BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakterisasi secara morfologi beberapa kultivar cabai di Yogyakarta

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakterisasi secara morfologi beberapa kultivar cabai di Yogyakarta"

Transkripsi

1 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Karakterisasi secara morfologi beberapa kultivar cabai di Yogyakarta dilakukan pada bulan Januari-Juni 2016 di lahan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP Yogyakarta). Tujuan dari karakterisasi morfologi adalah mengetahui deskripsi masing-masing kultivar, hasil karakterisasi dapat digunakan untuk menganalisis hubungan kekerabatan antar kultivar cabai yang diuji pada fase vegetatif, generatif, vegetatif dan generatif, serta hubungan kekerabatan pada bagian buahnya. Peralatan dan bahan yang digunakan pada pengambilan data karakterisasi yaitu 10 kultivar cabai, tanah/media, pupuk, air, penggaris, rol meter, alat tuis, kamera, timbangan analitik, jangka sorong, colour chart, kertas koran, kertas label. Kultivar cabai yang diuji berasal dari Yogyakarta di antaranya; Jemprit Toboyo (C1), Besar Toboyo (C2), Teropong (C3), Cabai Merah (C4), Cabai Panjang (C5), Cabai Rawit Hijau (C6), Cabai Jemprit (C7), Cabai Rawit (C8), Cabai Kencana (C9), Cabai Giko (C10). Pengamatan karakter morfologi 10 kultivar cabai dilakukan secara kualitatif dan kuntitatif baik pada fase vegetatif maupun fase generatif berdasarkan pada pedoman Tabel Panduan Pengujian Individua (PPI) cabai, IPGRI (1995: 23-37), dan buku morfologi tumbuhan (Tjitrosoepomo, 1994: 42-48). Sifat kuantitatif dapat ditentukan secara teliti dengan pengukuran seperti panjang, waktu, berat, atau proporsi. Data hasi pengamatan dianaisis dengan menggunakan software SAS (Statistical Analysis System for Windows 9.1.3).

2 Sebelum melakukan pengamatan karakter morfologi bagian vegetatif tanaman cabai perlu dilakukan pengukuran klimatik atau kondisi lingkungan penanaman tanaman cabai agar dapat diketahui tanaman cabai tersebut berada dalam kondisi penanaman yang sesuai atau tidak. Tabel 4. Data sekunder hasil pengukuran klimatik lingkungan tanaman cabai Fase pengamatan Ulangan Suhu udara (0C) Kelembaban udara (%) ph tanah Kelembaban tanah (%) % 6,5 10% Fase vegetatif % 6,9 20% % 6,9 20% Rata-rata 25,3 49,3% 6,7 16,6% % 6,5 15% Fase generatif % 6,7 20% % 6,6 20% Rata-rata 30 52,6% 6,6 18,3% Berdasarkan Tabel 4 terlihat penanaman cabai sebesar 25,3 0 C bahwa suhu udara rata-rata di lokasi pada fase vegetatif dan 30 0 C pada fase generatif. Suhu udara tersebut merupakan suhu udara yang baik untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman cabai. Suhu yang baik untuk pertumbuahan dan perkembangan cabai berkisar antara C. Ripangi (2012: 26-27), menyatakan bahwa suhu harian yang terlalu tinggi (di atas 30 0 C) menyebabkan tepung sari pada tanaman cabai tidak berfungsi untuk melakukan pembuahan. Suhu harian yang terlalu terik juga menyebabkan bunga dan buahnya terbakar. Apabila suhu rendah di bawah 15 0 C akan menyebabkan banyak cendawan penyakit daun yang menyerang tanaman cabai. Kelembaban udara yang diukur pada saat fase vegetatif tanaman sebesar 49,3%, pada fase generatif sebesar 52,6% sedangkan kelembaban tanah sebesar 16,6% dan 18,3%.

3 Secara umum tanaman cabai menyukai tanah yang gembur dan banyak unsur hara. Tanah yang mempunyai derajat keasaman terlalu tinggi (diatas 7,0) tidak semua unsur dari pupuk bisa terserap oleh akar. ph tanah yang sesuai untuk tanaman cabai pada umumnya netral (6,0-7,0) dimana ph ideal berada pada angka 6,5. ph tanah yang diukur pada fase vegetatif sebesar 6,7 dan 6,6 pada fase generatif. Kedua ph tersebut masih tergolong ph yang aman untuk pertumbuhan tanaman cabai yaitu masih terdapat pada rentang 6,0-7,0. A. Karakterisasi Bagian Vegetatif Tanaman Pengamatan karakter vegetatif dilakukan pada fase yang dimulai ketika tanaman cabai pindah tanam dari media semai ke lahan hingga pembentukan daun-daun yang pertama sampai tanaman membentuk primordial bunga. Pengamatan kuantitatif dan kualitatif pada fase ini di antaranya; tinggi tanaman, nodus, pengamatan karakter morfologi daun, dan batang. Tabel 5. Tinggi tanaman, nodus, jumlah bunga pernodus, warna daun, lebar daun, panjang helaian daun Nama Kultivar Tinggi (cm) Nodus Jmlh. bunga/nodus Warna Daun Lebar Daun (cm) Panjang Helaian Daun(cm) Jemprit Toboyo 87 Ada 1 Hijau gelap 2,8 3,8 Besar Toboyo 80 Ada 1 Hijau gelap 2,4 3,35 Teropong 90 Ada 1 Hijau gelap 2,5 3,76 Cabai Merah 97,3 Ada 1 Hijau gelap 2,3 3,7 Cabai Panjang 84 Ada 1 Hijau gelap 2,5 4,3 Cabai Rawit Hijau 86 Ada 1 Hijau 6,1 5,8 Cabai Jemprit 72,5 Ada 1 Hijau 4 5,35 Cabai Rawit 80 Ada 1 Hijau 4,3 5,35 Kencana 87 Ada 1 Hijau gelap 1,7 4,11 Giko 95 Ada 1 Hijau gelap 2,4 4,3

4 Pengamatan kuantitatif tanaman terdiri dari tinggi tanaman, lebar daun dan panjang helaian daun. Tinggi tanaman cabai diukur mulai dari permukaan tanah sampai dengan ujung tanaman yang paling tinggi, pengukuran tinggi tanaman dilakukan pada saat tanaman pertama kali berbuah (sebelum memasuki fase generatif) dikarenakan pada saat tanaman memasuki fase generatif pertumbuhan tanaman relatif lambat bahkan tanaman tidak mengalami pertumbuhan tinggi sama sekali, selain itu pada fase tersebut mulai terbentuk buah (fruit set) sehingga fotosintat tanaman tidak hanya digunakan untuk pertumbuhan seperti pada fase sebelumnya namun juga ditranslokasikan ke pembentukan bunga dan buah (Sitompul&Bambang Guritno, 1995: 41-42). Pada Tabel 8 terlihat bahwa Cabai Merah (C4) merupakan kultivar cabai yang paling tinggi yaitu 97,3 cm sedangkan kultivar Cabai Jemprit (C7) merupakan kultivar cabai yang paling pendek dengan ukuran 72,5 cm dengan rata-rata tinggi tanaman cabai 10 kultivar 85,8cm. Karakter kuantitatif lainnya yaitu ukuran daun yang terdiri dari panjang helaian dan lebar daun. Pengukuran dilakukan mulai dari pangkal helai daun sampai ke ujung daun dengan menggunakan penggaris. (a) (b) (c) Gambar 1. Panjang helaian daun ; (a) pendek, (b) sedang, (c) panjang

5 Hasil pengukuran panjang helaian daun dengan menggunakan penggaris di rata-rata masing-masing kultivar kemudian diberi skoring. Pada Tabel 5 terlihat bahwa 10 kultivar cabai memiiki rata-rata panjang helaian daun 3,1 cm. Kultivar Cabai Rawit Hijau (C6) merupakan kultivar yang memiiki panjang helaian daun terpanjang dengan ukuran 6,1 cm sedangkan daun terpendek yaitu kultivar Kencana (C9) dengan ukuran 1,7 cm. Pengukuran lebar daun dilakukan pada bagian terlebar dari helaian daun. Dari data yang diperoleh, rata-rata lebar daun semua kultivar yaitu 3,8 cm. Cabai Rawit Hijau (C6) merupakan kultivar yang memiiki daun terlebar yakni 5,8 cm dan cabai Besar Toboyo (C2) memiiki ukuran lebar daun terpendek dengan ukuran 3,35 cm. (a) (b) (c) Gambar 2. Warna daun ; (a) pengamatan warna daun berdasarkan colour chart, (b) warna daun hijau, (c) warna daun hijau gelap Pengamatan kualitatif pada fase vegetatif berdasarkan Tabel 5 terdiri dari ada tidaknya nodus, jumlah bunga per nodus, dan warna daun. Nodus merupakan bagian batang atau cabang tempat duduknya suatu daun. Berdasarkan hasil pengamatan 10 kultivar cabai memiiki nodus atau bukubuku batang dan memiliki jumah bunga pernodus 1. Hasil pengamatan warna

6 daun (Gambar 2) terdapat 7 kultivar cabai yang berwarna hijau gelap dan 3 kutivar cabai yang berwarna hijau, pengamatan warna daun diamati dengan menggunakan colour chart. Daun merupakan tempat terjadinya fotosintesis. Warna hijau pada daun berkaitan dengan kandungan korofil, semakin hijau warna daunnya maka kandungan korofilnya semakin tinggi sehingga proses fotosintesis semakin efektif. Fotosintat hasil fotosintesis kemudian digunakan untuk pertumbuhan vegetatif dan juga ditranslokasikan ke buah untuk pembentukan dan pengisian buah. Tabel 6. Bentuk daun, bentuk tepi daun, bentuk ujung daun, bentuk pangkal daun. Nama Kultivar Bentuk Daun Bentuk Tepi daun Bentuk Ujung Daun Bentuk Pangkal Daun Jemprit Toboyo Lanset Rata Runcing Runcing Besar Toboyo Lanset Rata Runcing Runcing Teropong Lanset Rata Runcing Runcing Cabai Merah Lanset Rata Runcing Runcing Cabai Panjang Lanset Rata Runcing Runcing Cabai Rawit Hijau Bulat telur Bergelombang Meruncing Meruncing Cabai Jemprit Bulat telur Bergelombang Meruncing Runcing Cabai Rawit Bulat telur Bergelombang Meruncing Meruncing Kencana Lanset Rata Runcing Runcing Giko Lanset Rata Runcing Runcing Karakter kualitatif bentuk daun lebih banyak ditemukan daun yang berbentuk lanset. Daun cabai dikatakan memiliki daun bangun lanset dan memanjang apabila letak daun terlebarnya berada ditengah-tengah dengan perbandingan antara panjang dan lebar daunnya bangun lanset (3-5 : 1) dan memanjang (2,5-3 : 1). Sedangkan bentuk daun buat telur apabila letak daun terlebarnya berada dibawah tengah-tengah.

7 (a) (b) Gambar 3. Pengamatan morfologi daun ; (a) bentuk daun lanset tepi rata, (b)bentuk daun bulat telur tepi daun bergelombang Berdasarkan hasil pengamatan bentuk daun lanset dimiliki 7 kultivar dan bentuk daun buat telur dimiliki oleh 3 kultivar. Pengamatan kualitatif lainnya yaitu bentuk tepi daun, bentuk ujung daun, dan bentuk pangkal daun. Kultivar C1,C2,C3,C4,C5,C9, dan C10 memiliki bentuk tepi daun yang rata sedangkan kultivar C6,C7,C8 memiliki bentuk tepian daun yang bergelombang. Sama halnya dengan tepian daun, bentuk ujung daun runcing dimiliki oleh 7 kultivar dan bentuk ujung daun meruncing dimiliki oleh 3 kultivar cabai. (a) (b) Gambar 4. Bentuk ujung daun dan bentuk pangkal daun ; (a) runcing, (b) meruncing Bentuk ujung daun runcing, apabila kedua tepi daun di kanan kiri ibu tulang sedikit demi sedikit menuju ke atas dan pertemuannya pada puncak daun membentuk suatu sudut lancip (>90 0 ). Sedangkan bentuk ujung daun

8 meruncing terlihat seperti pada ujung yang runcing tetapi titik pertemuan kedua tepi daunnya jauh lebih tinggi dari dugaan, hingga ujung daun nampak sempit panjang dan runcing. Pada Tabel 6 bentuk pangkal daun hampir semua kultivar berbentuk runcing kecuali pada kultivar Cabai Rawit Hijau (C6) dan Cabai Rawit (C8) yang memiliki bentuk pangkal daun meruncing.bentuk pangkal daun runcing biasanya terdapat pada daun bangun yang memanjang, lanset, dan belah ketupat, sedangkan bentuk pangkal daun yang meruncing biasanya terdapat pada bangun bulat telur atau bangun sudip (Tjitrosoepomo, 1994: 44). Tabel 7. Panjang batang, warna batang, bentuk batang, tipe tumbuh. Nama Kultivar Panjang Batang (cm) Warna Batang Bentuk Batang Tipe tumbuh Jemprit Toboyo 26 Hijau bergaris ungu Silinder Agak tegak Besar Toboyo 29 Hijau bergaris ungu Silinder Agak tegak Teropong 34 Hijau bergaris ungu Silinder Agak tegak Cabai Merah 30 Hijau bergaris ungu Silinder Agak tegak Cabai Panjang 22 Hijau bergaris ungu Silinder Agak tegak Cabai Rawit Hijau 27 Hijau Silinder Agak tegak Cabai Jemprit 25 Hijau Silinder Agak tegak Cabai Rawit 26 Hijau Silinder Agak tegak Kencana 20 Hijau bergaris ungu Silinder Agak tegak Giko 24 Hijau bergaris ungu Silinder Agak tegak Hasil pengamatan batang dapat dilihat pada Tabel 7.Panjang batang diukur dari permukaan tanah sampai titik Y pada pangkal percabangan tanaman cabai. Data hasil pengamatan panjang batang 10 kultivar cabai diketahui bahwa batang terpanjang terdapat pada kultivar cabai Teropong atau

9 C3 dengan ukuran 34 cm, sedangkan panjang batang terpendek dimiliki oleh kultivar Kencana (C9) dengan ukuran 20 cm. Panjang batang diduga memiliki hubungan dengan kegenjahan. Tanaman yang batang utamanya lebih tinggi biasanya berumur dalam, sedangkan tanaman yang batang utamanya pendek biasanya berumur lebih genjah (Setiati, 1996: 30). (a) (b) Gambar 5. Warna batang ; (a) hijau, (b) hijau bergaris ungu Pengamatan warna batang menunjukkan bahwa 7 kultivar cabai memiliki warna batang hijau bergaris ungu, sedangkan 3 kultivar Cabai Rawit Hijau (C6), Cabai Jemprit (C7), dan Cabai Rawit (C8) memiliki warna batang hijau. Warna ungu pada batang cabai menandakan adanya sintesis dan akumulasi antosianin.semakin banyak garis ungu yang terlihat, maka kandungan antosianinpada batang semakin tinggi (Prawirantara, 1982: 76). Semua kultivar cabai yang diuji memiliki bentuk batang silinder dan tipe tumbuh agak tegak. Tipe tumbuh dikatakan tegak apabila sudut antara batang dan cabang amat kecil, sedangkan pertumbuhan condong ke atas atau agak tegak apabila cabang dengan batang pokoknya membentuk sudut 45 0 (Tjirtosoepomo, 1994: 46).

10 B. Karakterisasi Bagian Generatif Tanaman Fase generatif adalah fase yang ditandai dengan lebih pendeknya pertumbuhan ranting dan ruas, lebih pendeknya jarak antar daun pada pucuk tanaman, dan pertumbuhan pucuk terhenti. Pada fase ini terjadi pembentukan dan perkembangan kuncup bunga, buah, biji dan dan pembentukan struktur penyimpanan makanan (Lakitan, 1995: 20). Pengamatan pada fase ini di antaranya : pengamatan batang, buah, berat buah, dan serangan hama. Tabel 8. Posisi tangkai bunga, umur 50% berbunga, sudut bunga dan tangkai bunga dan jumlah helai mahkota bunga. Nama Kultivar Posisi Tangkai Bunga Umur 50%berbunga (hst) Sudut bunga dan Tangkai bunga Jumlah helai mahkota bunga Jemprit Toboyo Tegak Besar Toboyo Semi tegak 35 >90 5 Teropong Semi tegak 40 >90 5 Cabai Merah Semi tegak 31 >90 6 Cabai Panjang Semi tegak 50 >90 5 Cabai Rawit Hijau Tegak Cabai Jemprit Tegak Cabai Rawit Tegak Kencana Tidak tegak Giko Semi tegak 30 >90 6 Bunga merupakan alat perkembangbiakan generatif tanaman. Morfologi bunga dapat digunakan untuk menentukan apakah tanaman tersebut menyerbuk sendiri atau menyerbuk silang. Posisi tangkai bunga yang tegak dengan kepala putik yang lebih tinggi dibandingkan kotak sari menyebabkan serbuk sari tidak dapat langsung jatuh di kepala putik, sedangkan tangkai bunga yang semi tegak bunga akan menunduk ke bawah sehingga peluang jatuhnya serbuk sari ke kepala putik lebih besar.

11 (a) (b) (c) Gambar 6. Posisi tangkai bunga ; (a) tegak, (b) semi tegak, (c) tidak tegak Berdasarkan hasil pengamatan posisi tangkai bunga semi tegak dimiliki oleh 5 kultivar cabai, posisi tangkai bunga tegak dimiliki oleh 4 kultivar dan posisi tangkai bunga tidak tegak dimiliki oleh 1 kultivar cabai yaitu jenis cabai Kencana (C9). Umur 50% berbunga didapat dari 50% atau setengah bagian populasi dalam satu ulangan yang telah berbunga. Pengamatan umur berbunga dilakukan pada semua tanaman dan diamati setiap hari setelah pindah tanam. Dari hasi pengamatan kode kultivar yang paling cepat memunculkan bunga yaitu C10 atau kultivar Giko dengan waktu mulai berbunga 30 hst. Sedangkan kode kultivar yang memunculkan bunga paling lama ialah Cabai Panjang yaitu 50 hst. Tanaman yang berbunga lebih awal atau genjah akanlebih menguntungkan karena lebih cepat membentuk buah dibandingkan dengan tanaman yang lama membentuk bunga. Karakter umur 50% berbunga awal (genjah) merupakan salah satu karakter unggul dari suatu tanaman. Kegenjahan pada tanaman cabai dapat dilihat dari umur awal berbunga atau umur awal panen (Nuraida, 2002: 19).

12 (a) (b) Gambar 7. Sudut antara bunga dan tangkai bunga ;(a) 90 0, (b) <90 0 Sudut antara bunga dan tangkai bunga 90 0 dimiliki oleh kultivar C1,C6,C7,C8 dan C9. Posisi sudut antara bunga dan tangkai buang >90 0 dimiliki oleh kultivar C2,C3,C4,C5, dan C10. Jumlah helai mahkota bunga 10 kultivar cabai dominan berjumlah 5 helai, namun ada juga yang berjumlah 6 helai yaitu kultivar C4,C7, dan C10. (a) (b) Gambar 8. Jumlah helai mahkota bunga : (a) 5 helai, (b) 6 helai

13 Tabel 9. Warna kelopak bunga, warna mahkota bunga, warna tangkai putik, dan warna kepala putik Nama Kultivar Warna kelopak bunga Warna mahkota bunga Warna tangkai Putik Warna kepala putik Jemprit Toboyo Hijau Putih Putih Kuning Besar Toboyo Hijau Putih Putih Kuning Teropong Hijau Putih Putih Kuning Cabai Merah Hijau Putih Putih Kuning Cabai Panjang Hijau Putih Putih Kuning Cabai Rawit Hijau Hijau Putih Putih Kuning Cabai Jemprit Hijau Putih Putih Kuning Cabai Rawit Hijau Putih Putih Kuning Kencana Hijau Putih Putih Kuning Giko Hijau Putih Putih Kuning Gambar 9. Morfologi bunga cabai Pada Tabel 9 terlihat bahwa semua bagian bunga cabai tidak memiliki perbedaan dari kultivar satu dengan kultivar yang lainnya. Semua kultivar memiliki warna kelopak bunga hijau, warna mahkota bunga putih, warna tangkai putik putih dan warna kepala putik putih.

14 Tabel 10. Warna tangkai sari, warna kepala sari Nama Kultivar Warna tangkai sari Warna kepala sari Jemprit Toboyo Putih Putih Besar Toboyo Putih Ungu Teropong Putih Ungu Cabai Merah Putih Kuning Cabai Panjang Putih Ungu Cabai Rawit Hijau Putih Kuning Cabai Jemprit Putih Ungu Cabai Rawit Putih Ungu Kencana Putih Ungu Giko Putih Ungu (a) (b) (c) Gambar 10. Warna kepala sari ; (a) putih, (b) kuning, (c) ungu Tabel 10 merupakan tabel hasil pengamatan karakter kualitatif warna tangkai sari dan warna kepala sari. Pengamatan ini dilakukan ketika serbuk sari belum pecah. Semua warna tangkai sari kultivar cabai yang diuji berwarna putih. Warna kepala sari putih (C1), kuning (C4), (C6) dan 7 kultivar lainnya berwarna ungu.

15 Tabel 11. Panjang tangkai buah, panjang buah, diameter buah, rasio P/D buah Nama Kultivar Panjang tangkai buah(cm) Panjang Buah (cm) Diameter Buah(cm) Rasio P/D(cm) Jemprit Toboyo 1,4 2,7 0,4 6,75 Besar Toboyo 1,9 8,7 1,2 7,25 Teropong 1,5 10,5 1,6 6,5 Cabai Merah 1,4 8,75 1,2 7,29 Cabai Panjang 1,5 6,7 0,9 7,6 Cabai Rawit Hijau 1,4 2,0 0,4 3,3 Cabai Jemprit 1,9 2,4 0,3 8 Cabai Rawit 1,8 1,75 0,5 3,5 Kencana 1,6 7,25 1,0 7,25 Giko 1,7 7,65 1,1 6,95 Informasi tentang morfologi buah sangat penting karena bagian tanaman cabai yang dikonsumsi adalah bagian buahnya. Morfologi buah sangat menentukan kualitas cabai untuk dapat diterima oleh konsumen. Pada tabel 11, karakter kuantitatif 10 kultivar cabai di antaranya; panjang tangkai buah, panjang buah, diameter buah, dan rasio panjang/ diameter buah yang diukur dengan satuan cm. Tangkai buah terpanjang dimiliki oleh kultivar Besar Toboyo (C2) dan Cabai Jemprit (C7) dengan panjang 1,9 cm, sedangkan tangkai buah terpendek dimiliki oleh kultivar Jemprit Toboyo (C1), Cabai Merah (C4), dan Cabai Rawit Hijau (C6) berukuran 1,4cm. Panjang buah diukur dengan menggunakan penggaris mulai dari pangkal buah hingga ujung buah tanpa tangkai buah.buah terpanjang yaitu cabai Teropong (C3) dengan ukuran 10.5cm dan buah terpendek Cabai Rawit (C8) dengan ukuran 1,75 cm. Tabel 12. Permukaan buah, lekukan buah, bentuk ujung buah, bentuk pangkal buah, posisi buah.

16 Nama Kultivar Permukaan buah Lekukan buah Bentuk ujung buah Bentuk pangkal buah Posisi Buah Jemprit Toboyo Rata Tidak ada Runcing Tumpul Tegak Besar Toboyo Mengkerut Sedang Runcing Tumpul Menggantung Teropong Rata Dangkal TumpuI Tumpul Menggantung Cabai Merah Mengkerut Sedang Runcing Tumpul Menggantung Cabai Panjang Mengkerut Sedang Runcing Tumpul Menggantung Cabai Rawit Hijau Rata Tidak ada Runcing Tumpul Tegak Cabai Jemprit Rata Tidak ada TumpuI Tumpul Tegak Cabai Rawit Rata Tidakada TumpuI Tumpul Tegak Kencana Rata Sedang TumpuI Tumpul Menggantung Giko Rata Dangkal TumpuI Tumpul Menggantung (a) (b) (c) Gambar 11. Permukaan buah ; (a) rata, (b) agak bergerigi, (c) bergerigi Terdapat 7 kultivar yang memiliki permukaan buah rata kecuali pada kultivar Besar Toboyo (C2), Cabai Merah (C4), dan Cabai Panjang (C5) yang memiliki permukaan buah mengkerut. Hasil pengamatan karakter ada tidaknya lekukan pada buah sangat bervariasi, cabai kultivar C1, C6, C7 dan C8 merupakan kultivar yang tidak terdapat lekukan pada permukaan buahnya. Permukaan buah sedang dimiliki oleh kultivar cabai C2, C4,C5, dan C9 sedangkan lekukan buah dangkal dimiliki oleh kultivar cabai C3 dan C10.

17 (a) (b) (c) Gambar 12. Lekukan buah ; (a) tidak ada, (b) dangkal, (c) sedang Bentuk ujung buah runcing dimiliki oleh semua kultivar cabai kecuali kultivar C3 dengan bentuk ujung buah yang tumpul. Bentuk pangkal buah cabai semua berbentuk tumpul. Pengamatan posisi buah ditentukan oleh sudut dan posisi bunga saat mekar. Posisi buah tegak dimiliki oleh kode kultivar cabai C1, C6,C7,C8 sedangkan posisi buah menggantung dimiliki oleh C2,C3,C4,C5,C9,C10. Tabel 13. Bentuk tepi kelopak, kelopak buah, warna buah sebelum matang, intensitas warna buah sebelum matang. Nama Kultivar Bentuk tepi kelopak Kelopak buah Bentuk leher didasar buah Warna sebelum matang Intensitas warna buah sebelum matang Jemprit Toboyo Rata Tertutup Tidak ada Kekuningan Terang Besar Toboyo Rata Tertutup Tidak ada Hijau Gelap Teropong Rata Tertutup Tidak ada Hijau Gelap Cabai Merah Rata Tertutup Tidak ada Hijau Gelap Cabai Panjang Rata Tertutup Tidak ada Hijau Gelap Cabai Rawit Hjau Rata Tertutup Tidak ada Hijau Sedang Cabai Jemprit Rata Tertutup Tidak ada Hijau Gelap Cabai Rawit Rata Tertutup Tidak ada Hijau Sedang Kencana Rata Tertutup Tidak ada Hijau Gelap Giko Rata Tertutup Tidak ada Hijau Sedang

18 Pengamatan karakter kualitatif buah pada Tabel 13 menunjukkan sedikit perbedaan antara kultivar satu dengan kultivar yang lainnya. Semua kultivar cabai memiliki bentuk tepi kelopak buah yang rata, kelopak buah tertutup, dan tidak terdapat bentuk leher didasar buah. (a) (b) Gambar 13. Warna buah sebelum matang ; (a) kekuningan, (b) hijau Pengamatan warna buah sebelum matang dilakukan sebelum buah berwarna merah. Sebagian besar kultivar berwarna hijau kecuali pada kultivar Jemprit Toboyo atau C1 yang memiliki warna buah kekuningan. Hanya kultivar C1 yang memiliki intensitas warna buah terang, sedangkan kultivar C2,C3,C4,C5,C7,C9 dengan intensitas warna gelap, sedangkan kultivar C6,C8, dan C10 dengan intensitas warna sedang. (a) (b) (c) Gambar 14. Intensitas warna buah sebelum matang ; (a) terang, (b) sedang, (c) gelap

19 Tabel 14. Alat tambahan pada ujung buah, warna buah matang, intensitas warna buah matang. Nama Kultivar Alat tambahan pada ujung buah Warna buah matang Intensitas warna buah matang Jemprit Toboyo Tidak ada Merah Sedang Besar Toboyo Tidak ada Merah Gelap Teropong Tidak ada Merah Gelap Cabai Merah Tidak ada Merah Gelap Cabai Panjang Tidak ada Merah Gelap Cabai Rawit H Tidak ada Merah Sedang Cabai Jemprit Tidak ada Merah Sedang Cabai Rawit Tidak ada Merah Sedang Kencana Tidak ada Merah Sedang Giko Tidak ada Merah Gelap Tabel di atas menunjukkan bahwa semua jenis cabai yang diuji tidak memiiki alat tambahan pada ujung buah. Pengamatan warna buah matang diamati pada saat warna buah cabai telah merata. Pada pengamatan warna buah matang semua kutivar memiiki warna yang sama ketika matang yaitu warna merah meskipun dengan intensitas warna yang berbeda-beda. Kode kultivar C1,C6,C7,C8,C9 dengan intensitas warna buah merah sedang, sedangkan kultivar lainnya dengan intensitas warna buah gelap. (a) (b) Gambar 15. Intensitas warna buah matang ; (a) sedang, (b) gelap

20 Tabel 15. Bentuk penampang melintang buah, jumlah lokul, bentuk penampang membujur buah. Nama Kultivar Penampang melintang Jumlah IokuI Penampang membujur Jemprit Toboyo Sedikit bergelombang 2 Segitiga Besar Toboyo Sedikit bergelombang 2 Tanduk Teropong Sedikit bergelombang 2 Tanduk Cabai Merah Sedikit bergelombang 2 Tanduk Cabai Panjang Sedikit bergelombang 2 Tanduk Cabai Rawit Hijau Sedikit bergelombang 2 Segitiga Cabai Jemprit Sedikit bergelombang 2 Segitiga Cabai Rawit Sedikit bergelombang 2 Segitiga Kencana Sedikit bergelombang 2 Tanduk Giko Sedikit bergelombang 2 Tanduk Berdasarkan Tabel hasil pengamatan semua bentuk penampang melintang cabai berbentuk sedikit bergelombang dengan jumah lokul yang sama yaitu 2. Sedangkan untuk pengamatan karakter penampang membujur cabai terdapat bentuk segitiga yang dimiliki oleh kultivar Jemprit Toboyo (C1), Cabai Rawit Hijau (C6), Cabai Jemprit (C7), dan Cabai Rawit (C8), sedangkan penampang membujur yang berbentuk tanduk dimiliki oleh kultivar Besar Toboyo (C2), Teropong (C3), Cabai Merah (C4), Cabai Panjang (C5), Kencana (C9), dan Giko(C10). (a) (b) Gambar 16. Bentuk penampang membujur ; (segitiga), (b) tanduk

21 Tabel 16. Umur buah panen, jumlah rata-rata buah/ panen, berat rata-rata buah/panen, berat rata-rata/ satuanbuah. Nama Kultivar Umur panen (hst) Jumlah ratarata buah/panen Berat rata-rata buah /panen (gr) Berat ratarata /buah (gr) Jemprit Toboyo ,2 1,6 Besar Toboyo ,5 1,8 Teropong 94 14,3 82,9 5,9 Cabai Merah ,8 3,0 Cabai Panjang ,5 2,3 Cabai Rawit Hijau ,6 121,4 1,1 Cabai Jemprit ,5 1,1 Cabai Rawit ,2 0,5 Kencana ,0 Giko ,9 6,7 Umur panen ditentukan pada saat 50% buah sudah berubah warna dari hijau menjadi merah. Selama proses pematanagn buah terjadi transformasi kloropas menjadi khrompopas yang nyata akan karoten, akumulasi pigmen antosianin, dan akumulasi senyawa yang akan mempengaruhi cita rasa buah (Lakitan, 1996: 29). Kultivar Cabai Merah atau C4 memiliki umur panen tercepat yakni 82hst, sedangkan kultivar cabai Teropong (C3) memiliki umur panen yang paling dalam yakni 94 hst.seperti yang telah dibahas sebelumnya bahwa umur berbunga mempengaruhi umur berbuah atau umur panen cabai. Tanaman yang berbunga lebih awal atau genjah akan lebih menguntungkan karena lebih cepat membentuk buah dibandingkan dengan tanaman yang lama membentuk bunga. Umur berbunga juga diduga berkolerasi positif dengan umur buah

22 masak, semakin cepat berbunga artinya semakin cepat buah masak.karakter umur 50% berbunga awal (genjah) merupakan salah satu karakter unggul dari suatu tanaman (Nuraida, 2002: 26). Pada Tabel hasil pengamatan jumlah buah yang dihasilkan pertanaman dalam satu kali panen rata-rata jumlah buah terbanyak dimiliki oleh kultivar Cabai Rawit Hijau (C6) dengan jumlah 119,6 buah sedangkan kultivar cabai paling sedikit dimiliki oleh Giko (C10) dengan jumlah 9 buah cabai. Berat buah sampel ditimbang dengan menggunakan timbangan analitik (gr), buah yang ditimbang berasal dari hasil pemanenan buah seluruh kultivar cabai kemudian dirata-rata. Berat total kultivar cabai terbanyak dimiliki oleh Besar Toboyo (C2) sebanyak 140,5 gr dan berat paling sedikit dimiliki oleh Kencana (C9) dengan berat 30gr. Berat persatuan buah cabai didapatkan dari hasil berat total cabai:jumlah total cabai yang dihasilkan. Berat persatuan buah cabai terbanyak dimiliki oleh kultivar Giko dengan berat 6,7 gr dan paling sedikit kultivar Cabai Rawit (C8) dengan berat 0,5 gr. Perbedaan hasil perhitungan antara berat per buah dengan berat buah total pertanaman pada kutivar yang diuji disebabkan oleh masing-masing genotip cabai yang diuji memiliki potensi hasil yang berbeda-beda sesuai dengan gen yang dimilikinya. Komponen hasil seperti berat per buah dan berat buah total pertanaman merupakan karakter kuantitatif yang kompeks serta terekspresi secara fenotip baik morfologi maupun fisiologi tanaman yang dipengaruhi oleh genetik dan lingkungan tempat tanaman tumbuh (Pochman and Seeper, 1995: 19).

23 C. Hubungan Kekerabatan Berdasarkan hasil karakterisasi morfologi beberapa kultivar cabai terdapat 4 hasil analisis hubungan kekerabatan yang dilihat dari bagian vegetatif, generatif, vegetatif dan generatif, serta hasil analisis hubungan kekerabatan dari bagian buah yang dianalisis dengan menggunakan software SAS (Statistical Anaysis System for Windows 9.1.3). Untuk mengetahui jauh dekatnya hubungan kekerabatan antara takson tumbuhan dengan menentukan kesamaan antara takson tumbuhan dengan menggunakan sifat-sifat morfologi, karena sifat morfologis dapat digunakan untuk pengenalan dan penggambaran tingkat jenis. Jenis-jenis yang berkerabat dekat akan mempunyai banyak persamaan antara satu jenis dengan jenis yang lainnya (Sasmita, 2006: 43). Pada pengamatan karakter vegetatif dan generatif tanaman cabai diharapkan terdapat karakter yang membedakan antara karakter satu dengan karakter yang lainnya sehingga bisa menjadi ciri khas yang dimiiki oleh kutivar tersebut. 1. Hasil analisis bagian vegetatif tanaman Analisis bagian vegetatif tanaman meliputi tinggi tanaman, nodus, jumlah bunga pernodus, warna daun, lebar daun, panjang helaian daun, bentuk daun, bentuk tepi daun, bentuk ujung daun, bentuk pangkal daun, panjang batang, bentuk batang, warna batang dan tipe tumbuh tanaman.

24 Gambar 17. Dendogram hasil analisis bagian vegetatif tanaman cabai Keterangan : C1 : Jemprit Toboyo C6 : Cabai Rawit Hijau C2 : Besar Toboyo C7 : Cabai Jemprit C3 : Teropong C8 : Cabai Rawit C4 : Cabai Merah C9 : Kencana C5 : Cabai Panjang C10 : Giko Gambar 17 merupakan dendogram hasil analisis 10 kultivar cabai di Yogyakarta yang terbagi menjadi 2 kelompok besar pada jarak 2,5 berdasarkan bentuk dan ukuran daun, dimana pada hasil pengamatan

25 kuantitatif ukuran daun (lebar daun dan panjang helaian daun) kelompok kedua memiliki ukuran yang lebih besar daripada kelompok daun pertama. Kelompok pertama yaitu kultivar Besar Toboyo, Teropong, Giko, Kencana, Jemprit Toboyo, Cabai Merah, Cabai Panjang.Sedangkan kelompok kedua yaitu rawit hijau, kultivar jemprit, dan rawit. Dari 10 kultivar yang diamati kultivar Jemprit Toboyo (C1) dan Besar Toboyo (C2), kultivar Teropong (C3) dan Cabai Merah (C4), kultivar jemprit (C7) dan rawit (C8) serta kultivar Kencana (C9) dan Giko (C10) memiliki tingkat kemiripan yang paling tinggi (kekerabatan terdekat), karena kedelapan kultivar tersebut memiliki kesamaan karakter yang paling banyak bahkan semua karakter yang dimiliki kultivar diatas memiliki hasil pengamatan karakter morfologi bagian vegetatif yang sama. Kesamaan karakter yang dimiliki oleh C1, C2, C3, C4 yaitu nodus (ada), jumlah bunga pernodus (2), warna daun (hijau gelap), lebar daun (sedang), panjang helaian daun (sedang), bentuk daun (lanset), bentuk tepi daun (rata), bentuk ujung daun (runcing), bentuk pangkal daun (runcing), panjang batang (>25 cm), bentuk batang (silinder), warna batang (hijau bergaris ungu), dan tipe tumbuh (agak tegak). Untuk hasil pengamatan karakter C7 dan C8 memiliki kesamaan karakter yaitu nodus (ada), jumlah bunga pernodus (2), warna daun (hijau), lebar daun (lebar), panjang helaian daun (panjang), bentuk daun (lanset), bentuk tepi daun (rata), bentuk ujung daun (runcing), bentuk pangkal daun (runcing), panjang

26 batang (<25cm), bentuk batang (silinder), warna batang (hijau), dan tipe tumbuh (agak tegak). Kultivar Cabai Rawit Hijau (C6) memiliki kemiripan yang paling jauh dengan kultivar yang lainnya pada jarak 2,0. Hal tersebut dikarenakan dari 7 karakter kultivar yang diamati, kultivar Cabai Rawit Hijau memiliki kesamaan paling sedikit dengan kutivar yang lainnya. Kutivar Cabai Rawit Hijau memiliki kemiripan paling dekat dengan kultivar Cabai Jemprit (C7) dan Cabai Rawit (C8). Kesamaan yang dimiliki yaitu nodus (ada), jumlah bunga pernodus (2), warna daun (hijau), panjang helaian daun (panjang), bentuk daun (buat telur), bentuk tepi daun (bergelombang), bentuk ujung daun (meruncing), panjang batang (<25cm), bentuk batang (silinder), warna batang (hijau), dan tipe tumbuh (agak tegak). Kultivar C6 memiliki perbedaan dengan C7 dan C8 pada bentuk pangkal daun dan ukuran tinggi tanaman.

27 2. Hasil analisis bagian genertaif tanaman Pengamatan karakter morfologi fase generatif (bagian bunga dan buah) banyak diamati pada bagian buah cabai baik pada kenampakan, jumlah, maupun berat buahnya. Buah merpakan bagian paling penting dari tanaman cabai karena bagian iniah yang dimanfaatkan manusia sebagai bahan yang dikonsumsi dalam jumah banyak. Tanaman cabai yang menghasilkan buah dengan kenampakan yang bagus dan buahnya banyak akan meningkatkan nilai jual yang tinggi dan memberikan keuntungan yang lebih untuk petani. Hasil analisis bagian generatif tanaman yang meliputi, posisi tangkai bunga, warna mahkota bunga, warna tangkai putik, warna kepala sari, warna kelopak bunga, sudut antara bunga dan tangkai bunga, jumlah helai mahkota bunga, warna tangkai sari, warna kepala putik, umur 50% berbunga, warna buah sebelum matang, intensitas warna buah sebelum matang, warna buah matang, intensitas warna buah matang, bentuk buah, posisi buah, panjang buah, diameter buah, rasio P/d buah, permukaan buah, bentuk penampang melintang buah, bentuk penampang membujur buah, bentuk tepi kelopak buah, kelopak buah, bentuk leher didasar buah, bentuk pangkal buah, bentuk ujung buah, panjang tangkai buah, ada tidaknya lekukan buah, alat tambahan pada ujung buah, jumlah lokul, waktu 50% berbuah, warna buah matang, intensitas warna buah matang, jumlah buah/panen, berat buah/panen, berat/buah (gr).

28 Gambar 18. Dendogram hasil analisis bagian generatif tanaman cabai Keterangan : C1 : Jemprit Toboyo C6 : Cabai Rawit Hijau C2 : Besar Toboyo C7 : Cabai Jemprit C3 : Teropong C8 : Cabai Rawit C4 : Cabai Merah C9 : Kencana C5 : Cabai Panjang C10 : Giko Dari hasil analisis bagian vegetatif dan generatif dapat dibagi menjadi 2 kelompok besar berdasarkan karakter panjang buah, diameter buah, posisi buah, lekukan buah, dan bentuk penampang membujur buah.kelompok pertama terdiri dari kode kultivar Jemprit Toboyo (C1), Cabai Rawit Hijau (C6), Cabai Jemprit (C7), dan Cabai Rawit (C8).

29 Sedangkan kelompok kedua terdiri dari cabai Besar Toboyo (C2), Cabai Merah (C4), Cabai Panjang (C5), Kencana (C9), dan Giko (C10). Kelompok pertama memiliki ukuran buah (panjang dan diameter buah) lebih kecil daripada ukuran buah kelompok kedua. Kelompok buah pertama memiliki posisi buah tegak, tidak terdapat lekukan buah, dan memiliki bentuk penampang membujur buah segitiga, kelompok kedua memiliki panjang dan diameter buah yang lebih besar, posisi buah menggantung, terdapat lekukan buah, dan memiliki bentuk penampang membujur buah yang berbentuk tanduk. Berdasarkan hasil analisis bagian generatif tanaman cabai, menunjukkan bahwa kultivar Cabai Panjang (C5) dan Kencana (C9) merupakan kultivar yang memiliki tingkat kemiripan yang paling tinggi pada jarak 5, karena kedua kultivar tersebut memiliki banyak kesamaan hasil karekter pengamatan yang sama. Persamaan karakter yang dimiliki kedua kultivar tersebut di antaranya jumlah helai mahkota daun (5), warna tangkai sari (putih), warna kepala putik (kuning), posisi tangkai bunga (semi tegak), warna mahkota bunga (putih), warna tangkai putik (putih), warna kepala sari (ungu), warna kelopak bunga (hijau), panjang batang (<25cm), bentuk batang (silinder), tipe tumbuh (agak tegak), panjang tangkai buah (panjang), panjang buah (panjang), diameter buah (sedang), lekukan buah (sedang), bentuk pangkal buah (tumpul), posisi buah (menggantung), bentuk tepi kelopak buah(rata), kelopak buah (tertutup), bentuk leher didasar buah (tidak ada), warna buah sebelum matang (hijau),

30 intensitas warna buah sebelum matang (gelap), alat tambahan pada ujung buah (tidak ada), warna buah matang (merah), bentuk penampang melintang buah (sedikit bergelombang), jumlah lokul (2), bentuk penampang membujur (tanduk), jumlah buah/panen (sedikit <50), berat buah/panen (<50gr). Kultivar Jemprit Toboyo (C1) memilikikemiripan yang paling jauh dengan kultivar yang lainnya pada jarak 8,5. Hal tersebut dikarenakan dari 7 karakter kultivar yang diamati, kultivar Jemprit Toboyo memiliki kesamaan paling sedikit dengan kutivar yang lainnya. Kutivar Jemprit Toboyo memiliki kemiripan paling dekat dengan kultivar Cabai Rawit Hijau (C6), jemprit (C7) dan Cabai Rawit (C8). Kesamaan yang dimiliki yaitu posisi tangkai bunga (tegak), umur 50% berbunga (genjah), warna tangkai sari (putih), warna kepala putik (kuning), posisi tangkai bunga (tegak), warna mahkota bunga (putih), warna tangkai putik (putih), warna kelopak bunga (hijau), sudut antara bunga dan tangkai bunga (90), panjang batang (>25cm), bentuk batang (silinder), tipe tumbuh (agak tegak), diameter buah (<0,5cm), permukaan buah (rata), lekukan buah (tidak ada), bnetuk pangkal buah (tumpul), posisi buah (tegak), bentuk tepi kelopak (rata), kelopak buah (tertutup), bentuk leher didasar buah (tidak ada), alat pada ujung buah (tidak ada), warna buah matang (merah), intensitas warna buah matang (sedang), penampang melintang (sedikit bergelombang), jumlah lokul (2), penampang membujur (segitiga).

31 3. Hasil analisis bagian vegetatif dan genertaif tanaman Hasil karakterisasi bagian vegetatif dan generatif tanaman kemudian digabungkan dan dianalisis gerombol. Gambar 19. Dendogram hasil analisis bagian vegetatif dan generatif tanaman cabai Keterangan : C1 : Jemprit Toboyo C6 : Cabai Rawit Hijau C2 : Besar Toboyo C7 : Cabai Jemprit C3 : Teropong C8 : Cabai Rawit C4 : Cabai Merah C9 : Kencana C5 : Cabai Panjang C10 : Giko

32 Dendogram hasl analisis bagian vegetatif dan generatif tanaman cabai(gambar 19) merupakan hasil analisis gerombol gabungan dari hasil pengamatan bagian vegetatif dan generatif tanaman cabai. Karakter yang diamati pada kultivar cabai yang diuji berjumlah 49 karakter, mulai dari karakter tinggi tanaman, bunga, batang, daun, buah, hingga pengamatan rata-rata berat dan jumlah buah yang dihasilkan dalam satu kali panen. Hasil analisis gerombol menunjukkan bahwa kultivar Besar Toboyo (C2) dan Cabai Merah (C4), serta kultivar Teropong (C3) dan Giko (C10) merupakan 4 kultivar yang berada dalam satu garis kemiripan yang paling dekat daripada kultivar lainnya. Kesamaan karakter yang dimiliki C2 dan C4 yaitu nodus (ada), jumlah bunga per nodus (1), warna daun (hijau gelap), lebar daun (<2,5 cm), panjang helaian daun (3-4cm), bentuk daun (lanset), bentuk tepi daun (rata), bentuk ujung duan (runcing), bentuk pangkal daun (runcing), posisi tangkai bunga (semi tegak), umur berbunga (genjah), warna mahkota bunga (putih), warna kelopak bunga (hijau), sudut antara bunga dan tangkai bunga (>90 0 ), warna tangkai bunga (putih), warna kepala putik (kuning), panjang batang (25-30 cm), warna batang (hijau bergaris ungu), bentuk batang (silinder), tipe tumbuh (agak tegak), panjang buah (8,5 cm), diameter buah (1,2 cm), rasio P/D (7,25-8 cm), permukaan buah (mengkerut), bentuk ujung buah (runcing), bentuk pangkal buah (tumpul), bentuk tepi kelopak (rata), kelopak buah (tertutup), bentuk leher didasar buah (tidak ada), alat tambahan pada ujung buah (tidak ada), warna buah matang (merah), serangan penampang melintang

33 buah (sedikit bergelombang), jumlah lokul (2), umur panen (genjah), ratarata berat/panen (>100gr). Kultivar C1 atau Jemprit Toboyo merupakan kultivar yang memiliki kemiripan paling jauh dengan 9 kultivar lainnya. Hal tersebut dikarenakan dari 6 karakter yang diamati kultivar Jemprit Toboyo memiliki kesamaan paling sedikit dengan kultivar yang lainnya. Jemprit Toboyo memiliki kemiripan paling dekat dengan Cabai Rawit Hijau (C6), Cabai Jemprit (C7), dan Cabai Rawit (C8). Perbedaannya hanya terletak pada kultivar C1 memiliki panjang buah > 2,5 cm, warna buah sebelum matang (kekuningan), dan intensitas warna buah sebelum matang (terang). Kultivar C6,C7,C8 memiliki panjang buah <2,5 cm, warna buah sebelum matang (hijau), dan intensitas warna buah sebelum matang (sedang-gelap). Dari hasil analisis 10 kultivar cabai di Daerah Istimewa Yogyakarta pada bagian vegetatif dan generatif dapat dibagi menjadi 3 kelompok besar berdasarkan ukuran panjang buah, kedalaman lekukan buah, warna buah sebelum matang, intensitas warna buah sebelum matang. Kelompok pertama terdiri dari kode kultivar Jemprit Toboyo (C1). Kelompok kedua terdiri dari Cabai Rawit Hijau (C6), Cabai Jemprit (C7), dan Cabai Rawit (C8). Kelompok ketiga terdiri dari cabai Besar Toboyo (C2), Cabai Merah (C4), Cabai Panjang(C5), Kencana (C9), dan Giko (C10).

34 4. Hasil analisis bagian buah cabai Gambar 20. Dendogram hasi anaisis bagian buah tanaman cabai Keterangan : C1 : Jemprit Toboyo C6 : Cabai Rawit Hijau C2 : Besar Toboyo C7 : Cabai Jemprit C3 : Teropong C8 : Cabai Rawit C4 : Cabai Merah C9 : Kencana C5 : Cabai Panjang C10 : Giko Dari hasil analisis gerombol bagian buah dapat dibagi menjadi 2 kelompok berdasarkan karakter kuantitatif buah, buah, adanya lekukan buah, posisi buah, dan penampang membujur buah.kelompok pertama terdiri dari kode kultivar Jemprit Toboyo (C1), Cabai Rawit Hijau (C6), Cabai Jemprit (C7), dan Cabai Rawit (C8). Kelompok kedua terdiri dari

35 cabai Besar Toboyo (C2), toboyo (C3), Cabai Merah (C4), Cabai Panjang (C5), Kencana (C9), dan Giko (C10). Berdasarkan hasil analisis bagian buah cabai dengan 25 karakter yang diamati, kultivar Besar Toboyo (C2) dan Cabai Merah (C4) merupakan kultivar yang memiliki kemiripan paling tinggi hal ini terlihat pada jarak 2,5. Kesamaan yang dimiiki oleh keduanya antara lain, warna buah sebelum matang (hijau), intensitas warna buah sebelum matang (gelap), bentuk ujung buah (runcing), posisi buah (menggantung), panjang buah (>85 cm), diameter buah (1,2 cm), permukaan buah (mengkerut), lekukan buah (sedang), kelopak buah (tertutup), bentuk tepi kelopak buah (rata), bentuk leher didasar buah (tidak ada), alat tambahan pada ujung buah (tidak ada), warna buah matang (merah), intensitas warna buah matang (gelap), rasio P/D (7,25 cm), penampang melintang buah (sedikit bergelombang), penampang membujur buah (tanduk), umur panen (genjah). Jemprit Toboyo (C1) dan Cabai Jemprit (C7) merupakan kultivar yang memiliki kemiripan paling sedikit (jarak 6,5). Kesamaan karakter yang dimiliki oleh kedua kultivar tersebut antara lain, bentuk buah (kerucut), posisi buah (tegak), diameter buah (kecil), panjang buah (sedang), lekukan buah (tidak ada), kelopak buah (tertutup), kedalaman lekukan buah (tidak ada), warna buah matang (merah), intensitas warna buah matang (sedang), lokul (2), penampang membujur buah (segitiga), berat rata-rata buah/panen (50-100g).

6. Panjang helaian daun. Daun diukur mulai dari pangkal hingga ujung daun. Notasi : 3. Pendek 5.Sedang 7. Panjang 7. Bentuk daun

6. Panjang helaian daun. Daun diukur mulai dari pangkal hingga ujung daun. Notasi : 3. Pendek 5.Sedang 7. Panjang 7. Bentuk daun LAMPIRAN Lampiran 1. Skoring sifat dan karakter tanaman cabai 1. Tinggi tanaman : Tinggi tanaman diukur mulai dari atas permukaan tanah hingga ujung tanaman yang paling tinggi dan dinyatakan dengan cm.

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEKERABATAN BEBERAPA KULTIVAR CABAI (Capsicum sp.) DI YOGYAKARTA BERDASAR PADA KARAKTERISASI MORFOLOGI

HUBUNGAN KEKERABATAN BEBERAPA KULTIVAR CABAI (Capsicum sp.) DI YOGYAKARTA BERDASAR PADA KARAKTERISASI MORFOLOGI HUBUNGAN KEKERABATAN BEBERAPA (Triana ) 236 HUBUNGAN KEKERABATAN BEBERAPA KULTIVAR CABAI (Capsicum sp.) DI YOGYAKARTA BERDASAR PADA KARAKTERISASI MORFOLOGI The Relation Of Some Culture Chili (Capsicum

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. dilaksanakan dari bulan Mei 2016 sampai Juni 2016.

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. dilaksanakan dari bulan Mei 2016 sampai Juni 2016. BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di 2 (dua) kecamatan yaitu Kecamatan Barusjahe dan Kecamatan Dolat Rayat Kabupaten Tanah Karo, Sumatera Utara. Penelitian

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 10 III. METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di pekarangan warga di Kecamatan Jumantono, Kecamatan Karanganyar dengan dua jenis tanah yang berbeda yaitu tanah Latosol (Desa

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Desa Manjung, Kecamatan Sawit, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. Kecamatan Sawit memiliki ketinggian tempat 150 m dpl. Penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini berlangsung sejak bulan September 2013 sampai dengan Juli 2014 di Desa Sotol Kecamatan Langgam Kabupaten Pelalawan. 3.2. Bahan dan Alat Bahan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Lokasi Penelitian. B. Perancangan Penelitian. C. Teknik Penentuan Sampel. D. Jenis dan Sumber Data

III. METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Lokasi Penelitian. B. Perancangan Penelitian. C. Teknik Penentuan Sampel. D. Jenis dan Sumber Data 16 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2015 s/d Januari 2016. Lokasi penelitian berada di Desa Giriharjo, Kecamatan Ngrambe, Kabupaten Ngawi,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Tanaman Cabai Botani Tanaman Cabai

TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Tanaman Cabai Botani Tanaman Cabai 3 TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Tanaman Cabai Cabai ditemukan pertama kali oleh Columbus pada saat menjelajahi Dunia Baru. Tanaman cabai hidup pada daerah tropis dan wilayah yang bersuhu hangat. Selang beberapa

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Morfologi dan Fisiologi Tanaman Jagung (Zea mays L.)

TINJAUAN PUSTAKA. Morfologi dan Fisiologi Tanaman Jagung (Zea mays L.) 4 TINJAUAN PUSTAKA Morfologi dan Fisiologi Tanaman Jagung (Zea mays L.) Setelah perkecambahan, akar primer awal memulai pertumbuhan tanaman. Sekelompok akar sekunder berkembang pada buku-buku pangkal batang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis 16 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Ada 2 tipe akar ubi jalar yaitu akar penyerap hara di dalam tanah dan akar lumbung atau umbi. Menurut Sonhaji (2007) akar penyerap hara berfungsi untuk menyerap unsur-unsur

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Klasifikasi dan Deskripsi Tanaman Cabai Rawit (Capsicum frutescensl.)

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Klasifikasi dan Deskripsi Tanaman Cabai Rawit (Capsicum frutescensl.) 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi dan Deskripsi Tanaman Cabai Rawit (Capsicum frutescensl.) Menurut Cronquist (1981), klasifikasi tanaman cabai rawit adalah sebagai berikut : Kerajaan Divisi Kelas

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Syarat Tumbuh Tanaman

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Syarat Tumbuh Tanaman TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai (Capsicum sp.) berasal dari Amerika dan menyebar di berbagai negara di dunia. Cabai termasuk ke dalam famili terong-terongan (Solanaceae). Menurut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ke-15.pada abad ke-8 tanaman cabai mulai dikenal di Amerika Selatan dan Amerika

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ke-15.pada abad ke-8 tanaman cabai mulai dikenal di Amerika Selatan dan Amerika BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Pustaka 1. Sejarah Tanaman Cabai Tanaman cabai berasal dari Meksiko, kemudian menyebar ke Eropa pada abad ke-15.pada abad ke-8 tanaman cabai mulai dikenal di Amerika Selatan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi dan Botani Cabai

TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi dan Botani Cabai 3 TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi dan Botani Cabai Cabai merupakan tanaman yang berasal dari Amerika Selatan. Cabai dikenal di Eropa pada abad ke-16, setelah diintroduksi oleh Colombus saat perjalanan pulang

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan di Kelurahan Gedung Meneng Kecamatan Raja

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan di Kelurahan Gedung Meneng Kecamatan Raja 13 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan di Kelurahan Gedung Meneng Kecamatan Raja Basa Bandar Lampung pada bulan Agustus tahun 2015. 3.2 Bahan dan Alat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai Cabai (Capsicum annuum L.) termasuk dalam genus Capsicum yang spesiesnya telah dibudidayakan, keempat spesies lainnya yaitu Capsicum baccatum, Capsicum pubescens,

Lebih terperinci

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulanjuni sampai Juli 2012 di Desa

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulanjuni sampai Juli 2012 di Desa I. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulanjuni sampai Juli 2012 di Desa Air Tiris Kecamatan Kampar Kabupaten Kampar Provinsi Riau. 3.2.Bahan dan Alat Bahan yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Cabai Secara sistematika menurut Suriana (2012) cabai dapat di klasifikasikan sebagai berikut: Kingdom : Plantae (Tumbuhan) Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 7 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan di Desa Ketileng, Kecamatan Malo, Kabupaten Bojonegoro pada bulan April Oktober 2015. B. Bahan dan Alat Penelitian Bahan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Kualitatif Karakter kualitatif yang diamati pada penelitian ini adalah warna petiol dan penampilan daun. Kedua karakter ini merupakan karakter yang secara kualitatif berbeda

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tomat

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tomat 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tomat Tomat (Lycopersicum esculantum MILL.) berasal dari daerah tropis Meksiko hingga Peru. Semua varietas tomat di Eropa dan Asia pertama kali berasal dari Amerika Latin

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) berasal dari benua Amerika Selatan,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) berasal dari benua Amerika Selatan, II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Kacang Tanah Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) berasal dari benua Amerika Selatan, diperkirakan dari lereng pegunungan Andes, di negara-negara Bolivia, Peru, dan

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Gambar 3.1.Lokasi Penelitian

MATERI DAN METODE. Gambar 3.1.Lokasi Penelitian III. MATERI DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Maret sampai Juni 2014 di Kecamatan Kepenuhan, Kepenuhan Hulu Dan Kecamatan Rambah Hilir di Kabupaten Rokan Hulu.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Asal-usul dan Penyebaran Geografis Sifat Botani

TINJAUAN PUSTAKA Asal-usul dan Penyebaran Geografis Sifat Botani 3 TINJAUAN PUSTAKA Asal-usul dan Penyebaran Geografis Pepaya (Carica papaya) merupakan tanaman buah-buahan tropika. Pepaya merupakan tanaman asli Amerika Tengah, tetapi kini telah menyebar ke seluruh dunia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Botani Kacang Tanah (Arachis hypogaeal.) Fachruddin (2000), menjelaskan bahwa klasifikasi tanaman kacang tanah (Arachis hypogaea L.) adalah sebagai berikut. Divisi : Spermatophyta

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai Lingkungan Tumbuh

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai Lingkungan Tumbuh TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai Capsicum annuum L. merupakan tanaman annual berbentuk semak dengan tinggi mencapai 0.5-1.5 cm, memiliki akar tunggang yang sangat kuat dan bercabang-cabang.

Lebih terperinci

Lampiran 1. Peta Lokasi Kabupaten Simalungun

Lampiran 1. Peta Lokasi Kabupaten Simalungun Lampiran 1. Peta Lokasi Kabupaten Simalungun Lampiran 2. Analisis Data Umum Kuisioner Desa Dalig Raya KUISIONER I. Lokasi a. Kabupaten : Simalungun b. Kecamatan : Raya c. Desa : Dalig Raya d. Dusun : Tumbukan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. diikuti oleh akar-akar samping. Pada saat tanaman berumur antara 6 sampai

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. diikuti oleh akar-akar samping. Pada saat tanaman berumur antara 6 sampai TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Pada saat jagung berkecambah, akar tumbuh dari calon akar yang berada dekat ujung biji yang menempel pada janggel, kemudian memanjang dengan diikuti oleh akar-akar samping.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka Bawang merah telah dikenal dan digunakan orang sejak beberapa ribu tahun yang lalu. Dalam peninggalan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani

TINJAUAN PUSTAKA Botani TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman apel berasal dari Asia Barat Daya. Dewasa ini tanaman apel telah menyebar di seluruh dunia. Negara penghasil utama adalah Eropa Barat, negaranegara bekas Uni Soviet, Cina,

Lebih terperinci

HASIL. Gambar 1 Permukaan atas daun nilam Aceh. Gambar 2 Permukaan atas daun nilam Jawa.

HASIL. Gambar 1 Permukaan atas daun nilam Aceh. Gambar 2 Permukaan atas daun nilam Jawa. 6 3 lintas, ada tiga hal yang harus diperhatikan yaitu: 1. Apabila koefisien korelasi antara peubah hampir sama dengan koefisien lintas (nilai pengaruh langsung) maka korelasi tersebut menjelaskan hubungan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Pemadatan Tanah

TINJAUAN PUSTAKA. Pemadatan Tanah 3 TINJAUAN PUSTAKA Pemadatan Tanah Hillel (1998) menyatakan bahwa tanah yang padat memiliki ruang pori yang rendah sehingga menghambat aerasi, penetrasi akar, dan drainase. Menurut Maryamah (2010) pemadatan

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PENELITIAN

PELAKSANAAN PENELITIAN PELAKSANAAN PENELITIAN Persiapan Lahan Disiapkan lahan dengan panjang 21 m dan lebar 12 m yang kemudian dibersihkan dari gulma. Dalam persiapan lahan dilakukan pembuatan plot dengan 4 baris petakan dan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Berdasarkan data Badan Meteorologi dan Geofisika Darmaga, Bogor (Tabel Lampiran 1) curah hujan selama bulan Februari hingga Juni 2009 berfluktuasi. Curah hujan terendah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Van Steenis (2005), bengkuang (Pachyrhizus erosus (L.))

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Van Steenis (2005), bengkuang (Pachyrhizus erosus (L.)) TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Menurut Van Steenis (2005), bengkuang (Pachyrhizus erosus (L.)) termasuk ke dalam Kelas : Magnoliopsida, Ordo : Fabales, Famili : Fabaceae, Genus : Pachyrhizus, Spesies

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kedelai (Glycine max [L.] Merrill) merupakan salah satu tanaman

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kedelai (Glycine max [L.] Merrill) merupakan salah satu tanaman II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kedelai 2.1.1 Taksonomi dan Morfologi Tanaman kedelai (Glycine max [L.] Merrill) merupakan salah satu tanaman pangan dari famili Leguminosae yang berumur pendek. Secara

Lebih terperinci

ASPEK BIOLOGI TANAMAN KOPI Oleh : Abd. Muis, SP.

ASPEK BIOLOGI TANAMAN KOPI Oleh : Abd. Muis, SP. ASPEK BIOLOGI TANAMAN KOPI Oleh : Abd. Muis, SP. Sifat dan perilaku tanaman kopi dapat dipelajari dari sisi biologinya. Artikel ini ditujukan untuk memberikan pengetahuan tentang beberapa aspek biologi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Caisim (Brassica juncea L.) Caisim merupakan jenis sayuran yang digemari setelah bayam dan kangkung (Haryanto dkk, 2003). Tanaman caisim termasuk dalam famili Cruciferae

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai Cabai merah (Capsicum annuum L.) termasuk kedalam famili Solanaceae. Terdapat sekitar 20-30 spesies yang termasuk kedalam genus Capsicum, termasuk diantaranya

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Mangga berakar tunggang yang bercabang-cabang, dari cabang akar ini tumbuh

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Mangga berakar tunggang yang bercabang-cabang, dari cabang akar ini tumbuh TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Mangga berakar tunggang yang bercabang-cabang, dari cabang akar ini tumbuh cabang lagi kecil-kecil, cabang kecil ini ditumbuhi bulu-bulu akar yang sangat halus. Akar tunggang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai merupakan tanaman pangan berupa semak yang tumbuh tegak. Kedelai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai merupakan tanaman pangan berupa semak yang tumbuh tegak. Kedelai II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kedelai 2.1.1 Klasifikasi tanaman kedelai Kedelai merupakan tanaman pangan berupa semak yang tumbuh tegak. Kedelai jenis liar Glycine ururiencis, merupakan kedelai yang

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 345/Kpts/SR.120/9/2005 TENTANG PELEPASAN CABAI RAWIT HIBRIDA DEWATA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 345/Kpts/SR.120/9/2005 TENTANG PELEPASAN CABAI RAWIT HIBRIDA DEWATA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 345/Kpts/SR.120/9/2005 TENTANG PELEPASAN CABAI RAWIT HIBRIDA DEWATA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Buah Naga

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Buah Naga II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tanaman Buah Naga Buah naga ( Dragon Fruit) merupakan salah satu tanaman hortikultura yang baru dibudidayakan di Indonesia dengan warna buah merah yang menyala dan bersisik hijau

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Deskripsi Kacang Hijau Kacang hijau (Vigna radiata L.) merupakan salah satu komoditas tanaman kacang-kacangan yang banyak dikonsumsi rakyat Indonesia. Kacang hijau termasuk

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Species: Allium ascalonicum L. (Rahayu dan Berlian, 1999). Bawang merah memiliki batang sejati atau disebut discus yang bentuknya

TINJAUAN PUSTAKA. Species: Allium ascalonicum L. (Rahayu dan Berlian, 1999). Bawang merah memiliki batang sejati atau disebut discus yang bentuknya Botani Tanaman TINJAUAN PUSTAKA Bawang merah diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom: Plantae, Divisio: Spermatophyta, Subdivisio: Angiospermae, Kelas: Monocotyledonae, Ordo: Liliales/ Liliflorae, Famili:

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 16 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Lokasi penelitian terletak di Kebun Percobaan Leuwikopo. Lahan yang digunakan merupakan lahan yang biasa untuk penanaman cabai, sehingga sebelum dilakukan penanaman,

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Green House Fak. Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. wilayah beriklim sedang, tropis, dan subtropis. Tanaman ini memerlukan iklim

II. TINJAUAN PUSTAKA. wilayah beriklim sedang, tropis, dan subtropis. Tanaman ini memerlukan iklim 15 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Tanaman Buncis Buncis berasal dari Amerika Tengah, kemudian dibudidayakan di seluruh dunia di wilayah beriklim sedang, tropis, dan subtropis. Tanaman ini memerlukan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani dan Morfologi Kacang Tanah

TINJAUAN PUSTAKA. Botani dan Morfologi Kacang Tanah TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Kacang Tanah Kacang tanah tergolong dalam famili Leguminoceae sub-famili Papilinoideae dan genus Arachis. Tanaman semusim (Arachis hypogaea) ini membentuk polong dalam

Lebih terperinci

No. Nama Bahan Spesifikasi Kegunaan 1. Alkohol 70% Mencegah kerusakan akibat jamur dan serangga

No. Nama Bahan Spesifikasi Kegunaan 1. Alkohol 70% Mencegah kerusakan akibat jamur dan serangga Lampiran 1. Spesifikasi bahan dan peralatan yang digunakan dalam penelitian Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel bambu tali (G. apus (Schult.f.) Kurz) yang terdapat di pinggiran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 21 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian dasar dengan metode deskriptif. B. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kultivar

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti pedang kecil, menunjukkan

TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti pedang kecil, menunjukkan 14 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gladiol Gladiol berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti pedang kecil, menunjukkan pada bentuk daunnya yang sempit dan panjang seperti pedang. Genus gladiolus terdiri

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan di lahan Kebun Percobaan BPTP Natar,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan di lahan Kebun Percobaan BPTP Natar, 17 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan di lahan Kebun Percobaan BPTP Natar, Lampung Selatan mulai Maret 2013 sampai dengan Maret 2014. 3.2 Bahan dan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) termasuk famili Graminae

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) termasuk famili Graminae 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Sorgum Tanaman sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) termasuk famili Graminae (Poaceae). Tanaman ini telah lama dibudidayakan namun masih dalam areal yang terbatas. Menurut

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantiatif. Penelitian deskriptif merupakan penelitian

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensis L.)

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensis L.) II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensis L.) Menurut Fachruddin (2000) tanaman kacang panjang termasuk famili leguminoceae. Klasifikasi tanaman kacang panjang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. dalam buku Steenis (2003), taksonomi dari tanaman tebu adalah Kingdom :

TINJAUAN PUSTAKA. dalam buku Steenis (2003), taksonomi dari tanaman tebu adalah Kingdom : TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Berdasarkan klasifikasi taksonomi dan morfologi Linneus yang terdapat dalam buku Steenis (2003), taksonomi dari tanaman tebu adalah Kingdom : Plantae, Divisio : Spermatophyta,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. luas di seluruh dunia sebagai bahan pangan yang potensial. Kacang-kacangan

II. TINJAUAN PUSTAKA. luas di seluruh dunia sebagai bahan pangan yang potensial. Kacang-kacangan 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Tanaman Kacang Hijau Kacang-kacangan (leguminosa), sudah dikenal dan dimanfaatkan secara luas di seluruh dunia sebagai bahan pangan yang potensial. Kacang-kacangan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Umum Lokasi Penelitian

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Umum Lokasi Penelitian IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum Lokasi Penelitian Tanaman salak yang digunakan pada penelitian ini adalah salak pondoh yang ditanam di Desa Tapansari Kecamatan Pakem Kabupaten Sleman Yogyakarta.

Lebih terperinci

MORFOLOGI TANAMAN KEDELAI

MORFOLOGI TANAMAN KEDELAI MORFOLOGI TANAMAN KEDELAI TANAMAN KEDELAI {Glycine max (L.) Merrill} Klasifikasi Verdcourt genus Glycine tdr 3 sub genera: Glycine Willd, Bracteata Verde, Soja (Moench) F.J. Herm. Subgenus Soja merupakan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Cabai merupakan tanaman semusim berbentuk perdu tegak, batang berkayu

II. TINJAUAN PUSTAKA. Cabai merupakan tanaman semusim berbentuk perdu tegak, batang berkayu II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Cabai Merah Besar Cabai merupakan tanaman semusim berbentuk perdu tegak, batang berkayu namun pada batang muda berambut halus berwarna hijau. Tinggi tanaman mencapai 1 2,5 cm dan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. antara cm, membentuk rumpun dan termasuk tanaman semusim.

TINJAUAN PUSTAKA. antara cm, membentuk rumpun dan termasuk tanaman semusim. 19 TINJAUAN PUSTAKA Botani tanaman Bawang merah merupakan tanaman yang tumbuh tegak dengan tinggi antara 15-50 cm, membentuk rumpun dan termasuk tanaman semusim. Perakarannya berupa akar serabut yang tidak

Lebih terperinci

DESKRIPSI VARIETAS BARU

DESKRIPSI VARIETAS BARU PERMOHONAN HAK PERLINDUNGAN VARIETAS TANAMAN DESKRIPSI VARIETAS BARU Kepada Yth.: Kepala Pusat Perlindungan Varietas Tanaman Kantor Pusat Deprtemen Pertanian, Gd. E, Lt. 3 Jl. Harsono RM No. 3, Ragunan,

Lebih terperinci

PENGENALAN VARIETAS LADA, PALA, dan CENGKEH. Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat November 2015

PENGENALAN VARIETAS LADA, PALA, dan CENGKEH. Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat November 2015 PENGENALAN VARIETAS LADA, PALA, dan CENGKEH Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat November 2015 DESKRIPSI VARIETAS LADA LADA VAR. NATAR 1 SK Menteri Pertanian nomor : 274/Kpts/KB.230/4/1988 Bentuk Tangkai

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian 12 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Percobaan dilakukan di Desa Dukuh Asem, Kecamatan Majalengka, Kabupaten Majalengka pada tanggal20 April sampai dengan 2 Juli 2012. Lokasi percobaan terletak

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) berasal dari Afrika dan termasuk famili Aracaceae (dahulu: Palmaceae). Tanaman kelapa sawit adalah tanaman monokotil

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol (Gladiolus hybridus L) tergolong dalam famili Iridaceae yang

I. TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol (Gladiolus hybridus L) tergolong dalam famili Iridaceae yang I. TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Botani Gladiol Gladiol (Gladiolus hybridus L) tergolong dalam famili Iridaceae yang mempunyai jenis 180 jenis. Tanaman gladiol ditemukan di Afrika, Mediterania, dan paling banyak

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Ubikayu Dalam taksonomi tumbuhan, klasifikasi tanaman ubikayu adalah sebagai berikut: Kingdom Divisi Subdivisi Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Plantae (tumbuhan)

Lebih terperinci

Lampiran 1. Peta Lokasi Penelitian Asam Gelugur. Kabupaten Deli Serdang. Universitas Sumatera Utara

Lampiran 1. Peta Lokasi Penelitian Asam Gelugur. Kabupaten Deli Serdang. Universitas Sumatera Utara 66 Lampiran 1. Peta Lokasi Penelitian Asam Gelugur Kabupaten Deli Serdang 67 Kabupaten Langkat Kabupaten Serdang Berdagai 68 Lampiran 2. Panduan Identifikasi Karakter Tanaman Parameter deskripsi tanaman

Lebih terperinci

Lampiran 1. Bagan penelitian Ulangan I Ulangan II Ulangan III Ulangan IV

Lampiran 1. Bagan penelitian Ulangan I Ulangan II Ulangan III Ulangan IV Lampiran 1. Bagan penelitian Ulangan I Ulangan II Ulangan III Ulangan IV P0V1 P0V1 P0V1 P0V1 P1V1 P1V1 P1V1 P1V1 P2V1 P2V1 P2V1 P2V1 P3V1 P3V1 P3V1 P3V1 P4V1 P4V1 P4V1 P4V1 P0V2 P0V2 P0V2 P0V2 P1V2 P1V2

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Ubijalar

TINJAUAN PUSTAKA Botani Ubijalar TINJAUAN PUSTAKA Botani Ubijalar Menurut Sarwono (2005) ubijalar tergolong tanaman palawija. Tanaman ini membentuk umbi di dalam tanah. Umbi itulah yang menjadi produk utamanya. Ubijalar digolongkan ke

Lebih terperinci

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh 45 4.2 Pembahasan Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan memperhatikan syarat tumbuh tanaman dan melakukan pemupukan dengan baik. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lahan penelitian yang digunakan merupakan lahan yang selalu digunakan untuk pertanaman tanaman padi. Lahan penelitian dibagi menjadi tiga ulangan berdasarkan ketersediaan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Bio-slurry dan tahap aplikasi Bio-slurry pada tanaman Caisim. Pada tahap

HASIL DAN PEMBAHASAN. Bio-slurry dan tahap aplikasi Bio-slurry pada tanaman Caisim. Pada tahap IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian yang dilakukan terbagi menjadi dua tahap yaitu pengambilan Bio-slurry dan tahap aplikasi Bio-slurry pada tanaman Caisim. Pada tahap pengambilan Bio-slurry dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Tulungrejo, Batu dekat Raya Selekta, Wisata petik apel kota Batu, dan Laboratorium Biosistematika Departemen Biologi,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) divisi spermatophyta, subdivisi angiospermae, kelas monocotyledonae,

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) divisi spermatophyta, subdivisi angiospermae, kelas monocotyledonae, TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Tanaman bawang merah diklasifikasikan sebagai berikut, divisi spermatophyta, subdivisi angiospermae, kelas monocotyledonae, ordo liliales,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman rosela diklasifikasikan dengan kingdom Plantae, divisio

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman rosela diklasifikasikan dengan kingdom Plantae, divisio TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tanaman rosela diklasifikasikan dengan kingdom Plantae, divisio Spermatophyta, subdivisio Angiospermae, kelas Dicotyledonae, ordo Malvales, famili Malvaceae, genus Hibiscus,

Lebih terperinci

Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam. taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili

Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam. taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili Papilionaceae; genus Arachis; dan spesies Arachis hypogaea L. Kacang tanah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Morfologi Tanaman Pisang ( Musa spp.) 2.2. Tanaman Pisang ( Musa spp.)

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Morfologi Tanaman Pisang ( Musa spp.) 2.2. Tanaman Pisang ( Musa spp.) II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Morfologi Tanaman Pisang (Musa spp.) Indonesia pisang merupakan tanaman yang sangat penting karena mempunyai nilai ekonomi yang tinggi. Pisang adalah tanaman herba yang berasal

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang 17 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang cukup lengkap untuk mempertahankan kesehatan tubuh. Komposisi zat-zat makanan yang terkandung dalam

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Paprika. Syarat Tumbuh

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Paprika. Syarat Tumbuh 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Paprika Tanaman paprika (Capsicum annum var. grossum L.) termasuk ke dalam kelas Dicotyledonae, ordo Solanales, famili Solanaceae dan genus Capsicum. Tanaman paprika merupakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Cabai adalah tanaman perdu dari famili terong-terongan ( Solanaceae) yang

I. PENDAHULUAN. Cabai adalah tanaman perdu dari famili terong-terongan ( Solanaceae) yang 1 I. PENDAHULUAN Cabai adalah tanaman perdu dari famili terong-terongan ( Solanaceae) yang memiliki nama ilmiah Capsicum sp. dan merupakan salah satu komoditas hortikultura yang memiliki nilai ekonomi

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Galur Cabai Besar. Pembentukan Populasi F1, F1R, F2, BCP1 dan BCP2 (Hibridisasi / Persilangan Biparental) Analisis Data

BAHAN DAN METODE. Galur Cabai Besar. Pembentukan Populasi F1, F1R, F2, BCP1 dan BCP2 (Hibridisasi / Persilangan Biparental) Analisis Data 17 BAHAN DAN METODE Studi pewarisan ini terdiri dari dua penelitian yang menggunakan galur persilangan berbeda yaitu (1) studi pewarisan persilangan antara cabai besar dengan cabai rawit, (2) studi pewarisan

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. dalam, akar dapat tumbuh hingga sekitar 1 m. Dengan adanya bakteri Rhizobium, bintil

I. TINJAUAN PUSTAKA. dalam, akar dapat tumbuh hingga sekitar 1 m. Dengan adanya bakteri Rhizobium, bintil I. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Buncis Sistem perakaran berbagai jenis buncis tidak besar atau ekstensif, percabangan lateralnya dangkal. Akar tunggang yang terlihat jelas biasanya pendek, tetapi pada tanah

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Umum Percobaan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Umum Percobaan 16 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Percobaan Perkecambahan benih-benih purwoceng terjadi pada waktu yang berbedabeda karena tidak dilakukan persemaian serempak. Tanaman dikelompokkan sesuai umur untuk

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Jagung (Zea mays L) adalah anggota keluarga Graminae, ordo Maydeae, genus Zea (Fischer

TINJAUAN PUSTAKA. Jagung (Zea mays L) adalah anggota keluarga Graminae, ordo Maydeae, genus Zea (Fischer II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani dan Syarat Tumbuh Tanaman Jagung Jagung (Zea mays L) adalah anggota keluarga Graminae, ordo Maydeae, genus Zea (Fischer dan Palmer, 1990). Tinggi tanaman jagung berkisar

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Tanaman

TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Tanaman TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Tanaman Morfologi tanaman kedelai ditentukan oleh komponen utamanya, yaitu akar, daun, batang, polong, dan biji. Akar kedelai muncul dari belahan kulit biji yang muncul di sekitar

Lebih terperinci

Lampiran 4. Deskripsi Varietas TM 999 F1. mulai panen 90 HST

Lampiran 4. Deskripsi Varietas TM 999 F1. mulai panen 90 HST Lampiran 4. Deskripsi Varietas TM 999 F1 Golongan : hibrida Bentuk tanaman : tegak Tinggi tanaman : 110-140 cm Umur tanaman : mulai berbunga 65 HST mulai panen 90 HST Bentuk kanopi : bulat Warna batang

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 16 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pertumbuhan Vegetatif Dosis pupuk kandang berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman (Lampiran 5). Pada umur 2-9 MST, pemberian pupuk kandang menghasilkan nilai lebih

Lebih terperinci

III. METODE PELAKSANAAN. Penelitian ini dilakukan di kebun budidaya Ds. Junrejo, Kec. Junrejo,

III. METODE PELAKSANAAN. Penelitian ini dilakukan di kebun budidaya Ds. Junrejo, Kec. Junrejo, III. METODE PELAKSANAAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan di kebun budidaya Ds. Junrejo, Kec. Junrejo, Batu, Malang. Ds. Junrejo, Kec. Junrejo berada pada ketinggian 800 m dpl, memiliki suhu

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan memiliki batang berbentuk segi empat. Batang dan daunnya berwarna hijau

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan memiliki batang berbentuk segi empat. Batang dan daunnya berwarna hijau II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Botani Tanaman Kentang (Solanum tuberosum L) Kentang (Solanum tuberosum L.) merupakan tanaman umbi-umbian dan tergolong tanaman berumur pendek. Tumbuhnya bersifat menyemak dan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Sistem perakaran tanaman bawang merah adalah akar serabut dengan

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Sistem perakaran tanaman bawang merah adalah akar serabut dengan TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Menurut Rukmana (2005), klasifikasi tanaman bawang merah adalah sebagai berikut: Divisio Subdivisio Kelas Ordo Famili Genus : Spermatophyta : Angiospermae : Monocotyledonae

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. ternyata dari tahun ke tahun kemampuannya tidak sama. Rata-rata

PENDAHULUAN. ternyata dari tahun ke tahun kemampuannya tidak sama. Rata-rata PENDAHULUAN Latar Belakang Tanaman kedelai merupakan tanaman hari pendek dan memerlukan intensitas cahaya yang tinggi. Penurunan radiasi matahari selama 5 hari atau pada stadium pertumbuhan akan mempengaruhi

Lebih terperinci

HASIL. memindahkan kecambah ke larutan hara tanpa Al.

HASIL. memindahkan kecambah ke larutan hara tanpa Al. 2 memindahkan kecambah ke larutan hara tanpa Al. Analisis Root re-growth (RRG) Pengukuran Root Regrowth (RRG) dilakukan dengan cara mengukur panjang akar pada saat akhir perlakuan cekaman Al dan pada saat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Purwono dan Hartono (2012), kacang hijau termasuk dalam keluarga. tumbuhan dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Purwono dan Hartono (2012), kacang hijau termasuk dalam keluarga. tumbuhan dapat diklasifikasikan sebagai berikut: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karakteristik Komoditi Menurut Purwono dan Hartono (2012), kacang hijau termasuk dalam keluarga Leguminosa. Kedudukan tanaman kacang hijau dalam sistematika (taksonomi) tumbuhan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. beberapa Kecamatan yaitu Kecamatan Kota Tengah, Kecamatan Kota Utara dan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. beberapa Kecamatan yaitu Kecamatan Kota Tengah, Kecamatan Kota Utara dan 20 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Pengamatan stomata dalam penelitian ini dilakukan pada 9 varietas tumbuhan puring yang terdapat di Kota Gorontalo. Varietas puring ini

Lebih terperinci

PERSEMAIAN CABAI. Disampaikan Pada Diklat Teknis Budidaya Tanaman Cabai. Djoko Sumianto, SP, M.Agr

PERSEMAIAN CABAI. Disampaikan Pada Diklat Teknis Budidaya Tanaman Cabai. Djoko Sumianto, SP, M.Agr PERSEMAIAN CABAI Disampaikan Pada Diklat Teknis Budidaya Tanaman Cabai Djoko Sumianto, SP, M.Agr BALAI BESAR PELATIHAN PERTANIAN (BBPP) KETINDAN 2017 Tujuan Pembelajaran Umum (TPU)/ Kompetensi Dasar :

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Cabai (Capsicum sp ) merupakan tanaman semusim, dan salah satu jenis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Cabai (Capsicum sp ) merupakan tanaman semusim, dan salah satu jenis BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman cabai Cabai (Capsicum sp ) merupakan tanaman semusim, dan salah satu jenis tanaman hortikultura penting yang dibudidayakan secara komersial, hal ini disebabkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian 39 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantiatif. Menurut Setyosari (2010) penelitian deskriptif

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Jagung (Zea Mays L.) Jagung (Zea mays L) adalah tanaman semusim dan termasuk jenis rumputan/graminae yang mempunyai batang tunggal, meski terdapat kemungkinan

Lebih terperinci