Tabel 1. Deskripsi Frond pada Tumbuhan Paku yang Ditemukan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Tabel 1. Deskripsi Frond pada Tumbuhan Paku yang Ditemukan"

Transkripsi

1 HUBUNGAN KEKERABATAN FAMILIA POLYPODIACEAE DI JALAN UTAMA PERKEBUNAN KALIBENDO KABUPATEN BANYUWANGI BERDASAR MORFOLOGI FROND PADA FASE SPOROFIT The Phenetic Relationship Among Polypodiaceae Familia Members On The Main Road Of Kalibendo Plantation Banyuwangi Based On Morphological Frond In Sporophytes Phase Ifa Muhimmatin, Firda Maulidiyah, Nur Laila, Nurin Farihah Program Studi Pendidikan Biologi Universitas 17 Agustus 1945 Banyuwangi Jl. Adi sucipto No. 26 Banyuwangi Telp Abstrak Tumbuhan paku anggota familia polypodiaceae di perkebunan Kalibendo terdiri dari banyak jenis, namun pengamatan secara subyektif seringkali sulit membedakan tiap jenis karena anggota familia polypodiaceae mempunyai banyak kesamaan. Usaha agar tiap jenis dapat dilihat secara obyektif ialah dengan mendeskripsikan ciri morfologi frond dan membandingkannya. Frond pada tumbuhan paku di fase sporofit merupakan bagian yang dominan dan mudah diamati. Tujuan penelitian ini ialah mengetahui hubungan kekerabatan beberapa anggota familia polypodiaceae di Perkebunan Kalibendo kabupaten Banyuwangi berdasar morfologi frond pada fase sporofit. Penelitian dilaksanakan dengan menjelajah kawasan tepi jalan utama Perkebunan Kalibendo, Banyuwangi untuk menginventarisir seluruh spesies tumbuhan paku yang tergolong dalam familia polypodiaceae. Karakter tumbuhan paku yang dideskripsi ialah morfologi frond pada fase sporofit. Data hasil karakterisasi dianalisis berdasarkan analisis cluster (Hierarchical Cluster Analysis) menggunakan program SPSS 16 dan metode WPGMA (Weighted Pair Group Method with Arithmetic Mean). Hasil penelitian menunjukkan bahwa di perkebunan Kalibendo terdapat 11 jenis anggota familia polypodiaceae, yang terbagi dalam 6 genus. Seluruh jenis tersebut hidup di lingkungan dengan ph tanah 5,8-6; kelembaban tanah 1 3,5; ketinggian 527 m 600 m dpl; suhu 27 o 29,5 o C; dan intensitas cahaya x100 LUX pada siang hari. Hasil deskripsi terhadap 38 ciri morfologi frond didapat fenogram yang menunjukkan bahwa tumbuhan F (Adiantum diaphanum) dengan tumbuhan G (Adiantum raddianum) mempunyai hubungan kekerabatan tertinggi dengan persentase ketidaksamaan 10,5% namun mempunyai persentase ketidaksamaan terbesar yaitu 39,6% terhadap seluruh tumbuhan lain. Kata Kunci: hubungan kekerabatan, polypodiaceae, morfologi frond, Kalibendo Abstract Polypodiaceae family member consist of many species, but subjective observations often blur the distinction between species because each member of polypodiaceae have a lot in common. The distinction between species can be viewed objectively by describing and comparing the frond morphological characteristics. Frond in sporophyte phase was a dominant part and easily observed. The purpose of this study was to determine the phenetic relationship among Polypodiaceae family members on the main road of Kalibendo plantation Banyuwangi based on morphological frond in sporophytes phase. This study was conducted by exploring along the edge of the main road of Kalibendo Plantation, Banyuwangi to invent all fern species that become member of Polypodiaceae family. Fern characteristics described based on morphological frond in sporophytes phase. The results 819

2 are analyzed based on Hierarchical Cluster Analysis using SPSS 16 program and WPGMA (Weighted Pair Group Method with Arithmetic Mean) method. The results showed that there are 11 fern species of polypodiaceae family member were found from 6 genus. All fern spesies living in ph from 5.8 to 6; soil moisture 1 to 3.5; 527 m m above sea level; temperature C; and the light intensity x100 LUX at noon. The results of 38 morphological frond description obtained phenogram that indicates that Adiantum diaphanum and Adiantum raddianum has the highest percentage of relationship with dissimilarity only 10,5%; but had the larger dissimilarity (39,6%) toward all other fern. Key words: phenetic relationship, polypodiaceae, frond morphology, Kalibendo PENDAHULUAN Perkebunan Kalibendo merupakan perkebunan kopi, karet, dan cengkeh yang terdapat di Desa Kampunganyar Kecamatan Glagah, Kabupaten Banyuwangi. Perkebunan seluas 822,96 Ha tersebut mempunyai ketinggian antara 500 hingga 825 meter di atas permukaan laut dengan topografi datar hingga berombak, dan iklim tipe B dalam skala Schmidt-Ferguson (daerah basah, hujan tropis). Perpaduan antara topografi, ketinggian, dan iklim di perkebunan Kalibendo akhirnya mempengaruhi jenis vegetasi yang tumbuh. Victoria et, al., (2012) menyatakan bahwa keragaman spesies tumbuhan paku dipengaruhi oleh suhu rendah, kelembapan tinggi, dan area yang sedikit terjamah. Area tepi jalan utama di Perkebunan kalibendo merupakan salah satu area yang tidak dialihfungsikan menjadi area penanaman, sehingga area ini menjadi tempat ideal tumbuhnya berbagai jenis tumbuhan paku dari suku polypodiaceae. Polypodiaceae merupakan nama takson pada tingkat suku (familia) yang merupakan salah satu familia tumbuhan paku terbesar dan mempunyai habitat di daerah tropis (Chiou dan Farrar, 1997). Eames (1936) mengatakan bahwa dari semua tumbuhan paku yang hidup, sebagian besar adalah anggota Polypodiaceae, sehingga Polypodiaceae adalah suatu suku yang disebut sebagai paku-pakuan umum. Dalam klasifikasi tumbuhan, batasan anggota dari suku Polypodiaceae belum jelas karena terdapat perbedaan pendapat diantara ahli taksonomi. Perbedaan pendapat tersebut akibat dasar klasifikasi dan pemilihan ciri taksonomi yang berbeda-beda. Suatu organisme yang sama, dengan pemilihan sifat atau ciri taksonomi yang berbeda dapat menghasilkan versi klasifikasi yang berbeda. Sehingga organisme yang mana saja yang termasuk anggota suatu kelompok adalah tergantung pada dasar yang digunakan untuk mengelompokan (Ariyanto, 2014). Christensei dalam Ariyanto (2014) mengelompokan jenis-jenis anggota suku Polypodiaceae ke dalam 15 subfamilia. Pengelompokan ini menggunakan karakter morfologi seperti letak sori pada daun, bentuk sporangium, bentuk spora, morfologi rhizom, dan pertulangan daun. Ilmuwan lain seperti Smith et, al., (2006) yang menggunakan pendekatan molekuler menyatakan bahwa familia Polypodiaceae terdiri dari genus dengan 600 spesies. Beberapa faktor yang dijadikan dasar klasifikasi Polypodiaceae oleh para ahli taksonomi secara umum adalah morfologi sporofit, jumlah kromosom, gametofit, dan gametangia. Morfologi sporofit meliputi perawakan, rhizoma, petiola, susunan daun, dan spora (Crabe et, al., 1973). 820

3 Penelitian telah banyak dilakukan untuk mengungkap hubungan kekerabatan anggota familia polypodiaceae berdasar jumlah kromosom, morfologi spora (Sunanda & Pal, 1970), maupun gametofitnya. Hubungan kekerabatan ialah sistem pengklasifikasian berdasar deskripsi karakter-karakter tertentu yang mirip untuk menunjukkan hubungan (Rincon et, al., 1996). Dalam hubungan kekerabatan, sebaiknya karakter yang dideskripsikan ialah karakter yang mempresentasikan seluruh daur hidup organisme tersebut, namun penelitian ini hanya meneliti kekerabatan anggota famili polypodiaceae berdasar morfologi frond pada fase sporofit. Morfologi frond pada fase sporofit dipilih untuk dijadikan karakter pembeda karena frond pada tumbuhan paku di fase sporofit merupakan bagian yang dominan dan mudah diamati oleh pebelajar. Frond sebenarnya merupakan bagian tumbuhan paku yang biasa disebut daun. Frond terdiri dari petiole atau tangkai daun; dan blade atau bagian yang melebar seperti lembaran daun (Stensvold, 2010). Menurut Negi, et, al., (2009), anggota familia polypodiaceae mempunyai ciri frond isomorphic maupun dimorphic, lamina tunggal atau majemuk, tepi lamina dapat lurus atau bergelombang, urat daun bebas atau reticulate, dan sori terdapat pada bagian bawah lamina. Pemilihan frond sebagai subyek karakterisasi dan hubungan kekerabatan antar anggota kelompok polypodiaceae ini diharapkan dapat mempermudah pebelajar untuk mempelajari anggota familia polypodiaceae yang hidup di Perkebunan Kalibendo. METODE PENELITIAN Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari hingga Februari Penelitian untuk menginventarisir jenis tumbuhan paku familia polypodiaceae dilaksanakan dengan metode jelajah di sepanjang jalan utama perkebunan kalibendo, kabupaten Banyuwangi. Penentuan genus dari tumbuhan paku yang ditemukan yaitu melakukan determinasi menurut Steenis (2003) dan Tjitrosoepomo (1989). Faktor fisik lingkungan diukur dengan menggunakan GPS, termometer, soiltester, dan luxmeter. Tumbuhan paku yang ditemukan kemudian dideskripsi berdasar karakter morfologi frond pada fase sporofit. Karakter morfologi frond yang dideskripsi meliputi warna, tekstur, bentuk, dan ukuran frond. Hasil deskripsi morfologi frond dibuat skoring untuk kemudian dianalisis berdasarkan analisis cluster (Hierarchical Cluster Analysis) menggunakan metode numerik pada program SPSS 16; kemudian diolah menggunakan metode WPGMA (Weighted Pair Group Method with Arithmetic Mean) untuk menghasilkan phenogram hubungan kekerabatan. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil dari proses jelajah di sepanjang jalan utama perkebunan Kalibendo, ditemukan 11 jenis tumbuhan paku familia polypodiaceae yang terbagi dalam 6 genus. Genus tersebut antara lain Nephrolepis (3 jenis), Pteris (3 jenis), Blechnum (1 jenis), Pityrogramma (1 jenis), Adiantum (2 jenis), dan Davallia (1 jenis). Tumbuhan paku familia polypodiaceae tersebut ditemukan pada daerah yang terbuka hingga terlindung pada ketinggian antara 527 m hingga 600 m dpl, dengan ph tanah dari 5,8 hingga 6; dan kelembapan tanah dari 1 hingga 3,5. Pada siang hari, area jalan perkebunan Kalibendo mempunyai suhu antara 27 o hingga 29,5 o C; dengan intensitas cahaya 110 hingga 534x

4 LUX. Victoria et, al., (2012) menyatakan bahwa kondisi fisik lingkungan yang mendukung tumbuhnya keragaman jenis tumbuhan paku ialah suhu rendah, kelembapan tinggi, dan area yang sedikit terjamah. Tumbuhan paku yang berhasil didapat kemudian diidentifikasi bagian morfologi frondnya untuk menentukan hubungan kekerabatan antar jenisnya. Morfologi frond pada fase sporofit dipilih untuk dijadikan karakter pembeda karena frond pada tumbuhan paku di fase sporofit merupakan bagian yang dominan dan mudah diamati oleh pebelajar. Karakter morfologi frond yang dideskripsi meliputi warna, tekstur, bentuk, dan ukuran frond, seperti pada Tabel 1 berikut. Tabel 1. Deskripsi Frond pada Tumbuhan Paku yang Ditemukan Kode Nama Tumbuhan Deskripsi Frond Tumb. A Nephrolepis hirsutula Tumbuhan ini memiliki daun majemuk, anak daunnya duduk saling berhadapan. Bangun anak daunnya memanjang dengan pangkal membulat, ujung meruncing, tepi rata. Warna daun muda ialah hijau dan daun yang sudah tua berwarna hijau tua. Permukaan daun licin berambut, tangkai daun memiliki trikoma, warna tangkai daunnya berwarna hijau tua. Letak sorusnya ditepi dan bentuknya seperti bangun ginjal. B Pteris vittata Tumbuhan ini berdaun majemuk dan duduk anak daun saling berhadapan. Bangun daun memanjang, pangkalnya membulat, ujungnya meruncing. Tepi daun rata dengan warna daun hijau muda dan permukaann licin. Pemukaan tangkai daun memiliki trikoma dengan warna tangkai cokelat. Letak sorusnya berada di tepi daun. C Pteris longifolia Tumbuhan ini merupakan tumbuhan berdaun majemuk dengan duduk anak daun saling berhadapan. Bangunnya belah ketupat, pangkalnya tumpul, ujungnya runcing, dengan tepi daun rata. Warna daun hijau tua dengan permukaannya kasap, permukaan tangkai daunnya memiliki trikoma, warna tangkai daun coklat. Sorus berada di tepi. 822

5 D Pityrogramma calomelanos Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016, Tumbuhan ini berdaun majemuk dengan duduk anak daun berhadapan. Bangunnya memanjang, pangkal daunnya membulat, ujung meruncing, tepi bercangap, warna hijau muda. Permukaan daun licin, permukaan tangkai daun kasar berwarna cokelat, letak shorus menyebar. E Nephrolepis exaltata Tumbuhan ini berdaun majemuk dengan duduk anak daun saling berhadapan, bangunnya bulat telur dengan pangkal membulat. Ujung meruncing, tepi beringgit, warna hijau tua. Permukaan daunnya licin sedangkan permukaan tangkainya kasar. Warna tangkai hijau tua, letak sorus berada di tepi. F Adiantum diaphanum Tumbuhan ini duduk anak daunnya berseling. Bangunnya lanset, pangkalnya tumpul, ujung runcing, dan tepi beringgit. Warna daun hijau muda, permukaan daun licin, permukaan tangkai licin, warna tangkai hitam dan letak sorus berada di ujung lekukan tepi daun. G Adiantum raddianum Tumbuhan ini berdaun majemuk, duduk anak daunnya berseling. Bangunnya delta, pangkal rompang, ujungnya runcing, tepi beringgit dan warna hijau muda. Permukaan daun licin, permukaan tangkai licin, warna tangkai daun hitam dan sorusnya terletak pada ujung lekukan tepi daun. H Davallia denticulata Tumbuhan ini berdaun majemuk dan duduk anak daunnya berseling. Bangunnya segitiga, pangkal daun rompang, ujung daun meruncing, tepi daun bercangap, warna daun hijau. Permukaan daun licin, permukaan tangkai daun licin, warna tangkai daun cokelat tua dan sorusnya terletak ditepi. I Nephrolepis biserrata Tumbuhan ini berdaun majemuk dan duduknya saling berhadapan, bangunnya jorong, pangkal daun membulat, ujungnya tumpul, tepinya berombak warna hijau. Permukaan daun licin, permukaan tangkai memiliki trikoma, warna tangkai daun coklat tua, sorus di tepi daun J Pteris ensiformis Tumbuhan ini berdaun majemuk dengan duduk anak daun berhadapan, bangun daun jantung, pangkalnya berlekuk, ujung meruncing, tepinya bergerigi halus, warna daunnya hijau dengan permukaan daun licin. Permukaan tangkai daunnya licin, warna tangkainya coklat dan letak sorusnya menyebar K Blechnum orientale Tumbuhan ini berdaun majemuk dengan duduk daun berseling, bangunnya delta, pangkal rompang, ujungnya meruncing, tepinya meruncing, warna hijau tua. Permukaan daun 823

6 licin, permukaan tangkai daunnya trikoma, warna tangkai daun coklat dan letak sorusnya menyebar Hasil deskripsi frond pada fase sporofit kemudian dijadikan dasar untuk menentukan tingkat kemiripan antar tumbuhan. Perhitungan hasil kemiripan atau indeks similaritas dilakukan dengan menggunakan aplikasi SPSS versi 16 dengan rumus Simple Matching Coeficient. Adapun tahapan analisa hubungan kekerabatan sebagai berikut: (1) skoring hasil pengamatan 38 karakter menggunakan skor 1 dan 0; (2) memasukkan data skoring dalam aplikasi SPSS. Hasil pengukuran kemiripan diperoleh dalam bentuk similarity matrix, namun kami ubah menjadi dissimilarity matrix dan data tersebut tersaji dalam Tabel 2. Tabel 2. Dissimilarity Matrix (Matriks Ketidaksamaan) A B C D E F G H I J K A B C D E F G H I J K Tabel 2 menunjukkan bahwa nilai similaritas tertinggi terdapat pada hubungan kekerabatan antara F dengan G, yang ditunjukkan oleh angka ketidaksamaan yang paling kecil yaitu 10,53%. Sedangkan nilai similaritas terendah terdapat pada hubungan kekerabatan antara A dengan F dan G, yakni dengan angka ketidaksamaan terbesar 50%. Sokal dan Sneath (dalam Fatimah, 2013) menyatakan bahwa semakin banyak persamaan karakter yang dimiliki maka semakin besar nilai similaritasnya, berarti semakin dekat hubungan kekerabatannya diantara kelompok OTUs (karakter yang dipilih dari tiap jenis) yang diperbandingkan. Jadi berdasar karakter morfologi frond, anggota familia polypodiaceae yang dikarakterisasi tersebut menunjukkan kesamaan yang tinggi antar jenisnya, yakni antara 50% hingga 89,47%. Selanjutnya matriks ketidaksamaan diolah menggunakan metode WPGMA (Weighted Pair Group Method with Arithmetic Mean) yang dirumuskan oleh Sokal & Michener (1958) untuk menghasilkan phenogram hubungan kekerabatan. Hasil Phenogram hubungan kekerabatan jenis tumbuhan paku tersaji pada Gambar 1. Gambar 1 merupakan phenogram yang menunjukkan bahwa dari seluruh anggota familia polypodiaceae yang ditemukan di perkebunan Kalibendo, jenis yang berkerabat 824

7 paling dekat berdasar karakter morfologi frond ialah tumbuhan F (Adiantum diaphanum) dengan tumbuhan G (Adiantum raddianum) dengan persentase ketidaksamaan hanya 10,5%. Kedua tumbuhan ini tergabung dalam genus yang sama, yaitu dalam genus Adiantum sehingga kedua tumbuhan tersebut mempunyai morfologi frond mirip dari segi warna, ukuran, tekstur, dan letak sorus; sedang perbedaannya ialah terletak pada bentuk frondnya. Kedua tumbuhan Adiantum yang ditemukan tersebut memang mempunyai kekerabatan paling dekat, namun mempunyai ketidaksamaan sebesar 39,6% terhadap seluruh tumbuhan lain, sehingga dapat dikatakan kedua jenis ini mempunyai kekerabatan paling jauh terhadap seluruh jenis tumbuhan lain. Gambar 1. Phenogram Hubungan Kekerabatan Jenis Tumbuhan Paku Tumbuhan lain yang mempunyai hubungan kekerabatan dekat ialah tumbuhan A, E, dan B dengan persentase ketidaksamaan sebesar 18,4%. Tumbuhan A dan E merupakan tumbuhan yang berasal dari satu genus yaitu genus Nephrolepis, sedang B merupakan tumbuhan dari genus Pteris. Ketiga tumbuhan tersebut kemudian mempunyai persentase ketidaksamaan sebesar 28,1% dengan tumbuhan C (tumbuhan genus Pteris). Tumbuhan lain yang mempunyai hubungan kekerabatan dekat ialah tumbuhan H dan J dengan persentase ketidaksamaan 26,3%; kemudian kedua tumbuhan tersebut mempunyai persentase ketidaksamaan sebesar 31,6% terhadap tumbuhan I. Hubungan kekerabatan yang ditampilkan pada Gambar 1 menunjukkan bahwa tumbuhan yang secara taksonomi dinyatakan dekat, misal satu genus; ternyata tidak selalu mempunyai hubungan kekerabatan yang dekat jika dilihat berdasar karakter morfologi frondnya. Hal ini karena untuk menentukan takson tertentu dari suatu tumbuhan, 825

8 diperlukan karakterisasi dari berbagai sudut pandang ciri, baik pada fase sporofit maupun pada fase gametofit. Ariyanto (2014) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa tipe stomata tidak dapat dijadikan dasar klasifikasi Polypodiaceae pada tingkat subfamilia, genus, maupun pada tingkat jenis. Namun meski demikian, studi hubungan kekerabatan familia polypodiaceae di perkebunan Kalibendo berdasar karakter morfologi frond pada fase sporofit dapat dilakukan sebagai latihan dalam proses pembelajaran. PENUTUP Hasil dari proses jelajah di sepanjang jalan utama perkebunan Kalibendo, ditemukan 11 jenis tumbuhan paku familia polypodiaceae yang terbagi dalam 6 genus. Tumbuhan paku tersebut ditemukan pada daerah yang terdedah maupun terlindung, suhu rendah, kelembapan tinggi, dan area yang sedikit terjamah. Phenogram yang dihasilkan dari hasil karakterisasi morfologi frond menunjukkan bahwa jenis tumbuhan yang berkerabat paling dekat ialah tumbuhan F (Adiantum diaphanum) dengan tumbuhan G (Adiantum raddianum) dengan persentase ketidaksamaan hanya 10,5%. Tumbuhan lain yang mempunyai hubungan kekerabatan dekat ialah tumbuhan A, E, dan B dengan persentase ketidaksamaan 18,4%. Ketiga tumbuhan tersebut kemudian mempunyai persentase ketidaksamaan sebesar 28,1% terhadap tumbuhan C. Tumbuhan lain yang mempunyai hubungan kekerabatan dekat ialah tumbuhan H dan J dengan persentase ketidaksamaan 26,3%; dimana kedua tumbuhan tersebut mempunyai persentase ketidaksamaan 31,6% terhadap tumbuhan I. Penelitian ini menunjukkan bahwa karakterisasi morfologi frond tidak dapat digunakan untuk mengetahui dasar klasifikasi, namun studi hubungan kekerabatan familia polypodiaceae di perkebunan Kalibendo berdasar karakter morfologi frond pada fase sporofit dapat digunakan sebagai latihan dalam proses pembelajaran. Penelitian lebih lanjut diharapkan dapat meneliti hubungan kekerabatan anggota familia polypodiaceae berdasar karakter yang lebih kompleks, baik pada fase sporofit maupun pada fase gametofitnya. DAFTAR PUSTAKA Ariyanto, J Taksonomi Polypodiaceae Ditinjau dari Type Stomata. Prosiding Seminar Nasional XI Pendidikan Biologi FKIP UNS. Tema: Biologi, Sains, Lingkungan, dan Pembelajarannya (hal ). Chiou, W. L. & Farrar, DR Antheridiogen Production and Response in Polypodiaceae Species. American Journal of Botany, 84 (5): Crabe, J. A., Jermy, A. C. and Thomas, R. A The Phylogeni and Classification of Ferns. London: Academic Press Linnean Society. Earnes, A. J Morphology of Vascular Plants: Lower Groups. London: Mc. Grawhill Publications inc. Fatimah, S Analisis Morfologi dan Hubungan Kekerabatan Sebelas Jenis Tanaman Salak (Salacca Zalacca (Gertner) Voss Bangkalan. Jurnal Agrovigor, 6 (1): Negi, S., Lalit M.T,, Pangtey, Y.P.S., Kumar, S., Martolia, A., Jalal, J; Upreti, K Taxonomic Studies On The Family Polypodiaceae (Pteridophyta) Of Nainital Uttarakhand. New York Science Journal, 2 (5) Rincon, F., Johnson, BJ., Crossa, S. T Cluster analysis, an approach to sampling 826

9 variability in maize accessions. Maydica Journal, 41 (1): Smith, A.R., Pryer, K.M., Schuettpelz, E., Korall, P., Schneider, H., Wolf, P.G A Classification for Extant Fern. Journal of Taxon. 55(3): Stensvold, M Ferns of the National Forests in Alaska. United States Department of Agriculture, (online) ( html/, diakses tanggal 13 Februari 2016). Steenis, CGGJ Van Flora Untuk Sekolah di Indonesia. Jakarta: Pradnya Paramita. Sunanda Pal & N. Pal Spore Morphology and Taxonomy of Polypodiaceae. Journal of Grana, 10 (2), DOI: / Tjitrosoepomo, G Taksonomi Tumbuhan (Schyzophyta, Thallophyta, Bryophyta, Pteridophyta). Yogyakarta: GMU Press. Verdoorn, F.R Manual Pteridophyta. The Hague Mortinus Nijhoff. 8 (2): Victoria L.M., Catapang, Joanne P.D., Reyes; Medecilo, M.P Factors Influencing Species Diversity of Ferns in Mt. Makulot, Cuenca, Southern Luzon, Philippines. Proceeding 2nd International Conference on Environment and Industrial Innovation IPCBEE, 35 IACSIT Press, Singapore. 827

3-030 TAKSONOMI POLYPODIACEAE DITINJAU DARI TYPE STOMATA TAKSONOMY OF POLYPODIACEAE BASED ON STOMATA TYPES

3-030 TAKSONOMI POLYPODIACEAE DITINJAU DARI TYPE STOMATA TAKSONOMY OF POLYPODIACEAE BASED ON STOMATA TYPES TAKSONOMI POLYPODIACEAE DITINJAU DARI TYPE STOMATA TAKSONOMY OF POLYPODIACEAE BASED ON STOMATA TYPES Joko Ariyanto Prodi Pedidikan biologi Jurusan P.MIPA FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta E-Mail

Lebih terperinci

Periode Juli-September 2016 ISSN ONLINE : Jenis-Jenis Polypodiaceae di Hutan PT. CPI Rumbai Provinsi Riau Berdasarkan Karakter Morfologi

Periode Juli-September 2016 ISSN ONLINE : Jenis-Jenis Polypodiaceae di Hutan PT. CPI Rumbai Provinsi Riau Berdasarkan Karakter Morfologi Jurnal Riau Biologia 1(2) : 135-139 JRB Jenis-Jenis Polypodiaceae di Hutan PT. CPI Rumbai Provinsi Riau Berdasarkan Karakter Morfologi WULANDARI D 1*, NERY SOFIYANTI 2, FITMAWATI 3 123 Jurusan Biologi

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI PROFIL KARAKTERISTIK MORFOLOGI SPORA DAN PROTHALIUM TUMBUHAN PAKU FAMILIA POLYPODIACEAE

IDENTIFIKASI PROFIL KARAKTERISTIK MORFOLOGI SPORA DAN PROTHALIUM TUMBUHAN PAKU FAMILIA POLYPODIACEAE 25 N. Nurchayati @ Identifikasi Profil... IDENTIFIKASI PROFIL KARAKTERISTIK MORFOLOGI SPORA DAN PROTHALIUM TUMBUHAN PAKU FAMILIA POLYPODIACEAE N. NURCHAYATI, S.Si., M.Pd. Program Studi Biologi Fakultas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian dasar. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif, yaitu untuk menganalisis hubungan kekerabatan kultivar Mangifera

Lebih terperinci

6. Panjang helaian daun. Daun diukur mulai dari pangkal hingga ujung daun. Notasi : 3. Pendek 5.Sedang 7. Panjang 7. Bentuk daun

6. Panjang helaian daun. Daun diukur mulai dari pangkal hingga ujung daun. Notasi : 3. Pendek 5.Sedang 7. Panjang 7. Bentuk daun LAMPIRAN Lampiran 1. Skoring sifat dan karakter tanaman cabai 1. Tinggi tanaman : Tinggi tanaman diukur mulai dari atas permukaan tanah hingga ujung tanaman yang paling tinggi dan dinyatakan dengan cm.

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEKERABATAN BEBERAPA SPESIES TUMBUHAN PAKU FAMILIA POLYPODIACEAE DITINJAU DARI KARAKTER MORFOLOGI SPOROFIT DAN GAMETOFIT. Nunuk Nurchayati *

HUBUNGAN KEKERABATAN BEBERAPA SPESIES TUMBUHAN PAKU FAMILIA POLYPODIACEAE DITINJAU DARI KARAKTER MORFOLOGI SPOROFIT DAN GAMETOFIT. Nunuk Nurchayati * HUBUNGAN KEKERABATAN BEBERAPA SPESIES TUMBUHAN PAKU FAMILIA POLYPODIACEAE DITINJAU DARI KARAKTER MORFOLOGI SPOROFIT DAN GAMETOFIT Nunuk Nurchayati * ABSTRAK Tumbuhan paku familia Polypodiaceae memiliki

Lebih terperinci

Data Faktor Klimatik dan Edafik pada Berbagai Ketinggian ( 1180 m dpl 1400 m dpl ) di Kawasan Hutan Bebeng, Cangkringan, Sleman, Yogyakarta

Data Faktor Klimatik dan Edafik pada Berbagai Ketinggian ( 1180 m dpl 1400 m dpl ) di Kawasan Hutan Bebeng, Cangkringan, Sleman, Yogyakarta Lampiran 1 Data Faktor Klimatik dan Edafik pada Berbagai Ketinggian ( 1180 m dpl 1400 m dpl ) di Kawasan Hutan Bebeng, Cangkringan, Sleman, Yogyakarta Daerah I TERBUKA (1180 1280 ) m dpl Ketin ggian Plot

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif yaitu penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif yaitu penelitian 1 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif yaitu penelitian yang bermaksud untuk membuat pencandraan (deskripsi) mengenai situasisitusi atau

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI JENIS-JENIS PAKU TANAH DI KAWASAN GUNUNG TIDAR KOTA MAGELANG

IDENTIFIKASI JENIS-JENIS PAKU TANAH DI KAWASAN GUNUNG TIDAR KOTA MAGELANG Prosiding Symbion (Symposium on Biology Education), Prodi Pendidikan Biologi, FKIP, Universitas Ahmad Dahlan, 27 Agustus 2016 p-issn: 2540-752x e-issn: 2528-5726 IDENTIFIKASI JENIS-JENIS PAKU TANAH DI

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pada area bekas tambang batu bara Kecamatan Lahei Barat Barito Utara. tempat pengambilan sampel penelitian.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pada area bekas tambang batu bara Kecamatan Lahei Barat Barito Utara. tempat pengambilan sampel penelitian. 45 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi lokasi penelitian Deskripsi masing-masing jenis tumbuhan paku yang ditemukan pada area bekas tambang batu bara Kecamatan Lahei Barat Barito Utara. Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantiatif. Penelitian deskriptif merupakan penelitian

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Lokasi Penelitian. B. Perancangan Penelitian. C. Teknik Penentuan Sampel. D. Jenis dan Sumber Data

III. METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Lokasi Penelitian. B. Perancangan Penelitian. C. Teknik Penentuan Sampel. D. Jenis dan Sumber Data 16 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2015 s/d Januari 2016. Lokasi penelitian berada di Desa Giriharjo, Kecamatan Ngrambe, Kabupaten Ngawi,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di Cagar Alam tangale yang terdapat di

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di Cagar Alam tangale yang terdapat di BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Cagar Alam tangale yang terdapat di Kabupaten Gorontalo. Cagar Alam ini terbagi menjadi dua kawasan yaitu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Tulungrejo, Batu dekat Raya Selekta, Wisata petik apel kota Batu, dan Laboratorium Biosistematika Departemen Biologi,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 10 III. METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di pekarangan warga di Kecamatan Jumantono, Kecamatan Karanganyar dengan dua jenis tanah yang berbeda yaitu tanah Latosol (Desa

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 7 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan di Desa Ketileng, Kecamatan Malo, Kabupaten Bojonegoro pada bulan April Oktober 2015. B. Bahan dan Alat Penelitian Bahan

Lebih terperinci

EKSPLORASI KEANEKARAGAMAN TUMBUHAN PAKU DI KAWASAN HUTAN GIRIMANIK KABUPATEN WONOGIRI NASKAH PUBLIKASI

EKSPLORASI KEANEKARAGAMAN TUMBUHAN PAKU DI KAWASAN HUTAN GIRIMANIK KABUPATEN WONOGIRI NASKAH PUBLIKASI EKSPLORASI KEANEKARAGAMAN TUMBUHAN PAKU DI KAWASAN HUTAN GIRIMANIK KABUPATEN WONOGIRI NASKAH PUBLIKASI Diajukan Oleh: RENY WIDYASTUTY A 420 102 012 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tumbuhan paku merupakan suatu divisi yang anggotanya telah jelas

BAB I PENDAHULUAN. Tumbuhan paku merupakan suatu divisi yang anggotanya telah jelas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tumbuhan paku merupakan suatu divisi yang anggotanya telah jelas mempunyai kormus, artinya tubuhnya dengan nyata dapat dibedakan dalam tiga bagian pokoknya, yaitu akar,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Tumbuhan paku merupakan suatu divisi yang warganya telah jelas mempunyai kormus, artinya tubuhnya dengan nyata dapat dibedakan dalam tiga bagian pokoknya, yaitu akar, batang

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. dilaksanakan dari bulan Mei 2016 sampai Juni 2016.

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. dilaksanakan dari bulan Mei 2016 sampai Juni 2016. BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di 2 (dua) kecamatan yaitu Kecamatan Barusjahe dan Kecamatan Dolat Rayat Kabupaten Tanah Karo, Sumatera Utara. Penelitian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Utara Kalimantan Tengah. Keadaan tofografi desa Trinsing memiliki bentuk

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Utara Kalimantan Tengah. Keadaan tofografi desa Trinsing memiliki bentuk 1 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Desa trinsing terletak di Kecamatan Teweh Selatan Kabupaten Barito Utara Kalimantan Tengah. Keadaan tofografi desa Trinsing memiliki

Lebih terperinci

No. Nama Bahan Spesifikasi Kegunaan 1. Alkohol 70% Mencegah kerusakan akibat jamur dan serangga

No. Nama Bahan Spesifikasi Kegunaan 1. Alkohol 70% Mencegah kerusakan akibat jamur dan serangga Lampiran 1. Spesifikasi bahan dan peralatan yang digunakan dalam penelitian Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel bambu tali (G. apus (Schult.f.) Kurz) yang terdapat di pinggiran

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEKERABATAN FENETIK TUJUH ANGGOTA FAMILIA APOCYNACEAE. Rahmawati, Hasanuddin, Cut Nurmaliah, Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Unsyiah,

HUBUNGAN KEKERABATAN FENETIK TUJUH ANGGOTA FAMILIA APOCYNACEAE. Rahmawati, Hasanuddin, Cut Nurmaliah, Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Unsyiah, Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Biologi, Volume 1, Issue 1, Agustus 2016, hal 1-9 HUBUNGAN KEKERABATAN FENETIK TUJUH ANGGOTA FAMILIA APOCYNACEAE Rahmawati, Hasanuddin, Cut Nurmaliah, Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

MORPHOLOGICAL IDENTIFICATION OF NORTH SUMATRA SALAK (Salacca sumatrana Becc.) AT SOUTH TAPANULI REGION

MORPHOLOGICAL IDENTIFICATION OF NORTH SUMATRA SALAK (Salacca sumatrana Becc.) AT SOUTH TAPANULI REGION 833. Jurnal Online Agroekoteknologi Vol.1, No.3, Juni 2013 ISSN No. 2337-6597 IDENTIFIKASI KARAKTER MORFOLOGIS SALAK SUMATERA UTARA (Salacca sumatrana Becc.) DI BEBERAPA DAERAH KABUPATEN TAPANULI SELATAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian 39 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantiatif. Menurut Setyosari (2010) penelitian deskriptif

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK SPORA TUMBUHAN PAKU ASPLENIUM KAWASAN HUTAN RAYA R. SOERJO

KARAKTERISTIK SPORA TUMBUHAN PAKU ASPLENIUM KAWASAN HUTAN RAYA R. SOERJO Tersedia secara online http://journal.um.ac.id/index.php/jptpp/ EISSN: 2502-471X DOAJ-SHERPA/RoMEO-Google Scholar-IPI KARAKTERISTIK SPORA TUMBUHAN PAKU ASPLENIUM KAWASAN HUTAN RAYA R. SOERJO Herdina Sukma

Lebih terperinci

ANALISIS HUBUNGAN KEKERABATAN JAMBU AIR (Syzigium aqueum (Burm.f.). Alston) DI KOTA PEKANBARU DAN KABUPATEN KAMPAR BERDASARKAN KARAKTER MORFOLOGI

ANALISIS HUBUNGAN KEKERABATAN JAMBU AIR (Syzigium aqueum (Burm.f.). Alston) DI KOTA PEKANBARU DAN KABUPATEN KAMPAR BERDASARKAN KARAKTER MORFOLOGI ANALISIS HUBUNGAN KEKERABATAN JAMBU AIR (Syzigium aqueum (Burm.f.). Alston) DI KOTA PEKANBARU DAN KABUPATEN KAMPAR BERDASARKAN KARAKTER MORFOLOGI Nanda Marlian Iriani, Nery Sofiyanti, Fitmawati Mahasiswa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. bulan, mulai bulan Januari sampai dengan bulan April 2012.

BAB III METODE PENELITIAN. bulan, mulai bulan Januari sampai dengan bulan April 2012. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Biosistematika dan Laboratorium Histologi Departemen Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas

Lebih terperinci

Periode Juli-September 2016 ISSN ONLINE :

Periode Juli-September 2016 ISSN ONLINE : Analsis Keanekaragaman Kayu Manis (Cinnamomum burmannii (Nees & T. Nees) Blume.) Di Kabupaten Agam, Sumatera Barat Berdasarkan Karakter Morfologi SISKA SRI WAHYUNI 1*, FITMAWATI 2, NERY SOFIYANTI 3 Jurusan

Lebih terperinci

DAVALLIACEAE (PTERIDOPHYTA) DI BUKIT BATU KABUPATEN BENGKALIS-SIAK PROVINSI RIAU Eka Indra H 1, Nery Sofiyanti 2, Dyah Iriani 2

DAVALLIACEAE (PTERIDOPHYTA) DI BUKIT BATU KABUPATEN BENGKALIS-SIAK PROVINSI RIAU Eka Indra H 1, Nery Sofiyanti 2, Dyah Iriani 2 DAVALLIACEAE (PTERIDOPHYTA) DI BUKIT BATU KABUPATEN BENGKALIS-SIAK PROVINSI RIAU Eka Indra H 1, Nery Sofiyanti 2, Dyah Iriani 2 1 Mahasiswa Program Studi S1 Biologi, FMIPA-UR 2 Dosen Jurusan Biologi FMIPA-UR

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus sampai bulan Oktober tahun

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus sampai bulan Oktober tahun BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus sampai bulan Oktober tahun 2015. Penelitian ini dilakukan di kawasan ekowisata jalur pendakian Cemoro

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh : NAZRIAH PRATIWI / AGROEKOTEKNOLOGI PEMULIAAN TANAMAN

SKRIPSI. Oleh : NAZRIAH PRATIWI / AGROEKOTEKNOLOGI PEMULIAAN TANAMAN IDENTIFIKASI KARAKTER MORFOLOGIS DAN HUBUNGAN KEKERABATAN BEBERAPA GENOTIPE DURIAN (Durio zibethinus Murr) DI KECAMATAN TIGALINGGA DAN PEGAGAN HILIR KABUPATEN DAIRI SUMATERA UTARA SKRIPSI Oleh : NAZRIAH

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. beberapa Kecamatan yaitu Kecamatan Kota Tengah, Kecamatan Kota Utara dan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. beberapa Kecamatan yaitu Kecamatan Kota Tengah, Kecamatan Kota Utara dan 20 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Pengamatan stomata dalam penelitian ini dilakukan pada 9 varietas tumbuhan puring yang terdapat di Kota Gorontalo. Varietas puring ini

Lebih terperinci

Analisis Kekerabatan Varietas Tanaman. Ketela Pohon (Manihot utilissima) Berdasarkan Karakter Morfologi di Wilayah Kabupaten Nganjuk SKRIPSI

Analisis Kekerabatan Varietas Tanaman. Ketela Pohon (Manihot utilissima) Berdasarkan Karakter Morfologi di Wilayah Kabupaten Nganjuk SKRIPSI Analisis Kekerabatan Varietas Tanaman Ketela Pohon (Manihot utilissima) Berdasarkan Karakter Morfologi di Wilayah Kabupaten Nganjuk SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

SEBARAN POHON PAKAN ORANGUTAN SUMATERA (Pongo abelii. Lesson,1827.) MENGGUNAKAN APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS SKRIPSI

SEBARAN POHON PAKAN ORANGUTAN SUMATERA (Pongo abelii. Lesson,1827.) MENGGUNAKAN APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS SKRIPSI SEBARAN POHON PAKAN ORANGUTAN SUMATERA (Pongo abelii. Lesson,1827.) MENGGUNAKAN APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS SKRIPSI Oleh : MUHAMMAD MARLIANSYAH 061202036 DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman gonda dalam bahasa jawa disebut gondo atau orang barat

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman gonda dalam bahasa jawa disebut gondo atau orang barat II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Tanaman Gonda Tanaman gonda dalam bahasa jawa disebut gondo atau orang barat menyebutnya chikenspike termasuk dalam keluarga Sphenocleaceae. Klasifikasi taksonomi dijelaskan

Lebih terperinci

INVENTARISASI TUMBUHAN PAKU DI KAMPUS I UNIVERSITAS MEDAN AREA

INVENTARISASI TUMBUHAN PAKU DI KAMPUS I UNIVERSITAS MEDAN AREA ISSN 2598-6015 INVENTARISASI TUMBUHAN PAKU DI KAMPUS I UNIVERSITAS MEDAN AREA JUBAIDAH NASUTION 1, JAMILAH NASUTION 2*, EMMY HARSO KARDHINATA 3 1,2 Departemen Biologi, Fakultas Biologi Universitas Medan

Lebih terperinci

Keanekaragaman Pteridaceae Berdasarkan Karakter Morfologi dan Fitokimia di Hutan PT. Chevron Pacific Indonesia (PT. CPI) Rumbai

Keanekaragaman Pteridaceae Berdasarkan Karakter Morfologi dan Fitokimia di Hutan PT. Chevron Pacific Indonesia (PT. CPI) Rumbai Keanekaragaman Pteridaceae Berdasarkan Karakter Morfologi dan Fitokimia di Hutan PT. Chevron Pacific Indonesia (PT. CPI) Rumbai MACHFIRA YUSNA 1 *, NERY SOFIYANTI 1, FITMAWATI 1 1 Jurusan Biologi, Fakultas

Lebih terperinci

KEANEKARAGAMAN PTERIDOPHYTA TERESTRIAL DI KAWASAN HUTAN PINUS KRAGILAN KABUPATEN MAGELANG PROVINSI JAWA TENGAH

KEANEKARAGAMAN PTERIDOPHYTA TERESTRIAL DI KAWASAN HUTAN PINUS KRAGILAN KABUPATEN MAGELANG PROVINSI JAWA TENGAH KEANEKARAGAMAN PTERIDOPHYTA TERESTRIAL DI KAWASAN HUTAN PINUS KRAGILAN KABUPATEN MAGELANG PROVINSI JAWA TENGAH Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata1 pada Jurusan Pendidikan

Lebih terperinci

Gambar 5. Kondisi Umum Lokasi Pengamatan di Arboretum Fahutan (a); CIFOR 1 (b); dan CIFOR 2 (c).

Gambar 5. Kondisi Umum Lokasi Pengamatan di Arboretum Fahutan (a); CIFOR 1 (b); dan CIFOR 2 (c). HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Lokasi pengamatan berjumlah tiga lokasi, yaitu Arboretum Fahutan; CIFOR 1; dan CIFOR 2. Arboretum Fahutan merupakan hutan buatan dengan jenis tegakan campuran, sedangkan

Lebih terperinci

KEKERABATAN Bulbophyllum dan Vanda DI PEKANBARU BERDASARKAN KARAKTER MORFOLOGI. Mahasiswa Program Studi S1 Biologi

KEKERABATAN Bulbophyllum dan Vanda DI PEKANBARU BERDASARKAN KARAKTER MORFOLOGI. Mahasiswa Program Studi S1 Biologi KEKERABATAN Bulbophyllum dan Vanda DI PEKANBARU BERDASARKAN KARAKTER MORFOLOGI Fitriani K.U 1,Herman 2, Nery Sofiyanti 3 1 Mahasiswa Program Studi S1 Biologi 2 Bidang Genetika Jurusan Biologi 3 Bidang

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI DAN KLASIFIKASI TUMBUHAN PAKU DI PERKEBUNAN KARET (Hevea brasiliensis) DI DESA TANJUNG RAYA KECAMATAN RAMBANG PRABUMULIH SUMATERA SELATAN

IDENTIFIKASI DAN KLASIFIKASI TUMBUHAN PAKU DI PERKEBUNAN KARET (Hevea brasiliensis) DI DESA TANJUNG RAYA KECAMATAN RAMBANG PRABUMULIH SUMATERA SELATAN IDENTIFIKASI DAN KLASIFIKASI TUMBUHAN PAKU DI PERKEBUNAN KARET (Hevea brasiliensis) DI DESA TANJUNG RAYA KECAMATAN RAMBANG PRABUMULIH SUMATERA SELATAN Dwi Yunita Indah Sari, 1 Amrina Rosada 2, e-mail:dwi

Lebih terperinci

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2017 ISBN:

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2017 ISBN: Prosiding Seminar Nasional Biotik 2017 ISBN: 978-602-60401-3-8 JENIS TUMBUHAN MORACEAE DI KAWASAN STASIUN KETAMBE TAMAN NASIONAL GUNUNG LEUSER ACEH TENGGARA Hasanuddin Magister Pendidikan Biologi FKIP

Lebih terperinci

KEANEKARAGAMAN TUMBUHAN PAKU EPIFIT DI KAWASAN HUTAN PINUS KRAGILAN KABUPATEN MAGELANG PROVINSI JAWA TENGAH

KEANEKARAGAMAN TUMBUHAN PAKU EPIFIT DI KAWASAN HUTAN PINUS KRAGILAN KABUPATEN MAGELANG PROVINSI JAWA TENGAH KEANEKARAGAMAN TUMBUHAN PAKU EPIFIT DI KAWASAN HUTAN PINUS KRAGILAN KABUPATEN MAGELANG PROVINSI JAWA TENGAH Disusun sebagai salah satu syarat meyelesaikan Progam Studi Strata 1 pada Jurusan Biologi Fakultas

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODUL PENGAYAAN KEANEKARAGAMAN PAKU WANAGAMA UNTUK MENINGKATKAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA SMA DI GUNUNGKIDUL

PENGEMBANGAN MODUL PENGAYAAN KEANEKARAGAMAN PAKU WANAGAMA UNTUK MENINGKATKAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA SMA DI GUNUNGKIDUL Pengembangan Modul Pengayaan (Hasanah Fajar Sayekti) 323 PENGEMBANGAN MODUL PENGAYAAN KEANEKARAGAMAN PAKU WANAGAMA UNTUK MENINGKATKAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA SMA DI GUNUNGKIDUL DEVELOPMENT OF PTERIDOPHYTA

Lebih terperinci

Bentuk Spora Tumbuhan Paku Dalam Mendukung Konsep Takson ABSTRACT

Bentuk Spora Tumbuhan Paku Dalam Mendukung Konsep Takson ABSTRACT Bentuk Spora Tumbuhan Paku Dalam Mendukung Konsep Takson Budi Prasetyo budi-p@mail.ut.ac.id ABSTRACT Generally character state were identificated, analysis, and synthesized, were standard material characteristic

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Gambar 3.1.Lokasi Penelitian

MATERI DAN METODE. Gambar 3.1.Lokasi Penelitian III. MATERI DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Maret sampai Juni 2014 di Kecamatan Kepenuhan, Kepenuhan Hulu Dan Kecamatan Rambah Hilir di Kabupaten Rokan Hulu.

Lebih terperinci

) PADA KETINGGIAN YANG BERBEDA DI TAMAN HUTAN RAYA (TAHURA) K.G.P.A.A MANGKUNAGORO 1 NGARGOYOSO KABUPATEN KARANGANYAR PROVINSI JAWA TENGAH

) PADA KETINGGIAN YANG BERBEDA DI TAMAN HUTAN RAYA (TAHURA) K.G.P.A.A MANGKUNAGORO 1 NGARGOYOSO KABUPATEN KARANGANYAR PROVINSI JAWA TENGAH INVENTARISASI dan KEANEKARAGAMAN TUMBUHAN (Bryophyta dan Pteridophyta) PADA KETINGGIAN YANG BERBEDA DI TAMAN HUTAN RAYA (TAHURA) K.G.P.A.A MANGKUNAGORO 1 NGARGOYOSO KABUPATEN KARANGANYAR PROVINSI JAWA

Lebih terperinci

DIVERSITY PLANTS OF NAIL (PTERIDOPHYTA) IN WONOASRI WATERFALL BANGUN VILLAGE DISTRICT MUNJUNGAN TRENGGALEK REGENCY

DIVERSITY PLANTS OF NAIL (PTERIDOPHYTA) IN WONOASRI WATERFALL BANGUN VILLAGE DISTRICT MUNJUNGAN TRENGGALEK REGENCY JURNAL KEANERAGAMAN TUMBUHAN PAKU (PTERIDOPHYTA) DI KAWASAN AIR TERJUN WONOASRI DESA BANGUN KECAMATAN MUNJUNGAN KABUPATEN TRENGGALEK DIVERSITY PLANTS OF NAIL (PTERIDOPHYTA) IN WONOASRI WATERFALL BANGUN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman gonda merupakan tanaman herba aquatic yang termasuk dalam keluarga

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman gonda merupakan tanaman herba aquatic yang termasuk dalam keluarga II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Tanaman Gonda Tanaman gonda merupakan tanaman herba aquatic yang termasuk dalam keluarga Sphenocleaceae. Klasifikasi taksonomi dijelaskan sebagai berikut : Divisio Sub-divisio

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. adalah suatu penelitian untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara

BAB III METODE PENELITIAN. adalah suatu penelitian untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Metode deskriptif adalah suatu penelitian untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara

Lebih terperinci

INVENTARISASI TUMBUHAN PAKU (PTERIDHOPHYTA) DI KAWASAN WISATA AIR TERJUN DHOLO, KABUPATEN KEDIRI

INVENTARISASI TUMBUHAN PAKU (PTERIDHOPHYTA) DI KAWASAN WISATA AIR TERJUN DHOLO, KABUPATEN KEDIRI Artikel Skripsi INVENTARISASI TUMBUHAN PAKU (PTERIDHOPHYTA) DI KAWASAN WISATA AIR TERJUN DHOLO, KABUPATEN KEDIRI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terkenal dengan sumber daya alam yang sangat melimpah dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terkenal dengan sumber daya alam yang sangat melimpah dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia terkenal dengan sumber daya alam yang sangat melimpah dan terkenal sebagai pusat keanekaragaman hayati. Walaupun, luas daratan Indonesia hanya 1,3% dari permukaan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Struktur Morfologi Tanaman Begonia

HASIL DAN PEMBAHASAN. Struktur Morfologi Tanaman Begonia 2 kerapatan, dan ukuran stomata (panjang dan lebar). Kerapatan stomata dapat dinyatakan dengan jumlah stomata/mm 2. Pengamatan dilakukan dengan mikroskop cahaya pada perbesaran 100x dan 400x. Irisan transversal

Lebih terperinci

SKRIPSI. KARAKTERISASI MORFOLOGI DAUN KULTIVAR DURIAN LOKAL (Durio zibethinus Murr.) DI KECAMATAN KUANTAN MUDIK KABUPATEN KUANTAN SINGINGI

SKRIPSI. KARAKTERISASI MORFOLOGI DAUN KULTIVAR DURIAN LOKAL (Durio zibethinus Murr.) DI KECAMATAN KUANTAN MUDIK KABUPATEN KUANTAN SINGINGI SKRIPSI KARAKTERISASI MORFOLOGI DAUN KULTIVAR DURIAN LOKAL (Durio zibethinus Murr.) DI KECAMATAN KUANTAN MUDIK KABUPATEN KUANTAN SINGINGI Oleh: Fepi Muliani 10882004356 JURUSAN ILMU PERTANIAN FAKULTAS

Lebih terperinci

STUDI KEANEKARAGAMAN PTERIDOPHYTA TERESTRIAL DI KAWASAN HUTAN WISATA AIR TERJUN JUMOG DESA BERJO NGARGOYOSO KARANGANYAR PROVINSI JAWA TENGAH

STUDI KEANEKARAGAMAN PTERIDOPHYTA TERESTRIAL DI KAWASAN HUTAN WISATA AIR TERJUN JUMOG DESA BERJO NGARGOYOSO KARANGANYAR PROVINSI JAWA TENGAH STUDI KEANEKARAGAMAN PTERIDOPHYTA TERESTRIAL DI KAWASAN HUTAN WISATA AIR TERJUN JUMOG DESA BERJO NGARGOYOSO KARANGANYAR PROVINSI JAWA TENGAH Skripsi Diajukan untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan pada

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakterisasi secara morfologi beberapa kultivar cabai di Yogyakarta

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakterisasi secara morfologi beberapa kultivar cabai di Yogyakarta BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Karakterisasi secara morfologi beberapa kultivar cabai di Yogyakarta dilakukan pada bulan Januari-Juni 2016 di lahan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP Yogyakarta).

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan adalah deskriptif - eksploratif, yang

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan adalah deskriptif - eksploratif, yang 36 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang dilakukan adalah deskriptif - eksploratif, yang merupakan suatu penyelidikan terhadap sejumlah individu, baik secara sensus atau

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. 1. Lokasi penelitian pada sisi sebelah timur kawasan hutan Kelurahan. Kanarakan dekat pemukiman masyarakat

BAB IV HASIL PENELITIAN. 1. Lokasi penelitian pada sisi sebelah timur kawasan hutan Kelurahan. Kanarakan dekat pemukiman masyarakat BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian Pengambilan sampel tumbuhan makroepifit di kawasan hutan Kelurahan Kanarakan dilakukan pada empat lokasi yang berbeda. Adapun lokasinya yaitu : 1.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Teh

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Teh TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Teh Tanaman teh dengan nama latin Camellia sinensis, merupakan salah satu tanaman perdu berdaun hijau (evergreen shrub). Tanaman teh berasal dari daerah pegunungan di Assam,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Tanaman Cabai Botani Tanaman Cabai

TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Tanaman Cabai Botani Tanaman Cabai 3 TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Tanaman Cabai Cabai ditemukan pertama kali oleh Columbus pada saat menjelajahi Dunia Baru. Tanaman cabai hidup pada daerah tropis dan wilayah yang bersuhu hangat. Selang beberapa

Lebih terperinci

Aminah et al, Studi Hubungan Kekerabatan 90

Aminah et al, Studi Hubungan Kekerabatan 90 STUDI HUBUNGAN KEKERABATAN BEBERAPA SPESIES ANGGREK BERDASARKAN CIRI MORFOLOGI MENGGUNAKAN METODE TAKSIMETRI DI DD ORCHID NURSERY The Study of Kinship Relationship to Several Species of Orchid Based on

Lebih terperinci

HASIL. Gambar 1 Permukaan atas daun nilam Aceh. Gambar 2 Permukaan atas daun nilam Jawa.

HASIL. Gambar 1 Permukaan atas daun nilam Aceh. Gambar 2 Permukaan atas daun nilam Jawa. 6 3 lintas, ada tiga hal yang harus diperhatikan yaitu: 1. Apabila koefisien korelasi antara peubah hampir sama dengan koefisien lintas (nilai pengaruh langsung) maka korelasi tersebut menjelaskan hubungan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. yaitu dikawasan Hutan Sungai Teluk Sahang (berdasarkan wilayah sampling. 1. Menuju Lokasi Penelitian Menyusuri Sungai Rungan

BAB IV HASIL PENELITIAN. yaitu dikawasan Hutan Sungai Teluk Sahang (berdasarkan wilayah sampling. 1. Menuju Lokasi Penelitian Menyusuri Sungai Rungan 1 BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian Pengambilan spesimen lumut dilakukan pada tiga lokasi yang berbeda, yaitu dikawasan Hutan Sungai Teluk Sahang (berdasarkan wilayah sampling yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tumbuhan paku dikelompokkan dalam satu divisi yang jenis-jenisnya. obatan hingga perananya sebagai keseimbangan ekosistem.

BAB I PENDAHULUAN. Tumbuhan paku dikelompokkan dalam satu divisi yang jenis-jenisnya. obatan hingga perananya sebagai keseimbangan ekosistem. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Tumbuhan paku (Pteridophyta) merupakan salah satu golongan tumbuhan yang hampir dapat dijumpai pada setiap wilayah di Indonesia. Tumbuhan paku dikelompokkan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hutan Hutan merupakan kumpulan pepohonan yang tumbuh rapat beserta tumbuh tumbuhan memanjat yang berperan sangat penting bagi kehidupan. Kerapatan hutan disebabkan oleh adanya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. luas di seluruh dunia sebagai bahan pangan yang potensial. Kacang-kacangan

II. TINJAUAN PUSTAKA. luas di seluruh dunia sebagai bahan pangan yang potensial. Kacang-kacangan 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Tanaman Kacang Hijau Kacang-kacangan (leguminosa), sudah dikenal dan dimanfaatkan secara luas di seluruh dunia sebagai bahan pangan yang potensial. Kacang-kacangan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Peta Lokasi Kabupaten Simalungun

Lampiran 1. Peta Lokasi Kabupaten Simalungun Lampiran 1. Peta Lokasi Kabupaten Simalungun Lampiran 2. Analisis Data Umum Kuisioner Desa Dalig Raya KUISIONER I. Lokasi a. Kabupaten : Simalungun b. Kecamatan : Raya c. Desa : Dalig Raya d. Dusun : Tumbukan

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEKERABATAN FENETIK MARGA Tarenna DI SUMATERA

HUBUNGAN KEKERABATAN FENETIK MARGA Tarenna DI SUMATERA 15-146 HUBUNGAN KEKERABATAN FENETIK MARGA Tarenna DI SUMATERA Novita Kartika Indah Jurusam Biologi FMIPA Univ. Negeri Surabaya E-mail : kartikanovi@rocketmail.com ABSTRAK Tarenna merupakan kerabat dekat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Tumbuhan Paku Tumbuhan paku dalam dunia tumbuhan termasuk golongan besar atau Divisio Pteridophyta (pteris : bulu burung, phyta : tumbuhan ) yang diterjemahkan

Lebih terperinci

BEMBAN KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG AMBAWANG KECAMATAN KUBU KABUPATEN KUBU RAYA

BEMBAN KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG AMBAWANG KECAMATAN KUBU KABUPATEN KUBU RAYA KEANEKARAGAMAN JENIS TUMBUHAN PAKU-PAKUAN (Pteridophyta) DI DESA BEMBAN KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG AMBAWANG KECAMATAN KUBU KABUPATEN KUBU RAYA Fern (Pteridophyta) Diversity in Bemban Village Mount Ambawang

Lebih terperinci

KERAGAMAN TUMBUHAN PAKU (PTERIDOPHYTA) BERPOTENSI OBAT DI RESORT ROWOBENDO TAMAN NASIONAL ALAS PURWO

KERAGAMAN TUMBUHAN PAKU (PTERIDOPHYTA) BERPOTENSI OBAT DI RESORT ROWOBENDO TAMAN NASIONAL ALAS PURWO KERAGAMAN TUMBUHAN PAKU (PTERIDOPHYTA) BERPOTENSI OBAT DI RESORT ROWOBENDO TAMAN NASIONAL ALAS PURWO SKRIPSI Oleh Martha Lumungga Hutabarat NIM 031810401081 JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU

Lebih terperinci

DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL...i LEMBAR PENGESAHAN...ii KATA PENGANTAR...iii DAFTAR ISI...v DAFTAR GAMBAR...vii DAFTAR TABEL...

DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL...i LEMBAR PENGESAHAN...ii KATA PENGANTAR...iii DAFTAR ISI...v DAFTAR GAMBAR...vii DAFTAR TABEL... DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL......i LEMBAR PENGESAHAN......ii KATA PENGANTAR.....iii DAFTAR ISI......v DAFTAR GAMBAR....vii DAFTAR TABEL... viii INTISARI.....ix ABSTRACT......x I. PENDAHULUAN 1.1.

Lebih terperinci

Lampiran 1. Hasil Karakterisasi tiap OTU's

Lampiran 1. Hasil Karakterisasi tiap OTU's Lampiran. Hasil Karakterisasi tiap OTU's No. Parameter/ciri morfologi Karakterisasi 5 5 5 5 5 5 5 Lebar Kanopi (m) Tinggi Pohon (m) Bentuk Kanopi. m., -,0 m., m. m., -,0 m., m. Bulat. Oval. Abu-Abu Bentuk

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensis L.)

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensis L.) II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensis L.) Menurut Fachruddin (2000) tanaman kacang panjang termasuk famili leguminoceae. Klasifikasi tanaman kacang panjang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keanekaragaman hayati (biological diversity atau biodiversity) adalah istilah yang digunakan untuk menerangkan keragaman ekosistem dan berbagai bentuk serta variabilitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Tumbuhan paku merupakan suatu divisi yang warganya telah jelas mempunyai kormus, artinya tubuhnya dengan nyata dapat dibedakan dalam tiga bagian pokoknya, yaitu akar, batang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Botani Tanaman Bayam Bayam (Amaranthus sp.) merupakan tanaman semusim dan tergolong sebagai tumbuhan C4 yang mampu mengikat gas CO 2 secara efisien sehingga memiliki daya adaptasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian telah dilaksanakan di Kebun Bibit Permanen, Kecamatan Kedungpring, Lamongan dan di Laboratorium Biosistematika, Departemen Biologi,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Manggis dan Syarat Tumbuh Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah berupa pohon yang banyak tumbuh secara alami pada hutan tropis di kawasan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang dijadikan sebagai wilayah sampling, yaitu: Adapun deskripsi lokasi penelitian yaitu sebagai berikut:

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang dijadikan sebagai wilayah sampling, yaitu: Adapun deskripsi lokasi penelitian yaitu sebagai berikut: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian Pengambilan spesimen keladi dilakukan pada lima kelurahan yang berbeda yang dijadikan sebagai wilayah sampling, yaitu: Kelurahan Menteng

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kacang tunggak (Vigna unguiculata (L.)) merupakan salah satu anggota dari

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kacang tunggak (Vigna unguiculata (L.)) merupakan salah satu anggota dari II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Taksonomi dan Morfologi Kacang Tunggak Kacang tunggak (Vigna unguiculata (L.)) merupakan salah satu anggota dari genus Vignadan termasuk ke dalam kelompok yang disebut catjangdan

Lebih terperinci

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulanjuni sampai Juli 2012 di Desa

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulanjuni sampai Juli 2012 di Desa I. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulanjuni sampai Juli 2012 di Desa Air Tiris Kecamatan Kampar Kabupaten Kampar Provinsi Riau. 3.2.Bahan dan Alat Bahan yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. dalam buku Steenis (2003), taksonomi dari tanaman tebu adalah Kingdom :

TINJAUAN PUSTAKA. dalam buku Steenis (2003), taksonomi dari tanaman tebu adalah Kingdom : TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Berdasarkan klasifikasi taksonomi dan morfologi Linneus yang terdapat dalam buku Steenis (2003), taksonomi dari tanaman tebu adalah Kingdom : Plantae, Divisio : Spermatophyta,

Lebih terperinci

Universitas Mulawarman 2,3 Program Studi Biologi FMIPA, Universitas Mulawarman. *Corresponding Author:

Universitas Mulawarman 2,3 Program Studi Biologi FMIPA, Universitas Mulawarman. *Corresponding Author: Prosiding Seminar Tugas Akhir FMIPA UNMUL 2015 Keanekaragaman Paku Epifit Pada Batang Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Di Desa Suatang Baru Kecamatan Paser Belengkong Kabupaten Paser Kalimantan Timur

Lebih terperinci

Keanekaragaman Infraspesifik Petai (Parkia speciosa Hassk.) Di Kabupaten Indragiri hulu dan Kabupaten Kuantan Singingi Berdasarkan Karakter Morfologi

Keanekaragaman Infraspesifik Petai (Parkia speciosa Hassk.) Di Kabupaten Indragiri hulu dan Kabupaten Kuantan Singingi Berdasarkan Karakter Morfologi Keanekaragaman Infraspesifik Petai (Parkia speciosa Hassk.) Di Kabupaten Indragiri hulu dan Kabupaten Kuantan Singingi Berdasarkan Karakter Morfologi ZULHENDRA 1*, FITMAWATI 2, NERY SOFIYANTI 2 123 Jurusan

Lebih terperinci

VARIASI MORFOLOGI PEPAYA (Carica papaya L.) DI KOTA PEKANBARU

VARIASI MORFOLOGI PEPAYA (Carica papaya L.) DI KOTA PEKANBARU VARIASI MORFOLOGI PEPAYA (Carica papaya L.) DI KOTA PEKANBARU Heria Nova 1, Nery Sofiyanti 2 dan Fitmawati 2 1 Mahasiswi Jurusan Biologi FMIPA-UR 2 Dosen Botani Jurusan Biologi FMIPA-UR Fakultas Matematika

Lebih terperinci

AGROVIGOR VOLUME 6 NO. 1 MARET 2013 ISSN

AGROVIGOR VOLUME 6 NO. 1 MARET 2013 ISSN AGROVIGOR VOLUME 6 NO. 1 MARET 2013 ISSN 1979 5777 1 ANALISIS MORFOLOGI DAN HUBUNGAN KEKERABATAN SEBELAS JENIS TANAMAN SALAK (Salacca zalacca (Gertner) Voss BANGKALAN Siti Fatimah Prodi Agroekoteknologi

Lebih terperinci

Autekologi Begonia Liar di Kawasan Remnant Forest Kebun Raya Cibodas NUR AZIZAH Abstrak

Autekologi Begonia Liar di Kawasan Remnant Forest Kebun Raya Cibodas NUR AZIZAH Abstrak Autekologi Begonia Liar di Kawasan Remnant Forest Kebun Raya Cibodas NUR AZIZAH 1127020048 Abstrak Data keragaman jenis, persebaran dan data ekologi dari Begonia liar di kawasan remnant forest (hutan restan)

Lebih terperinci

INTISARI. Kata kunci: tekanan darah, dataran tinggi, dataran rendah.

INTISARI. Kata kunci: tekanan darah, dataran tinggi, dataran rendah. INTISARI Latar belakang: Tekanan darah adalah tekanan yang dihasilkan oleh darah terhadap pembuluh darah. Tekanan darah dipengaruhi volume darah dan elastisitas pembuluh darah. Peningkatan tekanan darah

Lebih terperinci

* korespondensi: Diterima 10 Januari 2014, diterima untuk dipublikasikan 19 Februari Abstrak

* korespondensi: Diterima 10 Januari 2014, diterima untuk dipublikasikan 19 Februari Abstrak Hubungan Kekerabatan Kultivar Talas (Colocasia esculenta) Berdasarkan Karakter Morfologi Organ Vegetatif (The Phenetic Relationship among Taro Cultivar (Colocasia esculenta) Based on Vegetative Morphological

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. mengenai situasi dan kejadian. Menggunakan metode survei dengan teknik

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. mengenai situasi dan kejadian. Menggunakan metode survei dengan teknik 36 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian yang bersifat deskriptif eksploratif, yaitu suatu penelitian untuk membuat gambaran mengenai situasi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Adapun klasifikasi Colletotrichum gloeosporioides Penz. Sacc. menurut. : Colletotrichum gloeosporioides Penz. Sacc.

TINJAUAN PUSTAKA. Adapun klasifikasi Colletotrichum gloeosporioides Penz. Sacc. menurut. : Colletotrichum gloeosporioides Penz. Sacc. TINJAUAN PUSTAKA Biologi Penyakit Adapun klasifikasi Colletotrichum gloeosporioides Penz. Sacc. menurut Dwidjoseputro (1978) sebagai berikut : Divisio Subdivisio Kelas Ordo Family Genus Spesies : Mycota

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) divisi spermatophyta, subdivisi angiospermae, kelas monocotyledonae,

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) divisi spermatophyta, subdivisi angiospermae, kelas monocotyledonae, TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Tanaman bawang merah diklasifikasikan sebagai berikut, divisi spermatophyta, subdivisi angiospermae, kelas monocotyledonae, ordo liliales,

Lebih terperinci

Lampiran 1. Peta Lokasi Kabupaten Simalungun

Lampiran 1. Peta Lokasi Kabupaten Simalungun Lampiran 1. Peta Lokasi Kabupaten Simalungun Keterangan : Daerah Penelitian K Lampiran 2. Analisis Data umum Kuisioner Desa Dolok Saribu KUESIONER I. IDENTITAS RESPONDEN a. Nama : Andi Saragih/ 14 April

Lebih terperinci

KEANEKARAGAMAN JENIS KANTONG SEMAR (Nepenthes spp) KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG AMBAWANG DESA KAMPUNG BARU KECAMATAN KUBU KABUPATEN KUBU RAYA

KEANEKARAGAMAN JENIS KANTONG SEMAR (Nepenthes spp) KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG AMBAWANG DESA KAMPUNG BARU KECAMATAN KUBU KABUPATEN KUBU RAYA KEANEKARAGAMAN JENIS KANTONG SEMAR (Nepenthes spp) KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG AMBAWANG DESA KAMPUNG BARU KECAMATAN KUBU KABUPATEN KUBU RAYA The Diversity Of Kantong Semar (Nepenthes spp) Protected Forest

Lebih terperinci

Studi Morfologi dan Hubungan Kekerabatan Varietas Salak Pondoh (Salacca zalacca (Gaert.) Voss.) di Dataran Tinggi Sleman

Studi Morfologi dan Hubungan Kekerabatan Varietas Salak Pondoh (Salacca zalacca (Gaert.) Voss.) di Dataran Tinggi Sleman B I O D I V E R S I T A S ISSN: 1412-033X Volume 1, Nomor 2 Juli 2000 Halaman: 59-64 Studi Morfologi dan Hubungan Kekerabatan Varietas Salak Pondoh (Salacca zalacca (Gaert.) Voss.) di Dataran Tinggi Sleman

Lebih terperinci

Jenis-Jenis Paku Epifit di Hutan Desa Beginjan Kecamatan Tayan Hilir Kabupaten Sanggau

Jenis-Jenis Paku Epifit di Hutan Desa Beginjan Kecamatan Tayan Hilir Kabupaten Sanggau Jenis-Jenis Paku Epifit di Hutan Desa Beginjan Kecamatan Tayan Hilir Kabupaten Sanggau Weri Febri Lindasari 1, Riza Linda 1,Irwan Lovadi 1 1 Program Studi Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Tanjungpura,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA jenis yang terbagi dalam 500 marga (Tjitrosoepomo, 1993: 258). Indonesia

BAB II KAJIAN PUSTAKA jenis yang terbagi dalam 500 marga (Tjitrosoepomo, 1993: 258). Indonesia 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Biologi Anggrek 2.1.1 Deskripsi Anggrek Anggrek merupakan famili terbesar dalam tumbuhan biji, seluruhnya meliputi 20.000 jenis yang terbagi dalam 500 marga (Tjitrosoepomo,

Lebih terperinci

Perhitungan Tingkat Kekerabatan Ordo Lepidoptera (Kupu Kupu) di Tahura Bromo Karanganyar Menggunakan Indeks Kesamaan Sorensen dan Dendogram

Perhitungan Tingkat Kekerabatan Ordo Lepidoptera (Kupu Kupu) di Tahura Bromo Karanganyar Menggunakan Indeks Kesamaan Sorensen dan Dendogram SP-011-00 Proceeding Biology Education Conference (ISSN: 5-57), Vol 1(1) 016: 5-60 Perhitungan Tingkat Kekerabatan Ordo Lepidoptera (Kupu Kupu) di Tahura Bromo Karanganyar Menggunakan Indeks Kesamaan Sorensen

Lebih terperinci