Metrologi kimia: Peningkatan Kualitas dan Keamanan Pangan
|
|
- Hadian Susanto
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Metrologi kimia: Peningkatan Kualitas dan Keamanan Pangan Rosi Ketrin Pusat Penelitian Kimia LIPI Jl. Cisitu Sangkuriang, Bandung Indonesia Abstrak Perdagangan global memungkinkan produk dengan berbagai kualitas masuk ke dalam suatu negara. Diperlukan infrastruktur metrologi kimia yang kuat dan kokoh yang didukung oleh laboratorium-laboratorium kompeten yang menerapkan sistem jaminan mutu yang sistematis berlandaskan metrologi kimia untuk dapat mencegah masuknya produk-produk pangan berkualitas rendah. Abstract Global trade enables all of kind of products with different quality to enter such country. Strong and stable metrology in chemistry infrastructure that supported by competent laboratories which apply systematic quality assurance is needed to restrain the entering of low quality of the products. Pendahuluan Dengan adanya perdagangan global, maka produk-produk makanan dari berbagai negara diperdagangkan ke seluruh dunia secara bebas. Produk yang ditawarkan harus dapat memenuhi semua persyaratan dan regulasi sebelum dapat dilepaskan ke pasar. Ada berbagai produk makanan dengan berbagai kualitas ditawarkan di pasar dan bisa saja produk berkualitas rendah masuk ke suatu negara bila negara tersebut tidak memiliki sistem keamanan pangan yang kuat. Sistem ini sangat bergantung pada data hasil pengujian yang valid, komparabel dan dapat dipercaya oleh semua pihak. Selain itu, peningkatan kualitas produk yang berarti daya saing di pasaran internasional juga membutuhkan data uji kualitas yang akurat. Data tersebut sangat diperlukan sebagai penunjang penting perdagangan.
2 Produk makanan untuk konsumsi manusia dikategorikan sebagai produk kompleks. Data dari produk inilah yang seringkali menimbulkan masalah dalam perdagangan ekspor-impor karena adanya perbedaan data hasil pengujian laboratorium antara negara pengekspor dan negara pengimpor. Inilah yang disebut sebagai hambatan teknis perdagangan atau technical barrier to trade (TBT). Untuk mengatasi hal ini dan juga untuk menghindari dilakukannya duplikasi pengujian laboratorium diperlukan adanya saling pengakuan akan hasil pengujian laboratorium baik dari pihak pengekspor maupun dari pihak pengimpor. Saling pengakuan akan hasil pengujian ini merupakan faktor penting untuk memfasilitasi perdagangan internasional, khususnya untuk produk makanan. Saling pengakuan ini hanya bisa didapatkan bila hasil pengujian dari laboratorium yang terbukti kompeten dapat memenuhi kriteria yang berlaku secara internasional. Di sinilah peranan metrologi kimia diperlukan. Saat ini, salah satu program dari Consultative Committee for Amount of Substance (CCQM) - Badan Metrologi Dunia (BIPM) adalah memperkenalkan dan mengharmonisasikan kegiatan badan metrologi nasional (NMI) di setiap negara untuk dapat mengembangkan metrologi kimia agar setiap hasil pengujian kimia dapat tertelusur ke standar yang sama yang diakui secara internasional (satuan Sistem Internasional, SI). Dengan demikian, diharapkan setiap hasil pengujian kimia dapat diperbandingkan satu sama lain, tidak terbatas waktu dan tempat di negara manapun pengujian tersebut dilakukan [1]. Bila suatu negara A mengakui kemampuan pengujian dari negara B, maka negara A akan menerima hasil pengujian negara B apa adanya, tanpa perlu dilakukan pengecekan ulang. Hal ini akan menghindari dilakukannya pengujian ganda atau berulang, sehingga dapat mengurangi biaya pengujian dan meningkatkan efisiensi analisis, menghindari terjadinya penolakan export/import karena perbedaan hasil pengujian, meningkatkan produkifitas dan tentu saja akan berpengaruh pada kestabilan ekonomi dari suatu negara. Metrologi kimia
3 Metrologi kimia merupakan ilmu tentang pengukuran, yang merupakan landasan untuk setiap pengujian kimia. Metrologi kimia menjadi sangat penting karena berhubungan dengan hampir semua aspek kehidupan kita. Khususnya di bidang makanan, metrologi kimia memegang peranan penting untuk menjamin bahwa produk yang ada adalah aman untuk dikonsumsi. Bukan hanya itu saja, ada banyak keputusan-keputusan yang menyangkut regulasi yang berkaitan dengan kualitas dan keamanan pangan sangat bergantung pada pengujian secara kimia yang berlandaskan metrologi untuk menjamin validitas data yang dihasilkan. Konsep utama dari metrologi kimia adalah ketertelusuran hasil pengukuran atau pengujian yang dilengkapi dengan nilai ketidakpastian hasil pengujiannya. Seluruh pengujian kimia harus tertelusur satuan SI untuk pengujian kimia. Ketertelusuran pengujian kimia diberikan pada Gambar 1 [2]. Satuan SI (1 mol = kg atom 12 C) Standard Internasional (misalnya standard massa) Bahan Acuan Murni (misalnya KIO 3, Ag murni) Metode Primer (misalnya gravimetri, titrimetri) Bahan Acuan Bermatriks Primer (misalnya CRM dari NIST, IRRM) Metode dan Bahan Acuan Sekuncer (misalnya AAS, Na 2 S 2 O 3 ) Metode dan Bahan Acuan Kerja (misalnya metode untuk pengujian in-house RM) Gambar 1 Ketertelusuran pengujian kimia. Berbeda dengan ketertelusuran fisika ke SI yang lebih transparan dan langsung, ketertelusuran kimia ke satuan SI adalah lebih sulit. Satuan SI untuk pengukuran
4 kimia (amount of substance) adalah mol, yaitu jumlah atom atau molekul yang setara dengan kilogram atom karbon-12. Penerapan dari satuan mol ini untuk menggambarkan ketertelusuran kimia masih membingungkan, karena itu masalah ketertelusuran pengukuran kimia dipecahkan dengan perantaraan metode primer dan bahan acuan [Error! Reference source not found.]. Metode primer adalah metode yang terkait langsung ke satuan-satuan SI. Beberapa contoh metode primer dalam pengujian kimia adalah Spektrometri Massa Pengenceran Isotop (Isotop Dilution Mass Spectrometry-IDMS), kulometri, gravimetri, titrimetri, kalorimetri, dan analisis aktivasi neutron (NAA). Semua metode ini dapat tertelusur secara langsung ke SI. Karakteristik dari metode primer adalah sebagai berikut: 1. standard-free sehingga tidak membutuhkan kalibrasi ataupun koreksi apapun. 2. Semua tahapannya dapat diidentifikasi dan diterangkan secara mendetail, lengkap dengan sumber-sumber kesalahan untuk dapat dihitung nilai ketidakpastiannya. Nilai ketidakpastian ini dapat dituliskan dengan menggunakan satuan SI. 3. Senyawa murni yang digunakan dapat diuji kemurniannya secara transparan. Terdapat dua kategori metode primer, yaitu metode absolute atau langsung dan metode relative. Untuk pengukuran kimia, hanya ditemukan beberapa metode primer saja, karena sebagian besar metode analisis instrumental bukanlah metode primer. Contoh metode primer absolute adalah gravimetri, titrimetri, koulometri, di mana metode ini tidak memerlukan standar ukur. Isotope dilution mass spectrometry (IDMS) adalah salah satu contoh dari metode primer relative yang mengukur rasio dua analit (isotop) yang berhubungan. Konversi rasio ke hasil ukur memerlukan suatu standar, misalnya spike dari suatu komposisi yang diketahui [4]. Namun tidak semua parameter uji kimia dapat dilakukan dengan menggunakan metode-metode tersebut diatas, misalnya pengujian protein atau serat tidak akan mudah diketahui ketertelusurannya [3]. Untuk metode yang bukan metode primer,
5 masalah ketertelusuran ini dipecahkan dengan menggunakan bahan acuan bersertifikat, di mana nilai acuannya telah diketahui dengan pasti. Bahan acuan ini terdiri dari bahan acuan murni yang biasanya disebut sebagai standard reference materials dan bahan acuan bermatriks. Bahan acuan murni biasanya dipakai untuk pembuatan larutan standard kerja dan juga untuk mengkalibrasi peralatan, sedangkan bahan acuan bermatriks dipakai sebagai quality assurance (QA) dan quality control (QC) dari suatu metode analisis [5]. Ketertelusuran dari suatu pengujian kimia dengan menggunakan CRM ini diberikan pada Gambar 2. Laboratorium kalibrasi terakreditasi Pembuat bahan acuan bersertifikat (CRM) Laboratorium Pengujian Anaktimbangyang terkalibrasi Certified Reference Material (CRM) neraca Instrumenanalitik Gambar 2 Ketertelusuran pengujian kimia menggunakan CRM. Bahan acuan sangat diperlukan di dalam sistem jaminan mutu yang sistematis, seperti dijelaskan pada Gambar 3. Penerapan sistem ini meliputi kontrol dan monitoring terhadap mutu data secara internal dan eksternal QC. Yang termasuk pengujian dengan Internal QC yaitu analisis RM, pengujian standar, blanko dan sampel, replikasi analisis, serta pembuatan control chart. Analisis RM untuk internal QC biasanya dilakukan untuk pengembangan metode dan melakukan validasi pada metode metode baru. Tetapi dapat juga dipakai untuk memeriksa kualifikasi atau melakukan verifikasi pada instrumentasi analisis dan metode yang digunakan [3]. Penggunaan RM ini hanya dapat dievaluasi bila didapatkan hasil pengujian yang benar dengan estimasi ketidakpastian yang dapat dipercaya. Melakukan pengujian RM bersamaan dengan sampel yang tidak diketahui dengan menggunakan metode
6 KesimpulanB AM/PbBAB Q dan peralatan yang sama, dan dilakukan pada hari yang sama pula dapat memberikan keterkaitan hasil pengujian sampel tersebut, sehingga dapat tertelusur ke nilai yang dapat diterima secara internasional. Perumusan Masalah Pengambilan Sampel (Contoh Uji) Proses dan Pengawetan Preparasi Sampel Identifikasi Analit Pengujian Secara Kuantitatif Evaluasi Gambar 3 Penggunaan bahan acuan di dalam sistem jaminan mutu yang sistematis. Eksternal QC salah satunya dilaksanakan melalui program uji profisiensi untuk membuktikan kemampuan laboratorium. Untuk pelaksanaan uji profisiensi ini, tidak perlu digunakan CRM, tetapi cukup dengan menggunakan QC sample saja [5]. Agar kemampuan laboratorium dapat diterima secara internasional, laboratorium perlu mengikuti program uji banding secara internasional (international intercomparison). BIPM menggunakan istilah Pilot Study dan Key Comparison untuk uji banding tersebut, di mana pada uji banding ini nilai benar yang digunakan sebagai tolok ukur adalah nilai acuan, dan bukan nilai konsensus (nilai berdasarkan hasil pengujian dari lab-lab peserta). Penggunaan nilai acuan memberikan kepercayaan diri pada kebenaran dan akurasi hasil uji banding tersebut [6]. Untuk wilayah Asia Pasifik, uji banding ini dikoordinasi oleh Asia Pacific Metrology Program (APMP).
7 Pentingnya Metrologi Kimia untuk Peningkatan Kualitas dan Keamanan Pangan Beberapa tahun yang lalu, tepatnya September 2008, dunia digemparkan dengan berita tentang melamine (C 3 H 6 N 6 ), yaitu suatu senyawa kimia yang biasanya digunakan dalam industri pupuk, plastik dan lem, yang ternyata ditemukan dalam serbuk susu bayi (SanLu Milk Powder, China). Melamin bukan protein, melainkan trimer dari cyanamida (yang sangat beracun), yang banyak mengandung gugus amino. Melamin ini sengaja ditambahkan untuk mengelabui kadar protein dari susu. Kadar protein dalam susu seakan-akan tinggi padahal sesungguhnya kadar N-total yang merupakan dasar penetapan protein tersebut sebagian berasal dari N-melanin. Ternyata, bayi yang meminum susu tersebut mendapatkan berbagai masalah serius dengan ginjalnya; ditemukan ada lebih dari 54 ribu anak mengalami masalah kesehatan serius hingga 4 bayi meninggal di China [7]. Penggunaan zat aditif pada makanan sudah tidak dapat dihindarkan lagi. Selain berfungsi sebagai pengawet, penguat citarasa, perbaikan penampilan, perbaikan tekstur, maupun pencegah pengerasan, juga dapat berfungsi sebagai fortifikasi gizi seperti vitamin, mineral, dan zat gizi lain untuk program perbaikan gizi masyarakat. Namun, banyak ditemukan industri-industri makanan yang mencantumkan label yang tidak sesuai, sehingga didapatkan beberapa penggunaan zat aditif yang melebihi ambang batas. Di sini terlihat perlunya kontrol dan monitoring yang bukan hanya ketat tetapi juga harus berkualitas, yang dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat dan melindungi masyarakat dengan menyediakan makanan yang aman untuk dikonsumsi. Selama tahun 2004 terjadi 70 kasus penolakan ekspor perikanan dari Uni Eropa dan pada tahun 2005 masih ditemukan sebanyak 49 kasus, yang meliputi baik karena kontaminasi mikrobiologi (seperti ikan kaleng yang terkontaminasi Salmonella), cemaran logam berat, maupun karena mengandung residu antibiotik. Cemaran tersebut umumnya disebabkan oleh adanya kontaminasi yang berasal dari tambak, tanah, dan air yang sudah tercemari limbah industri maupun domestik. Indonesia merupakan salah satu negara pemasok yang mendapat sorotan tajam dari Komisi
8 Eropa karena kasus yang dialami merupakan kasus terbanyak dibanding negara pemasok yang lain. Tentu saja kasus ini sangatlah merugikan negara, bukan hanya karena menurunkan devisa negara, tetapi juga dapat meningkatkan angka pengangguran. Pasar Uni Eropa merupakan pasar ekspor ketiga terbesar bagi Indonesia, setelah AS dan Jepang; pada tahun 2006 saja, volume ekspor Indonesia ke Uni Eropa mencapai 80 ribu ton dengan nilai ekspor US$ 249,95 juta atau 14,02 persen dari total nilai ekspor perikanan Indonesia [8]. Bisa dibayangkan kerugian negara karena masalah penolakan ini, yang sebetulnya bersumber pada lemahnya kontrol, monitoring dan pengujian, serta tidak adanya infrastruktur metrologi kimia di Indonesia. Kendati embargo impor tuna dan udang Indonesia telah dihapuskan pada tahun 2010, komisi Eropa tetap memperketat pengawasan prosedur ekspor ikan asal Indonesia. Pengawasan ini meliputi kontrol terhadap kualitas dan standardisasi kesehatan pengolahan ikan yang akan dikonsumsi, dengan menerbitkan approval number dan sertifikat sehat untuk ekspor ikan ke Uni Eropa, termasuk prosedur verifikasi yang dilakukan DKP (Departemen Kelautan dan Perikanan) terhadap tambak dan instalasi pengolahannya [9]. Pada umumnya kelemahan dari laboratorium pengujian pangan disebabkan oleh keterbatasan kemampuan pengujian dalam suatu matriks yang kompleks. Produk pangan mempunyai matriks yang sangat beragam dan kompleks bergantung pada jenis bahan baku dan proses pembuatannya. Keterbatasan ini dapat diatasi bila laboratorium menerapkan sistem jaminan mutu yang sistematis seperti dijelaskan di atas. Untuk dapat mengatasi berbagai permasalahan di bidang eksport-import, dukungan dari laboratorium yang berkualitas tidaklah cukup, tetapi diperlukan suatu infrastruktur metrologi kimia yang stabil. Infrastruktur metrologi kimia ini meliputi NMI yang sudah menandatangani CIPM-MRA (perjanjian saling pengakuan untuk hasil pengujian dan pengukuran antar negara anggota CIPM), beserta satu atau beberapa Designated Institute (DI) yang terlibat aktif dalam kegiatan metrologi internasional dan kompetensinya sudah diakui secara internasional, serta terdaftar di dalam website BIPM.
9 Infrastruktur metrologi kimia di Indonesia Indonesia sudah memiliki lebih dari 400 laboratorium terakreditasi dengan lebih dari 80 laboratorium pangan. Di Indonesia belum berkembang laboratorium pangan yang mengkhususkan diri pada bidang spesialisasi tertentu, seperti pangujian residu pestisida, residu antibiotic dalam hewan, kandungan logam berbahaya, dll. Laboratorium spesialis seperti itu berpotensi dikembangkan sebagai laboratorium rujukan yang dibutuhkan oleh laboratorium-laboratorium pengujian lain sebagai pembanding. Laboratorium rujukan dapat memperluas fungsinya seperti menyediakan contohcontoh uji profisiensi yang memiliki nilai acuan, menyediakan in house reference materials bahkan pada tingkat nasional dengan mensertifikasi bahan acuan. Semua ini digunakan laboratorium pengujian untuk menjamin validitas hasil pengujian yang tertelusur ke SI. Laboratorium rujukan memperoleh ketertelusuran tersebut dari NMI. Dapat pula Laboratorium rujukan ditingkatkan kapabilitasnya setara dengan NMI yang memiliki ases ke program-program uji banding internasional termasuk yang regional seperti APMP dan CCQM Key Comparison. Di bawah CIPM-MRA, suatu NMI dapat menominasikan institusi lain sebagai DI yang dapat melaksanakan fungsi NMI untuk bidang pengujian spesialisasi yang penting secara nasional. DI adalah laboratorium atau lembaga yang ditunjuk oleh badan pemerintah yang berwenang sebagai laboratorium rujukan dengan fungsi mendiseminasikan ketertelusuran pengukuran yang diakui internasional di bidang kepakarannya langsung kepada laboratorium-laboratorium penguji rutin yang melakukan pengujian di bidang yang sama. Maka DI harus memiliki kapabilitas dan kompetensi pada bidang yang spesifik saja, misalkan saja laboratorium medis, laboratorium pangan, lingkungan, bioteknologi, dsb. Ada beberapa model yang dapat dipakai oleh NMI untuk menerapkan dan mengembangkan infrastruktur metrologi kimia; biasanya model yang dianut disesuaikan dengan kebijakan dan kondisi dari suatu negara. Pada beberapa negara, NMI memiliki
10 kekuasaan dan tanggung jawab penuh untuk mengembangkan metrologi di negara tersebut. Tetapi ada banyak pula negara yang NMI-nya sama sekali tidak didukung secara hukum. Pada dasarnya terdapat dua model yang ekstrim, yaitu model sentralisasi dan desentralisasi. Variasi dari model sentralisasi adalah yang disebut dengan model partnership. Model partnership ini tepat bila NMI memiliki kemampuan pengukuran yang terbatas, sehingga perlu menjalin kerjasama dengan beberapa organisasi yang memiliki bidang pengujian spesifik [9]. Bila melihat model yang dapat dipakai oleh NMI untuk menerapkan dan mengembangkan infrastruktur metrologi kimia, maka model yang paling tepat untuk diterapkan di Indonesia adalah partnership model, di mana NMI dan DI bersamasama merupakan satu kesatuan, dengan NMI sebagai koordinator. Untuk itu, NMI harus memiliki kapabititas untuk mengembangkan CRM primer dari bahan murni, menyediakan CRM yang tertelusur ke SI, memberi nilai acuan kepada bahan acuan sekunder, memberi nilai acuan in-house RM, memberi nilai acuan kepada penyelenggara uji profisiensi melalui contoh uji profisiensi. Saat ini, Pusat Penelitian Kimia-LIPI bersama-sama dengan Pusat Sarana Pengendalian Dampak Lingkungan (Pusarpedal), Pusat Pengujian Obat dan Makanan Nasional (PPOMN), Balai Besar Pengembangan dan Pengendalian Hasil Perikanan (BBP2HP), Balai Besar Industri Agro (BBIA), Balai Pengujian Mutu Barang (BPMB), dan Laboratorium Kesehatan Daerah Provinsi DKI Jakarta sedang mencoba membangun kompetensi yang spesifik untuk setiap pengujian kimia, khususnya di bidang pangan dan lingkungan. Diharapkan laboratorium-laboratorium inilah yang dapat menjadi penopang untuk berdirinya infrastruktur pengujian kimia di Indonesia. Dengan terbentuknya infrastruktur ini kita tidak hanya dapat mencegah masuknya produk-produk pangan berkualitas rendah ke negara kita, tetapi juga dapat meningkatkan kualitas dan keamanan pangan kita. Kesimpulan Dari masalah yang diungkapkan di sini terlihat bahwa kontrol, monitoring dan pengujian yang berkualitas sangat diperlukan untuk peningkatkan kualitas dan keamanan pangan. Kontrol, monitoring dan pengujian pangan yang berkualitas
11 hanya bisa diperoleh bila laboratorium menerapkan sistem jaminan mutu yang sistematis dengan berlandaskan metrologi kimia. Selain itu, NMI yang kompeten sangat dibutuhkan sebagai landasan terbentuknya infrastruktur metrologi kimia nasional yang kuat dan kokoh. Dengan adanya infrastruktur metrologi kimia yang kuat dan kokoh, maka masalah-masalah nasional yang bermuara dari tidak akuratnya data hasil pengujian, khususnya di bidang keamanan pangan dapat teratasi. Selain itu, berbagai masalah teknis perdagangan yang biasanya timbul karena perbedaan standar dan hasil pengujian, dapat dihilangkan dan ditanggulangi sehingga dapat meningkatkan perekonomian Indonesia. Pustaka 1. G. Dube, Accred Qual Assur , Metrology in chemistry a public task. 2. C. Cherdchu, APMP 2008-Technical Meeting Jakarta, The experience about development of metrology in chemistry in Thailand. 3. R. Kaarls, Accred Qual Assur , Metrology in chemistry: Rapid developments in the global metrological infrastructure, the CIPM MRA and its economic and social impact. 4. M. Valcarcel, B Lendl, Trends in Analytical Chemistry , Analytical chemistry at the interface between metrology and problem solving. 5. H. Emons, A. Held, F. Ulberth, Pure Appl Chem , Reference materials as crucial tools for quality assurance and control in food analysis. 6. A. Baldan, A. M. V. Veen, D. Praub, A. Recknagel, N. Boley, S. Evans, D. Woods, AQA , Economy of proficiency testing: reference value consensus values. 7. FAO newsroom, tanggal 26 Sep 2008, Melamine milk crisis. 8. Tempo interaktif, 24 Juli 2008, Pemerintah awasi produk perikanan. 9. Bali Post online, 7 Juni 2004, Komisi Eropa perketat pengawasan kualitas dan standardisasi Ikan. 10. APMP-PTB, Guide No 3/2009, A guide to Creating or Improving a National Metrology in Chemistry Infrastructure.
Metrologi Kimia. Sumardi dan Julia Kantasubrata
Metrologi Kimia Sumardi dan Julia Kantasubrata Pentingnya Infrastruktur Pengukuran Kimia Banyak keputusan yang berkaitan dengan masalah-masalah keamanan, keselamatan, kesehatan dan kesejahteraan masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi adalah salah satu aspek penilaian kemajuan suatu negara. Pertumbuhan ekonomi yang baik akan terbentuk dengan adanya regulasi yang baik pula dalam
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Faktor yang memegang peranan penting dalam produk agroindustri adalah
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Faktor yang memegang peranan penting dalam produk agroindustri adalah mutu produk. Salah satu cara untuk mengetahui mutu produk agroindustri adalah dengan pengujian
Lebih terperinciPENTINGNYA KEBERADAAN LEMBAGA METROLOGI GAS DI INDONESIA. Andreas, S.Si
PENTINGNYA KEBERADAAN LEMBAGA METROLOGI GAS DI INDONESIA Andreas, S.Si PENDAHULUAN Analisis gas mempunyai peran yang sangat penting dalam beberapa proses industri seperti pada pengolahan gas alam, pada
Lebih terperinciKetertelusuran Pengukuran
Ketertelusuran Pengukuran Oleh : Nuryatini PENDAHULUAN Ketertelusuran pengukuran dalam analisis kimia kini merupakan masalah yang sangat penting dalam kimia analitik. Sejak tahun 1990 dua organisasi dunia
Lebih terperinciRENCANA STRATEGIS KEDEPUTIAN BIDANG PENERAPAN STANDAR DAN AKREDITASI BADAN STANDARDISASI NASIONAL TAHUN
RENCANA STRATEGIS KEDEPUTIAN BIDANG PENERAPAN STANDAR DAN AKREDITASI BADAN STANDARDISASI NASIONAL TAHUN 2015 2019 JAKARTA 2015 Kata Pengantar Dalam rangka melaksanakan amanat Undang-Undang No. 25 Tahun
Lebih terperinciRenstra Pusat Akreditasi Lembaga Sertifikasi BSN Tahun RENSTRA PUSAT AKREDITASI LEMBAGA SERTIFIKASI TAHUN
RENSTRA PUSAT AKREDITASI LEMBAGA SERTIFIKASI TAHUN 2015-2019 BADAN STANDARDISASI NASIONAL 2015 Kata Pengantar Dalam rangka melaksanakan amanat Undang-Undang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Lebih terperinciDaftar Isi. Kata Pengantar... Daftar Isi... BAB I PENDAHULUAN Kondisi Umum Potensi dan Permasalahan 6
RENCANA STRATEGIS PUSAT AKREDITASI LABORATORIUM DAN LEMBAGA INSPEKSI KEDEPUTIAN BIDANG PENERAPAN STANDAR DAN AKREDITASI BADAN STANDARDISASI NASIONAL TAHUN 2015 2019 JAKARTA 2015 Kata Pengantar Dalam rangka
Lebih terperinciJADWAL RCCHEM LEARNING CENTER TAHUN 2017
JADWAL RCCHEM LEARNING CENTER TAHUN No Judul Kursus Biaya Investasi Tanggal Januari 1 TRAINING PROMO AWAL TAHUN "Implementasi Control Chart Pada Pengujian Februari 1 Pelatihan Tiga Hari : Pemilihan, Revisi
Lebih terperinciJADWAL RCCHEM LEARNING CENTER TAHUN 2017
JADWAL RCCHEM LEARNING CENTER TAHUN No Judul Kursus Biaya Investasi Tanggal Maret 1 Highly Effective Leadership Rp 4,500,000,- 02 Maret - 03 Maret 2 Teknik Kalibrasi Alat Ukur Dasar Rp 8,850,000,- 06 Maret
Lebih terperinciPEMBELAJARAN - 2 PERTEMUAN KE 4 3 x pertemuan DIKLAT FUNGSIONAL PENERA 2011
PEMBELAJARAN - 2 PERTEMUAN KE 4 3 x pertemuan DIKLAT FUNGSIONAL PENERA 2011 Menimbang : UU No.2/1981 tentang ML a. bahwa untuk melindungi kepentingan umum perlu adanya jaminan dalam kebenaran pengukuran
Lebih terperinciKelembagaan Metrologi Nasional. - Jakarta, 20 Oktober 2016
Kelembagaan Metrologi Nasional donny@bsn.go.id - Jakarta, 20 Oktober 2016 1 Perjalanan Sejarah Lembaga Pengelola Standar Nasional Satuan Ukuran (SNSU) di Indonesia Stichting Fonds voor de Normalisatie
Lebih terperinciSNI Standar Nasional Indonesia
Standar Nasional Indonesia Air dan air limbah Bagian 15: Cara uji kebutuhan oksigen kimiawi (KOK) refluks terbuka dengan refluks terbuka secara titrimetri ICS 13.060.50 Badan Standardisasi Nasional Daftar
Lebih terperinciESTIMASI KETIDAKPASTIAN PENGUKURAN/PENGUJIAN DALAM PENGUKURAN/PENGUJIAN KIMIA
ESTIMASI KETIDAKPASTIAN PENGUKURAN/PENGUJIAN DALAM PENGUKURAN/PENGUJIAN KIMIA Yohanes Susanto Begitu banyak keputusan-keputusan penting diambil berdasarkan hasil pengujian kimia kuantitatif. Hasil-hasil
Lebih terperinciAir dan air limbah - Bagian 22: Cara uji nilai permanganat secara titrimetri
Standar Nasional Indonesia Air dan air limbah - Bagian 22: Cara uji nilai permanganat secara titrimetri ICS 13.060.50 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata....ii 1 Ruang lingkup...
Lebih terperinciPELATIHAN STANDARDISASI. w w w. b s n. g o. i d. Pemahaman SNI ISO/IEC 17065:2012. Validasi Metode Pengujian Kimia. Pemahaman SNI ISO/IEC 17025:2008
Pemahaman SNI ISO/IEC 17065:2012 Audit Internal Sistem Manajemen Laboratorium (SNI ISO/IEC 17025:2008) Penyusunan Dokumentasi Sistem Manajemen Laboratorium (SNI ISO/IEC 17025:2008) Estimasi Ketidakpastian
Lebih terperinciAir dan air limbah Bagian 8: Cara uji timbal (Pb) dengan Spektrofotometri Serapan Atom (SSA)-nyala
Standar Nasional Indonesia Air dan air limbah Bagian 8: Cara uji timbal (Pb) dengan Spektrofotometri Serapan Atom (SSA)-nyala ICS 13.060.50 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii
Lebih terperinciSNI Standar Nasional Indonesia
Standar Nasional Indonesia Air dan air limbah Bagian 16: Cara uji kadmium (Cd) dengan metode Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) nyala ICS 13.060.50 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i
Lebih terperinciAir dan air limbah Bagian 11: Cara uji derajat keasaman (ph) dengan menggunakan alat ph meter
Standar Nasional Indonesia Air dan air limbah Bagian 11: Cara uji derajat keasaman (ph) dengan menggunakan alat ph meter ICS 13.060.50 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii
Lebih terperinciMODUL MATERI UJIAN PERPINDAHAN JABATAN FUNGSIONAL PENGAWAS FARMASI DAN MAKANAN TERAMPIL KE AHLI PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS) BADAN POM RI
MODUL MATERI UJIAN PERPINDAHAN JABATAN FUNGSIONAL PENGAWAS FARMASI DAN MAKANAN TERAMPIL KE AHLI PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS) BADAN POM RI MATA PELAJARAN : ACUAN STANDAR METODE PENGUJIAN BADAN PENGAWAS OBAT
Lebih terperinci- 1 - PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 102 TAHUN 2000 TENTANG STANDARDISASI NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
- 1 - PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 102 TAHUN 2000 TENTANG STANDARDISASI NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mendukung peningkatan produktivitas, daya
Lebih terperinciPERSYARATAN MANAJEMEN LABORATORIUM PENGUJIAN SESUAI ISO/IEC : 2005
PERSYARATAN MANAJEMEN LABORATORIUM PENGUJIAN SESUAI ISO/IEC 17025 : 2005 ASIAH PUSLITBANG KUALITAS DAN LABORATORIUM LINGKUNGAN - KLHK asiah1312@yahoo.com 081318888067 1 Latar Belakang Apakah lab pengujian
Lebih terperinciRoadmap Pengawasan Kemasan Pangan. Direktorat Pengawasan Produk dan Bahan Berbahaya 2015
Roadmap Pengawasan Kemasan Pangan Direktorat Pengawasan Produk dan Bahan Berbahaya 2015 Latar Belakang Merupakan salah satu prioritas harmonisasi standar dalam Asean Economic Comunity (AEC) Sangat dinamis
Lebih terperinciUJI PROFISIENSI LABORATORIUM. Dyah Styarini
UJI PROFISIENSI LABORATORIUM Dh Strini Pendahuluan Dalam kehidupan modern saat ini kualitas hidup masrakat dunia mendapat perhatian ng serius dalam berbagai aspek kehidupan. Kualitas produk, jasa maupun
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 102 TAHUN 2000 TENTANG STANDARDISASI NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 102 TAHUN 2000 TENTANG STANDARDISASI NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: a. bahwa dalam rangka mendukung peningkatan produktivitas, daya guna produksi,
Lebih terperinciAir dan air limbah Bagian 54 : Cara uji kadar arsen (As) dengan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) secara tungku karbon
Standar Nasional Indonesia Air dan air limbah Bagian 54 : Cara uji kadar arsen (As) dengan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) secara tungku karbon ICS 13.060.01 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi
Lebih terperinciAir dan air limbah Bagian 2: Cara uji kebutuhan oksigen kimiawi (KOK) dengan refluks tertutup secara spektrofotometri
Standar Nasional Indonesia Air dan air limbah Bagian 2: Cara uji kebutuhan oksigen kimiawi (KOK) dengan refluks tertutup secara spektrofotometri ICS 13.060.50 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar
Lebih terperinciBahan Acuan (Reference Material) dalam Metrologi. oleh: Fitri Dara
Bahan Acuan (Reference Material) dalam Metrologi oleh: Fitri Dara Pengantar Pada tanggal 20 Mei 1908, di Indonesia telah berdiri sebuah organisasi yaitu Boedi Oetomo yang memiliki tujuan untuk menciptakan
Lebih terperinciPENERAPAN CARA BUDIDAYA IKAN YANG BAIK (CBIB) PADA UNIT USAHA BUDIDAYA
PENERAPAN CARA BUDIDAYA IKAN YANG BAIK (CBIB) PADA UNIT USAHA BUDIDAYA Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya Direktorat Produksi 2010 Pendahuluan Dalam rangka menghadapi era globalisasi, maka produk perikanan
Lebih terperinciKETERTELUSURAN. Surya Ridwanna
KETERTELUSURAN Surya Ridwanna BIO DATA 1. NAMA : SURYA RIDWANNA 2. ALAMAT : 0818618438 surya_blk@yahoo.com 1. PENDIDIKAN : AKADEMI ANALIS KESEHATAN BANDUNG 1989 2. POST GRADUATE DIPLOMA IN SCIENCE UNIVERSITY
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. bebas antar negara-negara Asia Tenggara dan China. Hal ini membuka
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendirian Pabrik Era perdagangan bebas telah dimulai dengan dibukanya perjanjian perdagangan bebas antar negara-negara Asia Tenggara dan China. Hal ini membuka kesempatan
Lebih terperinciLAPORAN PROGRAM UJI BANDING (PROFICIENCY TEST) ANTAR LABORATORIUM SKEMA KHUSUS SEMESTER I Bahan Uji: AIR PERMUKAAN VI BATCH 1 (APDS VI-1)
LAPORAN PROGRAM UJI BANDING (PROFICIENCY TEST) ANTAR LABORATORIUM SKEMA KHUSUS SEMESTER I-2016 Bahan Uji: AIR PERMUKAAN VI BATCH 1 (APDS VI-1) PARAMETER UJI: Nitrat (NO 3 - ), Sulfat (SO 4 2- ), dan Klorida
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 199, 2000 BADAN STANDARISASI. Standarisasi Nasional. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER. 01/MEN/2007 TENTANG
PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER. 01/MEN/2007 TENTANG PENGENDALIAN SISTEM JAMINAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciAir dan air limbah Bagian 20 : Cara uji sulfat, SO 4. secara turbidimetri
Standar Nasional Indonesia Air dan air limbah Bagian 20 : Cara uji sulfat, SO 4 2- secara turbidimetri ICS 13.060.50 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata....ii 1 Ruang lingkup...
Lebih terperinciBAB I KETENTUAN UMUM. peraturan..
PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.19/MEN/2010 TENTANG PENGENDALIAN SISTEM JAMINAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN
Lebih terperinciUNJUK KERJA METODE FLAME ATOMIC ABSORPTION SPECTROMETRY (F-AAS) PASCA AKREDITASI
246 ISSN 0216-3128 Supriyanto C., Samin UNJUK KERJA METODE FLAME ATOMIC ABSORPTION SPECTROMETRY (F-AAS) PASCA AKREDITASI Supriyanto C., Samin Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan - BATAN ABSTRAK
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan perdagangan global, tidak dapat dipungkiri bahwa lalu lintas barang semakin terbuka, sehingga memungkinkan tidak adanya batasan negara dalam lalu lintas
Lebih terperinciLAPORAN PROGRAM UJI BANDING (PROFICIENCY TEST) ANTAR LABORATORIUM SKEMA KHUSUS SEMESTER II Bahan Uji: AIR LIMBAH I BATCH II (ALDS I-2)
LAPORAN PROGRAM UJI BANDING (PROFICIENCY TEST) ANTAR LABORATORIUM SKEMA KHUSUS SEMESTER II-2015 Bahan Uji: AIR LIMBAH I BATCH II (ALDS I-2) PARAMETER UJI: Besi, Timbal, Tembaga, dan Daya Hantar Listrik
Lebih terperinciAir dan air limbah Bagian 19: Cara uji klorida (Cl - ) dengan metode argentometri (mohr)
Standar Nasional Indonesia Air dan air limbah Bagian 19: Cara uji klorida (Cl - ) dengan metode argentometri (mohr) ICS 13.060.50 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata....ii 1
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN , , , , ,4 10,13
1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara kepulauan dengan luas wilayah perairan yang mencapai 5,8 juta km 2 dan garis pantai sepanjang 81.000 km. Hal ini membuat Indonesia memiliki
Lebih terperinciRegulasi PCB di Indonesia
Regulasi PCB di Indonesia Dan Perbandingan di Beberapa Negara Mohamad Mova Al Afghani Dyah Paramita Universitas Ibn Khaldun Bogor Jl. R.E. Martadinata No. 2, Bogor 16162 +62 251 8328 203 www.crpg.info
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
122 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN Berdasarkan pembahasan yang telah dikemukakan di dalam bab-bab sebelumnya mengenai pengaturan pengaturan technical barrier to trade sebagai salah satu perjanjian
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN
V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Shrimp Assessment System 1.0 (ShASy 1.0) 1. Modul Aplikasi Utama Modul aplikasi utama ShASy 1.0 terdiri dari pusat pengolahan, model-model penilaian, dan sistem manajemen dialog
Lebih terperinciLAPORAN PROGRAM UJI BANDING (PROFICIENCY TEST) ANTAR LABORATORIUM SKEMA KHUSUS SEMESTER II Bahan Uji: AIR LIMBAH III (ALDS III)
LAPORAN PROGRAM UJI BANDING (PROFICIENCY TEST) ANTAR LABORATORIUM SKEMA KHUSUS SEMESTER II-2015 Bahan Uji: AIR LIMBAH III (ALDS III) PARAMETER UJI: Zat Padat Tersuspensi (TSS), Kebutuhan Oksigen Kimiawi
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1996 TENTANG PANGAN [LN 1996/99, TLN 3656]
UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1996 TENTANG PANGAN [LN 1996/99, TLN 3656] BAB X KETENTUAN PIDANA Pasal 55 Barangsiapa dengan sengaja: a. menyelenggarakan kegiatan atau proses produksi, penyimpanan, pengangkutan,
Lebih terperinciPengembangan SNI. Y Kristianto Widiwardono Pusat Perumusan Standar-BSN
Pengembangan SNI Y Kristianto Widiwardono Pusat Perumusan Standar-BSN Struktur organisasi BSN Kepala Badan Standardisasi Nasional Sekretaris Utama Inspektorat Sekretariat Unit Nasional Korpri BSN Biro
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG STANDARDISASI DAN PENILAIAN KESESUAIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG STANDARDISASI DAN PENILAIAN KESESUAIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Pemerintah Negara
Lebih terperinciPENDAHULUAN LATAR BELAKANG
PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Saat ini, dunia memasuki era globalisasi yang berdampak terhadap sistem perdagangan internasional yang bebas dan lebih terbuka. Keadaan ini memberi peluang sekaligus tantangan
Lebih terperinciLAPORAN PROGRAM UJI BANDING (PROFICIENCY TEST) ANTAR LABORATORIUM SKEMA KHUSUS SEMESTER I Bahan Uji: AIR MINUM DALAM KEMASAN I (AMDK I)
LAPORAN PROGRAM UJI BANDING (PROFICIENCY TEST) ANTAR LABORATORIUM SKEMA KHUSUS SEMESTER I-2015 Bahan Uji: AIR MINUM DALAM KEMASAN I (AMDK I) PARAMETER UJI: Nitrat, Sulfat, dan Klorida BMD Laboratory Provider
Lebih terperinciPERSYARATAN TAMBAHAN LABORATORIUM LINGKUNGAN
PERSYARATAN TAMBAHAN LABORATORIUM LINGKUNGAN Lampiran I Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : 06 Tahun 2009 Tanggal : 6 April 2009 PERSYARATAN TAMBAHAN LABORATORIUM LINGKUNGAN Persyaratan
Lebih terperinciPENDAHULUAN & NUTRITION LABELING
PENDAHULUAN & NUTRITION LABELING Teti Estiasih 1 Teti Estiasih -THP - FTP - UB 2 Teti Estiasih -THP - FTP - UB 1. PENDAHULUAN Teti Estiasih -THP - FTP - UB Pendahuluan Industri pangan, badan pemerintah
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.842, 2011 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERTANIAN. Keamanan Pangan. Pengawasan Pemasukan. Pangan Segar. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 88/Permentan/PP.340/12/2011
Lebih terperinci2017, No Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 227, Tambahan Lembaran Negar
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1712, 2017 BPOM. Pangan Olahan. Batas Maksimum Cemaran Logam Berat. PERATURAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR 23 TAHUN 2017 TENTANG BATAS MAKSIMUM CEMARAN LOGAM
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG STANDARDISASI DAN PENILAIAN KESESUAIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
SALINAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG STANDARDISASI DAN PENILAIAN KESESUAIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Pemerintah
Lebih terperinciGambaran Keamanan Pangan di Nusa Tenggara Timur: Pembahasan Penemuan Formalin dalam Ikan yang beredar di Provinsi NTT. Nike Frans
IRGSC Policy Brief No 014, March 2015 Research and analysis from the Institute of Resource Governance and Social Change (IRGSC) www.irgsc.org Gambaran Keamanan Pangan di Nusa Tenggara Timur: Pembahasan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. situ, sungai, maupun cekungan air tanah. Indonesia memiliki lebih dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap tanggal 22 Maret, dunia memperingati Hari Air Sedunia (HAD), hari dimana warga dunia memperingati kembali betapa pentingnya air untuk kelangsungan hidup untuk
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG STANDARDISASI DAN PENILAIAN KESESUAIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
SALINAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG STANDARDISASI DAN PENILAIAN KESESUAIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Pemerintah
Lebih terperinciAir dan air limbah Bagian 31 : Cara uji kadar fosfat dengan spektrofotometer secara asam askorbat
Standar Nasional Indonesia Air dan air limbah Bagian 31 : Cara uji kadar fosfat dengan spektrofotometer secara asam askorbat ICS 13.060.01 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... Prakata...
Lebih terperinciPENENTUAN NILAI ACUAN UJI BANDING ANTAR LABORATORIUM KALIBRASI UNTUK KALIBRASI MIKROPIPET BERDASARKAN KONSENSUS
Penentuan Nilai Acuan Uji Banding Antar Laboratorium Kalibrasi untuk Kalibrasi Mikropipet (Renanta Hayu dan Zuhdi Ismail) PENENTUAN NILAI ACUAN UJI BANDING ANTAR LABORATORIUM KALIBRASI UNTUK KALIBRASI
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA,
-1- PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2017 TENTANG BATAS MAKSIMUM CEMARAN LOGAM BERAT DALAM PANGAN OLAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN
Lebih terperinciBAB III STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI) 3.1 Peraturan Perundang Undangan Standar Nasional Indonesia (SNI)
BAB III STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI) 3.1 Peraturan Perundang Undangan Standar Nasional Indonesia (SNI) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 102 TAHUN 2000 TENTANG STANDARDISASI NASIONAL PRESIDEN
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor perikanan Indonesia dalam era perdagangan bebas mempunyai peluang yang cukup besar. Indonesia merupakan negara bahari yang sangat kaya dengan potensi perikananan
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN BARAT JULI 2017
BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN BARAT JULI No. 48/09/61/Th. XX, 4 September A. PERKEMBANGAN EKSPOR KALIMANTAN BARAT EKSPOR JULI MENCAPAI US$50,13 JUTA Nilai ekspor
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG PENGESAHAN MINAMATA CONVENTION ON MERCURY (KONVENSI MINAMATA MENGENAI MERKURI)
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG PENGESAHAN MINAMATA CONVENTION ON MERCURY (KONVENSI MINAMATA MENGENAI MERKURI) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. globalisasi berarti peluang pasar internasional bagi produk dalam negeri dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Globalisasi membuat keterkaitan ekonomi nasional dengan perekonomian internasional menjadi makin erat. Dalam skala nasional, globalisasi berarti peluang pasar internasional
Lebih terperinciBAB III BAHAN DAN METODE
BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 27 Mei 2013 sampai dengan 5 Juni 2013 di PT. Awindo Internasional Jakarta. PT. Awindo Internasional terletak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kontribusi di dalam memasok total kebutuhan konsumsi protein di Indonesia,
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara kepulauan dan dua pertiga wilayahnya merupakan lautan, karenanya potensi ikan di Indonesia sangat berlimpah. Sumber daya perikanan
Lebih terperinciYuuk..belajar lagi!!!
Yuuk..belajar lagi!!! SUB SISTEM PENERAPAN STANDAR 1. Mendukung terwujudnya jaminan mutu barang, jasa, proses, sistem atau personil sehingga memberi kepercayaan pelanggan 2. menjamin peningkatan produktivitas,
Lebih terperinci2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994 tentang Pengesahan Agreement Establishing The World Trade Organization (Persetujuan P
No.1730, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENPERIN. SNI. Air Mineral Demineral. Air Mineral CAlami. Air Minum Embun. Pemberlakuan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciRegulasi Laboratorium (Kimia) Pengertian laboratorium. Penggolongan laboratorium. Laboratorium pengujian. Laboratorium pengujian 3/17/2011
Regulasi Laboratorium (Kimia) Pertemuan 1 MANAGEMEN BADAN STANDAR- STANDAR Pengertian laboratorium Di dalam ruangan atau di luar ruangan (ruang terbuka) Tempat berlangsungnya proses pendidikan Tempat dilakukannya
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN BARAT JUNI 2017
BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN BARAT JUNI No. 41/08/61/Th. XX, 1 Agustus A. PERKEMBANGAN EKSPOR KALIMANTAN BARAT EKSPOR JUNI MENCAPAI US$43,22 JUTA Nilai ekspor
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata saat ini telah menjadi salah satu motor penggerak ekonomi dunia terutama dalam penerimaan devisa negara melalui konsumsi yang dilakukan turis asing terhadap
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. masyarakat internasional yaitu isu ekonomi perdagangan. Seiring dengan
BAB V KESIMPULAN Penelitian ini membahas salah satu isu penting yang kerap menjadi fokus masyarakat internasional yaitu isu ekonomi perdagangan. Seiring dengan berkembangnya isu isu di dunia internasional,
Lebih terperinciANALISIS KESALAHAN DALAM SPEKTROMETRI SERAPAN ATOM (SSA)
ANALISIS KESALAHAN DALAM SPEKTROMETRI SERAPAN ATOM (SSA) A. TUJUAN 1. Mengetahui kondisi optimum parameter operasi alat uji SSA milik STTN- BATAN dalam menganalisis unsur Fe. 2. Menentukan sensitivitas,
Lebih terperinciLAPORAN PROGRAM UJI BANDING (PROFICIENCY TEST) ANTAR LABORATORIUM SKEMA KHUSUS SEMESTER I Bahan Uji: AIR PERMUKAAN I (APDS I)
LAPORAN PROGRAM UJI BANDING (PROFICIENCY TEST) ANTAR LABORATORIUM SKEMA KHUSUS SEMESTER I-2015 Bahan Uji: AIR PERMUKAAN I (APDS I) PARAMETER UJI: Sulfat, Klorida, Daya Hantar Listrik, dan Derajat Keasaman
Lebih terperinciAir dan air limbah Bagian 10: Cara uji minyak dan lemak secara gravimetri
Standar Nasional Indonesia Air dan air limbah Bagian 10: Cara uji minyak dan lemak secara gravimetri ICS 13.060.50 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup...
Lebih terperinciESTIMASI KETIDAKPASTIAN PADA PENGUJIAN KADMIUM DALAM PRODUK PERIKANAN MENGGUNAKAN GRAPHITE FURNACE ATOMIC ABSORPTION SPECTROMETRY
ESTIMASI KETIDAKPASTIAN PADA PENGUJIAN KADMIUM DALAM PRODUK PERIKANAN MENGGUNAKAN GRAPHITE FURNACE ATOMIC ABSORPTION SPECTROMETRY Christine Elishian, Willy Cahya Nugraha, dan Yohanes Susanto Ridwan Pusat
Lebih terperinciKERANGKA ACUAN KEGIATAN UJI PROFISIENSI PENYELENGGARA KALIBRASI INTERNAL ALAT KESEHATAN DI RUMAH SAKIT
KERANGKA ACUAN KEGIATAN UJI PROFISIENSI PENYELENGGARA KALIBRASI INTERNAL ALAT KESEHATAN DI RUMAH SAKIT 1. PENDAHULUAN Perkembangan layanan kesehatan yang membutuhkan pengakuan oleh masyarakat maupun pemenuhan
Lebih terperinciPENGUJIAN, KALIBRASI PERALATAN KESEHATAN
PENGUJIAN, KALIBRASI PERALATAN KESEHATAN disampaikan pada : WORKSHOP VALIDASI DATA ASPAK DINKES PROPINSI SUL-SEL Makassar, 20 Perbruari 2018 herwin.bpfkmks@gmail.com Peraturan Terkait UU NO. 36 TAHUN 2009
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kemajuan ilmu dan teknologi terutama bidang industri di Indonesia memiliki dampak yang beragam. Dampak positifnya adalah pertumbuhan ekonomi bagi masyarakat, di sisi
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA A. KEAMANAN PANGAN
II. TINJAUAN PUSTAKA A. KEAMANAN PANGAN Menurut UU RI No. 7 tahun 1996, pangan didefinisikan sebagai segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukkan
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 88/Permentan/PP.340/12/2011 TENTANG
PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 88/Permentan/PP.340/12/2011 TENTANG PENGAWASAN KEAMANAN PANGAN TERHADAP PEMASUKAN DAN PENGELUARAN PANGAN SEGAR ASAL TUMBUHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. menghadapi tantangan yang sangat kompleks dalam memenuhi kebutuhan pangan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk yang besar menghadapi tantangan yang sangat kompleks dalam memenuhi kebutuhan pangan penduduknya. Oleh karena itu, kebijakan
Lebih terperinciTraining Schedule Year
Training Schedule Year 2015-2016 No Topik Training Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep A Category : ISO 1 Interpreting and Documenting ISO 9001 2 Internal Audit ISO 9001 3 Understanding and
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Yulieyas Wulandari, 2013
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Melamin merupakan senyawa kimia bersifat basa yang digunakan terutama sebagai bahan polimer. Tidak ada peraturan yang mengijinkan penambahan langsung melamin ke dalam
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Komoditas Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Periode (Milyar Rp) No Komoditas
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara yang sangat luas dan juga sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Komoditas pertanian merupakan bagian dari sektor pertanian
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. (Bahari Indonesia: Udang [29 maret 2011Potensi]
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perikanan merupakan sektor agribisnis yang hingga saat ini masih memberikan kontribusi yang cukup besar pada perekonomian Indonesia. Dari keseluruhan total ekspor produk
Lebih terperinciLAPORAN PROGRAM UJI BANDING (PROFICIENCY TEST) ANTAR LABORATORIUM SKEMA KHUSUS SEMESTER I BAHAN UJI: Air Permukaan V Batch 2 (APDS V-2)
LAPORAN PROGRAM UJI BANDING (PROFICIENCY TEST) ANTAR LABORATORIUM SKEMA KHUSUS SEMESTER I-2016 BAHAN UJI: Air Permukaan V Batch 2 (APDS V-2) PARAMETER UJI: Zat padat terlarut (TDS), Zat padat tersuspensi
Lebih terperinciWaspada Keracunan Akibat Produk Pangan Ilegal
Waspada Keracunan Akibat Produk Pangan Ilegal Latar Belakang Derasnya arus globalisasi memberikan warna dan nuansa pada pola perdagangan nasional maupun internasional. Perkembangan sistem perdagangan dunia
Lebih terperinciPENGKAJIAN & PENGEMBANGAN METODE
LAPORAN PENGKAJIAN & PENGEMBANGAN METODE Pusat Sarana Pengendalian Dampak Lingkungan (PUSARPEDAL) Deputi Bidang Pembinaan Sarana Teknis Lingkungan dan Peningkatan Kapasitas KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP
Lebih terperinciPERSYARATAN TAMBAHAN LABORATORIUM LINGKUNGAN
Lampiran I Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : 06 Tahun 2009 Tanggal : 6 April 2009 PERSYARATAN TAMBAHAN LABORATORIUM LINGKUNGAN Persyaratan ini digunakan sebagai persyaratan tambahan ISO/IEC
Lebih terperinciKISI-KISI SOAL UJI KOMPETENSI AWAL SERTIFIKASI GURU TAHUN Kompetensi Guru Mata Pelajaran (Kompetensi Dasar)
KISI-KISI SOAL UJI KOMPETENSI AWAL SERTIFIKASI GURU TAHUN 2012 Mata Pelajaran : Teknik Kimia Jenjang : SMA/SMK MA/MAK A. ANALISIS KIMIA Kompetensi Inti Guru 1. Melakukan percobaan di laboratorium kimia
Lebih terperinciLAPORAN PROGRAM UJI BANDING (PROFICIENCY TEST) ANTAR LABORATORIUM SKEMA KHUSUS SEMESTER I Bahan Uji: Air Limbah (ALDS I)
LAPORAN PROGRAM UJI BANDING (PROFICIENCY TEST) ANTAR LABORATORIUM SKEMA KHUSUS SEMESTER I-2015 Bahan Uji: Air Limbah (ALDS I) Parameter Uji: Besi, Timbal, Tembaga, dan DHL BMD Laboratory Provider of Proficiency
Lebih terperinciCompany Profile PT. Global Inti Quality (GIQ)
PT. GLOBAL INTI QUALITY Estubizi Business Center Gedung Setiabudi 2 Jln. HR Rasuna Said Kav.62 Kuningan-Jakarta Selatan, 12920 (+62) 21-52900828 ph (+62) 21-52971875 fx (+62) 8112173798 hp info@giq.co.id
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Industri TPT merupakan penyumbang terbesar dalam perolehan devisa
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri TPT merupakan penyumbang terbesar dalam perolehan devisa Indonesia. Pada kurun tahun 1993-2006, industri TPT menyumbangkan 19.59 persen dari perolehan devisa
Lebih terperinci2 Mengingat penyelenggaraan kegiatan standardisasi dan penilaian kesesuaian; e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, hur
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.216, 2014 PERDAGANGAN. Standardisasi. Penilaian Kesesuaian Perumusan. Pemberlakuan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5584) UNDANG-UNDANG
Lebih terperinciPENDAHULUAN 1.1. Latar belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Kesehatan merupakan hal terpenting dalam kehidupan. Banyak penelitian yang mengemukakan bahwa pola makan mempunyai pengaruh yang sangat signifikan terhadap kesehatan
Lebih terperinciCompany Profile. Independent Analytical Laboratory in Indonesia
Company Profile Independent Analytical Laboratory in Indonesia JL. Raya Sawo No.17-19 Kel. Bringin, Kec. Sambikerep, Surabaya 60218 Ph. +6231-99200900 (Hunting) +6231-99160364/99161503/99160390 Fax. +6231-99161116
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN BARAT APRIL 2017
BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN BARAT APRIL No. 31/06/61/Th. XX, 2 Juni A. PERKEMBANGAN EKSPOR KALIMANTAN BARAT EKSPOR APRIL MENCAPAI US$99,57 JUTA Nilai ekspor Kalimantan
Lebih terperinci