PERAN PENGUASAAN KOSAKATA DALAM KINERJA BAHASA DAN IMPLIKASINYA DALAM KURIKULUM DAN PEMBELAJARAN BAHASA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERAN PENGUASAAN KOSAKATA DALAM KINERJA BAHASA DAN IMPLIKASINYA DALAM KURIKULUM DAN PEMBELAJARAN BAHASA"

Transkripsi

1 PERAN PENGUASAAN KOSAKATA DALAM KINERJA BAHASA DAN IMPLIKASINYA DALAM KURIKULUM DAN PEMBELAJARAN BAHASA Haerazi Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris, FPBS IKIP Mataram ABSTRAK: Tujuan yang ingin dicapai oleh pemelajar bahasa ditentukan dan ditulis ketika pembentukan desain kurikulum. Kurikulum bahasa menjadi titik penentu akan kesadaran pentingnya pengajaran suatu komponen bahasa. Taruhlah misalnya desain kurikulum yang menekankan pengajaran bahasa pada meaning-focused input, maka sudah dipastikan penguasaan kosakata menjadi tumpuannya. Penentuan tingkat kosakata juga sudah pasti dipertimbangkan dalam desain kurikulum bahasa. Teks bacaan dianggap sulit bukan karena banyaknya paragraf yang disajikan akan tetapi karena tingkat kosakatanya. Pembelajaran bahasa yang memfokuskan pada kosakata maka perlu mempertimbangkan tingkat kosakata apakah itu: high-frequency word, academic words, dan technical words. Eksistensi kosakata dalam desain kurikulum menjadi pertimbangan yang kuat untuk menentukan tingkat materi ajar yang disajikan. Kosakata menjadi penting karena dapat dirasakan bahwa pemahaman seseorang dapat bertambah ketika mengetahui arti sebuah kata, menguasai kosakata dapat meningkatkan keterampilan berbahasa untuk semua aspek. Di samping itu, penentuan metodologi pengajaran kosakata apakah secara implicit atau eksplisit juga penting dipertimbangkan dalam praktiknya. Mengajarkan satu keterampilan bahasa bukan berarti meninggalkan keterampilan yang lain. Pemaduan pengajaran keterampilan berbahasa dipastikan menjadi penting untuk menambah pembendaharaan kosakata pembelajar bahasa. Kata Kunci: Penguasaan Kosakata, Kinerja Bahasa, Kurikulum Bahasa, dan Pembelajaran Bahasa. PENDAHULUAN Penguasaan kosakata adalah kemampuan yang paling vital yang harus dikuasai dalam berbahasa. Dengan tanpa kemampuan memahami dan mempergunakan kosakata bahasa, seseorang tidak akan bisa berbahasa, sekalipun berbahasa dengan bahasa pertamanya apalagi bahasa Asing. Kemampuan memahami kosakata belum tentu diringi dengan memiliki kemampuan mempergunakan kosakata. Penguasaan kosakata juga dapat dikatakan bersifat reseptif dan produktif, yaitu kemampuan untuk memahami dan mempergunakan kosakata. Kemampuan memahami kosakata terlihat dalam kegiatan membaca dan menyimak, sedangkan kemampuan mempergunakan kosakata tampak dalam kegiatan menulis dan berbicara. Kosakata, pembendaharaan kata, atau leksikon adalah kekayaan kata yang dimiliki oleh atau terdapat dalam suatu bahasa. Pengajar dan pembelajar bahasa serta perencana bahasa semestinya mempertimbangkan bagaimana urgensi penguasaan kosakata. Penutur semua bahasa tidak ada yang memiliki kemampuan 100% menguasai dan mempergunakan kosakata bahasa yang dipelajarinya. Sulit untuk dibantah bahwa penutur asli suatu bahasa sekalipun tidak memiliki kemampuan penguasaan kosakata secara sempurna apakah itu kemampuan reseptif maupun produktif, karena bahasa selalu akan berubah mengiringi perkembangan pemikiran penuturnya sehingga menciptakan kosakata-kosakata baru. Penguasaan kosakata dalam semua keterampilan berbahasa memiliki peran yang sangat menentukan kompetensi berbahasa si pembelajar bahasa. Oleh karena itu, pengajaran kosakata (teaching vocabulary) semestinya langsung dikaitkan dengan kemampuan reseptif dan produktif bahasa secara keseluruhan. Misalnya, bagaimana pembelajar bahasa Asing memahami kata-kata sulit dan ungkapan yang terdapat dalam sebuah bacaan dalam pembelajaran membaca (teaching reading skill) dan begitu juga keterampilan lainnya. Keinginan untuk menulis cerita tidak akan dapat dinyatakan bila penguasaan kosakata tidak memadai. Dengan memiliki peran cukup sentral dalam semua domain keterampilan berbahasa, maka perwujudan peran ini dipastikan mempengaruhi pembentukan kurikulum bahasa. Demikian halnya, penguasaan kosakata juga dipastikan mempengaruhi proses pembelajaran untuk 463

2 semua keterampilan berbahasa, baik keterampilan reseptif maupun produktif. Eksistensi kosakata dalam desain kurikulum menjadi pertimbangan yang kuat untuk menentukan tingkat materi ajar yang disajikan. Kosakata menjadi penting karena dapat dirasakan bahwa pemahaman seseorang dapat bertambah ketika mengetahui arti sebuah kata, menguasai kosakata dapat meningkatkan keterampilan berbahasa untuk semua aspek. Di samping itu, penentuan metodologi pengajaran kosakata apakah secara implicit atau eksplisit juga penting dipertimbangkan dalam praktiknya. Mengajarkan satu keterampilan bahasa bukan berarti meninggalkan keterampilan yang lain. Pemaduan pengajaran keterampilan berbahasa dipastikan menjadi penting untuk menambah pembendaharaan kosakata pembelajar bahasa. Dalam rangka mengetahui peran kosakata dalam pembelajaran dilakukan penelitian yang bersifat survey dengan ditopang beberapa teori dan hasil observasi, tujuannya adalah mengetahui penguasaan kosakata baik yang bersifat reseptif maupun produktif dan bagaimana implikasi penguasaan kosakata dalam pembentukan ataupun perencanaan kurikulum, serta implikasinya dalam pembelajaran bahasa. PEMBAHASAN Untuk mengetahui secara mendalam dan komprehensif peran penguasaan kosakata dalam kinerja bahasa dan bagaimana implikasi penguasaan kosakata dalam penyusunan kurikulum dan pembelajaran bahasa, maka dalam makalah ini perlu disajikan tentang hakikat kosakata dalam kinerja bahasa, sejarah kosakata dalam pembelajaran bahasa, pengaruh kosakata dalam kurikulum bahasa, dan pengaruh kosakata dalam pembelajaran bahasa masa kini. 1. Hakikat Kosakata Jackson and Ze Amvela (2000: 49) mendefinisikan kosakata sebagai kata yang didaftarkan dalam kamus, dipisahkan lewat spasi dalam penulisan dan dipisahkan lewat jeda dalam berbicara. Menurut Kridalaksana (2001: 127) kosakata (atau disebutnya dengan leksikon) adalah; (1) komponen bahasa yang memuat semua informasi tentang makna dan pemakaian dalam bahasa, (2) kekayaan kata yang dimiliki oleh si pembicara atau penulis suatu bahasa; dan (3) daftar kata yang disusun seperti kamus tetapi dengan penjelasan yang singkat dan praktis. Untuk semua ini, pengajaran bahasa pada prinsipnya adalah membelajarkan pembelajar bahasa agar dapat memiliki keterampilan berbahasa yang meliputi keterampilan menyimak, membaca, berbicara, dan menulis. Semua keterampilan berbahasa tersebut memerlukan penguasaan kosakata yang memadai yang kemudian diwujudkan dalam kalimat-kalimat. Pengertian kosakata yang lebih rinci lagi diberikan oleh Soejito (1992: 1), yaitu: Kosakata (kumpulan kata) dapat diartikan sebagai berikut: (1) semua kata yang terdapat dalam satu bahasa; (2) kekayaan kata yang dimiliki oleh seorang pembicara atau penulis; (3) kata yang dipakai dalam suatu bidang ilmu pengetahuan; (4) daftar kata yang disusun seperti kamus disertai penjelasan secara singkat dan praktis. Jadi, dari beberapa pendapat dapat disimpulkan bahwa kosakata atau kumpulan kata adalah daftar kata-kata yang dimiliki oleh seseorang dan dipakai dalam bidang ilmu pengetahuan. Kosakata bahasa acapkali mengalami perkembangan seiring dengan perkembangan pengetahuan penuturnya. Menguasai tata bahasa Inggris tentunya bukanlah sesuatu yang mudah, namun bukan berarti juga sulit dipelajari. Logikanya untuk bisa menguasai sebuah bahasa, langkah pertama yang harus diambil adalah dengan menguasai banyak kosakata. Jadi, jika Anda tergolong baru dalam mempelajari tata bahasa Inggris, maka perbanyaklah kosakata terlebih dahulu. Hakikat kosakata adalah untuk dapat digunakan dalam berbahasa apakah untuk keterampilan reseptif ataukah untuk kepentingan produktif. Tidak ada orang yang menghafal atau mempelajari kosakata bahasa tertentu dengan susah payah hanya untuk disimpan saja dalam otaknya. Menghafal atau mempelajari kosakata bahasa tertentu mestinya memiliki keinginan untuk digunakan apakah itu untuk mendapatkan informasi (reseptif) atau menuturkan bahasa tersebut (produktif). 2. Sejarah Kosakata dalam Pengajaran Bahasa Pengajaran kosakata bahasa dimulai pada abad kedua, pada sekolah tingkat anak, anak romawi untuk bisa membaca diajari penguasaan alphabet bahasa Yunani, kemudian pada tingkat selajutnya diajari suku kata (syllables), kata-kata (words), dan dihubungkan ke 464

3 ranah wacana (discourse). Selanjutnya, siswa diberikan teks-teks berbahasa yunani yang bervariasi dengan tujuan untuk memperkaya pengusaan kosakata siswa (Bowen, Madsen, & Hilferty, 1985). Jadi, pada tahap ini pengajaran kosakata hanya ditujukan untuk memahami teks bahasa tulis dan dapat diasumsikan bahwa keberadaan kosakata (lexis) dianggap penting dalam pengusaan bahasa dan sangat dianggap mustahil mendapatkan informasi dari teks bacaan bila tanpa pengembangan dan penguasaan kosakata. Sama halnya dengan anak Romawi, setiap penutur Asing berusaha mencari cara yang terbaik untuk menguasai bahasa Romawi terutama tulisan. Mulai saat itu, penekanannya adalah pada ranah tulisan romawi kuno. Karena dalam bentuk tulisan maka setiap pembelajar bahasa ini mendekatinya dengan penguasaan kosakata bahasa romawi. Untuk menguasainya maka setiap orang memiliki cara tersendiri untuk memperkaya pemahaman kosakata. Akhirnya, pendekatan pengajaran kosakata bahasa memiliki perspektif yang berbedabeda (Jack C. Richard, 2000). Penguasaan kosakata adalah satu-satunya jalan untuk dapat memahami teks bahasa, walaupun untuk mengajarkan kosakatanya dengan cara-cara yang berbeda. Pada periode pertengahan, penekanan pada ranah kosakata mulai dianggap tidak berhasil dalam memahami teks-teks bahasa Yunani. Pada periode inilah muncul pengajaran yang menekankan pada tata bahasa (grammar) untuk memahami bahasa Latin. Pengajaran yang berpusat pada tata bahasa berlanjut sampai pada masa Renaissance walaupun ada beberapa pengajar bahasa yang menentangnya. Misalnya, pada tahun 1611, William menulis sebuah makalah yang tulisannya dalam pembelajarn bahasa Yunani masih terfokus pada pemerolehan kosakata dengan menampilkan pepatah/peribahasa (proverb) bahasa yunani dan setiap kosakata itu disederhanakan dan ditampilkan dengan mencari kosakata yang maknanya sama (homonym) dalam konteks kalimat. Kuatnya pandangan tentang penguasaan kosakata adalah suatu yang vital dalam pengajaran bahasa, maka para ahli bahasa pun juga tidak tinggal diam untuk mempertahankan model pengajaran kosakata bahasa. Usaha-usaha yang dibuat adalah antara lainnya dengan menerbitkan kamus bahasa Inggris yang berjudul Dictionary of the English Language yang ditulis oleh Samuel Jhonson pada tahun 1755 di mana kamus ini menjadi rujukan pembelajar bahasa Inggris. Kamus kosakata bahasa Inggris ini juga dilengkapi dengan phonetic symbol untuk memudahkan pembaca. Dalam kasus ini, banyak penulis buku grammar bahasa inggris dan bahasa asing lainnya menyandarkan konsepnya pada tata bahasa Latin sebagai bentuk pandangan untuk mengurangi dominasi kosakata. Misalnya, pada tahun 1762 muncul buku yang ditulis oleh Robert Lowth dengan judul: A short Introduction to English Grammar. Robert Lowth berpandangan bahwa mempelajari tata bahasa suatu bahasa itu dapat diterima secara umum. Teori ini seiring berjalannya waktu dikenal dengan teori tatabahasa preskriptif (prescriptive grammar). Bukubuku tentang tata bahasa diterbitkan sebagai usaha untuk mengurangi dominasi pengajaran kosakata. Akhirnya, keberadaan tatabahasa dan kosakata suatu bahasa adalah suatu hal yang sangat menentukan makna maka kedua ini dalam catatan sejarah perjalanan metodologi pembelajaran bahasa menjadi suatu hal yang diperhitungkan. Misalnya, setelah itu muncul metode Grammar- Translation yang secara tidak langsung memadukan antara tatabahasa dan kosakata untuk menerjemahkan suatu bahasa ke bahasa lainnya. Pada metode ini keberadaan tatabahasa menjadi paling diperhatikan dibandingkan kosakata, karena metode ini lahir untuk mengetahui informasi-informasi dalam karya sastra kuno di mana kosakatakosakata yang ada dianggap usang atau tidak dipakai dalam berkomunikasi. Sehingga akhir tahun 1940, metode ini hanya cocok untuk menganalisa bahasa dan dianggap gagal untuk membuat pembelajar mampu menggunakan bahasa yang dipelajarinya. Pendekatan bahasa berbasis makna seharusnya selalu menempatkan kosakata sebagai peran penting dalam pembelajarannya, namun tidak demikian halnya dalam CLT (Communicative Language Teaching) yang lebih menitik beratkan perhatiannya pada fungsi bahasa sebagai alat komunikasi. CLT memberikan sedikit perhatiannya bagaimana mengatur pengajaran kosakata. Menurut Coady (1993 dalam Jack C. Ricahrd, 2000: 14) bahwa 465

4 cara kerja pemerolehan kosakata bahasa target dalam CLT sama dengan pemerolehan kosakata bahasa pertama. Pendekatan bahasa komunikatif dari tahun 1970-an sampai 1990 oleh Jack C. Richard dianggapa sebagai CLT klasik (Classical Communicative Language Teaching) dan setelah itu dari tahun an sampai sekarang digolongkan sebagai CLT mutakhir (Current Communicative Language Teaching). Yang menjadi perbedaan metode ini dari dulu sampai sekarang adalah pada aktivitas pembelajarannya. Rancangan desain pembelajarannya, misalnya, kosakata atau grammar apa yang harus diajarkan pada tingkat beginning, intermediate, advanced level, dan seterusnya, maka penentuan ini harus ditentukan pada desain silabusnya (Syllabus Design). Selanjutnya, dengan metode apa konten-konten silabus tersebut cocok diajarkan maka hal ini harus melihat pada metodologi pembelajaran bahasanya. 3. Implikasi Kosakata dalam Kurikulum Bahasa Dalam catatan tulisan para ahli bahasa, baik dalam hal pembelajaran bahasa dan evaluasi pengajaran berbahasa, penekanan awal yang ditekankan adalah penguasaan kosakata. Nunan (2000: 116) mengemukakan bahwa keberadaan pengajaran penguasaan kosakata dalam kurikulum bahasa memiliki peran yang bervariasi pada masa perkembangan metodologi pengajaran bahasa. Misalnya, pada era tahun 1950-an dan 1960-an ketika metode audio-lingual mendominasi metodologi pembelajaran bahasa, pengajaran kosakata diabaikan atau tidak terlalu dipedulikan. Pengajaran kosakata mulai dianggap penting untuk diajarkan ketika metode pembelajaran mengarah kepada pendekatan pengajaran bahasa komunikatif. Kosakata, sebagai bagian dari kompetensi komunikatif memerlukan perhatian yang layak. Perkembangan kurikulum bahasa di Indonesia masih dipengaruhi oleh perkembangan metodologi pengajaran bahasa di Eropa. Pada beberapa dekade, prinsip pengajaran bahasa terfokus pada pengajaran kosakata, kemudian diganti dengan munculnya pendekatan penerjemahan tata bahasa (grammar translation approach) yang mencoba menyeimbangkan antara pengajaran tata bahasa dan kosakata (Nunan, 2000: 116). Berbeda dengan pandangan tata bahasa, metode audiolingual mensarankan bahwa pengajaran bahasa harus lebih ditekankan dari sekedar pada pengajaran kosakata. Aliran ini menyakini bahwa bila pembelajar bahasa telah mampu meninternalisasi polapola bahasa yang ia pelajari, maka dengan sendirinya kemampuan mengembangkan kosakata akan mampu dikuasai kemudian. Aliran ini dalam beberapa seminar bahasa tingkat internasional di Indonesia, dianggap tidak tepat dalam pengajaran bahasa Asing, misalnya bahasa Inggris sebagai bahasa asing. Aliran yang menyakini bahwa bila pembelajar bahasa telah mampu meninternalisasi pola-pola bahasa yang ia pelajari, maka dengan sendirinya kemampuan mengembangkan kosakata akan mampu dikuasai kemudian adalah untuk diterapkan bagi Negara yang bahasa Inggris sebagai bahasa kedua atau bahkan untuk bahasa pertamanya. Jadi, untuk Indonesia pengajaran bahasa Asing tidak bisa mengikuti pandangan ini bahkan dianggap salah kamprah. Penentuan desain pengajaran bahasa ditentukan dalam kurikukulum bahasa. Kurikulum bahasa selalu mencatat tiga hal yang selalu berhubungan dalam pembelajaran bahasa dengan tanpa mengabaikan keberadaan yang lain, yaitu tata bahasa (grammar), kosakata (vocabulary), dan ejaan (spelling). Ketiga hal ini selalu menjadi acuan ketika ingin menentukan sebuah wacana itu sulit atau tidak, atau menjadi acuan ketika penentuan level pemelajar bahasa. Ketiga hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut. a. Tata Bahasa (Grammar) Keberadaan tata bahasa sangat menentukan sebuah kebermaknaan sebuah komunikasi. Harmer (2007: 12) mengemukakan bahwa the grammar of a language is the description of the ways in which words can change their forms and can be conbined into sentences in that language. Jadi, tata bahasa adalah deskripsi cara di mana kata-kata dapat mengubah bentuknya dan dapat dikombinasikan menjadi kalimat dalam bahasa tersebut. Dalam system komunikasi, jika aturan bahasa tidak dilakukan atau dilanggar, maka proses komunikasi akan menjadi sulit berjalan. Konstruksi kurikulum bahasa harus menentukan pandangan teori bahasa yang mana yang digunakan, sehingga pemahaman tentang tata 466

5 bahasa tidak menjadi kontroversial. Misalnya, pandangan strukturalis menganggap bahasa sebagai sebuah struktur sehingga pengajaran tata bahasa identik dengan dengan pengajaran struktur yang sering terpisah dari konteksnya. Evaluasinya pun menjadi deskrit. Pendekatan komunikatif melihat bahasa sebagai alat komunikasi dan bahasa dapat bermakna bila dalam konteks sehingga pembelajaran tata bahasa pun harus dalam muara pencapaian kompetensi komunikatif. b. Kosakata (Vocabulary) Scott Thornbury (1999: 13) menjelaskan bahwa without grammar, little can be conveyed, without vocabulary, nothing can be conveyed. Jadi, tanpa tata bahasa sedikit dapat disampaikan, tanpa kosakata tidak ada yang dapat disampaikan. Kebaradaan kosakata menjadi penentu makna pesan yang dinformasikan. Wacana atau sebuah teks yang dapat membedakannya dengan wacana atau teks yang lain adalah pada kosakatanya. Pemelajar bahasa dapat membedakan tingkat kesulitan sebuah teks yang dibaca atau ditulis bukan pada panjang pendeknya wacana tersebut, akan tetapai pada kosakatanya. Kurikulum bahasa selalu memposisikan kosakata bahasa menjadi acuan penting selain dari tata bahasa (grammar). Pengajarannya pun memiliki variasi yang berbeda dengan pengajaran yang lain, lebih-lebih pada pengajaran bahasa komunikatif. Dalam strategi pengajaran kosakata secara tradisional diberikan keistimewaan secara khusus untuk tujuan memperkaya penguasaan kosakata, karena hal ini penting terutama untuk pembelajaran bahasa Asing. Dalam konteks pengajaran komunikatif, pengajaran kosakata tetap dilakukan dalam konteks. Pengajaran kosakata dalam kurikulum bahasa yang komunikatif dapat dilakukan dengan berbagai cara. Misalnya, Brown (2000: ) memberikan penjelasan tentang ramburambu pembelajaran kosakata dalam konteks komunikatif yaitu; (1) ada waktu khusus untuk pembelajaran kosakata, (2) siswa belajar kosakata dalam konteks, (3) meminimalisasi penggunaan kamus bilingual, (4) pemelajar didorong untuk mengembangkan strategi menebak kata, dan (5) melibatkan pembelajaran kosakata yang tidak terencana. c. Ejaan (Spelling) Untuk bahasa Asing, ejaan merupakan komponen yang perlu dikuasai dalam kompetensi bahasa bila berhubungan dengan bahasa tulis dan jika menulis adalah tujuan. Harmer (2007: ) menyebutkan bahwa kompetensi grammatikal hanya berkaitan dengan tata bahasa dan kosakata saja. Ejaan baru menjadi penting apabila distingtif atau bisa membedakan arti. Dalam pembelajaran bahasa dan kurikulum bahasa, ejaan dimasukkan dalam pengajaran kosakata pada ranah pengucapan (pronunciation) kosakata. Jadi, ketiga hal tersebut, yaitu tatabahasa, kosakata, dan ejaan menjadi penting dipertimbangkan dan saat ini dalam kurikulum bahasa, ketiga ini dijadikan acuan untuk pengajaran keempat kompetensi berbahasa. Dalam perkembangan kurikulum bahasa berikutnya mencatat bahwa penekanan pengajaran bahasa baik pada tata bahasa (grammar), pelafalan (pronunciation), dan kosakata (voabulary) mereflesikan dengan munculnya pengajaran bahasa tradisional abad ke-19 oleh IPA (International Phonetic Association). Prinsip inilah kemudian yang mencerminkan ciri khas dari metode audio-lingual, mendukung pengajaran induktif tatabahasa (inductive teaching of grammar), dan menekankan pada komunikasi sehari-hari dan penggunaan bahasa target secara langsung di kelas (disebut: direct method), hal ini lebih baik dibandingkan dengan metode terjemahan (Nunan, 2009: 117). 4. Kosakata dalam Pembelajaran Keterampilan Berbahasa a. Implikasi Kosakata dalam Keterampilan Membaca Penguasaan kosakata adalah suatu hal yang harus diakui memainkan peran penting dalam memahami bacaan. Dalam membaca teks berbahasa asing misalnya, tanpa penguasaan kosakata yang cukup memadai maka siswa akan mengalami kesulitan untuk mendapatkan informasi yang terkandung dalam teks. Dengan kesadaran ini maka ada cara-cara yang dikembangkan untuk meningkatkan 467

6 kosakata, misalnya Extensive Reading Program, yang selanjutnya disebut ERP, bukanlah sesuatu hal yang baru. Di Indonesia, ERP telah diimplementasikan di jurusan Sastra Inggris dan sangat bermanfaat bagi mahasiswa jurusan sastra untuk menguasai kesastraan Asing yang lebih banyak menekankan pengajarannya pada penguasaan kesusastraan berbahasa Inggris. Selain penerapan extensive reading dikenal juga istilah intensive reading yang sama-sama mensyaratkan pengusaan kosakata dan sekaligus dijadikan sebagai teknik pengajaran keterampilan membaca untuk meningkatkan kosakata. Extensive Reading sangat berbeda dengan Intensive Reading. ER biasanya diberikan di luar kelas dengan materi reading yang sangat banyak, sedangkan intensive reading adalah kegiatan yang dilakukan di dalam kelas dengan dipandu oleh seorang instruktur atau guru. ER harus memuat dua unsur, yakni easy dan interesting. Maksudnya, materi bacaan yang dengan kosakata dan tata bahasa disesuaikan dengan kompetensi linguistik siswa serta daya tariknya terhadap materi tersebut. Hal ini berbeda dari Intensive Reading, yang materinya terdiri atas beberapa lembar bacaan dan ditujukan untuk mengidentifikasi ide pokok (main idea), dan membedakan antara informasi yang penting dan yang tidak. Namun tetap diakui bahwa dengan penguasaan kosakata semata kegiatan tujuan membaca juga tidak dapat tercapai dengan tanpa pengetahuan tatabahasa yang memadai. Bacaan dianggap sulit bukan karena panjang pendeknya wacana yang dibaca akan tetapi karena tingkat kesulitan memahami kosakatanya. Menurut Paul Nation dan Teresa Chung (dalam Michel H. Long, 2009: 544) bahwa penguasaan kosakata untuk memahami teks dalam majalah dibutuhkan kosakata sekitar 8000 kosakata, untuk memahami film-film anak dibutuhkan kosakata sekitar 6000 kosakata, untuk memahami percakapan dibutuhkan kosakata sekitar 7000 kosakata, dan untuk memahami teks novel diperlukan kosakata sekitar 9000 kosakata sebagai mana dalam daftar tabel berikut ini. Type of Text Vocabulary size Children s words movies Conversation words Newspapers words Novels words Jadi, kemampuan penguasaan kosakata bahasa Inggris sebagai Asing memiliki peran besar terhadap kemampuan seseorang memahami bacaan teks berbahasa asing. Menguasai kosakata bahasa Asing tidak mudah dilakukan oleh pemelajar bahasa sehingga membutuhkan berbagai strategi pembelajaran keterampilan membaca dalam rangka untuk memperkaya pembendaharaan kosakata siswa. Keterampilan membaca sangat mensyaratkan akan kemampuan siswa dalam menguasai kosakata-kosakata yang bersifat reseptif. b. Implikasi Kosakata dalam Keterampilan Menyimak Pengajaran bahasa yang menggunakan pendekatan terpadu akan memadukan pengajaran berbicara dan menyimak. Kedua keterampilan ini sudah tentu mensayaratkan kemampuan pembelajarnya untuk menguasai kosakata, tatabahasa, dan pengucapannya (pronunciation). Menguasai banyak kosakata, tetapi tidak menguasai cara mengucapkannya akan menghambat kemampuan menyimak informasi yang didengar. Brown & Yule (David Nunan, 2000: 24) menjelaskan bahwa dalam desain syllabus dan kurikulum bahasa terkait pengajaran menyimak bahwa yang menjadikan sulit memahami sebuah ujaran itu adalah konten yang dibicarakan. Karena konten berkaitan dengan kosakata, tata bahasa, struktur informasi, dan latar belakang pengetahuan penyimak. Jeremy Harmer (2007: 272) menjalaskan bahwa dalam pengajaran keterampilan bahasa yang reseptif, pengajaran kosakata menjadi penting. Misalnya, ketika pengajaran keterampilan membaca dan menyimak maka disajikan pengarajaran preteaching vocabulary untuk pemahaman teks yang akan dibaca dan disimak. Penyajian ini dimaksudkan bahwa membaca dengan tanpa penguasaan kosakata yang memadai atau memiliki kemampuan terbatas akan mempersulit pembelajar bahasa memahami 468

7 bacaannya, dan begitu juga untuk kegiatan menyimak. Dalam kegiatan menyimak pada pre-teaching vocabulary dikenalkan secara eksplisit bagaimana kosakata itu diucapkan. Aktivitas ini untuk membantu pembelajara bahasa membiasakan mendengarkan bunyi-bunyi kosakata. Posisi kosakata dan tatabahasa menjadi bagian penting dalam pengajaran menyimak. Menyimak ujaran yang memuat sebuah informasi tidak hanya memerlukan kecakapan pengetahuan topik pembicaraan, akan tetapi bagaimana struktur informasi itu disampaikan. Struktur informasi tersebut hanya dapat diketahui bila memiliki penguasaan struktur tata bahasa dan kosakata yang memadai juga. c. Implikasi Kosakata dalam Keterampilan Menulis Kosakata memiliki peranan yang sangat penting dalam pembelajaran menulis, misalnya karya ilmiah, karena pada dasarnya kegiatan menulis adalah kegiatan menyusun kata-kata menjadi rangkaian kalimat yang berarti atau bermakna. Untuk mengembangkan ide dalam menulis karya ilmiah dibutuhkan banyak kumpulan kata dan pengetahuan tentang kata-kata yang digunakan tersebut. Misalnya, peserta didik ingin mengembangkan topik tentang pencemaran lingkungan, maka semua kata yang berkaitan dengan pencemaran dan lingkungan harus dikuasai dengan baik oleh peserta didik. Hal ini dimaksudkan agar ide dan gagasan yang dikembangkan dalam menulis karya ilmiah memiliki kesatuan yang utuh antara satu kalimat dengan kalimat yang lainnya. Dengan menguasai kata-kata yang saling berkaitan tentang suatu topik akan membantu peserta didik menulis karya ilmiah yang logis dan bermakna. Untuk memperkaya kosakata peserta didik banyak cara yang dapat dilakukan, diantaranya: (1) memperkenalkan sinonim dan antonim kata atau frase, (2) memperkenalkan imbuhan, (3) mengira dan mereka-reka makna kata dari konteks, (4) menjelaskan arti sesuatu yang abstrak dengan mempergunakan bahasa daerah, (5) meningkatkan minat baca peserta didik, membaca dapat memperkaya kosakata peserta didik (Usman, 1980: 21). Kajian makna yang berkaitan dengan pembelajaran dan pengembangan kosakata peserta didik dapat berupa sinonim, antonim, homonim, hiponim, dan hipernim. Dalam kajian semantik kelima istilah itu disebut dengan relasi makna. Manaf (2010: 97) menyatakan bahwa kajian tentang sinonim, antonim, homonim, hiponim dapat digunakan untuk mengembangkan kosakata pemakai bahasa. Sinonim merupakan kata-kata yang memiliki makna dasar yang sama. Tarigan (1986:17) mengatakan bahwa sinonim adalah kata-kata yang mengandung makna pusat yang sama tetapi berbeda dalam nilai rasa, atau dapat dikatakan bahwa sinonim merupakan kata-kata yang mempunyai denotasi yang sama tetapi berbeda dalam konotasi. Manaf (2010:80-81) mengutip pendapat Cruse yang mengartikan sinonim sebagai pasangan atau kelompok butir leksikal yang mengandung kemiripan makna antara satu dengan yang lain, contoh meninggal, gugur, mangkat, wafat, mati, dan mampus. Dalam pembelajaran menulis karya ilmiah, sinonim membantu peserta didik untuk menghindari pengulangan kata dan penggunaan kata yang berlebihan. Pemahaman terhadap sinonim membantu peserta didik memperkaya wawasannya tentang suatu kata. Dan mempermudah peserta didik dalam mengembangkan ide atau gagasan. Sementara itu, antonim yang merupakan bagian dari pembelajaran kosakata juga memiliki peranan penting dalam menulis karya ilmiah. Antonim adalah kata yang mengandung makna yang berlawanan dengan kata yang lain. Antonim merupakan suatu cara yang efektif untuk meningkatkan kosakata peserta didik (Tarigan, 1985:37). Misalnya kata bagus berantonim dengan kata buruk, kata besar berantonim dengan kata kecil. Pemahaman tentang antonim dapat membantu peserta mengelompokkan dan menggunakan dengan tepat kata-kata yang berlawanan makna dalam menulis karya ilmiah. 469

8 d. Implikasi Kosakata dalam Keterampilan Berbicara Penguasaan kosakata sangat penting dalam komptensi berbicara, semakin kaya kosakata yang dimiliki oleh seseorang semakin besar pula keterampilan seseorang dalam berbahasa. kemampuan penguasaan kosakata sebagaimana dalam landasan teori yang digunakan di makalah ini bahwa penguasaan kosakata dibagi kedalam dua kelompok yaitu: penguasaan kosakata reseptif dan produktif. Penguasaan reseptif adalah proses mamahami apa-apa yang dituturkan oleh orang lain, reseptif diartikan sebagai penguasaan pasif. Penguasaan produktif adalah proses mengkomunikasikan ide, pikiran, perasaan melalui bentuk kebahasaan. Penguasaan kosakata dalam aktivitas dan kehidupan sehari-hari mempunyai peranan yang sangat besar, karena buah pikiran seseorang hanya dapat dimengerti dengan jelas oleh orang lain jika diungkapkan dengan menggunakan kosakata. Selanjutnya Pustejovsky dalam Fahrudin dan Jamaris (2005: 12) mengemukakan bahwa kapasitas bahasa seseorang merupakan refleksi dari kemampuannya untuk menggolongkan dan menunjukkan makna kata tertentu. Kosakata merupakan salah satu komponen penting dalam pengajaran bahasa apapun termasuk bahasa Inggris. Kosakata mempunyai peranan yang sangat vital, karena jika seorang siswa lemah dalam penguasaan kosakata, la tidak dapat mengkomunikasikan pikiran dan idenya dengan jeias seperti yang diinginkannya baik lisan maupun tulisan. la tidak bisa mengutarakan secara sempurna apa yang ingin ia sampaikan saat dia berbicara atau menulis. Demikian juga ia tidak dapat mengerti dengan baik isi teks yang ia baca karena ia kekurangan kosa kata yang membentuk kalimat yang diucapkan secara lisan dan tulisan serta untuk membaca serta mendengarkan berita atau percakapan dari berbagai sumber. Sudah merupakan pendapat umum, memiliki kosakata yang memadai merupakan modal atau kendaraan untuk lancarnya berkomunikasi (Adil Al-Kufashi,1988). Lebih lanjut Jeremy Harmer (1991) menganalogkan jika bahasa itu merupakan sebatang tubuh, structure merupakan tulang yang membentuk rangka sedangkan kosakata atau vocabulary merupakan daging yang membuat tubuh mempunyai bentuk. Dengan demikian seorang tidak akan dapat berkomunikasi dalam bahasa sasaran kalau penguasaan kosakatanya tidak memadai. Penguasaan terhadap kosakata sangat diperlukan oleh setiap pemakai bahasa, selain merupakan alat penyalur gagasan, penguasaan terhadap sejumlah kosakata dapat memperlancar untuk mendapatkan informasi yang diperlukan melalui komunikasi lisan maupun tulisan. Misalnya, seseorang yang memiliki kemampuan dalam menggunakan bahasa, baik lisan maupun tulisan setidaknya ia telah memiliki tingkat penguasaan kosakata yang cukup memadai. Jika tidak, komunikasi yang dilakukan tidak akan berjalan lancar dan sempurna. Keterampilan penguasaan kosakata dapat berupa keterampilan reseptif dan juga produktif. Kedua keterampilan penguasaan kosakata penting dikuasai oleh pembelajar bahasa. SIMPULAN Penguasaan kosakata adalah kemampuan yang paling urgen dan krusial yang harus dikuasai dalam berbahasa. Berdasarkan pembahasan terkait dengan keberadaan kosakata dalam kinerja bahasa dan implikasinya dalam kurikulum dan pembelajaran bahasa, maka dapat disimpulkan bahwa; 1. Pengusaan kosakata dalam kinerja berbahasa memainkan peran yang sangat penting, baik itu untuk kegiatan reseptif maupun produktif. Dengan tanpa penguasaan kosakata yang memadai, pembelajar bahasa sulit untuk mampu melakukan kegiatan reseptif dan produktif. Oleh karena itu, pengajaran kosakata (teaching vocabulary) harus langsung dikaitkan dengan kemampuan reseptif dan produktif bahasa secara keseluruhan. 2. Arah kurikulum bahasa selalu mempertimbangkan tujuan pengajaran bahasa yang ingin dicapai. Konten apa yang perlu disajikan mengarah kepada desain sillabus yang dibuat, dengan metode apa konten itu disampaikan bergantung pada metodologi, dan aktivitas apa yang menyenangkan buat siswa bergantung pada 470

9 task-task yang disusun. Kesemua hal ini dianggap mudah atau sulit dijanlankan bergantung pada kemampuan berbahasa siswa. Kurikulum bahasa selalu mencatat tiga hal yang selalu berhubungan dalam pembelajaran bahasa dengan tanpa mengabaikan keberadaan yang lain, yaitu tata bahasa (grammar), kosakata (vocabulary), dan ejaan (spelling). Ketiga hal ini selalu menjadi acuan ketika ingin menentukan sebuah wacana itu sulit atau tidak, atau menjadi acuan ketika penentuan level pembelajar bahasa. 3. Keberadaan kosakata dengan tanpa mengabaikan tatabahasa (grammar) menentukan keberhasilan penguasaan keempat keterampilan berbahasa, sehingga dalam pemilihan metode pembelajaran keempat keterampilan berbahasa sangat dipengaruhi oleh kemampuan atau penguasaan kosakata siswa yang dimiliki. vocabulary: an Introduction to Modern English Lexicology. London: Cassel. Kridalaksana, H. (2001). Struktur, Kategori, dan Fungsi dalam Teori Sintaksis. Jakarta: Atmajaya. Thorbury, S. (1999). How to teach grammar. England: Longman. Thorbury, S. (2000). How to teach vocabulary. England: Longman. Nation, I.S.P & Macalister, J Language curriculum design. New York: Routledge. Nation, I.S.P., & Newton, J Teaching ESL/EFL listening and speaking. New York: Routledge. DAFTAR RUJUKAN Blachowicz, C. L. Z., Fisher, P. J. L., Ogle, D., & Watts-Taffe, S. (2006). Vocabulary: Questions from the classroom. Journal of Reading Research Quarterly, 41(4), Blachowicz, C. L. Z., & Fisher, P. (2000). Teaching vocabulary in all classrooms. Englewood Cliffs, NJ: Prentice Hall. Brown, H.D. (2000). Principles of language learning and teaching. Englewood Cliff: Prentice Hall. Brown, H.D. (1994). Teaching by principles an interactive approach to language pedagogy. 2 nd Edition. Englewood Cliff: Prentice Hall. Harmer, J. (2007). The practice of English language teaching. Fourth Edition. England: Longman Harmon, J. M., Wood, K. D., Hedrick. W. B., Vintinner, J., & Willeford, T. (2009). Interactive word walls: More than just reading the writing on the walls. Journal of Adolescent & Adult Literacy, 52(5), Harmon, J. M., Wood, K. D., & Kiser, K. (2009). Promoting vocabulary learning with the interactive word wall. Middle School Journal, 40(3), Harmon, J. M., Wood, K. D., Hedrick, W. B., & Gress, M. (2008). Pick a word not just any word : Using vocabulary selfselection with expository texts. Middle School Journal, 40(1), Jackson, Howard, and Etiena Z. Amvela. (2000). Words, meaning and 471

BAB I PENDAHULUAN. perbendaharaan kata dalam bahasa Inggris. Penguasaan jumlah kosa kata yang memadai

BAB I PENDAHULUAN. perbendaharaan kata dalam bahasa Inggris. Penguasaan jumlah kosa kata yang memadai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mempelajari vocabulary (kosa kata) bahasa Inggris akan meningkatkan jumlah perbendaharaan kata dalam bahasa Inggris. Penguasaan jumlah kosa kata yang memadai

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN KOSAKATA 1. Suharso 2. kosakata tidak selalu dijadikan prioritas dalam pembelajaran bahasa, perhatian

PEMBELAJARAN KOSAKATA 1. Suharso 2. kosakata tidak selalu dijadikan prioritas dalam pembelajaran bahasa, perhatian PEMBELAJARAN KOSAKATA 1 Suharso 2 Pengantar Kosakata memiliki peran penting dalam pembelajaran bahasa. Meskipun kosakata tidak selalu dijadikan prioritas dalam pembelajaran bahasa, perhatian pada kosakata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mempelajari bahasa Inggris tidak akan terlepas dari mempelajari 4

BAB I PENDAHULUAN. Mempelajari bahasa Inggris tidak akan terlepas dari mempelajari 4 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mempelajari bahasa Inggris tidak akan terlepas dari mempelajari 4 kemampuan berbahasa dalam bahasa yang menjadi bahasa internasional ini, yang meliputi kemampuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penguasaan kosa kata dalam bahasa Inggris mempunyai peranan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Penguasaan kosa kata dalam bahasa Inggris mempunyai peranan yang sangat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penguasaan kosa kata dalam bahasa Inggris mempunyai peranan yang sangat penting dalam meningkatkan kemampuan siswa dalam bahasa Inggris. Karena untuk bisa berbahasa

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN DENGAN WORD CARD

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN DENGAN WORD CARD LINGUISTIKA AKADEMIA, Special Edition, May 2016 ISSN: 2089-3884 accredited by DGHE (DIKTI), Decree No: 51/Dikti/Kep/2010 193 PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN DENGAN WORD CARD Marwati MTsN Galur,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Permasalahan pendidikan selalu muncul bersamaan dengan berkembang dan meningkatnya kemampuan siswa, situasi, dan kondisi lingkungan yang ada, pengaruh informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mempelajari bahasa Inggris sering diawali dengan mempelajari

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mempelajari bahasa Inggris sering diawali dengan mempelajari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam mempelajari bahasa Inggris sering diawali dengan mempelajari kosa kata (vocabulary) sebagai salah satu komponen bahasa. Penguasaan kosa kata akan berpengaruh

Lebih terperinci

Peningkatan Penguasaan Vocabulary Teks Deskriptif melalui Pendekatan Scientific dengan Model Guide Inquiry pada Siswa SMPN 1 Besuki.

Peningkatan Penguasaan Vocabulary Teks Deskriptif melalui Pendekatan Scientific dengan Model Guide Inquiry pada Siswa SMPN 1 Besuki. Peningkatan Penguasaan Vocabulary Teks Deskriptif melalui Pendekatan Scientific dengan Model Guide Inquiry pada Siswa SMPN 1 Besuki Ida Nurhayati 1 1 SMPN 1 Besuki, Tulungagung Email: 1 idanurhayati@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aspek-aspek kebahasaan, seperti aspek bunyi (phonology), aspek tata bahasa

BAB I PENDAHULUAN. aspek-aspek kebahasaan, seperti aspek bunyi (phonology), aspek tata bahasa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan akhir pembelajaran Bahasa Inggris adalah kemampuan siswa menguasai aspek-aspek kebahasaan, seperti aspek bunyi (phonology), aspek tata bahasa (grammar),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan siswa yang memiliki watak tangguh serta kompetitif.

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan siswa yang memiliki watak tangguh serta kompetitif. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan salah satu faktor penting bagi kehidupan manusia dalam masyarakat. Salah satu fungsi bahasa adalah sebagai alat untuk berkomunikasi baik secara

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Dalam bab ini peneliti akan memberikan penjelasan tentang : tujuan. maupun tulisan. Departemen Pendidikan Nasional, yang sedang

BAB II KAJIAN TEORI. Dalam bab ini peneliti akan memberikan penjelasan tentang : tujuan. maupun tulisan. Departemen Pendidikan Nasional, yang sedang 15 BAB II KAJIAN TEORI A. Vocabulary (Kosa Kata). Dalam bab ini peneliti akan memberikan penjelasan tentang : tujuan mempelajari Bahasa Inggris, Pengertian vocabulary (kosa kata), Sifat vocabulary (kosa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lain. Untuk menjalin hubungan tersebut diperlukan suatu alat komunikasi. Alat

BAB I PENDAHULUAN. lain. Untuk menjalin hubungan tersebut diperlukan suatu alat komunikasi. Alat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yang selalu berhubungan dengan manusia lain. Untuk menjalin hubungan tersebut diperlukan suatu alat komunikasi. Alat komunikasi

Lebih terperinci

TEKNIK PENGUASAAN ENGLISH VOCABULARY DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS

TEKNIK PENGUASAAN ENGLISH VOCABULARY DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS Media Litbang Sulteng III No. (1) : 51-56, Mei 2010 ISSN : 1979-5971 TEKNIK PENGUASAAN ENGLISH VOCABULARY DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS Oleh: Novalita F. Tungka ABSTRAK Kemampuan seseorang dalam menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. orang dan urutan kedua adalah China dengan jumlah pembelajar Bagi

BAB I PENDAHULUAN. orang dan urutan kedua adalah China dengan jumlah pembelajar Bagi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan bermasyarakat tidak terlepas dari bahasa, baik secara lisan maupun tulisan. Demikian pula halnya dengan kegiatan pendidikan yang meliputi

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN LISTENING COMPREHENSION MELALUI STRATEGI TOP-DOWN DAN BOTTOM-UP

PENINGKATAN KEMAMPUAN LISTENING COMPREHENSION MELALUI STRATEGI TOP-DOWN DAN BOTTOM-UP JURNAL PEDAGOGIA ISSN 2089-3833 Volume. 5, No. 2, Agustus 2016 PENINGKATAN KEMAMPUAN LISTENING COMPREHENSION MELALUI STRATEGI TOP-DOWN DAN BOTTOM-UP PENDAHULUAN Di Indonesia mata pelajaran Bahasa Inggris

Lebih terperinci

PERMASALAHAN PEMBELAJARAN MEMBACA CHUUKYUU DOKKAI DI PERGURUAN TINGGI

PERMASALAHAN PEMBELAJARAN MEMBACA CHUUKYUU DOKKAI DI PERGURUAN TINGGI PERMASALAHAN PEMBELAJARAN MEMBACA CHUUKYUU DOKKAI DI PERGURUAN TINGGI Sriwahyu Istana Trahutami utami_undip@yahoo.com Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro Abstract Reading is a complex process that

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pidato. Ketika menulis teks pidato, banyak faktor yang perlu diperhatikan seperti kosa kata,

I. PENDAHULUAN. pidato. Ketika menulis teks pidato, banyak faktor yang perlu diperhatikan seperti kosa kata, I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menulis merupakan salah satu aspek dari keterampilan berbahasa yang perlu dimiliki oleh siswa. Melalui menulis siswa bisa mengekspresikan kekayaan ilmu, pikiran,

Lebih terperinci

KEMAHIRAN MENYIMAK DALAM PROSES PEMBELAJARAN BAHASA ARAB. Muh. Jabir

KEMAHIRAN MENYIMAK DALAM PROSES PEMBELAJARAN BAHASA ARAB. Muh. Jabir KEMAHIRAN MENYIMAK DALAM PROSES PEMBELAJARAN BAHASA ARAB Muh. Jabir STAIN Datokarama Palu, Jl. Diponegoro 23 Palu e-mail:muh.jabir@ymail.com Abstrak Menurut para ahli linguistik, ada empat kemahiran yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. skills) yaitu: keterampilan menyimak (listening skills), keterampilan berbicara

BAB I PENDAHULUAN. skills) yaitu: keterampilan menyimak (listening skills), keterampilan berbicara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam ilmu bahasa kita mengenal empat keterampilan berbahasa (language skills) yaitu: keterampilan menyimak (listening skills), keterampilan berbicara (speaking

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dapat disimpulkan terdapat hubungan

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dapat disimpulkan terdapat hubungan BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dapat disimpulkan terdapat hubungan antara penguasaan kosakata (X 1), kemampuan menyusun kalimat efektif (X 2

Lebih terperinci

PERBANDINGAN PRESTASI BELAJAR SISWA DALAM BERBICARA BAHASA INGGRIS MENGGUNAKAN CLL DAN CLT

PERBANDINGAN PRESTASI BELAJAR SISWA DALAM BERBICARA BAHASA INGGRIS MENGGUNAKAN CLL DAN CLT PERBANDINGAN PRESTASI BELAJAR SISWA DALAM BERBICARA BAHASA INGGRIS MENGGUNAKAN CLL DAN CLT Dede Surahman Universitas Pendidikan Indonesia dsurahman15@yahoo.com Abstrak Berdasarkan data lapangan. penggunaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu yang membedakan manusia dengan binatang adalah bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu yang membedakan manusia dengan binatang adalah bahasa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu yang membedakan manusia dengan binatang adalah bahasa verbal/lisan atau berbicara. Manusia bisa berkomunikasi satu dengan lainnya dengan menggunakan bahasa

Lebih terperinci

I. Metode Tata Bahasa dan Terjamah ( ) (Grammar-Translation Method)

I. Metode Tata Bahasa dan Terjamah ( ) (Grammar-Translation Method) I. Metode Tata Bahasa dan Terjamah ( ) (Grammar-Translation Method) A. Sejarahnya Adalah sulit menentukan secara pasti sejarah lahirnya metode ini. Hal ini disebabkan metode ini ada di sebagian besar negara-negara

Lebih terperinci

sesuai dengan jenjang pendidikan (Depdiknas, 2006:1).

sesuai dengan jenjang pendidikan (Depdiknas, 2006:1). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembelajaran Bahasa Indonesia dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) meliputi empat keterampilan berbahasa, yaitu menyimak, berbicara, membaca,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Aktifitas menulis adalah suatu bentuk manifestasi kemampuan dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Aktifitas menulis adalah suatu bentuk manifestasi kemampuan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Aktifitas menulis adalah suatu bentuk manifestasi kemampuan dan keterampilan bahasa yang paling akhir dikuasai oleh siswa setelah kemampuan mendengar, berbicara,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. analitis dan imaginatif yang ada dalam dirinya. Pembelajaran Bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

I. PENDAHULUAN. analitis dan imaginatif yang ada dalam dirinya. Pembelajaran Bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik serta merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah memahami dan mengungkapkan informasi, pikiran, perasaan, serta

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah memahami dan mengungkapkan informasi, pikiran, perasaan, serta BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Inggris adalah alat untuk berkomunikasi baik secara lisan maupun tulisan. Departemen Pendidikan Nasional, dalam standar kompetensi dalam Kurikulum 2004,

Lebih terperinci

METODE TRADISIONAL BELAJAR BAHASA KEDUA

METODE TRADISIONAL BELAJAR BAHASA KEDUA METODE TRADISIONAL BELAJAR BAHASA KEDUA Bagaimana belajar bahasa kedua dilihat dari kemunculan metode yang dikategorikan sebagai metode tradisional? 7/19/11 Tadkiroatun Musfiroh 1 LIMA DIMENSI METODE BELAJAR

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa dalam kehidupan manusia menduduki fungsi yang utama. sebagai alat komunikasi. Bahasa dapat meningkatkan potensi diri manusia

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa dalam kehidupan manusia menduduki fungsi yang utama. sebagai alat komunikasi. Bahasa dapat meningkatkan potensi diri manusia 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Bahasa dalam kehidupan manusia menduduki fungsi yang utama sebagai alat komunikasi. Bahasa dapat meningkatkan potensi diri manusia dalam berekspresi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. belajar bahasa pada hakikatnya sama dengan belajar berkomunikasi. Kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. belajar bahasa pada hakikatnya sama dengan belajar berkomunikasi. Kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kegiatan berbahasa pada dasarnya kegiatan berkomunikasi. Oleh karena itu, belajar bahasa pada hakikatnya sama dengan belajar berkomunikasi. Kegiatan berkomunikasi

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Di era globalisasi bahasa lnggris merupakan alat untuk berkomunikasi secara lisan

1. PENDAHULUAN. Di era globalisasi bahasa lnggris merupakan alat untuk berkomunikasi secara lisan 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di era globalisasi bahasa lnggris merupakan alat untuk berkomunikasi secara lisan dan tulisan. Berkomunikasi adalah memahami dan mengungkapkan informasi, fikiran,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan sudah mempengaruhi berbagai bidang kehidupan, salah satunya adalah

BAB I PENDAHULUAN. dan sudah mempengaruhi berbagai bidang kehidupan, salah satunya adalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat ini perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin pesat dan sudah mempengaruhi berbagai bidang kehidupan, salah satunya adalah bidang pendidikan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dimilikinya. Makin kaya kosakata yang dimiliki, makin besar pula

BAB I PENDAHULUAN. yang dimilikinya. Makin kaya kosakata yang dimiliki, makin besar pula BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada prinsipnya tujuan pengajaran bahasa adalah agar para siswa terampil berbahasa, yaitu terampil menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Kualitas berbahasa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. pokok. Kemampuan ini telah berkembang selama berabad-abad yang lalu untuk. ia bisa melakukan sesuatu yang harus ia lakukan.

BAB II KAJIAN TEORI. pokok. Kemampuan ini telah berkembang selama berabad-abad yang lalu untuk. ia bisa melakukan sesuatu yang harus ia lakukan. BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Definisi Kemampuan Kemampuan yang dimiliki oleh manusia merupakan bekal yang sangat pokok. Kemampuan ini telah berkembang selama berabad-abad yang lalu untuk memperkaya diri dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan alat komunikasi yang ampuh untuk mengadakan hubungan komunikasi dan melakukan kerja sama. Dalam kehidupan masyarakat, bahasa menjadi kebutuhan pokok

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. oleh peneliti sebelumnya yang berkaitan dengan karangan argumentasi sebagai

BAB II KAJIAN PUSTAKA. oleh peneliti sebelumnya yang berkaitan dengan karangan argumentasi sebagai BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Relevan Sebelumnya Berikut ini terdapat beberapa penelitian relevan yang telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya yang berkaitan dengan karangan argumentasi sebagai berikut.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan itu sendiri merupakan suatu usaha yang dilakukan dengan sengaja dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan itu sendiri merupakan suatu usaha yang dilakukan dengan sengaja dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan unsur terpenting dalam usaha mencerdaskan kehidupan bangsa. Negara akan maju dan berkembang apabila diikuti dengan peningkatan pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat berupa tujuan jangka pendek, menengah, dan panjang. Dalam mata

BAB I PENDAHULUAN. dapat berupa tujuan jangka pendek, menengah, dan panjang. Dalam mata BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Peningkatan hasil belajar siswa merupakan tujuan yang ingin selalu dicapai oleh para pelaksana pendidikan dan peserta didik. Tujuan tersebut dapat berupa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menulis. Menurut Tarigan (2008:21) Proses menulis sebagai suatu cara. menerjemahkannya ke dalam sandi-sandi tulis.

BAB I PENDAHULUAN. menulis. Menurut Tarigan (2008:21) Proses menulis sebagai suatu cara. menerjemahkannya ke dalam sandi-sandi tulis. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat yang digunakan untuk berkomunikasi. Kita dapat menyatakan pendapat, perasaan, gagasan yang ada di dalam pikiran terhadap orang lain melalui

Lebih terperinci

MODEL PEMBELAJARAN MENULIS KOLABORATIF Sebuah Upaya Meningkatkan Keterampilan Menulis dalam Pembelajaran Bahasa Asing. ~Dante Darmawangsa ~

MODEL PEMBELAJARAN MENULIS KOLABORATIF Sebuah Upaya Meningkatkan Keterampilan Menulis dalam Pembelajaran Bahasa Asing. ~Dante Darmawangsa ~ MODEL PEMBELAJARAN MENULIS KOLABORATIF Sebuah Upaya Meningkatkan Keterampilan Menulis dalam Pembelajaran Bahasa Asing ~Dante Darmawangsa ~ I. PENDAHULUAN Pemerolehan bahasa asing biasanya didapatkan melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2013

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2013 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (2005:3-4), Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang

BAB I PENDAHULUAN. (2005:3-4), Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran bahasa Indonesia mencakup empat aspek keterampilan berbahasa yakni menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Pada empat aspek keterampilan tersebut,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti ini. Mengapa? karena hal itu disebabkan bahasa

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti ini. Mengapa? karena hal itu disebabkan bahasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penguasaan bahasa asing menjadi sebuah keharusan di zaman globalisasi seperti ini. Mengapa? karena hal itu disebabkan bahasa merupakan suatu instrumen terpenting untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut terciptanya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut terciptanya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut terciptanya masyarakat yang gemar belajar. membaca merupakan Salah satu cara pembelajaran, Masyarakat yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam kehidupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari manusia, karena pendidikan merupakan salah satu wujud nyata dalam peningkatan sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Resti Handayani, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Resti Handayani, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Proses belajar mengajar merupakan kegiatan utama sekolah. Kegiatan belajar mengajar hendaknya memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan halhal

Lebih terperinci

MENGANALISIS TEORI DAN ASPEK-ASPEK DALAM KETERAMPILAN BERBICARA. Siti Reski Nanda. Pendidikan Bahasa Inggris. Fakultas keguruan dan ilmu pendidikan

MENGANALISIS TEORI DAN ASPEK-ASPEK DALAM KETERAMPILAN BERBICARA. Siti Reski Nanda. Pendidikan Bahasa Inggris. Fakultas keguruan dan ilmu pendidikan MENGANALISIS TEORI DAN ASPEK-ASPEK DALAM KETERAMPILAN BERBICARA Siti Reski Nanda Pendidikan Bahasa Inggris Fakultas keguruan dan ilmu pendidikan Universitas muhammadiyah makassar siti.reskinanda03@gmailcom

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa Inggris. Tanpa memiliki kosa kata yang memadai, siswa akan sulit

BAB I PENDAHULUAN. bahasa Inggris. Tanpa memiliki kosa kata yang memadai, siswa akan sulit BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Kosa kata (Vocabulary) sebagai salah satu komponen dalam bahasa Inggris, mempunyai peranan yang penting dalam mengembangkan 4 kemampuan dalam bahasa Inggris.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah salah satu alat komunikasi. Melalui bahasa manusia

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah salah satu alat komunikasi. Melalui bahasa manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa adalah salah satu alat komunikasi. Melalui bahasa manusia diharapkan dapat saling mengenal dan berhubungan satu sama lain, saling berbagi pengalaman dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lain dengan menggunakan bahasa lisan yang dapat dipahami oleh orang lain.

BAB I PENDAHULUAN. lain dengan menggunakan bahasa lisan yang dapat dipahami oleh orang lain. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keterampilan berbicara adalah kemampuan untuk mengekspresikan, menyatakan, dan menyampaikan ide, pikiran, gagasan, atau isi hati kepada orang lain dengan menggunakan

Lebih terperinci

PENTINGNYA MENCERMATI SELF-INSTRUCTION DAN SELF- ESTEEM DALAM PEMBELAJARAN BAHASA ASING: STUDI KASUS PENGAJARAN MENYIMAK

PENTINGNYA MENCERMATI SELF-INSTRUCTION DAN SELF- ESTEEM DALAM PEMBELAJARAN BAHASA ASING: STUDI KASUS PENGAJARAN MENYIMAK PENTINGNYA MENCERMATI SELF-INSTRUCTION DAN SELF- ESTEEM DALAM PEMBELAJARAN BAHASA ASING: STUDI KASUS PENGAJARAN MENYIMAK ABSTRAK Apriliya Dwi Prihatiningtyas Fakultas Sastra Jurusan Bahasa dan Sastra Cina

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengembangan software kamus tematik bergambar Untuk meningkatkan penguasaan kosakata anak tunarungu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengembangan software kamus tematik bergambar Untuk meningkatkan penguasaan kosakata anak tunarungu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penguasaan kosakata seringkali dianggap tidak lebih penting dibandingkan penguaasaan grammar atau tatabahasa dalam pembelajaran bahasa, sehingga dalam pengajarannya

Lebih terperinci

PENGGUNAAN GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA MENGGUNAKAN YES/NO QUESTION

PENGGUNAAN GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA MENGGUNAKAN YES/NO QUESTION PENGGUNAAN GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA MENGGUNAKAN YES/NO QUESTION SURYANTI Guru SMP Negeri 2 Kuantan Mudik suryantiy46@yahoo.com ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah

Lebih terperinci

Cerita Rakyat Sebagai Media Keterampilan Berbahasa

Cerita Rakyat Sebagai Media Keterampilan Berbahasa JURNAL INOVASI PENDIDIKAN Volume 1 Nomer 2, September 2017, Halaman 12-18 Cerita Rakyat Sebagai Media Keterampilan Berbahasa Elva Riezky Maharany Universitas Islam Malang elvmaharany@gmail.com Abstract:

Lebih terperinci

ISSN: PENDAHULUAN

ISSN: PENDAHULUAN Jurnal ilmiah Solusi Vol. 2 No. 5 Maret 2015 Mei 2015: 17-24 ISSN:2355-1119 PENGGUNAAN MEDIA AUDIO VISUAL DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYIMAK MAHASISWA Fauzi Miftakh, Yogi Setia Samsi Fakultas Keguruan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa berfungsi sebagai alat komunikasi yang digunakan oleh setiap individu dalam kehidupan sehari-hari. Bahasa adalah sarana atau media yang digunakan manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik, semantik adalah bidang yang fokus mempelajari tentang makna baik yang berupa text

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik, semantik adalah bidang yang fokus mempelajari tentang makna baik yang berupa text BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah alat komunikasi yang digunakan oleh manusia dalam kehidupan seharihari. Ketika berbahasa ada bentuk nyata dari pikiran yang ingin disampaikan kepada mitra

Lebih terperinci

PEMBELAJARANKOSAKATA Oleh: (Khairil Usman, S.Pd., M.Pd.)

PEMBELAJARANKOSAKATA Oleh: (Khairil Usman, S.Pd., M.Pd.) A. Pengertian Kosakata PEMBELAJARANKOSAKATA Oleh: (Khairil Usman, S.Pd., M.Pd.) Guru Bahasa Indonesia SMAN 3 Parepare Kosakata menurut Kridalaksana (1993: 122) sama dengan leksikon. Leksikon adalah (1)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bahasa merupakan suatu alat komunikasi yang sangat penting untuk melakukan interaksi antar individu. Bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang arbiter

Lebih terperinci

II.KAJIAN PUSTAKA. Anak usia dini merupakan manusia kecil pada rentang usia 0-6 tahun yang masih. berkembang menjadi manusia dewasa seutuhnya.

II.KAJIAN PUSTAKA. Anak usia dini merupakan manusia kecil pada rentang usia 0-6 tahun yang masih. berkembang menjadi manusia dewasa seutuhnya. 7 II.KAJIAN PUSTAKA A. Anak Usia Dini Anak usia dini merupakan manusia kecil pada rentang usia 0-6 tahun yang masih memiliki potensi yang masih harus dikembangkan. Anak usia ini memiliki karakteristik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan hal yang urgen peranannya dalam kehidupan manusia sebagai makhluk sosial. Fungsi utama bahasa adalah sebagai alat komunikasi antarmanusia. Selain

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR BERSERI DALAM PENULISAN KEMAMPUAN NARATIF KELAS SEBELAS DI SMA PGRI 2 PALEMBANG

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR BERSERI DALAM PENULISAN KEMAMPUAN NARATIF KELAS SEBELAS DI SMA PGRI 2 PALEMBANG PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR BERSERI DALAM PENULISAN KEMAMPUAN NARATIF KELAS SEBELAS DI SMA PGRI 2 PALEMBANG Oleh: Etty Pratiwi (Dosen Universitas PGRI Palembang) Email : miss_etty20@yahoo.com Abstrak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempersiapkan dirinya menuju masyarakat global adalah kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. mempersiapkan dirinya menuju masyarakat global adalah kemampuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu tuntutan yang harus dijawab oleh para siswa Indonesia dalam mempersiapkan dirinya menuju masyarakat global adalah kemampuan menggunakan bahasa Inggris

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pengajaran bahasa Inggris di Indonesia sudah dimulai sejak zaman penjajahan Belanda, walaupun pada saat itu hanya orang-orang tertentu saja yang berhak mempelajarinya.

Lebih terperinci

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA FAKULTAS BAHASA DAN SENI JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS MATA KULIAH: INTRODUCTION TO ENGLISH FOR CHILDREN

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA FAKULTAS BAHASA DAN SENI JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS MATA KULIAH: INTRODUCTION TO ENGLISH FOR CHILDREN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA FAKULTAS BAHASA DAN SENI JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS MATA KULIAH: INTRODUCTION TO ENGLISH FOR CHILDREN Program Studi : Pendidikan Bahasa Inggris Mata Kuliah & Kode :

Lebih terperinci

Suherni Guru Bahasa Inggris SMP Negeri 7 Mataram

Suherni Guru Bahasa Inggris SMP Negeri 7 Mataram e-issn: 2442-7667 p-issn: 1412-6087 Meningkatkan Kemampuan Siswa Menulis Teks Recount Bahasa Inggris Menggunakan Three Phases Techniques pada Kelas VIII.1 (Bilingual) SMP Negeri 7 Mataram Suherni Guru

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bahasa Inggris merupakan bahasa internasional yang memiliki peranan penting dalam kehidupan. Memasuki era globalisasi, bahasa Inggris telah banyak digunakan

Lebih terperinci

PENERAPAN GAMES TEACHING TECHNIC DALAM PENGAJARAN BERBICARA UNTUK SISWA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

PENERAPAN GAMES TEACHING TECHNIC DALAM PENGAJARAN BERBICARA UNTUK SISWA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN PENERAPAN GAMES TEACHING TECHNIC DALAM PENGAJARAN BERBICARA UNTUK SISWA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN ARDIYANSAH SMKN 1 Labang,e-mail:ardiyansahardana1996@gmail.com Abstrak: Tujuan dari pengajaran berbicara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Keterampilan menulis menjadi keterampilan berbahasa yang sangat penting bagi siswa, baik selama mereka mengikuti pendidikan di sekolah maupun dalam kehidupannya

Lebih terperinci

Model Silabus Bahasa Inggris 1

Model Silabus Bahasa Inggris 1 Karakteristik Mata Pelajaran Bahasa Inggris Agar guru dapat mengembangkan kurikulum berbasis kompetensi dan pengujian berbasis kompetensi secara lebih baik, guru perlu mengenal karakteristik mata pelajaran.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap bahasa memiliki sistem fonologi dan tata bahasanya sendiri, yang membedakannya dari bahasa lain. Oleh karena itu, masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Setiap bahasa memiliki sistem fonologi dan tata bahasanya sendiri, yang membedakannya dari bahasa lain. Oleh karena itu, masyarakat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap bahasa memiliki sistem fonologi dan tata bahasanya sendiri, yang membedakannya dari bahasa lain. Oleh karena itu, masyarakat pemakai bahasa membutuhkan satu

Lebih terperinci

KOHESI LEKSIKAL REPETISI PADA WACANA INTERAKTIF DALAM KOLOM DETEKSI HARIAN JAWA POS EDISI JUNI 2007 SKRIPSI

KOHESI LEKSIKAL REPETISI PADA WACANA INTERAKTIF DALAM KOLOM DETEKSI HARIAN JAWA POS EDISI JUNI 2007 SKRIPSI KOHESI LEKSIKAL REPETISI PADA WACANA INTERAKTIF DALAM KOLOM DETEKSI HARIAN JAWA POS EDISI JUNI 2007 SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. salah satu faktor hakiki yang membedakan manusia dari makhluk lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. salah satu faktor hakiki yang membedakan manusia dari makhluk lainnya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial yang selalu berkomunikasi dengan orang lain sebagai wujud interaksi. Interaksi tersebut selalu didukung oleh alat komunikasi vital yang

Lebih terperinci

METODE PENGAJARAN BAHASA BERBASIS KOMPETENSI

METODE PENGAJARAN BAHASA BERBASIS KOMPETENSI METODE PENGAJARAN BAHASA BERBASIS KOMPETENSI Berlin Sibarani Universitas Negeri Medan Abstract This paper discusses the concepts of competency based language teaching. The focus of the discussion is mainly

Lebih terperinci

Rima Rikmasari* Alfrida Riyanissani* ABSTRAK

Rima Rikmasari* Alfrida Riyanissani*   ABSTRAK PERBANDINGAN PENGUASAAN VOCABULARY SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN ARTIKULASI DAN INSIDE OUTSIDE CIRCLE (LINGKARAN KECIL-LINGKARAN BESAR) PADA MATA PELAJARAN BAHASA INGGRIS KELAS III DI SDIT BEKASI Rima

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa tidak hanya berasal dari kata-kata yang dikeluarkan oleh ucapan (vokal)

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa tidak hanya berasal dari kata-kata yang dikeluarkan oleh ucapan (vokal) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bahasa tidak hanya berasal dari kata-kata yang dikeluarkan oleh ucapan (vokal) namun juga menggunakan, isyarat atau bahasa gambar. Peradapan manusia kuno sebelum mengenal

Lebih terperinci

PENERAPAN IPTEKS PENINGKATAN PENGUASAAN KOSAKATA BAHASA JERMAN MELALUI MEDIA GAMBAR. Oleh : LINDA ARUAN

PENERAPAN IPTEKS PENINGKATAN PENGUASAAN KOSAKATA BAHASA JERMAN MELALUI MEDIA GAMBAR. Oleh : LINDA ARUAN PENINGKATAN PENGUASAAN KOSAKATA BAHASA JERMAN MELALUI MEDIA GAMBAR Oleh : LINDA ARUAN ABSTRAK Kedudukan media gambar dalam proses belajar mengajar tidak berdiri sendiri. Media gambar dimanfatkan oleh dosen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat untuk berkomunikasi yang dibutuhkan oleh manusia dalam menyampaikan ide, pendapat, dan perasaannya yang dituangkan, baik secara lisan

Lebih terperinci

PROGRAM PENDIDIKAN DAN LATIHAN PROFESI GURU BAHASA INDONESIA SD. Oleh: BAHAUDDIN AZMY UNIVERSITAS PGRI ADI BUANA SURABAYA 2012

PROGRAM PENDIDIKAN DAN LATIHAN PROFESI GURU BAHASA INDONESIA SD. Oleh: BAHAUDDIN AZMY UNIVERSITAS PGRI ADI BUANA SURABAYA 2012 PROGRAM PENDIDIKAN DAN LATIHAN PROFESI GURU Oleh: BAHAUDDIN AZMY BAHASA INDONESIA SD UNIVERSITAS PGRI ADI BUANA SURABAYA 2012 A. TUJUAN Setelah mempelajari modul ini, peserta diharapkan mampu: Menguasai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan sarana yang sangat penting dalam kehidupan anak, karena dengan berbahasa anak dapat berkomunikasi dengan orang lain. Akhadiah ( Suhartono :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia diciptakan sebagai makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Dalam kelangsungan hidupnya manusia selalu membutuhkan orang lain untuk hidup bersama. Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan ujaran atau ungkapan dalam bentuk bunyi ujaran.

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan ujaran atau ungkapan dalam bentuk bunyi ujaran. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan ujaran atau ungkapan dalam bentuk bunyi ujaran. Bahasa berfungsi sebagai alat komunikasi dan interaksi yang sangat penting bagi manusia. Melalui

Lebih terperinci

Analisis Independent Study Dalam Meningkatkan Kemampuan Bahasa Inggris Mahasiswa Non-English Department

Analisis Independent Study Dalam Meningkatkan Kemampuan Bahasa Inggris Mahasiswa Non-English Department Analisis Independent Study Dalam Meningkatkan Kemampuan Bahasa Inggris Mahasiswa Non-English Department Misnadin dan Sriyono Abstrak Artikel ini berusaha mengungkapkan ketertarikan dalam bahasa Inggris

Lebih terperinci

PENERAPAN RUNNING DICTATION GAME DALAM PENGAJARAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA INGGRIS DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) 1 KABANJAHE

PENERAPAN RUNNING DICTATION GAME DALAM PENGAJARAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA INGGRIS DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) 1 KABANJAHE PENERAPAN RUNNING DICTATION GAME DALAM PENGAJARAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA INGGRIS DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) 1 KABANJAHE Rudy Sofyan, Bahagia Tarigan, Thyrhaya Zein, Eddy Setia Fakultas Ilmu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional siswa dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang

Lebih terperinci

EJOURNAL. diajukan guna memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) SRI TULARSIH NIM

EJOURNAL. diajukan guna memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) SRI TULARSIH NIM KORELASI KEBIASAAN MEMBACA DAN PENGUASAAN KOSAKATA BAHASA INDONESIA TERHADAP KEMAHIRAN MENULIS TEKS NARASI SISWA KELAS X SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN MAITREYAWIRA TAHUN PELAJARAN 2016/2017 EJOURNAL diajukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk memiliki keterampilan dalam berbahasa. Keterampilan berbahasa mencakup empat komponen keterampilan.

BAB I PENDAHULUAN. untuk memiliki keterampilan dalam berbahasa. Keterampilan berbahasa mencakup empat komponen keterampilan. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan kita sehari-hari. Hal ini haruslah kita sadari benar-benar karena bahasa adalah alat komunikasi manusia. Suatu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada dasarnya bahasa merupakan alat untuk berkomunikasi dan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada dasarnya bahasa merupakan alat untuk berkomunikasi dan untuk 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Pada dasarnya bahasa merupakan alat untuk berkomunikasi dan untuk berpikir. Belajar bahasa berarti belajar menggunakannya untuk berkomunikasi dan

Lebih terperinci

INOVASI PEMANFAATAN MEDIA FILM UNTUK PENINGKATAN KEMAMPUAN LISTENING DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS

INOVASI PEMANFAATAN MEDIA FILM UNTUK PENINGKATAN KEMAMPUAN LISTENING DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS INOVASI PEMANFAATAN MEDIA FILM UNTUK PENINGKATAN KEMAMPUAN LISTENING DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS Ana Setyandari Pendidikan Bahasa Inggris, FKIP Universitas Widya Dharma Klaten ABSTRAK Inovasi pmbelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang profesional. Salah satu syarat untuk mencapainya adalah

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang profesional. Salah satu syarat untuk mencapainya adalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Era kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat, semakin terbukanya kesempatan untuk berkomunikasi secara internasional dan pasar bebas yang segera

Lebih terperinci

FILM ANIMASI SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN TERPADU UNTUK MEMACU KEAKSARAAN MULTIBAHASA PADA SISWA SEKOLAH DASAR

FILM ANIMASI SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN TERPADU UNTUK MEMACU KEAKSARAAN MULTIBAHASA PADA SISWA SEKOLAH DASAR FILM ANIMASI SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN TERPADU UNTUK MEMACU KEAKSARAAN MULTIBAHASA PADA SISWA SEKOLAH DASAR Irfai Fathurohman, Agung Dwi Nurcahyo, Wawan Shokib Rondli Prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Lebih terperinci

164 WACANA VOL. 10 NO. 1, APRIL 2008

164 WACANA VOL. 10 NO. 1, APRIL 2008 164 WACANA VOL. 10 NO. 1, APRIL 2008 feminismenya sudah sangat berkembang. Pengaruh gelombang feminisme pertama di Eropa tanpa disadari telah masuk ke Indonesia. Keberanian kaum perempuan Indonesia untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya komunikasi dan interaksi global telah menempatkan bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya komunikasi dan interaksi global telah menempatkan bahasa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pesatnya komunikasi dan interaksi global telah menempatkan bahasa Inggris sebagai salah satu media yang mutlak kebutuhannya. Tanpa kemampuan berbahasa Inggris

Lebih terperinci

pemanfaatan teknologi dalam pembelajaran writing. Writing merupakan keterampilan yang melibatkan banyak aspek, yaitu kemampuan untuk mengembangkan

pemanfaatan teknologi dalam pembelajaran writing. Writing merupakan keterampilan yang melibatkan banyak aspek, yaitu kemampuan untuk mengembangkan ix M Tinjauan Mata Kuliah ata kuliah Language Teaching Methods disusun untuk memenuhi kebutuhan belajar mahasiswa S2 Pascasarjana Universitas Terbuka. Mata kuliah ini berbobot 3 sks yang terdiri dari 9

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. di sekolah. Dalam KTSP Bahasa Inggris 2006 dijelaskan bahwa dalam belajar

I. PENDAHULUAN. di sekolah. Dalam KTSP Bahasa Inggris 2006 dijelaskan bahwa dalam belajar 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menulis adalah salah satu keterampilan berbahasa yang penting. Oleh karena itu menulis merupakan salah satu standar kompetensi dalam pelajaran Bahasa Inggris

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pengenalan tentang teknologi komputer dan aplikasinya sebaiknya dimulai

I. PENDAHULUAN. Pengenalan tentang teknologi komputer dan aplikasinya sebaiknya dimulai 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengenalan tentang teknologi komputer dan aplikasinya sebaiknya dimulai semenjak masa kanak-kanak, tidak membeda-bedakan latar belakang siswa dan diberikan pada semua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia terdapat empat aspek keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia terdapat empat aspek keterampilan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam pembelajaran bahasa Indonesia terdapat empat aspek keterampilan bahasa yakni menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Berdasarkan empat aspek keterampilan tersebut,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan struktur kebahasaannya dengan baik (penggunaan kosa kata, tatabahasa,

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan struktur kebahasaannya dengan baik (penggunaan kosa kata, tatabahasa, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran bahasa Indonesia dalam Kurikulum 2013 merupakan suatu bentuk pembelajaran yang berbasis teks. Pembelajaran bahasa Indonesia yang berbasis teks ini menjadikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ilham Zamzam Nurjaman, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian  Ilham Zamzam Nurjaman, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kurikulum mengamanatkan agar pembelajaran bahasa di sekolah diselenggarakan secara lebih bermakna. Melalui pembelajaran bahasa, siswa memperoleh keahlian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tujuan pembelajaran bahasa Indonesia adalah mempertinggi kemahiran siswa dalam menggunakan bahasa meliputi kemahiran menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.

Lebih terperinci