BAB VII NILAI BALITA PENENTU POLA ASUH GIZI
|
|
- Suryadi Irawan
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB VII NILAI BALITA PENENTU POLA ASUH GIZI Anak dalam penelitian ini adalah balita yang diibaratkan sebagai titipan Tuhan. Bagi orang tua balita, memiliki nilai tertentu serta menuntut dipenuhinya konsekuensi atas kehadirannya. Balita memiliki nilai universal, namun nilai balita tersebut sangat dipengaruhi oleh faktor sosiokultural. Latar belakang sosial yang berbeda, tingkat pendidikan, kesehatan, adat istiadat atau kebudayaan suatu kelompok sosial, serta penghasilan atau mata pencaharian yang berlainan menyebabkan pandangan yang berbeda terhadap balita. Persepsi nilai balita oleh orang tua adalah merupakan tanggapan dalam memahami adanya balita, yang berwujud suatu pendapat untuk memiliki diantara pilihan-pilihan yang berorientasi pada suatu hal, yang pada dasarnya terbuka dalam situasi yang datangnya dari luar. Di daerah pedesaan balita mempunyai nilai yang tinggi bagi keluarga. Balita dapat memberikan kebahagiaan kepada orang tuanya, selain itu akan merupakan jaminan di hari tua dan dapat membantu ekonomi keluarga. Banyak masyarakat di Desa di Indonesia yang berpandangan bahwa banyak anak banyak rejeki. Di Desa Pecuk, pandangan tentang nilai balita sudah bergeser. Berdasarkan data dari informan yang didapat, semua menyatakan bahwa perawatan anak membutuhkan biaya yang banyak, sehingga pengaturan jumlah anak dalam keluarga menjadi pertimbangan yang penting. 173
2 A. Nilai Balita Nilai balita yang ada yang ada di Desa Pecuk dapat berupa nilai yang positif (menguntungkan) atau nilai yang negatif (merugikan). 1. Nilai positif balita (menguntungkan) 174 Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa nilai-nilai positif dari balita di Desa Pecuk dapat dikelompokan sebagai berikut: a. Secara emosional dapat memberi kebahagiaan, menghibur dan sebagai teman tempat mencurahkan rasa saying, seperti yang didapat dari hasil wawancara dengan para informan yang mengatakan bahwa, balita dapat menjadi teman saat suami bekerja sehingga ibu tak merasa kesepian. Balita, apalagi waktu masih umur satu tahunan, sedang lucu-lucunya, dapat diajak guyon (bercanda) dan menjadi hiburan saat sedang susah, sehingga jika bapak kerja keluar desa selalu ingin mendengarkan suaranya melalui telepon untuk mengobati rasa capek. Balita terutama yang masih kecil, belum bisa berjalan, belum mandiri, dapat sebagai tempat mencurahkan kasih sayang, di gendong-gendong, di kudang-kudang (dinyanyikan lagu-lagu kesayangan) serta dipeluk dan diciumi. b. Secara perkembangan pribadi orang tua, dimana mempunyai anak dalam hal ini balita merupakan gambaran keluarga utuh yang dapat diterima di masyarakat serta dapat mengangkat derajat orang tua, seperti yang dikatakan oleh Ibu Sofia yang merupakan salah satu informan dari ibu balita Noval Setiawan: Anak niku nek disawang lucu, iso kanggo hiburan nek lagi kesel bar nyambut gawe. Nek pinter iso ngangkat derajade wong tuo.
3 Duwe anak rasane wis lengkap (Anak itu lucu, bisa untuk hiburan saat capek sesudah bekerja. Kalau anak pintar, bisa mengangkat derajad orang tua. Punya anak merasa jadi keluarga yang lengkap). Ibu balita lainnya menyatakan bahwa, tidak mempunyai anak, maka merasa ada yang belum lengkap. Disamping itu saudara, tetangga atau lingkungan selalu bertanya tentang anak pada orang yang sudah berkeluarga, sehingga jika sudah menikah dan belum atau tidak mempunyai anak maka akan merasa malu atau rendah diri. c. Secara ekonomi, mempunyai anak dapat memberi bantuan di hari tua, seperti memperhatikan, mengurusi, dan merawat. Hal tersebut berdasarkan data yang didapat dari informan ibu balita, yang mengatakan bahwa anak dapat membantu dan merawat orang tuanya kalau sudah tua atau sudah tak dapat bekerja lagi. Anak dapat menjadi tempat nunutan (tumpangan) pada saat orang tua sudah sakit-sakitan. Orang tua dapat menumpang tinggal dan menumpang makan pada anaknya. d. Menciptakan kerukunan keluarga, dimana mempunyai anak dapat memperkuat ikatan perkawinan. Ibu balita menyatakan mempunyai anak dapat lebih mengikat hubungan antara suami istri. Adanya anak dapat menghindari keinginan untuk bertindak yang dapat merugikan keluarga, misalnya berselingkuh, bercerai. 2. Nilai negatif balita (yang merugikan) Disamping nilai positif, juga terdapat nilai negatif balita di Desa Pecuk yang dikelompokan sebagai berikut: a. Secara emosional, dapat disimpulkan bahwa balita sering menjengkelkan, membuat rumah berantakan, dan 175
4 176 membuat pusing. Seperti yang diutarakan oleh para informan sebagai berikut: 1) balita sering menimbulkan pertengkaran dengan suami, yang biasanya berkaitan dengan masalah ekonomi, oleh karena balita minta jajan atau harus membeli susu padahal orangtua sedang tak punya uang, 2) balita juga membuat ibu sering marah, oleh karena membuat rumah berantakan, 3) balita juga dapat menjengkelkan saat rewel (merengek), manja tak mau menurut, 4) ibu dari balita Muhamad Maulana Syarif juga menyatakan, pada saat pulang kerja dan terburu-buru akan memasak, balita rewel dan beler (nakal), sehingga ibu sering mencubitnya. b. Secara ekonomi, dimana uang yang harus disediakan untuk perawatan atau kebutuhan balita sangat banyak yaitu untuk jajan, makan sehari-hari, berobat dan membeli susu. Orang tua harus dapat memenuhi semua kebutuhan balita, termasuk menyenangkan balitanya, sehingga untuk memenuhi kebutuhan tersebut selain harus bekerja keras yang dilakukan oleh bapak maupun ibu balita, maka jika tak mempunyai uang, orang tua harus berusaha dengan meminjam ke tetangga atau saudara. Seperti yang diceritakan oleh ibu dari balita Muhamad Maulana Syarif: Waktu anak sakit dan tak punya uang, ibu harus berusaha meminjam ke tetangga atau saudara, oleh karena anak hanya cocok jika berobat ke bidan atau ke dokter praktek swasta, dengan biaya berkisar antara Rp Dibandingkan berobat secara gratis ke puskesmas. Selain itu kebutuhan balita untuk jajanpun harus dipenuhi, yang kemudian sering menimbulkan pertengkaran dengan suami, oleh karena tak mempunyai uang. Disamping itu balita juga membutuhkan makanan
5 yang sehat, butuh lauk ikan dan susu formula yang harganya relatif mahal. c. Membatasi kebebasan orang tua dan merepotkan. Terutama pada ibu yang bekerja, maka harus mencari pengasuh dan menyediakan uang untuk imbalannya. Demikian pula saat balita sakit, maka ibu harus mengatur dengan tempat kerjanya untuk dapat merawat atau membawa balitanya berobat. Ibu tak bisa begitu saja pergi meninggalkan balitanya di rumah, walaupun untuk keperluan bekerja, apalagi ibu yang sedang menyusui. Ibu pagi hari harus menyusui balitanya terlebih dahulu, menyiapkan makan pagi dan menyiapkan lauk untuk siang serta meninggalkan uang jajan kepada pengasuhnya. Pada dasarnya semua keperluan balitanya harus dipersiapkan terlebih dahulu sebelum ditinggal keluar rumah. d. Membuat ketegangan di dalam hubungan suami-istri, terutama yang berkaitan dengan uang yang harus ada untuk keperluan anak. Informan ibu balita menyatakan bahwa ketegangan yang sering muncul berkaitan dengan keperluan balita untuk jajan yang harus disediakan setiap harinya. Selain itu keperluan untuk membeli susu juga kadang menjadikan ketegangan dalam keluarga. Berdasarkan data yang didapat dari informan tentang nilai balita di Desa Pecuk tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa nilai balita di dalam keluarga adalah tinggi, sehingga balita dimanjakan dengan berbagai fasilitas atau keluarga mempunyai kepedulian yang tinggi terhadap balitanya, khususnya yang berkaitan dengan pola asuh gizi balita, yaitu pada penyediaan makanan dan pelayanan kesehatan/pengobatan pada balita, seperti data hasil penelitian sebagai berikut: 177
6 1. Penyediaan makanan balita Pola asuh gizi yang berkaitan dengan penyediaan makanan balita di Desa Pecuk, yaitu: a. Untuk anak makan harus minimal 3 kali sehari, dengan lauk yang disesuaikan dengan kesenangan anak, tetapi lebih banyak hanya mementingkan kuantitas saja (nasi dengan lauk seadanya misalnya dengan krupuk dan kecap atau dengan kuah sayur tanpa lauk lainnya). Hal tersebut juga terlihat saat observasi dilakukan. Penyediaan makanan setiap saat bagi balitanya terlihat dari beberapa anak yang meminta makan setiap saat selalu dipenuhi terutama terjadi diluar jam makan, seperti pada pukul 10.00, pukul Makanan pokok balita di atas satu tahun berupa nasi, dengan dominan lauk berupa sayur bayam/jangan kunci, yang kemudian oleh balita hanya dimakan kuahnya saja. Walaupun demikian pengetahuan tentang makanan yang sehat untuk balita termasuk pengetahuan tentang 4 sehat 5 sempurna sudah diketahui oleh ibu, dan mengakui bahwa pedoman makanan tersebut baik untuk kesehatan balita tetapi pada pelaksanaannya terdapat beberapa kendala antara lain balita tak menyukai sayur atau uang tidak mencukupi untuk membeli ikan. Hal tersebut dipertegas seperti yang diutarakan Ibu Winarsih, salah seorang ibu balita, sebagai berikut: Biar hidup kami pas-pasan, anak tetep dikasih makanan yang bergizi, dikasih makan 3 kali sehari, dikasih susu meskipun endak setiap hari, lauk nuruti maunya anak, lainnya seadanya. Balita di Desa Pecuk sangat menyukai ikan, baik ikan air tawar maupun ikan laut, yang banyak dijajakan oleh pedagang keliling dengan harga yang lebih murah
7 dibandingkan dengan ayam atau daging sapi. Sering balita hanya memakan ikan saja tidak bersama dengan nasi (nggado), dan ibu tak melarangnya oleh karena merupakan kesenangan balita, sehingga kemudian makan harus dengan lauk yang tersisa saja, seperti sayur bayam dan tempe, tetapi oleh karena harga ikan relatif mahal untuk mereka, maka ibu hanya bisa menyediakan rata-rata seminggu dua kali saja dan itu dianggap sering. Berdasarkan data pengamatan dan food recall didapat bahwa sayur paling sering diberikan sebagai lauk pada makanan balita. Walaupun pada dasarnya balita kurang menyukainya. Biasanya oleh balita hanya di makan kuahnya saja. Pemberian sayur bayam ini dengan pertimbangan harga yang murah, mudah didapat dan mudah cara memasaknya. Pola konsumsi makanan balita informan mempunyai Angka Kecukupan Gizi protein (AKG protein) berkisar antara 15,88 gram sampai dengan 24,91 gram dengan rata-ratanya adalah 22,53 gram. Tingkat kecukupan protein (TKP) berkisar antara 111,68% sampai dengan 143,31% dengan TKP ratarata sebesar 125,98% yang termasuk dalam kriteria diatas kecukupan. Konsumsi protein pada balita berasal dari telur, ikan, susu, tempe, tahu dan jajanan (biscuit, sate ojek, sosis). TKP yang tinggi ini terutama berasal dari telur dan ikan (Lampiran 3). Angka Kecukupan Gizi energi (AKG energi) berkisar antara 847,05 K.kal sampai dengan 1354,16 K.kal dengan rata-ratanya adalah 1221,48 K.kal. Sedangkan Tingkat Kecukupan Energi (TKE) berkisar antara 67,72% sampai dengan 130,15% dengan TKE rata-rata sebesar 95,92% yang termasuk dalam kriteria normal (Tabel 7.1). Kalori yang dihasilkan dari makanan balita berasal dari nasi, jajanan, sosis dan telur. Sedangkan kalori yang didapat terutama berasal dari jenis makanan nasi dan jajanan (Lampiran 3). Data tersebut menggambarkan bahwa 179
8 pemenuhan zat gizi yang berkaitan dengan protein dan energi sudah baik. No Tabel 7.1: Data pola konsumsi makanan balita informan Nama informan AKG (protein) Gram TKP (%) AKG (energi) K.kal 1 Putri Pandan Arum 15,88 130,10 847,05 130,15 TKE (%) 2 Noval Setiawan 24,91 143, ,16 98,53 3 Muh. Maulana Syarif 24,91 111, ,16 97,96 4 Rendi Pratama 24,91 129, ,16 85,26 5 M. Abdul Rohim 22,04 114, ,91 67,72 Rata-rata 22,53 125,98 (diatas kecukupan) 1221,48 95,92 (normal) Sumber: Data primer b. Memberikan ASI (menyusui) balitanya dimanapun dan kapanpun balita memintanya, apakah itu diperjalanan, di tempat umum, dan bahkan bersamaan dengan pada saat ibu melakukan pekerjaan. ASI diberikan sampai dengan balita tidak mau atau sampai dengan ASI tidak berproduksi lagi. c. Saat bayi masih umur 2 bulan, orang-orang tua sering menyarankan untuk memberi uletan sego gedang (nasi dicampur pisang ijo yang dihaluskan) bila bayi sering rewel (menangis), oleh sebagian ibu balita hal ini sudah mulai ditinggalkan, oleh karena bayi masih terlalu kecil sehingga takut mengakibatkan sakit usus, seperti yang sering diinformasikan oleh bidan, tetapi sebagian ibu balita masih melakukannya oleh karena merasa ASInya tak mencukupi sehingga bayi rewel terus. Hal tersebut seperti yang dikatakan oleh dua informan selaku ibu balita, Pada saat bayi berumur antara dua sampai dengan tiga bulan bayi 180
9 sering rewel, tak mau tidur, oleh ibu bayi diberi nasi yang telah dihaluskan dengan cara di ulek pakai sendok makan dicampur kerokan pisang ijo. Setelah itu biasanya bayi terus tidur. Ilmu ini didapat ibu dari orang tuanya, walaupun bu bidan sudah pernah mengatakan hal tersebut tidak baik untuk kesehatan bayi. Tetapi menurut ibu, ASInya tidak mencukupi dan tidak membuat bayi kenyang. Sehingga harus ditambah dengan makanan yang lebih padat. d. Untuk pemberian makanan tambahan untuk anak dibawah satu tahun, rata-rata diberikan pada anak menginjak umur 5 bulan, oleh karena dirasakan anak sudah lebih besar sehingga membutuhkan tambahan makanan lain selain ASI. Makanan tambahan yang diberikan berupa bubur bayi dalam kemasan yang pembuatannya sangat mudah dengan rasa bermacam-macam sesuai dengan keinginan walau harus dibeli di warung besar di Desa atau di Desa tetangga yang merupakan wilayah Kabupaten Jepara. Makanan tambahan juga berupa makanan tradisional yaitu bubur meniran (bubur lemu) yang sering diberikan untuk bayi dan anak-anak. Bubur terbuat dari tepung beras yang agak kasar, yang dimasak dengan santan dan banyak dijual di pasar atau dapat dipesan ke penjual sayur keliling (Gambar 7.2). 181
10 Gambar 7.1: Salah satu cara menjajakan bubur meniran (bubur lemu) di pasar, dijual dalam kemasan bungkusan daun pisang atau di masukan plastik, bersama dengan jajanan pasar lainnya Sumber: Data primer Gambar 7.2: Bubur meniran (bubur lemu), dalam kemasan bungkusan dengan daun pisang atau di masukan plastik Sumber: Data primer 182
11 e. Penyediaan makanan balita di Desa Pecuk juga didapat dari konsumsi makanan jajanan. Bahkan makanan jajanan ini terlihat dominan dalam pemenuhan kebutuhan makan pada balita. 2. Pelayanan kesehatan/pengobatan pada balita Perhatian keluarga terutama ibu terhadap kesehatan dan pengobatan pada balitanya cukup baik, yang dapat dilihat dari data sebagai berikut: a. Untuk penyakit yang dianggap jelas penyebabnya seperti panas, mencret, pilek maka mereka lebih suka meminta pertolongan di puskesmas, Pustu yang berada dibalai desa yang memberikan pengobatan gratis. Kepuasan lebih tinggi ketika masyarakat berobat pada praktek dokter swasta/bidan, oleh karena obat yang diberikan dianggap lebih manjur, biaya yang dikeluarkan berkisar dari Rp ,- sampai dengan Rp ,- b. Masih adanya ketergantungan penyembuhan sakit kepada dukun bayi, tiyang sepuh, orang pintar, untuk anak balitanya terutama yang berumur kurang dari satu tahun bila balita menangis terus (rewel), yang dianggap kecapekan, atau keceklik karena terlalu banyak polah (gerak) atau bila balita diberi obat oleh puskesmas/bidan tak sembuh-sembuh. Hal ini dipertegas dengan pernyataan Ibu Winarsih: Saat balita sakit diperiksakan ke Bu Bidan, tapi kadang juga dikasih air putih atau disembur oleh orang pintar, tapi itu pilihan kedua, kalau diberi obat tak sembuhsembuh. Kadang juga dipijet Dukun bayi kalau anak rewel saja karena kecapekan. 183
12 Anak kurang dari satu tahun juga sering diberi penangkal sawan yang didapat dari orang pintar atau kyai, yang berupa kalung berisi rajahan (tulisan Arab) atau berupa bengkle (sejenis rempah-rempah), supaya terhindar dari sakit atau keluhan karena penyebab yang tak bisa dilihat. c. Pemberian imunisasi dasar pada balitanya sangat diutamakan sehingga semua balita mendapatkan imunisasi dasar sesuai dengan umurnya, yang dapat dibuktikan dari catatan kartu menuju sehat (KMS). Begitu juga dengan pemberian vitamin, baik vitamin A dari pembagian secara cuma-cuma dari puskesmas, maupun membelinya sendiri apabila dirasa anak memerlukannya, misalnya vitamin untuk menambah nafsu makan. B. Nilai Sehat Balita Menurut mereka balita merupakan masa anak yang perlu mendapat perhatian dan kepedulian yang tinggi, oleh karena balita sepenuhnya bergantung dari perawatan orang tuanya dan balita yang sehat menjadi dambaan orang tua. Balita yang sehat menurut ibu, adalah balita yang tidak sakit, tidak rewel, mau bermain-main dengan temannya, diberi makan tak susah, badanya juga terlihat gemuk dan pada saat penimbangan di posyandu berat badannya selalu naik. Balita yang sehat membuat ibu senang, lega, disawang (dipandang) juga menyenangkan. Untuk mendapatkan balita yang sehat, maka menurut mereka, ibu harus memperhatikan pemberian makanan, imunisasi, pengobatan ketika sakit, termasuk juga harus selalu memantau berat badan balitanya melalui penimbangan di posyandu sebulan sekali. Usaha-usaha yang berkaitan dengan mendapatkan balita yang sehat tersebut tergambar pada hal-hal sebagai berikut: 1. Pemenuhan kebutuhan makan balita merupakan faktor yang terpenting untuk mendapatkan balita yang sehat. Hal 184
13 tersebut dapat disimpulkan berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan informan. Ibu berusaha memenuhi semua kebutuhan makan balita dengan cara, memberi makan balita setiap saat balita menginginkannya, memenuhi kesenangan makan dengan lauk ikan pada balita dan membelikan jajanan bila balita memintanya. 2. Kepedulian terhadap balita yang tinggi. Ibu bekerja mencari tambahan penghasilan diluar desa demi untuk memenuhi kebutuhan balitanya, terutama untuk keperluan jajan dan imbalan bagi pengasuhnya, sehingga dapat dikatakan penghasilan yang diterima setiap minggunya tak bersisa, hanya untuk memenuhi keperluan balitanya. 3. Pemberian vitamin dirasa perlu untuk mendapatkan anak yang sehat, baik yang didapat secara Cuma-Cuma pada saat penimbangan balita di posyandu, maupun vitamin yang harus dibeli sendiri. Jika anak susah makan maka orangtua akan membelikan vitamin penambah nafsu makan dari apotik atau toko obat yang letaknya di desa sebelah yang merupakan wilayah Kabupaten Jepara. 4. Pemberian imunisasi dasar pada balitanya sangat diutamakan, yang dapat dilihat pada catatan Kartu Menuju Sehat (KMS), dimana semua balita mendapatkan imunisasi dasar sesuai umurnya. Imunisasi ini dirasa sangat perlu oleh ibu untuk mendapatkan balita yang sehat. Walaupun imunisasi dasar tersebut merupakan program pemerintah, tetapi ibu dengan penuh antusias memerlukan membawa balitanya untuk di imunisasi. Hal tersebut dapat diamati, dimana posyandu selalu penuh pada saat-saat ada jadwal pemberian imunisasi. 5. Mengusahakan pengobatan ketika balita sakit. Usaha pengobatan ini juga mendapat perhatian yang maksimal. Hal ini dapat disimpulkan berdasarkan hasil wawancara, dimana ibu berusaha membawa balitanya berobat, walaupun ibu 185
14 bekerja diluar desa dan harus mengatur dengan tempatnya bekerja terlebih dahulu. Disamping itu pengobatan dilakukan ke tempat yang dianggap cocok untuk balitanya, yaitu ke tempat pengobatan praktek swasta oleh dokter atau bidan dengan biaya yang lebih tinggi dibandingkan dengan fasilitas pengobatan gratis di puskesmas yang telah disediakan oleh pemerintah. C. Nilai Balita dan Unsur-unsur Terkait Penentu Pola Asuh Gizi Penentu pola asuh gizi balita di Desa Pecuk berfokus pada adanya nilai balita yang tinggi, sehingga balita dimanjakan dengan berbagai fasilitas. Hal tersebut kemudian menyebabkan unsur-unsur sosiokultural lainnya tampak ikut mendukung. Unsur-unsur tersebut berupa kebiasaan, norma, kohesi sosial dan kelembagaan. Unsur kebiasaan yang dilatar belakangi adanya nilai balita yang tinggi berupa pemberian ASI setiap waktu balita memintanya, sampai dengan ASI tak keluar lagi, mengutamakan makanan untuk balitanya dan menyimpan gabah untuk keperluan penyediaan makan balitanya. Hal ini menunjukan semua kemampuan diarahkan untuk memenuhi kebutuhan balitanya. Unsur norma di masyarakat Desa Pecuk, yang berupa merefleksikan kebiasaan saling memberi di dalam keluarga dan masyarakat. Adanya nilai balita yang tinggi membuat balita seolah-olah menjadi tanggung jawab bersama, sehingga mereka saling merawat dan mengawasi balita yang ada di sekelilingnya. Balita menjadi bagian yang harus selalu mendapat perhatian oleh keluarga dan masyarakat. Unsur kohesi sosial di Desa Pecuk yang berupa ikatan keluarga, gotong royong, rasa kekeluargaan dan tolong menolong yang terbentuk, berdasarkan pada nilai balita yang 186
15 tinggi, yaitu pada ibu yang bekerja maka pengasuhan balitanya dititipkan kepada keluarga atau tetangga. Bentuk pengasuhan dapat berupa suka rela tanpa imbalan, atau atas dasar tolong menolong dengan imbalan dibawah standar yang berlaku di desanya. Unsur kelembagaan yang ada di masyarakat Desa Pecuk yang bersifat tradisional juga dirahkan berdasarkan adanya nilai balita yang tinggi. Unsur kelembagaan ini diterapkan pada kegiatan posyandu yang merupakan tempat fasilitas pelayanan kesehatan bagi balita. 187
16 188
BAB VIII JAJANAN SEBAGAI PENDUKUNG STATUS GIZI. A. Jajanan Sebagai Asupan Makanan Balita
BAB VIII JAJANAN SEBAGAI PENDUKUNG STATUS GIZI A. Jajanan Sebagai Asupan Makanan Balita Makanan jajanan menurut FAO didefinisikan sebagai makanan dan minuman yang dipersiapkan dan dijual oleh pedagang
Lebih terperinciBAB IX PENUTUP. A. Kesimpulan
BAB IX PENUTUP A. Kesimpulan Desa Pecuk, Kecamatan Mijen, Kabupaten Demak, Provinsi Jawa Tengah merupakan daerah dengan lingkungan rentan giz, karena pendapatan masyarakatnya yang relatif rendah, pendidikan
Lebih terperinciPENGARUH PEMBERIAN AIR SUSU IBU (ASI), KONSUMSI GIZI, DAN KELENGKAPAN KARTU MENUJU SEHAT (KMS) TERHADAP STATUS GIZI BAYI
Lampiran 1 Kuesioner Penelitian Kode:... PENGARUH PEMBERIAN AIR SUSU IBU (ASI), KONSUMSI GIZI, DAN KELENGKAPAN KARTU MENUJU SEHAT (KMS) TERHADAP STATUS GIZI BAYI Nama responden :... Nomor contoh :... Nama
Lebih terperinciLEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DAN STATUS GIZI ANAK USIA 6 23 BULAN DI POSYANDU DURI KEPA JAKARTA BARAT TAHUN 2016
LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DAN STATUS GIZI ANAK USIA 6 23 BULAN DI POSYANDU DURI KEPA JAKARTA BARAT TAHUN 2016 Saya Yudan Nur Mubarok, mahasiswa Jurusan Gizi Fakultas Ilmu-Ilmu
Lebih terperinci2. Tanggal Lahir : Umur : bulan. 4. Nama Ayah :. Umur : tahun. 5. Nama Ibu :. Umur : tahun
KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN POLA ASUH DENGAN STATUS GIZI ANAK BAWAH DUA TAHUN (BADUTA) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SABOKINGKING KOTA PALEMBANG (RESPONDEN ADALAH IBU) Tanggal pengumpulan data : / / Enumerator
Lebih terperinciBAB VI KONTRIBUSI SOSIOKULTURAL PADA STATUS GIZI BALITA DI DESA PECUK
BAB VI KONTRIBUSI SOSIOKULTURAL PADA STATUS GIZI BALITA DI DESA PECUK Status gizi balita akan termanifestasi pada tingkat masing-masing individu yang dipengaruhi oleh asupan makanan serta status kesehatan
Lebih terperinciLAMPIRAN 1 FORMULIR FOOD RECALL 24 JAM
LAMPIRAN 1 FORMULIR FOOD RECALL 24 JAM No. Responden : Nama : Umur : Jenis Kelamin : Tinggi Badan : Berat Badan : Waktu makan Pagi Nama makanan Hari ke : Bahan Zat Gizi Jenis Banyaknya Energi Protein URT
Lebih terperinciLampiran 1. Lembaran permohonan menjadi responden LEMBARAN PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN
66 Lampiran 1. Lembaran permohonan menjadi responden LEMBARAN PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN Yogyakarta, Maret 2017 Kepada Yth. Saudara/Responden Di Posyandu Dengan Hormat, Saya yang bertanda tangan di bawah
Lebih terperinciKebutuhan nutrisi dan cairan pada anak
Kebutuhan nutrisi dan cairan pada anak Apa itu Nutrisi???? Defenisi Nutrien adalah zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh untuk tumbuh dan berkembang. Setiap anak mempunyai kebutuhan Setiap anak mempunyai
Lebih terperinciKarakteristik sosial-ekonomi keluarga: Pendidikan Pekerjaan Pendapatan Besarnya keluarga. Pengetahuan, sikap, dan praktik ibu contoh.
22 Karakteristik sosial-ekonomi keluarga: Pendidikan Pekerjaan Pendapatan Besarnya keluarga Ketersediaan Pangan Pengetahuan, sikap, dan praktik ibu contoh Kondisi Lingkungan Pola Asuh Tingkat kepatuhan
Lebih terperinciKUESIONER HUBUNGAN KARAKTERISTIK KELUARGA DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DENGAN PRAKTEK KADARZI DI KECAMATAN TRIENGGADENG KABUPATEN PIDIE JAYA
94 KUESIONER HUBUNGAN KARAKTERISTIK KELUARGA DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DENGAN PRAKTEK KADARZI DI KECAMATAN TRIENGGADENG KABUPATEN PIDIE JAYA KARAKTERISTIK KELUARGA Nomor Responden : Nama Responden (Inisial)
Lebih terperinci: Ceramah, presentasi dan Tanya jawab
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) Pokok Bahasan : Kesehatan Bayi Sub Pokok Bahasan : Penyuluhan MP ASI Sasaran : Ibu yang mempunyai Bayi usia 0-2 tahun di Puskesmas Kecamatan Cilandak Waktu : 30 menit (08.00-08.30)
Lebih terperinciKUESIONER PENELITIAN
Lampiran 1 KUESIONER PENELITIAN PERILAKU LANSIA DALAM MENGONSUMSI MAKANAN SEHAT DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BATU HORPAK KECAMATAN TANTOM ANGKOLA KABUPATEN TAPANULI SELATAN TAHUN 2010 I. Karakteristik Responden
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
64 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ini peneliti akan menguraikan seluruh hasil penelitian yang dilakukan di Desa Permu Bawah Kecamatan Kepahiang Kabupaten Kepahiang mengenai upaya ibu sebagai
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI HASIL PENELITIAN. Kesimpulan penelitian Pemanfaatan Konsultasi Gizi Untuk Peningkatan
96 A. Kesimpulan BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI HASIL PENELITIAN Kesimpulan penelitian Pemanfaatan Konsultasi Gizi Untuk Peningkatan Penyelenggaraan Makanan Anak Balita (Penelitian terbatas
Lebih terperinciLampiran 1 Tingkat ketahanan pangan di berbagai wilayah di Provinsi Jawa Tengah
LAMPIRAN 67 68 Lampiran 1 Tingkat ketahanan pangan di berbagai wilayah di Provinsi Jawa Tengah 68 69 68 Lampiran 2 Sebaran rumah tangga berdasarkan keragaan akses ibu terhadap informasi dan pelayanan gizi
Lebih terperinciLampiran 1 Kuesioner. Nama sheet : Coverld. 1. Tanggal wawancara : MK1. 2. Nama responden : MK2. 3. Nama balita : MK3. 4.
LAMPIRAN Lampiran 1 Kuesioner KUESIONER PENELITIAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) DAN PERILAKU GIZI SEIMBANG IBU KAITANNYA DENGAN STATUS GIZI DAN KESEHATAN BALITA DI KABUPATEN BOJONEGORO Nama sheet
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik responden merupakan ciri yang menggambarkan identitas
V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden Karakteristik responden merupakan ciri yang menggambarkan identitas responden yang membedakan antara satu responden dengan responden yang lain.. Karakteristik
Lebih terperinciNAMA : UMUR : KELAS : No. Telpon : Alamat lengkap : Untuk pertanyaan di bawah ini, beri tanda X untuk jawaban yang kamu pilih
Lampiran Kuesioner NAMA : UMUR : KELAS : No. Telpon : Alamat lengkap : Untuk pertanyaan di bawah ini, beri tanda X untuk jawaban yang kamu pilih PENGETAHUAN MENGENAI ANEMIA 1. Menurut kamu apakah itu anemia?
Lebih terperinciPENGENALAN MAKANAN BAYI DAN BALITA. Oleh: CICA YULIA S.Pd, M.Si
PENGENALAN MAKANAN BAYI DAN BALITA Oleh: CICA YULIA S.Pd, M.Si Siapa Bayi dan Balita Usia 0 12 bulan Belum dapat mengurus dirinya sendiri Masa pertumbuhan cepat Rentan terhadap penyakit dan cuaca Pada
Lebih terperinciKUESIONER SAKIT GULA (DIABETES MELITUS/DM)
KUESIONER SAKIT GULA (DIABETES MELITUS/DM) I. SOSIAL Identitas Diri 1. Nama Inisial : 2. Alamat : 3. Umur : 4. Jenis Kelamin : Laki-laki Perempuan 5. BB terakhir : kg 6. TB terakhir : cm 7. Pendidikan
Lebih terperinciLampiran 1 Kuesioner Penelitian No. Responden :
LAMPIRAN Lampiran 1 Kuesioner Penelitian No. Responden : PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT, POLA ASUH, STATUS GIZI, DAN STATUS KESEHATAN ANAK BALITA DI WILAYAH PROGRAM WARUNG ANAK SEHAT (WAS) KABUPATEN SUKABUMI
Lebih terperinciLAMPIRAN 1. Universitas Sumatera Utara
LAMPIRAN 1 KUESIONER PENELITIAN PENGARUH PENYULUHAN GIZI TERHADAP PERILAKU IBU DALAM PENYEDIAAN MENU SEIMBANG UNTUK BALITA DI DESA RAMUNIA-I KECAMATAN PANTAI LABU KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2010 Tanggal
Lebih terperinciLAMPIRAN KUESIONER ANALISIS PENGELUARAN DAN POLA KONSUMSI PANGAN SERTA HUBUNGANNYA DENGAN STATUS GIZI MAHASISWA PENERIMA BEASISWA ETOS JAWA BARAT
65 LAMPIRAN Lampiran 1 Kuesioner KUESIONER ANALISIS PENGELUARAN DAN POLA KONSUMSI PANGAN SERTA HUBUNGANNYA DENGAN STATUS GIZI MAHASISWA PENERIMA BEASISWA ETOS JAWA BARAT FILE : AllData Sheet 1 CoverInd
Lebih terperinciKUESIONER PENELITIAN GAMBARAN PERILAKU ORANGTUA TERHADAP ANAK BALITA PENDERITA GIZI BURUK DI KABUPATEN ACEH BARAT DAYA TAHUN 2009
KUESIONER PENELITIAN GAMBARAN PERILAKU ORANGTUA TERHADAP ANAK BALITA PENDERITA GIZI BURUK DI KABUPATEN ACEH BARAT DAYA TAHUN 2009 I. KARAKTERISTIK 1 Nama : 2 Umur : 3 Alamat : 4. Pekerjaan : 1. PNS 2.
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dalam hal ini peneliti akan menguraikan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan pada tujuh partisipan selama kurang lebih dua bulan. Penyajian data hasil
Lebih terperinciPENGETAHUAN, SIKAP, PRAKTEK KONSUMSI SUSU DAN STATUS GIZI IBU HAMIL
71 Lampiran 1 Kuesioner Penelitian Tanggal wawancara: Kode responden PENGETAHUAN, SIKAP, PRAKTEK KONSUMSI SUSU DAN STATUS GIZI IBU HAMIL Nama Responden :... Alamat :...... No. Telepon :... Lokasi penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seluruh manusia mengalami kemajuan melalui fase petumbuhan dan perkembangan yang pasti tetapi tahapan dan perilaku kemajuan ini sifatnya sangat individual (Potter
Lebih terperinciPENINGKATAN PENGETAHUAN GIZI MASYARAKAT MELALUI PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PENINGKATAN PENGETAHUAN GIZI MASYARAKAT MELALUI PENDIDIKAN DAN LATIHAN Astini Syarkowi *) Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan gizi masyarakat sehingga memiliki kecakapan memilih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Jangka Menengah untuk pencapaian program perbaikan gizi 20%, maupun target
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Indonesia prevalensi balita gizi buruk adalah 4,9% dan gizi kurang sebesar 13,0% atau secara nasional prevalensi balita gizi buruk dan gizi kurang adalah sebesar
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu faktor yang memegang peranan penting dalam peningkatan kualitas
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peningkatan kualitas hidup manusia dimulai sedini mungkin sejak masih bayi. Salah satu faktor yang memegang peranan penting dalam peningkatan kualitas manusia adalah
Lebih terperinciLampiran 1: Kuesioner Penelitian KUESIONER A. DATA RESPONDEN
Lampiran 1: Kuesioner Penelitian KUESIONER A. DATA RESPONDEN 1. Nama ibu : 2. Usia : 3. Pendidikan terakhir : 4. Pekerjaan : a. Bekerja b. Tidak Bekerja 5. Penghasilan keluarga : a.
Lebih terperinciLampiran 1. Peta lokasi penelitian Puskesmas Putri Ayu Kecamatan Telanaipura
Lampiran 1. Peta lokasi penelitian Puskesmas Putri Ayu Kecamatan Telanaipura 66 67 Lampiran 2. Kisi-kisi instrumen perilaku KISI-KISI INSTRUMEN Kisi-kisi instrumen pengetahuan asupan nutrisi primigravida
Lebih terperinciLEMBAR PERSETUJUAN ORANGTUA
LAMPIRAN Lampiran 1 LEMBAR PERSETUJUAN ORANGTUA Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Usia :.tahun Alamat :... Telepon/HP : selaku Bapak/ibu/lainnya(sebutkan..) dari.. usia..bulan, setelah mendapatkan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Keikutsertaan PAUD
HASIL DAN PEMBAHASAN Keikutsertaan PAUD Konsep Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah konsep bermain sambil belajar yang merupakan fondasi yang akan mengarahkan anak pada pengembangan kemampuan yang lebih
Lebih terperinciCATATAN PERKEMBANGAN. Dx Hari/Tanggal Pukul Tindakan Keperawatan Nutrisi Kamis, Menggali pengetahuan orang tua kurang dari
Lampiran 1 CATATAN PERKEMBANGAN Dx Hari/Tanggal Pukul Tindakan Keperawatan Nutrisi Kamis, 04 10.00-4. Menggali pengetahuan orang tua kurang dari Mei 2017 12.00 tentang asupan nutrisi pada anak yaitu menggali
Lebih terperinciBAB II PENTINGNYA SARAPAN PAGI UNTUK ANAK-ANAK. 2008, Sarapan atau breakfast (dalam bahasa Inggris), break (istirahat)
BAB II PENTINGNYA SARAPAN PAGI UNTUK ANAK-ANAK 2.1 Pengertian Sarapan Pagi Menurut sumber dari laman (page) web http://www.fbuzz.com/2008/12/13/pentingnya-sarapan-atau-makan-pagi/. 13 des 2008, Sarapan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Anak sekolah dasar adalah anak yang berusia 6-12 tahun, memiliki fisik
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia sekolah merupakan investasi dan generasi penerus bangsa. Kualitas bangsa dimasa depan ditentukan kualitas anak-anak saat ini. Kualitas anak sangat
Lebih terperinciINSTRUMEN PENELITIAN. No Hal yang diamati Obyek Pengamat
Lampiran 1 1. PANDUAN OBSERVASI INSTRUMEN PENELITIAN No Hal yang diamati Obyek Pengamat 1 Gambaran status gizi balita Balita di Desa Peneliti Pecuk utama 2 3 4 5 Gambaran kesehatan lingkungan keluarga
Lebih terperinciKUESIONER PENELITIAN. Berbasis Masyarakat di desa Ronga-Ronga kecamatan Gajah Putih
KUESIONER PENELITIAN Pengetahuan dan Sikap Ibu terhadap Manajemen Terpadu Balita Sakit Berbasis Masyarakat di desa Ronga-Ronga kecamatan Gajah Putih A. Data Demografi No. Responden : Umur : Pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sejak dahulu Air Susu Ibu merupakan makanan yang terbaik untuk bayi, karena
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak dahulu Air Susu Ibu merupakan makanan yang terbaik untuk bayi, karena banyak mengandung zat gizi yang diperlukan oleh bayi dan sangat penting bagi pertumbuhan.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sarapan Pagi Sarapan pagi adalah makanan atau minuman yang memberikan energi dan zat gizi lain yang dikonsumsi pada waktu pagi hari. Makan pagi ini penting karena makanan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kembangnya dan untuk mendapatkan derajat kesehatan yang baik.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak merupakan harta yang tak ternilai harganya yang kelak akan menjadi pewaris dan penerus, begitu juga untuk menjadikan suatu bangsa menjadi lebih baik kedepannya.
Lebih terperinciOleh : Seksi Gizi Dinas Kesehatan Provinsi Bali
Oleh : Seksi Gizi Dinas Kesehatan Provinsi Bali Anak bukan miniatur orang dewasa Anak sedang tumbuh dan berkembang Anak membutuhkan energi per kg BB lebih tinggi Anak rentan mengalami malnutrisi Gagal
Lebih terperinciMakanan Sehat Bergizi Seimbang Untuk Pertumbuhan dan Perkembangan Balita
Makanan Sehat Bergizi Seimbang Untuk Pertumbuhan dan Perkembangan Balita KAPAN SAATNYA BALITA MULAI MEMERLUKAN MAKANAN NON ASI? Masa ketergantungan bayi terhadap ASI dimulai sejak bayi lahir sampai usia
Lebih terperinciKONSUMSI MAKANAN ANAK BALITA DI DESA TANJUNG TANAH KECAMATAN DANAU KERINCI KABUPATEN KERINCI PROVINSI JAMBI
KONSUMSI MAKANAN ANAK BALITA DI DESA TANJUNG TANAH KECAMATAN DANAU KERINCI KABUPATEN KERINCI PROVINSI JAMBI Yuliana 1, Lucy Fridayati 1, Apridanti Harmupeka 2 Dosen Fakultas Pariwisata dan perhotelan UNP
Lebih terperinciLIFE HISTORY. Note : II (12-18 tahun) Nama : Tetni br Tarigan Usia : 16 tahun
LIFE HISTORY Note : II (12-18 tahun) Nama : Tetni br Tarigan Usia : 16 tahun Tetni seorang anak perempuan berusia 16 tahun, yang tinggal dalam keluarga yang serba kekurangan. Ia, orang tuannya dan empat
Lebih terperinciLampiran 1 Kategori pengukuran data penelitian. No. Variabel Kategori Pengukuran 1.
L A M P I R A N 50 Lampiran 1 Kategori pengukuran data penelitian No. Variabel Kategori Pengukuran 1. Proses Penyelenggaraan Makanan 2. Karakteristik Responden a. Umur (Depkes 2005) b. Uang saku 3. Karakteristik
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu permasalahan kesehatan di Indonesia adalah kematian anak usia bawah lima tahun (balita). Angka kematian balita di negara-negara berkembang khususnya Indonesia
Lebih terperinciSATUAN ACARA PENYULUHAN PENCEGAHAN GIZI KURANG PADA BALITA
SATUAN ACARA PENYULUHAN PENCEGAHAN GIZI KURANG PADA BALITA A. JUDUL Satuan Acara Penyuluhan Pencegahan Gizi Kurang pada Balita B. TUJUAN 1. Tujuan Umum : Setelah diberikan pendidikan kesehatan selama 30
Lebih terperinciKUESIONER PENELITIAN
Kode : KUESIONER PENELITIAN GAMBARAN POLA MAKAN DAN STATUS GIZI ANAK BALITA DITINJAU DARI KARAKTERISTIK KELUARGA DI KECAMATAN DOLOK MASIHUL KABUPATEN SERDANG BEDAGAI TAHUN 2011 Tanggal Wawancara : A. Identitas
Lebih terperinciRINGKASAN DAN SUMMARY PENELITIAN
RINGKASAN DAN SUMMARY PENELITIAN POSITIVE DEVIANCE : PENYIMPANGAN POSITIF SEBAGAI MODEL DALAM MENGATASI MASALAH GIZI BURUK (Studi Pada Masyarakat Bungus Teluk Kabung Kota Padang) Gizi buruk dipengaruhi
Lebih terperinciPEDOMAN WAWANCARA MENDALAM (INDEPTH INTERVIEW) Adapun pertanyaan yang disusun dalam melakukan Indepth Interview untuk
PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM (INDEPTH INTERVIEW) Adapun pertanyaan yang disusun dalam melakukan Indepth Interview untuk menggali informasi dari informan adalah : 1. Bisakah ibu menceritakan bagaimana ibu
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. hidup anak sangat tergantung pada orang tuanya (Sediaoetama, 2008).
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anak Balita Anak balita merupakan kelompok yang menunjukkan pertumbuhan yang pesat sehingga memerlukan zat gizi yang tinggi setiap kilogram berat badannya. Anak balita ini justru
Lebih terperinciGizi Masyarakat. Rizqie Auliana
Gizi Masyarakat Rizqie Auliana rizqie_auliana@uny.ac.id 1 Permasalahan gizi yang dihadapi oleh Indonesia seakan tidak pernah mau berakhir dan semakin diperparah oleh terjadinya krisis ekonomi tahun 1996.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan disiplin terhadap perintah, aturan dan sebagainya (Departemen. oleh dokter atau orang lain (Slamet, 2007).
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Kepatuhan a. Definisi Kepatuhan Kepatuhan berasal dari kata patuh yang berarti taat, suka menurut dan disiplin terhadap perintah, aturan dan sebagainya (Departemen
Lebih terperinciBab 5. Jual Beli. Peta Konsep. Kata Kunci. Jual Beli Penjual Pembeli. Jual Beli. Pasar. Meliputi. Memahami Kegiatan Jual Beli di Lingkungan Rumah
Bab 5 Jual Beli Peta Konsep Jual Beli Membahas tentang Memahami Kegiatan Jual Beli di Lingkungan Rumah Memahami Kegiatan Jual Beli di Lingkungan Sekolah Meliputi Meliputi Toko Pasar Warung Supermarket
Lebih terperinciBab II. Solusi Terhadap Masalah-Masalah Kesehatan. Cerita Juanita. Apakah pengobatan terbaik yang dapat diberikan? Berjuang untuk perubahan
Bab II Solusi Terhadap Masalah-Masalah Kesehatan Cerita Juanita Apakah pengobatan terbaik yang dapat diberikan? Berjuang untuk perubahan Untuk pekerja di bidang kesehatan 26 Beberapa masalah harus diatasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemecahannya harus secara multi disiplin. Oleh sebab itu, kesehatan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kesehatan masyarakat adalah multi kausal, maka pemecahannya harus secara multi disiplin. Oleh sebab itu, kesehatan masyarakat sebagai seni atau prakteknya
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Pemberian makanan tambahan pada bayi merupakan salah satu upaya. pemenuhan kebutuhan gizi bayi sehingga bayi dapat mencapai tumbuh
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemberian makanan tambahan pada bayi merupakan salah satu upaya pemenuhan kebutuhan gizi bayi sehingga bayi dapat mencapai tumbuh kembang yang optimal (Sulastri, 2004
Lebih terperinciMATERI PENYEGARAN KADER
MATERI PENYEGARAN KADER 1. Topik : KMS a. Pengertian Kartu Menuju Sehat (KMS) KMS adalah kartu yang memuat data pertumbuhan serta beberapa informasi lain mengenai perkembangan anak, yang dicatat setiap
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa kehamilan merupakan salah satu masa penting dalam kehidupannya dan sampai pada kelahiran bayi dalam kandungnya. Pada proses kehamilan terjadi perubahan
Lebih terperinciTempat/ Tanggal Lahir : Medan/ 16 Januari : Jl. Dr. Soemarsono No. 5, Padang Bulan, Komplek. USU, Medan
Lampiran 1 Riwayat Hidup Nama : Anita Dwi Jayanti Tempat/ Tanggal Lahir : Medan/ 16 Januari 1993 Agama Alamat : Islam : Jl. Dr. Soemarsono No. 5, Padang Bulan, Komplek USU, Medan Riwayat Pendidikan : TK
Lebih terperinciPOLA KONSUMSI PANGAN DAN STATUS GIZI PADA RUMAH TANGGA PESERTA PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI KOTA DAN KABUPATEN BOGOR
Lampiran 1. Kuisioner penelitian Sheet: 1. Cover K U E S I O N E R POLA KONSUMSI PANGAN DAN STATUS GIZI PADA RUMAH TANGGA PESERTA PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI KOTA DAN KABUPATEN BOGOR Program : (1=PNPM,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. program Millennium Development Goals (MDGs) yang dicanangkan oleh
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isu kesehatan reproduksi perempuan sudah menjadi salah satu goal dalam program Millennium Development Goals (MDGs) yang dicanangkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 155/Menkes/Per/I/2010 TENTANG PENGGUNAAN KARTU MENUJU SEHAT (KMS) BAGI BALITA
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 155/Menkes/Per/I/2010 TENTANG PENGGUNAAN KARTU MENUJU SEHAT (KMS) BAGI BALITA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciGRAFIK CAKUPAN TEMPAT BEROBAT BILA ANGGOTA KELUARGA SAKIT
DESA CIGELAM GRAFIK CAKUPAN TEMPAT BEROBAT BILA ANGGOTA KELUARGA SAKIT 6 5 4 3 2 1 59,77 4,22 Puskesmas TenKes dan RS Tradisional Berobat sendiri Dari grafik diatas terlihat sebagian besar masyarakat memilih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. beranekaragam, sehingga kebutuhan zat gizinya dapat terpenuhi.
BAB I PENDAHULUAN A. Latarbelakang Masalah Makanan merupakan kebutuhan pokok manusia untuk dapat melangsungkan hidupnya, manusia memerlukan makanan karena makanan merupakan sumber gizi dalam bentuk kalori,
Lebih terperinciKUESIONER PENELITIAN PERILAKU DIET IBU NIFAS DI DESA TANJUNG SARI KECAMATAN BATANG KUIS KABUPATEN DELI SERDANG. 1. Nomor Responden :...
KUESIONER PENELITIAN PERILAKU DIET IBU NIFAS DI DESA TANJUNG SARI KECAMATAN BATANG KUIS KABUPATEN DELI SERDANG 1. Nomor Responden :... 2. Nama responden :... 3. Umur Responden :... 4. Pendidikan :... Jawablah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak balita yang berusia 1 5 tahun merupakan kelompok yang rawan terhadap masalah gizi. Pada masa ini anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat,
Lebih terperinciWALIKOTA YOGYAKARTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMBERIAN AIR SUSU IBU EKSKLUSIF
WALIKOTA YOGYAKARTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMBERIAN AIR SUSU IBU EKSKLUSIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. berkedudukan di masyarakat (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2002, hlm. 215).
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peran Suami 1. Pengertian Peran adalah perangkat tingkah yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan di masyarakat (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2002, hlm. 215). Peran
Lebih terperinciLAMPIRAN A SKALA PENELITIAN
79 LAMPIRAN A SKALA PENELITIAN 80 LAMPIRAN A-1 SKALA PERILAKU MEMBELI BAKSO OJEK 81 No. : Kelas : Jenis Kelamin : Laki-laki / Perempuan Pernah makan bakso ojek : Ya / Tidak Tanggal Pengisian : Petunjuk
Lebih terperinciKUESIONER FAKTOR-FAKTORYANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS WALANTAKA TAHUN 2013
KUESIONER FAKTOR-FAKTORYANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS WALANTAKA TAHUN 2013 A. Identitas Responden Identitas orang tua : Ibu 1. Nama : 2. Umur : 3. Pnedidikan
Lebih terperinciKMS = Kartu Menuju Sehat Sebagai alat bantu pengukuran dan pemantauan STATUS GIZI balita Masih ditemukan tingginya kesalahan pada saat pengisian KMS
copyright@saricipta KMS = Kartu Menuju Sehat Sebagai alat bantu pengukuran dan pemantauan STATUS GIZI balita Masih ditemukan tingginya kesalahan pada saat pengisian KMS Keadaan keseimbangan antara ASUPAN
Lebih terperinciKUESIONER POLA MAKAN, KECUKUPAN GIZI DAN STATUS GIZI BALITA PADA KELUARGA MISKIN DI PERUMNAS MANDALA, KELURAHAN KENANGAN BARU
Lampiran 1 : Kuesioner Penelitian KUESIONER POLA MAKAN, KECUKUPAN GIZI DAN STATUS GIZI BALITA PADA KELUARGA MISKIN DI PERUMNAS MANDALA, KELURAHAN KENANGAN BARU IDENTITAS Nomor Responden : Alamat Responden
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. PAUD Mentari 2 berlokasi di jalan Boliyohuto Desa Ombulo Kecamatan Limboto Barat
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1.1 Hasil Penelitian 1.1.1 Profil PAUD Mentari 2 PAUD Mentari 2 berlokasi di jalan Boliyohuto Desa Ombulo Kecamatan Limboto Barat Kabupaten Gorontalo. Lokasi PAUD
Lebih terperinciPENGENALAN DKBM (TKPI) & UKURAN RUMAH TANGGA (URT) Rizqie Auliana, M.Kes
PENGENALAN DKBM (TKPI) & UKURAN RUMAH TANGGA (URT) Rizqie Auliana, M.Kes rizqie_auliana@uny.ac.id DKBM: 2 Daftar Komposisi Bahan Makanan dimulai tahun 1964 dengan beberapa penerbit. Digabung tahun 2005
Lebih terperinciPERBEDAAN BERAT BADAN BAYI PENGGUNA ASI EKSLUSIF DENGAN ASI TIDAK EKSLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TERMINAL BANJARMASIN
PERBEDAAN BERAT BADAN BAYI PENGGUNA ASI EKSLUSIF DENGAN ASI TIDAK EKSLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TERMINAL BANJARMASIN Desilestia Dwi Salmarini¹, Elvine Ivana Kabuhung², Reni Ovilla Yulianti 1 1 Akademi
Lebih terperinci19/02/2016. Siti Sulastri, SST
Siti Sulastri, SST Usia 0 12 bulan Fase atau tahap awal untuk menentukan kondisi serta perkembangan bayi untuk tahun yang akan datang/ tahun perkembangan bayi berikutnya Tumbuh dengan sangat cepat Mulai
Lebih terperinciBAB VII KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Faktor yang berkontribusi terhadap kejadian BGM di Provinsi Lampung
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 KESIMPULAN 1. Faktor yang berkontribusi terhadap kejadian BGM di Provinsi Lampung adalah asupan energi, asupan protein, ASI eksklusif, MP-ASI, ISPA, umur balita, pemantauan
Lebih terperinciDAFTAR ISI. Kata Pengantar. Daftar Isi. Pencegahan Kekerasan Terhadap Anak. Menumbuhkan Minat Baca Anak. Mendidik Anak Di Era Digital
KATA PENGANTAR Pada tahun anggaran 2016 PP-PAUD dan DIKMAS Jawa Barat melaksanakan Pengembangan Kemitraan Keluarga dengan Sekolah Dasar yang diujicobakan di dua lokasi labsite bagi para orangtua dalam
Lebih terperinci(Elisabeth Riahta Santhany) ( )
292 LAMPIRAN 1 LEMBAR PEMBERITAHUAN AWAL FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS INDONUSA ESA UNGGUL JAKARTA Saya mengucapkan terima kasih atas waktu yang telah saudara luangkan untuk berpartisipasi dalam penelitian
Lebih terperinciSURAT PERNYATAAN BERSEDIA MENJADI SUBJEK PENELITIAN
Lampiran 1 SURAT PERNYATAAN BERSEDIA MENJADI SUBJEK PENELITIAN Kami yang bertanda tangan dibawah ini : Nama Ibu : Nama anak balita : Tempat/tanggal lahir : Alamat : Dengan ini menyatakan bahwa kami bersedia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. demikian derajat kesehatan di Indonesia masih terhitung rendah apabila
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program kesehatan yang dilaksanakan secara berkesinambungan dalam tiga dekade ini telah cukup berhasil meningkatkan derajat kesehatan. Namun demikian derajat kesehatan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian di Indonesia yang dilakukan di Jakarta terhadap anak prasekolah. Menunjukan hasil prevalensi kesulitan makan sebesar 33,6%. Sebanyak 44,5% diantaranya
Lebih terperinciPELAKSANAAN KUNJUNGAN RUMAH. Manjilala
MATERI 9 PELAKSANAAN KUNJUNGAN RUMAH Manjilala www.gizimu.wordpress.com TUJUAN BELAJAR Peserta dapat menjelaskan cara-cara menggerakkan masyarakat Peserta dapat menjelaskan tujuan kunjungan rumah Peserta
Lebih terperinciKUESIONER PEMANTAUAN STATUS GIZI
KUESIONER PEMANTAUAN STATUS GIZI I. IDENTITAS LOKASI 1 Provinsi :. 1 2 Kabupaten/Kota :. 2 3 Kecamatan: :. 3 4 Desa/Kelurahan :. 4 5 Tipe Desa/Kelurahan : 1 = Perkotaan 2 = Perdesaan 5 6 mor Klaster :.
Lebih terperinci: saya ingin mendapatkan data antropometri BB dan TB ibu.
: Assalamualaikum ibu : waalaikumsalam. Silahkan masuk :(masuk dan berjabat tangan) : perkenalkan nama saya Dini, saya ahli gizi yang sedang bertugas saat ini. Dengan ibu siapa? : Saya Melinda : Ok ibu
Lebih terperinciLembarObservasi Penelitian Pola Makan. Yang berhubungan dengan kadar gula darah pada Lansia
57 Lampiran 1 LembarObservasi Penelitian Pola Makan Yang berhubungan dengan kadar gula darah pada Lansia Nama (inisial) : Umur : Jenis Kelamin : Berat Badan : Tinggi Badan : Alamat : Jenis makanan Sumber
Lebih terperinci67,3 54,5 43,6 32,7 1,8 0. Kategori umur orangtua contoh. Gambar 3 Sebaran umur orangtua contoh
31 Karakteristik Sosial Ekonomi keluarga Umur orangtua Sebaran umur orangtua contoh dikelompokkan menjadi empat golongan, yaitu kelompok remaja (
Lebih terperinciLampiran 1. Surat Observasi Awal Penelitian
Lampiran 1. Surat Observasi Awal Penelitian Lampiran 2. Surat Izin Penelitian dan Pengumpulan Data Lampiran 3. Formulir Persetujuan Pengambilan Data Penelitian Lampiran 4. Formulir Bimbingan Skripsi Lampiran
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pola Konsumsi Makanan Dalam kehidupan sehari-hari, orang tidak terlepas dari makanan karena makanan adalah salah satu kebutuhan pokok manusia. Fungsi pokok makanan adalah untuk
Lebih terperinciBAB VII KONDISI KETAHANAN PANGAN PADA RUMAHTANGGA KOMUNITAS JEMBATAN SERONG
BAB VII KONDISI KETAHANAN PANGAN PADA RUMAHTANGGA KOMUNITAS JEMBATAN SERONG Rumahtangga di Indonesia terbagi ke dalam dua tipe, yaitu rumahtangga yang dikepalai pria (RTKP) dan rumahtangga yang dikepalai
Lebih terperinciPROGRAM STUDI ILMU GIZI UNIVERSITAS ESA UNGGUL
PROGRAM STUDI ILMU GIZI UNIVERSITAS ESA UNGGUL Kepada Yth. Ibu Balita Di Tempat Kabanjahe, Juli 2015 Saya mahasiswa Jurusan Ilmu Gizi, Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan, Universitas Esa Unggul. Dalam hal ini
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Bab ini terdiri dari kesimpulan yang mencerminkan hasil yang didapatkan dari penelitian
188 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini terdiri dari kesimpulan yang mencerminkan hasil yang didapatkan dari penelitian dan saran yang merupakan rekomendasi untuk tindak lanjut. A. Kesimpulan 1. Keluarga
Lebih terperinciKuesioner. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu dengan Ketepatan Pemberian MPASI di Kelurahan PB. Selayang II Kecamatan Medan Selayang Tahun 2010
Kuesioner Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu dengan Ketepatan Pemberian MPASI di Kelurahan PB. Selayang II Kecamatan Medan Selayang Tahun 2010 Identitas Responden 1. Nama : 2. Umur : Tahun 3. Pendidikan
Lebih terperinciLEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN. Pasir Kecamatan Medan Marelan. Penelitian ini merupakan salah satu kegiatan
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN Saya yang bernama Rangi Nadya ( 085102087 ) adalah mahasiswa Program Studi D IV Bidan Pendidik Fakultas Kedokteran. Saat ini sedang melakukan penelitian tentang Pengetahuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Di Era Globalisasi seharusnya membawa pola pikir masyarakat kearah yang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Era Globalisasi seharusnya membawa pola pikir masyarakat kearah yang lebih modern. Dimana saat ini telah berkembang berbagai teknologi canggih yang dapat membantu
Lebih terperinci