DAVALLIACEAE (PTERIDOPHYTA) DI BUKIT BATU KABUPATEN BENGKALIS-SIAK PROVINSI RIAU Eka Indra H 1, Nery Sofiyanti 2, Dyah Iriani 2
|
|
- Sukarno Tan
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 DAVALLIACEAE (PTERIDOPHYTA) DI BUKIT BATU KABUPATEN BENGKALIS-SIAK PROVINSI RIAU Eka Indra H 1, Nery Sofiyanti 2, Dyah Iriani 2 1 Mahasiswa Program Studi S1 Biologi, FMIPA-UR 2 Dosen Jurusan Biologi FMIPA-UR Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Riau Kampus Binawidya Pekanbaru, 28293, Indonesia Biologi_indra@yahoo.com ABSTRACT Bukit Batu is one of conserved area in Riau. It s divided into three zone (core, buffer and transition). The last two zone is commonly used for agriculture, industry and local people settlement. Therefore, the flora compotition including ferns was affected by human activities. The aims of this research was to identify the fern species from Davalliaceae family in the buffer and transition zone in Bukit Batu, Riau. All samples were collected in the field using exploration method. Morphological characters were observed in the field were the colour of leaf, steam, rhizome and habitat. All samples were prepared for herbarium. The observation of spore were carried out using nonasetolisis and asetolisis methods. The result identified show six Davalliaceae species, i.e Davallia denticulata (Burm. f.) Mett. ex Kuhn., Nephrolepis hirsutula (G. Forst) C. Presl., Nephrolepis biserrata (Sw.) Schott, Nephrolepis multiflora (Roxb.) F.M. Jarrett, Nephrolepis cordifolia (L.) C. Presl, dan Nephrolepis brownii (Desv.) Hovenkamp & Miyam that belong to two genera is Davallia and Nephrolepis. Key words: Bukit Batu, Davalliaceae, Davallia, Nephrolepis. ABSTRAK Bukit Batu merupakan salah satu kawasan konservasi di Riau. Bukit Batu terbagi kedalam tiga zona (inti, penyangga dan transisi). Dua zona terakhir biasanya digunakan untuk areal pertanian, hutan tanaman industri dan permukiman bagi masyarakat setempat. Oleh karena itu, keberadaan flora termasuk paku-pakuan akan dipengaruhi oleh aktifitas manusia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui keanekaragaman jenis tumbuhan paku dari famili Davalliaceae yang terdapat pada zona penyangga dan zona transisi di Bukit Batu, Riau. Pengambilan sampel di lapangan dilakukan dengan metode eksplorasi. Karakter morfologi yang diamati di lapangan yaitu warna daun, batang, rhizoma dan habitat. Semua sampel disiapkan untuk dibuat herbarium. Pengamatan spora dilakukan dengan metode tanpa asetolisis dan asetolisis. Hasil identifikasi diperoleh enam jenis dari famili Davalliaceae yaitu Davallia denticulata (Burm. f.) Mett. ex Kuhn., Nephrolepis hirsutula (G. Forst) C. Presl., Nephrolepis biserrata (Sw.) Schott, Nephrolepis multiflora (Roxb.) F.M. Jarrett, Nephrolepis cordifolia (L.) C. Presl, dan Nephrolepis brownii (Desv.) Hovenkamp & Miyam yang termasuk ke dalam dua genus yaitu Davallia dan Nephrolepis. Kata kunci: Bukit Batu, Davalliaceae, Davallia, Nephrolepis. 1
2 PENDAHULUAN Bukit Batu, Bengkalis Riau merupakan bagian dari kawasan Cagar Alam Biosfer yang ke-7 di Indonesia yang terletak di dua wilayah pemerintahan yaitu Kabupaten Bengkalis dan Kabupaten Siak di Provinsi Riau dengan karakteristik khas berupa hutan rawa gambut (Anonim, 2010) yang menyimpan potensi keanekaragaman hayati flora yang tinggi termasuk didalamnya adalah tumbuhan paku, namun kawasan gambut di Bukit Batu ini sebagian areal sudah beralih fungsi menjadi areal pertanian, hutan tanaman industri, pemukiman, dan areal kosong tanpa diolah (Sukresno, 2009), yang biasanya terdapat di zona penyangga dan zona transisi. Keadaan ini tentu akan berdampak pada keberadaan jenis-jenis floranya, termasuk paku-pakuan. Salah satu kelompok tumbuhan paku yang mampu beradaptasi pada daerah dataran rendah bergambut adalah Davalliaceae. Kelompok ini bercirikan hidup terestrial dan epifit, habitus herba, akar menyerupai akar serabut, batang semu (rhizome), tidak berduri, tidak memiliki daun steril, dan tipe daun majemuk. Hingga saat ini penelitian mengenai keanekaragaman jenis tumbuhan paku di Sumatera masih relatif sedikit antara lain di Jambi oleh Hariyadi (2000) menginventarisasi 66 jenis paku. Sumatera Utara, Lubis (2009) menemukan 57 jenis di Kabupaten Toba Samosir, sedangkan Sriaty (2011) melaporkan 60 jenis di Kabupaten Simalungun. Penelitian mengenai keanekaragaman jenis tumbuhan paku yang dilakukan di Riau juga masih terbatas. Di Pekanbaru, Hastuti (2008) melaporkan 12 jenis tumbuhan paku epifit dan Azwar (2005) melaporkan 16 jenis Polypodiaceae. Informasi mengenai keanekaragaman jenis tumbuhan paku ini akan semakin bertambah lagi jika dilakukan inventarisasi di berbagai daerah yang belum dieksplorasi. Daerah Bukit Batu khususnya belum pernah ada penelitian yang melaporkan mengenai keanekaragaman jenis tumbuhan paku dari kelompok Davalliaceae. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman jenis tumbuhan paku dari kelompok Davalliaceae yang terdapat pada zona penyangga dan zona transisi di kawasan Bukit-Batu, Riau. METODE PENELITIAN Penelitian ini telah dilaksanakan mulai dari bulan Februari 2012-Januari Bahan yang digunakan adalah karung, kertas koran, etiket gantung, kertas label, tali plastik, kertas herbarium, spiritus untuk pengawetan spesimen, asam asetat glasial, asam sulfat pekat, gliserin, akuades, gelatin, fenol, potongan parafin, safranin 1% dalam air, dan tumbuhan paku yang terdapat di kawasan Bukit-Batu Riau. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah GPS, gunting tanaman, pisau, penggaris, botol film, pipet volume, kaca penutup, kaca objek, lampu spiritus, gelas beaker, pipet tetes, hand sentrifuse, tabung reaksi, botol sprayer, karet penghisap, batang pengaduk, mikroskop cahaya, mikroskop stereo dan kamera. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode eksplorasi yaitu dengan cara mengkoleksi langsung sampel di lapangan. Pengambilan sampel dilakukan di dua zona pada kawasan Cagar Alam Biosfer Bukit-Batu Kabupaten Bengkalis-Siak Provinsi Riau, yaitu Zona Penyangga (Hutan Tanaman Industri akasia) dan Zona Transisi (Pekarangan Rumah, Hutan karet, Kebun Karet, dan Kebun Sawit). Sampel berupa tumbuhan paku dari famili Davalliaceae yang mempunyai akar, batang dan daun yang 2
3 telah menghasilkan spora. Namun, jika daun tumbuhan paku yang ditemukan tidak memiliki spora, daun tersebut tetap diambil untuk dijadikan herbarium. Setiap jenis yang ditemukan di lapangan dicatat di etiket gantung meliputi nomor koleksi, kolektor, tanggal koleksi, tempat koleksi, habitat, deskripsi dan difoto. Tumbuhan paku selanjutnya disemprot dengan spiritus dan diletakkan ke dalam kertas koran yang diapit kardus serta diikat menggunakan tali plastik. Sampel yang diperoleh dari lapangan dibuat herbarium. Semua jenis tumbuhan paku yang diperoleh diamati karakter morfologinya seperti akar, batang, daun, dan spora. Khusus untuk pengamatan spora dapat dilakukan dengan menggunakan dua metode yaitu metode tanpa asetolisis dan metode asetolisis Identifikasi tumbuhan paku dilakukan dengan mengamati karakter-karakter yang terdapat pada tiap spesimen yang termasuk kedalam famili Davalliaceae. Karakter yang diamati dicocokkan dengan buku identifikasi paku seperti: Ferns of Malaysia in Colour karangan A.G. Piggott (1996), dan Jenis Paku Indonesia karangan LIPI (1980). Untuk morfologi spora menggunakan buku dengan judul How To Know Pollen and Spores karangan Ronald O. Kapp (1969), An Illustrated Guide to Pollen Analysis karangan P.D. Moore dan J.A. Webb (1978). Selain mengacu dari beberapa buku acuan, identifikasi sampel tumbuhan paku juga dilakukan dengan bantuan ahli taksonomi paku, mencocokkan dengan spesimen paku yang telah ada di herbarium serta mencocokkan dengan gambar paku-pakuan yang ada pada situs paku-pakuan, antara lain Setelah mendapatkan nama jenis paku, maka nama ini diperiksa apakah merupakan nama yang diterima atau tidak. Hal ini dilakukan secara online pada website Apabila nama yang ditemukan ternyata merupakan nama yang tidak diterima, maka akan digunakan nama ilmiah yang terdapat di website tersebut. Setelah diketahui nama jenisnya maka dibuat deskripsi untuk semua jenis paku yang termasuk famili Davalliaceae yang ditemukan dan dilanjutkan dengan membuat kunci identifikasi. HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Lokasi Penelitian Bukit Batu merupakan salah satu kawasan Cagar Alam Biosfer yang memiliki karakter khas berupa hutan rawa gambut dengan memiliki berbagai macam vegetasi di setiap zonanya. Di kawasan Bukit Batu ini terdapat dua zona yaitu zona penyangga dan zona transisi dimana pada kawasan ini sudah mengalami alih fungsi lahan menjadi lahan produktif seperti kebun karet, kebun sawit, hutan tanaman industri yang berupa hutan akasia serta digunakan sebagai areal pemukiman masyarakat. Lokasi pengambilan sampel tumbuhan paku yang dilakukan pada lima tipe penggunaan lahan di zona transisi (kebun karet, hutan karet, kebun sawit, dan pekarangan rumah) dan zona penyangga (HTI akasia) memiliki karakteristik vegetasi yang sangat khas (Gambar 1). Pada tipe vegetasi kebun karet (Gambar 1a) memiliki karakteristik perkebunan karet dengan jarak tanam yang teratur, berumur ± 20 tahun serta sering dilakukan penyiangan oleh pemilik kebun, sehingga pada vegetasi ini keberadaan tumbuhan paku pun cenderung lebih sedikit. Tipe vegetasi kebun sawit memiliki karakteristik jarak tanam yang teratur, berumur ± 17 tahun dan tumbuhan paku banyak ditemukan pada vegetasi ini, baik yang berupa epifit pada batang sawit maupun yang hidup terestrial. Selain itu, keberadaan 3
4 gulma pada lantai vegetasi juga cukup banyak ditemui pada areal ini seperti yang terlihat pada Gambar 1b. a b c d e Gambar 1. Lokasi pengambilan sampel a. Kebun karet, b. Kebun sawit, c. HTI akasia, d. Hutan karet, e. Pekarangan rumah. 4
5 Tipe vegetasi hutan tanaman industri (HTI) akasia (Gambar 1c) memiliki karakteristik jarak tanam yang teratur, berumur ± 5 tahun dan pada lantai vegetasinya dominan ditumbuhi oleh tumbuhan paku tanah serta gulma yang cukup rapat seperti ilalang. Pada vegetasi ini juga terdapat beberapa kayu tumbang yang melapuk yang dapat ditumbuhi oleh tumbuhan paku serta terdapat saluran kanal yang berada di bagian pinggir vegetasi ini. Tipe vegetasi hutan karet memiliki karakteristik yang berbeda dari vegetasi yang sebelumnya. Pada tipe vegetasi ini jarak tanam karet yang satu dengan yang lainnya tidak teratur, berumur ± 20 tahun, lantai hutannya terlihat semak belukar yang rimbun yang dapat berupa tumbuhan paku tanah maupun gulma serta banyak terdapat anakan tanaman karet yang dikarenakan tidak adanya proses perawatan oleh pemiliknya seperti yang terlihat pada Gambar 1d. Tipe vegetasi pekarangan rumah (Gambar 1e) memiliki karakteristik lantai vegetasi yang cenderung bersih dari gulma dan bahkan hanya sedikit tumbuhan paku tanah yang ditemukan. Hal ini dikarenakan oleh adanya penyiangan yang rutin oleh pemilik rumah tersebut. Di pekarangan rumah ini tumbuhan paku dapat ditemui di berbagai tempat diantaranya epifit di batang pohon sawit, di batang pohon palem, di batang pohon sawit yang tumbang dan lapuk, di tanah yang terletak di pinggiran parit, jalan maupun di sekitar rumah. Jenis-Jenis Davalliaceae pada Lima Vegetasi di Kawasan Bukit Batu Inventarisasi tumbuhan paku yang telah dilakukan di kawasan Bukit Batu ditemukan sebanyak 6 jenis yang tergolong kedalam 2 genus dari famili Davalliaceae (Tabel 1), 4 jenis paku terestrial dan 2 jenis paku epifit. Semua jenis tumbuhan paku yang ditemukan termasuk kedalam kelas Filicinae. Tabel 1. Jenis-jenis tumbuhan paku dari famili Davalliaceae yang terdapat di kawasan Bukit Batu, Riau No. Genus Spesies Tipe Penggunaan Lahan I II III IV V 1. Davallia Davallia denticulata (Burm. f.) Mett. ex Kuhn E 2. Nephrolepis Nephrolepis hirsutula (G. Forst.) C. Presl. T Nephrolepis biserrata (Sw.) Schott - - E Nephrolepis multiflora (Roxb.) F.M. Jarrett T Nephrolepis cordifolia (L.) C. Presl T Nephrolepis brownii (Desv.) Hovenkamp & Miyam T Keterangan: I=Kebun Karet di Desa Tanjung Leban, II=Kebun Sawit di Desa Tanjung Leban, III=Hutan Tanaman Industri (HTI) Akasia di Desa Tanjung Leban, IV=Hutan Karet di Desa Tanjung Leban, V=Pekarangan Rumah di Desa Tanjung Leban dan Desa Sepahat, H=Habitat, T=Terestrial, E=Epifit, (-) =Tidak Ditemukan, ( )=Ditemukan. Davalliaceae merupakan famili yang memiliki daya adaptasi yang tinggi sehingga mudah tumbuh dengan baik. Selain itu, juga memiliki rimpang yang tahan kering dan menjalar kemana-mana serta menyenangi tempat terbuka sehingga mempunyai persebaran yang cukup luas. Contohnya D. denticulata dijumpai hidup H 5
6 epifit pada batang sawit. Menurut Flach dan Rumawas (1997), pelepah pada batang sawit dapat menampung subtrat, sehingga banyak tumbuhan paku epifit yang mampu hidup disana. Selain itu, daun sawit tersusun dalam bentuk roset. Hal ini sesuai dengan pendapat Piggot (1996) bahwa pelepah pada palem-paleman menjadi tempat berkumpulnya sisa-sisa reruntuhan daun sehingga membusuk dan menjadi humus. Selain itu, menurut Ewussie (1990) semut yang menghuni perakaran epifit mengumpulkan dedaunan mati, biji dan bahan luruhan lain (baik dari tanaman inang maupun epifit itu sendiri) yang nantinya diuraikan menjadi humus. Deskripsi Jenis-Jenis Paku dari Famili Davalliaceae di Kawasan Bukit Batu 1. Davallia denticulata (Burm. f.) Mett. ex Kuhn. b a Gambar 2. a. Morfologi umum, b. Ujung daun, c. Posisi sorus, d. Spora. (Skala a-c= 2 cm, d= 8 µm). Deskripsi : Epifit. Herba. Akar menyerupai akar serabut. Batang semu (rhizome) bulat, menjalar, tinggi ± 0,5 mm, sisik berwarna coklat terang, dan tidak berduri. Memiliki cabang. Tidak mempunyai daun steril, berbentuk segitiga, tipe daun majemuk ganda, ujung dan pangkal meruncing, tepi beringgit, pertulangan daun menyirip ganda rangkap empat, permukaan daun licin dan mengkilat, panjang ibu tangkai daun steril dan fertil ± 10 cm, panjang tangkai anak daun steril dan fertil ± 2 cm, tekstur daun sedang, daging daun seperti perkamen, panjang daun steril ± 30 cm, daun fertil ± 30 cm, lebar daun steril ± 15 cm dan lebar daun fertil ± 15 cm, daun muda berwarna hijau muda dan daun tua berwarna hijau tua, duduk daun berseling, duduk anak daun berseling, jarak antar anak daun rapat. Sorus terletak pada setiap lekukan tepi anak daun, memiliki indusium, sorus dan indusium berbentuk piala. Untuk Spora memiliki perbandingan P/E 1,33 µm (subprolate), jumlah sel anulus 20, bilateral simetri, monad, monocolpate, psilate, dan jarak eksin ke intin 2 µm. Kode spesimen: 24, kolektor: Eka Indra Haryanti, tempat koleksi: Kebun sawit dan pekarangan rumah. c d 6
7 2. Nephrolepis hirsutula (G. Forst) C. Presl. a b c d Gambar 3. a. Morfologi umum, b. Duduk anak daun, d. Posisi sorus, d. Spora. (Skala a-c= 2 cm, d. 8 µm). Deskripsi : Terestrial. Herba. Akar menyerupai akar serabut, berwarna coklat muda, dan sisik berwarna coklat tua. Batang terlihat lebih jelas, berbentuk bulat, permukaan berbulu, tidak berduri, batang muda berwarna hijau muda dan batang tua berwarna hijau tua, posisi tumbuh batang tegak lurus dengan tinggi ± 35 cm, tidak memiliki cabang. Tidak mempunyai daun steril, berbentuk memanjang, tipe daun majemuk, ujung daun runcing, pangkal daun tumpul, tepi daun berombak, pertulangan daun menyirip ganda, permukaan daun licin, panjang ibu tangkai daun steril dan fertil ± 4 cm, anak daun tidak memiliki tangkai, tekstur daun sedang, daging daun seperti kertas, panjang daun steril ± 10 cm dan panjang daun fertil ± 10 cm, lebar daun steril ± 5 cm dan lebar daun fertil ± 5 cm, daun muda berwarna hijau muda dan daun tua berwarna hijau tua, duduk anak daun berseling, dan jarak antar anak daun sangat rapat. Sorus terletak mendekati tepi anak daun, berbentuk bulat, berwarna coklat muda, berukuran ± 2 mm, dan memiliki indusium. Untuk Spora memiliki perbandingan P/E 1,33 µm (subprolate), jumlah sel anulus 20, bilateral simetri, monad, monocolpate, psilate, dan jarak eksin ke intin 2 µm. Kode spesimen: 3, kolektor: Eka Indra Haryanti, tempat koleksi: semua lokasi. 3. Nephrolepis biserrata (Sw.) Schott c a Gambar 4. a. Morfologi umum, b. Posisi sorus, c. Ujung anak daun, d. Spora. (Skala a- c= 2 cm, d. 8 µm) b d 7
8 Deskripsi : Epifit. Herba. Akar menyerupai akar serabut, berwarna coklat muda, dan sisik berwarna coklat tua. Batang terlihat lebih jelas, berbentuk bulat, permukaan berbulu, tidak berduri, batang muda berwarna hijau muda dan batang tua berwarna coklat tua, posisi tumbuh batang terkulai ke bawah, tidak memiliki cabang. Tidak mempunyai daun steril, berbentuk lanset, tipe daun majemuk, ujung daun runcing, pangkal daun tumpul, tepi daun berombak, pertulangan daun menyirip ganda, permukaan daun licin, panjang ibu tangkai daun fertil dan steril ± 6 cm, anak daun tidak memiliki tangkai, tekstur daun sedang, daging daun seperti kertas, panjang daun steril ± 35 cm dan panjang fertil ± 35 cm, lebar daun steril ± 10 cm dan lebar daun fertil ± 10 cm, daun muda berwarna hijau muda dan daun tua berwarna hijau tua, duduk anak daunnya berseling, dan jarak antar anak daun jarang. Sorus terletak mendekati tepi anak daun, berbentuk bulat, berwarna coklat muda, berukuran ± 2 mm, dan memiliki indusium. Untuk Spora memiliki perbandingan P/E 1,2 µm (subprolate), jumlah sel anulus 17, asimetri, monad, tipe apertura monocolpate, tipe eksin verrucate, antara eksin ke intin tidak berjarak. Kode spesimen: 4, kolektor: Eka Indra Haryanti, tempat koleksi: kebun karet, HTI akasia, dan pekarangan rumah. 4. Nephrolepis multiflora (Roxb.) F.M. Jarrett a b c d Gambar 5. a. Morfologi umum, b. Duduk anak daun, c. Ujung anak daun, d. Spora (Skala a-c= 2 cm, d. 8 µm). Deskripsi : Terestrial. Herba. Akar menyerupai akar serabut, berwarna coklat muda, dan sisik berwarna coklat tua. Batang terlihat lebih jelas, berbentuk bulat, permukaan berbulu, tidak berduri, batang muda berwarna coklat muda dan batang tua berwarna coklat tua, posisi tumbuh batang tegak lurus dengan tinggi ± 25 cm, tidak memiliki cabang. Tidak memiliki daun steril, berbentuk lanset, tipe daun majemuk, ujung daun runcing, pangkal daun tumpul, tepi daun rata, pertulangan daun menyirip ganda, permukaan daun kasar, Panjang ibu tangkai daun steril dan fertil ± 3 cm, anak daun tidak memiliki tangkai, tekstur daun sedang, daging daun seperti kertas, panjang daun steril ± 10 cm dan panjang daun fertil ± 11 cm, lebar daun steril ± 1,5 cm dan lebar fertil ± 1,1 cm, daun muda berwarna hijau muda dan daun tua berwarna hijau tua, duduk anak daunnya berseling, dan jarak antar anak daun rapat. Sorus terletak mendekati tepi anak daun, berbentuk bulat, berwarna coklat muda, berukuran ± 2 mm, dan memiliki indusium. Untuk Spora memiliki perbandingan P/E 1,33 µm (subprolate), jumlah sel 8
9 anulus 20, asimetri, monad, tipe apertura monocolpate, tipe eksin verrucate, dan antara eksin ke intin tidak berjarak. Kode spesimen: 5, kolektor : Eka Indra Haryanti, tempat koleksi : kebun karet dan kebun sawit. 5. Nephrolepis cordifolia (L.) C. Presl Gambar 6. a. Morfologi secara umum, b. Duduk anak daun, c. Ujung anak daun. (Skala a-c= 2 cm). Deskripsi : Terestrial. Herba. Akar menyerupai akar serabut, berwarna coklat muda dan sisik berwarna coklat tua. Batang terlihat lebih jelas, berbentuk bulat, permukaan berbulu, tidak berduri, batang muda berwarna hijau muda dan batang tua berwarna hijau tua, posisi tumbuh batang tegak lurus dengan tinggi ± 25 cm dan tidak memiliki cabang. Tidak memiliki daun steril, berbentuk lanset, tipe daun majemuk, ujung daun membulat, pangkal daun tumpul, tepi daun berombak, pertulangan daun menyirip ganda, permukaan daun licin, panjang ibu tangkai daun steril dan fertil ± 3,5 cm, anak daun tidak memiliki tangkai, tekstur daun sedang, daging daun seperti kertas, panjang daun steril ± 10 cm dan panjang daun fertil ± 11 cm, lebar daun steril ± 6 cm dan lebar daun fertil ± 5 cm, daun muda berwarna hijau muda dan daun tua berwarna hijau tua, duduk anak daun berhadapan. Sorus terletak mendekati tepi anak daun. Untuk jenis ini spora tidak ditemukan. Kode spesimen: 21, kolektor: Eka Indra Haryanti, tempat koleksi: HTI akasia dan pekarangan rumah. 6. Nephrolepis brownii (Desv.) Hovenkamp & Miyam a b c a b c d Gambar 7. a. Morfologi umum, b. Duduk anak daun, c. Ujung anak daun, d. Posisi sorus. (Skala a-c= 2 cm, d. 8 µm). 9
10 Deskripsi : Terestrial. Herba. Akar menyerupai akar serabut, berwarna coklat muda dan sisik berwarna coklat tua. Batang terlihat lebih jelas, berbentuk bulat, permukaan berbulu, tidak berduri, batang muda berwarna hijau muda dan batang tua berwarna hijau tua, posisi tumbuh batang tegak lurus dengan tinggi ± 25 cm, dan tidak memiliki cabang. Tidak memiliki daun steril, berbentuk jorong, tipe daun majemuk, ujung daun runcing, pangkal daun tumpul, tepi daun rata, pertulangan daun menyirip ganda, permukaan daun licin, panjang ibu tangkai daun steril dan fertil ± 4 cm, anak daun tidak memiliki tangkai, tekstur daun sedang, daging daun seperti kertas, panjang daun steril ± 15 cm dan panjang daun fertil ± 15 cm, lebar daun steril ± 5 cm dan lebar anak daun fertil ± 5 cm, daun muda berwarna hijau muda dan daun tua berwarna hijau tua, duduk anak daun berseling, dan jarak antar anak daun rapat. Sorus terletak mendekati tepi anak daun, berbentuk bulat, berwarna coklat tua, berukuran ± 2 mm, dan memiliki indusium. Untuk Spora memiliki perbandingan P/E 1,33 µm (subprolate), sel anulus tidak ditemukan, asimetri, monad, tipe apertura monocolpate, tipe eksin verrucate, dan antara eksin ke intin tidak berjarak. Kode spesimen: 22, kolektor: Eka Indra Haryanti, tempat koleksi: pekarangan rumah. Kunci Identifikasi Genus 1. a. Bentuk daun segitiga, ujung daun meruncing, tepi daun beringgit, daging daun seperti perkamen...davallia b. Bentuk daun jorong, memanjang, dan lanset, ujung daun runcing dan membulat, tepi daun rata dan berombak, daging daun seperti kertas...nephrolepis Kunci Identifikasi Jenis 1. a. Batang semu (rhizome), tipe apertura diporate... Davallia denticulata b. Batang terlihat lebih jelas, tipe apertura monocolpate a. Jarak antar anak daun jarang... 3 b. Jarak antar anak daun rapat a. Ujung anak daun runcing, tepi daun berombak... 5 b. Ujung anak daun terbelah, tepi daun rata... Nephrolepis biserrata 4. a. Ujung daun meruncing, permukaan daun kasar... Nephrolepis multiflora b. Ujung daun membulat, permukaan daun licin... Nephrolepis cordifolia 5. a. Bentuk daun memanjang, tipe eksin psilate... Nephrolepis hirsutula b. Bentuk daun jorong. tipe eksin verrucate... Nephrolepis brownii KESIMPULAN DAN SARAN Jumlah jenis tumbuhan paku dari famili Davalliaceae yang di peroleh dari lima vegetasi yang termasuk kedalam zona penyangga dan transisi adalah sebanyak 6 jenis yaitu Davallia denticulata, Nephrolepis hirsutula, Nephrolepis biserrata, Nephrolepis multiflora, Nephrolepis cordifolia, and Nephrolepis brownii yang tergolong dalam 2 genus yaitu Davallia dan Nephrolepis, 4 jenis tumbuhan paku terestrial dan 2 jenis tumbuhan paku epifit. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai jenis-jenis paku dari famili lain serta perlu dilakukan penelitian kembali untuk spora jenis paku yang tidak ditemukan pada penelitian ini. 10
11 UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak Universitas Kyoto yang bekerjasama dengan Universitas Riau yang telah mendanai sebagian dari penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA Anonim Cagar Biosfer Giam Siak Kecil Bukit-Batu Riau Indonesia. [Diakses tanggal 10 Maret 2012]. Azwar, A Jenis-jenis Polypodiaceae Epifit di Kota Pekanbaru. [Skripsi]. Pekanbaru. Universitas Riau. Ewusie, YJ. 1990, Ekologi Tropika. Bandung. Institut Teknologi Bandung. Flach, M., Rumawas, Editor Plant Resources of South-East Asia IX Plants Yielding non Seed Carbohydrates. Bogor. Indonesia. Hariyadi, B Sebaran dan Keanekaragaman Jenis Tumbuhan Paku di Bukit Sari, Jambi. [Tesis]. Institut Pertanian Bogor. Hastuti, N.S.L Identifikasi Pteridophyta Epifit dan Orchidaceae Epifit yang Terdapat pada Tanaman Pelindung Jalan Kota Pekanbaru. [Skripsi]. Pekanbaru. Universitas Riau. Kapp, R.O How To Know Pollen and Spores. Dubuque Lowa. WM.C. Brown Company Publisher. LIPI Jenis Paku Indonesia. Jakarta. PN Balai Pustaka. Lubis, S.R Keanekaragaman dan Pola Distribusi Tumbuhan paku di Hutan wisata Alam Taman Eden Kabupaten Toba Samosir Propinsi Sumatera Utara. [Tesis]. Medan. USU. Moore, P.D and Webb, J.A An Ilustrated Guide to Pollen Analysis. New york. A Halsted Press Book. Piggot, A.G Fern of Malaysia in Colour. Malaysia. Tropical Press SDN.BHD. Sriaty Keanekaragaman dan Distribusi Tumbuhan Paku di Hutan Aek Nauli Kabupaten Simalungun. [Tesis]. Medan. USU. Sukresno Developing and water indikators for sustainable forest management of peat swamp forest in Indonesia. Forest Research and Development Agency. Surakarta. Indonesia. 11
Periode Juli-September 2016 ISSN ONLINE : Jenis-Jenis Polypodiaceae di Hutan PT. CPI Rumbai Provinsi Riau Berdasarkan Karakter Morfologi
Jurnal Riau Biologia 1(2) : 135-139 JRB Jenis-Jenis Polypodiaceae di Hutan PT. CPI Rumbai Provinsi Riau Berdasarkan Karakter Morfologi WULANDARI D 1*, NERY SOFIYANTI 2, FITMAWATI 3 123 Jurusan Biologi
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif yaitu penelitian
1 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif yaitu penelitian yang bermaksud untuk membuat pencandraan (deskripsi) mengenai situasisitusi atau
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pada area bekas tambang batu bara Kecamatan Lahei Barat Barito Utara. tempat pengambilan sampel penelitian.
45 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi lokasi penelitian Deskripsi masing-masing jenis tumbuhan paku yang ditemukan pada area bekas tambang batu bara Kecamatan Lahei Barat Barito Utara. Penelitian
Lebih terperinciBAB III METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN. yang dilaksanakan adalah penelitian deskriptif eksploratif yaitu suatu
44 BAB III METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Jenis penelitian yang dilaksanakan adalah penelitian deskriptif eksploratif
Lebih terperinciLAMPIRAN. 1. Deskripsi jenis Anggrek yang ditemukan di Hutan Pendidikan USU
LAMPIRAN 1. Deskripsi jenis Anggrek yang ditemukan di Hutan Pendidikan USU 1. Agrostophyllum longifolium Habitat : herba, panjang keseluruhan ± 60 cm, pola pertumbuhan monopdodial Batang : bentuk pipih,
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN. 1. Lokasi penelitian pada sisi sebelah timur kawasan hutan Kelurahan. Kanarakan dekat pemukiman masyarakat
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian Pengambilan sampel tumbuhan makroepifit di kawasan hutan Kelurahan Kanarakan dilakukan pada empat lokasi yang berbeda. Adapun lokasinya yaitu : 1.
Lebih terperinciANALISIS FILOGENETIK TIGA POPULASI DUKU TURAK (Lansium domesticum Corr.) ASAL KABUPATEN KUANTAN SINGINGI BERDASARKAN KARAKTER MORFOLOGI
ANALISIS FILOGENETIK TIGA POPULASI DUKU TURAK (Lansium domesticum Corr.) ASAL KABUPATEN KUANTAN SINGINGI BERDASARKAN KARAKTER MORFOLOGI Dewi Kartika S 1, Fitmawati 2, Nery Sofiyanti 2 1 Mahasiswa Program
Lebih terperinciKARAKTERISTIK SPORA TUMBUHAN PAKU ASPLENIUM KAWASAN HUTAN RAYA R. SOERJO
Tersedia secara online http://journal.um.ac.id/index.php/jptpp/ EISSN: 2502-471X DOAJ-SHERPA/RoMEO-Google Scholar-IPI KARAKTERISTIK SPORA TUMBUHAN PAKU ASPLENIUM KAWASAN HUTAN RAYA R. SOERJO Herdina Sukma
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tumbuhan paku merupakan suatu divisi yang anggotanya telah jelas
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tumbuhan paku merupakan suatu divisi yang anggotanya telah jelas mempunyai kormus, artinya tubuhnya dengan nyata dapat dibedakan dalam tiga bagian pokoknya, yaitu akar,
Lebih terperinciData Faktor Klimatik dan Edafik pada Berbagai Ketinggian ( 1180 m dpl 1400 m dpl ) di Kawasan Hutan Bebeng, Cangkringan, Sleman, Yogyakarta
Lampiran 1 Data Faktor Klimatik dan Edafik pada Berbagai Ketinggian ( 1180 m dpl 1400 m dpl ) di Kawasan Hutan Bebeng, Cangkringan, Sleman, Yogyakarta Daerah I TERBUKA (1180 1280 ) m dpl Ketin ggian Plot
Lebih terperinciJENIS-JENIS TUMBUHAN PAKU YANG TERDAPAT DI KELURAHAN BARINGIN KECAMATAN LUBUK KILANGAN KOTA PADANG. Marlinda Surianti, Nursyahra, Rizki
JENIS-JENIS TUMBUHAN PAKU YANG TERDAPAT DI KELURAHAN BARINGIN KECAMATAN LUBUK KILANGAN KOTA PADANG Marlinda Surianti, Nursyahra, Rizki Program Studi Pendidikan Biologi Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu
Lebih terperinciHERBARIUM. Purwanti widhy H 2012
HERBARIUM Purwanti widhy H 2012 Agar suatu tumbuhan dapat terus dilihat keberadaannya, maka pengawetan tumbuhan menjadi alternative cara untuk melindungi keberadaan tumbuhan Salah satu pengawetan tumbuhan
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Utara Kalimantan Tengah. Keadaan tofografi desa Trinsing memiliki bentuk
1 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Desa trinsing terletak di Kecamatan Teweh Selatan Kabupaten Barito Utara Kalimantan Tengah. Keadaan tofografi desa Trinsing memiliki
Lebih terperinciVARIASI MORFOLOGI PEPAYA (Carica papaya L.) DI KOTA PEKANBARU
VARIASI MORFOLOGI PEPAYA (Carica papaya L.) DI KOTA PEKANBARU Heria Nova 1, Nery Sofiyanti 2 dan Fitmawati 2 1 Mahasiswi Jurusan Biologi FMIPA-UR 2 Dosen Botani Jurusan Biologi FMIPA-UR Fakultas Matematika
Lebih terperinciSPECIES TUMBUHAN PAKU PADA KAWASAN PENYANGGA (Buffer Zone) DI PERKEBUNAN SAWIT PT. GMP KECAMATAN PASAMAN KABUPATEN PASAMAN BARAT
SPECIES TUMBUHAN PAKU PADA KAWASAN PENYANGGA (Buffer Zone) DI PERKEBUNAN SAWIT PT. GMP KECAMATAN PASAMAN KABUPATEN PASAMAN BARAT Riri Rahmawati, Abizar, Rizki Program Studi Pendidikan Biologi Sekolah Tinggi
Lebih terperincibio.unsoed.ac.id III. METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Materi a. Bahan
A. Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Materi a. Bahan III. METODE PENELITIAN Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah polen bunga beberapa anggota familia Solanaceae yaitu spesies Solanum melongena
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Tumbuhan paku merupakan suatu divisi yang warganya telah jelas mempunyai kormus, artinya tubuhnya dengan nyata dapat dibedakan dalam tiga bagian pokoknya, yaitu akar, batang
Lebih terperinciANALISIS HUBUNGAN KEKERABATAN JAMBU AIR (Syzigium aqueum (Burm.f.). Alston) DI KOTA PEKANBARU DAN KABUPATEN KAMPAR BERDASARKAN KARAKTER MORFOLOGI
ANALISIS HUBUNGAN KEKERABATAN JAMBU AIR (Syzigium aqueum (Burm.f.). Alston) DI KOTA PEKANBARU DAN KABUPATEN KAMPAR BERDASARKAN KARAKTER MORFOLOGI Nanda Marlian Iriani, Nery Sofiyanti, Fitmawati Mahasiswa
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. mengenai situasi dan kejadian. Menggunakan metode survei dengan teknik
36 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian yang bersifat deskriptif eksploratif, yaitu suatu penelitian untuk membuat gambaran mengenai situasi
Lebih terperinciIDENTIFIKASI DAN KLASIFIKASI TUMBUHAN PAKU DI PERKEBUNAN KARET (Hevea brasiliensis) DI DESA TANJUNG RAYA KECAMATAN RAMBANG PRABUMULIH SUMATERA SELATAN
IDENTIFIKASI DAN KLASIFIKASI TUMBUHAN PAKU DI PERKEBUNAN KARET (Hevea brasiliensis) DI DESA TANJUNG RAYA KECAMATAN RAMBANG PRABUMULIH SUMATERA SELATAN Dwi Yunita Indah Sari, 1 Amrina Rosada 2, e-mail:dwi
Lebih terperinciKEKERABATAN Bulbophyllum dan Vanda DI PEKANBARU BERDASARKAN KARAKTER MORFOLOGI. Mahasiswa Program Studi S1 Biologi
KEKERABATAN Bulbophyllum dan Vanda DI PEKANBARU BERDASARKAN KARAKTER MORFOLOGI Fitriani K.U 1,Herman 2, Nery Sofiyanti 3 1 Mahasiswa Program Studi S1 Biologi 2 Bidang Genetika Jurusan Biologi 3 Bidang
Lebih terperinciTujuan. Eksplorasi Botani Hutan [Fieldwork] Tujuan. Cara Kerja
http://botit.botany.wisc.edu/images/402/reference_images/physiocarpus_opulifolius/herbarium_specimen_mc Tujuan Eksplorasi Botani Hutan [Fieldwork] Onrizal Departemen Kehutanan USU Mengungkap kekayaan jenis
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di Cagar Alam tangale yang terdapat di
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Cagar Alam tangale yang terdapat di Kabupaten Gorontalo. Cagar Alam ini terbagi menjadi dua kawasan yaitu
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hutan Hutan merupakan kumpulan pepohonan yang tumbuh rapat beserta tumbuh tumbuhan memanjat yang berperan sangat penting bagi kehidupan. Kerapatan hutan disebabkan oleh adanya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. banyak ditemukan hidup di daerah tropika. Pteridophyta tidak ditemukan di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara dengan banyak keanekaragaman flora dan dan fauna. Salah satu jenis flora tersebut adalah tumbuhan paku (Pteridophyta). Pteridophyta memiliki
Lebih terperinciINVENTARISASI TUMBUHAN PAKU (PTERIDHOPHYTA) DI KAWASAN WISATA AIR TERJUN DHOLO, KABUPATEN KEDIRI
Artikel Skripsi INVENTARISASI TUMBUHAN PAKU (PTERIDHOPHYTA) DI KAWASAN WISATA AIR TERJUN DHOLO, KABUPATEN KEDIRI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Lebih terperinciPENGANTAR. Pekanbaru, Desember2009. Tim Peneliti
PENGANTAR Rasa syukur kami persembahkan ke hadirat Allah SWT atas segala nikmat yang telah dikaruniakan-nya, berupa kesempatan untuk menyelesaikan penelitian dan penulisan laporan penelitian unggulan lokal
Lebih terperinciBAB III METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN. penelitian untuk membuat gambaran mengenai situasi dan kejadian. 1 Atau
32 BAB III METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN A. Jenis penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif yaitu suatu penelitian untuk membuat gambaran mengenai situasi dan kejadian. 1
Lebih terperinciLampiran 1. Peta Lokasi Kabupaten Simalungun
Lampiran 1. Peta Lokasi Kabupaten Simalungun Keterangan : Daerah Penelitian K Lampiran 2. Analisis Data umum Kuisioner Desa Dolok Saribu KUESIONER I. IDENTITAS RESPONDEN a. Nama : Andi Saragih/ 14 April
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM KIMIA BAHAN ALAM. Herbarium
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA BAHAN ALAM I. II. NOMOR PERCOBAAN NAMA PERCOBAAN : : I (Satu) Pengumpulan Contoh Tumbuhan dan Herbarium III. TUJUAN PERCOBAAN : IV. DASAR TEORI Mengumpulkan beberapa contoh tumbuhan
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
10 III. METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di pekarangan warga di Kecamatan Jumantono, Kecamatan Karanganyar dengan dua jenis tanah yang berbeda yaitu tanah Latosol (Desa
Lebih terperinciSPECIES TUMBUHAN PAKU YANG DITEMUKAN DI HUTAN MASIBEUPEK DESA MATOBE KECAMATAN SIPORA SELATAN KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI
SPECIES TUMBUHAN PAKU YANG DITEMUKAN DI HUTAN MASIBEUPEK DESA MATOBE KECAMATAN SIPORA SELATAN KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI Chindi Raflesia, Abizar 1), Novi 2) Program Studi Pendidikan Biologi Sekolah Tinggi
Lebih terperincibio.unsoed.ac.id III. METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian a. Bahan
III. METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian a. Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel sedimen, larutan HCL 37%, HF 40%, KOH 10%, HNO3 30%,
Lebih terperinciBAB III KOLEKSI TUMBUHAN DAN METODE HERBARIUM
KOLEKSI TUMBUHAN DAN METODE HERBARIUM Semua orang yang melakukan aktivitas dalam kajian taksonomi mempunyai kesempatan untuk mengkaji objek penelitiannya baik yang hidup di lapangan ataupun di kebun botani
Lebih terperinciPembuatan Herbarium. Pembuatan Herbarium dan Pengenalan Jenis Pohon. Onrizal Departemen Kehutanan USU. Onrizal 2
Pembuatan Herbarium dan Pengenalan Jenis Pohon Onrizal Departemen Kehutanan USU http://www.uwo.ca/biology/images/facilities/herbarium/mounting-specimens.gif http://botit.botany.wisc.edu/images/402/reference_images/physiocarpus_opulifolius/herbarium_specimen_mc
Lebih terperincimemuat hal yang mendasari kegiatan penelitian. Rumusan masalah permasalahan yang diteliti dan pertanyaan penelitian. Tujuan penelitian berisikan
BAB I. PENDAHU LUAN BAB I. PENDAHULUAN Hal pokok yang disajikan dalam bagian ini yaitu : (1) latar belakang, (2) rumusan masalah, (3) tujuan peneltian, dan (4) manfaat penelitian. Latar belakang memuat
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit
TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Setyamidjaja (2006) menjelasakan taksonomi tanaman kelapa sawit (palm oil) sebagai berikut. Divisi : Spermatophyta Kelas : Angiospermae Ordo : Monocotyledonae Famili
Lebih terperinciKEANEKARAGAMAN TUMBUHAN PAKU EPIFIT DI KAWASAN HUTAN PINUS KRAGILAN KABUPATEN MAGELANG PROVINSI JAWA TENGAH
KEANEKARAGAMAN TUMBUHAN PAKU EPIFIT DI KAWASAN HUTAN PINUS KRAGILAN KABUPATEN MAGELANG PROVINSI JAWA TENGAH Disusun sebagai salah satu syarat meyelesaikan Progam Studi Strata 1 pada Jurusan Biologi Fakultas
Lebih terperinciPemetaan Pandan (Pandanus Parkins.) di Kabupaten dan Kota Malang
Pemetaan Pandan (Pandanus Parkins.) di Kabupaten dan Kota Malang Apriyono Rahadiantoro, Rodliyati Azrianingsih, Brian Rahardi Jurusan Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Brawijaya, Malang the_reddishsky@yahoo.co.id
Lebih terperinciKEANEKARAGAMAN DAN AKTIVITAS MIKROBA DI KAWASAN CAGAR BIOSFER GIAM SIAK KECIL-BUKIT BATU: SEBAGAI INDIKATOR TERHADAP TEKANAN PENGGUNAAN LAHAN
LAPORAN PENELITIAN TAHUN KE III HIBAH KOMPETITIF PENELITIAN SESUAI PRIORITAS NASIONAL BATCH II KEANEKARAGAMAN DAN AKTIVITAS MIKROBA DI KAWASAN CAGAR BIOSFER GIAM SIAK KECIL-BUKIT BATU: SEBAGAI INDIKATOR
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Rotan adalah salah satu jenis tumbuhan berbiji tunggal (monokotil) yang memiliki peranan ekonomi yang sangat penting (FAO 1997). Sampai saat ini rotan telah dimanfaatkan sebagai
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif yang
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif yang mendiskripsikan tentang keanekaragaman dan pola distribusi jenis tumbuhan paku terestrial.
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA jenis yang terbagi dalam 500 marga (Tjitrosoepomo, 1993: 258). Indonesia
6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Biologi Anggrek 2.1.1 Deskripsi Anggrek Anggrek merupakan famili terbesar dalam tumbuhan biji, seluruhnya meliputi 20.000 jenis yang terbagi dalam 500 marga (Tjitrosoepomo,
Lebih terperinciMorfoanatomi Spora Acrostichum aureum Linn. Dari Beberapa Daerah Di Indonesia
Morfoanatomi Spora Acrostichum aureum Linn. Dari Beberapa Daerah Di Indonesia Graha Permana 1, Sri Widodo Agung Suedy 2, Rini Budihastuti 3 1 Jurusan Biologi, FSM Universitas Diponegoro (UNDIP) Jl. Prof.
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hutan Hutan merupakan kumpulan pepohonan yang tumbuh rapat beserta tumbuh tumbuhan memanjat dengan bunga yang beraneka warna yang berperan sangat penting bagi kehidupan di bumi
Lebih terperinciSIFAT-SWAT MORFOLOGIS DAN ANATOMIS LANGKAP (Arenga obtusifolia Blumme Ex. Mart) Haryanto dan Siswoyo'"
Media Konservasi Edisi Khusus, 1997 : Hal. 10 5-109 105 SIFAT-SWAT MORFOLOGIS DAN ANATOMIS LANGKAP (Arenga obtusifolia Blumme Ex. Mart) Oleh : Haryanto dan Siswoyo'" PENDAHULUAN Menurut Muntasib dan Haryanto
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
III. METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian a. Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah jamur yang memiliki tubuh buah, serasah daun, ranting, kayu
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilaksanakan adalah penelitian yang bersifat
1 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilaksanakan adalah penelitian yang bersifat deskriptif yaitu penelitian yang bermaksud untuk membuat pencandraan (deskripsi)
Lebih terperinciIndonesia: Mega Biodiversity Country
ONRIZAL Departemen Kehutanan Universitas Sumatera Utara Indonesia: Mega Biodiversity Country Diperkirakan 38.000 spesies tumbuhan (55% endemik) Memiliki 10% tumbuhan berbunga yang ada di dunia 12% binatang
Lebih terperinciANALISIS VEGETASI STRATA SEEDLING PADA BERBAGAI TIPE EKOSISTEM DI KAWASAN PT. TANI SWADAYA PERDANA DESA TANJUNG PERANAP BENGKALIS, RIAU
ANALISIS VEGETASI STRATA SEEDLING PADA BERBAGAI TIPE EKOSISTEM DI KAWASAN PT. TANI SWADAYA PERDANA DESA TANJUNG PERANAP BENGKALIS, RIAU Khairijon, Mayta NovaIiza Isda, Huryatul Islam. Jurusan Biologi FMIPA
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Tumbuhan Paku Tumbuhan paku dalam dunia tumbuhan termasuk golongan besar atau Divisio Pteridophyta (pteris : bulu burung, phyta : tumbuhan ) yang diterjemahkan
Lebih terperinciKARAKTERISTIK ORGAN REPRODUKSI DAN DISPERSAL TUMBUHAN INVASIF LANGKAP
KARAKTERISTIK ORGAN REPRODUKSI DAN DISPERSAL TUMBUHAN INVASIF LANGKAP (Arenga obtusifolia Mart.) DI CAGAR ALAM LEMBAH ANAI DAN CAGAR ALAM RIMBO PANTI, SUMATERA BARAT TESIS MEITRI HARTIKA BP. 1420422008
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Taman Hutan Raya Sultan Syarif Hasim wilayah bagian Kelurahan Muara Fajar Kecamatan Minas Kabupaten Siak pada bulan
Lebih terperinciINVENTARISASI TUMBUHAN PAKU DI KAMPUS I UNIVERSITAS MEDAN AREA
ISSN 2598-6015 INVENTARISASI TUMBUHAN PAKU DI KAMPUS I UNIVERSITAS MEDAN AREA JUBAIDAH NASUTION 1, JAMILAH NASUTION 2*, EMMY HARSO KARDHINATA 3 1,2 Departemen Biologi, Fakultas Biologi Universitas Medan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantiatif. Penelitian deskriptif merupakan penelitian
Lebih terperinciKeanekaragaman Jenis Paku-Pakuan (Pteridophyta) Di Mangrove Muara Sungai Peniti Kecamatan Segedong Kabupaten Pontianak
Keanekaragaman Jenis Paku-Pakuan (Pteridophyta) Di Mangrove Muara Sungai Peniti Kecamatan Segedong Kabupaten Pontianak Bunia Ceri 1, Irwan Lovadi 1, Riza Linda 1 1 Program Studi Biologi, Fakultas MIPA,
Lebih terperinciSkripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana 1 Program Studi Pendidikan B iologi. Disusun Oleh: RAHAYU KURNIA DEWI
PENGAMATAN INTI SEL UJUNG AKAR Allium cepa MENGGUNAKAN PEWARNA ALTERNATIF BUAH GENDULA GENDULU (Breynia sp) DAN PERASAN RIMPANG KUNYIT (Curcuma domestica) Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna
Lebih terperinciJenis-Jenis Paku Epifit di Hutan Desa Beginjan Kecamatan Tayan Hilir Kabupaten Sanggau
Jenis-Jenis Paku Epifit di Hutan Desa Beginjan Kecamatan Tayan Hilir Kabupaten Sanggau Weri Febri Lindasari 1, Riza Linda 1,Irwan Lovadi 1 1 Program Studi Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Tanjungpura,
Lebih terperinciHASIL. Gambar 1 Permukaan atas daun nilam Aceh. Gambar 2 Permukaan atas daun nilam Jawa.
6 3 lintas, ada tiga hal yang harus diperhatikan yaitu: 1. Apabila koefisien korelasi antara peubah hampir sama dengan koefisien lintas (nilai pengaruh langsung) maka korelasi tersebut menjelaskan hubungan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman gonda dalam bahasa jawa disebut gondo atau orang barat
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Tanaman Gonda Tanaman gonda dalam bahasa jawa disebut gondo atau orang barat menyebutnya chikenspike termasuk dalam keluarga Sphenocleaceae. Klasifikasi taksonomi dijelaskan
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian
III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama 7 bulan pada bulan Mei sampai bulan Desember 2015 di kebun salak Tapansari, Pakem, Sleman, Yogyakarta. Salak yang
Lebih terperincibio.unsoed.ac.id METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Materi penelitian a. Bahan
III. METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Materi penelitian a. Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel sedimen, larutan HCL 37%, HF 40%, KOH 10%, HNO 3 30%,
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM KIMIA BAHAN ALAM
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA BAHAN ALAM I. NOMOR PERCOBAAN : I (Satu) II. NAMA PERCOBAAN : Herbarium III. TUJUAN PERCOBAAN : Mengumpulkan beberapa contoh tumbuhan dan dilakukan proses Herbarium. IV. DASAR TEORI
Lebih terperinciUniversitas Mulawarman 2,3 Program Studi Biologi FMIPA, Universitas Mulawarman. *Corresponding Author:
Prosiding Seminar Tugas Akhir FMIPA UNMUL 2015 Keanekaragaman Paku Epifit Pada Batang Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Di Desa Suatang Baru Kecamatan Paser Belengkong Kabupaten Paser Kalimantan Timur
Lebih terperinciKeanekaragaman Pteridaceae Berdasarkan Karakter Morfologi dan Fitokimia di Hutan PT. Chevron Pacific Indonesia (PT. CPI) Rumbai
Keanekaragaman Pteridaceae Berdasarkan Karakter Morfologi dan Fitokimia di Hutan PT. Chevron Pacific Indonesia (PT. CPI) Rumbai MACHFIRA YUSNA 1 *, NERY SOFIYANTI 1, FITMAWATI 1 1 Jurusan Biologi, Fakultas
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Desember hingga Maret. Eksplorasi berupa pengumpulan koleksi Bryophyta
38 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan selama empat bulan yaitu pada bulan Desember hingga Maret. Eksplorasi berupa pengumpulan koleksi Bryophyta
Lebih terperinciKeanekaragaman Infraspesifik Petai (Parkia speciosa Hassk.) Di Kabupaten Indragiri hulu dan Kabupaten Kuantan Singingi Berdasarkan Karakter Morfologi
Keanekaragaman Infraspesifik Petai (Parkia speciosa Hassk.) Di Kabupaten Indragiri hulu dan Kabupaten Kuantan Singingi Berdasarkan Karakter Morfologi ZULHENDRA 1*, FITMAWATI 2, NERY SOFIYANTI 2 123 Jurusan
Lebih terperinci6. Panjang helaian daun. Daun diukur mulai dari pangkal hingga ujung daun. Notasi : 3. Pendek 5.Sedang 7. Panjang 7. Bentuk daun
LAMPIRAN Lampiran 1. Skoring sifat dan karakter tanaman cabai 1. Tinggi tanaman : Tinggi tanaman diukur mulai dari atas permukaan tanah hingga ujung tanaman yang paling tinggi dan dinyatakan dengan cm.
Lebih terperinciIDENTIFIKASI TUMBUHAN BAKUNGAN (Hymenocallis litthoralis) Oleh Nur Azizah NIM
IDENTIFIKASI TUMBUHAN BAKUNGAN (Hymenocallis litthoralis) LAPORAN PENGAMATAN Disusun untuk memenuhi tugas matakuliah Botani Tumbuhan Berpembuluh yang diampu oleh Dra. Eko Sri Sulasmi, M.S. Oleh Nur Azizah
Lebih terperinciPEMBUATAN HERBARIUM TUMBUHAN PAKU PADA MATA KULIAH TAKSONOMI TUMBUHAN RENDAH. Oleh: Desti Indriyanti.
PEMBUATAN HERBARIUM TUMBUHAN PAKU PADA MATA KULIAH TAKSONOMI TUMBUHAN RENDAH Oleh: Desti Indriyanti Destiindriyanti11@gmail.com FKIP UMRAH, Kepulauan Riau Abstrak Tumbuhan paku atau pterydophyta merupakan
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Metode Percobaan
BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2009 hingga Maret 2010 di tiga lokasi di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor. Pengamatan lapang dilakukan Arboretum Fakultas
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
21 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian dasar dengan metode deskriptif. B. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kultivar
Lebih terperinciGambar 2.1 Pembentukan gametofit jantan (Sumber Fahn, 1991)
II. TELAAH PUSTAKA Hutan mangrove merupakan suatu tipe hutan yang tumbuh di daerah pasang surut, terutama di pantai yang terlindung, laguna dan muara sungai yang tergenang pada saat pasang dan bebas dari
Lebih terperinciKEANEKARAGAMAN ORDO ANURA DI KAWASAN KAMPUS UNIVERSITAS RIAU PEKANBARU. A. Nola 1, Titrawani 2, Yusfiati 2
KEANEKARAGAMAN ORDO ANURA DI KAWASAN KAMPUS UNIVERSITAS RIAU PEKANBARU A. Nola 1, Titrawani 2, Yusfiati 2 1 Mahasiswa Program Studi S1 Biologi FMIPA-UR 2 Bidang Zoologi Jurusan Biologi FMIPA-UR Fakultas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dikenal sebagai negara megabiodiversity. Sekitar 10 % jenis-jenis tumbuhan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia mempunyai keanekaragaman hayati yang sangat tinggi sehingga dikenal sebagai negara megabiodiversity. Sekitar 10 % jenis-jenis tumbuhan berbunga yang ada
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN
III. METODOLOGI PENELITIAN 3. 1. Waktu, Lokasi Pengambilan Tanah Gambut dan Tempat Penelitian Bahan gambut berasal dari Kabupaten Dumai, Bengkalis, Indragiri Hilir, Siak, dan Kampar, Provinsi Riau dari
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Meksiko, merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman hayati terkaya
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia bersama sejumlah negara tropis lain seperti Brazil, Zaire dan Meksiko, merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman hayati terkaya (mega biodiversity).
Lebih terperinciFloribunda 5(2) 2015 PERBEDAAN VEGETATIF DUA JENIS EKONOMI ETLINGERA YANG DIPAKAI PENDUDUK BOGOR
48 PERBEDAAN VEGETATIF DUA JENIS EKONOMI ETLINGERA YANG DIPAKAI PENDUDUK BOGOR Dina Handayani 1,2 & Nunik Sri Ariyanti 3 1 Program Studi Magister Biologi Tumbuhan Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilaksanakan adalah penelitian deskriptif yang bermaksud untuk membuat pencandraan (deskripsi) mengenai situasi-situasi atau kejadian-kejadian.
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 15 s.d 20 September 2011 di Taman hutan raya R. Soerjo yang terletak di Kota Batu, Provinsi Jawa Timur
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN. yaitu dikawasan Hutan Sungai Teluk Sahang (berdasarkan wilayah sampling. 1. Menuju Lokasi Penelitian Menyusuri Sungai Rungan
1 BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian Pengambilan spesimen lumut dilakukan pada tiga lokasi yang berbeda, yaitu dikawasan Hutan Sungai Teluk Sahang (berdasarkan wilayah sampling yang
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Long Alango, Kecamatan Bahau Hulu, SPTN Wilayah II Taman Nasional Kayan Mentarang, Kabupaten Malinau, Kalimantan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kampung Adat Dukuh Desa Ciroyom, Kecamatan Cikelet, Kabupaten Garut, Jawa Barat. Waktu penelitian dilaksanakan pada
Lebih terperinciLili paris ( Chlorophytum comosum Landep (Barleria prionitis L.) Soka(
Lili paris (Chlorophytum comosum) Kingdom : plantae divisi : magnoliophyta kelas : liliopsida ordo :liliaceae family : anthericaceae genus :chlorophytum spesies : chlorophytum comusum var. vittatum Batang
Lebih terperinciI. MATERI DAN METODE PENELITIAN Letak Giografis Lokasi Penelitian Pekanbaru terletak pada titik koordinat 101 o o 34 BT dan 0 o 25-
I. MATERI DAN METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Patologi, Entomologi, dan Mikrobiologi (PEM) dan lahan kampus Universitas Islam Negeri Sultan
Lebih terperinciI. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulanjuni sampai Juli 2012 di Desa
I. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulanjuni sampai Juli 2012 di Desa Air Tiris Kecamatan Kampar Kabupaten Kampar Provinsi Riau. 3.2.Bahan dan Alat Bahan yang
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. Gambar 3.1.Lokasi Penelitian
III. MATERI DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Maret sampai Juni 2014 di Kecamatan Kepenuhan, Kepenuhan Hulu Dan Kecamatan Rambah Hilir di Kabupaten Rokan Hulu.
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
36 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilaksanakan adalah penelitian deskriptif bertujuan untuk menggambarkan keadaan atau suatu fenomena. 1 Dengan menggunakan
Lebih terperinciSpermatophyta Angiospermae Dicotyledoneae Araucariales Araucariaceae Agathis Agathis dammara Warb.
AGATHIS DAMMARA WARB. Botani Agathis alba Foxw. Spermatophyta Angiospermae Dicotyledoneae Araucariales Araucariaceae Agathis Agathis dammara Warb. Damar Pohon, tahunan, tinggi 30-40 m. Tegak, berkayu,
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
12 BAB III METODOLOGI PENELIT TIAN 31 Waktu dan Tempat Penelitian inii dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juli 2010 yang berlokasi di TAHURA Inten Dewata dimana terdapat dua lokasi yaitu Gunung Kunci dan
Lebih terperinciEksplorasi dan Karakterisasi Keanekaragaman Plasma Nutfah Mangga (Mangifera) di Sumatera Tengah
Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013 Eksplorasi dan Karakterisasi Keanekaragaman Plasma Nutfah Mangga (Mangifera) di Sumatera Tengah Fitmawati, Anggi Suwita, Nery Sofiyanti, Herman Jurusan
Lebih terperinciPENDAHULUAN. dengan megabiodiversity terbesar kedua. Tingginya tingkat keanekaragaman
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara tropis dengan kekayaan sumber daya genetik (plasma nutfah) yang sangat besar. Oleh karena itu Indonesia termasuk negara dengan megabiodiversity terbesar
Lebih terperinciPENYIAPAN SPECIMEN AWETAN OBJEK BIOLOGI 1
1 PENYIAPAN SPECIMEN AWETAN OBJEK BIOLOGI 1 Oleh : Drs. Suyitno Al, MS 2 PENDAHULUAN Biologi berkembang dari hasil kerja para peneliti biologi, menggali pengetahuan dari objek-objek biologi. Sebagai Objeknya
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan adalah deskriptif - eksploratif, yang
36 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang dilakukan adalah deskriptif - eksploratif, yang merupakan suatu penyelidikan terhadap sejumlah individu, baik secara sensus atau
Lebih terperinciSUBDIVISI KEANEKARAGAMAN AFFINSYAH ARRAFIQAH RAHMAH
SUBDIVISI KEANEKARAGAMAN TANAMAN AFFINSYAH ARRAFIQAH RAHMAH Gladiolus hybridus BOTANICAL DECONSTRUCTION Pemanfaatan Media Digital dalam Analisis Morfologi Tumbuhan LATAR BELAKANG Salah satu yang harus
Lebih terperinciIII. MATERI DAN METODE. Penelitian tentang identifikasi klon karet unggul tingkat petani
III. MATERI DAN METODE 1.1. Waktu dan Tempat Penelitian tentang identifikasi klon karet unggul tingkat petani dilaksanakan pada bulan September sampai Desember 2013. Pemilihan tempat penelitian berdasarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Lichenes yang lazim dikenal dengan nama lumut kerak merupakan jenis tumbuhan yang belum banyak diketahui oleh sebagian orang. Dan sesungguhnya berbeda dari
Lebih terperinci3 METODE PENELITIAN. Waktu dan Lokasi
12 Gymnospermae lebih efisien pada intensitas cahaya tinggi (Kramer & Kozlowski 1979). Sudomo (2007) menyatakan bahwa intensitas cahaya yang berlebihan akan menyebabkan laju transpirasi tinggi, sedangkan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. menjadi suatu kawasan hunian yang berwawasan ligkungan dengan suasana yang
TINJAUAN PUSTAKA Penghijauan Kota Kegiatan penghijauan dilaksanakan untuk mewujudkan lingkungan kota menjadi suatu kawasan hunian yang berwawasan ligkungan dengan suasana yang asri, serasi dan sejuk dapat
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Morfologi Tanaman Pisang ( Musa spp.) 2.2. Tanaman Pisang ( Musa spp.)
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Morfologi Tanaman Pisang (Musa spp.) Indonesia pisang merupakan tanaman yang sangat penting karena mempunyai nilai ekonomi yang tinggi. Pisang adalah tanaman herba yang berasal
Lebih terperinci