Sistem Komputerisasi Untuk Penentuan Daya Dukung Lingkungan Berbasis Neraca Lahan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Sistem Komputerisasi Untuk Penentuan Daya Dukung Lingkungan Berbasis Neraca Lahan"

Transkripsi

1 28 Sistem Komputerisasi Untuk Penentuan Daya Dukung Lingkungan Berbasis Neraca Lahan Computer Model to Determine Carying Capacity of Land Use Balance Status Muhammad Adi S 1, Bambang Rahadi 2 *, Alexander Tunggul S.H 2 1Mahasiswa Keteknikan Pertanian, Universitas Brawijaya, Jl. Veteran, Malang Dosen Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Brawijaya, Jl. Veteran, Malang * Korespondensi: jbrahadi@ub.ac.id ABSTRAK Pertambahan jumlah penduduk membutuhkan perluasan lahan sebagai wadah aktivitas yang nantinya tumbuh dan berkembang. Apabila tidak diatasi, maka akan menimbulkan alih fungsi lahan pertanian produktif. Tujuan dari penelitian ini yaitu pembangunan sistem komputerisasi untuk penentuan status daya dukung lingkungan berbasis neraca lahan dan mengidentifikasi keseimbangan lahan disetiap kecamatan di Kabupaten Ponorogo tahun 2010 dan memprediksi perubahan status daya dukung neraca lahan tahun Metode penelitian yang digunakan adalah metode analisis deskripsi dengan menyusun model matematik ke dalam software Visual Basic 6.0. Hasil penelitian yaitu berdasarkan beda hasil simulasi dan hasil yang menunjukkan perbedaan terbesar 2.68 % serta uji regresi yang menunjukkan nilai R 2 = 0,6-1sehingga dapat dinyatakan bahwa sistem komputerisasi yang disusun layak diterapkan. Kondisi pada tahun 2010 menunjukkanterdapat 12 wilayah administrasi kecamatan di Kabupaten Ponorogo dalam keadaan surplus dan 9 kecamatan dalam keadaan defisit, perubahan status terjadi pada tahun 2030 yaitu terdapat 16 kecamatan dalam keadaan surplus dan 5 kecamatan dalam keadaan defisit. Kata kunci :Daya dukung, neraca lahan, visual basic 6.0 Abstract The increase of the population requires theexpansionof land as containeractivitiesthat willgrow and develop. Ifnot addressed, willpose over the function ofproductiveagricultural land.the purposeofthis research isto construct a computerized systemfor determined the status of the powerbalancein land based environment support andidentify land balancein every town inponorogoin2010 and predict changes in power state espouses the balance of land in Research method used is a method of analysis by compiling a description of mathematical model into the visual basic 6.0 software. The results of research which is based on different the results of the simulation and results show the biggest difference 2.68% and the regression that shows the value of R 2 = 0,6 1, so it can be expressed that the system computerized arranged worthy applied. The condition in 2010 showed that there are 12 district region administrative in Ponorogo in a surplus condition and 9 sub-districts in the deficit condition, status change is occurring in 2030 there are 16 sub-district in a surplus condition 5 district in deficit condition. Keyword: Carrying capacity, landuse balance, visual basic 6.0 PENDAHULUAN Pertambahan jumlah penduduk Indonesia membutuhkan perluasan lahan sebagai wadah aktivitas yang nantinya tumbuh dan berkembang. Apabila perkembangan tersebut tidak dikendalikan dengan baik maka dapat terjadi konversi dan alih fungsi lahan untuk aktivitas yang tidak sesuai dengan fungsi dan daya dukungnya yang akan berdampak pada penurunan daya dukung lingkungan. Pertambahan penduduk yang tidak diimbangi dengan ketersediaan lahan menyebabkan konversi

2 29 dan alih fungsi lahanpertanian ke non pertanian.alih fungsi lahan pertanian yang tidak terkendali dapat mengancam kapasitas penyediaan pangan dan dalam jangka panjang dapt menimbulkan kerugian social.disisi lainnya, efektifitas implementasi instrumenpengendalian alih fungsi selama ini belum berjalan optimal sesuai yang diharapkan (Iqbal, 2007). Kabupaten Ponorogo merupakan wilayah yang mengalami dampak dari ketidaksesuaian dalam pemanfaatan lahan.hal ini dapat dibuktikan dengan adanya tujuh kecamatan di Kabupaten Ponorogo mengalami kesulitan air bersih akibat kekeringan.apabila permasalahan tersebut tidak diatasi, akan menyebabkan produktifitas lahan di Kabupaten ponorogo semakin menurun dan ketersediaan pangan semakin menurun juga (Republika, 2014). Salah satu metode untuk mengidentifikasi kemampuan wilayah dalam menyuplai bahan pangan adalah dengan menganalisa status daya dukung lingkungan berbasis neraca lahan. Namun, karena banyaknya parameter untuk melakukan analisa sehingga dalam proses penentuan membutuhkan waktu yang relatif lama. Penyusunan sistem untuk mengefisiensikan waktu yang diperlukan dalam identifikasi daya dukung lingkungan berbasis neraca lahan menjadi salah satu solusi untuk mengatasi hal tersebut (SLHD Kab.Ponorogo, 2009). Visual Basic 6.0 merupakan sebuah bahasa pemrograman yang menawarkan Integrated Development Environment (IDE) visual untuk membuat program perangkat lunak berbasis sistem operasi Microsoft Windows dengan menggunakan model pemrograman.visual Basic 6.0 sangat mudah dipelajari, dengan teknik pemrograman visual yang memungkinkan penggunaannya untuk berkreasi lebih baik dalam menghasilkan suatu program aplikasi (Setyadi, 2002). Tujuan penelitian ini adalah untuk menyusun sistem komputerisasi yang memiliki kemampuan mengidentifikasi daya dukung lingkungan berbasis neraca lahan dengan mudah, akurat, dan cepat. BAHAN DAN METODE Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode analisis deskriptif kuantitatif yaitu mendeskripsikan hasil perhitungan. Penyusunan sistem komputerisasi dilakukan dengan mengonversi alur perhitungan neraca lahan ke bahasa pemrograman. Tahapan penelitian meliputi pengumpulan data, penyusunan sistem, pengujian sistem, dan penerapan sistem untuk identifikasi daya dukung lingkungan berbasis neraca lahan. Pengumpulan Data Tahap pengumpulan data dalam penelitian ini dari literatur, yaitu dari penelitian terdahulu yang telah dilakukan (Alfian, 2012) meliputi data pada tahun 2010 yaitu total nilai produksi seluruh komoditas, data total beras dari padi sawah dan ladang, harga beras pedagang skala besar, data total luas panen padi tahun 2010 yang bersumber dari Ponorogo dalam Angka 2011, data jumlah penduduk tahun 2002 sampai 2010 yang bersumber dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Ponorogo dan peta Kabupaten Ponorogo skala 1:25000 dari Bappeda Kabupaten Ponorogo. Data statistik berupa jumlah produksi komoditas setiap sektor dan harga untuk perhitungan ketersediaan lahan (SL) dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1.Data Statistik Produksi dan Harga Komoditas Kabupaten Ponorogo. Komoditas P1 H1 (P1xH1) x 10 3 Padi dan Palawija Buahbuahan Sayursayuran Daging Perikanan Perkebunan Susu Telur Sumber : Alfian, 2012 Keterangan : P1 : Produksi (Kg) ; H1 : Harga (RpKg-1) ; (P 1xH 1) ; Nilai Produksi (Rp) Pengolahan Data Data yang diperoleh kemudian diolah untuk mendapatkan parameter-parameter dalam

3 30 penentuan ketersediaan dan kebutuhan lahan. Ketersediaan (supply) lahan dihitung dengan menggunakan sistem komputerisasi keseimbangan lahan dengan memasukkan persamaan berikut (Lampiran Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup N0.17, 2009). i x H S (P L H (1) Keterangan: (P i x H i) adalah total nilai produksi (Rp), H b harga beras (Rp.Kg -1 ), dan P tvb produktivitas beras. P tvb diperoleh dari H b dibagi P b, dimana P b adalah total beras dari padi sawah dan ladang (Kg). Kebutuhan (demand) lahan diperoleh dari data jumlah penduduk dan standart luas kebutuhan lahan untuk hidup layak per penduduk. Kebutuhan (demand) lahan dihitung dengan menggunakan sistem komputerisasi keseimbangan lahan dengan memasukkan persamaan berikut (Lampiran Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup N0.17, 2009). D L b N x i ) x KHL 1 P (2) Keterangan : N adalah jumlah penduduk (jiwa) dan KHL L luas lahan yang dibutuhkan untuk hidup layak per penduduk 1ton/P tvb (Ha). Nilai status daya dukung lahan diperoleh dari selisih antara ketersediaan lahan (S L) dan kebutuhan lahan (D L).Bila nilai status daya dukung lahan positif, maka daya dukung lahan dinyatakan surplus, dan bila nilai status daya dukung lahan negatif maka daya dukung lahan dinyatakan defisit. Hasil olahan data menggunakan sistem tentu memiliki perbedaan dengan perhitungan MS. Excel.Sistem dianggap layak digunakan apabila memiliki perbedaan terkecil. Persentase perbedaan hasil simulasi dan perhitungan diperoleh dari persamaan berikut : tvb L perhitungan total nilai produksi (Rp) dimana diperoleh dari hasil total pengalian harga tiap komoditas dan jumlah produksi setiap tahun sebagai contoh di Kecamatan Ngrayun. Perhitungan dalam penelitian terdahulu (Alfian, 2012) sebagai contoh di Kecamatan Ngrayun dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Perhitungan dalam Penelitian pada Kecamatan Ngrayun. Faktor Satuan Nilai Total Nilai Produksi Rp Harga Beras Rp.Kg Total Beras dari Padi Sawah dan Ladang Kg Luas Panen Padi Ha Jumlah Penduduk Jiwa Sumber : Alfian, 2012 Tabel diatas merupakan contoh salah satu perhitungan untuk Kecamatan Ngrayun.Kabupaten Ponorogo memiliki 21 Kecamatan sehingga memiliki nilai variabel yang berbeda. Proyeksi penduduk dihitung dengan menggunakan metode aritmatik dengan menggunakan persamaan berikut. Pn = Po (1 + r.n) (4) Keterangan : Pn adalah jumlah penduduk pada tahun ke n ; Po : jumlah penduduk pada awal tahun ; r : angka pertumbuhan penduduk ; n : periode waktu tahun.untuk perhitungan proyeksi penduduk pada Tahun 2030 dapat dilihat pada Tabel 3. Hasil MS. Excel Hasil Sistem x 100 % Hasil MS. Excel (3) Pengolahan data menggunakan MS. Excel dilakukan oleh peneliti terdahulu (Alfian, 2012). Pengolahan data meliputi

4 31 Tabel 3.Proyeksi Penduduk 20 Tahun Kedepan (Tahun 2030). Kecamatan Ngrayun Slahung Bungkal Sambit Sawoo Sooko Pudak Pulung Mlarak Siman Jetis Balong Kauman Jambon Badegan Sampung Sukorejo Ponorogo Babadan Jenangan Ngebel Sumber : Alfian, 2012 Penyusunan Sistem Komputerisasi Neraca Lahan Penyusunan sistem komputerisasi untuk penentuan daya dukung lingkungan berbasis neraca lahan akan dibuat dengan menggunakan PC (Personal Computer) dengan spesifikasi processor intel core i5-2410m, GHz, RAM 2.60 GB, system type 32-bit operating system sebagai hardware pengolah input data. Software yang digunakan yaitu Visual Basic 6.0. Sistem komputerisasi neraca lahan yang dibuat dari SoftwareVisual Basic 6.0 ini output yang dihasilkan berupa nilai ketersediaan (supply) lahan, kebutuhan (demand) lahan, dan nilai status daya dukung lahan. Penyusunan sistem komputerisasi membutuhkan susunan algoritma dengan tujuan untuk membatasi atau mengontrol kinerja sistem sehingga sistem akan bekerja sesuai alur yang di inginkan. Algoritma dari sistem komputerisasi keseimbangan lahan dapat dilihat pada Gambar 1. (Pi x H i ) 1 SL x H P b tvb Gambar 1. Algoritma susunan sistem komputerisasi keseimbangan lahan Pengujian Sistem Komputerisasi Neraca Lahan Pengujian sistem komputerisasi neraca lahandilakukan melalui tahap verifikasi.verifikasi merupakan tahap untuk memastikan bahwa sistem yang dibuat telah benar secara logis.verifikasi dilakukan dengan membandingkan hasil dari sistem komputerisasi neraca lahan dengan hasil dari penelitian sebelumnya (Alfian, 2012). Kedua hasil tersebut masing-masing dapat dibuat grafik untuk mengetahui nilai R square (R 2 ). R square digunakan untuk memastikan kesetaraan satuan pada saat melakukan formulasi (Ngudiantoro, 2010). Hasil pembuatan sistem komputerisasi neraca lahan ini nantinya digunakan untuk menentukan status daya dukung lahan pada tahun 2010 dan 20 tahun yang akan datang (tahun 2030). HASIL DAN PEMBAHASAN D L N x KHL Hasil Penyusunan Sistem Komputerisasi Keseimbangan Lahan Hasil penyusunan sistem komputerisasi untuk penentuan status daya dukung lingkungan berbasis keseimbangan lahan dengan visual basic 6.0 dapat dilihat pada Gambar 2.

5 32 Hasil VB y = 1x + 0,007 R² = Gambar 2.Tampilansistem keseimbangan lahan komputerisasi Cara Pengoperasian sangat mudah, entry atau masukkan nama kecamatan, total nilai produksi, harga beras, total beras dari padi sawah dan ladang, luas panen padi, dan jumlah penduduk kecamatan tersebut. Setelah selesai memasukkan data, selanjutnya tekan hitung dan akan memperoleh hasil keluaran berupa nilai ketersediaan lahan, nilai kebutuhan lahan, nilai status daya dukung lahan, dan status daya dukung lahan. Setelah mendapatkan hasil, kita tekan save yang nantinya akan tersimpan pada tabel. Ulangi dengan langkah yang sama pada 21 Kecamatan di Kabupaten Ponorogo.Pada penelitian terdahulu (Eva, 2013), visual basic 6.0digunakan untuk penjualan pulsa elektrik berbasis sms. Hasil Pengujian Sistem Komputerisasi Keseimbangan Lahan Verifikasi sistem dilakukan dengan membandingkan hasil perhitungan penelitian terdahulu yang menggunakan Microsoft Excel dan hasil perhitungan menggunakan Visual Basic 6.0.Pada penelitian terdahulu (Ngudiantoro, 2010), verifikasi digunakan untuk pengendalian muka air tanah di petak lahan dengan membandingkan data pengamatan periode April 2006 dengan data pengamatan periode Maret Hasil verifikasi perhitungan MS. Excel dan Visual Basic 6.0 dapat dilihat pada Gambar 3. Hasil VB 6.0 Hasil VB Hasil MS. Excel (a) y = 0,985x + 182,9 R² = 0, Hasil MS. Excel (b) y = 1,002x - 6,866 R² = 0,999 0, , , , ,000 Hasil MS. Excel (c) Gambar 3. Grafik hasil verifikasi perhitungan MS Excel dan sistem komputerisasi Visual Basic 6.0. (a) ketersediaan lahan, (b) kebutuhan lahan, dan (c) nilai status DDL. Gambar 3 menunjukkan bahwa untuk hasil perhitungan secara manual dengan sistem komputerisasi neraca lahan untuk nilai ketersediaan (supply), kebutuhan (demand), dan nilai status daya dukung lahan pada tahun 2010 sangat tepat dimana nilai R square (R 2 ) berturut-turut yaitu 1, , dan yang semuanya mendekati angka 1. Hasil ini menunjukkan bahwa secara bersama-sama variabel independen berpengaruh kuat terhadap

6 33 variabel dependen dengan kata lain perhitungan menggunakan sistem komputerisasi keseimbangan lahan semakin tepat dan akurat sehingga dapat digunakan lebih lanjut untuk menghitung nilai ketersediaan (supply), kebutuhan (demand), dan nilai status daya dukung lahan pada tahun Hasil Penerapan Sistem Komputerisasi Neraca Lahandan Analisa Tahapan ini meliputi perhitungan langsung terhadap parameter-parameter yang telah di dapatkan dan telah melalui pengujian.hasil yang diperoleh tentunya merupakan hasil akhir yang memiliki tingkat perbedaan terkecil dibandingkan dengan perhitungan manual. Tahapan analisa adalah mendeskripsikan hasil simulasi sistem, kemudian menganalisis seberapa besar perbedaan hasil simulasi dan mencari faktor yang berpengaruh. Perbedaan persentase kebutuhan lahan hasil simulasi dan hasil manual dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Persentase perbedaan kebutuhanlahan hasil simulasi dan hasil manual. K HM HS % Ngrayun Slahung Bungkal Sambit Sawoo Sooko Pudak Pulung Mlarak Siman Jetis Balong Kauman Jambon Badegan Sampung Sukorejo Ponorogo Babadan Jenangan Ngebel Keterangan :K : kecamatan ;HM : hasil manual ; HS : hasil sistem. Perbedaan terbesar hasil manual dan hasil sistem adalah 2.68% sehingga sistem komputer yang disusun bisa digunakan untuk perhitungan daya dukung lingkungan berbasis neraca lahan atau sistem komputer dapat diterapkan. Sedangkan hasil aplikasi sistem dalam penentuan daya dukung lingkungan berbasis neraca lahan di Kabupaten Ponorogo Tahun 2010 dapat dilihat pada tabel3. Tabel 3.Hasil Penerapan Sistem padatahun K SL DL N Ngrayun D Slahung S Bungkal S Sambit S Sawoo D Sooko S Pudak S Pulung S Mlarak D Siman D Jetis D Balong S Kauman S Jambon S Badegan S Sampung D Sukorejo S Ponorogo D Babadan D Jenangan D Ngebel S Keterangan : SL : nilai ketersediaan ; DL : nilai kebutuhan ; N : nilai status DDL ; ST : status DDL ; S : surplus ; D : defisit Tabel 3 menunjukkan bahwa dari 21 Kecamatan di Kabupaten Ponorogo untuk kondisi pada tahun 2010 terdapat 12 wilayah administrasi kecamatan dalam keadaan surplus dan 9 kecamatan dalam keadaan defisit. Kecamatan Pudak memiliki nilai status daya dukung surplus tertinggi dengan nilai sebesar ha.hal ini dikarenakan Kecamatan Pudak mempunyai komuditas pangan yang sangat tinggi.status daya dukung defisit tertinggi yaitu Kecamatan Ponorogo dengan nilai ha.kecamatan Ponorogo sangat rendah untuk komoditas pangan dan memiliki jumlah penduduk yang sangat tinggi dikarenakan Kecamatan Ponorogo merupakan pusat kota.pada penelitian terdahulu (Wayan et al, 2013), menunjukkan bahwa Kabupaten Bali berstatus surplus dengan nilai ketersediaan lahan Ha, kebutuhan lahan Ha, dan nilai status daya dukung surplus Ha. Hasil Penerapan Sistem Komputerisasi Neraca Lahan untuk Prediksi Tahun 2030 S T

7 34 Perhitungan ketersediaan lahan, kebutuhan lahan,dan status daya dukung lahan tahun 2030 didapatkan dari memasukkan data input ke dalam sistem komputerisasi neraca lahan.penentuan kondisi pada tahun 2030 yang dimulai dari tahun 2010 digunakan data yang sama untuk komuditas, sedangkan untuk data penduduk diproyeksikan 20 tahun yang akan datang yang dimulai dari tahun Hasil yang di dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Hasil Aplikasi Sistem dalam Penentuan Daya Dukung Lingkungan Berbasis Neraca Lahan Di Kabupaten Ponorogo Tahun 2030 K SL DL N St Ngrayun D Slahung S Bungkal S Sambit S Sawoo S Sooko S Pudak S Pulung S Mlarak D Siman D Jetis S Balong S Kauman S Jambon S Badegan S Sampung S Sukorejo S Ponorogo D Babadan D Jenangan S Ngebel S Keterangan : SL : nilai ketersediaan ; DL : nilai kebutuhan ; N : nilai status DDL ; St : status DDL ; S : surplus ; D : deficit Tabel 4 menunjukkan kebutuhan (demand) lahan pada tahun 2030 di Kabupaten Ponorogo mengalami penurunan namun tidak significant.sebagai contoh Kecamatan Ponorogo pada tahun 2010 kebutuhan (demand) lahan sebesar ha, pada tahun 2030 sebesar ha sehingga mengalami penurunan 5%.Adanya penurunan kebutuhan (demand) lahan maka berdampak terhadap nilai neraca lahan.nilai ketersediaan lahan yang tetap, kemudian penurunankebutuhan lahanmaka perbedaan nilai keduanya (nilai neraca lahan) menjadi meningkat. Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan terbesar hasil simulasi adalah 2.68% serta uji regresi yang menunjukkan nilai 0.6 > R 2 < 1 sehingga dapat dinyatakan bahwa sistem komputerisasi yang disusun layak diterapkan.hasil penentuan status daya dukung lingkungan berbasis neraca lahan memiliki kesamaaan dengan penelitian terdahulu yaitu pada kondisi tahun kecamatan berstatus surplus dan 9 kecamatan berstatus defisit..hasil sistem komputerisasi neraca lahan untuk wilayah administrasi kecamatan di Kabupaten Ponorogo tahun 2030, 16 kecamatan berstatus surplus dan 5 kecamatan berstatus defisit. DAFTAR PUSTAKA Eva, Y. dan Tauvan, R Rewkayasa Perangkat Lunak Penjualan Pulsa Electric Berbasis SMS Menggunakan Visual Basic 6.0, dalam Jurnal TEKNOIF Volume 1 No. 1, Edisi April Firmansyah, Alfian Analisa Daya Dukung Lingkungan Berbasis Neraca Lahan (Studi Kasus di Kabupaten Ponorogo).Fakultas Teknologi Pertanian. Universitas Brawijaya. Malang. Iqbal, M., dan Sumaryanto Strategi Pangan dalam Alih Fungsi Lahan Pertanian Bertumpu pada Partisipasi Masyarakat,dalam Jurnal Analisa Kebijakan Pertanian Volume 5 No. 2, hal Ngudiantoro Pemodelan Fluktuasi Muka Air Tanah pada Lahan Rawa Pasang Surut Tipe C/D : Kasus di Sumatera Selatan, dalam Jurnal Penelitian Sains Volume 13 No. 3 (A) Pusat Pengkajian Perencanaan dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Ponorogo Dalam Angka Penerbit: Crestpent Press. Bogor. Rahadi, B., Sutan, T., Chuzaemi, S., Elih, E. dan Soemarno Model Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Berbasis Daya Dukung Lingkungan Untuk Penataan Ruang Dan Wilayah Dalam Pemanfaatan Sumberdaya Alam Yang Optimal. Lembaga Penelitian

8 35 Pengabdian Kepada Masyarakat - UB. Malang. Republika Tujuh Kecamatan Di Kabupaten Ponorogo Alami Kekeringan. (diakses tanggal 1 November 2014). Setyadi. H. Ari Dasar Pemrograman Visual Basic.Atau (diakses tanggal 1 November 2014). Studi Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Ponorogo Tahun Wayan, S., Ruslin, A., dan Soemarno.Analisis Daya Dukung Lingkungan Sektor Pertanian Berbasis Produktivitas Di Kabupaten Bali, dalam Jurnal Bumi Lestari Volume 13 No. 1, hal

Kabupaten Ponorogo Data Agregat per Kecamatan

Kabupaten Ponorogo Data Agregat per Kecamatan Kabupaten Ponorogo Data Agregat per Kecamatan BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN PONOROGO Sekapur Sirih Sebagai pengemban amanat Undang-undang Nomor 16 Tahun 1997 tentang Statistik dan sejalan dengan rekomendasi

Lebih terperinci

BAB VI ARAHAN WILAYAH MANAJEMEN KEBAKARAN DAN SEBARAN SARANA HYDRANT

BAB VI ARAHAN WILAYAH MANAJEMEN KEBAKARAN DAN SEBARAN SARANA HYDRANT BAB VI ARAHAN WILAYAH MANAJEMEN KEBAKARAN DAN SEBARAN SARANA HYDRANT 6.1 Konsep Sistem Penanggulangan Kebakaran Berdasarkan hasil analisis dalam studi Aplikasi Wilayah Manajamen Kebakaran dan Intensitas

Lebih terperinci

A. Data Pemilih TANDA TANGAN KPU TANDA TANGAN SAKSI PASANGAN CALON KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH

A. Data Pemilih TANDA TANGAN KPU TANDA TANGAN SAKSI PASANGAN CALON KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH Rekapitulasi Catatan Pelaksanaan Penghitungan Suara Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun 0 di TPS Dalam Wilayah Kabupaten/Kota (diisi berdasarkan formulir Model

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat banyak. Dari data Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2016

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat banyak. Dari data Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2016 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki potensi yang dapat dikembangkan, baik berupa sumber daya alam dan sumber daya manusia. Sumber daya alam yang dimiliki Indonnesia sangatlah berlimpah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan listrik telah menjadi kebutuhan yang sangat penting bagi kehidupan manusia saat ini. Kebutuhan energi listrik suatu daerah semakin tahun terus bertambah

Lebih terperinci

SENSUS PERTANIAN 2013

SENSUS PERTANIAN 2013 Katalog BPS: 5106010.3502 SENSUS PERTANIAN 2013 HASIL PENCACAHAN LENGKAP KABUPATEN PONOROGO BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN PONOROGO 10 Hasil Pencacahan Lengkap Kabupaten Ponorogo, 2013 Hasil Pencacahan

Lebih terperinci

Penentuan Daya Dukung Lingkungan Berbasis Neraca Lahan Tahun 2013 Di Kota Batu

Penentuan Daya Dukung Lingkungan Berbasis Neraca Lahan Tahun 2013 Di Kota Batu 1 Penentuan Daya Dukung Lingkungan Berbasis Neraca Lahan Tahun 2013 Di Kota Batu Determination of Environmental Carrying Capacity Baced Of Land s Balance In 2013 at Batu City Agus Maulana Putra 1, Bambang

Lebih terperinci

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) TATACARA PERMOHONAN CETAK KARTU TANDA PENDUDUK ELEKTRONIK PROGRAM TEKO LANGSUNG CETAK

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) TATACARA PERMOHONAN CETAK KARTU TANDA PENDUDUK ELEKTRONIK PROGRAM TEKO LANGSUNG CETAK STANDART OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) TATACARA PERMOHONAN CETAK KARTU TANDA PENDUDUK ELEKTRONIK PROGRAM TEKO LANGSUNG CETAK A. KRITERIA PENCETAKAN Kriteria Pencetakan terdiri 2 Pilihan : 1. Usulan cetak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. repository.unisba.ac.id

BAB I PENDAHULUAN. repository.unisba.ac.id BAB I PENDAHULUAN Pada bab pendahuluan ini akan dibahas mengenai latar belakang, perumusan masalah, maksud tujuan dan sasaran, ruang lingkup, serta sistematika pembahasan, yang menjadi penjelasan dasar

Lebih terperinci

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Ponorogo Tahun 2013 sebanyak rumah tangga

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Ponorogo Tahun 2013 sebanyak rumah tangga Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Ponorogo Tahun 2013 sebanyak 178.908 rumah tangga Jumlah perusahaan pertanian berbadan hukum di Ponorogo Tahun 2013 sebanyak 32 Perusahaan Jumlah perusahaan tidak

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 21 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Pada bab ini akan dipaparkan skema umum penelitian yang dilakukan untuk mempermudah dalam melakukan penelitian. Dalam penelitian ini terdapat dua tahapan

Lebih terperinci

Bab IV Ulasan Ringkas Disparitas Wilayah 18

Bab IV Ulasan Ringkas Disparitas Wilayah 18 ii Kata Pengantar... Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Gambar...... ii iii v vi Bab I Pendahuluan... 1 1.1 Latar Belakang..... 2 1.2 Tujuan Penulisan...... 4 1.3 Manfaat........ 5 Bab II Konsep dan

Lebih terperinci

Hasil Pendaftaran(Listing) Usaha/Perusahaan Sensus Ekonomi 2016

Hasil Pendaftaran(Listing) Usaha/Perusahaan Sensus Ekonomi 2016 Hasil Pendaftaran (Listing) Usaha/Perusahaan Sensus konomi 2016 o.01/06/3502/th.i, 13 Juni 2017 Hasil Pendaftaran(Listing) Usaha/Perusahaan Sensus konomi 2016 Hasil pendaftaran Sensus konomi 2016 (S2016)

Lebih terperinci

Bab IV Ulasan Ringkas Disparitas Wilayah 18

Bab IV Ulasan Ringkas Disparitas Wilayah 18 ii Kata Pengantar... Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Gambar...... ii iii v vi Bab I Pendahuluan... 1 1.1 Latar Belakang..... 2 1.2 Tujuan Penulisan...... 4 1.3 Manfaat........ 5 Bab II Konsep dan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PONOROGO NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KECAMATAN DAN KELURAHAN KABUPATEN PONOROGO

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PONOROGO NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KECAMATAN DAN KELURAHAN KABUPATEN PONOROGO 19 NOPEMBER 2008 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PONOROGO 12 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PONOROGO NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KECAMATAN DAN KELURAHAN KABUPATEN PONOROGO DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tanah merupakan salah satu properti berwujud (Tangible Property) yang

BAB I PENDAHULUAN. Tanah merupakan salah satu properti berwujud (Tangible Property) yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tanah merupakan salah satu properti berwujud (Tangible Property) yang sangat peka terhadap perkembangan. Perkembangan yang cukup pesat pada suatu daerah menyebabkan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PONOROGO NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PONOROGO NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PONOROGO NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KECAMATAN DAN KELURAHAN KABUPATEN PONOROGO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

EVALUASI DAYA DUKUNG LINGKUNGAN DI DAERAH ERNAN RUSTIADI

EVALUASI DAYA DUKUNG LINGKUNGAN DI DAERAH ERNAN RUSTIADI PENERAPAN EVALUASI DAYA DUKUNG LINGKUNGAN DI DAERAH ERNAN RUSTIADI Pengertian Daya Dukung Kemampuan dari suatu sistem untuk mendukung (support) suatu aktivitas sampai pada level tertentu Pengertian Daya

Lebih terperinci

STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI KABUPATEN PONOROGO PENDAHULUAN

STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI KABUPATEN PONOROGO PENDAHULUAN STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI KABUPATEN PONOROGO P R O S I D I N G 200 Suhartini (1), Heru Santoso (1), Imaniar Ilmi Pariasa (1), Dwi Retno Andriani (1), Manggala Ismanto (2) (1) Jurusan Sosial

Lebih terperinci

39 Universitas Indonesia

39 Universitas Indonesia BAB 3 PROFIL PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM (PDAM) KABUPATEN PONOROGO 3.1 Kabupaten Ponorogo Kabupaten Ponorogo terletak antara 111 17-111 52 Bujur Timur dan 7 49-8 20 Lintang Selatan dengan luas daerah 1.371,78

Lebih terperinci

ARAHAN PERENCANAAN KETAHANAN PANGAN DI KABUPATEN SOPPENG. Maswirahmah Fasilitator PPSP Kabupaten Soppeng

ARAHAN PERENCANAAN KETAHANAN PANGAN DI KABUPATEN SOPPENG. Maswirahmah Fasilitator PPSP Kabupaten Soppeng ARAHAN PERENCANAAN KETAHANAN PANGAN DI KABUPATEN SOPPENG Maswirahmah Fasilitator PPSP Kabupaten Soppeng wiwifadly@gmail.com ABSTRAK Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah enganalisis dan

Lebih terperinci

ESTIMASI PRODUKSI PADI BERBASIS PEMROSESAN CITRA LANDSAT 8 OLI DI KABUPATEN PONOROGO

ESTIMASI PRODUKSI PADI BERBASIS PEMROSESAN CITRA LANDSAT 8 OLI DI KABUPATEN PONOROGO ESTIMASI PRODUKSI PADI BERBASIS PEMROSESAN CITRA LANDSAT 8 OLI DI KABUPATEN PONOROGO M. Randy Aswin mrandyaswin@gmail.com Sigit Heru Murti B. S. sigit@geo.ugm.ac.id Abstract This study aims to: 1) Determine

Lebih terperinci

Geo Image 5 (2) (2016) Geo Image. ANALISIS TINGKAT SWASEMBADA WILAYAH DI KABUPATEN SEMARANG5

Geo Image 5 (2) (2016) Geo Image.  ANALISIS TINGKAT SWASEMBADA WILAYAH DI KABUPATEN SEMARANG5 Geo Image 5 (2) (2016) Geo Image http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/geoimage ANALISIS TINGKAT SWASEMBADA WILAYAH DI KABUPATEN SEMARANG5 Muhammad Nasrun Eko Wibowo, Eva Banuwati & Moch. Arifien Jurusan

Lebih terperinci

BAB 3. Metode dan Perancangan Sistem

BAB 3. Metode dan Perancangan Sistem BAB 3 Metode dan Perancangan Sistem 3.1 Metode Pengembangan Sistem Pada tahap ini, metode penelitian yang digunakan dibagi menjadi tiga tahap, yaitu tahap penyusunan data awal, tahap desain dan arsitektural

Lebih terperinci

SEMINAR TUGAS AKHIR INVENTARISASI WILAYAH RAWAN BENCANA BANJIR DAN LONGSOR DI JAWA TIMUR MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

SEMINAR TUGAS AKHIR INVENTARISASI WILAYAH RAWAN BENCANA BANJIR DAN LONGSOR DI JAWA TIMUR MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS SEMINAR TUGAS AKHIR INVENTARISASI WILAYAH RAWAN BENCANA BANJIR DAN LONGSOR DI JAWA TIMUR MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS Galih Suma Telada 3505 100 027 1. Latar Belakang PENDAHULUAN Jawa Timur merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan lebih besar dari jumlah biaya yang dibebankan.

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan lebih besar dari jumlah biaya yang dibebankan. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Biaya Operasional merupakan biaya yang memiliki peran besar dalam mempengaruhi keberhasilan instansi mencapai tujuan, yaitu memperoleh laba. Instansi umumnya akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu program TNI dalam meningkatkan jumlah perajurit TNI yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu program TNI dalam meningkatkan jumlah perajurit TNI yaitu BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Tentara Nasional Indonesia atau yang di singkat TNI merupakan salah satu aset yang terbesar bagi Negara kesatuan republik Indonesia. TNI di bentuk untuk Mempertahankan

Lebih terperinci

ANALISIS KETERSEDIAAN DAN KEBUTUHAN AIR UNTUK DAYA DUKUNG LINGKUNGAN (Studi Kasus Kota Malang)

ANALISIS KETERSEDIAAN DAN KEBUTUHAN AIR UNTUK DAYA DUKUNG LINGKUNGAN (Studi Kasus Kota Malang) ANALISIS KETERSEDIAAN DAN KEBUTUHAN AIR UNTUK DAYA DUKUNG LINGKUNGAN (Studi Kasus Kota Malang) Analysis of Water Supply and Water Demand for Carrying Capacity Assessment (Case Study of Malang) Dianindya

Lebih terperinci

Bab III Pelaksanaan Penelitian

Bab III Pelaksanaan Penelitian 24 Bab III Pelaksanaan Penelitian Secara garis besar, bab ini akan menjelaskan uraian pelaksanaan penelitian. Tahap kegiatan pada pelaksanaan penelitian ini meliputi empat tahap utama antara lain persiapan,

Lebih terperinci

Jurnal GeoEco ISSN: Vol. 1, No. 1 (Januari 2015) Hal PERUBAHAN DAYA DUKUNG LAHAN KABUPATEN BOYOLALI TAHUN

Jurnal GeoEco ISSN: Vol. 1, No. 1 (Januari 2015) Hal PERUBAHAN DAYA DUKUNG LAHAN KABUPATEN BOYOLALI TAHUN PERUBAHAN DAYA DUKUNG LAHAN KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2003-2012 Ratih Puspita Dewi 1, Chatarina Muryani 2, Sarwono 3 anyun_me98@yahoo.com ABSTRACT This Research aims to determine: 1) Population growth,

Lebih terperinci

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Permalan mempunyai peranan penting dalam pengambilan keputusan, untuk perlunya dilakukan tindakan atau tidak, karena peramalan adalah prakiraan atau memprediksi peristiwa

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 18 METODOLOGI PENELITIAN Tempat dan Waktu Lokasi pelaksanaan penelitian adalah di Kelurahan Situ Gede Kecamatan Bogor Barat Kota Bogor Jawa Barat dan Daerah Irigasi Cihea yang mencakup tiga kecamatan yaitu

Lebih terperinci

BAB V IMPLEMENTASI SISTEM

BAB V IMPLEMENTASI SISTEM BAB V IMPLEMENTASI SISTEM Tahapan Implementasi merupakan kelanjutan dari kegiatan rancangan sistem dan dapat dipandang sebagai suatu usaha untuk mewujudkan sistem yang telah dirancang. Langkah-langkah

Lebih terperinci

BAB II EVALUASI PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU

BAB II EVALUASI PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU BAB II EVALUASI PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU 21 Analisis Gambaran Umum Kondisi Daerah 211 Aspek Geografi dan Demografi 2111 Aspek Geografi Kabupaten Ponorogo merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Jawa

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN UJI COBA

BAB IV HASIL DAN UJI COBA BAB IV HASIL DAN UJI COBA IV.1. Tampilan Hasil Berikut adalah tampilan hasil dan perbandingan dari sistem pemotongan pajak dengan Net Method dan Gross Up Method pada DPRD Provinsi Sumatera Utara. IV.1.1.

Lebih terperinci

ANALISA DAYA DUKUNG LAHAN UNTUK PENYEDIAAN PANGAN DI WILAYAH JAWA TIMUR BAGIAN TENGAH

ANALISA DAYA DUKUNG LAHAN UNTUK PENYEDIAAN PANGAN DI WILAYAH JAWA TIMUR BAGIAN TENGAH JURNAL GEOGRAFI Geografi dan Pengajarannya ISSN 1412-6982 e-issn : 2443-3977 Volume 15 Nomor 1 Juni 2017 ANALISA DAYA DUKUNG LAHAN UNTUK PENYEDIAAN PANGAN DI WILAYAH JAWA TIMUR BAGIAN TENGAH Bambang Hariyanto

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. informasi telah banyak membantu setiap orang dengan berbagai fitur dan jenis

BAB I PENDAHULUAN. informasi telah banyak membantu setiap orang dengan berbagai fitur dan jenis BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Sistem informasi saat ini menjadi salah satu aplikasi yang sangat dibutuhkan oleh beberapa pihak, dimana dengan pemanfaatan sistem informasi sangat membantu kegiatan

Lebih terperinci

Abstract. Keywords : Agriculture, GIS, spatial data and non-spatial data, digital map. Abstrak

Abstract. Keywords : Agriculture, GIS, spatial data and non-spatial data, digital map. Abstrak TELEMATIKA, Vol. 13, No. 02, JULI, 2016, Pp. 69 79 ISSN 1829-667X ANALISIS HASIL PERTANIAN DI KOTA DENPASAR DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS Ni Nyoman Supuwiningsih Program Studi Sistem Komputer

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan Dunia Informasi saat ini semakin cepat memasuki berbagai bidang, sehingga banyak lembaga yang berusaha meningkatkan usahanya. Salah satu perkembangan

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN III.1. Perancangan Game Merapikan Kamar Adapun perancangan dari Game merapikan kamar adalah dengan menggunakan desain yang dibuat pada software Macromedia Flash dan Action

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Umum Pada bab ini akan dijelaskan mengenai pembuatan Rancang Bangun Aplikasi Perencanaan Stok Barang dengan Menggunakan Teori Trafik dari tahap awal perancangan sampai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bernama komputer. Komputer merupakan suatu media elektronik yang memegang

BAB I PENDAHULUAN. bernama komputer. Komputer merupakan suatu media elektronik yang memegang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Dalam era globalisasi sekarang ini kemajuan teknologi mewarnai aspek kehidupan manusia. Manusia selalu mengikuti kemajuan teknologi dan berupaya untuk menimbulkan

Lebih terperinci

Model Neraca Air Untuk Simulasi Daya Dukung Lingkungan (Studi Kasus Kota Batu)

Model Neraca Air Untuk Simulasi Daya Dukung Lingkungan (Studi Kasus Kota Batu) 7 Model Neraca Air Untuk Simulasi Daya Dukung Lingkungan (Studi Kasus Kota Batu) Water Balance Model For Carrying Capacity Assessment (Case Study of Batu) Nailufar Fadilah 1, Alexander Tunggul Sutan Haji

Lebih terperinci

Perbaikan teknologi budi daya kacang hijau dan analisis usaha tani di Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur

Perbaikan teknologi budi daya kacang hijau dan analisis usaha tani di Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur PROS SEM NAS MASY BIODIV INDON Volume 3, Nomor 2, Mei 2017 ISSN: 2407-8050 Halaman: 183-188 DOI: 10.13057/psnmbi/m030203 Perbaikan teknologi budi daya kacang hijau dan analisis usaha tani di Kabupaten

Lebih terperinci

BAB V IMPLEMENTASI SISTEM

BAB V IMPLEMENTASI SISTEM BAB V IMPLEMENTASI SISTEM 5.1 Implementasi Pada bab ini akan diuraikan cara dan langkah-langkah untuk mengimplementasikan rancangan perangkat lunak, kebutuhan perangkat lunak maupun perangkat keras yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan teknologi informasi saat ini telah mengalami kemajuan yang cukup pesat. Penggunaan komputer dalam mengolah data dari tiap transaksi yang terjadi mampu

Lebih terperinci

Pangan merupakan salah satu dari tiga kebutuhan pokok manusia, dan ketersediaan pangan yang cukup adalah masalah yang kompleks yang memiliki

Pangan merupakan salah satu dari tiga kebutuhan pokok manusia, dan ketersediaan pangan yang cukup adalah masalah yang kompleks yang memiliki 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Algoritma propagasi balik (backpropagation) adalah salah satu algoritma yang terdapat pada metode jaringan saraf tiruan (JST) dimana algoritma ini memiliki kecenderungan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dalam pembuatan solusi tersebut adalah sebagai berikut: harapan dan memiliki manfaat yang maksimal.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dalam pembuatan solusi tersebut adalah sebagai berikut: harapan dan memiliki manfaat yang maksimal. BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini akan menjelaskan tentang tahapan-tahapan yang dilakukan untuk memecahkan masalah. Tahapan tersebut diawali dengan analisa permasalahan yang terjadi dalam Puskesmas

Lebih terperinci

MODEL SIMULASI PENYEDIAAN KEBUTUHAN BERAS NASIONAL

MODEL SIMULASI PENYEDIAAN KEBUTUHAN BERAS NASIONAL 2002 Arief RM Akbar Posted 7 November, 2002 Makalah Pengantar Falsafah Sains (PPS702) Program Pasca Sarjana / S3 Institut Pertanian Bogor Oktober 2002 Dosen : Prof Dr. Ir. Rudy C Tarumingkeng (Penanggung

Lebih terperinci

Rina Dwi Ariani Rika Harini

Rina Dwi Ariani Rika Harini TEKANAN PENDUDUK TERHADAP LAHAN PERTANIAN DI KAWASAN PERTANIAN (Kasus Kecamatan Minggir dan Moyudan) Population Pressure On Farm Land In The Agricultural Land Area (Case Minggir and Moyudan Sub District)

Lebih terperinci

Lampiran 1. Rugi Laba

Lampiran 1. Rugi Laba LAMPIRAN Lampiran 1. Rugi Laba Uraian Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 Tahun 4 Tahun 5 Tahun 6 Tahun 7 Tahun 8 Tahun 9 Tahun 10 PENERIMAAN Kapasitas Pengolahan (kg buah) 480,000 480,000 480,000 480,000 480,000

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN

BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN 4.1 Instalasi Software Dalam penulisan tugas akhir ini dalam pembuatan programnya menggunakan aplikasi XAMPP dan MySQL sebagai nya dengan bahasa pemrograman Visual Basic.

Lebih terperinci

Nilai Tukar Petani Kabupaten Ponorogo Tahun 2013

Nilai Tukar Petani Kabupaten Ponorogo Tahun 2013 iv Nilai Tukar Petani Kabupaten Ponorogo Tahun 2013 Nilai Tukar Petani Kabupaten Ponorogo Tahun 2013 KATA PENGANTAR Penghitungan dan Penyusunan Publikasi Nilai Tukar Petani Kabupaten Ponorogo Tahun 2013

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Berikut tahapan penelitian yang dilakukan: 1. Menentukan kebutuhan data yang akan digunakan.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Berikut tahapan penelitian yang dilakukan: 1. Menentukan kebutuhan data yang akan digunakan. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain penelitian yaitu tahapan yang akan dilakukan peneliti untuk mempermudah dalam melakukan penelitian. Desain penelitian rancang bangun aplikasi

Lebih terperinci

KOMPUTERISASI SISTEM INFORMASI PRESENSI GURU DAN KARYAWAN PADA SMP NEGERI 1 PARAKAN TEMANGGUNG DENGAN MENGGUNAKAN BARCODE.

KOMPUTERISASI SISTEM INFORMASI PRESENSI GURU DAN KARYAWAN PADA SMP NEGERI 1 PARAKAN TEMANGGUNG DENGAN MENGGUNAKAN BARCODE. KOMPUTERISASI SISTEM INFORMASI PRESENSI GURU DAN KARYAWAN PADA SMP NEGERI 1 PARAKAN TEMANGGUNG DENGAN MENGGUNAKAN BARCODE Naskah Publikasi Disusun Oleh: INTAN YULIANA TANJUNG 07.02.6992 TITIK MUSLIMAH

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN HASIL PENELITIAN. Pada bab 4 ini akan dijelaskan hasil rancangan sistem aplikasi optimizer, yaitu

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN HASIL PENELITIAN. Pada bab 4 ini akan dijelaskan hasil rancangan sistem aplikasi optimizer, yaitu BAB 4 IMPLEMENTASI DAN HASIL PENELITIAN Pada bab 4 ini akan dijelaskan hasil rancangan sistem aplikasi optimizer, yaitu implementasi sistem tersebut dan juga evaluasi dari implementasi sistem untuk mengetahui

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LUAS LAHAN SAWAH DI KABUPATEN SERDANG BEDAGAI ABSTRAK

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LUAS LAHAN SAWAH DI KABUPATEN SERDANG BEDAGAI ABSTRAK FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LUAS LAHAN SAWAH DI KABUPATEN SERDANG BEDAGAI Praja Sembiring*), Tavi Supriana**), Siti Khadijah**) *) Alumni Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera

Lebih terperinci

ppbab I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ppbab I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ppbab I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lahan merupakan sumber daya alam yang memiliki fungsi yang sangat luas dalam memenuhi berbagai kebutuhan manusia. Di lihat dari sisi ekonomi, lahan merupakan input

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. dan batasan operasional. Konsep dasar dan batasan operasional ini mencakup

III. METODE PENELITIAN. dan batasan operasional. Konsep dasar dan batasan operasional ini mencakup 39 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Untuk menghindari kesalahpahaman dalam penelitian ini, maka dibuat definisi dan batasan operasional. Konsep dasar dan batasan operasional

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bahan pangan utama berupa beras. Selain itu, lahan sawah juga memiliki

I. PENDAHULUAN. bahan pangan utama berupa beras. Selain itu, lahan sawah juga memiliki 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lahan sawah memiliki manfaat sebagai media budidaya yang menghasilkan bahan pangan utama berupa beras. Selain itu, lahan sawah juga memiliki manfaat bersifat fungsional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada umumnya, setiap pekerjaan pembangunan sipil selalu berkaitan dengan masalah pekerjaan tanah. Pekerjaan tanah ini dilakukan mulai dari menggali, menggusur, memindahkan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin pesat berkembangnya terutama mengenai sistem informasinya. Ini

BAB I PENDAHULUAN. semakin pesat berkembangnya terutama mengenai sistem informasinya. Ini BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Saat ini di Indonesia perkembangan akan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin pesat berkembangnya terutama mengenai sistem informasinya. Ini membuat suatu perusahaan

Lebih terperinci

Pendekatan Analisis Cluster Dalam Menentukan Karakteristik Pelaku Perceraian di Kabupaten Ponorogo

Pendekatan Analisis Cluster Dalam Menentukan Karakteristik Pelaku Perceraian di Kabupaten Ponorogo Pendekatan Analisis Cluster Dalam Menentukan Karakteristik Pelaku Perceraian di Kabupaten Ponorogo PENDEKATAN ANALISIS CLUSTER DALAM MENENTUKAN KARAKTERISTIK PELAKU PERCERAIAN DI KABUPATEN PONOROGO Angga

Lebih terperinci

STUDI PEDOMAN POLA OPERASI EMBUNG KULAK SECANG UNTUK KEBUTUHAN AIR IRIGASI DESA JATIGREGES KECAMATAN PACE KABUPATEN NGANJUK

STUDI PEDOMAN POLA OPERASI EMBUNG KULAK SECANG UNTUK KEBUTUHAN AIR IRIGASI DESA JATIGREGES KECAMATAN PACE KABUPATEN NGANJUK STUDI PEDOMAN POLA OPERASI EMBUNG KULAK SECANG UNTUK KEBUTUHAN AIR IRIGASI DESA JATIGREGES KECAMATAN PACE KABUPATEN NGANJUK Shony Abdi M, Pitojo Tri Juwono, M. Janu Ismoyo, Jurusan Pengairan Fakultas Teknik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan Tugas Akhir ini, sebagai berikut: 3.1 Instrumen Penelitian Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan memiliki kinerja yang baik adalah kemampuan perusahaan untuk

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan memiliki kinerja yang baik adalah kemampuan perusahaan untuk BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Perkembangan dunia bisnis yang semakin cepat menuntut pengelolaan perusahaan yang lebih baik. Bagi manajemen, pengetahuan yang baik tentang akuntansi akan membantu

Lebih terperinci

Bab 3 Metode dan Perancangan Sistem

Bab 3 Metode dan Perancangan Sistem Bab 3 Metode dan Perancangan Sistem 3.1 Metode Pengembangan Sistem 3.1.1 Pembahasan Metode Analisis Simulasi Simulasi membawa peran penting dalam analisis dari pola spasial, sehingga metode yang digunakan

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN METODE PENELITIAN. Perangkat keras yang dibutuhkan pada penelitian ini adalah : Laptop Dell Inspiron N4030 dengan spesifikasi

BAB III ANALISIS DAN METODE PENELITIAN. Perangkat keras yang dibutuhkan pada penelitian ini adalah : Laptop Dell Inspiron N4030 dengan spesifikasi BAB III ANALISIS DAN METODE PENELITIAN 3.1 TEMPAT DAN WAKTU Penelitian dilakukan di Jakarta dan dilakukan dari Mei 2011 hingga September 2011 3.2 ALAT DAN BAHAN 1. Perangkat Keras Yang Digunakan Perangkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menonjol sekaligus menjadi simbol provinsi Gorontalo adalah. program tanaman pangan jagung yang telah menjangkau pasar

BAB I PENDAHULUAN. menonjol sekaligus menjadi simbol provinsi Gorontalo adalah. program tanaman pangan jagung yang telah menjangkau pasar 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program agropolitan merupakan program unggulan provinsi Gorontalo yang telah mendapatkan sambutan serta apresiasi dari berbagai pihak. Salah satu program pertanian

Lebih terperinci

Produksi Padi Tahun 2005 Mencapai Swasembada

Produksi Padi Tahun 2005 Mencapai Swasembada 47 Produksi Padi Tahun 2005 Mencapai Swasembada Abstrak Berdasarkan data resmi BPS, produksi beras tahun 2005 sebesar 31.669.630 ton dan permintaan sebesar 31.653.336 ton, sehingga tahun 2005 terdapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan perusahaan-perusahaan lainnya. Untuk itu diperlukan adanya metode

BAB I PENDAHULUAN. dengan perusahaan-perusahaan lainnya. Untuk itu diperlukan adanya metode BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Setiap perusahaan didirikan untuk mendapatkan keuntungan (profit) seoptimal mungkin, sehingga dapat memperluas jaringan usaha yang dapat bersaing dengan perusahaan-perusahaan

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN SISTEM INFORMASI PENJUALAN PROPERTI PADA KANTOR AGEN ELIZA & TEAM PROPERTI

RANCANG BANGUN SISTEM INFORMASI PENJUALAN PROPERTI PADA KANTOR AGEN ELIZA & TEAM PROPERTI RANCANG BANGUN SISTEM INFORMASI PENJUALAN PROPERTI PADA KANTOR AGEN ELIZA & TEAM PROPERTI Heru Mahardi (04203125) Fakultas Ilmu Komputer Universitas NAROTAMA, Surabaya Jalan Arif Rahman Hakim 51, Surabaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terdapat beberapa kelemahan pada pencatatan laporan dan mengenai informasi

BAB I PENDAHULUAN. terdapat beberapa kelemahan pada pencatatan laporan dan mengenai informasi BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Laporan keuangan pada Butik Roemah Gaya yang sedang berjalan saat ini terdapat beberapa kelemahan pada pencatatan laporan dan mengenai informasi keuangan yang terjadi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 12 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Pengembangan Sistem Untuk pengembangan sistem, penelitian ini menggunakan model SDLC (Software Development Life Cycle). Selain untuk proses pembuatan, SDLC juga

Lebih terperinci

APLIKASI PERHITUNGAN RENCANA ANGGARAN BIAYA BAHAN BANGUNAN BERBASIS VISUAL BASIC

APLIKASI PERHITUNGAN RENCANA ANGGARAN BIAYA BAHAN BANGUNAN BERBASIS VISUAL BASIC APLIKASI PERHITUNGAN RENCANA ANGGARAN BIAYA BAHAN BANGUNAN BERBASIS VISUAL BASIC TUGAS AKHIR Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Teknik pada Fakultas Jurusan Teknik

Lebih terperinci

ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI PENJUALAN PADA TOKO PLASTIK WS YOGYAKARTA. Naskah Publikasi

ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI PENJUALAN PADA TOKO PLASTIK WS YOGYAKARTA. Naskah Publikasi ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI PENJUALAN PADA TOKO PLASTIK WS YOGYAKARTA Naskah Publikasi diajukan oleh Binti Musta adah 07.12.2617 kepada SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM

Lebih terperinci

KEUNGGULAN KOMPETITIF SISTEM USAHATANI TANAMAN PANGAN DI KABUPATEN SUMBA TIMUR, NTT

KEUNGGULAN KOMPETITIF SISTEM USAHATANI TANAMAN PANGAN DI KABUPATEN SUMBA TIMUR, NTT KEUNGGULAN KOMPETITIF SISTEM USAHATANI TANAMAN PANGAN DI KABUPATEN SUMBA TIMUR, NTT Rachmat Hendayana Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, Jl Tentara Pelajar, 10 Bogor ABSTRAK Makalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Jurusan Ilmu Komputer, Fakultas Matematika dan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Jurusan Ilmu Komputer, Fakultas Matematika dan 42 BAB III METODE PENELITIAN 1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Jurusan Ilmu Komputer, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung, Linux Lampung dan Jl. Griya

Lebih terperinci

METODE. - Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura - Dinas Peternakan dan Perikanan - Dinas Perkebunan b. Data NBM tahun (sekunder)

METODE. - Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura - Dinas Peternakan dan Perikanan - Dinas Perkebunan b. Data NBM tahun (sekunder) 31 METODE Desain, Tempat dan Waktu Desain penelitian ini adalah restrospektif. Lokasi penelitian adalah Kabupaten Muara Enim Provinsi Sumatera Selatan (Lampiran 1). Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan yang pesat di bidang ilmu dan teknologi dewasa ini menuntut adanya kemampuan manusia dalam mempertimbangkan segala kemungkinan sebelum mengambil keputusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sehingga kegiatan operasional perusahaan dapat terus berjalan tanpa gangguan.

BAB I PENDAHULUAN. Sehingga kegiatan operasional perusahaan dapat terus berjalan tanpa gangguan. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Sistem informasi Akuntansi telah menjadi standar dalam bisnis berskala besar dan melibatkan transaksi yang nilai akumulasinya cukup fantastis. Seperti halnya dalam

Lebih terperinci

PEMODELAN TRANSFER AIR PADA DAM PARIT BERTINGKAT UNTUK OPTIMASI SUMBERDAYA AIR LAHAN KERING 1) Ringkasan

PEMODELAN TRANSFER AIR PADA DAM PARIT BERTINGKAT UNTUK OPTIMASI SUMBERDAYA AIR LAHAN KERING 1) Ringkasan 1 PEMODELAN TRANSFER AIR PADA DAM PARIT BERTINGKAT UNTUK OPTIMASI SUMBERDAYA AIR LAHAN KERING 1) Oleh: Setyono Hari Adi dan Gatot Irianto 2) Ringkasan Hasil pemodelan transfer air pada dam parit bertingkat

Lebih terperinci

Analisis Kebijakan Persediaan Beras Provinsi Jawa Tengah Menggunakan Pendekatan Sistem Dinamik

Analisis Kebijakan Persediaan Beras Provinsi Jawa Tengah Menggunakan Pendekatan Sistem Dinamik Seminar dan Konferensi Nasional IDEC 2017 ISSN: 25796429 Surakarta, 89 Mei 2017 Analisis Kebijakan Persediaan Beras Provinsi Jawa Tengah Menggunakan Pendekatan Sistem Dinamik Wiwik Budiawan *1), Ary Arvianto

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang disediakan untuk memenuhi permintaan dari pelanggan. Barang ini

BAB I PENDAHULUAN. yang disediakan untuk memenuhi permintaan dari pelanggan. Barang ini BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Barang masuk dan barang keluar pada perusahaan adalah sejumlah barang yang disediakan untuk memenuhi permintaan dari pelanggan. Barang ini merupakan persediaan barang

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KARAWANA KECAMATAN DOLO KABUPATEN SIGI

ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KARAWANA KECAMATAN DOLO KABUPATEN SIGI e-j. Agrotekbis 2 (3) : 332-336, Juni 2014 ISSN : 2338-3011 ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KARAWANA KECAMATAN DOLO KABUPATEN SIGI Analysis of income and feasibility farming

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan yang paling mendasar bagi sumberdaya manusia suatu bangsa. Untuk mencapai ketahanan pangan diperlukan ketersediaan pangan dalam jumlah dan kualitas

Lebih terperinci

Lampiran 1. Jumlah Penduduk Sumatera Utara ( )

Lampiran 1. Jumlah Penduduk Sumatera Utara ( ) Lampiran 1. Jumlah Penduduk Sumatera Utara (1991-2005) Tahun Jumlah Penduduk (Jiwa) 1991 10454686 1992 10685200 1993 10813400 1994 10981100 1995 11145300 1996 11306300 1997 11463400 1998 11754100 1999

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN

BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN 4.1 Instalasi Software Dalam penulisan tugas akhir ini dalam pembuatan programnya menggunakan aplikasi XAMPP dan MySQL sebagai databasenya dengan bahasa pemrograman Visual

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tembakau Deli (Jacobus Nienhuys Deli Maatschappij) adalah Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Tembakau Deli (Jacobus Nienhuys Deli Maatschappij) adalah Salah satu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tembakau Deli (Jacobus Nienhuys Deli Maatschappij) adalah Salah satu jenis tembakau yang terkenal di Dunia dan dikenal juga sebagai Dollar Land dengan predikat sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tepat secara efektif dan efisien, Dalam situasi tersebut, seseorang dituntut mampu

BAB I PENDAHULUAN. tepat secara efektif dan efisien, Dalam situasi tersebut, seseorang dituntut mampu BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kemajuan teknologi informasi sebagai pengelolaan informasi yang baik akan sangat bermanfaat agar informasi tersebut dapat digunakan pada waktu yang tepat secara efektif

Lebih terperinci

@UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

@UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap gereja yang memiliki banyak jemaat dan kegiatan tentunya memiliki beberapa kebijakan dalam mengelola keuangannya. Kebijakan terkait keuangan tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perbaungan. Kebutuhan energi listrik pada rumah-rumah, gedung-gedung, industri. mempengaruhi kebutuhan energi listrik nasional.

BAB I PENDAHULUAN. Perbaungan. Kebutuhan energi listrik pada rumah-rumah, gedung-gedung, industri. mempengaruhi kebutuhan energi listrik nasional. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Perusahaan Listrik Negara (PLN) adalah sebuah BUMN yang mengurusi semua aspek kelistrikan di Indonesia. Listrik merupakan kebutuhan masyarakat yang bisa dianggap kebutuhan

Lebih terperinci

STUDI OPTIMASI POLA TATA TANAM UNTUK MENGOPTIMALKAN LUAS LAHAN SAWAH DAN KEUNTUNGAN DI DAERAH IRIGASI KARANG ANYAR (436 HA) KABUPATEN MALANG

STUDI OPTIMASI POLA TATA TANAM UNTUK MENGOPTIMALKAN LUAS LAHAN SAWAH DAN KEUNTUNGAN DI DAERAH IRIGASI KARANG ANYAR (436 HA) KABUPATEN MALANG STUDI OPTIMASI POLA TATA TANAM UNTUK MENGOPTIMALKAN LUAS LAHAN SAWAH DAN KEUNTUNGAN DI DAERAH IRIGASI KARANG ANYAR (436 HA) KABUPATEN MALANG Aris Nopebrian 1, Widandi Soetopo 2, Lily Montarcih Limantara

Lebih terperinci

PROSPEK TANAMAN PANGAN

PROSPEK TANAMAN PANGAN PROSPEK TANAMAN PANGAN Krisis Pangan Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang pemenuhannya menjadi hak asasi setiap rakyat Indonesia dalam mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas untuk melaksanakan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PONOROGO NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PONOROGO NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG SALINAN 1 PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PONOROGO NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2012-2032 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

Unit : Dinas Pertanian dan Perikanan Kabupaten Ponorogo

Unit : Dinas Pertanian dan Perikanan Kabupaten Ponorogo Kepala Dinas Unit : Dinas Kabupaten Ponorogo Ir.H.HARMANTO,MMA 95906098202005 S-2Agribisnis RAKY Kepala Dinas dan 2 S- 2 Kursus Manajemen Proyek 2 Kepala Dinas 3 Kepala Bidang Kehutanan 4 Kasubdin Kehutanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu sistem basis data melalui aplikasi sistem informasi manajemen. Dari

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu sistem basis data melalui aplikasi sistem informasi manajemen. Dari BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Persaingan yang semakin ketat dalam penjualan menuntut para pebisnis untuk menemukan suatu strategi yang dapat meningkatkan penjualan dan pemasaran produk yang dijual,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh faktor manusia (human error). Salah satu bidang yang

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh faktor manusia (human error). Salah satu bidang yang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Saat ini peranan sistem informasi dalam suatu organisasi tidak dapat diragukan lagi. Dukungannya dapat membuat sebuah perusahaan memiliki keunggulan kompetitif dan

Lebih terperinci

ANALISIS DAYA DUKUNG LINGKUNGAN SEKTOR PERTANIAN BERBASIS PRODUKTIVITAS DI KABUPATEN BANGLI

ANALISIS DAYA DUKUNG LINGKUNGAN SEKTOR PERTANIAN BERBASIS PRODUKTIVITAS DI KABUPATEN BANGLI ANALISIS DAYA DUKUNG LINGKUNGAN SEKTOR PERTANIAN BERBASIS PRODUKTIVITAS DI KABUPATEN BANGLI I Wayan Susanto 1,2, M. Ruslin Anwar 1,3, Soemarno 1,4 1 Magister Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN

BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN 4.1 Instalasi Software Dalam penuliasn tugas akhir ini dalam pembuatan programnya menggunakan aplikasi XAMPP dan MySQL sebagai nya dengan bahasa pemograman Visual Studio

Lebih terperinci