BAB III. Solusi Bisnis. Melihat kebijakan pemberian dividen Telkom dari tahun dan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III. Solusi Bisnis. Melihat kebijakan pemberian dividen Telkom dari tahun dan"

Transkripsi

1 BAB III Solusi Bisnis 3.1 Analisa Kebijakan Dividen Telkom Saat Ini Melihat kebijakan pemberian dividen Telkom dari tahun dan penciptaan nilai dari investasi yang dilakukan oleh perusahaan tersebut. Dapat disarankan agar Telkom melanjutkan kebijakan pemberian dividen reguler yang telah ada hingga saat ini. Seperti diketahui, sejak tahun rasio pembayaran dividen Telkom berkisar pada rasio 40% 59% atau rata rata sebesar 50.8%. Besaran rupiah yang akan dibayarkan tentu akan tergantung kepada laba bersih yang diraih perusahaan tiap tahunnya. Tahun Dividen Tanggal Jumlah Dividen Rasio Dividen per Lembar Saham 1 RUPST (Rp juta) Pembayaran (%) Maret ,125, % Mei ,338, % Juli ,043, % Juni ,064, % Juni ,400, % * 29 Juni ,600, % Dividen per lembar saham untuk tahun 2001, 2002 dan 2003 adalah sebelum stock split 1 menjadi 2 sperti yang telah ditetapkan pada RUPS 30 Juli Termasuk Dividen Tunai interim yang dibagikan pada bulan Desember 2004 sebesar Rp. 143,377 juta *2006: masih merupakan rencana dividen, belum disahkan dalam RUPS Tabel 3.1 Perhitungan Rasio Pembayaran Dividen Telkom Melihat kelompok investor atau pemegang saham seri B Telkom seperti pada tabel 3.2, dapat disimpulkan bahwa kelompok dari pemegang saham Telkom mayoritas adalah tipe pemegang saham yang menyukai dividen. Pemerintah Indonesia, Lembaga Dana Pensiun dan lembaga keuangan seperti perbankan adalah tipe pemegang saham jangka panjang yang selalu mengharapkan keuntungan investasinya melalui dividen. Penurunan nilai dividen tentu akan 38

2 mendapatkan respon negatif dari para pemegang saham tersebut dan tentunya bisa berdampak negatif terhadap nilai saham Telkom di bursa apabila pemegang saham tersebut (kecuali pemerintah Indonesia) melepas saham Telkom di pasar. Sebaliknya kenaikan nilai dividen yang dibayarkan akan direspon positif oleh para pemegang saham tersebut. Pemegang Saham Telkom dengan Kepemilikan Saham di atas 5% Per 31 Desember 2005 Jenis Saham Identitas Perseorangan/ Kelompok Lembar Saham Persentase Kepemilikan Seri A Pemerintah RI 1 100% Seri B Pemerintah RI 10,320,470, % Seri B JPMCB US Resident (Norbax Inc.) 1,992,333, % Seri B The Bank of New York (BoNY) 1,291,002, % (Sumber: TELKOM, Laporan Tahunan 2005) Tabel 3.2 Komposisi Pemegang Saham TELKOM di atas 5% Berikut ini disajikan tabel perhitungan rasio yang terkait dengan kebijakan dividen Telkom dari tahun : Tahun Laba bersih Dividen Jumlah Saham EPS DPS Harga Saham P/E P/E Payout Yield (Rp. Milyar) (Rp. Juta) Low High Average Close Average Ratio Ratio Average ,068 2,125,055 10,079,999, ,775 3,525 2,769 3, % 7.61% ,040 3,338,109 10,079,999, ,350 4,725 3,616 3, % 9.16% ,087 3,043,614 10,079,999, ,225 6,750 4,759 6, % 6.34% ,615 3,064,604 20,159,999, ,300 5,200 4,028 4, % 3.77% ,994 4,400,090 20,159,999, ,175 6,150 5,075 5, % 4.30% 2006* 11,006 6,600,000 20,159,999, ,950 10,850 7,639 10, % 4.29% * Jumlah dividen tahun 2006 belum disahkan dalam RUPS Tahun Buku 2006 Tabel 3.3 Perhitungan Rasio Dividen Telkom Konsistensi kebijakan Telkom dalam memberikan pembayaran dividen dapat dilihat pada tabel perhitungan di atas. Jumlah dividen yang diberikan mengalami kenaikan seiring dengan kenaikan laba bersih yang diraih perusahaan. Kondisi tersebut terjadi karena Telkom dalam menetapkan rasio pembayaran yang cenderung tetap yang berkisar dalam angka 40% 59%. 39

3 Keuntungan per saham (Earning per Share (EPS)) terus mengalami peningkatan kecuali pada tahun 2004 yang diakibatkan oleh keputusan pemecahan nilai saham (Stock Split) dari 1 (satu) menjadi 2 (dua) saham. Dari kebijakan dividen yang sudah ada, Telkom harus tetap memperhatikan bahwa kebijakan dividen tidak hanya terkait ataupun ditujukan kepada memberikan kesejahteraan kepada pemegang saham saja tetapi juga tetap harus memperhatikan peningkatan nilai perusahaan. Menurut Xiaowei Wang dan rekan dalam tulisannya The Influence of Value Based Management on Dividend Policy yang dimuat dalam Journal of American Science, 2(4), 2006 mengatakan bahwa kebijakan dividen yang didasari atas Manajemen Nilai (Value Management) harus memperhatikan beberapa hal berikut ini: Kebijakan dividen harus ditujukan untuk memaksimalkan nilai perusahaan. Kebijakan dividen yang didasarkan pada Value Management dapat merealisasikan tujuan perusahaan dalam memaksimalkan nilai perusahaan. Terkait distribusi pembayaran dividen, Telkom harus memperhatikan keseimbangan dan efektifitas dari arus kas (Cash Flow) untuk jangka panjang dan upaya untuk terus meningkatkan nilai perusahaan. Dasar pemikiran hal tersebut adalah untuk membuat Telkom dapat beradaptasi pada lingkungan bisnis telekomunikasi yang akan datang, terus tumbuh dan secara berkesinambungan meningkatkan nilai perusahaan. Proses penciptaan nilai (Value Creation) sebagai dasar dari Value Management menjadi perhatian yang penting dalam menyusun kebijakan dividen. Hal ini berarti kebijakan dividen akan sangat terkait langsung dengan kebijakan investasi Telkom yang bertujuan untuk menciptakan nilai bagi perusahaan. 40

4 Kebijakan dividen harus difokuskan kepada pengembangan perusahaan dalam jangka panjang dan berkesinambungan (Enterprise s Long Term Sustainable Development). Kebijakan dividen yang diambil oleh Telkom harus memperhatikan pengembangan perusahaan untuk jangka panjang, berkesinambungan dan bukan ditujukan hanya untuk kepentingan jangka pendek perusahaan. Sebagai contoh, untuk dapat merealisasikan pencapaian maksimalisasi nilai perusahaan, terkadang Telkom harus dapat menghadapi konsekuensi penurunan harga saham untuk sementara waktu atas kebijakan yang diambil. Tetapi karena kebijakan yang diambil tersebut ditujukan untuk pertumbuhan perusahaan yang lebih fundamental dan untuk kepentingan perusahaan dalam jangka panjang, pada akhirnya harga saham Telkom akan kembali meningkat dengan fundamental yang lebih meyakinkan. Kebijakan dividen harus dikoordinasikan dengan kebijakan dan keputusan lain yang diambil oleh manajemen perusahaan. Dalam mengambil kebijakan dividen, keputusan yang diambil oleh manajemen Telkom harus dapat dikoordinasikan dengan kebijakan keuangan lainnya seperti kebijakan investasi dan kebijakan pendanaan. Secara fundamental kebijakan dividen Telkom harus dapat mendukung dan mempunyai pengaruh serta keterkaitan terhadap kebijakan lainnya. Penyesuaian (adjustment) terhadap kebijakan investasi akan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan keuntungan Telkom di masa yang akan datang, di sisi lain kebijakan dividen perusahaan akan sangat dipengaruhi oleh performansi usaha Telkom dan kondisi keuangan Telkom saat itu. Apabila kondisi ekpektasi perusahaan bagus dan diyakini dapat berlanjut pada tahun tahun berikutnya, Telkom dapat menghasilkan keputusan positif terhadap kebijakan dividennya. 41

5 Di sisi lain, penyesuaian ataupun perubahan kebijakan pendanaan juga sangat berpengaruh terhadap kebijakan dividen perusahaan. Kemampuan perusahaan dalam melakukan pendanaan investasi melalui modal dari luar perusahaan akan berpengaruh terhadap investasi perusahaan. Investasi tentu akan berpengaruh pada pertumbuhan keuntungan perusahaan dan pada akhirnya akan berpengaruh juga terjadap kebijakan dividen. Dengan demikian dapat terlihat bahwa kebijakan dividen sangat berkaitan dengan kebijakan keuangan Telkom lainnya dan bukan merupakan suatu keputusan yang berdiri sendiri. Kebijakan dividen harus dapat mengoptimalkan struktur modal (Capital Structure) perusahaan. Keputusan yang diambil terkait dengan kebijakan dividen Telkom harus dapat mengoptimalkan struktur modal perusahaan. Pada saat kondisi rasio hutang Telkom sangat tinggi, sebaiknya Telkom menahan pembayaran dividen atau meningkatkan modal saham (ekuitas) untuk memperbaiki kondisi struktur modal perusahaan. Pada kondisi lain, dimana Telkom sedang dalam kondisi under leverage, perusahaan dapat mendistribusikan dividen serta mengeluarkan hutang baru untuk pembiayaan investasi. 3.2 Alternatif Solusi Bisnis Setelah melakukan eksplorasi dalam kebijakan dividen PT. Telkom, dapat disimpulkan bahwa sejak tahun , Telkom memberikan keuntungan kas kepada para pemegang sahamnya melalui pembayaran dividen yang secara rata rata masih berada di bawah kemampuan FCFEnya. Di sisi lain penciptaan nilai (EVA) melalui investasi yang dilakukan Telkom terus diraih dalam kurun periode tersebut. Posisi struktur modal Telkom di akhir tahun 2006 yang underleverage, ditambah dengan kedua kondisi di atas merupakan kondisi yang 42

6 ideal bagi Telkom untuk dapat mengeluarkan hutang baru untuk pembiayaan investasi yang menguntungkan serta menambah pengembalian keuntungan kas kepada pemegang sahamnya melalui alternatif lain. Investasi dilakukan untuk dapat membuat Telkom terus melakukan proses penciptaan nilai (Value Creation), tumbuh dan pada akhirnya akan meningkatkan nilai perusahaan secara fundamental. Hutang baru yang dikeluarkan, selain untuk meningkatkan leverage perusahaan juga dialokasikan untuk pembiayaan investasi strategis seperti: Penambahan dan peningkatan layanan jaringan seluler dan jaringan nirkabel tetap (fixed wireless) bagi Telkomsel dan Telkom Flexi. Pembangunan backbone jaringan pita lebar (broadband) serat optik nasional dan koneksi jaringan internasional yang bekerja sama dengan operator luar negeri. Pengembangan generasi jaringan masa depan (Next Generation Network). Bisnis penyewaan transponder satelit dengan peluncuran satelit baru menggantikan satelit yang sudah habis masa pakainya. Investasi di anak perusahaan seperti TV Kabel, Internet, Penyewaan Jaringan (Lease Line) dan Multimedia. Pengembangan infrastruktur teknologi informasi sebagai enabler bisnis perusahaan. Perluasan wilayah usaha Telkom dalam investasi bisnis telekomunikasi di luar negeri. Menambah pengembalian keuntungan kas lewat kebijakan dividen selain ditujukan untuk dapat memberikan kesejahteraan kepada para pemegang sahamnya (Shareholder Wealth) tetapi juga diharapkan dapat meningkatkan nilai perusahaan. 43

7 Terkait dengan masalah kebijakan dividen diluar kebijakan dividen rutin, terdapat dua alternatif solusi yang bisa diambil yaitu : Pemberian dividen khusus (Special Dividend) Pembelian kembali saham perusahaan (Share Buyback) Secara model, hasil analisa kebijakan dividen dan alternatif solusi bisnisnya adalah seperti ilustrasi berikut ini: Gambar 3.1 Model Hasil Analisa Kebijakan Dividen dan Alternatif Solusi Bisnis Dari 2 (dua) alternatif solusi yang ada terkait dengan kebijakan dividen, harus dilakukan analisa sehingga dapat dipilih 1 (satu) alternatif solusi. Tabel di bawah ini membandingkan kedua alternatif antara Special Dividend dan Share Buyback: 44

8 Special Dividend Share Buyback Deskripsi Pemberian satu kali (One-Time Distribution) saham ataupun kas oleh perusahaan kepada pemgeang saham di luar proses dividen reguler Pembelian kembali saham yang telah dimiliki pemegang saham oleh perusahaan Tujuan Improvemnet terhadap struktur modal (Capital Structure) perusahaan Meningkatkan Shareholder Return Sinyal dari keinginan manajemen perusahaan untuk mengembalikan modal kepada pemegang saham dan menunjukkan potensi pertumbuhan perusahaan diluar komitmen dividen yang rutin. Improvement terhadap struktur modal (Capital Structure) perusahaan Meningkatkan Shareholder Return Memberikan sinyal positif kepada pasar bahwa harga saham perusahaan saat ini undervalued Saham yang berhasil dibeli kembali dapat digunakan untuk rencana Opsi Saham Pegawai (Employee Stock Opltion Plan (ESOP)) Sinyal dari keinginan manajemen perusahaan untuk mengembalikan modal kepada pemegang saham dan menunjukkan potensi pertumbuhan perusahaan diluar komitmen dividen yang rutin. Pertimbangan Biasanya dilakukan pada saat perusahaan akan melakukan divestiture ataupun spin-off terhadap anak perusahaannya Belum banyak dilakukan, keuntungan jangka panjang terhadap perusahaan masih menjadi perdebatan Tidak menimbulkan keuntungan pajak (Tax Inefficiency) Memberikan flexibilitas bagi perusahaan dalam melakukan share buyback dalam periode yang cukup panjang Meningkatkan keuntungan per saham (Earning per Share (EPS)) Menimbulkan keuntungan pajak (Tax Efficiency) Meningkatkatkan kontrol dari manajemen perusahaan Tabel 3.4 Analisa Perbandingan Special Dividend dengan Share Buyback Berdasarkan hasil analisa di atas, maka diputuskan untuk mengambil langkah alternatif Share Buyback dalam kebijakan pengembalian kembali keuntungan kepada pemegang saham diluar komitmen pembayaran dividen rutin. 3.3 Analisa Solusi Mengeluarkan Hutang Baru untuk Investasi Analisa Pengaruh Dividen Terhadap Kapasitas Hutang Baru Melihat kondisi Telkom di akhir tahun 2006, dimana posisi struktur modal perusahaan dalam kondisi underleverage, maka Telkom mempunyai kesempatan mengeluarkan hutang baru untuk pembiayaan investasi sehingga dapat meningkatkan tingkat leverage perusahaan selain untuk meningkatkan pertumbuhan bisnis perusahaan melalui investasi. Seperti diketahui, pada akhir tahun 2006 rasio hutang terhadap ekuitas (D/E Ratio) Telkom adalah sebesar 56%, jika dibandingkan dengan rata rata perusahaan sejenis yang memiliki D/E Ratio sebesar 85%, Telkom masih dapat meningkatkan kapasitas hutangnya sebesar Rp trilyun sehingga dapat dicapai tingkat leverage yang sama dengan rata rata industri. Perhitungan dari 45

9 kapasitas hutang yang masih dapat dikeluarkan oleh Telkom adalah sebagai berikut: TELKOM Leverage 2006 Current Telkom D/E 56% Peer D/E 85% Telkom Equity ,068 Rp. Milyar Telkom Debt ,612 Rp. Milyar Max Debt 23,980 Rp. Milyar Kapasitas Max Debt 8,368 Rp. Milyar Tabel 3.5 Kondisi Leverage Telkom pada Akhir 2006 Tingkat leverage perusahaan selain dipengaruhi oleh posisi hutang, juga dipengaruhi oleh posisi ekuitas saat itu. Pembayaran dividen tentu akan berpengaruh terhadap posisi ekuitas perusahaan sehingga akan berpengaruh juga dengan tingkat leverage perusahaan. Dengan menggunakan analisa sensitivitas, dapat terlihat bahwa pembayaran dividen akan mempengaruhi kapasitas berhutang Telkom terkait dengan tingkat leverage (D/E Ratio) agar tetap berada pada posisi yang sama dengan tingkat rasio industri. Dengan menggunakan tingkat D/E Ratio industri Telekomunikasi yang ingin dicapai yaitu sebesar 85%, maka pengaruh pembayaran dividen akan terlihat pada perhitungan berikut : Dividen (Rp. Milyar) D/E Max Debt (Rp. Milyar) Kapasitas Max. Debt Penurunan Kapasitas Berhutang (Rp. Milyar) (Rp. Milyar) 1,000 58% 23,126 7, ,000 60% 22,271 6,659 1,709 3,000 62% 21,417 5,805 2,563 4,000 65% 20,563 4,951 3,417 5,000 68% 19,708 4,096 4,272 6,000 71% 18,854 3,242 5,126 7,000 74% 17,999 2,387 5,980 8,000 78% 17,145 1,533 6,835 9,000 82% 16, ,689 10,000 86% 15,436 (176) 8,544 Tabel 3.6 Analisa Sensitivitas Pengaruh Dividen terhadap Kapasitas Berhutang Telkom 46

10 Dari perhitungan analisa sensitivitas di atas, dapat terlihat bahwa setiap kenaikan pembayaran dividen Rp. 1 Trilyun, maka kapasitas berhutang Telkom akan berkurang sebesar Rp. 854 Milyar. Dengan kata lain, setiap pembayaran dividen Rp. 1, akan berpengaruh terhadap penurunan kapasitas berhutang sebesar Rp Agar dapat menjaga tingkat leverage yang diinginkan, Telkom harus memperhatikan kebijakan pendanaan perusahaan dengan kebijakan dividen yang ada saat ini Analisa EBIT EPS Pengaruh mengeluarkan hutang baru akan berdampak juga terhadap Keuntungan per Lembar Saham (Earning per Share (EPS)). Meningkatnya beban bunga sebagai konsekuensi hutang baru akan mengurangi Laba Bersih perusahaan. Dengan asumsi Telkom mengeluarkan hutang baru sebesar maksimum kapasitas yang dimiliki, yaitu sebesar Rp Trilyun dengan tingkat suku bunga pinjaman 14.98% 15% (Suku Bunga Kredit Investasi Bulan Desember 2006, Sumber: Bank Indonesia), maka proforma laporan Laba Rugi Telkom akan seperti tabel berikut ini: 2006 Sebelum Hutang Baru Setelah Hutang Baru EBIT 21,594 22,080 Interest Expense 1,286 2,486 Penghasilan (Beban) Lain 1,686 1,686 Laba sebelum Pajak 21,994 21,280 Pajak 32.01% 7,040 6,812 Hak Minoritas 3,948 3,948 Laba Bersih 11,006 10,520 Jml Saham Beredar 20,159,999,280 20,159,999,280 EPS Tabel 3.7 Perhitungan EPS Sebelum dan Setelah Mengeluarkan Hutang Baru 47

11 Dari perhitungan di atas, dapat dilihat bahwa EPS setelah Telkom mengeluarkan hutang mengalami penurunan menjadi Rp dari sebelumnya Rp Untuk dapat menjaga agar nilai EPS Telkom tetap sama dengan EPS sebelum mengeluarkan hutang, maka melalui pendekatan Analisa EBIT EPS dapat diidentifikasi bahwa untuk mendapatkan EPS tersebut Telkom harus mencapai EBIT sebesar Rp Trilyun. Perhitungan dari analisa EBIT EPS tersebut adalah sebagai berikut: Proyeksi EBIT Agar EPS 2006 Sebelum Hutang Baru Sebelum Hutang Baru = EPS Setelah Hutang Baru EBIT 21,594 22,794 Interest Expense 1,286 2,486 Penghasilan (Beban) Lain 1,686 1,686 Laba sebelum Pajak 21,994 21,994 Pajak 32.01% 7,040 7,040 Hak Minoritas 3,948 3,948 Laba Bersih 11,006 11,006 Jml Saham Beredar 20,159,999,280 20,159,999,280 EPS Tabel 3.8 Perhitungan Analisa EBIT-EPS Dengan skenario menggunakan rata rata pertumbuhan pendapatan dan beban tahun dan mengeluarkan hutang sebesar Rp Trilyun, dapat dilakukan proyeksi EPS Telkom di tahun 2007 seperti dalam tabel berikut ini: Rata-rata Pertumbuhan Pendapatan Usaha 26% Rata-rata Pertumbuhan Beban Usaha 27% Rata-rata Hak Minoritas thd Laba Stl. Pajak 19% Proyeksi EPS EBIT 26,700 Interest Expense 2,486 Penghasilan (Beban) Lain 1,686 Laba sebelum Pajak 25,900 Pajak 30.00% 7,770 Laba Setelah Pajak 18,130 Hak Minoritas 3,516 Laba Bersih 14,614 Jml Saham Beredar 20,159,999,280 EPS Tabel 3.9 Perhitungan proyeksi EPS

12 3.4 Analisa Solusi Share Buyback Alasan Share Buyback Kondisi struktur modal Telkom di akhir tahun 2006 yang cenderung underleveraged dan kondisi kas yang cukup kuat dapat menjadi latar belakang kenapa rencana Share Buyback menjadi pilihan. Dalam kondisi tersebut, pengembalian kas ataupun modal kepada pemegang saham merupakan cara yang lebih baik dibandingkan percepatan pembayaran hutang. Peningkatan rasio keuangan seperti tingkat pengembalian ekuitas (Return On Equity (ROE)) dapat dihasilkan oleh program Share Buyback ini. Selain itu program Share Buyback diharapkan dapat meningkatkan nilai kepada pemegang saham (Shareholder Value) selain melalui pembayaran dividen reguler dan keuntungan dari nilai/ harga saham (Capital Gain). Dari sisi manajemen modal (Capital Management), mengembalikan kas yang berlebih (Excess Cash) kepada pemegang saham merupakan langkah pro aktif manajemen Telkom untuk dapat menjaga kondisi neraca (Balance Sheet) yang efisien secara berkelanjutan Tujuan Share Buyback Pembelian kembali saham perusahaan (Share Buyback) adalah salah satu cara perusahaan mengembalikan keuntungan kepada pemegang sahamnya. Share Buyback dilakukan oleh perusahaan dengan melakukan pembelian kembali saham perusahaan yang sudah beredar di bursa saham. Selain sebagai bentuk alternatif pemberian keuntungan kas kepada pemegang saham, Share Buyback merupakan langkah pro aktif manajemen Telkom untuk meningkatkan nilai perusahaan selain kegiatan investasi. 49

13 Beberapa keuntungan yang bisa didapat dari Share Buyback adalah sebagai berikut: Memberi kesempatan kepada Telkom untuk dapat mendorong harga saham di bursa. Share Buyback memberikan sinyal positif (Positive Signaling) kepada pasar bahwa kondisi harga saham Telkom saat ini berada di bawah nilai sewajarnya (undervalued). Dengan Share Buyback diharapkan harga saham akan meningkat dan secara langsung akan meningkatkan nilai pasar saham Telkom. Share Buyback akan memberikan sinyal psikologis positif terhadap pasar terhadap keyakinan dan optimisme manajemen Telkom terhadap kondisi keuangan perusahaan saat ini dan masa yang akan datang. Share Buyback secara bertahap akan membantu Telkom dalam meningkatkan kondisi struktur modal perusahaan ke arah yang optimal. Share Buyback dapat meningkatkan kontrol dari manajemen perusahaan akibat dari berkurangnya jumlah saham yang beredar. Selain memberikan keuntungan kepada Telkom, pemegang saham juga mendapatkan keuntungan antara lain: Share Buyback memberikan keuntungan pajak kepada pemegang saham. Dibandingkan dengan dividen yang dikenakan Pajak Penghasilan (PPH) sebesar 15% dari nilai dividen yang diterima, pajak yang dikenakan untuk keuntungan yang diperoleh pemegang saham (Capital Gain) adalah sebesar 0.1% dari nilai transaksi yang dilakukan. Memberikan fleksibilitas kepada pemegang saham untuk ikut serta dalam menjual sahamnya dalam proses Share Buyback. Pemegang saham 50

14 yang sedang membutuhkan kas saat itu dapat menjual sahamnya lewat Share Buyback. Bagi pemegang Saham yang tidak berminat dapat menahan untuk tidak menjual saham yang dimiliki dan tetap memilikinya Valuasi terhadap Saham Telkom Untuk dapat dilakukan proses Share Buyback dengan tujuan memberikan sinyal kepada pasar bahwa kondisi harga saham Telkom di akhir tahun 2006 adalah undervalued, maka harus dilakukan valuasi terhadap nilai saham Telkom saat itu. Melalui valuasi ini dapat dibuktikan apakah posisi harga saham Telkom saat itu adalah undervalued atau tidak. Metode yang dapat digunakan untuk melakukan penilaian tersebut adalah dengan menggunakan metode Arus Kas yang Didiskonto kan (Discounted Cash Flow (DCF)). Metode ini akan menghitung nilai perusahaan Telkom dengan mendiskontokan nilai kas bebas perusahaan (Free Cash Flow to Firm (FCFF)) masa yang akan datang kepada nilai sekarang (Net Present Value (NPV)) dengan suku bunga nilai WACC Telkom tahun Perhitungan dari valuasi saham Telkom di akhir tahun 2006 adalah seperti pada tabel berikut ini: 51

15 Share Outstanding 20,159,999,280 WACC % Tax Rate 30% Terminal Value Growth Rate 6.1% Tingkat Pertumbuhan Pendapatan 26% Tingkat Pertumbuhan Beban Usaha 27% Discounted Cash Flow Pendapatan Usaha 51,294 64,542 81, , , ,785 Beban Usaha 29,700 37,842 48,216 61,434 78,276 99,735 EBIT 26,700 32,995 40,751 50,301 62,050 Tax 8,010 9,898 12,225 15,090 18,615 NOPAT 18,690 23,096 28,526 35,211 43,435 Depresiasi 9,178 11,604 14,671 18,548 23,450 29,648 OCF 30,294 37,767 47,074 58,661 73,083 Capital Expenditure 19,860 24,989 31,443 39,564 49,782 WC (11,517) (13,413) (16,877) (21,236) (26,720) (33,621) Change in WC (1,896) (3,464) (4,359) (5,485) (6,901) FCFF 12,330 16,242 19,990 24,582 30,202 Terminal Value 345,742 FCFF & TV 12,330 16,242 19,990 24, ,945 Firm 238,642 Kas dan Setara Kas 8,316 Hutang 12,075 Equity Value 234,883 Share Valuation 11,651 11,500 Catatan: Nilai dalam satuan Rp. Milyar kecuali harga saham Tabel 3.10 Valuasi Saham Telkom pada akhir tahun 2006 Dari perhitungan valuasi saham Telkom di atas, dapat disimpulkan bahwa pada akhir tahun 2006, saham Telkom mengalami undervalued. Sebagai informasi harga saham Telkom di bursa saham saat itu adalah sebesar Rp. 10,100 sedangkan hasil valuasi saham Telkom adalah sebesar Rp. 11,500. Sebagai tindak lanjut kondisi tersebut, langkah Share Buyback merupakan langkah yang dapat diambil untuk dapat meningkatkan harga saham Telkom seperti pada nilai harga saham Telkom hasil valuasi. Sehingga selain untuk mengirimkan sinyal kepada pasar mengenai keyakinan manajemen Telkom terhadap kondisi fundamental masa depan perusahaan yang baik, program 52

16 Share Buyback ini mengirimkan sinyal kepada pasar terhadap kondisi harga saham Telkom yang undervalued Efek Share Buyback terhadap Rasio Akuntansi Secara akuntansi, transaksi Share Buyback merupakan transaksi yang melibatkan elemen kas dan elemen ekuitas pada neraca perusahaan. Sebagai ilustrasi, juranl akuntansi untuk transaksi Share Buyback adalah sebagai berikut: Dr. Treasury Stock Cr. Kas Rp. xxx,xxx,xxx Rp. xxx,xxx,xxx Dari transaksi tersebut, Treasury Stock akan bertambah yang akan mengurangi nilai Ekuitas pada Neraca. Di sisi lain, Kas perusahaan akan berkurang sejumlah nilai saham yang dibeli dalam transaksi Share buyback. Efek yang dapat terlihat dari proses Share Buyback kepada Telkom adalah meningkatnya beberapa indikator rasio keuangan seperti Rasio Pengembalian Aset (Return of Asset (ROA)) dan Keuntungan per Saham (Earning per Share (EPS)). Tabel berikut memperlihatkan beberapa perubahan pada beberapa rasio keuangan saat sebelum Share Buyback dan setelah Share Buyback. Sebelum Setelah Share Buyback Share Buyback Kas 8,316 6,316 Aset 75,135 73,135 Laba 11,006 11,006 Saham Beredar 20,159,999,280 19,961,979,478 ROA 14.65% 15.05% ROE 47.25% 51.69% EPS Tabel 3.11 Efek Share Buyback pada Rasio Akuntansi 53

17 Dengan asumsi bahwa Telkom mengeluarkan dana sebesar Rp. 2 Trilyun dari dana internal perusahaan untuk proses Share Buyback secara bertahap, maka jumlah saham yang dapat dibeli dalam program Share Buyback adalah sejumlah 198,019,802 lembar saham dengan asumsi harga saham saat Share Buyback adalah Rp. 10,100 sesuai dengan harga penutupan saham Telkom di bursa per 31 Desember Jumlah kas dan Aset perusahaan akan berkurang sebesar Rp. 2 Trilyun, di sisi lain dengan menggunakan laba perusahaan yang diperoleh Telkom tahun 2006 sebesar Rp Trilyun maka akan diperoleh perubahan ROA dari sebelum Share Buyback sebesar 14.65% menjadi 15.05% setelah Share Buyback. EPS meningkat dari Rp menjadi Rp setelah Share Buyback. Dari peningkatan beberapa rasio di atas, satu hal yang tetap harus diingat oleh Telkom adalah bahwa program Share Buyback tidak hanya difokuskan untuk meningkat beberapa indikator rasio keuangan saja tetapi juga harus diiringi bahwa program Share Buyback dilakukan untuk memberikan nilai kepada para pemegang saham perusahaan dan tetap didukung oleh fundamental perusahaan yang sehat Efek Share Buyback terhadap Biaya Modal (WACC) dan Struktur Modal Selain terhadap rasio akuntansi, transaksi Share Buyback juga berpengaruh terhadap WACC Telkom. Perubahan ini dipengaruhi oleh berubahnya struktur modal (Capital Structure) perusahaan dimana Nilai Ekuitas Pasar (Market Equity Value) dan Nilai Hutang (Debt Value) yang berubah. Perubahan WACC Telkom akibat transaksi Share Buyback dapat dilihat pada tabel berikut ini: 54

18 WACC Telkom WACC Telkom Akhir Tahun 2006 Setelah SBB Telkom Beta Market Risk Premium 14.84% 14.84% Risk-Free Rate 12.03% 12.03% Cost of Equity 15.23% 15.23% Cost of Debt 9.65% 9.65% % Debt 7.12% 7.19% % Equity 92.88% 92.81% Market Equity Value 203,615,992,728, ,615,992,728, Debt Value 15,612,000,000, ,612,000,000, WACC 14.84% 14.83% Tabel 3.12 Pengaruh Share Buyback terhadap WACC dan Struktur Modal Dari tabel di atas, dapat terlihat bahwa dengan asumsi transaksi sebesar Rp. 2 Trilyun, WACC mengalami penurunan sebesar 0.01% dari sebelumnya 14,84% menjadi 14,83%. Meskipun tidak terlalu signifikan terhadap penurunan WACC akibat struktur modal Telkom yang telah didominasi oleh ekuitas, transaksi Share Buyback dapat dijadikan alternatif untuk menjadikan WACC Telkom lebih rendah Efek Share Buyback terhadap Proporsi kepemilikan Saham Transaksi Share Buyback akan berpengaruh juga terhadap proporsi kepemilikan saham Telkom. Dengan asumsi bahwa Pemerintah Republik Indonesia tidak terlibat dalam transaksi Share Buyback Telkom ini, maka komposisi kepemilikan saham adalah sebagai berikut: 55

19 Dana yang dikeluarkan Rp. 2,000,000,000,000 Saham Yang Dibeli Kembali 198,019,802 Pemegang Saham Sebelum Share Buyback Setelah Share Buyback Jumlah Saham Prosentase Jumlah Saham Prosentase Pemerintah Indonesia 10,320,470, % 10,320,470, % Publik 9,839,528, % 9,641,508, % Treasury Stock - 198,019, % Total 20,159,999, % 20,159,999, % Analisa Kepemilikan Tanpa Treasury Stock Pemegang Saham Sebelum Share Buyback Setelah Share Buyback Jumlah Saham Prosentase Jumlah Saham Prosentase Pemerintah Indonesia 10,320,470, % 10,320,470, % Publik 9,839,528, % 9,641,508, % Total 20,159,999, % 19,961,979, % Tabel 3.13 Pengaruh Share Buyback pada Komposisi Kepemilikan Saham 3.5 Pemilihan Metode Share Buyback Dalam buku Dividend Policy: It s Impact on Firm Value, Ronald C. Lease dan Kose John mengatakan ada beberapa metode yang bias digunakan dalam proses pembelian saham perusahaan: Fixed price tender Offers Open Market Share Repurchases (2000: ) Fixed Price Tender Offers Dalam metode fixed price tender offer ini, perusahaan melakukan penawaran untuk membeli saham perusahaan tersebut pada harga tetap. Pada umumnya, di dalam metode ini perusahaan menawarkan harga premium sekitar 20% 25% dari harga saham di bursa. Prosentase jumlah saham yang akan dibeli dari 56

20 saham beredar biasanya berkisar antara 15% 19% dan penawaran ini biasanya berlaku hingga 3 4 minggu sejak penawaran dimulai. Jika penawaran mengalami respon yang tinggi (oversubscribed), perusahaan biasanya menunda pembelian saham untuk jumlah yang lebih tinggi dari yang telah ditetapkan atau akan tetap membeli dalam jumlah yang sama seperti yang telah ditetapkan (pro rata basis). Sebaliknya, apabila penawaran kurang mendapatkan respon (undersubscribed), perusahaan akan membeli semua penawaran jual yang ada, memperpanjang masa penawarannya atau membatalkannya. Open Market Repurchases Dalam Open Market Repurchases ini, perusahaan membeli kembali saham perusahaan pada harga pasar saat itu dalam jangka waktu yang cukup panjang antara bulanan hingga tahunan. Jumlah saham yang dibeli dalam satu waktu biasanya tidak sekaligus tetapi dalam jumlah yang kecil sesuai dengan keputusan perusahaan. Perusahaan biasanya melakukan pembelian saham pada saat harga saham sedang mengalami penurunan. Dari kedua metode pembelian kembali saham perusahaan di atas, akan dipilih metode Open Market Repurchases sesuai dengan beberapa pertimbangan berikut ini: Tabel 3.14 Analisa Pemilihan Metode Share Buyback 57

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Analisa Kinerja Operasi PT. Acset Indonusa Tbk Depresiasi dari Rupiah telah menyebabkan memburuknya defisit neraca berjalan. Bank Indonesia memprediksi defisit

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. tertentu untuk mencapai suatu tingkat pengembalian (rate of return) yang. dan dampaknya terhadap harga surat berharga tersebut.

BAB II LANDASAN TEORI. tertentu untuk mencapai suatu tingkat pengembalian (rate of return) yang. dan dampaknya terhadap harga surat berharga tersebut. BAB II LANDASAN TEORI II.1 Valuasi II.1.1 Konsep Investasi merupakan suatu komitmen penempatan dana pada periode waktu tertentu untuk mencapai suatu tingkat pengembalian (rate of return) yang diinginkan.

Lebih terperinci

ANDRI HELMI M, SE., MM ANALISIS INVESTASI DAN PORTOFOLIO ANALISIS PERUSAHAAN

ANDRI HELMI M, SE., MM ANALISIS INVESTASI DAN PORTOFOLIO ANALISIS PERUSAHAAN ANDRI HELMI M, SE., MM ANALISIS INVESTASI DAN PORTOFOLIO ANALISIS PERUSAHAAN CAKUPAN PEMBAHASAN Overview analisis perusahaan EPS dan laporan keuangan perusahaan Price Earning Ratio Estimasi nilai intrinsik

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Desain Penelitian Berdasarkan jenisnya, data yang disajikan dalam penelitian ini adalah data aplikatif kuantitatif. Seperti disampaikan oleh peneliti dimuka bahwa penelitian

Lebih terperinci

RASIO LAPORAN KEUANGAN

RASIO LAPORAN KEUANGAN RASIO LAPORAN KEUANGAN NERACA (BALANCED SHEET) Terdiri dari elemen pokok : Asset, Hutang, dan Modal. Pengukuran terhadap elemen-elemen Neraca biasanya menggunakan historical cost LAPORAN RUGI-LABA (INCOME

Lebih terperinci

MATERI 10 ANALISIS PERUSAHAAN

MATERI 10 ANALISIS PERUSAHAAN MATERI 10 ANALISIS PERUSAHAAN Prof. DR. H. DEDEN MULYANA, SE., M.Si. OVERVIEW Analisis sekuritas berdasarkan analisis fundamental. Analisis perusahaan merupakan tahap ketiga dari analisis fundamental,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ANALISIS LAPORAN KEUANGAN 41

DAFTAR ISI. 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ANALISIS LAPORAN KEUANGAN 41 DAFTAR ISI. 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ANALISIS LAPORAN KEUANGAN 41 DAFTAR ISI DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR SINGKATAN 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. 5 HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Laporan Keuangan 41

DAFTAR ISI. 5 HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Laporan Keuangan 41 DAFTAR ISI DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR SINGKATAN 1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 Perumusan Masalah 7 Tujuan Penelitian 10 Manfaat Penelitian 10 Ruang Lingkup Penelitian

Lebih terperinci

1/45 OVERVIEW

1/45 OVERVIEW http://www.deden08m.wordpress.com 1/45 Nilai intrinsik dan nilai pasar saham. Berbagai pendekatan yang digunakan dalam penilaian saham. Menentukan tingkat return yang disyaratkan. Menentukan tingkat pertumbuhan.

Lebih terperinci

NILAI INTRINSIK DAN NILAI PASAR

NILAI INTRINSIK DAN NILAI PASAR OVERVIEW 1/45 Nilai intrinsik dan nilai pasar saham. Berbagai pendekatan yang digunakan dalam penilaian saham. Menentukan tingkat return yang disyaratkan. Menentukan tingkat pertumbuhan. NILAI INTRINSIK

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 8 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Budget Budget adalah ungkapan kuantitatif dari rencana yang ditujukan oleh manajemen selama periode tertentu dan membantu mengkoordinasikan apa yang dibutuhkan untuk diselesaikan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN Dalam bab 4 ini dilakukan pembahasan mengenai valuasi harga saham P.T TELKOM Tbk, dengan menggunakan metode discounted cash flow valuation. Dari beberapa macam metode discounted

Lebih terperinci

Hasil akhir dari proses pencatatan keuangan adalah laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan cerminan dari prestasi manajemen pada satu periode

Hasil akhir dari proses pencatatan keuangan adalah laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan cerminan dari prestasi manajemen pada satu periode Hasil akhir dari proses pencatatan keuangan adalah laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan cerminan dari prestasi manajemen pada satu periode tertentu. Dengan melihat laporan keuangan suatu perusahaan

Lebih terperinci

ANALISA LAPORAN KEUANGAN ERDIKHA ELIT

ANALISA LAPORAN KEUANGAN ERDIKHA ELIT ANALISA LAPORAN KEUANGAN www.mercubuana.ac.id LAPORAN KEUANGAN Laporan keuangan adalah catatan informasi keuangan suatu perusahaan pada suatu periode akuntansi yang dapat digunakan untuk menggambarkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS. Tujuan utama suatu perusahaan menurut theory of the firm adalah

BAB II TINJAUAN TEORITIS. Tujuan utama suatu perusahaan menurut theory of the firm adalah BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Nilai Perusahaan Tujuan utama suatu perusahaan menurut theory of the firm adalah untuk memaksimumkan kekayaan atau nilai perusahaan (Salvatore, 2005).

Lebih terperinci

PENILAIAN SAHAM DAN STRATEGI PORTFOLIO SAHAM. Andri Helmi M, SE., MM Manajemen Investasi dan Portofolio

PENILAIAN SAHAM DAN STRATEGI PORTFOLIO SAHAM. Andri Helmi M, SE., MM Manajemen Investasi dan Portofolio PENILAIAN SAHAM DAN STRATEGI PORTFOLIO SAHAM Andri Helmi M, SE., MM Manajemen Investasi dan Portofolio NILAI INTRINSIK DAN NILAI PASAR Dalam penilaian saham dikenal adanya tiga jenis nilai, yaitu: Nilai

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Economic Value Added (EVA) 1. Definisi Economic Value Added (EVA) EVA menurut John D.Martin et al (2010:44), menyatakan bahwa: Nilai Tambah Ekonomi (Economic Value Added EVA),

Lebih terperinci

CAKUPAN PEMBAHASAN 1/23

CAKUPAN PEMBAHASAN 1/23 http://www.deden08m.wordpress.com Estimasi nilai intrinsik saham Price Earning Ratio EPS dan laporan keuangan perusahaan Overview analisis perusahaan CAKUPAN PEMBAHASAN 1/23 Analisis perusahaan dengan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Objek Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menghitung nilai akuisisi PT. Indosat Tbk jika dibuyback oleh pemerintah. Dengan menggunakan Empat metode yang saling keterkaitan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Nilai Perusahaan Nilai perusahaan diciptakan oleh perusahaan melalui kegiatan perusahaan dari waktu ke waktu agar mencapai nilai perusahaan yang maksimum

Lebih terperinci

Manajemen Keuangan. Perencanaan Keuangan Jangka Panjang Perusahaan. Basharat Ahmad. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi Manajemen

Manajemen Keuangan. Perencanaan Keuangan Jangka Panjang Perusahaan. Basharat Ahmad. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi Manajemen Manajemen Keuangan Modul ke: Perencanaan Keuangan Jangka Panjang Perusahaan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Basharat Ahmad Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id Perencanaan Keuangan Berkaitan dengan

Lebih terperinci

MATERI 10 ANALISIS PERUSAHAAN. Prof. DR. DEDEN MULYANA, SE., M.Si. CAKUPAN PEMBAHASAN

MATERI 10 ANALISIS PERUSAHAAN. Prof. DR. DEDEN MULYANA, SE., M.Si.  CAKUPAN PEMBAHASAN MATERI 10 ANALISIS PERUSAHAAN Prof. DR. DEDEN MULYANA, SE., M.Si. CAKUPAN PEMBAHASAN Overview analisis perusahaan EPS dan laporan keuangan perusahaan Price Earning Ratio Estimasi nilai intrinsik saham

Lebih terperinci

MATERI 10 ANALISIS PERUSAHAAN. Prof. DR. DEDEN MULYANA, SE., M.Si.

MATERI 10 ANALISIS PERUSAHAAN. Prof. DR. DEDEN MULYANA, SE., M.Si. MATERI 10 ANALISIS PERUSAHAAN Prof. DR. DEDEN MULYANA, SE., M.Si. CAKUPAN PEMBAHASAN Overview analisis perusahaan EPS dan laporan keuangan perusahaan Price Earning Ratio Estimasi nilai intrinsik saham

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Pada tanggal 8 Juni 2010, Bisnis Indonesia menurunkan headline Telkom siap caplok Bakrie:

I PENDAHULUAN. Pada tanggal 8 Juni 2010, Bisnis Indonesia menurunkan headline Telkom siap caplok Bakrie: I PENDAHULUAN.1. Latar Belakang Pada tanggal 8 Juni 2010, Bisnis Indonesia menurunkan headline Telkom siap caplok Bakrie: Flexi & Esia berpotensi memonopoli pasar telepon tetap CDMA. Kemudian, setidaknya

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Penulisan karya akhir ini menggunakan metode studi kepustakaan, dimana data diperoleh dari laporan keuangan perusahaan yang dianalisis, buku-buku, internet, surat kabar, dan

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Bandung.

DAFTAR PUSTAKA. Bandung. DAFTAR PUSTAKA 1. Damodaran, Aswath, 2001, Corporate Finance Theory and Practise (2 nd ed.), New York: Wiley. 2. Lease, Ronald C., 1999, Dividend Policy: Its impact on firm value, Boston, Massachussets:

Lebih terperinci

Analisa Laporan keuangan

Analisa Laporan keuangan Laporan keuangan Analisa Laporan keuangan Minggu ke -2 By : Bambang Wahyudi Wicaksono Laporan keuangan diumumkan secara periodik untuk menyediakan informasi mendasar tentang kinerja keuangan suatu perusahaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemegang saham dan bagi perusahaan yang akan membayar dividen. Para

BAB I PENDAHULUAN. pemegang saham dan bagi perusahaan yang akan membayar dividen. Para BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebijakan pembayaran dividen mempunyai pengaruh terhadap para pemegang saham dan bagi perusahaan yang akan membayar dividen. Para pemegang saham umunya menginginkan

Lebih terperinci

Bab 2: Analisis Laporan Keuangan

Bab 2: Analisis Laporan Keuangan Bab 2: Analisis Laporan Keuangan Pentingnya analisis laporan keuangan dan pihak pihak yang berkepentingan. Macam laporan keuangan. Analisis rasio keuangan. Keterbatasan analisis laporan keuangan. Pentingnya

Lebih terperinci

dalam penelitian ini dilakukan scoring dengan kriteria sebagai berikut : 1. Data yang digunakan adalah data rata-rata kinerja keuangan masing-masing

dalam penelitian ini dilakukan scoring dengan kriteria sebagai berikut : 1. Data yang digunakan adalah data rata-rata kinerja keuangan masing-masing Untuk membandingkan kinerja keuangan dari ketiga saham tersebut, maka dalam penelitian ini dilakukan scoring dengan kriteria sebagai berikut : 1. Data yang digunakan adalah data rata-rata kinerja keuangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pada dasarnya perusahaan membutuhkan dana dalam jumlah tertentu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pada dasarnya perusahaan membutuhkan dana dalam jumlah tertentu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pada dasarnya perusahaan membutuhkan dana dalam jumlah tertentu untuk tumbuh menjadi lebih besar sesuai dengan kebutuhan ekspansi yang akan dilakukan oleh

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. sehingga dapat meningkatkan nilai perusahaan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. sehingga dapat meningkatkan nilai perusahaan. BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Nilai Perusahaan Nilai perusahaan merupakan persepsi investor terhadap perusahaan, yang sering dikaitkan dengan harga saham.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Menurut Sugiyono (2012:13) penelitian kuantitatif adalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Menurut Sugiyono (2012:13) penelitian kuantitatif adalah BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif deskriptif. Menurut Sugiyono (2012:13) penelitian kuantitatif adalah metode penelitian yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rasio Keuangan 2.1.1 Pengertian Rasio Keuangan Rasio keuangan merupakan alat analisis untuk menjelaskan hubungan antara elemen satu dengan elemen lain dalam suatu laporan keuangan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... Halaman HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PERNYATAAN... PRAKATA...

DAFTAR ISI... Halaman HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PERNYATAAN... PRAKATA... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PERNYATAAN... PRAKATA... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR PERSAMAAN... DAFTAR LAMPIRAN... INTISARI... ABSTRACT... BAB I

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk mengukur likuiditas atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk mengukur likuiditas atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Rasio Lancar (Current Ratio) Current Ratio merupakan salah satu rasio yang paling umum digunakan untuk mengukur likuiditas atau kemampuan perusahaan untuk

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 55 BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisa dan Pembahasan Dalam bab ini akan dilakukan pembahasan mengenai valuasi harga saham PT. Bank Mandiri Tbk, dengan menggunakan metode discounted cash flow valuation.

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS

BAB II URAIAN TEORITIS BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Situmorang (2008) melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Econonic Value Added dan Rasio Profitabilitas Terhadap Harga Saham Perusahaan Properti Yang terdaftar

Lebih terperinci

ANALISIS FUNDAMENTAL SEBAGAI DASAR PENENTUAN DALAM MEMILIH SAHAM PADA PT. GUDANG GARAM, TBK

ANALISIS FUNDAMENTAL SEBAGAI DASAR PENENTUAN DALAM MEMILIH SAHAM PADA PT. GUDANG GARAM, TBK ANALISIS FUNDAMENTAL SEBAGAI DASAR PENENTUAN DALAM MEMILIH SAHAM PADA PT. GUDANG GARAM, TBK Rifdah Wijdaan/ 29214345/ Akuntansi PEMBIMBING : Dini Tri Wardani, SE., MMSI LATAR BELAKANG Pasar modal merupakan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Economic Value Added (EVA) Economic Value Added (EVA) merupakan sebuah metode pengukuran nilai tambah ekonomis yang diciptakan perusahaan dari kegiatannya selama periode tertentu.

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Untuk melakukan penilaian atas nilai wajar dari suatu saham, terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan. Beberapa cara yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan analisis

Lebih terperinci

BABl PENDAHULUAN. Berdirinya sebuah perusahaan harus memiliki tujuan yang jelas. Ada

BABl PENDAHULUAN. Berdirinya sebuah perusahaan harus memiliki tujuan yang jelas. Ada BABl PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Berdirinya sebuah perusahaan harus memiliki tujuan yang jelas. Ada beberapa hal yang mengemukakan tujuan dari berdirinya sebuah perusahaan. Tujuan yang pertama

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. antara lain Taufik (2006) melakukan penelitian yang berjudul Pengaruh Pendekatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. antara lain Taufik (2006) melakukan penelitian yang berjudul Pengaruh Pendekatan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu Penelitian yang berkaitan dengan kinerja keuangan telah banyak dilakukan, antara lain Taufik (2006) melakukan penelitian yang berjudul Pengaruh Pendekatan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 20 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Keuangan Pengertian manajemen keuangan menurut beberapa pendapat, yaitu: Segala aktifitas yang berhubungan dengan perolehan, pendanaan, dan pengelolaan aktiva dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. investasi dan deviden terhadap nilai pemegang saham. Kajian teorinya sebagai berikut:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. investasi dan deviden terhadap nilai pemegang saham. Kajian teorinya sebagai berikut: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Penelitian tentang pengaruh aliran kas bebas, keputusan pendanaan, set kesempatan investasi dan deviden terhadap nilai pemegang saham. Kajian teorinya sebagai berikut: 1.1 Aliran

Lebih terperinci

Laporan Keuangan, Arus Kas dan Pajak

Laporan Keuangan, Arus Kas dan Pajak Laporan Keuangan, Arus Kas dan Pajak 1. Konsep laporan keuangan 2. Laba akuntansi dan arus kas bersih 3. Modifikasi data akuntansi untuk pengambilan keputusan manajerial Muniya Alteza Laporan Keuangan

Lebih terperinci

BAB IV KEBIJAKAN DIVIDEN

BAB IV KEBIJAKAN DIVIDEN BAB IV KEBIJAKAN DIVIDEN A. Tujuan Kompetensi Khusus Setelah mengikuti perkuliahan, diharapkan mahasiswa mampu: Memahami pengertian kebijakan dividen Mengerti dan memahami faktor-faktor yang mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB II. Eksplorasi Isu Bisnis. Dalam buku Corporate Finance, Aswath Damodaran menetapkan bahwa setiap

BAB II. Eksplorasi Isu Bisnis. Dalam buku Corporate Finance, Aswath Damodaran menetapkan bahwa setiap BAB II Eksplorasi Isu Bisnis 2.1 Prinsip dari Manajemen Keuangan Perusahaan Dalam buku Corporate Finance, Aswath Damodaran menetapkan bahwa setiap disiplin ilmu memiliki prinsip prinsip utama. Disiplin

Lebih terperinci

Cost of Capital & Capital Structure

Cost of Capital & Capital Structure Cost of Capital & Capital Structure 1 COST OF CAPITAL After Tax Cost of Debt Cost of Preffered Stock Cost of Retained Earning Cost of Common Stock Weighted Average Cost of Capital 2 BALANCE SHEET FUND

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. asimetri informasi antara pihak manajemen dan pihak eksternal. Untuk mengurangi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. asimetri informasi antara pihak manajemen dan pihak eksternal. Untuk mengurangi BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka teori 1. Teori Pensinyalan (Signalling Theory) Teori sinyal membahas mengenai dorongan perusahaan untuk memberikan informasi kepada pihak eksternal. Dorongan tersebut

Lebih terperinci

III.METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder

III.METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder 38 III.METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder adalah data yang didapat tidak secara langsung dari objek penelitian. Peneliti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan akhirnya menjadi besar. Proses dari berkembang untuk menjadi besar apalagi

BAB I PENDAHULUAN. dan akhirnya menjadi besar. Proses dari berkembang untuk menjadi besar apalagi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perusahaan, sebagaimana manusia, pada mulanya adalah kecil, berkembang dan akhirnya menjadi besar. Proses dari berkembang untuk menjadi besar apalagi sukses

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memaksilalkan nilai perusahaan. Teori sinyal menunjukkan adanya asimetri

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memaksilalkan nilai perusahaan. Teori sinyal menunjukkan adanya asimetri BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis Teori sinyal (signaling theory) dibangun sebagai upaya untuk memaksilalkan nilai Teori sinyal menunjukkan aya asimetri informasi antara manajemen perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum tujuan dari didirikannya sebuah perusahaan adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum tujuan dari didirikannya sebuah perusahaan adalah untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara umum tujuan dari didirikannya sebuah perusahaan adalah untuk menghasilkan laba yang sebesar besarnya yang pada akhirnya akan meningkatkan kekayaan dari pemegang

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. Parwati (2005) melakukan penelitian yang berjudul: Faktor-Faktor yang

BAB II URAIAN TEORITIS. Parwati (2005) melakukan penelitian yang berjudul: Faktor-Faktor yang BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Parwati (2005) melakukan penelitian yang berjudul: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Price Earning Ratio Pada Saham LQ45 di Bursa Efek Jakarta Tahun 2000-2002.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berupa capital gain ataupun dividend yield. Capital gain dapat diperoleh jika

BAB 1 PENDAHULUAN. berupa capital gain ataupun dividend yield. Capital gain dapat diperoleh jika BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Investasi saham mempunyai daya tarik bagi investor karena dengan investasi berupa saham, investor mempunyai harapan untuk memperoleh keuntungan berupa capital

Lebih terperinci

PT BANK TABUNGAN PENSIUNAN NASIONAL Tbk (Perseroan)

PT BANK TABUNGAN PENSIUNAN NASIONAL Tbk (Perseroan) K E T E R B U K A A N I N F O R M A S I Dalam Rangka Memenuhi Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No. 02/POJK.04/2013 Sehubungan dengan Rencana Perseroan untuk melakukan Pembelian Kembali Saham Perseroan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pasar Modal Menurut Tandelilin (2001) pasar modal adalah pertemuan antara pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana dengan cara memperjualbelikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. luar negeri. Sementara itu bagi investor, pasar modal merupakan wahana untuk

BAB I PENDAHULUAN. luar negeri. Sementara itu bagi investor, pasar modal merupakan wahana untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehadiran pasar modal mempunyai pengaruh yang penting dalam menunjang perekonomian suatu negara. Pasar modal merupakan suatu sarana yang dapat dimanfaatkan untuk memobilisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal mengalami perkembangan yang cukup pesat dari waktu ke

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal mengalami perkembangan yang cukup pesat dari waktu ke BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasar modal mengalami perkembangan yang cukup pesat dari waktu ke waktu. Perkembangan pasar modal ini bisa dilihat dari semakin banyaknya perusahaan yang ingin go public.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berarti juga memaksimalkan kemakmuran pemegang saham yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. berarti juga memaksimalkan kemakmuran pemegang saham yang merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Persaingan usaha yang semakin keras menuntut perusahaan untuk semakin meningkatkan nilai perusahaannya. Memaksimalkan nilai perusahaan sangat penting bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik berupa pendapatan dividen (dividend yield) maupun pendapatan dari selisih

BAB I PENDAHULUAN. baik berupa pendapatan dividen (dividend yield) maupun pendapatan dari selisih BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Investor mempunyai tujuan utama dalam menanamkan dananya kedalam perusahaan yaitu mencari pendapatan atau tingkat kembalian investasi (return) baik berupa

Lebih terperinci

ANALISIS EKONOMI, KEUANGAN PERUSAHAAN & INVESTASI ANALISIS KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN

ANALISIS EKONOMI, KEUANGAN PERUSAHAAN & INVESTASI ANALISIS KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN ANALISIS EKONOMI, KEUANGAN PERUSAHAAN & INVESTASI ANALISIS KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN Didukung Gedung Bursa Efek Indonesia, Tower II Lantai 1, Jl. Jend. Sudirman Kav 52-53, Jakarta Selatan 12190 Telp

Lebih terperinci

Dividen dan Pembelian Kembali Saham. Rita Tri Yusnita, SE., MM.

Dividen dan Pembelian Kembali Saham. Rita Tri Yusnita, SE., MM. Dividen dan Pembelian Kembali Saham Rita Tri Yusnita, SE., MM. LABA BERSIH (EAT) UNTUK SIAPA? PEMEGANG SAHAM Dalam bentuk dividen PERUSAHAAN Berupa laba ditahan REVIEW Fungsi Manajemen Keuangan 1. Keputusan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Return investasi dapat berupa return realisasi dan return ekspektasi. Return

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Return investasi dapat berupa return realisasi dan return ekspektasi. Return BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Return Saham Return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi (Jogianto,2000:107). Return investasi dapat berupa return

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan oleh perusahaan-perusahaan yang memerlukan dana dalam jumlah

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan oleh perusahaan-perusahaan yang memerlukan dana dalam jumlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal merupakan salah satu sumber dana eksternal yang sering dimanfaatkan oleh perusahaan-perusahaan yang memerlukan dana dalam jumlah yang besar untuk

Lebih terperinci

ANALISA KEBIJAKAN DIVIDEN DI PT. TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk. DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN ARUS KAS PROYEK AKHIR

ANALISA KEBIJAKAN DIVIDEN DI PT. TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk. DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN ARUS KAS PROYEK AKHIR ANALISA KEBIJAKAN DIVIDEN DI PT. TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk. DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN ARUS KAS PROYEK AKHIR Oleh: HERU ADRYANA NIM : 29105037 Program Magister Administrasi Bisnis Sekolah Bisnis

Lebih terperinci

BAB II TIMJAUAN PUSTAKA

BAB II TIMJAUAN PUSTAKA BAB II TIMJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1 Pasar Modal Secara umum, pasar modal adalah tempat atau sarana bertemunya antara permintaan dan penawaran arus instrumen keuangan jangka panjang, umumnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pasar Modal adalah pasar untuk tempat jual beli surat berharga saham dan surat berharga hutang berjangka panjang dan produk derivatif lainnya. Kegiatan

Lebih terperinci

Definisi. Modal ( Capital ): dana yg digunakan untuk membiayai pengadaan asset dan operasional suatu perusahaan

Definisi. Modal ( Capital ): dana yg digunakan untuk membiayai pengadaan asset dan operasional suatu perusahaan STRUKTUR MODAL Definisi Modal ( Capital ): dana yg digunakan untuk membiayai pengadaan asset dan operasional suatu perusahaan Modal dapat dilihat di neraca sisi kanan (staffel) : hutang, saham biasa, saham

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Metode Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam studi kasus ini adalah data sekunder yang didapat dari PT.Kimia Farma Tbk, Bursa Efek Indonesia (BEI), www.kimiafarma.co.id

Lebih terperinci

NILAI INTRINSIK DAN NILAI PASAR

NILAI INTRINSIK DAN NILAI PASAR MATERI 9 PENILAIAN SAHAM DAN STRATEGI PORTFOLIO SAHAM Prof. DR. DEDEN MULYANA, SE., M.Si. NILAI INTRINSIK DAN NILAI PASAR Dalam penilaian saham dikenal adanya tiga jenis nilai, yaitu: Nilai buku. Nilai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dibidang keuangan, serta keseluruhan surat-surat berharga yang beredar. Dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dibidang keuangan, serta keseluruhan surat-surat berharga yang beredar. Dalam BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian pasar modal Secara umum, pasar modal adalah sistem keuangan yang terorganisasi, termasuk didalamnya adalah bank-bank komersial dan semua lembaga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang merupakan pemilik korporasi, maka secara alami tujuan keuangan suatu

BAB I PENDAHULUAN. yang merupakan pemilik korporasi, maka secara alami tujuan keuangan suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai suatu organisasi bisnis, tujuan utama dari korporasi adalah profit atau keuntungan. Mengingat banyak pemangku kepentingan terutama pemegang saham yang merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sebuah organisasi didirikan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sebuah organisasi didirikan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebuah organisasi didirikan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan memberikan modal usaha dalam bentuk saham yang digunakan untuk menjalakan aktivitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menumbuhkan perusahaan. Merger berasal dari kata mergere yang berarti. (1) bergabung, bersama, menyatu, berkombinasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menumbuhkan perusahaan. Merger berasal dari kata mergere yang berarti. (1) bergabung, bersama, menyatu, berkombinasi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Merger Merger merupakan salah satu strategi perusahaan dalam mengembangkan dan menumbuhkan perusahaan. Merger berasal dari kata mergere yang berarti (1)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyaknya perusahaan yang berdiri dan berkembang sesuai dengan meningkatnya

BAB I PENDAHULUAN. banyaknya perusahaan yang berdiri dan berkembang sesuai dengan meningkatnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Persaingan dunia usaha saat ini semakin ketat. Hal ini disebabkan semakin banyaknya perusahaan yang berdiri dan berkembang sesuai dengan meningkatnya kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dividen yang besarnya minimal sama dengan tingkat bunga deposito atau

BAB I PENDAHULUAN. dividen yang besarnya minimal sama dengan tingkat bunga deposito atau 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada umumnya masyarakat membeli saham dengan harapan akan memperoleh dividen yang besarnya minimal sama dengan tingkat bunga deposito atau capital gain yang

Lebih terperinci

Manajemen Keuangan. Memahami Kondisi dan Kinerja Keuangan Perusahaan. Basharat Ahmad. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Manajemen Keuangan. Memahami Kondisi dan Kinerja Keuangan Perusahaan. Basharat Ahmad. Modul ke:  Fakultas Ekonomi dan Bisnis Manajemen Keuangan Modul ke: Memahami Kondisi dan Kinerja Keuangan Perusahaan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Basharat Ahmad Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id Materi Pembelajaran Analisa Rasio Keuangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. khususnya bagi pemegang saham sebagai pemilik perusahaan, dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. khususnya bagi pemegang saham sebagai pemilik perusahaan, dengan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tujuan perusahaan didirikan adalah mendapatkan laba yang maksimal khususnya bagi pemegang saham sebagai pemilik perusahaan, dengan memanfaatkan seluruh sumber

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kebijakan dividen adalah keputusan apakah laba yang. atau akan ditahan dalam bentuk laba ditahan guna pembiayaan investasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kebijakan dividen adalah keputusan apakah laba yang. atau akan ditahan dalam bentuk laba ditahan guna pembiayaan investasi 28 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Kebijakan dividen adalah keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen atau akan ditahan dalam bentuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ketiga perusahaan tersebut adalah PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Ketiga perusahaan tersebut adalah PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) dengan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Obyek Penelitian Penelitian ini mengambil objek perusahaan yang tergolong ke dalam sektor industri telekomunikasi yang listing di Bursa Efek Indonesia (BEI). Dari perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dipandang dari sisi perusahaan, dividen merupakan cost atas sumber

BAB I PENDAHULUAN. Dipandang dari sisi perusahaan, dividen merupakan cost atas sumber BAB I PENDAHULUAN A Latar Belakang Penelitian Dipandang dari sisi perusahaan, dividen merupakan cost atas sumber dana yang diperoleh dari investor untuk membiayai kegiatan usahanya. Pembagian dividen periode

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penilaian kinerja keuangan suatu perusahaan merupakan hal yang sangat membantu terhadap suatu keputusan yang diambil karena kinerja keuangan akan menunjukan

Lebih terperinci

LAPORAN KEUANGAN DEPRESIASI

LAPORAN KEUANGAN DEPRESIASI LAPORAN KEUANGAN www.mercubuana.ac.id DEPRESIASI PENGERTIAN Laporan keuangan merupakan hasil pencatatan transaksi yang terjadi pada periode tertentu yang berguna untuk evaluasi dan perencanaan. Laporan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN LITERATUR

BAB 2 TINJAUAN LITERATUR BAB 2 TINJAUAN LITERATUR 2.1. PENILAIAN PERUSAHAAN BERDASARKAN PER, PBV, DAN EV/EBITDA Menurut Damodaran (2002), ada tiga pendekatan untuk menilai suatu perusahaan, yaitu: penilaian menggunakan discounted

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian. Telaah pustaka tersebut berasal dari berbagai sumber yaitu text book

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian. Telaah pustaka tersebut berasal dari berbagai sumber yaitu text book BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Bab ini membahas mengenai telaah pustaka yang relevan dengan topik penelitian. Telaah pustaka tersebut berasal dari berbagai sumber yaitu text book dan jurnal-jurnal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut. Pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk berbagai instrumen

BAB I PENDAHULUAN. tersebut. Pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk berbagai instrumen BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pertumbuhan perekonomian suatu negara tidak dapat terpisahkan dari dunia investasi yang dapat diukur dengan mengetahui tingkat perkembangan pasar modal negara

Lebih terperinci

ANALISA OPTIMASI STRUKTUR MODAL DAN MANAJEMEN KAS PT.INDONESIA POWER DALAM USAHANYA UNTUK MEMENUHI EKSPANSI USAHA YANG DIMILIKI

ANALISA OPTIMASI STRUKTUR MODAL DAN MANAJEMEN KAS PT.INDONESIA POWER DALAM USAHANYA UNTUK MEMENUHI EKSPANSI USAHA YANG DIMILIKI UNIVERSITAS INDONESIA FAKULTAS EKONOMI SKRIPSI ANALISA OPTIMASI STRUKTUR MODAL DAN MANAJEMEN KAS PT.INDONESIA POWER DALAM USAHANYA UNTUK MEMENUHI EKSPANSI USAHA YANG DIMILIKI Diajukan Oleh : Mohamat Emir

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. Robert Ang (1997) dalam Priono (2006:10) menyatakan bahwa dividen

II. LANDASAN TEORI. Robert Ang (1997) dalam Priono (2006:10) menyatakan bahwa dividen II. LANDASAN TEORI 2.1 Kebijakan Dividen 2.1.1 Pengertian Dasar Dividen Robert Ang (1997) dalam Priono (2006:10) menyatakan bahwa dividen merupakan nilai pendapatan bersih perusahaan setelah pajak dikurangi

Lebih terperinci

PENILAIAN SAHAM DAN STRATEGI PORTFOLIO SAHAM

PENILAIAN SAHAM DAN STRATEGI PORTFOLIO SAHAM MATERI 9 PENILAIAN SAHAM DAN STRATEGI PORTFOLIO SAHAM Prof. DR. DEDEN MULYANA, SE., M.Si. NILAI INTRINSIK DAN NILAI PASAR Dalam penilaian saham dikenal adanya tiga jenis nilai, yaitu: Nilai buku. Nilai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (subprime mortgage crisis) telah menimbulkan dampak yang signifikan secara

BAB I PENDAHULUAN. (subprime mortgage crisis) telah menimbulkan dampak yang signifikan secara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Krisis keuangan di Amerika Serikat yang bermula dari krisis kredit perumahan (subprime mortgage crisis) telah menimbulkan dampak yang signifikan secara global.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI II.1 Pengertian Laporan Keuangan dan Analisis Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari proses akuntansi. Laporan keuangan disusun setiap akhir periode sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan perusahaan-perusahaan. Apabila perusahaan-perusahaan ini dapat. mempengaruhi tingkat perekonomian di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan perusahaan-perusahaan. Apabila perusahaan-perusahaan ini dapat. mempengaruhi tingkat perekonomian di Indonesia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pertumbuhan perekonomian di Indonesia sebagian besar dipengaruhi oleh kegiatan perusahaan-perusahaan. Apabila perusahaan-perusahaan ini dapat melaksanakan

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN. yang ditetapkan dan struktur permodalan yang lemah dan sebagainya.

Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN. yang ditetapkan dan struktur permodalan yang lemah dan sebagainya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan perekonomian di Indonesia tidak dapat terlepas dari sektor perbankan, khususnya peran perbankan sebagai sumber pembiayaan industri dalam negeri. Oleh karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saham adalah salah satu instrumen investasi yang dapat memberikan return UKDW

BAB I PENDAHULUAN. Saham adalah salah satu instrumen investasi yang dapat memberikan return UKDW 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saham adalah salah satu instrumen investasi yang dapat memberikan return yang optimal yaitu melalui dividen dan capital gain. Selain memberikan return, risiko yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Return Saham Menurut Jogiyanto (2000:107), return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi. Return dapat berupa : 1. Return realisasi (realized

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS A. Teori Yang Relevan Dengan Kebijakan Deviden Menurut Brigham dan Houston (2001:14) menyebutkan ada tiga teori dari preferensi investor yaitu:

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Investasi Investasi merupakan penempatan sejumlah dana pada waktu sekarang dengan harapan untuk memperoleh keuntungan di masa yang akan datang. Pihak yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Salah satu kebijakan yang utama untuk memaksimalisasi keuntungan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Salah satu kebijakan yang utama untuk memaksimalisasi keuntungan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebijakan bidang keuangan yang dijalankan perusahaan harus selaras dan serasi dengan tujuan maksimalisasi keuntungan yang merupakan tujuan utama dari perusahaan.

Lebih terperinci