RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT TAHUN 2016

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT TAHUN 2016"

Transkripsi

1 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT TAHUN 2016 PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA BARAT TAHUN 2015

2 BUPATI BANGKA BARAT PERATURAN BUPATI BANGKA BARAT NOMOR 32 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT TAHUN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA BARAT, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, maka perlu disusun Rencana Kerja Pemerintah Daerah yang merupakan dokumen perencanaan daerah untuk periode 1 (satu) tahun; b. bahwa sebagaimana dimaksud pada huruf a memuat rancangan kerangka ekonomi Daerah, prioritas pembangunan Daerah, serta rencana kerja dan pendanaan untuk jangka waktu 1 (satu) tahun yang disusun dengan berpedoman pada Rencana Kerja Pemerintah dan program strategis nasional yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan b, perlu menetapkan Peraturan Bupati tentang Kabupaten Bangka Tahun 2016; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2000 tentang Pembentukan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 No 217, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4033); 2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Bangka Selatan, Kabupaten Bangka Tengah, Kabupaten, dan Kabupaten Belitung Timur di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2003 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 4268); 3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);

3 4. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421); 5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 24, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5657), dan telah diubah lagi dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 55, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5675); 6. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4817) 7. Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun ; 8. Peraturan Daerah Kabupaten Nomor 2 Tahun 2008 tentang Kewenangan Kabupaten (Lembaran Daerah Kabupaten Tahun 2008 Nomor 1 Seri D); 9. Peraturan Daerah Kabupaten Nomor 09 tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Tahun (Lembaran Daerah Kabupaten Tahun 2010 Nomor 6 Seri E);; 10. Peraturan Daerah Kabupaten Nomor 1 Tahun 2014 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bangka Tahun (Lembaran Daerah Kabupaten Bangka Tahun 2014 Nomor 1 Seri E); MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT TAHUN Pasal 1 Dalam Peraturan Bupati ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kabupaten. 2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Bangka. 3. Bupati adalah Bupati.

4 4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten. 5. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah, yang selanjutnya disebut RPJMD adalah dokumen perencanaan pembangunan daerah untuk periode 5 (lima) tahunan yang merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program kepala daerah. 6. Rencana Pembangunan Tahunan Daerah yang selanjutnya disebut yang selanjutnya disingkat RKPD adalah dokumen perencanaan Daerah untuk periode 1 (satu) tahun. 7. (Satuan Kerja Perangkat Daerah) adalah unit kerja di lingkungan Pemerintah Kabupaten. 8. Rencana kerja yang selanjutnya disingkat Renja adalah dokumen perencanaan untuk periode 1 (satu) tahun. BAB II RUANG LINGKUP Pasal 2 (1) RKPD Kabupaten Tahun 2016 merupakan perencanaan pembangunan tahun transisi atau peralihan untuk memasuki RPJMD Tahun , yang memuat rancangan kerangka ekonomi Daerah, prioritas pembangunan Daerah, serta rencana kerja dan pendanaannya. (2) RKPD Kabupaten Tahun 2016 sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi : a. pedoman bagi Pemerintah Daerah dalam menyusun Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD) Tahun b. pedoman bagi di Lingkungan Pemerintah Kabupaten dalam menyusun Renja tahun Pasal 3 Dalam rangka penyusunan APBD Tahun 2016, Pemerintah Daerah menggunakan RKPD Kabupaten Tahun 2016 sebagai bahan pembahasan kebijakan umum dan prioritas anggaran di DPRD. Pasal 4 RKPD Kabupaten Tahun 2016 memberikan ruang gerak bagi Kepala Daerah terpilih selanjutnya untuk melakukan penyesuaian dalam penjabaran visi, misi, dan strategi pembangunan dalam periode RPJMD Kabupaten

5 Pasal 5 RKPD Kabupaten Tahun 2016 disusun guna menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan dan pengawasan pembangunan daerah. Pasal 6 RKPD Kabupaten sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 tercantum dalam Lampiran dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Bupati ini. BAB III KETENTUAN PENUTUP Pasal 6 Peraturan Bupati ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Bupati ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kabupaten. Ditetapkan di Muntok pada tanggal 25 Mei 2015 BUPATI BANGKA BARAT, Ust. H. ZUHRI M. SYAZALI Diundangkan di Muntok pada tanggal Mei 2015 SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT, YANUAR BERITA DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT TAHUN 2015 NOMOR SERI

6 Lampiran : Peraturan Bupati tentang Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kabupaten Tahun 2016 Nomor : 32 Tahun 2015 Tanggal : 25 Mei 2015 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... i ii v BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... I Dasar Hukum... I Hubungan RKPD dengan Dokumen Perencanaan Lainnya... I Sistematika Penyusunan RKPD... I Maksud dan Tujuan... I - 6 BAB II EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN 2.1 Gambaran Umum Kondisi Daerah... II Evaluasi Pelaksanaan Program dan Kegiatan RKPD sampai dengan Tahun 2014 dan Realisasi RPJMD... II Permasalahan Pembangunan Daerah... II - 73 BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3.1 Arah Kebijakan Ekonomi Daerah... III Arah Kebijakan Keuangan Daerah... III - 10 BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH 4.1 Tujuan dan Sasaran Pembangunan... IV Prioritas Pembangunan... IV - 2 BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS DAERAH... V - 1 BAB VI PENUTUP... VI - 1 Kabupaten Tahun 2016 i

7 DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Tabel 2.2 Tabel 2.3 Luas Wilayah dan Persentase terhadap Luas Kabupaten Per Kecamatan di Kabupaten... II - 2 Jumlah Penduduk per Kecamatan di Kabupaten Tahun II - 8 Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Menurut Lapangan Usaha Tahun (persen)... II - 9 Tabel 2.4 PDRB ADHB dan PDRB ADHK Kabupaten Tahun (juta rupiah)... II - 11 Tabel 2.5 Kontribusi setiap Sektor terhadap PDRB Kabupaten Menurut Lapangan Usaha Tahun (%)... II - 13 Tabel 2.6 Jumlah Penduduk Miskin Kabupaten... II -16 Tabel 2.7 Sebaran Rasio Guru/Murid Kabupaten Tahun II - 19 Tabel 2.8 Jumlah Tenaga Medis Kabupaten Tahun II - 21 Tabel 2.9 Jumlah Sarana Kesehatan Kabupaten Tahun II - 22 Tabel 2.10 Data Jalan Berkondisi Baik di Kabupaten Tahun II - 22 Tabel 2.11 Persentase Pemenuhan Air Bersih, Listrik dan Sanitasi... II - 23 Tabel 2.12 Jumlah Arus Penumpang Angkutan Umum... II - 25 Tabel 2.13 Dermaga per Kecamatan di Kabupaten... II - 26 Tabel 2.14 Jaringan Trayek... II - 26 Tabel 2.15 Uji KIR Angkutan Umum... II - 27 Tabel 2.16 Luas Lahan Kritis Kabupaten Tahun II - 28 Tabel 2.17 Jumlah Keluarga Menurut Pentahapan Keluarga Sejahtera Kabupaten Tahun II - 30 Tabel 2.18 Data Pasangan Usia Subur (PUS) yang menjadi Peserta KB Kabupaten Tahun II - 31 Tabel 2.19 Jumlah dan Pertumbuhan Usaha di Kabupaten Tahun II - 34 Tabel 2.20 Jumlah Sarana Olahraga di Kabupaten Tahun II - 35 Tabel 2.21 Perkembangan Capaian Kinerja Urusan Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri Tahun II - 36 Tabel 2.22 Target dan Realisasi Pendapatan Asli Daerah(PAD) Menurut Jenis Pendapatan Tahun Anggaran II - 37 Kabupaten Tahun 2016 ii

8 Tabel 2.23 Sistem Informasi Manajemen di Kabupaten... II - 41 Tabel 2.24 Objek Wisata dan Daya Tarik Wisata di Kabupaten... II - 45 Tabel 2.25 Jumlah Produksi Perikanan Tangkap Tahun 2014 (ton)... II - 46 Tabel 2.26 Produktivitas per Sektor Tahun 2009 s.d Kabupaten... II - 49 Tabel 2.27 Rasio Panjang Jalan per Jumlah Kendaraan Tahun 2009 s.d Kabupaten... II - 51 Tabel 2.28 Jumlah Orang/Barang yang Terangkut Angkutan Umum Tahun 2009 s.d Kabupaten... II - 51 Tabel 2.29 Jumlah Kunjungan Kapal/Perahu. Lalu Lintas Barang dan Penumpang melalui Pelabuhan Muntok dan Tanjung Kalian di Kabupaten Bangka Tahun II - 51 Tabel 2.30 Jumlah Bank dan ATM di Kabupaten Tahun II - 52 Tabel 2.31 Jumlah Pelanggan Listrik PLN di Kabupaten Tahun II - 52 Tabel 2.32 Persentase Rumah Tangga yang Memiliki Telepon, Telepon Selular, Komputer Desktop, Komputer Laptop di Kabupaten... II - 53 Tabel 2.33 Jenis, Kelas, dan Jumlah Restoran Kabupaten... II - 53 Tabel 2.34 Jenis, Kelas, dan Jumlah Penginapan/Hotel Kabupaten... II - 53 Tabel 2.35 Angka Kriminalitas Kabupaten... II - 54 Tabel 2.36 Jumlah Demonstrasi Kabupaten... II - 54 Tabel 2.37 Lama Proses Perizinan Kabupaten... II - 54 Tabel 2.38 Rasio Ketergantungan Menurut Kecamatan dan Kelompok Umur di Kabupaten Tahun 2013 (persen)... II 55 Tabel 2.39 Ringkasan Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran II 57 Tabel 2.40 Pencapaian Sasaran Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten pada Tahun II 59 Tabel 2.41 Kegiatan Tahun 2014 dengan Capaian Kurang Baik... II - 61 Tabel 2.42 Rumusan Usulan Program/Kegiatan Hasil Penelahaan dan Validasi Pokok- Pokok Pikiran (Hasil Reses) DPRD Kabupaten... II - 72 Tabel 2.43 Permasalahan Pembangunan Per Urusan Pemerintahan... II - 88 Tabel 2.44 Isu Strategis Nasional, Provinsi dan Kabupaten... II - 92 Tabel 3.1 PDRB ADHB dan PDRB ADHK Kabupaten Tahun (juta rupiah)... III - 2 Kabupaten Tahun 2016 iii

9 Tabel 3.2 Tabel 3.3 Tabel 3.4 Kontribusi setiap Sektor terhadap PDRB Kabupaten Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha (persen)... III - 4 Realisasi dan Proyeksi Indikator Makro Ekonomi Kabupaten Bangka Tahun III - 8 Realisasi dan Proyeksi/Target Pendapatan Kabupaten Tahun 2012 s.d tahun III - 13 Tabel 3.5 Realisasi dan Proyeksi Belanja Daerah Tahun 2012 s.d Tahun III - 14 Tabel 3.6 Tabel 3.7 Realisasi dan Proyeksi/Target Pembiayaan Daerah Tahun 2012 s.d Tahun III - 15 Proyeksi/Target Pendapatan, Belanja dan Pembiayaan Daerah Kabupaten Tahun III - 16 Tabel 4.1 Visi dan Misi RPJPD Kabupaten Tahun IV - 2 Tabel 4.2 Tabel 4.3 Misi, Tujuan Jangka Panjang dan Sasaran Pokok Pembangunan RPJPD Kabupaten Tahun IV - 2 Tahapan Kebijakan Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Bangka... IV - 4 Tabel 4.4 Target Indikator Makro Kabupaten Tahun IV - 14 Tabel 4.5 Keterkaitan Prioritas Pembangunan Daerah, Provinsi dan Nasional... IV - 15 Tabel 4.6 Korelasi Prioritas Kabupaten Tahun 2016 dalam Mendukung Pelaksanaan SPM... IV - 16 Tabel 4.7 Keterkaitan antara Prioritas Daerah dan Sasaran Daerah... IV - 17 Tabel 4.8 Sasaran, Indikator serta Target Indikator Daerah... IV - 19 Tabel 4.9 Prioritas dan Program Pembangunan Daerah Kabupaten Tahun IV - 24 Kabupaten Tahun 2016 iv

10 DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1 Keterkaitan RKPD dengan Dokumen Perencanaan Lainnya... I - 5 Gambar 2.1 Peta Administrasi Kabupaten... II - 1 Gambar 2.2 Gambar 2.3 Gambar 2.4 Kontribusi setiap Sektor Lapangan Usaha terhadap PDRB Kabupaten Tahun 2013 (%) Berdasarkan Harga Berlaku... II - 12 PDRB per Kapita ADHK dan ADHB Kabupaten Tahun II - 15 Perkembangan Angka Partisipasi Murni (APM) Kabupaten Tahun II - 18 Gambar 2.5 Jumlah Guru yang Memenuhi Kualifikasi S-1/D-IV Tahun II - 19 Gambar 2.6 Perkembangan Angka Putus Sekolah di Kabupaten Tahun II - 20 Gambar 2.7 Persentase Bangunan ber-imb Kabupaten Tahun II - 24 Gambar 2.8 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja dan Tingkat Pengangguran Terbuka di Kabupaten Tahun II - 33 Gambar 2.9 Jumlah dan Pertumbuhan Koperasi Aktif Tahun II - 34 Gambar 2.10 Jumlah Pegawai Negeri Sipil Berdasarkan Golongan di Kabupaten Tahun II - 38 Gambar 2.11 Realisasi Fasilitasi Pembentukan Desa Mandiri s.d. Tahun II - 39 Gambar 2.12 Jumlah Perpustakaan Desa Tahun II - 41 Gambar 2.13 Pencapaian Produktivitas Perkebunan Unggul Masyarakat Kabupaten Tahun II - 43 Gambar 2.14 Pertumbuhan dan Jumlah Industri Tahun II - 48 Gambar 2.15 Gambar 2.16 Pengeluaran per Kapita (disesuaikan) Kabupaten Tahun (ribu rupiah/bulan)... II - 49 Persentase Pengeluaran untuk Makanan dan Non Makanan Rata-rata Rumah Tangga di Kabupaten Tahun II - 49 Gambar 3.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten (%)... III - 6 Kabupaten Tahun 2016 v

11 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, Pemerintah Daerah wajib menyusun rencana pembangunan tahunan daerah yang disebut dengan (RKPD). Melalui dokumen perencanaan ini, diharapkan dapat menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan dan pengawasan serta merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam tahapan penyusunan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD). RKPD selanjutnya menjadi pedoman bagi penyelenggaraan pembangunan oleh seluruh perangkat daerah, yang secara substansial memuat rencana kerja, program, dan indikasi kegiatan yang bersifat terukur dan berorientasi pada hasil (outcome), serta dilaksanakan dengan mempertimbangkan kemampuan sumber daya yang tersedia. Penetapan program prioritas berorientasi pada pemenuhan hak-hak dasar masyarakat dan pencapaian kesejahteraan masyarakat. RKPD Kabupaten disusun melalui tahapan mulai dari penyusunan rancangan awal, pelaksanaan forum dan Musrenbang RKPD sampai akhirnya penetapan RKPD melalui Peraturan Kepala Daerah. Pendekatan yang digunakan dalam penyusunan RKPD adalah pendekatan teknokratis, partisipatif, politis, top-down, dan bottom-up. Pendekatan partisipatif dalam penyusunan RKPD dilakukan dengan melibatkan semua pemangku kepentingan (stakeholders) yang dilaksanakan melalui Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) mulai dari tingkat desa/kelurahan (Musrenbang Desa/Kelurahan), tingkat kecamatan (Musrenbang RKPD di Kecamatan) sampai dengan pelaksanaan Musrenbang RKPD Kabupaten. RKPD Kabupaten Tahun 2016 merupakan tahun transisi atau peralihan untuk memasuki masa RPJMD Tahun RKPD Tahun 2016 ini menjadi jembatan dalam rangka mengisi kekosongan Rencanan Kerja Pemerintah Daerah Kabupaten Tahun 2016 I - 1

12 dokumen perencanaan setelah periode RPJMD Kabupaten Tahun berakhir, dan program pada masa transisi ini juga memberikan ruang gerak bagi Kepala Daerah terpilih selanjutnya untuk melakukan penyesuaian dalam penjabaran visi, misi, dan strategi pembangunan dalam periode RPJMD Kabupaten Diharapkan melalui RKPD Tahun 2016 seluruh sasaran pembangunan yang direncanakan dapat dilaksanakan dan mampu mengatasi permasalahan serta pada akhirnya dapat membawa masyarakat Kabupaten menuju kesejahteraan Dasar Hukum Landasan Hukum yang dijadikan dasar dalam penyusunan RKPD Kabupaten Tahun 2016 adalah : 1. Undang-undang Nomor 27 Tahun 2000 tentang Pembentukan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung; 2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Bangka Selatan, Kabupaten Bangka Tengah, Kabupaten, dan Kabupaten Belitung Timur di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung; 3. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara; 4. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional; 5. Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah; 6. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun ; 7. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa; 8. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah; 9. Peraturan Pemerintah Nomor 55 tahun 2005 tentang Dana Perimbangan; 10. Peraturan Pemerintah Nomor 58 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah; 11. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah; 12. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah; Rencanan Kerja Pemerintah Daerah Kabupaten Tahun 2016 I - 2

13 13. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah; 14. Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2012 tentang Hibah; 15. Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun ; 16. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah dengan diubah Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah; 17. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah; 18. Peraturan Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Nomor 6 tahun 2012 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung; 19. Peraturan Daerah Kabupaten Nomor 2 Tahun 2008 tentang Kewenangan Kabupaten ; 20. Peraturan Daerah Kabupaten Nomor 09 tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Tahun ; 21. Peraturan Daerah Kabupaten Nomor 14 tahun 2011 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Tahun sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Kabupaten Nomor 02 Tahun Peraturan Daerah Kabupaten Nomor 3 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Daerah dan Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Nomor 15 Tahun 2013; 23. Peraturan Daerah Kabupaten Nomor 4 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Kabupaten Bangka sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Kabupaten Nomor 16 Tahun 2013; Rencanan Kerja Pemerintah Daerah Kabupaten Tahun 2016 I - 3

14 24. Peraturan Daerah Kabupaten Nomor 5 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Inspektorat, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Lembaga Teknis Daerah Kabupaten Bangka sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Kabupaten Nomor 17 Tahun 2013; 25. Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2014 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tahun Hubungan RKPD dengan Dokumen Perencanaan Lainnya Dalam sistem perencanaan pembangunan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004, perencanaan pembangunan daerah merupakan satu kesatuan dalam sistem perencanaan pembangunan nasional. Sementara ruang lingkup perencanaan pembangunan daerah meliputi tahapan, tata cara penyusunan, pengendalian dan evaluasi pelaksanaan rencana pembangunan daerah, yang terdiri atas RPJPD, RPJMD, Renstra, RKPD, dan Renja. Perencanaan pembangunan daerah juga mengintegrasikan rencana tata ruang dengan rencana pembangunan daerah. RKPD merupakan penjabaran dari RPJMD yang memuat rancangan kerangka ekonomi Daerah, prioritas pembangunan Daerah, serta rencana kerja dan pendanaan untuk jangka waktu 1 (satu) tahun yang disusun dengan berpedoman pada Rencana Kerja Pemerintah dan program strategis nasional yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat. Sehubungan dengan belum adanya dokumen RPJMD Tahun sebagai acuan/pedoman untuk penyusunan perencanaan tahun 2016, maka RKPD Kabupaten Bangka Tahun 2016 disusun berdasarkan arahan pembangunan nasional dalam Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2016 serta RPJMN Tahun RKPD Kabupaten akan menjadi acuan dalam penyusunan Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renja-) yang memuat kebijakan, program, dan kegiatan pembangunan. RKPD yang telah ditetapkan selanjutnya akan digunakan sebagai landasan penyusunan KUA dan PPAS dalam rangka penyusunan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD). Rencanan Kerja Pemerintah Daerah Kabupaten Tahun 2016 I - 4

15 Secara ringkas, keterkaitan antara RKPD dengan rangkaian dokumen lainnya, mulai dari RPJPD, RPJMD, Renstra, Renja, dan APBD dapat digambarkan secara sistematis dalam bentuk diagram alir di bawah ini : Gambar 1.1 Keterkaitan RKPD dengan Dokumen Perencanaan Lainnya 1.4. Sistematika Penyusunan RKPD RKPD Kabupaten Tahun 2016 disusun dengan sistematika sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN Berisikan latar belakang penyusunan RKPD yang menjelaskan pengertian ringkas RKPD dan proses penyusunan RKPD, landasan hukum yang digunakan dalam penyusunan RKPD, maksud dan tujuan penyusunan RKPD serta serta sistematika penyusunan dokumen RKPD. BAB II EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN Rencanan Kerja Pemerintah Daerah Kabupaten Tahun 2016 I - 5

16 Menjelaskan tentang kondisi daerah, hasil evaluasi pelaksanaan RKPD tahun lalu, ketercapaian RPJMD, capaian kinerja penyelenggaraan pemerintahan dan permasalahan pembangunan. BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH Memuat penjelasan tentang kondisi ekonomi tahun lalu dan perkiraan tahun berjalan, yang mencakup indikator pertumbuhan ekonomi daerah, sumber-sumber pendapatan dan kebijakan pemerintah daerah yang diperlukan dalam pembangunan perekonomian daerah. BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH Mengemukakan secara singkat perumusan prioritas dan sasaran pembangunan daerah berdasarkan hasil analisis terhadap hasil evaluasi pelaksanaan RKPD tahun lalu dan capaian kinerja, identifikasi isu strategis dan masalah mendesak ditingkat daerah dan nasional. BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS DAERAH Mengemukakan rencana program dan kegiatan pembangunan daerah tahun 2016 yang disusun berdasarkan evaluasi pembangunan tahun sebelumnya. BAB VI PENUTUP Menjelaskan tentang kaedah-kaedah pelaksanaan dan operasionalisasi dari RKPD Kabupaten Tahun Maksud dan Tujuan RKPD Kabupaten Tahun 2016 dimaksudkan untuk menjadi pedoman dalam Penyusunan Rencana Kerja (Renja) serta penyusunan KUA dan PPAS Tahun Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kabupaten Tahun 2016 menjadi dokumen perencanaan daerah yang strategis khususnya untuk menunjang pencapaian sasaran pembangunan daerah tahun pertama untuk masa jabatan kepala daerah periode Tujuan dari penyusunan RKPD Kabupaten Tahun 2016 adalah: Rencanan Kerja Pemerintah Daerah Kabupaten Tahun 2016 I - 6

17 1. Menyediakan dokumen perencanaan daerah dalam jangka 1 (satu) tahun, yaitu tahun 2016 yang merupakan masa transisi sebelum ditetapkannya RPJMD tahun dan perkiraan maju tahun Sebagai acuan bagi seluruh Instansi dan Satuan Kerja Perangkat Daerah di Kabupaten dalam menyusun program dan kegiatan Tahun Anggaran Menjamin tercapainya penggunaan sumber daya secara efektif, efisien, berkeadilan dan berkelanjutan dalam rangka pelaksanaan pembangunan tahunan daerah. 4. Menjamin terciptanya keterkaitan, konsistensi dan sinergitas antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan dan pengawasan pembangunan. Rencanan Kerja Pemerintah Daerah Kabupaten Tahun 2016 I - 7

18 BAB II EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN 2.1. Gambaran Umum Kondisi Daerah Aspek Geografi dan Demografi Karakteristik lokasi dan wilayah Kabupaten merupakan salah satu kabupaten yang berada di wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dan berdasarkan Perda Kabupaten No. 1 Tahun 2014 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Tahun , memiliki luas wilayah daratan sebesar 2.851,009 KM 2 atau ,9 Ha. Secara geografis Kabupaten terletak pada 105 o o 00 Bujur Timur dan 01 o o 10 Lintang Selatan dengan batas-batas wilayah meliputi: - Sebelah utara berbatasan dengan Laut Natuna; - Sebelah timur berbatasan dengan Teluk Kelabat, Kecamatan Bakam, Kecamatan Puding Besar, dan Kecamatan Mendo Kabupaten Bangka; - Sebelah selatan berbatasan dengan Selat Bangka; dan - Sebelah barat berbatasan dengan Selat Bangka. Gambar 2.1 Peta Administrasi Kabupaten Kabupaten Tahun 2016 II - 1

19 Kabupaten terdiri dari 6 (enam) kecamatan, 4 kelurahan. dan 60 desa. Jumlah kelurahan dan desa di setiap kecamatan relatif seimbang, dimana Kecamatan Kelapa memiliki jumlah desa dan kelurahan yang relatif paling banyak dibanding kecamatan lain. No Tabel 2.1 Luas Wilayah dan Persentase Terhadap Luas Kabupaten Per Kecamatan di Kabupaten Kecamatan Jumlah Kelurahan/ Desa Luas Wilayah (ha) Persentase terhadap Luas Kab (%) 1. Muntok ,25 12,92 2. Simpangteritip ,89 27,54 3. Jebus ,63 13,62 4. Kelapa ,76 20,76 5. Tempilang ,21 13,70 6. Parittiga ,31 11,47 Sumber : Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Kondisi tanah di daerah Kabupaten mempunyai PH rata-rata di bawah 5. Didalamnya mengandung mineral biji timah dan bahan galian lainnya seperti: Pasir Kwarsa, Kaolin, Batu Gunung dan lain-lain. Bentuk dan keadaan tanahnya adalah 4% berbukit seperti Bukit Menumbing dengan ketinggian sekitar 445 meter dan lain-lain. Jenis tanah perbukitan tersebut adalah Komplek Podsolik Coklat. Kekuning-kuningan dan Litosol berasal dari Batu Plutonik Masam. 51% berombak dan bergelombang, tanahnya berjenis Asosiasi Podsolik Coklat Kekuning-kuningan dengan bahan induk Komplek Batu pasir Kwarsit dan Batuan Plutonik Masam, 20% lembah/datar sampai berombak, jenis tanahnya asosiasi Podsolik berasal dari Komplek Batu Pasir dan Kwarsit, 25% rawa dan bencah/datar dengan jenis tanahnya Asosiasi Alluvial Hedromotif dan Glei Humus serta Regosol Kelabu Muda berasal dari endapan pasir dan tanah liat. Pada umumnya sungai-sungai di daerah Kabupaten Bangka berhulu di daerah perbukitan dan pegunungan dan bermuara di pantai laut. Sungai-sungai yang terdapat di daerah Kabupaten Bangka adalah: Sungai Kampak, Sungai Antan, Sungai Penyampak, Sungai Kayu Arang dan lain-lain. Pada dasarnya danau alam tidak terdapat di Kabupaten hanya ada bekas penambangan bijih timah yang luas dan hingga menjadikannya seperti danau buatan Kabupaten Tahun 2016 II - 2

20 yang disebut kolong. Kabupaten memiliki 470 sungai, 159 bukit, dan 36 tanjung. Flora dan fauna yang ada di Kabupaten pada dasarnya memiliki kesamaan di seluruh wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Di kawasan hutan terdapat binatang liar seperti Rusa, Beruk, Monyet, Lutung, Babi, Tringgiling, Napuh, Musang, Murai, Tekukur, Pipit, Kalong, Elang, Ayam Hutan, dan tidak terdapat binatang buas seperti Gajah, Harimau dan lain-lain sebagainya. Sementara tumbuhan hutan terdapat macam-macam kayu seperti Kayu Ramin, Meranti, Kapuk, Jelutung, Pulai, Gelam, Bitanggor, Meranti Rawa, Cempedak Air, Mahang, Bakau dan lain-lain sebagainya. Kabupaten beriklim Tropis Tipe A dengan variasi curah hujan antara 4 hingga 466,2 mm tiap bulan dengan curah hujan terendah pada bulan Agustus. Suhu rata-rata berdasarkan data dari Stasiun Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Pangkalpinang menunjukkan variasi antara 26,1 hingga 32,6 derajat Celcius. Sedangkan kelembaban udara bervariasi antara 74,0 hingga 87,0% Potensi pengembangan wilayah Dalam Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI Tahun ), salah satu koridor yang utama adalah Koridor Sumatera sebagai sentra produksi dan pengolahan hasil bumi dan lumbung energi. Pada tahun 2012 Kabupaten ditetapkan sebagai salah satu daerah Kawasan Perhatian Investasi (KPI) dalam MP3EI. KPI merupakan satu atau kumpulan beberapa sentra produksi/kegiatan investasi yang beraglomerasi di area yang berdekatan. Kabupaten merupakan kabupaten yang terletak di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang posisinya sangat strategis karena merupakan pintu gerbang penghubung antara Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dengan Koridor Sumatera. Jika peluang ini dimanfaatkan secara efektif dan optimal maka Kabupaten akan memainkan peran yang sangat strategis sebagai pusat pertumbuhan wilayah, baik pada Kabupaten Tahun 2016 II - 3

21 skala Kabupaten, skala Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, skala Provinsi Sumatera Selatan, dan skala nasional. Sesuai dengan arahan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Tahun , di wilayah Kabupaten telah ditetapkan beberapa kawasan budidaya, yang terdiri dari : a. Kawasan Peruntukan Hutan Produksi, yang tersebar di seluruh wilayah Kabupaten dengan luas ± hektar. b. Kawasan Peruntukan Hutan Rakyat, yang tersebar di seluruh wilayah Kabupaten dengan luas ± ha. c. Kawasan Peruntukan Pertanian, yang terdiri atas : 1) Kawasan peruntukan pertanian tanaman pangan, disetiap kecamatan dengan total luas ± ha, dari luas total tersebut ± ha berada di kawasan hutan; 2) Kawasan peruntukan pertanian hortikultura, disetiap kecamatan dengan total luas ±1.598 ha; 3) Kawasan peruntukan perkebunan, terdiri atas : - Kawasan peruntukan perkebunan besar, seluas ± ha. - Kawasan peruntukan perkebunan rakyat, seluas ± ha. dan dari luas total tersebut ±166 ha berada di kawasan hutan produksi. 4) Kawasan peruntukan peternakan, terdapat di Kecamatan Kelapa, Muntok dan Kecamatan Jebus seluas ±72 ha. d. Kawasan Peruntukan Perikanan, terdiri atas : 1) Kawasan peruntukan perikanan tangkap, didukung oleh adanya pengembangan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) dan Tempat Pelelangan Ikan (TPI) di Kecamatan Muntok serta Balai Benih Ikan Lokal (BBIL) di Kecamatan Kelapa; 2) Kawasan peruntukan budidaya perikanan, terdiri atas budidaya air tawar dan payau yang akan dikembangkan hampir di seluruh kecamatan dengan luas ± ha; 3) Kawasan peruntukan pengolahan hasil perikanan, berlokasi di Kecamatan Muntok, Tempilang dan Simpangteritip. e. Kawasan Peruntukan Pertambangan yang tersebar di seluruh wilayah Kabupaten. Kegiatan usaha pertambangan tidak dapat dilaksanakan pada tempat yang dilarang untuk Kabupaten Tahun 2016 II - 4

22 melakukan kegiatan usaha pertambangan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Sementara ruang pasca tambang akan dikembalikan kepada fungsi rencana pola ruang yang telah ditetapkan. f. Kawasan Peruntukan Industri. terdiri atas : 1) Kawasan industri dan pelabuhan terpadu (KIPT) di Tanjung Ular seluas ±1.275 ha; 2) Kawasan industri di sekitar Tanjung Kalian seluas ±139 ha. g. Kawasan Peruntukan Pariwisata, terdiri atas : 1) Kawasan peruntukan pariwisata alam, meliputi : a) Satuan Kawasan Wisata I (SKW I), meliputi Pantai Tanjung Kalian, Tanjung Ular, Pantai Angel, Pantai Muntok Asin, Pantai Batu Rakit, Pantai Mentibak, Pantai Air Mas Rambat, Pantai Airnyatoh, Pantai Menggris, Pantai Sadardaya (Tungau) dan Pantai Karang Aji, Bukit Menumbing, dan Batu Balai yang terdapat di Kecamatan Muntok dan Simpangteritip. b) Satuan Kawasan Wisata II (SKW II), meliputi Pantai Tanjung Ru, Pulau Nenas, Pantai Blembang, Pantai Bembang, Bukit Mempari, Bukit Penyabung dan Pantai Siangau yang terdapat di Kecamatan Jebus dan Parittiga. c) Satuan Kawasan Wisata III (SKW III) meliputi Pantai Pasir Kuning, Pantai Kedacak, Air Panas Dendang, Perkebunan sawit, sarang burung wallet yang terdapat di Kecamatan Tempilang dan Kelapa. 2) Kawasan peruntukan pariwisata budaya. meliputi : a) Satuan Kawasan Wisata (SKW) I, meliputi : Giri Sasana Menumbing, Pesanggrahan Muntok, Rumah Mayor Chung A Thiam, Gedung Kuning, Gedung BTW, Mesjid Jamik, Klenteng Kung Fuk Miaw Muntok, Peleburan Timah Muntok, Makam Keluarga Abdi Dalem Hamengkubuwono IX, Rumah Adat Jering Pelangas dan Rumah Adat Ketapik Kacung yang terdapat di kecamatan Simpangteritip dan Kelapa. b) Satuan Kawasan Wisata (SKW) II, meliputi : Klenteng Cina, Benteng Sungai Buluh, Sumur Dewa, Makam Haji Khotamarrasyid bin H. Usman yang terdapat di Kecamatan Jebus dan Parittiga. Kabupaten Tahun 2016 II - 5

23 c) Satuan Kawasan Wisata (SKW) III, yaitu Benteng Kuta Tempilang yang terdapat di Kecamatan Tempilang. h. Kawasan Perkotaan Dan Permukiman Perdesaan, tersebar di seluruh wilayah Kabupaten dengan luas keseluruhan ± ha. i. Kawasan Peruntukan Lainnya, yang terdiri atas : 1) Kawasan peruntukan Pelabuhan Penyeberangan Tanjung Kalian seluas ± 5 ha yang terdapat di Kelurahan Tanjung, Kecamatan Muntok. 2) Gelanggang Olah Raga (GOR) terpadu berada di Kecamatan Muntok dengan luas ± 13 ha. 3) Kawasan penyangga hutan konservasi tersebar di seluruh Kecamatan kecuali Kecamatan Jebus dan Parittiga dengan luas ± 912 ha. 4) Kolong Retensi yang berada di kaki Bukit Menumbing Kecamatan Muntok dengan luas ± 113 ha. 5) Kawasan Transmigrasi yang berada di Kecamatan Jebus. Simpangteritip dan Kecamatan Kelapa seluas ± 855 ha 6) Kawasan lindung dan budidaya ekosistem laut tersebar di beberapa perairan laut di Kabupaten dengan luas ± ha. 7) Zona penyangga sungai (buffer) yang berada di luar kawasan hutan. lokasi tersebar di seluruh Kecamatan seluas ± 880 ha. 8) Kawasan kaki jembatan Tanjung Ru di Kecamatan Parittiga seluas ± 13 ha. 9) Penataan reklamasi water front di kecamatan Muntok dan akan ditindaklanjuti dengan dokumen rencana lebih lanjut. Sementara kawasan strategis yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai potensi yang besar serta memiliki pengaruh sangat penting dalam lingkup kabupaten terhadap ekonomi, sosial, budaya,dan/atau lingkungan dalam rangka implementasi RTRW Kabupaten meliputi : Kawasan Strategis Provinsi di Kabupaten : 1. Kepentingan Pertumbuhan Ekonomi yaitu Kawasan Industri dan Pelabuhan Terpadu (KIPT) Tanjung Ular (Kec. Muntok). Kabupaten Tahun 2016 II - 6

24 2. Kepentingan sosial budaya yaitu Kawasan konservasi budaya "Muntok Lama" Kecamatan Muntok. 3. Kepentingan Fungsi dan daya Dukung lingkungan yaitu Kawasan Suaka Alam (KSA)/Kawasan Pelestarian Alam (KPA) Gunung Menumbing dan Jering Menduyung. Kawasan Strategis Kabupaten : 1. Kepentingan Pertumbuhan Ekonomi yaiu : - Kawasan dengan Basis Budidaya Perkebunan (Kec, Jebus, Parittiga, Kelapa, Simpang Teritip dan Tempilang). - Kawasan Perkotaan Muntok terdiri atas "Muntok Lama" dan "Muntok Baru". - Kawasan Tanjung Kalian dan sekitarnya terdiri atas Pelabuhan Penyeberangan, Kawasan wisata, dan Kawasan Industri. 2. Kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan yaitu Kawasan Kritis di sekitar "Kolong" (tersebar) Kecamatan Muntok, Jebus, Parittiga dan Tempilang. Kerentanan wilayah terhadap bencana Berdasarkan analisis dan kondisi alam lingkungan, potensi bahaya beraspek rawan bencana di Kabupaten yang utama adalah daerah berpotensi banjir/genangan dan daerah berpotensi abrasi. Pada dasarnya Kabupaten jarang terjadi banjir yang besar. Banjir yang terjadi diakibatkan oleh faktor alam dan kerusakan lingkungan. 1) Daerah Berpotensi Banjir/Genangan Pada dasarnya Kabupaten jarang terjadi banjir yang besar. Banjir yang terjadi diakibatkan oleh faktor alam dan kerusakan lingkungan. Kawasan rawan bencana banjir di Kabupaten adalah di Kelurahan Tanjung, Kecamatan Muntok meliputi Kampung Tanjung, Kampung Ulu, dan Kampung Teluk Rubiah, Kelurahan Sungai Daeng, Kampung Culong, Ibukota Kecamatan Parittiga, dan Desa Belo Laut. Kabupaten Tahun 2016 II - 7

25 2) Daerah berpotensi bencana abrasi/pengikisan tanah oleh air laut Sebagian wilayah Kabupaten merupakan daerah pesisir pantai yang berpotensi mengalami bencana abrasi. Beberapa daerah/desa berpotensi abrasi antara lain adalah: Kelurahan Tanjung Kecamatan Muntok; Desa Belo Laut Kecamatan Muntok; Desa Teluk Limau Kecamatan Parittiga; Desa Bakit Kecamatan Parittiga; Desa Tanjung Niur Kecamatan Tempilang; Desa Air Lintang Kecamatan Tempilang; Desa Simpanggong, Kecamatan Simpangteritip; Desa Kelabat, Kecamatan Parittiga; Desa Bentengkota, Kecamatan Tempilang; Desa Rambat, Kecamatan Simpangteritip; Desa Cupat, Kecamatan Parittiga; Desa Airgantang, Kecamatan Parittiga; dan Desa Airputih, Kecamatan Muntok Jumlah dan distribusi penduduk Berdasarkan data dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten jumlah penduduk Kabupaten Bangka meningkat dari jiwa pada tahun 2013 menjadi jiwa pada tahun 2014 atau bertambah sebanyak jiwa. Apabila dilihat menurut kecamatan, Kecamatan Muntok memiliki jumlah penduduk tertinggi yaitu sebesar 26.96%. Berdasarkan jenis kelamin, jumlah penduduk Kabupaten terdiri dari jiwa laki-laki (51.71%) dan jiwa wanita (48.29%). Untuk pembagian jumlah penduduk per kecamatan dapat dilihat pada tabel di bawah ini. No. Tabel 2.2 Jumlah Penduduk per Kecamatan di Kabupaten Tahun 2014 Kecamatan Penduduk Jumlah 1. Muntok Simpang Teritip Jebus Kelapa Tempilang L P Kabupaten Tahun 2016 II - 8

26 Penduduk No. Kecamatan Jumlah L P 6. Parittiga Total Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Aspek Kesejahteraan Masyarakat Tinjauan terhadap kesejahteraan masyarakat selama tahun 2014 memberikan gambaran berbagai perubahan yang terjadi sebagai hasil pembangunan dan menjadi bahan evaluasi untuk perumusan kebijakan tahun berikutnya agar lebih baik lagi bagi perbaikan kesejahteraan masyarakat Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi Salah satu faktor ekonomi yang selalu menjadi pertimbangan dan bahan perhatian adalah pendapatan regional yang akhirnya akan mencerminkan pendapatan per kapita. Produk Domestik regional Bruto (PDRB) merupakan bahan acuan dalam perekonomian suatu daerah dan angka kemiskinan akan menunjukkan tingkat kesejahteraan masyarakat. a. Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu gambaran mengenai dampak pembangunan yang dilaksanakan di suatu wilayah, khususnya di bidang ekonomi. Pertumbuhan tersebut merupakan laju pertumbuhan yang dibentuk dari berbagai macam sektor ekonomi yang secara tidak langsung menggambarkan tingkat perubahan ekonomi yang terjadi. Untuk melihat fluktuasi pertumbuhan ekonomi secara riil dari tahun ke tahun tergambar melalui penyajian PDRB atas dasar harga konstan (ADHK) secara berkala. Tabel 2.3 Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Menurut Lapangan Usaha Tahun (persen) Uraian TAHUN r) 2012* 2013** Pertanian 3,97 7,13 4,47 8,32 10,64 Pertambangan & Penggalian 3,51 2,56 2,96 4,14-0,14 Industri Pengolahan 3,55 2,12 3,78 2,44 1,53 Kabupaten Tahun 2016 II - 9

27 Uraian TAHUN r) 2012* 2013** Listrik,Gas & Air bersih 3,34 11,30 19,42 7,17 8,25 Bangunan 10,52 13,68 12,12 14,21 13,27 Perdagangan, Hotel & Restoran 5,31 11,87 11,81 11,29 10,83 Pengangkutan & Komunikasi 0,76 5,50 5,53 5,46 9,02 Keuangan, Persewaan,& Jasa 6,58 9,68 10,09 9,54 10,41 Perusahaan Jasa-jasa 8,41 13,57 14,32 10,09 10,52 Pertumbuhan Ekonomi 4,23 5,29 5,77 5,92 5,56 Keterangan: r) angka revisi *) angka sementara **) angka sangat sementara Sumber : Badan Pusat Statistik, Kab. Berdasarkan tabel 1.1 terlihat bahwa laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten tahun 2013 tumbuh sebesar 5,56 %. Nilai ini tidak lebih cepat jika dibandingkan dengan tahun 2012 yang tumbuh sebesar 5,92 %. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten secara umum ditopang oleh subsektor industri pengolahan serta subsektor pertambangan dan penggalian. Kondisi ini merupakan warning karena tahun 2013 merupakan titik balik terjadinya declining growth dimana empat tahun sebelumnya pertumbuhan ekonomi terjadi secara linier dengan trend terus meningkat. Faktor utama yang ditengarai menjadi penyebab hal ini terjadi adalah menurunnya produksi bijih timah di tahun Jika dilihat secara parsial, sektor pertanian, listrik, dan air bersih, pengangkutan dan komunikasi, keuangan, sewa dan jasa perusahaan, serta jasa-jasa pada tahun 2013 mengalami pertumbuhan yang lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan yang terjadi pada tahun 2012 dimana sektor bangunan tercatat sebagai sektor paling tinggi pertumbuhannya di tahun 2013 (13,27%). Sedangkan sektor lainnya mengalami pertumbuhan yang lebih rendah dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Namun perlu juga dicermati pada pertumbuhan dalam lima tahun terakhir tersebut sebagai bahan evaluasi. Ada beberapa sektor yang tetap stabil namun ada juga beberapa sektor yang mengalami anomaly dengan fluktuasi yang sangat tajam. Kabupaten Tahun 2016 II - 10

28 b. Perkembangan PDRB di Kabupaten Kondisi perekonomian Kabupaten pada tahun 2013 secara umum menunjukkan kondisi yang lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya. Hal ini dapat dilihat dari total Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) yang diciptakan pada tahun 2013 atas dasar harga berlaku (ADHB) sebesar Rp juta, meningkat sebesar 12,32 % dibandingkan tahun 2012, namun dalam peningkatan ini masih terdapat faktor kenaikan harga (tabel 2.4). Tabel 2.4 PDRB ADHB dan PDRB ADHK Kabupaten Tahun (juta rupiah) Sektor r 2012* 2013** ADHB ADHK ADHB ADHK ADHB ADHK ADHB ADHK Pertanian Pertambangan & Penggalian Industri Pengolahan Listrik,Gas & Air bersih Bangunan Perdagangan, Hotel & Restoran Pengangkutan & Komunikasi Keuangan, Persewaan,& Jasa Perusahaan Jasa-jasa Total PDRB Keterangan: r) angka revisi *) angka sementara **) angka sangat sementara Sumber : Badan Pusat Statistik, Kab. Jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, PDRB tahun 2013 merupakan PDRB terbesar yang dihasilkan dan secara berlaku nilainya sudah berkembang 6,1 kali dibandingkan nilai PDRB saat tahun dasar tahun 2000 yang tercatat sebesar Rp juta. Bila dilihat kondisi lima tahun terakhir, nilai PDRB terus mengalami peningkatan, PDRB ADHB tahun 2013 meningkat sebesar 41,95% sedangkan ADHK meningkat sebesar 18,26% terhadap tahun Kabupaten Tahun 2016 II - 11

29 Gambar 2.2 Kontribusi setiap Sektor Lapangan Usaha terhadap PDRB Kabupaten Tahun 2013 (%) Berdasarkan Harga Berlaku Pada gambar 1.1 dapat diketahui bahwa pada tahun 2013 sektor yang berperan paling besar terhadap pembentukan PDRB Kabupaten adalah sektor industri pengolahan dengan kontribusi sebesar 43,82%. Pada posisi kedua ditempati oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran dengan kontribusi 17,02 persen, dan pada posisi ketiga adalah sektor pertanian dengan 13,15%. c. Struktur Ekonomi Struktur perekonomian merupakan salah satu indikator yang dapat digunakan untuk melihat seberapa jauh program dan sasaran yang telah dicapai pada satu periode tertentu. Peranan setiap sektor terhadap PDRB dapat dilihat dari sumbangan yang diberikan oleh masing-masing sektor terhadap pembentukan PDRB setiap tahunnya. Melalui data peranan masing-masing sektor ekonomi terhadap PDRB, dapat dilihat seberapa jauh keberhasilan dari kebijakan yang telah dilakukan. Dengan kata lain, analisis ini dapat digunakan sebagai ukuran kemajuan dan keberhasilan pembangunan suatu daerah. Kabupaten Tahun 2016 II - 12

30 Tabel 2.5 Kontribusi setiap Sektor terhadap PDRB Kabupaten Menurut Lapangan Usaha Tahun (%) No. Sektor r 2012* 2013** 1 Pertanian 12,00 11,93 11,89 12,36 13,15 2 Pertambangan & Penggalian 13,74 13,54 13,03 12,65 11,81 Sektor Primer 25,74 25,47 24,93 25,01 24,96 3 Industri Pengolahan 51,19 49,86 48,34 46,13 43,82 4 Listrik,Gas & Air bersih 0,23 0,24 0,28 0,29 0,30 5 Bangunan 3,74 4,14 4,40 4,93 5,45 Sektor Sekunder 55,15 54,24 53,02 51,34 49,58 6 Perdagangan, Hotel & Restoran 13,02 13,69 14,80 15,87 17,02 7 Pengangkutan & Komunikasi 0,83 0,80 0,81 0,81 0,85 Keuangan, Persewaan,& Jasa 8 Perusahaan 0,96 1,02 1,04 1,10 1,17 9 Jasa-jasa 4,30 4,77 5,39 5,86 6,42 Sektor Tersier 19,11 20,29 22,05 23,64 25,46 Keterangan: r) angka revisi *) angka sementara **) angka sangat sementara Sumber : Badan Pusat Statistik, Kab. Pada tabel 1.3 terlihat sejak tahun 2009 sampai dengan 2013 struktur perekonomian di kabupaten secara umum relatif tidak banyak mengalami perubahan. Pada tahun 2013 sektor sekunder masih mendominasi perekonomian dengan total kontribusi 49,58%, diikuti sektor primer dengan 24,96%, dan sektor tersier memberikan kontribusi sebesar 25,46%.Perubahan yang terjadi hanya pada besaran total masing-masing sektor. Peranan sektor primer tahun 2013 mangalami sedikit penurunan dibandingkan dengan tahun 2012, yaitu dari 25,01% menjadi 24,96%. Jika dilihat secara parsial sektor per sektor, peranan sektor pertanian dan sektor pertambangan dan penggalian tercatat masing-masing sebesar 13,15% dan 11,15%. Kondisi ini menunjukkan bahwa sektor pertanian eksis sebagai sektor andalan penopang perekonomian. Sedangkan sektor pertambangan mengindikasikan terjadi penurunan andil dalam membentuk PDRB Kabupaten. Sektor pertanian mengalami peningkatan kontribusi yang ditopang oleh peningkatan kontribusi subsektor perkebunan yang tercatat paling besar di sektor pertanian dengan kontribusi 7,73%. Kabupaten Tahun 2016 II - 13

31 Sedangkan sektor pertambangan dan penggalian, komoditas timah yang merupakan satu-satunya hasil tambang memberikan kontribusi terbesar di sektor ini yaitu 10,43%. Namun jika kita analisa kontribusi timah dari tahun 2009 sampai dengan 2013 terlihat bahwa kontribusinya terus mengalami penurunan, hal ini memberikan sinyal bahwa ketersediaan timah di alam semakin berkurang akibat penambangan yang terus menerus secara legal maupun illegal. Sementara itu sektor sekunder pada tahun 2013 memberikan kontribusi sebesar 49,58%. Kontribusi tersebut mengalami penurunan apabila dibandingkan dengan keadaan pada tahun 2012 sebesar 51,35%. Sektor ekonomi sekunder di Kabupaten ditopang oleh sektor industri pengolahan khususnya industri pengolahan logam dasar (peleburan bijih timah menjadi logam timah) sebagai sub sektor utamanya dan industri pengolahan kelapa sawit menjadi CPO. Meskipun kontribusi sektor industri pengolahan pada tahun 2013 mengalami penurunan dalam lima tahun terakhir, tetapi secara keseluruhan sektor industri pengolahan ini masih tercatat sebagai sektor dengan peranan terbesar dalam pembentukan PDRB Kabupaten tahun Selanjutnya sektor tersier, sektor ini terdiri dari sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan, sewa dan jasa perusahaan, dan sektor jasa-jasa. Sektor tersier memberikan kontribusi terhadap perekonomian Kabupaten sebesar 25,46%, lebih tinggi dibandingkan tahun 2012 yang sebesar 23,64%. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa struktur ekonomi Kabupaten masih memiliki ketergantungan yang tinggi kepada sub sektor industri pengolahan logam dasar yaitu pengolahan logam timah. Kelangsungan industri pengolahan timah ini ditopang oleh produksi komoditas timah dari sektor pertambangan sebagai bahan baku utamanya, namun sayangnya dari tahun ke tahun kecenderungan produksi timah semakin berkurang, sejalan dengan sumber daya alam yang memang tidak dapat diperbaharui. Hal ini perlu menjadi perhatian, karena Kabupaten Tahun 2016 II - 14

32 Kabupaten tidak akan selamanya menggantungkan perekonomian kepada produksi sumber daya alam yang tidak bisa diperbaharui seperti timah. d. PDRB per Kapita PDRB per kapita adalah PDRB yang dihasilkan oleh satu orang penduduk di suatu wilayah dalam kurun waktu tertentu. PDRB per kapita diperoleh dengan cara membagi PDRB dengan jumlah penduduk pertengahan tahun. Indikator ini merupakan salah satu ukuran makro yang sering digunakan untuk mengukur tingkat perekonomian dan kesejahteraan penduduk di suatu wilayah, artinya berapa nilai tambah yang dapat dinikmati setiap penduduk secara rata-rata dalam satu tahun. Kenaikan PDRB per kapita merupakan indikasi awal dari perekonomian masyarakat yang semakin baik. Gambar 2.3 PDRB per Kapita ADHK dan ADHB Kabupaten Tahun (Juta Rupiah) Sumber : Badan Pusat Statistik, Kab. Pada gambar 2.3 dapat kita cermati bahwa pada tahun 2013, PDRB per kapita atas dasar harga berlaku masyarakat di Kabupaten sebesar Rp ,00 atau naik sebesar 9,91% dibandingkan dengan keadaan tahun Dengan mengeliminir faktor harga, maka diperoleh PDRB per kapita atas dasar harga konstan pada tahun 2013 mencapai Rp ,00 atau naik sebesar 3,29% dibandingkan dengan kondisi tahun 2012 yang tercatat sebesar Rp ,00. Kondisi ini masih cukup Kabupaten Tahun 2016 II - 15

33 baik karena pertumbuhan PDRB perkapita masih lebih cepat dari pertumbuhan penduduk. e. Angka Kemiskinan Kabupaten mengalami sedikit perbaikan dalam angka kemiskinan. Dalam 5 tahun terakhir, presentasi penduduk miskin berkurang dari 5.22% menjadi 3.26%. Menariknya, meski garis kemiskinan mengalami perbaikan dari Rp menjadi Rp , namun jumlah penduduk miskin berkurang dari 7570 jiwa menjadi 6180 jiwa. Data ini menandakan bahwa secara umum, ekonomi masyarakat di Kabupaten Bangka mengalami perbaikan. Tabel 2.6 Jumlah Penduduk Miskin Kabupaten Uraian Garis Kemiskinan (Rp) Jumlah Penduduk Miskin (jiwa) Persentase Penduduk Miskin ,22 5,25 3,59 3,72 3,26 Indeks Kedalaman (P1) 1,04 1,09 0,57 0,47 0,33 Indeks Keparahan (P2) 0,31 0,30 0,14 0,11 0,04 Sumber : Badan Pusat Statistik, Kab Fokus Kesejahteraan Sosial Fokus kesejahteraan sosial Kabupaten diukur dengan sejumlah indikator yang terkait pada urusan pendidikan dan kesehatan, serta ketenagakerjaan. Indikator kinerja pendidikan pada tahun 2014 yang menunjukkan tingkat kesejahteraan sosial masyarakat Kabupaten dapat dilihat dari angka melek huruf yang berdasarkan data dari Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Bangka yaitu sebesar 97,02%, angka partisipasi kasar (APK) untuk SD 110,07%, SMP sebesar 72,56%, dan SMA (dan sederajat) 59,97% sedangkan angka partisipasi murni (APM) pada tingkat SD mencapai Kabupaten Tahun 2016 II - 16

34 94,14%, SMP (sederajat) sebesar 50,74% dan untuk SMA (sederajat) mencapai 37,23%. Dari pencapaian tersebut maka kesejahteraan sosial dari sisi pendidikan pada tahun 2014 cukup baik. Namun untuk kedepan, perlu dilakukan upaya untuk terus meningkatkan capaian indikator bidang pendidikan melalui peningkatan kapasitas personil, sarana prasarana, pendanaan dan dukungan sistem dan prosedur serta seluruh masyarakat. Untuk mengukur tingkat kesejahteraan masyarakat yang terkait dengan ketenagakerjaan, berdasarkan data Badan Pusat Statistik pada tahun 2014 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) sebesar 63,48% berarti persentase penduduk usia kerja yang aktif terlibat dalam kegiatan ekonomi di kabupaten ini hanya 63%. Sementara Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) yang digunakan untuk mengetahui pengangguran terbuka dikalangan angkatan kerja, pada tahun 2014 sebesar 3,03% artinya dari 100 angkatan kerja secara rata-rata terdapat antara 3 sampai 4 orang yang sedang mencari pekerjaan Fokus Seni Budaya dan Olahraga Potensi budaya dan aktivitas olahraga sebagai salah satu wujud kesejahteraan masyarakat masih memerlukan pengelolaan yang lebih strategis dalam periode mendatang. Potensi kepariwisataan dengan obyek wisata maupun olahraga cukup menjanjikan untuk dikembangkan. Keanekaragaman budaya, keindahan panorama alam, obyek wisata bahari dan obyek wisata sejarah merupakan potensi Kabupaten yang siap diolah dan dikembangkan Aspek Pelayanan Umum Bagian aspek pelayanan umum berikut ini menjelaskan perkembangan kinerja yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten pada tahun 2014, baik pada urusan pelayanan wajib dan urusan pilihan. Kabupaten Tahun 2016 II - 17

35 Layanan Urusan Wajib Urusan pelayanan wajib merupakan urusan pemerintahan yang wajib diselenggarakan oleh pemerintah daerah yang berkaitan dengan pelayanan dasar. Secara umum, penyelenggaraan pelayanan dasar Kabupaten masih perlu ditingkatkan. 1) Pendidikan Kinerja penyelenggaraan urusan pendidikan diukur dengan pencapaian indikator bidang Pendidikan pada tahun 2014 yaitu : a) APM SD/MI (usia 7-12 tahun) telah mencapai 94,14%. b) APM SMP/MTs (usia tahun) baru mencapai 50,74%. c) APM SMA/MA/SMK (usia tahun) baru mencapai 37,23%. Gambar 2.4 Perkembangan Angka Partisipasi Murni (APM) Kabupaten Tahun Sumber : Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Rasio ketersediaan sekolah adalah jumlah sekolah tingkat pendidikan tertentu per jumlah penduduk usia pendidikan tertentu/jenjang sekolah tersebut. Rasio ini mengindikasikan kemampuan untuk menampung semua penduduk usia pendidikan masing-masing tingkatan. Ada 3 (tiga) tingkatan yang dihitung, yaitu rasio ketersediaan sekolah per penduduk usia sekolah SD/MI, rasio ketersediaan sekolah per penduduk usia sekolah SMP/MTs dan rasio ketersediaan sekolah per penduduk usia sekolah SMA/MA/SMK. Pada Tahun 2014 untuk rasio ketersediaan sekolah per penduduk usia sekolah SD/MI sebesar 1 : 181, rasio ketersediaan sekolah per penduduk usia sekolah SMP/MTs sebesar 1 : 261, dan rasio ketersediaan sekolah per penduduk usia sekolah SMA/MA/SMK sebesar 1 : 434. Kabupaten Tahun 2016 II - 18

36 Selain tingkat ketersediaan guru, kualitas proses dan hasil belajar mengajar juga turut dipengaruhi oleh kualifikasi guru.. Tabel 2.7 Sebaran Rasio Guru/Murid Kabupaten Tahun 2014 No. KECAMATAN SD SMP SMA SMK Rasio Rasio Rasio Guru Murid Guru Murid Guru Murid Guru Murid Rasio 1 Muntok : : : :14 2 Simpangteritip : : : Jebus : : : Parittiga : : : :13 5 Kelapa : : : :18 6 Tempilang : : : :19 Jumlah : : : : 15 Sumber : Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Jika dilihat dari 2 tahun terakhir, indikator guru yang memiliki kualifikasi S-1/D-IV terus meningkat. Peningkatan persentase guru yang memenuhi kualifikasi S-1/D-IV di Tahun 2014 dikarenakan usaha mandiri para guru untuk meningkatkan jenjang pendidikan mereka serta adanya bantuan pemerintah untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi melalui kegiatan APBD I dan APBN. Perkembangan jumlah guru yang memenuhi kualifikasi S-1/D-IV di Kabupaten Tahun disajikan pada gambar di bawah ini. Gambar 2.5 Jumlah Guru yang Memenuhi Kualifikasi S-1/D-IV Tahun Sumber : Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Tahun 2016 II - 19

37 Gambar 2.5 Persentase Sertifikasi Guru Tahun 2014 Sumber : Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Sementara Angka Putus Sekolah yaitu proporsi anak menurut kelompok usia sekolah yang sudah tidak bersekolah lagi atau yang tidak menamatkan suatu jenjang pendidikan tertentu pada semua jenjang pendidikan pada tahun 2014 kinerjanya kurang memuaskan. Untuk tingkat SD/MI angka putus sekolah sebesar 0,43%, tingkat SMP/MTs adalah 1,68%, dan tingkat SMA/MA/SMK sebesar 2,55%. Capaian kinerja tersebut mengalami penurunan yang cukup signifikan jika dibandingkan dengan tahun Gambar 2.6 Perkembangan Angka Putus Sekolah di Kabupaten Tahun Sumber : Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Pemerintah daerah dalam hal ini terkait perlu mencari penyebab tinggi nya angka putus sekolah di tahun ini, padahal Pemerintah Kabupaten Tahun 2016 II - 20

38 Kabupaten sendiri sudah menggratiskan pendidikan sampai dengan jenjang SMA, namun jika dilihat kenyataan yang terjadi yaitu tingginya angka putus sekolah, ternyata ada hal lain yang lebih mempengaruhi tingginya angka putus sekolah di Kabupaten dari pada biaya. Hal ini harus menjadi perhatian yang serius bagi Pemerintah Kabupaten, harus ada kiat-kiat khusus untuk menarik kembali anak-anak putus sekolah tersebut untuk dapat melanjutkan lagi sekolahnya baik melalui jalur formal maupun informal. NO 2) Kesehatan Pada tahun 2014 jumlah sarana prasarana dan tenaga kesehatan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Kabupaten Bangka cukup memadai dan terus meningkat. Tabel 2.8 Jumlah Tenaga Medis Kabupaten Tahun 2014 UNIT KERJA DR SPESIALIS DOKTER UMUM DOKTER GIGI L P L+P L P L+P L P L+P Puskesmas Muntok Simpang Teritip Kundi Kelapa Jebus Puput Sekar Biru Tempilang SUB JUMLAH I RS Sejiran Setason RSBT Muntok SUB JUMLAH II Sarana Pelayanan Kesehatan Lain Klinik di Institusi Diknakes/Diklat Klinik di Dinas Kesehatan Kab SUB JUMLAH III TOTAL (I+II+III) Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Kabupaten Tahun 2016 II - 21

39 Tabel 2.9 Jumlah Sarana Kesehatan Kabupaten Tahun 2014 NO FASILITAS KESEHATAN PENGELOLA PEMDA SWASTA JUMLAH 1 RUMAH SAKIT UMUM RUMAH SAKIT KHUSUS PUSKESMAS RAWAT INAP JUMLAH TEMPAT TIDUR PUSKESMAS NON RAWAT INAP PUSKESMAS KELILING PUSKESMAS PEMBANTU RUMAH BERSALIN BALAI PENGOBATAN/KLINIK PRAKTIK DOKTER BERSAMA PRAKTIK DOKTER PERORANGAN PRAKTIK PENGOBATAN TRADISIONAL BANK DARAH RUMAH SAKIT UNIT TRANSFUSI DARAH APOTEK TOKO OBAT Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten 3) Pekerjaan Umum Kinerja penyelenggaraan urusan pekerjaan umum ditinjau dari sejumlah indikator yang mencerminkan hasil dalam pengembangan kapasitas dan kualitas layanan infrastruktur ke-pu-an seperti: jalan/jembatan, irigasi, dan keciptakaryaan. Aktifitas perhubungan di Kabupaten sehari-hari cenderung menggunakan perhubungan darat melalui jalan raya. Pada tahun 2014 jalan kabupaten yang berada dibawah pengawasan Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten mengalami peningkatan panjang ruas jalan khususnya pada jalan pedesaan sehingga total panjang ruas jalan menjadi 893,47 km dengan panjang jalan berkondisi baik sebesar 83,48%. NO. I Tabel 2.10 Data Jalan Berkondisi Baik di Kabupaten Tahun URAIAN Jenis Permukaan TAHUN a. Diaspal 543, , ,1 Kabupaten Tahun 2016 II - 22

40 NO. URAIAN TAHUN b. Kerikil 248, ,905 - c. Tanah 26,205 21, ,46 d. Tidak Dirinci 0,279 0,446 0,92 Jumlah I 818, , ,48 II Kondisi Jalan a. Baik 400, , ,92 b. Sedang 278, , ,92 Jumlah Baik 678, , ,84 c. Rusak 108, ,252 51,67 d. Rusak Berat 30,835 45,709 95,96 Jumlah Rusak 139, , ,63 Jumlah II 818, , ,47 Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Kab. 4) Perumahan Kondisi daerah Kabupaten terkait dengan urusan perumahan dapat dilihat dari indikator kinerja pemenuhan air bersih, listrik, dan sanitasi serta rumah sehat. Untuk cakupan rumah tangga pengguna air bersih pada tahun 2014 meningkat dari tahun 2013 yaitu menjadi 84,79% dari 83,45%. Capaian cakupan rumah tangga pengguna air bersih adalah menggunakan data rumah tangga yang memiliki akses terhadap air bersih. Indikator cakupan rumah tangga pengguna air bersih mencerminkan bahwa masyarakat telah menjalankan salah satu perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) yaitu dalam menggunakan air bersih. Tabel 2.11 Persentase Pemenuhan Air Bersih, Listrik, dan Sanitasi No. Indikator Rumah tangga pengguna air bersih (%) 2. Rumah tangga pengguna listrik PLN (%) 70,14 82,51 83,45 84,79 55,25 78,07 83,5 84,6 3. Rumah tangga ber-sanitasi (%) 50,32 66,88 70,35 76,01 Sumber: LPPD dan LAKIP Kabupaten Sedangkan untuk pelayanan kelistrikan, saat ini 100% jaringan listrik sudah menjangkau seluruh perdesaan di Kabupaten. Namun, kapasitas listrik di Kabupaten terbatas pada konsumen kecil seperti rumah tangga, belum mampu menyediakan listrik Kabupaten Tahun 2016 II - 23

41 dalam kapasitas besar untuk kebutuhan kawasan industri. Salah satu implikasi akibat ketersediaan listrik yang terbatas adalah jika dilakukan pemeliharaan terhadap unit pembangkit listrik, maka akan terjadi pemadaman dibeberapa lokasi. Meskipun, sampai saat ini, pemadaman listrik relatif jarang dilakukan. Selain air bersih dan listrik, kewajiban pemerintah dalam menyediakan perumahan rakyat adalah memenuhi kebutuhan sanitasi. Cakupan rumah tangga bersanitasi di tahun 2014 adalah sebesar 76,01%. Capaian tersebut dihitung dari cakupan rumah tangga yang memiliki jamban sehat sebagai sanitasi dasar. Capaian tersebut masih menunjukkan bahwa masih kurangnya kesadaran masyarakat dalam perilaku hidup bersih dan sehat khususnya untuk pemenuhan jamban sehat di tempat tinggalnya. 5) Penataan Ruang Kondisi daerah Kabupaten terkait urusan penataan ruang salah satunya adalah dapat dilihat dari indikator kinerja Rasio Bangunan Ber-IMB. Salah satu komponen pengendalian ruang oleh pemerintah daerah adalah dengan mekanisme penerbitan izin mendirikan bangunan (IMB). Setiap orang/badan usaha di Kabupaten yang akan mendirikan gedung baru, mengubah, memperluas, mengurangi, dan/atau merawat bangunan gedung harus sesuai dengan persyaratan administratif dan persyaratan teknis yang berlaku. Tabel 2.7 Persentase Bangunan ber-imb Kabupaten Tahun Sumber : Kantor Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Kabupaten Tahun 2016 II - 24

42 Pada tabel terlihat bahwa pemerintah daerah belum mengoptimalkan mekanisme IMB dalam mengendalikan pemanfaatan ruang. Rasio bangunan ber-imb per satuan bangunan sangat rendah, yaitu rata-rata sebesar 2,4%. Dengan demikian, ada sekitar 97% bangunan yang tidak memiliki IMB dan rentan menyalahi aturan tata ruang. 6) Perhubungan Kondisi daerah Kabupaten terkait dengan urusan perhubungan dapat diketahui dari indikator kinerja sebagai berikut: a. Arus Penumpang Angkutan Umum Semakin maju suatu daerah dapat terlihat dari kualitas pemerintah daerah dalam melayani kebutuhan transportasi publik. Angkutan umum yang terdapat di Kabupaten diantaranya adalah bis, kapal laut, dan pesawat udara. Tabel 2.12 Jumlah Arus Penumpang Angkutan Umum No. Indikator Jumlah Penumpang Bis Datang Jumlah Penumpang Bis Berangkat Jumlah Penumpang Kapal Laut Datang Jumlah Penumpang Kapal Laut Berangkat Jumlah Penumpang Datang Pesawat Udara Jumlah Penumpang Berangkat Pesawat Udara Sumber : dalam Angka Pada tabel di atas, dapat diketahui bahwa pesawat udara merupakan moda transportasi yang paling diminati masyarakat. Namun, jumlah yang besar ini dikarenakan perhitungan penumpang yang tidak hanya datang maupun berangkat dari Kabupaten, melainkan jumlah ini menggambarkan kondisi Kota Pangkalpinang sebagai ibukota provinsi yang memiliki bandar udara. Sedangkan untuk moda transportasi yang umum digunakan masyarakat Kabupaten adalah kapal laut dan bis. Dari segi jumlah, tidak ada perbedaan yang signifikan antara penumpang bis maupun penumpang kapal laut. Namun, dari tahun , penumpang bis cenderung bertambah jumlahnya, sedangkan Kabupaten Tahun 2016 II - 25

43 penumpang kapal laut cenderung berkurang. Jika hal ini terus berlangsung, moda transportasi bis dapat lebih populer dibandingkan moda kapal laut. Tabel 2.13 Dermaga per Kecamatan di Kabupaten KECAMATAN DERMAGA AKTIVITAS JUMLAH KAPAL MUNTOK SIMPANGTERITIP TEMPILANG KELAPA JEBUS PARIT TIGA a. Tanjung Kalian 1) Kapal Ferry 2) Kapal Cepat b. Muntok Penumpang. Kendaraan dan barang Penumpang dan barang Penumpang, Barang, kendaraan dan nelayan c. Tanjung Punai Nelayan 50 d. Sukal Nelayan 60 e. Belo Laut Nelayan 44 a. Air Menduyung Nelayan 100 b. Kundi Nelayan 100 a. Air Lintang Nelayan 31 b. Tanjung Niur Nelayan 122 c. Penganak Pertambangan (timah) d. Pasir Kuning Nelayan 26 a. Pangkal Kunyit Kayu Arang Nelayan 30 b. Desa Pusuk Nelayan 100 a. Kampak Nelayan dan pertambangan (timah) b. Jebu Laut Nelayan 100 a. Bakit Nelayan 26 b. Sungai Antan Nelayan 26 c. Teluk Limau Nelayan 26 d. Cupat Nelayan 98 e. Tanjung Ru Nelayan dan penumpang b. Jaringan Trayek Tabel 2.14 Jaringan Trayek No. Indikator Jaringan trayek perkotaan jaringan Kabupaten Tahun 2016 II - 26

44 No. Indikator Jaringan trayek perdesaan 5 jaringan 5 jaringan 5 jaringan Sumber : Dinas Perhubungan, Pariwisata, Kebudayaan dan Informatika 5 jaringan Jaringan trayek perkotaan pada tahun 2013 yaitu 1 jaringan dengan trayek Terminal Muntok Pelabuhan Tanjung Kalian. Sementara untuk jaringan trayek perdesaan yaitu terminal muntok-terminal parittiga, terminal muntok-terminal kelapa, dan terminal muntok-kecamatan tempilang, terminal Muntok - Mayang, Muntok Kundi. c. Uji KIR Angkutan Umum Tabel 2.15 Uji KIR Angkutan Umum No Indikator Jumlah angkutan umum yang uji memiliki KIR Sumber : Dinas Perhubungan, Pariwisata, Kebudayaan dan Informatika Sampai dengan tahun 2013, pengujian KIR dilakukan di Pangkalpinang dikarenakan belum memiliki alat uji KIR. Namun pada tahun 2013 telah memiliki 1 unit kendaraan uji KIR keliling yang akan dioperasikan mulai tahun ) Penataan Ruang Sebagai acuan dalam pembangunan terkait penataan ruang, maka keberadaan Dokumen Rencana Tata Ruang Wilayah sangatlah penting. Pada tahun 2014 Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten telah ditetapkan melalui Peraturan Daerah Kabupaten Nomor 1 Tahun 2014 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tahun Sementara untuk Dokumen Rencana Detail Tata Ruang sampai dengan tahun 2014 baru tersusun 2 dokumen, yaitu untuk wilayah Kecamatan Kelapa dan Muntok, namun kedua dokumen tersebut belum memiliki kekuatan hukum dikarenakan belum disahkan/diperdakan sesuai dengan peraturan. 8) Perencanaan Pembangunan Kinerja penyelenggaraan urusan perencanaan pembangunan ditinjau dari sejumlah indikator yang mencerminkan hasil-hasil dalam Kabupaten Tahun 2016 II - 27

45 pengembangan kapasitas dan kualitas perencanaan pembangunan. Indikator yang dimaksud adalah tingkat kelengkapan dokumen perencanaan daerah yang telah ditetapkan,. seperti RPJPD dengan Perda. RPJMD dengan Perda, dan tingkat konsistensi antara RPJMD dan RKPD. Saat ini RPJPD dan RPJMD Kabupaten telah disahkan dengan peraturan daerah. Adapun tingkat konsistensi antara RPJMD dan RKPD untuk setingkat program sebesar 98%. No. 9) Lingkungan Hidup Kinerja penyelenggaraan urusan lingkungan hidup ditinjau dari indikator laju kerusakan/pencemaran lingkungan. Laju pencemaran/kerusakan lingkungan di Kabupaten semakin meningkat setiap tahunnya dikarenakan maraknya aktivitas tambang inkonvensional yang tidak dilakukan secara bijaksana, baik di darat seperti hutan lindung maupun wilayah laut yang banyak merusak biota laut dan terumbu karang serta di daerah aliran sungai yang banyak merusak sumber air baku. Disebabkan data yang tersedia baru mencakup laju kerusakan kawasan hutan maka tingkat kerusakan lingkungan di wilayah laut dan sungai belum dapat ditampilkan. Tabel 2.16 Luas Lahan Kritis Kabupaten Tahun 2013 Kecamatan Potensial Kritis Agak Kritis Kritis Sangat Kritis 1. Muntok Simpangteritip Jebus Parittiga Kelapa Tempilang Sumber: Dinas Kehutanan Kabupaten Dapat dilihat bahwa dari luasan, tingkat kerusakan lahan dapat dikatakan cukup besar. Jika kondisi ini tidak ditangani maka keseimbangan lingkungan akan dapat terganggu sehingga dapat merugikan generasi yang ada sekarang maupun generasi mendatang. Sedangkan cakupan layanan sampah perkotaan di tahun 2014 dapat terealisasi 100%. Layanan sampah perkotaan ini mencakup wilayah kota Kabupaten Tahun 2016 II - 28

46 Muntok meliputi 3 kelurahan yaitu Kelurahan Tanjung. Kelurahan Sungaibaru, dan Kelurahan Sungaidaeng dengan volume sampah yang dilayani setiap harinya rata-rata mencapai 5 ton/hari. 10) Kependudukan dan Catatan Sipil Dalam rangka peningkatan tertib administrasi kependudukan, Kabupaten telah mengaplikasikan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK) serta penerapan e-ktp. Pada tahun 2014, penduduk ber-ktp per satuan penduduk (usia wajib ber-ktp) sebesar 81,45%. Capaian ini berdasarkan jumlah penduduk yang melakukan perekaman KTP Elektronik sebanyak jiwa dibandingkan dengan jumlah penduduk wajib KTP sebanyak jiwa. Untuk realisasi capaian KTP adalah menggunakan data perekaman KTP Elektronik dengan wajib KTP bersumber dari server SIAK Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil. Pencapaian tahun 2014 ini menurun jika dibandingkan tahun 2013 sebesar 97,91%. Dari data Server AFIS KTP Elektronik tahun 2015 jumlah perekaman KTP Elektronik di Kabupaten sebesar jiwa dan yang telah di distribusi sebanyak (92,60%). Sementara untuk cakupan penduduk berkartu keluarga per satuan penduduk (wajib berkartu keluarga) pada tahun 2014 sebesar 86,96% dengan capaian kinerja sebesar 96,62%. Jumlah keluarga yang belum memiliki kartu keluarga pada tahun 2014 sebanyak KK dan yang telah memiliki kartu keluarga sebanyak KK dari KK yang wajib memiliki kartu keluarga di Kabupaten. 11) Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Dalam rangka pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak diperlukan akses seluas-luasnya terhadap perempuan untuk berperan aktif di semua bidang kehidupan dalam rangka pemberdayaan untuk menuju kesetaraan gender. Salah satu upaya dalam rangka perlindungan terhadap korban kekerasan pada perempuan dan anak telah dibentuk suatu Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) di Kabupaten. Kabupaten Tahun 2016 II - 29

47 Pada tahun 2014 yang mendapatkan penanganan pengaduan oleh petugas (P2TP2A) tersebut telah ditangani 100%, dari jumlah seluruh pengaduan tindak kekerasan sebanyak 45 kasus yang diterima oleh unit P2TP2A, terdapat 5 kasus yang dapat diselesaikan secara kekeluargaan dengan difasilitasi oleh petugas P2TP2A sedangkan sisanya diproses secara hukum oleh aparat penegak hukum. 12) Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera Tingkat kesejahteraan penduduk di Kabupaten pada tahun 2014 mengalami penurunan dari tahun sebelumnya 88,76% di tahun 2013 menjadi 88,41% di tahun Hal ini disebabkan oleh menurunnya kondisi perekonomian Kabupaten di Tahun 2014 khususnya di sektor pertambangan antara lain adanya upaya penertiban tambang ilegal oleh aparat penegak hukum serta berkurangnya area penambangan. Sektor pertambangan di Bangka Belitung khususnya di merupakan sektor penting bagi perekonomian Kabupaten di mana menjadi mata pencaharian yang paling dominan ketimbang sektor lainnya. Walaupun tidak mencapai target tetapi jika dilihat dari jumlah keluarga sejahtera di setiap tahapan mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya. Pada tahun 2014 jumlah keluarga sejahtera II sebanyak KK (naik sebesar 4,87%), jumlah keluarga sejahtera III sebanyak (naik sebesar 8,44%) dan jumlah keluarga sejahtera III plus sebanyak KK (naik sebesar 20,61%). Malahan untuk jumlah keluarga pra sejahtera di tahun 2014 mengalami penurunan dari tahun 2013 sejumlah 92 orang atau 8,19%. Tabel 2.17 Jumlah Keluarga Menurut Pentahapan Keluarga Sejahtera Kabupaten Tahun 2014 No. KECAMATAN PRA KS KS I KS II KS III KS III+ JUMLAH 1 MUNTOK SP.TERITIP JEBUS KELAPA TEMPILANG PARITTIGA JUMLAH Sumber: Badan Kependudukan dan KB Kabupaten Kabupaten Tahun 2016 II - 30

48 cakupan Pasangan Usia Subur (PUS) menjadi peserta Keluarga Berencana (KB) aktif pada tahun 2014 mencapai 82,69% dengan jumlah PUS pada tahun 2014 sebanyak orang dan yang menjadi peserta KB sebanyak orang. Jika di bandingkan dengan pencapaian PUS yang menjadi peserta KB aktif di tahun 2013 sebesar 80,19% dengan jumlah Pasangan Usia Subur di tahun 2013 berjumlah orang dan jumlah peserta KB sebanyak orang, terjadi peningkatan sebesar 2,5%. Hal ini ditunjukkan dengan adanya kenaikan jumlah PUS yang menjadi peserta KB aktif di tahun 2014 sebesar atau sekitar 9,98% dari tahun Jika dibandingkan dengan target nasional tahun 2014 sebesar 65%, maka capaian Kabupaten telah melebihi target. Pencapaian ini didukung dengan adanya peningkatan pelayanan KB keliling di seluruh wilayah Kabupaten serta adanya penyebarluasan informasi tentang pelayanan KB sehingga dapat meningkatkan kesadaran masyarakat untuk melaksanakan program KB. Tabel 2.18 Data Pasangan Usia Subur (PUS) yang Menjadi Peserta KB Kabupaten Tahun 2014 NO. KECAMATAN PUS Pemerintah Peserta KB*) Swasta Peserta KB yg implantnya Perlu DiCabut Thn Depan Hamil Bukan Peserta KB Ingin Anak Segera Ingin Anak Ditunda MUNTOK SP.TERITIP JEBUS KELAPA TEMPILANG PARIT Tidak Ingin Anak Lagi JUMLAH Sumber: Badan Pemberdayaan Perempuan dan KB Kabupaten 13) Sosial Salah satu indikator yang digunakan untuk mengukur kinerja urusan sosial adalah melalui penetapan Standar Pelayanan Minimal (SPM) yang dikeluarkan oleh Kementerian Sosial. Sementara indikator SPM yang Kabupaten Tahun 2016 II - 31

49 digunakan untuk mengukur sasaran meningkatnya kesejahteraan sosial masyarakat yaitu Persentase Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial yang memperoleh bantuan sosial untuk pemenuhan dasar. Jumlah Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial di Kabupaten di tahun 2014 adalah jiwa. Jumlah PMKS di tahun 2014 mengalami peningkatan sekitar 5,02% dibandingkan dengan jumlah PMKS di tahun 2013 yang berjumlah jiwa. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, Pemerintah Daerah telah memberikan bantuan sosial kepada para Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial diantaranya yaitu bantuan Beras Miskin kepada KK; pembangunan Rumah layak huni sebanyak 35 unit serta bantuan jaminan hidup kepada lansia sebanyak 20 jiwa dan orang cacat sebanyak 125 jiwa. Selain jenis bantuan di atas dalam segi pemberdayaan sosial juga terdapat bantuan pengembangan usaha yang diberikan kepada masyarakat miskin yang telah memiliki usaha berupa bantuan peralatan Usaha Ekonomi Produktif (UEP) dan Kelompok Usaha Bersama (KUBE). Untuk tahun 2014, jumlah PMKS yang memperoleh bantuan sosial pada tahun 2014 sebanyak jiwa sehingga jika dibandingkan dengan bantuan yang diberikan di tahun 2013 sejumlah jiwa terjadi peningkatan pemberian bantuan kepada PMKS yang membuat pencapaian indikator Persentase Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial yang memperoleh bantuan sosial untuk pemenuhan dasar sebesar 89%. 14) Ketenagakerjaan Kinerja penyelenggaraan urusan ketenagakerjaan ditinjau dari indikator tingkat partisipasi angkatan kerja dan tingkat pengangguran terbuka. Berdasarkan publikasi ILO (International Labour Organization), penduduk dapat dikelompokkan menjadi 2 bagian, yaitu: tenaga kerja dan bukan tenaga kerja. Tenaga kerja adalah masyarakat yang berusia kerja, yaitu 15 tahun ke atas. Selanjutnya, tenaga kerja dibedakan menjadi angkatan kerja dan bukan angkatan kerja (penduduk yang sebagian besar kegiatannya adalah bersekolah, mengurus rumah tangga, atau kegiatan lainnya selain bekerja). Kabupaten Tahun 2016 II - 32

50 Gambar 2.8 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja dan Tingkat Pengangguran Terbuka di Kabupaten Tahun Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten 15) Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah Program pembangunan dalam mengembangkan koperasi dan UKM di Kabupaten, salah satunya adalah memberdayakan usaha mikro dan kecil dan menengah yang disinergikan dengan kebijakan program dari pemerintah pusat. Meskipun jumlah koperasi dan UKM dinilai telah cukup memadai, namun belum cukup berperan signifikan dalam pergerakan perekonomian. Untuk itu, fasilitasi Pemerintah Daerah dan kerjasama dengan dunia usaha dinilai perlu ditempuh untuk mengoptimalkan potensi koperasi dan UKM yang telah ada. Pada tahun 2014 realisasi pertumbuhan usaha mikro dan usaha menengah mengalami peningkatan dari tahun Pada tahun 2013 tidak ada pertumbuhan usaha mikro sementara pada tahun 2014 mencapai 1,02%. Selanjutnya pertumbuhan usaha menengah sebesar 6,12% pada tahun Sedangkan realisasi pertumbuhan usaha kecil mengalami penurunan yang cukup signifikan, dari 0,27% pada tahun 2013 menjadi 0,18% pada tahun Namun demikian Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan Usaha Kecil Menengah terus melakukan usaha peningkatan jumlah UMKM dengan melaksanakan program penciptaan iklim usaha kecil menengah yang kondusif dan program pengembangan sistem pendukung usaha bagi UMKM. Kabupaten Tahun 2016 II - 33

51 Tabel 2.19 Jumlah dan Pertumbuhan Usaha di Kabupaten Tahun Jenis Usaha Jumlah Pertumbuhan (%) Usaha Mikro ,36-1,02 Usaha Kecil ,21 0,27 0,18 Usaha Menengah ,79 3,16 6,12 Sementara, untuk indikator pertumbuhan koperasi aktif di Kabupaten mengalami peningkatan dari tahun 2013 sebesar 10,9% menjadi 15,52% pada tahun Capaian ini karena didukung oleh program pengembangan kewirausahaan dan keunggulan kompetitif UKM dan program peningkatan kualitas kelembagaan koperasi. Gambar 2.9 Jumlah dan Pertumbuhan Koperasi Aktif Tahun Jumlah Koperasi pertumbuhan koperasi Sumber : Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UKM 16) Penanaman Modal Mengingat besarnya potensi pengembangan ekonomi kabupaten, baik pada sektor pertanian, sektor pertambangan dan penggalian, sektor industri pengolahan, sektor perdagangan, hotel dan restoran maka investasi menjadi salah satu modal yang perlu dimiliki daerah guna meningkatkan kapasitas pengembangan. Sesuai Standar Pelayanan Minimal di bidang Penanaman Modal. maka pemerintah daerah juga telah melakukan fasilitasi dalam rangka Kabupaten Tahun 2016 II - 34

52 kerjasama kemitraan antara UMKMK tingkat Kabupaten dengan pengusaha tingkat Provinsi atau nasional. Di tahun 2014, pemerintah daerah telah memfasilitasi kerjasama kemitraan antara UMKMK di Kabupaten sebanyak 2 kali melalui Promosi yang dilakukan untuk 2 sektor/bidang yaitu pariwisata dengan sektor wisata pantai dan sejarah serta sektor industri dengan fokus Kawasan Industri dan Pelabuhan Terpadu (KIPT) Kabupaten. 17) Kebudayaan Kinerja penyelenggaraan urusan kebudayaan ditinjau dari tingkat pemanfaatan seni dan budaya dalam penyelenggaraan event, baik di daerah maupun luar daerah. Seni dan budaya daerah merupakan agenda tahunan yang selalu diselenggarakan seperti perang ketupat, tujuh likur, dan acara-acara resmi kedaerahan lainnya. Terkait dengan IKK bidang kebudayan yaitu benda, situs & kawasan cagar budaya yang dilestarikan mencapai 100%. Hal yang berkaitan dengan benda, situs & kawasan cagar budaya perlu dilestarikan adalah dapat dijadikan objek wisata sejarah sehingga dapat meningkatkan target indikator kunjungan wisata. Hal ini menunjukan bahwa indikator benda, situs dan kawasan cagar budaya yang dilestarikan ini memiliki hubungan langsung dengan indikator kunjungan wisata yaitu Pesanggrahan Menumbing yang menjadi tolak ukur kunjungan wisata. Pada tahun 2014 ditargetkan 6 situs bersejarah yang dipelihara dan dirawat yaitu Masjid Jami Muntok, Kelenteng Kong Fuk Miau Muntok, Rumah Mayor Muntok, gedung BTW, gedung Wisma Ranggam, dan gedung Pesanggrahan Menumbing. 18) Kepemudaan dan Olahraga Kinerja penyelenggaraan urusan kepemudaan dan olahraga yang ditinjau dari Sarana olahraga di Kabupaten pada tahun 2014 terlihat pada tabel di bawah ini. Tabel 2.20 Jumlah Sarana Olahraga di Kabupaten Tahun 2014 JUMLAH SARANA OLAHRAGA NO KECAMATAN ATLETIK SEPAK BOLA BOLA VOLLY VOLLY PANTAI BULU TANGKIS BASKET RENANG TENIS LAP. PANJAT TEBING FUTSAL 1 MUNTOK Kabupaten Tahun 2016 II - 35

53 JUMLAH SARANA OLAHRAGA NO KECAMATAN ATLETIK SEPAK BOLA BOLA VOLLY VOLLY PANTAI BULU TANGKIS BASKET RENANG TENIS LAP. PANJAT TEBING FUTSAL 2 SIMPANG TERITIP JEBUS KELAPA TEMPILANG PARITTIGA TOTAL ) Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri Kinerja penyelenggaraan urusan kesatuan bangsa dan politik dalam negeri ditinjau jumlah kegiatan pembinaan yang dilakukan oleh pemerintah daerah terhadap LSM, ormas dan OKP serta pembinaan politik daerah. Tabel 2.21 Perkembangan Capaian Kinerja Urusan Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri Tahun No. Indikator Kegiatan pembinaan terhadap LSM, Ormas dan OKP 2. Kegiatan pembinaan politik daerah Sumber : LPPD, keg 2 keg 1 keg - 1 keg 2 keg 2 keg 1 keg Sementara kegiatan berpolitik masyarakat di tahun 2014 dapat dilihat dari partisipasi dalam pemilu baik Pemilu DPR, DPD, DPRD serta Pemilu Presiden dan Wakil Presiden. Berdasarkan hasil Pemilu DPR, DPD, DPRD yang dilaksanakan pada tanggal 9 April 2014, tingkat partisipasi masyarakat dalam pemilu DPR, DPD, DPRD terealisasi sebesar 78,22% dari target 72%. Jika dibandingkan dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam pemilu DPR, DPD, DPRD pada tahun 2009 sebesar 67,41%, maka terjadi peningkatan yang cukup besar. Sementara untuk indikator tingkat partisipasi masyarakat dalam pemilu Presiden dan Wakil Presiden dengan target 74% dapat direalisasikan sebesar 71,07%. Dari Daftar Pemilih Tetap (DPT) sebanyak orang, yang menggunakan hak suaranya hanya sebanyak Kabupaten Tahun 2016 II - 36

54 orang. Belum tercapainya target tersebut dikarenakan masih banyak masyarakat yang tidak berpartisipasi yaitu sebanyak orang dalam Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden yang dilaksanakan pada tanggal 9 Juli 2014 dengan 379 Tempat Pemungutan Suara. NO. 20) Otonomi Daerah dan Pemerintahan Umum Kinerja penyelenggaraan otonomi daerah dan pemerintahan umum ditinjau dengan menggunakan indikator kapasitas pengelolaan keuangan daerah dan indikator kepemerintahan lainnya. Semakin besar kapasitas keuangan bagi pembiayaan pembangunan maka menunjukkan kinerja keuangan yang semakin baik. Kondisi ini mengandung makna produktivitas dan efisiensi kerja menjadikan kemampuan pengelolaan keuangan daerah semakin baik sehingga mampu membiayai program dan kegiatan yang langsung berkaitan dengan penyediaan pelayanan publik dalam perbaikan kesejahteraan sosial. pelayanan umum. dan peningkatan daya saing daerah. Pada Tahun Anggaran 2014 Secara keseluruhan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten terealisasi sebesar Rp ,19 dari target sebesar Rp ,00 dalam APBD Tahun Realisasi PAD tersebut menurun 33,66% jika dibandingkan dengan realisasi PAD tahun 2013 yaitu sebesar Rp ,60. Berdasarkan target yang ditetapkan dalam indikator sasaran tersebut, pencapaian kinerja untuk indikator Kontribusi Pendapatan Asli Daerah terhadap pendapatan daerah sebesar 69,73%. URAIAN 1. Pendapatan Pajak Daerah 2. Pendapatan Retribusi Daerah 3. Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan 4. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah Tabel 2.22 Target dan Realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Menurut Jenis Pendapatan Tahun Anggaran 2014 REALISASI 2013 (Rp) TARGET 2014 (Rp) REALISASI 2014 (Rp) , , ,25 107, , , ,00 102, , , ,26 19, , , ,68 107,98 Total PAD , , ,19 94,85 Sumber : Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Kabupaten Tahun 2016 II - 37 %

55 Jika dilihat dari potensi aparatur negara (PNS) maka dari tahun jumlah PNS di lingkungan Pemerintah Kabupaten terus meningkat khususnya melalui perekrutan CPNS. Melalui peningkatan jumlah aparatur di bidang pemerintahan maka diharapkan pelayanan terhadap masyarakat akan semakin lebih baik khususnya dalam menunjang kinerja pemerintah daerah. Dalam rangka menunjang pelaksanaan pemerintahan, pada tahun 2014 jumlah Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Kabupaten sebanyak orang, dengan rincian sebagai berikut : Gambar 2.10 Jumlah Pegawai Negeri Sipil Berdasarkan Golongan di Kabupaten Tahun 2014 Sumber : Badan Kepegawaian, Pendidikan dan Pelatihan 21) Ketahanan Pangan Kinerja urusan ketahanan pangan Kabupaten ditinjau dari beberapa indikator antara lain ketersediaan beras dan daging. Namun jika dilihat dari tingkat ketergantungan pasokan bahan pangan, maka Kabupaten termasuk memiliki tingkat ketergantungan sangat tinggi terhadap pasokan dari luar daerah. Realisasi dari ketersediaan beras pada tahun 2014 sebesar 19,64%, dan jika dibandingkan dengan tahun 2013, realisasi di tahun 2014 meningkat 7,5%. Ketersediaan beras di tahun 2014 tersebut meningkat disebabkan antara lain adalah adanya pembukaan sawah baru serta peningkatan mutu tanaman padi sehingga produksi beras turut meningkat. Kabupaten Tahun 2016 II - 38

56 Untuk indikator ketersediaan pangan khusus daging di tahun 2014 terjadi peningkatan capaian jika dibandingkan dengan tahun Dari persentase ketersediaan daging lokal sebesar 12,69% di tahun 2013, meningkat menjadi 15,60% di tahun 2014 dengan produksi daging sebesar ,83 kg. Meskipun capaian tersebut melebihi target yang ditetapkan, namun hal tersebut tetap menunjukkan bahwa Kabupaten masih memiliki ketergantungan terhadap daging yang berasal dari luar daerah, baik dalam bentuk ternak/daging impor. 22) Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Salah satu program pemerintah daerah Kabupaten dalam rangka memberdayakan masyarakat dan desa adalah dengan fasilitasi pembentukan desa mandiri. Adapun di tahun 2014 terdapat 11 Desa yang ditetapkan sebagai Desa Mandiri melalui Keputusan Bupati Nomor /80/ /2014 tentang Penetapan Lokasi Desa Mandiri di Kabupaten Tahun Namun dari 11 (sebelas) Desa yang ditetapkan tersebut, terdapat 1 (satu) desa yang mengundurkan diri untuk ditetapkan sebagai Desa Mandiri yaitu Desa Kapit, Kecamatan Parittiga. Pada Tahun 2013, Desa Kapit juga pernah menolak untuk dijadikan sebagai Desa Mandiri dengan alasan ketidaksiapan dengan sumber daya manusia yang dimiliki oleh desa tersebut, sehingga sampai saat ini Desa Kapit sudah 2 (dua) kali menolak untuk dicanangkan menjadi Desa Mandiri. Gambar 2.11 Realisasi Fasilitasi Pembentukan Desa Mandiri s.d. Tahun 2014 Sumber : Badan Pemberdayaan Masyarakat, Perempuan, dan Pemerintahan Desa Kabupaten Tahun 2016 II - 39

57 23) Statistik Kinerja penyelenggaraan urusan statistik ditinjau dari kesiapan dan kelengkapan data statistik yang mutakhir, valid, dan sesuai kebutuhan. Berdasarkan indikator tersebut maka kinerja urusan statistik dinilai telah cukup memadai, namun untuk masa mendatang, dipandang perlu peningkatan optimasi kelengkapan dan akurasi data. Dalam rangka penyediaan data pembangunan daerah, pemerintah Kabupaten sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 8 Tahun 2014 tentang Sistem Informasi Pembangunan Daerah (SIPD) telah mengembangkan pengelolaan SIPD. 24) Kearsipan dan Perpustakaan Penyelenggaraan urusan kearsipan dan perpustakaan di Kabupaten dilaksanakan melalui pelaksanaan kegiatan-kegiatan untuk memajukan kearsipan dan perpustakaan daerah di Kabupaten Bangka seperti pelatihan arsiparis, perpustakaan keliling, serta penyaluran bantuan ke perpustakaan desa. Dari jumlah keseluruhan 31 Satuan Kerja Perangkat Daerah () di Lingkungan Pemerintah Kabupaten yang dapat menerapkan pengelolaan arsip secara baku sebanyak 15 yang telah menerapkan pengelolaan arsip dengan baik dan baku. Dalam rangka pembinaan dan peningkatan SDM pengelola kearsipan, telah dilakukan berbagai program dan kegiatan penunjang seperti Bimtek sistem pengolahan arsip, lomba kearsipan, asistensi arsip desa, serta monitoring dan evaluasi. Untuk indikator pertumbuhan perpustakaan desa, pada tahun 2014 desa yang telah memiliki perpustakaan desa sebanyak 23 perpustakaan yang tersebar di 6 kecamatan dalam wilayah Kabupaten. Kabupaten Tahun 2016 II - 40

58 Gambar 2.12 Jumlah Perpustakaan Desa Tahun 2014 Sumber : Kantor Arsip dan Perpustakaan Daerah 25) Komunikasi dan Informatika Sejak tahun 2011 untuk bidang komunikasi dan informatika pemerintah Kabupaten telah mempublikasikan website Kabupaten dengan alamat Dengan adanya website ini maka berbagai berita dan informasi mengenai pelaksanaan pembangunan di Kabupaten sudah dapat diakses oleh seluruh masyarakat. Sampai dengan tahun 2014 terdapat 12 buah Sistem Informasi Manajemen (SIM) yang diaplikasikan di beberapa di Lingkungan Pemerintah Kabupaten antara lain : Tabel 2.23 Sistem Informasi Manajemen di Kabupaten No Jenis Aplikasi URL Pengguna 1 Sistem Informasi Perencanaan Pembangunan Daerah 2 Sistem Informasi Monitoring dan Evaluasi 3 Sistem Informasi Manajemen Arsip 4 Sistem Informasi Manajemen Database Kelautan dan Perikanan 5 Aplikasi Sistem Informasi Manajemen Database Pertambangan 6 Sistem Informasi Manajemen Pengentasan Kemiskinan sippda.bangkabaratkab.go.id simonev.bangkabaratkab.go.id simarsip.bangkabaratkab.go.id sikp.bangkabaratkab.go.id simtambang.bangkabaratkab.go.id simtaskin.bangkabaratkab.go.id BAPPEDA BAPPEDA Kantor Arsip dan Perpustakaan Dinas Kelautan dan Perikanan Dinas DESDM BAPPEDA Kabupaten Tahun 2016 II - 41

59 No Jenis Aplikasi URL Pengguna 7 Sistem Informasi Manajemen simpersediaan.bangkabaratkab. DPPKA Persediaan Barang go.id 8 Sistem Informasi Manajeman Offline DPPKA Keuangan Daerah 9 Sistem Informasi Manajemen Offline DPPKA Objek Pajak (SISMIOP) 10 Website Bappeda bappeda.bangkabaratkab.go.id BAPPEDA 11 Website KPMPP kpptsp.bangkabaratkab.go.id KPMPP 12 Website Bagian Hukum jdih.bangkabaratkab.go.id Bag Hukum Setda Kab Layanan urusan pilihan Urusan pilihan merupakan urusan pemerintah yang secara nyata ada dan berpotensi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sesuai dengan kondisi. kekhasan. dan potensi unggulan yang ada di Kabupaten. 1) Pertanian Sektor pertanian memiliki peranan yang cukup strategis bagi kehidupan masyarakat. Hal ini disebabkan oleh sektor pertanian merupakan salah satu sumber utama pendapatan sebagian besar masyarakat, penghasil pangan, bahan mentah dan bahan baku bagi industri pengolahan, sebagai penyedia lapangan pekerjaan dan lapangan usaha bagi masyarakat. Di tahun 2014 pencapaian Indikator Produktivitas hasil perkebunan unggulan terdiri dari produktifitas sawit, karet dan lada yang ditanam oleh masyarakat semuanya mengalami penurunan jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Pencapaian produktifitas sawit masyarakat di tahun 2014 hanya 10,77 Ton/tahun/Ha, pengalami penurunan produktifitas sebesar 47,7% dari tahun 2013 dengan tingkat produktifitas mencapai angka 15,91 Ton/tahun/Ha. Pencapaian produktifitas karet masyarakat di tahun 2014 juga mengalami penurunan yaitu sekitar 3,70 Ton/tahun/Ha, pengalami penurunan produktifitas sebesar 7,8% dari tahun 2013 dengan tingkat produktifitas mencapai angka 3,99 Ton/tahun/Ha. Untuk tanaman perkebunan unggul jenis lada, pencapaian produktifitas di tahun 2014 hampir sama dengan pencapaian yang terjadi di tahun 2013 yaitu berada pada angka 1,38 Ton/tahun/Ha. Kabupaten Tahun 2016 II - 42

60 Gambar 2.13 Pencapaian Produktivitas Perkebunan Unggul Masyarakat Kabupaten Tahun 2014 Sumber : Dinas Pertanian, Perkebunan dan Peternakan 2) Kehutanan Pada urusan kehutanan, pelaksanaan secara teknis dilakukan oleh Dinas Kehutanan. Pembangunan kehutanan menjadi salah satu penyumbang yang cukup besar terhadap pelestarian lingkungan hidup khususnya pada daerah atau lahan kritis. Salah satu kegiatan yang dilakukan adalah pembangunan Hutan Tanaman Rakyat (HTR), dimana realisasi pada tahun 2014 dengan luas 115,17 Ha. Dinas kehutanan Kabupaten berhasil memfasilitasi pengajuan proposal ke Kementerian Kehutanan untuk izin HTR dan ditindaklanjuti dengan pelaksanaan verifikasi oleh kementerian kehutanan melalui Balai Pengolahan dan Pemanfaatan Hutan Produksi (BP2HP) wilayah V Palembang dengan luas 115,17 Ha serta langsung ditindaklanjuti dengan dikeluarkannya Surat Keputusan Bupati Bangka dengan Nomor : /444/ /2014 tertanggal 22 Oktober 2014 untuk KTH Air Menduyung IV dan Nomor : /962/202.02/2014 tertanggal 28 Oktober 2014 untuk KTH Air Menduyung III. Kabupaten Tahun 2016 II - 43

61 3) Energi dan Sumber Daya Mineral Sumbangan sektor pertambangan dan penggalian pada PDRB Kabupaten cukup dominan. menempati urutan kedua setelah industri pengolahan. Bahan galian yang terdapat di wilayah Kabupaten dan paling banyak dieksploitasi selama ini serta telah banyak diusahakan secara besar-besaran adalah timah yang pengelolaannya selain oleh pemerintah juga dilakukan oleh penduduk setempat dan swasta dengan jumlah terbatas. Untuk produksi bijih timah di tahun 2014 terealisasi hanya sebesar 8.031,94 ton, dan untuk produksi logam hanya terealisasi 7.490,20 ton. Data yang disampaikan berdasarkan laporan produksi dari perusahaan pengelola biji timah, namun berdasarkan prediksi dari Dinas Energi, Sumber Daya dan Mineral Kabupaten, pencapaian tersebut harusnya dapat melebihi target, karena kurangnya kesadaran dari para pengusaha untuk menyampaikan laporan produksinya. Data produksi biji timah di tahun 2014 didapat dari laporan 3 perusahaan yaitu PT. Timah, tbk, PT. Bahari Utama, dan PT. Sentra Tin Indo. Untuk data produksi logam timah di tahun 2014 didapat dari 2 laporan perusahaan yaitu yaitu PT. Timah, tbk dan PT. Bahari Utama. Dari data perusahaan yang melaporkan hasil produksi biji maupun logam timah, nilai ini sangat kecil padahal perusahaan yang terdaftar memiliki izin usaha pertambangan (IUP) timah di Kabupaten sebanyak 27 perusahaan. Untuk capaian jenis bahan tambang non timah yang telah dikelola di Kabupaten sampai dengan tahun 2014 adalah sebanyak 6 jenis pengelolaan yaitu kaolin di Desa Kelabat Kecamatan Parittiga, pasir kuarsa di Desa Bakit Kecamatan Parittiga, zirkon di Desa Semulut Kecamatan Parittiga, batu granit di Desa Air Putih Kecamatan Muntok, bauksit di Desa Teluk Limau Kecamatan Parittiga, serta logam tanah jarang di Desa Air Putih Kecamatan Muntok. Dari 6 jenis pengelolaan jenis pertambangan non timah, terdapat 2 jenis pengelolaan yang belum memiliki izin secara resmi dari pemerintah daerah yaitu pengelolaan bauksit dan logam tanah jarang. Kabupaten Tahun 2016 II - 44

62 4) Pariwisata Pada tahun 2014 jumlah kunjungan wisata sebanyak orang. Berdasarkan data kunjungan yang cenderung meningkat, memperlihatkan bahwa pariwisata memiliki prospek untuk berkembang di masa mendatang. Pengelolaan/management dan pemasaran yang profesional memang memberikan peluang bagi keterlibatan dunia usaha ikut menggarap pengembangan pariwisata. Kunjungan wisata diperoleh dari data hunian hotel dan kunjungan ke Pesanggrahan Menumbing yang terdiri dari wisatawan nusantara dan wisatawan asing. Jumlah hunian hotel pada tahun 2014 sebanyak orang, sedangkan kunjungan ke Pesanggrahan Menumbing sebanyak orang, namun dari data tersebut tidak dijelaskan jumlah masing-masing dari wisatawan nusantara dan wisatawan asing yang ada. Peningkatan kunjungan wisata tersebut ditunjang oleh beberapa hal seperti objek wisata yang menarik untuk dikunjungi terutama pada objek wisata sejarah yang telah dikenal oleh wisatawan domestik maupun wisatawan manca negara. Objek wisata sejarah tersebut mempunyai nilai sejarah (historis) yang tinggi sehingga membuat Kabupaten memiliki daya tarik tersendiri selain wisata alam yang ada. Tabel 2.24 Objek Wisata dan Daya Tarik Wisata di Kabupaten ALAM SEJARAH BUDAYA - Pantai Tanjung Kalian - Pantai Tanjung Ular - Pantai Tungau - Pantai Batu Rakit - Pantai Pala - Pantai Siangau - Pantai Menggeris - Pantai Bembang - Pantai Mentiba - Pantai Pasir Kuning - Pantai Airmas - Pantai Penganak - Pantai Kedacak - Pulau Nanas - Batu Balai - Surau Kampung Tanjung - Batu Betangkup Kundi - Benteng Sungai Buluh Air - Panas Dendang - Pesanggrahan Menumbing - Banka Tinwinning Bedriff - Rumah Mayor Zhong Run Hwang (Tjoeng A Tiam) - Mesjid Jami Muntok - Makam Kanjeng Pangeran Pakoeningprang - Kelenteng Kong Fuk Miau - Pesanggrahan Muntok - Benteng Kuta Seribu - Makam Keramat H. Khatamarrasyid - Perang Dunia II (Monumen Vivian Bullwinkel) - Haul Kute Seribu - Cap Gomeh - Khataman Al Qur an 1 Muharam - Rabo Kasan - Perang Ketupat - Festival Malam 7 Likur - Sembahyang Bulan - Pesta Kampung Desa Kundi - Pesta Kampung Desa Dendang - Pesta Adat Suku Jering - Pesta Desa Kacung - Pesta Adat Terentang - Pesta Adat Ranggi Asam - Haul Kota Seribu - Festival Dodol - Pesta Adat Dusun Daya Baru - Pesta Adat Desa Rajek Belar - Pesta Desa Pusuk - Pesta Desa Pangkal Beras Kabupaten Tahun 2016 II - 45

63 ALAM SEJARAH BUDAYA - Sumur Air Tawar di Pantai Basun - Sumur Dewa Sumber : Dinas Perhubungan. Pariwisata dan Informatika Kabupaten 5) Kelautan dan Perikanan Produksi perikanan khususnya perikanan laut sangat dominan di Kabupaten mengingat Pulau Bangka dikelilingi oleh lautan dengan sumberdaya laut yang relatif besar untuk dikembangkan. Diantara komoditi yang mempunyai nilai ekonomis yang tinggi antar lain adalah ikan kerapu, kakap merah, udang, cumi-cumi, sirip ikan dan lain-lain. Dalam rangka peningkatan produksi hasil laut. Pemerintah Daerah telah melakukan berbagai upaya diantaranya peningkatan sarana dan prasarana perikanan seperti pembangunan tambatan perahu dan pembangunan jetty, pemberian bantuan peralatan nelayan, pemberian bantuan modal usaha serta pemberian pelatihan mengenai pembudidayaan ikan kepada para nelayan sehingga dapat menambah wawasan dalam bidang perikanan dan kelautan. Pada Tahun 2014 jumlah produksi perikanan budidaya sebesar 749,06 ton dan untuk produksi perikanan tangkap sebesar ton. Tabel 2.25 Jumlah Produksi Perikanan Tangkap Tahun 2014 (ton) Kecamatan Bulan Muntok Simpang Teritip Jebus Parittiga Kelapa Tempilang Total Januari 6,21 89,91 39,93 74,16 73,36 89,41 452,98 Februari 50,50 156,97 69,71 29,47 28,07 156,10 790,82 Maret 95,53 203,93 0,57 68,20 166,39 202, ,43 April 304,14 317,20 140,88 261,62 258,81 315, ,08 Mei 301,97 314,94 139,87 259,76 256,96 313, ,70 Juni 391,31 408,12 181,25 336,61 332,99 405, ,13 Juli 367,71 383,51 170,32 316,31 312,91 381, ,13 Agustus 207,57 216,49 96,15 178,56 176,64 215, ,70 September 150,02 156,47 69,49 129,05 127,66 155,60 788,29 Oktober 123,29 128,59 57,11 106,06 104,92 127,87 647,84 November 78,74 82,13 36,47 67,74 67,01 81,67 413,76 Desember 51,05 53,24 23,65 43,91 43,44 52,95 268,25 Total 2.408, , , , , , ,08 Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Tahun 2016 II - 46

64 6) Perindustrian dan Perdagangan Sebagaimana tinjauan terhadap PDRB pada bagian awal bab ini. sektor industri pengolahan merupakan sektor utama pembentuk PDRB. Adapun sektor perdagangan, juga termasuk penyumbang peringkat keempat pada pembentukan PDRB daerah. Kondisi tersebut menegaskan bahwa perindustrian dan perdagangan merupakan motor penggerak ekonomi wilayah. Sektor industri pengolahan perlu dikelola dengan optimal sehingga menjadi motor ekonomi yang efisien, berdaya saing tinggi, mempunyai struktur yang kukuh, dapat memproduksi barang-barang bermutu, bernilai tambah tinggi, dan padat karya dengan tingkat keterampilan tinggi. Pertumbuhan industri yang cukup besar adalah pada industri kecil dengan jenis industri antara lain kerajinan sandang, pengolahan makanan, pengolahan tahu/tempe, pengrajin genteng/batako, perbengkelan, pertukangan kayu, air minum isi ulang, dan kerajinan anyaman/gerabah/keramik. Sementara industri sedang dan industri besar di Kabupaten belum mengalami perkembangan dengan jenis industri yang dikelola antara lain perkebunan kelapa sawit dan pengolahan bijih timah. Dalam rangka mendukung pertumbuhan industri di Kabupaten. Pemerintah Daerah telah melakukan berbagai kegiatan seperti sosialisasi, monitoring dan evaluasi, pelatihan, dan pemberian bantuan sarana industri khusus bagi industri kecil. Secara umum pertumbuhan dan jumlah industri di tahun 2014 meningkat cukup tinggi. Jumlah industri sampai tahun 2014 telah terealisasi sebanyak unit industri. Jumlah ini merupakan jumlah kalkulasi dari tahun sebelumnya ditambah dengan tahun 2014 sebanyak 662 unit industri. Kabupaten Tahun 2016 II - 47

65 Gambar 2.14 Pertumbuhan dan Jumlah Industri Tahun Jumlah Industri Pertumbuhan Industri Sumber : Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UKM Aspek Daya Saing Daerah Daya saing daerah merupakan salah satu aspek tujuan penyelenggaraan otonomi daerah sesuai dengan potensi. kekhasan. dan unggulan daerah. Suatu daya saing (competitiveness) merupakan salah satu faktor kunci keberhasilan pembangunan ekonomi yang berhubungan dengan tujuan pembangunan daerah dalam mencapai tingkat kesejahteraan yang tinggi dan berkelanjutan Kemampuan Ekonomi Daerah 1. Pengeluaran Per Kapita Tingkat perekonomian daerah dan kesejahteraan penduduk dapat diketahui salah satunya melalui seberapa besar pengeluaran masyarakat. Tingkat pengeluaran dapat digunakan sebagai pendekatan untuk mengetahui jumlah pendapatan masyarakat. Struktur pengeluaran rumah tangga dapat dijadikan salah satu ukuran untuk menilai tingkat kesejahteraan, dimana semakin rendah pengeluaran untuk makanan terhadap total pengeluaran, maka semakin baik tingkat perekonomian suatu masyarakat. Berdasarkan data susenas tahun 2013, secara rata-rata persentase pengeluaran penduduk di Kabupaten untuk komoditi makanan masih lebih besar daripada pengeluaran untuk non makanan. Kabupaten Tahun 2016 II - 48

66 Gambar 2.15 Pengeluaran per Kapita (disesuaikan) Kabupaten Tahun (ribu rupiah/bulan) Sumber: Statistik Daerah Kab.,2013 Gambar 2.16 Persentase Pengeluaran untuk Makanan dan Non Makanan Rata-rata Rumah Tangga di Kabupaten Tahun 2013 Sumber: Statistik Daerah Kab. 2. Produktivitas Total Daerah Tabel 2.26 Produktivitas per Sektor Tahun 2009 s.d 2013 Kabupaten No. Sektor r 2012* 2013** 1. Pertanian Pertambangan & Penggalian Industri Pengolahan Listrik,Gas & Air bersih Bangunan Kabupaten Tahun 2016 II - 49

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 02 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 02 TAHUN 2015 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 02 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 09 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH TAHUN 2005-2025

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR TAHUN 2015 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 09 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH TAHUN 2005-2025

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... Halaman BAB I. PENDAHULUAN... I-1 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... I-3 1.3 Hubungan Antar Dokumen... I-4

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN Lampiran I Peraturan Bupati Pekalongan Nomor : 17 Tahun 2015 Tanggal : 29 Mei 2015 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintah

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Administrasi Kabupaten Bangka Tengah secara administratif terdiri atas Kecamatan Koba, Kecamatan Lubuk Besar, Kecamatan Namang, Kecamatan Pangkalan Baru, Kecamatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Hartini Susanti, 2015

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Hartini Susanti, 2015 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Negara Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam dan mineral, seperti batubara, timah, minyak bumi, nikel, dan lainnya. Peraturan Presiden

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis dan Administratif Kabupaten Bangka Barat merupakan salah satu kabupaten pemekaran di Propinsi Kepulauan Bangka Belitung yang disahkan dengan UU RI Nomor

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2011-2015 Diperbanyak oleh: Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015 Lampiran I Peraturan Bupati Pekalongan Nomor : 15 Tahun 2014 Tanggal : 30 Mei 2014 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dokumen perencanaan

Lebih terperinci

RKPD KABUPATEN LAMANDAU TAHUN 2015

RKPD KABUPATEN LAMANDAU TAHUN 2015 i BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) berpedoman pada Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, Undang-Undang

Lebih terperinci

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA PALU DT - TAHUN

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA PALU DT - TAHUN DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Luas Wilayah Kota Palu Menurut Kecamatan Tahun 2015.. II-2 Tabel 2.2 Banyaknya Kelurahan Menurut Kecamatan, Ibu Kota Kecamatan Dan Jarak Ibu Kota Kecamatan Dengan Ibu Kota Palu Tahun

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) KABUPATEN BELITUNG TAHUN ANGGARAN 2013

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) KABUPATEN BELITUNG TAHUN ANGGARAN 2013 PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) KABUPATEN BELITUNG TAHUN ANGGARAN 2013 TANJUNGPANDAN, MARET 2014 KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan Puji Syukur Kehadirat

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU 4.1 Kondisi Geografis Secara geografis Provinsi Riau membentang dari lereng Bukit Barisan sampai ke Laut China Selatan, berada antara 1 0 15 LS dan 4 0 45 LU atau antara

Lebih terperinci

BUPATI ROKAN HULU PROVINSI RIAU

BUPATI ROKAN HULU PROVINSI RIAU BUPATI ROKAN HULU PROVINSI RIAU PERATURAN BUPATI ROKAN HULU NOMOR 23 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN ROKAN HULU TAHUN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI ROKAN HULU,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan tahunan yang disusun untuk menjamin keterkaitan dan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan tahunan yang disusun untuk menjamin keterkaitan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rencana Kerja Pemerintah Daerah adalah dokumen perencanaan pembangunan tahunan yang disusun untuk menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran,

Lebih terperinci

Rencana Kerja P emerintah Daerah Kabupaten Barru Tahun 2015 DAFTAR ISI

Rencana Kerja P emerintah Daerah Kabupaten Barru Tahun 2015 DAFTAR ISI Rencana Kerja P emerintah Daerah Kabupaten Barru Tahun 2015 DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... 3 1.3 Hubungan Antar Dokumen Perencanaan... 5 1.4 Sistematika

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU NOMOR 01 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN LAMANDAU TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU NOMOR 01 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN LAMANDAU TAHUN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU NOMOR 0 TAHUN 204 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN LAMANDAU TAHUN 203-208 PEMERINTAH KABUPATEN LAMANDAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SUMEDANG TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SUMEDANG TAHUN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SUMEDANG TAHUN 2014-2018 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMEDANG, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA TAHUN 2016 2021 DENGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN R encana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) adalah dokumen perencanaan pembangunan daerah untuk periode 5 (lima) tahun. RPJMD memuat visi, misi, dan program pembangunan dari Bupati

Lebih terperinci

BUPATI BANGKA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI BANGKA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI BANGKA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BANGKA BARAT TAHUN 2014-2034 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA PAGAR ALAM TAHUN 2018

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA PAGAR ALAM TAHUN 2018 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA PAGAR ALAM TAHUN 2018 PEMERINTAH KOTA PAGAR ALAM TAHUN 2017 KATA PENGANTAR Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kota Pagar Alam Tahun 2018 disusun dengan mengacu

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 Administrasi Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 6 o 57`-7 o 25` Lintang Selatan dan 106 o 49` - 107 o 00` Bujur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Perbaikan sistem manajemen pemerintahan merupakan agenda penting dalam reformasi pemerintahan yang sedang dijalankan oleh pemerintah. Sistem manajemen pemerintahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional telah mengamanatkan bahwa agar perencanaan pembangunan daerah konsisten, sejalan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman. X-ii. RPJMD Kabupaten Ciamis Tahun

DAFTAR ISI. Halaman. X-ii. RPJMD Kabupaten Ciamis Tahun DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR GRAFIK... xiii BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-5

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2015

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2015 RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2015 Oleh: BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KABUPATEN MALANG Malang, 30 Mei 2014 Pendahuluan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004

Lebih terperinci

Laporan Kinerja Pemerintah Kabupaten Bangka Barat Tahun 2014 DAFTAR ISI

Laporan Kinerja Pemerintah Kabupaten Bangka Barat Tahun 2014 DAFTAR ISI DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ------------------------------------------------------------------------------------------------------ i DAFTAR ISI ------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Lebih terperinci

Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kabupaten Kuningan TAHUN 2014 BAB I PENDAHULUAN. tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang

Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kabupaten Kuningan TAHUN 2014 BAB I PENDAHULUAN. tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah,

Lebih terperinci

BUPATI BANGKA BARAT PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 2 TAHUN 2015

BUPATI BANGKA BARAT PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 2 TAHUN 2015 BUPATI BANGKA BARAT PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG

Lebih terperinci

Lampiran Peraturan Bupati Tanah Datar Nomor : 18 Tahun 2015 Tanggal : 18 Mei 2015 Tentang : Rencana Kerja Pembangunan Daerah Tahun 2016 DAFTAR ISI

Lampiran Peraturan Bupati Tanah Datar Nomor : 18 Tahun 2015 Tanggal : 18 Mei 2015 Tentang : Rencana Kerja Pembangunan Daerah Tahun 2016 DAFTAR ISI Lampiran Peraturan Bupati Tanah Datar Nomor : 18 Tahun 2015 Tanggal : 18 Mei 2015 Tentang : Rencana Kerja Pembangunan Daerah Tahun 2016 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR GRAFIK DAFTAR ISI i

Lebih terperinci

RANCANGAN RENCANA PEMBANGUNANN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN KOTABARU TAHUN

RANCANGAN RENCANA PEMBANGUNANN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN KOTABARU TAHUN RANCANGAN RENCANA PEMBANGUNANN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN KOTABARU TAHUN 2016-2021 PEMERINTAH KABUPATEN KOTABARU 2016 Bab I Daftar Isi... i Daftar Tabel... iii Daftar Gambar... ix PENDAHULUAN I-1

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA MATARAM TAHUN 2016

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA MATARAM TAHUN 2016 PEMERINTAH KOTA MATARAM 2016 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA MATARAM TAHUN 2016 idoel Tim Penyusun Rencana Kerja Pemerintah Daerah private (RKPD) 1/1/2016 Kota Mataram WALIKOTA MATARAM PROVINSI

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Nanga Bulik, 27 Mei 2013 BUPATI LAMANDAU, Ir. MARUKAN

KATA PENGANTAR. Nanga Bulik, 27 Mei 2013 BUPATI LAMANDAU, Ir. MARUKAN KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas perkenan- Nya penyusunan dokumen Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kabupaten Lamandau Tahun 204 akhirnya dapat diselesaikan.

Lebih terperinci

BUPATI PENUKAL ABAB LEMATANG ILIR,

BUPATI PENUKAL ABAB LEMATANG ILIR, BUPATI PENUKAL ABAB LEMATANG ILIR PERATURAN BUPATI PENUKAL ABAB LEMATANG ILIR NOMOR 096 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PENUKAL ABAB LEMATANG ILIR TAHUN 2015 DENGAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARIMUN NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN KARIMUN TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARIMUN NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN KARIMUN TAHUN Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Karimun 2011-2016 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARIMUN NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN KARIMUN TAHUN

Lebih terperinci

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH SALINAN BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, Menimbang: a. bahwa dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN...I.

BAB I PENDAHULUAN...I. DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GRAFIK... x DAFTAR GAMBAR... xi BAB I PENDAHULUAN... I. 1 1.1 Latar Belakang... I. 1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... I. 9 1.3 Hubungan RKPD dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rencana kerja pembangunan daerah yang selanjutnya disingkat RKPD adalah dokumen perencanaan daerah untuk periode 1 (satu) tahun atau disebut dengan rencana pembangunan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR RANCANGAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH TAHUN 2018 KATA PENGANTAR

KATA PENGANTAR RANCANGAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH TAHUN 2018 KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) merupakan dokumen perencanaan daerah yang menjadi acuann untuk pembangunan selama periode satu tahun dan Pemerintah daerah memiliki

Lebih terperinci

1.1. Latar Belakang. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Mandailing Natal Tahun I - 1

1.1. Latar Belakang. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Mandailing Natal Tahun I - 1 1.1. Latar Belakang RPJMD merupakan penjabaran dari visi, misi dan program Bupati Mandailing Natal yang akan dilaksanakan dan diwujudkan dalam suatu periode masa jabatan. RPJMD Kabupaten Mandailing Natal

Lebih terperinci

DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... xii

DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... xii BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-4 1.3. Hubungan Antar Dokumen... I-7 1.4.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia. Dalam rangka

Lebih terperinci

RPJMD KABUPATEN LINGGA DAFTAR ISI. Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar

RPJMD KABUPATEN LINGGA DAFTAR ISI. Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar i ii vii Bab I PENDAHULUAN I-1 1.1 Latar Belakang I-1 1.2 Dasar Hukum I-2 1.3 Hubungan Antar Dokumen 1-4 1.4 Sistematika Penulisan 1-6 1.5 Maksud dan Tujuan 1-7 Bab

Lebih terperinci

RPJMD KABUPATEN LAMANDAU TAHUN

RPJMD KABUPATEN LAMANDAU TAHUN i BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) berpedoman pada Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional,

Lebih terperinci

BUPATI BANGKA BARAT PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

BUPATI BANGKA BARAT PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG BUPATI BANGKA BARAT PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 07 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT TAHUN 2016-2021

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) TAHUN 2017 BAB I PENDAHULUAN

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) TAHUN 2017 BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH TAHUN 2017 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) TAHUN 2017 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Untuk menjalankan tugas dan fungsinya, pemerintah daerah memerlukan perencanaan mulai dari perencanaan jangka panjang, jangka menengah hingga perencanaan jangka pendek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah pada pasal 260 menyebutkan bahwa Daerah sesuai dengan kewenangannya menyusun rencana pembangunan Daerah

Lebih terperinci

Pemerintah Kabupaten Wakatobi

Pemerintah Kabupaten Wakatobi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Wakatobi memiliki potensi kelautan dan perikanan serta potensi wisata bahari yang menjadi daerah tujuan wisatawan nusantara dan mancanegara. Potensi tersebut

Lebih terperinci

DAFTAR ISI Hal Daftar Isi... i Daftar Tabel... ii Daftar Gambar... v Daftar Lampiran... vi

DAFTAR ISI Hal Daftar Isi... i Daftar Tabel... ii Daftar Gambar... v Daftar Lampiran... vi DAFTAR ISI Daftar Isi... i Daftar Tabel... ii Daftar Gambar... v Daftar Lampiran... vi BAB I Pendahuluan... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Hubungan dokumen RKPD dengan dokumen perencanaan lainnya...

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 63 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Penelitian Berdasarkan Badan Pusat Statistik (2011) Provinsi Lampung meliputi areal dataran seluas 35.288,35 km 2 termasuk pulau-pulau yang

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Hal. Daftar Isi... i Daftar Tabel... v Daftar Gambar... x Daftar Grafik... xi

DAFTAR ISI. Hal. Daftar Isi... i Daftar Tabel... v Daftar Gambar... x Daftar Grafik... xi DAFTAR ISI Hal. Daftar Isi... i Daftar Tabel... v Daftar Gambar... x Daftar Grafik... xi BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-4 1.3. Hubungan RPJMD dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyampaian laporan keterangan pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada DPRD merupakan amanah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

Lebih terperinci

ISI DAN URAIAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA TASIKMALAYA TAHUN BAB I PENDAHULUAN

ISI DAN URAIAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA TASIKMALAYA TAHUN BAB I PENDAHULUAN - 1 - LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA TASIKMALAYA TAHUN 2013-2017 ISI DAN URAIAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA PAGAR ALAM NOMOR 34 TAHUN 2016

PERATURAN WALIKOTA PAGAR ALAM NOMOR 34 TAHUN 2016 PERATURAN WALIKOTA PAGAR ALAM NOMOR 34 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN WALIKOTA PAGAR ALAM NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENETAPAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA PAGAR ALAM TAHUN

Lebih terperinci

2.25. Jumlah Anak Balita Hidup dan Jumlah Kasus Kematian Balita di 32 KecamatanTahun II-42 Tabel Jumlah kasus kematian ibu hamil,

2.25. Jumlah Anak Balita Hidup dan Jumlah Kasus Kematian Balita di 32 KecamatanTahun II-42 Tabel Jumlah kasus kematian ibu hamil, LAMPRIAN : PERATURAN DAERAH KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN TAHUN 2014-2019 DAFTAR ISI DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI BENGKULU UTARA NOMOR : 18 TAHUN 2015

PERATURAN BUPATI BENGKULU UTARA NOMOR : 18 TAHUN 2015 PERATURAN BUPATI BENGKULU UTARA NOMOR : 18 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BENGKULU UTARA TAHUN 2016 BUPATI BENGKULU UTARA PROVINSI BENGKULU PERATURAN BUPATI BENGKULU UTARA

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... Halaman PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2016-2021... 1 BAB I PENDAHULUAN...

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN 2016

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN 2016 RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN 2016 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA I-0 2015 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... vii

DAFTAR ISI. PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... vii DAFTAR ISI PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... vii BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... 2 1.3. Hubungan Antar Dokumen...

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 22 TAHUN 2011 T E N T A N G

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 22 TAHUN 2011 T E N T A N G Design by (BAPPEDA) Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur Martapura, 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 22 TAHUN 2011 T E N T A N G RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH (RPJM) DAERAH

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI. Undang-Undang No. 61 tahun Secara geografis Provinsi Jambi terletak

IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI. Undang-Undang No. 61 tahun Secara geografis Provinsi Jambi terletak IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI 4.1 Keadaan Umum Provinsi Jambi secara resmi dibentuk pada tahun 1958 berdasarkan Undang-Undang No. 61 tahun 1958. Secara geografis Provinsi Jambi terletak antara 0º 45

Lebih terperinci

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT i DAFTAR ISI PERATURAN BUPATI LOMBOK BARAT KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL i ii viii BAB I PENDAHULUAN 1 1.1 Latar Belakang 1 1.2 Dasar Hukum 3 1.3 Hubungan Antar Dokumen 4 1.4 Sistimatika Dokumen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, sebagaimana telah

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN KUNINGAN TAHUN

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN KUNINGAN TAHUN RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN KUNINGAN TAHUN 2014-2018 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUNINGAN,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Provinsi Lampung merupakan provinsi yang berada di ujung selatan Pulau Sumatera dan merupakan gerbang utama jalur transportasi dari dan ke Pulau Jawa. Dengan posisi

Lebih terperinci

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANGKA

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANGKA GEOGRAFIS KABUPATEN BANGKA PKL Sungailiat PKW PKNp PKWp PKW PKW Struktur Perekonomian Kabupaten Bangka tanpa Timah Tahun 2009-2013 Sektor 2009 (%)

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR TIM PENYUSUN BAPPEDA KOTA BATU

KATA PENGANTAR TIM PENYUSUN BAPPEDA KOTA BATU KATA PENGANTAR Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kota Batu tahun 2015 merupakan pemfokusan rencana pembangunan yang akan dilaksanakan oleh Pemerintah Kota Batu pada tahun 2015. Pemfokusan berpedoman

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB I P E N D A H U L U A N BAB I P E N D A H U L U A N 1.1 Latar Belakang Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang SIstem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah mengamanatkan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Gambar...

DAFTAR ISI. Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Gambar... DAFTAR ISI Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Gambar... i iii vii BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Dasar Hukum... I-2 1.3 Maksud dan Tujuan... I-4 1.4 Hubungan Antar Dokumen...

Lebih terperinci

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN... 1

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN... 1 1 DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Dasar Hukum...... 2 1.3. Hubungan Antar Dokumen... 5 1.4. Sistematika Dokumen RKPD... 5 1.5. Maksud dan Tujuan... Hal BAB II EVALUASI HASIL

Lebih terperinci

Halaman DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN

Halaman DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN 1. DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN i ii iii vi BAB I PENDAHULUAN I-1 1.1. Latar Belakang I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan I-3 1.3. Maksud dan Tujuan

Lebih terperinci

WALIKOTA MATARAM PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR 14 TAHUN 2014 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KOTA MATARAM TAHUN 2015

WALIKOTA MATARAM PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR 14 TAHUN 2014 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KOTA MATARAM TAHUN 2015 WALIKOTA MATARAM PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KOTA MATARAM TAHUN 2015 TIM PENYUSUN RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA MATARAM TAHUN 2014

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Berdasarkan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, bahwa penyelenggaraan desentralisasi dilaksanakan dalam bentuk pemberian kewenangan Pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM Perkembangan Sejarah menunjukkan bahwa Provinsi Jawa Barat merupakan Provinsi yang pertama dibentuk di wilayah Indonesia (staatblad Nomor : 378). Provinsi Jawa Barat dibentuk

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan dititikberatkan pada pertumbuhan sektor-sektor yang dapat memberikan kontribusi pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Tujuan pembangunan pada dasarnya mencakup beberapa

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS IIV.1 Permasalahan Pembangunan Permasalahan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Ngawi saat ini dan permasalahan yang diperkirakan terjadi lima tahun ke depan perlu mendapat

Lebih terperinci

D A F T A R I S I Halaman

D A F T A R I S I Halaman D A F T A R I S I Halaman B A B I PENDAHULUAN I-1 1.1 Latar Belakang I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan I-2 1.3 Hubungan RPJM dengan Dokumen Perencanaan Lainnya I-3 1.4 Sistematika Penulisan I-7 1.5 Maksud

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB I P E N D A H U L U A N LAMPIRAN PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2016 BAB I P E N D A H U L U A N A. LATAR BELAKANG Rencana Kerja Pembangunan Daerah

Lebih terperinci

I-1 BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang

I-1 BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (LPPD) kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ)

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR H. DJOHAN SJAMSU, SH PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK UTARA

KATA PENGANTAR H. DJOHAN SJAMSU, SH PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK UTARA KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT, hanya karena Ijin dan RahmatNya, Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kabupaten Lombok Utara Tahun 2015 ini dapat diselesaikan. RKPD Tahun 2015 ini disusun

Lebih terperinci

BUPATI TOBA SAMOSIR PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOBA SAMOSIR NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI TOBA SAMOSIR PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOBA SAMOSIR NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG 1 SALINAN BUPATI TOBA SAMOSIR PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOBA SAMOSIR NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2016-2021 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2012-2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

SURAKARTA KOTA BUDAYA, MANDIRI, MAJU, DAN SEJAHTERA.

SURAKARTA KOTA BUDAYA, MANDIRI, MAJU, DAN SEJAHTERA. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, mengamanatkan kepada

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA KAB. TOBA SAMOSIR BAB I PENDAHULUAN

LAPORAN KINERJA KAB. TOBA SAMOSIR BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Kabupaten Toba Samosir Kabupaten Toba Samosir dimekarkan dari Kabupaten Tapanuli Utara sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1998 tentang Pembentukan

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM. 4.1 Letak Geografis

KEADAAN UMUM. 4.1 Letak Geografis III. KEADAAN UMUM 4.1 Letak Geografis Kabupaten Bangka Selatan, secara yuridis formal dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Bangka Selatan, Kabupaten Bangka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I - 1 A. VISI DAN MISI II - 3 B. STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN DAERAH II - 5 C. PRIORITAS PEMBANGUNAN DAERAH II - 13

BAB I PENDAHULUAN I - 1 A. VISI DAN MISI II - 3 B. STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN DAERAH II - 5 C. PRIORITAS PEMBANGUNAN DAERAH II - 13 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR HAL i iv vi vii BAB I PENDAHULUAN I - 1 1.1 DASAR HUKUM I - 4 1.2 GAMBARAN UMUM DAERAH I - 3 1. Kondisi Geografis Daerah I - 5 2. Batas Administrasi

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI DAFTAR ISI...... i DAFTAR TABEL...... iii DAFTAR GAMBAR...... viii BAB I PENDAHULUAN... 2 1.1 Latar Belakang... 3 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... 5 1.3 Hubungann antara Dokumen RPJMD dengan Dokumen

Lebih terperinci

Kata Pengantar Bupati Nagan Raya

Kata Pengantar Bupati Nagan Raya Kata Pengantar Bupati Nagan Raya Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, serta selawat dan salam kita sampaikan atas junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW atas limpahan rahmat dan karunia-nya

Lebih terperinci

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR TAHUN

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR TAHUN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR TAHUN 2016-2021 PEMERINTAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR TAHUN 2016 RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH DAN ISU STRATEGIS... II-1

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH DAN ISU STRATEGIS... II-1 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1 LATAR BELAKANG... I-1 2.1 MAKSUD DAN TUJUAN... I-2 1.2.1 MAKSUD... I-2 1.2.2 TUJUAN... I-2 1.3 LANDASAN PENYUSUNAN...

Lebih terperinci

BAB - I PENDAHULUAN I Latar Belakang

BAB - I PENDAHULUAN I Latar Belakang BAB - I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, telah mengamanatkan bahwa agar perencanaan pembangunan daerah konsisten, sejalan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2012-2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BUPATI SUMBA BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

BUPATI SUMBA BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR BUPATI SUMBA BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SUMBA BARAT TAHUN 2016-2021 DENGAN

Lebih terperinci

S A L I N A N PERATURAN BUPATI PEKALONGAN NOMOR 15 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015

S A L I N A N PERATURAN BUPATI PEKALONGAN NOMOR 15 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015 S A L I N A N PERATURAN BUPATI PEKALONGAN NOMOR 15 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PEKALONGAN, Menimbang : a.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) adalah dokumen perencanaan tahunan Pemerintah Daerah, yang merupakan penjabaran dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lampiran Peraturan Daerah Kabupaten Barru Nomor 6 Tahun 2016 Tanggal 18 Agustus 2016

BAB I PENDAHULUAN. Lampiran Peraturan Daerah Kabupaten Barru Nomor 6 Tahun 2016 Tanggal 18 Agustus 2016 Lampiran Peraturan Daerah Kabupaten Barru Nomor 6 Tahun 2016 Tanggal 18 Agustus 2016 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pemerintah Daerah dalam menjalankan tugas dan fungsinya memerlukan perencanaan

Lebih terperinci

Lubuklinggau, Mei 2011 BUPATI MUSI RAWAS RIDWAN MUKTI

Lubuklinggau, Mei 2011 BUPATI MUSI RAWAS RIDWAN MUKTI Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-nya kegiatan penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010-2015 dapat diselesaikan

Lebih terperinci

WALIKOTA SURAKARTA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA SURAKARTA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG WALIKOTA SURAKARTA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2016-2021 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci