Bab III METODA PENELITIAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Bab III METODA PENELITIAN"

Transkripsi

1 Bab III METODA PENELITIAN Pada bab ini akan dibahas tentang populasi, sampel, metode pengambilan sampel dan profil perusahaan. Penelian ini menggunakan analisis konjoin sebagai analisis multivariat yang sering digunakan pada riset pemasaran untuk mengetahui preferensi konsumen. 3.1 Profil Perusahaan PT. Lautandhana Investment Management adalah perusahaan efek yang melakukan kegiatan usaha sebagai manajer investasi. PT. Lautandhana Investment Management didirikan pada tahun 2005 berdasarkan Akta Pendirian No. 8, tanggal 4 April Susunan pengurus PT. Lautandhana Investment Management telah diubah dengan Akta No. 193 tanggal 27 Februari Pada tanggal 9 Mei 2008 melalui Keputusan AHU AH terjadi perubahan susunan pemegang saham Perseroan dan penyesuaian seluruh anggaran dasar Perseroan dengan Undang-undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. PT. Lautandhana Investment Management adalah anak perusahaan PT. Lautandhana Securindo yang dibentuk untuk memfokuskan usahanya sebagai manajer investasi. Sebagai pemegang mayoritas, PT. Lautandhana Securindo adalah perusahaan sekuritas yang sudah berdiri sejak tahun 1990 dan pada saat ini 35

2 merupakan salah satu perusahaan sekuritas yang aktif dalam bidang stock broking. Selain itu, PT. Lautandhana Securindo juga menyediakan jasa corporate finance seperti underwriting, merger, acquisition dan financial advisory. Didukung oleh para profesional yang berpengalaman dalam bidangnya, PT. Lautandhana dapat membantu memberi pengarahan dan pengelolaan investasi yang berkualitas kepada para nasabahnya. Sejak bulan September 2005 hingga saat ini, PT. Lautandhana telah mengelola 12 jenis reksadana yaitu sebagai berikut. 1. Reksa Dana Lautandhana Fixed Income 2. Reksa Dana Lautandhana Balance Fund 3. Reksa Dana Lautandhana Equity 4. Reksa Dana Lautandhana UGM Fund 5. Reksa Dana Terproteksi Lautandhana Proteksi I 6. Reksa Dana Terproteksi Lautandhana IYAKKAPI Proteksi I 7. Reksa Dana Terproteksi Lautandhana Proteksi II 8. Reksa Dana Terproteksi Lautandhana Proteksi III 9. Reksa Dana Terproteksi Lautandhana Proteksi IV 10. Reksa Dana Terproteksi Lautandhana Proteksi V 11. Reksa Dana Proteksi Dinamis I 36

3 12. Reksa Dana Proteksi Dinamis II Sedangkan bank kustodian PT. Lautandhana adalah Bank CIMB Niaga. Bank CIMB Niaga adalah bank swasta nasional pertama yang memperoleh persetujuan dari Bapepam dan LK (Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan) sebagai bank kustodian di Pasar Modal, berdasarkan Surat Keputusan Ketua Bapepam Nomor : KEP-71/PM/1991 tanggal 27 Agustus 1991 (Prospektus, 2003, p.11). Bank CIMB Niaga telah menjadi salah satu bank kustodian terkemuka dengan menjadi tempat penitipan kolektif untuk lebih dari 148 reksadana berbentuk KIK, dan telah mengadministrasikan aset senilai lebih dari Rp. 58,9 Triliun. Bank CIMB Niaga juga telah memberikan pelayanan administrasi serta penyimpanan kepada lebih dari 326 nasabah baik luar maupun dalam negeri. Selain itu, Bank CIMB Niaga sudah menorehkan prestasi dengan empat kali berturut-turut mendapat penghargaan sebgai Bank Kustodian teraktif dalam perdagangan obligasi di Bursa Efek Surabaya pada tahun 2003, 2004, 2005 dan 2006 yang diberikan oleh PT. Bursa Efek Surabaya Populasi dan sampel Objek penelitian ini adalah nasabah atau konsumen PT. Lautandhana Investment Management. Hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh 37

4 Ramasamy dan Yeung, dimana objek penelitiannya adalah manajer investasi. Alasan penulis atas perbedaan ini adalah karena kemudahan dalam pengambilan data dan penulis menganggap konsumen lebih sesuai dengan tujuan penelitian itu sendiri. Jumlah nasabah aktif pada PT. Lautandhana Investment Management adalah 150 orang. Tidak ada kriteria khusus pada nasabah yang akan dijadikan sampel penelitian, semua nasabah atau konsumen dapat diminta mengisi kuesioner, atau lebih tepatnya memberi nilai untuk masing-masing stimuli yang disajikan berdasarkan urutan yang kurang mereka sukai hingga yang sangat mereka sukai Metode Pengambilan Sampel Karena demi kemudahan dalam pengambilan sampel, penulis menggunakan Convenience Sampling. Pada Convenience Sampling, peneliti tidak mempunyai pertimbangan lain kecuali berdasarkan kemudahan saja. Dengan kata lain responden yang terpilih karena mereka berada pada saat dan tempat yang tepat (Malhotra (2005;372). Kelebihan teknik Convenience Sampling adalah menghemat biaya dan waktu. Jenis sampel ini sangat baik jika dimanfaatkan untuk penelitian penjajagan, yang kemudian diikuti oleh penelitian lanjutan yang sampelnya diambil secara acak (random). Menurut Malhotra (2005;372) kelebihan pada 38

5 analisis Convenience Sampling adalah unit sample dapat diakses, mudah diukur dan kooperatif. Sedangkan keterbatasan pada metode ini diantaranya adalah kemunculan bias dalam pengambilan keputusan, karena pengambilan sampel tidak melakukan proses seleksi lebih lanjut (Sugiarto dkk (2003;39)). Selain itu, teknik sampling ini menuntut kehati-hatian dalam menerjemahkan hasil penelitian. Pada penelitian ini akan ditetapkan jumlah sample sebesar 30. Karena menurut Hadi (2004;224) jika jumlah sample diatas atau sama dengan 30, secara praktis dapat dipandang sebagai sample besar. Dan menurut Sugiyono (2003;102) ukuran sample yang layak dalam penelitian adalah antara 30 dan Analisis Data Analisis Konjoin adalah teknik analisis multivariat yang khusus digunakan untuk memahami bagaimana responden mengembangkan preferensi terhadap suatu produk atau jasa (Hair et.al. (2010;266)). Analisis konjoin mulai dikembangkan sejak tahun 1970, dan digunakan untuk membantu mendapatkan kombinasi atau komposisi atribut-atribut suatu produk atau jasa yang paling disukai konsumen. Tujuan penggunaan analisis konjoin dalam riset pemasaran adalah mengetahui bagaimana sebenarnya preferensi konsumen terhadap suatu produk dan jasa yang diminati. Produk itu sendiri tidak hanya terdiri dari komponenkomponen fisik penyusunnya, namun lebih merupakan kumpulan dari berbagai 39

6 atribut. Konsumen itu sendiri dapat memberikan perkiraan terbaik tentang preferensi mereka terhadap suatu produk dari atribut penyusunnya. Malhotra (2005;363) mengemukakan bahwa analisis konjoin dapat digunakan untuk beberapa tujuan, seperti yang dijelaskan sebagai berikut. Menentukan kepentingan relatif dari atribut pada proses pemilihan yang dilakukan oleh konsumen. Membuat estimasi pangsa pasar suatu produk tertentu yang berbeda tingkat atributnya. Menentukan komposisi produk yang paling disenangi. Analisis konjoin mengandalkan evaluasi subjektif responden. Pertama, responden akan disajikan dengan stimulus yang terdiri dari kombinasi tingkatan/level atribut, kemudian responden diminta untuk membuat suatu pertimbangan pertukaran (trade-off judgment) atribut. Agar tujuan dari analisis konjoin dapat tercapai, yaitu menentukan kombinasi dari atribut yang paling berpengaruh pada preferensi konsumen dan pengambilan keputusan, evaluasi responden harus menyatakan keinginan dan kesukaan mereka terhadap suatu produk atau jasa. Menurut Malhotra (2005;365) tahapan yang umum dilakukan dalam merancang dan melaksanakan analisis konjoin secara umum ditampilkan dalam Gambar

7 Perumusan Masalah Mengkonsruksikan stimuli Memutuskan bentuk data masukan Memilih prosedur analisis konjoin Menafsirkan hasil analisis Mengkaji keandalan dan validitas Gambar 3.1 Tahapan Analisis Konjoin Tahap 1: Perumusan masalah Pada analisa conjoint, perumusan masalah ditujukan untuk, 1. Identifikasi atribut dan levelnya Atribut yang dipilih harus benar-benar penting dalam mempengaruhi preferensi dan keputusan konsumen. Atribut dapat diidentifikasi melalui diskusi dengan manajemen dan para ahli, menganalisis data sekunder dan sebagainya. Setelah menentukan atribut, level atau tingkatan harus ditentukan. Banyaknya tingkatan atribut menentukan jumlah stimulus yang akan dievaluasi oleh konsumen. Oleh karena itu, penentuan atribut dan levelnya harus seakurat mungkin, untuk menghindari banyaknya stimulus. 41

8 2. Skala level atribut dan model preferensi Level atribut harus yang lazim atau umum berlaku dipasar dan sesuai dengan tujuan studi. Level atribut juga harus memiliki kisaran yang lebih besar daripada yang umum terjadi, tapi tidak begitu besar karena akan mengakibatkan ketidakcocokan dalam mengevaluasi. Atribut dapat berskala kualitatif atau kategori (nominal atau ordinal) atau kuantitatif (interval atau rasio). Atribut yang diukur berdasarkan kategori, fungsi kegunaannya mengandung dugaan part worth untuk setiap levelnya. Sedangkan untuk atribut yang berskala kuantitatif, pendugaan part worth-nya dilakukan melalui teknik pemodelan yang dapat mengakomodasikan sifat-sifat kontinu dari atribut tersebut. Untuk produk reksadana, atribut dan levelnya telah diperlihatkan pada bab II di Gambar 2.2. Tahap 2 : Mengkonstruksi stimuli Menurut Hair (2010;), Malhotra (2005;366) dan Supranto (2004;204), untuk merancang kombinasi taraf atribut, terdapat dua pendekatan yang sering digunakan, yaitu kombinasi berpasangan (pairwise combination) dan kombinasi lengkap (full profile). 1. Kombinasi berpasangan (pairwise combination) 42

9 Pendekatan melalui kombinasi berpasangan atau disebut juga evaluasi dua faktor (two factors evaluations) ini responden diminta untuk mengevaluasi pasangan-pasangan atribut secara bersamaan. Sebagai contoh pada Gambar 3.2 dan Gambar 3.3 dua pasang atribut yang akan dievaluasi responden. Gambar 3.2 berikut merupakan ilustrasi kombinasi berpasangan reksadana, yaitu atribut performa reksadana dan atribut jenis reksadana. Sedangkan pada Gambar 3.3 merupakan ilustrasi kombinasi berpasangan antara atribut ukuran reksadana dan biaya transaksi. Jenis reksadana Fokus satu reksadana Diversifikasi Performa reksadana 1 tahun 5 tahun 3 tahun Gambar 3.2 Pendekatan kombinasi berpasangan antara atribut Jenis reksadana dan Performa reksadana Biaya Transaksi 2% of NAV 3% of NAV 4% of NAV Ukuran reksadana 1 tahun 5 tahun 3 tahun Gambar 3.3 Pendekatan kombinasi berpasangan antara atribut Biaya transaksi dan Ukuran reksadana 43

10 Sedangkan untuk kombinasi lengkap, semua atribut dimunculkan dan responden diminta mengevaluasi kombinasi dari seluruh atribut tersebut. Gambar 3.4 adalah contoh kombinasi lengkap untuk reksadana, yang terdiri dari delapan atribut. A 1. Performa keuangan : Pertumbuhan selama 3 tahun 2. Kualifikasi MI : Profesional 3. Pengalaman MI : diatas 5 tahun 4. Gaya berinvestasi MI : Konservatif 5. Ukuran reksadana : Medium 6. Afiliasi : Pemerintah 7. Jenis reksadana : Diversifikasi 8. Biaya transaksi : 2% Gambar 3.4 Pendekatan kombinasi lengkap antara atribut reksadana Supranto (2004;204) menyatakan bahwa metode kombinasi berpasangan pada dasarnya sangat mudah untuk dilakukan, namun dijumpai beberapa kelemahan. Kelemahannya diantarannya diperlukan lebih banyak evaluasi dibandingkan pendekatan kombinasi lengkap, dan juga menjadi tidak realistis kalau hanya dua atribut yang dievaluasi secara bersama-sama. Sebenarnya kita tidak perlu mengevaluasi seluruh kombinasi yang mungkin ada, dan hal tersebut tidak mungkin dilakukan dalam semua kasus. Malhotra (2005;367) menyatakan bahwa pada metode berpasangan, banyaknya perbandingan pasangan bisa dikurangi 44

11 dengan menggunakan rancangan siklis. Sedangkan pada metode profil penuh, banyaknya stimuli dapat direduksi dengan penggunaan rancangan fraksional yang disebut array orthogonal, yang memungkinkan estimasi yang sesuai untuk semua. Jika dibandingkan, maka metode kombinasi lengkap lebih sering digunakan dibanding metode kombinasi berpasangan. 2. Kombinasi lengkap (Full Profile) Bila faktor dan level faktor yang diteliti tidak terlalu banyak, maka responden akan mengevaluasi semua kombinasi stimuli yang muncul dengan mudah. Pendekatan ini disebut disain faktorial, dimana seluruh kombinasi dapat digunakan. Tetapi semakin banyak faktor dan levelnya, metode ini menjadi tidak praktis. Untuk produk reksadana dengan delapan atribut diperoleh 3 x 2 x 2 x 2 x 3 x 2 x 2 x 3 = 864 stimuli (Supranto (2004;204)). Seperti pada metode kombinasi berpasangan, bahwa tidak mungkin dilakukan evaluasi untuk semua stimuli yang mungkin. Pada metode kombinasi lengkap juga lebih tidak mungkin dilakukan evaluasi karena kemungkinan yang ada sangat banyak. Pada penelitian ini, kemungkinan stimuli berjumalh 864 dengan atribut reksadana yang berjumlah delapan. Menurut Malhotra (2005;367) salah satu cara yang umum dipakai untuk mengurangi kombinasi tersebut adalah orthogonal array yang merupakan bagian dari topik perancangan 45

12 percobaan yakni rancangan faktorial sebagian (fractional factorial design). Melalui perancangan ini akan diperoleh suatu kombinasi atribut yang hanya mengukur efek utamanya saja, sementara interaksi antar aribut tidak terukur atau diabaikan. Namun demikian jumlah stimuli yang terbentuk akan jauh berkurang. Ghozali (2003; ) untuk merancang stimuli reksadana yang terdiri dari 8 atribut dapat digunakan aplikasi SPSS 13 sebagai pendekatan rancangan faktorial sebagian ditulis seperti yang dijelaskan pada Gambar 3.5. Jika perancangan kartu stimuli dibuat dalam SPSS, maka perancangannya dilakukan dengan cara berikut ini. Buka program SPSS, dan biarkan SPSS data dalam keadaan kosong (tidak ada file yang dibuka) Dari menu file, pilih submenu open, lalu pilihan syntax (buka file syntax.sav) Untuk kasus reksadana, akan di ketik seperti berikut. ORTHOPLAN /FACTORS= Performa 'performa reksadana' ('1 thn yang fantastis' 'pertumbuhan konstan dalam 3 thn' ' pertumbuhan di bawah rata2 dalam 5 thn') Kualifikasi 'kualifikasi MI' ('profesional' post graduate ) Pengalaman 'pengalaman MI' (' < 5 thn' ' > 5 thn') Gaya 'gaya investasi MI' ('konservatif' ' agreif') Ukuran 'ukuran reksadana' ('small' 'medium' 'large') Afiliasi 'afiliasi reksadana' ('pemerintah' 'swasta') Jenis 'jenis reksadana' ('fokus satu' 'diversifikasi') Biaya 'biaya transaksi' ('2%' '3%' '4%') /HOLDOUT=0. SAVE OUTFILE='STIMULI.SAV'. Gambar 3.5 Syntax yang digunakan untuk mencari stimuli dengan SPSS 46

13 Keterangan untuk penulisan syntax pada pembuatan stimuli di SPSS 13 adalah sebagai berikut. a. Orthoplan, merupakan command pembuatan stimuli b. Factors, untuk mendeskripsikan faktor-faktor yang akan dibuat stimulinya. Dalam kasus ini, faktor adalah atribut, yang berjumlah 8. c. Penulisan selanjutnya adalah nama dari delapan atribut diatas secara berurutan, dengan tiap atribut diikuti oleh taraf (level) atributnya. Beberapa hal yang harus diperhatikan : - nama faktor tidak boleh lebih dari 8 karakter - penulisan label untuk factor dan label harus dimulai dan diakhiri dengan tanda kutip (... ) d. Holdout, adalah penguji hasil yang didapat nanti. Dalam kasus ini holdout diberi nilai 0, berarti tidak ada stimuli untuk penguji. e. Save Outfile, untuk menyimpan hasil pembuatan stimuli pada file tertentu. Dalam kasus ini diberi nama file STIMULI.SAV Lakukan eksekusi syntax dengan cara dari tampilan SPSS syntax editor, buka menu RUN, lalu pilih ALL Setelah beberapa saat akan muncul tampak output yang tersimpan pada STIMULI.SAV 47

14 Hasil run untuk syntax yang ditulis seperti pada Gambar 3.5 adalah 16 stimuli dan selengkapnya dijelaskan pada tabel berikut ini. Tabel 3.1 Stimuli yang muncul dengan bantuan SPSS 13 Stimuli ke- Performa Kualifikasi Pengalaman Gaya Investasi Ukuran Afiliasi Jenis Biaya Dari beberapa stimuli yang dihasilkan oleh pendekatan rancangan faktorial untuk produk reksadana, akan dituangkan dalam bentuk visual atau kartu bergambar yang memuat masing-masing level. Tujuannya adalah untuk menjelaskan stimuli dengan cara yang lebih baik agar mudah dipahami konsumen. Sebagai contoh, untuk stimuli ke-1 dan stimuli ke-2 dapat digambarkan ke dalam bentuk kartu seperti pada Gambar 3.6 dan Gambar

15 Kartu 1 1. Performa keuangan : Pertumbuhan 1 thn yang fantastis 2. Kualifikasi MI : Post-graduate 3. Pengalaman MI : kurang dari 5 tahun 4. Gaya berinvestasi MI: Agresif 5. Ukuran reksadana : Large 6. Afiliasi : Pemerintah 7. Jenis reksadana : Diversifikasi 8. Biaya transaksi : 2% Nilai : Gambar 3.6. Kartu 1 sebagai stimuli ke-1 Kartu 2 1. Performa keuangan : Pertumbuhan 5 tahun konstan 2. Kualifikasi MI : Post-graduate 3. Pengalaman MI : Lebih dari 5 tahun 4. Gaya berinvestasi MI: Agresif 5. Ukuran reksadana : Medium 6. Afiliasi : Pemerintah 7. Jenis reksadana : Fokus satu jenis 8. Biaya transaksi : 2% Nilai : Gambar 3.7. Kartu 2 sebagai stimuli ke-2 Kartu 1 pada Gambar 3.6 menggambarkan responden yang saat membeli reksadana mempertimbangkan performa reksadana dalam setahun terakhir, manajer investasi yang memiliki pendidikan tinggi, ukuran reksadana yang besar 49

16 serta agresif dan yang berafiliasi dengan pemerintah. Kartu 1 juga menunjukkan biaya reksadana pilihan terkecil yaitu 2%. Mengingat banyak kelemahan dengan pendekatan pasangan kombinasi, seperti yang dijelaskan sebelumnya, maka penggunaan kombinasi lengkap yang tereduksi lebih disukai. Hal ini disebabkan pendekatan kombinasi lengkap memperhatikan aspek trade-off dari level atribut, sehingga validitas yang diperoleh akan lebih tinggi. Tahap 3 : Menentukan betuk data masukan Data yang digunakan pada analisis konjoin menurut Malhotra (2005;367) adalah data nonmetrik dan data metrik. Data nonmetrik adalah data dalam bentuk skala nominal, ordinal atau kategori. Sedangkan data metrik adalah data dalam bentuk skala interval atau rasio. Data nonmetrik Untuk data nonmetrik, biasanya responden diminta untuk mengurutkan evaluasi. Untuk pendekatan kombinasi berpasangan, responden diminta memeringkat seluruh sel setiap matrik berdasarkan profil yang diminati. Sedangkan untuk pendekatan profil penuh, responden diminta memeringkat seluruh stimuli yang terbentuk (Malhotra (2005;367). Secara teori, perangkingan dapat dipandang sebagai evaluasi terhadap faktor-faktor produk, dan dipercaya akan mencerminkan perilaku konsumen dalam situasi nyata. Biasanya, pengurutan dimulai 50

17 dari stimuli yang paling disukai hingga kurang dan tidak disukai. Untuk stimuli yang paling disukai diberi nilai 1 dan seterusnya. Tetapi, jika stimuli terlalu banyak maka responden pada umumnya akan kesulitan mengurutkan stimuli. Untuk mengatasi masalah tersebut dapat dilakukan dengan cara membagi kartu-kartu stimuli menjadi dua atau tiga kelompok, dimana kelompok stimuli tersebut dilakukan sedemikian rupa sehingga ada kelompok yang disukai ataupun kurang disukai. Proses pengurutan dilakukan berdasarkan masing-masing kelompok. Setelah masing-masing kelompok diurutkan, kemudian digabung kembali untuk kemudian dicatat rangking masing-masing stimuli secara keseluruhan. Data metrik Untuk memperoleh data dalam bentuk metrik, responden diminta untuk memberikan rating atau nilai terhadap masing-masing stimuli. Melalui cara ini, responden akan dapat memberikan penilaian terhadap masing-masing stimuli secara terpisah. Bila dibandingkan dengan nonmetrik (rangking), cara rating lebih disukai oleh responden, karena tidak membutuhkan pertimbangan yang terlalu rumit. Tahap 4 : Analisis Data Secara umum model dasar analisis konjoin dapat dituliskan dalam bentuk berikut (Malhotra (2005;368)). 51

18 m i U ( X ) = α x k i= 1 j= 1 ij ij dimana: U(X) α ij k i = Utility total untuk sebuah alternatif = Part worth atau nilai kegunaan dari atribut ke-i taraf ke-j. = Taraf ke-j dari atribut ke-i m x ij = Jumlah atribut = 1 jika tingkat ke-j dari atribut ke-i muncul. = 0 jikat tidak muncul Untuk menentukan tingkat kepentingan atribut ke-i (Ai) ditentukan melalui formula berikut: W i I i = m i= 1 I i x 100% dimana: I i = (max(α ij ) min(α ij )), untuk setiap i. Untuk mengestimasi model dasar tersedia beberapa prosedur (Malhotra (2005;369)). Model yang paling sederhana dan populer adalah dummy variable regression, artinya suatu regresi dimana variabel bebsanya merupakan variabel dummy. Jika suatu atribut memiliki k i tingkatan, maka variabel dummy nya berjumlah ki

19 Karena data yang diperoleh penelitian ini adalah data metrik, rating yang diasumsikan menggunakan skala interval 1-9, dimana angka 1 adalah yang kurang disukai dan 9 adalah yang paling disukai. Maka untuk 16 stimuli yang akan dievaluasi oleh responden seperti terlihat pada tabel berikut ini. Tabel 3.2 Skala Pengukuran Stimuli Stimuli ke Performa Kualifikasi Pengalaman 1 thn fantastis 5 thn konstan 1 thn fantastis 3 thn dibawah normal 5 thn konstan 3 thn dibawah normal 5 thn konstan 5 thn konstan 1 thn fantastis 1 thn fantastis 1 thn fantastis 1 thn fantastis 3 thn dibawah normal 3 thn dibawah normal 1 thn fantastis 1 thn fantastis Gaya Investasi Ukuran Afiliasi Jenis Biaya Skala Profesional < 5 tahun Agresif Large Pemerintah Diversifikasi 2% 1-9 Profesional > 5 tahun Agresif Medium Pemerintah Post- Graduate Post- Graduate Post- Graduate Fokus 1 jenis 2% 1-9 < 5 tahun Agresif Medium Pemerintah Diversifikasi 3% 1-9 > 5 tahun Agresif Large Pemerintah Fokus 1 jenis 4% 1-9 > 5 tahun Konservatif Small Pemerintah Diversifikasi 2% 1-9 Profesional < 5 tahun Konservatif Medium Swasta Post- Graduate < 5 tahun Konservatif Large Swasta Fokus 1 jenis Fokus 1 jenis 2% 1-9 3% 1-9 Profesional < 5 tahun Agresif Small Swasta Diversifikasi 4% 1-9 Profesional > 5 tahun Agresif Small Swasta Post- Graduate Post- Graduate Post- Graduate Post- Graduate Fokus 1 jenis 3% 1-9 > 5 tahun Konservatif Medium Swasta Diversifikasi 4% 1-9 > 5 tahun Agresif Small Swasta < 5 tahun Konservatif Small Pemerintah Fokus 1 jenis Fokus 1 jenis 2% 1-9 2% 1-9 < 5 tahun Agresif Small Swasta Diversifikasi 2% 1-9 Profesional > 5 tahun Konservatif Small Pemerintah Diversifikasi 3% 1-9 Profesional > 5 tahun Konservatif Large Swasta Diversifikasi 2% 1-9 Profesional < 5 tahun Konservatif Small Pemerintah Fokus 1 jenis 4%

20 Kemudian data bisa dianalisis pada tingkat individu ataupun tingkat agregat. Akan tetapi, pihak manajemen pasti lebih menyukai tingkat agregat, karena tidak mungkin melihat analisis tingkat individu yang banyak. Dalam analisis konjoin, yang berperan sebagai variabel tak bebas (variabel dependen) umumnya adalah preferensi atau keinginan untuk membeli. Oleh karena itu, urutan maupun penilaian didasarkan atas kedua hal tersebut (preferensi dan keinginan untuk membeli). Namun, karena proses konjoin bersifat sangat fleksibel maka pembelian secara aktual ataupun pilihan dapat berlaku sebagai variabel tak bebas. Tahap 5 : Hasil analisis dan intepretasinya Dengan bantuan aplikasi SPSS 13, hasil analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pembelian reksadana akan dijelaskan pada bab berikutnya. Tahap 6 : Uji Relialibilitas dan Uji Validitas Supranto (2004) menjelaskan prosedur untuk menilai keandalan dan kesahihan dari analisis konjoin. 1. Ketepatan atau kecocokan dari estimasi model harus dievaluasi, untuk regresi variabel dummy menggunakan nilai Pearson s 2 R. Nilai ini akan menunjukkan seberapa jauh model cocok/tepat untuk data yang dianalisis. 2. Uji keandalan yang diulangi (test-retest reliability) 3. Evaluasi untuk stimuly hold out or validation dapat diprediksi dengan fungsi part-worth yang diestimasi. 54

21 4. Evaluasi yang diprediksi kemudian dapat dikorelasikan dengan yang diperoleh dari responden untuk menentukan internal validity. 5. Jika analisis tingkat/level agregat telah dilakukan, estimation sample dapat dipecah dengan beberapa cara, dan analisis konjoin dilakukan untuk setiapsub sample untuk mengevaluasi stabilitas dari pemecahan analisis konjoin. 55

BAB III ANALISIS KONJOIN. Dalam upaya untuk memprediksi preferensi warga mengenai sistem

BAB III ANALISIS KONJOIN. Dalam upaya untuk memprediksi preferensi warga mengenai sistem BAB III ANALISIS KONJOIN Dalam upaya untuk memprediksi preferensi warga mengenai sistem pengelolaan air yang paling diminati, penelitian secara langsung penulisan ini telah mengarah kepada studi kasus

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Preferensi Konsumen Menurut Kotler dan Armstrong (2006), preferensi konsumen menunjukkan kesukaan konsumen dari berbagai pilihan produk yang ada. Preferensi konsumen berhubungan

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN 3.1 Analisis Kebutuhan Penelitian preferensi konsumen terhadap produk pra bayar CDMA didapatkan dengan menyebarkan kuisioner pada mahasiswa Universitas Bina Nusantara jurusan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analisis Konjoin 2.1.1 Pengertian Analisis Konjoin Kata conjoint menurut para praktisi riset diambil dari kata CONsidered JOINTly. Dalam kenyataannya kata sifat conjoint diturunkan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 6 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Definisi dan Konsep Bimbingan Belajar Masalah belajar merupakan inti dari masalah pendidikan, karena belajar merupakan kegiatan utama dalam pendidikan dan pengajaran. Perkembangan

Lebih terperinci

Tahapan yang umumnya dilakukan dalam merancang dan melaksanakan analisis konjoin secara umum adalah sebagai berikut :

Tahapan yang umumnya dilakukan dalam merancang dan melaksanakan analisis konjoin secara umum adalah sebagai berikut : ANALISIS KONJOIN Analisis konjoin adalah suatu teknik analisis yang dapat digunakan untuk menentukan tingkat kepentingan relatif berdasarkan persepsi pelanggan yang dibawa oleh suatu produk tertentu dan

Lebih terperinci

PENERAPAN ANALISIS KONJOIN PADA PREFERENSI MAHASISWA TERHADAP PEKERJAAN

PENERAPAN ANALISIS KONJOIN PADA PREFERENSI MAHASISWA TERHADAP PEKERJAAN Saintia Matematika ISSN: 2337-9197 Vol. 2, No. 2 (2014), pp. 189 200. PENERAPAN ANALISIS KONJOIN PADA PREFERENSI MAHASISWA TERHADAP PEKERJAAN Wiwit Widyawati Rachmad Sitepu, Normalina Napitupulu Abstrak.

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 19 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Variabel Penelitian Variabel adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek, atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

Lebih terperinci

n = n = BAB 3 HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Sampel Dan Teknik Pengambilan sampel

n = n = BAB 3 HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Sampel Dan Teknik Pengambilan sampel BAB 3 HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Sampel Dan Teknik Pengambilan sampel Responden penelitian ini adalah siswa SMA Negeri 14 Medan. Data jumlah siswa yang diperoleh adalah sebagai berikut: Tabel 3.1 Jumlah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Fungsi Bank Secara umum, Fungsi utama bank adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali ke masyarakat untuk berbagai tujuan atau sebagai financial intermediary.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI.1 Produk Menurut Kotler (004), produk didefinisikan sebagai salah satu yang bisa ditawarkan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen. Jadi produk bisa mencakup aspek fisik seperti

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Nilai Utilitas Teori nilai guna (utilitas) yaitu teori ekonomi yang mempelajari kepuasan atau kenikmatan yang diperoleh seorang konsumen dari mengkonsumsikan barang-barang. Kalau

Lebih terperinci

ANALISIS KONJOIN FULL-PROFILE UNTUK MENGETAHUI FEATURE TELEPON SELULAR YANG IDEAL DIPASARKAN DI KECAMATAN BANYUMANIK SEMARANG

ANALISIS KONJOIN FULL-PROFILE UNTUK MENGETAHUI FEATURE TELEPON SELULAR YANG IDEAL DIPASARKAN DI KECAMATAN BANYUMANIK SEMARANG ANALISIS KONJOIN FULL-PROFILE UNTUK MENGETAHUI FEATURE TELEPON SELULAR YANG IDEAL DIPASARKAN DI KECAMATAN BANYUMANIK SEMARANG Ayu Anastasia Adhi 1, Diah Safitri 2 1) Alumni Program Studi Statistika, Jurusan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini akan dibahas mengenai metodologi yang digunakan dalam penelitian yang dibahas pada karya akhir ini. Metodologi ini terbagi menjadi beberapa bagian yang berkaitan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Laptop Laptop adalah komputer pribadi yang portable atau mudah dibawa kemana-mana. Nama laptop itu sendiri diambil dari cara orang menggunakan komputer pribadi ini. Dahulu komputer

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Gaplek merupakan ubi kayu yang sudah melewati proses pengeringan yang. selanjutnya akan diolah menjadi beras siger

III. METODE PENELITIAN. Gaplek merupakan ubi kayu yang sudah melewati proses pengeringan yang. selanjutnya akan diolah menjadi beras siger III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Gaplek merupakan ubi kayu yang sudah melewati proses pengeringan yang selanjutnya akan diolah menjadi beras siger Beras Siger adalah salah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai mahluk sosial manusia membutuhkan kerjasama, maka dari itu manusia berserikat membentuk suatu tatanan masyarakat berkuasa yang biasa dikenal dengan pemerintahan.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap orang memerlukan pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Peranan pekerjaan sangatlah besar dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, terutama kebutuhan

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian

3 METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian 25 3 METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian adalah di PPI Muara Angke Jakarta karena PPI Muara angke berperan penting dalam pemasaran hasil tangkapan di Jakarta (Gambar 1).

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian adalah suatu lembaga yang memang dirancang khusus untuk pengajaran para murid (siswa) di bawah pengawasan para guru. yang pada dasarnya sebagai sarana untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 9 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Data Menurut Sugiyono (2012:5) data ialah bahan mentah yang perlu diolah sehingga menghasilkan informasi atau keterangan, baik kualitatif maupun kuantitatif yang menunjukkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keinginan konsumen untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari menjadi satu alasan yang kuat untuk membeli suatu produk atau jasa. Sampo merupakan salah satu barang kebutuhan

Lebih terperinci

PREFERENSI WISATAWAN TERHADAP KUNJUNGAN WISATA PULAU SAMOSIR DENGAN ANALISIS KONJOIN. Sari C Kembaren Pengarapen Bangun, Rachmad Sitepu

PREFERENSI WISATAWAN TERHADAP KUNJUNGAN WISATA PULAU SAMOSIR DENGAN ANALISIS KONJOIN. Sari C Kembaren Pengarapen Bangun, Rachmad Sitepu Saintia Matematika ISSN: 2337-9197 Vol. 02, No. 03 (2014), pp. 267 275. PREFERENSI WISATAWAN TERHADAP KUNJUNGAN WISATA PULAU SAMOSIR DENGAN ANALISIS KONJOIN Sari C Kembaren Pengarapen Bangun, Rachmad Sitepu

Lebih terperinci

APLIKASI ANALISIS KONJOIN UNTUK MENGUKUR PREFERENSI MAHASISWA FMIPA USU DALAM MEMILIH PRODUK PASTA GIGI

APLIKASI ANALISIS KONJOIN UNTUK MENGUKUR PREFERENSI MAHASISWA FMIPA USU DALAM MEMILIH PRODUK PASTA GIGI Saintia Matematika Vol. 1, No. 1 (2013), pp. 63 71. APLIKASI ANALISIS KONJOIN UNTUK MENGUKUR PREFERENSI MAHASISWA FMIPA USU DALAM MEMILIH PRODUK PASTA GIGI Syahfitriani Gim Tarigan, Pengarapen Bangun Abstrak.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan adalah lembaga yang diorganisir dan dijalankan untuk menyediakan barang dan jasa dengan tujuan memperoleh keuntungan. Manajemen merupakan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

IV METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kusuma Agrowisata yang terletak di Jalan Abdul Gani Atas Batu, Malang, Jawa Timur. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Data Jumlah Nasabah 4 Bank BUMN pada Tahun No Nama Bank Jumlah Nasabah 1. BRI BNI

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Data Jumlah Nasabah 4 Bank BUMN pada Tahun No Nama Bank Jumlah Nasabah 1. BRI BNI 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat ini dunia perbankan di Indonesia memasuki masa persaingan yang sangat kompetitif. Hal ini disebabkan banyaknya bank yang beroperasi di Indonesia baik yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini era globalisasi menuntut kesiapan yang lebih matang dalam segala hal. Bidang pendidikan merupakan salah satu andalan untuk mempersiapkan sumber daya manusia

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Sepeda motor adalah kendaraan beroda dua yang digerakkan oleh sebuah mesin.

BAB 2 LANDASAN TEORI. Sepeda motor adalah kendaraan beroda dua yang digerakkan oleh sebuah mesin. 9 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Sepeda Motor Sepeda motor adalah kendaraan beroda dua yang digerakkan oleh sebuah mesin. Letak kedua roda sebaris lurus dan pada kecepatan tinggi sepeda motor tetap

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang BAB III METODE PENELITIAN 3.. Metode yang digunakan Dalam penelitian ini, jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Defenisi dan Konsep Organisasi Kemahasiswaan Organisasi menurut Stoner adalah pola hubungan-hubungan yang melalui mana orang-orang di bawah pengarahan manajer mengejar tujuan bersama.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tentang Pasar Modal, maka mulailah bermunculan instumen investasi bernama

I. PENDAHULUAN. tentang Pasar Modal, maka mulailah bermunculan instumen investasi bernama I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beberapa saat setelah disahkannya Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, maka mulailah bermunculan instumen investasi bernama Reksa Dana, yang merupakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Reksa Dana, yang merupakan salah satu instrumen alternatif berinvestasi di pasar

I. PENDAHULUAN. Reksa Dana, yang merupakan salah satu instrumen alternatif berinvestasi di pasar I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beberapa saat setelah disahkannya Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, maka mulailah bermunculan instumen investasi bernama Reksa Dana, yang merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mencermati semakin tingginya kebutuhan manusia akan perumahan dan

BAB I PENDAHULUAN. Mencermati semakin tingginya kebutuhan manusia akan perumahan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Mencermati semakin tingginya kebutuhan manusia akan perumahan dan permukiman sehat yang layak huni serta pentingnya sumber daya manusia berkualitas di masa

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2013

KUESIONER PENELITIAN FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2013 LAMPIRAN 1. Kuesioner Penelitian KUESIONER PENELITIAN FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2013 Dengan Hormat, Dalam rangka melengkapi data yang diperlukan untuk penelitian

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. membeli saus sambal botol di Bandar Lampung meliputi kajian mengenai

METODE PENELITIAN. membeli saus sambal botol di Bandar Lampung meliputi kajian mengenai III. METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian pengambilan keputusan rumah tangga dalam membeli saus sambal botol di Bandar Lampung meliputi kajian mengenai atribut-atribut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Selain komputer yang harus disambungkan dengan listrik atau biasa disebut desktop personal computer (PC), ada pula komputer yang menggunakan baterai atau disebut portable

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan merupakan penelitian komparatif (Sugiyono, 2009:99) dimana

III. METODELOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan merupakan penelitian komparatif (Sugiyono, 2009:99) dimana III. METODELOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian dan Sumber Data 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan merupakan penelitian komparatif (Sugiyono, 2009:99) dimana penelitian ini bersifat menjelaskan

Lebih terperinci

Perbandingan Tingkat Kemudahan Tiga Metode Konjoin pada Preferensi Mahasiswa terhadap Kualitas Dosen STIS

Perbandingan Tingkat Kemudahan Tiga Metode Konjoin pada Preferensi Mahasiswa terhadap Kualitas Dosen STIS SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY S - Perbandingan Tingkat Kemudahan Tiga Metode Konjoin pada STIS Fitri Catur Lestari Sekolah Tinggi Ilmu Statistik fitricaturlestari@stis.ac.id

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Defenisi dan Konsep Kepemimpinan Kepemimpinan mempunyai arti yang berbeda pada pendapat setiap orang. Kebanyakan defenisi mengenai kepemimpinan mencerminkan asumsi bahwa kepemimpinan

Lebih terperinci

PREFERENSI MAHASISWA IPB TERHADAP MATA KULIAH METODE STATISTIKA MENGGUNAKAN ANALISIS KONJOIN

PREFERENSI MAHASISWA IPB TERHADAP MATA KULIAH METODE STATISTIKA MENGGUNAKAN ANALISIS KONJOIN PREFERENSI MAHASISWA IPB TERHADAP MATA KULIAH METODE STATISTIKA MENGGUNAKAN ANALISIS KONJOIN (Studi Kasus: Mahasiswa IPB Program Strata Satu yang Mengambil Mata Kuliah Metode Statistika 2009/2010) EKA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian a. Makinta Growth Fund b. Panin Dana Maksima c. Trim Syariah Saham

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian a. Makinta Growth Fund b. Panin Dana Maksima c. Trim Syariah Saham BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian a. Makinta Growth Fund Makinta Growth Fund merupakan reksa dana yang dikelola oleh Makinta Securities. Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Objek Penelitian Komposisi Investasi Komposisi Investasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Objek Penelitian Komposisi Investasi Komposisi Investasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Objek Penelitian 1.1.1 PT. Trimegah Asset Management PT. Trimegah Asset Management merupakan anak perusahaan dari PT. Trimegah Securities Tbk, salah satu perusahaan sekuritas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi dan industri membawa dampak bagi kehidupan manusia terutama dunia usaha pada saat ini. Di samping itu banyaknya usaha yang bermunculan baik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 11 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bangsa yang besar adalah bangsa yang berpendidikan. Keberhasilan suatu bangsa ditentukan oleh seberapa majunya pendidikan bangsa tersebut. Pada saat ini kondisi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang-undang Pasar Modal No.8 Tahun 1995, pasal 1 ayat (27).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang-undang Pasar Modal No.8 Tahun 1995, pasal 1 ayat (27). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pengertian Reksa Dana Menurut Undang-undang Pasar Modal No.8 Tahun 1995, pasal 1 ayat (27). Reksa dana adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. swasta maupun milik negara mengalami kerugian yang cukup besar. Untuk

I. PENDAHULUAN. swasta maupun milik negara mengalami kerugian yang cukup besar. Untuk I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Akibat krisis perbankan pada awal 1998, sebagian besar bank nasional baik swasta maupun milik negara mengalami kerugian yang cukup besar. Untuk menutup kerugian tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. investasi mereka. Pada dasarnya investasi pada Reksa Dana bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. investasi mereka. Pada dasarnya investasi pada Reksa Dana bertujuan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Reksa Dana merupakan salah satu alternatif investasi yang semakin berkembang saat ini. Salah satu upaya menarik minat investor domestik di pasar modal dapat dilakukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Uji kruskal-wallis merupakan salah satu pengujian dari statistik nonparametrik. Perhitungan dari uji kruskal-wallis dilakukan dengan menggabungkan semua subjek dan

Lebih terperinci

ANALISIS KONJOIN: METODE FULL PROFILE DAN CBC UNTUK MENELAAH PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP PILIHAN PEKERJAAN

ANALISIS KONJOIN: METODE FULL PROFILE DAN CBC UNTUK MENELAAH PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP PILIHAN PEKERJAAN , April 2007, p: 8-17 ISSN : 0853-8115 ANALISIS KONJOIN: METODE FULL PROFILE DAN CBC UNTUK MENELAAH PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP PILIHAN PEKERJAAN Vol 12 No.1 Hari Wijayanto dan Yenni Angraeni Departemen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1 Single Index Model Pada dasarnya Single Index Model menyederhanakan masalah portofolio dengan mengkaitkan hubungan antara setiap saham dalam portofolio

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan belajar siswa/siswi zaman sekarang sangat berbeda pada zaman era tahun 1970-an. Di era zaman tersebut siswa dan guru sangat sejalan didalam bidang pendidikan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengeksplorasi komponen struktur

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengeksplorasi komponen struktur BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Dalam penelitian sebelumnya terdapat beberapa penelitian yang dilakukan yang berkaitan dengan topik penelitian kali ini. Penelitian tersebut dapat dijelaskan

Lebih terperinci

KRITERIA SISTEM PEMBELAJARAN MENURUT MAHASISWA AKADEMI STATISTIKA (AIS) MUHAMMADIYAH SEMARANG

KRITERIA SISTEM PEMBELAJARAN MENURUT MAHASISWA AKADEMI STATISTIKA (AIS) MUHAMMADIYAH SEMARANG Statistika, Vol. 2, No. 2, November 214 KRITERIA SISTEM PEMBELAJARAN MENURUT MAHASISWA AKADEMI STATISTIKA (AIS) MUHAMMADIYAH SEMARANG 1 Safa at Yulianto, 2 Atik Khoiriyah 1,2 Akademi Statistika Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keuangan (financial assets) merupakan salah satu bentuk dari investasi selain

BAB I PENDAHULUAN. keuangan (financial assets) merupakan salah satu bentuk dari investasi selain BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Investasi pada pasar modal merupakan salah satu cara bagi masyarakat pemodal untuk memperoleh keuntungan dengan cepat. Investasi pada aktiva keuangan (financial assets)

Lebih terperinci

ANALISIS CONJOINT PAIRWISE-COMPARISON

ANALISIS CONJOINT PAIRWISE-COMPARISON ANALISIS CONJOINT PAIRWISE-COMPARISON UNTUK MENGETAHUI TINGKAT KEPENTINGAN ATRIBUT JASA BIRO PERJALANAN WISATA (Studi Kasus Beberapa SMA Negeri di Kabupaten Klaten) SKRIPSI Oleh: GALIH MARASETA WHP 24010210120029

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Pendekatan objektif menganggap perilaku manusia disebabkan oleh kekuatan-kekuatan

BAB 3 METODE PENELITIAN. Pendekatan objektif menganggap perilaku manusia disebabkan oleh kekuatan-kekuatan BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan dan Metodologi 3.1.1 Pendekatan Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan objektif. Pendekatan objektif menganggap perilaku manusia disebabkan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Sejarah Singkat Kartu Prabayar GSM (Global System for Mobile)

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Sejarah Singkat Kartu Prabayar GSM (Global System for Mobile) BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sejarah Singkat Kartu Prabayar GSM (Global System for Mobile) Di zaman globalisasi seperti ini perkembangan ilmu pengetahuan dalam bidang teknologi informasi dan komunikasi semakin

Lebih terperinci

PASAR MODAL INDONESIA

PASAR MODAL INDONESIA PASAR MODAL INDONESIA Struktur Pasar Modal Indonesia Menteri Keuangan Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM-LK) Bursa Efek (BEI) Lembaga Kliring dan Penjamin (KPEI) Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian (KSEI)

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif asosiatif

BAB 3 METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif asosiatif BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif asosiatif hubungan kausal. Menurut Sugiyono (2010 : 53), Penelitian deskriptif adalah penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumber pembiayaan bagi perusahaan dan alternatif investasi bagi para. (Pratomo dan Ubaidillah Nugraha, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. sumber pembiayaan bagi perusahaan dan alternatif investasi bagi para. (Pratomo dan Ubaidillah Nugraha, 2009). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasar modal merupakan salah satu pilar ekonomi di Indonesia yang dapat menjadi penggerak perekonomian nasional melalui peranannya sebagai sumber pembiayaan bagi

Lebih terperinci

PERBANDINGAN HASIL STIMULI RESPON NON METRIK DAN METRIK PADA METODE KONJOIN ERHADAP PREFERENSI KUALITAS DOSEN

PERBANDINGAN HASIL STIMULI RESPON NON METRIK DAN METRIK PADA METODE KONJOIN ERHADAP PREFERENSI KUALITAS DOSEN E-ISSN 2527-9378 Jurnal Statistika Industri dan Komputasi Volume 2, No. 2, Juli 2017, pp. 136-144 PERBANDINGAN HASIL STIMULI RESPON NON METRIK DAN METRIK PADA METODE KONJOIN ERHADAP PREFERENSI KUALITAS

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat Penelitian Penelitian dilakukan terhadap Perusahaan Efek yang menjadi anggota Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan para investor yang berkedudukan di Jakarta. Alasan pemilihan

Lebih terperinci

Analisis Conjoint Pemilihan Smartphone pada Mahasiswa Teknik Industri UNS

Analisis Conjoint Pemilihan Smartphone pada Mahasiswa Teknik Industri UNS Analisis Conjoint Pemilihan Smartphone pada Mahasiswa Teknik Industri UNS Nanang Prasdika 1), Pringgo Widyo Laksono 2) 1) 2) Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sebelas Maret Jl.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pilihan instrumen investasi. Menurut Tandelilin (2010, h.1), investasi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. pilihan instrumen investasi. Menurut Tandelilin (2010, h.1), investasi merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Investor dihadapkan pada berbagai pilihan dalam menentukan sumber daya yang dimiliki untuk konsumsi saat ini atau di investasikan pada berbagai jenis pilihan instrumen

Lebih terperinci

Bab 3 METODE PENELITIAN

Bab 3 METODE PENELITIAN 27 Bab 3 METODE PENELITIAN 3.1 Disain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan jenis studi kasus. Menurut Sugiyono (2004, p11), Penelitian deskriptif adalah penelitian

Lebih terperinci

Aprisya Falahearlya. Pasar dan Lembaga Keuangan SUMMARY Reksadana (Mutual Fund) By : Aprisya Falahearlya

Aprisya Falahearlya. Pasar dan Lembaga Keuangan SUMMARY Reksadana (Mutual Fund) By : Aprisya Falahearlya Pasar dan Lembaga Keuangan SUMMARY Reksadana (Mutual Fund) By : Aprisya Falahearlya Pengertian Reksa Dana Menurut UU No.8 tahun 1995 tentang Pasar Modal, Reksa Dana adalah wadah yang dipergunakan untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Jenis, Sumber, dan Metode Pengumpulan Data

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Jenis, Sumber, dan Metode Pengumpulan Data BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan cara kerja memahami bagaimana suatu penelitian dilakukan, yaitu dengan alat apa dan prosedur bagaimana suatu penelitian dilakukan (Wasito, 1995:16).

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Reksa Dana 2.1.1 Pengertian Reksa Dana Berdasarkan Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal, reksa dana adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari Bursa Efek Indonesia (BEI) atau idx.com dan website masing-masing perusahaan. Objek dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Kerangka Pikir Kerangka pikir menggambarkan kerangka utama yang digunakan dalam menganalisis kajian yang dilakukan dalam tesis ini. Kegiatan penelitian ini dimulai dari

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Bab 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Bab 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam upaya meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang bermutu, bidang pendidikan memegang peranan penting. Dengan pendidikan diharapkan kemampuan mutu pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 10 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam upaya meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang bermutu, bidang pendidikan memegang peranan penting. Dengan pendidikan diharapkan kemampuan mutu pendidikan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN 35 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Jenis penelitian menurut metode, penulis menggunakan penelitian survey. Menurut Siregar (2013 : 10), Penelitian survey adalah penelitian yang tidak melakukan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian assosiatif. Menurut Sugiyono (2008:

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian assosiatif. Menurut Sugiyono (2008: BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Disain Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian assosiatif. Menurut Sugiyono (2008: p55), penelitian assosiatif adalah suatu pertanyaan penelitian yang bersifat

Lebih terperinci

ANALISIS KONJOIN TERHADAP PREFERENSI PENGGUNA LAYANAN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

ANALISIS KONJOIN TERHADAP PREFERENSI PENGGUNA LAYANAN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG ANALISIS KONJOIN TERHADAP PREFERENSI PENGGUNA LAYANAN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG Tugas Akhir disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Ahli Madya Program Studi Statistika Terapan

Lebih terperinci

ANALISIS KONJOIN UNTUK PENENTUAN PREFERENSI SISWA TERHADAP ATRIBUT BIMBINGAN BELAJAR

ANALISIS KONJOIN UNTUK PENENTUAN PREFERENSI SISWA TERHADAP ATRIBUT BIMBINGAN BELAJAR ANALISIS KONJOIN UNTUK PENENTUAN PREFERENSI SISWA TERHADAP ATRIBUT BIMBINGAN BELAJAR Bagus Sumargo ; Deby Wardoyo ABSTRACT Studying at a state university in Indonesia can be a dream for high school graduate

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Selama bulan Januari hingga Agustus 2008, bursa saham dunia mengalami penurunan yang berdampak pada pelaku lantai bursa, dunia usaha, dan perekonomian di berbagai negara

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. yang disesuaikan dengan tujuan penelitian sehingga dapat melakukan analisis. Berikut. Jenis dan Metode. pelanggan.

BAB 3 METODE PENELITIAN. yang disesuaikan dengan tujuan penelitian sehingga dapat melakukan analisis. Berikut. Jenis dan Metode. pelanggan. BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Untuk mengetahui jenis penelitian yang dilakukan, digunakan desain penelitian yang disesuaikan dengan tujuan penelitian sehingga dapat melakukan analisis.

Lebih terperinci

ANALISIS KONJOIN UNTUK MENILAI PEMBUKAAN PROGRAM STUDI STATISTIKA DI UNIVERSITAS SYIAH KUALA. Abstrak

ANALISIS KONJOIN UNTUK MENILAI PEMBUKAAN PROGRAM STUDI STATISTIKA DI UNIVERSITAS SYIAH KUALA. Abstrak ANALISIS KONJOIN UNTUK MENILAI PEMBUKAAN PROGRAM STUDI STATISTIKA DI UNIVERSITAS SYIAH KUALA Asep Rusyana, Nanny Salwa, Muzamil, Jurusan Matematika FMIPA Unsyiah arusyana@yahoo.com Abstrak Analisis konjoin

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengumpulan Data 4.1.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini hanya dibatasi di kalangan konsumen teh kemasan dengan umur antara 15 22 tahun di wilayah Jakarta saja. Hal

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu wahana untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia karena keberhasilan dunia pendidikan sebagai faktor penentu tercapainya tujuan

Lebih terperinci

Preferensi Mahasiswa Terhadap Mata Kuliah Statistika Matematika Menggunakan Analisis Konjoin

Preferensi Mahasiswa Terhadap Mata Kuliah Statistika Matematika Menggunakan Analisis Konjoin Prosiding SI MaNIs (Seminar Nasional Integrasi Matematika dan Nilai Islami) Vol.1, No.1, Juli 2017, Hal. 414-418 p-issn: 2580-4596; e-issn: 2580-460X Halaman 414 Preferensi Mahasiswa Terhadap Mata Kuliah

Lebih terperinci

Oleh : Lisa Soemarto, MA, RIFA, RFC. Editor : Yosephine P. Tyas, S.Kom, MM, RFA

Oleh : Lisa Soemarto, MA, RIFA, RFC. Editor : Yosephine P. Tyas, S.Kom, MM, RFA Oleh : Lisa Soemarto, MA, RIFA, RFC Editor : Yosephine P. Tyas, S.Kom, MM, RFA Daftar Isi Pengantar 3-4 Produk Bank 5 Mengapa kita perlu Berinvestasi? 6 Produk Investasi Pasar Modal - Saham 7 Produk Investasi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 9 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Lingkungan Investasi 2.1.1 Pengertian Investasi Lingkungan investasi meliputi berbagai jenis sekuritas atau efek yang ada, di mana dan bagaimana mereka diperjualbelikan. Proses

Lebih terperinci

, April 2011 p : 17-26 ISSN : 0853-811 Vol 16 No.1 PREFERENSI MAHASISWA IPB TERHADAP MATA KULIAH METODE STATISTIKA MENGGUNAKAN ANALISIS KONJOIN (Bogor Agricultural University Student s Preference towards

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan 15 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Restoran cepat saji adalah salah satu industri di dunia yang berkembang dengan cepat, khususnya di area perkotaan, sebagai tanggapan terhadap gaya

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. angka dan dianalisis dengan teknik statistik. Jika dilihat dari karakteristik masalah

BAB III METODOLOGI. angka dan dianalisis dengan teknik statistik. Jika dilihat dari karakteristik masalah BAB III METODOLOGI 3.1 Jenis Penelitian Berdasarkan penelitian dan analisis data, penelitian ini termasuk ke dalam penelitian kuantitatif sebab penelitian menggunakan data yang dinyatakan dalam angka dan

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN SALINAN KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN NOMOR: KEP- 262/BL/2011 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan (pihak yang membutuhkan dana) melalui penjualan saham, obligasi,

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan (pihak yang membutuhkan dana) melalui penjualan saham, obligasi, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di era globalisasi ini, pasar modal mulai menunjukkan peranan penting dalam menggerakkan dana dari pemodal (pihak yang kelebihan dana) kepada perusahaan (pihak yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Tipe penelitian dalam penelitian ini adalah tipe penelitian yang bersifat

BAB III METODE PENELITIAN. Tipe penelitian dalam penelitian ini adalah tipe penelitian yang bersifat BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Tipe penelitian dalam penelitian ini adalah tipe penelitian yang bersifat descriptive research. Descriptive Research bertujuan menguji hipotesis penelitian

Lebih terperinci

ANALISIS PREFERENSI MAHASISWA FMIPA USU TERHADAP PRODUK HANDPHONE DENGAN MENGGUNAKAN ANALISIS KONJOIN

ANALISIS PREFERENSI MAHASISWA FMIPA USU TERHADAP PRODUK HANDPHONE DENGAN MENGGUNAKAN ANALISIS KONJOIN Saintia Matematika Vol. 1, No. 2 (2013), pp. 187 197. ANALISIS PREFERENSI MAHASISWA FMIPA USU TERHADAP PRODUK HANDPHONE DENGAN MENGGUNAKAN ANALISIS KONJOIN Rifalin Delustia Purba Open Darnius, Pasukat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Reksa Dana merupakan salah satu alternatif investasi yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. Reksa Dana merupakan salah satu alternatif investasi yang semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Reksa Dana merupakan salah satu alternatif investasi yang semakin berkembang saat ini. Salah satu upaya menarik minat investor domestik di pasar modal dapat dilakukan

Lebih terperinci

III. METODE KAJIAN A. Pengumpulan Data

III. METODE KAJIAN A. Pengumpulan Data III. METODE KAJIAN A. Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan beberapa metode, teknik dan sumber. Data yang digunakan dalam kajian ini adalah data primer dan sekunder yang bersifat kualitatif

Lebih terperinci

Pendekatan Conjoint Analysis untuk Mengukur Tingkat Preferensi Mahasiswa terhadap Layanan Sistem Informasi Akademik di UIN Yogyakarta

Pendekatan Conjoint Analysis untuk Mengukur Tingkat Preferensi Mahasiswa terhadap Layanan Sistem Informasi Akademik di UIN Yogyakarta JURNAL FOURIER April 2012, Vol. 1, No. 1, 1-9 ISSN 2252-763X Pendekatan Conjoint Analysis untuk Mengukur Tingkat Preferensi Mahasiswa terhadap Layanan Sistem Informasi Akademik di UIN Yogyakarta Epha Diana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masa yang akan datang. Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa. memberikan keuntungan tertentu di masa yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. masa yang akan datang. Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa. memberikan keuntungan tertentu di masa yang akan datang. BAB I 1.1 Latar Belakang PENDAHULUAN Di zaman yang serba moidern ini investasi sudah menjadi salah satu kebutuhan yang sangat penting bagi masyarakat. Menurut Sharpe (2005: 1) investasi merupakan pengorbanan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Reksadana Definisi Reksadana menurut UU Pasar Modal No.8/1995 adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan

Lebih terperinci

PENGERTIAN DAN INSTRUMEN PASAR MODAL ANALISIS PORTOFOLIO DAN INVESTASI ANDRI HELMI M, SE., MM.

PENGERTIAN DAN INSTRUMEN PASAR MODAL ANALISIS PORTOFOLIO DAN INVESTASI ANDRI HELMI M, SE., MM. PENGERTIAN DAN INSTRUMEN PASAR MODAL ANALISIS PORTOFOLIO DAN INVESTASI ANDRI HELMI M, SE., MM. PENGERTIAN PASAR MODAL Bursa efek merupakan arti fisik dari pasar modal. Pada tahun 2007, Bursa Efek Jakarta

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mempengaruhi dan dipengaruhi dari variabel-variabel yang diteliti. Dalam hal

BAB III METODE PENELITIAN. mempengaruhi dan dipengaruhi dari variabel-variabel yang diteliti. Dalam hal BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Desain penelitian ini adalah riset kausal, yaitu riset yang memiliki tujuan utama untuk membuktikan hubungan sebab akibat atau hubungan mempengaruhi dan

Lebih terperinci

Bab 3 METODE PENELITIAN

Bab 3 METODE PENELITIAN Bab 3 METODE PENELITIAN 3.1. Pendekatan dan Metodologi Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode kuantitatif. Dengan metode kuantitatif ini diharapkan dapat memberikan penjelasan mengenai perilaku

Lebih terperinci