BAB IV ANALISA HASIL SIMULASI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV ANALISA HASIL SIMULASI"

Transkripsi

1 50 BAB IV ANALISA HASIL SIMULASI 4.1 Umum Pada bab ini akan menjelaskan tentang performansi dari proses pengkodean yang menggunakan High 4:4:4 Intra dan Main Profile yang akan ditransmisikan pada jaringan W-LAN. Analisis yang dilakukan mencangkup analisis performansi dengan parameter PSNR, SSIM, bitrate, dan rasio kompresi sedangkan performasi untuk jaringan wireless LAN dengan parameter jitter. Dari 2 skenario yang digunakan dalam tugas akhir ini, akan dilihat performansi dari kedua profile di atas jika ditransmisikan melalui jaringan W- LAN sehingga terlihat performansinya sehingga bisa dibuktikan penambahan feature enhancement pada High 4:4:4 Profile dapat meningkatkan performansi dari H.264/MPEG-4 AVC. 4.2 Hasil Simulasi Peak Signal to Noise Ratio (PSNR) Nilai PSNR Encoded Nilai PSNR diperoleh berdasarkan persamaan (3.1) yang dilakukan untuk setiap frame yang dikodekan. Nilai PSNR yang dihasikan adalah PSNR untuk komponen luminance (Y) dan komponen chrominance (U dan V). Dalam tabel ditampilkan nilai PSNR Y, PSNR U, dan PSNR V. PSNR Y adalah nilai PSNR komponen luminance, dan PSNR U dan V adalah nilai komponen chrominance

2 51 (cr dan cb). Untuk perbandingan PSNR rata-rata akan diwakilan dengan PSNR rata-rata Y yang lebih sensitive tehadap penglihatan manusia (HVS). 1) Skenario 1 Dengan format YUV yang sama dari source video yang digunakan, diperoleh nilai PSNR rata-rata Y, U dan V yang telah dikodekan dengan High 4:4:4 Intra dan Main Profile yang akan dijadikan sebagai video inputan disisi pengirim. Nilai PSNR encoded video tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah : Tabel 4.1 Nilai PSNR rata-rata Input Skenario 1 Nilai PSNR Rata-rata Encoded (Hasil Encoding) Jenis PSNR PSNR PSNR YUV Profile Rata-rata Rata-rata Rata-rata (Source ) H.264 Y (db) U (db) V (db) High 4:4: Kids QCIF 4:2:0 Intra Main Kids QCIF 4:2: Nilai PSNR Y yang diperoleh dari keseluruhan profil menunjukkan bahwa High 4:4:4 Intra Profile memiliki nilai yang tinggi untuk masing-masing sequence dan format video, kemudian Main Profile memiliki yang kecil. Sedangkan untuk nilai PSNR U dan V, Main Profile memiliki nilai tertinggi. 2) Skenario 2 Dengan perbedaan format YUV dari source video yang digunakan sesuai dengan sampling pattern masing-masing profil, diperoleh nilai PSNR rata-rata Y, U dan V yang akan dijadikan sebagai video inputan disisi pengirim. Nilai PSNR encoded video tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah :

3 52 Tabel 4.2 Nilai PSNR rata-rata Input Skenario 2 Nilai PSNR Rata-rata Encoded (Hasil Encoding) Jenis PSNR PSNR PSNR YUV Profile Rata-rata Rata-rata Rata-rata (Source ) H.264 Y (db) U (db) V (db) Kids CIF 4:4: High 4:4:4 Kids QCIF 4:4: Intra Room HD 4:4: Kids QCIF 4:2:0 Main Room HD 4:2: Nilai PSNR rata-rata Y, U, dan V yang diperoleh dari keseluruhan profil menunjukkan bahwa High 4:4:4 Intra Profile memiliki nilai lebih tinggi, dibandingkan Main Profile. Berdasarkan hasil yang diperoleh, keseluruhan profil H.264/MPEG-4 AVC memberikan nilai PSNR di atas 37 db sehingga sesuai dengan definisi nilai MOS pada Tabel (3.5), nilai kualitas yang diperoleh sangat baik (excellent) Nilai PSNR Decoded output yang dihasilkan adalah distorted video, video hasil transmisi melalui jaringan W-LAN yang telah di-encoding. Jumlah user yang mengakses video adalah single user yang tidak melakukan pergerakan dan dilayani oleh base station (0) dengan kecepatan pengiriman frame yaitu 100 milisecond.

4 53 1) Skenario 1 Berikut adalah nilai PSNR yang diperoleh dengan satu user yang mengakses video terkompresi dalam waktu yang sama pada skenario 1 : Tabel 4.3 Nilai PSNR rata-rata Output Skenario 1 Nilai Rata-rata Decoded (Hasil Decoding) YUV PSNR Ratarata PSNR Ratarata PSNR Ratarata (Source ) Jenis Profile Y (db) U (db) V (db) Kids CIF 4:02:00 High 4:4: Kids QCIF 4:02:00 Intra Kids CIF 4:02: Kids QCIF 4:02:00 Main Batas threshold untuk pengiriman video di jaringan W-LAN adalah 30 db, maka Main Profile dan High 4:4:4 Intra Profile dapat dikatakan layak. 2) Skenario 2 Berikut adalah nilai PSNR yang diperoleh dengan satu user yang mengakses video terkompresi dalam waktu yang sama pada skenario 2 : Tabel 4.4 Nilai PSNR rata-rata Output Skenario 2 Nilai Rata-rata Decoded (Hasil Decoding) PSNR PSNR PSNR YUV Jenis Rata-rata Rata-rata Rata-rata Profile (Source ) Y (db) U (db) V (db) Kids CIF 4:4: High Kids QCIF 4:4: :4:4 Intra Room HD 4:4: Kids QCIF 4:2:0 Main Room HD 4:2:

5 54 Batas threshold untuk pengiriman video di jaringan W-LAN adalah 30 db, maka High 4:4:4 Intra dan Main Profile dapat dikatakan layak Perbandingan PSNR High 4:4:4 Intra dan Main Profile Performansi High 4:4:4 Intra dan Main Profile diukur secara objective dengan cara membandingkan hasil keluaran dari High 4:4:4 Intra dan Main Profile yang dihasilkan decoder di sisi penerima. Grafik4.1 PSNR rata-rata decoded High 4:4:4 Intra dan Main Skenario 1 Grafik 4.2 PSNR rata-rata decoded High 4:4:4 Intra dan Main Skenario 2 Dari gambar diatas terlihat bahwa hasil decoder video di sisi user dengan teknik pengkodean High 4:4:4 Intra dan Main Profile memberikan hasil PSNR diatas 30 db sehingga masih layak untuk dikirimkan dalam jaringan Wireless LAN.

6 Structure Similarity (SSIM) Nilai SSIM diperoleh berdasarkan persamaan (3.3). Dari hasil simulasi maka diperoleh nilai SSIM untuk setiap perbandingan antara video input dan video output. Tabel 4.5 Nilai SSIM rata-rata Skenario 1 Nilai PSNR Rata-rata SSIM Jenis PSNR PSNR PSNR YUV Profile Rata-rata Rata-rata Rata-rata (Source ) H.264 Y (db) U (db) V (db) High 4:4: Kids QCIF 4:2:0 Intra Main Kids QCIF 4:2: Tabel 4.6 Nilai SSIM rata-rata Skenario 2 Nilai PSNR Rata-rata SSIM PSNR PSNR PSNR YUV Jenis Rata-rata Rata-rata Rata-rata Profile (Source ) Y (db) U (db) V (db) Kids CIF 4:4: High Kids QCIF 4:4: :4:4 Intra Room HD 4:4: Kids QCIF 4:2:0 Main Room HD 4:2:

7 56 Pada skenario 1 nilai SSIM untuk komponen luminance menunjukkan bahwa pada video Kids CIF dan QCIF, High 4:4:4 Intra memberikan nilai yang tinggi daripada Main Profile. Pada skenario 2 nilai SSIM untuk komponen luminance menunjukkan bahwa High 4:4:4 Intra memberikan nilai yang tinggi daripada Main Profile pada semua video. Pada kedua skenario, terlihat bahwa format QCIF lebih memberikan nilai SSIM yang lebih baik dibanding CIF untuk keseluruhan sequence video. Sedangkan untuk komponen chrominance, menunjukkan nilai rata-rata dari High 4:4:4 Profile lebih baik dibandingkan Main Profile. Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa seluruh profil menghasilkan video encoded yang memiliki tingkat kemiripan dengan video input yang relative baik. Karena rentang nilainya adalah -1 sampai Bitrate Analisa laju bit yang dilihat dari besarnya bitrate yang dihasilkan dari proses encoder dengan kecepatan pergerakan frame sebesar 30 frame untuk setiap detik. Tabel 4.7 Nilai Bit rate High 4:4:4 Intra dan Main Profile Skenario 1 YUV (Source ) Jenis Profile H.264 Bitrate I Bitrate P Bitrate B Bitrate (kbit/s) (kbit/s) (kbit/s) (kbit/s) Kids CIF 4:02:00 High :4:4 Kids QCIF 4:02:00 Intra Kids CIF 4:02: Kids QCIF 4:02:00 Main

8 57 Tabel 4.8 Nilai Bit rate High 4:4:4 Intra dan Main Profile Skenario 2 YUV (Source Jenis Profile H.264 Bitrate I Bitrate P Bitrate B Bitrate ) (kbit/s) (kbit/s) (kbit/s) (kbit/s) Kids CIF 4:4: High 4:4:4 Kids QCIF 4:4: Intra Room HD 4:4: Kids QCIF 4:2:0 Main Room HD 4:2: Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa nilai bit rate High 4:4:4 lebih tinggi dibandingkan dengan Main Profile dengan format video dan Level IDC yang sama Rasio Kompresi Rasio kompresi adalah perbandingan video keluaran sesudah dilakukan kompresi dengan pengkodean High 4:4:4 Intra dan Main Profile H.264 dengan video inputan sebelum dilakukan kompresi. inputan adalah raw video dengan format YUV.

9 58 Tabel 4.9 Nilai Rasio Kompresi Skenario 1 YUV (Source ) Jenis Profile H.264 Ukuran File Inputan (KB) Ukuran File Keluaran (KB) Rasio Kompresi High 4:4: Kids QCIF 4:2:0 Intra Main Kids QCIF 4:2: Tabel 4.10 Nilai Rasio Kompresi Skenario 2 YUV (Source ) Jenis Profile H.264 Ukuran File Inputan (KB) Ukuran File Keluaran (KB) Rasio Kompresi Kids CIF 4:4: High 4:4:4 Kids QCIF 4:4: Intra Room HD 4:4: Kids QCIF 4:2:0 Main Room HD 4:2: Dari tabel diatas, pada skenario 1, Main Profile memiliki rasio kompresi yang besar dibandingkan High 4:4:4 Intra. Sedangkan pada skenario 2 High 4:4:4 Intra Profile memiliki rasio kompresi yang besar dibandingkan Main Profile Jitter Nilai jitter yang diukur adalah one way jitter dan inter arrival jitter, penilaian jitter dilakukan dengan cara memparsing hasil trace dari network simulator-2 untuk setiap titik pengambilan data. Topologi jaringan adalah

10 59 wireless-lan tertutup karena tidak adanya pengiriman data yang lain selain pengiriman video yang telah mengalami proses encoding. Grafik 4.3 Nilai One way dan Inter arival Jitter Skenario 1 Nilai one way jitter terkecil diperoleh pada High 4:4:4 Intra Profile dengan format kids QCIF sebesar ms, dan yang terbesar pada Main Profile dengan format kids CIF sebesar ms. Untuk nilai inter arrival jitter terkecil diperoleh pada Main Profile dengan format kids QCIF sebesar ms, dan yang terbesar pada High 4:4:4 Intra Profile dengan format kids CIF sebesar ms. Grafik 4.4 Nilai One way dan Inter arival Jitter Skenario 2

11 60 Nilai one way jitter terkecil diperoleh pada High 4:4:4 Intra Profile dengan format kids QCIF sebesar ms, dan yang terbesar pada High 4:4:4 Intra Profile dengan format Room HD sebesar ms. Untuk nilai inter arrival jitter terkecil diperoleh pada Main Profile dengan format Room HD sebesar ms, dan yang terbesar pada High 4:4:4 Intra Profile dengan format Room HD sebesar ms Skenario Pergerakan User Meningkatnya jarak user terhadap access point (AP) akan menurunkan nilai PSNR, seperti terlihat pada grafik dibawah. Grafik 4.5 Skenario Pergerakan User pada jarak tertentu Saat user berada dekat dengan AP, kualitas video yang diterima sangat baik nilai PSNR>37 db (Excellent). Seiring bertambah jauhnya user dari AP, kualitas vdeo yang diterima mulai turun. Jika mengacu pada standar ITU-R, dimana nilai minimum yang masih dapat diterima adalah 25 DB (kualitas fair ),

12 61 maka jarak maksimum yang diperbolehkan agar kualitas video masih dapat diterima yaitu sekitar 300 kaki. 4.3 ANALISA HASIL SIMULASI Peak Signal to Noise Ratio (PSNR) Nilai PSNR Y rata-rata yang dihasilkan pada encoded video untuk seluruh skenario, dapat terlihat bahwa High 4:4:4 Intra Profile memiliki nilai yang besar dibandingkan Main Profile pada semua format dan sequence video. Pada skenario 1, nilai PSNR U dan V rata-rata Main memiliki nilai tertinggi dibandingkan High 4:4:4 Profile. Sehingga feature enhancement yang diinginkan pada High 4:4:4 Profile belum dapat memperbaiki kualitas. Hal ini berhubungan dengan format YUV video input yang digunakan. Dengan tetap menggunakan format YUV 4:2:0, maka yang terjadi hanyalah pemampatan informasi pada saat proses encoding yaitu terlihat ketika sequence video kids yang memiliki 300 frame, jika Main Profile tetap dikodekan sejumlah 300 frame, namun High 4:4:4 hanya mengkodekan 150 frame yang telah mewakili 300 frame tersebut. Berbeda dengan skenario 2 yang menggunakan format YUV video input sesuai dengan sampling patterns pada masing-masing profil, maka nilai PSNR rata-rata U dan V menunjukkan perbaikan kualitas karena nilai informasi yang diwakilkan dengan format 4:4:4 memiliki jumlah lebih besar dibandingkan dengan format 4:2:0. Sehingga dengan meningkatnya jumlah sampling yang digunakan pada Chrominance akan menghasilkan nilai PSNR yang lebih baik.

13 62 Nilai PSNR Y rata-rata yang dihasilkan pada decoded video untuk seluruh skenario, untuk single user untuk pengaksesan 1 video terkompresi memiliki nilai PSNR rata-rata untuk High 4:4:4 Intra dan Main Profile memiliki nilai di atas threshold yaitu lebih besar dari 30 db. Artinya kedua profil ini layak untuk ditransmisikan melalui jaringan W-LAN. Dari skenario 2, terdapat kecenderungan bahwa justru sequence yang tidak memiliki banyak gerakan seperti Kids akan menghasilkan nilai yang lebih baik dibandingkan dengan Room Structure Similarity (SSIM) Nilai SSIM yang dihasilkan pada seluruh skenario menunjukkan bahwa video yang memiliki redundasi spatial dan temporal yang tinggi seperti Kids maka High 4:4:4 Intra Profile menghasilkan nilai SSIM Y yang tinggi. Sedangkan video yang memiliki redundasi spatial dan temporal yang rendah seperti Room, Main Profile yang menghasilkan nilai SSIM Y yang tinggi. Pada skenario 2, terlihat bahwa nilai SSIM rata-rata untuk Y, U, dan V menunjukkan nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan Main Profile. Hal ini dikarenakan kesesuaian format YUV video input dengan sampling patterns untuk chrominance. Apalagi feature separate colour plane coding dapat membuat proses encoding video dilakukan secara paralel karena masing-masing komponen luminance dan chrominance dianggap sebagai video monochrome. Sedangkan pada skenario 1, terjadi kondisi yang tidak stabil karena terkadang High 4:4:4 Profile memiliki nilai SSIM lebih baik, nmaun terkadang Main yang lebih baik, terutama pada komponen U dan V.

14 63 SSIM dan PSNR merupakan dua metode yang digunakan untuk membandingkan gambar input dan output. Dari persamaan yang dijabarkan pada pada bab 3, metode SSIM memiliki tingkat kompleksitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan PSNR. Sehingga hasil yang diperoleh pun dapat lebih menggambarkan kemiripan dari 2 gambar yang dibandingkan Bitrate dan Rasio Kompresi Dari hasil simulasi seluruh skenario menunjukkan nilai bitrate pada High 4:4:4 Profile memiliki nilai yang lebih besar dibandingkan dengan Main Profile. Sehingga untuk video input yang memiliki format YUV sama pada skenario 1, ukuran file yang dihasilkan menjadi lebih besar pula. Oleh karena itu, rasio kompresi yang dihasilkan High 4:4:4 Profile memiliki nilai lebih kecil dibandingkan dengan Main Profile. Artinya, kurang efisien untuk menghemat bandwidth yang tersedia. Pada skenario 2, dari awal sudah dibedakan format video YUV untuk masing-masing profil. Walaupun memang ukuran video inputan High 4:4:4 Profile memiliki ukuran lebih besar, namun jika terlihat dari nilai bitrate dan ukuran file yang dihasilkan, maka High 4:4:4 Intra Profile memiliki nilai rasio kompresi yang tinggi. Sehingga dengan feature enhancement yang dimiliki oleh profil baru ini serta efisien dari nilai rasio kompresi, High 4:4:4 memiliki performansi yang handal untuk menghemat bandwidth yang tersedia. Untuk jenis video, video kids memiliki rasio kompresi yang lebih tinggi dari video Room, hal ini disebabkan karena video kids memiliki redundansi spatial dan temporal yang lebih tinggi dari video Room. Sedangkan untuk tipe

15 64 ukuran jelas terlihat dari tabel bahwa ukuran file CIF memberikan rasio kompresi yang jauh lebih baik dari ukuran file video dengan format QCIF Jitter Nilai jitter baik untuk seluruh skenario menunjukkan bahwa semuanya masih memenuhi standar yang ditetapkan oleh CISCO yaitu One way jitter bernilai < 50 ms dan Inter arrival jitter berkisar antara 4-5 s. Hal ini juga terpengaruh dengan hanya digunakannya single user, sehingga tidak terjadi antrian data yang dapat menyebabkan semakin besarnya nilai jitter.

BAB III PEMODELAN SISTEM DAN SIMULASI

BAB III PEMODELAN SISTEM DAN SIMULASI 32 BAB III PEMODELAN SISTEM DAN SIMULASI 3.1 Diagram Alir Pemodelan Sistem Pemodelan H.264/MPEG-4 AVC ditetapkan berdasarkan feature yang ada sesuai dengan jenis profilnya. Dalam Tugas Akhir ini digunakan

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR ANALISIS PERBANDINGAN PERFORMANSI HIGH 4:4:4 INTRA PROFILE DENGAN MAIN PROFILE PADA STANDARDISASI H.264 UNTUK APLIKASI VIDEO

TUGAS AKHIR ANALISIS PERBANDINGAN PERFORMANSI HIGH 4:4:4 INTRA PROFILE DENGAN MAIN PROFILE PADA STANDARDISASI H.264 UNTUK APLIKASI VIDEO TUGAS AKHIR ANALISIS PERBANDINGAN PERFORMANSI HIGH 4:4:4 INTRA PROFILE DENGAN MAIN PROFILE PADA STANDARDISASI H.264 UNTUK APLIKASI VIDEO Diajukan guna melengkapi sebagian syarat dalam mencapai gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN HASIL

BAB IV ANALISA DAN HASIL BAB IV ANALISA DAN HASIL Hasil yang diperoleh dari pengolahan data dan simulasi ini ada berbagai macam jenis data output yang dinginkan. Seperti file trace video, file trace sender serta file trace receiver

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 File Trace Input

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 File Trace Input BAB IV PEMBAHASAN Setelah dilakukan pengolahan video dan simulasi jaringan, diperoleh berbagai data output simulasi yang dapat merepresentasikan parameter QoS yang diberikan pada masing-masing simulasi.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Content Delivery Network adalah sebuah sistem yang berfungsi sebagai

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Content Delivery Network adalah sebuah sistem yang berfungsi sebagai BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Content Delivery Network (CDN) Content Delivery Network adalah sebuah sistem yang berfungsi sebagai client pengirim konten yang ada pada suatu web kepada client pengguna. CDN

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Content Delivery Network (CDN) CDN adalah sekumpulan server yang saling berhubungan dari komputer di internet yang menyediakan konten web dengan cepat ke banyak pengguna

Lebih terperinci

CEG4B3. Randy E. Saputra, ST. MT.

CEG4B3. Randy E. Saputra, ST. MT. CEG4B3 Randy E. Saputra, ST. MT. Video Conference Video Conference adalah teknologi perangkat jaringan yang dapat menghubungkan secara langsung antara 2 user atau lebih yang terpisah, dengan menggunakan

Lebih terperinci

KINERJA PENGIRIMAN VIDEO MENGGUNAKAN ADAPTIVE MAPPING e EDCA

KINERJA PENGIRIMAN VIDEO MENGGUNAKAN ADAPTIVE MAPPING e EDCA KINERJA PENGIRIMAN VIDEO MENGGUNAKAN ADAPTIVE MAPPING 802.11e EDCA Suci Ramadona 1) Emansa Hasri Putra S.T., M.Eng. 2) Hamid Azwar, S.T. 3) Jurusan Tek. Elektronika Telekomunikasi 1,3) dan Tek. Telekomunikasi

Lebih terperinci

ANALISA KINERJA TEKNIK KOMPRESI VIDEO PADA INTERNET PROTOKOL TELEVISION (IPTV)

ANALISA KINERJA TEKNIK KOMPRESI VIDEO PADA INTERNET PROTOKOL TELEVISION (IPTV) ANALISA KINERJA TEKNIK KOMPRESI VIDEO PADA INTERNET PROTOKOL TELEVISION (IPTV) Tut Wulaningsih Dr. Ir. Achmad Affandi, DEA Michael Ardita, ST, MT Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri, Institut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemungkinan terjadinya pengiriman ulang file gambar akibat error, yaitu karena : noise,

BAB I PENDAHULUAN. Kemungkinan terjadinya pengiriman ulang file gambar akibat error, yaitu karena : noise, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Aplikasi adalah salah satu layanan yang disediakan Internet/ intranet dengan tujuan sebagai kegiatan percakapan interaktif antar sesama pengguna komputer yang terhubung

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA NON CDN DAN GEO DNS PADA CDN MENGGUNAKAN NS-2

ANALISIS KINERJA NON CDN DAN GEO DNS PADA CDN MENGGUNAKAN NS-2 ANALISIS KINERJA NON DAN GEO DNS PADA MENGGUNAKAN NS- Sahat Parulian Sitorus, M. Zarlis, Suherman Magister Teknik Informatika Universitas Sumatera Utara Jl. Universitas No.A Kampus USU, Medan, Sumatera

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi informasi memberikan perubahan pada masyarakat untuk memperoleh kebutuhan informasi secara cepat dan murah. Pada saat ini jaringan komputer hanya dimanfaatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara umum, data citra digital ditandai oleh informasi dengan jumlah bit yang besar sehingga menimbulkan masalah untuk memindahkan, memproses atau menyimpannya. Biasanya

Lebih terperinci

ANALISA KINERJA MPEG-4 VIDEO STREAMING PADA JARINGAN HSDPA

ANALISA KINERJA MPEG-4 VIDEO STREAMING PADA JARINGAN HSDPA ANALISA KINERJA MPEG-4 VIDEO STREAMING PADA JARINGAN HSDPA Oleh: Fanny Nurindra P 2203 109 017 Dosen pembimbing : Dr.Ir.Achmad Affandi, DEA Ir.Djoko Suprajitno Rahardjo, MT Latar Belakang 3GPP Release

Lebih terperinci

MULTIMEDIA. Kompresi Video Semester Gasal 2008/200 S1 SISTEM KOMPUTER UNIVERSITAS DIPONEGORO /2009 PROGRAM STUDI. Oky Dwi Nurhayati,, ST, MT

MULTIMEDIA. Kompresi Video Semester Gasal 2008/200 S1 SISTEM KOMPUTER UNIVERSITAS DIPONEGORO /2009 PROGRAM STUDI. Oky Dwi Nurhayati,, ST, MT PROGRAM STUDI S1 SISTEM KOMPUTER UNIVERSITAS DIPONEGORO MULTIMEDIA Kompresi Video Semester Gasal 2008/200 /2009 Oky Dwi Nurhayati,, ST, MT Email: okydn@undip.ac.id 1 Definisi Video Video is the technology

Lebih terperinci

ANALISIS KUALITAS LAYANAN VIDEO CALL MENGGUNAKAN CODEC H.263 DAN H.264 TERHADAP LEBAR PITA JARINGAN YANG TERSEDIA

ANALISIS KUALITAS LAYANAN VIDEO CALL MENGGUNAKAN CODEC H.263 DAN H.264 TERHADAP LEBAR PITA JARINGAN YANG TERSEDIA ANALISIS KUALITAS LAYANAN VIDEO CALL MENGGUNAKAN CODEC H.263 DAN H.264 TERHADAP LEBAR PITA JARINGAN YANG TERSEDIA Nuzul Luthfihadi (1), Arman Sani (2) Konsentrasi Teknik Telekomunikasi, Departemen Teknik

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SIMULASI JARINGAN

BAB III PERANCANGAN SIMULASI JARINGAN BAB III PERANCANGAN SIMULASI JARINGAN Video traffik Server Penelitian ini dilakukan dengan membuat 2 jenis simulasi dengan topologi yang sama tetapi berbeda skema, dimana pada simulasi pertama seorang

Lebih terperinci

Pemodelan dan Simulasi Video Streaming pada Jaringan a dan b dengan Menggunakan Network Simulator 2 (NS2)

Pemodelan dan Simulasi Video Streaming pada Jaringan a dan b dengan Menggunakan Network Simulator 2 (NS2) Pemodelan dan Simulasi Video Streaming pada Jaringan 802.11a dan 802.11b dengan Menggunakan Network Simulator 2 (NS2) Dedi Hary Saputra 1, Helmy Fitriawan 2, Herlinawati 3 1,2,3 Jurusan Teknik Elektro

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS METODE DAN PERANCANGAN KASUS UJI

BAB III ANALISIS METODE DAN PERANCANGAN KASUS UJI BAB III ANALISIS METODE DAN PERANCANGAN KASUS UJI 3.1 Analisis Sistem Analisis adalah penguraian dari suatu pembahasan, dalam hal ini pembahasan mengenai analisis perbandingan teknik antrian data First

Lebih terperinci

Kompresi Citra dan Video. Muhtadin, ST. MT.

Kompresi Citra dan Video. Muhtadin, ST. MT. Kompresi Citra dan Video Muhtadin, ST. MT. Outline Motivasi Redundancy & Irrelevancy Spatial Processing JPEG Temporal Processing Frame differencing Motion Estimation dan Motion Compensation Prediction

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS BAB I PENGUJIAN DAN ANALISIS Pada bab ini akan dibahas mengenai skenario pengujian yang dilakukan terhadap aplikasi yang meliputi aspek prototype aplikasi, performa aplikasi, dan kualitas suara yang dihasilkannya.

Lebih terperinci

JURNAL TEKNOLOGI INFORMASI & PENDIDIKAN ISSN : VOL. 2 NO. 1 SEPTEMBER 2010 PEMODELAN TRAFIK VIDEO ONE LAYER DAN TWO LAYER.

JURNAL TEKNOLOGI INFORMASI & PENDIDIKAN ISSN : VOL. 2 NO. 1 SEPTEMBER 2010 PEMODELAN TRAFIK VIDEO ONE LAYER DAN TWO LAYER. PEMODELAN TRAFIK VIDEO ONE LAYER DAN TWO LAYER Yasdinul Huda 1 ABSTRACT This paper presents the modeling of VBR video traffic source (Variable Bit Rate). Of the model was obtained knowledge of the dynamic

Lebih terperinci

PE I GKATA KUALITAS VIDEO U TUK TRA SMISI DESKRIPSI JAMAK PADA KA AL MIMO Aranda Fadzri Rahardi

PE I GKATA KUALITAS VIDEO U TUK TRA SMISI DESKRIPSI JAMAK PADA KA AL MIMO Aranda Fadzri Rahardi PE I GKATA KUALITAS VIDEO U TUK TRA SMISI DESKRIPSI JAMAK PADA KA AL MIMO Aranda Fadzri Rahardi 2207100641 Email : aranda@elect-eng.its.ac.id Bidang Studi Telekomunikasi Multimedia Jurusan Teknik Elektro-FTI,

Lebih terperinci

Simulasi Channel Coding Pada Sistem DVB-C (Digital Video Broadcasting-Cable) dengan Kode Reed Solomon

Simulasi Channel Coding Pada Sistem DVB-C (Digital Video Broadcasting-Cable) dengan Kode Reed Solomon Simulasi Channel Coding Pada Sistem DVB-C (Digital Video Broadcasting-Cable) dengan Kode Reed Solomon Ruliyanto, Idris Kusuma Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik dan Sains, Universitas Nasional

Lebih terperinci

Perbandingan PSNR, Bitrate, dan MOS pada Pengkodean H.264 Menggunakan Metode Prediksi Temporal

Perbandingan PSNR, Bitrate, dan MOS pada Pengkodean H.264 Menggunakan Metode Prediksi Temporal IJEIS, Vol.2, No.2, October 22, pp. 55~64 ISSN: 288-374 55 Perbandingan PSNR, Bitrate, dan MOS pada Pengkodean H.264 Menggunakan Metode Prediksi Temporal Ari Haryadi*, Yohanes Suyanto 2 Program Studi Elektronika

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISA DATA. Gambar 4.1 Tampilan pada Wireshark ketika user melakukan register. 34 Universitas Indonesia

BAB 4 ANALISA DATA. Gambar 4.1 Tampilan pada Wireshark ketika user melakukan register. 34 Universitas Indonesia BAB 4 ANALISA DATA Pada bab ini akan dibahas hasil pengukuran data dari layanan IMS pada platform IPTV baik pada saat pelanggan (user) di home network maupun pada saat melakukan roaming atau berada pada

Lebih terperinci

BAB IV HASIL SIMULASI DAN ANALISIS

BAB IV HASIL SIMULASI DAN ANALISIS BAB IV HASIL SIMULASI DAN ANALISIS Simulasi MIMO OFDM dengan teknik spatial multiplexing ini menggunakan berbagai macam parameter, yang mana dapat dilihat pada tabel 4.1. Pada simulasi, digunakan tiga

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA TEKNIK PENJADWALAN PADA WIMAX UNTUK LAYANAN VIDEO ON DEMAND

ANALISIS KINERJA TEKNIK PENJADWALAN PADA WIMAX UNTUK LAYANAN VIDEO ON DEMAND ANALISIS KINERJA TEKNIK PENJADWALAN PADA WIMAX UNTUK LAYANAN VIDEO ON DEMAND Said Reza Fakhrizal [1], Suherman [2] Konsentrasi Teknik Telekomunikasi, Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA HASIL SIMULASI

BAB IV ANALISA HASIL SIMULASI BAB IV ANALISA HASIL SIMULASI Pada bagian analisis dari tugas akhir ini akan menampilkan dan menjelaskan hasil simulasi untuk menunjukan perbaikan performansi jaringan FAP dengan teknik alokasi physical

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Semakin tinggi penggunaan internet dalam masyarakat saat ini, harus didukung dengan infrastruktur jaringan yang baik, sehingga penggunaan aplikasi yang membutuhkan

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA 38 BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA Pada bab ini dibahas mengenai pengujian dan analisis hasil implementasi yang telah dilakukan. Pengujian dan analisis ini bertujuan untuk mengetahui performansi pada jaringan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1. 1 LATAR BELAKANG Perkembangan teknologi komunikasi digital saat ini dituntut untuk dapat mentransmisikan suara maupun data berkecepatan tinggi. Berbagai penelitian sedang dikembangkan

Lebih terperinci

1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Masalah

1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Masalah 1. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah Jumlah pengguna komputer semakin meningkat. Peningkatan jumlah pengguna komputer mengakibatkan penggunaan data digital juga semakin meningkat. Salah satu media

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan teknologi komputer memberikan banyak manfaat bagi manusia di berbagai aspek kehidupan, salah satu manfaatnya yaitu untuk menyimpan data, baik data berupa

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Alur Penelitian

Gambar 3.1 Alur Penelitian BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Perancangan Alur Penelitian Untuk mencapai tujuan dari penelitian, perancangan alur penelitian dilakukan sesuai alur pada Gambar 3.1. Perancangan terlebih dahulu melakukan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN BAB IV HASIL PENELITIAN Pada penelitian, digunakan video berformat AVI dengan bitrate default sebesar 1079 kib/s dan frame rate sebesar 25 frame per second. 4.1.Video pada Bitrate 64 kib/s Berikut ini

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. mendapat perbandingan unjuk kerja protokol TCP Vegas dan UDP dengan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. mendapat perbandingan unjuk kerja protokol TCP Vegas dan UDP dengan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pembahasan yang dilakukan merupakan hasil dari percobaan terhadap parameter-parameter yang telah ditentukan. Setelah itu dilakukan analisis untuk mendapat perbandingan unjuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Steganografi adalah teknik menyisipkan pesan kedalam suatu media,

BAB I PENDAHULUAN. Steganografi adalah teknik menyisipkan pesan kedalam suatu media, BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Steganografi adalah teknik menyisipkan pesan kedalam suatu media, dimana pesan rahasia yang akan dikirimkan tidak diubah bentuknya, melainkan disisipkan pada sebuah

Lebih terperinci

Implementasi dan Evaluasi Kinerja Kode Konvolusi pada Modulasi Quadrature Phase Shift Keying (QPSK) Menggunakan WARP

Implementasi dan Evaluasi Kinerja Kode Konvolusi pada Modulasi Quadrature Phase Shift Keying (QPSK) Menggunakan WARP JURNAL TEKNIK ITS Vol., No. 1, (215) ISSN: 2337539 (231-9271 Print) A Implementasi dan Evaluasi Kinerja Kode Konvolusi pada Modulasi Quadrature Phase Shift Keying (QPSK) Menggunakan WARP Desrina Elvia,

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN. 4.1 Lingkungan Pengujian

BAB IV PENGUJIAN. 4.1 Lingkungan Pengujian BAB IV PENGUJIAN Pengujian algoritma dilakukan pada algoritma penjadwalan Weighted Round Robin yang telah diimplementasikan pada modul 802.16 pada NS2. Untuk melakukan pengujian, ditetapkan 10 skenario

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Teknologi Next Generation Network (NGN) merupakan terobosan dalam bidang telekomunikasi dan dirancang untuk memenuhi kebutuhan layanan komunikasi yang semakin berkembang

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN Pada bab I telah dijelaskan mengenai empat tujuan pengerjaan tugas akhir ini, yaitu memahami berbagai algoritma penjadwalan, memahami metrik QoS sebagai pengukur kualitas

Lebih terperinci

N, 1 q N-1. A mn cos 2M , 2N. cos. 0 p M-1, 0 q N-1 Dengan: 1 M, p=0 2 M, 1 p M-1. 1 N, q=0 2. α p =

N, 1 q N-1. A mn cos 2M , 2N. cos. 0 p M-1, 0 q N-1 Dengan: 1 M, p=0 2 M, 1 p M-1. 1 N, q=0 2. α p = tulisan. Secara umum, steganografi dapat diartikan sebagai salah satu cara menyembunyikan suatu pesan rahasia (message hiding) dalam data atau pesan lain yang tampak tidak mengandung apa-apa sehingga keberadaan

Lebih terperinci

CEG4B3. Randy E. Saputra, ST. MT.

CEG4B3. Randy E. Saputra, ST. MT. CEG4B3 Randy E. Saputra, ST. MT. Video Kata video berasal dari kata Latin "melihat" teknologi pengiriman sinyal elektronik dari suatu gambar bergerak Aplikasi umum dari sinyal video adalah televisi (bidang

Lebih terperinci

ANALISIS KUALITAS REAL TIME VIDEO STREAMING TERHADAP BANDWIDTH JARINGAN YANG TERSEDIA

ANALISIS KUALITAS REAL TIME VIDEO STREAMING TERHADAP BANDWIDTH JARINGAN YANG TERSEDIA ANALISIS KUALITAS REAL TIME VIDEO STREAMING TERHADAP BANDWIDTH JARINGAN YANG TERSEDIA Eko Kurniawan (1), Arman Sani (2) Konsentrasi Teknik Telekomunikasi, Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

STUDI KUALITAS VIDEO STREAMING MENGGUNAKAN PERANGKAT NSN FLEXYPACKET RADIO

STUDI KUALITAS VIDEO STREAMING MENGGUNAKAN PERANGKAT NSN FLEXYPACKET RADIO SINGUDA ENSIKOM VOL. 7 NO. 2/Mei STUDI KUALITAS VIDEO STREAMING MENGGUNAKAN PERANGKAT NSN FLEXYPACKET RADIO Auliya Fadly [1], Arman Sani [2] Konsentrasi Teknik Telekomunikasi, Departemen Teknik Elektro

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Bab ini menjelaskan sekilas mengenai teknologi Worldwide

BAB II DASAR TEORI. Bab ini menjelaskan sekilas mengenai teknologi Worldwide BAB II DASAR TEORI 2.1 Umum Bab ini menjelaskan sekilas mengenai teknologi Worldwide Interoperability Microwave Acces (WiMAX), perangkat lunak Network Simulator NS-2, kerangka evaluasi video EvalVid, dan

Lebih terperinci

Tabel 6 Skenario pengujian 4

Tabel 6 Skenario pengujian 4 7 Tabel 6 Skenario pengujian 4 Cover Rhinos.avi & Vipmen.avi bit 1-8 bit Berkas pesan karakter Test.txt 197 Daftar.txt 15.384 TestCase.txt 33.792 5 Pengujian kualitas stegovideo secara objektif menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini citra digital sedang menjadi trend di kalangan masyarakat, apalagi dengan semakin berkembangnya teknologi digital serta makin murahnya harga perangkat yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Semakin tingginya pertumbuhan pengguna telepon seluler/smartphone dewasa ini menyebabkan pertumbuhan pengguna layanan data menjadi semakin tinggi, pertumbuhan

Lebih terperinci

Pengaruh Panjang Segmen Video pada Dynamic Adaptive Streaming over HTTP (DASH) terhadap Kualitas Pengiriman Video H.265

Pengaruh Panjang Segmen Video pada Dynamic Adaptive Streaming over HTTP (DASH) terhadap Kualitas Pengiriman Video H.265 Jurnal ELEMENTER. Vol. 1, No. 1, Mei 2015 51 Jurnal Politeknik Caltex Riau http://jurnal.pcr.ac.id Pengaruh Panjang Segmen Video pada Dynamic Adaptive Streaming over HTTP (DASH) terhadap Kualitas Pengiriman

Lebih terperinci

SKALABILITAS SPASIAL TRANSMISI VIDEO DENGAN GANGGUAN PADA KANAL

SKALABILITAS SPASIAL TRANSMISI VIDEO DENGAN GANGGUAN PADA KANAL SKALABILITAS SPASIAL TRANSMISI VIDEO DENGAN GANGGUAN PADA KANAL Agus Purwadi 1), Hadria Octavia 2), Yustini 3) 1, 2, 3) Teknik Telekomunikasi, Jurusan Teknik Elektro, Politeknik Negeri Padang, Padang Kampus

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM 1 DAN PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini membahas tentang analisis dan perancangan sistem. Pembahasan yang dianalisis terbagi menjadi 2 yaitu analisis masalah dan analisis

Lebih terperinci

PERANCANGAN DEBLOCKING FILTER UNTUK APLIKASI KOMPRESI VIDEO MENGGUNAKAN STANDAR MPEG4/H.264

PERANCANGAN DEBLOCKING FILTER UNTUK APLIKASI KOMPRESI VIDEO MENGGUNAKAN STANDAR MPEG4/H.264 PERANCANGAN DEBLOCKING FILTER UNTUK APLIKASI KOMPRESI VIDEO MENGGUNAKAN STANDAR MPEG4/H.264 Andreas Sutanto, S.T., asutanto@paume.itb.ac.id, Dani Fitriyanto, M.T., dani@paume.itb.ac.id, Trio Adiono, Ph.D.,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bab II Landasan teori

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bab II Landasan teori 1 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Layanan komunikasi dimasa mendatang akan semakin pesat dan membutuhkan data rate yang semakin tinggi. Setiap kenaikan laju data informasi, bandwith yang dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi informasi yang pesat telah menjadi peran yang sangat penting untuk pertukaran informasi yang cepat. Kecepatan pengiriman informasi dalam bentuk

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISA DAN RANCANGAN MODEL TESTBED QOS WIMAX DENGAN OPNET. menjanjikan akses internet yang cepat, bandwidth besar, dan harga yang murah.

BAB 3 ANALISA DAN RANCANGAN MODEL TESTBED QOS WIMAX DENGAN OPNET. menjanjikan akses internet yang cepat, bandwidth besar, dan harga yang murah. 62 BAB 3 ANALISA DAN RANCANGAN MODEL TESTBED QOS WIMAX DENGAN OPNET 3.1 Permasalahan Saat ini kita bisa dengan mudah mendapatkan akses internet. Kita bisa berlangganan internet menggunakan modem DSL (Digital

Lebih terperinci

Transport Channel Processing berfungsi mengubah transport blok yang dikirim dari. Processing dari MAC Layer hingga physicalchannel.

Transport Channel Processing berfungsi mengubah transport blok yang dikirim dari. Processing dari MAC Layer hingga physicalchannel. HSUPA ( High Speed Uplink Packet Access ) High-Speed Uplink Packet Access (HSUPA) adalah protokol telepon genggam 3G dalam keluarga HSPA dengan kecepatan unggah/"uplink" hingga 5.76 Mbit/s. Nama HSUPA

Lebih terperinci

PERCOBAAN I. ENCODER DAN DECODER PCM (Pulse Code Modulation)

PERCOBAAN I. ENCODER DAN DECODER PCM (Pulse Code Modulation) 1. Tujuan Percobaan : PERCOBAAN I ENCODER DAN DECODER PCM (Pulse Code Modulation) Setelah melakukan percobaan ini, diharapkan mahasiswa dapat menjelaskan secara praktis proses konversi sinyal DC menjadi

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SIMULASI JARINGAN. Gambar 3.1 Arsitektur Sistem EvalVid [11]

BAB III PERANCANGAN SIMULASI JARINGAN. Gambar 3.1 Arsitektur Sistem EvalVid [11] BAB III PERANCANGAN SIMULASI JARINGAN Proses implementasi penelitian terdiri dari encoder H.264, video sender, network simulator (NS-2), H.264 decoder, program evaluate trace (ET), program peak signal

Lebih terperinci

ELECTRICIAN Jurnal Rekayasa dan Teknologi Elektro 141

ELECTRICIAN Jurnal Rekayasa dan Teknologi Elektro 141 ELECTRICIAN Jurnal Rekayasa dan Teknologi Elektro 141 ANALYTICAL STUDY OF QoS (Quality of Service) IN THE IMPLEMENTATION OF VOICE COMMUNICATION APPLICATION VoIP (Voice over Internet Protocol) ON THE INTRANET

Lebih terperinci

ANALISA KINERJA TEKNIK KOMPRESI VIDEO PADA INTERNET PROTOCOL TELEVISI (IPTV)

ANALISA KINERJA TEKNIK KOMPRESI VIDEO PADA INTERNET PROTOCOL TELEVISI (IPTV) Seminar Tugas Akhir Kampus ITS, 04 Juli2011 ANALISA KINERJA TEKNIK KOMPRESI VIDEO PADA INTERNET PROTOCOL TELEVISI (IPTV) TUT WULANINGSIH 2208100669 MAHASISWA JURUSAN TEKNIK ELEKTRO Bidang Studi Telekomunikasi

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. komunikasi dan hiburan. Awal mulanya video berbentuk analog, sesuai

BAB II DASAR TEORI. komunikasi dan hiburan. Awal mulanya video berbentuk analog, sesuai BAB II DASAR TEORI 2.1 Video Video adalah teknologi pemrosesan urutan banyak gambar bergerak yang dihasilkan oleh kamera. Video pada saat ini telah menjadi media informasi, komunikasi dan hiburan. Awal

Lebih terperinci

BAB III PEMODELAN MIMO OFDM DENGAN AMC

BAB III PEMODELAN MIMO OFDM DENGAN AMC BAB III PEMODELAN MIMO OFDM DENGAN AMC 3.1 Pemodelan Sistem Gambar 13.1 Sistem transmisi MIMO-OFDM dengan AMC Dalam skripsi ini, pembuatan simulasi dilakukan pada sistem end-to-end sederhana yang dikhususkan

Lebih terperinci

BAB 4. Setelah melakukan perancangan topologi untuk merancang sistem simulasi pada

BAB 4. Setelah melakukan perancangan topologi untuk merancang sistem simulasi pada BAB 4 PENGUJIAN SISTEM DAN HASIL PENGUJIAN 4.1 Skenario Pengujian Setelah melakukan perancangan topologi untuk merancang sistem simulasi pada layanan VoIP, maka langkah selanjutnya adalah penulis mensimulasikan

Lebih terperinci

Teknik Pengkodean (Encoding) Dosen : I Dewa Made Bayu Atmaja Darmawan

Teknik Pengkodean (Encoding) Dosen : I Dewa Made Bayu Atmaja Darmawan Teknik Pengkodean (Encoding) Dosen : I Dewa Made Bayu Atmaja Darmawan Pendahuluan Pengkodean karakter, kadang disebut penyandian karakter, terdiri dari kode yang memasangkan karakter berurutan dari suatu

Lebih terperinci

3. Metode Perancangan

3. Metode Perancangan 1. Pendahuluan Perkembangan teknologi yang semakin berkembang saat ini merupakan salah satu kebutuhan yang dibutuhkan oleh semua orang baik secara individu maupun secara berkelompok baik lewat instansi

Lebih terperinci

Perancangan Codec Berbasis Algoritma Kompresi H.264 untuk Aplikasi Konferensi Video

Perancangan Codec Berbasis Algoritma Kompresi H.264 untuk Aplikasi Konferensi Video IJCCS, Vol.x, No.x, Julyxxxx, pp. 1~5 ISSN: 1978-1520 Perancangan Codec Berbasis Algoritma Kompresi H.264 untuk Aplikasi Konferensi Video Fairuz Azmi 1, Budhi Irawan 2, Gelar Budiman 3 Gedung Barung Ruang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan simulasi dan analisis perbandingan unjuk kerja

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan simulasi dan analisis perbandingan unjuk kerja BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kebutuhan Sistem Sebelum melakukan simulasi dan analisis perbandingan unjuk kerja protokol dan DCCP dengan menggunakan data multimedia, dibutuhkan perangkat keras dan perangkat

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kompresi 2.1.1 Sejarah kompresi Kompresi data merupakan cabang ilmu komputer yang bersumber dari Teori Informasi. Teori Informasi sendiri adalah salah satu cabang Matematika yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan pesat teknologi jaringan dan meluasnya pengguna sistem jaringan saat ini memungkinkan semakin beragamnya penerapan yang dapat dilakukan melalui jaringan

Lebih terperinci

SIMULASI LOW DENSITY PARITY CHECK (LDPC) DENGAN STANDAR DVB-T2. Yusuf Kurniawan 1 Idham Hafizh 2. Abstrak

SIMULASI LOW DENSITY PARITY CHECK (LDPC) DENGAN STANDAR DVB-T2. Yusuf Kurniawan 1 Idham Hafizh 2. Abstrak SIMULASI LOW DENSITY PARITY CHECK (LDPC) DENGAN STANDAR DVB-T2 Yusuf Kurniawan 1 Idham Hafizh 2 1,2 Sekolah Teknik Elektro dan Informatika, Intitut Teknologi Bandung 2 id.fizz@s.itb.ac.id Abstrak Artikel

Lebih terperinci

ANALISA UNJUK KERJA VIDEO CODING PADA FGS (FINE GRANULARITY SCALABILITY) DENGAN PARAMETER PSNR DAN MSE

ANALISA UNJUK KERJA VIDEO CODING PADA FGS (FINE GRANULARITY SCALABILITY) DENGAN PARAMETER PSNR DAN MSE ANALISA UNJUK KERJA VIDEO CODING PADA FGS (FINE GRANULARITY SCALABILITY) DENGAN PARAMETER PSNR DAN MSE Baharuddin Laboratorium Teknik Telekomunikasi Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Unand ABSTRAK

Lebih terperinci

Bab 2. Tinjauan Pustaka

Bab 2. Tinjauan Pustaka Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Terdahulu Adapun penelitian yang menjadi acuan dalam penelitian yang dilakukan adalah Penelitian dengan judul Analisis dan Perancangan Security Voice Over Internet

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suara, melainkan juga sudah merambah kepada komunikasi multimedia seperti

BAB I PENDAHULUAN. suara, melainkan juga sudah merambah kepada komunikasi multimedia seperti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini kebutuhan telekomunikasi tidak hanya terbatas pada komunikasi suara, melainkan juga sudah merambah kepada komunikasi multimedia seperti data, gambar dan video.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jaringan wireless menjadi salah satu sarana yang paling banyak dimanfaatkan dalam sistem komunikasi. Untuk menciptakan jaringan wireless yang mampu

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN

Bab I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN Bab I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pesatnya perkembangan teknologi multimedia, jaringan komputer, jaringan Internet menimbulkan peningkatan kemudahan pengiriman informasi yang berupa

Lebih terperinci

BAB IV HASIL SIMULASI DAN ANALISA

BAB IV HASIL SIMULASI DAN ANALISA BAB IV HASIL SIMULASI DAN ANALISA Analisa kinerja sistem DS-CDMA dilakukan dengan membandingkan grafik BER terhadap SNR dipenerima. Hal-hal yang akan dianalisis adalah sebagai berikut: 1. Kinerja sistem

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. populer dalam menyediakan koneksi data. Jaringan WLAN berbasis teknologi

BAB 1 PENDAHULUAN. populer dalam menyediakan koneksi data. Jaringan WLAN berbasis teknologi 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Teknologi wireless local area network (WLAN) merupakan jaringan yang populer dalam menyediakan koneksi data. Jaringan WLAN berbasis teknologi Ethernet dengan standar

Lebih terperinci

BAB III. server, merupakan media yang digunakan untuk mendistribusikan live stream

BAB III. server, merupakan media yang digunakan untuk mendistribusikan live stream \ BAB III Analisis dan Perancangan 3.1 analisis perancangan server streaming Terdapat dua hal penting dalam dunia streaming, yang pertama adalah media server, merupakan media yang digunakan untuk mendistribusikan

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN SISTEM DAN ANALISA

BAB IV PENGUJIAN SISTEM DAN ANALISA BAB IV PENGUJIAN SISTEM DAN ANALISA Pengujian sistem dilakukan untuk mengetahui apakah fungsi-fungsi yang telah direncanakan bekerja dengan baik atau tidak. Pengujian sistem juga berguna untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS MASALAH

BAB III ANALISIS MASALAH BAB III ANALISIS MASALAH Bab ini mencakup analisis permasalahan pada Tugas Akhir seperti bagaimana proses penyisipan pada video, proses ekstraksi, penggunaan kunci untuk menambah keamanan, serta proses

Lebih terperinci

BAB 4 Hasil Dan Pembahasan. 1. Optical Line Termination (OLT)

BAB 4 Hasil Dan Pembahasan. 1. Optical Line Termination (OLT) BAB 4 Hasil Dan Pembahasan 4.1 Spesifikasi Sistem GPON 1. Optical Line Termination (OLT) Berawal dari metro cabang sampai end user menggunakan media transmisi fiber optic. Gambar 4.1 OLT ZTE ZXA10 C220

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. ABSTRACT ii KATA PENGANTAR iii DAFTAR ISI...iv DAFTAR GAMBAR.vii DAFTAR TABEL...ix DAFTAR SINGKATAN...x

DAFTAR ISI. ABSTRACT ii KATA PENGANTAR iii DAFTAR ISI...iv DAFTAR GAMBAR.vii DAFTAR TABEL...ix DAFTAR SINGKATAN...x ABSTRACT Speech coding can be defined as a method to reduce some information which is needed to represent speech signal for transmission or storage application. The main reason of speech coding is how

Lebih terperinci

ANALISIS KUALITAS TRANSMISI VIDEO DENGAN DECODABLE FRAME RATE

ANALISIS KUALITAS TRANSMISI VIDEO DENGAN DECODABLE FRAME RATE ANALISIS KUALITAS TRANSMISI VIDEO DENGAN DECODABLE FRAME RATE Muhammad Mulia Maulana (1), Suherman (2) Konsentrasi Teknik Telekomunikasi, Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Sumatera

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kemajuan teknologi memicu kebutuhan informasi yang semakin besar. Sayangnya kebutuhan informasi yang besar ini berdampak pada kebutuhan storage (media penyimpanan)

Lebih terperinci

BAB II TEKNIK PENGKODEAN

BAB II TEKNIK PENGKODEAN BAB II TEKNIK PENGKODEAN 2.1 Pendahuluan Pengkodean karakter, kadang disebut penyandian karakter, terdiri dari kode yang memasangkan karakter berurutan dari suatu kumpulan dengan sesuatu yang lain. Seperti

Lebih terperinci

Analisa Kinerja MPEG-4 Video Streaming Pada Jaringan HSDPA

Analisa Kinerja MPEG-4 Video Streaming Pada Jaringan HSDPA JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (212) 1-6 1 Analisa Kinerja MPEG-4 Video Streaming Pada Jaringan HSDPA Fanny Nurindra Permana, Achmad Affandi, dan Djoko Suprajitno Rahardjo Jurusan Teknik Elektro-FTI,

Lebih terperinci

ANALISA PERFORMANSI LIVE STREAMING DENGAN MENGGUNAKAN JARINGAN HSDPA. Oleh : NRP

ANALISA PERFORMANSI LIVE STREAMING DENGAN MENGGUNAKAN JARINGAN HSDPA. Oleh : NRP ANALISA PERFORMANSI LIVE STREAMING DENGAN MENGGUNAKAN JARINGAN HSDPA Oleh : MADE SUHENDRA NRP. 2203109044 Dosen Pembimbing Dr. Ir. Achmad Affandi, DEA Ir. Gatot Kusrahardjo, MT. JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Kemajuan teknologi komputer membantu semua aspek kehidupan manusia. Contoh nyata dari kemajuan teknologi komputer adalah perkembangan teknologi nirkabel (wireless)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan zaman, teknologi berkembang dengan pesatnya, kebutuhan masyarakat akan komunikasi dan mengakses informasi pun semakin mudah. Perangkat mobile

Lebih terperinci

ANALISIS PENGUJIAN IMPLEMENTASI PERANGKAT FIBER TO THE HOME (FTTH) DENGAN OPTISYSTEM PADA LINK STO AHMAD YANI KE APARTEMEN GATEWAY

ANALISIS PENGUJIAN IMPLEMENTASI PERANGKAT FIBER TO THE HOME (FTTH) DENGAN OPTISYSTEM PADA LINK STO AHMAD YANI KE APARTEMEN GATEWAY ANALISIS PENGUJIAN IMPLEMENTASI PERANGKAT FIBER TO THE HOME (FTTH) DENGAN OPTISYSTEM PADA LINK STO AHMAD YANI KE APARTEMEN GATEWAY Ridwan Pratama 1 1 Fakultas Teknik Elektro Universitas Telkom 1 ridwanpsatu@telkomuniversity.ac.id

Lebih terperinci

Penggunaan Standard ITU-T G.1070 Untuk Estimasi Quality of Experience Layanan Video Pada Simulasi Jaringan 1)

Penggunaan Standard ITU-T G.1070 Untuk Estimasi Quality of Experience Layanan Video Pada Simulasi Jaringan 1) Penggunaan Standard ITU-T G.1070 Untuk Estimasi Quality of Experience Layanan Video Pada Simulasi Jaringan 1) A. A. N. Ananda Kusuma 2), Dedy Irawan 2) 1 Karya tulis ini bagian dari Riset Insentif SINas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Modulation. Channel. Demodulation. Gambar 1.1. Diagram Kotak Sistem Komunikasi Digital [1].

BAB I PENDAHULUAN. Modulation. Channel. Demodulation. Gambar 1.1. Diagram Kotak Sistem Komunikasi Digital [1]. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Tujuan Meneliti dan menganalisis Turbo Convolutional Coding dan Turbo Block Coding dalam hal (BER) Bit Error Rate sebagai fungsi Eb/No. 1.2. Latar Belakang Dalam sistem komunikasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. studi kepustakaan, percobaan dan analisis. Dengan ini penulis berusaha untuk

BAB III METODE PENELITIAN. studi kepustakaan, percobaan dan analisis. Dengan ini penulis berusaha untuk BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam pengerjaan tugas akhir ini adalah studi kepustakaan, percobaan dan analisis. Dengan ini penulis berusaha untuk mengumpulkan

Lebih terperinci

Voice over Internet Protocol Kuliah 6. Disusun oleh : Bambang Sugiarto

Voice over Internet Protocol Kuliah 6. Disusun oleh : Bambang Sugiarto Voice over Internet Protocol Kuliah 6 Disusun oleh : Bambang Sugiarto Session Initiation Protocol (SIP) SIP merupakan protokol kontrol pada layer aplikasi untuk membangun, memodifikasi, dan mengakhiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.2 Rumusan Masalah 1.3 Batasan Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.2 Rumusan Masalah 1.3 Batasan Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jaringan data elektronik dalam area Public Health telah menyebabkan organisasi pemrosesan menjadi lebih efisien. Transfer medical data pada jaringan data online atau

Lebih terperinci

BAB 4 PERANCANGAN JARINGAN DAN EVALUASI. Perancangan jaringan pada PT. EP TEC Solutions Indonesia menggunakan

BAB 4 PERANCANGAN JARINGAN DAN EVALUASI. Perancangan jaringan pada PT. EP TEC Solutions Indonesia menggunakan BAB 4 PERANCANGAN JARINGAN DAN EVALUASI 4.1 Perancangan Jaringan 4.1.1 Usulan Perancangan Jaringan Perancangan jaringan pada PT. EP TEC Solutions Indonesia menggunakan teknologi Frame Relay. Daripada menghubungkan

Lebih terperinci

Analisa Hasil Perbandingan Metode Low-Pass Filter Dengan Median Filter Untuk Optimalisasi Kualitas Citra Digital

Analisa Hasil Perbandingan Metode Low-Pass Filter Dengan Median Filter Untuk Optimalisasi Kualitas Citra Digital Analisa Hasil Perbandingan Metode Low-Pass Filter Dengan Median Filter Untuk Optimalisasi Kualitas Citra Digital Nurul Fuad 1, Yuliana Melita 2 Magister Teknologi Informasi Institut Saint Terapan & Teknologi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Studi Pustaka. Proses Simulasi. Analisis Hasil. Gambar 11 Metode penelitian.

METODE PENELITIAN. Studi Pustaka. Proses Simulasi. Analisis Hasil. Gambar 11 Metode penelitian. unicast, multicast, atau anycast yang oleh sumber diberi label sebagai traffic flow (RFC-3697 2004). Hop Count: banyaknya node yang harus dilewati oleh suatu paket dari node asal ke node tujuan (Altman

Lebih terperinci