BAB II LANDASAN TEORI. sinonim yang digunakan untuk mendefinisikan kecurangan, diantaranya :

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI. sinonim yang digunakan untuk mendefinisikan kecurangan, diantaranya :"

Transkripsi

1 BAB II LANDASAN TEORI II.1 Pengertian Fraud Fraud tidak hanya diartikan sempit sebagai kecurangan, sehingga ada banyak sinonim yang digunakan untuk mendefinisikan kecurangan, diantaranya : 1. Mengutip pernyataan Fraud Examiners Manual yang mendefinisikan kecurangan sebagai keuntungan yang diperoleh dari seseorang dengan cara menghadirkan sesuatu yang palsu. 2. Menurut Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) ada empat pasal yang mendefinisikan kecurangan dalam dunia keuangan, yaitu : a. Pasal 362 : Pencurian (definisi KUHP : mengambil barang sesuatu, yang seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang lain, dengan maksud untuk dimiliki secara melawan hukum ) b. Pasal 368 : Pemerasan dan pengancaman definisi KUHP : dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum, memaksa seseorang dengan kekerasan atau ancaman kekerasan untuk memberikan sesuatu barang, seluruhnya atau sebagian adalah kepunyaan orang itu atau orang lain, atau supaya membuat utang maupun menghapuskan piutang c. Pasal 372 : Penggelapan : (definisi KUHP : dengan sengaja melawan hukum memiliki sesuatu barang seluruhnya atau sebagian yang adalah kepunyaan orang lain, tetapi yang ada dalam kekuasaannya bukan karena kejahatan ). 8

2 d. Pasal 378 : Perbuatan curang : ( definisi KUHP : dengan maksud sengaja untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum, dengan memakai nama palsu atau martabat palsu, dengan tipu muslihat, ataupun rangkaian kebohongan, menggerakan orang lain untuk menyerahkan sesuatu barang kepadanya, atau supaya memberi hutang atau maupun menghapuskan piutang ). 3. Singleton, Tommie, Aoron Singleton, Jack Bologna (2006) mendefinisikan : a. Fraud as a crime. Fraud is a generic term, and embraces all the multifarious means which human ingenuity can devise, which are resorted to by one individual, to get an advantage over another by false representations. Maksud dari penjelasan diatas adalah kecurangan adalah istilah umum, yang mencakup berbagai macam kelihaian manusia, dimana satu individu memberikan gambaran yang salah untuk mendapatkan keuntungan dari orang lain. b. Fraud as a tort. Fraud is the defendant has made a representation in regard to material fact; that such representation is false; that such representation was not actually believed by the defendant, on reasonable grounds, to be true; that is was made with intent that it should be acted on; that is acted on by complainant to his damage; and that in so acting on it the complainant was ignorant of its falsity, and reasonably believed it to be true. Maksud dari penjelasan diatas adalah bahwa kecurangan merupakan tindakan yang disengaja dalam menyajikan laporan tentang faktafakta material yang salah, sehingga menjadikan seseorang salah dalam mengambil keputusannya karena menganggap itu benar. 9

3 4. Golden, T.W, Steven L.K Mona M. Clayton (2006) mengidentifikasi fraud kedalam empat elemen, yaitu : a. A false representation of material nature b. Scienter- knowledge that the representation is false, or reckless disregard for the truth c. Reliance- the person receiving the representation reasonably and justifiably relied on it d. Damage- financial damages resulting from all of the above Dalam kaitannya dengan kecurangan, maka elemen pertama adalah kesalahan dalam penyajian yang bersifat material, elemen yang kedua adalah scienter- ilmu yang memberikan gambaran/representasi salah atau mengabaikan kebenaran. Reliance- orang yang menerima representasi yang layak dan dapat dibenarkan berdasarkan representasi itu, dan elemen yang ke empat adalah damages- kerugian keuangan yang diakibatkan dari ke tiga elemen diatas. II. 2 Fraud Triangle Penelitian tradisional tentang kecurangan dilakukan pertama kali oleh Donald Cressey pada tahun 1950 yang menimbulkan pertanyaan mengapa kecurangan dapat terjadi. Hasil dari penelitian itu memunculkan faktor-faktor pemicu kecurangan yang saat ini dikenal dengan Fraud Triangle. Dalam penelitian tersebut Cressey memutuskan untuk mewawancarai pelaku kecurangan yang menjadi tahanan atas tindakan kecurangan berupa penggelapan. Cressey mewawancarai 200 pelaku penggelapan yang sedang menjalani masa tahanan. Satu dari tujuan utama penelitian ini menyimpulkan bahwa setiap kecurangan yang dilakukan oleh para pelaku memenuhi tiga faktor penting sebagai faktor pemicu 10

4 kecurangan, yaitu : Pressure (menunjukkan motivasi dan sebagai unshareable need ), rationalization (personal ethics), Knowledge dan opportunity. Gambar II.1. Fraud Triangle Dari dasar hasil penelitian yang dilakukan oleh Donald Cressey, memunculkan banyak pendapat-pendapat lain yang kian beragam, diantaranya : 1. Ramos (2003) dikutip dari Rosyid, menggambarkan penyebab kecurangan dalam bentuk segitiga (The fraud triangle), sebagai berikut : a. Penyalahgunaan wewenang / jabatan (Occupational Frauds): kecurangan yang dilakukan oleh individu-individu yang bekerja dalam suatu organisasi untuk mendapatkan keuntungan pribadi. b. Kecurangan organisatoris (Organisational Fraud): kecurangan yang dilakukan oleh organisasi itu sendiri demi kepentingan / keuntungan organisasi itu. 11

5 c. Skema kepercayaan (Confidence Schemes). Dalam kategori ini, pelaku membuat suatu skema kecurangan dengan menyalahgunakan kepercayaan korban. 2. CKM dr Kurtiyono mengutip pendapat Riduan Simanjuntak mengatakan bahwa terdapat empat faktor pendorong seseorang untuk melakukan kecurangan, yang dikenal dengan teori GONE, yaitu : a. Greed (keserakahan) b. Opportunity (kesempatan) c. Need (keinginan) d. Exposure (Pengungkapan) Faktor Greed dan Need merupakan faktor yang berhubungan dengan individu pelaku kecurangan (disebut juga faktor individual). Sedangkan faktor Opportunity dan Exposure merupakan faktor yang berhubungan dengan organisasi sebagai korban perbuatan fraud (disebut juga faktor generik/umum). II.2.1 Opportunity (Kesempatan/Peluang) Menurut Tuanakotta (2010) yang mengungkapkan bahwa dari penelitian Cressey, pelaku kecurangan selalu memiliki pengetahuan dan kesempatan untuk melakukan tindakan tersebut agar tindakan itu tidak dapat terdeteksi. Cressey berpendapat ada dua komponen dari peluang, yaitu ; 1. General information, yang merupakan pengetahuan bahwa kedudukan yang mengandung trust (kepercayaan), dapat dilanggar tanpa 12

6 konsekuensi. Pengetahuan ini diperoleh pelaku dari apa yang ia dengar atau lihat, misalnya dari pengalaman orang lain yang melakukan fraud dan tidak ketahuan atau tidak dihukum atau terkena sanksi. 2. Technical skill atau keahlian/keterampilan Keahlian/keterampilan yang dibutuhkan untuk melaksanakan kejahatan tersebut. Ini biasanya keahlian atau keterampilan yang dipunyai orang itu dan yang menyebabkan ia mendapat kedudukan tersebut. Selain itu, faktor yang menciptakan kesempatan adalah lemahnya pengendalian internal (internal controls) yang telah ada pada perusahaan. Dalam bukunya Modern Auditing Boynton menyatakan mengenai Committee of Sponsoring Organizations (COSO) dan mengidentifikasikan lima komponen pengendalian intern yang saling berhubungan, yaitu : 1. Lingkungan Pengendalian (control environment) Faktor pembentuk lingkungan pengendalian dalam suatu entitas dapat berupa integritas dan nilai etika, komitmen terhadap kompetensi, dewan direksi dan komite audit, filosofi dan gaya operasi manajemen, struktur organisasi, penetapan wewenang dan tanggung jawab, serta kebijakan dan praktik sumber daya manusia. 2. Penilaian Resiko (risk assessment) Penilaian resiko oleh manajemen harus mencakup pertimbangan khusus atau resiko yang dapat muncul dari perubahan kondisi lingkungan operasi, personel baru, sistem informasi yang baru atau dimodifikasi, pertumbuhan yang cepat, teknologi baru, restrukturisasi 13

7 perusahaan, operasi di luar negri, pernyataan akuntansi, dan lini, produk, atau aktivitas baru. 3. Informasi dan Komunikasi (information and communication system) Sistem akuntansi yang efektif harus mencatat transaksi yang valid dan benar-benar terjadi, otorisasi yang tepat, penyajian secara tepat dalam laporan keuangan. 4. Aktivitas pengendalian (control activities) Aktivitas pengendalian yang relevan dengan audit laporan keuangan dapat dikategorikan dalam berbagai cara, yaitu pemisahan tugas, pengendalian pemrosesan informasi, pengendalian fisik, review kerja. 5. Pemantauan (monitoring) Pemantauan dapat dilaksanakan melalui aktivitas yang berkelanjutan (ongoing activities) dan melalui pengevaluasian periodik secara terpisah. II.2.2 Pressure (Tekanan) Tekanan merujuk pada sesuatu hal yang terjadi pada kehidupan pribadi pelaku yang memotivasinya untuk mencuri. Biasanya motivasi tersebut timbul karena masalah keuangan, tetapi ini dapat menjadi gejala dari faktor-faktor tekanan lainnya, sehingga tekanan dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu : tekanan dari faktor keuangan (financial), dan tekanan dari faktor sosial (non financial) 14

8 1. Financial Pressure Masalah keuangan yang dialami pelaku dapat dipecahkan dengan mencuri uang atau aset lainnya. Berikut faktor-faktor dari tekanan keuangan : a. Greed. Keserakahan seseorang akan kekayaan dapat memicu orang tersebut bertindak curang karena merasa tidak puas dengan apa yang dimiliki. b. Gaya hidup mewah c. High personal debts. Hutang yang menumpuk dapat membuat seseorang tertekan. Ketertekanan akan semakin tinggi ketika hutang tersebut tidak dapat dilunasi, sehingga akan menghalalkan segala cara untuk dapat melunasinya. d. High medical bills. Ketika calon pelaku kecurangan mengalami masalah kesehatan dan membutuhkan biaya pengobatan yang tinggi, sedangkan si calon pelaku tidak mempunyai cukup dana, maka dari tekanan biaya tersebut akan mendorong tindakan kriminal/ curang sebagai cara memenuhi biaya tersebut. e. Kerugian keuangan yang tak terduga. 2. Social Pressure Tekanan yang berasal dari faktor non-keuangan diantaranya : a. Vice Kebiasaan berjudi (gambling), drugs dan alcoholic (peminum berat)dapat menciptakan keinginan keuangan yang besar agar 15

9 supaya mendukung kebiasaan-kebiasaan tersebut. Hal ini menciptakan hubungan tekanan dengan aspek ini sebagai fraud triangle. b. Work related 1) Seseorang akan merasa tertekan ketika performa pekerjaan kurang diakui dan dinilai secara adil oleh manajemen 2) Kepuasan atas pekerjaannya 3) Takut akan kehilangan pekerjaannya 4) Tertekan karena ingin mendapatkan promosi 5) Merasa digaji rendah oleh perusahaan 3. Other Pressure a. Perubahan perilaku secara signifikan, seperti: easy going, tidak seperti biasanya. b. Sedang mengalami trauma emosional di rumah atau tempat kerja c. Tertantang untuk merusak atau membobol sistem d. Krisis keuangan yang tak terduga Tuanakotta menjelaskan komponen pressures sebagai perceived nonshareable financial need, yang dibagi kedalam enam kelompok : 1. Violation of ascribed obligation Suatu kedudukan atau jabatan dengan tanggung jawab keuangan, membawa konsekuensi tertentu yang bersangkutan dan juga menjadi harapan atasan atau majikannya. Disamping harus jujur, ia dianggap 16

10 perlu memiliki perilaku tertentu. Orang dalam jabatan seperti itu merasa wajib menghindari perbuatan seperti berjudi, mabuk, menggunakan narkoba dan perbuatan lain yang merendahkan martabatnya. Inilah kewajiban yang terkait dengan jabatan yang dipercayakan kepadanya. Ini adalah ascribed obligation baginya. Jika ia menghadapi situasi yang melanggar kewajiban terkait dengan jabatannya, ia merasa masalah yang dihadapinya tidak dapat diungkapkannya kepada orang lain. 2. Problems resulting from personal failure Kegagalan pribadi yang merupakan situasi yang dipersepsikan oleh orang yang mempunyai kedudukan serta dipercaya dalam bidang keuangan, sebagai kesalahannya menggunakan akal sehatnya, dan karena itu menjadi tanggung jawab pribadinya. 3. Business reversals Kegagalan bisnis merupakan kelompok situasi yang juga mengarah kepada non-shareable problem. Kegagalan ini dikarenakan oleh inflasi yang tinggi, atau krisis moneter, atau ekonomi, dan tingkat bunga yang tinggi. 4. Physical isolation Situasi ini dapat diterjemahkan sebagai keterpurukan dalam kesendirian. 5. Status gaining Kebiasaan (buruk) untuk tidak mau kalah dengan tetangga atau pelaku berusaha meningkatkan statusnya. 17

11 6. Employer-employee relations Kekesalan atau kebencian pelaku dalam pekerjaannya. Kekesalan itu biasa terjadi karena ia merasa gaji atau imbalan lainnya tidak layak dengan pekerjaan atau kedudukannya, atau ia merasa beban pekerjaannya teramat banyak, atau ia merasa kurang mendapat penghargaan batiniah (pujian). II.2.3 Rationalization (Justifikasi melakukan kecurangan) Rationalisasi adalah komponen kecurangan yang paling krusial. Rasionalisasi menjadi elemen penting dalam terjadinya fraud, dimana pelaku mencari pembenaran atas tindakannya, misalnya: 1. Tidak akan ada orang lain yang terluka 2. Saya berhak mendapatkan sesuatu yang lebih 3. Tindakan kecurangan yang ia lakukan bertujuan baik 4. Sesuatu yang menjadi kepuasaannya jika ia bertindak curang 5. Semua orang melakukan itu, jadi saya melakukannya juga 6. Orang-orang tidak mampu dan tidak peduli tentang konsekuensi atas tindakan atau atas pelakunya yang tidak jujur 7. Pelaku percaya bahwa jika mereka bertindak curang, mereka tidak akan kehilangan keluarga, uang dan kekayaannya. 8. Ketidakpuasan pekerjaan akan sesuatu hal yang berhubungan dengan gaji,lingkungan pekerjaan, perhatian yang diberikan oleh manajer, membuat pelaku berpikiran bahwa perusahaan berhutang kepada dia 9. Saya hanya meminjam uang perusahaan saja, nanti akan saya 18

12 kembalikan 10. Perusahaan telah mendapatkan keuntungan yang sangat besar dan tidak mengapa jika pelaku mengambil bagian sedikit dari keuntungan tersebut II.3 Unsur-unsur Fraud Kecurangan dianggap terjadi apabila memenuhi setiap unsur-unsur dari kecurangan. Apabila salah satu unsur tidak ada maka kecurangan dianggap tidak terjadi. Berikut unsur-unsur kecurangan : 1. Harus terdapat salah saji (misrepresentation) 2. Dari suatu masa lampau (past) atau sekarang (present) 3. Fakta bersifat material (material fact) 4. Dilakukan secara sengaja atau tanpa perhitungan (make-knowingly or necklessly) 5. Harus ada korban (there is a victim) 6. Harus ada yang dirugikan (there is a lost) 7. Tindakan illegal (illegal act) II.4 Jenis dan Klasifikasi Fraud Ada dua tipe salah saji yang relevan dengan pertimbangan auditor tentang kecurangan dalam audit atas laporan keuangan dalam Standar Profesional Akuntan Publik(SPAP).SA seksi 316. Pernyataan Standar Akunting (PSA) No.70 (paragraph 4 dan 5), yaitu : 19

13 1. Salah saji yang timbul dari kecurangan dalam laporan keuangan adalah salah saji atau penghilangan secara sengaja jumlah atau pengungkapan dalam laporan keuangan untuk mengelabui pemakai laporan keuangan. Kecurangan dalam laporan keuangan dapat menyangkut tindakan seperti yang disajikan berikut ini: a. Manipulasi, pemalsuan, atau perubahan catatan akuntansi atau dokumen pendukungnya yang menjadi sumber data bagi penyajian laporan keuangan b. Representasi yang salah dalam atau penghilangan dari laporan keuangan peristiwa, transaksi, atau informasi signifikan c. Salah penerapan secara sengaja prinsip akuntansi yang berkaitan dengan jumlah, klasifikasi, cara penyajian, atau pengungkapan. 2. Salah saji yang timbul dari perlakuan tidak semestinya terhadap aktiva (seringkali disebut dengan penyalahgunaan atau penggelapan) berkaitan dengan pencurian aktiva entitas yang berakibat laporan keuangan tidak disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Perlakuan tidak semestinya terhadap aktiva entitas dapat dilakukan. Sedangkan klasifikasi fraud mengutip pernyataan Direktorat Utama Pembinaan dan Pengembangan Hukum Pemeriksaan Keuangan Negara (Ditama Binbangkun) menurut The Association of Certified Fraud Examiners(ACFE) atau Asosiasi Pemeriksa Kecurangan Bersertifikat, merupakan organisasi profesional bergerak di bidang pemeriksaan atas kecurangan yang berkedudukan di Amerika Serikat dan mempunyai 20

14 tujuan untuk memberantas kecurangan, mengklasifikasikan fraud (kecurangan) dalam beberapa klasifikasi, yang dikenal dengan istilah Fraud Tree yaitu Sistem Klasifikasi Mengenai Hal-hal Yang Ditimbulkan Sama Oleh Kecurangan (Uniform Occupational Fraud Classification System),dengan bagian sebagai berikut (Lihat Lampiran Gambar II.2. Fraud Tree): Berdasarkan bagan Uniform Occupational Fraud Classification System tersebut, ACFE mengklasifikasikan Fraud dalam 3 (tiga) jenis atau tipologi berdasarkan perbuatan, yaitu : 1. Penyimpangan atas aset (Asset Misappropriation); Asset Misappropriation meliputi penyalahgunaan atau pencurian aset atau harta perusahaan atau pihak lain. Ini merupakan bentuk fraud yang paling mudah dideteksi karena sifatnya yang tangible atau dapat diukur/dihitung (defined value). 2. Pernyataan palsu atau salah pernyataan (Fraudulent Statement); Fraudulent Statement meliputi tindakan yang dilakukan oleh pejabat atau eksekutif suatu perusahaan atau instansi pemerintah untuk menutupi kondisi keuangan yang sebenarnya dengan melakukan rekayasa keuangan (financial engineering)dalam penyajian laporan keuangannya untuk memperoleh keuntungan atau mungkin dapat dianalogikan dengan istilah window dressing. Mengacu dalam buku Auditing and Assurance Services oleh Elder,R.., Mark S. Beasley, Alvin A.Arens menyatakan ada tiga jenis fraudulent financial statement, yaitu : 21

15 a. Cookie jar reserves merupakan penundaan pendapatan pada masa baik dan memasukannya pada masa sulit. Tujuannya agar pergerakan laba antar periode tidak terlalu fluktuatif. b. Pemerataan laba (income smoothing) merupakan usaha manajemen dalam mengurangi pergerakan laba yang terlalu fluktuatif. Tujuannya ialah agar pergerakan naik turunnya laba antar periode tidak berbeda terlalu jauh. c. Earning management merupakan tindakan manajer untuk meningkatkan (mengurangi) laba yang dilaporkan saat ini atas suatu unit dimana manajer bertanggung jawab, tanpa mengakibatkan peningkatan (penurunan) profitabilitas ekonomis jangka panjang unit tersebut. 3. Korupsi (Corruption) Kecurangan jenis ini sering kali tidak dapat dideteksi karena pihak yang bekerja sama menikmati keuntungan secara bersama atau dengan kata lain tindakan ini saling menguntungkan kedua belah pihak. Termasuk didalamnya adalah penyalahgunaan wewenang/konflik kepentingan (conflict of interest), penyuapan (bribery), penerimaan yang tidak sah/illegal (illegal gratuities), dan pemerasan secara ekonomi (economic extortion) II.5 Gejala Adanya Fraud Fraud (kecurangan) yang dilakukan oleh manajemen umumnya lebih sulit ditemukan dibandingkan dengan yang dilakukan oleh karyawan. Oleh karena itu, perlu 22

16 diketahui gejala-gejala yang menunjukkan adanya kecurangan tersebut, Bologna mendefinisikan gejala tersebut sebagai red flag. Menurut Ditama Binbangkum red flag/ gejala dapat dideteksi dengan melihat beberapa hal berikut ini : 1. Gejala kecurangan pada manajemen : a. Ketidakcocokan diantara manajemen puncak perusahaan b. Rendahnya moral dan motivasi karyawan c. Kurangnya staf Departemen akuntansi pada suatu perusahaan d. Tingkat komplai yang tinggi terhadap organisasi/perusahaan dari pihak konsumen, pemasok, atau badan otoritas e. Kekurangan kas secara tidak teratur dan tidak terantisipasi f. Penjualan/laba menurun sementara itu hutang dan piutang dagang meningkat g. Perusahaan mengambil kredit sampai batas maksimal untuk jangka waktu yang lama h. Terdapat kelebihan persediaan yang signifikan i. Terdapat peningkatan jumlah ayat jurnal penyesuaian pada akhir tahun buku 2. Gejala kecurangan pada karyawan/pegawai : a. Pembuatan ayat jurnal penyesuaian tanpa otorisasi manajemen dan tanpa perincian/ penjelasan pendukung b. Pengeluaran tanpa dokumen pendukung c. Pencatatan yang salah/tidak akurat pada buku jurnal/besar 23

17 d. Penghancuran, penghilangan, pengrusakan dokumen pendukung pembayaran e. Kekurangan barang yang diterima f. Kemahalan harga barang yang dibeli g. Adanya faktur ganda h. Penggantian mutu barang II.6 Pelaku dari Fraud Pelaku kecurangan dapat diklasifikasikan ke dalam dua kelompok, yaitu manajemen dan karyawan/pegawai. Pihak manajemen melakukan kecurangan biasanya untuk kepentingan perusahaan, contoh kecurangan yang dilakukan oleh manajemen yaitu salah saji yang timbul karena kecurangan pelaporan keuangan (misstatements arising from fraudulent financial reporting). Sedangkan karyawan/pegawai melakukan kecurangan bertujuan untuk keuntungan individu, misalnya salah saji yang berupa penyalahgunaan aktiva (misstatements arising from misappropriation of assets). Kecurangan pelaporan keuangan biasanya dilakukan karena dorongan dan ekspektasi terhadap prestasi kerja manajemen. Salah saji yang timbul karena kecurangan terhadap pelaporan keuangan lebih dikenal dengan istilah irregularities (ketidakberesan). Bentuk kecurangan seperti ini seringkali dinamakan kecurangan manajemen (management fraud), misalnya berupa : manipulasi, pemalsuan, atau pengubahan terhadap catatan akuntansi atau dokumen pendukung yang merupakan sumber penyajian laporan keuangan. Kesengajaan dalam salah menyajikan atau sengaja menghilangkan (intentional omissions) suatu transaksi, kejadian, atau informasi penting dari laporan keuangan. 24

18 Kecurangan penyalahgunaan aktiva biasanya disebut kecurangan karyawan (employee fraud). Salah saji yang berasal dari penyalahgunaan aktiva meliputi penggelapan aktiva perusahaan yang mengakibatkan laporan keuangan tidak disajikan sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum. Penggelapan aktiva umumnya dilakukan oleh karyawan yang menghadapi masalah keuangan dan dilakukan karena melihat adanya peluang kelemahan pada pengendalian internal perusahaan serta pembenaran terhadap tindakan tersebut. Contoh dari kecurangan karyawan (employee fraud) mengacuh pada Sawyers dalam The Practice of Modern Internal Audit yang telah dialih bahasakan oleh Amin Widjaja, ada 40 bentuk kecurangan karyawan, antara lain : 1. Pemalsuan cap stempel 2. Mencuri barang dagangan, peralatan, persediaan, dan barang-barang perlengkapan lainnya 3. Mengambil sejumlah kecil uang kas dari mesin kasir 4. Tidak mencatat penjualan barang dan mengantongi uangnya 5. Menciptakan kelebihan dana kas dan register dengan melakukan kurang pencatatan 6. Pembebanan berlebihan pada akun-akun pengeluaran atau menggunakan uang muka untuk kepentingan pribadi 7. Memutar penagihan atas rekening pelanggan 8. Membiayakan rekening pelanggan dan mencuri uangnya 9. Mengeluarkan kredit untuk klaim dan pengembalian oleh pelanggan palsu 25

19 10. Tidak memberikan setoran harian ke bank, atau menyetorkan sebagian dari uang saja II.7 Hipotesa Penelitian Hipotesis merupakan dugaan sementara terhadap rumusan masalah penelitian. Tidak semua penelitian menggunakan hipotesis. Penelitian yang merumuskan hipotesis adalah penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif. Terdapat tiga variabel independen dan satu variabel dependen dalam penelitian ini. Variabel independen terdiri dari opportunity, pressures, dan rationalization, sedangkan variabel dependen adalah fraudulent financial statement. Hubungan antar variable-variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut Opportunity Fraudulent Financial Statement Pressures Rationalization Gambar II.2. Model Penelitian Ketiga faktor tersebut memiliki pengaruh terhadap terjadinya fraudulent financial statement. Kecurangan ini biasanya dilakukan oleh para pihak manajemen perusahaan yang memiliki pengetahuan dan keahlian tentang keuangan. Faktor-faktor 26

20 tersebut dapat berasal dari dalam diri pelaku (internal)ataupun dari faktor luar (eksternal)seperti pandangan masyarakat, keadaan ekonomi, lingkungan dan faktor lainnya. Setiap laporan keuangan dalam suatu perusahaan dapat menjadi subjek yang berpotensi dalam pemanipulasian. Pemanipulasian itulah yang dikenal dengan kecurangan atas laporan keuangan (fraudulent financial statement) atau management fraud. Beberapa contoh dan jenis dari kecurangan ini yang telah dibahas dalam teori sebelumnya. Apapun bentuk dan jenis kecurangannya penyebabnya dari faktor opportunity, pressures, dan rationalization. Mahasiswa akuntansi telah mendapat mata kuliah Pemeriksaan Auditing I (bagi mahasiswa semester 6 dan 8)dan mata kuliah Audit atas Kecurangan(bagi semester 8) jadi adanya asumsi mereka telah mengetahui dan memahami fraudulent financial statement dan faktor pemicu terjadinya kecurangan tersebut, sehingga diharapkan dapat mempersepsikan bahwa: H 1 : Opportunity berpengaruh terhadap terjadinya fraudulent financial statement H 2 : Pressures berpengaruh terhadap terjadinya fraudulent financial statement H 3 :Rationalization berpengaruh terhadap terjadinya fraudulent financial statement 27

BAB II LANDASAN TEORI. Auditing adalah salah satu jasa yang di berikan oleh akuntan publik yang sangat

BAB II LANDASAN TEORI. Auditing adalah salah satu jasa yang di berikan oleh akuntan publik yang sangat BAB II LANDASAN TEORI II.1. Auditing II.1.1. Pengertian Auditing Auditing adalah salah satu jasa yang di berikan oleh akuntan publik yang sangat diperlukan untuk memeriksa laporan keuangan sehingga laporan

Lebih terperinci

saji yang material akibat dari kecurangan adalah sebagai berikut:

saji yang material akibat dari kecurangan adalah sebagai berikut: 2.2.5 Imbalan Pelaku Kecurangan Imbalan yang diharapkan bagi para pelaku kecurangan beragam jenis. Menurut Mulford (2010) berbagai imbalan dibagi menjadi beberapa kategori berikut ini : Tabel 2.2 Imbalan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Kecurangan (Fraud) Menurut Sawyer et al. (2006: 339) kecurangan merupakan sebuah representasi yang salah atau penyembunyian

TINJAUAN PUSTAKA Kecurangan (Fraud) Menurut Sawyer et al. (2006: 339) kecurangan merupakan sebuah representasi yang salah atau penyembunyian TINJAUAN PUSTAKA Kecurangan (Fraud) Menurut Sawyer et al. (2006: 339) kecurangan merupakan sebuah representasi yang salah atau penyembunyian fakta-fakta yang material untuk mempengaruhi seseorang agar

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Ruang Lingkup Audit Pelaporan 2.1.1 Audit Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan catatan informasi keuangan suatu perusahaan pada suatu periode akuntansi yang dapat digunakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan salah satu bentuk alat komunikasi oleh manajer puncak kepada bawahannya serta kepada pihak luar perusahaan untuk menginformasikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan pustaka memuat uraian yang sistematik dan relevan dari fakta, hasil penelitian sebelumnya yang bersifat mutakhir yang memuat teori, konsep, atau pendekatan terbaru yang

Lebih terperinci

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. pelaporan keuangan. berikut ini beberapa penelitian yaang berkaitan dengan

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. pelaporan keuangan. berikut ini beberapa penelitian yaang berkaitan dengan BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tijauan Penelitian Terdahulu Ada beberapa penelitian sebelumnya yang membahas tentang kecurangan pelaporan keuangan. berikut ini beberapa penelitian yaang berkaitan

Lebih terperinci

Pertemuan 3 F R A U D

Pertemuan 3 F R A U D Pertemuan 3 F R A U D AKUNTANSI FORENSIK DAN AUDIT INVESTIGASI Fakultas Ekonomi Universitas Budi Luhur Jakarta 1 2010 Definisi FRAUD G. Jack Bologna, Robert J. Lindquist dan Joseph T. Wells Kecurangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengauditan disebut dengan fraud akhir akhir ini menjadi berita utama dalam

BAB I PENDAHULUAN. pengauditan disebut dengan fraud akhir akhir ini menjadi berita utama dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kecenderungan Kecurangan Akuntansi atau yang dalam bahasa pengauditan disebut dengan fraud akhir akhir ini menjadi berita utama dalam pemberitaan media yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kebohongan yang disengaja, ketidakbenaran dalam melaporkan aktiva

BAB 1 PENDAHULUAN. kebohongan yang disengaja, ketidakbenaran dalam melaporkan aktiva BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tingkat kecurangan Akuntansi atau yang dalam bahasa pengauditan disebut dengan Fraud akhir-akhir ini menjadi berita utama dalam pemberitaan media yang sering

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang terjadi antara pemilik dan pemegang saham (principal) dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang terjadi antara pemilik dan pemegang saham (principal) dengan 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Keagenan Pada penelitian ini, peneliti menggunakan teori agensi (agency theory) yang dikemukakan oleh Jensen dan Meckling dalam Ratmono (2014) yang

Lebih terperinci

Standar Audit SA 240. Tanggung Jawab Auditor Terkait dengan Kecurangan dalam Suatu Audit atas Laporan Keuangan

Standar Audit SA 240. Tanggung Jawab Auditor Terkait dengan Kecurangan dalam Suatu Audit atas Laporan Keuangan SA 0 Tanggung Jawab Auditor Terkait dengan Kecurangan dalam Suatu Audit atas Laporan Keuangan SA Paket 00.indb //0 0:0: AM STANDAR AUDIT 0 TANGGUNG JAWAB AUDITOR TERKAIT DENGAN KECURANGAN DALAM SUATU AUDIT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam kondisi perekonomian yang sedang menurun dan kurang optimalnya dampak dari peraturan-peraturan yang dibuat oleh pemerintahan Indonesia saat ini, menjadikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dewasa ini, perkembangan ekonomi berkembang kian pesat. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dewasa ini, perkembangan ekonomi berkembang kian pesat. Hal ini BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, perkembangan ekonomi berkembang kian pesat. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya perusahaan yang mulai melebarkan sayapnya ke kancah nasional maupun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada setiap periode akuntansi, perusahaan akan mengungkapkan laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan catatan atas informasi keuangan suatu perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, dalam kehidupan kita sehari hari tindak kejahatan dan

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, dalam kehidupan kita sehari hari tindak kejahatan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Saat ini, dalam kehidupan kita sehari hari tindak kejahatan dan pelanggaran menjadi sesuatu hal yang sudah menjadi suatu hal yang wajar untuk dilakukan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (risk-oriented effort). Salah saji bisa disebutkan dalam asersi manajemen

BAB I PENDAHULUAN. (risk-oriented effort). Salah saji bisa disebutkan dalam asersi manajemen BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mengaudit laporan keuangan adalah upaya yang berorientasi pada resiko (risk-oriented effort). Salah saji bisa disebutkan dalam asersi manajemen (management assertion),

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Menurut Black s Law Dictionary dalam Zulkarnain (2013) mendefinisikan

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Menurut Black s Law Dictionary dalam Zulkarnain (2013) mendefinisikan BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Pengertian fraud Menurut Black s Law Dictionary dalam Zulkarnain (2013) mendefinisikan fraud (kecurangan) sebagai suatu istilah

Lebih terperinci

Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai ( SPT Masa PPN) ke kantor pajak untuk tahun

Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai ( SPT Masa PPN) ke kantor pajak untuk tahun Nama : Arif Agung Purnama Tugas : Ak. Topik Khusus Kelas : Akuntansi A Kronologi Kasus Dugaan Penggelapan Pajak oleh IM3 IM3 diduga melakukan penggelapan pajak dengan cara memanipulasi Surat Pemberitahuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Kecurangan akuntansi yang berkembang secara luas menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Kecurangan akuntansi yang berkembang secara luas menimbulkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kecurangan akuntansi telah berkembang di berbagai Negara, termasuk di Indonesia. Kecurangan akuntansi yang berkembang secara luas menimbulkan kerugian yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan keuangan dalam membuat

BAB I PENDAHULUAN. bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan keuangan dalam membuat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penerbitan laporan keuangan secara umum bertujuan untuk memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja, serta arus kas perusahaan. Laporan keuangan

Lebih terperinci

TUGAS E-LEARNING ADMINISTRASI BISNIS INTERNAL CONTROL

TUGAS E-LEARNING ADMINISTRASI BISNIS INTERNAL CONTROL TUGAS E-LEARNING ADMINISTRASI BISNIS INTERNAL CONTROL OLEH: ERWIN FEBRIAN (14121005) PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI FAKULTAS TEKNOLOGI INFORMASI UNIVERSITAS MERCUBUANA YOGYAKARTA 2015 1 A. PENGENDALIAN

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengendalian Internal 2.1.1 Pengertian Pengendalian Internal Pengendalian internal yang efektif dapat dilakukan dengan cara mengevaluasi kecukupan, efisiensi dan efektivitas pengendalian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. segala jenis kejahatan yang semakin merajalela. Tidak hanya kejahatan yang

BAB I PENDAHULUAN. segala jenis kejahatan yang semakin merajalela. Tidak hanya kejahatan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil, makmur dan sejahtera. Untuk mewujudkan perlu secara terus menerus ditingkatkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut American Accounting Association (AAA) Siti Kurnia Rahayu

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut American Accounting Association (AAA) Siti Kurnia Rahayu BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Auditing Menurut American Accounting Association (AAA) Siti Kurnia Rahayu dan Ely Suhayati. Auditing merupakan suatu proses yang sistematis untuk memperoleh dan mengevaluasi

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. 1. Mengevaluasi lima komponen pengendalian internal berdasarkan COSO, komunikasi, aktivitas pengendalian, dan pemantauan.

BAB IV PEMBAHASAN. 1. Mengevaluasi lima komponen pengendalian internal berdasarkan COSO, komunikasi, aktivitas pengendalian, dan pemantauan. BAB IV PEMBAHASAN IV.1. Perencanaan Evaluasi IV.1.1. Ruang Lingkup Evaluasi Ruang lingkup pengendalian internal atas siklus pendapatan adalah : 1. Mengevaluasi lima komponen pengendalian internal berdasarkan

Lebih terperinci

TANGGUNG JAWAB AUDITOR. by Ely Suhayati SE MSi AK Ari Bramasto SE MSi Ak

TANGGUNG JAWAB AUDITOR. by Ely Suhayati SE MSi AK Ari Bramasto SE MSi Ak TANGGUNG JAWAB AUDITOR by Ely Suhayati SE MSi AK Ari Bramasto SE MSi Ak Tanggung Jawab Auditor vs Tanggung Jawab Manajemen Auditor mempunyai tanggung jawab untuk merencanakan dan melaksanakan audit. Pekerjaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan ekonomi pada saat ini, persaingan antara para pelaku

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan ekonomi pada saat ini, persaingan antara para pelaku 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ekonomi pada saat ini, persaingan antara para pelaku bisnispun akan semakin ketat. Hal tersebut mengakibatkan para pelaku bisnis berusaha dengan berbagai

Lebih terperinci

KUESIONER. Saya bernama Natalia Elisabeth (mahasiswi fakultas ekonomi Universitas

KUESIONER. Saya bernama Natalia Elisabeth (mahasiswi fakultas ekonomi Universitas LAMPIRAN I KUESIONER Responden yang terhormat, Saya bernama Natalia Elisabeth (mahasiswi fakultas ekonomi Universitas Kristen Maranatha) mohon bantuan dan kesediaan Bapak/Ibu untuk mengisi kuesioner mengenai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN Laporan keuangan menyediakan informasi yang berguna dalam pengambilan keputusan bagi pemangku kepentingan dan calon pemangku kepentingan (Pernyataan Standar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan masalah yang dihadapi para pelaku usaha semakin kompleks.

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan masalah yang dihadapi para pelaku usaha semakin kompleks. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Persaingan dalam dunia bisnis yang semakin meningkat sekarang ini menyebabkan masalah yang dihadapi para pelaku usaha semakin kompleks. Tuntutan untuk mencapai

Lebih terperinci

PEMROSESAN TRANSAKSI DAN PROSES PENGENDALIAN INTERN KONSEP SISTEM INFORMASI AKUNTANSI

PEMROSESAN TRANSAKSI DAN PROSES PENGENDALIAN INTERN KONSEP SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PEMROSESAN TRANSAKSI DAN PROSES PENGENDALIAN INTERN KONSEP SISTEM INFORMASI AKUNTANSI Tinjauan Sekilas Pengendalian diperlukan untuk mengurangi exposures. Exposure terdiri dari pengaruh potensi kerugian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam kondisi perekonomian yang sedang menurun dan kurang optimalnya dampak dari peraturan-peraturan yang di buat oleh pemerintahan Indonesia saat ini, menjadikan

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN. Sebuah perusahaan dalam pelaksanaan kegiatan operasionalnya harus memiliki

BAB 4 PEMBAHASAN. Sebuah perusahaan dalam pelaksanaan kegiatan operasionalnya harus memiliki BAB 4 PEMBAHASAN Sebuah perusahaan dalam pelaksanaan kegiatan operasionalnya harus memiliki pengendalian internal yang memadai, terutama pada siklus pendapatannya. Siklus pendapatan terdiri dari kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terasa lama,koran-koran dipenuhi dengan perincian baru tentang skandal akuntansi

BAB I PENDAHULUAN. terasa lama,koran-koran dipenuhi dengan perincian baru tentang skandal akuntansi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Profesi akuntansi menghadapi berbagai masalah karena sepanjang musim panas yang terasa lama,koran-koran dipenuhi dengan perincian baru tentang skandal akuntansi korporasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut BAPEPAM (2002) PT. KIMIA FARMA Tbk,(PT.KF)

BAB I PENDAHULUAN. Menurut BAPEPAM (2002) PT. KIMIA FARMA Tbk,(PT.KF) Bab I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut BAPEPAM (2002) PT. KIMIA FARMA Tbk,(PT.KF) merupakan badan usaha milik negara yang sahamnya telah diperdagangkan di bursa. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. mencakup semua cara yang dapat dirancang oleh kecerdasan manusia, yang melalui satu

BAB II LANDASAN TEORI. mencakup semua cara yang dapat dirancang oleh kecerdasan manusia, yang melalui satu BAB II LANDASAN TEORI II. 1. Fraud II. 1. 1. Pengertian Fraud Albrecht, Albrecht, Albrecht, dan Zimbelman (2009:7), mendefinisikan fraud sebagai berikut; Secara umum, fraud dapat didefinisikan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat bersaing dalam mencapai tujuan. Sama halnya dengan sebuah organisasi

BAB I PENDAHULUAN. dapat bersaing dalam mencapai tujuan. Sama halnya dengan sebuah organisasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di zaman modern ini, kita di tuntut untuk dapat memberikan yang terbaik agar dapat bersaing dalam mencapai tujuan. Sama halnya dengan sebuah organisasi atau

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pengguna laporan dalam pembuatan keputusan ekonomi sebagai mana yang

BAB 1 PENDAHULUAN. pengguna laporan dalam pembuatan keputusan ekonomi sebagai mana yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laporan keuangan perusahaan berperan memberikan informasi keuangan kepada pihak-pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan tersebut. Laporan keuangan bertujuan

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. 4.1 Perencanaan Kegiatan Evaluasi Pengendalian Internal

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. 4.1 Perencanaan Kegiatan Evaluasi Pengendalian Internal BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN 4.1 Perencanaan Kegiatan Evaluasi Pengendalian Internal Evaluasi pengendalian internal adalah suatu kegiatan untuk menilai dan mengevaluasi pengendalian internal perusahaan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG. Kecurangan belakangan ini menjadi sorotan publik dan menjadi

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG. Kecurangan belakangan ini menjadi sorotan publik dan menjadi BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Kecurangan belakangan ini menjadi sorotan publik dan menjadi pusat perhatian di kalangan pelaku bisnis di seluruh dunia. Di Indonesia pun tindakan kecurangan sepertinya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Berbagai literatur mendefinisikan tentang fraud. Defenisi fraud secara

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Berbagai literatur mendefinisikan tentang fraud. Defenisi fraud secara BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kecurangan (Fraud) Berbagai literatur mendefinisikan tentang fraud. Defenisi fraud secara harfiah diartikan sebagai kecurangan. Menurut the Association of Certified Fraud Examiners

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Audit Internal Audit internal muncul pertama kali dalam dunia usaha sesudah adanya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Audit Internal Audit internal muncul pertama kali dalam dunia usaha sesudah adanya BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Audit Internal Audit internal muncul pertama kali dalam dunia usaha sesudah adanya audit eksternal. Faktor utama diperlukannya audit internal adalah meluasnya rentang kendali

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISIS. Dari penyebaran kuesioner yang telah di bagikan kepada mahasiswa akuntansi

BAB IV HASIL DAN ANALISIS. Dari penyebaran kuesioner yang telah di bagikan kepada mahasiswa akuntansi BAB IV HASIL DAN ANALISIS IV.1 Deskripsi Data Penelitian Dari penyebaran kuesioner yang telah di bagikan kepada mahasiswa akuntansi Semester 6 dan semester 8, maka dapat di lihat hasil dari kuesioner yang

Lebih terperinci

PEMAHAMAN STRUKTUR PENGENDALIAN INTERN

PEMAHAMAN STRUKTUR PENGENDALIAN INTERN PEMAHAMAN STRUKTUR PENGENDALIAN INTERN Pengendalian Intern : Rencana organisasi dan semua metode, prosedure serta kebijaksanaan, yang terkoordinasi dalam suatu unit usaha, dengan tujuan : a. Mengamankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencemaskan keadaan yang akan terjadi selanjutnya, jika unsur-unsur pembentuk

BAB I PENDAHULUAN. mencemaskan keadaan yang akan terjadi selanjutnya, jika unsur-unsur pembentuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era Globalisasi yang sedang dihadapi salah satunya oleh Negara Indonesia, yang tentunya mendorong banyak perusahaan yang beroperasi di Indonesia semakin mencemaskan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengendalian internal 2.1.1.1 Pengertian Pengendalian Internal Pengendalian internal adalah rencana, metoda,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dengan cara. Istilah sistem dari bahasa Yunani yaitu Systema yang berarti

BAB II LANDASAN TEORI. dengan cara. Istilah sistem dari bahasa Yunani yaitu Systema yang berarti BAB II LANDASAN TEORI 2. 1 Sistem Dalam kehidupan sehari-hari orang sering menyamankan makna istilah sistem dengan cara. Istilah sistem dari bahasa Yunani yaitu Systema yang berarti penempatan atau mengatur.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 7 BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Kecenderungan Kecurangan Akuntansi Ikatan akuntan publik Indonesia (IAI) (2011) menjelaskan kecurangan akuntansi sebagai: 1.

Lebih terperinci

AUDIT I Modul ke: Audit risk and materiality. Afly Yessie, SE, Msi, Ak, CA. 11Fakultas EKONOMI DAN BISNIS. Program Studi AKUNTANSI

AUDIT I Modul ke: Audit risk and materiality. Afly Yessie, SE, Msi, Ak, CA. 11Fakultas EKONOMI DAN BISNIS. Program Studi AKUNTANSI AUDIT I Modul ke: 11Fakultas EKONOMI DAN BISNIS Audit risk and materiality Afly Yessie, SE, Msi, Ak, CA Program Studi AKUNTANSI KONSEP MATERIALITAS Financial Accounting Standards Board mendefinisikan materialitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan merupakan alat bagi pihak manajemen untuk

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan merupakan alat bagi pihak manajemen untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan alat bagi pihak manajemen untuk menginformasikan kondisi keuangan dan aktivitas oprasional perusahaan kepada para pengguna laporan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORITIS Pengertian Sistem Pengendalian internal. Committee of sponsoring organization (COSO) pada tahun 1992

BAB 2 LANDASAN TEORITIS Pengertian Sistem Pengendalian internal. Committee of sponsoring organization (COSO) pada tahun 1992 BAB 2 LANDASAN TEORITIS 2.1 Sistem Pengendalian Internal 2.1.1 Pengertian Sistem Pengendalian internal Committee of sponsoring organization (COSO) pada tahun 1992 mendefinisikan sistem pengendalian internal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi yang berkembang dengan pesat telah menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi yang berkembang dengan pesat telah menimbulkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi yang berkembang dengan pesat telah menimbulkan persaingan ekonomi yang ketat. Persaingan mengharuskan perusahaan untuk memanfaatkan dan mengalokasikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Keagenan Hubungan keagenan yakni dimana agent dan principal atau manajer dengan pemilik memiliki sebuah kontrak kerja sama atau sebagainya (Jensen dan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. 1. David E. Morris dan Claire McCarty Killian (2006) dalam penelitiannya yang

BAB II LANDASAN TEORI. 1. David E. Morris dan Claire McCarty Killian (2006) dalam penelitiannya yang BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Penelitian-Penelitian terdahulu Beberapa penulis sebelumnya menegaskan terkait dengan persepsi terhadap praktik-praktik fraud diantaranya : 1. David E. Morris dan Claire McCarty

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam beberapa dekade terakhir, jumlah dari skandal akuntansi yang utama disebabkan dari banyaknya spekulasi salah satu di antaranya adalah bahwa manajemen

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berbagai entitas memiliki potensi untuk terindikasi melakukan berbagai penyimpangan, salah satunya adalah kecurangan laporan keuangan. Laporan keuangan menjadi instrumen

Lebih terperinci

Tutut Dewi Astuti, SE, M.Si, Ak, CA

Tutut Dewi Astuti, SE, M.Si, Ak, CA Tutut Dewi Astuti, SE, M.Si, Ak, CA URAIAN 2010 2011 2012 2013 2014 (24 November) Akuntan 49.348 50.879 52.270 53.800 53.800*) Akuntan Publik 928 995 1.016 1.003 1.055 KAP 408 417 396 387 394 Cabang KAP

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Selain itu, auditor juga diwajibkan untuk mendeteksi adanya fraud dalam suatu

BAB I PENDAHULUAN. Selain itu, auditor juga diwajibkan untuk mendeteksi adanya fraud dalam suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Audit ditujukan untuk menilai kewajaran penyajian laporan keuangan. Selain itu, auditor juga diwajibkan untuk mendeteksi adanya fraud dalam suatu perusahaan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan dan arus kas perbankan atau

BAB I PENDAHULUAN. mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan dan arus kas perbankan atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan dipublikasikan untuk memberikan informasi keuangan mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan dan arus kas perbankan atau perusahaan yang akan membantu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Salah satu cita-cita bangsa Indonesia adalah mencapai masyarakat yang adil, makmur, dan sejahtera. Untuk mewujudkannya perlu diadakan pembaharuan di berbagai

Lebih terperinci

Kecurangan dalam laporan keuangan Penyalahgunaan aset. Dua Kategori Utama Kecurangan

Kecurangan dalam laporan keuangan Penyalahgunaan aset. Dua Kategori Utama Kecurangan AUDIT KECURANGAN Sebagai suatu konsep hukum yang luas, kecurangan merupakan setiap ketidakjujuran yang disengaja untuk merampas hak atau kepemilikan orang atau pihak lain. Dalam konteks audit atas laporan

Lebih terperinci

PERTEMUAN 4: JENIS-JENIS KECURANGAN

PERTEMUAN 4: JENIS-JENIS KECURANGAN PERTEMUAN 4: JENIS-JENIS KECURANGAN A. TUJUAN PEMBELAJARAN Pada bab ini akan dijelaskan mengenai cakupan atau jenis-jenis kecurangan. Melalui pembelajaran ini, diharapkanmahasiswaakan mampu: 4.1 Memahami

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Tujuan Evaluasi. Tujuan dilakukan evaluasi yaitu untuk mengetahui pengendalian internal

BAB IV PEMBAHASAN. Tujuan Evaluasi. Tujuan dilakukan evaluasi yaitu untuk mengetahui pengendalian internal BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Tujuan Evaluasi Tujuan dilakukan evaluasi yaitu untuk mengetahui pengendalian internal atas siklus pendapatan pada PT Kartina Tri Satria sudah baik atau belum, dan mengetahui kelemahan-kelemahannya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Auditing Auditing merupakan ilmu yang digunakan untuk melakukan penilaian terhadap pengendalian intern dimana bertujuan untuk memberikan perlindungan dan pengamanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perkembangan dunia akuntansi sudah sangat pesat. Namun setiap

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perkembangan dunia akuntansi sudah sangat pesat. Namun setiap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini, perkembangan dunia akuntansi sudah sangat pesat. Namun setiap keadaan, selalu mempunyai dua sisi. Kemajuan akuntansi selain membawa manfaat bagi masyarakat,

Lebih terperinci

KEDUA PERTAMA. Memahami pengertian risiko fraud. Memahami bagaimana mengidentifikasi dan upaya menyikapi risiko fraud

KEDUA PERTAMA. Memahami pengertian risiko fraud. Memahami bagaimana mengidentifikasi dan upaya menyikapi risiko fraud PERTAMA KEDUA Memahami pengertian risiko fraud Memahami bagaimana mengidentifikasi dan upaya menyikapi risiko fraud Lord Acton 1887 : Kekuasaan cenderung korup dan kekuasaan yang absolut mengakibatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada masa sekarang ini telah banyak perusahaan dibidang industri maupun dagang menjual barang dagangannya secara kredit. Bagi banyak perusahaan, pendapatan

Lebih terperinci

FRAUD (KECURANGAN) : APA DAN MENGAPA?

FRAUD (KECURANGAN) : APA DAN MENGAPA? FRAUD (KECURANGAN) : APA DAN MENGAPA? Gambar diunduh dari : http://www.institutionaladvisors.com I. Pendahuluan Kita sering mendengar maupun membaca artikel dan berita mengenai adanya indikasi fraud atau

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. audit investigasi. Teori Fraud Triangle pertama kali dicetuskan oleh Donald R.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. audit investigasi. Teori Fraud Triangle pertama kali dicetuskan oleh Donald R. BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Teori Fraud Triangle Teori Fraud Triangle adalah teori yang harus digunakan dalam melakukan audit investigasi. Teori Fraud

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pencapaian tiga golongan tujuan berikut ini: a. Keandalan pelaporan keuangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pencapaian tiga golongan tujuan berikut ini: a. Keandalan pelaporan keuangan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengendalian Intern 1. Pengertian Pengendalian Intern SA Seksi 319 Paragraf 06 mendefinisikan pengendalian intern sebagai suatu proses yang dilakukan manajemen dan personel lain

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI Pengertian Sistem Pengendalian Intern. Sistem menurut James A Hall (2007: 32). Sistem adalah kelompok dari dua

BAB II LANDASAN TEORI Pengertian Sistem Pengendalian Intern. Sistem menurut James A Hall (2007: 32). Sistem adalah kelompok dari dua 11 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Pengendalian Intern 2.1.1. Pengertian Sistem Pengendalian Intern Sistem menurut James A Hall (2007: 32). Sistem adalah kelompok dari dua atau lebih komponen atau subsistem

Lebih terperinci

MATERIALITAS DAN RESIKO AUDIT

MATERIALITAS DAN RESIKO AUDIT MATERIALITAS DAN RESIKO AUDIT Definisi Materialitas FASB mendefinisikan materialitas sebagai berikut: Besarnya suatu penghilangan atau salah saji informasi akuntansi yang dipandang dari keadaan-keadaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan pelaporan keuangan untuk tujuan umum adalah memberikan informasi keuangan entitas yang berguna untuk investor dan kreditor dalam membuat keputusan tentang penyediaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bahwa Teori keagenan dalah suatu kontrak antara satu orang atau lebih yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bahwa Teori keagenan dalah suatu kontrak antara satu orang atau lebih yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Teori Keagenan Jensen dan Meckling (1976) dalam Krisdayanthi (2015) menyatakan bahwa Teori keagenan dalah suatu kontrak antara satu orang atau lebih yang

Lebih terperinci

1. Keandalan laporan keuangan 2. Kepatuhan terhadap hukum & peraturan yang ada. 3. Efektifitas & efisiensi operasi

1. Keandalan laporan keuangan 2. Kepatuhan terhadap hukum & peraturan yang ada. 3. Efektifitas & efisiensi operasi Adalah suatu proses yang dijalankan dewan komisaris, manajemen, personil lain, yang didesign untuk memberikan keyakinan yang memadai tentang pencapaian 3 golongan tujuan sebagai berikut: 1. Keandalan laporan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menggambarkan kinerja perusahaan selama satu periode akuntansi. Lewat laporan

BAB I PENDAHULUAN. menggambarkan kinerja perusahaan selama satu periode akuntansi. Lewat laporan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan sebuah alat pertanggungjawaban manajemen terhadap pihak-pihak yang terkait dengan perusahaan, seperti pemegang saham, investor, kreditor,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan ekonomi dewasa ini merupakan hasil dari proses

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan ekonomi dewasa ini merupakan hasil dari proses BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ekonomi dewasa ini merupakan hasil dari proses pembangunan yang telah membuat dunia usaha menjadi semakin kompleks, bervariasi, dan sangat dinamis.

Lebih terperinci

Sistem Pengendalian Internal Kas Pada PT. Pos Indonesia (Persero)

Sistem Pengendalian Internal Kas Pada PT. Pos Indonesia (Persero) Repositori STIE Ekuitas STIE Ekuitas Repository Final Assignment - Diploma 3 (D3) http://repository.ekuitas.ac.id Final Assignment of Accounting 2016-01-08 Sistem Pengendalian Internal Kas Pada PT. Pos

Lebih terperinci

1. Ancaman yang dihadapi perusahaan adalah kehancuran karena bencana alam dan politik, seperti : Kebakaran atau panas yang berlebihan Banjir, gempa

1. Ancaman yang dihadapi perusahaan adalah kehancuran karena bencana alam dan politik, seperti : Kebakaran atau panas yang berlebihan Banjir, gempa 1. Ancaman yang dihadapi perusahaan adalah kehancuran karena bencana alam dan politik, seperti : Kebakaran atau panas yang berlebihan Banjir, gempa bumi Badai angin, dan perang 2. Ancaman karena kesalahan

Lebih terperinci

MAKALAH PENGENDALIAN INTERNAL

MAKALAH PENGENDALIAN INTERNAL MAKALAH PENGENDALIAN INTERNAL DISUSUN OLEH : ZIDNI KARIMATAN NISA FAKULTAS TEKNOLOGI INFORMASI PROGRAM STUDY SISTEM INFORMASI KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatnya

Lebih terperinci

INTERNAL AUDIT. Materi 1. Oleh Wisnu Haryo Pramudya, S.E., M.Si., Ak., CA

INTERNAL AUDIT. Materi 1. Oleh Wisnu Haryo Pramudya, S.E., M.Si., Ak., CA INTERNAL AUDIT Materi 1 Oleh Wisnu Haryo Pramudya, S.E., M.Si., Ak., CA 1 FAKTOR PENTING PERKEMBANGAN INTERNAL AUDIT PERDEBATAN MENGENAI PERAN INTERNAL AUDIT 1. Jenis Usaha 2. Luas Kegiatan Usaha 3. Jumlah

Lebih terperinci

Dalam proses pengumpulan data-data perusahaan terdapat beberapa metode yang digunakan

Dalam proses pengumpulan data-data perusahaan terdapat beberapa metode yang digunakan Dalam proses pengumpulan data-data perusahaan terdapat beberapa metode yang digunakan yakni dengan melakukan observasi langsung ke perusahaan, serta mengajukan daftar pertanyaan yang berkaitan dengan pengendalian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. cabang semarang. Tujauan peneliti adalah sebagai bahan pertimbangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. cabang semarang. Tujauan peneliti adalah sebagai bahan pertimbangan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Pulasari (2010) meneliti tentang evaluasi system pengendalian internal penjualan jasa perawatan lift pada PT.Industri Lift Indonesia Nusantara kantor cabang

Lebih terperinci

Fraud Risk Management

Fraud Risk Management Fraud Risk Management Semua organisasi rentan terhadap fraud Tindak kecurangan adalah risiko yang susah untuk diatasi, kebanyakan pimpinan perusahaan lebih suka percaya bahwa karyawan mereka tidak akan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. II.1.1 Pengertian Pengendalian Internal dan Ruang Lingkup

BAB II LANDASAN TEORI. II.1.1 Pengertian Pengendalian Internal dan Ruang Lingkup BAB II LANDASAN TEORI II.1 Pengendalian Internal II.1.1 Pengertian Pengendalian Internal dan Ruang Lingkup Setiap perusahaan memerlukan pengendalian internal untuk mengendalikan seluruh fungsi di dalamnya.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Teori keagenan dalam perusahaan mengidentifikasi adanya pihak-pihak dalam

BAB II LANDASAN TEORI. Teori keagenan dalam perusahaan mengidentifikasi adanya pihak-pihak dalam BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Agency Theory Teori keagenan dalam perusahaan mengidentifikasi adanya pihak-pihak dalam perusahaan yang memiliki berbagai kepentingan untuk mencapai tujuan dalam kegiatan perusahaan.

Lebih terperinci

P e d o m a n. Anti Kecurangan (Fraud )

P e d o m a n. Anti Kecurangan (Fraud ) P e d o m a n Anti Kecurangan (Fraud ) A. LATAR BELAKANG Setiap organisasi bertanggungjawab untuk berusaha mengembangkan suatu perilaku organisasi yang mencerminkan kejujuran dan etika yang dikomunikasikan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. antara satu dengan yang lainnya, tergantung dari pandangan setiap orang dalam

BAB II LANDASAN TEORI. antara satu dengan yang lainnya, tergantung dari pandangan setiap orang dalam BAB II LANDASAN TEORI II.1 Pengertian Persepsi Persepsi setiap orang dalam menyikapi suatu permasalahan yang terjadi berbeda antara satu dengan yang lainnya, tergantung dari pandangan setiap orang dalam

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Sistem informasi akuntansi adalah suatu kesatuan aktivitas, data, dokumen

BAB II LANDASAN TEORI. Sistem informasi akuntansi adalah suatu kesatuan aktivitas, data, dokumen BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Akuntansi Sistem informasi akuntansi adalah suatu kesatuan aktivitas, data, dokumen dan teknologi yang keterkaitannya dirancang untuk mengumpulkan dan memproses

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1. Agency Theory Menurut Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa agency theory mendeskripsikan pemegang saham sebagai principal dan manajemen sebagai agent.

Lebih terperinci

MENANGKAL KORUPSI DENGAN MEMAHAMI FRAUD TRIANGLE. Oleh : Juli Winarto, Ak. MM, CA Widyaiswara Badan Diklat Pemprov. Jawa Timur

MENANGKAL KORUPSI DENGAN MEMAHAMI FRAUD TRIANGLE. Oleh : Juli Winarto, Ak. MM, CA Widyaiswara Badan Diklat Pemprov. Jawa Timur MENANGKAL KORUPSI DENGAN MEMAHAMI FRAUD TRIANGLE Oleh : Juli Winarto, Ak. MM, CA Widyaiswara Badan Diklat Pemprov. Jawa Timur Corruption Perception Index (CPI) atau Indeks Persepsi Korupsi (IPK) merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. semakin memicu para pengelola bisnis untuk mempermudah mendapatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. semakin memicu para pengelola bisnis untuk mempermudah mendapatkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Seiring dengan kemajuan teknologi dan perkembangan perekonomian dalam era globalisasi telah membuat persaingan didunia bisnis semakin ketat, hal ini semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah PT. Pos Indonesia merupakan salah satu perusahaan BUMN di Indonesia yang bergerak dalam bidang komunikasi, khususnya dalam memberikan pelayanan jasa surat menyurat.

Lebih terperinci

MAKALAH TENTANG INTERNAL CONTROL

MAKALAH TENTANG INTERNAL CONTROL MAKALAH TENTANG INTERNAL CONTROL TUGAS E-LEARNING ADMINISTRASI BISNIS Dosen: Putri Taqwa Prasetaningrum Disusun Oleh: Nama : Irwandi Nim : 14121041 Kelas : 21/pagi PRODI SISTEM INFORMASI FAKULTAS TEKONOLOGI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pertumbuhan perekonomian dunia dewasa saat ini ikut mempengaruhi perkembangan dunia usaha di Indonesia. Untuk menyikapi hal tersebut, setiap pelaku usaha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah memanipulasi pencatatan, penghilangan dokumen, dan mark-up yang

BAB I PENDAHULUAN. adalah memanipulasi pencatatan, penghilangan dokumen, dan mark-up yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kecenderungan kecurangan akuntansi telah menarik banyak perhatian media dan menjadi isu yang menonjol serta penting dimata pemain bisnis dunia. Kecurangan (fraud) merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan laporan yang menunjukkan kondisi perusahaan saat ini. Kondisi perusahaan terkini maksudnya adalah keadaan keuangan perusahaan pada

Lebih terperinci

RISIKO AUDIT DAN MATERIALITAS DALAM PELAKSANAAN AUDIT

RISIKO AUDIT DAN MATERIALITAS DALAM PELAKSANAAN AUDIT SA Seksi 312 RISIKO AUDIT DAN MATERIALITAS DALAM PELAKSANAAN AUDIT Sumber: PSA No. 25 PENDAHULUAN 01 Seksi ini memberikan panduan bagi auditor dalam mempertimbangkan risiko dan materialitas pada saat perencanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Krismiaji (2010:218), Pengendalian internal (internal control)

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Krismiaji (2010:218), Pengendalian internal (internal control) 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada dasarnya semua perusahaan, baik yang bergerak dalam bidang perdagangan, jasa, maupun manufaktur mempunyai tujuan yang sama untuk menjaga kelangsungan

Lebih terperinci