KEMAMPUAN PENARIKAN SIMPULAN DALAM BERLOGIKA PADA SISWA KELAS XI SEMESTER 2 SMA PERSADA BANDARLAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2009/2010 (Skripsi) Oleh

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KEMAMPUAN PENARIKAN SIMPULAN DALAM BERLOGIKA PADA SISWA KELAS XI SEMESTER 2 SMA PERSADA BANDARLAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2009/2010 (Skripsi) Oleh"

Transkripsi

1 KEMAMPUAN PENARIKAN SIMPULAN DALAM BERLOGIKA PADA SISWA KELAS XI SEMESTER 2 SMA PERSADA BANDARLAMPUNG TAHUN PELAJARAN 29/21 (Skripsi) Oleh Mardawati FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 29

2 1 ABSTRAK KEMAMPUAN PENARIKAN SIMPULAN DALAM BERLOGIKA PADA SISWA KELAS XI SEMESTER 2 SMA PERSADA BANDARLAMPUNG TAHUN PELAJARAN 29/21 Oleh Mardawati Masalah dalam penelitian ini adalah kemampuan penarikan simpulan siswa dalam berlogika pada siswa kelas XI semester 2 SMA Persada Bandarlampung tahun pelajaran 29/21. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kemampuan siswa dalam penarikan simpulan. Metode penelitian ini adalah metode deskriptif. Data yang diperoleh dalam penelitian ini didasarkan pada tes tertulis yaitu berupa tes objektif atau pilihan berganda. Populasi pada penelitian ini terdiri atas 242 siswa, sampel diambil berdasarkan pendapat Arikunto sebesar 15 % dari populasi yaitu menjadi 32 siswa yang dijadikan sampel. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa kemampuan penarikan simpulan dalam berlogika pada siswa kelas XI semester 2 SMA Persada Bandarlampung tahun pelajaran 29/21 tergolong cukup dengan rata-rata 69. Rata-rata yang diperoleh siswa tiap aspek adalah sebagai berikut.

3 Mardawati 2 (1) Penyimpulan Langsung Kemampuan aspek ekuivalensi tergolong kurang dengan nilai rata-rata 58; aspek pembalikan tergolong kurang dengan nilai rata-rata 49; dan aspek perlawanan tergolong baik dengan nilai rata-rata 79. (2) Penyimpulan Tidak Langsung Kemampuan aspek generalisasi tergolong baik dengan nilai rata-rata 79; aspek analogi tergolong kurang dengan nilai rata-rata 55; aspek sebab akibat tergolong cukup dengan nilai rata-rata 67; aspek akibat sebab tergolong baik sekali dengan nilai rata-rata 88; aspek silogisme kategorik tergolong kurang dengan nilai ratarata 51; aspek silogisme hipotetik tergolong cukup dengan nilai rata-rata 65; dan aspek silogisme alternatif tergolong baik sekali dengan nilai rata-rata 88.

4 3 KEMAMPUAN PENARIKAN SIMPULAN DALAM BERLOGIKA PADA SISWA KELAS XI SEMESTER 2 SMA PERSADA BANDARLAMPUNG TAHUN PELAJARAN 29/21 Oleh MARDAWATI Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan Pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah Jurusan Bahasa dan Seni FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 21

5 4 Judul Skripsi : KEMAMPUAN PENARIKAN SIMPULAN DALAM BERLOGIKA PADA SISWA KELAS XI SEMESTER 2 SMA PERSADA BANDARLAMPUNG TAHUN PELAJARAN 29/21 Nama Mahasiswa : MARDAWATI No. Pokok Mahasiswa: Jurusan : Bahasa dan Seni Program Studi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan Pembimbing I, MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing Pembimbing II, Dr. Siti Samhati, M.Pd. Eka Sofia A, S.Pd., M.Pd. NIP NIP Mengetahui Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni Drs. Imam Rejana, M.Si. NIP

6 5 MENGESAHKAN 1. Tim Penguji Ketua Sekretaris : Dr. Siti Samhati, M.Pd. : Eka Sofia Agustina, S.Pd., M.Pd. Penguji Bukan Pembimbing : Dr. Karomani, M.Si. 2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Prof. Dr. Sudjarwo, M.S. NIP Tanggal Lulus Ujian Skripsi : 18 Juni 21

7 6 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Kotabumi, Lampung Utara pada 24 Januari 1989, anak pertama dari lima bersaudara, puteri dari Bapak Raden Azhari dan Ibu Yusnida Sari. Pendidikan yang telah penulis tempuh adalah Taman Kanak-kanak AL- Hidayah Menggala diselesaikan pada tahun Sekolah Dasar Negeri 1 Menggala diselesaikan pada tahun 2. Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Menggala pada tahun 23. Sekolah Menengah Atas Negeri 5 Bandarlampung pada tahun 26. Tahun 26 penulis terdaftar sebagai mahasiswa pada Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung melalui Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru jalur (Non-SPMB). Penulis pernah mengikuti organisasi Badan Eksekutif Mahasiswa tingkat fakultas pada tahun 27 sebagai Anggota staf ahli bidang eksternal. Tahun 28 semester 5 penulis melaksanakan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) ke Yogyakarta, Malang, dan Bali. Tahun 29 semester pendek, penulis melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMP Negeri 16 Bandarlampung.

8 7 PERSEMBAHAN Dengan segala kerendahan hati, kupersembahkan karya kecilku ini kepada kedua orangtuaku Bapak Raden Azhari dan Ibu Yusnida Sari tercinta yang selalu menanti keberhasilanku dan telah mengasuh, membesarkan, mendidik, serta berdoa demi keberhasilanku; kakek dan nenekku tersayang yang selama ini menanti keberhasilanku; adik-adikku tercinta (Novia Even Dari, Joni Ibrahim, Ratna Sari, dan Reja Rajali) yang selalu memberikan semangat dan senyum indahnya untuk penulis; seseorang yang kelak dengan izin Allah akan mendampingi dan menjadi imam dalam hidupku; dan almamater tercinta yang telah mendewasakanku.

9 8 SANWACANA Penulis bersyukur kehadirat Allah subhanahuwataala atas rido Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini disusun sebagai satu syarat mencapai gelar sarjana pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Jurusan Bahasa dan Seni, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung. Dalam menyusun skripsi ini, penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak. Sehubungan dengan itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada pihakpihak berikut ini. 1. Dr. Siti Samhati, M.Pd., sebagai pembimbing I dan sebagai Dosen Pembimbing akademik, yang dengan penuh kesabaran telah banyak membantu, memberikan pengarahan dan saran-saran dari penyusunan proposal hingga skripsi ini selesai. 2. Eka Sofia Agustina, S.Pd., M.Pd., sebagai pembimbing II, yang telah banyak membantu, memberikan pengarahan dan saran-saran dari penyusunan proposal hingga skripsi ini selesai. 3. Dr. Karomani, M.Si., selaku penguji utama, yang telah memberi banyak masukan dan saran yang berguna bagi penulis demi kesempurnaan dalam penulisan skripsi ini.

10 9 4. Dr. Edy Suyanto, M.Pd., selaku ketua Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah membimbing penulis selama menempuh studi di Universitas Lampung. 5. Drs. Imam Rejana, M.Si., selaku ketua Jurusan Bahasa dan Seni, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung. 6. Prof. Dr. H. Sudjarwo, M.S., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung. 7. Bapak dan Ibu dosen FKIP Universitas Lampung, khususnya pada Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah yang telah banyak membagi ilmunya. 8. Mama dan Papa untuk semua doa, dukungan kesabaran, dan kasih sayang yang telah diberikan pada penulis. 9. Adik-adikku tercinta, Novia Even Dari, Joni Ibrahim, Ratna Sari, dan Reja Rajali, serta pakci Nur Kodri, S.Pd., terima kasih untuk semua dukungan, semangat, dan doanya untuk penulis. 1. Keluarga besarku yang menantikan kelulusanku dengan memberikan dorongan, semangat, dan doanya. 11. Bambang Setiawan Rangkuti (Abang) yang selama ini mendampingiku dengan segala perhatian dan menerima segala keluhanku dengan sabar, serta telah banyak membantu baik secara moril atau materil dalam penyusunan skripsi ini. 12. sahabat terbaikku Futikhah, Nina, Sista, Nova, Mitha, Rika, Ery, Ovin, Iyut, Yeny, dan Maya yang selalu memberikan solusi terbaik saat penulis kesulitan, memberikan nasehat demi kebaikan penulis, dan terima kasih atas kebersamaannya selama ini.

11 1 13. Teman-temanku tersayamg Agus, Budi, Cici, Dika, Efrina, Erna, Fera, Ica, Iin, Ika, Jawan, Lidia, Ian, Neli, Nurul, Ade, Pitri, Prima, Resti, Reza, Samsidar, Septi, Siti Mawaddah, Sri A, Uni, Sulis, Wiwit, dan Yulia, terima kasih atas kebersamaan kalian serta kogokilannya selama di kampus. serta seluruh rekanrekan angkatan 26 yang tidak bisa ditulis satu persatu. 14. Teman-teman angkatan 23, 24,25, dan 27 terima kasih atas dukungan dan motivasinya selama ini. 15. Drs. II Burmawi. JM, Kepala Sekolah SMA Persada Bandarlampung atas izin yang diberikan pada penulis untuk melakukan penelitian. 16. Dewi Wulan Dari, S.Pd., selaku guru bidang studi Bahasa Indonesia SMA Persada Bandarlampung yang telah membantu penulis dalam melaksanakan penelitian dan Drs. Estiko Subagio yang telam membimbing penulis saat PPL. 17. Teman-teman kosan Ceria, Mitha, Santi, Rosa, Dyan, Okty, Desi, dan Siti terima kasih atas semangat, keceriaan, kebersamaan, dan kegokilan kalian. 18. Teman-teman PPL di SMP Negeri 16 Bandarlampung, Heru, Ivan, Niky, Tora, Anggun, Sista, Eka, dan Meli. Sahabat-sahabatku Iin, Nanda, Mira, Heny, Lia, Rocie, Ellen, Desi, Hade, dan Hafiz terima kasih buat kenangan indah yang telah kalian berikan. serta Habib PC yang telah membantu dalam pengeditan skripsi ini. 19. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam proses penyelesaian skripsi ini tanpa terkecuali, yang tidak dapat ditulis satu persatu. Semoga ketulusan dan kebaikan bapak, ibu, serta rekan rekan mendapat pahala dari Allah subhanahuwataala (amin ya rabbal alamin). Penulis berharap skripsi

12 ini dapat bermanfaat untuk kemajuan pendidikan, khususnya Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah. 11 Bandarlampung, Juni 21 Mardawati

13 12 MOTTO Dan segala nikmat yang ada padamu (datangnya) dari Allah, kemudian apabila kamu ditimpa kesengsaraan, maka kepada-nya lah kamu meminta pertolongan (Q.S. An- Nahl: 53) Dan janganlah engkau berjalan di bumi ini dengan sombong, karena sesungguhnya engkau tidak akan dapat menembus bumi dan tidak akan mampu menjulang setinggi gunung (Q.S. Al- Isra : 37) Hati memiliki logika yang tidak mampu dipahami oleh akal pikiran. (Blaise Paascal) Sesungguhnya di dalam suatu masalah yang menimpa kita, telah ada solusi yang mengantarkan kita pada kesuksesan. (Mardawati)

14 13 DAFTAR ISI Halaman ABSTRAK HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN RIWAYAT HIDUP PERSEMBAHAN SANWACANA MOTTO DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GRAFIK DAFTAR LAMPIRAN I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Ruang Lingkup Penelitian... 5 II. KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Kemampuan Berlogika Pengertian Logika Penyimpulan dalam Logika Penyimpulan Langsung Penyimpulan Tidak Langsung a. Penalaran yang Bersifat Induktif b. Penalaran yang Bersifat Deduksi... 21

15 III. METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Populasi Sampel Teknik Pengumpulan Data Teknik Analisis Data IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Data Hasil Penelitian Data Kemampuan Penarikan Simpulan Dalam Berlogika Data Kemampuan Penarikan Simpulan Per Aspek Kemampuan Penyimpulan Langsung Kemampuan Penyimpulan Tidak Langsung Pembahasan Hasil Penelitian Kemampuan Penarikan Simpulan Dalam Berlogika Kemampuan Penyimpulan Langsung Kemampuan Penyimpulan Tidak Langsung Perbandingan Tingkat Kemampuan Penarikan Simpulan Peraspek V. SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

16 15 DAFTAR TABEL Tabel Halaman 3.1 Penghitungan Sampel dari Jumlah Siswa Kelas XI Semester 2 SMA Persada Bandar Lampung Tahun Pelajaran 29/ Indikator dan Kisi-kisi soal Kemampuan Penarikan Simpulan dalam Berlogika Tolok ukur penilaian kemampuan berlogika Tingkat Kemampuan Penarikan Simpulan Dalam Berlogika Pada Siswa Kelas XI Semester 2 SMA Persada Bandarlampung Tahun Pelajaran 29/ Tingkat Kemampuan Penyimpulan Langsung Untuk Aspek Ekuivalensi Pada Siswa Kelas XI Semester 2 SMA Persada Bandarlampung Tahun Pelajaran 29/ Tingkat Kemampuan Penyimpulan Langsung Untuk Aspek Pembalikan Pada Siswa Kelas XI Semester 2 SMA Persada Bandarlampung Tahun Pelajaran 29/ Kemampuan Penyimpulan Langsung Untuk Aspek Perlawanan Pada Siswa Kelas XI Semester 2 SMA Persada Bandarlampung Tahun Pelajaran 29/ Kemampuan Penyimpulan Tidak Langsung Untuk Aspek Generalisasi Pada Siswa Kelas XI Semester 2 SMA Persada Bandarlampung Tahun Pelajaran 29/ Kemampuan Penyimpulan Tidak Langsung Untuk Aspek Analogi Pada Siswa Kelas XI Semester 2 SMA Persada Bandarlampung Tahun Pelajaran 29/ Kemampuan Penyimpulan Tidak Langsung Untuk Aspek Sebab Akibat Pada Siswa Kelas XI Semester 2 SMA Persada Bandarlampung Tahun Pelajaran 29/

17 4.8 Kemampuan Penyimpulan Tidak Langsung Untuk Aspek Akibat Sebab Pada Siswa Kelas XI Semester 2 SMA Persada Bandarlampung Tahun Pelajaran 29/ Kemampuan Penyimpulan Tidak Langsung Untuk Aspek Silogisme Kategorik Pada Siswa Kelas XI Semester 2 SMA Persada Bandarlampung Tahun Pelajaran 29/ Kemampuan Penyimpulan Tidak Langsung Untuk Aspek Silogisme Hipotetik Pada Siswa Kelas XI Semester 2 SMA Persada Bandarlampung Tahun Pelajaran 29/ Kemampuan Penyimpulan Tidak Langsung Untuk Aspek Silogisme Alternatif Pada Siswa Kelas XI Semester 2 SMA Persada Bandarlampung Tahun Pelajaran 29/ Rata-rata Kemampuan Penarikan Simpulan Peraspek Siswa Kelas XI SMA Persada Bandarlampung Tahun Pelajaran 29/ Distribusi Kemampuan Penarikan Simpulan Dalam Berlogika Pada Siswa Kelas XI Semester 2 SMA Persada Bandarlampung Tahun Pelajaran 29/ Distribusi Kemampuan Penyimpulan Langsung Untuk Aspek Ekuivalensi Pada Siswa Kelas XI Semester 2 SMA Persada Bandarlampung Tahun Pelajaran 29/ Distribusi Kemampuan Penyimpulan Langsung Untuk Aspek Pembalikan Pada Siswa Kelas XI Semester 2 SMA Persada Bandarlampung Tahun Pelajaran 29/ Distribusi Kemampuan Penyimpulan Langsung Untuk Aspek Perlawanan Pada Siswa Kelas XI Semester 2 SMA Persada Bandarlampung Tahun Pelajaran 29/ Distribusi Kemampuan Penyimpulan Tidak Langsung Untuk Aspek Generalisasi Pada Siswa Kelas XI Semester 2 SMA Persada Bandarlampung Tahun Pelajaran 29/ Distribusi Kemampuan Penyimpulan Tidak Langsung Untuk Aspek Analogi Pada Siswa Kelas XI Semester 2 SMA Persada Bandarlampung Tahun Pelajaran 29/ Distribusi Kemampuan Penyimpulan Tidak Langsung Untuk Aspek Sebab Akibat Pada Siswa Kelas XI Semester 2 SMA Persada Bandarlampung Tahun Pelajaran 29/ Distribusi Kemampuan Penyimpulan Tidak Langsung Untuk Aspek Akibat Sebab Pada Siswa Kelas XI Semester 2 SMA Persada 16

18 Bandarlampung Tahun Pelajaran 29/ Distribusi Kemampuan Penyimpulan Tidak Langsung Untuk Aspek Silogisme Kategorik Pada Siswa Kelas XI Semester 2 SMA Persada Bandarlampung Tahun Pelajaran 29/ Distribusi Kemampuan Penyimpulan Tidak Langsung Untuk Aspek Silogisme Hipotetik Akibat Pada Siswa Kelas XI Semester 2 SMA Persada Bandarlampung Tahun Pelajaran 29/ Distribusi Kemampuan Penyimpulan Tidak Langsung Untuk Aspek Silogisme Alternatif Pada Siswa Kelas XI Semester 2 SMA Persada Bandarlampung Tahun Pelajaran 29/ Rata-rata Kemampuan Penarikan Simpulan Peraspek Siswa Kelas XI SMA Persada Bandarlampung Tahun Pelajaran 29/

19 18 DAFTAR GRAFIK 4.1 Persentase Kemampuan Penarikan Simpulan Dalam Berlogika Pada Siswa Kelas XI Semester 2 SMA Persada Bandarlampung Tahun Pelajaran 29/ Persentase Kemampuan Penyimpulan Langsung Untuk Aspek Ekuivalensi Pada Siswa Kelas XI Semester 2 SMA Persada Bandarlampung Tahun Pelajaran 29/ Persentase Kemampuan Penyimpulan Langsung Untuk Aspek Pembalikan Pada Siswa Kelas XI Semester 2 SMA Persada Bandarlampung Tahun Pelajaran 29/ Persentase Kemampuan Penyimpulan Langsung Untuk Aspek Perlawanan Pada Siswa Kelas XI Semester 2 SMA Persada Bandarlampung Tahun Pelajaran 29/ Rata-rata Kemampuan Penarikan Simpulan dalam Aspek Penyimpulan Langsung Siswa Kelas XI SMA Persada Bandarlampung Tahun Pelajaran 29/ Persentase Kemampuan Penyimpulan Tidak Langsung Untuk Aspek Generalisasi Pada Siswa Kelas XI Semester 2 SMA Persada Bandarlampung Tahun Pelajaran 29/ Persentase Kemampuan Penyimpulan Tidak Langsung Untuk Aspek Analogi Pada Siswa Kelas XI Semester 2 SMA Persada Bandarlampung Tahun Pelajaran 29/ Persentase Kemampuan Penyimpulan Tidak Langsung Untuk Aspek Sebab Akibat Pada Siswa Kelas XI Semester 2 SMA Persada Bandarlampung Tahun Pelajaran 29/ Persentase Kemampuan Penyimpulan Tidak Langsung Untuk Aspek Akibat Sebab Pada Siswa Kelas XI Semester 2 SMA Persada Bandarlampung Tahun Pelajaran 29/ Persentase Kemampuan Penyimpulan Tidak Langsung Untuk Aspek

20 Silogisme Kategorik Pada Siswa Kelas XI Semester 2 SMA Persada Bandarlampung Tahun Pelajaran 29/ Persentase Kemampuan Penyimpulan Tidak Langsung Untuk Aspek Silogisme Hipotetik Akibat Pada Siswa Kelas XI Semester 2 SMA Persada Bandarlampung Tahun Pelajaran 29/ Persentase Kemampuan Penyimpulan Tidak Langsung Aspek Untuk Silogisme Alternatif Pada Siswa Kelas XI Semester 2 SMA Persada Bandarlampung Tahun Pelajaran 29/ Rata-rata Kemampuan Penarikan Simpulan dalam Aspek Penyimpulan Tidak Langsung Pada Siswa Kelas XI SMA Persada Bandarlampung Tahun Pelajaran 29/ Frekuensi Perbandingan Kemampuan Penarikan Simpulan Peraspek Pada Siswa Kelas XI Semester 2 SMA Persada Bandarlampung Tahun Pelajaran 29/ Perbandingan Nilai Rata-rata Tiap Indikator Pada Kemampuan Penarikan Simpulan Tiap Aspek Pada Siswa Kelas XI Semester 2 SMA Persada Bandarlampung Tahun Pelajaran 29/

21 2 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk yang berakal. Dengan adanya akal manusia akan dapat berpikir. Proses berpikir biasanya bertolak dari pengamatan indera atau observasi empirik. Proses itu dalam pikiran menghasilkan sejumlah pengertian dan sekaligus keputusan atau simpulan. Kegiatan berpikir itu sendiri sangat diperlukan untuk mengembangkan keterampilan berbahasa tersebut. Kegiatan berpikir yang logis harus diikuti bahasa yang logis pula, agar informasi yang disampaikan penutur dapat tersampaikan secara logis pula. Salah satu fungsi mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia adalah sebagai sarana pengembangan penalaran (Depdikbud, 1995: 1). Selain itu, dikatakan pula bahwa salah satu tujuan pengajaran Bahasa Indonesia adalah agar siswa dapat mengungkapkan suatu hal secara jelas dan logis serta sistematis sesuai dengan konteks dan situasi di berbagai bentuk dan ragam bahasa (Depdikbud, 1995: 2). Oleh sebab itu, seorang guru atau pengajar harus mampu mengembangkan kemampuan berlogika peserta didik melalui proses belajar mengajar. Untuk melatih kegiatan berlogika siswa yaitu dengan menerapkan keterampilan berbahasa, yang meliputi keterampilan mendengar, berbicara, membaca, dan menulis. Keempat keterampilan berbahasa tersebut merupakan satu kesatuan dalam keterampilan berbahasa dan dapat digunakan oleh pengajar atau guru dalam

22 21 mengarahkan serta mempertajam kepekaan penalaran siswa. Siswa tidak hanya diharapkan mampu menerima dan memahami informasi yang disampaikan secara lisan maupun tulisan tetapi siswa juga harus mampu mengungkapkan kembali informasi yang didapat tersebut baik secara lisan maupun tulisan. Seorang siswa harus mampu menarik simpulan dari informasi yang disampaikan, karena simpulan merupakan pengetahuan baru yang diperoleh berdasarkan premis-premis (Poespoprodjo dan Gilarso, 26: 122). Hal tersebut dapat diuji melalui penyimpulan dalam logika. Terdapat dua jenis penyimpulan yaitu, (1) penyimpulan langsung, dan (2) penyimpulan tidak langsung (Poespoprodjo dan Gilarso, 26: 124). Kedua jenis penyimpulan itu masih terdapat aspek-aspek, yaitu ekuivalensi, pembalikan, perlawanan, generalisasi, analogi, sebab akibat, akibat sebab, silogisme kategorik, silogisme hipotetik, dan silogisme alternatif. Belajar logika adalah belajar metode dan prinsip menilai penalaran/argumen, baik penalaran dari diri sendiri maupun orang lain (Karomani, 29: 17). Oleh karena itu, dengan belajar berlogika diharapkan agar dapat berpikir secara kritis, tidak mudah mengambil keputusan untuk terburu-buru menerima pendapat orang lain. Apabila kita telah mempelajari logika, maka kita dapat menimbang kelogisan suatu pendapat sebelum kita terima ke dalam pikiran kita. Dengan penelitian ini, penulis mengharapkan agar siswa dapat lebih berpikir kritis dalam menerima pendapat dari orang lain. Selain itu aspek dalam berlogika ini adalah mengenai penyimpulan. Berdasarkan penelitian ini diharapkan pula agar siswa dapat menarik simpulan dengan baik.

23 22 Berdasarkan uraian di atas, penulis beranggapan bahwa tingkat kemampuan penalaran atau logika siswa sangat menunjang proses belajar Bahasa dan Sastra Indonesia yang dikaitkan dengan fungsi dan tujuan pelajaran Bahasa Indonesia, yaitu sebagai salah satu sarana pengembangan penalaran. Dalam kehidupan sehari-hari kita sebagai manusia tidak akan pernah terlepas dari kegiatan berpikir. Apapun kegiatan yang kita lakukan didasarkan atas pemikiran dan apa yang telah kita lakukan dalam berpikir kita dapat menarik sebuah simpulan. Karena, siswa juga dalam kehidupan sehari-hari tidak terlepas dari kegiatan berpikir maka, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai kemampuan berlogika pada siswa SMA yaitu siswa SMA Persada Bandarlampung yang dijadikan untuk tempat penelitian. Penulis memilih subjek penelitiannya pada siswa kelas XI, karena penelitian ini didasarkan pada silabus KTSP dengan standar kompetensi membaca yaitu memahami ragam wacana tulis dengan membaca intensif dan membaca nyaring. Sedangkan dalam kompetensi dasarnya adalah menemukan paragraf induktif dan deduktif melalui kegiatan membaca (Silabus SMA, 29: 21). Penelitian tentang kemampuan berlogika pernah dilakukan oleh Ahmad Risdi dengan judul penelitian Hubungan Kemampuan Mengarang Argumentasi dengan Kemampuan Berlogika Siswa Kelas II SMA Negeri 3 Kotabumi Tahun Pelajaran 1997/1998. Pada penelitian Ahmad Risdi kemampuan berlogika siswa tegolong baik. Selain itu pernah juga dilakukan oleh Nurlaila Sari dengan judul Kemampuan Belogika Siswa Kelas II Semester 2 SMA Negeri 4 Bandarlampung Tahun Pelajaran 22/23. Perbedaan penelitian yang penulis lakukan dengan

24 23 penelitian terdahulu adalah, jika Ahmad Risdi terdapat hubungan antara kemampuan mengarang argumentasi dengan berlogika, dan yang dilakukan oleh Nurlaila Sri adalah hanya meneliti kemampuan berlogika saja. Untuk itu penulis melakukan penelitian ini kembali mengenai berlogika. Namun, penulis lebih memfokuskan dalam aspek penarikan simpulan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan siswa SMA Persada Bandarlampung dalam berlogika. Penulis merumuskan judul penelitian yaitu Kemampuan penarikan simpulan dalam berlogika siswa kelas XI semester 2 SMA Persada Bandarlampung tahun Pelajaran 29/ Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas penulis merumuskan masalah sebagai berikut Bagaimanakah kemampuan penarikan simpulan dalam berlogika berdasarkan aspek penyimpulan langsung dan tidak langsung siswa kelas XI semester 2 SMA Persada Bandarlampung tahun pelajaran 29/ Tujuan Penelitian Penelitian yang dilakukan oleh penulis ini bertujuan untuk mendeskripsikan kemampuan siswa dalam penarikan simpulan untuk aspek penyimpulan langsung dan tidak langsung pada kelas XI semester 2 SMA Persada Bandarlampung tahun pelajaran 29/21.

25 Manfaat Penelitian Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah. 1. Manfaat Teoretis Manfaat teoretis untuk memperkaya kajian teori mengenai penyimpulan langsung dan tidak langsung dalam berlogika. 2. Manfaat Praktis - Guru: untuk bahan informasi bagi guru Bahasa Indonesia tentang kemampuan siswa dalam penarikan simpulan khususnya guru di SMA Persada Bandarlampung. - Siswa: sebagai bahan informasi bagi siswa tentang kemampuan penarikan simpulan khususnya siswa SMA Persada Bandarlampung. - Serta dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca agar mengetahui mengenai belogika terutama dalam aspek penyimpulan. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Dengan berdasarkan judul penelitian dan rumusan masalah, maka ruang lingkup penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Subjek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI semester 2 SMA Persada Bandarlampung tahun pelajaran 29/ Objek penelitian ini adalah penarikan simpulan dalam berlogika pada aspek penyimpulan langsung dan tidak langsung. 3. Tempat penelitian di SMA Persada Bandarlampung. 4. Waktu penelitian tahun pelajaran 29/21.

26 25 II. KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Kemampuan Berlogika Kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan, kekuatan, kita berusaha dengan diri sendiri (KBBI, 1991: 623). Selain itu, kemampuan juga merupakan kesanggupan untuk menggunakan unsur-unsur bahasa untuk menyampaikan maksud atau pesan dalam keadaan yang sesuai (Nababan, 1986: 39). Pengertian kemampuan yang lain adalah kesiapan mental intelektual yang berwujud kematangan sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang digunakan untuk menentukan kebutuhan belajar (Wijaya, 1986: 8). Dari ketiga pendapat yang dikemukakan di atas penulis merujuk pada pendapat Wijaya, yaitu kemampuan merupakan kesiapan mental intelektual yang berwujud kematangan sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang digunakan untuk menentukan kebutuhan belajar. 2.2 Pengertian Logika Kita sebagai manusia sering sekali menggunakan logika untuk berpikir dalam segala hal. Namun, untuk berpikir dengan menggunakan logika yang tepat dan benar ternyata tidak mudah. Kita dituntut untuk memiliki kesanggupan atau kecermatan untuk melihat hubungan-hubungan, kesalahan-kesalahan yang terselubung; dan segala yang tidak relevan, terhadap prasangka-prasangka,

27 26 terhadap perasaan-perasaan pribadi, sentimen golongan dan sebagainya, yang kesemuanya sering kali mengaburkan jalan pikiran kita sebagai manusia (Karomani, 29: 14). Logika secara etimologis berasal dari bahasa Yunani dari kata logike yang berhubungan dengan kata logos yang berarti ucapan, atau pikiran yang diucapkan secara lengkap (Karomani, 29: 14). Gie dkk (198) menjelaskan logika adalah bidang pengetahuan yang merupakan bagian dari filsafat yang mempelajari segenap asas, aturan dan tata cara mengenai penalaran yang benar. (Mundiri, 25: 2 ) menjelaskan logika berasal dari bahasa Arab yaitu Mantiq yang diambil dari kata kerja nataqa yang berarti berkata atau berucap. Pendapat lain dikemukakan oleh Irving M. Copi (dalam Mundiri, 25: 2) logika adalah ilmu yang mempelajari metode dan hukum-hukum yang digunakan untuk membedakan penalaran yang betul dari penalaran yang salah. Logika adalah suatu cabang ilmu yang berusaha menurunkan kesimpulankesimpulan melalui kaidah-kaidah formal yang absah (Keraf, 1989: 1). Logika adalah proses berpikir yang sistematis dan terikat pada kaidah tertentu (Parera, 1991: 8). Logika adalah ilmu pengetahuan dan kecakapan untuk berpikir lurus dan tepat (Lanur, 1993: 7). Poespoprodjo dan Gilarso (26: 13) menjelaskan logika adalah ilmu kecakapan bernalar dan berpikir dengan tepat. Sedangkan logika dalam (KBBI, 199: 53) adalah pengetahuan tentang berpikir atau jalan pikran yang masuk akal. Penulis menyimpulkan logika merupakan salah satu cabang ilmu bahasa yang menjelaskan tentang berpikir dan untuk menarik sebuah simpulan.

28 Penyimpulan dalam Logika Poespoprodjo dan Gilarso (26: 122) menjelaskan penyimpulan adalah proses mengambil suatu kesimpulan dari premis-premis tertentu. (KBBI, 199: 842) kesimpulan atau penyimpulan adalah keputusan yang diperoleh berdasarkan metode berpikir induktif atau deduktif. Poespoprodjo dan Gilarso (26: 121) menyebutkan bahwa salah satu logika dalam ilmu menalar adalah penyimpulan atau penarikan kesimpulan dari kata-kata yang dirangkaikan menjadi kalimat-kalimat atau putusan-putusan yang dirangkaikan menjadi sebuah pemikiran. Penarikan simpulan tersebut terdapat dua macam yaitu penyimpulan langsung dan penyimpulan tidak langsung Penyimpulan Langsung Poespoprodjo dan Gilarso (26: 124) menjelaskan penyimpulan langsung adalah premis dapat terdiri atas satu, dua atau lebih putusan, dengan menggunakan putusan tertentu dapat menyimpulkan putusan baru dengan memakai subjek dan predikat yang sama. Subjek adalah suatu hal yang diberi keterangan, sedangkan predikat yaitu sesuatu yang menerangkan tentang subjek. Penyimpulan langsung terdiri atas. a. Ekuivalensi Ekuivalensi adalah suatu putusan yang mengatakan suatu hal yang persis sama. Putusan-putusan baru tersebut tidak menyatakan sesuatu yang baru, hanya perumusannya yang berlainan dengan menggunakan subjek dan predikat yang sama (Poespoprodjo dan Gilarso, 26: 125).

29 28 Contoh: Tak ada orang Lampung yang berkulit hitam. Ekuivalensinya: Tak ada orang yang berkulit hitam bersuku Lampung. b. Pembalikan Suatu putusan yang memperoleh putusan yang baru dengan jalan mengganti subjek dan predikat, sehingga yang dulunya menjadi subjek akan menjadi predikat dan sebaliknya yang predikat menjadi subjek dengan tidak mengurangi isi kebenarannya disebut pembalikan (Poespoprodjo dan Gilarso, 26: 125). Contoh: Pegawai negeri itu bukan pegawai swasta. Pembalikan: Pegawai swasta itu bukan pegawai negeri. c. Perlawanan/ Oposisi Soekadijo (dalam Karomani, 29: 73 74) mengemukakan daftar kemungkinan dalam penalaran sebagai berikut. Premis A A A E E E I I I O O O Konklusi E I O A I O A A O A E I

30 Karomani (29: 74 77) mengemukakan empat jenis perlawanan yaitu sebagai berikut. - Perlawanan kontradiktoris Dua buah proposisi disebut berlawanan secara kontradiktoris, apabila kedua proposisi itu saling menyangkal satu sama lain. Proposisi ini tidak mungkin benar semua atau salah semua. Bila salah satu proposisi memiliki nilai benar, maka proposisi lain pasti salah, demikian sebaliknya. Perlawanan kontradiktif dapat terjadi apabila terdapat dua buah proposisi yang mengacu kepada kelompokkelompok yang sama, tetapi berbeda baik dalam kualitas maupun kuantitasnya. Perlawanan kontradiktoris terdapat dalam pasangan A O dan E I. Contoh: Semua pria adalah pembual. Sebagian pria adalah bukan pembual. Bila proposisi semua pria adalah pembual benar, maka proposisi sebagian pria adalah bukan pembual pasti salah. Demikian juga sebaliknya Perlawanan kontraris Dua buah proposisi disebut perlawanan kontraris apabila keduanya tidak mungkin benar semua, tetapi mungkin salah semua atau salah satu benar dan lainnya salah. Perlawanan kontraris dapat terjadi apabila dua proposisi yang mengacu kepada kelompok-kelompok yang sama dan memiliki kuantitas universal, tetapi berbeda dalam kualitas. Perlawanan kontraris terdapat pada pasangan proposisi A E. Contoh: Semua pria adalah pembual. Sebagian pria adalah bukan pembual.

31 3 Bila proposisi semua pria adalah pembual benar, maka proposisi sebagian pria adalah bukan pembual pasti salah. Tetapi jika proposisi semua pria adalah pembual salah, maka proposisi sebagian pria adalah bukan pembual bisa salah juga bisa benar. - Perlawanan subkontraris Dua buah proposisi disebut perlawanan subkontraris apabila keduanya tidak mungkin salah semua, tetapi mungkin benar semua, atau salah satu benar dan sisanya salah. Perlawanan subkontraris dapat terjadi apabila terdapat dua buah proposisi yang mengacu kepada kelompok-kelompok yang sama dan memiliki kualitas partikular tetapi berbeda dalam kualitas. Perlawanan subkontraris terdapat pada pasangan proposisi I O. Contoh: Semua pria adalah pembual. Sebagian pria adalah bukan pembual. Bila proposisi semua pria adalah pembual salah, maka proposisi sebagian pria adalah bukan pembual pasti benar. Karena, jika proposisi sebagian pria adalah pembual salah, maka, sebagian konsekuensinya setidak-tidaknya ada satu pria yang bukan pembual. Tetapi lain halnya bila proposisi sebagian pria adalah bukan pembual benar, maka belum dapat kita katakan nilainya apakah sebagian pria pembual bisa benar bisa juga salah. - Perlawanan subalternasi Dua buah proposisi disebut berlawanan subalternan apabila keduanya mengacu pada kelompok-kelompok yang sama, dan memiliki kualitas yang sama (baik afirmatif maupun negatif), tetapi berbeda dalam kuantitas. Jadi dua proposisi yang

32 berlawanan secara subalternan selalu berdiri atas proposisi universal dan proposisi partikular, sedangkan kualitas masing-masing proposisi selalu sama. Dalam perlawanan subalternan, bila proposisi universal benar, maka proposisi partikular pasti benar, dan kalau proposisi partikular salah, maka proposisi universal salah dan sebaliknya. Perlawanan subalternan terdapat dalam pasangan proposisi A I dan E O. Contoh: Semua pria adalah pembual. Sebagian pria adalah bukan pembual. Bila proposisi semua pria adalah pembual benar, maka proposisi sebagian pria adalah bukan pembual juga benar. Dan jika proposisi sebagian pria adalah pembual salah, maka proposisi semua pria adalah bukan pembual juga salah. Akan tetapi, proposisi semua pria adalah pembual belum dapat ditentukan nilainya, atau mungkin juga salah. Demikian juga halnya bila proposisi semua pria adalah pembual salah, maka proposisi sebagian pria adalah pembual juga tidak dapat ditentukan nilainya. 31 Dari keempat jenis perlawanan yang telah diuraikan di atas, kita dapati sebuah bujur sangkar perlawanan. Garis horizontal menunjukkan perlawanan kualitas dan garis vertikal menunjukkan perlawanan kuantitas.

33 32 Proposisi A Semua pria adalah Pembual Proposisi E Semua pria adalah bukan pembual Kontraris Subalternan kontradiktoris Subalternan Sub Kontraris Proposisi I Sebagian pria adalah Pembual Proposisi O Sebagian pria adalah bukan pembual Dengan menggunakan cara perlawanan seperti yang telah dijelaskan di atas, maka kita dapat menentukan kesahihan pasangan premis konklusi seperti yang telah kita kemukakan tersebut. Susunan kemungkinan yang dapat terjadi adalah sebagai berikut. Premis Konklusi A benar E salah I benar O salah A salah E benar/salah I benar/salah O benar E benar A salah I salah O benar E salah A benar/salah I benar O benar/salah I benar A benar/salah E salah O benar/salah I salah A salah E benar O benar O benar A salah E benar/salah I benar/salah O salah A salah E salah I benar Penyimpulan Tidak Langsung Dalam penyimpulan tidak langsung terdapat dua bentuk utama penalaran tidak langsung yaitu induksi dan deduksi (Poespoprodjo dan Gilarso, 26: 145).

34 33 a. Penalaran yang Bersifat Induktif Induktif adalah suatu proses berpikir yang bertolak dari satu atau sejumlah fenomena individual untuk menuju suatu kesimpualan (Karomani, 29: 17). Proses pemikiran yang di dalamnya akal kita dari pengetahuan tentang peristiwaperistiwa atau hal-hal yang kongkret dan khusus menyimpulkan pengetahuan yang umum disebut induksi (Poespoprodjo dan Gilarso, 26: 22). Induksi adalah proses menarik kesimpulan berupa prinsip atau sikap yang berlaku umum berdasarkan fakta-fakta yang bersifat khusus (Akhadiah, 1994: 41). Induktif merupakan suatu cara berpikir untuk menarik suatu kesimpulan yang bersifat umum dari berbagai kasus yang bersifat individual. Dari beberapa pendapat di atas, penulis mengacu pada pendapat Karomani, karena definisi yang dikemukakan cukup jelas dan mudah dipahami. Karomani mengemukakan bahwa, proses penalaran induktif banyak sekali jenisnya, yaitu dapat berupa generalisasi, analogi induktif, dan hubungan sebab-akibat. 1. Generalisasi Generalisasi adalah suatu proses penalaran yang bertolak dari sejumlah fenomena individual untuk menurunkan suatu kesimpulan yang bersifat umum yang mencakup semua fenomena itu (Keraf, 1983). Menurut (Mundiri, 25: 145) Generalisasi yaitu suatu proses penalaran yang bertolak dari sejumlah fenomena individu menuju kesimpulan umum yang mengikat seluruh fenomena sejenis dengan fenomena individual yang diselidiki. Dalam logika induktif tidak ada konklusi yang memunyai nilai kebenaran yang pasti. Namun, hanyalah probabilitas rendah atau tinggi. Dalam generalisasi

35 34 induktif adalah semakin besar jumlah fakta yang dijadikan dasar penalaran induktif, maka semakin tinggi probabilitas konklusinya, dan sebaliknya semakin sedikit jumlah fakta yang dijadikan dasar penalaran induktif, maka semakin rendah probabilitas konklusinya (Karomani, 29: 11). Contoh: Tamara Bleszynski adalah bintang iklan, dan ia berparas cantik. Nia Ramadhani adalah bintang iklan, dan ia berparas cantik. Tamara Bleszynski dan Nia Ramadhani adalah bintang iklan. Jadi, semua bintang iklan berparas cantik. Tembaga bila dipanaskan akan memuai. Besi bila dipanaskan akan memuai. Platina bila dipanaskan akan memuai. Tembaga, besi, dan platina adalah jenis logam. Jadi, semua jenis logam akan memuai. 2. Analogi Pikiran itu berangkat dari suatu kejadian khusus ke sesuatu kejadian khusus lainnya yang semacam dan menyimpulkan bahwa yang benar pada yang satu juga akan benar pada yang lain (Poespoprodjo dan Gilarso, 1999: 242). Dengan kata lain analogi adalah suatu proses penalaran yang bertolak dari dua peristiwa khusus yang mirip satu sama lain, kemudian menyimpulkan bahwa apa yang berlaku untuk suatu hal akan berlaku pula untuk hal yang lain (Keraf, 1983). Analogi merupakan proses penalaran dari satu fenomena menuju fenomena lain, kemudian disimpulkan bahwa apa yang terjadi pada yang fenomena pertama akan terjadi pada fenomena yang lain (Mundiri. 25: 157). Analogi pada dasarnya membandingkan dua hal, dan mengambil kesamaan dari dua hal tersebut (Karomani,29: 112).

36 35 Contoh: Sheila berwajah putih karena memakai bedak padat. Keysia juga ikut memakai bedak padat agar berwajah putih. Dari contoh di atas Keysia menggunakan penalaran analogi induktif. Karena, ia menarik simpulan jika memakai bedak padat maka wajahnya akan putih seperti Sheila. 3. Hubungan Sebab Akibat Penalaran jenis ini dimulai dari suatu peristiwa sehingga sampai pada suatu kesimpulan bahwa peristiwa itu adalah suatu keadaan atau peristiwa tersebut akibat suatu keadaaan (Poespoprodjo dan Gilarso, 1999: 245). Contoh: Kemarau tahun ini cukup panjang. Sebelumnya, pohon-pohon di hutan yang berfungsi sebagai penyerap air banyak yang ditebang. Selain itu, irigasi di desa Sidomulyo tidak lancar. Ditambah lagi dengan harga pupuk yang semakin mahal serta kurangnya pengetahuan para petani dalam menggarap lahan tanahnya. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika panen di desa ini selalu gagal. 3. Hubungan Akibat Sebab Hubungan sebab akibat merupakan pemikiran yang berawal dari suatu akibat yang diketahui ke sebab yang mungkin menghasilkan akibat tersebut. Hubungan akibat sebab ini merupakan pembalikan dari hubungan sebab akibat. Contoh: Ayah akan pergi ke rumah pak Tono. Ia pergi dengan mengendarai motor. Di tengah perjalanan motor yang dikendarai Ayah mogok. Lalu Ayah mencari penyebab motornya mogok, dan ternyata bensin motor Ayah habis.

37 36 b. Penalaran yang Bersifat Deduksi Penalaran yang bersifat deduksi pada suatu pernyataan yang bersifat umum dan satu pernyataan khusus. Pernyataan umum disebut premis mayor sedangkan pernyataan khusus disebut premis minor (Danil Parera, 1991: 132). Deduksi adalah suatu cara berpikir dari pernyataan yang bersifat umum ditarik kesimpulan yang bersifat khusus. Cara berpikir deduksi terbagi atas silogisme kategorik, silogisme hipotetik, silogisme alternatif, dan entimem. Silogisme adalah suatu proses penalaran yang berusaha menghubungkan dua proposisi yang berlainan untuk menurunkan suatu kesimpulan yang merupakan proposisi ketiga (Keraf, 1989: 58). Sebelum menyusun silogisme kita terlebih dahulu mengetahui hukum-hukum dalam silogisme. Dengan menggunakan hukum silogisme susunannya tepat atau tidak, sahih atau tidak sahih dapat kita ketahui (Karomani, 29: 89). Hukum silogisme itu sebagian mengenai unsur term dan sebagian lagi mengenai unsur proposisi dalam silogisme. Berikut dikemukakan Soekadijo, 1988 (dalam Karomani, 29: 89). Adapun hukum silogisme mengenai term. Silogisme memunyai tiga term, yakni S, M, dan P. Hukum silogisme yang pertama sebagai berikut. - Jumlah term dalam silogisme tidak boleh lebih dari tiga. S-M-P. Hukum ini rumusan operasional dari prinsip persamaan. Dalam silogisme term tengah adalah pembanding yang digunakan untuk mengetahui apakah subjek S sama dengan predikat P atau tidak. Hasil dari pembandingan itu adalah S = P atau S P. Inilah konklusi silogisme.

38 37 - Term tengah (M) tidak boleh terdapat dalam konklusi. Hukum silogisme ini dapat pula dijelaskan dengan cara memperhatikan fungsi term tengah. Term tengah pada dasarnya berfungsi mengadakan perbandingan dengan term-term lainnya dalam kedua premis. Oleh karena itu term tengah hanya diperlukan dalam premis-premis saja, dan bukan dalam konklusi. - Term tengah (M) setidak-tidaknya satu kali harus berdistribusi. Silogisme itu suatu bentuk penalaran dan seperti semua penalaran, menyimpulkan suatu konklusi dari premisnya, yang berarti bahwa premis itu sudah terkandung dalam premisnya. Tidak mungkin konklusi mengadakan sesuatu yang secara implisit belum terdapat di dalam premis. Kesatuan berpikir seperti ini akan terjadi apabila term S atau P di dalam konklusi lebih luas daripada term S atau P dalam premis. - Term S dan P dalam konklusi tidak boleh lebih luas daripada dalam premis. Kesesatan yang melanggar hukum ini banyak terjadi dan dinamakan dalam bahasa latin dengan latius hos. Hukum silogisme mengenai proposisi. Hukum pertama mengenai proposisi dalam silogisme adalah rumus opersional dari prinsip persamaan. Prinsip ini terdiri dari tiga anggota, berupa tiga proposisi, dua proposisi afirmatif sebagai premis yaitu S = M dan M = P, dan yang ketiga sebagai konklusinya, yaitu S = P, yang juga sebuah proposisi afirmatif. Hukum silogisme itu adalah. - Apabila proposisi-proposisi dalam premis afirmatif, maka konklusinya harus afirmatif. Menurut prinsip perbedaan tidak mungkin proposisi-proposisi dalam premis itu semuanya negatif, salah satu pasti harus afirmatif; S = M dan M P atau sebaliknya. Kalau kedua proposisi dalam premis itu negatif, tidak ada term yang berfungsi sebagai term tengah, tidak ada term yang menghubungkan term S

39 38 dan term P. Kalau S M dan M P maka term M tidak berfungsi term tengah, artinya tidak menghubungkan term S dengan P. - Proposisi di dalam premis tidak boleh kedua-keduanya negatif. Menurut perbedaan pula, kecuali proposisi dalam premis itu harus yang satu afirmatif dan yang lainnya negatif, maka konklusinya pasti nagatif. Proposisi afirmatif itu dipandang proposisi kuat, sedangkan proposisi negatif itu proposisi lemah. - Konklusi mengikuti proposisi yang lemah dalam premis, akan tetapi hukum di atas juga harus diartikan bahwa kalau di dalam premis ada proposisi partikular, maka konklusinya pun harus partikular. Sebab penilaian kuat atau lemah itu juga mengenai kuantitas proposisi. Dalam hal ini, proposisi universal adalah proposisi kuat, sedangkan proposisi partikular adalah lemah. Bahwa konklusinya harus mengikuti proposisi partikular yang terdapat di dalam premis adalah jelas. Jika tidak demikian akan terjadi kesesatan Latius Hos, term S di dalam konklusi akan lebih luas daripada di dalam premis. - Proposisi dalam premis tidak boleh kedua-duanya partikular, setidak-tidaknya salah satu harus universal. Hukum ini sebenarnya hanya merupakan pelaksanaan hukum ketiga atau keempat di atas mengenai term. Pelanggaran terhadap hukum tiga atau empat, tergantung bentuk silogismenya. Dua proposisi yang partikular dalam premis itu kedua-duanya proposisi afirmatif atau salah satu diantaranya adalah proposisi negatif. Kalau disusun sebagai premis, ada tiga kemungkinan sebagai berikut. Bentuk I Bentuk II Bentuk III Mayor : Beberapa M = P Beberapa M = P Beberapa M P Minor : Beberapa S = M Beberapa S M Beberapa S = M

40 39 Bentuk I melanggar hukum tiga mengenai term, karena term M dua kali tidak terdistribusi. Bentuk II akan menghasilkan konklusi S P, di mana P akan berdistribusi, sedangkan di dalamnya mayor term P tidak berdistribusi. Jadi, melanggar hukum 4 mengenai term. Bentuk III sekali lagi term M dua kali tidak berdistribusi. 1. Silogisme Kategorik Silogisme adalah suatu bentuk formal deduksi yang terdiri dari proposisiproposisi kategori. Konklusi dalam silogisme ditarik dari proposisi I dengan bantuan proposisi II. Tanpa adanya proposisi II tidak dapat ditarik sebuah konklusi. Jadi, kedua proposisi itu merupakan dasar bagi penarikan sebuah konklusi Ihromi, 1987; Gie, dkk, 198 (dalam Karomani, 29: 8). Silogisme kategorik merupakan struktur suatu deduksi berupa suatu proses logis yang terdiri dari tiga bagian yang masing-masing bagiannya berupa pernyataan kategoris atau pernyataan tanpa syarat (Poespoprodjo dan Gilarso, 26: 152 ). Contoh 1 Proposisi I : Semua sarjana adalah tamatan S1. Proposisi II : Daniel adalah sarjana. Konklusi : Daniel tamatan S1. Contoh 2 Proposisi I : Semua tanaman membutuhkan air. Proposisi II : Akasia adalah tanaman. Konklusi : Akasia membutuhkan air. 2. Silogisme Hipotetik Menurut Parera, 1987 (dalam Karomani, 29: 97) silogisme hipotetis atau silogisme pengandaian adalah semacam pola penalaran deduktif yang

41 4 mengandung hipotesis. Silogisme ini bertolak dari suatu pendirian, bahwa ada kemungkinan apa yang disebut dalam proposisi itu tidak ada atau tidak terjadi. Premis mayornya mengandung pernyataan yang bersifat hipotesis, dan premis minornya mengandung pernyataan apakah kondisi pertama terjadi atau tidak. Rumus proposisi mayor dari silogisme ini adalah jika P maka Q. Jenis-jenis silogisme hipotetik sebagai berikut. 1. Silogisme hipotetik yang premis minornya mengakui bagian anteseden, seperti: Premis Mayor Premis Minor Kesimpulan : Jika hujan, saya naik becak. : Sekarang hujan. : Jadi, saya naik becak. 2. Silogisme hipotetik yang premis minornya mengakui bagian konsekuennya, seperti: Premis Mayor Premis Minor Kesimpulan : Bila hujan, bumi akan basah. : Sekarang bumi telah basah. : Jadi, hujan telah turun. 3. Silogisme hipotetik yang premis minornya mengingkari anteseden, seperti: Premis Mayor :Jika politik pemerintah dilaksanakan dengan paksa, maka kegelisahan akan timbul. Premis Minor Kesimpulan : Politik pemerintahan tidak dilaksanakan dengan paksa, : Jadi, kegelisahan tidak akan timbul. 4. Silogisme hipotetik yang premis minornya mengingkari bagian konsekuennya, seperti:

42 41 Premis Mayor : Bila mahasiswa turun ke jalanan, pihak penguasa akan gelisah. Premis Minor Kesimpulan : Pihak penguasa tidak gelisah. : Jadi, mahasiswa tidak turun ke jalanan. Bila anteseden kita lambangkan dengan A dan konsekuen dengan B maka, hukum silogisme hipotetik adalah sebagai berikut. 1) Bila A terlaksana maka B juga terlaksana. 2) Bila A tidak terlaksana maka B tidak terlaksana. (tidak sah = salah) 3) Bila B terlaksana, maka A terlaksana. (tidak sah = salah) 4) Bila B tidak terlaksana maka A tidak terlaksana. ( 3. Silogisme Alternatif Silogisme alternatif merupakan silogisme yang proposisi mayornya mengandung kemungkinan atau pilihan. Proposisi minornya menerima atau menolak salah satu alternatif itu. Konklusinya bergantung pada premis minor. Jika premis minor menolak satu alternatif, maka alternatif lain diterima (Ihromi, 1987; Parera, 1987 dalam Karomani, 29: 99). Silogisme alternatif adalah silogisme yang premis mayornya keputusan alternatif sedangkan premis minornya kategorik yang mengakui atau mengingkari salah satu alternatif yang disebut oleh premis mayor. Rumus Silogisme Alternatif Premis Mayor : A atau B Premis Minor : Bukan A atau bukan B Kesimpulan : Jadi B (atau) A

43 42 Contoh 1 Premis Mayor Premis Minor Kesimpulan : Andi mencintai saya atau membenci saya. : Andi tidak mencintai saya : Maka, Andi membenci saya. Contoh 2 Premis Mayor Premis Minor Kesimpulan : Hasan di rumah atau di pasar. : Hasan tidak di rumah. : Jadi, Hasan di pasar Hukum-hukum silogisme alternatif dapat dijelaskan sebagai berikut. Bila premis minor mengakui salah satu alternatif, maka konklusinya sah (benar). Contoh: Budi menjadi guru atau pelaut. Budi adalah guru. Maka Budi bukan pelaut. Bila premis minor mengingkari salah satu alternatif, maka konklusinya tidak sah (salah). contoh: Penjahat itu lari ke Solo atau ke Yogya. Ternyata tidak lari ke Yogya. Maka dia lari ke Solo. Konklusi ini salah karena bisa jadi dia lari ke kota lain.

44 43 III. METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang diarahkan untuk memberikan gejala-gejala, fakta-fakta atau kejadian-kejadian secara sistematis dan akurat mengenai sifatsifat populasi atau daerah tertentu (Riyanto, 21: 23). Selain itu, pengertian deskriptif merupakan suatu penelitian yang bermaksud mengadakan pemeriksaan dan pengukuran-pengukuran terhadap gejala tertentu (Fathoni, 26: 97). Dari beberapa pengertian deskriptif tersebut, penulis dapat menyimpulakan bahwa metode deskriptif adalah penelitian yang diarahkan untuk mengadakan pengukuran terhadap gejala-gejala tertentu dengan berdasarkan prosedur penelitian untuk menghasilkan data deskriptif. Dari pengertian di atas penulis mendeskripsikan kemampuan penarikan simpulan dalam berlogika pada siswa kelas XI semester 2 SMA Persada Bandarlampung tahun pelajaran 29/ Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI semester 2 SMA Persada Bandarlampung tahun pelajaran 29/21 yang berjumlah 242 dan tersebar ke dalam enam kelas. Kelas XI-1 berjumlah 41 siswa, XI-2 berjumlah 4 siswa, XI-3 berjumlah 4 siswa, XI-4 berjumlah 4 siswa, XI-5 berjumlah 41 siswa, dan XI-6 berjumlah 4 siswa.

45 Sampel Pengambilan sampel dalam penelitian ini tidak dilakukan secara ketat menurut statistika, karena populasi kurang dari 5 orang (Rakhmat, 1987: 79). Pengambilan sampel dalam penelitian ini didasarkan pada pendapat Arikunto (1998: 12) yang menyatakan bahwa apabila populasi lebih dari 1 maka sampel diambil anatara 1%-15% atau 2%-25%. Dalam hal ini penulis menentukan sampel sebanyak 15% dari jumlah populasi yaitu 242 x 15% = 31,65 dibulatkan menjadi 32 sampel. Dalam pengambilan sampel peneliti menggunakan teknik sampel acak atau random, hal ini dimaksudkan bahwa setiap populasi memunyai hak yang sama untuk dijadikan sampel. Berikut ini tabel penghitungan sampel dari jumlah siswa. Tabel 3.1 Penghitungan Sampel dari Jumlah Siswa Kelas XI Semester 2 SMA Persada Bandarlampung Tahun Pelajaran 29/21 No Kelas Jumlah Siswa 15% dari Jumlah Sampel yang ditetapkan 1 XI ,8 5 2 XI 2 4 5,1 5 3 XI 3 4 5,7 6 4 XI 4 4 5,4 5 5 XI , XI 6 4 5,1 5 Jumlah ,65 32 Pengambilan sampel untuk masing-masing kelas dilakukan secara acak dengan teknik undian. Langkah-langkahnya sebagai berikut. 1. Membuat daftar nama subjek penelitian yang menjadi populasi penelitian dan memberi kode nomor urut masing-masing subjek penelitian. 2. Memberi nomor urut yang ditulis pada kertas kecil dan digulung rapi.

II. KAJIAN PUSTAKA. untuk menggunakan unsur-unsur bahasa untuk menyampaikan maksud atau pesan

II. KAJIAN PUSTAKA. untuk menggunakan unsur-unsur bahasa untuk menyampaikan maksud atau pesan 25 II. KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Kemampuan Berlogika Kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan, kekuatan, kita berusaha dengan diri sendiri (KBBI, 1991: 623). Selain itu, kemampuan juga merupakan kesanggupan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk yang berakal. Dengan adanya akal manusia akan

I. PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk yang berakal. Dengan adanya akal manusia akan 20 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk yang berakal. Dengan adanya akal manusia akan dapat berpikir. Proses berpikir biasanya bertolak dari pengamatan indera atau observasi

Lebih terperinci

PENGGUNAAN BAHASA DALAM POSTER DI KOTA BANDAR LAMPUNG SERTA IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMP.

PENGGUNAAN BAHASA DALAM POSTER DI KOTA BANDAR LAMPUNG SERTA IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMP. PENGGUNAAN BAHASA DALAM POSTER DI KOTA BANDAR LAMPUNG SERTA IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMP (Skripsi) Oleh EVIA NURUL FAHMI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

CITRA PEREMPUAN DALAM NOVEL MA YAN KARYA SANIE B. KUNCORO DAN KELAYAKANNYA SEBAGAI BAHAN AJAR SASTRA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) (Skripsi)

CITRA PEREMPUAN DALAM NOVEL MA YAN KARYA SANIE B. KUNCORO DAN KELAYAKANNYA SEBAGAI BAHAN AJAR SASTRA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) (Skripsi) CITRA PEREMPUAN DALAM NOVEL MA YAN KARYA SANIE B. KUNCORO DAN KELAYAKANNYA SEBAGAI BAHAN AJAR SASTRA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) (Skripsi) Oleh ELLEN HANDAYANI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Lebih terperinci

ABSTRAK KARAKTERISTIK PETANI SAYURAN LAHAN SAWAH DI DESA WONOHARJO KECAMATAN SUMBEREJO KABUPATEN TANGGAMUS TAHUN Oleh.

ABSTRAK KARAKTERISTIK PETANI SAYURAN LAHAN SAWAH DI DESA WONOHARJO KECAMATAN SUMBEREJO KABUPATEN TANGGAMUS TAHUN Oleh. ABSTRAK KARAKTERISTIK PETANI SAYURAN LAHAN SAWAH DI DESA WONOHARJO KECAMATAN SUMBEREJO KABUPATEN TANGGAMUS TAHUN 2011 Oleh Dwi Ariningsih Permasalahan dalam penelitian ini adalah rendahnya pendapatan kepala

Lebih terperinci

(Skripsi) OLEH: RESNAWATI

(Skripsi) OLEH: RESNAWATI HUBUNGAN ANTARA MINAT DAN KELENGKAPAN SARANA BELAJAR DI RUMAH DENGAN PRESTASI BELAJAR GEOGRAFI SISWA KELAS XI IPS SMA NEGERI 1 PESISIR SELATAN KABUPATEN LAMPUNG BARAT TAHUN PEMBELAJARAN 2009/2010 (Skripsi)

Lebih terperinci

PENGARUH PENYULUHAN PERTANIAN TERHADAP SIKAP PETANI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI PERTANIAN. Oleh NOVA EKO SUSILO. Skripsi

PENGARUH PENYULUHAN PERTANIAN TERHADAP SIKAP PETANI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI PERTANIAN. Oleh NOVA EKO SUSILO. Skripsi PENGARUH PENYULUHAN PERTANIAN TERHADAP SIKAP PETANI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI PERTANIAN (Studi pada Petani di Desa Poncowarno Kecamatan Kalirejo Kabupaten Lampung Tengah) Oleh NOVA EKO SUSILO Skripsi Sebagai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Analisis. Analisis diuraikan secara singkat memiliki arti penyederhanaan data.

BAB II KAJIAN TEORI. A. Analisis. Analisis diuraikan secara singkat memiliki arti penyederhanaan data. 6 BAB II KAJIAN TEORI A. Analisis Analisis diuraikan secara singkat memiliki arti penyederhanaan data. Secara umum analisis terdiri dari tiga alur kegiatan yaitu: (1) reduksi data merupakan proses pemilihan

Lebih terperinci

MAKALAH FILSAFAT ILMU Silogisme dan Proposisi Kategoris. Disusun oleh : Nama : NPM :

MAKALAH FILSAFAT ILMU Silogisme dan Proposisi Kategoris. Disusun oleh : Nama : NPM : MAKALAH FILSAFAT ILMU Silogisme dan Proposisi Kategoris Disusun oleh : Nama : NPM : Program Studi Fakultas Universitas 2015/2016 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Manusia dalam kehidupan sehari-hari

Lebih terperinci

MAKALAH FILSAFAT ILMU. Penalaran Induktif dan Penalaran Deduktif. Patricia M D Mantiri Pend. Teknik Informatika. Tema: Disusun oleh:

MAKALAH FILSAFAT ILMU. Penalaran Induktif dan Penalaran Deduktif. Patricia M D Mantiri Pend. Teknik Informatika. Tema: Disusun oleh: MAKALAH FILSAFAT ILMU Tema: Penalaran Induktif dan Penalaran Deduktif Disusun oleh: Patricia M D Mantiri 10 312 633 Pend. Teknik Informatika I. Latar Belakang Masalah Sebelum membahas tentang penalaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Pengertian Logika. B. Tujuan Penulisan

BAB I PENDAHULUAN. A. Pengertian Logika. B. Tujuan Penulisan BAB I PENDAHULUAN A. Pengertian Logika Logika berasal dari kata Logos yaitu akal, jika didefinisikan Logika adalah sesuatu yang masuk akal dan fakta, atau Logika sebagai istilah berarti suatu metode atau

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI MELALUI PEMANFAATAN MEDIA GAMBAR PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 2 SUKARAME BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2011/2012

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI MELALUI PEMANFAATAN MEDIA GAMBAR PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 2 SUKARAME BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2011/2012 PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI MELALUI PEMANFAATAN MEDIA GAMBAR PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 2 SUKARAME BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2011/2012 (Penelitian Tindakan Kelas) DISAJIKAN UNTUK MENCAPAI

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kemampuan Penalaran Matematis. Menurut Majid (2014) penalaran adalah proses berpikir yang

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kemampuan Penalaran Matematis. Menurut Majid (2014) penalaran adalah proses berpikir yang BAB II KAJIAN TEORI A. Kemampuan Penalaran Matematis Menurut Majid (2014) penalaran adalah proses berpikir yang logis dan sistematis atas fakta-fakta yang empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh

Lebih terperinci

ABSTRAK ANALISIS PENGGUNAAN AWALAN DAN KATA DEPAN DALAM KARANGAN SISWA KELAS V SD NEGERI 2 GUNUNG TERANG BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

ABSTRAK ANALISIS PENGGUNAAN AWALAN DAN KATA DEPAN DALAM KARANGAN SISWA KELAS V SD NEGERI 2 GUNUNG TERANG BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013 ABSTRAK ANALISIS PENGGUNAAN AWALAN DAN KATA DEPAN DALAM KARANGAN SISWA KELAS V SD NEGERI 2 GUNUNG TERANG BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013 Oleh: SHARA MULYA PEMBUKA Permasalahan yang dibahas dalam

Lebih terperinci

(Skripsi) Oleh Dita F Karlinda

(Skripsi) Oleh Dita F Karlinda PERBANDINGAN KETERAMPILAN PROSES SAINS (KPS) DAN HASIL BELAJAR ANTARA PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN METODE EKSPERIMEN LABORATORIUM NYATA DAN MAYA TERHADAP KEMAMPUAN AWAL SISWA PADA MATERI LISTRIK DINAMIS (Skripsi)

Lebih terperinci

ABSTRAK. Oleh MUHAMMAD HALI. Rendahnya kemampuan menulis karangan narasi siswa SD Negeri 2 Batu Putu

ABSTRAK. Oleh MUHAMMAD HALI. Rendahnya kemampuan menulis karangan narasi siswa SD Negeri 2 Batu Putu ABSTRAK PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI MELALUI PEMANFAATAN MEDIA AUDIO VISUAL PADA SISWA KELAS V SDN 2 BATU PUTU BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2010/2011 Oleh MUHAMMAD HALI Rendahnya kemampuan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Oleh DIANA IRYANI. Rendahnya kemampuan menulis puisi siswa SDN 1 Tanjung Senang merupakan

ABSTRAK. Oleh DIANA IRYANI. Rendahnya kemampuan menulis puisi siswa SDN 1 Tanjung Senang merupakan ABSTRAK PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI MELALUI TEKNIK PENGAMATAN PADA SISWA KELAS V-B SDN 1 TANJUNG SENANG BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2011/2012 Oleh DIANA IRYANI Rendahnya kemampuan menulis puisi

Lebih terperinci

Hubungan kemampuan membaca skema dengan kemampuan menulis paragraf persuasive oleh Siswa Kelas XI SMA Swasta Katolik Budi Murni 2. Verawaty R.

Hubungan kemampuan membaca skema dengan kemampuan menulis paragraf persuasive oleh Siswa Kelas XI SMA Swasta Katolik Budi Murni 2. Verawaty R. Hubungan kemampuan membaca skema dengan kemampuan menulis paragraf persuasive oleh Siswa Kelas XI SMA Swasta Katolik Budi Murni 2 Simalingkar Medan Tahun Pembelajaran 2009/2010. Verawaty R. Sitorus ABSTRAK

Lebih terperinci

(Skripsi) Oleh EKA MISNAWATI

(Skripsi) Oleh EKA MISNAWATI HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BELAJAR DAN AKTIVITAS BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI DI SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 1 GADINGREJO TAHUN PEMBELAJARAN 2009/2010 (Skripsi) Oleh

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS SURAT PRIBADI MELALUI TEKNIK PELATIHAN SISWA KELAS VII. 3 SEMESTER GANJIL SMP NEGERI 1 GADINGREJO TAHUN PELAJARAN

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS SURAT PRIBADI MELALUI TEKNIK PELATIHAN SISWA KELAS VII. 3 SEMESTER GANJIL SMP NEGERI 1 GADINGREJO TAHUN PELAJARAN PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS SURAT PRIBADI MELALUI TEKNIK PELATIHAN SISWA KELAS VII. 3 SEMESTER GANJIL SMP NEGERI 1 GADINGREJO TAHUN PELAJARAN 2012/2013 Penelitian Tindakan Kelas Oleh Zaleha FAKULTAS

Lebih terperinci

ABSTRAK. Oleh MARLIA. Permasalahan dalam penelitian ini adalah kemampuan menulis berdasarkan

ABSTRAK. Oleh MARLIA. Permasalahan dalam penelitian ini adalah kemampuan menulis berdasarkan ABSTRAK PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN BERDASARKAN PENGALAMAN MELALUI PEMODELAN PADA SISWA KELAS VB SEMESTER GANJIL SDN 2 NATAR TAHUN PELAJARAN 2012-2013 Oleh MARLIA Permasalahan dalam penelitian

Lebih terperinci

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG PERBANDINGAN DAN HUBUNGAN MOTIVASI, AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR ANTARA MAHASISWA YANG DITERIMA MELALUI JALUR PKAB DAN SNMPTN PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI JURUSAN PENDIDIKAN IPS FKIP

Lebih terperinci

Catt: kedua kalimat pertama dapat dibuktikan kebenarannya. Kedua kalimat terakhir dapat ditolak karena fakta yang menentang kebenarannya.

Catt: kedua kalimat pertama dapat dibuktikan kebenarannya. Kedua kalimat terakhir dapat ditolak karena fakta yang menentang kebenarannya. Bahasa Indonesia 2 Proposisi ( reasoning ): suatu proses berfikir yang berusaha menghubungkan fakta/ evidensi yang diketahui menuju ke pada suatu kesimpulan. Proposisi dapat dibatasi sebagai pernyataan

Lebih terperinci

Verawaty R. Sitorus. Kata Kunci. Membaca Skema, Paragraf Persuasif, SMA Budi Murni

Verawaty R. Sitorus. Kata Kunci. Membaca Skema, Paragraf Persuasif, SMA Budi Murni Hubungan kemampuan membaca skema dengan kemampuan menulis paraggraf persuasive oleh Siswa Kelas XI SMA Swasta Katolik Budi Murni 2 Simalingkar Medan Tahun Pembelajaran 2009/2010. Verawaty R. Sitorus ABSTRAK

Lebih terperinci

SIL/PKP241/01 Revisi : 00 Hal. 1 dari 5 Gasal Judul praktek: - Jam: SILABUS. Menjelaskan epistemologi sebagai bagian dari cabangcabang

SIL/PKP241/01 Revisi : 00 Hal. 1 dari 5 Gasal Judul praktek: - Jam: SILABUS. Menjelaskan epistemologi sebagai bagian dari cabangcabang SIL/PKP241/01 Revisi : 00 Hal. 1 dari 5 SILABUS Nama Mata Kuliah : EPISTEMOLOGI & LOGIKA PENDIDIKAN Kode Mata Kuliah : IPF 203 SKS : 2 (Teori) Dosen : Priyoyuwono Program Studi : Semua Program Studi di

Lebih terperinci

KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF ARGUMENTASI POLA SEBAB-AKIBAT SISWA KELAS XI IPS SMAN 5 JEMBER

KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF ARGUMENTASI POLA SEBAB-AKIBAT SISWA KELAS XI IPS SMAN 5 JEMBER KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF ARGUMENTASI POLA SEBAB-AKIBAT SISWA KELAS XI IPS SMAN 5 JEMBER SKRIPSI Oleh Citra Dwi Ristrantri NIM 030210402136 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA JURUSAN

Lebih terperinci

(Skripsi) Oleh NOVI SAGITA

(Skripsi) Oleh NOVI SAGITA STUDI TENTANG PENYEBAB BANYAKNYA JUMLAH ANAK YANG DIMILIKI PUS SETIAP KELUARGA PRA SEJAHTERA KETURUNAN TRANSMIGRAN KOLONISASI DI DESA BAGELEN KECAMATAN GEDONG TATAAN KABUPATEN PESAWARAN TAHUN 2009 (Skripsi)

Lebih terperinci

PENELITIAN DAN METODE ILMIAH. BY: EKO BUDI SULISTIO

PENELITIAN DAN METODE ILMIAH. BY: EKO BUDI SULISTIO PENELITIAN DAN METODE ILMIAH BY: EKO BUDI SULISTIO Email: eko.budi@fisip.unila.ac.id PENELITIAN Bhs Inggris : Research re kembali ; search mencari. Secara bahasa berarti mencari kembali Penelitian dapat

Lebih terperinci

PERUBAHAN MAKNA KATA DALAM WACANA BERITA POLITIK DI SURAT KABAR JAWA POS EDISI FEBRUARI-MARET 2011 SKRIPSI. Oleh. Decca Ayu Wulan A NIM

PERUBAHAN MAKNA KATA DALAM WACANA BERITA POLITIK DI SURAT KABAR JAWA POS EDISI FEBRUARI-MARET 2011 SKRIPSI. Oleh. Decca Ayu Wulan A NIM PERUBAHAN MAKNA KATA DALAM WACANA BERITA POLITIK DI SURAT KABAR JAWA POS EDISI FEBRUARI-MARET 2011 SKRIPSI Oleh Decca Ayu Wulan A NIM 070210402108 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA JURUSAN

Lebih terperinci

KONDISI SOSIAL EKONOMI KELUARGA KETURUNAN TRANSMIGRASI UMUM KELURAHAN BANDAR JAYA BARAT KECAMATAN TERBANGGI BESAR KABUPATEN LAMPUNG TENGAH TAHUN 2010

KONDISI SOSIAL EKONOMI KELUARGA KETURUNAN TRANSMIGRASI UMUM KELURAHAN BANDAR JAYA BARAT KECAMATAN TERBANGGI BESAR KABUPATEN LAMPUNG TENGAH TAHUN 2010 KONDISI SOSIAL EKONOMI KELUARGA KETURUNAN TRANSMIGRASI UMUM KELURAHAN BANDAR JAYA BARAT KECAMATAN TERBANGGI BESAR KABUPATEN LAMPUNG TENGAH TAHUN 2010 Oleh IKA PUSPITA MITRA SANTI Skripsi Sebagai Salah

Lebih terperinci

Oleh TRIYAH NIM SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Oleh TRIYAH NIM SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan PENGARUH TEKNIK INKUIRI TERBIMBING PADA MATERI ARITMATIKA SOSIAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VII DI SMP NEGERI 1 SUKOREJO TAHUN PELAJARAN 2013/2014 SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas

Lebih terperinci

ABSTRAK. Oleh SUMARTI

ABSTRAK. Oleh SUMARTI ABSTRAK PENERAPAN PEMBELAJARAN TERPADU MODEL CONNECTED UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PADA MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL SISWA KELAS IVC SDN 11 METRO PUSAT Oleh SUMARTI Penelitian

Lebih terperinci

POLA BERFIKIR DALAM METODE ILMIAH SECARA SISTEMATIS DAN PRAGMATIS

POLA BERFIKIR DALAM METODE ILMIAH SECARA SISTEMATIS DAN PRAGMATIS POL BERFIKIR DLM METODE ILMIH SECR SISTEMTIS DN PRGMTIS ILLI SELDON MGFIROH KULIH X METODE ILMIH PROGRM STUDI GRIBISNIS, UNIVERSITS JEMBER 2017 1. da unsur logis di dalamnya Tiap bentuk berpikir mempunyai

Lebih terperinci

ABSTRAK PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS DESKRIPSI MELALUI PENDEKATAN INKUIRI PADA SISWA KELAS IVB SD NEGERI 1 RAJABASA TAHUN PELAJARAN 2011/2012.

ABSTRAK PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS DESKRIPSI MELALUI PENDEKATAN INKUIRI PADA SISWA KELAS IVB SD NEGERI 1 RAJABASA TAHUN PELAJARAN 2011/2012. ABSTRAK PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS DESKRIPSI MELALUI PENDEKATAN INKUIRI PADA SISWA KELAS IVB SD NEGERI 1 RAJABASA TAHUN PELAJARAN 2011/2012 Oleh HERMARIKA Rendahnya kemampuan menulis deskripsi siswa

Lebih terperinci

MATERI DASAR-DASAR LOGIKA PERTEMUAN 13

MATERI DASAR-DASAR LOGIKA PERTEMUAN 13 MATERI DASAR-DASAR LOGIKA PERTEMUAN 13 Pengertian Silogisme Silogisme kategorik (disebut juga silogisme saja) adalah suatu bentuk formal dari deduksi yang terdiri atas proposisi-proposisi kategorik. Deduksi

Lebih terperinci

PENALARAN DALAM BAHASA IKLAN DI SURAT KABAR HARIAN SKRIPSI

PENALARAN DALAM BAHASA IKLAN DI SURAT KABAR HARIAN SKRIPSI PENALARAN DALAM BAHASA IKLAN DI SURAT KABAR HARIAN SKRIPSI diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (S1)

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP) STIA MANDALA INDONESIA

SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP) STIA MANDALA INDONESIA FR-JUR-01A-16 STIA MANDALA INDONESIA JURUSAN ADMINISTRASI NIAGA, NEGARA, FISKAL PROGRAM SARJANA SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP) STIA MANDALA INDONESIA Nama Mata Kuliah : DASAR-DASAR LOGIKA Deskripsi Mata

Lebih terperinci

YESI MARINCE, S.IP., M.SI

YESI MARINCE, S.IP., M.SI YESI MARINCE, S.IP., M.SI Asas-Asas Pemikiran Aturan pokok logika disebut Asas berpikir. Asas pemikiran adalah pengetahuan dimana pengetahuan lain muncul dan dimengerti. Asas ini bagi keseluruhan berpikir

Lebih terperinci

BERPIKIR (PENALARAN) DEDUKTIF

BERPIKIR (PENALARAN) DEDUKTIF UNIVERSITAS GUNADARMA NAMA : SRI SETIAWATY NPM : 18211261 KELAS : 3EA27 BERPIKIR (PENALARAN) DEDUKTIF A. DEFINISI BERPIKIR (PENALARAN) Berpikir (Penalaran) adalah sebuah pemikiran untuk dapat menghasilkan

Lebih terperinci

PILIHAN BAHASA IKLAN DI STASIUN TELEVISI SWASTA SKRIPSI. Oleh. Iffah Rahmawati

PILIHAN BAHASA IKLAN DI STASIUN TELEVISI SWASTA SKRIPSI. Oleh. Iffah Rahmawati PILIHAN BAHASA IKLAN DI STASIUN TELEVISI SWASTA SKRIPSI Oleh Iffah Rahmawati 070210402087 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk bertindak sesuai dengan pikirannya.

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk bertindak sesuai dengan pikirannya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya manusia hidup tidak lepas dari kegiatan berpikir. Berpikir adalah suatu kegiatan mental yang melibatkan kerja otak, dan juga melibatkan seluruh

Lebih terperinci

INNASA TRI WIDHIASIH A.

INNASA TRI WIDHIASIH A. PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS ARGUMENTASI DENGAN METODE INVESTIGASI KELOMPOK PADA SISWA KELAS VIII C SMP NEGERI 4 GEYER KECAMATAN GEYER KABUPATEN GROBOGAN SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

SKRIPSI. Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga. Oleh Andi Susanto NIM

SKRIPSI. Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga. Oleh Andi Susanto NIM HUBUNGAN PENGGUNAAN JAM BELAJAR DI LUAR SEKOLAH DAN PENDAMPINGAN BELAJAR ORANGTUA SISWA DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS V SD DI GUGUS ANGGREK KECAMATAN SURUH KABUPATEN SEMARANG TAHUN AJARAN 2011/ 2012

Lebih terperinci

KARTU KONSULTASI MAHASISWA

KARTU KONSULTASI MAHASISWA KARTU KONSULTASI MAHASISWA Nama : Yunestia Forentina NPM : 0513041051 Jurusan Program Studi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah Pembimbing Utama : Dr. Edy Suyanto No 1. Hari dan Tanggal

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE ACROSTIC UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGONVERSI TEKS ANEKDOT KE DALAM TEKS PUISI SISWA KELAS X IPS 2 SMA NEGERI 2 JEMBER SKRIPSI

PENERAPAN METODE ACROSTIC UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGONVERSI TEKS ANEKDOT KE DALAM TEKS PUISI SISWA KELAS X IPS 2 SMA NEGERI 2 JEMBER SKRIPSI PENERAPAN METODE ACROSTIC UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGONVERSI TEKS ANEKDOT KE DALAM TEKS PUISI SISWA KELAS X IPS 2 SMA NEGERI 2 JEMBER SKRIPSI Oleh Siti Lailatus Saadah NIM 100210402110 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

TEKNIK PENGEMBANGAN PARAGRAF EKSPOSISI PADA ARTIKEL KESEHATAN DI INTISARI DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI MATERI PEMBELAJARAN MENULIS KELAS X SMA SKRIPSI

TEKNIK PENGEMBANGAN PARAGRAF EKSPOSISI PADA ARTIKEL KESEHATAN DI INTISARI DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI MATERI PEMBELAJARAN MENULIS KELAS X SMA SKRIPSI TEKNIK PENGEMBANGAN PARAGRAF EKSPOSISI PADA ARTIKEL KESEHATAN DI INTISARI DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI MATERI PEMBELAJARAN MENULIS KELAS X SMA SKRIPSI Oleh Weny Esti Wigati 090210402007 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

HASAN ABDUL CHOLIL A

HASAN ABDUL CHOLIL A PENINGKATAN KEMAMPUAN PENALARAN DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI STRATEGI PROBLEM SOLVING (PTK Pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP N 2 Sawit Boyolali Tahun Ajaran 2012/2013) S K R I P S I Untuk

Lebih terperinci

KETIDAKEFEKTIFAN KALIMAT DALAM RUBRIK LAPORAN UTAMA MAJALAH KAMPUS PRIMA FISIP UNIVERSITAS JEMBER SKRIPSI. Oleh. Megawati NIM

KETIDAKEFEKTIFAN KALIMAT DALAM RUBRIK LAPORAN UTAMA MAJALAH KAMPUS PRIMA FISIP UNIVERSITAS JEMBER SKRIPSI. Oleh. Megawati NIM KETIDAKEFEKTIFAN KALIMAT DALAM RUBRIK LAPORAN UTAMA MAJALAH KAMPUS PRIMA FISIP UNIVERSITAS JEMBER SKRIPSI Oleh Megawati NIM 0802104020253 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEAKTIFAN BERBICARA SISWA PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA MELALUI METODE SMART BRAIN KELAS V SDN

PENINGKATAN KEAKTIFAN BERBICARA SISWA PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA MELALUI METODE SMART BRAIN KELAS V SDN PENINGKATAN KEAKTIFAN BERBICARA SISWA PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA MELALUI METODE SMART BRAIN KELAS V SDN GEDONG 01 KARANGANYAR Tahun 2012/2013 SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Guna Mencapai

Lebih terperinci

(Skripsi) Oleh: ROHMAN

(Skripsi) Oleh: ROHMAN PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN PENINGKATAN KEMAMPUAN BERFIKIR (SPPKB) DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS VII F SEMESTER GENAP DI SMP NEGERI 3 GADINGREJO TP 2011-2012 (Skripsi) Oleh: ROHMAN

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian yang Relevan Sejauh pengetahuan peneliti kajian tentang Bentuk Penalaran dalam Skripsi Mahasiswa Jurusan Ilmu Hukum Kemasyarakatan Universitas Negeri Gorontalo belum pernah

Lebih terperinci

ANALISIS KESALAHAN SINTAKSIS PADA KARANGAN NARASI EKSPOSITORIS SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 BANGUNTAPAN, BANTUL, YOGYAKARTA SKRIPSI

ANALISIS KESALAHAN SINTAKSIS PADA KARANGAN NARASI EKSPOSITORIS SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 BANGUNTAPAN, BANTUL, YOGYAKARTA SKRIPSI ANALISIS KESALAHAN SINTAKSIS PADA KARANGAN NARASI EKSPOSITORIS SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 BANGUNTAPAN, BANTUL, YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Yogyakarta

Lebih terperinci

HUBUNGAN INTERAKSI SOSIAL DALAM KELOMPOK TEMAN SEBAYA DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VIII SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 5 DUMAI

HUBUNGAN INTERAKSI SOSIAL DALAM KELOMPOK TEMAN SEBAYA DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VIII SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 5 DUMAI HUBUNGAN INTERAKSI SOSIAL DALAM KELOMPOK TEMAN SEBAYA DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VIII SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 5 DUMAI Oleh NANDA JUNIARTI NIM. 10913005020 FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

Lebih terperinci

ABSTRAK OLEH MUHAMMAD CHANDRA

ABSTRAK OLEH MUHAMMAD CHANDRA ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KEBUGARAN JASMANI(PHYSICAL FITNESS) DAN KESEHATAN MENTAL (MENTAL HYGIENE) DENGAN PRESTASI BELAJAR PENJAS SISWA KELAS X.8 SMA NEGERI 1 WAY JEPARA OLEH MUHAMMAD CHANDRA Penelitianinibertujuanuntukmengetahuihubunganantaratingkatkebugaranjasmanid

Lebih terperinci

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA PADA MADING SISWA SMP DI KECAMATAN KARTASURA SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan. Guna mencapai derajat

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA PADA MADING SISWA SMP DI KECAMATAN KARTASURA SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan. Guna mencapai derajat ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA PADA MADING SISWA SMP DI KECAMATAN KARTASURA SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan

Lebih terperinci

PENERAPAN PEMBELAJARAN QUANTUM TEACHING

PENERAPAN PEMBELAJARAN QUANTUM TEACHING PENERAPAN PEMBELAJARAN QUANTUM TEACHING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR POKOK BAHASAN PERSAMAAN LINIER SATU VARIABEL PADA SISWA KELAS VII D SEMESTER GANJIL SMP NEGERI 9 JEMBER TAHUN AJARAN 2010/2011 SKRIPSI

Lebih terperinci

TINDAK ILOKUSI PADA IKLAN RADIO PROSALINA JEMBER DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI MATERI PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA SMA

TINDAK ILOKUSI PADA IKLAN RADIO PROSALINA JEMBER DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI MATERI PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA SMA TINDAK ILOKUSI PADA IKLAN RADIO PROSALINA JEMBER DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI MATERI PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA SMA SKRIPSI Diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DAN NILAI TANGGUNG JAWAB TERHADAP PRESTASI BELAJAR IPA SISWA KELAS IV SD NEGERI JIPANG BANYUMAS

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DAN NILAI TANGGUNG JAWAB TERHADAP PRESTASI BELAJAR IPA SISWA KELAS IV SD NEGERI JIPANG BANYUMAS i PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DAN NILAI TANGGUNG JAWAB TERHADAP PRESTASI BELAJAR IPA SISWA KELAS IV SD NEGERI JIPANG BANYUMAS SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh

Lebih terperinci

PENALARAN. Nurul Bahiyah, M.Kom.

PENALARAN. Nurul Bahiyah, M.Kom. PENALARAN Nurul Bahiyah, M.Kom. 1 PENALARAN Penalaran adalah suatu proses berpikir manusia untuk menghubung-hubungkan data atau fakta yang ada sehingga sampai pada suatu simpulan. Fakta atau data yang

Lebih terperinci

PENGARUH GAYA BELAJAR TERHADAP PENGUASAAN MATERI POKOK SISTEM GERAK PADA MANUSIA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING

PENGARUH GAYA BELAJAR TERHADAP PENGUASAAN MATERI POKOK SISTEM GERAK PADA MANUSIA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING i PENGARUH GAYA BELAJAR TERHADAP PENGUASAAN MATERI POKOK SISTEM GERAK PADA MANUSIA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING (Quasi Eksperimen pada Siswa Kelas XI di SMA Negeri 13 Bandar Lampung Semester

Lebih terperinci

SILVIA ESTRI MURWANTI A

SILVIA ESTRI MURWANTI A PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA LUAS DAN KELILING PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG MELALUI STRATEGI TWO STAY TWO STRAY (PTK Pembelajaran Matematika Kelas VII Semester Genap

Lebih terperinci

STRATEGI PERSUASIF PADA WACANA IKLAN POLITIK DI KABUPATEN JEMBER SKRIPSI. Oleh Arif Bahtiar NIM

STRATEGI PERSUASIF PADA WACANA IKLAN POLITIK DI KABUPATEN JEMBER SKRIPSI. Oleh Arif Bahtiar NIM 1 STRATEGI PERSUASIF PADA WACANA IKLAN POLITIK DI KABUPATEN JEMBER SKRIPSI Oleh Arif Bahtiar NIM 060210402091 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRAA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS

Lebih terperinci

ANALISIS MAKNA KONTEKSTUAL PADA NOVEL BUMI CINTA KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY DAN PEMBELAJARAN DI SEKOLAH MENENGAH ATAS SKRIPSI

ANALISIS MAKNA KONTEKSTUAL PADA NOVEL BUMI CINTA KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY DAN PEMBELAJARAN DI SEKOLAH MENENGAH ATAS SKRIPSI ANALISIS MAKNA KONTEKSTUAL PADA NOVEL BUMI CINTA KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY DAN PEMBELAJARAN DI SEKOLAH MENENGAH ATAS SKRIPSI OLEH DESI HERTINI NPM 1388201049 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA

Lebih terperinci

WACANA ARGUMENTASI DALAM RUBRIK OPINI PADA SURAT KABAR HARIAN JAWA POS DAN PEMANFAATANNYA DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA KRITIS DI SMA SKRIPSI

WACANA ARGUMENTASI DALAM RUBRIK OPINI PADA SURAT KABAR HARIAN JAWA POS DAN PEMANFAATANNYA DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA KRITIS DI SMA SKRIPSI WACANA ARGUMENTASI DALAM RUBRIK OPINI PADA SURAT KABAR HARIAN JAWA POS DAN PEMANFAATANNYA DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA KRITIS DI SMA SKRIPSI Oleh Winarti NIM 070210402096 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA

Lebih terperinci

PENINGKATAN GERAK DASAR LOMPAT TINGGI GAYA GUNTING DENGAN MENGGUNAKAN MODIFIKASI ALAT PADA SISWA KELAS VI-B SDN 3 KARANG ANYAR TAHUN PELAJARAN

PENINGKATAN GERAK DASAR LOMPAT TINGGI GAYA GUNTING DENGAN MENGGUNAKAN MODIFIKASI ALAT PADA SISWA KELAS VI-B SDN 3 KARANG ANYAR TAHUN PELAJARAN PENINGKATAN GERAK DASAR LOMPAT TINGGI GAYA GUNTING DENGAN MENGGUNAKAN MODIFIKASI ALAT PADA SISWA KELAS VI-B SDN 3 KARANG ANYAR TAHUN PELAJARAN 2011/2012 (Skripsi) OLEH : ALI APRIYANTO FAKULTAS KEGURUAN

Lebih terperinci

TINDAK BERBAHASA DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI ONLINE SHOP KOSMETIK NINA SKRIPSI. Oleh: Dwi Retno Oktaviani NIM

TINDAK BERBAHASA DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI ONLINE SHOP KOSMETIK NINA SKRIPSI. Oleh: Dwi Retno Oktaviani NIM TINDAK BERBAHASA DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI ONLINE SHOP KOSMETIK NINA SKRIPSI Oleh: Dwi Retno Oktaviani NIM 100210402013 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA

Lebih terperinci

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN SKRIPSI

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN SKRIPSI PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA PESERTA DIDIK KELAS VIII-D SMP NEGERI 11 JEMBER SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 2012-2013 SKRIPSI

Lebih terperinci

(Tesis) Oleh. Yus Amri Agus

(Tesis) Oleh. Yus Amri Agus PEMAHAMAN APARATUR PEMERINTAH DAERAH TERHADAP PRINSIP-PRINSIP TATA PEMERINTAHAN YANG BAIK (Studi Pada Badan Kepegawaian Daerah dan Diklat Kabupaten Pringsewu) (Tesis) Oleh Yus Amri Agus PROGRAM PASCASARJANA

Lebih terperinci

ABSTRAK. Oleh PITRINA ASTI. Rendahnya kemampuan menulis dongeng siswa SMP Negeri 2 Way Lima,

ABSTRAK. Oleh PITRINA ASTI. Rendahnya kemampuan menulis dongeng siswa SMP Negeri 2 Way Lima, ABSTRAK PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS DONGENG MELALUI PENGGUNAAN MEDIA KOMIK PADA SISWA KELAS VII-C SMP NEGERI 2 WAY LIMA PESAWARAN TAHUN PELAJARAN 2012/2013 Oleh PITRINA ASTI Rendahnya kemampuan menulis

Lebih terperinci

SKRIPSI. persyaratan. Disusun oleh: IRINA A 410 090 195

SKRIPSI. persyaratan. Disusun oleh: IRINA A 410 090 195 PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA PADA MATERI LINGKARAN MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM POSING (PTK Pembelajaran Matematikaa Kelas VIIII F Semester Genap SMP

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN GUIDED INQUIRY SISWA KELAS VIIB SMP NEGERI 2 PURWOSARI SKRIPSI

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN GUIDED INQUIRY SISWA KELAS VIIB SMP NEGERI 2 PURWOSARI SKRIPSI UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN GUIDED INQUIRY SISWA KELAS VIIB SMP NEGERI 2 PURWOSARI SKRIPSI Oleh: Yuliana Retnaningsih 09144100067 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

Lebih terperinci

PENGARUH KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP KESETIAAN MEREK PADA RESTORAN STEAK MOEN-MOEN

PENGARUH KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP KESETIAAN MEREK PADA RESTORAN STEAK MOEN-MOEN PENGARUH KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP KESETIAAN MEREK PADA RESTORAN STEAK MOEN-MOEN SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-syarat Guna memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Manajemen pada Fakultas

Lebih terperinci

ABSTRAK KENDALA PELAKSANAAN PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING DI SMP NEGERI 1 GADINGREJO TAHUN PELAJARAN 2010/2011. Oleh LUCY RIANITASARI

ABSTRAK KENDALA PELAKSANAAN PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING DI SMP NEGERI 1 GADINGREJO TAHUN PELAJARAN 2010/2011. Oleh LUCY RIANITASARI ABSTRAK KENDALA PELAKSANAAN PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING DI SMP NEGERI 1 GADINGREJO TAHUN PELAJARAN 2010/2011 Oleh LUCY RIANITASARI Masalah dalam penelitian ini adalah pelaksanaan program bimbingan

Lebih terperinci

Indriaty Matoka. (Mahasiswa Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia) Pembimbing I : Dr. Fatmah AR. Umar, M. Pd. Pembimbing II: Salam, S. Pd, M.

Indriaty Matoka. (Mahasiswa Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia) Pembimbing I : Dr. Fatmah AR. Umar, M. Pd. Pembimbing II: Salam, S. Pd, M. BENTUK PENALARAN DALAM SKRIPSI MAHASISWA JURUSAN ILMU HUKUM KEMASYARAKATAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO Indriaty Matoka (Mahasiswa Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia) Pembimbing I : Dr. Fatmah AR. Umar,

Lebih terperinci

DESKRIPSI PERAN BALAI BESAR PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN TERHADAP PEREDARAN PENGGUNAAN FORMALIN PADA BERBAGAI MAKANAN (Studi Pada BBPOM Lampung) Oleh

DESKRIPSI PERAN BALAI BESAR PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN TERHADAP PEREDARAN PENGGUNAAN FORMALIN PADA BERBAGAI MAKANAN (Studi Pada BBPOM Lampung) Oleh DESKRIPSI PERAN BALAI BESAR PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN TERHADAP PEREDARAN PENGGUNAAN FORMALIN PADA BERBAGAI MAKANAN (Studi Pada BBPOM Lampung) Oleh RIA KARUNIA SARI Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF DESKRIPSI SISWA KELAS X.3 SMA MUHAMMADIYAH 1 PEKAJANGAN

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF DESKRIPSI SISWA KELAS X.3 SMA MUHAMMADIYAH 1 PEKAJANGAN PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF DESKRIPSI SISWA KELAS X.3 SMA MUHAMMADIYAH 1 PEKAJANGAN DI PEKALONGAN MELALUI METODE WIDYAWISATA TAHUN AJARAN 2011/2012 SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memungkinkan objek-objek faktual ditransformasikan menjadi simbol-simbol

BAB I PENDAHULUAN. memungkinkan objek-objek faktual ditransformasikan menjadi simbol-simbol BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa adalah media manusia berpikir secara abstrak yang memungkinkan objek-objek faktual ditransformasikan menjadi simbol-simbol abstrak. Sebagai makhluk sosial,

Lebih terperinci

STUDI PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN BERBANTUAN KOMPUTER PROGRAM MACROMEDIA FLASH UNTUK PEMBELAJARAN MATERI LARUTAN PENYANGGA SMA KELAS XI

STUDI PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN BERBANTUAN KOMPUTER PROGRAM MACROMEDIA FLASH UNTUK PEMBELAJARAN MATERI LARUTAN PENYANGGA SMA KELAS XI STUDI PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN BERBANTUAN KOMPUTER PROGRAM MACROMEDIA FLASH UNTUK PEMBELAJARAN MATERI LARUTAN PENYANGGA SMA KELAS XI SKRIPSI Oleh: Arif Rahmad Saleh K 3303021 FAKULTAS KEGURUAN DAN

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh Rani Dwi Hartanti NIM

SKRIPSI. Oleh Rani Dwi Hartanti NIM PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA POKOK BAHASAN SIFAT BENDA PADAT, CAIR, DAN GAS MELALUI METODE DISCOVERY PADA SISWA KELAS IV SDN JEMBER LOR 02 SKRIPSI Oleh Rani Dwi Hartanti NIM 100210204032

Lebih terperinci

NILAI - NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM CERITA RAKYAT MALANG

NILAI - NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM CERITA RAKYAT MALANG NILAI - NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM CERITA RAKYAT MALANG SKRIPSI Diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

PENGARUH LATIHAN POWER OTOT TUNGKAI TERHADAP PENINGKATAN GERAK DASAR TENDANGAN DEPAN PENCAK SILAT PADA SISWA KELAS VII DI SMPN 5 BANDAR LAMPUNG

PENGARUH LATIHAN POWER OTOT TUNGKAI TERHADAP PENINGKATAN GERAK DASAR TENDANGAN DEPAN PENCAK SILAT PADA SISWA KELAS VII DI SMPN 5 BANDAR LAMPUNG PENGARUH LATIHAN POWER OTOT TUNGKAI TERHADAP PENINGKATAN GERAK DASAR TENDANGAN DEPAN PENCAK SILAT PADA SISWA KELAS VII DI SMPN 5 BANDAR LAMPUNG (Skripsi) Oleh RACHMI MARSHEILLA A FAKULTAS KEGURUAN DAN

Lebih terperinci

PILIHAN BAHASA PEDAGANG ETNIS CINA DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI PASAR KOTA WONOGIRI. Skripsi

PILIHAN BAHASA PEDAGANG ETNIS CINA DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI PASAR KOTA WONOGIRI. Skripsi PILIHAN BAHASA PEDAGANG ETNIS CINA DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI PASAR KOTA WONOGIRI Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PENDEKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK DENGAN STRATEGI STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT

IMPLEMENTASI PENDEKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK DENGAN STRATEGI STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT IMPLEMENTASI PENDEKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK DENGAN STRATEGI STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA (PTK Pada Siswa Kelas VIII C Semester

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh: Tika Dwi Rahayu NIM PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

SKRIPSI. Oleh: Tika Dwi Rahayu NIM PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL ANALISIS TINGKAT KESUKARAN DAN DAYA BEDA PADA SOAL UJIAN TENGAH SEMESTER GANJIL BENTUK PILIHAN GANDA MATA PELAJARAN EKONOMI KELAS X DI SMA NEGERI 5 JEMBER TAHUN AJARAN 2012-2013 SKRIPSI Oleh: Tika Dwi

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH HARGA DAN PROMOSI TERHADAP KEPUASAN KONSUMEN PADA PRODUK NATASHA SKIN CARE DI SOLO

ANALISIS PENGARUH HARGA DAN PROMOSI TERHADAP KEPUASAN KONSUMEN PADA PRODUK NATASHA SKIN CARE DI SOLO ANALISIS PENGARUH HARGA DAN PROMOSI TERHADAP KEPUASAN KONSUMEN PADA PRODUK NATASHA SKIN CARE DI SOLO SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan

Lebih terperinci

ANALISIS KESALAHAN DALAM PENYELESAIAN SOAL OPERASI BILANGAN PECAHAN

ANALISIS KESALAHAN DALAM PENYELESAIAN SOAL OPERASI BILANGAN PECAHAN ANALISIS KESALAHAN DALAM PENYELESAIAN SOAL OPERASI BILANGAN PECAHAN ( Penelitian pada Siswa Kelas VII SMP N 2 Karanggede) SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana-S1 Pendidikan

Lebih terperinci

ARGUMENTASI. Oleh: Sutrisna Wibawa, M. Pd.

ARGUMENTASI. Oleh: Sutrisna Wibawa, M. Pd. ARGUMENTASI Oleh: Sutrisna Wibawa, M. Pd. 1 4. ARGUMENTASI adalah sebuah ilmu dari hasil pemikiran yang cermat. Argumentasi mencoba membuat orang mau menerima suatu penilaian bahkan kadang-kadang untuk

Lebih terperinci

A. A B. E C. I D. O E. S

A. A B. E C. I D. O E. S A. A B. E C. I D. O E. S 14. Term predikat yang terdapat dalam proposisi pada soal no. 11 adalah : A. bersalah B. pernah bersalah C. tidak pernah bersalah D. tidak merasa pernah bersalah E. pernah merasa

Lebih terperinci

SKRIPSI. Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Universitas Kristen Satya Wacana. Oleh Fadli Arizal NIM :

SKRIPSI. Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Universitas Kristen Satya Wacana. Oleh Fadli Arizal NIM : UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPAMATERI CAHAYA DAN SIFAT-SIFATNYAMELALUI METODE EKSPERIMEN PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 3 GRABAGAN KECAMATAN KRADENAN KABUPATEN GROBOGAN SEMESTER 2 TAHUN PELAJARAN 2011/2012

Lebih terperinci

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi.

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi. PRESTASI AKADEMIK DITINJAU DARI AKTIVITAS SISWA DALAM MENGIKUTI KEGIATAN EKSTRAKURIKULER DAN MINAT SISWA MENGIKUTI KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR PADA MATA PELAJARAN EKONOMI KELAS VIII SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEMAMPUAN SISWA DALAM MEMBUAT MODEL MATEMATIKA DAN KOMPUTASINYA TERHADAP KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL MATEMATIKA BENTUK CERITA

HUBUNGAN KEMAMPUAN SISWA DALAM MEMBUAT MODEL MATEMATIKA DAN KOMPUTASINYA TERHADAP KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL MATEMATIKA BENTUK CERITA HUBUNGAN KEMAMPUAN SISWA DALAM MEMBUAT MODEL MATEMATIKA DAN KOMPUTASINYA TERHADAP KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL MATEMATIKA BENTUK CERITA SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat

Lebih terperinci

NILAI-NILAI PENDIDIKAN DALAM KUMPULAN CERPEN ROBOHNYA SURAU KAMI

NILAI-NILAI PENDIDIKAN DALAM KUMPULAN CERPEN ROBOHNYA SURAU KAMI NILAI-NILAI PENDIDIKAN DALAM KUMPULAN CERPEN ROBOHNYA SURAU KAMI KARYA A.A. NAVIS DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI ALTERNATIF MATERI PEMBELAJARAN APRESIASI SASTRA DI SMA SKRIPSI oleh Muhammad Sirojudin NIM 070210402078

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION (GI) DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN KETERAMPILAN SOSIAL SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA BIOLOGI (UNTUK MATERI AJAR PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN

Lebih terperinci

UCAPAN SELAMAT IDUL FITRI DAN RAMADAN DALAM SHORT MESSAGE SERVICE (SMS): TINJAUAN MAKNA AFEKTIF DAN MAKNA EMOTIF SKRIPSI

UCAPAN SELAMAT IDUL FITRI DAN RAMADAN DALAM SHORT MESSAGE SERVICE (SMS): TINJAUAN MAKNA AFEKTIF DAN MAKNA EMOTIF SKRIPSI UCAPAN SELAMAT IDUL FITRI DAN RAMADAN DALAM SHORT MESSAGE SERVICE (SMS): TINJAUAN MAKNA AFEKTIF DAN MAKNA EMOTIF SKRIPSI Oleh Lya Lesmana NIM 070110201068 JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA UNVERSITAS

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh : Elvina Fatmawati NIM

SKRIPSI. Oleh : Elvina Fatmawati NIM UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK PETA KONSEP PADA POKOK BAHASAN SEMANGAT KEPAHLAWANAN DAN CINTA TANAH AIR SISWA KELAS IV SEMESTER 1 SDN SUKOREJO 02 KECAMATAN BANGSALSARI KABUPATEN

Lebih terperinci

KEEFEKTIFAN JUMP SHOOT

KEEFEKTIFAN JUMP SHOOT KEEFEKTIFAN JUMP SHOOT POSISI 0 0 DARI SISI KANAN DAN SISI KIRI RING BASKET PADA JARAK 4,572 METER PADA SISWA PUTRA ANGGOTA EKSTRAKURIKULER BOLABASKET SMA NEGERI 2 WATES SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA CERITA SISWA KELAS III SDN GAMBIRONO 02 MELALUI PENGGUNAAN BUKU KOMIK SKRIPSI

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA CERITA SISWA KELAS III SDN GAMBIRONO 02 MELALUI PENGGUNAAN BUKU KOMIK SKRIPSI MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA CERITA SISWA KELAS III SDN GAMBIRONO 02 MELALUI PENGGUNAAN BUKU KOMIK SKRIPSI diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan Program

Lebih terperinci

(Skripsi) Oleh FERDI ZULKARNAIN

(Skripsi) Oleh FERDI ZULKARNAIN PENGARUH LATIHAN SQUAT JUMP DAN SKIPPING TERHADAP PENINGKATAN POWER TUNGKAI PADA TENDANGAN PENALTI DALAM PERMAINAN SEPAK BOLA SISWA PUTRA KELAS VIII SMP NEGERI 1 PURBOLINGGO LAMPUNG TIMUR TAHUN 2012/2013

Lebih terperinci

(Skirpsi) Oleh HAFI ROMANSA

(Skirpsi) Oleh HAFI ROMANSA KONTRIBUSI KELENTUKAN TUBUH BAGIAN ATAS DAN KELENTUKAN TUBUH BAGIAN BAWAH TERHADAP KEMAMPUAN KAYANG PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 SUNGKAI SELATAN LAMPUNG UTARA 2009/2010 (Skirpsi) Oleh HAFI ROMANSA FAKULTAS

Lebih terperinci

RIWAYAT HIDUP. Penulis dilahirkan di Pringsewu, Lampung pada tanggal 23 November 1986,

RIWAYAT HIDUP. Penulis dilahirkan di Pringsewu, Lampung pada tanggal 23 November 1986, RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Pringsewu, Lampung pada tanggal 23 November 1986, merupakan anak keenam dari tujuh bersaudara, dari Bapak Muhammad Sodikin dan Ibu Atningsih (Alm). Pendidikan Sekolah

Lebih terperinci