, mereka sangat penting, ujar Anggreni. Adalah perempuan yang menyiapkan berbagai sesaji dan keperluan upacara lannya serta membawanya ke Pura. Hanya kemudian saat upacara, kaum prialah yang berdiri di muka. Bagi dia, konsep purusapradana mestinya diletakkan dalam keseimbangan antara peran dan hak laki-laki serta perempuan. Hal itu yang diperjuangkan para aktivis perempuan di Bali dalam 10 tahun terakhir. Setelah menunggu cukup lama, momentum perubahan terasa tepat karena justru dimulai dari lembaga adat yang merupakan jantung kehidupan warga Bali. Keputusan pun diambil tanpa perdebatan yang terlalu alot. Sebab sebelumnya sudah didahului dengan proses panjang untuk berdiskusi dan saling memahami. Selalu kita tekankan, kita semua lahir dan dibesarkan oleh seorang perempuan, tegas nya. Pendekatan ini rupanya cukup manjur. Apalagi kemudian diakui, dalam penga laman sehari-hari terlihat anak perempuan lebih dekat hubungan emosionalnya dengan orang tua dibanding anak laki-laki. Satu-satunya yang polemik keras adalah konsep perkawinan pada gelahang yang ditolak oleh perwakilan dari MMDP Karangasem. Sebab, dianggap bisa mengacaukan garis keturunan dan aturan tentang hak waris. Karena tak ditemukan titik temu, akhirnya disepakati untuk memberikan pengakuan terhadap adanya perkawinan semacam itu sambil melihat masalah yang timbul. Sebab, Bagi dia, konsep purusa-pradana mestinya diletakkan dalam keseimbangan antara peran dan hak laki-laki serta perempuan. kenyataannya sejumlah keluarga memang telah mempraktekkannya. Bagi Ketut Widi, 34, (bukan nama sebenarnyared), keputusan MUDP itu memberi harapan untuk kembali berkumpul dengan kedua anaknya. Pada akhir Desember lalu, Pengadilan Negeri Denpasar mengabulkan permohonannya untuk bercerai dengan suaminya yang jarang pulang ke rumah dan tak bertanggungjawab. Namun hakim juga memutuskan, hak asuh anak jatuh ke tangan pihak suami dengan alasan purusa. Padahal selama ini, anak-anak itu berkumpul dengan dirinya. Akan saya ajukan banding dengan melampirkan keputusan ini, ujarnya. Tim Bali Sruti 16 Februari - April 2011 Februari - April

10 Laporan Utama Keputusan Majelis Utama Desa Pakraman Bali (MUDP) Bali Nomor 01/KEP/PSM-3/MDP Bali/X/2010, tanggal 15 Oktober 2010, tentang Hasilhasil Pasamuhan Agung III Majelis Utana Desa Pakraman (MUDP) Bali. Diselenggarakan 15 Oktober 2010 di Gedung Wiswasabha, Kantor Gubernur Prov. Bali. perempuan: Perempuan Bali penggerak perekonomian rakyat. A. Kedudukan Wanita Bali dalam Keluarga dan Pewarisan Sistem kekeluargaan patrilineal (purusa) yang dianut oleh orang Bali-Hindu menyebabkan hanya keturunan berstatus kapurusa yang dianggap dapat mengurus dan meneruskan swadharma (tanggung jawab) keluarga, baik dalam hubungan dengan parahyangan (keyakinan Hindu), pawongan (umat Hindu), maupun palemahan (pelestarian lingkungan alam sesuai dengan keyakinan Hindu). Konsekuensinya, hanya keturunan yang berstatus kapurusa sajalah yang memiliki swadikara (hak) terhadap harta warisan, sementara keturunan yang berstatus pradana (perempuan), tidak mungkin dapat meneruskan swadharma, sehingga disamakan dengan orang yang meninggalkan tanggung jawab keluarga (ninggal kadaton), dan oleh karena itu, dianggap tidak berhak atas harta warisan dalam keluarga. zul t eduardo Dalam perkembangannya, kenyataan dalam masyarakat menunjukkan bahwa ada orang ninggal kadaton tetapi dalam batas tertentu masih memungkinkan melaksanakan swadharma sebagai umat Hindu (ninggal kadaton terbatas), dan ada pula kenyataan orang ninggal kadaton yang sama sekali tidak memungkinkan lagi bagi mereka melaksanakan swadharma sebagai umat Hindu (ninggal kadaton Mereka yang dikategorikan ninggal kadaton penuh, tidak berhak sama sekali atas harta warisan Laporan Utama penuh). Mereka yang dikategorikan ninggal kadaton penuh, tidak berhak sama sekali atas harta warisan, sedangkan mereka yang ninggal kadaton terbatas masih dimungkinkan mendapatkan harta warisan didasarkan atas asas ategen asuwun (dua berbanding satu). Mereka yang tergolong ninggal kadaton terbatas adalah sebagai berikut. a. Perempuan yang melangsungkan perkawinan biasa. b. Laki-laki yang melangsungkan perkawinan nyentana/nyeburin. c. Telah diangkat anak (kaperas sentana) oleh keluarga lain sesuai dengan agama Hindu dan hukum adat Bali. d. Menyerahkan diri (makidihang raga) kepada keluarga lain atas kemauan sendiri. Berdasarkan fakta-fakta di atas, maka Pasamuhan Agung III Majelis Utama Desa Pakraman Bali memutuskan mengenai kedudukan suami istri dan anak terhadap harta pusaka dan harta gunakaya sebagai berikut. 1. Suami dan istrinya serta saudara laki-laki suami dan istrinya, mempunyai kedudukan yang sama dalam usaha untuk menjamin bahwa harta pusaka dapat diteruskan kepada anak dan cucunya untuk memelihara atau melestarikan warisan immateriil. 2. Selama dalam perkawinan, suami dan istrinya mempunyai kedudukan yang sama terhadap harta gunakaya-nya (harta yang diperoleh selama dalam status perkawinan). 3. Anak kandung (laki-laki atau perempuan) serta anak angkat (lakilaki atau perempuan) yang belum kawin, pada dasarnya mempunyai kedudukan yang sama terhadap harta gunakaya orangtuanya. 4. Anak kandung (laki-laki atau perempuan) serta anak angkat (lakilaki atau perempuan) berhak atas harta gunakaya orangtuanya, sesudah dikurangi sepertiga sebagai duwe tengah (harta bersama), yang dikuasai (bukan dimiliki) oleh anak yang nguwubang (melanjutkan swadharma atau tanggung jawab) orangtuanya. 5. Anak yang berstatus kapurusa berhak atas satu bagian dari harta warisan, sedangkan yang berstatus pradana/ninggal kadaton terbatas berhak atas sebagian atau setengah dari harta warisan yang diterima oleh seorang anak yang berstatus kapurusa. 6. Dalam hal pembagian warisan, anak yang masih dalam kandungan mempunyai hak yang sama dengan anak yang sudah lahir, sepanjang dia dilahirkan hidup. 7. Anak yang ninggal kadaton penuh tidak berhak atas harta warisan, tetapi dapat diberikan bekal (jiwa dana) oleh orangtuanya dari harta gunakaya tanpa merugikan ahli waris. 18 Februari - April 2011 Februari - April

11 Laporan Utama Laporan Utama B. Pelaksanaan Perkawinan dan Perceraian Hukum adat Bali mengenal dua bentuk perkawinan, yaitu perkawinan biasa (wanita menjadi keluarga suami) dan perkawinan nyentana/nyeburin (suami berstatus pradana dan menjadi keluarga istri). Dalam perkembangan selanjutnya, adakalanya pasangan calon pengantin dan keluarganya tidak dapat memilih salah satu di antara bentuk perkawinan tersebut, karena masing-masing merupakan anak tunggal, sehingga muncul bentuk perkawinan baru yang disebut perkawinan pada gelahang. Hal ini menjadi persoalan tersendiri dalam masyarakat Bali sehingga perlu segera disikapi. Selain perkembangan mengenai bentuk perkawinan, perkawinan beda wangsa yang secara hukum tidak lagi dianggap sebagai larangan perkawinan sejak tahun 1951 berdasarkan Keputusan DPRD Bali Nomor 11/Tahun 1951 tanggal 12 Juli 1951, ternyata masih menyisakan persoalan tersendiri dalam masyarakat, yakni masih dilangsungkannya upacara patiwangi dalam perkawinan yang lazim disebut nyerod. Hal ini perlu pula disikapi karena hal itu bertentangan dengan hak asasi manusia dan menimbulkan dampak ketidaksetaraan kedudukan perempuan dalam keluarga, baik selama perkawinan maupun sesudah perceraian. Sebelum berlakunya Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, perkawinan dan perceraian bagi umat Hindu di Bali dapat dikatakan sah apabila dilaksanakan menurut hukum adat Bali (disaksikan prajuru banjar atau desa pakraman) dan agama Hindu. Sesuai Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Perkawinan, perkawinan bagi umat Hindu di Bali dapat dikatakan sah apabila dilaksanakan menurut hukum adat Bali, agama Hindu, Kerja keras: Perempuan Bali terkenal dengan etos kerja kerasnya. zul t eduardo sedangkan perceraian baru dapat dikatakan sah apabila dilaksanakan di pengadilan negeri sesuai ketentuan Undang-Undang Perkawinan. Apabila diperhatikan uraian di atas, tampak jelas bahwa Undang-Undang Perkawinan tidak memberikan penghargaan yang seimbang kepada hukum adat Bali dan agama Hindu, dalam hubungan dengan pelaksanaan perkawinan dan perceraian bagi umat Hindu. Ketentuan hukum adat Bali dan ajaran Hindu mendapat tempat yang sepantasnya dalam pelaksanaan perkawinan, tetapi tidak demikian halnya dalam perceraian. Terbukti, perceraian dikatakan sah setelah ada putusan pengadilan, tanpa menyebut peran hukum adat Bali (prajuru desa pakraman) dan ajaran agama Hindu. Akibatnya, ada sementara warga yang telah cerai secara sah berdasarkan putusan pengadilan, tetapi tidak diketahui oleh sebagian besar krama desa (warga) dan tidak segera dapat diketahui oleh prajuru desa pakraman. Kenyataan ini membawa konsekuensi kurang baik terhadap keberadaan hukum adat Bali dan menyulitkan prajuru desa dalam menentukan swadharma atau tanggung jawab krama desa bersangkutan. Berdasarkan fakta-fakta di atas maka Pasamuhan Agung III Majelis Utama Desa Pakraman Bali memutuskan sebagai berikut. 1. Upacara patiwangi tidak dilaksanakan lagi terkait dengan pelaksanaan upacara perkawinan. 2. Bagi calon pengantin yang karena keadaannya tidak memungkinkan melangsungkan perkawinan biasa atau nyeburin (nyentana), dimungkinkan melangsungkan perkawinan pada gelahang atas dasar kesepakatan pihakpihak yang berkepentingan. 3. Agar proses perceraian sejalan dengan proses perkawinan, maka perceraian patut dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut. a. Pasangan suami istri yang akan melangsungkan perceraian, harus menyampaikan kehendaknya itu kepada prajuru banjar atau desa pakraman. Prajuru wajib memberikan nasihat untuk mencegah terjadinya perceraian. b. Apabila terjadi perceraian maka terlebih dahulu harus diselesaikan melalui proses adat, kemudian dilan jutkan dengan mengajukannya ke pengadilan negeri untuk memper oleh keputusan. c. Menyampaikan salinan (copy) putusan perceraian atau akte perceraian kepada prajuru banjar atau desa pakraman. Pada saat yang bersamaan, prajuru banjar atau desa pakraman menyarankan kepada warga yang telah bercerai supaya melaksanakan upacara perceraian sesuai dengan agama Hindu. d. Prajuru mengumumkan (nyobyahang) dalam paruman banjar atau desa pakraman, bahwa pasangan suami istri bersangkutan telah bercerai secara sah, menurut hukum nasional dan hukum adat Bali, sekalian menjelaskan swadharma mantan pasangan suami istri tersebut di banjar atau desa pakraman, setelah perceraian. 4. Akibat hukum perceraian adalah sebagai berikut. a. Setelah perceraian, pihak yang berstatus pradana (istri dalam perkawinan biasa atau suami dalam perkawinan nyeburin) kembali ke rumah asalnya dengan status mulih daa atau mulih taruna, sehingga kembali melaksanakan swadharma berikut swadikara-nya di lingkungan keluarga asal. b. Masing-masing pihak berhak atas pembagian harta gunakaya (harta bersama dalam perkawinan) dengan prinsip pedum pada (dibagi sama rata). c. Setelah perceraian, anak yang dilahirkan dapat diasuh oleh ibunya, tanpa memutuskan hubungan hukum dan hubungan pasidikaran anak tersebut dengan keluarga purusa, dan oleh karena itu anak tersebut mendapat jaminan hidup dari pihak purusa. 20 Februari - April 2011 Februari - April

12 opini Pembaruan Hukum Adat Bali Mengenai Pewarisan Angin Segar Bagi Perempuan Memang, hukum adat Bali yang bersistem kekeluargaan kapurusa (patrilineal) menempatkan anak laki-laki sebagai ahli waris dalam keluarga, sementara perempuan hanya mempunyai hak untuk menikmati harta peninggalan orang tua atau harta peninggalan suami. Penempatan anak lakilaki sebagai ahli waris terkait erat dengan pandangan bahwa laki-laki Bali mempunyai tanggungjawab yang besar dalam keluarga, sementara tanggungjawab anak perempuan terhadap keluarga berakhir dengan Oleh: I Ketut Sudantra *) Selama ini norma-norma hukum adat Bali mengenai pewarisan sangat kental dengan dominasi budaya patriarki sehingga dianggap kurang menguntungkan bagi perempuan. Seperti diketahui, sudah menjadi pengetahuan umum dalam masyarakat, bahwa perempuan bukanlah ahli waris, baik atas harta peninggalan orang tuanya maupun harta peninggalan almarhum suaminya. kawinnya anak tersebut yang selanjutnya akan masuk dan menunaikan tanggungjawabnya secara total di lingkungan keluarga suami. Itu sebabnya, harapan yang sangat besar digantung kan kepada anak lakilaki, mulai dari harapan sebagai penerus generasi, memelihara dan memberi nafkah ketika orang tuanya sudah tidak mampu; melaksanakan upacara agama, seperti menyelenggarakan upacara kematian, penguburan atau pembakaran jenazah (ngaben) anggota keluarganya yang meninggal serta menyemayamkan dan dok pribadi memuja roh leluhur mereka di tempat persembahyangan keluarga (sanggah/merajan); menggantikan kedudukan bapaknya dalam masyarakat melaksanakan kewajiban (swadharma) sebagai anggota kesatuan masyarakat hukum adat, seperti krama banjar/desa pakraman) atau krama dadia ketika anak tersebut sudah kawin. Bahkan, tanggung jawab anak laki-laki tidak berhenti pada kewajibankewajiban di dunia nyata (alam sekala), tetapi juga merambah ke alam niskala (dunia gaib), di mana kaum laki-laki (melalui cucu laki-laki) diharapkan akan mengantarkan roh leluhur keluarga tersebut ke alam sorga, seperti sering diungkapkan dalam kepercayaan Bali yang menyatakan i cucu nyupat i kaki. Sebagai penghargaan atas tanggung jawab yang besar itulah kemudian anak laki-laki diberikan hak (swadikara) sebagai ahli waris, sedangkan anggota keluarga yang meninggalkan tanggung jawabnya dalam keluarga baik karena perkawinan, diangkat anak, pindah agama, disebut ninggal kedaton (meninggalkan tanggung jawab) sehingga digugurkan haknya atas harta warisan. Angin Segar Bagi Perempuan Sistem kekeluargaan kapurusa yang diterapkan selama ini dalam masyarakat Bali memang telah memberi perlakuan berbeda antara anak laki-laki dan perempuan di bidang pewarisan. Beberapa kalangan berpendapat bahwa perlakuan berbeda itu wajar karena esensi pewarisan dalam hukum adat Bali adalah keseimbangan antara hak (swadikara) dan kewajiban (swadharma). Dalam hal ada kenyataan bahwa salah satu pihak (laki-laki) tetap melaksanakan kewajibannya dalam keluarga dan ada pihak lain (perempuan) meninggalkan kewajibannya, maka logis bila hak mereka masing-masing terhadap harta orang tuanya juga menjadi berbeda. Belakangan ini, berkembang pemikiran bahwa swadharma seorang anak (perempuan) kepada orang tuanya tidak selalu putus walaupun anak tersebut telah kawin. Bahkan tidak jarang, rasa tanggung jawab anak perempuan yang sudah kawin terhadap orang tuanya tetap berlangsung, ia tetap memperhatikan kehidupan orang tuanya, memberikan nafkah, dan merawat orang tuanya dikala orang tuanya sakit atau sudah tua renta. Bahkan kadang-kadang rasa tanggung jawab anak perempuan lebih besar dari rasa tanggungjawab anak laki-laki. Dalam kondisi demikian, apakah anak perempuan tetap dianggap ninggal kedaton sehingga kehilangan haknya atas harta warisan orang tuanya? Berdasarkan fakta bahwa anak yang telah kawin masih dapat melaksanakan 22 Februari - April 2011 Februari - April opini Peserta seminar telah menyarankan: supaya hukum waris Bali dimodernisir sehingga hak perempuan sama dengan hak laki-laki dengan tidak mengabaikan norma-norma agama kewajibannya terhadap orang tuanya (ninggal kedaton terbatas), maka berkembang pemikiran yang mengarah kepada adanya persamaan hak antara lakilaki dan perempuan dalam bidang pewarisan. Pemikiran tersebut sesungguhnya sudah mulai berkembang sejak lama. Paling tidak, gagasan itu telah disuarakan di dunia akademis pada tahun 1971 ketika di Denpasar diselenggarakan Seminar Hukum Adat Waris atas prakarsa Lembaga Pembinan Hukum Nasional. Dalam seminar yang diselenggarakan selama dua hari, 5-6 Maret 1971, itu dibahas beberapa makalah yang membahas persoalan hukum waris, khususnya hukum waris yang berlaku di Bali. Pada hasil seminar, khususnya pada bagian rekomendasi, peserta seminar telah menyarankan: supaya hukum waris Bali dimodernisir sehingga hak perempuan sama dengan hak laki-laki dengan tidak mengabaikan norma-norma agama.

13 opini Gagasan tersebut cukup lama tidak muncul lagi sebagai wacana publik, walaupun para aktivis perempuan di Bali tidak pernah berhenti memperjuangkannya. Perjuangan para aktivis perempuan di Bali bagi persamaan hak antara lakilaki dan perempuan dalam bidang pewarisan mulai mendapat perhatian serius lagi ketika Majelis Utama Desa Pakraman (MUDP) Provinsi Bali mengadakan lokakarya dalam rangka menyongsong Pesamuan Agung yang ke-3. Lokakarya diadakan di Ruang Pertemuan Kantor Dinas Kebudayaan Provinsi Bali dihadiri tokoh-tokoh adat dan para aktivis perempuan, membahas kertas kerja tunggal yang saya sampaikan berjudul: Beberapa Pemikiran Kearah Pembaruan Hukum Adat Bali Untuk Perempuan Dan Anak. Saya ingat betul bagaimana dinamisnya pemikiran-pemikiran yang berkembang dalam lokakarya tersebut. Ketika saya mengajukan usul yang moderat bahwa orang tua atau saudara (dalam hal orang tua sudah meninggal) berhak memberikan bekal harta kepada anak yang ninggal kedaton, yaitu harta yang berupa harta pegunakaya (harta bersama yang diperoleh selama perkawinan berlangsung), dengan catatan pemberian tersebut tidak boleh merugikan ahli waris yang ada, langsung disambut dengan usul yang lebih tegas oleh para aktivis perempuan yang hadir. Mereka mengusulkan, bukan orang tua berhak memberikan, melainkan anak yang telah kawin berhak atas harta pegunakaya orang tuanya. Usulan tersebut akhirnya menjadi kesimpulan hasil lokakarya yang kemudian di bawa ke Pesamuan Agung Majelis Utama Desa Pakraman. Pada akhirnya, Pesamuan Agung Ke-3 mengakomodasi perkembangan pemikiran yang dihasilkan oleh lokakarya tersebut, khususnya yang berkaitan dengan hak waris anak perempuan. Seperti diketahui, Pesamuan Agung Ke-3 Majelis Utama Desa Pakraman Provinsi Bali yang diselenggarakan di Denpasar pada 15 Oktober 2010 telah melahirkan beberapa keputusan yang membawa angin segar bagi perempuan dan anak. Barangkali timbul pertanyaan, apakah keputusan-keputusan Pesamuan Agung tersebut akan serta merta menjadi pola kelakuan yang ajeg dalam masyarakat sehingga berlaku sebagai hukum adat dalam kenyataan? Tentu kita harus bersabar untuk sampai pada tahap perkembangan tersebut. Keputusan-keputusan Pesamuan Agung MUDP tersebut tentu saja akan menjadi pedoman dalam revitalisasi hukum adat Bali melalui penyuratan awig-awig desa pakraman, karena salah satu fungsi MUDP adalah melakukan pembinanan terhadap awig-awig desa pakraman. Dengan begitu, akan terjadi sosialisasi dan internalisasi di kalangan masyarakat hukum adat Bali mengenai nilai-nilai yang terkandung dalam Keputusan MUDP tersebut. Lebih dari itu, keputusan Pesamuan Agung MUDP tersebut akan memudahkan bagi hakim untuk melakukan penemuan hukum adat dalam tugasnya menggali nilai-nilai hukum yang hidup dalam masyarakat, ketika hakim di Pengadilan-pengadilan yang ada di Bali mengadili kasus-kasus pewarisan. *) Penulis adalah dosen Hukum Adat pada Fakultas Hukum Universitas Udayana. Saat ini, penulis juga menjadi Pengurus Harian (Prajuru) pada Majelis Utama Desa Pakraman Provinsi Bali disamping sebagai Sekretaris Pusat Studi Wanita dan Perlindungan Anak Universitas Udayana. Diskriminasi Dibalik Hukum Adat Terlahir menjadi perempuan adalah karunia yang begitu besar dari Tuhan. Tidak bisa dipungkiri bahwa perempuan mempunyai peran yang begitu penting dalam menjalankan kehidupan. Tugas sebagai seorang ibu yang mengandung, menyusui serta melahirkan menjadikan perempuan adalah makhluk yang istimewa dan perlu diberikan penghormatan khusus. Dari rahim seorang perempuanlah lahir benih-benih baru yang akan melanjutkan kehidupan ini nantinya. Begitu besar peranan seorang perempuan seharusnya membuat kedudukan perempuan lebih dihormati dan dihargai. Namun disisi lain masih banyak ditemuai kasus-kasus yang berhubungan dengan diskriminasi terhadap kaum perempuan. Pendiskriminasian terhadap perempuan terjadi meluas diseluruh daerah di Nusantara. Diskrimina- Penulis: Gek Ela Kumala Parwita si perempuan disadari atau tidak juga sudah terjadi di Bali. Sebagai pulau Dewata, Bali mempunyai begitu banyak kebudayaan dan adat yang dipegang kukuh oleh masyarakatnya. Adat Bali yang dimaksud meliputi nilai, norma dan perilaku dalam masyarakat Bali. Adat inilah yang membuat beberapa orang Bali mempunyai pikiran kolot tentang adanya anak perempuan di tengah-tengah keluarga mereka. Beberapa keluarga di Bali khususnya yang beragama Hindu melakukan berbagai macam cara untuk bisa mempunyai anak lakilaki. Biasanya meski mereka telah mempunyai anak perempuan, orang-orang Bali cendrung merasa tidak mempunyai anak. Ini dikarenakan anak perempuan dipandang tidak akan bisa meneruskan purusa dan garis keturunan keluarga. Adanya fenomena seperti inilah yang membuat beberapa keluarga Hindu di Bali sering merasa sedih, putus asa dan seperti tidak mempunyai harapan untuk masa depan jika tidak mempunyai anak laki-laki. Dari permasalahan ini terlihat masyarakat Bali menyepelekan kehadiran anak perempuan karena menganut sistem kekerabatan patrilinial yaitu sistem kekerabatan yang menarik keturunan dari garis lakilaki. Dalam sistem kekerabatan patrilinial ini sangat jelas menempatkan kaum laki-laki pada kedudukan yang lebih tinggi. Dari sinilah muncul diskriminasi gender yang terselubung dalam hukum adat di Bali. Anak laki-laki di Bali berkedudukan sebagai ahli waris, sebagai pelanjut nama keluarga, sebagai penerus keturunan, sebagai anggota masyarakat adat dan juga mempunyai peranan dalam pengambilan keputusan keluarga maupun masyarakat luas. Peng agungan terhadap 24 Februari - April 2011 Februari - April opini

14 opini opini anak laki-laki menyebabkan anak perempuan dianggap sebagi nomor dua dan tidak mendapat perhatian lebih. Bahkan di beberapa wilayah di Bali ada orang tua yang sengaja tidak memberikan pendidikan yang layak untuk anak perempuannya karena mempunyai pikiran nantinya anak perempuan itu tidak bisa memberikan apa-apa karena akan dibawa keluarga dari pihak suaminya. Sekalipun orang tua mempunyai dana untuk membiayai pendidikan anaknya pasti yang lebih diutamakan adalah menyekolahkan anak laki-laki dibandingkan anak perempuan. Oleh karena itu banyak anak perempuan di Bali yang tidak me ngenyam pendidikan secara layak. Mereka cendrung dibiarkan dirumah untuk membantu pekerjaan rumah atau dibiarkan bekerja mencari uang tambahan untuk membantu ekonomi keluarga. Hal inilah yang merupakan contoh kecil namun merupakan masalah besar yang harus segera dicari jalan keluarnya. Dari segi hukum sebenarnya pemerintah telah menciptakan kesetaraan antara perempuan dan lakilaki di Bali. Salah satu contohnya dapat dilihat dalam Putusan Mahkamah Agung Nomor 4766K/Pdt/1998 tertanggal 16 November 1999 yang menyatakan bahwa anak perempuan di Bali berhak atas harta peninggalan dari pewaris. Namun seperti tidak mempedulikannya, beberapa masyarakat Bali masih saja menggunakan dalih hukum adat untuk mengingkari hukum yang berlaku di negara ini. Hukum adat Bali secara fungsional telah menggeser keberadaan hukum nasional yang akibatnya menciptakan suatu sangkar diskriminasi bagi perempuan Bali. Diskriminasi ini dapat membuat seorang anak perempuan menjadi merasa kehadirannya tidak dianggap dan diperlukan ditengah keluarga. Keadaan seperti ini nantinya bisa menjadikan psikologis anak tersebut menjadi terganggu. Adanya ketidakadilan struktural serta sobordinasi ini menyebabkan secara tidak langsung masyarakat Bali telah melakukan diskriminasi psikologis terhadap anak perempuan. Memang adanya pengkotak-kotakan gender ini dilakukan tidak secara nyata, namun hal ini sebenarnya berlangsung terus menerus dan telah menjadi bagian dari rahasia umum di Bali. Adanya diskriminasi dibalik hukum adat Bali harus segera diselesaikan. Jangan sampai nantinya timbul masalah baru yang diakibatkan adanya diskriminasi terselubung di balik adat yang sudah tertanam di Bali. Pada keadaan seperti inilah orang tua-orang tua di Bali harus lebih bersikap netral agar nantinya tidak menyinggung perasaan si anak perempuan. Mereka harus siap dan rela jika Diskriminasi ini dapat membuat seorang anak perempuan menjadi merasa kehadirannya tidak dianggap dan diperlukan ditengah keluarga. nantinya diberikan karunia seorang anak perempuan. Sikap ini setidaknya juga dilakukan mengingat anak adalah titipan Ida Sang Hyang Widhi Wasa yang harus dijaga apapun bentuk dan keadaanya. Selain itu dalam beberapa kitab suci agama Hindu disebutkan kita harus menghormati keberadaan perempuan sama halnya dengan menghormati keberadaan lakilaki. Misalnya saja dalam Kitab Suci Manawa Dharmacastra Bab.III. sloka 58 dan 59 serta Manawa Darmacastra IX, : Bagi setiap keluarga yang tidak menghormati kaum perempuan, niscaya keluarga itu akan hancur lebur berantakan. Rumah di mana perempuannya tidak dihormati sewajarnya, mengungkapkan kutukan, keluarga itu akan hancur seluruhnya, seolah-olah dihancurkan oleh kekuatan gaib 59: Oleh karena itu orang yang ingin sejahtera, harus selalu menghormati perempuan, kitab suci mewajibkan semua orang menghormati perempuan. 96: Tidak ada perbedaan putra laki-laki dengan putra perempuan yang diangkat statusnya, baik yang berhubungan dengan masalah duniawi ataupun masalah kewajiban suci. Karena bagi ayah dan ibu mereka keduanya lahir dari badan yang sama. Sementara untuk masalah purusa dan melanjutkan keturunan, seharusnya masyarakat Bali bisa mencarikan solusi baik-baik tanpa adanya diskriminasi. Sebenarnya pada masyarakat patrilinial di Bali dikenal lembaga sentana rajeg di mana anak perempuan dirubah statusnya melalui perkawinan nyeburin (nyentana) sehingga menjadi sama statusnya dengan status anak laki-laki. Anak perempuan yang dirubah statusnya dengan perkawinan nyeburin, status dan kedudukannya sama dengan anak laki-laki tetapi terbatas hanya dalam kaitan dengan harta kekayaan orang tuannya saja sedangkan dalam hal yang lainnya yakni sebagai kepala keluarga, anggota masyarakat adat tetap dilakukan oleh laki-laki yang kawin nyeburin dan perempuan yang keceburin melakukan kewajibannya sebagai perempuan pada umumnya. Memang susah jika melihat permasalahan diskriminasi perempuan di Bali. Adanya pembelokan terhadap kepatuhan hukum adat menjadikan muncul diskriminasi kepada kaum perempuan. Begitu beratnya diskriminasi yang ada dibalik hukum adat ini membuat perempuan sulit melakukan perlawanan. Kekakuan masyarakat Bali terhadap adat yang berkembang menjadikan anak perempuan yang lahir di Bali menjadi pasrah tanpa mampu berbuat apa-apa. Adat dan budaya adalah sesuatu yang dibuat manusia dan tidak mengandung kebenaran mutlak. Memang adat diperlukan untuk menjaga tradisi yang ada tapi untuk menjaga kesetaraan struktural dimasyarakat diperlukan suatu keadilan tanpa memandang atau melecehkan seseorang hanya karena ia perempuan atau laki-laki. Permasalahan kecil yang berdampak begitu besar ini harus dicarikan solusi dan jalan keluarnya. Oleh karena itu persoalan mengenai diskriminasi ini jangan dijadikan sekedar wacana Adanya pembelokan terhadap kepatuhan hukum adat menjadikan muncul diskriminasi kepada kaum perempuan. saja. Harusnya ada kejelasan yang berhubungan dengan hukum adat di Bali sehingga nantinya tidak ada dampak negatif yang terjadi bagi anak-anak perempuan yang lahir di Bali. Adat yang merupakan bagian integral dari kehidupan masyarakat Bali (Hindu) seharusnya menjadi aturan yang memberikan kemudahan bagi masyarakatnya dan bukan malah mempersulit atau menimbulkan masalah baru. Ini tantangan bersama masyarakat Bali ke depannya! Penulis adalah siswa SMA 3 Denpasar. Tulisan ini memenangkan Lomba Essay Nasional Aliansi Nasional Bhinneka Tunggal Ika, Nopember 2010 dan dimuat pada buku Ktika Asa Masih Ada 26 Februari - April 2011 Februari - April

MILLENNIUM DEVELOPMENT GOALS (MDGs) Diterjemahkan dari: Population and Development Strategies Series Number 10, UNFPA, 2003

MILLENNIUM DEVELOPMENT GOALS (MDGs) Diterjemahkan dari: Population and Development Strategies Series Number 10, UNFPA, 2003 MILLENNIUM DEVELOPMENT GOALS (MDGs) Diterjemahkan dari: Population and Development Strategies Series Number 10, UNFPA, 2003 MILLENNIUM DEVELOPMENT GOALS (TUJUAN PEMBANGUNAN MILENIUM) 1. Menanggulangi Kemiskinan

Lebih terperinci

(1) menghapuskan kemiskinan dan kelaparan; (2) mewujudkan pendidikan dasar untuk semua orang; (3) mempromosikan kesetaraan gender dan pemberdayaan

(1) menghapuskan kemiskinan dan kelaparan; (2) mewujudkan pendidikan dasar untuk semua orang; (3) mempromosikan kesetaraan gender dan pemberdayaan Dr. Hefrizal Handra Fakultas Ekonomi Universitas Andalas Padang 2014 Deklarasi MDGs merupakan tantangan bagi negara miskin dan negara berkembang untuk mempraktekkan good governance dan komitmen penghapusan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. dr. Untung Suseno Sutarjo, M.Kes.

KATA PENGANTAR. dr. Untung Suseno Sutarjo, M.Kes. KATA PENGANTAR Pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Milenium Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) bulan September 2000, sebanyak 189 negara anggota PBB termasuk Indonesia sepakat untuk mengadopsi Deklarasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kekerabatan patrilinial yang menyebabkan sistem pertalian kewangsaan

BAB I PENDAHULUAN. kekerabatan patrilinial yang menyebabkan sistem pertalian kewangsaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat Bali memiliki sistem pewarisan yang berakar pada sistem kekerabatan patrilinial yang menyebabkan sistem pertalian kewangsaan lebih dititikberatkan

Lebih terperinci

Ikhtisar Pencapaian MDGs Provinsi Kepulauan Riau Menurut Jumlah Indikator

Ikhtisar Pencapaian MDGs Provinsi Kepulauan Riau Menurut Jumlah Indikator Page 1 Ikhtisar Pencapaian MDGs Provinsi Kepulauan Riau Menurut Jumlah Uraian Jumlah Jumlah Akan Perlu Perhatian Khusus Menanggulangi Kemiskinan dan Kelaparan 12 9 1 2 Mencapai Pendidikan Dasar Untuk Semua

Lebih terperinci

KEDUDUKAN AHLI WARIS PEREMPUAN BALI DALAM PERSPEKTIF HUKUM WARIS DI INDONESIA

KEDUDUKAN AHLI WARIS PEREMPUAN BALI DALAM PERSPEKTIF HUKUM WARIS DI INDONESIA KEDUDUKAN AHLI WARIS PEREMPUAN BALI DALAM PERSPEKTIF HUKUM WARIS DI INDONESIA Oleh I Gede Putra Manu Harum A.A. Gede Agung Dharma Kusuma Bagian Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRAC

Lebih terperinci

3.2 Pencapaian Millenium Development Goals Berdasarkan Data Sektor Tingkat Kecamatan di Kabupaten Polewali Mandar Tahun

3.2 Pencapaian Millenium Development Goals Berdasarkan Data Sektor Tingkat Kecamatan di Kabupaten Polewali Mandar Tahun 3.2 Pencapaian Millenium Development Goals Berdasarkan Data Sektor Tingkat di Mandar 2007-2009 Indikator 2 3 4 5 6 7 8 9 0 2 3 4 5 6 7 8 9 20 Tujuan Menanggulangi Kemiskinan dan Kelaparan Menurunkan Proporsi

Lebih terperinci

DIPONEGORO LAW JOURNAL Volume 6, Nomor 2, Tahun 2017 Website :

DIPONEGORO LAW JOURNAL Volume 6, Nomor 2, Tahun 2017 Website : PERKEMBANGAN KEDUDUKAN SUAMI MENJADI AHLI WARIS DALAM PERKAWINAN NYEBURIN MENURUT HUKUM WARIS ADAT BALI SETELAH KEPUTUSAN PESAMUHAN AGUNG III MAJELIS UTAMA DESA PAKRAMAN (MUDP) BALI NOMOR 01/KEP/PSM-3/MDP

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mana masyarakat itu berada serta pergaulan masyarakatnya. 2 Kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. mana masyarakat itu berada serta pergaulan masyarakatnya. 2 Kehidupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan adalah salah satu tahap penting dalam kehidupan manusia. Perkawinan dapat merubah status kehidupan manusia dari belum dewasa menjadi dewasa atau anak muda

Lebih terperinci

Penilaian Pencapaian MDGs di Provinsi DIY Oleh Dyna Herlina Suwarto, SE, SIP

Penilaian Pencapaian MDGs di Provinsi DIY Oleh Dyna Herlina Suwarto, SE, SIP Penilaian Pencapaian MDGs di Provinsi DIY Oleh Dyna Herlina Suwarto, SE, SIP Sejak tahun 2000, Indonesia telah meratifikasi Millenium Development Goals (MDGs) di bawah naungan Persatuan Bangsa- Bangsa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara yang memiliki beragam adat dan budaya daerah yang masih terjaga kelestariannya. Bali adalah salah satu provinsi yang kental adat dan budayanya.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tingkat kesejahteraan masyarakat secara rata-rata di suatu daerah

I. PENDAHULUAN. Tingkat kesejahteraan masyarakat secara rata-rata di suatu daerah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tingkat kesejahteraan masyarakat secara rata-rata di suatu daerah dicerminkan oleh besar kecilnya angka PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) dan PDRB Per Kapita. Kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh semua lapisan masyarakat yang memenuhi syarat kuantitas dan kualitasnya.

BAB I PENDAHULUAN. oleh semua lapisan masyarakat yang memenuhi syarat kuantitas dan kualitasnya. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Air sebagai salah satu kebutuhan dasar manusia seharusnya dapat di akses oleh semua lapisan masyarakat yang memenuhi syarat kuantitas dan kualitasnya. Tapi

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR EVALUASI KINERJA DAN STRATEGI PERCEPATAN PENCAPAIAN INDIKATOR-INDIKATOR MILLENIUM DEVELOPMENT GOALS DI KABUPATEN JEMBER

LAPORAN AKHIR EVALUASI KINERJA DAN STRATEGI PERCEPATAN PENCAPAIAN INDIKATOR-INDIKATOR MILLENIUM DEVELOPMENT GOALS DI KABUPATEN JEMBER LAPORAN AKHIR PENYUSUNAN STRATEGI PEMBANGUNAN DAERAH EVALUASI KINERJA DAN STRATEGI PERCEPATAN PENCAPAIAN INDIKATOR-INDIKATOR MILLENIUM DEVELOPMENT GOALS DI KABUPATEN JEMBER Kerjasama Penelitian : BADAN

Lebih terperinci

Paparan Kepala Bappeda Provinsi Kalimantan Tengah

Paparan Kepala Bappeda Provinsi Kalimantan Tengah Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan Tengah Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Jl. Diponegoro No. 60 Telepon (0536) 3221715, 3221645, Fax (0536) 3222217 PALANGKA RAYA 73111 Paparan Kepala Bappeda Provinsi

Lebih terperinci

& KELEBIHAN KOPERASI dalam Melindungi Petani & Usahawan Kecil Pedesaan

& KELEBIHAN KOPERASI dalam Melindungi Petani & Usahawan Kecil Pedesaan PENGENTASAN KEMISKINAN & KELEBIHAN KOPERASI dalam Melindungi Petani & Usahawan Kecil Pedesaan Pengantar oleh: Rajiv I.D. Mehta Director Pengembangan ICA Asia Pacific 1 Latar Belakang Perekonomian dunia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Anak merupakan dambaan setiap orang, yang kehadirannya sangat dinanti-natikan

BAB 1 PENDAHULUAN. Anak merupakan dambaan setiap orang, yang kehadirannya sangat dinanti-natikan 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak merupakan dambaan setiap orang, yang kehadirannya sangat dinanti-natikan dan tumbuh kembangnya sangat diperhatikan. Tak heran banyak sekali orang yang menunggu-nunggu

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. 4.1 Kesimpulan

BAB IV PENUTUP. 4.1 Kesimpulan BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan Adapun kesimpulan dari Analisa Data Secara Integratif Untuk Menghasilkan Database Kecamatan dan Atlas adalah sebagai berikut: 1. Gambaran umum sejauh mana pencapain dari 7

Lebih terperinci

Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional

Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional STRATEGI NASIONAL PENANGGULANGAN KEMISKINAN, RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH NASIONAL (RPJMN) 2004 2009,

Lebih terperinci

Latar Belakang. Tujuan setiap warga negara terhadap kehidupannya adalah

Latar Belakang. Tujuan setiap warga negara terhadap kehidupannya adalah STRATEGI DAN INOVASI PENCAPAIAN MDGs 2015 DI INDONESIA Oleh Dr. Afrina Sari. M.Si Dosen Universitas Islam 45 Bekasi Email: afrina.sari@yahoo.co.id ABSTRACT Indonesia telah berhasil mengurangi kemiskinan

Lebih terperinci

BAB IV P E N U T U P

BAB IV P E N U T U P BAB IV P E N U T U P 4.1 Kesimpulan Adapun kesimpulan dari Analisa Data Secara Integratif Untuk Menghasilkan Database Kecamatan dan Atlas adalah sebagai berikut: 1. Gambaran umum sejauh mana pencapain

Lebih terperinci

Sulit menciptakan keadilan dan kesetaraan gender jika negara terus menerus memproduksi kebijakan yang bias gender. Genderisasi kebijakan publik telah

Sulit menciptakan keadilan dan kesetaraan gender jika negara terus menerus memproduksi kebijakan yang bias gender. Genderisasi kebijakan publik telah KATA PENGANTAR Pengarusutamaan Gender telah menjadi garis kebijakan pemerintah sejak keluarnya Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2000. Instruksi tersebut menggariskan: seluruh departemen maupun lembaga

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan merupakan salah satu masalah dalam proses pembangunan ekonomi. Permasalahan kemiskinan dialami oleh setiap negara, baik negara maju maupun negara berkembang.

Lebih terperinci

BRIEFING NOTE RELFEKSI PENCAPAIAN MILLENNIUM DEVELOPMENT GOAL (MDG) DI INDONESIA

BRIEFING NOTE RELFEKSI PENCAPAIAN MILLENNIUM DEVELOPMENT GOAL (MDG) DI INDONESIA BRIEFING NOTE RELFEKSI PENCAPAIAN MILLENNIUM DEVELOPMENT GOAL (MDG) DI INDONESIA (Disampaikan dalam Diplomat Briefing, Jakarta 11 Maret 2013) Kata Pengantar Refleksi tentang Pencapaian MDG ini merupakan

Lebih terperinci

SERIAL PEDOMAN TEKNIS

SERIAL PEDOMAN TEKNIS SERIAL PEDOMAN TEKNIS PEDOMAN PEMBERIAN INSENTIF BAGI DAERAH UNTUK MENDUKUNG PERCEPATAN PENCAPAIAN TUJUAN MDGs DI PROVINSI KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL / BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

Lebih terperinci

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER SALINAN BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEBUMEN, Menimbang Mengingat :

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PERBAIKAN GIZI

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PERBAIKAN GIZI PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PERBAIKAN GIZI I. PENJELASAN UMUM Kesepakatan global yang dituangkan dalam Millenium Development Goals (MDGs) yang terdiri

Lebih terperinci

Target 2A : Menjamin pada 2015 semua anak-anak, laki-laki maupun perempuan dimanapun dapat menyelesaikan pendidikan dasar

Target 2A : Menjamin pada 2015 semua anak-anak, laki-laki maupun perempuan dimanapun dapat menyelesaikan pendidikan dasar Target 2A : Menjamin pada 2015 semua anak-anak, laki-laki maupun perempuan dimanapun dapat menyelesaikan pendidikan dasar 2.1 2.2 2.3 Target MDGs Status Sumber 2015 Angka Partisipasi 90,0202 95,74 100%

Lebih terperinci

MDGs. Kebijakan Nasional Penanggulangan Kemiskinan. dalam. Direktorat Penanggulangan Kemiskinan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional September 2007

MDGs. Kebijakan Nasional Penanggulangan Kemiskinan. dalam. Direktorat Penanggulangan Kemiskinan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional September 2007 MDGs dalam Kebijakan Nasional Penanggulangan Kemiskinan Direktorat Penanggulangan Kemiskinan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional September 2007 1 Cakupan Paparan I. MDGs sebagai suatu Kerangka untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sasaran Pembangunan Millennium (Millennium Development Goals atau disingkat dalam bahasa Inggris MDGs) adalah delapan tujuan yang diupayakan untuk dicapai pada tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup Bangsa Indonesia. Penjelasan umum Undang-undang Nomor

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup Bangsa Indonesia. Penjelasan umum Undang-undang Nomor BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan 1. Latar Belakang Anak merupakan generasi penerus keluarga. Anak juga merupakan aset bangsa yang sangat berharga; sumber daya manusia yang berperan penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan). Maka kesehatan adalah dasar

BAB I PENDAHULUAN. Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan). Maka kesehatan adalah dasar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan adalah kebutuhan utama dan mendasar bagi kehidupan manusia. Kesehatan merupakan kondisi sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu menanggulangi kemiskinan dan kelaparan, mencapai pendidikan dasar untuk

BAB I PENDAHULUAN. yaitu menanggulangi kemiskinan dan kelaparan, mencapai pendidikan dasar untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Millenium Development Goals (MDG s) atau tujuan pembangunan millenium adalah upaya untuk memenuhi hak-hak dasar kebutuhan manusia melalui komitmen bersama 189 negara

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. RAD MDGs Jawa Tengah

DAFTAR ISI. RAD MDGs Jawa Tengah DAFTAR ISI Hal Daftar Isi... ii Daftar Tabel dan Gambar... xii Daftar Singkatan... xvi Bab I Pendahuluan... 1 1.1. Kondisi Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium di Jawa Tengah... 3 Tujuan 1. Menanggulangi

Lebih terperinci

Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011.

Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011. Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011. 1. Atas undangan Organisasi Kesehatan Dunia, kami, Kepala Pemerintahan, Menteri dan perwakilan pemerintah datang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan oleh program pembangunan nasional ( Propenas ) yakni di

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan oleh program pembangunan nasional ( Propenas ) yakni di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu proses prioritas pembangunan nasional sebagaimana dimanfaatkan oleh program pembangunan nasional ( Propenas ) 2005-2009 yakni di bidang sumber daya

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (TJP) atau Corporate Social Responsibility (CSR) adalah suatu tindakan atau konsep yang dilakukan oleh perusahaan sesuai kemampuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia diterjemahkan sebagai Tujuan Pembangunan Milenium yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia diterjemahkan sebagai Tujuan Pembangunan Milenium yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Millenium Development Goals atau disingkat MDG s dalam bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai Tujuan Pembangunan Milenium yang merupakan paradigma pembangunan global

Lebih terperinci

BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PEMBERDAYAAN DAN PERLINDUNGAN PEREMPUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

MAKALAH KONSEP SUSTAINABLE DEVELOPMENT GOALS (SDGs) Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Kebijakan Kesehatan Nasional

MAKALAH KONSEP SUSTAINABLE DEVELOPMENT GOALS (SDGs) Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Kebijakan Kesehatan Nasional MAKALAH KONSEP SUSTAINABLE DEVELOPMENT GOALS (SDGs) Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Kebijakan Kesehatan Nasional Dosen Pembimbing : H. Toto Subiakto, S.Kp, M.Kep Disusun Oleh: 1. Yolanda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pembangunan Kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia didalam perjalanannya di dunia mengalami tiga peristiwa

BAB I PENDAHULUAN. Manusia didalam perjalanannya di dunia mengalami tiga peristiwa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia didalam perjalanannya di dunia mengalami tiga peristiwa penting, yaitu lahir, menikah dan meninggal dunia yang kemudian akan menimbulkan akibat hukum tertentu.

Lebih terperinci

Dari MDGs Menuju SDGs: Pembelajaran dan Tantangan Implementasi

Dari MDGs Menuju SDGs: Pembelajaran dan Tantangan Implementasi Dari MDGs Menuju SDGs: Pembelajaran dan Tantangan Implementasi Oleh: Nugrahana Fitria Ruhyana, SP., ME. (Perencana Muda - Bappeda Kab. Sumedang) I. Latar Belakang Pada akhir tahun 2015 seiring berakhirnya

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 8 TAHUN 2002 TENTANG LEMBAGA PERKREDITAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 56 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS PENGENDALIAN PENDUDUK DAN KELUARGA BERENCANA

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS TAHUN : 2013 NOMOR : 22 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 22 TAHUN 2013 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS TAHUN : 2013 NOMOR : 22 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 22 TAHUN 2013 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS TAHUN : 2013 NOMOR : 22 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 22 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUNINGAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mewujudkan

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif. Ringkasan Eksekutif. Akhiri KEMISKINAN pada Generasi Saat Ini

Ringkasan Eksekutif. Ringkasan Eksekutif. Akhiri KEMISKINAN pada Generasi Saat Ini Ringkasan Eksekutif Akhiri KEMISKINAN pada Generasi Saat Ini Visi Save the Children untuk Kerangka Kerja Pasca 2015 Mengatasi kemiskinan bukanlah tugas sosial, melainkan tindakan keadilan. Sebagaimana

Lebih terperinci

STUDI EMPIRIS CAPAIAN MDGS DI PROVINSI RIAU

STUDI EMPIRIS CAPAIAN MDGS DI PROVINSI RIAU STUDI EMPIRIS CAPAIAN MDGS DI PROVINSI RIAU Riski Robi Juhardi, Wahyu Hamidi dan Syapsan Jurusan Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi Universitas Riau ABSTRAK Millenium Development Goals (MDGs) merupakan paradigma

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sudah enam puluh sembilan tahun Indonesia merdeka, telah banyak tindakantindakan

I. PENDAHULUAN. Sudah enam puluh sembilan tahun Indonesia merdeka, telah banyak tindakantindakan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sudah enam puluh sembilan tahun Indonesia merdeka, telah banyak tindakantindakan yang dilakukan oleh pemerintah dalam usaha menyejahterakan rakyat Indonesia.

Lebih terperinci

1 DESEMBER HARI AIDS SE-DUNIA Stop AIDS: Akses untuk Semua! Mardiya. Kondisi tersebut jauh meningkat dibanding tahun 1994 lalu yang menurut WHO baru

1 DESEMBER HARI AIDS SE-DUNIA Stop AIDS: Akses untuk Semua! Mardiya. Kondisi tersebut jauh meningkat dibanding tahun 1994 lalu yang menurut WHO baru Artikel 1 DESEMBER HARI AIDS SE-DUNIA Stop AIDS: Akses untuk Semua! Mardiya Tidak dapat dipungkiri, epidemi HIV/AIDS telah berkembang begitu pesat di seluruh dunia termasuk Indonesia. Kasus ini paling

Lebih terperinci

HAK WARIS ANAK PEREMPUAN TERHADAP HARTA PENINGGALAN (STUDI KASUS PUTUSAN MA RI NO. 4766/Pdt/1998) 1 Oleh: Edo Hendrako 2

HAK WARIS ANAK PEREMPUAN TERHADAP HARTA PENINGGALAN (STUDI KASUS PUTUSAN MA RI NO. 4766/Pdt/1998) 1 Oleh: Edo Hendrako 2 HAK WARIS ANAK PEREMPUAN TERHADAP HARTA PENINGGALAN (STUDI KASUS PUTUSAN MA RI NO. 4766/Pdt/1998) 1 Oleh: Edo Hendrako 2 ABSTRAK Hukum waris di Indonesia masih bersifat majemuk, hal itu terjadi karena

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR : 10 TAHUN 2005 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR : 10 TAHUN 2005 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR : 10 TAHUN 2005 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan

Lebih terperinci

- 1 - GUBERNUR SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH

- 1 - GUBERNUR SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH SALINAN - 1 - SALINAN GUBERNUR SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan fenomena yang tidak asing lagi di dalam kehidupan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan fenomena yang tidak asing lagi di dalam kehidupan masyarakat. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keterlibatan ibu rumah tangga dalam pemenuhan kebutuhan rumah tangga merupakan fenomena yang tidak asing lagi di dalam kehidupan masyarakat. Kompleksnya kebutuhan

Lebih terperinci

Menilai Pekerjaan Layak di Indonesia

Menilai Pekerjaan Layak di Indonesia Menilai Pekerjaan Layak di Indonesia Sekilas tentang Profil Nasional untuk Pekerjaan Layak Apa itu Pekerjaan Layak? Agenda Pekerjaan Layak, yang dikembangkan Organisasi (ILO) semakin luas diakui sebagai

Lebih terperinci

Pengalaman MDGS: PROSES INTEGRASI DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN

Pengalaman MDGS: PROSES INTEGRASI DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN Pengalaman MDGS: PROSES INTEGRASI DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN MDGs dirumuskan pada tahun 2000, Instruksi Presiden 10 tahun kemudian (Inpres No.3 tahun 2010 tentang Pencapaian Tujuan MDGs) Lesson Learnt:

Lebih terperinci

QANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK TERLANTAR

QANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK TERLANTAR QANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK TERLANTAR BISMILLAHIRRAHMANIRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA PENGASIH LAGI MAHA PENYAYANG ATAS RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perserikatan Bangsa-Bangsa setelah perang dunia ke-2 tanggal 10 Desember

I. PENDAHULUAN. Perserikatan Bangsa-Bangsa setelah perang dunia ke-2 tanggal 10 Desember I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perserikatan Bangsa-Bangsa setelah perang dunia ke-2 tanggal 10 Desember 1984 mengadopsi Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (DUHAM) yang mennunjukan komitmennya untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Komunikasi manusia banyak dipengaruhi oleh budaya yang diyakini yaitu

BAB 1 PENDAHULUAN. Komunikasi manusia banyak dipengaruhi oleh budaya yang diyakini yaitu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi manusia banyak dipengaruhi oleh budaya yang diyakini yaitu budaya yang melekat pada diri seseorang karena telah diperkenalkan sejak lahir. Dengan kata lain,

Lebih terperinci

Penyebab dan Akar Masalah

Penyebab dan Akar Masalah Membedah Angka Kematian Ibu: Penyebab dan Akar Masalah Tingginya Angka Kematian Ibu Konferensi INFID, 26-27 November 2013 Institut KAPAL Perempuan Jl. Kalibata Timur Raya No.5 Jakarta Selatan Telp/Fax:

Lebih terperinci

LOMBA KARYA TULIS ILMIAH MAHASISWA FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA TAHUN 2017

LOMBA KARYA TULIS ILMIAH MAHASISWA FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA TAHUN 2017 LOMBA KARYA TULIS ILMIAH MAHASISWA FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA TAHUN 2017 A. Dasar Pemikiran Tanggal 10 Juli 2017, Pemerintah Indonesia telah mengundangkan Peraturan Presiden

Lebih terperinci

LATAR BELAKANG DAN KONDISI UMUM

LATAR BELAKANG DAN KONDISI UMUM 1. Latar Belakang dan Kondisi Umum 2. Dasar Hukum 3. Proses Penyusunan RAD 4. Capaian RAD MDGS Provinsi Sumatera Barat Tahun 2011 2015 5. Permasalahan Pelaksanaan Aksi MDGS 6. Penghargaan yang Diperoleh

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2012

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2012 1 PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

BAB III PERNIKAHAN ANAK DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BAB III PERNIKAHAN ANAK DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL BAB III PERNIKAHAN ANAK DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL Pernikahan anak menjadi salah satu persoalan sosial di Kabupaten Gunungkidul. Meskipun praktik pernikahan anak di Kabupaten Gunungkidul kian menurun di

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN TERHADAP KORBAN KEKERASAN BERBASIS GENDER DAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan Penulisan Sumber Data... 3

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan Penulisan Sumber Data... 3 DAFTAR ISI SAMBUTAN BUPATI POLEWALI MANDAR....... i DAFTAR ISI............ iii DAFTAR TABEL............ vi DAFTAR GRAFIK............ ix DAFTAR GAMBAR............ xiii DAFTAR SINGKATAN............ xiv PETA

Lebih terperinci

BUPATI SERANG PROVINSI BANTEN

BUPATI SERANG PROVINSI BANTEN SALINAN Menimbang BUPATI SERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SERANG, : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

AKIBAT HUKUM DARI PERKAWINAN NYEBURIN MENURUT HUKUM ADAT BALI

AKIBAT HUKUM DARI PERKAWINAN NYEBURIN MENURUT HUKUM ADAT BALI SKRIPSI AKIBAT HUKUM DARI PERKAWINAN NYEBURIN MENURUT HUKUM ADAT BALI THE LEGAL CONSEQUENCES OF NYEBURIN MARRIAGE ACCORDING ON BALINESE ADAT LAW Putu Agus Hendra Sudiartawan NIM. 100710101191 KEMENTERIAN

Lebih terperinci

MEWASPADAI DATA STATISTIK PADA PENCAPAIAN SASARAN MDGS. Fatia Fatimah Tati Rajati Andriyansah. UPBJJ-UT Padang

MEWASPADAI DATA STATISTIK PADA PENCAPAIAN SASARAN MDGS. Fatia Fatimah Tati Rajati Andriyansah. UPBJJ-UT Padang MEWASPADAI DATA STATISTIK PADA PENCAPAIAN SASARAN MDGS Fatia Fatimah (fatia@ut.ac.id) Tati Rajati Andriyansah UPBJJ-UT Padang Abstrak Pencapaian sasaran Millennium Development Goals (MDGs) tahun 2015 khususnya

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KESETARAAN DAN KEADILAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KESETARAAN DAN KEADILAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KESETARAAN DAN KEADILAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa negara melindungi

Lebih terperinci

Dr.dr. Bondan Agus Suryanto, SE, MA, AAK

Dr.dr. Bondan Agus Suryanto, SE, MA, AAK Dr.dr. Bondan Agus Suryanto, SE, MA, AAK Millennium Development Goals (MDGs) Komitmen Negara terhadap rakyat Indonesia dan global Komitmen Indonesia kepada masyarakat Suatu kesepakatan dan kemitraan global

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang Penelitian. Pada dasarnya setiap manusia ingin melangsungkan pernikahan

BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang Penelitian. Pada dasarnya setiap manusia ingin melangsungkan pernikahan BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Penelitian Pada dasarnya setiap manusia ingin melangsungkan pernikahan serta memiliki keturunan, dimana keturunan merupakan salah satu tujuan seseorang melangsungkan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2017 TENTANG PELAKSANAAN PENGASUHAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2017 TENTANG PELAKSANAAN PENGASUHAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2017 TENTANG PELAKSANAAN PENGASUHAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat - 1 - Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PELINDUNGAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA,

Lebih terperinci

KUALITAS & AKSESIBILITAS PDDKN BLM MERATA ANGKA PENGANGGURAN MASIH TINGGI

KUALITAS & AKSESIBILITAS PDDKN BLM MERATA ANGKA PENGANGGURAN MASIH TINGGI KUALITAS & AKSESIBILITAS PDDKN BLM MERATA ANGKA PENGANGGURAN MASIH TINGGI Budaya PENINGKATAN KESEJAHTERAAN RAKYAT Infrastruktur dan Lingkungan Hidup KESEHATAN PENDIDIKAN KETAHANAN PANGAN, IKLIM INVESTASI

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PENCAPAIAN

PERKEMBANGAN PENCAPAIAN BAGIAN 2. PERKEMBANGAN PENCAPAIAN 25 TUJUAN 1: TUJUAN 2: TUJUAN 3: TUJUAN 4: TUJUAN 5: TUJUAN 6: TUJUAN 7: Menanggulagi Kemiskinan dan Kelaparan Mencapai Pendidikan Dasar untuk Semua Mendorong Kesetaraan

Lebih terperinci

Asesmen Gender Indonesia

Asesmen Gender Indonesia Asesmen Gender Indonesia (Indonesia Country Gender Assessment) Southeast Asia Regional Department Regional and Sustainable Development Department Asian Development Bank Manila, Philippines July 2006 2

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahu-membahu untuk mencapai tujuan yang diinginkan dalam hidupnya.

BAB I PENDAHULUAN. bahu-membahu untuk mencapai tujuan yang diinginkan dalam hidupnya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam dan sumber daya manusia. Dalam kehidupannya manusia memanfaatkan sumber daya alam yang ada untuk bertahan

Lebih terperinci

TUJUAN 3. Mendorong Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan

TUJUAN 3. Mendorong Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan TUJUAN 3 Mendorong Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan 43 Tujuan 3: Mendorong Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan Target 4: Menghilangkan ketimpangan gender di tingkat pendidikan dasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perusahaan merupakan suatu kesatuan usaha yang menghasilkan barang dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perusahaan merupakan suatu kesatuan usaha yang menghasilkan barang dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan merupakan suatu kesatuan usaha yang menghasilkan barang dan jasa. Dalam setiap aktivitasnya, komunikasi adalah suatu instrumen yang penting dalam

Lebih terperinci

Strategi Pemecahan Masalah pencapaian Indikator Kinerja Utama (IKU) sebagai berikut :

Strategi Pemecahan Masalah pencapaian Indikator Kinerja Utama (IKU) sebagai berikut : 4. Sistem Informasi pelaporan dari fasilitas pelayanan kesehatan ke Dinas Kesehatan Kabupaten Kota Provinsi yang belum tepat waktu Strategi Pemecahan Masalah pencapaian Indikator Kinerja Utama (IKU) sebagai

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN TERHADAP KORBAN KEKERASAN BERBASIS GENDER DAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1604, 2014 BNPB. Penanggulangan. Bencana. Gender. Pengarusutamaan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1604, 2014 BNPB. Penanggulangan. Bencana. Gender. Pengarusutamaan. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1604, 2014 BNPB. Penanggulangan. Bencana. Gender. Pengarusutamaan. PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG PENGARUSUTAMAAN

Lebih terperinci

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKALONGAN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

MENYUSUN INDIKATOR YANG BERPERSPEKTIF GENDER

MENYUSUN INDIKATOR YANG BERPERSPEKTIF GENDER MENYUSUN INDIKATOR YANG BERPERSPEKTIF GENDER Dian Kartikasari, Seminar Nasional, Perempuan dan SDG, Koalisi Perempuan Indonesia, Jakarta, 20 Januari 2016 SDG SDG (Sustainable Development Goals/Tujuan Pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebudayaan Indonesia yang beraneka ragam terdiri dari puncak-puncak kebudayaan daerah dan setiap kebudayaan daerah mempunyai ciri-ciri khas masing-masing. Walaupun

Lebih terperinci

WALIKOTA DENPASAR PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK KORBAN KEKERASAN

WALIKOTA DENPASAR PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK KORBAN KEKERASAN WALIKOTA DENPASAR PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK KORBAN KEKERASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA DENPASAR, Menimbang : a. bahwa Kota

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN KINERJA BAB II PERENCANAAN KINERJA A. Perencanaan Dokumen perencanaan tahunan daerah yang digunakan sebagai acuan perencanaan pembangunan dan penyusunan anggaran Tahun 2014, adalah Rencana Pembangunan Jangka Menengah

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR LAMPUNG, Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rumah tangga. Melalui perkawinan dua insan yang berbeda disatukan, dengan

BAB I PENDAHULUAN. rumah tangga. Melalui perkawinan dua insan yang berbeda disatukan, dengan 1 BAB I PENDAHULUAN Perkawinan adalah ikatan yang suci antara pria dan wanita dalam suatu rumah tangga. Melalui perkawinan dua insan yang berbeda disatukan, dengan segala kelebihan dan kekurangan masing-masing.

Lebih terperinci

PENCAPAIAN TARGET MDGs DALAM RPJMN

PENCAPAIAN TARGET MDGs DALAM RPJMN PENCAPAIAN TARGET MDGs DALAM RPJMN 2010-2014 NINA SARDJUNANI Deputi Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Bidang SDM dan Kebudayaan Disampaikan dalam Rakornas

Lebih terperinci

(Sakernas), Proyeksi Penduduk Indonesia, hasil Sensus Penduduk (SP), Pendataan Potensi Desa/Kelurahan, Survei Industri Mikro dan Kecil serta sumber

(Sakernas), Proyeksi Penduduk Indonesia, hasil Sensus Penduduk (SP), Pendataan Potensi Desa/Kelurahan, Survei Industri Mikro dan Kecil serta sumber I. Pendahuluan Salah satu tujuan Millenium Development Goals (MDGs) dari delapan tujuan yang telah dideklarasikan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tahun 2000 adalah mendorong kesetaraan gender dan

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG PENATAAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG PENATAAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PENATAAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

MATRIKS BUKU I RKP TAHUN 2011

MATRIKS BUKU I RKP TAHUN 2011 MATRIKS BUKU I RKP TAHUN 2011 PRIORITAS 3 Tema Prioritas Penanggung Jawab Bekerjasama dengan PROGRAM AKSI BIDANG KESEHATAN Penitikberatan pembangunan bidang kesehatan melalui pendekatan preventif, tidak

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pemberdayaan masyarakat

Lebih terperinci

MENGGAPAI TARGET MDGs DALAM PROGRAM KB NASIONAL. Oleh : Drs. Andang Muryanta

MENGGAPAI TARGET MDGs DALAM PROGRAM KB NASIONAL. Oleh : Drs. Andang Muryanta MENGGAPAI TARGET MDGs DALAM PROGRAM KB NASIONAL Oleh : Drs. Andang Muryanta PENDAHULUAN Banyak negara diberbagai belahan dunia telah berkomitmen secara serius dalam menggapai target MDGs (Millenium Development

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DISTRIBUSI II UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa salah satu alat

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA SUKABUMI

BERITA DAERAH KOTA SUKABUMI BERITA DAERAH KOTA SUKABUMI TAHUN 2009 NOMOR 27 PERATURAN WALIKOTA SUKABUMI Tanggal : 29 Desember 2009 Nomor : 27 Tahun 2009 Tentang : PETUNJUK PELAKSANAAN PEMBENTUKAN DAN BUKU ADMINISTRASI RUKUN WARGA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bentuk-bentuk adat istiadat dan tradisi ini meliputi upacara perkawinan, upacara

BAB I PENDAHULUAN. Bentuk-bentuk adat istiadat dan tradisi ini meliputi upacara perkawinan, upacara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Bali memiliki bentuk-bentuk kebudayaan yang cukup beraneka ragam, kebiasaan masyarakat daerah tertentu yang unik, yang kesemuanya itu memiliki daya tarik tersendiri

Lebih terperinci