BAB II LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Analisis Jabatan. Sebelum mengetahui apa yang dimaksud dengan analisis jabatan, maka terlebih dahulu perlu mengetahui pengertian jabatan atau job. Yang dapat didefinisikan sebagai sekelompok posisi yang mirip, baik mengenai jenis maupun mengenai tingkat pekerjaannya. Pengertian suatu jabatan adalah sekelompok tugas, kewajiban dan tanggung jawab, yang sebagai suatu keseluruhan dipandang sebagai pekerjaan yang sudah biasa bagi seorang pegawai. Suatu jabatan dapat mencakup banyak posisi, karena suatu posisi adalah serangkaian tugas yang dilaksanakan oleh seorang pegawai sendiri. Dari definisi-definisi tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa suatu jabatan adalah sekelompok posisi yang hampir sama dalam suatu badan, lembaga atau perusahaan. Dalam rumusan ini dikatakan hampir sama, karena pada hakikatnya tidak ada dua posisi yang tepat sama dalam tugas, tanggung jawab dan syarat-syarat kerjanya. Sedang analisis jabatan, merupakan proses untuk mempelajari dan mengumpulkan informasi yang berhubungan dengan operasi-operasi dan tanggung jawab dari suatu jabatan tertentu. Beberapa sumber berpendapat bahwa analisis jabatan adalah suatu prosedur melalui mana fakta-fakta yang berhubungan dengan masing-masing jabatan diperoleh dan dicatat secara sistematis. Dapat pula diartikan analisis jabatan adalah suatu prosedur untuk mendapatkan informasi jabatan yang tepat.

2 11 Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa analisis jabatan adalah suatu kegiatan yang mempelajari, mengumpulkan dan mencatat informasi-informasi atau fakta-fakta yang berhubungan dengan masing-masing jabatan secara sistematis dan teratur Prinsip-Prinsip Dalam menganalisis jabatan ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan, yaitu : 1. Analisis jabatan harus memberikan semua fakta yang penting yang ada hubungannya dengan jabatan. Fakta fakta mana yang penting tergantung kepada tujuan untuk apa hasilnya akan dipergunakan. 2. Analisis jabatan tunggal harus dapat memberikan fakta-fakta yang diperlukan untuk bermacam-macam tujuan. 3. Analisis jabatan harus sering ditinjau kembali dan apabila perlu diperbaiki. 4. Analisis jabatan harus dapat menunjukan faktor-faktor jabatan mana yang paling penting diantara beberapa faktor dalam tiap jabatan. Kadangkadang jabatan itu mengandung beberapa unsur jabatan yang penting. 5. Analisis jabatan harus dapat memberikan informasi yang teliti dan dapat dipercaya Tujuan Analisis Jabatan. Tujuan analisis jabatan merupakan dasar program manajemen kepegawaian, karena hasil-hasilnya dapat dipergunakan untuk hampir semua program kepegawaian. Informasi jabatan yang dihasilkan oleh analisis jabatan menurut berbagai literatur dapat dipergunakan untuk :

3 12 1. Mengorganisasikan dan mengintegrasikan seluruh tenaga kerja berdasarkan kewajiban dan tanggung jawab. 2. Menerima, menyeleksi dan menempatkan pegawai berdasarkan syaratsyarat perseorangan, sifat-sifat, kepandaian, kecakapan dan sebagainya. 3. Mengadakan program pelatihan, guna memberikan pengetahuan dan kecakapan yang diperlukan (menurut analisis jabatan) untuk menjalankan jabatan dengan sebaik-baiknya. 4. Sebagai dasar dalam melakukan penilaian jabatan. 5. Untuk mengadakan penilaian hasil kerja. 6. Administrasi upah dan gaji, yang berusaha memberikan kompensasi berdasarkan kecakapan yang diperlukan, sukarnya tugas, beratnya tanggung jawab, kondisi kerja dan syarat-syarat perseorangan yang diperlukan. 7. Mengadakan pemindahan dan kenaikan jabatan pegawai berdasarkan pengetahuan, kecakapan, dan pengalaman untuk tiap-tiap jabatan. Analisis jabatan menunjukan jabatan-jabatan mana yang mempunyai syarat-syarat sama, yang dengan demikian mempermudah production transfers (pemindahan atau inisiatif manajemen untuk mempercepat produksi). Analisis jabatan juga menunjukan bagaimana pentingnya pengalaman dari suatu jabatan untuk jabatan atau jabatan-jabatan yang lain. Dengan demikian analisis jabatan memberikan dasar yang baik untuk kenaikan jabatan. Dengan kata lain analisis jabatan semua sistem promosi dari jabatan-jabatan yang tidak begitu penting dapat direncanakan. 8. Mengatasi rasa tidak puas pegawai dengan memberikan tanggung jawab, tugas dan perbandingan tingkat pembayaran yang seadil-adilnya.

4 13 9. Memperbaiki kondisi kerja yang menurut analisis jabatan berbahaya, tidak menyenangkan atau tidak sehat. 10. Menentukan standar produksi melalui studi gerak dan waktu. 11. Meningkatkan produktivitas pegawai melalui penyederhanaan kerja dan perbaikan metode berdasarkan analisis jabatan. 12. Mempermudah perencanaan organisasi, dengan memberikan perumusan yang jelas dari tiap-tiap jabatan dan menunjukan hubungan jabatanjabatan itu satu sama lain. 13. Untuk menghindari kesalahpahaman antara karyawan. Hasil analisis jabatan memberikan gambaran yang jelas untuk masing-masing karyawan, sehingga menghindarkan kecurigaan antara mereka Jenis Informasi yang Penting Empat macam informasi yang merupakan dasar bagi semua analisis jabatan : 1. Analisis jabatan memberikan gambaran umum tentang unsur-unsur yang dilakukan dalam jabatan. 2. Analisis jabatan mencatat syarat-syarat perseorangan yang penting untuk masing-masing jabatan. 3. Analisis jabatan mencatat tanggung jawab pemegang jabatan. 4. Analisis jabatan mencatat beberapa kondisi kerja yang penting.

5 14 Adapun uraian yang lebih lengkap mengenai informasi-informasi tersebut adalah sebagai berikut : 1. Apa yang dilakukan. Ini merupakan kegiatan badaniah dan rohaniah. Contoh kegiatan badaniah adalah penggunaan mesin-mesin, alat-alat dan perlengkapan-perlengkapan, termasuk gerakan pegawai itu sendiri. Contoh kegiatan rohaniah adalah penggunaan perhitungan-perhitungan dan formula-formula, perasaan, pikiran dan sebagainya. Pertanyaan pertama yang harus diajukan adalah unsur-unsur apa sajakah yang terdapat pada jabatan. Kemudian bagaimana cara mengerjakannya. Hal ini berhubungan dengan metode yang dipergunakan. Alat-alat dan bahan-bahan apakah yang dipergunakan? mengapa tiap-tiap unsur jabatan dalam jabatan dilakukan? 2. Syarat-syarat perseorangan. Selain untuk mendapatkan apa yang dilakukan dalam jabatan dan bagaimana serta mengapa hal itu dilakukan, analaisis jabatan juga mencatat secara khusus kualifikasi-kualifikasi perseorangan yang diperlukan untuk mengerjakan tugas-tugas jabatan dengan sukses. Hal ini meliputi kecakapan, pengetahuan, pelatihan/pendidikan, kekuatan badaniah, kemampuan rohaniah khusus dan syarat-syarat lain yang diperlukan. 3. Tanggung Jawab. Tanggung jawab ini dapat meliputi tanggung jawab terhadap orang lain, tanggung jawab terhadap uang, benda, terhadap keselamatan kerja pegawai-pegawai bawahannya, terhadap kelangsungan jalannya pekerjaan, terhadap hubungan dengan para langganan dan sebagainya.

6 15 4. Kondisi Kerja. Apakah kondisi kerja itu tidak berbahaya atau tidak menyenangkan? Misalnya udara terlalu panas, terlalu dingin dan sebagainya. Tempat kerja kotor, gaduh dan sebagainya Metode Pengumpulan Data. Metode-metode yang biasa dipergunakan dalam mengumpulkan informasi-informasi yang diperlukan analisis jabatan adalah : 1. Kuesioner. Metode ini dilaksanakan dengan jalan menyebar daftar pertanyaan tentang pekerjaan yang akan dianalisis, baik pertanyaan maupun jawabannya diberikan dalam bentuk tertulis. Data yang diperoleh biasanya kurang lengkap dan tidak teratur. Hasil dari kuesioner ini dapat digunakan sebagai bekal dalam wawancara. 2. Wawancara. Wawancara dilakukan terhadap pemegang jabatan tentang jabatan atau pekerjaannya. Metode ini sering dilakukan pada pekerjaan harian maupun bulanan. Data yang diperoleh akan lebih lengkap dan lebih teliti. 3. Buku Catatan Harian. Metode ini dilakukan dengan mempelajari buku catatan harian ( log book ) yang diisi oleh pekerja tentang pekerjaan-pekerjaan yang dilakukannya baik mengenai jenis, metode maupun peralatan yang dipergunakan. Buku ini setiap hari biasanya akan diisi oleh karyawan.

7 16 4. Pengamatan. Metode ini dilakukan dengan cara mengamati langsung terhadap pelaksanaan pekerjaan. Data yang diperoleh lebih lengkap, teliti serta membutuhkan waktu yang singkat. Metode ini cocok diterapkan untuk analisis jabatan pada pekerjaan-pekerjaan harian yang sederhana dan berulang Uraian Jabatan. Informasi pertama yang diperoleh dari analisis jabatan adalah uraian jabatan. Menurut Edwin Flippo (1998) bahwa, uraian jabatan adalah pernyataan yang nyata dan teratur dari kewajiban-kewajiban dan tanggung jawab dari suatu jabatan tertentu. Sedangkan menurut Dale Yoder (1998), uraian jabatan mengikhtisarkan fakta-fakta yang diberikan oleh analisis jabatan dalam susunan yang sistematis. Dan selain itu menurut Andrew F. Sikula (1998) sebagaimana dikutip oleh, uraian jabatan merupakan suatu pernyataan yang menguraikan jabatan dalam istilah-istilah seperti nama, tempat, kewajiban-kewajiban, kondisi kerja, dan bahaya atau resiko. Sebagaimana ditulis oleh Moekijat dalam buku Analisis Jabatan, secara garis besar uraian jabatan berisi keterangan tentang : 1. Identifikasi pekerjaan. 2. Ringkasan pekerjaan. 3. Tugas yang dilaksanakan. 4. Supervisi yang diterima dan yang diberikan. 5. Hubungannya dengan pekerjaan lain.

8 17 6. Mesin, peralatan dan material yang digunakan. 7. Kondisi kerja. 8. Definisi istilah-istilah khusus. 9. Komentar dan penjelasan lain yang perlu ditambahkan Persyaratan Jabatan. Menurut Edwin B. Flippo (1998), persyaratan jabatan adalah suatu pernyataan tentang kualitas minimum yang harus dipenuhi oleh seorang karyawan agar dapat menjalankan suatu jabatan dengan baik. Sedangkan menurut Dale Yoder (1998), persyaratan jabatan adalah suatu ikhtisar dari syarat-syarat perseorangan yang diperlukan untuk suatu jabatan, bermanfaat untuk rekrutmen, penempatan dan rencana mutasi serta promosi. Secara garis besarnya persyaratan jabatan berisi identifikasi jabatan dan syarat-syarat orang yang akan melaksanakan jabatan. Syarat-syarat orang ini berupa khusus, misalnya kekuatan lengan, kaki, cacat badan yang harus dihindari, kemampuan khusus ini termasuk kecerdasan, ingatan, kegiatan yang berkaitan dengan panca indera seperti perasaan, pendengaran, penglihatan dan sebagainya. Secara lengkap persyaratan jabatan berisi informasi tentang : 1. Identifikasi Jabatan. a. Nama b. Kode c. Bagian 2. Persyaratan Jabatan. a. Pendidikan Formal b. Tingkat kecerdasan minimum yang diperlukan

9 18 c. Pengetahuan dan keterampilan d. Pengalaman e. Persyaratan f. Jenis kelamin g. Usia h. Dan lain-lain Persyaratan jabatan ini bermanfaat dalam program rekruitmen, penempatan, pemindahan, atau kenaikan jabatan. 2.2 Evaluasi Jabatan Evaluasi jabatan adalah penentuan hubungan yang konsisten dan sistematis antara tingkat upah dasar dengan pekerjaan yang ada dalam organisasi. Sedangkan menurut Dale Yoder (1998), evaluasi jabatan adalah satu bentuk khusus daripada analisis jabatan dengan titik berat yang utama pada informasi yang digunakan untuk menentukan skala-skala pembayaran. Dan menurut Dale S. Beach (1998), evaluasi jabatan adalah suatu system yang dibuat untuk menentukan nilai relatif uang dari jabatan-jabatan dari suatu organisasi. Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa penilaian jabatan adalah kegiatan yang dilakukan guna membandingkan nilai dari suatu jabatan dengan nilai dari jabatan atau jabatan-jabatan lain Prinsip-Prinsip Evaluasi Jabatan. Dalam menilai jabatan-jabatan, ada tiga prinsip pokok yang harus diperhatikan yaitu :

10 19 1. Mereka yang menilai jabatan harus menilai jabatan, bukan pegawai. Dalam memutuskan berapa nilai yang harus diberikan kepada sebuah jabatan seringkali ada godaan yang mempengaruhi keputusan seseorang, yakni kecakapan atau mutu individu yang sekarang memegang jabatan. Mungkin pemegang jabatan tersebut sangat cakap atau tidak sangat cakap. Mereka yang dibebani dengan penilaian jabatan perlu diberi pedoman tentang persyaratan jabatan. Mungkin telah dibuat kesalahan dalam menempatkan individu-individu pada jabatan-jabatan tertentu. 2. Dalam menilai jabatan, diusahakan agar digunakan putusan-putusan atau pendapat-pendapat yang disatukan atau digabungkan dari bebrapa orang. 3. Ketelitian evaluasi jabatan terutama ditentukan oleh ketelitian fakta-fakta jabatan yang ada Sistem Evaluasi Jabatan Ada empat pokok sistem evaluasi jabatan. Pada dasarnya adalah sama, karena sistem-sistem tersebut semuanya bermaksud menilai jabatan. Akan tetapi berbeda dalam hal ini prosedur yang digunakan untuk mencapai hasil dan dalam hal teknik penilaian. Menurut Dale Yoder (1992), sistem-sistem tersebut menurut urutan kesulitannya adalah sebagai berikut : 1. Sistem Pengurutan (Ranking System) 2. Sistem Klasifikasi Jabatan (Job Classification System) 3. Sistem Angka (Point System) 4. Sistem Perbandingan Faktor (Factor Comparison System)

11 Sistem Pengurutan Sistem pengurutan baisanya digunakan dalam unit-unit kecil yang semua jabatannya telah dikenal oleh para penilai jabatan. Sistem ini tidak menunjukan nilai yang dapat diukur terhadap jabatan-jabatan, tetapi hanya menunjukan banyaknya kelas pembayaran dan kedudukan relatifnya. Dengan kata lain sistem pengurutan membuat garis besar hirarki kelompok-kelompok jabatan, yang beberapa diantaranya dapat mengandung banyak jabatan dan yang lainnya hanya satu atau beberapa jabatan. Tabel 2.1 Sistem Pengurutan Jabatan Tingkat Jabatan 1 X 2 Y 3 K dan L 4 M 5 O, B dan G Sumber : Moekijat, Analisis Jabatan, 1992 : 60 Sifat khusus sistem ini adalah bahwa sistem tidak menekankan penguraian tiap jabatan dalam faktor-faktor. Cukup tiap jabatan sebagai suatu keseluruhan disususn diantara semua jabatan yang lain. Sistem ini hanya membuat urutan-urutan jabatan dan tidak menunjukan tingkat perbedaan diantara jabatan-jabatan tersebut. Sistem pengurutan dapat menghasilkan kesalahan-kesalahan yang banyak apabila prosesnya cenderung membuat urutan orang-orang daripada urutan-urutan jabatan.

12 21 Langkah-langkah sistem pengurutan adalah sebagai berikut : 1. Membuat uraian jabatan. 2. Menilai uraian jabatan. 3. Menyusun jabatan-jabatan menurut urutan nilai, mulai dari jabatan yang paling tinggi nilainya sampai jabatan yang paling rendah nilainnya. Keuntungan sistem pengurutan jabatan adalah : 1. Mudah melaksanakannya karena tidak menggunakan faktor-faktor jabatan. 2. Merupakan sistem yang langsung sehingga tidak memerlukan banyak persiapan. 3. Proses penilaian cepat, akibat sistem yang langsung. 4. Biaya murah karena sistem ini tidak memerlukan banyak tenaga penilai. Kerugian dari sistem pengurutan jabatan adalah : 1. Tidak ada skala nilai sehingga penilainnya subyektif. 2. Sedikit para penilai yang mengenal semua jabatan sehingga penilaian sering berbeda. 3. Sistem ini hanya memberitahukan bahwa suatu jabatan adalah lebih tinggi nilainya dibanding dengan jabatan yang lain. 4. Sistem ini hanya cocok untuk perusahaan-perusahaan kecil yang tidak banyak jabatannya. 5. Sulit menjelaskannya hasilnya kepada manajer dan pegawai, karena penilaian yang dilakukan bersifat subyektif Sistem Klasifikasi Jabatan. Sistem klasifikasi juga menekankan pembuatan kelas-kelas jabatan. Sistem ini mulai dengan suatu tinjauan secara menyeluruh dari semua jabatan. Untuk tiap

13 22 kelas dipersiapkan suatu uraian umum yang menunjukan jenis-jenis jabatan yang akan dimaksudkan untuk masing-masing kelas yang telah ditentukan sebelumnya. Pekerjaan itu dilakukan oleh suatu panitia klasifikasi dengan menggunakan uraian jabatan dan menentukan tiap jabatan pada tempatnya. Contoh untuk sistem klasifikasi jabatan dapat dilihat pada tabel berikut : Tingkat I II III IV V Tabel 2.2 Sistem Klasifikasi Jabatan Uarian kelas atau tingkat jabatan Pekerjaan sederhana; sifatnya rutin; dibawah pengawasan yang ketat; memerlukan sedikit sekali latihan; tanggung jawab dan prakarsa. Contoh: penjaga pintu, Juru arsip Pekerjaan sederhana; sifatnya rutin; dibawah pengawasan yang ketat; memerlukan beberapa latihan atau keterampilan; jarang memikul tanggung jawab dan prakarsa. Contoh: juru ketik; tukang membersihkan mesin. Pekerjaan sederhana; sedikit variasi; dibawah pengawasan umum; diperlukan pelatihan; sedikit tanggung jawab dan prakarsa. Contoh: tukang minyak mesin. Pekerjaan agak kompleks; beberapa variasi; dibawah pengawasan umum; diperlukan tinkat keterampilan yang tinggi; bertanggung jawab atas perlengkapan dan keselamatan; memerlukan prakarsa yang teratur. Contoh: operator mesin tingkat I. Pekerjaan agak kompleks; bervariasi; dibawah pengawasan umum; diperlukan tinkat keterampilan lanjut; bertanggung jawab atas perlengkapan dan keselamatan; memerlukan prakarsa yang tinggi. Contoh: operator mesi tingkat II. Sumber : Drs. Moekijat (Administrasi Gaji Dan Upah,1992:62)

14 23 Langkah-langkah sistem klasifikasi adalah sebagai berikut : 1. Menentukan jumlah tingkat permintaan. 2. Membuat uraian dari masing-masing tingkat pekerjaan atau kelas jabatan. 3. Memasukkan jabatan-jabatan kedalam tingkat pekerjaan yang tepat, sesuai dengan hasil perbandingan antara uraian jabatan perseorangan dengan uraian kelas jabatan. Keuntungan sistem klasifikasi adalah : 1. Sistem ini merupakan perbaikan dari sistem pengurutan, karena dalam menentukan tingkat pekerjaan telah dipersiapkan lebih dahulu skala nilai. 2. Sistem ini merupakan sistem yang hampir langsung, keseluruhan, tidak menggunakan faktor-faktor jabatan. 3. Sistem penilaian ini dibantu dengan adanya uraian jabatan dan uraian tingkat atau kelas jabatan. 4. Sistem ini sederhana dan biayanya murah. 5. Sistem ini tidak membutuhkan waktu yang lama. 6. Sistem ini lebih cermat dari pada sistem pengurutan. Kerugian sistem klasifikasi adalah : 1. Dalam menentukan tingkat-tingkat pekerjaan digunakan pokok-pokok yang luas, harus bersifat umum agar dapat menampung beberapa jabatan. 2. Sukar merumuskan tingkat-tingkat nilai jabatan dengan memandang jabatan secara keseluruhan. 3. Sistem ini hanya memberitahukan bahwa suatu jabatan adalah lebih tinggi nilainya dibanding nilai jabatan yang lain, tetapi tidak menunjukkan dengan cara apa dan berapa banyak nilai jabatan yang satu dibanding dengan nilai jabatan yang lain.

15 Sistem Angka. Salah satu keahlian disiplin teknik industri adalah menetapkan berapakah upah yang pantas dibayarkan kepada seorang karyawan. Dalam hal ini berapakah upah yang sesuai dengan beban kerja, resiko kerja dan jenjang pendidikan terakhir yang digunakan untuk menduduki posisi tersebut sehingga dengan adanya point sistem (sistem angka) ini perusahaan dapat membayar upah seorang karyawan sesuai dengan kontribusi yang diberikan oleh karyawan kepada perusahaan dalam menjalankan tugas-tugasnya. Adapun skematis Job Evaluation dapat dilihat pada gambar berikut : Job Evaluation Job Deskription Nilai Relatif Harga Maximal Struktur Job Analisis Sistem Penilaian Tarif Survey Upah Gambar 2.1 Skematis Job Evaluation ( Sumber : Ireson, Job Evaluation )

16 25 Setelah job evaluation maka diperlukan langkah berikutnya yaitu penyusunan job deskription Proses I Proses II Proses III Proses IV Proses V Proses VI Proses VII Proses VIII n Proses Gambar 2.2 Flow Diagram ( Sumber : Ireson, Job Evaluation ) Dengan menggunakan metode ini, pendekatannya lebih sistematis, lebih teliti dan lebih terperinci. Jabatan-jabatan yang akan dinilai akan diuraikan atas faktor-faktor jabatan yang menunjukan karakteristik jabatan tersebut. Masingmasing faktor jabatan tersebut diberi bobot dan nilai secara kuantitatif. Nilai total dari dari faktor-faktor jabatan ini disebut sebagai nilai relatif jabatan. Ciri kebanyakan sistem angka yang paling jelas adalah penggunaan suatu buku pedoman. Buku pedoman ini menguraikan dalam garis besar unsur-unsur atau faktor-faktor untuk menilai tiap jabatan dan memberikan skala atau ukuran untuk memberi nilai angka tiap tingkat dari masing-masing faktor. Buku pedoman dapat dikembangkan untuk masing-masing perusahaan atau perwakilan

17 26 perusahaan perseorangan, satu perusahaan dapat juga menggunakan suatu sistem yang sudah ada. Contoh faktor-faktor dan nilai-nilai angka yang dipergunakan oleh national metaltrade association di amerika serikat adalah sebagai berikut : Tabel 2.3 Faktor-Faktor Penilaian No Faktor-Faktor 1 2 Tingkat Kecakapan 1 Pendidikan Pengalaman Prakarsa Kegiatan 4 Tuntutan Fisik Tuntutan Mental Tanggung Jawab 6 Perlengkapan/Proses Bahan atau Produk Keselamatan Orang Lain Pekerjaan Orang Lain Kondisi jabatan 10 Kondisi Kerja Bahaya atau Resiko sumber : Ireson ( Job evaluation ) Langkah-langkah sistem angka adalah sebagai berikut : 1. Menentukan jabatan-jabatan yang akan dinilai. 2. Menentukan faktor-faktor jabatan. 3. Mendefinisikan faktor-faktor jabatan. 4. Mendefinisikan derajat tiap-tiap faktor jabatan. 5. Menentukan nilai relatif tiap-tiap faktor jabatan 6. Memberi nilai pada tiap-tiap derajat. 7. Menyusun pedoman penilaian jabatan.

18 27 8. Menyiapkan uraian dan persyaratan jabatan. 9. Menilai tiap-tiap jabatan. Keuntungan sistem angka adalah : 1. Skala nilai yang diperoleh lebih dapat dipercaya. 2. Konsistensi penilaian yang cukup besar, karena subyektifitas dapat dikurangi dengan menggunakan nilai angka. 3. Kemungkinan terjadinya manipulasi nilai jabatan yang disebabkan oleh adanya Judgement dapat dikurangi. 4. Mudah diterima oleh karayawan. 5. Sistem penilaian dapat untuk menilai jabatan-jabatan secara independen. Sedangkan kerugiannya adalah tidak mampu menghadapi perubahanperubahan yang dapat mempengaruhi struktur pengupahan Sistem Perbandingan Faktor. Suatu ciri khusus sistem perbadingan faktor adalah metode penentuan bobot yang diterapkan pada unsur-unsur jabatan, kadnag-kadang suatu panitia mempertimbangkan masalah dengan cermat dan berdasarkan kesatuan pendapat dalam menentukan bobot ini. Dalam suatu prosedur yang lebih terperinci. Masingmasing jabatan ini dibuat urutannya berdasarkan masing-masing faktor, apabila panitia telah membuat urutan berdasarka tingkatannya, maka rata-rata tingkat dihitung dan diperuntukan bagi masing -masing jabatan. Langkah-langkah sistem perbandingan faktor adalah sebagai berikut : 1. Memilih faktor-faktor jabatan. 2. Memilih jabatan-jabatan utama (key jobs). 3. Menentukan nilai jabatan-jabatan uatama dengan tepat.

19 28 4. Menyusun jabatan-jabatan utama dibawah tiap faktor jabatan. 5. Membagikan nilai masing-masing jabatan uatama kepada faktor-faktor jabatan. 6. Menilai jabatan-jabatan lain dengan menggunakan ukuran faktor ini. Keuntungan sistem perbandingan faktor adalah sistem ini tidak mengandung masalah yang berhubungan dengan arti kata dalam membuat ukuran faktor, karena tingkatannya tidak dirumuskan. Kerugiannya adalah : 1. Sistem ini sangat kompleks. 2. Biaya penyusunan sistem ini mahal. 3. Sulit menjelaskan sistem ini kepada orang lain Manfaat Evaluasi Jabatan Banyak manfaat yang dapat diambil daari evaluasi jabatan. Manfaat evaluasi jabatan adalah : 1. Evaluasi jabatan merupakan cara yang paling efektif untuk menentukan hubungan pembayaran intern bagi kebanyakan jenis jabatan. 2. Penilaian jabatan dapat digunakan sebagai suatu alat untuk mebuat kebijaksanaan pembayaran perussahaan yang utama. 3. Hubungan gaji pokok yang adil ditentukan oleh penilaian jabatan menjadi dasar untuk insentif atau rencana bonus. Melalui penilaian jabatan, perusaahaan dapat menentukan standar nilai jabatan sehingga dapat ditentukan penghargaan insentif tambahan, pembayaran bonus atau pembayaran nilai jabatan. 4. Evaluasi jabatan memberikan dasar yang logis untuk perpindahan pegawai.

20 29 5. Pengawasan atas biaya gaji dan upah sebagian besar dapat dipermudah dengan adanya evaluasi jabatan. 6. Evaluasi jabatan memberikan dasar yang realistik untuk menghubungkan skala pembayaran perusahaan dengan skala pembayaran perusahaanperusahaan yang sedang bersaing. 7. Evaluasi jabatan memberikan bantuan kepada manajer dalam mengatasi masalah-masalah pembayaran sehari-hari. Hal ini akan membantu menguurangi keluhan pegawai, produktivitas pegawai yang lebih tinggi melalui moril yang lebih baik dan perpindahan tenaga kerja yang berkurang. 2.3 Kompensasi. Salah satu fungsi yang paling sulit bagi manajemen sumberdaya manusia adalah dalam pemberian kompensasi. Tugas ini menjadi sangat penting mengingat pemberian kompensasi itu menyangkut dua kepentingan, yaitu kepentingan perusahaan adalah kepentingan karyawan. Penting bagi pihak manajemen perusahaan karena ongkos upah karyawan termasuk kedalam komponen biaya produksi. Sedang bagi pihak karyawan, pendapatan dari upah kerjanya dapat digunakan sebagai alat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Juga sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi penentuan satuan sosial Pengertian Kompensasi Menurut Thomas H Stone (1992), kompensasi adalah setiap bentuk pembayaran yang diberikan kepada pegawai sebagai pertukaran pekerjaan yang mereka berikan kepada majikan. kompensasi adalah sesuatu yang dipandang sebagai suatu imabalan jasa. Kompensasi adalah konsep pemberian imbalan jasa

21 30 kepada pegawai yang paling luas, yang menyatakan bahwa admisisntrasi gaji dan upah ditambah dengan kesejahteraan pegawai merupakan bagian dari padanya. Edwin B. Flippo (1992), merumuskan kompensasi sebagai pemberian imbalan jasa yang layak dan adil kepada pegaawai-pegawai karena merreeka telah memberi sumbangan kepada pencapaian tujuan organisasi. Sebagaimana dikutip oleh Moekijat (Administrasi gaji dan upah,1992:2), menurut penulis lain seperti William B. Wether dan Keith Davis (1992), mengatakan bahwa kompensasi adalah apa yang diterima oleh pegawai sebagai pertukaran pekerjaannya. Sedangkan menurut Terry L. Leap dan Michael D. Crino (1992), mengatakan bahwa kompensasi adalah suatu istilah yang luas artinya dan berhubungan dengan imbalan berupa uang yang diterima oleh orangorang yang melalui hubungan kerja mereka dengan suatu organisasi. Dari beberapa pendapat yang ditulis diatas dapat disimpulkan bahwa kompensasi merupakan imbalan jasa kepada pegawai karena yang bersangkutan telah memberi bantuan atau sumbangan untuk mencapai tujuan organisasi. Dengan kata lain, kompensasi adalah imbalan jasa yang diberikan kepada pegawai karena partisipasinya. Dengan demikian kompensasi mempunyai arti yang sangat luas, termasuk gaji, upah, perumahan dinas, fasilitas kendaraan, pakaian kerja, tunjangan beras, tunjangan rumah dinas dan tunjangan-tunjangan lain.

22 Macam-Macam Kompensasi. Wujud kompensasi yang dapat diberikan kepada pegawai antara lain adalah : 1. Uang Wujud kompensasi yang berupa uang, biasanya disalurkan kepada pegawai melalui gaji dan upah, tunjangan dalam bentuk uang dan bonus. 2. Natura Natura dapat berupa beras, gula, pakaian, obat-obatan dan lain-lain. 3. Kenikmatan Sedangkan kenikmatan dapat diberikan berupa fasilitas rumah dengan cumacuma atau sewa, fasilitas kendaraan, pemeriksaan kesehatan, dan lain-lain. 2.4 Perancangan Gaji Dasar Pengertian Gaji Beberapa ahli megatakan bahwa gaji adalah imbalan jasa atau uang yang dibayarkan, atau yang ditentukan untuk dibayarkan kepada seseorang pada jarakjarak waktu yang teratur untuk jasa-jasa yang diberikan. Seorang pegawai dibayar tiap bulan, tiap setengah bulan, atau tiap minggu menerima gaji. Sedangkan menurut Dale Yoder(1992), gaji adalah pembayaran kepada pegawai-pegawai administrasi dan manajerial. Paul Dstaudohar mengatakan bahwa pada umumnya gaji dibayarkan kepada pegawai-pegawai administrasi, profesional dan manajerial. Dale Yodar dkk, juga mengatakan bahwa gaji adalah pembayaran untuk satu jangka waktu yang lebih lama dari satu jam atau satu hari, biasanya untuk satu minggu, satu bulan atau satu tahun

23 32 Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa gaji adalah imbalan jasa berupa uang yang dibayarkan tiap minggu, tiap bulan atau tiap tahun Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Gaji Ada banyak faktor yang dapat mempengaruhi penentuan tingkat gaji dan upah. Berdasarkan referensi dari berbagai literatur, jadi dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat gaji adalah : 1. Kondisi Pasar tenaga kerja 2. Kemampauan perusahaan-perusahaan untuk membayar 3. Produktivitas pegawai 4. Peraturan pemerintah tentang upah minimum yang diijinkan 5. Gaji rata-rata yang berlaku 6. Biaya hidup Prinsip-Prinsip Pemberian Kompensasi Gaji Beberapa hal agar pegawai dan pekerja yang menerima gaji merasa puas, maka perlu diperhatikan prinsip-prinsip pemberian gaji sebagai berikut : 1. Gaji yang diberikan harus cukup untuk hidup pegawai dan keluarganya. Dengan kata lain, besarnya gaji harus memenuhi kebutuhan pokok minimum. 2. Pemberian gaji harus adil, artinya besar kecilnya gaji tergantung kepada berat ringannya dan tanggung jawab yang dibebankan kepada pegawai bersangkutan. Pegawai yang pekerjaannya sulit, tanggung jawabnya berat, harus diberi gaji yang lebih banyak dari pada pegawai lain yang kewajiban dan tanggung jawabnya lebih ringan. Salah satu cara untuk menyusun

24 33 skala gaji yang adil adalah dengan membuat klasifikasi atau penggolongan jabatan. 3. Gaji harus diberikan tepat pada waktunya. Gaji terlambat diberikan, dapat mengakibatkan kemarahan dan rasa tidak puas pegawai, yang pada gilirannya akan dapat mengurangi produktivitas pegawai. 4. Besar kecilnya gaji harus mengikuti perkembangan harga pasar. Hal itu harus diperhatikan, karena yang penting bagi pegawai bukan banyaknya uang yang diterima, tetapi barapa banyak barang atau jasa yang dapat diperoleh dengan gaji atau upah tersebut. Jadi yang penting adalah gaji riil bukan gaji nominal. 5. Sistem pembayaran gaji harus mudah dipahami dan dilaksanakan, sehingga pembayaran dapat dilakukan dalam waktu yang relatif singkat. 6. Perbedaan dalam tingkat gaji harus didasarkan pada evaluasi jabatan yang obyektif. 7. Struktur gaji harus ditinjau kembali dan mungkin harus diperbaiki apabila kondisi berubah Tujuan Kompensasi Gaji. Menurut William Bwerther dan Keith Davis, tujuan kompensasi gaji adalah : 1. Mendapatkan Pegawai-Pegawai Yang Cakap. Gaji harus cukup tinggi untuk menarik pelamar-pelamar. Oleh karena perusahaan-perusahaan bersaing dalam pasar tenaga kerja, maka tingkat pembayaran harus mengikuti tingkat permintaan dan penawaran karyawan.

25 34 Akan tetapi diperlukan tarif upah premi untuk menarik pelamar-pelamar yang sudah bekerja di perusahaan-perusahaan lain. 2. Mempertahankan Pegawai-Pegawai Yang Sudah Ada Sekarang Apabila tingkat gaji tidak bersaing, maka beberapa orang pegawai akan berhenti. Untuk mencegah perpindahan pegawai, maka harus dijaga pembayaran yang bersaing dengan majikan-majikan lain. 3. Menjamin Keadilan. Administrasi gaji berusaha mendapatkan keadilan intern dan ekstern. Keadilan intern mengharuskan agar pembayaran dihubungjkan dengan nilai relatif dari jabtan-jabatannya. Artinya, jabatan-jabatan yang sama memperoleh pembayaran yang sama. Keadilan ekstern memerlukan pembayaran kepada karyawan pada suatu tingkat yang sama dengan pembayaran yang diterima oleh karyawan-karyawan yang sama diperusahaan-perusahaan lain. 4. Menghargai Perilaku Yang Diinginkan Pembayaran harus memperkuat perilaku yang diinginkan. Prestasi kerja yang baik, pengalaman, kesetiaan, tanggung jawab baru dan perilakuperilaku yang lain dapat dihargai melalui suatu rencana adminitrasi gaji yang efektif. 5. Mengawasi Biaya Suatu program administrasi gaji yang rasional membantu organisassi memperoleh dan mempertahankan tenaga kerjanya dengan biaya yang layak.tanpa suatu struktur gaji yang sistematik organisasi mugkin lebih atau kurang dari yang seharusnya kepada pegawai-pegawaainya.

26 Merancang Gaji. Langkah-langkah yang dilakukan dalam merancang gaji, terdiri dari beberapa tahapan sebagai berikut : 1. Menetapkan struktur penggolongan jabatan (grading structure) 2. Menyusun kompensasi jabatan Menetapkan Struktur Penggolongan Jabatan ( Greading Structure ). Golongan Jabatan ( Job Grades ) sering kali digunakan untuk penyederhanaan administrasi gaji. Ada beberapa teknik pengembangan golongan jabatan, yaitu : 1. Golongan ( Job Grade ) dibuat dengan cara membagi nilai jabatan kedalam sejumlah golongan ( Grade ) dengan jarak interval nilai jabatan sama besar atapun progresif untuk tiap-tiap golongan. Contoh : Tabel 2.4 Penggolongan Jabatan ( Grading structure ) I Interval Nilai Jabatan Jumlah Jarak Interval Golongan ( Grade ) Sumber : Anita Damayanti ( 1997 : II-29 ). 2. Golongan jabatan dikembangkan dari penambahan nilai gaji. Untuk teknik ini harus ditetapkan lebih dahulu sebuah nilai gaji awal dan kemudian secara progresif terdapat kenaikan nilai gaji pada golongan-golongan diatasnya. Prosentase kenaikan gaji dari satu golomgan ke golongan berikutnya merupakan nilai prosentase yang konstan untuk naik secara progresif. Biasanya prosentase kenaikan gaji dari golongan yang rendah

27 36 ke golongan berikutnya sebesar 5 % hingga 15 % secara matematika, besarnya nilai gaji untuk sebuah golongan dapat diformulasikan sebagai berikut : Nilai gaji Golongan ( Grade ) = nilai gaji golongan sebelumnya x ( 1 + prosentase kenaikan ). Contoh : Tabel 2.5 Penggolongan Jabatan ( Grading structure ) II. Nilai Gaji Kenaikan Nilai Gaji Golongan ( Grade ) $ 10,000 ( Nilai Gaji Awal ) 1 $ % 2 $ % 3 $ % 4 $ % 5 Sumber : Anita Damayanti ( 1997 : II-29 ). Dalam menggunakan teknik-teknik diatas terdapat faktor yang harus diperhatikan dalam merancang sistem penggolongan gaji dan menentukan golongan yang digunakan. Faktor-faktor tersebut adalah : 1. Hubungan jabatan-jabatan dalam organisasi. 2. Jumlah jabatan dalam sebuah organisasi. 3. Hirarki organisasi Analitik Hierarki Proses ( AHP ) Analytical Hierachi Process (AHP) adalah metode pengambilan keputusan multi kriteria atau multi objektif. Metode AHP ini digunakan untuk penentuan bobot faktor dan subfaktor jabatan. Maka dibuat kuesioner perbandingan berpasangan, untuk membandingkan tingkat kepentingan masingmasing faktor dan subfaktor. Hasil kuesioner diolah dengan bantuan software Expert Choice hingga di peroleh bobot masing-masing faktor dan subfaktor.

28 37 Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam menggunakan Analitik hierarki proses ( AHP ) untuk pemecahan suatu masalah yang komplek dengan cara matematis menggunakan matriks perbandingan berpasangan adalah sebagai berikut : Tahap 1 : Mendefinisikan permasalahan dan menentukan secara spesifik tujuan dan solusi yang diinginkan. Pada dasarnya sistem pemberian imbalan yang ada sekarang sudah cukup, apabila seluruh sistem pemberian imbalan finansial tersebut dapat berjalan lancar.. Sistem pemberian imbalan saat ini dapat dikatakan kurang adil. Karena hanya menilai dari tingkat golongan karyawan dan ijazah pendidikan terakhir yang digunakan diperusahaan. Jadi gaji dasar yang diterima oleh karyawan belum mempertimbangkan berat tidaknya sebuah pekerjaan. Sehingga ada karyawan yang pekerjaannya lebih berat dari karyawan lain, tetapi karena pendidikan formal yang dimilki lebih rendah maka karyawan tersebut mendapatkan penghargaan yang kurang sepadan dengan bobot kerjanya. Oleh sebab itu maka peneliti memiliki tujuan menentukan sistem imbalan berdasakan evaluasi-evaluasi jabatan guna memperoleh bobot dari jabatan tersebut serta pengaruhnya terhadap motivasi dan kepuasan karyawan Tahap 2 : Menyusun masalah dalam suatu struktur hierarki sehingga permasalah yang komplek dapat ditinjau dari sisi yang detail dan terukur.

29 38 Tahap 3 : Menyusun matriks perbandingan berpasangan untuk setiap level dibawahnya. Tabel 2.6 Matriks Perbandingan Berpasangan A1 A2 A3... An A1 a 11 a 12 a 13 a 1n A2 a 21 a 22 a 23 a 2n A3 a 31 a 32 a 33 a 3n An a n1 a n2 a n3 a nn Sumber : Thomas L. Saaty hal.84 Tahap 4 : Pengisian matriks perbandingan berpasangan oleh pengambil keputusan disertai dengan hasil pembobotan yang dinormalisai, berdasarkan data kuesioner Tabel 2.7 Data Kuesioner Tanggung Jawab Keterampilan Kecakapan Usaha Kondisi Kerja Tanggung Jawab /2 2 Keterampilan 1/ /3 1/2 Kecakapan 1/ /3 1/2 Usaha Kondisi Kerja 1/ /3 1 Jumlah Sumber :Pengolaahan Data Manual

30 39 Tabel 2.8 Bobot Normalisasi T.Jawab Keterampilan Kecakapan Usaha K.Kerja Bobot sumber : Pengolahan data manual Bobot normalisasi diatas dapat dirumuskan sebagai berikut : Bobot = Jumlah Nilai Elemen Baris / n Tahap 5 : Melakukan pengujian konsistensi dengan menggunakan nilai eigen terhadap perbandingan berpasangan antar elemen yang didapatkan pada tiap tingkat hierarki. Pertama, uji nilai indeks konsistensi (consistency indexs-ci) yang dihitung mrnggunakan nilai λ maks dari n buah perbandingan. Dengan menggunakan rumus: CI = λ maks n n 1 Dimana CI...(2.2) : Consistensi Indeks λ maks : Eigen Value Maksimum n : Jumlah Matriks yang dibandingkan Sebagai contoh perhitungan matriks dari tahap 4 dapat dilihat sebagai berikut : λ maks = jumlah elemen kolom x bobot yang dinormalisasi λ maks = ( 4.25X 0,254) + (11X 0,088) + (9X 0.102) + (2.49X 0.368) + (8X 0.154) = 5,11 5,11 5 CI = = 0,

31 40 Setelah didapat consistensi indeks (CI) menggunakan matriks random dengan skala penilai 9 ( 1 sampai dengan 9 ), langkah selanjutnya pengambil keputusan menetapkan indeks random (RI) menggunakan ukuran matriks perbandingan yang digunakan, nilai indek random tersebut telah memiliki ketetapan sebagai berikut : Tabel 2.9 Ukuran Matriks Indeks Random Ukuran Matriks 1, Indeks Random (Inkonsistensi) Sumber : Suryadi dan Ramdhani, Sistem Pendukung Keputusan Berdasarkan tabel diatas pengambil keputusan menggunakan pengukuran matrik perbandingan 5, maka Indeks Random : RI = 1,12 Sebagai perhitungan terakhir pengambil keputusan menghitung Konsistensi Ratio yang memiliki konsistensi 0. 1

32 41 Jika konsistensi rasio lebih besar dari 0,1 pendataan yang didapat penulis bukan sebuah kesalan melainkan prioritas hierarki yang didapat masih acak dan perlu diperbaiki. Penghitungan consistensi rasio didapatkan dengan rumus : CI CR = RI Dimana : CI = Consistency Index RI = Ratio Index sebagai contoh dapat dilihat penggunaan persamaan diatas sebagai berikut : 0.11 CR = = (konsisten) 1.12 Tahap 6 : Tahap 3, 4 dan 5 diulangi jika konsistensi rasio tiap level dari hierarki melampaui tingkat kekonsistenan yang telah ditetapkan AHP. Tahap 7 : Menguji konsistensi tingkat hierarki ( CRH ) dengan cara mengalihkan setiap nilai CI dengan nilai bobot prioritas kriteria yang berpadanan lalu dijumlahkan. hasilnya kemudian dibagi RI masing-masing sesuai ukuran matriksnya. Judgement penilaian dinyatakan cukup konsisten jika nilai CR dan CRH tidak lebih dari 10% atau 0,1 Hasil perhitungan consistensi rasio hierarki menggunakan paramerter CRH yang dirumuskan sebagai berikut :

33 42 CIH CRH = RIH Dimana : CIH = Consistency Index Herarchy RIH = Ratio Index Hierarchy Sebagai contoh penggunaan persamaan diatas adalah : 0.11 CR = = (konsisten) 1.12 Dapat dilihat diatas berdasarkan nilai konsistensi maka dapat dibuktikan bahwa hierarki yang telah disusun adalah konsisten. Tahap 8: Setelah melakukan penghitungan bobot dengan matriks perbandingan berpasangan dari faktor terhadap goal ( tujuan ) dan tiap-tiap sub kriteria, serta melakukan pengujian kekonsistensian yang memiliki ketetapan tidak lebih dari 0,1. maka untuk mencari prioritas yang dominan bobot yang dinormalisasi tiap-tiap level disusun menjadi bobot keseluruhan yang dapat dirumuskan sebagai berikut : Bobot faktor yang normalisasi X bobot subfaktor yang dinormalisasi.

34 43 Tabel 2.10 Overall TANGGUNG KETE KECA USAHA KONDISI BOBOT BOBOT JAWAB RAMPILAN KAPAN KERJA OVERALL SUBFAKTOR NORMALISASI RAHASIA PERUSAHAAN KERJA ORANG LAIN PERALATAN DAN MESIN MATERIAL KEMAMPUAN TEKNIS KEMAMPUAN MERENCANA KEMAMPUAN EVALUASI PENGAMBILAN KEPUTUSAN PENGGUNAAM PERALATAN PENDIDIKAN PENGALAMAN PELATIHAN USAHA FISIK USAHA MENTAL RESIKO KERJA LINGKUNGAN KERJA Sumber : Pengolahan Data Kelemahan-kelemahan penggunaan metode AHP antara lain : 1. Responden yang dilibatkan memiliki pengetahuan yang cukup tentang permasalahan ( Expert ) dan AHP itu sendiri. 2. AHP tidak dapat diterapkan pada suatu perbedaan sudut pandang yang sangat tajam/ekstrim dikalangan responden. Penyatuan pandangan, misalnya dengan metode Delphi dapat dilakukan sebelum AHP diterapkan. Penilaian perbandingan antara elemen dari hirarki menggunakan skala penilaian dari 1 sampai 9 seperti dapat dilihat pada tabel berikut :

35 44 Tabel 2.11 Skala Penilaian Perbandingan TINGKAT KEPENTINGAN DEFINISI KETERANGAN 1 Sama pentingnya Kedua elemen mempunyai pengaruh yang sama Pengalaman dan penilaian sedikit memihak 3 Sedikit lebih penting satu elemen dibandingkan dengan pasangannya Pengalaman dan penilaian sangat memihak 5 Lebih penting satu elemen dibandingkan dengan pasangannya Satu elemen sangat disukai dan secara 7 Sangat penting praktis dominasinya sangat nyata dibandingkan dengan elemen pasangannya Satu elemen terbukti mutlak lebih disukai 9 Mutlak lebih penting dibandingkan dengan pasangannya, pada keyakinan tertinggi 2,4,6,8 Nilai tengah Diberikan bila terdapat keraguan penilaian antara dua penilaian yang berdekatan Jika untuk aktivitas i mendapat satu angka dibanding dengan Kebalikan aktivitas j. Maka j mempunyai nilai kebalikannya dibanding dengan i ( a = 1/ a ) ij ij Sumber : Saaty L Thomas (1993)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai langkah-langkah yang ditempuh untuk mendapatkan metodologi penelitian yang merupakan suatu tahapan yang harus diterapkan agar penelitian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. artian yang lebih spesifik yakni pihak ketiga dalam supply chain istilah dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. artian yang lebih spesifik yakni pihak ketiga dalam supply chain istilah dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Vendor Dalam arti harfiahnya, vendor adalah penjual. Namun vendor memiliki artian yang lebih spesifik yakni pihak ketiga dalam supply chain istilah dalam industri yang menghubungkan

Lebih terperinci

ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Amalia, ST, MT

ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Amalia, ST, MT ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Amalia, ST, MT Multi-Attribute Decision Making (MADM) Permasalahan untuk pencarian terhadap solusi terbaik dari sejumlah alternatif dapat dilakukan dengan beberapa teknik,

Lebih terperinci

PENGAMBILAN KEPUTUSAN ALTERNATIF ELEMEN FAKTOR TENAGA KERJA GUNA MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS KERJA DENGAN SWOT DAN ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS

PENGAMBILAN KEPUTUSAN ALTERNATIF ELEMEN FAKTOR TENAGA KERJA GUNA MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS KERJA DENGAN SWOT DAN ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS PENGAMBILAN KEPUTUSAN ALTERNATIF ELEMEN FAKTOR TENAGA KERJA GUNA MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS KERJA DENGAN SWOT DAN ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS Endang Widuri Asih 1 1) Jurusan Teknik Industri Institut Sains

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENILITIAN

BAB III METODOLOGI PENILITIAN BAB III METODOLOGI PENILITIAN 3.1 Metode Penilitian Metodologi penelitian menguraikan seluruh kegiatan yang dilaksanakan selama penelitian berlangsung dari awal proses penelitian sampai akhir penelitian.

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN 56 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 PENDAHULUAN Pada bab ini akan dipaparkan mengenai perancangan penelitian yang digunakan untuk mencapai tujuan dalam penulisan ini. Penelitian ini memiliki 2 (dua) tujuan,

Lebih terperinci

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENENTUAN GURU YANG BERHAK MENERIMA SERTIFIKASI MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENENTUAN GURU YANG BERHAK MENERIMA SERTIFIKASI MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENENTUAN GURU YANG BERHAK MENERIMA SERTIFIKASI MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Bab ini menjelaskan mengenai metode Analytic Hierarchy Process (AHP) sebagai metode yang digunakan untuk memilih obat terbaik dalam penelitian ini. Disini juga dijelaskan prosedur

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang tujuannya untuk menyajikan

Lebih terperinci

BAB III TEORI HIERARKI ANALITIK. Proses Hierarki Analitik (PHA) atau Analytical Hierarchy Process (AHP)

BAB III TEORI HIERARKI ANALITIK. Proses Hierarki Analitik (PHA) atau Analytical Hierarchy Process (AHP) BAB III TEORI HIERARKI ANALITIK 3.1 Pengertian Proses Hierarki Analitik Proses Hierarki Analitik (PHA) atau Analytical Hierarchy Process (AHP) pertama kali dikembangkan oleh Thomas Lorie Saaty dari Wharton

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 11 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian Penerapan Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3) ini dilaksanakan di PT. Suka Jaya Makmur, Kalimantan Barat pada

Lebih terperinci

PEMILIHAN SUPPLIER BAHAN BAKU DENGAN MENGGUNAKAN METODA ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) (STUDI KASUS DI PT. EWINDO BANDUNG)

PEMILIHAN SUPPLIER BAHAN BAKU DENGAN MENGGUNAKAN METODA ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) (STUDI KASUS DI PT. EWINDO BANDUNG) PEMILIHAN SUPPLIER BAHAN BAKU DENGAN MENGGUNAKAN METODA ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) (STUDI KASUS DI PT. EWINDO BANDUNG) Hendang Setyo Rukmi Hari Adianto Dhevi Avianti Teknik Industri Institut Teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tabel I.1 Data Gaji Pokok di Bagian SDM PT. Pikiran Rakyat. Sumber: Data Perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Tabel I.1 Data Gaji Pokok di Bagian SDM PT. Pikiran Rakyat. Sumber: Data Perusahaan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Karyawan sebagai aset yang paling berharga di dalam perusahaan, harus ditangani dengan manajemen sumber daya manusia yang baik agar senantiasa mendapat kepuasan kerja.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI Penelitian Terdahulu dan Penelitian Sekarang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI Penelitian Terdahulu dan Penelitian Sekarang BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1.Tinjauan Pustaka 2.1.1. Penelitian Terdahulu dan Penelitian Sekarang Penelitian mengenai evaluasi sistem penggjian dan pengupahan sudah banyak dilakukan salah

Lebih terperinci

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMBERIAN BONUS KARYAWAN MENGGUNAKAN METODE AHP SKRIPSI

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMBERIAN BONUS KARYAWAN MENGGUNAKAN METODE AHP SKRIPSI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMBERIAN BONUS KARYAWAN MENGGUNAKAN METODE AHP SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Teknik (S.Kom.) Pada Progam Studi Sistem Informasi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Penelitian Terkait Menurut penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Dita Monita seorang mahasiswa program studi teknik informatika dari STMIK Budi Darma Medan

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN APLIKASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN MENGGUNAKAN MODEL ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS UNTUK PEMBERIAN BONUS KARYAWAN

RANCANG BANGUN APLIKASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN MENGGUNAKAN MODEL ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS UNTUK PEMBERIAN BONUS KARYAWAN RANCANG BANGUN APLIKASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN MENGGUNAKAN MODEL ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS UNTUK PEMBERIAN BONUS KARYAWAN Yosep Agus Pranoto Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Industri

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan untuk memperkuat dan mendukung analisis penelitian adalah:

IV METODE PENELITIAN Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan untuk memperkuat dan mendukung analisis penelitian adalah: IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di UPTD Balai Pengembangan Teknologi (BPT) Mekanisasi Pertanian Jawa Barat yang terletak di Jalan Darmaga Timur Bojongpicung, Cihea,

Lebih terperinci

ISSN VOL 15, NO 2, OKTOBER 2014

ISSN VOL 15, NO 2, OKTOBER 2014 PENERAPAN METODE TOPSIS DAN AHP PADA SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN PENERIMAAN ANGGOTA BARU, STUDI KASUS: IKATAN MAHASISWA SISTEM INFORMASI STMIK MIKROSKIL MEDAN Gunawan 1, Fandi Halim 2, Wilson 3 Program

Lebih terperinci

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN KADER KESEHATAN DI KECAMATAN PEUDAWA KABUPATEN ACEH TIMUR

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN KADER KESEHATAN DI KECAMATAN PEUDAWA KABUPATEN ACEH TIMUR SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN KADER KESEHATAN DI KECAMATAN PEUDAWA KABUPATEN ACEH TIMUR TI BAHREN, MUNAR a Jurusan Teknik Informatika Fakultas Ilmu Komputer Universitas Almuslim Jln. Almuslim Tlp.

Lebih terperinci

PENERAPAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) GUNA PEMILIHAN DESAIN PRODUK KURSI SANTAI

PENERAPAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) GUNA PEMILIHAN DESAIN PRODUK KURSI SANTAI PENERAPAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) GUNA PEMILIHAN DESAIN PRODUK KURSI SANTAI Dwi Nurul Izzhati Fakultas Teknik, Universitas Dian Nuswantoro, Semarang 50131 E-mail : dwinurul@dosen.dinus.ac.id

Lebih terperinci

ANALISIS DATA Metode Pembobotan AHP

ANALISIS DATA Metode Pembobotan AHP ANALISIS DATA Data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan konsumen dan pakar serta tinjauan langsung ke lapangan, dianalisa menggunakan metode yang berbeda-beda sesuai kebutuhan dan kepentingannya.

Lebih terperinci

Sistem Pendukung Keputusan Seleksi Ketua Osis Dengan Metode AHP SMK PGRI 23 Jakarta

Sistem Pendukung Keputusan Seleksi Ketua Osis Dengan Metode AHP SMK PGRI 23 Jakarta Sistem Pendukung Keputusan Seleksi Osis Dengan Metode AHP SMK PGRI Jakarta Imam Sunoto, Fiqih Ismawan, Ade Lukman Nulhakim,, Dosen Universitas Indraprasta PGRI Email : raidersimam@gmail.com, vq.ismaone@gmail.com,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Metode yang digunakan Dalam penelitian ini, jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk

Lebih terperinci

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN SISWA DALAM MENGIKUTI LOMBA LKS DI SMK NEGERI 3 SEMARANG DENGAN METODE ANALITHICAL HIERARCHI PROCESS

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN SISWA DALAM MENGIKUTI LOMBA LKS DI SMK NEGERI 3 SEMARANG DENGAN METODE ANALITHICAL HIERARCHI PROCESS SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN SISWA DALAM MENGIKUTI LOMBA LKS DI SMK NEGERI 3 SEMARANG DENGAN METODE ANALITHICAL HIERARCHI PROCESS Nova Widyantoro Jurusan Sistem Informasi, Fakultas Ilmu Komputer,

Lebih terperinci

Tujuan administrasi kompensasi

Tujuan administrasi kompensasi kompensasi Definisi kompensasi Kompensasi adalah segala sesuatu yang diterima para karyawan sebagai balas jasa kerja mereka (Handoko,2001) Kompensasi karyawan adalah setiap bentuk pembayaran atau imbalan

Lebih terperinci

MATERI PRAKTIKUM. Praktikum 1 Analytic Hierarchy Proses (AHP)

MATERI PRAKTIKUM. Praktikum 1 Analytic Hierarchy Proses (AHP) Praktikum 1 Analytic Hierarchy Proses (AHP) Definisi AHP (Analytic Hierarchy Process) merupakan suatu model pengambil keputusan yang dikembangkan oleh Thomas L. Saaty yang menguraikan masalah multifaktor

Lebih terperinci

ADMINISTRASI UPAH DAN GAJI

ADMINISTRASI UPAH DAN GAJI ADMINISTRASI UPAH DAN GAJI Disusun Oleh : Kelompok 2 Petrus Rafendo L. 115030207111092 Andre Aprilliansyah 115030207111093 Roihatul Musyafi 125030200111167 Ridha CN 125030200111070 Bastian Prabowo 125030200111159

Lebih terperinci

METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEMILIHAN GALANGAN KAPAL UNTUK PEMBANGUNAN KAPAL TANKER DI PULAU BATAM

METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEMILIHAN GALANGAN KAPAL UNTUK PEMBANGUNAN KAPAL TANKER DI PULAU BATAM METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEMILIHAN GALANGAN KAPAL UNTUK PEMBANGUNAN KAPAL TANKER DI PULAU BATAM Oleh : Yuniva Eka Nugroho 4209106015 Jurusan Teknik Sistem Perkapalan

Lebih terperinci

BAB III METODE KAJIAN

BAB III METODE KAJIAN 47 BAB III METODE KAJIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Meningkatnya aktivitas perkotaan seiring dengan laju pertumbuhan ekonomi masyarakat yang kemudian diikuti dengan tingginya laju pertumbuhan penduduk akan

Lebih terperinci

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PERUMAHAN DENGAN METODE AHP (Analytical Hierarchy Process)

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PERUMAHAN DENGAN METODE AHP (Analytical Hierarchy Process) SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PERUMAHAN DENGAN METODE AHP (Analytical Hierarchy Process) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Komputer (S.Kom)Pada Jurusan

Lebih terperinci

ANALISIS PEMILIHAN SUPPLIER MENGGUNAKAN METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP)

ANALISIS PEMILIHAN SUPPLIER MENGGUNAKAN METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP) Jurnal Ilmiah Teknik Industri, Vol. 10, No. 1, Juni 2011 ISSN 1412-6869 ANALISIS PEMILIHAN SUPPLIER MENGGUNAKAN METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP) Pendahuluan Ngatawi 1 dan Ira Setyaningsih 2 Abstrak:

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM III.1. Analisis Masalah Tujuan analisa sistem dalam pembangunan aplikasi sistem pendukung keputusan ini adalah untuk mendapatkan semua kebutuhan pengguna dan sistem, yaitu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. pengambilan keputusan baik yang maha penting maupun yang sepele.

BAB II LANDASAN TEORI. pengambilan keputusan baik yang maha penting maupun yang sepele. BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Manusia dan Pengambilan Keputusan Setiap detik, setiap saat, manusia selalu dihadapkan dengan masalah pengambilan keputusan baik yang maha penting maupun yang sepele. Bagaimanapun

Lebih terperinci

Penerapan Analytical Hierarchy Process (AHP) Untuk Sistem Pendukung Keputusan Penilaian Kinerja Karyawan Pada Perusahaan XYZ

Penerapan Analytical Hierarchy Process (AHP) Untuk Sistem Pendukung Keputusan Penilaian Kinerja Karyawan Pada Perusahaan XYZ Penerapan Analytical Hierarchy Process (AHP) Untuk Sistem Pendukung Keputusan Penilaian Kinerja Karyawan Pada Perusahaan XYZ Mia Rusmiyanti Jurusan Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia Bandung

Lebih terperinci

PEMILIHAN SUPPLIER ALUMINIUM OLEH MAIN KONTRAKTOR DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS

PEMILIHAN SUPPLIER ALUMINIUM OLEH MAIN KONTRAKTOR DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS PEMILIHAN SUPPLIER ALUMINIUM OLEH MAIN KONTRAKTOR DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS Mohamad Aulady 1) dan Yudha Pratama 2) 1,2) Program Studi Teknik Sipil FTSP ITATS Jl. Arief Rahman

Lebih terperinci

PENGARUH KOMPENSASI TERHADAP LOYALITAS KARYAWAN Oleh : RETNO DJOHAR JULIANI DOSEN ADMINISTRASI NIAGA UNIVERSITAS PANDANARAN SEMARANG

PENGARUH KOMPENSASI TERHADAP LOYALITAS KARYAWAN Oleh : RETNO DJOHAR JULIANI DOSEN ADMINISTRASI NIAGA UNIVERSITAS PANDANARAN SEMARANG PENGARUH KOMPENSASI TERHADAP LOYALITAS KARYAWAN Oleh : RETNO DJOHAR JULIANI DOSEN ADMINISTRASI NIAGA UNIVERSITAS PANDANARAN SEMARANG ABSTRAK Kompensasi yang rendah menyebabkan berbagai permasalahan dalam

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Definisi Sistem, Keputusan dan Sistem Pendukung Keputusan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Definisi Sistem, Keputusan dan Sistem Pendukung Keputusan 22 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Sistem, Keputusan dan Sistem Pendukung Keputusan 2.1.1. Definisi Sistem Sistem adalah kumpulan objek seperti orang, sumber daya, konsep dan prosedur yang dimaksudkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Pujawan dan Erawan (2010) memilih supplier merupakan

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Pujawan dan Erawan (2010) memilih supplier merupakan BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pemilihan Supplier Menurut Pujawan dan Erawan (2010) memilih supplier merupakan kegiatan strategis terutama apabila supplier tersebut memasok item yang kritis atau akan digunakan

Lebih terperinci

PENENTUAN URUTAN PRIORITAS USULAN PENANGANAN RUAS-RUAS JALAN DI KOTA SAMARINDA

PENENTUAN URUTAN PRIORITAS USULAN PENANGANAN RUAS-RUAS JALAN DI KOTA SAMARINDA PENENTUAN URUTAN PRIORITAS USULAN PENANGANAN RUAS-RUAS JALAN DI KOTA SAMARINDA Desy Damayanti Mahasiswa Magister Manajemen Aset FTSP ITS Ria Asih Aryani Soemitro Dosen Pembina Magister Manajemen Aset FTSP

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. lokasi penelitian secara sengaja (purposive) yaitu dengan pertimbangan bahwa

BAB III METODE PENELITIAN. lokasi penelitian secara sengaja (purposive) yaitu dengan pertimbangan bahwa BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek dan Tempat Penelitian Objek penelitian ini adalah strategi pengadaan bahan baku agroindustri ubi jalar di PT Galih Estetika Indonesia Kabupaten Kuningan, Jawa Barat.

Lebih terperinci

repository.unisba.ac.id DAFTAR ISI ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

repository.unisba.ac.id DAFTAR ISI ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... DAFTAR ISI ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... i ii iv viii xv xvi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah... 1 1.2 Perumusan Masalah...

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sistem Pendukung Keputusan 2.1.1. Definisi Keputusan Keputusan (decision) yaitu pilihan dari dua atau lebih kemungkinan. Keputusan dapat dilihat pada kaitannya dengan proses,

Lebih terperinci

SISTEM PEMBERIAN IMBALAN DAN EVALUASI JABATAN

SISTEM PEMBERIAN IMBALAN DAN EVALUASI JABATAN SISTEM PEMBERIAN IMBALAN DAN EVALUASI JABATAN Sistem pemberian imbalan (kompensasi) : Merupakan hal yang penting dalam perusahaan, karena : imbalan merupakan biaya dengan proporsi terbesar yang harus dikeluarkan

Lebih terperinci

PENDEKATAN ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS (AHP) DALAM PENENTUAN URUTAN PENGERJAAN PESANAN PELANGGAN (STUDI KASUS: PT TEMBAGA MULIA SEMANAN)

PENDEKATAN ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS (AHP) DALAM PENENTUAN URUTAN PENGERJAAN PESANAN PELANGGAN (STUDI KASUS: PT TEMBAGA MULIA SEMANAN) PEDEKT LITYCL HIERRCHY PROCESS (HP) DLM PEETU URUT PEGERJ PES PELGG (STUDI KSUS: PT TEMBG MULI SEM) urlailah Badariah, Iveline nne Marie, Linda Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Universitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Manajemen Manajemen berperan dalam mengkombinasikan faktor-faktor produksi, proses manajemen terdiri dari kegiatan-kegiatan utama yang disebut dengan fungsi-fungsi

Lebih terperinci

Sabdo Wicaksono Skripsi, Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Gunadarma, Jakarta

Sabdo Wicaksono Skripsi, Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Gunadarma, Jakarta ANALISA FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMILIHAN MODA TRANSPORTASI PENDUDUK KERJA DI KECAMATAN SUKMAJAYA DEPOK MENUJU TEMPAT KERJA DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS Sabdo Wicaksono

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. informasi dari kalangan aparat pemerintah dan orang yang berhubungan erat

III. METODE PENELITIAN. informasi dari kalangan aparat pemerintah dan orang yang berhubungan erat III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Data-data yang digunakan untuk penelitian ini merupakan gabungan antara data primer dan data sekunder. Data primer mencakup hasil penggalian pendapat atau

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah UD. Gloria merupakan suatu usaha dagang yang menjual barang keperluan sehari-hari (kelontong) baik secara grosir maupun eceran. Usaha yang bertempat di Jalan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Gambar 3.1. Skema Metodologi Penelitian 119 Gambar 3.2. Skema Metode Pengumpulan dan Pengolahan Data 120 Gambar 3.3. Skema Metode Analisa Sistem Informasi (lanjutan 1) 121

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. yang di lakukan oleh Agus Settiyono (2016) dalam penelitiannya menggunakan 7

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. yang di lakukan oleh Agus Settiyono (2016) dalam penelitiannya menggunakan 7 BAB 2 2.1. Tinjauan Pustaka TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI Tinjauan pustaka yang dipakai dalam penelitian ini didapat dari penelitian yang di lakukan oleh Agus Settiyono (2016) dalam penelitiannya menggunakan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Analytic Hierarchy Process (AHP) Sumber kerumitan masalah keputusan bukan hanya dikarenakan faktor ketidakpasatian atau ketidaksempurnaan informasi saja. Namun masih terdapat penyebab

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS UNTUK PEMILIHAN TYPE SEPEDA MOTOR YAMAHA

PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS UNTUK PEMILIHAN TYPE SEPEDA MOTOR YAMAHA PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS UNTUK PEMILIHAN TYPE SEPEDA MOTOR YAMAHA Agustian Noor Jurusan Teknik Informatika, Politeknik Negeri Tanah Laut Jl. A Yani Km 6 Pelaihari Tanah Laut Kalimantan

Lebih terperinci

PEMILIHAN OBJEK WISATA DI SUMATERA UTARA DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

PEMILIHAN OBJEK WISATA DI SUMATERA UTARA DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) PEMILIHAN OBJEK WISATA DI SUMATERA UTARA DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Dahriani Hakim Tanjung Sistem Informasi, Teknik dan Ilmu Kompuer, Universitas Potensi Utama JL. KL. Yos Sudarso

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI Sistem Pendukung Keputusan Pengertian Keputusan. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI Sistem Pendukung Keputusan Pengertian Keputusan. Universitas Sumatera Utara 6 BAB 3: ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM Bab ini menjabarkan tentang tujuan dari perancangan sistem, kriteria dan pilihan kesimpulan dalam menentukan pemilihan pegawai terbaik. Selain itu juga tahapan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI Analytial Hierarchy Process (AHP) Pengertian Analytical Hierarchy Process (AHP)

BAB 2 LANDASAN TEORI Analytial Hierarchy Process (AHP) Pengertian Analytical Hierarchy Process (AHP) BAB 2 LANDASAN TEORI 2 1 Analytial Hierarchy Process (AHP) 2 1 1 Pengertian Analytical Hierarchy Process (AHP) Metode AHP merupakan salah satu metode pengambilan keputusan yang menggunakan faktor-faktor

Lebih terperinci

ANALISA FAKTOR PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PERGURUAN TINGGI TINGKAT SARJANA MENGGUNAKAN METODE AHP (ANALITICAL HIRARKI PROCESS)

ANALISA FAKTOR PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PERGURUAN TINGGI TINGKAT SARJANA MENGGUNAKAN METODE AHP (ANALITICAL HIRARKI PROCESS) ANALISA FAKTOR PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PERGURUAN TINGGI TINGKAT SARJANA MENGGUNAKAN METODE AHP (ANALITICAL HIRARKI PROCESS) M.Fajar Nurwildani Dosen Prodi Teknik Industri, Universitasa Pancasakti,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. San Diego Hills. Visi dan Misi. Identifikasi gambaran umum perusahaan dan pasar sasaran

METODE PENELITIAN. San Diego Hills. Visi dan Misi. Identifikasi gambaran umum perusahaan dan pasar sasaran 24 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran San Diego Hills Visi dan Misi Identifikasi gambaran umum perusahaan dan pasar sasaran Bauran Pemasaran Perusahaan: 1. Produk 2. Harga 3. Lokasi 4. Promosi

Lebih terperinci

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DALAM MENENTUKAN PENILAIAN PRESTASI KARYAWAN TERBAIK. Surmayanti, S.Kom, M.Kom

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DALAM MENENTUKAN PENILAIAN PRESTASI KARYAWAN TERBAIK. Surmayanti, S.Kom, M.Kom SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DALAM MENENTUKAN PENILAIAN PRESTASI KARYAWAN TERBAIK Surmayanti, S.Kom, M.Kom Email : surmayanti94@yahoo.co.id Dosen Tetap Universitas Putra Indonesia YPTK Padang Padang Sumatera

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sistem Pendukung Keputusan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sistem Pendukung Keputusan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sistem Pendukung Keputusan Sistem pendukung keputusan adalah sebuah sistem yang efektif dalam membantu mengambil suatu keputusan yang kompleks, sistem ini menggunakan aturan

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM III.1. Analisa Masalah Tujuanan alias sistem dalam pembangunan aplikasi sistem pendukung keputusan ini adalah untuk mendapatkan semua kebutuhan pengguna dan sistem, yaitu

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. benar atau salah. Metode penelitian adalah teknik-teknik spesifik dalam

BAB III METODOLOGI. benar atau salah. Metode penelitian adalah teknik-teknik spesifik dalam BAB III METODOLOGI Metodologi merupakan kumpulan prosedur atau metode yang digunakan untuk melakukan suatu penelitian. Menurut Mulyana (2001, p114), Metodologi diukur berdasarkan kemanfaatannya dan tidak

Lebih terperinci

Kompensasi Finansial Langsung

Kompensasi Finansial Langsung Kompensasi Finansial Langsung Pengertian Kompensasi Kompensasi adalah total dari seluruh imbalan yang diterima para karyawan sebagai pengganti atas layanan mereka. Tujuan umum pemberian kompensasi adalah

Lebih terperinci

Kompensasi Finansial Langsung

Kompensasi Finansial Langsung MSDM Materi 10 Kompensasi Finansial Langsung http://deden08m.com 1 Pengertian Kompensasi Kompensasi adalah total dari seluruh imbalan yang diterima para karyawan sebagai pengganti atas layanan mereka.

Lebih terperinci

Program Studi Ilmu Komputer, Universitas Pendidikan Indonesia

Program Studi Ilmu Komputer, Universitas Pendidikan Indonesia Sistem Promosi Jabatan Karyawan dengan Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) dan Multi-Attribute Utility Theory (MAUT) (Studi Kasus pada PT. Ginsa Inti Pratama) 1) Eka Andrita Gusdha M, 2) Asep Wahyudin,

Lebih terperinci

III. LANDASAN TEORI A. PERENCANAAN PROYEK INVESTASI

III. LANDASAN TEORI A. PERENCANAAN PROYEK INVESTASI III. LANDASAN TEORI A. PERENCANAAN PROYEK INVESTASI Menurut Khadariah (986), proyek adalah suatu keseluruhan kegiatan yang menggunakan sumber-sumber untuk memperoleh manfaat (benefit), atau suatu kegiatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Sumber Daya Manusia 2.1.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia Peran Manajemen Sumber Daya Manusia sangat penting bagi suatu organisasi, sebesar atau sekecil

Lebih terperinci

Sistem Pendukung Keputusan Penasehat Akademik (PA) untuk Mengurangi Angka Drop Out (DO) di STMIK Bina Sarana Global

Sistem Pendukung Keputusan Penasehat Akademik (PA) untuk Mengurangi Angka Drop Out (DO) di STMIK Bina Sarana Global Sistem Pendukung Keputusan Penasehat Akademik (PA) untuk Mengurangi Angka Drop Out (DO) di STMIK Bina Sarana Global Sri Subekti 1, Arni Retno Mariana 2, Andri Riswanda 3 1,2 Dosen STMIK Bina Sarana Global,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 21 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Harian Pagi Radar Bogor, perusahaan yang bergerak dalam bidang industri media massa. Hal terpenting yang menjadi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Ekonomi dan Produk Domestik Regional Bruto. Istilah ekonomi berasal dari bahasa Yunani, terdiri atas kata oikos dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Ekonomi dan Produk Domestik Regional Bruto. Istilah ekonomi berasal dari bahasa Yunani, terdiri atas kata oikos dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. Ekonomi dan Produk Domestik Regional Bruto Istilah ekonomi berasal dari bahasa Yunani, terdiri atas kata oikos dan nomos. Oikos berarti rumah tangga, nomos berarti aturan. Sehingga

Lebih terperinci

MATERI PRAKTIKUM. Praktikum 1 Analytic Hierarchy Proses (AHP)

MATERI PRAKTIKUM. Praktikum 1 Analytic Hierarchy Proses (AHP) Praktikum 1 Analytic Hierarchy Proses (AHP) Definisi AHP (Analytic Hierarchy Process) merupakan suatu model pengambil keputusan yang dikembangkan oleh Thomas L. Saaty yang menguraikan masalah multifaktor

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Metode AHP dikembangkan oleh Thomas L. Saaty, seorang ahli

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Metode AHP dikembangkan oleh Thomas L. Saaty, seorang ahli BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Metode Analytical Hierarchy Process 2.2.1 Definisi Analytical Hierarchy Process (AHP) Metode AHP dikembangkan oleh Thomas L. Saaty, seorang ahli matematika. Metode ini adalah

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM III.1. Analisa Masalah Koperasi Serba Usaha Mitra Karya Unit XXIV Medan adalah salah satu instansi atau perusahaan yang bergerak dibidang pengelolaan koperasi usaha untuk

Lebih terperinci

ANALISIS DAN IMPLEMENTASI PERANGKINGAN PEGAWAI MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DAN SUPERIORITY INDEX

ANALISIS DAN IMPLEMENTASI PERANGKINGAN PEGAWAI MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DAN SUPERIORITY INDEX ANALISIS DAN IMPLEMENTASI PERANGKINGAN PEGAWAI MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DAN SUPERIORITY INDEX Daniar Dwi Pratiwi 1, Erwin Budi Setiawan 2, Fhira Nhita 3 1,2,3 Prodi Ilmu Komputasi

Lebih terperinci

Abstrak. Seorang konsumen yang hendak melakukan pilihan

Abstrak. Seorang konsumen yang hendak melakukan pilihan Abstrak PENENTUAN OPERATOR KARTU SELULER TERBAIK DENGAN METODE AHP(ANALYTICHAL HIERARCHY PROCESS) Said Agung Prabowo, Antono Adhi, Agus Setiawan Fakultas Teknik Universitas Stikubank Semarang Peranan teknologi

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENERIMA BERAS UNTUK KELUARGA MISKIN ( RASKIN ) MENGGUNAKAN METODE AHP (ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS) Ilyas

IMPLEMENTASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENERIMA BERAS UNTUK KELUARGA MISKIN ( RASKIN ) MENGGUNAKAN METODE AHP (ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS) Ilyas IMPLEMENTASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENERIMA BERAS UNTUK KELUARGA MISKIN ( RASKIN ) MENGGUNAKAN METODE AHP (ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS) Ilyas Program Studi Sistem Informasi, Fakultas Teknik dan Ilmu

Lebih terperinci

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PERUMAHAN DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PERUMAHAN DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS ISSN : 2338-4018 SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PERUMAHAN DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS Ambar Widayanti (ambarwidayanti@gmail.com) Muhammad Hasbi (hasbb63@yahoo.com) Teguh Susyanto (teguh@sinus.ac.id)

Lebih terperinci

2.2.4 Menyusun Job Description Kompetensi Pengertian Kompetensi Kompetensi Sebagai Karakteristik Individu Yang

2.2.4 Menyusun Job Description Kompetensi Pengertian Kompetensi Kompetensi Sebagai Karakteristik Individu Yang ABSTRAK Perusahaan Aswi Perkasa merupakan suatu perusahaan keluarga yang berdiri pada tahun 1987 dan didirikan oleh Bapak Ripin Kamil. Perusahaan Aswi Perkasa berlokasi pada jalan Kopo Permai 3, Bandung.

Lebih terperinci

Fakultas Komunikasi dan Bisnis Inspiring Creative Innovation. Kompensasi

Fakultas Komunikasi dan Bisnis Inspiring Creative Innovation. Kompensasi Kompensasi Definition Thomas H. Stone : Edwin B. Flippo : Compensation is any form of payment to employees for work they provide to their employer Compensation as the adequate and equitable remuneration

Lebih terperinci

BAB III SOLUSI BISNIS

BAB III SOLUSI BISNIS BAB III SOLUSI BISNIS Pada bagian sebelumnya telah dijelaskan bahwa beberapa materi yang ada di kamus kompetensi saat ini tidak terdapat pada materi yang ada dalam form penilaian saat ini sehingga perlu

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian ini dilakukan di Dapur Geulis yang merupakan salah satu restoran di Kota Bogor. Penelitian ini dimulai dengan melakukan identifikasi bauran pemasaran

Lebih terperinci

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN UNTUK PEMILIHAN PERGURUAN TINGGI KOMPUTER SWASTA

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN UNTUK PEMILIHAN PERGURUAN TINGGI KOMPUTER SWASTA SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN UNTUK PEMILIHAN PERGURUAN TINGGI KOMPUTER SWASTA Yuli Astuti 1, M. Suyanto 2, Kusrini 3 Mahasiswa 1, Pembimbing 1 2, Pembimbing 2 3 Program Studi Magister Informatika STMIK AMIKOM

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Dalam menghadapi era globalisasi dan iklim bisnis yang berubah dengan cepat menuntut perusahaan maupun organisasi dan lembaga tertentu untuk mampu bertahan dan beradaptasi dengan perubahan-perubahan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. a. Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. a. Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Manajemen Sumber Daya Manusia a. Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia Sumber daya manusia dalam organisasi merupakan human

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Perkembangan teknologi yang begitu pesat, secara langsung mempengaruhi pola pikir masyarakat dan budaya hidup yang serba praktis dan modern.

Lebih terperinci

PEMANFAATAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) SEBAGAI MODEL SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN UNTUK PEMILIHAN KARYAWAN BERPRESTASI

PEMANFAATAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) SEBAGAI MODEL SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN UNTUK PEMILIHAN KARYAWAN BERPRESTASI PEMANFAATAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) SEBAGAI MODEL SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN UNTUK PEMILIHAN KARYAWAN BERPRESTASI Sudarto STMIK Mikroskil Jl. Thamrin No. 112, 124, 140 Medan 20212 sudarto@mikroskil.ac.id

Lebih terperinci

ANALISIS SISTEM PEMBAYARAN PERKULIAHAN DI UKRIDA MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

ANALISIS SISTEM PEMBAYARAN PERKULIAHAN DI UKRIDA MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Jurnal Teknik dan Ilmu Komputer ANALISIS SISTEM PEMBAYARAN PERKULIAHAN DI UKRIDA MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) AN ANALYSIS OF THE TUITION FEE PAYMENT SYSTEM IN UKRIDA USING ANALYTICAL

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI ANALYTIC HIERARCHY PROCESS DALAM PENENTUAN PRIORITAS KONSUMEN PENERIMA KREDIT. Sahat Sonang S, M.Kom (Politeknik Bisnis Indonesia)

IMPLEMENTASI ANALYTIC HIERARCHY PROCESS DALAM PENENTUAN PRIORITAS KONSUMEN PENERIMA KREDIT. Sahat Sonang S, M.Kom (Politeknik Bisnis Indonesia) IMPLEMENTASI ANALYTIC HIERARCHY PROCESS DALAM PENENTUAN PRIORITAS KONSUMEN PENERIMA KREDIT Sahat Sonang S, M.Kom (Politeknik Bisnis Indonesia) ABSTRAK Sistem pengambilan keputusan adalah sistem yang membantu

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 1.1. Metode Penelitian Metodologi penelitian merupakan gambaran proses atau tahapan-tahapan penelitian yang harus ditetapkan terlebih dahulu sehingga menjadi suatu kerangka

Lebih terperinci

Sistem Pendukung Keputusan Memilih Perguruan Tinggi Swasta di Palembang Sebagai Pilihan Tempat Kuliah

Sistem Pendukung Keputusan Memilih Perguruan Tinggi Swasta di Palembang Sebagai Pilihan Tempat Kuliah Sistem Pendukung Keputusan Memilih Perguruan Tinggi Swasta di Palembang Sebagai Pilihan Tempat Kuliah A Yani Ranius Fakultas Ilmu Komputer Universitas Bina Darma Palembang ay_ranius@yahoo.com Abstrak Sistem

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Dasar Sistem Suatu sistem pada dasarnya adalah sekolompok unsur yang erat hubungannya satu dengan yang lain, yang berfungsi bersama-sama untuk mencapai tujuan tertentu.

Lebih terperinci

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENEMPATAN POSISI IDEAL PEMAIN DALAM STRATEGI FORMASI SEPAK BOLA

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENEMPATAN POSISI IDEAL PEMAIN DALAM STRATEGI FORMASI SEPAK BOLA SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENEMPATAN POSISI IDEAL PEMAIN DALAM STRATEGI FORMASI SEPAK BOLA Ian Febianto Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer, Universitas Komputer Indonrsia Jl.

Lebih terperinci

Seminar Nasional Waluyo Jatmiko II FTI UPN Veteran Jawa Timur

Seminar Nasional Waluyo Jatmiko II FTI UPN Veteran Jawa Timur Produktivitas Kerja Karyawan di bagian Produksi dengan Metode AHP (analytical hierarchy proses) Erlina Purnamawati Jurusan Teknik Industri UPN Veteran Jatim PENDAHULUAN Latar Belakang Produktivitas kerja

Lebih terperinci

Aplikasi Sistem Pendukung Keputusan Penilaian Kinerja Karyawan untuk Kenaikan Gaji pada PT AAA

Aplikasi Sistem Pendukung Keputusan Penilaian Kinerja Karyawan untuk Kenaikan Gaji pada PT AAA Aplikasi Sistem Pendukung Keputusan Penilaian Kinerja Karyawan untuk Kenaikan Gaji pada PT AAA 1 Adhika Pramita Widyassari 1 Sekolah Tinggi Teknologi Ronggolawe Cepu 1 Blora, Indonesia E-mail: 1 dika_trunix@yahoo.com

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 25 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Kerangka pemikiran merupakan miniatur keseluruhan dari proses penelitian. Kerangka pemikiran akan memberikan arah yang dapat dijadikan pedoman bagi para

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Dalam menyelesaikan permasalahan di atas, terdapat beberapa landasan teori untuk mendukung dalam penerapan aplikasi ini. Berikut akan dijelaskan tentang landasan teori yang bersangkutan.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Sugiyono (008 : 3) mengemukakan secara umum penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Metode yang

Lebih terperinci

APLIKASI AHP UNTUK PENILAIAN KINERJA DOSEN

APLIKASI AHP UNTUK PENILAIAN KINERJA DOSEN Indriyati APLIKASI AHP UNTUK PENILAIAN KINERJA DOSEN Indriyati Program Studi Teknik Informatika Jurusan Matematika FSM Universitas Diponegoro Abstrak Dalam era globalisasi dunia pendidikan memegang peranan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1. Tampilan Hasil Berikut ini dijelaskan tentang tampilan hasil dari sistem pendukung keputusan seleksi pemilihan agen terbaik dengan sistem yang dibangun dapat dilihat sebagai

Lebih terperinci

A. Kerangka Pemikiran Sistem evaluasi jabatan akan dirancang secara analitis dengan menggunakan metode point factor. Hal ini disebabkan karena

A. Kerangka Pemikiran Sistem evaluasi jabatan akan dirancang secara analitis dengan menggunakan metode point factor. Hal ini disebabkan karena III. METODOLOGI A. Kerangka Pemikiran Sistem evaluasi jabatan akan dirancang secara analitis dengan menggunakan metode point factor. Hal ini disebabkan karena Armstrong et al. (2003) menjelaskan bahwa

Lebih terperinci