BAB II: STUDI Pemahaman Terhadap Kerangka Acuan Kerja

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II: STUDI Pemahaman Terhadap Kerangka Acuan Kerja"

Transkripsi

1 BAB II: STUDI 2.1. Pemahaman Terhadap Kerangka Acuan Kerja Berdasarkan uraian yang terdapat pada kerangka acuan kerja (KAK) yang telah diberikan dalam perencanaan dan perancangan Stasiun Terpadu Manggarai, Jakarta Selatan. Ide Stasiun terpadu sendiri berawal dari permasalahan di kota seperti kemacetan yang di sebabkan oleh angkutan umum dan kendaraan pribadi, serta pertumbuhan penduduk. Untuk mengatasi hal tersebut pemerintah DKI Jakarta merancang tata ruang kota baru dengan konsep TOD. Transit Oriented Development (TOD) adalah kawasan terpadu dari berbagai kegiatan fungsional kota dengan fungsi penghubung lokal dan antar lokal. Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 20

2 Gambar 1. Peta Kawasan Stasiun Terpadu Manggarai Sumber : Citra satelit, google maps, diunduh pada tanggal 20 Februari 2015 Dengan konsep TOD, penduduk sekitar hingga penduduk kota di beri kemudahan yang dapat memudahkan akses oleh adanya transportasi (transit service area) dan diharapkan dapat mengurangi ketergantungan pada penggunaan kendaraan pribadi. Transportasi yang dimaksud meliputi kereta api, angkutan kota, bus dalam kota, bus antar kota, busway, MRT (Mass Rapid Transit), dan LRT (Light Rail Transit). Selain sarana transportasi, kawasan terpadu juga dapat digunakan fasilitas fungsional lainnya seperti fasilitas komersil (mall/ukm Center/MICE), fasilitas hunian (apartemen/rusunawa/hotel), dan fasilitas pemerintah (kantor dinas/kantor polisi), dan fasilitas umum (RTH/area bermain/area olahraga). Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 21

3 Table 1. Skema Pembagian Rancangan Komersial 43% Hunian 40% Pemerintahan 4% Pembangunan stasiun ini harus memenuhi kreteria karena stasiun terpadu Manggarai termasuk dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi DKI Jakarta Bangunan stasiun dianjurkan memiliki karakteristik Indonesia (sesuai budaya daerah tersebut). 2. Dapat merepresentasikan bangunan yang elegan, modern, inovatif, progresif, ringan sekaligus kontemporer dalam semangat kesejamanan yang tidak mudah usang dimakan zaman. 3. Indonesia yang merupakan negara beriklim tropis, maka bangunan harus mempertimbangkan aspek greenship seperti: - Tepat guna lahan (Appropriate Site Development/ASD). - Efisiensi Energi & Refrigeran (Energy Efficiency & Refrigerant/EER). - Konservasi Air (Water Conservation/WAC). - Sumber & Siklus Material (Material Resources & Cycle/MRC). - Kualitas Udara & Kenyamanan Udara (Indoor Air Health & Comfort/IHC). - Manajemen Lingkungan Bangunan (Building & Enviroment Management). Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 22

4 Tanggapan Terhadap Kerangka Acuan Kerja (KAK) Tanggapan terhadap KAK ini adalah apa yang menurut perancang merupakan permasalahan utama proyek dan perlu mendapatkan perhatian khusus. Berikut ini adalah respon perancang terkait KAK : 1. Bangunan Stasiun Terpadu Manggarai harus dapat berintegrasi dengan lingkungan di sekitar stasiun serta dapat menyelesaikan masalah yang ada di kawasan stasiun Manggarai dan harus dapat merespon dengan baik keadaan sekitar tapak, ramah lingkungan sesuai dengan aspek-aspek greenship yang telah disebutkan di atas. 2. Bangunan Stasiun Terpadu Manggarai dapat menggabungkan antara budaya, sejarah, dan perkembangan zaman. Selain itu bangunan Stasiun Terpadu Manggarai yang merupakan salah satu identitas di lingkungan tersebut sehingga dapat menjadi icon di kawasan tersebut. 3. Pemilihan fasilitas fungsional dalam kawasan harus mempertimbangkan kegiatan-kegiatan yang diperlukan di kawasan tersebut Sistem Transportasi Definisi Transportasi Menurut Kamaludin (1987) dalam Romli (2008), Transportasi berasal dari kata latin tranpotare, dimana tran berarti seberang atau sebelah dan portare berarti mengangkut atau membawa. Jadi tansportasi berarti mengangkut atau membawa (sesuatu) kesebelah lain atau dari satu tempat ke tempat lainnya. Pada dasarnya permintaan angkutan diakibatkan oleh hal- hal berikut (Nasution, 2004 dalam herry 2006); 1. Kebutuhan manusia untuk berpergian dari lokasi lain dengan tujuan mengambil bagian di dalam suatu kegiatan, misalnya bekerja, berbelanja, kesekolah, dan lain- lain. Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 23

5 2. Kebutuhan angkutan barang untuk dapat digunakan atau dikonsumsi di lokasi lain. Angkutan Umum Angkutan umum adalah alat angkutan bagi masyarakat yang dapat berupa angkutan darat, air, dan udara. a) Angkutan darat Kereta Rel Listrik ( KRL ) Kereta Rel Diesel ( KRD ) Kereta Rel Bawah Tanah ( Subway ) Bus dengan jalur khusus ( Busway ) Bis Umum ( dalam luar kota ) Angkutan Tradisional ( Ojek, Angkutan Umum, Taksi ) b) Angkutan Air Angkutan perahu sungai Kapal laut c) Angkutan Udara Pesawat Terbang Helikopter (Krismas, Fx, Dwi, (2010) 2.3. Pengertian Transit Oriented Development Menurut Peter Calthrope dalam Transit-Oriented Development Design Guidelines tahun 1992 pengertian dari Transit-Oriented Development (TOD) adalah "sebuah komunitas bangunan mix-used yang mendorong masyarakat untuk tinggal dan beraktifitas di area kawasan yang memiliki fasilitas transportasi umum dan menurunkan kebiasaan masyarakat mengendarai Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 24

6 mobil pribadi". Pengembangan TOD harus berupa bangunan mix-used atau bangunan yang memiliki banyak fungsi. Stasiun kereta, terminal bus, halte bus, atau titik transportasi kota lainnya menjadi pusat kegiatan dengan taraf aktifitas tinggi yang akan semakin berkurang ketika semakin menjauhi titik transportasi kota yang ada. Dalam penyusunan daerah komersil pada TOD juga memiliki beberapa konfigurasi yaitu harus memiliki keseimbangan antara pedestrian, memiliki jarak penglihatan yang cukup, dan akses yang baik. Toko retail besar harus memiliki kapasitas parkir mobil, dan toko toko kecil akan mengarah pada pedestrian, jalan jalan utama, dan plaza. Gambar 2 Konfigurasi Letak Komersial TOD Sumber : Transit Oriented Development Design Gidelines Jenis Transit Oriented Development TOD dibagi menjadi 2 jenis yaitu Urban TOD dan Neighborhood TOD. Urban TOD adalah pengem bangan yang berlokasi pada jalur lintas transportasi umum kota seperti terminal bus kota, stasiun kereta, maupun halte bus kota yang memiliki tingkat kepadatan yang tinggi dan bisa berpotensi menjadi daerah komersil. Neighborhood TOD adalah pengembangan transit yang terbatas berlokasi pada rute feeder bus dalam sebuah wilayah perumahan yang bisa di akses sekitar 10 menit dari titik transportasi kota. Neighborhood TOD mempunyai Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 25

7 lingkup yang lebih kecil dari Urban TOD, biasa akan melayani kebutuhan sehari hari dari sebuah perumahan Transit System Dalam wilayah TOD dapat di masukkan area sekunder yang berfungsi sebagai tempat pemberhentian untuk menunjang kegiatan perpindahan transportasi yang ada (Transit dan transfer). Titik sekunder ini berada pada daerah pengembangan TOD dan tidak jauh dari pusat area komersil yang ada. Gambar 3 Letak Titik Transit Sekunder (Transit Stop) sumber : Transit Oriented Development Design Gidelines Titik transit sekunder ini berada pada area yang harus mudah di akses dari titik transportasi kota maupun dari dalam area pengembangan TOD, seperti taman atau open space. Gambar 4 Suasana Titik Sekunder sumber : Transit Oriented Development Design Gidelines Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 26

8 Fasilitas yang harus disediakan pada titik transit sekunder ini harus menyediakan tempat peneduh dari hujan ataupun panas, luasan yang cukup untuk menurunkan penumpang, telefon umum, pencahayaan yang cukup, dan parkir sepeda yang nyaman Kesimpulan Transit Oriented Development (TOD) adalah sebuah kawasan memiliki berbagai fasilitas campuran termasuk fasilitas transportasi umum. Variasi moda transportasi umum tersebut menjadi pusat dari TOD karena memiliki konsep agar masyarakat dapat bertempat tinggal dalam skala besar yang terintegrasi langsung dengan fasilitas transportasi umum. Variabel yang ada dalam pengembangan kota dengan konsep TOD meliputi kawasan pusat komersial, area hunian, taman, plaza, bangunan publik, sistem transit, sistem jalan dan sirkulasi, kebutuhan parkir, dan jalur pejalan kaki. Terdapat 2 jenis TOD yaitu urban TOD dan neighborhood TOD. Sedangkan yang akan digunakan untuk pengembangan kawasan Stasiun Terpadu Manggarai ini adalah urban TOD karena kawasan tersebut berlokasi pada jalur lintas transportasi umum kota seperti terminal bus kota, stasiun kereta, maupun halte bus kota yang memiliki tingkat kepadatan yang tinggi dan bisa berpotensi menjadi daerah komersil Konsep Mass Rapid Transit (MRT) Pengertian MRT 1. Menurut situs resmi jakartamrt.com, MRT adalah singkatan dari Mass Rapid Transit yang secara harfiah berarti angkutan yang dapat mengangkut penumpang dalam jumlah besar secara cepat. 2. Mass Rapid Transit, juga disebut sebagai angkutan umum adalah layanan transportasi penumpang. Biasanya dengan jangkauan lokal, yang tersedia bagi siapapun dengan membayat ongkos yang telah ditentukan. (Modul 3a Opsi Angkutan Massal, GTZ) Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 27

9 Bentuk MRT 1. Heavy Rail Transit (HRT), adalah sistem angkutan massal yang menggunakan sistem kereta berkinerja tinggi, mobil rel bertenaga listrik yang beroperasi di jalurjalur khusus, biasanya tanpa persimpangan dan memiliki bangunan terminal yang besar. Gambar 5 Contoh HRT di Indonesia Sumber: Lensaindonesia.com, diunduh pada tanggal 28 Februari Light Rail Transit (LRT), adalah sistem jalur kereta listrik metropolitan yang dikarakteristikkan atas kemampuannya menjalankan gerbong/kereta pendek satu per satu sepanjang jalur-jalur khusus eksklusif pada lahan bertingkat, struktur menggantung, subway, atau biasanya di jalan. Sistem ini menaikkan dan menurunkan penumpang pada lintasan/tempat parkir mobil. Sistem ini juga mencakup pada jalur-jalur trem, meskipun perbedaan utama dengan trem yang sering beroperasi tanpa jalur khusus tapi dalam lalu lintas campuran. Gambar 6 Ilustrasi LRT Sumber: Wesuccessful.blogspot.com, diunduh pada tanggal 28 Februari Sistem kereta komuter, merupakan porsi operasional jalur kereta penumpang yang membawa penumpang di wilayah perkotaan atau antara wilayah perkotaan Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 28

10 (urban) dengan wilayah pinggiran (rural urban). Namun jenis ini berbeda dengan jenis metro dan LRT bahwa jenis kereta komuter secara umum lebih berat dengan jarak rata-rata yang lebih panjang dan pengoperasiannya dilakukan di luar jalur-jalur yang merupakan bagian dari sistem jalan kereta sebuah wilayah. Gambar 7 Kereta Commuter Line Sumber: Merdeka.com, diunduh pada tanggal 28 Februari Bus Rapid Transit (BRT) adalah moda transportasi bus berbasis jalan raya yang cepat, nyaman, dan murah. Istilah BRT telah muncul dari penerapannya di Amerika Utara dan Eropa. Namun, konsep ini juga ditularkan melalui dunia dengan nama yang berbeda-beda, seperti High Capacity Bus Systems, High Quality Bus Systems, Metro Bus, Surface Metro, Express Bus Systems, Busway Systems. Gambar 8 Bus TransJakarta Sumber: Yzmedinne.blogspot.com, diunduh pada tanggal 28 Februari Kesimpulan Konsep MRT yang diterapkan oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang bertujuan yang dapat mengangkut penumpang dalam jumlah besar secara cepat. Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 29

11 Terdapat beberapa bentuk dari MRT seperti HRT, LRT, Kommuter, dan BRT. Sedangkan kawasan Stasiun Terpadu Manggarai menggunakan bentuk: 1. Heavy Rail Transit (HRT) yang digunakan untuk dapat mengangkut dalam jumlah yang besar dengan sistem kereta berkinerja tinggi, mobil rel bertenaga listrik yang beroperasi di jalur-jalur khusus. 2. Light Rail Transit (LRT) yang digunakan untuk menghubungkan pusat ekonomi Ibukota dengan pemukiman. 3. Commuter Line untuk porsi operasional jalur kereta penumpang yang membawa penumpang di wilayah perkotaan atau antara wilayah perkotaan (urban) dengan wilayah pinggiran (rural urban). 4. Bus Rapid Transit (BRT), Stasiun Terpadu Manggarai akan terintegrasi dengan BRT (Busway System) melalui halte khusus yang telah ada di sekitar kawasan stasiun Stasiun Kereta Api Pengertian Stasiun Kereta Api 1. Menurut Horning (1977) dalam Hafidz (2010) stasiun kereta api merupakan bangunan untuk kedatangan, bongkar muat, dan keberangkatan kereta rel beserta penumpang, staf, dan barang. 2. Menurut PM No. 33 Tahun 2011, stasiun kereta api adalah tempat pemberangkatan dan pemberhentian kereta api Jenis Stasiun Kereta Api 1. Stasiun penumpang, merupakan stasiun kereta api untuk keperluan naik turun penumpang. Minimal dilengkapi dengan fasilitas: Keselamatan; Keamanan; Kenyamanan; Naik turun penumpang; Penyandang cacat; Kesehatan; Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 30

12 Fasilitas umum; Fasilitas pembuangan sampah; dan Fasilitas informasi. 2. Stasiun barang, merupakan stasiun kereta api untuk keperluan bongkar muat barang. Minimal dilengkapi dengan fasilitas: Keselamatan; Keamanan; Bongkar muat; Fasilitas umum; dan Pembuangan sampah. 3. Stasiun operasi, merupakan stasiun kereta api untuk keperluan pengoperasian kereta api Klasifikasi Stasiun Kereta Api 1. Berdasarkan fungsi dan letaknya: Stasiun Terminal, adalah tempat kereta api memulai dan mengakhiri perjalanan; Stasiun Peralihan, adalah tempat penumpang melanjutkan perjalanan dengan kereta api atau kendaraan lainnya; Stasiun Antara, adalah stasiun yang berada di antara stasiun terminal; dan Stasiun Persilangan, adalah tempat pemberhentian kereta api sementara untuk kereta api lain lewat. Gambar 9 Stasiun berdasarkan Fungsi dan Letaknya Sumber: PT. Kereta Api Indonesia 2. Berdasarkan jangkauan: Commuter Train, untuk jarak dekat (dalam kota); Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 31

13 Medium Distance, untuk jarak sedang (antar distrik/wilayah); dan Long Distance, untuk jarak jauh (antar kota). 3. Berdasarkan posisi rel terhadap permukaan tanah: Elevated Station, stasiun dengan jalur kereta api melayang; At-grade Station, stasiun dengan jalur kereta api sejajar tanah; dan Underground Station, stasiun dengan jalur kereta api di bawah tanah. Gambar 10 Stasiun berdasarkan Posisi Rel terhadap Permukaan Tanah Sumber: PT. Kereta Api Indonesia 4. Berdasarkan perletakkan bangunan stasiun terhadap platform: Ground Level, di permukaan tanah bersama dengan platform; Over/track, di atas platform/jalur kereta api (stasiun KA layang); dan Under track, di bawah platform jalur kereta api. Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 32

14 Gambar 11 Stasiun berdasarkan perletakan bangunan stasiun terhadap platform Sumber: PT. Kereta Api Indonesia 5. Berdasarkan tujuan: Stasiun penumpang; Stasiun barang; dan Stasiun langsiran. 6. Berdasarkan besarnya: Stasiun kecil, disebut stasiun pemberhentian sementara dan biasanya langsung dilewati oleh kereta express. Kapasitas ± orang/hari; Stasiun sedang, terdapat di tempat yang sedikit lebih penting dan disinggahi oleh kereta express. Kapasitas ± orang/hari; dan Stasiun besar, terdapat dalam kota-kota besar dan disinggahi oleh semua kereta. Kapasitas ± orang/hari. 7. Berdasarkan bentuk: Stasiun kepala, berakhir pada stasiun; Stasiun sejajar/terusan; dan Stasiun pulau Ruang-ruang Dalam di Stasiun Kereta Api 1. Halaman depan/front area, tempat ini berfungsi sebagai perpindahan dari sistem transportasi jalan baja ke sistem transportasi jalan raya atau sebaliknya. Tempat ini berupa: Terminal kendaraan umum; Parkir kendaraan; dan Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 33

15 Bongkar muat barang, dsb. 2. Bangunan stasiun, bangunan ini biasanya terdiri dari : Ruang depan (hall atau vestibule); Loket; Fasilitas administratif (kantor kepala stasiun & staff); Fasilitas operasional (ruang sinyal, ruang teknik); dan Kantin dan toilet umum, dsb. 3. Peron, yang terdiri atas : Tempat tunggu; Naik-turun dari dan menuju kereta api; dan Tempat bongkar muat barang, dsb. 4. Emplasemen, yang terdiri atas : Sepur lurus; Peron; dan Sepur belok sebagai tempat kereta api berhenti untuk memberi kesempatan kereta api lain lewat, dsb. Stasiun besar biasanya diberi perlengkapan yang lebih banyak daripada stasiun kecil untuk menunjang kenyamanan penumpang maupun calon penumpang kereta api, seperti: 1. Ruang tunggu (VIP ber AC). 2. Restoran. 3. Toilet. 4. Mushola. 5. Area parkir. 6. Sarana keamanan (polisi khusus kereta api). 7. Sarana komunikasi. 8. Dipo lokomotif. 9. Sarana pengisian bahan bakar. Dalam perkembangannya PT KAI terus berupaya melakukan perbaikan di segala sisi, diantaranya: 1. Diterapkan sistem boarding pass. Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 34

16 2. Fasilitas toilet gratis. 3. Ruang ibu menyusui. 4. Pembelian tiket sampai H-90 sebelum keberangkatan. 5. Di atas kereta, penumpang juga telah merasakan sejuknya ac di semua kelas kereta. 6. Keamanan tejaga oleh Polsuska. 7. Fasilitas stop kontak. 8. KA bebas rokok. 9. KA bebas pedagang asongan Persyaratan dan Standar Bangunan Stasiun dan Kereta Api 1. Tinggi lantai terendah, minimum 0,5 m di atas batas permukaan banjir tertinggi yang pernah tercatat dan minimum 0,3 m di atas permukaan jalan akses dan plaza stasiun. 2. Tinggi langit-langit permukaan lantai minimal 2,5 m. 3. Tinggi untuk saluran AC minimal 0,5 m. 4. Tinggi balok dan slab minimal 0,7 m. 5. Jarak bebas di bawah pada bagian arus listrik searah untuk stasiun kereta api adalah 6,1 m. Gambar 12 Ruang bebas pada bagian Lurus Sumber: Peraturan Konstruksi Jalan Rel di Indonesia (PKJRI) Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 35

17 Keterangan: Batas I = Untuk jembatan dengan kecepatan sampai 60 km/jam. Batas II = Untuk viaduk dan terowongan dengan kecepatan sampai 60km/jam dan untuk jembatan tanpa pembatasan kecepatan. Batas III = Untuk viaduk baru dan bangunan lama kecuali terowongan dan jembatan. Batas IV = Untuk lintas kereta listrik. Gambar 13 Ruang bebas pada jalur lurus untuk jalan ganda Sumber: Peraturan Konstruksi Jalan Rel di Indonesia (PKJRI) Gambar 14 Dimensi Platform Sumber: PT. Kereta Api Indonesia Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 36

18 Kesimpulan Berdasarkan studi di atas, stasiun kereta api adalah tempat atau bangunan yang digunakan sebagai pemberangkatan atau pemberhentian moda transportasi berbasis rel yaitu kereta api. Klasifikasi stasiun kereta api terbagi menjadi tujuh inti bagian meliputi fungsi, jarak, posisi rel, letak bangunan, tujuan, besar, dan bentuk. Sedangkan pengimplementasian Stasiun Terpadu Manggarai akan dikembangkan seperti: 1. Berdasarkan fungsi dan letak: Manggarai termasuk dalam Stasiun peralihan yang merupakan stasiun yang menjadi titik peralihan bagi kota kota sub urban (Bogor, Depok, Bekasi, Tangerang) untuk berpindah menuju ke pusat kota. 2. Berdasarkan jarak: Saat ini stasiun manggarai memiliki jenis perjalanan commuter train untuk jarak dekat (dalam kota), medium distance untuk jarak sedang (antar distrik/wilayah), namun untuk pengembangannya stasiun manggarai juga akan melayani untuk Long distance (Antar kota/provinsi). 3. Berdasarkan posisi rel: Stasiun manggarai termasuk dalam At-grade station yang merupakan stasiun dengan jalur kereta api sejajar dengan permukaan tanah digunakan untuk HRT dan commuter line. Sedangkan pengembangan nantinya stasiun manggarai juga akan menyediakan elevated station yang merupakan stasiun dengan jalur kereta api melayang digunakan untuk LRT. 4. Berdasarkan perletakkan bangunan stasiun: Ground level yang artinya bangunan stasiun akan sejajar dengan permukaan tanah bersama dengan platform digunakan pada stasiun HRT dan commuter line. Sedangkan under track (stasiun di bawah platform jalur kereta api) yang digunakan pada moda transportasi LRT. 5. Berdasarkan tujuan: Stasiun manggarai termasuk dalam kategori stasiun penumpang yang merupakan stasiun kereta api untuk keperluan naik turun penumpang, serta stasiun barang, yang menangani untuk pengiriman barang dan pergudangan. 6. Berdasarkan besarnya: Stasiun manggarai termasuk dalam kelas Stasiun Besar karena melayani penumpang tidak hanya dari jakarta, tetapi dari kota bogor, depok, tangerang, bekasi, selain itu pada pengembangannya Stasiun Manggarai juga akan melayani perjalanan antar kota/provinsi. Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 37

19 7. Berdasarkan bentuk: Stasiun sejajar atau terusan. Karena Stasiun Manggarai berfungsi sebagai penghubung antar stasiun besar atau stasiun terminal Apartemen Pengertian Apartemen 1. Suatu kompleks hunian dan bukan rumah tinggal yang berdiri sendiri. (De chiara, 1981) 2. Suatu ruang atau rangkaian ruang yang dilengkapi dengan fasilitas serta perlengkapan rumah tangga dan digunakan sebagai tempat tinggal. (M Harris, 1975) Klasifikasi Apartemen Berdasarkan kepemilikan menurut (Samuel, 1967): 1. Apartemen dengan sistem sewa Pada apartemen ini, penghuni hanya membayar biaya sewa unit yang ditempatinya kepada pemilik apartemen dan biasanya biaya itu dibayarkan per bulan ataupun per tahun. Biaya utilitas seperti listrik, air, gas, telepon ditanggung sendiri oleh penghuni. Sementara biaya maintenance dan gaji pegawai pengelola apartemen ditanggung oleh pemilik. 2. Apartemen dengan sistem beli: Apartemen dengan sistem kepemilikan bersama, setiap penghuni memiliki saham dalam perusahaan apartemen serta menempati satu unit tertentu sesuai dengan ketentuan perusahaan. Penghuni hanya bisa menjual unitnya kepada orang yang telah dianggap cocok oleh penghuni apartemen lainnya; Kondominium, setiap penghuni menjadi pemilik dari unitnya sendiri dan memiliki kepemilikan yang sama dengan penghuni lainnya terhadap fasilitas dan ruang publik. Penghuni bebas untuk menjual, menyewakan ataupun memberikan kepemilikannya kepada orang lain. Berdasarkan golongan ekonomi penghuninya menurut (Samuel, 1967): Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 38

20 1. Apartemen golongan bawah. 2. Apartemen golongan menengah. 3. Apartemen golongan atas. Perbedaan antara ketiga jenis apartemen ini hanya terletak pada ukuran ruang pada setiap unit hunian. Berdasarkan jenis pembiayaannya: 1. Apartemen yang dibiayai oleh pemerintah. 2. Apartemen yang dibiayai oleh swasta/investor. Perbedaan antara kedua jenis apartemen ini umumnya berpengaruh pada status kepemilikan unit-unit dalam apartemen tersebut. Berdasarkan sistem pelayanan dan kelengkapannya: 1. Apartemen serviced dan furnished, setiap unit dijual atau disewakan lengkap dengan perabot standar serta terdapat pelayanan pembersihan dan pemeliharaan ruang dari pihak pengelola layaknya hotel. 2. Apartemen serviced dan non-furnished, setiap unit dijual atau disewakan tanpa perabotan namun dilengkapi dengan pelayanan sebagaimana layaknya pada hotel. 3. Apartemen non-serviced dan non-furnished, setiap unit dijual atau disewakan tanpa perabotan dan tanpa pelayanan. Tipe apartemen demikian yang paling sering dijumpai di Indonesia. Berdasarkan arsitektural bangunan: Berdasarkan ketinggian bangunan menurut (Samuel, 1967): 1. Apartemen Low-rise, (2-4 lantai): Garden Apartment, ketinggian bangunan 2-3 lantai, tiap unit hunian memiliki teras dan balkon tersendiri, umumnya terdapat pada daerah pinggiran kota dengan kepadatan rendah (maks. 30 unit/hektar), memiliki banyak ruang terbuka hijau dan tempat parker yang dekat dengan bangunan, antara massa Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 39

21 bangunan satu dengan yang lain terdapat ruang terbuka pemisah yang cukup luas; dan Row House, Townhouse, atau Maisonette, ketinggian 1-2 lantai, antara massa bangunan satu dengan yang lain saling berdekatan, ruang terbuka yang ada hanya halaman depan dan halaman belakang yang sempit pada setiap massa bangunan, umumnya dibangun pada daerah dengan kepadatan sedang (35-50 unit/hektar). 2. Apartemen Mid-rise, (4-8 lantai). 3. Apartemen High-rise, (> 8 lantai). Berdasarkan sirkulasi horizontal: 1. Single-loaded corridor Apartment: Open corridor Apartment, koridor pada tipe ini bersifat terbuka dengan pembatas terhadap ruang luar berupa tembok atau railing yang ketinggiannya tidak lebih dari m. Closed corridor Apartment, Koridor bersifat tertutup oleh dinding, kadang memiliki bukaan berupa jendela ataupun jalusi atau bahkan tidak ada bukaan sama sekali. 2. Double-loaded corridor Apartment, tipe koridor pada apartemen ini dikelilingi oleh unit-unit hunian sehingga seringkali terletak ditengah-tengah bangunan (central corridor). Berdasarkan sirkulasi vertikal menurut (Site Planning, 1984: ): 1. Walk-up Apartment, menggunankan tangga dengan ketinggian maksimal 4 lantai. Core-type walk up Apartment, pada apartemen tipe ini tangga sirkulasi (stair core) dikeliling oleh unit-unit hunian = Duplex (dikelilingi 2 unit hunian), Triplex (dikelilingi 3 unit hunian), Quadruplex (dikelilingi 4 unit hunian); dan Corridor-type walk up Apartment, pada apartemen ini tangga sirkulasi terletak di kedua ujung koridor. 2. Elevator Apartment, sirkulasi vertikal utamanya lift dan tangga (sering disebut tangga darurat), ketinggian bangunan umumnya > 6 lantai. Liftnya (berhenti disetiap lantai dan skip-floor elevator system). Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 40

22 Berdasarkan sistem penyusunan lantai: 1. Simplex Apartment. 2. Duplex Apartment. 3. Triplex Apartment. 4. Quadruplex Apartment. Berdasarkan bentuk massa bangunan menurut (Samuel, 1967): 1. Apartemen berbentuk slab, antara tinggi bangunan dan lebar/panjang bangunan hampir sebanding. 2. Apartemen berbentuk tower, lebar/panjang bangunan lebih kecil dibandingkan dengan tingginya sehingga bentuk bangunan seperti tiang. Single tower; dan Multi tower. 3. Apartemen berbentuk varian (slab dan tower) Prinsip Desain Apartemen Gambar 15 Prinsip Desain Apartemen Sumber: De chiara, Akses pejalan kaki berbeda dengan dengan akses kendaraan bermotor, akses pejalan kaki dapat langsung ke lobby, namun akses kendaraan bermotor dapat ke lobby namun hanya sebatas menurunkan penumpang atau lewat, dan kendaraan bermotor parkir di tempat parkir maupun garasi. 2. Tempat pertemuan atau lobby merupakan center atau pusat dari fungsi lainnya maupun pusat pertemuan akses yang beragam. Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 41

23 3. Ruang rekreasi dapat diakses dari unit apartemen dan melalui lobby Tipe Unit Hunian Apartemen Gambar 16 Pembagian Tipe Unit Hunian, Ruang, dan Penghuni Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 42

24 Fasilitas Apartemen Gambar 17 Pembagian Fasilitas Menurut Ekonomi Penghuni Apartemen Kesimpulan Apartemen adalah kompleks hunian dan bukan rumah tinggal yang berdiri sendiri. Apartemen berupa hunian yang berisikan fasilitas atau ruang-ruang yang serupa rumah tinggal pada umumnya. Terdapat beberapa klasifikasi apartemen, di mana kawasan Stasiun Terpadu Manggarai menggunakan klasifikasi: 1. Berdasarkan kepemilikan: Apartemen dengan sistem sewa. 2. Berdasarkan golongan ekonomi penghuninya: Apartemen golongan menengah. 3. Berdasarkan jenis pembiayaannya: Apartemen yang dibiayai oleh pemerintah dan swasta/investor. 4. Berdasarkan sistem pelayanan dan kelengkapannya: Apartemen serviced dan furnished, setiap unit dijual atau disewakan lengkap dengan perabot standar serta Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 43

25 terdapat pelayanan pembersihan dan pemeliharaan ruang dari pihak pengelola layaknya hotel. 5. Berdasarkan arsitektural bangunan: Apartemen Mid-rise, (4-8 lantai). 6. Berdasarkan sirkulasi horizontal: Double-loaded corridor Apartment, tipe koridor pada apartemen ini dikelilingi oleh unit-unit hunian sehingga seringkali terletak ditengah-tengah bangunan (central corridor). 7. Berdasarkan sirkulasi vertikal: Elevator Apartment, sirkulasi vertikal utamanya lift dan tangga (sering disebut tangga darurat), ketinggian bangunan umumnya > 6 lantai. Liftnya (berhenti disetiap lantai dan skip-floor elevator system). 8. Berdasarkan sistem penyusunan lantai: Simplex Apartment. 9. Berdasarkan bentuk massa bangunan: Apartemen berbentuk tower, lebar/panjang bangunan lebih kecil dibandingkan dengan tingginya sehingga bentuk bangunan seperti tiang. Dan yang digunakan adalah Single tower Studi Banding Denver Union Station, Denver, Amerika Serikat Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 44

26 Gambar 18 Denver Union Station Sumber : Archdaily Data Proyek Arsitek : S.O.M. Architects Lokasi : Denver, Amerika Serikat Client : Pemerintah Amerika Serikat Luas : 20 Hektar Tahun : 2012 Stasiun Union Denver awalnya adalah karya Beaux Arts yang terletak di pinggir kawasan pusat bisnis kota. SOM ditugaskan untuk memperluas dan mengubah stasiun ini menjadi pusat transportasi regional yang besar. Untuk melakukannya, bekas pabrik dan lahan kosong sebesar 20 hektar dikonversi menjadi kawasan transit perkotaan yang dihiasi dengan permainan struktur dan pencahayaan, stasiun ini berisi komuter dan kereta api antarkota, serta teirntegrasi dengan sepeda dan rute bus, dan jalur pejalan kaki. Titik menarik di antara unsur-unsur baru adalah penutup atap yang berbentuk seperti hall pada stasiun, yang dipercaya sebagai cara yang efisien dan ekspresif resmi untuk Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 45

27 melindungi beberapa peron kereta api. Sistem struktur utama terdiri dari 11 baja "lengkungan gulungan" mencakup hampir 180 meter, bertutupkan kain PTFE yang dikencangkan pada ikatan truss, dengan hal ini diharapkan menghilangkan perasaan formal dan dingin yang biasa meliputi stasiun di sekitaran daerah denver. Gambar 19 Gambar pemandangan dari peron Sumber : Archdaily Gambar 20 Peta Jaringan Transportasi yang Terintegrasi Sumber : Archdaily Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 46

28 Gambar 21 Peta Jalur Transportasi Sumber : Archdaily Gambar 22 Site Plan Sumber : Archdaily Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 47

29 Stasiun Gambir, Jakarta, Indonesia Stasiun Gambir adalah stasiun kereta api terbesar di Jakarta, Indonesia dan terletak di kecamatan Gambir, Jakarta Pusat. Stasiun yang terletak di kawasan Tugu Monumen Nasional (Monas) ini, beroperasi selama 24 jam melayani penumpang menuju Bandung, Surabaya, Yogjakarta, Semarang, Solo, dan kota lainnya (Galuh Setyowati, 2009). Gambar 23 Hall Stasiun Gambir Sumber: panoramio.com, diunduh pada tanggal 28 Februari 2015 Pada Stasiun Gambir, terdapat tiga kelompok ruang utama yaitu kelompok ruang Publik, kelompok ruang semi privat dan kelompok ruang privat. Dengan perincian: 1. Publik: Hall kedatangan, loket, automatic ticket counter, ruang informasi, dan lobby. 2. Semi Publik: R. Tunggu, café dan restoran, retail shop, dan book shop. 3. Privat: R. Pengelola, peron, emplasemen, dan ruang mekanikal dan elektrikal. Berikut ini adalah pembagian zona lantai pada Stasiun Kereta Api Gambir Jakarta: 1. Lantai 1: Aula utama, loket tiket, informasi, mushola, ruang tunggu pengantar dan penjemput, beberapa restoran dan toko, serta mesin ATM. 2. Lantai 2: Ruang tunggu dengan beberapa restoran cepat saji dan kafetaria. 3. Lantai 3 : Jalur lintas kereta (rel kereta api). Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 48

30 Gambar 24 Pembagian Ruang Lantai 1 dan 2 Sumber : Olahan Pribadi Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 49

31 Karim Residence, Dhaka, Bangladesh Gambar 25. Perspektif Karim Residence Sumber : Archdaily Arsitek : ARCHFIELD Lokasi : Dhaka, Bangladesh Prencana Struktur : Md.Shamsul Alam Luasan : m2 Tahun : 2012 Fotografer : Mahfuzul Hasan Rana Terletak di sudut kota Gulshan, Karim Residence dirancang dengan ide penggabungan teknik bangunan tradisional dan kontemporer. Berbagai bahan yang Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 50

32 digunakan dalam bangunan bersinergi untuk menciptakan simfoni tenang dalam keindahan tekstur material. Gambar 26. View Balkon Sumber : Archdaily Lahan dengan luasan 416,7m2, dibuat pada lahan dengan pemandangan yang indah dari barak Dhaka. Memanfaatkan keuntungan dari pemandangan dan iklim. Bangladesh memiliki iklim muson tropis ditandai dengan variasi musim mulai curah hujan, suhu tinggi, dan kelembaban yang tinggi di wilayah ini. Gaya hidup klien dan anak-anaknya yang dicerna oleh tim desain, dan kebutuhan khusus mereka yang diperhitungkan saat merancang ruang interior. Bangunan ini dirancang untuk keluarga, balkon di sisi utara yang dirancang sedemikian rupa untuk memungkinkan komunikasi dari satu ke yang lain. Sebagian besar bangunan di Bangladesh yang tertutup dalam batas dinding yang kokoh menguraikan plot. Pendekatan ini dibuang oleh arsitek saat merancang lanskap bangunan, dan sebagai gantinya, upaya yang dilakukan untuk meningkatkan rasa ruang komunitas bersama saat merancang lanskap. Jelas dinding batas kaca memungkinkan bys pelintas untuk menikmati pemandangan tenang halaman depan gedung. Atap taman telah dirancang dengan hati-hati, sehingga seseorang dapat menikmati perasaan berjalan di rumput sehingga merasa dekat dengan alam. Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 51

33 Lansekap di setiap lantai bersama dengan roof garden mengurangi penyerapan panas oleh beton, sehingga isolasi ruang bawah dan memastikan kurang ketergantungan pada listrik untuk pendinginan di musim panas. Gambar 27 Site Plan Sumber : Archdaily Proyek ini tetap mempertahankan gaya arsitektur asli negara ini yang sederhana dan memperhatikan hubungan antara bangunan dan alam serta mengintegrasikan gaya global kontemporer harmonis. Contoh sukses ekspresi konsep ini adalah, proyek ini memiliki pendekatan baru terhadap desain bangunan apartemen dan penggunaan bahan. Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 52

34 Gambar 28 Denah Lt.1 Sumber : Archdaily Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 53

BAB 2 LANDASAN TEORI. merupakan Upaya penataan kembali suatu kawasan kota dengan terlebih dulu

BAB 2 LANDASAN TEORI. merupakan Upaya penataan kembali suatu kawasan kota dengan terlebih dulu 15 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Redevelopment Salah satu pengertian redevelopment menurut Prof. Danisworo merupakan Upaya penataan kembali suatu kawasan kota dengan terlebih dulu melakukan pembongkaran

Lebih terperinci

LAPORAN PERANCANGAN ARSITEKTUR AKHIR PERANCANGAN STASIUN TERPADU MANGGARAI JAKARTA SELATAN CONTEXTUAL ARCHITECTURE

LAPORAN PERANCANGAN ARSITEKTUR AKHIR PERANCANGAN STASIUN TERPADU MANGGARAI JAKARTA SELATAN CONTEXTUAL ARCHITECTURE LAPORAN PERANCANGAN ARSITEKTUR AKHIR PERANCANGAN STASIUN TERPADU MANGGARAI JAKARTA SELATAN CONTEXTUAL ARCHITECTURE DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN GUNA MEMPEROLEH GELAR SARJANA TEKNIK ARSITEKTUR

Lebih terperinci

S K R I P S I & T U G A S A K H I R 6 6

S K R I P S I & T U G A S A K H I R 6 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Transportasi Sistem didefinisikan sebagai seperangkat objek (komponen, subsistem) dengan interaksi antar objek dan secara keseluruhan mempunyai satu tujuan/fungsi. (Krismas,

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP. 4.1 Ide Awal

BAB IV KONSEP. 4.1 Ide Awal BAB IV KONSEP 4.1 Ide Awal Kawasan Manggarai, menurut rencana pemprov DKI Jakarta akan dijadikan sebagai kawasan perekonomian yang baru dengan kelengkapan berbagai fasilitas. Fasilitas utama pada kawasan

Lebih terperinci

BAB III: DATA DAN ANALISA

BAB III: DATA DAN ANALISA Perancangan Kawasan Stasiun Terpadu Manggarai BAB III: DATA DAN ANALISA 3.1. Data Fisik dan Non Fisik Gambar 29 Stasiun Manggarai Sumber : Google Image, diunduh 20 Februari 2015 3.1.1. Data Kawasan 1.

Lebih terperinci

LAPORAN PERANCANGAN ARSITEKTUR AKHIR

LAPORAN PERANCANGAN ARSITEKTUR AKHIR LAPORAN PERANCANGAN ARSITEKTUR AKHIR PERANCANGAN STASIUN TOD TERPADU MANGGARAI PERANCANG: FAIZAL (NIM: 41210110018) PROGRAM STUDI ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK PERENCANAAN DAN DESAIN UNIVERSITAS MERCU BUANA

Lebih terperinci

BAB IV: KONSEP Konsep Bangunan Terhadap Tema.

BAB IV: KONSEP Konsep Bangunan Terhadap Tema. BAB IV: KONSEP 4.1. Konsep Bangunan Terhadap Tema Kawasan Manggarai, menurut rencana pemprov DKI Jakarta akan dijadikan sebagai kawasan perekonomian terpadu dengan berbagai kelengkapan fasilitas. Fasilitas

Lebih terperinci

BAB II: STUDI Pemahaman Terhadap Kerangka Acuan Kerja

BAB II: STUDI Pemahaman Terhadap Kerangka Acuan Kerja BAB II: STUDI 2.1. Pemahaman Terhadap Kerangka Acuan Kerja Berdasarkan uraian yang terdapat pada kerangka acuan kerja (KAK) yang telah diberikan dalam perencanaan dan perancangan, Jakarta Selatan. Ide

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN BAB 5 KONSEP PERANCANGAN PENGEMBANGAN STASIUN KERETA API PASAR SENEN 5.1. Ide Awal Ide awal dari stasiun ini adalah Intermoda-Commercial Bridge. Konsep tersebut digunakan berdasarkan pertimbangan bahwa

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KAWASAN STASIUN TERPADU PASAR SENEN

PENGEMBANGAN KAWASAN STASIUN TERPADU PASAR SENEN LAPORAN TUGAS AKHIR PENGEMBANGAN KAWASAN STASIUN TERPADU PASAR SENEN Perancang: FACHRY MUHAMMAD RACHMAD (NIM: 41211010010) PROGRAM STUDI ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MERCU BUANA TAHUN 2015 PERNYATAAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perkeretaapian Menurut Undang-undang Republik Indonesia No.23 Tahun 2007, perkeretaapian adalah satu kesatuan sistem yang terdiri atas prasarana, sarana, dan sumber daya manusia,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 SISTEM TRANSPORTASI Sistem didefinisikan sebagai seperangkat obyek (komponen, subsistem) dengan interaksi antar obyek dan secara keseluruhan mempunyai satu tujuan/fungsi. Contoh:

Lebih terperinci

BAB III: DATA DAN ANALISA

BAB III: DATA DAN ANALISA BAB III: DATA DAN ANALISA 3.1. Data Fisik dan Non Fisik 2.1.1. Data Fisik Lokasi Luas Lahan Kategori Proyek Pemilik RTH Sifat Proyek KLB KDB RTH Ketinggian Maks Fasilitas : Jl. Stasiun Lama No. 1 Kelurahan

Lebih terperinci

BAB II: STUDI PUSTAKA

BAB II: STUDI PUSTAKA BAB II: STUDI PUSTAKA 2.1. Pemahaman Terhadap Kerangka Acuan Kerja Berdasarkan uraian KAK yang telah diberikan sebagai pedoman awal dalam perencanaan dan perancangan Stasiun Terpadu Manggarai, Manggarai,

Lebih terperinci

Dukuh Atas Interchange Station BAB III DATA 3.1 TINJAUAN UMUM DUKUH ATAS

Dukuh Atas Interchange Station BAB III DATA 3.1 TINJAUAN UMUM DUKUH ATAS BAB III DATA 3.1 TINJAUAN UMUM DUKUH ATAS Dukuh Atas adalah nama perkampungan yang terletak di sudut barat daya Kecamatan Menteng. Lokasinya sangat strategis, berada di dekat pusat bisnis Jakarta, di selatan

Lebih terperinci

S K R I P S I & T U G A S A K H I R 6 6

S K R I P S I & T U G A S A K H I R 6 6 BAB IV ANALISA PERANCANGAN 4. Analisa Tapak Luas Tapak : ± 7.840 m² KDB : 60 % ( 60 % x 7.840 m² = 4.704 m² ) KLB :.5 (.5 x 7.840 m² =.760 m² ) GSB : 5 meter Peruntukan : Fasilitas Transportasi 4.. Analisa

Lebih terperinci

BAB III: DATA DAN ANALISA

BAB III: DATA DAN ANALISA BAB III: DATA DAN ANALISA 3.1. Data Fisik dan Non Fisik 1.1.1. Data Non Fisik Sebagai stasiun yang berdekatan dengan terminal bus dalam dan luar kota, jalur Busway, pusat ekonomi dan pemukiman penduduk,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN UMUM 2.1. Gambaran Umum Proyek Nama Proyek Kategori Proyek Sifat Proyek Pemilik Luas Lahan : Transportasi Antar Moda : Fasilitas Transportasi : Fiktif : Negri : ± 4 Ha KDB (%) : 60 % KLB

Lebih terperinci

ARSITEKTUR KONTEKSTUAL SEBAGAI SOLUSI PERANCANGAN KAWASAN STASIUN TERPADU MANGGARAI JAKARTA SELATAN

ARSITEKTUR KONTEKSTUAL SEBAGAI SOLUSI PERANCANGAN KAWASAN STASIUN TERPADU MANGGARAI JAKARTA SELATAN TUGAS AKHIR ARSITEKTUR KONTEKSTUAL SEBAGAI SOLUSI PERANCANGAN KAWASAN STASIUN TERPADU MANGGARAI JAKARTA SELATAN ARSITEKTUR HIJAU DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN GUNA MEMPEROLEH GELAR STRATA-1

Lebih terperinci

TINJAUAN UMUM. - Merupakan kamar atau beberapa kamar / ruang yang diperuntukan sebagai. tempat tinggal dan terdapat di dalam suatu bangunan.

TINJAUAN UMUM. - Merupakan kamar atau beberapa kamar / ruang yang diperuntukan sebagai. tempat tinggal dan terdapat di dalam suatu bangunan. BAB II TINJAUAN UMUM II.1. Gambaran Umum Proyek Judul Tema Sifat proyek : Perencanaan Apartemen : Arsitektur life style : fiktif II.2. Tinjauan Khusus II.2.1. Pengertian Apartemen Apartemen adalah - Merupakan

Lebih terperinci

BAB I: PENDAHULUAN Latarbelakang.

BAB I: PENDAHULUAN Latarbelakang. BAB I: PENDAHULUAN 1.1. Latarbelakang Jakarta sebagai ibukota negara merupakan pusat bagi seluruh kegiatan ekonomi Indonesia. Seluruh pihak-pihak yang berkepentingan di Indonesiamenempatkan kantor utama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perkembangan kehidupan manusia di seluruh dunia tidak terlepas dari yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perkembangan kehidupan manusia di seluruh dunia tidak terlepas dari yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan kehidupan manusia di seluruh dunia tidak terlepas dari yang namanya transportasi, transportasi sudah lama ada dan cukup memiliki peranannya dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 JUDUL Stasiun Interchange Mass Rapid Transit (MRT) Blok M dengan Pendekatan Arsitektur Bioklimatik di Jakarta.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 JUDUL Stasiun Interchange Mass Rapid Transit (MRT) Blok M dengan Pendekatan Arsitektur Bioklimatik di Jakarta. BAB I PENDAHULUAN Bab ini menjabarkan gambaran awal tentang judul objek rancang bangun, mencakup esensi, latar belakang, tujuan, dan permasalahan yang digunakan sebagai pendahuluan dalam pembuatan konsep.

Lebih terperinci

SUDIMARA STATION INTERCHANGE DENGAN PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR MODERN

SUDIMARA STATION INTERCHANGE DENGAN PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR MODERN SUDIMARA STATION INTERCHANGE DENGAN PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR MODERN Oleh : Puti Laras Kinanti Hadita, Indriastjario,Agung Dwiyanto Stasiun Sudimara (SDM) adalah stasiun kereta api kelas III yang terletak

Lebih terperinci

BAB II DATA AWAL PROYEK

BAB II DATA AWAL PROYEK BAB II DATA AWAL PROYEK 2. 1 Lokasi Utara Gambar 1. Peta lokasi stasiun Gedebage Sumber : BAPPEDA Lokasi Batas Utara Batas Selatan Batas Timur Batas Barat : Gedebage, Bandung,Jawa Barat : Depot Pertamina

Lebih terperinci

STASIUN INTERCHANGE MASS RAPID TRANSIT BLOK M DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR BIOKLIMATIK DI JAKARTA

STASIUN INTERCHANGE MASS RAPID TRANSIT BLOK M DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR BIOKLIMATIK DI JAKARTA KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN STASIUN INTERCHANGE MASS RAPID TRANSIT BLOK M DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR BIOKLIMATIK DI JAKARTA Tugas Akhir Diajukan sebagai syarat untuk mencapai Gelar Sarjana teknik

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN 4. 1 Ide awal (conceptual idea) Ide awal dari perancangan stasiun ini muncul dari prinsip-prinsip perancangan yang pada umumnya diterapkan pada desain bangunan-bangunan transportasi.

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Perancangan Dalam perancangan desain Transportasi Antarmoda ini saya menggunakan konsep dimana bangunan ini memfokuskan pada kemudahan bagi penderita cacat. Bangunan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Konsep Makro 5.1.1 Site terpilih Gambar 5.1 Site terpilih Sumber : analisis penulis Site terpilih sangat strategis dengan lingkungan kampus/ perguruan tinggi

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS. Gambar 15. Peta lokasi stasiun Gedebage. Sumber : BAPPEDA

BAB III ANALISIS. Gambar 15. Peta lokasi stasiun Gedebage. Sumber : BAPPEDA BAB III ANALISIS 3.1 Analisis tapak Stasiun Gedebage terletak di Bandung Timur, di daerah pengembangan pusat primer baru Gedebage. Lahan ini terletak diantara terminal bis antar kota (terminal terpadu),

Lebih terperinci

BAB III ANALISA. Gambar 20 Fungsi bangunan sekitar lahan

BAB III ANALISA. Gambar 20 Fungsi bangunan sekitar lahan BAB III ANALISA 3.1 Analisa Tapak 3.1.1 Batas Tapak Gambar 20 Fungsi bangunan sekitar lahan Batas-batas tapak antara lain sebelah barat merupakan JL.Jend.Sudirman dengan kondisi berupa perbedaan level

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN ARSITEKTUR BINUS UNIVERSITY

BAB V KESIMPULAN ARSITEKTUR BINUS UNIVERSITY 81 BAB V KESIMPULAN V.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan V.1.1 Keterkaitan Konsep dengan Tema dan Topik Konsep dasar pada perancangan ini yaitu penggunaan isu tentang Sustainable architecture atau Environmental

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA PERENCANAAN

BAB IV ANALISA PERENCANAAN BAB IV ANALISA PERENCANAAN 4.1. Analisa Non Fisik Adalah kegiatan yang mewadahi pelaku pengguna dengan tujuan dan kegiatannya sehingga menghasilkan besaran ruang yang dibutuhkan untuk mewadahi kegiatannya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jakarta, selain sebagai pusat pemerintahan Indonesia, adalah pusat ekonomi dan sumber kehidupan bagi masyarakat di sekitarnya. Perkembangan ekonomi Jakarta menarik

Lebih terperinci

BAB VI HASIL PERANCANGAN. terdapat pada konsep perancangan Bab V yaitu, sesuai dengan tema Behaviour

BAB VI HASIL PERANCANGAN. terdapat pada konsep perancangan Bab V yaitu, sesuai dengan tema Behaviour BAB VI HASIL PERANCANGAN 6.1 Dasar Perancangan Hasil perancangan Sekolah Dasar Islam Khusus Anak Cacat Fisik di Malang memiliki dasar konsep dari beberapa penggambaran atau abstraksi yang terdapat pada

Lebih terperinci

KAWASAN TERPADU STASIUN PASAR SENEN

KAWASAN TERPADU STASIUN PASAR SENEN LAPORAN TUGAS AKHIR PERANCANGAN ARSITEKTUR AKHIR KAWASAN TERPADU STASIUN PASAR SENEN MAHASISWA: AMELIA LESTARI (NIM: 41211010044) PROGRAM STUDI ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK PERENCANAAN DAN DESAIN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Pengembangan Stasiun Pusat RegionaL di Manggarai Jakarta Selatan

Pengembangan Stasiun Pusat RegionaL di Manggarai Jakarta Selatan G14 Pengembangan Stasiun Pusat RegionaL di Manggarai Jakarta Selatan Muhamad Agra Adhiprasasta dan Vincent Totok Noerwasito Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi

Lebih terperinci

PENGANTAR TEKNIK TRANSPORTASI TERMINAL. UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bintaro Sektor 7, Bintaro Jaya Tangerang Selatan 15224

PENGANTAR TEKNIK TRANSPORTASI TERMINAL. UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bintaro Sektor 7, Bintaro Jaya Tangerang Selatan 15224 PENGANTAR TEKNIK TRANSPORTASI TERMINAL UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bintaro Sektor 7, Bintaro Jaya Tangerang Selatan 15224 PENDAHULUAN TERMINAL kelancaran mobilitas keterpaduan intra dan

Lebih terperinci

TERMINAL ANTARMODA MONOREL BUSWAY DI JAKARATA

TERMINAL ANTARMODA MONOREL BUSWAY DI JAKARATA TERMINAL ANTARMODA MONOREL BUSWAY DI JAKARATA Oleh : Johansyah, Abdul Malik, Bharoto Jakarta merupakan pusat pemerintahan Indonesia, dan juga merupakan pusat bisnis dan perdagangan, hal ini merupakan salah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Peranan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Peranan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peranan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Menurut Munawar, A. (2004), angkutan dapat didefinikan sebagai pemindahan orang dan atau barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang Permasalahan Seiring dengan tumbuh dan berkembangnya Kota Surakarta sebagai kota budaya dan pariwisata, diikuti dengan kemajuan pesat khususnya bidang perekonomian membuat

Lebih terperinci

DUKUH ATAS COMMUTER CENTER 2019

DUKUH ATAS COMMUTER CENTER 2019 LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR DUKUH ATAS COMMUTER CENTER 2019 Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Teknik diajukan oleh : TINGGA PRADANA

Lebih terperinci

Pelabuhan Teluk Bayur

Pelabuhan Teluk Bayur dfe Jb MWmw BAB IV KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 4.1. Konsep Dasar Aksesibilitas A. Pencapaian pengelola 1. Pencapaian langsung dan bersifat linier dari jalan primer ke bangunan. 2. Pencapaian

Lebih terperinci

[STASIUN TELEVISI SWASTA DI JAKARTA]

[STASIUN TELEVISI SWASTA DI JAKARTA] 5.1. Konsep Dasar BAB V KONSEP PERANCANGAN Konsep Dasar yang akan di terapkan pada bangunan Stasiun Televisi Swasta ini berkaitan dengan topik Ekspresi Bentuk, dan tema Pendekatan ekspresi bentuk pada

Lebih terperinci

Terminal Antarmoda Monorel Busway di Jakarta

Terminal Antarmoda Monorel Busway di Jakarta BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jakarta merupakan tempat pusat pemerintahan Indonesia, dan juga merupakan pusat bisnis dan perdagangan, hal ini merupakan salah satu penyebab banyaknya penduduk Indonesia

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Konsep Perencanaan dan Perancangan V.1.1 Topik dan Tema Proyek Hotel Kapsul ini menggunakan pendekatan sustainable design sebagai dasar perencanaan dan perancangan.

Lebih terperinci

BAB III DATA DAN ANALISA

BAB III DATA DAN ANALISA BAB III DATA DAN ANALISA 3.1 Data Fisik dan Non Fisik Gambar 3. Peta Lokasi Lahan LKPP Data Tapak Lokasi : Lot/Kavling 11B, CBD Rasuna Epicentrum, Jakarta Selatan Luas lahan : 4709 m² Koefisien Dasar Bangunan

Lebih terperinci

BAB IV: KONSEP Pengertian Konsep Transit Oriented Development (TOD)

BAB IV: KONSEP Pengertian Konsep Transit Oriented Development (TOD) BAB IV: KONSEP 4.1. Konsep Dasar 4.1.1. Pengertian Konsep Transit Oriented Development (TOD) Pada tahun 1993 Peter Calthorpe menawarkan sebuah sistem mengenai Konsep Transit Oriented Development ( TOD

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota sebagai pusat pertumbuhan menyebabkan timbulnya daya tarik yang tinggi terhadap perekonomian sehingga menjadi daerah tujuan untuk migrasi. Dengan daya tarik suatu

Lebih terperinci

BAB II: STUDI Pemahaman Terhadap Kerangka Acuan Kerja

BAB II: STUDI Pemahaman Terhadap Kerangka Acuan Kerja BAB II: STUDI 2.1. Pemahaman Terhadap Kerangka Acuan Kerja Target perancangan yang telah dipelajari dari KAK adalah bagaimana desain gedung Stasiun Pasar Senen Jakarta Pusat ini dapat menjadi bangunan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut: BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Building form Bentuk dasar yang akan digunakan dalam Kostel ini adalah bentuk persegi yang akan dikembangkan lebih lanjut.

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEWA DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR EKOLOGIS

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEWA DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR EKOLOGIS BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEWA DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR EKOLOGIS 5.1. Konsep Filosofis Dilatarbelakangi oleh status kawasan industri Cikarang yang merupakan kawasan industri

Lebih terperinci

Transportasi Masa Depan Straddling Bus. Solusi untuk Mengatasi Kemacetan

Transportasi Masa Depan Straddling Bus. Solusi untuk Mengatasi Kemacetan Transportasi Masa Depan Straddling Bus Solusi untuk Mengatasi Kemacetan Tessa Talitha 15410072 PL4008 Seminar Studi Futuristik Perencanaan Wilayah dan Kota, Institut Teknologi Bandung Abstrak Pada kota-kota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar belakang Indonesia merupakan sebuah negara dengan penduduk terpadat keempat di dunia yaitu 215,8 juta jiwa(tahun 2003). Sebuah negara yang memiliki penduduk padat tersebut

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN TEORI SUSTAINABLE ARCHITECTURE

BAB III TINJAUAN TEORI SUSTAINABLE ARCHITECTURE BAB III TINJAUAN TEORI SUSTAINABLE ARCHITECTURE 3.1. SUSTAINABLE ARCHITECTURE Sustainable Architecture (arsitektur berkelanjutan) memiliki tujuan untuk mencapai kesadaran lingkungan dan memanfaatkan sumber

Lebih terperinci

Gambar 5.30 Peta Jalur Transportasi Publik Kawasan Manggarai Gambar 5.31 Peta rencana Jalur Transportasi Publik Kawasan Manggarai...

Gambar 5.30 Peta Jalur Transportasi Publik Kawasan Manggarai Gambar 5.31 Peta rencana Jalur Transportasi Publik Kawasan Manggarai... Gambar 5.30 Peta Jalur Transportasi Publik Kawasan Manggarai... 114 Gambar 5.31 Peta rencana Jalur Transportasi Publik Kawasan Manggarai... 115 Gambar 5.32 Kondisi Jalur Pedestrian Penghubung Stasiun dan

Lebih terperinci

BAB I: PENDAHULUAN Latar Belakang.

BAB I: PENDAHULUAN Latar Belakang. BAB I: PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kecamatan Senen termasuk wilayah Kotamadya Jakarta Pusat memiliki luas wilayah 422 ha. Menurut data statistik 2004, peruntukan luas tanah tersebut terdiri dari perumahan

Lebih terperinci

BAB III: DATA DAN ANALISA

BAB III: DATA DAN ANALISA BAB III: DATA DAN ANALISA 3.1. Data Fisik 3.1.1 Lokasi Site Gambar 6 Lokasi Site Makro Gambar 7 Lokasi Site Berdampingan Dengan Candi Prambanan Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 26 Lokasi

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Konsep Perencanaan dan Perancangan Topik dan Tema Proyek wisma atlet ini menggunakan pendekatan behavior/perilaku sebagai dasar perencanaan dan perancangan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II TINJAUAN UMUM BAB II TINJAUAN UMUM II.1 GAMBARAN UMUM PROYEK Judul Proyek : Terminal Bus dan Stasiun Kereta Api Terpadu. Tema : Sirkulasi Sebagai Penentu Way Finding Lokasi : Stasiun Pasar Senen Sifat Proyek : Fiktif.

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN TOD

STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN TOD LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR... TAHUN... TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN KAWASAN BERORIENTASI TRANSIT STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN TOD Pada

Lebih terperinci

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA BAB II: TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pemahaman Terhadap Kerangka Acuan Kerja Tanggapan Terhadap KAK ( Target Perancangan ) Perancangan Kota Memperhatikan Peraturan ketatakotaan pada bangunan dengan ketentuan

Lebih terperinci

BAB V LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR STASIUN KERETA API TAMBUN BEKASI

BAB V LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR STASIUN KERETA API TAMBUN BEKASI BAB V LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR STASIUN KERETA API TAMBUN BEKASI 5.1 Konsep Dasar Perencanaan Berdasarkan dari uraian bab sebelumnya tentang analisis maka ditarik kesimpulan

Lebih terperinci

BAB. 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB. 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB. 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 SISTEM TRANSPORTASI 2.1.1 Pengertian Sistem adalah suatu bentuk keterkaitan antara suatu variabel dengan variabel lainnya dalam tatanan yang terstruktur, dengan kata lain sistem

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Medan merupakan Kabupaten/Kota yang berada di Provinsi Sumatera Utara. Sebagai daerah otonom dan memiliki status sebagai Kota Metropolitan, pembangunan Kota Medan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan akan hunian sudah menjadi hal yang pokok dalam menjalankan kehidupan, terlebih lagi dengan adanya prinsip sandang, pangan, dan papan. Kehidupan seseorang

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KAWASAN STASIUN KERETA API PASAR SENEN, JAKARTA PUSAT

BAB III TINJAUAN KAWASAN STASIUN KERETA API PASAR SENEN, JAKARTA PUSAT BAB III TINJAUAN KAWASAN STASIUN KERETA API PASAR SENEN, JAKARTA PUSAT 3.1. Tinjauan Umum Kota Administrasi Jakarta Pusat 3.1.1. Kondisi Administrasi Potensi Jakarta Pusat secara administratif terdiri

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sesuatu yang merupakan penunjang terselenggaranya suatu proses (usaha,

BAB 1 PENDAHULUAN. sesuatu yang merupakan penunjang terselenggaranya suatu proses (usaha, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infrastruktur, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, adalah segala sesuatu yang merupakan penunjang terselenggaranya suatu proses (usaha, pembangunan, proyek, dsb);

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Transit oriented development (TOD) merupakan konsep yang banyak digunakan negara-negara maju dalam kawasan transitnya, seperti stasiun kereta api, halte MRT, halte

Lebih terperinci

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN STASIUN MRT BLOK M JAKARTA 6.1 Konsep Dasar Dapat ditarik kesimpulan bahwa perencanaan dan perancangan Stasiun MRT Blok M Jakarta ini adalah sebuah bangunan publik

Lebih terperinci

Dukuh Atas Interchange Station BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

Dukuh Atas Interchange Station BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pertambahan jumlah penduduk, pertumbuhan ekonomi industri dan perdagangan merupakan unsur utama perkembangan kota. Kota Jakarta merupakan pusat pemerintahan, perekonomian,

Lebih terperinci

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR DUKUH ATAS INTERCHANGE STATION

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR DUKUH ATAS INTERCHANGE STATION LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR DUKUH ATAS INTERCHANGE STATION Disusun Oleh : Alfian Lutfi Eky Sudarso 21020112130071 Dosen Koordinator Ir. B. Adji Murtomo, MSA Dosen Pembimbing

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci : Stasiun, Commuter Line, Transportasi. Stasiun Kereta Api Tambun Bekasi TA 136

ABSTRAK. Kata kunci : Stasiun, Commuter Line, Transportasi. Stasiun Kereta Api Tambun Bekasi TA 136 ABSTRAK Peningkatan jumlah penduduk yang bermukim dan beraktifitas di Ibu Kota Jakarta terjadi setiap tahunnya. Sebagian besar dari mereka adalah penduduk yang merantau dan bekerja di Jakarta tetapi bermukim

Lebih terperinci

BAB V KONSEP. Gambar 5.1: Kesimpulan Analisa Pencapaian Pejalan Kaki

BAB V KONSEP. Gambar 5.1: Kesimpulan Analisa Pencapaian Pejalan Kaki BAB V KONSEP 5.1 Konsep Perancangan Tapak 5.1.1 Pencapaian Pejalan Kaki Gambar 5.1: Kesimpulan Analisa Pencapaian Pejalan Kaki Sisi timur dan selatan tapak terdapat jalan utama dan sekunder, untuk memudahkan

Lebih terperinci

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TERMINAL TIPE B DI KAWASAN STASIUN DEPOK BARU

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TERMINAL TIPE B DI KAWASAN STASIUN DEPOK BARU BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TERMINAL TIPE B DI KAWASAN STASIUN DEPOK BARU Program perencanaan dan perancangan Terminal Tipe B di Kawasan Stasiun Depok Baru merupakan hasil analisa dari pendekatan-pendekatan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN V.1. Konsep Perancangan Makro V.1.1. Konsep Manusia Pelaku kegiatan di dalam apartemen adalah: 1. Penyewa meliputi : o Kelompok orang yang menyewa unit hunian pada apartemen yang

Lebih terperinci

LOKASI Lokasi berada di Jl. Stasiun Kota 9, dan di Jl. Semut Kali, Bongkaran, Pabean Cantikan.

LOKASI Lokasi berada di Jl. Stasiun Kota 9, dan di Jl. Semut Kali, Bongkaran, Pabean Cantikan. PENGENALAN OBYEK LATAR BELAKANG Stasiun Semut merupakan salah satu bangunan bersejarah yang memiliki peranan penting dalam perkembangan kota Surabaya dalam hal penyediaan layanan transportasi massal. Pembangunan

Lebih terperinci

STASIUN MRT BLOK M JAKARTA DENGAN KONSEP HEMAT ENERGI BAB I PENDAHULUAN

STASIUN MRT BLOK M JAKARTA DENGAN KONSEP HEMAT ENERGI BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN STASIUN MRT BLOK M JAKARTA 1.1 Latar Belakang Perkembangan kota Jakarta sebagai ibu kota dan pusat perekonomian di Indonesia sudah seharusnya sejajar dengan kota-kota di dunia. Dengan

Lebih terperinci

BAB I: PENDAHULUAN Latarbelakang

BAB I: PENDAHULUAN Latarbelakang BAB I: PENDAHULUAN 1.1. Latarbelakang Transportasi kota Jakarta berkembang sangat pesat dikarenakan mobilitas yang tinggi dan masyarakatnya yang membutuhkan kendaraan. Semakin meningkatnya populasi manusia

Lebih terperinci

LHOKSEUMAWE COMMUTER & CENTRAL STATION ERWIN MUNTAZAR

LHOKSEUMAWE COMMUTER & CENTRAL STATION ERWIN MUNTAZAR LHOKSEUMAWE COMMUTER & CENTRAL STATION (METAFORA) LAPORAN PERANCANGAN TKA 490 - TUGAS AKHIR SEMESTER B TAHUN AJARAN 2010 / 2011 Sebagai Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Arsitektur Oleh

Lebih terperinci

5. HASIL RANCANGAN. Gambar 47 Perspektif Mata Burung

5. HASIL RANCANGAN. Gambar 47 Perspektif Mata Burung 5. HASIL RANCANGAN 5.1 Hasil Rancangan pada Tapak Perletakan massa bangunan pada tapak dipengaruhi oleh massa eksisting yang sudah ada pada lahan tersebut. Di lahan tersebut telah terdapat 3 (tiga) gedung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi merupakan salah satu hal yang penting dalam kehidupan manusia. Hampir semua orang di dunia bergantung pada transportasi untuk melangsungkan hidupnya, seperti

Lebih terperinci

BAB V KONSEP DAN RANCANGAN RUANG PUBLIK (RUANG TERBUKA)

BAB V KONSEP DAN RANCANGAN RUANG PUBLIK (RUANG TERBUKA) BAB V KONSEP DAN RANCANGAN RUANG PUBLIK (RUANG TERBUKA) 5.1 Sirkulasi Kendaraan Pribadi Pembuatan akses baru menuju jalan yang selama ini belum berfungsi secara optimal, bertujuan untuk mengurangi kepadatan

Lebih terperinci

STASIUN KERETA API PENUMPANG GEDEBAGE BANDUNG

STASIUN KERETA API PENUMPANG GEDEBAGE BANDUNG STASIUN KERETA API PENUMPANG GEDEBAGE BANDUNG LAPORAN PERANCANGAN AR 40Z0 STUDIO TUGAS AKHIR SEMESTER I TAHUN 2007/2008 Sebagai Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Arsitektur Oleh : KHAERANI

Lebih terperinci

ELEMEN FISIK PERANCANGAN ARSITEKTUR KOTA

ELEMEN FISIK PERANCANGAN ARSITEKTUR KOTA ELEMEN FISIK PERANCANGAN ARSITEKTUR KOTA Tataguna Lahan Aktivitas Pendukung Bentuk & Massa Bangunan Linkage System Ruang Terbuka Kota Tata Informasi Preservasi & Konservasi Bentuk dan tatanan massa bangunan

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka kesimpulan dari penelitian ini berdasarkan pertanyaan penelitian yaitu: mengetahui karakteristik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut PP RI NO 70 Tahun 2001 Tentang Kebandarudaraan Pasal 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut PP RI NO 70 Tahun 2001 Tentang Kebandarudaraan Pasal 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1 Umum 2. 1. 1. Bandar udara Menurut PP RI NO 70 Tahun 2001 Tentang Kebandarudaraan Pasal 1 Ayat 1, bandar udara adalah lapangan terbang yang dipergunakan untuk mendarat dan

Lebih terperinci

Development Designfor Tanjung Batu Harbour towards Sea Tolls Concept

Development Designfor Tanjung Batu Harbour towards Sea Tolls Concept BAB IV DESKRIPSI HASIL RANCANGAN 4.1 Data Pengguna dan Klien Kegiatan di terminal penumpang terbagi menjadi dua, yaitu : 1. Kegiatan Pelayanan Penumpang 2. Kegiatan pengiriman barang lewat laut (POS, atau

Lebih terperinci

APARTEMEN HIJAU DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

APARTEMEN HIJAU DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN DAN PERANCANGAN APARTEMEN HIJAU DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TUGAS AKHIR SARJANA STRATA 1 UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN YUDISIUM UNTUK MENCAPAI DERAJAT SARJANA TEKNIK

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI DAN DATA PROYEK

BAB II DESKRIPSI DAN DATA PROYEK BAB II DESKRIPSI DAN DATA PROYEK 2.1 Lokasi Gambar 1 Peta Lokasi Lokasi : Dukuh Atas, Jakarta Selatan Luas Lahan : ± 5.900m 2 KLB : 3 KDB : 50% Lokasi stasiun berbatasan dengan jalan Kendal di bagian Utara,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA PERENCANAAN

BAB IV ANALISA PERENCANAAN BAB IV ANALISA PERENCANAAN IV.1. Analisa Tapak dan Lingkungan IV.1.1 Data Fisik Tapak PETA LOKASI / SITE Utara - 19 - Data fisik tapak / kondisi tapak saat ini tidak banyak berbeda dengan apa yang akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bambang Herawan ( ) Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Bambang Herawan ( ) Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kota Medan, ibukota propinsi Sumatera Utara, merupakan kota terbesar ketiga di Indonesia. Dengan posisi strategis sebagai pintu gerbang utama Indonesia di wilayah

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN IV.1 KONSEP TAPAK DAN RUANG LUAR IV.1.1 Pengolahan Tapak dan Ruang Luar Mempertahankan daerah tapak sebagai daerah resapan air. Mempertahankan pohon-pohon besar yang ada disekitar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang terkenal dengan kepadatan penduduknya dengan berada ditingkat keempat. Angka kepadatan penduduk yang terus

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN UMUM. 2.1 Lokasi Kegiatan Operasional Stasiun Kereta Api Senen. : Jl. Stasiun Lama No. 1 Kel. Senen. Luas Lahan : KLB : 6

BAB 2 TINJAUAN UMUM. 2.1 Lokasi Kegiatan Operasional Stasiun Kereta Api Senen. : Jl. Stasiun Lama No. 1 Kel. Senen. Luas Lahan : KLB : 6 BAB 2 TINJAUAN UMUM PENGEMBANGAN STASIUN KERETA API PASAR SENEN 2.1 Lokasi Lokasi : Jl. Stasiun Lama No. 1 Kel. Senen Luas Lahan : 20000 Kategori Proyek Sifat Proyek : Fasilitas Umum : Fiktif KLB : 6 KDB

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kebutuhan Perumahan bagi Penduduk Jakarta

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kebutuhan Perumahan bagi Penduduk Jakarta BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Kebutuhan Perumahan bagi Penduduk Jakarta Sebagai sentral dari berbagai kepentingan, kota Jakarta memiliki banyak permasalahan. Salah satunya adalah lalu lintasnya

Lebih terperinci

BAB II: STUDI Pemahaman Terhadap Kerangka Acuan Kerja

BAB II: STUDI Pemahaman Terhadap Kerangka Acuan Kerja BAB II: STUDI 2.1. Pemahaman Terhadap Kerangka Acuan Kerja Latar belakang : Pembangunan Kawasan Terpadu Stasiun Pasar Senen dengan konsep TOD yang dapat terintegrasi dengan bangunan hunian serta fasilitas

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI PROYEK

BAB III DESKRIPSI PROYEK 38 3.1 Gambaran Umum BAB III DESKRIPSI PROYEK Gambar 3. 1 Potongan Koridor Utara-Selatan Jalur Monorel (Sumber : Studi Pra Kelayakan Koridor 1 Dinas Perhubungan Kota Bandung Tahun 2014) Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

BAB V KONSEP. Gambar 5. 1 Konsep Dasar. Sumber: dokumentasi pribadi, 2015

BAB V KONSEP. Gambar 5. 1 Konsep Dasar. Sumber: dokumentasi pribadi, 2015 87 BAB V KONSEP A. Konsep Dasar Gambar 5. 1 Konsep Dasar Sumber: dokumentasi pribadi, 2015 Pada umumnya terminal bus memiliki 3 permasalahan utama yaitu sirkulasi silang, tindak kriminalitas dan polusi.

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR: TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN KAWASAN BERORIENTASI TRANSIT

PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR: TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN KAWASAN BERORIENTASI TRANSIT Versi 23 Mei 2017 PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR: TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN KAWASAN BERORIENTASI TRANSIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGRARIA

Lebih terperinci