HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Pendahuluan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Pendahuluan"

Transkripsi

1 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Pendahuluan Obyek yang akan dipilih sebagai elemen mental map berdasarkan inventarisasi di tapak yaitu Jl. Prof Dr. Mr. Supomo, Jl. Prof. Dr. Bahder Djohan, Jl. Prof. Dr. Sudjono D. Pusponegoro, Jl. Prof. Dr. R. Slamet Imam Santoso, Jalur Sepeda UI, Jl. Administrasi (Jl. Prof. Dr. Mahar Mardjono), Jl. Mesjid, Jl. Hukum (Jl. Prof. Dr. Nugroho Notosusanto), Jl. Ilmu Sosial Politik (Jl. Prof. Dr. Selo Soemardjan), dan Jl. Politeknik Negeri Jakarta (Jl. Prof. Dr. G. A. Siwabessy) untuk jalur sirkulasi (paths) ; Danau Mahoni, batas tepi selatan Hutan Kota, Jl. Margonda Raya, Rel Kereta Listrik Bogor-Depok-Jakarta, Universitas Gunadarma, Kukusan Beji, Kukusan Teknik dan pagar batas sekeliling UI sebagai batas wilayah (edges) ; Area Hutan Kota UI, Asrama Mahasiswa UI dan Wisma Makara, Kompleks Kampus Rumpun Ilmu Kesehatan, Kompleks Kampus Rumpun Ilmu MIPA dan Teknik, Komplek Olah Raga (Lapangan Hockey, Lapangan Olahraga di depan Politeknik, Gymnasium dan Stadion UI), Kompleks Kampus PNJ (Politeknik Negri Jakarta) dan Kompleks Kampus Rumpun Ilmu Sosial Humaniora sebagai bagian wilayah kampus (districts) ; Balairung UI, Gymnasium UI, Japanese Student Center, Stadion UI, Pusat Kegiatan Mahasiswa (Pusgiwa), Lapangan Rektorat dan Stasiun UI sebagai pusat aktivitas kampus (nodes) ; Danau Kenanga, Gedung Rektorat (PAU), Monumen Makara UI, Jembatan TeK-Sas, Mesjid Ukhuwah Islamiyah, Menara Air, Tugu Buku (Main Gate UI), Teater Daun Sirih dan UI wood sebagai mercu tanda (landmarks). Sebelum menentukan obyek-obyek yang mewakili setiap elemen mental map Kampus UI awalnya dibuat penentuan bobot dari setiap karakternya (Lampiran 3). Sedangkan Tabel 2 menunjukkan hasil dari penentuan bobot. Hasilnya, pada obyek jalur sirkulasi karakter fungsi penghubung dengan jalan sekitarnya memiliki bobot dengan nilai yang paling besar sedangkan karakter nilai historis memiliki bobot yang paling kecil. Ini menunjukkan bahwa karakter fungsi penghubung dengan jalan sekitarnya menurut para ahli merupakan karakter yang paling penting dalam menentukan elemen mental map Kampus UI Depok untuk jalur sirkulasi dibanding karakter lainnya.

2 37 Tabel 2. Bobot Karakter Elemen Mental Map Berdasarkan para Ahli Karakter Bobot Path Edge District Node Landmark Identitas Visibility bagian yang menarik 0, ,16 - Pohon/bangunan sekitar yang menarik 0, Skala 0,13 0,13 0,10 0,09 0,12 Fisik geografis (potensi pemandangan) - 0, Keunikan bentuk - - 0,14 0,12 0,15 Struktur Fungsi penghubung dengan jalan sekitar 0, Pemisah/pembatas dengan daerah lain - 0, Kesatuan ruang - 0,20 0,17 0,09 - Keagaman bangunan - - 0, Letak strategis ,16 0,12 Signifikansi dari jauh (visibility) ,14 Kesegeraan untuk dilihat ,12 Makna Nilai historis 0,10 0,09 0,09 0,09 0,14 Intensitas penggunaan 0,20 0,17 0,16 0,15 - Memiliki fungsi khusus - - 0,19 0,14 - Simbolisme ,13 Sebagai orientasi ,09 Ket : Bobot 0,00-1,00 menunjukkan tingkat kepentingan karakter dari rendah-tinggi Pada batas wilayah (edge) karakter sebagai pemisah/pembatas yang jelas dengan daerah lain memiliki bobot paling besar dibandingkan dengan karakter lainnya sedangkan nilai historis paling kecil. Hal ini menunjukkan untuk batas wilayah, karakter yang paling penting menurut para ahli adalah sebagai pemisah/pembatas yang jelas dengan daerah lain. Sedangkan untuk bagian wilayah kampus (district) karakter yang memiliki fungsi khusus mendapat bobot yang paling tinggi, sedangkan karakter skala atau ukuran memiliki bobot paling rendah. Hal ini disebakan karena suatu district yang memiliki fungsi khusus seperti sebagai area akademik pada rumpun ilmu tertentu, area yang berfungsi sebagai RTH kota, atau sebagai zona tempat tinggal dirasa para ahli membuat obyek tersebut menjadi mudah untuk dikenali. Pembobotan karakter pada elemen pusat aktivitas kampus (node) yang memiliki nilai paling tinggi adalah karakter letak yang strategis dan memiliki visibility bagian yang menarik sedangkan karakter skala, kesatuan ruang, dan nilai historis memiliki bobot paling kecil. Para ahli menunjukkan bahwa kedua karakter yakni letak yang strategis dan memiliki visibility bagian yang menarik mampu

3 38 membuat pengguna mudah mengenali sebuah nodes dibandingkan dengan karakter yang lainnya. Bagian terakhir dari hasil pembobotan elemen mental map menurut para ahli adalah pembobotan karakter pada elemen landmarks. Karakter elemen landmark yang memiliki nilai paling tinggi adalah keunikan bentuk sedangkan karakter sebagai orientasi memiliki bobot paling kecil. Obyek-obyek yang terpilih mewakili setiap elemen mental map Kampus UI adalah Jl. Prof Dr. Mr. Supomo, Jl. Prof. Dr. Bahder Djohan, Jl. Prof. Dr. Sudjono D. Pusponegoro, Jl. Prof. Dr. R. Slamet Imam Santoso, dan Jalur Sepeda UI untuk jalur sirkulasi ; Danau Mahoni, batas tepi selatan Hutan Kota UI, Jl. Margonda Raya, Rel Kereta Listrik Bogor-Depok-Jakarta dan pagar batas sekeliling UI untuk batas wilayah ; Area Hutan Kota UI, Asrama Mahasiswa UI dan Wisma Makara, Kompleks Kampus Rumpun Ilmu Kesehatan, Kompleks Kampus Rumpun Ilmu MIPA dan Teknik, dan Kompleks Kampus Rumpun Ilmu Sosial Humaniora sebagai bagian wilayah kampus ; Balairung UI, Gymnasium UI, Japanesse Student Center, Stadion UI dan Stasiun UI sebagai pusat aktivitas kampus ; Gedung Rektorat (PAU), Monumen Makara UI, Jembatan TeK-Sas, Mesjid Ukhuwah Islamiyah dan UI wood sebagai mercu tanda. Sedangkan obyek yang tidak terpilih mewakili setiap elemen mental map Kampus UI adalah Jl. Administrasi (Jl. Prof. Dr. Mahar Mardjono), Jl. Mesjid, Jl. Hukum (Jl. Prof. Dr. Nugroho Notosusanto), dan Jl. Politeknik Negeri Jakarta (Jl. Prof. Dr. G. A. Siwabessy) pada jalur sirkulasi (Lampiran 2) ; Universitas Gunadarma, Kukusan Beji, dan Kukusan Teknik untuk edges (Lampiran 3); Komplek Olah Raga (Lapangan Hockey, Lapangan Olahraga di depan Politeknik dan Komplek Kampus PNJ (Politeknik Negri Jakarta) untuk districts (Lampiran 4) ; Pusat Kegiatan Mahasiswa (Pusgiwa) dan Lapangan Rektorat pada nodes (Lampiran 5); Danau Kenanga, Menara Air, Tugu Buku (Main Gate UI) dan Teater Daun Sirih pada landmarks (Lampiran 6). Jalur Sirkulasi Empat jalur sirkulasi yang terpilih adalah Jl. Prof Dr. Mr. Supomo, Jl. Prof. Dr. Bahder Djohan, Jl. Prof. Dr. Sudjono D. Pusponegoro, dan Jl. Prof. Dr. R. Slamet Imam Santoso merupakan jalur utama yang terdapat di UI. Keempat

4 39 jalur ini merupakan lingkar luar yang mengelilingi bangunan-bangunan utama yang ada di tengahnya. Sedangkan Jalur Sepeda UI merupakan jalur alternatif yang disediakan pengelola kampus untuk mengurangi penggunaan kendaraan bermotor. Tabel 3. dan Urutan Imageability Paths dari Kelompok Responden Home Range dalam Kampus UI dan luar Kampus UI Paths Urutan Dalam UI Luar UI Dalam UI Luar UI Jl. Prof Dr. Mr. Supomo 0,90 0, Jl. Prof. Dr. Bahder Djohan 0,45 0, Jl. Prof. Dr. Sudjono D. Pusponegoro 0,52 0, Jl. Prof. Dr. R. Slamet Imam Santoso 0,58 0, Jalur Sepeda UI 0,55 0, Ket : 0,00-1,00 menunjukkan tingkat imageability obyek dari rendah-tinggi masing-masing obyek yang diberikan oleh responden dapat dilihat pada Tabel 3. Urutan jalur sirkulasi untuk responden home range dalam Kampus UI yaitu Jl. Prof. Dr. Mr. Supomo dengan indeks 0,90; Jl. Prof. Dr. R. Slamet Imam Santoso dengan indeks 0,58; Jalur Sepeda UI dengan indeks 0,55; Jl. Prof. Dr. Sudjono D. Pusponegoro dengan indeks 0,52 dan terakhir Jl. Prof. Dr. Bahder Djohan dengan indeks 0,45. Sedangkan untuk responden home range luar Kampus UI memiliki urutan paths yakni Jl. Prof. Dr. Mr. Supomo dengan indeks 0,93; Jalur Sepeda UI dengan indeks 0,62; Jl. Prof. Dr. Sudjono D. Pusponegoro dengan indeks 0,52; Jl. Prof. Dr. R. Slamet Imam Santoso dengan indeks 0,52 dan Jl. Prof. Dr. Bahder Djohan dengan indeks 0,41. Kedua kelompok menghasilkan jawaban sama bahwa Jl. Prof Dr. Mr. Supomo memiliki urutan teratas. Pada urutan kedua, responden home range dalam Kampus UI memilih Jl. Prof. Dr. R. Slamet Imam Santoso sedangkan responden home range luar Kampus UI memilih Jalur Sepeda UI. Hal ini disebabkan karena responden dari dalam kampus UI lebih sering melewati Jl. Prof. Dr. R. Slamet Imam Santoso. Jalan ini harus disebrangi pejalan kaki dari Stasiun UI menuju Kompleks Kampus Sosial Humaniora dan sebaliknya setelah melewati pedestrian di dekat kandang rusa. Sedangkan bagi responden dari luar kampus UI merasa bahwa jalur sepeda yang baik masih sangat jarang sehingga ketertarikan akan keberadaan jalur ini menjadikan mereka mudah untuk mengingatnya. Pada urutan

5 40 ke 3 dan 4 memang berbeda dikarenakan perbedaan urutan ke dua sehingga berdampak pada urutan selanjutnya namun tidak terjadi perbedaan yang terlalu signifikan. Tabel 4. Analisis Paths yang Paling Imageable ke dalam Komponen Identitas, Struktur dan Makna Analisis Paths Dalam UI Luar UI (Jl. Prof. Dr. Mr. Supomo) Visibility bagian yang menarik 0,76 0,71 Identitas Pohon/Bangunan sekitar yang menarik 0,79 0,81 Skala (panjang, lebar) dari jalan 0,75 0,79 Struktur Fungsi Penghubung dengan jalan sekitarnya 0,81 0,77 Makna Nilai Historis 0,59 0,61 Intensitas Penggunaan 0,88 0,84 Ket : 0,00-1,00 menunjukkan tingkat imageability obyek dari rendah-tinggi Selanjutnya Jl. Prof. Dr. Mr. Supomo sebagai jalur sirkulasi yang paling imageable dianalisis lebih lanjut ke dalam komponen identitas, struktur dan makna. Berdasarkan Tabel 4, untuk komponen identitas dapat diketahui responden home range dalam Kampus UI menyatakan bahwa Pohon dan bangunan sekitar jalan ini menjadi identitas yang paling menentukan dilihat dari nilai indeks yang paling besar dibandingkan dengan visibility bagian yang menarik dan skala dari jalan. Responden home range dalam Kampus UI memberi penilaian yang cukup tinggi mengenai struktrur dari jalan ini. Fungsi Penghubung dengan jalan sekitarnya adalah kriteria dari struktur yang diberi nilai indeks 0,81. Untuk komponen makna, responden dikelompok ini merasakan bahwa intensitas penggunaan dari Jl. Prof. Dr. Mr. Supomo ini sangat dominan terhadap pencitraan mereka. Sedangkan kriteria makna yaitu nilai historis tidak jelas dimiliki oleh jalan ini menurut pendapat mereka. Faktor yang paling berpengaruh terhadap imageability Jl. Prof. Dr. Mr. Supomo bagi responden home range dalam Kampus UI dapat dilihat dari nilai indeks yang terbesar yaitu makna, struktur dan identitas. Dari komponen makna, indeks terbesarnya dimiliki karakter intensitas penggunaan. Penyebab tingginya intensitas penggunaan jalan ini maka menjadi familiar dan mudah dicitra oleh responden karena pintu masuk dan keluar utama UI terletak dijalan ini sehingga sering dilalui oleh pengendara kendaraan bermotor yang akan masuk dan keluar.

6 41 Horton dan Reynolds (1971 diacu dalam Porteous 1977) mengatakan terdapat hubungan yang kuat antara pola aktivitas rutin dengan kesadaran akan lingkungannya. Selain itu disini juga terdapat Stasiun UI yang sebagai salah satu destinasi kegiatan transportasi yang padat maka tidak jarang pada pagi dan sore hari muncul kepadatan dijalan ini. Appleyard (1973 diacu dalam Porteous 1977) mengatakan bahwa area dengan intesitas penggunaan yang tinggi menjadi sangat dikenal dalam mental map. Karakter secara umum yang diberikan oleh responden home range dalam Kampus UI untuk Jl. Prof. Dr. Mr. Supomo adalah Jalannya pendek dan lurus (27,8%), adanya ornamen jalan jalan yaitu bangunan jam (15,9%), adanya tata hijau atau tanaman yang khas atau tertata dengan baik berupa jejeran Palem Raja yang ditanam pada median jalan (15,1%), adanya median jalan (14,3%), ada trotoar yang lebar (12,7%), adanya street furniture seperti lampu jalan dan baliho iklan (10,3%), dan lain-lain (4%). Bagi responden home range luar Kampus UI untuk komponen identitas Jl. Prof. Dr. Mr. Supomo paling ditentukan oleh pohon atau bangunan sekitar yang menarik dengan indeks 0,81 dan tidak berbeda jauh dengan kriteria skala jalan dengan indeks 0,79 selanjutnya menyatakan jalan ini memiliki visibility yang menarik dengan indeks 0,71. Selanjutnya dari komponen struktur, responden memberi nilai indeks 0,77 bagi kriteria fungsi penghubung dengan jalan sekitar. Sama seperti kelompok responden pertama, responden kedua untuk komponen makna juga memilih intensitas penggunaan dari pada nilai historis dengan indeks 0,84 dan 0,61. Hal ini menunjukkan ketidakjelasan mengenai nilai historis yang dimiliki jalan ini oleh kedua kelompok responden. Faktor yang paling berpengaruh terhadap imageability Jl. Prof. Dr. Mr. Supomo bagi responden home range luar UI dapat dilihat dari nilai indeks terbesar berturut-turut yaitu makna, identitas dan struktur. Dari komponen makna, indeks terbesar menyatakan responden memiliki intensitas penggunaan yang tinggi terhadap Jl. Prof. Dr. Mr. Supomo sehingga menjadi elemen yang mudah untuk dikenali. Karakter secara umum yang diberikan adalah jalan ini pendek dan lurus (20,8%), memiliki tata hijau atau tanaman yang khas atau tertata baik

7 42 (19,5%), terdapat median jalan (15,6%), adanya trotoar lebar dan ornament jalan (14,3%), jalannya panjang (5,2%), dan lain-lain (2,6%). Pada penelitian sebelumnya intensitas penggunaan dari Jl Ahmad Yani di Kota Bukittinggi juga menjadi karakter yang paling menonjol (Putri RR 1996). Namun menurut para ahli (Tabel 2) fungsi penghubung dengan jalan di sekitarnya merupakan karakter yang paling penting dari sebuah jalan sedangkan menurut kedua kelompok responden adalah intesitas penggunaan. Perbedaan ini terjadi karena adanya kepentingan yang berbeda antara para ahli dan responden tetapi pendapat ahli lebih menyeluruh dan obyektif. Jalan Prof. Dr. Mr. Supomo ini merupakan welcome area di kawasan UI sehingga diharapkan dapat memberikan image yang positif pada pengunjung. Untuk mempertahankan imageability dari jalan ini dapat dilakukan upaya manajemen lalu lintas yang baik karena intensitas penggunaan jalan ini yang tinggi sehingga kemacetan dapat diantisipasi. Selain itu visibilitas terhadap bangunan dan vegetasi yang menarik di sekitar jalan ini seperti keberadaan Monumen Makara UI, pohon pada median jalan dan tepian hutan kota harus diperhatikan sehingga dapat menjadi sekuensial atau ritme visual bagi pengguna jalan dan juga dapat terlihat dengan baik. Batas Wilayah Lima Batas wilayah yang terpilih dalam penelitian ini adalah Danau Mahoni, batas tepi selatan Hutan Kota, Jl. Margonda Raya, Rel Kereta Listrik Bogor-Depok-Jakarta dan pagar batas sekeliling UI. Tiga Batas wilayah yakni Danau Mahoni, batas tepi selatan Hutan Kota, dan pagar batas sekeliling UI masih terletak didalam kawasan kampus. Sedangkan rel kereta dan Jl. Margonda Raya terletak diluar kawasan kampus. masing-masing obyek yang diberikan oleh responden dapat diihat pada Tabel 5. Urutan batas wilayah untuk responden home range dalam Kampus UI yaitu Danau Mahoni dengan indeks 0,66; batas tepi selatan Hutan Kota dengan indeks 0,63; Rel Kereta Listrik Bogor-Depok-Jakarta dengan indeks 0,61; Jalan Margonda Raya dengan indeks 0,61 dan terakhir pagar batas sekeliling UI dengan indeks 0,49. Sedangkan menurut responden home range luar Kampus UI memiliki

8 43 urutan Danau Mahoni dengan indeks 0,67; Rel Kereta Listrik Bogor-Depok- Jakarta dengan indeks 0,66; Jalan Margonda Raya dengan indeks 0,64; batas tepi selatan Hutan Kota UI dengan indeks 0,52 dan pagar batas sekeliling UI dengan indeks 0,51. Tabel 5. dan Urutan Imageability Edges dari Kelompok Responden Home Range Dalam Kampus UI dan Luar Kampus UI Edges Urutan Dalam UI Luar UI Dalam UI Luar UI Danau Mahoni 0,66 0, Batas tepi selatan Hutan Kota UI 0,63 0, Jalan Margonda Raya 0,61 0, Rel Kereta Bogor-Depok- Jakarta 0,61 0, Pagar batas sekeliling UI 0,49 0, Ket : 0,00-1,00 menunjukkan tingkat imageability obyek dari rendah-tinggi Kedua kelompok responden memberikan nilai indeks Danau Mahoni dengan nilai terbesar sehingga mendapat urutan pertama. Sedangkan pada urutan kedua responden dari dalam UI memilih batas tepi selatan Hutan Kota UI dan responden dari luar UI memilih Rel Kereta Listrik Bogor-Depok-Jakarta. Hal ini disebabkan responden dari dalam UI menilai bahwa batas wilayah ini memiliki keunikan tersendiri karena memiliki kandang rusa dan pedestriannya dinaungi oleh tajuk pohon-pohon besar. Selain itu responden sering menggunakan pedestrian yang berada di batas tepi selatan Hutan Kota UI untuk menuju Kompleks Kampus Sosial Humaniora. Sedangkan responden dari luar UI memilih rel kereta karena intensitas penggunaan yang tinggi. Terdapat perbedaan urutan ke 3 dan 4 dikarenakan faktor intensitas pengunaan yang berbeda dari kedua kelompok responden yang tidak terlalu signifikan. Berdasarkan Tabel 6, untuk komponen identitas dari Danau Mahoni dapat diketahui responden home range dalam Kampus UI menyatakan bahwa kondisi fisik geografis (potensi pemandangan) menjadi identitas yang paling menentukan dibandingkan skala (besar dan luas) namun keduanya tidak memberikan perbedaan nilai indeks yang signifikan 0,88 dengan 0,86. Untuk komponen struktur karakter pemisah atau pembatas dengan daerah lain dan karakter kesatuan ruang memiliki nilai indeks yang sama yakni 0,70. Pada komponen makna dari

9 44 Danau Mahoni, responden memberi nilai indeks untuk karakter intensitas penggunaan lebih besar daripada nilai historis. Tabel 6. Analisis Edges yang Paling Imageable ke dalam Komponen Identitas, Struktur dan Makna Analisis Edges Dalam UI Luar UI (Danau Mahoni) Identitas Fisik Geografis (Potensi Pemandangan) 0,88 0,90 Skala (besar, luas) 0,86 0,85 Struktur Pemisah/Pembatas Dengan Daerah Lain 0,70 0,57 Kesatuan Ruang 0,70 0,67 Makna Nilai Historis 0,68 0,63 Intensitas Penggunaan 0,70 0,57 Ket : 0,00-1,00 menunjukkan tingkat imageability obyek dari rendah-tinggi Sedangkan responden home range luar Kampus UI juga memberi nilai indeks kondisi fisik geografis (potensi pemandangan) Danau Mahoni lebih besar dari skalanya sehingga fisik geografis (potesi pemandangan) menjadi karakter yang paling menentukan sebagai identitas danau ini. Untuk komponen struktur responden memberi nilai indeks kesatuan ruang dengan 0,67 dan pemisah atau pembatas dengan daerah lain dengan 0,57. Nilai historis dari makna danau diberi nilai 0,63 sedangkan intensitas penggunaannya 0,57. Komponen yang dianggap paling berpengaruh terhadap imageability Danau Mahoni bagi kedua kelompok responden dari yang nilai indeksnya terbesar adalah identitas, struktur dan makna. Maka identitas dari danau ini yang paling mudah dikenali adalah kondisi fisik (potensi pemandangannya). Hal ini terjadi sebab kealamian dari danau dijaga dan dirawat, Danau Mahoni juga memiliki luas m 2. Hal ini sama seperti penelitian sebelumnya, potensi pemandangan juga menjadi faktor yang paling menonjol bagi sebuah edge (Poetri MA 2004). Selanjutnya pada penelitian sebelumnya juga menyatakan bahwa Ngarai Sianok sebagai edge di Kota Bukittinggi memiliki karakter potensi pemandangan yang paling menonjol (Putri RR 1996) dan Tol Jagorawi di Kota Bogor pun memiliki sumber pemandangan yang indah sebagai karakter yang paling menonjol (Arnita Y 2005). Hal diatas berbeda dengan para ahli yang lebih memilih faktor struktur yaitu sebagai pembatas atau pemisah dengan daerah lain sebagai kriteria yang paling menonjol. Hal ini disebabkan oleh perbedaan kepentingan antar keduanya

10 45 namun pendapat ahli lebih obyektif. Menurut Zahnd (1999 diacu dalam Wahyuni 2004) suatu edge memiliki identitas yang lebih baik jika kontinuitas tampak jelas batasnya dan fungsi batas tersebut harus jelas sebagai pemisah atau penyatu. Karakter secara umum yang diberikan oleh responden home range dalam Kampus UI terhadap Danau Mahoni adalah terdapat vegetasi yang khas (41,7%), lain-lain (33,3%) dan sebagai transportasi dengan daerah sekitar karena diatas danau ini melintang Jembatan TeK-Sas (25%). Sedangkan bagi responden home range luar Kampus UI memilih lain-lain seperti terdapat sitting area disekitar danau, terdapat Jembatan TeK-Sas, terdapat lampu sorot pada malam hari (63,6%), transportasi dengan daerah sekitar (18,2%), dan terdapat vegetasi yang khas (18,2%). Upaya meningkatkan karakter potensi pemandangan dari danau ini agar tetap imageable adalah dengan meningkatkan visibilitas danau dari dalam gedunggedung di dekat danau seperti gedung di Fakultas Ilmu Budaya, Fakultas Teknik, Fakultas Ekonomi, dan Engineering Center. Hal ini dapat dilakukan dengan menghilangkan penghalang padandangan kearah danau yang bisa berupa pohon. Selain itu upaya lainnya adalah terus merawat danau ini agar kealamiannya dan keberlangsungannya dapat terjaga. Bagian Wilayah Kampus Districts yang terpilih adalah Area Hutan Kota UI, Asrama Mahasiswa UI dan Wisma Makara, Kompleks Kampus Rumpun Ilmu Kesehatan, Kompleks Kampus Rumpun Ilmu MIPA dan Teknik, dan Kompleks Kampus Rumpun Ilmu Sosial Humaniora. Tabel 7 menunjukkan indeks masing-masing obyek yang diberikan oleh responden home range dalam Kampus UI yaitu Kompleks Kampus Rumpun Ilmu Sosial Humaniora dengan indeks 0,71; Area Hutan Kota UI dengan indeks 0,62; Kampus Rumpun Ilmu MIPA dan Teknik dengan indeks 0,60; Kompleks Kampus Rumpun Ilmu Kesehatan dengan indeks 0,55 dan Asrama Mahasiswa UI dan Wisma Makara dengan indeks 0,52. Sedangkan menurut responden home range luar Kampus UI memiliki urutan yang tertinggi Area Hutan Kota UI dengan indeks 0,74; Kampus Rumpun Ilmu MIPA dan Teknik dengan indeks 0,65; Kompleks Kampus Rumpun Ilmu Sosial Humaniora dengan

11 46 indeks 0,63; Asrama Mahasiswa UI dan Wisma Makara dengan indeks 0,54 dan Kompleks Kampus Rumpun Ilmu Kesehatan dengan indeks 0,44. Tabel 7. dan Urutan Imageability Districts dari Kelompok Responden Home Range Dalam Kampus UI dan Luar Kampus UI Districts Urutan Dalam UI Luar UI Dalam UI Luar UI Area Hutan Kota UI 0,62 0, Asrama Mahasiswa UI dan Wisma Makara 0,52 0, Kompleks Kampus Rumpun Ilmu Kesehatan 0,55 0, Kompleks Kampus Rumpun Ilmu MIPA dan Teknik 0,60 0, Kompleks Kampus Rumpun Ilmu Sosial Humaniora 0,71 0, Ket : 0,00-1,00 menunjukkan tingkat imageability obyek dari rendah-tinggi Terdapat perbedaan urutan dari kedua kelompok responden. Menurut kelompok responden dari dalam Kampus UI, Kompleks Kampus Rumpun Ilmu Sosial Humaniora memiliki indeks paling tinggi karena responden lebih sering menggunakan kompleks kampus ini sebagai tempat perkuliahan, menghadiri event-event yang diadakan di sini atau hanya dilalui saja karena letaknya di bagian depan. Sedangkan responden dari luar UI khususnya masyarakat sekitar Kota Depok dan Lenteng Agung lebih memilih Area Hutan Kota UI karena Hutan kota ini memiliki skala yang luas sebagai RTH yang dapat memperbaiki kualitas lingkungan dan estetika kota serta pada hari libur sering dijadikan tempat rekreasi. Selain itu Hutan Kota ini terletak di bagian depan Kawasan UI sehingga setiap tamu yang berkunjung ke sini pasti akan disambut oleh kealamian hutan ini. Pada urutan kedua, responden luar UI memilih Kampus Rumpun Ilmu MIPA dan Teknik karena kompleks kampus ini memiliki laboratorium yang lengkap dan terdapat Gedung Engineering Center, selain itu di kompleks ini sering diadakan workshop dan pertemuan tingkat nasional dan internasional dibidang MIPA dan Teknik sehingga akan sering didatangi tamu dari luar. Terdapat perbedaan urutan ke 3, 4 dan 5 dikarenakan faktor intensitas pengunaan dan keperluan yang berbeda dari kedua kelompok responden.

12 47 Tabel 8. Analisis Districts yang Paling Imageable ke dalam Komponen Identitas, Struktur dan Makna Analisis Districts Kompleks Kampus Area Hutan Rumpun Ilmu Sosial Kota UI Humaniora Identitas Keunikan Bentuk 0,79 0,71 Skala (luas) 0,80 0,88 Struktur Keragaman Bangunan/Vegetasi 0,78 0,73 Kesatuan Ruang 0,75 0,69 Nilai Historis 0,70 0,62 Makna Intensitas Penggunaan 0,81 0,56 Memiliki fungsi khusus 0,78 0,87 Ket : Kompleks Kampus Rumpun Ilmu Sosial Humaniora dipilih oleh responden home range dalam Kampus UI Area Hutan Kota dipilih oleh responden home range luar Kampus UI 0,00-1,00 menunjukkan tingkat imageability obyek dari rendah-tinggi Selanjutnya obyek dianalisis dalam tiga komponen. Berdasarkan Tabel 8, dapat diketahui responden yang home range-nya Kampus UI lebih melihat skala (luas) sebagai identitas yang paling jelas dari Kompleks Kampus Sosial Humaniora ini ketimbang Keunikan bentuknya. Namun perbedaan nilai indeks dari keduanya tidak terlalu signifikan antara 0,80 dengan 0,79. Untuk komponen struktur, karakter keragaman bangunan mendapat nilai 0,78 dan Kesatuan konsentrasi ruang mendapat nilai 0,75. Sedangkan pada komponen makna, intensitas penggunaan mendapat nilai indeks terbesar yakni 0,81 diikuti fungsi khusus 0,78 dan nilai historis dengan 0,70. Faktor yang paling berpengaruh terhadap imageability Kompleks Kampus Rumpun Ilmu Sosial Humaniora dapat dilihat dari nilai indeks yang terbesar yaitu faktor makna, idetitas dan strukturnya. Komponen Makna yang memiliki nilai indeks terbesar adalah intensitas penggunaan. Hal ini terjadi karena Kompleks Kampus Rumpun Ilmu Sosial Humaniora merupakan kompleks kampus terluas serta memiliki jumlah fakulas terbanyak di UI dan kompleks ini memiliki letak strategis di dekat Jl. Prof. Dr. Mr. Supomo yang terdapat stasiun dan pintu masuk utama. Kedua hal ini membuat Kompleks Kampus Rumpun Ilmu Sosial Humaniora memiliki jumlah mahasiswa yang lebih banyak daripada kompleks kampus lainnya dan sering dilalui oleh pengguna yang hanya menumpang lewat karena letaknya. Hal ini sama dengan Pasar Atas yang merupakan sebuah node di

13 48 Kota Bukittinggi, menjadi imageable karena karakter intensitas penggunaanya yang menonjol (Putri RR 1996). Karakter secara umum yang diberikan oleh responden dengan home range Kampus UI adalah Kompleks Kampus Rumpun Ilmu Sosial Humaniora memiliki bentuk bangunan yang khas (39,4%), memiliki tatanan lanskap yang teratur (36,4%), terdiri dari jejeran bangunan yang megah (18,2%) dan lain-lain (6,1%). Upaya yang dapat dilakukan untuk mempertahankan kompleks ini agar tetap imageable adalah tetap mempertahankan arsitektur bangunan Neo Vernacular di masa yang akan datang. Hal ini disebabkan karena intensitas penggunaan di distrik ini tinggi, jumlah fakultasnya terbanyak dan sering dilewati oleh pengunjung karena letaknya yang strategis, maka distrik ini memiliki potensi yaitu lanskapnya akan sering dilihat (Vision intensity) yang salah satunya adalah keunikan arsitektur bangunannya. Di tengah perkembangan bangunan-bangunan baru dengan model arsitektur moderen di UI, distrik ini di masa akan datang diharapkan mampu menjadi warisan arsitektur Neo Vernacular yang populer di akhir abad 20. Selanjutnya, responden home range luar Kampus UI memilih Area Hutan Kota UI sebagai obyek district yang paling imageable. Selanjutnya dilakukan analisis terhadap komponen identitas dengan hasil reponden lebih melihat identitas Area Hutan Kota UI dari skala (luasnya) daripada keunikan bentuknya. Untuk stuktur, responden menilai bahwa keragaman vegetasi di UI memiliki indeks 0,73 atau lebih besar daripada kesatuan ruang dengan indeks 0,69. Dilihat dari makna, responden memilih memiliki fungsi khusus dengan indeks 0,87 sedangkan nilai historis mendapat indeks 0,62 dan intensitas penggunaan mendapat indeks 0,56. Komponen yang dianggap paling berpengaruh terhadap imageability Area Hutan Kota UI terlihat dari nilai indeks terbesar yaitu identitas, makna dan struktur. Maka identitas dari hutan kota ini yang paling mudah dikenali adalah skalanya (luas). Area Hutan Kota UI memiliki luas 100 hektar dan merupakan Ruang Terbuka Hijau bagi daerah Jakarta Timur, Jakarta Selatan dan Depok untuk meningkatkan kualitas lingkungan kota. Namun, para ahli berpendapat bahwa memiliki fungsi khusus adalah karakter yang paling menonjol bagi sebuah

14 49 district. Selain itu, daerah yang berisi vegetasi dan air di lanskap perkotaan dapat menjadi emphasized (Kaplan 1982 diacu didalam Gifford 1996). Karakter secara umum yang diberikan oleh responden dengan home range luar Kampus UI adalah Area Hutan Kota UI memiliki bentuk lanskap yang khas (42,1%), memiliki tatanan lanskap yang teratur (10,5%). Sedangkan responden yang memilih lain-lain (47,4%) menyatakan bahwa hutan kota ini adalah tempat rekreasi selain itu sering terjadi tindak kriminalitas di sini. Upaya yang dilakukan untuk mempertahankan hutan kota ini agar tetap imageable adalah tidak mengurangi luasan hutan kota untuk dikonversi ketika UI melakukan ekspansi infrastrukturnya. Pada aspek pengelolaannya Hutan Kota UI sebaiknya memiliki sistem pengamanan yang baik terhadap pengunjung sehingga dapat mengurangi tingkat kriminalitas di kawasan ini. Pusat Aktivitas Kampus Pusat aktivitas kampus yang terpilih untuk penelitian ini adalah Balairung UI, Gymnasium UI, Japanese Student Center (JSC), Stadion UI dan Stasiun UI. Tabel 9 menunjukkan indeks masing-masing obyek yang diberikan oleh responden. Tabel 9. dan Urutan Imageability Nodes dari Kelompok Responden Home Range Dalam Kampus UI dan Luar Kampus UI Nodes Urutan Dalam UI Luar UI Dalam UI Luar UI Balairung UI 0,89 0, Gymnasium UI 0,46 0, JSC/ PSJ 0,39 0, Stadion UI 0,52 0, Stasiun UI 0,74 0, Ket : 0,00-1,00 menunjukkan tingkat imageability obyek dari rendah-tinggi Dari Tabel 9 dapat diketahui indeks masing-masing obyek yang diberikan oleh responden home range dalam Kampus UI dari yang tertinggi yakni Balairung UI dengan indeks 0,89; Stasiun UI dengan indeks 0,74; Stadion UI dengan 0,52; Gymnasium UI dengan indeks 0,46 dan Japanese Student Center dengan indeks 0,39. Sedangkan kelompok responden selanjutnya urutan obyeknya Balairung UI dengan indeks 0,84; Stasiun UI dengan indeks 0,70; Stadion UI

15 50 dengan 0,56; Gymnasium UI dengan indeks 0,48 dan Japanese Student Center dengan indeks 0,42. Tabel 10. Analisis Nodes yang Paling Imageable ke dalam Komponen Identitas, Struktur dan Makna Analisis Nodes Dalam UI Luar UI (Balairung UI) Keunikan Bentuk 0,82 0,75 Identitas Skala (luas) 0,80 0,85 Visibility bagian yang menarik 0,76 0,69 Struktur Letak Strategis 0,88 0,79 Kesatuan Ruang 0,81 0,70 Nilai Historis 0,73 0,71 Makna Intensitas Penggunaan 0,76 0,65 Memiliki fungsi khusus 0,84 0,72 Ket : 0,00-1,00 menunjukkan tingkat imageability obyek dari rendah-tinggi Maka Pusat Aktivitas yang paling imageable bagi kedua kelompok responden adalah Balairung UI. Terdapat beberapa alasan mengapa bangunan ini menjadi sangat mudah dicitra dengan baik oleh responden di dalam UI yaitu bangunan ini memiliki fungsi yang khas sebagai tempat wisuda dan pertemuan, berada di tempat yang strategis yakni di dekat PAU, Danau Kenanga, dan dekat Stasiun Pondok Cina. Selanjutnya bangunan ini memiliki keunikan bentuk menurut responden. Sedangkan bagi responden luar UI melihat bahwa bangunan ini memiliki identitas skala (tinggi dan luas) yang mudah diingat dan letaknya yang strategis. Berdasarkan Tabel 10 dapat dilihat bahwa responden yang home rangenya Kampus UI memilih keunikan bentuk dari Balairung UI sebagai komponen identitas dengan indeks terbesar 0,82 selanjutnya dengan beda yang tidak terlalu signifikan, skala (luas) mendapat indeks 0,80 dan visibility bagian yang menarik 0,76. Untuk komponen struktur responden merasa bahwa letak strategis menjadi karakter yang lebih menonjol dibandingkan kesatuan ruangnya. Terakhir, pada komponen makna responden memilih fungsi khusus dengan 0,84, intensitas penggunaan 0,76 dan nilai historis dengan 0,73. Maka faktor yang paling berpengaruh terhadap imageabilty Balairung UI bagi responden yang home range-nya Kampus UI berturut-turut dari yang terbesar yaitu struktur, makna dan identitas. Dalam faktor struktur, letak strategis membuat

16 51 bangunan ini mudah untuk dikenali oleh responden. Hal ini sama seperti penelitian sebelumnya di Kota Pekan Baru, imageability Pasar Sukaramai paling dipengaruhi letak strategis (Wahyuni 2004) dan serupa dengan pendapat ahli yang menyatakan letak strategis adalah kiteria yang paling berpengaruh pada nodes. Namun hal ini tidak sesuai dengan penelitian Arnita (2005) dan Putri (1996) dengan judul yang serupa tapi berbeda obyek penelitan yaitu sebuah node cenderung memiliki keunikan bentuk yang khas sehingga menjadi imageable. Karakter secara umum yang dimiliki oleh Balairung UI menurut responden home range dalam Kampus UI adalah memiliki aktivitas yang khas sebagai tempat wisuda (39,5%), memiliki bentuk bangunan yang khas (33,3%), memiliki tatanan lanskap yang menarik (18,5%),dan lain-lain (8,6%). Selanjutnya responden home range luar Kampus UI menilai identias dari balairung lebih ditentukan oleh skala luasnya dengan indeks yang dominan 0,85 kemudian keunikan bentuk mendapat indeks 0,75 dan visibility bagian yang menarik dengan 0,69. Kemudian komponen struktur lebih mudah dikenali karena letaknya yang strategis daripada kesatuan ruang. Sedangkan makna, lebih mudah dikenali karena memiliki fungsi khusus 0,72, lalu nilai historis 0,71 dan intesitas penggunaan 0,65. Berbeda dari kelompok responden sebelumnya, menurut kelompok responden home range luar Kampus UI komponen yang paling menentukan terhadap imageability suatu pusat aktivitas adalah identitas, diikuti struktur dan makna. Hal ini karena Balairung UI memang memiliki dimensi skala yang relatif luas untuk sebuah bangunan yang berada di kampus sehingga responden dari luar UI mudah mengenali identitas bangunan ini. Karakter secara umum yang dimiliki oleh Balairung UI menurut responden home range luar Kampus UI adalah memiliki aktivitas yang khas (47,1%), memiliki bentuk bangunan yang khas (32,4%), memiliki tatanan lanskap yang menarik (11,8%),dan lain-lain (8,8%). Node ini sebenarnya memiliki keuntungan karena letaknya yang berkorelasi dengan node-node kecil yang ada di depannya seperti kantin mahasiwa, Stasiun Pondok Cina, halte bis, shelter sepeda dan sitting area di sekitar Danau Kenanga sehingga bangunan ini memiliki vision intesity yang

17 52 tinggi. Hal ini dapat dioptimalkan dengan menghilangkan gangguan terhadap visibilitas bangunan. Mercu Tanda Landmark yang terpilih dalam penelitian ini adalah Gedung Rektorat (PAU), Monumen Makara UI, Jembatan TeK-Sas, Mesjid Ukhuwah Islamiyah dan UI wood. Untuk urutan indeks dan ururtan obyek yang paling imageable dapat dilihat di Tabel 11. Tabel 11. dan Urutan Imageability Landmarks dari Kelompok Responden Home Range Dalam Kampus UI dan Luar Kampus UI Landmarks Urutan Dalam UI Luar UI Dalam UI Luar UI Gedung Rektorat (PAU) 0,86 0, Monumen Makara UI 0,51 0, Jembatan TeK-Sas 0,49 0, Masjid UI 0,53 0, UIwood 0,61 0, Ket : 0,00-1,00 menunjukkan tingkat imageability obyek dari rendah-tinggi Pada Tabel 11 dapat diketahui bahwa menurut responden yang home range-nya Kampus UI untuk masing-masing obyek dari yang tertinggi yaitu Gedung PAU dengan indeks 0,86; UIwood dengan indeks 0,61; Masjid Ukhuwah Islamiyah dengan indeks 0,53; Monumen Makara UI dengan indeks 0,51 dan Jembatan Tek-Sas dengan indeks 0,49. Sedangkan kelompok responden selanjutnya urutan obyeknya Gedung PAU dengan indeks 0,76; Monumen Makara UI dengan indeks 0,68; UIwood dengan indeks 0,65; Masjid Ukhuwah Islamiyah dengan indeks 0,46 dan Jembatan Tek-Sas dengan indeks 0,45. Kedua kelompok menghasilkan jawaban yang sama pada peringkat teratas yakni Gedung Rektorat (PAU) menjadi obyek yang paling mudah dicitra. Sedangkan pada peringkat ke dua terdapat perbedaan jawaban, responden yang home range-nya Kampus UI memilih UIwood dan responden home range luar Kampus UI memilih Monumen Makara. Hal ini karena Monumen Makara lebih sering dilewati dan terlihat ketika memasuki pintu masuk pemeriksa UI di bandingkan dengan UIwood. Pada urutan 3 dan 4 terdapat perbedaan juga, responden dari dalam UI lebih memilih Mesjid Ukhuwah Islamiyah dibandingkan Monumen Makara karena keunikan bentuk Mesjid dan letaknya yang strategis

18 53 sehingga mudah dikenali. Sedangkan bagi responden dari luar UI, mereka jarang menggunakan mesjid ini sehingga lebih memilih UIwood. Tabel 12. Analisis Landmarks yang Paling Imageable ke dalam Komponen Identitas, Struktur dan Makna Analisis Landmarks Dalam UI Luar UI (Gedung PAU) Identitas Keunikan Bentuk 0,90 0,84 Skala (luas, panjang) 0,87 0,82 Letak Strategis 0,85 0,80 Struktur Signifikansi dari jauh 0,91 0,92 Kesegeraan untuk dilihat 0,85 0,84 Nilai Historis 0,74 0,71 Makna Simbolisme 0,89 0,84 Sebagai Orientasi 0,89 0,86 Ket : 0,00-1,00 menunjukkan tingkat imageability obyek dari rendah-tinggi Dari Tabel 12 dapat diketahui bahwa menurut responden home range dalam Kampus UI keunikan bentuk merupakan komponen identitas paling menonjol dengan indeks 0,90 kemudian skala dengan indeks 0,87. Untuk struktur, responden memilih signifikansi dari jauh sebagai komponen paling menonjol dengan indeks 0,91 kemudian letak strategis dan kesegeraan untuk dilihat dengan indeks yang sama yaitu 0,85. Untuk makna, responden menyatakan simbolisme dan sebagai orientasi sebagai karakter yang paling menonjol dengan nilai indeks yang sama yakni 0,89 sedangkan nilai historis memiliki indeks 0,74. Respoden home range luar Kampus UI lebih memilih komponen keunikan bentuk sebgai identitas yang paling menonjol dibandingkan skala. Untuk struktur, responden memilih signifikansi dari jauh sebagai karakter yang paling menonjol dengan indeks 0,92 kemudian memilih letak strategis dan kesegeraan untuk dilihat dengan indeks yang sama yaitu 0,85. Sedangkan sebagai orientasi mendapat indeks 0,86 pada komponen makna, diikuti simbolisme dan nilai historis dengan indeks 0,84 dan 0,71. Dengan demikian dapat diketahui bahwa faktor yang paling mempengaruhi imageability Gedung PAU bagi responden home range dalam UI adalah struktur, diikuti identitas dan makna. Sedangkan bagi responden home range luar UI urutannya adalah struktur, makna, dan identitas. Bagi kedua kelompok responden, struktur dari Gedung PAU yang merupakan bangunan

19 54 tertinggi di kawasan kampus UI menjadi komponen yang paling imageable karena karakter signifikansi dari jauhnya yang sangat jelas. Appleyard (1973 diacu dalam Gifford 1996) menyatakan bahwa bangunan yang lebih diingat adalah bangunan yang tinggi dan menurut Lynch (1960) kekuatan image akan bertambah ketika landmark membentur konsentrasi asosiasi pengamat, yang dalam hal ini adalah signifikansi bangunan. Namun hal ini berbeda dengan pendapat para ahli dan hasil penelitian sebelumnya dari Wahyuni (2004) yang menyatakan bahwa keunikan bentuk menjadi karakter yang paling menonjol bagi sebuah landmark. Karakter secara umum yang dimiliki oleh Gedung PAU menurut responden home range dalam UI adalah memiliki arsitektur yang khas (44,6%), tatanan lanskap yang menarik (24,6%), memiliki aktivitas yang khas (24,6%), dan lain-lain (6,25). Sedangkan menurut responden home range luar UI adalah memiliki bentuk arsitektur yang khas (48,4%), tatanan lanskap yang menarik (16,1%), memiliki aktivitas yang khas (25,8%) dan lain-lain (9,7%). Menurut Appleyard (1973 diacu dalam Porteous 1977) salah satu alasan mengapa suatu elemen mental map imageable karena keunikan bentuknya. Pernyataan ini pun serupa dengan penelitian Putri (1996) yaitu karakter yang paling menonjol dari landmark adalah keunikan bentuk, dalam hal ini yaitu Jam Gadang di Bukittinggi. Upaya untuk mempertahankan Gedung PAU agar tetap menjadi landmark UI dapat dilakukan dengan pengelolaan lanskap dengan tepat. Salah satu bentuk pengelolaannya adalah tetap mempertahankan agar di sekitarnya tidak ada penghalang visibilitas pengunjung yang dapat berupa pohon yang tinggi atau papan reklame. Hal ini bertujuan agar pengunjung dapat mengidentifikasi baik dari jarak dekat maupun jauh. Pemeliharaan fisik dan pemeliharaan ideal dari bangunan juga harus diperhatikan yang bertujuan supaya bangunan ini tetap menarik untuk dilihat dan bentuk arsitekturalnya yang unik dipertahankan. Gedung ini di masa akan datang diharapkan mampu menjadi warisan arsitektur Neo Vernacular Indonesia yang dapat berdampingan dengan gedung-gedung baru yang berarsitektur moderen. Upaya untuk menguatkan image dari bangunan ini juga dapat dilakukan dengan pemberian efek pencahayaan di malam hari. Sebab menurut Lynch (1960)

20 55

21 56 sebuah landmark akan lebih kuat jika bisa terlihat dalam rentang waktu yang panjang dengan kata lain dapat dinikmati pada siang maupun malam hari. Bagian terakhir dari ulasan umum mengenai penelitian ini adalah hasil analisis kuesioner evaluasi elemen mental map yang diisi oleh kedua kelompok responden. Responden dengan home range dalam kampus UI sebagian besar lebih memilih karakter intensitas penggunaan sedangkan responden dari luar UI lebih memilih atribut form seperti skala (luasan) dari elemen namun tidak terlalu spesifik pada desain arsitektur atau lanskapnya. Hal ini menunjukkan bahwa responden dari dalam UI memiliki kecenderungan untuk berinteraksi dengan elemen mental map berdasarkan aspek fungsional pengunaan dan sedikit mengesampingkan aspek visual estetika. Sedangkan responden dari luar UI memiliki kecenderungan untuk berinteraksi berdasarkan aspek visual estetika namun tidak terlalu spesifik tentang kesadaran terhadap desain arsitektur bangunan atau lanskap. Faktor yang paling berpengaruh terhadap kemampuan seseorang dalam membentuk mental map dalam dirinya pada penelitian ini adalah keakraban manusia dengan lingkungannya. Keberadaan elemen-elemen mental map yang menonjol terkonsentrasi di dua lokasi. Lokasi pertama adalah di bagian depan Kampus UI di dekat gerbang masuk yaitu Jl. Prof. Dr. Mr. Supomo, Stasiun UI, Monumen Makara UI, batas tepi selatan Hutan Kota UI, Area Hutan Kota UI dan Kompleks Kampus Rumpun Ilmu Sosial Humaniora. Lokasi kedua adalah bangunan-bangunan yang membentuk cluster mengitari Danau Kenanga yaitu Balairung UI, Gedung PAU, dan Mesjid UI. Sedangkan elemen yang lainnya terpisah di berbagai Kawasan UI. Selain itu empat elemen jalur sirkulasi (Jl. Prof. Dr. Mr. Supomo, Jl. Prof. Dr. Bahder Djohan, Jl. Prof. Dr. Sudjono D. Pusponegro, dan Prof. Dr. R. Slamet Imam Santoso) yang menonjol kesemuanya merupakan jalan utama yang dilalui oleh Bis Kuning (bis kampus) dan kendaraan pribadi. Jalur-jalur sirkulasi ini juga merupakan ring road yang mengitari gedung-gedung utama (Gambar 13). Jalur sirkulasi diawali oleh Jl. Prof. Dr. Mr. Supomo - Jl. Prof. Mr. Djokosoetono - Jl. Prof. Dr. Bahder Djohan - Jl. Prof. Dr. Sudjono D. Pusponegro - Jl. Prof. Dr. Ir. Soemantri Brodjonegoro - Jl. Prof. Dr. Sumitro Djojohadikusumo - Jl. Prof. Dr. R. Slamet Imam Santoso dan kembali lagi ke Jl. Prof. Dr. Mr. Supomo.

Lampiran 1. Peta Infrastruktur yang Sudah Dimiliki UI dan akan Dikembangkan

Lampiran 1. Peta Infrastruktur yang Sudah Dimiliki UI dan akan Dikembangkan LAMPIRAN 63 Lampiran 1. Peta Infrastruktur yang Sudah Dimiliki UI dan akan Dikembangkan Sumber: www.ui.ac.id 2009 Lampiran 2. Paths yang Tidak Terpilih Mewakili Setiap Elemen Mental Map di Kampus UI 64

Lebih terperinci

Lokasi dan Waktu. Bahan dan Alat. program. Metode Penelitian Lanskap

Lokasi dan Waktu. Bahan dan Alat. program. Metode Penelitian Lanskap METODOLOGI Lokasi dan Waktu Kegiatan Penelitian dilakukan di Kampus Universitas Indonesia Depok, Jawa Barat (Gambar 1). Kegiatan berupa persiapan dan pra penelitiann dilakukan selama bulan Maret sampai

Lebih terperinci

GAMBARAN ELEMEN MENTAL MAP LANSKAP KAMPUS UNIVERSITAS INDONESIA

GAMBARAN ELEMEN MENTAL MAP LANSKAP KAMPUS UNIVERSITAS INDONESIA GAMBARAN ELEMEN MENTAL MAP LANSKAP KAMPUS UNIVERSITAS INDONESIA Jalur Sirkulasi ( Paths ) Kawasan Kampus UI memiliki jalur sirkulasi (paths) berupa jalan-jalan yang berfungsi sebagai sarana transportasi

Lebih terperinci

STUDI ELEMEN MENTAL MAP LANSKAP KAMPUS UNIVERSITAS INDONESIA, DEPOK HADRIAN PRANA PUTRA

STUDI ELEMEN MENTAL MAP LANSKAP KAMPUS UNIVERSITAS INDONESIA, DEPOK HADRIAN PRANA PUTRA STUDI ELEMEN MENTAL MAP LANSKAP KAMPUS UNIVERSITAS INDONESIA, DEPOK HADRIAN PRANA PUTRA DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 RINGKASAN HADRIAN PRANA PUTRA.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Lanskap Kampus

TINJAUAN PUSTAKA Lanskap Kampus TINJAUAN PUSTAKA Lanskap Kampus Lanskap merupakan ruang di sekeliling manusia, tempat mereka melakukan aktivitas sehari-hari sehingga menjadi pengalaman yang terus menerus di sepanjang waktu. Simond (1983)

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI. Aspek Sosial Budaya Jumlah mahasiswa Universitas Indonesia pada tahun 2008 adalah

KEADAAN UMUM LOKASI. Aspek Sosial Budaya Jumlah mahasiswa Universitas Indonesia pada tahun 2008 adalah KEADAAN UMUM LOKASI Terdapat beberapa keunggulan dimiliki Universitas Indonesia yang membuatnya akan sering dikunjungi tamu dari luar dengan berbagai keperluan dan didatangi ribuan mahasiwanya tiap hari

Lebih terperinci

sekitarnya serta ketersediaannya yang belum optimal (pada perbatasan tertentu tidak terdapat elemen gate). d. Elemen nodes dan landmark yang

sekitarnya serta ketersediaannya yang belum optimal (pada perbatasan tertentu tidak terdapat elemen gate). d. Elemen nodes dan landmark yang BAB 5 KESIMPULAN 1. Berdasarkan hasil pengamatan dan penilaian secara subyektif (oleh peneliti) dan obyektif (pendapat responden) maka elemen identitas fisik yang membentuk dan memperkuat karakter (ciri

Lebih terperinci

STUDI ELEMEN MENTAL MAP LANSKAP KOTA PEKANBARU

STUDI ELEMEN MENTAL MAP LANSKAP KOTA PEKANBARU STUDI ELEMEN MENTAL MAP LANSKAP KOTA PEKANBARU Study on Mental Map Elements of Pekanbaru Cityscape Eka Wahyuni Mahasiswa Departemen Arsitektur Lanskap Fakultas Pertanian IPB. Aris Munandar Staf Pengajar

Lebih terperinci

STUDI ELEMEN MENTAL MAP LANSKAP KOTA PEKANBARU

STUDI ELEMEN MENTAL MAP LANSKAP KOTA PEKANBARU STUDI ELEMEN MENTAL MAP LANSKAP KOTA PEKANBARU Study on Mental Map Elements of Pekanbaru Cityscape Eka Wahyuni Mahasiswa Departemen Arsitektur Lanskap Fakultas Pertanian IPB. Aris Munandar Staf Pengajar

Lebih terperinci

Bab 4 ANALISA & PEMBAHASAN

Bab 4 ANALISA & PEMBAHASAN Bab 4 ANALISA & PEMBAHASAN TEKNIK: METODE EVALUASI- KRITERIA SELEKSI TAHAP 1 Menggali atau menemukan identitas kawasan di sepanjang koridor Jalan Mastrip berdasarkan aspek kajian identitas kawasan TAHAP

Lebih terperinci

BAB V ARAHAN DAN REKOMENDASI

BAB V ARAHAN DAN REKOMENDASI BAB V ARAHAN DAN REKOMENDASI Bab ini memberikan arahan dan rekomendasi berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan pada kawasan studi, dengan membawa visi peningkatan citra Kawasan Tugu Khatulistiwa

Lebih terperinci

5 elements IMAGES OF THE CITY ( KEVIN A. LYNCH )

5 elements IMAGES OF THE CITY ( KEVIN A. LYNCH ) IMAGES OF THE CITY ( KEVIN A. LYNCH ) Jalur (paths) Tepian (edges) Kawasan (district) Simpul (nodes) Tengaran (landmark) 5 elements paths, the streets, sidewalks, trails, and other channels in which people

Lebih terperinci

PERANCANGAN KOTA. Lokasi Alun - Alun BAB III

PERANCANGAN KOTA. Lokasi Alun - Alun BAB III BAB III DATA ALUN-ALUN KABUPATEN WONOGIRI Kabupaten Wonogiri, dengan luas wilayah 182.236,02 Ha secara geografis terletak pada garis lintang 7 0 32' sampai 8 0 15' dan garis bujur 110 0 41' sampai 111

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bab ini akan diuraikan mengenai kesimpulan studi berupa temuantemuan yang dihasilkan selama proses analisis berlangsung yang sesuai dengan tujuan dan sasaran studi,

Lebih terperinci

TEORI PERANCANGAN KOTA. Pengantar Perancangan Perkotaan

TEORI PERANCANGAN KOTA. Pengantar Perancangan Perkotaan TEORI PERANCANGAN KOTA Pengantar Perancangan Perkotaan Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Pancasila Cynthia Puspitasari 9 Mei 2017 Bahasan hari ini: 1. Urban spatial design theory 2. The Image

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN. berdasarkan kebutuhan pengguna? 6.1 Penilaian Pengguna Mengenai Komponen Setting Fisik Ruang Terbuka Publik Kawasan Eks MTQ

BAB VI KESIMPULAN. berdasarkan kebutuhan pengguna? 6.1 Penilaian Pengguna Mengenai Komponen Setting Fisik Ruang Terbuka Publik Kawasan Eks MTQ BAB VI KESIMPULAN Kesimpulan dari penelitian ini merupakan hasil dari analisis dan pembahasan terhadap penilaian komponen setting fisik ruang terbuka publik dan non fisik (aktivitas) yang terjadi yang

Lebih terperinci

KONSEP STREET FURNITURE KAMPUS INSTITUT PERTANIAN BOGOR DRAMAGA INDRA SAPUTRA A

KONSEP STREET FURNITURE KAMPUS INSTITUT PERTANIAN BOGOR DRAMAGA INDRA SAPUTRA A KONSEP STREET FURNITURE KAMPUS INSTITUT PERTANIAN BOGOR DRAMAGA INDRA SAPUTRA A34203039 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 RINGKASAN INDRA SAPUTRA. A34203039.

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. 5.1 Kesimpulan Dari Menggunakan Teori Kevin Lynch. Berdasarkan hasil analisa dari data dan hasil survey wawancara yang

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. 5.1 Kesimpulan Dari Menggunakan Teori Kevin Lynch. Berdasarkan hasil analisa dari data dan hasil survey wawancara yang BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Dari Menggunakan Teori Kevin Lynch Berdasarkan hasil analisa dari data dan hasil survey wawancara yang dilakukan di kawasan Petak Sembilan, masih banyak yang perlu

Lebih terperinci

Gambar 26. Material Bangunan dan Pelengkap Jalan.

Gambar 26. Material Bangunan dan Pelengkap Jalan. KONSEP Konsep Dasar Street furniture berfungsi sebagai pemberi informasi tentang fasilitas kampus, rambu-rambu jalan, dan pelayanan kepada pengguna kampus. Bentuk street furniture ditampilkan memberikan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Karakter Lanskap Kota

TINJAUAN PUSTAKA Karakter Lanskap Kota TINJAUAN PUSTAKA Karakter Lanskap Kota Karakter merupakan sifat dan ciri khas yang dimiliki oleh suatu kelompok, baik orang maupun benda. Karakter lanskap merupakan suatu area yang mempunyai keharmonisan

Lebih terperinci

VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET

VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET 42 VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET Pengembangan konsep dalam studi perencanaan kawasan ini akan terbagi ke dalam empat sub konsep, yaitu perencanaan lanskap pedestrian shopping street,

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB 5 HASIL PENELITIAN BAB 5 HASIL PENELITIAN 5.1. Gambaran Responden Penelitian Responden merupakan mahasiswa dari berbagai fakultas di Universitas Indonesia kampus Depok yang menggunakan fasilitas sepeda dan jalur sepeda UI.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perencanaan Lanskap Simonds (1983) menyatakan bahwa perencanaan adalah suatu proses penyusunan kebijaksanaan atau merumuskan apa yang harus dilakukan, untuk memperbaiki keadaan

Lebih terperinci

Teori lokasi (Place Theory) Mata Kuliah Arsitektur Kota. Teori Urban Desain

Teori lokasi (Place Theory) Mata Kuliah Arsitektur Kota. Teori Urban Desain Teori Urban Desain Mata Kuliah Arsitektur Kota Teori lokasi (Place Theory) Teori ini berkaitan dengan space terletak pada pemahaman atau pengertian terhadap budaya dan karakteristik manusia terhadap ruang

Lebih terperinci

BERITA ACARA AANWIJZING SAYEMBARA PERENCANAAN DAN PERANCANGAN STUDENT HOUSING

BERITA ACARA AANWIJZING SAYEMBARA PERENCANAAN DAN PERANCANGAN STUDENT HOUSING BERITA ACARA AANWIJZING SAYEMBARA PERENCANAAN DAN PERANCANGAN STUDENT HOUSING Hari : Kamis, 15 Oktober 2009 Waktu : 14.15-15.15 WIB Tempat : Ruang Rapat A, Lantai 2 Gedung PAU, Kampus UI Depok Agenda :

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini akan menjawab sasaran yang ada pada bab pendahuluan. Makam merupakan salah satu elemen penting pembentuk sebuah

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini akan menjawab sasaran yang ada pada bab pendahuluan. Makam merupakan salah satu elemen penting pembentuk sebuah BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini akan menjawab sasaran yang ada pada bab pendahuluan. Makam merupakan salah satu elemen penting pembentuk sebuah kota, sebagai untuk mengebumikan jenazah makam juga

Lebih terperinci

BAB VI KONSEP PERENCANAAN

BAB VI KONSEP PERENCANAAN BAB VI KONSEP PERENCANAAN VI.1 KONSEP BANGUNAN VI.1.1 Konsep Massa Bangunan Pada konsep terminal dan stasiun kereta api senen ditetapkan memakai masa gubahan tunggal memanjang atau linier. Hal ini dengan

Lebih terperinci

Identitas, suatu objek harus dapat dibedakan dengan objek-objek lain sehingga dikenal sebagai sesuatu yang berbeda atau mandiri.

Identitas, suatu objek harus dapat dibedakan dengan objek-objek lain sehingga dikenal sebagai sesuatu yang berbeda atau mandiri. PENDAHULUAN.1 Latar Belakang Dalam memahami citra kota perlu diketahui mengenai pengertian citra kota, elemenelemen pembentuk citra kota, faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan citra kota dan metode

Lebih terperinci

V. KONSEP Konsep Dasar Pengembangan Konsep

V. KONSEP Konsep Dasar Pengembangan Konsep 37 V. KONSEP Konsep Dasar Konsep dasar dalam perencanaan ini adalah merencanakan suatu lanskap pedestrian shopping streets yang dapat mengakomodasi segala aktivitas yang terjadi di dalamnya, khususnya

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 26 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alur Penelitian Alur penelitian dalam penulisan skripsi ini menjelaskan mengenai tahapan atau prosedur penelitian untuk menganalisa besarnya willingness to pay (WTP)

Lebih terperinci

PERANCANGAN LANSKAP KAWASAN REKREASI SITU RAWA BESAR, DEPOK. Oleh : YULIANANTO SUPRIYADI A

PERANCANGAN LANSKAP KAWASAN REKREASI SITU RAWA BESAR, DEPOK. Oleh : YULIANANTO SUPRIYADI A PERANCANGAN LANSKAP KAWASAN REKREASI SITU RAWA BESAR, DEPOK Oleh : YULIANANTO SUPRIYADI A34201023 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN YULIANANTO

Lebih terperinci

Lampiran 7: Pertanyaan Kuesioner dan Wawancara

Lampiran 7: Pertanyaan Kuesioner dan Wawancara Lampiran 7: Pertanyaan Kuesioner dan Wawancara Kuisioner Responden yang terhormat, Agrowisata Salatiga merupakan salah satu agrowisata yang banyak diminati oleh pengunjung. Welcome area yang ada di agrowisata

Lebih terperinci

Fasilitas Komersial (Area Makan Lantai 1) (2)

Fasilitas Komersial (Area Makan Lantai 1) (2) Fasilitas Komersial (Area Makan Lantai 1) (2) Gambar simulasi rancangan 5.30 : Area makan lantai satu bangunan komersial di boulevard stasiun kereta api Bandung bagian Selatan 5.6.3 Jalur Pedestrian Jalur

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP 6.1 KESIMPULAN

BAB VI PENUTUP 6.1 KESIMPULAN BAB VI PENUTUP 6.1 KESIMPULAN Dari proses yang dilakukan mulai pengumpulan data, analisa, sintesa, appraisal yang dibantu dengan penyusunan kriteria dan dilanjutkan dengan penyusunan konsep dan arahan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2010). Aksesibilitas adalah konsep yang luas dan fleksibel. Kevin Lynch

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2010). Aksesibilitas adalah konsep yang luas dan fleksibel. Kevin Lynch BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Aksesibilitas 2.1.1. Pengertian Aksesibilitas Jhon Black mengatakan bahwa aksesibilitas merupakan suatu ukuran kenyamanan atau kemudahan pencapaian lokasi dan hubungannya satu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI CITRA KOTA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, citra berarti 1) rupa, gambar,

BAB II TINJAUAN TEORI CITRA KOTA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, citra berarti 1) rupa, gambar, 22 BAB II TINJAUAN TEORI CITRA KOTA A. Pengertian Citra Kota Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, citra berarti 1) rupa, gambar, gambaran; 2) gambaran yang dimiliki orang banyak mengenai pribadi, perusahaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Trotoar adalah jalur bagi pejalan kaki yang terletak di daerah manfaat jalan, diberi lapis permukaan, diberi elevasi lebih tinggi dari permukaan perkerasan jalan,

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 54 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 54 TAHUN 2009 TENTANG PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 54 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN KORIDOR JALAN RAYA SERPONG KOTA TANGERANG SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN. kemudian didapatkan temuan penelitian. Temuan-temuan penelitian ini

BAB VI KESIMPULAN. kemudian didapatkan temuan penelitian. Temuan-temuan penelitian ini BAB VI KESIMPULAN Setelah dilakukannya analisa data statistik dan juga pemaknaan, kemudian didapatkan temuan penelitian. Temuan-temuan penelitian ini didapat dari hasil pemaknaan dan diharapkan pemaknaan

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KAWASAN Tinjauan Kawasan Kebon Kacang Raya dan Kebon Kacang 30 3.1 Gambaran Kawasan Proyek Nama : Kawasan Kebon Kacang dan sekitarnya. Lokasi : Jl. Kebon Kacang Raya dan Jl.Kebon Kacang

Lebih terperinci

REVITALISASI KAWASAN PASAR IKAN SUNDA KELAPA SEBAGAI KAWASAN WISATA BAHARI DI JAKARTA

REVITALISASI KAWASAN PASAR IKAN SUNDA KELAPA SEBAGAI KAWASAN WISATA BAHARI DI JAKARTA REVITALISASI KAWASAN PASAR IKAN SUNDA KELAPA SEBAGAI KAWASAN WISATA BAHARI DI JAKARTA Sukoco Darmawan, Nina Nurdiani, Widya Katarina JurusanArsitektur, Universitas Bina Nusantara, Jl. K.H. Syahdan No.

Lebih terperinci

PERANCANGAN LANSKAP WATERFRONT SITU BABAKAN, DI PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI SETU BABAKAN, JAKARTA SELATAN

PERANCANGAN LANSKAP WATERFRONT SITU BABAKAN, DI PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI SETU BABAKAN, JAKARTA SELATAN PERANCANGAN LANSKAP WATERFRONT SITU BABAKAN, DI PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI SETU BABAKAN, JAKARTA SELATAN Oleh : Mutiara Ayuputri A34201043 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

PENGUMUMAN RENCANA UMUM PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH. Nomor : 005/H2.R3/HKP.0303/2013 Tanggal : 10 Januari 2013

PENGUMUMAN RENCANA UMUM PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH. Nomor : 005/H2.R3/HKP.0303/2013 Tanggal : 10 Januari 2013 PENGUMUMAN RENCANA UMUM BARANG/JASA PEMERINTAH Nomor : 005/H2.R3/HKP.0303/2013 Tanggal : 10 Januari 2013 PA/KPA : WAKIL REKTOR BIDANG PENELITIAN, PENGEMBANGAN DAN KERJA SAMA INDUSTRI UI K/L/D/I : KEMENTRIAN

Lebih terperinci

BAB 6 HASIL PERANCANGAN. konsep Hibridisasi arsitektur candi zaman Isana sampai Rajasa, adalah candi jawa

BAB 6 HASIL PERANCANGAN. konsep Hibridisasi arsitektur candi zaman Isana sampai Rajasa, adalah candi jawa BAB 6 HASIL PERANCANGAN 6.1. Hasil Perancangan Hasil perancangan Pusat Seni dan Kerajinan Arek di Kota Batu adalah penerapan konsep Hibridisasi arsitektur candi zaman Isana sampai Rajasa, adalah candi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. desain taman dengan menggunakan tanaman hias sebagai komponennya

II. TINJAUAN PUSTAKA. desain taman dengan menggunakan tanaman hias sebagai komponennya 9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ruang Lingkup Arsitektur Lansekap Lansekap sebagai gabungan antara seni dan ilmu yang berhubungan dengan desain taman dengan menggunakan tanaman hias sebagai komponennya merupakan

Lebih terperinci

BAB III ANALISA. Lokasi masjid

BAB III ANALISA. Lokasi masjid BAB III ANALISA 3.1. Analisa Tapak 3.1.1. Lokasi Lokasi : Berada dalam kawasan sivitas akademika Universitas Padjadjaran, Jatinangor, Sumedang KDB : 20% KLB : 0.8 GSB : 10 m Tinggi Bangunan : 3 lantai

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN. terdapat pada Bab IV dan Bab V yaitu, manusia sebagai pelaku, Stadion Raya

BAB VI HASIL RANCANGAN. terdapat pada Bab IV dan Bab V yaitu, manusia sebagai pelaku, Stadion Raya 165 BAB VI HASIL RANCANGAN 6.1. Dasar Rancangan Hasil perancangan diambil dari dasar penggambaran konsep dan analisa yang terdapat pada Bab IV dan Bab V yaitu, manusia sebagai pelaku, Stadion Raya sebagai

Lebih terperinci

PERENCANAAN WILAYAH KOMERSIAL STUDI KASUS RUAS JALAN MARGONDA DEPOK

PERENCANAAN WILAYAH KOMERSIAL STUDI KASUS RUAS JALAN MARGONDA DEPOK PERENCANAAN WILAYAH KOMERSIAL STUDI KASUS RUAS JALAN MARGONDA DEPOK A.R. Indra Tjahjani 1, Gita Cakra 2, Gita Cintya 3 1Program Studi Teknik Sipil, Universitas Pancasila Jakarta, Lenteng Agung Jakarta

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. Gambar 1 Peta lokasi penelitian

III. METODOLOGI. Gambar 1 Peta lokasi penelitian 16 III. METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Studi mengenai Perencanaan Jalur Hijau Jalan sebagai Identitas Kota Banjarnegara dilakukan di jalan utama Kota Banjarnegara yang terdiri dari empat segmen,

Lebih terperinci

PERENCANAAN LANSEKAP JALAN DI BEBERAPA JALAN UTAMA KOTAMADYA BOGOR. Oleh : A1 YULIANTI A

PERENCANAAN LANSEKAP JALAN DI BEBERAPA JALAN UTAMA KOTAMADYA BOGOR. Oleh : A1 YULIANTI A /Y4 p PERENCANAAN LANSEKAP JALAN DI BEBERAPA JALAN UTAMA KOTAMADYA BOGOR Oleh : A1 YULIANTI A 28.1143 JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN FAKULTAS PERTANJAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 1997 Van hamba-hamba yang baik

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Shopping mall atau biasa disebut juga dengan mal adalah salah satu pusat perbelanjaan yang cepat berkembang di kota-kota besar di Indonesia. Mal merupakan bagian yang

Lebih terperinci

BAB IV PENGAMATAN PERILAKU

BAB IV PENGAMATAN PERILAKU BAB IV PENGAMATAN PERILAKU 3.1 Studi Banding Pola Perilaku Pengguna Ruang Publik Berupa Ruang Terbuka Pengamatan terhadap pola perilaku di ruang publik berupa ruang terbuka yang dianggap berhasil dan mewakili

Lebih terperinci

BAB III: DATA DAN ANALISA

BAB III: DATA DAN ANALISA BAB III: DATA DAN ANALISA 3.1. Data Fisik dan Non Fisik 2.1.1. Data Fisik Lokasi Luas Lahan Kategori Proyek Pemilik RTH Sifat Proyek KLB KDB RTH Ketinggian Maks Fasilitas : Jl. Stasiun Lama No. 1 Kelurahan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dipaparkan mengenai teori yang berkaitan dan mendukung terhadap studi ini yaitu teori elemen pembentuk citra kota. 2.1 Pengertian Citra Kota Menurut kamus umum Bahasa

Lebih terperinci

1. BAB 1 PENDAHULUAN

1. BAB 1 PENDAHULUAN 1. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai kota pendidikan, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta menjadi salah satu provinsi yang setiap tahun ramai dikunjungi pendatang baru. Banyaknya perguruan tinggi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kota Jakarta sebagai pusat pemerintahan, pusat perdagangan, pusat perbankan dan pusat perindustrian menuntut adanya kemajuan teknologi melalui pembangunan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 KESIMPULAN Berdasarkan uraian teori, hasil pengolahan dan analisa data yang telah dikemukakan sebelumnya, maka penulis menarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Pelaksanaan

Lebih terperinci

ARAHAN PENYEDIAAN RUANG PEJALAN KAKI DI KAWASAN ALUN-ALUN LOR KOTA SURAKARTA TUGAS AKHIR

ARAHAN PENYEDIAAN RUANG PEJALAN KAKI DI KAWASAN ALUN-ALUN LOR KOTA SURAKARTA TUGAS AKHIR ARAHAN PENYEDIAAN RUANG PEJALAN KAKI DI KAWASAN ALUN-ALUN LOR KOTA SURAKARTA TUGAS AKHIR Oleh: M. TOGAR PRAKOSA LUMBANRAJA L2D 003 356 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO

Lebih terperinci

BAB 4. TINJAUAN UMUM KAWASAN KAMBANG IWAK PALEMBANG

BAB 4. TINJAUAN UMUM KAWASAN KAMBANG IWAK PALEMBANG BAB 4. TINJAUAN UMUM KAWASAN KAMBANG IWAK PALEMBANG 4.1 Sejarah Kawasan Kambang Iwak Palembang Menurut Ir. Ari Siswanto, MCRP, pengamat perkotaan dari Program Studi Teknik Arsitektur Universitas Sriwijaya,

Lebih terperinci

KAJIAN PENCAHAYAAN LANSKAP JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR ARSYAD KHRISNA

KAJIAN PENCAHAYAAN LANSKAP JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR ARSYAD KHRISNA KAJIAN PENCAHAYAAN LANSKAP JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR ARSYAD KHRISNA DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 RINGKASAN ARSYAD KHRISNA A44052252. Kajian Pencahayaan

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN dan ARAHAN PENATAAN

BAB VI KESIMPULAN dan ARAHAN PENATAAN BAB VI KESIMPULAN dan ARAHAN PENATAAN 6.1 Potensi Wisata yang dapat ditemukan di Kampung Wisata Batik Kauman Dari hasil penelitian dan analisis terhadap Kampung Wisata Batik Kauman didapatkan kesimpulan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lanskap Budaya Lanskap budaya merupakan hasil interaksi antara manusia dan alam dari waktu ke waktu (Plachter dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lanskap Budaya Lanskap budaya merupakan hasil interaksi antara manusia dan alam dari waktu ke waktu (Plachter dan 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lanskap Budaya Lanskap budaya merupakan hasil interaksi antara manusia dan alam dari waktu ke waktu (Plachter dan Rossler, 1995). Lanskap budaya pada beberapa negara di dunia

Lebih terperinci

BUPATI CILACAP PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 40 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI CILACAP PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 40 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI CILACAP PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 40 TAHUN 2014 TENTANG DOKUMEN RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN DI KAWASAN STRATEGIS LOMANIS KABUPATEN CILACAP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Konsep Perancangan dari 5 Elemen Kawasan. berdasarkan Teori Kevin Lynch menyimpulkan bahwa dari 5 elemen yang

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Konsep Perancangan dari 5 Elemen Kawasan. berdasarkan Teori Kevin Lynch menyimpulkan bahwa dari 5 elemen yang BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Konsep Perancangan dari 5 Elemen Kawasan Hasil Indentifikasi yang dilakukan pada Kawasan Pasar Ikan dengan berdasarkan Teori Kevin Lynch menyimpulkan bahwa dari 5

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM. Gambar Peta Dasar TPU Tanah Kusir (Sumber: Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta, 2011) Perumahan Warga

BAB IV KONDISI UMUM. Gambar Peta Dasar TPU Tanah Kusir (Sumber: Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta, 2011) Perumahan Warga 19 BAB IV KONDISI UMUM 4.1. Letak, Batas, dan Luas Tapak TPU Tanah Kusir merupakan pemakaman umum yang dikelola oleh Suku Dinas Pemakaman Jakarta Selatan di bawah Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta.

Lebih terperinci

5. Konsep Urban Design Guidelines yang Memperhatikan Kebutuhan Pejalan Kaki Usia Kanak-Kanak dan Usia Lanjut

5. Konsep Urban Design Guidelines yang Memperhatikan Kebutuhan Pejalan Kaki Usia Kanak-Kanak dan Usia Lanjut 5. Konsep Urban Design Guidelines yang Memperhatikan Kebutuhan Pejalan Kaki Usia Kanak-Kanak dan Usia Lanjut Ruang urban Depok terutama jalan Margonda Raya sangat ramai dan berbahaya. Pada pagi hari pukul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Kondisi Perempatan Ring Road Condong Catur pada Kabupaten Sleman

BAB I PENDAHULUAN Kondisi Perempatan Ring Road Condong Catur pada Kabupaten Sleman BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Kondisi Perempatan Ring Road Condong Catur pada Kabupaten Sleman Jalan merupakan salah satu ruang publik dalam suatu kawasan yang memiliki peran penting dalam

Lebih terperinci

ANALISA KINERJA JALAN MARGONDA RAYA KOTA DEPOK Endang Susilowati Jurusan Teknik Sipil Universitas Gunadarma

ANALISA KINERJA JALAN MARGONDA RAYA KOTA DEPOK Endang Susilowati Jurusan Teknik Sipil Universitas Gunadarma ANALISA KINERJA JALAN MARGONDA RAYA KOTA DEPOK Endang Susilowati Jurusan Teknik Sipil Universitas Gunadarma 1. Abstrak Jalan Margonda Raya memiliki fungsi jalan kolektor primer dengan panjang jalan 4.895

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Perancangan Dalam perancangan desain Transportasi Antarmoda ini saya menggunakan konsep dimana bangunan ini memfokuskan pada kemudahan bagi penderita cacat. Bangunan

Lebih terperinci

KUESIONER KENYAMANAN PENGGUNA

KUESIONER KENYAMANAN PENGGUNA LAMPIRAN-A STUDI KENYAMANAN PENGGUNA TERHADAP RUANG TERBUKA HIJAU PUBLIK PADA RUMAH SUSUN SUKARAMAI MEDAN DEPARTEMEN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2014 Tanggal: Waktu : (Pagi/

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lanskap dan Lanskap Kota Lanskap adalah suatu bagian dari muka bumi dengan berbagai karakter lahan/tapak dan dengan segala sesuatu yang ada di atasnya baik bersifat alami maupun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Parkir Berdasarkan Keputusan Dirjen Perhubungan Darat Nomor : 272/HK.105/DJRD/96 Tentang Pedoman Teknis Penyelenggaraan Fasilitas Parkir menyebutkan parkir adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. repository.unisba.ac.id

BAB I PENDAHULUAN. repository.unisba.ac.id BAB I PENDAHULUAN Kota akan selalu tumbuh dan berkembang sesuai dengan perkembangan kehidupan sosial-budaya, ekonomi dan politik yang melatar belakanginya. Perencanaan dan perancangan kota sebagai pengendali

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. Jadwal rencana penelitian. Februari Maret April Mei Juni. Kegiatan. 1. Penyusunan Proposal. 2. Persiapan. 3. Inventarisasi Data

LAMPIRAN. Lampiran 1. Jadwal rencana penelitian. Februari Maret April Mei Juni. Kegiatan. 1. Penyusunan Proposal. 2. Persiapan. 3. Inventarisasi Data LAMPIRAN 0 1 0 Lampiran 1. Jadwal rencana penelitian LAMPIRAN No Kegiatan Februari Maret April Mei Juni 1 3 4 1 3 4 1 3 3 1 3 4 1 3 4 1. Penyusunan Proposal. Persiapan 3. Inventarisasi Data 4. Analisis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Jakarta Timur, disebut Jatinegara Kaum karena di sana terdapat kaum, dimana

BAB 1 PENDAHULUAN. Jakarta Timur, disebut Jatinegara Kaum karena di sana terdapat kaum, dimana BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lokasi penelitian ini terletak di Klender, kelurahan Jatinegara Kaum, Jakarta Timur, disebut Jatinegara Kaum karena di sana terdapat kaum, dimana kata kaum diambil

Lebih terperinci

BAB VI KONSEP RANCANGAN

BAB VI KONSEP RANCANGAN BAB VI KONSEP RANCANGAN Lingkup perancangan: Batasan yang diambil pada kasus ini berupa perancangan arsitektur komplek Pusat Rehabilitasi Penyandang Cacat Tubuh meliputi fasilitas terapi, rawat inap, fasilitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ruang publik merupakan tempat berinteraksi bagi semua orang tanpa ada batasan ruang maupun waktu. Ini merupakan ruang dimana kita secara bebas melakukan segala macam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karateristik Visual Kondisi visual suatu kota sangat erat berkaitan dengan fenomena psikologinya yang berkaitan dengan tampilan fisik yang dapat menimbulkan suatu rasa tertentu

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan lingkungannya yang baru.

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan lingkungannya yang baru. BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan Beberapa hal yang menjadi dasar perencanaan dan perancangan Asrama Mahasiwa Bina Nusantara: a. Mahasiswa yang berasal dari

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil analisis dari ruang lingkup pembahasan yaitu setting fisik, aktivitas

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil analisis dari ruang lingkup pembahasan yaitu setting fisik, aktivitas BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dari ruang lingkup pembahasan yaitu setting fisik, aktivitas dan hubungan antara setting fisik dan aktivitas, maka didapatkan beberapa hasil temuan

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bagian ini akan dijabarkan kesimpulan dan rekomendasi. Kesimpulan berisi rangkuman dari hasil penelitian dan pembahasan sekaligus menjawab tujuan penelitian di bab

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kendaraan itu harus berhenti, baik itu bersifat sementara maupun bersifat lama atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kendaraan itu harus berhenti, baik itu bersifat sementara maupun bersifat lama atau 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Parkir Kendaraan tidak mungkin bergerak terus-menerus, akan ada waktunya kendaraan itu harus berhenti, baik itu bersifat sementara maupun bersifat lama atau biasa

Lebih terperinci

Terdapat 3 (tiga) metode dalam memarkir kendaraan, diantaranya adalah:

Terdapat 3 (tiga) metode dalam memarkir kendaraan, diantaranya adalah: Parkir adalah suatu kondisi kendaraan yang berhenti atau tidak bergerak pada tempat tertentu yang telah ditentukan dan bersifat sementara, serta tidak digunakan untuk kepentingan menurunkan penumpang/orang

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka kesimpulan dari penelitian ini berdasarkan pertanyaan penelitian yaitu: mengetahui karakteristik

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN Ruang Lingkup Penelitian Untuk Rancangan. Penelitian tentang upaya Perancangan Kembali Pasar Karangploso

BAB III METODE PERANCANGAN Ruang Lingkup Penelitian Untuk Rancangan. Penelitian tentang upaya Perancangan Kembali Pasar Karangploso BAB III METODE PERANCANGAN 3.1 Proses Perancangan 3.1.1 Ruang Lingkup Penelitian Untuk Rancangan Penelitian tentang upaya Perancangan Kembali Pasar Karangploso Kabupaten Malang ini mempunyai ruang lingkup

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan sepeda dianggap menjadi salah satu solusi alternatif transportasi bagi warga dunia, yaitu untuk mengurangi kemacetan yang mencapai titik parah dan mengurangi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menurunkan kualitas dan daya tariknya kemudian berangsur-angsur akan berubah

BAB I PENDAHULUAN. menurunkan kualitas dan daya tariknya kemudian berangsur-angsur akan berubah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pusat kota sebagai kawasan yang akrab dengan pejalan kaki, secara cepat telah menurunkan kualitas dan daya tariknya kemudian berangsur-angsur akan berubah menjadi lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ruang Terbuka Hijau atau RTH merupakan salah satu komponen penting perkotaan. Secara umum ruang terbuka publik (open spaces) di perkotaan terdiri dari ruang terbuka

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KEBIJAKAN DAN KONDISI EKSISTING ELEMEN RANCANG KOTA KORIDOR JALAN JENDERAL SUDIRMAN PERKOTAAN TOBOALI

BAB III TINJAUAN KEBIJAKAN DAN KONDISI EKSISTING ELEMEN RANCANG KOTA KORIDOR JALAN JENDERAL SUDIRMAN PERKOTAAN TOBOALI 60 BAB III TINJAUAN KEBIJAKAN DAN KONDISI EKSISTING ELEMEN RANCANG KOTA KORIDOR JALAN JENDERAL SUDIRMAN PERKOTAAN TOBOALI Pada Bab ini akan dijelaskan mengenai Gambaran umum Koridor Jalan Jenderal Sudirman

Lebih terperinci

6.3 Hasil Perubahan Elemen Kawasan

6.3 Hasil Perubahan Elemen Kawasan 6.3 Hasil Perubahan Elemen Kawasan Hasil dalam perubahan kawasan dapat dilihat berdasarkan teori-teori yang digunakan pada perencanaan ini. Dalam hal perancangan kawasan ini menggunakan teori yang sangat

Lebih terperinci

ANALISIS KESELAMATAN DAN KENYAMANAN PEMANFAATAN TROTOAR BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PEJALAN KAKI DI PENGGAL JALAN M.T. HARYONO KOTA SEMARANG

ANALISIS KESELAMATAN DAN KENYAMANAN PEMANFAATAN TROTOAR BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PEJALAN KAKI DI PENGGAL JALAN M.T. HARYONO KOTA SEMARANG ANALISIS KESELAMATAN DAN KENYAMANAN PEMANFAATAN TROTOAR BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PEJALAN KAKI DI PENGGAL JALAN M.T. HARYONO KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR Oleh : Arif Rahman Hakim L2D 303 283 JURUSAN

Lebih terperinci

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN Pengembangan kawasan pesisir Barat Kabupaten Bengkulu Selatan sebagai kawasan wisata yang diharapkan dapat menjadi salah satu sektor andalan dan mampu untuk memberikan konstribusi

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Eksisting dan Evaluasi Ruang Terbuka Hijau Kecamatan Jepara Jenis ruang terbuka hijau yang dikembangkan di pusat kota diarahkan untuk mengakomodasi tidak hanya fungsi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. terbatas maka penggunaan moda kereta api masih dapat menduduki peringkat

BAB 1 PENDAHULUAN. terbatas maka penggunaan moda kereta api masih dapat menduduki peringkat 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dengan bertambahnya jumlah penduduk dan ruang gerak yang semakin terbatas maka penggunaan moda kereta api masih dapat menduduki peringkat penting sebagai angkutan

Lebih terperinci

Analisa Perhitungan Level Of Service Fasilitas Pedestrian Menggunakan Prototipe Gainesville, Pada Ruas Jalan Margonda, Depok

Analisa Perhitungan Level Of Service Fasilitas Pedestrian Menggunakan Prototipe Gainesville, Pada Ruas Jalan Margonda, Depok Analisa Perhitungan Level Of Service Fasilitas Pedestrian Menggunakan Prototipe Gainesville, Pada Ruas Jalan Margonda, Depok Bayu Sandy Jatmiko Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Indonesia

Lebih terperinci

Integrated Faculty Club

Integrated Faculty Club Integrated Faculty Club Perpindahan kampus UI ke wilayah Depok tertuang dalam Master Plan UI tahun 1987 yang disusun oleh Tim Penataan Lingkungan Kampus (TPLK) UI diketuai oleh Prof. Ir. Gunawan Tjahjono.

Lebih terperinci

PERENCANAAN LANSKAP. Tata Ruang Wisata Budaya

PERENCANAAN LANSKAP. Tata Ruang Wisata Budaya 87 PERENCANAAN LANSKAP Konsep Dasar Pengembangan Kawasan Konsep dasar pengembangan Candi Muara Takus sebagai situs arkeologis adalah menjaga kelestariannya melalui pengembangannya sebagai kawasan wisata

Lebih terperinci

PRA DESAIN LANSKAP UNIVERSITAS MATHLA UL ANWAR SEBAGAI BOTANICAL GARDEN. Disusun oleh: DENI HERYANI A

PRA DESAIN LANSKAP UNIVERSITAS MATHLA UL ANWAR SEBAGAI BOTANICAL GARDEN. Disusun oleh: DENI HERYANI A PRA DESAIN LANSKAP UNIVERSITAS MATHLA UL ANWAR SEBAGAI BOTANICAL GARDEN Disusun oleh: DENI HERYANI A34203018 DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN DENI

Lebih terperinci

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1. Agrowisata Agrowisata pada hakekatnya merupakan suatu kegiatan yang mengintegrasikan sistem pertanian dan sistem pariwisata sehingga membentuk objek wisata yang menarik. Menurut

Lebih terperinci