BAB II KAJIAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN PUSTAKA.1 Tinjauan Mutakhir Skripsi dengan judul Frame Rate Minimum pada Video Tanpa Kompresi Menggunakan Normalized Frame Difference Sebagai Pendeskripsi Intensitas Gerak merupakan pengembangan dari referensi yang memiliki keterkaitan dengan objek penelitian. Referensi tersebut digunakan untuk menentukan batasanbatasan masalah yang kemudian akan dikembangkan lebih lanjut pada penelitian ini. Referensi yang digunakan dalam penelitian ini merupakan penelitian serupa, dimana penulisan dari skripsi ini dikembangan dari sisi metode penyelesaian, variabel input-output dan kondisi objek untuk menyelesaikan permasalahan yang dikaji. Berikut merupakan uraian singkat dari referensi-referensi tersebut: 1. Modeling The Impact Of Frame Rate On Perceptual Quality Of Video (Jurnal Internasional Yen-Fu Ou, Tao Liu, Zhi Zhao, Zhan Ma, Yao Wang Department of Electrical and Computer Engineering, Polytechnic University, Brooklyn, NY, 003) Pada penelitian ini frame rate yang diujikan yaitu pada 30fps, 10fps, 15fps, 7,5fps, dan 6fps, serta mengetahui besar aktivitas gerak video secara objektif digunakan algoritma Normalized Frame Difference dan Motion Vector Magnitude dengan menggunakan algoritma full search block matching. Metode subjektif tes yang digunakan pada paper adalah menggunakan Single Stimulus Continuous Quality Evaluation (SSCQE) method, untuk menentukan nilai Mean Opinion Score (MOS). Hasil akhir dari penelitian ini adalah menentukan persamaan untuk memprediksi kualitas video setelah pengurangan frame rate.. Kualitas Persepsi Video Pada Pra Pengolahan Menggunakan Skema Frame Rate Minimum Dan Normalized Frame Difference Sebagai Ukuran Aktivitas Gerak (Tugas Akhir L.D.Purnamasari, Departement of Electrical Engineering Udayana University, 014). Penelitian dalam jurnal ini menggunakan metode Normalized Frame Difference dimana penelitian tersebut dilakukan pada video dengan resolusi 5

2 6 QCIF dan CIF, frame rate yang diujikan adalah 5 fps, 1,5 fps, 6,5 fps, dan 3,15 fps dan subjektif tes dilakukan dengan metode Simultaneous Double Stimulus for Continous Evaluation (SDSCE) untuk menentukan nilai Mean Opinion Score (MOS). Ringkasan tinjauan mutakhir dapat juga dilihat pada Tabel.1 dibawah ini: Tabel.1 Tinjauan Mutakhir (state of the art) No. Nama Penulis Judul Metode Hasil 1. Yen-Fu Ou, Modelling The Metode normalized frame Hasil dari penelitian Tao Liu, Zhi Impact Of Frame difference dan metode menyebutkan bahwa Zhao, Zhan Rate On motion vector magnitude bahwa nilai frame Ma, Yao Perceptual dengan menggunakan rate memberikan Wang Quality Of Video algoritma full search pengaruh yang block matching algorithm. signifikan terhadap Menggunakan metode persepsi kualitas Single Stimulus video dan Continuous mendefinisikan QualityEvaluation hubungan keduanya (SSCQE) pada penilaian dalam fungsi subjektif tes. eksponensial.. Lela Dwi Purnamasari Kualitas Persepsi Video Pada Pra Pengolahan Menggunakan Skema Frame Rate Minimum Dan Normalized Frame Difference Sebagai Ukuran Metode normalized frame difference dengan Menggunakan metode Simultaneous Double Stimulus for Continous Evaluation (SDSCE) pada penilaian subjektif tes untuk memperoleh nilai MOS. Hasil akhir dari penelitian ini adalah menentukan persamaan untuk memprediksi kualitas video yang diujikan. Aktivitas Gerak

3 7 Pengembangan arah penelitian yang dilakukan dalam skripsi ini selain digunakannya video dengan resolusi standard definition, yaitu persamaan penentuan frame rate minimum terlihat secara eksplisit dimana persamaan tersebut merupakan hasil akhir yang ingin dicapai pada skripsi ini. Mengetahui hubungan antara nilai normalized frame difference minimum dengan hasil subjektif tes pada resolusi video yang lebih besar dari penelitian sebelumnya dengan demikian diketahui bagaimana jika metode ini diterapkan pada perangkatperangkat player yang digunakan saat ini.. Tinjauan Pustaka Berdasarkan pemaparan sebelumnya dapat didefinisikan teori-teori dasar yang mendukung pembahasan dari skripsi ini. Beberapa teori dasar yaitu video digital, karakteristik video digital, ruang warna, frame difference, metode normalized frame difference, dan penilaian kualitas subjektif. Berikut akan dibahas lebih lanjut mengenai teori teori pendukung penelitian ini...1 Konsep Dasar Video Digital Video digital adalah teknologi untuk menangkap, merekam, memproses, mentransmisikan dan menata ulang gambar bergerak. Biasanya menggunakan sinyal elektronik, atau media digital. Jenis sistem video recording yang bekerja menggunakan sistem digital dibandingkan dengan analog dalam hal representasi videonya (Nurhayati, 010). Video digital pada dasarnya merupakan susunan atas serangkaian frame dengan kecepatan tertentu, tergantung pada frame rate yang diberikan (dalam frame/second) yang bekerja menggunakan sistem digital yang diperoleh dari hasil direkam, kemudian diproses, dan disimpan. Representasi visual tujuan utamanya adalah agar manusia sebagai audience yang melihat merasa berada di scene (lokasi) atau ikut berpartisipasi dalam kejadian yang ditampilkan. Oleh sebab itu, suatu gambar harus dapat menyampaikan informasi spatial dan temporal dari suatu scene (Ramayanti,009). Video digital meliputi rangkaian frame dan redundansi, masing - masing frame merupakan gambar atau citra (image) digital.

4 Redudansi Menurut Dewi (009) dalam data video terdapat redundansi, karena ada data yang sebenarnya dapat direpresentasikan dengan data lain dalam frame yang sama atau frame lainnya. Redundansi dibagi menjadi redundansi spasial dan redundansi temporal. Redundansi spasial adalah redundansi yang terdapat dalam suatu frame yang disebabkan adanya korelasi antara sebuah piksel dengan piksel disekitarnya, seperti yang terlihat pada Gambar.1. Redundansi ini dimanfaatkan untuk melakukan kompresi intra frame. Gambar.1 Redundansi spasial Pada Gambar.1 pemberitahuan terlihat pada daerah di dalam kotak merah. Di daerah tersebut, tidak ada perubahan gerak yang signifikan dalam informasi. Dalam hal ini, ukuran kasus dapat disimpan dengan mengirimkan informasi dari bagian yang sangat kecil dari blok dan kemudian menggunakan informasi yang sama untuk daerah tertinggal di dalam perbatasan kotak merah. Sedangkan redundansi temporal adalah redundansi yang terdapat di antara sebuah frame dengan frame sebelum dan sesudahnya seperti yang terlihat pada Gambar.. Hal ini disebabkan adanya piksel-piksel yang berkolerasi di antara frame-frame tersebut. Redundansi ini terutama dikarenakan banyak bagian

5 9 frame yang tidak berubah dibandingkan frame sebelum dan sesudahnya. Redundansi temporal dimanfaatkan untuk melakukan kompresi inter frame. Gambar. Redundansi temporal Dari Gambar., terlihat bahwa tidak ada banyak perbedaan antara dua frame berturut-turut, dengan kata lain, hampir semua benda stabil di antara dua frame tersebut. Dalam hal ini, saat mengirim frame yang kedua hanya bisa menyebutkan informasi terkait dibandingkan dengan frame sebelumnya dan menyimpan sejumlah besar informasi yang perlu ditransfer atau disimpan...1. Rangkaian Frame Video digital pada dasarnya tersusun atas serangkaian frame. Rangkaian frame tersebut ditampilkan pada layar dengan kecepatan tertentu, tergantung pada laju frame yang diberikan dalam frame/detik. Jika laju frame cukup tinggi, mata manusia tidak dapat menangkap gambar per frame, melainkan menangkapnya sebagai rangkaian yang kontinyu. Suatu image digital direpresentasikan dengan sebuah matriks yang masing - masing elemennya merepresentasikan nilai intensitas. Jika I adalah matriks dua dimensi, I (x,y) adalah nilai intensitas yang sesuai pada posisi baris x dan kolom y pada matriks tersebut. Titik - titik dimana image disampling disebut sebagai picture elements atau sering dikenal sebagai pixel.

6 10. Gambar.3 Rangkaian Frame.. Karakteristik Video Digital Karakteristik video digital ditentukan oleh resolusi (resolution) atau dimensi frame (frame dimension), kedalaman pixel (pixel depth), dan laju frame (frame rate). Karakteristik karakteristik video digital ini digunakan untuk menentukan kualitas video dan jumlah bit yang dibutuhkan saat menyimpan maupun pentrasmisian vodeo digital tersebut....1 Resolusi Resolusi video merupakan tingkat detil suatu video digital tersebut. Semakin tinggi resolusi video maka akan semakin tinggi pula tingkat detil dari video tersebut. Satuan dalam pengukuran resolusi video dogital dapat berupa ukuran fisik (jumlah garis per mm dibagi jumlah garis per inchi) ataupun dapat juga berupa ukuran video menyeluruh (jumlah garis per tinggi citra). Menurut Saputra (013) resolusi video dapat diukur dengan berbagai cara sebagai berikut: a. Resolusi pixel Resolusi pixel merupakan perhitungan jumlah pixel dalam sebuah video digital. Sebuah video dengan tinggi N pixel dan lebar M pixel, berarti memiliki

7 11 resolusi sebesar M x N. Resolusi pixel akan memberikan dua buah angka integer yang secara berurutan akan mewakili jumlah pixel lebar dan jumlah pixel tinggi dari video tersebut. Gambar.4 video dengan tinggi N pixel dan lebar M pixel (Rijal,013) Resolusi pixel juga merupakan hasil perkalian jumlah pixel lebar dan tingginya dan kemudian dibagi dengan 1 juta. Jenis resolusi pixel seperti ini sering ditemui pada kamera digital. Suatu video yang memiliki lebar.048 pixel dan tinggi pixel, memiliki total pixel sebanyak.048 x = pixel = 3.1 mega pixel. Perhitungan lainnya menyatakan dalam satuan pixel per inchi, yang berarti banyaknya pixel yang ada sepanjang 1 inchi baris dalam video. Gambar.5 Resolusi pixel (Rijal,013) b. Resolusi spasial Resolusi spasial menunjukkan seberapa dekat jarak setiap garis pada video. Jarak tersebut tergantung dari sistem yang menciptakan video tersebut. Resolusi spasial menghasilkan jumlah pixel per satuan panjang. Resolusi spasial dari sebuah monitor computer adalah 7 hingga 100 garis per inchi atau dalam resolusi pixel 7 hingga 100 ppi. Contoh lain yaitu video digital dengan ukuran HD beresolusi 70p, 1080p, dan 1080i, semua dengan piksel persegi. Huruf tersebut

8 1 menunjukkan interlaced dan progressive scanning. Jadi resolusi 70p memiliki ukuran 180 x 70 piksel, resolusi 1080p memiliki ukuran 190 x1080 piksel, dan resolusi 1080i memiliki ukuran 190x1080 piksel pada frekuensi 50 HZ. c. Resolusi spectrum Sebuah video digital membedakan intensits kedalam beberapa spectrum. Video multi spectrum akan memberikan spectrum atau panjang gelombang yang lebih baik untuk menampilkan warna. d. Resolusi temporal Resolusi temporal berkaitan dengan video atau disebut juga frame rate. Suatu video merupakan kumpulan frame statis yang berupa gambar yang berurutan dan ditampilkan secara cepat. Resolusi temporal memberikan jumlah frame yang dapat ditampilkan setiap detik dengan satuan frame per second (fps). Penggunaan frame rate disesuaikan dengan aktifitas gerak dari video, untuk video dengan aktifitas gerak tinggi atau high motion perlu menggunakan frame rate yang besar, tetapi jika video dengan aktifitas gerak rendah atau low motion maka lebih cocok dan efisien menggunakan frame rate yang rendah. e. Resolusi radiometrik Resolusi ini memberikan nilai atau tingkat kehalusan video yang dapat ditampilkan dan biasanya ditampilkan dalam satuan bit. Contoh video 8 bit dan video 56 bit. Semakin tinggi resolusi radiometrik ini maka semakin baik perbedaaan intensitas yang ditampilkan. Menurut Nurhayati (010) berdasarkan ukuran video digital, beberapa ukuran video dari yang paling rendah hingga paling tinggi digunakan saat ini yaitu : a. SQCIF (Sub Quarter Common Intermediate Format) SQCIF merupakan salah satu jenis dari resolusi CIF, standar resolusi ini memiliki ukuran yang lebih kecil yaitu 18x96, frame rate 30 fps. SQCIF digunakan untuk mendukung kamera dengan resolusi yang lebih kecil dan transmisi video dengan bandwidth yang lebih rendah dan dirancang untuk menampilkan video dengan ukuran kecil seperti tampilan di handphone dan untuk video conference melalui internet.

9 13 b. QCIF (Quarter Common Intermediate Format) QCIF ini merupakan varian yang didukung oleh resolusi CIF, QCIF memiliki ukuran resolusi 176x144 dengan mengurangi setengah dari kedua resolusi horizontal dan vertikal dari ukuran resolusi CIF dasar. c. CIF (Common Intermediate Format) CIF adalah sebuah format standarisasi resolusi horizontal dan vertikal dalam piksel yang biasa digunakan dalam sistem video teleconference. CIF memiliki ukuran resolusi 35 x 88. CIF menggunakan frame rate 30 fps. d. SD (Standard Definition) SD (Standard Definition) memiliki kualitas gambar sedikit lebih baik dari video sebelumnya karena ukurannya lebih besar, memiliki resolusi 70x576. SD membutuhkan piksel yang kecil, dan membutuhkan frekuensi 50 Hz, namun dari segi kualitas lebih baik dari CIF. Dalam komunikasi menggunakan video resolusi SD saat ini sudah sangat banyak bahkan, video dengan SD digunakan pada saat melakukan streaming dengan didukung bandwith yang memadai. e. HD (High Definition) HD merupakan video yang secara gambaran umum beresolusi 70p, 1080p, dan 1080i, semua dengan piksel persegi. Huruf tersebut menunjukkan interlaced dan progressive scanning. Jadi resolusi 70p memiliki ukuran 180 x 70 piksel, resolusi 1080p memiliki ukuran 190 x1080 piksel, dan resolusi 1080i memiliki ukuran 190x1080 piksel pada frekuensi 50 HZ.... Laju Frame (frame rate) Menurut Haslinda (01) laju frame (frame rate) menunjukkan jumlah frame yang digambarkan tiap detik dinyatakan dalam frame/detik. Sehubung dengan laju frame ini, ada dua hal yang perlu diperhatikan, yaitu kehalusan gerakan (smooth motion) dan kilatan (flash). Kehalusan gerakan ditentukan oleh jumlah frame yang berbeda per detik. Untuk mendapatkan gerakan yang halus, video digital setidaknya harus berada pada 5 frame/detik. Kilatan ditentukan oleh jumlah berapa kali layar digambar per detik. Dengan 0 frame/detik, kilatan sudah dapat dilenyapkan.

10 14 Video yang berkualitas baik akan memiliki laju frame minimal 30 frame per detik, setidaknya sesuai dengan mata manusia, yang membutuhkan jumlah bit lebih tinggi. Penggunaan frame rate disesuaikan dengan motion activity dari video, untuk video dengan gerakan-gerakan cepat atau high motion perlu menggunakan frame rate yang besar, tetapi jika video dengan gerakan lambat atau low motion maka lebih cocok dan efisien menggunakan frame rate yang rendah....3 Aktivitas Gerak (Motion Activity) Pada Video Menurut Peker (001) Motion Activity digunakan untuk menggambarkan tingkat atau intensitas kegiatan, tindakan, atau gerakan pada suatu urutan video. Model sequence video diklasifikasikan dalam tiga tingkat motion activity yaitu low motion, medium motion, dan high motion seperti pada Tabel.. Table. Model sequence video No. Low Motion Medium Motion High Motion 1. Video conference : Seseorang yang sedang berbicara di depan kamera dimana hanya terdapat pergerakan kepala dan bahu dengan detail pergerakan yang tidak Kerumunan : Pergerakan beberapa orang di keramaian dengan tingkat detail pergerakan yang banyak terdapat pergerakan kamera. Sport : Sebuah tembakan tajam pada permainan football dimana terdapat perpindahan pergerakan pemain dan background yang sangat banyak. banyak. News : Satu atau lebih reporter berita yang sedang berbicara kea rah kamera dimana terdapat pergerakan kepala dan Seni bela diri : Sebuah adegan pertarungan yang melibatkan beberapa orang dengan pergerakan yang cepat. Car chase : Sebuah adegan balap mobil dengan kecepatan yang sangat tinggi dan detail pergerakan yang sangat banyak. bahu. 3. Ship: Kapal yang melaju dengan kecepatan rendah. Airport : Adegan beberapa orang berjalan dikeramaian dan terdapat pergerakan kamera.

11 15 4. Animasi : Beberapa adegan karakter animasi komputer dengan adanya pergerakan kamera (Sumber: Yadavalli,003)...4 Kedalaman Bit Menurut Rohman (011) kedalaman bit menentukan jumlah bit yang digunakan untuk mempresentasikan tiap piksel pada sebuah frame dan dinyatakan dalam bit/piksel. Semakin banyak jumlah bit yang digunakan untuk mempresentasikan sebuah piksel, yang berarti semakin tinggi kedalaman pikselnya, maka semakin tinggi pula kualitasnya. Kedalam piksel paling rendah terdapat pada binary-value image yang hanya menggunakan 1 bit untuk tiap piksel, sehingga hanya ada dua kemungkinan bagi tiap piksel, yaitu 0 (hitam) atau 1 (putih). Nilai 1 byte (8 bit) untuk tiap piksel, diperoleh 8 atau 56 level intensitas. Kemudian video dengan kedalam 16 bit biasanya disebut video high color, dimana setiap pikselnya diwakili oleh byte atau 16 bit dengan memiliki warna. Dalam formasi bitnya, nilai merah dan biru mengambil tempat di 5 bit di kanan dan kiri. Komponen hijau memiliki 5 bit ditambah 1 bit ekstra, pemilihan komponen hijau dengan deret 6 bit dikarenakan penglihatan manusia lebih sensitif terhadap warna hijau untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel.3. Dengan demikian, semakin sedikit jumlah bit yang digunakan untuk tiap piksel, maka semakin turun pula kualitas gambar. Tabel.3 16 Bit Truecolor (Sumber : Rijal,013)

12 16..3 Representasi Warna Dalam video digital representasi warna merupakan cara standar untuk menspesifikasikan suatu warna tertentu dengan mendefinisikan suatu sistem koordinat 3D dan suatu ruang bagian yang mengandung semua warna yang dapat dibentuk ke dalam suatu model tertentu. Suatu warna yang dapat dispesifikasikan menggunakan suatu model akan terhubung ke suatu titik tunggal dalam suatu ruang bagian yang disefinisikannya. Pada umumnya, data video dipisahkan menjadi komponen warna (crominance) dan komponen kecerahan (luminance). Komponen tersebut dipisahkan dengan beberapa cara, yaitu RGB dan YUV Ruang Warna Red Green Blue (RGB) Menurut Putranto (010) kombinasi dari komponen warna dasar yaitu merah, hijau, dan biru dapat disebut juga ruang warna. Untuk 4 bit per piksel, kisaran R, G, B bervariasi dari 0 sampai 55. Apabila R, G, B adalah semua 0 maka warna yang dihasilkan akan menjadi hitam. Jika R, G, B adalah semua 55 maka warna keluaran akan menjadi putih. Konsep ruang warna RGB ditentukan pada gambar.5. Gambar.6 Ruang warna RGB (Rijal, 013) Sumbu x mewakili rentang warna biru, sumbu y mewakili rentang warna hijau dan sumbu z mewakili rentang warna merah. Seperti pada Gambar.6, terlihat bahwa warna hitam diwakili di asal dan warna putih diwakili di sudut lain, dimana warna merah, hijau, dan biru adalah masing masing 55. Demikian pula kita dapat mendapatkan nilai warna lain di berbagai penjuru kubus sesuai dengan nilai-nilai RGB yang berbeda.

13 17 Gambar.7 Model Warna RGB (Rijal, 013)..3. Format Piksel YUV Menurut Wang (01) sistem warna YUV adalah pengkodean warna skema untuk memisahkan komponen video ataupun gambar digital yaitu komponen kecerahan atau cahaya (luminance) dan komponen warna sinyal (chrominance). Mata manusia kurang peka terhadap variasi warna daripada intensitas variasi, jadi YUV memungkinkan pengkodean informasi cahaya (Y) bandwidth penuh dan informasi krominan (UV) setengah bandwidth atau komponen kecerahan dinyatakan dengan Y, sedangkan dua komponen warna dinyatakan dengan U dan V. Komponen luminan dapat diperlakukan sebagai skala abu-abu dari suatu RGB image. Ruang warna berbasis YUV diperoleh dari komponen RGB yang telah mengalami koreksi gamma, sehingga disebut R G B dengan nilai sebagai berikut: Y = 0,99R + 0,587G + 0,114B U = 0,147R - 0,89G + 0,436B = 0,49 (B-Y) V = 0,615R -0,515G - 0,100B = 0,877 (R-Y).. (.1) Mata manusia lebih sensitif terhadap luminance daripada chrominance pada komponen gambar, itu sebabnya pada aplikasi pengkodean seperti motion estimation, suatu block dikodekan atau tidak, didasarkan pada komponen kecerahan (luminance). Dalam video coding komponen luminance dihitung untuk setiap piksel, tetapi dua komponen chrominance (U dan V) adalah rata-

14 18 rata dari 4 piksel, ini membagi dua jumlah data yang dikirimkan untuk setiap piksel. Menurut Sullivan (008) notasi A : B : C adalah notasi yang digunakan untuk menggambarkan seberapa sering U dan V adalah sampel relative terhadap Y. 1. 4:4:4 berarti untuk setiap x Y piksel terdapat 4 U dan 4 V piksel, seperti pada gambar.8. Gambar.8 YUV Sampling 4:4:4. 4:: berarti :1 downsampling arah horizontal, tanpa downsampling arah vertical, dimana setiap x Y piksel terdapat U dan V. Seperti yang terlihat pada gambar.9 Gambar.9 YUV Sampling 4:: 3. 4::0 berarti :1 downsampling arah horizontal dan arah vertical, dimana setiap x Y piksel terdapat 1 U dan 1 V piksel. Seperti pada gambar.10.

15 19 Gambar.10 YUV Sampling 4:: Kontras Gambar Menurut Peli (1990) kontras merupakan perbedaan luminance dan warna pada sebuah objek gambar. Kontras suatu video adalah distribusi piksel terang dan gelap. Video grayscale dengan nilai kontras rendah maka akan terlihat lebih gelap, terlalu terang, atau abu-abu. Video dengan kontras tinggi memiliki daerah gelap dan terang yang luas. Semakin tinggi kontras video, akan semakin tajam perbedaan antara warna-warna yang terang dan warna-warna yang gelap. Dalam persepsi visual kontras, kontras ditentukan berdasarkan perbedaan pada warna dan kecerahan pada objek atau objek lainnya dengan bidang yang sama. Karena visual manusia lebih sensitif terhadap kontras daripada warna. Perbedaan tingkat kontras pada suatu video terlihat pada Gambar.11, dimana derah kiri pada gambar dengan kontras yang rendah dan daerah kanan dengan kontras yang tinggi. Gambar.11 Kontras gambar (

16 0..4 Frame Difference Menurut Guningrat (01) dalam melakukan proses pendeteksian objek bergerak dan perhitungan rasio tertentu pada objek, digunakanlah suatu metode yang disebut frame difference. Frame difference (perbedaan frame) adalah teknik menghitung selisih antara dua frame di setiap posisi piksel dari suatu gambar pada video. Metode ini bisa digunakan untuk mendeteksi suatu objek yang melakukan perpindahan (bergerak). Metode ini juga dapat digunakan untuk proses perhitungan kecepatan suatu objek yang bergerak. Proses mencari objek bergerak dalam urutan frame yang dilakukan dengan menggunakan ekstraksi ciri benda dan mendeteksi objek bergerak di urutan frame. Dengan menggunakan nilai posisi objek di setiap frame, kita dapat menghitung posisi dan kecepatan objek bergerak tersebut. Persamaan untuk menggitung frame difference dapat dilihat sebagai berikut: Frame Diff = (frame p frame i).....(.) Dimana frame p merupakan frame sekarang dan frame i adalah frame sebelumnya. Sebagai contoh pemanfaatan penggunaan frame difference digunakan dalam sebuah video saat menayangkan lelaki melakukan pergerakan kepala dengan latar belakang diam dan hanya terdapat sedikit gerakan tangan dan kepala seperti pada Gambar.1. Gambar.1 Frame Difference (

17 1 Menurut Barjatya (004) block matching adalah membagi frame menjadi matriks 'makro blok' yang kemudian dibandingkan antara blok satu dengan blok sebelumnya. Sehingga akan terjadi perbedaan nilai piksel pada frame satu dengan frame selanjutnya (frame difference). Dari pernyatan tersebut maka untuk menentukan Normalized Frame Difference (NFD) nilai frame difference dalam video ditentukan dengan menghitung rata-rata perbedaan framenya. Adapun fungsi untuk menentukan rata-rata perbedaan tiap piksel dari seluruh frame yaitu Mean Absolute Difference (MAD) adalah mencari rata-rata nilai perbedaan mutlak antara frame satu dengan frame selanjutnya. MAD dapat dihitung sebagai berikut : MAD ( k ) MxN M 1 N 1 1 i0 j0 C ij R ij....(.3) dimana, M dan N C ij R ij k = resolusi horisontal dan vertikal dari frame = nilai pixel pada frame saat ini = nilai pixel pada frame sebelumnya = antar frame ke-k..5 Normalized Frame Difference (NFD) Menurut Yen-Fu (013) NFD digunakan untuk menggambarkan besar perbedaan nilai aktivitas gerak dari frame ke frame berdasarkan parameter Frame Difference (perbedaan frame). Metode ini merupakan teknik yang digunakan untuk menghitung perbedaan antara dua frame disetiap posisi piksel dari suatu gambar pada video. Apabila ada perbedaan nilai piksel pada frame, berarti ada perubahan gambar pada video. Persamaan untuk menghitung perbedaan dari intensitas gerak video yang digunakan pada penelitian Yen-Fu (013) yaitu Mean Absolute Difference (MAD) atau biasa dikenal sebagai Frame Difference (FD) yang didefinisikan sebagai λfd. Deretan frame dengan perbedaan kontras yang tinggi cenderung memiliki frame difference yang besar meskipun dengan pergerakan yang sedikit. Oleh karena itu, besar frame difference karena adanya pergerakan harus

18 dinormalisasi untuk perataan nilai kontras menggunakan metode Normalized Frame Difference (NFD). Hal itu dilakukan agar setiap frame pada video tidak memilki perbedaan kontras yang terlalu jauh, dimana NFD didefinisikan sebagai berikut: NFD ( k ) MAD cont ( k ) ( k )...(.4) Dari persamaan.6 cont video didefinisikan sebagai rata-rata standard deviasi dari nilai-nilai piksel pada setiap frame, dimana SD ditentukan dengan persamaan sebagai berikut : SD MxN p n 1 P MxN n1 ( perframe )...(.5) dimana, p P n = Piksel ke-n = Jumlah Piksel dalam satu frame = Resolusi (MxN) SD( j) SD( j1) cont ( k )...(.6) NFD hanya memproses nilai Y, karena mata manusia hanya mampu melihat gelap dan terang. Langkah-langkah algoritma Normalized Frame Difference diawali dengan menghitung selisih nilai piksel antar frame disetiap posisi pikselnya selanjutnya menjumlahkan selisih nilai piksel antar frame kemudian membagi jumlah selisih nilai piksel dengan resolusi video untuk mendapatkan nilai Mean Absolute Difference (MAD), dilanjutkan dengan menghitung nilai standar deviasi pada setiap frame dan merata-ratakannya untuk mendapatkan nilai cont, dan membagi nilai MAD dengan cont video untuk mendapatkan nilai NFD.

19 3..6 Tes Subyektif Simultan Double Stimulus for Continuous Evaluation (SDSCE) Metode tes yang digunakan pada penilaian ini adalah menggunakan metode Simultan Double Stimulus for Continuous Evaluation (SDSCE) method berdasarkan rekomendasi BT dari International Telecommunication Union - Working Group-R (ITU-R). Dalam metode ini pengamat diminta untuk mengamati video yang sedang diproses dan dibandingkan dengan video asli berdasarkan parameter-parameter sebagai berikut (ITU-R Rec. BT ). 1. Kondisi lingkungan pada saat test dilaksanakan dapat disesuaikan dengan kondisi yang ada.. Sudut pandang responden terhadap garis normal vertical dan horizontal maksimum untuk monitor CRT 3. Brightness dari monitor minimum Prosedur test dilaksanakan secara simultan, dimana responden diminta mengamati dua adegan secara bersamaan, dimana salah satunya merupakan adegan video asli sebagai referensi, dan yang lainnya merupakan adegan video yang telah diproses. Responden diminta menilai adegan dari video yang telah diproses dengan mengacu pada adegan video referensi. 5. Responden harus mendapat penjelasan mengenai kriteria penilaian, dengan mencantumkan penjelasan tertulis pada kuesioner yang digunakan. Sebelum pengamatan dimulai, responden harus mendapat penjelasan mengenai kondisi adegan yang akan dinilai 6. Nilai numerik MOS dinyatakan dengan angka antara 1 sampai dengan 5, dengan urutan nilai standar yang digunakan adalah sebagai berikut : Nilai MOS = 1, maka nilai MOS dikatakan buruk. Nilai MOS =, maka nilai MOS dikatakan tidak baik. Nilai MOS = 3, maka nilai MOS dikatakan cukup baik. Nilai MOS = 4, maka nilai MOS dikatakan baik. Nilai MOS = 5, maka nilai MOS dikatakan sangat baik.

20 4 Dalam analisis MOS, digunakan beberapa perhitungan statistik sebagai berikut : (ITU-R Rec.BT ). a. Mean score dari hasil penilaian untuk satu kategori u 1 n jk u ijk n i1...(.7) Dimana u ijk adalah nilai dari responden ke-i untuk kategori tes-j, adegan video k dan n adalah jumlah responden. b. Standar deviasi dari setiap kategori S jk u u N jk ijk i1 n 1... (.8) Apabila pengamatan dilakukan terhadap masing-masing satu kategori untuk satu adegan, maka nilai j dan k adalah Statistik Uji Korelasi Analisis korelasi adalah metode statistika yang digunakan untuk menentukan kuatnya derajat hubungan linier antara dua variabel atau lebih. Korelasi merupakan teknik analisis yang termasuk dalam salah satu teknik pengukuran asosiasi (measures of association). Pengukuran asosiasi merupakan istilah umum yang mengarah pada sekelompok teknik dalam statistik yang digunakan untuk mengukur kekuatan hubungan linier antara dua variabel atau di antara beberapa variabel. Salah satu aspek analisis asosiasi adalah untuk memutuskan apakah data sampel yang teramati menyediakan bukti yang cukup untuk menyimpulkan bahwa variabel-variabel dalam populasi asal sampel saling berkaitan atau berhubungan. (Sudarmo,013). Korelasi dilambangkan dengan r dengan ketentuan nilai r tidak lebih dari harga (-1 r 1). Apabila korelasi bernilai negatif artinya X dan Y berkorelasi berbanding terbalik misalkan variable X semakin besar maka variable Y akan semakin kecil. Apabila korelasi bernilai positif artinya variabel X dan Y

21 5 berkoerelasi berbanding lurus artinya apabila nilai X semakin besar maka nilai Y juga akan semakin besar. (Nurdiansyah,013) Tabel.4 Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai r Interval Koefisien Tingkat Hubungan 0,800 1,000 Sangat Kuat 0,600 0,799 Kuat 0,400 0,599 Cukup Kuat 0,00 0,399 Lemah 0,000 0,199 Sangat Lemah Hubungan linear lebih dari dua variable yaitu perubahan satu variabel dipengaruhi oleh lebih dari satu variabel lain dapat. Secara fungsional Y = f (X 1, X, X 3,..., Xk) atau dalam persamaan matematis dituliskan Y = a + b 1 X 1 + b X + b 3 X b k X k. Koefisien Korelasi Linier Berganda merupakan indeks atau angka yang diigunakan untuk mengukur keeratan hubungan antara 3 variabel/lebih. Koefisien korelasi berganda dirumuskan : ry 1 n x1 y y x1 n y y n x1 x1 ry r 1. n x y y x1 n y y n x x n x1x x1 x n x1 x1 n x x Ry 1. ry 1 ry ry ry ry 1 r (.9)

22 6 Dimana : Ry 1. : koefisien linier 3 variabel ry 1 : koefisien korelasi y 1 ry : koefisien korelasi variabel y r 1. : koefisien korelasi variabel x 1 dan x..8 Histogram Kata histogram berasal dari bahasa Yunani: histos dan gramma. Pertama kali digunakan oleh Karl Pearson pada tahun 1895 untuk memetakan distribusi frekuensi dengan luasan area grafis batangan menunjukkan proporsi banyak frekuensi yang terjadi pada tiap kategori. Histogram citra merupakan grafik yang menggambarkan penyebaran nilai-nilai intensitas pixel dari suatu citra atau bagian tertentu di dalam citra (Utama,009). Definisi lain dari histogram adalah suatu grafik yang menunjukkan berapa besar jumlah piksel dari citra memiliki suatu tingkat keabuan tertentu (Ibrahim, 011). Histogram juga dapat menunjukkan banyak hal tentang kecerahan (brightness) dan kontras (contrast) dari sebuah gambar. Secara grafis histogram ditampilkan dengan diagram batang, misal citra digital memiliki L derajat keabuan. (misalnya citra dengan kuantisasi derajat keabuan 8-bit, nilai derajat keabuan dari 0 55). Histogram merupakan fungsi probabilitas dari suatu citra, dimana hiatogram pf(f) dirumuskan sebagai berikut : nk p( f )( f( k )).. (.10) n Dimana : k = 0,1,, L-1 nk = piksel dari intensitas k n = jumlah total piksel pada skala keabuan. L = skala keabuan dari citra, biasanya 0 55 untuk 8 bit

PEMANFAATAN NORMALIZED FRAME DIFFERENCE SEBAGAI UKURAN AKTIVITAS GERAK PADA VIDEO DIGITAL

PEMANFAATAN NORMALIZED FRAME DIFFERENCE SEBAGAI UKURAN AKTIVITAS GERAK PADA VIDEO DIGITAL PEMANFAATAN NORMALIZED FRAME DIFFERENCE SEBAGAI UKURAN AKTIVITAS GERAK PADA VIDEO DIGITAL L.D.Purnamasari 1, N. Indra 2, I M.O. Widyantara 3 Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Udayana

Lebih terperinci

FRAME RATE MINIMUM VIDEO DENGAN METODE NORMALIZED FRAME DIFFERENCE SEBAGAI PENDESKRIPSI INTENSITAS GERAK

FRAME RATE MINIMUM VIDEO DENGAN METODE NORMALIZED FRAME DIFFERENCE SEBAGAI PENDESKRIPSI INTENSITAS GERAK FRAME RATE MINIMUM VIDEO DENGAN METODE NORMALIZED FRAME DIFFERENCE SEBAGAI PENDESKRIPSI INTENSITAS GERAK I.A Laksmi, N. Indra ER, I M.O. Widyantara 3 Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

Suatu proses untuk mengubah sebuah citra menjadi citra baru sesuai dengan kebutuhan melalui berbagai cara.

Suatu proses untuk mengubah sebuah citra menjadi citra baru sesuai dengan kebutuhan melalui berbagai cara. Image Enhancement Suatu proses untuk mengubah sebuah citra menjadi citra baru sesuai dengan kebutuhan melalui berbagai cara. Cara-cara yang bisa dilakukan misalnya dengan fungsi transformasi, operasi matematis,

Lebih terperinci

VIDEO By y N ur N ul ur Ad A h d ay a a y n a ti t 1

VIDEO By y N ur N ul ur Ad A h d ay a a y n a ti t 1 VIDEO By Nurul Adhayanti 1 VIDEO teknologi untuk menangkap, merekam, memproses, mentransmisikan dan menata ulang gambar bergerak. Biasanya menggunakan film seluloid, sinyal elektronik, atau media digital.

Lebih terperinci

GRAFIK KOMPUTER DAN PENGOLAHAN CITRA. WAHYU PRATAMA, S.Kom., MMSI.

GRAFIK KOMPUTER DAN PENGOLAHAN CITRA. WAHYU PRATAMA, S.Kom., MMSI. GRAFIK KOMPUTER DAN PENGOLAHAN CITRA WAHYU PRATAMA, S.Kom., MMSI. PERTEMUAN 8 - GRAFKOM DAN PENGOLAHAN CITRA Konsep Dasar Pengolahan Citra Pengertian Citra Analog/Continue dan Digital. Elemen-elemen Citra

Lebih terperinci

Pertemuan 2 Representasi Citra

Pertemuan 2 Representasi Citra /29/23 FAKULTAS TEKNIK INFORMATIKA PENGOLAHAN CITRA DIGITAL ( DIGITAL IMAGE PROCESSING ) Pertemuan 2 Representasi Citra Representasi Citra citra Citra analog Citra digital Matrik dua dimensi yang terdiri

Lebih terperinci

PENGOLAHAN CITRA DIGITAL

PENGOLAHAN CITRA DIGITAL PENGOLAHAN CITRA DIGITAL Aditya Wikan Mahastama mahas@ukdw.ac.id Sistem Optik dan Proses Akuisisi Citra Digital 2 UNIV KRISTEN DUTA WACANA GENAP 1213 v2 Bisa dilihat pada slide berikut. SISTEM OPTIK MANUSIA

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Citra Citra merupakan salah satu komponen multimedia yang memegang peranan sangat penting sebagai bentuk informasi visual. Meskipun sebuah citra kaya akan informasi, namun sering

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pengolahan Citra adalah pemrosesan citra, khususnya dengan menggunakan

BAB II LANDASAN TEORI. Pengolahan Citra adalah pemrosesan citra, khususnya dengan menggunakan BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Citra Citra adalah gambar pada bidang dwimatra (dua dimensi). Ditinjau dari sudut pandang matematis, citra merupakan fungsi menerus dan intensitas cahaya pada bidang dwimatra

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS BAB 2 TINJAUAN TEORETIS 2. Citra Digital Menurut kamus Webster, citra adalah suatu representasi, kemiripan, atau imitasi dari suatu objek atau benda. Citra digital adalah representasi dari citra dua dimensi

Lebih terperinci

Pembentukan Citra. Bab Model Citra

Pembentukan Citra. Bab Model Citra Bab 2 Pembentukan Citra C itra ada dua macam: citra kontinu dan citra diskrit. Citra kontinu dihasilkan dari sistem optik yang menerima sinyal analog, misalnya mata manusia dan kamera analog. Citra diskrit

Lebih terperinci

Model Citra (bag. 2)

Model Citra (bag. 2) Model Citra (bag. 2) Ade Sarah H., M. Kom Resolusi Resolusi terdiri dari 2 jenis yaitu: 1. Resolusi spasial 2. Resolusi kecemerlangan Resolusi spasial adalah ukuran halus atau kasarnya pembagian kisi-kisi

Lebih terperinci

SAMPLING DAN KUANTISASI

SAMPLING DAN KUANTISASI SAMPLING DAN KUANTISASI Budi Setiyono 1 3/14/2013 Citra Suatu citra adalah fungsi intensitas 2 dimensi f(x, y), dimana x dan y adalahkoordinat spasial dan f pada titik (x, y) merupakan tingkat kecerahan

Lebih terperinci

MULTIMEDIA. Kompresi Video Semester Gasal 2008/200 S1 SISTEM KOMPUTER UNIVERSITAS DIPONEGORO /2009 PROGRAM STUDI. Oky Dwi Nurhayati,, ST, MT

MULTIMEDIA. Kompresi Video Semester Gasal 2008/200 S1 SISTEM KOMPUTER UNIVERSITAS DIPONEGORO /2009 PROGRAM STUDI. Oky Dwi Nurhayati,, ST, MT PROGRAM STUDI S1 SISTEM KOMPUTER UNIVERSITAS DIPONEGORO MULTIMEDIA Kompresi Video Semester Gasal 2008/200 /2009 Oky Dwi Nurhayati,, ST, MT Email: okydn@undip.ac.id 1 Definisi Video Video is the technology

Lebih terperinci

BAB II Tinjauan Pustaka

BAB II Tinjauan Pustaka 23 BAB II Tinjauan Pustaka II.1. Pengolahan Citra Digital Citra yang diperoleh dari lingkungan masih terdiri dari warna yang sangat komplek sehingga masih diperlukan proses lebih lanjut agar image tersebut

Lebih terperinci

Analisa Hasil Perbandingan Metode Low-Pass Filter Dengan Median Filter Untuk Optimalisasi Kualitas Citra Digital

Analisa Hasil Perbandingan Metode Low-Pass Filter Dengan Median Filter Untuk Optimalisasi Kualitas Citra Digital Analisa Hasil Perbandingan Metode Low-Pass Filter Dengan Median Filter Untuk Optimalisasi Kualitas Citra Digital Nurul Fuad 1, Yuliana Melita 2 Magister Teknologi Informasi Institut Saint Terapan & Teknologi

Lebih terperinci

KONSEP DASAR PENGOLAHAN CITRA

KONSEP DASAR PENGOLAHAN CITRA KONSEP DASAR PENGOLAHAN CITRA Copyright @ 2007 by Emy 2 1 Kompetensi Mampu membangun struktur data untuk merepresentasikan citra di dalam memori computer Mampu melakukan manipulasi citra dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Citra Citra adalah suatu representasi (gambaran), kemiripan, atau imitasi suatu objek. Citra sebagai keluaran suatu sistem perekaman data dapat bersifat optik berupa

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Bab ini membahas landasan teori yang bersifat ilmiah untuk mendukung penulisan penelitian ini. Teori-teori yang dibahas mengenai pengertian citra, jenis-jenis citra digital, metode

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dibahas teori yang berkaitan dengan pemrosesan data untuk sistem pendeteksi senyum pada skripsi ini, meliputi metode Viola Jones, konversi citra RGB ke grayscale,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. dari sudut pandang matematis, citra merupakan fungsi kontinyu dari intensitas cahaya

BAB 2 LANDASAN TEORI. dari sudut pandang matematis, citra merupakan fungsi kontinyu dari intensitas cahaya 5 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Citra Secara harfiah citra atau image adalah gambar pada bidang dua dimensi. Ditinjau dari sudut pandang matematis, citra merupakan fungsi kontinyu dari intensitas cahaya pada

Lebih terperinci

CEG4B3. Randy E. Saputra, ST. MT.

CEG4B3. Randy E. Saputra, ST. MT. CEG4B3 Randy E. Saputra, ST. MT. Video Kata video berasal dari kata Latin "melihat" teknologi pengiriman sinyal elektronik dari suatu gambar bergerak Aplikasi umum dari sinyal video adalah televisi (bidang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Citra Citra (image) atau yang secara umum disebut gambar merupakan representasi spasial dari suatu objek yang sebenarnya dalam bidang dua dimensi yang biasanya ditulis dalam

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA HASIL SIMULASI

BAB IV ANALISA HASIL SIMULASI 50 BAB IV ANALISA HASIL SIMULASI 4.1 Umum Pada bab ini akan menjelaskan tentang performansi dari proses pengkodean yang menggunakan High 4:4:4 Intra dan Main Profile yang akan ditransmisikan pada jaringan

Lebih terperinci

Citra Digital. Petrus Paryono Erick Kurniawan Esther Wibowo

Citra Digital. Petrus Paryono Erick Kurniawan Esther Wibowo Citra Digital Petrus Paryono Erick Kurniawan erick.kurniawan@gmail.com Esther Wibowo esther.visual@gmail.com Studi Tentang Pencitraan Raster dan Pixel Citra Digital tersusun dalam bentuk raster (grid atau

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dibahas teori yang berkaitan dengan sistem pendeteksi orang tergeletak mulai dari : pembentukan citra digital, background subtraction, binerisasi, median filtering,

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN ANALISA

BAB 4 HASIL DAN ANALISA BAB 4 HASIL DAN ANALISA 4. Analisa Hasil Pengukuran Profil Permukaan Penelitian dilakukan terhadap (sepuluh) sampel uji berdiameter mm, panjang mm dan daerah yang dibubut sepanjang 5 mm. Parameter pemesinan

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR PENGOLAHAN CITRA DIGITAL

BAB II TEORI DASAR PENGOLAHAN CITRA DIGITAL BAB II TEORI DASAR PENGOLAHAN CITRA DIGITAL 2.1 Citra Secara harafiah, citra adalah representasi (gambaran), kemiripan, atau imitasi pada bidang dari suatu objek. Ditinjau dari sudut pandang matematis,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 7 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Citra Digital Citra digital merupakan sebuah fungsi intensitas cahaya, dimana harga x dan y merupakan koordinat spasial dan harga fungsi f tersebut pada setiap titik merupakan

Lebih terperinci

Page 1

Page 1 MODUL V KOMPRESI CITRA DAN VIDEO Tiga tipe dari informasi yang berlebihan (redundancy) yang dapat dihilangkan atau direduksi : Spasial : Di dalam frame yang sama Sering kali menggunakan metode yang sama

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Citra Digital Citra digital merupakan sebuah fungsi intensitas cahaya f(x,y), dimana harga x dan y merupakan koordinat spasial dan harga fungsi f tersebut pada setiap

Lebih terperinci

Pertemuan 3 Perbaikan Citra pada Domain Spasial (1) Anny Yuniarti, S.Kom, M.Comp.Sc

Pertemuan 3 Perbaikan Citra pada Domain Spasial (1) Anny Yuniarti, S.Kom, M.Comp.Sc Pertemuan 3 Perbaikan Citra pada Domain Spasial (1), S.Kom, M.Comp.Sc Tujuan Memberikan pemahaman kepada mahasiswa mengenai berbagai teknik perbaikan citra pada domain spasial, antara lain : Transformasi

Lebih terperinci

PRAPROSES CITRA MENGGUNAKAN KOMPRESI CITRA, PERBAIKAN KONTRAS, DAN KUANTISASI PIKSEL

PRAPROSES CITRA MENGGUNAKAN KOMPRESI CITRA, PERBAIKAN KONTRAS, DAN KUANTISASI PIKSEL PRAPROSES CITRA MENGGUNAKAN KOMPRESI CITRA, PERBAIKAN KONTRAS, DAN KUANTISASI PIKSEL Veronica Lusiana 1, Budi Hartono 2 1,2 Program Studi Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Informasi, Universitas Stikubank

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Citra Digital Istilah citra biasanya digunakan dalam bidang pengolahan citra yang berarti gambar. Suatu citra dapat didefinisikan sebagai fungsi dua dimensi, di mana dan adalah

Lebih terperinci

BAB II CITRA DIGITAL

BAB II CITRA DIGITAL BAB II CITRA DIGITAL DEFINISI CITRA Citra adalah suatu representasi(gambaran),kemiripan,atau imitasi dari suatu objek. DEFINISI CITRA ANALOG Citra analog adalahcitra yang bersifat kontinu,seperti gambar

Lebih terperinci

ANALISIS CONTRAST STRETCHING MENGGUNAKAN ALGORITMA EUCLIDEAN UNTUK MENINGKATKAN KONTRAS PADA CITRA BERWARNA

ANALISIS CONTRAST STRETCHING MENGGUNAKAN ALGORITMA EUCLIDEAN UNTUK MENINGKATKAN KONTRAS PADA CITRA BERWARNA ANALISIS CONTRAST STRETCHING MENGGUNAKAN ALGORITMA EUCLIDEAN UNTUK MENINGKATKAN KONTRAS PADA CITRA BERWARNA Nurliadi 1 *, Poltak Sihombing 2 & Marwan Ramli 3 1,2,3 Magister Teknik Informatika, Universitas

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI METODE SPEED UP FEATURES DALAM MENDETEKSI WAJAH

IMPLEMENTASI METODE SPEED UP FEATURES DALAM MENDETEKSI WAJAH IMPLEMENTASI METODE SPEED UP FEATURES DALAM MENDETEKSI WAJAH Fitri Afriani Lubis 1, Hery Sunandar 2, Guidio Leonarde Ginting 3, Lince Tomoria Sianturi 4 1 Mahasiswa Teknik Informatika, STMIK Budi Darma

Lebih terperinci

PENGUKURAN GETARAN PADA POROS MODEL VERTICAL AXIS OCEAN CURRENT TURBINE (VAOCT) DENGAN METODE DIGITAL IMAGE PROCESSING

PENGUKURAN GETARAN PADA POROS MODEL VERTICAL AXIS OCEAN CURRENT TURBINE (VAOCT) DENGAN METODE DIGITAL IMAGE PROCESSING PRESENTASI TESIS (P3) PENGUKURAN GETARAN PADA POROS MODEL VERTICAL AXIS OCEAN CURRENT TURBINE (VAOCT) DENGAN METODE DIGITAL IMAGE PROCESSING HEROE POERNOMO 4108204006 LATAR BELAKANG Pengaruh getaran terhadap

Lebih terperinci

Muhammad Zidny Naf an, M.Kom. Gasal 2015/2016

Muhammad Zidny Naf an, M.Kom. Gasal 2015/2016 MKB3383 - Teknik Pengolahan Citra Pengolahan Citra Digital Muhammad Zidny Naf an, M.Kom. Gasal 2015/2016 CITRA Citra (image) = gambar pada bidang 2 dimensi. Citra (ditinjau dari sudut pandang matematis)

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2. Pengertian Citra Citra (image) atau istilah lain untuk gambar sebagai salah satu komponen multimedia yang memegang peranan sangat penting sebagai bentuk informasi visual. Meskipun

Lebih terperinci

Pendekatan Statistik Pada Domain Spasial dan Frekuensi untuk Mengetahui Tampilan Citra Yustina Retno Wahyu Utami 1)

Pendekatan Statistik Pada Domain Spasial dan Frekuensi untuk Mengetahui Tampilan Citra Yustina Retno Wahyu Utami 1) ISSN : 1693 1173 Pendekatan Statistik Pada Domain Spasial dan Frekuensi untuk Mengetahui Tampilan Citra Yustina Retno Wahyu Utami 1) Abstrak Mean, standard deviasi dan skewness dari citra domain spasial

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Dalam tugas akhir ini penguji melakukan pengujian dari judul tugas akhir sebelumnya, yang dilakukan oleh Isana Mahardika. dalam tugas akhir tersebut membahas pendeteksian tempat

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI. 2.1 Citra Digital Pengertian Citra Digital

LANDASAN TEORI. 2.1 Citra Digital Pengertian Citra Digital LANDASAN TEORI 2.1 Citra Digital 2.1.1 Pengertian Citra Digital Citra dapat didefinisikan sebagai sebuah fungsi dua dimensi, f(x,y) dimana x dan y merupakan koordinat bidang datar, dan harga fungsi f disetiap

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengolahan Citra Pengolahan citra adalah kegiatan memanipulasi citra yang telah ada menjadi gambar lain dengan menggunakan suatu algoritma atau metode tertentu. Proses ini mempunyai

Lebih terperinci

BAB II TEORI PENUNJANG

BAB II TEORI PENUNJANG BAB II TEORI PENUNJANG 2.1 Computer Vision Komputerisasi memiliki ketelitian yang jauh lebih tinggi bila dibandingkan dengan cara manual yang dilakukan oleh mata manusia, komputer dapat melakukan berbagai

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Citra digital sebenarnya bukanlah sebuah data digital yang normal,

BAB II LANDASAN TEORI. Citra digital sebenarnya bukanlah sebuah data digital yang normal, BAB II LANDASAN TEORI II.1 Citra Digital Citra digital sebenarnya bukanlah sebuah data digital yang normal, melainkan sebuah representasi dari citra asal yang bersifat analog [3]. Citra digital ditampilkan

Lebih terperinci

Analisa dan Pemodelan Kerumunan Orang pada Video Digital

Analisa dan Pemodelan Kerumunan Orang pada Video Digital Sidang Tugas Akhir Analisa dan Pemodelan Kerumunan Orang pada Video Digital Oleh: Nick Darusman (2209106015) Dosen Pembimbing Dr. Ir. Wirawan, DEA Jumat, 24 Januari 2012 Surabaya 1 Latar Belakang Angka

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 35 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Implementasi GUI GUI diimplementasikan sesuai dengan program pengolah citra dan klasifikasi pada tahap sebelumya. GUI bertujuan untuk memudahkan pengguna mengidentifikasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Steganografi Steganografi adalah mekanisme penanaman atau penyisipan pesan (m) kedalam sebuah cover objek (c) menggunakan kunci (k) untuk berbagi rahasia kepada orang lain,

Lebih terperinci

One picture is worth more than ten thousand words

One picture is worth more than ten thousand words Budi Setiyono One picture is worth more than ten thousand words Citra Pengolahan Citra Pengenalan Pola Grafika Komputer Deskripsi/ Informasi Kecerdasan Buatan 14/03/2013 PERTEMUAN KE-1 3 Image Processing

Lebih terperinci

ANALISA PERANCANGAN SISTEM

ANALISA PERANCANGAN SISTEM Gambar 2.16. Black Bo Pengujian black bo adalah pengujian aspek fundamental sistem tanpa memperhatikan struktur logika internal perangkat lunak. Metode ini digunakan untuk mengetahui apakah perangkat lunak

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM. Pada dewasa sekarang ini sangat banyak terdapat sistem dimana sistem tersebut

BAB III PERANCANGAN SISTEM. Pada dewasa sekarang ini sangat banyak terdapat sistem dimana sistem tersebut BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1 Definisi Masalah Pada dewasa sekarang ini sangat banyak terdapat sistem dimana sistem tersebut sudah terintegrasi dengan komputer, dengan terintegrasinya sistem tersebut

Lebih terperinci

ANALISA KOMPRESI CITRA DIGITAL MENGGUNAKAN METODE HADAMARD

ANALISA KOMPRESI CITRA DIGITAL MENGGUNAKAN METODE HADAMARD ANALISA KOMPRESI CITRA DIGITAL MENGGUNAKAN METODE HADAMARD Eva Haryanty, S.Kom. ABSTRAK Kompresi data adalah proses mengubah suatu input data menjadi data lain dengan format berbeda dan ukuran yang lebih

Lebih terperinci

PENGATURAN KECERAHAN DAN KONTRAS CITRA SECARA AUTOMATIS DENGAN TEKNIK PEMODELAN HISTOGRAM

PENGATURAN KECERAHAN DAN KONTRAS CITRA SECARA AUTOMATIS DENGAN TEKNIK PEMODELAN HISTOGRAM PENGATURAN KECERAHAN DAN KONTRAS CITRA SECARA AUTOMATIS DENGAN TEKNIK PEMODELAN HISTOGRAM Danny Ibrahim 1, Achmad Hidayatno 2, R. Rizal Isnanto 2 Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro,

Lebih terperinci

Pengolahan citra. Materi 3

Pengolahan citra. Materi 3 Pengolahan citra Materi 3 Citra biner, citra grayscale dan citra warna Citra warna berindeks Subject Elemen-elemen Citra Digital reflectance MODEL WARNA Citra Biner Citra Biner Banyaknya warna hanya 2

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Dalam proses pemetaan secara fotogrametris, salah satu hal yang harus diatasi adalah masalah restitusi dua foto udara yang saling pertampalan sedemikian rupa sehingga

Lebih terperinci

Konsep Dasar Pengolahan Citra. Pertemuan ke-2 Boldson H. Situmorang, S.Kom., MMSI

Konsep Dasar Pengolahan Citra. Pertemuan ke-2 Boldson H. Situmorang, S.Kom., MMSI Konsep Dasar Pengolahan Citra Pertemuan ke-2 Boldson H. Situmorang, S.Kom., MMSI Definisi Citra digital: kumpulan piksel-piksel yang disusun dalam larik (array) dua-dimensi yang berisi nilai-nilai real

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengenalan Citra Citra adalah suatu representasi (gambaran), kemiripan atau imitasi dari suatu objek. Citra sebagai keluaran suatu sistem perekaman data dapat bersifat optik berupa

Lebih terperinci

Implementasi Algoritma Kompresi Shannon Fano pada Citra Digital

Implementasi Algoritma Kompresi Shannon Fano pada Citra Digital Implementasi Algoritma Kompresi Shannon Fano pada Citra Digital Muhammad Khoiruddin Harahap Politeknik Ganesha Medan choir.harahap@yahoo.com Abstrak Algoritma kompresi Shannon-Fano merupakan salah satu

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Citra Citra menurut kamus Webster adalah suatu representasi atau gambaran, kemiripan, atau imitasi dari suatu objek atau benda, contohnya yaitu foto seseorang dari kamera yang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Citra Digital Citra digital adalah citra yang bersifat diskrit yang dapat diolah oleh computer. Citra ini dapat dihasilkan melalui kamera digital dan scanner ataupun citra yang

Lebih terperinci

BAB II. Decoder H.264/AVC

BAB II. Decoder H.264/AVC BAB II Decoder H.64/AVC Pada bab ini akan dibahas tentang teori dasar dari sistem H.64, modul dan algoritma dari Inverse Block Transform, Deblocking Filter dan Motion Compensator. II. Sistem H.64 H.64

Lebih terperinci

Representasi Citra. Bertalya. Universitas Gunadarma

Representasi Citra. Bertalya. Universitas Gunadarma Representasi Citra Bertalya Universitas Gunadarma 2005 Pengertian Citra Digital Ada 2 citra, yakni : citra kontinu dan citra diskrit (citra digital) Citra kontinu diperoleh dari sistem optik yg menerima

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI 7 BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Metode Penelitian Metode penelitian merupakan cara teknis yang bersifat ilmiah yang menggunakan metode yang memiliki sistematika dan prosedur yang harus ditempuh dengan tidak

Lebih terperinci

DIGITAL IMAGE CODING. Go green Aldi Burhan H Chandra Mula Fitradi Mardiyah

DIGITAL IMAGE CODING. Go green Aldi Burhan H Chandra Mula Fitradi Mardiyah DIGITAL IMAGE CODING Go green Aldi Burhan H Chandra Mula Fitradi Mardiyah KOMPRESI LOSSLESS Teknik kompresi lossless adalah teknik kompresi yang tidak menyebabkan kehilangan data. Biasanya digunakan jika

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. a. Spesifikasi komputer yang digunakan dalam penelitian ini adalah

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. a. Spesifikasi komputer yang digunakan dalam penelitian ini adalah BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan Penelitian 3.1.1 Alat Penelitian a. Spesifikasi komputer yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Prosesor Intel (R) Atom (TM) CPU N550

Lebih terperinci

Proses memperbaiki kualitas citra agar mudah diinterpretasi oleh manusia atau komputer

Proses memperbaiki kualitas citra agar mudah diinterpretasi oleh manusia atau komputer Pengolahan Citra / Image Processing : Proses memperbaiki kualitas citra agar mudah diinterpretasi oleh manusia atau komputer Teknik pengolahan citra dengan mentrasformasikan citra menjadi citra lain, contoh

Lebih terperinci

10/10/2017. Teknologi Display SISTEM KOORDINAT DAN BENTUK DASAR GEOMETRI (OUTPUT PRIMITIF) CRT CRT. Raster Scan Display

10/10/2017. Teknologi Display SISTEM KOORDINAT DAN BENTUK DASAR GEOMETRI (OUTPUT PRIMITIF) CRT CRT. Raster Scan Display 1 2 SISTEM KOORDINAT DAN BENTUK DASAR GEOMETRI (OUTPUT PRIMITIF) Teknologi Display Cathode Ray Tubes (CRT) Liquid Crystal Display (LCD) 3 4 CRT Elektron ditembakkan dari satu atau lebih electron gun Kemudian

Lebih terperinci

Adobe Photoshop CS3. Bagian 2 Bekerja dalam Photoshop

Adobe Photoshop CS3. Bagian 2 Bekerja dalam Photoshop Adobe Photoshop CS3 Bagian 2 Bekerja dalam Photoshop Mengapa Photoshop? Adobe Photoshop adalah perangkat lunak yang menjadi standar dalam industri digital imaging. Sekarang, memiliki keahlian dalam menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi internet dalam beberapa tahun terakhir ini, telah membawa perubahan besar bagi distribusi media digital. Media digital yang dapat berupa

Lebih terperinci

KOMPRESI CITRA BERWARNA DENGAN ALGORITMA ENHANCED SELF ORGANIZING MAP (ENHANCED SOM)

KOMPRESI CITRA BERWARNA DENGAN ALGORITMA ENHANCED SELF ORGANIZING MAP (ENHANCED SOM) KOMPRESI CITRA BERWARNA DENGAN ALGORITMA ENHANCED SELF ORGANIZING MAP (ENHANCED SOM) Bambang Trianggono *, Agus Zainal Arifin * Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Informasi, Institut Teknologi

Lebih terperinci

BAB II TI JAUA PUSTAKA

BAB II TI JAUA PUSTAKA BAB II TI JAUA PUSTAKA Pada bab ini akan dibahas mengenai teori-teori yang menunjang tugas akhir ini. Antara lain yaitu pengertian citra, pengertian dari impulse noise, dan pengertian dari reduksi noise.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menggunakan PCA, kemudian penelitian yang menggunakan algoritma Fuzzy C-

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menggunakan PCA, kemudian penelitian yang menggunakan algoritma Fuzzy C- 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Studi Pendahuluan Sebelumnya telah ada penelitian tentang sistem pengenalan wajah 2D menggunakan PCA, kemudian penelitian yang menggunakan algoritma Fuzzy C- Means dan jaringan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Citra (image) adalah kombinasi antara titik, garis, bidang, dan warna untuk menciptakan suatu imitasi dari suatu obyek, biasanya obyek fisik atau manusia. Citra dapat

Lebih terperinci

Gambar (image) merupakan suatu representasi spatial dari suatu obyek, dalam pandangan 2D atau 3D.

Gambar (image) merupakan suatu representasi spatial dari suatu obyek, dalam pandangan 2D atau 3D. MULTIMEDIA IMAGE ARIF BUDIANTO H1L012074 GANANG NUGROHO AJI H1L012035 HADI PURNOMO H1L013007 DITA ZENITHA ZAIN H1L013031 MUTHIA ATHAYA H1L013030 SARDO SAMUEL ERICK LIMBONG H1L013041 AISYAH FATHIA P H1L014002

Lebih terperinci

... BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Citra

... BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Citra 6 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Citra Citra atau image adalah suatu matriks dimana indeks baris dan kolomnya menyatakan suatu titik pada citra tersebut dan elemen matriksnya (yang disebut sebagai elemen gambar

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Citra Citra (image) sebagai salah satu komponen multimedia memegang peranan sangat penting sebagai bentuk informasi visual. Citra mempunyai karakteristik yang tidak dimiliki oleh

Lebih terperinci

Grafik Komputer dan Pengolahan Citra. Pengolahan Citra : Representasi Citra. Universitas Gunadarma Pengolahan Citra : Representasi Citra 1/16

Grafik Komputer dan Pengolahan Citra. Pengolahan Citra : Representasi Citra. Universitas Gunadarma Pengolahan Citra : Representasi Citra 1/16 Pengolahan Citra : Representasi Citra Universitas Gunadarma 006 Pengolahan Citra : Representasi Citra /6 Representasi Citra dalam File (/3) Pertama-tama seperti halnya jika kita ingin melukis sebuah gambar,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Citra Digital Citra adalah suatu representasi, kemiripan atau imitasi dari suatu objek atau benda, misal: foto seseorang mewakili entitas dirinya sendiri di depan kamera. Sedangkan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Citra Digital Citra adalah suatu representasi (gambaran), kemiripan, atau imitasi dari suatu objek. Citra terbagi 2 yaitu ada citra yang bersifat analog dan ada citra yang bersifat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Citra Digital Citra digital merupakan fungsi intensitas cahaya f(x,y), dimana harga x dan y merupakan koordinat spasial dan harga fungsi tersebut pada setiap titik (x,y) merupakan

Lebih terperinci

Image Formation & Display

Image Formation & Display Image Formation & Display Disarikan oleh: Dinisfu Sya ban (0403100596) SEKOLAH TINGGI SANDI NEGARA BOGOR 2007 1 Pendahuluan Image adalah suatu uraian bagaimana suatu parameter yang bervariasi dari suatu

Lebih terperinci

Peningkatan Kualitas Pada Citra Dengan Metode Point Operation

Peningkatan Kualitas Pada Citra Dengan Metode Point Operation Editor: Setyawan Widyarto, ISSN: 2477-5894 54 Peningkatan Kualitas Pada Citra Dengan Metode Point Operation Fahmi Rusdi Al Islami 1, Zaenal Mutaqin Subekti 2, Michael Sitorus 3, Danna Saputra 4 Program

Lebih terperinci

TEKNIK PENGOLAHAN CITRA MENGGUNAKAN METODE KECERAHAN CITRA KONTRAS DAN PENAJAMAN CITRA DALAM MENGHASILKAN KUALITAS GAMBAR

TEKNIK PENGOLAHAN CITRA MENGGUNAKAN METODE KECERAHAN CITRA KONTRAS DAN PENAJAMAN CITRA DALAM MENGHASILKAN KUALITAS GAMBAR TEKNIK PENGOLAHAN CITRA MENGGUNAKAN METODE KECERAHAN CITRA KONTRAS DAN PENAJAMAN CITRA DALAM MENGHASILKAN KUALITAS GAMBAR Zulkifli Dosen Tetap Fakultas Ilmu Komputer Universitas Almuslim Email : Zulladasicupak@gmail.com

Lebih terperinci

BAB 2 KONSEP DASAR PENGENAL OBJEK

BAB 2 KONSEP DASAR PENGENAL OBJEK BAB 2 KONSEP DASAR PENGENAL OBJEK 2.1 KONSEP DASAR Pada penelitian ini, penulis menggunakan beberapa teori yang dijadikan acuan untuk menyelesaikan penelitian. Berikut ini teori yang akan digunakan penulis

Lebih terperinci

TEKNIK PENGOLAHAN CITRA. Kuliah 4 Pengolahan Titik (2) Indah Susilawati, S.T., M.Eng.

TEKNIK PENGOLAHAN CITRA. Kuliah 4 Pengolahan Titik (2) Indah Susilawati, S.T., M.Eng. TEKNIK PENGOLAHAN CITRA Kuliah 4 Pengolahan Titik (2) Indah Susilawati, S.T., M.Eng. Program Studi Teknik Informatika Program Studi Sistem Informasi Fakultas Teknologi Informasi Universitas Mercu Buana

Lebih terperinci

Implementasi Metode Run Length Encoding (RLE) untuk Kompresi Citra

Implementasi Metode Run Length Encoding (RLE) untuk Kompresi Citra 249 Implementasi Metode Run Length Encoding (RLE) untuk Kompresi Citra Ahmad Jalaluddin 1, Yuliana Melita 2 1) Univers itas Islam Lamongan 2) Sekolah Tinggi Teknik Surabaya Odden.85@gmail.com, ymp@stts.edu

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN APLIKASI UNTUK MENDESAIN KARTU UCAPAN

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN APLIKASI UNTUK MENDESAIN KARTU UCAPAN PERANCANGAN DAN PEMBUATAN APLIKASI UNTUK MENDESAIN KARTU UCAPAN Rudy Adipranata 1, Liliana 2, Gunawan Iteh Fakultas Teknologi Industri, Jurusan Teknik Informatika, Universitas Kristen Petra Jl. Siwalankerto

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sampel pengujian menggunakan sebanyak 1 buah sampel beras A, 7 buah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sampel pengujian menggunakan sebanyak 1 buah sampel beras A, 7 buah BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Data Sampel Sampel pengujian menggunakan sebanyak 1 buah sampel beras A, 7 buah sampel beras B, 1 buah sampel beras C, dan 2 buah sampel beras D. 1. Data Pengujian Mutu Beras

Lebih terperinci

Sesi 3 Operasi Pixel dan Histogram. : M. Miftakul Amin, S. Kom., M. Eng.

Sesi 3 Operasi Pixel dan Histogram. : M. Miftakul Amin, S. Kom., M. Eng. Sesi 3 Operasi Pixel dan Histogram Materi Kuliah Dosen : Pengolahan Citra Digital : M. Miftakul Amin, S. Kom., M. Eng. Pokok Bahasan Konversi RGB ke Gray Scale Konversi Gray Scale ke Biner Konversi Gray

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dibahas teori yang berkaitan dengan pemrosesan data untuk sistem pengenalan gender pada skripsi ini, meliputi cropping dan resizing ukuran citra, konversi citra

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS HASIL PENGUJIAN

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS HASIL PENGUJIAN BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS HASIL PENGUJIAN Pada bab ini akan dijelaskan proses pengujian, hasil, dan analisis dari hasil pengujian. Ada tiga bagian yang diuji, yaitu perangkat keras, perangkat lunak,

Lebih terperinci

6. PENDETEKSIAN SERANGAN GULMA. Pendahuluan

6. PENDETEKSIAN SERANGAN GULMA. Pendahuluan 6. PENDETEKSIAN SERANGAN GULMA Pendahuluan Praktek pengendalian gulma yang biasa dilakukan pada pertanian tanaman pangan adalah pengendalian praolah dan pascatumbuh. Aplikasi kegiatan Praolah dilakukan

Lebih terperinci

COMPUTER VISION UNTUK PENGHITUNGAN JARAK OBYEK TERHADAP KAMERA

COMPUTER VISION UNTUK PENGHITUNGAN JARAK OBYEK TERHADAP KAMERA Seminar Nasional Teknologi Terapan SNTT 2013 (26/10/2013) COMPUTER VISION UNTUK PENGHITUNGAN JARAK OBYEK TERHADAP KAMERA Isnan Nur Rifai *1 Budi Sumanto *2 Program Diploma Elektronika & Instrumentasi Sekolah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Prinsip Kerja Sistem Prinsip kerja sistem diawali dengan pembacaan citra rusak dan citra tidak rusak yang telah terpilih dan dikumpulkan pada folder tertentu.

Lebih terperinci

Review Paper. Image segmentation by histogram thresholding using hierarchical cluster analysis

Review Paper. Image segmentation by histogram thresholding using hierarchical cluster analysis Review Paper Image segmentation by histogram thresholding using hierarchical cluster analysis Agus Zainal Arifin a,*, Akira Asano b a Graduate School of Engineering, Hiroshima University, 1-4-1 Kagamiyama,

Lebih terperinci

Algoritma Kohonen dalam Mengubah Citra Graylevel Menjadi Citra Biner

Algoritma Kohonen dalam Mengubah Citra Graylevel Menjadi Citra Biner Jurnal Ilmiah Teknologi dan Informasia ASIA (JITIKA) Vol.9, No.2, Agustus 2015 ISSN: 0852-730X Algoritma Kohonen dalam Mengubah Citra Graylevel Menjadi Citra Biner Nur Nafi'iyah Prodi Teknik Informatika

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian citra Secara umum pengertian citra adalah suatu representasi (gambaran), kemiripan, atau imitasi dari suatu objek. Citra sebagai keluaran suatu sistem perekaman data

Lebih terperinci

Sesi 2: Image Formation. Achmad Basuki PENS-ITS 2006

Sesi 2: Image Formation. Achmad Basuki PENS-ITS 2006 Sesi 2: Image Formation Achmad Basuki PENS-ITS 2006 Materi Representasi Penglihatan Model Kamera Sampling Dan Kuantisasi Jenis-JenisCitra Mdel Citra Berwarna Format Warna RGB Membaca dan Menampilkan Citra

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Citra Digital Citra digital dapat didefenisikan sebagai fungsi f(x,y), berukuran M baris dan N kolom, dengan x dan y adalah koordinat spasial dan amplitudo f di titik kordinat

Lebih terperinci