BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. Berdasarkan temuan penelitian ini, dapat ditarik simpulan sebagai berikut.
|
|
- Suharto Darmali
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 155 BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan temuan penelitian ini, dapat ditarik simpulan sebagai berikut. 1. Terdapat hubungan langsung positif yang signifikan kecerdasan dengan pengetahuan awal. 2. Tidak terdapat hubungan langsung positif yang signifikan kecerdasan dengan hasil belajar mata pelajaran ekonomi. 3. Terdapat hubungan langsung positif yang signifikan strategi-strategi metakognitif dengan pengetahuan awal. 4. Tidak terdapat hubungan langsung positif yang signifikan strategi-strategi metakognitif dengan hasil belajar mata pelajaran ekonomi. 5. Terdapat hubungan langsung positif yang signifikan pengetahuan awal dengan hasil belajar mata pelajaran ekonomi. 6. Terdapat hubungan tidak langsung positif yang signifikan kecerdasan dengan hasil belajar mata pelajaran ekonomi melalui pengetahuan awal. 7. Terdapat hubungan tidak langsung positif yang signifikan strategi-strategi metakognitif dengan hasil belajar mata pelajaran ekonomi melalui pengetahuan awal. Proses kognitif manusia dikendalikan oleh otak sedangkan kecerdasan ada di dalam otak sehingga proses kognitif manusia dipengaruhi kecerdasan. Kecerdasan dapat mempengaruhi reseptor, sensor pencatat, memori jangka pendek, memori
2 156 jangka panjang, generator respons, dan efektor siswa. Kecerdasan tidak semata-mata berfungsi membantu siswa dalam memecahkan masalah tetapi juga membantu siswa meningkatkan daya ingatnya terhadap materi pelajaran yang telah dipelajari. Kecerdasan tergantung pada pengetahuan. Orang yang cerdas tidak sematamata memiliki pengetahuan tetapi yang lebih penting memanfaatkan pengetahuan itu. Pengetahuan yang dimiliki seseorang merupakan alat intelektual dan kecerdasan mengarahkannya untuk digunakan dalam memecahkan masalah-masalah kehidupan. Oleh karena itu kecerdasan hanya akan berfungsi membantu siswa dalam memecahkan masalah secara lebih baik apabila siswa telah memiliki pengetahuan awal yang relevan dengan masalah itu. Dalam memori jangka panjang, pengetahuan awal dapat dijadikan sebagai pedoman untuk mempelajari pengetahuan baru. Pengetahuan baru dapat menjadi penghalus pengetahuan awal atau dapat juga berlawanan dengan pengetahuan awal. Pengetahuan awal dapat digunakan sebagai bahan untuk mempermudah mempelajari pengetahuan baru, menguji relevansi dan ketepatan berkaitan dengan tugas baru yang akan diselesaikan. Makin banyak pengetahuan awal yang dimiliki siswa akan makin mempermudah mereka belajar bermakna (meaningful learning). Makin banyak pemanggilan kembali pengetahuan awal, makin banyak pengetahuan baru yang akan dipelajari dan diingat. Strategi-strategi metakognitif merupakan proses yang berurutan yang digunakan untuk mengontrol aktivitas kognitif dan memastikan bahwa tujuan kognitif telah dicapai. Proses-proses ini terdiri dari perencanaan dan pemantauan aktivitasaktivitas kognitif serta evaluasi terhadap hasil aktivitas-aktivitas ini. Aktivitas-
3 157 aktivitas perencanaan seperti menentukan tujuan dan analisis tugas membantu mengaktivasi pengetahuan yang relevan sehingga mempermudah pengorganisasian dan pemahaman materi pelajaran. Aktivitas-aktivitas pemantauan meliputi perhatian seseorang ketika ia membaca, dan membuat pertanyaan atau pengujian diri. Aktivitas-aktivitas ini membantu siswa dalam memahami materi dan mengintegrasikannya dengan pengetahuan awal. Aktivitas-aktivitas pengaturan meliputi penyesuaian dan perbaikan aktivitas-aktivitas kognitif siswa. Aktivitasaktivitas ini membantu peningkatan prestasi dengan cara mengawasi dan mengoreksi perilakunya pada saat ia menyelesaikan tugas. Oleh karena itu peran pengetahuan awal sangat penting untuk lebih mengefektifkan fungsi strategi-strategi metakognitif. B. Implikasi 1. Implikasi terhadap Penyusunan Materi Pelajaran Pengetahuan awal merupakan variabel mediasi yang cukup efektif dalam mempengaruhi hasil belajar. Oleh karena itu materi pelajaran harus disusun secara sistematis. Materi pelajaran yang memudahkan siswa mempelajari materi pelajaran lanjutan harus diberikan terlebih dahulu karena materi pelajaran tersebut dapat dijadikan pengetahuan awal. 2. Implikasi terhadap Kegiatan Belajar Mengajar Belajar lebih mudah terjadi apabila kegiatan belajar mengajar selalu memperhatikan pengetahuan awal siswa. Oleh karena itu sebelum pengetahuan baru dipelajari, identifikasi terhadap pengetahuan awal siswa harus dilakukan.
4 158 Pengetahuan awal yang relevan dengan pengetahuan baru harus dimiliki oleh siswa dan apabila terjadi miskonsepsi harus diluruskan terlebih dahulu. Untuk itu penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar harus berpedoman pada prinsip ketuntasan belajar (mastery learning). Prinsip ini mengharuskan kepada guru untuk selalu mengontrol keberhasilan belajar siswa sebelum mereka mempelajari materi pelajaran lanjutan. Kegagalan mempelajari materi pelajaran sebelumnya mengakibatkan mereka tidak dapat mempelajari materi pelajaran lanjutan. Strategi-strategi metakognitif (metacognitive strategies) merupakan skor kuesioner perencanaan-diri, pemantauan-diri, dan evaluasi-diri, terhadap proses belajar yang dilakukan siswa. Perencanaan-diri (self-planning), mempunyai indikatorindikator tentang tujuan belajar yang akan dicapai, waktu yang akan digunakan untuk menyelesaikan tugas belajar, pengetahuan awal yang relevan, dan strategi-strategi kognitif yang akan digunakan. Pemantauan-diri (self-monitoring), mempunyai indikator-indikator tentang pemantauan ketercapaian tujuan belajar, pemantauan waktu yang digunakan, pemantauan relevansi materi pengetahuan awal dengan materi pelajaran baru, dan pemantauan strategi-strategi kognitif yang sedang digunakan. Evaluasi-diri (self-evaluation), mempunyai indikator-indikator tentang evaluasi ketercapaian tujuan belajar, evaluasi waktu yang digunakan, evaluasi relevansi pengetahuan awal dengan materi pelajaran baru, dan evaluasi strategi-strategi kognitif yang telah digunakan. Dengan demikian pada dasarnya, skor strategi-strategi metakognitif dalam penelitian ini mencerminkan kemampuan bagaimana siswa belajar (learning how to learn). Oleh karena itu di samping kemampuan kognitif, kegiatan belajar mengajar harus dapat mengembangkan kemampuan metakognitif
5 159 siswa. Ini penting karena dengan kemampuan ini siswa dapat belajar bagaimana belajar (learning how to learn) dan selanjutnya meningkatkan hasil belajarnya di masa depan. Belajar mandiri akan mudah terjadi. Dengan demikian belajar sepanjang hayat pun akan bisa dilakukan apabila siswa memiliki kemampuan ini. 3. Implikasi terhadap Indikator-indikator Hasil belajar Sampai sekarang, indikator-indikator hasil belajar siswa di Indonesia masih berpedoman pada taksonomi kognitif Bloom. Pedoman ini berimplikasi pada pengukuran hasil belajar yang dilakukan oleh guru. Guru hanya mengukur kemampuan kognitif siswa. Akibatnya, siswa hanya mampu memahami materi pelajaran yang diajarkan guru tanpa mampu memahami bagaimana seharusnya mereka belajar. Sesuai dengan temuan penelitian ini, seharusnya pengukuran tidak semata-mata pada kemampuan kognitif siswa tapi juga pada kemampuan metakognitifnya. 4. Implikasi terhadap Sistem Penerimaan Siswa Baru Umumnya, penerimaan siswa baru di SLTP hanya berpedoman pada NEM SD siswa. Tradisi seperti ini sudah harus ditinggalkan karena terkesan menyederhanakan data input yang akan dijadikan pedoman dalam kegiatan belajar mengajar. Metode belajar mengajar di kelas, pengelompokan siswa di dalam kelas, dan bimbingan belajar yang akan dilaksanakan tidak hanya berpedoman pada NEM SD tetapi pada faktor-faktor lain yang mempengaruhi proses dan hasil belajar. Sesuai dengan temuan penelitian ini, faktor-faktor lain yang bisa dipertimbangkan untuk
6 160 dijadikan pedoman penerimaan siswa baru adalah kecerdasan, strategi-strategi metakognitif, dan pengetahuan awal. C. Saran Berdasarkan temuan penelitian, pembahasan, simpulan, dan implikasi hasil penelitian di atas, dapat diberikan saran sebagai berikut. 1. Para pembuat kurikulum disarankan untuk menyusun materi pelajaran secara sistematis. Materi pelajaran yang memudahkan siswa mempelajari materi pelajaran lanjutan harus diajarkan terlebih dahulu karena materi pelajaran ini dapat dijadikan pengetahuan awal. Agar susunan materi pelajaran menjadi baik, analisis terhadap seluruh materi pelajaran yang akan diajarkan perlu dilakukan. Evaluasi terhadap susunan materi pelajaran yang telah dibuat juga perlu dilakukan agar susunan materi pelajaran tersebut menjadi lebih baik. Evaluasi ini dapat berpedoman pada pengalaman mengajar para guru, evaluasi yang pernah dilakukannya kepada siswa, dan lingkungan sosial siswa. 2. Para guru disarankan agar selalu memperhatikan pengetahuan awal siswa. Hal ini penting untuk dilaksanakan karena pengetahuan awal merupakan variabel mediasi yang cukup efektif bagi kecerdasan dan strategi-strategi metakognitif siswa dalam mempengaruhi hasil belajarnya. Oleh karena itu kegiatan belajar mengajar yang diselenggarakan guru harus berpedoman pada prinsip ketuntasan belajar (mastery learning). Untuk mengetahui pengetahuan awal siswa, guru dapat memberikan pretest pada setiap kali pertemuan sedangkan untuk mengetahui ketuntasan belajar siswa, guru dapat melakukan posttest, ulangan
7 161 harian, dan ulangan umum. Pelaksanaan tes formatif harus lebih diutamakan daripada tes sumatif. Para guru juga disarankan untuk menciptakan kegiatan belajar mengajar yang dapat mengembangkan kemampuan metakognitif siswa karena dengan kemampuan ini siswa dapat belajar bagaimana belajar (learning how to learn). Metode belajar mandiri, berkelompok, dan teman sebaya mungkin perlu dipertimbangkan untuk diterapkan. Oleh karena itu kegiatan belajar mengajar yang dapat merangsang rasa ingin tahu siswa dalam mengidentifikasi dan memecahkan masalah secara ilmiah juga perlu dikembangkan. 3. Para pengelola pendidikan disarankan agar fungsi strategi-strategi metakognitif lebih efektif dalam mempengaruhi hasil belajar siswa, sekolah dapat menyelenggarakan sistem pendidikan terpadu yang memadukan kegiatan intrakurikuler dengan ekstrakurikuler. Sebagian besar materi pelajaran yang bersifat teoritis diberikan pada saat kegiatan intrakurikuler yaitu pada saat siswa mengikuti kegiatan belajar mengajar di sekolah sedangkan kegiatan ekstrakurikuler berisi kegiatan belajar di luar sekolah yang bersifat aplikatif. Kegiatan ekstrakurikuler antara lain dapat berbentuk karya wisata, perkemahan, berkebun, penelitian, dan pameran. Kegiatan ekstrakurikuler harus dapat menunjang pelaksanaan kegiatan intrakurikuler. Dalam kegiatan ekstrakurikuler, siswa akan dihadapkan pada masalah di mana mereka harus memecahkannya sendiri baik secara individual maupun secara berkelompok. Pada saat memecahkan masalah inilah siswa dapat menerapkan pengetahuan yang telah diperolehnya pada kegiatan intrakurikuler. Selanjutnya, pengetahuan yang diperoleh dari kegiatan ekstrakurikuler dapat dibawa sebagai pengetahuan awal
8 162 dalam kegiatan intrakurikuler berikutnya. Dengan demikian keterpaduan kegiatan belajar mengajar tidak semata-mata meningkatkan kemampuan kognitif siswa dan memfungsikan pengetahuan awal tetapi juga mengembangkan kemampuan metakognitif siswa melalui pemecahan masalah (problem solving). 4. Para peneliti dibidang psikologi pendidikan disarankan untuk meneliti ulang tentang hubungan kecerdasan dengan strategi-strategi metakognitif. Ini perlu dilakukan karena temuan penelitian ini menunjukkan tidak adanya hubungan yang signifikan antara kecerdasan dengan strategi-strategi metakognitif sedangkan di sisi lain ada beberapa ahli yang secara konseptual menghubungkan kedua variabel ini bahkan Stenberg memasukkan strategi-strategi metakognitif sebagai salah satu komponen kecerdasan di dalam teorinya. Livingston menyatakan sebagai sebuah konsep, metakognisi dihubungkan dengan kecerdasan (kepahaman, kecepatan memahami, dan kecakapan). Oleh karena itu berpikir metakognitif melibatkan proses menyimpan dan menstruktur pengetahuan yang cerdas, proses mencari dan memanggil pengetahuan yang cerdas, perencanaan yang cerdas, pemantauan yang cerdas, dan evaluasi yang cerdas. Bagi para peneliti eksperimen yang ingin mengetahui pengaruh pengetahuan awal terhadap hasil belajar dapat menggunakan kecerdasan dan strategi-strategi metakognitif sebagai variabel moderator. Khusus bagi para peneliti eksperimen yang berusaha mengembangkan model-model belajar berbasis metakognitif disarankan untuk menggunakan pengetahuan awal sebagai variabel moderator agar dapat diketahui efek interaksi antara model belajar yang dibuat dengan pengetahuan awal dalam mempengaruhi hasil belajar.
BAB I PENDAHULUAN. jawab. Untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional tersebut, maka
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari, oleh karena itu pembelajaran harus
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fisika merupakan salah satu cabang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang sangat erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari, oleh karena itu pembelajaran harus menggunakan model,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Permendikbud No. 103 Tahun 2014, pembelajaran adalah proses interaksi antarpeserta didik dan antara peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku yang relatif tetap. Dalam
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku yang relatif tetap. Dalam proses ini perubahan tidak terjadi sekaligus tetapi terjadi secara bertahap tergantung
Lebih terperinciANALISIS KEMAMPUAN METAKOGNISI SISWA DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI MELALUI ASSESMEN PEMECAHAN MASALAH DI SMA NEGERI 5 KOTA JAMBI
ANALISIS KEMAMPUAN METAKOGNISI SISWA DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI MELALUI ASSESMEN PEMECAHAN MASALAH DI SMA NEGERI 5 KOTA JAMBI Merry Chrismasta SIMAMORA 1), Jodion SIBURIAN 1), GARDJITO 1) 1) Program Studi
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Penelitian yang penulis lakukan merupakan study literarur untuk mengindentivikasi suatu sarat dalam pengambilan keputusan adapun langkah-langkah dalam menyelesaikan penelitian ini.
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Instrumen adalah alat yang digunkan untuk mengumpulkan data dalam
6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengembangan Instrumen Penilaian Instrumen adalah alat yang digunkan untuk mengumpulkan data dalam penilaian. Sehingga instrumen merupakan alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPA khususnya fisika mencakup tiga aspek, yakni sikap,
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembelajaran IPA khususnya fisika mencakup tiga aspek, yakni sikap, proses, dan produk. Sains (fisika) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis,
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Metakognisi adalah keterampilan untuk mengontrol ranah atau aspek kognitif.
6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1. Metakognisi Metakognisi adalah keterampilan untuk mengontrol ranah atau aspek kognitif. Huit dalam Kuntjojo (2009: 1) mengatakan bahwa: metakognisi meliputi
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. A. Deskripsi Konseptual. 1. Metakognitif. Menurut Flavell (1976) yang dikutip dari Yahaya (2005), menyatakan
9 BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Konseptual 1. Metakognitif Menurut Flavell (1976) yang dikutip dari Yahaya (2005), menyatakan bahwa metakognisi merujuk pada kesadaran pengetahuan seseorang yang berkaitan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar IPA Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia zaman modern dihadapkan pada perkembangan pengetahuan yang begitu pesat akibat kemampuan berpikir dan penelitian para ahli. Pengetahuan tidak dapat dimiliki
Lebih terperinci2015 PEMBELAJARAN IPA TERPADU TIPE WEBBED TEMA TEKANAN UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA SMP
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i LEMBAR HAK CIPTA... ii HALAMAN PENGESAHAN TESIS... iii DAFTAR ISI... iv DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... ix ABSTRAK... v BAB I PENDAHULUAN... 1
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Fisika bukan hanya penguasaan sekumpulan pengetahuan yang berupa faktafakta,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fisika bukan hanya penguasaan sekumpulan pengetahuan yang berupa faktafakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja, tetapi juga merupakan suatu proses penemuan (Depdiknas,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbuka, artinya setiap orang akan lebih mudah dalam mengakses informasi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan teknologi dan era globalisasi yang terjadi memberikan kesadaran baru bahwa Indonesia tidak lagi berdiri sendiri. Indonesia berada di dunia yang terbuka,
Lebih terperinciKORELASI ANTARA KETERAMPILAN METAKOGNITIF DENGAN HASIL BELAJAR SISWA DI SMAN 1 DAWARBLANDONG, MOJOKERTO
KORELASI ANTARA KETERAMPILAN METAKOGNITIF DENGAN HASIL BELAJAR SISWA DI SMAN 1 DAWARBLANDONG, MOJOKERTO (CORRELATION BETWEEN METACOGNITIVE SKILLS WITH STUDENT LEARNING OUTCOMES AT SMAN 1 DAWARBLANDONG,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
DAFTAR ISI Halaman Judul... Halaman Pengesahan... Halaman Pernyataan... Kata Pengantar... Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Gambar... Daftar Lampiran... Intisari... Abstract... i ii iii iv viii ix x
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. E. Kajian Teori. 1. Kemampuan Pemecahan Masalah. Sebagian besar ahli pendidikan matematika menyatakan bahwa masalah
BAB II KAJIAN TEORI E. Kajian Teori 1. Kemampuan Pemecahan Masalah Sebagian besar ahli pendidikan matematika menyatakan bahwa masalah merupakan pertanyaan yang harus dijawab atau direspon. Mereka juga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasi saat ini, bangsa Indonesia dihadapkan dengan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi saat ini, bangsa Indonesia dihadapkan dengan tantangan dan hambatan yang semakin berat yang menuntut seseorang agar mampu bersaing untuk
Lebih terperinciUnesa Journal Of Chemical Education ISSN: Vol. 3, No. 3, pp , September 2014
KORELASI ANTARA KETERAMPILAN METAKOGNISI DENGAN HASIL BELAJAR HIDROLISIS GARAM MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE DI MAN MOJOSARI CORRELATION BETWEEN METACOGNITIVE SKILL WITH
Lebih terperinciBAB V. KESIMPULAN dan SARAN. Bandung, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut : a) Secara umum masih lebih banyak mahasiswa yang menilai bahwa
BAB V KESIMPULAN dan SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian mengenai Student Centered Learning pada mahasiswa fakultas Psikologi angkatan 2013 di Universitas X Bandung, dapat disimpulkan beberapa
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Metakognisi merupakan suatu istilah yang dimunculkan oleh beberapa ahli
7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoretis 1. Keterampilan Metakognisi Metakognisi merupakan suatu istilah yang dimunculkan oleh beberapa ahli psikologi sebagai hasil dari perenungan mereka terhadap kondisi
Lebih terperinciII. KERANGKA TEORETIS. pembelajaran fisika masalah dipandang sebagai suatu kondisi yang sengaja
II. KERANGKA TEORETIS A. Tinjauan Pustaka 1. Model Problem Based Learning (PBL) Masalah merupakan kesenjangan antara harapan dan kenyataan. Dalam konteks pembelajaran fisika masalah dipandang sebagai suatu
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Data hasil penelitian meliputi data nilai pretest, posttest, dan n-gain untuk
42 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN Data hasil penelitian meliputi data nilai pretest, posttest, dan n-gain untuk penguasaan konsep. Data tersebut kemudian diolah dan dianalisis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anugrah Ayumaharani Widianingsih, 2016
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Belajar merupakan bagian dari proses sains yang pada dasarnya bertujuan untuk mengembangkan kemampuan berpikir dan menanamkan sikap positif. Tujuan mata pelajaran
Lebih terperinciISSN: Quagga Volume 9 No.2 Juli 2017
VEE DIAGRAM DIPADU CONCEPT MAP SEBAGAI ALAT KONSEPTUAL UNTUK MENGEMBANGKAN PEMAHAMAN KONSEP MAHASISWA Handayani Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Kuningan handa_yani08@yahoo.co.id ABSTRAK
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat. Hal ini tanpa disadari telah
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Perkembangan sains dan teknologi yang begitu cepat di abad ke 21 tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat. Hal ini tanpa disadari telah mempengaruhi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tertentu, yaitu saling pengaruh antara pendidik dan peserta didik. Pendidikan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya merupakan interaksi antara pendidik dan peserta didik, untuk mencapai tujuan pendidikan yang berlangsung dalam lingkungan tertentu,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dipelajari siswa sehingga pembelajaran matematika mempunyai. dituntut mempunyai konsentrasi, ketelitian, dan keterampilan.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan ilmu yang mendasari perkembangan ilmu pengetahuan lain. Matematika menjadi salah satu bidang studi yang mempunyai peranan penting dalam
Lebih terperinciDAFTAR ISI. LEMBAR PENGESAHAN... LEMBAR PERNYATAAN... KATA PENGANTAR UCAPAN TERIMA KASIH.. ABSTRAK... DAFTAR GAMBAR. DAFTAR LAMPIRAN..
DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN... LEMBAR PERNYATAAN... KATA PENGANTAR UCAPAN TERIMA KASIH.. ABSTRAK..... DAFTAR ISI. DAFTAR BAGAN DAFTAR TABEL. DAFTAR GAMBAR. DAFTAR LAMPIRAN.. i iii iv iv x xii xvi xvii
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Siswa sebagai subjek belajar senantiasa diharapkan dapat menyelesaikan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Siswa sebagai subjek belajar senantiasa diharapkan dapat menyelesaikan berbagai tugas belajar yang diberikan di sekolah dengan baik. Tugas belajar tersebut meliputi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendidikan secara keseluruhan dengan guru sebagai peran. Kemampuan seorang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu aspek yang menentukan keberhasilan pendidikan adalah proses belajar mengajar. Proses belajar mengajar adalah inti dari proses pendidikan secara keseluruhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu (inquiry) tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya sebagai penguasaan kumpulan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan bagian terpenting dari kehidupan suatu bangsa karena merupakan salah satu bentuk upaya untuk meningkatkan kecerdasan kehidupan bangsa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Melya Dwi Gardiantari, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Abad ke-21 dikenal dengan abad pengetahuan karena pengetahuan akan menjadi landasan utama segala aspek kehidupan. Di abad 21 ini kemampuan belajar, kemampuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada hakikatnya merupakan proses pembebasan peserta didik
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada hakikatnya merupakan proses pembebasan peserta didik dari ketidaktahuan, ketidakmampuan, ketidakberdayaan, ketidakbenaran, ketidakjujuran, dan
Lebih terperinciadalah proses beregu (berkelompok) di mana anggota-anggotanya mendukung dan saling mengandalkan untuk mencapai suatu hasil
46 2. Kerjasama a. Pengertian Kerjasama Menurut Lewis Thomas dan Elaine B. Johnson ( 2014, h. 164) kerjasama adalah pengelompokan yang terjadi di antara makhlukmakhluk hidup yang kita kenal. Kerja sama
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Penalaran menurut ensiklopedi Wikipedia adalah proses berpikir yang bertolak
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Kemampuan Penalaran Matematis Penalaran menurut ensiklopedi Wikipedia adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (observasi empirik) yang menghasilkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu bidang studi yang diajarkan pada sekolah dasar yaitu Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Pengajaran IPA di sekolah dasar ditujukan untuk memajukan teknologi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu kunci utama dalam menentukan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu kunci utama dalam menentukan perubahan sosial. Perubahan ke arah kemajuan dan kesejahteraan hidup yang berkualitas. Menurut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Bab 2 pasal 3 UU Sisdiknas berisi pernyataan sebagaimana tercantum
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas) merumuskan fungsi dan tujuan pendidikan nasional yang harus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. negara yang demokratis serta bertanggung jawab (UU No. 20, 2003, h. 4).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdasakan kehidupan bangsa,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan formal merupakan salah satu solusi utama untuk membentuk
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan formal merupakan salah satu solusi utama untuk membentuk SDM yang berkualitas, karena dengan pendidikan memungkinkan untuk mengmbangkan kemampuan akademis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah upaya pengembangan potensi peseta didik. Peserta
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah upaya pengembangan potensi peseta didik. Peserta didik harus dipandang sebagai organisme yang sedang berkembang dan memiliki potensi. Tugas
Lebih terperincimengembangkan kemampuan baik kognitif, keterampilan (skill), serta sikap sosialnya terhadap manusia lain, lingkungan dan teknologi. Ace Suryadi (2014:
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan di abad 21 menjadikan manusia dituntut untuk semakin mengembangkan kemampuan baik kognitif, keterampilan (skill), serta sikap sosialnya terhadap manusia lain,
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Teori 2.1.1 Ilmu Pengetahuan Alam Dalam bahasa inggris Ilmu Pengetahuan Alam disebut natural science, natural yang artinya berhubungan dengan alam dan science artinya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dilakukan pemerintah, diantaranya dengan melakukan perbaikan dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur, dan berencana dengan maksud untuk membenahi dan meningkatkan kemampuan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. kepada siswa sejak tingkat dasar secara umum dalam mata pelajaran ilmu
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mata pelajaran sains terdiri dari beberapa cabang ilmu pengetahuan alam, yaitu Fisika, Biologi, dan Kimia. Dalam dunia pendidikan, fisika telah diperkenalkan kepada
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori. 2.1.1. Prestasi Belajar Sehubungan dengan prestasi belajar, Poerwanto (1986:2) memberikan pengertian prestasi belajar yaitu hasil yang dicapai oleh seseorang dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah sarana yang dapat menumbuh-kembangkan potensipotensi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan adalah sarana yang dapat menumbuh-kembangkan potensipotensi manusia untuk bermasyarakat dan menjadi manusia yang sempurna. Seperti yang diuraikan pada
Lebih terperinciPROFIL KETUNTASAN BELAJAR DITINJAU DARI PENDEKATAN PROBLEM BASED LEARNING
PROFIL KETUNTASAN BELAJAR DITINJAU DARI PENDEKATAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) TERHADAP PENCAPAIAN KRITERIA KETUNTASAN MINIMAL (KKM) BIOLOGI SISWA KELAS VIIA DI SMP NEGERI 2 KARTASURA TAHUN AJARAN 2008/2009
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Metakognitif tentang cara berpikir siswa dalam membangun strategi untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Metakognitif tentang cara berpikir siswa dalam membangun strategi untuk memecahkan masalah. Keterampilan metakognitif adalah kemampuan siswa untuk mengontrol
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Metode pembelajaran adalah suatu teknik penyajian yang dipilih dan
BAB II LANDASAN TEORI A. Metode Pembelajaran Metode pembelajaran adalah suatu teknik penyajian yang dipilih dan diterapkan seiring dengan pemanfaatan media dan sumber belajar (Prawiradilaga, 2008). Menurut
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORITIS
BAB II KAJIAN TEORITIS A. Metacognitive Scaffolding, Multimedia Interaktif, Kemampuan Metakognisi dalam Pemecahan Masalah. 1. Metacognitive Scaffolding Berbicara tentang Metacognitive Scaffolding maka
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. oleh National Council of Teachers of Mathematics (NCTM). NCTM (2000)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu komponen dari serangkaian mata pelajaran yang mempunyai peranan penting dalam pendidikan dan mendukung perkembangan ilmu pengetahuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dapat dirasakan oleh setiap warga negara. Dengan adanya pendidikan terjadi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan diartikan sebagai suatu kegiatan yang sistematis dan sistemik terarah kepada terbentuknya kepribadian peserta didik. Sistematis oleh karena proses
Lebih terperinciBAB IV PENUTUP. Dari analisis mengenai; Kurikulum 2006 dalam Perspektif Pendidikan
109 BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Dari analisis mengenai; Kurikulum 2006 dalam Perspektif Pendidikan Holistik ; Kurikulum 2013 dalam Perspektif Pendidikan Holistik; Kelebihan dan Kekurangan Kurikulum 2006
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORITIS. mencapai tujuan yang telah ditetapkan. (Atmodiwiryo,2000:5). Selanjutnya
6 BAB II KAJIAN TEORITIS A. Konsep Dasar Pengelolaan Pembelajaran. Pada dasarnya pengelolaan diartikan sebagai proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian semua sumber daya untuk
Lebih terperinciIDENTIFIKASI AKTIVITAS KARAKTERISTIK METAKOGNITIF SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH PADA MATERI KESETIMBANGAAN KIMIA
IDENTIFIKASI AKTIVITAS KARAKTERISTIK METAKOGNITIF SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH PADA MATERI KESETIMBANGAAN KIMIA IDENTIFICATION OF THE STUDENT S METACOGNITIVE CHARACTERISTIC TO SOLVE THE PROBLEM IN CHEMICAL
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Matematika merupakan salah satu bidang studi yang diajarkan di SD. Menurut
6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Matematika di SD 1. Pengertian Matematika Matematika merupakan salah satu bidang studi yang diajarkan di SD. Menurut Subariah (2006:1) Matematika merupakan ilmu pengetahuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dwi Ratnaningdyah, 2015
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fisika merupakan bidang pelajaran yang menyangkut fenomena-fenomena alam dan siswa dituntut untuk memahami konsep-konsep yang ada pada fenomena-fenomena alam tersebut.
Lebih terperinciEFEKTIFITAS MODEL PEMBELAJARAN METAKOGNITIF DALAM PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIK MAHASISWA DALAM MATA KULIAH PROGRAM LINIER
Prosiding Seminar Nasional a dan Pendidikan a (SESIOMADIKA) 2017 ISBN: 978-602-60550-1-9 Pembelajaran, hal. 106-115 EFEKTIFITAS MODEL PEMBELAJARAN METAKOGNITIF DALAM PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Hilman Imadul Umam, 2013
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar (UU No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Lebih terperinciBAB I LATAR BELAKANG MASALAH. kerja, mendorong perguruan tinggi untuk membekali lulusannya dengan kemampuan
BAB I LATAR BELAKANG MASALAH 1.1 Latar Belakang Masalah Perubahan yang sangat cepat di semua sektor kehidupan khususnya dunia kerja, mendorong perguruan tinggi untuk membekali lulusannya dengan kemampuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prestasi akademik merupakan kajian yang menarik dalam berbagai penelitian pendidikan. Prestasi akademik merupakan salah satu indikator keberhasilan seseorang
Lebih terperinciMenurut Jhonson dan Myklebust (1967:244), matematika adalah bahasa. simbolik yang fungsi praktisnya untuk mengekspresikan hubungan-hubungan
KESULITAN BELAJAR MATEMATIKA Oleh: Dra.Hj.Ehan, M.Pd. A. PENDAHULUAN Menurut Jhonson dan Myklebust (1967:244), matematika adalah bahasa simbolik yang fungsi praktisnya untuk mengekspresikan hubungan-hubungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sistem pendidikan di Indonesia telah lama menggunakan teori taksonomi pendidikan secara adaptif sebagai landasan pendekatan belajar. Implikasi dari penggunaan
Lebih terperinciTINJAUAN MATA KULIAH...
iii Daftar Isi TINJAUAN MATA KULIAH... xiii MODUL 1: HAKIKAT PERILAKU DAN KEMAMPUAN DASAR ANAK USIA 3-4 TAHUN 1.1 Pengertian dan Cakupan Perilaku Anak Usia 3-4 Tahun... 1.3 Latihan... 1.22 Rangkuman...
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)
6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) PBL merupakan model pembelajaran yang efektif untuk pengajaran proses berpikir tingkat tinggi.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. menyediakan lingkungan yang memungkinkan peserta didik untuk. penting pada penentuan kemajuan suatu bangsa. Sesuai dengan tujuan
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peran yang sangat penting bagi sumber daya manusia. Pendidikan yang berkualitas akan menghasilkan manusia yang berkualitas pula sehingga
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian 1. Lokasi Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Kota Sukabumi bertempat di Jalan RH Didi Sukardi No 186 Kecamatan Baros Kota Sukabumi.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peningkatan kualitas pendidikan sanggat tergantung pada proses pembelajaran di dalam kelas. Pendidikan berperan penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tersebut saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya. Kurikulum merupakan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kurikulum, proses pembelajaran, dan penilaian merupakan tiga dimensi dari sekian banyak dimensi yang sangat penting dalam pendidikan. Ketiga dimensi tersebut
Lebih terperinciEKSPERIMEN PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI BRAIN BASED LEARNING PADA POKOK BAHASAN MATRIKS DITINJAU DARI KEAKTIFAN SISWA
EKSPERIMEN PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI BRAIN BASED LEARNING PADA POKOK BAHASAN MATRIKS DITINJAU DARI KEAKTIFAN SISWA ( Kelas I Semester 2 SMK Muhammadiyah 1 Sukoharjo Tahun 2008/2009) SKRIPSI Untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan belajar mengajar tidak hanya tercipta dari dua komponen saja yaitu guru sebagai pendidik dan siswa sebagai peserta didik melainkan melibatkan komponen
Lebih terperinciPENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF ROLE PLAYING DENGAN CD INTERAKTIF
PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF ROLE PLAYING DENGAN CD INTERAKTIF UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS VII F SMP NEGERI 10 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2009/2010 SKRIPSI Oleh: RIRIN WIDIAWATI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan yang semakin pesat. daya manusia yang berkualitas untuk menghadapi setiap permasalahan jaman, baik
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan yang semakin pesat menuntut sumber daya manusia yang berkualitas untuk menghadapi setiap permasalahan jaman, baik permasalahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berkualitas. Hal tersebut dapat terlihat dari Undang-Undang Sistem Pendidikan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan sangat berperan dalam membangun sumber daya manusia yang berkualitas. Hal tersebut dapat terlihat dari Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas)
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. 1. Kondisi Empiris Perkuliahan Strategi Pembelajaran Selama ini
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI A. SIMPULAN Berdasarkan temuan dan analisis data yang diperoleh dari kegiatan studi pendahuluan, uji coba model, dan uji validasi model, serta pembahasan penelitian,
Lebih terperinciTINJAUAN MATA KULIAH...
Daftar Isi TINJAUAN MATA KULIAH... i MODUL 1: HAKIKAT PENDIDIKAN DI SEKOLAH DASAR 1.1 Definisi Pendidikan... 1.2 Latihan... 1.8 Rangkuman... 1.8 Tes Formatif 1..... 1.9 Tujuan Pendidikan di SD... 1.11
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Inkuiri dalam Pembelajaran IPA. menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan.
7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Inkuiri dalam Pembelajaran IPA Model Pembelajaran inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan negara. Pendididkan memiliki peranan yang sangat penting pada
BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi pembangunan negara. Pendididkan memiliki peranan yang sangat penting pada era sekarang ini.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN A. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran adalah kegiatan inti institusi pendidikan dan sangat berpengaruh pada mutu pendidikan secara keseluruhan. Berbagai metode telah dikembangkan untuk meningkatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan aspek penting dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Peningkatan dan perbaikan mutu pendidikan tidak dapat terlepas dari berbagai upaya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Proses belajar mengajar adalah suatu proses dimana peserta didik memperoleh perubahan tingkah laku sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam berinteraksi
Lebih terperinciUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG
Ciri-Ciri Kurikulum 2013 Disususn Guna Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah Inovasi Pembelajaran Dosen Pengampu : Dr.Purwati, M.S.,Kons Disusun Oleh Kelompok 17 : Dodo Prastyoko (12.0305.0170) Joni Pranata
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu wahana untuk mengembangkan semua
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu wahana untuk mengembangkan semua potensi yang dimiliki siswa, termasuk kemampuan bernalar, kreativitas, kebiasaan bekerja keras,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sekolah, dalam kaitannya dengan pendidikan sebaiknya dijadikan tempat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sekolah, dalam kaitannya dengan pendidikan sebaiknya dijadikan tempat untuk mencari, mengembangkan dan juga membekali siswa dengan berbagai kompetensi yang
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang. Kemampuan matematika merupakan kemampuan dalam bidang akademik yang
BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Kemampuan matematika merupakan kemampuan dalam bidang akademik yang sangat penting, tidak hanya di sekolah melainkan juga dalam penerapannya di kehidupan sehari-hari.
Lebih terperinciIMPLIKASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING
IMPLIKASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PELAJARAN BIOLOGI KELAS VII-A SMP NEGERI 1 GESI TAHUN AJARAN 2007/2008 SKRIPSI OLEH : NANIK SISWIDYAWATI X4304016 FAKULTAS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan keterampilan manusia. Kita dapat mengembangkan kemampuan pribadi, daya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan dapat diartikan sebagai sarana untuk meningkatkan kecerdasan dan keterampilan manusia. Kita dapat mengembangkan kemampuan pribadi, daya pikir dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diterapkan adalah konstruktivisme. Menurut paham konstruktivisme,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hakikat pembelajaran yang sekarang ini diharapkan banyak diterapkan adalah konstruktivisme. Menurut paham konstruktivisme, pengetahuan dibangun oleh peserta didik
Lebih terperinciEFEKTIVITAS PENDEKATAN METAKOGNITIF TERHADAP KEMANDIRIAN BELAJAR DAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS SISWA
EFEKTIVITAS PENDEKATAN METAKOGNITIF TERHADAP KEMANDIRIAN BELAJAR DAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS SISWA M. Subali Noto 1), Tonah 2), Hernati 3) 1) Program Studi Pendidikan Matematika FKIP UNSWAGATI Taman
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam rangka mewujudkan cita-cita bangsa yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa maka, peningkatan mutu pendidikan menjadi prioritas utama pebangunan nasional.
Lebih terperinciTabel 4.Komponen dalam Attitude and Dispositions
Tabel 4.Komponen dalam Attitude and Dispositions Desain pembelajaran yang akan dikembangkan mengacu pada konsep-konsep mengenai pemikiran kritis dan kreatif. Harapannya, peserta didik dapat mengembangkan
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil analisis perbedaan nilai pretest dan posttest
BAB V PEMBAHASAN 1. Keterampilan Proses Sains Siswa Dengan menggunakan Model Pembelajaran Generatif. Berdasarkan hasil analisis perbedaan nilai pretest dan posttest keterampilan proses sains (KPS) siswa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menyebutkan bahwa: kecerdasan peserta didik semata, tetapi juga untuk mengembangkan semua
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam kemajuan bangsa Indonesia. Dengan demikian bangsa Indonesia dapat menciptakan sumber daya manusia
Lebih terperinciII. KERANGKA TEORETIS. kebiasaan yang rutin dilakukan. Oleh karena itu diperlukan adanya sesuatu
6 II. KERANGKA TEORETIS A. Tinjauan Pustaka 1. Motivasi belajar Melakukan perbuatan belajar secara relatif tidak semudah melakukan kebiasaan yang rutin dilakukan. Oleh karena itu diperlukan adanya sesuatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Teknologi Informasi berkembang sangat pesat seiring penemuan dan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Teknologi Informasi berkembang sangat pesat seiring penemuan dan pengembangan ilmu pengetahuan dalam bidang informasi dan komunikasi sehingga mampu menciptakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dewasa ini diarahkan untuk peningkatan kualitas belajar,
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan dewasa ini diarahkan untuk peningkatan kualitas belajar, mengingat kemampuan memahami dari peserta didik di Indonesia hanya berada ditingkat kemampuan
Lebih terperinci