BAB II KAJIAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pengertian Belajar Belajar adalah kegiatan yang dilakukan oleh siswa dalam proses pembelajaran. Menurut pandangan teori behavioristik di dalam Budiningsih (2005) belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respon. Dengan kata lain, belajar merupakan bentuk perubahan yang dialamai siswa dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi anatar stimulus dan respon. Belajar adalah proses melihat, mengamati, memahami sesuatu. Apabila kita berbicara tentang belajar maka kita berbicara bagaimana mengubah tingkah laku seseorang. Menurut Slameto (2003) belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Menurut Sukirno (2009) belajar pada hakekatnya adalah proses perubahan kognitif (intelektual) dan terefleksi dalam prilaku berkat pengalaman dan latihan. Perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti berubah pengetahuannya, pemahamannya, sikap dan tingkah lakunya, keterampilannya, kecakapan dan kemampuannya, daya reaksinya, daya penerimaannya dan lain-lain aspek yang ada pada individu. Sedangkan, Yamin (2007) memberikan pandangan bahwa belajar adalah perubahan perilaku seseorang akibat pengalaman yang ia dapat melalui pengamatan, pandangan, membaca dan meniru. Dari pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan dari diri seseorang yang dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk dalam segala situasi dan mengakibatkan suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan. 8

2 Matematika Matematika, menurut DepDikNas (2004) adalah suatu kajian yang memiliki sifat abstrak dan dibangun melalui proses penalaran deduktif yaitu kebenaran suatu konsep diperoleh sebagai akibat logis dan kebenaran sebelumnya sudah diterima sehingga keterkaitan antara konsep dalam matematika bersifat kuat dan jelas.. Sedangkan menurut Saniyah (2004) matematika adalah disiplin ilmu yang mempunyai sifat khas disbanding ilmu yang lain, mempelajari tentang bilangan dan ruang yang bersifat abstrak. Menurut Purwoto (2003) menyatakan bahwa matematika adalah pengetahuan tentang pola keteraturan pengetahuan tentang struktur yang terorganisasikan mulai dari unsur-unsur yang tidak didefinisikan ke unsur yang didefinisikan ke aksioma dan postulat dan akhirnya ke dalil. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa matematika adalah cabang ilmu pengetahuan eksak yang mempelajari tentang bilangan bilangan, kalkulasi, penalaran logis, fakta-fakta kuantitatif, masalah ruang dan bentuk, aturan-aturan yang ketat dan pola keteraturan serta tentang struktur yang terorganisir Hasil Belajar Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan (Suprijono, 2011). Sedangkan menurut Rusmono (2012) hasil belajar merupakan semua akibat dari proses belajar mengajar dengan menggunakan menggunakan suatu metode, dimana hasil ini dapat dijadikan indikator keberhasilan pembelajaran. Dapat pula dikatakan bahwa hasil belajar merupakan perolehan seseorang dari suatu perbuatan belajar, atau hasil belajar merupakan kecakapan nyata yang dicapai siswa dalam waktu tertentu. Hasil belajar yang utama adalah pola tingkah laku yang bulat yang diperoleh oleh setiap siswa setelah proses belajar. Di dalam proses belajar siswa mengerjakan hal-hal yang akan dipelajari sesuai dengan tujuan dan maksud belajar. Hasil belajar merupakan indikator keberhasilan yang dicapai siswa dalam usaha belajarnya. Pendapat lain dikemukakan Dimyati dan Mudjiono (2006)

3 10 bahwa hasil belajar merupakan suatu puncak proses belajar. Hasil belajar tersebut terjadi terutama berkat evaluasi guru. Selanjutnya mengenai bahan yang telah ditetapkan dalam kurikulum, bahan tersebut dapat diajarkan menurut jenis hasil belajar yang ingin dicapai. Dan hasil belajar matematika dapat diukur langsung dengan menggunakan tes hasil belajar. Dalam penelitian ini hasil belajar difokuskan pada peningkatan kemampuan kognitif yang diperoleh siswa sebagai akibat dari proses belajar mengajar menggunakan metode demonstrasi, berupa nilai yang didapatkan menggunakan alat ukur pretest dan posttest Pengertian Metode Dalam hal ini metode berasal dari kata Methodos yang secara etimologis, berasal dari bahasa latin yaitu Methodos. Secara etimologis kata methodos berasal dari kata metha yang artinya dilalui dan hodos yang artinya jalan. Jadi methodos artinya jalan yang dilalui. Menurut Uno (2007) metode pembelajaran adalah cara yang digunakan guru, yang dalam menjalankan fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan pembelajaran. Sedangkan menurut Bahri (2010), metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam pembelajaran, metode merupakan suatu cara yang digunakan oleh guru dalam menyampaikan materi pelajaran dengan tujuan untuk membantu pencapaian pesan dan mempercepat pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan Pengertian Metode Demonstrasi Menurut Sudjana (2008), metode demonstrasi merupakan metode efektif sebab membantu para siswa untuk mencari jawaban dengan usaha sendiri berdasarkan fakta atau data yang benar. Sedangkan pendapat ahli yang lain mengatakan bahwa demonstrasi adalah metode yang digunakan untuk membelajarkan siswa dengan cara menceritakan dan memperagakan suatu langkah-langkah pengerjaan sesuatu (Roestyah, 2008). Dalam hal ini dengan demonstrasi siswa berkesempatan mengembangkan kemampuan mengamati

4 11 segala benda yang sedang terlibat dalam proses serta dapat mengambil kesimpulan-kesimpulan yang sesuai dengan harapan. Syaodih dan Ibrahim (2010) mengemukakan bahwa metode demonstrasi merupakan sebuah metode yang dalam pembelajarannya memperlihatkan langkah-langkah suatu proses terbentuknya atau terjadinya sesuatu yang menitikberatkan pada kemampuan seorang guru untuk mendemonstrasikannya. Menurut Bahri dan Aswan (2010), metode demonstrasi adalah cara penyajian pelajaran dengan memperagakan atau mempertunjukkan kepada siswa suatu proses, situasi, atau benda tertentu yang dipelajari, baik sebenarnya ataupun tiruan, yang sering disertai dengan penjelasan lisan. Dari beberapa pendapat tentang metode demonstrasi di atas maka dapat disimpulkan bahwa, metode demonstrasi adalah metode pembelajaran yang menunjukkan benda atau proses tentang sesuatu yang sedang dipelajari di dalam kelas dengan disertai penjelasan singkat dari guru dan peran serta siswa dalam pembelajaran. Dalam demonstrasi siswa dapat mengamati apa yang diperlihatkan guru selama pelajaran berlangsung. a. Kelebihan Metode Demonstrasi Kelebihan metode demonstrasi menurut Bahri dan Aswan (2010) adalah: 1. Dapat membimbing siswa kearah berfikir satu saluran pikir. 2. Dapat untuk mengurangi kesalahan karena diterapkan pada waktu itu juga. 3. Perhatian siswa terpusat pada hal-hal yang dianggap penting. 4. Permasalahan yang terpendam dapat mendapatkan penjelasan langsung guru. b. Kelemahan Metode Demonstrasi Kelemahan metode demonstrasi menurut Bahri dan Aswan (2010) adalah sebagai berikut: 1) Tidak senua permasalahan dapat didemonstrasikan di dalam kelas. 2) Memerlukan alat/perlengkapan khusus yang bahkan kadang sulit ditemukan. 3) Memerlukan banyak waktu. 4) Memerlukan kesabaran dan ketelatenan. c. Langkah langkah Pembelajaran dengan Metode Demonstrasi

5 12 Menurut Bahri dan Aswan (2010) langkah-langkah menggunakan metode demonstrasi adalah sebagai berikut: 1. Persiapan Menciptakan kondisi belajar siswa untuk melaksanakan demonstrasi dengan: - Menyediakan alat-alat demonstrasi - Tempat duduk siswa 2. Pelaksanaan Mengajukan masalah kepada siswa (ceramah). Melaksanakan demonstrasi: - Menjelaskan dan mendemonstrasikan suatu prosedur atau proses. - Usahakan seluruh siswa dapat mengikuti/mengamati demonstrasi dengan baik. - Beri penjelasan yang padat, tapi singkat. Hentikan demonstrasi kemudian adakan tanya jawab. 3. Evaluasi/tindak - Beri kesempatan kepada siswa untuk tindak lanjut mencoba melakukan sendiri. - Membuat kesimpulan demonstrasi. - Mengajukan pertanyaan kepada siswa. Sedangkan menurut Suprijono (2011) langkah-langkah metode demonstrasi adalah sebagai berikut: 1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai. 2. Guru menyajikan gambaran sekilas materi yang akan disampaikan. 3. Menyiapkan bahan atau alat yang akan diperlukan. 4. Menunjuk salah seorang siswa untuk mendemonstrasikan sesuai skenario yang telah disiapkan. 5. Seluruh siswa memperhatikan demonstrasi dan menganalisanya. 6. Tiap siswa mengemukakan hasil analisisnya dan juga pengalaman siswa didemonstrasikan. 7. Guru membuat kesimpulan.

6 13 Dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode demonstrasi, secara garis besar ada beberapa langkah yang harus diperhatikan yaitu: 1. Mendemonstrasikan suatu proses atau prosedur. 2. Memberikan penjelasan yang padat tapi singkat. 3. Melibatkan siswa dalam pembelajaran demonstrasi. Berdasarkan beberapa teori tentang langkah-langkah pembelajaran metode demonstrasi, dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah metode demonstrasi yang akan dilaksanakan dalam penelitian ini adalah: Persiapan pembelajaran dilakukan sebelum pelaksanaan pembelajaran: 1. Menentukan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar. 2. Membuat Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran. 3. Menyediakan alat-alat yang digunakan selama pembelajaran untuk kepentingan demonstrasi. Pelaksanaan pembelajaran: Kegiatan awal - Guru menyampaikan topik yang akan dipelajari. Kegiatan inti - Melakukan tanya jawab dengan siswa tentang topik yang akan dipelajari. - Mendemonstrasikan suatu proses dan prosedur disertai penjelasan yang padat dan singkat. - Mengatur tempat duduk siswa sesuai kebutuhan, dengan pertimbangan jenis kelamin siswa. - Memberi kesempatan kepada siswa untuk mencoba melakukan demonstrasi serupa guna pemahaman lebih mendalam tentang topik. - Guru memastikan semua siswa telah melakukan demonstrasi seperti yang dilakukan guru. - Siswa menyelesaikan soal baru yang diberikan guru menggunakan langkah serupa yang telah didemonstrasikan guru.

7 14 - Selama penyelesaian soal, guru berkeliling untuk memastikan semua kelompok dan semua anggota kelompok telah melakukan langkah demonstrasi dengan benar. - Meminta siswa maju untuk mempresentasikan jawaban soal hasil demonstrasi yang telah dilakukan di dalam kelompok. Kegiatan akhir - Siswa dan guru bersama-sama membuat kesimpulan materi tentang proses demonstrasi yang telah dilakukan Jenis Kelamin Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan secara kodrat dibedakan menjadi dua jenis kelamin yaitu laki-laki dan perempuan. Antara kedua jenis kelamin tersebut terdapat perbedaan karakteristik khas yang dapat membedakan satu dengan yang lainnya, baik ditinjau dari segi fisik maupun dari segi psikis. Jenis kelamin dalam bahasa Inggris disebut dengan sex. Sex berasal dari bahasa Latin secare yang mempunyai arti membagi atau memisahkan. Menurut Sasongko (2009) jenis kelamin atau seks adalah perbedaan jenis kelamin yang ditentukan secara biologis. Seks melekat secara fisik sebagai alat reproduksi. Oleh karena itu, seks merupakan kodrat atau ketentuan Tuhan sehingga bersifat permanen dan universal. Menurut Badudu dan Zain (2001), jenis kelamin adalah pembedaan atas laki-laki dan perempuan atau jantan dan betina. Pembedaan itu berdasarkan perbedaan biologis yang dibawa sejak lahir dan mempunyai ciri-ciri diantaranya pada genital, bentuk tubuh, kepala, payudara, pinggul, tangan dan kaki, rambut yang tampak. Seluruh perbedaan yang ada menjadikan perempuan dan laki-laki berbeda satu dengan yang lain dalam hal biologis maupun psikologis. Dari beberapa pendapat tentang jenis kelamin maka dapat disimpulkan bahwa, jenis kelamin adalah perbedaan biologis yang melekat pada manusia yang merupakan kodrat dari Tuhan yang membagi manusia menjadi jenis kelamin lakilaki dan perempuan. Selain faktor biologis, faktor lain yang mempengaruhi prestasi belajar siswa adalah faktor psikologis. Secara psikologis laki-laki dan perempuan

8 15 berbeda. Hal ini senada dengan pendapat dari Usman dan Setiawati (2001) tentang faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah: 1. Faktor internal terdiri dari faktor jasmaniah, faktor psikologis, dan faktor kematangan fisik dan psikis. 2. Faktor eksternal terdiri dari faktor sosial, faktor budaya seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi, dan kesenian, faktor lingkungan isik, dan faktor lingkungan spiritual dan keagamaan. Dari faktor-faktor di atas dapat disimpulkan bahwa faktor fisiologis dan psikologis dapat menyebabkan perbedaaan hasil belajar siswa. Kehadiran faktor psikologis dalam belajar, akan memberikan andil yang cukup penting. Faktor psikologis akan senantiasa memberikan landasan dan kemudahan dalam upaya mencapai tujuan belajar. Menurut Witherington dalam Karnadi (2009) menyatakan bahwa laki-laki mencapai angka yang lebih tinggi dibandingkan perempuan pada tes mengenai ilmu pasti dan pengetahuan mekanis. Menurut Jensen (2008) bahwa kecenderungan perbedaan kecakapan keterampilan pada laki-laki dan perempuan dapat diuraikan sebagai berikut: Perempuan biasanya lebih unggul daripada laki-laki dalam keterampilan atau tugas-tugas sebagai berikut: 1. Keterampilan motorik yang baik-mampu menggerakkan jari-jemari dengan cepat dalam kesatuan. 2. Ujian perhitungan. 3. Mampu bekerja dalam berbagai tugas dalam satu waktu 4. Mengingat posisi objek dalam satu susunan. 5. Mengeja 6. Fasih dalam mengolah kata-kata 7. Hal-hal yang menuntut sensitivitas terhadap stimuli eksternal (kecuali stimuli visual). 8. Mengingat petunjuk di sepanjang rute perjalanan. 9. Menggunakan memori verbal. 10. Apresiasi terhadap kedalaman dan kecepatan perseptual. 11. Membaca ekspresi bahasa tubuh/ mimik wajah.

9 16 Laki-laki biasanya lebih unggul daripada perempuan dalam hal keterampilan atau tugas-tugas sebagai berikut: 1. Terampil dalam menentukan target. 2. Mengolah perbendaharaan kata. 3. Konsentrasi dan fokus yang lebih luas 4. Kemampuan matematis dan penyelesaian masalah 5. Navigasi bentuk-bentuk geometris ruang. 6. Intelgensia verbal. 7. Formasi dan pemeliharaan kebiasaan. 8. Berbagai tugas spasial. Berdasarkan teori tentang perbedaan kemampuan laki-laki dan perempuan di atas, dapat disimpulkan bahwa laki-laki unggul dalam hal kemampuan matematis dan penyelesaian masalah, konsentrasi dan fokus yang lebih luas, sedangkan perempuan unggul dalam hal keterampilan motorik, dan fasih dalam mengolah kata-kata. Pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa secara garis besar dapat ditarik kesimpulan kemampuan penguasaan matematika dan pemecahan masalah antara siswa laki-laki dan perempuan berbeda sehingga akan berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. 2.2 Kajian Penelitian yang Relevan Penelitian ini didukung oleh penelitian yang telah dilakukan oleh Mardianingrum (Universitas Negeri Malang, 2011) dengan judul Penerapan Metode Demonstrasi Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Pada Siswa Kelas IV SDN Purwantoro 8 Malang. Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas (PTK). Langkah PTK ini meliputi 2 siklus, masingmasing siklus dilaksanakan dalam 3 hari dan 2 hari. Siklus tindakan pembelajaran dihentikan jika telah mencapai kriteria ketuntasan sebesar 75% dari jumlah keseluruhan subyek penelitian dengan rata-rata skor minimal 75. Subyek penelitian adalah siswa kelas IV SDN Purwantoro 8 Kecamatan Blimbing Kota Malang yang berjumlah 36 siswa. Pada penelitian ini menggunakan alat pengumpulan data berupa: lembar Observasi (pengamatan) untuk mengamati

10 17 kegiatan siswa, catatan lapangan, LKS, studi dokumentasi dengan hasil tes dan foto-foto pada saat pembelajaran, serta lembar evaluasi. Hasil penelitian menunjukkan: pelaksanaan pembelajaran demonstrasi pada siklus I masih banyak kekurangan, yaitu ada beberapa siswa yang belum paham cara kerja metode demonstrasi menggunakan media wayang-wayangan; metode demonstrasi dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap konsep operasi hitung bilangan bulat dari skor rata-rata prates 58,89 menjadi 67,14 pada siklus I dan pada siklus II menjadi 80,28; metode pembelajaran demonstrasi dapat meningkatkan keaktifan, siswa dalam belajar "jumlah siswa yang konsentrasi dalam belajar meningkat dari 56,11% pada siklus I menjadi 68,33% pada siklus II"; kerjasama siswa dari 56,67% pada siklus I meningkat menjadi 65,56% pada siklus II"; keberanian siswa dalam bertanya ataupun berpendapat juga mengalami peningkatan dari 58,89% pada siklus I menjadi 66,11% pada siklus II". Berdasarkan analisis data di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan metode demonstrasi dapat dilaksanakan dengan baik untuk mengajarkan tentang konsep operasi hitung bilangan bulat. Yang kedua penggunaaan metode demonstrasi dapat meningkatkan pemahaman siswa tentang operasi hitung bilangan bulat pada siswa kelas IV di SDN Purwantoro 8, dan ketiga adalah dampak penggunaan metode demonstrasi dalam pembelajaran matematika dapat meningkatkan konsentrasi, kerjasama, keberanian bertanya dan berpendapat siswa dalam belajar. Penelitian tindakan kelas lain yang mendukung penelitian ini dilakukan oleh Nurhidayat (Universitas Terbuka, 2010) dengan judul Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Dan Kreativitas Pembelajaran Matematika Dalam Menentukan Letak Suatu Benda Pada Diagram Kartesius Melalui Penggunaan Metode Demonstrasi Pada Siswa Kelas VI SD Negeri 1 Gesikan. Proses pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus, setiap siklus terdiri dari empat jam pelajaran dua kali pertemuan. Untuk mengukur kemampuan siswa dalam menguasai materi yang telah diberikan setiap akhir siklus diadakan evaluasi. Adapun data tentang hasil belajar yang diperoleh adalah sebagai berikut: nilai rata-rata pada studi awal adalah 60,19, dengan ketuntasan belajar 33,33%; nilai rata-rata siklus I adalah 64,44 dengan ketuntasan belajar 40,7%; nilai rata-rata

11 18 siklus II adalah 86,67 dengan ketuntasan belajar 96,3%. Dari hasil analisis data, kesimpulan yang diperoleh dari pengkajian ini adalah: penggunaan metode demonstrasi dalam pembelajaran Matematika dengan kompetensi dasar menentukan posisi titik dalam sistem koordinat dapat membantu siswa mempermudah memahami materi; Penggunaan metode demonstrasi dalam pembelajaran Matematika dengan kompetensi dasar menentukan posisi titik dalam sistem koordinat dapat meningkatkan kesungguhan siswa dalam pembelajaran; Penggunaan metode demonstrasi dalam pembelajaran Matematika dengan kompetensi dasar menentukan posisi titik dalam sistem koordinat dapat meningkatkan prestasi hasil belajar dan kreativitas siswa. Penelitian lain yang relevan dilakukan oleh Wati (Universitas Sebelas Maret, 2011) dengan judul Penerapan Metode Demonstrasi untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan Bulat pada Siswa Kelas IV SD Negeri Jaten 1 Jogorogo Ngawi Tahun Subjek penelitian tindakan kelas adalah siswa kelas IV SD Negeri Jaten 1 Jogorogo Ngawi Tahun 2011 yang terdiri dari 26 siswa. Sedangkan objeknya adalah pemahaman konsep siswa dalam penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat. Bentuk penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dengan menggunakan model siklus. Penelitian ini dilaksanakan dalam tiga siklus. Setiap siklus terdiri dari 4 tahapan, yaitu : perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, refleksi. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi langsung, tes dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah model analisis interaktif. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika melalui metode demonstrasi dapat meningkatkan pemahaman konsep penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat. Hal ini terbukti pada kondisi awal sebelum dilaksanakan tindakan nilai rata-rata siswa 62,31 dengan prosentase ketuntasan sebesar 46,15% meningkat menjadi 71,15 dengan prosentase ketuntasan 73,08% pada siklus I. Pada siklus II nilai rata-rata kelas meningkat menjadi 80,58 dengan prosentase ketuntasan 84,61%. Sedangkan pada siklus III nilai rata-rata kelas meningkat menjadi 88,26 dengan prosentase ketuntasan 96,15%. Pada siklus I skor rata-rata 50,5 atau sebesar 52,57% menjadi 56,14 atau sebesar 57,7% pada

12 19 siklus II dan pada siklus III skor rata-rata meningkat menjadi 72,86 atau 83,33%. Peningkatan keaktifan siswa dari sikus I sampai siklus III sebesar 30,76%. Peningkatan ketuntasan siswa dari prasiklus sampai siklus III sebesar 50%. Berdasarkan data yang diperoleh dapat disimpulkan hasil dari siklus III bahwa metode demonstrasi dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam pemahaman konsep penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat. Penelitian tindakan kelas selanjutnya yang mendukung penelitian ini dilakukan oleh Kasno (Universitas Sebelas Maret, 2009) dengan judul Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Penjumlahan Bersusun Melalui Demonstrasi Media Kubus Bagi Siswa Kelas V SLB-C Setya Darma Surakarta Tahun Pelajaran 2008/2009. Metode pendekatan penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yaitu penelitian yang dilakukan oleh guru di kelas tempat mengajar, dengan penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan praktik dan proses dalam pembelajaran matematika. Subyek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V semester II SLB-C Setya Darma Surakarta tahun pelajaran 2008/2009 yang berjumlah 5 siswa. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, dokumentasidan tes. Teknik analisis data digunakan analisis perbandingan, artinya peristiwa/kejadian yang timbul dibandingkan kemudian dideskripsikan ke dalam suatu bentuk data penilaian yang berupa nilai. Dari prosentase dideskripsikan kearah kecenderungan tindakan guru dan reaksi serta hasil belajar siswa. Nilai awal prestasi belajar penjumlahan bersusun nilai rerata sebesar 48,00, ketuntasan secara klasikal sebesar 20 %. Pada siklus I, diketahui rerata nilai penjumlahan bersusun sebesar 58,00, ketuntasan secara klasikal mencapai 60 %. Pada siklus II, diketahui rerata nilai penjumlahan bersusun sebesar 68,00, seluruh siswa siswa mendapat nilai 60,00 atau lebih (tuntas belajarnya). Ketuntasan secara klasikal telah mencapai 100%. Berdasarkan data tersebut bahwa metode demonstrasi media kubus dapat meningkatkan prestasi belajar matematika penjumlahan bersusun pada siswa kelas V SLB-C Setya Darma Surakarta Tahun Pelajaran 2008/2009. Dari segi tinjauan jenis kelamin, penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Aviory (Universitas Sebelas Maret, 2011) dengan judul

13 20 Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) dan Team Assisted Individualization (TAI) pada Pemahaman Konsep dan Pemecahan Masalah Statistika I Ditinjau dari Jenis Kelamin. Pengumpulan data dilakukan dengan tes pilihan ganda. Teknik analisis data menggunakan analisis multivariat dua jalan sel tak sama dengan taraf signifikansi α = 5 %. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa : model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan TAI memberikan efek yang berbeda pada pemahaman konsep dan pemecahan masalah dengan memperhatikan : a. pada pemahaman konsep, model pembelajaran kooperatif tipe STAD memberikan prestasi belajar yang lebih baik daripada model pembelajaran kooperatif tipe TAI; b. pada pemecahan masalah, model pembelajaran kooperatif tipe STAD tidak memberikan rataan skor yang berbeda jika dibandingkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe TAI. Siswa laki-laki dan perempuan mempunyai prestasi yang berbeda pada pemahaman konsep dan pemecahan masalah dengan memperhatikan : a. pada pemahaman konsep, siswa laki-laki mempunyai prestasi belajar yang lebih baik daripada siswa perempuan; b. pada pemecahan masalah, siswa laki-laki mempunyai prestasi belajar lebih baik daripada siswa perempuan. Terdapat interaksi antara model pembelajaran kooperatif dan jenis kelamin pada pemahaman konsep dan pemecahan masalah dengan memperhatikan : a. model pembelajaran kooperatif tipe STAD memberikan prestasi belajar yang lebih baik daripada model pembelajaran kooperatif tipe TAI pada pemahaman konsep ditinjau dari masingmasing jenis kelamin (laki-laki dan perempuan); b. pada pemecahan masalah, model pembelajaran kooperatif tipe STAD tidak memberikan rataan skor yang berbeda jika dibandingkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe TAI ditinjau dari siswa laki-laki. Tetapi pada siswa perempuan, model pembelajaran kooperatif tipe STAD memberikan prestasi belajar yang lebih baik daripada model pembelajaran kooperatif tipe TAI. Ditinjau dari model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada pemecahan masalah, siswa laki-laki tidak memberikan rataan skor yang berbeda jika dibandingkan dengan siswa perempuan. Tetapi pada model pembelajaran kooperatif tipe TAI, siswa laki-laki memiliki prestasi belajar yang lebih baik dibandingkan siswa perempuan.

14 21 Penelitian lain yang relevan dilakukan oleh Karnadi (Universitas Negeri Jakarta, 2009) dengan judul Pengaruh Jenis Kelamin Dan Kreatifitas Terhadap Kemampuan Mengemukakan Pendapat Anak Kelas Rendah Di Sekolah Dasar. Penelitian ini dilakukan di 5 (lima) Sekolah Dasar Negeri Mitra Binaan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Jakarta yang seluruhnya berlokasi di Jakarta. Variabel penelitiannya terdiri dari variabel bebas jenis kelamin, variabel atribut kreatifitas dan variabel terikat kemampuan mengemukakan pendapat. Desain yang digunakan adalah factorial group design. Hasil dalam penelitian ini adalah kemampuan mengungkapkan pendapat anak laki-laki lebih tinggi dibandingkan anak perempuan; Didalam kreatifitas anak laki-laki lebih tinggi dibandingkan anak perempuan; Kreatifitas tidak mempengaruhi pengaruh terhadap kemampuan mengemukakan pendapat; Kemampuan mengemukakan tidak bergantung pada jenis kelamin dan kreatifitas. Berdasarkan hasil penelitian ini, bahwa tidak terdapat pengaruh interaksi jenis kelamin terhadap kemampuan mengemukakan pendapat dengan mempertimbangkan kreatifitas anak memberikan implikasi secara teoritik bahwa perbedaan jenis kelamin dengan beragam karakteristiknya tidak berpengaruh secara signifikan ketika berinteraksi dengan kreatifitas. Selanjutnya adalah penelitian yang dilakukan oleh Chotimah (Universitas Gunadarma, 2008) dengan judul Perbedaan Motivasi Belajar Matematika Berdasarkan Jenis Kelamin pada Siswa SMA. Penelitian ini bertujuan untuk menguji perbedaan motivasi belajar mata pelajaran matematika antara siswa dan siswi SMA. Teknik pengumpulan data dilakukan pada 80 siswa SMA 55 Jakarta dengan metode angket, mengunakan skala motivasi belajar, dimana item-item yang digunakan pada skala motivasi belajar berdasarkan pada aspek-aspek motivasi belajar. Berdasarkan uji validitas, korelasi skor total item pada skala motivasi belajar bergerak antara 0,328 0,824. Uji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan teknik Alpha Cronbach terhadap item yang telah lolos analisis item. Sedangkan hasil uji reliabilitas menghasilkan koefisien reliabilitas sebesar 0,949. Kemudian berdasarkan uji normalitas diketahui bahwa uji normalitas pada variabel motivasi belajar diperoleh hasil signifikansi 0,107 untuk jenis kelamin laki-laki dan 0,150 untuk jenis kelamin perempuan. Secara umum dikatakan

15 22 bahwa distribusi skor dari sampel yang telah diambil baik jenis kelamin laki-laki dan jenis kelamin perempuan dikatakan normal. Hasil dari penelitian ini adalah tidak ada perbedaan motivasi belajar matematika pada siswa dan siswi SMA. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa subjek penelitian dengan jenis kelamin perempuan dan jenis kelamin laki-laki memiliki motivasi belajar matematika yang termasuk dalam kategori rata-rata atau sedang yang mungkin disebabkan oleh faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar matematika seperti minat siswa terhadap pelajaran matematika, perhatian orang tua terhadap nilai-nilai pelajaran siswa dan adanya dukungan keluarga terhadap usaha siswa untuk belajar (lingkungan keluarga) serta cara guru mengajar di sekolah (lingkungan sekolah). Berdasarkan penelitian relevan yang disebutkan di atas maka dapat disimpulkan bahwa metode demonstrasi dapat meningkatkan hasil belajar, prestasi belajar, dan keaktifan siswa dalam pembelajaran matematika. Sedangkan untuk tinjauan jenis kelamin, dari beberapa penelitian yang sudah dilakukan mungkin laki-laki akan lebih unggul dalam pembelajaran matematika Kerangka Pikir Berdasarkan landasan teori yang dikemukakan, maka kerangka berpikir dapat dirumuskan sebagai berikut : Dengan penggunaan metode demonstrasi, guru menyampaikan materi disertai dengan penggunaan alat peraga yang menarik dan bervariasi sehingga dapat membimbing siswa ke arah berpikir satu saluran pikir. Selain itu di dalam metode demonstrasi akan membuat perhatian siswa terpusat pada hal-hal yang dianggap penting dan dapat mengurangi kesalahan karena diterapkan pada waktu itu juga sehingga permasalahan yang terpendam dapat mendapatkan penjelasan dari guru. Setelah siswa mengalami pembelajaran dengan metode demonstrasi maka diharapkan konsep atau materi yang diajarkan pun dapat terserap secara optimal dibandingkan pembelajaran secara konvensional. Hasil akhir setelah melakukan pembelajaran metode demonstrasi adalah terjadinya peningkatan hasil belajar matematika dibandingkan dengan penggunaan metode konvensional.

16 23 Dalam menerapkan pembelajaran menggunakan metode demonstrasi yang dimungkinkan bisa meningkatkan hasil belajar matematika, ada faktor lain yang diduga mempengaruhi penerapan metode demonstrasi terhadap hasil belajar matematika, salah satunya adalah jenis kelamin. Dikarenakan dalam pembelajaran menggunakan metode demonstrasi diberikan kepada kelas heterogen antara siswa laki-laki dan siswa perempuan maka faktor jenis kelamin akan berpengaruh terhadap kemampuan siswa dalam menerima materi pelajaran menggunakan metode demonstrasi, sehingga jenis kelamin dapat menentukan hasil belajar seseorang menggunakan metode demonstrasi. Faktor psikologis yang berbeda antara laki-laki dan perempuan akan berpengaruh pula dalam hal menerima materi pelajaran menggunakan metode demonstrasi. Dengan keterampilan yang berbeda berdasarkan jenis kelamin maka dimungkinkan untuk diketahui jenis kelamin mana yang lebih cocok dengan metode demonstrasi, apakah siswa laki-laki atau perempuan. 2.4 Hipotesis Penelitian Berdasarkan teori dan kerangka pemikiran diatas, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: 1. Terdapat pengaruh penerapan metode demonstrasi terhadap hasil belajar matematika pada siswa kelas II SD Laboratorium Satya Wacana. 2. Terdapat pengaruh penerapan metode demonstrasi terhadap hasil belajar matematika ditinjau dari perbedaan jenis kelamin pada siswa kelas II SD Laboratorium Satya Wacana.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Subyek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SD Laboratorium Satya Wacana yang merupakan salah satu sekolah dasar yang ada di Kota Salatiga.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 4 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) didefinisikan sebagai kumpulan pengetahuan yang tersusun secara terbimbing. Hal ini

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 4 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Pengertian Belajar Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang sangat kompleks sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri.

Lebih terperinci

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 4 No. 4 ISSN X. Maspupah SDN Inpres 1 Birobuli, Sulawesi Tengah

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 4 No. 4 ISSN X. Maspupah SDN Inpres 1 Birobuli, Sulawesi Tengah Penerapan Metode Pembelajaran Demonstrasi Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Perkalian Bilangan Cacah di Kelas II SDN Inpres 1 Birobuli Maspupah SDN Inpres 1 Birobuli, Sulawesi Tengah ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Setting dan Karakteristik Subjek Penelitian 3.1.1 Jenis Penelitian Penelitian yang digunakan penulis adalah menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Kunandar (2008)

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. kearah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2004:37) belajar merupakan

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. kearah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2004:37) belajar merupakan 8 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Makna Belajar Belajar merupakan proses perkembangan yang dialami oleh siswa menuju kearah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2004:37) belajar merupakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. 2.1 Kajian Teori Model Pembelajaran Kooperatif

BAB II KAJIAN TEORI. 2.1 Kajian Teori Model Pembelajaran Kooperatif 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model Pembelajaran Kooperatif BAB II KAJIAN TEORI Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengutamakan kerjasama diantara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Belajar Aunurrahman ( 2012 : 35 ) belajar adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran IPA Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan atau Sains yang semula berasal dari bahasa Inggris science. Kata sciense

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 32 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Setting dan Karakteristik Subjek Penelitian 3.1.1 Setting Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 2 Kritig yang berlokasi di desa Kritig, Kecamatan Petanahan,

Lebih terperinci

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SDN Maahas Pada Materi Gaya Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Berbantu Media Video

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SDN Maahas Pada Materi Gaya Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Berbantu Media Video Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SDN Maahas Pada Materi Gaya Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Berbantu Media Video Taufik Nur Akbar Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran kooperatif Tipe NHT Tipe ini dikembangkan oleh Kagen dalam Ibrahim (2000: 28) dengan melibatkan para siswa dalam menelaah bahan yang tercakup dalam

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA PADA MATERI PEMBENTUKAN TANAH MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA PADA MATERI PEMBENTUKAN TANAH MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA PADA MATERI PEMBENTUKAN TANAH MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD SISWA KELAS 5 SD NEGERI TUNTANG 02 SEMESTER II TAHUN PELAJARAN 2015/2016 ARTIKEL SKRIPSI

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Setiting dan Karakteristik Subjek Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Setiting dan Karakteristik Subjek Penelitian 14 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Setiting dan Karakteristik Subjek Penelitian Penulis melaksanakan penelitian pada mata pelajaran matematika dengan materi sifat-sifat bangun ruang sederhana kelas IV semester

Lebih terperinci

Meningkatkan Prestasi Belajar IPA melalui Penggunaan Media Gambar pada Kelas IV SDN Majene

Meningkatkan Prestasi Belajar IPA melalui Penggunaan Media Gambar pada Kelas IV SDN Majene Meningkatkan Prestasi Belajar IPA melalui Penggunaan Media Gambar pada Kelas IV SDN Majene Muh. Jupriadi, Bustamin, dan Lilies Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 1.1 Setting dan Karakteristik Subjek Penelitian Pada sub bab ini akan dijelaskan mengenai tempat, waktu dan subjek penelitian tindakan kelas (PTK). Adapun mengenai hal tersebut

Lebih terperinci

STUDI KOMPARASI HASIL BELAJAR BIOLOGI MENGGUNAKAN MIND MAP

STUDI KOMPARASI HASIL BELAJAR BIOLOGI MENGGUNAKAN MIND MAP STUDI KOMPARASI HASIL BELAJAR BIOLOGI MENGGUNAKAN MIND MAP DAN LKS PADA PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENTS TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) SISWA KELAS VIII SMP AL HADI SUKOHARJO TAHUN AJARAN 2009/2010.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Belajar dan Pembelajaran Belajar merupakan proses penting bagi perubahan perilaku manusia dari segala sesuatu yang diperkirakan dan dikerjakan. Belajar juga

Lebih terperinci

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SLBN 1 Palu pada Materi Mengenal Pecahan dengan Menggunakan Kertas Lipat

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SLBN 1 Palu pada Materi Mengenal Pecahan dengan Menggunakan Kertas Lipat Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SLBN 1 Palu pada Materi Mengenal Pecahan dengan Menggunakan Kertas Lipat Rohani SLBN 1 Palu, Palu, Sulawesi Tengah ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh

Lebih terperinci

Fachry Erick Mohammad, Baharuddin Paloloang, dan Sukayasa

Fachry Erick Mohammad, Baharuddin Paloloang, dan Sukayasa Penerapan Metode Latihan Berstruktur Pada Pembelajaran Materi Persegi Panjang Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SD Negeri 1 Salumpaga Kabupaten Tolitoli Fachry Erick Mohammad, Baharuddin

Lebih terperinci

DATAR MELALUI METODE STAD. Winarni

DATAR MELALUI METODE STAD. Winarni Dinamika: Jurnal Praktik Penelitian Tindakan Kelas Pendidikan Dasar & Menengah ISSN 0854-2172 SD Negeri 01 Rembun Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah Abstrak Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui

Lebih terperinci

Oleh: Sri Isminah SDN 2 Watulimo Kecamatan Watulimo Kabupaten Trenggalek

Oleh: Sri Isminah SDN 2 Watulimo Kecamatan Watulimo Kabupaten Trenggalek Sri Isminah, Membantu Siswa Mengingat Kembali Pelajaran... 161 MEMBANTU SISWA MENGINGAT KEMBALI PELAJARAN PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN BILANGAN LEWAT METODE DISKUSI KELOMPOK PADA SISWA KELAS I TAHUN 2014/2015

Lebih terperinci

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 4 No. 9 ISSN X

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 4 No. 9 ISSN X Peningkatan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Cooperative Learning Tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) Pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SDN 20 Tolitoli Dinayanti Mahasiswa Program Guru Dalam

Lebih terperinci

KAJIAN PUSTAKA. Dalam kegiatan belajar mengajar siswa melakukan aktivitas. Pengajaran yang

KAJIAN PUSTAKA. Dalam kegiatan belajar mengajar siswa melakukan aktivitas. Pengajaran yang II. KAJIAN PUSTAKA A. Aktivitas Belajar Dalam kegiatan belajar mengajar siswa melakukan aktivitas. Pengajaran yang efektif adalah pengajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitas

Lebih terperinci

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SD Negeri 2 Tatura

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SD Negeri 2 Tatura Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SD Negeri 2 Tatura Ni Wayan Lasmini SD Negeri 2 Tatura, Palu, Sulawesi Tengah ABSTRAK Permasalahan

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE DEMONSTRASI BERBANTUAN ALAT PERAGA UNTUK MENINGKATKAN MINAT DAN MOTIVASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN FISIKA. Pebli Vidia Kurniawan

PENERAPAN METODE DEMONSTRASI BERBANTUAN ALAT PERAGA UNTUK MENINGKATKAN MINAT DAN MOTIVASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN FISIKA. Pebli Vidia Kurniawan PENERAPAN METODE DEMONSTRASI BERBANTUAN ALAT PERAGA UNTUK MENINGKATKAN MINAT DAN MOTIVASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN FISIKA Pebli Vidia Kurniawan SMP Purnama 3 Semarang ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jalan. Hal tersebut menunjukkan bahwa bilangan Romawi penting untuk dipelajari

BAB I PENDAHULUAN. jalan. Hal tersebut menunjukkan bahwa bilangan Romawi penting untuk dipelajari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bilangan Romawi sering ditemukan dalam beberapa penulisan, seperti penulisan nomor bab pada buku, penulisan tingkatan kelas, dan penomoran alamat jalan. Hal

Lebih terperinci

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MATERI GERAK BENDA MELALUI METODE DEMONSTRASI PADA SISWA KELAS I SDN NGAMPAL 1

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MATERI GERAK BENDA MELALUI METODE DEMONSTRASI PADA SISWA KELAS I SDN NGAMPAL 1 PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MATERI GERAK BENDA MELALUI METODE DEMONSTRASI PADA SISWA KELAS I SDN NGAMPAL 1 Tri Handayani Guru SDN Pekuwon 3Sumberrejo Bojonegoro Email :handayani3.ngampal@gmail.com Abstrak:

Lebih terperinci

Kata kunci: Model kooperatif tipe STAD, Hasil Belajar.

Kata kunci: Model kooperatif tipe STAD, Hasil Belajar. PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DENGAN MENGGUNAKAN LKS UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN TRIGONOMETRI SISWA KELAS XI IPA SMA SUNAN GIRI TAHUN AJARAN 2012-2013

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 KajianTeori 2.1.1 Hasil Belajar Hasil belajar menurut Anni ( 2004:4 ) merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar Hasil belajar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Seting dan Karakteristik Penelitian Penelitian Tindakan Kelas ini akan dilaksanakan di kelas 6 SD Negeri 1 Buayan, Kecamatan Buayan, Kabupaten Kebumen pada semester 2 Tahun

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Kajian teori ini merupakan uraian dari pendapat beberapa ahli yang mendukung penelitian. Dari beberapa teori para ahli tersebut mengkaji objek yang sama yang mempunyai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Sebagai suatu disiplin ilmu, matematika merupakan salah satu ilmu dasar yang memiliki kegunaan besar dalam kehidupan sehari-hari. Maka dari itu, konsepkonsep dalam

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE STAD PADA MATERI AJAR PENGGUNAAN ATURAN SINUS, COSINUS, DAN RUMUS LUAS SEGITIGA. Tino Santigiarti

PENERAPAN METODE STAD PADA MATERI AJAR PENGGUNAAN ATURAN SINUS, COSINUS, DAN RUMUS LUAS SEGITIGA. Tino Santigiarti Didaktikum: Jurnal Penelitian Tindakan Kelas Vol. 17, No. 2, April 2016 ISSN 2087-3557 PENERAPAN METODE STAD PADA MATERI AJAR PENGGUNAAN ATURAN SINUS, COSINUS, DAN RUMUS LUAS SEGITIGA SMA Negeri 1 Ulujami

Lebih terperinci

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIF LEARNING TIPE TAI DAN TUTOR SEBAYA BERBANTU LKS TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIF LEARNING TIPE TAI DAN TUTOR SEBAYA BERBANTU LKS TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIF LEARNING TIPE TAI DAN TUTOR SEBAYA BERBANTU LKS TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA Rohim Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Purworejo

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S- 1. Pendidikan Guru Sekolah Dasar SITI ROSIDAH NIM. A.

NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S- 1. Pendidikan Guru Sekolah Dasar SITI ROSIDAH NIM. A. 1 PENINGKATAN HASIL BELAJAR PKn MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TIPE STAD (STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS) PADA SISWA KELAS IV SDN 03 DELINGAN TAHUN 2012/2013 NASKAH PUBLIKASI

Lebih terperinci

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SDN 10 Biau

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SDN 10 Biau Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SDN 10 Biau Harsono M. Timumun, Muchlis L. Djirimu, Lestari M.P. Alibasyah Mahasiswa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Setting dan Karakteristik Subjek Penelitian Penelitian ini dilakukan di SD Negeri Ujung-ujung 03 yang terletak di Dusun Mukus Desa Ujung-ujung Kecamatan Pabelan Kabupaten

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 23 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Kondisi Awal Sebelum pelaksanaan penelitian dengan menggunakan metode demonstrasi, rata-rata hasil belajar IPA semester I kelas III SD Negeri Karangwotan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu sektor penting dalam pembangunan setiap negara. Melalui pendidikan, generasi muda penerus bangsa terus mampu mengembangkan diri sesuai

Lebih terperinci

METODE PEMBELAJARAN JIGSAW MENGGUNAKAN PETA KONSEP UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

METODE PEMBELAJARAN JIGSAW MENGGUNAKAN PETA KONSEP UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA METODE PEMBELAJARAN JIGSAW MENGGUNAKAN PETA KONSEP UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA MASRI MANSYUR Guru SMP Negeri YASFII Dumai masrimansyur449@gmail.com ABSTRAK

Lebih terperinci

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SDN 3 Kasimbar Melalui Metode Demonstrasi Pada Pembelajaran IPS

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SDN 3 Kasimbar Melalui Metode Demonstrasi Pada Pembelajaran IPS Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SDN 3 Kasimbar Melalui Metode Demonstrasi Pada Pembelajaran IPS Ni Wayan Sumarniasi Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Lebih terperinci

Charlina Ribut Dwi Anggraini

Charlina Ribut Dwi Anggraini METODE PEMBELAJARAN TGT MELALUI PERMAINAN ULAR TANGGA SEBAGAI ALTERNATIF MENINGKATKAN PEMAHAMAN DAN MINAT BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS III SD NEGERI BEDIWETAN KECAMATAN BUNGKAL KABUPATEN PONOROGO Charlina

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI. Oleh : SULASTRI ESTININGSIH NIM. A54A100137

NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI. Oleh : SULASTRI ESTININGSIH NIM. A54A100137 1 UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR MATEMATIKA MATERI PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN BILANGAN BULAT MENGGUNAKAN MODEL TEAM ASSISTIED INDIVIDUALIZATION KOLABORASI DENGAN MEDIA KEPING WARNA PADA SISWA KELAS

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH. Disusun Untuk Memenuhi Sebagai. Persyaratan Guna Mencapai Derajat S-1. Pendidikan sekolah Dasar. Disusun Oleh : Disusun :

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH. Disusun Untuk Memenuhi Sebagai. Persyaratan Guna Mencapai Derajat S-1. Pendidikan sekolah Dasar. Disusun Oleh : Disusun : PENINGKATAN MINAT DAN HASIL BELAJAR IPS DENGAN METODE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION BAGI SISWA KELAS V SD NEGERI 1 TEGALGONDO TAHUN PELAJARAN 2013/2014 NASKAH PUBLIKASI ILMIAH Disusun Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Seting dan Karakteristik Subjek Penelitian Pada bagian ini akan diuraikan mengenai seting tempat, seting waktu, dan karakteristik subjek penelitian. Seting tempat akan membahas

Lebih terperinci

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MELALUI MEDIA PENGGARIS RAPITUNG. Devi Afriyuni Yonanda Universitas Majalengka

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MELALUI MEDIA PENGGARIS RAPITUNG. Devi Afriyuni Yonanda Universitas Majalengka PENINGKATAN HASIL BELAJAR MELALUI MEDIA PENGGARIS RAPITUNG Devi Afriyuni Yonanda deviyonanda1990@gmail.com Universitas Majalengka Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan hasil peningkatan hasil belajar

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hasil Belajar Hasil belajar merupakan suatu puncak proses belajar. Hasil belajar tersebut terjadi terutama berkat evaluasi guru. Hasil belajar dapat berupa

Lebih terperinci

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF STAD PADA SISWA KELAS IV SD INPRES 2 PARIGIMPUU

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF STAD PADA SISWA KELAS IV SD INPRES 2 PARIGIMPUU Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 6 No. 6 ISSN 2354-614X PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF STAD PADA SISWA KELAS IV SD INPRES 2 PARIGIMPUU Saatima

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE PERMAINAN LARI SAMBUNG MATA PELAJARAN PENJASKES UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PADA SISWA KELAS 2 A SDN TANGGUL KULON 03 JEMBER

PENERAPAN METODE PERMAINAN LARI SAMBUNG MATA PELAJARAN PENJASKES UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PADA SISWA KELAS 2 A SDN TANGGUL KULON 03 JEMBER PENERAPAN METODE PERMAINAN LARI SAMBUNG MATA PELAJARAN PENJASKES UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PADA SISWA KELAS 2 A SDN TANGGUL KULON 03 JEMBER Sularmi 40 Abstrak. Pendidikan jasmani merupakan bagian

Lebih terperinci

Samsurijal Sahu. Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako

Samsurijal Sahu. Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Cooperative Learning Tipe Student Team Achievement Division (STAD) Pada Materi Cahaya Dan Sifat-Sifatnya di Kelas V SD Inpres 2 Balantak Samsurijal Sahu Mahasiswa

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGHITUNG ARITMATIKA SOSIAL MELALUI PENERAPAN MODEL STAD. Kasurip

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGHITUNG ARITMATIKA SOSIAL MELALUI PENERAPAN MODEL STAD. Kasurip Dinamika: Jurnal Praktik Penelitian Tindakan Kelas Pendidikan Dasar & Menengah ISSN 0854-2172 SMP N 1 Wonokerto Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah Abstrak Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui metode

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah jenis penelitan PTK kolaborasi, dimana peneliti melakukan penelitian melalui kerja sama antara peneliti

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 17 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Setting dan Karakteristik Subjek Penelitian 3.1.1 Setting Penelitian 3.1.1.1 Tempat Penelitian Tempat atau lokasi penelitian di kelas IV SD Negeri Kalibalik 03 Kecamatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah dasar sebagai jenjang pendidikan formal pertama sistem pendidikan di

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah dasar sebagai jenjang pendidikan formal pertama sistem pendidikan di 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sekolah dasar sebagai jenjang pendidikan formal pertama sistem pendidikan di Indonesia mempunyai tujuan memberikan kemampuan dasar baca, tulis, hitung, pengetahuan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar Pendidikan atau pengajaran di sekolah dikatakan berhasil apabila perubahan-perubahan yang tampak pada siswa harus merupakan akibat dari proses

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pada kurikulum biologi SMP materi sistem gerak yang dipelajari di kelas VIII,

I. PENDAHULUAN. Pada kurikulum biologi SMP materi sistem gerak yang dipelajari di kelas VIII, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada kurikulum biologi SMP materi sistem gerak yang dipelajari di kelas VIII, merupakan salah satu materi pokok dalam pelajaran biologi disekolah. Sistem gerak merupakan

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PENDEKATAN PROBLEM POSING DALAM MEWUJUDKAN ACTIVE JOYFULL EFFECTIVE LEARNING DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA

IMPLEMENTASI PENDEKATAN PROBLEM POSING DALAM MEWUJUDKAN ACTIVE JOYFULL EFFECTIVE LEARNING DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA UNION: Jurnal Pendidikan Matematika Vol 4 No 2, Juli 2016 IMPLEMENTASI PENDEKATAN PROBLEM POSING DALAM MEWUJUDKAN ACTIVE JOYFULL EFFECTIVE LEARNING DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA Mariyoto

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mendorong terjadinya belajar. Pembelajaran dikatakan berhasil apabila tujuantujuan

I. PENDAHULUAN. mendorong terjadinya belajar. Pembelajaran dikatakan berhasil apabila tujuantujuan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran merupakan suatu proses interaksi yang mempengaruhi siswa dalam mendorong terjadinya belajar. Pembelajaran dikatakan berhasil apabila tujuantujuan yang diharapkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pembelajaran Student Teams-Achievement Divisions (STAD) dengan evaluasi tipe

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pembelajaran Student Teams-Achievement Divisions (STAD) dengan evaluasi tipe BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek penelitian merupakan sasaran dari penelitian yang akan dilaksanakan. Objek dari penelitian ini terdiri dari dua variabel terdiri dari variabel terikat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 35 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) yang biasanya disingkat PTK. PTK merupakan suatu penelitian praktis bagaimana

Lebih terperinci

Agusnoto. SD Negeri Ketitangkidul, Kab. Pekalongan, Jawa Tengah

Agusnoto. SD Negeri Ketitangkidul, Kab. Pekalongan, Jawa Tengah Jurnal Penelitian Pendidikan Indonesia (JPPI) Vol. 1, No. 3, Juli 216 ISSN 2477-224 (Media Cetak) 2477-3921 (Media Online) PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN STAD PADA MATERI PERBANDINGAN DAN SKALA SD Negeri

Lebih terperinci

Lia Agustin. Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako ABSTRAK

Lia Agustin. Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako ABSTRAK Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SDN Inpres Pandaluk Pada Materi Penjumlahan Bilangan Bulat Lia Agustin Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Hasil Belajar

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Hasil Belajar BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Hasil Belajar Hasil belajar merupakan perubahan yang diperoleh siswa setelah mengalami aktivitas belajar. Perubahan yang diperoleh tersebut tergantung pada apa yang dipelajari oleh

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. KAJIAN TEORI 1. Hakekat Belajar. a. Pengertian Hasil Belajar Hasil belajar ialah terjadinya perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan

Lebih terperinci

ENDANG SARINI

ENDANG SARINI PENINGKATAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MATERI OPERASI HITUNG BILANGAN BULAT MELALUI MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG ( DIRECT INSTRUCTION ) PADA PESERTA DIDIK KELAS V SD NEGERI 04 WANARATA TAHUN

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 4 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hasil Belajar Menurut (Dimyati, 1999: 250-251 dalam Indra, 2009) hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi, yaitu sisi siswa dan dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern dan mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir

Lebih terperinci

Mahasiswa Prodi Pendidikan Kimia PMIPA FKIP UNS, Surakarta, Indonesia. Dosen Prodi Pendidikan Kimia PMIPA FKIP UNS, Surakarta, Indonesia

Mahasiswa Prodi Pendidikan Kimia PMIPA FKIP UNS, Surakarta, Indonesia. Dosen Prodi Pendidikan Kimia PMIPA FKIP UNS, Surakarta, Indonesia Jurnal Pendidikan Kimia (JPK), Vol. 2 No. 4 Tahun 2013 Program Studi Pendidikan Kimia Universitas Sebelas Maret ISSN 2337-9995 jpk.pkimiauns@ymail.com STUDI KOMPARASI METODE PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Matematika 2.1.1.1 Pengertian Matematika Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kajian Teori

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kajian Teori BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Prestasi Belajar Matematika a. Pengertian Prestasi Pengertian prestasi yang disampaikan oleh para ahli sangatlah bermacammacam dan bervariasi. Hal ini dikarenakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian Quasi eksperimen. Menurut Khasanah (2011:47) penelitian Quasi eksperimen adalah penelitian dimana peneliti menerima

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan menentukan kualitas sumber daya manusia di suatu negara,

I. PENDAHULUAN. Pendidikan menentukan kualitas sumber daya manusia di suatu negara, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan menentukan kualitas sumber daya manusia di suatu negara, sebagaimana yang tercantum dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas pada bab 2 pasal 3 menyatakan:

Lebih terperinci

Kata kata Kunci : Media Pembelajaran Tiga Dimensi, Hasil Belajar, Matematika, Sekolah Dasar.

Kata kata Kunci : Media Pembelajaran Tiga Dimensi, Hasil Belajar, Matematika, Sekolah Dasar. PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN TIGA DIMENSI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA KELAS V SDN 1 ALAS TENGAH SITUBONDO Oleh Ahmad Zubaidi (1) Reki Lidyawati (2) ABSTRAK Guru seharusnya lebih

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) kolaboratif. Menurut Zainal Aqib (2006:13), penelitian tindakan

Lebih terperinci

BAB II Kajian Pustaka

BAB II Kajian Pustaka BAB II Kajian Pustaka 2.1 Kajian Teori Sesuai dengan masalah dan tujuan penelitian, pembahasan landasan teori dalam penelitian ini berisi tinjauan pustaka yang merupakan variabel dari penelitian ini. Kajian

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakekat Pembelajaran Tematik Latar Belakang Pembelajaran Tematik Tematik merupakan suatu bahan kajian yang memiliki objek abstrak dan dibangun melalui proses

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN 4 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hasil Belajar Hasil belajar merupakan suatu puncak proses belajar. Hasil belajar tersebut terjadi terutama berkat evaluasi guru.

Lebih terperinci

Lasyuri, Peningkatan Hasil Belajar...

Lasyuri, Peningkatan Hasil Belajar... PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI OPERASI HITUNG CAMPURAN BILANGAN BULAT MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DENGAN MEDIA SIKATUBIL PADA PESERTA DIDIK KELAS V SD NEGERI 1 GEMAWANG

Lebih terperinci

PUBLIKASI ILMIAH. Oleh: LULUK RIF ATIN A54F100033

PUBLIKASI ILMIAH. Oleh: LULUK RIF ATIN A54F100033 PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR IPA DALAM MENGIDENTIFIKASI SUMBER ENERGI DAN KEGUNAANNYA MELALUI METODE STAD PADA SISWA KELAS III SEMESTER II SD NEGERI 2 RAWOH KECAMATAN KARANGRAYUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

Lebih terperinci

Penerapan Metode Kerja Kelompok Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS Pada Siswa Kelas III di SDN 15 Biau

Penerapan Metode Kerja Kelompok Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS Pada Siswa Kelas III di SDN 15 Biau Penerapan Metode Kerja Kelompok Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS Pada Siswa Kelas III di SDN 15 Biau Sri Wahyuni, Hasdin, dan Nurvita Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Lebih terperinci

Kata-kata Kunci : Model Numbered Head Together (NHT), Media Manik-manik, Aktifitas, Hasil Belajar, Pembelajaran Matematika, Sekolah Dasar

Kata-kata Kunci : Model Numbered Head Together (NHT), Media Manik-manik, Aktifitas, Hasil Belajar, Pembelajaran Matematika, Sekolah Dasar PENERAPAN METODE NUMBERED HEAD TOGETHER ( NHT ) DENGAN MEDIA MANIK-MANIK UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS IV SDN 2 GUNUNG PUTRI SITUBONDO Oleh Ria Dwi

Lebih terperinci

Jamidar Kepala SMP Negeri 2 Sirenja Kab. Donggala Sulawesi Tengah ABSTRAK

Jamidar Kepala SMP Negeri 2 Sirenja Kab. Donggala Sulawesi Tengah ABSTRAK Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw II untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VIII B SMPN 2 Sirenja pada Materi Teorema Pythagoras Jamidar Kepala SMP Negeri 2 Sirenja Kab. Donggala

Lebih terperinci

ekonomi dengan model pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI).

ekonomi dengan model pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI). PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI KELANGKAAN DIKELAS X SMA NEGERI 2 BIREUEN Noventi, Nurul Mahasiswa Pendidikan Ekonomi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. siswa yang relatif banyak membutuhkan teknik tersendiri, yang tentunya

BAB II KAJIAN TEORI. siswa yang relatif banyak membutuhkan teknik tersendiri, yang tentunya BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoretis 1. Pengertian Teknik Pembelajaran Teknik pembelajaran diartikan dapat diatikan sebagai cara yang dilakukan seseorang dalam mengimplementasikan suatu metode secara

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Sehubungan dengan keberhasilan belajar, Slameto (1991: 62) berpendapat. bahwa ada 2 faktor yang mempengaruhi belajar siswa.

BAB II KAJIAN TEORI. Sehubungan dengan keberhasilan belajar, Slameto (1991: 62) berpendapat. bahwa ada 2 faktor yang mempengaruhi belajar siswa. BAB II KAJIAN TEORI A. Landasan Teori 1. Pengertian Belajar Belajar adalah suatu proses yang ditandai adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat ditunjukan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 HAKEKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA 2.1.1 Pengertian Belajar Belajar dan mengajar merupakan dua konsep yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Belajar menunjuk pada apa yang harus

Lebih terperinci

Ikmila Mak ruf, Yusuf Kendek, dan Kamaluddin. Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako ABSTRAK

Ikmila Mak ruf, Yusuf Kendek, dan Kamaluddin. Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako ABSTRAK Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ipa Kelas IV SDN 2 Donggulu Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student-Team Achievement-Division Ikmila Mak ruf, Yusuf Kendek, dan Kamaluddin

Lebih terperinci

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI OPERASI HITUNG BILANGAN BULAT MELALUI MODEL KOOPERATIF STAD DENGAN MEDIA VIDEO

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI OPERASI HITUNG BILANGAN BULAT MELALUI MODEL KOOPERATIF STAD DENGAN MEDIA VIDEO MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI OPERASI HITUNG BILANGAN BULAT MELALUI MODEL KOOPERATIF STAD DENGAN MEDIA VIDEO Defi Selfiana 1), Edy Nurfalah 2), Wendri Wiratsiwi 3) 1) PGSD FKIP Unirow, Tuban;

Lebih terperinci

1) Mahasiswa Prodi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Sebelas Maret 2) Dosen Prodi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Sebelas Maret

1) Mahasiswa Prodi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Sebelas Maret 2) Dosen Prodi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Sebelas Maret Jurnal Pendidikan Kimia, Vol. 2 No. 1 Tahun 2013 Program Studi Pendidikan Kimia Universitas Sebelas Maret 42-47 STUDI KOMPARASI PEMBELAJARAN KIMIA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF METODE TEAMS

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Setting Penelitian Setting dalam penelitian ini menggunakan setting kelas di mana data yang diperoleh berasal dari pengamatan saat proses pembelajaran berlangsung di dalam

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Hamalik (2001, 37) belajar adalah memperoleh. pengetahuan melalui alat indra yang disampaikan dalam bentuk perangsang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Hamalik (2001, 37) belajar adalah memperoleh. pengetahuan melalui alat indra yang disampaikan dalam bentuk perangsang II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Pembelajaran Matematika Belajar merupakan proses perkembangan yang dialami oleh siswa menuju ke arah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2001, 37) belajar adalah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Metode STAD Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok serta di dalamnya menekankan kerjasama.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Pembelajaran Matematika a. Pengertian Matematika merupakan suatu bahan kajian yang memiliki obyek abstrak dan dibangun melalui proses penalaran deduktif,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan perkembangan yang dialami oleh seseorang menuju kearah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan perkembangan yang dialami oleh seseorang menuju kearah 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Belajar dan Pembelajaran Kooperatif 1. Teori Belajar Belajar merupakan perkembangan yang dialami oleh seseorang menuju kearah yang lebih baik. Menurut Sardiman (1986: 22), secara

Lebih terperinci

STUDI KOMPARASI PRESTASI BELAJAR ANTARA SFE DAN MODEL KONVENSIONAL PADA KUBUS DAN BALOK SMP N 39 PURWOREJO

STUDI KOMPARASI PRESTASI BELAJAR ANTARA SFE DAN MODEL KONVENSIONAL PADA KUBUS DAN BALOK SMP N 39 PURWOREJO STUDI KOMPARASI PRESTASI BELAJAR ANTARA SFE DAN MODEL KONVENSIONAL PADA KUBUS DAN BALOK SMP N 39 PURWOREJO Herly Kurniyawan, Bambang Priyo Darminto Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VI SDN Luok Manipi Pada Pokok Bahasan Gaya Melalui Penerapan Metode Demonstrasi

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VI SDN Luok Manipi Pada Pokok Bahasan Gaya Melalui Penerapan Metode Demonstrasi ISSN 5-61X Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VI SDN Luok Manipi Pada Pokok Bahasan Gaya Melalui Penerapan Metode Demonstrasi Jasuri, Muhammad Jamhari, dan Lilies Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan

Lebih terperinci

PROSIDING SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN Inovasi Pembelajaran untuk Pendidikan Berkemajuan FKIP Universitas Muhammadiyah Ponorogo, 7 November 2015

PROSIDING SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN Inovasi Pembelajaran untuk Pendidikan Berkemajuan FKIP Universitas Muhammadiyah Ponorogo, 7 November 2015 PERBEDAAN RERATA HASIL BELAJAR BASIS DATA DENGAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN EKSPLICIT INSTRUCTION DAN PROBLEM BASED LEARNING PADA SISWA JURUSAN TEKNIK KOMPUTER JARINGAN KELAS XII SMK PGRI 4 NGAWI Khusnul

Lebih terperinci

Aminudin 1. SDN Sukorejo 01, Kota Blitar 1

Aminudin 1. SDN Sukorejo 01, Kota Blitar   1 Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Question Student Have (QSH) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Materi Pengukuran pada Siswa Kelas IV Aminudin 1 1 SDN Sukorejo 01, Kota Blitar Email:

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar Bruner beranggapan bahwa belajar dengan menggunakan metode penemuan (discovery) memberikan hasil yang baik sebab anak dituntut untuk berusaha

Lebih terperinci