Evidence Based Clinical Review: Transient Elastography sebagai Prediktor Hipertensi Porta pada Pasien dengan Penyakit Hati Kronis

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Evidence Based Clinical Review: Transient Elastography sebagai Prediktor Hipertensi Porta pada Pasien dengan Penyakit Hati Kronis"

Transkripsi

1 Evidence Based Clinical Review: Transient Elastography sebagai Prediktor Hipertensi Porta pada Pasien dengan Penyakit Hati Kronis Nikko Darnindro Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI/RSCM Pendahuluan Sirosis hati dan Kanker hati merupakan dua kondisi akhir penyakit hati yang berkaitan dengan tingginya angka mortalitas. Sirosis hati diderita sekitar 0.1 % dari seluruh populasi di Eropa, termasuk kasus baru per penduduk per tahun melibatkan kematian pertahun. 1 Skrining dan diagnosis yang tepat dan cepat dapat mencegah dan memperlambat progresifitas terjadinya sirosis hati. Penyakit hati kronis ditandai dengan penumpukan bertahap jaringan fibrosis dalam hati, yang pada akhirnya dapat menyebabkan terjadinya sirosis. Evaluasi fibrosis hati menjadi hal yang penting untuk menunjukkan adanya sirosis dan dapat dilakukan dengan biopsi hati. Namun seperti yang diketahui biopsi hati merupakan tindakan invasif, oleh karena itu saat ini dikembangkan alat diagnostik baru menggunakan teknologi ultrasound dan gelombang elastic frekuensi rendah (50Hz) yang disebut transient elastography (TE). 2 Transient Elastography (TE) digunakan untuk mengukur Kekakuan hati ( Liver Stiffness). Kekakuan hati (Liver Stiffness, LS) diatas 14.6 kpa dapat digunakan untuk mendiagnosis sirosis hati dengan sensitifitas 79% dan spesifitas 95%. 3 Pada Penyakit Hati Kronis timbulnya komplikasi berkaitan dengan hipertensi portal. Dan cara terbaik untuk mengukur hipertensi portal adalah dengan pengukuran langsung secara invasif. Dengan metode ini dapat diukur Hepatic Venous Pressure Gradient (HVPG) dan hingga saat ini menjadi pemeriksaan baku emas. Pada pasien sehat HVPG mempunyai nilai kurang dari 5 mmhg, dan nilai lebih dari 5 mulai dipikirkan adanya hipertensi porta. Namun komplikasi yang terkait dengan Hipertensi Porta baru timbul pada nilai HVPG diatas 10 mmhg yang lazim disebut sebagai Clinically Significant Portal Hypertension (CSPH). 4 Pada pasien sirosis dengan nilai HVPG > 12 mmhg berkaitan dengan peningkatan risiko pembentukan dan pecahnya varises esophagus, timbulnya asites dan kanker hati. Selain digunakan untuk diagnosis pengukuran HVPG dapat juga dilakukan untuk pemantauan terapi. Penurunan HVPG sampai < 10 mmhg pada pasien sirosis yang mendapatkan 1

2 beta bloker dapat mencegah timbulnya varises esophagus dan penurunan HVPG < 12 mmhg atau lebih dari 20% dapat mencegah pecahnya varises esophagus. Meskipun pengukuran HVPG merupakan baku emas namun merupakan salah satu pemeriksaan invasif, sehingga dikembangkan suatu pemeriksaan non-invasif untuk mendeteksi dan prediksi peningkatan HVPG. Transient Elastography (TE) seperti yang telah disinggung diatas dapat dijadikan alternatif untuk mendiagnosis peningkatan HVPG dan mencegah timbulnya komplikasi. Beberapa laporan awal mengenai kegunaan Transient Elastography (TE) dalam mendeteksi hipertensi porta, mengatakan bahwa kekakuan hati (liver stiffness, LS) yang diukur dengan TE dan mempunyai korelasi yang baik dengan HVPG pada banyak studi. TE dapat digunakan untuk memprediksi adanya Clinical Significant Portal Hypertension meskipun masih terdapat permasalahan dalam penentuan ambang batas yang akurat. Beberapa peneliti membuat studi mengenai ambang batas LS untuk memprediksi HVPG > 10 mmhg. Nilai yang dikeluarkan bervariasi antara 13.6 kpa hingga 21 kpa. Rentang nilai yang tinggi ini dapat disebabkan oleh heterogenitas dan perbedaan etiologi penyakit hati kronis. 4 Oleh karena itu dalam EBCR ini akan dilakukan penelusuran mengenai kegunaan pengukuran Liver Stiffness menggunakan Transient Elastography dalam memprediksi peningkatan tekanan porta. Berapakan ambang batas yang secara signifikan dapat digunakan untuk mengelompokkan pasien kedalam Clinically Significant Portal Hypertension, yaitu pasien yang mempunyai HVPG > 10 mmhg. Metode Dalam penelusuran penulis memformulasikan sebuah pertanyaan klinis: Apakah Pengukuran Liver Stiffness menggunakan Transient elastography dapat dilakukan untuk mendeteksi adanya Clinically Significant Portal Hypertension pada pasien dengan Penyakit hati Kronis? Untuk menjawab pertanyaan klinis yang timbul penulis melakukan beberapa penelusuran jurnal melalui PubMed menggunakan kata kunci: Transient elastography, Portal Hypertension, Chronic Liver Disease, Liver Stiffness. Menggunakan kombinasi Transient elastography AND Chronic Liver Disease AND Portal Hypertension didapatkan 14 artikel, 2

3 melalui seleksi tahun penerbitan kurang dari 5 tahun, didapatkan 11 arttikel. Dari penelurusan abstrak dan tipe artikel berupa original dan metanalisis didapatkan 3 artikel. Menggunakan kombinasi Transient elastography, AND Portal Hypertension AND Non Invasive didapatkan 30 artikel, seleksi melalui tahun penerbitan, bahasa, penelusuran abstrak dan tipe artikel didapatkan 4 artikel. Dari kombinasi kedua metode pencarian ini didapatkan 4 artikel yang akan dilakukan appraisal. Keywords: Transient elastography AND Chronic Liver Disease AND Portal Hypertension Dan Transient elastography, AND Portal Hypertension AND Non Invasive 44 artikel 37artikel limitasi < 5 tahun 4 artikel Limitasi abstrak dan jenis artikel original, metaanalisis, bahasa inggris, ketersediaan 1. Hong WK, Kim MY, Baik SK, Shin SY, Kim JM, Kang YS, Lim YL, Kim YJ, Cho YZ, Hwang HW, Lee JH, Chae MH, Kim HA, Kang HW, Kwon SO. The usefulness of noninvasive liver stiffness measurements in predicting clinically significant portal hypertension in cirrhotic patients: Korean data. Clin Mol Hepatol Dec;19(4):

4 2. Robic MA, Procopet B, Métivier S, Péron JM, Selves J, Vinel JP, Bureau C. Liver stiffness accurately predicts portal hypertension related complications in patients with chronic liver disease: a prospective study. J Hepatol Nov;55(5): Augustin S, Millán L, González A, Martell M, Gelabert A, Segarra A, Serres X, Esteban R, Genescà J. Detection of early portal hypertension with routine data and liver stiffness in patients with asymptomatic liver disease: A prospective study. J Hepatol Nov 6. pii: S (13) Shi KQ, Fan YC, Pan ZZ, Lin XF, Liu WY, Chen YP, Zheng MH. Transient elastography: a meta-analysis of diagnostic accuracy in evaluation of portal hypertension in chronic liver disease. Liver Int Jan;33(1):62-71 Telaah kritis artikel prospektif Validitas Hong WK etal 3 Robic MA, etal. 5 Augustin S, etal 6 Are the results of the study valid? Was the diagnostic test evaluated in a Representative spectrum of patients (like those in whom it would be used in practice)? Was the reference standard applied regardless of the index test result? Was there an independent, blind comparison between the index test and an appropriate reference ('gold') standard of diagnosis? YES, semua pasien Yes, dilakukan Yes, dilakukan dengan sirosis yang telah dibiopsi dan dilakukan pengukuran HVPG secara konsekutif secara konsekutif YES, gold standar YES, gold standar YES, gold dengan HVPG dengan HVPG standar dengan dilakukan dilakukan HVPG dilakukan Unclear, semua Yes, Operator yang Tidak dilakukan pasien menjalani HVPG dan TE tapi tidak dijelaskan apakah dilakukan dengan tersamar melakukan dengan tersamar pengukuran,hvpg, tidak mengetahui hasil pengukuran LS 4

5 (Importancy) Hong WK etal Robic MA, etal. Augustin S, etal What is the measure. HVPG 10mmHg, LS kpa, AUROC Se 82.5%, Sp 73,7%, PPV 86.8%, NPV 66.7% HVPG 12 mmhg, LS kpa, AUROC Se 82.9%, 70.8%, PPV 80.6%, NPV 72.9% HVPG 10 dan LS 21.1kPa tidak berbeda bermakna untuk memprediksi komplikasi terkait hipertensi porta. r = 0.803; (p< 0.001). LS 21.1kPa, Se 100%, Sp 41%, PPV 41%, NPV 100% untuk memprediksi komplikasi hipertensi portal HVPG 10 mmhg LS 21.1 kpa, Se 73%, Sp 79%, PPV 86%, NPV 61% LS 25 kpa, Se 65%, Sp 93%, PPV 94%, NPV 59% Step 3: Applicability of the results Were the methods for performing the test described in sufficient detail to permit replication? This paper: Yes No Unclear Comment: YES, (Hong etal, Robic etal, Augustin etal) Telaah kritis artikel metaanalisis Shi KQ, etal. Transient elastography: a meta-analysis of diagnostic accuracy in evaluation of portal hypertension in chronic liver disease. Liver Int Jan What question (PICO) did the systematic review address? Comment: Yes, pada abstrak dapat ditemukan tujuan penelitian We studied the performance of TE for detection of significant portal hypertension, oesophageal varices and large oesophageal varices using meta-analysis. F - Is it unlikely that important, relevant studies were missed? Comment: Yes, dijelaskan bahwa penelusuran original artikel melalui beberapa database jurnal ( PubMed, Cochrane, EMBASE, ISI) 5

6 A - Were the criteria used to select articles for inclusion appropriate? Comment: Yes, dijelaskan kriteria inklusi termasuk intervensi yang dilakukan dan karakteristik pasien, serta desain studi yang dimasukkan A - Were the included studies sufficiently valid for the type of question asked? Comment: Yes, dalam metodologi disebutkan mengenai quality assessment menggunakan kuesioner QUADAS, untuk menilai validitas internal dan eksternal T - Were the results similar from study to study? Comment: Disebutkan dalam metodologi dan hasil Hasil: Ambang batas nilai LS untuk mendiagnosis CSPH berada dalam kisaran kpa. Sensitifitas dan spesifitas mencapai 0.9 (95% CI, ) dan 0.79 (95% CI, ). Rasio Odds diagnostik (95% CI, ) dan HSROC (Hierarchical Summary ROC) sebesar 0.93 (95% CI, ). Untuk menilai kegunaan klinis Transient Elastography dalam mendiagnosis hipertensi portal digunakan Fagan plot Analysis. 6

7 Penggunaan TE dalam mendiagnosis hipertensi portal bergantung pada nilai pretes probability hipertensi porta. Diskusi Seperti yang telah dibahas diatas bahwa komplikasi yang timbul serta tatalaksana pada penyakit hati kronis bergantung pada seberapa berat hipertensi porta yang telah terjadi. Oleh karena itu dibutuhkan metode pengukuran yang baik dan mudah mengingat penggunaan pengukuran langsung HVPG bersifat invasif. Karena itu dikembangkan metode pengukuran kekakuan hati (Liver Stiffness, LS) menggunakan Transient Elastography dalam mendeteksi peningkatan tekanan porta. Pada studi yang dilakukan oleh Hong Wk etal, pengukuran LS dapat digunakan untuk mendeteksi adanya Clinically Significant Portal Hypertension (CSPH) Yang menjadi permasalahan adalah menetapkan ambang batas, oleh karena ambang batas dari metanalisis yang ada berkisar antara 13,6 kpa hingga 34.9 kpa. Perbedaan ini dapat disebabkan oleh keragaman studi atau populasi penelitian dan etiologi penyakit hati kronis yang ada. LS lebih tinggi pada penyakit hati alkoholik dibandingkan penyakit hati viral. Pada studi yang dilakukan Hong WK etal, didapatkan bahwa untuk memprediksi HVPG 10 mmhg, nilai ambang batas

8 memiliki AUROC (Area Under Receiver Operating Characteristic) paling baik, sedangkan untuk memprediksi HVPG 12 mmhg, nilai ambang batas LS memiliki nilai AUROC paling baik. 3 Meskipun secara statistik memiliki korelasi yang signifikan namun kekuatannya lemah r 2 = untuk HVPG 10, dan r 2 = untuk HVPG 12 ). Pada Penelitian ini didapatkan nilai ambang batas yang lebih tinggi oleh karena dari karakteristik pasien, diapatkan penyebab penyakit hati kronis terbanyak adalah alkoholik. Keterbatasan dari studi ini adalah jumlah sampel yang sedikit. 3 Pada studi kedua yang dilakukan oleh Robic MA etal, pengukuran Liver Stiffness dapat digunakan secara akurat dalam mendeteksi komplikasi terkait hipertensi porta. Pada penelitian ini didapatkan bahwa antara pengukuran LS melalui Transient elastography dan pengukuran HVPG tidak didapatkan perbedaan bermakna dalam memprediksi timbulnya komplikasi terkait hipertensi porta. Dengan menggunakan ambang batas 21.1 kpa didapatkan bahwa pada nilai diatas angka tersebut 100% pasien pada studi menderita komplikasi akibat hipertensi porta dibandingkan 47,5% pada nilai LS dibawah 21.1 kpa. 5 LS 21.1 kpa mempunyai sensitifitas 100 %, spesifitas 65.4%, PPV 40% dan NPV 100% dalam memprediksi timbulnya komplikasi akibat hipertensi porta. 5 Komplikasi terkait hipertensi porta pada studi ini adalah ditemukannya perdarahan varises esophagus dan asites dalam pengamatan selama 2 tahun. Studi ini merupakam studi pertama yang secara prospektif meneliti kemampuan Transient Elastography dalam memprediksi munculnya komplikasi terkait Hipertensi porta dan hubungannya dengan pengukuran HVPG. 8

9 Gambar A merupakan kurva ROC pada seluruh pasien penyakit hati kronis baik yang sudah terbukti sirosis atau belum, dari gambar ini dapat ditarik kesimpulan bahwa penggunaan pengukuran LS melalui TE dan pengukuran HVPG tidak berbeda bermakna. Gambar B merupakan kurva ROC pada pasien penyakit hati kronis dengan sirosis. Dari gambar ini dapat ditarik kesimpulan bahwa penggunaan pengukuran LS melalui TE dan pengukuran HVPG juga tidak didapatkan perbedaan bermakna. Studi prospektif dilakukan oleh Augustin S dkk, untuk mendeteksi hipertensi porta menggunakan data laboratorium, ultrasonografi dan pengukuran LS. Penelitian ini dilakukan sebagai persiapan apabila pendekatan terapi berdasarkan HVPG mulai digunakan. Dari penelitian yang dilakukan, ambang batas 21.1 kpa memiliki sensitifitas lebih baik (73% vs 65%) dibandingkan dengan ambang 25 kpa, namun spesifitas lebih kurang (79 % vs 93%). 6 Studi ini bermanfaat secara klinis karena dapat mendeteksi pasien mana yang sudah terdapat hipertensi porta (HVPG 5 mmhg) dan pasien dengan CSPH (HVPG 10 mmhg). Kegunaan serupa pengukuran Liver Stiffness dalam prediksi varises esophagus dan seleksi pasien endoskopi dikemukan juga pada suatu studi dimana nilai LS < 19 kpa merupakan predictor kuat tidak adanya varises esophagus grade 2 dengan sesnsitifitas 84%, PPV 47% dan NPV 93%). 7 Oleh karena itu pengukuran LS dengan TE dapat digunakan untuk memprediksi pasien mana yang perlu dilakukan tindakan endoskopi untuk melihat adanya varises esophagus. Pada studi Metaanalisis mengenai kegunaan transient elastography dalam mengevaluasi hipertensi porta pada pasien dengan penyakit hati kronis. Metanalisis ini melibatkan 5 studi 9

10 dengan nilai ambang batas yang bervariasi antara 13.6 kpa hingga 34.9 kpa. Heterogenitas diantara studi bermakna secara statistik. Pada studi ini disimpulkan bahwa TE memiliki akurasi tinggi dalam diagnosis CSPH. Nilai HSROC dalam mendeteksi hipertensi porta sebesar 0,93 ( 95% CI ). 8 Pada meta-analisa ini digunakan Fagan plot dan dikatakan bahwa TE sangat bermanfaat dengan probabilitas positif mencapai 81 %, pada kelompok dengan pretes probabilitas 50 %, dan bila hasil TE negative maka probabilitas ditemukannya penyakit sebesar 11%. 8 Namun nilai ini cenderung turun pada kelompok dengan pretest probability yang rendah. Oleh karena sangat dipengaruhi oleh nilai pretes probabiliti maka disarankan dilakukan pada pasien tertentu untuk meningkatkan akurasinya. 8 Kesimpulan Dari telaah jurnal diatas dapat diambil kesimpulan bahwa pemeriksaan TE merupakan salah satu pemeriksaan yang bermanfaat untuk membantu mendeteksi adanya hipertensi porta. Pada pasien dengan penyakit hati kronis komplikasi yang timbul berkaitan erat dengan peningkatan tekanan porta, dan mendeteksi hal tersebut sangatlah penting. Pengukuran HVPG merupakan baku emas namun bersifat invasive. Dari telaah metaanalisis dan studi yang dilakukan oleh Robic MA etal, menunjukkan bahwa TE sebanding dengan pengukuran langsung HVPG dalam mendeteksi CSPH. Oleh karena heterogenitas studi, populasi dan etiologi penyakit hati kronis diapatkan rentang ambang batas yang lebar antara ,9 kpa. Beberapa studi menggunakan ambang batas 21.1 kpa untuk meningkatkan spesifitas deteksi CSPH, bahkan pada ambang batas diatas 25 kpa didapatkan spesifitas lebih tinggi. Selain untuk mendeteksi CSPH yaitu HVPG 10 mmhg, penggunaan TE juga dapat untuk mendeteksi komplikasi yang muncul terkait hipertensi pulmonal. Untuk dapat meningkatkan kemaknaan klinis diperlukan data hubungan antara LS dengan HVPG berdasarkan etiologi penyakit hati kronis agar didapatkan lebih baik dan dimanfaatkan secara lebih spesifik. 10

11 Daftar Pustaka 1. Blachier M, Leleu H, Peck-Radosavlievic M, Valla DC, Roudot-Thoraval F. The Burden of Liver Disease in Europe. A review of Available Epidemiological Data. EASL Sandrin L, Fourquet B, Hasquenoph JM, Yon S, Fournier C, Mal F, Christidis C, Ziol M, Poulet B, Kazemi F, Beaugrand M, Palau R. Transient elastography: a new noninvasive method for assessment of hepatic fibrosis. Ultrasound Med Biol Dec;29(12): Hong WK, Kim MY, Baik SK, Shin SY, Kim JM, Kang YS, Lim YL, etal. The usefulness of non-invasive liver stiffness measurements in predicting clinically significant portal hypertension in cirrhotic patients: Korean data. (Clin Mol Hepatol 2013;19: Procopet B, Tantau M, Bureau C. Are There any Alternative Methods to Hepatic Venous Pressure Gradient in Portal Hypertension Assesment. J Gastrointestin Liver Dis, March 2013 Vol. 22 No 1: Robic MA, Procopet B, Métivier S, Péron JM, Selves J, Vinel JP, Bureau C. Liver stiffness accurately predicts portal hypertension related complications in patients with chronic liver disease: a prospective study. J Hepatol Nov;55(5): Augustin S, Millán L, González A, Martell M, Gelabert A, Segarra A, Serres X, Esteban R, Genescà J. Detection of early portal hypertension with routine data and liver stiffness in patients with asymptomatic liver disease: A prospective study. J Hepatol Nov 6. pii: S (13) Al-Ghamdi AS. Fibroscan: A Noninvasive Test of Liver Fibrosis Assessment. The Saudi Journal of Gastroenterology (3) Shi KQ, Fan YC, Pan ZZ, Lin XF, Liu WY, Chen YP, Zheng MH. Transient elastography: a meta-analysis of diagnostic accuracy in evaluation of portal hypertension in chronic liver disease. Liver Int Jan;33(1):

Pengukuran Hipertensi Portal dengan Metode Invasive (HVPG) dan Non Invasive (Fibroscan, Spleen size)

Pengukuran Hipertensi Portal dengan Metode Invasive (HVPG) dan Non Invasive (Fibroscan, Spleen size) EVIDENCE-BASED CASE REPORT Pengukuran Hipertensi Portal dengan Metode Invasive (HVPG) dan Non Invasive (Fibroscan, Spleen size) dr. Herikurniawan NPM: 1106024432 PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS I DEPARTEMEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. varises pada pasien dengan sirosis sekitar 60-80% dan risiko perdarahannya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. varises pada pasien dengan sirosis sekitar 60-80% dan risiko perdarahannya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perdarahan varises esofagus (VE) merupakan satu dari banyak komplikasi mematikan dari sirosis karena tingkat mortalitasnya yang tinggi. Prevalensi varises

Lebih terperinci

Hasil. Hasil penelusuran

Hasil. Hasil penelusuran Pendahuluan Karsinoma hepatoselular (KHS) adalah keganasan kelima tersering di seluruh dunia, dengan angka kematian sekitar 500.000 per tahun. Kemajuan dalam pencitraan diagnostik dan program penapisan

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN. tetapi sering tidak diketahui, karena tidak menunjukkan gejala untuk waktu

Bab 1 PENDAHULUAN. tetapi sering tidak diketahui, karena tidak menunjukkan gejala untuk waktu Bab 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Penyakit hati kronis merupakan masalah kesehatan masyarakat, tetapi sering tidak diketahui, karena tidak menunjukkan gejala untuk waktu yang sangat lama,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. SIROSIS HATI Sirosis hati adalah penyakit hati yang menahun yang difus yang ditandai dengan adanya pembentukan jaringan ikat disertai nodul. Biasanya dimulai dengan adanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. etiologi berbeda yang ada dan berlangsung terus menerus, meliputi hepatitis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. etiologi berbeda yang ada dan berlangsung terus menerus, meliputi hepatitis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Istilah penyakit hati kronik merupakan suatu kondisi yang memiliki etiologi berbeda yang ada dan berlangsung terus menerus, meliputi hepatitis kronik dan

Lebih terperinci

EB M S A S M A A

EB M S A S M A A EBM - Diagnostic EB M S A S M A A Critical Appraisal - Worksheet for critical appraisal Main area of clinical objectives: 1. Diagnosis 2. Prognosis 3. Therapy/Treatment 4. Risk/Harm - Software : CAT Maker

Lebih terperinci

EBM Overview: Beberapa Konsep Penting Evidence-Based Medicine

EBM Overview: Beberapa Konsep Penting Evidence-Based Medicine EBM Overview: Beberapa Konsep Penting Evidence-Based Medicine Prof. Bhisma Murti Department of Public Health, Faculty of Medicine, Universitas Sebelas Maret Pretest Probability dan Pengambilan Keputusan

Lebih terperinci

HUBUNGAN SKOR APRI DENGAN DERAJAT VARISES ESOFAGUS PASIEN SIROSIS HATI KARENA HEPATITIS B

HUBUNGAN SKOR APRI DENGAN DERAJAT VARISES ESOFAGUS PASIEN SIROSIS HATI KARENA HEPATITIS B HUBUNGAN SKOR APRI DENGAN DERAJAT VARISES ESOFAGUS PASIEN SIROSIS HATI KARENA HEPATITIS B SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran ELSY NASIHA ALKASINA G0014082 FAKULTAS KEDOKTERAN

Lebih terperinci

Penilaian Skor APRI sebagai Penanda Fibrosis Hati pada Hepatitis B Kronik

Penilaian Skor APRI sebagai Penanda Fibrosis Hati pada Hepatitis B Kronik Evidance-Based Case Report Penilaian Skor APRI sebagai Penanda Fibrosis Hati pada Hepatitis B Kronik Oleh: David Santosa DIVISI HEPATOLOGI PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT DALAM

Lebih terperinci

RINGKASAN. Penyakit hati kronis merupakan masalah kesehatan masyarakat, tetapi sering tidak diketahui, karena tidak menunjukkan gejala untuk

RINGKASAN. Penyakit hati kronis merupakan masalah kesehatan masyarakat, tetapi sering tidak diketahui, karena tidak menunjukkan gejala untuk RINGKASAN Penyakit hati kronis merupakan masalah kesehatan masyarakat, tetapi sering tidak diketahui, karena tidak menunjukkan gejala untuk waktu yang sangat lama, dan baru terdeteksi ketika fibrosis telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang penelitian. permeabilitas mikrovaskular yang terjadi pada jaringan yang jauh dari sumber infeksi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang penelitian. permeabilitas mikrovaskular yang terjadi pada jaringan yang jauh dari sumber infeksi BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang penelitian Sepsis merupakan suatu sindrom klinis infeksi yang berat dan ditandai dengan tanda kardinal inflamasi seperti vasodilatasi, akumulasi leukosit, dan peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Hepatitis kronik virus B dan virus C adalah masalah kesehatan di seluruh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Hepatitis kronik virus B dan virus C adalah masalah kesehatan di seluruh 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Hepatitis kronik virus B dan virus C adalah masalah kesehatan di seluruh dunia dan penyebab terjadinya proses fibrosis hati dan berakhir pada sirosis hati

Lebih terperinci

TES DIAGNOSTIK (DIAGNOSTIC TEST)

TES DIAGNOSTIK (DIAGNOSTIC TEST) TES DIAGNOSTIK (DIAGNOSTIC TEST) Oleh: Risanto Siswosudarmo Departemen Obstetrika dan Ginekologi FK UGM Yogyakarta Pendahuluan. Test diagnostik adalah sebuah cara (alat) untuk menentukan apakah seseorang

Lebih terperinci

Frenky Jones, Juwita Sembiring, Lukman Hakim Zain Divisi Gastroenterologi dan Hepatologi, Departemen Ilmu Penyakit Dalam

Frenky Jones, Juwita Sembiring, Lukman Hakim Zain Divisi Gastroenterologi dan Hepatologi, Departemen Ilmu Penyakit Dalam ARTIKEL PENELITIAN Akurasi Diagnostik Fibrosis Hati berdasarkan Rasio Red Cell Distribution Width (RDW) dan Jumlah Trombosit Dibanding dengan Fibroscan pada Penderita Hepatitis B Kronik Abstrak Frenky

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci : NAFLD, L/S ratio on CT, liver biopsy, steatosis

ABSTRAK. Kata Kunci : NAFLD, L/S ratio on CT, liver biopsy, steatosis ABSTRAK Latar Belakang: n-alcoholic fatty liver disease (NAFLD) merupakan salah satu penyakit hati kronik yang sering ditemukan di dunia. Sekitar 20% pasien dengan NASH akan menjadi sirosis kriptogenik

Lebih terperinci

ABSTRAK KORELASI ANTARA TEKANAN VENA SENTRAL

ABSTRAK KORELASI ANTARA TEKANAN VENA SENTRAL ABSTRAK KORELASI ANTARA TEKANAN VENA SENTRAL DENGAN COLLAPSIBILITY INDEX VENA KAVA INFERIOR PADA PASIEN YANG DIRAWAT DI RUANG TERAPI INTENSIF RUMAH SAKIT UMUM PUSAT SANGLAH DENPASAR Latar belakang: Status

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. arsitektur hati dan pembentukan nodulus regeneratif (Sherlock dan Dooley,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. arsitektur hati dan pembentukan nodulus regeneratif (Sherlock dan Dooley, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sirosis hati (cirrhosis hati / CH) adalah suatu keadaan patologis yang menggambarkan stadium akhir fibrosis hati yang ditandai dengan distorsi arsitektur hati dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. arsitektur hepar dan pembentukan nodulus regenatif (Nurdjanah, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. arsitektur hepar dan pembentukan nodulus regenatif (Nurdjanah, 2009). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sirosis hati adalah suatu keadaan patologis yang menggambarkan stadium akhir fibrosis hepatik yang berlangsung progresif yang ditandai dengan distorsi dari arsitektur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. KHS terjadi di negara berkembang. Karsinoma hepatoseluler merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. KHS terjadi di negara berkembang. Karsinoma hepatoseluler merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian 1. Perumusan Masalah Karsinoma hepatoseluler (KHS) merupakan kanker terbanyak kelima pada laki-laki (7,9%) dan ketujuh pada wanita 6,5%) di dunia, sebanyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. akhir fibrosis hepatik yang berlangsung progresif yang ditandai dengan distorsi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. akhir fibrosis hepatik yang berlangsung progresif yang ditandai dengan distorsi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Sirosis adalah suatu keadaan patologik yang menggambarkan stadium akhir fibrosis hepatik yang berlangsung progresif yang ditandai dengan distorsi dari arsitektur hepar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bentuk nodul-nodul yang abnormal. (Sulaiman, 2007) Penyakit hati kronik dan sirosis menyebabkan kematian 4% sampai 5% dari

BAB I PENDAHULUAN. bentuk nodul-nodul yang abnormal. (Sulaiman, 2007) Penyakit hati kronik dan sirosis menyebabkan kematian 4% sampai 5% dari BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG PENELITIAN Sirosis hati adalah merupakan perjalanan akhir berbagai macam penyakit hati yang ditandai dengan fibrosis. Respon fibrosis terhadap kerusakan hati bersifat

Lebih terperinci

LBM 3 PRAKTIKUM 2 EVIDENCE BASED MEDICINE (EBM) UNTUK FARMASI

LBM 3 PRAKTIKUM 2 EVIDENCE BASED MEDICINE (EBM) UNTUK FARMASI LBM 3 PRAKTIKUM 2 EVIDENCE BASED MEDICINE (EBM) UNTUK FARMASI Secara prinsip yang menjadi dasar praktik evidence based health care adalah bahwa setiap perilaku atau tindakan medis harus dilandasi suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sirosis hati merupakan stadium akhir dari penyakit. kronis hati yang berkembang secara bertahap (Kuntz, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. Sirosis hati merupakan stadium akhir dari penyakit. kronis hati yang berkembang secara bertahap (Kuntz, 2006). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sirosis hati merupakan stadium akhir dari penyakit kronis hati yang berkembang secara bertahap (Kuntz, 2006). Pada sirosis hati terjadi kerusakan sel-sel

Lebih terperinci

HUBUNGAN BESAR VARISES ESOFAGUS SECARA ENDOSKOPI DENGAN FORNS INDEX PADA PENDERITA SIROSIS HATI

HUBUNGAN BESAR VARISES ESOFAGUS SECARA ENDOSKOPI DENGAN FORNS INDEX PADA PENDERITA SIROSIS HATI HUBUNGAN BESAR VARISES ESOFAGUS SECARA ENDOSKOPI DENGAN FORNS INDEX PADA PENDERITA SIROSIS HATI PENELITIAN POTONG LINTANG DI DEPARTEMEN / SMF ILMU PENYAKIT DALAM FAKULTAS KEDOKTERAN USU / RSUP H ADAM MALIK

Lebih terperinci

ABSTRAK PREVALENSI DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN HIPERTENSI DI RSUP SANGLAH DENPASAR TAHUN 2015

ABSTRAK PREVALENSI DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN HIPERTENSI DI RSUP SANGLAH DENPASAR TAHUN 2015 ABSTRAK PREVALENSI DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN HIPERTENSI DI RSUP SANGLAH DENPASAR TAHUN 2015 Diabetes melitus tipe 2 didefinisikan sebagai sekumpulan penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit tromboemboli vena (TEV) termasuk didalamnya trombosis vena dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit tromboemboli vena (TEV) termasuk didalamnya trombosis vena dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit tromboemboli vena (TEV) termasuk didalamnya trombosis vena dalam (TVD)/Deep Vein Thrombosis (DVT) dan pulmonary embolism (PE) merupakan penyakit yang dapat

Lebih terperinci

Penggunaan Transient Elastography untuk Staging dan Grading pada Pasien NAFLD

Penggunaan Transient Elastography untuk Staging dan Grading pada Pasien NAFLD Penggunaan Transient Elastography untuk Staging dan Grading pada Pasien NAFLD Stevent Sumantri PPDS, Divisi Hepatologi, Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/ RSUPN Cipto

Lebih terperinci

Penggunaan transient elastography untuk staging dan grading pada pasien NAFLD

Penggunaan transient elastography untuk staging dan grading pada pasien NAFLD EVIDENCE BASED CLINICAL REVIEW Penggunaan transient elastography untuk staging dan grading pada pasien NAFLD Stevent Sumantri MD Internal Medicine Resident Hepatology Division Department of Internal Medicine

Lebih terperinci

Kuantifikasi HbsAg Sebagai Kriteria Penghentian Terapi Pada Pasien Hepatitis B Kronik HbeAg Negatif yang Mendapat Terapi Analog Nukleosida/Nukleotida

Kuantifikasi HbsAg Sebagai Kriteria Penghentian Terapi Pada Pasien Hepatitis B Kronik HbeAg Negatif yang Mendapat Terapi Analog Nukleosida/Nukleotida Evidence Based Case Report Kuantifikasi HbsAg Sebagai Kriteria Penghentian Terapi Pada Pasien Hepatitis B Kronik HbeAg Negatif yang Mendapat Terapi Analog Nukleosida/Nukleotida Oleh: Irene Purnamawati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tumor kolorektal merupakan neoplasma pada usus besar yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. Tumor kolorektal merupakan neoplasma pada usus besar yang dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tumor kolorektal merupakan neoplasma pada usus besar yang dapat bersifat jinak atau ganas. Neoplasma jinak sejati (lipoma, tumor karsinoid, dan leiomioma) jarang terjadi

Lebih terperinci

KEHAMILAN NORMAL DENGAN PREEKLAMSI BERAT SERTA HUBUNGANNYA DENGAN TEKANAN DARAH DAN DERAJAT PROTEINURIA

KEHAMILAN NORMAL DENGAN PREEKLAMSI BERAT SERTA HUBUNGANNYA DENGAN TEKANAN DARAH DAN DERAJAT PROTEINURIA PERBANDINGAN KADAR SOLUBLE fms-like TYROSINE KINASE 1 (sflt1) SERUM KEHAMILAN NORMAL DENGAN PREEKLAMSI BERAT SERTA HUBUNGANNYA DENGAN TEKANAN DARAH DAN DERAJAT PROTEINURIA Amillia Siddiq, Johanes C.Mose,

Lebih terperinci

Evidence based Case Report

Evidence based Case Report Evidence based Case Report Pengaruh Stres Psikososial terhadap Keparahan Penyakit Hepatitis Kronik Disusun Oleh: dr. Resultanti NPM: 1006767506 Divisi Hepatologi Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI/RSCM

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penyakit Hati kronik B dan C dan fibrosis hati Penyakit hati kronik adalah suatu penyakit nekroinflamasi hati yang berlanjut dan tanpa perbaikan paling sedikit selama 6 bulan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang penelitian. dengan morbiditas dan mortalitas yang tinggi. Banyak pasien yang meninggal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang penelitian. dengan morbiditas dan mortalitas yang tinggi. Banyak pasien yang meninggal 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang penelitian Penyakit hati menahun dan sirosis merupakan salah satu penyakit hati dengan morbiditas dan mortalitas yang tinggi. Banyak pasien yang meninggal pada dekade

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Inflammatory Bowel Disease (IBD) merupakan suatu. penyakit peradangan idiopatik pada traktus

BAB I PENDAHULUAN. Inflammatory Bowel Disease (IBD) merupakan suatu. penyakit peradangan idiopatik pada traktus BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Inflammatory Bowel Disease (IBD) merupakan suatu penyakit peradangan idiopatik pada traktus gastrointestinal yang umumnya menyerang daerah kolon dan rektal. Etiologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sirosis hati merupakan suatu penyakit yang memiliki penyebaran di seluruh dunia. Individu yang terkena sangat sering tidak menunjukkan gejala untuk jangka waktu panjang,

Lebih terperinci

ANALISIS DERAJAT FIBROSIS HATI DENGAN FIBROSCAN, INDEKS FIB4, KING S SCORE dan APRI SCORE PADA PENYAKIT HEPATITIS KRONIS.

ANALISIS DERAJAT FIBROSIS HATI DENGAN FIBROSCAN, INDEKS FIB4, KING S SCORE dan APRI SCORE PADA PENYAKIT HEPATITIS KRONIS. ANALISIS DERAJAT FIBROSIS HATI DENGAN FIBROSCAN, INDEKS FIB4, KING S SCORE dan APRI SCORE PADA PENYAKIT HEPATITIS KRONIS Rosa Dwi Wahyuni Departemen Ilmu Patologi Klinik FKIK-UNTAD/FK-UH/RSUP DR.Wahidin

Lebih terperinci

B A B I PENDAHULUAN. kesehatan global karena prevalensinya yang cukup tinggi, etiologinya yang

B A B I PENDAHULUAN. kesehatan global karena prevalensinya yang cukup tinggi, etiologinya yang B A B I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Penyakit hati kronis termasuk sirosis telah menjadi masalah bagi dunia kesehatan global karena prevalensinya yang cukup tinggi, etiologinya yang komplek, meningkatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Demam tifoid merupakan suatu penyakit infeksi sistemik yang. disebabkan oleh Salmonella typhi yang masih dijumpai secara luas di

BAB I PENDAHULUAN. Demam tifoid merupakan suatu penyakit infeksi sistemik yang. disebabkan oleh Salmonella typhi yang masih dijumpai secara luas di 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Demam tifoid merupakan suatu penyakit infeksi sistemik yang disebabkan oleh Salmonella typhi yang masih dijumpai secara luas di berbagai negara berkembang yang terutama

Lebih terperinci

Role of Elastography in Early Detection of Liver Cirrhosis

Role of Elastography in Early Detection of Liver Cirrhosis Role of Elastography in Early Detection of Liver Cirrhosis David Susanto*, Visakha R. Irawan** * Dr. Sayidiman Regional General Hospital Jl. Pahlawan No. 2, Kabupaten Magetan, Provinsi Jawa Timur, Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditemukan dalam masyarakat, terutama pada wanita dan usia lanjut. Walaupun penyakit ini

BAB I PENDAHULUAN. ditemukan dalam masyarakat, terutama pada wanita dan usia lanjut. Walaupun penyakit ini BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit batu kandung empedu atau kolelitiasis merupakan penyakit yang lazim ditemukan dalam masyarakat, terutama pada wanita dan usia lanjut. Walaupun penyakit ini

Lebih terperinci

30/10/2015. Penemuan Penyakit secara Screening - 2. Penemuan Penyakit secara Screening - 3. Penemuan Penyakit secara Screening - 4

30/10/2015. Penemuan Penyakit secara Screening - 2. Penemuan Penyakit secara Screening - 3. Penemuan Penyakit secara Screening - 4 Pengertian Tujuan dan sasaran Macam-macam bentuk screening Keuntungan Kriteria program skrining Validitas Reliabilitas Yield Evaluasi atau uji alat screening Penemuan Penyakit secara Screening - 2 Adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Virus Epstein-Barr (EBV) adalah virus yang. menginfeksi lebih dari 90% populasi di dunia, baik yang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Virus Epstein-Barr (EBV) adalah virus yang. menginfeksi lebih dari 90% populasi di dunia, baik yang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Virus Epstein-Barr (EBV) adalah virus yang menginfeksi lebih dari 90% populasi di dunia, baik yang diikuti dengan timbulnya gejala ataupun tidak. WHO-IARC menggolongkan

Lebih terperinci

Prosiding SNaPP2011 Sains, Teknologi, dan Kesehatan

Prosiding SNaPP2011 Sains, Teknologi, dan Kesehatan Prosiding SNaPP2011 Sains, Teknologi, dan Kesehatan ISSN:2089-3582 NILAI DIAGNOSTIK PEMERIKSAAN BIOPSI ASPIRASI JARUM HALUS (BAJAH) DALAM MENDIAGNOSIS KANKER PAYUDARA YANG DIKONFIRMASI DENGAN HASIL PEMERIKSAAN

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 44 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain uji diagnostik untuk membandingkan sensitivitas dan spesifisitas antara serum NGAL dan serum cystatin C dalam mendiagnosa

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEPATUHAN MINUM OBAT DENGAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI RAWAT JALAN DI POLIKLINIK PENYAKIT DALAM RSUD

HUBUNGAN KEPATUHAN MINUM OBAT DENGAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI RAWAT JALAN DI POLIKLINIK PENYAKIT DALAM RSUD HUBUNGAN KEPATUHAN MINUM OBAT DENGAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI RAWAT JALAN DI POLIKLINIK PENYAKIT DALAM RSUD Dr. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN Fitri Maulidia 1 ; Yugo Susanto 2 ; Roseyana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. paling sering adalah berupa angina pektoris stabil (Tardif, 2010; Montalescot et al.,

BAB I PENDAHULUAN. paling sering adalah berupa angina pektoris stabil (Tardif, 2010; Montalescot et al., BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada penyakit jantung koroner (PJK) terdapat kondisi dimana terjadi ketidakseimbangan antara suplai oksigen dengan kebutuhan yang menyebabkan kondisi hipoksia pada miokardium

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyakit perlemakan hati non alkohol atau Non-alcoholic Fatty Liver

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyakit perlemakan hati non alkohol atau Non-alcoholic Fatty Liver 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit perlemakan hati non alkohol atau Non-alcoholic Fatty Liver Disease (NAFLD) merupakan kumpulan gangguan hati yang ditandai dengan adanya perlemakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. ditemukan di seluruh dunia dewasa ini (12.6% dari seluruh kasus baru. kanker, 17.8% dari kematian karena kanker).

BAB 1 PENDAHULUAN. ditemukan di seluruh dunia dewasa ini (12.6% dari seluruh kasus baru. kanker, 17.8% dari kematian karena kanker). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kanker paru merupakan kasus keganasan yang paling sering ditemukan di seluruh dunia dewasa ini (12.6% dari seluruh kasus baru kanker, 17.8% dari kematian karena kanker).

Lebih terperinci

Peran sorafenib pada HCC yang refrakter terhadap TACE Ruben Salamat P

Peran sorafenib pada HCC yang refrakter terhadap TACE Ruben Salamat P Peran sorafenib pada HCC yang refrakter terhadap TACE Ruben Salamat P Abstrak Latar Belakang: Hepatocellular carcinoma (HCC) merupakan kanker terbanyak ke 6 dan merupakan penybab kematian ke 3 akibat kanker

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kejadiannya secara internasional diperkirakan lebih dari 3000 orang dalam 1 juta

BAB 1 PENDAHULUAN. kejadiannya secara internasional diperkirakan lebih dari 3000 orang dalam 1 juta BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Efusi pleura merupakan suatu keadaan yang cukup sering dijumpai. Angka kejadiannya secara internasional diperkirakan lebih dari 3000 orang dalam 1 juta populasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan prevalensi penyakit kronik degeneratif yang. berhubungan dengan usia merupakan outcome utama akibat

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan prevalensi penyakit kronik degeneratif yang. berhubungan dengan usia merupakan outcome utama akibat BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Peningkatan prevalensi penyakit kronik degeneratif yang berhubungan dengan usia merupakan outcome utama akibat pertambahan usia yang progresif pada populasi penduduk

Lebih terperinci

Antibiotik Profilaksis terhadap Spontaneous Bacterial Peritonitis pada Asites dengan Sirosis

Antibiotik Profilaksis terhadap Spontaneous Bacterial Peritonitis pada Asites dengan Sirosis Evidence-based Case Report Antibiotik Profilaksis terhadap Spontaneous Bacterial Peritonitis pada Asites dengan Sirosis Penulis: dr. Oldi Dedya NPM: 1006824421 Divisi Hepatologi Departemen Ilmu Penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Prevalensi Sirosis Hati (SH) diseluruh dunia menempati urutan ketujuh penyebab kematian.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Prevalensi Sirosis Hati (SH) diseluruh dunia menempati urutan ketujuh penyebab kematian. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Prevalensi Sirosis Hati (SH) diseluruh dunia menempati urutan ketujuh penyebab kematian. Sekitar 25.000 orang meninggal tiap tahun akibat penyakit ini. Prevalensi penyakit

Lebih terperinci

DIAGNOSTIK C-REACTIVE PROTEIN (CRP) PADA PASIEN DENGAN APENDISITIS AKUT SKOR ALVARADO 5-6

DIAGNOSTIK C-REACTIVE PROTEIN (CRP) PADA PASIEN DENGAN APENDISITIS AKUT SKOR ALVARADO 5-6 TESIS VALIDITAS DIAGNOSTIK C-REACTIVE PROTEIN (CRP) PADA PASIEN DENGAN APENDISITIS AKUT SKOR ALVARADO 5-6 JIMMY NIM 0914028203 PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI ILMU BIOMEDIK PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS

Lebih terperinci

How to Find Current Evidence Best Medicine. Oleh: Sukirno, S.IP., MA.

How to Find Current Evidence Best Medicine. Oleh: Sukirno, S.IP., MA. How to Find Current Evidence Best Medicine Oleh: Sukirno, S.IP., MA. 1 Tujuan Mengenalkan konsep evidence-based practice, jenis pertanyaan klinis dan cara merumuskan pertanyaan berdasarkan metoda PICO

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. pada tahun 2002 dan peringkat ke 5 di seluruh dunia (Fauci et al., 2008).

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. pada tahun 2002 dan peringkat ke 5 di seluruh dunia (Fauci et al., 2008). BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Diabetes merupakan penyebab kematian nomor 6 di Amerika Serikat (AS) pada tahun 2002 dan peringkat ke 5 di seluruh dunia (Fauci et al., 2008). Sekitar 30%

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kanker adalah penyakit tidak menular yang timbul akibat pertumbuhan tidak normal sel jaringan tubuh yang berubah menjadi sel kanker. Pertumbuhan sel tersebut dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Infark miokard akut merupakan salah satu penyakit. yang tergolong dalam non-communicable disease atau

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Infark miokard akut merupakan salah satu penyakit. yang tergolong dalam non-communicable disease atau BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Infark miokard akut merupakan salah satu penyakit yang tergolong dalam non-communicable disease atau penyakit tidak menular (PTM) yang kini angka kejadiannya makin

Lebih terperinci

Efektifitas Propranolol dibandingkan dengan Ligasi pada Pencegahan Primer Varises Esofagus Pasien Sirosis Hepatis

Efektifitas Propranolol dibandingkan dengan Ligasi pada Pencegahan Primer Varises Esofagus Pasien Sirosis Hepatis Efektifitas Propranolol dibandingkan dengan Ligasi pada Pencegahan Primer Varises Esofagus Pasien Sirosis Hepatis Dewi Mira Ratih Latar Belakang Sirosis merupakan tahap akhir seluruh penyakit hati kronis.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sepsis didefinisikan sebagai adanya mikroorganisme atau toksin /zat beracun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sepsis didefinisikan sebagai adanya mikroorganisme atau toksin /zat beracun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sepsis didefinisikan sebagai adanya mikroorganisme atau toksin /zat beracun dari mikroorganisme di dalam darah dan munculnya manifestasi klinis yang dihasilkan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN INSTRUMEN SKRINING GIZI DI RUMAH SAKIT. Dr. Susetyowati DCN,M.Kes Universitas Gadjah Mada 2014

PENGEMBANGAN INSTRUMEN SKRINING GIZI DI RUMAH SAKIT. Dr. Susetyowati DCN,M.Kes Universitas Gadjah Mada 2014 PENGEMBANGAN INSTRUMEN SKRINING GIZI DI RUMAH SAKIT Dr. Susetyowati DCN,M.Kes Universitas Gadjah Mada 2014 MALNUTRISI DI RUMAH SAKIT STUDI DELPHI (Meijers dkk, 2010) Defisiensi energi, Defisiensi protein

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kesehatan baik di negara maju maupun negara berkembang. Anemia juga masih

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kesehatan baik di negara maju maupun negara berkembang. Anemia juga masih BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Anemia merupakan masalah kesehatan global yang mempengaruhi derajat kesehatan baik di negara maju maupun negara berkembang. Anemia juga masih menjadi masalah

Lebih terperinci

PROFIL PASIEN SIROSIS HATI YANG DIRAWAT INAP DI RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE AGUSTUS 2012 AGUSTUS 2014

PROFIL PASIEN SIROSIS HATI YANG DIRAWAT INAP DI RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE AGUSTUS 2012 AGUSTUS 2014 Jurnal e-clinic (ecl), Volume 3, Nomor 1, Januari-April 2015 PROFIL PASIEN SIROSIS HATI YANG DIRAWAT INAP DI RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE AGUSTUS 2012 AGUSTUS 2014 1 Yunellia Z. Patasik 2

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. praktek sehari-hari. Diperkirakan bahwa hampir 30% kasus pada praktek umum

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. praktek sehari-hari. Diperkirakan bahwa hampir 30% kasus pada praktek umum 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian 1. Perumusan Masalah Keluhan dispepsia merupakan keadaan klinik yang sering dijumpai dalam praktek sehari-hari. Diperkirakan bahwa hampir 30% kasus pada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Apendisitis akut merupakan penyebab akut abdomen yang paling sering memerlukan

BAB 1 PENDAHULUAN. Apendisitis akut merupakan penyebab akut abdomen yang paling sering memerlukan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Apendisitis akut merupakan penyebab akut abdomen yang paling sering memerlukan tindakan pembedahan. Keterlambatan dalam penanganan kasus apendisitis akut sering

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saat ini dapat bertahan hidup dengan perawatan intensif di Ruang Terapi Intensif

BAB I PENDAHULUAN. saat ini dapat bertahan hidup dengan perawatan intensif di Ruang Terapi Intensif BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Praktik kedokteran saat ini berkembang dengan sangat pesat, sehingga banyak pasien dengan penyakit kritis yang dahulunya tidak dapat terselamatkan saat ini dapat bertahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ginjal adalah organ vital yang berperan penting dalam mempertahankan

BAB I PENDAHULUAN. Ginjal adalah organ vital yang berperan penting dalam mempertahankan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ginjal adalah organ vital yang berperan penting dalam mempertahankan kestabilan lingkungan dalam tubuh. Ginjal mengatur keseimbangan cairan tubuh, elektrolit,

Lebih terperinci

VALIDITAS RASIO NEUTROFIL LIMFOSIT PADA APENDISITIS KOMPLIKATA DI RSUP SANGLAH DENPASAR

VALIDITAS RASIO NEUTROFIL LIMFOSIT PADA APENDISITIS KOMPLIKATA DI RSUP SANGLAH DENPASAR ORIGINAL ARTICLE VALIDITAS RASIO NEUTROFIL LIMFOSIT PADA APENDISITIS KOMPLIKATA DI RSUP SANGLAH DENPASAR Dewi Prima Christian 1, I Gede Suwedagatha 2, Nyoman Golden 3, I Ketut Wiargitha 2 1 Program Pendidikan

Lebih terperinci

Pengaruh Keikutsertaan Pasien pada Program Jaminan Kesehatan terhadap Keberhasilan Kontrol Tekanan Darah pada Penderita Hipertensi

Pengaruh Keikutsertaan Pasien pada Program Jaminan Kesehatan terhadap Keberhasilan Kontrol Tekanan Darah pada Penderita Hipertensi EVIDENCE BASED CASE REPORT pada Program Jaminan Kesehatan terhadap Keberhasilan Kontrol Tekanan Darah pada Penderita Hipertensi Della P. Sari, 1* Mirtha T. Listya 2 1 Program Studi Pendidikan Dokter, 2

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah. merupakan jenis kanker yang paling sering terdiagnosis pada wanita (Dizon et al.,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah. merupakan jenis kanker yang paling sering terdiagnosis pada wanita (Dizon et al., BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Kanker payudara merupakan masalah besar di seluruh dunia dan merupakan jenis kanker yang paling sering terdiagnosis pada wanita (Dizon et al., 2009). Di Amerika

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan desain penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan desain penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan desain penelitian cross sectional. Sampel diambil secara consecutive sampling dari data pasien

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kesembilan di Amerika Serikat, sedangkan di seluruh dunia sirosis menempati urutan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kesembilan di Amerika Serikat, sedangkan di seluruh dunia sirosis menempati urutan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Penyakit hati menahun dan sirosis merupakan salah satu penyakit dengan morbiditas dan mortalitas yang tinggi. Sirosis hati merupakan penyebab kematian kesembilan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA GLAUKOMA DENGAN DIABETES MELITUS DAN HIPERTENSI SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

HUBUNGAN ANTARA GLAUKOMA DENGAN DIABETES MELITUS DAN HIPERTENSI SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran HUBUNGAN ANTARA GLAUKOMA DENGAN DIABETES MELITUS DAN HIPERTENSI SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran Karla Kalua G0011124 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

Lebih terperinci

4. HASIL PENELITIAN. 35 Universitas Indonesia

4. HASIL PENELITIAN. 35 Universitas Indonesia 4. HASIL PENELITIAN 4.1. Pengumpulan Data Data didapatkan dari kuesioner program skrining See & Treat di 4 Puskesmas Jatinegara yaitu Kampung Melayu, Cipinang Besar Utara, Bidara Cina dan Rawa Bunga dari

Lebih terperinci

Hubungan Albumin Serum Awal Perawatan dengan Perbaikan Klinis Infeksi Ulkus Kaki Diabetik di Rumah Sakit di Jakarta

Hubungan Albumin Serum Awal Perawatan dengan Perbaikan Klinis Infeksi Ulkus Kaki Diabetik di Rumah Sakit di Jakarta LAPORAN PENELITIAN Hubungan Albumin Serum Awal Perawatan dengan Perbaikan Klinis Infeksi Ulkus Kaki Diabetik di Rumah Sakit di Jakarta Hendra Dwi Kurniawan 1, Em Yunir 2, Pringgodigdo Nugroho 3 1 Departemen

Lebih terperinci

Penggunaan Granulocyte-Colony Stimulating Factor (G-CSF) pada Pasien Acute on Chronic Liver Failure

Penggunaan Granulocyte-Colony Stimulating Factor (G-CSF) pada Pasien Acute on Chronic Liver Failure Evidence Base Clinical Review Penggunaan Granulocyte-Colony Stimulating Factor (G-CSF) pada Pasien Acute on Chronic Liver Failure Penyusun : Anggilia Stephanie Program Pendidikan Dokter Spesialis Departemen

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN 30 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Intensive Cardiovascular Care Unit dan bangsal perawatan departemen Kardiologi dan Kedokteran Vaskuler RSUD Dr. Moewardi

Lebih terperinci

ABSTRAK SKRINING DIABETES MELITUS DI POSBINDU WIJAYA KUSUMAH RW 15 KELURAHAN CITEUREUP KECAMATAN CIMAHI UTARA KOTA CIMAHI

ABSTRAK SKRINING DIABETES MELITUS DI POSBINDU WIJAYA KUSUMAH RW 15 KELURAHAN CITEUREUP KECAMATAN CIMAHI UTARA KOTA CIMAHI ABSTRAK SKRINING DIABETES MELITUS DI POSBINDU WIJAYA KUSUMAH RW 15 KELURAHAN CITEUREUP KECAMATAN CIMAHI UTARA KOTA CIMAHI Andreas Jonathan, 2009. Pembimbing I : Lisawati Sadeli, dr., M.Kes Pembimbing II

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. macam, mulai dari virus, bakteri, jamur, parasit sampai dengan obat-obatan,

BAB I PENDAHULUAN. macam, mulai dari virus, bakteri, jamur, parasit sampai dengan obat-obatan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hepatitis merupakan infeksi yang dominan menyerang hepar atau hati dan kemungkinan adanya kerusakan sel-sel hepar. Penyebabnya dapat berbagai macam, mulai dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. disebabkan adanya penyempitan pada katup mitral (Rilantono, 2012). Kelainan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. disebabkan adanya penyempitan pada katup mitral (Rilantono, 2012). Kelainan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stenosis mitral adalah penyakit kelainan katup jantung yang menyebabkan terlambatnya aliran darah dari atrium kiri menuju ventrikel kiri pada fase diastolik disebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Profesor Shahryar A. Sheikh, MBBS dalam beberapa dasawarsa terakhir

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Profesor Shahryar A. Sheikh, MBBS dalam beberapa dasawarsa terakhir 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Profesor Shahryar A. Sheikh, MBBS dalam beberapa dasawarsa terakhir ancaman dari pembunuh nomor satu di dunia belum pernah surut. Tidak lagi orang tua yang

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Bagian/SMF Obstetri Ginekologi dan poliklinik/bangsal

BAB 5 HASIL PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Bagian/SMF Obstetri Ginekologi dan poliklinik/bangsal 66 BAB 5 HASIL PENELITIAN Penelitian dilaksanakan di Bagian/SMF Obstetri Ginekologi dan poliklinik/bangsal Radioterapi Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro/RS dr. Kariadi Semarang sejak bulan Juli

Lebih terperinci

digunakan untuk menggambarkan sekelompok kelainan hati kronik yang saling berhubungan,

digunakan untuk menggambarkan sekelompok kelainan hati kronik yang saling berhubungan, PENDAHULUAN Penyakit hati non-alkohol (Non-alcoholic fatty liver disease-nafld) adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan sekelompok kelainan hati kronik yang saling berhubungan, terkait dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. WHO pada tahun 2002, memperkirakan pasien di dunia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. WHO pada tahun 2002, memperkirakan pasien di dunia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang WHO pada tahun 2002, memperkirakan 783 000 pasien di dunia meninggal akibat sirosis hati. Sirosis hati paling banyak disebabkan oleh penyalahgunaan alkohol dan infeksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. khususnya trias kematian (hipotermia, asidosis dan koagulopati) yang kini

BAB I PENDAHULUAN. khususnya trias kematian (hipotermia, asidosis dan koagulopati) yang kini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Trauma merupakan permasalahan utama yang dihadapi pada kehidupan moderen saat ini. Secara global, 10% dari seluruh jumlah kematian disebabkan oleh trauma. Perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. plak yang tersusun oleh kolesterol, substansi lemak, kalsium, fibrin, serta debris

BAB I PENDAHULUAN. plak yang tersusun oleh kolesterol, substansi lemak, kalsium, fibrin, serta debris BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aterosklerosis merupakan suatu proses inflamasi kronik yang terjadi pada arteri akibat adanya disfungsi endotel. Proses ini ditandai oleh adanya timbunan plak yang

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEROKOK DENGAN PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIS PADA WANITA DI RUMAH SAKIT HA. ROTINSULU BANDUNG PERIODE ARTIKEL

HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEROKOK DENGAN PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIS PADA WANITA DI RUMAH SAKIT HA. ROTINSULU BANDUNG PERIODE ARTIKEL HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEROKOK DENGAN PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIS PADA WANITA DI RUMAH SAKIT HA. ROTINSULU BANDUNG PERIODE 2011-2012 ARTIKEL Diajukan untuk memenuhi tugas akhir Fakultas Kedokteran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang muncul membingungkan (Axelsson et al., 1978). Kebingungan ini tampaknya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang muncul membingungkan (Axelsson et al., 1978). Kebingungan ini tampaknya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Banyak kendala yang sering dijumpai dalam menentukan diagnosis peradangan sinus paranasal. Gejala dan tandanya sangat mirip dengan gejala dan tanda akibat infeksi saluran

Lebih terperinci

PERBEDAAN TITER TROMBOSIT DAN LEUKOSIT TERHADAP DERAJAT KLINIS PASIEN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) ANAK DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI

PERBEDAAN TITER TROMBOSIT DAN LEUKOSIT TERHADAP DERAJAT KLINIS PASIEN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) ANAK DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI PERBEDAAN TITER TROMBOSIT DAN LEUKOSIT TERHADAP DERAJAT KLINIS PASIEN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) ANAK DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. umum disebabkan peningkatan enzim liver. Penyebab yang mendasari fatty liver

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. umum disebabkan peningkatan enzim liver. Penyebab yang mendasari fatty liver BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fatty adalah akumulasi triglycerid lemak lainnya di hepatosit. Paling umum disebabkan peningkatan enzim. Penyebab yang mendasari fatty dapat berhubungan alkohol

Lebih terperinci

DETEKSI DINI DAN PENCEGAHAN PENYAKIT GAGAL GINJAL KRONIK. Oleh: Yuyun Rindiastuti Mahasiswa Fakultas Kedokteran UNS BAB I PENDAHULUAN

DETEKSI DINI DAN PENCEGAHAN PENYAKIT GAGAL GINJAL KRONIK. Oleh: Yuyun Rindiastuti Mahasiswa Fakultas Kedokteran UNS BAB I PENDAHULUAN DETEKSI DINI DAN PENCEGAHAN PENYAKIT GAGAL GINJAL KRONIK Oleh: Yuyun Rindiastuti Mahasiswa Fakultas Kedokteran UNS BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di negara maju, penyakit kronik tidak menular (cronic

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pada wanita dengan penyakit payudara. Insidensi benjolan payudara yang

I. PENDAHULUAN. pada wanita dengan penyakit payudara. Insidensi benjolan payudara yang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Benjolan pada payudara merupakan keluhan yang paling sering ditemui pada wanita dengan penyakit payudara. Insidensi benjolan payudara yang bersifat jinak mengalami peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. umum adalah 4-8 %, nodul yang ditemukan pada saat palpasi adalah %,

BAB I PENDAHULUAN. umum adalah 4-8 %, nodul yang ditemukan pada saat palpasi adalah %, BAB I PENDAHULUAN Nodul tiroid merupakan permasalahan yang sering dijumpai dalam masyarakat dengan angka kejadian yang semakin meningkat seiring bertambahnya usia. Pada banyak penelitian dikemukan bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun fungsional dari pengisian atau pompa ventrikel (Yancy et al., 2013).

BAB I PENDAHULUAN. maupun fungsional dari pengisian atau pompa ventrikel (Yancy et al., 2013). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gagal jantung merupakan suatu sindrom klinis akibat kelainan struktural maupun fungsional dari pengisian atau pompa ventrikel (Yancy et al., 2013). Prevalensi gagal

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA HEPATITIS B DI RUMAH SAKIT SANTO YUSUP BANDUNG TAHUN 2014

ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA HEPATITIS B DI RUMAH SAKIT SANTO YUSUP BANDUNG TAHUN 2014 ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA HEPATITIS B DI RUMAH SAKIT SANTO YUSUP BANDUNG TAHUN 2014 Jeanatasia Kurnia Sari, 2015. Pembimbing I : July Ivone, dr.,mkk.,mpd.ked dan Pembimbing II : Teresa Lucretia Maria

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. pada awalnya mungkin menimbulkan sedikit gejala, sementara komplikasi

BAB 1 PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. pada awalnya mungkin menimbulkan sedikit gejala, sementara komplikasi BAB 1 PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Diabetes melitus (DM) tipe 2 merupakan kondisi yang progresif meskipun pada awalnya mungkin menimbulkan sedikit gejala, sementara komplikasi diabetes menimbulkan beban

Lebih terperinci

ABSTRAK. Hubungan Penurunan Pendengaran Sensorineural dengan Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Terkontrol dan Tidak Terkontrol di RSUP Sanglah

ABSTRAK. Hubungan Penurunan Pendengaran Sensorineural dengan Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Terkontrol dan Tidak Terkontrol di RSUP Sanglah ABSTRAK Hubungan Penurunan Pendengaran Sensorineural dengan Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Terkontrol dan Tidak Terkontrol di RSUP Sanglah Dini Nur Muharromah Yuniati Diabetes melitus (DM) merupakan suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Fungsi kognitif merupakan hasil interaksi dengan lingkungan yang

BAB I PENDAHULUAN. Fungsi kognitif merupakan hasil interaksi dengan lingkungan yang BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Fungsi kognitif merupakan hasil interaksi dengan lingkungan yang didapat secara formal dan normal. Gangguan satu atau lebih dari fungsi tersebut akan menyebabkan gangguan

Lebih terperinci